Pengaruh Kebiasaan Merokok Dan Stres Kerja Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Petugas Bandara Usia 40...
description
Transcript of Pengaruh Kebiasaan Merokok Dan Stres Kerja Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Petugas Bandara Usia 40...
PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN STRES KERJA TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA PETUGAS
BANDARA USIA 40 TAHUN KEATAS DI SENTANI TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
RETNO ASIH NIM : 06 903 325
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI JURUSAN/PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA 2010
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan pada Ujian Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Cenderawasih.
Disetujui
Hari/Tanggal : Jumat, 23 Juli 2010
Tempat/Ruang : Ruang Sidang FKM
Tim Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Willy Manugan, M.Kes Dra. Endang Sri Mulyanie, M.Si NIP. 195303181977081001 NIP. 195706231986032001
Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Novita Medyati, SKM, M.Kes NIP. 197611262001122001
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diuji dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat, Peminatan Epidemiologi, Jurusan/Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Cenderawasih, Jayapura, Tahun 2010 untuk memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada :
Hari : Jumat Tanggal : 23 Juli 2010
Mengesahkan Panitia Ujian Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih
Ketua, Sekretaris,
Novita Medyati, SKM, M.Kes. Agus Zainuri, S.Pd, MPH. NIP. 197611262001122001 NIP. 198011082006041002
Mengesahkan Dekan FKM,
Drs. A.L. Rantetampang, M.Kes. NIP. 194904171983031001
Tim Penguji : 1. Drs. Willy Manugan, M.Kes. 1. …………….
NIP. 195303181977081001 2. Dra. Endang Sri Mulyanie, M.Si. 2. ……………..
NIP. 195706231986032001 3. Drs. A.L. Rantetampang, M.Kes. 3. …………….
NIP. 194904171983031001 4. Hasmi, SKM, M.Kes. 4. ……………..
NIP. 197405152001122001 5. John T. Padang, S.Kep, Ners. 5. …………….
NIP. 197806072008121004
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’ad:11)
“Keunggulan dalam berkata-kata menciptakan kepercayaan diri, keunggulan dalam berpikir
menciptakan sesuatu yang sangat besar, keunggulan dalam memberi menciptakan cinta”(Lao
tse)
“Berfokuslah pada kualitas apa yang dilakukan hari ini agar hari ini menjadi masa lalu yang
indah untuk masa yang akan datang”
PERSEMBAHAN :
“Karya kecilku ini aku persembahkan kepada Allah SWT yang telah memberiku nikmat iman
dan islam, serta buat orang-orang yang paling aku cintai”
1. Ayahanda Sumardi dan ibundaku Ruti
2. Keempat kakak-kakakku
3. Almamaterku Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih
iv
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Jayapura, Juli 2010
Retno Asih Nim : 06 903 325
PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK DAN STRES KERJA TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA PETUGAS BANDARA USIA 40 TAHUN KEATA S DI SENTANI
TAHUN 2010
Oleh
RETNO ASIH NIM : 06 903 325
ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang tinggi. Pada tahun 2007 penyakit hipertensi berpotensi menyebabkan kematian sebesar 4,6 persen. Prevalensi Hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia adalah 31,7 persen.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya hipertensi antara lain kebiasaan merokok dan stress kerja serta untuk mengetahui faktor mana yang lebih dominan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada petugas Bandara Sentani usia 40 tahun keatas. Jenis penelitian ini adalah case control dengan pendekatan restrospektive. Populasi 50 orang dengan 31 orang sebagai kasus dan 19 orang sebagai kontrol. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan alat sphygmomanometer (tensimeter). Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan pengukuran tekanan darah, sedangkan data sekunder diambil dari kantor Bandara Sentani. Data yang diperoleh dalam penelitian ini di uji dengan menggunakan statistik uji Chi-Square dengan derajat kemaknaan (α) = 0,05 dan untuk mengetahui variabel mana yang lebih dominan digunakan analisis multivariate.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kebiasaan merokok (p = 0,023 dengan OR = 5,192) dan stress kerja (p = 0,002 dan OR = 11,769) terhadap kejadian hipertensi pada petugas bandara usia 40 tahun keatas di Sentani. Sedangkan dari kedua variabel tersebut stress kerja (p = 0,005) yang merupakan variabel yang lebih dominan dibandingkan dengan kebiasaan merokok (p = 0,029) sehingga stress kerja lebih berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada petugas bandara usia 40 tahun keatas di Sentani.
Kata kunci : Hipertensi, kebiasaan merokok, stress kerja INFLUENCE OF SMOKING HABITS AND JOB STRESS HYPERTEN SIVE 40-YEAR-
OLD AIRPORT SECURITY TO TOP 2010
By
RETNO ASIH
Student reg. Number : 06 903 325
ABSTRACT
Hypertension is one of disease that result in high morbidity. In 2007 hypertensive disease potentially causing the death of 4,6 percent. Prevalence of hypertensive in the population aged 19 years and over in Indonesia was 31,7 percent.
This study aims to find out causes of hypertension, among others, work stress and smoking habits and to find out where a more dominant factor affecting the incidence of hypertension at Sentani airport workers age years and over. The kind of study is case control with retrospective approach. The population is 50 person and 31 person as the cases and 19 persons as the control. Instrumental that used in this study is a questioner and tensimeter tools (Sphygmomanometer). Primary date obtained through questionnaire dissemination and blood pressure measurement, whereas secondary date taken of airport security office. Data who obtained of this study tested by use statistical Chi-square test and degree of significance (α) = 0,05 and find out which variabel more than potential used the multivariate analysis.
The result of study showed that there were influence between smoking habit ( p = 0,023 with OR = 5,192 ) job stress ( p = 0,002 and OR = 11, 769 ) affected the incidence of hypertension at sentani airport workers age years and over in Sentani. Whereas from the both of variable is job stress ( p = 0,029 ) so that more job stress influenced the incidence of hypertension at the sentani airport workers ages 40 years and over in Sentani.
Key words : Hypertension, Smoking Habits, Job Stress
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang melimpahkan Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Prof. DR. B. Kambuaya, M.BA, Rektor Universitas Cenderawasih
2. Drs. A. L Rantetampang, M.kes, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Cenderawasih.
3. Novita Medyati, SKM, M.Kes Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih
4. Hasmi, SKM, M.Kes, Ketua Peminatan Epidemiologi atas arahannya selama ini.
5. Drs. Willy Manugan, M.Kes dan Dra. Endang Sri Mulyanie, M.si. Dosen Pembimbing I dan
Dosen Pembimbing II yang telah rela meluangkan waktu, memberikan masukan serta arahan
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Semua dosen penguji yang memberikan masukan dan arahan guna penyempurnaan penulisan
skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen serta Staf Administrasi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Cenderawasih.
8. Kepala Bandar Udara Sentani yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
mengumpulkan data dan petugas bandara sentani yang telah membantu memberi data guna
penyelesaian skripsi ini.
9. Kedua orang tuaku (Sumardi dan Ruti) yang sabar dan tulus mendoakan serta selalu
menyayangi dan mensuportku baik selama mengikuti kuliah maupun dalam penyelesaian
skripsi ini.
10. Kakak-kakakku Martini dan Yatman, Suwarjo SH dan Hanny Handayani SH, Jarwadi SE
dan Tryas Pujilestari, Eni Yuni Ati SE yang telah mendukung setiap langkahku dengan doa
dan harapannya.
11. Keluarga Juyadi SE dan Nona R. I. Promonodewi SE serta Keluarga Tamba yang
mendukung serta membimbingku selama di Jayapura.
12. Sahabat-sahabat terbaikku Una, Mia, Fajrin, Rika, Nela, Azet, Kak Nur, Sol’ex’10 (Kak
Yanti, Kak Agu, Dyllo, Yodi, Rabi), Kak Santi, Ostin, Yan, Econ, Adhel, Dewi dan Tia
terimakasih atas persahabatan yang telah kalian berikan kepadaku semoga kita selalu kompak
sampai kakek nenek.
13. Teman-teman Epidemiologi Angkatan 2006 dan transfer Angkatan 2008 suatu kebanggaan
bisa belajar menjadi seorang epidemiolog bersama-sama kalian. Salam sandal bolong.
14. Teman-teman seangkatanku Angkatan 2006 sungguh indah kebersamaan selama 4 tahun ini
dalam meraih cita-cita kita. Miss you all.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas bantuan dan kerjasama
yang diberikan dalam penelitian.
Akhirnya harapan penulis, semoga skripsi ini menjadi sumber inspirasi bagi yang
membacanya, terutama teman-teman seperjuangan dan rekan-rekan yang sempat membaca karya
ini. Amin.
Jayapura, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. v
ABSTRAK (Bahasa Indonesia) ....................................................................... vi
ABSTRAK (Bahasa Inggris) ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
E. Keaslian Penelitian......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Hipertensi ........................................................... 6
1) Definisi Hipertensi ................................................................... 6
2) Kriteria dan klasifikasi Hipertensi ........................................... 7
3) Patogenesis ............................................................................... 9
4) Tinjauan tentang faktor risiko Hipertensi ................................ 10
5) Pengukuran tekanan darah ....................................................... 14
6) Kebiasaan merokok .................................................................. 15
7) Stress kerja ............................................................................... 21
8) Hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi ..... 24
9) Hubungan Stres pekerjaan dengan kejadian hipertensi ............ 25
B. Kerangka Teori .............................................................................. 26
C. Kerangka Konsep ........................................................................... 30
1) Kerangka Konsep ..................................................................... 30
2) Definisi Operasional dan kriteria objetif .................................. 30
3) Hipotesis ................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 32
B. Waktu dan lokasi penelitian .......................................................... 32
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 32
D. Instrument Penelitian .................................................................... 33
E. Variabel penelitian ........................................................................ 34
F. Teknik Pengambilan Data ............................................................. 34
G. Cara pengumpulan data ................................................................. 34
H. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data ..................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 37
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 41
C. Pembahasan ................................................................................... 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 57
B. Saran.............................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
1. Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH ................................................. 7
2. Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa Dengan Usia Diatas 18 Tahun Menurut The Sixth Report Of The Joint National Committee On Prevention Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure .................................................... 8
3. Kategori Ambang Batas IMT ..................................................................... 11
4. Daftar Bahan Kimia Yang Terdapat Dalam Asap Rokok Yang Dihisap ... 20
5. Distribusi Responden Menurut Umur dan Jenis Kelamin ......................... 41
6. Distribusi Responden Menurut Kasus dan Kontrol Berdasarkan Usia ...... 42
7. Distribusi Responden Menurut Usia Pertama Kali Merokok .................... 42
8. Distribusi Responden Menurut Lama Kebiasaan Merokok ....................... 43
9. Distribusi Responden Menurut Banyaknya Rokok yang Dihisap Dalam Sehari ......................................................................................................... 44
10. Distribusi Responden Menurut Jenis Rokok.............................................. 44
11. Distribusi Responden Menurut Cara Menghisap Rokok ........................... 45
12. Distribusi Responden Menurut Stres Kerja ............................................... 46
13. Kebiasaan Merokok Terhadap Hipertensi ................................................. 46
14. Stres Kerja Terhadap Hipertensi ................................................................ 47
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
1. Kerangka Teori .......................................................................................... 27
2. Kerangka Konsep ....................................................................................... 30
3. Skema Dasar Studi Kasus Kontrol ............................................................. 35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Melakukan Penelitian
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Master Tabel
Lampiran 5 Hasil Uji Analisis Chi Square
Lampiran 6 Hasil Uji Analisis Bivariate
Lampiran 7 Gambar Pengambilan Data
DAFTAR SINGKATAN
SKRT : Survey Kesehatan Rumah Tangga
SIRS : Sistem Informasi Rumah Sakit
Riskesda : Riset Kesehatan Dasar
SPSS : Statistical Package for Social Science
WHO : World Health Organization
mmHg : Mili Meter Hydragyrum
JNC VII : Seventh Join National Committee
IMT : Indeks Masa Tubuh
GYTS : Global Youth Tobacco Survey
SKT : Sigaret kretek Tangan
SKM : Sigaret Kretet Mesin
RF : Rokok Filter
RNF : Rokok Non Filter
OR : Odds Ratio
Pdpersi : Pusat Data dan Informasi-Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
DPL : Dari Permukaan Laut
SDM : Sumber Daya Manusia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka kesakitan yang
tinggi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang member gejala yang akan
berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk
pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan/left ventricle hypertrophy (untuk
otot jantung). Dengan organ target di otak berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama
stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007:60).
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 15-20%. Hipertensi lebih
banyak menyerang pada usia setengah baya pada golongan umur 55-64 tahun. Hipertensi di
Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada tahun 1997, hipertensi dijumpai pada 4.400
per 10.000 penduduk. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995, prevalensi
hipertensi di Indonesia cukup tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga, pada tahun 2000
sekitar 15-20% masyarakat Indonesia menderita hipertensi (Departemen Kesehatan
RI:2003).
Prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun 1988–1993.
Prevalensi hipertensi pada laki-laki dari 134 (13,6%) naik menjadi 165 (16,5%), hipertensi
pada perempuan dari 174 (16,0%) naik menjadi 176 (17,6%) (Suheni, 2007).
Menurut Pajario banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor
risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor).
Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan
umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan
(kebiasaan makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan dan
penggunaan pil kontrasepsi (Suheni, 2007).
Dari hasil Riskesdas 2008, prevalensi perokok setiap hari tertinggi di Indonesia yaitu
Provinsi Bengkulu sebesar 29,5 % sedangkan Provinsi Papua sebesar 22 %. Berdasakan data
SIRS 2007, penyakit hipertensi mempunyai potensi menyebabkan kematian sebesar 4,6 %.
Hasil Riskesdas 2008 prevalensi Hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di
Indonesia adalah 31,7 %. Menurut provinsi, prevalensi tertinggi di Kalimantan Selatan 39,6 %
dan terendah di Papua Barat 20,1 %.
Menurut Sani hubungan merokok dengan kesehatan juga dapat dibuktikan oleh SKRT
Depkes 1986 dan 1992 dimana terlihat jelas peningkatan proporsi kematian akibat penyakit
kardiovaskuler yaitu tahun 1986 sebesar 9.7% dan tahun 1992 sebesar 16,4 %. Menurut
Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan menyatakan Indonesia merupakan salah
satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok tertinggi.
Di Papua, khususnya hasil observasi awal di Bandara Sentani diketahui bahwa petugas
bandara yang laki-laki adalah perokok atau mempunyai kebiasaan merokok meskipun tidak
dilakukan di tempat kerja. Selain itu lingkungan, beban kerja yang tinggi dan waktu kerja yang
banyak bila dihubungkan dapat menyebabkan petugas mengalami kelelahan dan dapat
menyebabkan stress kerja. Stress kerja ini akan memicu peningkatan tekanan darah.
B. Perumusan Masalah
Apakah ada pengaruh antara kebiasaan merokok dan stress kerja terhadap kejadian
hipertensi pada petugas bandara usia 40 tahun ke atas di Sentani.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh antara kebiasaan merokok dan stress kerja terhadap
kejadian hipertensi pada petugas bandara usia 40 tahun ke atas di Sentani.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khususnya yaitu:
a. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap resiko kejadian hipertensi
pada petugas bandara usia 40 tahun ke atas di Sentani.
b. Untuk mengetahui pengaruh stress kerja terhadap kejadian hipertensi pada petugas
bandara usia 40 tahun ke atas di Sentani.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain :
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para petugas bandara
agar meminimalkan kebiasaan merokok untuk menghindari kejadian hipertensi pada
petugas bandara diusia 40 tahun ke atas.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi petugas Bandara
Sentani dalam mencegah penyakit hipertensi.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan menambah wawasan
mengenai pengaruh kebiasaan merokok dan stress kerja dengan kejadian hipertensi pada
petugas bandara usia 40 tahun ke atas .
4. Diharapkan penulis mampu menerapkan disiplin ilmunya di lapangan khususnya dalam
materi Epidemiologi dan penyakit tidak menular.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini merupakan hasil pemikiran penulis berdasarkan latar belakang masalah,
kemudian dari latar belakang ditentukan judul “Pengaruh Kebiasaan Merokok dan Stres
Kerja Terhadap Kejadian Hipertensi pada Petugas Bandara Usia 40 Tahun ke atas di Sentani
Tahun 2010”.
Penelitian ini mirip dengan penelitian yang pernah dilakukan diantaranya :
1. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Usia
40 Tahun ke Atas di Rumah Sakit Daerah Cepu Tahun 2007 oleh Yuliana Suheni
Persamaanya :
a. Meneliti kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada usia 40 tahun ke atas.
b. Meneliti menggunakan metode penelitian case control (kasus kontrol)
Perbedaanya :
a. Tempat penelitian dan responden penelitian yang terdahulu yaitu laki-laki usia 40 tahun ke
atas di Rumah Sakit Cepu, sedangkan penelitian sekarang yaitu petugas bandara di Sentani.
b. Variabel bebas dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Suheni hanya kebiasaan
merokok, sedangkan variabel bebas dalam penelitian yang penulis lakukan selain
kebiasaan merokok juga stress kerja.
c. Penelitian yang sekarang menggunakan SPSS versi 16 untuk menganalisis data.
2. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan merokok pada Peserta Didik Kelas VIII
SMP Negeri 3 Jayapura Tahun 2009 oleh Utami Pambudi
Persamaannya :
a. Meneliti pengaruh kebiasaan merokok.
b. Menggunakan metode penelitian case control (kasus kontrol).
c. Pengolahan data menggunakan analisis chi-square dan SPSS versi 16.
Perbedaannya :
a. Tempat, responden dan waktu penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh Utami
Pambudi bertempat di SMP Negeri 3 Jayapura tahun 2009 sedangkan penelitian yang
akan penulis lakukan yaitu pada petugas bandara di sentani tahun 2010.
b. Variabel penelitian ini yaitu menggunakan stress kerja selain menggunakan kebiasaan
merokok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Menurut Sustrani hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi
sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit
yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan
bagi korbannya (Suheni, 2007).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan
berlanjut kesuatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
(untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan/left ventricle hypertrophy
(untuk otot jantung). Dengan organ target di otak berupa stroke, hipertensi menjadi
penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007:60).
Menurut Hull hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak
konstan pada arteri. Dari definisi-definisi di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Suheni, 2007).
2. Kriteria dan Klasifikasi Hipertensi
Menurut Pajario banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor
risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan
(minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis
kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu
olahraga, makanan (kebiasaan makan garam), alkohol stres, kelebihan berat badan
(obesitas), kehamilan dan penggunaan pil kontrasepsi (Suheni, 2007).
Menurut WHO (World Health Organization) batas normal tekanan darah adalah 120–
140 mmHg sistolik dan 80–90 mmHg diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi
bila tekanan darahnya > 140 mmHg tekanan sistolik dan 90 mmHg tekanan diastoliknya.
Tabel 1 Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normotensi
Hipertensi Ringan
Hipertensi perbatasan
Hipertensi sedang dan berat
Hipertensi sistolik terisolasi
Hipertensi sistolik perbatasan
<140
140-180
140-160
>180
>140
140-160
<90
90-105
90-95
>105
<90
<90
Sumber: Suheni, 2007
Menurut Rabin dan Kumar peninggian tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peninggian
tekanan diastolik disebut hipertensi sistolik terisolasi (isolated sytolic hypertension).
Hipertensi sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia lanjut, jika keadaan ini dijumpai
pada masa dewasa muda lebih banyak dihubungkan sirkulasi hiperkinetik dan diramalkan
dikemudian hari tekanan diastoliknya juga ikut meningkat. Batasan ini untuk individu
dewasa diatas umur 18 tahun, tidak dalam keadaan sakit mendadak. Dikatakan hipertensi
jika pada dua kali atau lebih kunjungan yang berbeda didapatkan tekanan darah rata-rata dari
dua atau lebih pengukuran setiap kunjungan, diastoliknya 90 mmHg atau lebih, atau
sistoliknya 140 mmHg atau lebih. Sedangkan menurut 2 JNC VII (Seventh Join National
Committee) 2003 tekanan darah pada orang dewasa dengan usia diatas 18 tahun
diklasifikasikan menderita hipertensi stadium I apabila tekanan sistoliknya 140–159 mmHg
dan tekanan diastoliknya 90–99 mmHg, stadium II apabila tekanan sistoliknya lebih 160
mmHg dan diastoliknya lebih dari 100 mmHg sedangkan hipertensi stadium III apabila
tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 116 mmHg
(Suheni, 2007).
Tabel 2 Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa Dengan Usia Diatas 18 Tahun
Menurut The Sixth Report Of The Joint National Committee On Prevention Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure
Klasifikasi tekanan darah Tekanan Sistolik dan Diastolik
(mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99
Hipertensi stadium II >160 atau >100
Hipertensi stadium III > 180 atau > 110
Sumber: Suheni, 2007
Tekanan darah tinggi pada umumnya didefinisikan sebagai tingkat yang melebihi
140/90 mmHg yang dikonfirmasikan pada berbagai kesempatan. Tekanan darah sisitolik,
yang berupa angka yang diatas, mewakili tekanan dalam arteri saat jantung berkontraksi
dan memompa darah ke dalam peredarannya. Tekanan diastolik, yang berupa angka
bawah, mewakili tekanan dalam arteri saat jantung santai setelah kontraksi. Oleh karena
itu tekanan diastolik mencerminkan tekanan minimal yang dikenakan pada arteri-arteri
tersebut (Gardner, 2007:9).
Klasifikasi hipertensi menurut kausanya dibagi menjadi dua sekunder dan primer
(esensial). Hipertensi primer merupakan hipertensi yang penyebab spesifiknya tidak
diketahui. Sekitar 30% penyebab hipertensi esensial dapat dikaitkan dengan faktor-faktor
genetik. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebab tertentunya
diketahui. Klasifikasi hipertensi menurut ganguan tekanan darah dibagi menjadi dua
yaitu sistolik dan diastolik. Hipertensi sistolik yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
peninggian tekanan darah sistolik saja sedangkan hipertensi diastolik yaitu hipertensi
yang disebabkan oleh peninggian tekanan diastolik. Klasifikasi beratnya atau tingginya
peningkata tekana darah dibagi menjadi tiga yaitu hipertensi ringan, hipertensi sedang
dan hipertensi berat (Bustan, 2007:61).
3. Patogenesis
Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah peripher
yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah disertai
dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan
peredaran darah peripher. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban
jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya
pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem
sirkulasi (Bustan, 2007:61).
Menurut Beevers tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan mempengaruhi
tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor genetik, stres, obesitas, faktor
endotel. Selain curah jantung dan tahanan perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga
oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai banyak pengaruh (Suheni, 2007).
4. Tinjauan Tentang Faktor Risiko Hipertensi
a. Faktor Keturunan atau Gen
Faktor-faktor genetika dianggap memainkan peranan penting dalam
perkembangan hipertensi esensial. Namun demikian, gen-gen untuk hipertensi belum
teridentifikasi (gen adalah kromosom sangat kecil yang menghasilkan protein-protein
yang menentukan karakteristik individu). Penelitian terakhir dalam bidang ini
difokuskan pada faktor-faktor genetik yang mempengaruhi sistem Renin-Angiostensin-
Aldosterone. Sistem ini membantu mengatur tekanan darah dengan mengendalikan
keseimbangan garam dan kesehatan (keadaan elastisitas) arteri (Gadner, 2007:14).
Sekitar 30 % penyebab hipertensi esensial dapat dikaitkan dengan faktor-faktor
genetik. Pada orang-orang yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita
hipertensi, tekanan darah tinggi dua kali lebih tinggi pada populasi secara umum. Jarang
sekali gangguan genetik tertentu yang tidak biasa yang mempengaruhi kelenjar-kelenjar
adrenal bias menyebabkan hipertensi (Gadner, 2007:14).
b. Faktor Berat Badan (Obesitas atau Kegemukan)
Ada hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat di atas
berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga
membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Pada
penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas
dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal dengan tekanan darah yang setara (Muhammadun, 2010:59).
Cara mudah untuk mengetahui termasuk obesitas atau tidak yaitu dengan mengukur
Indeks Masa Tubuh (IMT) Rumus untuk IMT adalah berat badan (kg) dibagi dengan tinggi
badan dikuadratkan (m2). Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia menurut Depkes RI
dalam Supariasa (2001:60) adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Kategori Ambang Batas IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat
Kekurangan berat badan tingkat ringan
< 17,0
17,0-18,5
Normal 18,5-25,0
Gemuk
(obesitas)
Kelebihan berat badan tingkat ringan
Kelebian berat badan tingkat berat
>25,0-27,0
<27
Sumber:(Depkes RI dalam Supariasa 2001:61)
c. Stres Kerja
Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Stress yang
terlalu berat dapat memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit kepala, sulit tidur,
tukak lambung, hipertensi, penyakit jantung dan stroke (Muhammadun, 2010:47).
d. Faktor Jenis Kelamin (Gender)
Menurut Sustrani wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki.
Tetapi wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh darah.
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita. Pada pria
hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman
terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi terkena hipertensi
dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich seorang pria dewasa akan mempunyai
peluang lebih besar yakni satu di antara 5 untuk mengidap hipertensi (Suheni, 2007).
e. Faktor Usia
Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, kemungkinan
seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada umumnya penderita hipertensi
adalah orang-orang yang berusia 40 tahun namun saat ini tidak menutup kemungkinan
diderita oleh orang berusia muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan
dari berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,8%-28,6%
penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi (Suheni, 2007).
Menurut Kaplon 1985 pria yang berusia < 45 tahun dinyatakan hipertensi jika tekanan
darah berbanding 130/90 mmHg atau lebih, sedangkan yang berusia > 45 tahun dinyatakan
hipertensi jika tekanan darah 145/95 mmHg atau lebih (Suheni, 2007).
f. Faktor Asupan Garam
WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari
(sama dengan 2400 mg Natrium). Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap
tekanan darah (Atmatsier, 2004:64).
Garam merupakan faktor penting dalam patogensis hipertensi. Asupan garam kurang
dari 3 gram/hari prevalensi hipertensinya rendah, sedangkan asupan garam antara 5-15
gram/hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan terhadap
hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah
(Muhammad, 2010:70).
g. Kebiasaan Merokok
Menurut Smith dan Tom kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol dan kurang
olahraga serta bersantai dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Rokok mempunyai
beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang
ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat
memperburuk keadaan tersebut. Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan
arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar (Suheni, 2007).
h. Aktivitas Fisik (Olahraga)
Menurut Arjatmo dan Hendra kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan
timbulnya hipertensi (Suheni, 2007).
5. Pengukuran Tekanan Darah
Menurut Sustrani tekanan darah diukur dengan menggunakan alat tensimeter
(sphygmomanometer) dan steteskop. Ada tiga tipe dari spygmomanometer yaitu dengan
menggunakan air raksa atau (merkuri), aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa adalah jenis
spygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar
pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi detak menghilang
adalah tekanan diastolik. Spygmomanometer aneroid prinsip penggunaanya yaitu
menyeimbangkan tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang
menyimpan udara didalamnya (Suheni, 2007).
Sebelum mengukur tekanan darah yang harus diperhatikan yaitu :
a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan.
b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar
dengan jantung (istirahat).
c. Pakailah baju lengan pendek.
d. Buang air kecil dulu sebelum diukur, karena kandung kemih yang penuh dapat
mempengaruhi hasil pengukuran.
Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada pasien setelah istirahat yang cukup,
yaitu sesudah berbaring paling sedikit 5 menit. Pengukuran dilakukan pada posisi terbaring,
duduk, dan berdiri sebanyak 2 kali atau lebih dengan interval 2 menit. Ukuran manset harus
cocok dengan ukuran lengan atas. Manset harus melingkari paling sedikit 80 % lengan atas dan
lebar manset paling sedikit 2/3 kali panjang lengan atas, pinggir bawah manset harus 2 cm diatas
fosa cubiti untuk mencegah kontak dengan stetoskop (Gunawan, 2001:9).
6. Kebiasaan Merokok
Merokok adalah mengisap gulungan tembakau yang dibungkus kertas (Kamus Besar
bahasa Indonesia, 1990:752). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok adalah
teman, kepribadian dan iklan (Muhammadun, 2010:64).
Menurut Smith dan Tom kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol dan kurang
olahraga serta kurang bersantai dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Rokok
mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila pembuluh
darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok
dapat memperburuk keadaan tersebut. Merokok dapat merusak pembuluh darah,
menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar (Suheni, 2007).
Menurut Mustafa dampak rokok akan terasa setelah 10–20 tahun pasca digunakan.
Dampak asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif (Active smoker), tetapi juga bagi
perokok pasif (Pasive smoker). Orang yang tidak merokok atau perokok pasif, tetapi
terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang dihembuskan oleh perokok aktif.
Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali isapan maka dalam tempo setahun bagi
perokok sejumlah 20 batang (1 bungkus) per hari akan mengalami 70.000 kali isapan asap
rokok (Suheni, 2007).
Menurut Pdpersi (Pusat Data dan Informasi-Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia)
2003 seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 100 batang rokok. Merokok
dapat mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri, banyak penyakit yang
telah terbukti menjadi akibat buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tembakau atau rokok paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok secara luas telah
menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut Departemen Kesehatan Dalam
Gizi dan Promosi Masyarakat, Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produk dan harga
rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu produsen sekaligus
konsumen rokok terbesar di dunia (Suheni, 2007).
Menurut Sitepoe rata- rata merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki dipengaruhi
oleh faktor psikologis meliputi rangsangan sosial melalui mulut, ritual masyarakat, menunjukkan
kejantanan, mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga
dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang dikandung rokok
seperti nikotin atau juga disebut kecanduan terhadap nikotin (Suheni, 2007).
a. Kategori Perokok
1) Perokok Pasif
Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi korban
perokok karena turut menghisap asap sampingan (di samping asap utama yang
dihembuskan balik oleh perokok) (Jaya, 2009:69). Menurut Wardoyo (1996) asap rokok
yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih
banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan
nikotin (Suheni, 2007).
2) Perokok Aktif
Menurut Bustan perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok
atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap
rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan
sekitar (Suheni, 2007).
b. Jumlah Rokok Yang Dihisap
Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis
perokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
1) Perokok Ringan
Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.
2) Perokok Sedang
Disebut perokok sedang jika menghisap 10 – 20 batang per hari.
3) Perokok Berat
Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang (Bustan, 2007:210).
Menurut Sitepoe bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok
maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) per hari akan
mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi
kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis
sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Suheni, 2007).
c. Lama Menghisap Rokok
Berdasarkan survey yang dilakukan Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia
tahun 2006 yang dilakukan terhadap remaja berusia 13-15 tahun, sebanyak 24,5 % remaja
laki-laki dan 2,3 % remaja perempuan merupakan perokok, 3,2 % diantaranya sudah
kecanduan bahkan, yang lebih mengkhawatirkan 3 dari 10 pelajar mencoba merokok sejak di
bawah usia 10 tahun (Jaya, 2009:32).
Menurut Sitepoe merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10–
25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali per menit. Menurut Mustafa dampak rokok
akan terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan. Dampak rokok bukan hanya untuk perok
aktif tetapi juga perokok pasif (Suheni, 2007).
d. Cara Menghisap Rokok
Cara manghisap rokok dapat dibedakan menjadi :
1) Begitu menghisap langsung dihembuskan (secara dangkal)
2) Ditelan sampai ke dalam mulut (dimulut saja).
3) Ditelan sampai di kerongkongan (isapan dalam)
(Bustan, 2007:210)
e. Jenis Rokok
Di Indonesia pada umumnya, rokok dibedakan menjadi beberapa jenis, perbedaan ini
berdasarkan :
1) Rokok berdasarkan pembungkus
Rokok berdasarkan pembungkus dibagi 4 yaitu klobot, kawung, sigaret dan cerutu. Klobot
adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung. Kawung adalah rokok
yang bahan pembungkusnya berupa daun aren. Sigaret adalah rokok yang bahan
pembungkusnya berupa kertas. Cerutu adalah rokok yang bahan pembungkusnya berupa
daun tembakau.
2) Rokok berdasarkan bahan baku
Berdasarkan bahan baku atau isi, rokok dibedakan menjadi 3 yaitu rokok putih, rokok kretek
dan rokok klembak. Rokok putih adalah rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok kretek
adalah rokok yang bahan bakunya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok klembak adalah rokok yang bahan
bakunya berupa daun tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan
efek rasa dan aroma tertentu.
3) Rokok berdasarkan proses pembuatannya
Berdasarkan proses pembuatannya, rokok dibedakan menjadi 2 yaitu Sigaret kretek Tangan
(SKT) dan Sigaret Kretet Mesin (SKM). Sigaret kretek Tangan (SKT) adalah rokok yang
proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan
atau alat bantu sederhana. Sigaret Kretet Mesin (SKM) adalah rokok yang proses
pembuatannya menggunakan mesin.
4) Rokok berdasarkan penggunaan filter
Berdasarkan penggunaan filter, rokok dibedakan menjadi 2 yaitu Rokok Filter (RF) dan
Rokok Non Filter (RNF). Rokok Filter (RF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya
terdapat gabus. Rokok Non Filter (RNF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus (Jaya, 2009:15).
f. Bahan – Bahan Yang Terkandung Dalam Rokok
Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya,
misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama dengan komponen
lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok
terdiri dari bagian gas (85%) dan bagian partikel. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia
dan 200 diantaranya bersifat racun antara lain Karbon Monoksida (CO) dan Polycylic
Aromatic hydrocarbon yang mngandung zat-zat pemicu terjadinya kanker (seperti tar,
byntopyrenes, vinylchlorida dan nitrosonornicotine) (Suheni, 2007).
Tabel 4 Daftar Bahan Kimia Yang Terdapat Dalam Asap Rokok Yang Dihisap
No Bagian partikel Bagian Gas
1.
2.
3.
4.
5.
Tar
Indol
Nikotin
Karbolzol
Kresol
Catatan:
Keseluruhan bersifat
karsinogen dan iritan serta
bersifat toksik yang lain
Karbon monoksida
Amoniak
Asam hydrocyanat
Nitrogen oksida
Formaldehid
Catatan:
Keseluruhan zat ini bersifat
karsinogen, mengiritasi, racun
bulu getar alat pernapasan, dan
sifat racun yang lain.
Sumber: Suheni, 2007
Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok, nikotin bersifat toksik terhadap saraf
dengan stimulasi atau depresi. Nikotin merupakan aikaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis
tinggi beracun. Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak/susunan
saraf. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami
kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi
untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini dibuktikan
dengan jarang adanya jumlah perokok yang ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil
berhenti (Suheni, 2007).
7. Stres Kerja
Menurut Dr. Peter Tyler stress adalah perasaan tidak enak yang disebabkan oleh
persoalan-persoalan di luar kendali kita, atau reaksi jiwa dan raga terhadap perubahan (Lubis,
2009:17).
Sementara itu, Kamus Psikologi karya Dr. Kartini Kartono dan Dali Gulo
mendefinisikan stres sebagai berikut :
a. Suatu stimulus yang menegangkan kapasitas (daya) psikologi atau fisiologi dari suatu
organisme.
b. Sejenis frustasi, dimana aktivitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah diganggu
atau dipersulit, tetapi tidak terhalang-halangi; peristiwa ini biasanya disertai oleh
perasaan was-was (khawatir) dalam pencapaian tujuan.
c. Kekuatan yang ditetapkan pada suatu sistem berupa tekanan-tekanan fisik dan psikologis
yang dikenakan pada tubuh dan pada pribadi.
Suatu kondisi ketegangan fisik dan psikologis disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan
dan kecemasan (Lubis, 2009:17)
Menurut Lazarus, stress merupakan bentuk interaksi antara individu dengan
lingkungannya, yang dinilai individu sebagai sesuatu yang membebani atau melampaui
kemampuan yang dimilikinya, serta mengancam kesejahteraannya. Dengan kata lain, stress
merupakan fenomena individual dan menunjukkan respon individu terhadap tuntutan lingkungan
(Lubis, 2009:17).
Gejala terjadinya stress secara umum terdiri dari dua gejala yaitu gejala fisik dan gejala
psikis. Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stress adalah nyeri dada, diare
selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar, lelah dan sukar tidur. Sementara
bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah cepat marah, ingatan melemah, tak mampu
berkonsentrasi, tidak mampu menyelesaikan tugas, prilaku impulsive, reaksi berlebihan terhadap
hal sepele, daya kemampuan berkurang, tidak mampu santai pada saat yang tepat, tidak tahan
terhadap suara atau gangguan lain dan emosi tidak terkendali (Hidayat, 2009:156).
Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Stres yang terlalu
berat dapat memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit kepala, sulit tidur, tukak
lambung, hipertensi, penyakit jantung dan stroke (Muhammadun, 2010:47).
Menurut Smet dan Bart hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stres
berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang
terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur) dan jenis pekerjaan yang harus
memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya atau pekerjaan yang menuntut
tanggungjawab bagi manusia. Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan hipertensi berat.
Sumber stres dalam pekerjaan (stressor) meliputi beban kerja, fasilitas kerja yang tidak
memadai, peran dalam pekerjaan yang tidak jelas, tanggungjawab yang tidak jelas, masalah
dalam hubungan dengan orang lain, tuntutan kerja dan tuntutan keluarga (Suheni, 2007).
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban yang dimaksud adalah fisik,
mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya
dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik, mental atau sosial.
Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban sampai suatu saat
tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan
seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat atau pemilihan tenaga kerja tersehat
untuk pekerjaan yang tersehat pula. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan
pengalaman, keterampilan dan motivasi (Suma’mur, 1996:48).
Kapasitas kerja adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya pada
waktu tertentu. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya
dan sangat tergantung kepada ketrampilan, keserasian (=fittness), keadaan gizi, jenis kelamin,
usia dan ukuran-ukuran tubuh. Semakin tinggi keterampilan kerja yang dimiliki, semakin effisien
badan dan jiwa bekerja, sehingga beban kerja menjadi relative sedikit. Kesegaran jasmani dan
rohani adalah penunjang penting produktivitas seseorang dalam kerjanya. Kesegaran jasmani dan
rohani tidak saja pencerminan kesehatan fisik dan mental, tetapi juga gambaran keserasian
penyesuaian seseorang dengan pekerjaanya, yang banyak dipengaruhi oleh kemampuan,
pengalaman, pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya. Tingkat gizi, terutama bagi pekerja
kasar dan berat adalah faktor penentu derajat produktifitas kerjanya. Beban kerja yang terlalu
berat sering disertai penurunan berat badan (Suma’mur, 1996:50).
Waktu kerja bagi seseorang menentukan kesehatan yang bersangkutan, efisiensi, efektivitas
dan produktivitas kerjanya. Aspek terpenting dalam hal waktu kerja meliputi lama seseorang
mampu bekerja dengan baik, hubungan antara waktu kerja dan istirahat, waktu bekerja sehari
menurut periode waktu yang meliputi siang hari (pagi, siang, sore) dan malam hari. Jam kerja
yang diharuskan adalah 6-10 jam setiap harinya. Sisanya (14-18 jam setiap harinya) digunakan
untuk keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam satu minggu seseorang
bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu terlihat kecenderungan yang negatif seperti
kelelahan kerja, penyakit dan kecelakaan kerja (Suma’mur, 2009: 362).
8. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat segera setelah
menghisap hisapan pertama. Nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-
paru dan disebarkan ke seluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin
untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal kepada kelenjar
adrenal untuk melepaskan Epinephrine (adrenaline). Hormon yang sangat kuat ini
menyempatkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras di
bawah tekanan yang lebih tinggi (Gardner, 2007:41).
Setelah merokok dua batang rokok saja, tekanan sistoli dan tekanan diastolik meningkat
rata-rata 10 mmHg. Tekanan darah tetap pada tingkat ini sekitar 30 menit setelah selesai
merokok. Saat efek nikotin hilang, tekanan darah berangsur-angsur turun. Namun demikian, jika
anda perokok berat, tekanan darah tetap pada tingkat yang lebih tinggi sepanjang hari (Gardner,
2007:41).
Di samping meningkatkan pelepasan adrenalin, merokok juga menimbulkan berbagai efek
lain yang merugikan. Bahan-bahan kimia dalam tembakau dapat merusak dinding-dinding dalam
arteri, sehingga membuatnya lebih rentan terhadap akumulasi kolestrol yang mengandung
endapan-endapan lemak (plak) yang menyebabkan penyempitan pada arteri. Tembakau juga
memicu pelepasan hormon-hormon yang menyebabkan tubuh mempertahankan cairan. Kedua
faktor ini, penyempitan arteri dan peningkatan cairan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi
(Gardner, 2007:42).
9. Hubungan Stress kerja Dengan Kejadian Hipertensi
Hormon adrenaline dan kortisol yang dilepaskan selama periode stress meningkatkan
tekanan darah dengan menyebabkan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah) dan
meningkatkan detak jantung (Gadner, 2007:60).
Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh stress berbeda-beda. Pada setiap
orang, stress menyebabkan hanya sedikit peningkatan tekanan darah. Pada sebagian orang
yang lain stress dapat menyebabkan lompatan-lompatan yang ekstrem dalam tekanan darah.
Meskipun efek stres biasanya hanya bersifat sementara, jika mengalami stress secara teratur,
peningkatan tekanan darah yang ditimbulkannya, suatu waktu, dapat merusak arteri, jantung,
otak, ginjal dan mata kita, persis sebagaimana hanya dengan tekanan darah tinggi yang terus-
menerus (Gadner, 2007:60).
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis yang
merangsang pengeluaran hormon adrenalin. Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut
lebih cepat dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi. Hal ini dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan darah. Saraf simpatis di pusat saraf pada orang stress atau mengalami
tekanan mental bekerja keras. Biasa dimaklumi mengapa orang yang stress atau mengalami
tekanan mental jantungnya berdebar-debar dan mengalami peningkatan tekanan darah.
Hipertensi akan mudah muncul pada orang yang sering stress dan mengalami ketegangan pikiran
yang berlarut-larut (Muhannadun, 2010:57).
B. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Hendrik Bluum yang di
dalamnya terdapat empat faktor penentu status kesehatan yaitu keturunan, lingkungan,
pelayanan kesehatan dan perilaku. Bagan kerangka teori Hendrik Blumm yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Sumber : Notoatmodjo, 2003 : 15
Gambar 1 Kerangka teori menurut Hendrik Blumm
Dalam teori HL Blum hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Faktor Genetik
Peneliti juga mengidentifikasi selusin gen yang mempunyai kontribusi terhadap
tekanan darah tinggi. Meskipun hipertensi dianggap sebagai penyakit keturunan, namun
hubungannya tidak sederhana. Hipertensi merupakan hasil dari interaksi gen yang beragam,
sehingga tidak ada tes genetik yang dapat mengidentifikasi orang yang beresiko untuk
menjadi hipertensi secara konsisten.
KETURUNAN – Personality type (tipe A > tipe B) – Obesitas (gemuk > kurus) – Ras/suku
YANKES – Kurangnya program
pencegahan hipertensi di puskesmas
– Pil KB
LINGKUNGAN – Stress kerja – Geografis (pantai >
pegunungan) – Urban/rural (kota >
desa) – Water Composition
HIPERTENSI
PERILAKU – Minuman keras (alkohol) – Kebiasaan makan (diet tinggi
garam) – Aktivitas olah raga – Kopi – Kebiasaan merokok
Riwayat penyakit yang diderita, bagi keturunan hipertensi jika ada anggota keluarga yang
menderita hipertensi, walaupun adanya tes genetic secara konsisten terhadap penyakit hipertensi
tetaplah berhati-hati. Karena dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik yang sama
(Muhammad, 2010:52).
2. Faktor Prilaku
Faktor perilaku misalnya gaya hidup kurang baik mengkonsumsi makan an cepat saji
yang kaya daging dan minuman yang mengandung kafein, soda, minuman beralkohol,
memiliki kadar kolestrol darah yang tinggi, kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif
(malas berolahraga), gaya hidup stress, stress cenderung menyebabkan kenaikan tekana darah
sementara waktu, jika stress telah berlalu maka tekanan darah biasanya akan kembali normal
(Muhammad, 2010:53).
3. Faktor Pelayanan
Faktor pelayanan kesehatan adalah kurangnya pemberdayaan masyarakat dalam usaha
pencegahan penyakit hipertensi dengan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, kurangnya
perencanaan program mengenai pencegahanpenyakit hipertensi dan provider (pelayanan
kesehatan) di puskesmas mengenai pencegahan penyakit hipertensi dengan mengatur pola
makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup, kurangnya kerja sama dengan berbagai
sektor terkait guna pencegahan terjadinya penyakit hipertensi, serta kuangnya peneliaian,
pengawasan dan pengendalian mengenai program pencegahan penyakit hipertensi di
puskesmas (Muhammad, 2010:53).
Mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain, pil KB Kortikosteroid, Siklosporin dan
Eritropoietin dalam jumlah besar dapat menyebabkan hipertensi (Muhammad, 2010:49).
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatau yang benda di sekitar manusia serta pengaruh-
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Lingkungan ini
termasuk perilaku atau pola hidup misalnya gaya hidup kuarang baik seperti gaya hidupnya
penuh dengan tekanan (stress).
Adanya perbedaan keadaan geografis, di mana daerah pantai lebih beresiko terjadinya
penyakit dibandingkan dengan daerah pegunungan, karena daerah pantai lebih banyak
terdapat natrium dan klorida dalam garam dapur sehingga konsumsi natrium pada penduduk
pantai lebih besar dari pada di daerah pegunungan. Di daerah perkotaan dengan gaya hidup
modern lebih beresiko terjadinya penyakit hipertensi dibandingkan dengan daerah pedesaan
(Muhammad, 2010:51).
C. Kerangka Konsep
1. Kerangka Konsep
Gambar 2 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
2. Defenisi Operasional dan Kriteria Objetif
Definisi operasional penelitian ini meliputi :
a. Kebiasaan merokok adalah kegiatan merokok yang dilakukan oleh petugas bandara
yang berusia 40 tahun ke atas yang telah mengisap rokok sama atau lebih dari 100
batang.
Perokok : Bila menghisap ≥ 100 batang
Bukan perokok : Bila menghisap < 100 batang
Variabel Bebas 1. Kebiasaan merokok
a Jumlah rokok yang dihisap
b Cara menghisap rokok c Lama menghisap rokok
2. Stress kerja a Beban kerja b Waktu kerja c Kapasitas kerja
Variabel Terikat
HIPERTENSI
Variabel Perancu : a Keturunan b Berat badan (Obesitas) c Asupan Garam d Jenis Kelamin
b. Stress kerja adalah gangguan kepribadian yang bersifat sementara yang disebabkan oleh
beban kerja, waktu kerja dan kapasitas kerja yang tidak sesuai dengan keadaan normal.
Skoring dengan skala Guttman (Sugiyono, 2004:90)
Beresiko : Bila skor responden ≥ 50 %
Tidak beresiko : Bila skor responden < 50 %
c. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah melebihi atau di atas batas normal
untuk orang berusia 40 tahun yaitu diatas 120 mmHg sistolik dan diatas 80 mmHg diastolik.
Hipertensi : Bila tekanan darahnya > 120/80 mmHg
Tidak hipertensi : Bila tekanan darahnya ≤ 120/80 mmHg
3. Hipotesis
Hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Ha = ada pengaruh antara kebiasaan merokok dan stress kerja terhadap kejadian
hipertensi pada petugas bandara usia 40 tahun ke atas di Sentani.
Ho = tidak ada pengaruh antara kebiasaan merokok dan stress kerja terhadap kejadian
hipertensi pada petugas bandara usia 40 tahun ke atas di Sentani.
b. Ha = ada pengaruh antara kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi pada petugas
bandara usia 40 tahun ke atas di Sentani.
Ho = tidak ada pengaruh antara kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi pada
petugas bandara usia 40 tahun ke atas di Sentani.
c. Ha = ada pengaruh antara stress kerja terhadap kejadian hipertensi pada petugas bandara
usia 40 tahun ke atas di Sentani.
Ho = tidak ada pengaruh antara stress kerja terhadap kejadian hipertensi pada petugas
bandara usia 40 tahun ke atas di Sentani.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik. Survei analitik
merupakan survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2002:145). Rancangan penelitian yang
digunakan adalah penelitian case control yaitu penelitian survey analitik yang menyangkut
bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan restrospektive
(Notoatmodjo, 2002:150).
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Mei-Juni 2010 dengan
lokasi penelitian bertempat di Bandara Sentani.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas Bandara Sentani yang berusia 40
tahun keatas yaitu sejumlah 50 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang
repsentatif mewakili populasi. Mengingat jumlah populasi relative sedikit, maka dalam
penelitian ini penulis menggunakan penelitian populasi yaitu bahwa semua anggota populasi
sekaligus digunakan sebagai sampel penelitian dengan kata lain penentuan sampelnya
menggunakan metode sampel jenuh yaitu teknik pengambilan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel (Hasmi, 2009:63) dengan demikian anggota populasi
yang berjumlah 50 orang seluruhnya dijadikan sampel penelitian.
D. Instrumen Penelitan
Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk menjalankan penelitian atau
peralatan yang digunakan untuk mengukur atau mendapatkan data dari varibel yang akan
diteliti (Kesling Poltekes, 2006:25). Menurut Hariwijaya alat yang digunakan untuk
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan dokumentasi.
1. Kuisioner
Kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang berupa serangkaian daftar
pertanyaan untuk dijawab responden. Kuisioner dapat disebut juga sebagai interview
tertulis dimana responden dihubungi melalui daftar pertanyaan. Jenis kuisioner yang
digunakan adalah bersifat tertutup (closed), artinya pertanyaan itu jawabannya sudah
ditentukan lebih dahulu sehingga responden tidak diberi kesempatan memberikan
alternative jawaban, dikatakan tertutup jika alternatif-alternatif jawaban telah disediakan
(Pambudi, 2009). Kuisioner yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini
adalah kuisioner yang bersifat tertutup (closed) dengan alternatif jawaban yang sudah
disediakan dan responden tinggal memilih sesuai dengan keadaannya. Kuisioner ini
disusun berdasarkan skala Guttman, pertanyaan yang dijawab dengan benar akan diberi
skor 1 dan yang dijawab slah diberi skor 0.
2. Studi Dokumentasi
Yaitu cara mengumpulkan data dengan mempelajari atau mengambil data dari data
yang sudah didokumentasikan.
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (variabel independent) dan variabel
terikat (variabel dependent).
1. Variabel bebas (Variabel Independent)
Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi yaitu :
a. Kebiasaan merokok
b. Stress kerja
2. Variabel Terikat (Variabel Dependent)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah hipertensi.
F. Teknik Pengambilan Data
Cara pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk data tentang
kebiasaan merokok digunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri. Untuk data
tentang stress kerja yang disusun oleh Retnaningtyas (2005). Instrument dimaksud telah
memenuhi syarat baik validitas > 0,878 maupun realibilitas sebesar 0, 9930. Instrument
tersebut telah di modifikasi menjadi model Guttman. Untuk data tentang hipertensi dilakukan
pemeriksaan tekanan darah oleh petugas medis dengan menggunakan tensi air raksa.
G. Cara Pengumpulan Data
1. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diberikan secara langsung
kepada responden dan hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan terhadap
responen.
2. Data sekunder diperoleh dari kantor Bandara Sentani dan Dinas Kesehatan Provinsi
Papua. Data diperoleh melalui studi dokumentasi.
H. Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data
Langkah-langkah pengolahan data terhadap kuisioner yang telah diisi selanjutnya akan
dilakukan pengecekan terhadap semua jawaban yang diberikan oleh responden terhadap
semua item pertanyaan untuk mengetahui apakah kuisioner telah terisi tersebut memenuhi
syarat :
1. Pengisian jelas dan tidak meragukan.
2. Lembaran lengkap, artinya tidak copot/hilang.
3. Pengisian sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
Setelah dilakukan pengecekan maka kuisioner yang memenuhi syarat tersebut dilakukan
pengolahan data. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara
persentase kemudian dideskripsikan.
Analisis data dilakukan dengan SPSS 16.0, dengan menggunakan teknik analisis chi-
square (X2) menggunakan α = 0,05 dan melakukan analisis bivariat untuk melihat hubungan
atau korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2005:188). Sedangkan
besar resiko dihitung dengan Odds Ratio (OR).
Hipertensi Ya Tidak Jumlah (Kasus) (Kontrol) Ya A B A+B
Faktor Resiko Tidak C D C+D Jumlah A+C B+D A+B+C+D
Gambar 3
Skema Dasar Studi Kasus Kontrol Keterangan
Sel A : kasus mengalami pajanan
Sel B : kontrol mengalami pajanan
Sel C : Kasus tidak mengalami pajanan
Sel D : Kasus tidak mengalami Pajanan
Untuk menilai Odds Rasio (OR) atau seberapa sering terdapat pajanan pada kasus
dibandingkan pada kontrol yaitu :
OR = Odds Rasio kasus : Odds Rasio Kontrol
�� �� � �
� � �
Interprestasi nilai Odds Rasio (OR) :
1. Bila OR hitung > 1, maka faktor yang diteliti memang merupakan faktor risiko.
2. Bila OR hitung = 1, maka faktor yang diteliti bukan faktor risiko.
3. Bila OR hitung < 1, maka faktor yang diteliti merupakan faktor protektif.
(Kasjono dan Yasril, 2009:76)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Bandara Sentani merupakan salah satu bandara kelas 1 (khusus) di Kabupaten
Jayapura Provinsi Papua. Bandara Sentani terletak pada koordinat
020.34’.37.03”LS;1400.30’.58.94”BT, tempetatur rata-rata pertahun 230C-320C dengan luas
276,9836 Ha. Bandara Sentani dibangun oleh tentara sekutu dan ditingkatkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia kemudian dikelola oleh Dirjen Perhubungan yang beralamat
di Jalan Yabaso no.76 dengan jarak 37 km dari kota, 345 m dari Gunung Cyclop 7,087” ±
88 m DPL dari permukaan laut dan 152 m dari Bukit Doyo. Dalam sehari beroperasi selama
14 jam yaitu dari jam 06.00 WIT – 20.00 WIT dengan pesawat terbesar yang beroperasi
adalah Boing 737 serie 400/900.
Visi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara terwujudnya adalah “Penyelenggaraan
transportasi udara yang andal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah”. Penjelasan Visi
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara secara garis besar adalah :
1. Andal : Mempunyai keunggulan dan memenuhi aspek ketersediaan, ketepatan waktu,
kelaikan, keselamatan dan keamanan dalam menyelenggarakan transportasi udara.
2. Berdaya saing : Efektif, efisien, berkualitas, ramah lingkungan, berkelanjutan, SDM
yang profesional, mandiri dan produktif.
3. Nilai tambah : Dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Misi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara :
1. Memenuhi standar keamanan, keselamatan penerbangan dan pelayanan.
2. Menyediakan sarana, prasarana dan jaringan transportasi udara yang andal, optimal dan
terintegrasi.
3. Mewujudkan iklim usaha jasa transportasi udara yang kompetitif dan berkelanjutan
(sustainable).
4. Mewujudkan kelembagaan yang efektif, efisien didukung oleh SDM yang profesional dan
peraturan perundang-undangan yang komprehensif serta menjamin kepastian hukum.
Tujuan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara adalah Dalam rangka penentuan arah
pembangunan transportasi udara, maka tujuan yang ingin dicapai dalam jangka panjang
adalah sebagai berikut:
1. Terjaminnya kualitas pelayanan, kenyamanan, keselamatan, keamanan, dan kepastian
hukum dalam penyelenggaraan transportasi udara.
2. Terwujudnya pertumbuhan Sub Sektor Transportasi udara yang stabil sehingga dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkelanjutan (sustainable growth ).
3. Terwujudnya peningkatan perolehan devisa dari penyelenggaraan jasa transportasi udara,
sehingga dapat ikut memberikan kontribusi terhadap pemantapan neraca pembayaran
nasional.
4. Terwujudnya kontinuitas pelayanan jasa transportasi udara yang terjangkau ke seluruh
pelosok tanah air, sehingga dapat ikut mendorong pemerataan pembangunan, kelancaran
distribusi, stabilitas harga barang dan jasa, serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
5. Meningkatnya kualitas dan profesionalisme SDM Ditjen Perhubungan Udara bertaraf
internasional dan terbentuknya kelembagaan yang optimal dan efektif sehingga dapat
mendukung terwujudnya penyelenggaraan transportasi udara yang andal dan berdaya saing.
6. Sarana pendidikan bagi masyarakat untuk menghargai profesionalisme dan peningkatan
kualitas hidup manusia.
Strategi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yaitu :
1. Meningkatkan pembinaan, pengawasan dan penegakan hukum serta menyempurnakan dan
atau melengkapi peraturan per undang-undangan dalam penyelenggaraan jasa transportasi
udara.
2. Meningkatkan kualitas dan produktifitas pelayanan jasa transportasi udara melalui penerapan
manajemen mutu dalam rangka memenuhi kebutuhan (demand) jasa transportasi udara.
3. Menciptakan iklim usaha jasa angkutan udara dalam persaingan sehat dan kondusif dalam
rangka menciptakan industri penerbangan yang efisien, efektif dan kompetitif dalam pasar
global serta mempunyai kelangsungan hidup jangka panjang.
4. Meningkatkan efisiensi nasional bidang jasa transportasi udara dan mendorong minat investor
untuk berinvestasi di bidang industri penerbangan.
5. Memperluas jangkauan jaringan pelayanan jasa transportasi udara sampai ke daerah terpencil,
terisolasi, daerah perbatasan negara dan luar negeri.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan Departemen Perhubungan di bidang angkutan udara, bandar udara,
keamanan penerbangan, navigasi penerbangan, navigasi penerbangan, kelaikan udara dan
pengoperasian pesawat udara.
2. pelaksanaan kebijakan di bidang angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan,
navigasi penerbangan, kelaikan udara dan pengoperasian pesawat udara.
3. penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur di bidang angkutan udara,
bandar udara, keamanan penerbangan, navigasi penerbangan, kelaikan udara dan
pengoperasian pesawat udara.
4. pelaksanaan sertifikasi dan/atau perijinan di bidang angkutan udara, bandar udara, keamanan
penerbangan, navigasi penerbangan, kelaikan udara dan pengoperasian pesawat udara.
5. pengawasan (dalam arti pemantauan dan penilaian) terhadap pelaksanaan kebijakan di bidang
angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan, kelaikan udara dan pengoperasian
pesawat udara.
6. pengendalian (dalam arti pemberian arahan, petunjuk bimbingan teknis) terhadap pelaksanaan
kebijakan di bidang angkutan udara, bandar udara, keamanan penerbangan, navigasi
penerbangan, kelaikan udara dan pengoperasian pesawat udara.
7. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a Responden Menurut Umur dan Jenis Kelamin dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Petugas Bandara Sentani
Umur Jenis Kelamin
Total Laki-laki % Perempuan %
40-44 10 25 7 70 17
45-49 12 30 3 30 15
50-54 11 27,5 0 0 11
55-59 4 10 0 0 4
60-64 3 7,5 0 0 3
Total 40 100 10 100 50
(Sumber : Data Primer, Juni 2010)
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa sampel terdiri dari 50 orang
yang sebagian besarnya adalah laki-laki yaitu sebanyak 40 orang dan 10 orangnya
lagi adalah perempuan, sedangkan untuk kelompok umur terbanyaknya yaitu
kelompok umur 40-44 tahun sebanyak 17 orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 7
perempuan dan kelompok umur terkecil adalah kelompok umur 60-64 tahun yaitu
sebanyak 3 orang yang semuanya terdiri dari laki-laki.
b Responden Menurut Kasus dan Kontrol Berdasarkan Usia dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 6
Distribusi Responden Menurut Kasus dan Kontrol Berdasarkan Umur Petugas Bandara Sentani
Umur Sampel
N % Kasus % Kontrol %
40-44 10 32,26 7 36,8 17 34
45-49 10 32,26 5 26,3 15 30
50-54 5 16,13 6 31,58 11 22
55-59 3 9,68 1 5,3 4 8
60-64 3 9,68 0 0 3 6
Total 31 100 19 100 50 100
(Sumber : Data Primer, Juni 2010)
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa kasus terbanyak yaitu pada kelompok
umur 40-44 dan 45-49 sebanyak 10 orang, sedangkan pada kontrolnya yang terbanyak yaitu
pada kelompok umur 40-44 yaitu sebanyak 7 orang.
c Responden Menurut Umur Pertama Kali Merokok dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Umur Pertama Kali Merokok
Petugas Bandara Sentani
Umur
Umur Pertama Kali Merokok Total
< 10 Tahun 11-20 Tahun >20 Tahun
N % N % N % N %
40-44 0 0 2 9,52 3 14,28 5 23,8
45-49 1 4,76 3 14,28 3 14,28 7 33,3
50-54 0 0 2 9,52 4 19 6 28,57
55-59 0 0 2 9,52 0 0 2 9,52
60-64 0 0 1 4,76 0 0 1 4,76
Total 1 4,76 10 47,6 10 47,6 21 100
(Sumber : Data Primer, Juni 2010) Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa petugas bandara berusia 40 tahun
keatas memulai kebiasaan merokok yang terbesar pada umur 11-20 tahun dan >20 tahun yaitu
masing-masing sebanyak 10 orang sedangkan pada umur <10 tahun hanya 1 orang.
d Responden Menurut Umur dan Lama Kebiasaan Merokok dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Umur dan Lama Kebiasaan Merokok
Petugas Bandara Sentani
Umur
Lama Kebiasaan Merokok Total
< 1 Tahun 1-2 Tahun >2 Tahun
N % N % N % N %
40-44 0 0 0 0 5 23,8 5 23,8
45-49 1 4,76 0 0 6 28,57 7 33,3
50-54 0 0 1 4,76 5 23,8 6 28,57
55-59 0 0 0 0 2 9,52 2 9,52
60-64 0 0 0 0 1 4,76 1 4,76
Total 1 4,76 1 4,76 19 90,48 21 100
(Sumber : Data Primer, Juni 2010)
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa petugas bandara berusia 40 tahun
keatas mempunyai lama kebiasaan merokok yang tertinggi adalah >2 tahun sebanyak 19
orang, sedangkan untuk kelompok <1 tahun dan 1-2 tahun masing-masing yaitu sebanyak 1
orang.
e Responden Menurut Umur dan Banyaknya Rokok yang Dihisap Dalam Sehari dapat dilihat di
bawah ini :
Tabel 9 Distribusi Responden Menurut Umur dan Banyaknya Rokok yang Dihisap Dalam Sehari
Petugas Bandara Sentani
Umur
Jumlah Rokok Dalam sehari Total
≤ 10 Batang 11-20 Batang >20 Batang
N % N % N % N %
40-44 0 0 3 14,28 2 9,52 5 23,8
45-49 2 9,52 2 9,52 3 14,28 7 33,3
50-54 3 14,28 2 9,52 1 4,76 6 28,57
55-59 0 0 1 4,76 1 4,76 2 9,52
60-64 1 4,76 0 0 0 0 1 4,76
Total 6 28,57 8 38 7 33,3 21 100
(Sumber : Data Primer, Juni 2010)
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa petugas bandara berusia 40 tahun
keatas sebagian besar menghisap 11-20 batang perharinya.
f Responden Menurut Umur dan Jenis Rokok dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 10 Distribusi Responden Menurut Umur dan Jenis Rokok
Petugas Bandara Sentani
Umur Jenis Rokok
Total Berfilter Tidak Berfilter N % N % N %
40-44 3 14,28 2 9,52 5 23,8
45-49 7 33,3 0 0 7 33,3
50-54 5 23,8 1 4,76 6 28,57
55-59 2 9,52 0 0 2 9,52
60-64 1 4,76 0 0 1 4,76
Total 18 85,71 3 14,28 21 100 (Sumber : Data Primer, Juni 2010)
Berdasarkan tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa petugas bandara berusia 40 tahun
keatas sebagian besar menghisap rokok berjenis filter yaitu sebanyak 18 orang.
g Responden Menurut Umur dan Cara Menghisap Rokok dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 11 Distribusi Responden Menurut Umur dan Cara Menghisap Rokok
Petugas Bandara Sentani
Umur
Cara Menghisap Rokok Total
Dangkal Dalam Kedua-duanya
N % N % N % N %
40-44 1 4,76 2 9,52 2 9,52 5 23,8
45-49 4 19 1 4,76 2 9,52 7 33,3
50-54 6 28,57 0 0 0 0 6 28,57
55-59 1 4,76 0 0 1 4,76 2 9,52
60-64 0 0 1 4,76 0 0 1 4,76
Total 12 57,14 4 19 5 23,8 21 100
(Sumber : Data Primer, Juni 2010)
Berdasarkan tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa petugas bandara berusia 40 tahun
keatas mempunyai kebiasaan dalam menghisap rokok dengan dangkal yaitu sebanyak 12
orang.
h Responden Menurut Stress Kerja dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 12 Distribusi Responden Menurut Stress Kerja
Petugas Bandara Sentani
No Jenis
Kelamin
Stress Kerja Total
Beresiko Tidak Beresiko
N % N % N %
1 Laki-laki 16 32 24 48 40 80
2 Perempuan 4 8 6 12 10 20
Total 20 40 30 60 50 100 (Sumber : Data Primer, Juni 2010)
Berdasarkan tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa petugas bandara berusia 40 tahun keatas
yang beresiko mengalami stress kerja yaitu sebanyak 20 orang terdiri dari 16 orang laki-laki dan
4 orang perempuan.
2. Analisa Pengaruh Antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
a Kebiasaan Merokok Terhadap Hipertensi dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 13 Pengaruh Kebiasaan Merokok dengan Hipertensi
Petugas Bandara Sentani
No Kebiasaan
Merokok
Efek Total
P OR
95%
Confidence
Interval
HT Tdk HT Lower Upper
N % N % N %
1 Perokok 18 36 4 8 22 44
0.023 5.192 1.396 19.312 2 Bukan Perokok 13 26 15 30 28 56
Total 31 62 19 38 50 100
(Sumber : Data Primer, Juni 2010)
Berdasarkan data pada tabel 13 di atas diketahui bahwa menurut responden, kebiasaan
merokok berpengaruh terhadap hipertensi berjumlah sebanyak 18 orang dari 50 orang.
Hasil di atas menunjukkan OR (Odds Ratio) yaitu 5,192 (95% CI : 1,396 – 19,312).
Dengan OR = 5,192 maka kebiasaan merokok memberikan resiko 5,192 kali lebih besar
menyebabkan petugas Bandara Sentani untuk mengalami hipertensi. Dari hasil uji Chi square
mengenai pengaruh kebiasaan merokok terhadap hipertensi dianalisa dengan uji Yate’s
Correction dengan p Value = 0,023 yang artinya hubungan signifikan. Karena p Value kurang
dari 0,05 menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara kebiasaan merokok terhadap kejadian
hipertensi pada petugas bandara di Sentani.
b Stress Kerja Terhadap Hipertensi dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 14 Pengaruh Stress Kerja dengan Hipertensi
Petugas Bandara Sentani
No Stress
Kerja
Efek Total
P OR
95%
Confidence
Interval
HT Tdk HT Lower Upper
N % N % N %
1 Beresiko 18 36 2 4 20 40
0.002 11.769 2.307 60.045 2 Tidak Beresiko 13 26 17 34 30 60
Total 31 62 19 38 50 100 (Sumber : Data Primer, Juni 2010)
Berdasarkan data pada tabel 14 di atas diketahui bahwa menurut responden, stress kerja
berpengaruh terhadap hipertensi berjumlah sebanyak 18 orang dari 50 orang.
Hasil di atas menunjukkan OR (Odds Ratio) yaitu 11,769 (95% CI : 2,307 – 60,045).
Dengan OR = 11,769 maka stress kerja memberikan resiko 11,769 kali lebih besar menyebabkan
petugas Bandara Sentani untuk mengalami hipertensi. Dari hasil uji Chi square mengenai
pengaruh stress kerja terhadap hipertensi dianalisa dengan uji Yate’s Correction dengan p Value
= 0,002 yang artinya hubungan signifikan. Karena p Value kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa
adanya pengaruh antara stress kerja terhadap kejadian hipertensi pada petugas bandara di
Sentani.
3. Besar Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Untuk mengetahui besar pengaruh dari tiap variabel independen terhadap variabel
dependen, maka semua variabel dianalisa dengan uji bivariate. Dari hasil pengujian tersebut
menunjukkan kedua variabel tersebut memiliki p Value < 0,25 yang memenuhi kriteria untuk
dilakukan pengujian multivariat regresi linier ganda.
Setelah dilakukan analisa dengan metode enter, variabel yang dinilai p Value yang
paling rendah adalah variabel stress kerja dengan nilai p Value = 0,005 dibanding dengan nilai
p Value kebiasaan merokok dengan nilai p Value = 0,029. Hal ini menunjukkan bahwa stress
kerja merupakan faktor yang dominan menyebabkan hipertensi pada petugas bandara usia 40
tahun keatas di Sentani.
C. Pembahasan
1. Kebiasaan Merokok
a. Usia Pertama Kali Merokok
Hasil penelitian pada petugas bandara berusia 40 tahun keatas di Sentani
menunjukkan distribusi responden menurut usia pertama kali merokok dikategorikan
dalam tiga kelompok. Kelompok di bawah 10 tahun, 11-20 tahun dan di atas 20 tahun.
Rata-rata responden memiliki kebiasaan pertama kali merokok 11-20 tahun dan di atas
20 tahun yang masing-masing sebanyak 10 orang. Sedangkan untuk kelompok di bawah
10 tahun sebanyak 1 orang.
Menurut Riskesda tahun 2007 menunjukkan pada Provinsi Papua usia rentan untuk
memulai merokok adalah usia 15-19 tahun yaitu sebesar 26,7 %, sedangkan untuk usia
di atas 20 tahun yaitu sebesar 18,9 %. Hasil Riskesda 2007 juga menunjukkan bahwa
Indonesia mempunyai usia rentan memulai kebiasaan merokok pada usia 15-19 tahun
sebesar 36,3 %. Hal ini membuktikan bahwa remaja merupakan usia yang paling rentan
untuk memulai merokok.
b. Lama Kebiasaan Merokok
Hasil penelitian pada petugas bandara berusia 40 tahun keatas di Sentani
menunjukkan bahwa dari 50 responden yang paling banyak memiliki kebiasaan
merokok adalah diastas 2 tahun sebanyak 19 orang.
c. Banyaknya Rokok yang Dihisap Dalam Sehari
Hasil penelitian pada petugas bandara berusia 40 tahun keatas di Sentani rata-rata
responden paling banyak menjawab dalam 1 hari menghisap 11-20 batang sebanyak 8 orang
dari 50 orang.
Menurut Bustan (2007:210) menyatakan bahwa perokok dibedakan menjadi 3 macam
yaitu : perokok ringan (kurang dari 10 batang / hari), perokok sedang (11-20 batang / hari )
dan perokok berat (lebih dari 20 batang / hari). Berdasarkan penelitian ini maka responden
tersebut digolongkan dalam perokok sedang.
Menurut Riskesda 2007 rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap dalam penduduk
umur 10 tahun ke atas Provinsi Papua adalah 14 batang per hari. Hal ini menunjukkkan bahwa
rata-rata Provinsi Papua digolongkan dalam perokok sedang.
d. Jenis Rokok
Hasil penelitian pada petugas bandara berusia 40 tahun keatas di Sentani menunjukkan
bahwa dari 50 reponden yang paling banyak menghisap rokok adalah berjenis filter sebanyak
18 orang dari 50 orang.
e. Cara Menghisap Rokok
Hasil penelitian pada petugas bandara berusia 40 tahun keatas di Sentani rata-rata
responden menjawab bahwa mempunyai kebiasaan menghisap rokok secara dangkal sebanyak
12 orang dari 50 orang.
Menurut Bustan (2007:210) bahwa cara menghisap rokok dapat digolongkan menjadi
tiga yaitu : dangkal (begitu menghisap lalu dihembuskan), dimulut saja (ditelan sampai
kedalam mulut) dan dalam (ditelan sampai dikerongkongan). Berdasarkan penelitian ini maka
responden digolongkan dalam menghisap secara dangkal.
2. Stress Kerja
Hasil penelitian pada petugas bandara berusia 40 tahun keatas di Sentani menunjukkan
bahwa petugas bandara yang beresiko mengalami stress kerja yaitu sebanyak 18 orang terdiri
dari 14 orang laki-laki dan 4 orang perempuan dari 50 orang.
3. Faktor –Faktor yang Berpengaruh Terhadap Hipertensi
Berdasarkan hasil uji analisis dengan Chi Square Program SPSS for windows versi 16,
pada pengujian terhadap 50 responden yang terdiri dari 31 responden dengan hipertensi dan
19 responden tidak hipertensi. Maka didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Kebiasaan Merokok
Hasil penelitian pada petugas Bandara Sentani yang berusia 40 tahun keatas
menunjukkan kebiasaan merokok berpengaruh terhadap hipertensi yaitu sebanyak 18 orang
dari 50 orang responden yang seluruhnya adalah responden laki-laki. Pengaruh kebiasaan
merokok terhadap hipertensi dianalisa dengan menggunakan uji Yate’s Correction. Hasil
pada p Value = 0,023. Karena p Value kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa adanya
pengaruh antara kebiasaaan merokok dengan kejadian hipertensi pada petugas bandara di
Sentani.
Menurut Smith dan Tom kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol dan
kurang olahraga serta kurang bersantai dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah.
Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila
pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi,
maka rokok dapat memperburuk keadaan tersebut. Merokok dapat merusak pembuluh
darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar (Suheni, 2007).
Menurut Pdpersi 2003 bahwa seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal
100 batang rokok. Menurut Mustafa dampak rokok akan terasa setelah 10–20 tahun pasca
digunakan. Dampak asap rokok bukan hanya untuk si perokok aktif (Active smoker), tetapi juga
bagi perokok pasif (Pasive smoker). Orang yang tidak merokok atau perokok pasif, tetapi
terpapar asap rokok akan menghirup 2 kali lipat racun yang dihembuskan oleh perokok aktif.
Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali isapan maka dalam tempo setahun bagi
perokok sejumlah 20 batang (1 bungkus) per hari akan mengalami 70.000 kali isapan asap rokok
(Suheni, 2007).
Sebanyak 18 orang dari 22 orang perokok ternyata telah memulai kebiasaan merokok
mereka sejak usia di bawah 20 tahun. Ini berarti saat ini kebiasaan tersebut telah mencapai lebih
dari 20 tahun sehingga dampaknya sudah mulai terasa yang salah satunya ditunjukkan dengan
sebagian besar dari responden yang mempunyai kebiasaan merokok telah beresiko terkena
hipertensi.
Berdasarkan pertanyaan yang diberikan ternyata dapat diketahui bahwa sebagian besar
termasuk dalam perokok sedang yang mempunyai kebiasaan menghisap 11-20 batang sehari. Ini
berarti responden dapat mengabiskan 1 bungkus lebih dalam seharinya. Hanya memerlukan
waktu 11-20 hari seorang responden dapat menghisap 100 batang dan menjadikannya seorang
perokok.
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat segera setelah
menghisap hisapan pertama. Nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru
dan disebarkan ke seluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin untuk
sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal kepada kelenjar adrenal
untuk melepaskan Epinephrine (adrenaline). Hormon yang sangat kuat ini menyempatkan
pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras di bawah tekanan yang
lebih tinggi (Gardner, 2007:41).
Jenis rokok yang sering dihisap berjenis filter ini dapat mengurangi masuknya nikotin ke
dalam tubuh karena filter tersebut berfungsi sebagai penyaring asap rokok yang akan dihisap,
sedangkan kebiasaan menghisap dangkal atau hanya sampai di mulut lalu dihembuskan juga
memberi manfaat bagi responden karena dengan begitu tidak terlalu banyak bahan kimia yang
masuk sampai ke paru-paru. Semua kebiasaan yang meringankan responden dalam merokok ini
tidak akan berguna bila terjadi secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan terjadinya akumulasi atau terjadinya penumpukan bahan-bahan kimia sehingga
akan tetap membahayakan responden.
b. Stres Kerja
Hasil penelitian pada petugas bandara berusia 40 tahun keatas di Sentani menunjukkan
faktor stress kerja berpengaruh terhadap kejadian hipertensi yaitu sebanyak 18 orang dari 50
orang. Pengaruh faktor stress kerja terhadap hipertensi dianalisa dengan menggunakan uji
Yate’s Correction. Hasil pada p Value = 0,002. Karena p Value kurang dari 0,05
menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara stres kerja terhadap kejadian hipertensi pada
petugas bandara usia 40 tahun keatas di Sentani.
Pada dasarnya Menurut Smet dan Bart hampir semua orang di dalam kehidupan mereka
mengalami stres berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena
tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur) dan jenis
pekerjaan yang harus memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya atau pekerjaan
yang menuntut tanggungjawab bagi manusia. Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan
hipertensi berat. Sumber stres dalam pekerjaan (stressor) meliputi beban kerja, fasilitas kerja
yang tidak memadai, peran dalam pekerjaan yang tidak jelas, tanggungjawab yang tidak jelas,
masalah dalam hubungan dengan orang lain, tuntutan kerja dan tuntutan keluarga (Suheni, 2007).
Berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikan responden menunjukkan bahwa tuntutan
fisik yang berupa tempat kerja yang bising karena alat-alat sehingga membuat tidak nyaman
dalam bekerja. Posisi kerja yang tidak nyaman juga banyak dialami oleh para petugas bandara
salah satunya yaitu terpaparnya langsung dengan sinar matahari terus-menerus khususnya pada
mereka yang mendapat bagian kerja di lapangan atau biasa disebut bagian terminal.
Gejala terjadinya stress secara umum terdiri dari dua gejala yaitu gejala fisik dan gejala
psikis. Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stress adalah nyeri dada, diare
selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar, lelah dan sukar tidur. Sementara
bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah cepat marah, ingatan melemah, tak mampu
berkonsentrasi, tidak mampu menyelesaikan tugas, prilaku impulsive, reaksi berlebihan terhadap
hal sepele, daya kemampuan berkurang, tidak mampu santai pada saat yang tepat, tidak tahan
terhadap suara atau gangguan lain dan emosi tidak terkendali (Hidayat, 2009:156).
Gejala stress kerja yang dialami oleh petugas bandara usia 40 tahun keatas di Sentani di
antaranya adalah sakit kepala, leher dan tengkuk tegang bila bekerja terlalu lama, nafas menjadi
cepat bila membuat kesalahan atau kekeliruan dalam bekerja, susah berkonsentrasi, merasa kesal
dan susah tidur pulas bila memiliki masalah dengan pekerjaan.
Stres kerja dapat menjadi bagian dari kehidupan individu dan organisasi atau perusahaan.
Sekecil apapun gejala stres kerja yang muncul seharusnya segera mendapatkan penanganan
secara memadai dan tidak perlu menunggu hingga menjadi besar dan parah, yang pada akhirnya
akan merugikan tenaga kerja dan juga perusahaan yang bersangkutan karena sangat berpengaruh
terhadap produktivitas kerja yang dihasilkan.
4. Faktor Dominan yang Mempengaruhi Hipertensi
Hasil pengujian semua variabel memenuhi kriteria untuk dilakukan analisa multivariate
regresi linear ganda. Dari hasil analisa multivariate dengan metode enter, variabel yang nilai
p Valuenya paling kecil yaitu variabel stress kerja dengan p Value = 0,005. Maka variabel
stress kerja merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi
pada petugas bandara usia 40 tahun keatas di Sentani.
Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh stress berbeda-beda. Pada setiap orang,
stress menyebabkan hanya sedikit peningkatan tekanan darah. Pada sebagian orang yang lain
stress dapat menyebabkan lompatan-lompatan yang ekstrem dalam tekanan darah. Meskipun
efek stres biasanya hanya bersifat sementara, jika mengalami stress secara teratur, peningkatan
tekanan darah yang ditimbulkannya, suatu waktu, dapat merusak arteri, jantung, otak, ginjal dan
mata kita, persis sebagaimana hanya dengan tekanan darah tinggi yang terus-menerus (Gadner,
2007:60).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami stress
kerja ternyata mendapat tuntutan fisik yang lebih dari pada responden yang mempunyai
kebiasaan merokok. Sebagian besar responden yang melakukan kebiasaan merokok adalah
mereka yang bekerja sebagai staf administrasi sehingga mereka kurang mengalami stress kerja
dan melakukan kebiasaan merokoknya hanya sesekali dalam bekerja yaitu pada waktu istirahat,
sedangkan responden yang mengalami stress kerja adalah mereka yang bekerja di lapangan atau
biasa disebut bagian terminal. Bagian terminal ini mendapat tuntutan fisik yang lebih
dibandingkan dengan mereka yang bekerja dibagian staf administrasi, tuntutan fisik tersebut
yaitu lingkungan kerja kurang nyaman karena bising oleh alat-alat kerja dan selalu terpapar
dengan sinar matahari. Meskipun efek stres biasanya hanya bersifat sementara, jika mengalami
stres secara teratur dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Sehingga, stres kerja lebih
berpengaruh terhadap kejadian hipertensi pada petugas bandara usia 40 tahun keatas di Sentani.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah dilakukan penelitian dengan mempertimbangkan faktor kebiasaan merokok dan
stress kerja dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Ada pengaruh antara kebiasaan merokok dan stress kerja terhadap kejadian hipertensi
pada petugas bandara usia 40 tahun ke atas di Sentani menggunakan analisis multivariate
regresi linear ganda. Kebiasaan merokok dengan p Value = 0,029 dan stres kerja dengan
p Value = 0,005 jadi, stres kerja lebih dominan berpengaruh menyebabkan hipertensi pada
petugas bandara usia 40 tahun ke atas di Sentani.
2. Ada pengaruh antara kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi pada petugas
bandara usia 40 tahun ke atas di Sentani dengan menggunakan uji Chi square Yate’s
Correction dengan p Value = 0,023.
3. Ada pengaruh antara stres kerja terhadap kejadian hipertensi pada petugas bandara usia 40
tahun ke atas di Sentani menggunakan uji Chi square Yate’s Correction dengan p Value =
0,002.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah diperoleh peneliti mengemukakan beberapa saran,
antara lain :
1. Bagi masyarakat umumnya dan para petugas Bandara Sentani khususnya menghentikan
atau mengurangi kebiasaan merokok, melakukan olahraga dan rekreasi untuk mengurangi
stres guna mengantisipasi maupun menekan kejadian hipertensi yang merupakan salah
satu penyakit yang memiliki risiko kematian tinggi.
2. Bagi instansi terkait, untuk mengurangi resiko hipertensi hendaknya pihak bandara
bekerjasama dengan Dinas Kesehatan mengintensifkan penyuluhan-penyuluhan kepada
para petugas bandara tentang kesehatan pada umumnya dan penyakit hipertensi pada
khususnya. Menyediakan tempat kerja yang nyaman dan bersih sehingga tenaga kerja
merasa betah saat di tempat kerja.
3. Diadakannya pemeriksaan kesehatan berkala bagi petugas bandara agar dapat diketahui
sejak dini dan bila ada temuan-temuan kejadian hipertensi dapat segera ditangani.
4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dan
diharapkan dapat mengambil faktor-faktor lain yang mungkin ada hubungannya dengan
hipertensi pada petugas bandara usia 40 tahun keatas di Sentani.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, 2005, Penuntun Diet Edisi Baru, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Becker, J, 2008, Tip Cerdas Agar Anak Anda Berhenti Merokok, Jakarta, Prestasi Pustaka.
Bustan, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, Rhineka Cipta
Gardner, S, 2007, Smart Treatment for high Blood Pressure Panduan Sehat Mengatasi Tekanan darah Tinggi, Jakarta, Prestasi Pustakaraya.
Gregson, T, 2007, Life Without Stress Mengajari Diri Anda Sendiri Mengelola Stress, Jakarta, Prestasi Pustakakarya.
Gunawan, L, 2001, Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Yogyakarta, Kanisius.
Hasmi, 2008, Metode Penelitian Epidemiologi, Jayapura.
Hidayat, 2009, Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta, Trans Info Media.
Jaya, M, 2009, Pembunuh Berbahaya itu Bernama Rokok, Yogyakarta, Katalog Dalam Terbitan.
Jurusan Kesling, 2006, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Jayapura.
Kasjono dan Yasril, 2009, Teknik Sampling Untuk Penelitian Kesehatan, Yogyakarta, Graham Ilmu.
Lubis, 2009, Depresi Tinjauan Pustaka, Jakarta, Kencana Prenada Media Group.
Muhammadun, 2010, Hidup Bersama Hipertensi Seringai Darah tinggi Sang Pembunuh Sekejap, Yogyakarta. In-Books.
Notoatmodjo, S, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S, 2005, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
Pambudi, U, 2009, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Merokok pada Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 3 Jayapura Tahun 2009, Jayapura.
Retnaningtyas, D, 2005, Hubungan antara Stres Kerja Dengan Produktifitas Kerja di Bagian Linting Rokok PT Gentong Gotri Semarang, Fakultas Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Suardi, 2005, Sistem Manajemen dan Keselamtan Kerja, Jakarta, PPM.
Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Bandung, CV Alfabeta.
Suheni, Y, 2007, Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-laki Usia 40 Tahun ke atas di Badan Rumah Sakit Daerah CEPU.
Suma’mur, 1996, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta, Gunung Agung.
Suma’mur, 2009, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES), Jakarta, Sagung Seto.
Supriasa, Bachyar dan Ibnu, 2002, Penilaian Status Gizi, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.