PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN...
Transcript of PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN...
1 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
PENGARUH KARAKTERITIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE
AUDIT TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2013-2015
Dwi Ananda Putri
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Email: [email protected]
Pembimbing: Sri Ruwanti, SE., M.Sc; Tumpal Manik, M.Si
ABSTRAK
This study aims to determine the effect of the characteristics of board of
commissioners and audit committee on the level of accounting conservatism as
measured by Market To Book Ratio. The population in this study is a
manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange period 2013-
2015. Sampling method used in this research is purposive sampling, with this
method the resulted sample as many as 24 companies, from 2013-2015. Research
data in the form of annual report and closing price obtained website
http://www.idx.co.id. This study uses four types of analytical methods namely
multiple linear analysis, descriptive statistics, classical assumption test and
hypothesis test. From the test results obtained that: 1) independent
commissioner's variables, board size and audit committee's competence do not
affect the level of accounting conservatism; 2) the frequency variables of audit
committee meetings affect the level of accounting conservatism; 3) simultaneously
independent commissioners, board size, the frequency of audit committee
meetings and the competence of the audit committee influence simultaneously to
the level of accounting conservatism.
Key Words: Independent Commissioner, Board of Commissioner Size, Frequency
of Audit Committee Meeting, Competence of Audit Committee,
Accounting Conservatism
2 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, setiap perusahaan pasti telah memiliki peraturan yang
dibuat oleh perusahaan yang harus dipatuhi oleh pihak yang terkait dengan pihak
internal perusahaan seperti dewan direksi, dewan komisaris, komite audit,
karyawan, manajer serta pemegang saham. Prinsip akuntansi yang berlaku umum
(Generally Accepted Accounting Pricinples) memberikan fleksibilitas bagi
manajemen dalam menentukan metode maupun estimasi akuntansi yang dapat
digunakan. Fleksibilitas tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam
melakukan pencatatan akuntansi dan pelaporan transaksi keuangan (Wulandini
dan Zulaikha: 2012). Dengan demikian informasi yang disampaikan harus
disajikan secara sebaik mungkin dan berkualitas sehingga informasi keuangan
yang disampikan tersebut dapat menjadi acuan untuk pengambilan keputusan
(Ruwanti & Baridwan, 2011).
Konvensi seperti konservatisme menjadi pertimbangan dalam akuntansi
dan laporan keuangan karena aktivitas perusahaan dilingkupi ketidakpastian
(Dewi: 2004 dalam Wulandari: 2010). Konservatisme memiliki kaidah pokok,
yaitu: (1) tidak boleh mengantisipasi laba sebelum terjadi, tetapi harus mengakui
kerugian yang sangat mungkin terjadi. (2) apabila dihadapkan pada dua atau lebih
pilihan metode akuntansi, maka akuntan harus memilih metode yang paling tidak
menguntungkan bagi perusahaan (Wulandini dan Zulaikha: 2012). Sehingga
apabila prinsip konservatisme diterapkan dalam suatu perusahaan akan
menghasilkan angka-angka pendapatan dan aset yang rendah dan angka-angka
biaya yang tinggi. Akibatnya lapoan keuangan akan menghasilkan laba yang
3 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
teralu rendah (understatement). Konsekuensi yang timbul dari kerugian atau
kebangkrutan akan lebih berbahaya daripada keuntungan. Hal tersebut selaras
dengan pernyataan (Hery: 2016), bahwa konsep konservatisme secara historis
telah menjadi pedoman bagi banyak praktek akuntansi. Menurut konsep
konservatisme ini, ketika kerugian terjadi maka seluruh kerugian tersebut akan
langsung diakui meskipun belum terealisasi, akan tetapi ketika keuntungan terjadi
maka keuntungan yang belum terealisasi tidaklah akan diakui.
Penerapan prinsip akuntansi konservatisme dalam melaporkan laporan
keuangan dalam suatu perusahaan, salah satunya dipengaruhi oleh mekanisme
corporate governance yang berkaitan dengan karakteristik dewan komisaris dan
komite audit. Karakteristik dewan komisaris tersebut secara spesifik berkaitan
dengan proporsi komisaris independen dan ukuran dewan komisaris sedangkan
komite audit secara spesifik berkaitan dengan proporsi frekuensi pertemuan
komite audit dan kompetensi komite audit. Penerapan corporate governance
dilakukan oleh seluruh pihak dalam perusahaan dengan adanya dewan mengelola
dan mengawasi kinerja perusahaan.
Karakteristik dewan komisaris terkait dengan proporsi komisaris
independen perlu diperhatikan agar terdapat independensi dalam proses
pengawasan yang dilakukan terhadap kinerja perusahaan. Keberadaan komisaris
independen dalam suatu perusahaan sangatlah penting. Dengan menambah
proporsi komisaris independen, maka perusahaan dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif dan meningkatkan pengawasan terhadap direksi dan manajer yang
4 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
akan berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan (Indriyati:
2010).
Selain itu, karakteristik yang terkait dengan ukuran dewan komisaris perlu
diperahatikan juga. Menurut (Lara, et al: 2005 dalam penelitian Wulandini dan
Zulaikha: 2012), menunujukkan bahwa perusahaan yang memiliki dewan yang
kuat sebagai mekanisme Corporate Governance mensyaratkan tingkat
konservatisme yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan dewan yang lemah.
Dalam hal tersebut, dewan komisaris merupakan inti dari Corporate Governance
yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi
manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas.
Dalam melaksanakan sebagai dewan komisaris, dewan komisaris dibantu
oleh komite audit. Untuk itu komite audit wajib membangun komunikasi yang
efektif dengan dewan komisaris, direksi, manajemen, auditor internal, dan auditor
eksternal.
Komite audit terkait dengan frekuensi pertemuan komite audit, efektivitas
komite audit dalam melaksanakan peran pengawasan atas proses pelaporan
keuangan dan pengendalian internal memerlukan pertemuan rutin. Dengan
melakukan pertemuan secara periodik, komite audit dapat mencegah dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan oleh
manajemen karena aktivitas pengendalian internal perusahaan dilakukan secara
terus menerus dan terstruktur sehingga setiap permasalahan dapat cepat terdeteksi.
5 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
Kemudian komite audit yang terkait dengan kompetensi komite audit,
dimana anggota kommite audit yang memliki pengetahuan dalam bidang
akuntansi maupun keuangan akan memberikan dasar yang baik dalam
pemeriksaan dan menganalisis informasi keuangan. Suatu latar belakang
pendidikan akan menjadi komponen yang paling penting dalam memastikan
seorang anggota komite audit akan melaksanakan peran mereka ecara efektif.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Penelitian ini dilandasi oleh teori agensi. Teori ini memegang peran
penting dalam praktik bisnis perusahaan. Teori agensi merupakan teori yang
muncul karena adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen (Resti:
2012). Konflik kepentingan tersebut terjadi ketika satu orang atau lebih pemegang
saham atau investor (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan
keputusan.
Pemilihan metode konservatisme tidak terlepas dari kepentingan manajer
untuk mengoptimalkan kepentingannya dengan mengorbankan kepentingan
pemegang saham. Menurut teori akuntansi positif (Chariri dan Gozali: 2007
dalam Widayati: 2011), menyatakan bahwa ada tiga hubungan keagenan:
1. Antara Manajemen dengan Pemilik (Pemegang Saham)
Apabila manajemen memiliki jumlah saham yang lebih sedikit dibanding
dengan investor lain, makan manajer akan cenderung melaporkan laba lebih tinggi
atau kurang konservatif. Hal ini dikarenakan prinsipal (pemegang saham)
menginginkan dividen maupun capital gain dari saham yang dimiliknya.
6 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
Sedangkan karena agen (manajer) ingin dinilai kinerjanya bagus dan mendapatkan
bonus, maka manajer melaporkan laba yang lebih tinggi. Namun jika
kepemilikkan manajer lebih banyak dibanding para investor lain, maka
manajemen cenderung melaporkan laba lebih konservatif. Karena rasa memiliki
manajer terhdap perusahaan itu cukup besar, maka manajer lebih berkeinginan
untuk memperbesar perusahaan. Dengan metoda konserfatif, maka akan terdapat
cadangan tersembunyi yang cukup besar untuk meningkatkan jumlah investasi
perusahaan. Aset diakui dengan nilai terendah, ini berarti nilai pasar lebih besar
daripada nilai buku.
2. Antara Manajemen dengan Kreditor
Manejemen cenderung melaporkan labanya lebih tinggi karena pada
umumnya kreditor beranggapan bahwa perusahaan dengan laba yanng tinggi
akan melunasi utang dan bunganya pada tanggal jatuh tempo. Dengan kata lain
kreditor beranggapan akan mengurangi tingkat risiko utang tidak dibayar.
Kreditor dengan melihat laba yang tinggi cenderung akan mudah dalam
memberikan pinjaman.
3. Antara Manajemen dengan Pemerintah
Manajer cenderung melaporkan labanya secara konservatif. Hal ini
dikarenakan untuk menghindari pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah,
para analis sekuritas dan pihak yang berkepentingan lainnya. Pada umumnya
perusahaan yang besar dibebani oleh beberapa konsekuensi. Misalnya harus
menyediakan pelayanan publik yang lebih baik dan harus membayar pajak yang
lebih tinggi.
7 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
Konservatisme Akuntansi
Konservatisme adalah sikap atau aliran dalam menghadapi ketidakpastian
untuk mengambil tindakan atau keputusan dasar munculan (outcome) yang
terjelek dari ketidakpastian tersebut (Suwardjono, 2006). Konsep konservatisme
menyatakan bahwa keraguan karna adanya keadaan ekonomi di masa mendatang
yang tidak pasti. Sifat konservatisme muncul karena perusahaan dihadapkan pada
ketidakpastian (Ruwanti & Baridwan: 2011). Maka manajer perusahan akan
menentukan pilihan perlakuaan atau tindakan akuntansi yang sesuai dengan
keadaan, harapan kejadian maupun hasil yang dianggap kurang menguntungkan.
Implikasi konsep ini terhadap prinsip akuntansi adalah akuntansi mengakui biaya
atau rugi yang memungkinkan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui
pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar
(Suwardjono: 2006). Maka sikap konservatisme merupakan anitisipasi terhadap
kerugian yang akan ditanggung oleh perusahaan daripada laba yang akan diterima
oleh perusahaan.
Implikasi konsep konservatisme ini terhadap pelaporan keuangan adalah
bahwa pada umumnya akuntansi akan segera mengakui biaya atau rugi yang
kemungkinan besar akan terjadi tetapi tidak mengantisipasi untung atau
pendapatan yang akan datang walaupun kemungkinan terjainya besar
(Suwardjono: 2006).
Komisaris Independen
Komisaris merupakan organ yang mengawasi kebijaksanaan direksi dalam
menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi (Surya dan
8 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
Yusitiavandana: 2008). Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit pasal 1 (2) komisaris indepeden adalah anggota Dewan Komisaris yang
berasal dari luar emiten atau perusahaan publik dan memenuhi persyaratan
sebagaiman dimaksud dalam Peratur Otoritas Jasa Keuangan. (Robert L. Tricker
dalam Alijoyo dan Zaini 2004: 50), mengatakan komisaris independen berfungi
untuk memberikan penilaian yang objektif dan independen yang dapat menjadi
pertimbangan board dalam pengambilan keputusan.
Ukuran Dewan Komisaris
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014
Tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik Bab 1
Ketentuan Umum pasal 1 (3) “Dewan komisaris adalah organ emiten atau
perusahaan publik yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi”.
Ukuran dewan komisaris yang tepat, dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain
sebagai berikut :
a. Ukuran dewan direksi
b. Industri dan jenis keahlian yang dibutuhkan
c. Risiko menyeluruh yang dihadapi
d. Komite yang ada
Suatu perusahaan apabila memiliki dewan komisaris yang kuat telah
mensyaratkan tingkat konservatisme yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan
9 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
yang memiliki dewan yang lemah. Kemampuan dewan komisaris dalam
mengawasi dan mengatasi masalah yang muncul sangat diperlukan.
Frekuensi Pertemuan Komite Audit
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawasan atas informasi keungan
yang akan dikeluarkan suatu perusahaan, tentu saja komite audit harus melakukan
pengkajian laporan keuangan maupun penyegaran dengan dilakukannya rapat
komite audit agar terbentuknya efisiensi laporan keuangan yang diinginkan.
Dengan melakukan pertemuan yang rutin dan teratur akan mempermudah komite
audit mempermudah komite audit dalam memeriksa dan menganalisis informasi
keuangan. Dalam keputusan ketua BAPEPAM Nomor: Kep-29/PM/2004,
Peraturan Nomor IX.I.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit poin 3 butir e (1) “Komite Audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya
sama dengan ketentuan minimal rapat dewan komisaris yang ditetapkan dalam
anggaran dasar”. Disejalankan dengan ditukarkannya peraturan BAPEPAM yang
dialihkan dengan POJK, maka dalam dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit pasal 13 “komite audit mengadakan rapat secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan”.
Kompetensi Komite Audit
Jumlah anggota komite audit yang tepat juga tergantung dari jenis keahlian
yang dimiliki dari suatu industri. Kemampuan komite audit dalam mengawasi dan
mengatasi masalah yang muncul sangat diperlukan. Oleh karena itu, diperlukan
anggota komite audit yang benar-benar memiliki keahlian dalam bidangnya.
10 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
Sehingga jumlah anggota komite audit ditentukan oleh jumlah jenis keahlian yang
diperlukan dalam suatu industri. Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit Bagian Ketiga Persyaratan Keanggotaan dan Masa Tugas pasal 7 butir b
“wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya yang terkait
dengan layanan jasa atau kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik, proses
audit, manajemen risiko, dan peraturan perudang-undangandi bidang pasar modal
serta peraturan pertundang-undangan terkait lainnya”. Dari POJK tersebut dapat
disimpulkan bahwa suatu perusahaan membutuhan kompetensi komite audit yang
sesuai dengan bidang dari perusahaan yang berdiri agar terciptanya kinerja yang
dilakukan akan lebih efektif. Namun demikian, dengan pernyataan tersebut bahwa
selain kompetensi dalam bidang yang sesuai dengan idustrinya terkait dengan
konservatisme akutansi bahwa anggota komite audit sebaiknya harus memiliki
latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidangnya yaitu akuntansi dan
keuangan serta disertai pula pengalaman dibidang akuntansi dan keuangan untuk
memastikan bahwa komite audit akan bekerja dengan efisien. Sesuai dengan
Keputusan BAPEPAM Nomor: Kep-29/PM/2004, Peraturan Nomor IX.I.5:
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit poin 3 butir b (2)
“Salah seorang anggota komite audit memiliki latar belakang pendidikan
akuntansi atau keuangan”. Anggota komite audit yang mengusai keuangan akan
lebih profesional dan cepat beradaptasi terhadap perubahan dan inovasi
(Hambrick dan Mason: 1984 dalam Bara: 2016).
11 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu Tingkat
Konservatisme Akuntansi dan variabel independen antara lain Karakteristik
Dewan Komisaris dan Komite Audit yang di proxikan dengan proporsi komisaris
independen, ukuran dewan komisaris, frekuensi pertemuan komite audit dan
kompotensi komite audit.
VARIABEL INDEPENDEN
Karakteristik Dewan Komisaris
H1
H2
Komite Audit
H3
H4
H5
Proporsi Komisaris
Independen (X1)
Ukuran Dewan
Komisaris (X2)
Frekuensi
Pertemuan Komite
Audit (X3)
Kompeteni Komite
Audit (X4)
Konse
rvat
ism
e A
kunta
nsi
(Y
)
12 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1. Proporsi Komisaruis Independen Berpengaruh Terhadap Konservatisme
Akuntansi
Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk
menjalakan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja
perusahaan. (Robert L. Tricker dalam Alijoyo dan Zaini 2004: 50), mengatakan
komisaris independen berfungi untuk memberikan penilaian yang objektif dan
independen yang dapat menjadi pertimbangan board dalam pengambilan
keputusan.
Semakin banyak proporsi komisaris independen dalam suatu perusahaan
akan menunjukkan dewan komisaris yang kuat maka tinggi pula tingkat
konservatisme yang diinginkan karena adanya persyaratan informasi keuangan
yang lebih berkualitas. Apabila proporsi komisaris independen lebih sedikit maka
monitoring yang dilakukan akan lemah sehingga manajer perusahaan memiliki
kesempatan untuk menggunakan prinsip akuntansi yang lebih agresif dan kurang
konservatif (Putra, Widhanaputra dan Wisadha: 2015)
2. Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Berpengaruh Konservatisme
Akuntansi
Ukuran dewan komisaris merupakan elemen penting dari karakteristik
dewan komisaris yang mempengaruhi tingkat konservatisme auntansi. Penelitian
(Klein dalam Wulandini dan Zulaikha: 2012), menunjukkan bahwa ukuran dewan
komisaris berhubungan dengan adanya komite audit yang menjalankan tugasnya
secara lebih spesifik. Ukuran dewan komisaris yang terkait dengan jumlah
13 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
anggota dewan komisaris akan mempengaruhi mekanisme pengawasan terhadap
perusahaan “komposisi dewan komisaris merupakan jumlah keanggotaan yang
berasal dari luar perusahaan terhadap keseluruhan anggota dewan” (Putra,
Widanaputra dan Wisadha: 2015). Dari penjelasan teori di atas bahwa ukuran
dewan komisaris yang tidak seimbang dengan ukuran dewan direksi akan
menyebabkan komisaris mengalami kesulitan dalam berdiskusi dengan dewan
direksi dan mengawasi kinerja perusahaan (Fitria: 2016). Sejalan dengan
penelitian (Lara, et al: 2005 dalam Fitria: 2016), menunjukkan bahwa perusahaan
yang memiliki dewan yang kuat sebagai mekanisme corporate governance
mensyaratkan tingkat konservatisme yang lebih tinggi daripada perusahaan
dengan dewan yang lemah.
3. Frekuensi Pertemuan Komite Audit Berpengaruh Terhadap
Konservatisme Akuntansi
Kehadiran komite audit yang teratur dalam rapatnya, dapat memfasilitasi
monitoring yang lebih efektif untuk melaksanakan peran pengawasan atas proses
pelaporan keuangan dan dalam pengendalian internal. Dengan melakukan
pertemuan secara teratur, komite audit dapat mencegah dan mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan oleh manajemen
karena aktivitas pengendalian internal perusahaan dilakukan secara terus menerus
dan terstruktur sehingga setiap permasalahan dapat cepat terdeteksi.
Menurut teori keagenan yang menyatakan bahwa dalam sebuah entitas
akan ada benturan kepentingan yang terjadi antara principal dan management, dan
untuk mengatasi masalah benturan kepentingan maka diperlukanlah kontrak yang
14 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
biasanya menggunakan angka – angka akuntansi yang dinyatakan dalam laporan
keuangan (Bara: 2016).
4. Kompetensi Komite Audit Berpengaruh Terhadap Konservatisme
Akuntansi
Salah satu persyaratan suatu komite audit memiliki integritas yang tinggi,
kemampuan, pengetahun dan pengalaman yang memadai sesuai latar belakang
pendidikannya, mampu berkomunikasi dengan baik, memilki pengetahuan yang
cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan (Surya dan
Yustiavandana: 2008). Dalam menjalankan tugasnya sebagai komite audit yang
memiliki kompetensi di bidang akuntansi ataupun keuangan, dengan adanya
penerapan konservatisme akuntansi, diharapakan dapat menghasilkan laporan
keuangan yang andal dan dipercaya oleh investor. Kompetensi seorang komite
audit sangat diperlukan dalam pelaksanaan prinsip konservatisme. Karena apabila
seorang komite audit memiliki kompetensi dibidang akuntansi maupun keuangan
yang dibutuhkan, maka dapat diharapkan untuk menghasilkan laporan keuangan
yang dapat dipercayai oleh investor. Dalam Putri (2016), dengan adanya komite
audit dalam suatu perusahaan yang memiliki kompetensi, maka proses pelaporan
keuangan perusahaan akan termonitor dengn baik.
5. Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris, Frekuensi
Pertemuan Komite Audit dan Kompotensi Komite Audit Berpengaruh
Terhadap Konservatisme Akuntansi
Penelitian ini mengungkapkan beberapa faktor yang diduga berpengaruh
terhadap konservatisme akuntansi, yaitu karakteristik dewan komisaris dan komite
15 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
audit yang diproxikan dengan proporsi komisaris independen, ukuran dewan
komisaris, frekuensi pertemuan komite audit dan kompetensi komite audit.
Variabel proporsi komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris
yang berasal dari luar perusahaan yang memiliki sikap yang netral dan tidak
berpihak baik kepada pemegang saham ataupun manajemen. Keberadaan
komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen (terutama CEO)
dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya (Wardhani: 2008).
Ukuran dewan komisaris merupakan elemen penting dari karakteristik
dewan komisaris yang mempengaruhi tingkat konservatisme auntansi. Ukuran
dewan komisaris dan kompetensi dewan komisaris merupakan salah satu organ
perusahaan yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan, jika ukuran dewan
komisaris sesuai dengan ukuran dan kebutuhan perusahaan maka penerapan
prinsip konservatisme yang diterapkan dalam laporan keuangan perusahaan akan
tinggi (Septiawan: 2016).
Frekuensi pertemuan komite audit dan kompetensi komite audit
merupakan bagian dari corporate governance yang dapat menjadi penengah atau
jembatan permasalahan keagenan yang terjadi antara pemegang saham dan pihak
manajemen, sehingga diduga dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh
terhadap konservatisme akuntansi dimana salah satu faktor yang mendasari
diterapkan atau tidaknya akuntansi yang konservatif dalam perusahaan adalah
masalah keagenan yang terjadi antara pihak pemegang saham dan pihak
manajemen. Hal ini sesuai dengan teori keagenan yang menyebutkan bahwa
16 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
adanya konflik kepentingan di dalam sebuah entitas yang terjadi antara pihak
pemegang saham dan pihak manajemen perusahaan.
HIPOTESIS
H1: Diduga proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap
konservatisme akuntansi.
H2: Diduga ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap konservatisme
akuntansi
H3: Diduga frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh terhadap
konservatisme akuntansi
H4: Diduga kompetensi komite audit berpengaruh terhadap konservatisme
akuntansi.
H5: Diduga proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, frekuensi
pertemuan komite audit dan kompetensi komite audit berpengaruh terhadap
konservatisme akuntansi.
METODOLOGI PENELITAN
Pada penelitian ini, dilakukan analisis deskriftif kuantitatif yaitu gambaran
yang memusatkan pada permasalahan dan datanya dapat diolah dengan statistika
menggunakan aplikasi spss. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
laporan tahunan (annual report) perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015. Data yang digunakan adalah data
sekunder yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan yang telah
dipublikasikan dalam situs bursa efek indonesia indonesia (BEI), www.idx.co.id.
17 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
OPERASIONALISASI VARIABEL PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel dependen yaitu konservatisme
akuntansi.
Konservatisme Akuntansi
Variabel ini diukur didasarkan oleh penelitian Novemberinne (2016),
dengan model market to book ratio yang dikembangkanoleh Zhe Wang, rumus:
Market to Book Ratio=
Keterangan:
Closing price = Harga penutup saham perusahaan
Equity per share = Total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar
Dalam penelitian ini terdapat empat variabel independen yang dijelaskan.
Proporsi Komisaris Independen
Dalam penelitian ini pengukuran komisaris independen berdasarkan
penelitian Wulandini dan Zulaiha (2012) yaitu dengan membagikan jumlah
anggota komisaris independen dengan total anggota dewan komisaris.
Ukuran Dewan Komisaris
Pengukuran ukuran dewan komisaris dalam penelitian ini sesuai dengan
yang telah dilakukan oleh Ahmed dan Duellman (2007) dalam Indrayati (2010)
yaitu dengan melihat total anggota dewan komisaris.
Frekuensi Pertemuan Komite Audit
Dalam penelitian ini frekuensi pertemuan komite audit menggunakan
pengukuran berdasarkan penelitian Wulandini dan Zulaikha (2012) yaitu melihat
jumlah rapat yang dilakukan komite audit dalam satu tahun.
18 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
Kompetensi Komite Audit
Variabel independen dalam penelitian ini menggunakan pengukuran
berdasarkan penelitian Pamudji, et al (2009) dalam Wulandini dan Zulaikha
(2012) yaitu dengan membagikan jumlah anggota komite audit yang ahli dalam
bidang akuntansi dengan total keselurahan anggota komite audit.
METODE PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL
Populasi yang akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur yang telah tercatat dan menerbitkan laporan tahunan
(annual report) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015 secara berturut-
turut. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling yaitu metode pemilihan sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu
untuk memperoleh sampel yang representative terhadap populasi. Adapun
Kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari
tahun 2013-2015.
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunan di website
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015.
3. Perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki
laporan keuangan dinyatakan dalam Rupiah selama periode 2013-2015.
4. Terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu
melaporkan anggota dewan komisaris, profil komite audit, anggota
komisaris independen, jumlah pertemuan komite audit, perusahaan yang
menghasilkan laba berturut-turut tahun 2013-2015.
19 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
METODE PENGOLAHAN DATA
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menguji
variabel yang mempengaruhi konservatisme akuntansi. Model persamaan linier
berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X2+b2X2+b3X3+b4X4+
Keterangan:
Y = Konservatisme
a = Konstanta
b = b1,b2,b3,b4 = Koefisien Regresi
X1 = Komisaris Independen
X2 = Ukuran Dewan Komisaris
X3 = Frekuensi pertemuan Komite Audit
X4 = Komptensi Komite Audit
= Standard Eror
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data
Populasi dari penelitian ini asalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013 sampai dengan 2015. Adapun jumlah
populasi dari penelitian ini sebanyak 141 perusahaan. Sedangkan perusahaan yang
memenuhi kriteria sebagai sampel sebanyak 24 perusahaan, dengan data 24
perusahaan X 3 tahun penelitian = 72 data.
20 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
UJI ASUMSI KLASIK
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas menggunakan uji komoolgrov-smirnov (K-S) dengan
mengujian nilai unstandarlized residual. Dalam hasil pengujian ditemukan
data tidak berdistribusi normal. Untuk mengatasi data yang tidak
berdistribusi normal, maka dilakukan outlier untuk semua variabel dan
semi-log pada variabel independen untuk mengatasi masalah tersebut.
Dengan mentranformasi data tersebut maka nilai normalitas residual
menjadi 0,207. Nilai sig yang berada di atas 0,05 setelah dilakukan outlier
dan transformasi data, mata data berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Hasil Uji Multikolinieritas
Sumber: Output SPSS 21, 2017
Pengujian di atas diketahui bahwa semua variabel menunjukkan nilai
tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Dengan demikian dapat diambil
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 1,470 1,518 ,969 ,337
KI -4,153 2,423 -,214 -1,713 ,092 ,938 1,066
DK ,359 1,769 ,030 ,203 ,840 ,695 1,439
FP 2,827 1,251 ,282 2,259 ,028 ,940 1,063
KKA -2,904 1,606 -,261 -1,808 ,076 ,706 1,417
a. Dependent Variable: y
21 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
keputusan bahwa model regresi penelitian tidak ditemukan adanya
korelasi antar variabel atau model regresi layak digunakan.
c. Uji Heterokedaktisitas
Dalam penelitian ini pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
spearman’s rho. Keputusan terjadi heterokedaktisitas atau
homokedaktisitas dilihat dari nilai unstandarilized residul. Dari pengujian
tersebut didapati nilai variabel komisaris independen 0,234, nilai variabel
ukuran dewan komisaris 0,806, nilai variabel frekuensi pertemuan komite
audit 0,201, dan nilai variabel kompotensi komite audit 0,760. Dimana
nilai unstandarlized residual dari setiap variabel diatas 0,05, sehingga data
bersifat homokedaktisitas atau dapat dikatakan model regresi tidak terjadi
heterokedaktisitas.
d. Uji Autokorelasi
Dalam penelitian ini pengujian yang dilakukan dengan menggunakan run
test. Ukuran tidak terjadinya autokorelasi dilihat dari nilai unstandarlized
residual. Dalam pengujian ini menghasilkan nilai unstandarlized residual
sig sebesar 0,053 yang berarti diatas 0,05. Maka dapat disimpulakan
bahwa model rgresi tidak terjaadi autokorelasi.
22 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
ANALISIS MODEL REGRESI DAN KOEFISIEN DETERMINASI
Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,470 1,518 ,969 ,337
KI -4,153 2,423 -,214 -1,713 ,092
DK ,359 1,769 ,030 ,203 ,840
FP 2,827 1,251 ,282 2,259 ,028
KKA -2,904 1,606 -,261 -1,808 ,076
a. Dependent Variable: y
Sumber: Output SPSS 21, 2017
Berdasarkan tabel diatas maka dianalisis model regresi linear berganda
sebagai berikut :
Y = 1,470 – 4,153 X1+ 0,359 X2 + 2,827 X3 – 2,904 X4+ e
Koefisien Determinasi
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,422a ,178 ,119 1,948399
a. Predictors: (Constant), log_x4, log_x1, log_x3, log_x2
Sumber: Output SPSS 21, 2017
Berdasarkan tabel hasil uji koefisien determinasi diatas, nilai Adjusted R
Square sebesar 0,119. Hal ini berarti bahwa variabel independen (proporsi
komisaris independen, ukuran dewan komisaris, frekuensi pertemuan komite audit
23 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
dan kompetensi komite audit mampu menjelaskan Tingkat konservatisme
akuntansi sebesar 11,9% sedangkan sisanya sebesar 88,1% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak termasuk di dalam penelitian.
Uji Parsial (t Test)
Hasil Uji T atau Uji Parsial
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1,470 1,518 ,969 ,337
KI -4,153 2,423 -,214 -1,713 ,092
DK ,359 1,769 ,030 ,203 ,840
FP 2,827 1,251 ,282 2,259 ,028
KKA -2,904 1,606 -,261 -1,808 ,076
a. Dependent Variable: y
Sumber: Output SPSS 21, 2017
Dari tabel signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa proporsi
komisaris independen mempunyai hasil koefisien regresi yang negatif
menunjukkan hubungan bersifat negatif, tingkat signifikansi sebesar 0,092 > 0,05
dan nilai -thitung > -ttabel (-1,713 > -2,00324). Hal ini berarti H0 diterima, sehingga
disimpulkan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap
konservatisme akuntansi. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) ditolak.
Dari tabel signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa ukuran
dewan komisaris mempunyai hasil koefisien regresi yang positif menunjukkan
hubungan bersifat positif, tingkat signifikansi sebesar 0,840 > 0,05 dan nilai thitung
< ttabel (0,203 < 2,00324). Hal ini berarti H0 diterima, sehingga disimpulkan bahwa
24 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi.
Dengan demikian hipotesis kedua (H2) ditolak.
Dari tabel signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa frekuensi
pertemuan komite audit mempunyai hasil koefisien regresi yang positif
menunjukkan hubungan bersifat positif, tingkat signifikansi sebesar 0,028 < 0,05
dan nilai thitung > ttabel (2,259 > 2,00324). Hal ini berarti H0 ditolak, sehingga
disimpulkan bahwa frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh terhadap
koneservatisme akuntansi. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) diterima.
Dari tabel signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa kompetensi
komite audit mempunyai hasil koefisien regresi yang negatif menunjukkan
hubungan bersifat negatif, tingkat signifikansi sebesar 0,076 > 0,05 dan nilai -
thitung > -ttabel (-1,808> -2,00324). Hal ini berarti H0 diterima, sehingga disimpulkan
bahwa kompetensi komite audit tidak berpengaruh terhadap konservatisme
akuntansi. Dengan demikian hipotesis keempat (H4) ditolak.
Uji Pengaruh Simultan F (Test)
Hasil Uji F atau Uji Simultan
Sumber: Output SPSS 21, 2017
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 46,005 4 11,501 3,030 ,025b
Residual 212,591 56 3,796
Total 258,595 60
a. Dependent Variable: y
b. Predictors: (Constant), log_x4, log_x1, log_x3, log_x2
25 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
Berdasarkan hasil uji F pada tabel diatas, dapat dilihat nilai Fhitung sebesar
3,030 dan Ftabel sebesar 2,54 dengan signifikansi 0,025. Dengan demikian dapat
diketahui Fhitung > Ftabel (3,030 > 2,54) dengan signifikansi 0,025 < 0,05 yang
menunjukkan secara serentak variabel proporsi komisaris independen, ukuran
dewan komisaris, fekuensi pertemuan komite audit dan kompetensi komite audit
berpengaruh terhadap Konservatisme Akuntansi.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
1. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Terhadap Konservatisme
Akuntansi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen
tidak berpengaruh terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Wulandini dan Zulaiha (2012) yang menyatakan bahwa
proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap konservatisme
akuntansi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015, proporsi komisaris
independen yang banyak belum tentu memberikan pengaruh terhadap manajemen
dalam tingkat konservatisme akuntansi. Hal ini menandakan bahwa monitoring
yang dijalakan dewan komisaris independen kurang optimal atau belum efektif
sebagai alat untuk memonitor manajer (Wulandini dan Zulaiha, 2012).
Penelitian ini tidak sejalan dengan landasan teori yang diungkapkan oleh
Putra, Widhanaputra dan Wisadha (2015) bahwa semakin banyak proporsi
komisaris independen dalam suatu perusahaan akan menunjukkan dewan
26 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
komisaris yang kuat maka semakin tinggi pula tingkat konservatisme yang
diinginkan karena adanya persyaratan informasi keuangan yang lebih berkualitas.
2. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Konservatisme
Akuntansi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak
ada pengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Ukuran dewan komisaris yang
tergolong rendah membuat anggota dewan komisaris tidak dapat bekerja secara
optimal, sehingga tingkat konservatisme akuntansi yang diterapkan oleh
perusahaan demi mensejahterakan para pemegang saham tidak berjalan dengan
baik. Hal inilah yang menyebabkan ukuran dewan komisaris yang ada pada
perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Indrayati (2010) yang menyatakan bahwa
ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap tingkat konservatisme
akuntansi.
Penelitian ini tidak sesuai dengan landasan teori yang diungkapkan oleh
Fitria (2016) bahwa perusahaan yang memiliki dewan yang kuat sebagai
mekanisme corporate governance mensyaratkan tingkat konservatisme yang lebih
tinggi dari pada perusahaan dengan dewan lemah.
3. Pengaruh Frekuensi Pertemuan Komite Audit Terhadap Konservatisme
Akuntansi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi pertemuan komite
audit berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Dengan frekuensi
pertemuan komite audit yang teratur, dapat mempermudah komite audit
27 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
melakukan komunikasi dalam mengambil keputusan melaporkan laporan
keuangan yang baik. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Bara (2016) yang
menyatakan bahwa tingkat frekuensi pertemuan komite audit, menjamin bahwa
pelaksanaan monitoring terhadap manajemen untuk melakukan kecurangan akan
diminimalisir. Dimana Bara (2016) menyatakan bahwa adanya pengaruh positif
signifikan antara frekuensi pertemuan komite audit terhadap tingkat
konservatisme akuntansi.
4. Pengaruh Kompetensi Komite Audit Terhadap Konservatisme
Akuntansi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi komite audit tidak
ada pengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila anggota komite audit tidak memiliki keahlian yang cukup dalam bidang
akuntansi maupun keuangan, maka terdapat peluang yang besar bagi manajemen
untuk menyajikan laba secara tidak wajar sehingga menghasilkan laporan
keuangan yang tidak konservatif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri (2016) yaitu dalam menentukan anggota komite audit,
perusahaan tidak memperhatikan aspek kompetensi yang dimiliki oleh anggota
komite audit terhadap beberapa background bidang lain selain akuntansi, sehingga
pengawasan terhadap akuntansi perusahaan kurang baik dan laporan keuangan
yang dihasilkan perusahaann cenderung tidak konservatif.
Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Wulandini dan Zuilaiha
(2012) yang menyatakan bahwa tingkat kompetensi yang dimiliki oleh anggota
komite audit akan membuat kualitas laporan keuangan yang dimiliki oleh
28 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
perusahaan yang menggunakan metode konservatisme akuntansi juga tinggi,
maka bisa ditarik kesimpulan bahwa tingkat konservatisme akuntansi yang
dimiliki oleh perusahaan juga tinggi.
5. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris,
Frekuensi Pertemuan Komite Audit dan Kompetensi Komite Audit
Terhadap Konservatisme Akuntansi
Berdasarkan uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,030 dengan signifikansi
0,025. Yang berarti bahwa proporsi komisaris independen, ukuran dewan
komisaris, frekuensi pertemuan komite audit dan kompetensi komite audit
berpengaruh secara bersama-sama terhadap tingkat konservatisme akuntansi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tingkat
konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015.
2. Ukuran dewan komisari tidak berpengaruh terhadap tingkat konservatisme
akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2013-2015.
3. Frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh terhadap tingkat
konservatisme akuntansi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2013-2015.
29 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
4. Kompetensi komite audit tidak berpengaruh terhadap tingkat
konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) peiode 2013-2015.
5. Secara simultan proporsi komisaris independen, ukuran komisaris,
frekuensi pertemuan komite audit dan kompetensi komite audit
berpengaruh secara bersama-sama terhadap tingkat konservatisme
akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2013-2015.
SARAN
Adapun saran berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan masih terbatas yaitu
dengan menggunakan sampel perusahaan industri manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Diharapkan penelitian selanjutnya
lebih banyak lagi dalam pemilihan sampel misalnya menggunakan sampel
yang lebih mewakili seluruh perusahaan yang ada di indonesia, serta dapat
memperluas periode penelitian.
2. Dalam penelitian ini hanya menggunakan perhitungan konserbatisme
akuntansi dengan Market to Book Ratio (MTB). Diharapkan penelitian
selanjutnya mampu memberikan referensi rumus konservatisme akuntansi
yang lebih modifikasi dalam menentukan tingkat konservatisme akuntasi
yang digunakan dalam suatu perusahaan. Serta dapat memperbanyak
variabel.
30 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
DAFTAR PUSTAKA
Alijoyo, Antonius, dan Subroto Zaini. 2004. Komisaris Independen. Jakarta:
Gramedia.
Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Fitria, Firda. 2016. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap Tingkat
Konsevatisme Akuntansi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Skripsi, Universitas Lampung.
Hery. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Kompas Gramedia
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS
2.1. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.
Indrayati, Martha Rizki. 2010. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris terhadap
Tingkat Konservatisme Akuntansi. Skripsi, Universitas Diponegoro.
Jamaluddin, Rendra Jastika. 2011. Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap
Sengketa Pajak Penghasilan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi, Universitas Hasanuddin.
Keputusan ketua BAPEPAM Nomor: Kep-29/PM/2004, Peraturan Nomor IX.I.5
Lasdi, Lodovicus. 2009. Pengujin Determinan Konservatisma Akuntansi. Jurnal
Akuntansi Kontemporer, Vol 1 (1), 1-20
Neolaka, A. 2014. Metode Penelitian dan Statistika. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Novemberinne, Gracella. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Konservatisme Akuntansi Terhadap Asimetri Informasi Studi Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2012-2015. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 Tentang Direksi dan
Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik Bab 1 Ketentuan Umum
pasal 1 (3).
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit pasal 13.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit Bagian Ketiga Persyaratan
Keanggotaan dan Masa Tugas pasal 7.
Putra, Wayan; Widanaputra dan Wisadha, Gede Suparta. 2015. Tingkat
Konservatisme Akuntansi: Kajian Dewan Komisaris, Modal Manajerial,
31 DWI ANANDA PUTRI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT
TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI 2017
dan Komite Audit Dalam Mekanisme Good Corporate Governance. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol 12 (1), 93-110.
Putri, Irna Yolandha. 2016. Pengaruh Mekanisme Corporate Good Governance
Terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI
2012-2014. Artikel Ilmiah , Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas
Surabaya.
Resti. 2012. Analisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konservatisme
Akuntansi. Skripsi, Universitas Hasanuddin.
Ruwanti, Sri, & Baridwan Zaki. 2011. Pengaruh Konservatisme Terhadap
Asimetri Informasi. Jurnal Wahana, 14(1), 41-65
Sarwono, J. 2015. Rumus-rumus Populer dalam SPSS 22 Untuk Riset Skripsi.
Yogyakarta: Penerbit Andi
Syafri, Sofyan, Harahap. 2012. Teori Akuntansi. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Septian, Bastian Dwi. 2016. Analisis Pengaruh Corporate Governance Dewan
Komisaris dan Komite Audit Terhadap Konservatisme Akuntansi. Skripsi,
Universitas Negeri Semarang.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Yogyakarta:
Alfabeta.
Surya dan Yustiavandana. 2008. Penerapan Good Corporate Governance.
Jakarta: Kencana.
Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi
Ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Wardhani, Ratna. 2008. Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan
Hubungannya Dengan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu
Mekanisme Corporate Governance. Jakarta: Universitas Indonesi
Watts, Ross L. 2003. Conservatism in Accounting Part I: Explanationss and
Implications. Accounting Horizons, 17(3), 207-221.
Widayati, Endah. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai
Perusahaan Terhadap Konservatisma Akuntansi. Skripsi, Universitas
Diponogoro
Wulandini, Dwinita, & Zulaikha. 2012. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris
Dan Komita audit Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi. Semarang:
Universitas Diponogoro, vol.3 No.2, hal 1-14.