Pengaruh Cina Terhadap Intensitas Sengketa Perairan Indus...

20
1047 Pengaruh Cina Terhadap Intensitas Sengketa Perairan Indus India-Pakistan Tahun 2008-2014 Eka Dewi Agustiningsih– 071012083 Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga ABSTRACT Peningkatan isu sengketa penggunaan Perairan Indus dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perubahan iklim, peningkatan populasi penduduk, dan peningkatan aktifitas produksi agrikultural menyebabkan peningkatan permintaan air bagi kedua negara. Sebagai hegemon regional India sangat mempengaruhi dan menentukan pola interaksi antar riparian yang berdampak pada perubahan intensitas sengketa. Namun keadaan kekuatan asimetris antar riparian selalu bersifat dinamis. Sebagai negara riparian lemah, Pakistan dapat meningkatkan posisi tawarnya melalui keterlibatan aktor eksternal.Hal tersebut ternyata dapat mengubah dinamika internal posisi tawar Pakistan yang berdampak pada peningkatan kerjasama antara India-Pakistan dalam sengketa perairan Indus yang berada pada situasi kompleksitas hidropolitik. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan hydropolitical security complex, hydro-hegemony, dan water rationality theory dalam menjelaskan hubungan antara pengaruh dukungan aktor eksternal terhadap intensitas sengketa antara India dan Pakistan pada tahun 2008 hingga 2014. Kata-kata Kunci: Indus Water Treaty, hydro-hegemon, kekuatan asimetris, intensitas sengketa, intensitas kerjasama, keterlibatan aktor eksternal. Increasing issue of Indus Water’s dispute influenced by many factors such as climate change, increase of population, and increase of agricultural production activities lead to increase the demand for water from both countries. As a regional hegemon India actions strongly affect and determine the pattern of interaction between riparians which impact on the intensity of dispute. However, the nature of asymmetric power between riparians always dynamic. As a weak riparian, Pakistan can improve his bargaining power through the involvement of external actor. It apparently be able to change the internal dynamics of Pakistan’s bargaining power which impact on improvement cooperation between India and Pakistan in Indus water dispute at the hidropolitical complexes. In this study, reseacher use hydropolitical security complex, hydro-hegemony, and water rationality theory to explain the relation between involvement external actor toward dispute’s intensity India and Pakistan 2008-2014. Keywords: Indus Water Treaty, hydro-hegemon, asymmetric power, dispute intensity, cooperation intensity, involvement of external actor.

Transcript of Pengaruh Cina Terhadap Intensitas Sengketa Perairan Indus...

1047

Pengaruh Cina Terhadap Intensitas SengketaPerairan Indus India-Pakistan Tahun 2008-2014

Eka Dewi Agustiningsih– 071012083

Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga

ABSTRACT

Peningkatan isu sengketa penggunaan Perairan Indus dipengaruhi olehbeberapa faktor seperti perubahan iklim, peningkatan populasi penduduk,dan peningkatan aktifitas produksi agrikultural menyebabkan peningkatanpermintaan air bagi kedua negara. Sebagai hegemon regional India sangatmempengaruhi dan menentukan pola interaksi antar riparian yangberdampak pada perubahan intensitas sengketa. Namun keadaan kekuatanasimetris antar riparian selalu bersifat dinamis. Sebagai negara riparianlemah, Pakistan dapat meningkatkan posisi tawarnya melalui keterlibatanaktor eksternal.Hal tersebut ternyata dapat mengubah dinamika internalposisi tawar Pakistan yang berdampak pada peningkatan kerjasama antaraIndia-Pakistan dalam sengketa perairan Indus yang berada pada situasikompleksitas hidropolitik. Pada penelitian ini, peneliti menggunakanhydropolitical security complex, hydro-hegemony, dan water rationalitytheory dalam menjelaskan hubungan antara pengaruh dukungan aktoreksternal terhadap intensitas sengketa antara India dan Pakistan pada tahun2008 hingga 2014.

Kata-kata Kunci: Indus Water Treaty, hydro-hegemon, kekuatan asimetris,intensitas sengketa, intensitas kerjasama, keterlibatan aktor eksternal.

Increasing issue of Indus Water’s dispute influenced by many factors such asclimate change, increase of population, and increase of agriculturalproduction activities lead to increase the demand for water from bothcountries. As a regional hegemon India actions strongly affect and determinethe pattern of interaction between riparians which impact on the intensity ofdispute. However, the nature of asymmetric power between riparians alwaysdynamic. As a weak riparian, Pakistan can improve his bargaining powerthrough the involvement of external actor. It apparently be able to change theinternal dynamics of Pakistan’s bargaining power which impact onimprovement cooperation between India and Pakistan in Indus water disputeat the hidropolitical complexes. In this study, reseacher use hydropoliticalsecurity complex, hydro-hegemony, and water rationality theory to explainthe relation between involvement external actor toward dispute’s intensityIndia and Pakistan 2008-2014.

Keywords: Indus Water Treaty, hydro-hegemon, asymmetric power, disputeintensity, cooperation intensity, involvement of external actor.

Eka Dewi Agustiningsih

1048 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Sengketa perairan Indus telah ada sejak abad 19 dalam sub-kontinen India yangdapat terselesaikan oleh Pemerintah Inggris melalui arbitrasi Komisi Andersontahun 1935. Kemudian terulang kembali karena peningkatan permintaan airuntuk irigasi namun dapat terselesaikan lagi dalam Komisi Rao tahun 1942(Barret 1994). Pada 1 April 1948 sengketa tersebut muncul kembali ketika Indiamenghentikan semua saluran irigasi Pakistan sebesar 1,6 juta hektar melaluiperbatasan India-Pakistan dan menuntut Pakistan mengakui klaim India atashak milik perairan Punjab, India. Peperangan hampir terjadi ketika Indiamenolak proposal yang diajukan Pakistan mengenai permintaan arbitrasi netral.Hingga akhirnya manajemen sengketa perairan Indus antara India dan Pakistanterselesaikan dengan bantuan mediator W.A.B Illif, Bank Dunia yang tertuangdalam Indus Water Treaty 1960. Namun esensi dasar perjanjian tersebut adalahpembagian penggunaan air yakni aliran sungai Indus, Jehlum,dan Chenabmenjadi bagian Pakistan, sedangkan aliran sungai Ravi, Beas, dan Sultlejmenjadi bagian India (IDSA 2010, 40).

Dalam Indus Water Treaty 1960 terdapat beberapa kategori penggunaan airantara lain penggunaan domestik, penggunaan non-konsumtif, penggunaanagrikultural, dan penggunaan hidro-elektrik. Pada pasal tambahan C pasal III2d ayat 9 melegalkan adanya penggunaan agrikultural dan penggunaanhidro-elektrik (PLTA) bagi Pakistan di setiap tributari Jhelum, dengan syaratsetiap ada penggunaan agrikultural oleh India tidak boleh mempengaruhikapasitas aliran air di setiap tributari Sungai Jhelum yang terdapat penggunaanagrikultural dan penggunaan hidro-elektrik (PLTA) olehPakistan(http://siteresources.worldbank.org/INTSOUTHASIA/Resources/223497-1105737253588/IndusWatersTreaty1960.pdf 9 September 2013).

Perdebatan yang sering muncul setelah terbentuknya perjanjian diatas adalahmengenai alokasi air yang terkait dengan pembangunan bendungan yang dapatmengurangi pasokan air kepada salah satu riparian. Peningkatan permintaanenergi air untuk produktifitas ekonomi dan sosial serta dampak perubahaniklim, mendorong India membangun banyak bendungan pada sungai sebelahbarat. Pembangunan bendungan India telah menuai perdebatan dari pihakPakistan salah satunya adalah proyek Kishanganga 330 MW. ProyekKishanganga merupakan proyek PLTA pengalihan air untuk mengalirkan airdari Sungai Kishanganga (Sungai Neelum di Pakistan) melalui saluransepanjang 24 km untuk memproduksi tenaga hingga aliran air tersebutbergabung dalam Wullar Barrage setelah melalui Sungai Jhelum dekatMuzaffarabad hingga menuju wilayah kependudukan India di Kashmir.Pengalihan air tersebut tidak sesuai dengan pasal tambahan D ayat 15 (3) yangtidak mengijinkan adanya pengalihan air dalam cabang tributari sungai yangterdapat penggunaan agrikultural dan hidro-elektrik Pakistan(http://siteresources.worldbank.org/INTSOUTHASIA/Resources/223497-1105737253588/IndusWatersTreaty1960.pdf 9 September 2013).

Berdasarkan pendapat Menteri Sumber Daya dan Minyak Khaqan Abbasi atasnama Menteri Air dan Tenaga mengatakan kepada senat bahwa proyekKishanganga akan mengurangi aliran air pada sungai Neelum sebesar 21 persen

Pengaruh Cina Terhadap Intensitas Sengketa Perairan Indus India-PakistanTahun 2008-2014

Jurnal Analisis HI, September 2014 1049

(Ali Shah dalam ISSRA 2011, 11) dan berdampak langsung pada kurangnyapenghasilan energi listrik proyek Neelum-Jhelum 969MW (terletak diwilayahPakistan occupied Kashmir)sebesar 13 persen atau setara dengan 700 juta unitlistrik (http://www.authintmail.com/article/kashmir/kishanganga-will-cause-13-drop-pakistans-hydroelectricity-generation.htm 14Januari 2014). Proyek yang berada dibawah pengawasan Water and PowerDevelopment Authorities (WAPDA) dapat mengalirkan listrik sebanyak 5,15milyar unit listrik pertahun dan memainkan peran penting dalampemgembangan perekonomian Pakistan (Xu 2013). Berdasarkan ketetapanPerjanjian Perairan Indus hak atas penyimpanan air akan diperoleh bagi salahsatu pihak yang lebih awal menyelesaikan pembangunan bendungan. Olehsebab itu proyek Neelum-Jhelum memiliki nilai strategis bagi Pakistan dalammemperoleh hak aliran air sesuai perjanjian Indus 1960.

Sebagai upaya dalam memperoleh alternatif dana tambahan agar dapatmenyelesaikan bendungan tepat waktu tanpa melalui proses tender yangkompetitif, Pakistan mengajukan proposal bantuan kepada Cina. Setelahbeberapa kali terjadi penundaan oleh pihak Cina karena ketidakmungkinanmembangun bendungan dengan resiko geografis yaitu lempeng bumi yang aktif.Pada bulan 19 Desember 2007 perusahaan konsorsium milik negara CinaGezhouba Group and China National Machinery Import and Export Corporation(CGGC-CMEC) dan pihak Pakistan menandatangani perjanjian konstruksi(Construction Agreement) dengan bantuan sebesar US$ 448 juta dalam bentukmekanisme pembiayaan buyer’s of credit (Skinner 2005, 292). Sedangkan suratmulai konstruksi (Leter of Commencement) baru dikeluarkan pada 20 Januari2008. Sebulan setelahnya, tepatnya tanggal 9 Februari 2008 Presiden Pakistanmeresmikan pembangunan proyek Neelum Jhelum kepada WAPDA yang telahdiberikan kontrak konstruksi oleh perusahaan konsorsium Cina, CCGS-CMEC(Ali Shah dalam ISSRA 2011, 11). Pada tahun 2009, Presiden Ali Asif Ali Zardariberkunjung ke Cina untuk menandatangani kesepakatan (MoU) kolaborasipembangunan beberapa proyek antara WAPDA dan Three Gorges ProjectCooperation (TGPC). Perusahaan Cina, International Water and ElectricCorporation (CIW&EC) juga terlibat dalam mengerjakan pembangunanjembatan diatas Sungai Jhelum pada area yang sama. Setahun berikutnya,tepatnya pada pada bulan Juli 2013, pejabat perusahaan Cina CGGC dengan timPakistan mengadakan pertemuan di Beijing untuk menetapkan penambahanjumlah tenaga kerja agar proyek Neelum-Jhelum dapat diselesaikan lebih awalsebelum waktu yang telah ditentukan (Singh dalam Gupta 2013, 112).

Walaupun prosentase dana bantuan dan jasa yang diberikan tidak besar dankurang cukup dalam menyelesaikan semua kebutuhan proyek, namunketerlibatan Cina terhadap pengembangan infrastruktur air Pakistan danproyek-proyek lainnya dapat menyebabkan kemungkinan terjadi peningkatanintensitas konfliktual dalam dinamika hubungan India-Pakistan. Hal tersebutdapat terwujud dengan mudah dan cepat, terutama didukung adanya faktabahwa terdapat hubungan sengketa antara India-Cina mengenai penggunaandan perbatasan perairan Gangga-Brahmaputra-Meghna (IDSA 2010, 16). Selainitu, jika dilihat dari sisi historis Cina merupakan mitra lama Pakistan yangmenjadi pemasok senjata dan kekuatan militer lainnya dalam sejarah perangIndia-Pakistan. Dengan melihat beberapa fakta diatas dan bentuk keterlibatan

Eka Dewi Agustiningsih

1050 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Cina terhadap pengembangan proyek infrastruktur air di PoK dalam kontekssengketa perairan Indus, peningkatan intensitas konfliktual antaraIndia-Pakistan yang dapat mengancam stabilitas keamanan dikawasan AsiaSelatan kemungkinan besar pasti terjadi. Khususnya apabila sengketa perairanIndus dapat saling berinteraksi dan berkorelasi dengan isu lain yang salingmempengaruhi interaksi sengketa satu sama lain.

Hydro-hegemony, Hydropolitical Complexes, dan Rasionalitas Air

Sebagai upaya untuk mengetahui perubahan intensitas sengketa perairan Industahun 2008-2014 setelah ada keterlibatan Cina sebagai aktor eksternal, makapenulis menggunakan tiga kerangka teori berikut. Pertama, hydro-hegemonymerupakan tingkat spesifik dalam menganalisis sengketa air antar negarariparian. Dalam konsep ini terdapat dua sudut pandang teoritis yaitu skalaintensitas konflik air; intensitas konfliktual dan intensitas kerjasama (Yoffe2001, 71) dan kekuatan asimetris yang diukur berdasarkan pilar hidrohegemon(meliputi posisi riparian, tiga dimensi kekuatan, dan potensi eksploitasi) (Lukesdalam Warner 2006). Sebagai riparian lemah dapat melakukan strategi counterhegemony yakni memperkuat dimensi kekuatan kedua, posisi tawar yangmeliputi de-sekuritisasi, perkembangan perekonomian, sumber pendanaanalternatif, mengadakan negosiasi dan membangun hasil hasil yang positif(Zeitoun dan Warner 2006, 454).

Kedua, hydropolitical complexes yang dikembangkan oleh Allan dan Turtonyang berada dalam struktur situasi sama dengan hydropolitical securitycomplex (HSC), namun berada diantara kondisi kerjasama dan kompetisidengan adanya campur tangan atau keterlibatan aktor eksternal (Allan danTurton dalam Khrisna-Hensel 2012, 152). Pengaruh keterlibatan aktor eksternaldiukur melalui peningkatan total dagang dan bantuan, penyediaan danaalternatif, dan transfer teknologi diharapkan dapat dinamika kekuatan internalriparian lemah dalam hubungan kekuatan asimetris sehingga mengurangidominasi riparian kuat dan mempromosikan peningkatan kerjasama (Kehl 2011,230). Ketiga, Teori Rasionalitas Air juga menganjurkan pihak bersengketa agarbekerjasama untuk menghindari water wars (peperangan air) demi keamanansuplai air jangka panjang. Adanya pihak ketiga seharusnya dapat membangunkerjasama pada pihak bersengketa, namun kerjasama ini tergantung padapemahaman dan persepsi pihak ketiga terhadap sengketa yang terjadi.

Apabila berdasarkan ketiga kerangka teori diatas maka dapat ditarik sebuahhipotesis bahwa keterlibatan Cina sebagai aktor eksternal dalam kondisikekuatan asimetris pada sengketa Perairan Indus dapat mempengaruhidinamika internal posisi tawar Pakistan melalui penyediaan dana alternatifuntuk pengembangan infrastruktur air Pakistan. Hal tersebut berpengaruhterhadap perubahan intensitas konfliktual dan intensitas kerjasama antaraIndia dan Pakistan dengan pertimbangan rasionalitas kedua negara dalammenghindari peperangan air untuk keamanan akses suplai air jangka panjang.Pada penjelasan selanjutnya, penulis memaparkan bukti yang mendukunghipotesis berdasarkan ketiga kerangka teori diatas.

Pengaruh Cina Terhadap Intensitas Sengketa Perairan Indus India-PakistanTahun 2008-2014

Jurnal Analisis HI, September 2014 1051

Asimetris Kekuatan pada Riparian Indus

Kondisi kekuatan asimetris antara India dan Pakistan diukur menggunakanpilar hidro-hegemon. Pertama, posisi riparian. Berdasarkan keuntungangeografis tersebut India sebagai riparian hulu mendapat keunggulan strategisdalam mengontrol dan mengatur aliran air Pakistan (Spykman dan Rollinsdalam Petheram 2010, 34) sehingga kemungkinan besar mampu mengubahPunjab Barat sebagai tulang punggung pertanian Pakistan menjadi gurun pasir(Mandel dalam Anonim, 12). Saat ini, India memiliki kapasitas penyimpanansebesar 17 MAF dan 12700 MW pada setiap tributari sungai sebelah timur,sedangkan Pakistan hanya mampu membangun pembangkit listrik sebesar 6717MW (Abbasi 2012, 11).

Kedua, tiga dimensi kekuatan meliputi kapasitas struktural, posisi tawar,kekuatan ideasional. Kapasitas struktural diukur melalui kekuatan ekonomi,militer, dan dukungan internasional. Angka pertumbuhan ekonomi India masihcukup jauh diatas pertumbuhan ekonomi Pakistan. Hal ini dapat dilihat dariselisih PDB India sebesar 1,21 persen atau 6/5 dari PDB Pakistan pada akhir2 0 1 3(https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/fields/2012.html 23 Maret 2014). Kekuatan militer Pakistan hanya sekitar sepertiga darikekuatan militer India http://milexdata.sipri.org/ result.php4;h t t p : / / w w w . g l o b a l f i r e p o w e r . c o m /countries-comparison-detail.asp?form=form&country1=I ndia& country2=Pakistan& Submit=Compare+Countries 14 April 2014). Senjata nuklir yangsedang dikembangkan oleh Pakistan mampu membuat Pakistan terus bertahandalam permainan konflik dengan India, sebagaimana pendapat Perkovichberikut “Nuclear weapons give Pakistan the capacity to stay in the game, tocontinue to pop up and grab India by the dhoti” (Perkovich dalam Anonim, 13).Negara-negara kuat dan maju didunia memandang India sebagai suatu negaradengan kekuatan ekonomi terbesar ketiga di Asia yang seharusnya terusbermain dibidang ekonomi, sedangkan Pakistan sebagai negara yang harusmemainkan peranannya dalam melawan terorisme (Anonim, 14). Kemitraanpertahanan strategis antara India dan Rusia telah menjadi konstituen utamadalam kebijakan luar negeri India pada pemerintahan Singh. Rusia sangatpenting dalam menjaga keseimbangan geopolitik Asia, tidak hanya itu Singhmengakui bahwa Rusia menjadi pendorong Kebijakan ‘Look East’ India(Anonim, 14). Pakistan menjadikan Cina sebagai mitra diplomatik Pakistan.Menurut Hussain “friendship with China is the most important pillar of ourforeign policy and security policy”(http://thediplomat.com/2014/02/china-pakistan-flesh-out-new-economic-corridor/ 3 Maret 2014).

Posisi Tawar India lebih besar daripada Pakistan karena apabila didasarkanpada keutungan letak geografis dan kapasitas struktural India, membuka jalanlebar bagi India dalam melakukan tindakan apapun terhadap alokasi aliran airke Pakistan dan membuat Pakistan mematuhi segala agenda dan aturanpermainan India. Kekuatan Ideasional India mengikuti Harmone Doctrine yaitukepemilikan air secara eksklusif oleh satu riparian yaitu riparian hulu atau

Eka Dewi Agustiningsih

1052 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

dengan kata lain doktrin tersebut memberikan ‘Kedaulatan Teritorial Mutlak’kepada riparian hulu (Tajammal dalam Anonim, 15). Pakistan memandangbahwa pembangunan bendungan Uri Todiam, Kishanganga, Salal, Wullar,Tulbul, Baglihar, dan bendungan lainnya pada sisi sungai yang mengalir untukPakistan menunjukkan niat India untuk mengendalikan aliran air Pakistan(Khanzada dalam Anonim, 21). Sedangkan India menganggap bahwa Pakistandapat menggunakan isu peperangan sebagai strategi untuk mengalihkan isuterorisme dan menarik simpati dukungan internasional dalam mendukungusahanya terhadap Kashmir(http://www.idsa.in/idsastrategiccomments/IndusWaterTreaty_AGupta_300109 10 Januari 2014).

Ketiga, potensi eksploitasi. India memiliki kapasitas teknik lebih besar dalammembuat bendungan dengan jumlah bendungan saat ini sebanyak 5102,sehingga membawa India menjadi negara ketiga terbesar setelah Amerikadengan jumlah bendungan 9265 dan Cina dengan jumlah bendungan 5191(http://www.icold-cigb.org/GB/World_register/ general_synthesis.asp?IDA=206 22 Maret 2014). Sedangkan Pakistan berada pada posisi 28negara dengan jumlah bendungan hanya sebesar 154( h t t p : / / w w w . i c o l d - c i g b . o r g / G B / W o r l d _ r e g i s t e r /general_synthesis.asp?IDA=206 22 Maret 2014).

Dengan melihat hasil kekuatan asimetris antara India sebagai hidro-hegemondan Pakistan sebagai riparian lemah, kemungkinan besar terjadi peningkatankonflik dan rentan campur tangan pihak eksternal untuk menciptakan kondisiperimbangan kekuatan (Kehl 2011, 227-8). Apabila riparian lemahmendapatkan dukungan aktor eksternal yang mampu menyediakan insentifbantuan yang mempromosikan kerjasama, maka hidrohegemon memilih untukmenggunakan proses negosiasi yang kooperatif dan kebijakan penggunaan airbersama yang lebih merata.

Latar Belakang Keterlibatan Cina: Peran, Motif, Persepsi

Dampak modernisasi dan industrialisasi menyebabkan Cina kekurangan suplaiair bersih. Pemerintah mengakui bahwa permasalahan air menjadi ‘chokingpoint’ bagi perkembangan ekonomi (http://chinawaterrisk.org/resources/analysis-reviews/government-issues-stark-warning/ 5 November 2013).Pemerintahan Cina mendorong perusahaan-perusahaannya untuk pergi keluarmencari sumber daya dengan menawarkan investasi berupa pinjaman yangdiberikan perusahaan Cina dalam membantu pembangunan bendungan.Kebijakan luar negeri Cina tersebut tercantum dalam kebijakan ‘Going Global’.Dampak dari kebijakan Cina diatas, telah mengantarkan Cina sebagaipembangun terbesar dan penyedia dana pembangunan bendungan global. Kebangkitan ekonomi Cina yang belum pernah terjadi sebelumnya membuatnyamenjadi bangsa yang lapar sumber daya dan energi. Wilayah sengketakependudukan Pakistan pada Kashmir (PoK) merupakan tempat yang kayaakan sumber daya alam khususnya air dan mineral. Kehadiran Cina di PoKdapat diintepretasi bahwa Cina ingin mendapatkan manfaat sumber daya alamPoK untuk kebutuhan peningkatan perekonomian Cina. Dalam konteks

Pengaruh Cina Terhadap Intensitas Sengketa Perairan Indus India-PakistanTahun 2008-2014

Jurnal Analisis HI, September 2014 1053

sengketa perairan Indus dapat diidentifikasi bahwa Cina memiliki dua perananyaitu peran sebagai pengembang infrastruktur dan peran persuasif yang dapatmempengaruhi perubahan intensitas konfliktual dan intensitas kerjasamaantara India-Pakistan pada sengketa perairan Indus.

Sebagai pengembang infrastruktur, Cina didorong oleh motif impor pasokan airdalam bentuk virtual (virtual water import) yaitu bahan keperluan pertanianatau bahan keperluan industri lainnya yang kurang bisa diproduksi secaramaksimal di dataran Cina. Cina membutuhkan serat kapas, kain katun danbenang katun dari negara Pakistan (Qiang 2013). Selain itu, dengan membantupengembangan infrastruktur air di Pakistan memungkinkan perusahaan Cinamendapatkan pangsa pasar murah untuk akses minyak, mineral, bijih tembagadari proyek Copper-Gold Saindak, proyek Lead-Zinc Duddar, dan proyekBatubara Thar&Badin yang diakses secara mudah, cepat, dan aman melaluiGwaddar dan highway Karakoram (Anonim 2008, 6) yang menghubungkanlangsung Xinjiang ke Lautan Hindia tanpa terinterupsi oleh basis militerAmerika Serikat dan India dibawah otoritas wilayah Proliferation SecurityInitiative (Siddique 2014, 19).

Sedangkan peran persuasif Beijing dalam mendorong proses perdamaianIndia-Pakistan masih terus berlanjut. Cina menyambut baik peningkatanhubungan antara India dan Pakistan, karena menjadi suatu hal vital terhadapperdamaian, stabilitas, dan perkembangan regional(http://www.thehindu.com/news/international/world/china-welcomes-indiapakistan-dgmos-meet/article5474556.ece.htm 12 Mei 2014). Pakistan menghargaimodel pendekatan India-Cina yang mengutamakan win-win solution. Sebagaiaktor eksternal, Cina menganjurkan Pakistan untuk mengembangkanperekonomiannya dengan mempercepat hubungan baik meliputi hubungandagang dengan India (Curtiz dan Scissors dalam Siddique 2014, 22). Pihak Cinapercaya bahwa sengketa yang terjadi antara India-Pakistan (baik sengketaKashmir maupun sengketa perairan Indus) dapat terselesaikan atau teredammelalui pengejaran kepentingan yang bersifat komersil. Perdana menteri YousufRaza Gilani mengatakan bahwa pembukaan perdagangan dengan India akanmembantu membawa stabilitas kawasan sebagaimana Cina telah menasehatiPakistan untuk mempromosikan hubungan perdagangan dengan India(http://www.businessinsider.com/india-pakistan-china-model-2012-4?IR=T&12 Mei 2014). “Sebagai negara tetangga sekaligus teman dari Pakistan dan India,Cina akan seperti sebagaimana selalu terjadi, yaitu mendukung Pakistan danIndia secara tepat dalam menyelesaikan sengketa secara relevan melalui dialogd a m a i . ”(http://www.thehindu.com/news/international/world/china-welcomes-indiapakistan-dgmos-meet/article5474556.ece.htm 12 Mei 2014). Pejabat Cinamenekankan bahwa kedekatan Cina dengan Pakistan tidak diarahkan padapihak ketiga selama dekade terakhir, karena Beijing juga ingin meningkatkanhubungan dengan India baik dibidang strategis maupun bidang komersial(http://www.thehindu.com/news/international/world/china-welcomes-indiapakistan-dgmos-meet/article5474556.ece.htm 12 Mei 2014).

Sebagai negara pembangun dam terbesar, Cina memiliki komitmen untuk tidakturut mencampuri urusan internal dan eksternal negara yang bersangkutan

Eka Dewi Agustiningsih

1054 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

(Anonim 2008). Negara Cina telah menyampaikan kepada India bahwa ia tidakberperan sebagai pemecah dalam hubungan India-Pakistan begitu pula dalamupaya memainkan peran sebagai mediator pada sengketa India-Pakistan. Dalamkonteks isu terkait yang lebih besar, sebagaimana yang dikatakan oleh SunWeidong, pejabat kementrian Luar Negeri Cina bahwa aktifitas Cina dalampengembangan ekonomi pada wilayah kependudukan Pakistan di Kashmirbukan berarti bahwa Cina turut meratifikasi klaim Pakistan atas wilayahKashmir tersebut (Gupta dalam Das 2013, 43). Ia menegaskan pula bahwasengketa itu antara India dan Pakistan, sehingga setiap kali muncul sengketaatau ketegangan, Cina tidak akan turut mengadili (Gupta dalam Das 2013, 43).Hal ini dapat diintepretasikan bahwa Cina memandang keterlibatannya dalampembangunan infrastruktur semua proyek di Pakistan tanpa prasangka(pandangan atau persepsi) apapun terhadap sengketa India-Pakistan (Guptadalam Das 2013, 43). Beijing sedang mencari perspektif baru untuk membangunkedekatan hubungan antara Cina-India-Pakistan. Usaha Beijing dalammemperkuat hubungan dengan kedua negara tidak harus dilihat dengankecurigaan dan kecenderungan ini didasarkan perspektif kebijakan Cinadibawah Kebijakan 12 Rencana Lima Tahun(http://www.rediff.com/news/slide-show/slide-show-1-China-India-Pak-ties-require-new-perspective/20110624.htm#1 12 Mei 2014).

Pengaruh Keterlibatan Cina dalam Meningkatkan Posisi TawarPakistan

Pengaruh keterlibatan Cina meningkatkan posisi tawar Pakistan melalui duaindikator berikut. Pertama, total dagang dan bantuan Cina terhadap Pakistandari tahun 2001-2007 dan 2008-2014. Cina merupakan partner dagangkeempat terbesar, tempat impor kedua terbesar, dan pasar ekspor ketujuhterbesar di Pakistan (Wang 2013). Ekspor utama Cina ke Pakistan meliputiproduk teknologi tinggi, kimia, plastik, furnitur atau sejenis properti rumahlainnya. Sedangkan ekspor utama Pakistan ke Cina antara lain kapas, tekstil,produk akuatik, kulit, dan sebagainya (Wang 2013). Pada tahun 2004, Pakistanmemberikan status Free Market Economy untuk Cina (Rahman 2011, 3).Sebagian besar Pakistan mengekspor barang mentah ke Cina seperti kapas,tembaga, dan krom yang lebih bernilai tinggi daripada barang manufakturekspor Cina. Prosentase jumlah ekspor Cina ke Pakistan mencapai lebih 20persen dari impornya. Sedangkan ekspor Pakistan ke Cina hanya sebesar 0,13persen dari impor Cina (Maken 2011).

Namun kenyataan yang terjadi dari perdagangan bilateral ini hanya lebihmenguntungkan pihak Cina dengan kata lain Cina mengalami peningkatanekspor yang signifikan sedangkan Pakistan mengalami kebanjiran produk imporCina (Maken 2011). Untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan,Pakistan berusaha mempengaruhi Cina untuk berinvestasi pada sektorindustrial baik publik maupun privat. Namun hal tersebut tidak membawakemajauan yang signifikan, sebab ada ketidaksamaan pertumbuhan danperkembangan industri secara teknis dimana Cina memiliki kapabilitasproduksi manufaktur beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan Pakistan.Perkembangan yang cukup signifikan pada total volume perdagangan antara

Pengaruh Cina Terhadap Intensitas Sengketa Perairan Indus India-PakistanTahun 2008-2014

Jurnal Analisis HI, September 2014 1055

kedua negara terjadi setelah penandatangan China-Pakistan Free TradeAgreement (CPFTA) pada tanggal 24 November 2006 yang secara efektifberlaku mulai 1 Juli 2007 (Yusuf 2013). Cina dan Pakistan jugamengembangkan zona ekonomi di Pakistan, dimana Pakistan harusmenyediakan beragam insentif proyek yang menerima setidaknya 40 persendana dari investor (Sahoo 2012, 19-20). Untuk mendukung kegiatan tersebut,maka harus ada pengurangan tarif untuk barang yang diproduksi di zonaekonomi (Sahoo 2012, 21).

Usaha dalam memperkuatperdagangan hinggabeberapa tahun kedepan,Cina dan Pakistanmenandatangani Agreementon Trade in Services padatanggal 21 Februari 2009. Halini terkait dengan penurunantotal volume dagang antaraCina dan Pakistan tahun 2009akibat krisis global yang hanyamencapai US$ 5,037 juta(Rahman 2011, 10). Walaupunterjadi penurunan akibat krisisekonomi, tahun berikutnya volume dagang Cina-Pakistan dapat kembalimeningkat sebagaimana dampak positif adanya FTA. Hingga saat ini Pakistanmerupakan satu satunya negara di Asia Selatan yang membuat FTA danperjanjian pertukaran mata uang (currency swap agreement) dengan Cina.Pelaksanaan hasil perundingan FTA secara efektif dilakukan pada bulan Januari2012 meliputi eliminasi bea masuk, pengurangan tarif bahkan eliminasi tarifakan selesai pada periode lima tahun (Siddique 2014, 29). Agar dapatmenstimulasi pertumbuhan dagang, pada 7 Mei 2013 Bank Negara Pakistan danBank Rakyat Cina (PboC) menyetujui penerapan perjanjian pertukaran matauang (CSA) pada perdagangan antar kedua negara secara langsung, sehinggatidak membutuhkan dollar Amerika Serikat sebagai mata uang perantarad a g a n ghttp://www.thenews.com.pk/Todays-News-3-175962-Pak-China-currency-swap--accord-implemented 10 januari 2014). Berdasarkan grafik 1.1 total dagangCina-Pakistan disamping, terjadi peningkatan total volume dagangCina-Pakistan terus meningkat namun sempat mengalami penurunan akibatkrisis global.

Kedua, perkembangan infrastruktur dan mekanisme kelembagaan. DukunganCina dalam membantu pengembangan infrastruktur PLTA Pakistan menjadisuatu hal yang penting(http://www.app.com.pk/en_/index.php?option=com_content&task=view&id=124694&Itemid=252 21 Februari 2014). Kedekatan hubungan Pakistan denganCina masih menjadi pilar dari kebijakan luar negeri Pakistan. Perkembangan hubungan Cina dan Pakistan saat fokus pada isuperkembangan industri dan energi seperti PLTA, batubara, nuklir, sains,teknologi, mineral, dan jasa. Syed Naveed Qamar, Menteri Air dan Tenaga

Grafik 1.1 Total Dagang Cina-Pakistan

Eka Dewi Agustiningsih

1056 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

mengatakan bahwa Cina satu satunya negara yang membantu Pakistanmengatasi krisis energi saat ini(http://www.pakistantoday.com.pk/2011/08/03/news/profit/%E2%80%98china-only-country-to-help-pakistan-with-energy-crisis%E2%80%99/?printType=article.htm 2 November 2013). Menurut Sekretaris Bidang Ekonomi Pakistan,Waqar Masood mengatakan bahwa Cina muncul sebagai rekan pengembangandan kreditur terbesar bagi Pakistan sejak tiga tahun terakhir(http://asian-power.com/project/news/china-bails-out-pakistan-in-hydropower-race-india.htm pada 21 Desember 2013). Pada kunjungan presiden Asif AliZardari pada tahun 2009 ke Cina, WAPDA dan Three Gorges ProjectCooperation (TGPC) menandatangani MoU untuk kolaborasi pembangunanbeberapa proyek air dan PLTA meliputi bendungan Mangla 1000 MW, GomalZam 17,4 MW, Satpara 17,3 MW Keempat, Kanal Kachhi dengan total panjang500 km, Darawat, Ghabir,(http://www.pakistantoday.com.pk/2011/08/03/news/profit/%E2%80%98china-only-country-to-help-pakistan-with-energy-crisis%E2%80%99/?printType=article.htm 2 November 2013). Berikut tabel investasi dana bantuan Cina padaproyek air Pakistan.

Data disamping merupakan databendungan yangmelibatkan danabantuan Cina padaproyek-proyek diPakistan. Terdapatsatu bendunganlagi yang telahselesai dan dapatd i o p e r a s i k a nsecara komersilsejak tahun 2010yaitu Khan Khwar.Pada tahun 2009pula, Menteri Airdan Tenaga denganT G P CmenandatanganiMoU untukp e m b a n g u n a nbendungan Bunji7100MW danDiamer Basha4500MW yangmenurut SyedRaghib Abbas Shah kedua bendungan tersebut dapat membantu perkembanganperekonomian dan sosial di provinsi Gilgit-Baltistan(http://www.tribune.com.pk/story/545248/blueprints-of-bunji-dam-complete/23 November 2013). Pada proyek Diamer Basha, Pakistan mengundang delegasiCina untuk datang dalam memberi penawaran kompetitif dengan lima

Tabel 1.1 Investasi Cina pada Proyek PLTA Pakistan

Pengaruh Cina Terhadap Intensitas Sengketa Perairan Indus India-PakistanTahun 2008-2014

Jurnal Analisis HI, September 2014 1057

kontrakor besar lainnya. Kedua bendungan besar tersebut sedang berada padaproses revisi atas pengeluaran terakhir. Sedangkan kontrak pada bendunganBunji sedang berada dalam proses pencairan dana dan kontrak kerja oleh TGPCsejak tahun 2009.

Usaha Pakistan dalam meningkatkan posisi tawarnya untuk mengurangidominasi India atas perairan Indus dicapai dengan meningkatkanpembangunan infrastruktur air dapat berfungsi sebagai salah satu saranameningkatkan perkembangan perekonomian Pakistan. Aliran sumber danaalternatif sangat diperlukan untuk mempercepat perkembangan infrastrukturproyek, yang diperoleh melalui dukungan dan keterlibatan aktor eksternal yaituCina. Indikasi pengaruh aktor eksternal tersebut dalam meningkatkan posisitawar Pakistan terbukti dengan adanya peningkatan total dagang besertabantuan antara Cina-Pakistan dan perkembangan infrastruktur air Pakistansebagai strategi mengurangi dominasi India atas aliran air Indus. Hal inimendorong kepercayaan diri Pakistan yang pertama dalam hal peningkatanperkembangan insfrastruktur dalam membangun bendungan baru maupunmemperbaharui kapasitas bendungan yang sudah beroperasi supaya dapatmeredam bencana banjir dan memperoleh suplai air yang cukup untukkebutuhan irigasi pertanian dan industri. Kedua, mendorong Pakistan lebihberani dalam meningkatkan dialog damai dengan India mengenai pengajuankeberatan terhadap beberapa proyek bendungan yang akan dibangun padacabang sungai sebelah barat. Pada kasus Kishanganga, Pakistan berani danpercaya diri untuk mengajukan kasus ini ke mekanisme penyelesaian sengketatertinggi yaitu Pengadilan Arbitrase Internasional.

Perubahan Intensitas Konfliktual dan Intensitas kerjasama antaraIndia dan Pakistan

Proyek Neelum-Jhelum merupakan salah satu proyek besar dan strategis diwilayah kependudukan Pakistan di Kashmir (PoK) yang dalam prosespembangunannya terdapat campur tangan pihak Cina (Gupta 2013, 112). Padawilayah sengketa Jammu dan Kashmir terdapat aliran air yang sangat kuatdengan perkiraan potensi tenaga listrik air dari negara tersebut mencapai20.000 MegaWatt (Bakshi dan Trivedi 2011, 5). Jika digabungkan denganpotensi tenaga listrik air dari Pakistan dapat mencapai 40.000 MegaWatt,dengan kata lain secara teknis negara Jammu dan Kashmir dapat meningkatkan33 persen potensi tenaga listrik air Pakistan (Bakshi dan Trivedi 2011, 5). Dalampemikiran elit-elit politis Pakistan terkonstruksi bahwa isu air menjadi isuutama dalam konflik Jammu-Kashmir (Bisht 2011, 8). Hal ini disebabkankarena kebijakan Pakistan atas Kashmir sangat dipengaruhi oleh faktor air, jikaPakistan memperoleh setidaknya sebagian dari wilayah yang dipersengketakanmaka Pakistan memperoleh suplai air yang cukup untuk memenuhi kebutuhanair Pakistan sekarang dan masa depan (Bisht 2011, 8). Oleh sebab itu beberapainteraksi yang terjadi dapat terkait dengan sengketa wilayah J-K salingberkorelasi sehingga dapat mempengaruhi interaksi sengketa air India-Pakistansebagaimana esensi dasar konsep kompleksitas hidropolitik.

Eka Dewi Agustiningsih

1058 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Perubahan dalam intensitas konfliktual India-Pakistan antara lain sebagaiberikut. Pertama, pada kasus Baglihar dalam rentan waktu 2001-2007,mekanisme penyelesaian sengketa hanya sampai tingkat kedua yaituditunjuknya Ahli Netral dari Bank Dunia. Namun belum dapat menyelesaikanseutuhnya sengketa antara India-Pakistan Namun dapat mencapai titik terangpada tahun 2010 setelah India mengakui kesalahannya. Sebaliknya, pada kasusKishanganga dalam rentan waktu 2008-2014, Pakistan lebih berani dan percayadiri untuk mengajukan masalah tersebut ke Pengadilan Arbitrase Internasionalyang menjadi mekanisme penyelesaian sengketa tertinggi. Pada final awardIndia mengajukan aliran minimum 4,25 cumecs dan pakistan mengajukan 10cumecs, sedangkan hasil sidang menetapkan 9 cumecs(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBkQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.pca-cpa.org%2Fshowfile.asp%3Ffil_id%3D2471&ei=WX6pU7_pCMvn8AWOt4J4&usg=AFQjCNFIMAN8OaAnDlnzWMAne-WDLWsAHA&sig2=Gakng354JlizfvMC_48qbw&bvm=bv.69620078,d.dGc 18 Juni 2014).

Kedua, setelah serangan teroris parlemen India 2001, pihak India mengancamPakistan bahwa India akan menarik diri dari Perjanjian Perairan Indus danmengancam memotong pasokan air Pakistan (Anonim 2013). SebaliknyaPakistan menyatakan bahwa siap menggunakan senjata nuklir selama krisis air.India merespon dengan mengadakan Operasi Parakram yang merupakanmobilisasi terbesar India sejak tahun 1971, menghentikan perdagangan melaluijalur udara dan darat antara 2001 dan 2004, serta pembentukan pembatasanprotokol maritim 2005(http://revisitingindia.com/2013/07/17/the-2001-2002-india-pakistan-standoff-operation-parakram-a-dangerous-experiment/ 3 Maret 2014). Kenyataantersebut berbeda ketika serangan bom di Mumbai 2008, India menghindarilangkah ekstrem seperti memutus hubungan komunikasi dan dagang, tidakmenarik Komisaris Tinggi, mengurangi staff pada Komisaris Tinggi, mobilisasipasukan ke perbatasan Pakistan (Rizvi 2010, 10). Bahkan setelah adapenundaan dialog air tahun 2003- 2008, tetap dilanjutkan kembali pada tahun2011 (Alam et. al 2010, 35). Bahkan setelah pelanggaran gencatan sejata di GarisKontrol, mereka sepakat mengadakan pertemuan dan menormalkan kembalisituasi melalui flag meetings tingkat lokal antara Pasukan Keamanan PakistanRangers dan Pasukan Keamanan Perbatasan India(http://www.thehindu.com/news/international/south-asia/india-pakistan-dgmos-to-meet-on-december-24/article5470518.ece 12 Mei 2014).

Selanjutnya, perubahan tingkat intensitas kerjasama terbagi dalam dua periode.Pertama, pada rentan waktu 2001-2007 ada beberapa interaksi dan peristiwaantara lain. Pada tahun 2007, untuk pertama kalinya jalur truk darat antarakedua negara di perbatasan Wagah-Attari telah dibuka untuk perdagangansebagai langkah awal normalisasi hubungan. Kebuntuan militer selama 10 bulansetelah serangan teroris di Parlemen India, pada 26 November 2003 keduanegara kembali mencairkan hubungan dengan hasil gencatan senjata disepanjang Garis Kontrol (Padder 2012).

Kedua, pada rentan waktu 2008-2014 terjadi peningkatan interaksi danperistiwa yang lebih kooperatif. Pada bulan Juli 2010, kedua negara menyetujui

Pengaruh Cina Terhadap Intensitas Sengketa Perairan Indus India-PakistanTahun 2008-2014

Jurnal Analisis HI, September 2014 1059

penggunaan sistem telemetri untuk merekam dan mentransfer data tepatwaktu, menyepakati penyelidikan bersama dan survei pemantauan pencemaransungai Jehlum dan Ravi (ISSRA 2011, 38). Ketika bencana banjir melandaPakistan, saat India memberi bantuan, Pakistan meminta bantuan dari Indiaharus disalurkan melalui badan dunia sehingga bantuan tersebut menjadibantuan dari masyarakat internasional (http://www.thehindu.com/news/national/india-hands-over-20-million-for-pakistan-flood-relief/article696893.ece 16 Maret 2014). Menanggapi hal tersebut India menyerahkan cek sebesar20 juta dollar AS kepada Ban Ki Moon. Menteri Luar Negeri India, SM Khrisnamenelpon Menteri Luar Negeri Sheh Mehmood Qureshi dan mengatakan bahwapemerintahan India menawarkan bantuan sebesar US$ 5 juta(http://tribune.com.pk/story/39008/india-offers-5m-in-aid-to-pakistan/ 10Februari 2014).

Peningkatan intensitas interaksi antara India dan Pakistan juga terjadi padatingkat masyarakat sipil. Kampanye gerakan perdamaian ‘Aman ki Asha’India-Pakistan pertama kali diluncurkan pada kampanye 1 Januari 2010 yangdipelopori oleh perusahaan Times of India dan Jung Group Pakistan berupayamemfasilitasi ruang dialog antara kedua pemerintahan dan interaksi hubunganantar individu kedua negara (http://www.timesgroup.com/initiatives/national/aman-ki-aasha.html 23 Februari 2014). Inisiatif gerakan ini memilikitiga tujuan yaitu sebagai pertukaran budaya, penyelesaian konflik, dan komersil.Program Aman Ki Asha telah memperoleh pengakuan internasional danberbagai bantuan dari Parlemen Inggris dan para Duta Besar dari AmerikaSerikat, Perancis, serta Jerman.

Pada tanggal 15 Februari 2012 kunjungan Delegasi Dagang India ke Pakistantelah menandatangani beberapa persetujuan berikut Customs Co-operationAgreement; Mutual Recognition Agreement; Trade Grievances Agreement(UDGHOSH 2013). Pada 21 Maret 2014, Pakistan memutuskan untukmengumumkan status MFN bagi India setelah Pakistan menerima konsensidagang dari India(http://www.dawn.com/news/1093810/pakistan-may-grant-india-mfn-status-on-friday.htm 24 Maret 2014). Pada bulan April 2012 Asif Ali Zardari PresidenPakistan dan Manmohan Singh, Perdana Menteri Pakistan menyetujui bahwapeningkatan hubungan ekonmi antara dua negara tidak akan terganggu oleh isuKashmir dan Indus. Pakistan memutuskan untuk meniru model hubunganekonomi Cina-India yang dapat mencapai puncaknya walaupun keda negaratersebut mengalami penundaan penyelesaian sengketa perbatasan dan air.

Pada tanggal 13 April 2012, Menteri Dalam Negeri India dan MenteriPerdagangan Pakistan meresmikan operasionalisasi pos cek terintegrasi atauIntegrated Check Post di Attari untuk meningkatkan proses pengangkutan danpemeriksaan lalu lintas kargo. India dan Pakistan menandatangani perjanjianliberalisasi visa pada 8 september 2012 untuk menggantikan perjanjianlarangan atau batasan visa 39 tahun lalu, yang diwakili oleh Menteri LuarNegeri India, SM Krishna dan Menteri Dalam Negeri Pakistan, Rehman Malik(http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2012-09-08/india/33695663_1_visa-agreement-group-tourist-visitor-visa 15 Februari 2014).

Eka Dewi Agustiningsih

1060 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Perubahan intensitas konfliktual dan intensitas kerjasama yang terjadi antaraIndia dan Pakistan pada tahun 2008-2014 setelah adanya keterlibatan Cinadalam membantu penyediaan dana dan pengembangan proyek Neelum-Jhelumjuga dipengaruhi oleh pertimbangan rasionalitas pada India dan Pakistan yangdikonstruksi oleh elit-elit politis. Kemungkinan peningkatan perdebatanmengenai proyek Kishanganga pada sengketa perairan Indus sejak tahun 2011hingga 2013 setelah hasil keputusan Pengadilan Arbitrase Internasional yangmengijinkan India melanjutkan proyek Kishanganga, tidak mempengaruhikeputusan Pakistan untuk segera melancarkan peperangan air. Sebagaimanapula yang telah diungkapkan oleh Shah Mahmood Qureshi pada KonferensiNasional April 2010 menungkapkan bahwa pemerintahan Pakistan sendiri telahmengakui bahwa selama ini salah dalam mengatur dan memanfaatkan pasokanair. Pertimbangan dasar rasionalitas juga muncul dari pihak India sebagaimanadiungkapkan oleh G. Ranganathan, Komisioner Indus bahwa India dan Pakistansama sama mengalami kelangkaan air, dan masalah ini adalah masalah bersamabagi India dan Pakistan maka seharusnya tidak mengarahkan kedua negarauntuk melakukan peperangan.

Kesimpulan

Strategi perimbangan kekuatan melalui soft power lebih efektif dalammerubahan kondisi kekuatan asimtris antar riparian. Pada konsep kompleksitashidropolitik, dukungan aktor eksternal dalam menyediakan dana alternatifuntuk perkembangan infrastruktur bagi riparian lemah dapat merubah posisitawar. Sebagai aktor eksternal, Cina mampu menyediakan sumber danaalternatif dan memainkan peranannya sebagai pengembang infrastrukturproyek air Pakistan, sehingga berkontribusi dalam meningkatkan pelayananpublik dan stabilitas ekonomi-politik yang menjadi langkah awal untukmenyeimbangkan kekuatan asimetris melalui peningkatan perdagangan danbantuan Cina-Pakistan serta perkembangan infrastruktur air Pakistan.Pengaruh yang diberikan oleh Cina ketika memainkan peranannya sebagaipenyedia dana dan pengembang infrastruktur air, ternyata secara tidaklangsung telah meningkatkan posisi tawar Pakistan. Hal tersebut diketahuimelalui bentuk peningkatkan kepercayaan diri Pakistan untuk meningkatkandialog damai dengan India mengenai pengajuan keberatan terhadap beberapaproyek bendungan yang akan dibangun pada cabang sungai sebelah baratmelalui Komisi Permanen Indus serta keberanian Pakistan mengajukan kasusKishanganga dan menghadapi argumen India dihadapan Pengadilan ArbitraseInternasional.Pengaruh lain yang dapat diberikan oleh Cina yakni melalui peran persuasifdengan memberi saran kepada Pakistan untuk bersungguh sungguhmemperbaiki perekonomiannya dan mempercepat hubungan baik yang lebihliberal dengan India. Karena pihak Cina percaya bahwa sengketa yang terjadiantara India dan Pakistan dapat teredam melalui pencapaian kepentingan yangbersifat komersil, sebagaimana hubungan dagang antara India-Cina yang dapatmencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Hal ini terbuktibahwa pada tahun 2008-2013 terjadi peningkatan volume dagang antara Indiadan Pakistan dibadingkan volume pada tahun 2001-2007, adanya pengumumanpemberian status MFN dari Pakistan untuk India, memberlakukan liberalisasi

Pengaruh Cina Terhadap Intensitas Sengketa Perairan Indus India-PakistanTahun 2008-2014

Jurnal Analisis HI, September 2014 1061

visa, mengadakan cek terpadu pada perbatasan Attari, dan sebagainya.Beberapa isu lain yang terkait dengan indikator intensitas sengketa sepertiinsiden serangan bom di Mumbai, tidak ada langkah langkah proaktif lagi yangdiambil oleh pemerintah India seperti memblokir perdagangan, memutuskanjalur komunikasi, menarik Komisaris Tinggi, mengurangi staff pada KomisarisTingggi, dan mobilisasi pasukan ke perbatasan Pakistan sebagaimana tahun2001-2002.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan intensitas kerjasama padainteraksi India-Pakistan tahun 2008-2014 dibandingkan dengan tahun2001-2007. Setidaknya, terdapat pembatasan kekerasan fisik, struktural, danbudaya dan perubahan sikap yang rasional dalam membangun kerjasamaantara India dan Pakistan. Dengan demikian, kedua negara harus mengunakandasar pertimbangan rasionalitas untuk tidak segera melancarkan peperangandemi memperebutkan sumber daya air. Peningkatan kerjasama yang terjadiantara India-Pakistan juga sangat bergantung pada persepsi Cina. Cina telahterbukti dapat memegang komitmen sebagai pembangun bendungan untuktidak memposisikan diri sebagai pihak ketiga atau pemecah hubunganIndia-Pakistan. Sehingga keterlibatan Cina dalam pembangunan infratstrukturPakistan di PoK tanpa memandang dan mengadili sengketa yang sedang terjadidiantara India dan Pakistan, justru mendorong peningkatan hubungan dagangdan pengejaran kepentingan yang bersifat komersil untuk meredam sengketayang sedang terjadi.

Daftar Pustaka

Buku :

Buzan dan Waever, 2003 dalam Khrisna-Hensel, Sai Felicia ed. NewSecurity Frontiers-Critical Energy and The Resource Challenge,Global Interdisciplinary Studies Series, ASHGATE, 2012.

Skinner, Frank. Pricing and Hedging Interest and Credit Risk SensitiveInstrumens. Elsevier, 2005.

Xu, Jiuping, et.al., Proceedings Of The Sixth International ConferenceOn Management Science And Engineering Management.London:Springer-Verlag, 2013.

Thesis/Dissertasi:Barret, S. “Conflict and Cooperation in Managing International Water

Resources”, CSERGE (Working Paper London Business School andCentre for Social and Economic Research on the GlobalEnvironment University College London and University of EastAnglia.

Petheram, Lucy “Dam it?: Hydropolitics in the changing political contextof Nepal”, master’s thesis, University of Otago, November 2010,http://otago.ourarchive.ac.nz/bitstream/handle/10523/1664/PetheramLucy2010MA.pdf (diakses pada 24 Desember 2013).

Eka Dewi Agustiningsih

1062 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Yoffe, Shira B. “Basin At Risk: Conflict and Cooperation OverInternational Freshwater Resources”, PhD diss., Oregon StateUniversity, 12 Oktober 2001,http://ir.library.oregonstate.edu/xmlui/bitstream/handle/1957/9693/Yoffe_Shira_B_2001_pt1.pdf?... (15 Desember 2013).

Dokumen Negara:

Indus Water Treaty, 1960,http://siteresources.worldbank.org/INTSOUTHASIA/Resources/223497-1105737253588/IndusWatersTreaty1960.pdf. (Diakses pada 9September 2013).

Jurnal Online:Abbasi, Mr. Arshad H. Indus Water Treaty between Pakistan and India

Pakistan, (PILDAT, Januari 2012),http://www.pildat.org/publications/publication/FP/IndusWaterTreatybetweenPakistanAndIndia_PakIndiaDialogueIII.pdf (Diaksespada 8 Desember, 2013).

Anonim, “Indus Water Treaty and Resolution of Water ConflictsBetween Two Nuclear Nations (India and Pakistan)”, (2010),http://www.feem-web.it/ess/ess12/files.papers/hayat.pdf. (diaksespada 2 Oktober 2013).

Alam, Rafay et. al, “Re-Imagining the Indus” (Observer ResearchFoundation & Lahore University of Management Sciences, Oktober2 0 1 1 ) ,http://orfonline.org/cms/export/orfonline/documents/other/indus.pdf (Diakses pada 23 maret 2014).

Bakshi, Gitanjali dan Trivedi, Sahiba. “The Indus Equation”, (StrategicForesight Group, 2011):1-42http://www.strategicforesight.com/publication_pdf/10345110617.pdf (diakses pada 14 Desember 2013).

Bisht, Medha. “The Politics of Water Discourse in Pakistan”, ICRIERPolicy Series, No.4, (Agustus 2011),1-17http://www.icrier.org/pdf/Policy_Series_No_4.pdf (diakses pada21 Desember 2013).

The new Great Walls, “A Guide to China’s Overseas Dam Industry”, FirstEdition, International Rivers, (Juli 2008):6,http://www.internationalrivers.org/files/attached-files/new_great_walls_report.pdf (diakses pada 12 Desember 2013).

IDSA, “Water Security For India: The External Dynamics” Task ForceReport, (New Delhi, 2010), 40.http://www.indiaenvironmentportal.org.in/files/book_WaterSecurity.pdf (diakses pada 9 September 2013).

ISSRA, “Pakistan’s Water Security Dilemma:Revisiting the Efficacy ofIndus Water Treaty” (Margalla Papers, Vol. XV, Issue I, 2011), 1-96

Pengaruh Cina Terhadap Intensitas Sengketa Perairan Indus India-PakistanTahun 2008-2014

Jurnal Analisis HI, September 2014 1063

http://www.ndu.edu.pk/issra_pub/Margalla_Papers_Special_Edition_2011.pdf (diakses pada 23 Februari 2014).

Kehl, Jenny R. “hydropolitical complexes and asymmetrical power –conflict, cooperation, and governance of international river systems”,Journal of World-Systems Research Vol. XVII, No. 1 (Spring,2 0 1 1 ) : 2 1 8 - 3 5 .http://www.jwsr.org/wp-content/uploads/2013/02/Kehl-vol17n1.pdf (diakses pada 21 November 2013).

Padder, Sajad. “The Composite Dialogue between India and Pakistan:Structure, Process, and Agency”, (Working Paper No. 65, HiedelbergUniversity, Februari 2012)http://archiv.ub.uni-heidelberg.de/volltextserver/13143/1/Heidelberg_Papers_65_Padder.pdf (Diakses pada 24 Desember 2013).

Qiang, W., et. al, “Agricultural trade and virtual land use: The case ofChina’s crop trade”, Land Use Policy 33 (2013): 149,http://sourcedb.igsnrr.cas.cn/zw/lw/201303/P020130326514404914592.pdf (Diakses pada 23 februari 2014).

Rahman, Fazal ur. “Pakistan-China trade and investment relations”,http://www.issi.org.pk/publication-files/1299822989_45060000.pdf (Diakses pada 3 Desember 2013).

Sahoo, Pravakar. “The Economic Relations of China and India withPakistan: A Comparative Analysis”, Vol. 19, No. 1, Asia-PasificDevelopment Journal, (Juni 2012)”1-35,http://www.unescap.org/sites/default/files/chap-1-Pravakar_0.pdf(Diakses pada 23 Januari 2014).

Siddique, Qandeel. “Deeper than the Indian Ocean? An Analysis ofPakistan-China Relations”, SISA Report no. 16 (Oslo, Februari2 0 1 4 ) : 1 - 4 4 ,http://strategiskanalyse.no/Publikasjoner/persen/202014/2014-02-27_SISA16_Sino-Pak_QS.pdf (diakses pada 5 April 2014).

UDGHOSH, “India’s Foreign Policy with Pakistan”, InformationDossier, (2013):1-32, http://NSC-Information-Dossier.pdf (diaksespada 2 Januari 2014).

Yusuf, Shahid. “Can Chinese FDI Accelerated Pakistan’s Growth?”(Working Paper, International Growth Centre, Goerge WashingtonUniversity, Februari 2013)http://www.theigc.org/sites/default/files/Shahid%20Yusuf%20Final.pdf (Diakses pada 5 Desember 2013)

Zeitoun, Mark dan Warner, Jeroen. “Hydro-hegemony – A Frameworkfor Analysis of Transboundary Water Conflicts” Water Policy 8(London: Kings’s College University, 2006): 435-60.https://www.uea.ac.uk/polopoly_fs/1.147026!ZeitounWarner_HydroHegemony.pdf (Diakses pada 10 Desember 2013).

Artikel online:

Eka Dewi Agustiningsih

1064 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Anonim, “China Only Country to help Pakistan with energy crisis”, 3Agustus 2011,http://www.pakistantoday.com.pk/2011/08/03/news/profit/%E2%80%98china-only-country-to-help-pakistan-with-energy-crisis%E2%80%99/?printType=article.htm (Diakses pada 2 November 2013).

Anonim, “Government Issues Stark Warning” China Water Risk,http://chinawaterrisk.org/resources/analysis-reviews/government-issues-stark-warning/ (Diakses pada 5 November 2013)

Anonim, “Blueprint of Bunji Dam Complete”, 7 Mei 2013,http://www.tribune.com.pk/story/545248/blueprints-of-bunji-dam --complete/ (Diakses pada 23 November 2013).

Anonim, “China bails out Pakistan in hydropower race with India”, 26Mei 2012,http://asian-power.com/project/news/china-bails-out-pakistan-in-hydropower-race-india.htm (Diakses pada 21 Desember 2013).

Anonim, “Kishanganga will cause 13% drop in Pakistan’shydroelectricity generation” Authint Mail, 20 Desember 2013,http://www.authintmail.com/article/kashmir/kishanganga-will-cause-13-drop-pakistans-hydroelectricity-generation.htm (diakses pada14 Januari 2014).

Anonim, 13 Agustus 2010, “India offers $ 5M in aid to Pakistan in ‘hourof need’”,http://tribune.com.pk/story/39008/india-offers-5m-in-aid-to-pakistan/ (Diakses pada 10 Februari 2014).

Anonim, “India and Pak sign new liberalized visa Agreement”, 8September 2012,http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2012-09-08/india/33695663_1_visa-agreement-group-tourist-visitor-visa (Diakses pada 15Februari 2014).

Anonim, “China Extends Intensive Cooperation to Pak Water, PowerSector” Associated Press of Pakistan,http://www.app.com.pk/en_/index.php?option=com_content&task=view&id=124694&Itemid=252 (diakses pada 21 Februari 2014)

Anonim, “Aman Ki Asha”, Times of India Group,http://www.timesgroup.com/initiatives/national/aman-ki-aasha.html (diakses pada 23 Februari 2014).

Anonim, “CIA World Factbook”,https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/fields/2012.html (Diakses pada 21 Maret 2014).

Anonim, “Number of Dams by Country Members, General Synthesis”International Commission on Large Dams (ICOLD),http://www.icold-cigb.org/GB/World_register/general_synthesis.asp?IDA=206 (22 Maret 2014).

Anonim, “Pakistan may grant India MFN status on Friday”, Dawn, 18Maret 2014, tersedia dalam

Pengaruh Cina Terhadap Intensitas Sengketa Perairan Indus India-PakistanTahun 2008-2014

Jurnal Analisis HI, September 2014 1065

http://www.dawn.com/news/1093810/pakistan-may-grant-india-mfn-status-on-friday.htm. (Diakses pada 24 Maret 2014).

Anonim, “Comparisons of World Military Strengths Result”, GFP,http://www.globalfirepower.com/countries-comparison-detail.asp?form=form&country1=India&country2=Pakistan&Submit=Compare+Countries (diakses pada 14 April 2014).

Anonim, “Cina ‘welcome’ India-Pakistan DGMOs meet” The Hindu, 18September 2013,http://www.thehindu.com/news/international/world/china-welcomes-indiapakistan-dgmos-meet/article5474556.ece.htm (Diakses pada12 Mei 2014).

Anonim, ”In The Matter of The Indus Waters Kishanganga Arbitration”Final Award, tersediadalamhttps://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBkQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.pca-cpa.org%2Fshowfile.asp%3Ffil_id%3D2471&ei=WX6pU7_pCMvn8AWOt4J4&usg=AFQjCNFIMAN8OaAnDlnzWMAne-WDLWsAHA&sig2=Gakng354JlizfvMC_48qbw&bvm=bv.69620078,d.dGc (diakses pada 18 Juni 2014).

Bhardwaj, Sandeep. “The 2001-2002 India-Pakistan Standoff(Operation Parakram): A Dangerous Experiment”, 17 Juli 2013,http://revisitingindia.com/2013/07/17/the-2001-2002-india-pakistan-standoff-operation-parakram-a-dangerous-experiment/ (diaksespada 3 Maret 2014).

Gupta, Arvind “Indus Water Treaty: Zardari ups the ante on WaterIssues” IDSA, 30 Januari 2009,http://www.idsa.in/idsastrategiccomments/IndusWaterTreaty_AGupta_300109. (Diakses pada 10 Januari 2014).

Gupta, Rukmani, “China Yearbook 2012”, (IDSA, 2013),https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBkQFjAA&url=http%3A%2F%2Fidsa.in%2Fsystem%2Ffiles%2Fbook_ChinaYearbook2012.pdf&ei=lo23U_uHNsyUuASUioDYCQ&usg=AFQjCNFA8UhI-LEBfHJrJvr-YFkpBEzRgw&sig2=FW3bl2EUtmK-Vo0uyCTLjw (diakses pada 9September 2013).

Khetani, Sanya. “Could The ‘China Model’ Finally Improve RelationsBetween India and Pakistan?”, 9 April 2012,http://www.businessinsider.com/india-pakistan-china-model-2012-4?IR=T& (Diakses pada 12 Mei 2014).

Maken, Aftab. “FTA benefiting China more than Pakistan”, The News, 12Agustus 2011,http://www.thenews.com.pk/TodaysPrintDetail.aspx?ID=62419&Cat=3. (diakses pada 13 Desember 2013).

SIPRI, “The SIPRI Military Expenditure Database”,http://milexdata.sipri.org/result.php4 (diakses pada 14 April 2014).

Eka Dewi Agustiningsih

1066 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3

Tiezzi, Shannon. “China, Pakistan Flesh Out New ‘Economic Corridor’”The Diplomat. 20 februari 2014,http://thediplomat.com/2014/02/china-pakistan-flesh-out-new-economic-corridor/ (Diakses pada 3 Maret 2014).

Varma, KJM. “China for closer relations with India and Pakistan”, 24Juni 2011,http://www.rediff.com/news/slide-show/slide-show-1-China-India-Pak-ties-require-new-perspective/20110624.htm#1 (Diakses pada 12mei 2014).

Wang, Professor Guo Andrew. “China’s Business Relations withAustralia and Pakistan” (ppt) Dept. of International Trade, ZhejiangGongshang University,https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CHsQFjAI&url=http%3A%2F%2Feconet.zjgsu.edu.cn%2Fandrew.wang%2Fzd%2F120418_China's%2520Trade%2520Relations%2520with%2520Australia%2520and%2520%2520Pakistan.ppt&ei=2FS-UoSlI8OHrgfLyYCIDQ&usg=AFQjCNH86eQ7pzTywty0wgTqWnWaA7HTOA&sig2=PIgvRqWZrYXKYZUgDsZ5Jg&bvm=bv.58187178,d.bmk (diakses pada 23 Desember 2013).

Zaidi, Erum. “Pak-China currency swap accord implemented” The News,8 Mei 2013,http://www.thenews.com.pk/Todays-News-3-175962-Pak-China-currency-swap-accord-implemented (diakses pada 10 Januari 2014).