PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng...

78
PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus thuringiensis HASIL BIAKAN PADA AIR RENDAMAN KEDELAI TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L. SKRIPSI Oleh : AJENG ROHMAWATI NIM. H 01217001 PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2021

Transcript of PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng...

Page 1: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus thuringiensis HASIL

BIAKAN PADA AIR RENDAMAN KEDELAI TERHADAP

MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L.

SKRIPSI

Oleh :

AJENG ROHMAWATI

NIM. H 01217001

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2021

Page 2: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

ii

Page 3: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

iii

Page 4: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

iv

Page 5: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Ajeng Rohmawati

NIM : H01217001

Fakultas/Jurusan : SAINS DAN TEKNOLOGI/ BIOLOGI

E-mail address : [email protected]

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN

Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :

Sekripsi Tesis Desertasi Lain-lain

yang berjudul :

Pengaruh Bakteri Kitinolitik Dan Bacillus thuringiensis Hasil Biakan Pada Air

Rendaman Kedelai Terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti L.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini

Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan

menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltext untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan

Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam

karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 20 Januari 2021

Penulis

(Ajeng Rohmawati)

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

PERPUSTAKAAN

Jl. Jend. A. Yani 117 Surabaya 60237 Telp. 031-8431972 Fax.031-8413300

E-Mail: [email protected]

Page 6: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

vi

ABSTRAK

PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus thuringiensis HASIL

BIAKAN PADA AIR RENDAMAN KEDELAI TERHADAP

MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L.

Aedes aegypti merupakan salah satu vektor penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD). Seringkali terjadi peningkatan jumlah kasus DBD pada setiap tahunnya,

maka dari itu pengendalian terhadap penyakit ini perlu dilakukan. Bacillus

thuringensis dan bakteri kitinolitik (Klebsiella ozaena dan Pseudomonas

pseudomalei) merupakan bakteri yang berpotensi untuk membunuh larva Aedes

aegypti. Berdasarkan masing-masing potensi yang dimiliki maka perlu dialkukan

pembiakan untuk mengoptimalkan manfaatnya melalu media yang murah.

Penelitian ini bertujuan mendapatkan media alternatif untuk pertumbuhan bakteri

kitinolitik dan Bacillus thuringiensis yang murah dan mudah didapatkan tanpa

mengurangi tingkat patogenisitasnya terhadap serangga target. Penelitian ini

menggunakan RAL dengan 4 perlakuan bakteri, yaitu bakteri Bacillus

thuringiensis, bakteri Klebsiella ozaena, bakteri Pseudomonas pseudomalei, dan

kombinasi Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudomalei. Dari viabilitas

bakteri yang dihasilkan pada media air limbah kedelai sebesar 101x105 pada

Bacillus thuringiensis, 119x105 pada Klebsiella ozaena, dan 185x10

5 pada

kombinasi bakteri Klebsiella dan Pseudomonas. Rata-rata mortalitas larva Aedes

aegypti tertinggi mencapai 100% pada perlakuan Bacillus thuringiensis

konsentrasi 1,31 %. Berdasarkan pada uji statistik yang dilakukan maka diperoleh

nilai signifikasi < 0,05. Hasil analisis probit diperoleh nilai Lc50 terkecil 0,3219

% pada Bacillus thuringiensis, dan nilai Lc50 tertinggi 1,8944 % pada bakteri

Klebsiella ozaena. Kesimpulannya adalah bakteri kitinolitik dan Bacillus

thuringiensis yang ditumbuhkan pada media air limbah rendaman kedelai,

memiliki pengaruh terhadap mortalitas larva Aedes aegypti L.

Kata kunci: Aedes aegypti, Bacillus thuringiensis, kitinolitik, Biolarvasida.

Page 7: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

vii

ABSTRACT

THE EFFECT OF CULTURED CHITINOLITIC AND Bacillus

thuringiensis BACTERIA IN SOYBEAN WATER TO Aedes aegypti L.

LARVA MORTALITY.

Aedes aegypti is one of the vectors of Dengue Hemorragic Fever (DHF). Often

there is an increase in the number of dengue cases every year, therefore control of

this disease needs to be done. Bacillus thuringienisand chytinolytic bacteria

(Klebsiella ozaena and Pseudomonas pseudomalei) are bacteria that have the

potential to kill Aedes aegypti larvae. Based on each potential that is owned, it its

necessary to do the cultivation to optimize the benefits thriugh cheap media. This

study aims to obtain alternative media for the growth of chitinolitic bacteria and

Bacillus thuringiensiswhich are cheap and easy to obtained without reducing their

pathogeniticity levels against target insects. This studi used RAL with 4 bacterial

treatments, namely Bacillus thuringiensis, iKlebsiella ozaena , Pseudomonas

pseudomalei and combination of Klebsiella ozaena and Pseudomonas

pseudomalei. From the viability of bacteria produced in soy wastewater media of

101x105for Bacillus thuringiensis, 119x10

5 for Klebsiella ozaena, and 185x10

5

for the combination of Klebsiella and Pseudomonas. The highest average

mortality of Aedes aegypti larvae reached 100% in the Bacillus thuringiensis

treatment 1,31 %. Based on the statistical test perfomed, the significance was

obtained <005. From the probit analisis obtained Lc 50 value was 0,3219 % for

Bacillus thuringiensis, and the highest Lc 50 value was 1,8944 % for Klebsiella

ozaena. The conclution is that chitinolytic bacteria and Bacillus thuringiensis

grown on soybean soaked wastewater have an effect on mortality the Aedes

aegypti L. Larvae.

Key word: Aedes aegypti, Bacillus thuringiensis, kitinolitik, biolarvacide.

Page 8: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

viii

MOTTO

Hiduplah dengan memberi sebanyak-banyaknya

Page 9: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

ix

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan Allah saat ini

sehingga dapat tersusunlah skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan doa yang

saya persembahkan kepada:

Ayah dan Ibu tercinta yang atas doa dan dukungannya hingga saya bisa berada

pada kondisi saat ini.

Semua dosen yang telah sabar memberikan pengetahuan dan ilmu yang

bermanfaat selama waktu kuliah.

Keluarga dan teman-teman yang telah bersedia membantu selama penelitian

berlangsung.

Serta orang lain yang ikut berpartisipasi yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu.

Page 10: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Bakteri Kitinolitik Dan

Bacillus thuringiensis Hasil Biakan Pada Air Rendaman Kedelai Terhadap

Mortalitas Larva Aedes aegypti L” dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini

merupakan salah satu syarat kelulusan yang harus dipenuhi pada Program Studi

Biologi Fakultas Sains dan Teknologi dalam meraih gelar Sarjana Sains.

Ucapan terimakasih yang senantiasa penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Hj. Evi Fatimatur Rusydiah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya.

2. Irul Hidayati, M. Kes selaku Ketua Jurusan Sains Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya, dan sebagai pembimbing skripsi

yang telah menyediakan waktu, tenaga dan juga pikiran untuk

mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Esti Tyastirin, M. KM selaku Ketua Prodi Biologi Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya, dan sebagai pembimbing skripsi

yang telah menyediakan waktu, tenaga dan juga pikiran untuk

mengarahkan penulis dalam penyususnan skripsi ini.

4. Linda Prasetyaning M.Kes dan Hanik faizah M.Si yang telah meluangkan

waktu untuk menguji kelayakan skripsi ini sehingga diharapkan dapat

memberikan manfaat.

5. Orang Tua dan Keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan

materi dan moral.

6. Sahabat yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi.

Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini masih sangat jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya

saran dan juga kritik yang membangun dari semua pihak, dengan harapan

agar dapat lebih baik dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan serta kontribusi terhadap kemajuan UINSA, bangsa, negara

dan juga agama.

Surabaya, 15 Mei 2021

Ajeng Rohmawati

Page 11: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i

Pernyataan Keaslian .............................................................................................. ii

Halaman Persetujuan Pembimbing ......................................................................... ii

Halaman Pengesahan ............................................................................................. iii

Pernyataan Publikasi ............................................................................................ iv

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

ABSTRACT ............................................................................................................. v

HalamanPersembahan ........................................................................................... vi

Kata Pengantar .................................................................................................... vii

Daftar Isi.............................................................................................................. ix

Daftar Tabel ............................................................................................................ x

Daftar Gambar ........................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 8

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 9

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

1.5 Batasan Masalah ................................................................................ 10

1.6 Hipotesis ............................................................................................ 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 12

2.1 Kandungan Nutrisi Air Limbah Rendaman Kedelai .......................... 12

2.2 Syarat Pertumbuhan Bakteri ............................................................. 12

2.3 Bakteri Kitinolitik .............................................................................. 15

2.4 Bacillus thuringiensis ........................................................................ 18

2.5 Bakteri Kitinolitik Sebagai Agen Pengendali Hayati ....................... 20

2.6 Aedes aegypti ..................................................................................... 21

2.6.1 Morfologi ................................................................................. 21

2.6.2. Siklus Hidup ........................................................................... 22

2.6.3 Peran Aedes aegypti Sebagai Vektor Demam Berdarah .......... 24

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 26

3.1.Rancangan Penelitian ......................................................................... 26

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 28

3.3.Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 28

3.4 Variabel Penelitian ............................................................................. 29

3.5 Prosedur Penelitian .......................................................................... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 35

4.1.Viabilitas Bacillus thuringiensi dan Bakteri Kitinolitik ................... 35

4.2.Pengaruh Bacillus thuringiensis dan Bakteri Kitinolitik Terhadap

Mortaitas Aedes aegypti .................................................................... 39

4.3.Lethal Consentration (Lc 50) Bacillus thuringensis dan Bakteri

Kitinolitik ......................................................................................... 46

4.4.Pengaruh Bacillus thuringiensis dan Bakteri Kitinolitik Terhadap

Morfologi Larva Aedes aegypti ........................................................ 50

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 56

5.1.Kesimpulan ....................................................................................... 56

Page 12: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

xii

5.2.Saran .................................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA 58

Page 13: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Bahan Organik Air Limbah Rendaman Kedelai................. 12

Tabel 4.1 Viabilitas Bakteri Kitinolitik dan Bacillus thuirngiensis dan Bakteri

Kitinolitik Pada Media Air Rendaman Kedelai .................................... 35

Tabel 4.2 Jumlah Spora Bacillus thurngiensis ...................................................... 38

Tabel 4.3 Persentase Rata-rata mortalitas larva Aedes aegypti ............................ 40

Tabel 4.4 Uji statistik rata-rata mortalitas larva Aedes aegypti ............................ 44

Tabel 4.5 Nilai Lc50 ............................................................................................. 47

Page 14: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Pertumbuhan Bakteri ............................................................... 15

Gambar 2.3 Morfologi Bakteri Pseudomonas pseudomalei .................................. 18

Gambar 2.4 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti ..................................................... 21

Gambar 2.5 Siklus Hidup Aedes aegypti................................................................ 23

Gambar 4.2 Grafik Persentase Rata-rata Mortalitas Larva Aedes aegypti ........... 43

Gambar 4.3 Grafik persamaan Lc50 Bacillus thuringiensis ................................. 48

Gambar 4.4 Grafik persamaan Lc50 Klebsiella ozaena......................................... 48

Gambar 4.5 Grafik persamaan Lc50 Pseudomonas pseudomalei .......................... 49

Gambar 4.6 Grafik persamaan Lc50 Kombinasi Pseudomonas pseudomalei dan

Klebsiella ozaena .................................................................................. 49

Gambar 4.7 Hasil pengamatan bagian kepala larva Aedes aegypti ........................ 50

Gambar 4.8 Hasil pengamatan bagian abdomen larva Aedes aegypti .................. 52

Gambar 4.9 Hasil pengamatan bagian sifon .......................................................... 53

Page 15: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persamaan Sumbu Y pada Analisis Lc 50 .......................................... 61

Lampiran 2 Hasil Uji Kruskall Wallis ................................................................... 63

Lampiran 3 Hasil Uji Mann Withney .................................................................... 64

Lampiran 4 Jumlah Mortalitas Larva Aedes aegypti ............................................. 76

Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian ..................................................................... 78

Page 16: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang

dengan pesat salah satunya pada jenis pengendalian vektor penyakit

khususnya pada penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue). Saat ini

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengarah kepada

penggunaan pestisida sebagai pengendali vektor. Penggunaan pestisida

secara terus menerus dapat menimbulkan dampak buruk yang sebelumnya

tidak pernah diperhitungkan, diantaranya pencemaran lingkungan, resistensi

hama, punahnya spesies bermanfaat (selain target pestisida), dan keracunan

pada manusia dan hewan sekitarnya (Blondine, 1999).

Seiring dengan peningkatan jumlah penggunaan pestisida di

masyarakat sehingga menyebabkan resistensi pada nyamuk Aedes aegypti, hal

ini dapat diketahui dari data kenaikan jumlah kasus DBD dari tahun ke

tahun, hal ini bermula pada tahun 1968 dengan jumlah 58 kasus DBD hingga

pada tahun 2015 terus mengalami peningkatan mencapai 126.675 kasus.

Berdasarkan pada data IR (incidence rate) DBD bahwasanya telah terjadi

puncak endemik sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 10 tahun. Puncak

endemik ini terdapat pada Provinsi Bali 208,7 kasus, Provinsi Kalimantan

Timur 183,12 kasus, dan Provinsi Kalimantan Tenggara 120,08 kasus yang

terjadi per 100.000 penduduk. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Timur

menduduki peringkat ke 12 dari semua provinsi di Indonesia dengan jumlah

kasus DBD sebanyak 51,84 per 100.000 penduduk di Indonesia

Page 17: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

2

(Subdirektorat Arbovirus, 2016). Pada awal mula DBD di Indonesia, CFR

(Case fatarity rate) / kasus kematian pada DBD sebesar 41,4%, namun setiap

tahunnya terus mengalami penurunan hingga 0,97% pada tahun 2015

(Subdirektorat Arbovirus, 2016). Provinsi dengan angka CFR tinggi tidak

selalu memiliki angka IR tinggi dan juga sebaliknya yaitu pada IR tinggi

belum tentu juga memiliki angka CFR tinggi, hal ini terjadi karena

pengetahuan masyarakat akan akses pelayanan dan upaya pemberantasan

sarang nyamuk (PSN) belum banyak diketahui oleh masayarakat pada

umumnya ( Kemenkes RI, 2010).

Virus dengue ditularkan dari satu orang ke orang lain oleh nyamuk

Aedes terutama Aedes aegypti (Lambrechts L et al,. 2010). Infeksi pada

manusia menyebabkan spektrum penyakit mulai dari penyakit demam ringan

yang sembuh hingga demam berdarah dan juga syndrome syok dan kematian,

telah diakui bahwa sebagian besar infeksi ringan tidak menunjukkan

manifestasi klinis. Hingga saat ini tidak ada antivirus yang tersedia, meskipun

kemajuan perkembangannnya virus cukup luas (Gunther VJ et al,. 2011).

Nyamuk termasuk kedalam salah satu jenis insekta, nyamuk Aedes aegypti

merupakan vektor utama DBD yang termasuk dalam salah satu penyakit

infeksius, sehingga didalam Al-Quran telah dijelaskan secara khusus pada

surat Al-Baqarah ayat 26:

ا تعضة فما فى قها فأ م تهم ان الل لا يسححي أ ن يضس ب مثلا م ا ا لر يه آ مىى ا فيعلمىن أوه الحق مه ز

تهرا مثلا يضل ته كثيساويهدي ته كث ا الر يه كفسوا فيقى لىن ما ذا أزادالل يسا وما يضل ته ئ لا وأم

الفسقيه

Artinya : “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa

nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman,

maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Rabb mereka, tetapi

Page 18: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

3

mereka kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk

perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan

Allah dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya

petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang

fasik”. (Qs. Al-Baqarah: 26).

Ayat tersebut merupakan penegasan dari Al-Quran bahwasanya

nyamuk merupakan salah satu mahluk yang memiliki banyak bagian yang

menarik untuk diteliti sebagai salah satu tanda keagungan Allah SWT,

meskipun banyak orang yang hanya memandang nyamuk merupakan hewan

yang sangat merugikan manusia. Sehingga Allah tidak akan segan membuat

perumpamaan berupa nyamuk atau yang “lebih rendah dari itu” yaitu laba-

laba dan lalat, hal ini merupakan penegasan Allah melalui perumpamaan yang

diberikan sebagai pemberitahuan bahwa supaya manusia tidak pernah

memandang remeh sekalipun terhadap sesuatu yang kecil, seperti halnya pada

larva nyamuk meskipun dengan ukuran yang kecil dapat menyebabkan

sesuatu yang besar, salah satunya larva yang akan tumbuh menjadi vektor

penyakit DBD pada manusia sehingga dapat difahami bahwasanya sesuatu

yang kecil tidak boleh dianggap sebagai sesuatu yang tidak berguna dan

merugikan melainkan selalu terdapat pengetahuan dan manfaat untuk

dipelajari, sehingga bagi orang-orang yang beriman akan menjadikan tingkat

keimanannya semakin tebal dan menjadikan tingkat keimanan orang-orang

fasik yang semakin sesat karena menolak petunjuk yang Allah berikan

(Shaleh, 2009)

Metode pencegahan penularan penyakit DBD yang saat ini digunakan

yaitu melalui metode PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang merupakan

pengendalian secara hayati melalui pemanfaatan musuh alami hama (patogen,

Page 19: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

4

predator dan parasitoid) (Putrina dan Fardedi, 2007). Pengendalian nyamuk

lebih mudah dilakukan pada fase larva dibandingkan dengan fase lain dari

siklus hidup nyamuk, salah satunya melalui pemanfaatan bakteri kitinolitik

yang memiliki pengaruh mortalitas terhadap larva nyamuk Aedes aegypti

(Pujianto et al., 2008). Bakteri kitinolitik merupakan bakteri dengan potensi

produksi enzim kitinase sebagai pendegradasi senyawa kitin untuk

memperoleh unsur-unsur yang dibutuhkan keberlangsungan hidupnya

meliputi nitrogen, karbon dan juga energi. Sehingga dengan potensi yang

dimiliki oleh bakteri kitinolitik menjadikannya sebagai agen pengendali

hayati nematoda, cendawan patogen, dan serangga hama, hal ini karena

struktur komponen dinding sel organisme tersebut tersusun atas kitin

(Giyanyo et al, 2009).

Penelitian mengenai pemanfaatan bakteri kitinolitik dan juga Bti sudah

pernah dilakukan sebagai biolarvasida pada Aedes aegypti, proses ini

melibatkan enzim kitinase dan endotoksin yang menyebabkan proses

pertumbuhan larva terganggu. Bacillus thuringiensis dapat diisolasi dari

berbagai sumber, sebagian besar bersumber dari media tanah, di Indonesia

telah banyak ditemukan isolat-isolat lokal dengan kemampuan yang spesifik

pada target hama tertentu (Putrina dan Fardendi, 2007). Cara kerja Bacillus

thuringiensis israelensis sebagai larvasida melalui mekanisme penghancuran

sistem pencernaan larva Aedes aegypti, menggunakan kristal protein yang

bersifat insektisida yang dihasilkan ketika fase sporulasi. Kristal protein ini

sering disebut dengan endotoksin yang pada dasarnya merupakan protoksin

yang akan tersuspensi pada usus serangga akan mengalami perubahan

Page 20: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

5

menjadi polipeptida dengan ukuran yang lebih pendek (27-149 kd), toksisitas

yang dihasilkan berasal dari aktifitas proteolitis yang berada didalam sistem

pencernaan serangga patogen. Sehingga endotoksin yang dihasilkan oleh

Bacillus thuringiensis israelensis dapat menyebabkan terbentuknya pori-pori

pada sistem pencernaan dan menyebabkan terganggunya sistem

keseimbangan osmotik, akibatnya sel membengkak dan mengalami

perpecahan dan berakhir pada kematian larva (Perez et al., 2005).

Pada umumnya Bacillus thuringiensis isaelensis (Bti) dibiakkan pada

media standar laboratorium yaitu media TSB (Triptic Soy Broth) dengan

harga yang relatif mahal. Hal ini menjadi kendala uatama dalam biakan

bakteri Bti untuk sekala besar. Penelitian mengenai pemanfaatan limbah air

rendaman kedelai masih belum banyak diteliti, tetapi pemanfaatan air limbah

cucian beras sebagai media biakan bakteri kitinolitik dan Bti sebelumnya

pernah dilakukan oleh Blondine (2008), namun melihat nutrisi yang

terkandung dalam air limbah cucian beras tidak jauh berbeda dengan nutrisi

yang terdapat pada air limbah rendaman kedelai sehingga juga terdapat

potensi air limbah rendaman kedelai dapat dimanfaatkan sebagai media

biakan bakteri. Hasil penelitian yang pernah dilakukan dengan media air

limbah cucian beras murni (bukan limbah beras kemasan) memiliki jumlah

sel hidup sebanyak 1,47 x 106 sel/ml. Penambahan filtrat termodifikasi

dengan penambahan gula 5%, 5% air tempe dan 90% air limbah cucian beras

dan maupun pada filtrat murni untuk media Pseudomonas, dari penelitian

yang pernah dilakukan bahwasanya jumlah koloni bakteri yang dihasilkan

Page 21: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

6

mencapai 396 x 102

Setelah pengamatan selama 6 jam (Nurhasanah et al.,

2010).

Industri tempe memiliki kontribusi penting dalam pemerataan kerja,

peningkatan pendapatan masyarakat, dan ladang usaha ekonomi masyarakat.

Namun seiring perkembangan industri tempe yang semakin pesat juga

memiliki dampak negatif pada lingkungan yaitu limbah yang dihasilkan

selama proses produksi, karena pada setiap tahapan produksi tempe

membutuhkan banyak air yang digunakan yaitu pada proses perendaman,

pencucian, perebusan dan juga pengelupasan kulit kedelai. Limbah cair yang

diproduksi dari industri tempe mengandung beberapa bahan organik yang

yang masih terkandung didalamnya, kandungan senyawa organik tersebut

diantaranya karbohidrat, lemak minyak, protein dan serat (Wiryani, 2007).

Kemajuan bidang teknologi mengubah cara pandang masyarakat terhadap

limbah untuk diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat, sebagian besar

pemanfaatan limbah cair industri tempe hanya sebatas pada pembuatan pupuk

cair, dan masih belum banyak yang dimanfaatkan sebagai media biakan

bakteri, penelitian pemanfaatan air limbah rendaman kedelai sebelumnya

sudah pernah dilakukan oleh Putrina dan Fardedi (2007), namun hanya

spesifik pada biakan bakteri Bacillus thuringiensis.

Sesuai dengan pedoman hidup yaitu Al-Quran yang dan juga melihat

sifat alamiah manusia yang yang selalu ingin berkembang, maka manusia

akan terus berusaha untuk menggali potensi yang belum termanfaatkan,

dalam hal ini manusia terinsipasi dari potongan surat Al-Imran: 191

...زتىا ما خلقث هر ا تا طلا سثحا وك فقىا عرا ب الىا ز

Page 22: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

7

Artinya : “ Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia,

maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Qs. Al-Imran:

191).

Berdasarkan pada potongan ayat tersebut. terdapat penekanan makna

pada kalimat “Tiadalah engkau menciptakan segala bumi dan isinya dengan

sia-sia”, sehingga setiap yang telah Allah ciptakan selalu memiliki manfaat.

Maka sudah seharusnya sebagai mahluk yang paling sempurna yang dibekali

akan pikiran yang paling sempurna dapat menciptakan suatu inovasi dari

barang yang dianggap tidak memiliki nilai manfaat (limbah) sehingga

menjadi barang yang bermanfaat untuk banyak orang, sehingga dari hal

tersebut dapat diperoleh suatu hal yang baru. Limbah merupakan suatu bahan

yang mengganggu ataupun hasil samping barang yang telah dianbil manfaat

utamanya yang tidak terjadi secara sendirinya tanpa usaha manusia, Sehingga

sebagai wujud tanggung jawab manusia yang tidak hanya bisa mengekploitasi

manfaatnya tetapi juga dapat meminimalisir kerusakan lingkungan melalui

pemanfaatan limbah air rendaman kedelai yang masih memiliki nilai nutrisi

yang relaif tinggi dan tidak seharusnya dibuang dengan sia-sia (Wiryani,

2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan pada pembuatan

media biakan bakteri yang menyatakan bahwasanya masih terdapat nutrisi-

nutrisi yang dihasilkan dari limbah air cucian beras tidak jauh berbeda dengan

air limbah rendaman kedelai, sehingga peneliti mencoba memanfaatkan air

limbah rendaman kedelai sebagai alternatif media biakan bakteri kitinolitik

yaitu Pseudomonas pseudomalei dan Klebsiella ozaena yang terbukti

menghasilkan enzim kitinase untuk mendegradasi eksoskeleton yang terdiri

Page 23: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

8

dari zat kitin pada larva Aedes aegypti dan juga kemampuan pada Bti sebagai

penghasil endotoksin yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem

pencernaan larva Aedes aegypti, melihat dari masing-masing kemampuan

yang dimiliki maka dapat dimanfaatkan sebagai biolarvasida. Berawal dari

cara pemberantasan vektor demam berdarah yaitu Aedes aegypti

menggunakan biolarvasida yang termotivasi dari sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh Muslim, hadits tersebut menuliskan sabda Rasulullah yaitu

“Setiap penyakit pasti ada obatnya, dan Apabila obat telah mengenai sebuah

penyakit maka atas izin Allah akan didatangkan kesembuhan”. Dalam suatu

riwayat hadits yang telah diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi

Rasulullah bersabda “Allah menciptakan obat bagi setiap penyait yang telah

Allah ciptakan, kecuali penyakit tua” (Anajjar, 2006).

Sehingga meskipun penyakit Demam Berdarah Dengue hingga saat ini

belum terdapat vaksinnya, maka Allah telah memberikan solusi berupa cara

penanggulangannya salah satunya menggunakan biolarvasida dari Bti dan

juga bakteri kitinolitik, karena hanya Allah yang berhak dan berkuasa atas

segala yang terjadi pada mahluknya, maka sudah menjadi kewajiban manusia

sebagai khalifah dibumi untuk melindungi dan menjaga tubuh dan juga

lingkungan dari segala yang dapat memperburuk keadaannya. Seperti hal nya

limbah air rendaman kedelai yang masih memiliki nutrisi yang dapat

digunakan sebagai pertumbuhan bakteri dengan baik sehingga dapat

digunakan sebagai media alternatif biakan bakteri dengan harga yang relatif

murah.

1.2 Rumusan Masalah

Page 24: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

9

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan maka diperoleh

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah air limbah rendaman kedelai dapat dimanfaatkan sebagai media

pertumbuhan bakteri kitinolitik dan Bacillus thuringiensis ?

2. Apakah bakteri kitinolitik dan Bacillus thuringiensis yang dibiakkan pada

air limbah rendaman kedelai memiliki pengaruh terhadap mortalitas larva

Aedes aegypti ?

3. Apakah bakteri kitinolitik dan Bacillus thuringiensis yang dibiakkan pada

media air limbah air rendaman kedelai memiliki pengaruh terhadap

morfologi larva nyamuk Aedes aegypti ?

4. Berapakah nilai Lc 50 pada bakteri kitinolitik dan Bacillus thuringiensis

yang ditumbuhkan pada media air limbah rendaman kedelai.

1.3 Tujuan

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah disebutkan maka

diperoleh rumusan sebagai berikut:

1. Menganalisis pertumbuhan bakteri kitinolitik dan Bacillus thuringiensis

pada media biakan air limbah rendaman kedelai.

2. Menganalisis pengaruh yang ditimbulkan bakteri kitinolitik dan Bacillus

thuringiensis yang telah dibiakkan pada media air limbah rendaman

kedelai terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti.

3. Menganalisis pengaruh bakteri kitinolitik dan Bacillus thuringiensis yang

dibiakkan pada media air limbah rendaman kedelai terhadap morfologi

larva nyamuk Aedes aegypti.

Page 25: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

10

4. Menganalisis nilai Lc 50 Pada bakteri kitinolitik dan Bacillus thuringiensi

yang ditumbuhkan pada media air limbah rendaman kedelai.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya:

1. Memberikan pengetahuan bahwasanya air limbah rendaman kedelai dapat

digunakan sebagai alternatif media biakan bakteri kitinolitik dan Bacillus

thuringiensis dengan harga yang terjangkau.

2. Mengurangi pencemaran air oleh limbah cair industri tempe yang

kebanyakan dibuang pada saluran sanitasi air lingkungan.

3. Kontribusi ikut serta dalam usaha pelestarian lingkungan hidup dan

membantu mengurangi resiko penyakit tular vektor DBD dengan

memanfaatkan bakteri sebagai biolarvasida yang ramah lingkungan.

1.5 Batasan Masalah

Untuk menghindari perluasan batasan masalah, maka perlunya batasan

masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Air limbah rendaman kedelai yang digunakan pada penelitian ini berasal

dari kedelai murni yang berasal dari petani.

2. Bakteri kitinolitik yang digunakan merupakan Pseudomonas pseudomalei

dan Klebsiela ozaena, yang diperoleh dari koleksi Laboratorium

Mikrobiologi Universitas Brawijaya Malang. Telah teruji kitinolitik pada

penelitian yang dilakukan oleh Fatchiah (2011).

3. Bakteri Bacillus thuringiensis yang digunakan diperoleh dari koleksi

Laboratorium Mikrobiologi Universitas Airlangga Surabaya.

Page 26: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

11

4. Larva Aedes aegypti yang digunakan merupakan larva instar III yang

diperoleh dari koleksi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

5. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dalam laboratorium

dengan suhu konstan 260C.

6. Selama perlakuan berlangsung, larva tidak diberi makan sama sekali.

1.6 Hipotesis

Hipotesis ini berdasarkan pada terdapat pengaruh bakteri kitinolitik dan

Bacillusthuringiensis yang tumbuh pada media air limbah rendaman

kedelai dapat meyebabkan mortalitas pada larva Aedes aegypti.

Page 27: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kandungan Nutrisi Air Limbah Rendaman Kedelai

Kandungan bahan-bahan organik dalam buangan industri tempe dan

tahu masih sangat tinggi, kandungan yang masih terdapat dalam limbah

tersebut diantaranya protein, karbohidrat, minyak, dan lemak. Diantara semua

bahan kandungan organik yang paling besar terbuang adalah lemak dan

protein 40-60%.

Tabel 2.1 Kandungan bahan organik air limbah rendaman kedelai

No Parameter Limbah Cair Dari Rendaman

Kedelai (Rata-rata)

1 Suhu 320C

2 TDS (Total Dissolve Solid) 25.254 mg/L

3 TSS (Total Suspended

Solid)

4.551 mg/L

4 pH 4,16 mg/L

5 NH3N (Amoniak bebas) 26,7 mg/L

6 NO3N (Nitrat) 14,08 mg/L

7 DO (Dissolved Oxygen

Demand)

Ttd

8 BOD (Biological Oxygen

Demand)

31,380 mg/L

9 COD (Chemical Oxygen

Demand)

35,398 mg/L

Sumber : Wiryani, 2010

2.2. Syarat Pertumbuhan Bakteri

Masing-masing bakteri memiliki persyaratan fisik dan nutrisinya,

persyaratan nutrisi ini salah satunya pada media yang digunakan sebagai

tempat tumbuhnya meliputi unsur-unsur hara yang dibutuhkan, tekanan

Page 28: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

13

osmosis, PH yang sesuai kebutuhan mikroorganisme, tidak mengandung zat-

zat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, nutrisi yang ada pada

media diantaranya:

Jenis bakteri fotoautotrof dan bakteri kemoautotrof yang memiliki masing-masing

kebutuhannya secara spesifik.

1. Air (H2O) semua organisme membutuhkan unsur ini untuk fungsi

metabolik dan proses pertumbuhannya.

2. Sumber karbon (C). Hal ini ditinjau berdasarkan pada perolehan sumber

karbon pada tumbuhan daintaranya dapat dilakukan secara Ototrof dan

Heterotrof, cara heterotrof dapat dilakukan oleh organisme saprofit dan

juga parasit. Berdasarkan pada cara perolehan energi bakteri dilakukan

secara Fotoautotrof yaitu perolehan energi melalui energi cahaya, dan

Kemoautotrof yaitu mekanisme perolehan energi melalui mengoksidasi

senyawa kimia.

3. Sumber nitrogen (N), kebutuhan bakteri akan nitrogen sangat beragam

diantaranya pada nitrogen atmosferik, nitrogen anorganik dan nitrogen

organik.

4. Belerang (sulfur) dan fosfor (P).

5. Elemen logam ( Natrium (Na), kalium (K), Magnesium (Mg), mangan

(Mn), besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), dan cobalt (Co)).

6. Vitamin, tidak semua bakteri dapat mensintesis kebutuhan akan

vitaminnya sehingga perlu dilakukan adanya penambahan substrat

vitamin pada bakteri yang tidak dapat mensintesis kebutuhan vitaminnya

(Pleczar, 2008).

Page 29: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

14

Pertumbuhan juga bergantung pada kondisi lingkungan yang optimum

untuk mendukung pertumbuhannnya, diantaranya:

1. Aerasi (O2) pada jenis bakteri aerob dan juga fakultatif anaerob.

2. Temperatur/ suhu, hal ini berdasarkan pada jenis dan penyesuaian jenis

bakteri termofilik atau tidak, sehingga pada setiap bakteri memiliki kadar

suhu optimal untuk pertumbuhannnya, pengelompokan bakteri ini

berdasarkan pada Psikrofil (dapat tumbuh pada rentang suhu 00C-30

0C),

Mesofil (dapat tumbuh pada rentang suhu 250C-40

0C), dan bakteri

thermofil (dapat tumbuh pada rentang suhu ≥500C.

3. Tingkat keasaman /PH, secara umum bakteri dapat tumbuh pada tingkat

keasaman 6,5 dan 7,5 dan batas toleransi minimal pada PH 4 dan

maksimal pada PH 9.

4. Tekanan osmotik media

5. Bentuk dan komponen media, berdasarkan bentuk atau konsistensinya

media dibedakan menjadi 3 macam media yaitu pada media cair (Nutrien

Broth, Air mineral sintetik + hidrokarbon, dan N free medium), Media

padat (Nutien Agar, Buchenell Hass medium agar, CMC (Carboxyl Methyl

Cellulose) agar), dan media semi padat (SIM agar) (Pleczar, 2008).

Jika kebutuhan bakteri telah tercukupi dengan semestinya maka akan

tergambar pada grafik pertumbuhan fase hidup mikroba yang terdiri dari fase

lag, eksponensial, stasioner, dan kematian.

Page 30: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

15

Gambar 2.1. Kurva Pertumbuhan Bakteri Pada batch culture

(Sumber: Zubaidah, 2006).

Fase lag tidak terjadi penambahan populasi pada bakteri fase ini

juga disebut dengan fase adaptasi bakteri, dilanjutkan dengan fase

Exsponensial terjadi ketika aktivitas metabolik bakteri konstan dan

pertumbuhan bakteri seimbang, fase stasioner terjadi ketika pertumbuhan

bakteri berada pada usia optimal sehingga terjadi kematian karena terjadi

kompetisi energi sehingga nutrisi yang tersedia tidak seimbang dengan

jumlah bakteri akibatnya terjadi akumulasi hasil metabolisme akhir, dan

berakhir pada fase kematian, Pembentukan metabolit sekunder terjadi

setelah metabolisme primer atau setelah fase pertumbuhan selesai

(Guswenrivo et al., 2008).

2.3. Bakteri Kitinolitik

Bakteri kitinolitik merupakan bakteri yang memiliki kemampuan

mendegradasi zat kitin menggunakan enzim kitinase untuk memperoleh

energi, karbon, dan juga nitrogen. Berbagai kelompok bakteri yang telah

diketahui memiliki aktivitas kitinase diantaranya berasal dari genus Bacillus,

Page 31: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

16

Serratia, Aeromonas, Streptomyces, Pseudomonas, Enterobacte, Vibrio,

Arthtobacter (Marbawati, 2005).

Bagian perakaran tanaman atau rizosfer adalah bagian tanaman yang

paling kaya akan aktivitas mikroorganisme, tingginya aktivitas ini disebabkan

oleh nutrisi yang terkandung pada bagian akar sangat kompleks diantaranya

sebagai sumber karbon dan nitrogen yang diperoleh dalam bentuk asam

amino dan gula untuk perkembangan mukroorganisme sehingga bakteri ini

disebut sebagai bakteri .Jaringan internal akar merupakan bagian yang

memiliki kerapatan bakteri endofit kitinolitik paling tinggi pada bagian

internal akar, salah satu indikator yang digunakan utuk mengetahui potensi

terhadap agensia antagonis yaitu melalui karakter fisiologi yang dimiliki,

yaitu kemampuan bakter untuk menghasilkan enzim ekstraseluler (protease,

selulase, dan kitinase) (Harni, 2010).

Bakteri kitinolitik dapat diperoleh melalui beberapa media diantaranya

rizospore, beberapa lingkungan perairan, tanah, dan juga phyllosphere namun

bakteri ini juga dapat ditemukan pada

2.3.1 Klebsiella ozaena

Klebsiella sp merupakan salah satu bakteri gram negatif dengan bentuk

batang, memiliki flagela dan tidak berspora, bersifat fakultatif anaerob,

mampu bertahan pada suhu 370C. Salah satu struktur tubuhnya terdiri atas

kapsul yang tersusun atas antigen O (tumpukan dari polisakarida ) yang tahan

panas. Klebsiella ozaena merupakan bakteri yang dapat membentuk koloni

berlendir atau sering disebut dengan mukoid, dapat mengkatalis beberapa

unsur karbohidrat seperti hanya glukosa dan menghasilkan gas dan juga asam

Page 32: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

17

secara optimal pada kondisi anaerobik. Pada penelitian terdahulu telah

diketahui bahwasanya bakteri ini mampu menghidrolisis kitin pada komposisi

media uji dengan angka indeks kitinase sebesar 1,20 mm (Fatichah, 2011).

Klasifikasi Klebsiella ozaena pada Moises (1972).

Kingdom : Bacteria

Devisi : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Klebsiella

Spesies : Klebsiella ozaena

Media yang paling sesuai untuk pertumbuhan bakteri ini merupakan

media dengan kandungan karbohidrat tinggi, karena karbohidrat merupakan

komponen utama pada lapisan tebal kapsul bakteri yang digunakan sebagai

dasar identifikasi bakteri (Dwidjoseputro, 1994).

2.3.2 Pseudomonas pseudomalei

Bakteri genus Pseudomonas pseudomalei merupakan bakteri berbentuk

batang memiliki ukuran 0,5-1,0 x 1,5-5,0, sebagian besar genus Pseudomonas

tidak mampu tumbuh pada lingkungan asam (PH 4,5), dan juga tidak terlalu

membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan karena sebagian spesies

mereka merupakan kemolitotrof yang dapat menggunakan H2 dan CO sebagai

sumber energi yang digunakan untuk pertumbuhan. Pseudomonas

pseudomalei merupakan jenis bakteri gram negatif berbentuk bacill/batang,

Page 33: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

18

dan bersifat aerob, bakteri ini berpotensi menimbulkan penyakit melidiosis

(Brooks, 2005).

Klasifikasi Pseudomonas pseudomallei Arief (2010).

Kingdom : Monera

Divisi : Schizophyta

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Pseudomonadales

Famili : Pseudomonaceae

Genus : Pseudomonas

Spesies : Pseudomonas pseudomalei

Gambar 2.3. Morfologi Bakteri Pseudomonas pseudomalei

(Sumber: Susilowati, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Faticah (2011)

Pseudomonas pseudomalei memiliki potensi penghasil enzim kitinase melalui

media kitin agar, dengan hasil indeks kitinase 1,16 mm.

2.4. Bacillus thuringiensis

Bacillus thuringiensis merupakan jenis bakteri gram positif yang

memiliki bentuk batang dengan kemampuan membentuk endospora, dan juga

menghasilkan kristal protein pada proses sporulasinya. Selama siklus

hidupnya Bti mengalami tiga fase diantaranya fase vegetatif, sporulasi, dan

Page 34: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

19

sporulasi akhir. Bti bersifat patogenik kuat beberapa golongan serangga

terutama pada golongan diptera (Utami, 2010).

Terdapat banyak sekali subspesies dari Bti diantaranya terdapat 34

supspesies yang terdiri lebih dari 800 keturunan yang telah diisolasi.

Diantaranya aizawai, sandiego, tenebroid, israelensis, sottoentomocidus,

morrisoni, masing-masing dari sub spesies memiliki spesifikasi terget

masing-masing, salah satunya pada Bacillus thuringiensis israelensis L,

spesifik terhadap serangga anggota diptera baik dewasa maupun larva

(Soesanto, 1992), jenis serangga yang peka terhadap Bti merupakan serangga

yang memiliki saluran pencernaan yang bersifat alkali, dan menghasilkan

enzim dan mineral yang mampu menghidrolisis kristal protoksin menjadi

toksin. Karakteristik Bti yaitu mampu memproduksi kristal protein yang

terjadi didalam sel pada waktu sporulasi bersamaan dengan spora (Blondine

dan Yuniarti, 2001).

Menurut Holt (1994), kalsifikasi Bacillus thuringiensis sebagai berikut:

Kingdom : Prokariota

Filum : Bakteria

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Family : Bacillaceae

Genus : Bacillus

Jenis : Bacillus thuringiensis.

Jenis toksin yang dihasilkan oleh Bti yaitu α (alfa), β (beta), gamma,

dan juga delta-endotoksin, diantara toksin yang dihasilkan yang paling

Page 35: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

20

berperan sebagai insektisida adalah protein β (beta)-eksotoksin yang bersifat

termostabil dan sangat larut dengan, kadar toksisitas yang sangat tinggi

(Suwahyono, 2010).

2.5. Bakteri Kitinolitik Sebagai Agen Pengendali Hayati

Pengendalian penyakit melalui pemanfaatan mikroorganisme merupakan

metode yang baru-baru ini diterapkan, menurut pendapat supriadi (2006) agen

hayati merupakan organisme yang dapat bereproduksi sendiri seperti halnya

predator, arthropoda pemakan tumbuhan, parasit, dan patogen, secara umum

jenis pengendali hayati yang umum dikembangkan adalah jenis mikroba

alami yang sebagai saprofit tanah, pada jaringan tanaman, dan bahan

organik. Cara pengendalian hayati yang paling efektif melalui pemanfaatan

mikroba kitinolitik karena tidak menimbulkan resistensi, kitinase yang

dihasilkan oleh mikroba mampu menghidrolisis struktur dinding sel tabung

miselia dan juga lapisan eksoskeleton serangga (El-Katany et al, 2000).

Proses mengendalikan pertumbuhan patogen pada tanaman oleh bakteri

dapat terjadi melalui tiga kelompok mekanisme, yang dinyatakan oleh Nasahi

(2010).

1. Melalui kompetisi makanan antar mikroorganisme dalam tanah. Waktu

pertumbuhan mikroba yang begitu cepat akan mendesak proses

pertumbuhan mikroba patogen.

2. Mikroparasitme, bakteri termasuk dalam bakteri mikroparasit, karena

dapat menghambat pertumbuhan parasit dan patogen.

3. Antibiosis, Penghasil antibiotik sebagai penghambat proses

pertumbuhan mikroba patogen.

Page 36: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

21

2.6. Aedes aegypti L

2.6.1 Morfologi

Aedes aegypti L merupakan salah satu spesies nyamuk yang tergabung

dalam ordo Diptera yang pada umumnya memiliki tiga bagian tubuh yaitu

terdiri atas kepala, thoraks dan abdomen, yang membedakan morfologi

nyamuk Aedes aegypti L dengan nyamuk spesies lain yaitu pada bagian kaki

dan abdomennya berwarna hitam dan belang-belang putih, selain itu terdapat

warna putih (lyra forum)pada bagian toraksnya dengan tubuh yang relatif

kecil. Pada bagian proboscis atau alat penusuknya sisi bagian kanan terdapat

alat peraba atau palpus yang berfungsi sebagai alat peraba yang memiliki

ukuran lebih pendek dari pada bagian proboscis, pada bagian abdomen 10

ruas abdomen terakhir akan menentukan spesifikasi jenis jantan ataupun

betina, pada nyamuk jantan ruas terakhir abdomen akan berkembang menjadi

hypogidium, sedangkan pada kelamin betina akan berkembang menjadi cerci

(Aradila, 2009).

Gambar 2.4 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti

(Sumber: Boror, 1996).

Klasifikasi Aedes aegypti berdasarkan pada Maskoer Jasin (1984).

Kingdom : Animalia

Pylum : Atrhropoda

Page 37: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

22

Class : Insecta

Ordo : Diptera

Family : Culicidae

Genus : Aedes

Spesies : Aedes aegypti L.

Pada bagian kepala terdiri atas 3 bagian utama yaitu mata, postanium, dan

antena, pada bagian ruang sayap terdapat trakea (tabung pernafasan) sebagai

sirkulasi pembawa oksigen ke jaringan tubuh yang lainnya, pada bagian

tubuhnya yang lain yaitu koksa atau tempat yang dijadikan sebagai tempat

bertumpu bagian tubuhnya, pada bagian kaki terdapat femur dan juga tibia

dan bagian trokanter yaitu bagian segmen kecil antara bagian kosa dan femur.

Seluruh bagian tubuh nyamuk tersusun atas bagian yang keras merupakan

bagian yang tersusun atas kutikula. Bagian yang paling penting dan menjadi

media penyebaran penyakit pada manusia adalah pada bagian pelengkap

mulut terdapat otot dorsal dan juga ventral yang terdapat pada mandibula

yang saling berkerut bergantian untuk menembus jaringan hewan maupun

tumbuhan, serta mengeluarkan ludah untuk mempermudah menembus kulit

pada manusia dengan tujuan untuk memperoleh makanan (menghisap darah)

dan juga sebagai anti koagulan dan cairan racun (Notoadmojo, 2003).

2.6.2 Siklus Hidup

Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti termasuk kedalam holometabola

yang memiliki 4 tahapan/ fase yaitu telur, larva, pupa, dan juga imago.

Page 38: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

23

Gambar 2.5 Siklus hidup Aedes aegypti

(Sumber: Borror, 1992).

Siklus hidup pada nyamuk sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

yaitu jumlah nutrisi, suhu, tingkat keasaman air, dan patogen. Pada tahap

telur akan diletakkan pada media air yang tidak mengalir serta aman bebas

dari spesies lain yang menghuni media tersebut untuk menjaga

keberlangsungan hidupnya, selian itu telur yang dihasilkan dapat mengalami

fase dorman pada lingkungan yang kurang tercukupi air, dan akan menetas

kembali jika lingkungan air panas media penetasannya sudah tercukupi

kembali (Sigit et al, 2006).

Telur Aedes aegypti diletakkan pada permukaan air dengan posisi

terpisah, bentuk permukaannya polygonal, selain itu waktu penetasan telur

juga sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan, pada suhu 160C maka telur

akan menetas pada selang waktu hingga 7 hari, namun jika pada 300C hanya

membutuhkan waktu 1 hingga 3 hari (Neva FA and Brow HW, 1994).

Kondisi tubuh pada fase pupa memiliki bentuk agak pendek yang

terdiri atas 4 instar ( instar 1-4) pada instar 3 nyamuk berada pada kondisi

aktif bergerak ke permukaan air untuk mengambil oksigen melalui siphon

yang ditempelkan pada permukaan air dan banyak makan karena pada fase ini

Page 39: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

24

sistem pencernaannya mulai terbentuk dengan sempurna, pada setiap

pergantian instar larva akan mengalami pergantian kulit/ ekdisis. Pada larva

instar 4 dapat ditandai dengan warna tubuhnya sangat gelap (kontras dengan

tubuhnya) dan memiliki siphon yang tidak terlalu panjang, selain itu pada

instar 4 bagian tubuhnya sudah dapat diamati menjadi 3 bagian utama yaitu

cepal, thorax dan abdomen, pada akhir fase instar 4 larva akan masuk pada

fase pupa selama 3 hari kemudian lapisan pembungkus tubuhnya akan pecah

dan imago atau nyamuk dewasa akan kelur dan terbang (Sembel DT, 2009).

Ukuran kepala larva cukup besar, serta bagian abdomen dan thorax

yang cukup jelas. Untuk mendapatkan oksigen dari udara larva

menggantungkan dirinya pada permukaan air dan sesekali bergerak ke dasar

air untuk mencari makan berupa partikel-partikel dalam air, setiap pergantian

dari instar 1 menuju instar 2 dan seterusnya pada larva terjadi pergantian kulit

, yang akan berubah menjadi larva setelah 7 hari (Harwood RF and James

MT, 1979).

2.6.3 Peran Aedes aegypti Sebagai Vektor Demam Berdarah

Aedes aegypti dapat menjadi vektor DBD apabila telah menggigit dan

menghisab darah dari penderita DBD kemudian virus akan masuk kedalam

bagian intestinum nyamuk sehingga terjadi replikasi virus pada hemocoelum

dan akan terdistribusi ke bagian air liurnya untuk ditularkan kepada manusia,

masa ini berlangsung selama kurang lebih satu hingga dua minggu, fase ini

disebut dengan extrinsic incubation (Soewondo ES, 1998).

Kondisi suhu lingkungan sangat mempengaruhi virus dengue dan Ae.

aegypti, karena pada keadaan suhu rendah maupun suhu tinggi dapat

Page 40: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

25

mempengaruhi tingkat viabilitas dari virus dengue dan juga viabilitas Ae.

aegypti, sehingga kasus DBD cenderung lebih rendah ketika musim kemarau

dari pada kasus yang terjadi ketika musim hujan (Yotopranoto S dkk., 1998).

Banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwasanya terjadi

transsovarial transmission virus dengue yang terjadi pada tubuh nyamuk

betina kepada telur-telurnya, dari hasil ini maka diketahui bahwasanya Ae.

aegypti sangat memegang peranan penting di alam untuk mempertahankan

virus dengue terutama pada keadaan yang tidak menguntungkan dan tidak

terdapat hospes (Soegijanto, 2003).

Page 41: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian exsperimental dengan

menggunakan rancangan acak lengkap untuk pengujian terhadap

mortalitas larva Aedes aegypti pada 4 perlakuan bakteri. Sedangkan untuk

pengujian viabilitas bakteri pada masing-masing bakteri merupakan

penelitian exsperimental kualitatif berdasarkan pada jumlah koloni bakteri

yang tumbuh.

1. K1= 0 %

2. K2= 0,003 %

3. K3= 0,006 %

4. K4= 0,01 %

5. K5= 0,013 %

Untuk menentukan jumlah ulangan perlakuan pada penelitian

exsperimen menggunakan rancangan acak lengkap, hal ini berdasarkan

pada pendapat Supranto (2000), secara sederhana dapat diketahui

menggunakan rumus berikut:

Keterangan :

t = Treatment/ banyaknya kelompok perlakuan

r = Jumlah ulangan

(t-1)(r-1)≥15

Page 42: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut diperoleh 3x ulangan

pada masing-masing perlakuan konsentrasi bakteri dengan jumlah

keseluruhan diperoleh 17 perlakuan yaitu:

1. Control (Bacillus thuringiensis 0 %, Klebsiella ozaena 0 %,

Pseudomonas pseudomalei 0 %, dan Kombinasi Klebsiella ozaena dan

Pseudomonas pseudomalei 0 %.

2. Bacillus thuringienis 0,33 %

3. Bacillus thuringienis 0,66 %

4. Bacillus thuringienis 0,99 %

5. Bacillus thuringienis 1,31 %

6. Klebsiella ozaena 0,33 %

7. Klebsiella ozaena 0,66 %

8. Klebsiella ozaena 0,99 %

9. Klebsiella ozaena 1,31 %

10. Pseudomonas pseudomalei 0,33 %

11. Pseudomonas pseudomalei 0,66 %

12. Pseudomonas pseudomalei 0,99 %

13. Pseudomonas pseudomalei 1,31 %

14. Kombinasi Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudomalei 0,33 %

15. Kombinasi Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudomalei 0,66 %

16. Kombinasi Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudomalei 0,99 %

17. Kombinasi Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudomalei 1,31 %

Page 43: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Setiap perlakuan pada jenis bakteri diujikan pada larva Aedes aegypti instar

III didalam wadah yang berisi 150 ml aquades steril yang ditambahkan dengan

masing-masing konsentrasi jenis bakteri.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Januari – 2 Desember 2020,

di laboratorium Dinas Kesehatan Materia Medica di kota Batu.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan dan peremajaan bakteri

pada penelitian ini diantaranya: Cawan petri, beaker glass, tabung reaksi,

erlenmeyer, gelas ukur, neraca analitik, hot plate, inkubator, autoklaf, bunsen,

Laminar Air Flow, jarum ose, plastik termostabil, thermometer, plastik wrap,

PH meter. Sedangkan alat yang digunakan untuk pengujian meliputi: Gelas

plastik, gelas ukur, beaker glass, pipet tetes, spatula, kain kasa, karet, saringan

kecil, cup kecil, kertas label, termometer, dan kertas label.

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pembuatan proposal

skripsi

2 Seminar Proposal

3 Persiapan alat dan

bahan

4 Pembuatan Media

Biakan

5 Uji mortalitas pada

larva

6 Analisis data

7 Pembuatan drfat

skripsi

8 Sidang Skripsi

Page 44: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Bahan-bahan yang digunakan diantaranya: Bakteri kitinolitik

(Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudomallei) yang telah diuji

menghasilkan enzim kitinase, dan juga Bacillus thuringiensis koleksi

Laboratorium Mikrobiologi Universitas Airlangga, gula 40 gr, indikator PH

untuk parameter kelayakan PH, media NA sebagai media peremajaan, dan air

limbah rendaman kedelai sebagai media biakan bakteri. Larva nyamuk Aedes

aegypti instar III dan aquades steril sebagai media larva nyamuk.

3.4 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Konsentrasi bakteri

2. Variabel terikat : 1 Total koloni bakteri.

2. Perubahan Morfologi pada larva.

3. Mortalitas larva.

3.5 Prosedur Penelitian

1. Sterilisasi Alat

Semua peralatan yang akan digunakan disterilkan menggunakan

autoklaf dengan suhu 1210C dengan tekanan 1,5 atm dengan waktu 15

menit. Sebelum dimasukkan kedalam autoklaf, sebelumnya alat-alat sudah

dibungkus menggunakan kertas, khusus untuk peralatan tertentu kemudian

dibungkus menggunakan plastik termostabil secara keseluruhan.

2. Persiapan Media

Proses peremajaan bakteri menggunakan media NA (Nutrien agar)

sebanyak 4 gr pada 180 ml aquades, kemudian dipanaskan diatas hotplate

sambil diaduk hingga mendidih dengan indikator warna kuning terang,

Page 45: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

selanjutnya media NA dituang ke dalam 3 tabung reaksi dengan volume

masing-masing 5 ml (Sani, 2012) dan 7 cawan petri dengan volume

masing-masing cawan 20 ml.

Media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri kitinolitik

adalah air limbah rendaman kedelai, yang dibuat dari 500 gr kedelai yang

direndam menggunakan 1000 ml air selama semalam / 12 jam. Limbah

yang telah diperoleh ditambahkan gula sebanyak 20 gr per 500 ml,

dimasukkan kedalam 3 erlenmeyer volume 250 ml, masing-masing diisi

sebanyak 100 ml melalui proses penyaringan menggunakan kertas saring

(Blondine, 2008).

Sebagai media pembanding pada penelitian ini menggunakan

media TSB (Triptic Soy Broth) yang sering digunakan untuk pembiakan

bakteri Bacillus thuringensis israelensis dan media TSA (Triptic Soy

Agar) sebagai media umum pembiakan bakteri kitinolitik (Klebsiella

ozaena dan Pseudomonas pseudomalei). 9 gr media TSB dilarutkan

menggunakan 300 ml aquades dan didihkan dan juga sebanyak 9 gr media

TSA dilarutkan ke dalam 300 ml air, dipanaskan sambil diaduk hingga

mendidih, dituang ke dalam erlenmeyer volume 250 ml masing-masing

sebanyak 100 ml, ditutup menggunakan kapas pada bagian mulut botol,

kemudian disterilisasi menggunakan autoklave selama 15 menit dengan

suhu 1210C, tekanan 1,5 atm.

3. Peremajaan dan Penumbuhan Bakteri

Proses peremajaan bakteri menggunakan media NA miring yang

telah diinkubasi selama 48 jam dengan suhu 370C. Hal ini wajib dilakukan

Page 46: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

setiap bakteri akan digunakan, dan untuk menjaga produksi metabolit

bakteri melalui proses pertumbuhan bakteri pada medium cair. Diambil 2

ose kemudian ditanam menggunakan metode pread plate pada cawan petri

menggunakan media NA untuk ditumbuhkan kultur murni, setelah

terbentuk koloni-koloni bakteri maka diambil sebanyak empat sengkelit

jarum ose pada masing-masing bakteri (Bacillus thuringiensis,

pseudomonas pseudomalei, dan Klebsiella ozaena), dipindahkan kedalam

100 ml media limbah air rendaman kedelai untuk masing-masing bakteri,

dilakukan inkubasi selama 36 jam pada rotary shaker dengan kecepatan

130 rpm, suhu 300C.

4. Perhitungan jumlah spora metode Total Viable Spore Count (TVSC)

Metode perhitungan TVSC yang dilakukan mengacu pada metode

Mardihusodo, yaitu rdibuat pengenceran 101- 10

7 dalam aquades untuk

masing-masing media, kemudian dipanaskan dengan suhu 600C selama 30

menit, pengenceran yang dilakukan dibuat 10-1

dan ditaburkan dalam

cawan, kemudian ditambahkan dengan Nutrien Agar (diinkubasi selama

2x24 jam menggunakan suhu 300C (Mardihusodo, 1995). Jumlah spora

atau TVSC bakteri Bti yang tumbuh pada media dihitung dengan metode

hitung cawan (Fardiaz, 1998). Terhadap koloni target dilakukan

pewarnaan gram melalui pembuatan preparat kemudian diberi Naphtalen

Black hingga 2 menit dan giemsa hingga 1 menit, lalu diamati dibawah

mikroskop dengan perbesaran hingga 1000 kali.

5. Perhitungan Jumlah Sel Hidup Bakteri

Page 47: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Perhitungan jumlah sel hidup/ viabilitas bakteri dilakukan

menggunakan metode TPC (Total Plate Count) pada media air limbah

rendaman kedelai setelah dilakukan proses pengenceran hingga 10-7

pada

petri disk yang telah berisi media NA sebanyak 20 ml. Diinkubasi selama

hingga 2x24 jam dengan suhu 300C (Blondie, 2008).

6. Persiapan Larva dan Uji Mortalitas

Penetasan telur dilakukan di laboratorium Integrasi UIN SUNAN

AMPEL SURABAYA dengan cara direndam menggunakan aquades

selama 24-28 jam, dilakukan pemilihan larva yang atas dasar keseragaman

ukuran dan umur paska menetas.

Larva yang digunakan pada proses uji mortalitas merupakan larva

nyamuk Aedes aegypti instar III karena masih bersifat aktif dan banyak

makan selain itu pada larva instar III sistem pencernaannya belum terbentuk

secara lengkap sehingga lebih mudah didegradasi oleh Bti, kemudian larva

diisikan kedalam gelas-gelas plastik dengan jumlah masing-masing larva

sebanyak 20 ekor pada masing-masing gelas yang telah berisi aquades 150

ml, kemudian ditambahkan bakteri Bacillus thuringiensis israelensis dan

bakteri kitinolitik (Pseudomonas pseudomalei dan Klebsiella ozaena) dengan

konsentrasi 0,003 %, 0,006 %, 0,01 %, dan 0,013 % yang telah diinkubasi

menggunakan air limbah rendaman kedelai pada rotary shaker, diamati dan

dicatat jumlah larva hidup dan mati setiap hari selama 10 hari, untuk larva

yang telah bersiklus menjadi pupa maka terhitung larva hidup.

Page 48: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

7. Pengamatan Morfologi Larva Aedes aegypti

Pengamatan morfologi larva dilakukan selama setiap hari pada

semua jenis bakteri, pengamtan ini dilakukan dengan membandingkan

morfologi larva normal pada perlakuan kontrol dan larva hasil perlakuan

jenis masing-masing bakteri dengan membandingkan dari semua bagian

tubuh larva yang melputi kepala, thorax, dan abdomen.

8 .Pengumpulan Data

Data hasil penelitian baik kualitatif (morfologi nyamuk) dan kuantitatif

(jumlah data larva dan pupa nyamuk yang mati hingga akhir pengujian)

1. Data Morfologi Larva dan Pupa

Data morfologi nyamuk diperoleh dari perubahan morfologi yang

terjadi dengan parameter kepala dan thoraks yang abnormal, dan juga

pertumbuhan sifon, meliputi ukuran tubuhnya yang kecil dan tidak

berkembang, dengan bagian eksoskeleton yang sangat transparan

sehingga bagian antar tubuhnya tidak jelas.

2. Data Kematian Larva dan pupa

Pengaruh dari pemberian bakteri Bacillus thuringeinsis dan bakteri

kitinolitik (Pseudomonas pseudomalei dan Klebsiella ozaena) diukur

berdasarkan pada jumlah mortaitas larva dan pupa Aedes aegypti jika

selama perlakuan kontrol terdapat kematian > 5% maka dianalisis

menggunakan koreksi rumus abbot :

Koreksi Mortalitas : 𝐴−𝐵

100−𝐵 x 100%

Page 49: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Keterangan :

A : Kematian pupa dan larva Aedes agypti pada uji.

B : Kematian pupa dan larva Aedes aegypti pada kontrol.

Jika angka kematian pada perlakuan kontrol <5% maka

menggunakan analisis koreksi rumus abbot (Sani, 2012).

Keterangan :

Σm : Jumlah larva dan pupa Aedes aegypti yang mati

Σt : Jumlah total larva dan pupa Aedes aegypti

8. Analisi Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan

persentase mortalitas larva dianalisis menggunakan Kruskall Wallis yang

akan disajikan disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik.

Adapun perhitungan nilai Lc50 dari konsentrasi bakteri terhadap

mortalitas larva dilakukan menggunkan analisis probit. Data kualitatif yang

diperoleh disajikan dalam bentuk gambar dan narasi, yaitu berupa morfologi

larva nyamuk Aedes aegypti dianalisis dengan membandingkan morfologi

larva nyamuk yang normal dengan morfologi larva nyamuk hasil penelitian.

Persentase mortalitas = 𝛴𝑚

Σt x 100%

Page 50: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perbandingan Viabilitas Bakteri Pada Air Limbah Rendaman Kedelai

dan Media TSA/TPB

Guna mengetahui tingkat viabilitas atau menghitung jumlah

mikroorganisme yang tumbuh berdasarkan suhu dan masa inkubasi yang

telah ditentukan menggunakan media agar. Maka, agar bakteri pada media

biakan maka harus dilakukan uji viabilitas melalui Total Plate Count

(TPC). Hasil uji yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Viabilitas Bakteri kitinolitik dan Bacillus thuringiensis pada media air

rendaman air kedelai yang telah diinkubasi selama 48 jam .

Jenis Bakteri Media Air Limbah Media TSA / TPB

Bacillus thuringiensis 101 x 105

120 x 105

Klebsiella ozaena 119 x 105

150 x 105

Pseudomonas pseudomalei 185 x 105

130 x 105

Sumber : Dokumen Pribadi, 2020.

Keterangan : Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudomalei merupakan bakteri

kitinolitik.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka viabilitas bakteri pada

media air limbah dan media umum (TPB/TSA) (tabel 4.1). Viabilitas Bacillus

thuringiensis pada media TPB sebesar 120 x 105 sedangkan viabilitas yang

dihasilkan media air limbah sebesar 101 x 105, sedangkan pada Klebsiella

ozaena viabilitas yang dihasilkan sebesar 119 x 105

cfu/ml pada media air

limbah, berbeda dengan kedua bakteri tersebut viabilitas bakteri

Pseudomonas pseudomalei lebih tinggi pada media air limbah rendaman

kedelai yaitu sebesar 185 x 105 cfu/ml. Perbedaan viabilitas bakteri pada

media limbah atau media TSA/TPB dipengaruhi oleh faktor jenis bakteri dan

juga kemampuannya, kandungan nutrisi pada media perbanyakan sangat

Page 51: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

berpengaruh terhadap terhadap pertumbuhan bakteri (Blondine et al, 1999)

namun untuk penelitian ini suhu tidak terlalu berpegaruh karena suhu diatur

konstan dengan suhu normal ruang, sedangkan untuk kadar air sangat

berpengaruh karena jika kadar air terlalu banyak maka konsentrasi bakteri

yang digunakan pada viabilitas akan berkurang dan koloni yang tumbuh akan

berjumah kurang dari standard pada umumnya, hal ini sejalan dengan apa

yang dinyatakan oleh Sjamsuriputra (1984) bahwasanya kualitas dan

kuantitas populasi bakteri sangat dipengaruhi oleh suhu, aerasi, pH, agitasi

dan kadar air.

Berdasarkan pernyataan Ludfi (2012) bahwasanya suatu bakteri

dapat dikatakan memiliki viabilitas yang baik jika tingkat viabilitasnya

sebesar 1x 106 cfu/ml hal ini sesuai dengan SNI yang berlaku, sehingga dari

hasil viabilitas bakteri pada media air limbah maupun TSA/TPB dapat

digunakan sebagai media alternatif perbanyakan bakteri karena viabilitasnya

melebihi batas standar yang ditentukan.

Pada perhitungan jumlah koloni untuk uji viabilitas dilakukan

dengan analisis morfologi koloni bakteri Bacillus thuirngiensis dengan

bentuk koloni spreaching koloninya mengkilap, dengan warna koloni putih

kekuning-kuningan. Sedangkan untuk morfologi pada koloni Pseudomonas

pseudomalei dengan elevasi yang berlekuk dan berwana putih. Sedangkan

untuk ciri morfologi koloni bakteri Klebsiella ozaena memiliki ciri khas

berlendir, berwarna putih dan berbentuk round with rised.

Banyaknya faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, sporulasi dan

juga toksisitas Bacillus thuringiensis (Bt) sangat terkait dengan kebutuhan

Page 52: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

nutrisi seperti sumber karbon atau nitrogen, kalium, dan ion logam. Dalam

hal ini glukosa sangat dibutuhkan sebagai suplai karbon untuk produksi

endotoksin pada Bt karena telah terbukti dapat memicu pembentukan

endotoksin (Mazmira et al, 2012). Peningkatan produksi endotoksin

berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi glukosa pada media karena

gukosa berkontribusi untuk peningkatan aktifitas insentisida pada Bacillus

thuringiensis, konsentrasi optimal glukosa yang dibutuhkan yaitu 6 dan 8 g/L

(Mazmira et al, 2012), hal ini sesuai dengan apa yang terdapat pada

komposisi media alternatif yang ditambahkan glukosa sebanyak 8 gr sebagai

suplai sumber karbon, namun pemberian glukosa yang berlebihan juga dapat

menghambat proses pembentukan spora (Yamashita et al, 1989).

Endotoksin yang dihasilkan oleh Bacillus thuringieniss terdiri dari

95% dan 5% karbohidrat, sehingga dengan adanya asam amino yang

terkandung pada air rendaman kedelai sangat penting dibutuhkan oleh

Bacillus thuringiensis dalam proses sisntesis endotoksin dan sporulasi. Selain

itu berdasarkan penelitian sebelumnya bahwasanya bakteri gram positif

seperti Bacillus thuringienisis mampu mengakumulasikan asam amino

tertentu yang bisa digunakan sebagai sumber energi yang dibutuhkan pada

proses sporulasi dan sintesis protein (Vidyarthi, 2001).

Pada pengamatan pada hari ke 0 pengujian, jumlah spora pada

Bacillus thuringiensis diperoleh sebanyak 1,2 x 10 -7

. Daya bunuh Bacillus

thuringiensis tidak ditentukan oleh banyaknya jumlah spora yang dihasilkan,

karena spora yang dihasilkan masing-masing memiliki kemampuan yang

berbeda. Toksisitas Bacillus thuringiensis ditentukan oleh bentuk kristal

Page 53: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

protein yang dihasilkan berdasarkan strain bakteri dan kondisi serangga

target. Struktur kristal spora sangat menentukan kemampuan toksin yang

diproduksi oleh Bacillus thuringiensis (Dulmage and Rose, 1971).

Tabel 4.2 Jumlah spora Bacillus thuringiensis hari ke-0

Jenis bakteri Jumlah spora

Bacillus thuringiensis 1,2 x 10-7

Sumber: Dokumen Pribadi, 2020

Tempat atau sumber isolat Bacillus thuringiensis mempengaruhi

daya bunuh dan toksisitasnya terhadap larva nyamuk. Berdasarkan pada

penelitian yang telah dilakukan oleh N Riza (2019) bahwasanya Bacillus

thuringensis hasil isolat Surabaya memiliki daya bunuh terhadap larva

sebanyak 2,5% dari total populasi larva uji, sedangkan pada Bacillus

thuringiensis hasil isolat Salatiga memiliki daya bunuh sebesar 100% pada

semua konsentrasi yang digunakan. Sehingga dapat dipahami bahwasanya

kristal protein dan sumber isolat sangat menentukan kemampuan Bacillus

thuringiensis (Liu et al, 2010).

Keseimbangan antara sumber karbon sangat diperlukan untuk

menghindari terjadinya nilai pH yang lebih rendah dari 5,6 yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan sel dan konsentrasi spora akhir (Dulmage et al, 1971),

selain itu diantara ion yang disebutkan untuk proses produksi endotoksin

adalah kalium, potasium, dan berbagai ion logam (Ca, Mg, Mn, Zn, Cu, dan

Fe) dari banyaknya media umum yang digunakan yang berfungsi sebagai

supresif media yaitu, molase, glukosa dan juga pati. Berdasarkan pada media

produksi murah yang banyak digunakan termasuk hasil samping agroindustri

dan limbah yang sudah dikembangkan seperti hanya pada dedak gandum,

tepung dan bubur ikan, bungkil kedelai dan pati, air didih keju, susu kacang

Page 54: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

kedelai, dan juga molase tebu, kedelai tepung. Selain itu sporulasi dan sintesis

endotoksin sangat bergantung pada suplai oksigen yang mendukung respirasi

sel dan metabolisme yang mengarah ke jumlah sel dan spora yang lebih tinggi

dan konsentrasi endotoksin (A. Ndao et al, 2017).

Pemilihan media produksi sangat memicu produksi endotoksin

yang memastikan efektifitas Bacillus thuringiensis sebagai agen biologis,

bahwasanya kondisi optimal untuk hasil spora dan endotoksin tidak sama,

meskipun fase sporulasi dan pembentukan endotoksin terjadi secara

bersamaan selama proses fermentasi. Ph dan suhu merupakan faktor utama

yang mempengaruhi Bacillus thuringiensis pada proses biopestisida,

kemudian juga Ph optimal untuk pertumbuhan bakteri yaitu pada Ph 7,5 (P.

Setloe, 1970), selain itu pada proses ini juga memerlukan Natrium pada

kadar tertentu sebagai pengontrol entomotoksisitas dan juga produksi

endotoksin (Kd Vu, R tyagi et al, 2009).

4.2 Pengaruh Bacillus thuringiensis dan Bakteri Kitinolitik (Klebsiella ozaena

dan Pseudomonas pseudomalei) Terhadap Mortalitas Aedes aegypti.

Mortalitas larva Aedes aegypti terjadi mulai hari pertama pengujian

pada semua perlakuan bakteri, hal ini terjadi karena aktivitas enzim kitinase

pada bakteri kitinolitik telah bekerja merusak lapisan eksoskeleton.

Eksoskeleton merupakan lapisan paling luar pada lapisan tubuh larva

nyamuk, sedangkan kitin merupakan pelindung utama untuk stabilitas

osmolaritas air pada lingkungan (Borror et al, 1996). Berdasarkan

pernyataan tersebut maka keberadaan lapisan eksoskeleton sangat penting

untuk menjaga keseimbangan kandungan air dalam tubuh larva.

Page 55: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Tabel 4.3 Persentase Rata-Rata Mortalitas Larva Aedes aegypti selama 5 hari pengamatan pada

Jenis Bakteri Konsentrasi

Persentase

Rata-Rata

Mortalitas

Hasil uji

normalitas

P, value

Kruskall

wallis

Kontrol 0 % 0

<0,05 0,008

Bacilus

thuringiensis

0,33 % 72

0,66 % 84

0,99% 92,3

1,31 % 100

Klebsiella ozaena 0 % 0

<0,05 0,008

0,33 % 14,7

0,66 % 20,6

0,99% 27,3

1,31 % 38

Pseudomonas

pseudomalei

0 % 0

<0,05 0,009

0,33 % 14,6

0,66 % 27,6

0,99% 33,6

1,31 % 49

Kombinasi

Klebsiella dan

Pseudomonas

pseudomalei

0 % 0

<0,05 0,009

0,33 % 21

0,66 % 32,3

0,99% 55,3

1,31 % 77,6

Sumber : Dokumen Pribadi, 2020

Hasil analisis yang telah dilakukan melalui uji non parametrik

Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan mortalitas pada larva Aedes

aegypti antar kelompok bakteri, hasil uji menunjukkan tingkat mortalitas

tertinggi pada bakteri Bacillus thuringiensis dengan persentase rata-rata

mortalitas larva sebesar 100 pada konsentrasi 1,31 % Hasil uji menyatakan

bahwa terdapat perbedaan tingkat mortalitas larva Aedes aegypti yang

signifikan setiap perlakuan kelompok jenis bakteri.

Data yang diperoleh menunjukkan p<0,05 sehingga terdapat

perbedaan yang nyata dari jumlah mortalitas larva antar perlakuan

kelompok jenis perlakuan bateri, sehingga berdasarkan hasil tersebut maka

perlu dilakukan analisis lanjutan menggunakan uji post-hoc Mann-withney

(Dahlan, 2011).

Page 56: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Tabel 4.4 Uji statistik Perbandingan rata –rata Mortalitas larva Aedes aegypti setiap jenis

perlakuan Bakteri

Konsentrasi

Bakteri A 0 % 0,33 % 0,66 % 0,99 % 1,31 %

0 % -

0,33 % 0,037*

0,66 % 0,037* 0,05

0,99 % 0,037* 0,05 0,050

1,31 % 0,025* 0,037* 0,037* 0,037*

Konsentrasi

Bakteri B 0 % 0,33 % 0,66 % 0,99 % 1,31 %

0 g% -

0,33 % 0,037*

0,66 % 0,034* 0,046*

0,99 % 0,034* 0,046* 0,043*

1,31 % 0,037* 0,050 0,046* 0,046*

Konsentrasi

Bakteri C 0 % 0,33 % 0,66 % 0,99 % 1,31 %

0 % -

0,33 % 0,037*

0,66 % 0,037* 0,05

0,99 % 0,037* 0,05 0,05

1,31 % 0,037* 0,05 0,05 0,05

Konsentrasi

Bakteri D 0 % 0,33 % 0,66 % 0,99 % 1,31 %

0 % -

0,33 % 0,037*

0,66 % 0,034* 0,046*

0,99 % 0,034* 0,046* 0,043*

1,31 % 0,034* 0,046* 0,043* 0,043*

Sumber : Dokumen Pribadi, 2020.

Keterangan : (*) beda nyata taraf kepercayaan 95% (p<0,05)

: Bakteri A (Bacillus thuringiensis)

: Bakteri B (Klebsiella ozaena)

: Bakteri B (Pseudomonas pseudomalei)

: Bakteri D (Kombinasi Klebsiella ozaena & Pseudomonas pseudomalei)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hampir semua

konsentrasi pada jenis perlakuan bakteri tertentu memiliki beda nyata pada

jumlah kematian yang dihasilkan, namun pada beberapa jenis perlakuan

Page 57: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

bakteri dengan konsentrasi tertentu tidak memiliki beda yang nyata dengan

kelompok kontrol karena tingkat signifikasinya > 0,05. Kecuali pada

perlakuan kombinasi jenis bakteri Klebsiella ozaena dan Pseudomonas

pseudomalei memiliki nilai asymp sig <0,05 yang berarti pada kelompok

kombinasi Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudomalei berbeda secara

signifikan terhadap kelompok kontrol. Perbedaan tersebut disebabkan oleh

potensi dari masing-masing bakteri dimana Bacilus thuringiensis dengan

potensi endotoksinnya dan bakteri Klebsiella ozaena dan Pseudomonas

pseudomalei dengan aktivitas kitinasenya. Secara kombinasi bakteri

Pseudomonas pseudomalei dan Klebsiella ozaena mampu menghasilkan

aktifitas kitinase yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan tunggal

bakteri masing-masing bakteri. Jika dua jasad yang ditumbuhkan secara

bersamaan pada media dan waktu yang bersamaan maka akan menghasilkan

metabolisme yang berbeda dengan bakteri yang ditumbuhkan pada media dan

waktu yang sama pada tempat yang terpisah, sehingga metabolisme yang

dihasilkan pada masing-masing bakteri tersebut berbeda baik secara kualitatif

dan kuantitatif. Kemampuan bakteri yang tumbuh secara bersamaan pada satu

media dan waktu yang sama tanpa mengurangi kemampuan masing-masing

bakteri disebut sinergitik (Sumarsih, 2003).

Hubungan sinergitik terjadi apabila 2 spesies bakteri hidup secara

bersamaan dengan tidak saling menghambat atau mengganggu, tetapi

kegiatan tersebut menyebabkan suatu rangkaian yang saling menguntungkan

(Dwidjoseputro, 2006). Pada penelitian ini hubungan sinergitik terjadi pada

kombinasi bakteri Pseudomonas pseudomalei dan Klebsiella ozaena yang

Page 58: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

terjadi selama proses inkubasi hingga proses pengujian pada larva. Sinergitik

pada kombinasi bakteri ini dibuktikan dengan jumlah mortalitas larva pada

kombinasi bakteri Pseudomonas pseudomalei dan Klebsiella ozaena lebih

tinggi diantara perlakuan tunggal jenis bakteri Klebsiellaozaena maupun

Pseudomonas pseudomalei.

Bakteri Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudomalei mampu

menghasilkan enzim kitinase untuk mendegradasi kitin dari lapisan

eksoskeleton larva, yang kemudian akan diubah menjadi nutrisi seperti hal

nya nitrogen dan juga karbon (Susanto, 1992). Sehingga lapisan eksoskeleton

larva yang terdiri dari kitin akan didegradasi menjadi nutrisi yang sangat

dibutuhkan bakteri ketika proses metabolismenya.

Sumbu x = Konsentrasi susensi bakteri

Sumbu y = Jumlah persentase Rata-rata kematian larva Aedes aegypti L.

Gambar 4.2 Jumlah persentase Rata-rata kematian larva Aedes aegypti L. Sumber : Dokumen Pribadi, 2020

Berdasarkan gambar 4.2 diketahui persentase kematian larva Aedes

aegypti L, terlihat bahwasanya Bacillus thuringiensis sangat memiliki potensi

sebagai agen pengendali hayati dibandingkan bakteri yang lainnya. Tingkat

0

20

40

60

80

100

120

0 ml 0,5 ml 1 ml 1,5 ml 2 ml

Bacillusthuringiensis

Klebsiella ozaena

Pseudomonaspseudomalei

KombinasiKlebsiella danPseudomonas

Page 59: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

kematian yang dihasilkan oleh kombinasi antara Klebsiella ozaena dan

Pseudomonas pseudomalei lebih tinggi daripada perlakuan tunggal jenis

bakteri, hal ini karena indeks kitinase yang dihasilkan pada kombinasi bakteri

tersebut sebesar 1,43 mm, sehingga besarnya indeks kitinase yang dihasilkan

akan meningkatkan daya bunuh terhadap larva jika Ph, suhu pada lingkungan

pada keadaan optimal (Fatchiah, 2011).

Penurunan tingkat residu bersamaan dengan bertambahnya waktu

pengujian atau kematian yang disebabkan oleh aktifitas kitinase bakteri yang

semakin menurun, hal ini disebabkan karena enzim ekstraseluler yang

dihasilkan oleh bakteri kitinolitik untuk menghidrolisis kitin menurun.

Penurunan enzim ekstraseluler ini disebabkan oleh akumulasi produk

hidrolisis, sehingga menghambat aktifitas enzim (Purkan et al, 2014).

Kemampuan Bacillus thuringiensis yang diformulasikan pada kondisi lapangan

bertahan selama 2-7 hari melawan Culex quinquefasciatus pada kolam air yang

tercemar, 7-28 hari melawan Aedes aegypti pada kondisi gurun dan bekas

industri. Lamanya efek residu sangat ditentukan oleh kondisi lingkngan,

diantaranya intensitas cahaya, kondisi geografis, dan temperatur. Kondisi

lingkungan yang terlalu panas dapat mengurangi aktifitas biolarvasida. Lama

residu yang dihasilkan oleh Bacillus thuringiensis pada skala laboratorium

memiliki tingkat kematian yang berbeda. Perbedaan lama masa residu yang

dihasilkan disebabkan karena perbedaan masing-masing indeks kitinase pada

bakteri, berdasarkan penelitian oleh Fatichah (2011) indeks kitinase yang

dihasilkan pada kombinasi bakteri Klebsiella ozaena dan Pseudomonas

pseudomalei sebesar 1,43. Terdapat 3 macam mekanisme perombakan kitin

Page 60: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

yaitu kitinoklastik yang merupakan perombakan kitin yang belum diketahui,

dan kitinolitik yang melibatkan hidrolisis ikatan glikosida yang dilakukan oleh

enzim kitinase (Gooday, 1990).

Jenis formulasi Bacillus thuringiensis juga sangat menentukan

tingkat lama residu yang ditimbulkan. Dilihat dari sifat fisiologis larva Aedes

aegypti yang menggantung pada permukaan air bersifat sangat sensitif

dibandingkan jenis larva lainnya. Perilaku makan larva juga sangat

menentukan mortalitas larva. Keberadaan Bacillus thuringisnsis pada dasar

tempat penampungan air sangat menguntungkan karena sesekali larva akan

menuju kebagian dasar tempat penampungan air untuk mencari makan.

bottom-feeder, dan toksin Bacillus thurimgiensis akan termakan oleh larva

(Gamma et al, 2010)

Mortalitas larva selama 5 hari yang dihitung sejak hari pertama

pengamatan dari semua jenis bakteri yang digunakan maka jumlah rata-rata

mortalitas tertinggi yaitu sebesar 100 terdapat pada kelompok perlakuan

Bacillus thuringiensis. Kemudian mortalitas terbanyak berikutnya pada

perlakuan kombiasi Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudomalei karena

aktivitas kitinasenya yang cukup besar, kemudian diikuti dengan mortalitas

terendah berikunya dari bakteri Pseudomonas pseudomalei lalu Klebsiella

ozaena, namun hal ini tidak terjadi pada kelompok kontrol karena tidak

ditambahkan bakteri pada media tumbuhnya sehingga keberlangsungan

hidupnya tidak terganggu, dan keabnormalitasnya larva 0.

Tingkat toksisitas pada kristal spora disebabkan karena interaksi

sinergi antara protein, ketika kristal spora Bti yang mengandung protein

Page 61: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

beracun lainnya, tertelan oleh larva/target, maka protoksin akan dilarutkan

pada Ph basa dalam usus larva yang kemudian akan menjadi senyawa toksin

aktif. Target utama racun ini merupakan membran plasma dari lapisan epitel

usus tengah. Mekanisme interaksi sinergi antara protein menyebabkan

penataan ulang lipid sehingga menyebabkan sitolisis dan gangguan integritas

pada membran (Davidson EW, 1984).

Penurunan jumlah residu pada masing-masing konsentrasi juga

dipengaruhi lama waktu pengujian, karena semakin lama waktu pengujian

maka daya bunuh Bacillus thuringiensis akan semakin menurun, peristiwa ini

disebabkan karena toksin yang dihasikan akan mengendap di dasar tempat

penampungan air (Archille et al, 2010), hal ini sesuai dengan apa yang

dilakukan ketika pengujian karena semakin lama waktu pengujian yang

dilakukan, maka jumlah mortalitas larva pada semua kelompok perlakuan

menurun dari jumlah mortalitas larva pada hari-hari sebelumnya yang tingkat

kematiannya lebih tinggi .

4.3 Lethal Concentration 50 (Lc 50) Bacillus thuringeinsis dan Bakteri

Kitinolitik (Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudmalei )

Untuk mengetahui tingkat toksisitas bakteri selama rentang waktu

pengamatan, maka dilakukan pengamatan pada semua kelompok perlakuan

dan kontrol untuk memperoleh Lethal concentration 50, yaitu konsentrasi

pada masing-masing jenis perlakuan bakteri yang dapat menyebabkan

kematian total populasi sebesar 50% dari jumlah keseluruhan larva uji. Dapat

dilihat pada tabel 4.4 yang merupakan nilai LC50 pada semua perlakuan jenis

bakteri yang digunakan pada pengujian terhadap larva Aedes aegypti.

Page 62: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Tabel 4.5 Nilai LC50 Larva Aedes aegypti terhadap bakteri kitinolitik dan Bacillus thuringiensis.

Jenis Bakteri

Persamaan

mortalitas larva

Nilai R

square Lc 50

Bacillus

thuringiensis

y = 4,1279x +

7,0316

0,818151

0,3219 %

Klebsiella

ozaena

y = 1,4949x +

4,5852

0,840885

1,8944 %

Pseudomonas

pseudomalei

y = 1,5824x +

4,7022

0,965315

1,5423 %

Klebsiella

ozaena &

Pseudomonas

pseudomalei

y = 2,5332x +

5,2652

0,905127

0,7857 %

y= Persentase Kematian berdasarkan pada tabel probit

x= niai log pada konsentrasi yang digunakan

Sumber : Dokumen Pribadi, 2020.

Guna menentukan tingkat toksisitas melalui jumlah kematian

sebanyak 50% dari jumlah total populasi maka dilakukan analisis, untuk

menegtahui consentrasi / Lc 50, sehingga dapat diketahui tingkat toksisitas

pada masing-masing jenis bakteri selama masa pengamatan. Untuk tingkat

kematian 50% larva, dari semua batas konsentrasi bakteri pada Lc 50

Bacilllus thuringensis memiliki nilai 0,3219 %terkecil diantara jenis

perlakuan bakteri yang lainnya Berdasarkan hasil pada tabel 4.3 hasil LC 50

yang diperoleh maka Bacillus thuringiensis yang paling berpotensi digunakan

sebagai biolarvasida hanya membutuhkan konsentrasi yang kecil untuk

menyebabkan kematian dari 50% larva uji dengan lama afek residu yang

ditimbulkan.

Page 63: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Gambar 4.3 Grafik persamaan lc 50 pada Bacillus thuringiensis

Pada hasil analisis yang telah dilakukan pada rata –rata mortalitas

larva selama 24 jam maka diperoleh persamaan y = 4,1279x + 7,0316.

Sehingga diperoleh Lc 50 sebesar 0,3219 %

Gambar 4.4 Grafik persamaan lc 50 pada Klebsiella ozaena

Pada hasil analisis yang telah dilakukan pada rata-rata mortalitas larva

selama 24 jam, maka diperoleh persamaan y = 1,4949x + 4,5852 Sehingga

diperoleh lc 50 sebesar 1,8944 %.

y = 4,1279x + 7,0316 R² = 0,8182

5

5,5

6

6,5

7

7,5

8

8,5

-0,600 -0,500 -0,400 -0,300 -0,200 -0,100 0,000 0,100 0,200

pro

bit

ke

mat

ian

larv

a A

ed

es

log konsentrasi jenis suspensi bakteri Bacillus

Series1 Linear (Series1)

y = 1,4949x + 4,5852 R² = 0,8409

3,8

4

4,2

4,4

4,6

4,8

5

-0,600 -0,500 -0,400 -0,300 -0,200 -0,100 0,000 0,100 0,200

pro

bit

ke

mat

ian

larv

a A

ed

es

log konsentrasi jenis suspensi bakteri klebsiella

Series1 Linear (Series1)

Page 64: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Gambar 4.5 Grafik persamaan lc 50 pada Pseudomonas pseudomalei

Pada hasil analisis yang telah dilakukan pada rata-rata mortalitas larva, maka

diperoleh persamaan y = 1,5824x + 4,7022. Sehingga diperoleh lc 50 sebesar

1,5423 %.

Gambar 4.6 Grafik persamaan lc 50 pada kombinasi klebsiella ozaena dan Pseudomonas

pseudomalei

Pada hasil analisis yang telah dilakukan pada rata-rata mortalitas larva,

maka diperoleh persamaan y = 2,5332x + 5,2652. Sehingga diperoleh lc 50

y = 1,5824x + 4,7022 R² = 0,9653

3,5

3,8

4,1

4,4

4,7

5

-0,600 -0,300 0,000

pro

bit

ke

mat

ian

larv

a A

ed

es

log konsentrasi susoensi bakteri Pseudomonas pseudomalei

Series1 Linear (Series1)

y = 2,5332x + 5,2652 R² = 0,9051

4

4,3

4,6

4,9

5,2

5,5

5,8

-0,600 -0,400 -0,200 0,000 0,200

pro

bit

ke

mat

ian

larv

a A

ed

es

log konsentrasi jenis suspensi bakteri kombinasi Klebsiella dan Pseudomonas

Series1 Linear (Series1)

Page 65: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

sebesar 0,7857 %. Dapat diketahui melalui persamaan tersebut dapat diketahui

bahwasanya jumlah kematian larva pada setiap perlakuan sangat menentukan

nilai Lc 50 yang dihasilkan. nilai Lc 50 terbesar diperoleh oleh Bakteri

Klebsiella 1,9844 %.

4.4 Pengaruh Bacillus thuringeinsis dan Bakteri Kitinolitik (Klebsiella ozaena

dan Pseudomonas Pseudomalei) Terhadap Morfologi Larva Aedes aegypti

L.

Perubahan morfologi larva pada Aedes aegypti dilakukan

menggunakan mikroskop stereo dengan perbesaran 40x, dengan hasil

pengamatan kondisi abnormal larva karena perlakuan pada susupensi masing-

masing bakteri.

(a) (b) Gambar 4.7 Hasil pengamatan thorax pada (a) kelompok kontrol, dan (b) kelompok

perlakuan bakteri Bacillus thuringiensis, pada gambar (a) kondisi kepala yang masih

utuh dengan bagian gigi sisir dan juga bentuk thorax yang sempura, dan (b) kondisi

abnormal larva pada bagian eksoskeleton rusak, bentuk kepala yang sudah tidak utuh.

Sumber : Dokumen Pribadi, 2020.

Kondisi larva normal pada kelompok kontrol memiliki bagian

kepala yang lengkap, dengan sepasang mata majemuk, gigi sisir yang

menonjol dan juga setae yang utuh sehingga proses perkembangan pada larva

kelompok kontrol tidak mengalami kondisi abnormalitas. Selain itu pada

Page 66: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

larva kelompok perlakuan bakteri Bacilllus thuringiensis larva terlihat

transparan dan warna yang lebih pucat dari pada larva kontrol. Pada kasus

tertentu yang disebabkan oleh Bacillus thurngiensis larva tidak mengalami

kematian, tetapi larva tumbuh dalam keadaan cacat sehingga waktu hidupnya

lebih pendek dan tidak dapat mengalami proses reproduksi karena

berkurangnya kemampuan untuk meletakkan telurnya (Trizelia, 2001). Pada

kelompok perlakuan bakteri kitinolitik (Pseudomonas pseudomalei dan

Klebsiella ozaena) konsentrasi 0,33 % menunjukkan perubahan morfologi

larva Aedes aegypti, namun ketika pada konsentrasi 0,33 % – 0,99 % bakteri

kitinolitik belum dapat menyebabkan perubahan morfologi pada larva

sehingga perubahan morfologi larva pada kelompok perlakuan bakteri

kitinolitik dapat diamati perubahan morfologinya secara mikroskopis pada

konsentrasi 1,31 %. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan Pujianto

(2008), semakin tinggi konsentrasi jenis atau inokulum bakteri yang

digunakan maka akan mengakibatkan kematian yang tinggi pada larva. Selain

kematian larva yang disebabkan oleh endotoksin yang diproduksi oleh

Bacillus thuringiensis kematian larva juga disebabkan oleh kerusakan struktur

eksoskeleton karena degradasi kitin oleh aktifittas enzim kitinase oleh

mikroorganisme yang akan diubah menjadi sumber nitrogen dan karbon

untuk pertumbuhannya (Gooday, 1990).

Page 67: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

(a) (b) (c) Gambar 4.8 Hasil pengamatan bagian abomen (a) kelompok kontrol dengan bagian

eksoskeleton yang utuh dan kondisi normal (b) kondisi abdomen pada kelompok bakteri

Pseudomonas pseudomalei dan Klebsiella ozaena dengan bagian abdomen yang rusak akibat

aktivitas kitinase (c) kondisi abdomen pada kelompok bakteri Bacillus thuringiensis dengan

kondisi eksoskeleton yang sudah tereduksi akibat endotoksin dan juga aktivitas kitinase.

Sumber : Dokumen Pribadi, 2020.

Kondisi abnormalitas larva Aedes aegypti (gambr 4.2) merupakan

larva yang mewakili dari semua perlakuan yang digunakan dengan bagian

abdomen rusak akibat dari lapisan ekoskeleton yang rusak karena terkikis oleh

aktivitas kitinase bakteri. Tidak semua larva yang digunakan pada pengujian

mengalami kematian selama rentang waktu pengamatan, namun sebagian dari

larva yang tidak mati karena perlakuan bakteri mengalami kondisi

abnormalitas dan juga tidak mengalami perkembangan sebagaimana mestinya.

Sehingga pengaplikasian bakteri ini tidak selalu berujung pada mortalitas

secara spontan. Perubahan siklus hidup nyamuk sangat dipengaruhi oleh

keadaan lingkungan terutama jenis spesies nyamuk sendiri, suhu, dan juga

nutrisi (Sigit et al, 2006), Sehingga dapat diketahui bahwasanya larva yang

tidak berhasil mengalami perkembangan menjadi nyamuk Aedes aegypti

dewasa karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung, lingkungan yang

dimaksudkan pada bahasan ini merupakan adanya penambahan bakteri pada

Page 68: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

media pertumbuhan larva Aedes aegypti yang mengakibatkan kerusakan

saluran pencernaan larva serta degradasi kitin pada lapisan eksoskeleton larva.

(a) (b) Gambar 4.9 kondisi sifon pada (a) kelompok kontrol (b) sifon pada kelompok perlakuan Bacillus

thuringensis dengan bagian bagian kondisi abnormal.

Sumber : Dokumen probadi, 2020.

Sifon merupakan tabung udara yang digunakan sebagai alat

pernafasan ketika pada fase larva dan pupa yang terdapat pada ruas terakhir

abdomen, sehingga jika bagian sifon mengalami abnormalitas maka larva

akan mengalami gangguan pernafasan sehingga proses pertumbuhannya pada

bagian tubuh larva tampak terlihat transparan yang menandakan bahwasanya

isi abdomen telah keluar akibat lapisan aksokeleton yang rusak. Pada

perlakuan bakteri Pseudomonas pseudomalei dan Klebsiella ozaena terdapat

larva yang berhasil berubah hingga menjadi pupa dengan kondisi yang tidak

sempurna, akibatnya nyamuk dewasa sulit keluar dari lapisan pupa yang

membungkusnya dan berakhir pada kematian sehingga mengurangi waktu

pemijahan serangga dewasa.

Bukti dari sebagian kekuasaan Allah bahwasanya nyamuk Aedes

aegypti memang diciptakan sebagai vektor penyakit demam berdarah,

Sementara itu manusia diciptakan untuk merenungkan dan juga mempelajari

ciptaan Allah, melalui Al Quran manusia diperintahkan untuk

menginvestigasi alam untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah terhadap

Page 69: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

mahluknya. Melalui nyamuk kita sebagai manusia telah banyak mendapat

pelajaran kepada manusia supaya tidak meremehkan sesuatu yang kecil.

Berusaha mencegah kepadatan populasi nyamuk Aedes aegypti merupakan

usaha pencegahan penularan penyakit demam berdarah dengan cara yang

aman dan tidak mendatangkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti

pada penelitian yang telah dilakukan pengujian melalui pemanfaatan musuh

alaminya. Upaya ini sudah seharusnya dilakukan oleh generasi ulul albab

sebagaimana firman Allah :

خيس ا كثيسا و ما ير كس أ لا أ ؤ لى ا يإجي االحكمة مه يشا ء و مه يىء ت الحكمة فقد أ ج

لاء لثة

Artinya : “Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman tentang Al Quran dan

As sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang

dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang

banyak, dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil

pelajaran (dari firman Allah).” (Qs. Albaqarah: 269).

Ulul albab yang dimaksudkan merupakan orang-orang اؤلىالااتاب

yang memiliki kala cerdas dan memiliki kemauan untuk berpikir tentang

hal-hal yang berguna الحكمة, al hikmah memiliki arti mengerti syariat islam,

memahami, menjaga dan mengamalkan as-sunnah “Hanya orang-orang

yang memiliki keberkahan yang dapat mengambil pelajaran atas petunjuk

yang telah Allah berikan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa generasi ulul

albab merupakan orang yang memiliki kesadaran penuh, dan berakal sehat,

orang yang dapat mengambil pelajaran dan tidak masuk dalam kesesatan.

Pada ayat ini berdasarkan pada firman Allah SWT telah dijelaskan untuk

dapat memperoleh hikmah maka dibutuhkan kecerdasan dan juga akal yang

sehat sehingga dapat mengenali bukti-bukti dan dalil berdasarkan dan

Page 70: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

mengetahui sesuatu berdasarkan pada hakikat yang benar. Pada akhir ayat

ini Allah sangat mengapresiasi orang-orang yang mau menggunakan

akalnya untuk berfikir, karena mereka selalu mengingat dan juga dapat

mengetahui apapun yang bermanfaat dan dapat membawakannya kepada

kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini tidak lain dan tidak bukan supaya

manusia agar selalu mengingat hidayah, petunjuk-Nya dan juga mengambil

manfaat sehingga tidak hidup dalam keadaan lengah dan lalai (Romlah,

2010).

Melalui penelitan ini Allah memberikan kepercayaan kepada

peneliti melalui kemampuan berpikir dan akal sehat yang dimilikinya agar

berusaha untuk mengikuti setiap petunjuk yang telah diberikan melalui ilmu

pengetahuan ataupun firmannya untuk memberikan manfaat kepada

maslahat umat. Sehingga berdasarkan dengan referensi yang ada maka

mempertimbangkan kandungan nutrisi yang masih dimiliki oleh limbah

rendaman kedelai, berdasarkan pada pertimbangan ini maka peneliti

memanfaatkan limbah air rendaman kedelai sebagai media alternatif untuk

perbanyakan Bacilus thuringiensis dan bakteri kitinolitik (Pseudomonas

pseudomalei dan Klebsiella ozaena). Karena mempertimbangkan potensi

yang dimiliki oleh masing-masing bakteri yang akan digunakan sebagai

bioinsektisida hayati yang ramah lingkungan dan tidak bersifat non target.

Sehingga melalui penelitian ini penyebaran penyakit demam berdarah dapat

diminimalisir, sehingga dapat merasakan nikmat sehat yang telah diberikan

Allah SWT dan berusaha untuk menjaga melalui kebersihan lingkungan

dan tidak pernah memandang remeh terhadap setiap ciptaannya.

Page 71: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada penelitian dan juga pembahasan yang telah

diuraikan maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut:

1. Air limbah rendaman kedelai dapat digunakan sebagai media alternatif

perbanyakan bakteri Bacillus thuringiensis dan Bakteri kitinolitik

(Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudomalei) dengan viabilitas yang

dihasilkan pada masing-masing bakteri sebesar 101 x 105

cfu/ml,

119 x 105 cfu/ml, dan 185 x 10

5 cfu/ml.

2. Bakteri Bacillus thuirngiensis dan Bakteri kitinolitik (Pseudomonas

pseudomalei dan Klebsiella ozaena) yang dibiakkan pada media alternatif

air limbah rendaman kedelai memiliki pengaruh terhadap mortalitas larva

Aedes aegypti.

3. Bakteri Bacillus thuiringiensis dan Bakteri kitinolitik (Pseudomonas

pseudomaei dan Klebsiella ozaena) yang dibiakkan pada media air limbah

rendaman kedelai berpengaruh terhadap morfologi larva nyamuk Aedes

aegypti.

4. Nilai Lc 50 yang diperoleh pada bakteri kitinolitik dan Bacillus

thuringiensis yang ditumbuhkan pada media air limbah rendaman kedelai

sebesar 0,3219 % pada Bacillus thuringiensis, 1,8944 % pada Klebsiella

ozaena , 1,5423 % pada Pseudomonas pseudomalei, dan 0,7857 % pada

kombinasi Klebsiella ozaena dan Pseudomonas pseudomalei.

Page 72: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilakukan

uji kitinase pada masing-masing bakteri yang dihasilkan setelah diperbanyak

menggunakan air limbah rendaman kedelai sehingga dapat diperoleh data

kuantitatif dan kualitatif indeks kitinase yang dihasilkan.

Page 73: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

DAFTAR PUSTAKA

An-Najjar, Zaglu. 2006. Pembuktian Sains dan Sunah, Jakarta. Amzah

Aradilla, A.S. 2009. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Daun Mimba (Azadira

chtaindica) Terhadap Larva Aedes aegypti. Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro. Semarang.

Achille, GN, Christophe,HS and Yilian, L.2010. Effect of Bacillus thuringiensis

var. israelensis (H-14) on Culex, Aedes and Anopheles larvae

(Cotonou; Benin). Journal of Stem Cell 60-66.

A. Ndao, B. Sellamuthu, J.R. Gnepe, R.D. Tyagi, J.R. Valero, Pilot-scale

biopesticide production by Bacillus thuringiensis subsp. kurstaki using

starch industry wastewater as raw material, J. Environ. Sci. Health B

52 (9) (2017) 623–630.

Arief, Muhammad. 2010. Isolasi Bakteri Indigen Sebagai Pendegradasi bahan

Organik Pada Media Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.)

Sistem Resirkulasi Tertutup. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan

Vol. 2 No 2: 117-122.

Blondine, Ch. P., R. Wianto dan Sukarno. 1999. Pengendalian jentik nyamuk

vector demam berdarah, maria, dan filariasis menggunakan

pemanfaatan air kelapa dan air rendaman kedelai.

Blondine Ch. P., R.A. Yuniarti. 2001. Uji Patogenitas Isolat Bacillus thuringiensis

yang ditumbuhkan dalam buah kelapa terhadap berbagai jentik

nyamuk di Laboratorium. Stasiun Penelitian Vektor Penyakit,

Salatiga. J. Cermin Dunia Kedokteran. 131:20-22.

Blondine, Ch. P. 2008. Patogenitas Bacillus thuringiensis H-14 Galur Lokal

Dalam Media Air Cucian Beras Terhadap Larva Nyamuk Anopheles

aconitus dan Aedes aegypti. Jurnal Ekologi Kesehatan vol. 7 No. 3:

808-812.

Borror, D. J. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga, Edisi ke VI. Penerjemah S.

Partosoedjono, Msc.. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga

Edisi ke-6. S. Partosoedjono, penerjemah. Yogyakarta: Gajahmada

University Press. Translation of: An Introduction to the Study of

Insect.

Brooks, Geo F, Butel, Janet S, dan Morse, Stephen A. 2005. Mikrobiologi

Kedokteran, Salemba Medika. Jakarta.

Page 74: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Davidson EW. Microbiology, pathology and genetics of Bacillus sphaericus :

Biological aspects which are impor tant to field used. Mosq News

1984; 44 : 147.

Dulmage, H. T. and Rhodes, R. A. 1971. Production of Pathogenis in Artificial

Media, pp. 507-504 In: Burges, H. D. (ed). Microbial Control of Pest

and Plant Disease 1970-1980. Acad Press, New York.

Dwidjoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.

El-Katany MH, Somitch W, Robra KH, El katany MS, Gubits GM. 2000. Supriadi

Production of Chitinase and β-1,3 glucanase by Trichoderma

harzianum for Control of The Phytopathogenic Fungus Sclerotium rolfsii.

Food Technol. Biotechnol. 38: 173-180.

Fatichah, Nur Fianty Yuni. 2011. Potensi Bakteri Endofit Sebagai Penghasil

Enzim Kitinase, Protease, dan Selulase Secara In Vitro. Skripsi Tidak

Diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

UIN.

Gama, Z.P., Yanuwiardi, B. & Kurniati, T.H. (2010). Strategi Pemberantasan

Nyamuk Aman Lingkungan: Potensi Bacillus thuringiensis Isolat

Madura Sebagai Musuh Alami Nyamuk Aedes aegypti, Pembangunan

dan Alam Lestari. 1 (1).

Gama, Z.P., Yanuwiadi, B. & Kurniati, T.H. (2010). Strategi Pemberantasan

Nyamuk Aman Lingkungan : Potensi Bacillus thuringiensis Isolat

Madura Sebagai Musuh Alami Nyamuk Aedes aegypti. Pembangunan

dan Alam Lestari. 1 (1).

Giyanto, Suhendar A, Rustam. 2009. Kajian Pembiakan Bakteri Kitinolitik

Pseudomonas florecens dan Bacillus sp, pada Limbah Organik dan

Formulasinya Sebagai Pestisida Hayati (Bio-Pesticide). Prosiding

Seminar Hasil-Hasil Penelitian IPB.

Gooday, GW. 1990. Physiology Of Microbial Degradation Of Chitin And

Chitosan. In Ratledge C, Editor. Biochemistry Of Microbial

Degradation. Netherlands: Kluwer Academic Publ.p: 279-312.

Gunther VJ, Putnak R, Eckels KH, Mammen MP, Scherer JM, Lyons A, et al. A

human challenge model for dengue infection reveals a possible

protective role for sustained interferon gamma levels during the acute

phase of illness. Vaccine. 2011; 29(22): 3895–3904.

Guswenrivo, Ikhsan; Kartika, Titik; Tarmadi, Didi; dan Yusuf, Sulaeman. 2008.

Pemanfaatan Ekstrak Enzim Jamur Humicola sp. Sebagai

Biotermitisida. J. Tropica wood Science and Technology Vol. 6, no. 1.

Page 75: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Harni. 2010. Pengaruh Filtrat Bakteri Endofit Terhadap Mortalitas, Penetasan

Telur dan Populasi Nematoda Peluka Akar Pratylencus brachyurus

Pada Nilam. Jurnal Littri, ISSN 0853-8212, 16(1) 43-47.

Harwood, RF and James, MT. 1979. Entomology in Human and Animal Health.

7th Ed. Mc Millan Pub. Co.p. 548

Holt, J.G, Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T. and Williams, S.T. 1994.

Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Williams and

Wilkins. Baltimore.

Jasin, Maskoer. 1984. Sistematik Hewan. Surabaya: Sinar Wijaya.

KD Vu, R. Tyagi, J. Valéro, R. Surnevaampalli, Dampak agen pengontrol pH

yang berbeda pada aktivitas biopestisida Bacillus thuringiensis selama

fermentasi pati dalam air limbah industri, Bioprocess Biosyst. Eng. 32

(4) (2009) 511–519

Kemenkes Kesehatan RI. 2010. Demam Berdarah Dengue di Indonesia Tahun

1968-2009. Buletin Jenderal Epidemiologi Adustus 2010, 2: 1-14.

Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

Lambrechts L, Scott TW, Gubler DJ. Consequences of the expanding global

distribution of Aedes albopictus for dengue virus transmission. PLoS

Negl Trop Dis. 2010; 4(5): 9.

Liu, D., Cai, J., Xie, C., Liu, C., Chen, Y., 2010. Purification and partial

characterization o a 36-kDa chitinase from Bacillus thuringiensis

subsp. colmeri, and its biocontrol potential. Enzym. Microb. Technol.

46, 252–256.

Ludfi Santoso, Isworo Rukmi,. Oneik Lestari Jurnal Kesehatan Masyarakat,

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 402 - 412 Online di

http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Marbawati, Dewi. 2005. Penapisan dan Karakterisasi Bakteri Kitinolitik

Thermostabil. Skripsi. jurusan Biologi. FMIPA. Universitas

Diponegoro, Semarang.

M. Mazmira, S. Ramlah, M. Rosfarizan, T. Ling, A. Arliff, Pengaruh sakarida

pada pertumbuhan, kecepatan sporulasi dan sisntesis endotoksin dari

Bacillus thuringiensis, Afr. J. Biotechnol. 11 (40)(2012) 9654-9663.

Moises S. Malowany, M.D., Brent Chester, M.S., And Jona Allerhand, M.D.

1972, Isolation and Microbiologic Differentiation of Klebsiella

rhinoscleromatis and Klebsiella ozaenae in Cases of Chronic Rhinitis.

A.J.C.P.—Vol. 58

Page 76: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Nasahi, C (2010), Peran mikroba dalam pertanian organik, Jurusan Hama dan

Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran

Bandung.

Neva FA, Brown HW, Basic Clinical Parasitologi, 6th ed, Prentice Hail

International Edition, 1994

Notoatmojo. Soekijo, Sarwono Salita. 2003. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan

.Badan penerbit kesehatan Masyarakat FKM. UI. Jakarta oleh S.

Partosoedjono, MSc. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurhasanah, Yayu Siti: Nelly: Reka: Arik: Imam. 2010. Laporan akhir program

kreativitas mahasiswa potensi limbah air cucian beras sebagai media

perbanyakan bakteri probiotik tanman. Inatitut Pertanian Bogor.

Nur Rizatul Adiniyah. 2019. Tingkat Toksisitas Bacillus thuringensis Koleksi

B2P2VRP Salatiga dan Isolat Surabaya Terhadap Berbagai Stadium

Larva Aedes aegypti. Skripsi. UIN Sunan Ampel, Surabaya.

Pleczar, M. J. Dan E. C. S. Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi . UI Press.

Jakarta.

Pujianto, S., D. A. Suprihadi, Wijanarka, dan S. Purwatisari. 2008. Potensi

Bakteri Kitinolitik Isolat Lokal Untuk Memproduksi Enzim Kitinase

dan Mengendalikan Kapang Patogen. Semarang: FMIPA UNDIP.

Putrina Misfit, Fardedi. 2007. Pemanfaatan Air Kelapa dan Air Rendaman Air

Kedelai Sebagai Media Perbanayakan Bakteri Bacillus thuringiensis

Barliner. Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, Volume 9, No 1, halaman

64-70.

Sembel DT. 2009. Entomologi Kedokteran. Penerbit ANDI Yogyakarta.

P. Setlow, A. Kornberg, studi biokimia sporulasi bakteri dan perkecambahan.

XXII.Metabolisme energi pada tahap awal perkecambahan Bacillus

megaterium spora, J. Biol. Chem. 245 (14) (1970) 3637–3644.

Romlah. 2010. Ulul Albab Dalam Al-Quran dan Relevansinya dengan oendidikan

Islam Masa Kini. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN

malang. Malang.

Shaleh, H., dan Dahlan, A. 2009. Asbabun Nuzul. Bandung. Diponegoro.

Sigit, S. H., F. X. Koesharto, dkk. 2006. Hama Pemukiman Indonesia .Pengenalan

Biologi dan Pengendalian. IPB, Bogor.

Soegijanto, S. 2003. Demam Berdarah Dengue, Tinjauan dan Temuan Baru di Era

2003.

Page 77: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Soesanto. 1992. Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida. UGM. Yogyakarta.

Soewondo, ES. 1998. Demam Berdarah Dengue pada Orang Dewasa,

Gejala Klinik dan Penatalaksanaannya. Seminar Demam Berdarah

Dengue. TDCUNAIR, Surabaya, 19 September 1998.hal.23-38.

Subdirektorat Arbovirus. 2016. Pencegahan dan Pemberantasan DBD Di

Indoesia, Ditjen PP & PL, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Sumarsih, S. 2003. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: UPN Veteran

Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. PT Rineka

Cipta, Jakarta.

Supriadi, 2006, Analisis Risiko Agens Hayati untuk Pengendalian Patogen pada

Tanaman, Jurnal Litbang Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Obat

dan Aromatik, 25(3).

Susilowati, Ari. 2011. Karakterisasi Fisiologi dan Genetik Pseudomonas sp.

Sebagai Biokontrol Penyakit Cendawan Tular Tanah pada Tanaman

Kedelai. Disertasi Diterbitkan. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian

Suwahoyno, 2010. Biopestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.

Trizelia, Stenheus Alam. 2001. Pemanfaatan Bacillus thuringiensis H-14 Untuk

Pengendalian Hama Crocidolomia binotalis. Skripsi IPB. Bogor.

Vidyarthi AS, Tyagi RD, Valero JR (2001) Effect of surface active agents on the

production of biopesticides using waste water sludge as a raw

material. Water Sci Technol 44:253–260.

Wiryani, Erry. 2007. Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe.

Laboratorium Ekologi dan Biosistentik. Jurusan Biologi F MIPA.

UNDIP Semarang.

Wiryani Erry. 2010. Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe. FMIPA

UNDIP Semarang, Ekologi dan Biosistematik.

S. Yamashita, F. Kawamura, H. Yoshikawa, H. Takahashi, Y. Kobayashi, H.

Saito,Dissection of the expression signals of the spoA gene of Bacillus

subtilis: glucose represses sporulation-specific expression, J. Gen.

Microbiol. 135 (5) (1989) 1335–1345.

Yotopranoto,S.,Subekti,S., Rosmanida, Salamun. 1998. Analisis Dinamika

Populasi Vektor pada Lokasi dengan Kasus Demam Berdarah Dengue

yang Tinggi di Kotamadya Surabaya.Majalah Kedokteran Tropis

Indonesia, 9 (1-2) : 23-31.

Page 78: PENGARUH BAKTERI KITINOLITIK DAN Bacillus ...digilib.uinsby.ac.id/46151/1/Ajeng Rohmawati_H01217001.pdfHALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan

Zubaidah, Elok. 2006. Mikrobiologi Umum. Universitas Brawijaya, Malang.