Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman Dan Kebasaan Larutan
PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG...
Transcript of PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG...
PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG BERBEDA TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM DAN
LAJU PERTUMBUHAN Halimeda sp
SKRIPSI
OLEH :
KHAERUL AWALUDDIN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013
PENGARUH DERAJAT KEASAMAN (pH) AIR LAUT YANG BERBEDA TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM DAN
LAJU PERTUMBUHAN Halimeda sp
OLEH :
KHAERUL AWALUDDIN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pengaruh Derajat Keasaman (pH) Air Laut yang Berbeda Terhadap Konsentrasi Kalsium dan Laju Pertumbuhan Halimeda sp.
Nama Mahasiswa : Khaerul Awaluddin
No. Pokok : L 211 09 257
Jurusan
Program Studi
: Perikanan
Manajemen Sumberdaya Perairan
Skripsi telah diperiksa dan disetujui oleh :
Pembimbing Utama,
Nita Rukminasari, S.Pi,MP,Ph.D
NIP. 196912291998022001
Pembimbing Anggota,
Dr. Ir. Nadiarti, M.Sc
NIP.196801061991032001
Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih, MP NIP. 196112011987032002
Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,
Prof.Dr.Ir.Sharifuddin Bin Andy Omar M.Sc
NIP. 196311201993031002
Tanggal Lulus : Mei 2013
ABSTRAK
KHAERUL AWALUDDIN. L211 09 257. Pengaruh Derajat Keasaman (pH) Air Laut yang Berbeda Terhadap Konsentrasi Kalsium dan Laju Pertumbuhan Halimeda sp. Dibimbing oleh NITA RUKMINASARI dan NADIARTI
Pengasaman laut mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme
laut termasuk organisme yang mengalami proses pengapuran pada siklus hidupnya, seperti Halimeda sp yang mampu menenggelamkan CO2 dalam perairan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2012 di Laboratorium Pusat Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh derajat keasaman (pH) yang berbeda terhadap konsentrasi kalsium dan pertumbuhan spesies makroalga berkapur Halimeda sp. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dan
rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 3 perlakuan dan masing-masing perlakuan di ulang sebanyak 3 kali. Analisa data menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji respon. Uji Tukey digunakan untuk membandingkan perbedaan antara perlakuan. Sebagai alat bantu untuk melaksanakan uji statistik tersebut digunakan paket program SPSS versi 16.0. Adapun peubah kualitas air yang diperoleh dianalisis secara diskriptif berdasarkan kelayakan hidup Halimeda sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan yang nyata antara ketiga perlakuan terhadap konsentrasi kalsium dan pertumbuhan Halimeda sp.
Konsentrasi kalsium yang tertinggi adalah perlakuan pH 8 kemudian di ikuti pH 6 dan terakhir pH 5. Pada pertumbuhan yang tertinggi adalah perlakuan pH 8 kemudian pH 6 dan terakhir pH 5. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengasaman air laut dapat mengganggu proses pengapuran Halimeda sp,
khususnya pada ph air laut<6 dan pengasaman air laut tidak mengganggu pertumbuhan Halimeda sp.
RIWAYAT HIDUP
KHAERUL AWALUDDIN, dilahirkan pada
tanggal 14 Mei 1991 di Samaenre Kabupaten
Bone. Orang tua bernama Basri Alam dan
Kasmawati. Pada tahun 2003 penulis lulus
Sekolah Dasar pada SD Negeri 183
Pitumpidange, tahun 2006 lulus MTs pada MTs
Negeri 1 Libureng dan tahun 2009 lulus SMA
pada SMA Negeri 1 Libureng. Pada tahun 2009
penulis berhasil diterima sebagai mahasiswa melalui Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Jurusan Perikanan, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten pada
beberapa mata kuliah diantaranya Avertebrata Air, Planktonologi dan
tumbuhan Air, Ekologi Ikan, Limnologi, dan Biologi Perikanan. Di bidang
keorganisasian penulis pernah menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan
Mahasiswa Profesi Manajemen Sumberdaya Perairan Keluarga
Mahasiswa Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin Periode 2011/2012. Dewan Pertimbangan Organisasi Ikatan
Keluarga Mahasiswa Bone Universitas Hasanuddin 2011/2012. Pengurus
Forum Kajian Pesisir Universitas Hasanuddin 2010/2011.
Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir yaitu Kuliah Kerja
Nyata di Desa Sei Pancang, Kecamatan Sebatik Utara, Kabupaten
Nunukan, Kalimantan Timur pada tahun 2012, Praktik Kerja Lapang di
Pos Perikanan Sebatik Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur pada
tahun 2012. Penelitian dengan judul “Pengaruh Derajat Keasaman (pH)
Air Laut Terhadap Konsentrasi Kalsium dan Laju Pertumbuhan Halimeda
sp ” pada tahun 2013.
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengaruh Derajat Keasaman (pH) Air Laut yang Berbeda Terhadap
Konsentrasi Kalsium dan Laju Pertumbuhan Halimeda sp. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk menjadi sarjana perikanan di Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak yang merupakan sumber acuan dalam keberhasilan penyusunan
skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis sangat berterima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian, memberikan
pendapat, saran, serta solusi penyelesaian penyusunan skripsi ini, yaitu kepada
yang terhormat:
1. Ayahanda Basri Alam dan Ibunda Kasmawati yang dengan penuh
kesabaran memberikan pendidikan sebagai bekal hidup nanti. Terima kasih
untuk saudaraku Farid Ma’ruf dan Zulfikar Maulana yang selalu
memberikan dorongan semangat demi keberhasilan penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu Nita Rukminasari, S.Pi. MP. Ph.D dan Dr.Ir. Nadiarti, M.Sc selaku
Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu atas segala saran
dan arahannya mulai dari awal sampai penyelesaian skripsi ini.
3. Ir. Abdul Rahim Hade, MS selaku Penasehat Akademik yang telah bersedia
memberikan saran dan arahan selama penulis melalui proses belajar
dibangku kuliah.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc, Dr. Ir. Khusnul
Yaqin, M.Sc dan Prof. Dr. Ir. Farida G. Sitepu, MS yang telah bersedia
memberikan saran dan kritik demi terselesainya skripsi ini.
5. Ucapan terima kasih kepada Bapak Laking dan Ibu Hj. Cahaya yang telah
memberikan nasehat-nasehatnya bagi penyelesaian skripsi ini.
6. Warga Himpunan Mahasiswa Profesi Manajemen Sumberdaya Perairan
Keluarga Mahasiswa Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin dan adik-adikku angkatan 2010 dan 2011 yang
telah membantu selama melakukan peneltian.
7. Terakhir bagi saudara-saudaraku. Perikanan angkatan 2009 yang selama
proses kuliah saling bantu-membantu dalam menyelesaikan masa studi
dibangku Universitas. Semoga semangat itu tetap ada.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
kekurangan-kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
memohon kritikan-kritikan yang dapat penulis gunakan untuk perbaikan di masa
mendatang.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat untuk
kepentingan bersama dan segala amal baik serta jasa dari pihak yang turut
membantu penulis, mendapat berkah dan kasih Tuhan Yang Maha Esa. Amin.
Makassar, 14 Mei 2013
Khaerul Awaluddin
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar belakang .............................................................................. 1 B. Tujuan dan kegunaan ................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
A. Morfologi Makroalga ..................................................................... 4 B. Peranan CO2Terlarut Terhadap Proses Pengapuran .................... 7 C. Peranan Halimeda sp dalam Pembentukan Karang ..................... 8 D. Proses Pembentukan Kadar Kalsium ............................................ 8 E. Makrobiologi dan Struktur Makroalga Hijau Sebagai Pertahanan .. 10 F. Keasaman laut .............................................................................. 11
1. Sumber Keasaman laut .......................................................... 12 2. Mekanisme terjadinya Keasaman laut .................................... 12 3. Dampak Keasaman laut ......................................................... 13
G. Parameter Kualitas Air .................................................................. 15 1. Suhu ....................................................................................... 15 2. Salinitas .................................................................................. 16 3. Oksigen Terlarut ..................................................................... 16 4. Derajat Keasaman .................................................................. 17
III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 18
A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 18 B. Alat dan Bahan ............................................................................. 18 C. Prosedur penelitian ....................................................................... 19
1. Persiapan ............................................................................... 19 2. Disain Percobaan Penelitian ................................................... 20
D. Parameter yang diamati ................................................................ 21 1. Konsentrasi Ca pada Halimeda sp ......................................... 21
2. Laju Pertumbuhan Spesifik ..................................................... 22 E. Kualitas Air.................................................................................... 22 F. Analisis Data ................................................................................. 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 23
A. Konsentrasi Kalsium pada Halimeda sp...................................... ... 23 B. Pertambahan Bobot dan Laju Pertumbuhan spesifik Halimeda sp. 25
1. Pertambahan Bobot................ ................................................ 25 2. Laju Pertumbuhan spesifik................ ...................................... 27
C. Kualitas Air ................................................................................... 28 1. Suhu................ ....................................................................... 28 2. Oksigen Terlarut ..................................................................... 28 3. Salinitas................ .................................................................. 29
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 31
A. Simpulan ....................................................................................... 31 B. Saran ........................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 32
LAMPIRAN ............................................................................................ 35
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Hubungan antara kelompok fungsional bentuk makroalga hijau dengan tingkat kesulitan dimakan oleh herbivora ....................... 10
2. Tabel alat yang digunakan dalam penelitian ............................... 18
3. Tabel bahan yang digunakan dalam penelitian. .......................... 19
4. Pengukuran suhu berdasarkan rentang waktu pengamatan ....... 28
5. Pengukuran oksigen terlarut berdasarkan waktu pengamatan .. 29
6. Pengukuran salinitas berdasarkan rentang waktu pengamatan . 30
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Morfologi Halimeda sp (Dokumentasi Penelitian) ...................... 6
2. Sistematika CO2 ketika terlarut di laut hubungannya dengan proses fotosintetis dan pengapuran ............................................ 7
3. Ukuran akuarium yang digunakan dalam penelitian.................... 19
4. Bagan tahapan penelitian ........................................................... 20
5. Letak unit percobaan yang digunakan pada penelitian selama
perlakuan.................................................. .................................. 21
6. Konsentrasi kalsium pada Halimeda sp.... .................................. 23
7. Hubungan regresi antara konsentrasi kalsium pada Halimeda sp
dan rentang waktu pengamatan ................................................. 24
8. Pertumbuhan Halimeda sp berdasarkan rentang waktu pengamatan. .............................................................................. 25
9. Laju pertumbuhan spesifik Halimeda sp berdasarkan perlakuan 26
10. Hubungan regresi antara laju pertumbuhan spesifik pada
Halimeda sp dan rentang waktu pengamatan............................. 27
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Dokumentasi penelitian ............................................................. 36
2. Laju Pertumbuhan tiap perlakuan Halimeda sp Berdasarkan Waktu
Pengamatan ............................................................................... 40
3. Rata-rata Laju Pertumbuhan Halimeda sp Berdasarkan Waktu Pengamatan ............................................................................... 41
4. Laju Pertumbuhan Berat Mutlak Halimeda sp ............................. 42
5. Hasil Analisis Konsentrasi Kalsium Halimeda sp dari Setiap
Perlakuan ................................................................................... 43
6. Rata-rata Konsentrasi Kalsium setiap perlakuan berdasarkan waktu pengamatan ............................................................................... 46
7. Data suhu, oksigen terlarut, pH dan salinitas air media penelitian 47
8. Cara kerja Atomic Absorption Spectrophotometer ...................... 48
9. Analisis varians jumlah konsentrasi kalsium pada Halimeda sp . 49
10. Analisis varians laju pertumbuhan pada Halimeda sp ................ 53
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makroalga adalah organisme fotosintetik yang menempati dasar rantai
makanan yang terdapat di laut. Makroalga secara terus menerus harus
berhadapan dengan organisme lain di lingkungan alaminya, termasuk hewan
herbivora maupun mikroba penginfeksi. Serangan herbivora dan mikroba
tersebut telah merangsang suatu mekanisme pertahanan diri dari
makroalga.Makroalga tersebut dapat menghadapi serangan herbivora dan
mikroba dengan menggunakan pertahanan fisik yaitu memiliki lendir dan duri,
selain itu juga dengan pertahanan kimia dengan mengeluarkan senyawa kimia
yang berbau maupun yang beracun (Handayani, 2010).
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk
mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan
memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat
menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat
membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia
umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0 – 8,5. Perubahan pH dapat
mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung
maupun tidak langsung (Odum, 1993).
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen
(H+) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Nilai pH juga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan (Pescod, 1973). Nilai
pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme
perairan, baik tumbuhan maupun hewan, sehingga seringkali dijadikan petunjuk
untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. Biasanya angka pH dalam
suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur
kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur
hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik (Odum, 1971).
Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun
CO2. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu
alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau
terjadi tetapi dengan cara perlahan. Tingkat pH lebih kecil dari 4,8 dan lebih
besar dari 9,2 sudah dapat dianggap tercemar (Sary, 2006).
Peningkatan suhu udara di permukaan bumi antara 2˚C– 5˚C dalam kurun
waktu 100 tahun dengan kondisi emisi gas rumah kaca seperti saat ini akan
mengakibatkan perubahan iklim sebagaimana kajian Intergovermental Panel on
Climate Change (IPCC) dalam sidang Second World Climate
Programme(SWCP) Oktober 1990 di Genewa (Wibowo, 1996).
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan juga mencairkan banyak es di kutub yang lebih
memperbanyak volume permukaan air laut.Pada konsentrasi yang besar CO2
juga masuk kedalam perairan sehingga mengakibatkan perubahan parameter
kualitas air khususnya pH air dan sistem karbonat. Pengasaman laut,
mengakibatkan terganggunya kehidupan organisme laut termasuk di dalamnya
organisme yang mengalami proses pengapuran pada siklus hidupnya, seperti
Halimeda sp. Halimeda sp merupakan jenis makroalga yang mengandung kadar
kalsium, dimana pada siklus hidupnya terdapat proses pengapuran yang mampu
menenggelamkan CO2 dalam perairan (Soemarwoto, 2001).
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
pengaruh konsentrasi kalsium dan pertumbuhan Halimeda sp terhadap pH yang
berbeda.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh derajat
keasaman (pH) yang berbeda terhadap konsentrasi kalsium dan pertumbuhan
spesies makroalga berkapur Halimeda sp.
Kegunaan dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai
konsentrasi kalsium dan pertumbuhan Halimeda sp pada pH yang berbeda.
Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk penelitian
selanjutnya mengenai dampak pengasaman laut terhadap organisme laut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Morfologi Makroalga
Morfologi makroalga tidak memperlihatkan adanya perbedaan antara
akar, batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini memiliki morfologi yang
mirip, walaupun sebenarnya berbeda. Sumich (1992), menyatakan bahwa tubuh
makroalga umumnya disebut thallus. Thallus merupakan tubuh vegetatif alga
yang belum mengenal diferensiasi akar, batang dan daun sebagaimana yang
ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi. Thallus makroalga umumnya terdiri atas
blade yang memiliki bentuk seperti daun, stipe yang menyerupai batang dan
holdfast yang merupakan bagia thallus yang serua dengan akar. Pada beberapa
jenis makroalga, stipe tidak dijumpai dan blade melekat langsung pada holdfast.
Blade dari makroalga kemungkinan berasal dari diferensiasi stipe.
Perbedaan bentuk holdfast terjadi akibat proses adaptasi terhadap
keadaan substrat dan pengaruh lingkungan seperti gelombang dan arus yang
kuat dapat mencabut holdfast tersebut (Sumich, 1992). Holdfast berbentuk
cakram pada substrat yang keras danberbentuk stolon merambat pada substrat
berpasir.
Menurut Nontji (2002), secara sepintas banyak alga memperlihatkan
bentuk luar seperti mempunyai akar, batang, daun dan bahkan buah. Alga pada
hakikatnya tidak mempunyai akar, batang, daun seperti yang terdapat pada
tumbuhan yang lazim telah dikenal. Seluruh wujud alga itu terdiri dari sperti
batang yang disebut thallus, hanya bentuknya yang beranekaragam. Makroalga
memiliki substansi yang beragam, ada yang lunak, keras mengandung kapur,
berserabut dan lain-lain.
Beberapa bentuk thallus makroalga bermacam-macam, antara lain bulat
seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan sebagainya.
Thallus mempunyai bentuk beberapa percabangan, ada yang dichotomous
(bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi talus
utama), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang talus utama secara
berselang-seling), ferticillate (cabangnya berpusat melingkar aksis atau sumbu
utama dan adapula yang sederhana dan tidak bercabang (Aslan, 1993).
Makroalga dari divisi Chlorophyta umumnya bersifat multiseluler dengan
bentuk thallus yang bervariasi. Caulerpa memiliki bentuk seperti pipa tanpa sekat
dengan thallus hanya tersusun atas satu sel yang mengandung banyak inti.
Sedangkan Halimeda sp memiliki talus yang keras karena banyak mengandung
zat kapur. Bentuknya pipih membulat dan bercabang-cabang, banyak ditemukan
di terumbu karang dan ikut memperkuat formasi terumbu karang tersebut (Nontji,
2002).
Alga divisi Chlorophyta biasa juga disebut sebagai alga hijau, memiliki
klorofil warna hijau. Chlorophyta merupakan divisiterbesar dari semua divisi alga,
sekitar 6500 jenis anggota divisi ini telah diidentifikasi. Divisi Chlorophyta
tersebar luas dan menempati beragam substrat seperti tanah yang lembab,
batang pohon, batuan basah, danau, laut hingga batuan bersalju. Sebagian
besar (90%) hidup di air tawar dan umumnya merupakan penyusun komunitas
plankton. Sebagian kecil hidup sebagai makroalga di air laut. Divisi Chlorophyta
hanya terdiri atas satu kelas yaitu Chlorophyceae yang terbagi menjadi empat
ordo yaitu Ulvales, Caulerpales, Cladophorales dan Dasycladales (Verheij,
1993).
Halimeda sp merupakan jenis alga hijau yang dikelompokkan ke dalam
divisi Chlorophyta dan famili Halimedaceae. Halimeda sp banyak dijumpai pada
daerah terumbu karang yang kondisi pantainya tenang an agak terlindung, hidup
membuat koloni atau berkelompok dan mempunyai perekat berupa rhizoid yang
tersebar dan membungkus segmen (Poli, 2000).
Penyebaran Halimeda sp melekat pada substrat karang batu, dan
disela-sela pertumbuhan karang. Keberadaannya banyak dijumpai di pantai yang
berkarang dengan kedalaman 10 m atau lebih, terutama perairan laut Indonesia
kawasan tengah, timur dan laut selatan Pulau Jawa.
Halimeda sp adalah tumbuhan laut yang memiliki hijau daun dan
merupakan salah satu jenis dari golongan alga hijau.
Gambar 1. Morfologi Halimeda sp (Dokumentasi Penelitian)
Klasifikasi Halimeda sp menurut Luning 1990:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Thallophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Caulerpales
Famili : Chlorophyta
Genus : Halimeda
Spesies : Halimeda sp
B. Peranan CO2Terlarut Terhadap Proses Pengapuran
Alga penghasil kapur dapat mengubah karbondioksida menjadi bikarbonat
dan proton secara ekstraseluler dengan bantuan enzim carbonate anhydrase.
Setelah itu bikarbonat akan mengalami dehidrasi menjadi karbonat (CO32-). Ion
karbonat inilah yang kemudian berperan dalam proses pengapuran dan
dimanfaatkan oleh karang maupun alga berkapur untuk pertumbuhannya. Pada
proses pengapuran dapat terjadi ketika diperairan tersedia ion Ca2- dan CO32-
dalam konsentrasi yang mencukupi setelah melewati batas nilai Ksp-nya, maka
akan mengendap sebagai kalsium karbonat (CaCO3) yang akan dimanfaatkan
oleh pertumbuhan karang dan alga berkapur. Beberapa penelitian yang
mengungkapkan bahwa dari kedua ion tersebut yang menjadi faktor pembatas
adalah ion CO32-, sehingga ketika konsentrasinya berkurang, maka proses
pengapuran tidak terjadi. Secara skematik terjadinya reaksi mulai dari CO2
terlarut hingga terjadinya proses pengapuran tersaji pada gambar di bawah ini.
CO2 Udara
Air
Fotosintesis CO2 H2CO3
Respirasi (CO2+ H2O)
HCO3-+H+
Alkalinitas CO32-+H+
Ca2- Mg2+
Na+ K+
CaCO3(Pengapuran)
Gambar 2. Sistematika CO2 ketika terlarut di laut hubungannya dengan proses fotosintetis dan pengapuran (Kleypas dan Langdon, 2000).
C. Peranan Halimeda sp dalam Pembentukan Karang
Makroalga halimeda sp dan alga hijau lain yang berkapur yang seperti
terdapat pada perairan Karibia dan Indo-Pasifik dapat mengendapkan sejumlah
kristal-kristal kalsium karbonat yang saling berhubungan dalam bentuk mineral
aragonit di dalam thalus. Dengan demikian, Halimeda sp memberikan peranan
yang sangat penting bagi pembentukan pasir, terutama pada bagian laguna
terumbu.
Halimeda sp merupakan salah satu alga berkapur yang paling penting di
ekosistem laguna terumbu karang, telah diketahui bahwa alga berkapur di habitat
daerah terumbu karang banyak mempunyai kepentingan ekologis, akan tetapi
informasi akan hal tersebut sangatlah jarang. Organisme ini hampir seluruhnya
kurang diketahui dengan baik (Littler, 1989). Selanjutnya dikatakan, banyak
pengetahuan tentang pengapuran biologis berasal dari studi tulang dan
cangkang yang dihasilkan oleh hewan yang terdapat diperairan.
Halimeda sp umumnya terdapat di perairan tropis dan mensekresikan
CaCO3 yang setelah mati akan mensuplai pada pasir karbonat, material kasar
untuk bahan limestone dimasa mendatang. Makroalga Halimeda sp merupakan
alga yang penting dalam pembentukan pasir terumbu di daerah terlindung dan
terutama di daerah berpasir dari terumbu karang. Halimeda sp mensekresikan
CaCO3 sebagai aragonit pada sisi luar talusnya. Separuh sedimen disumbangkan
pada pembentukan terumbu karang yang terdiri dari pecahan alga berkapur
tegak seperti Halimeda sp (Luning, 1990).
Halimeda sp berperan pada formasi terumbu karang dan umumnya
sebagai pengikat sedimen. Littler (2000) menyatakan Halimeda sp adalah salah
satu komponen yang paling melimpah di pasir sekitar terumbu karang.
D. Proses Pembentukan Kadar Kalsium
Pada proses pembentukan kadar kalsium makroalga secara umum
ditunjukkan sebagai bentuk pertahanan herbivora dengan menjadikan makroalga
lebih keras dan lebih sulit untuk dicerna. Asumsi tersebut konsisten dengan fakta
bahwa kandungan kalsium karbonat(CaCO3) makroalga jarang sebagai pilihan
makanan herbivora (Hay, 1997). Beberapa makroalga hijau tropis mampu
membentuk kalsifikasi sekaligus menghasilkan metabolit sekunder dalam
tubuhnya. Keduanya memiliki fungsi sebagai bentuk pertahanan terhadap
herbivora, sebagai contoh adalah Neomeris annulata dan Halimeda sp. (Meyer
and Paul, 1995).
Kekerasan thallus makroalga hijau yang meningkat secara pasti akan
mencegah pemangsaan terhadap makroalga berkapur tinggi. Beberapa
herbivora (ikan dan bulu babi) dapat dengan mudah memangsa makroalga
berkapur tetapi beberapa biota lain tidak dapat memangsa makroalga tersebut.
Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa CaCO3 pada thallus makroalga
berfungsi sebagai senyawa kimiapenyusunan struktur dinding sel dan
pertahanan (Hay,1997).
Penambahan CaCO3 pada makroalga hijau, secara signifikan dapat
menurunkan rata-rata pemangsaan oleh ikan pada saat saluran pencernaan ikan
yang asam (Hay, 1997). Zat kapur sebagai bagian dari pertahanan diri dari
makroalga hijau juga dikemukakan oleh Hatta(1991), bahwa makroalga mampu
mengembangkan struktur thallusnya sedemikian rupa, sehingga susah untuk
dimakan, yaitu penimbunan CaCO3 pada marga Halimeda sp. Diantara morfologi
dan struktur thallus tersebut, urutan tingkat kesulitan untuk dicerna oleh herbivora
dari yang paling mudah dalah thallus benang, lembaran, tepi bergerigi, berkapur.
Pengelompokkan makroalgae berdasarkan morfologi dan struktur dalam
kiatannya dengan pemangsaan oleh herbivora dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Hubungan antara kelompok fungsional bentuk makroalga hijau dengan tingkat kesulitan dimakan oleh herbivora (Kadi, 1988).
Kelompok fungsional Contoh marga Kesulitan untukdimakan
1. Makroalga benang Cladophora Agak sulit
2. Makroalga lembaran Ulva Sulit
3. Makroalgabertepi gerigi Caulerpa
serrulata
Lebih sulit
4. Makroalga berkapur Halimeda
Neomeris
Udotea
Lebih sulit
E. Makrobiologi dan Struktur Makroalga Hijau Sebagai Pertahanan
Makroalga hijau mampu merubah tubuhnya dalam ukuran, bentuk,
kekerasan, tingkat kalsifikasi, dan kerentanan (mudah patah) untuk bertahan dari
pemangsaan dan perusakan oleh herbivora. Makroalga hijau mempunyai strategi
untuk menghindari herbivora, antara lain dengan membentuk thallus, berupa
filamen/benang lembaran yang tipis tetapi lebar, berkapur dan berkarang kerak
(Hay, 1997).
Bentuk thallus makroalga hijau yang berupa filamen/benang ditemukan
pada marga cladophora.Marga ini memiliki thallus, yaitu benang dan kuat,
sehingga thallusnya sulit untuk dicerna oleh herbivora. Makroalga hijau berupa
lembaran ditemukan pada marga Ulva. Marga ini kebanyakan memiliki thallus
lembaran yang lebar dan tipis,sehingga kurang menarik perhatian herbivora.
Selain itu, morfologi dan struktur ini sulit di cerna oleh sistem pencernaan
herbivora. Hatta (1991), menambahkan perlindungan makroalgae hijau dapat
dilakukan dengan pembentukan cabang/thallus yang menyerupai duri dengan
tepi yang begerigi, sebagai contoh adalah Caulerpa serrulata.
Menurut Hatta (1991), perlindungan yang menggunakan struktur dan
morfologi disebut sebagai perlindungan non-kimia. Cara perlindungan ini lebih
mengandalkan perlindungan fisik serta tingkat kemampuan adaptasi untuk
memanfaatkan kondisi lingkungan. Cara ini meliputi beberapa hal, yaitu:
a) Perlindungan permukaan
Pada cara ini, makroalga hijau bertujuan memberikan kejutan
kepada herbivora untuk tidak mendekat dengan jalan membentuk bagian-
bagian luar thallusnya sedemikian rupa, sehingga tampak sulit di dekati.
Contoh:caulerpa serrulata (tepi thallus bergerigi).
b) Plastisitas morfologi
Makroalga hijau mengurangi serangan herbivora dengan
mengubah bentuk vegetatif dan disertai penciutan ukuran.
c) Struktural
Makroalga hijaumengembangkan struktur thallusnya, sehingga
susah untuk di makan.
d) Adaptasi pemanfaatan tempat
Makroalga hijau mampu memanfaatkan keunikan alam sebagai
tempat hidup, misalnya dicelah-celah karang yang sulit dijangkau oleh
herbivora.Contoh :Valonia ventricosa.
F. Keasaman laut
Keasaman laut adalah proses turunnya kadar pH air laut yang kini tengah
terjadi akibat penyerapankarbon dioksida di atmosfer yang dihasilkan dari
kegiatan manusia (seperti penggunaan bahan bakar fosil). pH di permukaan laut
diperkirakan turun dari 8,25 menjadi 8,14 dari tahun 1751 hingga 2004
(Jacobson, 2005).
Air laut bersifat sedikit basa dengan derajat keasaman (pH) sekitar 8,2 di
dekat permukaan air laut. sejauh ini sejumlah emisi karbon dioksida yang terlarut
dalam lautan menurunkan pH air laut sekitar 0,1 (berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh National Research Council. Penurunan pH 0,1 berarti air menjadi
30 persen lebih asam dari kondisi sebelumnya. Jika karbon dioksida
terakumulasi secara terus-menerus, diperkirakan tingkat keasaman laut akan
turun menjadi 7,8 pada tahun 2100. Pada saat itu air akan menjadi 150 persen
lebih asam dibandingkan pada tahun 1800. Tidak ada negosiasi dalam perjanjian
pembahasan khusus efek penyerapan karbon di lautan, dimana hasil studi
menunjukkan absorbsi karbon adalah kunci yang merusak makhluk berkerangka
keras di lautan (Jacobson, 1999).
1. Sumber Keasaman laut
Karbon dioksida (CO2) merupakan sumber utama yang menyebabkan
laut kian asam.Oksida asam yang satu ini dapat berasal dari berbagai aktifitas,
diantaranya hasil buangan industri, peternakan, kendaraan, pembukaan lahan;
dapat dikatakan bahwa sesuatu yang sifatnya menghasilkan energi sepertinya
menghasilkan gas ini. Bahkan manusia juga menyuplai CO2melalui proses
pernapasan (Caldeira dan Wickett, 2003).
2. Mekanisme terjadinya Keasaman laut
Karbon dioksida yang memiliki rumus kimia CO2 dapat menjadi asam
ketika bereaksi dengan air H2O sehingga disebut oksida asam. Reaksinya adalah
sebagai berikut:
CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq)
H2CO3(aq) H+
(aq) +HCO3-(aq)
H2CO3 atau biasa disebut asam karbonat merupakan suatu asam lemah
dan sedikit terionisasi menghasilkan H+ (spesi yang mengindikasikan larutan
bersifat asam menurut teori Asam Basa Arrhenius).Proses asidifikasi samudera,
secara sederhana adalah karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil
yang terakumulasi dalam atmosfer, menyebabkan pemanasan global,
berpengaruh terhadap samudera atau lautan kita. Karbon dioksida diserap oleh
laut dan bereaksi dengan air laut membentuk asam karbonat H2CO3 dan
meningkatkan keasamam (H+) air laut.
H+(aq) + CO3
2-(aq) HCO3
-(aq) ion bikarbonat
Sebaliknya,air laut menjadikekurangan persediaan karbonat (CO32-) akibat
pembentukanion bikarbonat, yang dikenal sebagai zat yang digunakan oleh
puluhan ribu spesies hewan laut untuk membentuk cangkang dan tulang
(kerangka) serta karang.Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut menjadi
korosif dan melarutkan cangkang, melemahkan pertumbuhan hewan laut dan
terumbu karang beserta jutaan spesies hewan laut yang bergantung kepadanya
(Caldeira dan Wickett, 2003).
3. Dampak Keasaman laut
Asidifikasi samudera, tidak dapat disangkal lagi, adalah bencana
lingkungan yang secara diam-diam dapat menghancurkan ekosistem laut dan
mengancam produktivitas perikanan. Berikut dampak yang dapat ditimbulkan
akibat Asidifikasi samudra:
Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut menjadi korosif dan melarutkan
cangkang, melemahkan pertumbuhan hewan laut dan terumbu karang beserta
jutaan spesies hewan laut yang bergantung kepadanya. Pada akhirnya
bencana Asidifikasi samudra yang dahsyat ini akan memusnahkan mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karang-karangan akan mengalami
pengurangan kalsifikasi atau peningkatan pemutusan (maksudnya dissolution)
ketika terpapar oleh naiknya kadar CO2.
Tingkat keasaman yang tinggi juga menggangu pendengaran beberapa
spesies laut sehingga sulit baginya untuk mendapatkan makanan maupun
menghindari predator.
Keasaman laut mengganggu efektifitas organisme laut dalam bereproduksi
Keasaman laut juga memberikan dampak komersial yaitu mengancam sumber
makanan bagi ratusan juta orang dan industri perikanan, pariwisata serta
penangkapan ikan yang telah menampung lebih dari 38 juta orang secara
langsung dan sekitar 162 juta orang yang bergantung secara tidak langsung.
Sejak Revolusi Industri, keasaman air samudera telah meningkat 30%
hingga saat ini, laju pengasaman air samudera diperkirakan akan makin
meningkat di dalam beberapa dekade yang akan datang dan jauh lebih cepat
dari yang pernah terjadi sebelumnya. Kerangka atau cangkang kalsium karbonat
yang dimiliki berbagai tumbuhan dan hewan samudera akan dipengaruhi
asidifikasi samudera sekalipun perubahannya sangat kecil (Caldeira dan Wickett
2003).
Beberapa jenis tumbuhan dan hewan laut yang sangat peka dengan
asidifikasi samudera.Jenis tumbuhan dan hewan yang peka ini secara langsung
atau tidak langsung merupakan produsen utama bagi kepentingan ekonomi,
budaya atau biologi laut.Jenis tumbuhan, hewan laut dan jenis-jenis lain di dalam
rantai makanan yang terkena dampak asidifikasi samudera dapat mengancam
kepentingan ekonomi masyarakat. Salah satunya adalah resiko kekurangan
pangan bagi wilayah yang mayoritas penduduknya bergantung pada protein dan
hasil dari lautan.Keasaman laut berpeluang besar merusak atau memusnahkan
ekosistem samudera jika laju pelepasan CO2 di atmosfer terus meningkat seperti
yang diramalkan, sehingga suhu permukaan air samudera akan menjadi lebih
hangat pada tahun 2050. Pada tahun 2100, 70% terumbu karang yang hidup di
lautan dingin akan terkelupas oleh air samudera yang bersifat korosif (Jacobson,
2004).
Karbondioksida keberadaannya di atmosfer sudah banyak kita
kenal.Sebagai salah satu gas yang kini menjadi perhatian banyak pihak
sehubungan dengan aktifitas rumah kacanya, kian hari kadarnya makin
meningkat. Konsentrasi CO2 di atmosfer saat ini sekitar 385 ppm yang berarti
telah terjadi kenaikan sekitar 37% jika dibandingkan dengan masa sebelum
revolusi industri di mulai. Nilai ini diperkirakan akan terus meningkat dengan
cepat, karena dukungan aktifitas manusia, dan akan terjadi kenaikan konsentrasi
CO2 di atmosfer sekitar 0,4% setiap tahunnya. Sementara tercatat, pada tahun
2008 telah terjadi kenaikan rata-rata konsentrasi CO2 global sebesar 2,28
ppm/tahun. Laut sangat terpengaruh terhadap peningkatan CO2 karena CO2
yang ada diatmosfer masuk ke perairan melalui proses difusi sehingga akan
mempengaruhi kehidupan ekosistem di perairan (Jacobson, 2005).
G. Parameter Kualitas Air
1. Suhu
Suhu di lautan adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi
kehidupan organisme, karena suhu sangat mempengaruhi baik aktivitas
metabolisme maupun perkembangan dari organisme-organisme tersebut
(Hutabarat dan evans, 1985). Menurut Romimohtarto & Juwana (2001)
menyatakan juga bahwa di perairan tropis perbedaan suhu air laut sepanjang
tahun tidak besar, suhu permukaan laut berkisar antara 27° dan 32°C. Suhu
memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan makroalga.
Suhu optimal untuk tumbuhan alga dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu
berkisar 0-10°C untuk algadi daerah beriklim hangat dan 15°C-30°C untuk alga
hidup di daerah tropis. Keanekaragaman dan kelimpahan alga sangat
dipengaruhi oeh adanya perubahan suhu misalnya penurunan dan penaikan
suhu yang tinggi akan dapat menurunkan keanekaragaman jenis makroalga
(Luning, 1990).
2. Salinitas
Pada daerah yang mengalami penguapan yang sangat kuat, salinitas
dapat meningkat tinggi. Di perairan pantai kisaran salinitas yang normal adalah
28-32 ppm (Dahuri dkk, 1996). Salinitas secara umum dapat dikatakan sebagai
jumlah kadar garam dalam suatu perairan yang dinyatakan dalam permil.
Makroalga umumnya hidup di laut dengan salinitas antara 30-32‰,
namun banyak jenis makroalga hidup pada kisaran salinitas yang lebih besar.
Salinitas berperan penting dalam kehidupan makroalga. Salinitas yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan gangguan pada proses fisologis.
(Luning, 1990). Menurut (Bold et al. 1978) menyatakan bahwa salinitas juga
mempengaruhi penyebaran makroalga di laut makroalga yang mempunyai
toleransi yang besar terhadap salinitas (eurihalin) akan tersebar lebih luas
dibanding dengan makroalga yang mempunyai toleransi yang kecil
terhadapsalinitas (stenohalin). Selain itu, salinitas juga mempengaruhi laju
fotosintesis pada makroalga.Kisaran salinitas optimum untuk pertumbuhan
makroalga antara 33 – 40%.
3. Oksigen terlarut
Kadar oksigen di laut ditetukan oleh kelarutan gas oksigen dalam air dan
proses biologi yang mengontrol tingkat konsumsi dan pembebasan oksigen.
Proses fisik juga mempengaruhi kecepatan oksigen memasuki dan distribusi di
dalam laut. Pada Halimeda sp, keadaan paparan terumbu dengan dasar pasir
yang tak bercampur lumpur, kejernihan air, suhu dan arus yang cukup
merupakan persyaratan yang diperlukan (Romimohtarto & Juwana, 2001).
Makroalga dapat tumbuh pada kondisi oksigen terlarut yang berkisar antara 5-6
ppm (Evans dan Hoagland, 1986).
Organisme perairan memerlukan oksigen terlarut yang digunakan untuk
kehidupan aquatik khususnya untuk proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa
bakteri maupun beberapa binatang laut dalam hidup tanpa oksigen (anaerob)
sama sekali, lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerob hanya sebentar tetapi
memerlukan penyediaan oksigen yang berlimpah setiap kali sumber oksigen
terlarut dari perairan udara diatasnya, proses fotosintesis dan glikogen dari
binatang itu sendiri. Air yang tidak beroksigen selalu jarang terdapat di
samudera. Oksigen dihasilkan oleh proses fotosintesis dari tumbuh-tumbuhan
dan diperlukan bagi pernapasan (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
4. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan nilai pengukuran konsentrasi ion
hidrogen dalam larutan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa
air. Derajat keasaman (pH) memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
organisme perairan sehingga dipergunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan
baik buruknya suatu perairan untuk media hidup organisme, walaupun baik
buruknya suatu perairan masih tergantung faktor-faktor lain. Air laut mempunyai
kememapuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH.
Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk
terganggunya sistem penyangga. pH air laut berkisar antara 6,0-8,5 sehingga
cenderung bersifat alkalis. Kisaran pH yang layak untuk pertumbuhan makroalga
adalah 6,3-10 (Biebl, 1962).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September
2012 di Laboratorium Outdoor Pusat Pengelolaan Wilayah Pesisir, Pusat
Kegiatan Penelitian (PKP) Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
2, sedangkan bahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Alat yang digunakan dalam penelitian
No Nama Alat Kegunaan
1 Akuarium Wadah untuk pemaparan organisme uji
2 Pipa Untuk menghubungkan akuarium
3 Aerator Suplai oksigen
4 Timbangan elektrik Menimbang organisme uji
5 Pipet skala Mengukur volume H2SO4
6 Drum Menampung air laut
7 Water Quality Cheker Mengukur parameter air
8 Hand Refraktometer Mengukur salinitas
9 pH meter Mengukur kadar pH
10 Timbangan Elektrik Menimbang bobot sampel
11 Atomic Absorption
Spectrophotometer Mengukur Konsentrasi Ca dalam sampel
Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No Bahan Kegunaan
1 Halimeda sp Sebagai organisme uji
2 H2SO4 Menurunkan pH
3 Air Laut Media hidup
4 HCl Melarutkan sampel
C. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
Sampel uji yang digunakan adalah Halimeda sp. Sampel tersebut diambil
dari perairan Pulau Lae-lae, Sulawesi Selatan. Sebelum ditebar ke wadah
penelitian, sampel uji terlebih dahulu diadaptasikan sesuai dengan salinitas dan
pH terkontrol selama 14 hari. Penelitian menggunakan wadah berupa akuarium
berukuran panjang, lebar dan tinggi masing-masing 75cm x 50cm x 60 cm
(Gambar 3) yang berjumlah 9 buah dan diisi air media sesuai perlakuan setinggi
40 cm. Akuarium tersebut dilengkapi dengan pompa aerasi. Setiap akuarium
dihubungkan satu sama lain dengan pipa yang dialiri dengan pompa. Pada
setiap akuarium sebagian dasarnya diberi pasir setebal 10 cm. Air laut diambil di
perairan Pulau Badi. Adapun bagan tahapan penelitian ditunjukkan pada Gambar
4.
55 cm
Air Laut Setinggi 40 cm
Pasir Setinggi 10 cm 50 cm
75 cm
Gambar 3. Ukuran akuarium yang digunakan dalam penelitian
Gambar 4. Bagan tahapan penelitian
2. Disain percobaan penelitian
Penelitian menggunakan model rancangan acak lengkap (RAL), dengan 3
perlakuan yang ditandai dengan perbedaan nilai pH (pH 5, 6, 8) dan setiap
perlakuan terdiri atas 3 kali ulangan. Organisme uji (Halimeda sp) ditebar dengan
kepadatan 8 sampel perwadah yang dipelihara selama 40 hari. Sebelum ditebar
ke wadah penelitian terlebih dahulu dilakukan penimbangan bobot dengan
menggunakan timbangan elektrik satuan terkecil 0.001g.
Penempatan satuan percobaan dilakukan secara acak (Suharjono, 1979),
dengan tata letak satuan percobaan setelah diacak seperti pada gambar 5.
Persiapan akuarium di laboratorium
(Lampiran 1a)
Pengadaptasian Halimeda sp di
Laboratorium sebelum diberi perlakuan pH yang berbeda (Lampiran 1c)
Pengamatan/pengukuran variabel dan parameter pendukung
(Lampiran 1d,1e, 1f, 1g, 1h)
Pengambilan sampel Halimeda sp di Pulau
Lae-lae
(Lampiran 1b)
Gambar 5. Letak unit percobaan yang digunakan pada penelitian selama perlakuan (keran air ; pipa )
Jumlah akuarium yang disiapkan adalah 9 buah. Akuarium 2, 5 dan 8 untuk
perlakuan pH 5, akuarium 3, 6, dan 9 untuk perlakuan pH 6, akuarium 1, 4, dan 7
untuk kontrol (pH 8). Masing-masing akuarium diisi air sebanyak 25 L. Untuk
menurunkan pH air laut digunakan larutan H2SO4. Bahan tersebut dimasukkan
kedalam media kemudian diaduk agar tercampur merata, kemudian setelah
beberapa menit diukur pH-nya untuk memastikan nilai pH dari perlakuan
tersebut. Halimeda sp dimasukkan kedalam tiap akuarium, setelah terlebih
dahulu ditimbang bobot awalnya. Untuk menjaga kualitas air media penelitian,
maka setiap minggu air diganti dengan cara menyipon. Penyiponan dilakukan
dengan menggunakan selang plastik berdiameter 5/16 inci. Pada akhir
penelitian ditimbang bobot akhir Halimeda sp dan diukur konsentrasi kalsiumnya.
D. Parameter yang diamati
Parameter yang diamati adalah konsentrasi kalsium pada Halimeda sp,
laju pertumbuhan Halimeda sp dan kualitas air.
1. Konsentrasi Kalsium (Ca) pada Halimeda sp
Konsentrasi Ca Halimeda sp dihitung berdasarkan rumus yang telah
digunakan oleh Arthur (1971) dalam menghitung nilai Ca makroalga (Lampiran 8)
AIRATOR
Bak 6
(pH 61)
Bak 8
(pH 51)
Bak 3
(pH 63)
Bak 2
(pH 52) Bak 1
(pH 81)
Bak 9
(pH 62)
Bak 4
(pH 82)
Bak 5
(pH 53)
Bak 7
(pH 83)
Keterangan:
Abs = Nilai Absorbansi
Faktor = Volume eksampler (ml):bobot contoh (mg)
Fp = faktor pengenceran (ml)
2. Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik Halimeda sp dapat dihitung dengan rumus
Dawes et al., (1994):
dimana SGR adalah laju pertumbuhan spesifik (%), Wo adalah bobot rata-rata
Halimeda sp pada awal penelitian (g), Wt adalah bobot rata-rata Halimeda sp
pada akhir penelitian (g), t adalah periode pengamatan (hari).
E. Kualitas Air
Selama penelitian berlangsung dilakukan pengukuran parameter kualitas
air media pemeliharaan yaitu suhu, oksigen terlarut, dan salinitas dengan
menggunakan Water Quality Cheker.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan
dilanjutkan dengan uji respon. Uji Tukey digunakan untuk membandingkan
perbedaan antara perlakuan. Selanjutnya untuk mengetahui bentuk serta
keeratan sebagai efek perlakuan dilakukan analisis teknik regresi-korelasi (Steel
dan Torrie, 1993). Sebagai alat bantu untuk melaksanakan uji statistik tersebut
digunakan paket program SPSS versi 16.0. Adapun peubah kualitas air yang
diperoleh dianalisis secara diskriptif berdasarkan kelayakan hidup Halimeda sp.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Konsentrasi Ca pada Halimeda sp
Hasil pengamatan konsentrasi Ca Halimeda sp pada setiap perlakuan
selama penelitian ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar tersebut menunjukkan
bahwa konsentrasi Ca meningkat sampai hari ke-7 terhadap semua perlakuan
pH.
Gambar 6. Rata-ratra konsentrasi Ca pada Halimeda sp ( x ±SE, n = 3 )
Pada perlakuan pH 8, konsentrasi Ca meningkat selama penelitian,
sementara konsentrasi Ca pada perlakuan pH 5 dan 6 setelah hari ketujuh
mengalami penurunan drastis, kemudian konsentrasi Ca menetap pada hari
selanjutnya yaitu hari 14, 21, 28.
Hasil analisis varians terhadap konsentrasi Ca Halimeda sp menunjukkan
bahwa konsentrasi Ca Halimeda sp pada pH 8 tidak berbeda nyata (p>0,05)
dengan perlakuan pH 6 pada setiap waktu pengamatan, akan tetapi Halimeda sp
pada pH 8 berbeda nyata (p<0,05) dengan Halimeda sp pada pH 5 selama waktu
pengamatan hari ke 21 (Lampiran 9).
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 7 14 21 28
Ko
nse
ntr
asi C
a (%
)
Rentang Waktu Pengamatan
pH 5
pH 6
pH 8
Media sumber Halimeda sp di alam mempunyai pH 8, dengan demikian
sama dengan pH air kontrol. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan
bahwa Halimeda sp yang ditebar pada media kontrol yang mempunyai nilai pH
sama dengan media sumber, adaptasinya lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan
konsentrasi Ca pada media air kontrol meningkat terus selama penelitian. Hal
serupa dialami oleh Halimeda sp pada perlakuan pH 6 yang mengalami
peningkatan konsentrasi Ca sejak hari 14 sampai hari 28. Hal ini terjadi, diduga
karena pH 6 masih dapat ditolerir oleh Halimeda sp. Sebaliknya konsentrasi Ca
Halimeda sp pada pH 5 mengalami penurunan yang drastis, diduga karena pH 5
tidak dapat lagi ditolerir oleh Halimeda sp.
Gambar 7 menunjukkan hubungan antara konsentrasi Ca dan rentang
waktu pengamatan pada pH 8 adalah sangat erat, karena nilai R2>0,5. Hal ini
menjelaskan bahwa, jika rentang waktu pengamatan bertambah lebih lama maka
konsentrasi Ca akan semakin meningkat.
Gambar 7. Hubungan regresi antara konsentrasi Ca Halimeda sp dengan rentang waktu pengamatan
y = 33.371x2 - 1905.6x + 46244
R² = 0.3383
y = -62.416x2 + 860.56x + 48858
R² = 0.2352
y = -28.778x2 + 1952.1x + 34665
R² = 0.979
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
90000
0 5 10 15 20 25 30
Kon
sen
trasi
Ca (p
pm
)
Rentang Waktu Pengamatan (Hari)
pH 5
pH 6
pH 8
Gambar tersebut juga menjelaskan bahwa hubungan antara konsentrasi
Ca dan rentang waktu pengamatan pada perlakuan pH 5 dan pH 6 adalah
rendah (R2<0,5). Hal ini menjelaskan bahwa, jika rentang waktu pengamatan
bertambah lebih lama maka konsentrasi Ca akan semakin menurun dalam
jangka waktu tertentu dan akan meningkat setelah itu.
Hal ini berarti bahwa proses pengapuran pada siklus hidup Halimeda sp
akan terganggu apabila air laut sebagai media hidupnya mengalami
pengasaman, khususnya pada pH<6.
B. Pertambahan Bobot dan Laju Pertumbuhan Spesifik Halimeda sp
1. Pertambahan Bobot Pertumbuhan Halimeda sp pada setiap perlakuan selama penelitian dapat
dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Rata-rata pertambahan bobot Halimeda sp berdasarkan rentang waktu pengamatan ( x ±SE, n = 3 )
105.00
105.50
106.00
106.50
107.00
107.50
108.00
108.50
109.00
109.50
0 7 14 21 28
Be
rat
(gra
m)
Rentang Waktu Pengamatan (Hari)
pH 5
pH 6
pH 8
Dari gambar 8 terlihat bahwa pertambahan bobot Halimeda sp mengalami
peningkatan pada setiap perlakuan pH selama waktu penelitian, kecuali hari ke
28 (Lampiran3). Hal ini sesuai dengan hasil analisis varians terhadap laju
pertumbuhan Halimeda sp menunjukkan bahwa pertumbuhan Halimeda sp pada
pH 8 tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan pH 6 berdasarkan rentang waktu
pengamatan, akan tetapi Halimeda sp pH 8 berbeda nyata (p<0,05) dengan
Halimeda sp pada pH 5 berdasarkan waktu pengamatan hari 28 (Lampiran 10).
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Halimeda sp dalam proses
pertumbuhan untuk menyesuaikan diri terhadap pH yang berbeda adalah sama.
Berdasarkan hasil analisis varians menunjukkan bahwa Halimeda sp yang
ditebar pada media yang mempunyai nilai pH yang sama dengan media sumber,
tingkat pertumbuhannya sama dengan pH<8. Hal ini dibuktikan laju pertumbuhan
terus mengalami peningkatan pada setiap perlakuan pH. Meskipun terus
mengalami peningkatan pertumbuhan berdasarkan waktu pengamatan pada
setiap perlakuan pH, akan tetapi berdasarkan hasil uji statistik pada waktu
pengamatan hari 28 terdapat perbedaan yang nyata antara pH 8 dan pH 5.
2. Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik Halimeda sp pada setiap perlakuan selama
penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 9. Rata-rata laju pertumbuhan spesifik Halimeda sp berdasarkan perlakuan ( x ±SE, n = 3 )
1.00
2.00
4.00
8.00
pH 5 pH 6 pH 8
Laju
Per
tum
bu
han
Sp
esif
ik (%
)
Hasil pengukuran rata-rata laju pertumbuhan spesifik Halimeda sp terdapat
perbedaan pertumbuhan di tiap perlakuan, dimana perlakuan yang paling tinggi
pertumbuhannya terjadi pada pH 8 (4,34%) kemudian pH 6 (4,33%) dan
terendah pada pH 5 (4,32%) (Lampiran 4).
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Halimeda sp dalam proses
pertumbuhan untuk menyesuaikan diri terhadap pH yang berbeda adalah sama.
Berdasarkan hasil analisis laju pertumbuhan spesifik menunjukkan bahwa
Halimeda sp yang ditebar pada media yang mempunyai nilai pH yang sama
dengan media sumber, tingkat pertumbuhannya sama dengan pH<8. Hal ini
dibuktikan laju pertumbuhan terus mengalami peningkatan pada setiap perlakuan
pH.
Gambar 10 menunjukkan hubungan antara laju pertumbuhan spesifik dan
rentang waktu pengamatan pada setiap perlakuan pH adalah sangat erat, karena
nilai R2 >0,5. Hal ini menjelaskan bahwa, jika rentang waktu pengamatan
bertambah lebih lama maka laju pertumbuhan spesifik akan semakin meningkat.
Gambar 10. Hubungan regresi antara laju pertumbuhan spesifik Halimeda sp
dengan rentang waktu pengamatan
y = -0.0014x2 + 0.0728x + 3.5752 R² = 0.9907
3.9
4
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
0 5 10 15 20 25 30
Laju
Pe
rtu
mb
uh
an S
pe
sifi
k (%
)
Rentang Waktu Pengamatan (Hari)
pH 5
pH 6
pH 8
C. Kualitas Air
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
organisme di lautan, karena suhu sangat mempengaruhi baik aktivitas
metabolisme maupun perkembangan dari organisme-organisme laut.
Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap perlakuan, suhu air laut umumnya
berkisar antara 28°-32°C (Tabel 4). Keadaan ini disebabkan oleh jenis bak,
kedalaman dan waktu pengamatan yang sama, dengan demikian efeknya hampir
sama dalam menerima dan mempertahankan suhu. Dalam setiap perlakuan
cenderung mengalami peningkatan suhu. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sumawidjadja (1974) bahwa variasi suhu harian maupun tahunan merupakan
hasil dari radiasi matahari dan penguapan. Selain itu pula dengan kondisi suhu
pada pH 8 yang didapatkan tersebut tergolong optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan alga, dimana hal ini sesuai dengan pernyataan Luning (1990),
bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan alga di daerah tropis berkisar antara
15°C-30°C (Lampiran 7).
Tabel 4. Pengukuran suhu berdasarkan waktu pengamatan
Perlakuan Suhu ( x ± SD, n = 3 )
0 7 14 21 28
pH 5 29,3±1,62 31,5±0,92 30,9±1,55 31,7±1,02 31,2±1,00
pH 6 29,3±1,67 31,6±0,90 31,3±1,76 32,0±1,12 31,8±0,81
pH 8 28,7±1,81 30,0±0,97 30,1±1,46 30,9±1,22 30,1±0,91
2. Oksigen terlarut
Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan aquatik
termasuk makroalga. Pada setiap perlakuan memiliki konsentrasi oksigen terlarut
antara 6,3-6,7 ppm. Pada perlakuan pH 8dari rentang waktu pengamatan
memiliki kadar DO yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya,
hal ini kemungkinan disebabkan oleh relatif tingginya proses fotosintesis
makroalga pada bak tersebut sehingga oksigen yang terpakai pada lokasi
tersebut juga relatif kurang.
Fluktuasi nilai oksigen terlarut pada setiap perlakuan selama penelitian
tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan bahwa kadar oksigen pada setiap
perlakuan masih dalam batas toleransi untuk kelangsungan hidup untuk
Halimeda sp. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Evans & Hoagland
(1986) menyatakan bahwa makroalga dapat tumbuh pada kondisi DO yang
berkisar antara 5-6 ppm (Lampiran 7).
Tabel 5. Pengukuran oksigen terlarut berdasarkan waktu pengamatan
Perlakuan Oksigen Terlarut ( x ± SD, n = 3 )
0 7 14 21 28
pH 5 6,3±0,17 6,4±0,18 6,3±0,11 6.3±0,12 6.4±0,17
pH 6 6,3±0,14 6,4±0,14 6,5±0,10 6.4±0,11 6.4±0,12
pH 8 6,3±0,12 6,7±0,12 6,7±0,12 6.8±0,11 6.7±0,07
3. Salinitas
Salinitas berperan penting dalam kehidupan makroalga, salinitas juga
mempengaruhi tingkat pertumbuhan Halimeda sp. Hasil pengukuran salinitas
diketahui kadar dari setiap perlakuan tidak jauh berbeda antara 38,5-40‰ baik
pada awal maupun akhir penelitian (Lampiran 7). Jumlah ini sama dengan
salinitas media asal Halimeda sp diperoleh. Dengan demikian diduga tidak ada
pengaruhnya bagi kelangsungan hidup karena tidak diperlukan adaptasi untuk
menyesuaikan kondisi salinitas tersebut. Tidak terjadinya perubahan salinitas ini
disebabkan oleh tempat penelitian yang terdapat dalam bak terkontrol, sehingga
tidak mendapat radiasi matahari yang menyebabkan penguapan karena naiknya
suhu permukaan air. Peningkatan salinitas dapat terjadi karena penguapan air
yang mengurangi volume air sehingga konsentrasi garam-garam terlarut
didalamnya meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Poernomo (1979)
bahwa fluktuasi salinitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu besar kecilnya
penguapan air, pencampuran oleh air lain dimana berbeda salinitasnya dan
adanya pengendapan.
Tabel 6. Pengukuran salinitas berdasarkan rentang waktu pengamatan
Perlakuan Salinitas ( x ±SD, n = 3 )
0 7 14 21 28
pH 5 39,2±0,60 39,7±0,46 39,4±0,63 39,6±0,51 39,5±0,60
pH 6 39,9±0,30 40,0±0,00 39,9±0,35 40,0±0,00 40,0±0,00
pH 8 38,7±0,91 39,1±0,76 39,1±0,88 38,7±0,90 39,0±0,74
V. SIMPULAN DAN SARAN
A Simpulan
1. Pengasaman air laut dapat mengganggu proses pengapuran Halimeda
sp, khususnya pada ph air laut<6.
2. Pengasaman air laut tidak mengganggu pertumbuhan Halimeda sp.
B Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan informasi yang
lebih luas mengenai Halimeda sp dan pengaruhnya terhadap keasaman laut dan
penyebab terjadinya keasaman laut.
DAFTAR PUSTAKA
Aslan, L. M. 1993. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta.
Arthur I. Vogel. 1971. A Text-Book of Quantitative Inorganic Analysis, Including Elementary Instrumental Analysis. Longman, London.
Biebl,. 1962. Physiology and Biochemistry of Algae, Academic Press, New York.
Bold, H.C. dan Wynne, M.J. 1978.To The Algae, Structure and Reproduction.
New Delhi : Prentice Hall of India.
Caldeira, K. and M. Wickett. 2003. Anthropogenic carbon and ocean pH. Nature 425: 365
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S.P., dan Sitepu, M.J., 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Dawes, C.J., Lluis, A.O. Trono, G.C., 1994. Laboratory and Field growth studies of commercial stains of Eucheuma denticulatus and Kappaphycus alvarezii in the Philippines. Applied Phycology. 6: 21-24.
Evans, L.V & K.D. Hoagland,. 1986. Algal Biofouling, Elsevier Science Publishing Company, New York.
Handayani, T 2010.Makroalgae hiaju tropis: adaptasi dan pertahanan diri. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta: 51-57.
Hatta, A.M. 1991. Beberapa aspek interaksi antara herbivore dengan makroalgae
di perairantropis (Indonesia dan sekitarnya).Oseana XVI (2): 1-20. Hay, M.E. 1997. The ecology and evolution of seaweed-herbivore interaction on
coral reefs.Coral Reefs (16): 67-76. Hutabarat. S dan S.M. Evans,. 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Jacobson, M. Z. 1999. Fundamentals of Atmospheric Modeling, 656 pp.Cambridge Univ. Press, New York.
Jacobson, M. Z. 2004. The short-term cooling and long-term global warming due
to biomass burning, J. Clim., 17, 2909–2926. Jacobson, M. Z., 2005. Studying ocean acidification with conservative, stable
numerical schemes for nonequilibrium air-ocean exchange and ocean equilibrium chemistry. J. Geophys. Res. Atm., 110, D07302.
Kadi, A. 1988.Dominasi dan zonasi algae berzat kapur di pantai Pulau Lombok. Dalam: Perairan Indonesia: Biologi, Budidaya, Kualitas Perairan dan Oseanografi. M. K. Moosa, D.P. Prasenodan Sukarno (eds).
Jakarta:Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI: 1-10. Kleypas, J. A. 5 and Langdon, C.: Coral reefs and changing seawater carbonate
chemistry, in:Coral reefs and climate change: Science and management, edited by: Phinney, J. T., Hoegh-Guldberg, O., Kleypas, J., Skirving, W., Strong, A., Washington,DC: American Geophysical Union 73–110, 2006.
Littler, DS, MM Littler, KE Bucher, and JN Norris. 1989 Tanaman Laut dari
Karibia. Washington, DC: Smithsonian Institution Press.
Littler, DS, MM Littler. 2000. Tanaman Laut Lepas Pantai, Washington, DC:
Graphics, Inc. Luning, K. 1990. Seaweeds: Their Environment, Biogeography and
Ecophysiology . John Wiley & Sons, New York. Maschek, J.A. and B.J. Baker 2008.The chemistry of algae secondary
metabolism.In: Algal Chemical Ecology. C.D. Amsler (ed). Spinger-
Verlag Berlin Heidelberg: hal 1-24. Meyer, K.D. and V.J. Paul 1995. Variation in secondary metabolite and aragonite
concentrations in the tropical green seaweed Neomerisannulata: effects on herbivory by fishes. Marine Biology (122): 537-545.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara, Penerbit Djambatan. Jakarta.
OdumE. P. 1971. Fundamental of Ecology. W. B. Sounders Company. Philadelphia,London.
OdumE. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogayakarta. Gajah Mada
Universitypress.
Paul VJ, Fenical W (1983).Isolation of Halimedatrial: chemical defense adaptation in the calcareous reef-building alga Halimeda. Science
221:747–749 Pescod, M. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for
Tropical Countries. AIT, London.
Poernomo, A. 1979. Budidaya Udang di Tambak: Dalam Udang Biologi, potensi, budidaya, produksi dan Udang sebagai Bahan Makanan di Indonesia, ProyekPenelitian Potensi Sumberdaya Ekonomi, LON LIPI. Jakarta. Hal 77-174.
Poli, R.E. 2000. Struktur Populasi Beberapa Jenis Halimeda di Rataan Terumbu Karang Pulau Bunakendan Tongkaina Kota Manado Sulawesi Utara. http:www.saptunsrat-gdl-S1-2000-ronny-2016-halimeda. (Akses tanggal: 27 Maret 2013).
Romimohtarto, K dan Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Sary, 2006. Bahan Kuliah Manajemen Kualitas Air. Politehnik vedca. Cianjur.
Soemarwoto O. (2001). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta :
Djambatan.
Steel, R. G. D.. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan prosedur statistika. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama748 hal.
Sumawidjadja, K. 1974. Dasar-dasar Limnologi. Diktat Ajaran Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 97 hal.
Sumich, J. 1992. An Introduction to the Biology of Marine Life. WMC Brown, Dubuque, lowa
Verheij, E. 1993. Marine Plants on the Reef of Spermonde Archipelago Sw.Sulawesi, Indonesia; Aspect of Taxonomy, Floristics and Ecology. Rijkherbarium-Hortus Botanicus, Lerden, Netherlans.
Wibowo, Titus Tri. 1996. Dampak Perubahan Iklim terhadap Ekosistem Alami. WACANA No. 3 / Juli-Agustus 1996.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi penelitian
1a) Letak media penelitian
1b) Pengambilan sampel (Halimeda sp)di pulau Lae-lae
Lanjutan Dokumentasi Penelitian
1c) Pengadaptasian Halimeda sp di dalam bak
1d) Pengukuran Kualitas air dengan Water Quality Chaker
Lanjutan Dokumentasi Penelitian
1e) Menimbang Berat Sampel Halimeda sp
1f) Sampel Halimeda sp untuk pengukuran kadar Ca
Lanjutan Dokumentasi Penelitian
1g) Pengukuran konsentrasi Ca dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
1h) Rangkaian Alat Atomic Absorption Spectrophotometer
Lampiran 2. Pertambahan bobot tiap perlakuan Halimeda sp Berdasarkan Waktu
Pengamatan
Perlakuan Waktu Pengamatan
0 7 14 21 28
pH 5 (Ulangan 1) 106,82 107,18 107,5 107,81 108,41
pH 5 (Ulangan 2) 106,86 107,2 107,52 107,8 108,43
pH 5 (Ulangan 3) 106,84 107,16 107,53 107,79 108,39
pH 6 (Ulangan 1) 106,82 107,24 107,52 107,84 108,6
pH 6 (Ulangan 2) 106,87 107,23 107,61 107,89 108,51
pH 6 (Ulangan 3) 106,83 107,11 107,55 107,8 108,56
pH 8 (Ulangan 1) 106,83 107,19 107,55 107,87 108,59
pH 8 (Ulangan 2) 106,85 107,16 107,54 107,88 108,73
pH 8 (Ulangan 3) 106,84 107,28 107,8 108,23 108,98
Lampiran 3. Rata-rata Pertambahan Bobot Halimeda sp Berdasarkan Waktu
Pengamatan
Perlakuan Waktu Pengamatan ( x ± SD, n = 3 )
0 7 14 21 28
pH 5 106,84±0,02 107,18±0,02 107,52±0,02 107,80±0,01 108,41±0,02
pH 6 106,84±0,03 107,19±0,07 107,56±0,05 107,84±0,05 108,56±0,05
pH 8 106,84±0,01 107,21±0,06 107,63±0,15 107,99±0,21 108,77±0,20
Lampiran 4. Laju Pertumbuhan Spesifik Halimeda sp berdasarkan waktu
pengamatan
Perlakuan Waktu Pengamatan ( x ± SD, n = 3 )
7 14 21 28
pH 5 4,0072%±0.0002 4,3440%±0.0001 4,4578%±0.0001 4,5191%±0.0002
pH 6 4,0073%±0.0007 4,3444%±0.0641 4,4582%±0.0004 4,5204%±0.0004
pH 8 4,0075%±0.0006 4,3450%±0.0014 4,4596%±0.0019 4,5224%±0.0018
Lampiran 5. Hasil Analisis Konsentrasi Kalsium Halimeda sp dari Setiap Perlakuan
No Kode Cth Abs Bbt Cth
Vol. Eks. Faktor Fp ppm Ca % Ca
1 25-7-2012 Halimeda I-1 0,136 0,2391 50 209,12 10 22038 2,204
2 25-7-2012 Halimeda I-2 0,016 0,2466 50 202,76 100 26514 2,651
3 25-7-2012 Halimeda I-3 0,078 0,5140 50 97,28 100 59114 5,911
Average 0,077 0,333 50,000 169,717 70,000 35888,750 3,589
4 31-7-2012 Halimeda pH Control M1-1 0,068 0,3200 50 156,25 100 82933 8,293
5 31-7-2012 Halimeda pH Control M1-2 0,009 0,3842 50 130,14 100 10011 1,001
6 31-7-2012 Halimeda pH Control M1-3 0,047 0,4759 50 105,06 100 38793 3,879
Average 0,041 0,393 50,000 130,485 100,000 43912,133 4,391
7 31-7-2012 Halimeda pH 5 M1-1 0,048 0,3355 50 149,03 100 56173 5,617
8 31-7-2012 Halimeda pH 5 M1-2 0,143 0,5316 50 94,06 100 104185 10,418
9 31-7-2012 Halimeda pH 5 M1-3 0,014 0,3328 50 150,24 100 17335 1,734
Average 0,068 0,400 50,000 131,109 100,000 59231,173 5,923
10 31-7-2012 Halimeda pH 6 M1-1 0,110 0,4057 50 123,24 100 105231 10,523
11 31-7-2012 Halimeda pH 6 M1-2 0,014 0,2642 50 189,25 100 21837 2,184
12 31-7-2012 Halimeda pH 6 M1-3 0,217 0,6675 50 74,91 100 125612 12,561
Average 0,114 0,446 50,000 129,134 100,000 84226,681 8,423
13 6-8-2012 Halimeda pH Control M2-1 0,032 0,3115 50 160,51 100 40746 4,075
14 6-8-2012 Halimeda pH Control M2-2 0,078 0,3710 50 134,77 100 81899 8,190
15 6-8-2012 Halimeda pH Control M2-3 0,068 0,5157 50 96,96 100 51461 5,146
Average 0,059 0,399 50,000 130,747 100,000 58035,350 5,804
16 6-8-2012 Halimeda pH 5 M2-1 0,101 0,3370 50 148,37 10 11641 1,164
17 6-8-2012 Halimeda pH 5 M2-2 0,016 0,4095 50 122,10 100 15967 1,597
18 6-8-2012 Halimeda pH 5 M2-3 0,141 0,3671 50 136,20 10 14878 1,488
Average 0,086 0,371 50,000 135,557 40,000 14161,880 1,416
19 6-8-2012 Halimeda pH 6 M2-1 0,036 0,2771 50 180,44 100 51356 5,136
20 6-8-2012 Halimeda pH 6 M2-2 0,024 0,3265 50 153,14 100 29450 2,945
21 6-8-2012 Halimeda pH 6 M2-3 0,007 0,4381 50 114,13 100 7023 0,702
Average 0,022 0,347 50,000 149,236 100,000 29276,430 2,928
22 14-8-2012 Halimeda pH Control M3-1 0,018 0,2860 50 174,83 100 25551 2,555
23 14-8-2012 Halimeda pH Control M3-2 0,080 0,3812 50 131,16 100 81726 8,173
24 14-8-2012 Halimeda pH Control M3-3 0,111 0,5133 50 97,41 100 83922 8,392
Average 0,070 0,394 50,000 134,466 100,000 63732,877 6,373
25 14-8-2012 Halimeda pH 5 M3-1 0,187 0,3521 50 142,01 1 2054 0,205
26 14-8-2012 Halimeda pH 5 M3-2 0,117 0,2873 50 174,03 10 15797 1,580
27 14-8-2012 Halimeda pH 5 M3-3 0,153 0,3170 50 157,73 10 18685 1,868
Average 0,152 0,319 50,000 157,923 7,000 12178,447 1,218
28 14-8-2012 Halimeda pH 6 M3-1 0,030 0,3418 50 146,28 100 34883 3,488
29 14-8-2012 Halimeda pH 6 M3-2 0,016 0,2545 50 196,46 100 25691 2,569
30 14-8-2012 Halimeda pH 6 M3-3 0,031 0,3238 50 154,42 100 38010 3,801
Average 0,026 0,307 50,000 165,721 100,000 32861,589 3,286
31 23-8-2012 Halimeda pH Control M4-1 0,046 0,4903 50 101,98 100 36869 3,687
32 23-8-2012 Halimeda pH Control M4-2 0,103 0,4439 50 112,64 100 90110 9,011
33 23-8-2012 Halimeda pH Control M4-3 0,101 0,5501 50 90,89 100 71316 7,132
Average 0,083 0,495 50,000 101,836 100,000 66098,399 6,610
34 23-8-2012 Halimeda pH 5 M4-1 0,057 0,4165 50 120,05 100 53560 5,356
35 23-8-2012 Halimeda pH 5 M4-2 0,144 0,3920 50 127,55 10 14227 1,423
36 23-8-2012 Halimeda pH 5 M4-3 0,113 0,5167 50 96,77 10 8486 0,849
Average 0,105 0,442 50,000 114,789 40,000 25424,178 2,542
37 23-8-2012 Halimeda pH 6 M4-1 0,036 0,4692 50 106,56 100 30330 3,033
38 23-8-2012 Halimeda pH 6 M4-2 0,158 0,3276 50 152,63 10 18667 1,867
39 23-8-2012 Halimeda pH 6 M4-3 0,115 1,0480 50 47,71 100 42572 4,257
Average 0,103 0,615 50,000 102,300 70,000 30523,007 3,052
Lampiran 6. Rata-rata Konsentrasi Kalsium setiap perlakuan berdasarkan waktu pengamatan
Perlakuan Waktu Pengamatan
0 7 14 21 28
pH 5 3,589 5,923 1,416 1,218 2,542
pH 6 3,589 8,423 2,928 3,286 3,052
pH 8 3,589 4,391 5,804 6,373 6,610
Lampiran 7. Data suhu, oksigen terlarut, pH dan salinitas air media penelitian
Perlakuan Suhu
0 7 14 21 28
pH 5 (Ulangan 1) 29,1 31,1 30,4 30,9 30,4
pH 5 (Ulangan 2) 29,4 31,8 31,2 32,0 31,7
pH 5 (Ulangan 3) 29,4 31,5 31,0 32,1 31,6
pH 6 (Ulangan 1) 29,2 31,7 31,0 31,9 31,6
pH 6 (Ulangan 2) 29,2 31,5 31,2 32,1 31,9
pH 6 (Ulangan 3) 29,3 31,5 31,8 32,1 32,0
pH 8 (Ulangan 1) 28,5 29,8 30,2 30,9 30,0
pH 8 (Ulangan 2) 28,6 29,9 29,8 31,0 30,0
pH 8 (Ulangan 3) 28,9 30,5 30,4 30,9 30,4
Oksigen Terlarut
pH 5 (Ulangan 1) 6,24 6,43 6,24 6,36 6,54 pH 5 (Ulangan 2) 6,23 6,40 6,40 6,41 6,40 pH 5 (Ulangan 3) 6,30 6,33 6,28 6,20 6,20
pH 6 (Ulangan 1) 6,27 6,40 6,46 6,39 6,46
pH 6 (Ulangan 2) 6,27 6,45 6,58 6,53 6,31
pH 6 (Ulangan 3) 6,27 6,45 6,44 6,43 6,46 pH 8 (Ulangan 1) 6,31 6,68 6,70 6,70 6,74 pH 8 (Ulangan 2) 6,31 6,68 6,72 6,76 6,74 pH 8 (Ulangan 3) 6,20 6,68 6,64 6,80 6,76
pH
pH 5 (Ulangan 1) 8,05 5,02 5,03 5,03 5,03 pH 5 (Ulangan 2) 8,06 5,03 5,02 5,02 5,02 pH 5 (Ulangan 3) 8,04 5,02 5,03 5,03 5,02 pH 6 (Ulangan 1) 8,06 6,03 6,04 6,03 6,04 pH 6 (Ulangan 2) 8,06 6,02 6,03 6,03 6,03 pH 6 (Ulangan 3) 8,05 6,03 6,03 6,03 6,03 pH 8 (Ulangan 1) 8,06 8,04 8,04 8,03 8,04 pH 8 (Ulangan 2) 8,06 8,04 8,04 8,04 8,04 pH 8 (Ulangan 3) 8,06 8,05 8,04 8,04 8,04
Salinitas
pH 5 (Ulangan 1) 39,1 39,3 39,2 39,3 39,1 pH 5 (Ulangan 2) 39,1 39,8 39,4 39,6 39,4 pH 5 (Ulangan 3) 39,3 40,0 39,6 39,9 40,0 pH 6 (Ulangan 1) 39,7 40,0 39,8 40,0 40,0 pH 6 (Ulangan 2) 40,0 40,0 39,8 40,0 40,0 pH 6 (Ulangan 3) 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0 pH 8 (Ulangan 1) 38,6 38,8 39,0 38,6 39,0 pH 8 (Ulangan 2) 38,6 39,2 39,0 38,6 39,0 pH 8 (Ulangan 3) 38,9 39,3 39,2 39,0 39,1
Lampiran 8. Cara Kerja Atomic Absorption Spectrophotometer
1. Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu
ducting, main unit, dan komputer secara berurutan.
2. Di buka program saa (spectrum analyse specialist), kemudian muncul
perintah ”apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik
yes dan jika tidak no.
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor
lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik
setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling
atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan
dengan mudah.
4. Dipilih no jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
5. Pada program sas 3.0, dipilih menu select element and working
mode.dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada
symbol unsur yang diinginkan
6. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings.
Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ;
measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration :
ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu
menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
9. Pada menu measurements pilih measure sample.
10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian
dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan
yang sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.
12. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang,
dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan
lurus.
13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan
pengukuran.
14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
15. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon
print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
16. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk
membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan,
program pada komputer dimatikan, lalu main unit aas, kemudian
kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.
Lampiran 9. Analisis varians jumlah konsentrasi kalsium pada Halimeda sp
Case Processing Summary
pH
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Hari7 pH 8 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
pH 5 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
pH 6 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Hari14 pH 8 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
pH 5 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
pH 6 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Hari21 pH 8 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
pH 5 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
pH 6 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Hari28 pH 8 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
pH 5 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
pH 6 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Tests of Normality
pH
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Hari7 pH 8 .222 3 . .985 3 .769
pH 5 .194 3 . .996 3 .884
pH 6 .315 3 . .891 3 .356
Hari14 pH 8 .288 3 . .929 3 .484
pH 5 .292 3 . .924 3 .467
pH 6 .176 3 . 1.000 3 .987
Hari21 pH 8 .373 3 . .778 3 .063
pH 5 .325 3 . .875 3 .311
pH 6 .290 3 . .925 3 .472
Hari28 pH 8 .243 3 . .972 3 .679
pH 5 .343 3 . .844 3 .224
pH 6 .177 3 . 1.000 3 .973
Oneway
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Hari7 .452 2 6 .657
Hari14 2.371 2 6 .174
Hari21 8.367 2 6 .018
Hari28 1.323 2 6 .334
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
Hari7 pH 8 3 4.3910 3.67286 2.12053 -4.7329 13.5149 1.00 8.29
pH 5 3 5.9203 4.34595 2.50913 -4.8756 16.7163 1.73 10.41
pH 6 3 8.4213 5.49715 3.17378 -5.2343 22.0770 2.18 12.56
Total 9 6.2442 4.33055 1.44352 2.9155 9.5730 1.00 12.56
Hari1
4
pH 8 3 5.8037 2.13488 1.23257 .5003 11.1070 4.08 8.19
pH 5 3 1.4163 .22522 .13003 .8569 1.9758 1.16 1.60
pH 6 3 2.9277 2.21705 1.28001 -2.5798 8.4351 .70 5.14
Total 9 3.3826 2.47113 .82371 1.4831 5.2820 .70 8.19
Hari2
1
pH 8 3 6.3733 3.30859 1.91021 -1.8457 14.5923 2.56 8.39
pH 5 3 1.2177 .88874 .51311 -.9901 3.4254 .20 1.87
pH 6 3 3.2860 .64036 .36971 1.6953 4.8767 2.57 3.80
Total 9 3.6257 2.84350 .94783 1.4400 5.8114 .20 8.39
Hari2
8
pH 8 3 6.6100 2.70011 1.55891 -.0975 13.3175 3.69 9.01
pH 5 3 2.5427 2.45326 1.41639 -3.5516 8.6369 .85 5.36
pH 6 3 3.0523 1.19512 .69000 .0835 6.0212 1.87 4.26
Total 9 4.0683 2.71419 .90473 1.9820 6.1546 .85 9.01
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Hari7 Between Groups 24.837 2 12.419 .595 .581
Within Groups 125.192 6 20.865
Total 150.029 8
Hari14 Between Groups 29.804 2 14.902 4.694 .059
Within Groups 19.047 6 3.175
Total 48.852 8
Hari21 Between Groups 40.391 2 20.195 4.988 .053
Within Groups 24.293 6 4.049
Total 64.684 8
Hari28 Between Groups 29.460 2 14.730 2.998 .125
Within Groups 29.475 6 4.912
Total 58.935 8
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Tukey HSD
Depende
nt
Variable (I) pH (J) pH
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Hari7 pH 8 pH 5 -1.52933 3.72964 .913 -12.9729 9.9142
pH 6 -4.03033 3.72964 .559 -15.4739 7.4132
pH 5 pH 8 1.52933 3.72964 .913 -9.9142 12.9729
pH 6 -2.50100 3.72964 .788 -13.9445 8.9425
pH 6 pH 8 4.03033 3.72964 .559 -7.4132 15.4739
pH 5 2.50100 3.72964 .788 -8.9425 13.9445
Hari14 pH 8 pH 5 4.38733 1.45478 .053 -.0763 8.8510
pH 6 2.87600 1.45478 .199 -1.5877 7.3397
pH 5 pH 8 -4.38733 1.45478 .053 -8.8510 .0763
pH 6 -1.51133 1.45478 .582 -5.9750 2.9523
pH 6 pH 8 -2.87600 1.45478 .199 -7.3397 1.5877
pH 5 1.51133 1.45478 .582 -2.9523 5.9750
Hari21 pH 8 pH 5 5.15567* 1.64294 .046 .1147 10.1967
pH 6 3.08733 1.64294 .225 -1.9537 8.1283
pH 5 pH 8 -5.15567* 1.64294 .046 -10.1967 -.1147
pH 6 -2.06833 1.64294 .466 -7.1093 2.9727
pH 6 pH 8 -3.08733 1.64294 .225 -8.1283 1.9537
pH 5 2.06833 1.64294 .466 -2.9727 7.1093
Hari28 pH 8 pH 5 4.06733 1.80969 .141 -1.4853 9.6200
pH 6 3.55767 1.80969 .201 -1.9950 9.1103
pH 5 pH 8 -4.06733 1.80969 .141 -9.6200 1.4853
pH 6 -.50967 1.80969 .958 -6.0623 5.0430
pH 6 pH 8 -3.55767 1.80969 .201 -9.1103 1.9950
pH 5 .50967 1.80969 .958 -5.0430 6.0623
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 10. Analisis varians laju pertumbuhan pada Halimeda sp
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Hari7 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%
Hari14 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%
Hari21 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%
Hari28 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Hari7 .234 9 .167 .946 9 .648
Hari14 .247 9 .121 .926 9 .447
Hari21 .204 9 .200* .882 9 .163
Hari28 .224 9 .200* .888 9 .191
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Oneway
Descriptives
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
Hari
7
pH 8 3 .3700 .06557 .03786 .2071 .5329 .31 .44
pH 5 3 .3400 .02000 .01155 .2903 .3897 .32 .36
pH 6 3 .3533 .07024 .04055 .1789 .5278 .28 .42
Total 9 .3544 .05077 .01692 .3154 .3935 .28 .44
Hari
14
pH 8 3 .4200 .08718 .05033 .2034 .6366 .36 .52
pH 5 3 .3367 .02887 .01667 .2650 .4084 .32 .37
pH 6 3 .3667 .08083 .04667 .1659 .5675 .28 .44
Total 9 .3744 .07126 .02375 .3197 .4292 .28 .52
Hari
21
pH 8 3 .3633 .05859 .03383 .2178 .5089 .32 .43
pH 5 3 .2833 .02517 .01453 .2208 .3458 .26 .31
pH 6 3 .2833 .03512 .02028 .1961 .3706 .25 .32
Total 9 .3100 .05408 .01803 .2684 .3516 .25 .43
Hari
28
pH 8 3 .7733 .06807 .03930 .6042 .9424 .72 .85
pH 5 3 .6100 .01732 .01000 .5670 .6530 .60 .63
pH 6 3 .7133 .08083 .04667 .5125 .9141 .62 .76
Total 9 .6989 .08937 .02979 .6302 .7676 .60 .85
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Hari7 1.420 2 6 .313
Hari14 1.951 2 6 .223
Hari21 1.793 2 6 .245
Hari28 4.010 2 6 .078
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Hari7 Between Groups .001 2 .001 .211 .815
Within Groups .019 6 .003
Total .021 8
Hari14 Between Groups .011 2 .005 1.071 .400
Within Groups .030 6 .005
Total .041 8
Hari21 Between Groups .013 2 .006 3.623 .093
Within Groups .011 6 .002
Total .023 8
Hari28 Between Groups .041 2 .020 5.358 .046
Within Groups .023 6 .004
Total .064 8
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Tukey HSD
Depende
nt
Variable (I) pH (J) pH
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Hari7 pH 8 pH 5 .03000 .04627 .800 -.1120 .1720
pH 6 .01667 .04627 .932 -.1253 .1586
pH 5 pH 8 -.03000 .04627 .800 -.1720 .1120
pH 6 -.01333 .04627 .956 -.1553 .1286
pH 6 pH 8 -.01667 .04627 .932 -.1586 .1253
pH 5 .01333 .04627 .956 -.1286 .1553
Hari14 pH 8 pH 5 .08333 .05767 .379 -.0936 .2603
pH 6 .05333 .05767 .646 -.1236 .2303
pH 5 pH 8 -.08333 .05767 .379 -.2603 .0936
pH 6 -.03000 .05767 .865 -.2069 .1469
pH 6 pH 8 -.05333 .05767 .646 -.2303 .1236
pH 5 .03000 .05767 .865 -.1469 .2069
Hari21 pH 8 pH 5 .08000 .03432 .127 -.0253 .1853
pH 6 .08000 .03432 .127 -.0253 .1853
pH 5 pH 8 -.08000 .03432 .127 -.1853 .0253
pH 6 .00000 .03432 1.000 -.1053 .1053
pH 6 pH 8 -.08000 .03432 .127 -.1853 .0253
pH 5 .00000 .03432 1.000 -.1053 .1053
Hari28 pH 8 pH 5 .16333* .05048 .041 .0084 .3182
pH 6 .06000 .05048 .501 -.0949 .2149
pH 5 pH 8 -.16333* .05048 .041 -.3182 -.0084
pH 6 -.10333 .05048 .182 -.2582 .0516
pH 6 pH 8 -.06000 .05048 .501 -.2149 .0949
pH 5 .10333 .05048 .182 -.0516 .2582
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.