Pengantar causal inference - infeksius.cominfeksius.com/wp-content/uploads/2017/01/Kuliah-4.pdf ·...

24
Pengantar causal inference PANJI FORTUNA HADISOEMARTO METODE, APLIKASI DAN MANAJEMEN PENELITIAN KESMAS – S2 IKM FKUP 28 SEPTEMBER 2016

Transcript of Pengantar causal inference - infeksius.cominfeksius.com/wp-content/uploads/2017/01/Kuliah-4.pdf ·...

Pengantar causal inferencePANJI FO RTUNA H ADI SO EMARTO

M ETO DE, AP LI K ASI DAN M ANAJEM EN P ENELI T IAN K ESM AS – S2 I K M FK UP

2 8 SEP TEM BER 2 0 1 6

Tujuan pembelajaranMelalui perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa dapat:

1. Memahami berbagai macam konsep hubungan sebab-akibat

2. Memahami konsep pengambilan kesimpulan tentang hubungan sebab-akibat (causal inference) dalam penelitian kesehatan masyarakat

PANJI HADISOEMARTO, 2016 2

DiskusiBerikan beberapa pernyataan yang mengandung makna hubungan sebab-akibat, lalu diskusikanberbagai cara untuk dapat menunjukkan/membuktikan hubungan sebab-akibat tersebut.

Contoh:

Pernyataan: “Kuliah metode penelitian IKM membuat saya sakit kepala”

Bukti: Setiap selesai perkuliahan saya selalu merasa sakit kepala

PANJI HADISOEMARTO, 2016 3

Kriteria sebab-akibat SB HillSuatu hubungan asosiatif dapat dipertimbangkan sebagai hubungan sebab-akibat denganmemperhatikan kriteria-kriteria berikut:

1. Kekuatan asosiasi. Misal: kematian karena kanker paru 40 kali lebih banyak pada perokokdibandingkan bukan perokok

2. Konsistensi. Misal: hubungan antara merokok dengan kanker paru ditemukan pada 29 studiprospektif dan 7 studi retrospektif

3. Spesifisitas: paparan yang sama diasosiasikan dengan kelompok individu yang sama danpenyakit yang sama

4. Temporalitas: penyebab harus mendahului akibat

5. Gradien biologis/dose-response relationship. Misal: jumlah rokok yang dihisap per hariberhubungan linier dengan risiko kematian karena kanker paru

(Hill, 1965)

PANJI HADISOEMARTO, 2016 4

6. Plausibility: hubungan sebab-akibat dapat dijelaskan secara biologis

7. Koherensi: hubungan sebab-akibat yang dipostulatkan tidak bertentangan dengan fakta-faktalain yang telah diketahui tentang penyakit/kondisi tersebut

8. Eksperimen: bukti eksperimental dapat menunjang kesimpulan hubungan sebab-akibat. Misal: menghilangkan terduga penyebab alergi dapat mendukung dugaan sebab-akibat

9. Analogi: satu hubungan sebab-akibat dapat mendukung dugaan hubungan sebab-akibat lain yang serupa. Misal: hubungan antara thalidomide dengan kelainan janin dapat mendukungdugaan sebab-akibat antara obat lain dengan kelainan bawaan pada janin

PANJI HADISOEMARTO, 2016 5

Definisi formal “sebab”1. Produksi

2. Perlu dan/atau cukup (necessary and/or sufficient)

3. Komponen-cukup (sufficient-component)

4. Probabilistik

5. Kontrafaktual

6. Mekanisme

PANJI HADISOEMARTO, 2016 6

ProduksiSesuatu disebut sebagai “sebab” jika menghasilkan, mempengaruhi atau mengubah sebuah“efek”

- “Efek” sebagai produk dari “sebab”

Apa itu “produksi”? Tidak jelas.

PANJI HADISOEMARTO, 2016 7

Perlu dan/atau cukup“Sebab perlu” (necessary cause) adalah kondisi yang tanpanya suatu “efek” tidak akan terjadi.

“Sebab cukup” (sufficient cause) adalah kondisi yang dengannya suatu “efek” harus terjadi.

- Necessary and sufficient

- Necessary but not sufficient

- Sufficient but not necessary

- Neither necessary nor sufficient

Apakah selalu ada hubungan satu-satu antara sebab dan efek?

PANJI HADISOEMARTO, 2016 8

Komponen-cukup“Sebab cukup” adalah sekelompok komponen sebab yang secara bersama-sama akanmenghasilkan sebuah “efek”, namun masing-masing tidak cukup untuk menghasil “efek” tersebut

PANJI HADISOEMARTO, 2016 9

Probabilistik“Sebab” adalah kondisi yang meningkatkan kemungkinan (probabilitas) sebuah “efek” terjadi.

- “Sebab cukup” bersifat deterministik; probabilitas efek terjadi = 1

- Tidak ada “sebab perlu” bersifat deterministik; probabilitas efek terjadi = 0

- Menjelaskan hubungan sebab-akibat non-deterministic dan hubungan dose-response

Tidak membedakan hubungan sebab-akibat dengan asosiasi non-kausal

PANJI HADISOEMARTO, 2016 10

KontrafaktualSuatu kondisi adalah “sebab” jika “efek” terjadi dengan keberadaan “sebab” dan tidak terjaditanpa keberadaan “sebab”, atau

Suatu kondisi adalah “sebab” jika probabilitas “efek” terjadi meningkat dengan keberadaan“sebab” dibandingkan tanpa keberadaan “sebab”

CETERIS PARIBUS

- Membedakan sebab-akibat dengan asosiasi

PANJI HADISOEMARTO, 2016 11

MekanismeSuatu kondisi adalah “sebab” jika rantai sebab-akibat dari “sebab” sampai dengan “efek” dapatditunjukkan

- Effect-specific

- Mekanisme merupakan proses kausal

- Terstruktur dan memiliki hirarki

PANJI HADISOEMARTO, 2016 12

“X menyebabkan Y”

X Y

X YX X

X YU1

U2

Observasi

Kontrafaktual

U3 U4Mekanisme

PANJI HADISOEMARTO, 2016 13

Desain eksperimental

X2 YU1

U2

X1 YU1

U2“Perlakuan”

“Kendali”

PANJI HADISOEMARTO, 2016 14

Random assignment“Penugasan” subyek penelitian ke dalamkelompok perlakuan tertentu denganmenggunakan randomisasi.

Random assignment menjamin distribusi yang merata dari faktor-faktor lain di luar intervensi.

PANJI HADISOEMARTO, 2016 15

Pendekatan kualitatifProcess tracing

“…systematic examination of diagnostic evidence selected and analyzed in light of research

questions and hypotheses posed by the investigator.” (Collier, 2011)

- Analsisi causal process observation

- Mengandalkan deskripsi yang mendalam dari setiap proses

- Memperhatikan urutan kejadian dari variabel-variabel

PANJI HADISOEMARTO, 2016 16

PANJI HADISOEMARTO, 2016 17

ValiditasValiditas adalah derajat kebenaran dari sebuah kesimpulan

- Properti dari sebuah kesimpulan, bukan dari desain

- Apa itu “kebenaran”?

1. Sebuah klaim adalah benar jika berkorespondensi dengan dunia nyata (correspondence theory)

2. Sebuah klaim adalah benar jika menjadi bagian dari kelompok klaim yang koheren (coherence theory)

3. Sebuah klaim adalah benar jika mempercayai kebenaran klaim tersebut membawa manfaat(pragmatism)

PANJI HADISOEMARTO, 2016 18

Validitas kesimpulan statistik: Validitas mengenai korelasi antara X dan Y

Validitas internal: Validitas dari kesimpulan bahwa kovariasi/korelasi antara X dengan Y mencerminkan hubungan sebab akibat dari X ke Y

Validitas konstruk: Validitas kesimpulan mengenai konstruk yang lebih tinggi yang mewakilikekhususan sample

Validitas eksternal: Validitas dari kesimpulan mengenai berlakunya hubungan sebab-akibat di kondisi lain

PANJI HADISOEMARTO, 2016 19

PANJI HADISOEMARTO, 2016 20

PANJI HADISOEMARTO, 2016 21

PANJI HADISOEMARTO, 2016 22

PANJI HADISOEMARTO, 2016 23

PANJI HADISOEMARTO, 2016 24