PENGARUH JENIS DAN DOSIS AMELIORAN TERHADAP...
Transcript of PENGARUH JENIS DAN DOSIS AMELIORAN TERHADAP...
PENGARUH JENIS DAN DOSIS AMELIORAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI
Sebagai
SEKOLAH TINGGI
PENGARUH JENIS DAN DOSIS AMELIORAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.)
PADA PENANAMAN KEDUA
Oleh :
NURMANSYAH12110059
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh GelarSARJANA PERTANIAN
PadaProgram Studi Agroteknologi
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN DHARMA WACANA METRO - LAMPUNG
2016
PENGARUH JENIS DAN DOSIS AMELIORAN TERHADAP (Oryza sativa L.)
Gelar
PERTANIAN DHARMA WACANA
PENGARUH JENIS DAN DOSIS AMELIORAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI
SEKOLAH TINGGI ILMU DHARMA WACANA METRO
PENGARUH JENIS DAN DOSIS AMELIORAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.)
PADA PENANAMAN KEDUA
SKRIPSI
NURMANSYAHNPM. 12110059
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)DHARMA WACANA METRO
2016
PENGARUH JENIS DAN DOSIS AMELIORAN TERHADAP (Oryza sativa L.)
PERTANIAN (STIPER)
PENGARUH JENIS DAN DOSIS AMELIORAN TERHADAPPERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.)
PADA PENANAMAN KEDUA
Oleh:NURMANSYAH
ABSTRAK
Amelioran adalah bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan produksi padi. Aplikasi amelioran masih memberikan pengaruhsisa bagi kesuburan tanah dan peningkatan produktivitas tanaman padapenanaman berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari jenis dan dosis amelioran terhadap pertumbuhan dan hasil padi (Oryza sativa L.) pada penanaman kedua dari penanaman pertama. Penelitian inidilaksanakan dari bulan Agustus 2015 sampai Desember 2015 di kebun percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro dengan ketinggian tempat 60 m dpl. Rancangan penelitian disusunsecara factor tunggal dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 3 (tiga) ulangan. Perlakuan sama seperti penelitian sebelumnya yang terdiri dari 10 (sepuluh) jenis yaitu: tanpa amelioran/kontrol (a0), pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha (a1), jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha +dolomit 1 ton/ha (a2), jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha (a3), pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha (a4),jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha (a5), jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha (a6), pupuk kandang 30 ton/ha +zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha (a7), jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha +dolomit 3 ton/ha (a8), jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha (a9).
Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi amelioran pada penanaman pertamamemberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil padi padapenanaman kedua. Pada penanaman kedua amelioran dari jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha (a8), memberikan pengaruh yang lebih baik pada peningkatan jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, hasil perrumpun, bobot brangkasan basah tanaman dan gabah isi per malai.
Judul Proposal
Nama Mahasiwa
No. Pokok Mahasiswa
Jurusan
Program studi
Pembimbing I,
Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si.NIP. 19680317 199403 2 003
: PENGARUH JENIS DAN DOSIS AMELIORAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) PADA PENANAMAN KEDUA.
: Nurmansyah
No. Pokok Mahasiswa : 12110059
: Agroteknologi
: Agroteknologi
MENYETUJUI:1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I,
Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si.NIP. 19680317 199403 2 003
Pembimbing II,
Ir. Yatmin, M.T.ANIP.19630216 199003 1 003
2. Ketua Jurusan,
Ir. Syafiuddin, M.P.NIP. 19630309 198903 1 003
PENGARUH JENIS DAN DOSIS AMELIORAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI
PADA PENANAMAN KEDUA.
Pembimbing II,
Ir. Yatmin, M.T.ANIP.19630216 199003 1 003
1. Tim Penguji
Ketua
Penguji Utama
Anggota
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro
Ir. Rakhmiati, M.T.A.NIP. 19630408 198903 2 001
Tanggal lulus ujian :
MENGESAHKAN
: Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si.
: Ir. Syafiuddin, M.P.
: Ir. Yatmin, M.T.A.
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro
Ir. Rakhmiati, M.T.A.NIP. 19630408 198903 2 001
Tanggal lulus ujian : 04 April 2016
………………
………………
………………
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Rama Puja Kecamatan Raman Utara Kabupaten
Lampung Timur pada tanggal 09 Desember 1994. Penulis merupakan anak
pertama dari pasangan Bapak Sudikin dan Ibu Jahrotun.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2006 di SD N 2 Rama Puja,
Kecamatan Raman Utara Kabupaten Lampung Timur, selanjutnya meneruskan
pendidikan di SMP N 2 Raman Utara, yang lulus pada tahun 2009. Pendidikan
SLTA penulis ditempuh di SMK N 2 Metro, Kota Metro dan selesai pada tahun
2012. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi
Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro pada Jurusan/Program Study
Agroteknologi.
Penulis pernah tergabung dalam anggota PMR (Palang Merah Remaja) di SMK
Negeri 2 Metro pada tahun 2009, penulis juga pernah tergabung sebagai anggota
Badan Eksekutif Mahasiwa (BEM) di Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER)
Dharma Wacana Metro TA.2012/2013, kemudian pada TA.2013/2014 penulis
dipercaya sebagai Kordinator Seksi Keilmuan dan Pemberdayaan Masyarakat.
MOTTO:
Untuk sebuah tujuan....
Teruslah berusaha walau raga kita telah letih,
Jiwa kita tetap menggelora....
Teruslah berdo’a!
Teruslah melangkah, yakinkan diri
Berusaha....Berdoa....Berhasil...!!!
(Nurmansyah)
PERSEMBAHAN:
Aku persembahkan karya kecil ku ini kepada
Orang tua dan adik ku yang tercinta.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehahirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Jenis dan Dosis Amelioran
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) Pada Penanaman Kedua.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya
kepada:
1. Ir. Rakhmiati, M.T.A. sebagai Ketua Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER)
Dharma Wacana Metro.
2. Dr. Ir Etik Puji Handayani, M.Si. sebagai dosen pembimbing I skripsi atas
bimbingan, nasehat dan dukungannya selama ini.
3. Ir. Yatmin, M.T.A. sebagai dosen pembimbing II skripsi atas bimbingan,
nasehat dan dukungannya selama ini.
4. Ir. Syafiuddin, M.P. sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi Sekolah Tinggi
Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro, sekaligus sebagai Penguji
Utama.
5. Bapak dan Ibu dosen STIPER Dharma Wacana Metro yang selalu
memberikan dukungan dan ilmu yang telah diberikan.
6. Keluarga, terutama ibu, ayah, dan adik-adik ku tercinta, karena merekalah
yang selalu membuat ku bersemangat terus maju dalam kondisi apapun.
7. Teman-teman seperjuangan: Ujang, Rizal, Eko, Umi, Hendi, Hendrik, Yeyi,
Darwin, Hanafi, Erna, Winda, Ipan, Joko, Septi, Karin, Eka, Linda, Imam,
Doni, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa di sebutkan satu persatu atas
saran, bantuan dan kebersamaannya selama kuliah serta bantuan dan
keceriaan dalam penelitian.
8. Semua pihak yang telah berperan selama penelitian berlangsung.
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan, kritik
dan saran yang membangun masih penulis harapkan demi kesempurnaan dan
manfaat skripsi ini bagi kita semua.
Metro, 04 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah .................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian...................................................................... 4
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis....................................................... 4
1.4 Hipotesis................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8
2.1 Botani Tanaman Padi ............................................................... 8
2.2 Syarat Tumbuh ......................................................................... 10
2.3 Pemupukan Pada Tanaman Padi .............................................. 11
2.4 Pengaruh Amelioran Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi.. 12
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ....................................... 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 18
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 18
3.3 Metode Penelitian..................................................................... 18
3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 19
3.4.1 Penyemaian Benih........................................................ 193.4.2 Persiapan Media Tanam............................................... 203.4.3 Penanaman ................................................................... 203.4.4 Pemupukan................................................................... 203.4.5 Pemeliharaan ................................................................ 21
3.4.6 Pemanenan ................................................................... 21
3.5 Peubah Yang Diamati............................................................... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 25
4.1 Hasil......................................................................................... 25
4.2 Pembahasan ............................................................................. 35
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 39
5.1 Kesimpulan.............................................................................. 39
5.2 Saran ........................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40
LAMPIRAN............................................................................................... 43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tinggi tanaman 6 minggu setelah tanam akibat jenis dan dosisamelioran pada penanaman kedua (dalam centimeter) ..................... 25
2. Jumlah anakan maksimum akibat jenis dan dosis amelioran saattanaman berumur 40 hst pada penanaman kedua (dalam batang)..... 27
3. Jumlah anakan produktif akibat jenis dan dosis amelioran saattanaman berumur 64 hst pada penanaman kedua (dalam batang)..... 28
4. Panjang malai akibat jenis dan dosis amelioran pada penanamankedua (dalam centimeter).................................................................. 29
5. Jumlah gabah isi permalai akibat jenis dan dosis amelioran padapenanaman kedua (dalam butir) ........................................................ 30
6. Bobot 1000 butir akibat jenis dan dosis amelioran padapenanaman kedua (dalam gram) ....................................................... 31
7. Hasil perumpun akibat jenis dan dosis amelioran pada penanamankedua (dalam gram)........................................................................... 32
8. Bobot brangkasan basah tanaman padi akibat jenis dan dosisamelioran pada penanaman kedua (dalam gram).............................. 33
9. Bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan dosis amelioranpada penanaman kedua (dalam gram)............................................... 34
10. Bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan dosis amelioranpada penanaman kedua (dalam gram)............................................... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman1. Tata letak percobaan ...................................................................... 43
2. Deskripsi padi varietas Ciherang ................................................... 45
3. Data tinggi tanaman dari minggu pertama sampai minggu keenam ........................................................................................... 46
4. Data tinggi tanaman minggu ke 6 akibat jenis dan dosisamelioran pada penanaman kedua ................................................. 46
5. Analisis ragam tinggi tanaman minggu ke 6 akibat jenis dandosis amelioran pada penanaman kedua ........................................ 47
6. Data jumlah anakan maksimum umur 40 hst akibat jenis dandosis amelioran pada penanaman kedua ........................................ 47
7. Analisis ragam jumlah anakan maksimum umur 40 hst akibatjenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua......................... 48
8. Data jumlah anakan produktif akibat jenis dan dosis amelioranpada penanaman kedu asaat tanaman berumur 64 hst ................... 48
9. Analisis ragam jumlah anakan produktif akibat jenis dan dosisamelioran pada penanaman kedua ................................................. 49
10. Data jumlah panjang malai akibat jenis dan dosis amelioran padapenanaman kedua ........................................................................... 49
11. Analisis ragam panjang malai akibat jenis dan dosis amelioranpada penanaman kedua................................................................. . 50
12. Data gabah isi permalai akibat jenis dan dosis amelioran padapenanaman kedua ........................................................................... 50
13. Analisis ragam gabah isi permalai akibat jenis dan dosisamelioran pada penanaman kedua ................................................. 51
14. Data bobot 1000 butir akibat jenis dan dosis amelioran padapenanaman kedua ........................................................................... 51
15. Analisis ragam bobot 1000 butir akibat jenis dan dosis amelioranpada penanaman kedua .................................................................. 52
16. Data hasil perumpun akibat jenis dan dosis amelioran padapenanaman kedua ........................................................................... 52
17. Analisis ragam hasil perumpun akibat jenis dan dosis amelioranpada penanaman kedua .................................................................. 53
18. Data bobot brangkasan basah tanaman akibat jenis dan dosisamelioran pada penanaman kedua ................................................. 53
19. Analisis ragam bobot brangkasan basah tanaman akibat jenis dandosis amelioran pada penanaman kedua ........................................ 54
20. Data bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan dosisamelioran pada penanaman kedua ................................................. 54
21. Analisis ragam bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dandosis amelioran pada penanaman kedua ........................................ 55
22. Data bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan dosisameliorant pada penanaman kedua (transformasi √ ) ................... 55
23. Analisis ragam bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dandosis amelioran pada penanaman kedua (transformasi √ ) ........... 56
24. Data bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan dosisamelioran pada penanaman kedua ................................................. 56
25. Analisis ragam bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dandosis amelioran pada penanaman kedua ........................................ 57
26. Data bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan dosisamelioran pada penanaman kedua (transformasi √ + 0,5) .......... 57
27. Analisi ragam bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dandosis amelioran pada penanaman kedua (transformasi √ + 0,5) . 58
28. Foto kegiatan.................................................................................. 59
DAFTAR GAMBAR
1. Kurva pertumbuhan tinggi tanaman pada penanaman kedua ........... 26
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Produksi padi harus ditingkatkan karena kebutuhan beras bagi penduduk
Indonesia selalu bertambah. Ketergantungan terhadap perluasan areal panen
mungkin akan sulit ditempuh bagi usaha tani padi, karena lahan subur akan
semakin diperebutkan penggunaannya oleh komoditas yang bernilai ekonomi
lebih tinggi dari padi. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas padi dengan cara
intensifikasi tetap menjadi andalan.
Pemanfaatan amelioran dapat dipergunakan untuk mengatasi kendala pada tanah
sawah terutama: pada penurunan kualitas tanah sawah seperti kandungan C-
organik yang rendah (<2%), leveling off produktivitas akibat menurunnya
kesuburan tanah,degradasi tanah sawah, dan soil sickness/fatigue akibat
eutrofikasi akibat pengkayaan hara sehingga terjadi pendangkalan badan air dan
kelangkaan dan penurunan kualitas air (Jamil dkk, 2019).
Amelioran merupakan bahan-bahan alami termasuk bahan organik, yang apabila
diaplikasikan ke dalam tanah dapat berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Menurut Darung dkk. (2001), pemberian amelioran
berupa pupuk kandang dan jerami padi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah. Selain itu, pemberian amelioran berupa kapur dolomit dan zeolit
2
dapat memperbaiki sifat kimia tanah terutama meningkatkan nilai pH tanah serta
dapat mempertahankan status hara didalam tanah.
Amelioran yang diaplikasikan pada penelitian sebelumnya yaitu berupa kombinasi
dari pupuk kandang sapi, jerami padi yang dikomposkan, jerami segar, zeolit dan
dolomit. Kombinasi tersebut dikemas dalam 10 perlakuan yaitu: tanpa
amelioran/kontrol (a0), pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1
ton/ha (a1), jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha (a2), jerami
kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha (a3), pupuk kandang 20
ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha (a4), jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2
ton/ha + dolomit 2 ton/ha (a5), jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha +
dolomit 2 ton/ha (a6), pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3
ton/ha (a7), jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha (a8),
jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha (a9). Hasil penelitian
menunjukan bahwa perlakuan a6: jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha +
dolomit 2 ton/ha, a7: pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3
ton/ha, a9: jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha
memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa penambahan
amelioran.
Dari hasil penelitian tersebut ternyata aplikasi amelioran dari jerami yang masih
segar belum memberikan pengaruh yang optimal terhadap pertumbuhan dan
komponen hasil padi. Menurut Rudianto (2015), pemberian jerami yang masih
segar belum menghasilkan unsur hara bagi tanaman sehingga memerlukan waktu
dekomposisi agar hara dapat tersedia. Perlu adanya pengomposan pada jerami
3
yang masih segar agar dapat segera diserap haranya oleh tanaman. Dengan
demikian kemungkinan besar jerami segar yang diaplikasikan pada penanaman
pertama ini akan meningalkan pengaruh sisa (residu) unsur hara yang dapat
memacu pertumbuhan dan hasil padi pada penanaman berikutnya.
Dari penjelasan Makarim dan Suhartatik (2006), tingginya kadar selulosa dan
lignin merupakan kendala utama dalam pemanfaatan jerami padi sebagai pupuk
organik, karena lamanya waktu pelapukan secara alamiah, bahkan penggunaan
jerami segar secara langsung akan mengganggu terhadap awal pertumbuhan
tanaman dan menyulitkan pengolahan tanah.
Subrata (2006) mengatakan bahwa bahan amelioran berupa pupuk kandang,
jerami, dan bahan organik lain memiliki pengaruh sisa dalam jangka waktu yang
sangat lama. Secara bertahap pula akan menyumbangkan unsur hara bagi
tanaman. Dengan memberikan bahan amelioran secara teratur kedalam tanah,
maka daya menghasilkan hara pada tanah tersebut dalam jangka waktu lama akan
tetap baik.
Dari uraian tersebut, maka kajian tentang pengaruh jenis dan dosis amelioran
perlu dilanjutkan sampai ke penanaman kedua. Diharapkan penelitian tanam
kedua ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh sisa dari jenis dan
dosis amelioran terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa L.).
4
1.2 Tujuan Penelitia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari jenis dan dosis
amelioran terhadap pertumbuhan dan hasil padi (Oryza sativa L.) pada
penanaman kedua dari penanaman pertama.
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis
Penggunaan pupuk sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high
yield variety), dan penggunaan pestisida, dapat meningkatkan produksi padi di
Indonesia. Namun pemberian input pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan
dapat mengganggu kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan (Syamsu,
2013). Oleh karena itu, timbul pemikiran untuk memanfaatkan bahan organik
secara in situ seperti jerami dan kotoran ternak untuk diterapkan dalam usaha tani
padi.
Menurut Ismangil (2005), amelioran adalah bahan organik dan bahan anorganik
yang diberikan ke dalam tanah untuk menciptakan lingkungan tanah yang
menguntungkan bagi akar tanaman. Bahan amelioran dapat berupa pupuk
kandang, jerami padi, abu, limbah biogas, tanah mineral, zeloit, dan dolomit yang
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, serta mampu
mempertahankan suplai unsur hara dalam waktu yang lama. Residu dari bahan-
bahan tersebut masih berdampak baik bagi kesuburan tanah dalam menyuplaikan
unsur hara bagi tanaman.
Hasil penelitian Rudianto (2015) menunjukan bahwa aplikasi amelioran
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Penambahan amelioran
5
dengan jenis jerami yang dikomposkan dapat lebih cepat dimanfaatkan oleh
tanaman dan mampu memberikan hara yang hampir sama baiknya dengan pupuk
kandang.
Pemanfaatan jerami yang dikomposkan merupakan salah satu teknik
meningkatkan kualitas bahan organik, menurut Makarim dan Suhartatik (2006),
peningkatan kualitas bahan organik perlu diatasi melalui proses dekomposisi
mikrobiologis yang sudah berkembang. Bahan organik dibuat menjadi lebih
berkualitas dengan cara memperpendek rantai karbon dan menurunkan rasio C/N,
sehingga konsentrasi hara lebih pekat dan ketersediaan hara lebih cepat.
Kandungan hara jerami padi saat panen bergantung pada kesuburan tanah, kualitas
dan kuantitas air irigasi, jumlah pupuk yang diberikan, kultivar dan musim/iklim.
Untuk setiap 1 ton gabah (GKG) dari pertanaman padi menghasilkan 1,5 ton
jerami yang mengandung 9 kg N, 2 kg P, 25 kg K, 2 kg S, 70 kg Si, 5 kg Ca dan 2
kg Mg. Apabila konsentrasi hara tersebut mewakili nilai rata-rata jerami, maka
produksi jerami di Indonesia sebesar 29 juta ton/bulan setara dengan 468.000 ton
N (setara 1,04 juta ton Urea), 78.000 ton P (setara 0,5 juta ton SP-36), 1,17 juta
ton K (setara 1,95 juta ton KCl), 78.000 ton S, dan 3,9 juta ton Si (Arafah dan
Sirappa, 2003).
Dari hasil penelitian Widowati dan Rochayati (2008), amelioran dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi pada pertanaman I maupun
residunya pada pertanaman ke II. Pemberian 1500 kg Kaptan Phospatan/ha dan
1.000 kg Dolomit/ha meningkatkan produksi hingga 36% dan 30% pada musim I
dan 16% dan 42% pada musim II (residu). Pemberian P pada takaran 180 kg
6
P2O5/ha pada pertanaman I dan residunya pada pertanaman ke II meningkatkan
pertumbuhan dan memberikan hasil terbaik. RP-Tunisia memberikan pengaruh
yang lebih tinggi dari pada perlakuan SP-36 dan SP-36 + Dolomit pada
pertanaman I dengan peningkatan hasil 58% ; 27% dan 19% pada takaran 180 kg
P2O5/ha. Pada musim II (residu) perlakuan RP-Tunisia, SP-36, dan SP-36 +
Dolomit pada takaran yang sama memberikan peningkatan hasil berturut-turut
sebesar 1%, 53% dan 20%.
Maftu’ah dkk. (2013) mengungkapkan bahwa formula amelioran dan dosis
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan serapan hara NPK oleh tanaman jagung
manis. Aplikasi 20 ton/ha amelioran (80% pupuk kandang ayam + 20% dolomit)
memberikan bobot kering dan serapan hara NPK paling tinggi. Sedangkan hasil
penelitian Lenny dkk. (2006) menunjukkan bahwa zeolit dan pupuk kandang
secara bersama sama meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N, P, K pada
tanaman periode II. Pupuk N, P, K yang diperlukan hanya setengah dari
penggunaan pupuk periode pertama dengan hasil yang hampir sama.
Menurut Badan Litbang Pertanian (2011), semakin tinggi takaran zeolit, semakin
banyak NH4+ dari urea yang disimpan dalam pori zeolit. Residu zeolit dalam tanah
yang masih mengandung NH4+ akan dilepaskan lagi pada musim tanam
berikutnya. Residu zeolit dalam tanah dapat bertahan dalam waktu cukup lama
karena zeolit tidak mengalami degradasi sehingga jumlahnya tetap dalam tanah.
Zeolit dapat diberikan langsung ke dalam tanah sebagai pembenah tanah atau
diformulasikan dengan beberapa unsur hara pupuk sebagai pupuk lepas lambat.
7
Menurut Eghaball dkk. (2004), residu pupuk organik ternyata dapat meningkatkan
produktivitas serta kesuburan tanah. Pengaruh residu dari kompos yang diberikan
dapat terlihat setelah beberapa tahun pemberian. Efek residu dari pupuk kandang
dapat memperbaiki kualitas dan sifat-sifat tanah sampai beberapa tahun setelah
pemberian. Kandungan N dapat meningkat dan beberapa unsur hara lainnya yang
berasal dari bahan tanaman. Ditambahkan lagi oleh Suntoro (2013), Pupuk
kandang memiliki pengaruh sisa dalam jangka waktu yang lama. Secara bertahap
pupuk kandang akan terdekomposisi dan unsur hara hasil proses dekomposisi
secara bertahap pula akan tersedia bagi tanaman. Dengan memberikan pupuk
kandang secara teratur ke dalam tanah, maka daya menghasilkan hara pada tanah
tersebut dalam jangka waktu lama akan tetap baik.
Hasil penelitian Fitriadi (2013) menunjukkan bahwa residu pupuk KCl secara
interaksi dengan residu kompos jerami padi bepengaruh sangat nyata terhadap pH
dan C-organik tanah. Residu kompos jerami dan KCl secara tunggal berpengaruh
nyata terhadap N-total, dan P-tersedia, dan KTK tanah. Sedangkan residu KCl
nyata pengaruhnya terhadap K-dd tanah, sedangkan residu kompos jerami
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: jenis dan dosis amelioran yang
diaplikasikan pada penanaman pertama memberikan pengaruh yang berbeda
dalam pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa L.) pada penanaman
kedua.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi
oleh sebagian dari penduduk yang ada di bumi ini. Tanaman padi merupakan
tanaman jenis rumput-rumputan. Tanaman padi mempunyai klasifikasi sebagai
berikut: Genus: Oriza Linn, Famili: Gramneae (Poaceae), Spesies: terdapat 25
spesies, diantaranya Oryza sativa L., Oryza glaberima Steund, Supspesies Oryza
sativa L. dua diantaranya yaitu: Indica (Padi bulu) dan Sinica (Padi cere) dulu
dikenal dengan nama padi Japonica (Hasanah, 2007).
Tanaman padi merupakan tanaman yang berumur pendek, umurnya kurang dari
setahun dan berproduksi sekali. Akar tanaman padi berfungsi sebagai penyerap
zat makanan dan air dari dalam tanah, sebagai proses respirasi dan sebagai
penopang tegaknya batang. Akar padi mempunyai dua macam yaitu akar primer
dan akar seminal. Akar primer merupakan akar yang tumbuh dari kecambah biji
dan akar seminal merupakan akar yang tumbuh di dekat buku-buku. Akar mulai
tumbuh melalui proses perkecambahan benih. Akar yang berasal dari benih yang
berkecambah berupa akar primer. Kemudian, setelah 5-6 hari akan tumbuh akar
seminal (Hasanah, 2007).
9
Batang tanaman padi berfungsi untuk menopang tanaman secara keseluruhan dan
sebagai penghubung untuk mengalirkan zat makanan ke seluruh bagian tanaman.
Batang tanaman padi memiliki ciri khas tersendiri yaitu memiliki rongga dan ruas,
dan rangkaian ruasnya memiliki panjang yang berbeda-beda. Pada ruas batang
bawah pada tanaman padi memiliki ruas yang pendek, sedangkan semakin ke atas
maka ruasnya akan semakin panjang. Pada tanaman padi batang baru akan muncul
pada ketiak daun, pada mulanya akan tumbuh kuncup dan setelah itu akan
berkembang menjadi batang baru (Hasanah, 2007).
Anakan tanaman padi tumbuh secara merumpun dan tumbuh didasar batang,
pembentukan anakan terjadi secara tersusun, yaitu anakan pertama, kedua, ketiga,
dan seterusnya. Daun tanaman padi akan tumbuh dan berkembang pada buku
masing masing satu buah dengan susunan berselang seling. Tanaman padi yang
unggul pada umumnya memiliki 14-18 helai daun pada setiap tanaman. Daun
tanaman padi mempunyai ciri khas tersendiri yaitu mempunyai sisik dan daun
telinga, tanaman padi termasuk jenis rumput rumputan yang memiliki daun
berbeda dari jenis tanaman rumput, baik bentuk, susunan maupun bagian lainnya.
Hal inilah yang menyebabkan daun padi dibedakan menjadi jenis rumput lain
(Hasanah, 2007).
Malai adalah bunga padi (spikelet) dan keluar dari buku yang paling atas, bulir-
bulir padi terletak pada cabang pertama dan kedua serta sumbu utamanya adalah
ruas buku yang terakhir pada batang. Pajang malai tergantung pada varietas yang
ditanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu malai pendek
kurang dari 20 cm, malai sedang 20-30 cm dan malai panjang lebih dari 30 cm,
10
jumlah cabang berkisar 15-20 buah yang terendah 7 buah cabang dan yang
terbanyak mencapai 30 buah cabang (Hasanah, 2007).
Bunga padi merupakan jenis golongan bunga berkelamin dua setiap bunga
mempunyai enam buah benang sari yang bertangkai pendek dan dua tangkai putik
dengan dua buah kepala putik. Proses pernyerbukan pada tanaman padi dimulai
dengan menempelnya serbuk sari pada kepala putik dan setelah itu maka tanaman
padi akan menghasilkan buah padi (gabah) yang terdiri dari bagian kulit yang
disebut dengan sekam dan bagian dalam yang disebut dengan kariopsis.
Sedangkan beras merupakan bagian dari kariopsis yang terdiri dari lembaga
(embrio) dan endosperm. Buah padi adalah buah telanjang, yaitu mempunyai
perhiasan bunga dan mempunyai dua jenis kelamin dengan bakal buah yang
diatas, mempunyai benang sari 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, tangkai
sari besar dan mempunyai dua kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai
putik dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dan berwarna putih atau
ungu (Herawati, 2012).
2.2. Syarat Tumbuh
Tanaman padi mampu tumbuh dan hidup dengan suhu rata-rata berkisar antara
68o-100o C. Pada budi daya tanaman padi pengaruh suhu harus diperhatikan
karena suhu yang rendah dalam budi daya padi dapat memperlambat
perkecambahan benih sehingga dapat memperlambat proses pemindahan bibit
kelapangan. Curah hujan tanaman padi yaitu 200 mm/bulan, curah hujan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif. Ketinggian tempat
yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0–1500 m dpl. Tanah yang baik
11
untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi
pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air
dalam jurnlah yang cukup. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah
yang ketebalan lapisan atasnya antara 18–22 cm dengan pH antara 4–7 (Herawati,
2012).
2.3.Pemupukan Pada Tanaman Padi
Penggunaan pupuk terutama pupuk buatan merupakan salah satu factor kunci
dalam peningkatan produksi pangan dan pencapaian swasembada beras di
Indonesia. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Usaha meningkatkan produksi tanaman pangan termasuk padi dapat
dilakukan dengan cara pemupukan berimbang, effektif dan effisien. Agar
pemupukan dapat efesien dan produksi optimal, rekomendasi pemupukan harus
didasarkan pada kebutuhan hara tanaman, cadangan hara yang ada di dalam tanah,
dan target hasil realistis yang ingin dicapai. Kebutuhan hara tanaman sangat
beragam atau spesifik lokasi dan dinamis yang ditentukan oleh beberapa faktor
genetik dan lingkungan. Dosis yang diajurkan pada pemupukan padi sawah yaitu
300 kg NPK Phonska/ha dan 150 kg Urea/ha, bila menggunakan SP-36 maka
takarannya menjadi (100 kg/ha SP-36 + 200 kg/ha Urea). Pemupukan pupuk
majemuk NPK Phonska dilakukan secara bertahap, yaitu setengah pada saat
tanaman berumur 2 mst dan setengahnya lagi pada saat tanaman berumur 3 mst.
Sedangkan untuk pupuk Urea diberikan sebanyak tiga kali pada saat tanaman
berumur 2 mst, 3 mst, dan 6 mst (Kurniadie, 2001)
12
2.4. Pengruh Amelioran Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi
Amelioran adalah bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui
perbaikan kondisi fisik dan kimia. Amelioran dapat berupa bahan organik maupun
anorganik. Pemberian bahan amelioran seperti pupuk organik, tanah mineral,
zeolit, dolomit, fosfat alam, pupuk kandang, abu sekam, jerami padi dapat
meningkatkan pH tanah dan basa-basa tanah (Badan Litbang Pertanian, 2011).
Pemberian amelioran mampu menurunkan emisi gas rumah kaca, dolomit sebesar
7-47%, zeolit sebesar 21%, terak baja sebesar 29%, pupuk kandang sebesar 16-
31% dan pupuk silikat sebesar 18%. Kenaikan hasil padi, dolomit sebesar 0,3-
37%, terak baja sebesar 14%, pupuk kandang sebesar 10-31% dan pupuk silikat
sebesar 10% (Badan Penelitian Lingkungan Pertanian, 2011). Rudianto (2015)
mengungkapkan bahwa aplikasi amelioran dari kombinasi pupuk kandang, zeloit
dan dolomit dengan dosis 20 ton/ha + 2 ton/ha + 2 ton/ha dan 30 ton/ha + 3 ton/ha
+ 3 ton/ha, menghasilkan jumlah anakan produktif lebih tinggi 38,58% dan
42,29%, dibandingkan dengan tanpa penambahan amelioran. Aplikasi amelioran
dari kombinasi pupuk kandang, zeolit, dan dolomit dengan dosis 30 ton/ha + 3
ton/ha + 3 ton/ha juga menunjukan hasil yang lebih tinggi pada peubah hasil
perumpun sebanyak 43,63% dan bobot 1000 butir sebanyak 5,12% dibandingkan
dengan tanpa amelioran.
Pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki
beberapa kelebihan seperti memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan
daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan
sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Syamsu, 2013). Nilai pupuk kandang
13
tidak saja ditentukan oleh kandungan nitrogen, asam fosfat, dan kalium saja, tetapi
harus mengandung hampir semua unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan
tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah.
Secara umum setiap ton pupuk kandang sapi mengandung 5 kg N, 3 kg P2O5 dan
5 kg K2O serta unsur hara esensial lain dalam jumlah yang relatif kecil (Souri,
2001).
Menurut Suwono dkk. (2000), residu pemupukan musim tanam pertama dengan
dosis 300 kg/ha Urea, 100 kg/ha SP-36, dan 10 ton/ha pupuk kandang sapi untuk
tanaman padi dan kedelai di musim tanam kedua menunjukkan peningkatan
terhadap produksi padi pada tanah Vertisol di Ngawi dan Lamongan. Menurut
Tufaila (2013), aplikasi pupuk kandang sapi dengan dosis yang berkisar antara 5-
7,5 ton/ha memberikan pengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi
padi sawah pada tanah Ultisol, dengan hasil mencapai 7,6 sampai 8,4 ton/ha.
Jerami sering dianggap sebagai sisa tanaman yang mengganggu pengolahan tanah
dan penanaman padi. Jerami selain dapat menggantikan pupuk K pada tanaman
tertentu, juga berperan penting dalam memperbaiki produktivitas tanah sawah
yang dapat meningkatkan efesiensi pupuk dan menjamin kemantapan produksi.
Menurut Gunarto dkk. (2002), pengembalian jerami ke tanah dapat meningkatkan
hasil gabah, pemberian 5 ton jerami ke tanah memasok hara dari tanah sekitar 150
kg N, 20 kg P, 150 kg K, 20 kg Ca, 5 kg Mg, dan 300 kg Si. Pemanfaatan jerami
padi yang berlimpah di lahan sawah perlu diperhitungkan kembali sebagai salah
satu alternatif untuk subsitusi penggunaan pupuk kimia. Menurut Sisworo (2006),
pengembalian jerami yang telah dikomposkan kedalam sawah secara nyata dapat
14
meningkatkan serapan N tanaman padi baik musim hujan ataupun musim
kemarau.
Rudianto (2015) mengungkapkan bahwa aplikasi amelioran dari kombinasi
kompos jerami, zeolit dan dolomit dengan dosis 50 ton/ha + 2 ton/ha + 2 ton/ha
dan 75 ton/ha + 3 ton/ha + 3 ton/ha menghasilkan jumlah anakan produktif lebih
banyak 43,79% dan 39,69%, serta hasil perumpun lebih tinggi 58,37% dan
52,35% dibandingkan dengan tanpa penambahan amelioran. Aplikasi amelioran
dari kombinasi kompos jerami, zeolit, dan dolomit dengan dosis 50 ton/ha + 2
ton/ha + 2 ton/ha juga menunjukan hasil yang lebih tinggi pada peubah jumlah
anakan produktif sebanyak 49,67% dan panjang malai sebanyak 17,79%
dibandingkan dengan tanpa amelioran.
Jerami yang dikomposkan sangat bermanfaat bagi proses pertumbuhan tanaman
padi. Jerami kompos tidak hanya mensuplai unsur hara bagi tanaman, jerami
kompos juga memperbaiki struktur tanah. Jerami kompos akan meningkatkan
kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat, jerami kompos juga
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik
tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan
kandungan air tanah (Makarim dan Suhartatik, 2006).
Menurut Balittanah (2011), zeolit adalah salah satu bahan amelioran (pembenah
tanah) alami, yang belum banyak dikenal dan digunakan petani. Zeolit dapat
mencegah pencucian hara, dan merupakan polimer silika-alumina yang terbentuk
secara alami pada jutaan tahun yang lalu. Zeolit adalah mineral dari senyawa
aluminosilikat terhidrasi dengan struktur berongga dan mengandung kation-kation
15
alkali yang dapat dipertukarkan. Zeolit memiliki pori-pori yang terisiion K, Na,
Ca, Mg, dan molekul H2O sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan
pelepasan air secara bolak-balik.
Zeolit mempunyai pori-pori yang permukaannya bermuatan negatif sehingga
dapat mencegah pencucian unsur hara NH4+-Urea dan kation K+-KCl dari daerah
perakaran. Zeolit dapat menahan sementara unsur hara di daerah perakaran
sehingga pupuk Urea dan KCl yang diberikan lebih efisien. Pemberian zeolit
kedalam tanah mengakibatkan residu dari pupuk yang diberikan bertahan lebih
lama sehingga dapat meningkatan hasil tanaman pada musim berikutnya. Zeolit
tidak mengalami degradasi sehingga jumlahnya relatif tetap dalam tanah, sehingga
residunya dapat memperbaiki kemampuan tanah untuk menahan unsur hara dan
memperbaiki bahkan meningkatan hasil tanaman. Pemberian zeolit juga dapat
meningkatkan hasil padi. Serapan N dan K tertinggi pada terjadi pada umur 6
minggu setelah tanam, dicapai pada perlakuan zeolit 125 kg/ha.Serapan N
cenderung menurun seiring makin tingginya takaran zeolit. Hal ini menunjukkan
semakin banyak N yang memasuki pori-pori zeolit dan akan dilepaskan kembali
secara perlahan untuk diserap tanaman (Balai Penelitian Tanah, 2011).
Menurut Badan Litbang Pertanian (2011), residu zeolit dalam tanah yang masih
mengandung NH4+ akan dilepaskan lagi pada musim tanam berikutnya. Residu
zeolit dalam tanah dapat bertahan dalam waktu cukup lama karena zeolit tidak
mengalami degradasi sehingga jumlahnya tetap dalam tanah. Zeolit dapat
diberikan langsung ke dalam tanah sebagai pembenah tanah atau diformulasikan
dengan beberapa unsur hara pupuk sebagai pupuk lepas lambat. Hasil percobaan
16
formulasi (F) pupuk N lepas lambat menunjukkan pengaruhnya terhadap hasil
Gabah Kering Panen (GKP).
Pemberian dolomit (kapur) dapat meningkatkan ketersediaan unsur fosfor (P) dan
molybdenum (Mo). Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah, sehingga
pemberian kapur pada tanah masam akan merangsang pembentukan struktur
remah, mempengaruhi pelapukan bahan organik, dan pembentukan humus
(Buckman dan Brady, 1964).
Soepardi (1983), menyatakan bahwa pengapuran menetralkan senyawa-senyawa
beracun dan menekan penyakit tanaman, reaksiaminisasi, amonifikasi, dan
oksidasi belerang nyata dipercepat oleh meningkatnya pH yang diakibatkan oleh
pengapuran. Dengan meningkatnya pH tanah, maka akan menjadikan tersedianya
unsur N, P, dan S, serta unsur mikro bagi tanaman. Kapur yang banyak digunakan
di Indonesia dalam bentuk kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg(CO3)2).
Menurut Lingga dan Marsono (2002), pemberian kapur adalah salah satu upaya
untuk menetralkan kemasaman tanah. Pada tanah-tanah yang kemasamannya
rendah, umumnya dibutuhkan 4 ton/ha dolomit. Pemberian kapur, unsur mikro
dan NaCl setelah diinkubasi selama 1 minggu dapat memperbaiki kondisi tanah
gambut, formulasi 2,5 ton/ha kapur + 25 kg/ha unsur mikro + 25 kg/ha NaCl
mampu meningkatkan pH tanah gambut sebanyak 0,48 unit (dari 4,08 menjadi
4,56). Meningkatkan kandungan hara makro Ca-dd dan Mg-dd tanah gambut
masing-masing sebanyak 1,36 me/100 g dan 4,13 me/100 g. Meningkatkan
kandungan Na-dd sebanyak 0,35 me/100 g, meningkatkan kandungan unsur mikro
pada tanah gambut, Cu-dd sebanyak 0,02 me/100 g, Fe-dd sebanyak 0,21 me/100
17
g, Mn-dd sebanyak 0,3 me/100 g, dan Zn-dd sebanyak 0,29 me/100 g, serta
mampu meningkatkan tinggi tanaman sebanyak 31,82 cm, jumlah anakan
produktif sebanyak 14 batang/rumpun, bobot kering jerami sebanyak 15,82 g,
bobot kering gabah sebanyak 15,28 g, dan bobot 1000 biji sebanyak 15,05 g.
18
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, di
Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Desember 2015.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain, cangkul besar, sabit, golok,
ember, bak, sendok makan, timbangan analitik, kantung plastik ukuran ¼ kg,
meteran, penggaris, kamera digital, alat – alat tulis dan perlengkapan lain yang
diperlukan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah benih padi varietas
Ciherang, pupuk Urea, pupuk NPK Phonska, insektisida dengan bahan aktif
Metomil 2 g/l.
3.3 Metode Penelitian
Rancangan penelitian disusun secara faktor tunggal menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL), dengan 3 (tiga) ulangan. Perlakuan terdiri dari 10 (sepuluh)
jenis yaitu:
19
1. a0 = Tanpa amelioran (kontrol).
2. a1 = Pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
3. a2 = Jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
4. a3 = Jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.
5. a4 = Pupuk kandang 20 ton/ha, +zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
6. a5 = Jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
7. a6 = Jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.
8. a7 = Pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
9. a8 = Jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomite 3 ton/ha.
10. a9 = Jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
Data hasil pengamatan diuji homogenitasnya dengan uji Bartlett dan
ketidakaditifan data antara lingkungan dan perlakuan diuji dengan uji Tuckey
kemudian dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
Terkecil (BNT), semua pengujian dilakukan pada taraf 5%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Penyemaian Benih
Penyemaian dilakukan dengan membuat tempat persemaian berukuran 1 m x 1 m.
Pengolahan tanah persemaian dilakukan dengan menggemburkan tanah dan
melumpurkannya sebelum penyebaran benih, kemudian benih padi disebar
diatasnya secara merata.
20
3.4.2 Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan berasal dari penelitian sebelumnya, yang telah
diaplikasikan dengan ameliorant berupa pupuk kandang sapi, jerami kompos,
jerami segar, zeolit, dan dolomit. Tanah yang telah berada di bak dan ember bekas
penelitian sebelumnya, kemudian digenangi dan dihancurkan sampai menjadi
lumpur. Kemudian digenangi kembali dengan air agar media tidak mengalami
kekeringan. Persiapan media tanam dilakukan 5 (lima) hari sebelum bibit padi
ditanamkan.
3.4.1 Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara menanam bibit padi sebanyak 3 bibit
perlubang tanam. Pada tiap bak yang berdiameter 45 cm berisi 5 lubang tanam
dan pada ember dengan diameter 25 cm berisi 3 lubang tanam. Untuk satu satuan
percobaan terdapat 2 bak dan 2 ember, sehingga populasi dalam satu satuan
percobaan berjumlah 16 lubang tanam. Bibit ditanam setelah berumur 12 hari
setelah semai.
3.4.2 Pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali, pupuk yang digunakan yaitu
pupuk NPK Phonska dan Urea. Dosis yang diberikan yaitu;
Pemupukan pertama 150 kg NPK Phonska/ha (23,84 g/bak, 7,35 g/ember) + 25
kg Urea/ha (3,79 g/bak, 1,22 g/ember),
21
Pemupukan kedua 150 kg NPK Phonska/ha (23,84 g/bak, 7,35 g/ember) + 50
kg Urea/ha (7,94 g/bak, 2,45g/ember), dan
Pemupukan ketiga hanya diberikan pupuk Urea dengan dosis 50 kg/ha (7,35
g/bak, 2,45 g/ember).
Pengaplikasian dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk ke dalam bak dan
ember dengan merata. Waktu pemupukan dilakukan pada saat tanaman berumur
14 hst, 21 hst dan 42 hst (dihitung sejak bibit pindah tanam).
3.4.3 Pemeliharaan
Pengelolaan air, dilakukan dengan cara memberi air secara rutin pada bak dan
ember penelitian dengan mempertahankan air setinggi 5 (lima) cm dari
permukaan tanah.
Pengendaliaan hama dan penyakit, dilakukan ketika sudah terjadi serangan
hama penyakit, dengan cara penyemprotan pestisida yang mengandung bahan
aktif metomil. Penyemprotan menggunakan tanki semprot yang berisikan
pestisida, dengan takaran dosis 2 gram/liter air.
Penyiangan gulma dilakukan secara bersamaan dengan dilakukannya
pengamatan gulma yaitu pada saat tanaman berumur 40 hst, dengan cara
mencabut gulma yang berada disekitar tanaman padi.
3.4.4 Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 104 hari setelah pindah tanam,
pemanenan dilakukan dengan memotong pangkal malai pada tanaman sempel
22
selanjutnya diikat menjadi satu dan dipisahkan sesuai dengan perlakuan.
Kemudian gabah pada setiap tanaman sempel dirontokan yang kemudian
ditimbang sesuai dengan perlakuan dan sesuai dengan sempel masing-masing.
Kemudian hasil dari setiap perlakuan dikumpulkan dan hitung 1000 butir
selanjutnya ditimbang untuk mengetahui bobot 1000 butir.
3.5 Peubah Yang Diamati
Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel pada setiap satuan percobaan.
Peubah yang diamati dan cara pengamatan dalam percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur menggunakan meteran, tinggi tanaman diukur dari
permukaan tanah sampai ujung daun tanaman yang tertinggi. Pengukuran
dilakukan 1 kali dalam seminggu mulai dari 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst, 35
hst, 42 hst.
2. Jumlah anakan maksimum (batang)
Data jumlah anakan maksimum diperoleh dengan cara menghitung semua
anakan yang tumbuh, dan dilakukan pada saat tanaman telah berumur 40 hst.
3. Jumlah anakan produktif (batang)
Data jumlah anakan produktif diperoleh dengan cara menghitung jumlah
anakan yang menghasilkan malai, perhitungan dilakukan pada saat tanaman
padi berumur 64 hst.
23
4. Panjang malai (cm)
Data pengamatan panjang malai diperoleh dengan cara mengukur dari leher
malai sampai ujung malai menggunakan penggaris, dilakukan pada saat akan
dipanen.
5. Jumlah gabah isi per malai (butir)
Data jumlah gabah isi per malai diperoleh dengan cara menghitung semua
gabah isi pada setiap malai pada saat akan dipanen.
6. Hasil per rumpun (gram)
Data hasil per rumpun diperoleh dengan cara menimbang semua hasil gabah
per rumpun setelah dipanen, gabah yang ditimbang adalah gabah dalam
kondisi kering panen. Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan
analit.
7. Berat 1000 butir (gram)
Data pengamatan berat 1000 butir diperoleh dengan cara menghitung bulir
padi secara acak pada setiap satuan percobaan sebanyak 1000 butir kemudian
ditimbang menggunakan timbangan analit. Gabah yang ditimbang adalah
gabah dalam kondisi kering panen.
8. Bobot brangkasan basah tanaman (gram)
Data bobot brangkasan basah tanaman diperoleh dengan cara menimbang
semua bagian tanaman kecuali bagian generatifnya, dinyatakan dalam satuan
gram, dan dilakukan setelah panen.
24
9. Bobot gulma (gram)
Data pengamatan gulma diperoleh dengan cara mencabut gulma yang ada
pada saat tanaman padi berumur 40 hst, dinyatakan dalam satuan gram.
Gulma dipisahkan sesuai dengan satuan petak percobaan, kemudian
menimbang berat basah dan kering gulma menggunakan timbangan analit.
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Percobaan
4.1.1. Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran
tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi pada penanaman kedua.
Tabel 1.Tinggi tanaman 6 minggu setelah tanam akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)
Tinggi tanaman
penanaman pertama (cm)
Tinggi tanaman
penanaman kedua (cm)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 132,70 A 84,07 Aa1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 132,77 A 81,40 Aa2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 132,27 A 81,33 Aa3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 133,43 A 80,93 Aa4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 134,10 A 82,47 Aa5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 132,73 A 80,40 Aa6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 136,03 A 83,03 Aa7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 131,73 A 81,13 Aa8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 131,33 A 87,37 Aa9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 132,53 A 90,40 A
BNT 6,29 8,62Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
26
Gambar 1. Kurva pertumbuhan tinggi tanaman apada penanaman kedua
Penambahan jenis dan dosis bahan amelioran tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman pada penanaman pertama maupun penanaman kedua. Hal tersebut
dapat dilihat dari kurva pertumbuhan (Gambar 1) menunjukkan gradien yang
hampir sama pada semua perlakuan.
4.1.2. Jumlah Anakan Maksimum
Hasil analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran
pada penanaman kedua memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan
maksimum tanaman padi.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6
a0: tanpa amelioran (kontrol)
a1: pupuk kandang 10 ton/ha : zeolit 1 ton/ha : dolomit 1 ton/ha
a2: jerami segar 50 ton/ha : zeolit 1 ton/ha : dolomit 1 ton/ha
a3: jerami kompos 25 ton/ha : zeolit 1 ton/ha : dolomit 1 ton/ha
a4: pupuk kandang 20 ton/ha : zeolit 2 ton/ha : dolomit 2 ton/ha
a5: jerami segar 100 ton/ha : zeolit 2ton/ha : dolomit 2 ton/ha
a6: jerami kompos 50 ton/ha : zeolit 2 ton/ha : dolomit 2 ton/ha
a7: pupuk kandang 30 ton/ha : zeolit 3 ton/ha : dolomit 3 ton/ha
a8: jerami segar 150 ton/ha : zeolit 3 ton/ha : dolomit 3 ton/ha
a9: jerami kompos 75 ton/ha : zeolit 3 ton/ha : dolomit 3 ton/ha
Minggu Setalah Tanam (HST)
Tin
ggiT
anam
an (
cm)
27
Tabel 2. Jumlah anakan maksimum akibat jenis dan dosis amelioran saat tanaman berumur 40 hst pada penanaman kedua.
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)
Jumlah anakanpenanaman
pertama(batang)
Jumlah anakan penanaman
kedua (batang)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 17,57 A 21,83 Aa1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 21,67 B 25,97 ABa2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 16,77 A 29,40 BCa3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 22,07 B 30,80 CDa4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 24,43 CD 29,13 BCa5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 16,63 A 31,23 CDa6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 26,30 D 25,70 ABa7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 23,47 BC 29,43 BCa8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 16,83 A 34,87 Da9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 24,77 CD 27,30 BC
BNT 2,11 4,34Keterangan: Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 2) jumlah anakan maksimum dipengaruhi oleh jenis
dan dosis amelioran pada penanaman pertama maupun penanaman kedua. Pada
penanaman pertama, perlakuan a6: jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha +
dolomit 2 ton/ha menghasilkan jumlah anakan lebih banyak dibandingkan dengan
perlakuan lain, sedangkan pada penanaman kedua jumlah anakan yang lebih
banyak terlihat pada perlakuana8: jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha +
dolomit 3 ton/ha.
4.1.3. Jumlah Anakan Produktif
Hasil analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa jenis dan dosis amelioran
pada penanaman kedua memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan
produktif tanaman padi.
28
Tabel 3. Jumlah anakan produktif akibat jenis dan dosis amelioran saat tanaman berumur 64 hst pada penanaman kedua.
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)
Jumlah anakanpenanaman
pertama(batang)
Jumlah anakanpenanaman
kedua(batang)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 15,37 A 18,13 Aa1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 19,83 B 21,87 Ba2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 15,33 A 23,00 Ba3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 19,50 B 24,03 Ba4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 21,30 C 24,10 BCa5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 16,37 A 24,50 BCa6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 22,10 C 22,73 Ba7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 21,87 C 24,47 BCa8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 15,90 A 26,73 Ca9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 21,47 C 24,07 BC
BNT 1,41 2,70Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 3) jumlah anakan produktif dipengaruhi oleh jenis
dan dosis amelioran pada penanaman pertama maupun penanaman kedua. Pada
penanaman pertama, perlakuan a6: jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha +
dolomit 2 ton/ha menghasilkan jumlah anakan produktif lebih banyak
dibandingkan dengan perlakuan lain kecuali perlakuan a4, a7 dan a9, sedangkan
pada penanaman kedua jumlah anakan produktif yang lebih banyak terlihat pada
perlakuan a8: jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
4.1.4. Panjang Malai
Hasil analisis ragam (Lampiran 11) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua memberikan pengaruh nyata terhadap panjang
malai tanaman padi.
29
Tabel 4. Panjang malai akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)Panjang malai
penanaman pertama(cm)
Panjang malai penanaman kedua (cm)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 29,57 A 20,40 Aa1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 31,23 B 23,37 BCDa2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 29,10 A 23,10 BCa3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 31,20 B 23,47 BCDa4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 32,20 B 24,33 DEa5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 28,63 A 22,83 Ba6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 34,83 D 23,97 CDEa7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 32,20 B 24,13 CDEa8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 29,03 A 24,77 Ea9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 33,37 C 26,50 F
BNT 1,15 1,05Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 4) panjang malai dipengaruhi oleh jenis dan dosis
amelioran pada penanaman pertama maupun penanaman kedua. Pada penanaman
pertama, perlakuan a6: jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2
ton/ha menghasilkan panjang malai terpanjang, sedangkan pada penanaman kedua
panjang malai terpanjang terdapat pada perlakuan a9: jerami kompos 75 ton/ha +
zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
4.1.5. Jumlah Gabah Isi Per Malai
Hasil analisis ragam (Lampiran 13) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah
gabah isi per malai tanaman padi.
30
Tabel 5. Jumlah gabah isi per malai akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)
Jumlah gabah isi per malaipenanaman
pertama (butir)
Jumlah gabah isi per malai penanamankedua (butir)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 119,23 A 81,00 Aa1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 123,27 A 82,10 ABa2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 118,00 A 83,57 Ca3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 124,70 A 83,70 Ca4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 123,53 A 83,07 BCa5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 119,03 A 83,67 Ca6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 126,03 A 83,77 Ca7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 123,63 A 82,53 BCa8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 118,77 A 86,47 Da9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 124,70 A 83,63 C
BNT 9,27 1,46Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 5) jumlah gabah isi per malai dipengaruhi oleh jenis
dan dosis amelioran pada penanaman kedua, namun tidak pada penanaman
pertama. Pada penanaman kedua perlakuan a8: jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3
ton/ha + dolomit 3 ton/ha menghasilkan jumlah gabah isi per malai lebih banyak
dibandingkan dengan perlakuan lain.
4.1.6. Bobot 1000 Butir
Hasil analisis ragam (Lampiran 15) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
bobot 1000 butir.
31
Tabel 6. Bobot 1000 butir akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)
Bobot 1000 butir penanaman pertama (gr)
Bobot 1000 butir penanaman kedua (gr)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 26,77 AB 24,67 Aa1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 26,52 A 25,67 Aa2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 25,47 A 27,00 Aa3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 27,83 BC 26,00 Aa4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 27,99 BC 27,00 Aa5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 26,43 A 25,33 Aa6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 27,80 B 27,67 Aa7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 28,14 C 28,00 Aa8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 26,32 A 27,67 Aa9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 27,76 B 27,00 A
BNT 1,22 2,32Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 6) bobot 1000 butir dipengaruhi oleh jenis dan dosis
amelioran pada penanaman pertama, namun tidak pada penanaman kedua. Pada
penanaman pertama perlakuan a7: pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha +
dolomit 3 ton/ha menghasilkan bobot 1000 butir lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan lain.
4.1.7. Hasil Per Rumpun
Hasil analisis ragam (Lampiran 17) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua memberikan pengaruh nyata terhadap hasil per
rumpun.
32
Tabel 7. Hasil per rumpun akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)
Hasil per rumpunpenanaman pertama (gr)
Hasil per rumpun penanaman kedua (gr)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 25,58 A 32,20 Aa1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 30,19 AB 34,97 Ba2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 25,55 A 36,73 BCa3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 36,31 B 34,73 Ba4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 36,70 BC 37,87 CDa5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 26,21 A 37,43 CDa6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 40,51 C 37,23 CDa7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 36,74 C 38,90 Da8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 25,35 A 41,97 Ea9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 38,97 C 38,37 CD
BNT 4,35 2,12Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 7) hasil per rumpun dipengaruhi oleh jenis dan dosis
amelioran pada penanaman pertama maupun penanaman kedua. Pada penanaman
pertama perlakuan a6: jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2
ton/ha menunjukan hasil per rumpun lebih tinggi kecuali perlakuan a7 dan a9,
namun pada penanaman kedua perlakuan a8: jerami segar150 ton/ha + zeolit 3
ton/h +, dolomit 3 ton/ha menunjukan hasil per rumpun tertinggi dibandingkan
dengan perlakuan lain.
4.1.8. Bobot Brangkasan Basah Tanaman
Hasil analisis ragam (Lampiran 19) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua memberikan pengaruh nyata terhadap bobot
brangkasan basah tanaman padi.
33
Tabel 8. Bobot brangkasan basah tanaman padi akibat jenis dan dosis amelioranpada penanaman kedua.
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)
Bobot brangkasan
basahpenanaman pertama (gr)
Bobot brangkasan
basahpenanaman kedua (gr)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 392,87 A 308,73 Aa1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 359,72 A 339,00 Ba2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 350,85 A 355,10 BCDa3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 298,33 A 345,63 BCa4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 359,67 A 375,20 CDEa5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 413,03 A 363,27 BCDEa6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 384,87 A 369,57 CDEa7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 361,31 A 389,60 EFa8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 328,90 A 419,23 Fa9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 348,15 A 381,20 DE
BNT 97,27 30,18Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 8) bobot brangkasan basah tanaman padi dipengaruhi
oleh jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua, namun tidak pada
penanaman pertama. Pada penanaman kedua perlakuan a8: jerami segar 150 ton/ha
+ zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha menghasilkan bobot brangkasan basah
tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain.
4.1.9. Bobot Brangkasan Basah Gulma
Hasil analisis ragam (Lampiran 21) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua memberikan pengaruh nyata terhadap bobot
brangkasan basah gulma.
34
Tabel 9. Bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)
Bobot basah gulma
penanamanpertama (gr)
Bobot basah gulma
penanamankedua (gr)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 6,20 C 3.87 Aa1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 3,27 A 11.67 ABa2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 2,67 A 14.87 Ba3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 2,60 A 16.93 BCa4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 3,27 A 28.67 CDa5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 2,60 A 18.47 BCa6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 3,60 AB 11.53 ABa7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 4,33 B 40.07 Da8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 2,20 A 17.47 BCa9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 2,20 A 21.67 BC
BNT 1,27 14,74Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 9) bobot brangkasan basah gulma dipengaruhi oleh
jenis dan dosis amelioran pada penanaman pertama maupun pada penanaman
kedua. Pada penanaman pertama perlakuan a0: tanpa amelioran (kontrol)
menghasilkan bobot brangkasan basah gulma tertinggi, sedangkan pada
penanaman kedua perlakuan a7: pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha +
dolomit 3 ton/ha menghasilkan bobot brangkasan basah gulma lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lain.
4.1.10. Bobot Brangkasan Kering Gulma
Hasil analisis ragam (Lampiran 25) menunjukkan bahwa jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua memberikan pengaruh nyata terhadap bobot
brangkasan kering gulma.
35
Tabel 10. Bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
Perlakuan penanaman pertama (ton/ha)
Bobot kering gulma
penanamanpertama(gr)
Bobot kering gulma
penanamankedua (gr)
a0: tanpa amelioran (kontrol) 1,20 C 0.53 Aa1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 0,53 A 1.97 Ba2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 0,27 A 3.67 BCDa3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 0,27 A 3.40 BCDa4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 0,37 A 5.30 DEa5: jerami segar 100 +zeolit 2 + dolomit 2 0,23 A 4.17 CDa6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 0,37 A 2.43 BCa7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 0,70 B 6.50 Ea8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 0,27 A 3.60 BCDa9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 0,33 A 3.00 BC
BNT 0,32 2,28Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji BNT 5%.
Berdasarkan uji BNT (Tabel 10) bobot brangkasan kering gulma dipengaruhi oleh
jenis dan dosis amelioran pada penanaman pertama maupun penanaman kedua.
Pada penanaman pertama perlakuan a0: tanpa amelioran (kontrol) menghasilkan
bobot brangkasan kering gulma tertinggi, sedangkan pada penanaman kedua
perlakuan a7: pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha
menghasilkan bobot brangkasan kering gulma lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan lain.
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh jenis dan dosis amelioran pada
penanaman pertama berbeda dengan penanaman kedua. Pada penanaman kedua,
residu jenis dan dosis amelioran yang diberikan memberikan pengaruhnya
terhadap peubah jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, panjang
36
malai, jumlah gabah isi per malai, hasil per rumpun, dan bobot brangkasan basah
tanaman padi. Walaupun beberapa peubah mengalami penurunan, namun
perlakuan dari kombinasi jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3
ton/ha (a8) menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain.
Hal tersebut dapat dilihat pada peubah jumlah anakan maksimum, jumlah anakan
produktif, gabah isi per malai, hasil per rumpun, dan bobot brangkasan basah
tanaman padi.
Hasil percobaan pada penanaman kedua peubah hasil per rumpun mengalami
peningkatan, hal tersebut bersinergi dengan peningkatan jumlah anakan
maksimum dan jumlah anakan produktif. Pada penanaman pertama hasil per
rumpun tertinggi mencapai 40,51 g/rumpun dengan jumlah anakan produktif
mencapai 22 batang/tumpun, terdapat pada perlakuan jerami kompos 50 ton/ha +
zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha (a6). Sedangkan pada penanaman kedua hasil
per rumpun tertinggi mencapai 41,97 g/rumpun dengan jumlah anakan produktif
mencapai 26 batang/rumpun, terdapat pada perlakuan jerami segar 150 ton/ha +
zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha (a8). Kenaikan hasil perumpun dikarenakan
jumlah anakan produktif yang juga mengalami peningkatan, semakin banyak
jumlah anakan produktif yang dihasilkan mengakibatkan kenaikan pada hasil per
rumpun tanaan padi. Hal tersebut dikarenakan pada penanaman kedua ini jumlah
bibit yang di tanam sebanyak 3 bibit/lubang tanam. Menurut Misran (2014),
jumlah bibit tunggal (3 batang/rumpun) dapat memberikan hasil yang lebih baik
terhadap peningkatan produksi tanaman padi.
37
Unsur N, P, dan K yang terkandung dalam bahan amelioran dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Nitrogen mempunyai peranan penting bagi tanaman untuk
merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu menambah tinggi tanaman dan membuat
tanaman menjadi lebih hijau karena merupakan bahan penyusun klorofil yang
penting dalam fotosintesis. N diperlukan dalam jumlah yang besar untuk seluruh
proses pertumbuhan di dalam tanaman. Unsur P dapat meningkatkan laju
fotosintesis dan merangsang pembentukan daun baru yang menyebabkan berat
kering tanaman bertambah, selain itu unsur P diperlukan untuk merangsang
pertumbuhan akar, pembentukan bunga dan buah. Peran unsur hara P dalam
pembentukan bunga mempengaruhi kebernasan gabah, memacu pemasakan buah
terutama pada tanaman biji-bijian, serta meningkatkan kekuatan jerami dan
meningkatkan kualitas buah (Munawar, 2011).
Jerami menyumbangkan unsur hara K+ yang berperan penting dalam proses
fisiologis, metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan dan translokasi
pati. Kadar kalium yang cukup pada tanaman mengakibatkan normalnya
pembentukan dan pembesaran ukuran sel pada bagian tanaman. Terjadinya respon
yang nyata pada hasil karena meningkatnya laju proses fotosintesis dimana unsur
kalium berperan dalam fotofosforilasi dalam proses fotosintesis. Tanaman yang
mendapatkan K cukup akan tumbuh lebih cepat karena K dapat memelihara
tekanan turgor sel secara konstan. Tekanan turgor sel yang konstan dapat memacu
pembesaran sel-sel yang menyusun jaringan maristem, sehingga dapat
mengasilkan tanaman yang tahan rebah. Kalium diketahui sebagai hara kualitas
seperti ukuran, bentuk, warna, rasa, masa simpan, kualitas serat serta ukuran
kualitas lainnya (Munawar, 2011).
38
Pada penanaman kedua kombinasi amelioran dari pupuk kandang 30 ton/ha +
zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha (a7) menghasilkan bobot brangkasan basah dan
brangkasan kering gulma tertinggi. Hal tersebut disebabkan karena adanya pupuk
kandang pada kombinasi tersebut. Pupuk kandang berasal dari kotoran ternak
sapi, didalam kotoran tersebut masih mengandung benih gulma karena sapi
tersebut memakan rumput dan bijinya ikut keluar bersamaan dengan feses.
Diduga pada proses pengomposan pupuk kandang pada penelitian sebelumnya
benih gulma yang terkandung didalam pupuk kandang tidak terdekomposisi
dengan maksimal. Menurut Suori (2001), Kotoran ternak segar yang bercampur
dengan sisa-sisa pakan ternak tidak dapat langsung digunakan sebagai pupuk,
karena kemungkinan besar pupuk kandang masih mengandung biji gulma. Agar
dapat digunakan sebagai pupuk, kotoran ternak harus mengalami proses
pelapukan (dekomposisi) terlebih dahulu.
Gulma yang tumbuh pada penanaman kedua ini merupakan jenis gulma enceng
padi (Monochoria vaginalis), yang mana dapat menghasilkan biji sebanyak 5-6
ribu per tanaman dengan masa hidup ± 15 tahun. Jenis gulma ini biasa hidup di
areal persawahan dan sering menghasilkan bobot brangkasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan spesies gulma lain (Muladi, 2001). Di duga pada penelitian
pertama, biji yang terpendam di dalam tanah yang diaplikasikan amelioran belum
dapat tumbuh karena adanya proses dekomposisi di dalam media tersebut.
Sehingga biji gulma tersebut masih dalam kondisi dorman, kemudian pada
penanaman kedua ini, biji gulma tersebut telah melewati masa dormansi dan
tumbuh setelah mendapatkan kondisi lingkungan yang sesuai.
39
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pengaruh jenis dan dosis amelioran menunjukan perbedaan pada penanaman
pertama dan kedua.
2. Pada penanaman kedua amelioran dari jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3
ton/ha + dolomit 3 ton/ha (a8), memberikan pengaruh lebih baik pada
peningkatan jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, hasil
perumpun, bobot brangkasan basah tanaman, dan gabah isi per malai.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian disarankan untuk menambahkan jerami dikombinasikan
dengan zeloit dan dolomit sebagai bahan pembenah tanah.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arafah dan Sirappa M.P. 2003. Kajian Penggunaan Jerami Padi pada Pupuk N, P dan K pada Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.Vol 4 (1) ; 15 -24.
Badan Penelitian Tanah. 2011. Mineral Zeolit untuk Pembenah Tanah Sawah Intensifikasi dalam Tabloid Sinar Tani. Edisi 7 Januari 2011.
Badan Penelitian Lingkungan Pertanian. 2011. Ameliorasi Tanah Gambut Meningkatkan Produksi Padi Dan Menekan Emisi Gas Rumah Kaca dalam Majalah Agroinovasi. Edisi 6-12 Maret 2011.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Mineral Zeolit untuk Pembenah Tanah Sawah Intensifikasi. Departemen Pertanian.
Buckman, H.O. dan Brady, N.C. 1982. The Nature and Properties of Soils(diterjemahkan oleh Soegiman). Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Darung, U., Mimbar dan Syekhfani, S.M. 2001. Pengaruh Waktu Pemberian Kapur dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Kedelai pada Tanah Gambut Pedalaman Kalteng. Buletin Biosain. 1(2):
Eghaball, Bahman, Ginting, dan Daniel, 2004. Residual effects of Manure and 176 Compost Application on Corn Production and Soil Properties. Jurnal Agronomi Vol. 96 (2) : 442-447.
Fitriadi, Sufardi, A. dan Muyasir. 2013. Pengaruh Residu Pupuk Kcl dan Kompos Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Padi. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. Vol. 2 (3) ; 223-230.
Gunarto, L., Lestari, P., Supadno, H. dan Marzuki, A.R. 2002. Dekomposisi Jerami Padi Inokulasi Azospirillum dan Pengaruhnya terhadap Efisiensi Penggunaan Pupuk N pada Padi Sawah. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 21 (1).
Herawati W.D. 2012. Budidaya Padi. Javalitera: Yogyakarta.
Hasanah, I. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media: Jakarta.
Ismangil. 2005. Potensi Batu Beku Sebagai Amelioran Pada Tanah Lempung Aktivitas Rendah. Jurnal penelitian dan informasi pertanian “AGRIN”. Vol. 9 (1) ; 1-11.
41
Jamil, A., Maswar dan Husnain. 2014. Pengelolaan Sumberdaya Tanah Ramah Lingkungan Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
Kurniadie, D. 2001. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Majemuk NPK Phonska dan Pupuk N Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas IR-64. Jurnal Bionatura. Vol. 4 (3) ; 137-147.
Lenny M. Estiaty, Suwardi, Maruya, I. dan Fatimah, D. 2006. Pengaruh Zeolit dan Pupuk Kandang Terhadap Residu Unsur Hara dalam Tanah. Journal of Indonesian Zeolites. Vol. 5 (1) ; 37-44
Lingga, P. dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Swadaya : Jakarta.
Maftu’ah, E., Maas, A., Syukur, A. dan Purwanto, B.H. 2013. Efektivitas Amelioran Pada Lahan Gambut Terdegradasi Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Serapan NPK Tanaman Jagung. Jurnal Agronomi Indonesia Vol. 41 (1) : 16-23.
Makarim, A. K. dan Suhartatik E. 2006. Budi Daya Padi dengan Masukan In Situ Menuju Perpadian Masa Depan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jurnal Iptek Tanaman Pangan. Vol. 1 (1) ; 19-29.
Misran. 2014. Efesiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol. 14 (1) ; 39-43
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor. 240 hlm.
Muladi, R. 2001. Jenis Jenis Gulma Pada Areal Persawahan Padi. Jurnal Agronomi Indonesia Vol. 44 (2) : 17-29.
Rudianto, E. 2015. Respon Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Dengan Beberapa Jenis dan Dosis Bahan Amelioran. [Skripsi]. STIPER Dharma Wacana Metro.
Sisworo, W.H. 2006. Swasembada Pangan dan Pertanian Berkelanjutan. Tantangan Abad 21 ; Pendekatan Ilmu Tanah, Tanaman dan Pemanfaatan Iptek Nuklir. Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Souri, S. 2001. Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram. Nomor: 03/Folder/ARMP/2001 E-Mail: [email protected] (Tidak Diperdagangkan)
Soepardi, G. 1983. Kesuburan Dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana : Bandung
Suntoro W.A. 2013. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya [Pengukuhan]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
42
Subrata, K. 2006. Pengaruh Sisa Amelioran, Pupuk N dan P terhadap Ketersediaan N, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi di Musim Tanam Kedua pada Tanah Gambut, Jurnal Lahan Suboptimal. Vol. 2 (2) ; 159-169
Suwono, Suliyanto dan Kustiono, G. 2000. Residu Pemupukan Pupuk P dan K Tanaman Padi dan Pengaruhnya Terhadap Tanaman Kedelai di Tanah Vertisol. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang.
Syamsu, I. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah. Jurnal Universitas Tulungagung BONOROWO Vol. 1 (1) ; 30-42.
Tufaila, M., Yusrina dan Syamsu, A. 2013. Pengaruh Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah Pada Ultisol Puosu Jaya Kecamatan Konda, Konawe Selatan. Jurnal Agroteknos Vol. 4 (1) ; 18-25
Widowati dan Rochayati. 2008. Pengelolaan Hara Untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Sawah. Pada Seminar Nasional dan Dialog Sumberdaya Lahan Pertanian. Buku II: Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan. Bogor.
43
Lampiran 1. Tata Letak Percobaan
Keterangan :
A0 = tanpa amelioran (kontrol).A1 = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.A2 = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.A3 = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.A4 = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.A5 = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.A6 = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.A7 = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.A8 = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.A9 = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/haI = Ulangan satuII = Ulangan duaIII = Ulangan tiga
U
0,5 m
1 m
A6II
A7III
A4II
A6I
A0II
A9III
A8II
A2I
A1II
A0III
A9I
A2III
A7I
A4III
A5I
A1III
A3I
A2II
A1I
A6III
A5II
A8I
A7II
A8III
A5III
A4I
A3III
A9II
A3II
A0I
44
Letak lubang tanam pada tiap bak dan ember :
45 cm 25 cm
Keterangan :
1. = Lubang tanam (tanaman sampel)
2. = Bak dan ember, pada bak berisikan 5 (lima) lubang lanam dan pada ember berisikan 3 (tiga) lubang tanam.
3. Setiap satuan percobaan ada 2 buah bak dan 2 buah ember
45
Lampiran 2. Deskripsi Padi Varietas Ciherang
Nama Varietas : Ciherang
Kelompok : Padi Sawah
Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41–3-1
Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131-3-1///IR64 ////IR64
Golongan : Cere
Umur Tanaman : 116-125 hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi Tanaman : 107-115 cm
Anakan Produktif : 14-17 batang
Warna Kaki dan batang : Hijau
Warna Daun Telinga : Putih
Warna Daun : Hijau
Warna Muka Daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi Daun : Tegak
Bentuk Gabah : Panjang ramping
Warna Gabah : Kuning bersih
Kerebahan : Sedang
Tekstur Nasi : Pulen
Kadar Amilosa : 23%
Bobot 1000 Butir : 27-28 g
Potensi Hasil : 8,5 t/ha
Anjuran : Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl.
Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang,., E. Sumadi dan Aan A. Daradjat
Dilepas Tahun : 2000
Sumber: (http://litbang.deptan.go.id)
46
Lampiran 3. Data tinggi tanaman dari minggu pertama sampai minggu ke enam
Perlakuan ton/haMinggu ke
1 2 3 4 5 6-------------------------cm-------------------------
A0: tanpa amelioran (kontrol). 27 33 48 58 71 84A1: pupuk kandang 10 + zeolit 1 + dolomit 1 25 35 48 58 69 81A2: jerami segar 50 + zeolit 1 + dolomit 1 27 36 47 59 69 81A3: jerami kompos 25 + zeolit 1 + dolomit 1 26 34 47 58 69 81A4: pupuk kandang 20 + zeolit 2 + dolomit 2 26 35 49 60 73 82A5: jerami segar 100 + zeolit 2 + dolomit 2 26 34 46 58 69 80A6: jerami kompos 50 + zeolit 2 + dolomit 2 25 34 47 59 73 83A7: pupuk kandang 30 + zeolit 3 + dolomit 3 25 34 47 58 72 81A8: jerami segar 150 + zeolit 3 + dolomit 3 25 33 49 59 74 87A9: jerami kompos 75 + zeolit 3 + dolomit 3 25 39 50 62 76 90
Lampiran 4. Data tinggi tanaman minggu ke 6 akibat jenis dan dosis amelioranpada penanaman kedua.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
a0 79.40 85.40 87.40 252.20 84.07a1 81.30 78.80 84.10 244.20 81.40a2 89.20 77.20 77.60 244.00 81.33a3 78.70 81.90 82.20 242.80 80.93a4 82.60 84.80 80.00 247.40 82.47a5 76.50 81.70 83.00 241.20 80.40a6 88.00 81.00 80.10 249.10 83.03a7 80.30 80.20 82.90 243.40 81.13a8 83.40 95.40 83.30 262.10 87.37a9 100.90 81.70 88.60 271.20 90.40
Jumlah 840.30 828.10 829.20 2,497.60 83.25Uji homogenitas: X2- hitung = 7,7877 < X2-tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:(a0) = tanpa amelioran (kontrol).(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
47
Lampiran 5. Analisis ragam tinggi tanaman minggu ke 6 akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabelPerlakuan 9 283,416656 31,490740 1,229tn 2,390Galat 20 512,442749 25,622137Total 29 795,859375 KK = 6,08 %
Keterangan: tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%KK = Koefisien keragaman
Lampiran 6. Data jumlah anakan maksimum umur 40 hst akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
a0 24.90 18.70 21.90 65.50 21.83a1 23.20 26.00 28.70 77.90 25.97a2 27.50 26.60 34.10 88.20 29.40a3 31.70 27.80 32.90 92.40 30.80a4 31.00 25.60 30.80 87.40 29.13a5 32.40 31.40 29.90 93.70 31.23a6 24.50 24.60 28.00 77.10 25.70a7 31.60 29.40 27.30 88.30 29.43a8 36.00 33.80 34.80 104.60 34.87a9 29.30 25.80 26.80 81.90 27.30
Jumlah 292.10 269.70 295.20 857.00 28.6Uji homogenitas: X2- hitung = 1,5879 < X2- tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:(a0) = tanpa amelioran (kontrol).(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolite 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
48
Lampiran 7. Analisis ragam jumlah anakan maksimum umur 40 hst akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabelPerlakuan 9 346,427094 38,491898 5,915* 2,390Galat 20 130,139313 6,506966Total 29 476,566406 KK = 8,93 %
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%KK = Koefisien keragaman
Lampiran 8. Data jumlah anakan produktif akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua saat tanaman berumur 64 hst
Perlakuanulangan
Jumlah rata-rataI II III
a0 18.90 16.50 19.00 54.40 18.13a1 20.40 21.00 24.20 65.60 21.87a2 21.50 22.60 24.90 69.00 23.00a3 22.30 24.70 25.10 72.10 24.03a4 24.50 21.80 26.00 72.30 24.10a5 23.50 25.30 24.70 73.50 24.50a6 21.70 21.50 25.00 68.20 22.73a7 25.20 24.40 23.80 73.40 24.47a8 25.90 28.20 26.10 80.20 26.73a9 25.70 22.90 23.60 72.20 24.07
jumlah 229.60 228.90 242.40 700.90 23.36Uji homogenitas: X2- hitung = 0,0864 < X2- tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:(a0) = tanpa amelioran (kontrol).(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
49
Lampiran 9. Analisis ragam jumlah anakan produktif akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabelPerlakuan 9 136,422531 15,158059 6,074* 2,390Galat 20 49,907547 2,495377Total 29 186,330078 KK = 6,76%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5% KK = Koefisien keragaman
Lampiran 10. Data panjang malai akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
PerlakuanUlangan
Jumlah Jata-rataI II III
a0 20.70 20.90 19.60 61.20 20.40a1 23.20 23.60 23.30 70.10 23.37a2 23.20 23.10 23.00 69.30 23.10a3 22.80 24.40 23.20 70.40 23.47a4 24.10 24.50 24.40 73.00 24.33a5 22.50 22.90 23.10 68.50 22.83a6 23.80 24.10 24.00 71.90 23.97a7 25.20 23.40 23.80 72.40 24.13a8 23.50 25.80 25.00 74.30 24.77a9 26.50 26.90 26.10 79.50 26.50
jumlah 235.50 239.60 235.50 710.60 23.69Uji homogenitas: X2- hitung = 15,2799 < X2- tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:(a0) = tanpa amelioran (kontrol).(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
50
Lampiran 11. Analisis ragam panjang malai akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabelPerlakuan 9 65,409508 7,267723 19,056* 2,390Galat 20 7,627602 0,381380Total 29 186,330078 KK = 2,61%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5% KK = Koefisien keragaman
Lampiran 12. Data jumlah gabah isi per malai akibat jenis dan dosis amelioranpada penanaman kedua.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
a0 81.80 80.80 80.40 243.00 81.00a1 82.50 81.80 82.00 246.30 82.10a2 83.60 83.20 83.90 250.70 83.57a3 83.50 82.70 84.90 251.10 83.70a4 82.40 82.50 84.30 249.20 83.07a5 85.10 83.80 82.10 251.00 83.67a6 84.30 83.30 83.70 251.30 83.77a7 82.70 82.00 82.90 247.60 82.53a8 85.90 87.10 86.40 259.40 86.47a9 82.60 83.60 84.70 250.90 83.63
Jumlah 834.40 830.80 835.30 2500.50 83.35Uji homogenitas: X2- hitung = 4,6661 < X2- tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:(a0) = tanpa amelioran (kontrol).(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
51
Lampiran 13. Analisis ragam jumlah gabah isi per malai akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabelPerlakuan 9 54,234375 6,026042 8,197* 2,390Galat 20 14,703125 0,735156Total 29 68,937500 KK = 1,03%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5% KK = Koefisien keragaman
Lampiran 14. Data bobot 1000 butir akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
a0 26.00 23.00 25.00 74.00 24.67a1 27.00 25.00 25.00 77.00 25.67a2 28.00 26.00 27.00 81.00 27.00a3 26.00 24.00 28.00 78.00 26.00a4 28.00 28.00 25.00 81.00 27.00a5 25.00 27.00 24.00 76.00 25.33a6 28.00 28.00 27.00 83.00 27.67a7 28.00 27.00 29.00 84.00 28.00a8 29.00 28.00 26.00 83.00 27.67a9 27.00 26.00 28.00 81.00 27.00
Jumlah 272.00 262.00 264.00 798.00 26.60Uji homogenitas: X2- hitung = 0,3744 < X2- tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:(a0) = tanpa amelioran (kontrol).(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
52
Lampiran 15. Analisis ragam bobot 1000 butir akibat jenis dan dosis amelioranpada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabelPerlakuan 9 33,865887 3,762876 2,016tn 2,390Galat 20 37,333332 1,866667Total 29 71,199219 KK = 5,14%
Keterangan: tn = Tidak berbeda nyata pada taraf 5%KK = Koefisien keragaman
Lampiran 16. Data hasil per rumpun akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
a0 32.70 31.90 32.00 96.60 32.20a1 34.70 34.80 35.40 104.90 34.97a2 36.70 35.00 38.50 110.20 36.73a3 34.70 35.80 33.70 104.20 34.73a4 37.60 39.60 36.40 113.60 37.87a5 35.10 39.00 38.20 112.30 37.43a6 36.60 37.40 37.70 111.70 37.23a7 37.50 39.10 40.10 116.70 38.90a8 42.70 41.40 41.80 125.90 41.97a9 39.70 38.30 37.10 115.10 38.37
Jumlah 368.00 372.30 370.90 1111.20 37.04Uji homogenitas: X2- hitung = 6,3535 < X2- tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:(a0) = tanpa amelioran (kontrol).(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
53
Lampiran 17. Analisis ragam hasil per rumpun akibat jenis dan dosis amelioranpada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabelPerlakuan 9 190,515625 21,168404 13,626* 2,390Galat 20 31,070313 1,553516Total 29 71,199219 KK = 3,37%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5% KK = Koefisien keragaman
Lampiran 18. Data bobot brangkasan basah tanaman akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
a0 286.80 323.40 316.00 926.20 308.73a1 319.00 351.60 346.40 1017.00 339.00a2 353.80 338.80 372.90 1065.30 355.10a3 325.40 361.80 349.70 1036.90 345.63a4 361.10 393.10 371.40 1125.60 375.20a5 334.10 365.50 390.20 1089.80 363.26a6 352.60 389.00 367.10 1108.70 369.56a7 382.10 382.60 404.10 1168.80 389.60a8 437.50 406.40 413.80 1257.70 419.23a9 382.70 378.80 382.10 1143.60 381.20
Jumlah 3535.10 3690.80 3713.71 10939.60 364.65Uji homogenitas: X2- hitung = 4,2406 < X2- tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:(a0) = tanpa amelioran (kontrol).(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
54
Lampiran 19. Analisis ragam bobot brangkasan basah tanaman akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabelPerlakuan 9 24752,083984 2750,231445 8,760* 2,390Galat 20 6279,416016 313,970795Total 29 71,199219 KK = 4,86%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5% KK = Koefisien keragaman
Lampiran 20. Data bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
a0 3.60 6.00 2.00 11.60 3.87a1 15.40 10.60 9.00 35.00 11.67a2 8.00 22.00 14.60 44.60 14.87a3 20.40 12.60 17.80 50.80 16.93a4 38.20 22.20 25.60 86.00 28.67a5 26.40 11.00 18.00 55.40 18.47a6 11.20 9.00 14.40 34.60 11.53a7 39.60 23.00 57.60 120.20 40.07a8 21.00 20.20 11.20 52.40 17.47a9 17.80 37.40 9.80 65.00 21.67
Jumlah 201.60 174.00 180.00 555.60 18.52Uji homogenitas: X2- hitung = 11,3394 < X2- tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:(a0) = tanpa amelioran (kontrol).(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
55
Lampiran 21. Analisis ragam bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabelPerlakuan 9 713,782471 301,531372 4,028* 2,390Galat 20 497,146240 74,857315Total 29 210,928711 KK = 46,72%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%KK = Koefisien keragaman
Lampiran 22. Data bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua (transformasi ).
PerlakuanUlangan
Jumlah Rata-rataI II III
a0 1,90 2,45 1,42 5,77 1,92a1 3,93 3,26 3,00 10,19 3,40a2 2,83 4,70 3,82 11,35 3,78a3 4,52 3,55 4,22 12,29 4,10a4 6,19 4,71 5,06 15,96 5,32a5 5,14 3,32 4,24 12,70 4,23a6 3,35 3,00 3,80 10,15 3,38a7 6,29 4,80 7,59 18,68 6,23a8 4,58 4,50 3,35 12,43 4,14a9 4,22 6,12 3,13 13,47 4,49
Jumlah 42,95 40,41 39,63 122,99 4,10Uji homogenitas: X2- hitung = 11,3394 < X2- tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:(a0) = tanpa amelioran (kontrol).(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
56
Lampiran 23. Analisis ragam bobot brangkasan basah gulma akibat jenis dan
dosis amelioran pada penanaman kedua (transformasi ).
SK DB JK KT F-hitung F-tabelPerlakuan 9 36,127014 4,014112 5,082* 2,390Galat 20 15,798218 0,789911Total 29 51,925232 KK = 21,69%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5%KK = Koefisien keragaman
Lampiran 24. Data bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
Perlakuanulangan
Jumlah rata-rataI II III
a0 0.50 0.90 0.20 1.60 0.53a1 2.40 1.60 1.90 5.90 1.97a2 1.70 5.20 4.10 10.00 3.67a3 4.10 2.90 3.20 10.20 3.40a4 5.80 5.30 4.80 15.90 5.30a5 6.90 2.50 3.10 12.50 4.17a6 2.10 1.80 3.40 7.30 2.43a7 6.00 4.60 8.90 19.50 6.50a8 4.50 3.80 2.50 10.80 3.60a9 2.80 4.30 1.90 9.00 3.00
jumlah 36.80 32.90 34.00 103.70 3.46Uji homogenitas: X2- hitung = 10,4334 < X2- tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:(a0) = tanpa amelioran (kontrol).(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
57
Lampiran 25. Analisis ragam bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan dosis amelioran pada penanaman kedua.
SK DB JK KT F-hitung F-tabelPerlakuan 9 75,760315 8,417812 4,714* 2,390Galat 20 35,713257 1,785663Total 29 111,473572 KK = 38,66%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5% KK = Koefisien keragaman
Lampiran 26. Data bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan dosis
amelioran pada penanaman kedua (transformasi ).
Perlakuanulangan
Jumlah rata-rataI II III
a0 1,00 1,18 0,34 2,52 0,84a1 1,70 1,45 1,55 4,70 1,57a2 1,48 2,39 2,15 6,02 2,01a3 2,15 1,84 1,92 5,91 1,97a4 2,51 2,41 2,30 7,22 2,41a5 2,72 1,73 1,90 6,35 2,12a6 1,61 1,52 1,98 5,11 1,70a7 2,55 2,26 3,07 7,88 2,63a8 2,24 2,07 1,73 6,04 2,01a9 1,82 2,19 1,55 5,56 1,85
Jumlah 19,78 19,04 18,49 57,31 1,91Uji homogenitas: X2- hitung = 10,4334 < X2- tabel = 17,9 (Data Homogen)
Keterangan:(a0) = tanpa amelioran (kontrol).(a1) = pupuk kandang 10 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit1 ton/ha.(a2) = jerami segar 50 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a3) = jerami kompos 25 ton/ha + zeolit 1 ton/ha + dolomit 1 ton/ha.(a4) = pupuk kandang 20 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a5) = jerami segar 100 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a6) = jerami kompos 50 ton/ha + zeolit 2 ton/ha + dolomit 2 ton/ha.(a7) = pupuk kandang 30 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a8) = jerami segar 150 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.(a9) = jerami kompos 75 ton/ha + zeolit 3 ton/ha + dolomit 3 ton/ha.
58
Lampiran 27. Analisis ragam bobot brangkasan kering gulma akibat jenis dan
dosis amelioran pada penanaman kedua (transformasi ).
SK DB JK KT F-hitung F-tabelPerlakuan 9 5,404559 0,600507 6,150* 2,390Galat 20 1,952962 0,097648Total 29 7,357521 KK = 16,22%
Keterangan: * = Berbeda nyata pada taraf 5% KK = Koefisien keragaman
59
Lampiran 28. Foto Kegiatan
Gambar 1. Penyemaian
Gambar 2. Persiapan Media Tanam
60
Gambar 3. Penanaman
Gambar 4. Pengamatan Tinggi Tanaman
61
Gambar 5. Penyiraman
Gambar 6. Pengendalian Gulma
62
Gambar 7. Pengamatan Gulma
Gambar 8. Pegamatan Jumlah Anakan
63
Gambar 9. Pengamatan Jumlah Gabahisi Per Malai
Gambar 9. Pengamatan Panjang Malai
64
Gambar 11. Pemanenan
Gambar 12. Pengamatan Bobot 1000 Butir
65
Gambar 13. Pengamatan Hasil Per Petak
Gambar 14. Pengamatan Brangkasan Basah Tanaman