Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Sumsel Babel Dengan Word...

74
1 1. Judul Penelitian PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SUMSEL BABEL DENGAN WORD OF MOUTH SEBAGAI VARIABEL MODERASI KOTA PAGARALAM 2. Latar Belakang Tingkat operasional perbankan pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif bank-bank. Margin yang diperoleh bank-bank semakin mengecil karena adanya kecenderungan suku bunga yang menurun. Faktor lain dari tidak sustainable-nya profitabilitas dan efisiensi adalah karena sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta rendahnya rasio aset per nasabah yang membuat biaya operasional perbankan Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain. Seperti halnya isu perbankan yang mengonsentrasikan tingkat suku bunga dan pembentukan lembaga penjamin simpanan sebagai kebijakan-kebijakan yang sementara. Risiko yang muncul pun menjadi semakin ketat yang menambah persaingan industri perbankan diharuskan mematuhi undang-undang tindak pidana perbankan dan kepatuhannya dalam tindak efisiensi keterbukaan informasi perbankan. Nurhaida dalam event annual report award (ARA) tahun 2015. Penghargaan yang diberikan sesuai dengan perkembangan praktik good corporate governance (GCG) menyatakan keikutsertaan berbagai perusahaan seperti Bank Sumsel Babel dalam acara ini adalah bentuk kesediaan perusahaan untuk memperoleh masukan atas kinerja perusahaan tersebut, juga sebagai media komunikasi yang efektif kepada semua pihak terkait, termasuk memperlihatkan prospek perusahaan ke depan. Dewan juri tidak hanya memberikan penilaian tapi juga memberikan rekomendasi untuk ke depan yang lebih baik. Bank Sumsel Babel mendapatkan penghargaan ARA untuk kategori badan usaha milik daerah (BUMD) Non Listed, yang diterima langsung Direktur Utama Bank Sumsel Babel, Muhammad Adil di Hotel Ritz Carllton Pacific Place Jakarta, 23 September 2015.

Transcript of Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Sumsel Babel Dengan Word...

1

1. Judul Penelitian

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP

PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SUMSEL BABEL

DENGAN WORD OF MOUTH SEBAGAI VARIABEL MODERASI

KOTA PAGARALAM

2. Latar Belakang

Tingkat operasional perbankan pada umumnya bukan merupakan

profitabilitas dan efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya

struktur aktiva produktif bank-bank. Margin yang diperoleh bank-bank semakin

mengecil karena adanya kecenderungan suku bunga yang menurun. Faktor lain

dari tidak sustainable-nya profitabilitas dan efisiensi adalah karena sebagian

pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta

rendahnya rasio aset per nasabah yang membuat biaya operasional perbankan

Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain. Seperti halnya isu

perbankan yang mengonsentrasikan tingkat suku bunga dan pembentukan

lembaga penjamin simpanan sebagai kebijakan-kebijakan yang sementara. Risiko

yang muncul pun menjadi semakin ketat yang menambah persaingan industri

perbankan diharuskan mematuhi undang-undang tindak pidana perbankan dan

kepatuhannya dalam tindak efisiensi keterbukaan informasi perbankan.

Nurhaida dalam event annual report award (ARA) tahun 2015.

Penghargaan yang diberikan sesuai dengan perkembangan praktik good corporate

governance (GCG) menyatakan keikutsertaan berbagai perusahaan seperti Bank

Sumsel Babel dalam acara ini adalah bentuk kesediaan perusahaan untuk

memperoleh masukan atas kinerja perusahaan tersebut, juga sebagai media

komunikasi yang efektif kepada semua pihak terkait, termasuk memperlihatkan

prospek perusahaan ke depan. Dewan juri tidak hanya memberikan penilaian tapi

juga memberikan rekomendasi untuk ke depan yang lebih baik. Bank Sumsel

Babel mendapatkan penghargaan ARA untuk kategori badan usaha milik daerah

(BUMD) Non Listed, yang diterima langsung Direktur Utama Bank Sumsel

Babel, Muhammad Adil di Hotel Ritz Carllton Pacific Place Jakarta, 23

September 2015.

2

Harapannya dengan diadakan acara ini, maka akan dihasilkan perusahaan

yang bersih, menerapkan good corporate governance, dan meningkatkan

akuntabilitas serta transparansi untuk menghadapi masyarakat ekonomi

(association south east Asia of nations) ASEAN (MEA atau ASEAN economic

community (AEC)).

Banyak rekomendasi umum yang mendesain peningkatan akuntabilitas

dan transparansi seperti subsidi yang sangat besar dari negara, melalui bunga

obligasi rekap, sertifikat Bank Indonesia (SBI), surat utang negara (SUN), dan

kebijakan ekonomi yang pro moneter. Kekeliruan teknis dalam mengatasi krisis

moneter seperti soal independensi dan besarnya kekuasaan Bank Indonesia.

Kebijakan dan panduan dari bank for international settlement (BIS) yang

cenderung diterima secara kurang kritis. Kontribusi perbankan yang belum berarti

bagi perekonomian nasional. Dan adanya kepemilikan asing yang semakin

dominan atas industri perbankan nasional yang membesarkan kesempatan

memperoleh surplus ekonomi.

Harapan yang diterima oleh Direktur Utama Bank Sumsel Babel

Muhammad Adil pada 29 September 2015 dihimbau kepada alasan-alasan yang

memerlukan industri perbankan lebih transparan, karena studi-studi sebelumnya

menyatakan bahwa pasar selalu bereaksi terlebih dahulu sebelum pengawas

bertindak yang mengindikasikan pencantuman bank pada daftar bank bermasalah

tidak menyebabkan timbulnya reaksi pasar signifikan. Harus ada suatu kebijakan

kepatuhan tertulis yang mengidentifikasi masalah utama risiko kepatuhan yang

dihadapi bank dan menjelaskan bagaimana bank bermaksud mengendalikannya.

Kerugian menjadi hal yang menjelaskan kualitas industri perbankan.

Berangkat dari krisis moneter 1997 dan kronologi kekeliruan-kekeliruan teknis

yang merencanakan kebijakan-kebijakan penyelamatan industri perbankan,

melatarbelakangi poin-poin penting seperti penerapan batas maksimum

kepemilikan saham bagi pemerintah daerah yang akan mendirikan atau

mengakuisisi bank 30% untuk masing-masing pemerintah daerah. Prinsip kehati

hatian dalam melaksanakan kegiatan structured product bagi bank umum.

3

Structured product adalah produk bank yang merupakan penggabungan

antara 2 (dua) atau lebih instrumen keuangan berupa instrumen keuangan non

derivatif atau derivatif dan paling kurang memiliki karakteristik. Berikut

karakteristik instrumen tersebut (a) nilai atau arus kas yang timbul dari produk

tersebut dikaitkan dengan satu atau kombinasi variabel dasar seperti suku bunga,

nilai tukar, komoditi dan ekuitas, dan (b) pola perubahan atas nilai atau arus kas

produk bersifat tidak reguler apabila dibandingkan dengan pola perubahan

variabel dasar sebagaimana dimaksud pada huruf [a] sehingga mengakibatkan

perubahan nilai atau arus kas tersebut tidak mencerminkan keseluruhan perubahan

pada dan dari variabel dasar secara linear (asymmetric payoff), yang antara lain

ditandai dengan keberadaan (a) optionality (caps, floors, callar, step up atau step

down, dan call atau put features), (b) leverage atau barriers (knock in atau knock

out), dan (c) binari (digital ranges). Kegiatan structured product adalah aktivitas

dan proses yang dilakukan sehubungan dengan perencanaan, pengembangan,

penerbitan, pemasaran, penawaran, penjualan, pelaksanan operasional, dan

penghentian aktivitas terkait dengan structured product. Upaya peningkatan

transparansi kondisi keuangan dan kinerja bank melalui publikasi atau pelaku

pasar. Untuk meningkatkan transparansi, bank perlu menyediakan informasi

kuantitatif dan kualitatif yang tepat waktu, akurat, relevan, dan memadai untuk

mempermudah pengguna informasi dalam menilai kondisi keuangan, kinerja,

profil risiko, dan penerapan manajemen risiko bank, serta aktivitas bisnis

termasuk penetapan tingkat suku bunga. Kewajiban menyediakan informasi

tertulis dalam Bahasa Indonesia secara lengkap dan jelas mengenai karakteristik

(termasuk risiko) setiap produk bank. Indikator selanjutnya yang tidak dapat

diabaikan guna mengetahui kondisi perbankan adalah skenario dana pihak ketiga.

Yang terjadi adalah efek domino karena nasib yang sama dalam kesulitan

likuiditas. Adanya indikasi praktik yang menuding pengawas bank.

4

Dalam menjalankan on site supervision memerlukan konfirmasi

kebenaran dan akurasi laporan yang disampaikan bank. Pemeriksaan tersebut

dilakukan berdasarkan identifikasi risiko yang dihasilkan dari proses diagnosis

data dan informasi bank dan difokuskan pada apakah terdapat perbaikan yang

signifikan terhadap kebijakan dan prosedur yang dilakukan dan penilaian

kewajaran penetapan kualitas kredit yang dilakukan oleh bank. Pemeriksaan juga

berguna untuk mendapatkan informasi lain yang susah atau tidak mungkin

diperoleh dari laporan off site. Seperti pengungkapan kepemilikan surat berharga

yang tidak memiliki bond rating dan shareholder agreement yang

memperlihatkan bukti-bukti otentik pemegang saham adalah pemilik misterius

mayoritas saham di bank tersebut pada praktik gelap pemegang saham pengendali

(PSP). Aspek-aspek sumber masalah seperti tidak hati-hatinya manajemen risiko,

campur tangan pemilik dalam operasional bank, kebijakan pemerintah, dan

adanya kesalahan penetapan strategi yang bermuara pada bank mengalami

kerugian. Sebuah bank dikatakan bermasalah atau mengalami kegagalan bila

sudah tidak mampu memenuhi kewajiban deposan dan kreditur. Sekali bank

gagal memenuhi kewajiban kepada deposan, reputasi bank tersebut akan

menerima perlakuan rush oleh nasabah. Muncul maturity gap yakni antara

kewajiban membayar dana nasabah dan hasil penempatan yang jatuh temponya

tidaklah sama. Memburuknya kualitas debitur menghasilkan pendekatan dan

penanganan menjadi berbeda dikarenakan faktor imbuhan yang disebutkan oleh

Bank Indonesia yakni faktor psikologi pasar yang berdampak ikut (:sistemik)

meruntuhkan bank-bank lainnya. Action plan yang secara tertulis memerintahkan

manajemen atau pemegang saham pengendali memenuhi kewajiban tindakan

perbaikan (mandatory supervisory actions), seperti mengganti dewan komisaris

atau dewan direksi bank, menghapus buku kredit yang tergolong macet, dan

memperhitungkan kerugian dengan modal bank, dan memerintahkan pemegang

saham pengendali kepada usaha menjual bank atau sebagian kerugian bank

kepada pihak lain. Kalau itu juga belum memadai, Bank Indonesia akan meminta

bank menjual harta yang dimiliki untuk menutup kerugian.

5

Bank juga dilarang untuk melakukan transaksi atau memberikan

kompensasi terhadap pihak terkait atau pihak lain yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia. Pertumbuhan aset untuk sementara mesti dihindari dulu. Begitu juga

larangan bank untuk membayar pinjaman subordinasi. Perihal sistemik atau tidak

sebuah bank yang dinyatakan gagal oleh bank sentral memang masih menjadi

bahan yang bisa diperdebatkan dikarenakan tidak ada aturan baku yang mengatur

soal ini. Selama ini untuk mengukur sistemik atau tidaknya sebuah bank hanya

didasarkan pada penguasaan aset. Semakin besar aset sebuah bank akan semakin

tinggi pula potensi sistemik bank itu bila harus ditutup. Bank Indonesia

mengimbuhi satu aspek menganalisis bank gagal yakni faktor psikologis pasar

dikarenakan pengalaman krisis perbankan periode 1997-1998 yang sangat kental

unsur psikologi pasar. Psikologi pasar yang selanjutnya disebut sebagai aspek

kepercayaan publik menjelaskan suatu ukuran yang dipakai pada kemungkinan

terjadinya bank runs, munculnya rumor negatif di pasar, terjadinya pemindahan

dana ke bank atau aset keuangan yang berisiko lebih rendah. Wacana

memperhitungkan bank gagal sistemik semakin menyimpulkan hipotesa-hipotesa

sementara berupa ketidakpastian besarnya dampak. Dan analisa yang dilakukan

adalah membaca tren kondisi makro ekonomi dan kondisi sistem perbankan

dengan analisa yang merujuk memorandum of understanding (MoU) Uni Eropa.

Efek dari standar akuntansi memprediksi posisi lobi perusahaan sebagai

fungsi karakteristik atau ciri khusus perusahaan, seperti efek dari standar

akuntansi yang diajukan terhadap laba, keberadaan rencana kompensasi

manajemen, dan sensitivitas politis perusahaan. Sementara jenis kedua menguji

hubungan antara posisi dari otoritas penetap standar, dan pihak-pihak yang

menjadi objek atau target dari produk akuntansi standar tersebut, seperti

perusahaan, auditor, dan akademisi. Watts and Zimmerman (1978), mungkin

adalah peneliti pertama yang mencoba mencari jawaban terhadap faktor-faktor

yang menyebabkan adanya motivasi terjadinya lobi yang dilakukan oleh

perusahaan, dan menemukan bukti yang signifikan bahwa ukuran perusahaan

merupakan faktor utama yang menyebabkan munculnya upaya lobi terhadap

otoritas akuntansi standar (standard setting bodies) oleh manajer perusahaan.

6

Perusahaan besar (big company) yang dalam banyak hal mudah menjadi

sorotan publik (politically sensitive corporation) memiliki dorongan yang kuat

untuk melakukan lobi bilamana ada suatu peraturan akuntansi baru yang dapat

memengaruhi kinerja keuangannya dalam jangka panjang. Disamping itu,

perusahaan besar juga memiliki dorongan yang kuat untuk tidak terlalu

menonjolkan keuntungan (reported income) karena kekhawatiran munculnya

tudingan mendapatkan fasilitas khusus atau monopoli. Dalam kondisi anggaran

pemerintah belanja negara (APBN) defisit, pemerintah selaku otoritas badan

usaha milik negara (BUMN) memiliki wewenang untuk menempatkan BUMN

sebagai buffer bila mengalami kesulitan anggaran. Adakah suatu pendekatan

manajemen keuangan yang dapat meningkatkan nilai badan usaha milik daerah

(BUMD) sebagai perusahaan?. Berdasarkan kompleksitas untuk mengetahui

rasio-rasio keuangan yang memengaruhi efisien atau tidaknya sebuah bank dapat

dikemukakan seberapa besar pengaruh pendekatan perbandingan internal yang

kemudian ditranslasikan kepada kompleksitas seberapa besar pengaruh faktor-

faktor tersebut dalam mengantisipasi dampak krisis finansial yang terjadi.

Pendekatan aset yang memvisualisasikan fungsi primer sebuah institusi finansial

sebagai pencipta kredit pinjaman (loans), dekat sekali dengan pendekatan

intermediasi, dimana output benar-benar didefinisikan dalam bentuk aset-aset.

Teori berusaha menjawab pertanyaan mengapa perusahaan ada dan

kenapa perusahaan diperlukan. Teori Ekonomi Neo Klasik (Neoclassical

Economics Theory) memandang perusahaan sebagai suatu 'kotak hitam';

perusahaan beroperasi untuk memenuhi suatu kondisi dimana rencana produksi

bervariasi sesuai dengan input dan harga output. Teori ini tidak menjelaskan lebih

jauh bagaimana mekanisme internal bekerja di dalam suatu perusahaan.

Neoclassical theory mengasumsikan bahwa suatu perusahaan bertindak untuk

memaksimalkan suatu fungsi dengan menggunakan sedikit variabel. Meskipun

hanya sedikit variabel yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan, terdapat

beberapa kelompok dalam perusahaan yang memiliki kepentingan berbeda dan

berbenturan.

7

Teori Ekonomi Neo Klasik tidak memberi penjelasan lebih jauh mengenai

bagaimana perbedaan dan benturan kepentingan di dalam perusahaan diselesaikan

atau dibawa ke tingkat ekuilibrium. Dalam dunia nyata, perusahaan tidak

memiliki informasi yang lengkap dan pasti karena pasar bersifat tidak sempurna.

Lebih jauh, teori Ekonomi Neo Klasik memfokuskan diri pada rancangan yang

optimal dari suatu organisasi pada suatu saat dan tidak memperhatikan aspek

dinamika suatu perusahaan, seperti reorganisasi. Reorganisasi pada umumnya

memiliki karakteristik berupa tawar menawar hubungan diantara pihak pihak yang

terkait dan penggunaan otoritas. Investor dan pemangku kepentingan lainnya

akan mengapresiasi informasi lengkap yang disajikan oleh perusahaan karena

akan menimbulkan perasaan aman pada seluruh pemegang saham ataupun

investor lainnya bahwa hak-hak mereka diperhatikan dan dilindungi. Begitu pula,

struktur modal yang memungkinkan pemegang saham tertentu memperoleh

pengendalian tidak proporsional dengan kepemilikan sahamnya harus

diungkapkan. Diperlukan kehati-hatian dalam menarik kesimpulan dari asosiasi

antara kinerja perusahaan dan mekanisme governance. Mengapa dan untuk apa

penilaian perusahaan? Tujuan dilakukannya penilaian bisnis (valuasi bisnis)

adalah disamping untuk melakukan aktivitas merger dan akuisisi, tetapi juga

untuk (a) divestasi ataupun penambahan ekuitas dari mitra baru dalam perusahaan,

(b) penjualan sebagian saham kepada publik. Dengan valuasi bisnis, pelaku bisnis

dapat mengetahui nilai wajar ekuitas suatu perusahaan untuk perolehan pendanaan

dan investor perlu mengukur berapa capital gain dari saham untuk menilai

perkembangan kekayaannya. Kemungkinan terjadinya pengambilalihan

perusahaan dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut (a) struktur dewan pengurus,

(b) kepemilikan saham, (c) mekanisme bertahan yang ada, (d) adanya anti

takeover charter, dan (e) kemampuan penawar untuk mengambil hak pemegang

saham minoritas.

8

Shivdasani (1993) memberikan bukti bahwa tambahan pengurus dari luar

perusahaan dan kepemilikan saham oleh pemegang saham mayoritas yang

terafiliasi menurunkan kemungkinan terjadinya pengambilalihan, sementara

kepemilikan saham oleh pemegang saham mayoritas yang tidak terafiliasi

meningkatkan kemungkinan terjadinya pengambilalihan secara paksa (hostile

takeover). Lange, Ramsay, and Woo (2000) menemukan bahwa perusahaan yang

memiliki kinerja buruk cenderung untuk menggunakan sarana melawan

pengambilalihan (anti takeover devices). Hal ini karena perusahaan yang

berkinerja baik kemungkinan kecil menjadi sasaran pengambilalihan, oleh karena

itu, dewan pengurusnya kemungkinan kecil akan mengimplementasi anti takeover

charter. Jensen and Ruback (1983) memberikan bukti bahwa pengambilalihan

menciptakan nilai. Pemegang saham perusahaan sasaran menerima hasil yang

positif dari pengambilalihan perusahaan, sementara perusahaan penawar dalam

merger tidak memperoleh hasil, dan penawar dalam penawaran tender

memperoleh hasil positif yang kecil. Stabilitas iklim investasi bergantung pada

penciptaan situasi dan kondisi yang mendukung perusahaan-perusahaan untuk

melakukan usahanya secara optimal. Untuk itu disadari perlunya suatu kesamaan

persepsi mengenai prinsip-prinsip yang penting dalam pengelolaan perusahaan

agar dapat beroperasi secara maksimal. Disamping interpretasi dan analisis yang

diungkap memiliki landasan dan pendekatan normatif yang menjadi kerangka

penerapan tersebut harus dikembangkan dengan mengantisipasi dampaknya

terhadap kinerja ekonomi, integritas pasar, dan insentif yang diberikannya kepada

para pelaku bisnis dan bertujuan melindungi kepentingan publik.

Teori pensinyalan (signaling theory) melandasi pengungkapan sukarela.

Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut

pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang saham, khususnya

kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news). Manajemen juga

berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitas

kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan.

9

Teori signaling menunjukkan konsistensi yang besar terhadap adanya

pengungkapan yang luas, yaitu bahwasanya perusahaan yang tidak

mengungkapkan informasi dengan baik, berarti mengasingkan diri dari yang

memiliki kesan baik (Kiswara, 1999).

Karena peneliti mengungkapkan pelaporan bersifat sukarela (tidak

merupakan keharusan yang ditentukan oleh otoritas bursa saham), maka

pengungkapan ini dapat juga dilihat sebagai suatu sinyal dari manajemen kepada

para investor bahwa perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (sinyal

positif).

Jasa adalah setiap tindakan atau aktivitas yang dapat ditawarkan satu

pihak kepada pihak lain, yang bersifat intangible (tidak berwujud) dan tidak

menghasilkan kepemilikan sesuatu (Kotler, 2003: 444). Produksi jasa biasa

dihubungkan dengan produk fisik maupun non fisik. Jasa, dengan beberapa

karakteristiknya, yaitu intangibility (tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium atau

didengar sebelum dibeli), heterogenity (sifat jasa yang heterogen atau variatif

menyebabkan sulit distandarisasi), perishability of output (tidak dapat dibentuk

persediaan), dan simultaneousity of production and consumption or inseparability

(proses operasi bersamaan dengan proses konsumsi), menyebabkan pemasaran

jasa lebih kompleks dan lebih sulit dari pemasaran barang. Perkembangan jumlah

bank saat ini mengindikasikan tingkat persaingan antar merek yang tinggi, yang

didorong pula oleh variasi produk yang ditawarkan, promosi, inovasi, dan

kreativitas yang dikemas dalam strategi layanan kepada nasabah dengan harapan

nasabah akan semakin loyal terhadap merek tertentu. Bank harus secara strategis

menggunakan keberhasilan perbankan dalam merespon kondisi persaingan pada

semua area perusahaan dalam membangun dan menguatkan hubungan jangka

panjang dengan para nasabahnya. Bank harus benar-benar mengidentifikasi

nasabahnya dan menghasilkan produk-produk yang mampu meningkatkan

profitabilitas (eBizz Asia, 2004).

Strategi berorientasi membangun loyalitas, antara lain dilakukan dengan

membangun loyalitas, membangun hubungan (relationship) dengan pelanggan,

dan membangun kekuatan merek korporatnya.

10

Ada beragam alasan mengapa pelanggan, meskipun sangat puas tetap

berpindah merek lain, yaitu kualitas produk perusahaan, adanya kebutuhan baru

yang tidak atau belum dapat dipenuhi perusahaan, atau tersedianya daya tarik baru

yang ditawarkan oleh pesaing perusahaan. Untuk nasabah tabungan, mengajukan

indikator loyalitas perilaku nasabah meliputi jangka waktu keterikatan nasabah

dengan bank, besarnya dana terakumulasi bagi nasabah, penggunaan jasa lainnya

dari perbankan yang sama, dan rekomendasi pada kelompok lain (key

performance indicators bank swasta—Bank Indonesia, 2005). Yang menjadi

masalah adalah, walaupun pelayanan bank sudah dianggap berkualitas, namun

nasabah belum tentu loyal pada suatu bank. Kualitas layanan bank terkadang

tidak sejalan dengan tingkat loyalitas nasabah suatu bank. Dan loyalitas nasabah

bank hanya sebatas menyenangi merek (favourable) tanpa menghitung eksesif

yang melakukan kecurangan dan kejahatan bank. Oleh sebab itu benarkah

pendekatan customer focus dengan translasi customer lifecycle menyelesaikan

kinerja manajemen yang memerlukan pengetahuan profil nasabahnya, terutama

nasabah yang loyal, nasabah yang sering melakukan migrasi dari satu bank ke

bank lain, dan nasabah yang berhasil diambil alih atau takeover, agar perusahaan

mampu menetapkan strategi baru dalam mempertahankan maupun mengakuisisi

nasabah bank lain.

3. Rumusan Masalah

3.1. Asimetri Informasi

Asimetri informasi merupakan kondisi dimana suatu pihak memiliki

informasi yang tidak diketahui pihak lain sehingga beberapa konsekuensi tertentu

hanya akan diketahui oleh suatu pihak tanpa diketahui pihak lain yang juga

memerlukan informasi tersebut. Ketika timbul asimetri informasi, keputusan

pengungkapan yang dibuat oleh manajer dapat memengaruhi harga saham sebab

asimetri informasi antara investor yang lebih terinformasi dan investor yang

kurang terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang

diharapkan dalam pasar untuk saham-saham perusahaan (Komalasari, 2000).

11

3.2. Karakteristik Perusahaan

Karakteristik perusahaan diklasifikasi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu

(a) struktur perusahaan yang terdiri dari variabel ukuran perusahaan dan leverage,

(b) kinerja perusahaan yang tercermin dalam profitabilitas dan likuiditas, dan (c)

pasar perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik (KAP) dan umur

listing.

3.3. Opini Audit Going Concern

Definisi opini audit going concern yang dipakai menurut pernyataan

standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 8 dan 30, adalah opini modifikasi

yang dalam pertimbangan auditor terdapat kesangsian terhadap kemampuan

entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Kriteria opini audit going concern terdapat pada qualified with explanatory

language, qualified opinion, adverse opinion, dan disclaimer opinion. Sedangkan

non opini audit going concern terdapat pada unqualified opinion. Going concern

merupakan asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan, suatu perusahaan

diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi

secara material skala usahanya (standar akuntansi keuangan (SAK) nomor 29).

Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu

mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi

dalam jangka waktu pendek.

3.4. Pendekatan Aset

Deposito sebagai input, variabel harga input, adalah sebagai berikut (a) P1

(price of labour), yaitu beban personalia dibagi total aktiva, (b) P2 (biaya bunga—

price of funds), yaitu beban bunga dibagi dengan total aktiva, dan (c) P3 (biaya

modal fisik—price of physical capital), yaitu beban lainnya dibagi dengan aktiva

tetap. Variabel kuantitas output meliputi:

1) Q1 (batas maksimum pemberian kredit), yaitu kredit yang diberikan pihak

terkait dengan bank,

12

2) Q2 (pembiayaan publik—public loans), yaitu kredit yang diberikan pihak

lainnya, dan

3) Q3 (sekuritas—securities), yaitu surat-surat berharga yang dimiliki

perusahaan. Sumber data dari variabel input dan output tersebut berasal

dari laporan laba rugi dan neraca keuangan publikasi.

Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 26, biaya

pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang harus ditanggung oleh suatu

perusahaan sehubungan dengan peminjaman dana.

Aktiva tertentu yang memenuhi syarat (qualifying assets), adalah suatu

aktiva yang membutuhkan waktu yang cukup lama agar siap untuk dipergunakan

atau dijual sesuai dengan tujuannya. Biaya pinjaman meliputi (a) bunga atas

penggunaan dana pinjaman baik pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang,

(b) amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman (borrowings),

(c) amortisasi atas biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya

konsultan, ahli hukum, commitment fee dan sebagainya, dan (d) selisih kurs atas

pinjaman dalam valuta asing (sepanjang bunga) atau amortisasi premi kontrak

valuta berjangka dalam rangka hedging dana yang dipinjam dalam valuta asing.

Tingkat efisiensi dianalisis dari output yang diproksi dari tingkat

perolehan laba setelah pajak, pinjaman subordinasi, dan tingkat suku bunga Bank

Indonesia, sedangkan input diproksi dari aktiva, modal, hutang jangka pendek,

hutang jangka panjang, beban pajak penghasilan, dan modal intelektual serta

jumlah sumber daya manusia.

3.5. Pendekatan Normatif

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan asumsi untuk

memproyeksi pengalaman historis. Asumsi dan estimasi yang digunakan dalam

penyusunan harus disetujui oleh pihak yang memiliki kewenangan, didokumentasi

dengan baik, dan dievaluasi secara berkala atau sewaktu-waktu apabila

diperlukan. Evaluasi dilakukan dengan peraturan Bapepam-LK nomor X.K.6:

kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik.

13

3.6. Pengungkapan Sukarela

Pengungkapan yang melebihi pengungkapan wajib (mandatory

disclosure) yang diatur oleh pemerintah dan menggambarkan keputusan

pengungkapan informasi tambahan secara bebas oleh manajer (voluntary

disclosure). Pengungkapan sukarela yang dilakukan suatu perusahaan berbeda

dengan pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan lain. Salah satu

penyebab perbedaan ini adalah perbedaan karakteristik setiap perusahaan.

3.7. Probity and Legality Accountability

Hal ini menyangkut pertanggungjawaban penggunaan dana sesuai dengan

anggaran yang telah disetujui dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku (compliance).

Pelaporan keuangan pemerintah pada umumnya hanya menekankan pada

pertanggungjawaban apakah sumber daya yang diperoleh sudah digunakan sesuai

dengan anggaran atau perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian

pelaporan keuangan yang ada hanya memaparkan informasi yang berkaitan

dengan sumber pendapatan pemerintah, bagaimana penggunaannya dan posisi

keuangan pemerintah saat itu. Jika hal ini dikaitkan dengan perspektif fungsional

akuntabilitas, maka baru tahap probity and legality accountability (compliance)

yang dipenuhi. Hal ini disebabkan karena sebenarnya dalam kinerja pemerintah

tidak pernah ada net profit. Kewajiban pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan kinerjanya dengan sendirinya dipenuhi dengan

menyampaikan informasi yang relevan sehubungan dengan hasil dari program

yang dilaksanakan kepada wakil rakyat dan juga kelompok-kelompok masyarakat

yang memang ingin menilai kinerja pemerintah.

14

3.8. Rasio Keuangan

3.8.1. Rasio Likuiditas

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank memiliki aset lancar (cash

assets) sebesar kebutuhan yang digunakan untuk memenuhi likuiditasnya, bank

memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan likuiditasnya tetapi

mempunyai aset atau aktiva lain yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa

mengalami penurunan nilai pasarnya, dan bank mempunyai kemampuan untuk

menciptakan cash assets baru melalui berbagai bentuk hutang. Rasio-rasio yang

dapat diukur, yaitu quick ratio, banking ratio, dan assets to loan ratio.

3.8.2. Rasio Rentabilitas Bank

Rasio rentabilitas bank digunakan untuk mengetahui kemampuan bank

dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan untuk mengukur tingkat

efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan.

Rasio-rasio yang digunakan dalam mengukur tingkat rentabilitas bank

adalah (a) net profit margin dan (b) return on equity capital.

3.8.3. Rasio Solvabilitas atau Permodalan

Rasio solvabilitas digunakan untuk ukuran kemampuan bank tersebut

menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, sumber dana yang

diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai batas tertentu karena

sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang, penjualan aset yang tidak

dipakai dan lain-lain. Rasio-rasio untuk mengukur tingkat solvabilitas atau

permodalan adalah (a) primary ratio dan (b) capital adequacy ratio.

3.8.4. Rasio Risiko Usaha Bank

Rasio untuk mengukur risiko usaha bank adalah (a) credit risk ratio dan

(b) deposit risk ratio.

15

3.9. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam

menggunakan harta yang dimilikinya. Efektivitas dinilai dengan menghubungkan

laba bersih yang didefinisikan dalam berbagai rasio terhadap aktiva.

Analisis profitabilitas menekankan pada kemampuan perusahaan dalam

mendayagunakan kekayaan yang ada untuk menghasilkan laba selang periode

tertentu yang diukur melalui rasio-rasio profitabilitas. Proksi lain yang digunakan

adalah gross profit margin, net profit margin, return on investment (ROI), return

on equity, dan earning power. Rasio profitabilitas terdiri atas profit margin, basic

earning power, return on assets (ROA), dan return on equity (ROE).

3.10. Service Recovery

Service recovery atau pemulihan jasa sebagai istilah dari usaha-usaha

sistematis yang dilakukan perusahaan untuk mengoreksi permasalahan yang

disebabkan service failure atau kegagalan jasa dan untuk mempertahankan

pelanggan.

Service recovery sebagai tindakan, pemikiran, rencana, dan proses untuk

memperbaiki pelayanan bila terjadi kesalahan atau kekecewaan sehingga

pelanggan menjadi puas (Cunha, Rego, and Kamoche, 2009). Terdapat 3 (tiga)

dimensi keadilan yang diharapkan oleh pelanggan dalam proses service recovery,

yaitu (a) distributive justice, (b) procedural justice, dan (c) interactional justice.

3.11. Word of Mouth

Komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth (WOM)

communication), pada dasarnya adalah pesan tentang produk atau jasa suatu

perusahaan, ataupun tentang perusahaan itu sendiri, dalam bentuk komentar

tentang kinerja produk, keramahan, kejujuran, kecepatan pelayanan dan hal

lainnya yang dirasakan dan dialami oleh seseorang yang disampaikan kepada

orang lain.

.

16

Diversifikasi dan diferensiasi produk serta jasa bank merupakan ciri yang

umum. Artinya adalah, bank cenderung memilih untuk melakukan diversifikasi

dan diferensiasi produk dan jasa (arm’s length basis) yang begitu tinggi. Strategi

tersebut cenderung mempercepat evolusi perbankan menjadi financial

supermarket, dimana sebuah institusi keuangan menyediakan berbagai macam

produk dan jasa yang sifatnya spesifik dan tailored made (serba memaksa).

Praktek diversifikasi dan diferensiasi tersebut cenderung mengarah kepada

peningkatan switching cost yang dibebankan kepada konsumen. Intinya adalah

dengan menawarkan variasi produk dan jasa, diharapkan permintaan menjadi

kurang elastis sekaligus meningkatkan biaya bagi konsumen untuk beralih ke

bank lain (switching cost).

Behavioral intentions adalah hasil dari proses kepuasan (Anderson and

Mittal, 2000). Hal ini berarti bahwa 7 (tujuh) tindakan recovery merupakan

penentu terjadinya behavioral intentions yang berupa word of mouth, niat beli

(purchase intentions), dan perilaku komplain (complaining behavior). Service

failure terdiri atas dimensi-dimensi berikut ini (a) prosedur perbankan, (b)

kesalahan-kesalahan aktivitas bank, (c) perilaku dan training karyawan, dan (d)

kesalahan-kesalahan fungsional atau teknikal, segala sesuatu yang dilakukan

maupun tidak dilakukan oleh bank yang bertentangan dengan etika perdagangan

yang fair secara signifikan berpengaruh negatif terhadap behavioral intentions.

Dalam layanan perbankan terdapat kemungkinan terjadi kegagalan layanan

sehubungan berbagai aspek layanan. Kegagalan ini berpengaruh negatif terhadap

behavioral intentions. Artinya, jika nasabah mengalami ketidakpuasan dalam

layanan akan menurunkan niat keperilakuan yang ditunjukkan oleh perilaku

negatif dalam komunikasi dari mulut ke mulut, niat beli, dan perilaku komplain

(keluhan). Jika ini terjadi maka akan berakibat buruk bagi pihak bank. Maka, jika

terjadi service failure bank harus melakukan strategi recovery yang tepat.

Service recovery terdiri atas 7 (tujuh) indikator sebagai berikut (a)

koreksi, (b) perlakuan khusus, (c) penjelasan, (d) permohonan maaf, (e)

menyampaikan keluhan pelanggan kepada atasan, (f) pemberian kompensasi, dan

(g) tidak melakukan apapun, berpengaruh positif terhadap behavioral intentions.

17

Maka pencapaian sasaran dalam perumusan masalah sebagai berikut:

1) Apakah asimetri informasi berpengaruh positif terhadap karakteristik Bank

Sumsel Babel?,

2) Apakah asimetri informasi berpengaruh positif terhadap pengungkapan

sukarela Bank Sumsel Babel?,

3) Apakah risiko usaha bank berpengaruh positif terhadap karakteristik Bank

Sumsel Babel?,

4) Apakah risiko usaha bank berpengaruh positif terhadap pengungkapan

sukarela Bank Sumsel Babel?,

5) Apakah word of mouth memoderasi positif karakteristik Bank Sumsel

Babel?,

6) Apakah word of mouth memoderasi positif pengungkapan sukarela Bank

Sumsel Babel?,

7) Apakah service recovery berpengaruh terhadap word of mouth Bank

Sumsel Babel?,

8) Apakah karakteristik perusahaan berpengaruh positif terhadap

pengungkapan sukarela Bank Sumsel Babel?,

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

4.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan regionalisasi variabel yang teridentifikasi dan kurikulum

berbasis kompetensi yang membutuhkan kuantifikasi maka tujuan penelitian ini

disebutkan dalam beberapa persepsi sebagai berikut:

1) Pengukuran risiko dari hasil investasi yang dilakukan terhadap produk

produk perbankan Bank Sumsel Babel,

2) Memperoleh hak keterbukaan informasi yang mengungkapkan informasi

yang diwajibkan badan pengawas pasar modal (Bapepam) dan informasi

tambahan oleh Bank Sumsel Babel sebagai pengambilan keputusan,

3) Mengukur pengaruh loyalitas premium dimana nasabah merasa bangga

menemukan dan menggunakan produk tertentu dari Bank Sumsel Babel,

dan akan membagi pengetahuannya pada rekan dan keluarga,

18

4) Mengetahui kontribusi Bank Sumsel Babel terhadap kerugian yang

dialami ketika timbul asimetri informasi,

5) Mengetahui fungsi intermediasi Bank Sumsel Babel dari persepsi

tabungan,

6) Mempelajari alasan-alasan perusahaan-perusahaan milik pemerintah

daerah melakukan merger dan akuisisi.

7) Mempelajari isu perbankan yakni apakah Bank Sumsel Babel mengalami

situasi persaingan monopoli atau oligopoli kolusif.

8) Mempelajari status BUMD Bank Sumsel Babel dalam kinerja pemerintah

daerah yang tidak pernah ada net profit.

4.2. Manfaat Penelitian

Ritter and Welch (2002) mendokumentasikan pertanyaan dalam aktivitas

internal public offering (IPO) yakni mengapa perusahaan melakukan go public.

Bahwa perusahaan go public dikarenakan keinginan untuk mendapatkan dana

modal saham bagi perusahaan dan juga menciptakan sebuah pasar publik dimana

pendiri dan pemilik saham lainnya dapat menukar beberapa saham kekayaannya

kedalam bentuk tunai di masa mendatang.

Penggunaan simpanan masyarakat menjadi insentif bagi manajer dan

pemegang saham untuk bekerja lebih hati-hati guna menghindari ancaman risiko

kebangkrutan. Dana masyarakat akan mendorong manajer untuk menyerahkan

arus kas bebas kepada pemegang saham untuk selanjutnya digunakan untuk

membayar kembali kewajiban atau untuk keperluan reinvestasi, bahkan utang

tersebut dapat mengurangi insentif konsumsi tambahan yang berlebihan.

Dengan dana masyarakat atau utang, pihak bank akan dimonitor oleh

deposan, sehingga bank akan bekerja hati-hati. Hal ini mengindikasikan bahwa

pembatasan simpanan sangat diperlukan agar disiplin pasar berlaku di suatu

negara.

19

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka kebijakan riset dirumuskan

kepada manfaat-manfaat ilmiah dan praktis berikut ini:

1) Manfaat Ilmiah:

Status tidak go public terkait sistem, hukum, dan ketentuan kelembagaan

menjadikan Bank Sumsel Babel sebagai kajian permasalahan hukum yang

mungkin timbul dari pengaturan kepailitan bank yang berbeda-beda,

khususnya adalah tidak dapat dilaksanakannya suatu putusan kepailitan

dari pengadilan suatu negara atas kepailitan bank yang mempunyai

kreditur dan aset di luar negara tersebut dikarenakan tidak diakuinya

putusan kepailitan bank tersebut oleh negara lainnya. Harmonisasi hukum

khususnya terkait dengan pengaturan cross border insolvency.

Harmonisasi ketentuan insolvency dan kepailitan bank tersebut merupakan

salah satu infrastruktur penunjang yang diperlukan apabila nantinya

disepakati akan beroperasi qualified ASEAN banks secara lintas batas di

kawasan ASEAN dan akan melengkapi infrastruktur lain yang diperlukan

seperti cross border bank supervision dan cross border bank resolution.

2) Manfaat Praktis:

Memberikan kajian bagi deposan dalam pengambilan keputusan

menghukumi perbankan, khususnya Bank Sumsel Babel melalui persepsi

pendekatan aset sebagai konsekuensi dari perbankan yang mengambil

risiko tinggi dengan cara melakukan migrasi atau menarik dananya.

5. Studi Pustaka

5.1. Landasan Teori

Dalam kerangka asimetri informasi yang terjadi antara kepemilikan dan

agen mengungkapkan bahwa sinyal dari perusahaan merupakan hal krusial yang

harus diperhatikan agar perusahaan berhasil memperoleh atau mempertahankan

sumber daya ekonomi. Secara umum model pensinyalan didasarkan pada 3 (tiga)

asumsi. Pertama, sinyal haruslah berbiaya, jika tidak berbiaya, maka sinyal

tersebut tidak memiliki kredibilitas.

20

Para akademisi mengasumsikan bahwa manajer akan melakukan

kebohongan jika tidak terdapat konsekuensi atas pemberian sinyal yang salah.

Kedua, jika sinyal tersebut berbiaya, pasti terdapat manfaat lebih yang dapat

diperoleh dari sinyal tersebut. Manfaat ini tidak terlihat secara kasat mata seperti

yang dibayangkan, bahwa informasi secara berkelanjutan akan dicerminkan oleh

harga ekuitas, tidak terbatas informasi ini merupakan sinyal yang berasal dari

manajer atau bukan. Ketiga, seluruh model pensinyalan mengasumsikan bahwa

pasar adalah efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong efficient), atau pada

kondisi ekuilibrium, sinyal secara utuh mengungkapkan informasi mengenai

manajer. Keenan and Aggestam (2001) membuktikan bahwa tanggung jawab

prudent investment atas intellectual capital tergantung pada tujuan dan

karakteristik perusahaan, dan terletak pada corporate governance.

Dalam penelitian ini akan digunakan 3 (tiga) faktor utama dari

karakteristik spesifik bank yakni (a) return on assets, mencerminkan kemampuan

manajemen bank untuk menghasilkan keuntungan dari aset bank, (b) net profit

margin, digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan net

income ditinjau dari sudut pandang operating income, dan (c) rasio likuiditas,

adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang diukur

dengan menggunakan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar,

dengan kata lain likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek baik kewajiban

kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan.

Laporan keuangan dipilih karena 2 (dua) alasan, pertama, karena laporan

keuangan dipertimbangkan sebagai sumber penting atas informasi perusahaan

oleh external user, yang meliputi pemegang saham. Kedua, tingkat

pengungkapan dalam laporan keuangan berhubungan secara positif dengan jumlah

informasi yang dikomunikasikan ke pasar dan stakeholder (Bozzolan, et al.,

2003). Bahwa perusahaan dengan kinerja yang tinggi menggunakan informasi

keuangan untuk mengirim sinyal kepada pasar.

Sedangkan pada rasio risiko usaha bank peneliti menggunakan dimensi

dimensi berikut ini (a) rasio risiko kredit (credit risk ratio), untuk mengukur risiko

21

gagalnya pengembalian kredit yang mengalami kemacetan dan (b) rasio risiko

deposito (deposit risk ratio), merupakan risiko yang menunjukkan kemungkinan

kegagalan bank didalam memenuhi kewajiban kepada para deposannya diukur

dengan jumlah permodalan yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Teori

Pensinyalan secara konsisten berhubungan dengan masalah pengungkapan,

dimana apabila perusahaan mengungkapkan kerugian (bad news) maka pasar akan

memberikan reaksi yang negatif dan hal ini konsisten dengan hipotesis pasar

efisien. Perusahaan berupaya memberikan informasi sebaik mungkin untuk

memperoleh tanggapan positif dari pemegang otoritas pemerintahan, bahwa

perusahaan telah memindahkan aset mereka melalui mekanisme pajak, retribusi,

dan social responsibility lainnya.

Luas atau sempitnya suatu pengungkapan merupakan pilihan dari

perusahaan. Ketika perusahaan tidak mengungkapkan informasi yang cukup,

maka informasi yang diserap oleh pasar hanya sedikit sehingga dapat

menyebabkan kegagalan pasar. Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah

membentuk suatu badan regulasi yang menjadi otoritas pengungkapan, yaitu

badan pengawas pasar modal. Jenis pengungkapan yang diwajibkan oleh badan

pengawas pasar modal disebut pengungkapan wajib (mandatory disclosure).

Informasi yang termasuk pengungkapan wajib dapat dilihat dalam keputusan

ketua Bapepam-LK nomor: Kep-134/BL/2006. Selain mengungkapkan informasi

yang diwajibkan, beberapa perusahaan mengungkapkan informasi tambahan yang

dianggap relevan untuk pengambilan keputusan bagi pemegang saham.

Dimensi-dimensi yang digunakan oleh peneliti pada analisis

pengungkapan sukarela, adalah sebagai berikut:

1) Nilai Beban Personalia (price of labour):

Nilai kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diperoleh

wajib pajak objek pajak (WPOP) dalam negeri yang wajib dilakukan oleh

pemberi penghasilan (beban pajak penghasilan),

22

2) Nilai Biaya Pinjaman (price of funds):

Nilai biaya yang harus dibayar oleh perusahaan atas pinjaman yang

diperoleh, besarnya biaya pinjaman biasanya dapat diukur dari tingkat

bunga pinjaman (interest rate),

3) Nilai Beban Modal Fisik (price of physical capital):

Nilai biaya yang terdiri dari jumlah karyawan, jumlah kantor cabang, dan

jumlah anjungan tunai mandiri (ATM),

4) Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK):

Persentase maksimum penyediaan dana yang diperkenankan terhadap

modal bank dan pihak terkait adalah peminjam atau kelompok peminjam

yang mempunyai keterkaitan dengan bank sebagaimana dimaksud dalam

peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 8/13/PBI/2006 (jumlah liabilitas),

5) Pembiayaan Publik (public loans):

Jumlah kredit yang diberikan kepada pihak lainnya (loan to deposit ratio

(LDR)), dan

6) Aktiva Produktif (securities):

Penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk

kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi,

tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali

(reverse repurchase agreement), tagihan derivatif, penyertaan transaksi

rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya (PBI nomor

7/2/PBI/2005 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum).

Setiap organisasi jasa berusaha supaya tidak terjadi service failure dengan

tujuan untuk menghemat biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki service

failure tersebut. McCullough (2000) menyatakan bahwa layanan yang bebas dari

kesalahan (failure free service) lebih diinginkan daripada perbaikan yang

sempurna (excellent recovery). Namun berbagai situasi dan kondisi menyebabkan

setiap elemen organisasi tidak bisa mengelak dari terjadinya service failure.

Dengan demikian organisasi harus melakukan recovery supaya dapat

mempertahankan pelanggan.

23

Multi dimensi behavioral intention memasukkan komunikasi dari mulut

ke mulut (word of mouth (WOM) communications) dalam penelitian. Dalam

model tersebut menyatakan bahwa jika layanan yang diterima pelanggan

berkualitas tinggi, maka behavioral intention akan menguntungkan bagi

perusahaan, dengan cara memperkuat hubungan pelanggan dengan organisasi.

Sebaliknya, jika kualitas layanan dinilai rendah oleh pelanggan maka hubungan

pelanggan tersebut dengan organisasi akan memburuk. Behavioral intention juga

merupakan indikator yang menunjukkan apakah pelanggan akan bertahan atau

akan meninggalkan organisasi. Yang menguntungkan ditunjukkan oleh tindakan

pelanggan untuk mengatakan hal-hal positif dan merekomendasi layanan pada

orang lain, bersedia membayar lebih mahal, serta menunjukkan cognitive loyalty

pada organisasi. Cognitive loyalty dioperasionalisasi sebagai layanan yang

pertama terbayang dalam pikiran seseorang ketika orang tersebut membuat

keputusan pembelian dan layanan, yang merupakan pilihan pertama pelanggan

diantara beberapa alternatif. Recovery merupakan hal penting karena pelanggan

yang menerima recovery yang buruk mungkin akan memutuskan hubungan

kemudian berpindah ke penyedia jasa lainnya. Perpindahan pelanggan ini

merupakan sesuatu yang sangat mahal karena untuk mencari pelanggan baru

memerlukan lebih banyak biaya daripada untuk mempertahankan pelanggan lama.

Suatu strategi untuk mempertahankan pelanggan adalah pemulihan (recovery)

terhadap kegagalan layanan secara adil. Penelitian lainnya menemukan fakta

bahwa jika service failure terjadi maka sangat penting untuk melakukan service

recovery secara efektif untuk menghilangkan ketidakpuasan dan sebagai respon

terhadap kualitas layanan yang buruk. Service failure merupakan bagian dari

service encounter yang menyebabkan permasalahan dan merupakan sesuatu yang

perlu diperbaiki oleh organisasi penyedia jasa. Perilaku penelitian ini akan

mengestimasi behavioral intention menggunakan dimensi-dimensi berikut ini (a)

talking, (b) selling, (c) promoting, (d) evaluasi pengalaman nasabah, (e)

penjelasan atas kegagalan jasa, (f) menyampaikan keluhan pelanggan kepada

atasan, dan (g) pemberian kompensasi.

24

5.2. Kerangka Pemikiran

Gambar 5.1. Kerangka Pemikiran

5.2.1. Pengaruh Teori Sinyal Terhadap Karakteristik Perusahaan

Sebagai konsekuensi logis dari teori pensinyalan, manajer-manajer

terdorong untuk mensinyalkan harapan laba masa depan, dengan maksud jika

investor percaya terhadap sinyal tersebut, harga saham perusahaan akan

meningkat dan pemegang saham akan diuntungkan.

Teori Sinyal

Asimetri Informasi Risiko Usaha Bank

Karakteristik Perusahaan

Word of Mouth Service Recovery

Pengungkapan Sukarela

Bank Sumsel Babel

25

Permasalahan kemudian muncul, bagaimana perusahaan dapat

memastikan bahwa sinyal yang diberikannya dianggap kredibel oleh investor, di

saat yang sama perusahaan lain juga berusaha memberikan sinyal yang baik? Agar

sinyal tersebut dipandang kredibel bagi pengguna, sinyal tersebut harus tidak

mudah serta menimbulkan biaya jika ditiru oleh perusahaan lain. Biaya yang

terlibat dapat termasuk biaya kehilangan kepercayaan secara jangka panjang, jika

kinerja aktual tidak sama dengan tingkat kinerja yang disinyalkan. Manajer-

manajer perusahaan terbuka terdorong untuk mengungkapkan informasi secara

lebih ekstensif kepada para pengguna laporan keuangan dengan harapan

pengungkapan sukarela tersebut dapat dianggap sebagai suatu sinyal baik

sehingga pemegang saham bersedia menerima return yang lebih rendah. Return

yang lebih rendah pada akhirnya akan menghasilkan cost of equity capital yang

lebih rendah bagi perusahaan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Juniarti dan

Yunita (2003), apabila investor menilai suatu perusahaan berisiko tinggi, maka

nilai return yang diharapkan oleh investor juga tinggi, yang pada gilirannya akan

menyebabkan tingginya biaya ekuitas yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

5.2.2. Pengaruh Teori Sinyal Terhadap Pengungkapan Sukarela

Pengaruh pendekatan aset diasumsikan dengan menghitung nilai

perusahaan atau ekuitas melalui penyesuaian namun dengan lebih memperlakukan

institusi keuangan sebagai lembaga yang menjalankan fungsi utama sebagai

pencipta pinjaman kredit (loans). Penyesuaian adalah dengan menilai kembali

pos-pos aktiva yang dinilai ulang dengan harga pasar, demikian pula dengan

aktiva tetap (property) menggunakan konsep yang digunakan dari badan penilai,

dengan menggunakan current value atau replacement value.

Motivasi manajer dalam melakukan pengungkapan sukarela, adalah

dalam rangka mengatur berbagai harapan, baik dari investor maupun pemerintah.

Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk

memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.

26

Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak

eksternal adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dan menunjukkan bahwa

perusahaan mempunyai nilai lebih atau keunggulan kompetitif dari perusahaan

lain. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah

perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.

Pengungkapan informasi diukur dengan menggunakan perhitungan indeks

pengungkapan berdasarkan peraturan badan pengawas pasar modal lembaga

keuangan dan indeks penilaian annual report award.

5.2.3. Pengaruh Teori Sinyal Terhadap Risiko Usaha Bank

Sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang

memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang

prospek perusahaan. Bahwa manajer, pemegang saham, dan nasabah (kreditur

dan debitur) tidak memiliki akses informasi perusahaan yang sama atau adanya

asimetri informasi. Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer,

sedangkan para pemegang saham tidak mengetahui informasi tersebut.

Akibatnya, ketika kebijakan pendanaan perusahaan mengalami perubahan, hal itu

dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan menjadikan nilai

perusahaan berubah.

5.2.4. Pengaruh Teori Sinyal Terhadap Asimetri Informasi

Teori pensinyalan merupakan teori yang mendasari adanya pengungkapan

sukarela. Teori ini menyatakan bahwa manajemen selalu berusaha untuk

mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati

oleh investor dan pemegang saham, khususnya kalau informasi tersebut berupa

berita baik.

Asimetri informasi timbul apabila manajer mempunyai informasi internal

yang tidak diketahui oleh pihak lain. Dalam keadaan asimetri informasi yang

tinggi, maka investor tidak mempunyai informasi yang cukup untuk mengetahui

apakah laporan keuangan mengandung fakta sebenarnya, rekayasa atau

kebohongan, sehingga dalam hal ini diperlukan pengungkapan.

27

5.2.5. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Karakteristik Perusahaan

Bahwa perbedaan informasi yang ada diantara investor dan manajer

menimbulkan deadweight loss (biaya agensi) yang kemudian dapat menurunkan

expected cash flow perusahaan. Selain itu asimetri informasi juga dapat

meningkatkan ekuilibrium return saham perusahaan sehingga dapat menurunkan

harga saham. Efek asimetri tersebut dapat menurunkan nilai dari perusahaan itu

sendiri. Selain itu juga menjelaskan bahwa semakin besar asimetri informasi akan

semakin memperbesar kesempatan manajer memanipulasi laporan keuangan.

5.2.6. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Pengungkapan Sukarela

Apabila terjadi asimetri informasi yang rendah, maka dibutuhkan

pengungkapan yang semakin andal untuk menurunkan biaya modal. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa pengungkapan memiliki hubungan negatif dengan asimetri

informasi. Semakin besar tingkat pengungkapan, semakin kecil asimetri

informasi dan sebaliknya semakin kecil pengungkapan semakin besar asimetri

informasi.

5.2.7 Pengaruh Risiko Usaha Bank Terhadap Karakteristik Perusahaan

Penilaian kualitas aset merupakan penilaian terhadap kondisi aset bank

dan kecukupan manajemen risiko kredit. Kelangsungan usaha bank tergantung

pada kesiapan untuk menghadapi risiko kerugian dari penanaman dana. Oleh

sebab itu dalam rangka kesiapan menghadapi risiko kerugian, bank berkewajiban

menjaga kualitas aktiva produktifnya. Penilaian kualitas aset mencerminkan

kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya.

Aspek kualitas aset dapat diproksi dengan menggunakan rasio non

performing loans (NPL) dan non performing assets (NPA). Aspek manajemen

dapat dilihat dari manajemen umum dan manajemen risiko suatu bank. Aktiva

produktif termasuk didalamnya kredit yang bermasalah dalam kategori kurang

lancar, diragukan, dan macet. Standar rasio NPA dan NPL aman (moderat)

menurut Bank Indonesia adalah berkisar antara 5% sampai 8% namun disarankan

untuk dibawah 5%.

28

Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam

kegiatan operasi bank. Sulitnya pengelolaan likuiditas tersebut disebabkan dana

yang dikelola bank sebagian besar adalah dana masyarakat yang sifatnya jangka

pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu, oleh karena itu bank harus

memperhatikan seakurat mungkin kebutuhan likuiditas untuk suatu jangka waktu

tertentu.

5.2.8. Pengaruh Risiko Usaha Bank Terhadap Pengungkapan Sukarela

Risiko kredit (credit risk) akan timbul bila debitur gagal mengembalikan

sebagian atau seluruh kredit yang diterima dari bank dan pada gilirannya akan

digolongkan sebagai kredit macet. Oleh karena itu, rasio ini memberikan

gambaran mengenai tingkat kegagalan kredit bank. Rasio yang tinggi

menggambarkan portofolio kredit bank yang tidak sehat dan sebaliknya.

Bahwa pengaruh pengungkapan sukarela dari risiko kredit dan risiko

kredit deposan menunjukkan risiko kemungkinan kegagalan bank didalam

memenuhi kewajiban kepada para deposannya yang diukur dengan jumlah

permodalan yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan, dapat menekan risiko

gagalnya pengembalian kredit yang disalurkan kepada nasabah atau bank tersebut

tidak dapat menekan risiko kegagalan pengembalian kredit nasabah sampai pada

tingkat seminim mungkin, karena rasio risiko deposito (deposit risk ratio)

menunjukkan peningkatan setelah akuisisi. Berhubungan dengan laporan

keuangan, adalah kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat

tertentu atau jangka waktu tertentu. Laporan keuangan bank terdiri dari laporan

neraca, laporan komitmen dan kontijensi, laporan laba rugi, dan laporan arus kas

serta catatan atas laporan keuangan.

Dan kinerja keuangan adalah penilaian mengenai keadaan keuangan

perbankan. Yang dimaksud kinerja keuangan perbankan adalah tingkat kesehatan

suatu bank yang dinilai dengan melakukan pendekatan kualitatif atas berbagai

aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank.

29

5.2.9. Pengaruh Word of Mouth Terhadap Karakteristik Perusahaan

Tjiptono (2002) mendefinisikan word of mouth sebagai pernyataan

(secara personal atau non personal) yang disampaikan oleh orang lain selain

organisasi (service provider) kepada pelanggan. Rosen (2004) mendefinisikan

word of mouth sebagai semua komunikasi dari mulut ke mulut mengenai suatu

merek. Word of mouth adalah jumlah komunikasi dari mulut ke mulut mengenai

produk, jasa atau perusahaan tertentu di setiap tahap waktu. Thurau and Walsh

(2003) mendefinisikan word of mouth sebagai semua komunikasi informal yang

diarahkan kepada pelanggan lain mengenai kepemilikan, penggunaan atau

karakteristik atas suatu produk.

Karakteristik personal lainnya yang sekiranya mampu memberikan

kontribusi pada minat untuk berkunjung kembali adalah (a) frekuensi kunjungan,

(b) rata-rata pengeluaran yang dihabiskan dalam suatu kunjungan, (c) biaya yang

harus ditanggung oleh nasabah bila beralih ke bank lain, (d) biaya administrasi

bila terjadi penangguhan komitmen, (e) peraturan yang membatasi permodalan

pada aspek kepemilikan, (f) biaya probabilitas pada sistem informasi debitur, (g)

metode pemungutan pajak untuk laba atas transaksi pertukaran mata uang asing

yang dihasilkan dalam transaksi yang berbasis internet, (h) dan lain sebagainya.

Beberapa hal tersebut diatas merupakan karakteristik personal yang

berpotensi memberikan kontribusi terhadap semakin tingginya kepuasan dan

kesediaan nasabah untuk melakukan word of mouth dan service recovery.

Karakteristik personal yang berbeda dapat mengakibatkan penilaian perspektif

nasabah yang berbeda atas atribut jasa, layanan, dan kepuasan.

Nasabah yang lebih sering berkunjung dengan jumlah aktivitas bank yang

besar setiap kali berkunjung memiliki tingkat kepuasan (service recovery) dan

word of mouth yang lebih tinggi dibandingkan nasabah yang jarang berkunjung

dan nasabah dengan rata-rata aktivitas bank yang lebih kecil (sedikit).

5.3. Pengaruh Word of Mouth Terhadap Pengungkapan Sukarela

Manajemen cenderung mengungkap informasi secara rinci ketika

perusahaan mengalami tingkat investasi (return) yang tinggi.

30

Tetapi jika perusahaan mengalami tingkat pengembalian yang rendah,

manajemen cenderung untuk menyembunyikan alasan penurunan tersebut dengan

mengungkap informasi lebih sedikit. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa

manajemen memiliki insentif maupun disinsentif untuk mengungkapkan informasi

secara sukarela secara ekstensif. Insentifnya antara lain berupa biaya transaksi

perdagangan saham yang lebih rendah, peningkatan likuiditas, peningkatan citra,

dan minat terhadap perusahaan oleh investor dan analis, serta penurunan biaya

modal. Dampak negatifnya antara lain, tingginya biaya mengumpulkan,

menyiapkan, membuat, dan mempublikasikan informasi yang diungkapkan serta

mengurangi competitive advantage karena semakin banyak informasi-informasi

penting yang dapat diketahui oleh para pesaing. Insentif pengungkapan modal

intelektual dapat dibagi 2 (dua), berkaitan dengan aktivitas internal dari

perusahaan dan berhubungan dengan aktivitas eksternal yang memengaruhi

perusahaan. Beberapa keuntungan dilihat dari sisi internal adalah efisiensi

operasional serta moral karyawan yang meningkat dan alokasi sumber daya yang

lebih baik di dalam perusahaan. Dari konteks eksternal perusahaan,

keuntungannya adalah membuat yang tadinya tidak disadari akibat tidak terlihat

dapat terlihat dan dihargai oleh pengguna informasi di lingkungan luar

perusahaan.

5.3.1. Pengaruh Service Recovery Terhadap Word of Mouth

Bahwa pengaruh antara kepuasan terhadap word of mouth, adalah word of

mouth suatu variabel endogen yang disebabkan oleh kombinasi dari kepuasan

sehingga word of mouth pelanggan merupakan fungsi dari kepuasan.

Jika hubungan antara kepuasan dengan word of mouth adalah positif,

maka kepuasan yang tinggi (service recovery) akan meningkatkan word of mouth

pelanggan (Wirtz and Mattila, 2003).

5.3.2. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela

Net profit margin (NPM) adalah rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam tingkat penjualan tertentu.

31

Semakin tinggi profit margin maka akan semakin tinggi

pengungkapannya. Bahwa profitabilitas ekonomi dan profit margin yang tinggi

akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci,

sebab mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas perusahaan dan

mendorong kompensasi terhadap manajemen (Almilia dan Retrinasari, 2007).

Terkait dengan biaya kontrak dan pengawasan, dan masih dengan kasus

tingkat kecukupan modal pada industri perbankan, jika perusahaan menganggap

bahwa melakukan penyesuaian terhadap tingkat kecukupan modal merupakan

upaya yang mahal dan berat, pemerintah (regulator atau otoritas perbankan)

mungkin akan melakukan perubahan yang tidak memberatkan manajemen.

Sekalipun mungkin tidak terlalu memberatkan atau mahal bagi perusahaan untuk

melakukan penyesuaian terhadap peraturan rasio kecukupan modal yang baru, ada

kemungkinan otoritas perbankan tidak harus memberikan persyaratan waktu

minimum untuk penyesuaian yang diperlukan (fungsi karakter bank).

5.4. Perumusan Hipotesis

5.4.1. Hipotesis Karakteristik Perusahaan:

1) Hipotesis Mayor:

Observasi langsung terhadap perusahaan-perusahaan bersangkutan,

sehingga memperoleh informasi yang lebih obyektif. Selain itu perlu

adanya pedoman baku tentang perusahaan-perusahaan yang tergolong high

profile, sebagai pertimbangan bagi badan yang berwenang untuk

menetapkan jenis perusahaan yang tergolong high profile.

Dengan demikian, pedoman bagi investor juga dapat memperoleh

informasi yang akurat tentang seberapa besar tanggung jawab sosial

kategori perusahaan sebagai salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam

melakukan investasi.

H0 = karakteristik perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan

sukarela.

32

2) Hipotesis Minor:

a. Likuiditas:

Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban jangka pendek. Keadaan yang kurang atau

tidak likuid akan menyebabkan perusahaan tidak dapat melunasi

utang jangka pendek pada tanggal jatuh temponya. Bahwa variabel

likuiditas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan sukarela

dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Hal ini didasarkan

pada harapan bahwa kuatnya finansial suatu perusahaan akan

cenderung memberikan pengungkapan yang lebih luas daripada

perusahaan yang kondisi finansialnya lemah (Prayogi, 2003).

H1 = likuiditas berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan

sukarela.

b. Return on Assets:

Apakah ukuran perusahaan akan mendorong terjadinya penguasaan

pasar (market power) dan apakah perusahaan-perusahaan yang

berada dalam industri terkonsentrasi (concentrated industry) lebih

profitable dibandingkan dengan perusahaan pada industri yang

kurang terkonsentrasi. Hampir separuh perusahaan menunjukkan

profitabilitas meningkat dengan tingkatan yang semakin menurun

(a decreasing rate), dan akhirnya profitabilitas tersebut menurun

ketika perusahaan tersebut menjadi lebih besar. Hasil ini

mensiratkan adanya ukuran perusahaan yang optimal dalam bentuk

ukuran-ukuran tingkat keuntungan laporan keuangan.

Jika tidak ada batasan economies of scale, suatu perusahaan yang

biaya rata-ratanya turun sejalan dengan pertambahan output akan

bisa secara alami mendominasi industrinya sehingga tercipta

monopoli alami (natural monopoly). Jadi, sebuah monopoli secara

natural akan terbentuk bila volume produksi besar. Akan tetapi

bila skala ekonomis terbatas, penurunan biaya produksi dan

efisiensi tidak akan terjadi terus-menerus.

33

Hal ini menjelaskan menjelaskan bahwa efisiensi dan profitabilitas

akan terjadi terus menerus (rerata biaya produksi meningkat) ketika

perusahaan berekspansi dan menekankan pada pengendalian oleh

pemilik perusahaan terhadap sumber daya perusahaan seperti aset,

technology, dan intellectual property sebagai faktor-faktor yang

menentukan, bila institusi hukum meningkatkan perlindungan

terhadap sumber daya perusahaan tersebut. Selanjutnya

menghubungkan ukuran perusahaan dengan kemampuan

entrepreneur (pemilik usaha) dalam mengendalikan intangible

factors yang dapat mendorong perusahaan lebih profitable. Hal ini

menegaskan return on assets dan keluasan pengungkapan termasuk

pengungkapan modal intelektual mengalami pengaruh positif

(Shingvi and Desai, 1971).

H1 = return on assets berpengaruh positif terhadap pengungkapan

sukarela.

c. Net Profit Margin:

Apabila net profit margin rasionya tinggi menunjukkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada

tingkat penjualan tertentu, sebaliknya kalau rasionya rendah

menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya

tertentu. Rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan

manajemen. Profit margin yang tinggi akan mendorong para

manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, sebab

mereka ingin meyakinkan investor terhadap profitabilitas

perusahaan dan mendorong kompensasi terhadap manajemen.

Hubungan antara net profit margin terhadap pengungkapan sosial

dapat dikaitkan dengan perolehan laba yang semakin besar, yang

akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang

lebih luas.

34

Hal tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh

Almilia dan Retrinasari (2007) bahwa variabel net profit margin

mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan sosial

perusahaan.

H1 = net profit margin berpengaruh positif terhadap pengungkapan

sukarela.

5.4.2. Hipotesis Asimetri Informasi:

1) Hipotesis Mayor:

Jika informasi private mengandung value relevance yang tinggi, maka

kontrak akan menjadi desain untuk lebih mengutamakan manajemen laba

yang efisien. Namun demikian, kebijakan tersebut menyediakan alat yang

penting bagi manajer untuk menyesatkan pengetahuan para investor. Jika

informasi private tersebut tidak memiliki value relevance, maka kontrak

akan lebih mengutamakan manajemen laba yang oportunistik. Kebijakan

pengungkapan asimetri informasi dan likuiditas dalam pasar ekuitas

menghasilkan kesimpulan bahwa pengungkapan informasi laporan

keuangan (disclosure) yang lebih baik dapat mengurangi asimetri

informasi dan kemudian menaikkan likuiditas dalam pasar modal (Welker,

1995).

H0 = asimetri informasi berpengaruh positif terhadap karakteristik

perusahaan dan pengungkapan sukarela.

2) Hipotesis Minor:

a. Kepemilikan Institusional:

Struktur kepemilikan perusahaan yang menyebar dapat

memberikan kekuatan yang signifikan kepada manajer untuk

memaksimalkan kepentingan pribadinya dan bukan untuk

kepentingan para pemegang saham dan hal ini akan memberikan

pengaruh pada nilai pemegang saham yang tidak maksimal.

35

Pemegang saham pengendali berusaha untuk memperkaya dirinya

sendiri dengan tidak membayarkan dividen kepada pemegang

saham minoritas, menransfer keuntungan ke perusahaan lain yang

juga berada dibawah kendalinya dan juga melakukan transaksi

penjualan dan pembelian dengan pihak berelasi. Lintas

kepemilikan adalah kepemilikan pemegang saham pengendali

terhadap 2 (dua) atau lebih perusahaan yang saling memiliki antara

yang satu dengan yang lainnya. Dengan menggunakan pisah batas

hak kontrol 20%. Konsentrasi kepemilikan menyebabkan adanya

pemegang saham besar yang mengendalikan perusahaan yang

disebut sebagai pemegang saham pengendali. Kepemilikan

terkonsentrasi juga memungkinkan adanya pemisahan hak aliran

kas dan hak pengendalian. Kondisi seperti ini memberikan celah

bagi pemegang saham pengendali untuk melakukan praktik

ekspropriasi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi

tingkat kepemilikan terkonsentrasi maka semakin besar pula

potensi praktik ekspropriasi atas hak pemegang saham minoritas.

H1 = kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap

asimetri informasi perusahaan.

b. Kepemilikan Manajerial:

Untuk mengurangi konflik asimetri informasi dengan cara

meningkatkan kepemilikan manajerial yaitu, untuk mensejajarkan

kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga manajer

bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham.

Peningkatkan persentase kepemilikan, manajer akan termotivasi

untuk meningkatkan kinerja, dan bertanggungjawab meningkatkan

kemakmuran pemegang saham. Peningkatan kepemilikan saham

oleh manajer ini akan berpengaruh terhadap keputusan kebijakan

keuangan ketika memanfaatkan kesempatan investasi.

36

Bahwa pemegang saham akan melakukan pengawasan terhadap

manajemen namun bila biaya monitoring tersebut tinggi maka

mereka akan menggunakan pihak ketiga (debtholders atau

bondholders) untuk membantu melakukan monitoring.

Debtholders yang sudah menanamkan dananya di perusahaan

dengan sendirinya akan berusaha melakukan pengawasan terhadap

penggunaan dana tersebut. Biasanya monitoring yang dilakukan

debtholders melalui mekanisme debt covenant. Hal ini terjadi

karena kontrol yang besar dari pihak manajerial menyebabkan

mereka mampu melakukan investasi dengan lebih baik sehingga

memerlukan tambahan dana melalui utang untuk pendanaannya.

bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pendanaan, tetapi tidak terhadap kebijakan dividen. Ini

membuktikan bahwa pemegang saham yang sekaligus sebagai

pengelola perusahaan cenderung memilih kompensasi berupa gaji

dan bonus atau insentif jangka panjang lainnya dibandingkan

dengan dividen. Adanya asimetri informasi membuat manajer

lebih leluasa bertindak dalam menentukan strategi capital structure

karena lebih menguasai informasi dalam perusahaan. Informasi

baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang beredar di

pasar, meskipun sebenarnya informasi ini bersifat murah dan harus

tersedia bagi semua pihak. Namun, karena persaingan pasar antar

investor membuat informasi baru segera direfleksi dalam harga

saham di pasar secara cepat sehingga terjadi pula kompetisi dalam

mencari informasi untuk mendapatkan keuntungan sesaat. Secara

implisit kepada investor tentang bagaimana manajemen

memandang prospek perusahaan. Umumnya perusahaan yang

menguntungkan akan berusaha menghindari penjualan saham dan

berusaha mencari sumber dana alternatif lain. Sedangkan

perusahaan yang kurang menguntungkan akan berusaha menjual

sahamnya.

37

Pengumuman emisi saham sebenarnya merupakan sinyal bahwa

manajemen perusahaan memandang prospek perusahaan sedang

suram, itulah sebabnya pada saat awal emisi saham, harga saham

akan rendah. Selanjutnya sejalan dengan kepercayaan investor

maka harga saham akan meningkat. Penggunaan sumber

pendanaan dari luar (utang) lebih banyak menunjukkan sinyal

bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Namun,

penggunaan utang juga merupakan trade off yang dapat

menyebabkan kemungkinan kebangkrutan semakin meningkat.

Selain penggunaan utang yang lebih besar, pembayaran dividen

juga dapat menunjukkan sinyal. Jika perusahaan mengumumkan

peningkatan dividen, maka investor akan menganggap kondisi

perusahaan saat ini dan akan datang relatif baik dan sebaliknya.

Hal ini membuktikan asimetri informasi berpengaruh positif bagi

pendanaan perusahaan.

H1 = kepemilikan manajerial berpengaruh positif bagi perusahaan.

5.4.3. Hipotesis Risiko Usaha Bank:

1) Hipotesis Mayor:

Kredit merupakan substitusi yang tidak sempurna bagi obligasi karena

perusahaan terutama sektor riil yang berskala kecil tidak mampu

mendapatkan dana dari menerbitkan obligasi sehingga mereka sangat

bergantung pada kredit yang diberikan oleh bank (bank dependen).

Penawaran kredit dipengaruhi suku bunga kredit, suku bunga obligasi,

jumlah deposito, dan rasio cadangan minimum bank. Hal ini dapat

dimengerti dengan jumlah deposito yang menjadi faktor penentu

penawaran kredit bank karena dana pihak ketiga merupakan sumber dana

terbesar yang dimiliki bank, oleh karena itu sangat penting bagi perbankan

untuk mengumpulkan dana dari masyarakat luas agar penawaran kredit

perbankan juga dapat ditingkatkan yang pada akhirnya manfaatnya juga

akan dirasakan oleh masyarakat.

38

Semakin tinggi tingkat bunga kredit terhadap biaya dana, semakin tinggi

pula margin keuntungan rata-rata bank, sehingga bank semakin tertarik

untuk memberikan kredit, hal ini mencerminkan tingkat inflasi yang

diharapkan. Variabel lebih bersifat berpandangan ke depan dan

berhubungan dengan risiko kredit. Inflasi yang tinggi cenderung

dihubungkan dengan spekulasi harga aset dan misalokasi sumber daya riil.

Hal ini menyebabkan pada tingkat inflasi yang tinggi, bank cenderung

menjadi pemberi kredit yang relatif berhati hati yang membuktikan adanya

pengaruh risiko usaha bank.

H0 = risiko kredit dan deposito berpengaruh positif terhadap karakteristik

perusahaan.

2) Hipotesis Minor:

a. Risiko Kredit:

Risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah

mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta

bunganya sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan (Siamat,

1999). Dengan demikian, hipotesis yang dapat dibangun adalah

bahwa risiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap

struktur modal bank.

H1 = risiko kredit berpengaruh negatif terhadap karakteristik

perusahaan dan pengungkapan sukarela.

b. Risiko Deposito:

Mendasarkan pada premis bahwa sebagai akibat risiko yang tinggi,

maka deposan bereaksi dengan menarik atau mempertahankan

depositonya (Park and Peristiani, 1998) dan (Jagtiani and Lemieux,

2001). Hasil menunjukkan bahwa volume deposito yang tidak

dijamin menurun pada bank yang mengalami peningkatan risiko

meskipun bank merespon dengan menawarkan tingkat bunga

deposito yang lebih tinggi.

H1 = risiko deposito berpengaruh positif terhadap karakteristik

perusahaan dan pengungkapan sukarela.

39

5.4.4. Hipotesis Pengungkapan Sukarela:

1) Hipotesis Mayor:

Botosan (1997: 326) menyatakan bahwa pengukuran yang dilakukan atas

tingkat disclosure, dimana terbatas pada disclosure laporan tahunan, tidak

akan memberikan pengganti yang kuat untuk keseluruhan tingkat

disclosure ketika perusahaan dihadapkan dengan sejumlah besar analis dan

menggunakan para analis ini untuk berkomunikasi dengan pasar.

H0 = pengungkapan sukarela berpengaruh positif signifikan antara tingkat

disclosure terhadap biaya-biaya ekuitas.

2) Hipotesis Minor:

a. Beban Personalia:

Apabila perusahaan lebih banyak menggunakan hutang (debt) dari

pada ekuitas dalam memenuhi kebutuhan dananya, maka hal ini

akan mendorong meningkatnya biaya atau beban tetap perusahaan

dan hal ini akan memberikan kontribusi terhadap meningkatnya

beban tetap total, berupa biaya bunga yang harus dibayar bank.

Pengaruh tidak langsung beban manajemen terhadap struktur

modal dengan nilai yang cukup besar jika beban manajemen

dihubungkan dengan struktur kepemilikan domestik. Hal ini

menunjukkan bahwa bank yang memiliki beban biaya manajemen

yang besar dengan kepemilikan saham mayoritas domestik

cenderung menggunakan hutang sebagai sumber pendanaannya

(Titman and Wessel, 1988) dan (Darwanto, 2008).

H1 = beban manajemen memiliki pengaruh positif terhadap ekuitas.

b. Beban Bunga:

Dengan variabel karakteristik spesifik bank yang lainnya, tingkat

profitabilitas memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap

struktur modal. Sedangkan untuk pengaruh tidak langsung, tingkat

profitabilitas memberikan pengaruh tidak langsung yang cukup

besar terhadap struktur modal.

40

Hal ini mengindikasikan bahwa profitabilitas yang cukup besar

cenderung dimiliki oleh bank struktur kepemilikan asing dan

menggunakan proporsi hutang yang lebih kecil karena kebutuhan

dana dapat diperoleh dari laba ditahan (ekuitas) (Titman and

Wessel, 1988).

H1 = beban bunga berpengaruh positif terhadap struktur modal

bank.

c. Modal Intelektual:

Bentuk intellectual capital disclosure merupakan informasi yang

bernilai bagi investor, yang dapat membantu mereka mengurangi

ketidakpastian mengenai prospek ke depan dan memfasilitasi

ketepatan penilaian terhadap perusahaan. Intellectual capital

disclosure dapat menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik.

Perusahaan lebih memilih untuk meningkatkan salah satu

komponen karena manajemen menganggap penerapan corporate

governance merupakan garansi bagi investor, serta dapat

mengurangi biaya keagenan yang ditimbulkan oleh asimetri

informasi. Oleh karena itu, semakin besar dukungan finansial

perusahaan akan semakin banyak pengungkapan informasi

termasuk intellectual capital disclosure. Hal ini menjelaskan

pengaruh positif antara profitabilitas dan keluasan pengungkapan

termasuk intellectual capital disclosure.

H1 = modal intelektual berpengaruh positif terhadap pengungkapan

sukarela.

d. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK):

Pelonggaran aspek BMPK terutama untuk penempatan dana bank

pada bank lain (paket kebijakan Bank Indonesia Januari 2005—

Pakjan 2005) adalah contoh kebijakan yang dindikasikan untuk

mendorong proses konsolidasi perbankan.

41

Proses konsolidasi perbankan melalui merger dan akuisisi diyakini

akan mengurangi jumlah bank, dan akan lebih meningkatkan

konsentrasi pangsa pasar perbankan. Diketahui bank memiliki

kemampuan menetapkan harga diatas marginal cost (market

power). Dalam kondisi yang demikian, diyakini bahwa bank akan

cenderung melakukan abuse dari posisinya yang dominan—abuse

dominant position, diantaranya melalui kebijakan penetapan harga,

entry barrier serta berbagai praktik diskriminasi yang semuanya

dapat dikategorikan sebagai praktik persaingan usaha tidak sehat.

Salah satu cara untuk meminimalkan dampak negatif tersebut,

adalah dengan menerapkan prinsip disclosure of information serta

peningkatan transparansi bank terutama terkait dengan berbagai

ketentuan yang dikenakan kepada publik. Sehingga dapat

dikatakan bahwa ada korelasi antara aset dan modal dengan kinerja

bank.

H1 = batas maksimum pemberian kredit mengalami pengaruh

positif terhadap pengungkapan sukarela.

e. Kredit:

Atif Mian (2003) menyatakan bahwa bank domestik lebih

cenderung agresif dalam menempatkan dananya dalam bentuk

kredit. Keunggulan yang dimiliki terkait dengan soft information

yang membuat bank meminjamkan lebih besar dengan tingkat

bunga tinggi.

H1 = risiko kredit berpengaruh positif terhadap tingkat disclosure.

f. Sekuritas:

Jika pembiayaan eksternal diperlukan, perusahaan menerbitkan

surat berharga yang paling aman terlebih dahulu, yaitu hutang,

kemudian, surat berharga seperti obligasi konvertibel, dan

selanjutnya ekuitas di pilihan terakhirnya. Mengenai peluang

investasi perusahaan, manajer lebih mengetahui fakta-fakta dasar

tentang perusahaannya.

42

Mereka memiliki pandangan intern mengenai organisasi, bahkan

tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh perusahaan.

Pengetahuan organisasional ini diperoleh saat mereka bekerja.

Pengaruh penerbitan obligasi subordinasi merupakan salah satu

komponen modal terhadap profitabilitas. Analisis pengaruh

penerbitan obligasi termasuk obligasi subordinasi dan penawaran

umum terbatas menunjukkan bahwa aksi korporasi berupa

penerbitan obligasi subordinasi memberikan dampak perbaikan

kinerja terutama terlihat dari pertumbuhan laba bank pada indikator

return on assets.

H1 = sekuritas berpengaruh positif terhadap tingkatan disclosure

dan karakteristik perusahaan.

5.4.5. Hipotesis Word of Mouth:

1) Hipotesis Mayor:

Jasa dikatakan berkualitas bila jasa yang diterima relatif lebih memuaskan

daripada apa yang diharapkan pelanggan. Dalam proses produksi dan

konsumsi jasa, gap yang terjadi bisa di pihak pelanggan (customer gaps)

bisa juga pada service provider (provider gaps). Adalah tugas service

provider untuk menemukan penyelesaian, mempelajari faktor faktor yang

mengakibatkan timbulnya kesenjangan tersebut, serta melakukan

pemulihan untuk memperkecil gap yang terjadi, dan bahkan bila mungkin

memberikannya kompensasi atau pemulihan istimewa. Loyalitas

konsumen merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian

secara berulang-ulang, dan untuk membangun kesetiaan nasabah terhadap

produk dan jasa yang dihasilkan oleh bank. Bahwa dibutuhkan waktu

yang lama melalui suatu proses pembelian yang berulang-ulang, yang

mengungkapkan perubahan loyalitas mempunyai pengaruh terhadap

pertumbuhan volume tabungan dan structured product. Selain itu,

awareness diperlukan untuk menarik nasabah baru tetapi dibutuhkan

loyalitas untuk pengembangan dalam mempertahankan nasabah tersebut.

43

Hal ini menegaskan word of mouth mengalami pengaruh positif bagi sales

person, rekomendasi produk, dan pelayanan bank .

H0 = word of mouth berpengaruh positif terhadap karakteristik perusahaan

dan pengungkapan sukarela.

2) Hipotesis Minor

a. Membicarakan Produk (talking):

Bahwa konsumen akan lebih percaya kepada rekomendasi orang

orang terdekatnya daripada rekomendasi langsung atau bahkan

program pemasaran perusahaan (Solomon, 1999).

H1 = profitable talker berpengaruh positif terhadap karakteristik

perusahaan.

b. Menjual Produk (selling):

Bahwa kualitas sistem dan pelayanan memengaruhi penggunaan

dan kepuasan pengguna, menjadi anteseden dari pengaruh individu,

dan pengaruh individu pada akhirnya akan memengaruhi organisasi

(DeLone and McLean, 2004).

H1 = selling berpengaruh positif terhadap karakteristik dan

pengungkapan sukarela perusahaan.

c. Mempromosikan Produk (promoting):

Bahwa semakin sebuah produk dikenal, disimpan dalam ingatan

dan diingat oleh seseorang maka semakin besar kemungkinannya

untuk dipilih dan dibeli oleh konsumen (Haryanto, 2009). Hal ini

juga sesuai dengan temuan Durianto, et al., (2001) yang

menyebutkan bahwa konsumen akan lebih cenderung membeli

sebuah barang yang sudah dikenalnya secara baik, dalam hal ini

tingkat brand awareness produk tersebut adalah tinggi.

H1 = promosi berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela.

44

5.4.6. Hipotesis Service Recovery:

1) Hipotesis Mayor:

Service recovery diwujudkan dengan persepsi distributive justice,

procedural justice, dan interactional justice. Distributive justice adalah,

atribut yang memfokuskan pada hasil dari penyelesaian service recovery,

sebagai contoh usaha apa yang dilakukan perusahaan untuk menangani

keluhan pelanggan, diwujudkan dengan memberi kompensasi kepada

pelanggan, misalnya dengan memberi diskon, kupon, free gift, dan

sebagainya. Procedural justice, merupakan atribut yang memfokuskan

pada keadilan yang diterima oleh konsumen ketika mengajukan komplain

sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan,

meliputi process control, decision control, accessibility, timing atau speed,

dan flexibility ketika menangani komplain pelanggan. Interactional

justice, adalah atribut yang memfokuskan pada kelakuan atau respon yang

ditunjukkan oleh perusahaan ketika berhadapan dengan konsumen pada

saat mengajukan komplain, meliputi explanation, honesty, politeness,

effort, dan emphaty. Keputusan perusahaan melakukan tindakan perbaikan

pelayanan yang sistematis merupakan payung yang menentukan dalam

menindaklanjuti komplain konsumen dari suatu kegagalan sehingga pada

akhirnya mampu mengikat loyalitas konsumen. Kualitas layanan dapat

memengaruhi loyalitas pelanggan secara langsung atau secara tidak

langsung melalui level kepuasan. Kualitas layanan mendorong pelanggan

untuk komitmen kepada produk dan layanan suatu perusahaan sehingga

berdampak kepada peningkatan market share suatu produk. Kualitas

layanan sangat penting dalam mempertahankan pelanggan dalam waktu

yang lama. Perusahaan yang memiliki layanan yang superior akan dapat

memaksimalkan performa keuangan perusahaan.

45

Hal tersebut menegaskan service recovery melakukan upaya perbaikan

sistem kualitas pelayanan, akan jauh lebih efektif bagi keberlangsungan

bisnis, dan pengaruh dari memperhatikan kebutuhan pelanggan dengan

sungguh-sungguh, konstruk kepuasan pelanggan dengan kualitas layanan,

dan komunikasi antara pelanggan tentang karakteristik bisnis atau produk

yang mengarah pada komunikasi yang membantu pelanggan tentang

perusahaan yang membantu mereka untuk keputusan berlangganan.

H0 = service recovery berpengaruh positif terhadap word of mouth

intentions.

2) Hipotesis Minor:

a. Pemberian Kompensasi:

Bila terjadi kegagalan jasa, pelanggan berharap ada kompensasinya

(distributive fairness). Penelitian ini memperkuat teori tentang

distributive justice oleh Seider and Berry (1998:10) yang

menyatakan bahwa bila terjadi kegagalan jasa, pelanggan berharap

ada kompensasi yang adil.

H1 = pemberian kompensasi berpengaruh positif terhadap word of

mouth.

b. Evaluasi Pengalaman Nasabah:

Bahwa proses terciptanya word of mouth terhadap produk dan jasa

didasarkan pada pengalaman individual dengan merek, menjadi

sumber bagi terciptanya rasa percaya, dan pengalaman ini akan

memengaruhi evaluasi konsumen dalam konsumsi dengan produk

dan jasa. Procedural fairness merupakan persepsi nasabah

terhadap sistem ataupun prosedur penanganan keluhan yang

dilakukan oleh perusahaan, dimana prosedur yang baik akan

menimbulkan service recovery satisfaction (Wirtz and Mattila,

2003).

H1 = pengalaman konsumtif nasabah berpengaruh positif terhadap

word of mouth.

46

c. Menyampaikan Keluhan Pelanggan Kepada Atasan:

Perilaku relasi antar pribadi yang adil meliputi kesopanan,

perhatian, dan kejujuran; penjelasan atas kegagalan jasa yang

terjadi; dan usaha yang tulus dalam memecahkan masalah yang

dihadapi pelanggan, sehingga apabila interactional fairness baik

akan berpengaruh positif pada service recovery satisfaction (Seider

and Berry, 1998: 10).

H1 = penanganan keluhan berpengaruh positif terhadap word of

mouth.

6. Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur atau langkah-langkah dalam upaya

mendapatkan pengetahuan ilmiah. Metodologi penelitian adalah cara sistematis

untuk menyusun ilmu pengetahuan, sedangkan teknik penelitian adalah cara untuk

melaksanakan metode-metode penelitian.

6.1. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan metodologi eksperimen yang menyusun penelitian

untuk menguji apakah variabel-variabel eksperimen efektif atau tidak efektif.

Untuk menguji keefektifannya harus digunakan variabel kontrol.

Penelitian eksperimen biasa dilakukan untuk pengujian hipotesis-hipotesis

yang dirumuskan bersifat ketat. Berdasarkan sifat penelitian, peneliti

menggunakan penelitian korelasional. Bertujuan untuk meneliti efektif dari

variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi faktor lain berdasarkan

koefisien korelasi.

Berdasarkan tujuan penelitian, peneliti menggunakan penelitian

eksplanasi (confirmatory) yang menyoroti hubungan antar variabel dengan

menggunakan kerangka pemikiran kemudian dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

Berdasarkan pendekatan, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif

maka penelitian ini sistematis menyusun analisis kuantitatif.

47

6.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan pada kantor-kantor Bank Sumsel Babel di

kota Pagaralam-Jarai provinsi Sumatera Selatan, baik di kantor cabang utama

maupun cabang pembantu. Sementara bonafiditas tetap diupayakan oleh peneliti

dengan merujuk kantor pusat Bank Sumsel Babel yang berlokasi di Mangga Dua

Jakarta Utara. Konstruk bonafiditas adalah kapabilitas perusahaan yang mampu

mendirikan kantor utama maupun cabang pembantu di ibukota Jakarta Raya.

Waktu penelitian akan ditentukan setelah memperoleh surat rekomendasi dari

sekolah tinggi ilmu ekonomi (STIE) Lembah Dempo Pagaralam

6.3. Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel

Kecukupan hasil sampel menggunakan pemilihan sampel yang akan

mewakili kesempatan bagi populasi untuk dipilih sebagai sampel penelitian.

Sampel dalam penelitian ini dirumuskan dalam 1 (satu) jenis umum penarikan

sampel yakni cluster sampling. Cluster sampling adalah penarikan sampel yang

digunakan pada penarikan sampel populasi yang tersebar pada area geografis

seperti kabupaten dan kota.

6.4. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data statistik adalah kumpulan data yang bisa memberikan gambaran

tentang suatu keadaan atau dengan istilah lain, statistika adalah deretan atau

kumpulan angka yang menunjukkan keterangan mengenai cabang kegiatan hidup

tertentu.

Data yang direncanakan oleh peneliti adalah diskrit yang diteliti pada

Bank Sumsel Babel, dan metode pengumpulan data dilakukan dengan

menyebarkan kuesioner pada manajer bank dan karyawan Bank Sumsel Babel.

48

6.5. Metode Analisis Data

Metode Statistika menggunakan analisis regresi menjadi pilihan peneliti

dalam menyusun penelitian Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

Pengungkapan Sukarela Pada Bank Sumsel Babel Dengan Word of Mouth

Sebagai Variabel Moderasi Kota Pagaralam. Statistika adalah metode ilmiah yang

mempelajari pengumpulan, pengaturan, perhitungan, penggambaran, dan

penganalisis data, serta penarikan kesimpulan yang valid berdasarkan penganalisis

yang dilakukan dan pembuatan keputusan yang rasional.

Gambar 6.2. Sistematika Analisis Data Statistika

Rumusan Hipotesis Nol Dan Hipotesis Alternatif

Taraf Nyata

Uji Statistik

Aturan Pengambilan Keputusan

Mengambil Sampel Dan Keputusan

Tidak Menolak H0 Menolak H0 dan Menerima H1

49

6.6. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian

6.6.1. Karakteristik Perusahaan

Tabel 6.1. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian

Variabel Indikator Sub Indikator Skala

Karakteristik

Perusahaan

Likuiditas

Rasio Kas (cash ratio) Rasio

Rasio Lancar (current ratio) Rasio

Rasio Sangat Lancar

(quick ratio atau

acid test ratio)

Rasio

Rasio Perputaran Kas

(cash turnover)

Rasio

Rasio Perputaran Modal Kerja

(inventory to

net working capital)

Rasio

Net Profit Margin Net Income Rasio

Operating Income Rasio

Return on Assets

Daya Laba Dasar

(basic earning power)

Rasio

Hasil Pengembalian Total

(return on total assets)

Rasio

Hasil Pengembalian Ekuitas

(return on total equity)

Rasio

Margin Laba Penjualan

(profit margin on sales)

Rasio

Asimetri Informasi

Afiliasi Perusahaan Rasio

Biaya Pemrosesan Pesanan

(order processing cost)

Rasio

Biaya Penyimpanan

Persediaan

(inventory holding cost)

Rasio

Bid Ask Spread Rasio

Dealer Spread Rasio

Kepemilikan Institusional Rasio

Kepemilikan Manajerial Rasio

Market Spread Rasio

Risiko Usaha Bank

Biaya Bunga Rasio

Kredit Bermasalah Rasio

Modal Ekuitas (equity capital) Rasio

Risiko Deposito Rasio

Risiko Kredit Rasio

Total Deposito Rasio

Total Pinjaman (total loans) Rasio

50

6.6.2. Pengungkapan Sukarela

Tabel 6.2. Definisi Operasional Dan Indikator Penelitian

Variabel Indikator Sub Indikator Skala

Pengungkapan

Sukarela

Beban Personalia Beban Pajak Penghasilan Rasio

Total Aktiva Rasio

Nilai Pinjaman

(borrowing)

Amortisasi Atas Biaya Rasio

Amortisasi Diskonto Rasio

Beban Bunga Rasio

Bunga Pinjaman Rasio

Pinjaman Subordinasi Rasio

Total Aktiva Rasio

Modal Intelektual

Aktiva Tetap Rasio

Jumlah Sumber Daya

Manusia

Rasio

Structured Capital Rasio

Batas Maksimum

Pemberian Kredit

Jumlah Liabilitas Rasio

Kredit Rasio

Pembiayaan

Publik

(public loans)

Hutang Jangka Pendek Rasio

Hutang Jangka Panjang Rasio

Loan to Deposit Ratio Rasio

Sekuritas

Obligasi Rasio

Sukuk Rasio

Saham Rasio

Sertifikat Bank Indonesia Rasio

51

6.6.3. Word of Mouth

Tabel 6.3. Definisi Operasional Variabel Dan Indikator Penelitian

Variabel Indikator Sub Indikator Skala

Word of Mouth

Talking

Katalog Ordinal

Kotak Saran Ordinal

Nota Pembelian Ordinal

Presentasi Penjualan Ordinal

Recall Ordinal

Sumsel Babel Prioritas Ordinal

Selling

Deposito Ordinal

eCommerce Ordinal

Kredit Ordinal

Transaksi Nilai Tukar

(foreign exchange)

Ordinal

Pembayaran Tagihan Kartu

Kredit

Ordinal

Pengiriman Uang (remittance) Ordinal

Produk Giro Ordinal

Safe Deposit Box Ordinal

Sertifikat Deposito Ordinal

Standby Letter of Credit Ordinal

Tabunganku Ordinal

Promoting

Brosur Ordinal

Diskon Ordinal

Laporan Tahunan Ordinal

Media Sosial Ordinal

Pameran Ordinal

Pasar Malam Ordinal

Pertemuan Penjualan Ordinal

Signage Ordinal

Service Recovery

Distributive

Fairness

Pemberian Kompensasi

Ordinal

Procedural

Fairness

Evaluasi Pengalaman

Konsumtif Nasabah

Ordinal

Interactional

Fairness

Menyampaikan Keluhan

Kepada Manajer Bank

Ordinal

52

7. Rencana Sistematika Skripsi

7.1. Sistematika Penulisan Skripsi:

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela

Pada Bank Sumsel Babel Dengan Word of Mouth Sebagai Variabel Moderasi

Kota Pagaralam, menyusun pembahasan yang dibagi kedalam 5 (lima) bab

sistematika penulisan skripsi, sebagai berikut:

1) Bab I Pendahuluan:

Bab ini menguraikan latar belakang, perumusan masalah, karakteristik

perusahaan, pengungkapan sukarela, word of mouth, service recovery,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka pemikiran.

2) Bab II Tinjauan Pustaka:

Bab ini menguraikan landasan teori, sejarah perbankan Indonesia, Bank

Sumsel Babel, sejarah Bank Sumsel Babel, dewan direksi Bank Sumsel

Babel, dewan komisaris Bank Sumsel Babel, visi dan misi Bank Sumsel

Babel, pengertian bank, karakteristik perusahaan, pengungkapan sukarela,

service recovery, word of mouth, prinsip mengenal nasabah, cetak biru

edukasi konsumen, pendidikan keuangan, signage, go public, yurisdiksi

hukum internasional ASEAN, persetujuan perdagangan bidang jasa di

ASEAN, penelitian terdahulu, kerangka konseptual penelitian, dan

hipotesis.

3) Bab III Metodologi Penelitian:

Bab ini menguraikan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, jenis

data dan metode pengumpulan data, metode analisis data, dan definisi

operasional dan indikator penelitian.

4) Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan:

Bab ini menguraikan temuan penelitian dan pembahasan.

5) Bab V Penutup:

Bab ini menguraikan simpulan dan saran.

53

7.2. Sistematika Penelitian

Gambar 7.3. Sistematika Penelitian

Bank Sumsel Babel Annual Report Award 2015

Karakteristik Perusahaan

Pengungkapan Sukarela Word of Mouth

Service Recovery

Hipotesis

Catatan Observasi Kuesioner

Sumber Data

Statistika

Analisis Keputusan

Analisis Data

Simpulan dan Saran

54

7.3. Konsep Penelitian

Gambar 7.4. Konsep Penelitian

Bank Sumsel Babel 2020

Pengungkapan Sukarela Word of Mouth

Service Recovery Karakteristik Perusahaan

Kegiatan Usaha Bank Sumsel Babel Periode 2011-2015

Proses Go Public

Laporan Keuangan Publikasi Laporan Laba Rugi Komprehensif

Informasi dan Edukasi Konsumen

Laporan Kinerja Bank Pembangunan Daerah (BPD) Konvensional

Persetujuan Perdagangan Bidang Jasa di ASEAN

55

8. DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica., dan Ikka, Retrinasari., 2007. Analisis Pengaruh

Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam

Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ.

Proceeding Seminar Nasional Inovasi Dalam Menghadapi Perubahan

Lingkungan Bisnis. pp. 2-16.

Anderson, E.W., and Mittal. V., 2000. Strengthening The Satisfaction Profit

Chain. Journal of Service Research, Vol. 3, No. 2. pp. 107-121.

Botosan, C., 1997. Disclosure Level and the Cost of Equity Capital, The

Accounting Review, vol. 72 (3), hal. 323-349.

Bozzolan, S., Favotto, F., and Ricceri, F., 2003. “Italian Annual Intellectual

Capital Disclosure: An Empirical Analysis”. Journal of Intellectual

Capital. pp. 4 (4), 543-558.

Cunha, M.P., Rego, A., and Kamoche, K., 2009. Improvisation in Service

Recovery. Managing Service Quality: An International Journal. (online).

Vol 19 (6), 657-669.

Darwanto, Sony Aji., 2008. The effect Macro Economic Conditions and Bank

Specific on the Capital Structure and Source of Funding Choice Decision

of Banking Industry Indonesia. Disertasi. Bandung. Fakultas Ekonomi

Padjadjaran.

De Lone, W., and McLean, E., 2004. Measuring eCommerce Success: Applying

The Information Systems Success Model. International Journal of

Electronic Commerce, 9 (1): 31-47.

Durianto Darmadi, Sugiarto., dan Sitinjak, Toni., 2001. Strategi Menaklukkan

Pasar: Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta. Gramedia.

eBizz Asia. 2004. Survey Kepuasan Industri Perbankan.

Haryanto, J.O., 2009. Pengaruh Upaya Ekstra dalam Meningkatkan Intensi

Membeli Konsumen. Jurnal Bunga Rampai Perilaku Konsumen,

1 (8): 191-208.

Jagtiani, J., and Lemieux, C., 2001. Markets Discipline Prior to Failure. Journal

of Economics and Business 53 (2/3): 313– 324.

Jensen, M.C., and R.S., Ruback., 1983. The Market for Corporate Control.

Journal of Financial Economics. pp. 11: 5-50.

Juniarti., dan F. Yunita., 2003. Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya

Ekuitas. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, No. 2. pp. 150-168.

Keenan, J., and Aggestam, M., 2001. Corporate Governance and Intellectual

Capital: Some Conceptuals. Corporate Governance. pp. 9, 259-275.

Key Performance Indicators Bank Swasta (KPIs-BS). 2005. Perbankan. Jakarta.

Bank Indonesia.

Kiswara., 1999. ―Pengaruh Earning Power terhadap Praktek Manajemen Laba‖

Semarang.

Komalasari, Puput Tri., 2001. Asimetri Informasi dan Cost of Equity Capital.

Simposium Nasional Akuntansi III. pp. 907-929.

Kotler, Philip., 2003. ”Marketing Management,” International Edition, 11th

edition. Prentice Hall Pearson Education International, Inc.

56

Lange, H., I. Ramsay., dan L, A. Woo., 2000. Corporate Governance and Anti

Takeover Devices: Evidence from Australia, Corporate Governance: An

International Review. pp. 8 (3): 227-243.

Mason, Robert. D., and Lind, Douglas. A., 1999. Teknik Statistika Untuk Bisnis

dan Ekonomi Jilid I. Surabaya. Erlangga.

Mason, Robert. D., and Lind, Douglas. A., 1999. Teknik Statistika Untuk Bisnis

dan Ekonomi Jilid II, Surabaya, Erlangga.

McCullough, M.A., Berry, LL., and Yadav, M.S., 2000. An Empirical

Investigation of Customer Satisfaction After Service Failure and

Recovery. Journal of Service Research, Vol. 3. pp. 121-137.

Mian, Atif., 2003. Foreign, Private Domestic, And Goverments Banks: New

Evidence from Emerging Markets. Chicago. Graduate School of Business,

University of Chicago.

Park, S., and Peristiani, S., 1998. Market Discipline by Thrift Depositors. Journal

of Money, Credit, and Banking, 30 (3): 347-365.

Prayogi., 2003. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan

Sukarela Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa

Efek Jakarta. Tesis dipublikasikan. Semarang: Eprints UNDIP.

Ritter, Jay R., and Ivo Welch., 2002. A Review of IPO Activity, Pricing, and

Allocations. Journal of Finance, Vol. 57, No. 4. pp. 1795-1828.

Rosen, E., 2004. The Anatomy of Buzz. Jakarta. Penerbit Elex Media

Computindo.

Seider, K., and Berry L., 1998. Service Fairness: What It Is and Why It Matters,

Academy of Management Executive, Vol. 12: 8 – 20.

Singhvi, S. S., and Desai, H. B., 1971. An Empirical Analysis of The Quality of

Corporate Financial Disclosure. The Accounting Review, 46 (1),129-138.

Sheridan, Titman., and Wessels, Roberto., 1988. The Determinants of Capital

Structure Choice, The Journal of Finance, Vol. 43 No. 1 pp 1-19.

Shivdasani, A., 1993. Board Composition, Ownership Structure, and Hostile

Takeovers. Journal of Accounting and Economics. pp. 16: 167-198.

Siamat, Dahlan., 1999. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta.Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Solomon, R. Michael., 1999. Consumer Behavior, Buying, Having and

Beingupper. Saddle River: Prentice Hall.

Thurau, P.L., and Walsh, K.L., 2003. International Marketing. Chicago. Dryden

Press.

Tjiptono, F., 2002, Strategi Pemasaran. Yogyakarta. Penerbit: Andi Off-set.

Watts, R.L., and Zimmerman, J., 1978. “Towards A Positive Theory of The

Determination of Accounting Standard”. Accounting Review, January.

pp. 112-134.

Welker, M., 1995. Disclosure Policy, Information Asymmetry, and Liquidity in

Equity Markets. Contemporary Accounting Research, Vol. 11, No. 2,

(Spring). pp. 801-827.

57

Wirtz, Jochen., and Anna, S. Matilla., 2003. Consumer Responses to

Compensation, Speed of Recovery and Apology After A Service Failure,

International Journal of Service Industry Management, Vol.15, No.2.

pp. 150-166.

8.1. Websites

www.banksumselbabel.com. 2015, Bank Sumsel Babel Raih Juara Annual

Report Award, Sumatera Selatan, Bank Sumsel Babel.

Diakses 28 Desember 2015, (data empirik).

www.indonesiataxconsultant.com. 2008. Pajak karyawan PPh Pasal 21: Apakah

PPh Pasal 21 Itu?. Tax and Solutions. Diakses 4 Januari 2016.

www.otoritasjasakeuangan.com. 2015, Booklet Perbankan Indonesia. Jakarta,

Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan (Mei).

Diakses 13 November 2015, (data empirik).

8.2. Peraturan Perundang-undangan

Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2006. Salinan Keputusan Ketua

Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan

Nomor: KEP-134/BL/2006 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan

Tahunan Bagi Emiten Atau Perusahaan Publik. Jakarta. Badan Pengawas

Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/20005 Tentang Penilaian Kualitas

Aktiva Bank Umum.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/205 Tentang Batas Maksimum

Pemberian Kredit Bank Umum.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 8 Tentang Peristiwa Setelah

Tanggal Neraca. 14 Oktober 2001 (revisi 2003).

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 26 Tentang Biaya Pinjaman.

(revisi 1997).

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 29 Tentang Laporan Auditor

Atas Laporan Keuangan Auditan.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 30 Tentang Going Concern.

58

9. LAMPIRAN

9.1. Surat Keputusan STIE Lembah Dempo Pagaralam

Gambar 9.5. Surat Keputusan STIE Lembah Dempo Pagaralam

59

9.2. Kartu Bimbingan Skripsi

Gambar 9.6. Pedoman Bimbingan Skripsi 2015-2016

60

9.3. Kuesioner

No. /2016/K-Port.

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP

PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA BANK SUMSEL BABEL

DENGAN WORD OF MOUTH SEBAGAI VARIABEL MODERASI

KOTA PAGARALAM

Kepada yang terhormat agen-agen responden,

Komitmen Presiden Mengenai Pemerintahan Terbuka:

―… Undang-undang keterbukaan informasi publik meniscayakan apa yang

dilaksanakan oleh pemerintah, publik memiliki hak untuk mengetahuinya. Inilah

ciri-ciri dari open government yang menjadi salah satu nilai dalam negara

demokrasi‖.

(Presiden Soesilo Bambang Yoedhoyono, Juli 2011)

Mengingat:

1) Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan Nomor: S-13565/BL/20 12 tanggal 27 November 2012 perihal

persetujuan atas rancangan keputusan direksi bursa tentang kriteria dan

tata-cara penyampaian informasi pemenuhan kriteria "Dalam Satu Grup

Perusahaan" oleh perusahaan tercatat,

2) Peraturan Nomor VIII.G.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep

38/PM/1996 tentang Laporan Tahunan,

3) Peraturan Nomor X.K.1/Keputusan Bapepam Nomor: Kep-86/PM/1996

tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada

Publik,

4) Peraturan No. X.K.2/Keputusan Ketua Bapepam No. 36/PM/2003 tentang

Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala,

5) Peraturan No. X.K.4/Keputusan Ketua Bapepam No. 27/PM/2003 tentang

Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum,

6) Peraturan Nomor X.K.5/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep

46/PM/1998 tentang Keterbukaan Informasi Bagi Emiten atau Perusahaan

Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit,

7) Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004 atau Peraturan

Nomor IX.I.5. tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja

Komite Audit,

61

8) Peraturan Nomor VIII.A.1/Keputusan Ketua Bapepam No. Kep

34/PM/2003 tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan Kegiatan Di

Pasar Modal,

9) Peraturan Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep

20/PM/2002 tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit

Di Pasar Modal,

10) Peraturan Nomor: X.J.1/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep

79/PM/1996 tentang Laporan Kepada Bapepam oleh Akuntan.

Berdasarkan uraian peraturan tersebut diatas, isi dan jenis pelaporan Bank

Sumsel Babel yang wajib disampaikan kepada pihak publik dan Bapepam

diharapkan cukup memberikan akses informasi yang diperlukan para investor

terhadap Bank Sumsel Babel. Dengan kata lain, data dan informasi yang

disediakan dapat memenuhi kebutuhan informasi sebagai dasar pengambilan

keputusan investasi. Dibawah ini termaksud pernyataan-pernyataan yang menguji

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank

Sumsel Babel Dengan Word of Mouth Sebagai Variabel Moderasi Kota

Pagaralam. Oleh karena itu uji kompetensi anda terkonsentrasi pada jawaban

jawaban yang anda berikan. Klausula yang terjadi diharapkan membantu praktisi

dan akademisi dalam melengkapi variabel kontrol dan memenuhi pencarian

informasi perusahaan anda.

62

Dengan Hormat, Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

Pengungkapan Sukarela Pada Bank Sumsel Babel Dengan Word of Mouth

Sebagai Variabel Moderasi Kota Pagaralam mengingat anda sebagai orientasi

opini dan kredibilitas prestis Bank Sumsel Babel dalam mengisi tabel dan

checklist berbentuk kuesioner dibawah ini, guna meyakinkan komitmen investor

dan rekomendasi bagi nasabah terhadap Bank Sumsel Babel 2020, terima kasih,

dan sekaligus alat pembuktian bahwa Bank Sumsel Babel adalah hak Republik

Indonesia dalam memberikan kebanggaan berkehidupan berbangsa dan bernegara.

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa semua

keterangan yang saya berikan dalam aplikasi ini adalah benar dan akurat serta

merupakan data terkini,

1. Nama Lengkap : __________________________________

2. Alamat : __________________________________

3. Nomor Handphone : __________________________________

4. Nomor Faksimil : __________________________________

5. Email : __________________________________

6. Jabatan : __________________________________

7. Nama Perusahaan : __________________________________

8. Persentase Kepemilikan : __________________________________

9. Nama Perusahaan Anda : __________________________________

10. Nama Perusahaan Entitas Anak : __________________________________

11. Jenis Hubungan Perusahaan Anda : __________________________________

a. Individual (individual acting as a sole proprietorship),

b. Waralaba (corporation),

c. Kemitraan (partnership),

d. Perseroan Terbatas (limited liability company), atau

e. Lainnya (other business entity) (mohon beri tanda ―O‖ pada pilihan anda).

12. Jenis Kelamin : __________________________________

13. Kewarganegaraan : __________________________________

14. Pendidikan Terakhir : __________________________________

Petunjuk Umum:

1) Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden,

2) Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden,

3) Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukan

secara langsung (tidak menunda) guna menghindari ketidakkonsistenan

atas jawaban,

4) Responden berhak untuk menambahkan atau mengurangi hal-hal yang

tercantum dalam kuesioner ini, memiliki pandangan berbeda dengan

responden lainnya atau dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi

dengan alasan yang kuat,

5) Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategi internal dan

eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah (a) 1 = kurang sekali

(KS), (b) 2 = kurang (K), (c) 3 = rata-rata (R), (d) 4 = baik (B), dan (e) 5 =

istimewa (I).

63

9.3.1. Berikan data terkini pada prospektus dibawah ini

Tabel 9.4. Kegiatan Usaha Bank Sumsel Babel 2011-2015 (bank industries operations)

(dalam miliaran rupiah)

Indikator Desember 2011 Desember 2012 Desember 2013 Desember 2014 Desember 2015

1. Kredit Yang Diberikan Kepada Pihak

Ketiga.

2. Kredit Yang Diberikan Kepada Bank

Lain

3. Giro

4. Interbank Call Money

5. Deposito Berjangka

6. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

7. Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

8. Obligasi

9. Kredit Yang Diberikan

10. Surat Berharga

11. Giro

12. Tabungan

13. Simpanan Berjangka

14. Kewajiban Kepada Bank Indonesia

15. Kewajiban Kepada Bank Lain

16. Surat Berharga Yang Diterbitkan

17. PinjamanYang Diterima

18. Kewajiban Spot dan Derivatif

19. Kewajiban Lainnya

20. Setoran Jaminan

21. Modal Pinjaman

64

9.3.2. Berikan data terkini pada prospektus dibawah ini.

Tabel 9.5. Laporan Keuangan Publikasi Laporan Laba Rugi Bank Sumsel Babel 2011-2015

(dalam miliaran rupiah)

Indikator Desember 2011 Desember 2012 Desember 2013 Desember 2014 Desember 2015

1. Pendapatan Bunga

a. Dari Bank Indonesia

b. Dari Penempatan Pada Bank Lain

c. Dari Surat Berharga

d. Dari Kredit Yang Diberikan:

- kepada pihak ketiga bukan bank

- kepada bank lain

2. Beban Bunga

a. Kepada Bank Indonesia

b. Kewajiban Pada Bank Lain

c. Kepada Pihak Ketiga Bukan Bank:

- giro

- tabungan

- simpanan berjangka

d. Surat Berharga

e. Pinjaman Yang Diterima

g. Koreksi atas Pendapatan Bunga

3. Penurunan Nilai Wajar dan Kerugian

Penjualan Surat Berharga

4. Penurunan Nilai Wajar dan Kerugian

Penjualan Kredit Yang Diberikan

5. Jumlah Laba/Rugi Bersih (setelah

taksiran Pph)

65

9.3.3. Berikan data terkini pada prospektus dibawah ini.

Tabel 9.6. Laporan Kinerja Bank Sumsel Babel 2011-2015

(dalam miliaran rupiah)

Indikator Desember 2011 Desember 2012 Desember 2013 Desember 2014 Desember 2015 Rasio Pemenuhan Kecukupan Modal Minimum

(%):

a. Modal

b. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Rasio Modal Inti Terhadap ATMR (%):

a. Modal Inti (tier I)

b. ATMR

Return on Assets Ratio (%):

a. Laba Sebelum Pajak

b. Rata-rata Total Aset

Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasional (%):

a. Biaya Operasional

b. Pendapatan Operasional

Net Interest Margin Ratio (%):

a. Pendapatan Bunga Bersih

b. Rata-rata Total Aset Produktif

Loan to Deposit Ratio (%):

a. Total Kredit Kepada Pihak Ketiga Bukan

Bank

b. Total Dana Pihak Ketiga

Rasio Aset Likuid (%)

a. Aset Likuid Primer

b. Aset Likuid Sekunder

c. Total Aset

66

9.3.4. Checklist Kuesioner

Petunjuk Khusus:

1) Bobot mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari setiap faktor terhadap keberhasilan Bank Sumsel Babel dalam bisnis

perbankan,

2) Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategi internal dan eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah:

a. 1 = kurang sekali (KS),

b. 2 = kurang (K),

c. 3 = rata-rata (R),

d. 4 = biasa saja (BS), dan

e. 5 = istimewa (I).

Pemberian bobot masing-masing faktor strategik dilakukan dengan memberikan tanda [√] pada tingkatan (1-5) yang paling sesuai

menurut responden.

Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.

Tabel 9.7. Checklist Kuesioner

Indikator No. Deskripsi KS K R BS I

Karakteristik

Perusahaan

1. Apakah saat ini Bank Sumsel Babel anda merupakan pemegang saham pengendali

(PSP) pada bank lain?

2. Apakah Bank Sumsel Babel anda menjadi pemasok perangkat keras, material,

perlengkapan, bahan kimia atau pelindung beneficial owner?

3. Apakah visi dan misi, rencana bisnis, dan rencana strategi menjadi tanggung jawab

direksi Bank Sumsel Babel?

4. Apakah Bank Sumsel Babel anda bermaksud menjadi pengendali sebagai PSP dengan

tujuan investasi jangka panjang (strategic partner)?

67

Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.

Tabel 9.8. Checklist Kuesioner

Indikator No. Deskripsi KS K R BS I

Karakteristik

Perusahaan

5. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki daftar saham yang dimiliki oleh anggota

direksi?

6. Sejauh sesuai dengan hukum yang berlaku, apakah Bank Sumsel Babel anda

mempunyai kebijakan intern yang tertulis mengenai anggota direksi dengan

kedudukan rangkap sebagai direktur pada perusahaan lain?

7. Apakah terdapat potensi benturan kepentingan (conflict of interest) antara Bank

Sumsel Babel anda dengan direksi?

8. Apakah rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan diadakan 6 (enam) bulan

setelah tahun buku dan sesuai dengan ketentuan pasal 65 ayat 2 UU Perseroan

Terbatas?

9. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki daftar saham yang dimiliki oleh anggota

keluarga direksi dan komisaris?

10. Apakah Bank Sumsel Babel anda 51% (30% untuk perusahaan publik) dimiliki atau

dikendalikan oleh satu orang atau lebih adalah perempuan?

68

Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.

Tabel 9.9. Checklist Kuesioner

Indikator No. Deskripsi KS K R BS I

Karakteristik

Perusahaan

11. Apakah perempuan di Bank Sumsel Babel anda terdaftar sebagai wakil perusahaan

yang memiliki hak untuk mewakili perusahaan dalam kegiatan usaha. Jika terdapat

lebih dari satu wakil perusahaan (rekan perwakilan) di perusahaan yang sama, maka

jumlah saham yang dimiliki oleh rekan perwakilan perempuan harus melebihi jumlah

saham yang dimiliki oleh rekan perwakilan pria (saham yang disebutkan diatas hanya

berlaku untuk voting saham)

12. Apakah Bank Sumsel Babel anda 51% (30% untuk perusahaan publik) dimiliki dan

dikendalikan oleh satu orang atau lebih adalah gay, lesbian, biseksual atau

transgender?

13. Apakah Bank Sumsel Babel anda 51% (30% untuk perusahaan publik) dimiliki dan

dikendalikan oleh etnis minoritas?

14. Apakah Bank Sumsel Babel anda adalah usaha laba dimana 51% (30% untuk

perusahaan publik) dimiliki dan dikendalikan oleh satu orang atau lebih adalah

penyandang cacat, atau organisasi nirlaba yang mempekerjakan penyandang cacat?

69

Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.

Tabel 9.10. Checklist Kuesioner

Indikator No. Deskripsi KS K R BS I

Pengungkapan

Sukarela

1. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki sistem manajemen mutu yang

terdokumentasi?

2. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki program keamanan data atau informasi

yang didokumentasikan dan seseorang bertanggungjawab untuk mengawasi program

keamanan data atau informasi tersebut?

3. Apakah Bank Sumsel Babel anda telah membangun program dan prosedur dalam

sistem manajemen yang memampukan, memastikan dan mengonfirmasi kepatuhan

dengan semua hukum, peraturan serta persyaratan kontrak yang terkait? Ini berlaku

untuk semua hukum, peraturan dan persyaratan kontrak yang ada, bukan hanya yang

berhubungan dengan lingkungan saja?

4. Apakah evaluasi pribadi dan audit dilakukan secara teratur oleh Bank Sumsel Babel

anda untuk menilai kinerja dan memeriksa kepatuhan terhadap persyaratan sistem

manajemen lingkungan dan sosial?

5. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki sistem yang handal untuk mencatat jumlah

jam kerja setiap hari?

6. Apakah Bank Sumsel Babel anda menghitung dan membayar upah lembur

sebagaimana diatur oleh hukum?

7. Apakah rekening Bank Sumsel Babel anda berlokasi di negara yang sama dimana

perusahaan secara hukum terdaftar untuk melakukan usaha?

70

Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.

Tabel 9.11. Checklist Kuesioner

Indikator No. Deskripsi KS K R BS I

Pengungkapan

Sukarela

8. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki polis asuransi yang akan menutupi biaya

terkait pelanggaran keamanan?

9. Apakah Bank Sumsel Babel anda menyediakan informasi yang sama kepada

pemegang saham ataupun analis investasi?

10. Apakah perdagangan sukuk di pasar sekunder dibolehkan Bank Sumsel Babel anda

berdasarkan prinsip syariah?

11. Apakah penerbitan surat berharga syariah negara (SBSN) memerlukan persetujuan dari

dewan perwakilan rakyat (DPR)?

71

Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.

Tabel 9.12. Checklist Kuesioner

Karakteristik No. Deskripsi KS K R BS I

Word of Mouth 1. Unemployment

2. Apakah layanan, produk, dan teknologi disediakan Bank Sumsel Babel anda?

3. Untuk produk perangkat keras, apakah Bank Sumsel Babel anda memastikan

kepatuhan dengan peraturan negara termasuk keamanan produk, kompabilitas

elektromagnetik (electromagnetic compatibility (EMC)), dan telekomunikasi dimana

produk ini dijual? (Catatan: Ini mungkin memerlukan sertifikasi atau keterangan

kepatuhan, label produk, dan catatan atau peringatan dalam dokumentasi pengguna)

4. Apakah Bank Sumsel Babel anda akan bertanggungjawab dalam menyediakan layanan

sehubungan dengan tindakan pemerintah, seperti pembayaran pajak, denda atau biaya

untuk badan pemerintah, pengisian permohonan atau dokumen lain atau permohonan

persetujuan, otorisasi, izin, lisensi atau visa pemerintah?

5. Apakah Bank Sumsel Babel anda mengenkripsi data rahasia pribadi yang dikirim

melalui internet atau jaringan tidak aman lainnya?

6. Bagaimana Bank Sumsel Babel anda melindungi informasi rahasia pribadi jika dan

saat dipindahkan secara non elektronik (misalnya, dengan kurir)?

7. Apakah Bank Sumsel Babel anda mengenkripsi data rahasia pribadi yang dimuat pada

komputer laptop atau media penyimpanan portabel?

72

Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.

Tabel 9.13. Checklist Kuesioner

Karakteristik No. Deskripsi KS K R BS I

Word of Mouth 8. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki proses pelaporan insiden pelanggaran?

9. Apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki peraturan tentang hadiah dan donasi?

10. Apakah jenis kompensasi yang diberikan Bank Sumsel Babel anda kepada komisaris?

(gaji (terlepas dari kinerjanya), bonus (yang tergantung dari kinerjanya), stock options,

dan lain-lain (silahkan dirinci)

11. Apakah Bank Sumsel Babel anda melakukan survei kepuasan karyawan?

12. Jika Bank Sumsel Babel anda dimiliki oleh perusahaan lain, apakah perusahaan ini

atau perusahaan induk utama Bank Sumsel anda (jika ada) memiliki hubungan mitra

usaha dengan Bank Sumsel anda?

13. Apakah Bank Sumsel Babel anda melakukan survei kepuasan pelanggan?

14. Dalam hal terjadi produk cacat (misalnya insiden keamanan produk atau

ketidakpatuhan terhadap ketetapan peraturan negara), apakah Bank Sumsel Babel anda

memiliki cara untuk mengurangi risiko meliputi tindakan perbaikan, penarikan

kembali dan atau pemberitahuan kepada pelanggan jika diperlukan?

15. Dalam hal terjadi produk gagal, apakah Bank Sumsel Babel anda memiliki cara untuk

mengurangi dan mengelola masalah dan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh

produk gagal tersebut?

73

Berikan tanda [√] pada salah satu kotak jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan dibawah ini.

Tabel 9.14. Checklist Kuesioner

Karakteristik No. Deskripsi KS K R BS I

Word of Mouth 16. Apakah Bank Sumsel Babel anda akan bertanggungjawab dalam mewakili

kepentingan anda atau nasabah saat menghadapi badan atau agen pemerintah untuk

memengaruhi keputusan hukum atau kebijakan pemerintah (misalnya pelobi,

konsultan, dan lain-lain)?

17. Apakah Bank Sumsel Babel anda atau kelompok bisnis anda pernah ditolak

permohonan izinnya di bidang perbankan oleh otoritas di Indonesia dan di negara lain?

18. Apakah Bank Sumsel Babel anda pernah dipublikasikan atau menjadi objek investigasi

pihak berwenang di Indonesia atau negara lain dalam perkara pidana atau tindak

pidana di bidang keuangan?

74