PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID...

80
PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID JĀMI‘ AL-MUTAROM JAKARTA UTARA) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh MEGA NUR FADHILAH NIM: 11140340000192 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Transcript of PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID...

Page 1: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT

(STUDI KASUS MASJID JĀMI‘ AL-MUḤTAROM

JAKARTA UTARA)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

MEGA NUR FADHILAH

NIM: 11140340000192

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77
Page 3: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77
Page 4: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77
Page 5: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada

buku pedoman skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman Akademik Program

Strata 1 2017-2018 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf

Arab

Huruf

Latin Keterangan

A Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ث

Ts te dan es ث

J Je ج

Ḥ h dengan titik di bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

sy es dan ye ش

Ṣ es dengan titik di bawah ص

Ḍ de dengan titik di bawah ض

ṭ te dengan titik di bawah ط

ẓ zet dengan titik di bawah ظ

Page 6: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

vi

‘ عkoma terbalik di atas hadap

kanan

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ` ء

Y Ye ي

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,

ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

A Fatḥah ــ

I Kasrah ــ

U Ḍammah ـــ

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Page 7: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

vii

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

Ai a dan i ي

Au a dan u و

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih vokal panjang (mad), yang dalam Bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal

Arab

Tanda Vokal

Latin

Keterangan

ىا Ā a dengan garis di atas

Ī i dengan garis di atas ى ي

Ū u dengan garis di atas ى و

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf

dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik itu diikuti huruf syamsiyyah maupun ,ال

huruf qamariyyah. Contoh: al-rijāl, bukan ar-rijāl, al-diwān bukan ad-diwān.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambang dengan

sebuah tanda ( ـــ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huuf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata (الضرورة) tidak ditulis

ad-Ḍarūrah melainkan al-Ḍarūrah, demikian seterusnya.

6. Ta Marbuṭah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbuṭah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi /h/ (lihat contoh

1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbuṭah tersebut diikuti oleh

Page 8: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

viii

kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbuṭah tersebut diikuti

kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat

contoh 3).

Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

ṭarīqah طريقة 1

al-jāmi‘ah al-islāmiyyah السالمي ةاالجامعة 2

waḥdat al-wujūd الوجودوحدة 3

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan dengan mengikuti ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama

diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abū Ḥamīd al-Ghazalī

bukan Abū Ḥamīd Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetang miring (italic)

atau cetal tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak

miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

katanya berasal dari Bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,

tidak ‘Abd al-Ṣamad al-Palimbānī; Nuruddin al-raniri, tidak Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

Page 9: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

ix

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata , baik kata kerja (fi‘il), kata benda (ism), maupun huruf (ḥarf) ditulis

secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat

dalam Bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

ستاد هب الا

dzahaba al-ustādzu ذ

جر بت الا

tsabata al-ajru ج

ت ت العصري

al-ḥarakah al-‘aṣriyyah الحرك

هد

ش هللا ا

اله الا

ن ال

asyhadu an lā ilāha illā Allāh ا

ا ملك الصالحه Maulānā Malik al-Ṣāliḥ مىال

م هللا

رك ج

yu’atstsirukum Allāh يؤ

ت اهرالعقليظ

al-maẓāhir al-‘aqliyyah امل

ت ىهيياث الك

al-āyāt al-kauniyyah الا

رورة ىراث الضحظ

بيح امل

al-ḍarūrat tubīhu al-maḥẓūrāt ج

Page 10: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

x

ABSTRAK

Mega Nur Fadhilah, “Pengajian Tafsīr di Masyarakat (Studi Kasus Masjid

Jāmi„ Al-Muḥtarom Jakarta Utara)”

Pengajian merupakan suatu wadah atau lembaga tempat mengkaji dan

mendalami agama Islām. Bermacam-macam bentuk pengajian di Indonesia yang

diikuti oleh setiap masyarakat muslim di tiap daerah dikarenakan setiap masyarakat

muslim masih memerlukan tempat untuk pengkajian agama Islām dan al-Qur’ān

untuk menghayati dan mendalami agama.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi jalannya proses pengajian

tafsīr Masjid Jāmi‘ Al-Muḥtarom dan respon jamā‘ah atas pengajian, serta dampak

yang dialami jamā‘ah dari mengikuti pengajian tafsīr di Masjid Jāmi‘ Al-Muḥtarom

yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77 RT. 002 RW. 010, Kelurahan Koja,

Kecamatan Koja, Jakarta Utara 14220.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan

pendekatan lapangan. Sumber data penelitian ini diperoleh dari wawancara,

observasi, dan dokumentasi, dan ditinjau dari beberapa kepustakaan.

Hasil penelitian ini adalah bahwa pengajian tafsīr Masjid Jāmi‘ Al-Muḥtarom

dilaksanakan setiap Ahad pekan kedua dan keempat setelah salat Subuh berjamā‘ah,

yang dipimpin oleh Ustad Ashif Munawar selaku ustad yang menyampaikan materi

pengajian. Kitab yang digunakan ustad dalam menyampaikan materi adalah kitāb

Tafsīr Jalālayn dan Aysārut Tafāsir. Jamā‘ah secara keseluruhan merespon baik

adanya pengajian tafsīr, mereka merasa terbantu dengan adanya pengajian tafsīr

tersebut karena pengetahuan dan keimanan mereka menjadi bertambah bahkan bisa

mengamalkan sebagian isi materi dari pengajian tersebut sekalipun mereka datang ke

pengajian tersebut dengan motivasi yang beragam.

Kata kunci: Proses, Pengajian, Respon.

Page 11: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

xi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillāhirabbil‘ālamīn. Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas

kehadirat Allah Ta‘ālā yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengajian Tafsīr di Masyarakat

(Studi Kasus Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom Jakarta Utara” dengan baik. Skripsi ini

disusun guna melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari

berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Masri Mansoer, M.A selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur‟ān

dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Al-Qur‟ān dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak M. Najib Tsauri, S.Th.I selaku Asisten Ketua Program Studi Ilmu

Al-Qur‟ān dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ka Muhammad Hanif, S.Th.I selaku Asisten Sekretaris Program Studi Ilmu

Al-Qur‟ān dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Dr. Masykur Hakim, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan ilmu, bimbingan, masukan, serta nasehatnya kepada penulis

yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, masukan dan saran kepada penulis

selama penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya

Page 12: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

xii

selama menempuh perkuliahan di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

10. Pengurus Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom yang telah memberikan ijin serta

membantu memberi kemudahan memperoleh informasi dalam penyusunan

skripsi ini

11. Ustad Ashif Munawar dan para jamā„ah yang telah membantu dan berkenan

untuk diwawancarai serta teah memberikan banyak informasi mengenai

pengajian tafsīr.

12. Ayah, Ibu, Abang dan Kakak yang senantiasa memberikan doa dan motivasi

serta selalu sabar memberi dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi

ini.

13. Silma Laatansa Haqqi, Fawa Idul Makiyah, Khulaimah Musyfiqoh, Saibatul

Aslamiah Lubis, Fradhita Sholikha, Siti Aisyah, Eti Asyaroh, Chusnul Yunita

yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan dukungan dan masukannya dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan mengharapkan segala

kritik serta saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada penulis dan pembaca.

Jakarta, 25 Januari 2019

Penulis

Page 13: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iv

LEMBAR PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ v

ABSTRAK ................................................................................................................. x

KATA PENGANTAR ............................................................................................... xi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah .................................................. 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................... 3

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 4

E. Metodologi Penelitian ..................................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan...................................................................................... 12

BAB II PRAKTIK SOSIAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJIAN

TAFSĪR AL-QUR’ĀN .............................................................................................. 15

A. Praktik Sosial .................................................................................................. 15

B. Praktik Pengajian Tafsīr Al-Qur’ān ................................................................ 15

C. Pengajian ......................................................................................................... 16

D. Tafsīr Al-Qur’ān.............................................................................................. 17

BAB III MASJID JĀMI‘ AL-MUḤTAROM: PROFIL DAN PROGRAM

KEGIATAN ............................................................................................................... 21

A. Profil ............................................................................................................... 21

1. Gambaran Umum Masjid Jāmi‘ Al-Mūhtarom........................................... 21

2. Struktur Kepengurusan Masjid Jāmi‘ Al-Muḥtarom .................................. 24

3. Jumlah Jamā‘ah Pengajian Tafsīr dan Salat ................................................ 26

B. Program Kegiatan ........................................................................................... 28

1. Imam Rawatib, Muadzin dan Pengajar ....................................................... 28

2. Program Kegiatan Masjid Jāmi‘ Al-Muḥtarom .......................................... 29

3. Sejarah Singkat Pengajian Tafsīr ................................................................ 30

4. Materi Pengajian Tafsīr............................................................................... 31

5. Pelaksanaan Pengajian Tafsīr ..................................................................... 31

6. Gambaran Umum Jama’ah Pengajian Tafsīr .............................................. 31

BAB IV PRAKTIK PENGAJIAN TAFSĪR DI MASJID JĀMI‘

AL-MUḤTAROM .................................................................................................... 34

A. Pengajian Tafsīr sebagai Praktik Sosial .......................................................... 34

1. Agensi ......................................................................................................... 34

2. Proses dan Materi Pengajian ....................................................................... 34

B. Respon Jama’ah .............................................................................................. 44

1. Rutinitas Jama’ah Mengikuti Pengajian Tafsir ........................................... 44

2. Tujuan Jama’ah Mengikuti Pengajian Tafsir .............................................. 45

Page 14: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

xiv

3. Manfaat Jama’ah Mengikuti Pengajian Tafsir ............................................ 46

4. Pendapat Jama’ah Mengenai Pengajian Tafsir ........................................... 48

5. Penilaian Jama’ah terhadap Cara Penyampaian Ustad ............................... 50

6. Hal-hal mengenai Materi Pengajian Tafsir ................................................. 52

7. Pemahaman Jama’ah terhadap Materi Pengajian Tafsir ............................ 53

8. Pengamalan Jama’ah atas Pemahamannya ................................................. 55

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 56

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 56

B. Saran ................................................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 58

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

15

Page 16: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Jumlah Jama’ah Pengajian Tafsir .................................................. 26

Tabel 2. Jumlah Jama’ah Shalat Subuh ....................................................... 26

Tabel 3. Jumlah Jama’ah Shalat Dzuhur ..................................................... 26

Tabel 4. Jumlah Jama’ah Shalat Ashar ....................................................... 27

Tabel 5. Jumlah Jama’ah Shalat Maghrib ................................................... 27

Tabel 6. Jumlah Jama’ah Shalat Isya .......................................................... 27

Tabel 7. Petugas Imam Rawatib .................................................................. 28

Tabel 8. Petugas Muadzin ........................................................................... 28

Tabel 9. Profil Jama’ah Pengajian Tafsir .................................................. 32

Tabel 10. Rutinitas Jama’ah Mengikuti Pengajian Tafsir ............................. 45

Tabel 11. Tujuan Jama’ah Mengikuti Pengajian Tafsir ................................ 45

Tabel 12. Manfaat Jama’ah Mengikuti Pengajian Tafsir .............................. 46

Tabel 13. Pendapat Jama’ah Mengenai Pengajian Tafsir.............................. 48

Tabel 14. Penilaian Jama’ah terhadap Cara Penyampaian Ustad ................. 50

Tabel 15. Hal-hal Mengenai Materi Pengajian Tafsir ................................... 52

Tabel 16. Pemahaman Jama’ah terhadap Materi Pengajian Tafsir .............. 54

Page 17: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

xvi

Page 18: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengajian merupakan suatu wadah atau lembaga tempat mengkaji dan

mendalami agama Islām. Bermacam-macam bentuk pengajian di Indonesia yang

diikuti oleh setiap masyarakat muslim di tiap daerah dikarenakan setiap masyarakat

muslim masih memerlukan tempat untuk pengkajian agama Islām dan al-Qur‟ān

untuk menghayati dan mendalami agama.1 Ibn Khaldūn dalam kitabnya Muqaddimah

Ibn al-Khaldūn yang dikutip dari Jurnal Usuluddin telah menyarankan supaya

diadakan pengajian mengenai al-Qur‟ān dan sunnah dan beliau mengatakan bahwa,

“Dasar dari kesemua ilmu-ilmu naqlī adalah dari sumber yang sah yaitu al-Qur‟ān

dan sunnah, yakni hukum yang telah disyariatkan kepada manusia oleh Allah

S.W.T.”2 Kegiatan pengajian dapat disajikan dalam beberapa bentuk, diantaranya

tabligh akbar, dakwah, malam tausiyah dan malam dakwah. Adapun kegiatan yang

biasanya dilakukan dalam pengajian, meliputi: tadarus al-Qur‟ān, mendengarkan

ceramah, mengkaji tafsīr al-Qur‟ān, mengkaji al-Sunnah, dan belajar tajwīd.3

Umumnya, pengajian biasa dilakukan di masjid, tetapi ada juga beberapa kelompok

masyarakat yang melakukan pengajian di mushala, langgar, atau tempat lainnya.4

Masa awal perkembangan Islām, yaitu pada zaman Rasūlullāh, masjid

merupakan pusat pemerintah, kegiatan pendidikan, pengajian, kegiatan sosial dan

ekonomi. Rasūlullāh sebagai Kepala Pemerintah dan Kepala Negara pada saat itu

1 Afnani Jayadina, “Fungsi Sosial Pengajian Bergilir di Rumah Warga (Studi tentang Tradisi

Pengajian Bergilir dan Upaya Memakmurkan Masjid di Dusun Pugeran, Jambidan, Banguntapan,

Bantul, Yogyakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), h. 1. 2 Fakhrul Adabi Abdul Kadir, “Persepsi Pendengar Kelas Agama terhadap Pengajian Agama

di Masjid-masjid Daerah Hulu Langat,” Jurnal Usuluddin, Bil 29 (27 September 2009): h. 189. 3 Santi Sulandari, dkk, “Keterlibatan Lansia dalam Pengajian: Manfaat Spiritual, Sosial, dan

Psikologis,” Jurnal Ilmiah Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta: h. 44-45. 4 Afnani Jayadina, “Fungsi Sosial Pengajian Bergilir di Rumah Warga (Studi tentang Tradisi

Pengajian Bergilir dan Upaya Memakmurkan Masjid di Dusun Pugeran, Jambidan, Banguntapan,

Bantul, Yogyakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), h. 4.

1

Page 19: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

2

menjalankan roda pemerintahan dan mengatur Umat Islām di dalam Masjid. Hal

itulah yang menjadikan masjid terlihat makmur dengan adanya beragam aktivitas.5

Peran dan fungsi masjid pada masa Rasūlullāh memberikan contoh kepada kita

bagaimana memakmurkan masjid sebagai tempat aktivitas umat. Masa sekarang,

apabila masjid hanya difungsikan sebagai tempat “ritual” saja, maka kemakmuran

dari sebuah masjid akan hilang. Masjid yang merupakan pusat ibadah sekaligus

sentral kegiatan umat Islām harus tetap dikembangkan melalui beragam kegiatan,

salah satunya yaitu pengajian.6

Salah satu masjid yang mengadakan kegiatan pengajian sebagai bentuk upaya

dalam memakmurkan masjid yaitu Masjid Jāmi„ al-Muḥtarom yang berlokasi di

wilayah Kelurahan Koja Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Penelitian di Masjid Jāmi„

Al-Muḥtarom Kelurahan Koja Kecamatan Koja ini dipilih secara purposive,

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.7 Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom

merupakan salah satu anggota Badan Pembina Khutoba Jakarta Utara.8 Masjid ini

merupakan salah satu masjid yang aktif mengadakan berbagai macam kegiatan, tidak

hanya kegiatan pengajian tafsīr saja namun ada juga kegiatan pengajian taḥsīn,

pengajian fiqh dan pengajian ḥadīts. Penelitian penulis hanya fokus pada pengajian

tafsīr. Pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom sudah berjalan selama kurang

lebih 4-5 tahun yang lalu.9 Telah banyak proses yang dilalui dalam kurun waktu

tersebut dan selama itu juga timbul berbagai macam respon yang telah diberikan oleh

jamā„ah saat pelaksanaan pengajian berlangsung. Oleh karena itu, penelitian ini akan

5 Afnani Jayadina, “Fungsi Sosial Pengajian Bergilir di Rumah Warga (Studi tentang Tradisi

Pengajian Bergilir dan Upaya Memakmurkan Masjid di Dusun Pugeran, Jambidan, Banguntapan,

Bantul, Yogyakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), h. 4-5. 6 Arsyi Makin, “Respon Jamaah terhadap Pengajian Tafsīr Tematik di Masjid Islamic Centre

Jakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islâm Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Universitas Islām Negeri Jakarta, 2008), h. 48. 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014), h.

122. 8 Badan Pembina Khutoba Jakarta Utara (BP. Khutoba), Sejarah dan Urgensi BP. Khutoba

Jakarta Utara (Jakarta: BP. Khutoba Jakarta Utara, 2009). 9 Wawancara dengan Ashif Munawar selaku ustad pengajian tafsīr, Jakarta, 02 September

2018.

Page 20: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

3

menekankan pada praktek pengajian tafsīr dan respon jamā„ah atas pengajian tafsīr di

Masjid Jāmi„ Al-Mūhtarom.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui jalannya proses

pelaksanaan pengajian tafsir dan respon jamā„ah atas pengajian tafsīr tersebut serta

dampak yang dialami oleh jamā„ah dari mengikuti pengajian tafsīr tersebut, dengan

melalui beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom yang terletak

di RT/RW 002/010 Koja, Jakarta Utara?

2. Apa respon jamā„ah terhadap pengajian tafsīr Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Tujuan penelitian ini secara teoritis adalah untuk mengeksplorasi jalannya

praktik pengajian tafsīr Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom dan beberapa respon

jamā„ah atas pengajian tafsīr yang mungkin dapat berpengaruh pada

perkembangan pengajian tafsīr tersebut.

b. Tujuan akademik penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan tugas

akhir perkuliahan di jurusan Ilmu Al-Qur‟ān dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa kegunaan sebagai berikut:

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi dan

bahan pertimbangan bagi alumni tafsīr al-Qur‟ān yang kelak menjadi

seorang dā‟i atau ustad.

a. Bagi ustad dan pengurus Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom, diharapkan hasil dari

penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan

kegiatan pengajian tafsīr sehingga materi yang disampaikan dapat diterima

oleh jamā„ah dengan baik dan tepat.

Page 21: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

4

D. Tinjaun Pustaka

Menurut penulis, sampai saat ini belum ada karya tulis yang membahas tentang

proses dan respon jamā„ah pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom. Demikian

penulis menemukan beberapa karya tulis yang mempunyai tema kajian yang sejalan,

yaitu pada IAIN Walisongo pada tahun 2012 karya Muniya Syaroh dengan judul

Persepsi Jama’ah terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh dalam

Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari

Pedurungan Semarang.10

Muniya Syaroh11

mendeskripsikan tentang bagaimana persepsi jama‟ah

terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh dalam Pengajian Ahad Pagi di Pondok

Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Pedurungan Semarang dengan menggunakan

metode campuran yaitu metode yang memadukan pendekatan kualitatif dan

kuantitatif.12

Beberapa poin analisis persepsi jamā„ah terhaadap materi dakwah KH.

Haris Shodaqoh yang dibahasa dalam penelitian Muniya yaitu analisis tentang

penilaian terhadap minat mengikuti pengajian, analisis tentang tingkat pemahaman

materi yang disampaikan, analisis keadaan mental (sikap) setelah menerima materi

pada pengajian, analisis penilaian tentang adanya pengajian Ahad pagi. Kesimpulan

dari analisisnya adalah penilaian jamā„ah terhadap materi dakwah yang disampaikan

dalam pengajian Ahad pagi bagus. Kitab yang digunakan adalah kitab al-Ibrīz.

Banyak jamā„ah yang paham dan dapat mengikuti setiap materi yang disampaikan.

Pengajian Ahad pagi mulai dari memaknai sampai menjelaskan menggunakan bahasa

Jawa yang menjadi bahasa asli orang Jawa sehingga hal tersebut menjadikan jamā„ah

lebih mudah memahami setiap penjelasan yang diberikan dai.13

10

Muniya Syaroh, “Persepsi Jama‟ah terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh dalam

Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Pedurungan Semarang,” (Skripsi

S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakults Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama Islam

Negeri Walisongo, 2012). 11

Muniya Syaroh, “Persepsi Jama‟ah terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh dalam

Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Pedurungan Semarang.” 12

Muniya Syaroh, “Persepsi Jama‟ah terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh dalam

Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Pedurungan Semarang,” h. 30. 13

Muniya Syaroh, “Persepsi Jama‟ah terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh dalam

Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari Pedurungan Semarang,” (Skripsi

Page 22: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

5

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Muniya Syaroh adalah

pengajian tafsīrnya sama-sama dilaksanakan pada Ahad pagi, sama-sama

menjelaskan pelaksanaan pengajian tafsīr dan materi pengajian tafsīr, dan poin-poin

mengenai analisis penelitian Muniya Syaroh memiliki maksud yang sama.

Perbedaannya adalah penelitian penulis dilakukan di Masjid, sedangkan penelitian

Muniya di pondok pesantren; Pendekatan penelitian penulis yaitu kualitatif deskriptif,

sedangkan pendekatan penelitian Muniya yaitu campuran, memadukan kualitatif dan

kuantitatif; Kitab yang digunakan dalam penelitian penulis adalah kitab tafsīr

Jalālayn dan Aysārut Tafāsir, sedangkan penelitian Muniya adalah kitab al-Ibrīz;

Penelitian penulis menganalisis 8 poin, sedangkan penelitiannya hanya 4 poin;

Penelitian penulis menambahkan analisis kesesuaian materi pengajin dengan kitab

tafsirnya, sedangkan penelitian Muniya tidak menyebutkan hal tersebut.

Tidak hanya skripsi Muniya Syaroh, skripsi Lucky Isnaeni dengan judul

Respon Jama’ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalam Bintaro Jaya 3A

Tangerang14

menjadi salah satu tinjauan pustaka penelitian ini juga.

Lucky Isnaeni15

mendeskripsikan bagaimana respon jamā„ah terhadap

pengajian ḥadīts di Masjid Assalam dan mendeskripsikan dampak pengajian ḥadīts

bagi para jamā„ah secara kognitif dan efektif. Ia menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan kajian Stimulus Response Theory atau S-R theory dalam landasan teorinya.

Teori tersebut beranggapan bahwa sikap dapat berubah karena adanya rangsangan

atau daya tarik yang disebut stimulus dari subjek yang diterima oleh objek. Kuat

lemahnya rangsangan akan menemukan mutu atau kualitas responden baik reaksi,

tanggapan, ataupun balasan dari objek yang menerima stimulus. Seorang dai harus

mampu memberikan stimulus dan penguatan atau reinforcement objek dakwah

sehingga dakwahnya dapat diterima objek dakwah secara positif. Respon jamā„ah

S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakults Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama Islam

Negeri Walisongo, 2012), h. 87. 14

Lucky Isnaeni, “Respon Jama‟ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalam Bintaro Jaya

3A Tangerang,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011). 15

Lucky Isnaeni, “Respon Jama‟ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalam Bintaro Jaya

3A Tangerang.”

Page 23: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

6

terhadap pengajian ḥadīts yang diselenggarakan di Masjid Assalam Bintaro Jaya 3A

Tangerang adalah positif. Sebagian besar jamā„ah antusias dan mendukung terhadap

kegiatan pengajian tersebut, karena mereka merasa senang dan nyaman ketika

mengikuti pengajian.16

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Lucky Isnaeni adalah sama-

sama mengkaji respon jamā„ah pengajian di masjid. Perbedaannya adalah predikat

pengajiannya dan objek pengajiannya serta pendekatan penelitiannya. Ia membahas

tentang pengajian ḥadīts di Masjid Assalam Bintaro Jaya 3A Tangerang dengan

menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitiannya, sedangkan penulis

membahas tentang pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom Jakarta Utara

dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian penulis.

Tidak hanya skripsi Lucky Isnaeni,17

skripsi Arsyi Makin yang berjudul

Respon Jamaah terhadap Pengajian Tafsīr Tematik di Masjid Islamic Centre

Jakarta18

menjadi salah satu tinjauan pustaka penelitian ini juga.

Arsyi Makin19

menjelaskan tentang respon jamā„ah pengajian tafsīr tematik

Masjid Islamic Centre Jakarta dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Respon

jamā„ah yang diambil dari beberapa unsur pengajian yaitu dai, materi dan metode

yang digunakan dalam pengajian tafsīr tematik Masjid Islamic Centre Jakarta.

Berdasarkan hasil penelitiannya, pengajian tafsīr tematik di Masjid Islamic Centre

Jakarta mendapatkan respon yang cukup baik dari jamā„ah. Dai yang mengajar sangat

berkompoten di bidang tafsīr, penyampaian dā‟i dengan menggunakan ayat-ayat

al-Qur‟ān sesuai dengan materi yang dibahas dan metode yang digunakan sudah

16

Lucky Isnaeni, “Respon Jama‟ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalam Bintaro Jaya

3A Tangerang,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. i. 17

Lucky Isnaeni, “Respon Jama‟ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalam Bintaro Jaya

3A Tangerang.” 18

Arsyi Makin, “Respon Jamaah terhadap Pengajian Tafsīr Tematik di Masjid Islamic Centre

Jakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Universitas Islām Negeri Jakarta, 2008). 19

Arsyi Makin, “Respon Jamaah terhadap Pengajian Tafsīr Tematik di Masjid Islamic Centre

Jakarta.”

Page 24: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

7

sesuai dengan yang diinginkan oleh jamā„ah yaitu perpaduan metode seperti ceramah,

diskusi dan tanya jawab.20

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Arsyi Makin adalah sama-sama

mengkaji respon jamā„ah pengajian tafsīr di masjid Jakarta Utara. Perbedaannya

adalah predikat pengajian tafsīrnya, objek pengajian tafsīr serta pendekatan

penelitiannya. Ia membahas tentang pengajian tafsīr tematik di Masjid Islamic Centre

Jakarta dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitiannya, sedangkan

penulis membahas tentang pengajian tafsīr yang bukan tematik di Masjid Jāmi„

Al-Muḥtarom Jakarta Utara dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam

penelitian penulis.

Skripsi Sukri Gzozali yang berjudul Persepsi Masyarakat terhadap Tafsīr

Al-Ibriz dalam Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Semarang21

menjadi salah satu tinjauan pustaka penelitian ini juga.

Sukri Gzozali22

mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang menyebabkan

masyarakat menghadiri pengajian tersebut, kontribusi pengajian tafsīr al-Ibriz dalam

pengajian Ahad pagi di pondok pesantren tersebut kepada masyarakat, dan persepsi

masyarakat terhadap tafsir al-Ibriz dalam pengajian Ahad pagi di pondok pesantren

tersebut. Penelitian Sukri tersebut menggunakan pendekatan kualitatif. Penulis

menemukan adanya kesamaan lokasi penelitian Sukri Gzozali dengan lokasi

penelitian Muniya Syaroh.

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Sukri Gzozali adalah sama-

sama menjadikan masyarakat sebagai jamā„ah pengajian, sama-sama menggunakan

pendekatan kualitatif dalam penelitiannya, pengajian tafsīrnya sama-sama

dilaksanakan pada Ahad pagi. Perbedaannya adalah penelitian penulis dilakukan di

Masjid, sedangkan penelitian Sukri di pondok pesantren; Kitab yang digunakan

20

Arsyi Makin, “Respon Jamaah terhadap Pengajian Tafsīr Tematik di Masjid Islamic Centre

Jakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

Universitas Islām Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 39. 21

Sukri Gzozali, “Persepsi Masyarakat terhadap Tafsīr Al-Ibriz dalam Pengajian Ahad Pagi

di Pondok Pesantren Al-Itqon Semarang,” (Skripsi S1 Jurusan Tafsīr dan Hadīts Fakultas Ushuluddin

Studi Agama dan Pemikiran Islam, Univeristas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2013). 22

Sukri Gzozali, “Persepsi Masyarakat terhadap Tafsīr Al-Ibriz dalam Pengajian Ahad Pagi

di Pondok Pesantren Al-Itqon Semarang.”

Page 25: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

8

dalam penelitian penulis adalah kitab tafsīr Jalālayn dan Aysārut Tafāsir, sedangkan

penelitian Sukri Gzozali adalah kitab al-Ibrīz.

Skripsi Devira Aprilianty yang berjudul Respon Jama’ah terhadap Pengajian

Rutin Tafsīr Tematik (Studi Deskriptif di Masjid An-Nabati Dinas Kehutanan

Provinsi Jawa Barat)23

menjadi salah satu tinjauan pustaka penelitian ini juga.

Devira Aprilianty24

mendeskripsikan respon jamā„ah mengacu pada kerangka

teori psikologi behavioristic S-O-R, yaitu Stimulus, Organisme, dan Respon.

Penelitiannya menggunakan metode deskriptif. Persamaan penelitian penulis dengan

penelitian Devira adalah sama-sama membahas tentang respon jamā„ah, sama-sama

melakukan penelitian di masjid dan metode penelitian yang digunakan sama-sama

deskriptif, sedangkan perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Devira adalah

lokasi penelitian yang berbeda dan penelitian penulis yang tidak mengacu pada

kerangka teori psikologi sebagaimana penelitian Devira.

Skripsi Muhamad Bahrodin yang berjudul Perilaku Jama’ah Pengajian

Tafsir Al-Jalalain di Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal Desa Kunir

Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar25

menjadi salah satu tinjauan pustaka

penelitian ini juga.

Muhamad Bahrodin26

mendeskripsikan proses pengajian tafsīr al-Jalālayn di

pondok pesantren tersebut, mengeksplorasi motivasi para jamā„ah pengajian tafsīr

tersebut dan mendeskripsikan bentuk perilaku jamā„ah pengajian tafsīr tersebut.

Penelitiannya menggunakan metode penelitian kualitatif dan untuk mengetahui

perilaku jamā„ah tersebut ia menggunakan pendekatan Living Qur‟ān.

23

Devira Aprilianty, “Respon Jama‟ah terhadap Pengajian Rutin Tafsīr Tematik (Studi

Deskriptif di Masjid An-Nabati Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat),” (Skripsi S1 Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Univeristas Islam Negeri Sunan

Gunung Djati, 2018). 24

Devira Aprilianty, “Respon Jama‟ah terhadap Pengajian Rutin Tafsīr Tematik (Studi

Deskriptif di Masjid An-Nabati Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat).” 25

Muhamad Bahrodin, “Perilaku Jama‟ah Pengajian Tafsir Al-Jalalain di Pondok Pesantren

Terpadu Al-Kamal Desa Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar,” (Skripsi S1 Jurusan Ilmu

Al-Qur‟ān dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri

Tulungagung, 2016). 26

Muhamad Bahrodin, “Perilaku Jama‟ah Pengajian Tafsir Al-Jalalain di Pondok Pesantren

Terpadu Al-Kamal Desa Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar.”

Page 26: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

9

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Muhamad Bahrodin adalah

sama-sama membahas proses pengajian tafsīr, sama-sama membahas tafsīr Jalālayn,

dan sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif. Perbedaannya adalah

lokasi penelitian yang berbeda yaitu penulis melakukan penelitian di masjid,

sedangkan ia melakukan penelitian di pondok pesantren; penulis tidak membahas

perilaku jamā„ah dan motivasi, tetapi penulis membahas tentang kesesuaian materi

pengajian dengan kitab tafsīrnya langsung dan respon jamā„ah atas pengajian tafsīr

yang telah mereka ikuti dan dampak yang dialami jamā„ah dari mengikuti pengajian

tafsīr.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara

penelitian ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian.27

Metode penelitian

membahas tentang konsep teoritis berbagai metode, kelebihan dan kelemahan dalam

suatu karya ilmiah serta pemilihan metode yang akan digunakan dalam penelitian

nantinya.28

Penulis menggunakan metode library research (literatur buku) dan field

research (lapangan). Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus-Oktober 2018.

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena sosial dari

sudut atau perspektif partisipan. Penelitian ini ditunjang pula dengan library

research.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan

data sekunder, menurut Lexy J Moleong, sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lainnya.29

27 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Saasin, 2000), h. 6.

28 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 3.

29 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2004), h. 157.

Page 27: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

10

a. Data Primer

Data secara tertulis atau lisan yang diperoleh secara langsung dari

responden dengan menggunakan teknik wawancara. Teknik wawancara adalah

teknik utama dalam mengumpulkan data. Data yang diperoleh dalam penelitian

ini berupa data dari responden dalam bentuk catatan lapangan yang berupa

transkip wawancara.

b. Data Sekunder

Data yang tidak langsung dari sumbernya. Sumber data sekundernya

adalah buku-buku, artikel, jurnal dan bahan-bahan kepustakaan lain yang ada

relevannya dengan penelitian ini.

3. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah ± 30 orang, sedangkan penulis mengambil

sampel dari penelitian ini berjumlah 17 orang.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dalam arti umum diartikan dengan pengamatan atau penglihatan.

Adapun secara khusus diartikan dengan mengamati dalam rangka memahami,

mencari jawaban, serta mencari bukti terhadap fenomena sosial tanpa

mempengaruhi fenomena yang diobservasi.30

Observasi adalah salah satu cara

untuk memperoleh data yang akurat dengan cara mengumpulkan data langsung

dari lapangan. Observasi dilakukan dengan cara penulis mengikuti kegiatan

pengajian tafsir secara langsung serta melihat dan mengamati proses pelaksanaan

pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom sehingga dapat diketahui respon

jamā„ah atas mengikuti pengajian tafsīr.

b. Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab dengan

pihak terkait yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan

30

Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2003), h. 167.

Page 28: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

11

penulis.31

Wawancara ini dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan lisan

secara langsung. Responden yang akan diwawancarai yaitu 17 jamā„ah, empat

diantaranya merupakan pengurus masjid.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar

maupun elektronik.32

Data yang bersumber pada tulisan-tulisan, data tentang

berdiri dan berkembangnya masjid, keadaan pengurus, jama‟ah serta sarana dan

prasarana kegiatan masjid, arsip-arsip atau sumber data lainnya yang diperoleh

dari pengurus Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom.

5. Metode Analisis Data

Bogdan dan Biklen seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam

bukunya mengatakan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milihnya menjadi

satuan yang yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain.33

Adapun langkah-langkah dalam metode analisis data dalam penelitian ini

adalah:

a) Reduksi Data

Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang

berasal dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan

gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.34

Penulis dapat

melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang

31

Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: BPFE, 1998), h. 62. 32

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), h. 221.

33 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2006), h. 248.

34 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:

UNESA University Press, 2007), h. 32.

Page 29: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

12

dibuang, mana yang merupakan ringkasan, dan cerita-cerita apa yang sedang

bekembang.

b) Display Data

Display data merupakan proses menampilkan data secara sederhana

dalam bentuk kata-kata, kalimat naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud

agar data yang telah dikumpulkan dikuasai oleh penulis sebagai dasar untuk

mengambil kesimpulan yang tepat.35

c) Verifikasi dan Simpulan

Sejak awal pengumpulan data penulis harus membuat simpulan-simpulan

sementara. Simpulan-simpulan tersebut harus dicek kembali (diverifikasi) pada

catatan yang telah dibuat oleh penulis dan selanjutnya kearah simpulan yang

tepat. Setelah data masuk terus menerus dianalisis dan diverifikasi tentang

kebenarannya, akhirnya didapat simpulan akhir yang lebih bermakna dan lebih

jelas.

Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan

pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya.

Simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian yang sudah

dilakukan pembahasan.36

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan hal yang penting karena mempunyai

fungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari masing-masing bab yang saling

berkaitan dan berurutan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam

penyusunannya. Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I merupakan langkah awal dalam penelitian ini, yang mana penulis

memberikan gambaran mengenai penelitian yang akan penulis lakukan. Bab ini

menjelaskan tentang latar belakang penelitian penulis kemudian rumusan masalah

35 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:

UNESA University Press, 2007), h. 33.

36 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif (Surabaya:

UNESA University Press, 2007), h. 34.

Page 30: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

13

berdasarkan latar belakang tersebut serta tujuan dan kegunaan penelitian ini.

Penelitian ini didukung oleh beberapa pustaka dengan beberapa metode penelitian.

Adapun sistematika pembahasan guna menjadikan penelitian ini tersusun rapi.

Lanjut ke BAB II, penulis mulai memberikan landasan teori dalam penelitian

ini yang mendeskripsikan tentang praktik sosial dan hubungannya dengan pengajian

tafsīr al-Qur‟ān, kemudian mendeskripsikan tentang pengajian tafsīr meliputi

pengertian pengajian, tujuan pengajian, unsur pengajian hingga mengenai tafsīr dan

masyarakat. Pengertian praktik sosial dimasukkan dalam bab ini sebagai bentuk

bahwa pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom merupakan salah satu praktik

yang ada di masyarakat.

Lanjut ke BAB III, penulis menguraikan tentang profil Masjid Jāmi„

Al-Muḥtarom dan program kegiatan masjid. Profil Masjid Jāmi„ Al-Muhtarom

dibahas guna mengetahui gambaran umum atau sejarah masjid, struktur

kepengurusan masjid, dan jumlah jamā„ah. Masjid Jāmi„ Al-Muhtarom merupakan

salah satu lembaga yang ada di masyarakat yang mengadakan praktik sosial,

kemudian penulis menguraikan profil jamā„ah sebagai bentuk perwakilan dari

masyarakat. Terakhir penulis menjelaskan tentang program kegiatan masjid yang

salah satunya yaitu kegiatan pelaksanaan pengajian tafsīr Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom,

hal tersebut dibahas untuk melihat sejauh mana pelaksanaan tersebut sehingga dapat

memunculkan respon dari jamā„ah.

Lanjut ke BAB IV, bab ini merupakan jawaban dari rumusan masalah

penelitian penulis, yang mana disini penulis menguraikan tentang praktik pengajian

tafsīr dan respon jamā„ah atas pengajian tafsīr. Berdasarkan praktik tersebut penulis

menguraikan tentang proses dan materi pengajian tafsīr karena setiap praktik suatu

kegiatan pasti di dalamnya terdapat sebuah proses, dan dari proses itulah timbul

sebuah respon jamā„ah. Respon jamā„ah menjadi penting untuk mengetahui sejauh

mana jamā„ah merespon atas pengajian tafsīr yang telah mereka ikuti dan. Alasan

penulis memasukkan materi pengajian tafsīr dalam bab ini guna melihat improvisasi

ustad dalam menyampaikan materi.

Page 31: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

14

BAB V merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan dari BAB IV yaitu

analisis praktik pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom dan respon jamā„ah

atas pengajian, dan meliputi saran sebagai pendukung penelitian penulis.

Page 32: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

15

BAB II

PRAKTIK SOSIAL DAN

HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR’ĀN

A. Praktik Sosial

Praktik sosial atau teori praktik adalah teori tentang bagaimana manusia sebagai

makhluk sosial dengan motif dan niat yang berbeda-beda membuat dan

mentransformasikan dunia yang mereka tempati ke dalam praktik-praktik tertentu

yang bersifat rutin yang di dalam prosesnya ada hubungan antara pelaku (agensi) satu

dengan agensi yang lain dan dengan struktur dimana agensi itu melakukan aktivitas.

Struktur disini dapat dipahami sebagai unsur-unsur yang membentuk pola interaksi

dan relasi dimana aktivitas agensi didalamnya dapat dilakukan. Hubungan antara

agensi dengan struktur dalam perspektif Giddens bersifat dualistik dan saling

mempengaruhi. Terkadang agensi mempengaruhi struktur dan sebaliknya struktur

mempengaruhi agensi. Implementasi dari praktik sosial bersifat rutin dan otomatis

karena agensi melakukan serangkaian tindakan tertentu berulang-ulang dalam kurun

waktu tertentu sehingga ia menjadi tindakan otomatis.

B. Praktik Pengajian Tafsīr Al-Qur’ān

Pengajian tafsir al-Qur‟ān di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom merupakan bentuk

dari praktik sosial, karena dilakukan secara rutin setiap hari Ahad pekan kedua dan

keempat setelah salat Subuh, yang sudah berjalan selama kurang lebih 4 tahun. Hal

tersebut dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang, sehingga otomatis tidak

perlu diumumkan terlebih dahulu. Agensi pengajian tafsir al-Qur‟ān di Masjid Jāmi„

Al-Muḥtarom adalah ustad Ashif Munawar, bapak-bapak, remaja, dan anak-anak.

Adanya interaksi antar agensi tersebut dikarenakan adanya struktur (alasan) yang

membentuk pola interaksi yang bersifat tidak mengikat atau mengekang. Struktur

atau alasan agensi mengikuti pengajian tafsīr adalah mereka ingin belajar tentang

ilmu al-Qur‟ān dan tafsīr, mereka ingin menambah pengetahuannya, dan mereka

ingin memperoleh pahala dan keberkahan dari mengikuti pengajian. Alasan-alasan

Page 33: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

16

tersebut tidak mengikat agensi untuk mengikuti pengajian, namun dapat

mempengaruhi agensi apabila mengikuti pengajian.

C. Pengajian

Poin-poin dari sub bab pengajian ini meliputi pengertian pengajian, tujuan

pengajian, dan unsur pengajian. Berikut penjelasan setiap poin tersebut:

1. Pengertian Pengajian

Pengajian adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut berbagai

kegiatan belajar dan mengajar agama.1 Kata pengajian berasal dari kata kaji.

Pengajian memiliki arti pengajaran (agama Islām) dan menanamkan norma agama

melalui mengaji dan dakwah.2 Hal tersebut serupa dengan istilah ta„līm, yang

memiliki arti pengajaran, pendidikan dan pemberian tanda.3 Kata ta„līm merupakan

isim maṣdar dari fi„il māḍi „allama yang berarti mengajarkan, melatih, memberi

tanda.4 Istilah ta„līm merupakan salah satu istilah yang semakna dengan pengertian

dakwah.5

2. Tujuan Pengajian

Tujuan pengajian merupakan tujuan dakwah juga, karena di dalam pengajian

antara lain berisi muatan-muatan ajaran Islām. Oleh karena itu, usaha untuk

merealisir ajaran di tengah-tengah kehidupan umat manusia adalah usaha dakwah

yang dalam keadaan bagaimanapun harus dilaksanakan oleh umat Islām. Adapun

tujuannya yakni menjadikan umat Islām konsisten dalam memurnikan tawhīdullāh

1 Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar di Jawa

(Yogyakarta: LKIS, 1999), h. 3. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi

Keempat (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 604. 3 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), Cet. ke-5,

h. 35. 4 Mahmud Yunus, Kamus „Arab-Indonesia (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), h. 277.

5 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), Cet. ke-5,

h. 20.

Page 34: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

17

(mengesakan Allāh dari segala apapun yang ada di dunia ini), mengingatkan akhirat dan

kematian serta menegakkan risalah Nabi Muḥammad SAW atau berdakwah.6

3. Unsur Pengajian

Pengajian merupakan salah satu pokok dalam syiar dan pengembangan agama

Islām. Pengajian sering dinamakan dakwah islāmiyyah.7 Sebagaimana dikatakan

bahwa pengajian merupakan dakwah islāmiyyah, maka unsur pengajian sama dengan

unsur dakwah.8 Beberapa unsur yang perlu diperhatikan oleh para pelaksana

pengajian dalam proses pelaksanaan pengajian agar dapat dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya, yaitu subjek pengajian, objek pengajian, materi pengajian, metode

pengajian, dan media pengajian.9

D. Tafsīr Al-Qur’ān

Tafsīr secara bahasa mengikuti wazan “taf„īl,” artinya menjelaskan,

menyingkap, dan menerangkan makna-makna rasional. Kata kerjanya mengikuti

wazan “ḍaraba-yaḍribu” dan “naṣara-yanṣuru.” Kata “al-tafsīr” dalam Lisānul

„Arab memiliki arti menyingkapkan maksud suatu lafaẓ yang musykil.

Beberapa ulama berpendapat bahwa istilah tafsīr berasal dari kata al-fasru,

yang sepadan dengan al-iḍhar (melahirkan), al-bayān (menerangkan), al-kasfu

(mengungkapkan), al-ibānah (menjelaskan), al-iḍāh (menjelaskan), dan al-tafṣīl

(memerinci).

Istilah tafsīr yang berasal dari kata al-fasru atau fassara dapat dilihat pada

hadīts Nabi Muḥammad SAW. berikut10

:

6 Maslihatul Nurul Khusniyah, “Pengaruh Pengajian Pagi terhadap Penurunan Tingkat Stres

Karyawan di Rumah Sakit Islām Sunan Kudus,” (Skripsi S1 Jurusan Bimbingan Konseling Islām

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, 2016), h. 11. 7 Parukhi, “Problematika Pengajian Tafsīr Al-Qur‟ān dan Upaya Pemecahannya di Desa

Jatimulya Kec. Suradadi Kab. Tegal,” (Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islām Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2012), h. 29. 8 Maslihatul Nurul Khusniyah, “Pengaruh Pengajian Pagi terhadap Penurunan Tingkat Stres

Karyawan di Rumah Sakit Islām Sunan Kudus,” (Skripsi S1 Jurusan Bimbingan Konseling Islām

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus, 2016), h. 11. 9 Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah Respons Da‟I terhadap Dinamika

Kehidupan Beragama di Kaki Ciremai (Jakarta: Rajawali Pres, 2011), h. 3. 10

Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 14.

Page 35: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

18

ار مقعده من النأ بى

يتليه ف

قران برأ

ر ال س

من ف

“Barangsiapa menfasirkan al-Qur‟ān dengan akalnya semata, maka

bersiaplah tempat duduknya di neraka.” (HR. Al-Tirmīdzi dari Anas)

Kata tafsīr yang memiliki arti penjelasan terdapat dalam al-Qur‟ān Surat

Al-Furqān/25:3311

ل ك بمث

ىنت يأ

حس ول

حق وأ

ك بٱل

جئن

فسيراإل

ن ت

“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang

ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang

paling baik penjelasannya.” (QS. Al-Furqān/25:33)

Menurut Al-Ḍaḥḥak, yang dikutip oleh beberapa ulama tafsīr dalam karya

Manna Al-Qaṭṭan, seperti Al-Qurṭubī, Al-Baghāwī, Abū Ḥafṣīn, dan Al-Suyūṭī,

mengatakan bahwa kata tafsīran pada ayat tersebut artinya tafṣīlan.12

Al-Alūsi berpendapat, yang dikutip dari Ilmu Tafsīr bahwa,

“Kata tafsīr merupakan maqlūb (kata kerja terbalik) dari kata safara

(berpergian). Al-Raghīb menjelaskan bahwa kata al-fasr dan al-safr adalah dua

kata yang berdekatan makna dan lafaẓnya. Kata al-fasr digunakan untuk

(menunjukkan arti), menampakkan (menẓahirkan) makna yang abstrak dengan

penalaran. Adapun kata al-safr digunakan untuk menampakkan sesuatu yang

konkret, tetapi tersembunyi melalui penglihatan secara kasat mata (indrawi).”13

Abū Ḥayyān mendefinisikan tafsīr, dikutip dari Manna Al-Qaṭṭan, yaitu “Ilmu

yang membahas tentang cara pengucapan lafaẓ-lafaẓ al-Qur‟ān, indikator-

indikatornya, masalah hukum-hukumnya baik yang independen maupun yang

berkaitan dengan yang lain, serta tentang makna-maknanya yang berkaitan dengan

kondisi struktur lafaẓ yang melengkapinya.” Abū Ḥayyān menjelaskan unsur-unsur

definisi tersebut sebagai berikut:

- Ilmu: kata jenis yang meliputi segala macam ilmu.

11

Manna Al-Qaṭṭan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`ān (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.

408. 12

Manna Al-Qaṭṭan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`ān, h. 408. 13

Rosihon Anwar, Ilmu Tafsīr (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 15.

Page 36: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

19

- Membahas cara mengucapkan lafaẓ-lafaẓ al-Qur‟an: mengacu pada ilmu

qirā‟at.

- Indikator-indikatornya: pengertian-pengertian yang ditunjukkan oleh lafaẓ-lafaẓ

itu. Mengacu pada ilmu bahasa yang diperlukan dalam ilmu (tafsīr).

- Hukum-hukumnya baik yang independen maupun yang berkaitan dengan yang

lain: meliputi ilmu ṣaraf, ilmu i„rāb, ilmu bayān, dan ilmu bādi‟.

- Makna-maknanya yang berkaitan dengan kondisi struktur lafaẓ yang

melengkapinya: meliputi pengertiannya yang hakiki dan majaz (Suatu struktur

kalimat terkadang menurut lahirnya menghendaki suatu makna tertentu tetapi

terdapat penghalang, sehingga susunan kalimat tersebut mesti dibawa ke makna

yang bukan lahir).

- Hal-hal yang melengkapinya: mencakup pengetahuan tentang nasakh, asbāb

al-nuzul, kisah-kisah dan lain sebagainya.14

Menurut Al-Zarkasyī, yang dikutip dari Manna Al-Qaṭṭan, “Tafsīr adalah ilmu

untuk memahami Kitābullah (al-Qur‟ān) yang diturunkan kepada Nabi Muḥammad,

menerangkan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmah-

hikmahnya.”15

Menurut Al-Jazāiri dalam Kitāb Aysār Al-Tafāsir, yang dikutip dari Manna

Al-Qaṭṭan, “Tafsīr adalah uraian yang menjelaskan firman Allah SWT agar dipahami

maksudnya sehingga segala perintah dan larangannya dipatuhi, hidayah dan

petunjuk-Nya diambil serta informasinya dari kisah-kisah yang dapat dijadikan

pelajaran.”16

Pengertian tafsīr pada dasarnya tidak terlepas dari kandungan makna

menjelaskan, menerangkan, memerinci suatu kata yang masih dianggap sulit. Tafsīr

juga berarti melahirkan, mengungkapkan serta menampakkan makna sesuatu yang

masih belum terungkap dengan jelas.17

Kesimpulannya adalah tafsīr merupakan

14

Manna Al-Qaṭṭan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`ān (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.

407. 15

Manna Al-Qaṭṭan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`ān, h. 407. 16

Rosihon Anwar, Ilmu Tafsīr (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 16. 17

Rosihon Anwar, Ilmu Tafsīr, h. 15.

Page 37: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

20

respon manusia dengan menggunakan daya nalarnya untuk menyingkapkan nilai-nilai

samawi atau pesan-pesan ilāhi yang terdapat dalam al-Qur‟ān.18

18

Rosihon Anwar, Ilmu Tafsīr, h. 16.

Page 38: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

21

BAB III

MASJID JĀMIʻ AL-MUḤTAROM:

PROFIL DAN PROGRAM KEGIATAN

Penulis menguraikan tentang profil Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom dan

program kegiatan masjid. Profil Masjid Jāmi„ Al-Muhtarom dibahas guna

mengetahui gambaran umum atau sejarah masjid, struktur kepengurusan masjid,

dan jumlah jamā„ah. Masjid Jāmi„ Al-Muhtarom merupakan salah satu lembaga

yang ada di masyarakat yang mengadakan praktik sosial, kemudian penulis

menguraikan profil jamā„ah sebagai bentuk perwakilan dari masyarakat. Terakhir

penulis menjelaskan tentang program kegiatan masjid yang salah satunya yaitu

kegiatan pelaksanaan pengajian tafsīr Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom, hal tersebut

dibahas untuk melihat sejauh mana pelaksanaan tersebut sehingga dapat

memunculkan respon dari jamā„ah.

A. Profil Masjid Jāmiʻ Al-Muḥtarom

Poin-poin dalam sub bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Masjid

Jāmi„ Al-Muḥtarom, program kegiatan Masjid, struktur kepengurusan Masjid,

Susunan petugas imam rawatib dan azan, dan jumlah jamā„ah yang mengikuti

pengajian dan salat berjamaah. Berikut penjelasan setiap poinnya:

1. Gambaran Umum Masjid Jāmiʻ Al-Muḥtarom

Berawal dari bangunan madrasah diniyyah sekaligus musholla yang

merupakan tanah wakaf seluas ½ bagian rumah dari Alm. Bapak Sulaymān yang

berukuran ± 110 m2, terletak di Lorong Fort Timur No. 75 RT 002 RW 010, pada

tahun 1950. Penggagas pertama berdirinya musholla saat itu adalah Alm. Bapak

Sulaymān, Alm. Bapak Sana (saksi Alm. Bapak Maddasan, dan Alm. Bapak

Sobari (saksi Alm. Bapak Ḥ. Sidik). Seiring dengan jumlah jamāʻah yang

bertambah, pengurus musholla membeli rumah Alm. Bapak Sulaymān seluas

± 130 m2. Luas musholla tersebut menjadi ± 240 m

2. Mushola tersebut diberi

nama Mushola Al-Muḥtarom. Seiring dengan jumlah jamāʻah yang semakin

meningkat, pengurus musholla ingin mendirikan sebuah masjid dengan membeli

rumah Alm. Bapak Sahid seluas ± 240 m2 yang terletak di Lorong Fort Timur No.

Page 39: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

22

77 RT 002 RW 010 sebelah kanan Mushola Al-Muḥtarom yang kemudian diberi

nama Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom. Masjid tersebut berdiri pada tahun 1958, yang

digagas oleh Alm. Bapak Sobari, Alm. Dt. Husen, Alm. KH. Ḥanān (Muʻallim

ʻAbdul Ḥanān), Alm. KḤ. ʻAbdul Ghoffār (Muʻallim Ghoffār), Alm. Engkon

Kaiin.1 Berikut gambar denah musholla dan denah musholla menjadi masjid:

Gambar 3.1 Denah Awal Mushola Al-Muḥtarom

Gambar 3.2 Mushola menjadi Masjid

1 Dokumen Pribadi RM. Djauhari, selaku pengurus Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom.

Rumah Alm.

Bapak Sahid No.

77 seluas ± 240

m2

MASJID JĀMI„ AL-MUḤTAROM

Lorong Fort Timur No. 75, RT 002 RW 010,

Koja Jakarta Utara

Seluas ± 480 m2

Mushola

Al-Muḥtarom No.

75 seluas ± 240

m2

Mushola

Al-Muḥtarom No.

75 seluas ± 240

m2

Mushola No. 75

seluas ± 110 m2

Rumah Alm.

Bapak Sulaymān

No. 75 seluas ±

130 m2

Page 40: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

23

Masjid Jāmiʻ Al-Muḥtarom mengalami regenerasi Taʼmîr (pengurus)

Masjid yaitu Alm. Bapak Sobari, Alm. Bapak Sahid, Alm. Muʻallim ʻAbdul

Ghoffār, Alm. Bapak Ḥ. Mattali, Alm. Bapak Ḥ. M. Entong Usman, Alm. Bapak

Ḥ. Sulaimana, Bapak Ḥ. Asmali, dan Bapak Ḥ. Eddy Bunyamin. Masjid Jāmi„

Al-Muḥtarom mengalami renovasi total pada tahun 1985, yang pada saat itu

dipimpin oleh Alm. Bapak Ḥ. M. Entong dan digagas oleh Alm. Bapak Ḥ. M.

Chaeruddin, Alm. Bapak Ḥ. M. Ḥattā, Alm. Bapak Ḥ. Muchlar, Alm. Bapak Ḥ.

Munir, Alm. KḤ. Māhin (Chaerul Chitam), dan KḤ. Maʻrūf Āmīn.2

Masjid Jāmiʻ Al-Muḥtarom telah memiliki sertifikat tanah wakaf tahun

1991 dengan luas tanah 497 m2, atas nama wākif dan nāẓir Alm. Bapak Ḥ.

Sulaymān, yang beralamat Jalan Lorong Fort Timur Nomor 75-77 RT. 002 RW.

010, Kelurahan Koja, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.3 Lingkungan RW. 010

hanya memiliki satu masjid yaitu Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom dan satu mushola

yaitu Mushola Al-Maghfirah.4

Masjid Jāmi„ Al-Muhtarom masjid tertua kedua di Kecamatan Koja, Jakarta

Utara,5 mampu menampung 400 jamā„ah.

6 Masjid ini telah meraih tiga

penghargaan yaitu Juara II Lomba Kebersihan dan Keindahan Lingkungan Masjid

dalam Rangka HUT Kota Jakarta Tahun 1993 Tingkat Kecamatan Koja, Juara III

Lomba Kebersihan dan Keindahan Lingkungan antar Masjid se-Kecamatan Koja

Tahun 1994 dan Juara IV Lomba Bināul Masjid Tingkat Kota Administrasi

Jakarta Utara Tahun 2014.7

2 Wawancara dan Data Pribadi dengan RM. Djauhari, Jakarta, 09 Oktober 2018.

3 Dokumen Pribadi Masjid Jāmiʻ Al-Muḥtarom, Jakarta Utara.

4 Wawancara dengan Rachmat, Jakarta, 09 Oktober 2018.

5 Wawancara dan Data Pribadi dengan RM. Djauhari, Jakarta, 09 Oktober 2018.

6 Wawancara dengan M. Ridwan Nawawi, Jakarta, 09 Oktober 2018.

7 Dokumen Pribadi Masjid Jāmiʻ Al-Muḥtarom, Jakarta Utara.

Page 41: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

24

2. Struktur Kepengurusan Masjid Jāmiʻ Al-Muḥtarom8

Pembina : Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jakarta Utara

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta Utara

Penasihat : 1. KH. Rikza Maulana Lc, M. Ag

2. KH. Achmad Makmuri

3. KH. Hasan Kusnadi

4. KH. Achmad Rāfiʻi

5. KH. Ṭāhir ʻArifin Lc, M. Ag

6. KH. Achmad Rojali

7. H. M. Zainullah

8. H. Abdul Azis Sangka

9. H. Armaizal

10. H. Rohli

8 Dokumen Pribadi Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom, Jakarta Utara.

Page 42: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

25

Gambar 3.2 Bagan Struktur Organisasi Masjid Jāmiʻ Al-Muḥtarom

Ketua

H. Edy Bunyamin

Ketua I

Sekretaris

Nanung Yani, S.Pdi

unyamin

Wakil Sekretaris

Firdaus Amirullah

Bendahara Wakil Bendahara

H. Sunardi

Bidang-bidang Peribadatan

H. Sahid

Ketua II

H. Encep Bunyamin

H. Alimuddin Baso

Kepemudaan

1. M. Ridwan Nawawi

2. Mulyadi Assaini BA

3. M. Hidayat

4. Aon Nasihin

5. Taufik

Pembangunan

Humas

Perlengkapan

1. Syaiful Rahman

2. Ali Mumdin

3. Syamsul Rijal

4. Mardi

1. RM Djauhari

2. H. Murdif

1. Ahmad

2. Saeri

3. Sidik Firdaus

4. Wahid Hasyim

5. Nur Hasyim

6. Subur

7. Machmud

8. Achmad Sofyan

9. Oman Kohar

1. H. Ahmad Ansori

2. H. Japardi

3. Suherman

Page 43: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

26

3. Jamā‘ah

Berdasarkan hasil data wawancara dengan Bapak M. Ridwan Nawawi selaku

pengurus Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom bahwa diketahui jumlah jamā„ah yang salat dan

mengikuti pengajian tafsīr tidaklah menentu.9 Berikut penulis akan melampirkan

tabel jumlah jamā„ah pengajian tafsīr dan jumlah jamā„ah shalat fardhu:

Tabel 3.3 Jumlah Jamā„ah Pengajian Tafsīr Pengajian

Kategori Laki-laki Perempuan Jumlah

Anak-anak 10 orang - 10 orang

Dewasa 5 orang - 5 orang

Ibu-ibu - - -

Bapak-bapak 15 orang - 15 orang

Berdasarkan tabel 3.3 di atas, dapat diketahui bahwa tidak adanya jamā„ah

perempuan baik itu kategori anak-anak, dewasa maupun ibu-ibu hanyalah jamā„ah

laki-laki dari kategori anak-anak, dewasa maupun bapak-bapak, yang mengikuti

pengajian tafsīr dan mayoritas jamā„ah yang mengikuti pengajian tafsīr adalah

kategori bapak-bapak.

Tabel 3.4 Jumlah Jamā„ah Ṣalat Ṣubḥ Ṣalat Ṣubḥ

Kategori Laki-laki Perempuan Jumlah

Anak-anak 18 orang 2 orang 20 orang

Dewasa 10 orang - 10 orang

Ibu-ibu - 5 orang 5 orang

Bapak-bapak 50 orang - 50 0rang

Berdasarkan tabel 3.4 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat jamā„ah

perempuan baik itu kategori anak-anak, dewasa maupun ibu-ibu yang mengikuti

ṣalat Ṣubh berjamā„ah dan terdapat jamā„ah laki-laki baik itu kategori anak-anak,

dewasa maupun bapak-bapak. Mayoritas jamā„ah yang mengikuti ṣalat subuh

pengajian tafsīr adalah jamā„ah laki-laki, dan kategori bapak-bapak.

Tabel 3.5 Jumlah Jamā„ah Ṣalat Ẓuhr Ṣalat Ẓuhr

Kategori Laki-laki Perempuan Jumlah

Anak-anak 25 orang 15 orang 40 orang

Dewasa 5 orang - 5 orang

Ibu-ibu - 2 orang 2 orang

Bapak-bapak 25 orang - 25 orang

9 Wawancara dengan M. Ridwan Nawawi, Jakarta, 09 Oktober 2018.

Page 44: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

27

Tabel 3.5 di atas menunjukkan adanya peningkatan jumlah jamā„ah salat

Ẓuhr dengan jamā„ah salat Ṣubh. Adanya peningkatan tersebut dikarenakan siswa

dan siswi sekolah dasar yang ikut salat berjamā„ah di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom.

Berdasarkan observasi dan wawancara penulis dengan Dapat diketahui jika hari

sekolah jumlah jamā„ah Ṣalat Ẓuhr lebih banyak dibanding salat „Asr dikarenakan

anak-anak sekolah dasar ikut salat berjamaah di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom. Jika

bukan hari sekolah, jumlah jamā„ah Ṣalat Ẓuhr tidak jauh berbeda dengan jumlah

jamā„ah salat „Aṣr.

Tabel 3.6 Jumlah Jamā„ah Ṣalat „Aṣr Ṣalat ‘Aṣr

Kategori Laki-laki Perempuan Jumlah

Anak-anak 10 orang - 10 orang

Dewasa 5 orang - 5 orang

Ibu-ibu - - -

Bapak-bapak 25 orang - 25 orang

Berdasarkan tabel 3.6 di atas, dapat diketahui bahwa tidak adanya jamā„ah

perempuan baik itu kategori anak-anak, dewasa maupun ibu-ibu yang mengikuti

ṣalat „Aṣr berjamā„ah hanyalah jamā„ah laki-laki dari kategori anak-anak, dewasa

maupun bapak-bapak dan mayoritas jamā„ah merupakan kategori bapak-bapak.

Tabel 3.7 Jumlah Jamā„ah Ṣalat Maghrib Ṣalat Maghrib

Kategori Laki-laki Perempuan Jumlah

Anak-anak 15 orang 10 orang 25 orang

Dewasa 7 orang 3 orang 10 orang

Ibu-ibu - 5 orang 5 orang

Bapak-bapak 55 orang - 55 orang

Berdasarkan tabel 3.7 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat jamā„ah

perempuan baik itu kategori anak-anak, dewasa maupun ibu-ibu yang mengikuti

ṣalat Maghrib berjamā„ah dan terdapat jamā„ah laki-laki dari kategori anak-anak,

dewasa maupun bapak-bapak yang mengikuti ṣalat Maghrib berjamā„ah.

Mayoritas jamā„ah yang mengikuti ṣalat Maghrib berjamā„ah merupakan kategori

bapak-bapak.

Tabel 3.8 Jumlah Jamā„ah Ṣalat „Isyā‟ Ṣalat ‘Isyā’

Kategori Laki-laki Perempuan Jumlah

Anak-anak 13 orang 7 orang 20 orang

Dewasa 8 orang 2 orang 10 orang

Ibu-ibu - 5 orang 5 orang

Bapak-bapak 50 orang - 50 orang

Page 45: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

28

Berdasarkan tabel 3.7 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat jamā„ah

perempuan baik itu kategori anak-anak, dewasa maupun ibu-ibu yang mengikuti

ṣalat Maghrib berjamā„ah dan terdapat jamā„ah laki-laki dari kategori anak-anak,

dewasa maupun bapak-bapak yang mengikuti ṣalat Maghrib berjamā„ah.

Mayoritas jamā„ah yang mengikuti ṣalat Maghrib berjamā„ah merupakan kategori

bapak-bapak.

Kesimpulan dari tabel-tabel di atas adalah bahwa jamā„ah laki-laki dari

kategori anak-anak, dewasa maupun bapak-bapak lebih dominan mengikuti

pengajian tafsīr dan ṣalat berjamā„ah lima waktu dibandingkan jamā„ah

perempuan dari kategori anak-anak, dewasa maupun ibu-ibu.

B. Program Kegiatan

1. Susunan Petugas Imām Rawātib dan Muadzin

Berdasarkan hasil observasi penulis, penulis mendapatkan data berupa

susunan petugas imam salat rawātib dan muadzin Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom.

Berikut ini merupakan tabel petugas imam salat rawātib dan muadzin Masjid

Jāmi„ Al-Muḥtarom.

Tabel 3.1 Petugas Imām Rawātib Subuh Zuhur Ashar Maghrib Isya

M. Hidayat Saeri Mulyadi Assaini M. Ridwan Nawawi Nanung Yani S.Pdi

Berdasarkan tabel 3.1 di atas, diketahui bahwa yang memimpin ṣalat Ṣubh

berjamā„ah adalah Bapak M. Hidayat; Memimpin ṣalat Ẓuhr berjamā„ah adalah

Bapak Saeri; Memimpin ṣalat„Āṣr berjamā„ah adalah Bapak Mulyadi Assaini;

Memimpin ṣalat Maghrib berjamā„ah adalah Bapak M. Ridwan Nawawi; dan

yang mempimpin ṣalat „Isyā‟ berjamā„ah adalah Bapak Nanung Yani.

Tabel 3.2 Petugas Muadzin Subuh Zuhur Ashar Maghrib Isya

- Aon Nasihin

- M. Hidayat

- M. Hidayat

- Saeri

- Saeri

- M. Hidayat

- Achmad Sofyan

- M. Hidayat

- Taufik

- M. Hidayat

Berdasarkan tabel 3.2 di atas, diketahui bahwa yang mengumandangkan

azan Ṣubh adalah Bapak Aon Nasihin dan M. Hidayat; Mengumandangkan azan

Ẓuhr adalah Bapak M. Hidayat dan Bapak Saeri; Mengumandangkan azan „Āṣr

adalah Bapak Saeri dan Bapak M. Hidayat; Mengumandangkan azan Maghrib

Page 46: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

29

adalah Bapak Achmad Sofyan dan Bapak M. Hidayat; dan yang

mengumandangkan azan „Isyā‟ adalah Bapak Taufik dan M. Hidayat. Dapat

diketahui juga bahwa muadzin yang lebih dominan mengumandangkan azan

adalah Bapak M. Hidayat.

2. Program Kegiatan Masjid Jāmiʻ Al-Muḥtarom10

Berdasarkan hasil data yang penulis peroleh, penulis mendapat informasi

mengenai program kegiatan masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom yang meliputi

pelaksanaan ibadah maḥḍoh, kegiatan berbagai pengajian, kegiatan di Bulan

Ramadhan, dan kegiatan peringatan Hari Besar. Berikut ini merupakan penjelasan

program kegiatan tersebut:

1. Pelaksanaan Ibadah Maḥḍoh adalah aktivitas atau perbuatan yang sudah

ditentukan syarat dan rukunnya yang meliputi Ṣalat lima waktu berjamāʻah

yang dipimpin oleh petugas imām rawātib Masjid Jāmiʻ Al-Muḥtarom dan

Ṣalat Jumʻat yang diikuti oleh masyarakat sekitar wilayah Masjid Jāmiʻ

Al-Muḥtarom dengan persentase kehadiran jamâʻah sekitar 400 orang.

2. Kajian Tafsīr setiap Aḥad baʻda Ṣalat Ṣubuḥ pekan kedua dan keempat oleh

Ustad Ashif Munawar.

3. Kajian Fiqḥ setiap Aḥad baʻda Ṣalat Ṣubuḥ pekan pertama dan ketiga oleh

Ustad Syaiful Raḥmân.

4. Kajian Ḥadīts setiap Sabtu baʻda Ṣalat Ṣubuḥ pekan kedua dan keempat

oleh Ustad Suryana.

5. Kajian Ḥadīts setiap Sabtu baʻda Ṣalat Ṣubuḥ pekan pertama dan ketiga oleh

ustad yang berbeda-beda.

6. Pengajian malam Selasa pekan pertama oleh Ustad Kusnadi, pekan kedua

oleh Ustad Rāfiʻi, pekan ketiga oleh KḤ. Ibnu Abidin, pekan keempat oleh

Ustad Jaelani, Pekan kelima oleh Drs. Rojali.

7. Menghidupkan Bulan Ramadhan dengan berbagai ʻamaliyyah diantaranya:

Salat Tarāwīḥ berjamaah dengan membaca Surat Al-Ḍuḥā hingga Surat

Al-Nās, ceramah Tarāwīḥ, dan mengadakan Zakat Fiṭrah.

10

Wawancara dan Data Pribadi dengan M. Ridwan Nawawi, Jakarta, 09 Oktober 2018.

Page 47: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

30

8. Peringatan Hari Besar; Mawlīd Nabi Muḥammad ṣallallāhu ʻalayhi

wasallam, Tahun Baru Ḥijriyyah, Israʼ Miʻrāj, Hari Raya Idul Fitri dan Idul

Adha.

3. Sejarah Singkat Pengajian Tafsīr

Berikut ini merupakan beberapa orang yang mengetahui sejarah singkat

pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom, yaitu:

1) Ustad Ashif Munawar selaku ustad pemateri mengatakan bahwa “Pengajian

ini dulu pada dasarnya bertujuan ingin memakmurkan masjid. Pengajian ini

telah ada sejak kurang lebih 4-5 tahun yang lalu diawali pada Bulan Syawal.

Khusus untuk pengajian tafsir diadakan atas inisiatif dari Bapak Rachmat

dan Ustad Ridwan yang ingin mengadakan pengajian tafsīr di pagi hari.”11

2) Bapak Rachmat selaku jamā„ah masjid mengatakan bahwa,

“Pengajian tafsīr ini awalnya bersifat umum kemudian beberapa jamā„ah

mengusulkan ada semacam pembagiannya. Minggu yang pertama untuk

pembahasan fiqḥ dan minggu yang kedua untuk pembahasan tafsīr

al-Qur‟ān dengan penjabarannya, selang-seling kegiatannya sehingga

masyarakat mendapatkan ilmu yang berbeda setiap minggunya. Pengajian

ini telah dimulai kalau tidak salah sejak 3 atau 4 tahun yang lalu.”12

3) Bapak M. Ridwan Nawawi selaku pengurus masjid mengatakan bahwa,

“Pengajian tafsīr telah diadakan sepanjang kepengurusan Pak Ḥ. Edy selaku

ketua masjid. Pengajian tafsīr ini diadakan agar para jamā„ah mengerti

tentang kandungan surat dalam al-Qur‟ān. Adanya pengajian ini atas dasar

usulan para jamā„ah dan pengurus. Salah satunya saya sendiri yang

mengusulkan pengajian tersebut.”13

Kesimpulannya adalah pengajian tafsīr dilaksanakan setiap Aḥad pagi pekan

kedua dan keempat, telah diadakan sepanjang kepengurusan Bapak H. Edy

Bunyamin (Ketua Masjid), diawali pada bulan Syawal 4-5 tahun yang lalu.

Pengajian ini awalnya bersifat umum kemudian Bapak Rachmat dan Ustad

Ridwan mengusulkan untuk adanya macam-macam pengajian, salah satunya

pengajian mengenai tafsīr agar jamā„ah mendapatkan ilmu yang berbeda-beda

setiap minggunya. Pengajian ini pada dasarnya bertujuan ingin memakmurkan

11

Wawancara dengan Ustad Ashif Munawwar, Jakarta, 26 Agustus 2018. 12

Wawancara dengan Bapak Rachmat, Jakarta, 04 September 2018. 13

Wawancara dengan Bapak M. Ridwan Nawawi, Jakarta, 01 September 2018.

Page 48: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

31

masjid, sekaligus ditujukan kepada jamaah agar mengerti tentang kandungan atau

makna pada tiap surat dalam al Qur‟ān.

4. Materi Pengajian Tafsīr

Ustad Ashif Munawar menjelaskan materi pengajian tafsir berdasarkan

urutan mushaf al-Qur‟ān. Adapun sumber yang digunakan dalam menyampaikan

materi adalah Kitāb Jalālayn sebagai bahan utama untuk dikaji. Adapun kitab lain

yang menjadi tambahan materi pengajian tafsīr adalah Kitāb Aysārut Tafsīr dan

Kitāb Ṣofwatut Tafāsir.14

5. Pelaksanaan Pengajian Tafsīr

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pengajian tafsīr Aḥad pagi pekan

kedua dan keempat ini diawali dengan pembukaan pengajian oleh pengurus

masjid kemudian diserahkan kepada pemateri yaitu Ustad Ashif Munawar.

Berikut adalah urutan acara pengajian setiap aḥad pagi pekan kedua dan keempat,

yaitu:

- Pembukaan

- Pembacaan ayat suci al-Qur‟ān oleh ustad yang diikuti oleh jamaah

- Pengajian Kitāb Jalālayn

- Kesimpulan Pengajian Kitāb Jalālayn

- Doa

- Penutup

Proses pelaksanaan pengajian tafsir dimulai setelah salat subuh berjamaah

sekitar 30-45 menitan dengan menjelaskan 2-3 ayat setiap pertemuannya. Proses

pengajian tafsīr dilakukan dengan sang ustad duduk menghadap meja kecil dan

para jamā„ah duduk secara menyebar. Ustad Ashif membaca kitāb terlebih dahulu

kemudian mengartikannya serta menjabarkannya.

6. Gambaran Umum Jamaah Pengajian Tafsīr

Berdasarkan tabel 3.3, jumlah jamā„ah yang mengikuti pengajian tafsīr rata-

rata 25-30 orang. Jumlah tersebut berbeda jauh dengan jumlah jamā„ah ṣalat

14

Wawancara dengan Ustad Ashif Munawwar, Jakarta, 26 Agustus 2018.

Page 49: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

32

ṣubuḥ yaitu kurang lebih 90 orang. Penulis hanya memilih 17 orang yang menjadi

responden karena penulis mengambil dari jamaah yang dewasa dan bapak-bapak.

Tabel 3.9 Profil Jamā„ah Pengajian Tafsīr

No In15

JK16

Usia Latar. Pendidikan Pekerjaan

1 AH L 55 STM DKM

2 AR L 26 SMA Karyawan

3 EN L 27 SMA Buruh

4 ER L 29 SMA Pedagang

5 H. AB L 68 D4 Pensiun

6 H. EB L 60 STM DKM

7 H. MH L 60 STM Pensiun

8 H. SD L 58 SMP Pedagang

9 JF L 59 SD Pedagang

10 KH L 24 SMA Pedagang

11 MD L 58 STM Pedagang

12 MF L 25 SMA Karyawan

13 M. RD L 63 SMA DKM

14 NN L 52 S1 DKM

15 RC L 53 S1 Pedagang

16 ST L 58 S1 Karyawan

17 SO L 74 SMP Wiraswasta

Berdasarkan tabel 3.9 di atas dapat diketahui jenis kelamin, rata-rata usia,

latar belakang pendidikan, rata-rata pekerjaan 17 jamā„ah yang menjadi responden

penulis. Berikut penjelasanya:

a. Jenis Kelamin

Berdasarkan data jamā„ah yang penulis dapat 17 jamaah berjenis kelamin

laki-laki.

b. Rata-rata Usia

Data rata-rata usia jamā„ah, penulis kategorikan menjadi tiga kategori yaitu

usia dewasa 23-29 tahun, usia bapak-bapak 52-58 tahun, dan usia sudah tua 59

tahun keatas. Berdasarkan tabel data tersebut, usia dewasa sejumlah 5 jamaah,

usia bapak-bapak sejumlah 6 jamaah dan usia sudah tua sejumlah 6 jamaah.

c. Latar belakang Pendidikan

Berdasarkan data jamaah yang penulis dapat, penulis mengkategorikan dari

17 jamaah dengan 4 kategori yaitu SD, SMP/sederajat, SMA/sederajat, Sarjana.

SD sejumlah 1 jamaah, SMP/sederajat sejumlah 2 orang, SMA/sederajat sejumlah

15

IN adalah inisial. 16

JK adalah Jenis Kelamin.

Page 50: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

33

10 jamaah dan Sarjana sejumlah 4 jamaah. Rata-rata pendidikan jamaah yaitu

SMA/sederajat.

d. Rata-rata Pekerjaan

Berdasarkan data profil jamaah yang penulis dapat, rata-rata jamaah

memiliki pekerjaan sebagai pedagang.

Page 51: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

34

BAB IV

PRAKTIK PENGAJIAN TAFSĪR

Penulis menguraikan tentang praktik pengajian tafsīr dan respon jamā„ah atas

pengajian tafsīr. Berdasarkan praktik tersebut penulis menguraikan tentang proses

dan materi pengajian tafsīr karena setiap praktik suatu kegiatan pasti di dalamnya

terdapat sebuah proses, dan dari proses itulah timbul sebuah respon jamā„ah. Respon

jamā„ah menjadi penting untuk mengetahui sejauh mana jamā„ah merespon atas

pengajian tafsīr yang telah mereka ikuti dan.

A. Pengajian Tafsīr sebagai Praktik Sosial

1. Agensi

Sebagaimana pembahasan pada praktik pengajian tafsīr al-Qur‟ān di bab 2, bahwa

agensi dari pengajian tafsīr al-Qur‟ān di Masjid Jāmi„ Al-Muhtarom adalah ustad

Ashif Munawar, bapak-bapak, remaja, dan anak-anak. Adanya interaksi antar agensi

tersebut dikarenakan adanya struktur (alasan) yang membentuk pola interaksi yang

bersifat tidak mengikat atau mengekang. Hubungan agensi dan struktur adalah

dualitas. Dualitas itu terjadi dalam praktik sosial yang terpola dalam lintas ruang dan

waktu. Agen memiliki kemampuan menciptakan perbedaan di dunia sosial.1

2. Proses dan Materi Pengajian

Penulis melakukan penelitian selama tiga kali pengajian. Materi pengajian

Ahad pagi pekan kedua dan keempat tersebut menggunakan Kitāb Tafsīr Jalālayn

dan Kitāb Aysārut Tafāsir. Materi-materi yang dibahas saat penulis meneliti yaitu

surat al-Baqarah ayat 285-286 pada tanggal 26 Agustus 2018, surat Āli „Imrān ayat 1-

2 pada tanggal 9 September 2018, dan surat Āli „Imrān ayat 3-4 pada tanggal 23

September 2018. Surat al-Baqarah ayat 285-286 menjelaskan tentang keimanan

Rasūlullāh dan orang mukmin terhadap al-Qur‟ān dan tentang doa memohon

keselamatan. Surat Āli „Imrān ayat 1-2 menjelaskan tentang penegasan bahwa tidak

1 Mohammad Adib, “Agen dan Struktur dalam Pandangan Pierre Bourdieu,” Biokultur, vol 1,

no. 2 (Juli-Desember 2012): h. 107.

Page 52: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

35

ada tuhan yang berhak disembah selain Allah Ta„ālā. Surat Āli „Imrān ayat 3-4

menjelaskan tentang turunnya al-Qur‟ān untuk membenarkan kitab Taurat dan Injil

dan sebagai pembeda antara yang haq dan yang bathil. Berikut penulis akan

melampirkan tiga kali proses pengajian yang telah penulis ikuti.

1. Pengajian Pertama yang dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 2018. Berikut ini

merupakan penjelasan mengenai proses pengajian dan materi pengajian pada

tanggal tersebut:

a. Proses Pengajian

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pengajian dimulai sekitar pukul

05.02 dengan diawali pembukaan oleh pengurus masjid setelah salat subuh

berjamā„ah. Tanda akan mulainya pengajian yaitu tidak adanya doa setelah salat

subuh berjamā„ah hanya zikir saja. Berikut tahap-tahap yang dilakukan dalam

pengajian yaitu Tahap pertama, melakukan pembukaan dengan mengucapkan

salam yang dipimpin oleh pengurus masjid; Tahap kedua, pembukaan oleh ustad

yang berisi salam ta„ẓim (penghormatan) kepada para pengurus masjid, para

sesepuh dan lain-lain kemudian ucapan syukur kepada Allah Ta„ālā; Tahap ketiga,

ustad mulai membacakan potongan ayat perayat sambil jamā„ah mengikuti; Tahap

keempat, ustad mulai membahas dan mengartikan ayat-ayat tersebut serta

memberikan beberapa contoh; Tahap kelima, ustad memberikan kesimpulan dari

penjelasannya; Tahap keenam, penutupan pengajian dengan diiringi doa yang

dipimpin oleh ustad; Tahap terakhir, penutupan dari pengurus masjid kemudian

saling bersalaman antara ustad dan para jamā„ah. Pengajian berlangsung selama

± 40 menit dan kitab yang digunakan adalah kitāb Tafsīr Jalālayn dan Aysārut

Tafāsir.

Pengajian dipimpin oleh Ustad Ashif Munawar. Pengajian dihadiri oleh 34

jamā„ah yang terbagi menjadi anak-anak (laki-laki) 8 orang, remaja (laki-laki) 4

orang, bapak-bapak 22 orang. Jamā„ah duduk secara menyebar sesuai

keinginannya masing-masing. Penulis melihat beberapa dari jamā„ah anak-anak

dan bapak-bapak mengantuk di tengah-tengah waktu pengajian berlangsung.

Beberapa jamā„ah yang lain memberikan respon yang cukup baik dengan fokus

Page 53: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

36

memerhatikan ustad dalam menjelaskan materi. Penulis tidak menemukan adanya

jamā„ah yang bertanya selama pengajian berlangsung.2

b. Materi Pengajian QS. Al-Baqarah/2: 285-286 yang meliputi teks ayat dan

terjemahan serta pembahasan ayat tersebut.

- Teks Ayat dan Terjemahan

تهۦئك

ومل

ل ءامن بٱلل

كؤمىىن

هۦ وٱل ب

يه من زهزل إل

أشىل بما تبهۦ ءامن ٱلس

وك

يك وزشل ىا وإل ك زب

فساه

غعىا

ط شمعىا وأ

ىاالشلهۦ وك ن ز حد م

فسق بين أ

ه

هۦ ل

صير ٢٨٥ٱل

ىا ل زب

صبت

تيها ما ٱك

صبت وعل

ها ما ك

ل وشعها

فصا إل

ه

ٱلل

ف

ل يك

ل

إناهاخر

ؤرين ت

ى ٱل

تهۥ عل

ما حمل

إصسا ك

يىا

حمل عل

ت

ىا ول زب

اهأطخو أ

أصيىا

و

هت أىا وٱزحمىا

فس ل

ا وٱغ عى

ىا بهۦ وٱعف

لةاك ط

ىا ما ل

ل حم

ت

ىا ول زب

بلىا

من ك

ا ع ٱهصسه

ىا ف ى

فسين مىل

كلىم ٱل

ى ٱل

٢٨٦ل

(285) “Rasūl telah beriman kepada al-Qur‟ān yang diturunkan

kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.

Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-

Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): „Kami tidak membeda-

bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,‟

dan mereka mengatakan: „Kami dengar dan kami taat.‟ (Mereka berdoa):

„Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat

kembali.” (286) “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai

dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya. (Mereka berdoa): „Ya Tuhan kami, janganlah Engkau

hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah

Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau

bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah

Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.

Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah

Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS.

Al-Baqarah/2: 285-286)

- Pembahasan

Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Ḥāfiẓ bahwa Rasūlullāh membaca dua

ayat ini dengan diakhiri āmīn. Kata āmīn memang populer dibaca setelah surat

al-Fatiḥah, namun dalam surat ini dianjurkan pula membaca āmīn. “Orang yang

2 Observasi dan wawancara dengan Ustad Ashif Munawar pada tanggal 26 Agustus 2018.

Page 54: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

37

pada malam hari sehabis salat membaca surat al-Baqarah, ayat kursi dan dua

ayat terakhir surat al-Baqarah diakhiri dengan āmīn, maka Allah akan

mengampuni mereka pada malam itu dan dijauhkan dari godaan setan dan

marabahaya.” Seandainya ada orang yang mau meninggal lalu ditalbiyahkan

ayat tersebut, in sya Allah orang yang membaca itu akan diampuni dosanya.

Dua ayat terakhir tersebut dianjurkan untuk membiasakan membacanya.

“Āmanarrasūlu bimā unzila ilayhi mirrabbihī wal mu‟minūn” “Kullun

āmana billahi wa malāikatihī wa kutubihī wa rusulih” artinya Rasūlullāh dan

orang mukmin beriman terhadap apa yang telah diperintahkan kepadanya

berupa diturunkannya al-Qur‟ān. Mereka beriman dengan hal-hal yang gaib

contohnya siksa kubur, nikmat kubur dan lain-lain, Mereka meyakini dengan

seyakin-yakinnya sesuai dengan rukun īman. Kenapa tidak ada hari akhir pada

kalimat ayat tersebut? Karena akan diperkuat dengan hadīts yang berbunyi:

“Mankāna yu‟minu billāhi wal yawmil ākhir fal yukrim jārahu,” artinya

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka dia memuliakan

tetangganya.”

“Wa qālū sami„nā wa aṭa„nā” artinya kami beriman, kami meyakini dan

kami mengikuti setiap perintah dari Allah seperti salat, zakat, dan puasa.

Berkata “Iya-iya saja” tetapi tidak melaksanakannya yaitu “Sami„nā wa

„aṣaynā.” “Ghufrānaka rabbanā wa ilaykal maṣīr.” Ghufrānaka Rabbanā:

ampunan-MU lebih luas. Memohon ampunlah kepada Allah karena ampunan

Allah lebih luas. Wa Ilaykal Maṣīr: dan hanya kepada Allah kami kembali.

Kata al-Maṣīr sama dengan al-Marja„, al-Ma`wā yang artinya kembali. Bukan

berarti “Innā lillāhi wa innā ilayhi ṣāirūn,” tetapi “Innā lillāhi wa innā ilayhi

rāji„ūn” karena kata “Rāji„ūn” yang lebih populer.

“Lā yukallifullāhu nafsan illā wus„ahā,” artinya Allah tidak membebani

seseorang melainkan sesuai kemampuan mereka. Contohnya adalah sakit yang

Allah berikan sesuai dengan keadaan kita. Contoh lain yang lebih memudahkan

kita adalah zaman dulu ketika pakaian terkena terkena najis, maka harus

dipotong. Berbeda dengan zaman sekarang, yang apabila pakaian terkena najis,

cukup disucikan dengan cara dibersihkan tidak harus dipotong.

Page 55: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

38

“Lahā mā kasabat wa „alayhā maktasabat,” artinya ia akan mendapat

kenikmatan, kemanfaatan sesuai dengan ketaatannya. Apabila mengerjakan

kebaikan, maka akan mendapatkan kebaikan berupa pahala. Apabila

mengerjakan kejelekan, maka akan mendapatkan kejelekan berupa dosa. Apa

yang dikerjakan maka akan mendapatkan balasan sesuai amalannya.

Balasannya tidak akan dirasakan sekarang, namun akan dirasakan di akhirat

kelak.

“Rabbanā lā tuāḳidznā innasīnā aw aḳṭa‟nā,” artinya Ya Tuhan kami,

janganlah kau siksa kami ketika kami lupa dengan apa yang dilarang oleh-MU

dan kami salah. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa kita dan kita tidak

akan di siksa.

“Rabbanā wa lā taḥmil „alaynā isran kamā ḥamaltahū „alalladzīna

minqablinā,” artinya Ya Tuhan kami janganlah Engkau bebankan kepada kami

beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum

kami. Sebagaimana hadīts yang berbunyi, “Takwalah kamu sesuai

kemampuanmu.” Jika kita mengerjakan maksiat, jangan kasih tau orang lain,

langsung saja bertaubat, maka Allah akan mengampuni dosa kita. Oleh karena

itu, “Wa„fu „annā, waghfirlanā” artinya ampunilah kami. Kata “Wa„fu„annā”

dan “Waghfirlanā” memiliki arti yang sama, tetapi “Wa„fu„annā” lebih halus

katanya. “Warḥamnā,” artinya sayangilah kami. “Anta mawlānā,” artinya

Engkaulah Tuhan kami. “Fanṣurnā „alal qawmil kāfirīn,” artinya tolonglah

kami (Umat Islām) dari orang-orang kafir.

Rasūlullāh SAW mewanti-mewanti kepada kita jangan sampai tidak

membaca ayat kursi disertai dua ayat terakhir surat al-Baqarah. Dianjurkan

untuk membacanya malam-malam, sehabis salat dan ketika mau tidur dengan di

awali dengan bismillāh, in syā Allah tidurnya nyenyak tanpa di ganggu oleh

godaan setan.

Kesimpulan dari pengajian ini adalah 1. Beriman kepada al-Qur‟ān,

2. Wajibnya beriman kepada Rasūlullāh, 3. Wajibnya memohon ampunan

kepada Allah dari kelupaan dan kesalahan, tidak adanya siksaan bagi orang

Page 56: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

39

muslim, 4. Niat jelek tidak mendapat dosa, sedangkan niat baik akan mendapat

pahala.

2. Pengajian Kedua yang dilaksanakan pada tanggal 9 September 2018 dengan materi

QS. Āli „Imrān/3: 1-2. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai proses

pengajian, materi pengajian dan suasana pengajian pada tanggal tersebut:

a. Proses Pengajian

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pengajian dimulai sekitar pukul

05.04 dengan diawali pembukaan oleh pengurus masjid setelah salat subuh

berjamā„ah. Tanda akan mulainya pengajian yaitu tidak adanya doa setelah salat

subuh berjamā„ah hanya zikir saja. Tanda akan mulainya pengajian yaitu tidak

adanya doa setelah salat subuh berjamā„ah hanya zikir saja. Berikut tahap-tahap

yang dilakukan dalam pengajian yaitu Tahap pertama, melakukan pembukaan

dengan mengucapkan salam yang dipimpin oleh pengurus masjid; Tahap kedua,

pembukaan oleh ustad yang berisi salam ta„ẓim (penghormatan) kepada para

pengurus masjid, para sesepuh dan lain-lain kemudian ucapan syukur kepada

Allah Ta„ālā; Tahap ketiga, ustad mulai membacakan potongan ayat perayat

sambil jamā„ah mengikuti; Tahap keempat, ustad mulai membahas dan

mengartikan ayat-ayat tersebut serta memberikan beberapa contoh; Tahap kelima,

ustad memberikan kesimpulan dari penjelasannya; Tahap keenam, penutupan

pengajian dengan diiringi doa yang dipimpin oleh ustad; Tahap terakhir,

penutupan dari pengurus masjid kemudian saling bersalaman antara ustad dan para

jamā„ah. Pengajian berlangsung selama ± 30 menit dan kitab yang digunakan

adalah Kitāb Aysārut Tafāsir.

Pengajian dipimpin oleh Ustad Ashif Munawar. Pengajian dihadiri oleh 32

jamā„ah yang terbagi menjadi anak-anak (laki-laki) 6 orang, remaja (laki-laki) 5

orang, bapak-bapak 21 orang. Jamā„ah duduk secara menyebar sesuai

keinginannya masing-masing. Penulis melihat beberapa dari jamā„ah anak-anak

dan bapak-bapak mengantuk di tengah-tengah waktu pengajian berlangsung.

Beberapa jamā„ah yang lain memberikan respon yang cukup baik dengan fokus

Page 57: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

40

memerhatikan ustad dalam menjelaskan materi. Penulis tidak menemukan adanya

jamā„ah yang bertanya selama pengajian berlangsung.3

b. Materi Pengajian QS. Āli „Imrān/3: 1-2 yang meliputi teks ayat dan terjemahan

serta pembahasan ayat tersebut.

- Teks Ayat dan Terjemahan

م ىم ١ال لي

حي ٱل

هى ٱل

ه إل

إل ل

٢ ٱلل

(1)“Alif lām mīm” (2) “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)

melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-

Nya.” (QS. Āli „Imrān/3: 1-2)

- Pembahasan

“Alif Lām Mīm,” yang dijelaskan di awal-awal Surat Al-Baqarah.

Termasuk ayat-ayat mutasyabihat yang harus diimani oleh setiap makhluk yang

beriman. Surat-surat dalam al-Qur‟ān yang diawali dengan huruf-huruf model

seperti itu ada 29 surat, yang pertama surat al-Baqarah dan yang terakhir surat

nūn (al-Qalam). Mengenai makna ayat ini, umumnya jumhur ulama

mengatakan hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui tentang makna tersebut.

Tujuannya untuk menantang orang-orang yang sedang membaca atau

mendengar, kenapa Allah sampai membuka dengan “Alif Lām Mīm.”

“Allāhu lā ilāha illā huwal hayyul qoyyūm,” Dia-lah Allah, tidak ada

Tuhan selain Dia yang hidup dan berdiri dengan zatnya sendiri. Membuktikan

atau sebagai bukti bahwa ayat ini menunjukkan Allah SWT adalah satu-satunya

ilāh (Tuhan) yang harus disembah yang Maha Hidup dan Zat Yang Maha

Berdiri Sendiri. Demikian bisa dikatakan “Lā ilāha illā huwa,” yakni tidak ada

sesembahan yang wajib untuk diikuti kecuali Allah SWT. Makna “al-Hayyu”

sendiri yaitu yang memiliki kehidupan yang tetap tanpa perantara siapapun,

tanpa ketergantungan siapapun. Makna “al-Qayyūm,” yaitu yang senantiasa

terus tegap dengan zat-Nya sendiri dengan merawat atau menjaga setiap

makhluk-makhluk-Nya. Demikian, ayat ini memberikan pengertian bahwa

Allah-lah Zat Yang Maha Hidup, Allah-lah Zat Yang Maha Qayyūm, yang

3 Observasi dan wawancara dengan Ustad Ashif Munawar pada tanggal 9 September 2018.

Page 58: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

41

kehidupan Allah atau adanya Allah tanpa perantara siapa-siapa. Boleh dikata

kalimat “Allāhu lā ilāha illā huwal hayyul qoyyūm” hampir mirip dengan

kalimat “Wa ilāhukum ilāhu wāhīd,” dimana didalamnya itu sama-sama ada

ismul Allahul a„ẓom (nama Allah Yang Maha Besar). Kaitannya dengan kenapa

Allah harus memulai dengan asma Allah yang Agung ini? Yaitu memberikan

pengertian bahwa Allah akan menunjukkan makhluk-Nya khususnya umat

manusia sesungguhnya yang harus disembah itu Allah SWT. Kesimpulan dari

dua ayat tersebut adalah ketetapan sifat ketuhanan Allah SWT dengan berbagai

ayat pertanda dan meniadakan sifat ketuhanan selain Allah.

3. Pengajian Ketiga yang dilaksanakan pada tanggal 23 September 2018. Berikut ini

merupakan penjelasan mengenai proses pengajian, materi pengajian dan suasana

pengajian pada tanggal tersebut:

a. Proses Pengajian

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, pengajian dimulai pukul 05.03

dengan diawali pembukaan oleh pengurus masjid setelah salat subuh berjamā„ah.

Tanda akan mulainya pengajian yaitu tidak adanya doa setelah salat subuh

berjamā„ah hanya zikir saja. Pengajian dipimpin oleh Ustad Ashif Munawar.

Pengajian dihadiri oleh 35 jamā„ah yang terbagi menjadi anak-anak (laki-laki) 9

orang, remaja (laki-laki) 4 orang, bapak-bapak 22 orang. Jamā„ah duduk secara

menyebar sesuai keinginannya masing-masing. Penulis melihat beberapa dari

jamā„ah anak-anak dan bapak-bapak mengantuk di tengah-tengah waktu pengajian

berlangsung. Beberapa jamā„ah yang lain memberikan respon yang cukup baik

dengan fokus memerhatikan ustad dalam menjelaskan materi. Penulis menemukan

adanya jamā„ah yang bertanya. Pertanyaan tersebut disampaikan oleh RC yaitu

“Siapa nabi yang menerima Kitab Taurat dan Injil?.” Ustad menjawab, “Kitab

Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, sedangkan Kitab Injil diturunkan kepada

Nabi Isa. Ada salah satu kitab lagi yang belum disebutkan pada ayat tersebut yaitu

Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud.” Pengajian berlangsung selama

Page 59: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

42

± 35 menit. Kitab yang digunakan adalah Kitāb Aysārut Tafāsir. Selama 35 menit

tersebut, ada beberapa tahap yang dilakukan oleh ustad. Tahap pertama,

melakukan pembukaan dengan mengucapkan salam. Tahap kedua, ustad

membacakan potongan ayat perayat sambil jamā„ah mengikuti. Tahap ketiga,

melakukan pembahasan dengan mengartikan ayat-ayat tersebut dan memberikan

contoh. Tahap keempat, ustad memberikan kesimpulan. Tahap kelima, sesi tanya

jawab. Tahap keenam, pengajian ditutup dengan doa yang berakhir pada pukul

05.40, kemudian saling bersalaman antara ustad dan para jamā„ah.4

b. Materi Pengajian QS. Āli „Imrān/3: 3-4 yang meliputi teks ayat dan terjemahan

serta pembahasan ayat tersebut.

- Teks Ayat dan Terjemahan

هجيل

وٱلة ىز هزل ٱلت

ا بين يديه وأ

ا ل

ك حم مصد

ب بٱل

كت

يك ٱل

ل عل ز

من ٣ ه

ب فسوا

رين ك

إن ٱل

ان

فسك

هزل ٱل

اس وأ لى

بل هدي ل

ك

ديدشا ش د

هم عر

ل

ت ٱلل اي

عزيزش ذ

٤و ٱهتلام وٱلل

(3) “Dia menurunkan al-Kitāb (al-Qur‟ān) kepadamu dengan

sebenarnya; membenarkan kitāb yang telah diturunkan sebelumnya dan

menurunkan Taurat dan Injil.” (4) “Sebelum (al-Qur‟ān), menjadi

petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan al-Furqān. Sesungguhnya

orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa

yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).”

(QS. Āli „Imrān/3: 3-4)

- Pembahasan

“Nazzala „alaykal kitāba bil ḥaq muṣoddiqollimā bayna yadayhi,”

artinya yang telah menurunkan kepadamu kitab atau al-Qur‟ān. “Bil Ḥaq,”

dengan kebenaran. “Muṣoddiqon,” yang membenarkan apa yang ada pada diri

Rasūl SAW. “Wa anzalattawrāta wal injīl,” dan menurunkan juga Kitab

Taurat dan Injil. Artinya al-Qur‟ān diturunkan untuk membenarkan kitab-kitab

yang ada sebelumnya yaitu Kitab Taurat dan Injil.

Ayat ketiga ini menjelaskan bahwa Allah SWT telah menurunkan al-

Qur‟an kepada Rasūlullāh SAW yang tujuannya yaitu Muṣoddiqon

4 Observasi dan wawancara dengan Ustad Ashif Munawar pada tanggal 23 September 2018.

Page 60: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

43

(membenarkan) apa yang ada di dalam al-Qur‟ān itu sendiri dan sekaligus

membenarkan apa yang dibawa Baginda Rasūl SAW. Mempunyai pengertian

bahwa Allah mempunyai kitāb yang diturunkan kepada para nabi-nabi-Nya

antara lain yaitu Rasūlullāh SAW. Kitab Taurat dan Injil diturunkan sebelum

Nabi Muḥammad SAW dan kenapa al-Qur‟ān diturunkan belakangan bukan

diawal? Karena al-Qur‟ān adalah penutup dari segala firman Allah SWT. Tidak

ada lagi kitab-kitab Allah yang diturunkan, maka fungsinya al-Qur‟ān adalah

membenarkan apa yang ada pada dua kitab yang ada pada nabi-nabi sebelum

Rasūl SAW yaitu Kitab Taurat dan Injil. Kitab Taurat diturunkan kepada Kaum

Yahudi dan Kitab Injil diturunkan kepada Kaum Nasrani. Jama„ dari Taurat

yaitu Tawārin dan disebut Injil maknanya al-Aṣl yaitu pokok daripada ilmu-

ilmu dan hikmah. Injil terbagi menjadi empat yaitu Injil Yohana, Marqus, Luqo

dan Barnaba.

Kesimpulan ayat ketiga adalah bahwa Allah SWT benar-benar telah

menurunkan al-Kitāb atau al-Qur‟ān kepada Rasūlullāh SAW tujuannya

sebagai pembenaran terhadap kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-

nabi sebelumnya dan membenarkan apa yang telah dibawa oleh Baginda

Rasūlullāh SAW.

“Minqoblu Hudallinnāsi wa anzalal furqān.” Minqoblu Hudallinnās:

Kitab Taurat dan Injil yang telah diturunkan sebelum al-Qur‟an bertujuan

Hudallinnās: memberikan petunjuk kepada manusia. Bisa kembali untuk

ketiganya yaitu al-Qur‟ān, Taurat dan Injil yang tujuannya sama-sama

Hudallinnās. Apa bedanya Hudallinnās dan Hudallilmuttaqqīn? Hudallinnās

itu sekedar menginsafkan dia mengakui Islām sebagai suatu agama.

Hudallilmuttaqqīn itu menyadarkan bahwa manusia yang sudah beragama tadi

mau menjalankan konsekuensi dengan sebaik mungkin. Kalau bagi kita-kita ini

“Ihdinaṣṣirāṭalmustaqīm” yaitu “Wawāfiqnī,” yakni berilah pertolongan untuk

menjalankan agama, tetapi bagi yang kafir (non muslim) mendapatkan hidayah

artinya mendapatkan pertolongan untuk melaksanakan segala ajaran-ajaran

Islām.

Page 61: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

44

“Minqoblu Hudallinnās” hanya sekedar menginsafkan mereka agar

menyembah Allah SWT, selain Allah itu batal (bathil). “Ḥaq,” yaitu yang

didalamnya tidak ada unsur kebathilan. “Wa anzalal Furqān” dan telah

menurunkan al-Qur‟ān sebagai pembeda. Pembeda antara yang ḥaq dan yang

bathil. Wal hudā wa ḍalal: hal yang sebagai petunjuk dan menyesatkan. Wal

ghayyi wal rasyad: kegelapan dan petunjuk yang mengarahkan kepada

kebaikan. Mukjizat al-Qur‟ān yang paling besar adalah bisa membedakan

antara yang benar dan yang salah.

“Innalladzīna kafarū biāyātillāh lahum „adzābun syadīdun,” artinya

sesungguhnya orang-orang kafir atau orang-orang yang mengingkari ayat-ayat

Allah, mereka mendapatkan azab yang pedih. “Wallāhu „azīzun dzuntiqām,”

artinya Allah Maha Perkasa, menguasai segala sesuatu dan mempunyai balasan

siksaan yang berat terhadap orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah.

Ayat yang keempat ini menyimpulkan penjelasan bahwa Taurat dan Injil

diturunkan sebelum al-Qur‟ān, berfungsi Hudallinnās (memberikan petunjuk

kepada manusia) menguatkan bahwa al-Qur‟ān sebagai al-Furqān yaitu

membedakan yang ḥaq dan bathil.

B. Respon Jamā‘ah

Sub ini menjadi penting untuk mengetahui sejauh mana para jamā„ah merespon

atas pengajian yang telah mereka ikuti. Berikut respon jamā„ah berdasarkan hasil

wawancara langsung dengan beberapa poin sebagai berikut:

1. Rutinitas Jamā‘ah Mengikuti Pengajian Tafsīr

Berikut penulis sajikan tabel rutinitas jamā„ah dalam mengikuti pengajian tafsīr

berdasarkan Tabel 3.4 Profil Jamā„ah Pengajian Tafsīr, penulis mengkategorikan

rutinitas tersebut menjadi dua yaitu mereka yang rajin mengikut pengajian, dan

mereka yang tidak rajin mengikuti pengajian. Berikut tabel rutinitas mengikuti

pengajian tafsīr:

Page 62: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

45

Tabel 4.9 Rutinitas Mengikuti Pengajian Tafsīr

No Kategori Jumlah (orang)

1 Rajin Mengikuti Pengajian 12

2 Tidak Rajin Mengikuti Pengajian 5

Berdasarkan tabel di atas, dari tujuh belas jamā„ah yang penulis wawancarai,

dua belas jamā„ah mengatakan bahwa mereka sering mengikuti pengajian tafsīr dan

lima jamā„ah mengatakan jarang atau kadang-kadang mengikuti pengajian tafsīr. Dua

belas jamā„ah tersebut adalah AH, H.AB, H.ED, H.MH, KH, M.RD, MD, MF, NN,

RC, SO, dan ST, sedangkan lima jamā„ah tersebut adalah AR, EN, ER, H. SD, dan

JF. Jadi, dapat diketahui bahwa lebih banyak jamā„ah yang rajin mengikuti pengajian

tafsīr dibandingkan jamā„ah yang tidak rajin mengikuti pengajian tafsīr.

2. Tujuan Jamā‘ah Mengikuti Pengajian Tafsīr

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat di telusuri lebih lanjut mengenai latar

belakang apa yang membuat jamā„ah sering mengikuti pengajian dan jarang

mengikuti pengajian. Berikut penulis sajikan tabel tujuan para jamā„ah mengikuti

pengajian dengan penulis mengkategorikan tujuan tersebut menjadi tiga yaitu mereka

yang ingin belajar mengenai ilmu al-Qur‟ān dan tafsīr, mereka yang hanya ingin

menambah ilmu pengetahuannya saja, dan mereka yang ingin memperoleh pahala

serta keberkahan dari mengikuti pengajian. Berikut tabel tujuan mengikuti pengajian

tafsīr:

Tabel 4.10 Tujuan Mengikuti Pengajian Tafsīr

No Kategori Jumlah (orang)

1 Belajar tentang Ilmu al-Qur‟ān dan Tafsīr 8

2 Menambah Ilmu Pengetahuan 6

3 Memperoleh Pahala dan Keberkahan serta

Meningkatkan Keimanan 3

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa delapan jamā„ah mengikuti

pengajian tafsīr untuk belajar tentang ilmu al-Qur‟ān dan tafsīr berdasarkan

memahami dan mengetahui makna atau arti setiap kata dalam al-Qur‟ān, enam

Page 63: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

46

jamā„ah bertujuan menambah ilmu pengetahuan, dan tiga jamā„ah bertujuan

memperoleh pahala dan keberkahan serta meningkatkan keimanan.

Delapan jamā„ah yang ingin belajar tentang ilmu al-Qur‟ān dan tafsīr

berdasarkan memahami dan mengetahui makna atau arti setiap kata dalam al-Qur‟ān

adalah EN, ER, H. EB, KH, M. RD, MF, NN, SO. Enam jamā„ah yang ingin

menambah ilmu pengetahuannya adalah AR, JF, H. AB, H. MH, H. SD, dan MD.

Tiga jamā„ah yang ingin memperoleh pahala dan keberkahan serta meningkatkan

keimanan adalah AH, RC, dan ST.

AH mengatakan bahwa ia mengikuti pengajian untuk “Mendapatkan pahala dan

memperoleh pengetahuan.”5 RC mengatakan bahwa ia mengikuti pengajian untuk

“Menanam keimanan pada diri saya pribadi dan memperkuat iman serta saya dapat

menerapkan pada keluarga dan kehidupan saya sehari-hari.”6 ST mengatakan bahwa

ia mengikuti pengajian untuk “Mengikuti sunah Rasul dan meminta keberkahan.”7

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap jamā„ah pengajian

tafsīr Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom, diketahui bahwa urutan paling banyak jamā„ah

yang mengikuti pengajian bertujuan ingin belajar tentang ilmu al-Qur‟ān dan tafsīr,

menambah ilmu pengetahuan, dan yang terakhir memperoleh pahala dan keberkahan

serta meningkatkan keimanan.

3. Manfaat Jamā‘ah Mengikuti Pengajian Tafsīr

Berdasarkan tabel 4.10 tentang tujuan jamā„ah mengikuti pengajian, berikut

penulis sajikan tabel manfaat yang jamā„ah peroleh setelah mengikuti pengajian

tafsīr. Berdasarkan data yang penulis peroleh ada tiga kategori manfaat yang jamā„ah

peroleh yaitu bertambah keimanan, bertambah pengetahuan, dan berperilaku dengan

benar.

Tabel 4.11 Manfaat Mengikuti Pengajian Tafsīr

No Manfaat Jumlah (orang)

1 Bertambah Keimanan 3

2 Bertambah Pengetahuan 10

5 Wawancara dengan AH, Jakarta, 01 September 2018.

6 Wawancara dengan RC, Jakarta, 01 September 2018.

7 Wawancara dengan ST, Jakarta, 04 September 2018.

Page 64: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

47

3 Berperilaku dengan Benar 4

Berdasarkan tabel di atas, tiga jamā„ah yang bertambah keimanannya adalah

H.MH, RC, ST. Sepuluh jamā„ah yang bertambah pengetahuannya AH, EN, ER,

H.AB, H.SD, JF, KH, MD, MF, dan NN. Empat jamā„ah yang berperilaku dengan

benar adalah AR, H.EB, M. RD, dan SO.

Tiga jamā„ah yang bertambah keimanannya merupakan kategori jamā„ah yang

rajin mengikuti pengajian tafsīr. H.MH mengatakan bahwa manfaat yang ia dapat

adalah “Ilmu saya bertambah setelah mengikuti pengajian. Wujud bertambah ilmu

adalah takwa kita kepada Allah, istilahnya bertambah ilmu bertambah takwa.”8 ST

mengatakan bahwa manfaat yang ia dapat adalah “Sangat bermanfaat untuk

memperkuat akidah dan iman kita dan meningkatkan ketakwaan.”9 RC mengatakan,

“Bermanfaat untuk diri saya dan keluarga saya dan untuk meningkatkan ibadah

kepada Allah. Saya dapat meningkatkan takwa saya kepada Allah dengan saya

memahami al-Qur'an karena saya pengen sekali mendalami isi al-Qur'an. Apa

yang telah saya dapat, saya terapkan kepada keluarga dengan menjelaskannya

kepada keluarga saya dan saya berusaha rajin membaca al-qur‟an.”10

Sepuluh jamā„ah yang bertambah pengetahuannya yang merupakan kategori

jamā„ah yang rajin berjumlah enam jamā„ah dan yang tidak rajin mengikuti pengajian

berjumlah empat jamā„ah. Salah satu jamā„ah yang rajin mengikuti pengajian yaitu

NN mengatakan bahwa manfaat yang ia dapat adalah “Alhamdulillah bertambah ilmu

dan pengetahuan saya mengenai al-Qur‟ān dan penafsirannya.”11

Salah satu jamā„ah

yang tidak rajin mengikuti pengajian yaitu EN mengatakan bahwa manfaat yang ia

dapat adalah “Kita bisa mengetahui makna qur‟ān seperti yang ada di dalam kitab.”12

Empat jamā„ah yang berperilaku dengan benar merupakan kategori jamā„ah

yang rajin mengikuti pengajian. AR mengatakan bahwa manfaat yang ia dapat adalah

“Jadi buat diri lebih baik, yang sebelumnya tidak saya kerjakan sekarang saya

8 Wawancara dengan H.MH, Jakarta, 04 September 2018.

9 Wawancara dengan ST, Jakarta, 04 September 2018.

10 Wawancara dengan RC, Jakarta, 01 September 2018. 11

Wawancara dengan NN, Jakarta, 01 September 2018. 12

Wawancara dengan EN, Jakarta, 04 September 2018.

Page 65: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

48

kerjakan.”13

H.EB mengatakan bahwa manfaat yang ia dapat adalah “Paham tentang

al-Qur‟ān dan semangat dalam beribadah.”14

M.RD mengatakan bahwa manfaat yang

ia dapat adalah “Lebih paham tentang al-Qur‟ān dan lebih mantap dalam

beribadah.”15

SO mengatakan bahwa manfaat yang ia dapat adalah “Manfaatnya

dalam kehidupan sehari-hari dapat mengendalikan gerakan hidup dan kehidupan

sesuai dengan ajaran Islam, menuju jalan yang lurus, selamet di dunia dan selamet di

akhirat.”16

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap jamā„ah pengajian

tafsīr Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom, diketahui bahwa urutan manfaat yang dirasakan

oleh banyak jamā„ah adalah bertambah pengetahuan, berperilaku dengan benar, dan

bertambah keimanan.

4. Pendapat Jamā‘ah Mengenai Pengajian Tafsīr

Poin ini menjadi penting untuk melihat sejauh mana respon atau pendapat

jamā„ah atas pengajian tafsīr di Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom yang telah mereka ikuti.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, penulis mendapatkan 3 klasifikasi pendapat

jamā„ah yaitu mereka yang mendapatkan ilmu-ilmu yang terkandung dalam al-Qur‟ān

dari pengajian tafsīr, mereka yang merasa bahwa pengajian ini bagus dan

memberikan manfaat untuk mereka, mereka yang merasa bahwa apa yang disajikan

oleh ustad belum maksimal. Berikut tabel pendapat mengenai pengajian tafsīr:

Tabel 4.12 Pendapat Mengenai Pengajian Tafsīr

NO Klasifikasi Jumlah (orang)

1 Mendapatkan ilmu-ilmu yang terkandung

dalam al-Qur‟ān 3

2 Bagus dan memberikan manfaat 13

3 Merasa bahwa apa yang disajikan oleh ustad

belum maksimal 1

Berdasarkan tabel di atas, jamā„ah yang mendapatkan ilmu-ilmu yang

terkandung dalam al-Qur‟ān dan mengatakan bagus serta memberikan manfaat

13

Wawancara dengan AR, Jakarta, 04 September 2018. 14

Wawancara dengan H.EB, Jakarta, 01 September 2018. 15

Wawancara dengan M.RD, Jakarta, 01 September 2018. 16 Wawancara dengan SO, Jakarta, 04 September 2018.

Page 66: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

49

merupakan pendapat jamā„ah yang baik mengenai pengajian tafsīr, sedangkan

jamā„ah yang merasa bahwa apa yang disajikan oleh ustad belum maksimal

merupakan pendapat jamā„ah yang kurang baik mengenai pengajian tafsīr. Tiga

jamā„ah yang mendapatkan ilmu-ilmu yang terkandung dalam al-Qur‟ān, mereka

adalah NN, RC, dan SO. Tiga belas jamā„ah yang merasa bahwa pengajian ini bagus

dan memberikan manfaat untuk mereka adalah AH, AR, EN, ER, H. EB, H. MH, H.

SD, JF, KH, M. RD, MD, MF, dan ST. Satu jamā„ah yang merasa bahwa apa yang

disajikan oleh ustad belum maksimal adalah H. AB.

Tiga jamā„ah yang mendapatkan ilmu-ilmu yang terkandung dalam al-Qur‟ān.

NN berpendapat bahwa pengajian tafsīr “Cukup bagus dan bermanfaat membantu

jamaah memahami al-Qur‟ān melalui penafsiran dan bisa mentransfer nilai-nilai

moral yang terkandung dalam al-Qur‟ān.”17

RC mengatakan, “Pengajian tafsir yang

dilaksanakan di Masjid Jami‟ Al-Muhtarom membantu jamaah menambah wawasan

secara pemahaman dari segi al-Qur'an dan in sya Allah menambah ilmu untuk

memahami al-Qur'an dengan melaksanakannya dan juga menerapkannya.”18

SO

berpendapat bahwa pengajian tafsīr “Cukup bagus dan bermanfaat membantu jamaah

memahami al-Qur‟ān melalui penafsiran dan bisa mentransfer nilai-nilai moral yang

terkandung dalam al-Qur'an.”19

Tiga belas jamā„ah yang merasa bahwa pengajian ini bagus dan memberikan

manfaat untuk mereka. Salah satu jamā„ah yang berpendapat demikian yaitu ST, ia

mengatakan bahwa pengajian ini “Cukup bermanfaat karena dari saya sendiri kurang

ilmunya, jadi memang harus selalu ta'lim.”20

Satu jamā„ah yang merasa bahwa apa yang disajikan oleh ustad belum

maksimal ialah H.AB. Ia mengatakan,

“Gurunya mengajarkannya tidak komprehensif, pengertiannya tidak mendalam

karena hanya dibaca kita ikut membaca trus dia menerangkan jadi masuk

telinga kanan keluar telinga kiri. Semestinya untuk mendalami gitu mestinya

17

Wawancara dengan NN, Jakarta, 01 September 2018. 18

Wawancara dengan RC, Jakarta, 01 September 2018. 19

Wawancara dengan SO, Jakarta, 04 September 2018. 20

Wawancara dengan ST, Jakarta, 04 September 2018.

Page 67: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

50

diterangkan di papan tulis atau dimana, jadi kita bisa mendalami. kalo cuma

dibacain pada saat itu, maklum subuh masih ngantuk juga.”21

Berdasarkan penjelasan di atas, Qur‟ān, dapat diketahui bahwa pengajian tafsīr

yang diadakan Masjid Jāmi„ Al-Muḥtarom bagi enam belas jamā„ah sudah bagus dan

bermanfaat membantu jamā„ah dalam memahami ilmu al-Qur‟ān dan tafsīr,

sedangkan satu jamā„ah lainnya yang merasa bahwa apa yang disajikan oleh ustad

belum maksimal bukan berarti pengajian itu kurang bagus, hanya saja ia

menginginkan agar sang ustad dapat mengoptimalkan penyampaiannya menggunakan

beberapa media pembelajaran.

5. Penilaian Jamā‘ah terhadap Cara Penyampaian Materi

Poin ini menjadi penting untuk melihat sejauh mana respon jamā„ah terhadap

cara ustad menyampaikan materi. Berdasarkan data yang penulis peroleh, penulis

mengkategorikan penilaian jamā„ah menjadi tiga, yaitu bagus, cukup bagus, dan

kurang efektif. Berikut tabel penilaian terhadap cara penyampaian materi:

Tabel 4.13 Penilaian terhadap Cara Penyampaian Materi

No Kategori Jumlah (orang)

1 Bagus 7

2 Cukup Bagus 5

3 Kurang Efektif 5

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tujuh jamā„ah menilai bagus, lima

jamā„ah menilai cukup bagus, dan lima jamā„ah menilai kurang efektif. Tujuh

jamā„ah yang menilai bagus adalah AH, H.EB, H.MH, H.SD, JF, MD, dan MF. Lima

jamā„ah yang mengatakan cukup bagus adalah AR, EN, KH, SO, dan ST. Lima

jamā„ah yang menilai kurang efektif adalah ER, H.AB, M.RD, NN, dan RC.

Tujuh jamā„ah yang menilai bagus cara penyampaian ustad yaitu lima di

antaranya merupakan jamā„ah yang rajin mengikuti pengajian, sedangkan dua lainnya

merupakan jamā„ah yang tidak rajin mengikuti pengajian. Salah satu penilaian dari

jamā„ah yang rajin adalah “Penyampaiannya bagus, sudah efektif dan bisa di

21

Wawancara dengan H.AB, Jakarta, 04 September 2018.

Page 68: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

51

mengerti.”22

Penilaian dari dua jamā„ah yang tidak rajin yaitu sama-sama mengatakan

bahwa cara penyampaian ustad bagus-bagus.23

Lima jamā„ah yang menilai cukup bagus cara penyampaian ustad yaitu tiga di

antaranya merupakan jamā„ah yang rajin mengikuti pengajian, sedangkan dua lainnya

merupakan jamā„ah yang tidak rajin mengikuti pengajian. KH mengatakan, “Cara

penyampaian ustad cukup baik dan efektif.” SO mengatakan, “Cara ustad

menyampaikan materi sudah cukup maksimal dalam ukuran standar karena

keterbatasan waktu.” ST mengatakan penyampaiannya “Cukup bagus, cukup

manfaat, dan cukup efektif karena rutin.” AR dan EN hanya mengatakan

penyampaian ustad lumayan jelas dan efektif-efektif saja.24

Lima jamā„ah yang menilai kurang efektif yaitu empat di antaranya merupakan

jamā„ah yang rajin mengikuti pengajian, sedangkan satu lainnya merupakan jamā„ah

yang tidak rajin mengikuti pengajian. H.AB mengatakan, “Kurang efektif untuk

mengajarkan. Kalo perlu pake slide lebih mendalam pemahamannya, artinya bisa di

tangkap. Kalo cuma cerita gitu-gitu aja masuk telinga kanan keluar telinga kiri.”25

M.RD mengatakan, “Bagus dan jelas tapi memang kurang efektif karena waktunya

yang terbatas dan tidak ada buku pegangan buat jamā„ah.”26

NN mengatakan,

“Menurut saya caranya penyampaiannya sudah bagus namun metode yang

digunakannya bisa dibilang belum efektif.”27

RC mengatakan, “Caranya sudah bagus

namun kurang efektif, perlu adanya cara baru yang bisa menarik perhatian jamaah

agar tidak ngantuk.”28

ER mengatakan, “Cukup jelas penyampaiannya tapi belum

efektif karena ibaratnya ngaji kuping. kalau yang bagus itukan biasanya dikasih

selembaran.”29

Berdasarkan penilaian-penilaian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa cara

penyampaian ustad sudah cukup baik, namun alangkah lebih baik lagi jika ustad

22

Wawancara dengan H.MH, Jakarta, 04 September 2018. 23

Wawancara dengan H.SD dan JF, Jakarta, 04 September 2018. 24

Wawancara dengan AR dan EN, Jakarta, 04 September 2018. 25

Wawancara dengan H.AB, Jakarta, 04 September 2018. 26

Wawancara dengan M.RD, Jakarta, 04 September 2018. 27

Wawancara dengan NN, Jakarta, 01 September 2018. 28

Wawancara dengan RC, Jakarta, 01 September 2018. 29

Wawancara dengan ER, Jakarta, 04 September 2018.

Page 69: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

52

dapat menggunakan media pembelajaran berupa papan tulis ataupun slide dalam

penyampaian materi agar jamā„ah tidak hanya mendengarkan saja tetapi juga masih

dapat melihat bentuk materi tersebut kalau tidak ada pedoman materi buat pegangan

jamā„ah, dan media pembelajaran tersebut juga dapat membantu jamā„ah yang

apabila mengantuk saat pengajian berlangsung tetap dapat mengikuti materi yang

terlewat karena masih adanya catatan yang tertulis.

6. Hal-hal Mengenai Materi Pengajian Tafsīr

Poin ini berkenaan dengan ada atau tidaknya kekurangan dalam materi yang

disampaikan oleh ustad. Berdasarkan data yang penulis peroleh, penulis

mengkategorinya menjadi dua yaitu adanya kekurangan dan tidak adanya

kekurangan. Berikut tabelnya:

Tabel 4.14 Hal-hal Mengenai Materi Pengajian Tafsīr

No Kategori Jumlah (orang)

1 Ada Kekurangan 8

2 Tidak Ada Kekurangan 9

Berdasarkan tabel di atas, delapan jamā„ah yang mengatakan adanya

kekurangan mengenai materi yang disampaikan, dan sembilan jamā„ah mengatakan

tidak ada kekurang mengenai materi yang disampaikan. Delapan jamā„ah tersebut

adalah AR, ER, H.AB, H.MH, JF, RC, SO, dan ST. Sembilan jamā„ah tersebut adalah

AH, EN, H.EB, H.SD, KH, M.RD, MD, MF, dan NN.

Delapan jamā„ah yang mengatakan adanya kekurangan mengenai materi yang

disampaikan yaitu enam diantaranya berusia di atas 50 tahun dan dua lainnya berusia

di bawah 30 tahun. Enam jamā„ah tersebut adalah H.AB, H.MH, JF, RC, SO, dan ST.

Dua jamā„ah tersebut adalah AR dan ER.

H.AB mengatakan, “Kurang jelas mengikuti bacaan ayat-ayatnya.”30

H.MH

mengatakan, “Pasti ada, tapi kita ya iya aja. Terlalu cepat penyampaiannya, waktunya

subuh orang matanya ngantuk.”31

JF mengatakan, “Agak kesusahan mengikuti

30

Wawancara dengan H.AB, Jakarta, 04 September 2018. 31

Wawancara dengan H.MH, Jakarta, 04 September 2018.

Page 70: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

53

pembacaan ayatnya.”32

RC mengatakan, “Kurang jelas dalam pembacaan ayat-

ayatnya karena kita hanya mendengarkan lalu mengikuti, tidak adanya teks.”33

SO

mengatakan, “Tentu saja ada hal yang kurang jelas karena waktunya ta„līm (mengaji)

yang amat singkat dan terbatas.”34

ST mengatakan “Kurang jelas dalam hal

pembacaan ayat-ayatnya, jadi kadang-kadang kita ngikutinnya agak susah karena

pagi-pagi masih ngantuk.”35

ER mengatakan “Ada yang kurang jelas masalah tentang

tafsirnya dan pengajiannya terlalu cepat karena tafsir ga bisa se-jam dua jam.”36

AR

mengatakan, “Kesulitan dalam mengikuti pembacaan ayatnya.”37

Sembilan jamā„ah yang mengatakan tidak adanya kekurangan yaitu enam

diantaranya berusia di atas 50 tahun dan dua lainnya berusia di bawah 30 tahun.

Enam jamā„ah tersebut adalah AH, H.EB, H.SD, M.RD, MD, dan NN. Tiga jamā„ah

tersebut adalah EN, MF, dan KH. Berdasarkan hasil wawancara dengan sembilan

jamā„ah tersebut, secara keseluruhan mereka mengatakan materinya cukup jelas dan

tidak ada yang kurang.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa

sebenarnya bukan materinya yang kurang jelas, akan tetapi kembali lagi kepada cara

penyampaian ustad dalam menjelaskan materi terutama dalam pembacaan ayat yang

diikuti oleh jamā„ah. Menurut penulis, jamā„ah sedikit kesulitan mengikuti

pembacaan ayat yang dibacakan oleh ustad dikarenakan faktor yang mungkin

jamā„ah belum hafal atau belum mengetahui ayat tersebut dan efek mengantuk saat

pengajian, sehingga mereka mengatakan kurang jelas dalam pembacaan ayat-ayatnya.

7. Pemahaman Jamā‘ah terhadap Materi Pengajian Tafsīr

Sub ini menjadi penting untuk melihat sejauh mana jamā„ah memahami materi

pengajian. Materi yang dibahas pada sub bab ini adalah materi QS. Al-Baqarah/2:

285-286. Hasil data yang penulis peroleh mengenai pemahaman jamā„ah terhadap

materi QS. Al-Baqarah/2: 285-286 berdasarkan tabel 4.11 manfaat mengikuti

32

Wawancara dengan JF, Jakarta, 04 September 2018. 33

Wawancara dengan RC, Jakarta, 01 September 2018. 34

Wawancara dengan SO, Jakarta, 04 September 2018. 35

Wawancara dengan ST, Jakarta, 04 September 2018. 36

Wawancara dengan ER, Jakarta, 04 September 2018. 37

Wawancara dengan AR, Jakarta, 04 September 2018.

Page 71: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

54

pengajian tafsīr, diketahui bahwa dua belas jamā„ah tidak bisa menjelaskan kembali

materi yang disampaikan padahal mereka mengatakan bahwa mereka memperoleh

manfaat dari mengikuti pengajian. Mereka adalah AH, AR, EN, ER, H.AB, H.MH,

H.SD, JF, KH, MD, SO, dan ST. Jamā„ah yang mampu memahami materi QS. Al-

Baqarah/2: 285-286 berjumlah lima jamā„ah, mereka adalah H.EB, M.RD, MF, NN,

dan RC. Mereka merupakan katergori jamā„ah yang rajin mengikuti pengajian dan

mendapatkan manfaat yang diperoleh dari mengikuti pengajian.

Berikut ini merupakan tabel hasil pemahaman jamā„ah terhadap QS.

Al-Baqarah/2: 285-286 yang penulis telah mengkategorikan pemahaman tersebut

menjadi dua, yaitu mereka yang mampu menjelaskan, dan mereka yang tidak mampu

menjelaskan.

Tabel 4.15 Pemahaman Jamā„ah terhadap QS. Al-Baqarah/2: 285-286

No Kategori Argumen Jumlah (orang)

1 Mampu Menjelaskan

- Allah tidak akan

membebani seseorang

melainkan sesuai dengan

kemampuan seseorang itu

- Ayat tersebut mengenai doa

memohon dan meminta

ampunan, rahmat, dan

keselamatan.

5

2 Tidak Mampu

Menjelaskan Faktor lupa dan usia. 12

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa argumen jamā„ah yang

mampu memahami materi QS. Al-Baqarah/2: 285-286 adalah dengan mereka

mengatakan ayat bahwa tersebut merupakan ayat tentang Allah tidak akan

membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuan seseorang itu, dan ayat

tersebut merupakan doa memohon dan meminta ampunan, rahmat dan keselamatan.

Argumen jamā„ah yang tidak mampu memahami materi QS. Al-Baqarah/2: 285-286

adalah dengan mereka mengatakan tidak menjelaskan karena faktor lupa dan usia.

Dapat diketahui bahwa jumlah jamā„ah yang mampu menjelaskan lebih sedikit

daripada jumlah jamaah yang tidak mampu menjelaskan. Penulis menyimpulkan

bahwa mayoritas dari tujuh belas jamā„ah yang penulis wawancarai dikategorikan

Page 72: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

55

tidak mampu menjelaskan materi QS. Al-Baqarah/2: 285-286 yang telah ustad

sampaikan.

8. Pengamalan Jamā‘ah atas Pemahamannya

Berdasarkan tabel 4.15 pemahaman jamā„ah terhadap QS. Al-Baqarah/2: 285-

286, jamā„ah yang mampu menjelaskan QS. Al-Baqarah/2: 285-286 turut juga

mengamalkan pemahaman tersebut ke dalam perilaku mereka sehari-hari. Mengenai

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuan

seseorang itu, NN mengatakan hal itu “Menjadikannya intropeksi diri ketika

menghadapi masalah.”38

Mengenai doa, RC mengatakan, “Doa tersebut saya amalkan

setelah saya membaca ayat kursi.”39

H.EB, M.RD dan MF mengamalkan doa tersebut

dengan membacanya sehabis salat.40

Jamā„ah yang tidak mampu menjelaskan QS. Al-Baqarah/2: 285-286 tetap turut

mengamalkan ayat tersebut ke dalam perilaku mereka sehari-hari. Salah satu jamā„ah

yaitu ST mengatakan, “Sedikit demi sedikit yang kita bisa, kita coba amalkan supaya

memang meningkatkan pemahaman kita terhadap ayat masalah doa dan diajarkan

kembali kepada anak-anak panti.”

38

Wawancara dengan NN, Jakarta, 01 September 2018. 39

Wawancara dengan RC, Jakarta, 01 September 2018. 40

Wawancara dengan H.EB, M.RD dan MF, Jakarta, 04 September 2018.

Page 73: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

56

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan dari bab sebelumnya dan rumusan masalah di bab 1,

maka kesimpulan dari pembahasan skripsi ini adalah

1. Praktik Pengajian Tafsīr di Masjid Jāmi‘ Al-Muḥtarom

Pengajian tafsīr dilaksanakan setiap Ahad pekan kedua dan keempat setelah

salat Subuh berjamā‘ah. Tanda akan mulainya pengajian yaitu tidak adanya doa

setelah salat subuh berjamā‘ah hanya zikir saja. Pembukaan pengajian diawali oleh

pengurus masjid setelah salat subuh berjamā‘ah yang kemudian diserahkan kepada

Ustad Ashif Munawar selaku ustad yang menyampaikan materi pengajian. Kitab yang

digunakan ustad dalam menyampaikan materi adalah kitāb Tafsīr Jalālayn dan

Aysārut Tafāsir. Alur jalannya pengajian yang dilakukan oleh ustad dalam

menyampaikan materi adalah pembukaan, pembacaan ayat perayat yang diikuti oleh

jamā‘ah kemudian mulai membahas dan mengartikan ayat-ayat tersebut serta

memberikan beberapa contoh, akhir pengajian ditutup dengan kesimpulan dan doa.

Pengajian berlangsung selama ± 40 menit dan selama waktu tersebut jarang terjadi

adanya interaksi jamā‘ah dengan ustad yaitu tanya jawab. Jumlah jamā‘ah yang hadir

± 30 jamā‘ah yang mayoritas dari mereka adalah bapak-bapak.

2. Respon Jamā‘ah

Mengenai respon jamā‘ah atas pengajian tafsīr Masjid Jāmi‘ Al-Muhtarom,

secara keseluruhan jamā‘ah merespon positif karena mereka merasa terbantu dengan

adanya pengajian tersebut untuk mempelajari ilmu al-Qur’ān dan tafsīr. Mereka

menyarankan agar tersedianya pedoman materi pengajian baik itu melalui papan tulis

ataupun slide dalam penyampaian materi. Manfaat yang mereka peroleh dari

mengikuti pengajian tafsīr secara pengetahuan bertambah, keimanannya juga

bertambah bahkan bisa mengamalkan sebagian isi dari pengajian tersebut sekalipun

mereka datang ke pengajian tersebut dengan motivasi yang beragam, namun

demikian sebagian jamā‘ah yang mengikuti pengajian tersebut mereka mendapatkan

Page 74: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

57

manfaat dan kebaikan dari interaksi dengan al-Qur’ān sebagai pendengar pengajian

tersebut

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak

kekurangan, diantaranya yaitu proses pengajian yang tidak terlalu lama, lokasi

penelitian yang tidak begitu besar sehingga tidak melibatkan sekian jumlah orang dan

memungkinkan kesimpulannya berbeda, keakuratan dari respon jamā‘ah yang masih

kurang. Ada baiknya untuk penelitian selanjutnya dikaitkan dengan dampak dari

interaksi orang dengan al-Qur’ān baik secara langsung membaca ataupun mengikuti

pengajian.

Page 75: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

58

DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad. “Agen dan Struktur dalam Pandangan Pierre Bourdieu.”

Biokultur, vol 1, no. 2 (Juli-Desember 2012): h. 107.

Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia, 2015.

Aprilianty, Devira. “Respon Jama’ah terhadap Pengajian Rutin Tafsīr Tematik (Studi

Deskriptif di Masjid An-Nabati Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat).”

Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, Univeristas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, 2018.

Aripudin, Acep. Pengembangan Metode Dakwah Respons Da’I terhadap Dinamika

Kehidupan Beragama di Kaki Ciremai. Jakarta: Rajawali Pres, 2011.

Aziz, Moh Ali. Ilmu Dakwah Edisi Revisi. Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.

Badan Pembina Khutoba Jakarta Utara (BP. Khutoba). Sejarah dan Urgensi BP.

Khutoba Jakarta Utara. Jakarta: BP. Khutoba Jakarta Utara, 2009.

Bahrodin, Muhamad. “Perilaku Jama’ah Pengajian Tafsir Al-Jalalain di Pondok

Pesantren Terpadu Al-Kamal Desa Kunir Kecamatan Wonodadi Kabupaten

Blitar.” Skripsi S1 Jurusan Ilmu Al-Qur’ān dan Tafsīr Fakultas Ushuluddin,

Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2016.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka, 1996.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

Edisi Keempat. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

Dirdjosanjoto, Pradjarta. Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar di Jawa.

Yogyakarta: LKIS, 1999.

Gzozali, Sukri. “Persepsi Masyarakat terhadap Tafsīr Al-Ibriz dalam Pengajian Ahad

Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Semarang” Skripsi S1 Jurusan Tafsīr dan

Hadīts Fakultas Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam, Univeristas

Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2013.

Isnaeni, Lucky. “Respon Jama’ah terhadap Pengajian Hadis di Masjid Assalam

Bintaro Jaya 3A Tangerang.” Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011.

Jayadina, Afnani. “Fungsi Sosial Pengajian Bergilir di Rumah Warga (Studi tentang

Tradisi Pengajian Bergilir dan Upaya Memakmurkan Masjid di Dusun Pugeran,

Jambidan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.” Skripsi S1 Jurusan Sosiologi

Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016.

Al-Jazāirī, Abu Bakr Jābir. Tafsīr Al-Qur’ān Al-Aysār Jilid 1. Jakarta: Dārus Sunnah

Press, 2010.

Page 76: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

59

....... Tafsīr Al-Qur’ān Al-Aysār Jilid 2. Jakarta: Dārus Sunnah Press, 2011.

Kadir, Fakhrul Adabi Abdul. “Persepsi Pendengar Kelas Agama terhadap Pengajian

Agama di Masjid-masjid Daerah Hulu Langat.” Jurnal Usuluddin, Bil 29, 27

September 2009: h. 189.

Khusniyah, Maslihatul Nurul. “Pengaruh Pengajian Pagi terhadap Penurunan Tingkat

Stres Karyawan di Rumah Sakit Islām Sunan Kudus.” Skripsi S1 Jurusan

Bimbingan Konseling Islām Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Kudus, 2016.

Al-Mahallī, Jalāluddīn dan al-Suyūṭī, Jalāluddīn. Terjemahan Tafsīr Jalālayn Berikut

Asbābun Nuzul Jilid 1. Penerjemah Bahrun Abu Bakar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2009.

Makin, Arsyi. “Respon Jamaah terhadap Pengajian Tafsīr Tematik di Masjid Islamic

Centre Jakarta.” Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islâm Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islām Negeri Jakarta, 2008.

Marzuki, Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE, 1998.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: Rake Saasin, 2000.

Parukhi. “Problematika Pengajian Tafsīr Al-Qur’ān dan Upaya Pemecahannya di

Desa Jatimulya Kec. Suradadi Kab. Tegal.” Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islām Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama Islam

Negeri Walisongo, 2012.

Al-Qaṭṭan, Manna. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur`ān. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,

2005.

Riyanto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif.

Surabaya: UNESA University Press, 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2014.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007.

Sulandari, Santi dkk. “Keterlibatan Lansia dalam Pengajian: Manfaat Spiritual,

Sosial, dan Psikologis.” Jurnal Ilmiah Psikologi, Universitas Muhammadiyah

Surakarta: h. 44-45.

Suprayogo, Imam dan Tobroni. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2003.

Syaroh, Muniya. “Persepsi Jama’ah terhadap Materi Dakwah KH Haris Shodaqoh

dalam Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen Tlogosari

Pedurungan Semarang.” Skripsi S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Page 77: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

60

Fakults Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama Islam Negeri Walisongo,

2012.

Yunus, Mahmud. Kamus ‘Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989.

Page 78: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

Lampiran I

Daftar Arsip

Arsip Masjid Jāmi‘ Al-Muḥtarom Jakarta Utara berupa profil masjid, struktur

kepengerusan, susunan imam rawātib dan muadzin.

Arsip RM. Djauhari berupa sejarah Masjid Jāmi‘ Al-Muḥtarom.

Dokumentasi pengajian tafsīr di Masjid Jāmi‘ Al-Muḥtarom Jakarta Utara.

Page 79: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

Lampiran II

Daftar Observasi dan Wawancara

Observasi di Masjid Al-Muhṭarom, bulan Agustus-September 2018.

Wawancara Pribadi dengan AH. Jakarta, 01 September 2018.

Wawancara Pribadi dengan AR. Jakarta, 04 September 2018.

Wawancara Pribadi dengan Ashif Munawar. Jakarta, 26 Agustus 2018.

....... Jakarta, 02 September 2018.

....... Jakarta, 09 September 2018.

....... Jakarta, 23 September 2018.

Wawancara Pribadi dengan EN. Jakarta, 04 September 2018.

Wawancara Pribadi dengan ER. Jakarta, 04 September 2018.

Wawancara Pribadi dengan H.AB. Jakarta, 04 September 2018.

Wawancara Pribadi dengan H.EB. Jakarta, 01 September 2018.

Wawancara Pribadi dengan H.MH. Jakarta, 04 September 2018.

Wawancara Pribadi dengan H.SD. Jakarta, 04 September 2018.

Wawancara Pribadi dengan JF. Jakarta, 04 September 2018.

Wawancara Pribadi dengan M. Ridwan Nawawi. Jakarta, 01 September 2018.

....... Jakarta, 04 September 2018.

....... Jakarta, 09 Oktober 2018.

Wawancara Pribadi dengan NN. Jakarta, 01 September 2018.

Wawancara Pribadi dengan Rachmat. Jakarta, 01 September 2018.

....... Jakarta, 04 September 2018.

....... Jakarta, 09 Oktober 2018.

Wawancara Pribadi dengan RM. Djauhari. Jakarta, 09 Oktober 2018.

Wawancara Pribadi dengan SO. Jakarta, 04 September 2018.

Wawancara Pribadi dengan ST. Jakarta, 04 September 2018.

Page 80: PENGAJIAN TAFSĪR DI MASYARAKAT (STUDI KASUS MASJID …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45278/1/SKRIPSI MEGA.pdf · yang terletak di Jalan Fort Timur Nomor 75-77

Lampiran IV: Dokumentasi Penelitian

Keterangan Tanah Wakaf

Masjid Al-Muhtarom

Salah Satu Kegiatan Aktif di

Masjid Al-Muhtarom

Wawancara dengan Responden Pengajian

di Masjid Al-Muhtarom

Kegiatan Pengajian Tafsir di

Masjid Al-Muhtarom