Pengaruh Audit Tenure, Debt Default, Mekanisme Good...

20
Pengaruh Audit Tenure, Debt Default, Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014). Frenky Hutasoit, Hj. Asmaul Husna, Jack Febriand Adel Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tajungpinang, Kepulauan Riau Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh audit tenure, debt default, mekanisme good corporate governance terhadap penerimaan opini audit going concern. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur periode 2010-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber data menggunakan data sekunder. Sampel menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah sampel 17 perusahaan. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression), dikarenakan variabel dependen menggunakan variabel dummy. Hasil penelitian ini menunjukkan audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan debt default, good corporate governance tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Kata kunci: Audit tenure, debt default, good corporate governance, opini going concern. PENDAHULUAN Di Indonesia perkembangan entitas saat ini sangat pesat mulai dari entitas yang kecil sampai ke entitas yang besar, untuk itu perlu adanya pengendalian dari pihak manajemen untuk bisa bersaing demi keberlangsungan usahanya dimasa yang akan datang, serta untuk memberikan kepercayaan kepada pihak investor sebagai pemasuk

Transcript of Pengaruh Audit Tenure, Debt Default, Mekanisme Good...

Pengaruh Audit Tenure, Debt Default, Mekanisme Good Corporate Governance

Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2010-2014).

Frenky Hutasoit, Hj. Asmaul Husna, Jack Febriand Adel

Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tajungpinang, Kepulauan Riau

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh audit tenure, debt

default, mekanisme good corporate governance terhadap penerimaan opini audit going

concern. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang berupa laporan

keuangan perusahaan manufaktur periode 2010-2014 yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Sumber data menggunakan data sekunder. Sampel menggunakan metode

purposive sampling, dengan jumlah sampel 17 perusahaan. Teknik analisis data

menggunakan analisis regresi logistik (logistic regression), dikarenakan variabel

dependen menggunakan variabel dummy. Hasil penelitian ini menunjukkan audit tenure

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan debt default,

good corporate governance tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern.

Kata kunci: Audit tenure, debt default, good corporate governance, opini going

concern.

PENDAHULUAN

Di Indonesia perkembangan entitas saat ini sangat pesat mulai dari entitas yang

kecil sampai ke entitas yang besar, untuk itu perlu adanya pengendalian dari pihak

manajemen untuk bisa bersaing demi keberlangsungan usahanya dimasa yang akan

datang, serta untuk memberikan kepercayaan kepada pihak investor sebagai pemasuk

modal dan saham di perusahaan tersebut. Oleh karena itu pihak manajemen ditugaskan

untuk memaksimalkan kinerja dan juga mendapatkan laba demi menghindari resiko

kesulitan keuangan dan dapat mempertahankan hidupnya terus menerus serta menerima

pendapat audit non going concern yang diberikan oleh auditor. Untuk menanamkan

modal pastinya pihak investor akan memperhatikan laporan keuangan yang di sajikan

oleh perusahaan yang sudah di audit dan di berikan pendapat oleh pihak auditor. Peran

Auditor sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan untuk menghindari kecurangan

dan penyajian laporan keuangan yang menyesatkan, sehingga dengan demikian para

pemakai laporan keuangan dan investor dapat mengambil keputusan dengan baik dan

benar.

Pemberian opini going concern oleh auditor juga tidak terlepas dari opini yang

diberikan dari opini tahun sebelumnya, karena kegiatan usaha pada suatu perusahaan

untuk tahun tertentu tidak terlepas dari keadaan yang terjadi dari tahun sebelumnya

(Tamba, 2009). O’Reilly dalam (Sari, 2012) meyatakan asumsi dasar bahwa opini audit

going concern haruslah berguna bagi investor sebagai sinyal negatif tentang

kelangsungan hidup perusahaan. Sebaliknya opini non going concern dianggap sebagai

sinyal positif bagi investor sebagai penanda bahwa perusahaan dalam kondisi yang baik.

Auditor yang baik dianggap memiliki kemampuan untuk menyediakan sinyal-sinyal

kepada pasar. Kemampuan menyediakan sinyal ini diperoleh dari kewenangan auditor

mengakses informasi perusahaan dan kemampuan auditor dalam menilai isu going

concern.

KAJIAN PUSTAKA

Teori Agensi

Menurut Jensen dan Meckling 1976 dalam menggambarkan adanya hubungan

kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang

oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak

mempunyai informasi dibandingkan pemilik. Berkaitan dengan auditing, baik principal

maupun agen diasumsikan sebagai orang yang memiliki rasionalitas ekonomi, dimana

setiap tindakan yang dilakukan termotivasi oleh kepentingan pribadi atau akan

memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi kepentingan orang lain.

Teori keagenan mengatakan sulit untuk mempercayai bahwa manajemen (agent) akan

selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham (principal), sehingga

diperlukan monitoring dari pemegang saham Copeland dan Weston (dalam Linoputri,

2010).

Dalam hal ini perlu adanya pihak ketiga yang independen untuk menjembatani

kepentingan antara agen dan principal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu

menejmbatani kepentingan principal dengan pihak agen dalam mengelola keuangan

perusahaan Setiawan (dalam Irfana, 2012). Auditor disini tugasnya adalalah melakukan

penilaian atas laporan keuangan yang dibuat agen yaitu dengan cara memberikan opini

audit dan mempertimbangkan kelangsungan hidup perusahaan (Irfana, 2012). Hubungan

antara teori agensi dengan penerimaan opini audit going concern dalam hal ini adalah

agent bertugas dalam menjalankan perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan

sebagai bentuk dari pertanggung jawaban manajemen.

Opini Audit

Auditor akan bertanggung jawab apabila laporan audit yang diberikannya

tidaklah tepat (Herry, 2013). Opini Audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap

audit sehingga auditor dapat memberikan simpulan atas opini yang harus diberikan atas

laporan keuangan yang diauditnya (Solikah, 2007). Auditor dapat memilih tipe pendapat

yang akan dinyatakan atas laporan keuangan auditan (Mulyadi, 2008), yaitu :

1. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian

2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang Ditambah

dalam laporan Audit Baku

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian

4. Pendapat tidak Wajar

5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat

Going Concern

Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan

asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami

kondisi yang sebaliknya, entitas tersebut menjadi bermasalah. Dengan adanya going

concern maka suatu usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya

dalam jangka waktu panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek

(Diyanti, 2010)

Audit Tenure

Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara Kantor

Akuntansi Publik dengan auditee yang sama. Ketika auditor memiliki jangka waktu

hubungan yang lama dengan kliennya, hal ini akan mendorong pemahaman yang lebih

atas kondisi keuangan klien dan oleh karena itu mereka akan dapat mendeteksi masalah

going concern.

Debt Default

Debt default diasumsikan sebagai kegagalan perusahaan dalam membayar

hutang pokok dan bunganya pada waktu jatuh tempo

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial meliputi pemegang saham yang memiliki kedudukan

dalam perusahaan sebagai kreditur maupun sebagai dewan komisaris, atau bisa juga

dikatakan kepemilikan manajerial merupakan saham yang dimiliki manajer dan direktur

perusahaan.

Kepemilkan Institusional

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak

manajemen melalui proses monitoring secara efektik sehingga dapat mengurangi

manajemen laba. Dengan adanya monitoring ini, pihak manajemen akan selalu berupaya

untuk mengawasi supaya tidak terjadi tindakan manipulasi. Jika manipulasi dalam suatu

perusahaan dapat diminimalisir, maka perusahaan akan bisa terhindar dari opini going

concern yang akan diberikan oleh auditor (Irfana, 2012).

Hipotesis

HI : Audit tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern

H2 : Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern.

H3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern.

H4 : Kepemilikan Intitusional berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern.

METEDOLOGI PENELITIAN

Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 – 2014.

Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini,yang menjadi variabel Dependenya adalah Opini Going

Concern. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Untuk perusahaan

dengan opini going concern diberikan nilai 1 dan untuk perusahaan yang non going

concern diberikan nilai 0.

2. Variabel Independen

Terdapat empat variabel independen dalam penelitian ini yaitu:

1. Audit Tenure

Audit tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun dimana KAP yang sama

telah melakukan perikatan audit terhadap auditee. Tahun perikatan pertama perikatan

dimulai dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahun tahun berikutnya.

2. Debt default

Debt default diukur dengan menggunakan variabel Dummy yang di berikan score

1 dengan status Debt Default dan score 0 untuk status tidak debt default. Apakah

perusahaan debt default dan tidak debt default sebelum pengeluaran opini audit.

3. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh manajer,

direktur, dan komisaris dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar.

Kepemilikan manajerial diukur dengan persentase jumlah saham dalam perusahaan yang

dimiliki manajer, direktur, dan komisaris dari seluruh modal saham yang beredar.

4. Kepemilkan Institusional

Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan persentase jumlah saham

yang dimiliki seluruh institusi pemegang saham perusahaan dari seluruh modal saham

yang beredar.

Teknik Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian adalah perusahaan Manufaktur yang go public yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 – 2014. Sampel adalah sebagian

data yang merupakan objek yang diambil dari populasi (Sunyoto, 2012). .Pemilihan

sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Purposive

Sampling yaitu sampel dipilih dengan pertimbangan kriteria - kriteria tertentu.

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam periode penelitian

2010 – 2014.

1 Penyajian laporan keuangan dengan menggunakan kurs rupiah.

2 Perusahaan menerbitkan laporan keuangan lengkap sesuai dengan kurun waktu

penelitian 2010 – 2014.

3 Perusahaan mengungkapkan Tata Kelola Perusahaan dalam annual report, yaitu

Kepemilikan Manjerial.

4 Perusahaan mengungkapkan Tata Kelola Perusahaan dalam annual report, yaitu

Metode Analisis

Analisis data mempunyai tujuan untuk menyampaikan dan membatasi

penemuan-penemuan hingga menjadi data yang teratur. Regresi logistik adalah regresi

yang digunakan untuk menguji apakah probibalitas terjadinya variabel dependen dapat

diprediksi dengan variabel independen. Pada teknik analisis regresi logistik tidak

memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya (Ghozali,

2013). Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah :

GC = α + b1 DEF + b2 ATN + b3 Man + b4 Ins

GC = opini going concern (variabel dummy, 1 jika opini going

concern, 0 jika opini non going concern)

α = konstanta

DEF = debt default (variabel dummy, 1 jika perusahaan dalam keadaan default,

dan 0 jika tidak)

ATN = audit tenure

Man = kepemilikan manajer (rasio)

Ins = kepemilikan institusional (rasio)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Statistik deskriptif

Tabel 4.2

Hasil statistik deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

AT 85 1 5 2.39 1.346

KM 85 .0000051 .2776322 .05101504

2 .0704101208

KI 85 .0011048 .9124321 .41625702

8 .2816889020

Valid N

(listwise) 85

(Sumber : Data sekunder yang diolah)

Sedang kan utuk variabel opini going concern, debt default yang merupakan

variabel dummy, maka dapat diketahui dengan melihat tinggkat frekuensi yaitu jumlah

persentase, tingkat kevalitan persentase, dan kumulatifnya seperti pada tabel dibawah

ini:

Distribusi Frekuensi

Frequency Percent Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid

Debt default

Tidak default 76 89.4 89.4 89.4

Default 9 10.6 10.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

Going concern

NGC 43 506 50.6 50.6

GC 42 49.4 494 100

Total 85 100.0 100.0

Regresi Logistik

Menguji kelayakan model regresi

Menguji kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hasil pengujian pada tabel menunjukkan bahwa nilai

Chi – square sebesar 10.428 dengan tingkat signnifikansi sebesar 0,166. Hasil ini

menunjukkan bahwa nilai signifikannya lebih besar dari 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya.

Menilai keseluruhan model (overall model fit)

Dalam menilai model fit ditunjukan dengan Log Likehood value. Output SPSS

memberikan dua nilai -2 LogL yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan

konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta tambahan bebas. Dari hasil OUT

PUT SPSS pada tabel 4.5 dan 4.6 menunjukan bahwa nilai -2 Log awal 117.823 lebih

besar dari -2 Log berikutnya 93.541. Penurunan likelihood (-2LL) ini menunjukkan

model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit

dengan data.

Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Koefisensi Determinasi (Nagelkerke R Square) mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisiensi

determinasi adalah anatara nol (0) dan satu (1). Nilai yang mendekati 1 berarti variabel

variabel dependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen.

Tabel 4.7

Model Summary

Step -2 Log

likelihood

Cox & Snell

R Square

Nagelkerke R Square

1 93.541a .248 .331

a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum

iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Tabel 4.7 menjelaskan bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0.331

yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel

independen adalah sebesar 33,1%, sedangkan sisanya sebesar 66,9% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain di luar model penelitian.

Pegujian Hipotesis

Hiptesis I

Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh hasil Audit Tenure (A.T) memiliki koefisien -

0.587 dengan tingkat signifikansi 0.004 (p <0,05). Hasil ini membuktikan hipotesis I

diterima, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Hasil

pengujian hipotesis I Audit Tenure berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan

opini going concern .

Hipotesis II

Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh hasil Debt Default (D.F) memiliki koefisien

21.113 dengan tingkat signifikan 0.999 (p >0,05). Hasil ini membuktikan hipotesis II

ditolak, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Hasil

pengujian hipotesis II Debt Default tidak berpengaruh terhadap kemungkinan

penerimaan opini going concern.

Hipotesis III

Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh hasil Kepemilikan Managerial (K.M) memiliki

koefisien -3.223 dengan tingkat signifikan 0.374 (p >0,05). Hasil ini membuktikan

hipotesis III ditolak, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05.

Hasil pengujian hipotesis III Kepemilikan Managerial tidak berpengaruh terhadap

kemungkinan penerimaan opini going concern

Hipotesis IV

Berdasarkan tabel 4.8, diperoleh hasil Kepemilikan Institusional (K.I) memiliki

koefisien -0.456 dengan tingkat signigikan 0.601 (p >0,05). Hasil ini membuktikan

hipotesis IV ditolak, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05.

Hasil pengujian hipotesis IV Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap

kemungkinan penerimaan opini going concern

Pembahasan Hasil Penelitian

Pengaruh Audit Tenure terhdap Peneriman Opini Audit Going Concern

Berdasarkan hasil statistik, maka dapat disimpulkan bahwa Audit Tenure

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going cocern. Hasil ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Kumala Sari (2012), dimana Audit Tenure tidak

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Pengaruh Debt Default terhdap Peneriman Opini Audit Going Concern

Bedasarkan hasil statistik, maka dapat disimpulkan bahwa debt default tidak

berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going cocern. Hasil ini sejalan dengan

penelitan yang dilakukan oleh Kumala Sari (2012), Irfana (2012), Handayani (2015).

bahwa perusahaan yang mempuyai indikasi kesulitan untuk membayar hutang pokok

dan bunganya tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2007), Tamba (2009), Mada

(2013), dimana Debt Default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern. Hal ini mungkin dikarenakan perusahaan yang berskala besar seperti pada

sampel peneletian ini yang dibukktikan dengan hasil statistik pada tabel 4.3 debt default

pada penelitian sebanyak 9 perusahaan dengan tingkat persentase sebesar 10,6

perusahaan yang mengalami status debt default yaitu dari subsektor Tekstil dan Garmen,

sedangkan untuk tidak debt default pada penelitian sebanyak 76 dengan tingkat

persentase sebesar 89,4. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

perusahaan yang lebih mayoritas dalam penelitian adalah status tidak default. Hal ini

menunjukkan bahwa auditor dalam memberikan status going concern pada perusahaan

tidak berdasarkan kegagalan perusahaan dalam membayar hutang pokok dan bunganya

pada saat jatuh tempo, akan tetapi auditor lebih cenderung melihat kondisi keuangan

perusahaaan secara keseluruhan seperti yang diatur dalam SA seksi 341 bahwa uditor

mempertimbangkan kondisi perusahaan secara keseluruhan, misalnya kerugian operasi

yang berulang kali terjadi sejak tahun-tahun sebelumnya,

defisit, dan juga dipengaruhi oleh signifikan atau tidaknya kondisi tersebut tergantung

atas keadaan, misalnya kondisi yang terjadi mengakibatkan pembangunan perusahaan

terbatas atau kegiatan usahanya terhambat, kesulitan merealisasikan aktiva dan

menyelesaikan kewajibannya.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhdap Peneriman Opini Audit Going Concern

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan

Managerial tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern .

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Amin (2011), Irfana (2012)

bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going

concern, berbeda dengan penelitian yang dilakukan Linoputri (2010), Andjani (2013)

yang mengatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap penermaan opini

going cocern.Dari hasil diatas dapat dikatakan bahwa kepemilikan saham oleh dewan

direksi dan komisaris tidak mempengaruhi penerimaan opini audit going concern dari

auditor, dalam hal ini dewan direksi dan komisaris memiliki saham dalam jumlah yang

kecil sehingga pengeloloaan dan pengawasan terhadap kinerja perusahan tidak baik.

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhdap Peneriman Opini Audit Going

Concern

Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan

Institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern .

Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Andjani (2013) yang

menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap penerimaan

opini audit going concern, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Irfana (2012)

yang mengatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap penerimaan

opini audit going concern.

Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa kepemilikan saham oleh

institusi untuk memonitoring kinerja manjemen untuk bertindak sesuai dengan

kepentingannya tidak mejamin bahwa perusahaan akan menerima opini going concern

oleh auditor independen. karena untuk meningkatkan kinerja perusahaan dipengaruhi

banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Hal ini ditunjukkan pada analisis statistik

deskriptif, yaitu perusahaan manufaktur dengan opini audit going concern sebesar 49,4.

sedangkan non going concern 50,56 ,berarti dapat di nyatakan bahwa dalam penelitian

perusahaan yang mendapat opini going concern dan tidak going concern hanya

mempunyai tingkat perbandingan yang kecil, Perusahaan dengan kepemilikan saham

institusi dalam proporsi besar dan kecil kemungkinannya sama sama bisa menerima

opinni going concern dari auditor.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Penelitian ini dimaksudkan unntuk menguji secara impiris pengaruh audit tenure,

debt default, good corvorate governance yang diwakili oleh kepemilikan manajerial dan

kepemilikan institusional terhadap penerimaan opini audit going concern pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20120-2014,

sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 17 perusahaan dengan kurun

waktu selama 5 tahun sehingga diperoleh data sebanyak 85.

Dari hasil data yang telah di kumpulkan dan diolah serta hasil analisis data yang

telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

1 Audit Tenure berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

2 Debt Default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern .

3 Kepemilkan Managerial tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern

4 Kepemilikan Institusinal tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going

concern.

Keterbatasan Penelitian

Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian sebagai bahan pertimbangan untuk

penelitian selanjutnya:

1 Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian dibatasi hanya perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2 Penelitian ini hanya menganalisis 1 variabel dependen yaitu opini going concern dan

4 variabel indevenden yaitu audit tenure, debt default, kepemilikan manajerial, dan

kepemilkan institusional.

3 Proksi yang digunakan untuk mengukur Good Corporate Governance hanya

menggunakan dua proporsi yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan

institusional.

SARAN

Berdasarkan simpulan dan keterbatasan diatas maka saran yang dapat diberikan

peneliti adalah sebagai berikut:

1 Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas sampel penelitian dengan

memasukkan seluruh jenis industri, baik industri manufaktur, perdagangan, jasa,

maupun keuangan sebagai obyek penelitian.

2 Penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan hubungan antara Auditor

dengan Auditee yang sama atau dengan menggunakan KAP big four dan non big

four.

3 Penelitian berikutnya diharapkan untuk menggunakan semua elemen good corvorate

governance yaitu kepemilikan terpusat, kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional, kepemilikan asing dan kepemilikan keluarga.

Daftar Pustaka

Andjani, Ema Diandra. 2013. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap

Kemungkinan Pemberian Audit Going Concern oleh Auditor Indenpenden.

Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Diyanti, Fitri Tri. 2010. Pengaruh Debt Default, Pergantian Auditor dan Ukuran

Perusahaan Terhadap Penerimaan Audit Going Concern. E-Jurnal Universitas

Gunadarma.

Fajrin, Febrika. 2015. Pengaruh Diferensiasi Kualitas Audit, Kesulitan Keuangan

Perusahaan, Opini Audit, Kepemilikan Institusional dan Fee Audit Terhadap

Pergantian KAP. Faculty of Economic Riau University,Pekanbaru, vol.2 no.2,

p.1-13

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Handayani, Fitri. 2015. Pengaruh Audit, Debt Default, Pertumbuhan Perusahaan dan

Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

BEI . Jurnal Ekonomi.

Herry. 2013. Setiab Auditor Harus Baca Buku Ini. Jakarta: PT Grasindo,anggota

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntansi Publik. Jakarta:

Penerbit Salemba Empat.

Indra Surya, dan Ivan Yustiavanda, 2006. Penerapan good corporate governance.

Jakarta: prenada media group.

Irfana, Muhammad Jauhan. 2012. Analisis Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit,

Opinion Shopping, dan Kemepilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini

Audit Going Concern . Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro

Januarti, Indira. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,

Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern.

SIAE, sitim informasi, auditing dan etika profesi.

Junaidi, Hartono. 2010. Faktor Non Keuangan terhadap Opini Going Concern. Jurnal

Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Linoputri, Ferima Purmateti. 2010. Pengaruh Corporate Governance terhadapa

Penerimaan Opini Audit Going Concern . Skripsi Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Diponegoro

Mada, Brilina Elita 2013. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Reputasi

KAP, Debt Default, Finacial Distress, terhadap Penerimaan Opini Audit Going

Concern. SKRIPSI, fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Semarang.

Mulyadi. 2008. Auditing. Jakarta: salemba Empat.

Naja, H.R.Daeng. 2007. Good Corporate Governance pada Lemabaga Perbankan.

Yogyakarta: PT.BUKU KITA.

Nanda, Fini Rizki. 2015. Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran KAP, Debt

Default, Opinion Shopping dan Kondisi Keuangan terhadap Penerimaan Audit

Going Concern . Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I vol 24.

Praptitorini, Mirna Dyah. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default, Dan

Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern.

Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Keuangan NOMOR: 17/PMK.01/2008

Tentang Jasa Akuntan Publik.

Sari, Kumala. 2012. Analisis Pengaruh Audit Tenure, Reputasi KAP, Disclosure,

Ukuran Perusahaan Dan Likuiditas terhadap Penerimaan Opini Audit Going

Concern. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

Setiawan, Teguh Heri. 2011. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Audit dan

Mekanisme good Governance Terhadap Penerimaan Audit Going Concern.

Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Sunyoto, Danang. 2012. Dasar Dasar Statistik Untuk Ekonomi. Yogyakarta: G A P S.

Solikah, Badingatus. 2007. Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Pertumbuhan

Perusahaan, dan Opini Audit tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini

Going Concern, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Tamba, Revol Ulung. 2009. Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit

terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concen. Skripsi.Universitas Sumatera

Utara

Werastuti, Desak Nyoman. 2013. Pengaruh Auditor Clent Tenure, Debt Default,

Reputasi Auditor, Ukuran Klien dan Kondisi Keuangan terhadap Kualitas Audit

melalui Opini Audit Going Concern. Vokasi Jurnal Riset Akuntansi.