PENGANTAR -...

24
PENGANTAR Masalah utama yang sedang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia adalah ketidakpastian secara fundamental dibidang hukum, moral, norma, nilai, dan etika kehidupan sehingga banyak orang kehilangan pegangan, tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai tujuan dekat belaka dengan cara mengambil jalan pintas. Sebagai akibatnya mereka tidak tahu lagi mana yang halal dan haram, mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dan mana yang hak dan bathil. Fenomena masalah napza adalah salah satu akibat yang ditimbulkan dari ketidakpastian tersebut (Hawari, 2000). Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya (napza) berdampak negatif bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, karena akan merusak sendi kehidupan bermasyarakat yang merupakan salah satu komponen pembentuk negara (Beja, 2004). Hasil penelitian Hawari (2002) diperoleh data-data antara lain sebagai berikut: 1. Pada umumnya penyalahguna napza mulai memakai napza pada usia remaja (13-17 tahun) sebanyak 97% dan usia yang termuda 9 tahun dengan 90% diantaranya adalah laki-laki. 2. Urutan mudahnya napza diperoleh (easy availability) adalah alkohol (88%), sedative/hipnotika (44%), dan ganja (30,7%). 3. Sebanyak 54,7% penyalahguna menyatakan mengganti dengan minuman keras apabila jenis napza yang diinginkan tidak ada; sebanyak 58,7% suka mencampur (kombinasi) satu zat dengan zat lainnya;

Transcript of PENGANTAR -...

Page 1: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

PENGANTAR

Masalah utama yang sedang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa

Indonesia adalah ketidakpastian secara fundamental dibidang hukum, moral,

norma, nilai, dan etika kehidupan sehingga banyak orang kehilangan pegangan,

tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai tujuan dekat belaka dengan cara

mengambil jalan pintas. Sebagai akibatnya mereka tidak tahu lagi mana yang

halal dan haram, mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dan

mana yang hak dan bathil. Fenomena masalah napza adalah salah satu akibat yang

ditimbulkan dari ketidakpastian tersebut (Hawari, 2000).

Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya (napza)

berdampak negatif bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, karena

akan merusak sendi kehidupan bermasyarakat yang merupakan salah satu

komponen pembentuk negara (Beja, 2004).

Hasil penelitian Hawari (2002) diperoleh data-data antara lain sebagai

berikut:

1. Pada umumnya penyalahguna napza mulai memakai napza pada usia

remaja (13-17 tahun) sebanyak 97% dan usia yang termuda 9 tahun

dengan 90% diantaranya adalah laki-laki.

2. Urutan mudahnya napza diperoleh (easy availability) adalah alkohol

(88%), sedative/hipnotika (44%), dan ganja (30,7%).

3. Sebanyak 54,7% penyalahguna menyatakan mengganti dengan

minuman keras apabila jenis napza yang diinginkan tidak ada; sebanyak

58,7% suka mencampur (kombinasi) satu zat dengan zat lainnya;

Page 2: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

sebanyak 53,3% hanya memakai hanya sejenis zat saja; dan sebanyak

50,7% memakai jenis napza bergantung pada jenis zat yang tersedia

dipasaran baik resmi maupun tidak.

Yogyakarta sebagai kota pelajar tidak luput dari peredaran dan

penyalahgunaan napza. Hal ini terbukti dari sumber tentang penyebaran dan

peredaran napza di DIY yang dipublikasikan oleh Beja (2004) sebagai berikut:

1. Tahun 1999 jumlah perkara yang terungkap 67 kasus dengan jumlah

tersangka 93 orang, 46 diantaranya adalah mahasiswa, 5 pelajar.

2. Tahun 2000 jumlah perkara yang terungkap 162 kasus dengan jumlah

tersangka 191 orang, 72 diantaranya mahasiswa, 15 pelajar.

3. Tahun 2001 jumlah perkara yang terungkap 170 kasus dengan jumlah

tersangka 199 orang, 50 diantaranya adalah mahasiswa, 24 pelajar.

4. Tahun 2002 jumlah perkara yang terungkap 186 kasus dengan jumlah

tersangka 208 orang, 92 diantaranya adalah mahasiswa, 14 pelajar.

5. Tahun 2003 jumlah perkara yang terungkap 207 kasus dengan jumlah

tersangka 245 orang, 118 diantaranya mahasiswa, 9 pelajar.

6. Bulan Januari s/d Maret 2004 perkara yang sudah terungkap sebanyak

48 kasus dengan jumlah tersangka 54 orang, 21 diantaranya adalah

mahasiswa/pelajar.

Menurut UU No. 22 tahun 1997 (BNP DIY, 2004), narkotika adalah

zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis atau bukan

sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang

Page 3: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

Ahyani (2004) menjelaskan bahwa penyalahgunaan napza merupakan

penggunaan obat bukan untuk tujuan yang sebenarnya seperti pengobatan,

melainkan untuk memperoleh kenikmatan dari efek obat tersebut yang

berpengaruh pada susunan syaraf pusat, sehingga permasalahan yang dapat

membuat rasa sedih, murung, gelisah, dan sebagainya dapat di tekan dan

menjadi terlupakan atau senang sementara.

Kecenderungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah intensi.

Anshari (1996) menjelaskan intensi sebagai suatu daya upaya, atau rencana untuk

berusaha menuju suatu sasaran.

Santrock (2001) menyebutkan bahwa kebanyakan remaja menjadi seorang

pengguna napza saat dalam beberapa poin perkembangannya mereka mulai:

a. Mengkonsumsi alkohol

Konsumsi minuman beralkohol meskipun dengan kadar yang

sedikit akan dapat menyebabkan kecanduan. Sehingga seseorang yang

telah mengkonsumsi minuman beralkohol berarti telah memiliki

kecenderungan untuk melakukan penyalahgunaan napza

b. Mengkonsumsi caffeine

Caffein adalah zat yang terkandung didalam kopi. Zat ini dapat

menimbulkan ketergantungan, sehingga orang yang biasa minum kopi

akan susah untuk melepaskan kebiasannya.

c. Menghisap rokok

Page 4: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

Tar dan nikotin yang terkandung didalam rokok dapat

menimbulkan ketagihan. Efek lain dari kedua zat tersebut disamping zat-

zat lain yang terkandung dalam rokok adalah penyakit kanker, gangguan

jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin.

d. Menggunakan mariyuana, kokain, dan obat-obatan dengan kadar yang

lebih besar.

Jika seseorang sudah berada pada tahap ini maka peluang untuk

menjadi seorang pecandu akan sangat besar. Efek terburuk dari

penggunaan obat-obatan ini adalah rusaknya system syaraf dan kematian.

Kandel (Kimmel & Weiner, 1995) mengidentifikasikan empat tahapan

penyalahgunaan napza pada remaja secara berurutan: (1) minum bir dan anggur,

(2) minum minuman yang kadar alkoholnya lebih besar; (3) menghisap ganja (soft

drugs); (4) mulai mencoba beberapa substansi lain misalnya obat-obatan

stimultan, sedatives, hallucinogens, kokain, dan heroin (hard drugs).

Haryanto dan Yatim (Haryanto, 1996) mengemukakan faktor-faktor

kecenderungan penyalahgunaan napza antara lain adalah A). secara fisik : ingin

santai, ingin aktif, menghilangkan rasa sakit, dan ingin lebih kuat atau gagah. B).

secara emosional : pelarian, mengurangi ketegangan, mengubah suasana hati,

memberontak, ingin lebih berani, ingin menyendiri. C). secara pribadi: ingin

diakui, menghilangkan rasa canggung, agar tidak dianggap lain, tekanan

kelompok, ikut mode. D). secara mental intelektual: bosan dengan kerutinan,

ingin tahu, suka menyelidiki, menambah gairah, mencari makna hidup, mencari

diri sendiri.

Page 5: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

Menurut Hurlock (Nurhidayat, 2004) seorang remaja harus mempunyai

kemampuan untuk mengontrol perilakunya sendiri, agar tidak asal mengikuti

kemauan orang lain yang bertentangan dengan kehendak dan aturan yang berlaku

dalam masyarakat, kemampuan tersebut biasa disebut dengan kontrol diri.

Kecenderungan remaja yang sedang dalam tahap pencarian identitas diri adalah

senang mencoba hal hal baru di samping juga senang berkelompok. Terkadang

remaja dalam mencoba hal yang baru bukan hanya suatu hal yang positif saja

tetapi sering juga mencoba hal hal yang negatif dan sering bertentangan dengan

hukum. Memang pada masa remaja sedang terjadi perkembangan yang sangat

pesat pada aspek kognitif, fisik, kematangan seksual dan emosional

Menurut Martin dan Pears (1992), individu yang telah melakukan kontrol

diri mengalami perubahan perilaku yang barbeda dengan perilakunya yang

sebelumnya, dan individu tersebut juga mengalami peningkatan perubahan

perilaku yang dialami. Hurlock (1997) menjelaskan bahwa kemampuan

mengontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta

dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Semantara itu Skinner (Martin dan Pears,

1992) mengemukakan adanya ketersediaan kontrol diri dari masyarakat yang telah

menyediakan adanya konsekuensi bila perilaku tidak sesuai dengan masyarakat

seperti melalui hukuman. Dengan demikian, masyarakat memberikan kontribusi

pada terciptanya kontrol diri. Sedangkan Lazarus (1978) mengemukakan bahwa

kontrol diri merupakan kemampuan individu yang diperoleh melalui keputusan

yang telah diambilnya untuk mengontrol perilaku-perilaku yang telah disusunnya

Page 6: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

sehingga dapat meningkatkan hasil sesuai dengan tujuan seperti awal yang

dikehendakinya

Menururt Burger (1989) kontrol diri merupakan kemampuan yang

dirasakan dapat mengubah kejadian secara signifikan. Individu dianggap

mempunyai kemampuan mengelola perilakunya. Kemampuan tersebut membuat

individu mampu memodifikasi kejadian yang dihadapinya sehingga berubah.

Sedangkan Hetherington dan Parke (1993) berpendapat bahwa kontrol diri adalah

kemampuan untuk melarang atau mengarahkan tingkah laku sesuai dengan aturan

atau norma sosial.

Berdasarkan pemahaman yang dikemukakan dari berbagai ahli di atas,

dapat disimpulkan bahwa kontrol diri merupakan kemampuan yang dimiliki

individu untuk melakukan kontrol terhadap tindakan yang dilakukannya

berdasarkan keputusan yang talah ia ambil sebelumnya untuk dapat mencapai

hasil sesuai tujuan yang ia kehendaki. Dalam melakukan proses kontrol diri,

individu mampu menunda kebiasaan atau segera menunjukkan perilaku yang

dapat membebaskan termasuk mengganti perilakunya yang merupakan bagian

kebiasaannya dan dapat mamberikannya kepuasan segera.

Liebert (1979) mengatakan bahwa kontrol diri mengacu pada perilaku di

mana seseorang memonitor tindakannya dalam beberapa hal seperti

ketidakhadiran, pertentangan, dan tekanan yang sangat memaksa. Yang akan

menjadi penting bahwa perilaku erat sekali hubungannya dengan dugaan popular

yaitu adanya "ketekunan/tekad" serta konsep keadilan dan kesusilaan.

Page 7: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

Tiga aspek self-control terkait antara lain menurut Liebert (1979):

a. Resist Temptation (kemampuan untuk menentang godaan)

dalam definisi luas nya , Resist Temptation mengacu pada sikap menahan

diri untuk melakukan sesuatu yang dilarang dan memilih hal yang lain,

seperti membatalkan keinginan untuk mencuri atau mengambil hak milik

orang lain.

b. Delay Gratification (kemampuan untuk memaklumi atau menunda

kepuasan )

merupakan kemampuan seseorang dalam menahan diri untuk melakukan

sesuatu yang dia inginkan dikarenakan sebab-sebab tertentu. Misalnya;

menunda keinginan untuk makan ketika ia lapar saat berada didalam suatu

rapat.

c. Standar Prestasi Diri.

Merupakan standar nilai yang dibuat seseorang untuk mengukur seberapa

besar prestasi dari apa yang telah ia lakukan.

Kemampuan mengontrol diri menurut Averill (Ahyani, 2004) terdiri dari

lima aspek, yaitu:

a. Kemampuan mengatur pelaksanaan perilaku

Kemampuan mengatur pelaksanaan perilaku merupakan

kemampuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau

keadaan, apakah dari individu tersebut sendiri atau orang lain. Individu

dengan kemampuan mengatur pelaksanaan yang baik akan memungkinkan

Page 8: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

dirinya mengatur perilakunya dan akan meminta bantuan dari luar dirinya

bila ia rasakan dirinya tidak mampu.

b. Kemampuan memodifikasi stimulus

Kemampuan memodifikasi stimulus merupakan kemampuan yang

digunakan untuk mengetahui bagaimana dan kapan menghadapi stimulus

yang tidak dikehendakinya. Cara yang digunakan dalam melakukan

modifikasi antara lain: mencegah atau menjauhi stimulus, menempatkan

rangkaian tenggang waktu yang berlangsung antara stimulus yang satu

dengan yang lainnya, kemampuan menghentikan stimulus sebelum waktu

berakhir, dan membatasi intesitas stimulus.

c. Kemampuan memperoleh informasi

Kemampuan memperoleh informasi merupakan kemampuan yang

digunakan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan dan antisipasi

terhadap keadaan dengan berbagai pertimbangan.

d. Kemampuan melakukan penilaian

Kemampuan melakukan penilaian merupakan kemampuan individu

untuk menilai dan menafsirkan peristiwa dengan memperhatikan segi

positif secara positif.

e. Kemampuan mengontrol keputusan

Kemampuan mengontrol keputusan merupakan kemampuan

memilih hasil dari tindakan yang telah diyakini dan disetujuinya.

Kemampuan dalam menentukan pilihan akan berfungsi dengan baik dengan

Page 9: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

adanya kesempatan, kebebasan, dan memungkinkan individu memilih

berbagai kemungkinan akibat tindakannya.

Aspek-aspek milik Liebert (1979) dan Averill (Ahyani, 2004) ada

beberapa yang menunjukkan kesamaan dan saling melengkapi. Peneliti dalam

penelitian ini mencoba mensintesakan aspek-aspek dari kedua tokoh diatas yang

kemudian akan digunakan dalam menyusun alat ukur, antara lain:

a. Resist temptation (kemampuan untuk menentang godaan)

b. Delay gratification (kemampuan untuk memaklumi atau menunda

kepuasan)

c. Standard prestasi diri

d. Kemampuan mengontrol keputusan

Siwi (Nurhidayat, 2004) mengungkapkan bahwa kontrol diri pada

individu didasari oleh dua faktor, yaitu faktor sosial dan faktor personal, faktor

sosial adalah faktor dimana individu harus mengontrol perilakunya agar tidak

mengganggu ketenteraman sosial dan melanggar kenyamanan dan keamanan

orang lain. Sedangkan faktor personal adalah untuk belajar mengenai kamampuan,

kebaikan dan hal-hal lain dari lingkungan budayanya.

Sedangkan Latipah (Nurhidayat, 2004) mengungkapkan bahwa kontrol

diri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor

internal meliputi usia dan kematangan sedangkan faktor eksternal meliputi

lingkungan keluarga dan teman-teman.

Hawari (2003) menjelaskan bahwa pada waktu seseorang mengalami

problem kehidupan yang mengakibatkan dirinya mengalami stress karena tidak

Page 10: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

menemukan jalan keluar, maka seringkali ia “melarikan diri” ke napza.

Sebenarnya salah satu kebutuhan dasar manusia adalah rasa terlindung dan aman

yang artinya manusia memerlukan “Pelindung” yaitu Tuhan yang dapat

memberikan rasa ketentraman dan kenyamanan dalam hidup ini dan memberikan

petunjuk dalam penyelesaian berbagai problem kehidupan. Dalam banyak hal

seringkali manusia lupa memohon taufiq dan hidayah Tuhan dalam

menyelesaikan permasalahan kehidupannya, sehingga takut menghadapi

kenyataan, dan karenanya kemudian terlibat penyalahgunaan napza.

Menurut Hawari (2003) terapi keagamaan (psikoreligius) terhadap pasien

penyalahguna napza ternyata memegang peranan penting, baik dari segi

pencegahan, maupun rehabilitasi. Hasil penelitian Clinebell (Hawari, 2003)

ditemukan bahwa pada setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual

(basic spiritual needs). Kebutuhan dasar spiritual ini adalah kebutuhan

kerohanian, keagamaan dan ke-Tuhan-an yang karena paham materialisme dan

sekulerisme menyebabkan kebutuhan dasar spiritual tadi terabaikan dan

terlupakan tanpa disadari.

Idris (Syafi’i, 1984) mengungkapkan bahwa shalat dalam arti yang

sebenarnya ialah doa kebaikan. Menurut bahasa dalam syari’at ialah beberapa

perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam

dengan syarat tertentu. Sedangkan berdasarkan hadits rasul menurut Bukhari/

muslim (Syafi’i, 1984) mengerjakan shalat sesungguhnya engkau berbisik-bisik

dengan Tuhan. Sari dari shalat menurut Carrol (Syafi’I, 1984) yaitu tuntunan batin

Page 11: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

guna memperoleh perhubungan dengan yang ada di luar kenyataan, ialah Yang

Maha Tinggi.

Menurut Hasan, Bigha, Asy-Syafi’i, dan Ash-Shidieqy (Haryanto, 2001)

shalat menurut bahasa Arab yang berarti berdoa memohon kebajikan dan pujian,

sedangkan secara hakikat mengandung pengertian “berhadap hati (jiwa) kepada

Allah dan mendatangkan takut kepada-Nya, Serta menumbuhkan di dalam jiwa

rasa keagungan, kebesaran-Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya”. Sedangkan

secara dimensi fiqih shalat adalah beberapa ucapan atau rangkaian uacapan dan

perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang

dengannya seseorang beribadah kepada Allah, dan menurut syarat-syarat yang

telah ditentukan oleh agama.

Ath-Thabary (As-Saqqaf, 1997) mengemukakan bahwa shalat itu

diwajibkan atas orang-orang mukmin sebagai suatu ibadah fardhu yang waktu

wajib untuk melaksanakannya. Shalat wajib dikerjakan dalam agama Islam

meliputi subuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isya. Dengan demikian maka yang

menjadi aspek keteraturan menjalankan shalat wajib meliputi:

a. Menjalankan shalat subuh

Shalat wajib pada waktu subuh yang dikerjakan secara teratur

dalam segala situasi dan kondisi.

b. Menjalankan shalat dzuhur

Shalat wajib pada waktu dzuhur yang dikerjakan secara teratur

dalam segala situasi dan kondisi.

c. Menjalankan shalat ashar

Page 12: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

Shalat wajib pada waktu ashar yang dikerjakan secara teratur

dalam segala situasi dan kondisi.

d. Menjalankan shalat maghrib

Shalat wajib pada waktu maghrib yang dikerjakan secara teratur

dalam segala situasi dan kondisi.

e. Menjalankan shalat isya

Shalat wajib pada waktu isya yang dikerjakan secara teratur dalam

segala situasi dan kondisi.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan positif antara keteraturan menjalankan shalat wajib dengan

kontrol diri. Semakin tinggi keteraturan menjalan shalat wajib maka

kontrol diri akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah keteraturan

menjalankan shalat wajib maka kontrol diri akan semakin rendah.

2. Ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan kecenderungan

ketergantungan penyalahgunaan napza pada remaja. Semakin tinggi

kontrol diri maka kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza

akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah kontrol diri maka

kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza akan semakin

tinggi.

3. Ada hubungan negatif antara keteraturan menjalankan shalat wajib dengan

kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza. Semakin tinggi

keteraturan menjalankan shalat wajib maka kecenderungan ketergantungan

Page 13: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

penyalahgunaan napza akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah

keteraturan menjalankan shalat wajib maka kecenderungan ketergantungan

penyalahgunaan napza akan semakin tinggi.

METODE PENELITIAN

Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putra dan putri berusia antara

18-21 tahun. Mahasiswa yang berdomisili di lingkungan sekitar kampus terpadu

Universitas Islam Indonesia.

Metode Pengumpulan Data

Tiga macam skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala

kecenderungan penyalahgunaan napza, skala keteraturan shalat, dan skala kontrol

diri.

1. Skala Kecenderungan Penyalahgunaan Napza

Skala kecenderungan penyalahgunaan napza disusun sendiri oleh

peneliti berdasarkan aspek-aspek kecenderungan penyalahgunaan napza dari

Kandel (Kimmel & Weiner, 1995) dan Santrock (2001). Skala ini bertujuan

untuk mengungkap kecenderungan penyalahgunaan napza pada subyek

dengan mengukur aspek-aspek kecenderungan penyalahgunaan napza yang

meliputi; Caffeine, merokok, mengkonsumsi minuman ber-alkohol,

penggunaan soft drugs (mariyuana), dan penggunaan hard drugs (stimultan,

sedatives, hallucinogens, kokain, dan heroin).

Skala kecenderungan penyalahgunaan napza terdiri dari 30 aitem, yang

disusun sebagai sebuah cerita dengan suasana sedemikian rupa sehingga

Page 14: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

individu dihadapkan pada situasi yang memungkinkan munculnya

kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza tersebut.

2. Skala Keteraturan Menjalankan Shalat Wajib

Keteraturan menjalankan shalat wajib diukur dengan menggunakan

skala keteraturan menjalankan shalat wajib yang disusun sendiri oleh peneliti

berdasarkan aspek-aspek dari Ath-Thabary (As-Saqqaf, 1997) yang meliputi

keteraturan menjalankan shalat subuh, keteraturan menjalankan shalat dzuhur,

keteraturan menjalankan shalat ashar, keteraturan menjalankan shalat maghrib,

dan keteraturan menjalankan shalat isya’.

Skala keteraturan menjalankan shalat wajib terdiri dari 30 aitem, skala

ini dibuat sebagai sebuah cerita dengan suasana sedemikian rupa sehingga

individu dihadapkan pada situasi yang memungkinkan munculnya keteraturan

menjalankan shalat wajib.

3. Skala Kontrol Diri

Kemampuan kontrol diri subyek diukur dengan menggunakan skala

kontrol diri yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang

merupakan sintesa dari aspek-aspek kontrol diri milik Liebert (1979) dan

Averill (Ahyani, 2004), terdiri dari; kemampuan untuk menentang godaan,

kemampuan untuk memaklumi atau menunda kepuasan , Standard prestasi

diri, dan kemampuan mengontrol keputusan.

Skala kontrol diri terdiri dari 24 aitem, yang di susun sebagai sebuah

cerita dengan suasana sedemikian rupa sehingga individu dihadapkan pada

situasi yang memungkinkan munculnya kontrol diri tersebut.

Page 15: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan statistik

korelasi product moment dari Pearson untuk mengukur: 1. Hubungan antara

keteraturan menjalankan shalat wajib dengan kontrol diri; 2. Hubungan antara

kontrol diri dengan kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza; 3.

Hubungan negatif antara keteraturan menjalankan shalat wajib dengan

kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza. Analisis regresi sebagai

analisis tambahan dalam penelitian ini digunakan untuk melihat bagaimana

hubungan ketiga variabel secara keseluruhan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi

sebelum menganalisa data dengan teknik korelasi product moment dari Pearson

adalah apabila variabel yang hendak diukur keduanya linear, untuk itu perlu

dilakukan uji normalitas dan uji linearitas. Semua penghitungan akan diproses

dengan bantuan komputer menggunakan aplikasi program SPSS seri 11.5 for

windows.

Hasil Penelitian

Deskripsi Subyek Penelitian

Jumlah subyek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 82 subyek,

berusia antara 18-21 tahun. Pengambilan data dilakukan di dua tempat yaitu

lingkungan kampus dengan subyek sebanyak 60 orang, dan lingkungan kos yang

berada di sekitar kampus dengan subyek sebanyak 22 orang.

Uji Normalitas

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa skor variabel Keteraturan

Menjalankan Shalat Wajib adalah normal (K-SZ = 0.699 atau p > 0.01), variabel

Page 16: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

Kontrol Diri adalah normal (K-SZ = 0.499 atau p > 0.01), dan variabel

Kecenderungan Ketergantungan Penyalahgunaan Napza adalah normal (K-SZ =

0.040 atau p > 0.01).

Berdasarkan hasil uji linearitas antara variabel keteraturan menjalankan

shalat wajib dengan kontrol diri, didapatkan p linearity = 0.000 atau p < 0.01,

dan p Deviation from linearity = 0.250 atau p > 0.01, yang berarti bahwa antara

variabel keteraturan menjalankan shalat wajib dengan kontrol diri dapat dikatakan

memiliki hubungan yang linear.

Variabel kontrol diri dan kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan

napza, berdasarkan hasil uji linearitas memiliki p linearity = 0.001 atau p < 0.01,

dan p Deviation from linearity = 0.231 atau p > 0.01, yang berarti bahwa antara

variabel kontrol diri dengan kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan

napza sama-sama memiliki hubungan yang linear.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan teknik korelasi product moment

dari Pearson, karena ternyata antara variabel bebas dan variabel tergantung

memiliki hubungan yang linear yang memungkinkan penggunaan teknik korelasi

dari Pearson. Uji hipotesis ini selanjutnya akan dilakukan dengan bantuan

program SPSS 11.5 For Windows,

Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa antara variabel

keteraturan menjalankan shalat wajib dan kontrol diri memiliki hubungan positif

yang sangat signifikan (r = 0.433 dan p = 0.01 atau p < 0.01).

Page 17: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa antara variabel

kontrol diri dan kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza memiliki

hubungan negatif yang sangat signifikan (r = -0.361 dan p = 0.001 atau p < 0.01).

Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa antara variabel

keteraturan menjalankan shalat wajib dengan kecenderungan ketergantungan

penyalahgunaan napza memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan (r = -

0.295 dan p = 0.004 atau p < 0.01).

Pembahasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa antara variabel

keteraturan menjalankan shalat wajib dan kontrol diri memiliki hubungan positif

yang sangat signifikan. Dengan demikian maka, hipotesis pertama penelitian

tentang ada hubungan positif yang signifikan antara keteraturan menjalankan

shalat wajib dengan kontrol diri, dapat diterima.

Hipotesis kedua tentang ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan

kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza juga dinyatakan dapat

diterima, karena berdasarkan hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa antara

variabel kontrol diri dan kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza

memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan.

Hubungan antara keteraturan menjalankan shalat wajib dengan

kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza juga terbukti memiliki

hubungan negatif yang sangat signifikan.

Selain fisik dan psikis, manusia memiliki unsur ke-Illahian didalam

dirinya. Seperti telah dijelaskan oleh Clinebell (Hawari, 2001) yang mengatakan

Page 18: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

bahwa pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar

spiritual/kerohanian (basic spiritual needs). Shalat pada dasarnya, adalah suatu

sarana untuk manusia agar dapat memenuhi kebutuhan spiritual ini, karena

pelaksanaan shalat tak lain adalah jembatan penghubung antara manusia dengan

Allah SWT.

Remaja muslim (beragama islam) yang berusia antara 18– 21 tahun secara

normal baik fisik maupun psikis telah memenuhi syarat-syarat untuk dikenakan

kewajiban menjalnkan shalat lima waktu.

Ancok & Suroso (1994) menjelaskan lebih lanjut tentang peranan shalat

bagi kesehatan jiwa, yang terdiri dari; 1) aspek olah raga, 2) aspek meditasi, 3)

aspek auto sugesti, dan 4) aspek kebersaman. Kemudian oleh Haryanto (2001)

ditambahkan lagi bahwa peranan shalat selain seperti yang telah disebutkan di atas

masih memiliki fungsi yang lain, salah satunya adalah sebagai sarana

pembentukkan kepribadian.

Daradjat (1989) menjelaskan bahwa shalat lima waktu merupakan latihan

pembinaan disiplin dan kontrol diri. Ketaatan melaksanakan shalat pada

waktunya, menumbuhkan kebiasaan untuk secara teratur dan terus menerus

melaksanakannya pada waktu yang ditentukan. Begitu waktu shalat tiba, orang

yang taat beribadah akan segera tergugah hatinya untuk melaksanakan kewajiban

shalat, Remaja yang teratur menjalankan shalat wajib, akan memiliki pola

kepribadian, khususnya kontrol diri yang baik pula, seperti yang telah dijabarkan

pada bab-bab sebelumnya tentang keutamaan shalat. Ditambahkan oleh janji

Page 19: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

Allah dalam Q. S. Al-Ankabut ayat 45 yang mengatakan bahwa melaksanakan

shalat akan menghindarkan kita dari perbuatan keji dan mungkar.

Kontrol diri merupakan bagian dari kepribadian seseorang. Shaffer (1994)

mengatakan bahwa kontrol diri adalah sesuatu yang sangat penting. Jika seseorang

tidak mampu mengatasi segala tekanan dan mengontrol dirinya, maka yang terjadi

adalah salah satunya tindak kekerasan dengan melanggar hak orang lain dan

melanggar aturan.

Penyalahgunaan napza pada remaja, terlebih lagi sampai pada tahap

ketergantungan, merupakan salah satu bentuk pelanggaran aturan, norma, dan

nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat, sehingga kontrol diri, yang dalam penelitian

ini memberikan sumbangan relatif 13.1% kepada kecenderungan ketergantungan

penyalahgunaan napza, berperan dalam menurunkan tingkat kecenderungan

ketergantungan penyalahgunaan napza pada remaja, meskipun tidak dapat

dipungkiri bahwa masih ada 86.9% sumbangan dari variabel yang lain seperti

misalanya variabel assertivitas dalam penelitian Nurhidayat (2004), dan lain

sebagainya.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa keteraturan menjalan shalat

wajib akan mempengaruhi kontrol diri, kemudian kontrol diri akan mempengaruhi

kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza. Jika seorang remaja

diketahui terlibat penyalahgunaan napza, maka yang perlu ditanyakan adalah

sejauhmana kontrol diri yang dimiliki, atau dapat langsung diamati dari

bagaimana keteraturan menjalankan shalat wajibnya.

Page 20: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan (r = 0.433 pada level 0.01)

antara keteraturan menjalankan shalat wajib dengan kontrol diri. Jika

keteraturan menjalankan shalat wajib semakin tinggi, maka kontrol diri

juga akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika keteraturan menjalankan shalat

wajib semakin rendah, maka kontrol diri juga akan semakin rendah.

2. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan (r = -0.361 pada level 0.01)

antara kontrol diri dengan kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan

napza. Jika kontrol diri tinggi maka kecenderungan ketergantungan

penyalahgunaan napza akan rendah. Sebaliknya, jika kontrol diri rendah

maka kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza akan tinggi.

3. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan signifikan (r = -0.295 pada

level 0.01) antara keteraturan menjalankan shalat wajib dengan

kecenderungan ketergantungan penyalahgunaan napza. Jika keteraturan

menjalankan shalat wajib tinggi maka kecenderungan ketergantungan

penyalahgunaan napza akan rendah. Sebaliknya, jika keteraturan

menjalankan shalat wajib rendah maka kecenderungan ketergantungan

penyalahgunaan napza akan tinggi.

Saran

1. Bagi Subyek Penelitian

Page 21: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

Narkotika, psikotropika, daan zat adiktif lainnya (napza) adalah baik dan

bermanfaat jika digunakan semestinya, tetapi jika untuk disalahgunakan maka

sebaiknya erani untuk mengatakan tidak kepada orang lain yang mengajak, atau

minimal kepada diri sendiri.

Penelitian ini dan penelitian-penelitian terdahulu telah banyak menjelaskan

tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi seseorang sehingga ia menjadi pecandu

(junkie). Penelitian ini misalnya, telah menjelaskan bahwa keteraturan

menjalankan shalat wajib, dan kontrol diri akan mampu mengurangi

kecenderungan-kecenderungan tersebut.

Subyek penelitian dengan ini diharapkan untuk mempertebal keimanan

dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mengerjakan shalat wajib lebih teratur

lagi, dan lebih khusyu lagi, karena Allah SWT-pun pada dasarnya telah

menunjukkan hakikat shalat wajib di dalam Al-quran bahwa Shalat mencegah

perbuatan keji dan Munkar. Dengan shalat yang rajin dan khusyu maka kontrol

diri akan terbangun lebih kuat lagi. Hal inilah kiranya salah satu yang

membentengi diri kita agar terhindar dari perilaku penyalahgunaan napza.

2. Bagi Lingkungan Kampus dan pengelola Kos

Mahasiswa bukan sekedar ladang untuk berbisnis yang akan terus

mengalirkan uang, tetapi mereka juga manusia yang akan terus tumbuh dan

berkembang, yang dikemudian menjadi pilar-pilar bangsa ini. Sudah sepatutnya

bagi para pengelola kos dan lingkungan kampus untuk tidak hanya

Page 22: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

mengumpulkan uang sewa dan lain sebagainya dari para mahasiswa yang tinggal

di kos-kosan melainkan menjadi orang tua kedua bagi mereka saat mereka

merantau di tanah orang. Pengelola kos dan lingkungan kampus hendaknya daapat

menyatu dengan kesulitan mahasiswa, memandu dan mengarahkan mereka agar

segala masalah mereka tidak diselesaikan lewat botol minuman keras melainkan

lewat forum yang kekeluargaan dalam satu kos, atau melaksanakan shalat wajib

secara berjamaah dengan para mahasiswa atau para anak kos. Monitoring juga

sangat penting untuk melihat segala tindak-tanduk mereka. Ingatkan mereka jika

mereka telah menyimpang dari tujuan keberadaannya di Yogyakarta yaitu belajar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu meneliti permasalahan napza

dengan lebih mendalam lagi seperti dengan metode triangulasi untuk

mendapatkan data yang lebih banyak dan detail, yang dikemudian hari dapat

digunakan sebagai suatu acuan langkah kongkret dalam proses penanggulangan

masalah napza.

Page 23: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

DAFTAR PUSTAKA Ahyani, F.R., 2004, Fenomena kontrol diri sebagai salah satu upaya untuk tidak

relaps pada penyalahgunaan narkoba dikalangan mahasiswa. Laporan studi kasus (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Program Pendidikan Profesi Psikolog, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Ancok, D., Suroso, F.N., 1994, Psikologi Islami: Solusi Islam Atas Problem-

Problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Anshari, M. H., 1996, Kamus Psikologi, Surabaya: Usaha Nasional

Badan Narkotika Propinsi Yogyakarta, 2004, Bahan Informasi: Pencegahan Penyalahgunaan dan Pemberantasan Peredaran gelap Narkoba (P4GN), Yogyakarta: Sekretariat Dinas Ketentraman dan Ketertiban Umum Propinsi DIY

Beja, 2004, Fenomena Masalah Narkoba di Yogyakarta (makalah seminar),

Yogyakarta: Poltabes Yogyakarta Burger, J.M. 1989. Negative Reaction : to Increase in Perceived Personal Control.

Journal of Personality And Social Psychology 56 (2). 246-256 Calhoun, J.F & Acocella, J.R. 1990. Psychology of Adjusment and Human

Relationship. Third edition. New York. Mc. Graw Hill Daradjat. Z., 1989, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, Jakarta: YPI Ruhama Haryanto, F. R., 2001, Psikologi Shalat; aspek-aspek psikologis ibadah shalat,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hawari, D., 1997, Al-Quran; Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.

Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa Hawari, D., 2002, Konsep Agama Islam Menanggulangi Naza, Yogyakarta: Dana

Bhakti Prima Yasa Hawari, D., 2003, Penyalahgunaan dan Ketergantungan Naza (Narkotika,

Alkohol, dan Zat Adiktif), Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Hetherington, E. M. And Parke, R.D 1993. Child Psyhology a Contemporary

Viewpoint. Tokyo: Mc. Grawhill Kogakusha, Ltd

Page 24: PENGANTAR - psychology.uii.ac.idpsychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · tujuannya adalah berlomba pada materi sebagai ... Kecenderungan remaja yang

Hurlock, E.B, 1997. Perkembangan Anak. Jillid 1. Edisi Keenam (Alih Bahasa oleh Med. Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih). Jakarta: erlangga

Kimmel, D. C., Weiner, I. B., 1995, Adolescen; A Developmental Transition, 2nd

Edition. New York: John Willey & Sons. Inc Latipah, E., 2002. Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Agresivitas,

Kontrol Diri dan Optimisme. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM

Lazarus, R. S., 1976, Patern of Adjusment. Third Edition, Tokyo: Mc Graw Hill

Kogakusha, LTD Liebert, R. M., Poulos, R. W., Marmor, G. S., 1979, Developmental Psychology.

2nd Edition, New Delhi: Prentice Hall of India Martin G., Joseph P., 1996, Behavior Modification. What It Is and How To Do It,

London: Prentice Hall International, inc Misa,, A., 2002, Menjernihkan batin dengan shalat khusyu’, Yogyakarta: Mitra

Pustaka

Monks, F. J, Knoers, A. M. P, Haditono, S. R, 2001, Psikologi Perkembangan. Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada Unirversity Press

Nurhidayat, A., 2004, Hubungan antara assertivitas dan kontrol diri dengan

kecenderungan penyalahgunaan napza pada remaja. Skripsi (tidak diterbitkan), Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Santrock, J. W., 2001, Adolescent, 8th Edition., Boston: Mc Graw Hill Shaffer, D. R., 1994, Social and Personality Development. 3rd Edition, California:

Pacific Grove Syafi’i, A., 1984, Pengantar shalat yang khusyu’, Bandung: Remadja Karya

Ubaydillah, A. N., 2003, Membangun Optimisme Membumi. http://www.e-psikologi.com/dewasa/200103.htm

Zulkarnain, 1997, Hubungan Control Diri dengan Kreativitas Pekerja, Skripsi,

Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM