Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

37
EKONOMIKA KELEMBAGAAN DISUSUN OLEH: KUSWAN GUNANTO INDYAH KUSUMANINGRUM PENGARUH INSTITUSI TERHADAP KINERJA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

Transcript of Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Page 1: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

EKONOMIKA KELEMBAGAAN

DISUSUN OLEH:KUSWAN GUNANTO

INDYAH KUSUMANINGRUM

PENGARUH INSTITUSI TERHADAP KINERJA

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

Page 2: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Fokus Bahasan

Peranan institusi terhadap LKM : ROSCAs dan Grameen Bank of Bangladesh

Pengaruh institusi terhadap LPD di Gianyar Bali

Mengukur Kinerja LPD di Gianyar Bali

Page 3: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

BAB. I PENDAHULUAN

Page 4: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Latar BelakangInstitusi dapat didefinisikan sebagai aturan atau prosedur yang mengatur

interaksi antar manusia dan organisasi yang mengimplementasikan aturan-aturan tersebut untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Institusi digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu institusi formal dan non formal. Institusi formal meliputi aturan-aturan yang dituangkan ke dalam bentuk hukum oleh pemerintah, aturan-aturan yang dibakukan dan diadopsi oleh lembaga-lembaga swasta dan organisasi publik atau swasta yang melakukan kegiatannya sesuai undang-undang. Institusi informal merupakan aturan -aturan sosial tidak tertulis seperti sanksi dan norma-norma sosial.

Dalam keadaan ketika institusi formal mengalami kegagalan, institusi

informal akan mengambil alih perannya untuk mengurangi ketidakpastian dan memberikan kelanjutan bagi individu dan organisasi. Sebaliknya, apabila institusi informal tidak berhasil, institusi formal akan menjalankan peranannya. Membangun institusi formal yang menjadi pelengkap institusi informal membutuhkan upaya yang kuat. Jika tidak memperhatikan norma dan budaya, lembaga formal tidak akan memberikan hasil yang diinginkan.

Page 5: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Tulisan ini menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ito (2003) dan Arsyad (2005). Dalam hal ini Ito (2003) memfokuskan penelitiannya pada pola keuangan yang berbasiskan kelompok (group-based) yaitu ROSCAs (Rotating Savings and Credit Assosiations) dan kelompok solidaritas peminjam yang dimodelkan oleh Grameen Bank of Bangladesh. ROSCAs dan Grameen Bank mempunyai keistimewaan dalam hal pola keuangan yang berbasiskan kelompok yang bisa disamakan dengan modal sosial serta sistem kredit yang berhasil melayani rakyat miskin (Ito, 2003).

Sedangkan Arsyad (2005) meneliti tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Bali, khususnya LPD di Gianyar Bali. LPD di Gianyar Bali dibangun ditengah-tengah masyarakat yang memiliki lembaga sosio-kultural yang sangat unik, yaitu berakar dari dua sistem dasar: (1) keluarga besar, komunitas (banjar) dan sistem leluhur, (2) agama Hindu. Pemilihan LPD di Kabupaten Gianyar secara khusus lebih disebabkan karena struktur perekonomian kabupaten Gianyar mirip dengan struktur perekonomian di Bali dan mudah dijangkau oleh peneliti.

Page 6: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

•Menjelaskan peranan konsep modal sosial dan hubungannya dengan keberhasilan program lembaga keuangan mikro (LKM).

•Menjelaskan bagaimana institusi formal telah secara tepat dibangun berdasarkan institusi informal

•Menjelaskan pengaruh institusi (formal dan informal) serta keterkaitan keduanya dalam praktik operasional LPD di Bali

•Mengukur kinerja LPD Gianyar Bali dan faktor yang mempengaruhi terutama lingkungan institusi.

Tujuan paper :

Page 7: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

BAB. II PEMBAHASAN

Page 8: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Definisi modal sosial1. World Bank2. J.S. Coleman3. Serageldin dan Grootaert

Peranan Institusi (Modal Sosial) terhadap LKM

Page 9: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

ROSCAs, Grameen Bank dan Modal Sosial

Mekanisme kelompok diasosiasikan sebagai modal sosial yang sebagian besar merupakan hasil dari struktur sosial horizontal atau dengan kata lain modal sosial ditunjukkan oleh keberadaan hubungan horizontal diantara para peminjam yang diorganisasikan dalam kelompok-kelompok.

ROSCAs, Grameen Bank dan Modal Sosial

Page 10: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

• ROSCAs biasanya diorganisasikan oleh penduduk lokal dengan kemauan sendiri, membentuk kelompok-kelompok keuangan jangka pendek (short-term financial arrangement) sedangkan pada Grameen Bank diimplementasikan oleh agen pembangunan dari luar yang mengorganisasikan para peminjam kedalam kelompok yang terdiri dari lima orang.

• Ardene (1995) dalam Ito (2003) menyatakan bahwa dimensi ekonomi dan sosial ROSCA sulit untuk dipisahkan.

Page 11: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

• Putnam (1993 dalam Ito, 2003) menyatakan bahwa dalam ROSCA ini tidak ada sanksi legal untuk anggota yang tidak memenuhi kewajiban atau keluar.

• Dengan tidak adanya sanksi legal maka sanksi sosial diterapkan pada anggota yang tidak memenuhi kewajiban, misalnya anggota yang gagal memenuhi kewajiban dikucilkan atau ditolak pada kesempatan yang lain untuk berpartisipasi dalam ROSCA sebagai akibat tekanan dari sesama anggota (peer pressure).

Page 12: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

• Peer pressure juga diterapkan pada Grameen Bank di Bangladesh. Tidak seperti pada ROSCA, peer pressure di Grameen Bank bekerja melalui mekanisme institusi yang dibuat oleh agen eksternal.

Jika ada anggota kelompok yang gagal memenuhi kewajiban, sisa anggota kelompok tersebut dikemudian hari ditolak aksesnya untuk mendapatkan kredit, sehingga untuk bisa melakukan pembaharuan kredit tergantung dari perilaku membayar anggota lain dalam kelompok tersebut.

Page 13: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

• Hoff dan Stiglitz (1993) dalam Ito (2003) menyatakan bahwa pengaturan pertanggungjawaban secara bersama (joint liability arrangements) memberikan anggota kelompok insentif untuk memilih anggota lain dari mereka yang sudah mereka ketahui dapat dipercaya. Dalam keadaan seperti itu, peminjam mengambil alih tanggung jawab pemberi pinjaman untuk menyeleksi peminjam lain, memonitor perilaku pembayaran, dan mengambil tindakan jika dibutuhkan untuk menegakkan pembayaran

Page 14: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

• Pengaturan pertanggungjawaban secara bersama (joint liability arrangements) dikenal sebagai sistem jaminan sosial (system of sosial collateral) yang mempunyai struktur sosial horizontal dan diasosiasikan dengan modal sosial.

• Jaminan sosial dan monitoring/tekanan dari sesama anggota sekarang menjadi contoh kesuksesan eksploitasi modal sosial dalam menanggulangi ketidaksempurnaan pasar keuangan di pedesaan di negara-negara berkembang(Ito, 2003).

Pengaturan pertanggungjawaban secara bersama (joint liability arrangements) telah secara luas dinyatakan sebagai inovasi besar dalam bidang kelembagaan untuk mengatasi informasi yang tidak menentu dan sistem ini sudah ditiru di seluruh dunia (Ito, 2003)

Page 15: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

• Hubungan sosial horizontal berdasarkan ide jaminan sosial sepertinya tidak lama lagi akan menjadi komponen yang kritis untuk memastikan pembayaran kredit yang baik. Kemudian apa yang dapat menjamin kesuksesan program keuangan mikro?

• Jawabannya mungkin terletak pada tekanan dari sesama anggota yang tidak memerlukan keterkaitan dengan susunan kelompok solidaritas dan hal ini berbeda dengan tekanan yang digunakan oleh anggota ROSCA. Seperti sudah disebutkan bahwa pada anggota Grameen Bank rasa tanggung jawab bersama lebih lemah namun tekanan pada sesama anggota lebih kuat kepada anggota yang bermasalah pembayarannya (Ito, 1999 dalam Ito, 2003)

Page 16: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Modal Sosial Vertikal

• Aspek positif yang berkembang dari hubungan sosial antara pegawai bank dan peminjam ini juga disebut modal sosial (Ito, 2003).

• Ledgerwood (1999 dalam Ito, 2003) seperti dikutip dari Bank’s Microfinance Handbook menyatakan bahwa tidak sekedar hanya transaksi ekonomi, intermediasi keuangan tergantung pada modal sosial karena hal ini bergantung pada kepercayaan antara peminjam dan pemberi pinjaman.

• Ito (2003) juga menemukan hubungan dekat yang tumbuh antara pegawai Grameen dan peminjam.

Page 17: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

• Van Bastelaer (1999 dalam Ito, 2003) berkesimpulan bahwa penciptaan kembali hubungan tradisional ‘patron-client’ antara petugas peminjam dan peminjam merupakan modal sosial vertikal yang diadakan untuk memperkuat kedisiplinan peminjam dalam membayar pinjaman.

• Pertanyaannya yang kemudian muncul apakah kehadiran modal sosial yang sifatnya vertikal ini memegang peranan penting dalam praktik lembaga keuangan mikro yang baik?

Page 18: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

• Van Bastelaer (1999 dalam Ito, 2003) menunjukkan bahwa peranan hubungan vertikal dan atau horizontal antara pemberi pinjaman dan peminjam mampu meningkatkan disiplin keuangan belum cukup diteliti.

• Meskipun demikian pengetahuan tentang hubungan hirarkhis tidak akan cukup untuk memahami bagaimana program keuangan mikro seharusnya dirancang dan diimplementasikan untuk memperoleh hasil-hasil pembangunan yang positif (Ito, 2003). Pola keuangan berbasis kelompok ini telah memberikan bukti efek positif modal sosial horizontal pada perluasan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan keuangan.

Page 19: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Studi Kasus : LPD di Gianyar Bali

Page 20: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

LPD pertama kali didirikan pada tahun 1984. Tujuan pendirian LPD pada setiap desa adat adalah untuk mendukung pembangunan ekonomi pedesaan melalui peningkatan kebiasaan menabung masyarakat desa dan menyediakan kredit bagi usaha kecil untuk menghapuskan bentuk-bentuk eksploitasi dalam hubungan kredit, menciptakan kesempatan kerja yang setara pada tingkat desa dan untuk meningkatkan tingkat monetisasi di daerah pedesaan (Government of Bali, 2002 dalam Arsyad, 2005).

Berdasarkan Perda Bali No. 2/1988 dan Perda Bali No. 8/2002 tentang LPD, persyaratan pendirian LPD adalah bahwa sebuah desa adat harus memiliki peraturan adat tertulis (awig-awig) dan mempunyai potensi sosio-ekonomi untuk berkembang (Government of Bali, 2002 dalam Arsyad, 2005).

Pengakuan dan pengadopsian institusi informal dalam Perda No. 8/2002 juga terbukti dalam

persyaratan yang menyatakan bahwa kegiatan operasional harian LPD harus dapat dipertanggungjawabkan kepada desa adat melalui pemimpinnya (bendesa adat), dan bahwa tim manajemen inti harus direkrut dan dipilih dari anggota-anggota komunitas desa (krama desa) dalam pertemuan desa (paruman desa).

Dalam pendirian sebuah LPD baru, pemerintah Provinsi Bali menyediakan modal awal sebesar Rp. 10 juta dan membentuk tim pengawasan dan bimbingan khusus pada tingkatan pemerintahan yang bekerja sama dengan Bank BPD Bali

Perkembangan LPD

Page 21: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Perkembangan LPDNo. Indikator 1988 1995 2000

1 Jumlah LPD (buah) 157 848 926

2 Jumlah aset (milyar rupiah) 2,9 97 500,7

3 Tabungan dan deposito (milyar rupiah) 1,8 70,4 392,7

4 Pinjaman berjalan (milyar rupiah) 2,5 74,6 355

5 Rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) (milyar rupiah)

1,4 1,05 0,9

6 Ekuitas dan cadangan (milyar rupiah) 0,5 16,25 64,9

7 Jumlah nasabah (orang) n.a 580.707 895.512

8 Keuntungan (milyar rupiah) 0,34 7,78 36,6

9 Tabungan bank (milyar rupiah) 0,91 17,05 122,2

10 Jumlah karyawan (orang) n.a 3.532 4.533

Page 22: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Berdasarkan Perda Bali No. 8/2002 dan Keputusan Gubernur No. 3/2003, kelompok organisasi yang melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap LPD di Bali, yaitu :

1. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten

2. Pembina LPD Provinsi (PLPDP) dan Pembina LPD Kota/Kabupaten (PLPDK)

3. Bank BPD Bali

Pengawasan dan Pembinaan LPD

Page 23: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Struktur Organisasi LPD

Page 24: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Tim pengelola inti direkrut dari desa adat lokal. Mereka dipilih dari anggota komunitas desa (krama desa) dan ditetapkan dalam rapat desa (paruman desa) untuk periode empat tahun dan dapat dipilih kembali apabila dalam mengelola LPD mereka bekerja dengan baik (Government of Bali, 2000 dalam Arsyad, 2005).

Proses perekrutan staf baru harus disetujui oleh Ketua Dewan Pengawas LPD yang merupakan pemimpin desa adat (bendesa adat) dan berdasarkan atas tes kemampuan (aptitude) serta sifat/karakter (attitude) pelamar. Terdapat tambahan kriteria proses perekrutan, masing-masing banjar di desa adat harus terwakili oleh anggota staf.

Hal ini menunjukkan bahwa LPD ingin selalu mempertahankan hubungan erat dengan semua banjar yang terdapat dalam desa adat. Singkatnya, prosedur perekrutan tersebut menggambarkan pentingnya peran institusi informal dalam tata kelola LPD. Hal ini menggambarkan begitu kuatnya keterikatan LPD dengan lingkungan sosio-kulturalnya

Prosedur Rekrutmen

Page 25: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Kemudahan prosedur penyaluran pinjaman ini juga terlihat pada tipe pinjaman dan pola pengembalian pinjaman. Semua bisa disesuaikan dengan jenis kegiatannya.

Tingkat bunga pinjaman LPD berkisar antara 27% hingga 33% per tahun pada tahun 2002, lebih tinggi daripada bank umum yang hanya 22% per tahun pada saat itu. Akan tetapi, LPD menawarkan beberapa keuntungan bagi nasabah mereka, seperti prosedur yang lebih sederhana dan mudah, biaya transaksi yang rendah, pencairan pinjaman yang lebih cepat dan terkadang tidak memerlukan agunan (untuk pinjaman dalam jumlah kecil, kurang dari Rp 500 ribu).

Mekanisme Penyaluran Pinjaman

Calon peminjam isi

formulir

Dewan Pengawas

(bendesa adat)LPD

Page 26: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Sistem reward dan punishment pun diterapkan dalam proses ini. Apabila peminjam menunjukkan kinerja yang buruk dalam pelunasan kreditnya, dia dilarang melakukan peminjaman tambahan dan akses terhadap kredit dihapuskan hingga dia melunasi pinjamannya. Sebaliknya, peminjam yang melunasi pinjaman tepat waktu, secara bertahap diijinkan untuk menaikkan jumlah kredit yang diajukan.

Dalam kaitannya dengan desa adat, sanksi sosial dapat dikenakan pada nasabah yang melanggar aturan. Peminjam yang gagal melunasi pinjaman dengan sengaja akan dikeluarkan dari komunitasnya, dia dapat kehilangan hak untuk dimakamkan di pekuburan desa. Dia dapat menjadi orang luar yang tidak memperoleh perlindungan komunitas dan harus mencari kehidupan baru jauh dari desanya. Sanksi sosial ini terbukti etektif untuk mengatasi tingkat pelunasan yang rendah, yang seringkali menjadi penyebab utama kegagalan sebuah LKM. Hal inipun berlaku untuk pengelola LPD yang terbukti korupsi, kolusi dan manipulasi.

Page 27: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

 Meskipun sistem penggajian yang berbeda antara LPD dengan LPD lainnya, akan tetapi mempunyai aturan pokok yaitu tidak boleh melebihi dari 30% keuntungan bersih tiap bulan. Sebagai tambahan gaji pokok, staf LPD juga menerima insentif, termasuk asuransi pensiun dan bonus lain. Salah satu jenis bonus adalah bonus akhir tahun (10% dari keuntungan bersih LPD) dan komisi penagihan yang diberikan kepada penagih pinjaman tiap bulannya. Sistem penggajian seperti ini akan meningkatkan semangat dan produktivitas pengelola LPD. Sistem penggajian LPD tersebut telah menerapkan suatu sistem yang disebut skema manajemen kompensasi berdasarkan kinerja (Chaves & Gonzales-Vega, 1996 dalam Arsyad, 2005).

Sistem PenggajianSistem remunerasi LPD secara umum meningkatkan kinerja pengelola LPD. Sistem remunerasi pada tiap-tiap LPD berbeda satu dengan lainnya karena didasarkan pada biaya hidup di desa di mana LPD berada dan kemampuan keuangan (seperti keuntungan) masing-masing LPD. Gaji pokok didasarkan pada upah harian pengukir atau pekerja di desa adat di mana LPD berada.

Page 28: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

MENGUKUR KINERJA LPD

Page 29: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Kerangka Penilaian

LKM

Sumber : Yaron dkk (1997) dalam Arsyad (2005)

Page 30: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

WILAYAH INDIKATOR

Kualitas portofolio - Tingkat pelunasan- Rasio kualitas portofolio (tingkat keterlambatan, risiko portofolio, rasio peminjam yang

nakal)- Rasio kerugian pinjaman

Produktivitas dan efisiensi - Rasio produktivitas (jumlah pinjaman aktif tiap petugas kredit, rata-rata portofolio yang menguntungkan per satuan kredit, jumlah yang dibayarkan tiap periode tiap petugas kredit)

- Rasio efisiensi (rasio biaya operasional, biaya per unit mata uang yang dipinjamkan, biaya per pinjaman yang diberikan)

Kelayakan Keuangan - Sebaran finansial- Kemandirian operasional- Kemandirian finansial- Indeks ketergantungan subsidi

Tingkat keuntungan - Rasio pendapatan atas asset- Rasio pendapatan atas usaha- Rasio atas ekuitas

Kecukupan modal dan pembiayaan dengan utang

- Pembiayaan dengan utang (rasio utang terhadap modal)- Standar kecukupan modal

Ukuran, jangkauan, dan pertumbuhan - Klien dan staf (jumlah klien, jumlah staf, jumlah cabang, persentase jumlah total target klien yang terlayani, dsb)

- Jangkauan pinjaman (jumlah peminjam yg sedang aktif, jumlah saldo pinjaman berjalan, portofolio berjalan rata-rata, jumlah rata-rata pinjaman yg diberikan dlm persentase PDR perkapita, nilai pinjaman tiap staf, jumlah pinjaman tiap staf, jumlah rata-rata berjalan dalam persentase PDB perkapita, dsb)

- Jangkauan simpanan (saldo total rekening simpanan sukarela, jumlah rata-rata tahunan simpanan dalam persentase portofolio pinjaman berjalan rata-rata tahunan, jumlah klien simpanan sukarela sekarang, jumlah penyimpan tiap anggota staf, tabungan simpanan rata-rata dalam persentase PDB perkapita, dsb)

Teknik penilaian kinerja LKM pendekatan Ledgerwood

Page 31: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Portofolio, Leverage, & Kecukupan Modal

Indikator 1999 2001

Kualitas portofolio

Tingkat pengembalian pinjaman 95 97

Rasio peminjam yang tidak membayar 0,5 0,4

Leverage

Rasio hutang terhadap modal (%) 220 210

Rasio Kecukupan Modal (CAR) (%) 31 61

Page 32: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Produktivitas dan EfisiensiIndikator-indikator 1999 2001

ProduktivitasJumlah peminjam tiap staf 49 57Pinjaman berjalan tiap staf (juta rupiah) 48 67Jumlah penabung tiap staf 108 111Jumlah tabungan tiap staf (juta rupiah) 31 34Jumlah deposan tiap staf 9 8Jumlah deposan berjangka tiap staf (juta rupiah) 31 35

EfisiensiRasio Biaya operasional 0,20 0,22Gaji sebagai persentase rata-rata portofolio berjalan

0,006 0,008

Page 33: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Profitabilitas dan Kelayakan Keuangan

Indikator-indikator 1999 2001

Profitabilitas

ROA (%) 10 13,5

ROE (%) 23 52

Kelayakan Keuangan

Kemandirian Operasional (%) 199 196

Kemandirian Keuangan (%) 181 163

Page 34: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

Indikator-indikator 1999 2001

Jangkauan nasabah dan stafJumlah peminjam 36.454 49.593Rata-rata peminjam tiap LPD 309 324Jumlah penabung 81.178 114.994Rata-rata penabung tiap LPD 695 751Jumlah rekening deposito (deposan) 6.820 7.948Rata-rata deposan tiap LPD 60 52Jumlah Staf 723 835Rata-rata jumlah staf tiap LPD - 5Persentase total target nasabah yang dilayani (%) 10.3 13.4

Jangkauan pinjamanVolume pinjaman berjalan 36 89Rata-rata pinjaman berjalan tiap LPD (juta rupiah) 308 587Rata-rata pinjaman tiap peminjam (juta rupiah) 0,9 1,6Rata-rata pinjaman tiap peminjam sebagai persentase dari PDRB perkapita 0,21 0,27

Jangkauan tabungan / depositoVolume tabungan (milyar rupiah) 22,5 50Rata-rata tabungan tiap LPD (juta rupiah) 198 327Rata-rata tabungan tiap penabung sebagai proporsi dari PDRB perkapita

Volume deposito berjangka (milyar rupiah) 0,05 0,07Rata-rata deposito berjangka (milyar rupiah) 22 46Rata-rata deposito tiap LPD (milyar rupiah) 221 335Rata-rata deposito tiap deposan sebagai proporsi dari PDRB perkapita

0,7 0,9

IndikatorJangkauan

Page 35: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

BAB. III KESIMPULAN

Page 36: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

KESIMPULANKonsep modal sosial mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan program lembaga keuangan mikro (LKM) seperti ROSCAs dan Grameen Bank of Bangladesh. Namun konsep modal sosial tidak memberitahukan tentang model rancangan dan pelaksanaan LKM yang baik.

Sebuah institusi formal (LPD) seharusnya bisa dibangun dan dikembangkan dengan tanpa melupakan institusi informal (norma sosial dsb) sehingga tidak menyebabkan efek negatif karena penolakan masyarakat bahkan bisa didukung oleh masyarakat sekitar.

Institusi informal (nilai-nilai, norma, dan sanksi sosial) dan institusi formal (pengawasan dan pembinaan oleh Pemda dan Bank BPD Bali) terbukti mempunyai pengaruh yang positif terhadap praktik operasional LPD di Bali.

LPD di Gianyar Bali terbukti mempunyai kinerja yang sangat baik dan bisa dikategorikan sebagai LKM yang sukses. Kesuksesan ini banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan institusi yang ada di Gianyar Bali.

Page 37: Pengaruh Institusi Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Di Indonesia (Studi Kasus LPD Gianyar Bali)

TERIMA KASIH