Pengantar Pengawetan NATA de COCO
-
Upload
siti-thohairoh-tablawi -
Category
Documents
-
view
267 -
download
7
Transcript of Pengantar Pengawetan NATA de COCO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan yang semakin global dan terdapat banyak polutan, limbah, ataupun
sampah sehingga orang-orang berusaha untuk memanfaatkan limbah dan pengawetan.
Proses pengawetan kimia dalam kehidupan sehari-hari biasanya diperlakukan untuk
bahan sandang, pangan, ataupun papan. Proses pengawetan kimia tersebut yaitu
proteksi kimia, modifikasi kimia dan perubahan senyawa.
Bahan yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini yaitu air kelapa. Air kelapa
merupakan salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan kembali. Air kelapa biasanya
dibuang atau tidak dimanfaatkan karena jika disimpan terlalu lama dapat menimbulkan
bau asam dan busuk. Pengawetan kimia dapat dilakukan dalam pemanfaatkan air
kelapa sehingga menjadi makanan yang bermanfaat. Air kelapa ini dapat diawetkan
dengan bantuan bakteri acetobacter xylinum menjadi makanan yang disebut nata de
coco. Air kelapa mengandung berbagai nutrisi yang dapat dimanfaatkan bakteri
penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antata lain : gula
sukrosa 1,28% , sumber mineral yang beragam antara lain Mg 2+ 3,45 gr/l, serta
adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth promoting factor) yang mampu
meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum). Adanya
gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai
sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit
diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata de Coco.
Proses pengawetan kimia yang terjadi dalam pengolahan air kelapa menjadi nata de
coco yaitu dengan cara perubahan senyawa. Proses pembuatan nata de coco
membutuhkan urea, asam asetat dan bakteri acetobacter xylinum. Nata de coco
merupakan makanan yang telihat seperti jeli, berwarna putih hingga bening dan
bertekstur kenyal, kaya akan serat, kaya akan gizi, dan memiliki rasa yang enak
sedangkan air kelapa merupakan cairan yang memiliki banyak kandungan gula dan
asam. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
bagaimana proses pembuatan nata de coco dan perubahan senyawa yang terjadi dalam
proses pembuatannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa fungsi asam dalam pembuatan nata de coco?
2. Apa fungsi penambahan urea dalam pembutan nata de coco?
3. Bagaimanakah bakteri Acetobacter xylinum dapat membentuk nata de coco?
4. Perubahaan senyawa apa yang terjadi dalam pembuatan nata de coco?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui fungsi asam asetat dalam pembuatan nata de coco.
2. Mengetahui fungsi penambahan urea dalam pembutan nata de coco.
3. Mengetahui bagaimana bakteri Acetobacter xylinum dapat membentuk nata de
coco.
4. Mengetahui perubahaan senyawa yang terjadi dalam pembuatan nata de coco.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan pembaca tentang proses pembuatan nata de coco.
2. Menambah pengetahuan pembaca tentang pengawetan kimia yang terjadi dalam
proses pembuatan nata de coco.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nata De Coco
Nata de coco berasal dari bahasa Spanyol yaitu “nata” yang berarti krim dan
diterjemahkan dalam bahasa Latin sebagai “natare” yang berarti terapung-apung. Nata
dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau
sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata
yang dibuat dari air kelapa disebut nata de coco.
Nata dari air kelapa yang kemudian terkenal dengan nama nata de coco merupakan
hasil fermentasi air kelapa dengan bantauan mikroba acetobacter xylinum. Air kelapa
dimanfaatkan karena mudah didapat dan mengandung komposisi yang bermanfaat
yaitu:
1. Air 95,50
2. Kalium 6,60
3. Zat padat total 4,71
4. Gula total 2,08
5. Gula reduksi 0,80
6. Kalium oksida 0,69
7. Mineral 0,62
8. Magnesium oksida 0,59
9. Asam fosfat 0,56
10. Nitrogen 0,05
Air kelapa harus ditampung dari berbagai sumber. Penampungan air kelapa tersebut
memberikan jaminan kesediaan air kelapa yang memadai dan terjadinya proses air
kelapa menjadi basi. Proses pembasian air kelapa ini memberikan dampak positif
karena air kelapa secara alami terkontaminasi oleh bekteri asam cuka dan fermentasi
awal terjadi dan berakibat turunnya pH air kelapa . Penurunan pH tersebut dari segi
teknis sangat menguntungkan karena pada proses pembatan nata de coco justru pH
harus diturunkan sampai air kelapa hasil pendidihan mencapai 3-4, dengan cara
menambah asam cuka. Proses pembasian ini tidak memilki pengaruh yang signifikan
pada kualitas air kelapa kecuali jika fermentasi awal berlangsung lama sehingga kadar
gula air kelapa makin menipis dan pada akhirnya air kelapa dapat busuk karena bakteri
pembusuk air kelapa yang lama. Sebaliknya lama penyimpangan air kelapa sebaiknya
tidak lebih lama dari 4 hari.
Nata de Coco adalah makanan yang banyak mengandung serat,mengandung
selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan.
Kandungan kalori yang rendah pada Nata de Coco merupakan makanan pencuci
selulosa kadar tinggi bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan.
2.2 Hal-hal yang Berpengaruh pada fermentasi nata
1. Tingkat Keasaman
Nata de coco hanya terbentuk pada interval pH 3,5 – 7,5. Pada pH 3,5 dan 7,5
dihasilkan nata yang tipis dan lunak. Tingkat keasaman yang optimum untuk nata
adalah 4 - 5,5.
2. Temperatur
Temperatur optimum fermentasi adalah 28 – 31oC atau pada suhu kamar. Pada
temperature ini dihasilkan nata yang paling tebal. Pada suhu 20oC pertumbuhan
Acetobacter Xylinum terhambat sehingga dihasilkan nata yang tipis dan lunak.
Pada suhu 15oC ternyata Acetobacter Xylinum tidak dapat tumbuh. Pada 35oC nata
juga tidak dapat terbentuk meskipun masih banyak pertumbuhan bakteri.
3. Gula sebagai sumber carbon
Nata pada dasarnya dapat dihasilkan dari cairan fermentasi yang mengandung
dekstrosa, galaktosa, sukrosa, laktosa maupun maltosa sebagai sumber carbon. Pada
cairan fermentasi maltosa, laktosa dan galaktosa dihasilkan nata yang tipis dan
lunak. Nata yang tebal dan kukuh dihasilkan dari cairan fermentasi dekstrosa dan
sukrosa dan konsentrasi 10% adalah konsentrasi yang optimum. Sumber carbon
terbaik adalah glukosa dan sukrosa dan dengan konsentrasi optimumnya adalah 5-
10%.
4. Sumber Nitrogen
Dapat digunakan kalium nitrat, ammonium nitrat atau ammonium fosfat atau
kombinasinya. Nata yang tebal dan kukuh dapat juga dihasilkan dari fermentasi
yang menggunakan yeast ekstrak sebagai sumber nitrogen.
5. Kebutuhan Phosphor
Ion PO43- adalah sumber P yang sering digunakan sebagai nutrient dan sekaligus
sebagai buffer.PO43- adalah regulator pada metabolisme karbohidrat dan lipid.
6. Kebutuhan Sulfur
Biasanya digunakan SO42-sebagai sumber S dan dapat digunakan (NH4)2SO4
sebagai sumber N dan S. Tetapi S dalam konsentrasi tinggi bersifat racun dan
mengendapkan ion logam yang mengakibatkan kekurangan trace element.
7. Kebutuhan Kalium
Dibutuhkan dalam metabolisme karbohidrat dan terlibat dalam banyak proses
transport.Kebutuhan K+ini dapat digantikan dengan Na+, Rb+ dan NH4+, dan
biasanya penambahan K dalam bentuk K2SO4, K2HPO4, atau KH2PO4.
8. Kebutuhan Magnesium
Kebutuhan Mg pada mikroba biasanya pada ribosom, Mg berfungsi sebagai
kofaktor enzim dan terdapat dalam dinding sel dan membrane.
9. Nutrient mikro sebagai trace element
a. Fe, Zn, Mn
Fe dan Mn adalah trace element yang paling penting dalam pengaturan
metabolisme sekunder dan dalam kesekresi metabolisme primer.
b. Cu, Mo dan CaCu
dibutuhkan dalam semua proses aerob. Mo diperlukan dalam pertumbuhan
dengan NO3-atau N2 sebagai sumber N. Ca dibutuhkan sebagai kofaktor dan
stabilitas -amylase dan protease.
c. Na, Ni dan Se
Na dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembentukan metana, Na sanagat mudah
dan murah diperoleh karena Na terdapat sebagai kontaminan dalam media dan
juga bias didapat dari nutrient mikro. Ni dibutuhkan untuk metanogen dan Se
untuk pembentukan metabolisme.
10. Growth Factor
a. Vitamin
Vitamin yang dibutuhkan adalah aminobezoic acid, Thamin (B1), Riboflavin
(B2), Asam nicotinat (B3), Asam Panthotenat (B5), Pyridoxin (B6), Biotin
Cyanocobalamin (B12) . asam folat, Lypoic acid, vitamin K, nevalonic acid
dan haemin.
b. Asam Amino
Pada dasarnya kebutuhan asam amino adalah kebutuhan akan nitrogen.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung dan kajian pustaka.
3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Kebon Semu Nomor 403, Kebon Semai, Sekip
Palembang.
3.3 Jadwal Penelitian
1. Selasa, 24 April 2012
Proses pembuatan nata de coco
2. Rabu, 25 April 2012
Proses pemberian bakteri ke dalam nampan yang berisi calon/bakal nata de coco
dan ke dalam botol yang berisi calon bakteri acetobacter xylinum kemudian
didiamkan selama 7 hari.
3. Selasa, 1 Mei 2012
Hasil pembuatan nata de coco dapat di lihat (berhasil atau gagal)
3.4 Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1. Botol 1. Air kelapa 10 Liter
2. Kompor 2. Gula 200 gram
3. Nampan 3. Urea 0,4 % 40 gram
4. Gelas corong 4. Asam Cuka 100 ml
3.5 Prosedur Percobaan
1. Disiapkan panci dan kompor untuk proses memasak dan siapkan pula bakteri
acetobacter xylinum secukupnya.
2. Masukkan 10 Liter air kelapa ke dalam panci, kemudian ditambah dengan 200
gram gula dan 100 ml Urea 0,4 %.
3. Kemudian masak campuran tersebut selama kurang lebih 1 jam.
4. Setelah campuran tersebut mendidih, kemudian matikan kompor.
5. Dengan segera tambahkan 100 ml asam cuka dan di aduk sebentar. Lalu tuangkan
sebanyak ±1 liter ke dalam masing – masing nampan ( 3 buah ) dan sisanya
tuangkan ke beberapa botol untuk mengembangbiakkan bakteri.
6. Diamkan selama 1 malam
7. Keesokkan harinya tuangkan bakteri kedalam masing - masing nampan dan botol
sebanyak 200ml.
8. Kemudian diamkan selama ± 7 hari, setelah itu dapat dilihat pembuatan nata de
coco berhasil atau tidak.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Penelitian ini merupakan pengamatan proses pembuatan nata de coco yang
merupakan salah satu jenis pengawetan kimia dengan metode perubahan senyawa.
Proses pembuatan nata de coco ini melibatkan urea, gula, asam asetat, dan bakteri
acetobacter xylinum. Penambahan urea dalam proses ini digunakan sebagai sumber
Nitrogen yang dapat mempercepat pertumbuhan bakteri acetobacter xylinum.
Penambahan gula dalam proses pembuatan nata de coco sebagai zat gula tambahan.
Proses pembuatan nata de coco melibatkan asam asetat yang berguna untuk
menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa mencapai pH yang
diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial
(99,8%). Bakteri acetobacter xylinum dalam proses pembuatan nata de coco
memanfaatkan gula sukrosa yang terkandung dalam air kelapa sebagai sumber energi
maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit diantaranya adalah asam
asetat dan selulosa yang membentuk Nata de Coco. Air kelapa juga mengandung
senyawa peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) yang akan
meningkatkan pertumbuhan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel
Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa. Dalam proses pembuatan nata de
coco ini perubahan senyawa yang terjadi adalah perubahan gula sukrosa yang
terkandung dalam nata de coco menjadi asam asetat dan benang – benang selulosa
hingga mencapai ketebalan beberapa centimeter.
Glukosa yang berperan dalam pembentukan selulosa adalah glukosa dalam bentuk
β sehingga semua glukosa yang ada dalam bentuk α akan diubah dalam bentuk β
melalui enzim isomeriase yang berada pada bakteri. Kemudian, glukosa akan
berikatan dengan glukosa lain melalui ikatan 1, 4 β – glioksida. Dan terakhir tahap
polimerisasi yaitu pembentukan selulosa melalui enzim polimerisasi.
Mekanisme reaksi pembentukan selulosa :
Sukrosa α-D-glukosa β-D-fruktosa
α-D-glukosa β-D-glukosa
β-D-glukosa β-D-glukosa
Ikatan 1,4-β-glikosida (selulosa)
Proses terbentuk-nya nata de coco adalah sel-sel Acetobacter xylinum mengambil
glukosa dari larutan gula, kemudian digabungkan dengan asam lemak membentuk
prekursor pada membran sel, dan keluar bersama-sama enzim yang
mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel. Prekursor dari polisakarida
tersebut adalah GDP-glukosa. Pembentukan prekursor ini distimulir oleh adanya
katalisator seperti Ca2+, Mg2+. Prekursor ini kemudian mengalami polimerisasi dan
berikatan dengan aseptor membentuk selulosa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Asam asetat digunakan untuk meningkatkan atau menurunkan pH.
2. Bakteri Acetobacter Xylinum membentuk selulosa (serat nata) dengan bantuan atau
memanfaatkan gula sukrosa.
3. Perubahan senyawa yang terjadi dalam proses pembuatan nata de coco yaitu
perubahan gula sukrosa menjadi selulosa.
5.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan lebih detail lagi.
2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dalam pembuatan nata de coco gunaka air
kelapa yang benar-benar optimal untuk pembuatan nata yaitu air kelapa yang
berasal dari kelapa yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.