Presetasi Tugas KS Statistika - Analisis Data Time Series Pada Data IHSG
Pengaruh IHSG, SBI, Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah...
Transcript of Pengaruh IHSG, SBI, Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah...
87
PENGARUH IHSG, SBI, INFLASI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP KINERJA REKSA DANA SAHAM
(PERIODE 2004 – 2006)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
AMIRUL MU’MININ NIM: 102081026078
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II Dr. Abdul Hamid, MS Indo Yama Nasarudin, SE. MAB NIP: 131 474 891 NIP: 150 317 593
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1428 H/2007 M
88
Hari ini Kamis tanggal Delapan Februari Dua Ribu Tujuh telah dilakukan ujian komprehensif atas nama Amirul Mu’minin, NIM: 102081026078, dengan judul skripsi: “PENGARUH IHSG, SBI, INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP KINERJA REKSA DANA SAHAM” (PERIODE 2004-2006). Memperhatikan hasil dan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, April 2007
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Dr. Ahmad Rodoni, MM
Ketua
Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
Indo Yama Nasarudin, SE. MAB
Sekretaris
89
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Amirul Mu’minin Tempat Tanggal Lahir : Pulomerak, 16 Juni 1984 Agama : Islam Alamat : Jl. Yos Sudarso No.12 Kp. Sekong RT 01/02 Desa
Lebak Gede Kec. Pulomerak Cilegon-Banten 42439
Telepon : 085694920233 atau (0254) 8577012 Pendidikan:
SDN Lebak Gede (Tahun 1990 – 1996) MTsN Pulomerak (Tahun 1996 – 1999) SMU Muhamadiyah Cilegon (Tahun 1999 – 2002) Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (2002- 2007)
90
ABSTRACT The research aims to understand the effects of the Composite Index, Risk-Free Interest, inflation, and Rupiah exchange rate to the performance of stock funds. The research uses data of weekly net asset value of the stock funds listed in Bapepam, monthly data of Composite Indeks from Jakarta Stock Exchange, and monthly data from Risk-Free Interest, inflation, Rupiah exchange rate that are obtained from the monthly report in Indonesian Bank With the method of purposive sampling, from 34 stock funds listed in Bapepam, there are 15 stock funds that are chosen, active, and used as sample in the years of research. Statistical examination used in the research is multiple regression examination, in which the stock funds as dependent-variable and variable of Composite Indeks, Risk-Free Interest, inflation and Rupiah exchange rate become independent variable with the level of significance 5%. The result of the research suggests that variable of Composite Index and Inflation affect significantly the performance of the stock funds. Inflation becomes the most important variables that influences the performance of stock fund and the variable of Rupiah exchange rate does not effect. Keyword: performance of stock fund, risk, composite index, risk-free interest, inflation, rupiah exchange rate.
91
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. Penelitian ini menggunakan data Nilai Aktiva Bersih (NAB) mingguan Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam. Serta data bulanan IHSG dari BEJ dan data bulanan SBI, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah yang diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia. Dengan menggunakan metode purposive sampling, dari 34 reksa dana saham yang terdaftar di Bapepam, terpilih 15 reksa dana saham yang masih aktif dan selalu ada selama tahun penelitian untuk dianalisis sebagai sampel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi berganda dimana kinerja reksa dana saham sebagai variabel dependen dan variabel IHSG, SBI, Inflasi serta Nilai Tukar Rupiah menjadi variabel independen dengan level signifikansi sebesar 5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel IHSG dan Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham. Inflasi menjadi variabel paling dominan mempengaruhi kinerja reksa dana saham sedangkan variabel nilai tukar rupiah tidak berpengaruh.
Kata kunci: kinerja reksa dana, risiko, IHSG, SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah
92
KATA PENGANTAR
بسم اهللا ا لرحمن ا لرحيم
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Yang maha pengasih
lagi penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya Allah yang kami
sembah dan hanya kepada Allah kami mohon pertolongan. Tunjukkan kami jalan
yang lurus. Yaitu jalan yang Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan
jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki sangat terbatas, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta
tanggapan dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Tentu saja ucapan
terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada orang-orang yang telah
ambil bagian dalam terlaksananya skripsi ini, semoga mereka selalu dalam
lindungan-Nya.
Kedua orang tua tercinta, mamehanda Kalyubi serta Ibunda Hamdah
yang telah memberikan dukungan dan do’a yang tak pernah sedikitpun
terlupakan dan sangat besar bagi penulis, baik dukungan materil
maupun dukungan moril sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Bapak Dr. Abdul Hamid MS, selaku Dosen Pembimbing I yang selalu
memberikan teladan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
Setiap kali penulis melihatnya selalu ada motivasi yang terpancar.
Bapak Indo Yama Nasarudin SE., MAB., selaku Dosen Pembimbing II
yang sudah banyak meluangkan waktunya buat penulis untuk
konsultasi. Kritikan dan sarannya sangat bermanfaat.
Bapak Dr. Ahmad Rodoni Ir., MM selaku ketua jurusan manajemen
yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Bapak Drs. Moh. Faisal Badrun, MBA. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
93
Teman terbaik yang pernah kumiliki selama kuliah, Edi Hidayat SE
(Ethoy) thanks banget saran dan kritik membangunnya. Makasih juga
motornya yaa... Semua kebaikanmu pasti akan selalu kuingat. Semoga
Allah membalas perbuatan baikmu.
Teman-temanku angkatan 2002 jurusan manajemen keuangan dan
pemasaran, terutame same nyang punye mampang Opik pikur, Nina
ethoy, Cak Habib, Eka katro, Ncek Rusydi, Muhammad (jambul),
YanSri, Bang iLL Riau, Vandanels, Cup Rin, Ubay, Paul Subhan,
Double Bangka Arip ‘n Usup, Dien’s, Double Lukman, Fauzan,
Malek, Apuy, Pak SBY (Samsul Bambang Yudhoyono), Mar gope,
Willi, Ndutna, Nita asdos, Amza, Jumi, Umaidi, Pak Iman dan Pak
Cahyo (Bapepam) yang telah memberikan doa dan motivasi serta
informasi selama penulis menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Special thanks to ‘kepoh (amv3 1617)’ yang selalu cerewet kasih
masukan dan motivasi serta tidak henti-hentinya mendoakan penulis
sampai terselesaikannya skripsi ini.
Semoga atas segala bantuan serta budi baik mereka selama ini
mendapatkan balasan yang setimpal dari ALLAH SWT. Mudah-mudahan skripsi
ini sedikit banyak dapat memberikan sumbangan pikiran dan saran dalam
lingkungan akademisi.
Jakarta, April 2007
Penulis
94
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ i
ABSTRACT...................................................................................................... ii
ABSTRAKSI..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 6
D. Perumusan Masalah ............................................................. 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi ............................................................................... 9
1. Pengertian Investasi ....................................................... 9
2. Jenis-jenis Investasi........................................................ 10
3. Tujuan Investasi ............................................................. 11
B. Pengertian Tingkat Return dan Risiko ................................. 12
1. Rate of Return dan Expected Return Investasi............... 12
2. Rate of Return dan Expected Rate of Return Portofolio 14
3. Risiko Investasi dan Risiko Portofolio........................... 15
C. Pengertian IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah ....... 21
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ........................ 21
2. Nilai Tukar ..................................................................... 24
3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ..................................... 24
95
4. Inflasi ............................................................................. 25
D. Reksa Dana .......................................................................... 28
1. Pengertian Reksa Dana .................................................. 28
2. Manfaat Investasi di Reksa Dana................................... 30
3. Risiko Investasi di Reksa Dana...................................... 31
E. Bentuk, Sifat dan Jenis Reksa Dana..................................... 34
1. Bentuk Reksa Dana........................................................ 34
2. Sifat Reksa Dana ............................................................ 35
3. Jenis Reksa Dana ........................................................... 36
F. Mengukur Kinerja Reksa Dana............................................ 38
1. Nilai Aktiva Bersih ........................................................ 38
2. Mengukur Kinerja Reksa Dana Dengan Metode
Differential Return with risk measure by standard
deviation ......................................................................... 40
G. Penelitian Terdahulu ............................................................ 42
H. Kerangka Pemikiran............................................................. 45
I. Hipotesis............................................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................... 50
B. Metode Penentuan Sampel................................................... 50
C. Metode Pengumpulan Data .................................................. 51
D. Metode Analisis ................................................................... 52
E. Operasional Variabel Penelitian........................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian......................... 61
1. Sejarah Singkat Bapepam .............................................. 61
2. Gambaran Umum Reksa Dana....................................... 63
B. Analisis dan Pembahasan..................................................... 65
1. Analisa Kinerja Reksa Dana .......................................... 65
2. Return dan Standar Deviasi Reksa Dana ....................... 66
96
3. Differential Return With Risk is Measured by Standar
Deviation ........................................................................ 68
4. Deskriptif Variabel......................................................... 71
5. Pengujian Asumsi Klasik ............................................... 74
a. Uji Normalitas.......................................................... 74
b. Uji Multikolinieritas................................................. 76
c. Uji Autokorelasi ....................................................... 77
d. Uji Heteroskedastisitas............................................. 78
6. Pengujian Statistik.......................................................... 79
a. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ..................... 79
b. Pengaruh Variabel IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana (Uji F)......... 80
c. Pengaruh Variabel IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana secara Parsial
(Uji T) ...................................................................... 80
d. Pengujian Koefisien Regresi .................................... 81
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan .......................................................................... 83
B. Implikasi............................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 85
LAMPIRAN...................................................................................................... 87
97
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Reksa Dana di Indonesia sudah berada pada usia sepuluh tahun.
Bapepam (1997: 5) mengemukakan bahwa menurut Undang-Undang Pasar
Modal Pasal 1 ayat (27) Reksa Dana (Investment Fund atau Mutual Fund)
dapat diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh Manajer Investasi. Yang dimaksud portofolio efek adalah
kumpulan (kombinasi) surat berharga atau efek yang dikelola. Sedangkan
manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio
efek tersebut.
Menurut Bapepam (1997: 1) keberadan Reksa Dana sendiri sebenarnya
telah dimulai sejak diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia, tepatnya
sejak tanggal 10 Agustus 1977, meskipun pada saat itu belum lahir peraturan
khusus mengenai Reksa Dana. Baru kemudian pada tahun 1990 pemerintah
mengeluarkan SK MenKeu Nomor 1548 yang intinya mengizinkan pelaku
pasar modal untuk menerbitkan Reksa Dana walaupun masih terbatas bagi
Reksa Dana berbentuk perseroan yang bersifat tertutup (closed-end fund).
Kondisi tersebut kurang mendapat sambutan dari para Manajer Investasi untuk
membentuk Reksa Dana. Berikut data statistik perkembangan Reksa Dana
98
berdasarkan pernyataan efektif Badan Pengawas Pasar Modal dari tahun 1996
sampai dengan Desember 2006.
Tabel 1.1 Data Statistik Perkembangan Reksa Dana
Periode 1996-2006 DATA STATISTIK PERKEMBANGAN REKSA DANA
Periode Jumlah (kumulatif)
NAB Rp (Juta)
Pemegang Saham/ Unit Penyertaan
Jumlah Saham/ Unit Penyertaan
yang Beredar 1996 25 2.782.322,5 2.441 2.942.232.210,518 1997 77 4.916.604,8 20.234 6.007.373.758,547 1998 81 2.992.171,4 15.482 3.680.892.097,256 1999 81 4.974.105,0 24.127 4.349.952.950,816 2000 94 5.515.954,1 39.487 5.006.049.769,659 2001 108 8.003.769,8 51.723 7.303.771.880,360 2002 131 46.613.833,24 125.82 41.655.523.049,2132003 186 69.477.719,75 171.712 60.020.745.572,8162004 246 104.037.824,63 299.063 85.061.930.436,0292005 331 29.405.732,22 254.660 21.262.143.379,9802006 382 44.470.317,92 192.621 32.640.147.419,610
Sumber: Bapepam
Dilihat dari tabel 1.1 Nilai Aktiva Bersih pada (NAB) tahun 1996
sampai dengan 1997 perkembangan Reksa Dana mengalami kenaikan yang
cukup baik. Menurut Investor (9-22 Agustus 2005 edisi: 129), Reksa Dana
sempat ditinggal pemodal pada tahun 1998 ketika krisis. Saat itu harga unit
Reksa Dana menurun karena anjloknya pasar saham dan pasar surat utang.
Setelah itu meskipun setiap tahun terjadi penambahan jumlah Reksa Dana,
pemodal yang terjangkau masih terbatas di sekitar Ibukota Jakarta. Manajer
Investasi tak punya kemampuan besar untuk membuka jalur pemasaran.
Babak baru pertumbuhan industri Reksa Dana dimulai pada tahun
2002 dengan aktifnya bank menjadi agen penjual Reksa Dana. Reksa Dana
Pendapatan Tetap mulai marak diterbitkan. Bank lebih tertarik memasarkan
99
Reksa Dana Pendapatan Tetap, karena dinilai tak terlalu berisiko, sesuai
dengan karakteristik para penyimpanan di Bank.
Menurut Investor (9-22 Agustus 2005 edisi: 129), akhir tahun 2002,
pertumbuhan Reksa Dana mencatat angka spektakuler, 48,2% yang ditandai
naiknya Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana menjadi Rp 46,6 triliun
dibandingkan tahun sebelumnya Rp 8,0 triliun. NAB tertinggi tercatat di tahun
2004, senilai Rp 104 triliun dan akhirnya jatuh ke posisi Rp 44 triliun per
Desember 2006.
Industri Reksa Dana mulai terpuruk sejak tahun 2005, di mana Reksa
Dana semakin mengalami tekanan berat belakangan ini karena berbagai
persoalan yang terkait antara satu dengan lainnya. Nilai Aktiva Bersih Reksa
Dana terus berkurang drastis, bahkan jauh tertinggal dibandingkan posisi
Desember 2004. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal, pada awal
tahun 2005 total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp 108,22 triliun. Pada
akhir tahun turun drastis menjadi Rp 29,4 triliun hingga akhirnya NAB
mentok dengan nilai 44 triliun pada akhir tahun 2006.
Menurut Kontan (Juli 2005: 41) ada empat jenis Reksa Dana yang
tersedia saat ini, yaitu Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Pendapatan Tetap,
Reksa Dana Saham dan Reksa Dana Campuran.
Reksa Dana Pasar Uang banyak mengalokasikan investasi dalam
produk-produk berjangka waktu pendek kurang dari 1 tahun atau yang sering
disebut produk pasar uang seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Deposito
Berjangka, Obligasi yang berjangka waktu kurang dari 1 tahun.
100
Menurut Kontan (Juli 2005: 41) Reksa Dana Pendapatan Tetap pada
umumnya menginvestasikan sebagian besar dananya di obligasi pemerintah.
Tidak seperti Reksa Dana Pasar Uang, obligasi yang diinvestasikan berjangka
waktu lebih dari 1 tahun. Reksa Dana jenis ini memiliki potensi tingkat
pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan Reksa Dana Pasar
Uang.
Reksa Dana Saham risikonya lebih tinggi dibandingkan dua jenis
Reksa Dana sebelumnya namun Reksa Dana Saham ini menghasilkan
pengembalian yang tinggi. Tingginya risiko tersebut dikarenakan sifat harga
saham yang lebih berfluktuasi. Tapi sebaliknya dalam jangka panjang tingkat
pengembaliannya lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya.
Menurut Bapepam (1997: 10) Reksa Dana Campuran melakukan
investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan Efek bersifat utang yang
perbandingannya tidak termasuk Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Saham.
Bapepam (1997: 26) menyatakan bahwa fluktuasi NAB sangat dipengaruhi
oleh jenis Reksa Dana itu sendiri. Reksa Dana Saham tentunya dapat lebih
berfluktuasi dibandingkan Reksa Dana Obligasi atau jenis lainnya karena
sebagian besar portofolionya diinvestasikan pada saham yang sifatnya
fluktuatif.
Menurut Bapepam (1997: 5) sama halnya dengan sarana investasi
lainnya, Reksa Dana selain menghasilkan tingkat keuntungan tertentu (return)
juga mengandung unsur risiko (risk) yang patut dipertimbangkan. Hanya
bedanya, risiko yang terkandung dapat diperkecil (dikurangi) karena investasi
101
tersebut didiversifikasi atau disebar dalam bentuk portofolio yang menjadi ciri
utama Reksa Dana.
Menurut Bapepam (1997: 14) setiap jenis Reksa Dana selalu
mengandung risiko investasi walaupun besarnya berbeda-beda. Semakin
tinggi hasil pengembalian (return) yang diharapkan maka makin tinggi pula
risikonya.
Ada empat faktor yang diduga mempengaruhi kinerja Reksa Dana
yaitu Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Bebas Risiko Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Keempat faktor
tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan kinerja portofolio Reksa Dana
sehingga diharapkan bisa menjadi indikator kuat bagi investor dalam
mengetahui tingkat kinerja dari masing-masing portofolio Reksa Dana.
Melihat keempat faktor tersebut antara IHSG, Suku Bunga Bebas
Risiko, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah yang berkaitan terhadap kinerja
portofolio Reksa Dana, maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui keeratan hubungan tersebut melalui pembahasan dalam
skripsi ini dengan judul Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
Suku Bunga Bebas Risiko Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, dan Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Periode 2004 – 2006.
102
B. Identifikasi Masalah
Peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang ada pada penelitian
ini, yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kinerja Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006.
2. Mengidentifikasi tingkat hasil dan risiko Reksa Dana Saham selama
periode 2004-2006.
3. Mengidentifikasi pengaruh IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), Inflasi
dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana selama periode
2004 – 2006.
C. Pembatasan Masalah Jenis Reksa Dana terdiri dari Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa
Dana Pasar Uang, Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Saham. Namun
dalam penulisan ini, penulis melakukan penelitian kepada Reksa Dana Saham
karena tingkat risiko dan return pada Reksa Dana Saham lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat risiko Jenis Reksa Dana lainnya, maka penulis
membatasi masalah dalam skripsi ini sebagai berikut:
1. Tingkat hasil (return) Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006?
2. Tingkat risiko (risk) Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006?
3. Pengaruh IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar
Rupiah dengan Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006 diukur
dengan metode Differential Return with risk measure by standar
deviation?
103
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah dalam skripsi sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan dan parsial dari IHSG, Suku
Bunga Bebas Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap
Kinerja Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006?
2. Variabel apa yang paling dominan mempengaruhi Kinerja Reksa Dana
Saham?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis apakah IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI),
Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah mempengaruhi kinerja Reksa Dana
Saham.
b. Untuk menganalisis variabel mana yang paling dominan
mempengaruhi kinerja Reksa Dana Saham.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Para Pemodal
Bagi para pemodal sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
keputusan investasi di pasar modal. Hal ini karena investor atau calon
investor yang diharapkan mampu menentukan Reksa Dana yang akan
dipilih sebagai investasi.
b. Bagi Akademisi
104
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
dan bisa menjadi salah satu bahan referensi, pemecahan masalah
perkembangan pengetahuan mengenai IHSG, Nilai Tukar Rupiah,
Inflasi, Suku Bunga Bebas Risiko dan Reksa Dana.
c. Bagi Penulis
Sebagai bahan penyusunan skripsi juga bermanfaat dalam memperluas
pandangan serta lebih memahami investasi pada Reksa Dana.
105
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi 1. Pengertian Investasi
Secara umum kegiatan investasi adalah segala bentuk kegiatan menanamkan dana
baik oleh perorangan maupun perusahaan, untuk memperoleh pendapatan yang
lebih besar dari pengorbanan yang sudah dilakukan. Kegiatan tersebut beragam
jenisnya, dimulai dengan kegiatan investasi yang sederhana seperti membeli emas
atau deposito, sampai yang paling kompleks dan rumit seperti kegiatan investasi
pada industri multidisiplin yang bernilai miliaran dollar.
Untuk lebih jelasnya, maka penulis akan mengemukakan beberapa
pengertian investasi menurut para pakar, diantaranya:
Menurut Eduardus Tandelilin (2001: 3) investasi adalah komitmen
atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini,
dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.
Sementara menurut Jogiyanto (1998: 5) investasi adalah penundaan
konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien
selama periode waktu tertentu.
Dari beberapa pengertian investasi di atas dapat disimpulkan bahwa
investasi adalah upaya pemanfaatan dana sekarang (current funds) untuk
memperoleh dana yang besar pada masa yang akan datang. Dana yang
106
lebih besar di masa datang itu diperoleh melalui beberapa kompensasi,
yaitu:
a. Waktu tunggu atau periode waktu menunda konsumsi
b. Nilai tukar mata uang akibat inflasi
c. Ketidakpastian dari investasi itu sendiri (risk premium)
2. Jenis-Jenis Investasi
Menurut Jogiyanto (1998: 6) investasi ke dalam aktiva keuangan
dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi
langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu
perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya
investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan
investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari
perusahaan-perusahaan lain. Gambar 2.1 menunjukkan investasi langsung
dan tidak langsung.
investasi tidak investasi langsung langsung
investasi langsung
Gambar 2.1 Investasi langsung dan investasi tidak langsung Sumber: Jogiyanto (1998: 7)
Investor Perusahaan Investasi
Aktiva-aktiva Keuangan
107
a. Investasi Langsung
Menurut Jogiyanto (1998: 7) investasi langsung dapat dilakukan
dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar
uang (money market), pasar modal (capital market), atau di pasar
turunan (derivative market). Investasi Langsung juga dapat dilakukan
dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan.
b. Investasi Tidak Langsung
Menurut Jogiyanto (1998: 8) investasi tidak langsung dilakukan
dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi.
Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa
keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan
dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya.
3. Tujuan Investasi
Tujuan melakukan investasi pada dasarnya adalah untuk
menghasilkan sejumlah uang. Tetapi pernyataan tersebut nampaknya
terlalu sederhana, sehingga perlu mencari jawaban yang lebih tepat tentang
tujuan berinvestasi. Seperti telah disinggung di atas, tujuan investasi yang
lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor.
Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa
diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini
pendapatan masa datang.
B. Pengertian Tingkat Return dan Risiko
1. Rate of Return dan Expected Return Investasi
108
Menurut Jogiyanto (1998: 85) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang.
Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu. Ketika investor menginvestasikan dananya, dia akan mensyaratkan tingkat return yang sesungguhnya dia terima.
Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar–benar diterima (aktual) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Sehingga dalam berinvestasi, di samping memperhatikan return, investor harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi.
Menurut Jogiyanto (1998: 86) return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield, dapat dirumuskan sebagai berikut:
............................................................2.1
Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu, dirumuskan sebagai berikut:
Capital Gain atau Capital Loss = Pt – Pt-1 ............................................................2.2
Pt-1
Yield merupakan presentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi.
Menurut Jogiyanto return ekspektasi (expected return) dapat dihitung dengan mengalikan masing-masing hasil masa depan (out come) dengan probabilitas kejadiannya dalam menjumlah semua produk perkalian tersebut. Secara sistematis, return ekspektasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
n E (R) = ∑ (Ri . pi) ..................................................................2.3
i=1
Dimana :
E(R) = Perolehan diekspektasi suatu aktiva atau sekuritas
Ri = Hasil masa depan ke i
pi = Probabilitas hasil masa depan ke i
n = Jumlah dari hasil masa depan
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Expected rate of return adalah rata–rata tertimbang dari semua pengembalian hasil (return) yang mungkin diperoleh dengan menggunakan probabilitas sebagai bobotnya.
2. Rate of Return Portofolio dan Expected Rate of Return Portofolio
Menurut Jogiyanto (1998: 113) return realisasi portofolio (portfolio realized return) merupakan return rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. Secara sistematis, return realisasi portofolio dapat ditulis sebagai berikut:
n
R = Capital gain (loss) + Yield
109
Rp = ∑ (wi . Ri) ....................................................................2.4
i=1
Dimana:
Rp = return realisasi portofolio
wi = Porsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas di portofolio
Ri = Return realisasi dari sekuritas ke i
n = Jumlah dari sekuritas tunggal
Sedangkan return ekspektasi portofolio (portfolio expected return) merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio. Return Ekspektasi portofolio dapat dinyatakan secara sistematis sebagai berikut:
n E (Rp) = ∑ [wi . E(Ri)] ............................................................................................................2.5
i=1
Dimana :
E (Rp) = Return ekspektasi dari portofolio
E (Ri) = Return ekspektasi dari sekuritas ke i
3. Risiko Investasi dan Risiko Portofolio
Menurut Jogiyanto (1998: 98) hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup. Risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko merupkan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung semakin besar pula return yang harus dikompensasikan.
Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Suad Husnan (1998: 19) menyatakan bahwa dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa risiko merupakan suatu kondisi dimana return yang akan diperoleh tidak diketahui secara pasti sebelumnya dan ada kemungkinan return yang diperoleh akan menyimpang dari return yang yang diharapkan.
Menurut Lukas (1994: 4) risiko investasi dapat dibagi menjadi dua yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Risiko sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh faktor–faktor secara bersamaan mempengaruhi semua harga asset, misalnya perubahan sistem atau kondisi ekonomi, politik dan perubahan lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap perusahaan atau industri secara keseluruhan dan tidak mungkin dapat dihindari.
Risiko sistematis sering disebut risiko pasar (market risk) risiko sistematis ini dapat dibagi atas:
1. Market Risk
Risiko yang disebabkan kondisi pasar yang berfluktuasi dimana harga suatu sekuritas sangat berfluktuasi melebihi perkiraan yang wajar.
2. Interest Rate Risk
Risiko yang disebabkan oleh perubahan tingkat bunga pasar yang dapat mempengaruhi harga sekuritas.
3. Purchasing Power Risk
Risiko yang disebabkan oleh inflasi sehingga menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
110
Sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang bersifat unit terhadap suatu perusahaan atau industri, misalnya kesalahan manajemen, penemuan baru, perubahan selera konsumen terhadap barang dan jasa dari suatu perusahaan atau industri tertentu. Sehingga risiko ini sering disebut unique risk.
Menurut Lukas (1994: 4) Unsystematic risk disebabkan oleh:
1. Management Risk
Yaitu risiko kegagalan dari manajemen dalam menjalankan perusahaan yang disebabkan oleh ketidakmampuan memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang sehingga perusahaan kehilangan supplier, pangsa pasar yang menurun, pemogokan buruh dan lain-lain.
2. Financial Risk
Yaitu risiko yang diakibatkan penggunanan hutang perusahaan sehingga menyebabkan biaya bunga meningkat.
3. Industrial Risk
Yaitu risiko yang diakibatkan oleh industri itu sendiri, hal ini hanya berpengaruh pada industri yang bersangkutan.
Systematic risk ditambah unsystematic risk merupakan total risk dan yang menjadi pertimbangan manajer investasi dalam mengambil keputusan investasi. Unsystematic risk dapat dikurangi dan diantisipasi dengan melakukan diversifikasi, sedangkan systematic risk adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan.
Diversifikasi berarti investasi dilakukan pada berbagai macam sekuritas atau aktiva. Bila hal ini dilakukan berarti melakukan portofolio investasi. Risiko investasi dapat diukur dengan standar deviasi, yang rumusnya adalah sebagai berikut:
n
SD (σ) = ∑ Pi (Ri – E (Ri))² ............................................................2.6
i = 1
Dimana :
Pi = Probabilitas terjadinya peristiwa ke-1
R = Rate of Return
E (R) = Expected Rate of Return
Rumus di atas digunakan jika probabilitas kejadian tidak sama untuk semua peristiwa. Sedangkan apabila probabilitas kejadian setiap peristiwa sama maka perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut:
n
∑ [(Ri) – E (Ri)]² ..................................................................2.7
SD (σ) = i=1
N
Menurut Jogiyanto (1998: 116) risiko portofolio adalah varian return sekuritas–sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. Salah satu pengukur risiko adalah deviasi standar (standard deviation) atau varian (variance) yang merupakan kudrat dari deviasi standar. Risiko yang diukur dengan ukuran ini mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap-tiap item menyimpang dari rata-ratanya. Risiko portofolio dapat diukur dengan besarnya deviasi standar atau varian yang dinotasikan dengan σ p².
111
Rumus matematikanya adalah sebagai berikut:
σp² = X²xσ²x + X²yσ²y + 2XxYyCovx ..........................................2.8
Dimana :
σp = Standar deviasi portofolio
Xx = Proporsi dana yang ditanamkan dalam saham x
Xy = Proporsi dana yang ditanamkan dalam saham y
Covxy = Kovarian x dan y
Dalam mengukur risiko portofolio harus dicari covariance antara sekuritas yang tergantung dalam portofolio. Hal ini karena portofolio merupakan gabungan dari beberapa sekuritas sehingga risiko yang terjadi merupakan interaksi antara risiko–risiko sekuritas yang membentuknya.
Besarnya return kovarians tergantung pada pola return masing-masing saham. Bila return saham tersebut bergerak dengan pola yang sama maka covariance-nya berupa kalian dua angka positif atau dua angka negatif sehingga hasilnya berupa angka positif yang besar.
Rumus dari covariance adalah sebagai berikut:
yxxyxyCov σσρ=
Covariance dapat distandarisasikan dengan cara membaginya dengan hasil perkalian deviasi standar masing–masing sekuritas yang dirumuskan sebagai berikut:
yCov
x
xyxy σσ
ρ = .......................................................................2.9
Dimana :
xyρ = Koefisien korelasi saham X dan saham Y yang merupakan covariance antara keduanya yang
distandarisasi. Nilainya berkisar antara -1 sampai dengan +1.
Koefisien korelasi menunjukkan bagaimana suatu variabel bergerak bersama dengan variabel lainnya. Korelasi ini bukan merupakan hubungan sebab akibat. Bila terdapat korelasi negative antara dua sekuritas maka jika nilai suatu variabel naik akan menyebabkan nilai variabel lainnya akan turun, begitu juga sebaliknya bila terdapat korelasi positif naiknya nilai suatu sekuritas akan menyebabkan sekuritas lainnya juga naik.
Selain tergantung terhadap covariance, hubungan antara dua sekuritas dipengaruhi oleh standar deviasi dari tiap sekuritas. Standar deviasi ini merupakan ukuran yang menunjukkan nilai penyimpangan dari tingkat keuntungan sekuritas yang diharapkan. Standar deviasi dari portofolio dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
σp = X²xσ²x + X²yσ²y + 2XxYy (ρxyσxσy) ................2.10
Dimana :
112
σp = Standar deviasi portofolio
Xx = Proporsi dana yang ditanamkan dalam saham x
Xy = Proporsi dana yang ditanamkan dalam saham y
ρxy = Koefisien korelasi sekuritas x dan y
σx = Standar deviasi sekuritas x
σy = Standar deviasi sekuritas y
Rumus deviasi standar portofolio di atas digunakan bila hanya terdapat dua sekuritas. Dalam portofolio yang terdiri dari sekuritas atau lebih, rumus yang digunakan adalah:
N N
σp² = ∑ Xi²σi² + ∑ ....................................................................................2.11
i=1 i=1
C. Pengertian IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks harga saham tidak ubahnya seperti sebuah barometer ataupun termometer yang ada di rumah kita. Fungsinya sangat penting karena dapat memberikan ukuran yang dapat membantu kita melihat situasi bagaimanakah saat ini yang terjadi. Indeks Harga Saham menjadi barometer kesehatan pasar modal yang dapat menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi.
Menurut Vonny Dwiyanti (1998: 54) Indeks Harga Saham merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atau berbagai macam yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomen ekonomi.
Sementara menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 95) Indeks Harga Saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham.
Sedangkan menurut Jogiyanto (1998: 48) Indeks Harga Saham Gabungan adalah suatu indeks yang meliputi pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga Saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa, bisa berupa perubahan harga saham, dari waktu ke waktu.
Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu: (1) sebagai indikator trend pasar, (2) sebagai indikator tingkat keuntungan, (3) sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio, (4) memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif, (5) memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
Ada beberapa macam pendekatan atau metode penghitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu: (1) Menghitung rata-rata (arithmetic mean) harga saham yang masuk dalam anggota indeks, (2) Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks, (3) Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Jakarta.
Di Bursa Efek Jakarta terdapat 5 (lima) jenis indeks, antara lain:
a. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya.
b. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor.
c. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Febuari dan Agustus).
d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.
e. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index), JII merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEJ bekerja sama dengan Dana Reksa Invesment Management. Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam.
113
Sedangkan yang dimaksud dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurut Vonny Dwiyanti (1999: 55) adalah angka yang menunjukkan situasi pasar efek secara umum karena G adalah gabungan dari seluruh saham. Kemudian menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 96) Indeks Harga Saham Gabungan adalah sekumpulan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
2. Nilai Tukar
Menurut Salvatore Dominick (1997: 140) kar atau sering disebut dengan kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri (asing). Kurs ini dipertahankan sama di semua pasar melalui arbitrase. Arbitrase valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila harganya rendah dan menjualnya bilamana harganya tinggi. Suatu Penurunan dalam nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing disebut dengan depresiasi. Sedangkan kenaikan dalam nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing disebut apresiasi. Karena mata uang suatu negara dapat didepresiasi terhadap mata uang dan apresiasi terhadap yang lain maka biasanya dapat dihitung suatu kurs efektif. Kurs efektif merupakan rata-rata tertimbang dari nilai tukar mata uang suatu negara.
Pada umumnya kurs ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan pasar dan kurva penawaran dari mata uang asing tersebut.
3. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Menurut Alfred A Stoneir dan Douglas C Haque (1984) salah satu instrumen moneter yang dapat mempengaruhi atau memotivasi masyarakat maupun pengusaha untuk menabung dan melakukan investasi adalah suku bunga. Penyataan ini sesuai dengan pendapat yang mendefinisikan suku bunga sebagai determinan penting kedua dari volume investasi yang dilakukan dalam suatu periode, sedangkan determinan yang pertama adalah efisiensi modal marginal.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama menciptakan instrumen yang diperdagangkan antar bank pada tahun 1971, setelah bank–bank diizinkan menerbitkan sertifikat deposito maka SBI tidak diterbitkan karena sertifikat deposito mampu menggantikan SBI. Sejalan dengan perubahan pendekatan kebijakan moneter pemerintah terutama setelah deregulasi perbankan 1 Juni 1983 maka Bank Indonesia kembali menerbitkan SBI sebagai instrumen dalam melakukan kebijakan operasi terbuka, terutama untuk tujuan konstraksi moneter BI (1999).
Berdasarkan SK Direksi BI No.31/67/KEP/DIR tertanggal 23 Juli 1998 tentang penerbitan SBI serta intervensi rupiah yakni Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas petunjuk dalam rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto.
4. Inflasi
Menurut Sadono Sukirno (1994: 15) inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentasi kenaikan harga) berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lainnya. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus.
Dalam praktek, inflasi bisa diamati dengan mengamati gerak dari indeks harga. Tetapi di sini harus diperhitungkan ada tidaknya “suppressed inflation” atau inflasi yang ditutupi, yang pada suatu waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi makin tidak relevan bagi kenyataan.
Terdapat beberapa cara menggolongkan inflasi. Penggolongan pertama, didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut. Di sini kita bedakan beberapa macam inflasi:
• Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
• Inflasi sedang (antara 10-30% setahun)
• Inflasi berat (antara 30-100% setahun)
• Hiperinflasi (di atas 100% setahun)
Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab musabab awal dari inflasi. Atas dasar ini dibedakan dua macam inflasi:
1. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini
disebut demand inflation
2. Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi. Ini disebut cost inflation
Penggolongan ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi, yaitu:
114
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal dan sebgainya.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga (inflasi) di luar negeri atau di negara-negara langganan berdagang negara kita.
Muana Nanga (2001: 241) menjelaskan inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Terdapat tiga teori utama mengenai inflasi menurut Muana Nanga (2001: 252-254) yaitu Teori Kuantitas, Teori Keynes, dan Teori Strukturalis. Teori Kuantitas mengenai inflasi mengatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang beredar dan psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang. Tambahan jumlah uang beredar sebesar x% bisa menumbuhkan inflasi kurang dari x%, sama dengan x% atau lebih besar dari x%, tergantung kepada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga naik lagi, akan naik tetapi lebih buruk daripada sekaran atau masa-masa lampau, atau akan naik cepat dari sekarang, atau masa-masa lampau.
Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rejeki antara golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih daripada jumlah barang yang tersedia (yaitu apabila timbul “inflation gap”). Selama inflationary gap tetap ada, selam itu pula proses inflasi berkelanjutan. Teori ini menarik karena meyoroti peranan sistem distribusi pendapatan dalam proses inflasi, dan menyarankan hubungan antara inflasi dan faktor-faktor non ekonomis.
Teori strukturalis adalah teori inflasi “jangka panjang” karena menyoroti sebab-sebab inflasi yangberasal dari kekuatan struktur ekonomi, khususnya ketegaran suplai bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural pertambahan produksi barang-barang ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga lain sehingga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini tidak bisa diobati hanya dengan misalnya mengurangi jumlah uang beredar, tetapi harus diobati dengan pembangunan sektor bahan makanan dan ekspor.
Laju inflasi (Lipsey G. Richard dkk. 1995) dapat diukur dari perubahan IHK, yaitu indeks harga konsumen yang merupakan indeks harga dari barang yang selalu digunakan para konsumen dengan memakai indeks harga tahun sebelumnya sebagai tahun dasar.
Laju inflasi = IHKt – IHKt-1 x 100%
IHKt-1
D. Reksa Dana
1. Pengertian Reksa Dana
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M Fakhruddin (2001: 148)
Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat
pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki
banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atau investasi
mereka.
Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.
115
Mengacu kepada undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995,
pasal 1 ayat (27) bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Sementara menurut beberapa pendapat para ahli, diantaranya
menurut Eduardus Tandelilin (2001: 20) Reksa Dana adalah sertifikat
yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada
perusahaan Reksa Dana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik
di pasar modal maupun di pasar uang.
Reksa Dana juga merupakan suatu wadah berinvestasi secara
kolektif untuk ditempatkan dalam portofolio berdasarkan kebijakan
investasi yang ditetapkan oleh Manajer Investasi. (Bapepam, 1997: 5).
Kegiatan investasi Reksa Dana dapat ditempatkan pada berbagai
instrumen efek, baik di pasar uang, pasar modal, maupun gabungan dari
keduanya. Selain itu juga dapat dikhususkan pada efek yang mewakili
sektor dan industri tertentu seperti manufaktur, keuangan, infrastruktur,
dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Reksa Dana bersifat fleksibel
karena mampu memberikan berbagai pilihan dan alternatif bagi para
investor sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya dalam berinvestasi.
Sama halnya dengan sarana investasi lainnya, Reksa Dana selain
menghasilkan tingkat keuntungan tertentu (return) juga mengandung
unsur risiko (risk) yang patut dipertimbangkan. Hanya bedanya, risiko
yang terkandung dapat diperkecil (dikurangi) karena investasi tersebut
116
didiversifikasi atau disebar dalam bentuk portofolio, yang menjadi ciri
utama dari Reksa Dana. (Bapepam, 1997: 5)
2. Manfaat Investasi di Reksa Dana
Menurut Eko P. Pratomo (2004: 37) banyak instrumen investasi
yang tersedia di pasar namun kita sulit untuk berinvestasi ke dalam
instrumen tersebut karena berbagai kendala. Reksa Dana sebagai salah
satu instrumen investasi memudahkan kendala tersebut. Dengan Reksa
Dana investor dapat memperoleh manfaat antara lain:
a. Akses ke dalam instrumen investasi yang beragam.
b. Pengelolaan portofolio investasi yang profesional oleh manajer
investasi dan Bank Kustodian.
c. Diversifikasi investasi dengan biaya yang rendah. Melalui dana yang
terkumpul dari sekian banyak investor, Reksa Dana dapat berinvestasi
ke berbagai jenis instrumen dari berbagai perusahaan.
d. Likuiditas yang relatif tinggi. Dalam kondisi normal, Reksa Dana
dapat dibeli dan dicairkan (dijual kembali) setiap hari kerja.
e. Potensi hasil investasi yang tinggi dalam jangka panjang.
f. Manfaat bebas pajak untuk instrumen investasi tertentu (saat ini
investasi dalam obligasi).
3. Risiko Investasi di Reksa Dana
Investasi dalam Reksa Dana akan memiliki komposisi dan hasil
yang sesuai dengan karakteristik risiko dari surat berharga yang terdapat
dalam portofolio efek Reksa Dana tersebut.
117
a. Risiko Penurunan Nilai Saham
Reksa Dana yang memiliki portofolio saham akan memiliki
karakteristik risiko sejalan dengan kepemilikannya, khususnya risiko
penurunan nilai modal (capital loss). Namun sejalan dengan itu Reksa
Dana juga memiliki peluang memperoleh hasil yang tinggi akibat
peningkatan nilai (capital again). Secara umum harga saham akan
cenderung menurun bila:
1. Kinerja (tingkat keuntungan) perusahaan yang menerbitkan saham
diperkirakan akan menurun dapat disebabkan oleh kondisi internal
maupun eksternal.
2. Daya saing terhadap alternative investasi lain (misalnya investasi
di pasar uang) menurun, khususnya bila suku bunga simpanan
meningkat.
3. Aktivitas serta likuiditas perdagangan saham di bursa menurun
disebabkan karena berkurangnya permintaan, penawaran maupun
karena berkurangnya likuiditas secara umum (misalnya akibat
kebijakan uang ketat).
4. Daya tarik investasi saham terhadap dominant player, disebabkan
oleh perubahan ketentuan dan peraturan pemerintah maupun
karena penurunan nilai tukar terhadap mata uang yang dipakai oleh
dominant player dalam membukukan nilai investasinya.
b. Risiko Penurunan Nilai Efek Hutang
118
Bila portofolio Reksa Dana dibatasi, sebagian besar hanya dapat
berisi obligasi, surat pengakuan hutang, surat berharga komersial dan
tanda bukti hutang maka risiko dan peluang hasil investasi pada Reksa
Dana identik dengan risiko dan peluang hasil investasi pada bank
umum, yaitu:
1. Risiko penurunan pendapatan akibat menurunnya suku bunga, baik
secara absolut (bila bunga mengembang) ataupun secara relatif
(bila bunga ditentukan tetap atau fixed sedangkan tingkat suku
bunga pasar meningkat).
2. Risiko kredit akibat ketidakmampuan atau berkurangnya
kemampuan penerbit surat berharga untuk mengembalikan pokok
pinjamannya.
3. Risiko penurunan nilai pasar dari efek hutang tersebut baik karena
pendapatan bunga relatif lebih rendah dari suku bunga pasar karena
penurunan kapasitas kredit penerbitnya maupun karena
berkurangnya likuiditas pasar (misalnya akibat kebijakan uang
ketat).
c. Risiko Penurunan Nilai Efek Pasar Uang
Pada Reksa Dana yang membatasi diri hanya menanamkan
dananya dalam efek pasar uang dan efek hutang yang jatuh tempo
kurang dari 12 bulan ataupun pada Reksa Dana jenis lain yang selalu
membutuhkan likuiditas sehingga harus menempatkan sebagian
dananya dalam efek pasar uang, risiko penurunan nilainya adalah:
119
1. Risiko kredit akibat ketidakmampuan atau berkurangnya
kemampuan penerbit surat berharga untuk mengembalikan pokok
pinjamannya, dikarenakan akibat kondisi internal maupun akibat
perubahan kondisi eksternal.
2. Risiko menurunnya harga pasar wajar surat beharga.
3. Risiko perubahan nilai tukar mata uang asing bila ditanamkan
dalam efek pasar uang dalam valuta asing.
d. Risiko berkurangnya Nilai Aktiva Bersih Per Unit Penyertaan
(NAB/unit)
Menurut Eko Priyo Pratomo & Ubaidillah Nugraha (2004: 84)
berkurangnya NAB/Unit dari harga NAB /Unit pada saat investor
membeli merupakan indikator kerugian bagi investor. Turunnya harga
NAB/Unit disebabkan oleh turunnya nilai atau harga efek-efek yang
dimiliki Reksa Dana. Penyebab utama dari turunnya harga efek-efek
antara lain:
1. Perubahan kondisi ekonomi, politik termasuk juga kondisi sosial
(adanya bencana dll). Dan keamanan di dalam dan luar negeri yang
dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Terjadi wanprestasi (default) dari emiten, penerbit surat berharga atau
pihak yang terlibat dalam transaksi dan pengelolaan investasi
dalam memenuhi kewajibannya. Kebangkrutan atau dilikuidasinya
suatau perusahaan akan berpotensi goyahnya perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya.
120
E. Bentuk, Sifat dan Jenis Reksa Dana 1. Bentuk Reksa Dana
Menurut Eko P Pratomo (2004: 4) di Indonesia, sesuai peraturan
yang berlaku, terdapat dua bentuk hukum Reksa Dana, yakni Reksa Dana
berbentuk Perseroan Terbatas (PT. Reksa Dana) dan Reksa Dana
berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Reksa Dana KIK).
a. Reksa Dana Berbentuk Perseroan (Corporate Type)
Dalam bentuk Reksa Dana ini, perusahaan penerbit Reksa Dana
menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari
hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis Efek yang
diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang.
b. Reksa Dana berbentuk KIK (Contractual Type)
Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak yang dibuat antara
Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang
Unit Penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini Manajer
Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan
Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan
administrasi investasi kolektif.
Dana yang terkumpul dari banyak investor yang kemudian akan
dikelola dan diinvestasikan oleh Manajer Investasi ke dalam suatu
portofolio investasi menjadi kekayaan Reksa Dana dan menjadi milik
investor secara kolektif.
121
2. Sifat Reksa Dana
Jika dilihat dari sifatnya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Reksa Dana Tertutup
Menurut Bapepam (1997: 8) Reksa Dana Tertutup adalah Reksa
Dana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah
dijual kepada Pemodal. Dengan kata lain, pemegang saham tidak dapat
menjual kembali sahammya kepada Manajer Investasi. Apabila
pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal ini harus dilaksanakan
melalui Bursa Efek tempat saham Reksa Dana tersebut dicatatkan.
Harga pasar dari saham Reksa Dana Tertutup ini berubah-rubah
dipengaruhi kekuatan permintaan dan penawaran, sama halnya dengan
fluktuasi harga (kurs) saham perusahaan publik
b. Reksa Dana Terbuka
Yaitu Reksa Dana yang menawarkan dan membeli kembali
saham-sahamnya dari pemodal sampai sejumlah modal yang sudah
dikeluarkan.
Pemegang saham/unit Reksa Dana yang bersifat terbuka ini dapat
menjual kembali saham/unit penyertaannya setiap saat apabila
diinginkan. Manajer Investasi Reksa Dana, melalui Bank Kustodian,
wajib membelinya sesuai dengan NAB per saham/unit pada saat
tersebut.
122
Bapepam (1997: 8) menyatakan bahwa menurut peraturan,
pembayaran atas penjualan kembali (redemption) harus dilakukan
sesegera mungkin dan tidak boleh lebih lama dari 7 (tujuh) hari bursa
sejak diminta penjualan kembali oleh investor pemegang saham/unit.
Dari penjelasan Reksa Dana berdasarkan sifatnya, dapat
disimpulkan karakterisitik dari Reksa Dana tertutup dan terbuka yaitu:
Tabel 2.1 Karakteristik Reksa Dana Berdasarkan Sifatnya PT. Reksa Dana Tertutup PT. Reksa Dana Terbuka
Menjual sahamnya pada penawaran umum perdana sampai batas modal dasar
Menjual sahamnya secara terus menerus sepanjang ada pemodal yang membeli
Saham Reksa Dana dicatatkan di Bursa Efek
Saham Reksa Dana tidak perlu dicatat di bursa efek
Investor tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada Reksa Dana tetapi kepada investor lain melalui bursa
Investor dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada Reksa Dana
Harga Jual/beli saham tergantung penawaran dan permintaan antar investor di bursa
Harga jual/ beli saham antara PT. Reksa Dana dengan investor didasarkan atas Nilai aktiva Bersih (NAB) per saham yang dihitung oleh Bank Kustodian.
Sumber: Eko P Pritomo & Ubaidillah Nugraha (2004: 46)
3. Jenis Reksa Dana
Dari sisi peraturan Bapepam, Reksa Dana Indonesia dibagi dalam 4
(empat) jenis kategori, yakni Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana
Pendapatan Tetap, Reksa Dana Saham, dan Reksa Dana Campuran.
Pengkategorian jenis Reksa Dana di sini memang berdasarkan kategori
instrumen dimana Reksa Dana melakukan investasi.
a. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)
123
Reksa Dana Pasar Uang merupakan Reksa Dana dengan tingkat
risiko paling rendah. Di lain pihak, potensi keuntungan Reksa Dana ini
juga terbatas. Hasil investasi Reksa Dana pasar uang umumnya sangat
mirip dengan tingkat suku bunga deposito, karena hampir sebagian
besar portofolio investasi Reksa Dana Pasar Uang terdiri dari deposito.
b. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)
Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) adalah Reksa Dana yang
melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang
dikelolanya ke dalam efek bersifat hutang.
Reksa Dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari
Reksa Dana Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan
tingkat pengembalian yang stabil. RDPT juga menjadi pilihan menarik
bagi investor individu, khususnya yang ingin berinvestasi pada
obligasi.
c. Reksa Dana Saham (Equity Funds)
Reksa Dana Saham (RDS) adalah Reksa Dana yang melakukan
investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke
dalam efek bersifat ekuitas (saham). Walaupun risikonya lebih tinggi
dibandingkan dua jenis Reksa Dana sebelumnya, namun Reksa Dana
Saham ini menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.
Tingginya risiko tersebut dikarenakan sifat harga saham yang
lebih berfluktuasi. Tapi sebaliknya, dalam jangka panjang, tingkat
pengembaliannya lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya. Jenis ini
124
sesuai untuk investor yang mempunyai jangka waktu investasi (time
horizon) yang panjang.
d. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)
Reksa Dana ini melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas
dan Efek bersifat Utang yang perbandingannya tidak termasuk Reksa
Dana Pendapatan Tetap dan Saham di atas.
Reksa Dana jenis ini berisiko moderat dengan tingkat
pengembalian yang relatif lebih tinggi daripada Reksa Dana
Pendapatan Tetap.
Tabel 2.2 Jenis dan Karakteristik Reksa Dana
Jenis
Karakteristik
Pasar Uang
Pendapatan
Tetap
Saham
Campuran
Risiko Terendah Rendah Tinggi Moderat Tujuan Likuiditas dan
mempertahankan nilai modal
Pendapatan yang stabil
Pertumbuhan harga saham/unit dalam jangka panjang
Pertumbuh-an harga dan pendapatan
Sumber: Buku Panduan Bapepam (1997: 10)
F. Mengukur Kinerja Reksa Dana 1. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Sumber informasi utama dalam pengukuran kinerja Reksa Dana adalah Nilai
Aktiva Bersih Per Unit Penyertaan (NAB/Unit) atau harga per unit yang selalu
dipublikasikan di harian bisnis. Perubahan NAB/Unit menjadi indikator kinerja
investasi suatu Reksa Dana.
125
Beberapa publikasi mengenai kinerja mencoba mengolah kembali
data NAB/Unit untuk memperoleh gambaran kinerja Reksa Dana misalnya
sejak awal diterbitkan, sepanjang tahun berjalan, atau tiga bulan terakhir.
Istilah NAB tidak bisa dipisahkan dari Reksa Dana karena istilah ini
merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu Reksa
Dana.
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 160)
Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau net asset value (NAV) merupakan alat
ukur kinerja Reksa Dana. Nilai Aktiva Bersih berasal dari nilai portofolio
Reksa Dana yang bersangkutan.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan jumlah aktiva setelah
dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB Per Unit
Penyertaan merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit
Penyertaan yang beredar (outstanding). Bagi Investor, NAB/unit memiliki
beberapa fungsi, antara lain:
1. Sebagai harga beli atau jual pada saat Investor membeli atau menjual
unit penyertaan suatu Reksa Dana.
2. Sebagai indikator hasil (untung atau rugi) investasi yang dilakukan di
Reksa Dana dan penentu nilai investasi yang dimiliki pada suatu saat.
3. Sebagai sarana untuk mengetahui kinerja historis Reksa Dana yang
dimiliki investor.
4. Sebagai sarana untuk membandingkan kinerja historis Reksa Dana
yang satu dan Reksa Dana yang lain.
126
Dari penjelasan di atas, dapat dimengerti jika nilai NAB akan
mengalami kenaikan atau penurunan, karena nilai NAB tersebut sangat
tergantung akan kinerja asset yang merupakan portofolio Reksa Dana
tersebut. Kalau harga pasar asset-aset suatu Reksa Dana mengalami
kenaikan, maka NABnya tentu akan mengalami kenaikan, demikian juga
sebaliknya.
2. Mengukur Kinerja Dengan Metode Differential Return with Risk
Measured by Standard Deviation
Menurut Farid Harianto & Siswanto Sudomo (2001: 595) konsep
yang digunakan adalah garis pasar modal (capital market line, CML). Bila
kita bisa mengidentifikasi tingkat keuntungan suatu portofolio dengan
tingkat keuntungan yang terletak pada CML, untuk standar deviasi yang
sama disebut Differential Return. Bila tingkat keuntungan suatu portofolio
lebih besar dari tingkat keuntungan yang ada pada CML, maka differential
return-nya positif. Apabila sebaliknya, bila tingkat keuntungan suatu
portofolio lebih kecil dari tingkat keuntungan yang ada pada CML maka
differential return-nya negatif. Portofolio yang baik adalah portofolio yang
mempunyai differential return yang positif dan terbesar.
Rp Differential Return CML
127
A . M. portofolio pasar pada CML
A .
Rf σp
Gambar 2.2 Penentuan Differential Return with Risk is Measured by Standar Deviation
Sumber: Farid Harianto & Siswanto Sudomo (2001: 596)
Untuk menghitung differential return, bila slope yang meng
hubungkan Rf dan M yaitu: untuk intercept-nya adalah Rf,
maka:
pm
fm
fp
RRRR σ
σ ⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡ −+= ..……………………….2.12
Dimana:
Rp = expected Return dari portofolio yang terletak pada CML
Rm = expected return market
σm = standar deviation market
σp = standar deviation portofolio
Dengan menggunakan metode ini portofolio Reksa Dana disusun
dari nilai tertinggi. Differential return tertinggi merupakan portofolio yang
terbaik.
σfm RR −
128
G. Penelitian Terdahulu Farid Harianto & Siswanto Sudomo (2001: 591) menyatakan bahwa
salah satu cara membandingkan kinerja suatu portofolio (biasanya diwakili
oleh mutual funds) adalah dengan membandingkannya dengan portofolio
lain yang mempunyai risiko kurang lebih sama. Suatu portofolio yang
memberikan tingkat keuntungan lebih tinggi belum tentu lebih baik kalau
ternyata juga mempunyai risiko yang lebih tinggi. Penelitian yang
dilakukan oleh Friend, Blume dan Crocket dan dikutip oleh Elton dan
Gruber (1991: 645), menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.3 Perbandingan kinerja mutual funds dengan portofolio yang dipilih
secara acak, variance dipakai sebagai ukuran risiko, selama (Januari 1960-Juni 1968)
Jumlah dalam Sampel Rata-rata variance Rata-rata keuntungan Risiko Mutual Portofolio Mutual Portofolio Mutual Portofolio
Funds Secara acak Funds secara acak Funds Secara
acak Risiko rendah 43 62 0,00120 0,00118 0,102 0,128
Risiko sedang 25 51 0,00182 0,00184 0,118 0,142
Risiko tinggi 18 50 0,00280 0,00279 0,138 0,162
Sumber: Elton & Gruber (1991: 645)
Tabel tersebut menunjukkan bahwa ukuran risiko yang digunakan
adalah variance (yaitu bentuk kuadrat dari deviasi standar) tingkat
keuntungan portofolio. Mutual funds, yaitu portofolio yang dikelola oleh
managed investment companies (artinya para professional), dibandingkan
portofolio yang secara acak. Perbandingan dilakukan atas dasar rata-rata
variance yang kurang lebih sama, dan dikelompokkan sebagai risiko
rendah, sedang dan tinggi. Perhatikan bahwa rata-rata variance dalam
kelompok risiko yang sama, antara mutual funds dan portofolio yang
129
dipilih secara acak dan dihitung dengan bobot yang sama (equally
weighted), kurang lebih juga sama. Tetapi bila kita perhatikan dua kolom
yang terakhir, ternyata rata-rata tingkat keuntungan mutual funds selalu
lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat keuntungan portofolio-
portofolio yang dipilih secara acak. Hal ini mengundang pertanyaan
tentang kemampuan para manajer Reksa Dana dalam mengelola dana yang
dipercayakan kepada mereka.
Cara yang sama dilakukan untuk beta sebagai ukuran risiko oleh
penelitian-penelitian yang sama, yang juga dikutip oleh Elton dan Gruber
(1995: 635). Hasilnya disajikan pada tabel 2.5. Tabel tersebut juga
menunjukkan bahwa pemilihan portofolio secara acak dengan bobot yang
sama ternyata juga menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi
pada kelompok beta yang kurang lebih sama.
Tabel 2.4 Perbandingan kinerja mutual funds dengan portofolio yang dipilih
secara acak, Beta dipakai sebagai ukuran risiko (Januari 1960-Juni 1968)
Jumlah dalam sampel Rata-rata variance Rata-rata keuntungan Risiko
Mutual Funds
Portofolio secara acak
Mutual Funds
Portofolio secara acak
Mutual Funds
Portofolio Secara acak
Rendah 28 17 0,641 0,642 0,091 0,128 (β=0,5 - 0,7) Sedang 53 59 0,786 0,8 0,106 0,131 (β=0,7 - 0,9) Tinggi 22 22 0,992 0,992 0,135 0,137
(β=0,9 - 1,1)
Sumber: Elton & Gruber (1995: 635)
Guntur Irianto (2001) meneliti tentang pengaruh bunga deposito,
kurs mata uang rupiah terhadap dollar dan harga emas terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), dengan periode penelitian 1 juni 1998-30
juni 2000. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda,
130
diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa bunga deposito dan
kurs berpengaruh negatif secara signifikan tehadap IHSG. Kedua variabel
tersebut memiliki hubungan yang saling substitusi dengan bursa efek.
Sedangkan harga emas berpengaruh positif serta signifikan terhadap
IHSG.
Penelitian yang dilakukan oleh Essi Asiyah (2005) tentang Pengaruh
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Nilai Tukar Rupiah Tehadap Kinerja
Reksa Dana Periode 2004-2005, dengan menggunakan regresi berganda
dan pengujian statistik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari penelitian diperoleh gambaran bahwa kinerja Reksa Dana dengan
menggunakan metode Differential Return with Risk is Measured by
Standard Deviation dipengaruhi oleh Indeks Harga Saham Gabungan
dan Suku Bunga Risiko SBI.
2. Indeks Harga Saham Gabungan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja Reksa Dana yang diperoleh dengan menggunakan
Differential Return with Risk is Measured by Standard Deviation.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pengaruh IHSG terhadap
kinerja Reksa Dana dengan menggunakan metode evaluasi kinerja
Reksa Dana berkorelasi positif dan signifikan mempengaruhi kinerja
Reksa Dana.
3. Suku Bunga SBI mempengaruhi secara signifikan kinerja Reksa Dana
ditunjukkan oleh nilai signifikan sebesar 0.00
131
4. Nilai Kurs ternyata tidak signifikan mempengaruhi kinerja ReksaDana.
H. Kerangka Pemikiran Menurut Eduardus Tandelilin (2001: 3) investasi adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan
tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Secara garis besar
investasi dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu investasi dalam aktiva rill
(asset riil) dan investasi dalam aktiva keuangan (asset financial).
Sebagai contoh investasi aktiva rill adalah investasi berupa gedung,
mesin, pabrik, saluran distribusi baru dan sebagainya. Sedangkan contoh
untuk investasi dalam aktiva keuangan adalah pembelian sertifikat deposito,
saham, reksa dana dan obligasi dengan tujuan mendapatkan keuntungan
dimasa yang akan datang.
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat
(27), Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan (kembali) dalam
portofolio efek (saham, obligasi) oleh manager investasi untuk meraih
keuntungan dan kemudian memberikan hasil (return) kepada pemodal atas
penyertaan dananya. Tujuan reksa dana yang umumnya dalah pertumbuhan
(growth), pendapatan (income) serta sasaran keseimbangan atau campuran
(balanced).
Dalam Penelitian ini, variabel-variabel independen yang dipilih untuk
diteliti adalah inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga bebas risiko Sertifikat
132
Bank Indonesia (SBI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Keempat
faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan kinerja portofolio Reksa
Dana sehingga diharapkan bisa menjadi indikator kuat bagi investor dalam
mengetahui tingkat kinerja dari masing-masing portofolio Reksa Dana. Untuk
itu hipotesa mengenai pengaruh keempat faktor tersebut terhadap kinerja
Reksa Dana perlu dilakukan sehingga investor mempunyai dasar yang kuat
dalam pengambilan keputusan.
Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama terhadap US
Dollar Amerika seringkali dianggap sebagai salah satu indikator dalam
perekonomian bangsa. Ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar di
Indonesia seringkali dianggap sebagai indikator ketidakstabilan perekonomian
bangsa kita. Hal ini tentu mempengaruhi pada perdagangan saham di pasar
bursa dan mempengaruhi perdagangan Reksa Dana di Indonesia yang juga
akan mempengaruhi pada keputusan investor untuk melakukan transaksi.
IHSG merupakan indikator penting yang menggambarkan situasi pasar
yang sebenarnya dimana return dan risiko pasar tersebut dihitung. Return
portofolio diharapkan meningkat jika Indeks Harga Saham Gabungan
cenderung meningkat demikian juga sebaliknya return tersebut menurun jika
IHSG cenderung menurun.
Adanya inflasi akan berdampak besar terhadap perekonomian suatu
negara. Pada saat terjadi inflasi, harga barang-barang cenderung naik, maka
hal ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan
perusahaan. Peningkatan biaya produksi menyebabkan harga jual produk
133
meningkat sehingga akan mengurangi kuantitas produkyang dijual akibatnya
laba menurun. Dengan menurunnya kinerja keuangan perusahaan,
menyebabkan deviden yang dibagikan kepada pemegang saham berkurang
sehingga investor enggan untuk mempertahankan kepemilikannya atas saham
perusahaan, yang akhirnya berakibat pada penurunan indeks harga saham
sebagai indikator kinerja pasar modal.
Faktor lain yang diduga mempengaruhi kinerja portofolio adalah tingkat
suku bunga bebas risiko SBI dimana return portofolio cenderung berkurang
jika suku bunga bebas risiko SBI meningkat, sebaliknya return portofolio akan
bertambah jika suku bunga bebas risiko menurun. Hal tersebut kemungkinan
dipengaruhi oleh kecenderungan pasar untuk menghindari risiko yang tinggi.
Melihat hubungan yang cukup erat antara inflasi, nilai tukar rupiah,
suku bunga bebas risiko SBI dan IHSG tersebut terhadap kinerja portofolio
Reksa Dana, untuk mengetahui keeratan hubungan keempat faktor tersebut
dengan Reksa Dana, maka penulis dapat menggambarkan penelitian ini
sebagai berikut.
Untuk memperjelas bagaimana mekanisme dalam Penulisan ini, maka
penulis akan menyajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:
134
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Pengaruh IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham
I. Hipotesis Sesuai dengan kerangka pemikiran dan untuk memberi arah pada proses
penelitian, di dalam penelitian ini akan diuji hipotesis sebagai berikut:
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari IHSG
terhadap kinerja reksa dana
Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari IHSG terhadap
kinerja reksa dana.
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari suku bunga
bebas risiko SBI terhadap kinerja reksa dana.
IHSG (X1)
SBI (X2)
NTR (X3)
INF (X4)
REKSA DANA SAHAM
(Y)
135
Ha2 : Terdapat Pengaruh yang signifikan secara parsial dari suku bunga bebas
risiko SBI terhadap kinerja reksa dana.
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari inflasi
terhadap kinerja reksa dana.
Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari inflasi terhadap
kinerja reksa dana.
Ho4 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari nilai tukar
rupiah terhadap kinerja reksa dana.
Ha4 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari nilai tukar rupiah
terhadap kinerja reksa dana. Ho5 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari IHSG,
suku bunga bebas risiko SBI, inflasi, nilai tukar rupiah terhadap kinerja
reksa dana.
Ha5 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari IHSG, suku
bunga bebas risiko SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja
reksa dana.
136
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu dimana
penulis langsung melakukan penelitian pada tiga lokasi yaitu Badan Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM), Bank Indonesia dan Bursa Efek Jakarta. Penelitian
dilakukan dimulai dari pengumpulan data yang berhubungan langsung dengan
objek penelitian, menginventarisasikan, mengolah data hingga akhirnya
diperoleh gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan yang diteliti.
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh variabel Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko SBI, Inflasi, dan
Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Reksa Dana Saham yang dicerminkan
pada Nilai Aktiva Bersihnya (NAB), periode Januari 2004 sampai dengan
Desember 2006.
B. Metode Penentuan Sampel Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel ini adalah purposive
sampling yang berdasarkan judgement sampling. Purposive sampling adalah
teknik pemilihan sampel secara tidak acak dan didasarkan pada tujuan tertentu
(Indrianto dan Supomo, 1999). Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan, Suku Bunga Bebas
Risiko (SBI), inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap kinerja Reksa Dana
Saham yang tercatat di Bapepam. Oleh karena itu, maka sampel yang
137
digunakan adalah Reksa Dana Saham yang tercatat di Bapepam. Hal tersebut
sesuai dengan teknik purposive sampling metode judgement sampling.
Sampel penelitian ini diambil dari Reksa Dana Saham yang terdaftar di
Bapepam. Dari 144 Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam selama
periode Januari 2004 sampai Desember 2006, hanya 15 Reksa Dana Saham
yang terpilih sebagai sampel penelitian. Oleh karena Reksa Dana Saham yang
tercatat di Bapepam dimungkinkan terjadi perubahan di setiap periodenya,
maka sampel penelitian ini diambil dengan kriteria:
1. Semua Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam selama Januari 2004
sampai dengan Desember 2006.
2. Semua Reksa Dana Saham yang selalu ada dan masih aktif selama Januari
2004 sampai dengan Desember 2006.
3. Reksa Dana Saham yang telah menerbitkan laporan keuangan mulai Januari
2004 sampai dengan Desember 2006
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan tidak perlu
dikumpulkan lagi. Data-data sekunder yang digunakan penulis adalah data-
data yang berhubungan langsung dengan penelitian yang dilaksanakan dan
bersumber dari terbitan-terbitan Bursa Efek Jakarta, Bapepam dan Bank
Indonesia.
138
Informasi Utama yang digunakan sebagai data penelitian adalah Nilai
Aktiva Bersih (NAB/Unit) Reksa Dana Saham, data mengenai tingkat suku
bunga bebas risiko dalam hal ini penulis memilih tingkat suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia dari Bank Indonesia berdasarkan laporan bulanan terbitan
Bank Indonesia. Penulis memilih SBI sebagai tingkat suku bunga bebas risiko
dengan anggapan bahwa Bank Indonesia yang mengeluarkan SBI dapat
dipastikan akan melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Jadi investasi
yang dilakukan pada SBI benar-benar bebas risiko. Disertai Data mengenai
perkembangan Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah pada periode Januari 2004
sampai dengan Desember 2006.
D. Metode Analisis Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Mendata Reksa Dana-Reksa Dana yang termasuk dalam Reksa Dana
Saham selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006.
Reksa Dana yang akan menjadi objek penelitian adalah Reksa Dana
Saham yang berturut-turut ada selama periode Januari 2004 sampai
dengan Desember 2006.
2. Menghitung Return dan Risiko dari masing-masing Reksa Dana. Dalam
penelitian ini, maka penulis akan menggunakan program Microsoft Excel
untuk membantu dalam proses penghitungan return dan risiko masing-
masing Reksa Dana.
a) Menghitung Return dari Reksa Dana:
139
1
1
−
−−
t
tt
NAVNAVNAV
Dimana:
NAVt = Net Asset Value (NAB) pada periode t
NAVt-1 = Net Asset Value (NAB) periode sebelum t
b) Menghitung Risiko dari Reksa Dana:
( )( )1
2
−
−= ∑
nxx
pσ
3. Evaluasi Kinerja Reksa Dana
Setelah didapatkan variabel-variabel yang dibutuhkan untuk penghitungan
kinerja Reksa Dana, maka dilakukan evaluasi kinerja portofolio dengan
menggunakan metode Differential Return with Risk Measure by Standar
Deviation.
Rumusnya yaitu:
pm
fmfp
RRRR σ
σ ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −+=
4. Melakukan pengukuran dan pengujian untuk mengetahui signifikan
pengaruh IHSG, suku bunga bebas risiko SBI, inflasi dan nilai tukar
rupiah terhadap kinerja Reksa Dana yang dihitung dengan metode
Differential Return with Risk Measured by Standar Deviation. Dalam
Pengukuran dan pengujian ini digunakan analisis regresi berganda.
Dimana kinerja merupakan variabel terikat (Y) dan faktor-faktor IHSG,
SBI, inflasi dan nilai tukar rupiah sebagai variabel bebas (X). Setelah
140
dilakukan pengumpulan ternyata diperoleh gambaran bahwa data tidak
normal dan salah satu variabel dependen terdapat multikolinieritas. Oleh
karena itu, penulis merasa perlu mengeluarkan variabel tersebut dari
model regresi sehingga diperoleh model terbaik. Dan selanjutnya akan
diolah dengan menggunakan software SPSS Release 11.0 for Windows.
5. Pengujian Asumsi Klasik
Dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukkan hubungan yang
valid atau tidak bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada model
regresi yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara
lain:
a) Uji Normalitas
Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal.
Menurut Singgih Santoso (2000: 214), ada beberapa cara mendeteksi
normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal
dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan megikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
141
b) Multikolinieritas
Istilah kolinieritas ganda (multicolinearity) diciptakan oleh Ranger Frish
di dalam bukunya “Statistikcal Confluence Analysis by Means of
Complete Regression Systems” artinya istilah itu berarti adanya
hubungan linier yang sempurna atau eksak (perfect or exact) di antara
variabel-variabel bebas dalam model regresi (J. Supranto, 1983).
Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model
regresi. Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih
variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel
lainnya. Artinya bahwa jika diantara peubah-peubah bebas yang
digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka
bias dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.
Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan VIF (Variance
Inflation Factor), dimana Gujarati (2003) mengatakan bila nilai VIF
lebih dari 10 berarti terdapat kolinieritas sangat tinggi dan sebaiknya
apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
c) Uji Autokorelasi
Istilah autokorelasi (Autocorrelation) menurut Maurice G. Kendall and
William R. Bukland, A Dictionary of Statistical Term: “Correlation
between members of series of observation ordered in time (as in time-
series data) or space (as in cross sectional data)”. Jadi autokorelasi
merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut
142
urutan waktu (seperti data time series) atau menurut urutan tempat
(seperti data cross sectional ) atau korelasi pada dirinya sendiri.
Autokorelasi dapat didefinisikan pula terjadinya korelasi di antara data
pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data
dipengaruhi oleh data sebelumnya. Untuk mendeteksi terjadi
autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW).
Menurut Singgih Santoso (2000: 216) ada beberapa cara mendeteksi
adanya autokorelasi diantaranya:
1) Angka Durbin Watson (DW) di bawah -2 berarti ada autokorelasi
positif
2) Angka Dubin Watson (DW) diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada
autokorelasi
3) Angka Durbin Watson (DW) di atas +2 berarti ada autokorelasi
negatif
d) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan
pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas (J.
Supranto, 1983). Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
143
yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Menurut Singgih Santoso (2000: 208) ada beberapa cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada
atau tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang
telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di studentized, rinciannya antara lain adalah:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
6. Pengujian Statistik
a) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang
dilihat melalui adjusted R Square karena variabel independennya lebih
dari 2.
144
b) Uji F (Uji secara simultan)
Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi
tersebut. Bila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel atau tingkat signifikannya
lebih kecil dari 5% (α : 5%= 0.05) maka hal ini menunjukkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel independen
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara
simultan.
c) Uji T (Uji secara parsial)
Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial. Bila Thitung lebih besar dari
Ttabel atau nilai signifikan T < α : 5% (0.05) maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan secara parsial
variabel independen terhadap variabel dependen.
d) Pengujian Regresi
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen digunakan model regresi berganda dengan persamaan sebagai
berikut:
Y = a + b1(IHSG) + b2(SBI) + b3(INF) + b4(NTR) + εi
Dimana:
Y : Kinerja Reksa Dana
a : Intercept
b1, b2, b3, b4 : Koefisien regresi variabel
IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan
145
SBI : Suku Bunga Bebas Risiko Bank Indonesia
INF : Inflasi
NTR : Nilai Tukar Rupiah
E. Operasional Variabel Penelitian Di dalam pengujian Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan, Suku Bunga bebas
Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Reksa Dana,
khususnya Reksa Dana Saham, dimana data yang digunakan adalah data-data
selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006 variabel-variabel
yang digunakan sebagai berikut:
1. Variabel dependen yaitu variabel utama atau variabel terikat dimana yang
menjadi perhatian peneliti. Karena tujuan penelitian ini adalah
menjelaskan atau memprediksi variabelitas dari variabel dependen. Dalam
hal ini yang menjadi variabel dependen (Y) adalah Kinerja Reksa Dana,
khususnya Reksa Dana Saham selama periode 2004 sampai dengan 2006.
2. Variabel independen yaitu variabel bebas yang mempengaruhi variabel
dependen. Dalam hal ini yang menjadi variabel independen adalah faktor-
faktor IHSG (X1), suku bunga bebas risiko (X2), inflasi (X3), dan nilai
tukar rupiah (X4).
146
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian
No Nama Variabel Konsep Variabel Sumber Data Ukuran I Variabel Terikat
Kinerja Reksa Dana Saham (Y)
Indikator yang menunjukkan baik buruknya kinerja Reksa Dana Sahamyang dilihat dari NAB.
Data Reksa Dana di Bapepam.
Rasio
II Variabel Bebas 1.IHSG (X1) 2.Suku Bunga Bebas
Risiko SBI (X2) 3.Inflasi (X3) 4.Nilai Tukar Rupiah
(X4)
Indikator yang menunjukkan kecenderungan pergerakan harga seluruh saham di Bursa Efek Jakarta. Tingkat suku bunga yang relative tidak berisiko. Indikator yang menunjukkan kenaikan harga. Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar.
Data Indeks Harga Saham Gabungan di BEJ. Data suku bunga deposito/Sertifikat Bank Indonesia. Data Iinflasi dari Bank Indonesia. Data nilai tukar rupiah terhadap US Dollar di Bank Indonesia.
Rasio Rasio Rasio Rasio
Sumber: Data Olahan
147
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bapepam
Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu
negara serta menunjang perekonomian suatu negara yang bersangkutan.
Dalam perekonomian suatu negara, sumber dana bagi pembiayaan
perusahaan sangat terbatas, maka perlu dicarikan sumber pembiayaan yang
bersifat jangka panjang.
Sisi lain dengan adanya pasar modal adalah semakin banyaknya
perusahaan yang akan go public, yang berarti sebagian saham perusahaan
tersebut akan ikut dimiliki oleh masyarakat luas, dan secara makro
ekonomi merupakan pemerataan pendapatan. Jika makin banyak
perusahaan yang go public, bararti semakin tinggi kualitas yang dihasilkan
oleh perusahaan.
Jelaslah pemerintah mempunyai tujuan untuk merangsang
pertumbuhan bursa efek sehingga dapatmenyelenggarakan kegiatan
perdagagan yang teratur, wajar, dan efisien serta dapat bersaing secara
sehat. Segala peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa efek yang
dikeluarkan pemerintah harus disetujui oleh Bapepam.
148
Tugas Badan Pengawas Pasar Modal Menurut Keppres No. 53
Tahun 1990 tentang pasar modal adalah:
a. mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek
dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan efisien serta
melindungi kepentingan pemodal masyarakat umum.
b. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga
berikut:
1) Bursa Efek
2) Lembaga Kliring
3) Reksa Dana
4) Perusahaan efek perorangan
5) Lembaga Penunjang Pasar Modal yaitu tempat penitipan harta,
biro administrasi efek, wali amanat atau penanggung
6) Propesi Penunjang Pasar Modal
c. Memberi pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai pasar modal.
Bapepam sebagai lembaga penagawas pasar modal wajib menetapkan
ketentuan bagi terjaminnya pelaksanaan efek secara tertib dan wajar
dalam rangka melindungi pemodal dan masyarakat seperti berikut ini:
1) Keterbukaan informasi tentang transaksi efek di bursa efek oleh
perusahaan efek dan semua pihak.
2) Penyimpanan catatan dan laporan yang diberikan oleh pihak
yang telah memperoleh izin usaha, izin perorangan, persetujuan
atau pendapatan propesi
149
3) Penjatahan efek, dalam hal terdapat kelebihan jumlah
permintaan pada suatu penawaran umum.
2. Gambaran Umum Reksa Dana
Reksa Dana merupakan salah satu altrernatif investasi bagi
masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil atau pemodal yang tidak
ingin menanggung risiko tinggi. Reksa dana dirancang sebagai wadah
untuk menghimpun dana dari masyarakat yang mempunyai modal,
pengetahuan dan waktu yang terbatas. Karenanya, reksa dana diharapkan
mampu meningkatkan peran pemodal lokal mengingat aktivitas
perdagangan di Bursa Efek (BEJ) masih didominasi oleh investor asing.
Dalam Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat
(27) telah diberikan definisi mengenai reksa dana. Reksa dana adalah
wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam bentuk portofolio efek
oleh manajer investasi.
Dalam definisi tersebut terkandung tiga unsur penting. Pertama,
adanya dana dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut
diinvestasikan dalam portofolio efek, dan ketiga, dana tersebut dikelola
oleh manajer investasi. Dana yang dikelola atau portofolio dalam reksa
dana itu adalah milik bersama para pemodal. Manajer investasi merupakan
pihak yang dipercayakan untuk mengelola.
Ada beberapa manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan
investasi dalam reksa dana. Pertama, pemodal walaupun tidak memiliki
150
dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam efek,
sehingga dapat memperkecil risiko. Setiap investasi memang mengandung
risiko.
Investasi dalam efek di pasar modal mempunyai risiko yang lebih
besar dibanding dengan menempatkan dana dalam deposito. Untuk
memperkecil risiko investasi dalam efek hendaknya dilakukan divesifikasi.
Artinya melakukan investasi tidak dalam satu macam efek atau saham,
tetapi dalam berbagai macam efek. Untuk melakukan diversifikasi itu,
pemodal harus memiliki dana yang cukup. Pemodal yang memiliki modal
terbatas tidak mungkin melakukan diversifikasi. Oleh karena itu, adalah
lebih baik melakukan investasi dalam reksa dana.
Kedua, reksa dana mempermudah pemodal untuk melakukan
investasi di pasar modal. Memilih saham-saham yang baik untuk dibeli
bukan merupakan pekerjaan mudah, melainkan memerlukan pengetahuan
tersendiri. Tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut. Padahal
mungkin saja orang yang tidak memiliki pengetahuan khusus itu, ingin
menanamkan dananya dalam saham atau efek.
Ketiga, dengan menempatkan dana dalam reksa dana berarti dana
pemodal tersebut akan dikelola oleh pihak yang profesional yaitu manajer
investasi. Dengan demikian, pemodal tidak perlu lagi berpikir sepanjang
hari untuk memilih efek yang akan dijadikan portofolio investasinya,
karena hal itu sudah dilakukan oleh manajer investasi.
151
Pada dasarnya, bila pemodal menempatkan dananya dalam tabungan,
maka itu berarti dana tersebut akan dikelola oleh bank dimana dana
tersebut ditempatkan. Demikian juga halnya apabila pemodal melakukan
investasi dalam reksa dana, atau membeli unit penyertaan reksa dana.
Dananya yang ditanamkan di reksa dana akan dikelola oleh manajer
investasi.
Jika ditempatkan di bank, pemodal tidak perlu tahu kemana dananya
akan dialokasikan oleh bank. Pemodal akan menerima bunga dari bank
atas penempatan dana tersebut. Sedangkan bila membeli saham reksa dana
atau unit penyertaan reksa dana, pemodal akan mendapat gambaran dari
manajer investasi melalui prospektuske mana dana itu akan dialokasikan.
Misalnya, sebagian akan dibelikan obligasi, sebagian dibelikan saham, dan
sebagian akan dibelikan instrumen pasar uang.
B. Analisis Dan Pembahasan
1. Analisis Kinerja Reksa Dana
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana-reksa
dana yang tergolong dalam reksa dana saham. Alasan penulis memilih
reksa dana yang tergolong dalam jenis reksa dana saham adalah karena
reksa dana saham memiliki tingkat risiko dan tingkat hasil yang paling
tinggi bila dibandingkan dengan jenis-jenis reksa dana lainnya.
Adapun reksa dana-reksa dana yang diikutkan dalam penelitian ini
adalah reksa dana-reksa dana saham yang selalu ada dan aktif selama 3
152
tahun pengamatan, yaitu Januari 2004 sampai dengan Desember 2006,
yang dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar Reksa Dana yang Terdaftar Selama Tiga Tahun
(Januari 2004 sampai dengan Desember 2006) No Nama Reksa Dana 1 ABN Amro Ind. Dana Saham 2 Arjuna 3 Bahana Dana Prima 4 BIG Nusantara 5 BIMA 6 BNI Dana Berkembang 7 Danareksa Mawar 8 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 9 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 10 Nikko Saham Nusantara 11 Panin Dana Maksima 12 Phinisi Dana Saham 13 Rencana Cerdas 14 Schroder Dana Prestasi Plus 15 Si Dana Saham
Sumber: Data olahan
Adapun dari reksa dana saham tersebut akan dilihat nilai aktiva
bersih (NAB) mingguan masing-masing reksa dana selama periode
penelitian yaitu tiga tahun. Data lainnya yang digunakan dalam penelitian
ini adalah: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tingkat suku bunga
bebas risiko Bank Indonesia, inflasi dan nilai tukar rupiah. Tingkat suku
bunga bebas risiko Bank Indonesia, inflasi dan nilai tukar rupiah perbulan
diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Bank Indonesia, periode 2004
sampai dengan 2006. sedangkan IHSG diperoleh dari Bursa Efek Jakarta.
2. Return dan Standar Deviasi Reksa Dana
Dalam perhitungan return dan standar deviasi reksa dana, penulis
menggunakan program microsoft excel untuk memudahkan perhitungan-
153
perhitungan return dan standar deviasi masing-masing reksa dana saham
perbulan. Dalam penelitian ini akan diperoleh nilai return dan standar
deviasi yang diperoleh untuk masing-masing reksa dana saham dengan
menggunakan metode differential Return with risk is measured by Standar
Deviation. Return diperoleh dari perhitungan Nilai Aktiva Bersih Per Unit
(NAB/Unit) mingguan yaitu dengan cara NAB/Unit pada minggu ke-t
dikurangi NAB/Unit pada minggu sebelum t dan dibagi dengan NAB/Unit
pada minggu sebelum t, kemudian dicari rata-rata return-nya. Sedangkan
standar deviasi diperoleh dengan menggunakan formula yang telah
disebutkan dalam metode analisis pada bab tiga (untuk mempermudah
penulis menggunakan program microsoft excel). Setelah diperoleh standar
deviasi untuk masing-masing reksa dana saham perbulan, maka dipilih
standar deviasi tertinggi untuk dijadikan sebagai sampel penelitian
selanjutnya. Tabel 4.2 akan memperlihatkan nilai return dan standar
deviasi untuk masing-masing reksa dana yang kinerja reksa dana tersebut
terpilih untuk penelitian.
154
Tabel 4.2 Hasil Return dan Standar Deviasi
No Periode Nama Reksa Dana Return SD 1 2004-01 Rencana Cerdas 0,0418 0,0452 2 2004-02 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 0,0099 0,0345 3 2004-03 BNI Dana Berkembang -0,0172 0,0457 4 2004-04 Phinisi Dana Saham 0,0333 0,0316 5 2004-05 BIMA -0,1311 0,2624 6 2004-06 Rencana Cerdas -0,0085 0,0389 7 2004-07 BNI Dana Berkembang 0,0242 0,0393 8 2004-08 BIMA -0,0174 0,0275 9 2004-09 Phinisi Dana Saham 0,0196 0,0278
10 2004-10 BNI Dana Berkembang 0,0145 0,0241 11 2004-11 Nikko Saham Nusantara 0,0170 0,0356 12 2004-12 Nikko Saham Nusantara 0,0159 0,0427 13 2005-01 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 0,0143 0,0431 14 2005-02 BIG Nusantara -0,0009 0,0280 15 2005-03 BIG Nusantara -0,0183 0,0377 16 2005-04 BIG Nusantara 0,0270 0,0356 17 2005-05 BIG Nusantara -0,0213 0,0248 18 2005-06 BIG Nusantara -0,0086 0,0352 19 2005-07 Panin Dana Maksima 0,0160 0,0326 20 2005-08 Panin Dana Maksima -0,0063 0,0314 21 2005-09 Arjuna 0,0543 0,0789 22 2005-10 BIG Nusantara 0,0011 0,0955 23 2005-11 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 0,0360 0,0326 24 2005-12 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 0,0145 0,0309 25 2006-01 Danareksa Mawar 0,0273 0,0545 26 2006-02 BIMA -0,0427 0,0854 27 2006-03 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 0,0200 0,0336 28 2006-04 Bahana Dana Prima 0,0353 0,0403 29 2006-05 BNI Dana Berkembang -0,0218 0,0763 30 2006-06 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 0,0421 0,3603 31 2006-07 BIMA 0,1630 0,3518 32 2006-08 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 0,0168 0,0341 33 2006-09 BIMA -0,2520 0,4987 34 2006-10 Nikko Saham Nusantara 0,0187 0,0154 35 2006-11 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 0,0178 0,0124 36 2006-12 Panin Dana Maksima 0,0169 0,0270
Sumber: Data Olahan
3. Differential Return With Risk is Measured by Standar Deviation
155
Dalam pemilihan reksa dana ini didasarkan pada reksa dana yang
mempunyai kinerja terbaik untuk teori Differential Return with Risk is
Measured by Standar Deviation. Untuk setiap periode penelitian yaitu
setiap bulannya mulai Januari 2004 sampai dengan Desember 2006 yang
terdiri dari 36 bulan penelitian, diambil 1 (satu) reksa dana yang pada
evaluasi kinerja reksa dana memiliki kinerja terbaik menurut penelitian.
Reksa dana yang dihitung kinerja untuk setiap bulannya terdiri dari 15
reksa dana seperti yang telah dikemukakan dalam sub bab A.
Berdasarkan hasil perhitungan, dipilih differential return yang paling
besar karena semakin besar differential returnnya, maka kinerja portofolio
yang diperoleh melalui model tertentu masih lebih baik bila dibandingkan
dengan portofolio yang terletak pada CML.
Tabel 4.3 akan memperlihatkan nilai kinerja menurut metode
Differential Retuen with Risk is Measured by Standar Deviation yang
terpilih untuk penelitian ini selama periode Januari 2004 sampai dengan
Desember 2006.
156
Tabel 4.3 Daftar kinerja reksa dana berdasarkan Differential Return with Risk is Measured by Standar Deviation yang terpilih untuk penelitian
Periode Januari 2004 s.d Desember 2006 No. Periode Nama Reksa Dana Kinerja 1 2004-01 Rencana Cerdas 8,033 2 2004-02 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 7,612 3 2004-03 BNI Dana Berkembang 7,595 4 2004-04 Phinisi Dana Saham 7,451 5 2004-05 BIMA 8,326 6 2004-06 Rencana Cerdas 7,489 7 2004-07 BNI Dana Berkembang 7,511 8 2004-08 BIMA 7,475 9 2004-09 Phinisi Dana Saham 7,496 10 2004-10 BNI Dana Berkembang 7,503 11 2004-11 Nikko Saham Nusantara 7,546 12 2004-12 Nikko Saham Nusantara 7,594 13 2005-01 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 7,585 14 2005-02 BIG Nusantara 7,537 15 2005-03 BIG Nusantara 7,585 16 2005-04 BIG Nusantara 7,836 17 2005-05 BIG Nusantara 8,045 18 2005-06 BIG Nusantara 8,385 19 2005-07 Panin Dana Maksima 8,615 20 2005-08 Panin Dana Maksima 9,630 21 2005-09 Arjuna 10,303 22 2005-10 BIG Nusantara 11,366 23 2005-11 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 12,375 24 2005-12 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 12,869 25 2006-01 Danareksa Mawar 12,959 26 2006-02 BIMA 13,067 27 2006-03 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 12,859 28 2006-04 Bahana Dana Prima 12,895 29 2006-05 BNI Dana Berkembang 12,792 30 2006-06 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 13,881 31 2006-07 BIMA 13,598 32 2006-08 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 11,881 33 2006-09 BIMA 13,162 34 2006-10 Nikko Saham Nusantara 10,809 35 2006-11 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 10,298 36 2006-12 Panin Dana Maksima 9,854
Sumber: Data Olahan
157
Setelah diperoleh kinerja (differential return), langkah selanjutnya
adalah masuk ke dalam uji regresi dengan menggunakan program SPSS
release 11.0 for windows. Adapun yang menjadi variabel terikatnya
(variabel dependen) adalah kinerja, sedangkan yang menjadi variabel
bebasnya ( variabel independen) adalah IHSG, SBI, inflasi, dan nilai tukar
rupiah.
4. Deskriptif Variabel
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dijelaskan variabel-variabel
yang terdapat pada model regresi berganda seperti pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Kinerja, IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah
Pertahun Periode Januari 2004 s.d Desember 2006 TAHUN MEAN IHSG SBI Inflasi Nilai Tukar Kinerja
2004 805,69 0,619 0,505 8985,42 7,636 2005 1089,73 0,765 0,867 9750,58 9,344 2006 1442,93 0,986 1,111 9141,25 12,338
Sumber: Data Olahan
a. Variabel Dependen (Kinerja Reksa Dana Saham) Berdasarkan tabel 4.4 di atas yang diperoleh dari pengumpulan data
tahunan periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006, nilai rata-
rata kinerja reksa dana saham untuk tahun 2004 adalah sebesar 7,636.
Sedangkan pada tahun 2005 rata-rata kinerja reksa dana saham adalah
sebesar 9,344. Kemudian pada tahun 2006 meningkat menjadi 12,338.
Dapat diambil kesimpulan bahwa setiap tahunnya yang dimulai dari
tahun 2004 sampai 2006 nilai rata-rata kinerja reksa dana saham
158
mengalami peningkatan. Dan nilai rata-rata tertinggi terjadi pada tahun
2006 dengan angka 12,338.
b. Variabel Independen
1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks harga saham tidak ubahnya seperti sebuah barometer
ataupun termometer yang ada di rumah kita. Fungsinya sangat penting
karena dapat memberikan ukuran yang dapat membantu kita melihat
situasi bagaimanakah saat ini yang terjadi. Indeks harga saham menjadi
barometer kesehatan pasar modal yang dapat menggambarkan kondisi
bursa efek yang terjadi. Pada tabel 4.4 di atas dapat kita lihat nilai rata-
rata Indeks Harga Saham Gabungan setiap tahun yang dimulai dari tahun
2004 sampai dengan 2006. Selama tiga tahun pengamatan nilai rata-rata
IHSG untuk tahun 2004 adalah sebesar 805,69; kemudian mengalami
perubahan di tahun 2005 sebesar 1089,73; dan pada tahun berikutnya
meningkat sebesar 1442,93. Nilai rata-rata tertinggi selama tiga tahun
pengamatan tersebut terjadi pada tahun 2006.
2). Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) merupakan salah satu instrumen
moneter yang dapat mempengaruhi atau memotivasi masyarakat maupun
pengusaha untuk menabung dan melakukan investasi. Tingkat suku
bunga berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap kinerja pasar
159
modal (Rini Dwi Astuti). Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan dengan
naiknya bunga SBI, masyarakat akan lebih tertarik untuk
menginvestasikan dananya di sektor perbankan dengan harapan
mendapatkan keuntungan bunga yang lebih besar. Akibatnya terjadi
pergeseran komposisi investasi masyarakat, yaitu investasi jangka
pendek di perbankan yang lebih besar dibandingkan dengan investasi
jangka panjang di pasar modal. Sehingga investasi dana masyarakat di
pasar modal akan turun.
Pada tabel 4.4 dijelaskan bahwa nilai rata-rata tingkat suku bunga
SBI pertahun untuk tahun 2004 adalah sebesar 0,6 persen. Sedangkan
pada tahun 2005 sebesar 0,7 persen. Kemudian mengalami peningkatan
di tahun 2006 sebesar 0,9 persen. Dapat diambil kesimpulan bahwa nilai
rata-rata suku bunga setiap tahunnya meningkat. Ini artinya para investor
akan lebih memilih investasi di sektor perbankan.
3). Inflasi
Inflasi berpengaruh terhadap pergerakan harga saham melalui
return pasar (I. Sutopo dan Sudarto: 1999). Hal ini menunjukkan bahwa
secara agregatif naiknya inflasi akan menurunkan return pasar atau
indeks pasar. Pada tabel 4.4 diterangkan bahwa nilai rata-rata inflasi
pertahun pada tahun 2004 adalah sebesar 0,5 persen. Meningkat lagi di
tahun berikutnya yaitu tahun 2005 sebesar 0,8 persen. Sampai pada
tahun 2006 nilai rata-rata inflasi sebesar 1,1 persen.
4). Nilai Tukar Rupiah
160
Variabel nilai tukar rupiah juga berpengaruh secara negatif
terhadap pasar modal (Rini Dwi Astuti: 2001). Dengan naiknya nilai
kurs rupiah terhadap dollar Amerika akan menyebabkan turunnya
investor dalam menanamkan dananya di pasar modal. Karena investasi,
khususnya di pasar modal relatif lebih mahal dengan nilai Dollar yang
sama membutuhkan jumlah rupiah yang lebih banyak.
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diambil kesimpulan bahwa nilai rata-
rata nilai tukar rupiah pertahun untuk tahun 2004 adalah sebesar
8985,42. Tahun 2005 meningkat sebesar 9750,58. Sedangkan pada tahun
2006 nilainya turun sebesar 9141,25.
5. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS 11.0
for windows ternyata diketahui data tidak terdistribusi secara normal
dan salah satu variabel independen (yaitu variabel SBI) terdapat gejala
multikolinieritas. Oleh karena itu penulis mencoba dengan
mengeluarkan variabel tersebut dari model persamaan regresi. Dapat
dilihat pada gambar berikut.
161
Gambar 4.1 (Data Output sebelum SBI dikeluarkan dari model)
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KINERJA
Observed Cum Prob
1,0,8,5,30,0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1,0
,8
,5
,3
0,0
Gambar 4.2 (Data Output setelah SBI dikeluarkan dari model)
162
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KINERJA
Observed Cum Prob
1,0,8,5,30,0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1,0
,8
,5
,3
0,0
Dari gambar 4.1 dan gambar 4.2 dapat diambil kesimpulan bahwa data
pada gambar 4.1 tidak terdistribusi secara normal. Data tersebut adalah
data sebelum SBI dikeluarkan dari model regresi. Terlihat bahwa data
menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal. Setelah SBI dikeluarkan dari model persamaan regresi,
terlihat pada gambar 4.2 ternyata data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas dan penelitian dapat dilanjutkan.
b. Uji Multikolinieritas
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu variabel independen
(yaitu variabel SBI) terjadi gejala multikolinieritas. Oleh karena itu,
penulis mengeluarkan variabel tersebut dari model regresi dengan
163
maksud untuk mendapatkan model terbaik. Adapun tabelnya sebagai
berikut:
Tabel 4.5 (Data Output sebelum SBI dikeluarkan dari model)
Tabel 4.6
(Data Output setelah SBI dikeluarkan dari model)
Coefficients Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF 1 (Constant) IHSG 0,824 1,214 INFLASI 0,743 1,346
Coefficients Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF 1 (Constant) IHSG 0,370 2,706 SBI 0,091 11,041 INF 0,129 7,746 NTR 0,838 1,193 a Dependent Variable: KINERJA
164
NTR 0,892 1,120 a Dependent Variable: KINERJA
Dari hasil uji multikolinieritas ternyata variabel SBI terdapat gejala
multikolinieritas (tabel 4.5) dengan nilai VIF (variance inflation
factor) sebesar 11,041 yang berarti jika nilai VIF lebih besar dari 10
maka dikatakan variabel tersebut mempunyai masalah
multikolinieritas. Oleh karena itu penulis mencoba mengeluarkan
variabel tersebut dari penelitian dan hasilnya terlihat pada tabel 4.6.
Dari tabel 4.6 diperoleh nilai VIF kurang dari 10 (Gujarati: 2003) yang
berarti tidak terdapat gejala multikolinieritas antar variabel dependen.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai VIF,
model regresi yang dibuat layak untuk digunakan dalam penelitian.
c. Uji Autokorelasi
Tabel 4.7 Model Summary
Change Statistics Durbin-Watson Model R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 0,904 100,346 3 32 0,000 1,175 a Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INFLASI b Dependent Variable: KINERJA
Berdasakan tabel 4.7 di atas, diperoleh nilai Durbin Watson (DW)
adalah sebesar 1,175 dimana nilai tersebut berada diantara -2 sampai
+2. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
165
periode t-1 (sebelumnya) pada model regresi yang dibuat dalam
penelitian ini (Singgih Santoso: 2000: 216).
d. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.3
Scatterplot
Dependent Variable: KINERJA
Regression Standardized Predicted Value
2,01,51,0,50,0-,5-1,0-1,5
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed R
esid
ual
3
2
1
0
-1
-2
-3
Berdasarkan gambar 4.3, terlihat titik-titik menyebar secara acak atau
tidak membentuk pola tertentu yang jelas atau teratur, serta tersebar
baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga
model regresi yang disajikan layak dijadikan alat untuk memprediksi
kinerja reksa dana.
Dari hasil pengujian asumsi klasik di atas, setelah penulis
mengeluarkan variabel SBI dari model, ternyata tidak ditemukan
adanya gejala multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas
yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa estimator dalam persamaan
regresi efisien dan masing-masing estimator satu sama lainnya tidak
166
mempunyai hubungan yang cukup kuat untuk saling mempengaruhi,
atau hubungan tersebut acak/random, tidak berpola, sehingga model
regresi yang disajikan merupakan model yang layak dijadikan alat
untuk memprediksi sampel yang ada.
6. Pengujian Statistik
a. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.8 Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square 1 0,951 0,904 0,895
a Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INFLASI b Dependent Variable: KINERJA
Dari tabel Model Summary di atas, diperoleh nilai koefisien
determinasi yang disesuaikan adalah sebesar 0,895 yang berarti
sebanyak 89,5 persen variasi atau perubahan kinerja reksa dana dapat
dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG), SBI, inflasi dan Nilai Tukar Rupiah.
b. Pengaruh Variabel IHSG, SBI, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Kinerja Reksa Dana (Uji F)
Tabel 4.9 ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 178,556 3 59,519 100,346 0,000 Residual 18,980 32 0,593 Total 197,537 35
167
a Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INFLASI b Dependent Variable: KINERJA
Pada pengujian secara simultan (Uji F) diperoleh Fhitung sebesar 100,35
dimana nilai tersebut lebih besar dari Ftabel sebesar 2,84 dan Fsign
sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05. Hal ini berarti bahwa secara
bersama-sama (simultan) terdapat pengaruh variabel IHSG, SBI,
inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana. Hasil
penelitian ini mendukung hipotesis alternatif (Ha) pada hipotesis
kelima yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
variabel IHSG, SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja
reksa dana secara simultan.
c. Pengaruh Variabel IHSG, SBI, inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Kinerja Reksa Dana Secara Parsial
Tabel 4.10 Coefficients
Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 7,545 2,824 2,672 0,012 IHSG 0,003 0,000 0,355 5,875 0,000 INFLASI 4,687 0,386 0,772 12,140 0,000 NTR -0,001 0,000 -0,100 -1,716 0,096 a Dependent Variable: KINERJA
Dari tabel koefisien diperoleh untuk variabel IHSG memiliki thitung
sebesar 5,875 dan nilai signifikan sebesar 0,000. Jadi dapat diambil
kesimpulan bahwa variabel IHSG terdapat pengaruh yang signifikan
dimana nilai thitung lebih besar dari ttabel (5,875 > 1,69) dan nilai
signifikansi lebih kecil dari alpha (0,000 < 0,05), maka menolak Ho
168
dan menerima Ha. Nilai koefisien inflasi memiliki thitung sebesar 12,140
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Jadi dapat diambil kesimpulan
bawa variabel Inflasi juga berpengaruh signifikan dimana nilai thitung
lebih besar dari ttabel (12,140 > 1,69) dan nilai signifikansi lebih kecil
dari alpha (0,000 < 0,05), maka menolak Ho dan menerima Ha.
Sedangkan koefisien Nilai Tukar Rupiah memiliki thitung sebesar -1,716
dengan nilai signifikansi sebesar 0,096. Jadi dapat diambil kesimpulan
bahwa variabel Nilai Tukar Rupiah tidak berpengaruh signifikan
dimana thitung lebih kecil dari ttabel (-1,716 < 1,69) dan nilai signifikansi
lebih besar dari alpha (0,096 > 0,05), maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah menerima Ho dan menolak Ha.
Nilai ttabel untuk uji ini adalah sebesar 1,69 yang diperoleh dengan
alpha 5% dan df sebesar 35 (n-1).
d. Pengujian Koefisien Regresi
Dari persamaan Y = 7,545 + 0,003 X1 + 4,687 X2 dapat dijelaskan
bahwa:
1). Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh positif secara
signifikan terhadap kinerja reksa dana sebesar 0,003 yang berarti
jika IHSG mengalami peningkatan sebesar 1 maka akan
meningkatkan kinerja reksa dana sebesar 0,003 dan begitu juga
sebaliknya dengan asumsi variabel lain tetap.
2). Inflasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja reksa
dana sebesar 4,687 yang berarti jika inflasi mengalami peningkatan
169
sebesar 1% maka akan meningkatkan kinerja reksa dana sebesar
4,687 dan begitupun sebaliknya dengan asumsi variabel lain tetap.
3). Variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja reksa dana
adalah variabel Inflasi. Artinya variabel ini mempunyai pengaruh
yang sangat signifikan terhadap baik buruknya kinerja reksa dana
saham. Hal ini menunjukkan bahwa secara agregatif naiknya
inflasi akan menurunkan return pasar atau indeks pasar.
Hampir sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Essi Asiyah
(2005) bahwa variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan
Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) berpengaruh positif terhadap
kinerja reksa dana saham. Dalam penelitiannya, ia hanya
memasukkan tiga variabel yaitu IHSG, SBI dan Nilai Tukar
Rupiah. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis menambah satu
variabel makro yaitu inflasi dimana variabel tersebut secara
signifikan menjadi variabel yang paling dominan mempengaruhi
kinerja reksa dana saham.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
170
Berdasarkan analisis pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
Suku Bunga Bebas Risiko SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap
kinerja Reksa Dana Saham dari bulan Januari 2004 sampai dengan Desember
2006 dengan menggunakan regresi berganda dan pengujian statistik dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian diperoleh gambaran bahwa diantara variabel
independen terdapat gejala multikolinieritas sehingga penulis merasa
perlu mengeluarkan salah satu variabel tersebut (dalam hal ini variabel
SBI yang dikeluarkan) dari model persamaan regresi dengan maksud
untuk mendapatkan model persamaan yang terbaik.
2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa kinerja reksa
dana saham dipengaruhi oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
dan Inflasi dengan nilai signifikansi masing-masing sebesar 0,000.
3. Nilai Tukar Rupiah ternyata tidak signifikan mempengaruhi kinerja
reksa dana dengan nilai signifikansi sebesar 0,096 yang berarti lebih
besar dari alpha 0,05 sehingga kita tidak dapat memasukkan variabel ini
sebagai parameter dalam mengelola reksa dana.
4. Variabel inflasi menjadi variabel yang paling dominan mempengaruhi
kinerja reksa dana saham.
B. Implikasi
1. Dengan melihat perilaku data selama periode penelitian, analisis lebih
lanjut dapat dilakukan dengan membagi periode penelitian menjadi dua
bagian yaitu periode dimana suku bunga SBI meningkat tajam dan
171
periode dimana suku bunga SBI berangsur turun. Dengan melakukan
pemisahan tersebut diharapkan hasil perhitungan yang diperoleh lebih
menggambarkan situasi sebenarnya.
2. Dalam penelitian selanjutnya juga sebaiknya periode penelitian juga
dibuat labih lama, sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang lebih
baik.
3. Kepada para investor disarankan untuk menggunakan variabel IHSG dan
Inflasi sebagai parameter kinerja reksa dana.
LAMPIRAN
Daftar Reksa Dana Saham yang Terdaftar
Selama Periode Januari 2004 s.d Desember 2006
172
No Nama Reksa Dana 1 ABN Amro Ind. Dana Saham 2 Arjuna 3 Bahana Dana Prima 4 BIG Nusantara 5 BIMA 6 BNI Dana Berkembang 7 Danareksa Mawar 8 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 9 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 10 Nikko Saham Nusantara 11 Panin Dana Maksima 12 Phinisi Dana Saham 13 Rencana Cerdas 14 Schroder Dana Prestasi Plus 15 Si Dana Saham
Daftar Nilai Return Dan Standar Deviasi Tertinggi Perbulan Periode Januari 2004 s.d Desember 2006
No. Periode Nama Reksa Dana Return Std Dev.
1 2004-01 Rencana Cerdas 0,0418 0,0452 2 2004-02 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 0,0099 0,0345 3 2004-03 BNI Dana Berkembang -0,0172 0,0457 4 2004-04 Phinisi Dana Saham 0,0333 0,0316
173
5 2004-05 BIMA -0,1311 0,2624 6 2004-06 Rencana Cerdas -0,0085 0,0389 7 2004-07 BNI Dana Berkembang 0,0242 0,0393 8 2004-08 BIMA -0,0174 0,0275 9 2004-09 Phinisi Dana Saham 0,0196 0,0278 10 2004-10 BNI Dana Berkembang 0,0145 0,0241 11 2004-11 Nikko Saham Nusantara 0,0170 0,0356 12 2004-12 Nikko Saham Nusantara 0,0159 0,0427 13 2005-01 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 0,0143 0,0431 14 2005-02 BIG Nusantara -0,0009 0,0280 15 2005-03 BIG Nusantara -0,0183 0,0377 16 2005-04 BIG Nusantara 0,0270 0,0356 17 2005-05 BIG Nusantara -0,0213 0,0248 18 2005-06 BIG Nusantara -0,0086 0,0352 19 2005-07 Panin Dana Maksima 0,0160 0,0326 20 2005-08 Panin Dana Maksima -0,0063 0,0314 21 2005-09 Arjuna 0,0543 0,0789 22 2005-10 BIG Nusantara 0,0011 0,0955 23 2005-11 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 0,0360 0,0326 24 2005-12 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 0,0145 0,0309 25 2006-01 Danareksa Mawar 0,0273 0,0545 26 2006-02 BIMA -0,0427 0,0854 27 2006-03 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 0,0200 0,0336 28 2006-04 Bahana Dana Prima 0,0353 0,0403 29 2006-05 BNI Dana Berkembang -0,0218 0,0763 30 2006-06 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 0,0421 0,3603 31 2006-07 BIMA 0,1630 0,3518 32 2006-08 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 0,0168 0,0341 33 2006-09 BIMA -0,2520 0,4987 34 2006-10 Nikko Saham Nusantara 0,0187 0,0154 35 2006-11 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 0,0178 0,0124 36 2006-12 Panin Dana Maksima 0,0169 0,0270
Daftar Kinerja Reksa Dana Berdasarkan Differential Return With Risk By
Standar Deviation Yang Terpilih Untuk Penelitian Periode Januari 2004 s.d Desember 2006
No. Periode Nama Reksa Dana Kinerja 1 2004-01 Rencana Cerdas 8,033 2 2004-02 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 7,612 3 2004-03 BNI Dana Berkembang 7,595 4 2004-04 Phinisi Dana Saham 7,451
174
5 2004-05 BIMA 8,326 6 2004-06 Rencana Cerdas 7,489 7 2004-07 BNI Dana Berkembang 7,511 8 2004-08 BIMA 7,475 9 2004-09 Phinisi Dana Saham 7,496 10 2004-10 BNI Dana Berkembang 7,503 11 2004-11 Nikko Saham Nusantara 7,546 12 2004-12 Nikko Saham Nusantara 7,594 13 2005-01 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 7,585 14 2005-02 BIG Nusantara 7,537 15 2005-03 BIG Nusantara 7,585 16 2005-04 BIG Nusantara 7,836 17 2005-05 BIG Nusantara 8,045 18 2005-06 BIG Nusantara 8,385 19 2005-07 Panin Dana Maksima 8,615 20 2005-08 Panin Dana Maksima 9,630 21 2005-09 Arjuna 10,303 22 2005-10 BIG Nusantara 11,366 23 2005-11 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 12,375 24 2005-12 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 12,869 25 2006-01 Danareksa Mawar 12,959 26 2006-02 BIMA 13,067 27 2006-03 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 12,859 28 2006-04 Bahana Dana Prima 12,895 29 2006-05 BNI Dana Berkembang 12,792 30 2006-06 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 13,881 31 2006-07 BIMA 13,598 32 2006-08 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 11,881 33 2006-09 BIMA 13,162 34 2006-10 Nikko Saham Nusantara 10,809 35 2006-11 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 10,298 36 2006-12 Panin Dana Maksima 9,854
Daftar IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Selama Periode Januari 2004 s.d Desember 2006
No. Periode IHSG SBI (%) INF (%) NTR 1 2004-01 752,93 0,66 0,40 8441 2 2004-02 761,08 0,62 0,38 8447 3 2004-03 735,68 0,62 0,43 8587 4 2004-04 783,41 0,61 0,49 8661 5 2004-05 732,52 0,61 0,54 9210
175
6 2004-06 732,40 0,61 0,57 9415 7 2004-07 756,98 0,61 0,60 9168 8 2004-08 754,70 0,61 0,56 9328 9 2004-09 820,13 0,62 0,52 9170
10 2004-10 860,49 0,62 0,52 9090 11 2004-11 977,77 0,62 0,52 9018 12 2004-12 1000,23 0,62 0,53 9290 13 2005-01 1045,44 0,62 0,61 9165 14 2005-02 1073,83 0,62 0,60 9260 15 2005-03 1080,17 0,62 0,73 9480 16 2005-04 1029,61 0,64 0,68 9570 17 2005-05 1088,17 0,66 0,62 9495 18 2005-06 1122,38 0,69 0,62 9713 19 2005-07 1182,30 0,71 0,65 9819 20 2005-08 1050,09 0,79 0,69 10240 21 2005-09 1079,28 0,83 0,76 10310 22 2005-10 1066,22 0,92 1,49 10090 23 2005-11 1096,64 1,02 1,53 10035 24 2005-12 1162,64 1,06 1,43 9830 25 2006-01 1232,32 1,06 1,42 9395 26 2006-02 1230,66 1,06 1,49 9230 27 2006-03 1322,97 1,06 1,31 9075 28 2006-04 1464,41 1,06 1,28 8775 29 2006-05 1330,00 1,04 1,30 9220 30 2006-06 1310,26 1,04 1,29 9300 31 2006-07 1351,65 1,02 1,26 9070 32 2006-08 1431,26 0,98 1,24 9100 33 2006-09 1534,62 0,94 1,21 9235 34 2006-10 1582,63 0,90 0,52 9110 35 2006-11 1718,96 0,85 0,44 9165 36 2006-12 1805,52 0,81 0,55 9020
176
Daftar Standar Deviasi Reksa Dana Saham Perbulan Tahun 2004
standar deviasi 2004 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nop Des 1 ABN AMRO D. SAHAM 0,036 0,023 0,038 0,028 0,028 0,033 0,014 0,009 0,022 0,014 0,017 0,0242 ARJUNA 0,028 0,015 0,022 0,020 0,022 0,023 0,016 0,008 0,017 0,009 0,010 0,0263 BAHANA D. PRIMA 0,036 0,028 0,038 0,022 0,029 0,028 0,015 0,006 0,024 0,009 0,011 0,0234 BIG NUSANTARA 0,015 0,032 0,038 0,026 0,025 0,032 0,010 0,008 0,016 0,020 0,013 0,0215 BIMA 0,001 0,000 0,000 0,000 0,262 0,000 0,000 0,027 0,001 0,000 0,000 0,0016 BNI D. BERKEMBANG 0,032 0,029 0,046 0,018 0,036 0,018 0,039 0,011 0,025 0,024 0,018 0,0407 DANAREKSA MAWAR 0,045 0,025 0,033 0,026 0,020 0,021 0,011 0,006 0,022 0,012 0,009 0,0268 DANA MEGAH KAPITAL 0,017 0,034 0,038 0,022 0,030 0,030 0,025 0,006 0,014 0,019 0,017 0,0289 MASTER DINAMIS 0,025 0,014 0,024 0,026 0,018 0,016 0,020 0,005 0,023 0,006 0,016 0,024
10 NIKKO SHM NUSANTARA 0,021 0,012 0,013 0,010 0,010 0,031 0,018 0,011 0,016 0,018 0,036 0,04311 PANIN MAKSIMA 0,023 0,021 0,029 0,004 0,021 0,025 0,020 0,009 0,019 0,016 0,021 0,03312 PHINISI D. SAHAM 0,038 0,029 0,042 0,032 0,032 0,038 0,021 0,005 0,028 0,016 0,017 0,02813 RENCANA CERDAS 0,045 0,020 0,041 0,026 0,028 0,039 0,016 0,008 0,020 0,014 0,014 0,02614 SCHRODER D. PRESTASI PLUS 0,040 0,019 0,042 0,020 0,027 0,029 0,022 0,009 0,024 0,013 0,015 0,02515 SI DANA SHM 0,041 0,025 0,041 0,029 0,029 0,035 0,024 0,005 0,022 0,015 0,015 0,023 0,045 0,034 0,046 0,032 0,262 0,039 0,039 0,027 0,028 0,024 0,036 0,043
177
LANJUTAN Daftar Standar Deviasi Reksa Dana Saham Perbulan
Tahun 2005
standar deviasi 2005 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nop Des 1 ABN AMRO D. SAHAM 0,020 0,026 0,028 0,030 0,019 0,023 0,019 0,022 0,041 0,009 0,020 0,0212 ARJUNA 0,018 0,008 0,006 0,002 0,001 0,007 0,002 0,018 0,079 0,004 0,006 0,0233 BAHANA D. PRIMA 0,020 0,021 0,031 0,017 0,018 0,028 0,024 0,022 0,047 0,003 0,029 0,0224 BIG NUSANTARA 0,019 0,028 0,038 0,036 0,025 0,035 0,016 0,024 0,028 0,095 0,018 0,0215 BIMA 0,001 0,001 0,002 0,001 0,001 0,002 0,001 0,001 0,003 0,001 0,001 0,0176 BNI D. BERKEMBANG 0,032 0,019 0,032 0,026 0,020 0,016 0,022 0,030 0,036 0,014 0,020 0,0207 DANAREKSA MAWAR 0,011 0,020 0,025 0,013 0,014 0,021 0,023 0,020 0,035 0,015 0,027 0,0278 DANA MEGAH KAPITAL 0,043 0,027 0,029 0,021 0,021 0,028 0,031 0,022 0,041 0,016 0,033 0,0319 MASTER DINAMIS 0,021 0,015 0,035 0,018 0,016 0,022 0,021 0,017 0,034 0,021 0,016 0,025
10 NIKKO SHM NUSANTARA 0,041 0,023 0,021 0,020 0,013 0,006 0,009 0,019 0,032 0,008 0,015 0,01411 PANIN MAKSIMA 0,010 0,018 0,032 0,025 0,018 0,025 0,033 0,031 0,031 0,010 0,020 0,01912 PHINISI D. SAHAM 0,019 0,027 0,031 0,019 0,017 0,029 0,026 0,024 0,035 0,014 0,028 0,03013 RENCANA CERDAS 0,020 0,026 0,021 0,013 0,018 0,026 0,024 0,018 0,040 0,016 0,021 0,01914 SCHRODER D. PRESTASI PLUS 0,018 0,020 0,018 0,027 0,008 0,016 0,020 0,022 0,025 0,021 0,025 0,02515 SI DANA SHM 0,017 0,016 0,032 0,022 0,017 0,027 0,026 0,022 0,033 0,014 0,028 0,028 0,043 0,028 0,038 0,036 0,025 0,035 0,033 0,031 0,079 0,095 0,033 0,031
178
LANJUTAN Daftar Standar Deviasi Reksa Dana Saham Perbulan
Tahun 2006
standar deviasi 2006 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sept Okt Nop Des 1 ABN AMRO D. SAHAM 0,029 0,026 0,020 0,033 0,059 0,036 0,027 0,023 0,013 0,012 0,010 0,0042 ARJUNA 0,003 0,006 0,000 0,003 0,004 0,004 0,002 0,000 0,000 0,000 0,001 0,0013 BAHANA D. PRIMA 0,031 0,013 0,029 0,040 0,057 0,038 0,025 0,024 0,018 0,015 0,009 0,0064 BIG NUSANTARA 0,021 0,033 0,015 0,011 0,038 0,132 0,016 0,005 0,028 0,010 0,008 0,0185 BIMA 0,008 0,085 0,001 0,002 0,057 0,285 0,352 0,003 0,499 0,000 0,000 0,0006 BNI D. BERKEMBANG 0,028 0,026 0,026 0,026 0,076 0,039 0,032 0,028 0,015 0,006 0,010 0,0187 DANAREKSA MAWAR 0,055 0,010 0,032 0,023 0,062 0,034 0,027 0,025 0,016 0,010 0,011 0,0048 DANA MEGAH KAPITAL 0,042 0,023 0,034 0,033 0,065 0,032 0,033 0,034 0,017 0,012 0,008 0,0089 MASTER DINAMIS 0,035 0,021 0,022 0,019 0,045 0,360 0,023 0,023 0,013 0,011 0,012 0,005
10 NIKKO SHM NUSANTARA 0,020 0,006 0,021 0,029 0,038 0,015 0,010 0,020 0,010 0,015 0,007 0,00711 PANIN MAKSIMA 0,030 0,019 0,017 0,025 0,048 0,027 0,021 0,021 0,022 0,011 0,010 0,02712 PHINISI D. SAHAM 0,032 0,019 0,026 0,034 0,052 0,037 0,028 0,026 0,016 0,009 0,012 0,00613 RENCANA CERDAS 0,027 0,019 0,028 0,034 0,056 0,036 0,022 0,026 0,014 0,015 0,010 0,01314 SCHRODER D. PRESTASI PLUS 0,031 0,013 0,018 0,030 0,056 0,043 0,028 0,015 0,016 0,001 0,012 0,01415 SI DANA SHM 0,037 0,019 0,025 0,033 0,069 0,037 0,031 0,026 0,015 0,010 0,005 0,022 0,055 0,085 0,034 0,040 0,076 0,360 0,352 0,034 0,499 0,015 0,012 0,027
179
Daftar Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Differential Return With Risk By Standar Deviation Periode Januari 2004 s.d Desember 2006
TAHUN 2004 IHSG SBI (%) Kinerja Reksa Dana
n Bulan Nama Reksa Dana σp (Rm) (Rf) NTR INF (%) ( mR -Rf) ( mR -Rf)/σm Rf+( mR -Rf)/σm*σp 1 Jan RENCANA CERDAS 0,045 752,93 0,66 8441 0,40 1112,13 3,834 8,033 2 Feb DANA MEGAH KAPITAL 0,034 761,08 0,62 8447 0,38 1112,16 3,834 7,612 3 Mar BNI D. BERKEMBANG 0,046 735,68 0,62 8587 0,43 1112,16 3,834 7,595 4 Apr PHINISI D. SAHAM 0,032 783,41 0,61 8661 0,49 1112,17 3,834 7,451 5 Mei BIMA 0,262 732,52 0,61 9210 0,54 1112,17 3,834 8,326 6 Jun RENCANA CERDAS 0,039 732,40 0,61 9415 0,57 1112,17 3,834 7,489 7 Jul BNI D. BERKEMBANG 0,039 756,98 0,61 9168 0,60 1112,17 3,834 7,511 8 Agu BIMA 0,027 754,70 0,61 9328 0,56 1112,17 3,834 7,475 9 Sep PHINISI D. SAHAM 0,028 820,13 0,62 9170 0,52 1112,16 3,834 7,496
10 Okt BNI D. BERKEMBANG 0,024 860,49 0,62 9090 0,52 1112,16 3,834 7,503 11 Nov NIKKO SHM NUSANTARA 0,036 977,77 0,62 9018 0,52 1112,16 3,834 7,546 12 Des NIKKO SHM NUSANTARA 0,043 1000,23 0,62 9290 0,53 1112,16 3,834 7,594
180
LANJUTAN
Daftar Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Differential Return With Risk By Standar Deviation Periode Januari 2004 s.d Desember 2006
TAHUN
2005 IHSG SBI (%) Kinerja Reksa Dana
n Bulan Nama Reksa Dana σp (Rm) (Rf) NTR INF (%) ( mR -Rf) ( mR -Rf)/σm Rf+( mR -Rf)/σm*σp 13 Jan DANA MEGAH KAPITAL 0,043 1045,44 0,62 9165 0,61 1112,16 3,834 7,585 14 Feb BIG NUSANTARA 0,028 1073,83 0,62 9260 0,60 1112,16 3,834 7,537 15 Mar BIG NUSANTARA 0,038 1080,17 0,62 9480 0,73 1112,16 3,834 7,585 16 Apr BIG NUSANTARA 0,036 1029,61 0,64 9570 0,68 1112,14 3,834 7,836 17 Mei BIG NUSANTARA 0,025 1088,17 0,66 9495 0,62 1112,12 3,834 8,045 18 Jun BIG NUSANTARA 0,035 1122,38 0,69 9713 0,62 1112,09 3,834 8,385 19 Jul PANIN MAKSIMA 0,033 1182,30 0,71 9819 0,65 1112,07 3,834 8,615 20 Agu PANIN MAKSIMA 0,031 1050,09 0,79 10240 0,69 1111,99 3,834 9,630 21 Sep ARJUNA 0,079 1079,28 0,83 10310 0,76 1111,95 3,834 10,303 22 Okt BIG NUSANTARA 0,095 1066,22 0,92 10090 1,49 1111,86 3,833 11,366 23 Nov DANA MEGAH KAPITAL 0,033 1096,64 1,02 10035 1,53 1111,76 3,833 12,375 24 Des DANA MEGAH KAPITAL 0,031 1162,64 1,06 9830 1,43 1111,72 3,833 12,869
181
LANJUTAN
Daftar Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Differential Return With Risk By Standar Deviation Periode Januari 2004 s.d Desember 2006
TAHUN
2006 IHSG SBI (%) Kinerja Reksa Dana
n Bulan Nama Reksa Dana σp (Rm) (Rf) NTR INF (%) ( mR -Rf) ( mR -Rf)/σm Rf+( mR -Rf)/σm*σp
25 Jan DANAREKSA MAWAR 0,055 1232,32 1,06 9395 1,42 1111,72 3,833 12,959 26 Feb BIMA 0,085 1230,66 1,06 9230 1,49 1111,72 3,833 13,067 27 Mar DANA MEGAH KAPITAL 0,034 1322,97 1,06 9075 1,31 1111,72 3,833 12,859 28 Apr BAHANA D. PRIMA 0,040 1464,41 1,06 8775 1,28 1111,72 3,833 12,895 29 Mei BNI D. BERKEMBANG 0,076 1330,00 1,04 9220 1,30 1111,74 3,833 12,792 30 Jun MASTER DINAMIS 0,360 1310,26 1,04 9300 1,29 1111,74 3,833 13,881 31 Jul BIMA 0,352 1351,65 1,02 9070 1,26 1111,76 3,833 13,598 32 Agu DANA MEGAH KAPITAL 0,034 1431,26 0,98 9100 1,24 1111,80 3,833 11,881 33 Sep BIMA 0,499 1534,62 0,94 9235 1,21 1111,84 3,833 13,162 34 Okt NIKKO SHM NUSANTARA 0,015 1582,63 0,90 9110 0,52 1111,88 3,833 10,809 35 Nov MASTER DINAMIS 0,012 1718,96 0,85 9165 0,44 1111,93 3,834 10,298 36 Des PANIN MAKSIMA 0,027 1805,52 0,81 9020 0,55 1111,97 3,834 9,854
mR = 1112,79 σm= 290,05
182
HASIL OUTPUT SEBELUM VARIABEL SBI DI ELIMINASI DARI MODEL REGRESI
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KINERJA
Observed Cum Prob
1,0,8,5,30,0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1,0
,8
,5
,3
0,0
ANOVAb
192,309 4 48,077 285,101 ,000a
5,228 31 ,169197,537 35
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INF, SBIa.
Dependent Variable: KINERJAb.
Scatterplot
Dependent Variable: KINERJA
Regression Standardized Predicted Value
2,01,51,0,50,0-,5-1,0-1,5
Reg
ress
ion
Stu
dent
ized
Res
idua
l
4
3
2
1
0
-1
-2
183
LANJUTAN
HASIL OUTPUT SEBELUM VARIABEL SBI DI ELIMINASI DARI MODEL REGRESI
Model Summaryb
,987a ,974 ,970 ,41065 ,974 285,101 4 31 ,000 1,936Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change StatisticsDurbin-W
atson
Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INF, SBIa.
Dependent Variable: KINERJAb.
Coefficientsa
1,398 1,652 ,846 ,404,000 ,000 ,032 ,676 ,504 ,668 ,121 ,020 ,370 2,706
11,328 1,254 ,877 9,031 ,000 ,986 ,851 ,264 ,091 11,041,634 ,494 ,104 1,283 ,209 ,887 ,225 ,037 ,129 7,746,000 ,000 -,028 -,889 ,381 ,180 -,158 -,026 ,838 1,193
(Constant)IHSGSBIINFNTR
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: KINERJAa.
184
HASIL OUTPUT SETELAH VARIABEL SBI DI ELIMINASI DARI MODEL REGRESI
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KINERJA
Observed Cum Prob
1,0,8,5,30,0
Exp
ecte
d C
um P
rob
1,0
,8
,5
,3
0,0
ANOVAb
178,556 3 59,519 100,346 ,000a
18,980 32 ,593197,537 35
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INFa.
Dependent Variable: KINERJAb.
Scatterplot
Dependent Variable: KINERJA
Regression Standardized Predicted Value
2,01,51,0,50,0-,5-1,0-1,5
Reg
ress
ion
Stud
entiz
ed R
esid
ual
3
2
1
0
-1
-2
-3
185
LANJUTAN
HASIL OUTPUT SETELAH VARIABEL SBI DI ELIMINASI DARI MODEL REGRESI
Model Summaryb
,951a ,904 ,895 ,77015 ,904 100,346 3 32 ,000 1,175Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change StatisticsDurbin-W
atson
Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INFa.
Dependent Variable: KINERJAb.
Coefficientsa
7,545 2,824 2,672 ,012,003 ,000 ,355 5,875 ,000 ,668 ,720 ,322 ,824 1,214
4,687 ,386 ,772 12,140 ,000 ,887 ,906 ,665 ,743 1,346-,001 ,000 -,100 -1,716 ,096 ,180 -,290 -,094 ,892 1,120
(Constant)IHSGINFNTR
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: KINERJAa.
87
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. “Sekilas Tentang Seritifikat Bank Indonesia”, Jakarta, 1999. Bapepam. “Apa dan Bagaimana yang Harus Anda Pahami Seputar Reksa Dana:
Panduan Reksa Dana”, Jakarta, Bapepam, Agustus 1997.
Bisnis Indonesia, Januari – Desember 2003.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M Fakhruddin. “Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab”, edisi pertama, Jakarta, Salemba empat, 2001.
Dominick Salvatore. “Teori dan Soal-Soal Ekonomi Internasional”, Edisi Ketiga,
Jakarta, Erlangga, 1997. Dwiyanti, Vonny. “Wawasan Bursa Saham”, Edisi Pertama, Yogyakarta,
Universitas Atma Jaya, 1999. Elton E.J and M.J. Gruber. “Modern Portofolio Theory and Investment Analysis”,
Fifth edition, Canada, John Willey and Sons, Inc, 1995. Hady, Hamdy, DR., “Valas Untuk Manajer (Forex For Manager)”, Cetakan
Keempat, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2001. Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo. “Perangkat dan Teknik Analisis Investasi
di Pasar Modal Indonesia”, Jakarta, Bursa Efek, 2001. Husnan, Suad. “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi
Ketiga, Yogyakarta, Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 1998. Investor, 9 – 22 Agustus 2005. Irianto, Guntur. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Dollar Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan”, Jurnal Manajemen Publik & Bisnis, hal 82-101, 2001.
Jogiyanto H.M., “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Yogyakarta, BPFE,
1998.
85
Kontan, 13 Juni 2005 Lipsey G. Richard, Steiner O. Peter, Purvis D. Douglas, Jaka Wasana, Bran, Doko
Kir, “Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi kedelapan, Erlangga. Madura, Jeff. “Manajemen Keuangan Internasional”, Jilid I, Edisi Keempat,
Jakarta, Erlangga, 1997. Pratomo, Eko P. “Berwisata Kedunia Reksa Dana”, Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 2004. Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. “Reksa Dana Solusi Perencanaan
Investasi di Era Modern”, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2004. Sakhowi, Ahmad. “Analisis Pengaruh Perubahan Nilai Tukr Rupiah, Inflasi dan
Tingkat Bunga Terhadap Kinerjaaham di BEJ”, Jurnal Ekonomi & Bisnis, vol.2, no.1, hal 1-16, 2004.
Setiaatmadja, Lukas. “Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, Yogyakarta, Andi
Offset, 1994. Setyaningsih, “Perbandingan Kinerja Reksa Dana di Indonesia Periode 1997-
1999”, Jurnal Riset Ekonomi & Manajemen, vol.2, no.1, hal 53-71, Januari 2002.
Siagian, Victor. “Analysis Of Stock Mutual Fund In Indonesia: 1998-2004”,
Business and Entrepreneurial Review, vol.5, no.1, October 2005. Stoneir, A Alfred and Haque C Douglas. “Teori Ekonomi”, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 1984. Tendelilin, Eduardus. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”,
Yogyakarta, BPFE, 2001. Wardhani, Ratna. “Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia: Komposisi Dari
Kemampuan dan Gaya Manajer Investasi Serta Karakteristik Institusi”, Jurnal Keuangan & Perbankan, vol.1, no.1, 2004.