PENGARUH BI REPO RATE, NILAI TUKAR KURS, TINGKAT...
Transcript of PENGARUH BI REPO RATE, NILAI TUKAR KURS, TINGKAT...
PENGARUH BI REPO RATE, NILAI TUKAR KURS, TINGKAT INFLASI,
DAN INDEKS SAHAM SYARIAH (ISSI) TERHADAP TINGKAT
PERMINTAAN SUKUK TABUNGAN
Oleh
Aisyah Muhrahmawati
NIM: 11150860000006
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019
ii
PENGARUH BI REPO RATE, NILAI TUKAR KURS, TINGKAT INFLASI,
INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) TERHADAP TINGKAT
PERMINTAAN SUKUK TABUNGAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
AISYAH MUHRAHMAWATI
NIM: 11150860000006
Di Bawah Bimbingan
Dr. Ir. H. Roikhan Mochammad Aziz MM.
NIDN. 2025067001
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Rabu, 10 April 2019 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Aisyah Muhrahmawati
NIM : 11150860000006
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Pengaruh BI Repo Rate, Nilai Tukar Kurs, Tingkat Inflasi, Indeks
Saham Syariah Indonesia Terhadap Tingkat Permintaan Sukuk
Tabungan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 April 2019
1. Dr.Burhanuddin Yusuf, MM.,M.A. (…………………….)
NIP. 195406181981031005 Penguji I
2. Prilla Kurnia Ningsih, LC., M.E.,Sy. ` (…………………....)
NIDN. 2008048301 Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis Tanggal 27 Bulan September Tahun Dua Ribu Delapan Belas telah
diadakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Aisyah Muhrahmawati
2. NIM : 11150860000006
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Pengaruh BI Repo Rate, Nilai Tukar Kurs, Nilai Tukar
Kurs, dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Terhadap Tingkat
Permintaan Sukuk Tabungan.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 September 2018
1. Dr. Muhammad Nur Rianto Al Arif, M. Si (___________________)
NIP. 198110132008011006 Ketua
2. Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM (___________________)
NIDN. 2025067001 Sekartaris
3. Dr. Sofyan Rizal, M.Si (___________________)
NIP. 19760430201101002 Penguji Ahli
4. Dr.Ir.H.Roikhan Mochamad Aziz, MM
NIDN. 2025067001 (___________________)
Dosen Pembimbing
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aisyah Muhrahmawati
No.Induk Mahasiswa : 11150860000006
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 27 September 2018
Yang Menyatakan,
(Aisyah Muhrahmawati)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Aisyah muhrahmawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta,4 Juni 1997
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl,Oscar raya no C-3 rt.06 rw.02 Kelurahan Bambu
Apus,kota Tangerang Selatan,Banten
No. HP : 08990392656
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal
2002 – 2003 : TKI Amanah
2003 – 2008 : SDN Pamulang permai 1
2008 – 2009 : SDN Pondok Pinang 01 PG
2009 – 2012 : SMPN 161 Jakarta
2012 – 2014 : Pondok Pesantren Daar el-Qolam
2014 – 2015 : SMAN 108 Jakarta
2015 – 2019 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
vii
Pengalaman Organisasi
1. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) divisi ke agamaan 2012 – 2013
2. Anggota Purna Paskibraka Indonesia Jakarta Selatan (PPIJS) 2014 - 2015
3. Anggota Divisi kesenian Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah
2015 – 2016
4. Wakil ketua Divisi olahraga Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Syariah 2016 – 2017
Pengalaman Kerja
a. Guru private dan bimbingan belajar Sigma Prestasi 2015
b. Telemarketing Bank CIMB Niaga 2017
c. Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Desa Marga
Mulya, Kabupaten Tanggerang, 2018.
Latar Belakang Keluarga
Ayah : H.Drs.Herwansyah Usman
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 9 Juli 1964
Ibu : Hj.Sulistyowati,SE
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 April 1969
Alamat : JL.Oscar raya no C-3 Rt06 Rw02 Kel.Bambu
Apus, Kec.Pamulang Kota tangerang selatan
Provinsi Banten
Anak ke dari : 2 dari 5 bersaudara
viii
ABSTRACT
This study aim to discuss the interactions between the variables BI Repo
Level, Exchange Rate, Inflation Rate, and Indonesian Syariah Stock Index to the
demand for sukuk savings for the period 2016 - 2019. By using quantitative data
methods, the data used in this study are numbers with the method Multiple
regression uses ordinary least square (OLS) analysis tools through the Eviews 10
program and Ms. Excel 2010 program assistance.
The results found that ISSI and the exchange rate were significantly
positive on the level of demand for sukuk savings while the BI Repo rate and
level of influence were significantly negative on the level of demand for sukuk
savings. The results of the simultaneous regression analysis were obtained from
the BI Repo Rate, Exchange Rate, Inflation Rate and ISSI together increasing the
demand for sukuk savings. The estimated value of the variable is as much as
78.6256% of the demand for sukuk savings. And the rest of 21.3744% is approved
by other factors not included in the research model.
Keywords: Savings Sukuk, BI Repo Rate, Exchange Rates, Inflation, ISSI,
Quantitative Data
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel BI Repo
Rate, Nilai Tukar Kurs, Tingkat Inflasi, dan Indeks Saham Syariah Indonesia
terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan periode 2016 – 2019. Dengan
menggunakan metode data kuantitatif, data yang digunakan dalam penelitian ini
berbentuk angka dengan metode regresi berganda menggunakan alat analisis
ordinary least square (OLS) melalui program Eviews 10 dan bantuan program
Ms.Excel 2010.
Hasil penelitian menemukan bahwa ISSI dan Nilai tukar kurs berpengaruh
signifikan positif terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan sedangkan BI Repo
Rate dan tingkat inflasi berpengarug signifikan negative terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan. Hasil analisis regresi secara simultan diperoleh
bahwa BI Repo Rate, Nilai Tukar Kurs, Tingkat Inflasi dan ISSI secara bersama
sama mempengaruhi tingkat permintaan sukuk tabungan. Kemampuan prediksi
dari keempat variabel tersebut terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan
sebesar 78,6256%. Dan sisanya sebesar 21,3744% dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak dimasukan ke dalam model penelitian.
Kata Kunci: Sukuk Tabungan, BI Repo Rate, Nilai Tukar Kurs, Inflasi, ISSI, Data
Kuantitatif
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah –Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “pengaruh BI
Repo Rate, Nilai Tukar Kurs, Tingkat Inflasi, Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) terhadap Tingkat Permintaan Sukuk Tabungan Periode 2016 -2019.”
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana (S1) Jurusan
Ekonom Syariah Fakultas Ekonomi dan Bsnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula sholawat dan salam tercurahkan kepada
junjungan Nabo Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan, bantuan, bimbingan serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan teriakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini adapun penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Allah Swt, dimana penulis masih diberi waktu dan kesehatan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Kepada keluarga penulis, kedua orang tua penulis, Ayah dan Bunda yang
selalu memberikan dukungan dalam segala hal kepada anaknya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini juga kepada Kakak-Kakak dan
Adik-Adik.
xi
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. selaku
Rektor UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP. Selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz MM. selaku dosen pembimbing
penulis dan penemu teori H. Terima kasih banyak atas ilmu, waktu,
arahan, dan motivasi yang Bapak berikan. Tanpa arahan dari bapak, skripsi
ini tidak akan terselesaikan dengan baik.
6. Ibu Dr. Erika Amelia, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, MM. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen selama penulis menuntut ilmu di Jurusan
Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Sahabat-sahabat penulis, Ipin, Dila, Rafi, Reza, Dian, Yovi, Emunk yang
selalu bersedia menemani penulis selama penelitian, baik dalam keadaan
suka maupun duka. Penulis menyadari dalam penelitian ini masih terdapat
kekurangan dan tidak sempurna. Semoga skripsi ini dapat berguna sebagai
sumber informasi bagi pihak pihak yang membutuhkan.
Jakarta, 9 September 2019
Penulis
Aisyah Muhrahmawati
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................vi
ABSTRACT ...................................................................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ x
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xv
BAB .................................................................................................................................... 1
1 PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B.Identifikasi Masalah .................................................................................................. 14
C. Pembatasan Penelitian .............................................................................................. 14
D. Perumusan Masalah ................................................................................................. 15
E. Tujuan dan mafaat penelitian ................................................................................... 16
BAB II .............................................................................................................................. 17
A. Landasan Teori ................................................................................................... 17
2. Pasar Modal ..................................................................................................... 18
4. Sukuk tabungan .............................................................................................. 20
6. Nilai tukar kurs ............................................................................................... 28
8. Indeks Saham Syariah Indonesia ( ISSI ) ..................................................... 35
B.Kerangka Penelitian .................................................................................................. 43
C. Hipotesis ................................................................................................................... 44
BAB III ............................................................................................................................. 45
METODE PENELITIAN .................................................................................................. 45
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 45
B. Deskripsi Operasional Variabel ....................................................................... 46
c. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 47
xiii
d. Metode Analisis Data ........................................................................................ 47
e. Model Regresi Linear Berganda ....................................................................... 47
BAB IV ............................................................................................................................. 55
ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 55
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................................... 55
B. Analisis dan Pembahasan ...................................................................................... 55
1. Uji Asumsi Klasik ............................................................................................. 55
2. Uji Statistik ....................................................................................................... 60
3. Uji Parsial (Uji-t) .............................................................................................. 63
BAB V .............................................................................................................................. 70
KESIMPULAN ................................................................................................................. 70
A. Kesimpuan ............................................................................................................ 70
B. Saran ..................................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 73
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 76
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 ..........................................................................................................3
Grafik 1.2 ..........................................................................................................5
Grafik 1.3 ..........................................................................................................7
Grafik 1.4 ..........................................................................................................8
Grafik 1.5…………………………………………………………………….10
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 ...........................................................................................................35
Tabel 2.1 ...........................................................................................................37
Tabel 4.1 ...........................................................................................................56
Tabel 4.2 ...........................................................................................................58
Tabel 4.3 ...........................................................................................................59
Tabel 4.4 ...........................................................................................................59
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan sosial ekonomi Islam, tidak dapat dilepaskan Dari prinsip-
prinsip syariah. Konsep keuangan syariah islam (islamic finance) dewasa ini telah
berkembang secara pesat, bukan hanya di terima di Indonesia negara yang
penduduknya sebagian besar beragama muslim tetapi juga di terima secara
universal dan juga di adopsi tidak hanya oleh negara-negara di kawasan Timur
tengah saja yang notabanenya negara muslim namun konsep keuangan islam pun
dapat di terima oleh berbagai negara di kawasan Asia, Eropa, dan Amerika. Hal
tersebut dapat dilihat dari didirikannya berbagai lembaga-lembaga keuangan
Islam di berbagai negara baik negara muslim maupun negara minoritas muslim.
Tidak hanya pada lembaga keuangan, perkembangan industri syariah juga
merambah pada dunia investasi yang sesuai dengan aturan syariah Investasi
syariah adalah investasi yang didasarkan prinsip-prinsip syariah. Baik investasi
pada sektor riil maupun sektor keuangan. Islam mengajarkan investasi yang
menguntungkan semua pihak (win win solution) dan melarang manusia
melakukan investasi zero sum game atau win loss. Al qur’an melarang manusia
mencari rizki dengan berspekulasi atau cara lainnya yang merugikan salah satu
pihak.
Dalam dunia investasi syariah masyarakat sedikit banyak telah
mengetahui, masyarakat pada umumnya lebih mengenal dan percaya pada
investasi pada aktiva riil karena bentuk fisiknya dapat dilihat secara langsung,
yakni investasi emas dan investasi properti. selain itu ada pun investasi aktiva
2
finansial seperti salah satu contohnya sukuk karena lebih banyak di minati di
banding instrumen invesasi lainnya karena perkembangannya yang pesat Salah
satu bentuk instrumen keuangan syariah yang telah banyak diterbitkan baik oleh
korporasi maupun negara adalah sukuk.
Total emisi sukuk internasional berkembang pesat dari semula pada tahun
2002 hanya sekitar USD 1 miliar, menjadi USD 17 miliar pada bulan April 2007.
jumlah dan jenis instrumen sukuk juga terus berkembang, dari semula hanya
dikenal sukuk al ijarah berkembang menjadi 14 jenis sukuk sebagaimana
ditetapkan oleh The Accounting and Auditing Organization of Islamic Financial
Institutions (AAOIFI). adapun investor sukuk, tidak lagi hanya terbatas pada
investor islami, karena pada saat ini sebagain besar investor sukuk justru
merupakan investor konvensional.
Perkembangan sukuk yang menjadikan salah satu investasi pilihan adalah
karena sukuk memiliki keistimewaan tersendiri dibanding investasi lain yang
membuat pertumbuhan sukuk meningkat yaitu dikarenakan sukuk memberikan
penghasilan atau nisbah bagi hasil yang lebih kompetitif dan dibayarkan setiap
bulannya, pembayaran imbalan dan nilai nominal sampai dengan sukuk jatuh
tempo dijamin oleh pemerintah, memunginkan didapatnya penghasilan tambahan
berupa margin (capital gain) dan yang terpenting sukuk aman dan terbebas dari
unsur riba, gharar dan maysir.
Sukuk juga mampu tumbuh cepat di tengah krisis finansial global 2007.
Meskipun nilai outstanding Sukuk relatif kecil dibanding obligasi konvensional,
3
tetapi Pasar Sukuk Indonesia mengalami perkembangan yang sangat signifikan
dari tahun ke tahunnya.
Grafik 1.1
Grafik Perkembangan Sukuk
(Sumber: Laporan OJK per Juni 2019)
Dari grafik ini dapat kita lihat bahwa perkembangan sukuk pertahunnya
hampir mengalami kenaikan. Dapat dilihat kenaikan nilai outstanding sukuk
mengalami kenaikan pertahunnya walaupun tidak terlalu signifikan dibandingan
4
dengan nilai akumulasi penerbitan yang terus meningkat signifikan, akan tetapi
perkembangan nilai akumulasi penerbitan yang signifikan dikarenakan investasi
pada produk sukuk semakin menarik minat investor untuk berinvestasi
dikarenakan banyaknya kelebihan yang ditawarkan dari investasi sukuk.
Ada beberapa faktor makro ekonomi yang mempengaruhi tingkat
permintaan sukuk yang dinilai sangat pesat mengalami pertumbuhannya di dunia
investasi ini antara lain:
Melalui JII menjelaskan bahwa pasar modal sebagai lembaga syariah
memberikan kesempatan para investor untuk menanamkan dananya pada
perusahaan yang sesuai prinsip syariah. Beragam produk ditawarkan dalam index
syariah dalam JII maupun ISSI seperti saham, obligasi, sukuk, reksadana syariah
dan sebagainya. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan
investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan
manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan
investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi
dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas
keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII
menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah
tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur
kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal.
Variabel yang mempengaruhi permintaan sukuk salah satunya ialah BI
repo rate Adanya trend penurunan suku bunga disertai dengan peningkatan
permintaan sukuk ataupun instrument investasi yang lainnya. Kontraksi moneter
5
yang mendorong peningkatan suku bunga dapat menambah cost of capital bagi
perusahaan. Selain itu, peningkatan suku bunga membuat nilai imbal hasil dari
deposito dan obligasi syariah menjadi lebih menarik, sehingga banyak investor
pasar modal yang mengalihkan portofolio sahamnya. Meningkatnya aksi jual dan
minimnya permintaan akan menurunkan harga saham dan sebaliknya
(Prastowo,2008).
Grafik 1.2
Grafik BI rate
Sumber: bi.go.id
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan
kepada public. Namun pada bulan Agustus 2016 Bank Indonesia mengeluarkan
kebijakan baru yaitu BI 7-Day Repo Rate. Instrumen BI 7-Day Repo Rate sebagai
acuan yang baru memiliki hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang,
6
sifatnya transaksional atau diperdagangkan di pasar, dan mendorong pendalaman
pasar keuangan. Apabila suku bunga lebih tinggi dari tingkat pengembangan
modal, maka investasi yang direncanakan tidak menguntungkan dan keinginan
investor menaruh dananya pada bank (www.bi.go.id).
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa garis merah muda
menggambarkan BI rate dan garis biru menggambarkan BI repo rate. Saat BI
mawih menggunakan BI rate tingkat suku bunga di masih menyentuh angka-
angka tinggi sedang mulai agustus 2016 grafik menggambarkan penurunan suku
bunga yang cukup jauh.
Menurut para ahli ekonomi klasik, suku bunga menentukan besarnya
tabungan dan investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Tingkat suku
bunga mempengaruhi investasi, Apabila tingkat bunga tinggi, maka investasi akan
berkurang, sebaliknya tingkat bunga yang rendah akan mendorong lebih banyak
investasi (Sukirno, 2002)
Hooker (2004) juga menemukan bahwa tingkat bunga berpengaruh negatif
terhadap return pasar. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh Chiarella dan
Gao (2004). Gjerde dan Sættem (1999) dalam penelitiannya yang mengkaji
hubungan sebab akibat antara return saham dengan variabel makroekonomi
memperoleh hasil perubahan suku bunga riil berpengaruh secara negatif dengan
harga sukuk.
Nilai tukar (atau dikenal sebagai kurs) adalah sebuah perjanjian yang di
kenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat ini atau di
kemudian hari, antara dua mata uang yang masing-masing negara atau wilayah.
7
Kurs merupakan slah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham
maupun di pasar uang karena investor cendrung akan berhati-hati untuk
melakukan investasi portofolio. Dimana bila nilai tukar tidak stabil dan melonjak
naik akan mempengaruhi harga barang domestic dan barang impor. Harga barang
yang tinggi akan meningkatkan biaya produksi sehingga akan mengaggu kegiatan
investasi dan perekonomian Negara.
Grafik 1.3
Grafik nilai tukar kurs
Sumber: kursdollar.net
Grafik nilai tukar kurs dollar ke rupiah di atas mencakup empat tahun
terakhir dari tahun 2015 sampai dengan 2019, dapat dilihat bahwa nilai tukar kurs
8
bergerak fluktuatif, seperti di tahun 2016 akhir garis grafik mengalami penurunan
namun meningkat kembali di pertengahan tahun 2018 garis grafik melonjak tajam.
Nilai tukar mereprentasikan tingkat suatu harga pertukaran dari satu mata uang ke
mata uang yang lainnya. Apabila nilai tukar tidak stabil dan melonjak naik akan
mempengaruhi harga barang domestic dan barang impor. Secara toeritis dampak
perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi (tidak pasti). Shikawa (1994),
mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung
melewati beberapa saluran, Perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua
saluran, sisi permintaan dan penawaran domestik.
Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi
nilai investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik yang dikenal 6
sebagai expenditure reducing effect. Karena penurunan nilai riil aset masyarakat
yang disebabkan kenaikan harga-harga secara umum dan selanjutnya akan
menurunkan permintaan domestik masyarakat. Gejala diatas pada tingkat
perusahaan akan direspon dengan penurunan pengeluaran / alokasi modal
investasi. Dengan demikian dapat dikatakan penurunan nilai kurs mata uang akan
mengurangi nilai investasi.
Variabel yang mempengaruhi permintaan sukuk salah satunya ialah
Tingkat inflasi, inflasi merupakan salah satu faktor makro ekonomi yang menjadi
indikator penting dalam suatu Negara. Peningkatan inflasi menunjukan investasi
pada surat surat berharga seperti pada sukuk Negara ataupun korporasi.
9
Grafik 1.4
Grafik Tingkat Inflasi
Dari gambar 1.3 di atas dapat dilihat bahwa perkembangn tingkat inflasi
dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Namun mulai dari tahun 2016 sampai
dengan tahun 2019 tingkat inflasi di Indonesia teidak terlalu mengalami
peningkatan atau penurunan yang mencolok. Tidak seperti di tahun 2014 sampai
dengan di tahun 2015 tingkat inflasi sangatlah tinggi dan menurun tajam di awal
tahun 2016.
Saat inflasi karena kondisi pasar secara keseluruhan sedang mengalami
kenaikan. Sehingga dengan tingginya resiko yang di akibatkan oleh tinggi lajunya
inflasi investor menginginkan return yang lebih tinggi atas investasinya dengan
kata lain inflasi mempengaruhi besar kecilnya return yang diberikan.
10
Kemudian variable selanjutnya yang mempengaruhi permintaan sukuk
adalah ISSI, Indeks Saham Syariah Indonesia merupakan indeks saham yang
mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di BEI (Bursa Efek
Indonesia). Konsituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah tercatat di BEI dan
dalam daftar efek syariah (DES).
Grafik 1.5
Grafik Tingkat ISSI
Dari Grafik 1.5 yang menggambarkan tingkat perkembangan indeks saham
syariah indonesia dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 yang fluktuatif.
Konstitusi ISSI di review tiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan di
publikasikan pada awal berikutnya, konstitusi ISSI juga dilakukan penyesuaian
apabila ada saham syariatnya yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES metode
perhitungan indeks ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar,
tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penernbitan DES
yaitu Desember 2007, indeks ISSI di luncurkan pada tanggal 17 Mei 2011. Karena
11
ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham syariah di
Bursa Efek Indonesia dan terdaftar dalam daftar efek syariah, dan indeks saham
syariah ini fluktuatif maka mempengaruh investor untuk berinvestasi. Jadi issi
ikut mempengaruhi tingkat permintaan sukuk juga karena menurut penelitian
hanah savitri (2017) indeks saham syariah indonesia mempengaruhi minat
investor yang ingin berinvestasi di sektor syariah.
Menurut Erma (2017), salah satu instrument keuangan islam yang saat ini
berkembang pesat adalah sukuk. Sukuk pada hakikatnya merupakan sertifikat
kepemilikan atas suatu asset (proyek riil) yang dapat digunakan dalam skala besar
untuk membiayai pembangunan sukuk dipandang sebagai alternative yang lebih
baik dari pada berhutang karena antara lain mengandung unsur kerjaama dan
investasi. Sukuk juga merupakan investasi instrument keuangan yang digunakan
untuk mendukung pembangunan infrastruktur Negara.
Beberapa sukuk yang di terbitkan oleh negara dan sudah banyak di ketahui
yakni, sukuk ritel, sukuk valas, sukuk dana haji, sukuk seri IFR, surat
perbendaharaan negara, project based sukuk. Selain itu ada pula sukuk baru yang
diterbitkan oleh negara dan baru baru ini dibuka untuk di perjual belikan pada
awal bulan Februari 2019 yakni sukuk tabungan dan belum banyak diketahui.
Dan kini sukuk tabungan sudah mengeluarkan seri ST-004,sebelumnya
pemerintah sudah menerbitkan ST-001 dengan terjual Rp 2,58 Triliun di akhir
tahun 2016 Penerbitan Sukuk Tabungan seri ST-001 ini berhasil menjangkau
11.338 investor individu di 32 provinsi di Indonesia.Di akhir tahun 2018
pemerintah kembali menerbitkan ST-002 dengan penjualan yang meningkat yakni
12
sebesar 4,94 Triliun.Dan di awal tahun 2019 pemerintah kembali menerbitkan seri
ST-003 dengan terjual yakni sebesar 3,12 Triliun, dalam penjualannya menurut
keterangan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu, berdasarkan usia
jumlah investor generasi muda yakni kelahiran tahun 1980-2000 lebih
mendominasi yaitu mencapai 7.350 investor atau 44,61% dari total jumlah
investor. Dibandingkan dengan investor kelahiran tahun 1965-1979 dengan
persentase sebesar 29,36% dari total jumlah investor.
Perkembangan sukuk yang luar biasa pesat ini di karenakan investor yang
tertarik berinvestasi pada sukuk, tidak hanya investor muslim tapi investor non
muslim juga tertarik berinvestasi pada alternative investasi ini. Selain itu seperti
dalam artikel yang ditulis siswantoro (2012), sukuk adalah salah satu instrument
keuangan yang tetap dan stabil ketika terjadi krisis pada tahun 2008 silam.
Dengan alasan tersebut baik sukuk pemerintah dan sukuk korporasi banyak di
terbitkan. Namun dengan banyaknya jenis-jenis sukuk yang sudah diterbitkan dan
sudah terbukti menghasilkan keuntungan dan stabil, apabila pemerintah ataupun
korporasi menerbitkan sukuk baru seperti halnya sukuk tabungan yang diterbitkan
oleh Negara akan terus diminati, Karena saat adanya barang baru dengan iming-
iming lebih menguntungkan akan lebih di minati konsumen,karena keingin tahuan
para konsumen.
Dengan begitu sukuk pada biasanya memiliki faktor-faktor yang
mempengaruhi penjualannya antara lain seperti BI Repo Rate, Nilai Tukar Kurs,
Tingkat Inflasi dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
13
Dari faktor – faktor tersebut yang semuanya mengalami peningkatan dan
juga penurunan yang fluktuatif tiap tahunnya, Jika menurut pada teori yang sudah
di sebutkan maka faktor – faktor tersebut mempengaruhi tingkat permintaan dari
sukuk namun jika dilihat dari grafik perkembangan sukuk yang selalu menanjak
dan tidak mengikuti seperti faktor - faktor nya yang mengalami kenaikan dan
penurunan maka kasus ini menjadi latar belakang penulis melakukan penelitian.
Sukuk tabungan merupakan produk diservikasi baru dari SBSN yang baru
diterbitkan tanggal 19 Agustus 2016. Sukuk tabungan juga diterbitkan setahun
sekali, karena baru terbitnya produk baru SBSN yang berpeluang baik bagi
investor maupun pemerintah maka perlu adanya sosialisasi dan edukasi tentang
sukuk tabungan kepada masyarakat umum, dan dengan mengkaitkan beberapa
faktor yang biasa mempengaruhi tingkat penjualan sukuk pada produk sukuk
terbaru ini. Karena masih minimnya jurnal dan juga penelitian yang membahas
tentang sukuk tabungan ini sendiri.
Dari beberapa faktor di atas, BI Repo Rate, Nilai Tukar Kurs, Tingkat
Inflasi dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang disinyalir memiliki
pengaruh terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan maka penulis tertarik untuk
menyusun skripsi yang berjudul
“PENGARUH BI REPO RATE, NILAI TUKAR KURS, TINGKAT
INFLASI DAN INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI) TERHADAP
TINGKAT PERMINTAAN SUKUK TABUNGAN”
14
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian singkat diatas maka penulis mengidentifikasikan
masalah yang ada sebagai berikut:
1. Fenomena investasi pasar modal syariah di Indonesia semakin meningkat,
tetapi masyarakat belum sepenuhnya paham dalam menentukan jenis
investasi yang menguntungkan dan aman (low risk).
2. BI Repo rate juga menjadi salah satu yang berpengaruh pada imbal hasil
yang akan di dapatkan investor pada sukuk tabungan.
3. Nilai tukar kurs yang fluktuatif dan berimbas kepada aktivitas investasi di
instrument sukuk tabungan.
4. Tingkat inflasi menjadi salah satu pertimbangan investor dalam
menginvestasikan dananya untuk mendapatkan keuntungan dan keamanan
yang salah satunya di sukuk tabungan.
5. Trend indeks saham syariah yang fluktuatif menyebabkan investor harus
lebih berhati-hati dalam menempatkan dana pada beberapa intrumen
keuangan modal syariah.
6. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penjualan sukuk tabungan
seperti: ISSI, harga sukuk tabungan, tingkat inflasi, BI repo rate dan juga
nilai tukar kurs.
C. Pembatasan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ternyata ada beberapa
keterkaitan antara variable - variabel yang penulis teliti seperti BI Repo Rate,
Nilai Tukar Kurs, Tingkat Inflasi, Indeks Saham Syariah (ISSI) terhadap tingkat
15
permintaan sukuk tabungan. Maka dari itu penulis membatasi permasalahan
penelitian ini hanya untuk pengaruh yang di hasilkan keempat variable tersebut
terhadap sukuk tabungan.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang amat penting dikarenakan
langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian di arahkan. Perumusan
masalah pada dasarnya adalah merumuskan pertanyaan yang jawabannya akan
dicari melalui penelitian berdasarkan pengaruh BI Repo Rate, Nilai Tukar Kurs,
Tingkat Inflasi, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Berdasarkan masalah
yang telah di uraikan,maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan di
bahas dalam penelitian sebagai berikut :
1. Apakah BI Repo Rate berpengaruh terhadap tingkat permintaan sukuk
tabungan?
2. Apakah nilai tukar kurs berpengaruh terhadap tingkat permintaan Sukuk
tabungan?
3. Apakah tingkat inflasi bepengaruh terhadap terhadap tingkat permintaan
sukuk tabungan?
4. Apakah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) berpengaruh terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan?
5. Apakah BI repo rate, nilai tukar kurs, tingkat inflasi, dan indeks saham syariah
indonesia (ISSI) secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan?
16
E. Tujuan dan mafaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh BI Repo Rate terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan
b. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh nilai tukar kurs terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan
c. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat inflasi berpengaruh terhadap
tingkat permintaan sukuk tabungan
d. Untuk mengetahui sejauh mana ISSI berpengaruh terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan
e. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh keempat variable tersebut
secara bersama - sama terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan
f. Untuk memberikan edukasi dan sosialisasi terhadap sukuk tabungan
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis
Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan maupun informai yang akurat bagi
pembaca. Dan juga memberikan pengetahuan seputar investasi syariah khususnya
investasi pada sukuk.
b. Secara praktis
Sukuk tabungan merupakan salah satu alernatif investai instrument keuangann
berbasis syariah.Permintaan sukuk mencermikan minat dan partisipasi masyarakat
untuk berinvestasi pada produk-produk syariah daripada produk-produk
konvensional.
17
BAB II
A. Landasan Teori
1. Investasi
Istilah investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire
(memakai), sedangkan dalam bahasa inggris disebut dengan investment.
Istilah hokum investasi berasal dari terjemahan bahasa inggris yanitu
investment of law. Dalam peraturan perundang-undangan tidak
ditemukan pengertian hukuk investasi. Untuk mengetahui arti dan
hokum investasi tersebut, maka harus dicari dari berbagai pandangan
para ahli dan kamus hukum (Manan, 2009)
Dalam buku yang dituli oleh Manan, bahwa para ahli dalam
bidangn investasi memiliki pandangan yang berbeda mengenain konsep
teoritis tentang investasi. Fitzgeral mengartikan investasi adalah
aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana)
yang dipakai untuk megadakan barang modal pada saat sekarang dan
dengan barang modal akan dihasilkan produk baru di masa yang akan
datang. Dalam definisi lain, kamaruddin Ahmad mengemukakan bahwa
ynag dimaksud dengan investasi adalah menempatkan uang atau dana
dengan harapan untuk memperoleh keuntungan tambahan atau
keuntungan tertentu atas uang atau dana dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan sebagaimana yang diharapkan.
Istilh investasi dan penanaman modal merupakan dua istilah yang
cukup dikenal dalam kegiatan bisnis dan kegiatan perundang-undangan.
18
Instilah investasi lebih popular di dunia usaha, sedangkan istilah
penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa perundang-
undangan. Di kalangan masyarakat luas, istilah investasi memiliki
pengertian yang lebih luas karena dapat mencangkup baikn investasi
lansung (direct investment) maupun investasi tidak lansung (portofolio
investment), sedangkan dalam penanaman modal lebih mempunyai
konotasi kepada investasi lansung. Namun dalam istilah sehari-hari
sering digunakan istilah investasi terutama dalam kegiatan pasar uang
dan pasar modal saat ini (Manan, 2009)
2. Pasar Modal
Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan
(sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam
bentuk utang maupun modal, baik yang diterbitkan pemerintah (public
authorities) maupun perusahaan swasta (Umam, 2013). Pasar modal
merupakan salah satu pilar penting dalam perekonomian dunia saat ini.
Banyak industry dan perusahaan yang menggunakan instusi pasar
modal sebagai media untuk menyerap investai dan media untuk
memperkuat posisi keuangannya (Sutendi, 2011)
Pasar modal adalah tempat berbagai pihak, khususnya perusahaan
saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya
akan dipergunakan sebaga tambahan dana untuk memperkuat
perusahaan (Fahmi,2012) Pasar modal adalah sarana yang
mempertemukan antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus
19
fund) dengan pihak yang kekurangan dana (deficit fund), dimana dana
yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang (Manan,2009).
3. Pasar Modal Syariah
Menurut najmudin (2015) Undang-undang tentag pasar modal no.8
tahun 1955 mendefinisikan pasar modal sebagian “kegiatan yag
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdaganga
efek,perusahaan public yang berkaitan dengan efek”.
Sedangkan Sawidji (2015). Menerangkan bahwa organisasi yag terkait di
pasar modal Indonesia terdiri dari Bapepam, Bursa efek, LKP, LPP, perusahaan
efek, lembaga penunjang, dan profesi penunjang.berikut ini keterangan masig-
masing organisasi tersebut:
a. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) meiliki kewenangan untuk
melakukan pembinaan,pengaturan dan pengawasanpasar modal di
Indonesia. Bapepam berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
menteri keuangan.
b. Self Regulatory organization (SRO) adalah organisasi yang memiliki
kewenangan untukmembuat peraturan yang berhubungan dengan
aktivitas usahanya, SRO terdiri atas :
1) Bursa efek, yaitu pihak yang menyelanggarakan dan meyediakan
system dan atau sarana untuk mempertemukan penawara jual dan beli
efek pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.
2) Lembaga kiliring dan penjaminan, yaitu pihak yang
menyelenggarakan kegiatan custodian sentral bagi bank
20
custodian,peusahaan efekk dan pihak lain,lembaga yang telah
memperoleh izin usaha sebagai LPP dari Bapepam adalah PT.KSEI.
Perusahaan efek adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan sebagai
perantara perdaganga efek,Penjamin emisi efek,manajeman investasi
atau gabungan dari ketiga kegiatan tersebut.
a. Penjamin emisi efek
b. Perantara pedagang efek
c. Manajemen investasi
Lembaga penunjang pasar modal meliputi:
1) Biro administrasi efek, yaitu pihak yang berdasarkan kontrak
dengan emiten
2) Custodian,yaitu pihak yang memberikan jaa penitipan efek dan
harta lain berkaitan dengan efek dan jasa lain
3) Wali amanat, yaitu pihak yang mewakili kepentingan pemegang
efek bersifat hutang
4) Pemeringkat efek, yaitu lembaga yang berperan melakukan
pemeringkatan efek
5) Penasihat investai,yaitu pihak yang memberikan nasihat kepada
pihak lain mengenai penjualan dan pembelian efek.
Pofesi penunjang pasar modal,diantaranya adalah akuntasi public,
notaris,konsultasi hukum,dan perusahaan penilai.
4. Sukuk tabungan
a. Pengertian Sukuk Tabungan
21
Seperti tertuang dalam website Kementerian Keuangan, Sukuk Negara
Tabungan (Sukuk Tabungan) adalah produk investasi syariah yang
ditawarkan oleh Pemerintah kepada individu Warga Negara Indonesia,
sebagai tabungan investasi yang aman, mudah, terjangkau, dan
menguntungkan.
Dari pengertian itu, karakteristik Sukuk Tabungan bisa kamu lihat
yakni, untuk individu warga Indonesia, pengelolaan investasi dengan
prinsip syariah, pemesanan mulai Rp1.000.000, imbalan mengambang
dengan imbalan minimal, dengan tenor dua tahun dan fasilitas early
redemption sehingga tidak dapa di perdagangkan atau di alihkan.
Melalui investasi Sukuk Tabungan, pemerintah menawarkan
kesempatan secara langsung kepada Warga Negara Indonesia untuk
mendukung pembangunan nasional. Hasil investasi Sukuk Tabungan
akan digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur yang
menjadi investasi untuk merekat jalinan kebangsaan menuju bangsa yang
mandiri.
Sukuk Tabungan dikelola berdasarkan prinsip syariah, tidak
mengandung unsur maysir (judi) gharar (ketidakjelasan) dan riba
(usury), serta telah dinyatakan sesuai syariah oleh Dewan Syariah
Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
b. Keuntungan Sukuk Tabungan
Pada ST004, tingkat keuntungannya 7,95 persen per tahun dan
mengambang dengan mengacu pada BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-
22
7DRRR) di 6 persen. Tingkat pokok dan imbalan itu dijamin oleh negara.
Selain itu, imbalannya tetap kompetitif tapi lebih tinggi dari rata-rata
bunga deposito bank BUMN. Adapun kamu yang berinvestasi akan
menerima imbalan tersebut setiap bulan, Keuntungan lainnya adalah
early redemption tanpa dikenakan redemption cost oleh pemerintah,
kemudahan akses transaksi melalui sistem elektronik (online).
Perbedaan sukuk tabungan dan sukuk ritel
Tabel 2.1
sukuk tabungan Sukuk ritel Saving bonds ritel
Jangka waktu 2 tahun 3 tahun 2 tahun
Minimal
pemesanan
Rp 2 juta Rp 5 juta Rp 5 juta
Maksimal
pemesanan
Rp 5 Miliar Rp 5 miliar Rp 5 Miliar
Perdagangan di
pasar sekunder
Non-tradeable Tradable
setelah
holding period
Non-tradable
Fasilitas early
redemption
Ada,dilaksanak
an pada
pembayaran
kupon ke-12
Tidak ada Ada,dilaksanakan
pada pembayaran
kupon ke-13
Maksimum 50% Tidak ada 50% dari
23
early redemption kepemilikan kepemilikan di tiap
Agen Penjual
Kupon/imbalan Fixed rates
sampai dengan
jatuh tempo
Fixed rates
sampai dengan
jatuh tempo
Floating rate
dengan ambang
bawah (LPS rate +
spread)
Manfaat
instrumen
Tabungan
investasi
Instrument
investasi
Instrument
investasi
Sumber:Kemenkeu.go.id
Mitra Distribusi Sukuk Tabungan ST-003
1. PT.Bank Central Asia Tbk
2. PT.Mandiri (persero) Tbk
3. PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
4. PT.Bank Permata Tbk
5. PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
6. PT.Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
7. PT.Bank Syariah Mandiri
8. PT.Bank BRIsyariah Tbk
9. PT.Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk
10. PT.BareksaPortal investasi
11. PT.Star Mercato Capitale (Tanamduit)
12. PT.Investree Radhika Jaya
13. PT.Mitrausaha Indonesia Group (Modalku)
24
(Sumber:Kemenkeu.go.id)
5. BI 7 Day Repo Rate
Bank Indonesia melakukan kerangka operasi moneter dengan
memperkenalkan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru
yaitu BI 7 Day Repo Rate yang berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016.
Selain BI Rate yang digunakan saat ini, perkenalkan suku Bunga
kebijakan yang baru ini tidak mengubah stance kebijakan moneter yang
sedang diterapkan,
Bank Indonesia memperkenalkan suku bunga acuan BI baru agar
suku bunga kebijakan dapat secara cepat memengaruhi pasar uang,
perbankan dan sektor riil. Instrumen BI 7-Day Repo Rate sebagai acuan
yang baru memiliki hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar
uang, sifatnya transaksional atau diperdagangkan di pasar, dan
mendorong pendalaman pasar keuangan. Pada masa transisi, BI Rate
akan tetap digunakan sebagai acuan bersama dengan BI Repo Rate 7
Hari. Penguatan kerangka operasi moneter ini merupakan hal yang
lazim dilakukan di berbagai bank sentral dan merupakan best practice
internasional dalam pelaksanaan operasi moneter.
Menurut tandelilin (2001), perubahan suku bunga bisa
mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku
bunga akan mempengaruhi harga sukuk secara terbaik, cateris paribus.
Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga sukuk akan turun.
25
Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun maka harga sukuk
akan naik.
Suciningtyas dan Khoiroh (2015) suku bunga pada umunya
mempunyai hubungan yang negative dengan harga saham. Suku bunga
yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah.
Suku bunga yang rendah akan meransang investasi dengan harga yang
meningkat.
a) Kebijakan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate
Walau demikian, bukan berarti setelah BI Rate turun, bank yang
lain bisa langsung mendapatkan kembali uang yang disimpan di Bank
Indonesia untu diputarkan ke masyarakat dalam bentuk kredit. Bank-
bank harus menunggu selama setahun untuk mengambil kembali
simpanan dana tersebut sehingga peredaran uang di masyarakat tidak
akan meningkat dalam hitungan hari atau bulan.
Laju nilai inflasi juga tidak akan langsung menurun setelah Bank
Indonesia menumumkan penurunan BI Rate karena ada juga bank yang
tetap memilih menyimpan dana mereka sesuai dengan kebijakan dan
strategi usaha masing-masing. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi yang
dicanangkan oleh Bank Indonesia juga tidak serta merta terwujud dalam
kurun waktu singkat.
Untuk mengatasinya, Bank Indonesia berinisiatif menerbitkan BI 7-
Day (reverse) Repo Rate yang lebih singkat rentang waktunya. Melalui
kebijakan ini, lembaga perbankan tidak perlu lagi menunggu hingga
26
setahun untuk menarik kembali dana yang disimpan di Bank Indonesia.
Dalam rentang 7 hari dan kelipatannya (14 hari, 21 hari, dst) Bank sudah
bisa menarik uang tersebut beserta bunga terbaru yang ditetapkan pada
saat penarikan uang.
Memang suku bunga yang didapat pastinya jauh lebih kecil
daripada BI Rate karena rentang penarikan yang lebih pendek, namun
hasilnya bisa cukup besar karena berpengaruh terhadap kelancaran
pemberian kredit kepada masyarakat. Hal ini juga diharapkan bisa
memperkecil resiko kredit macet karena perubahan suku bunga pertahun
yang bisa melonjak tajam sehingga mempengaruhi kestabilan
pengeluaran dan pemasukan nasabah.
b) Fungsi dari BI 7-Day (Reverse) Repo Rate
Kebijakan terbaru dari Bank Indonesia ini diharapkan bisa
meningkatkan perekonomian Indonsia dengan lebih cepat hingga ke taraf
yang ditargetkan oleh Bank Indonesia. Dengan adanya acuan lain selain
BI Rate yang baru bisa dicairkan setelah satu tahun, bank-bank lain ebih
berani menurunkan suku bunga kredit ataupun menaikkan suku bunga
deposito.
Hal ini akan mendorong masyarakat untuk lebih yakin saat
mengambil kredit jangka panjang karena tidak perlu khawatir lagi akan
suku bunga fluktuatif yang bisa sangat berpengaruh pada cicilan bulanan.
Perlu diketahui bahwa kenaikan suku bungapertahun sebenarnya sangat
signifikan terhadap besaran cicilan yang harus dibayar saat mengambil
27
kredit jangka panjang. Banyak masyarakat yang masih enggan
mengambil pinjaman pribadi maupun kredit pembelian barang dengan
harga tinggi seperti kendaraan atau properti.
Naiknya bunga deposito juga diharapkan dapat memacu jumlah
nasabah yang menyimpan uang di bank untuk jangka waktu tertentu.
Banyaknya deposito yang masuk akan sangat berpengaruh pada
perputaran uang di bank sehingga diharapkan akan menambah anggaran
kredit untuk industri kecil dan menengah yang merupakan salah satu
tonggak perekonomian penting suatu negara.
c) Pengaruh BI Rate Terhadap Tingkat Investasi
Kenaikkan suku bunga acuan BI Rate diprediksi akan memicu
kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah dan korporasi. Investor mulai
merespons kenaikan BI Rate untuk menyesuaikan penyusutan nilai
investasi akibat inflasi. Investor mulai melakukan penyesuaian obligasi
yang akan dipilih sebagai tempat berinvestasi pasca-kenaikan suku bunga
acuan. BI Rate masih menjadi acuan untuk investasi fixed income. Jika
BI Rate naik 25 basis poin, maka imbal hasil obligasi jangka panjang pun
akan naik dan makin menarik.
Untuk obligasi korporasi, kenaikan diperkirakan akan berlangsung
bertahap. Perubahan kurva imbal hasil tidak langsung terjadi setelah BI
Rate diumumkan. Namun, kenaikkan BI Rate tersebut sesuai dengan
ekspektasi pasar karena kenaikan tersebut mempertimbangkan dampak
inflasi yang bisa menggerus nilai investasi. Investor akan menunggu
28
apakah inflasi bisa diredam dengan menaikkan BI Rate. Jika inflasi
masih tinggi, ada kemungkinan kurva imbal hasil obligasi akan naik lagi.
Ini akan membuat penerbit obligasi, baik pemerintah maupun
perusahaan, akan menambah dana ekstra untuk membayar imbal hasil
kepada investor.
6. Nilai tukar kurs
a) Pengertian Nilai Tukar Kurs
Nilai tukar kurs adalah perbandingan nilai atau harga mata uang
rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar Negara dimana
masing-masing Negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengaruskan
adanya angka perbandingan nlai suatu mata uang dengan mata uang
lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs.
Karena setiap Negara mempunyai hubungan dalam investasi dan
perdaganga dengan beberapa Negara lainnya, maka tidak ada satu nilai
tukar yang dapat mengukur secara memadai daya beli dari mata uang
domestic atas mata uang asing secara umum. Konsep-konsep dari nilai
tukar mata uang yang efektif telah di kembangkan untuk mengukur rata-
rata tertimbang harga dari mata uang asing dalam mata uang
domestic.begitu juga berbagai skema penimbangan telah di ajukan,
termasuk di dalamnya barang-barang impor.
b) Sejarah nilai tukar kurs
Dalam sejarah sistem moneter internasional, penentuan dan system
nilai tukar suatu negara mempunyai evolusi yang panjang. Pada awal
29
sistem moneter internasional modern pada abad ke-19, beberapa Negara
menggunakan sistem nilai tukar tetap dengan mengacu kepada standar
emas (Gold Standard). Sistem ini juga mengalami pasang surut sehingga
muncul sistem nilai tukar dengan mengacu pada kesepakatan Bretton
Woods. Sistem ini juga tidak mampu bertahan lama sehingga sejak tahun
1970-an, setiap negara diberikan kebebasan untuk menentukan system
nilai tukar yang digunakan.
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa sistem nilai tukar
yang digunakan suatu negara tidak hanya terbatas pada sistem nilai tukar
tetap (fixed exchange rate), tetapi juga sistem nilai tukar mengambang
(Flexible exchange rate) atau variasi dari kedua system tersebut. Selain
itu, perkembangan terakhir yang tidak kalah menariknya adalah
pembentukan mata uang bersama dari anggota European Monetary
Union pada tahun 1999 dan diberlakukan penuh pada tahun 2002.
Dalam era globalisasi perekonomian dunia, pergerakan uang
antarnegara tidak mengenal batas lagi. Uang bergerak dengan cepat dari
suatu negara ke negara lain dan cenderung menuju ke tempat yang
menghasilkan pendapatan terbesar. Selain itu, uang juga diperdagangkan
sebagai barang sehingga mata uang suatu negara cukup rentan terhadap
kegiatan spekulasi. Sejalan dengan perkembangan tersebut maka nilai
mata uang suatu negara juga sangat dipengaruhi aliran modal antarnegara
dan kegiatan spekulasi.
30
Dengan perkembangan global tersebut maka Negara negara yang
menggunakan sistem nilai tukar tetap atau dengan variasinya sangat
rentan terhadap arus balik modal dan kegiatan spekulasi. Krisis nilai
tukar yang terjadi di negara-negara Amerika Latin pada awal 1990-an
dan negara Asia tahun 1997/1998 terutama diakibatkan dari kedua faktor
tersebut. Data empiris menunjukkan bahwa krisis nilai tukar berpengaruh
negatif terhadap perekonomian suatu negara, seperti yang telah dirasakan
oleh beberapa negara Asia pada tahun 1997/1998.
Krisis nilai tukar ini tidak hanya mengakibatkan harga-harga
membumbung tinggi, tetapi juga mengakibatkan kontraksi perekonomian
yang cukup dalam. Melemahnya nilai tukar mengakibatkan barang-
barang impor, seperti bahan baku, barang modal, dan barang konsumsi
lebih mahal dan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga-harga barang
di dalam negeri.
Selain itu, melemahnya nilai tukar mengakibatkan semakin
besarnya kewajiban hutang luar negeri perusahaan-perusahaan sehingga
neraca perusahaan dan bank-bank memburuk. Sebagaimana diuraikan di
atas, krisis nilai tukar dapat berdampak buruk terhadap ekonomi sehingga
kebijakan untuk menstabilkan nilai tukar merupakan kebijakan ekonomi
yang penting pada beberapa negara. Misalnya, di Indonesia, sesuai
dengan Undang Undang No. 4 tahun 2003, kepada Bank Indonesia diberi
tugas untuk menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Dalam
pengertian tersebut, Bank Indonesia tidak hanya menjaga dan
31
memelihara kestabilan nilai Rupiah agar harga-harga barang dan jasa
(laju inflasi) dapat terkendali, tetapi juga untuk menjaga dan memelihara
stabilitas nilai Rupiah terhadap mata uang asing.
c) Teori Nilai Tukar Kurs
Menurut Paul Krugman dan Obstfeld (2000) dalam Sukirno (2006)
perubahan nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua yaitu depresiasi dan
apresiasi. Depresiasi adalah penurunan nilai mata uang domestic terhadap
mata uang asing, sedangkan apresiasi adalah kenaikan nilai mata uang
domestik terhadap mata uang asing. Bila kondisi lain tetap (ceteris
paribus), maka depresiasi mata uang suatu negara membuat harga
barang-barang negara tersebut lebih murah bagi pihak luar negeri
sedangkan harga barang luar negeri menjadi lebih mahal bagi pihak luar
negeri. Dan sebaliknya, apresiasi mata uang suatu negara menyebabkan
harga barang Negara tersebut menjadi mahal bagi pihak luar negeri
sedangkan harga barang luar negeri menjadi lebih murah bagi pihak
dalam negeri. Dalam kaitan dengan perubahan terhadap nilai tukar mata
uang terhadap mata uang negara lain, maka suatu negara dapat memilih
beberapa jenis sistem nilai tukar antara lain :
a. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate). Nilai tukar mata
uang suatu negara ditetapkan berdasarkan nilai dari suatu mata
uang tertentu atau nilai dari kumpulan mata uang tertentu.
Biasanya yang dijadikan patokan adalah mata uang negara
yang memiliki ekonomi kuat.
32
b. Sistem nilai tukar mengambang (free floating exchange rate).
Nilai tukar mata uang ditetapkan berdasarkan mekanisme
pasar.
c. Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating
exchange rate). Nilai tukar mata uang ditetapkan berdasarkan
mekanisme pasar tetapi pemerintah memiliki hak untuk
mengaturnya.
Dimana :
Q : Nilai tukar riil
S : Nilai tukar nominal
P : Tingkat harga domestik
P* : Tingkat harga luar negeri
Apabila kondisi ekonomi suatu Negara mengalami perubahan,
maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substasionla.
Kurs mempunyai peranan penting dalam rangka stabilitas moneter dan
dalam mendukung kegiatan perekonomian nasional. kurs yang stabil
diperlukan untuk mencapai iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan
dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar bak sentral melakukan
intervensi di pasar valuta asing pada saat-saat tertentu (prof. mudrajat
juncoro, ph.D,2015).
d) Pengaruh Nilai Tukar Kurs Terhadap Tingkat Investasi
Merosotnya nilai tukar rupiah dapat menyebabkan turunnya
permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena peran
33
perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang
asing sebagai alat pembayaran internasional. Jika semakin kuat kurs
rupiah menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukan
perbaikan dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
mempunyai pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal
(Saputra, 2017).
Pada saat dollar AS terapresiasi dan rupiah terdepresiasi maka
tingkat permintaan sukuk negara naik, begitu sebaliknya pada saat dollar
AS terdepresiasi dan rupiah terapresiasi maka tingkat permintaan sukuk
negara menurun. Hal ini dikarenakan jika nilai dollar AS tinggi atau
rupiah melemah maka investor akan lebih tertarik menyukai investasi
dalam bentuk dollar AS dibandingkan investasi pada surat-surat berharga
yang merupakan investasi jangka panjang.
Menurut Tandelilin (2010) Kurs Rupiah merupakan sinyal positif
bagi perekonomian yang mengalami inflasi dan menurunnya Kurs
Rupiah berdampak pada meningkatnya biaya impor bahan baku dan
peralatan yang dibutuhkan negara, meningkatnya biaya produksi, dan
Negara memiliki hutang luar negeri apabila Kurs Rupiah menurun akan
meningkatkan beban hutang yang ditanggung negara karena harus
membayar dengan dollar AS yang menguat namun rupiah melemah
sehingga nilai tukarnya besar.
7. Tingkat Inflasi
a. Pengertian Inflasi
34
Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang
beredar atau kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian
tersebut mengacu pada gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya
kenaikan jumlah uang beredar yang diduga telah menyebabkan adanya
kenaikan harga-harga. Inflasi adalah suatu variabel ekonomi makro yang
dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan.
Namun pada dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku
pasar modal karena akan meningkatkan biaya produksi (Case dan Fair,
2007) Menurut Sukirno (2004) Inflasi yaitu kenaikan dalam harga barang
dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar
dibandingkan dengan penawaran barang dipasar.
b. Macam – Macam Inflasi
Untuk mengukur tingkat inflasi, indeks harga yang digunakan
adalah indeks harga konsumen. Indeks harga konsumen adalah indeks
harga dan barang–barang yang selalu digunakan para konsumen.
Terdapat berbagai macam jenis inflasi. Beberapa kelompok besar dari
inflasi adalah:
1) Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang
juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara
pembiayaannya.
2) Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa
terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat
penggunaan kapasitas produksi rendah.
35
3) Demand-pull inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang
berlebihan mendorong kenaikan tingkat harga umum.
4) Inertial inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang sama
sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika inflasi
terus bertahan, dan tingkat ini diantisipasi dalam bentuk kontrak
finansial dan upah, kenaikan inflasi akan terus berlanjut.
c. Pengaruh Inflasi Terhadap Tingkat Investasi
Pada saat mengalami inflasi karena kondisi pasar secara
keseluruhan sedang mengalami kenaikan. Sehingga dengan tingginya
resiko yang di akibatkan oleh tinggi lajunya inflasi investor
menginginkan return yang lebih tinggi atas investasinya dengan kata lain
inflasi mempengaruhi besar kecilnya return yang diberikan.
8. Indeks Saham Syariah Indonesia ( ISSI )
a. Pengertian indeks saham
Menurut sawidji (2015), untuk melakukan investasi di pasar modal
dengan baik,kita haru mengetahui apa yang dimaksud indeks harga
saham (IHS). Indeks harga saham merupaka pintu,merupakan permulaan
pertimbangan kita melakukan investasi. Dikatakn untuk mengetahui
situasi secara umum, sebab indeks harga saham ini meupakan ringkasan
dari dampak simultan dan kompleks ata berbagai macam factor yang
berpenaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi. Indeks harga saham
dijadikan barometer keehatan ekonomi suatu Negara dan sebagai
landasan analisis statistic atas kondisi pasar terakhir.(Current market).
36
Menurut sawidji (2015:121), Indeks harga saham sebenarnya
merupakan angka indeks harga saham yang telah di susun dan di hitung
sedemikian rupa sehingg menghassilkan trend. Sedangkan angka indeks
itu sendiri adalah angka yang dibuat sedemikian rupa dehingga dapat di
pergunakan untu membandingkan kegiatan atau peristiwa,bisa berupa
perubahan harga saham,dari waktu ke waktu. Dapat di ketahui angka
indeks harganya dengan rumus umum sebagai berikut:
IHS=Ht/Ho
Dimana:
IHS : Indeks harga saham
Ht : Harga pada waktu yang berlaku
Ho : Harga pada waktu dasar
b. Sejarah Indeks Saham Syariah Indonesia
Invetasi syariah di pasar modal Indonesia identik dengan Jakarta
Islamic index (JII) yang terdiri dari 30 ssaham syariah yang tercatat di
bursa efek Indonesia (BEI). Efek syariah yang terdapat di pasar modal
syariah indoneia sebnyak 30 saham syariah yang menjadi konstituen
JII,Juga terdiri dari 33 jenis efek selain saham syariah yaitu,
sukuk,reksadana syariah sejak November 2007.
Indeks saham syariah Indonesia merupakan indeks saham yang
mencerminkan keseluruhan saham syariah yang terdapat di bursa efek
37
Indonesia. Metode perhitungan ISSI menggunakan rata-rata tertimbang
dari kapitalis pasar sedangkan tahun dasar yang digunakan dala
perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu,Desember 2007.
Hingga juli 2015 kapitalis pasar ISSI telah mencapai lebih dari 50%
kapitalisasi pasar indeks saham gabungan.
c. Pengaruh Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Terhadap
Investasi
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham
yang mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah
yang tercatat di BEI dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Jika
keseluruhan saham syariah pada ISSI baik maka akan menjadi tolak ukur
investor untuk mempertimbangkan keuntungan yang akan mereka
dapatkan atau jika sebalikanya keseluruhan saham syariah yang terdaftar
di ISSI buruk maka akan menjadi tolak ukur investor untuk
mempertimbangkan kerugian dan mensiasati kerugian mereka.
38
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
NO PENELI
TI
TAH
UN
JUDUL METODE
PENELITI
AN
HASIL
PENELITIAN
1 Rizki
fauzi
2018 Pengaruh
inflasi, BI
rate, nilai
tukar
terhadap
volume
transaksi
surat
berharga
syariah
negara
indonesia
tahun 2014-
2017
Uji asumsi
klasik,
analisis
linear
berganda.
Tingkat inflasi
positif tidak
signifikan
berpengaruh
terhadap vulume
transaksi surat
berharga syariah,
Tingkat BI Rate
positif tidak
signifikan
berpengaruh
terhadap volume
transaksi surat
berharga syariah
Negara, Tingkat
nilai tukar positif
signifikan
berpengaruh
39
terhadap volume
transaksi surat
berharga syariah.
2 Suramay
a suci
kewal
2012 Pengaruh
inflasi, kurs,
dan
pertumbuha
n PDB,
terhadap
indeks
saham
gabungan.
Analisis
regresi
berganda
Penelitian ini
menemukan bahwa
tingkat
inflasi, suku bunga
SBI dan
pertumbuhan PDB
tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan
terhadap IHSG,
sedangkan kurs
rupiah
berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap
IHSG.
3. Dicky
ageng
prasetyo
2013 Analisis
faktor-
faktor
makro
Uji asumsi
klasik,regre
si linear
berganda
Secara simultan,
variabel
independen yaitu
Inflasi, jumlah
40
ekonomi
yang
mempengar
uhi fee
ijarah
default
sukuk pt
Berlian laju
tanker
uang beredar, kurs
Rupiah, dan BI rate
berpengaruh secara
signifikan terhadap
fee ijarah default
Sukuk, Secara
parsial, variabel
independen yang
mempengaruhi fee
ijarah default
sukuk adalah
Inflasi dan Jumlah
Uang Beredar,
Sedangkan variabel
independen lain
seperti Kurs, dan
BI rate
tidak terlalu
mempengaruhi
terjadinya fee
ijarah default
sukuk PT BLTA.
4. Erma sri 2017 Sukuk Metode Pembangunan
41
hastuti tabungan:
investasi
syariah
pendorong
pembangun
an ekonomi
inklusif
kualitatif membutuhkan
dana yang besar
oleh karena itu
pemerintah dapat
menghimpun dana
melalui sukuk
tabungan.
Sukuk tabungan
hanya bisa dibeli
oleh Warga Negara
Indonesia sehingga
secara tidak
langsung
investor yang
membeli sukuk
tabungan telah
membantu
pemerintah.
5. Hanah
savitri
2017 Pengaruh
ISSI,
Nisbah Bagi
Hasil
Data panel ISSI berpengaruh
signifikan positif
terhadap
permintaan sukuk
42
Deposito
Perbankan
Syariah, dan
Nilai tukar
kurs
terhadap
sukuk ritel
SR006
ritel SR006
Nisbah bagi hasil
Deposito
perbankan syariah
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
sukuk ritel SR006
Nilai tukar kurs
berpengaruh
signifikan negative
terhadap SR006
43
B.Kerangka Penelitian
JUDUL
PENGARUH BI REPO RATE, NILAI TUKAR KURS, TINGKAT INFLASI DAN
INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA TERHADAP TINGKAT PERMINTAAN
SUKUK TABUNGAN
VARIABEL
INDEPENDEN
1.BI Repo Rate
2.Nilai Tukar Kurs
3.Tingkat Inflasi
4.ISSI
VARIABEL
DEPENDEN
Tingkat Permintaan
Sukuk Tabungan
MODEL EKONOMETRIKA
UJI ASUMSI KLASIK
1. UJI NORMALITAS
2. UJI MULTIKOLINEARITAS
3. UJI HETEROSKEDASTISITAS
4. UJI AUTOKORELASI
UJI STATISTIK
1.UJI PARSIAL (uji-t)
2.UJI FISHER (uji-f)
3.UJI KOEFISIEN DETERMINASI
HASIL DAN INTERPRETASI
KESIMPULAN DAN SARAN
44
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikirandiatas, maka dapat dikemukakan
suatuhipotesa mengenai permasalahan tersebut
H1: BI Repo Rate berpengaruh signifikan terhadap tingkat permintaan sukuk
tabungan.
H2: Nilai Tukar Kurs berpengaruh signifikan terhadap tingkat permintaan sukuk
tabungan.
H3: Tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap tingkat permintaan sukuk
tabungan.
H4: ISSI berpengaruh signifikan terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan.
H5: BI Repo Rate, Nilai tukar kurs, tingkat inflasi, dan Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) secara bersamaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan,
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam lingkup untuk menganalisis pengaruh BI
Repo Rate, nilai tukar kurs, tingkat inflasi, dan ISSI terhadap tingkat permintaan
sukuk tabungan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni berupa variabel
independen dan variabel dependen. Adapun variabel variabel tersebut adalah:
1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat permintaan sukuk
tabungan
2. Variabel independen dalam penelitian ini adalah BI Repo Rate, nilai tukar
kurs, tingkat inflasi dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berbentuk angka atau
bilangan yang sudah tersedia dan sudah diolah oleh pihak terkait dan dan dalam
bentuk publikasi. Data tersebut di dapatkan dari sumber media cetak berupa buku
dan jurnal. Sumber media elektronik berupa website terkait pembahasan seperti
www.ojk.go.id, www.bi.go.id, www.bloomberg.com, www.duniainvestasi.com
laporan keuangan dari outlook tahunan perusahaan, dan website resmi masing-
masing emiten.
Model yang digunakan akan diestimasikan dengan model OLS
(OrdinaryLeast Square) dan pelanggaran Asumsi Klasik. Pertimbangannya karena
metode ini mempunyai keunggulan, yaitu secara teknis sangat kuat, mudah
dalam perhitungan dan penarikan interpretasi.
46
B. Deskripsi Operasional Variabel
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Variabel terikat
Sukuk tabungan merupakan surat berharga syariah Negara ritel atau biasa
disebut sukuk ritel merupakan surat berharga Negara yang di terbitkan
berdasarkan prinsip syariah,yang di jual kepada individu atau perseorangan.
b. Variabel bebas
1) BI Repo Rate
BI Repo Rate merupakan kebijakan nilai suku bunga yang ditetapkan
oleh bank Indonesia, peningkatan suku bunga membuat nilai imbal hasil
dari deposito dan obligasi menjadi lebih menarik, sehingga banyak
investor pasar modal yang mengalihkan portofolio sahamnya.
2) Nilai tukar kurs
Nilai tukar atau kurs merupakan harga satu unit mata uang asing
dalam mata uang domestik atau dapat juga dikatakan harga mata uang
domestik terhadap mata uang asing. Nilai tukar kurs yang digunakan
nilai mata uang Rupiah di konversikan ke mata uang USD.
3) Tingkat inflasi
Tingkat inflasi merupakan proses meningkatnya harga-harga secara
umum yang disebabkan oleh beberapa faktor. Kondisi ekonomi
mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran
produknya, sehingga harga‐ harga cenderung mengalami kenaikan.
Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli
47
uang (purchasing power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi
juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari
investasinya.
4) Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indikator dari kinerja
pasar saham syariah Indonesia. yang mencerminkan keseluruhan saham syariah
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan sebelum berinvestasi di pasar
modal dengan baik kita harus mengetahui indeks harga saham (IHS).
c. Teknik Pengumpulan Data
Dalam tulisan ini digunakan data sekunder dari bebrapa sumber. Data yang
digunakan yaitu data time series bulanan periode tahun 2016.09 - 2019.06. Data
bersumber dari Kementrian keuangan Indonesia, dan otoritas jasa keuangan
(OJK).
d. Metode Analisis Data
Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu
dilakukan pengujian asumsi klasik, untuk memastikan apakah model regresi linier
berganda yang digunakan tidak terdapat masalah normalitas, multikolonieritas,
heterokedastisitas, dan autokorelasi. Jika semua itu terpenuhi berarti bahwa model
analisis telah layak digunakan (Gujarati,2009).
e. Model Regresi Linear Berganda
Analisa regresi ini digunakan untuk mempelajari hubungan antara satu
variabel tidak bebas terhadap satu atau lebih variabel bebas dengan tujuan untuk
memperkirakan atau meramalkan nilai rata-rata dari variabel tidak bebas apabila
48
nilai variabel besarnya sudah diketahui. Adapun bentuk persamaan regresi
tersebut adalah sebagai berikut :
LN ST = α + β1 X1 + β2 X1 + β3 X3 + β4 X4 + e ......... (1)
Dimana: LNY: tingkat permintaan sukuk tabungan
α: Constants (Intercept)
X1: BI Repo Rate
X2: Nilai tukar kurs
X3: Tingkat inflasi
X4: ISSI
C. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk mengetahui dan mendeteksi ada atau
tidaknya penyakit (Multikolinearitas, Heterokedastisitas, dan Autokorelasi) pada
hasil estimasi. Karena bila terjadi penyakit terhadap Asumsi Klasik, maka
pengujian terhadap koefisien baik Uji-T maupun Uji-F tidak memberi manfaat
secara statistik. Uji Normalitas Uji asumsi normalitas bertujuan untukmenguji
sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya
mempunyai distribusi norma latau tidak. Langkah-langkah pengujian normalitas
adalah sebagai berikut:
Hipotesis :
Ho: Model tersebut terdistribusi normal
Ha: Model tersebut tidak terdistribusi normal
Bila Probabilitas Jargue-Beta (JB) hitung >0.05 maka Ho diterima
Bila Probabilitas Jargue-Beta (JB) hitung <0.05 maka Ho ditolak
49
Jika nilai Probabilita JB hitung yang di hasilkan lebih besar dari 0.05 maka model
tersebut terdistribusi normal tapi apabila Probabilitas JB hitung yang dihasilkan
lebih kecil dari 0.005 maka model tersebut tidak terdistribusi normal. Setelah
diketahui data tersebut terdistribusi normal atau tidak, dilakukan Uji
Multikolinearitas.
1. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
masing-masing variabel bebas (independent) saling berhubungan secara linier.
Ada beberapa cara untuk mengatahui ada atau tidaknya Multikolinearitas,
diantaranya :
a. R2 cukup tinggi tetapi uji-t nya untuk masing-masing koefisien
regresinya menunjukan tidak signifikan.
b. Tingginya nilai merupakan syarat yang cukup akan tetapi bukan
merupakan syarat yang penting untuk terjadinya multikolinearitas,
sebab pada nilai yang rendah (<5%) bisa juga terjadi multikolinearitas.
c. Menggunakan matrik (Correlation Matrix), dengan menggunakan
program eviews.
Hipotesis :
Ho: Model tidak terdapat Multikolinearitas
Ha: Terdapat Multikolinearitas
Bila hubungan antara X1 dan X2 > 0.7 maka Signifikan, Ho ditolak
Bila hubungan antara X1 dan X2 < 0.7 maka Tidak Signifikan, Ho diterima.
50
Dalam penelitian ini pendeteksian Multikolenearitas adalah dengan
menggunakan pengujian menggunakan matrik (correlation Matrix), dengan
melihat nilai kolerasi atar Variable dependent dengan dependent lainnya lebih
kecil sama dengan 0,7 maka tidak terdapat multikolinearitas karena hubungan
antar variable dependent sangat lemah. Namun jika nilai korelasi antar variable
bebasnya lebih besar dari 0,7maka terdapat multikolenearitas dikarenakan
hubungan antar variable dependennya sangat kuat sehingga menggangu variable
independent (Gujarati, 2009). Kemudian pengujian dilanjutkan ketahap
selanjutnya, yaitu uji Heteros-kesdatisitas.
1) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat sebaran atau variansi titik-
titik dari nilai residual. Model regresi yang baik juga salah satunya ialah nilai
residual yang muncul dalam fungsi regresi populasi mempunyai varians yang
sama atau homokedastisitas. Pelanggaran ini disebut heteroskedastisitas yakni
nilai variansi residual tidak sama (Rosadi, 2011)
Pada penelitian ini Pendekatan heteroskesdatisitas dilakukan dengan
menggunakan Uji White, uji White dimulai dengan melakukan estimasi fungsi
regresi terlebih dahulu, menspesifikasikan variable independent dan variable
dependent. Dalam penelitian ini, dengan langkah-langkah pengujian sebagai
berikut:
Hipotesa:
Ho: Model tidak terdapat Heteroskesdatisitas
Ha: Terdapat Heteroskesdatisitas
51
Bila probabilita Obs * < 0,05 makaSignifikan, Ho ditolak
Bila probabilita Obs * > 0,05 makaTidak Signifikan, Ho diterima.
Apabila probabilita Obs *lebih besardari 0,05 maka model tersebut tidak terdapat
heteroskesdatisitas. Apabila probabilita Obs *lebih kecil dari 0,05 makamodel
tersebut dipastikan terdapat heteroskesdatisita. Jadi model tersebut harus
ditangulangi melalui transformasi logaritma natural dengan cara membagi
persamaan regresi dengan variable independent yang mengandung heteros-
kesdatisitas. Setelah dilakukan uji heteroskesdatisitas, kemudian dilanjutkan
dengan Uji Autokolerasi.
2) Uji Autokorelasi
Autokolerasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan penggangu periode
dariperiode tertentu berkolerasi dengan kesalahan penggangu dari periode
sebelumnya. Pada kondisi ini kesalahan penggangu tidak bebas tapi satu sama lain
saling berhubungan. Bila kesalahan penggangu periode t dengan periode t1
berkolerasi maka terjadi kasus korelasiserial sederhana tingkat pertama dari
(firstorder autocorrelation). Pendektesian apakah model tersebut terdapat
autokolerasi atau tidak, dapat dilakukan dengan beberapa pengujian antara lain :
Uji Durbin-Waston (DW-test) dan Uji LagrangeMultiplier (LM test). Dalam
penelitian ini pendektesian autokolerasi adalah dengan menggunakan pengujian
Uji Langrange Multiplier (LM test) dengan melihat atau membandingkan nilai
probabilita R-squarednya dengan α (5%) (Gujarati, 2009).
Hipotesis :
Ho: Model tidak terdapat Autokolerasi
52
Ha: Terdapat Autokolerasi
Bila probabilita Obs *<0,05 maka Signifikan, Ho ditolak
Bila probabilita Obs * > 0,05 maka Tidak Signifikan, Ho diterima
Apabila probabilita Obs *lebih dari 0,05 maka model tersebut tidak terdapat
autokolerasi. Apabila probabilita Obs *lebih kecil dari 0,05 maka model tersebut
terdapat autokolerasi.
a) Uji Statistik
Regresi adalah alat untuk mengukur hubungan antara variabel-variabel
bebas (X1, X2, X3, X4... , Xn,) secara parsial dan simultan terhadap variabel
terikat (Y). Terdapat persamaan analisis dalam regresi linier berganda. Dalam
regresi Y dinyatakan sebagai variabel dependen. Dalam variabel dependen, fungsi
(a) adalah konstanta pada regresi, sementara pada regresi, error dinyatakan dengan
(e), lalu variabel pokoknya, (X1, X2, X3, X4) pada regresi. Adapun persamaan
Regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Yit = a0 + e + a1X1it + a2X2it + a3X3it + a4X4it .....................................(model
linier)
Keterangan:
Y = Tingkat Permintaan Sukuk Tabungan (Y)
a = konstanta (a)
e = error (e)
X1 = BI Repo Rate (X1)
X2 = Nilai Tukar Kurs (X2)
X3 = Tingkat Inflasi (X3)
53
X4 = ISSI (X4)
a1a2a3= koefisien pervariabel
1) Pengujian Hipotesa
Suatu pengujian hipotesa statistic adalah prosedur yang memungkinkan
keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak dan menerima hipote
sayang sedang diuji diberi symbol Ho (hipotesa nol) dan disertai dengan Ha
(hipotesa alternative). Ha akan secara otomatis ditolak apabila Ho diterima dan
demikian pula sebaliknya. Untuk menginterpretasikan hasil regresi yang
diperoleh, maka penulis melakukan uji hipotesis dengan menggunakan Uji-T, Uji-
F dan Uji.
2) Uji Individu (Uji T)
Uji T merupakan pengujian masing-masing variable bebas (Independent
variable) secara sendiri-sendiri yang dilakukan untuk melihat signifikansi dari
pengaruh variable independent terhadap variable dependent dengan mengangap
variable dependent lain constant (ceteris paribus).
Hipotesis:
Ho : β1 = artinya secara individu variable independent tidak ada pengaruh yang
signifikan terhadap variable variabel dependent.
Ha : β1# artinya secara individu ada pengaruh yang signifikan antara variable
independent dengan variable dependent.
jika nilai t statistik > t tabel maka hipotesis Haditerima (H0 ditolak)
jika nilai t statistik > t tabel maka hipotesis Ha ditolak (Ho diterima)
3) Uji Serentak (Uji F)
54
Uji F digunakan untuk menguji hubungan semua variable independen terhadap
variable dependent secara bersama (serempak).
Hipotesis:
Ho : β1 = β2 = β3 = 0
Artinya variable independent secara serentak tidak mempengaruhi variable
dependent
Ha: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0
Artinya variabel independent secara serentak mempengaruhi variable dependent.
Jika probabilita F statistik > 0,05 maka hipotesis Ho ditolak (Ha diterima)
Jika probabilita F statistic < 0,05 maka hipotesis Ho diterima (Ha ditolak).
Secara serentak tidak mempengaruhi variable dependent. Begitu pula
sebaliknya, apabila probabilita F statistik lebih besar dari 0,05 maka variable
independent secara serentak mempengaruhi variable dependent. Setelah itu
pengujian dilanjutkan ke Uji Asumsi Klasik untuk melihat apakah dalam model
yang diuji terdapat penyakit atau tidak.
4) Koefisien Determinasi (Uji R2 )
Pada tahapan melakukan pengujian ini,
maka dapat dilihat dari nilai R2 (untuk menggunakan penelitian dengan
menggunakan dua variable) atau melihat nilai Adjusted R2 (untuk penelitian
menggunakan lebih dari dua variable) pada regresan OLS. Adapun tujuan dalam
melakukan pengujian ini adalah dapat melihat kemampuan variable independent
untuk menjelaskan variable dependen sebesar berapa persen, dan sisa dari
presentase tersebut dijelaskan oleh variabel.
55
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Pada bab ini akan dijelaskan tentang analisis dan pembahasan data yang
berkaitan antara BI Repo Rate, nilai tukar kurs antara idr dan usd, tingkat inflasi
di Indonesia, dan juga Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan, adapun periode penelitian mulai dari 2016-2019.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar keempat faktor
dependen yang terdiri dari BI Repo Rate, nilai tukar kurs, tingkat inflasi dan
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) berpengaruh terhadap tingkat permintaan
sukuk tabungan.
B. Analisis dan Pembahasan
Untuk mengetahui dan menguji hubungan antar variable dependen yaitu
Tingkat permintaan sukuk tabungan dengan variable independen yaitu BI Repo
Rate, Nilai tukar kurs, tingkat inflasi, dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Penelitian ini menggunakan Model Regresi Linear Berganda dengan Metode OLS
(Ordinary Least Square). Pada hasil regresi yang diperoleh nantinya akan
dilakukan pengujian terhadap Asumsi Kalsik dan Signifikansi variable yang
meliputi Uji-T dan Uji-F. Untuk pengolahan data digunakan Program
Econometric Views 10(Eviews) sebagai alat untuk pengukuran dan pengujiannya.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji Jarque Bera (J-B) dengan melihat nilai probability. Jika
56
probability lebih besar dari nilai derajat α = 0.05, maka penelitian ini tidak
ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain data terdistribusi
normal. Sebaliknya, jika niali probability lebih kecil dari niali derajat
kesalahan α = 0.05, maka dalam penelitian ini ada permasalahan
normalitas atau dengan kata lain data tidak terdistribusi normal.
Tabel 4.1
Uji Normalitas Jarque-Bera (J-B)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-100 -75 -50 -25 0 25 50 75 100 125
Series: Residuals
Sample 2016M09 2019M06
Observations 34
Mean 3.34e-14
Median -2.940026
Maximum 115.4742
Minimum -76.45834
Std. Dev. 52.09259
Skewness 0.421434
Kurtosis 2.325214
Jarque-Bera 1.651498
Probability 0.437907
Data diolah Eviews 10, 2019
Berdasarkan hasil uji normalitas residual diatas diketahui nilai
jarque-berra sebesar 1,651498 dengan p value sebesar 0,437907. Dengan
demikian nilai p value yaitu 0,437907 lebih besar dari nilai alpha yaitu
0,05 (0,437907<0,05), maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa residual berdistribusi normal.
b. Uji Multikoleniaritas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
(korelasi) yang signifikan diantara dua atau lebih variabel independen dalam
model regresi . Deteksi adanya multikolinearitas dilakukan dengan melihat
57
Variance Infalting Factor (VIF). VIF > 10 dapat diindikasikan adanya
multikolinearitas. Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinearitas
dimana model regresi yang baik adalah tidak terjadi multikolinearitas antar
variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujian
multikolinearitas menggunakan uji Variance Inflating Factor (VIF) dapat
dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficien
t
Uncentere
d Centered
Variable Variance VIF VIF
C 246470.6 2713.789 NA
X1 440.1871 125.0794 2.122800
X2 0.000692 1457.094 2.155733
X3 797.0712 100.9389 1.650442
M 2.082869 763.1239 1.048658
Diolah Eviews 10, 2019
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui nilai centered VIF sebagai
berikut: X1=2,155733 < 10 ; X2=1,048658 < 10 ; X3=1,650442 < 10 ;
X4=2,122800 < 10. Maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat masalah
multikolinearitas dalam model prediksi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidak samaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas
58
atau tidak terjadi heterokedastisitas (Nachrowi, 2008:109). Metode yang
digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini
adalah uji white.
Tabel 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.701678 Prob. F(4,29) 0.0500
Obs*R-squared 9.230309 Prob. Chi-Square(4) 0.0556
Scaled explained SS 4.449492 Prob. Chi-Square(4) 0.3486
Diolah dengan Eviews 10, 2019
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai Probabilitas Chi-Square sebesar
0.3486 yang lebih besar dari tingkat kepercayaan sebesar 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data tersebut tidak bersifat heteroskedastisitas dan H0
diterima
d. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey mengembangkan uji autokorelasi yang lebih dikenal
dengan uji Lagrange Multiplier (LM). Kriterianya adalah jika nilai
probabilitas lebih besar dari tingkat signifikan 5% berarti tidak terdapat
masalah autokorelasi. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan
5% maka terdapat masalah autokorelasi.
59
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Obs*R-squared 9.478713 Prob. Chi-Square(2) 0.0687
Diolah dengan Eviews 10, 2019
Uji Autokorelasi adalah sebuah analisis statistik yang dilakukan untuk
mengetahui adalah korelasi variabel yang ada di dalam model prediksi dengan
perubahan waktu. Oleh karena itu, apabila asumsi autokorelasi terjadi pada sebuah
model prediksi, maka nilai disturbance tidak lagi berpasangan secara bebas,
melainkan berpasangan secara autokorelasi.
Jika nilai probabilitas chi-square (2) > 0,05 berarti Ho diterima artinya
tidak terdapat masalah autokorelasi. Jika kita lihat nilai probabilitas chi-square (2)
adalah 0,0687 yang lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima sehingga tidak
terdapat masalah autokorelasi dalam penelitian ini.
60
2. Uji Statistik
Tabel 4.4
Hasil Regresi Ordinary Least Square (OLS)
Dependent Variable: Sukuk tabungan
Method: Least Squares
Date: 09/03/19 Time: 20:28
Sample: 1 34
Included observations: 34
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -2584.734 496.4580 -5.206350 0.0000
X1 -52.30326 20.98064 -2.492930 0.0186
X2 0.194923 0.026308 7.409249 0.0000
X3 -82.95701 28.23245 -2.938357 0.0064
X4 3.937385 1.443215 2.728205 0.0107
R-squared 0.812165 Mean dependent var 283.8824
Adjusted R-squared 0.786256 S.D. dependent var 120.1952
S.E. of regression 55.56917 Akaike info criterion 11.00819
Sum squared resid 89550.05 Schwarz criterion 11.23265
Log likelihood -182.1392 Hannan-Quinn criter. 11.08474
F-statistic 31.34763 Durbin-Watson stat 0.959082
Prob(F-statistic) 0.000000
Diolah dengan Eviews 10, 2019
Yit = a0 + Y + a1X1it + a2X2it + a3X3it + a4X4it ..................................... ..
Informasi:
Y = Tingkat permintaan sukuk tabungan(Y)
a = konstanta
e = error
X1 = BI Repo Rate
X2 = Nilai tukat kurs
X3 = Inflasi
61
X4 = ISSI
a1a2a3 = koefisien tiap variabel
Estimation Equation:
=========================
SUKUK_TABUNGAN= C(1)+C(2)*BI_REPO_RATE+C(3)*
NILAI_TUKAR_KURS + C(4) * INFLASI + C(5) * ISSI
Substituted Coefficients:
=========================
SUKUK_TABUNGAN = -2584.734-52.30326 * BI_REPO_RATE + 0.194923 *
NILAI_TUKAR_KURS -82.95701 * INFLASI + 3,937385 * ISSI
Interpretasi nilai koefesien hasil regeresi OLS sebagai berikut:
Jika variabel-variabel independen dianggap konstan atau bernilai nol,
artinya variabel independen tidak terjadi kenaikan atau penurunan maka besarnya
tingkat permintaan sukuk tabungan adalah sebesar -2584.734 Miliar. Konstanta
yang bernilai negatif ini tidak menjadi persoalan dengan pertimbangan :
a. Konstanta negatif bisa diabaikan selama model regresi diuji sudah memenuhi
uji asumsi. Selain itu, selama nilai slope tidak nol (0) maka konstanta negatif
dianggap tidak perlu diinterpretasi.
b. Karena dasarnya regresi digunakan memprediksi variabel Y berdasarkan
nilai perubahan variabel X, maka seharusnya yang menjadi perhatian adalah
variabel X (slope), bukan nilai konstanta.
Koefisien regresi variabel X1 yaitu BI Repo Rate senilai -52.30326 yang
artinya jika variabel BI Repo Rate mengalami kenaikan sebanyak maka tingkat
62
permintaan sukuk tabungan mengalami penurunan sebesar 52.30326 Miliar.
Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negartif antara BI Repo Rate
dengan tingkat permintaan sukuk tabungan, semakin naik BI Repo Rate maka
semakin turun tingkat permintaan sukuk tabungan.
Koefisien regresi variabel X2 yaitu nilai tukar kurs yang senilai 0.194923
yang artinya jika variabel nilai tukar kurs mengalami kenaikan maka tingkat
permintaan sukuk tabungan mengalami peningkatan sebesar 0.194923 Miliar.
Koefisien nilai tukar kurs bersifat positif artinya terjadi hubungan positif antara
nilai tukar kurs dengan tingkat permintaan sukuk tabungan, semakin naik nilai
tukar kurs maka semakin naik juga tingkat permintaan sukuk tabungan.
Koefisien regresi variabel X3 yaitu tingkat inflasi yang senilai -82.95701
yang artinya jika variabel tingkat inflasi mengalami kenaikan maka tingkat
permintaan sukuk tabungan akan mengalami penurunan sebesar 82.95701
Miliar. Koefisien tingkat inflasi bersifat negatif artinya terjadi hubungan
negative antara tingkat inflasi dengan tingkat permintaan sukuk tabungan,
semakin naik tingkat inflasi maka semakin menurun tingkat permintaan sukuk
tabungan.
Koefisien variabel X4 yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang
senilai 3.937385 yang artinya jika variabel Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) mengalami kenaikan maka tingkat permintaan sukuk tabungan mengalami
peningkatan sebesar 3.937385 Miliar. Koefisien Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) bersifat positif artinya terjadi hubungan positif antara Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) dengan tingkat permintaan sukuk tabungan,
63
semakin naik Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) maka semakin meningkat
pula tingkat permintaan sukuk tabungan.
3. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t dikenal sebagai uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh
masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri terhadap variabel
dependen. Salah satu cara untuk melakukan uji-t adalah dengan melihat nilai
prbabilitas pada tabel uji statistik t. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari
tingkat signifikan = 0.05 berarti variaebl independen secara parsial (individu)
mempengaruhi variabel dependen.
Dari hasil tabel 4.4 bahwa didapatkan dari uji statistik t yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Nilai t-statistik BI repo rate sebesar -2.492930 dengan nilai probabilitas
H0 ditolak H1 diterima dimana ketentuan hipotesis menyatakan :
H0 : Tidak ada pengaruh BI repo rate terhadap tingkat permintaan sukuk
tabungan.
H1 : Ada pengaruh antara BI repo rate terhadap tingkat permintaan sukuk
tabungan.
Artinya secara parsial BI repo rate berpengaruh negatif terhadap
tingkat permintaan sukuk tabungan.
b. Nilai t-statistik nilai tukar kurs 7.409249 dengan nilai probabilitas lebih
kecil dari tingkat signifikansi = 5% ( 0.0000 < 0.05) yang berarti H0
ditolak H1 diterima dimana ketentuan hipotesis menyatakan :
64
H0 : Tidak ada pengaruh nilai tukar kurs terhadap tingkat permintaan
sukuk tabungan.
H1 : Ada pengaruh antara nilai tukar kurs terhadap tingkat permintaan
sukuk tabungan.
Artinya secara parsial variabel nilai tukar kurs berpengaruh positif
signifikan terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan.
c. Nilai t-statistik tingkat inflasi sebesar -2.938357 dengan nilai probabilitas
lebih kecil dari tingkat signifikansi = 5% (0.0064 < 0.05) yang berarti
H0 ditolak H1 diterima dimana ketentuan hipotesis menyatakan :
H0 : Tidak ada pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat permintaan sukuk
tabungan.
H1 : Ada pengaruh antara tingkat inflasi terhadap tingkat permintaan
sukuk tabungan.
Artinya secara parsial tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap
tingkat permintaan sukuk tabungan.
d. Nilai t-statistik indeks saham syariah Indonesia (ISSI) sebesar 2.728205
(0.0107 < 0.05) yang berarti H0 ditolak H1 diterima dimana ketentuan
hipotesis menyatakan :
H0 : Tidak ada pengaruh indeks saham syariah Indonesia terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan.
H1 : Ada pengaruh antaraindeks saham syariah Indonesia terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan.
65
Artinya secara parsial ISSI berpengaruh positif signifikan terhadap
tingkat permintaan sukuk tabungan.
4. Uji Fisher (Uji-f)
Uji F dikenal dengan uji serentak atau uji Model/Uji Anova, yaitu uji
untuk melihat bagaimana semua variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap
variabel terikatnya. Uji-F dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel nilai tukar kurs, ISSI, tingkat inflasi, BI repo rate seacara
bersama-sama atau simultan terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan. Dari
hasil regresi sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.4 diperoleh nilai probabilitas
F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi = 5% (0.0000 < 0.05) yang berarti
H0 ditolak dan H1 diterima. Maka secara simultan variabel BI Repo Rate, nilai
tukar kurs, tingkat inflasi, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) secara bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan.
5. Uji Koefesien Determinasi
Koefesien determinasi r2 yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan nilai adjusted r2 pada saat mengevaluasi model regeresi terbaik.
Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan lebih dari satu variabel
independen. Uji Koefisien Determinasi : Nilai Adjusted R-Squared sebesar
0.786256 menunjukkan bahwa variasi variabel dependen tingkat permintaan
sukuk tabungan secara bersamasama mampu dijelaskan oleh variasi variabel
independen sebesar 78,6256%. Sedangkan sisanya sebesar 21,3744% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
66
D. Pembahasan
Hasil pengolahan data dan serangkaian uji menunjukkan bahwa variabel
faktor internal dan eksternal berpengaruh signifikan secara simultan
terhadaptingkat permintaan sukuk tabungan September 2016 – Juni 2019. Dan
juga secara parsial faktor internal dan eksternal berpengaruh terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan . Hasil interpretasi terhadap hasil penelitian sebagai
berikut:
1. Pengaruh BI repo rate terhadap permintaan sukuk tabungan
Hasil regresi menunjukan variabel pengaruh BI repo rate menunjukan nilai
probabilitas t statistik sebesar 0.0186 lebih kecil dari α = 5% dan t-statistiknya –
sebesar -2.492930 yang artinya BI repo rate berpengaruh signifikan negatif
terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan.
Koefisien regresi variabel X1 yaitu BI Repo Rate senilai -52.30326 yang
artinya jika variabel BI Repo Rate mengalami kenaikan maka tingkat permintaan
sukuk tabungan mengalami penurunan sebesar 52.30326 Miliar. Koefisien
bernilai negatif artinya terjadi hubungan negartif antara BI Repo Rate dengan
tingkat permintaan sukuk tabungan, semakin naik BI Repo Rate maka semakin
turun tingkat permintaan sukuk tabungan.
Hasil ini sesuai dengan teori Rahardjo (2004) nilai harga suatu obligasi
ditentukan oleh nilai tingkat suku bunga di pasar uang. Salah satu faktor penentu
apakah harga obligasi menarik atau tidak adalah tingkat suku bunga yang
diberikan kepada investor obligasi. Apabila tingkat suku bunga di pasar menurun
67
maka investor cenderung membeli obligasi yang kuponnya lebih tinggi dibanding
deposito sehingga harga obligasi cenderung naik.
Begitu juga sebaliknya jika suatu suku bunga lebih kecil dari pada tingkat
kupon yang diberikan suatu obligasi maka orang akan cenderung menanamkan
uangnya dipasar modal khususnya obligasi. Dalam hal ini sukuk yang didasarkan
atas fixed rate menanggung akibat dari naik turunnya tingkat suku bunga.
Kenaikan suku bunga menjadikan tingkat nilai sukuk kurang diminati oleh
investor.
2. Pengaruh nilai tukar kurs terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan.
Hasil regresi menunjukkan variabel nilai tukar kurs secara parsial sangat
mendominasi pengaruhnya terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan. Dimana
nilai probabilitas t statistics sebesar 0.0000 dan t-statistiknya sebesar 7.409249
maka nilai tukar kurs sangat berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan.
Koefisien regresi variabel X2 yaitu nilai tukar kurs yang senilai 0.194923
yang artinya jika variabel nilai tukar kurs mengalami kenaikan maka tingkat
permintaan sukuk tabungan mengalami peningkatan sebesar 0.194923 Miliar.
Koefisien nilai tukar kurs bersifat positif artinya terjadi hubungan positif antara
nilai tukar kurs dengan tingkat permintaan sukuk tabungan, semakin naik nilai
tukar kurs maka semakin naik juga tingkat permintaan sukuk tabungan.
Menurut Rodoni (2010) yang menyatakan bahwa globalisasi mendorong
investasi lintas negara disamping untuk tujuan diversifikasi. Semakin tinggi
fluktuasi nilai tukar mata uang yang bersangkutan , dengan demikian investor
68
harus mempertimbangkan pula premi risiko atas nilai tukar tersebut. Nilai tukar
Rupiah terhadap US Dollar mempunyai hubungan positif dan signifikan dalam
mempengaruhi return suatu perusahaan.
3. Pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan
Hasil regresi menunjukan variabel pengaruh tingkat inflasi menunjukan
nilai probabilitas t statistik sebesar 0.0064 lebih kecil dari α = 5% dan t-
statistiknya sebesar -2.938357 yang artinya tingkat inflasi berpangaruh signifikan
negatif terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan.
Koefisien regresi variabel X3 yaitu tingkat inflasi yang senilai -82.95701
yang artinya jika variabel tingkat inflasi mengalami kenaikan maka tingkat
permintaan sukuk tabungan akan mengalami penurunan sebesar 82.95701
Miliar. Koefisien tingkat inflasi bersifat negatif artinya terjadi hubungan
negative antara tingkat inflasi dengan tingkat permintaan sukuk tabungan,
semakin naik tingkat inflasi maka semakin menurun tingkat permintaan sukuk
tabungan.
Hasil ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Raharjo (2004)
kondisi perekonomian yang kuat serta inflasi yang rendah mengakibatkan tingkat
daya beli terhadap produk investasi juga sangat bagus, sehingga akan timbul
dampak positif terhadap perdagangan dan investasi pada obligasi. Hal ini sesuai
dengan teori yang ada bahwa inflasi berbanding terbalik dengan obligasi syariah,
ketika inflasi naik maka obligasi syariah turun, begitu juga sebaliknya, ketika
inflasi turun harga obligasi syariah justru naik.
69
4. Pengaruh Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) terhadap tingkat permintaan
sukuk tabungan
Hasil regresi menunjukan variabel pengaruh indeks saham syariah
indonesia (ISSI) menunjukan bahwa nilai probabilitas t statistik ISSI 0.0107 lebih
kecil dari α = 5% dan nilai t-statistiknya sebesar 2.728205 yang artinya Indeks
Saham Syariah Indonesia berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat
permintaan sukuk tabungan.
Koefisien variabel X4 yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang
senilai 3.937385 yang artinya jika variabel Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) mengalami kenaikan maka tingkat permintaan sukuk tabungan mengalami
peningkatan sebesar 3.937385 Miliar. Koefisien Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) bersifat positif artinya terjadi hubungan positif antara Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) dengan tingkat permintaan sukuk tabungan,
semakin naik Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) maka semakin meningkat
pula tingkat permintaan sukuk tabungan.
Menurut penelitian Hanah savitri (2017) Yang menyatakan bahwa indeks
saham di indeks saham syariah indonesia mempengaruhi signifikan positif
terhadap tingkat permintaan sukuk. Karena kegunan ISSI bagi investor yakni
dapat menggunakan pergerakan nilai ISSI untuk mengukur kinerja instrument
investasi syariah. Jika bulan ini ISSI naik dari ISSI bulan lalu, berarti sebagian
besar instrument investasi syariah yang salah satunya sukuk tabungan akan
mengalami kenaikan.
70
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpuan
Berdasarkan penelitian dan analisis data mengenai pengaruh BI Repo Rate,
Nilai tukar kurs, tingkat inflasi, dan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Koefisien regresi variabel BI Repo Rate senilai -52.30326 yang artinya
jika variabel BI Repo Rate mengalami kenaikan maka tingkat permintaan
sukuk tabungan mengalami penurunan sebesar 52.30326 Miliar. BI Repo
Rate memiliki nilai t-statistik sebesar -2.492930 dan nilai probabilitasnya
sebesar 0.0186 menunjukan bahwa BI Repo Rate berpengaruh signifikan
negatif terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan.
2. Koefisien regresi variabel nilai tukar kurs yang senilai 0.194923 yang
artinya jika variabel nilai tukar kurs mengalami kenaikan maka tingkat
permintaan sukuk tabungan mengalami peningkatan sebesar 0.194923
Miliar. Nilai tukar kurs memiliki nilai t-statistik sebesar 7.409249 dan nilai
probabilitasnya sebesar 0.0000, menunjukan bahwa nilai tukar kurs
memiliki hubungan positif terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan.
3. Koefisien regresi variabel tingkat inflasi yang senilai -82.95701 yang
artinya jika variabel tingkat inflasi mengalami kenaikan maka tingkat
permintaan sukuk tabungan akan mengalami penurunan sebesar 82.95701
Miliar. Tingkat inflasi memiliki nilai t-statistik sebesar -2.938357 dan
nilai probabilitasnya sebesar 0.0064 menunjukan bahwa tingkat inflasi
71
berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat permintaan sukuk
tabungan.
4. Koefisien variabel X4 yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang
senilai 3.937385 yang artinya jika variabel Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) mengalami kenaikan maka tingkat permintaan sukuk
tabungan mengalami peningkatan sebesar 3.937385 Miliar. Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) memiliki nilai t-statistik sebesar 2.728205 dan
nilai probabilitisnya sebesar 0.0107 yang menunjukan bahwa Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) berpengaruh signifikan dan mempunyai
hubungan positif terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan.
5. Secara keseluruhan pada saat periode penelitian menunjukan bahwa BI
Repo Rate, Nilai tukar kurs, tingkat inflasi, dan Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) secara bersamasama berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat permintaan sukuk tabungan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat
sampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan menambah periode penelitian
nya. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Serta
menggunakan alat analisis penelitian yang lain sehingga dapat
menghasilkan informasi tentang pengaruh tingkat permintaan sukuk
tabungan.
72
2. Bagi akademisi dan peneliti lain dengan topik sejenis disarankan untuk
melakukan kajian lebih lanjut karena pada penelitian ini peneliti memakai
variabel makro sebagai variabel penelitian, disarankan pada penelitian
yang akan datang dapat menggunakan variabel mikro suatu perusahaan
untuk melihat apakah faktor mikro juga mempengaruhi tingkat permintaan
sukuk tabungan.
73
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Fair, Ray C and Karl E Case. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi Delapan.
Fauzi, Rizki. 2018. Pengaruh Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Terhadap Volume
Transaksi Surat Berharga Syariah Negara Indonesia Tahun 2014-2017.
Solo: Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Hartono, Jogiyanto. 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Hasoloan, Jimmy. 2014. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: Deepublish.
Huda, Nurul dan Mustafa. 2007. Invetasi pada Pasar Modal Syariah.
Kasmir. 2015. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Kurs dan Pertumbuhan PDB,
Terhadap Indeks Saham Gabungan. Palembang: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Musi Palembang.
Prastyo, Dicky Ageng. 2013. Analisis Faktor – Faktor Makro Ekonomi Yang
Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk Pt Berlian Laju Tanker. Jakarta :
Universitas Islam Negeri Jakarta.
Priandana, Moh Sidik dan Saludin Muis. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi &
Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rodoni, Ahmad. 2009. Investasi Syariah. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN.
Savitri, Hanah. 2017. Pengaruh ISSI, Nisbah Bagi Hasil Deposito Perbankan
Syariah, dan Nilai Tukar Kurs terhadap Sukuk Ritel SR006. Jakarta:
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2001. Pengantar Teori Makroekonomi Edisi 2. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
74
Sukirno, Sadono. 2006. Pengantar Ekonomi Makro Edisi Ketiga. Jakarta :
Rajawali
Press.
Sumarno. 2003. Ekonometri Dasar. Jakarta: Erlangga.
Wibisono, B Kunto. 2016. Penjualan Sukuk Tabungan. Jakarta : Publikasi
Kemenkeu.
Jurnal
Haris, Abdul. 2012. Effect of Stewardship Land For Infrastructure and Economy.
Hastuti, Erma Sri. 2017. Sukuk Tabungan Investasi Syariah Pendorong
Pembangunan Ekonomi Inklusif.
Hooker, Mark A. 2004. Macroeconomic Factors and Emerging Market Equity
Returns: A Bayesian Model Selection Approach. Emerging Markets
Review.
5:379‐387.
Ramasamy, Ravindran. dkk. 2011. Relative Riskof Islamic Sukuk Over
Government
And Conventional Bonds.
Reuters, Thomson. 2016. Islamic Finacial Development Report: Resilient Growth.
S, Gao and Chiarella C. 2004. The Value of The S&P 500 – A Macro View
of The Stock Market Adjustment Process. Global Finance Journal. 15;
171‐196.
Wibisono, B Kunto. 2015. Sukuk Akan Jadi Faktor Pendukung Pembangunan
75
Infrastruktur.
Wibisono, B Kunto. 2016. Sukuk Istishna Alternative Pembangunan Infrastruktur
Pemerintah.
Yahya, Muchlis. 2015. Analisis Normatif Kritis Kebijakan Pemanfaatan Sukuk
Dalam Menutup Defisit APBN.
Website
www.bi.go.id
www.idx.co.id
www.bloomberg.com
www.duniainvestasi.com
76
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Penelitian
1. Data Outstanding sukuk tabungan periode Sptember 2016 - Juni 2019
Date
9/30/2016
10/31/2016
11/30/2016
12/30/2016
1/31/2017
2/28/2017
3/31/2017
4/28/2017
5/31/2017
6/30/2017
7/31/2017
8/31/2017
9/29/2017
10/31/2017
11/30/2017
12/29/2017
1/31/2018
2/28/2018
3/30/2018
4/30/2018
5/31/2018
6/29/2018
7/31/2018
8/31/2018
9/28/2018
10/31/2018
11/30/2018
12/31/2018
1/31/2019
2/28/2019
3/29/2019
4/30/2019
5/31/2019
6/28/2019
Out standing sukuk Tabungan
1.69E+12
1.59E+12
1.50E+12
1.44E+12
1.40E+12
1.38E+12
1.38E+12
1.40E+12
1.44E+12
1.51E+12
1.59E+12
1.69E+12
1.81E+12
1.96E+12
2.12E+12
2.30E+12
3.65E+12
3.83E+12
3.98E+12
4.10E+12
4.20E+12
4.26E+12
4.30E+12
4.31E+12
4.30E+12
4.25E+12
4.18E+12
4.08E+12
3.96E+12
3.80E+12
3.62E+12
3.41E+12
3.18E+12
2.91E+12
77
2. Data BI Repo Rate
Date
9/30/2016
10/31/2016
11/30/2016
12/30/2016
1/31/2017
2/28/2017
3/31/2017
4/28/2017
5/31/2017
6/30/2017
7/31/2017
8/31/2017
9/29/2017
10/31/2017
11/30/2017
12/29/2017
1/31/2018
2/28/2018
3/30/2018
4/30/2018
5/31/2018
6/29/2018
7/31/2018
8/31/2018
9/28/2018
10/31/2018
11/30/2018
12/31/2018
1/31/2019
2/28/2019
3/29/2019
4/30/2019
5/31/2019
6/28/2019
BI Repo Rate
5%
4.75%
4.75%
4.75%
4.75%
4.75%
4.75%
4.75%
4.75%
4.75%
4.75%
4.50%
4.25%
4.25%
4.25%
4.25%
4.25%
4.25%
4.25%
4.25%
4.75%
5.25%
5.25%
5.50%
5.75%
5.75%
6%
6%
6%
6%
6%
6%
6%
6%
78
3. Data nilai tukar kurs USD IDR
Date
9/30/2016
10/31/2016
11/30/2016
12/30/2016
1/31/2017
2/28/2017
3/31/2017
4/28/2017
5/31/2017
6/30/2017
7/31/2017
8/31/2017
9/29/2017
10/31/2017
11/30/2017
12/29/2017
1/31/2018
2/28/2018
3/30/2018
4/30/2018
5/31/2018
6/29/2018
7/31/2018
8/31/2018
9/28/2018
10/31/2018
11/30/2018
12/31/2018
1/31/2019
2/28/2019
3/29/2019
4/30/2019
5/31/2019
6/28/2019
USD IDR
13,042.00Rp
13,048.00Rp
13,054.00Rp
13,060.00Rp
13,066.00Rp
13,072.00Rp
13,078.00Rp
13,084.00Rp
13,090.00Rp
13,096.00Rp
13,102.00Rp
13,108.00Rp
13,114.00Rp
13,120.00Rp
13,126.00Rp
13,132.00Rp
13,138.00Rp
13,144.00Rp
13,150.00Rp
13,156.00Rp
13,162.00Rp
13,168.00Rp
13,174.00Rp
13,180.00Rp
13,186.00Rp
13,192.00Rp
13,198.00Rp
13,204.00Rp
13,210.00Rp
13,216.00Rp
13,222.00Rp
13,228.00Rp
13,234.00Rp
13,240.00Rp
79
4. Data Laju Inflasi Indonesia
Date
9/30/2016
10/31/2016
11/30/2016
12/30/2016
1/31/2017
2/28/2017
3/31/2017
4/28/2017
5/31/2017
6/30/2017
7/31/2017
8/31/2017
9/29/2017
10/31/2017
11/30/2017
12/29/2017
1/31/2018
2/28/2018
3/30/2018
4/30/2018
5/31/2018
6/29/2018
7/31/2018
8/31/2018
9/28/2018
10/31/2018
11/30/2018
12/31/2018
1/31/2019
2/28/2019
3/29/2019
4/30/2019
5/31/2019
6/28/2019
Tingkat Inflasi Indonesia
3.07%
3.31%
3.58%
3.02%
3.49%
3.83%
3.61%
4.17%
4.33%
4.37%
3.88%
3.82%
3.72%
3.58%
3.30%
3.61%
3.25%
3.18%
3.40%
3.41%
3.23%
3.12%
3.18%
3.20%
2.88%
3.16%
3.23%
3.13%
2.82%
2.57%
2.48%
2.83%
3.32%
3.28%
80
5. Data Indeks Saham Syariah Indonesia
Date
9/30/2016
10/31/2016
11/30/2016
12/30/2016
1/31/2017
2/28/2017
3/31/2017
4/28/2017
5/31/2017
6/30/2017
7/31/2017
8/31/2017
9/29/2017
10/31/2017
11/30/2017
12/29/2017
1/31/2018
2/28/2018
3/30/2018
4/30/2018
5/31/2018
6/29/2018
7/31/2018
8/31/2018
9/28/2018
10/31/2018
11/30/2018
12/31/2018
1/31/2019
2/28/2019
3/29/2019
4/30/2019
5/31/2019
6/28/2019
ISSI (Miliar Rupiah)
176.929
179.221
169.997
172.077
172.476
174.745
180.492
184.691
183.122
185.217
184.543
186.085
184.229
185.852
180.161
189.86
197.464
195.728
183.589
180.932
177.021
173.254
176.751
178.562
178.089
174.142
178.222
183.998
193.498
191.196
190.168
188.43
181.1
186.013
81
6. Data yang di olah dalam bentuk Microsoft Excel
ST Date H S L1 L2 M
st 9/30/2016 1.69 5 13042 3.07 176.929
st 10/31/2016 1.59 4.75 13048 3.31 179.221
st 11/30/2016 1.50 4.75 13555 3.58 169.997
st 12/30/2016 1.44 4.75 13473 3.02 172.077
st 1/31/2017 1.40 4.75 13369 3.49 172.476
st 2/28/2017 1.38 4.75 13338 3.83 174.745
st 3/31/2017 1.38 4.75 13322 3.61 180.492
st 4/28/2017 1.40 4.75 13329 4.17 184.691
st 5/31/2017 1.44 4.75 13323 4.33 183.122
st 6/30/2017 1.51 4.75 13348 4.37 185.217
st 7/31/2017 1.59 4.75 13325 3.88 184.543
st 8/31/2017 1.69 4.5 13342 3.82 186.085
st 9/29/2017 1.81 4.25 13472 3.72 184.229
st 10/31/2017 1.96 4.25 13563 3.58 185.852
st 11/30/2017 2.12 4.25 13526 3.3 180.161
st 12/29/2017 2.30 4.25 13555 3.61 189.86
st 1/31/2018 3.65 4.25 13386 3.25 197.464
st 2/28/2018 3.83 4.25 13751 3.18 195.728
st 3/30/2018 3.98 4.25 13728 3.4 183.589
st 4/30/2018 4.10 4.25 13913 3.41 180.932
st 5/31/2018 4.20 4.75 13896 3.23 177.021
st 6/29/2018 4.26 5.25 14330 3.12 173.254
st 7/31/2018 4.30 5.25 14414 3.18 176.751
st 8/31/2018 4.31 5.5 14710 3.2 178.562
st 9/28/2018 4.30 5.75 14903 2.88 178.089
st 10/31/2018 4.25 5.75 15203 3.16 174.142
st 11/30/2018 4.18 6 14302 3.23 178.222
st 12/31/2018 4.08 6 14390 3.13 183.998
st 1/31/2019 3.96 6 13973 2.82 193.498
st 2/28/2019 3.80 6 14069 2.57 191.196
st 3/29/2019 3.62 6 14243 2.48 190.168
st 4/30/2019 3.41 6 14257 2.83 188.43
st 5/31/2019 3.18 6 14269 3.32 181.1
st 6/28/2019 2.91 6 14126 3.28 186.013
82
2. Uji Asumsi Klasik
1. Uji normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-100 -75 -50 -25 0 25 50 75 100 125
Series: Residuals
Sample 2016M09 2019M06
Observations 34
Mean 3.34e-14
Median -2.940026
Maximum 115.4742
Minimum -76.45834
Std. Dev. 52.09259
Skewness 0.421434
Kurtosis 2.325214
Jarque-Bera 1.651498
Probability 0.437907
83
2. Uji Multikolinearitas
Variance Inflation Factors
Date: 08/07/19 Time: 15:40
Sample: 2016M09 2019M06
Included observations: 34
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 246470.6 2713.789 NA
S 440.1871 125.0794 2.122800
L1 0.000692 1457.094 2.155733
L2 797.0712 100.9389 1.650442
M 2.082869 763.1239 1.048658
84
7. Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.701678 Prob. F(4,29) 0.0500
Obs*R-squared 9.230309 Prob. Chi-Square(4) 0.0556
Scaled explained SS 4.449492 Prob. Chi-Square(4) 0.3486
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 08/06/19 Time: 12:25
Sample: 2016M09 2019M06
Included observations: 34
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 3567.941 12388.64 0.288001 0.7754
S^2 -249.1474 102.4646 -2.431547 0.0214
L1^2 8.74E-05 4.79E-05 1.824930 0.0783
L2^2 -339.6370 201.3693 -1.686637 0.1024
M^2 -0.219714 0.198444 -1.107186 0.2773
R-squared 0.271480 Mean dependent var 2633.825
85
Adjusted R-squared 0.170994 S.D. dependent var 3077.602
S.E. of regression 2802.149 Akaike info criterion 18.84921
Sum squared resid 2.28E+08 Schwarz criterion 19.07368
Log likelihood -315.4366 Hannan-Quinn criter. 18.92576
F-statistic 2.701678 Durbin-Watson stat 1.899505
Prob(F-statistic) 0.049983
8. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 5.218431 Prob. F(2,27) 0.0621
Obs*R-squared 9.478713 Prob. Chi-Square(2) 0.0687
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 08/06/19 Time: 12:28
Sample: 2016M09 2019M06
Included observations: 34
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
86
C 65.84614 440.6108 0.149443 0.8823
S 5.013167 18.56739 0.269998 0.7892
L1 -0.011129 0.023480 -0.473959 0.6393
L2 8.889103 25.73298 0.345436 0.7324
M 0.177564 1.302463 0.136329 0.8926
RESID(-1) 0.525958 0.192354 2.734319 0.0109
RESID(-2) 0.037697 0.205947 0.183044 0.8561
R-squared 0.278786 Mean dependent var 3.34E-14
Adjusted R-squared 0.118516 S.D. dependent var 52.09259
S.E. of regression 48.90837 Akaike info criterion 10.79902
Sum squared resid 64584.78 Schwarz criterion 11.11327
Log likelihood -176.5833 Hannan-Quinn criter. 10.90618
F-statistic 1.739477 Durbin-Watson stat 1.860416
Prob(F-statistic) 0.150058
87
9. Uji Statistik
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 08/06/19 Time: 12:33
Sample: 2016M09 2019M06
Included observations: 34
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -2584.734 496.4580 -5.206350 0.0000
S -52.30326 20.98064 -2.492930 0.0186
L1 0.194923 0.026308 7.409249 0.0000
L2 -82.95701 28.23245 -2.938357 0.0064
M 3.937385 1.443215 2.728205 0.0107
R-squared 0.812165 Mean dependent var 283.8824
Adjusted R-squared 0.786256 S.D. dependent var 120.1952
S.E. of regression 55.56917 Akaike info criterion 11.00819
Sum squared resid 89550.05 Schwarz criterion 11.23265
Log likelihood -182.1392 Hannan-Quinn criter. 11.08474
F-statistic 31.34763 Durbin-Watson stat 0.959082
Prob(F-statistic) 0.000000