PENGARUH INFLASI, NON PERFORMING FINANCE, DAN ......Alif Anjas Permana NIM: 1113085000024 PROGRAM...

129
PENGARUH INFLASI, NON PERFORMING FINANCE, DAN RETURN ON ASSET TERHADAP PERTUMBUHAN ASET PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Nasional Devisa Periode 2011-2016) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Alif Anjas Permana NIM: 1113085000024 PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of PENGARUH INFLASI, NON PERFORMING FINANCE, DAN ......Alif Anjas Permana NIM: 1113085000024 PROGRAM...

  • PENGARUH INFLASI, NON PERFORMING FINANCE,

    DAN RETURN ON ASSET TERHADAP PERTUMBUHAN

    ASET PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

    (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Nasional Devisa Periode 2011-2016)

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    Oleh:

    Alif Anjas Permana

    NIM: 1113085000024

    PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1438 H/2017 M

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    DATA RIWAYAT HIDUP

    (Curriculum Vitae)

    I. Data Pribadi

    Nama : Alif Anjas Permana

    Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 9 Januari 1996

    Warga negara : Indonesia

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Tinggi Badan : 168 cm

    Berat Badan : 65 kg

    Agama : Islam

    Status Perkawinan : Belum menikah

    Alamat : Jl. Mushala an-nur rt.07 rw.02

    No.23 Kedaung, Pamulang,

    Tangerang Selatan

    No. Telp : 089677155958

    Email : [email protected]

    II. Pendidikan Formal

    2001-2007 : SDN 09 Ciputat Tangerang Selatan

    2007-2010 : MTsN 3 Jakarta

    2010-2013 : MAN 4 Jakarta

    2013-2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    III. Pengalaman Organisasi

    Staff Divisi Syiar Lembaga Dakwah Kampus FEB UIN Jakarta

    Periode 2014-2015

    Staff Divisi Pengembangan Akademik Bakat dan Keilmuan Lembaga

    Dakwah Kampus UIN Jakarta, Periode 2016

    mailto:[email protected]

  • vii

    ABSTRACT

    The research is a quantitative study which calculate and analyze the effects

    of inflation, non-performing finance (NPF), and return on asset (ROA) on growth

    of sharia banking assets in Indonesia. This research use a sample of some Banks in

    Indonesia which include categories as National Islamic Bank foreign exchange,

    that are Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Negara Indonesia

    Syariah and Bank Mega Syariah, the quarterly data for the period march 2011-

    Desember 2016. This research used panel data regression analysis with Eviews

    version 9. Based on the result of regression panel data with a significance level of

    5%, the result shows that independent variable (Inflation, NPF and ROA)

    simultaneously have significant effect towards Asset Growth, and in partially the

    obtained result shows that NPF and ROA have significant effect on Asset Growth,

    meanwhile Inflation had no significant effect on Asset Growth.

    Keywords: Asset Growth, Inflation, NPF, ROA

  • viii

    ABSTRAK

    Penelitian ini merupakan studi kuantitaif yang menghitung dan

    menganalisis pengaruh inflasi, non-performing finance (NPF) dan return on asset

    (ROA) terhadap pertumbuhan aset perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini

    menggunakan sampel beberapa bank yang termasuk dalam kategori Bank Umum

    Syariah Nasional Devisa yaitu terdiri dari Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah

    Mandiri, Bank Negara Indonesia Syariah, dan Bank Mega Syariah Indonesia dalam

    data triwulan selama periode maret 2011-desember 2016. Penelitian ini

    menggunakan analisis regresi data panel yang pengolahannya melalui Eviews 9.

    Berdasarkan hasil regresi data panel dengan tingkat signifikansi sebesar 5%, hasil

    menunjukan bahwa secara simultan seluruh variabel independen (inflasi, NPF dan

    ROA) dalam penelitian ini memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

    aset. Secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel NPF dan ROA memiliki

    pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset, sedangkan inflasi memiliki

    pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan aset.

    Kata Kunci: Pertumbuhan Aset, Inflasi, NPF, ROA

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT

    yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis

    dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Non Performing

    Finance dan Retrun on Asset Terhadap Pertumbuhan Aset Perbankan

    Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Nasional Devisa

    Periode 2011-2015)”. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad

    SAW, teladan bagi seluruh umat manusia, yang telah memperjuangkan Islam dan

    meninggikan kalimat Allah di muka bumi, beserta para keluarga dan para sahabat.

    Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mencapai

    gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta. Mengenai ide serta gagasan

    dalam skripsi ini, penulis dapatkan setelah penulis menghadiri acara Indonesia

    Islamic Finance Forum yang diselenggarakan oleh Masyarakat Ekonomi Syariah

    (MES). Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput

    dari berbagai kendala yang harus dihadapi dan menyadari sepenuhnya bahwa

    keberhasilan yang diperoleh bukan semata-mata hasil usaha penulis sendiri,

    melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan, dan arahan yang tidak ternilai

    harganya dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

    tak terhingga kepada:

    1. Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si.,

    Ca., QIA., BKP sekalu Wakil Dekan I Bid. Akademik, Dr. Ade Sofyan

    Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid. Administrasi Umum dan Dr.

    Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang

    telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

    sebagai syarat meraih gelar sarjana ekonomi.

    2. Cut Erika Ananda Fatimah, SE., selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah dan

    Fitri Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

    membantu pemenuhan berkas-berkas administrasi penulis.

  • x

    3. Endra Kasni Laila Yuda S.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

    telah membimbing penulis selama masa studi.

    4. Aini Masruroh SE.I., M.SI. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

    meluangkan waktu, ilmu, dan tidak henti-hentinya memberikan arahan,

    masukan, nasihat, dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis selama

    penulisan hingga penyusunan skripsi ini.

    5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Dedi Sutardi dan Ibunda Zahronah yang

    selalu memberikan dukungan moril maupun materil, kasih sayang dan doa

    terbaik untuk anak-anaknya, dan selalu memberikan nasihat agar selalu sabar

    dalam menghadapi setiap permasalahan dalam hidup.

    6. Sahabat yang tergabung dalam UR Army (Aqwam, Alvino, Nopal, Syukron)

    yang selalu memotivasi saya dengan wacana-wacana yang tak kunjung

    terealisasi.

    7. Seluruh teman-teman di Lembaga Dakwah Kampus baik itu tingkat fakultas

    maupun universitas, yang selalu memberikan nasihat-nasihat terbaik dalam

    menghadapi berbagai persoalan di dunia.

    8. Seluruh teman-teman Kosjod Institute (Eka, Dahsya, Wachyu, Jodie, Erlangga,

    Hisby, Jana, Ridho, Angri, Fajar B, Fariz, Fajar K) yang telah menemani, dan

    menjadi keluarga baru bagi penulis.

    9. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2013 yang selalu kompak,

    memberikan semangat, doa, dan cerita penuh warna selama masa kuliah.

    10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

    membantu penulis selama masa studi hingga menyelesaikan skripsi.

    Semoga Allah swt senantiasa memberikan balasan pahala yang berlipat ganda

    kepada semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis

    dalam penulisan dan penyusunan skipsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga

    skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

    Jakarta, Juli 2017

    Alif Anjas Permana

  • xi

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................. ii

    LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ............................................ iii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iv

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... vi

    ABSTRACT ........................................................................................................ vii

    ABSTRAK ......................................................................................................... viii

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ............................................................................. 11

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 12

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 14

    A. Landasan Teori .................................................................................... 14

  • xii

    1. Perbankan Syariah ......................................................................... 14

    2. Pertumbuhan Aset .......................................................................... 17

    3. Inflasi ............................................................................................. 20

    4. Non Performing Finance ............................................................... 26

    5. Return on Asset .............................................................................. 28

    B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ................ 29

    C. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 33

    D. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 38

    E. Hipotesis .............................................................................................. 40

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 42

    A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 42

    B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 42

    C. Metode Pengumpulan Data.................................................................. 44

    D. Metode Analisis Data .......................................................................... 45

    1. Statistik Deskriptif ......................................................................... 46

    2. Penentuan Model Regresi .............................................................. 46

    a. Common Effect Model .............................................................. 47

    b. Fixed Effect Model ................................................................... 47

    c. Random Effect Model ............................................................... 48

    3. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 49

    a. Uji Normalitas ........................................................................... 50

    b. Uji Multikolinearitas ................................................................. 51

    c. Uji Heterokedastisitas ............................................................... 53

  • xiii

    d. Uji Autokorelasi ........................................................................ 54

    4. Analisis Regresi Linear Berganda ................................................. 57

    5. Uji Hipotesis .................................................................................. 58

    a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) ........................... 58

    b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F).............................................. 59

    c. Koefisien Determinasi (R2) ....................................................... 60

    E. Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 60

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 65

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 65

    B. Gambaran Umum Data Penelitian ....................................................... 67

    C. Hasil Analisis Data Penelitian ............................................................. 72

    1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................... 72

    2. Penentuan Model Regresi Data Panel............................................ 76

    a. Uji Chow .................................................................................. 77

    b. Uji Hausman ............................................................................ 78

    3. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................ 79

    a. Uji Normalitas ......................................................................... 79

    b. Uji Multikolinearitas ................................................................ 80

    c. Uji Heterokedastisitas .............................................................. 81

    d. Uji Autokorelasi....................................................................... 83

    4. Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 85

    a. Analisis Regresi Berganda ....................................................... 85

    b. Koefisien Determinasi (R2)...................................................... 87

  • xiv

    c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) .......................... 89

    d. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ............................................ 92

    D. Interpretasi ........................................................................................... 94

    1. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Aset .............................. 94

    2. Pengaruh NPF Terhadap Pertumbuhan Aset ................................. 95

    3. Pengaruh ROA Terhadap Pertumbuhan Aset ................................ 96

    BAB V PENUTUP ............................................................................................. 97

    A. Kesimpulan ............................................................................................ 97

    B. Saran ........................................................................................................ 98

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 103

  • xv

    DAFTAR TABEL

    2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 34

    3.1 Ringkasan Definisi Operasional Variabel ..................................................... 63

    4.1 Daftar Sampel Penelitian ............................................................................... 65

    4.2 Proses Seleksi Sampel ................................................................................... 66

    4.3 Pertumbuhan Aset ......................................................................................... 67

    4.4 Data Inflasi .................................................................................................... 68

    4.5 Non Performing Finance (NPF) .................................................................... 69

    4.6 Return on Asset (ROA) ................................................................................. 70

    4.7 Statistik Deskriptif ........................................................................................ 72

    4.8 Uji Chow ....................................................................................................... 76

    4.9 Uji Hausman ................................................................................................. 77

    4.10 Uji Normalitas Jarque-Bera......................................................................... 79

    4.11 Korelasi Variabel Independen ..................................................................... 80

    4.12 Uji White ..................................................................................................... 81

    4.13 Uji Breusch-Godfrey ................................................................................... 82

    4.14 Uji Breusch-Godfrey (Diferensi Pertama) .................................................. 83

    4.15 Hasil Regresi Linear Berganda ................................................................... 85

    4.16 Adjusted R-Square ...................................................................................... 88

    4.17 Uji Statistik t ............................................................................................... 90

    4.18 Uji F statistik ............................................................................................... 93

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    1.1 Pertumbuhan Jumlah BUS & UUS di Indonesia .......................................... 5

    1.2 Laju Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia ..................................... 6

    1.3 Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah dengan Perbankan

    Nasional......................................................................................................... 7

    1.4 Perbandingan Tingkat NPF Perbankan Syariah dengan NPL Perbankan

    Nasional......................................................................................................... 9

    1.5 Perbandingan ROA Perbankan Syariah dengan Perbankan Nasional........... 10

    2.1 Demand Pull Inflation ................................................................................... 22

    2.2 Cost Push Inflation ........................................................................................ 23

    2.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 40

    4.1 Pertumbuhan Aset ......................................................................................... 67

    4.2 Laju Inflasi .................................................................................................... 68

    4.3 Non Performing Finance (NPF) .................................................................... 69

    4.4 Return on Asset (ROA) ................................................................................. 70

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Muamalat Indonesia .... 103

    2. Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Mega Syariah ............... 104

    3. Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Negara Indonesia

    Syariah ............................................................................................................ 105

    4. Data Pertumbuhan Aset dan Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri ........... 106

    5. Data Inflasi (2011-2016) ................................................................................ 107

    6. Statistik Deskriptif .......................................................................................... 108

    7. Common Effect Model ................................................................................... 109

    8. Fixed Effect Model ......................................................................................... 110

    9. Random Effect Model .................................................................................... 111

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Islam datang ke dunia sebagai agama rahmatan lil ‘alamin yang

    memiliki makna agama yang membawa rahmat bagi semesta alam, bukan

    rahmat hanya untuk penganutnya saja. Oleh sebab itu konsep-konsep

    kehidupan di dunia yang ditawarkan oleh ajaran islam merupakan konsep

    ideal yang tidak hanya sekedar normatif tapi juga positif atau dapat

    diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, di mana apabila konsep tersebut

    diterapkan akan mendatangkan kebaikan bagi para pelakunya. Salah satu

    dari konsep-konsep kehidupan tersebut yaitu konsep ekonomi atau yang

    dikenal dengan istilah muamalah. Di tengah kepungan perbankan

    konvensional yang berbasis bunga dan juga sistem ekonomi moneter

    berbasis bunga, di mana ulama telah bersepakat bahwa sistem bunga itu

    sendiri serupa dengan riba, maka keberadaan lembaga perbankan yang

    sesuai dengan syariah menjadi sesuatu yang wajib diwujudkan.

    Upaya mewujudkan bank syariah pun telah membuahkan hasil di

    Indonesia. Hingga tahun 2016, keberadaan perbankan syariah di Indonesia

    genap sudah 25 tahun. Di mana hal ini diawali dengan berdirinya Bank

    Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia, yang

    merupakan hasil kerja tim perbankan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Akte

    pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1

  • 2

    November 1991, pada saat penandatanganan akte pendirian ini, terkumpul

    komitmen pembelian saham sebanyak Rp84 miliar. Pada tanggal 3

    november 1991, dalam acara silaturahmi presiden di Istana Bogor, total

    komitmen modal disetor awal sebesar Rp106.126.382. dana tersebut berasal

    dari presiden dan wakil presiden, sepuluh menteri kabinet pengembangan

    V, yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, Yayasan Dakab, Supersemar,

    Dharmais, Purna Bhakti Pertiwi, PT PAL, dan PT Pindad. Selanjutnya,

    Yayasan Dana Dakwah Pembangunan ditetapkan sebagai yayasan

    penopang Bank Syariah. Undang-undang yang mengatur kehadiran bank

    syariah di Indonesia adalah UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan.

    Undang-undang ini belum secara eksplisit mengatur mengenai bank

    syariah, selain memperkenalkan kehadiran bank dengan prinsip bagi hasil.

    Selanjutnya, keluarnya peratu ran pemerintah (PP) No. 72 tahun 1992

    tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Perkembangan bank syariah

    pasca-kehadiran UU No. 7 Tahun 1992 masih sangat lambat. Hal ini terlihat

    dari jumlah bank syariah yang tidak bertambah semenjak kehadiran Bank

    Muamalat Indonesia. (Arif, 2015:323)

    Di tengah kelesuan industri perbankan syariah yang dikarenakan

    masih tahap awal kemunculannya dan belum banyak diperhatikan, Bank

    Muamalat Indonesia pun harus mengalami ujian yang sangat berat yaitu

    krisis ekonomi yang melanda Indonesia di Tahun 1997-1998. Dimana Arif

    (2015:332) menjelaskan kirisis ekonomi yang melanda Indonesia pada

    pertengahan tahun 1997 berawal dari gejolak moneter di negara tetangga

  • 3

    sehingga nilai tukar rupiah mengalami depresiasi besar. Kebijakan uang

    ketat sebagai upaya untuk menahan tekanan depresiasi rupiah direspon oleh

    pasar dengan berkurangnya kepercayaan investor terhadap rupiah.

    Intervensi Bank Indonesia dalam bentuk menaikkan tingkat suku bunga SBI

    -sebagai upaya menahan tekanan terhadap pelemahan nilai tukar-

    mengakibatkan tingkat suku bunga perbankan. Hal ini menyebabkan

    ekonomi kekurangan likuiditas dan kegiatan dunia usaha menjadi stagnan.

    Gejolak ini merupakan konsekuensi logis dari lepasnya keterkaitan sektor

    moneter dengan sektor real. Uang tidak lagi hanya berfungsi sebagai alat

    tukar, tetapi telah menjadi barang komoditas sebagai akibat adanya motif

    spekulasi dari para pemegang uang. Dengan demikian, sektor moneter

    sering telah lebih maju dari pada sektor real yang mengakibatkan

    munculnya fenomena bubble economic, yaitu seakan-akan ekonomi

    mengalami pertumbuhan yang tinggi, tetapi tidak memiliki fondasi yang

    kuat sehingga apabila diterpa sedikit masalah, langsung goyah dan terbukti

    dengan adanya krisis ekonomi tahun 1997.

    Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di

    Indonesia mampu melewati ujian krisis ekonomi tersebut dengan baik. Hal

    ini membuka mata masyrakat terkait kelemahan sistem perbankan

    konvensional dan keunggulan sistem perbankan syariah. Selain itu

    kemampuan Bank Muamalat Indonesia tersebut juga menarik perhatian

    berbagai pihak baik itu pelaku industri keuangan maupun pemerintah. Hal

    ini terbukti dengan keluarnya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang

  • 4

    perbankan. Arif kembali menjelaskan (2015, hal. 333) Apabila dalam

    Undang-undang No. 7 tahun 1992 yang diakui hanya bank berdasarkan

    prinsip bagi hasil, dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 diakui

    perbankan syariah dalam sistem perbankan di Indonesia. Dengan demikian,

    sejak UU No. 10 tahun 1998 ini diberlakukan, Indonesia secara resmi

    menganut dual banking system dalam sistem perbankannya, yaitu

    perbankan konvensional dan perbankan syariah berdampingan dalam sistem

    perbankan di Indonesia.

    Kemampuan Bank Muamalat Indonesia dan pengakuan pemerintah

    terkait sistem perbankan syariah tersebut menarik perhatian para pelaku

    industri keuangan dan juga direspon positif oleh Industri, banyak pelaku

    industri keuangan khususnya perbankan yang melihat sistem perbankan

    syariah ini sebagai suatu peluang. Hal ini dapat terlihat dari munculnya

    bank-bank syariah baru, baik itu Bank Umum Syariah maupun Unit Usaha

    syariah pasca krisis ekonomi 1998.

  • 5

    Grafik 1.1

    Pertumbuhan Jumlah BUS & UUS di Indonesia

    Sumber : Asbisindo

    Seperti data yang dilansir oleh Asosiasi Bank Syariah Indonesia

    (asbisindo) di atas yang menampakkan pertumbuhan jumlah Bank Umum

    Syariah maupun Unit Usaha Syariah di Indonesia pasca reformasi hingga

    tahun 2014, data tersebut menunjukan bahwa industri Perbankan Syariah

    tumbuh secara agresif terutama sampai tahun 2011. Namun setelah tahun

    2011 pertumbuhan perbankan syariah dari sisi jumlah mengalami stagnansi.

    Hal ini juga sejalan dengan laju pertumbuhan aset, pembiayaan dan dana

    pihak ketiga (DPK) perbankan syariah.

  • 6

    Grafik 1.2

    Laju Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia

    Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK

    Setelah selama satu dekade mencuri perhatian banyak pihak dengan

    laju pertumbuhannya yang sangat cepat jauh di atas rata-rata laju

    pertumbuhan perbankan nasional, bahkan pernah mendapatkan predikat the

    fastest growing Industry. Industri perbankan syariah mengalami

    perlambatan laju pertumbuhan, grafik 1.2 memperlihatkan secara konsisten

    sejak 2012 hingga 2015 perbankan syariah baik dari sisi aset, pembiayaan,

    maupun dana pihak ketiga (DPK) terus mengalami perlambatan laju

    pertumbuhan. Dan dari sisi aset (grafik 1.3) pada tahun 2012 pertumbuhan

    aset perbankan syariah sebesar 34,1% dan mengalami perlambatan di tahun

    2013 dimana aset perbankan syariah hanya tumbuh sebesar 24,2% namun

    masih di atas laju pertumbuhan aset perbankan nasional yang hanya sebesar

    16,7% pada 2012 dan 16,2% pada 2013. Akan tetapi hal tersebut terus

    berlanjut hingga mencapai titik yang mengkhawatirkan dimana tercatat

    sejak Desember 2014 hingga juni 2015 laju pertumbuhan aset perbankan

  • 7

    syariah berada di bawah rata-rata laju pertumbuhan aset perbankan nasional.

    Yaitu aset perbankan syariah hanya tumbuh sebersar 12,4% di bawah

    pertumbuhan aset perbankan nasional yaitu sebesar 13,3% pada desember

    2014 dan berlanjut hingga juni 2015 tercatat pertumbuhan aset perbankan

    syariah hanya 8,1% hampir setengah dari pertumbuhan aset perbankan

    nasional yang mencapai 14,1%.

    Grafik 1.3

    Perbandingan Laju Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah dengan

    Perbankan Nasional

    Sumber: Asbisindo

    Terkait tren perlambatan laju pertubuhan perbankan syariah

    tersebut, Dalam roadmap Perbankan Syariah di Indonesia 2015-2019 yang

    dirilis oleh Otoritas Jasa Keuagan (OJK) dikatakan bahwa kondisi

    perekonomian nasional yang mengalami sedikit penurunan sebagai imbas

  • 8

    dari kondisi perekonomian global, juga berpengaruh terhadap perbankan

    nasional. Memang sesuatu yang tidak dapat dipungkiri meskipun perbankan

    syariah memiliki sistem tersendiri dalam menjalankan fungsi

    intermediasinya sebagai bank yang berbeda dengan perbankan

    konvensional, namun kondisi perekonominan nasional seperti salah satunya

    adalah tingkat inflasi juga dapat mempengaruhi laju pertumbuhan

    perbankan syariah.

    Dinno Indiano, Ketua Pengembangan Bisnis Asosiasi Bank Syariah

    Indonesia (Asbisindo) dalam presentasinya yang berjudul “Tantangan

    Perbankan Syariah 2016” menyampaikan bahwa perlambatan pertumbuhan

    perbankan syariah dalam 2 tahun terakhir pada dasarnya tidak hanya

    disebabkan oleh kondisi perekonomian Indonesia, akan tetapi juga akibat

    faktor internal pada industri perbankan syariah sendiri.

    Di antara faktor internal tersebut yang terindikasi menjadi penyebab

    perlambatan laju pertumbuhan perbankan syariah, salah satunya adalah

    Non-Performing Finance (NPF). Hal ini dikarenakan perlambatan laju

    pertumbuhan yang dialami perbankan syariah tiga tahun terakhir ini juga

    diikuti dengan semakin tingginya tingkat NPF. Bahkan seperti yang terlihat

    pada grafik 1.4, pada tahun 2013 NPF perbankan syariah berada di angka

    2,62% meningkat 0,4% dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 2,22%. Dan

    terjadi peningkatan yang signifikan pada desember 2014 yaitu NPF berada

    di angka 4,33%, dan terus konsisten tinggi hingga juni 2015 tercatat sebesar

    4,76%. Sejak desember 2014 tingkat NPF perbankan syariah ini jauh lebih

  • 9

    tinggi dua kali lipatnya jika dibandingkan dengan tingkat NPL perbankan

    nasional yang konsisten berada di kisaran 2%.

    Grafik 1.4

    Perbandingan Tingkat NPF Perbankan Syariah dengan NPL

    Perbankan Nasional

    Sumber: Asbisindo

    Pada dasarnnya salah satu faktor pendukung bagi Bank Syariah

    untuk dapat memperbesar asetnya adalah berasal dari laba yang dihasilkan

    oleh bank syariah itu sendiri. Karena semakin besar laba yang dihasilkan

    suatu perusahaan maka akan semakin besar pula kesempatan perusahaan

    tersebut melakukan ekspansi demi pertumbuhan usahanya. Salah satu

    indikator dalam melihat kemampuan bank syariah dalam menghasilkan laba

    adalah dengan melihat rasio return on asset (ROA). Dahlan (2005) dalam

    bukunya yang berjudul “Manajemen Lembaga Keuangan” menjelaskan

  • 10

    bahwa Rasio ini (ROA) memberikan informasi seberapa efisien suatu bank

    dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio ini mengindikasikan

    seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap

    rupiah asetnya.

    Grafik 1.5

    Perbandingan ROA Perbankan Syariah dengan Perbankan Nasional

    Sumber: Statistik Perbankan Syariah, OJK

    Pada grafik 1.5 terlihat jelas bagaimana kemampuan bank syariah

    dalam menghasilkan laba masih kalah dibandingkan dengan perbankan

    nasional. Hal ini diduga karena bank syariah dinilai belum cukup effisien

    dalam mengelola asetnya. Dan sejalan dengan laju pertumbuhan aset

    perbankan syariah (grafik 1.3), terjadi penurunan yang cukup signifikan

    pada 2014 namun berbeda pada tahun 2015 dimana ROA perbankan syariah

    3.11% 3.08%2.85%

    2.29%2.14% 2.00%

    0.79% 0.89%

    2012 2013 2014 2015 (juni)

    ROA Perbankan Nasional ROA Perbankan Syariah

  • 11

    menaik menjadi 0,89% namun laju pertumbuhan aset masih tetap

    mengalami perlambatan.

    Seperti yang telah dipaparkan, meskipun dari sisi jumlah, aset

    perbankan syariah terus tumbuh, namun secara persentase, pertumbuhan

    yang terjadi terus menurun di tiga tahun terkhir bahkan hingga berada di

    bawah rata-rata industri. Dimana fenomena perlambatan laju pertumbuhan

    aset perbankan syariah tersebut juga sejalan dengan tren negatif dari sisi

    NPF dan ROA. selain itu fenomena ini bertepatan dengan krisis ekonomi

    global yang berdampak pada kondisi ekonomi Indonesia. Oleh sebab itu,

    penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam,

    dengan mengangkat judul yaitu “Pengaruh Inflasi, Non Performing Finance

    dan Return on Asset terhadap Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di

    Indonesia (Studi Kasus: Bank Umum Syariah Nasional Devisa Periode

    2011-2016)”

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang

    dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Apakah inflasi, non-performing finance dan return on asset secara

    parsial dan juga secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan

    aset bank-bank umum syariah nasional devisa di Indonesia ?

  • 12

    2. Variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap

    pertumbuhan aset bank-bank umum syariah nasional devisa di

    Indonesia ?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari

    penelitian ini adalah:

    a. Menganalisa dan mengetahui secara parsial dan juga secara simultan

    pengaruh dari inflasi, non-performing finance dan return on asset

    terhadap pertumbuhan bank umum syariah di Indonesia.

    b. Menganalisa dan mengetahui variabel yang paling berpengaruh

    terhadap pertumbuhan bank umum syariah di Indonesia.

    2. Manfaat Penelitan

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

    pihak, di antaranya:

    a. Bagi Penulis

    Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk

    mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh

    dari bangku kuliah pada jenjang S1 Program Studi Perbankan

    Syariah. Penelitian ini juga menambahkan pengetahuan dan

  • 13

    pemahaman mengenai keuangan perbankan syariah terutama

    dari sisi pertumbuhan aset.

    b. Bagi Akademisi

    Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang perbankan

    syariah khusunya analisis faktor yang mempengaruhi

    pertumbuhan bank syariah. Penelitian ini diharapkan pula dapat

    menjadi salah satu bahan referensi bagi peneliti sendiri maupun

    bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang faktor

    yang mempengaruhi pertumbuhan bank syariah. Agar

    menghasilkan penelitian yang lebih baik.

    c. Bagi Pihak Lain

    Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dan

    sumbangsih untuk industri perbankan syariah berupa informasi

    yang dapat membantu manajemen dalam pengambilan

    keputusan untuk industri perbankan syariah yang lebih baik

    kedepannya.

  • 14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Perbankan Syariah

    a. Pengertian Bank Syariah

    Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

    masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

    masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka

    meningkatkan taraf hidup masyarakat (UU No 21 Tahun 2008

    tentang Perbankan Syariah pasal 1 angka 2). Masih dalam Undang-

    undang nomor 21 tahun 2008 dan pasal 1 disana juga menyebutkan

    pengertian bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan

    usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri

    dari atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat

    Syariah.

    Menurut PSAK No. 31 tentang Akuntansi Perbankan, Bank

    adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

    antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana, dengan pihak-

    pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi

    memperlancar lalu lintas pembayaran.

    Jenis-jenis perbankan di Indonesia dapat ditinjau dari

    berbagai segi antara lain (Kasmir, 2004):

  • 15

    1) Dilihat dari segi jenisnya Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998

    maka jenis perbankan terdiri dari:

    a) Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan

    usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip

    syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

    lintas pembayaran.

    b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang

    melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau

    berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

    memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

    2) Dilihat dari segi kepemilikannya, dibagi menjadi:

    a) Bank Milik Pemerintah merupakan bank yang akte pendirian

    maupun modalnya dimiliki pemerintah, sehingga seluruh

    keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah.

    b) Bank Milik Swasta Nasional merupakan bank yang seluruh

    besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte

    pendiriannya oleh swasta, begitu juga dengan pembagian

    keuntungannya diambil oleh swasta.

    c) Bank Milik Asing merupakan cabang dari bank yang terdapat

    di luar negeri, baik swasta maupun pemerintah.

    d) Bank Milik Campuran merupakan bank yang kepemilikan

    sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta

    nasional.

  • 16

    3) Dilihat dari segi statusnya:

    a) Bank Devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan

    transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata

    uang asing secara keseluruhan.

    b) Bank Non Devisa merupakan bank yang belum mempunyai

    izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa,

    sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya

    bank devisa.

    b. Fungsi Bank Syariah

    Bank umum sebagai lembaga intermediasi keuangan

    memberikan jasa-jasa keuangan. Secara garis besar fungsi dari bank

    syariah antara lain adalah sebagai berikut (Sofyan, 2006)

    1) Manajer Investasi

    2) Investor

    3) Jasa Keuangan

    4) Fungsi Sosial

    Dalam Menjalankan kegiatan usahanya bank syariah harus

    menghindari beberapa hal, yaitu (Muhammad, 2005):

    1) Menjauhkan diri dari unsur riba:

    a) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka

    secara pasti keberhasilan suatu usaha.

  • 17

    b) Menghindari penggunaan sistem persentase untuk

    pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan

    terhadap simpanan

    c) Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau

    penyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi

    lainnya.

    d) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka

    tambahan atas hutang yang bukan atas paksa yang

    mempunyai hutang secara sukarela.

    2) Menetapkan sistem bagi hasil dan perdagangan

    Dengan mengacu pada Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 275 dan

    An-Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah

    harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau

    transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dengan

    barang.

    2. Pertumbuhan Aset

    Aset atau aktiva adalah harta atau sumber ekonomi yang dimiliki

    perusahaan yang diharapkan memberikan manfaat dalam operasi

    perusahaan. Aset dimasukkan dalam neraca dengan saldo normal debit.

    Pengertian aset ini dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut:

    a. Menurut Accounting Principal Board (APB) dikemukakan bahwa :

    “kekayaan ekonomi perusahaan termasuk di dalam pembebanan

  • 18

    yang ditunda yang dinilai dan diakui sesuai prinsip akuntansi yang

    berlaku.”

    b. Financial Accounting Standard Board (FASB) memberikan definisi

    sebagai berikut: “aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi

    yang diperoleh atau dikuasi di masa yang akan datang oleh lembaga

    tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang lalu.”

    c. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa sesuatu

    dianggap sebagai aset jika di masa yang akan datang dapat

    diharapkan memberikan net cash inflow yang positif kepada

    perusahaan.

    Total aset adalah total dari keseluruhan harta yang dimiliki

    perusahaan atau lembaga keuangan yang digunakan sebagai penunjang

    operasional perusahaan atau lembaga keuangan tersebut.

    Pertumbuhan aset adalah pertumbuhan total aktiva lancar yang

    ditambah dengan pertumbuhan total aktiva tidak lancar. Aktiva lancar

    adalah uang kas dan aktiva yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau

    ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode

    berikutnya (paling lama satu tahun dalam perputaran kegiatan

    perusahaan yang normal).

    Aktiva dibagi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.

    Adapun yang termasuk dalam aktiva lancar adalah kas, investasi jangka

    pendek, piutang wesel, piutang dagang, persediaan, piutang

  • 19

    penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima, biaya yang

    dibayar dimuka. Sedangkan yang termasuk dalam aktiva tidak lancar

    adalah yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau

    tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan, seperti

    investasi jangka panjang, aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, beban

    yang ditangguhkan dan aktiva lain-lain.

    Menurut Brimigham dan Erhart (2006), perusahaan dengan tingkat

    pertumbuhan yang tinggi akan bergantung pada dana dari luar

    perusahaan dikarenakan dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi

    untuk mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian

    perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak

    menggunakan utang sebagai sumber pendanaannya daripada

    perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah.

    Pertumbuhan aset ini dapat didefinisikan sebagai perubahan atau

    tingkat pertumbuhan tahunan dari total aset. Asset Growth secara

    sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

    𝑃𝐴 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡) − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡 − 1)

    𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 (𝑡 − 1) × 100

    Keterangan

    PA = Pertumbuhan Aset

    TA = Total Aset periode t

    TAt-1 = Total Aset untuk periode t-1

  • 20

    Pertumbuhan suatu bank sangat dipengeruh oleh tingkat kesehatan

    bank tersebut. Untuk mengukur pertumbuhan suatu bank, ada beberapa

    parameter yang dijadikan sebagai tolak ukur. Bank Indonesia

    menjadikan tujuh hal sebagai indikator utama perbankan yaitu

    (Cleopatra, 2008):

    a. Total Aset, yaitu keseluruhan harta yang dimiliki oleh perbankan.

    b. Dana Pihak Ketiga (DPK), dana yang berhasil dihimpun perbankan.

    c. Earning, atau pendapatan perbankan

    d. CAR, Capital Adequacy Ratio yaitu persentasi kecukupan modal

    untuk menutup berbagai risiko, terutama risiko pasar dan risiko

    pembiayaan.

    e. Non Performing Financing/Loan (NPF/NPL), persentase jumlah

    kredit/pembiayaan yang tidak dapat dikembalikan debitur .

    f. Return on Asset (ROA), persentase pendapatan terhadap aset

    perbankan.

    g. Financing to Deposit Ratio (FDR)/Loan to Deposit Ratio (LDR)

    atau rasio pembiayaan terhadap total dana pihak ketiga yang dapat

    dihimpun

    3. Inflasi

    a. Pengertian Inflasi

    Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang memiliki

    dampak luas terhadap variabel makroekonomi lainnya secara

  • 21

    agregat dan juga berperan dalam mempengaruhi mobilisasi dana

    melalui lembaga keuangan formal. Dalam banyak sumber dijelaskan

    bahwa, inflasi merupakan kenaikan harga secara umum, terjadi

    terus-menerus dari suatu perekonomian (Nurul Huda, 2008).

    Menurut Sukirno (Makroekonomi Modern, 2004) inflasi adalah

    kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu

    perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan

    tingkat inflasi adalah persentase kenaikan harga-harga pada suatu

    tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.

    Menurut Dornbusch dan Fischer (2004:6), inflasi adalah

    suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara

    terus-menerus. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan

    semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin

    merosotnya nilai riil mata uang suatu negara (Khalwaty, 2000)

    Menurut Boediono (2000:161) “inflasi adalah

    kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan

    terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak

    disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada

    sebagian besar dari harga barang-barang lain.”

    Menurut Manurung dan Rahardja (2004:165) Inflasi adalah

    kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-

    menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi

    agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu:

  • 22

    1) Kenaikan Harga

    2) Bersifat Umum

    3) Berlangsung Terus-Menerus

    b. Macam-Macam Inflasi

    Menurut Boediono (2000:162) inflasi dapat digolongkan

    menjadi dua golongan, golongan pertama didasarkan pada “parah”

    atau tidaknya inflasi tersebut, yaitu:

    1) Inflasi Ringan (di bawah 10% setahun)

    2) Inflasi Sedang (antara 10-30% setahun)

    3) Inflasi Berat (antara 30-100% setahun)

    4) Hiperinflasi (di atas 100% setahun)

    Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari

    inflasi. Atas dasar ini dibedakan 2 macam inflasi: (Boediono, 2000)

    1) Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagi

    barang terlalu kuat. Inflasi ini disebut demand pull inflation.

    Gambar 2.1

    Demand Pull Inflation

  • 23

    Gambar tersebut menunjukan demand pull inflation. Karena

    permintaan masyarakat akan barang-barang (agregate demand)

    bertambah (misalkan, karena bertambahnya pengeluaran

    pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau

    kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor,

    atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit

    yang murah), maka kurva agregate demand bergeser dari D1 ke

    D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari P1 ke P2.

    2) Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, ini disebut

    cost push inflation.

    Gambar 2.2

    Cost Push Inflation

    Gambar tersebut menunjukkan cost push inflation, yaitu jika

    biaya produksi naik (misalkan karena kenaikan harga sarana

    produksi yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan

  • 24

    bahan bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat

    (agregate supply) bergeser dari S1 ke S2.

    c. Dampak Inflasi

    Menurut Sukirno (2004:338), efek-efek buruk dari inflasi

    yaitu sebagai berikut:

    1) Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

    Inflasi Yang tinggi akan menggalakkan perkembangan

    ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan

    produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal

    biasanya lebih menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.

    Investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi

    akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak penganggurana

    akan terwujud.

    2) Inflasi dan Kemakmuran Rakyat

    Di samping menimbulkan efek buruk atas kegiatan ekonomi

    negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap

    individeu dan masyarakat.

    3) Inflasi akan Menurunkan Pendapatan Riil Orang-orang yang

    Berpendapatan Tetap.

    Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan

    harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-

  • 25

    individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli

    masyarakat juga akan menurun.

    4) Inflasi akan Mengurangi Nilai Kekayaan Perusahaan dan

    Masyarakat yang Berbentuk Uang.

    Sebagian kekayaan perusahaan dan masyarakat dalam

    bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan

    dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan

    keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.

    5) Memperburuk Pembagian Kekayaan.

    Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan

    menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pendapatnnya, dan

    pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan

    dalam nilai riil kekayaannya. Sebagian penjual/pedagang dapat

    mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian

    inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan

    berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan

    penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.

    Menurut para ekonom islam (Karim, 2007), inflasi berakibat

    sangat buruk bagi perekonomian karena:

    1) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama

    terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran

    di muka, dan fungsi dari unit perhitungan. Orang harus melepas

    diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi

  • 26

    tersebut. Inflasi juga mengakibatkan terjadinya inflasi kembali,

    atau dengan kata lain ‘self feeding inflation’

    2) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung

    dari masyarakat (turunnya marginal propensity to save)

    3) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk

    non-primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal

    propensity to consume)

    4) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu

    penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan,

    logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi

    ke arah produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan,

    transportasi, dan lainnya.

    4. Non Performing Finance (NPF)

    Dalam Kamus Bank Indonesia, Non Performing finance (NPF)

    adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiayaan yang

    berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan menurut

    Sudarsono (2008:123), pembiayaan non lancar atau yang dikenal

    dengan istilah non performing finance (NPF) dalam perbankan syariah

    adalah jumlah kredit yang tergolong lancar yaitu dengan kualitas kurang

    lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia

    tentang aktiva produktif.

  • 27

    Menurut Veithzal (2007:477), yang dimaksud dengan non

    performing finance (NPF) atau pembiayaan bermasalah adalah

    pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau

    memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian

    pokok atau bagi hasil yang bermasalah, pembiayaan yang memiliki

    timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank, pembiayaan yang

    termasuk golongan dalam perhatian khusus, diragukan dan macet serta

    golongan lancar berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.

    Rasio non performing finance (NPF) dapat dirumuskan sebagai berikut:

    𝑁𝑃𝐹 = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ

    𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 x 100%

    Menurut Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember

    2001 Lampiran 14, non performing financing (NPF) diukur dari rasio

    perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang

    diberikan. Non performing finance (NPF) yang tinggi akan

    memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.

    Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan

    bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin

    besar. Oleh karena itu, bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan

    operasionalnya dan juga mencadangkan kas untuk berjaga-jaga atas

    risiko kredit macet. Sehingga akan menghambat keinginan bank untuk

    ekspansi dan memperbesar asetnya. Kredit dalam hal ini adalah kredit

  • 28

    yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank

    lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar

    (KL), diragukan (D) dan macet (M). Sesuai dengan aturan yang telah

    ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya Non Performing Finance

    (NPF) yang baik adalah di bawah 5%.

    5. Return on Asset (ROA)

    Profitabilitas merupakan hal penting untuk mengetahui

    perkembangan suatu perusahaan karena dengan profitabilitas

    manajemen dapat mengukur kemampuan dan kesuksesan perusahaan

    dalam menggunakan aktivanya. Bank yang sehat adalah bank yang

    diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat di atas

    standar yang ditetapkan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu

    perusahaan untuk memperoleh pendapatan di atas biaya-biaya yang

    diperhitungkan. Menurut Gitman (2003) pada buku yang berjudul

    Principal of Managerial Finance menjelaskan Bahwa: “Profitability is

    the relationship between revenues and cost generated by using the

    firm’s asset-Both current and fixed- in productive activities”.

    Menurut Rodoni dan Ali (2014:192) profitabilitas perusahaan akan

    mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan

    pembiayaan dari luar. Profitabilitas atau rentabilitas bank adalah alat

    untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan

    profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.

  • 29

    Rasio Return on Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas perusahaan

    yang diukur dengan membandingkan laba bersih dengan total aset

    perusahaan untuk mengukur efektivitas penggunaan aset perusahaan.

    (Houston, 2001). Rasio Return on Asset (ROA) memberikan informasi

    seberapa efisien bank dalam melakukan kegiatan usahanya, karena rasio

    ROA mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh

    bank tersebut maka semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan

    asetnya (Siamat, 2005). Sedangkan menurut Bank Indonesia, Return on

    Asset (ROA) rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan

    keuangan. Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang

    diperoleh dari penggunaan aset dapat mencerminkan tingkat efisiensi

    suatu bank.

    B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

    1. Hubungan Inflasi dengan Pertumbuhan Aset

    Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin

    melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai

    riil mata uang suatu negara (Khalwaty, 2000). Inflasi juga merupakan

    fenomena ekonomi yang memiliki dampak luas terhadap variabel

    makroekonomi lainnya secara agregat dan juga berperan dalam

    mempengaruhi mobilisasi dana melalui lembaga keuangan formal.

    Salah satu dampak inflasi yang dikemukakan Sukirno dalam

    bukunya yang berjudul Teori Pengantar Makroekonomi (2004:338)

  • 30

    yaitu inflasi yang tinggi akan menggalakkan perkembangan ekonomi.

    Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat

    tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih

    menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan

    berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Hal ini tentu

    sangat berkaitan dengan Bank Syariah khususnya dari sisi aset dimana

    aset perbankan syariah didominasi oleh investasi produktif dalam

    bentuk pembiayaan. Ketika tingkat inflasi tinggi maka daya beli

    masyarakat akan menurun ketika daya beli masyarakat turun maka

    konsumsi akan juga menurun dan kegiatan usaha akan lesu hal ini

    menyebabkan permintaan akan pembiayaan bank syariah menurun

    sehingga bank syariah juga akan mengalami kesulitan dalam

    mengembangkan aset nya serta berpotensi mengalami perlambatan

    pertumbuhan aset.

    Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Ida Syafrida &

    Indianik Aminah (2015) yang menyatakan inflasi sebagai faktor

    eksternal yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan bank syariah.

    dan juga penelitian dari Deden Faturrahman (2013) yang menyatakan

    inflasi memiliki pengaruh yang signifikan serta memiliki hubungan

    yang sangat kuat dengan pertumbuhan total aset perbankan syariah

    selama periode penelitian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

    sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

  • 31

    a. H01: Tidak terdapat pengaruh signifikan Inflasi terhadap

    pertumbuhan aset (Asset Growth).

    b. Ha1: Terdapat pengaruh signifikan Inflasi terhadap pertumbuhan aset

    (Asset Growth).

    2. Hubungan Non-Performing Finance dengan Pertumbuhan Aset

    Non-Performing Finance (NPF) atau pembiayaan bermasalah

    adalah pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau

    memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian

    pokok atau bagi hasil yang bermasalah, pembiayaan yang memiliki

    timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank, pembiayaan yang

    termasuk golongan dalam perhatian khusus, diragukan dan macet serta

    golongan lancar berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian

    (Rivai, 2007)

    Menurut surat edaran BI No.3/30/DPNP tangggal 14 Desember

    2001 Lampiran 14, non performing finance (NPF) diukur dari rasio

    perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang

    diberikan. Non performing Finance (NPF) yang tinggi akan

    memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.

    Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan

    bank yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin

    besar. Hal ini berdampak pada bank harus menanggung kerugian dalam

    kegiatan operasionalnya dan juga mencadangkan kas untuk berjaga-jaga

  • 32

    atas risiko pembiayaan macet. Sehingga akan menghambat keinginan

    bank untuk ekspansi dan memperbesar asetnya.

    Hal ini sejalan dengan penelitian dari Zakaria Arrazy (2015), Nur

    Awwalunnisa (2016) dan Deden Faturrahman (2013) yang menyatakan

    bahwa NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan total

    aset perbankan syariah di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah

    dilakukan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian

    ini adalah sebagai berikut:

    a. H02: Tidak terdapat pengaruh signifikan Non Performing Finance

    terhadap pertumbuhan aset (Asset Growth).

    b. Ha2: Terdapat pengaruh signifikan Non Performing Finance

    terhadap pertumbuhan aset (Asset Growth).

    3. Hubungan Return on Asset dengan Pertumbuhan Aset

    Sebagai salah satu dari rasio yang menunjukkan profitabilitas suatu

    perusahaan dalam hal ini adalah bank, Return on Asset (ROA)

    memberikan informasi seberapa efisien bank dalam melakukan kegiatan

    usahanya, karena rasio ROA mengindikasikan seberapa besar

    keuntungan yang dapat diperoleh bank tersebut maka semakin baik pula

    posisi bank dari segi penggunaan asetnya (Siamat, 2005). Dimana profit

    yang dihasilkan bank dapat menjadi salah satu sumber modal bagi bank

    syariah dalam memperbesar asetnya, di samping itu sebagaimana

    Menurut Rodoni dan Ali (2014:192) profitabilitas perusahaan akan

  • 33

    mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan

    pembiayaan dari luar. dalam kaitannya dengan bank syariah

    pembiayaan dari luar yaitu yang berasal dari dana pihak ketiga ataupun

    investor yang membeli surat berharga yang dikeluarkan oleh bank

    syariah tersebut, dimana dana yang diperoleh dapat digunakan untuk

    memperbesar aset bank.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin baik tingkat profitabilitas

    bank yang dilihat dari semakin tingginya rasio return on asset akan

    berdampak pada semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan aset dari bank

    tersebut, dimana hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Deden Fathurrahman (2013) yang menyatakan secara simultan ROA,

    NPF, inflasi, GDP dan bunga simpanan bank konvensional/ deposito

    memiliki pengaruh yang signifikan serta memiliki hubungan yang

    sangat kuat dengan pertumbuhan total aset perbankan syariah.

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka

    hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. H03: Tidak terdapat pengaruh signifikan Retrun on Asset terhadap

    pertumbuhan aset (Asset Growth).

    b. Ha3: Terdapat pengaruh signifikan Retrun on Asset terhadap

    pertumbuhan aset (Asset Growth).

  • 34

    C. Penelitian Terdahulu

    Penelitan yang dilakukan dalam skripsi ini merupakan tindak lajut

    dari penlitian sebelumnya yang terkait, dan dapat berfungsi sebagai

    pengembangan, penyempurnaan, ataupun penegasan dari penelitian-

    penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil dari penelitian-penelitian

    terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat

    dalam tabel 2.1.

    Tabel 2.1

    Penelitian Terdahulu

    No Nama dan

    Tahun Terbit Judul Penelitian

    Model

    Analisis

    Hubungan dengan Skripsi

    Penulis Hasil

    Penelitian Persamaan Perbedaan

    1

    Zakaria

    Arrazy

    (2015)

    UIN Syarif

    Hidayatullah

    Jakarta

    Pengaruh DPK,

    FDR, NPF

    Terhadap

    Pertumbuhan

    Aset Bank

    Umum Syariah

    (BUS) di

    Indonesia

    Tahun 2010-

    2014

    Regresi

    Linier

    Berganda

    Variabel

    Independen

    yaitu NPF

    dan Variabel

    Dependen

    Pertumbuhan

    Aset, serta

    Alat yang

    digunakan

    Regresi

    Linier

    berganda

    Peneliti tidak

    menggunakan

    variabel DPK

    dan FDR

    serta Objek

    penelitan

    sekarang

    hanya Bank

    Umum

    Syariah

    Nasional

    Devisa

    DPK, FDR dan

    NPF secara

    simultan

    berpengaruh

    signifikan

    terhadap

    pertumbuhan

    aset dengan

    nilai

    probabilitas

    masing-masing

    lebih kecil dari

    0,05 pada

    sedangkan

    DPK, FDR dan

    NPF secara

    parsial

    berpengaruh

    signifikan

    terhadap PA

  • 35

    No Nama dan

    Tahun Terbit Judul Penelitian

    Model

    Analisis

    Hubungan dengan Skripsi

    Penulis Hasil

    Penelitian Persamaan Perbedaan

    2 Ida Syafrida

    & Indianik

    Aminah

    (2015)

    PNJ

    Faktor

    Perlambatan

    Pertumbuhan

    Bank Syariah

    di Indonesia

    dan Upaya

    Penanganannya

    Deskriptif

    Kualitatif

    dan

    Analisis

    Regresi

    Linier

    Berganda

    Variabel

    Independent

    yaitu Inflasi

    dan Variabel

    Dependent

    yaitu

    Pertumbuhan

    Aset

    Alat yang

    diguanakan

    oleh peneliti

    hanya analisis

    regresi

    berganda

    tanpa

    deskriptif

    kualitatif

    Jumlah

    pembiayaan

    UMKM,

    Jumlah

    pembiayaan

    murabahah dan

    banyaknya

    jaringan kantor

    (faktor

    internal) serta

    IHSG, kurs

    IDR/USD dan

    Inflasi (faktor

    eksternal)

    signifikan

    mempengaruhi

    pertumbuhan

    bank syariah.

    3 Deden

    Faturrahman

    (2013)

    Universita

    Widyatama

    Analisis

    Faktor-Faktor

    yang

    Mempengaruhi

    Pertumbuhan

    Total Aset

    Perbankan

    Syariah di

    Indonesia

    Periode

    Penelitian

    2008-2012

    Metode

    Deskriptif

    dan Metode

    Verifikatif

    Variabel

    dependen

    yaitu

    pertumbuhan

    aset dan

    Variabel

    independen

    yaitu ROA,

    NPF dan

    Inflasi

    Metode yang

    digunakan

    peneliti

    sekarang

    adalah regresi

    linier

    berganda dan

    Objek

    penelitian

    hanya bank

    umum syariah

    nasional

    devisa

    Secara

    simultan ROA,

    NPF, inflasi,

    GDP dan

    bunga

    simpanan bank

    konvensional/

    deposito

    memiliki

    pengaruh yang

    signifikan serta

    memiliki

    hubungan yang

    sangat kuat

    dengan

    pertumbuhan

    total aset

    perbankan

    syariah selama

    periode

    penelitian.

    Sedangkan

    secara parsial

    NPF, GDP dan

    bunga

    simpanan bank

    konvensional/

    deposito

  • 36

    No Nama dan

    Tahun Terbit Judul Penelitian

    Model

    Analisis

    Hubungan dengan Skripsi

    Penulis Hasil

    Penelitian Persamaan Perbedaan

    memiliki

    pengaruh yang

    signifikan

    terhadap

    pertumbuhan

    total aset

    perbankan

    syariah selama

    periode

    penelitian.

    4 Ida Syafrida

    &

    Ahmad

    Abror

    (2011)

    PNJ

    Faktor-Faktor

    Internal dan

    Eksternal yang

    Mempengaruhi

    Pertumbuhan

    Aset Perbankan

    Syariah di

    Indonesia

    Regresi

    Linier

    Berganda

    Variabel

    Dependen

    yaitu

    pertumbuhan

    aset

    perbankan

    syariah dan

    variabel

    independen

    yaitu NPF

    Peneliti tidak

    menggunakan

    variabel

    jumlah kantor

    bank syariah,

    rasio FDR,

    biaya promosi

    dan office

    chaneling,

    serta Objek

    penelitan

    sekarang

    hanya Bank

    Umum

    Syariah

    Nasional

    Devisa

    Faktor yang

    mempengaruhi

    pertumbuhan

    aset perbankan

    syariah adalah

    jumlah kantor,

    rasio FDR, dan

    biaya promosi

    5 Nur

    Awwalunnisa

    (2016)

    UNAIR

    Determinasi

    Pertumbuhan

    Aset Perbankan

    Syariah di

    Provinsi Nusa

    Tenggara Barat

    Uji Korelasi

    Pearson dan

    Analisis

    Regresi

    Linier

    Berganda

    Variabel

    Independen

    yaitu NPF,

    dan Tingkat

    Inflasi, serta

    variabel

    dependen

    yaitu

    pertumbuhan

    aset

    perbankan

    syariah

    Peneliti tidak

    menggunakan

    variabel

    jumlah kantor

    bank syariah,

    equivalent

    rate,

    pembiayaan,

    FDR, produk

    domestik

    regional bruto

    dan tingkat

    suku bunga

    perbankan

    konvensional

    Variabel

    jumlah kantor

    bank syariah,

    Finance to

    Deposit Ratio

    (FDR), Non

    Performing

    Finance (NPF)

    dan suku

    bunga

    perbankan

    konvensional

    secara parsial

    maupun

    simultan

    memiliki

    pengaruh yang

    signifikan

    terhadap

    pertumbuhan

  • 37

    No Nama dan

    Tahun Terbit Judul Penelitian

    Model

    Analisis

    Hubungan dengan Skripsi

    Penulis Hasil

    Penelitian Persamaan Perbedaan

    aset perbankan

    syariah di

    provinsi Nusa

    Tenggara Barat

    6 Diamantin

    Rohadatul

    Aisy

    (2016)

    UNAIR

    Pengaruh

    Faktor

    Eksternal dan

    Internal

    terhadap

    Pertumbuhan

    Aset Bank

    Syariah di

    Indonesia tahun

    2006-2015

    Partial

    Least

    Square

    Variabel

    dependen

    yaitu

    Pertumbuhan

    Aset

    Perbankan

    Syariah dan

    Variabel

    Independen

    yaitu Inflasi

    dan ROA

    Peneliti tidak

    menggunakan

    variabel

    pertumbuhan

    GDP, BI rate,

    jumlah uang

    beredar, FDR,

    DPK dan

    jumlah kantor

    serta layanan

    syariah

    Baik faktor

    internal

    maupun faktor

    eksternal tidak

    memiliki

    pengaruh yang

    signifikan

    terhadap

    pertumbuhan

    aset perbankan

    syariah di

    Indonesia

    7 M. Nur

    Rianto Al-

    Arif

    (2014)

    UIN Syarif

    Hidayatullah

    Jakarta

    Office

    Channeling and

    Its Impact on

    the Growth of

    Indonesian

    Islamic

    Banking

    Industri

    Ordinary

    Least

    Square/OLS

    regression

    Variabel

    dependen

    yaitu

    pertumbuhan

    aset bank

    syariah dan

    variabel

    Independen

    yaitu NPF

    Peneliti

    sekarang

    tidak

    menggunakan

    variabel

    dummy

    berupa office

    channeling

    dan hanya

    mengukur

    pertumbuhan

    aset

    Office

    Channeling

    tidak memiliki

    pengaruh

    terhadap

    Pertumbuhan

    Bank syariah

    yang diukur

    berdasarkan

    pertumbuhan

    aset dan

    pertumbuhan

    DPK

  • 38

    No Nama dan

    Tahun Terbit Judul Penelitian

    Model

    Analisis

    Hubungan dengan Skripsi

    Penulis Hasil

    Penelitian Persamaan Perbedaan

    8 Fathia

    (2015)

    Universitas

    Syiah

    Kuala

    Pengaruh Dana

    Pihak ke Tiga,

    Jumlah Kantor

    Bank (JKB),

    dan

    Pembiayaan

    Tergadap

    Pertumbuhan

    Aset pada

    Perbankan

    Syariah

    Analisis

    Regresi

    Berganda

    Variabel

    Dependen

    yaitu

    Pertumbuhan

    Aset

    Peneliti

    menggunakan

    variabel

    independen

    yaitu ROA,

    inflasi dan

    NPF

    DPK, JKB dan

    pembiayaan

    secara

    bersama-sama

    berpengaruh

    terhadap

    pertumbuhan

    aset. Secara

    parsisal DPK,

    JKB, dan

    pembiayaan

    berpengaruh

    positif terhadap

    pertumbuhan

    aset.

    9 Salman

    Ahmed

    Shaikh

    (2013)

    MPRA

    Determinants

    of Islamic

    Banking

    Growth in

    Pakistan

    Statistik

    inferensial

    dan

    deskriptif

    Variabel

    Dependen

    yaitu

    Pertumbuhan

    aset.

    Peneliti

    menggunakan

    metode

    analisis

    regresi

    berganda. dan

    variabel

    independen

    yaitu inflasi,

    ROA dan

    NPF.

    Pertumbuhan

    aset

    berhubungan

    secara positif

    dengan rasio

    profitabilitas

    dan juga

    Pertumbuhan

    deposito

    memiliki

    pengaruh

    positif terhadap

    pertumbuhan

    aset

  • 39

    No Nama dan

    Tahun Terbit Judul Penelitian

    Model

    Analisis

    Hubungan dengan Skripsi

    Penulis Hasil

    Penelitian Persamaan Perbedaan

    10 Ellyn Herlia

    Nur Hidayah

    (2008), UI

    Faktor yang

    Mempengaruhi

    Pertumbuhan

    Aset Perbankan

    Syariah

    Regresi

    Linier

    Berganda

    Variabel

    Dependen

    yaitu

    Pertumbuhan

    Aset dan

    variabel

    independen

    yaitu NPF

    dan ROA

    Peneliti tidak

    menggunakan

    variabel DPK

    dan SBI serta

    Objek

    penelitan

    sekarang

    hanya Bank

    Umum

    Syariah

    Nasional

    Devisa

    Faktor yang

    mempengaruhi

    pertumbuhan

    aset perbankan

    syariah adalah

    dana pihak

    ketiga dan SBI.

    Variabel non

    performing

    finance dan

    return on asset

    berdasarkan

    hasil penelitian

    ternyata tidak

    signifikan

    Sumber : diambil dari berbagai sumber

    D. Kerangka Pemikiran

    Kerangka berfikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh

    data kemudian mengolah data tersebut dan menginterpretasikan hasil data

    yang telah diolah. Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti

    mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek

    yang akan diteliti adalah Inflasi, Non Performing Finance (NPF) dan Return

    on Asset (ROA) sebagai variabel independen. Sedangkan yang akan

    menjadi variabel dependen adalah pertumbuhan aset (asset growth).

  • 40

    Gambar 2.3

    Kerangka Pemikiran

  • 41

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausalitas, dimana

    penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara

    dua variabel atau lebih. Penelitian ini menguji pengaruh Inflasi, Non

    Performing Finance (NPF) dan Return on Asset (ROA) terhadap

    Pertumbuhan Aset Bank Umum Syariah. Penelitian ini menggunakan data

    sekunder yang didapatkan dari Laporan Keuangan Bank Umum Syariah

    Nasional Devisa yang dipublikasikan untuk umum periode 2011-2016.

    Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan data panel

    triwulan I tahun 2011 sampai triwulan IV tahun 2016. Data penelitian yang

    mencakup data periode 2011 sampai 2016 dipandang cukup mewakili

    kondisi perbankan syariah saat itu dan indikator-indikator keuangan

    perbankan syariah pada periode itu.

    B. Metode Penentuan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan individu atau objek yang diamati atau

    ukuran yang diperoleh dari seluruh individu atau objek yang terkait

    (Douglas, 2014). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah

    laporan keuangan triwulan seluruh Bank Umum Syariah Devisa yang

  • 42

    terdaftar di Bank Indonesia selama periode Triwulan I 2011 sampai

    Triwulan IV 2016.

    2. Sampel

    Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, di mana hanya

    sebagian populasi saja yang diambil untuk menentukan sifat dan ciri

    yang dikehendaki dari suatu populasi (Siregar, Metode Penelitian

    Kuantitatif, 2014). Metode penentuan sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah Purposive sampling. Menurut Sofyan Siregar

    (2011:148), Purposive sampling adalah teknik penelitian sampel

    berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Tujuan penelitian ini adalah

    menganalisis Inflasi, Non Performing Finance dan Return on Asset

    terhadap pertumbuhan aset bank umum syariah devisa yang terdaftar di

    Bank Indonesia. Sampel penelitian ini diambil dari laporan keuangan

    bank syariah triwulan selama periode triwulan I 2011 sampai dengan

    triwulan IV 2016. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini sebagai berikut:

    a. Perusahaan tersebut adalah termasuk Bank Umum Syariah yang

    terdaftar di Bank Indonesia sebagai Bank Devisa.

    b. Perusahaan yang diteliti merupakan Bank Syairah Devisa, yang

    mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap di website

    masing-masing Bank Syariah Devisa, sejak periode 2010 sampai

    dengan desember 2016.

  • 43

    c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut

    selama periode penelitian dan memiliki variabel-variabel yang

    dibutuhkan dalam penelitian ini.

    d. Perusahaan berstatus sebagai bank devisa selama periode penelitian.

    Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka sampel yang

    diperoleh untuk penelitian ini terdapat 4 Bank Umum Syariah Devisa

    yang sesuai dengan kriteria di atas, yaitu:

    1) Bank Muamalat Indonesia

    2) Bank Syariah Mandiri

    3) Bank Negara Indonesia Syariah

    4) Bank Mega Syariah

    C. Metode Pengumpulan Data

    Jenis data yag digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

    Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

    secara tidak langsung melalui media perantara yang dicatat oleh pihak lain.

    Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang

    telah tersusun dalam data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak

    dipublikasikan. Peneliti memperoleh data-data penelitian yang bersumber

    dari:

    1. Penelitian Pustaka (library research)

    Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang

    sedang diteliti melalui buku, artikel, jurnal, laporan penelitian, tesis,

  • 44

    seminar, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan penelitian

    ini.

    2. Penelitian Data Sekunder

    Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan

    dari laporan keuatngan dari masing-masing Bank Umum Syariah

    Devisa selama periode triwulan maret 2011, 2012, 2013, 2014, 2015

    sampai dengan desember 2016 yang bisa dilihat dari situs masing-

    masing perusahaan sampel, kemudian dicatat dan diolah sendiri dari

    data yang sudah tersedia.

    D. Metode Analisis Data

    Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode

    kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk

    angka. Sesuai dengan bentuknya data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis

    dengan menggunakan teknik perhitungan statistik (Siregar, 2014:38).

    Sedangkan untuk menguji hipotesis dari variabel menggunakan teknik

    analisis regresi. Regresi digunakan untuk mengukur hubungan antara dua

    variabel atau lebih selain itu menunjukkan arah hubungan antara variabel

    dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2013:96). Terdapat dua

    jenis analisis regresi yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier

    berganda karena jumlah variabel bebas (independent) yang digunakan lebih

    dari satu yang mempengaruhi satu variabel terikat (dependent). Input data

    dilakukan dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2013,

  • 45

    pengolahan dan analisis data penelitian ini menggunakan Software Eviews

    9. untuk menjelaskan hubungan variabel independen dan variabel dependen.

    1. Statistik Deskriptif

    Statistik deskriptf memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

    yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum,

    minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).

    Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi

    yang lebih jelas dan mudah dipahami. Statistik deskriptif digunakan

    untuk mengembangkan profil perusahaan yang menjadi sampel.

    Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peningkatan

    data, serta penyajian hasil peningkatan tersebut. (Ghozali, 2011)

    2. Penentuan Model Regresi

    Salah satu bentuk yang paling sering digunakan dalam studi

    ekonometrika adalah data panel. Data dengan karakteristik panel adalah

    data yang berstruktur urut waktu sekaligus cross section. Data semacam

    ini dapat diperoleh misalnya dengan mengamati serangkaian observasi

    cross section (antarindividu) pada suatu periode tertentu (Ariefianto,

    2012). Secara umum dengan menggunakan data panel kita akan

    menghasilkan intersep dan slope koefisien yang berbeda pada setiap

    perusahaan dan setiap periode waktu. Oleh karena itu dalam

    mengestimasi persamaan akan sangat tergantung dari asumsi yang kita

    buat teentang intersep, koefisien slope dan variabel ganguannya.

    Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan dalam mengestimasi

  • 46

    model regresi dengan data panel, yaitu pooling least square (common

    effect), pendekatan efek tetap (fixed effect), dan pendekatan efek random

    (random effect).

    a. Common Effect Model

    Common efferct merupakan model teknik yang paling

    sederhana, yaitu dengan mengansumsikan bahwa data gabungan

    yang ada, menunjukkan kondisi yang sesungguhnya. Hasil analisis

    regresi dianggap berlaku pada semua objek pada semua waktu.

    Kelemahan asumsi ini adalah ketidaksesuaian model dengan

    keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap objek saling berbeda,

    bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat berbeda dengan

    kondisi objek tersebut pada waktu yang lain (Winarno, 2011).

    b. Fixed Effect Model

    Fixed effect atau efek tetap adalah suatu model yang dapat

    menunjukkan perbedaan konstanta antarobjek, meskipun dengan

    koefisien regresor yang sama. Efek tetap di sini maksudnya adalah

    bahwa satu objek, memiliki konstanta yang tetap besarnya untuk

    berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien

    regresinya, tetap besarnya dari waktu ke waktu (time invariant).

    Untuk membedakan satu objek dengan objek lainnya digunakan

    variabel semu (dummy). Oleh karena itu, model ini sering juga

    disebut dengan Least Squares Dummy Variables atau disingkat

    LSDV (Winarno, 2011).

  • 47

    c. Random Effect Model

    Efek random digunakan untuk mengatasi kelemahan metode

    efek tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model

    mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu,

    metode efek random menggunakan residual, yang diduga memiliki

    hubungan antarwaktu dan antarobjek. Namun untuk menganalisis

    dengan metode efek random ini ada satu syarat, yaitu objek data

    silang harus lebih besar daripada banyaknya koefisien (Winarno,

    2011).

    Penentuan model terbaik antara common effect, fixed effect, dan

    random effect menggunakan dua teknik estimasi model. Dua teknik ini

    digunakan dalam regresi data panel untuk memperoleh model yang tepat

    dalam mengestimasi regresi data panel. Dua uji yang digunakan,

    pertama chow test, digunakan untuk memilih antara model common

    effect atau fixed effect. Kedua, hausman test digunakan untuk memilih

    antara model fixed effect atau random effect yang terbaik dalam

    mengestimasi regresi data panel (Rosadi, 2012).

    a. Uji Chow

    Chow test atau uji chow merupakan uji membandingkan

    model common effect dengan fixed effect. Chow test dalam

    penelitian ini menggunakan program Eviews. Hipotesis yang

    dibentuk dalam chow test adalah sebagai berikut:

  • 48

    H0 : Model Common Effect

    Ha : Model Fixed Effect

    H0 ditolak jika P-Value lebih kecil dari a. Sebaliknya, H0

    diterima jika P-Value lebih besar dari nilai a. Nila a yang digunakan

    sebesar 5% (Ariefianto, 2012).

    b. Uji Hausman

    Pengujian ini membandingkan model fixed effect dengan

    random effect dalam menentukan model yang terbaik untuk

    digunakan sebagai model regresi data panel. Hausman test

    menggunakan program yang serupa dengan Chow test yaitu program

    Eviews. Hipotesis yang dibentuk dalam Hausman test adalah

    sebagai berikut:

    H0 : Model Random Effect

    Ha : Model Fixed Effect

    H0 ditolak jika P-Value lebih kecil dari nilai a. Sebaliknya,

    H0 diterima jika P-Value lebih besar dari nilai a. Nilai a yang

    digunakan sebesar 5% (Ariefianto, 2012).

    3. Uji Asumsi Klasik

    Pengujian uji asumsi klasik digunakan untuk menguji jika semua

    asumsi klasik terpenuhi maka menghasilkan estimator yang linier, tidak

  • 49

    bias dan mempunyai varian yang minimum Best Linear Unbiased

    Estimator (BLUE). Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari:

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas bertujuan menguji normalitas terhadap

    serangkaian data adalah untuk mengetahui apakah populasi data

    berdistribusi normal atau tidak. Bila data berdistribusi normal, maka

    dapat digunakan uji statistik berjenis parametrik. Sedangkan bila

    data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non

    parametrik. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal

    atau tidak yaitu dengan melihat analisis grafik histogram, grafik

    Normality Probability Plot (P-Plot) dan analisis statistik (Ghozali,

    Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, 2013).

    Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data

    berdistribusi normal. Dalam analisis multivariat, para peneliti

    menggunakan pedoman kalau tiap variabel terdiri atas 30 data, maka

    data sudah berdistribusi normal. Apabila analisis melibatkan 3

    variabel, maka diperlukan data sebanyak 3x30=90. Meskipun

    demikian, untuk menguji dengan lebih akurat, diperlukan alat

    analisis dan Eviews menggunakan dua cara, yaitu dengan histogram

    dan uji Jarque-Bera.

    Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah

    data berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan

  • 50

    kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya bersifat

    normal. Rumus yang digunakan adalah:

    𝐽𝑎𝑟𝑞𝑢𝑒 − 𝐵𝑒𝑟𝑎 = 𝑁 − 𝑘

    6 (𝑆2 +

    (𝐾 − 3)2

    4)

    S adalah skewness, K adalah Kurtosis, dan k

    menggambarkan banyaknya koefisien yang digunakan di dalam

    persamaan.

    Sebernarnya normalitas data dapat dilihat dari gambar

    histogram, namun seringkali polanya tidak mengikuti bentuk kurva

    normal, sehingga sulit disimpulkan. Lebih mudah bila melihat

    koefisien Jarque-Bera dan Probabilitasnya. Kedua angka ini bersifat

    saling mendukung.

    Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2),

    maka data berdistribusi normal.

    Bila probabilitas lebih besar dari 5% (bila anda

    menggunakan tingkat signifikansi tersebut), maka

    data berdistribusi normal (hipotesis nolnya adalah

    data berdistribusi normal). (Winarno, 2011)

    b. Uji Multikoloneritas

    Uji Multikoloneritas bertujuan