PENGARUH APLIKASI PUPUK HAYATI TERHADAP KEMANTAPAN …digilib.unila.ac.id/58457/2/Skripsi Full Tanpa...

58
PENGARUH APLIKASI PUPUK HAYATI TERHADAP KEMANTAPAN AGREGAT TANAH DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DI BUKIT KEMILING PERMAI, BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh FANDI AHMAD FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of PENGARUH APLIKASI PUPUK HAYATI TERHADAP KEMANTAPAN …digilib.unila.ac.id/58457/2/Skripsi Full Tanpa...

  • PENGARUH APLIKASI PUPUK HAYATI TERHADAP KEMANTAPAN AGREGAT

    TANAH DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT

    (Lycopersicum esculentum Mill.) DI BUKIT KEMILING PERMAI,

    BANDAR LAMPUNG

    (Skripsi)

    Oleh

    FANDI AHMAD

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • Fandi Ahmad

    ABSTRAK

    PENGARUH APLIKASI PUPUK HAYATI TERHADAP KEMANTAPAN AGREGAT

    TANAH DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT

    (Lycopersicum esculentum Mill.) DI BUKIT KEMILING PERMAI,

    BANDAR LAMPUNG

    Oleh

    FANDI AHMAD

    Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap

    kemantapan agregat tanah pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.),

    (2) Mengetahui pupuk hayati manakah yang paling baik dalam meningkatkan kemantapan

    agregat dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.), (3) Mengetahui dosis

    terbaik pada aplikasi pupuk hayati pelarut fosfat terhadap kemantapan agregat tanah dan

    produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Penelitian ini dilaksanakan di

    Bukit Kemiling Permai, Kelurahan Kepayang, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung

    dan analisis tanah dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,

    Universitas Lampung. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Mei 2018 sampai

    dengan bulan Oktober 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Teracak

    Sempurna (RKTS) dengan faktor tunggal yang terdiri dari enam taraf yaitu P0 = Kontrol, P1 =

    Pupuk Hayati Pelarut Fosfat 50 ml/ha, P2 = Pupuk Hayati Pelarut Fosfat 500 ml/ha, P3 =

    Pupuk Hayati Pelarut Fosfat 750 ml/ha, P4 = Pupuk Hayati Pelarut Fosfat 1.000 ml/ha, P5 =

  • Fandi Ahmad

    Pupuk Hayati BMG 8.000 ml/ha. Setiap perlakuan diulang tiga kali. Data yang diperoleh dari

    pengamatan dalam setiap variabel diuji homogenitas ragamnya dengan menggunakan Uji

    Bartlet. Sedangkan Uji Aditivitas data diuji dengan Uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi data

    dianalisis dengan sidik ragam. Perbedaan nilai tengah diuji dengan BNT pada taraf 5%.

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) Aplikasi pupuk

    hayati dapat meningkatkan kemantapan agregat tanah pada tanaman tomat (Lycopersicum

    esculentum Mill.). Kemantapan agregat tanah terendah yaitu pada perlakuan Kontrol dengan

    nilai indeks kemantapan 40,68. Sedangkan indeks kemantapan agregat tertinggi pada

    perlakuan pupuk hayati BMG 8.000 ml/ha dengan nilai 48,24. (2) Pupuk hayati yang paling

    baik dalam meningkatkan kemantapan agregat dan produksi tomat adalah pupuk hayati BMG

    8.000 ml/ha. (3) Dosis terbaik aplikasi pupuk hayati pelarut fosfat yaitu pada perlakuan 1.000

    ml/ha yang menunjukkan nilai kemantapan agregat tanah tertinggi yaitu 44,37 dan bobot

    buah perpetak dengan nilai 32,85 kg atau 19,553 ton/ha.

    Kata kunci : Kemantapan agregat, Produksi tanaman tomat, Pupuk hayati.

  • Fandi Ahmad

    PENGARUH APLIKASI PUPUK HAYATI TERHADAP KEMANTAPAN AGREGAT

    TANAH DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT

    (Lycopersicum esculentum Mill.) DI BUKIT KEMILING PERMAI,

    BANDAR LAMPUNG

    Oleh

    FANDI AHMAD

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

    SARJANA PERTANIAN

    pada

    Jurusan Agroteknologi

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • Fandi Ahmad

  • Fandi Ahmad

  • Fandi Ahmad

  • Fandi Ahmad

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Sumberjo, Kabupaten Tanggamus, pada tanggal 15 Januari

    1996. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak

    Asman dan Ibu Eni. Penulis mengawali pendidikan formal di Sekolah Dasar

    Negeri I Singosari pada tahun 2002 - 2008. Penulis melanjutkan pendidikan di

    Sekolah Menengah Pertama di SMP Islam Kebumen tahun 2008 – 2011 dan

    Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Talang Padang tahun 2011 – 2014. Penulis

    terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,

    Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk

    Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

    Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

    Sepakbola Unila pada tahun 2014 – 2017, organisasi kemahasiswaan Persatuan

    Mahasiswa Agroteknologi (Perma AGT) periode 2016/2017 sebagai anggota

    Bidang Pengembangan Minat dan Bakat (PMB) dan menjadi Kepala Bidang

    Pengembangan Minat dan Bakat (PMB) pada periode 2017/2018. Selain

    berorganisasi, penulis juga menjadi asisten mata kuliah Dasar – Dasar Ilmu Tanah

    pada semester genap 2016/2017, Pengantar Ilmu Tanah pada semester ganjil

    2017/2018, dan semester genap 2017/2018.

  • Fandi Ahmad

    Penulis melaksanakan Praktik Umum di Kebun Percobaan (KP) Balai Penelitian

    Tanah, Taman Bogo Lampung Timur pada tahun 2017 dan melaksanakan Kuliah

    Kerja Nyata (KKN) di Desa Tambah Luhur, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten

    Lampung Timur pada tahun 2018.

  • Fandi Ahmad

    Bismillahirrohmannirrohim

    Dengan rasa syukur dan bangga aku persembahkan karya ini

    kepada kedua orangtuaku, Asman dan Eni

    terima kasih telah menyemangati, membimbing dan berjuang bagi diri kami.

    Teruntuk kedua adikku, Retno Dwi Lestari dan Keiza Fitriyani,

    teruslah menjadi pribadi yang baik dan menjadi kebanggaan bagi keluarga.

    Dosen pembimbing dan penguji, Keluarga Agroteknologi 2014 serta untuk

    almamater tercinta, Universitas Lampung

    terima kasih untuk pengalaman berharga dan

    kenangan indah selama menuntut ilmu.

  • Fandi Ahmad

    Bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar.

    - Q. S. Ar Rum (30) : 60 -

    Saya percaya, bahwa akhir sebuah kisah

    hanyalah gerbang pembuka untuk kisah yang jauh lebih indah.

    - Fiersa Besari -

    Tidak ada yang perlu dilebihkan.

    Percuma, kita hanya nafas kecil sebagai tamu semesta.

    Dari tanah, kembali ke tanah.

    - Wira Nagara -

    Salah satu bagian terbaik dalam hidup,

    ketika kita tidak sekedar menjadi setumpuk koleksi.

    Tetapi dapat menjadi sebuah inspirasi.

    - Fandi Ahmad -

  • Fandi Ahmad

    SANWACANA

    Bismillahirrahmannirrahim.

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan

    karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat teriring

    salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita

    nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah nanti, Aamiin.

    Penulis menyadari bahwa selama penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak

    terlepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari banyak pihak. Oleh karena itu

    penulis mengucapkan terimakasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M. Si. selaku Dekan Fakultas

    Pertanian Universitas Lampung yang telah membantu dalam administrasi

    skripsi ini.

    2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku ketua jurusan Agroteknologi dan

    penguji yang telah memberikan saran, nasehat, dan arahan untuk penulisan

    skripsi yang baik.

    3. Bapak Prof. Dr. Ir. Hamim Sudarsono, M.Sc. selaku dosen pembimbing

    akademik yang telah memberikan bimbingan dan nasehat.

  • Fandi Ahmad

    4. Bapak Dr. Ir. Afandi, M. P. selaku pembimbing I yang telah memberikan

    bimbingan, dukungan, arahan, nasehat, dan saran selama penulis

    melaksanakan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

    5. Bapak Ir. Kus Hendarto, M. S. selaku pembimbing II yang telah memberikan

    semangat, nasehat, bimbingan, dan saran selama penulis melaksanakan

    penelitian hingga penulisan skripsi terselesaikan.

    6. Kedua orang tua penulis Bapak Asman dan Ibu Eni, serta adik tercinta Retno

    Dwi Lestari dan Keiza Fitriyani yang telah memberikan motivasi, dukungan,

    doa, perhatian, pengorbanan, nasihat, serta kasih sayang kepada penulis.

    7. Sahabat Kontrakan penulis Agung Caniago, Eka Anggara, Rivan Okfrianas,

    Egi Ardana, Fitra Pristiadi, Hanif Satriawan, Rizki Ramadhan, Rendi Wijoyo,

    Rizki Cahya Nugraha, dan Suaji Triaji yang selalu memberikan keceriaan dan

    semangat disaat suka dan duka bagi penulis.

    8. Rekan Presidium Perma AGT periode 2017/2018 Dicky Ashari, Anisah Ika,

    Chintya Anniessa Pasa, Erik Suwandana, Dany Pranowo, Putri Ulva, Binti

    Masrurroh, Diko Sri Agung, Ikhsan Firdaus, Fachri Rahmat, Amara

    Ayunilanda, Amirah Inas, Anggelia Fitri, Rafika Restiningtyas, dan Ahyar

    Safitri serta kakak - kakak dan adik - adik keluarga besar Perma AGT yang

    telah memberikan pengalaman, kerjasama, serta kebersamaan untuk tumbuh,

    berkembang, dan berbagi pengalaman bersama penulis.

    9. Bang Yohan Yogaswara, Rahmad Firdaus, Prayoga Eka Saputra, Wiwit Arif

    Putranto, Eko Pramono, Eko Pentara, Angga Maycel, Cahyo Prabowo, Teguh

    Saputra, Aan Rinaldi, Budi Setiawan, Dimas Santiaji, Febri Arianto, Dodi

    Maulana, Ahmad Shan Kemala Jaya, Hendra Wijaya, Rio Anugrah, Hendi

  • Fandi Ahmad

    Pamungkas, Robin Afia Hidayat, dan Eko Supriyadi yang telah memberikan

    ilmu, keceriaan, kekeluargaan, dan pengalamannya,

    10. Adik – adik sekretariat Perma AGT Wasri Yaman, Ardinta, Josua Tambunan,

    Riski Alam, Fakhri Amir, Andrian, Abdul Razaek, Distra, Yudi Candra, Sony

    Sanjaya, Yudha Imanda, Tita prenti, Anggi agustin, Rosa Nintania, Ihsania

    Jinggan, Wulan Dwi, Munawaroh, Devy Nouva, Yulia Alessandra, Bella

    Mahesa, Shintia Bella, dan Dian Puspita yang telah memberikan keceriaan,

    dukungan, dan semangat kepada penulis.

    11. Keluarga besar UKM Sepakbola Universitas Lampung yang telah memberikan

    pengalaman, kekeluargaan, dan keceriaan yang telah terjalin baik selama ini.

    12. Sahabat Happy Flower Mbak Ratri Luqmana Sari, Husna, Nisya Aryani, Diza

    Pepita, Bang Heru Purnomo, Muhammad Rahmansyah, dan Hafiz Luthfi yang

    selalu memberikan dukungan, motivasi, keceriaan, dan rasa kekeluargaan.

    13. Keluarga besar Agroteknologi 2014 yang selalu berbagi keceriaan dan rasa

    kekeluargaan selama masa studi.

    Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dan memberi balasan

    sebaik – baiknya kepada kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

    jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat

    berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

    Bandar Lampung, 9 Agustus 2019

    Penulis,

    Fandi Ahmad

  • i

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ............................................................................................ i

    DAFTAR TABEL ................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi

    I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

    1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

    1.3 Kerangka Pemikiran ................................................................. 5

    1.4 Hipotesis ................................................................................... 8

    II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 9

    2.1 Morfologi Tanaman Tomat ...................................................... 9

    2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Tomat .............................................. 10

    2.2.1 Iklim ................................................................................. 10

    2.2.2 Tanah ............................................................................... 11

    2.3 Agregat Tanah .......................................................................... 12

    2.4 Pupuk Hayati ............................................................................ 15

    2.5 Mikroorganisme Pelarut Fosfat ................................................ 16

    2.6 Pupuk Hayati BMG ................................................................. 17

    III. BAHAN DAN METODE .............................................................. 19

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 19

    3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 19

    3.3 Metode Penelitian ..................................................................... 20

    3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 20

    3.4.1 Penentuan Petak Perlakuan ......................................... 20

  • ii

    3.4.2 Pembibitan .................................................................... 21 3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah Awal ............................... 22 3.4.4 Pengolahan Tanah dan Pemasangan Mulsa ................ 22 3.4.5 Penanaman ................................................................... 23 3.4.6 Pemeliharaan ................................................................ 23 3.4.7 Aplikasi Perlakuan ........................................................ 24 3.4.8 Pemanenan ................................................................... 25 3.4.9 Pengambilan Sampel Tanah Akhir ............................... 25

    3.5 Variabel Pengamatan ................................................................ 26

    3.5.1 Variabel Utama ................................................................ 26 3.5.1.1 Analisis Kemantapan Agregat ........................... 26

    3.5.1.2 Bobot Buah Per petak ....................................... 29

    3.5.1.3 Bobot Kering Akar ............................................ 30

    3.5.1.4 Bobot Kering Tajuk ........................................... 30

    3.5.2 Variabel Pendukung ......................................................... 30 3.5.2.1 Penetapan Tekstur Tanah ................................. 30

    3.5.2.2 Penetapan pH Tanah ......................................... 32

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 33

    4.1 Hasil .......................................................................................... 33

    4.1.1 Distribusi Agregat ......................................................... 34 4.1.2 Kemantapan Agregat ................................................... 35 4.1.3 Bobot Buah Per Petak ................................................... 36 4.1.4 Bobot Kering Akar ......................................................... 37 4.1.5 Bobot Kering Tajuk ........................................................ 37 4.1.6 Korelasi Indeks Kemantapan Agregat terhadap

    Bobot Buah Per Petak ..................................................... 38

    4.2 Pembahasan .............................................................................. 39

    V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 44

    5.1 Simpulan ................................................................................... 44

    5.2 Saran ......................................................................................... 44

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... .. 45

    LAMPIRAN

    Tabel 11 - 35 .......................................................................................... 50 - 72

  • iii

    DAFTAR TABEL

    Tabel ........................................................................................................ Halaman

    1. Klasifikasi indeks kemantapan agregat tanah ….… ......................... 15

    2. Komposisi mikroorganisme pupuk hayati BMG …......................... 17

    3. Waktu aplikasi, metode, dan dosis/konsentrasi pemupukan …....… 24

    4. Perhitungan kemantapan agregat dengan pengayakan kering ….… 27

    5. Perhitungan kemantapan agregat dengan pengayakan basah ….… 29

    6. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap kemantapan agregat dan hasil produksi tanaman tomat

    (Lycopersicum esculentum Mill.). ..................................................... . 33

    7. Pengaruh aplikasi pupuk hayati pada variabel kemantapan agregat .. 36

    8. Pengaruh aplikasi pupuk hayati pada variabel bobot buah perpetak ............................................................................................. 36

    9. Pengaruh aplikasi pupuk hayati pada variabel bobot brangkasan kering akar ........................................................................................ 37

    10. Pengaruh aplikasi pupuk hayati pada variabel bobot brangkasan kering tajuk ....................................................................................... 38

    11. Hasil ayakan kering ........................................................................... 51

    12. Persentase ayakan kering .................................................................. 52

    13. Perhitungan kemantapan agregat dengan ayakan kering ................. 53

    14. Rerata Berat Diameter (RBD) kering ................................................ 54

    15. Hasil ayakan basah ............................................................................ 56

    16. Persentase ayakan basah ................................................................... 57

  • iv

    17. Perhitungan kemantapan agregat dengan ayakan kering ................. 58

    18. Rerata Berat Diameter (RBD) basah ................................................. 59

    19. Klasifikasi indeks kemantapan agregat tanah ................................... 61

    20. Indeks Kemantapan Agregat Tanah (IKA) ....................................... 62

    21. Pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap variabel tekstur tanah ......... 63

    22. Pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap variabel pH tanah ............... 64

    23. Data pengamatan pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap kemantapan agregat tanah ................................................................. 64

    24. Uji bartlett pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap kemantapan agregat ........................................................................... 65

    25. Analisis ragam pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap kemantapan agregat ........................................................................... 65

    26. Data pengamatan pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap bobot buah per petak ......................................................................... 66

    27. Uji bartlett pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap bobot buah per petak ................................................................................... 67

    28. Analisis ragam pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap bobot buah per petak ................................................................................... 67

    29. Data pengamatan pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap bobot kering akar ............................................................................... 68

    30. Uji bartlett pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap bobot kering akar ......................................................................................... 69

    31. Analisis ragam pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap bobot kering akar ......................................................................................... 69

    32. Data pengamatan pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap bobot kering tajuk ............................................................................. 70

    33. Uji bartlett pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap bobot kering tajuk ........................................................................................ 71

    34. Analisis ragam pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap bobot kering tajuk ........................................................................................ 71

  • v

    35. Korelasi indeks kemantapan agregat terhadap bobot buah per petak ... 72

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Tata letak percobaan .................................................................... 21

    2. Satuan percobaan dalam satu perlakuan .................................... 22

    3. Distribusi agregat pengayakan kering ....................................... 34

    4. Distribusi agregat pengayakan basah ........................................ 35

    5. Uji korelasi linier indeks kemantapan agregat terhadap bobot buah per petak ..................................................... 38

  • I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

    yang bersifat multiguna dan banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Tomat

    dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun sebagai bumbu masakan. Tomat

    juga memiliki prospek yang baik dalam pemasarannya dan memiliki harga yang

    relatif terjangkau. Selain itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan

    dan pemenuhan gizi sehari - hari menyebabkan permintaan akan produk

    hortikultura berkualitas tinggi semakin meningkat.

    Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2017), luas panen tomat nasional tahun 2016

    mencapai 54,544 Ha dengan produksi sebesar 883,223 ton. Kemudian luas panen

    tomat di Lampung pada tahun 2015 adalah 2.143 Ha dengan produksi mencapai

    24,490 ton/ha, tetapi pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 23,638

    ton/ha. Konsumsi tomat di Indonesia mencapai 0,800 ons/kapita/minggu atau

    sekitar 4,171 kg/kapita/tahun.

    Rendahnya produksi tomat di Indonesia sangat erat kaitannya dengan tingkat

    kesuburan tanah, pemupukan yang masih di bawah rekomendasi, ketersediaan air,

    dan pengaturan sistem penggunaan air, teknologi, faktor iklim, serangan hama dan

    penyakit, serta teknis budidaya petani yang belum tepat (Cahyono, 2008).

  • 2

    Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tomat yaitu dengan perbaikan

    kesuburan tanah. Tanah merupakan media tanam yang digunakan untuk tumbuh

    kembangnya akar tanaman. Media tanam yang baik adalah media yang mampu

    menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman. Hal ini dapat ditentukan

    dengan tata udara dan air yang baik, mempunyai agregat yang mantap,

    kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang cukup

    (Mawaddah, 2017).

    Salah satu upaya mempertahankan kondisi tanah yang baik adalah perlu adanya

    perhatian khusus pada perbaikan kemantapan agregat tanah. Agregat tanah

    terbentuk karena proses flokulasi dan fragmentasi. Flokulasi terjadi jika partikel

    tanah yang pada awalnya dalam keadaan terdispersi, kemudian bergabung

    membentuk agregat. Sedangkan fragmentasi terjadi jika tanah dalam keadaan

    bongkahan, kemudian terpecah – pecah membentuk agregat yang lebih kecil

    (Santi et al., 2008).

    Agregat tanah dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk

    perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi, dan

    daya menahan air. Pada tanah yang agregatnya kurang stabil bila terkena

    gangguan maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir - butir halus

    hasil hancuran akan menghambat pori - pori tanah sehingga bobot isi tanah

    meningkat, aerasi buruk, dan permeabilitas menjadi lambat. Kemantapan Agregat

    juga sangat menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Kemampuan

    agregat untuk bertahan dari gaya perusak dari luar (stabilitas) dapat ditentukan

  • 3

    secara kuantitatif melalui Aggregate Stability Index (ASI). Indeks ini merupakan

    penilaian secara kuantitatif terhadap kemantapan agregat (Pujawan, 2015).

    Faktor - faktor yang mempengaruhi kemantapan agregat antara lain pengolahan

    tanah dan aktivitas mikroorganisme tanah (Mazid et al., 2011). Kondisi lahan

    yang kurang subur, menyebabkan perlu adanya pupuk yang dapat menyuburkan

    tanah kembali. Fadiluddin (2009) dalam Setiawati et al. (2016) menyatakan

    bahwa pemanfaatan pupuk hayati (biofertilizer) merupakan usaha dan strategi

    yang tepat untuk menyuburkan tanah kembali.

    Aplikasi pupuk hayati kedalam tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah,

    memacu pertumbuhan tanaman, dan meningkatkan produksi tanaman. Pupuk

    hayati memiliki kandungan mikroorganisme hidup yang dapat meningkatkan

    ketersediaan nutrisi apabila diterapkan pada benih, permukaan tanaman, atau

    tanah serta saat pertumbuhan tanaman. Pupuk hayati dapat meningkatkan laju

    kerja enzim baik di dalam tanah maupun pada tanaman (Mazid et al., 2011).

    Pupuk hayati dapat berperan sebagai dekomposisi bahan organik dan

    menyediakan lingkungan rhizosfer lebih baik (Vessey, 2003). Sehingga

    mikroorganisme yang berada pada daerah perakaran dapat berperan dalam siklus

    energi, unsur hara, pembentuk agregat, dan menentukan kesehatan tanah.

    Pupuk hayati mengandung unsur hara makro dan mikro, hormon, dan asam amino

    yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, di dalam pupuk hayati

    terdapat mikroorganisme yang berfungsi sebagai pelarut fosfat. Mikroorganisme

    pelarut fosfat dapat berfungsi untuk meningkatkan kesuburan P dalam tanah

    sehingga dapat diserap oleh tanaman. Aplikasi pupuk hayati ke dalam tanah

  • 4

    merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kesuburan tanah. Kemudian

    penggunaan pupuk hayati juga diharapkan dapat memperbaiki agregat tanah,

    meningkatkan kesehatan tanah, memacu pertumbuhan tanaman, dan

    meningkatkan produksi tanaman.

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka penelitian ini dilakukan

    untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut :

    1) Apakah aplikasi pupuk hayati dapat mempengaruhi kemantapan agregat tanah

    pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) ?

    2) Pupuk hayati manakah yang paling baik dalam meningkatkan kemantapan

    agregat dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) ?

    3) Berapakah dosis terbaik pada aplikasi pupuk hayati pelarut fosfat terhadap

    peningkatan kemantapan agregat tanah dan produksi tanaman tomat

    (Lycopersicum esculentum Mill.) ?

    1.2 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan

    penelitian ini adalah untuk :

    1) Mengetahui pengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap kemantapan agregat

    tanah pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).

    2) Mengetahui pupuk hayati manakah yang paling baik dalam meningkatkan

    kemantapan agregat dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum

    Mill.).

  • 5

    3) Mengetahui dosis terbaik pada aplikasi pupuk hayati pelarut fosfat terhadap

    kemantapan agregat tanah dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum

    esculentum Mill.).

    1.3 Kerangka Pemikiran

    Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan komoditas hortikultura yang

    termasuk dalam tanaman semusim. Permintaan pasar terhadap komoditas tomat

    dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tetapi produksi tomat mengalami

    penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya

    kesuburan tanah pada lahan pertanian di Lampung. Tanah di Lampung

    merupakan tanah marjinal yang di dominasi tanah ultisol. Tanah ultisol memiliki

    sifat fisik, kimia, dan biologi yang kurang baik, sehingga dapat menjadi kendala

    bagi pertumbuhan tanaman. Kendala sifat fisik tanah ultisol adalah stabilitas

    agregat kurang mantap, konsistensi teguh dilapisan bawah (sub soil), dan gembur

    bagian atas (top soil). Kendala sifat kimia adalah nilai pH yang rendah dan

    kandungan Al-dd yang tinggi. Kendala biologi adalah kandungan bahan organik

    yang tersedia dalam tanah rendah (Sarief, 1986).

    Kualitas tanah yang rendah diakibatkan oleh fenomena alam ataupun sifat alami

    tanahnya, namun kerusakan tanah juga dapat terjadi karena pengelolaan tanah

    yang dilakukan secara terus - menerus dan tidak tepat. Pengelolaan tanah secara

    terus - menerus dapat menurunkan tingkat kemantapan agregat tanah, yang

    berfungsi sebagai tempat hidupnya mikroorganisme tanah yang dapat membantu

    proses pertumbuhan tanaman (Lestari, 2015).

  • 6

    Agregat tanah terbentuk karena adanya interaksi dari butiran tunggal, liat,

    oksida besi atau almunium, dan bahan organik. Agregat tanah yang baik dapat

    terbentuk karena flokulasi maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian

    dimantapkan oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara kimia atau adanya

    aktifitas biologi (Mustafa et al., 2012).

    Agregat yang baik akan menjadikan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan

    tanaman. Pada tanah yang agregatnya kurang stabil bila terkena gangguan maka

    agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir - butir halus hasil hancuran akan

    menghambat pori - pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi kurang

    baik, dan permeabilitas menjadi lambat.

    Kemantapan agregat merupakan ketahanan rata - rata agregat tanah terhadap

    pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan

    agregat tanah tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air

    dan kekuatan pengikat (sementasi). Faktor – faktor yang mempengaruhi

    kemantapan agregat diantaranya bahan - bahan pengikat agregat tanah, bentuk dan

    ukuran agregat, serta tingkat agregasi. Stabilitas agregat yang terbentuk

    tergantung pada keutuhan tanah permukaan agregat pada kondisi kering dan

    kekuatan ikatan antarkoloid partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya

    peran lendir (gum) yang dapat dihasilkan oleh mikroorganisme sebagai agen

    pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses

    pembentukan ikatan agregat tanah dan agregasi (Hardjowigeno, 1987).

    Oleh sebab itu, tanah yang berfungsi sebagai media tumbuh dan sumber air bagi

    tanaman harus dioptimalkan pengolahannya. Salah satu upaya yang dapat

  • 7

    dilakukan adalah dengan penambahan pupuk hayati kedalam tanah. Pupuk hayati

    adalah pupuk organik yang mengandung isolat berupa mikroorganisme seperti

    mikroorganisme penambat nitrogen (N2), mikroorganisme pelarut fosfat (P) atau

    mikroorganisme perombak selulosa yang diberikan dengan tujuan meningkatkan

    pertumbuhan tanaman (Lestari, 2015).

    Salah satu pupuk hayati yang banyak digunakan adalah pupuk hayati yang

    mengandung mikroorganisme pelarut fosfat. Jenis mikroorganisme pelarut fosfat

    yang banyak digunakan yaitu dari jenis bakteri. Mikroorganisme yang termasuk

    dalam kelompok bakteri pelarut fosfat antara lain Pseudomonas sp., Bacillus sp.,

    dan Azetobacter sp. (Purwaningsih, 2003).

    Mekanisme mikroorganisme pelarutan fosfat dalam melarutkan fosfat adalah

    produksi mineral terlarut seperti asam organik, siderofor, proton, ion hidroksil,

    dan CO2 (Rodriguez dan Fraga, 1999; Sharma et al., 2011). Asam organik yang

    diproduksi oleh mikroorganisme pelarut fosfat adalah asam glukonat, 2-

    ketoglutonat, sitrat, oksalat, laktat, isovalerat, suksinat, glikonat, dan asetat (Pande

    et al., 2017). Asam organik diproduksi bersama dengan kation khelat hidroksil

    dan karboksil atau dengan menurunkan pH untuk melepaskan P (Seshachala dan

    Tallapragada, 2012). Asam organik diproduksi dalam ruang periplasma melalui

    jalur oksidasi langsung (Zhao et al., 2014). Asam - asam organik tersebut akan

    bereaksi dengan pengikat fosfat seperti Al3+, Fe3+, Ca2+, dan Mg2+ membentuk

    khelat organik yang stabil sehingga mampu membebaskan ion fosfat terikat

    sehingga dapat tersedia dan diserap oleh tanaman (Goldstein, 1994; Ginting et al.,

    2006).

  • 8

    Asam organik dapat meningkatkan ketersediaan P di dalam tanah melalui

    beberapa cara, diantaranya anion organik bersaing dengan ortofosfat pada

    permukaan jerapan koloid tanah yang bermuatan positif, pelepasan ortofosfat dari

    ikatan logam P melalui pembentukan kompleks logam organik. Mekanisme lain

    dalam meningkatkan ketersediaan P oleh asam organik adalah modifikasi muatan

    permukaan jerapan oleh ligan organik (Beaucamp dan Hume, 1997; Havlin et al.,

    1999).

    Aplikasi pupuk hayati yang mengandung mikroorganisme pelarut fosfat pada

    pertanaman tomat diharapkan dapat memperbaiki kemantapan agregat tanah dan

    memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat meningkatkan produksi dan

    produktivitas tanaman tomat.

    1.4 Hipotesis

    Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan, maka hipotesis yang

    didapatkan dalam penelitian ini adalah :

    1) Aplikasi pupuk hayati dapat meningkatkan kemantapan agregat tanah pada

    tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).

    2) Terdapat pupuk hayati terbaik yang dapat meningkatkan kemantapan agregat

    tanah dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).

    3) Terdapat dosis pupuk hayati pelarut fosfat terbaik yang dapat meningkatkan

    kemantapan agregat tanah dan produksi tanaman tomat (Lycopersicum

    esculentum Mill.).

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Morfologi Tanaman Tomat

    Menurut Pracaya (1998) tanaman tomat dapat diklasifikasikan secara ilmiah

    sebagai berikut :

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Ordo : Solanes

    Family : Solanaceae

    Genus : Lycopersicon (lycopersicum)

    Species : Lycopersicum esculentum Mill.

    Tomat merupakan tanaman semusim (annual). Tomat memiliki sistem perakaran

    tunggang yang tumbuh memanjang menembus tanah. Batang tomat berwarna

    hijau dan berbentuk persegi empat yang lunak namun cukup kuat, berambut atau

    berbulu halus. Ruas batang mengalami penebalan dan pada ruas bagian bawah

    tumbuh akar – akar pendek. Batang tanaman tomat dapat bercabang, sehingga

    perlu dilakukan pemangkasan cabang secara berkala agar penyebaran batang

    dapat merata (Cahyono, 2008).

  • 10

    Daun tanaman tomat berbentuk oval, bagian tepinya bergerigi dan membentuk

    celah - celah menyirip agak melengkung ke dalam. Daun tomat berwarna hijau

    dan merupakan daun majemuk ganjil berjumlah 5−7. Panjang daun antara 15–30

    cm dan lebar daun 10–25 cm. Daun majemuk tumbuh berselang - seling

    mengelilingi tanaman (Cahyono, 2008).

    Rangkaian bunga (bunga majemuk) terdiri dari 4−14 bunga. Rangkaian bunga

    terletak diantara buku, ruas, ujung batang atau cabang. Bunga tomat termasuk

    bunga hermaprodite dengan diameter ± 2 cm. Mahkota berjumlah 6, bagian

    pangkalnya membentuk tabung pendek sepanjang ± 1 cm, berwarna kuning.

    Benang sari berjumlah 6, bertangkai pendek dengan kepala sepanjang ± 5 mm,

    berwarna kuning cerah dan mengelilingi putik bunga. Kelopak bunga berjumlah 6

    dengan ujung kelopak runcing dan panjang ± 1 cm (Pracaya, 1998).

    Buah tomat berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih atau oval tergantung

    varietas tomat. Buah yang masih muda berwarna hijau muda sampai hijau tua.

    Buah tomat yang sudah tua berwarna merah cerah atau merah gelap, merah

    kekuning - kuningan atau merah kehitaman. Selain itu ada juga yang berwarna

    kuning tergantung jenis dan varietasnya (Wiryanta, 2002).

    2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Tomat

    2.2.1 Iklim

    Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat, dari

    dataran rendah (100−600 mdpl) dan dataran tinggi (1.000−2.500 mdpl). Tanaman

    tomat memerlukan intensitas cahaya matahari sekitar 10−12 jam setiap hari.

  • 11

    Cahaya matahari tersebut dipergunakan untuk proses fotosintesis, pembentukan

    bunga, pembentukan buah, dan pemasakan buah (Wiryanta, 2002).

    Tanaman tomat memerlukan sinar matahari yang cukup. Kekurangan sinar

    matahari juga dapat menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik

    parasit maupun nonparasit. Intensitas sinar matahari sangat penting dalam

    pembentukan vitamin C dan karoten (provitamin A) dalam buah tomat. Sinar

    matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten

    dibandingkan pada dataran rendah, karena tanaman menerima sinar matahari lebih

    banyak tetapi suhu rendah (Pracaya, 1998).

    2.2.2 Tanah

    Tanaman tomat dapat tumbuh di tanah andosol, regosol, latosol, ultisol dan

    grumosol. Jika tanah kurang subur atau kondisi tanah kurang cocok untuk

    pertumbuhan tanaman tomat bisa dimanipulasi melalui pemupukan, baik organik

    ataupun anorganik. Kondisi tanah yang paling cocok yaitu tanah lempung pasir

    dan banyak mengandung unsur hara (Wiryanta, 2002).

    Sifat kimia tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Sifat kimia

    yang sangat berpengaruh tersebut adalah pH dan keadaan salinitas (kadar garam)

    dalam tanah. Tanaman tomat dapat tumbuh optimal pada tanah dengan pH

    5,5−6,8. Namun, tanaman tomat masih toleran pada derajat keasaman dengan pH

    5−7 (Pracaya, 1998).

    Sifat biologis tanah sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah yang akan

    berpengaruh baik terhadap biologi tanah. Kondisi biologi tanah yang baik dapat

  • 12

    membantu melarutkan unsur hara yang tidak larut, dan dapat menyimpan

    kelebihan unsur hara. Selain itu juga dapat membantu proses nitrifikasi,

    menyuburkan tanah, dan melancarkan peredaran udara di dalam tanah atau aerasi

    (Pracaya, 1998).

    2.3 Agregat Tanah

    Produktivitas lahan secara berkelanjutan dapat ditingkatkan dengan pengembalian

    atau pemberian bahan organik untuk memulihkan kembali status hara dalam

    tanah. Bahan organik tanah sangat penting dalam mempertahankan stabilitas

    struktur tanah, membantu infiltrasi udara dan air, mempromosikan air retensi, dan

    mengurangi erosi. Bahan organik berpengaruh terhadap sifat fisik tanah yaitu

    dapat meningkatkan stabilitas agregat tanah, sehingga dapat memperbaiki struktur

    tanah yang mantap dan ideal bagi pertumbuhan tanaman yang dapat berakibat

    pada menurunnya tingkat porositas dan tingkat kepadatan tanah (Utomo et al.,

    2015).

    Agregat tanah merupakan melekatnya partikel tanah antara satu dengan lainnya

    yang lebih kuat, dibandingkan dengan partikel di sekitarnya. Agregat tanah

    terbentuk apabila partikel - partikel tanah menyatu, membentuk unit - unit yang

    lebih besar. Peningkatan ukuran dan stabilitas agregat tanah akan berpengaruh

    positif terhadap sifat fisik tanah lainnya, diantaranya dapat meningkatkan

    kapasitas retensi air dan jumlah air tersedia, pori makro dan meso, porositas total,

    aerasi, permeabilitas, infiltrasi tanah, serta dapat menurunkan kepekaan tanah

    terhadap erosi (Kurnia, 1996).

  • 13

    Kemantapan agregat tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk

    bertahan terhadap faktor - faktor yang dapat merusaknya. Faktor - faktor tersebut

    dapat berupa kikisan angin, pukulan air hujan, daya urai air pengairan, dan beban

    pengolahan tanah. Agregat tanah yang mantap akan mempertahankan sifat - sifat

    tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, seperti porositas dan ketersediaan

    air lebih lama dibandingkan dengan agregat tanah tidak mantap (Rachman dan

    Abdurachman, 2006). Agregat tanah yang stabil dapat menciptakan lingkungan

    fisik yang baik untuk perkembangan akar tanaman. Apabila tanah memiliki nilai

    kemantapan agregat yang rendah, bila terkena gangguan maka agregat tanah

    tersebut akan mudah hancur. Kemudian butir - butir halus hasil hancuran akan

    menghambat pori - pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk

    dan permeabilitas menjadi lambat.

    Edwards dan Bremner dalam Tisdall dan Oades (1982) menjelaskan pembentukan

    agregat terjadi melalui beberapa cara dan dapat dikelompokkan dalam tingkat

    ukuran yaitu makroagregat (> 250 μm) dan mikroagregat (< 250 μm).

    Makroagregat terdiri dari kompleks liat, kation polivalen dan molekul organik

    (Kl-P-MO) dimana liat yang terikat dengan molekul organik oleh kation

    polivalen. Partikel Kl-P-MO yang berdiameter < 2 μm membentuk mikroagregat

    yang diameternya < 250 μm.

    - Agregat berdiameter < 2 μm, agregat ini merupakan flokulasi dari kumpulan

    individual liat yang membentuk masa yang sangat halus. Liat disatukan oleh

    gaya - gaya Van der Waal, ikatan hidrogen, dan ikatan Coloumb.

    - Agregat berdiameter 2-20 μm, agregat ini terdiri dari partikel - partikel yang

    berdiameter < 2 μm yang terikat bersama - sama sangat kuat oleh bahan

  • 14

    organik persisten dan tidak dapat terganggu oleh praktik pertanian. Partikel -

    partikel yang berdiameter 2-20 μm merupakan partikel yang terdiri dari

    partikel - partikel berdiameter < 2 μm yang terikat dengan kuat.

    - Agregat berdiameter 20-250 μm, merupakan ukuran agregat yang stabil,

    sehingga tidak dapat tergamggu oleh praktik pertanian, namun ukuran agregat

    ini dapat dihancurkan karena getaran ultrasonik. agregat ini sebagian besar

    terdiri dari partikel - partikel berdiameter 2-20 μm yang diikat oleh berbagai

    penyemen yang termasuk kedalam bahan organik persisten, oksida kristalin,

    dan aluminosilikat. Agregat ini sangat stabil bukan hanya karena ukurannya

    yang kecil, tapi juga karena agregat tersebut mengandung agen - agen pengikat.

    - Agregat berdiameter > 2000 μm, agregat ini terdiri dari agregat - agregat dan

    partikel - partikel yang disatukan oleh akar dan hifa.

    Lal dan Shukla (2004) menyatakan terdapat berbagai metode yang digunakan

    untuk menentukan kemantapan agregat tanah. Salah satu metode yang sering

    digunakan adalah indeks rata - rata bobot diameter (Mean Weight Diameter).

    Rata - rata bobot diameter pada metode pengayakan kering dan basah dapat

    digunakan untuk menentukan kemantapan agregat yang dinyatakan ke dalam

    indeks stabilitas agregat. Indeks stabilitas agregat merupakan selisih antara

    rata - rata bobot diameter agregat tanah pada pengayakan kering dengan rata - rata

    bobot diameter pada pengayakan basah.

  • 15

    Tabel 1. Klasifikasi indeks kemantapan agregat tanah (Afandi, 2005)

    Harkat Kemantapan Agregat

    > 200 Sangat mantap sekali

    80 – 200 Sangat mantap

    61 – 80 Mantap

    50 – 60 Agak mantap

    40 – 50 Kurang mantap

    < 40 Tidak mantap

    2.4 Pupuk Hayati

    Pupuk hayati adalah sebuah komponen yang mengandung mikroorganisme hidup

    yang diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu menyediakan

    unsur hara tertentu bagi tanaman. Pemanfaatan pupuk hayati dilakukan

    berdasarkan respon positif terhadap peningkatan efektivitas dan efisiensi

    pemupukan sehingga dapat menghemat biaya pupuk. Mikroba yang digunakan

    sebagai pupuk hayati (biofertilizer) dapat diberikan langsung ke dalam tanah,

    disertakan dalam pupuk organik atau pada benih yang akan ditanam (Andriawan,

    2010).

    Aplikasi pupuk hayati bertujuan untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme dan

    mempercepat proses mikrobiologis untuk meningkatkan ketersediaan hara,

    sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk hayati bermanfaat untuk

    mengaktifkan serapan hara oleh tanamaan, menekan soil borne disease,

    mempercepat proses pengomposan, memperbaiki struktur tanah, dan

    menghasilkan substansi aktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

    (Harris et al., 2018).

  • 16

    Menurut Simanungkalit (2001), pupuk hayati merupakan mikroorganisme hidup

    yang diberikan ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman

    memfasilitasi atau menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman. Wu et al.

    (2005) menyatakan bahwa penggunaan pupuk hayati tidak hanya meningkatkan

    kadar unsur hara pada tanaman seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K),

    tetapi juga menjaga kandungan senyawa organik dan total N dalam tanah.

    2.5 Mikroorganisme Pelarut Fosfat

    Penggunaan mikroorganisme pelarut fosfat sebagai pupuk hayati mempunyai

    manfaat antara lain hemat energi, tidak mencemari lingkungan, mampu

    meningkatkan kelarutan P yang terjerap, menghalangi terjerapnya P oleh unsur –

    unsur penjerap dan mengurangi toksitas Al3+, Fe3+, dan Mn2+ terhadap tanaman

    pada tanah masam. Pada tanah masam biasanya terjadi pengikatan – pengikatan P

    yang menyebabkan pupuk P yang diaplikasikan menjadi kurang efisien, sehingga

    perlu diberikan takaran yang tinggi. Kurang efisiennya penggunaan pupuk P ini

    dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan penggunaan

    mikroorganisme pelarut fosfat sebagai pupuk hayati (Elfiati, 2005).

    Menurut Sharma et al. (2011) mikroorganisme yang termasuk dalam kelompok

    bakteri pelarut fosfat antara lain Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. Menurut

    Pischik et al. (2018) yang menyatakan bahwa aplikasi Bacillus subtilis dan asam

    humat dapat meningkatkan hasil buah serta kualitas buah tomat melalui

    peningkatan bobot kering, karbohidrat, kandungan gula, dan asam askorbat.

  • 17

    Mikroorganisme pelarut fosfat ini dapat hidup disekitar perakaran tanaman, yaitu

    di daerah permukaan tanah sampai kedalaman 25 cm dari permukaan tanah.

    Keberadaan mikroorganisme ini berkaitan dengan jumlah bahan organik yang

    secara langsung mempengaruhi jumlah dan aktivitas hidupnya. Akar tanaman

    mempengaruhi kehidupan mikroorganisme dan secara fisiologis mikroorganisme

    yang berada dekat dengan daerah perakaran akan lebih aktif daripada yang hidup

    jauh dari daerah perakaran. Selain itu, mikroorganisme ini ada yang hidup pada

    kondisi asam, netral, basa, hipofilik, mesofilik, dan termofilik. Ada pula yang

    hidup sebagai aerob dan anaerob dan beberapa sifat lain yang bervariasi. Kondisi

    lingkungan yang optimal dapat mempengaruhi efektifnya mikroorganisme

    melarutkan fosfat dalam tanah (Waksman dan Starkey, 1981).

    2.6 Pupuk Hayati BMG (Bio Max Grow)

    Pupuk BMG (Bio Max Grow) merupakan pupuk hayati yang mengandung

    sejumlah mikroba yang dapat meningkatkan kesuburan biologi dan ketersediaan

    hara dalam tanah. Kandungan mikroorganisme yang ada dalam pupuk hayati

    BMG diantaranya Azospirillum sp., Azotobacter sp., Lactobacillus sp.,mikroba

    pelarut fosfat, mikroba selulotik, dan Pseudomonas sp.

    Tabel 2. Komposisi Mikroorganisme Pupuk Hayati BMG

    Jenis Mikroorganisme Jumlah Satuan

    Azospirillum sp. 0,4 x 106 Cfu/ml

    Azotobacter sp. 8,5 x106 Cfu/ml

    Lactobacillus sp. 12 x 106 Cfu/ml

    Mikroba pelarut fosfat 7,2 x 106 Cfu/ml

    Mikroba selulolitik 5,3 x 106 Cfu/ml

    Pseudomonas sp. 5,9 x 106 Cfu/ml

  • 18

    Pemberian pupuk BMG (Bio Max Grow) dapat memberikan beberapa manfaat

    yaitu :

    1. Menyehatkan tanah dan tanaman, melalui perbaikan struktur dan tekstur tanah

    yang mengalami kerusakan karena pemakaian pupuk kimia secara berlebihan

    dan terus menerus.

    2. Merangsang pertumbuhan akar tanaman sehingga jangkauan akar mengambil

    zat (unsur hara) yang diperlukan meningkat.

    3. Menetralisir, mengurai, dan merombak faktor penghambat. Sehingga terjadi

    keseimbangan yang menjamin ketersediaan unsur hara atau zat yang

    dibutuhkan oleh tanaman.

    4. Mengefisiensi dan menghemat biaya pemupukan karena dapat mengurangi

    penggunaan pupuk kimia sebesar 50%.

    5. Meningkatkan produksi 20–50% karena perbaikan kesuburan tanah dan

    mengoptimalkan proses fotosintesa sehingga bulir/buah lebih padat dan berisi.

    6. Memperbaiki kualitas rasa, aroma, dan selera terhadap biji atau buah yang

    dihasilkan (Gunarto, 2015).

  • III. BAHAN DAN METODE

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Bukit Kemiling Permai, Kelurahan Kepayang,

    Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung dan analisis tanah dilakukan di

    Laboratorium Fisika Tanah, Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas

    Lampung. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Mei 2018 sampai dengan

    bulan Oktober 2018.

    3.2 Alat dan Bahan

    Alat - alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu satu set ayakan

    (8; 4,75; 2,8; 2; 1, 0,5, 0,2 mm), cangkul, mulsa plastik hitam perak, meteran,

    ember, label, ajir, plastik, spidol, tali rafia, stopwatch, penggaris, buret, cawan,

    gelas ukur, gembor, timbangan digital, neraca analitik, oven, penggaris, alat tulis,

    kalkulator, dan alat - alat analisis agregat tanah.

    Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih tomat Varietas Timothy, sampel

    tanah, pupuk hayati pelarut fosfat, pupuk hayati BMG (Bio Max Grow), pupuk

    kandang kotoran sapi, pupuk dasar (TSP, KCl dan ZA), pupuk NPK, plants

    catalyst¸ insektisida, Fungisida, serta alat dan bahan pendukung analisis lainnya.

  • 20

    3.3 Metode Penelitian

    Penelitian ini menggunanakan Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS)

    dengan faktor tunggal yang terdiri dari enam taraf yaitu :

    1. P0 = KontrolP1 = Pupuk Hayati Pelarut Fosfat 50 ml/ha

    2. P2 = Pupuk Hayati Pelarut Fosfat 500 ml/ha

    3. P3 = Pupuk Hayati Pelarut Fosfat 750 ml/ha

    4. P4 = Pupuk Hayati Pelarut Fosfat 1.000 ml/ha

    5. P5 = Pupuk Hayati BMG 8.000 ml/ha

    Data yang diperoleh dari pengamatan dalam setiap variabel diuji homogenitas

    ragamnya dengan menggunakan Uji Bartlett. Sedangkan Uji Aditivitas data diuji

    dengan Uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik ragam.

    Perbedaan nilai tengah diuji dengan BNT pada taraf 5%.

    3.4 Pelaksanaan Penelitian

    3.4.1 Penentuan Petak Perlakuan

    Penentuan petak percobaan dilakukan menggunakan angka acak sehingga

    diperoleh pengacakan perlakuan yang tepat untuk setiap kelompok. Tata letak

    percobaan di lahan dapat dilihat pada Gambar 1.

  • 21

    I II III

    P1 P3 P4

    P2 P5 P3

    P3 P4 P0

    P5 P0 P2

    P4 P1 P5

    P0 P2 P1

    Gambar 1. Tata letak percobaan

    3.4.2 Pembibitan

    Tahap awal dalam kegiatan pembibitan adalah penyemaian. Penyemaian tomat

    dilakukan selama satu bulan. Media yang digunakan adalah campuran tanah top

    soil dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Media semai tersebut

    dimasukkan ke dalam wadah besek, kemudian benih tomat ditanam dalam wadah

    dan disiram. Penyemaian dilakukan selama 12 hari, kemudian bibit dipindahkan

    ke dalam contong yang terbuat dari gulungan daun pisang. Media yang

    digunakan untuk mengisi contong pisang adalah campuran antara tanah dan bahan

    organik. Satu buah contong daun pisang berisi satu bibit tomat. Persemaian di

    contong daun pisang dilakukan hingga bibit tomat berumur 15 hari.

  • 22

    3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah Awal

    Sampel tanah diambil sebelum lahan diolah. Cara pengambilannya menggunakan

    cangkul, sampel tanah berupa bongkahan yang diambil sebanyak tiga titik, setiap

    titik di ambil sebanyak 500 g tanah, kemudian masing – masing sampel

    dimasukkan kedalam kantung plastik dan diberi kertas label pada plastik tersebut.

    3.4.4 Pengolahan Tanah dan Pemasangan Mulsa

    Luas lahan yang digunakan yaitu 290,7 m2 (panjang 25,5 m, lebar 11,4 m),

    pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul. Setelah tanah diolah

    kemudian dibentuk plot (petak perlakuan) untuk memisahkan antar perlakuan.

    Jumlah plot dalam setiap lahan adalah 18 (6 perlakuan dan 3 ulangan). Setiap plot

    berukuran 13,44 m2 (4,8 m x 2,8 m) dan terdiri dari 2 bedengan yang berukuran

    90 cm x 4,8 m dengan jarak antar bedengan sebesar 1 m. Setiap bedengan terdiri

    dari dua baris tanam zigzag dengan jarak tanam 30 cm x 70 cm, sehingga

    didapatkan 13 tanaman dalam setiap bedengan (Gambar 2).

    Gambar 2. Satuan percobaan dalam satu perlakuan

  • 23

    Pada setiap bedengan dilakukan pemupukan awal dengan menaburkan pupuk

    kandang kotoran sapi dengan dosis 10 kg/bedengan, kemudian pupuk tersebut

    diaduk dan didiamkan selama tiga hari. Setelah itu, diaplikasikan pupuk dasar

    berupa TSP, KCl, dan ZA dengan dosis masing – masing 100 g/bedengan.

    Selanjutnya, bedengan ditutup dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak

    dan diberi lubang tanam dengan diameter 7 cm.

    3.4.5 Penanaman

    Penanaman dilakukan dengan memilih bibit yang sehat dan seragam, kemudian

    dipindahkan ke petak percobaan. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang

    tanam 5-10 cm dengan jarak tanam 30 cm x 70 cm. Setiap lubang tanam

    dimasukkan satu bibit tanaman.

    3.4.6 Pemeliharaan

    Pemeliharaan rutin yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan gulma,

    pemupukan, pewiwilan, pemasangan ajir, dan pembubunan. Penyiraman

    dilakukan dari awal pindah tanam. Penyiangan gulma dilakukan dengan cara

    membersihkan gulma secara manual pada petak percobaan dalam interval satu

    seminggu. Sedangkan penyemprotan pestisida dilakukan setiap 3 hari sekali.

    Pemupukan dilakukan dua minggu sekali setelah tanam. Pupuk yang digunakan

    adalah pupuk NPK mutiara yang diaplikasikan menggunakan dua metode

    pemupukan yaitu tugal dan kocor. Pemupukan metode tugal dengan cara

    memberikan pupuk disekitar lubang tanam dengan dosis 5 gram/tanaman.

    Sedangkan pemupukan metode kocor dilakukan dengan cara menyiramkan larutan

  • 24

    pupuk dengan konsentrasi 5 gram/liter dan diberikan sebanyak 250 ml/tanaman

    (Tabel 3). Pewiwilan dilakukan setiap seminggu sekali hingga fase generatif.

    Pemasangan ajir dilakukan ketika tanaman berumur dua minggu setelah tanam,

    Setiap tanaman diikatkan ke ajir menggunakan tali rapia. Pembumbunan

    dilakukan dalam interval satu minggu agar akar tanaman tertutup dan batang

    tanaman lebih kuat.

    Tabel 3. Waktu aplikasi, metode, dan dosis/konsentrasi pemupukan

    Waktu Aplikasi Metode Dosis/Konsentrasi

    2 MST Kocor 5 gram/250ml

    4 MST Tugal 5 gram/tanaman

    6 MST Kocor 5 gram/250ml

    8 MST Kocor 5 gram/250ml

    Keterangan : MST = Minggu setelah tanam

    3.4.7 Aplikasi Perlakuan

    Aplikasi perlakuan dilakukan sebanyak dua kali, aplikasi perlakuan pertama

    dilakukan pada saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam dan aplikasi kedua

    dilakukan saat tanaman berumur 24 hari setelah tanam. Aplikasi pupuk hayati

    dilakukan dengan cara dilarutkan dengan air. Setelah itu, setiap tanaman

    diaplikasikan dengan larutan pupuk hayati sebanyak 30 ml dengan cara dikocor.

    Perhitungan Aplikasi Pupuk Hayati

    Dosis 50 ml/ha, 500 ml/ha, 750 ml/ha, 1000 ml/ha, dan 8000 ml/ha

    Jumlah tanaman dalam satu plot = 26 tanaman

    Jumlah air yang dibutuhkan = 30 ml/tanaman

    Jadi, jumlah air yang dibutuhkan untuk satu plot = 26 tanaman x 30 ml air

    = 780 ml

  • 25

    Luas plot dalam satu perlakuan = 13,44 m2

    Jadi, jumlah pupuk hayati yang dibutuhkan adalah

    =Luas plot dalam satu perlakuan

    luas lahan per hektar x dosis pupuk hayati

    =13,44

    10.000 x 50 ml

    = 0,0672 ml/plot,

    =13,44

    10.000 x 500 ml

    = 0,672 ml/plot,

    =13,44

    10.000 x 750 ml

    = 1,008 ml/plot,

    =13,44

    10.000 x 1.000 ml

    = 1,344 ml/plot,

    =13,44

    10.000 x 8.000 ml

    = 10,752 ml/plot.

    3.4.8 Pemanenan

    Tomat dipanen setelah buah berwarna kuning kemerahan. Panen dilakukan setiap

    tiga hari sekali hingga buah habis.

    3.4.9 Pengambilan Sampel Tanah Akhir

    Pengambilan sampel tanah dilakukan setelah pemanenan tomat selesai. Sampel

    tanah diambil menggunakan cangkul, sampel tanah berupa bongkahan yang

  • 26

    diambil disetiap petak perlakuan, kemudian dimasukkan kedalam kantung plastik

    dan diberi kertas label pada plastik tersebut.

    3.5 Variabel Pengamatan

    3.5.1 Variabel Utama

    3.5.1.1 Analisis Kemantapan Agregat

    Analisis kemantapan agregat dilakukan dengan metode ayakan ganda (ayakan

    kering dan ayakan basah). Dasar metode ini adalah mencari perbedaan rata - rata

    berat diameter agregat pada pengayakan kering dan pengayakan basah, metode

    pengayakan kering dan pengayakan basah merupakan suatu cara untuk

    menetapkan kemantapan agregat tanah (Rachman dan Abdurachman, 2006).

    Tahap - tahap dalam metode ayakan kering dan basah yaitu:

    A. Pengayakan Kering

    1. Contoh tanah kering udara di timbang sebanyak 500 g.

    2. Ayakan disusun berturut - turut dari atas kebawah: 8; 4.75; 2.8; 2; 1; 0.5 mm;

    dan penampung.

    3. Pengayakan dilakukan menggunakan tangan untuk mengayak tanah yang ada

    di dalam ayakan 8 mm sampai semua tanah turun melalui ayakan ini. Jika

    penggunaan tangan belum dapat melewatkan semua tanah, maka dapat

    digunakan alu kecil (anak lumpang). Kemudian tanah di tumbuk secara

    perlahan - lahan menggunakan alu kecil sampai semua tanah turun.

    4. Pengayakan dilakukan dengan menggoyang ayakan sebanyak lima kali.

    5. Masing - masing fraksi agregat pada setiap ayakan ditimbang.

  • 27

    Tabel 4. Perhitungan kemantapan agregat dengan pengayakan kering

    No Agihan diameter Rerata diameter Berat agregat yang Persentase ayak (mm) (mm) tertinggal (g)

    1 0,00 – 0,50 0,25 A (A/G) x 100

    2 0,50 – 1,00 0,75 B (B/G) x 100

    3 1,00 – 2,00 1,5 C (C/G) x 100

    4 2,00 – 2,83 2,4 D (D/G) x 100

    5 2,83 – 4,76 3,8 E (E/G) x 100

    6 4,76 – 8,00 6,4 F (F/G) x 100

    Keterangan : Total (A + B + C + D + E + F) = G

    Total (D + E + F) = H

    Rerata Berat Diameter (RBD)

    Nilai RBD menggambarkan dari dominansi agregat ukuran tertentu. RBD

    dihitung hanya untuk agregat ukuran > 2 mm, urutannya sebagai berikut:

    Persentase agregat ukuran > 2 mm dihitung dengan:

    D/H x 100 % = X; E/H x 100 % = Y; F/H x 100 % =Z.

    Hasil pada (a) dikalikan dengan rerata diameter, jumlahkan, dan dibagi

    dengan 100 , seperti pada persamaan :

    RBD (g.mm) = [ (X x 2,4) + (Y x 3,8) + (Z x 6,4)] / 100

    B. Pengayakan Basah

    1. Agregat dari hasil pengayakan kering yang berukuran > 2 mm diambil

    sebanyak 100 gram dengan jumlah sesuai proporsi tiap agregat, kemudian

    dimasukkan ke dalam cawan nikel (diameter 7,5 cm, tinggi 2,5 cm).

    2. Setelah itu diteteskan air sampai kapasitas lapangan dari buret setinggi 30 cm

    dari cawan, sampai air menyentuh ujung penetes buret.

    3. Tanah disimpan dalam inkubator pada suhu 20oC dengan kelembapan relatif

    98-100% selama 24 jam.

  • 28

    3. Setelah disimpan selama 24 jam, dilakukan pengayakan tanah pada ayakan

    dengan ukuran 8 mm; 4,76 mm; 2,83 mm; 2 mm; 1 mm; dan 0.5.

    4. Lalu setiap agregat dipindahkan dari cawan ke ayakan dengan susunan agregat

    antara 8 dan 4,76 mm di atas ayakan 4,76 mm; agregat antara 4,76 dan 2,83

    mm di atas ayakan 2,83 mm dan agregat antara 2,83 dan 2 mm di atas ayakan 2

    mm.

    5. Ayakan - ayakan yang digunakan dalam pengayakan basah di atas masih

    terdapat dibawahnya berturut turut ayakan 1 mm, 0,5 mm, dan 0,279 mm.

    6. Lalu pasang susunan ayakan - ayakan tersebut pada alat pengayak basah/bejana

    yang telah diisi air dan dilakukan pengayakan selama 5 menit (35 ayunan per

    menit).

    7. Setelah selesai pengayakan, agregat dipindahkan dari setiap ayakan ke cawan

    nikel (diameter 9 cm, tinggi 5 cm) menggunakan corong.

    8. Agregat - agregat yang lepas dari dasar ayakan dipindahkan, dibantu dengan

    semprotan air yang dilakukan pada selang berdiameter kecil supaya alirannya

    deras.

    9. Setelah itu cawan yang telah berisi agregat dimasukkan ke dalam oven selama

    ±24 jam pada suhu 105º C.

    10. Setelah kering, tanah dimasukkan ke desikator, kemudian ditimbang.

  • 29

    Tabel 5. Perhitungan kemantapan agregat dengan pengayakan basah

    No Agihan diameter Rerata diameter Berat agregat yang Persentase ayak (mm) (mm) tertinggal (g)

    1 0,00 – 0,50 0,25 A (A/G) x 100

    2 0,50 – 1,00 0,75 B (B/G) x 100

    3 1,00 – 2,00 1,5 C (C/G) x 100

    4 2,00 – 2,83 2,4 D (D/G) x 100

    5 2,83 – 4,76 3,8 E (E/G) x 100

    6 4,76 – 8,00 6,4 F (F/G) x 100

    Keterangan : Total (A + B + C + D + E + F) = G

    Rerata Berat Diameter (RBD)

    Nilai RBD menggambarkan dari dominansi agregat ukuran tertentu. RBD

    dihitung untuk semua ukuran agregat, urutannya sebagai berikut :

    Persentase agregat dihitung dengan :

    A/G x 100 % = U; B/G x 100 % = V;

    C/G x 100 % =W; D/G x 100 % = X;

    E/G x 100 % = Y; F/G x 100 % = Z.

    Hasil pada (a) dikalikan dengan rerata diameter, jumlahkan, dan dibagi

    dengan 100, seperti pada persamaan :

    RBD (g.mm) = [(U x 0,25) + (V x 0,75) + (W x 1,5) + (X x 2,4) + (Y x 3,8) +

    (Z x 6,4)] / 100

    Perhitungan Indeks Kemantapan Agregat (IKA)

    1

    Kemantapan agregat = x 100 %

    RBD kering - RBD basah

    3.5.1.2 Bobot Buah Per Petak

    Bobot buah dinyatakan dalam satuan gram (g) dan diperoleh dengan cara

    menimbang buah per petak setiap panennya.

  • 30

    3.5.1.3 Bobot Kering Akar

    Bobot kering akar dinyatakan dalam satuan gram (g) dan diperoleh dengan cara

    mencabut dua tanaman sampel dalam setiap perlakuan. Tanaman yang telah

    dicabut dipisahkan antara bagian tajuk dan bagian akar. Akar dicuci bersih,

    kemudian ditiriskan, dan dimasukkan ke dalam amplop. Setelah dimasukkan ke

    dalam amplop kemudian dioven agar bobot konstan dan kemudian ditimbang

    bobot akarnya.

    3.5.1.4 Bobot Kering Tajuk

    Bobot kering tajuk dinyatakan dalam satuan gram (g) dan diperoleh dengan cara

    mencabut dua tanaman sampel dalam setiap perlakuan. Tanaman yang telah

    dicabut dipisahkan antara bagian tajuk dan bagian akar. Tajuk dicuci bersih,

    kemudian ditiriskan, dan dimasukkan ke dalam amplop. Setelah dimasukkan ke

    dalam amplop kemudian dioven agar bobot konstan dan kemudian ditimbang

    bobot tajuknya.

    3.5.2 Variabel Pendukung

    3.5.2.1 Penetapan Tekstur Tanah

    Metode untuk penentuan tekstur tanah dengan menggunakan metode hidrometer,

    adapun cara menentukan tekstur tanah dengan menggunakan metode hidrometer

    sebagai berikut :

  • 31

    1. 50 g tanah ditimbang (Mw) dan dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer 250

    ml, ditambahkan 50 ml calgon 5%, kocok dan biarkan 10 menit. Diambil

    juga 15 g tanah untuk diukur kadar lengasnya (w).

    2. Tanah tersebut dimasukkan kedalam gelas pengaduk listrik dan diberikan 400

    ml air aquades dan dikocok selama 5 menit.

    3. Suspensi ini dipindahkan kedalam tabung sedimentasi 1.000 ml dan

    tambahkan air sampai batas, dan aduk suspensi tersebut selama 2 menit.

    4. Bersamaan alat pengaduk, stopwatch dinyalakan bersamaan dengan

    diangkatnya alat pengaduk. Hidrometer dimasukkan secara perlahan - lahan

    setelah sekitar 20 detik, baca setelah 40 detik angka yang ditunjukkan oleh

    hidrometer (H1). Kemudian hidrometer diangkat dan dicuci. Suhu suspensi

    dibaca menggunakan termometer (T1).

    5. Suspensi dibiarkan selama 120 menit, kemudian dilakukan pembacaan kedua

    (T2 dan H2).

    6. Larutan blanko dibuat, yakni 100 ml calgon dilarutkan dengan aquades dalam

    tabung sedimentasi sampai volumenya 1.000 ml. Dilakukan pengukuran yang

    sama.

    7. Tekstur tanah ditentukan dengan segitiga tekstur stelah diperoleh presentase

    pasir, debu, dan liat. Adapun persentase pasir, debu dan liat ditentukan

    dengan menggunakan rumus :

    %(debu + liat) =(H1 − B1) + FK

    Mp x 100

    % liat =(H2 − B2) + FK

    Mp x 100

  • 32

    Faktor koreksi suhu (FK) untuk T1 dan T2 adalah

    FK = 0,36 (ToC - 20oC)

    Jika Mw berat tanah yang digunkan, dan Mp adalah berat kering tanah, w kadar

    lengas tanah, maka :

    % pasir = 100 - (% debu + liat)

    % debu = 100 - (% liat + pasir) (Afandi, 2019).

    3.5.2.1 Penetapan pH Tanah

    Prosedur penetapan pH tanah :

    1. 10 gram tanah yang lolos ayakan 2 mm ditempatkan ke dalam gelas piala

    100 ml.

    2. Ditambahkan 25 ml larutan KCL 1 N.

    3. Suspensi diaduk dan pengadukan diteruskan beberapa kali sampai 30 menit

    berikutnya.

    4. Diaduk kembali sebelum pH setiap sampel diukur.

    5. Dilakukan secara berurutan bilas – lap – ukur dalam penetapan pH tanah

    setelah pH meter dikalibrasi dengan larutan penyangga standar. pH dicatat

    sampai mendekati 0,1 desimal (Thom dan Utomo, 1991).

  • V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :

    1. Aplikasi pupuk hayati dapat meningkatkan kemantapan agregat tanah pada

    tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Kemantapan agregat tanah

    terendah yaitu pada perlakuan Kontrol dengan nilai indeks kemantapan 40,68.

    Sedangkan indeks kemantapan agregat tertinggi pada perlakuan pupuk hayati

    BMG 8.000 ml/ha dengan nilai 48,24.

    2. Pupuk hayati yang paling baik dalam meningkatkan kemantapan agregat dan

    produksi tomat adalah pupuk hayati BMG 8.000 ml/ha.

    3. Dosis terbaik aplikasi pupuk hayati pelarut fosfat yaitu pada perlakuan 1.000

    ml/ha yang menunjukkan nilai kemantapan agregat tanah tertinggi yaitu 44,37

    dan bobot buah perpetak dengan nilai 32,85 kg atau 19,553 ton/ha.

    5.2 Saran

    Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya dilakukan penambahan dosis

    pada aplikasi pupuk hayati pelarut fosfat agar dapat meningkatkan nilai

    kemantapan agregat tanah dan produksi tanaman lebih optimal.

  • 45

    DAFTAR PUSTAKA

    Afandi. 2005. Penuntun Pratikum Fisika Tanah. Universitas Lampung. Bandar

    Lampung. 57 hlm.

    Afandi. 2019. Metode Analisis Fisika Tanah. Anugrah Utama Raharja. Bandar

    Lampung. 90 hlm.

    Alami, Y., W. Achouak, C. Marol, dan T. Heulin. 2000. Rhizosphere soil

    aggregation and plant growth promotion of sunflower by an

    exopolysaccharideproducing Rhizobium sp. strain isolated from sunflower

    roots. Appl. Environ. Microbiol. 66 : 3393-3398.

    Aminah. I. S.,N. Marlina., dan A. Rahman. 2015. Aplikasi Pupuk Hayati pada

    Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max L. Merrill) pada Lahan Lebak.

    Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015. ISBN: 979-587-

    580-9.

    Andriawan, I. 2010. Efektivitas Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Hasil

    Padi Sawah (Oryza sativa L.). (Skripsi). Departemen Agronomi dan

    Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hlm.

    Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi Tomat Indonesia. bps.go.id. Diakses pada

    Mei 2018.

    Beauchamp, E.G. dan D.J. Hume. 1997. Agricultural Soil Manipulation: The

    Use of Bacteris, Manuring, and Plowing. In J.D. van Elsas, J.T. Trevors,

    and E.M.H. Wellington (Eds.). Modern Soil Microbiology. Marcel Dekker.

    New York. 643-664.

    Cahyono, B. 2008. Tomat : Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen. Kanisius.

    Yogyakarta. 137 hlm.

    Dariah, A., S. Sutono, N.L. Nuria, W. Hartatik, dan E. Pratiwi. 2015. Pembenah

    Tanah untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian. Jurnal

    Sumberdaya Lahan. 9 (2) : 67-84.

    Elfiati, D. 2005. Peranan Mikroba Pelarut Fosfat terhadap Pertumbuhan Tanaman.

    e. Usu Reporsitory. 1 (1) : 1-10.

  • 46

    Ginting, R.C.B., R. Saraswati, dan E. Husen. 2006. Mikroorganisme Pelarut

    Fosfat, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan

    Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. 141-158.

    Goldstein, A. H. 1994. Involvement of the quinoprotein glucose dehydrogenase

    in the solubilization of exogenous phosphates by gram-negative bacteria.

    in Phosphate in Microorganisms: Cellular and Molecular Biology. eds. A.

    Torriani-Gorini, E. Yagil, and S. Silver. Washington DC ASM Press.

    197–203.

    Gunarto, L. 2015. Bio Max Grow Tanaman. Kementrian Pertanian Republik

    Indonesia. Jakarta.

    Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

    Harris, R., E. Kantikowati, dan W.H. Agustian. 2018. Karakteristik Pertumbuhan

    dan Hasil Pakchoy (Brasica rappa L.) Akibat Pemberian Pupuk Hayati.

    Jurnal Agrotatanen. 1 (1) : 1-8.

    Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale, dan W.L. Nelson. 1999. Soil Fertility

    and Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management. 6th ed. Prentice

    Hall, New Jersey.

    Kurnia, U. 1996. Kajian Metode Rehabilitasi Lahan untuk Meningkatkan dan

    Melestarikan Produktivitas Tanah. (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    90 hlm.

    Lal, R., dan M.K. Shukla. 2004. Principle of Soil Physics. Marcel Dekker, Inc.

    New York. 699 hlm.

    Lestari, A.D. 2015. Pengaruh Berbagai Dosis Aplikasi Liquid Organic

    Biofertilizer terhadap Agregat Tanah pada Daerah Rizosfer Pertanaman

    Nanas (Ananas comosus) PT. Great Giant Pineapple. (Skripsi) Universitas

    Lampung. Bandar Lampung. 47 hlm.

    Marista, E., S. Khotimah, dan R. Linda. 2013. Bakteri Pelarut Fosfat Hasil Isolasi

    dari Tiga Jenis Tanah Rizosfer Tanaman Pisang Nipah (Musa paradisiaca

    var. nipah) di Kota Singkawang. Jurnal Protobiont. 2 (2) : 93-101.

    Mawaddah. R. 2017. Pengaruh Dosis Plant Growth Promoting Rhizobacteria

    (Pgpr) Bacillus subtilis dan Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan

    dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Varietas

    MARTA F1. (Skripsi). Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.

    Bandung. 58 hlm.

    Mazid, M., T.A. Khan., dan F. Mohammad. 2011. Potential of NO and H2O2 as

    signaling molecules in tolerance to abiotic stress in plants. Journal of

    Industrial Research & Technology. 1 (1) : 56-68.

  • 47

    Mustafa, M., A. Asmita, M. Ansar, dan M. Syaifuddin. 2012. Hibah Penulisan

    Buku Ajar Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas

    Hasanuddin. Makassar. 158 hlm.

    Pande, A., P. Pandey, S. Mehra, M. Singh, dan S. Kaushik. 2017. Phenotypic and

    genotypic characterization of phosphate solubilizing bacteria and their

    efficiency on the growth of maize. J. Genet. Eng. Biotechnol. 15 : 379–391.

    Patten, C.L. and B.R. Glick. 2002. Role of Pseudomonas putida indol acetic acid

    in development of the host plant root system. Appl. Environ. Microbiol. 68 :

    3795-3801.

    Pishchik, V.N., N. I. Vorobyev, Y.V. Ostankova, A.V. Semenov, A.T. Areg,

    A. A. Popov, Y.V. Khomyakov, O.R. Udalova, D.V. Shibanov, V.E.

    Vertebny, V.I. Dubovitskaya, O.V. Sviridova, O.S. Walsh, dan S. Shafian.

    2018. Impact of Bacillus subtilis on tomato plants growth and some

    biochemical characteristics under combined application with humic

    fertilizer. International Journal of Plant & Soil Science. 22 (6) : 1−12.

    Pracaya. 1998. Bertanam Tomat. Kanisius. Yogyakarta. 99 hlm.

    Pujawan, M. 2015. Kemantapan Agregat Tanah pada Lahan Produksi Rendah dan

    Tinggi di PT. Great Giant Pineapple. (Skripsi) Universitas Lampung.

    Bandar Lampung. 55 hlm.

    Purwaningsih, S. 2003. Isolasi, Populasi dan Karakterisasi Bakteri Pelarut Fosfat

    pada Tanah dari Taman Nasional Bogani Nani Wartanbone, Sulawesi.

    Biologi 3 (1) : 45-53.

    Rachman. A dan A. Abdurrachman. 2006. Penetapan Kemantapan Agregat

    Tanah. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. 12 hlm.

    Rodríguez, H. dan R. Fraga. 1999. Phosphate solubilizing bacteria and their role

    in plant growth promotion. Biotechnol. Adv. 17 : 319–339.

    Santi, L.P., A. Dariah., dan D.H. Goenadi. 2008. Peningkatan Kemantapan

    Agregat Tanah Mineral oleh Bakteri Penghasil Eksopoliksakarida. Jurnal

    Menara Perkebunan. 76 (2) : 93-103.

    Sarief, E. S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.

    Bandung. 182 hlm.

    Sembiring, Y.R.V., P.A Nugroho, dan Istianto. 2013. Kajian Penggunaan

    Mikroorganisme Tanah untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan pada

    Tanaman Karet. Warta Perkaretan. 32 (1) :7-5.

  • 48

    Seshachala, U. dan P. Tallapragada. 2012. Phosphate solubilizers from the

    rhizosphere of Piper nigrum L. in Karnataka, India. Chil. J. Agric.

    Res. 72 (3) : 397–403.

    Setiawati, M.R., E.T. Sofyan, dan Z. Mutaqin. 2016. Pengaruh Pupuk Hayati

    Padat terhadap Serapan N dan P Tanaman, Komponen Hasil dan Hasil Padi

    Sawah (Oryza sativa L.). Jurnal Agroekotek 8 (2) : 120-130.

    Sharma, S., V. Kumar, dan R.B. Tripathi. 2011. Isolation of phosphate

    solubilizing microorganism (PSM) from soil. J. Microbiol. Biotech. Res.

    1 (2) : 90−95.

    Sharma, S.B., R.Z. Sayyed, M.H. Trivedi, dan T.A. Gobi. 2013. Phosphate

    solubilizing microbes: Sustainable approach for managing phosphorus

    deficiency in agricultural soils. Springer Plus. 2 : 587.

    Simanungkalit, R. D. M. 2001. Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia; Suatu

    Pendekatan Terpadu. Buletin Agrobio. 4 (2) : 56-61.

    Sinulingga, E.S.R., J. Ginting, dan T. Sabrina. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk

    Hayati Cair dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di

    Pre Nursery. Jurnal Online Agroekoteknologi. 3 (3) : 1219-1225.

    Tisdall J.M. dan J.M. Oades. 1982. Organic matter and water-stable aggregate in

    soil. Journal of Soil Science. 33 : 141-163.

    Thom, O.W. dan M. Utomo. 1991. Manajemen Laboratorium dan Metode

    Analisis Tanah dan Tanaman. Universitas Lampung. Lampung. 85 hlm.

    Utomo, B. S., Y. Nuraini, dan Widianto. 2015. Kajian Kemantapan Agregat

    Tanah pada Pemberian Beberapa Jenis Bahan Organik diperkebunan Kopi

    Robusta. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 1 (2) : 111-117.

    Vessey, J.K. 2003. Plant Growth Promoting Rhizobacteria as Biofertilizer. Plant

    Soil. 255 : 571- 586.

    Waksman, S.A. dan R.L. Starkey. 1931. The Soil and The Microbe. John

    Wiley and Sons, Inc. New York.

    Wardhani, S., K.1. Purwani, dan W. Anugerahani. 2014. Pengaruh Aplikasi

    Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai

    Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Bhaskara di PT Petrokimia

    Gresik. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2 (1) : 1-5.

    Wiryanta, B. T. W. 2002. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta.

    103 hlm.

  • 49

    Wu, S.C., Z.H. Cao, Z.G.Li., dan M.H. Wong. 2005. Effects of biofertilizer

    containing N-fixer, P and K solubilizers and AM fungi on maize gowth: A

    greenhouse trial. Geoderma. Vol. 125. 155-166.

    Zhao, L., X. Cao, W. Zheng, dan Y. Kan. 2014. Phosphorus-assisted biomass

    thermal conversion: reducing carbon loss and improving biochar stability.

    Plos One. 9 (12): 1−15.