Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

53
MAKALAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM “SAYYED AMIR ALI, MUHAMMAD IQBAL DAN MUHAMMAD ALI JINNAH” Disusun Oleh : Kelompok Dosen Pembimbing : Raflisman, S.Hum

description

pembaharuan islam

Transcript of Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

Page 1: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

MAKALAH

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM

“SAYYED AMIR ALI, MUHAMMAD IQBAL DAN MUHAMMAD ALI JINNAH”

Disusun Oleh :Kelompok

Dosen Pembimbing : Raflisman, S.Hum

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’ANIYAH(STIT-Q) MANNA BENGKULU SELATAN

JL. Affan Bachsin No. 29 MannaTA. 2011/2012

Page 2: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

KATA PENGANTAR

Puja dan Puji syukur selalu penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga tugas ini tepat pada

waktunya dapat terselesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak

karenanya penyusun menghaturkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Dosen

Pembimbing Mata kuliah dalam penyusunan Tugas ini. Dan Rekan-rekan mahasiswa

yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Dan pada akhirnya penyusun berharap, makalah ini dapat menambah

khasanah dan wawasan bagi kita semua. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh

dari sempurna, maka penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi

perbaikan dan kesempurnaan tugas ini.

Manna, April 2012

Penyusun

ii

Page 3: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………. iKata Pengantar ……………………………………………………………. iiDaftar Isi ……………………………………………………………. iii

BAB I. Pendahuluan ………………………………………………………. 1A. Latar Belakang ……………………………………………. 1B. Tujuan …………………….. …………………………………… 2

BAB II. Perkembangan Pemikiran Dalam Islam………………………........... 3A. Sayyed Amir Ali……………………………………………….. 3B. Muhammad Iqbal………………………………………………. 11C. Muhammad Ali Jinnah………………………………………….. 20

BAB III. Kesimpulan ……………………………………………………….. 29

Daftar Pustaka

iii

Page 4: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah dan peradaban umat Islam telah dijumpai berbagai macam

aliran pemikiran yang masing-masing mempunyai corak dan karasteristik tertentu.

Perbedaan yang ada tentunya tidak dapat dinafikan begitu saja tanpa melakukan

sebuah penyelidikan atau upaya untuk mencari grass root sebuah aliran

pemikiran.

Hal ini dapat dicermati mulai dari priode klasik Islam (650-1250), priode

pertengahan (1250-1800) dan periode modern (1800 M dan seterusnya). Setiap

periode mempunyai cirri dan keunikan tersendiri, terutama pada periode modern.

Periode modern merupakan zaman kebangkitan umat Islam, yang ditandai

dengan jatuhnya Mesir ke tangan Eropa yang pada akhirnya menjadikan umat

Islam ini insaf atas kelemahan-kelemahannya serta sadar bahwa di Barat telah

muncul sebuah peradaban baru yang lebih tinggi dan super power yang

merupakan acaman yang serius terhadap umat Islam.

Para penguasa, tokoh serta pemikir-pemikir Islam mulai memikirkan

bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam agar dapat bangkit

kembali dari keterpurukan, dan tentunya diharapkan dapat bersaing, berkompetisi

dan jauh lebih unggul dari peradaban lain di dunia. 1

Dari sekian banyak pemikir modern Islam yang terlibat langsung dalam

upaya ini, terutama mereka yang meretas di daratan sub-continent (India-

Pakistan) seperti Sayyid Ahmad Khan,2 Mohsinul Mulk, Abu Alam Kazad,

Maulana Muhammad Ali, Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah, namun yang menjadi

tema sentral dari pembahasan ini yaitu Sayyid Amir Ali, Igbal dan Muhammad

1 Ziauddin Ahmad, Influence of Islam on World Civilization, (Karachi: Royal Book Company, 1994), h. 9.

2 Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), h. 296.

1

Page 5: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

Ali Jinnah. Ia tidak hanya menawarkan konsep akan tetapi juga terlibat langsung

sebagai pemeran utama yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan

khazanah dan intelektual Islam.

B. Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis berupaya membahas

figur Seyyed Amir Ali beserta pemikiran yang dikembangkannya. Makalah ini

memfokuskan pada pokok pikiran Seyyed Amir Ali, Muhammad Iqbal, dan

Muhammad Ali Jinnah yang tidak dapat dipisahkan dari ranah pemikiran dan

intelektual Islam.

2

Page 6: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Seyyed Amir Ali

Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi'ah yang sehari-harinya bekerja

di kerajaan Persia pada masa Nadir Syah (1736-1748), kemudian keluarga

tersebut berpindah ke India dan menjadi pejabat kerajaan di Istana Mughal

demikian pula bekerja pada pada British East India Company.3 Sayyid Amir Ali

lahir pada 6 April 1849 di Cuttack, India.4

1. Jenjang Pendidikan

Sayyid Amir Ali memulai jenjang pendidikannya di kampung

halamannya kemudian ia melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi

Mhsiniyyah, di sinilah ia mempelajari bahasa Arab dan juga belajar bahasa

Inggris kemudian Sastra dan juga Hukum Inggris di Hooghly College dekat

Kalkutta.5

Di tahun 1869 ia pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan selesai

di tahun 1873 dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang hukum dengan

menerbitkan karyanya dengan judul A Critical Examination of the Life and

Teaching of Muhammed, buku pertama yang merupakan interpretasi kaum

modernis Muslim tentang Islam, yang menjadikannya terkenal baik di Barat

maupun di Timur.6

Selesai dari studi ia kembali ke India dan pernah bekerja sebagai

pegawai Pemerintah Inggris, pengacara, dan guru besar dalam hukum Islam.

3 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Cet. XIII; Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 174.

4 H. A. Mukti Ali, Alam Pikiran Isalm Modern di India dan Pakistan, (Cet. IV; Bandung: Mizan, 1998), h. 142.

5 John L. Posito (Ed), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, (New York: Oxford University Press, 1995), Vol: I, h. 48.

6 H. A. Mukti Ali, op.cit., h. 142.

3

Page 7: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

Yang membuat ia lebih terkenal ialah aktivitasnya dalam bidang politik dan

buku karangannya The Spirit of Islam dan A Short Story of the Saracens.7

2. Karir Politik dan Pemerintahan

Di tahun 1877 ia membentuk National Muhammaden Association

yang merupakan wadah persatuan umat Islam India, dan tujuannya adalah

untuk membela kepentingan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam

bidang politik. Perkumpulan ini mempunyai 34 cabang di berbagai wilayan di

India. Di tahun 1883 ia diangkat menjadi salah satu dari ketiga anggota

Dewan Raja Muda Inggris (The Viceroy’s Council) di India. Ia adalah satu-

satunya anggota Islam dalam majelis itu.

Di tahun 1904 ia meninggalkan India dan menetap di London bersama

isterinya yang berkebangsaan British asli. Perpindahannya ini dilakukan

setelah ia berhenti dari Pengadilan Tinggi Bengal. Pada tahun 1906 ia

diangkat menjadi anggota The Judicial Committee of the Privy Council

(Komite Kehakiman Dewan Raja) di London, dan merupakan orang India

pertama yang menduduki jabatan tersebut. Seperti halnya Sir Ahmad Khan,

Sayyid Amir Ali juga merupakan seorang pemimpin Muslim yang

mempunyai hubungan yang dekat dengan pemerintahan Inggris di India.8

Pemerintahan serta kependudukan Inggris di India, dalam pandangan

Sayyid Amir Ali bahwa hal tersebut merupakan salah satu alternatif untuk

menghindari pengaruh dan dominasi orang Hindu setelah memperoleh

kemerdekaan dari kerajaan Inggris. Setelah bermukim di London ia

mendirikan cabang The Muslim League.

Sayyid Amir Ali banyak terlibat dalam perundingan-perundingan di

London tentang rancangan pembaharuan politik di India. Setelah Perang

Dunia pertama ia tampil dan mempunyai peran penting dalam pergerakan

Khilafah di London sebagai upaya untuk mempertahankan Khilafah

7 Harun Nasution, , op.cit., h. 174.8 H. A. Mukti Ali, op. cit., h. 143.

4

Page 8: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

Utsmania9 di Turky dari rencana penghapusan Khilafat yang akan dilakuakn

oleh Kemal Attaturk.10

Upaya yang dijalankan Sayyid Amir Ali adalah gerakan diplomatis

serta kegiatan lobi-lobi internasional terhadap pemerintahan Inggris untuk

mempertahankan Khilafah, selain itu ia dan Agha Khan melayangkan surat

tertulis kepada perdana menteri Turki di tahun 1923 dan menghimbau agar

Khilafah tetap eksis, namun upaya tersebut mendapat tanggapan dingin dari

pemerintah Turky.11

3. Pandangan dan Pemikiran Kalam Seyyid Amir Ali

a. Ajaran Tentang Akhirat

Dalam bukunya The Spirit of Islam, Sayyid Amir Ali menjelaskan

diskursus tentang akhirat, sebagaimana yang dikuti oleh Harun Nasution,

bahwa bangsa yang pertama kali menimbulkan kepercayaan pada

kehidupan akhirat adalah bangsa Mesir kuno. Agama Yahudi pada

mulanya tidak mengakui adanya hidup selain hidup di dunia, namun

dengan adanya pekembangan dalam ajaran-ajaran Yahudi yang timbul

kemudian baru dijumpai adanya hidup yang kedua. Agama-agama yang

datang sebelum Islam pada umumnya menggambarkan bahwa di hidup

kedua itu manusia akan memperoleh upah dan balasan dalam bentuk

jasmani dan bukan dalam bentuk rohani.

Selanjutnya ia menjelaskan bahwa ajaran mengenai akhirat itu

amat besar arti dan pengaruhnya dalam mendorong manusia untuk berbuat

baik dan menjauhi perbuatan jahat. Lebih lanjut lagi ajaran ini membawa

kepada peningkatan moral golongan awam, apabila ganjaran dan balasan

9 Khilafah Utsmania (1300-1922), khilafah ini secara resmi dihapuskan oleh Kemal Atatur di tahun 1924. lihat Akbar S Ahmad, Islam to Day: A Short Introduction to the Muslim World, (London: I.B. Tauris & Co Ltd, 2001), h. 72.

10 Kemal Ataturk (1881-1938) membentuk pemerintahan Turky di tahun 1920 yang berkiblat ke Barat (westernisasi) dengan kebijakan memisahkan antara persoalan agama dan negara (secularism). Lihat Tamara Sonn, Zafar Ishaq Ansari, John L. Esposito, (ed) Muslims and the West: Encounter and Dialogue, (Islamabad: Islamic Research Institute Press, 2001), h. 222.

11 John L. Posito (Ed), op. cit., h. 49.

5

Page 9: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

di akhirat digambarkan dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh panca

indera.12

b. Perbudakan

Dalam soal perbudakan, Sayyid Amir Ali menerangkan bahwa

sistem perbudakan dalam sejarah peradaban manusia telah ada semenjak

zaman purba. Yunani, Romawi, dan Jerman di masa lampau mengakui dan

memakai sistem perbudakan dan agama Kristen tidak membawa ajaran

untuk menghapus sistem perbudakan.

Sementara agama Islam berbeda dengan agama-agama

sebelumnya, Islam datang dengan menghapus sistem perbudakan. Dosa-

dosa tertentu dapat ditebus dengan memerdekakan budak, budak harus

diberi kebebasan untuk membeli kemerdekaannya dengan upah yang ia

peroleh. Budak harus diperlakuakan dengan baik dan tidak boleh

dibedakan dengan manusia lain. Oleh karena itu, dalam sejarah peradaban

Islam, tercatat bahwa ada di antara budak-budak yang akhirnya menjadi

perdana menteri.

c. Kemunduran Umat Islam

Kemunduran umat Islam, Sayyid Amir Ali berpedapat bahwa

penyebabnya terletak pada keadaan umat Islam di zaman modern

menganggap bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan tidak boleh lagi

melakukan ijtihad, bahkan itu adalah dosa. Orang harus tunduk kepada

pendapat ulama abad ke-9 Masehi, yang tidak dapat mengetahui

kebutuhan abad ke-20. pendapat ulama yang disusun pada beberapa abad

yang lalu masih tetap diyakini sesuai dan dapat dipakai untuk zaman

modern.

Selain itu, penyebab kemunduran umat ini, umat Islam di zaman

modern tidak percaya pada kekuatan akal, sedangkan nabi Muhammad

12 Harun Nasution, , op.cit., h. 178.

6

Page 10: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

memberi penghargaan tinggi dan mulia terhadap akal manusia. Ulama kita

sekarang, menurut Amir Ali, menjadikan berpikir dan menggunakan akal

sebagai dosa dan kejahatan. Dan penyebab lain adalah tidak adanya

perhatian yang serius terhadap ilmu pengetahuan, baik sains maupun

perkembangan teknologi, dan ini sangat berbeda pada zaman klasik Islam

yang puncaknya pada priode Abbasiyah.13

Kemajuan ilmu pengetahuan ini dapat dicapai oleh umat Islam di

zaman klasik, karena mereka kuat berpegang pada ajaran nabi Muhammad

dan berusaha keras untuk melaksanakannya. Eropa pada waktu yang

bersamaan masih dalam kemunduran intelektual dan kebebasan berpikir

belum ada karena dunia Eropa berada di bawah kekuasaan gereja.

Sementara Islamlah yang pertama membuka pintu berpikir untuk

menggali potensi akal. Dan inilah, menurut Sayyid Amir Ali, membuat

umat Islam menjadi promotor ilmu pengetahuan dan peradaban,

sedangkan ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari kebebasan

berpikir. Setelah kebebasan berpikir menjadi kabur di kalangan umat

Islam, mereka menjadi ketinggalan dalam perlombaan menuju kemajuan.14

d. Konsepsi tentang Ketuhanan

Sayyid Amir Ali lebih banyak memberi perhatian tentang keadilan

Tuhan dan hubungannya dengan kebajikan manusia. Keadilan merupakan

animasi yang prinsipil dari perbuatan manusia dan sesungguhnya Tuhan

mengontrol alam ini dengan keadilan, selain itu ujian terhadap kebaikan

dan kejahatan bukanlah keinginan dari seorang individu, melainkan adalah

kebajikan manusia.15

Lebih dari itu, Sayyid Amir Ali berpegang teguh terhadap adanya

kekuatan hukum yang berlaku di alam ini, ia memaparkan bahwa dalam al-

Qur’an telah banyak dijumpai tentang keputusan Tuhan yang secara jelas

13 Mazharul Haq, A Short History of Islam,(Cet. XVII; Lahore: Bookland, 2002), h. 560.14 Harun Nasution, , op.cit., h. 181.15 Mazheruddin Siddiqi, Modern Reformis Thought in The Muslim World, (Islamabd: Islamic

Research Institute Press, 1982), h. 48.

7

Page 11: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

menerangkan tentang hukum-hukum alam (Laws of Nature). Bintang-bintang

dan planet masing-masing mempunyai peran tujuan tertentu dalam

penciptaannya. Lanjutan pemaparannya, bahwasanya gerakan benda-benda

angkasa, fenomena alam, hidup dan mati, semuanya dikendalikan oleh

hukum. Dan kehendak Tuhan bukanlah sekedar kehendak atau keinginan yang

muncul begitu saja, namun keinginan Tuhan adalah keinginan yang mendidik

(it’s an education will). Kebajikan manusia, keadilan dan hukum, semua ini

merupakan kategori yang mendasar dalam pandangan Sayyid Amir Ali

tentang konsep ketuhanan.

e. Konsepsi antara Kenabian dan Akal

Konsepsi Sayyid Amir Ali terhadap kenabian benar-benar sangat

naturalistik sebagaiman yang ia paparkan dalam bukunya The Spirit of Islam,

dengan pandangan bahwa kekuatan akal dan kapasitas intelektual seorang

nabi tumbuh dan berkembang sama dengan manusia yang lain. Selanjutnya

Amir Ali memberikan sebuah ilustrasi, bahwa beberapa surah yang terdapat

dalam al-Qur’an telah mendeskripsikan tentang kenikmatan syurga, baik

secara figuratif atau lisan yang diwahyukan kepada nabi tidak serta merta

diturunkan secara keseluruhan, akan tetapi melalui beberapa tahapan.

Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas akal dan intelektual mengalami

perkembagan untuk memahami surah demi surah yang diturunkan. Demikian

pula perkembangan akal seorang guru tidak hanya berkembang sejalan dengan

perjalanan waktu dan kesadaran keagamaannya, namun juga berkembang

sesuai dengan kepercayaannya dalam memahami konsepsi spiritual.

f. Konsepsi tentang Free Will and Free Act

Dalam uraian ini, Sayyid Amir Ali menjelaskan bahwa jiwa yang

terdapat dalam al-Qur’an bukanlah jiwa fatalism, tetapi adalah jiwa kebebasan

manusia dalam berbuat. Jiwa manusia bertanggung jawab atas perbuatannya.

Nabi Muhammad, demikian ia menulis lebih lanjut, berkeyakinan bahwa

manusia mempunyai kebebasan dalam menentukan keinginan. Sebenarnya

8

Page 12: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

apa yang hendak ditegaskan oleh Sayyid Amir Ali, adalah Islam bukanlah

dijiwai oleh paham qada’ dan qadr atau jabariah, tetapi oleh paham Qadariah,

yaitu kebebasan manusia dalam kehendak dan perbuatan. Paham qadariah

inilah yang selanjutnya menimbulkan rasionalisme dalam Islam, semetara

paham qadariah dan rasionalisme itu sendiri menimbulkan peradaban yang

kuat pada zaman klasik Islam.16

g. Pandangan terhadap Mu’tazilah

Sayyid Amir Ali dalam bukunya The Spirit pf Islam selanjutnya

menguraikan peranan yang dipegang golongan Mu’tazilah dalam

perkembangan ilmu pengetahuna dan filsafat dalam Islam. Aliran Mu’tazilah

untuk beberapa abad mempengaruhi pemikiran umat Islam yang disokong

oleh para penguasa yang berpikiran luas sehingga ilmu pengetahuan dan

filsafat tumbuh dengan pesat sehingga tidak sedikit kaum Mu’tazilah menjadi

ahli dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti kedokteran, fisika,

kimia, matematika dan sejarah.

Melalui Mu’tazilah, menurut Amir Ali, rasionalisme Islam meluas ke

seluruh masyarakat terpelajar yang ada di kerajaan Islam ketika itu bahkan

sampai ke perguruan-perguruan yang letaknya sejauh Andalus. Kaum

rasionalis tidak hanya aktif memberikan ceramah-ceramah di perguruan tinggi

tetapi juga di masjid-masjid, sehingga melalui merekalah, dalam pandangan

Sayyid Amir Ali, terjadi perubahan yang besar dalam masyarakat Islam dari

umat yang sederhana kebudayaannya menjadi umat yang tinggi peradabannya.

4. Seyyed Amir Ali dan Apologi Islam

Membahas tentang figur Sayyid Amir Ali sepertinya tidak cukup

apabila hanya berkutak pada cara pandang dan pemikirannya, tanpa mencoba

melihat dan membahas sisi lain dari kehidupan Sayyid Amir Ali.

Salah satu yang sangat menonjol yang ada pada Sayyid Amil Ali,

terutama dalam tulisan-tulisannya, adalah pembelaannya terhadap Islam dari

16 Harun Nasution, , op.cit., h. 181.

9

Page 13: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

serangan-serangan, baik dari luar maupun dari dalam. Di kalangan Orientalis

barat, Amir Ali terkenal sebagai apolog terbesar di antara penulis-penulis

Muslim, atau lebih dikenal sebagai apologis modern dalam bidang

kebudayaan Islam.17

Sayyid Amir Ali berusaha untuk membuktikan pada dirinya atau orang

lain bahwa Islam adalah baik. Apologi merupakan suatu hal yang harus

diketahui oleh orang yang ingin memahami pemikiran–pemikiran modern

dunia Islam, karena sebagian besar pemikiran kaum modernis masuk pada

kategori ini.

Para apologi Muslim ini berusaha untuk melawan pandangan-

pandangan yang salah tentang Islam lebih daripada menerangkan Islam itu

sendiri, dan mereka ingin menjadi pembela Islam lebih daripada usaha untuk

memahami Islam terutama untuk menjawab langsung serangan barat terhadap

Islam, khususnya sebelum perang dunia pertama hingga perang dunia kedua

berakhir yang sangat merugikan umat Islam, karena serangan tersebut

mengatas namakan agama (Kriseten).18

Dalam hal ini para pemikir Muslim modern harus berusaha

memikirkan pertahanan terhadap Islam lebih daripada Islam itu sendiri.

Sayyid Amir Ali, menurut H.A. Mukti Ali, adalah contoh yang paling tepat

tentang apologi Islam, karena tulisan dan karya-karyanya sangat jelas

mempertahankan dan membela ajaran-ajaran Islam di hadapan pengadilan

opini Barat.

B. Iqbal

Iqbal dilahirkan di Sialkot-India (suatu kota tua bersejarah di perbatasan

Punjab Barat dan Kashmir) pada tanggal 9 November 1877/ 2 Dzulqa'dah 129419

dan wafat pada tanggal 21 April 1938. Ia terlahir dari keluarga miskin, tetapi

17 John L. Posito (Ed), op. cit., h. 49.18 H. A. Mukti Ali, op. cit., h. 143.19 Herry Mohammad (dkk), Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20,Jakarta, Gema

Insani, cet.1, th. 2006, hal.237

10

Page 14: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

berkat bantuan beasiswa yang diperlolehnya dari sekolah menengah dan

perguruan tinggi, ia mendapatkan pendidikan yang bagus. Setelah pendidikan

dasarnya selesai di Sialkot ia masuk Government College (sekolah tinggi

pemerintah) Lahore. Iqbal menjadi murid kesayangan dari Sir Thomas Arnold.

Iqbal lulus pada tahun 1897 dan memperoleh beasiswa serta dua medali emas

karena baiknya bahasa inggris dan arab, dan pada tahun 1909 ia mendapatkan

gelar M.A dalam bidang filsafat.20

Ia lahir dari kalangan keluarga yang taat beribadah sehingga sejak masa

kecilnya telah mendapatkan bimbingan langsung dari sang ayah Syekh

Mohammad Noor dan Muhammad Rafiq kakeknya21. Pendidikan dasar sampai

tingkat menengah ia selesaikan di Sialkot untuk kemudian melanjutkan ke

Perguruan Tinggi di Lahore, di Cambridge-Inggris dan terakhir di Munich-Jerman

dengan mengajukan tesis dengan judul The Development Of Metaphysics in

Persia. Sekembalinya dari Eropa tahun 1909 ia diangkat menjadi Guru Besar di

Lahore dan sempat menjadi pengacara.22

Adapun karya-karya Iqbal diantaranya adalah:

Bang-i-dara (Genta Lonceng), Payam-i-Mashriq (Pesan Dari Timur), Asrar-i-

Khudi (Rahasia-rahasia Diri), Rumuz-i-Bekhudi (Rahasia-rahasia Peniadaan

Diri), Jawaid Nama (Kitab Keabadian), Zarb-i-Kalim (Pukulan Tongkat Nabi

Musa), Pas Cheh Bayad Kard Aye Aqwam-i-Sharq (Apakah Yang Akan Kau

Lakukan Wahai Rakyat Timur?), Musafir Nama, Bal-i-Jibril (Sayap Jibril),

Armughan-i-Hejaz (Hadiah Dari Hijaz), Devlopment of Metaphyiscs in Persia,

Lectures on the Reconstruction of Religius Thought in Islam Ilm al Iqtishad, , A

Contibution to the History of Muslim Philosopy, Zabur-i-'Ajam (Taman Rahasia

Baru), Khusal Khan Khattak, dan Rumuz-i-Bekhudi (Rahasia Peniadaan Diri).23

Sebagai seorang pemikir, tentu tidak dapat sepenuhnya dikatakan bahwa

gagasan-gagasannya tersebut tanpa dipengaruhi oleh pemikir-pemikir

20 H.A Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, Bandung, Mizan 1998, Cet. III hal.174.

21 Herry Mohammad (dkk), Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20, hal.23722 Ensiklopedi Umum, hal. 47323 Ishrat Hasan Enver, Metafisika Iqbal, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cet. 1, th. 2004, hal. 128

11

Page 15: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

sebelumnya. Iqbal hidup pada masa kekuasaan kolonial Inggris. Pada masa ini

pemikiran kaum muslimin di anak benua India sangat dipengaruhi oleh seorang

tokoh religius yaitu Syah Waliyullah Ad-Dahlawi 24 dan Sayyid Ahmad Khan25.

Keduanya adalah sebagai para pemikir muslim pertama yang menyadari

bahwa kaum muslimin tengah menghadapi zaman modern yang didalamnya

pemahaman Islam mendapat tantangan serius dari Inggris. Terlebih ketika Dinasti

Mughal terakhir di India ini mengalami kekalahan saat melawan Inggris pada

tahun 1857, juga sangat mempengaruhi 41 tahun kekuasaan Imperium Inggris26

dan bahkan pada tahun 1858 British East India Company dihapus dan Raja

Inggris bertanggungjawab atas pemerintah imperium India27.

Pemikiran Muhammad Iqbal

Menurut Dr. Syed Zafrullah Hasan dalam pengantar buku Metafisika Iqbal

yang ditulis oleh Dr. Ishrat Hasan Enver, Iqbal memiliki beberapa pemikiran yang

fundamental yaitu intuisi, diri, dunia dan Tuhan. Baginya Iqbal sangat

berpengaruh di India bahkan pemikiran Muslim India dewasa ini tidak akan dapat

dicapai tanpa mengkaji ide-idenya secara mendalam.28

Namun dalam tataran praktek, Iqbal secara konkrit, yang diketahui dan

difahami oleh masyarakat dunia dengan bukti berupa literature-literatur yang

beredar luas, justru dia adalah sebagai negarawan, filosof dan sastrawan. Hal ini

tidak sepenuhnya keliru karena memang gerakan-gerakan dan karya-karyanya

mencerminkan hal itu. Dan jika dikaji, pemikiran-pemikirannya yang

fundamental (intuisi, diri, dunia dan Tuhan) itulah yang menggerakkan dirinya

untuk berperan di India pada khususnya dan dibelahan dunia timur ataupun barat

24 (Ensiklopedi Islam, hal. 185)25 (Didin Saefuddin, Pemikiran Modern Dan Postmodern Islam, Jakarta, Grasindo, th. 2003, hal.

36-7). (Ensiklopedi Umum, hal. 25)26 (Ensiklopedi Umum, hal. 446)27 Didin Saefuddin, Pemikiran Modern Dan Postmodern Islam, Jakarta, Grasindo, th. 2003, hal.

5128 Enver, Metafisika Iqbal, hal. V

12

Page 16: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

pada umumnya baik sebagai negarawan maupun sebagai agamawan. Karena

itulah ia disebut sebagai Tokoh Multidimensional.29

Dengan latar belakang itu pula maka dalam makalah ini penulis akan

memaparkan gagasan-gagasan Iqbal dalam dua hal yaitu: pemikirannya tentang

politik dan tentang Islam.

a. Pemikiran Politik

Sepulangnya dari Eropa, Iqbal kemudian terjun kedunia politik dan

bahkan menjadi tulang punggung Partai Liga Muslim India. Ia terpilih

menjadi anggota legistalif Punjab dan pada tahun 1930 terpilih sebagai

Presiden Liga Muslim. Karir Iqbal semakin bersinar dan namanya pun

semakin harum ketika dirinya diberi gelar ‘Sir’ oleh pemerintah kerajaan

Inggris di London atas usulan seorang wartawan Inggris yang aktif mengamati

sepak terjang Iqbal30 di bidang intelektual dan politiknya. Gelar ini

menunjukan pengakuan dari kerajaan inggris atas kemampuan intelektualitas

dan memperkuat bargening position politik perjuangan umat Islam India pada

saat itu. Ia juga dinobatkan sebagai Bapak Pakistan yang pada setiap tahunnya

dirayakan oleh rakyat Pakistan dengan sebutan Iqbal Day.31

Pemikiran dan aktivitas Iqbal untuk mewujudkan Negara Islam ia

tunjukkan sejak terpilih menjadi Presidaen Liga Muslimin tahun 1930. Ia

memandang bahwa tidaklah mungkin umat Islam dapat bersatu dengan penuh

persaudaraan dengan warga India yang memiliki keyakinan berbeda. Oleh

karenanya ia berfikir bahwa kaum muslimin harus membentuk Negara sendiri.

Ide ini ia lontarkan keberbagai pihak melalui Liga Muslim dan mendapatkan

dukungan kuat dari seorang politikus muslim yang sangat berpengaruh yaitu

Muhammad Ali Jinnah (yang mengakui bahwa gagasan Negara Pakistan

adalah dari Iqbal), bahkan didukung pula oleh mayoritas Hindu yang saat itu

sedang dalam posisi terdesak saat menghadapi front melawan Inggris.32 Bagi

29 Didin, Pemikiran Modern Dan Postmodern Islam, hal. 4430 Gunadi & Shoelhi, Khazanah Orang Besar Islam, 16331 Robert Gwinn (Et.al), The New Encyclopaedia Britannica, hal. 37332 Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam, Jakarta, PT

Raja Grafindo Persada, cet. 1, th. 1998, hal. 168-170

13

Page 17: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

Iqbal dunia Islam seluruhnya merupakan satu keluarga yang terdiri atas

republik-republik, dan Pakistan yang akan dibentuk menurutnya adalah salat

satu republik itu.33

Sebagai seorang negarawan yang matang tentu pandangan-

pandangannya terhadap ancaman luar juga sangat tajam. Bagi Iqbal, budaya

Barat adalah budaya imperialisme, materialisme, anti spiritual dan jauh dari

norma insani. Karenanya ia sangat menentang pengaruh buruk budaya Barat.

Dia yakin bahwa faktor terpenting bagi reformasi dalam diri manusia adalah

jati dirinya. Dengan pemahaman seperti itu yang ia landasi diatas ajaran Islam

maka ia berjuang menumbuhkan rasa percaya diri terhadap umat Islam dan

identitas keislamannya. Umat Islam tidak boleh merasa rendah diri

menghadapi budaya Barat. Dengan cara itu kaum muslimin dapat melepaskan

diri dari belenggu imperialis.34

Muhammad Asad35 mengingatkan bahwa imitasi yang dilakukan umat

Islam kepada Barat  baik secara personal maupun social dikarenakan

hilangnya kepercayaan diri, maka pasti akan menghambat dan

menghancurkan peradaban Islam.

Diantaran paham Iqbal yang mampu mambangunkan kaum muslimin

dari tidurnya adalah “dinamisme Islam” yaitu dorongannya terhadap umat

Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Intisari hidup adalah gerak,

sedang hukum hidup adalah menciptakan, maka Iqbal menyeeru kepada umat

Islam agar bangun dan menciptakan dunia baru. Begitu tinggi ia menghargai

gerak, sehingga ia menyebut bahwa seolah-lah orang kafir yang aktif kreatif

"lebih baik" dari pada muslim yang "suka tidur".36

Iqbal juga memiliki pandangan politik yang khas yaitu; gigih

menentang nasionalisme yang mengedepankan sentiment etnis dan kesukuan

33 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, th.  2003, cet. XIV, hal 186

34 http://tghrib.ir/melayu/?pgid=69&scid=156&dcid=38329, disadur pada tanggal 18 Maret 201235 (Muhammad Asad, Asas-asas Negara dan Pemerintahan dalam Islam (terj. Muhammad

Radjab), Jakarta, Granada, cet. 1, th. 1427 H36 Harun, Pembaharuan dalam Islam, hal 185 dan W.C. Smith, Modern Islam in India (Lahore :

Ashraf, 1963) hal. 111

14

Page 18: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

(ras). Bagi dia, kepribadian manusia akan tumbuh dewasa dan matang di

lingkungan yang bebas dan jauh dari sentiment nasionalisme.37

M. Natsir menyebutkan bahwa dalam ceramahnya yang berjudul

Structure of Islam, Iqbal menunjukkan asas-asas suatu negara dengan

ungkapannya:

Didalam agama Islam spiritual dan temporal, baka dan fana, bukanlah

dua daerah yang terpisah, dan fitrat suatu perbuatan betapapun bersifat

duniawi dalam kesannya ditentukan oleh sikap jiwa dari pelakunya. Akhir-

akhirnya latar belakang ruhani yang tak kentara dari sesuatu perbuatan itulah

yang menentukan watak dan sifat amal perbuatan itu. Suatu amal perbuatan

ialah temporal (fana), atau duniawi, jika amal itu dilakukan dengan sikap yang

terlepas dari kompleks kehidupan yang tak terbatas. Dalam agama islam yang

demikian itu adalah adalah seperti yang disebut orang "gereja" kalau dilihat

dari satu sisi dan sebagai "negara" kalau dilihat dari sisi yang lain. Itulah

maka tidak benar kalau gereja dan negara disebut sebagai dua faset atau dua

belahan dari barang yang satu. Agama Islam adalah suatu realitet yang tak

dapat dipecah-pecahkan seperti itu.38

Demikian tegas Iqbal berpandangan bahwa dalam Islam; politik dan

agama tidaklah dapat dipisahkan, bahwa negara dan agama adalah dua

keseluruhan yang tidak terpisah.

Dengan gerakan membangkitkan Khudi (pribadi; kepercayaan diri)

inilah Iqbal dapat mendobrak semangat rakyatnya untuk bangkit dari

keterpurukan yang dialami dewasa ini. Ia kembalikan semangat sebagaimana

yang dulu dapat dirasakan kejayaannya oleh ummat Islam. Ujung dari konsep

kedirian inilah yang pada akhirnya membawa Pakistan merdeka dan ia disebut

sebagai Bapak Pakistan.

b. Pemikirannya Tentang Landasan Islam

37 http://tghrib.ir/melayu/?pgid=69&scid=156&dcid=38329, disadur pada tanggal 18 maret 201238 Natsir, Kapita Selecta, hal. 147

15

Page 19: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

1. Pemikiran Tentang Al-Qur’an

Sebagai seorang yang terdidik dalam keluarga yang kuat

memegang prinsip Islam, Iqbal meyakini bahwa Al-Qur’an adalah benar

firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui

perantara Malaikat Jibril. Al-Qur’an adalah sumber hukum utama dengan

pernyataannya “The Qur’an Is a book which emphazhise  deed rather than

idea (Al-Qur’an adalah kitab yang lebih mengutamakan amal daripada

cita-cita). Namun dia berpendapat bahwa al-Qur’an bukanlah undang-

undang. Dia berpendapat  bahwa penafsiran Al-Qur’an dapat berkembang

sesuai dengan perubahan zaman, pintu ijtihad tidak pernah tertutup.

Tujuan utama al-Qur’an adalah membangkitkan kesadaran manusia yang

lebih tinggi dalam hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta, Al-

Qur’an tidak memuatnya secara detail maka manusialah yang ditutntut

untuk mengembangkannya. Dalam istilah fiqih hal ini disebut ijtihad.

Ijtihad dalam pandangan Iqbal sebagai prinsif gerak dalam struktur Islam.

Disamping itu Al-Qur’an memandang bahwa kehidupan adalah satu

proses cipta yang kreatif dan progresif. Oleh karenanya, walaupun Al-

Qur’an tidak melarang untuk memperimbangkan karya besar ulama

terdahulu, namun masyarakat harus berani mencari rumusan baru secara

kreatif dan inovatif untuk menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi.

Akibat pemahaman yang kaku terhadap ulama terdahulu, maka ketika

masyarakat bergerak maju, hukum tetap berjalan di tempatnya.39

Iqbal juga mengeluh tentang ketidak mampuan masyarakat India

dalam memahami Al-Qur’an disebabkan tidak memahami bahasa arab dan

telah salah mengimpor ide-ide India (hindu) dan Yunani ke dalam Islam

dan Al-Qur’an. Iqbal begitu terobsesi untuk menyadarkan umat Islam

untuk lebih progresif dan dinamis dari keadaaan statis dan stagnan dalam

menjalani kehidupan duniawi. Karena berdasarkan pengalaman, agama

Yahudi dan Kristen telah gagal menuntun umat manusia menjalani

39 Harun, Pembaharuan Dalam Islam,hal. 185

16

Page 20: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

kehidupan. Kegagalan Yahudi disebabkan terlalu mementingkan legalita

kehidupan duniawi. Sedangkan kegagalan Kristen adalah dalam

memberikan nilai-nilai kepada pemeliharaan Negara, undang-undang dan

organisasi disebabkan terlalu mementingkan segi ibadah ritual. Dalam

kegagalan kedua agama tersebut menurut Iqbal Al-Qur’an berada

ditengah-tengah dan sama-sama mengajarkan keseimbangan kedua

kehidupan tersebut, tanpa mebeda-bedakannya. Baginya antara politik

pemerintahan dan agama tidak ada pemisahan sama sekali. Inilah yang

dikembangkannya dalam merumuskan ide berdirinya Negara Pakistan

yang memisahkan diri dari India yang mayoritas Hindu.40

Satu segi mengenai al-Qur'an yang patut dicatat adalah bahwa ia

sangat menekankan pada aspek Hakikat yang bisa diamati. Tujuan al-

Qur'an dalam pengamatan reflektif atas alam ini adalah untuk

membangkitkan kesadaran pada manusia tentang alam yang dipandang

sebagai sebuah symbol.41 Iqbal menyatakan hal ini seraya menyitir

beberapa ayat, diantaranya: "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya

ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna

kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui". (Qs. 30:22)

2. Pendapat tentang Al-Hadits

Iqbal memandang bahwa umat Islam perlu melakukan studi

mendalam terhadap literatur hadist dengan berpedoman langsung kepada

Nabi sendiri selaku orang yang mempunyai otoritas untuk menafsirkan

wahyunya. Hal ini sangat besar faedahnya dalam memahami nilai-nilai

hidup dari prinsip-prinsip hukum Islam sebagaimana yang dikemukakan

al-Qur’an.

Iqbal sepakat dengan pendapat Syah Waliyullah tentang hadits,

yaitu cara Nabi dalam menyampaikan dakwah Islam dengan

40 http://tghrib.ir/melayu/?pgid=69&scid=156&dcid=38329, disadur pada tanggal 18 maret 201241 Muhammad Iqbal, Tajdiid At-Tafkiir Ad-Diinii Fii al-Islam, Kairo, cet. 2, th. 1968, hal. 20-21

17

Page 21: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

memperhatikan kebiasaan, cara-cara dan keganjilan yang dihadapinya

ketika itu. Selain itu juga Nabi sangat memperhatikan  sekali adat istiadat

penduduk setempat. Dalam penyampaiannya Nabi lebih menekankan pada

prinsip-prinsip dasar kehidupan social bagi seluruh umat manusia, tanpa

terkait oleh ruang dan waktu. Jadi peraturan-peraturan tersebut khusus

untuk umat yang dihadapi Nabi. Untuk generasi selanjutnya,

pelaksanaannya mengacu pada prinsip kemaslahatan, dari pandangan ini

Iqbal menganggap wajar saja kalau Abu Hanifah  lebih banyak

mempergunakan konsep istihsan dari pada hadits yang masih meragukan

kualitasnya. Ini bukan berarti hadits-hadits pada zamannya belum

dikumpulkan, karena Abu Malik dan Az-Zuhri telah membuat koleksi

hadits tiga puluh tahun sebelum Abu Hanifah wafat. Sikap ini diambil

Abu Hanifah karena ia memandang tujuan-tujuan universal hadits

daripada koleksi belaka.42

3. Pandangannya Tentang Ijtihad

Menurut Iqbal ijtihad adalah “Exert with view to form an

independent judgment on legal question” (bersungguh-sungguh dalam

membentuk suatu keputusan yang bebas untuk menjawab permasalahan

hukum). Kalau dipandang baik hadits maupun Al-Qur’an memang ada

rekomendasi tentang ijtihad tersebut. Disamping ijtihad pribadi hukum

Islam juga memberi rekomendasi keberlakuan ijtihad kolektif. Ijtihad

inilah yang selama berabad-abad dikembangkan dan dimodifikasi oleh

ahli hukum Islam dalam mengantisipasi setiap permasalahan masyarakat

yang muncul. Sehingga melahirkan aneka ragam pendapat (mazhab).

Sebagaimana mayoritas ulama, Iqbal membagi ijtihad kedalam tiga

tingkatan yaitu43:

42 http://tghrib.ir/melayu/?pgid=69&scid=156&dcid=38329, disadur pada tanggal 18 Maret 201243 Iqbal, Tajdiid At-Tafkiir Ad-Diinii Fii al-Islam, hal. 171

18

Page 22: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

1. Otoritas penuh dalam menentukan perundang-undangan yang secara

praktis hanya terbatas pada pendiri mazhab-mazhab saja.

2. Otoritas relative yang hanya dilakukan dalam batas-batas tertentu dari

satu madzhab

3. Otoritas khusus yang berhubungan dengan penetapan hukum dalam

kasus-kasus tertentu, dengan tidak terkait pada ketentuan-ketentuan

pendiri madzhab.

Iqbal menggaris bawahi pada derajat yang pertama saja. Menurut

Iqbal, kemungkinan derajat ijtihad ini memang disepakati diterima oleh

ulama ahl-al-sunnah tetapi dalam kenyataannya dipungkiri sendiri sejak

berdirinya mazhab-mazhab. Ide ijtihad ini dipagar dengan persyaratan

ketat yang hampir tidak mungkun dipenuhi. Sikap ini, lanjut Iqbal, adalah

sangat ganjil dalam suatu system hukum Al-Qur’an yang sangat

menghargai pandangan dinamis. Akibatnya ketentuan ketatnya ijtihad ini,

menjadikan hukum Islam selama lima ratus tahun mengalami stagnasi dan

tidak mampu berkembang44. Ijtihad yang menjadi konsep dinamis hukum

Islam hanya tinggal sebuah teori-teori mati yang tidak berfungsi dan

menjadi kajian-kajian masa lalu saja. Demikian juga ijma hanya menjadi

mimpi untuk mengumpulkan ulama, apalagi dalam konsepnya satu saja

ulama yang tidak setuju maka batallah keberlakuan ijma tersebut, hal ini

dikarenakan kondisi semakin meluasnya daerah Islam. Akhirnya kedua

konsep ini hanya tinggal teori saja, konsekwensinya, hukum Islam pun

statis tidak berkembang selama beberapa abad.

C. Muhammad Ali Jinnah

Muhammmad Ali Jinnah lahir di Karachi pada hari ahad 25 Desember

1876 ayahnya adalah seorang saudagar yang bernama Jinnah Bhai.45 ketika

menginjak umur sepuluh tahun, ia dikirim orang tuanya belajar di Bombai

44 Harun, Pembaharuan dalam Islam, hal. 18445 Mustafa Mu’min, Qasama al a’amam al – islamy al – Ma’ ashir Dar- al -piqh , Beirut, 1974,

h.193.

19

Page 23: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

selama satu tahun kemudian pulang ke Karachi dan melanjutka pelajarannya di

Sind Madrasatul Islam, Setingkat dengan sekolah menengah pertama, dan

setelah itu melanjutkan pendidikan menengah atas di Mission High School. Atas

nasehat Frederick leigh Croft, Meneger Graham Shipping and Trading

Company, ia di kirim kelondon oleh orang tuanya untuk belajar bisnis pada kantor

pusat Graham Shipping and Trading Company dan waktu itu ia berusia 16

tahun.46

Sampai di London, Muhammad Ali Jinnah tidak memesuki sekolah yang

di cita citakan ayahnya, tetapi ia justru lebih tertarik mempelajari hukum di

London ini. Suatu lembaga pendidikan yanga mempersiapakan lulusannya

menjadi ahli hukum atau pengacara.47

Pada tahun 1896, ia memperoleh gelar Sarjana dalam bidang hukum di

London. Pada tahun itu juga ia kembali ke India dan bekerja sebagai pengacara di

Bombai.48 Dalam masa pengabdiannya dibidang hukum ini, ia banyak

berhubungan dengan berbagai kalangan lapisan masyarakat, diantaranya adalah

Machperson, Jaksa Agung Bombai. Ia sangat terkesan dengan semangat

pengabdian Jinnahn yang masih muda itu dalam baidang hukum, sehingga ia

terdorong untuk memberikan fasilitas kepada Jinnah denga kebebasan yang seluas

luasnya untuk mempergunakan perpustakaan peribadinya dan diluar dugaan

Jinnah sendiri.49

Perjalalan Politik Jinnah

Karir politik Jinnah dimulai pada tahun 1906 dengan ikut sertanya ia pada

sidang kongres kalkuta ( Calcutta congress Seassion ) sebagai sekertaris

presiden, Dhabai Naoradji.50Ia memilih bergabung dengan kongres Nasional 46 A. h. Albiruni, Maker of Pakistan And modern Muslim India Lahore, Muhammad Ashraf ,

Lahore, 1950, h. 193.47 The New Encyclopaedia Brittanica, Vol. The New Encyclopaedia BrittanicaInc, London , h.

223.48 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejaraah Pemikiran dan Gerakan, Bulan Bintang,

Jakarta, 1992, h. 195.49 G. Allana, Quad – I- Azam Jinnah. Fezosons Ltd, Lahore, h. 195.50 Syarif Al — Mujahid, Quaid –I- Azam Jinnah, Study in Interpretation, Quaid –I- Azam

Academy Karachi, 1981, h. 1

20

Page 24: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

karena menurut pendapatnya perjuangan yang paling utama bagi rakyat India

adalah kemerdekaan India dan itu hanya dapat dicapai melaui usaha bersama

kelompok Islam dan Hindu. Jinnah berkenyakinan bahwa persatuan umat Islam

dan umat Hindu India merupakan syarat untuk tercapainya kemerdekaan India.51

Atas Keyakinan, sikap dan upaya untuk menyatukan umat Islam dan umat Hindu

ini demi kepentingan nasional dan kemerdekaan India. Ia dijuluki sebagai

Ambassador of Hindu Muslim unity.52

Jinnan tidak memasuki liga Muslim pada saat itu, karena politik patuh

dan setia pada pemerintah Inggris yang terdapat pada liga Muslimin tidak sesui

dengan jiwanya, ia lebih sesuai dengan jiwa menentang Inggris dengan

kepentingan nasional India.53

Hali ini dapat dilihat dari tujuan didirikannya liga Muslimin yang

berbunyi:

1.Meningkatkan rasa loyalitas Muslimin terrhadap I nggris dan menghilangkan

kesalah fahaman yang mungkin timbu terhadap peraturan - peraturan yang di

keluarkan oleh pemerintah.

2.Melindungi dan meningkatkan hak hak politik dan kepentingan muslim,

dan menyalurkan kepentingan - kepentingan dan aspirasi - aspirasi mereka

kepada pemerintah Inggris

3.Menghindari meningkatnya rasa permusuhan diantara orang Islam

terhadap komunitas - komunitas lainnya.54

Pada atahun 1913 yaitu ketika Organisasi ini merubah sikap dan

menerima ide, pemerintahan sendiri bagi India sebagai tujuan perjuangan,

mulai saat ini sampai terakhir hayatnya sejarah hidup dan perjuangannya

banyak berkait dengan Liga

51 Rosental Erwin, I.J. Islam In the Modern National State, Cambridge at the University Press.1965, h. 202. lihat j uga di Syarif Al Muj ahid, op. cit., h. 2

52 Al buruny, op.cit., h.195.53 Harun Nasution, op.cit., h.195.54 Richad Symond , The Making of Pakistan, Faber and Faber tt,h. 41.

21

Page 25: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

Muslimin dan perjuangan umat Islam India untuk menciptakan Pakistan.55

Pada tahun 1913 itu juga Jinnah dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Pada

waktu itu ia masih mempu nyai kenyak inan bahw a kepent ingan u mat Islam India

dapat d ij am in melalu i ketentuan – ketentuan dalam undang undang dasar untuk

itu ia mengadakan pembicaraan dan perundingan dengan pihak kongres Nasional

India. Salah satu dari perundingan ialah perjanjian Luckknow 1916. menurut

perjanjian itu Umat islam India akan memperileh daerah pemilihan terpisah da

ketentuan ini akan dicantumkan dalamm undang – undang Dasar Indiayang akan

disususn kelak kalau tiba waktunya.

Tetapi lama kelamaan ia melihat bahwa untuk memperoleh pandangan yang

sama antara golongan Islam dengan umat Hindu sangat sulit. Ghandi

mengeluarkan konsep Nasionalisme India yang didalammnya Umat Islam

tergabung menjadi satu bangsa. Konsep Ghandi ini dan politik non koperasinya

ia tentang dan akhirnya, ia meninggalkan partai kongres.

Dalam rangka kemerdekan India, pada tahun 1930 – 1932 di London

diadakan konfrensi Meja Bundar oleh Inggris. Pada Konfrensi ini Jinnah menemui

hal hal yang menimbulkan perasaan kecewanya yag mendalam. Jinnah

menyaksiakan betapa semangatnya kelompok Hindu membicarakan masalah-

masalah kemerdekaan India untuk kepentingan orang Hindu dengan tidak

memperhatikan sedikitpun kepentingan umat Islam. Perasaan kecewa Jinnah ini di

kemukakan beberapa tahun kemudian dihadapan Mahasiswa Muslimin Aligarh

dengan mengatakan:

“ Selama konferensi meja Bundar saya merasakan kejutan dalam hidup

saya. Ketika saya mendengar beberapa teman Hindu, saya merasakan keadaan tidak

menguntungkan. Orang Muslim tidak ubahnya seperti penduduk didaerah tidak

bertuan, saya mulai merasa bahwa saya tidak dapat menolong India maupun

merubah pikiran orang Hindu, tidak akan membuata orang Muslim sadar akan

keadaan jelek ini. Saya merasa begitu kecewa dan muram sehingga saya

55 Harun Nasution, op.cit. h.195.

22

Page 26: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

memutuskan untuk berdiam di London, bukan karena saya tidak mencintai tanah

air saya, tettapi saya merasa sangat tidak berdaya lagi.56

Sejak tahun 1932 itu Jinnah memutuskan mengundurkan diri dari

lapangan politik dan menetap di London. Disana ia bekerja sebagai pengacara.

Dalam pada itu Liga Musimin perlu pimpinan baru yang aktif, maka pada tahun

1984 ia di minta pulang oleh temannya dan pada tahun itu juga ia di pilih

menjadi ketua tetap dari Liga Muslimin.57

Perjuangan Politik Jinnah Dalam Pembentukan Pakistan

Kepemimpinan Liga Muslimin di bawah Jinnah mengalami perubahan -

perubahan partai. Dalam sidang tahuanan yang dia adakan di Bombai pada tahun

1936 Konstitusi partai politik di perbaiki untuk membuat organisasi itu lebih

demokratis dan lebih hidup. Untuk pertama kalinya organisasi ini

mengadakan persiapan untuk memperebutkan pemilu atas nama Liga

Muslimin. Suatu badan pemilihan pusat dengan cabang -cabangnya di Propinsi si

bentuk untuk mengatur perjuangan pemeilihan Propinsi undang – undang

pemerintahan India 1935 ( govermen of India act of 1935). Jinnah mengunjungi

seluruh negeri untuk memperoleh dukungan dari calon - calon Liga Muslimin

tetapi usahanya ini hanya sebahagian yang berhasil.

D isamping itu Liga Muslimin berugah menjadi gerakan rakyat yang kuat.

Dimas- masa sebelumnya Liga hanya perkumpulasn golonga atas, yang terdiri

darai hartawan pegawai tinggi dan Intelegensia. Hubungan dengan umat Islam

awam boleh dikatakan belum ada.

Pada tahun 1937 diadakan pemilihan daerah di India.di dalam pemilihan ini

Liga Muslimin tidak memperoleh suara yang berarti, sedangkan partai kongres

mendapat kemenangan besar. Atas kekalahan itu Liga Muslimin mulai tidak

diindahkan lagi oleh partai kongres dan dalam hubungan ini Nerhu pernah

mengatakan bahwa yang ada di India hanya duakekuatan politik, yaiatu partai

kongres dan pemerintah Inggris. Golongan masyarakat India merasa kuat untuk

56 Anwar Enayatullah, Story of Jinnah, a.b. Usman Rahman dan Bahrum Rangkuti, Bulan Bintang, Jakarta. 1976,h.36. lihat juga Rosental,, op-cit, h. 196.

57 Harun Nasution, op. cit., h.196.

23

Page 27: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

mengangkat anggota - anggotanya menjadi menteri di daerah - daerah, dan

walaupun ada yang di angkat dari golongan Islam, maka mereka adalah

pengikut partai kongres dan bukan pengikut Liga Muslimin.

Dengan adanya kenyataan ini umat Islam India semakin sadar dan mulai

melihat perlunya barisannya diperkuat dengan menyokong Liga Muslimin sebagai

satu – satunya organisasi umat Islam utuk seluruh dunia. Para perdana mentri

Punjab, Bengal dan Sindi mengadakan, kerjasama dengan Jinnah. Jinnah terus

berusaha mengadakan pesesuaian paham dengan partai kongres mengenai masa

depan India. Berbagai perundingan dia adakan atara Liga Muslimin. Dan partai

kongres, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan. Golongan nasional India belum

mengakui Liga Musliamin sebagai satu – satunya organisasi politik umat

Islam India. Kekecewaan Jinnah bertambah lagi dan sempat ia ucapkan

pernyataan sebagai berikut:

“ Sangatlah sulit untuk mengerti mengapa kawan – kawan yang Hindu tidak

dapat memahami sifat riil Islam dan Hinduisme. Ternyata keduanya tidak

dapat diartikan dengan istilah yang tegar melainkan merupakan tatanan – tatanan

sisi yang sangat berbeda dan adalah merupakan impian bahawa orang - orang

hindu dan Muslim dapatkan mengembangakan suatua Nasionalisme umum

dan kesalah pahaman tentang suatu bangsa India telah berlangsung jauh melebihi

batas batas. Orang orang Hindu dan Muslim merupakan bagian dari dua filsafat

keagamaan kebiasaan kebiasaan sosial, kepustakaan kepustakaan yang berbeda.

Memang mereka tidak pernah kawin dengan golongan itu ataupun

makan malam bersama dan mereka bagian dari dua macam peradaban yang

sebagian besar dan ide – ide konsepsi – konsepsi yang bertentangan. Aspek

aspeknya mengenai keidupan berbeda. Jelaslah bahawa orang - orang Hindu dan

Muslim mendapat inspirasi mereka dari sumber - sumber sejarah yang berbeda.

Untuk memperlakukan bersama dua bangsa itu dalam satu Negara yang tunggal,

yang satu sebagian minoritas jumlahnya dan lainnya sebagia manyoritas, sudah

pasti menjurus kepada aperetumbuhan rasa tidak puasan dana akhirnya

24

Page 28: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

pembongkaran suatu struktur yang mungkin juga bangunan bagi pemerintahan

negara seperti itu.

Pengalaman- pengalaman ini membuat Jinnah merubah haluan

politiknya. Kepercayaannya kepada partai kongres hilang dan kenyakinan timbul

dalam dirinya bahwa kepentingan umat Islam India tidak bisa lagi dijamin

melalui perundingan dan penyantuman hasil perundingan dalam undang -

undang dasar yang akan disusun. Kepentingan umat Islam iIndia bisa

terjamin hanya melalui pembentukan negara tersendirikan tepisah dari negara

umat Hindu di India.

Masalah ini dibahas dirapat tahunan Liga Muslimin yanga diadakan di

Lahore pada tahun 1940, atas rekomendasi dari panitia yang khusus di bentuk

untuk itu, sidang kemudian menyetujui pembentukan negara tersendiri untuk

umat Islam India. Sebagai tujuan perjuangan Liga Muslimin, negara itu diberi

nama Pakistan, tetapi perincian mengenai Pakistan belum ada, baik mengenai

daerahnya maupun mengenai corak pemerintahannya.

Liga Muslimin, sudah mempunyai tujuan yang jelas ini bertambah

banyak mendapat sokongan dari umat Islam dan dengan demikian kedudukannya

bertambah kuat. Pemuka - pemuka Islam yang bergabung dengan partai kongres

nasioal India kehilangan pengaruh. Sebahagian menyebrang ke Liga Muslimin,

sebahagian tetap dipartai kongres seperti Abu Kalam Azad, sebagian lagi

meninggalkan medan politik. Organisasi – organisasi Islam India lain, pada

akhirnya juga me nyokong Liga Muslimin dalam menuntut pembentukan

Pakistan.

Partai kongres j uga baru mulai melihat kekuatan Jinnah dan Liga muslimin

yang dipimpinnya. Berlainan dengan masa lampau organisasi umat Islam tidak bisa

dia abailkan begitu saja. Ditahun 1944 diadakan perjumpaan antara Jinnah dan

Ghandi mengenai aksi bersama terhadap Inggris. Tetapi karena perbedaan faham

tetang mas depan India masih besar perjuangan itu tidak membawa hasil apa –

apa.

25

Page 29: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

Saat itu Jinnah menjelaskan apa yang dimaksud dengan Pakistan. Negara

baru itu akan mencakupa enam daerah. Daerah perbatasan barat laut,

Balukhistan, Sindi dan Punjab disebelah barat serta Bengal dan Assamdisebelah

timur penduduk Islam dari daerah ini, menurut Jinnah berjumlah 70 juta dan

merupakan 70% dari seluruh penduduk. Pemerintah daerah daerah itu akan

berada ditangan umat Islam, dengan tidak melupakan turut sertanya golongan

non Islam dalam pemerintahan dan jumlahnya akan disesuaikan dengan

persentase mereka di tiap - tiap daerah.

Sokongan umat Islam India kepada Jinnah dan Liga Muslimin bertambah

kuat lagi dari hasil pemilihan 1946. umpamanya di Assam, Liga Muslimin

memperoleh 31 dari 34 kursi dan di Sindi 29dari 34 kursi. Di dewan pusat

( Centeral Assembly) seluruh kursi yang disediakan untuk golongan Islam

dapati ide- ide diperoleh Liga Muslimin. kedudukan Jinnah dalam

perundingan dengan Inggris dan partai kongres nasional India mengenai masa

depan umat Islam di I nda bertambah kuat.

Ditahun 1942 inggris telah mengeluarkan janji akan memberikan

kemerdekan pada India sesudah perang Dunia II selesai. Pelaksananya mulai

bicarakan mulai tahu 1945, tetapi pembicaraan selalu mengalami kegagalan.

Akhirya pemerintah Inggris memutuskan untuk membentuk pemerintah

sementara yang terdiri atas orang - orang yang di tentukan Inggris sendiri.

Jinnah menentang usaha ini dan pemerintahan Inggris menunjuk

Presiden partai kongres Nasional India, Pandit Neru, untuk menyusun

pemerintahan sementar. Huru hara timbul dan Jinnah diminta supaya turut

pemerintahan sementara itu ia menunjuk lima pemimpin Liga muslimin

untuk turut serta dalam pemerintahan, tetapi huru hara tidak dapat diatasi.

Saat itu di putuskan untuk mengadakan sidang Dewan Konstitusi pada

bulan Desember 1946, dan Jinnah melihat bahwa suasana demikian sidang tidak

bisa diadakan karena itu melihat agar di tunda. Permintaanya tidak di dengar dan

ia mengeluarkan pernyataan tidak diboikot sidang dewan konstitusi pemerintah

26

Page 30: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

Inggris merubah sikap dan memutuskan akan menyerahkan kedaulatan pada

waktu lain sebelum Juni 1948.

Setahun kemudian keluarlah keputusan Inggris untuk mengarahkan

kedaulatan kepada dua Dewan konstitusi, satu untuk Pakistan dan satu untuk

India. Pada tanggal 14 Agustus 1947 Dewan Konstitusi Pakistan dibuka dengan

resmi dan keesok harinya 15 Agustus 1947 Pakistan lahir sebagai Negara bagi

umat Islam India. Jinnah diangkat menjadi Gubernur Jendral dam mendapat

gelar Qaid - I - Azam ( Pemimpin Besar ) dari rakyat Pakistan. Ia masih

sempat menikmati hasil perjuangannya setahun lebih. Ia meninggal bulan

September 1948 di Karchi.

27

Page 31: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

BAB III

KESIMPULAN

Mengacu dari uraian dan pembahasan terdahulu dapat ditarik konklusi,

sebagai berikut:

Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi’ah yang berhijrah dari Persia ke

India dan akhirnya menjadi pejabat Istana kerajaan Munghal. Dari sanalah Sayyid

Amir Ali memulai pendidikannya dengan mempelajari bahasa Arab kemudian

bahasa dan sasrta Inggris.

Selanjutnya ia menempuh studi di Inggris dan menjadi seorang ahli dalam

hukum Inggris, kemudian ia kembali ke India dan terlibat dalam dunia akademisi dan

politk sekaligus berafiliasi dengan pemerintahan Inggris, hal ini merupakan suatu

upaya untuk memperjaungkan kepentingan umat Islam, tidak hanya yang ada di

India, tetapi juga keutuhan khilafah Utsmania di Turki.

Pandangan Sayyid Amir Ali tidak hanya mencakup hal-hal yang berhubungan

dengan pemikiran dan teologi, seperti hari akhirat, isu sosial dan perbudakan,

kelemahan umat Islam, kosepsi tentang ketuhanan, kenabian dan akal, kebebasan

kehendak dan perbautan manusia, pandangan terhadap rasionalisme kaum

Mu’tazilah.

Meskipun demikian, Sayyid Amir Ali tetap menjadi seorang apolog Islam

modern yang membela eksistensi Islam dari berbagai serangan, baik internal maupun

eksternal.

Iqbal adalah seorang intelektualis asal Pakistan telah melahirkan pemikiran

dan peradaban besar bagi generasi setelahnya . Iqbal merupakan sosok pemikir multi

disiplin. Ia adalah seorang sastrawan, negarawan, ahli hukum, filosof, pendidik dan

kritikus seni. Menilai kepiawaiannya yang multidisiplin itu, pak Natsir mengatakan

"tentulah sukar bagi kita untuk melukiskan tiap-tiap aspek kepribadian Iqbal. Jiwanya

yang piawai tidak saja menakjubkan tetapi juga jarang ditemui".

28

Page 32: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

Islam sebagai way of life yang lengkap mengatur kehidupan manusia, ditantang untuk

bisa mengantisipasi dan mengarahkan gerak perubahan tersebut agar sesuai dengan

kehendak-Nya. Oleh sebab itu hukum Islam dihadapkan kepada masalah signifikan,

yaitu sanggupkah hukum islam memberi jawaban yang cermat dan akurat dalam

mengantisipasi gerak perubahan ini? Dengan tepat Iqbal menjawab “bisa kalau umat

Islam memahami hukum Islam seperti cara berfikir Umar bin Khattab”.

Muhammad Ali Al Jinnah adalah pelopor utama berdirinya Pakistan

kemampuan dan kecakapan Jinnah dalam mewujudkan idenya di topang oleh Ilmu

yang ia peroleh selama di Eropa.

Tujuan pertama berdirinya Pakistan adalah agar umat Islam India

dapat menjalankan ajaran agamanya dengan aman dan damai, tanpa hal itu

mustahil tercipta persesuaian pandangan antar penganut agama besar itu.

29

Page 33: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Akbar S, Islam to Day: A Short Introduction to the Muslim World. London:

I.B. Tauris & Co Ltd, 2001.

Ahmad, Ziauddin, Influence of Islam on World Civilization. Karachi: Royal Book

Company, 1994.

Amin, Husayn Ahmad, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. Bandung: Remaja Rosda

Karya, 1999

Ali, Mukti, Alam Pikiran Isalm Modern di India dan Pakistan. Cet. IV; Bandung:

Mizan, 1998.

----------, Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah. Jakarta: Djambatan, 1995.

Esposito, John L. (Ed), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World. Vol:

I; New York: Oxford University Press, 1995

Haq, Mazharul, A Short History of Islam. Cet. XVII; Lahore: Bookland, 2002.

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Cet.

XIII; Jakarta: Bulan Bintang, 2003.

Siddiqi, Mazheruddin, Modern Reformis Thought in The Muslim World.Islamabd:

Islamic Research Institute Press, 1982.

Tamara Sonn, Zafar Ishaq Ansari, John L Esposito, (ed) Muslims and the West:

Encounter and Dialogue.Islamabad: Islamic Research Institute Press, 2001.

Al-Qur'an Terjemah, Depag RI. Penerbit Al-Huda (Kelompok GIP), Depok, tahun

2005

Ali, Mukti A, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, Bandung, Mizan

1998, Cet. III

Asad, Muhammad, Asas-asas Negara dan Pemerintahan dalam Islam (terj.

Muhammad Radjab), Jakarta, Granada, cet. 1, th. 1427 H

30

Page 34: Pembaharuan Islam India Pakistan Ali Iqbal Dan Jinnah

Azra, Azyumardi dan Syafii Maarif, Ensiklopedi Tokoh Islam dari Abu Bakr sampai

Natsir dan Qardhawi. Bandung, Mizan, tahun 2003

Enver, Ishrat Hasan, Metafisika Iqbal, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, cet. 1, th. 2004

Glase, Cyril, Ensiklopedi Islam,Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, cet.3 tahun 2002

Gunadi, R.A dan M Shoelhi, Khzanah Ornag Besar Islam, Dari Penakluk Jerusalem

Hingga Angkonol Jakarta : Republika : 2002

Gwinn, Robert P. (Et.al), The New Encyclopaedia Britannica, The Univercity Of

Chicago, Volume 6, Cet. 15

Hawasi, Eksistensialisme Mohammad Iqbal, Jakarta, Wedatama Widya Sastra, th.

2003

Hilmi, Musthafa Muhammad, Manhaj 'Ulama' al-Hadits wa as-Sunnah Fii Ushuul ad-

Diin, Kairo, Daar Ibn Jauzi, Cet. 1, th. 2005

http://tghrib.ir/melayu/?pgid=69&scid=156&dcid=38329, disadur pada tanggal 18

November 2008

Iqbal, Muhammad. Tajdiid At-Tafkiir Ad-Diinii Fii al-Islam, Kairo, cet. 2, th. 1968

Iqbal, Muhammad. Rekonstruksi Pemikiran Agama Dalam Islam, Jogjakarta,

Penerbit Lazuardi, cet. 1, tahun 2002.

Mohammad, Herry (dkk), Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20,Jakarta,

Gema Insani, cet.1, th. 2006

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang, th.  2003, cet.

XIV, hal 185

Natsir, Mohammad Kapita Selekta 2, Jakarta, PT Abadi dan Yayasan Kapita Selekta,

cet. 2 , th. 2008

Pringgodigdo, A.G., Ensiklopedi Umum, Penerbit Yayasan Kanisius, tahun 1977

Saefuddin, Didin. Pemikiran Modern Dan Postmodern Islam, Jakarta, Grasindo, th.

200

Sani, Abdul, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Dalam Islam,

Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, cet. 1, th. 1998

Smith, W.C. Modern Islam in India (Lahore : Ashraf, 1963)

31