PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP …repositori.uin-alauddin.ac.id/11936/1/PENGARUH GOOD...

122
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL KONTROL (PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Manajemen Jurusan Manajemen Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar Oleh: NIRMALASARI SAENONG NIM: 10600113117 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP …repositori.uin-alauddin.ac.id/11936/1/PENGARUH GOOD...

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI

VARIABEL KONTROL (PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BEI)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar

Sarjana Manajemen Jurusan Manajemen Ekonomi

Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NIRMALASARI SAENONG

NIM: 10600113117

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2017

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertandatangan di bawah ini

menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di

kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh

orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh

karenanya batal demi hukum.

Makassar, 03 November 2017

Penyusun,

Nirmalasari Saenong

NIM. 10600113117

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Allahumma Shalli „Ala Muhammad Wa „Ala Ali Muhammad

Sebuah perjalanan hidup selalu memiliki awal dan akhir. Ibarat dunia ini yang

memiliki permulaan dan akhir. Perjalanan hidup kurang lebih 4 tahun begitu terasa

dalam sanu bari. Setelah melawati perjalanan panjang dan melelahkan, menyita

waktu, tenaga, dan pikiran, dapat merampungkan skripsi ini. Oleh karena itu, sembari

berserah diri dalam kerendahan hati dan kenistaan diri sebagai seorang hamba, maka

sepantasnyalah puji syukur hanya diperuntukkan kepada sang Maha Kuasa, Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan magfirahNya. sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol Pada Perusahaan

yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2016. Shalawat dan

salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW suritauladan bagi umat manusia.

Semoga keslamatan dan kesejahteraan selalu tercurahkan kepada keluarganya, para

sahabat-sahabatnya, tabi‟ut tabi‟in yang telah memperjuangkan agama Islam sebagai

agama samawi sekaligus pedoman hidup. Sebagai bagian dari seluruh makhluk

Tuhan Allah SWT yang sangat membutuhkan bantuan dari orang lain. Maka tepatlah

v

bila menghaturkan terima kasih yang setinggi-tinggnya kepada sederetan hamba-Nya

yang telah memberikan sumbangsih baik berupa bimbingan, dukungan, dan materi

serta bantuan lainnya yang diberikan, kiranya dapat dicatat oleh Allah SWT sebagai

amal soleh. Ucapan terima kasih yang tak terhingga saya berikan kepada kedua orang

tua tercinta yang senantiasa memberikan doa, dukungan, membesarkan dan mendidik

penulis dengan tulus, ikhlas dan penuh kasih sayang. Serta saudara dan saudari

kandung yang tercinta yang memberi semangat terhadap penulis. Maka tak lupa pula

dengan penuh hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada:

1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar.

2. Prof. DR. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam dan selaku Pembimbing I, atas bimbingan, saran, dan motivasi yang

diberikan.

3. Ibu Andi Mulia, SE, selaku Pembimbing II, atas bimbingan, saran, dan motivasi

yang diberikan.

4. Ibu Hj. Rika Dwi Parmitasari, SE.,M.Comm, selaku Ketua Jurusan Manajemen

Ekonomi dan saran serta motivasi yang diberikan

5. Bapak DR. Siradjuddin, SE., M.Si, selaku dan Dosen PA, atas bimbingan, saran,

dan motivasi yang diberikan.

6. Segenap dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam

Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

vi

7. Orang Tua tersayang (Muh Saenong dan Nurmiati), yang telah memberikan

begitu banyak materil, doa, bimbingan, dan kasih sayang yang selalu tercurah

selama ini, adik tersayang (Novry dan Febry) dan keluarga,

8. Para sahabat (Ulfa, Aya, Narti, Asti, Ana, Shelly dan Bunda Dian), keluarga

Manajemen Keuangan, Manajemen C angkatan 2013, dan teman-teman

manajemen angkatan 2013, serta keluarga SHINDOKA dan Tim PRAPORDA

KARATE, atas doa, bantuan, serta kasih sayang yang selalu tercurah selama ini.

9. Semua pihak yang telah terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga budi dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal jariah dan

mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah Swt, Amin.

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi

ini, oleh karena itu sangat mengharapkan saran dan masukan, maka penulis akan

dengan senang hati menerimanya. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu`alaikumWarahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 22 November 2017

NIRMALASARI SAENONG

NIM. 10600113117

vii

DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... ii

PENGESAHAN ........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi

ABSTRAK ................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1-19

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................... 11

C. Hipotesis ....................................................................... 11

D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian ... 15

E. Penelitian Terdahulu ..................................................... 17

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................... 19

BAB II TINJAUAN TEORETIS .............................................................. 20-39

A. Grand Theory ................................................................ 20

B. Good Corporate Governance ....................................... 23

C. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance .............. 28

D. Indikator Good Corporate Governance ........................ 32

E. Nilai Perusahaan ........................................................... 34

F. Ukuran Perusahaan ....................................................... 37

G. Kerangka Konseptual .................................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 40-48

A. Jenis Penelitian ............................................................. 40

B. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………. 40

C. Pendekatan Penelitian ................................................... 40

D. Populasi dan Sampel ..................................................... 40

viii

E. Metode Pengumpulan Data ........................................... 42

F. Metode Analisis Data.................................................... 43

G. Uji Hipotesis ................................................................. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 49-90

A. Gambaran Umum Objek Perusahaan ................................ 49

B. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia .............................. 67

C. Hasil Analisis Dan Pengujian Hipotesis ............................ 75

1. Uji Asumsi Klasik ......................................................... 75

2. Analisis Regresi Linear Berganda ................................ 79

3. Pengujian Hipotesis ...................................................... 82

D. Pembahasan Penelitian ...................................................... 85

BAB V PENUTUP .................................................................................... 91-92

A. Kesimpulan ........................................................................ 91

B. Implikasi Penelitian ........................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 93-97

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Variabel Penelitian ................................................................... 16

Tabel 1.2 : Penelitian Terdahulu ............................................................... 17

Tabel 3.1 : Sampel Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Pada Tahun 2012-2016 ................................................................................. 42

Tabel 4.1 : Hasil Perhitungan Price Book Value (PBV) Perusahaan yang

Konsisten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2016......... 71

Tabel 4.2 : Hasil Perhitungan Dewan Direksi Perusahaan yang Konsisten

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2016 ………………. 72

Tabel 4.3 : Hasil Perhitungan Dewan Komisaris Perusahaan yang

Konsisten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2016......... 72

Tabel 4.4 : Hasil Perhitungan Komisaris Independen Perusahaan yang

Konsisten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2016….… 73

Tabel 4.5 : Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan (Size) Perusahaan yang

Konsisten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2016….... 74

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas ................................................................ 75

Tabel 4.7 : Hasil Uji Autokorelasi ............................................................. 76

Tabel 4.8 : Hasil Uji Multikolinearitas ...................................................... 77

Tabel 4.9 : Hasil Uji Galjser ........................................................................ 79

Tabel 4.10 : Hasil Uji Regresi Berganda ..................................................... 80

Tabel 4.11 : Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ..................................... 82

Tabel 4.12 : Hasil Uji Statistik F ................................................................. 83

Tabel 4.13 : Hasil Uji Statistik t ................................................................. 84

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Perusahaan Dengan Harga Saham Tertinggi……………...... 8

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual ............................................................. 39

vii

ABSTRAK

Nama : Nirmalasari Saenong

NIM : 10600113117

Judul : PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN DENGAN UKURAN PERUSAHAAN

SEBAGAI VARIABEL KONTROL PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

Good corporate governance merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah

perusahaan. Perusahaan yang sudah terbukti memperhatikan sistem organisasi

tersebut akan cenderung memiliki sistem tata kelola yang baik pula. Apabila hal

tersebut sudah tercipta maka perusahaan dapat membina hubungan yang baik dengan

para stakeholder. Namun kenyataannya masih banyak perusahaan yang belum

mampu menerapkan gcg dalam perusahaannya sehingga banyak masalah-masalah

yang timbul dalam sistem pengelolaannya.Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan dengan

ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI tahun 2012-2016. Good corporate governance diproksikan dengan

menggunakan Dewan Komisaris, Komisaris Independen, dan Dewan Direksi

sedangkan ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan Size.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Adapun menurut tingkat

ekspklanasinya (Tingkat kejelasan) penelitian ini menggunakan rumusan masalah

asosiatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, jenis data

yaitu data sekunder. Adapun teknik menganalisis data yang digunakan yaitu uji

asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, dan pengujian hipotesis.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa indikator

GCG secara parsial dewan komisaris dan dewan direksi berpengaruh positif

signifikan terhadap nilai perusahaan, komisaris independen berpengaruh negatif tidak

signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh

positif dan signifikan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei tahun 2012-

2016.

Kata Kunci : Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Dewan Direksi, Nilai

Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan merupakan salah satu bentuk korporasi yang menjalankan setiap

jenis usahanya bersifat tetap, terus menerus dan bekerja dalam wilayah Negara

Republik Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba (menurut

ketentuan Pasal 1 huruf b UU Wajib Daftar Perusahaan). Dengan laba atau

keuntungan maksimal tersebut perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan

hidup perusahaan. Namun dewasa ini dunia usaha berkembang semakin pesat.

Banyak perusahaan-perusahaan baru yang bermunculan sehingga membuat

persaingan usaha yang begitu ketat dan kompetitif. Oleh karena itu para pelaku

perusahaan dituntut untuk bisa mengelola sumber daya yang mereka miliki lebih

efektif dan efisien demi menunjang apa yang telah menjadi tujuan perusahaan

sebelumnya (Hadianto, 2013).

Salah satu tujuan pendirian suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan

nilai perusahaan tersebut yang dapat dicerminkan dari harga sahamnya. Setiap

perusahaan tentunya menginginkan nilai perusahaan yang tinggi sebab hal tersebut

secara tidak langsung menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Nilai

perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham,

sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada perusahaan

tersebut (Haruman, 2008).

2

Industri manufaktur memiliki peran besar dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi yang ditunjukkan dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa

efek Indonesia meningkat setiap tahunnya dan membuat perusahaan manufaktur

menempati posisi yang dominan (www.idx.co.id). Ahmad (2009) mengatakan bahwa

melakukan investasi pada sektor manufaktur memerlukan kecermatan dan kehati-

hatian karena sektor manufaktur lebih komplit dalam pengelolaannya dibandingkan

dengan sektor jasa dan perdagangan. Hal ini disebabkan dalam sektor manufaktur

banyak faktor yang mempengaruhi kinerjanya, mulai dari pengadaaan bahan baku,

tenaga kerja, proses produksi, kualitas produk, yang dihasilkan hingga penjualan

produk akhir. Oleh karena itu sangat penting bagi investor mengetahui lebih dulu

kinerja perusahaan sektor industri sebelum menanamkan modalnya (Sinaga, 2014).

Penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan

harga saham yang sedang ditransaksikan di bursa. Pada kenyataannya, banyak

investor mengalami kesulitan dalam memprediksi nilai perusahaan sebagai salah satu

acuan dalam pengambilan keputusan investasi. Hal ini dikarenakan harga saham

suatu perusahaan setiap saat dapat mengalami kenaikan maupun penurunan. Zulfa

(2012:2) mengungkapkan manajemen selaku pengelola perusahaan akan berupaya

meningkatkan kinerjanya melalui berbagai kemampuan yang mereka miliki guna

meningkatkan nilai perusahaan (Isti’adah, 2015: 4).

Nilai perusahaan merupakan salah satu tolak ukur bagi investor dalam melihat

kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan

keinginan yang besar bagi investor untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan

3

tersebut. Horngren dan Harrison (2007) menyatakan adanya peluang investasi dapat

memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan

datang sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan meningkatnya harga saham

maka nilai perusahaan pun akan meningkat (Fellicia, 2015). Dalam penelitian ini,

nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Price Book Value Ratio (PBV). Price

to Book Value ratio (PBVratio) adalah rasio perbandingan harga pasar saham (price)

dan nilai buku persaham (book value per share). Dalam hal ini nilai buku persaham

didapat melalui pembagian antara total modal (total equity) dan jumlah saham

beredar (number of outstading share). Dengan menggunakan rasio PBV, calon

investor dapat mengetahui perusahaan yang nilai sahamnya undervalued atau

overvalued. Nilai saham dikatakan undervalued ketika nilai PBV dibawah 1, dan nilai

saham dikatakan overvalued ketika nilai PBV di atas 1 (Permata, 2013 dalam Pratiwi,

2017).

Beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah

good corporate governance dan ukuran perusahaan. Good corporate governance

merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah perusahaan. Perusahaan yang sudah

terbukti memperhatikan sistem organisasi tersebut akan cenderung memiliki sistem

tata kelola yang baik pula. Apabila hal tersebut sudah tercipta maka perusahaan dapat

membina hubungan yang baik dengan para stakeholder. Hubungan yang baik tersebut

akan menimbulkan kepercayaan yang tinggi dari para stakeholder (Wicaksono,

2014).

4

Menurut Komite Cadbury dalam Surya dan Ivan (2006), corporate

governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan

tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan

oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggung

jawaban kepada stakeholders. GCG merupakan suatu hal yang penting untuk

mewujudkan peningkatan kinerja perusahaan melalui monitoring kinerja manajemen

dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap para pemegang saham (Nugroho,

2014).

Dalam rangka pemantauan terhadap pengendalian internal perusahaan, direksi

mempunyai tanggung jawab menetapkan kebijakan, strategi serta prosedur

pengendalian intern, melaksanakan kebijakan dan strategi yang telah disetujui oleh

dewan komisaris, memelihara suatu struktur organisasi, memastikan bahwa

pendelegasian wewenang berjalan secara efektif yang didukung oleh penerapan

akuntabilitas yang konsisten dan memantau kecukupan dan efektivitas dari sistem

pengendalian intern. Untuk memantau serta memastikan sistem pengendalian internal

berjalan efektif, direksi melakukan langkah-langkah, antara lain :

1. Menugaskan para manajer/pejabat dan staf yang bertanggungjawab dalam

kegiatan atau fungsi tertentu untuk menyusun kebijakan dan prosedur

pengendalian intern terhadap kegiatan operasional serta kecukupan organisasi.

2. Melakukan pengendalian yang efektif untuk memastikan bahwa para

manajer/pejabat dan pegawai telah mengembangkan dan melaksanakan

kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.

5

3. Mendokumentasikan dan mensosialisasikan struktur organisasi yang secara

jelas menggambarkan jalur kewenangan dan tanggung jawab pelaporan serta

menyelenggarakan suatu sistem komunikasi yang efektif kepada seluruh

jenjang organisasi perusahaan.

4. Mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan bahwa kegiatan

fungsi pengendalian intern telah dilaksanakan oleh manajer/pejabat dan

pegawai yang memiliki pengalaman dan kemampuan yang memadai.

5. Melaksanakan secara efektif langkah perbaikan atau rekomendasi dari auditor

intern dan atau auditor ekstern, antara lain dengan cara menugaskan pegawai

yang bertanggungjawab untuk melaksanakannya.

Peningkatan ukuran dan diversitas dari dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan karena akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya

network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan sumber daya

(Andri Veno, 2015).

Pembentukan dewan komisaris merupakan salah satu mekanisme yang

digunakan untuk memonitor kinerja manajer. Surat Keputusan Direksi PT. Bursa

Efek Jakarta BEJ Nomor: Kep-315/BEJ/06-2000 mengharuskan perusahaan yang

terdaftar di bursa efek untuk memiliki dewan komisaris yang memonitor perusahaan

agar tercipta Good Corporate Governance di Indonesia. Secara hukum dewan

komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi.

Dalam melakukan pemantauan terhadap direksi, dewan komisaris memastikan bahwa

direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari satuan kerja audit

6

intern perusahaan (SKAI), auditor eksternal, hasil pengawasan perusahaan dan/atau

hasil pengawasan otoritas lain. Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya

harus mampu mengawasi dipenuhinya kepentingan semua stakeholders berdasarkan

azas kesetaraan, serta mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan

kebijakan strategis perusahaan (Andri Veno, 2015). Syarat variabel penelitian untuk

dewan direksi dan komisaris, yaitu:

1. Dewan Direksi dan Komisaris rata-rata menghadiri setidaknya 75% dari

pertemuan

2. Posisi Dewan Direksi dan Komisaris atas rapat tercatat dalam notulen rapat

3. Direktur Utama/CEO dan komisaris utama adalah orang yang berbeda

4. Ada sistem yang mengevaluasi anggota Dewan Direksi dan Komisaris

5. Ada peraturan yang mengatur pertemuan Dewan Direksi dan Komisaris

6. Perusahaan menggelar empat atau lebih rapat Dewan Direksi dan Komisaris

per tahun (Randy dan Juniarti,2013).

Komisaris independen sebagai kekuatan penyeimbang dalam pengambilan

keputusan dari dewan komisaris. Peranan dewan komisaris dan komisaris independen

sangat penting dan diperlukan komitmen penuh dari dua hal tersebut dalam

menentukan keberhasilan implementasi GCG tersebut (Effendi, 2009:19). Syarat

variabel penelitian untuk komisaris independen, yaitu:

1. Perusahaan mempunyai setidaknya 30% Komisaris Independen

2. Perusahaan mempunyai lebih dari 30% Komisaris Independen

3. Perusahaan memiliki satu atau lebih Komisaris dari luar negeri

7

4. Perusahaan memiliki Komisaris Independen

5. Komisaris Independen tidak menerima dana pensiun

6. Komisaris Independen dapat memperoleh saran para ahli dari luar perusahaan

7. Perusahaan mempunyai sistem untuk mengevaluasi Komisaris Independen

atau rencana untuk memiliki satu

8. Pemegang saham menyetujui membayar agregat Komisaris Independen di

pertemuan pemegang saham

9. Komisaris independen rata-rata menghadiri setidaknya 75% dari pertemuan

10. Perusahaan mempunyai kode etik bagi Komisaris Independen

11. Perusahaan menetapkan contact person untuk mendukung Komisaris

Independen

12. Ada pertemuan khusus untuk Komisaris Independen

13. Perusahaan tidak mengijinkan Komisaris Independen untuk membeli saham

perusahaan (Randy dan Juniarti,2013).

Kim et al., (2003) dalam Jamaan (2008) membagi ukuran perusahaan menjadi

3 yaitu small (kecil), medium (sedang) dan large (besar) berdasarkan market value

perusahaan. Ukuran perusahaan juga dianggap mampu mempengaruhi nilai

perusahaan. Karena semakin besar ukuran atau skala perusahaan maka akan semakin

mudah pula perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat internal

maupun eksternal. Ukuran perusahaan dinyatakan berhubungan positif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan (Rachmawati dan Hanung,2007). Namun ukuran

perusahaan mempunyai nilai negatif dan signifikan oleh (Siallagan dan Mas’ud,

8

2006). Dalam penelitian lain, ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap nilai perusahaan (Rumondor, dkk, 2015: 3).

Saham merupakan bukti kepemilikan seseorang atau suatu badan terhadap

suatu perusahaan. Tempat resmi yang berfungsi sebagai Pasar untuk pembelian dan

penjualan saham biasanya disebut dengan Bursa Efek atau Stock Exchange. Di

Indonesia, hanya ada satu Bursa Efek yang berfungsi sebagai tempat transaksi saham

tersebut, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data yang dikutip dari Bursa

Efek Indonesia (BEI), jumlah perusahaan yang mendaftarkan diri sebagai perusahaan

terbuka (Tbk) di Indonesia sebanyak 554 Perusahaan (Juli 2017). Perusahaan-

perusahaan tersebut berasal dari berbagai sektor industri, ada yang merupakan sektor

Financial, Manufacturing, Perdagangan, Konsumen, Pertambangan, Properti,

Infrastruktur dan Pertanian.

Gambar 1.1 Perusahaan Dengan Harga saham Tertinggi

(Sumber Data: CNN Indonesia.com)

0.000

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

PT. Gudang Garam Tbk

PT. Unilever Indonesia Tbk

PT. Merck Sharp DohmePharma Tbk

9

Dari data diatas diketahui bahwa PT. Gudang Garam Tbk berada diurutan

pertama dengan harga saham tertinggi di ikuti PT. Unilever Indonesia Tbk kemudian

PT. Merck Sharp Dohme Pharma Tbk. Ketiganya masuk kedalam perusahaan

manufaktur.

Walaupun harga saham perusahaan sangat tinggi, perusahaan tidak dapat

mengabaikan hal pengelolaan perusahaannya. Berdasarkan hasil penilaian yang

dilakukan Direktur Jenderal Pengendalian dan Kerusakan Lingkungan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Terdapat 21 perusahaan Peraih peringkat

hitam dalam Program Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup dan 15 dari 21 perusahaan peraih peringkat hitam tidak memiliki izin

pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Dari 21 perusahaan tersebut,

terdapat sembilan perusahaan yang baru dievaluasi pada 2015. Sedangkan 12 sisanya

merupakan perusahaan yang sudah beberapa kali mendapat predikat merah dalam

penilaian di tahun-tahun sebelumnya.

Adapun daftar perusahaan yang masuk dalam peraih peringkat hitam dalam

Program Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup:

No Nama Perusahaan

1 RS Hana Charitas Rumah Sakit

2 RSUD Tulehu Rumah Sakit

3 RSUD Dr R Soedjono Selong Rumah Sakit

4 RS Risa Sentra Medika Rumah Sakit

5 RSU Luwuk Banggai Rumah Sakit

6 RS Advent Telling Manado Rumah Sakit

7 RS AL Ramelan Rumah Sakit

8 PT Sinar Bahari Agung Pengolahan Ikan

9 PT AKFI Pengolahan Ikan

10

10 PT Mina Maluku Sejahtera Pengolahan Ikan

11 PT Baroid Indonesia Pengolahan Limbah B3

12 PT Sriwijaya Alam Segar Manufaktur (Makanan & Minuman)

13 PT Bangun Sarana Alloy Manufaktur (Komponen Otomotif)

14 PT Smart Glove Indonesia Manufaktur (Peralatan Rumah Tangga)

15 PT Ampuh Perkasa Manufaktur (Obat Nyamuk Bakar)

16 PT Pura Barutama Manufaktur (Kertas)

17 PT Palma Mas Sejati Perkebunan (Sawit)

18 PT Raberindo Pratama Perkebunan (Karet)

19 PT Inti Bara Perdana Pertambangan (Batubara)

20 Hotel Garuda Plaza Medan Perhotelan

21 CV Prima Logam Pengecoran Logam dan Pemecah Batu

Hal yang menyebakan perusahaan diatas masuk kedalam daftar hitam yaitu

persoalan pengendalian pencemaran air. Dari tujuh perusahaan yang bermasalah dari

sisi air, tiga di antaranya tidak membuang limbah di saluran yang ditentukan. Empat

sisanya bahkan tidak memiliki instalasi pengolahan air limbah. Tujuh perusahaan

tersebut terdiri atas tiga perusahaan manufaktur, dua perusahaan perkebunan,

perusahaan pengolahan limbah serta pertambangan. Selain itu, persyaratan

kelengkapan dokumen dilanggar oleh empat perusahaan, yakni rumah sakit,

perusahaan manufaktur dan dua perusahaan pengolahan ikan. Adapun untuk

pengendalian pencemaran udara dan penanggulangan kerusakan lingkungan khusus

kegiatan pertambangan masing-masing dialami oleh satu perusahaan.

Perusahaan manufaktur mendominasi daftar hitam yaitu terdapat 5 perusahaan

manufaktur yaitu PT. Sriwijaya Alam Segar (Minuman dan Makanan), PT. Bangun

Sarana Alloy (Komponen Otomotif), PT. Smart Glove Indonesia (Peralatan Rumah

Tangga), PT. Ampuh Perkasa (Obat Nyamuk Bakar) dan PT. Pura Barutama (Kertas).

Hal ini berarti bahwa perusahaan manufaktur masih kurang dalam menerapkan sistem

11

pengendalian penanggulangan limbah industrinya sehingga masih perlu untuk

meningkatkan sistem tata kelola (GCG) perusahaannya.

Berdasarkan pernyataan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap nilai

perusahaan selama periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Oleh karena itu

penelitian ini berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol (Perusahaan

Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)” dianggap penting

dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah Good Corporate Governance berpengaruh terhadap nilai perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah.

Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu pernyataan atau jawaban sementara dari

suatu penelitian dan kebenarannya masih harus dibuktikan terlebih dahulu melalui

hasil penelitian. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

12

1. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan

Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu faktor yang dapat

memengaruhi nilai perusahaan. GCG dikatakan mampu meningkatkan nilai

perusahaan disebabkan oleh adanya GCG, perusahaan diharapkan dapat mempunyai

kinerja yang baik sehingga mampu menciptakan keuntungan bagi para pemilik

perusahaan atau pemegang saham (Amanti, 2011). Sebagaimana dijelaskan dalam QS

Ar-Rahman ayat 7-9:

Terjemahnya:

7. dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca

(keadilan).

8. supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.

9. dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu

mengurangi neraca itu.

Maksud dari ayat diatas yaitu, kita janganlah berlaku curang dalam

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan orang lain seperti kerjasama bisnis

atau lainnya. Kita harus berlaku jujur dan adil, bekerja sama dengan baik dan

menguntungkan bagi sesama. Berkaitan dengan Good Corporate Governance dimana

perusahaan diharapkan mampu memberikan kinerja dan keuntungan yang baik bagi

pemilik dan pemegang saham.

Adapun penelitian terdahulu dengan judul Pengaruh Good Corporate

Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility

13

(CSR) Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

BEI tahun 2007 oleh Latifah,dkk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator

Good Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, maka

H1 : Diduga good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan.

2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai

perusahaan suatu perusahaan. Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total aset

yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi

perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih

leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan

yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh

pemilik atas asetnya. Jumlah aset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika

dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan tetapi jika dilihat dari sisi manajemen,

kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan meningkatkan

nilai perusahaan (Analisa, 2011). Sebagaimana dijelaskan dalam QS At-Taubah ayat

24:

14

Terjemahanya:

24. Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri,

kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang

kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah

lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya,

Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". dan Allah

tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Maksud dari ayat diatas yaitu kita sebagai manusia yang beriman janganlah

diperbudak oleh harta seakan akan kita takut akan rugi atau kehilangan harta itu sebab

itu hanya titipan-Nya dan Allah swt. selalu memberi petunjuk bagi orang-orang yang

beriman. Berkaitan dengan ukuran perusahaan dimana semakin tinggi ukuran

perusahaan (aset) maka perusahaan leluasa mempergunakannya, akan tetapi hal itu

menjadi kekhawatiran bagi pemilik dalam hal penyalahgunaan tetapi membawa

dampak positif bagi nilai perusahaan.

Adapun penelitian terdahulu dengan judul Pengaruh Penerapan Good

Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Variabel Kontrol Ukuran

Perusahaan, Market Share Dan Sektor Industri Yang Terdaftar Di Bei 2007-2011

Oleh Vincentius Randy Dan Juniarti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ukuran

perusahaan mempunyai pengaruh negatif tapi tidak signifikan terhadap Nilai

Perusahaan, maka

15

H2 : Diduga ukuran perusahaan berpengaruh negatif tapi tidak signifikan terhadap

Nilai Perusahaan.

D. Definisi Operasional Variabel

Berikut ini beberapa definisi operasional dari beberapa variabel:

1. Variabel Terikat (dependent variable)

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang diakibatkan

atau dipengaruhi oleh variabel bebas (Martono, 2014: 61). Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel terikat adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan

persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan

dengan harga sahamnya. Diukur dengan PBV yang merupakan rasio perbandingan

harga pasar saham dan nilai buku persaham (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).

2. Variabel Bebas (independent variable)

Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel yang lain, yang pada umumnya berada dalam urutan tata

waktu yang terjadi lebih dahulu (Martono, 2014: 61). Dalam penelitian yang menjadi

variabel bebas yaitu:

a. Dewan direksi adalah pihak dalam suatu entitas perusahaan sebagai pelaksana

operasi dan kepengurusan perusahaan (Wicaksono, 2014).

b. Dewan komisaris adalah inti dari CG yang bertugas untuk menjamin strategi

perusahaan, melakukan pengawasan terhadap manajer, serta mewajibkan

terlaksananya akuntabilitas dalam perusahaan (Purwaningtyas, 2011).

16

c. Dewan komisaris independen merupakan semua komisaris yang tidak

memiliki kepentingan bisnis yang substansial dalam perusahaan (Wardoyo &

Veronica, 2013: 4).

3. Variabel Kontrol (control variable)

Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan/dibuat konstan

sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dapat

dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak teliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini

adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan cerminan total aset yang

dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, berarti aset yang dimiliki

perusahaan pun semakin besar dan dana yang dibutuhkan perusahaan untuk

mempertahankan kegiatan operasionalnya pun semakin banyak (Pratama, 2016: 5).

Berikut ini rincian definisi operasional variabel:

Tabel 1.2

No Variabel Operasional Variabel

1 Nilai Perusahaan (Y)

(Brigham dan Ehrhardt, 2002)

Nilai perusahaan dapat diukur dengan

PBV = harga buku persaham

Nilai buku persaham

2 Dewan Direksi (X1)

(Randy dan Juniarti, 2013)

Dewan direksi dapat diukur dengan

= Jumlah anggota dewan direksi

3 Dewan Komisaris (X2)

(Ujiyanto, 2007)

Dewan komisaris dapat diukur dengan

DK = DK internal + DK eksternal

4 Komisaris Independen (X3)

(Ujiyanto, 2007)

Komisaris independen dapat diukur dengan

KI = DK luar x 100 %

DK

5 Ukuran Perusahaan (X4)

(Randy dan Juniarti, 2013)

Ukuran perusahaan dapat diukur dengan

= total asset

17

E. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu sebagai berikut:

Tabel 1.3

No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Latifah

Hanum, Fefri

Indra Azra

dan Desi

Areva, 2007

Pengaruh Good

Corporate Governance

Terhadap Nilai

Perusahaan Dengan

Corporate Social

Responsibility(CSR)

Sebagai Variabel

Moderasi (Studi Empiris

Pada Perusahaan

Manufaktur yang

Terdaftar di BEI)

Hasil penelitian menunjukkan

Good Corporate Governance

berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI). Corporate

Social Rsesponsibility berpengaruh

signifikan sebagai variabel bebas

terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Good Corporate

Governance yang dimoderasi

Corporate Social Responsibility

tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Good Corporate

Governance dan Corporate Social

Responsibility secara simultan atau

bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

2 Ni Nyoman

Tri Sariri

Muryati dan

I Made

Sadha

Suardikha,

2014

Pengaruh Corporate

Governance Pada Nilai

Perusahaan

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa hanya variabel komite audit

independen yang berpengaruh

negatif pada nilai perusahaan

sedangkan keempat variabel

independen lainnya berpengaruh

positif pada nilai perusahaan.

3 Tutut Pengaruh Corporate Hasil penelitian menunjukkan

18

Suhartanti

Dan Nur

Fadjrih

Asyik, 2015

Governance Terhadap

Nilai Perusahaan

Dengan Kinerja

Keuangan Sebagai

Variabel Moderating

Pengaruh Corporate

Governance Terhadap

Nilai Perusahaan

Dengan Kinerja

Keuangan Sebagai

Variabel Moderating

bahwa kinerja keuangan

berdampak pada mekanisme

corporate governance secara

bersama-sama berpengaruh positif

dan signifikan secara simultan

terhadap nilai perusahaan, artinya

bahwa dengan meningkatnya

kinerja perusahaan dan penerapan

mekanisme corporate governance

maka akan muncul kepercayaan

dari investor sehingga direspon

positif melalui peningkatan harga

saham perusahaan yang dapat

meningkatkan nilai perusahaan.

4 Ni Ketut

Karlina

Prastuti dan

I Gusti Ayu

Nyoman

Budiasih,

2015

Pengaruh Good

Corporate Governance

Pada Nilai Perusahaan

Dengan Moderasi

Corporate Social

Responsibility

Hasil penelitian ini menemukan

variabel kepemilikan institusional

dan komite audit berpengaruh

negatif pada nilai perusahaan.

Sedangkan variabel kepemilikan

manajerial dan proporsi dewan

komisaris tidak berpengaruh pada

nilai perusahaan. Pengungkapan

corporate social responsibility

tidak mampu memoderasi

pengaruh good corporate

governance pada nilai perusahaan.

5 Ryan

Anugrah

Pratiwi, 2017

Pengaruh Good

Corporate Governance

Dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Nilai

Perusahaan Pada

Perusahaan Food And

Beverage Yang Listing

Di Bursa Efek Indonesia

Hasil penelitian menunjukkan

ukuran perusahaan dan indikator

GCG secara simultan berpengaruh

terhadap nilai perusahaan dan

secara parsial tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

19

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah good corporate governance berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

2. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijabarkan

sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan, sebagai bahan referensi kepada perusahaan sebagai

penentu dan melakukan keputusan dalam kebijakan mengenai penerapan

good corporate governance di perusahaan.

2. Bagi investor, sebagai sumber informasi dan dasar pertimbangan dalam

pengambilan keputusan sebelum melakukan investasi dengan menilai nilai

perusahaan.

3. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai pengaruh

good corporate governance terhadap nilai perusahaan.

4. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh good corporate governance

terhadap nilai perusahaan.

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Grand Theory

1. Teori Stakeholder

Teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja

keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan

memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial

dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi

ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholder. Teori stakeholder

memiliki bidang etika (moral) dan manajerial. Bidang etika berargumen bahwa

seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan

manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder (Deegan,

C., Rankin, M. and Voght, P. 2000).

Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan memerlukan

dukungan stakeholder, sehingga aktivitas perusahaan juga mempertimbangkan

persetujuan dari stakeholder.Semakin kuat stakeholder, maka perusahaan harus

semakin beradaptasi dengan stakeholder. Pengungkapan sosial dan lingkungan

kemudian dipandang sebagai dialog antara perusahaan dengan stakeholder. Beberapa

alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders,

yaitu: 1) Isu lingkungan melibatkan kepentingan berbagai kelompok dalam

masyarakat yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka. 2) Dalam era globalisasi

21

telah mendorong produk-produk yang diperdagangkan harus bersahabat dengan

lingkungan. 3) Para investor dalam menanamkan modalnya cenderung untuk memilih

perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan.

4) LSM dan pencinta lingkungan makin vokal dalam mengkritik perusahaan

perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan.

Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer

korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan

dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan

perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder

adalah untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak

aktifitas-aktifitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder.

Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori stakeholder terletak pada apa yang akan

terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka.

2. Teori Legitimasi

Teori legitimasi berhubungan erat dengan teori stakeholder. Teori legitimasi

menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin

operasi mereka berada dalam batas dan norma yang berlaku di masyarakat. Dalam

perspektif teori legitimasi, suatu perusahaan akan secara sukarela melaporkan

aktifitasnya jika manajemen menganggap bahwa hal ini adalah yang diharapkan

komunitas (Deegan, C. 2000). Teori legitimasi bergantung pada premis bahwa

terdapat „kontrak sosial‟ antara perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan

tersebut beroperasi. Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan sejumlah

22

besar harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya organisasi melaksanakan

operasinya. Harapan sosial ini tidak tetap, namun berubah seiring berjalannya waktu.

Hal ini menuntut perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di mana mereka

beroperasi.

Jika perusahaan merasa bahwa legitimasinya dipertanyakan maka dapat

mengambil beberapa strategi perlawanan, yaitu: 1) Perusahaan dapat berupaya untuk

mendidik dan menginformasikan kepada stakeholder-nya mengenai perubahan yang

terjadi dalam perusahaan. 2) Perusahaan dapat berupaya untuk merubah pandangan

stakeholder tanpa mengganti perilaku perusahaan. 3) Perusahaan dapat berupaya

untuk memanipulasi persepsi stakeholder dengan cara membelokkan perhatian

stakeholder dari isu yang menjadi perhatian kepada isu lain yang berkaitan dan

menarik. 4) Perusahaan dapat berupaya untuk mengganti dan mempengaruhi harapan

pihak eksternal tentang kinerja (performance) perusahaaan (Guthrie, J. and Parker,

L.D. 1989).

Dalam teori legitimasi, organisasi harus secara berkelanjutan menunjukkan

telah beroperasi dalam perilaku yang konsisten dengan nilai sosial. Hal ini seringkali

dapat dicapai melalui pengungkapan (disclosure) dalam laporan perusahaan

(Wilmshurst T. and Frost, G. 2000). Organisasi dapat menggunakan disclosure untuk

mendemonstrasikan perhatian manajemen akan nilai sosial, atau untuk mengarahkan

kembali perhatian komunitas akan keberadaan pengaruh negatif aktifitas organisasi.

Sejumlah studi terdahulu melakukan penilaian atas pengungkapan lingkungan

sukarela laporan tahunan dan memandang pelaporan informasi lingkungan dan sosial

23

sebagai metode yang digunakan organisasi untuk merespon tekanan publik (Guthrie,

J. and Parker, L.D. 1990).

Berdasarkan kajian tentang teori stakeholder dan teori legitimasi, dapat

disimpulkan bahwa kedua teori tersebut memiliki penekanan yang berbeda tentang

pihak-pihak yang dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi di dalam

laporan keuangan perusahaan. Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para

stakeholder yang dianggap powerfull. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi

pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan dan/atau tidak

mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan. Sedangkan teori

legitimasi menempatkan persepsi dan pengakuan publik sebagai dorongan utama

dalam melakukan pengungkapan suatu informasi di dalam laporan keuangan.

B. Good Corporate Governance

Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002

tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG pada BUMN, disebutkan bahwa

Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ

BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna

mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan

perundangan dan nilai-nilai etika. Berdasarkan pengertian diatas, secara singkat GCG

dapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan

perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi stakeholder.

24

Corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem

yang mengatur dan mengendalikan arah strategi dan kinerja suatu perusahaan

(Nugroho, 2014).

Good Corporate Governance (GCG) merupakan upaya membangun

perusahaan yang kuat dan berkelanjutan. Penerapan GCG diharapkan

meningkatkan pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi stakeholder.

Penerapan GCG memerlukan komitmen dari semua personal organisasi sebagai

kebijakan dasar tata tertib yang harus dianut dan diterapkan oleh top manajemen

sebagai kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang ada didalam

perusahaan (Alfinur, 2016). Sebagaimana dijelaskan dalam Surah An-Nahl ayat 90 :

Terjemahnya:

90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi

pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa “keadilan adalah sebuah istilah

yang menyeluruh dan juga segala sifat hati yang bersih dan jujur. Tetapi agama

menuntut yang lebih hangat dan lebih manusiawi, melakukan pekerjaan yang baik,

25

meskipun ini tidak diharuskan secara ketat oleh keadilan, seperti kejahatan yang

dibalas dengan kebaikan, atau suka membantu mereka yang dalam bahasa duniawi

“tak mempunyai suatu tuntutan” kepada kita dan sudah tentu pula a fortiori, yang

lebih tepat memenuhi segala tuntutan yang tuntutannya dibenarkan oleh kehidupan

sosial. Begitu juga yang sebaliknya hendaknya dihindari; segala yang diakui sebagai

perbuatan mungkar dan segala yang benar-benar tidak adil, kekejaman dan segala

kekufuran dan kefasikan terhadap hukum Allah atau terhadap kesadaran batin kita

sendiri dalam bentuknya yang paling peka.

Tafsir tersebut mengandung makna yang sama dengan penerapan GCG yang

diharapkan meningkatkan pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi

stakeholder. Transparan dimaksudkan disini yaitu lebih terlihat jelas, dimana dalam

pengelolaan perusahaan harus berlaku jujur dan tidak menutupi segala bentuk

pengelolaan dari para investor.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan

GCG sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antar pemegang,

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta pula

pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak

dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan (Randy dan Juniarti, 2013).

Menurut Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG, 2010) Good

corporate governance dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang

digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai

tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang.

26

Agoes dan Ardana (2009: 101) mendefinisikan tata kelola perusahaan yang

baik (GCG) sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran dewan komisaris,

peran dewan direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata

kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas

penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya dan penilaian kinerjanya. Organization

for Economic Cooperation and Development-OECD (dalam Agoes dan Ardana, 2009

: 102) mendefinisikan GCG sebagai: “The structure through which shareholders,

directors, managers, set of the board objectives of the company, the means of

attaining those objectives and monitoring performance”. (Laila, 2011).

Corporate governance (CG) secara umum adalah seperangkat mekanisme

yang saling menyeimbangkan antara tindakan maupun pilihan manajer dengan

kepentingan stakeholders (Susanti, 2011). Mekanisme CG terdiri dari mekanisme

internal dan mekanisme eksternal. Mekanisme internal adalah cara dalam

mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal

meliputi rapat umum pemegang saham (RUPS), komposisi dewan direksi dan dewan

komisaris, pertemuan board of director (Barnhart and Rosentein, 1998 dalam Sutaryo

dan Wibawa, 2011), kepemilikan manajerial, kompensasi eksekutif serta komite audit

(Prajitno dan Christiawan, 2013) sedangkan mekanisme eksternal meliputi

pengendalian oleh pasar, level debt financing, dan auditoreksternal (Barnhart and

Rosentein, 1998 dalam Sutaryo dan Wibawa, 2011). Mekanisme eksternal merupakan

cara untuk mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme

internal seperti kualitas audit eksternal, peraturan pemerintah (perlindungan

27

kepemilikan investor), monitoring debtholder, dan kepemilikan pihak luar seperti

kepemilikan institusional (Muryati dan Suardikha, 2014).

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia merupakan acuan

bagi perusahaan untuk melaksanakan GCG dalam rangka:

1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang

didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi

serta kewajaran dan kesetaraan.

2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ

perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi dan rapat umum pemegang saham.

3. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar

dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai

moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan

terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap

memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,

sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi

dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan (Wicaksono, 2014).

28

C. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance atau yang disingkat dengan

KNKG (2006), merupakan salah satu lembaga yang pernah mengeluarkan prinsip-

prinsip GCG tersebut. Prinsip-prinsip GCG adalah sebagai berikut:

1. Transparansi (Transparency)

Dalam prinsip ini, perusahaan dituntut mampu menyediakan informasi yang

penting atau materiil dan relevan secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten,

comparable dan mudah diakses dan dipahami oleh stakeholders karena keyakinan

dan kepercayaan stakeholders terhadap perusahaan tergantung pada pengungkapan

informasi tersebut. Untuk itu, perusahaan hendaknya menggunakan prinsip-prinsip

akuntansi dan audit yang lazim digunakan dan dapat diterima secara luas dalam

pengungkapan laporan keuangan. Disamping itu, perusahaan diharapkan

mempublikasikan laporan keuangan dan informasi agar investor mudah dalam

mengakses informasi yang dibutuhkan, sehingga dapat menghindari benturan

kepentingan (conflict of interest). Selain laporan keuangan, perusahaan harus

menyediakan informasi-informasi penting lainnya dan kebijakan-kebijakan

perusahaan kepada stakeholders, khususnya para pemegang saham. Informasi yang

disajikan oleh perusahaan harus mencerminkan keadaan yang sesungguhnya

(transparency), tanpa rekayasa oleh pihak manapun.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Dalam prinsip ini, perusahaan diharapkan dapat mempertanggungjawabkan

kinerjanya secara transparan dan wajar. Prinsip ini ditujukan untuk menghindari

29

agency problem yang muncul karena adanya perbedaan kepentingan antara pemegang

saham dan direksi. Usaha yang dilakukan perusahaan untuk menjalankan prinsip ini

antara lain dengan memisahkan secara jelas fungsi, hak, wewenang dan

tanggungjawab masing-masing organ perusahaan, dan memastikan setiap organ

perusahaan mampu melaksanakan fungsinya sesuai dengan anggaran dasar, etika

bisnis dan pedoman perilaku perusahaan. Untuk meyakinkan bahwa tidak adanya

penyimpangan fungsi, hak dan wewenang, maka dibentuk suatu sistem pengendalian

internal (SPI) yang efektif dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan. Disamping itu

perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang

konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan

sanksi (reward and punishment system) untuk mendorong semua organ perusahaan

melaksanakan tugas dan kewajiban dengan penuh tanggungjawab.

3. Responsibilitas (responsibility)

Dalam prinsip ini, perusahaan diharapkan patuh terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku, termasuk yang berkaitan dengan pajak, hubungan industrial,

perlindungan lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan kerja, standar penggajian,

dan persaingan yang sehat. Mengingat dalam menjalankan operasinya perusahaan

seringkali menghasilkan dampak yang negatif yang harus ditanggung masyarakat,

untuk ini tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat sangat diperlukan.

Perusahaan juga diharapkan membantu peran pemerintah dalam mengurangi

terjadinya kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja yang terjadi pada segmen

masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme pasar. Dengan

30

perusahaan mematuhi hukum dan perundang-undangan yang berlaku dan

menjalankan tanggung jawab kepada lingkungan dan masyarakat maka

kesinambungan usaha dalam jangka panjang akan terwujud dan perusahaan

mendapatkan penghargaan sebagai Good Corporate Citizen. Seperti dijelaskan dalam

Surah An-Nahl ayat 93:

Terjemahnya:

93. dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu

umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya

dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan

Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu

kerjakan.

Tafsir dari ayat diatas yaitu: “Kehendak takdir Allah dalam memberikan

kebebasan berkehendak yang terbatas kepada manusia, bukan untuk memaksa

kehendak manusia, tetapi untuk memberikan petunjuk dan membiarkan mereka yang

menolak petunjuk itu, sekiranya mereka mau bertobat dan kembali kempada-Nya.

Tetapi bagaimana pun juga, selama kita masih diberi pilihan, kita akan

mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita. “Membiarkan sesat” tidak berarti

supaya kita dapat berbuat sekehendak kita.Tanggung jawab kita sebagai pribadi tetap

ada”.

Tafsir tersebut mengandung makna yang sama dengan prinsip responsibilitas

yaitu, dalam prinsip ini perusahaan diharapkan mematuhi hukum dan perundang-

undangan yang berlaku dan menjalankan tanggung jawab kepada lingkungan dan

31

masyarakat maka kesinambungan usaha dalam jangka panjang akan terwujud dan

perusahaan mendapatkan penghargaan sebagai Good Corporate Citizen.

4. Independensi (Independency)

Dalam hal ini perusahaan dikelola secara independent, dimana perusahaan

harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak dipengaruhi oleh

kepentingan tertentu, bebas dari conflict of interest dan dari segala pengaruh dan

tekanan pihak manapun, sehingga dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan

secara objektif. Dalam hal ini pula, setiap organ perusahaan dituntut untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan yang telah ditentukan, tidak

mendominasi atau melempar tanggung jawab satu sama lain sehingga kejelasan tugas

dan tanggung jawab dapat terlihat. Untuk mewujudkan prinsip ini dapat ditempuh

dengan penetapan job description secara jelas dan memastikan setiap organ telah

melakukan tanggungjawabnya dengan baik sesuai apa yang telah ditentukan.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (fairness)

Dapat dipastikan semua investor pasti membutuhkan jaminan bahwa setiap

asset atau capital yang mereka tanamkan dikelola secara aman. Untuk itu perusahaan

dituntut untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh kepentingan pemegang

saham secara fair, termasuk kepada pemegang saham minoritas. Perlindungan

tersebut termasuk perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya praktek korporasi

yang merugikan seperti fraud, insider trading dan lain sebagainya. Untuk

mewujudkan prinsip ini, dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:

32

1) Dalam pengambilan keputusan, perusahaan melibatkan para pemangku

kepentingan untuk memberikan kesempatan menyampaikan saran,

masukan serta pendapat.

2) Membuat peraturan untuk melindungi kepentingan saham minoritas

dalam perusahaan.

3) Menetapkan secara jelas peran, fungsi dan tanggung jawab semua organ

perusahaan.

4) Menyampaikan informasi penting secara terbuka dan secara wajar.

5) Memberikan perlakuan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir

dan melaksanakan tugasnya secara professional.

D. Indikator Good Corporate Governance

1. Dewan Direksi

Dewan direksi perusahaan memiliki pengaruh cukup besar dalam proses

pengambilan keputusan perusahaan. Oleh karena itu, agar pengambilan keputusan

dapat dilakukan dengan tepat dan cepat, maka komposisi jumlah dewan direksi harus

diperhatikan. Keanggotan dewan direksi terdiri atas beberapa direktur dan dipimpin

oleh seseorang sebagai direktur utama atau CEO (Chief Executive Officer). Direksi

bertugas dan bertanggungjawab untuk mengelola perusahaan. Setiap anggota direksi

mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda. Dalam pedoman GCG Indonesia

(KNKG, 2006) agar pelaksanaan tugas direksi dapat berjalan secara efektif, perlu

dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

33

a) Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan

pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat

bertindak independen.

b) Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman

serta kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.

c) Direksi bertanggungjawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat

menghasilkan keuntungan (profitabilitas) dan memastikan kesinambungan

usaha perusahaan.

d) Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Noorizkie, 2013).

2. Dewan Komisaris

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan,

memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Fungsi monitoring yang dilakukan

oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris

(Regar, 2000). Dewan komisaris dapat melakukan tugasnya sendiri maupun dengan

mendelegasikan kewenangannya pada komite yang bertanggungjawab pada dewan

komisaris. Dewan komisaris harus memantau efektifitas praktek pengelolaan

korporasi yang baik (good corporate governance) yang diterapkan perseroan apabila

perlu melakukan penyesuaian (Antonia, 2008). Peran dewan komisaris dalam suatu

perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi kebijakan

direksi. Peran komisaris ini diharapkanakan meminimalisir permasalahan agensi yang

timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Oleh karena itu dewan

34

komisaris seharusnya dapat mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang

dihasilkan sesuai dengan kepentingan pemegang saham (Wardhani, 2006).

3. Komisaris Independen

Ujiyantho dan Pramuka, 2007 menyatakan bahwa non-executive director

(komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang

terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta

memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi

terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang GCG

(Alfinur, 2016).

Daniri (2005) mengatakan bahwa komposisi komisaris dalam sistem two-tier

board, dianjurkan agar didominasi para komisaris independen, sehingga dapat lebih

efektif dalam menjalankan fungsinya untuk melindungi kepentingan pemegang

saham. Struktur kepemimpinan dewan yang independen pada sistem two-tier board

sangat efektif untuk mengurangi agency problem karena adanya pemisahan dalam hal

kebijakan bidang manajemen dengan kebijakan bidang pengawasan (Laila, 2011).

E. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi

akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Bringham dan Houston,

2006), Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan

(Hermuningsih, 2012: 16).

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan

yang sering dikaitkan dengan hargasaham (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Menurut

35

Weston dan Brigham (1994), harga saham didefinisikan sebagai: “The price at which

stock sells in the market”(Randy dan Juniarti, 2013: 1).

Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli

apabila perusahaan tersebut dijual, semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar

pula kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan (Husnan dan

Pudjiastuti 2002:7). Bagi perusahaan yang sudah go public maka nilai pasar

ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran di bursa, yang tercermin

dalam listing price. Berbeda halnya dengan perusahaan publik, yang nilai pasar

ditetapkan oleh lembaga independen seperti perusahaan jasa penilai (Hadianto, 2013).

Nilai perusahaan merupakan salah satu tolak ukur bagi investor dalam melihat

kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan

keinginan yang besar bagi investor untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan

tersebut. Horngren dan Harrison (2007) menyatakan adanya peluang investasi dapat

memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan

datang, sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan meningkatnya harga

saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat (Fellicia, 2015).

Nilai perusahaan adalah jumlah yang diterima jika sebuah perusahaan dijual

sebagai suatu bisnis yang sedang beroperasi. Kelebihan diatas nilai likuidasi adalah

nilai dari organisasi manajamen yang menjalankan perusahaan itu Weston dan

Copeland (1992:501). Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh

calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual (Rumondor, dkk, 2015).

36

Price to Book Value (PBV) merupakan salah satu indikator dalam menilai

perusahaan. PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham

suatu perusahaan. PBV merupakan perbandingan dari harga suatu saham dengan nilai

buku. PBV menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai

perusahaan relative dengan jumlah modal yang diinvestasikan, sehingga semakin

tinggi rasio PBV menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi

pemegang saham (Ang, 1997 dalam Nathaniel, 2008).

Menurut Brigham dan Ehrhardt (2002), formula untuk menghitung Price to

Book Value ditunjuk dengan rumus sebagai berikut:

Price to Book Value = harga saham

Nilai buku saham

Sebagaimana Firman Allah Swt. dalam QS Asy-syuura ayat 20

Terjemahnya:

20. barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami

tambah Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki

Keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari

Keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.

Dalam ayat ini Allah swt. menerangkan bahwa barang siapa yang

menghendaki dengan amal dan usahanya pahala akhirat, Dia mudahkan baginya

untuk beramal saleh, kemudian Dia mengganjar amalnya itu, satu kebaikan dengan

sepuluh kebaikan sampai berlipat ganda, menurut kehendak Allah swt. begitu pula

37

sebaliknya, barang siapa mengharapkan dan amal usahanya kemewahan dunia dengan

segala bentuknya dan tidak ada sedikit pun perhatiannya tentang amalan dan pahala

akhirat, maka Dia akan memberikan sebanyak apa yang telah ditentukan baginya,

tetapi ia tidak akan memperoleh sedikit pun pahala akhirat karena amal itu sesuai

dengan niatnya, sebagaimana sabda Nabi saw, yang artinya:“Bahwasanya amalitu

menurut niatnya, dan bahwasanya bagi setiap orang mendapat balasan sesuai

dengan apa yang telah diniatkannya”.

Tafsir tersebut mengandung makna yang sama dengan nilai perusahaan yaitu

semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar pula kemakmuran yang akan diterima

oleh pemilik perusahaan.

F. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai

perusahaan suatu perusahaan. Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total aset

yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi

perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih

leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan

yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh

pemilik atas asetnya. Jumlah aset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika

dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan tetapi jika dilihat dari sisi manajemen,

kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan meningkatkan

nilai perusahaan (Analisa, 2011).

Menurut Ferry dan Jones dalam Sujianto (2001), ukuran perusahaan

menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset,

jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total aset. Dalam penelitian

38

ini ukuran perusahaan diproksikan dengan total aset perusahaan. Total aktiva dipilih

sebagai proksi atas ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai

aktiva relatif lebih stabil dibanding nilai market capitalized dan penjualan

(Wuryatiningsih, 2002).

Ukuran perusahaan adalah salah satu variabel yang dipertimbangkan dalam

menentukan nilai perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan cerminan total aset

yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, berarti aset yang

dimiliki perusahaan pun semakin besar dan dana yang dibutuhkan perusahaan untuk

mempertahankan kegiatan operasionalnya pun semakin banyak. Semakin besar

ukuran perusahaan akan mempengaruhi keputusan manajemen dalam memutuskan

pendanaan apa yang akan digunakan oleh perusahaan agar keputusan pendanaan

dapat mengoptimalkan nilai perusahaan. Menurut Riyanto (2011:299), suatu

perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal

saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya

atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar di lingkungan

kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang

bersangkutan. Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar dimana sahamnya

tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi

kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan

perusahaan yang kecil (Pratama dan Wiksuana, 2016).

39

Ukuran perusahaan (size) merupakan suatu indikator yang menunjukkan

kekuatan finansial perusahaan. Ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi

nilai perusahaan, karena semakin besar ukuran atau skala perusahaan maka akan

semakin mudah pula perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat

internal maupun eksternal (Hermuningsih, 2012: 16)

G. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual Penelitian

Nilai perusahaan

(Y)

Ukuran perusahaan

(X2)

(X1)

Dewan Direksi

Dewan Komisaris

Dewan Komisaris Independen

Komite Audit

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif. Penelitian

Kuantitatif dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka, atau data yang

berupa kata-kata atau kalimat yang dikonversi menjadi data yang berbentuk angka.

Data yang berupa angka tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan

suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut (Martono, 2014: 20).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di BEI.

Lokasi BEI cabang Makassar terletak di Jl. Ratulangi No. 124 Makassar. Waktu

penelitian selama 2 bulan.

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian adalah asosiatif atau hubungan yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih. Riset ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh antar variabel yang disebut riset kausal

(Sugiyono,2014;115).

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Penelitian ini akan menggunakan populasi yang terdiri dari perusahaan-

perusahaan yang telah terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dari

41

penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar sejak tahun 2012-2016 dengan jumlah

144 perusahaan.

2. Sampel

Sampel yang ditetapkan dengan menggunakan metode purposive sampling

yakni teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria

sampel meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan aktif

selama Periode penelitian yaitu 5 tahun.

b. Perusahaan yang tidak delisting.

c. Perusahaan yang telah berdiri sejak lama (min. 15 tahun dan mak. 25 tahun).

d. Perusahaan yang dijadikan sebagai sampel adalah perusahaan yang konsisten

menerbitkan laporan keuangannya tahun 2012-2016.

e. Perusahaan yang memenuhi semua kelengkapan kepentingan penelitian

dengan menginformasikan secara lengkap mulai dari dewan direksi, dewan

komisaris dan komisaris independen selama periode penelitian.

f. Perusahaan yang tidak memenuhi Informasi secara lengkap tidak dijadikan

sebagai sampel dalam penelitian ini.

42

Tabel 3.1 Sampel Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada

Tahun 2012-2016

No

Kode

Nama Perusahaan

1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk.

2 AKPI PT. Argha Karya Prima Industry Tbk.

3 ASII PT. Astra Internasional Indonesia Tbk.

4 CTBN PT. Citra Tubindo Tbk.

5 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.

6 INAI PT. Indal Aluminium Industry Tbk.

7 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

8 MLIA PT. Mulia Industrindo Tbk.

9 SPMA PT. Suparma Tbk.

10 TSPC PT. Tempo Scan Pasific Tbk.

Sumber:Indonesia Stok Exchange (IDX).

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Pengamatan yaitu melakukan eksplorasi dan mengkaji berbagai literatur pustaka

seperti buku-buku, jurnal, majalah dan sumber-sumber lainnya yang terkait

dengan penelitian ini.

2. Dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data–data dengan cara mencatat hal-

hal yang berhubungan dengan penelitian ini (Wicaksono, 2014). Jenis data yang

digunakan adalah data sekunder berupa annual Report dan laporan keuangan

perusahan yang terdaftar di BEI dan di publikasikan secara konsisten

pertahunnya. Penelitian ini mengambil periode analisis selama 5 tahun dari tahun

2012-2016.

43

F. Metode Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

Ada lima uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang

urutan uji mana dulu yang harus dipenuhi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi dan normal atau mendekati normal

(Karra, 2013: 116). Untuk mengetahui tingkat signifikansi data apakah distribusi

normal atau tidak, maka dapat dilakukan analisis grafik atau dengan analisis statistik.

Untuk analisis grafik, dapat dilihat melalui grafik normal probability plot yang

membandingkan distribusi komulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi

komulatif dari distribusi normal. Jika data distribusi normal, maka data akan

tergambarkan dengan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2005).

Uji normalitas dengan menggunakan analisis statistik menggunakan Non-

parametrik Kolmogorov-Smirnov dengan ketentuan:

1) Jika probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal

2) Jika probabilitas < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal

44

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2006) uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik

antar variabel independen seharusnya tidak terjadi korelasi untuk mendeteksi ada

tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dilakukan dengan melihat nilai

tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF) yang dapat dilihat dari output SPSS

sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan:

1) Jika nilai tolerance > 10% dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dan model regresi.

2) Jika nilai tolerance < 10% dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dan model regresi.

(Karra, 2013: 116-117).

c. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2007: 95-96), uji auto korelasi bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi linear pada korelasi antar kesalahan pengganggu pada

periode 1 dengan kesalahan pengganggu t-1 (sebelumnya) yang dapat dilihat dari

Durbin Watson (DW –test) pada tabel model summary. Ketentuan uji autokorelasi

Durbin Watson (DW) adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai 1,65 < DW < 2,35 maka tidak terjadi autokorelasi.

2) Jika nilai 1,21 < DW 1,65 atau 2,35 < DW < 2,75 maka tidak dapat

disimpulkan.

3) Jika nilai DW < 1,21 atau DW > 2,75 maka terjadi autokorelasi.

45

d. Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2007: 105), uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan kepengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi

heterokedatisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi adanya

heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel

terikat (ZPRED) dengan residualnya (ZRESID) dasar analisisnya:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebur, kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

2) Jika tidak ada pola tertentu seta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

2. Analisis Regresi Berganda

Regresi diartikan sebagai suatu teknik analisis data yang digunakan untuk

mencari pengaruh antara dua variabel atau lebih. Variabel yang dimaksudkan dalam

hal ini adalah variabel bebas yang biasa disimbolkan dengan X dan variabel terikat

yang disimbolkan dengan Y. Analisis regresi berganda digunakan untuk mencari

pengaruh antara dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat, Sugiyono

(2009). Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau

lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini

untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau

46

negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel

independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya

berskala interval atau rasio. Dalam hal ini Good Corporate Governance diproksi kan

menggunakan dewan komisaris, komisaris independen dan dewan direksi. Persamaan

regresi berganda sebagai berikut:

Y = a+bX1+bX2+bX3+bX4+e

Keterangan:

Y = Variabel tidak bebas, yaitu nilai perusahaan

a = konstanta

b = Angka arah atau koefisien regresi

X1 = Variabel bebas, yaitu dewan komisaris

X2 = Variabel bebas, yaitu komisaris independen

X3 = Variabel bebas, yaitu dewan direksi

X4 = Variabel bebas, yaitu ukuran perusahaan

G. Uji Hipotesis

Langkah selanjutnya adalah teknik pengujian hipotesis yang digunakan untuk

mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap

kebijakan dividen dengan Uji Statistik F dan Uji Statistik t.

1. Perhitungan Koefisien Determinasi (R²)

Perhitungan koefisien parsial digunakan untuk mengukur seberapa besar

pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel (Y). Nilai R² terletak antara 0

sampai dengan 1 (0 ≤ R² ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk

47

mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai R² yang kecil

berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen terbatas. R² dikatakan baik jika semakin mendekati 1 berarti bahwa

independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen. Sedangkan R² sama

dengan 0, maka tidak ada pengaruh variabel independen terhadap dependen.

2. Uji F (Pengujian secara simultan)

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Derajat kepercayaan yang

digunakan adalah 0,05. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan

Ftabel, jika Fhitung > dari Ftabel dan tingkat kepercayaan lebih besar dengan tingkat

signifikan (0,05 > sig.), maka variabel independen secara simultan berpengaruh

terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika Fhitung < Ftabel dan tingkat kepercayaan

lebih rendah dengan tingkat signifikan (0,05 < sig.), maka variabel independen secara

simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

3. Uji t (Secara Parsial)

Uji t adalah pengujian koefisien regresi individual dan untuk mengetahui

kemampuan dari masing-masing variabel dalam mempengaruhi variabel dependen,

dengan menganggap variabel lain konstan atau tetap. Hipotesis yang akan diuji diberi

Ho dan Ha. Secara otomatis Ha diterima, apabila Ho ditolak. Langkah dalam pengujian

hipotesis adalah sebagai berikut (Indriantoro dan Supomo, 2002):

a. Merumuskan hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh signifikan dari variabel dependen dengan variabel

48

independen.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel dependen terhadap

independen.

b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% dengan derajat kebebasan

(df) = n-k.

c. Membuat keputusan terhadap hipotesis dengan membandingkan nilai thitung

dan ttabel. Apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya

variabel bebas (X) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikat (Y). Apabila thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya

variabel bebas (X) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel terikat (Y).

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Perusahaan

Penelitian ini menggunakan objek penelitian pada perusahaan yang terdaftar

dan masih aktif di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. Terdapat 10 perusahaan

yang masuk dalam objek penelitian adalah sebagai berikut:

1. PT. Mulia Industrindo Tbk (MLIA)

PT. Mulia Industrindo Tbk. Didirikan 05 November 1986 dan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 1990. Kantor pusat MLIA berlokasi di Wisma

Mulia, Lt. 53, Jln. Jend. Gatot Subroto 42, Jakarta 12710 sedangkan pabrik berlokasi

di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. PT. Mulia Industrindo Tbk adalah perusahaan

multinasional Indonesia yang memproduksi berbagai macam bahan gelas. Perusahaan

ini berdiri sejak 5 November tahun 1986 dan telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta

pada tanggal 17 Januari 1994. Perusahaan memiliki dua anak perusahaan operasi,

yaitu Muliaglass dan Muliakeramik Indahraya dan dua perusahaan kendaraan

finansial yaitu Muliaglass Finance Limited dan Muliakeramik Finance Limited.

Muliaglass memproduksi kaca mengapung, wadah kaca, glass block, dan kaca

pengaman. Produk float glass diekspor ke lebih dari 50 negara dengan volume ekspor

mencapai 65% dari produksi perusahaan pada tahun 2000. Blok kaca dan produk kaca

pengaman juga dipasarkan di luar negeri. Sebaliknya, produk wadah kaca didominasi

dijual di pasar domestik, catering untuk barang-barang konsumen dan industri

farmasi. Sedangkan Muliakeramik Indahraya memproduksi baik lantai maupun

50

dinding keramik. Perusahaan ini memiliki total kapasitas produksi sekitar 160.000

meter persegi per hari. Dengan skala ekonomi perusahaan, Multikeramik adalah salah

satu produsen ubin domestik yang paling efisien. Sementara bertujuan untuk

mempertahankan posisi menguntungkan di pasar domestik, perusahaan juga terus

mencari lebih banyak kesempatan untuk meningkatkan proporsi ekspor ntuk

memperoleh pendapatan USD.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Mulia Industrindo Tbk,

antara lain: PT Eka Gunatama Mandiri (41,45%), PT Mulia Grahapermai (25,80%)

dan RBC Singapore – Clients A/C (7,99%). Pada tanggal 22 Desember 1993, MLIA

memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran

Umum Perdana Saham MLIA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 25.000.000 dengan

nilai nominal Rp.1.000,-persaham dengan harga penawaran Rp.3.800,-persaham.

Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 17

Januari 1994.

Adapun Visi dan Misi perusahaan yaitu :

Visi:

Adapun visi perseroan dan anak perusahaannya adalah :

a. Untuk menjadi produsen kaca yang terpercaya di dunia.

b. Untuk menjadi produsen keramik yang terkemuka di dunia.

Misi:

Misi Mulia Glass

a. Memproduksi produk-produk kaca dengan biaya seminimal mungkin.

51

b. Perseroan akan meningkatkan pelayanannya kepada para pelanggan secara

berkesinambungan.

c. Perseroan akan terus meningkatkan kualitas dan kemampuannya dalam

memproduksi produk-produknya.

Misi Mulia Keramik

a. Menjadi salah satu pabrik keramik terbesar ketiga di Asia dan terbesar di

Indonesia.

b. Menawarkan kepada pelanggan berbagai produk keramik dengan kualitas

yang prima dan harga dapat terjangkau oleh masyarakat luas.

c. Memberikan kontribusi terhadap pembangunan gedung-gedung dan

perumahan secara nasional.

2. PT. Citra Tubindo Tbk (CTBN)

PT. Citra Tubindo Tbk. Didirikan 23 Agustus 1983 dan beroperasi secara

komersial mulai tahun 1984. Kantor pusat CTBN dan pabrik terletak di Kabil

Industrial Estate, Jln. Hang Kesturi I Km 4, Kabil, Batam 29467 – Indonesia. PT.

Citra Tubindo Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri minyak dan

gas yang ada di Indonesia. Perusahaan ini menyediakan proses akhir dalam OCTG

(Oil Country Tubular Goods) yang merupakan komponen terpenting dalam kegiatan

pengeboran minyak dan gas. OCTG terdiri dari 3 produk utama yakni Drill Pipe,

Casing dan Tubing. Perusahaan yang berkantor pusat di Batam ini pertama kali

didirikan sejak tahun 1983 dan secara resmi beroperasi sejak bulan Juni 1984.

Perusahaan ini merupakan perintis bisnis di Pulau Batam yang sekarang telah

52

menjadi pusat logistik bagi industri minyak dan gas di seluruh Indonesia. Lokasi yang

strategis untuk perusahaan ditambah dengan kepemilikan pelabuhan air yang terletak

di kawasan industri membuat Citra Tubindo menjadi salah satu pengekspor produk-

produk secara global. Hingga saat ini Citra Tubindo menjadi produsen kelas dunia

dan menjadi penyedia layanan untuk produk-produk tubular perminyakan. Lebih dari

75% produk yang telah dikirim ke berbagai perusahaan-perusahaan minyak

multinasional yang tersebar di berbagai negara di dunia.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Citra Tubindo Tbk,

antara lain: Kestrel Wave Investment Ltd (48,23), Vallourec Tubes (dahulu Vallourec

& Mannesmann Tubes) (33,48%) dan Nippo Steell & Sumitomo Metal Corporation

(6,97%). Induk usaha terakhir CTBN adalah Vallourec SA, sebuah perusahaan yang

didirikan di Perancis.

Adapun Visi dan Misi perusahaan yaitu :

Visi:

a. Menjadi perusahaan kelas dunia

b. Terdaftar di Bursa Saham Regional

c. Mengekspor lebih dari 50% kapasitas produksi ke seluruh dunia

Misi:

Memberi layanan terbaik kepada para pemakai jasa perusahaan diseluruh

dunia dengan mempertahankan kebanggaan sebagai produsen yang berdaya

saing dan bermutu tinggi.

53

3. PT. Argha Karya Prima Industry Tbk (AKPI)

PT. Argha Karya Prima Industry Tbk didirikan tanggal 7 Maret 1980 dan

memulai produksi komersialnya pada tahun 1982. Kantor pusat AKPI berlokasi di Jl

Pahlawan, Karang Asem Barat Citeureup, Bogor 16810 – Indonesia. PT. Argha

Karya Prima Industry Tbk. (AKPI) beroperasi pada produksi pengemasan film

fleksibel. AKPI memproduksi berbagai macam produk pengemasan film untuk

penggunaan industri dan barang konsumsi, seperti rokok, produk makanan, kertas

laminasi, pita perekat, dan lain-lain. Di samping fasilitas produksi di Indonesia, AKPI

juga memiliki basis produksi di Malaysia dengan nama Stenta Films (M) Sdn. Bhd.,

dan juga kantor pemasaran di Hongkong, International Resources (HK) Ltd. AKPI

didirikan pada tahun 1980 dan berpusat di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Perusahaan

tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada Papan Pengembangan.

PT Argha Karya Prima Industry Tbk (www.arghakarya.com) adalah sebuah

perusahaan besar ternama berstatus Tbk (terbuka) yang bergerak dalam bidang

flexible packaging yang telah beroperasi sejak 1980an dan sudah bersertifikat ISO

9001:2008. Produk utamanya adalah berbentuk lembaran plastic film berbagai ukuran

dan type yang diolah oleh perusahaan pelanggan kami menjadi berbagai bentuk

kemasan seperti pembungkus makanan (sejenis Chiki, permen,biscuit dll), kosmetik,

rokok dll. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Argha Karya Prima

Industry Tbk, antara lain: PT Nawa Panduta (pengendali) (13,55%), Shenton Finance

Corporation (17,03%), Asia Investment Limited (17,32%), Morgan Stanley & Co.

Intl Plc (10,74%) dan Saham Treasuri (9,96%).

54

Adapun Visi dan Misi perusahaan yaitu :

Visi:

Produsen plastik film yang inovatif dan terpilih.

Misi:

a. Untuk Para Pelanggan

Meningkatkan bisnis pelanggan dengan solusi yang inovatif.

b. Untuk Para Pemegang Saham

Memaksimalkan pertambahan nilai bagi para pemegang saham.

c. Untuk Para Karyawan

Menjadi tempat pilihan untuk mengembangkan karir di industri plastik film

4. PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW)

PT Fajar Surya Wisesa Tbk atau yang biasa dikenal sebagai Fajar Paper

berdiri pada tanggal 29 Februari 1988. Perusahaan ini merupakan produsen kertas

kemasan terkemuka di Indonesia. Hal ini tak khayal karena pabriknya mampu

memproduksi dengan lebh dari kapasitas 1.200.000 metrik ton per tahunnya. Produk

yang dibuat antara lain Kraft Liner Board dan Corrugated Medium Paper untuk

kemasan karton kotak dan Coated Duplex Board yang dipakai untuk kemasan

display. Pada awal kemunculannya Fajar Paper merupakan sebuah perseroan terbatas.

Pada tanggal 19 Desember 1994 Fajar Paper mampu mencatatkan sahamnya dalam

Bursa Efek Jakarta untuk pertama kalinya. Perusahaan yang didirikan oleh Winarko

Sulistyo dan Airlangga Hartato ini berhasil mendapatkan sertifikat ISO 9001 pada

tahun 2003. Beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 2010 juga berhasil

55

mendapatkan sertifikat ISO 14001. Perkembangan industri Fajar Paper memang

mengalami angka yang signifikan. Hal ini dibuktikan pada tahun 2012 Fajar Paper

berhasil membukukan sebesar 1,2 juta T per tahun.

Beberapa produk unggulan dari FajarPaper antara lain Coated duplex board

yang merupakan kertas putih dengan lapisan mengkilap yang biasanya dipakai untuk

bahan kemasan ringan. Kertas ini sangat ideal untuk menghasilkan bahan yang

membutuhkan hasil cetakan berkualitas tinggi. Biasa kertas ini digunakan untuk

produk farmasi, sepatu, peralatan rumah tangga, makanan olahan dan elektronik

konsumen. Selain itu juga memproduksi Container Board, kertas cokelat berkualitas

tinggi dengan lapisan luar dari lembaran bergelombang. Hal ini dibuat dengan tujuan

memberikan perlindungan efektif terhadap permukaan yang mengandung cetakan

kualitas tinggi. Kertas ini terbuat dari 100% kertas daur ulang. Dengan komitmen

tinggi menjaga kualitasnya membuat FajarPaper mendapatkan beberapa penghargaan,

seperti Highly Commended Best Structure Trade Deal Indonesia oleh The Asset

Asian Awards tahun 2012, klasifikasi "PROPER" dengan rangking "BLUE" dari

Kementerian Lingkungan, serta menerima sertifikat No. OHS-2011-0391, No. 2010-

0479, dan No. 95-2-0524 dalam komitmen menjaga kesehatan dan keselamatan kerja,

sistem manajemen lingkungan serta sistem manajemen kualitas.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Fajar Surya Wisesa

Tbk, antara lain: PT Intercipta Sempana (51,61%), PT Intratata Usaha Mandiri

(17,48%) dan PT Garama Dhananjay (5,82%).

56

Adapun Visi dan Misi perusahaan yaitu :

Visi:

Menjadi produsen kertas kemasan berskala dunia yang menghasilkan nilai

dan produk berkualitas melalui daur ulang dan siklus produksi

berkesinambungan.

Misi:

Mempertahankan posisi perusahaan sebagai salah satu produsen kertas

kemasan terkemuka di Indonesia dengan memanfaatkan peluang dan

permintaan produk konsumen dan industri yang meningkat baik di Indonesia

maupun kawasan sekitarnya.

5. PT Suparma Tbk (SPMA)

PT Suparma Tbk (SPMA) didirikan tanggal 25 Agustus 1976 dengan nama

PT Supar Inpama dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada bulan April 1978.

Kantor dan pabrik SPMA terletak di Jl. Mastrip No.856, Kec. Karang Pilang,

Surabaya 60221 – Indonesia. PT Suparma Tbk merupakan salah satu perusahaan

yang bergerak dalam bidang produksi kertas di Indonesia. Perusahaan ini pertama

kali didirikan sejak tahun 1976 dengan pabrik yang dibangun di atas sebidang tanah

seluas lima hektar di kawasan Surabaya, Jawa Timur. Pada awalnya perusahaan ini

hanya mempekerjakan 100 orang karyawan. Produksi pertama perusahaan mulai

diluncurkan sejak tahun 1978 dengan bantuan mesin yang mampu memproduksi

7.000 ton kertas per tahun. Perusahaan ini mengalami pertumbuhan yang cukup

signifikan. Berawal dari permintaan kertas dalam negeri yang semakin meningkat,

57

perusahaan kemudian mempunyai rencana untuk melakukan ekspansi sejak tahun

1984. Pada tahun tersebut perusahaan terus menambah setidaknya tiga unit mesin

kertas dengan total kapasitas produksi sebesar 51.000 ton kertas tiap tahun.

Pada tahun 1992, perusahaan kembali menambah fasilitas produksi. Pada

tahun ini, perusahaan mulai menginvestasikan dua unit mesin kertas yang mampu

memproduksi 99.000 ton kertas tiap tahun. Penambahan dua unit mesin ini

diharapkan dapat mengakomodasi kenaikan permintaan dalam kebutuhan kertas di

pasaran domestik. Selain itu seiring dengan era globalisasi, perusahaan juga mulai

mempunyai rencana untuk "go public". Rencana ini kemudian dapat terealisasikan

dengan langkah besar yang diambil perusahaan dengan mencatatkan saham

perusahaan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sejak tahun 1994. Hingga saat ini PT

Suparma Tbk masih terus beroperasi dengan bantuan pabrik yang berdiri di atas tanah

seluas 21 hektar. Pabrik tersebut telah dilengkapi dengan fasilitas enam unit mesin

produksi dengan total kapasitas produksi hingga mencapai 150.000 ton kertas tiap

tahunnya. Tak hanya itu, perusahaan juga dibantu oleh lebih dari 1.500 orang

karyawan yang telah berdedikasi penuh kepada perusahaan.

Dengan motto 'Continues Improvement', PT Suparma Tbk akan terus

melayani permintaan yang datang dari pasar domestik dan internasional dengan

menyuguhkan produk-produk berkualitas tinggi dan layanan yang terbaik untuk

kepuasan pelanggan. Selain itu, PT Suparma Tbk juga salah satu perusahaan yang

menerapkan teknologi ramah lingkungan yang akan terus dilakukan dalam upaya

menjaga lingkungan. Beberapa produk buatan perusahaan ini meliputi Coated Duplex

58

Board, uncoated Duplex Board, kertas tulis dan print, Samson Kraft Paper, Wrapping

Kraft, Ribbed Kraft, Laminating Sandwich, Newsprint, PE Laminating Kraft,

Manifold Paper, M.G. Paper, Hand Towel, Kertas Tisu dan beberapa varian produk

lainnya.

Adapun Visi dan Misi perusahaan yaitu :

Sebagai produsen kertas yang ramah lingkungan, PT SUPARMA Tbk akan

selalu berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan maupun pihak terkait. Mutu,

Kehandalan serta Pelayanan merupakan budaya kami. Kami akan bersaing di pasar

dunia dengan menyediakan produk yang tepat, kepada pelanggan dan pasar yang

tepat pula.

6. PT Astra International Tbk (ASII)

PT Astra International Tbk (ASII) didirikan pada tanggal 20 Februari 1957

dengan nama PT Astra International Incorporated. Kantor pusat Astra berdomosili di

Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta 14330 – Indonesia. PT Astra

International Tbk adalah perusahaan yang bergerak di industri otomotif. Astra

awalnya merupakan perusahaan dagang kecil di Jakarta yang berdiri pada tahun 1957.

Pada tahun 1969, Astra menjadi distributor kendaraan Toyota di Indonesia dan pada

1970 ditunjuk sebagai distributor tunggal sepeda motor Honda dan mesin perkantoran

Xerox di Indonesia. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal

4 April 1990. Saat ini mayoritas kepemilikan sahamnya dimiliki oleh Jardine Cycle &

Carriage's sebesar 50,1%. Perusahaan ini mempunyai ruang lingkup sebagai

perusahaan perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan

59

dan jasa konsultasi yang meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor

berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat berat, pertambangan dan jasa

terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi

informasi.

Kini Astra telah menjadi salah satu perusahaan besar di Indonesia yang

mempekerjakan 185.580 orang karyawan di 170 perusahaan termasuk anak

perusahaan, perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities. Astra International

memiliki Catur Dharma sebagai filosofi perusahaan yaitu menjadi milik yang

bermanfaat bagi nusa dan bangsa, memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan,

menghargai individu dan membina kerja sama, dan menjadi perusahaan yang

senantiasa berusaha mencapai yang terbaik. Catur Dharma ini mengantarkan Astra

pada visi dan misinya untuk mensejahterakan bangsa dengan memberikan nilai

terbaik kepada stakeholder perusahaan ini.

Pemegang saham terbesar Astra International Tbk adalah Jardine Cycle &

Carriage Ltd (50,11%), perusahaan yang didirikan di Singapura. Jardine Cycle &

Carriage Ltd merupakan entitas anak dari Jardine Matheson Holdings Ltd, perusahaan

yang didirikan di Bermuda.

Adapun Visi dan Misi perusahaan yaitu :

Visi:

a. Menjadi salah satu perusahaan dengan pengelolaan terbaik di Asia Pasifik

dengan penekanan pada pertumbuhan yang berkelanjutan dengan

60

pembangunan kompetensi melalui pengembangan sumber daya manusia,

struktur keuangan yang solid, keputusan pelanggan dan efisiensi.

b. Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sesuai serta sadar

lingkungan.

Misi:

Sejahtera bersama bangsa dengan memberikan nilai terbaik kepada

stakeholder kami.

7. PT. Indofood Sukses Makmur (INDF)

PT. Indofood Sukses Makmurdidirikan dengan nama PT Panganjaya

Intikusuma berdasarkan Akta Pendirian No.228 tanggal 14 Agustus 1990 yang

diubah dengan Akta No.249 tanggal 15 November 1990 dan yang diubah kembali

dengan Akta No.171tanggal 20 Juni 1991, semuanya dibuat dihadapan Benny

Kristanto, SH., Notaris di Jakarta dan telah mendapat persetujuan dari Menteri

kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No.C2-

2915.HT.01.01Th.91 tanggal 12 Juli 1991, serta telah didaftarkan di Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan dibawah No.579, 580 dan 581 tanggal 5 Agustus 1991, dan

diumumkan dalam. Berita Negara Republik Indonesia No.12tanggal 11 Februari

1992, Tambahan No.611. Perseroan mengubah namanya yang semula PT Panganjaya

Intikusuma menjadi PT Indofood Sukses Makmur, berdasarkan keputusan Rapat

Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham yang dituangkan dakam Akta Risalah

Rapat No.51 tanggal 5 Februari 1994 yang dibuat oleh Benny Kristianto, SH., Notaris

di Jakarta. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan salah satu perusahaan

61

mie instant dan makanan olahan terkemuka di Indonesia yang menjadi salah satu

cabang perusahaan yang dimiliki oleh Salim Group.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Cabang Bandung didirikan pada

bulan Mei 1992 dengan nama PT Karya Pangan Inti Sejati yang merupakan salah satu

cabang dari PT Sanmaru Food Manufcturing Company Ltd. yang berpusat di Jakarta

dan mulai beroperasi pada bulan Oktober 1992. Pada saat itu jumlah karyawan yang

ada sebanyak 200 orang. Pada tahun 1994, terjadi penggabungan beberapa anak

perusahaan yang berada di lingkup Indofood Group, sehingga mengubah namanya

menjadi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. yang khusus bergerak dalam bidang

pengolahan mie instan. Divisi mie instan merupakan divisi terbesar di Indofood dan

pabriknya tersebar di 15 kota, diantaranya Medan, Pekanbaru, Palembang,

Tangerang, Lampung, Pontianak, Manado, Semarang, Surabaya, Banjarmasin,

Makasar, Cibitung, Jakarta, Bandung dan Jambi, sedangkan cabang tanpa pabrik

yaitu Solo, Bali dan Kendari. Hal ini bertujuan agar produk yang dihasilkan cukup

didistribusikan ke wilayah sekitar kota dimana pabrik berada, sehingga produk dapat

diterima oleh konsumen dalam keadaan segar serta membantu program pemerintah

melalui pemerataan tenaga kerja lokal.

Tujuan didirikannya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Bandung adalah

(1) memperluas bidang usaha secara terus menerus melalui bidang usaha internal

maupun pengembangan usaha strategis; (2) mengurangi biaya transportasi; (3) selalu

meningkatkan kesejahteraan karyawan; (4) mensuplai daerah lain yang selalu

62

kekurangan persediaan barang; dan (5) berperan serta dalam pelestarian lingkungan

hidup dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Visi dan misi yang ditunjukan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

adalah realistik, spesifik, dan meyakinkan yang merupakan penggambaran citra, nilai,

arah dan tujuan untuk masa depan perusahaan.

Adapun Visi dan Misi perusahaan yaitu :

Visi:

Menjadi perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan produk

bermutu, berkualitas, aman untuk dikonsumsi dan menjadi pemimpin di

industri makanan.

Misi:

Menjadi perusahaan transaksional yang dapat membawa nama Indonesia di

bidang industri makanan.

8. PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC)

PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) didirikan di Indonesia tanggal 20 Mei

1970 dengan nama PT Scanchemie dan memulai kegiatan komersialnya sejak tahun

1970. Tempo Scan berkantor pusat di Tempo Scan Tower, Lantai 16, Jl. H.R. Rasuna

Said Kav. 3-4, Jakarta 12950, sedangkan lokasi pabriknya terletak di Cikarang – Jawa

Barat.

PT Tempo Scan Pacific Tbk merupakan salah satu perusahaan yang tergabung

dalam Tempo Group yang membawahi divisi farmasi. Unit bisnis anak perusahaan ini

terdiri dari pembuatan dan pendistribusian produk-produk farmasi, perawatan

63

kesehatan, kosmetik dan jasa distribusi. Tempo Scan Pasific juga berkembang

melalui divisi-nya yang terdiri dari divisi farmasi, divisi perawatan pribadi, divisi

kosmetik dan dibantu pula dengan divisi pemasaran.

Perusahaan ini telah menghasilkan beberapa produk yang terkenal di pasaran,

seperti Vidoran Syrup, NEO rheumacyl Anti Inflammation, vitonal-ASI, bodrex,

Bodrexin Tablet, bodrex Flu & Batuk, Domedon, Mitno 4, Glicab dan beberapa

produk lainnya. Perusahaan dibantu dengan fasilitas 2 pabrik yang terletak di Cawang

dan Cikarang. Pabrik di Cawang berdiri di atas tanah seluas 13.000 meter persegi

sedangkan pabrik di Cikarang dibangun di atas tanah seluas 86.000 meter persegi.

Dalam perkembangan-nya, PT. Tempo Scan Pacific Tbk terus mengembangkan

produk-produk yang terfokus pada obat bebas atau over the counter (OTC) yang

menjadi andalan perusahaan. Dalam divisi farmasi yang bernama Pharma Consumer

Health, perusahaan mampu memberikan kontribusi sekitar Rp 1,76 triliun atau setara

30,4% terhadap total penjualan bersih perusahaan pada tahun 2011. Untuk

mendongkrak peningkatan laba perusahaan, Tempo Scan Pasifik berencana untuk

mengembangkan produk suplemen yang merupakan kategori baru yang belum

banyak dilirik oleh kompetitor. Munculnya wacana pengembangan suplemen ini

datang dari gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat sekarang cenderung lebih padat

atau sibuk. Sehingga dibutuhkan suplemen untuk menanggulangi masalah tersebut.

Dengan ini perusahaan menargetkan penjualan obat OTC sebesar 90% dan sisanya

obat ethical (obat berdasarkan resep).

64

Produk Tempo Scan Pasifik telah menyebar sebesar lebih dari 45,1 % dari

total pasar farmasi nasional. Dengan kata lain, produk perusahaan ini telah menguasai

mayoritas pasar obat di dalam negeri. Tak hanya itu, produk buatan perusahaan ini

juga telah mampu menembus pasar internasional dengan melakukan impor hingga ke

Malaysia, Filipina, Timur Tengah, Nigeria serta negara-negara lainnya. Pemegang

saham yang memiliki 5% saham Tempo Scan Pacific Tbk, adalah PT Bogamulia

Nagadi (induk usaha) (78,15%).

Adapun Visi dan Misi perusahaan yaitu :

Visi:

Menjadi perusahaan distribusi yang handal dan dapat memberikan costumer

sabisfaction yang optimal kepada para principal dan costumer.

Misi:

Memberikan jasa distribusi yang berkualitas premium kepada pelanggan

(principal dan costumer) dengan member nilai tambah terhadap layanan kami

secara profesional.

9. PT Indal Aluminium Industry Tbk (INAI)

PT Indal Aluminium Industry Tbk (INAI) didirikan tanggal 16 Juli 1971 dan

memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974. Kantor pusat Indal terletak

Jl. Kembang Jepun No. 38-40, Surabaya 60162, sedangkan pabrik berlokasi di

Kompleks Maspion Unit-1, Sawotratap Sidoarjo – 61254 dan Kawasan Industri MM

– 2100 Jl. Selayar Blok A – 7 Bekasi – 17849.PT. Indal Aluminium Industry Tbk.

(INAI) bergerak dalam bidang pembuatan produk aluminium. INAI, yang merupakan

65

anggota dari Grup Maspion, mengoperasikan dua pabrik di Sidoarjo, Jawa Timur.

Kegiatan usaha INAI melibatkan pengolahan aluminium billet untuk profil

aluminium, yang biasanya digunakan dalam industri konstruksi, komponen elektronik

dan otomotif, peralatan rumah tangga dan sejenisnya. INAI memasarkan produknya

melalui distribusi grosir. INAI tercatat di Bursa Efek Indonesia di tahun 1994 pada

Papan Pengembangan. Perusahaan didirikan pada tahun 1971 dan berpusat di

Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia.

INAI tergabung dalam Maspion Group. Pemegang saham yang memiliki 5%

atau lebih saham Indal Aluminium Industry Tbk adalah PT Husin Investama

(32,98%), PT Marindo Investama (7,84%), PT Prakindo Investama (6,27%), PT Guna

Investindo (6,27%), PT Mulindo Investama (6,27%), PT Maspion (7,62%) dan

Haiyanto (10,72%).

Adapun Visi dan Misi perusahaan yaitu :

Visi:

Menjadi pemimpin pasar dalam industri Aluminium Ekstrusion dan Fabrikasi

di Asia.

Misi:

Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan dengan inovasi,

perbaikan produktifitas dan efisiensi secara berkesinambungan.

10. PT Akasha Wira International Tbk (ADES)

PT Akasha Wira International Tbk (dahulu Ades Waters Indonesia Tbk)

(ADES) didirikan dengan nama PT Alfindo Putrasetia pada tahun 1985 dan mulai

66

beroperasi secara komersial pada tahun 1986. Kantor pusat ADES berlokasi di

Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. Letjend. T.B. Simatupang Kav. 88, Jakarta 12520 –

Indonesia. PT. Akasha Wira International Tbk. (ADES) bergerak pada bidang

pembuatanj dan pendistribusian produk perawatan rambut. Produk perawatan rambut

yang dihasilkan dipasarkan dengan nama merek Makarizo. Perusahaan juga terlibat

dalam produksi dan pendistribusian air minum dalam kemasan. Botol air minum

didistribusikan di bawah merek dagang Nestle Pure Life, yang dimiliki oleh Nestle

SA, dan Vica Royal, nama merek sendiri. Pabrik air minum dan kosmetik terletak di

Bogor dan Pulogadung, masing-masing. Perusahaan didirikan pada tahun 1985 dan

berbasis di Jakarta, Indonesia. ADES terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Papan

Pengembangan.

Pemegang saham mayoritas Akasha Wira International Tbk adalah Water

Partners Bottling S.A. (91,94%), merupakan perusahaan joint venture antara The

Coca Cola Company dan Nestle S.A. kemudian pada tanggal 3 Juni 2008, Water

Partners Bottling S.A. diakuisisi oleh Sofos Pte. Ltd., perusahaan berbadan hukum

Singapura.

Adapun Visi dan Misi perusahaan yaitu :

Visi:

Dengan jumlah penduduknya, Indonesia merupakan salah satu pangsa pasar

terbesar produk konsumen seperti makanan, minuman dan kosmetika di

dunia, Perseroan berkeinginan untuk menjadi pemain penting dalam bisnis

produk konsumen tersebut dengan menghasilkan produk dan kemampuan

67

distribusi, memperkuat ketersediaan produk di pasar, melakukan efisiensi dan

efektivitas bisnis serta menumbuh kembangkan organisasi yang ada.

Misi:

a. Mendukung gaya hidup sehat dan berkualitas melalui penyediaan produk-

produk konsumen dengan kualitas terbaik kepada konsumen di Indonesia.

b. Mempertahankan produk dengan kualitas baik serta secara terus menerus

memperbaiki kualitas layanan jasa terbaik melalui pemberdayaan sumber

daya manusia yang dimiliki Perseroan.

c. Fokus di bisnis dan lokasi yang dapat memberikan nilai tambah serta

memperbaiki tingkat keuntungan bagi Perseroan.

B. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya

pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia

Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal

telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak

berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal

mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang

dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah

Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak

dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan

kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal

68

mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang

dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai

berikut:

14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia

oleh Pemerintah Hindia Belanda.

1914 - 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.

1925 - 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa

Efek di Semarang dan Surabaya.

Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di

Semarang dan Surabaya ditutup.

1942 - 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar

Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata)

dan Menteri keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang

diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950).

1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak

aktif.

1956 - 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto.

BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).

69

Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan

kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong

sebagai emiten pertama.

1977 - 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga

1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan

dibandingkan instrumen Pasar Modal.

1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang

memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum

dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

1988 - 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat

meningkat.

2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola

oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya

terdiri dari broker dan dealer.

Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES

88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa

kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh

Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan

Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

70

22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan

sistem computer JATS (Jakarta Automatic Trading Systems).

10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang -Undang No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai

Januari 1996.

1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote

trading).

2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta

(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi

dimulai pada abad-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging

voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak

1880. Pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs mendirikan

cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat Asia, bursa Batavia tersebut merupakan yang

tertua ke-empat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo.

a) Perhitungan Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai

Perusahaan. Dimana Nilai Perusahaan di ukur dengan menggunakan PBV (Price to

Book Value).

71

Tabel 4.1

PBV (Price to Book Value)

KODE NAMA

PERUSAHAAN

PBV (Price to Book Value)

2012 2013 2014 2015 2016

ADES PT. Akasha Wira

International Tbk. 4.74 5.42 4.46 2.74 1.82

AKPI PT. Argha Karya Prima

Industry Tbk. 0.94 0.65 0.54 0.54 0.54

ASII PT. Astra Internasional

Indonesia Tbk. 3.95 3.43 2.59 2.50 1.92

CTBN PT. Citra Tubindo Tbk. 2.58 2.55 1.95 2.33 2.26

FASW PT. Fajar Surya Wisesa

Tbk. 6.02 3.50 3.22 2.49 1.05

INAI PT. Indal Aluminium

Industry Tbk. 0.81 0.55 0.75 0.76 0.53

INDF PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk. 2.83 3.79 4.48 5.08 4.79

MLIA PT. Mulia Industrindo

Tbk. 0.67 0.25 0.47 0.53 0.61

SPMA PT. Suparma Tbk. 0.48 0.56 0.41 0.37 0.20

TSPC PT. Tempo Scan Pasific

Tbk. 3.77 5.00 3.72 3.12 1.82

Sumber: Indonesia Stok Exchange (IDX).

b) Perhitungan Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dewan

direksi, dewan komisaris dan komisaris independen. Dimana dewan direksi diukur

dengan jumlah anggota dewan direksi dan dewan komisaris diukur dengan jumlah

anggota dewan komisaris dan komisaris independen diukur jumlah komisaris

independen dibagi dengan jumlah dewan komisaris. Adapun hasil dari perhitungan

sebagai berikut :

72

Tabel 4.2

Hasil Perhitungan Dewan Direksi

KODE NAMA

PERUSAHAAN

Dewan Direksi

2012 2013 2014 2015 2016

ADES PT. Akasha Wira

International Tbk. 3 4 4 4 3

AKPI PT. Argha Karya Prima

Industry Tbk. 4 4 4 4 4

ASII PT. Astra Internasional

Indonesia Tbk. 4 4 4 4 4

CTBN PT. Citra Tubindo Tbk. 5 4 4 4 3

FASW PT. Fajar Surya Wisesa

Tbk. 4 4 4 4 4

INAI PT. Indal Aluminium

Industry Tbk. 5 5 5 5 5

INDF PT Indofood Sukses

Makmur Tbk 8 9 9 10 10

MLIA PT. Mulia Industrindo

Tbk. 6 6 6 6 6

SPMA PT. Suparma Tbk. 4 4 4 4 4

TSPC PT. Tempo Scan Pasific

Tbk. 6 12 11 11 10

Sumber: Indonesia Stok Exchange (IDX).

Tabel 4.3

Hasil Perhitungan Dewan Komisaris

KODE NAMA

PERUSAHAAN

Dewan Komisaris

2012 2013 2014 2015 2016

ADES PT. Akasha Wira

International Tbk. 2 2 2 2 2

AKPI PT. Argha Karya Prima

Industry Tbk. 3 4 4 4 4

ASII PT. Astra Internasional

Indonesia Tbk. 7 7 7 7 8

CTBN PT. Citra Tubindo Tbk. 3 4 4 4 4

FASW PT. Fajar Surya Wisesa

Tbk. 4 4 4 4 4

73

INAI PT. Indal Aluminium

Industry Tbk. 3 2 2 2 2

INDF PT Indofood Sukses

Makmur Tbk 5 5 5 5 5

MLIA PT. Mulia Industrindo

Tbk. 2 3 3 3 3

SPMA PT. Suparma Tbk. 2 2 1 1 1

TSPC PT. Tempo Scan Pasific

Tbk. 2 2 1 2 3

Sumber: Indonesia Stok Exchange (IDX).

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan Komisaris Independen

KODE NAMA

PERUSAHAAN

Dewan Komisaris independen

2012 2013 2014 2015 2016

ADES PT. Akasha Wira

International Tbk. 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

AKPI PT. Argha Karya Prima

Industry Tbk. 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5

ASII PT. Astra Internasional

Indonesia Tbk. 0.42 0.42 0.57 0.57 0.5

CTBN PT. Citra Tubindo Tbk. 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5

FASW PT. Fajar Surya Wisesa

Tbk. 0.5 0.5 0.25 0.25 0.25

INAI PT. Indal Aluminium

Industry Tbk. 0.6 1.0 1.0 1.0 1.0

INDF PT Indofood Sukses

Makmur Tbk. 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6

MLIA PT. Mulia Industrindo

Tbk. 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6

SPMA PT. Suparma Tbk. 1.5 1.5 4.0 4.0 4.0

TSPC PT. Tempo Scan Pasific

Tbk. 1.0 4.0 4.0 1.0 1.0

Sumber: Indonesia Stok Exchange (IDX)

.

74

c) Perhitungan Variabel Kontrol

Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ukuran

Perusahaan dengan melihat jumlah total aset perusahaan. Adapun hasil perhitungan

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan (Dalam Triliunan)

KODE NAMA

PERUSAHAAN

Ukuran Perusahaan

2012 2013 2014 2015 2016

ADES PT. Akasha Wira

International Tbk. 38.9 44.1 50.48 65.32 74.24

AKPI PT. Argha Karya Prima

Industry Tbk. 17.14 20.84 22.27 28.83 27.13

ASII PT. Astra Internasional

Indonesia Tbk. 18.22 21.39 23.6 24.54 26.18

CTBN PT. Citra Tubindo Tbk. 25.95 33.63 .32.32 33.81 22.65

FASW PT. Fajar Surya Wisesa

Tbk. 55.78 56.92 55.81 69.93 81.82

INAI PT. Indal Aluminium

Industry Tbk. 61.22 76.58 89.72 13.3 12.68

INDF PT Indofood Sukses

Makmur Tbk 59.32 78.09 85.93 91.83 92.42

MLIA PT. Mulia Industrindo

Tbk. 65.58 71.89 72.15 71.25 69.8

SPMA PT. Suparma Tbk. 16.64 17.67 20.91 21.85 21.72

TSPC PT. Tempo Scan Pasific

Tbk. 46.32 54.07 55.92 62.84 65.38

Sumber: Indonesia Stok Exchange (IDX).

75

C. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Untuk mengetahui tingkat

signifikansi data apakah distribusi normal atau tidak, maka dapat dilakukan dengan

melakukan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) (Ghozali,

2013:158). Berdasarkan hasil uji menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dapat

dilihat pada tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes di bawah ini.

Tabel 4.6

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DK KI DD UK PBV

N 50 50 50 50 50

Normal Parametersa,b

Mean 3.42 .9686 5.88 47.3376 2.2216

Std.

Deviation

1.715 1.05319 2.655 24.62632 1.67563

Most Extreme Differences

Absolute .176 .357 .241 .154 .180

Positive .176 .357 .241 .154 .180

Negative -.124 -.248 -.139 -.094 -.114

Kolmogorov-Smirnov Z 1.245 2.523 1.701 1.089 1.274

Asymp. Sig. (2-tailed) .090 .000 .006 .186 .078

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Data Diolah (Output SPSS 21), 2017

Berdasarkan Output SPSS pada tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa nilai

Kolmogrov-Smirnov untuk DK (1.245), KI (2.523), DD (1.701), UK (1.089) dan

PBV (1.274) lebih besar dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residual

pada penelitian yang diuji telah berdistribusi normal.

76

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear

pada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu t-1 (sebelumnya). Dalam penelitian ini cara yang digunakan untuk

menguji ada atau tidaknya korelasi antar variabel adalah Uji Durbin - Watson (DW

test) yang hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), UK, DK, DD, KI

b. Dependent Variable: PBV

Sumber: Data Diolah (Output SPSS 21), 2017

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1.748, nilai ini akan

dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah

sampel 50 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k=2), maka ditabel durbin Watson

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Tabel Durbin Watson

K=2

N Dl Du

7

-

-

50

0.4672

-

-

1.4625

1.8964

-

-

1.6283

Berdasarkan tabel tersebut nilai DW lebih besar dari batas atas (du) 1.6283

dan kurang dari 4 – 1.6283 (4 – du) yaitu 2.3717, maka dapat disimpulkan bahwa

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1 .432a .387 .215 1.57666 1.748

77

tidak ada autokorelasi positif atau negatif (berdasarkan tabel keputusan) atau dapat

disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

c. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2013:103-104). Dalam

penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model

regresi dilakukan dengan (1) melihat nilai tolerance berlawanan (2) variance inflation

factor (VIF). Nilai tolerance yang besarnya diatas 0.1 dan nilai VIF dibawah 10

menunjukkan bahwa tidak ada multikolineritas diantara variable bebas

(Ghozali,2015: 104). Hasil uji multikolinieritas dapat ditunjukkan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.8

Uji Multikolineiritas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

DK .381 2.623

KI .430 2.327

DD .484 2.065

UK .684 1.462

a. Dependent Variable: PBV

Sumber: Data Diolah (Output SPSS 21), 2017

Berdasarkan uji mulitikoloneiritas diatas, kita dapat melihat bahwa pada

variabel dewan komisaris nilai tolerance sebesar 0.381 > 0.1 dan nilai VIF sebesar

2.623 < 10 yang menunjukan bahwa pada variabel tersebut tidak ada masalah. Pada

78

variabel komisaris independen nilai tolerance sebesar 0.430 > 0.1 dan nilai VIF

sebesar 2.327 < 10 yang menunjukan bahwa pada variabel tersebut tidak ada masalah.

Pada variabel dewan direksi nilai tolerance sebesar 0.484 > 0.1 dan nilai VIF sebesar

2.065 < 10 yang menunjukan pada variabel tersebut tidak ada masalah. Pada variabel

ukuran perusahaan nilai tolerance sebesar 0.684 > 0.1 dan nilai VIF sebesar 1.462 <

10 yang menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak memiliki masalah.

d. Uji Heterokedastisitas

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali,

2013:134). Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas pada penelitian ini,

digunakan metode Uji Glejser yang dihasilkan dari output program SPSS versi 21.

Hasil pengujian heterokedastisitas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel

independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai

Res2. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5%.

Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.

Hasil uji heterokedastisitas dapat dilihat di bawah ini.

79

Tabel 4.9

Hasil Uji Glejser

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 1.489 .536

2.780 .008

DK .110 .116 .216 .946 .349

KI .112 .178 .135 .630 .532

DD .024 .067 .072 .354 .725

UK .007 .006 .210 1.236 .223

a. Dependent Variable: RES2

Sumber: Data Diolah (Output SPSS 21), 2017

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa:

1. Nilai signifikan variabel DK sebesar 0.349 lebih besar dari 0.05 artinya tidak

terjadi heteroskedastisitas.

2. Nilai signifikan variabel KI sebesar 0.532 lebih besar dari 0.05 artinya tidak

terjadi heteroskedastisitas.

3. Nilai signifikan variabel DD sebesar 0.725 lebih besar dari 0.05 artinya tidak

terjadi heteroskedastisitas.

4. Nilai signifikan variabel UK sebesar 0.223 lebih besar dari 0.05 artinya tidak

terjadi heteroskedastisitas.

2. Regresi Linier Berganda

Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh secara

parsial dan secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat. Model persamaan

regresi yang baik adalah yang memenuhi persyaratan asumsi klasik, antara lain semua

80

data berdistribusi normal, model harus bebas dari gejala multikolenieritas, terbebas

dari autokorelasi dan terbebas dari heterokedastisitas. Dari analisis sebelumnya

membuktikan bahwa penelitian ini sudah dianggap baik.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi untuk memprediksi seberapa besar

pengaruh Good Corporate Governance terhadap nilai perusahaan dengan ukuran

perusahaan sebagai variabel kontrol. Hasil dari SPSS yang digunakan sebagai alat

analisis maka hasil regresi berganda adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil pengujian regresi

Coefficients

a

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1

(Constant) 4.167 1.981

DK .163 .213 .167

KI -.052 .326 -.033

DD .151 .122 .239

UK .014 .011 .205

a. Dependent Variable: PBV

Sumber: Data Diolah (Output SPSS 21), 2017

Dari tabel diatas, hasil perhitungan variabel bebas dapat disusun dalam suatu

model berikut, dimana GCG diproksikan menggunakan dewan komisaris, komisaris

independen dan dewan direksi :

Y = 4.167 + 0.163X1 – 0.052X2 + 0.151X3 + 0.014X4

Keterangan:

Y = Nilai Perusahaan

X1 = Dewan Komisaris

81

X2 = Komisaris Independen

X3 = Dewan Direksi

X4 = Ukuran Perusahaan

Hasil dari analisis tersebut dapat diinterprestasikan sebagai berikut :

a) Persamaan regresi berganda memiliki nilai konstanta sebesar 4.167.

besaran konstanta menunjukkan bahwa jika variabel-variabel independen

(DK, KI, DD, dan UK) diasumsikan konstan, maka variabel dependen

yaitu nilai perusahaan (PBV) akan mengalami perubahan sebesar 4.167.

b) Dewan Komisaris (DK) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0.163. Hal

ini berarti bahwa setiap terjadi kenaikan sebesar 1% maka nilai

perusahaan akan mengalami kenaikan sebesar 0.163.

c) Komisaris Independent (KI) menunjukkan nilai koefisien sebesar -0.052.

Hal ini berarti bahwa setiap terjadi kenaikan sebesar 1% maka nilai

perusahaan akan mengalami penurunan sebesar -0.052.

d) Dewan Direksi (DD) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0.151. Hal ini

berarti bahwa setiap terjadi kenaikan sebesar 1% maka nilai perusahaan

akan mengalami kenaikan sebesar 0.151.

e) Ukuran Perusahaan (UK) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0.014. Hal

ini berarti bahwa setiap terjadi kenaikan sebesar 1% maka nilai

perusahaan akan mengalami kenaikan sebesar 0.014.

82

3. Pengujian Hipotesis

a) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali,

2013: 95).

Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), UK, DK, DD, KI

b. Dependent Variable: PBV

Sumber: Data Diolah (Output SPSS 21), 2017

Berdasarkan Tabel 4.11 besarnya R Square adalah 0.387, hal ini berarti 38.7%

variabel nilai perusahaan dapat dijelaskan dari keempat variabel dewan komisaris,

komisaris independen, dewan direksi dan ukuran perusahaan, sedangkan sisanya

(100% - 38.7% = 61.3%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model

b) Uji Statistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah variabel-variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .432a .387 .215 1.57666

83

terhadap variabel dependen. Tingka kesalahaan yang digunakan adalah 0,05. Uji F

dapat dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Jika Fhitung > dari Ftabel

dan tingkat kesalahaan lebih besar dengan tingkat signifikan (0,05 > sig), maka

variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen

Sebaliknya, jika Fhitung < Ftabel dan tingkat kesalahaan lebih kecil dengan tingkat

signifikan (0,05 < sig.) maka variabel independen secara simultan tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Hasil Uji F

ANOVAA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 25.715 4 6.429 4.586 .049b

Residual 111.863 45

2.486

Total 137.578 49

a. Dependent Variable: PBV

b. Predictors: (Constant), UK, DK, DD, KI

Sumber: Data Diolah (Output SPSS 21), 2017

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai FHitung sebesar 4.586 >

FTabel sebesar 4.04 dengan tingkat signifikan lebih rendah dari tingkat kesalahan

(0.49 < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa indikator gcg dan ukuran perusahaan

(Size) secara simultan mempengaruhi nilai perusahaan.

c) Hasil Uji t (Secara Parsial)

Uji parsial atau disebut juga uji t dalam analisis regresi linear berganda

bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) secara parsial (sendiri-

sendiri/masing-masing variabel) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

84

Jika nilai t hitung > t tabel maka variabel bebas (X) berpengaruh terhadap variabel

terikat (Y). Jika nilai t hitung < t tabel maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh

terhadap variael terikat (Y). Jika nilai Sig < 0,05 maka variabel bebas (X)

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y). Jika nilai Sig> 0,05 maka

variabel bebas (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).

Nilai Ttabel dapat dilihat pada tabel statistik untuk signifikansi 0,05 dengan

Dimana k = jumlah variabel (bebas) dan n = jumlah observasi/sampel

pembentuk regresi. Jadi, . Hasil diperoleh untuk ttabel sebesar 2.021.

Tabel 4.13

Uji t (t Test)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 4.167 1.981

3.170 .000

DK .163 .213 .167 2.766 .032

KI -.052 .326 -.033 -1.159 .048

DD .151 .122 .239 2.236 .022

UK .014 .011 .205 2.264 .013

a. Dependent Variable: PBV

Sumber: Data Diolah (Output SPSS 21), 2017

Berdasarkan analisis regresi pada tabel 4.14 diatas disimpulkan hasil uji t

sebagai berikut:

1. Pengaruh dewan komisaris terhadap nilai perusahaan, dari hasil olah data

di atas diperoleh nilai koefisien sebesar 0.163 dan nilai thitung sebesar 2.766

> ttabel 2.021 dengan nilai signifikan 0.032 < 0.05 maka dapat disimpulkan

85

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya dewan komisaris berpengaruh

positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Pengaruh komisaris independen terhadap nilai perusahaan, dari hasil olah

data di atas diperoleh nilai koefisien sebesar -0.052 dan nilai thitung sebesar

-1.159 < ttabel 2.021 dengan nilai signifikan 0.048 < 0.05 maka dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, artinya komisaris

independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

3. Pengaruh dewan direksi terhadap nilai perusahaan, dari hasil olah data di

atas diperoleh nilai koefisien sebesar 0.151 dan nilai thitung sebesar 2.236 >

ttabel 2.021 dengan nilai signifikan 0.022 < 0.05 maka dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya dewan direksi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

4. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan, dari hasil olah

data di atas diperoleh nilai koefisien sebesar 0.014 dan nilai thitung sebesar

2.264 > ttabel 2.021 dengan nilai signifikan 0.013 < 0.05 maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ukuran

perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

D. Pembahasan Penelitian

Pembahasan di dalam penelitian ini menggunakan satu variabel dependen

yaitu nilai perusahaan dan variabel independen yaitu variabel GCG (Dewan

Komisaris, Komisaris Independen, Dewan Direksi) dan Ukuran Perusahaan (Size)

sebagai variabel kontrol.

86

1. Pengaruh Indikator Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan

a. Pengaruh Dewan Komisaris (X1) terhadap nilai perusahaan

Berdasarkan output SPSS, hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan

komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hipotesis pertama yang

menyatakan bahwa dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan ini dapat dilihat dari nilai Thitung lebih besar dari pada nilai Ttabel (2.766 >

2.021) serta tingkat signifikansi lebih rendah dari tingkat signifikansi 5% (0.032 <

0.05). Dari hasil tersebut maka hipotesis pertama diterima.

Dewan komisaris memegang peranan yang sangat prnting dalam perusahaan,

terutama dalam pelaksanaan good corporate governance. Dewan komisaris

merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberi petunjuk

dan arahan pada pengelola perusahaan (Forum for Coporate Governance in

Indonesia, 2001).

Dewan Komisaris adalah anggota komisaris yang tidak terafiliasi dengan

manajer, anggoata dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham pengendali, serta

bebas dari hubungan bisnis dan hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi

kemampuannya untuk bertindak independen atau semata-mata demi kepentingan

perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006). Dewan komisaris

memegang peranan penting dalam pelaksanaan GCG. Secara teori dan praktik, tugas

utama dari dewan komisaris adalah melakukan fungsi pengawasan terhadap

manajemen untuk memastikan bahwa mereka melakukan segala aktivitas dengan

87

kemampuan terbaiknya bagi kepentingan peseroan, serta meninggalkan keputusan

yang tidak menguntungkan. Hal ini sejalan dengan esensi corporate governance,

yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui supervise atau monitoring kinerja

manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap shareholders dan

stakeholders lain. Dewan Komisaris merupakan inti dari corporate governance yang

ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen

dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas.

Hasil penelitian konsisten dengan yang dilakukan oleh Bukhori (2012), Randy

dan Juniarti (2013) dan Wicaksono (2014). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Noor Laila (2011) bahwa ukuran dewan komisaris

berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

b. Pengaruh komisaris independen (X2) terhadap nilai perusahaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa komisaris

independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan ini dapat

dilihat dari nilai Thitung lebih kecil dari pada nilai Ttabel (-1.159 < 2.021) serta tingkat

signifikansi lebih besar dari tingkat signifikansi 5% (0.048 > 0.05). Dari hasil tersebut

maka hipotesis kedua diterima.

Ujiyantho dan Pramuka, 2007 menyatakan bahwa non-executive director

(komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang

terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta

88

memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi

terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang GCG.

Daniri (2005) mengatakan bahwa komposisi komisaris dalam sistem two-tier board,

dianjurkan agar didominasi para komisaris independen, sehingga dapat lebih efektif

dalam menjalankan fungsinya untuk melindungi kepentingan pemegang saham.

Hasil penelitian konsisten dengan yang dilakukan oleh Amanti (2012),

wardoyo dan veronica (2013) serta Gwenda dan Juniarti (2013). Hal ini berarti bahwa

dewan komisaris independen belum mampu menjalankan fungsi monitoring untuk

mengawasi kebijakan serta kegiatan yang dilakukan oleh direksi. Adanya dewan

komisaris independen dalam perusahaan dapat memberikan kontribusi yang efektif

dalam proses penyusunan laporan keuangan yang lebih berkualitas.

c. Pengaruh dewan direksi (X3) terhadap nilai perusahaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewan direksi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa dewan direksi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan ini dapat dilihat dari nilai Thitung lebih

besar dari pada nilai Ttabel (2.236 > 2.021) serta tingkat signifikansi lebih kecil dari

tingkat signifikansi 5% (0.022 < 0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis

ketiga diterima.

Menurut KNKG (2006) dewan direksi perusahaan memiliki pengaruh cukup

besar dalam proses pengambilan keputusan perusahaan. Oleh karena itu, agar

pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan tepat dan cepat, maka komposisi

89

jumlah dewan direksi harus diperhatikan. Keanggotan dewan direksi terdiri atas

beberapa direktur dan dipimpin oleh seseorang sebagai direktur utama atau CEO

(Chief Executive Officer). Direksi bertugas dan bertanggungjawab untuk mengelola

perusahaan. Setiap anggota direksi mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda.

Peningkatan ukuran dan diversitas dari dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan karena akan terciptanya network dengan pihak ekstern perusahaan dan

terjaminnya ketersediaan sumber daya sehingga memberikan manfaat bagi

perusahaan.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryati dan

Suardikha (2014) yang menyatakan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan dan penelitian yang dilakukan oleh Wardoyo dan Veronika

(2013) yang menyatakan bahwa dewan direksi memiliki pengaruh secara signifikan

terhadap nilai perusahaan.

2. Pengaruh ukuran perusahaan (X4) terhadap nilai perusahaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Hipotesis keempat yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan ini dapat dilihat dari

nilai Thitung lebih besar dari pada nilai Ttabel (2.264 > 2.021) serta tingkat signifikansi

lebih besar dari tingkat signifikansi 5% (0.013 < 0.05). Berdasarkan hasil tersebut,

maka hipotesis keempat diterima.

90

Ukuran perusahaan adalah salah satu variabel yang dipertimbangkan dalam

menentukan nilai perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan cerminan total aset

yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, berarti aset yang

dimiliki perusahaan pun semakin besar dan dana yang dibutuhkan perusahaan untuk

mempertahankan kegiatan operasionalnya pun semakin banyak. Semakin besar

ukuran perusahaan akan mempengaruhi keputusan manajemen dalam memutuskan

pendanaan apa yang akan digunakan oleh perusahaan agar keputusan pendanaan

dapat mengoptimalkan nilai perusahaan. Menurut Riyanto (2011:299), suatu

perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal

saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya

atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar di lingkungan

kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang

bersangkutan. Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar dimana sahamnya

tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi

kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan

perusahaan yang kecil.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2017)

yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh

positif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan food and beverage yang listing di

Bursa Efek Indonesia.

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dari Good

Corporate Governance dengan indikator dewan komisaris, komisaris independen,

dewan direksi dan komite audit terhadap nilai perusahaan dengan ukuran perusahaan

(Size) sebagai variabel kontrol pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2012-2016. Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil

penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Variabel Good Corporate Governance dengan indikator Dewan Komisaris dan

Dewan Direksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol sehingga hipotesis pertama

diterima. Hal ini berarti bahwa semakin besar ukuran dewan komisaris dan dewan

direksi maka nilai perusahaan akan meningkat, sedangkan Komisaris Independen

berpengaruh negative dan signifikan terhadap nilai perusahaan dengan ukuran

perusahaan sebagai variabel kontrol sehingga hipotesis diterima. Hal ini berarti

bahwa semakin besar komisaris independen maka nilai perusahaan akan menurun

dan begitu pun sebaliknya.

2) Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan sehingga hipotesis kedua diterima. Hal ini berarti bahwa semakin besar

ukuran perusahaan maka nilai perusahaan akan meningkat.

92

B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, dan kesimpulan. Adapun implikasi

dari penelitian yang telah dilakukan, yakni dinyatakan dalam bentuk saran-saran yang

diberikan melalui hasil penelitian agar dapat mendapatkan hasil yang lebih baik,

yaitu:

1. Bagi perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia)

diharapkan untuk menerapkan Good Corporate Governance (sistem tata

kelola yang baik). Apabila perusahaan memiliki sistem tata kelola yang baik,

hal itu dapat menumbuhkan kepercayaan bagi pihak investor kepada

perusahaan sehingga akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan

yang diharapkan.

2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel pada

penelitiannya. Selain itu disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk

mengembangkan penelitian ini dengan meneliti faktor-faktor lain yang lebih

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

93

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an, surah An-Nahl, ayat 90, 91, 93. Aplikasi Al Qur’an 2010.

Al Qur’an, surah Ar-Rahman, ayat 7-9. Aplikasi Al Qur’an 2010.

Al Qur’an, surah Asy-Syuura, ayat 20. Aplikasi Al Qur’an 2010.

Al Qur’an, surah At-Taubah, ayat 24. Aplikasi Al Qur’an 2010.

Alfinur.2016. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap

Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Listing di BEI. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Kanjuruhan Malang. Jurnal Ekonomi Modernisasi, Vol, 12.

No, 1. http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JEKO (Diakses15 November

2016).

Ali, Abdullah Yusuf: Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya. Cet.1;Jakarta;Pustaka

Firdus, 1993.

Andri Veno, 2015. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja

Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Go Public. Jurnal Manajemen Dan

Bisnis Volume 19, Nomor 1, Juni 2015. h. 95-112.

Brigham,E.F. & Weston, J.F.1994. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta

:Erlangga.

Deegan, C., Rankin, M. and Voght, P.(2000), Firms Disclosure Reactions To Social

Incidents: Australian Evidence, Accounting Forum. Vol. 24, No. 1, pp. 101-

130.

Effendi, Muh. Arif. 2008. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan

Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.

Ehrhardt, M.C & Brigham, E.F. Financial Management: Theory and Practice.

Edition 13;Ohio: South Western Cengage Learning, 2011.

97

Fakhruddin, M dan M. Hadianto.2013. Perangkat dan Model Analisis Investasi di

Pasar Modal. Jakarta: Gramedia.

FCGI, 2001 Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Edisi Ketiga, Jakarta.

Ghozali, Iman. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP

Universitas Diponegoro, 2005.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP

Universitas Diponegoro, 2007.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19. Edisi 5.

Semarang : BP Universitas Diponegoro, 2011.

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 23. Edisi 8.

Semarang : BP Universitas Diponegoro, 2013.

Guthrie, J., and L.D. paker. 1989. “Corporate social reporting: a rebuttal of

legitimacy theory”. Accounting and Business Research.Vol.19 No.76.pp.343-

52.

Haruman, Tendi. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Keputusan

Keuangan dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI,

Pontianak.

I Putu Darma Putra, 2009. Analisis Valuasi Saham pada PT Indofood Sukses

Makmur Tbk, PT Gudang Garam Tbk, dan PT Unilever Tbk . Jurnal

Universitas Gunadarma. (Diakses 15 November 2016).

Ionescu, Luminita. 2012. Effects of Corporate Governance on Firm Value.

Economics, management, and financial markets, 7(4): pp: 215-220.

Jensen, Michael C dan W.H.Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial

Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial

Economics, 3(4): pp: 305-360. (Diakses 15 November 2016).

97

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman umum Good

Corporate Governance Indonesia, 5-15.

Latifah Hanum, Fefri Indra Azra Dan Desi Areva, 2007. Pengaruh Good Corporate

Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Social

Responsibility (CSR) Sebagai Variabel Moderasi. Journal of Financial

Economics

Margaret Susanto dan Juniarti, 2013. Pengaruh Penerapan Good Corporate

Governance (GCG) pada Variabel Ukuran, Debt Ratio, Dan Sektor Industri

Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Business Accounting Review, Vol. 1, No. 2,

2013. (Diakses 15 November 2016).

Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data

Sekunder, Edisi Revisi II. Jakarta : Rajawali Pers, 2014.

Muhammad Luthfi Hadianto, 2013. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap

Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan CSR dan GCG Sebagai Variabel

Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia 2008-2011). Jurnal Universitas Diponegoro

Semarang. (Diakses 15 November 2016).

Ni Ketut Karlina Prastuti Dan I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, 2015. Pengaruh Good

Corporate Governance pada Nilai Perusahaan dengan Moderasi Corporate

Social Responsibility. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 13.1 (2015):

114-129

Ni Nyoman Tri Sariri Muryati dan I Made Sadha Suardikha. Pengaruh Corporate

Governance pada Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Udayana (Unud), Bali, Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana

9.2(2014): 411-429. (Diakses 15 November 2016).

Nita Ayu Widyasari, Suhadak dan Achmad Husaini, 2014. Pengaruh Good Corporate

Governance (GCG) dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility

(CSR) terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bei Periode 2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol.

26 No. 1 September 2015 administrasi bisnis. Student journal.ub.ac.id.

(Diakses 15 November 2016).

97

Nobert Steven Sinaga. 2014. Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap

Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Variabel Kontrol Ukuran Perusahaan

Dan Growth Opportunity (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2013). Jurnal Universitas

Diponegoro (Diakses 15 November 2016)

Noor Laila, 2011. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai

Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009). Jurnal Universitas Diponegoro

(Diakses 15 November 2016)

Prajitno, Bella Carlina dan Yulius Jogi Christiawan. 2013. Analisis Pengaruh

Mekanisme Corporate Governance dan Reputasi Kantor Akuntan Publik

terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Bussiness Accounting Review, Vol.1.

(Diakses 15 November 2016).

Purwaning tyas dan Frysa Praditha.2011. Analisis Pengaruh Mekanisme Good

Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. (Diakses 15 November

2016).

Ryan Anugrah Pratiwi, 2017. Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Food And Beverage

yang Listing di Bursa Efek Indonesia. JOM FISIP Volume 4 No. 2 Oktober

2017. (Diakses 15 November 2016).

Rachmawati, A. 2007. Pengaruh Investment Opportunity Set dan Mekanisme

Corporate Governance terhadap Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan.

Unpublished Journal Surakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas 11 Maret.

(Diakses 15 November 2016).

Shleifer, A. and Vishny, Robert W. (1997).“A Survey of CorporateGovernance”.

Journal of Finance, 52,2: 737-783. (Diakses 15 November 2016).

Siallagan, H & Machfoedz, M.(2006). Mekanisme Corporate Governance, Kualitas

Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX, 1-23.

97

Sri Hermuningsih, 2012. Pengaruh Profitabilitas, Size Terhadap Nilai Perusahaan

dengan Sruktur Modal Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Universitas

Sarjana wiyata Taman siswa Yogyakarta. (Diakses 15 November 2016).

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung.

ALFABETA.

Sugiyono.2014. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D). Bandung: Alfabeta.

Sujoko & Soebiantoro, U.(2007). Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,

Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal

Manajemen dan Kewirausahaan, 9(1), 41-48. (Diakses 15 November 2016).

Sutaryo dan Wibawa, Anas.2011. Monitoring Mechanism and created Shareholder

Value Public Company in Indonesia.

http://sutaryofe.staff.uns.ac.id/files/2011/10/monitoring-mechanism-dan-

createdshareholder-value.pdf. Diunduh 20 Oktober 2013.

Tangguh Wicaksono. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap

Profitabilitas Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Peserta Corporate

Governance Perception Index (CGPI) Tahun 2012). Jurnal Universitas

Diponegoro Semarang. (Diakses 15 November 2016).

Tim Tashih Departemen Agama. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Yogyakarta: PT. Dana

Bhakti Wakaf, 1995.

Tutut Suhartanti Dan Nur Fadjrih Asyik, 2015. Pengaruh Corporate Governance

terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel

Moderating. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 8.

Ujiyantho, M.A., dan Pramuka, B.A. 2007. "Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan", Proceedings Simposium Nasional

Akuntansi X Unhas Makassar. Juli.Hal. 1-26. (Diakses 15 November 2016).

Ummi Isti’adah, 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada

Perusahaan Manufaktur. Jurnal Nominal / Volume IV Nomor 2 / Tahun 2015.

(Diakses 15 November 2016).

97

Vincentius Randy dan Juniarti, 2013. Pengaruh Penerapan Good Corporate

Governance terhadap Nilai Perusahaan yang Terdaftar di BEI 2007-2011.

Jurnal Business Accounting Review, Vol. 1, No. 2, 2013. (Diakses 15

November 2016).

Wardoyo dan Theodora Martina Veronica. Pengaruh Good Corporate Governance,

Corporate Social Responsibility & Kinerja Keuangan terhadap Nilai

Perusahaan. Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 4, No. 2, 2013, pp: 132-149.

(Diakses 15 November 2016).

Wilmshurst, T.D., & Frost, G.R.(2000). Corporate environmental reporting: a test of

legitimacy theory. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 13(1), 10-

26.

Www.idx.co.id (Di akses 15 November 2016).

Yangs Analisa, 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas Dan

Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (studi pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2008). Jurnal

Universitas Diponegoro Semarang. (Diakses 15 November 2016).

Zefanya Gwenda dan Juniarti, 2013. Pengaruh Penerapan Good Corporate

Governance (GCG) Pada Variabel Share Ownership, Debt Ratio, dan Sektor

Industri Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Business Accounting Review, Vol.

1, No. 2, 2013. (Diakses 15 November 2016).

L

A

M

P

I

R

A

N

LAMPIRAN 1 : Sampel Perusahaan yang konsisten Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada Tahun 2012-2016

No

Kode

Nama Perusahaan

1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk.

2 AKPI PT. Argha Karya Prima Industry Tbk.

3 ASII PT. Astra Internasional Indonesia Tbk.

4 CTBN PT. Citra Tubindo Tbk.

5 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Tbk.

6 INAI PT. Indal Aluminium Industry Tbk.

7 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

8 MLIA PT. Mulia Industrindo Tbk.

9 SPMA PT. Suparma Tbk.

10 TSPC PT. Tempo Scan Pasific Tbk.

Sumber: Indonesia Stok Exchange (IDX).

LAMPIRAN 2 : Hasil Perhitungan Price Book Value (PBV) Perusahaan yang

Konsisten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2016

KODE NAMA

PERUSAHAAN

PBV (Price to Book Value)

2012 2013 2014 2015 2016

ADES PT. Akasha Wira

International Tbk. 4.74 5.42 4.46 2.74 1.82

AKPI PT. Argha Karya Prima

Industry Tbk. 0.94 0.65 0.54 0.54 0.54

ASII PT. Astra Internasional

Indonesia Tbk. 3.95 3.43 2.59 2.50 1.92

CTBN PT. Citra Tubindo Tbk. 2.58 2.55 1.95 2.33 2.26

FASW PT. Fajar Surya Wisesa

Tbk. 6.02 3.50 3.22 2.49 1.05

INAI PT. Indal Aluminium

Industry Tbk. 0.81 0.55 0.75 0.76 0.53

INDF PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk. 2.83 3.79 4.48 5.08 4.79

MLIA PT. Mulia Industrindo

Tbk. 0.67 0.25 0.47 0.53 0.61

SPMA PT. Suparma Tbk. 0.48 0.56 0.41 0.37 0.20

TSPC PT. Tempo Scan Pasific

Tbk. 3.77 5.00 3.72 3.12 1.82

Sumber: Indonesia Stok Exchange (IDX).

LAMPIRAN 3 : Hasil Perhitungan Dewan Direksi Perusahaan yang Konsisten

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2016

KODE NAMA

PERUSAHAAN

Dewan Direksi

2012 2013 2014 2015 2016

ADES PT. Akasha Wira

International Tbk. 3 4 4 4 3

AKPI PT. Argha Karya Prima

Industry Tbk. 4 4 4 4 4

ASII PT. Astra Internasional

Indonesia Tbk. 4 4 4 4 4

CTBN PT. Citra Tubindo Tbk. 5 4 4 4 3

FASW PT. Fajar Surya Wisesa

Tbk. 4 4 4 4 4

INAI PT. Indal Aluminium

Industry Tbk. 5 5 5 5 5

INDF PT Indofood Sukses

Makmur Tbk 8 9 9 10 10

MLIA PT. Mulia Industrindo

Tbk. 6 6 6 6 6

SPMA PT. Suparma Tbk. 4 4 4 4 4

TSPC PT. Tempo Scan Pasific

Tbk. 6 12 11 11 10

Sumber: Indonesia Stok Exchange (IDX).

LAMPIRAN 4 : Hasil Perhitungan Dewan Komisaris Perusahaan yang

Konsisten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2016

KODE NAMA

PERUSAHAAN

Dewan Komisaris

2012 2013 2014 2015 2016

ADES PT. Akasha Wira

International Tbk. 2 2 2 2 2

AKPI PT. Argha Karya Prima

Industry Tbk. 3 4 4 4 4

ASII PT. Astra Internasional

Indonesia Tbk. 7 7 7 7 8

CTBN PT. Citra Tubindo Tbk. 3 4 4 4 4

FASW PT. Fajar Surya Wisesa

Tbk. 4 4 4 4 4

INAI PT. Indal Aluminium

Industry Tbk. 3 2 2 2 2

INDF PT Indofood Sukses

Makmur Tbk 5 5 5 5 5

MLIA PT. Mulia Industrindo

Tbk. 2 3 3 3 3

SPMA PT. Suparma Tbk. 2 2 1 1 1

TSPC PT. Tempo Scan Pasific

Tbk. 2 2 1 2 3

Sumber: Indonesia Stok Exchange (IDX).

LAMPIRAN 5 : Hasil Perhitungan Komisaris Independen Perusahaan yang

Konsisten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2016

KODE NAMA

PERUSAHAAN

Dewan Komisaris independen

2012 2013 2014 2015 2016

ADES PT. Akasha Wira

International Tbk. 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5

AKPI PT. Argha Karya Prima

Industry Tbk. 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5

ASII PT. Astra Internasional

Indonesia Tbk. 0.42 0.42 0.57 0.57 0.5

CTBN PT. Citra Tubindo Tbk. 0.6 0.5 0.5 0.5 0.5

FASW PT. Fajar Surya Wisesa

Tbk. 0.5 0.5 0.25 0.25 0.25

INAI PT. Indal Aluminium

Industry Tbk. 0.6 1.0 1.0 1.0 1.0

INDF PT Indofood Sukses

Makmur Tbk. 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6

MLIA PT. Mulia Industrindo

Tbk. 0.5 0.6 0.6 0.6 0.6

SPMA PT. Suparma Tbk. 1.5 1.5 4.0 4.0 4.0

TSPC PT. Tempo Scan Pasific

Tbk. 1.0 4.0 4.0 1.0 1.0

Sumber: Indonesia Stok Exchange (IDX).

LAMPIRAN 6 : Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan (Size) Perusahaan yang

Konsisten Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2012-2016

KODE NAMA

PERUSAHAAN

Ukuran Perusahaan

2012 2013 2014 2015 2016

ADES PT. Akasha Wira

International Tbk. 38.9 44.1 50.48 65.32 74.24

AKPI PT. Argha Karya Prima

Industry Tbk. 17.14 20.84 22.27 28.83 27.13

ASII PT. Astra Internasional

Indonesia Tbk. 18.22 21.39 23.6 24.54 26.18

CTBN PT. Citra Tubindo Tbk. 25.95 33.63 .32.32 33.81 22.65

FASW PT. Fajar Surya Wisesa

Tbk. 55.78 56.92 55.81 69.93 81.82

INAI PT. Indal Aluminium

Industry Tbk. 61.22 76.58 89.72 13.3 12.68

INDF PT Indofood Sukses

Makmur Tbk 59.32 78.09 85.93 91.83 92.42

MLIA PT. Mulia Industrindo

Tbk. 65.58 71.89 72.15 71.25 69.8

SPMA PT. Suparma Tbk. 16.64 17.67 20.91 21.85 21.72

TSPC PT. Tempo Scan Pasific

Tbk. 46.32 54.07 55.92 62.84 65.38

Sumber: Indonesia Stok Exchange (IDX).

LAMPIRAN 7 : Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

DK KI DD UK PBV

N 50 50 50 50 50

Normal Parametersa,b

Mean 3.42 .9686 5.88 47.3376 2.2216

Std. Deviation 1.715 1.05319 2.655 24.62632 1.67563

Most Extreme

Differences

Absolute .176 .357 .241 .154 .180

Positive .176 .357 .241 .154 .180

Negative -.124 -.248 -.139 -.094 -.114

Kolmogorov-Smirnov Z 1.245 2.523 1.701 1.089 1.274

Asymp. Sig. (2-tailed) .090 .000 .006 .186 .078

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .432a .387 .215 1.57666 1.748

a. Predictors: (Constant), UK, DK, DD, KI

b. Dependent Variable: PBV

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4.167 1.981 3.170 .000

DK .163 .213 .167 2.766 .032 .381 2.623

KI -.052 .326 -.033 -1.159 .048 .430 2.327

DD .151 .122 .239 2.236 .022 .484 2.065

UK .014 .011 .205 2.264 .013 .684 1.462

a. Dependent Variable: PBV

Hasil Uji Heterokedastisitas (Galjser)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.489 .536 2.780 .008

DK .110 .116 .216 .946 .349 .381 2.623

KI .112 .178 .135 .630 .532 .430 2.327

DD .024 .067 .072 .354 .725 .484 2.065

UK .007 .006 .210 1.236 .223 .684 1.462

a. Dependent Variable: RES2

Hasil Uji Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4.167 1.981 3.170 .000

DK .163 .213 .167 2.766 .032 .381 2.623

KI -.052 .326 -.033 -1.159 .048 .430 2.327

DD .151 .122 .239 2.236 .022 .484 2.065

UK .014 .011 .205 2.264 .013 .684 1.462

a. Dependent Variable: PBV

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 .432a .387 .215 1.57666 1.748

a. Predictors: (Constant), UK, DK, DD, KI

b. Dependent Variable: PBV

Hasil Uji Statistik F

ANOVAa

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 25.715 4 6.429 4.586 .049b

Residual 111.863 45 2.486

Total 137.578 49

a. Dependent Variable: PBV

b. Predictors: (Constant), UK, DK, DD, KI

Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4.167 1.981 3.170 .000

DK .163 .213 .167 2.766 .032 .381 2.623

KI -.052 .326 -.033 -1.159 .048 .430 2.327

DD .151 .122 .239 2.236 .022 .484 2.065

UK .014 .011 .205 2.264 .013 .684 1.462

a. Dependent Variable: PBV

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nirma, merupakan salah satu mahasiswa aktif di

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan

Manajemen, Konsentrasi Manajemen Keuangan. Lahir

di Makassar tepatnya pada tanggal 27 maret 1995. Ia

merupakan anak pertama dari tiga (3) bersaudara. Putri dari pasangan

Muhammad Saenong B. dan Nurmiati J. Ia sekarang berdomisili di

Sungguminasa tepatnya Jl. Poros Malino, Asrama Mawang Rindam VII

Wirabuana. Riwayat pendidikan yang telah ia tempuh yaitu, SDN Centre

Mawang, setelah lulus SD melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1

Bontomanai. Kemudian melanjutkan pendidikan SMA di SMA Negeri 3

Sungguminasa. Setelah lulus SMA melanjutkan pendidikan ke tahap perguruan

tinggi yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Jurusan

Manajemen, Konsentrasi Manajemen Keuangan. Ia memiliki hobi memasak,

menyanyi, makan, olahraga, nonton dan membaca novel. Ia bercita-cita ingin

jadi pengusaha muda.