PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA (BI RATE), NILAI TUKAR …eprints.ums.ac.id/61923/13/NASKAH...
Transcript of PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA (BI RATE), NILAI TUKAR …eprints.ums.ac.id/61923/13/NASKAH...
PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA (BI RATE), NILAI TUKAR
(KURS) DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP IHSG DI
BEI TAHUN 2011-2016
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
DIANITA LISTYA NURAINI
B 300 140 212
PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN – S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
ii
iii
1
PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA (BI RATE), NILAI TUKAR
(KURS) DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP IHSG DI
BEI TAHUN 2011-2016
ABSTRAK
Pasar modal yang ada di Indonesia saat ini merupakan pasar yang sedang
berkembang (emerging market) yang sangat rentan terhadap
kondisi makroekonomi. Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat
perkembangan pasar modal adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
yang merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa
Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
inflasi, BI Rate, kurs dan jumlah uang yang beredar (M2) terhadap IHSG pada
tahun 2011 – 2016. Penelitian ini menggunakan metodePartial Adjusment
Model(PAM).Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa variabel BI Rate
dan jumlah uang beredar (M2) memiliki pengauh positif signifikan sedangkan
inflasi dan kurs negative signifikan terhadap IHSG.
Kata kunci: IHSG, Jumlah Uang Beredar, Nilai TukarInflasidanBi Rate
ABSTRACT
The current capital market in Indonesia is an emerging market that is highly
vulnerable to macroeconomic conditions. One of the indicators used to see the
development of the capital market is the Composite Stock Price Index (IHSG),
which is one of the stock market indices used by the Indonesian Stock Exchange.
This study aims to determine the effect of inflation variables, BI Rate, exchange
rate and the amount of money in circulation (M2) on of IHSG in 2011 - 2016. This
research uses Partial Adjustment Model (PAM) method. Based on the data
analysis, it is found that the BI Rate and money supply (M2) have positive
significant effect while inflation and exchange rate have negative significant effect
toIHSG.
Keywords: IHSG, Total Money Supply, Exchange Rate, Inflation and Bi Rate.
1. PENDAHULUAN
Sejak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada pertengahan 1997, kinerja
pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan kerugian. Selain itu krisis
ekonomi juga menyebabkan variabel-variabel ekonomi lain, seperti suku bunga,
inflasi, nilai tukar maupun jumlah uang yang beredar mengalami perubahan yang
cukup tajam. Apabila suatu indikator ekonomi makro jelek maka akan berdampak
buruk bagi perekonomian misalnya pada perkembangan pasar modal. Tetapi
apabila suatu indikator ekonomi baik maka akan memberi pengaruh yang baik
pula terhadap kondisi pasar modal (Sunariyah, 2006:20).
2
Suku bunga meningkat 68,76% pertahun pada tahun 1998, demikian juga
inflasi mencapai angka 77% pertahun (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia,
1998). Salah satu dampak yang paling berpengaruh dari krisis ekonomi global
yang terjadi di Amerika adalah nilai tukar rupiah yang semakin terdepresiasi
terhadap dolar Amerika, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang semakin.
Merosot.
Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi
yang terlalu panas (overheated). Hal ini menjadi sinyal negatif bagi para investor
yang berinvestasi di pasar modal. Investor akan cenderung melepas sahamnya jika
terjadi peningkatan inflasi, terlebih pada saat terjadi inflasi yang tidak terkendali.
Hal ini karena peningkatan inflasi yang tinggi menyebabkan kenaikan risiko
investasi pada saham. Di samping itu, juga diiringi oleh pesimisme investor
tentang kemampuan dari modal dalam menghasilkan laba di masa kini dan masa
mendatang. Kecenderungan para investor untuk melepas sahamnya akan
menyebabkan harga saham turun. Terjadinya penurunan harga saham ini akan
tercermin pada indeks harga saham tersebut menjadi turun (Sunariyah 1997).
Makin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan masyarakat untuk
melakukan investasi menjadi semakin kecil. Hal ini karena biaya penggunaan
dana (cost of capital) menjadi semakin mahal, dan sebaliknya makin rendah
tingkat suku bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi akan semakin
meningkat.
Tandelilin (2008) berpendapat bahwa penguatan kurs rupiah terhadap mata
uang asing merupakan sinyal positif bagi investor. Dimana ketika kurs rupiah
terhadap mata uang asing mengalami penguatan maka akan banyak investor
berinvestasi pada saham. Hal tersebut dikarenakan penguatan tersebut
mengindikasikan bahwa perekonomian dalam keadaan bagus begitu juga
sebaliknya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap pembelian saham dan harga saham
dalam negeri yang meningkat.
Berdasarkan dengan hipotesa Keynes, yakni, penawaran uang (Money
Supply) memiliki pengaruh positif terhadap output dan pertumbuhan ekonomi
(Sadono Sukirno,1994). Apabila terjadi kelebihan jumlah uang beredar, Bank
Indonesia akan mengambil kebijakan (menurunkan) tingkat suku bunga. Kondisi
3
ini mendorong para investor untuk melakukan investasi dalam hal ini dalam pasar
modal
2. METODE PENELITIAN
2.1 Jenis dan Sumber data
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis IHSG di BEI, dimana IHSG
sebagai variabel dependen atau terikat (Y) dan variabel inflasi, BI Rate, Jumlah
Uang Beredar (M2), Nilai Tukar Rupiah (Kurs) terhadap Dolar Amerika, dan
menjadi variabel independen atau variabel tidak terikat (X). Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data bulanan dari periode 2011 – 2016.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu data
sekunder. Data ini diperoleh dari dari perpustakaan, website, jurnal atau laporan-
laporan penelitian terdahulu dan dari lembaga atau instansi yang terkait dalam
penelitian . Data inflasi, kurs rupiah terhadap dollar AS, BI Rate , jumlah uang
beredar (M2) yang diperoleh dari website resmi Bank Indonesia
(http://bi.go.id),(http://kemendagri.go.iddanhttps://www.bps.go.idIndeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dari (http://duniainvestasi.com).
2.2 Metode Analisis Data
Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda dengan Model Penyesuaian Parsial atau Partial Adjustment
Model (PAM), yang formulasi model estimatornya adalah sebagai berikut:
(IHSG)t = α0+ α1(BIRATE)+ α2 (INF)+ α3(KURS) + α4 (JUB)+
λ(IHSG)t-1 + ut
di mana :
IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan
BIRATE : suku bunga acuan
INF : inflasi
KURS : nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
JUB : Jumlah Uang Beredar (M2)
λ : (1-δ) ; 0 <λ< 1 ; δ = koefisien berbasis penyesuaian (adjustment)
α0 : δβ0, konstanta jangka pendek
α1 : δβ1; koefisien regresi jangka pendek BIRATE
α2 : δβ2; koefisien regresi jangka pendek INF
α3 : δβ3; koefisienregresi jangka pendek KURS
a4 : δβ4; koefisien regresi jangka pendek JUB
β0 : konstanta jangka panjang
β1 : koefisien regresi jangka panjang BIRATE
4
β2 : koefisien regresi jangka panjang INF
β3 : koefisien regresi jangka panjang KURS
β4 : koefisienregresi jangka panjang variabel JUB
u : unsur kesalahan
t : tahun
Guna menguji kevaliditasan model maka dilakukan Uji Asumsi Klasik,
uji kebaikan model, dan uji validitas pengaruh (uji t)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil estimasi model ekonometri di atas bersama dengan berbagai uji
pelengkapnya terangkum dalam Tabel 1:
Tabel 1
Hasil Estimasi Model Ekonometri IHSG di BEI Tahun 2011-2016
IHKt = 7,767553 – 0,099994 BIRATE + 6,26E-06 Δ(JUB) – 0,000376 Δ(KURS) -
(0,5471) (0,0167)** (0,2855)
0,060819 Δ(PO) + 0,943059 IHKt-1 + Ut
(0,0052)* (0,0000)*
R2 = 0.976848 ; DW-Stat = 2,202518 ; F-Stat = 177,2078 ; Sig.F-Stat = 0,000000
Uji Diagnosis
(1) Multikolinieritas (Uji VIF)
BIRATE = 2,518062 ; Δ(JUB) = 1,205640 ; Δ(KURS) = 1.164730 ;
Δ(PO) = 1,360899
(2) Otokorelasi (uji Breusch Godfrey)
χ2 (F ) = 5,319132 Sig(χ2) = 0,1499
(3) Linieritas (uji Ramsey Reset)
F (d,f) = 0,176278 Sig(F) = 0,8397
(4) Normalitas (uji Jarque Bera)
χ2 (JB) = 0.362274 Sig(χ2) = 0,8343
(5) Heteroskedastisitas (uji White)
χ2 (F) = 22,81844 Sig(χ2) = 0,2978
Sumber : BPS, Bank Indonesia, Kementrian Perdagangan, Investing dan World
Bank, diolah.
Keterangan : * signifikan pada α = 0,01 ; ** signifikan pada α = 0,05
5
Pada tabel 1 di atas, terlihat nilai koefisien lambda sebesar 0,9430 yang
berarti terletak di antara 0-1 (0 < λ < 1). Koefisien lambda memiliki probabilitas
0,0000 (< 0,01) yang berarti signifikan pada α = 0,01. Berdasarkan pada kedua hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa model tersebut benar-benar model penyesuaian
partial atau Partial Adjusment Model.
Dari hasil model estimasi jangka pendek, dapat diturunkan model jangka
panjang sebagai berikut :
IHSGt = 749,2992+164,3017 BIRATEt-84,7204 INFt-0,37314KURSt
+0,001062 JUBt
3.1 Uji Asumsi Klasik
3.1.1 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas terjadi apabila nilai VIF > 10. Dari Tabel 1 terlihat nilai
VIF untuk variabel INF dan BIRATE <10, sementara nilai VIFvariabel KURS dan
JUB > 10. Jadi, terdapat multikolinieritas pada variabel KURS dan JUB.
3.1.2 Uji Otokorelasi
H0 dari uji Breusch Godfrey tidak terdapat masalah otokorelasi dan HA nya
terdapat masalah otokorelasi. H0 ditolak apabila signifikansi Breusch Godfrey ≤
α, H0 diterima apabila signifikansi Breusch Godfrey > α. Dari Tabel 1 terlihat nilai
signifikansi statistik χ2= 0,4341 (>0,10), maka H0 diterima sehingga tidak terdapat
masalah otokorelasi dalam model Uji Spesifikasi Model
3.1.3 Uji Spesifikasi Model
H0 dari uji Ramsey Reset model yang digunakan linier dan HA nya model
yang digunakan tidak linier. H0 ditolak apabila signifikansi Ramsey Reset ≤ α, H0
diterima apabila signifikansi Ramsey Reset > α. Dari Tabel 1 terlihat nilai
signifikansi statistik χ2= 0,7773 (>0,10), maka H0 diterima sehingga model yang
digunakan linier.
3.1.4 Uji Normalitas Residual
H0 dari uji Jarque Bera distribusi ut normal dan HA nya distribusi ut tidak
normal. H0 ditolak apabila signifikansi Jarque Bera ≤ α, H0 diterima apabila
6
signifikansi Jarque Bera > α. Dari Tabel 1 terlihat nilai signifikansi Jarque Bera
= 0,140721 (>0,10), maka H0 diterima sehingga distribusi ut normal.
3.1.5 Uji Heteroskedastisitas
H0 dari uji White tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dan HA nya
terdapat masalah heteroskedastisitas. H0 ditolak apabila signifikansi White ≤ α,
H0 diterima apabila signifikansi White > α. Dari Tabel 1 terlihat nilai signifikansi
statistic χ2= 0,3178 (>0,10), maka H0 diterima sehingga tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas dalam model.
3.2 Uji Kebaikan Model
3.2.1 Uji Eksistensi Model (Uji F)
Uji Eksistensi Model dilakukan dengan menggunakan cara ringkas uji F. H0
dari uji F model yang dipakai tidak eksis dan HA nya model yang dipakai eksis.
H0 ditolak apabila signifikansi statistik F ≤ α, H0 diterima apabila signifikansi
statistik F > α. Dari Tabel 1 terlihat nilai signifikansi statistik F = 0,0000(< 0,01),
maka H0ditolak sehingga model yang dipakai eksis. Variabel inflasi, BI Rate, kurs
dan jumlah uang beredar yang terdapat dalam persamaan regresi secara simultan
berpengaruh terhadap IHSG.
3.2.2 Intepretasi R-Square (R2)
Koefisien determinasi menunjukkan daya ramal dari model statistik
terpilih. Hasil estimasi menunjukkan nilai R2 sebesar 0,933994, artinya 93,39%
variasi variabel Indeks Harga Saham Gabungan dapat dijelaskan oleh variabel BI
Rate, inflasi, kurs dan jumlah uang yang beredar (M2) Sedangkan sisanya 6,61%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model.
3.3 Uji Validitas Pengaruh Variabel Independen
Uji validitas pengaruh menggunakan cara ringkas uji t. H0 dari uji t adalah
βi = 0, yaitu variabel ke i tidak berpengaruh signifikan baik dalam jangka pendek
maupun panjang dan HA nya adalah : βi ≠ 0, yaitu variabel ke i berpengaruh
signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. H0 ditolak apabila
probabilitas t ≤ α, H0 diterima apabila probabilitas t > α. Hasil uji validitas
pengaruh dapat dilihat pada Tabel 2
7
Tabel 2
Hasil Uji Validitas Pengaruh Variabel Independen
Variabel T Sig.t Kriteria Kesimpulan
BIRATE 4,060560 0,0001 < 0,01 Memiliki pengaruh signifikan
INF -2,532030 0,0137 < 0,05 Memiliki pengaruh signifikan
KURS -5,299172 0,0000 < 0,01 Memiliki pengaruh signifikan
JUB 5,579727 0,0000 < 0,01 Memiliki pengaruh signifikan
Sumber :BPS, Bank Indonesia, Kementrian Perdagangan, Investing dan World
Bank, diolah.
Dari Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa semua variabel,yaitu BI Rate, inflasi,
kurs dan jumlah uang yang beredar (M2) memiliki pengaruh signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan di BEI tahun 2011 - 2016 .
3.4 Analisis Pengaruh Variabel Independen
Berdasarkan uji validitas pengaruh di muka, semua variabel,yaitu BI Rate,
inflasi, kurs dan jumlah uang yang beredar (M2)memiliki pengaruh signifikan
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Variabel BI Rate dalam jangka pendek memiliki nilai koefisien regresi
sebersar 152,8855. Pola hubungan variabel antara IHSG dan BI Rate adalah
linier-linier sehingga apabila BI Rate naik 1 persen maka IHSG akan naik sebesar
152,8855 poin. Sebaliknya jika BI Rate turun 1 persen maka IHSG akan turun
sebesar 152,8855 poin.
Dalam jangka panjang BI Rate memiliki koefisien regresi sebesar
164,3017, artinya apabila BI Rate naik 1 persen maka IHSG akan naik sebesar
164,3017poin. Sebaliknya apabila BI Rate turun 1 persen maka IHSG akan turun
sebesar 164,3017poin.
Variabel inflasi dalam jangka pendek memiliki nilai koefisien regresi
sebesar -78,83376. Pola hubungan variabel antara IHSG dan inflasi adalah linier-
linier sehingga apabila inflasi naik 1 persen maka IHSG akan turun sebesar
78,83376 poin. Sebaliknya apabila inflasi turun 1 persen maka IHSG akan naik
78,83376 poin.
Dalam jangka panjang inflasi memiliki koefisien regresi sebesar -84,7204,
artinya apabila inflasi naik 1 persen maka IHSG akan turun sebesar 84,7204poin.
Sebaliknya apabila inflasi turun 1 persen maka IHSG akan naik 84,7204poin.
Variabel kurs dalam jangka pendek memiliki nilai koefisien regresi
sebersar -0,347213. Pola hubungan variabel antara IHSG dan kurs adalah linier-
8
linier sehingga apabila kurs naik 1 rupiah maka IHSG akan turun sebesar
0,347213 poin. Sebaliknya apabila kurs turun 1 rupiah maka IHSG akan naik
0,347213 poin.
Dalam jangka panjang kurs memiliki koefisien regresi sebesar -0,37314,
artinya apabila kurs naik 1 rupiah maka IHSG akan turun sebesar 0,37314poin.
Sebaliknya apabila kurs turun 1 rupiah maka IHSG akan naik 0,37314 poin.
Variabel jumlah uang beredar dalam jangka pendek memiliki nilai
koefisien regresi sebersar 0,000988. Pola hubungan variabel antara IHSG dan
jumlah uang beredar adalah linier-linier sehingga apabila jumlah uang beredar
naik 1 miliar rupiah maka IHSG akan naik sebesar 0,000988 poin. Sebaliknya jika
jumlah uang beredar turun 1 miliar rupiah maka IHSG akan turun 0,000988 poin.
Dalam jangka panjang jumlah uang beredar memiliki koefisien regresi
sebesar 0,001062, artinya apabila jumlah uang yang beredar naik 1 miliar rupiah
maka IHSG akan naik sebesar 0,001062 poin. Sebaliknya apabila jumlah uang
yang beredar turun 1 miliar rupiah maka IHSG akan turun 0,001062 poin.
3.5 Hubungan inflasi terhadap IHSG
Boediono (1995) menyatakan inflasi adalah keadaan perekonomian yang
ditandai dengan kecenderungan dari harga-harga umum untuk naik secara umum
dan terus- menerus . Inflasi sering pula diikuti menurunnya tingkat tabungan atau
investasi karena meningkatnya konsumsi masyarakat dan hanya sedikit
menyisakan untuk tabungan jangka panjang.
Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi
yang terlalu panas (overheated). Hal ini menjadi sinyal negatif bagi para investor
yang berinvestasi di pasar modal. Investor akan cenderung melepas sahamnya jika
terjadi peningkatan inflasi, terlebih pada saat terjadi inflasi yang tidak terkendali.
Hal ini karena peningkatan inflasi yang tinggi menyebabkan kenaikan risiko
investasi pada saham. Di samping itu, juga diiringi oleh pesimisme investor
tentang kemampuan dari modal dalam menghasilkan laba di masa kini dan masa
mendatang. Kecenderungan para investor untuk melepas sahamnya akan
menyebabkan harga saham turun. Terjadinya penurunan harga saham ini akan
tercermin pada indeks harga saham tersebut menjadi turun (Sunariyah 1997).
Hasil penelitian terdahulu menemukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan
antara inflasi dan IHSG (Kowanda dkk,2015). Dengan kata lain, investor tetap
9
optimis terhadap kemampuan dari modal dalam menghasilkan laba sehingga
mereka tetap berinvestasi pada pasar modal. Hal ini berakibat pada naiknya
permintaan saham dan menyebabkan harga saham naik. Berbeda halnya dengan
hasil penelitian ini yang menyatakan terdapat pengaruh negatif signifikan antara
inflasi dan IHSG. Sehingga dapat disimpulkan penelitian ini sesuai dengan teori
diatas bahwa naiknya inflasi berakibat pada turunnya harga saham, begitu pula
sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan Sunardi dan Nurmillah,2017
bahwa inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG. Pemerintah dalam
hal ini perlu melakukan kebijakan-kebijakan fiskal maupun moneter guna
menstabilkan inflasi agar tidak melambung tinggi agar harga saham juga stabil.
Pemerintah melalui kebijakan mengatasi inflasi mengeluarkan sistem
Inflation Targeting Framework atau lebih dikenal sebagai ITF merupakan salah
satu strategi kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada publik
mengenai target kuantitatif (kisaran target) dari tingkat inflasi yang hendak
dicapai dalam beberapa periode ke depan serta menyangkut mengenai mekanisme
dalam mencapai tujuan dari kebijakan moneter itu sendiri juga dilakukan
3.6 Hubungan BI Rate terhadap IHSG
Menurut teori klasik, bahwa tabungan masyarakat adalah fungsi dari tingkat
suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga makin tinggi pula keinginan
masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi
masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran
untuk konsumsi guna menambah tabungannya. Investasi juga merupakan fungsi
dari tingkat suku bunga. Makin tinggi tingkat suku bunga, maka keinginan
masyarakat untuk melakukan investasi menjadi semakin kecil. Hal ini karena
biaya penggunaan dana (cost of capital) menjadi semakin mahal, dan sebaliknya
makin rendah tingkat suku bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi
akan semakin meningkat.
Winda ermawati, 2013 dalam penelitiannya menemukan bahwa BI Rate
berpengaruh positif terhadap HIS. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa BI Rate memilki pengaruh positif signifikan terhadap
IHSG.
10
Hal ini dikarenakan ketika tingkat suku bunga tinggi maka ongkos untuk
memegang uang kas juga tinggi.Sehingga masyarakat memilih untuk
menggunakan uang kasnya untuk membeli surat-surat berharga salah satunya
adalah saham.Ketika permintaan saham meningkat harga saham juga meningkat.
3.7 Hubungan kurs terhadap IHSG
Tandelilin (2008) berpendapat bahwa penguatan kurs rupiah terhadap mata
uang asing merupakan sinyal positif bagi investor. Dimana ketika kurs rupiah
terhadap mata uang asing mengalami penguatan maka akan banyak investor
berinvestasi pada saham. Hal tersebut dikarenakan penguatan tersebut
mengindikasikan bahwa perekonomian dalam keadaan bagus begitu juga
sebaliknya. Hal ini dapat berpengaruh terhadap pembelian saham dan harga saham
dalam negeri yang meningkat.
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif
signifkan antara kurs rupiah terhadap dollar AS dengan IHSG (Kowanda
dkk,2015).. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa
kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG dalam jangka pendek maupun
panjang dan sejalan dengan penelitian Suramaya Suci Kewal,2012 dimana
pengaruh kurs rupiah negatif signifikan terhadap IHSG. Hal ini kemungkinan
besar karena banyaknya investor dalam negeri maupun asing yang menggunakan
mata uang asing dalam hal ini Dollar AS sehingga walaupun rupiah melemah
mereka akan tetap berinvestasi karena mereka menggunakan mata uang asing.
3.8 Hubungan JUB terhadap IHSG
Jumlah uang beredar berhubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat jumlah uang beredar, maka
pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin meningkat.Hal ini memberikan
sinyal positif bagi investor untuk berinvestasi di dalam negeri. Berdasarkan
dengan hipotesa Keynes, yakni, penawaran uang (Money Supply) memiliki
pengaruh positif terhadap output dan pertumbuhan ekonomi (Sadono
Sukirno,1994). Apabila terjadi kelebihan jumlah uang beredar, Bank Indonesia
akan mengambil kebijakan (menurunkan) tingkat suku bunga. Kondisi ini
mendorong para investor untuk melakukan investasi dalam hal ini dalam pasar
modal
11
Penelitian terdahulu oleh Haryanto dan Chen (2014) secara parsial bahwa
Jumlah Uang Beredar bepengaruh positif dan memiliki pengaruh signifikan
terhadap IHSG, yang menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikan jumlah uang
beredar, suku bunga akan mengalami penurunan. Sehingga dalam hal ini minat
untuk menabung turun karena return yang didapat juga turun. Sehingga lebih
memilih untuk berinvestasi. Dalam konteks ini investor akan menginvestasikan
dananya pada pasar modal. Peningkatan investasi yang terjadi di pasar modal akan
memengaruhi permintaan saham. Semakin banyak permintaan maka harga
sahampun akan mengalami peningkatan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa jumlah
uang yang beredar berpengaruh positif signifikan terhadap IHSG. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah uang beredar di Indonesia sangat mempengaruhi
kinerja pasar saham pada periode tahun 2011-2016. Artinya bahwa masyarakat
Indonesia telah menggunakan uangnya selain untuk tujuan transaksi juga
menggunakan uangnya untuk tujuan spekulatif, yaitu dengan membeli surat-surat
berharga atau saham.. Jika jumlah uang berdar naik maka minat investor
berinvestasi di bursa saham akan naik .
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Dari hasil data Partial Adjustment Model (PAM) terlihat nilai koefisien
lambda sebesar 0.694829 yang berarti terletak di antara 0-1 (0 < λ < 1).
Koefisien lambda memiliki probabilitas 0,0000 (< 0,01) yang berarti
signifikan pada α = 0,01. Berdasarkan pada kedua hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa model tersebut benar-benar model penyesuaian
partial atau Partial Adjusment Model.
2) Setelah dilakukan berbagai uji asumsi klasik, penelitian ini dinyatakan
lolos dari semua uji asumsi klasik kecuali uji multikolinieritas.
3) Dari uji koefisien determinasi diperoleh R2 IHSG sebesar 0,933994,
artinya 93,39% variasi variabel Indeks Harga Saham Gabungan dapat
dijelaskan oleh variabel BI Rate, inflasi, kurs dan jumlah uang yang
12
beredar (M2) Sedangkan sisanya 6,61% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak disertakan dalam model. Berdasarkan uji kebaikan model
yang dilakukan menunjukkan bahwa secara serempak variabel suku
bunga acuan BI Rate, jumlah uang beredar (M2), nilai tukar (kurs), dan
harga minyak dunia berpengaruh signifikan terhadap indeks harga
konsumen atau inflasi.
4) Berdasarkan uji kebaikan model yang dilakukan menunjukkan bahwa
secara serempak variabel suku bunga BI Rate, inflasi , kurs dan jumlah
uang beredar (M2) berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
5) Berdasarkan uji-t yang dilakukan pada IHSG disimpulkan variabel suku
bunga BI Rate dalam jangka pendek maupun panjang berpengaruh
positif signifikan terhadap IHSG dengan masing-masing koefisien
152,8855 dan 164,3017. Inflasi dalam jangka pendek maupun panjang
memiliki pengaruh negatif signifikan dengan masing-masing koefisien -
78,83376 dan -84,7204. Kurs dalam jangka pendek maupun panjang
memiliki pengaruh negatif signifikan dengan masing-masing koefisien -
0,347213 dan -0,37314. Jumlah uang yang beredar (M2) dalam jangka
pendek maupun panjang memiliki pengaruh positif signifikan dengan
masing-masing koefisien 0,000988 dan 0,001062.
4.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari penelitian ini, beberapa saran
yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, yaitu sebagai
berikut :
1) Para investor perlu memperhatikan fluktuasi BI Rate, inflasi, kurs rupiah
terhadap dollar AS dan jumlah uang beredar (M2) dalam jangka pendek
maupun panjang. Hal ini harus dilakukan karena hasil analisis
membuktikan bahwa keempat faktor tersebut signifikan memengaruhi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sehingga dapat digunakan
sebagai bagian dari pertimbangan untuk memprediksi IHSG dan
kemudian dapat mengambil keputusan dalam berinvestasi.
2) Pemerintah harus bijak dalam mengendalikan kondisi-kondisi
makroekonomi fluktuasi BI Rate, inflasi, kurs rupiah terhadap dollar AS
dan jumlah uang beredar (M2) dalam jangka pendek maupun panjang
13
agar perekonomian tetap stabil dan sehat, sehingga dapat meningkatkan
gairah investasi di dalam negeri.
3) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan memperpanjang periode penelitian
dan menggunakan variabel makro ekonomi yang lebih banyak agar
mampu memperoleh hasil yang lebih mendekati dengan kondisi yang
sebenarnya. Selain itu peneliti juga dapat menambahkan faktor-faktor
internal yang dapat mempengaruhi IHSG.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, Mahmud. 2012. ‘’Relationship between Interest Rate and Stock Price
Empirical Evidence from Developed and Developing Countries ‘’
,vol.4,no.3 Department of Business Administration East West
University.
Al- Majali,Ahmad A dan Ghazi. I Al-Assaf. 2014. ‘’Long Run and Short Run
Relationship Between Stock Market Index and Main Macroeconomic
Variables Performance in Jordan ‘’,vol.10, No.10. University of Jordan.
Jordan.
Amin, Zuhdi Muhammad. 2012. ‘’Pengaruh Tingkat Inflasi, SukuBunga SBI,
NilaiKurs Dollar (USD/IDR).Dan Indeks Dow Jones (DJIA) terhadap
Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
(BEI)’’.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Astuti, Riadkk, 2013, Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar
Rupiah, Inflasi, danIndeks Bursa Internasional Terhadap IHSG,
Diponegoro Journal Of Social And Politic Of Science, Hal 1-8
Astuti, Rini. Lapian, Joyce. Rate, Paulina Van. 2016. “Pengaruh Faktor Makro
Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2015”. Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi volume 16no.02
Bong SooLee.1992 .’’Causal Relation Among Stocks Returns, Interest Rate, Real
Activity, and Inflation’’ .Carlson School of Management, University of
Minnesota vol 157,no.4. The Journal Of Finance.
Budiantara M. 2012. ‘’Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Kurs, dan Inflasi
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia periode
2005 2010’’vol.3.Fakultas Ekonomi Universitas Mercu
BuanaYogjakarta.
Boediono.2005.Ekonomi moneter.Yogyakarta: BPFE.
14
Edward Kitati ,dkk.2015. ‘’Effect of Macro-Economic Variables on Stock Market
Prices for the Companies Quoted on the Nairobi Securities Exchange in
Kenya’’Volume 21, No 2.South Eastern Kenya University
Geetha Caroline dkk. 2011. ‘’The Relationship between Inflation and Stock
Market Evidence from Malaysia United States and China ‘’.vol.1,
no.2.International journal of Economic and Management Sciences
Hismedi, Abu Bakar. 2013. ‘’Analisis Pengaruh NilaiTukar, SBI, Inflasidan
Pertumbuhan GDP terhadap Pergerakan Harga Saham Gabungan di
Bursa Efek indonesia dkk ‘’. 2013. Vol I. No. 02. Fakultas Ekonomi
Universitas Syah Kuala Banda Aceh.
Iba, Zainuddindan, Aditya Wardhana. 2012.‘’Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI,
Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, Profitabilitas, dan Pertumbuhan
Aktiva terhadap Harga Saham Perusahaan Pembiayaan di Bursa Efek
Indionesia’’ vol.1,no.1. Fakultas Ekonomi Nurtanio Bandung.
Isworo Sri Edinigsih dan Suryo Luhur WA.2007 .Pengaruh Variabel
Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham di BEI.Vol.3,No.1.
Kowanda Dionysia,.Rowland Bismark Fernando Pasaribu dan Ahmad Fajri Shauti
2015.‘’Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Kurs dan Inflasi terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek di Indonesia Periode
Tahun 2005-2015’’. Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana
Yogjakarta.
Krisna, A.A.G.A dan, Ni Gusti Putri Wirawanti. 2013. ‘’Pengaruh Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI pada Indeks Harga Saham Gabungan di
BEI’’. vol.3,no.2. Universitas Udayana.
Kusuma ,I Putu Marta Edi Kusuma dan Ida Bagus Badjra, 2016. ‘’Pengaruh
Inflasi ,JUB , Nilai Kurs Dollar dan Pertumbuhan GDP terhadap IHSG di
Bursa Efek Indonesia ‘’vol 5 no 3.. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
LipseyRicharg G,Steiner Peter O dan Purvis Douglass D,1992 “Economics Eight
Edition..Harper and Row Publisher.
Mgmmal, Mahfoudh Hussein. 2012 .’’The Effect of Inflation, Interest Rates and
Exchange Rates on Stock Price Comparative Study Among Two Gcc
Countries ‘’vol 1, no. 6.School of Business Utara Malaysia Suntok
University.
Mok, Henry M.K. 2012 .’’Causality of Interest Rate, Exchange Rate ang Stock
Price at Stock Market Open and Close in Hongkong
‘’vol.10,no.2.AsiaPasific Journal of Management
Nopirin. 2009. Ekonomi Moneter. Edisi Satu Cetakan ke12. Penerbit BPFE
Jakarta.
15
Paramanti, Sudharsan Reddy danRakesh Gupta.2013 .’’An Empirical Relationship
between Exchange Rate, Interest Rates and Stocks Return
‘’vol.10,no.2.Finance and Economics Griffith Business School, Grifftith
University.
Riantani, Suskimdan Maria Tambunan.2013 .‘’Analisis Pengaruh Variabel
Makroekonomi dan Indeks Global terhadap Return Saham’’.Fakultas
Bisnis dan Managemen, Universitas Widyatma Bandung
Santoso dkk.2013 . ‘’Analisis Pengaruh Ekonomi Makro, Indeks Dow Jones, dan
Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
BEI periode 2007-2011’’ vol.2, no.1. Fakultas Bisnis dan Ekonomika,
Universitas Surabaya
Soebagyo, Daryono. 2016.Perekonomian Indonesia.CV Jasmine.Sukoharjo.
Soebagiyo, D., dan Endah Heni Prasetyowati., 2003. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Indeks Harga Saham di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. 4(2): 93-109.
Sujarweni, V. Wiratna.2015. Metodologi Penelitian Bisnis dan
Ekonomi.Yogjakarta :Pustaka baru pres.
Sukirno Sadono. Edisi 2015.‘’Makroekonomi Teori Pengantar’’.Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Sunardi Nardi dan Laila Nurmilah Rabiul Ula.2017. Pengaruh BI Rate, Inflasi
dan Kurs terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Vol.1,No.2.FEB
Universitas Pamulang.
Sunariyah. 1997. ‘’Pengantar Pengetahuan Pasar Modal’’. Yogjakarta : Unit
Penerbitan dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Tri ,Utami Ayu dan Herlamabang Leo. 2016.Pengaruh Variabel Makroekonomi
terhadap Indeks Jakarta Islamic Index (JII) periode Januari 2010 hingga
November 2015.Vol.3,No.1.FEB Universitas Airlangga
Utomo, Prihadi, Y. 2011.Eksplorasi Data dan Analisis Regresi dengan SPSS. Fak.
Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.