PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali...

61
PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN INTI OOSIT SECARA IN VITRO oleh: RAHMI SYAMSUDDIN I 111 10 270 PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 SKRIPSI

Transcript of PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali...

Page 1: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP

TINGKAT KEMATANGAN INTI OOSIT SECARA IN VITRO

oleh:

RAHMI SYAMSUDDIN

I 111 10 270

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK

JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2014

SKRIPSI

Page 2: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP

TINGKAT KEMATANGAN INTI OOSIT SECARA IN VITRO

oleh:

RAHMI SYAMSUDDIN I 111 10 270

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK

JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2014

SKRIPSI

Page 3: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rahmi Syamsuddin

NIM : I 111 10 270

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab

Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan

atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan

sepenuhnya.

Makassar, Juni 2014

Rahmi Syamsuddin

Page 4: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

HALAMAN PENGESAHAN

JudulPenelitian : Pengaruh Diameter Oosit Sapi Bali Terhadap Tingkat

Kematangan Inti Oosit Secara In Vitro

Nama : Rahmi Syamsuddin

No. Pokok : I 111 10 270

Program Studi : Produksi Ternak

Jurusan : Produksi Ternak

Fakultas : Peternakan

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Utama

Prof.Dr.Ir. H. Herry Sonjaya, DEA. DES.

NIP. 19570129 198003 1 001

Pembimbing Anggota

Prof. Rr. Sri Rachma A. B., M.Sc., Ph.D.

NIP. 19680425 199403 2 002

Dekan Fakultas Peternakan

Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc NIP. 19520923 197903 1 002

Ketua Jurusan Produksi Ternak

Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc

NIP. 19641231 198903 1 025

Tanggal Lulus : Juni 2014

Page 5: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

RINGKASAN

Rahmi Syamsuddin (I 111 10 270), Pengaruh Diameter Oosit Sapi Bali Terhadap

Tingkat Kematangan Oosit Secara In Vitro. Dibawah bimbingan Herry Sonjaya sebagai

pembimbing utama dan Rr. Sri Rachma Aprilita Bugiwati sebagai pembimbing

anggota.

Limbah ovarium sapi Bali dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) mengandung

berbagai ukuran diameter oosit untuk dimanfaatkan sebagai bahan mentah dalam proses

pematangan oosit secara in vitro, namun belum diketahui apakah semua oosit ini bisa

mencapai tahap pematangan akhir secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh diameter oosit terhadap tingkat kematangan oosit. Penelitian ini

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan (diameter oosit :

<110 µm, 110-120 µm, >120 µm) dan 4 ulangan. Ovarium sapi Bali disayat untuk

menghasilkan oosit, lalu oosit dikoleksi berdasarkan sitoplasma yang homogen dan oosit

diukur diameternya. Oosit dikelompokkan berdasarkan 3 kategori diameter, dimaturasi

dan dimasukkan ke dalam inkubator 5 % CO2 dan 38,5C. Oosit diwarnai dengan aceto

orcein 2%, lalu di amati dibawah mikroskop. Parameter yang diamati yaitu tahap tingkat

kematangan oosit yang terdiri dari Germinal Vesical (GV), Germinal Vesical Break

Down (GVBD), Metaphase-I (MI), dan Metaphase-II (MII). Data penelitian dianalisis

dengan analisis ragam dan uji beda nyata terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tahap GVBD nyata (P<0.05) lebih tinggi pada oosit yang berukuran <110 µm

dibandingkan 2 perlakuan diameter lainnya. Pada tahap MII nyata (P<0.05) lebih tinggi

pada oosit yang berdiameter >120 µm, tetapi tahap MI tidak berbeda nyata (P>0.05)

antara 3 perlakuan. Kesimpulan bahwa oosit yang berdiameter >120 µm merupakan oosit

yang terbaik untuk mencapai tahap Metaphase-II (MII).

Kata Kunci : Ovarium Sapi Bali, Diameter Oosit, Tingkat Kematangan Oosit.

Page 6: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

ABSTRACT

Rahmi Syamsuddin (I 111 10 270), Influence of Bali cattle oocytes diameter Against

Maturity Level oocytes in vitro. Under the guidance of Herry Sonjaya as main

supervisor and Rr. Sri Rachma Aprilita Bugiwati as the supervising.

Waste ovarian of Bali cattles in abattoirs contains some varieties of oocytes

diameter sizes to be used as raw materials in the process of In Vitro Maturation (IVM),

but it is not known whether all of these oocytes could reach the stage of finishing

maturation in vitro. Therefore, this study aimed to determine the effects of the oocyte

diameter on the persentage of oocyte maturation stage. This study used a complete

randomized design (CRD) with 3 treatments (oocytes diameter : <110 µm , 110-120 µm ,

>120 µm) and 4 replications. The ovarium of Bali cattles were slice to produce oocytes ,

and the oocytes were collected based on the homogeneity of cytoplasm. The oocytes were

measured and be grouped based on three categories of diameter oocyte maturation, put

into incubator 5 % CO2 and 38.50C. The oocytes were stained with 2 % aceto orcein , and

observed under a microscope. The parameter observed were the oocyte maturity stage

that consists of Germinal Vesical (GV), Germinal Vesical Break Down (GVBD),

Metaphase - I (MI), and Metaphase - II (MII). Data were analyzed using analysis of

variance (ANOVA) and the least significant difference test . The results showed that

GVBD stage were significantly (P<0.05) higher in the oocytes diameter of <110 µm

than the other diameter. Conversely, the oocytes diameter of >120 µm which reach MII

stage were significantly (P<0.05) higher that the other diameter, but all of oocytes at all

diameter were not significantly at MI stages (P>0.05). It’s concluded that the diameter of

>120 µm of oocytes are the best diameter to reach the Metaphase - II stage (MII).

Keywords : Ovarian of Bali Cattle, Oocytes Diameter, Maturation Stage Of Oocyte.

Page 7: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan

hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir / Skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi

dengan judul ”Pengaruh Diameter Oosit Terhadap Tingkat Kematangan Inti

Oosit Secara In Vitro”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada kesempatan

ini penulis menghanturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya dengan penuh rasa hormat kepada:

1. Secara khusus penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Prof. Dr. Ir. H. Herry Sonjaya, DEA., DES. Selaku

Pembimbing Utama dan Prof. Rr. Sri Rachma Aprilita Bugiwati, M.Sc,

Ph.D. selaku Pembimbing Anggota, atas segala bantuan dan keikhlasannya

untuk memberikan bimbingan, nasehat dan saran sejak awal penelitian sampai

selesainya penulisan skripsi ini.

2. Kedua orang tua, ayahanda Drs. Syamsuddin Jama dan ibunda Hj.

Rukmisah, S.Pd SD tercinta, dan adikku tersayang Rizqullah Asyraf

Syamsuddin, serta keluarga besarku yang terus mendidik dan mendukung

baik materil maupun moril, dan atas segala limpahan doa, kasih sayang,

kesabaran, pengorbanan, dan segala bentuk motivasi yang telah diberikan

tanpa henti kepada penulis.

3. Secara khusus penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada bapak Hasbi, S.Pt, M.Si, ibu Sri Gustina, S.Pt, M.Si, dan

Page 8: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

ii

kanda Dzulyadaeni, S.Pt yang telah mengajarkan teknik mengkultur oosit

sapi Bali secara in vitro dan membantu kami dalam penelitian ini..

4. Prof. Dr. Ir. Syamsuddin Hasan, M. Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin, dan Bapak wakil Dekan I, II, III, yang telah

menyediakan fasilitas kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

5. Dr. Muhammad Yusuf S.Pt, selaku Penasehat Akademik penulis yang telah

bersedia meluangkan waktunya selama penulis duduk dibangku perkuliahan

dan senantiasa memberikan motivasi dan nasehat yang sangat berarti bagi

penulis.

6. Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M. Sc selaku Ketua Jurusan Produksi

Ternak beserta seluruh dosen dan staf Jurusan Produksi Ternak atas segala

bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

7. Semua dosen-dosen Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah

memberi ilmunya kepada penulis.

8. LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) selaku Lembaga yang

memberikan bantuan baik berupa alat maupun bahan yang menunjang dalam

penelitian ini.

9. Bapak Direktur Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Tamangapa,

Makassar, terkhusus kepada Bapak Syarir, Bapak Firman dan para

pegawai RPH yang telah membantu kami untuk mendapatkan bahan utama

yaitu Ovarium Sapi Bali.

10. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan sepenelitian

Andi Mutmainna, Andi Fausiah, dan Ahmad Mujahid yang telah

Page 9: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

iii

mencurahkan segenap tenaga dan perhatiannya, sekali lagi terima kasih

banyak yang sebesar-besarnya.

11. Secara khusus penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada Restiawan

AR., Drs. Abd. Rakhman Rasyid, Dra. Siti Kusuma dan Muh. Rum

Ramadhan yang telah membantu baik baik secara moril dan material.

12. Kepada sahabat-sahabatku yang terbaik saudari Inna, Uchi, Tenri, Weny,

Iyan, Nurmi, Ifa, Dhian, Putri, Lili, Vivi, dan saudara Alam, Farid, David,

Aldes, Yafet, Ibnu, Ichwan, Iccank, Herman terkhusus Angkatan 2010

L10N, yang telah membantu baik material maupun moril.

13. Serta tak lupa pula menghanturkan banyak terima kasih kepada teman-teman

MATADOR 10 dan SITUASI 2010, dan kepada para senior terutama

RUMPUT 07, BAKTERI 08, MERPATI 09, dan Semua pihak yang tidak

dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tapi

penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini dan demi kemajuan ilmu pengetahuan nantinya. Akhir

kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi diri

penulis sendiri. Amin.

Makassar, Juni 2014

Penulis

Page 10: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

iv

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR……………………………………………………. i

DAFTAR ISI …………............................................................................... iv

DAFTAR TABEL ……………………………………………………… vi

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii

PENDAHULUAN …………………………………………………… 1

TINJAUAN PUSTAKA

Ovarium ………………………………………………………….. 3

Folikulogenesis …………………………………………………… 4

Oogenesis ………………………………………………………….. 5

Pematangan Oosit secara in vitro(In Vitro Maturation, IVM) …….. 8

Diameter Oosit ……………………………………………………… 10

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat …………………………………………………. 12

Materi Penelitian …………………………………………………… 12

Metode Penelitian ………………………………………………….. 13

Parameter yang Diamati ……………………………………………. 18

Analisis Data ……………………………………………………….. 19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Diameter Oosit terhadap Tingkat Kematangan Oosit ....... 21

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan …………………………………………………………. 28

Saran …………………………………………………….................. 28

Page 11: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

v

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 29

LAMPIRAN ……………………………………………………………… 33

RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………… 47

Page 12: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

vi

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Nama-nama Larutan …………………………………………….. 13

Page 13: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

vii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Proses Oogenesis .......................................................................... 5

2. Proses Pembelahan Meiosis padaOosit ......................................... 7

3. Skema Prosedur Penelitian ........................................................... 14

4. Diameter Oosit ............................................................................. 16

5. Perkembangan Oosit Sapi Bali .................................................... 17

6. Status Inti Oosit setelah Pematangan in vitro ............................... 19

7. Histogram Pengaruh Diameter Oosit Sapi Bali terhadap

Rata-rata persentase Tingkat Kematangan Oosit .......................... 21

Page 14: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Jumlah Oosit yang Memiliki Beberapa Diameter ......................... 33

2. Pengaruh Diameter Oosit terhadap Tingkat Kematangan

Oosit In Vitro ................................................................................ 33

3. Pengaruh Diameter Oosit terhadap Tingkat Kematangan Oosit

In Vitro (%) ................................................................................... 34

4. Analysis of variance (ANOVA) pada tahap GVBD ..................... 36

5. Analysis of variance (ANOVA) pada tahap MI ............................ 38

6. Analysis of variance (ANOVA) pada tahap MII .......................... 39

7. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 41

Page 15: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

1

PENDAHULUAN

Salah satu upaya peningkatan produktivitas reproduksi ternak dapat

dilakukan dengan berbagai macam cara, yaitu dengan menerapkan teknologi

reproduksi seperti Produksi Embrio In Vitro (PEIV). Produksi embrio in vitro

(PEIV) adalah salah satu assited reproductive technology (ART) yang terdiri atas

in vitro maturation (IVM), in vitro fertilization (IVF) dan in vitro culture (IVC)

(Rahman, et al., 2008 ; Hegab, et al., 2009). Dengan teknik PEIV materi genetik

dari hewan-hewan yang fungsi reproduksinya tidak normal masih dapat

diselamatkan.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses PEIV antara lain

materi genetik yang digunakan dan sistem kultur akan sangat menentukan kualitas

oosit yang dihasilkan. Sistem kultur seperti pemilihan jenis medium yang

digunakan untuk setiap tahapan produksi embrio yang berkaitan dengan pH, suhu

dan osmolaritas, lingkungan untuk PEIV, lama inkubasi dan sebagainya akan

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan produksi embrio (Sumantri dan

Anggraeini, 1999). Materi genetik seperti kualitas oosit yang berasal dari ovarium

sapi betina untuk menghasilkan embrio. Salah satu faktor yang menentukan

kualitas oosit adalah diameter oosit (Arlotto, et al., 1996). Oosit yang mempunyai

diameter lebih besar akan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk

mencapai meiosis I, oosit yang berasal dari folikel yang lebih besar mempunyai

peluang yang lebih besar untuk mencapai metaphase II dibanding oosit yang

berasal dari folikel yang berdiameter lebih kecil. Hal tersebut terlihat pada

Page 16: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

2

penelitian yang menggunakan misalnya oosit babi (Tsafriri,1985), oosit domba

(Lonergan, et al., 1994), serta oosit sapi yang berasal dari folikel antrum yang

kecil ternyata mempunyai kemampuan yang rendah untuk mengalami germinal

vesicle breakdown (GVBD) dan metaphase I (Pavlok, et al., 1992). Lonergan, et

al., (1992) menyatakan bahwa diameter oosit mempunyai hubungan yang kuat

dengan kualitas oosit yang dihasilkan.

Ketersediaan sapi Bali betina produktif yang dipotong di Rumah

Pemotongan Hewan (RPH) Tamangapa Makassar memungkinkan untuk

pemanfaatan ovariumnya, yang biasanya dibuang namun masih mempunyai oosit

yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan mentah dalam proses In Vitro Maturation

(IVM) atau pematangan oosit secara in vitro. Oosit dalam ovarium sapi Bali

betina mempunyai diameter yang berbeda-beda, dan diameter oosit merupakan

salah satu indikator penentu tingkat keberhasilan pematangan inti oosit secara in

vitro. Studi dan informasi ilmiah mengenai pengaruh diameter oosit terhadap

tingkat kematangan khususnya untuk sapi Bali masih sangat terbatas. Oleh karena

itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas pematangan

oosit yang dikultur secara in vitro dengan berbagai ukuran diameter oosit sapi

Bali.

Page 17: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

3

TINJAUAN PUSTAKA

Ovarium

Ovarium adalah organ reproduksi betina yang terletak di ruang abdomen

seekor hewan.Ovarium dapat bekerja sebagai organ eksokrin (menghasilkan sel

telur) dan endokrin (menghasilkan hormon) (Thomas, and Joanna, 2002) yang

berfungsi untuk memproduksi hormon-hormon pada siklus reproduksi (Turner,

and Bagnara, 1988). Ovarium terdiri atas bagian medula yang mengandung

jalinan vaskular luas di dalam jaringan ikat selular longgar dan bagian korteks

merupakan tempat dijumpai folikel ovarium, yang mengandung oosit (Junqueira,

et al., 1995).

Pada saat fetus, ovarium menghasilkan oogonia melalui pembelahan

mitosis. Sekitar 1 (satu) juta oosit berkembang setelah fetus dilahirkan namun

hanya beberapa ratus oosit yang akan diovulasikan. Umumnya oosit akan

berkurang karena mengalami degenerasi dan atresia (Schatten, and Gheorghe,

2007).

Sel gamet pada betina dinamakan ovum. Ovum mengandung deutoplasma

atau yolk yaitu cadangan makanan yang terdiri dari butiran-butiran lemak,

karbohidrat dan protein. Ovum dilapisi tiga macam selaput pelindung yaitu

selaput primer dihasilkan oleh ovum itu sendiri disebut membran vitteline, selaput

sekunder pada mamalia disebut zona pellusida yang dihasilkan oleh oosit dan sel-

sel folikel (Yatim, 1994) dan selaput tersier yang terbentuk setelah pembuahan

dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar saluran kelamin betina.

Page 18: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

4

Folikulogenesis

Folikulogenesis adalah suatu perkembangan folikel dalam ovarium dari

sudut besarnya, jumlah lapisan sel granulosa, perkembangan sel teka interna dan

eksterna, posisi sel telur di sekeliling kumulus oophorusnya, dan peningkatan

volume cairan rongga folikel. Oosit berada di dalam folikel yang terdapat pada

bagian korteks ovarium. Folikel mengalami berbagai tahap perkembangan yang

berawal dari terbentuknya folikel primordial sampai berkembang menjadi folikel

matang dan oosit siap diovulasikan.

Berdasarkan perubahan morfologisnya, folikel di klasifikasikan dalam 3

kelompok yaitu folikel primer, folikel sekunder dan folikel tersier atau Degraaf.

Folikel primer terdiri dari oosit yang dikelilingi oleh selapis sel epitel sedangkan

sel teka belum terbentuk, sebagian besar folikel primer tersebut akan mengalami

regresi atau tetap tidak berkembang sama sekali. Lapisan sel-sel yang

mengelilingi folikel primer disebut stratum granulosum atau lapisan granulosa.

Telur berada pada satu sisi folikel dalam gundukan sel-sel granulosa yang disebut

kumulus oophorus dan lapisan sel granulose yang langsung menyelubungi sel

telur disebut korona radiata (Partodiharjo, 1980). Tingkat kedua adalah folikel

sekunder yang mengandung oosit dalam volume maksimal dan letaknya eksentrik

atau agak ke pinggir seperti pada folikel primer. Sel-sel granulose terdiri dari 6-

12 lapis sel.Pada folikel sekunder ovum sudah dilengkapi zona pelusida yang

bergerak menuju korteks (Yatim, 1994). Stadium terakhir adalah perkembangan

folikel tersier, yang juga disebut folikel de graaf. Sel-sel folikel yang melengkapi

Page 19: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

5

oogonia akan membentuk antrum atau membentuk ruangan yang berisi cairan.

Ruangan ini dikelilingi oleh sel-sel yang disebut membran granulosa.

Pengelompokan folikel berdasarkan ukuran diameternya terbagi menjadi

tiga kelompok yaitu dilakukan oleh tiga kelompok folikel tersebut adalah folikel

ukuran kecil (2-3 mm), folikel ukuran sedang (3,1 – 5 mm), folikel ukuran besar

(>5 mm) (Crozet, et al., 1995).

Oogenesis

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.

Oogenesis dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia

(tunggal: oogonium). Pertumbuhan oosit antara lain berupa peningkatan diameter

oosit, pertambahan ukuran dari organel-organel, dan disertai dengan perubahan

atau perkembangan pada inti dan sitoplasma (Telfer, 2008).

Gambar 1. Proses Oogenesis

Sumber: Campbell, et al. (2000)

Proses oogenesis (Gambar 1) terdiri dari beberapa tahap yaitu oogonium

mengalami pembelahan mitosis berubah menjadi oosit primer, yang memiliki 46

Page 20: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

6

kromosom. Oosit primer melakukan meiosis (tahap I), yang menghasilkan dua sel

anak yang ukurannya tidak sama. Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder

yang bersifat haploid (n). Ukurannya lebih besar dari yang lain karena berisi lebih

banyak sitoplasma dari oosit primer yang lain. Sel anak yang lebih kecil disebut

badan polar pertama yang kemudian membelah lagi.

Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba fallopi.

Apabila oosit sekunder dibuahi oleh sel sperma (fertilisasi), maka akan mengalami

pembelahan meiosis yang kedua, begitu pula dengan badan polar pertama

membelah menjadi dua badan polar kedua yang akhirnya mengalami degenerasi.

Namun apabila tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi dan

siklus oogenesis diulang kembali. Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit

sekunder menjadi bersifat haploid (n) dengan 30 kromosom dan selanjutnya

disebut dengan oosit. Ketika inti nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi

satu, saat itu juga oosit kemudian mencapai perkembangan akhir atau finalnya

menjadi ovum yang matang. Peristiwa pengeluaran sel telur dikenal dengan

istilah ovulasi. Pada setiap ovulasi hanya satu telur yang matang dan dapat hidup

24 jam. Jika ovum yang matang tersebut tidak dibuahi, maka sel telur tersebut

akan mati dan luruh bersama dengan dinding rahim pada awal siklus menstruasi

(Campbell, et al., 2000).

Perkembangan oosit terdiri dari tiga tahap yaitu proliferasi, pertumbuhan,

dan pematangan. Pada tahap proliferasi terjadi proses mitosis oogonium menjadi

beberapa oogonia yang terjadi pada saat pralahir atau sesaat setelah lahir

kemudian oogonia berdiferensiasi menjadi oosit primer dengan inti tahap profase

Page 21: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

7

I. Inti oosit pada tahap ini disebut Germinal Vesicle (GV) yang ditandai dengan

adanya membrane inti yang utuh dan nucleus yang jelas. Selanjutnya oosit akan

memasuki tahap pertumbuhan dan pematangan yang berlangsung bersamaan

dengan proses perkembangan folikel. Pertumbuhan oosit ditandai dengan

peningkatan diameter oosit dan pertambahan ukuran dari organel-organel seperti

kompleks golgi, retikulum endoplasmik halus, butir lemak, peningkatan proses

transkip untuk sintesis protein. Tahap pematangan oosit ditandai dengan beberapa

proses perkembangan inti oosit (Hafez and Hafez, 2000).

Gambar 2. Proses Pembelahan Meiosis pada Oosit

Sumber : Citra (2013).

Proses pembelahan oosit secara meiosis pada Gambar 2, menjelaskan

tentang mekanisme pengaturan dan fisiologi perkembangan oosit primer secara

singkat. Awal pembelahan meiosis dimulai dari janin, pada saat itu inti oosit

berada pada tahap pembelahan profase I, atau tahap dictyate (fase istirahat).

Proses pembelahan meiosis pada oosit dilanjutkan kembali setelah individu hewan

Page 22: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

8

mengalami pubertas (Hafez and Hafez, 2000). Kelanjutan pembelahan meiosis

berturut-turut akan melewati tahap diakinesis (awal pemisahan dan kondensasi

pasangan kromosom), metafase (semua kromosom berada pada pusat

pembelahan) dan anaphase (pemisahan masing-masing kromosom sepanjang

pusat belahan spindle) dan telofase (pembagian kromosom selesai). Pembelahan

meiosis yang pertama menghasilkan 2 sel telur yang masing-masing berisi

setengah komplemen kromosom. Salah satu dari sel telur tersebut yang

mendapatkan hampir seluruh sitoplasma disebut oosit sekunder dan oosit

sekunder inilah yang nantinya akan menjalani proses pembelahan lebih lanjut.

Pada saat inti berada pada tahap metaphase II oosit diovulasikan dari folikel,

namun proses maturasi oosit masih berlanjut hingga terjadi proses fertilisasi

antara ovum dengan sperma dan badan kutub kedua terbentuk.

Pematangan Oosit secara in vitro (In Vitro Maturation, IVM)

Pematangan oosit in vitro adalah pematangan oosit pada medium di luar

tubuh dan dikultur secara in vitro (Gotto, et al., 1995). Melalui tehnik

pematangan in vitro dimungkinkan untuk memperoleh oosit matang dalam jumlah

besardengan cara menanam telur yang belum diovulasikan dalam medium

pematangan (Bavister, 1992). Shamsudin, et al., (1993) menyatakan bahwa

pematangan oosit primer dapat berkembang menjadi oosit sekunder yang akan

melakukan proses pembelahan meiosis dengan normal dan sempurna sehingga

menghasilkan sel telur yang siap untuk dibuahi. Lima faktor yang sangat

berkompeten dalam keberhasilan pematangan oosit adalah morfologi kumulus,

Page 23: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

9

ukuran dan kesehatan folikel, stimulasi ovarium dan prosedur pematangan oosit

dari sebelum mulai diinkubasi (Sirard, and Blondin, 1996).

Laju proses maturasi oosit sapi, domba, dan babi lambat karena

membutuhkan waktu untuk melakukan sintesa protein aktif untuk persiapan

permulaan meiosis. Pada sapi proses maturasi inti secara in vivo membutuhkan

waktu selama ± 24 jam (Gordon, 1994). Pematangan ini meliputi berbagai

perubahan kronologi tahapan meiosis (Gordon, 2003). Proses pematangan inti

berhubungan dengan aktivitas sintesis RNA, ditandai dengan perubahan inti dari

fase diploten ke metaphase II. Membran inti akan mengadakan penyatuan dengan

vesicle membentuk Germinal Vesicle (GV) dan kemudian akan mengalami

pelepasan membran inti membentuk Germinal Vesicle Break Down (GVBD).

Setelah GVBD terjadi, kromosom dibungkus oleh mikrotubulus dan mikrofilamen

yang sangat mempengaruhi keberhasilan pembelahan meiosis. Oosit yang telah

mengalami GVBD selanjutnya akan mencapai tahap metaphase I (MI). Pada

oosit sapi, metaphase I terjadi setelah 12-14 jam inkubasi dan diikuti oleh tahap

anaphase (AI) dan telophase (TI) yang berlangsung relatife singkat (14-18 jam)

setelah masa inkubasi (Chohan, and Hunter, 2003). Tahap metaphase II (MII)

akan terjadi dan ditandai dengan terbentuknya badan kutub I dan oosit yang sudah

matang siap untuk difertilisasi (Pawshe, et al., 1994).

Kemampuan inti oosit untuk dapat membelah secara meiosis selama

proses maturasi oosit sangat bergantung pada stimulasi hormonal terhadap oosit

yang berkumulus kompak. Analisa mekanisme rangsangan hormonal terhadap

pembelahan meiosis tidak terlepas dari peran gonadotropin, steroid, prostaglandin,

Page 24: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

10

siklus AMP, sintesa makromolekular dan energi metabolisme folikular (Tsafriri,

1985).

Penentuan kualitas oosit dilakukan dengan melakukan beberapa evaluasi

terhadap oosit yang akan digunakan pada proses PEIV. Seleksi oosit yang banyak

digunakan adalah pemilihan oosit berdasarkan morfologi sel kumulus yang berada

disekitar oosit (Alvarez, et al., 2009). Wood, and Wildt (1997) melaporkan

bahwa teknik grading dengan mengevaluasi sel-sel kumulus oosit yang kompleks

dapat mengidentifikasi kualitas oosit yang lebih mudah dan objektif. Keberadaan

sel kumulus mendukung pematangan oosit sampai pada tahap matefase II dan

berkaitan dengan pematangan sitoplasma yang diperlukan untuk kemampuan

perkembangan setelah fertilisasi (Abeydeera, 2002). Umumnya oosit dengan

kumulus yang multilayer digunakan dalam produksi embrio secara in vitro (Qian,

et al.,2005).

Diameter Oosit

Oosit dapat diambil langsung dengan berbagai cara seperti aspirasi,

puncture dan penyayatan (slicing) dari folikel dengan diameter <2 mm akan

mencapai metafase II dengan persentase yang rendah. Oosit dengan diameter

110-125 m, memiliki kemampuan mencapai tahap M-II lebih tinggi dan dapat

dikoleksi dari folikel berukuran 3-4 dan > 4 mm (Ferreira, 2009). Oosit dengan

diameter <110 m tidak dapat melakukan sintesis RNA maternal dan beberapa

protein esensial dengan sempurna sehingga tidak dapat mencapai tahap M-II

Page 25: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

11

(Otoi, et al., 1997). Pada oosit kambing, kompetensi meiosis diperoleh ketika

diameter oosit lebih besar dari 136 m. Beberapa studi menyimpulkan bahwa

diameter oosit adalah berbanding lurus dengan diameter folikel, karena

keduanyameningkatkan kemampuan perkembangan oosit pada sapi (Gandolfi, et

al., 1997).

Menurut Hyttel, et al., (1987) bahwa pada sapi oosit yang berdiameter 100

m memiliki kemampuan untuk memulai meiosis dan oosit dengan diameter 110

m memiliki kemampuan penuh untuk menyelesaikan pematangan dan untuk

mempertahankan perkembangan embrio. Sesuai dengan klasifikasi diameter oosit

menyimpulkan bahwa oosit sapi yang lebih besar dari 110 m telah mencapai

kemampuan meiosis, tetapi untuk memperoleh kemampuan perkembangan embrio

harus memiliki diameter lebih besar dari 120 m.

Kompetensi perkembangan oosit ke tahap selanjutnya sengat dipengaruhi

oleh kualitas oosit yang digunakan pada proses produksi embrio secara in vitro.

Oosit yang berkualitas baik tidak hanya akan berhasil mencapai tahap pematangan

inti namun juga akan mampu melewati berbagai tahap dalam pematangan

sitoplasma yang dibutuhkan untuk dapat mencapai tahap fertilisasi. Kualitas oosit

memberi pengaruh terhadap pematangan oosit (maturasi), perkembangan dan

kemampuan embrio untuk tetap bertahan hidup dan pemeliharaan pada

kebuntingan dan perkembangan fetus (Krisher, et al., 2007).

Page 26: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

12

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu Pusat Kegiatan Penelitian

(PKP), Universitas Hasanuddin pada bulan Desember 2013sampai Januari 2014.

Materi Penelitian

Bahan yang digunakan adalah ovarium sapi Bali sebanyak 10-12 pasang

yang diperoleh dari Rumah Potong Hewan (RPH) Tamangapa, Kota Makassar,

Provinsi Sulawesi Selatan. Oosit diseleksi berdasarkan keadaan sitoplasma yang

homogen dan sel-sel kumulus yang kompak.

Alat yang digunakan adalah syringe, kaca arloji , petri dish, inkubator CO2

5% 38,5 C, pipet, wadah sampel, mikropipet yang berukuran 2,5 µl, 50 µl, dan

1000 µl, cawan petri, objek glass, cover glass, gunting bedah, scalpel, gelas kimia,

labu ukur 1 liter dan 500 ml, autoclaf, timbangan electrik, oven dengan suhu 65

C, wadah larutan yang berukuran 2 ml, 1 ml, dan 0,5 ml, dan mikroskop Axio

Cam.

Medium yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas tiga yaitu

medium transportasi, medium koleksi, dan medium maturasi. Adapun larutan

yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 27: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

13

Tabel 1. Nama-nama Larutan yang digunakan dalam Penelitian

No. Nama Larutan Volume/

Satuan Ket.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

Larutan NaCl

Fetal Bovine Serum (FBS)

Enzim hyaluronidase

KCl

Aceto orcein

Asam asetat

Penicillin

Streptomycin sulfate

Gentamycin

Phosphate buffered saline (PBS)

Tissue culture medium (TCM)

199

Pregnant mare serum

gonadotrophin (PMSG)

Human chorionic gonadotrophin

(hCG)

Parafin dan vaselin

Ethanol dan asam asetat

Ethanol absolute

Mineral oil

Larutan kuteks bening

0,9%

10%

0,25%

0,7%

2%

25%

100 IU/ml

100 µ/ml

50 µg/ml

22,5 ml

1800 µl

200 µl

100 µl

1:9

3:1

Secukupnya

Secukupnya

Secukupnya

Gibco, Grand Island,

NY, USA

Sigma, USA

Sigma, USA

Gibco, Grand Island,

NY, USA

Sigma, USA

Intergonan, Intervet

Deutschland GmbH

Chorulon, Intervet

international B.V.

Boxmeer-Holland

Sigma Chemical Co.

St. Louis MO, USA

Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan metode eksperimental laboratorium berdasarkan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu 3 perlakuan dan 4 ulangan. Jenis

perlakuan antara lain :

D1 : Oosit yang berdiameter <110 m

D2 : Oosit yang berdiameter 110-120 m

D3 : Oosit yang berdiamater >120 m

Page 28: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

14

2. Prosedur Penelitian

Adapun secara rinci prosedur kerja penelitian disajikan pada Gambar 3

Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian

Pembuatan Medium Maturasi

Pertama-tama yang dilakukan sebelum membuat medium maturasi,

terlebih dahulu dilakukan pengenceran TCM-199 (50 ml), dengan cara

menimbang TCM-199 sebanyak 0,475 gram ditambah dengan 0,11 gram NaHCO3

yang diencerkan dengan aquades 50 ml. Setelah itu larutan TCM-199 difilter

dengan menggunakan saringan. Untuk membuat medium maturasi larutan yang

Ovarium Sapi Bali

dari RPH Tamangapa

Laboratorium

(larutan 0,9% NaCl + 100 IU/ml penicillin+ 100

µ/ml streptomycin sulfate + 50 µg/ml

Gentamycin

Pembuatan Medium

Maturasi ±1 jam

Ukur diameter oosit

dengan mikroskop Koleksi

Oosit

Oosit yang sudah dimaturasi sel

kumulus dihilangkan dengan

menggunakan enzim

Maturasi Oosit

in vitro ±24 jam

Pewarnaan

Oosit

Evaluasi Tingkat Kematangan Oosit

in vitro

Page 29: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

15

dicampurkan adalah Tissue culture medium (TCM) 199 sebanyak 1800 µl,

Pregnant mare serum gonadotrophin (PMSG) 200 µl, Fetal Bovine Serum (FBS)

10%, human Chorionic Gonadotrophin (hCG) 100 µl, dan 2,5 µl

Gentamycindengan menggunakan mikropipet. Lalu ditampung dalam wadah yang

berukuran 2 ml. setelah itu medium maturasi diinkubasi selama 2 jam, tetapi

pembuatan medium maturasi dilakukan 1 jam sebelum oosit dikoleksi.

Koleksi oosit

Koleksi oosit dilakukan dengan menyayat/mencacah (slicing) folikel yang

ada di permukaan ovarium sehingga cairan folikel keluar. Selanjutnya dilakukan

pembilasan (flushing) dengan penyemprotan NaCl 0,9% menggunakan syringe ke

dalam folikel bekas sayatan, agar oosit dapat keluar. Selanjutnya oosit diseleksi

menggunakan mikroskop (hanya oosit dengan keadaan sitoplasma yang homogen

dan dikelilingi ≥ 3 lapis sel kumulus yang digunakan) dan ditampung dalam petri

dish yang berisi media phosphate buffered saline yang disuplementasi dengan

Fetal Bovine Serum 10%. Oosit hasil koleksi dicuci dalam medium koleksi yang

terdiri atas PBS ditambah 10% FBS. Selanjutnya, diukur diameter oosit dengan

menggunakan mikroskop dan oosit dicuci dengan medium maturasi masing-

masing sebanyak dua kali.

Adapun diameter oosit di kelompok menjadi tiga yakni diameter <110 µm,

110-120 µm, dan diameter >120 µm (Gambar 4).

Page 30: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

16

A. B.

C.

Gambar 4. A. Oosit yang berdiameter Bar <110 µm; B. Oosit yang berdiameter

Bar 110-120 µm; C. Oosit yang berdiameter >120 µm.

Morfologi oosit dikategorikan atas empat kelompok (Lonergan, et al.,

1992), yaitu (1) Complete, terdapat sel-sel kumulus oophorus, terdiri lebih dari

tiga lapisan tebal (lima lapisan), oosit kelihatan kompak. (2) Expanded, terdapat

sel-sel kumulus oophorus, terdiri dari tiga (3-5) lapisan tebal, dengan salah satu

bagian tidak utuh. (3) Partial, terdapat hanya dua lapisan sel-sel kumulus

oophorus. (4) Nude, tidak ada sel-sel yang mengelilingi oosit, oosit hanya

dikelilingi zona pellucida secara merata. Salah satu contoh morfologi oosit dari

keempat kelompok tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 31: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

17

Gambar 5. Perkembangan oosit sapi Bali in vitro.

A : Oosit sebelum pematangan

B : Oosit setelah pematangan

O : Oosit

SK : Sel-sel kumulus

ESK : Eskpansi sel kumulus

Maturasi oosit in vitro

Sebelum dilakukan maturasi terlebih dahulu membuat empat tetesan

(drop) pada petri dish (50 µL/drop) dan ditutup dengan mineral oil. Oosit yang

diseleksi dan telah melalui dua kali pencucian menggunakan PBS, FBS dan

Gentamicyhin, di masukkan kedalam drop yang telah dibuat. Kemudian

dimasukkan dalam inkubator CO2 5%, temperatur 38,5oC selama 24 jam.

Evaluasi Tingkat Pematangan Inti Oosit

Oosit yang telah dimaturasi dibersihkan dari sel-sel kumulusnya

(denudase) dengan batuan enzim hyaluronidase (Sigma, USA) 0,25% dengan

cara dipipet berulang-ulang menggunakan pipet berdiameter yang sesuai dengan

ukuran oosit. Oosit yang memiliki ukuran diameter yang samadiletakkan pada

A B

Page 32: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

18

drop KCl 0.7% diatas kaca objek, lalu difiksir dengan kaca penutup yang

memiliki bantalan parafin dan vaselin (1:9) pada keempat sudutnya. Preparat oosit

yang telah jadi, difiksasi pada ethanol dan asam asetat dengan perbandingan (3:1)

selama 3-4 hari pada temperatur kamar. Setelah difiksasi preparat direndam

terlebih dahulu dalam larutan ethanol absolute selama satu jam.

Perwarnaan Oosit

Sebelum oosit diwarnai, preparat dikeringkan menggunakan tissue.Lalu

oosit diwarnai dengan aceto orcein 2% selama 5 menit.Kemudian zat pewarna

dibersihkan dengan asam asetat 25% dan keempat sisi kaca penutup diberi larutan

kuteks bening untuk selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah mikroskop fase

kontras.

Parameter yang diamati

Parameter yang diamati untuk mengetahui tingkat pematangan oosit yaitu :

1. Menghitung jumlah oosit dengan diameter yang berbeda-beda

2. Melihat tahap perkembangan meiosis, meliputi :

a. Fase germinal vesicle (GV) ditandai dengan adanya membran inti dan

nukleolus terlihat jelas ditepi.

b. Fase germinal vesicle breaking down (GVBD) ditandai dengan

robeknya membran inti sehingga nukleolus tidak terlihat jelas.

Page 33: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

19

c. Fase metaphase–I (M-I) ditandai dengan adanya kromosom homolog

yang berpasangan dan berderet di bidang equator.

d. Fase metaphase-II (M-II) ditandai adanya badan kutub I dan susunan

kromosom yang sama dengan tahap M-I, fase anaphase dan telofase.

Pembesaran : 400 kali

Gambar 6.Status inti oosit setelah pematangan in vitro.

A : Germinal Vesicle (GV)

B : Germinal Vesicle Break Down (GVBD)

C :Metaphase I (MI)

D:Metaphase II (MII) (tanda panah)

Tingkat pematangan oosit dapat dihitung berdasarkan rumus dibawah ini :

Rumus =

D

A

C

B A

Page 34: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

20

Analisis Data

Tingkat kematangan oosit dianalisis menggunakan Rancangan Acak

lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Data penelitian sebelum

dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) terlebih dahulu ditransformasi

dengan Arsin √ untuk memperoleh penyebaran data distribusi normal (Gaspersz,

1991) dan apabila terdapat perngaruh diantara perlakuan dilanjutkan dengan uji

beda nyata terkecil (BNT) (Steel and Torrie, 1981). Data diolah menggunakan

software SPSS 18.0 for windows. Model matematika yang digunakan adalah :

Yij = µ + ᴛi + ɛi

i = 1,2,3,

j = 1,2,3,4

Keterangan :

Yij = Hasil pengamatan dari tingkat pematangan oosit dengan ukuran

diameter oosit ke-i dengan ulangan ke-j

µ = Rata-rata pengamatan

ᴛi = Pengaruh diameter oosit ke-i

ɛ = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Page 35: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Diameter Oosit Terhadap Tingkat Kematangan Oosit

Hasil pengamatan tingkat kematangan oosit disajikan pada Gambar 7:

Gambar 7. Histogram Pengaruh Diameter Oosit Sapi Bali terhadap Rata-

rata persentase Tingkat Kematangan Oosit. GV: germinal vesicle,

GVBD: germinal vesicle breakdown, MI: metaphase I, MII: metaphase II.

Huruf yang berbeda pada grafik batang yang sama menunjukkan perbedaan

yang nyata (P<0.05).

Hasil analisis ragam (Lampiran 5 dan 7) menunjukan bahwa perlakuan

diameter berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kematangan oosit pada tahap

Germinal Vesicle Break Down (GVBD) dan Metaphase-II (MII), tetapi tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) pada tahap Germinal Vesicle (GV) dan Metaphase-I

(MI) (Lampiran 6).

Pada tahap Germinal Vesicle Break Down (GVBD) persentase tingkat

kematangan oosit yang tertinggi pada oosit yang berdiameter <110 µm dan oosit

a

a

ab

ab

b

b

0

10

20

30

40

50

60

70

80

GV GVBD MI MII

Tin

gkat

Ke

mat

anga

n O

osi

t (%

)

Tahap Perkembangan Oosit

<110 µm

110-120 µm

>120 µm

Diameter Oosit

Page 36: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

22

yang berdiameter >120 µm tidak mengalami tahap GVBD. Hal ini mungkin

disebabkan oleh laju pertumbuhan oosit. Oosit yang berdiameter <110 µm

memiliki persentase yang tinggi, disebabkan baru mengalami tahap meiosis dan

laju pertumbuhan oosit untuk mencapai meiosis I agak lambat, sehingga oosit

yang dikultur banyak yang mengalami tahap Germinal Vesicle Break Down

(GVBD). Persentase oosit yang tinggi pada stadium GVBD tanpa diikuti oleh

persentase oosit yang meningkat pada stadium meiosis selanjutnya menandakan

bahwa oosit kurang memiliki kompetensi untuk melanjutkan meiosis dalam kultru

in vitro (Hirao, et al., 1994). Tingkat kematangan inti oosit yang berdiameter

<110 µm dan 110-120 µm sama, namun oosit yang berdiameter <110 µm dan

>120 µm berbeda nyata. Pada oosit yang berdiameter >120 µm tidak terdapat

oosit yang mengalami tahap GVBD. Hal ini disebabkan bahwa oosit yang

berdiameter >120 µm pada saat dikultur sudah mencapai tahap meiosis

selanjutnya.

Pada tingkat kematangan tahap Metaphase-II (MII) oosit yang berdiameter

>120 µm memiliki persentase tertinggi dan yang terendah <110 µm (Gambar 4).

Hal ini disebakan pada oosit yang berdiameter <110 µm memiliki persentase yang

rendah untuk mencapai tahap MII belum mampu secara maksimal untuk mencapai

tahap MII dan membutuhkan waktu yang lama untuk perkembangan oosit. Oosit

yang memiliki diameter >120 µm lebih berkompeten untuk mencapai tahap

meiosis II dan siap untuk dibuahi dan memiliki kemampuan mencapai tahap M-II

lebih tinggi dan dapat dikoleksi dari folikel berukuran 3-4 dan > 4 mm (Ferreira,

2009). Oosit dengan diameter <110 m tidak dapat melakukan sintesis RNA

Page 37: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

23

maternal dan beberapa protein esensial dengan sempurna sehingga tidak dapat

mencapai tahap M-II (Otoi, et al., 1997).

Hasil yang didapatkan tidak terdapat oosit yang mengalami tahap pada

tingkat kematangan GV (germinal vesical). Hal ini disebabkan oosit yang

dikoleksi sudah mengalami pembelahan meiosis dan pematangan ooplasmic.

Menurut Rahman, et al., (2008), secara in vivo sama seperti oosit mamalia lainnya

maka oosit kambing dan domba akan beristirahat setelah memasuki fase dictyate

atau fase germinal vesicle (GV) hingga kambing dan domba memasuki masa

pubertas. Secara in vitro oosit akan mengalami pertumbuhan yang optimal setelah

keluar dari folikel dan ketika dikultur dalam media maturasi secara spontan akan

mengalami pembelahan meiosis dan pematangan ooplasmic.

Diameter tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap tingkat kematangan inti

oosit tahap Metaphase-I (MI) (Lampiran 6). Persentase tingkat kematangan MI

antara tiga kategori diameter oosit hampir sama untuk mencapai MI. Namun,

demikian secara deskriptif ada perbedaan nilai yaitu tertinggi pada oosit yang

berdiameter <110 µm dan terendah >120 µm. Hal ini disebabkan oosit yang

dikultur secara in vitro pada tahap Metaphase-I (MI) memiliki persentase tingkat

kematangan oosit yang tinggi pada oosit yang berdiameter <110 µm, karena laju

pertumbuhan agak lambat untuk mencapai tahap meiosis II dan membutuhkan

waktu lam untuk mencapai tahap meiosis selanjutnya. Oosit yang berdiameter

>120 µm baru mulai tahap Metaphase-I (MI). Hal ini diduga hampir semua

diameter oosit memiliki kemampuan yang sama untuk mencapai tahap MI dan

Page 38: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

24

disebabkan oleh laju perkembangan oosit yang dikultur secara in vitro sudah

mencapai tahap meiosis II.

Persentase tingkat kematangan oosit yang berdiameter >120 µm

mempunyai nilai 0 % pada tahap GV dan GVDB, tetapi tahap pematangan inti

oosit pada Metaphase-I dan Metaphase-II terdapat nilai oosit yang mengalami MI

dan MII. Hal ini disebabkan karena oosit yang dikultur pada kategori diatemer

>120 µm sudah mencapai tahap meiosis I dan meiosis II.

Yang, et al., (1990) melaporkan bahwa kemampuan oosit dengan diameter

>125 µm nyata lebih tinggi (78,02 %) untuk mencapai tahap MII dibandingkan

dengan oosit berdiameter <110 µm (20,96 %), 110-125 µm (57,97 %) pada

kondisi prepubertas.

Gambar 7 menunjukkan oosit yang memiliki diameter <110 µm mencapai

tingkat kematangan GVBD, MI, sampai MII, hal ini sama dengan diameter 110-

120 µm tingkat kematangan inti oosit dimulai dari tahap GVBD, MI, sampai MII.

Pada diameter >120 µm tahap tingkat kematangan inti oosit dimulai dari MI,

sampai MII. Hal ini menunjukan bahwa diameter oosit sapi Bali berpengaruh

(P<0.05) terhadap tingkat kematangan oosit.

Menurut Hyttel, et al., (1987) bahwa pada sapi oosit yang berdiameter 100

m memiliki kemampuan untuk memulai meiosis memiliki kemampuan penuh

untuk menyelesaikan pematangan dan untuk mempertahankan perkembangan

embrio. Oosit sapi yang lebih besardari 115 m telah mencapai kemampuan

meiosis, tetapi untuk memperoleh kemampuan perkembangan embrio harus

memiliki diameter lebih besar dari 120 m.

Page 39: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

25

Berdasarkan kondisi tingkat kematangan pada tahap MII, terihat bahwa

diameter oosit >120 µm memiliki persentase peningkatan tingkat kematangan

oosit terbesar diikuti dengan oosit yang berdiameter 110-120 µm dan <110

µm.Secara keseluruhan <110 µm memiliki laju pertumbuhan lebih rendah

dibandingkan dengan laju pertumbuhan oosit yang berdiameter 110-120 µm dan

>120 µm. Beberapa studi menyimpulkan bahwa diameter oosit adalah berbanding

lurus dengan diameter folikel, karena keduanya meningkatkan kemampuan

perkembangan oosit pada sapi (Gandolfi, et al., 1997).

Perbedaan ukuran diameter dari 125 oosit dalam ovarium sapi Bali

tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan oosit, proses pertumbuhan folikel,

keadaan populasi folikel dalam ovarium sapi Bali, dan pada waktu pengambilan

ovarium dari RPH di Tamangapa.

Arlotto, et al. (1996) telah menguji hubungan antara diameter oosit dengan

pertumbuhan folikel. Oosit terus bertumbuh setelah pembentukan antrum, yang

melibatkan oosit yang berasal dari folikel berukuran 10-15 mm. Perbedaan

diameter oosit yang berasal dari folikel besar dengan folikel kecil sekitar 5%.

Perbedaan diameter oosit akan berpengaruh terhadap perkembangan oosit mulai

perkembangan dini sampai blastosis.

Pengaruh diameter oosit terhadap kemampuannya untuk berkembang

mungkin berhubungan dengan lama pembentukan polar bodi pertama. Semakin

cepat polar bodi pertama terbentuk (matang lebih awal) akan meningkatkan

keberhasilan dalam pembentukan blastosis (Dominko dan First, 1992). Oosit yang

Page 40: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

26

matang lebih awal cenderung pada oosit yang memiliki diameter lebih besar

(Arlotto, et al., 1996).

Sel-sel kumulus berperan penting dalam proses pematangan oosit secara in

vitro (Setiadi, 2002), yang selanjutnya juga akan mempengaruhi kualitas embrio

yang dihasilkan. Saat pematangan, sel-sel kumulus berperan dalam menyediakan

nutrisi bagi oosit serta membantu sintesis protein untuk pembentukan zona

pelusida (Mayes, 2002). Apabila sel-sel kumulus dilepaskan sebelum pematangan,

maka akan terjadi keterlambatan dalam proses pematangan oosit atau bahkan

tidak terjadi pematangan. Menurut Mayes (2002) ekspansi kumulus berkorelasi

dengan Germinal Vesicle Break Down (GVBD). Berdasarkan hal tersebut,

terjadinya ekspansi sel-sel kumulus dapat digunakan untuk memperkirakan

terjadinya pematangan oosit secara in vitro (Setiadi, 2002).Tingkat pematangan

oosit secara in vitro juga dipengaruhi oleh kualitas oosit yang digunakan.

Bilodeau, and Panich (2002) menyatakan persentase tingkat pembelahan sel yang

berasal dari oosit yang memiliki lebih dari lima lapis sel kumulus mencapai angka

yang lebih tinggi dan berbeda nyata daripada tingkat pembelahan sel yang berasal

dari oosit dengan lapisan sel kumulus kurang dari lima lapis, walaupun

sitoplasmanya homogen. Keberadaan sel kumulus dapat mendukung pematangan

oosit melalui zat metabolit yang dihasilkan dan disekresikan melalui mekanisme

gap junction ke sel oosit.

Ekspansi sel-sel kumulus dapat dijadikan indikator terjadinya pematangan

oosit (Setiadi, 2002). Menurut Vanderhyden, et al., (1990) bahwa terdapat

hubungan antara perkembangan oosit untuk melalui GVBD, kemampuan oosit

Page 41: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

27

untuk mensekresikan faktor penyebab ekpansi sel-sel kumulus dan terjadinya

ekspansi sel-sel kumulus. Akibat terjadinya ekspansi sel-sel kumulus tidak lagi

sebagai penghambat dalam proses pematangan oosit atau Oocyte Maturation

Inhibitor (OMI). Sel-sel kumulus disebut sebagai OMI, karena mensekresikan

Cyclic Adenosine Monophosphate (cAMP) yang merupakan faktor penghambat

pematangan oosit (Sirard and Blondin, 1996).

Page 42: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

28

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Persentase tingkat kematangan oosit tertinggi pada tahap GVBD

dihasilkan oleh oosit yang berdiameter <110 µm, sedangkan untuk tahap MII

dicapai oleh oosit yang berdiameter >120 µm.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui kemampuan oosit

dari 3 kategori ukuran diameter, untuk tahap perkembangan fertilisasi sampai

tahap menjadi embrio.

Page 43: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

29

DAFTAR PUSTAKA

Abeydeera, L. R. 2002. In vitro production of embryos in swine. Theriogenology.

57(7):256-273.

Alvarez G. M. 2009. Immature oocyte quality and maturational competence of

porcine cumulusoocyte complexes subpopulations.Biocell.33:167-177.

Arlotto, T., J. L. Schwarctz, and N. L. First. 1996. Aspect follicle and oocyte stage

that affect in vitro maturation and development of bovine oocytes.

Theriogenology. 45:943–956.

Bavister, B. D. 1992. Analysis of Culture Media for in Vitro Fertilization and

Criteria for Success.in L. Mastroianni Jr. and J. D. Biggers (Eds.).

Fertilization andEmbrionic Development in Vitro. Plenum Press. New

York.

Bilodeau-Goeseels, S., and P. Panich. 2002. Effects of oocyte quality on

development and transcriptional activity in early bovine embryos. Anim.

Reprod. Sci. 71:143-155.

Campbell, N.A., Reece J. B., and Mitchel L. G. 2000. Biologi. Wasmen Manali.

Erlangga. Jakarta.

Chohan, K. R., dan Hunter A. G. 2003. Meiotic competence of bovine fetal

oocytes following in vitro maturation.Anim. Reprod. Sci. 76:43-51.

Citra, S. R. 2013. Proses Oogenesis pada

Manusia.http://bioedulima.blogspot.com/2013/04/oogenesis-pada-

manusia-2_8.html. Di akses 2 Desember 2013.

Crozet, N., Ali A., and M. P. Dubos. 1995. Developmental competence of goat

oocytes from follicles of different size categories following maturation,

fertilization and culture in vitro. Reprod. Fertil. 103(2):293-298.

Dominko, T. and N. Fisrt. 1992. Kinetics of bovine oocyte maturation and is

affected by gonadotropins. Theriogenology. 37:203-209.

Ferreira. 2009. Cytoplasmic maturation of bovine oocytes: Structural and

biochemical modifications and acquisition of developmental competence.

Theriogenology. 71:837-848.

Page 44: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

30

Gandolfi, F., A. M. Luciano, S. Modina, A. Ponzini, P. Pocar, D. T. Armstrong,

and A. Lauria. 1997. The in vitro developmental competence of bovine

oocytes can be related to the morphology of the ovary. Theriogenology.

48(7):1153-1160.

Gordon, I. 1994 Autocrine, paracrine and environmental factors influencing

embryonic development from zygote to blastocyst. Theriogenology. 41(1):

95-100.

Gordon, I. R. 2003. Laboratory Production of Cattle Embryos.CABI Publishing;

Wallingford UK.

Gotto, K., T. Yasuyuki, T. Wartaru, T. Shinichiro, T. Kazuhisa, Y. Kichi, Syojio,

and N. Yoshihiki, 1995. Evaluation of once-versus twice

weeklytransvaginal ultarsound guided folicular oocyte aspiration with

orwithout FSH stimulation from the same Cows. J. Anim. Reprod. Sci.

4:41-47.

Hafez, B., and E. S. E, Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7th

Ed. Lea

and Febiger, Philadelphia. 96-107.

Hegab, A.O., Montasser, A.E., Hamma, A.M., Abu El-Naga E.M.A., Zaabel, S.M.

2009. Improving in vitro maturation and cleavage rates of buffalo

oocytes.Anim. Reprod. 6(2):416-421.

Hirao, R. H. F. 1994. In vitro growth and maturation of pig oocytes. J. Reprod.

Fertil. 100: 333-339.

Hyttel, P. H., Callensen, and T. Greve, 1987. Ultra Structural Features of

Preovulatory Oocytes Maturation in Superovulation Catlle.J.Repod., and

Fert. 76:645-656.

Junqueira, C., Jose C., and Robert K. 1995.Histologi Dasar.Jakarta : EGC.

Krisher, R. L., A. M. Brad, J. R. Herrick, M. L. Sperman, and J. E. Swain. 2007.

A comparative analysis of metabolisme and viability in porcine oocytes

during in vitro maturation. Anim. Reprod. Sci. 98:72-96.

Lanzendorf, S.E., P.M. Gliessman, A.E. Archibong, M. Alexander dan D.D. Wolf.

1990. Collection and quality of rhesus monkey semen. 25:61-66.

Lonergan, P., Sharif, H., Monaghan P., Wahid H., Gallaghar M. and Gordon I.

1992. Effect of size on bovine oocytes morphology and embrios yield

following maturation, fertilization and culture in vitro. Theriogenology

54:1420-1429.

Page 45: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

31

Lonergan, P., P. Monaghan, D. Rizos, M.P. Boland, and I. Gordon. 1994. Effect

of follicle size on bovine oocyte quality and developmental competence

following maturation, fertilization, and culture in vitro. Mol. Reprod. and

Developm. 37:48-53.

Mayes. 2002. Ovary. http://www.theses.ulayal.ca/2002/20201.html. Diakses 13

Februari 2014.

Otoi, T., K. Yamamoto, N. Koyama, Tachikawa S, and Suzuki T. 1997.Bovine

oocyte diameter in relation to developmental competence.Theriogenology.

48:769-774.

Partodihardjo, S. 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara. Jakarta.

Pavlok, A., A. Lucas-Hahn, and H. Nieman. 1992. Fertilization and

developmental competence of bovine oocytes derived from different

categories of antral follicles. Mol. Reprod. and Developm. 31:63-67.

Pawshe, C. H., K. B. C. Appa Rao, S. K. Jain, and S. M. Totey. 1994.

Biochemical studies on goat oocytes timing of nuclear progresian, effect of

protein inhibitor and pattern of polypeptide synthesis during in vitro

maturation. Theriogenology. 42(2):307-320.

Qian, H., Nihorimbere, and Venant. 2005. Antioxidant power of phytochemichals

from psidium guajava leaf. Journal of Zhejiang University Science

5(6):23-28.

Rahman, A., Abdullah R. B., and Wan Khadijah W. E., 2008. In vitro maturation

of oocytes with special reference to goat: A review. Biotechnology

7(4):599-611

Schatten, H., and M. Gheorghe. 2007. Comparative Reproduction Biology. Iowa,

USA: Blaswell Pub.

Setiadi, M.A., 2002. Effect of co-cultur with follicle shell on cumulus expansion

and nuclear maturation porcine oocytes in vitro. Reprotech. I(2):87-91.

Shamsuddin, M. B., H.R. Larrson, and Martinez, 1993. Maturation related

changes in bovine oocytes under different culture condition. J. Anim.

Reprod. Sci.31: 49-58.

Sirard, M.A., and P. Blondin. 1996. Oocytes maturation and IVF cattle. Anim.

Reprod. Sci. 42(1):417-426.

Page 46: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

32

Sumantri, C. dan A. Anggraeini. 1999. Hubungan jumlah folikel per ovari dengan

kualitas oosit dan lama hari terbentuknya blastosit fertilisasi invitro pada

sapi Fries Holland. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 4(4):142-149.

Telfer, D. J., and R. S. Sharpley. 2008. Tourisme and Development in The

Development in The USA and Canada by Routledge, 270 Madison Ave,

New York.

Thomas, C., and M. B. Joanna. 2002. Clinical Anatomy and Fisiologi for

Veterinary technicians. United State of America: Mosby, Inc.

Tsafriri, A. 1985.The control of meiotic maturation in mamalias. Biology of

Fertilization, 1:221-252.

Turner, C. D., and J. T. Bagnara. 1988. Endokrinologi Umum. Edisi ke-6.

Surabaya: Airlangga University Press.

Vanderhyden, B.C., and D.T. Amstrong. 1990. Role of the cumulus cells and

serum on the in vitro maturation,fertilization, and sub sequent

development of rat oocytes. Biol. Reprod. 40:720-728.

Wood, T. C., and D. E. Wildt. 1997. Effect of the quality of the cumulus-oocyte

complex in the domestic cat on the ability of oocytes to mature, fertilize

and develop into blastocysts in vitro. J. Reprod. Fertil. 110:355-360.

Yang, N.S., K. H. Luand, I. Gordon. 1990. In vitro fertilization (IVF) and cultur

(IVC) of bovine oocytes from stored ovaries. Theriogenology. 333:352.

Yatim, W, 1994. Reproduksi dan Embriologi. Penerbit Tarsito. Bandung.

Page 47: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

33

Lampiran 1. Jumlah oosit yang memiliki beberapa diameter

ULANGAN PERLAKUAN (DIAMETER OOSIT) JUMLAH

OOSIT <110 110-120 >120

I 8 11 12 31

II 6 11 10 27

III 7 10 13 30

IV 10 14 13 37

TOTAL 31 46 48 125

Lampiran 2. Pengaruh Diameter Oosit Terhadap Tingkat Kematangan Oosit In

Vitro

DIAMETER

OOSIT ULANGAN

TINGKAT KEMATANGAN OOSIT JUMLAH

OOSIT GV GVBD MI MII

<110 µm

I - - 5 3 8

II - 2 4 - 6

III - 1 4 2 7

IV - 2 4 4 10

TOTAL - 5 17 9 31

Rata-rata - 1.25 4.25 2.25 7.75

110-120 µm

I - 1 2 8 11

II - - 8 3 11

III - - 5 5 10

IV - 1 6 7 14

TOTAL - 2 21 23 46

Rata-rata - 0.5 5.25 5.75 11.5

>120 µm

I - - 3 9 12

II - - 6 4 10

III - - 3 10 13

IV - - 3 10 13

TOTAL - - 15 33 48

Rata-rata - - 3.75 8.25 12

TOTAL - 7 53 65 125

Page 48: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

34

Lampiran 3. Pengaruh Diameter Oosit Terhadap Tingkat Kematangan Oosit In

Vitro (%)

DIAMETER

OOSIT ULANGAN TINGKAT KEMATANGAN OOSIT (%)

GV GVBD MI MII

<110 mm

I - - 62.5 37.5

II - 33.33 66.67 0

III - 14.29 57.14 28.57

IV - 20 40 40

Total - 67.62 226.31 106.07

Rata-rata - 16.90 56.58 26.52

110-120 mm

I - 9.09 18.18 72.73

II - - 72.73 27.27

III - - 50 50

IV - 7.14 42.86 50

Total - 16.23 183.77 200

Rata-rata - 4.06 45.94 50

>120 mm

I - - 25 75

II - - 60 40

III - - 23.08 76.92

IV - - 23.08 76.92

Total - - 131.15 268.85

Rata-rata - - 32.79 67.21

Page 49: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

35

Lampiran 4. Pengaruh Diameter Oosit Terhadap Tingkat Kematangan Oosit In

Vitro (Transformasi)

DIAMETER

OOSIT ULANGAN

TINGKAT KEMATANGAN OOSIT

GV GVBD MI MII

<110 mm

I 0 0 52.24 37.76

II 0 35.25 54.74 0

III 0 22.21 49.09 32.33

IV 0 26.56 39.23 39.23

Total 0 84.02 195.3 109.32

Rata-rata 0 21.01 48.83 27.33

110-120 mm

I 0 17.56 25.23 58.51

II 0 0 58.5 31.5

III 0 0 45 45

IV 0 15.49 40.92 45

Total 0 33.05 169.65 180.01

Rata-rata 0 8.26 42.41 45.00

>120 mm

I 0 0 30 60

II 0 0 50.77 39.23

III 0 0 28.71 61.27

IV 0 0 28.71 61.27

Total 0 0 138.19 221.77

Rata-rata 0 0 34.55 55.44

Page 50: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

36

LAMPIRAN 5

UNIANOVA GVBD BY Diameter

/METHOD=SSTYPE(3)

/INTERCEPT=INCLUDE

/POSTHOC=Diameter(LSD)

/EMMEANS=TABLES(Diameter)

/PRINT=DESCRIPTIVE

/CRITERIA=ALPHA(.05)

/DESIGN=Diameter.

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

N

Diameter

D1 4

D2 4

D3 4

Descriptive Statistics

Dependent Variable: GVBD

Diameter Mean Std. Deviation N

D1 21.0050 15.01599 4

D2 8.2625 9.57807 4

D3 .0000 .00000 4

Total 9.7558 12.95958 12

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: GVBD

Source Type III Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Corrected Model 895.800a 2 447.900 4.236 .051

Intercept 1142.115 1 1142.115 10.801 .009

Diameter 895.800 2 447.900 4.236 .050

Error 951.658 9 105.740

Total 2989.574 12

Corrected Total 1847.458 11

a. R Squared = .485 (Adjusted R Squared = .370)

Page 51: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

37

Estimated Marginal Means

Diameter

Dependent Variable: GVBD

Diameter Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

D1 21.005 5.141 9.374 32.636

D2 8.263 5.141 -3.368 19.893

D3 2.264E-015 5.141 -11.631 11.631

Post Hoc Tests

Diameter

Multiple Comparisons

Dependent Variable: GVBD

LSD

(I) Diameter (J) Diameter Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

D1 D2 12.7425 7.27117 .114 -3.7060 29.1910

D3 21.0050* 7.27117 .018 4.5565 37.4535

D2 D1 -12.7425 7.27117 .114 -29.1910 3.7060

D3 8.2625 7.27117 .285 -8.1860 24.7110

D3 D1 -21.0050* 7.27117 .018 -37.4535 -4.5565

D2 -8.2625 7.27117 .285 -24.7110 8.1860

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 105.740.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 52: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

38

LAMPIRAN 6

UNIANOVA M1 BY Diameter

/METHOD=SSTYPE(3)

/INTERCEPT=INCLUDE

/POSTHOC=Diameter(LSD)

/EMMEANS=TABLES(Diameter)

/PRINT=DESCRIPTIVE

/CRITERIA=ALPHA(.05)

/DESIGN=Diameter.

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

N

Diameter

D1 4

D2 4

D3 4

Descriptive Statistics

Dependent Variable: M1

Diameter Mean Std. Deviation N

D1 48.8250 6.80156 4

D2 42.4125 13.69877 4

D3 34.5475 10.83208 4

Total 41.9283 11.53199 12

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: M1

Source Type III Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 409.101a 2 204.550 1.747 .229

Intercept 21095.822 1 21095.822 180.177 .000

Diameter 409.101 2 204.550 1.747 .229

Error 1053.754 9 117.084

Total 22558.677 12

Corrected Total 1462.855 11

a. R Squared = .280 (Adjusted R Squared = .120)

Page 53: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

39

LAMPIRAN 7

UNIANOVA M2 BY Diameter

/METHOD=SSTYPE(3)

/INTERCEPT=INCLUDE

/POSTHOC=Diameter(LSD)

/EMMEANS=TABLES(Diameter)

/CRITERIA=ALPHA(.05)

/DESIGN=Diameter.

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

N

Diameter

D1 4

D2 4

D3 4

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: M2

Source Type III Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1615.498a 2 807.749 4.181 .052

Intercept 21768.601 1 21768.601 112.685 .000

Diameter 1615.498 2 807.749 4.181 .050

Error 1738.629 9 193.181

Total 25122.728 12

Corrected Total 3354.127 11

a. R Squared = .482 (Adjusted R Squared = .366)

Page 54: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

40

Estimated Marginal Means

Diameter

Dependent Variable: M2

Diameter Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

D1 27.330 6.949 11.609 43.051

D2 45.003 6.949 29.282 60.723

D3 55.442 6.949 39.722 71.163

Post Hoc Tests

Diameter

Multiple Comparisons

Dependent Variable: M2

LSD

(I) Diameter (J) Diameter Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

D1 D2 -17.6725 9.82805 .106 -39.9051 4.5601

D3 -28.1125* 9.82805 .019 -50.3451 -5.8799

D2 D1 17.6725 9.82805 .106 -4.5601 39.9051

D3 -10.4400 9.82805 .316 -32.6726 11.7926

D3 D1 28.1125* 9.82805 .019 5.8799 50.3451

D2 10.4400 9.82805 .316 -11.7926 32.6726

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 193.181.

*. The mean difference is significant at the .05 level.

Page 55: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

41

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Ovarium Sapi Bali Alat Reproduksi Sapi Bali Betina

Pengambilan Ovarium di RPH Tamangapa, Makassar Proses Sciling

Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Koleksi Oosit Mikroskop

Page 56: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

42

Alat dan bahan yang Digunakan untuk Medium Maturasi

Mineral Oil, Medium Maturasi, dan empat tetesan (drop) pada petri dish

(50 µL/drop)

Tempat pembuatan medium

Page 57: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

43

Mikroskop yang Digunakan untuk Mengukur Diameter Oosit

Medium Koleksi

Inkubator CO2 5 %, 38,5C Pipet yang Dimodifikasi

Page 58: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

44

Pembuatan Pipet Pengkoleksian Oosit dibawah mikroskop

Pengkoleksian Oosit Pembuatan empat tetesan drop (50 µL/drop)

Page 59: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

45

Preprat Oosit

Preparat Oosit yang difiksasi

Alat dan bahan yang Digunakan untuk Pewarnaan Oosit

Page 60: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

46

Proses Fiksasi Oosit Proses Pewarnaan Oosit

Oosit yang telah di denudase

Page 61: PENGARUH DIAMETER OOSIT SAPI BALI TERHADAP · PDF filepengaruh diameter oosit sapi bali terhadap tingkat kematangan inti oosit secara in vitro ... rumput 07, bakteri 08, merpati 09,

47

RIWAYAT HIDUP

RAHMI SYAMSUDDIN, Lahir di Barru, 18 Agustus

1992. Anak pertama dari pasangan Drs. Syamsuddin

Jama dan Hj. Rukmisah, S. Pd SD, penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN No. 5

Mareto, Barru pada tahun 2004. Pada tahun yang sama

penulis melanjutkan pendidikannya pada salah satu SMP

di Barru yaitu SMP Negeri 3 Tanete Rilau, Kab. Barru . Kemudian pada tahun

2007 Ia melanjutkan sekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas SMA NEG. 1

Barru Kab. Barru dan lulus pada tahun 2010, Kemudian di tahun yang sama

penulis diterima pada salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Makassar yaitu pada

Universitas Hasanuddin Makassar dan di terima di Fakultas Peternakan pada

program studi Produksi Ternak.

Selama mengikuti perkuliah penulis aktif disalah satu himpunan di

Fakultas Peternakan yaitu Himpunan Produksi Ternak (HIMAPROTEK) dan aktif

sebagai asisten di Laboratorium Fisiologi Ternak Dasar dan Laboratorium

Kesehatan Ternak. Penulis menyelesaikan kuliah pada tahun 2014.