PENGADAAN SURAT KABAR BAGI ANGGOTA DEWAN...
Transcript of PENGADAAN SURAT KABAR BAGI ANGGOTA DEWAN...
PENGADAAN SURAT KABAR BAGI ANGGOTA
DEWAN SEBAGAI PEMBUAT KEBIJAKAN PUBLIK
PADA PERPUSTAKAAN DPR RI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Fandini Nurul Fauziah
1110025000037
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/ 1435 H
i
ABSTRAK
Kebijakan Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan Sebagai Pembuat
Kebijakan Publik Pada Perpustakaan DPR RI: Skripsi, Fandini Nurul Fauziah.
Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014,
103 hal.
Penelitian ini membahas tentang pengadaan surat kabar bagi anggota dewan.
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui pengadaan surat kabar bagi anggota DPR
RI dan mengetahui efektifitas penggunaan surat kabar oleh anggota dewan
sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan. Metode penelitian yang digunakan
berjenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik yang diambil dalam
penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive. Metode pengambilan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan kajian
kepustakaan. Informan dalam penelitian ini adalah staf bidang Perpustakaan DPR
RI, dua pustakawan fungsional dan anggota DRP RI perkomisi. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa Perpustakaan DPR RI sudah melalukan pengadaan surat
kabar bagi anggota dewan dan penggunaan surat kabar sudah efektif digunakan
oleh anggota dewan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan publik. Saran
yang diberikan penulis untuk Perpustakaan DPR RI perlu pemikiran untuk
berlangganan surat kabar secara online agar lebih praktis dan memfasilitasi
klipping surat kabar masing-masing komisi sesuai tema.
Kata kunci: pengadaan surat kabar, surat kabar, kebijakan publik
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT. Yang telah memberikan kekuatan rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengadaan Surat Kabar
Bagi Anggota Dewan Sebagai Pembuat Kebijakan Publik pada
Perpustakaan DPR RI” ini dengan baik. Topik skripsi ini penulis pilih atas
pertimbangan pentingnya peran dan fungsi kebijakan pengadaan surat kabar
dalam mencapai visi dan misi Perpustakaan DPR RI. Shalawat dan salam
ditunjukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dengan selesainya skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang
membantu, membimbing dan memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi
ini. Dengan penuh rasa hormat maka penulis ingin menyampakan ucapan terima
kasih yang tak terhingga kepada:
1. Kedua orang tuaku ayah Drs. Abdul Kohar dan mamah Nurlailah yang
selalu memberi motivasi, memberi nasehat, mendoakan. Tanpa mereka
penulis tidak akan bisa seperti ini.
2. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Pungki Purnomo M.LIS, selaku ketua Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Bapak Mukmin Suprayogi MSI, selaku sekretaris
Jurusan Ilmu Perpustakaan.
iii
4. Dosen Pembimbing, Ibu Fadhilatul Hamdani M.Hum., selaku dosen
pembimbing skripsi yang selalu memberi arahan dan sabar
membimbing penulis.
5. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora, khususnya dosen
Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan ilmu pengetahuan
kepada penulis.
6. Ibu Tenny Rosanti, Sos. M,si., ibu Qatriatna Widiasti, S.Hum., ibu
Rini Widyastuti dan segenap staf Perpustakaan DPR RI, Setjen DPR
RI yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di
Perpustakaan DPR RI dan membimbing penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
7. Anggota DPR RI periode 2009-2014 yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan informasi mengenai penggunaan surat kabar.
8. Kakek H. Kosim Abdul Mukti dan Nenek Hj. Julaeha, ema Icih yang
selalu mendoakan penulis dan memberi masukan-masukan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
9. Keluarga besar paman H. Abdullah Al-Hadad, keluarga besar bibi Hj.
Dewi Komariah, yang selalu memotifasi, membiayai dan memberikan
tambahan uang jajan sehingga penulis semangat untuk menyelesaikan
skripsi ini.
10. Sahabatku Novia Yulianingsih, Aaf Iffatunnafsi yang selalu memberi
semangat dan membantu mencari referensi.
iv
11. Teman-teman Nita, Nenden, Husnul dan teman-teman sekelas lainnya
yang sudah bareng-bareng belajar, menuntut ilmu di Jurusan Ilmu
Perpustakaan.
Penulis percaya tidak ada kebaikan yang sia-sia. Semoga Allah SWT.
Membalas semua kebaikan kalian semua di dunia maupun di akhirat dan
melimpahkan kasih sayangnya, amin.
Semoga karya sederhana ini dapat berguna bagi peneliti maupun pembaca
pada umumnya.
Jakarta, 17 Juli 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ..................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 6
D. Metode Penelitian ................................................................. 6
E. Sistematika Penulisan ........................................................... 12
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Khusus
1. Pengertian Perpustakaan Khusus .................................... 14
2. Tugas Perpustakaan Khusus ........................................... 16
3. Ciri Perpustakaan Khusus ............................................... 17
4. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Khusus ....................... 18
5. Koleksi Perpustakaan Khusus ......................................... 19
6. Jenis Koleksi Perpustakaan Khusus ................................ 20
B. Kebijakan
1. Pengertian Kebijakan Pengembangan Koleksi ............... 21
2. Fungsi kebijakan pengembangan koleksi ...................... 26
3. Pengertian Kebijakan Publik ........................................... 27
4. Jenis-Jenis Kebijakan Publik .......................................... 29
vi
C. Pengadaan Bahan Pustaka
1. Pengertian Pengadaan ..................................................... 32
2. Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka ............................ 32
3. Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka .................................. 34
4. Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka ................................... 34
D. Surat Kabar
1. Tentang Surat Kabar ....................................................... 35
2. Pengertian Surat Kabar ................................................... 36
3. Ciri-Ciri Surat Kabar ....................................................... 37
4. Sifat Surat Kabar ............................................................. 39
5. Fungsi Surat Kabar ......................................................... 40
6. Kelebihan dan Kelemahan Surat Kabar .......................... 43
7. Kategori Surat Kabar ...................................................... 44
E. Efektifitas
1. Pengertian Efektif ........................................................... 45
2. Pengertian Efektifitas ...................................................... 45
F. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
1. Pengertian Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ............. 46
2. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat .................................. 47
3. Tugas dan Wewenang Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat .......................................................... 47
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DPR RI
A. Sejarah Perpustakaan DPR RI .............................................. 50
B. Visi, Misi, Tujuan, Motto, Dasar Hukum
Perpustakaan DPR RI ........................................................... 51
C. Struktur Organisasi Perpustakaan DPR RI ........................... 53
D. SDM Perpustakaan DPR RI .................................................. 54
E. Profil Pengguna Perpustakaan DPR RI ................................. 56
F. Anggaran Perpustakaan DPR RI ........................................... 56
vii
G. Koleksi Perpustakaan DPR RI .............................................. 57
H. Gedung Perpustakaan DPR RI .............................................. 59
I. Fasilitas Perpustakaan DPR RI ............................................. 60
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Metode Pengambilan Data .................................................... 62
B. Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan ..................... 65
1. Teknis Pembelian Surat Kabar ........................................ 67
2. Cara Penyebaran Surat Kabar Kepada Anggota
Dewan ............................................................................. 68
C. Akibat Tidak Mempunyai Kebijakan Tertulis ...................... 70
D. Efektifitas Penggunaan Surat Kabar bagi Anggota Dewan
Sebagai Salah Satu Pembuat Kebijakan Publik .................... 71
1. Proses Membuat Kebijakan Publik ................................. 72
2. Hasil Kebijakan, Rancangan Undang-Undang dan
Undang-Undang ............................................................. 79
E. Kendala yang dihadapi dalam Pengadaan Surat Kabar
Bagi Anggota Dewan ........................................................... 99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 100
B. Saran ...................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 SDM Berdasarkan Jumlah Pendidikan ...................................... 54
Tabel 2 SDM Berdasarkan Formasi Jabatan ........................................... 55
Table 3 Jumlah Koleksi Berdasarkan Ragam Koleksi
Perpustakaan DPR RI ................................................................ 58
Tabel 4 Hasil Kebijakan dan Undang-Undang ....................................... 97
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Perpustakaan DPR RI ............................ 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini sangat
dinantikan oleh masyarakat dalam menelusur informasi. Para pengelola dan
pengguna informasi bersaing untuk mendapatkan informasi yang cepat, tepat
dan akurat, salah satu tempat untuk memenuhi kebutuhan informasi adalah
perpustakaan. Perpustakaan merupakan pusat informasi dengan sumber ilmu
pengetahuan dan didukung dengan perkembangan teknologi informasi yang
semakin maju. Informasi hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan,
setiap orang pasti membutuhkan informasi, begitu pula dengan instansi, salah
satu bentuk dan pengelolaannya adalah perpustakaan.
Perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang berupa tempat
mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang
dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu, untuk digunakan
secara terus menerus oleh pemakainya sebagai sumber informasi. Banyak dari
media massa yang berfungsi dalam penyampain informasi kepada
masyarakat, salah satunya adalah surat kabar.
Perpustakaan di sebuah instansi merupakan tempat kumpulan ilmu
pengetahuan yang disediakan instansi untuk menambah dan meningkatkan
keahlian para pegawai instansi tersebut, perpustakaan merupakan elemen
yang sangat penting dalam sebuah organisasi dan instansi, karena
2
perpustakaan instansi berfungsi sebagai penunjang segala kegiatan yang
dilakukan para pegawai untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan
maupun keahlian mereka dengan membaca koleksi yang ada di perpustakaan
itu sendiri. Keberadaan perpustakaan khusus biasanya menyesuaikan fungsi,
dan tugasnya sesuai dengan visi, misi lembaga yang menaunginya. Salah satu
perpustakaan khusus yaitu Perpustakaan DPR RI.
Perpustakaan DPR RI melakukan kegiatan pengembangan koleksi
seperti kegiatan pengadaan, seleksi bahan pustaka, penyiangan dll. Dalam
pengembangan koleksi mencakup masalah perumusan kebijakan dalam
memilih dan menentukan bahan pustaka mana yang akan diadakan serta
metode-metode apa yang akan diterapkan, oleh karena itu untuk mendapatkan
koleksi yang sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna atau pun yang
sesuai dengan tujuan didirikannya sebuah perpustakaan maka diperlukan
suatu kebijakan pengembangan koleksi yang merupakan alat perencanaan dan
sarana untuk mengkomunikasikan tujuan, kebijakan pengembangan koleksi,
serta bertujuan untuk dijadikan sebagai pedoman atau panduan perpustakaan
dalam melakukan kegiatan pengembangan koleksinya.
Dalam kebijakan pengembangan koleksi salah satunya melakukan
pengadaan bahan pustaka, salah satu bahan pustaka yang ada di perpustakaan
yaitu surat kabar yang merupakan salah satu media cetak penyedia informasi
yang berisikan artikel-artikel yang memuat tulisan tentang peristiwa atau
berita penting terhangat seputar kehidupan manusia. Topik umum yang sering
ditampilkan dalam surat kabar adalah politik, kriminalitas, bisnis, seni, sosial,
3
dan olah raga. Media cetak yang berupa surat kabar mempunyai kelebihan
dalam penyampain informasinya kepada masyarakat, yakni harganya yang
relatif murah, beritanya menyeluruh, jangkauannya luas mencakup
masyarakat di berbagai tempat dalam waktu yang bersamaan dan mudah
dibawa.
DPR RI merupakan salah satu lembaga legislatif di Indonesia yang
memiliki fungsi penting yaitu menentukan kebijakan (policy) seperti
kebijakan publik, maksudnya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah/negara
yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat yang bertujuan untuk
memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat, seperti
kebijakan ekonomi, transportasi, komunikasi, pertahanan keamanan (militer),
serta fasilitas-fasilitas umum lainnya (air bersih, listrik) dan membuat
undang-undang. Dalam melakukan tugas dan fungsinya tersebut, DPR
membutuhkan tersedianya informasi yang cepat dan akurat.1
Menyadari akan pentingnya kebutuhan informasi tersebut, maka
lembaga ini membentuk Perpustakaan DPR RI sebagai sumber informasi
dengan demikian pemustaka dapat memanfaatkan koleksi yang ada di
perpustakaan DPR RI khususnya koleksi surat kabar.
Salah satu kegiatan dalam perpustakaan yaitu pengadaan bahan
pustaka. Pengadaan bahan pustaka di Perpustakaan DPR RI lebih
mengutamakan surat kabar dari pada koleksi lainnya seperti buku,
ensiklopedi yang berhubungan dengan instansi tersebut. Surat kabar
1 Wawancara langsung dengan Ibu Teny, Jakarta, 12 Januari 2014
4
senantiasa membantu meningkatkan kesadaran mengenai hak-hak manusia,
hak-hak rakyat dan membantu mendorong kemampuan mereka untuk
berusaha serta berjuang demi mendapatkan haknya sebagaai rakyat bangsa
Indonesia, maka dari itu perpustakaan membutuhkan suatu kebijakan
pengadaan surat kabar yamg dibutuhkan oleh anggota dewan sebagai salah
satu sumber pembuat kebijakan perlu pembinaan dari suatu seleksi yang
sistematis dan terarah dikoordinasikan berdasarkan tujuan, rencana dan
anggaran yang tersedia. Peran pustakawan dalam menentukan kebijakan
pengadaan surat kabar terlebih dahulu dengan cara mengenali siapa pemakai
yang dilayani serta analisis koleksi dan evaluasi apakah kebijakan yang telah
dilakukan telah sesuai dilakukan telah sesuai dengan tujuan.
Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk mengambil objek
Perpustakaan DPR RI. Peneliti mengambil tempat tersebut karena,
Perpustakaan DPR RI merupakan salah satu perpustakaan khusus instansi
pemerintah yang sebagian besar koleksinya mengutamakan pada surat kabar .
Dari kenyataan yang diperoleh dilapangan, penulis menemukan
beberapa fenomena di Perpustakaan DPR RI yaitu seperti koleksi yang ada di
Perpustakaan DPR RI lebih banyak membeli surat kabar yang mudah
didapatkan dibagikan kepada seluruh anggota dewan setiap harinya dari pada
koleksi lainnya seperti: buku, ensiklopedi, buku referensi yang disimpan di
Perpustakaan DPR RI,
Dari hal-hal tersebut, perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui
kebijakan pengadaan surat kabar yang setiap hari dilanggan oleh
5
perpustakaan dan dibagikan untuk semua anggota dewan sebagai pemenuhan
informasi dan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan. Sehingga
kebijakan untuk pengadaan surat kabar tersebut dapat digunakan dengan tepat
dan berguna bagi pembacanya.
Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas maka penulis
tertarik mengambil judul skripsi: PENGADAAN SURAT KABAR BAGI
ANGGOTA DEWAN SEBAGAI PEMBUAT KEBIJAKAN PUBLIK
PADA PERPUSTAKAAN DPR RI.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang luas terhadap masalah yang
dibahas dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan yang
jelas dan sesuai dengan topik yang ingin diteliti yaitu sebagai berikut:
a. Pengadaan surat kabar bagi anggota DPR.
b. Keefektifan pemanfaatan surat kabar oleh anggota dewan
sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa
masalah yang menjadi fokus penelitian ke dalam beberapa pertanyaan,
sebagai berikut:
a. Bagaimana pengadaan surat kabar bagi anggota dewan dan apa
kebijakan yang terkait dengan pengadaan surat kabar tersebut ?
6
b. Efektif atau tidak surat kabar yang diberikan perpustakaan
kepada anggota dewan sebagai salah satu dasar pembuat
kebijakan publik ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai
manfaat yaitu:
a. Mengetahui kebijakan perpustakaan DPR RI terhadap pengadaan
surat kabar bagi anggota DPR RI.
b. Mengetahui efektifitas penggunaan surat kabar oleh anggota dewan
sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan
D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yang artinya metode penelitian yang memusatkan perhatian pada
masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian
dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang
diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional dan
akurat. Yakni penelitian yang betujuan untuk memberikan gambaran atau
menjelaskan sesuatu hal apa adanya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif yang artinya prosedur penelitian yang menghasilkan data
7
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.2 Metode penelitian kualitatif adalah suatu
pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu
gejala sentral.3 Penelitian kualitatif digunakan untuk memeperoleh
informasi kebijakan pengadaan surat kabar dari beberapa nforman yang
dianggap kompeten dalam memberikan infomasi
2. Sumber Data
a. Data primer
Data primer adalah data yang diambil langsung,tanpa perantara
atau langsung dari sumbernya.4 Data ini diperoleh langsung dari lokasi
penelitian yaitu dengan wawancara para pustakawan yang bekerja di
bagian pengadaan surat kabar dan kebijakan tertulis perpustakaan
mengenai pengadaan surat kabar serta melakukan observasi dengan
melakukan penelitian langsung di lapangan untuk memperoleh data-
data yang diperlukan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung
dari sumbernya.5 Data ini bersumber dari kepustakaan, yang terdiri dari
dokumen kebijakan pengadaan surat kabar, laporan, karyatulis, literatur,
dan artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah kebijakan pengadaan
surat kabar.
2 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.3.
3 J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulanya (Jakarta:
Grasindo, 2001), h.7. 4 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h.86
5Ibid, h. 87.
8
c. Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.6 Informan yang
digunakan dalam penelitian ini yang berhubungan dengan topik yang
diteliti dan yang paling memahami objek penelitian. Penulis
memperoleh data yang ingin dibuat dalam bentuk laporan proposal
penelitian ini dengan mewawancarai langsung pustawakan di
Perpustakaan DPR RI
Informan tersebut dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Pustakawan dan staf yang memahami tentang koleksi perpustakaan
DPR RI khususnya mengenai pengadaan surat kabar
2. Pemustaka (anggota dewan perkomisi) yang setiap hari membaca
surat kabar yang diberikan Perpustakaan DPR RI.
Berdasarkan kriteria tersebut, informan yang dipilih penulis
yaitu:
1. Pustakawan bagian pengadaan dan staf bagian pembelian surat
kabar yang bekerja di Perpustakaan DPR RI.
2. Ketua atau salah satu anggota dewan dari masing-masing komisi
yang setiap hari membaca surat kabar yang diberi oleh
Perpustakaan DPR RI.
6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.132.
9
3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang adapada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu penelitian maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa
yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. 7
Teknik yang diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik
sampling purposive yang artinya teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu, misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli
dalam makanan.8 Dalam penelitian ini akan melakukan penelitian tentang
efektifitas penggunaan surat kabar bagi anggota dewan, maka sampel
sumbernya adalah ketua perkomisi DPR RI sebagai orang yang membaca
surat kabar yang diberikan Perpustakaan DPR RI.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini disesuaikan dengan
fokus dan tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan diperoleh observasi,
7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012),
h. 80-81. 8Ibid. 85
10
dan wawancara. Untuk data sekunder diperoleh dari penelusuran data dan
informasi dari dokumen atau catatan yang memiliki keterkaitan dengan
objek penelitian.
Alat bantu teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.9 Melakukan
wawancara secara mendalam berarti menggali informasi atau data
sebanyak-banyaknya dari responden atau informan, agar informasi
yang detail diperoleh, peneliti hendaknya mengetahui, menguasai
sebelumnya tentang topik penelitiannya.10
Wawancara juga metode
penelitian yang datanya dikumpulkan melalui wawancara dengan
responden yang kadang kala disebut key informan. Peneliti
memperoleh informasi secara mendalam mengenai kebijakan
pengadaansurat kabar bagi anggota dewan untuk pemenuhan
informasi sebagai pembuat kebijakan dan elemen yang lain yang
terlibat dalam permasalahan di atas.
b. Observasi
9 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 135.
10 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif:Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan
Penelitian (Malang: UMM, 2005), h. 72
11
Observasi adalah metode penelitian yang pengambilan datanya
bertumpu pada pengamatan lansung terhadap objek penelitian.11
Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang dipelajari
dan aktifitas-aktifitas yang tengah berlangsung.Kemudian hasil
observasi tersebut dicatat menjadi suatu catatan observasi yang berisi
deskripsi hal-hal yang diamati secara lengkap dengan keterangan
tanggal dan waktu.
c. Kajian Kepustakaan
Kajian kepustakaan merupakan penelitian yang datanya
diambil terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku, dokumen,
artikel, laporan dan sebagainya) dan menganalisa dokumen kebijakan.
5. Teknik Analisa Data
Menganalisis data berarti menguraikan data atau menjelaskan
data. Sehingga berdasarkan data itu dapat ditarik pengertian-pengertian
dan kesimpulan. Tujuannya yaitu menyimpulkan pesan dari data tersebut
menjadi sebuah informasi yang dapat dijadikan dasar pengambilan
keputusan.
Data akan dianalisis melalui tiga tahapan yaitu:
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh penulis melalui observasi, wawancara,
dan kajian pustaka dicatat dengan rinci, mengelompokkan atau
11
Prasetya Irawan, logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN Press, 1999),
h.63.
12
memilah-milah dan memfokuskan pada hal penting. Dengan demikian
data yang dapat memberikan gambaran yang jelas.
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam
bentuk teks bersifat naratif.
c. Penarikan Kesimpulan
Data-data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif
penulis buatkan kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk menjawab
rumusan masalah.
E. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan penelitian ini terbagi kedalam 5 (lima) bab yang
terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, di kemukakan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan pemanfaatan penelitian, metode penelitian
serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Pada bab ini, penulis memberikan pengertian pengertian perpustakaan
khusus, fungsi tujuan perpustakaan khusus, ciri-ciri perpustakaan khusus,
koleksi perpustakaan khusus, jenis koleksi perpustakaan khusus, kebijakan,
pengadaan bahan pustaka, pengertian surat kabar, jenis surat kabar, kekuatan
13
surat kabar, kelemahan surat kabar, karakteristik surat kabar penggunaan
surat kabar, pengertian efektif dan pengertian anggota dewan.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini, berisi tentang sejarah singkat berdirinya perpustakaan DPR RI,
VISI, MISI, tugasdan dasar hukum perpustakaan DPR RI, struktur organisasi,
SDM Perpustakaan DPR RI, anggaran, serta koleksi perpustakaan DPR RI.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti membahas dan menganalisa hasil penelitian tentang
kebijakan pengadaan surat kabar bagi anggota di Perpustakaan DPR RI.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini, mengemukakan kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah
dilaksanakan dan memberikan saran-saran yang berhubungan dengan
pelaksanaan penelitian.
14
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Khusus
1. Pengertian Perpustakaan Khusus
Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang
perpustakaan, perpustakaan yaitu institusi pengelola koleksi karya tulis,
karya cetak dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku
guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi
dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan khusus adalah perpustakaan
yang diperuntukan secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan
lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan
keagamaan, rumah ibadah atau organisasi lain.12
Perpustakaan khusus menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
adalah sebuah institusi atau unit kerja pengelola karya tulis, karya cetak,
dan karya rekam yang dikelola secara profesional berdasarkan sistem
yang baku untuk mendukung kelancaran atau keberhasilan pencapaian
visi, misi dan tujuan instansi induk yang menaunginya.13
Perpustakaan khusus sebagai perpustakaan yang diselenggarakan
oleh suatu lembaga khusus diluar lembaga perpustakaan umum,
perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi. Lembaga yang
12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. 13
Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta:
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009).
15
dimaksud berupa lembaga industri, lembaga perkantoran, lembaga-
lembaga penelitian dan lain sebagainya, tujuan penyelenggaraannya
bukanlah diarahkan untuk konsumsi umum, tetapi hanya diperuntukan
bagi para karyawan lembaga yang bersangkutan.14
Perpustakaan khusus berada di bawah suatu biro, di bawah suatu
bagian atau bahkan di bawah bidang pemasaran. Karena itu sebuah
perpustakaan khusus dapat bersifat nasional dengan dipimpin oleh
pejabat eselon dua, atau dapat pula dipimpin oleh eselon lima, karena
letak dan struktur perpustakaan di dalam suatu organisasi dapat
bervariasi.15
Perpustakaan khusus dapat merupakan perpustakaan sebuah
departemen, lembaga negara, lembaga penelitian, organisasi massa,
militer, industri, meupun perusahaan swasta.16
Dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa
perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang menekankan koleksinya
pada suatu bidang khusus dan bidang-bidang lain yang berhubungan.17
Perpustakaan khusus dapat dikatakan merupakan kebalikan dari
perpustakaan umum. Perpustakaan tersebut memiliki kekhususan-
kekhususan tertentu yang berbeda dengan perpustakaan lainnya.18
14
Karmidi Kartoatmojo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta: Universitas Terbuka,
1999), h. 1.5. 15
Karmidi Kartoatmojo, Manajemen Perpustakaan Khusus, h. 2.3 16
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1991), h. 49. 17
M. Dagun Save,“Perpustakaan Khusus”, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:
Lembaga Pengkajian Kebuayaan Nusantara, 1997, Cet.1), h.840. 18
Sutarno N.S, Mengenal Perpustakaan (Jakarta: Jala Permata, 2006, cet 1), h. 20.
16
Perpustakaan sering disebut juga perpustakaan kedinasan, karena
keberadaanya pada lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga swasta.
Perpustakaan tersebut diadakan sebagai sumber informasi dan ilmu
pengetahuan yang berkaitan, baik langsung maupun tidak dengan
lembaga induknya dengan adanya perpustakaan tersebut maka
kebutuhan informasi dan bahan rujukan dapat dengan mudah
diperoleh.19
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan
khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga
(pemerintah atau swasta) atau perpustakaan, asosiasi yang menangani
dan mempunyai misi pada bidang tertentu dengan tujuan tertentu untuk
memenuhi kebutuhan pemakai dilingkungannya baik dalam hal
pengolahan maupun pelayanan informasi.
2. Tugas Perpustakaan Khusus
Tugas perpustakaan khusus instansi pemerintah adalah:
a) Menunjang terselenggaranya pelaksanaan tugas lembaga induknya
dalam bentuk penyediaan materi perpustakaan dan akses informasi
b) Mengumpulkan terbitan dari dan tentang lembaga induknya
c) Memberikan jasa perpustakaan dan informasi
d) Mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi untuK
menunjang tugas perpustakaan
19
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Anggota IKAPI, cet.1, 2006), h.
50.
17
e) Meningkatkan literasi informasi.20
3. Ciri Perpustakaan Khusus
Adapun ciri utama sebuah perpustakaan khusus ialah:
a. Memiliki buku yang terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu
saja. Misalnya perpustakaan yang membatasi pada satu subjek
(contoh pertanian kering), subjek yang luas (biologi dan pertanian),
maupun berorientasi ke misi (misalnya pengangkutan).
b. Keanggotaan perpustakaan terbatas pada sejumlah anggota yang
ditentukan oleh kebijakan perpustakaan atau kebijakan badan induk
tempat perpustakaan yang tersebut.
c. Peran utama perpustakaan ialah melakukan penelitian kepustakaan
untuk anggota. Dalam melakukan penelitian untuk anggota, sering
dipersoalkan seberapa jauh pustakawan harus melakukan penelitian.
Ada yang berpendapat pustakawan hanya melakukan penelusuran
literatur, ada pula yang berpendapat pustakawan terbatas pada
pemberian petunjuk umum mengenai penggunaan saran bibliografi
artinya sarana grafis maupun elektronik untuk menelusur permintaan
anggota perpustakaan.
d. Tekanan koleksi bukan pada buku (dalam arti sempit) melainkan pada
majalah, pamflet, paten, laporan penelitian, abstrak, atau index karena
20
Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar
Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009).
18
jenis tersebut umumnya informasinya lebih mutakhir dibandingkan
buku.
e. Jasa yang diberikan lebih mengarah kepada minat anggota
perorangan. Karena itu perpustakaan khusus menyediakan jasa yang
sangat berorientasi ke pemakainya dibandingkan dengan jenis
perpustakaan lain. Jasa yang diselenggarakan misalnya pemencaran
inormasi terpilih atau pengiriman fotokopi artikel sesuai dengan minat
pemakai. 21
4. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus berfungsi sebagai tempat penelitian,
pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia.22
Fungsi perpustakaan khusus instansi pemerintah
adalah:
a) Mengembangkan koleksi yang menunjang kinerja lembaga induknya
b) Menyimpan semua terbitan dari dan tentang lembaga induknya
c) Menjadi focal point untuk informasi terbitan lembaga induknya
d) Menjadi pusat referal dalam bidang yang sesuai dengan lembaga
induknya
e) Mengorganisasi materi perpustakaan
f) Mendayagunakan koleksi
21
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, h. 49. 22
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003),
h. 39.
19
g) Menerbitkan literatur sekunder dan tersier dalam bidang lembaga
induknya, baik cetak maupun elektronik
h) Menyelenggarakan pendidikan pengguna
i) Menyelenggarakan kegiatan literasi informasi untuk pengembangan
kompetensi SDM lembaga induknya
j) Melestarikan materi perpustakaan, baik preventif maupun kuratif
k) Ikut serta dalam kerjasama perpustakaan serta jaringan informasi
l) Menyelenggarakan otomasi perpustakaan
m) Melaksanakan digitalisasi materi perpustakaan
n) Menyajikan layanan koleksi digital.
o) Menyediakan akses informasi pada tingkat lokal, nasional, regional
dan global.23
5. Koleksi Perpustakaan Khusus
Koleksi diartikan sebagai kumpulan bahan pustaka yang terdapat di
perpustakaan.24
Koleksi perpustakaan khusus difokuskan pada koleksi
mutakhir dalam subyek yang menjadi tujuan perpustakaan tersebut atau
untuk mendukung kegiatan badan induknya. Koleksi perpustakaan khusus
adalah tidak dilihat pada banyaknya jumlah bahan pustaka atau jenis
terbitan lainnya melainkan ditekankan pada kualitas koleksinya, agar
23
Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta:
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009). 24
Yuyu Yulia, Pengadaan Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h.3.
20
dapat mendukung jasa penyebaran informasi mutakhir serta penelusuran
informasi.25
Menurut buku petunjuk yang dikeluarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) mengenai perpustakaan khusus instansi pemerintah,
perpustakaan khusus instansi pemerintah memiliki koleksi dasar yang
menjadi pehatian untuk lebih dikembangkan dibanding dengan koleksi
yang lainnya. Koleksi dasar tersebut adalah:
a. Perpustakaan khusus instansi pemerintah memiliki koleksi
sekurang-kurangnya 1.000 judul dalam bidang ke khususannya.
b. Sekurang-kurangnya 80% koleksinya teridri dari subjek atau
disiplin ilmu tertentu sesuaidengan kebutuhan instansi
induknya.
c. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan tentang instansi
induknya.
d. Perpustakaan melanggan minimal 10 judul majalah yang
berkaitan dengan kekhususan instansi induknya.26
6. Jenis Koleksi Perpustakaan Khusus
Jenis kleksi perpustakaan khusus menurut wujud fisik dibedakan
sebagai berikut:
a) Buku teks biasa
25
Surachman Arif, “Pengelolaan Perpustakaan Khusus,” diakses pada hari Minggu, 8
November 2013 dari http://arifs.staf.ugm.ac.id. 26
Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta:
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009, 2009).
21
b) Buku rujukan atai referensi (seperti hand book, ensiklopedi,
direktori, kamus, peta dan statistik)
c) Literatur sekunder (seperti bibliografi khusus, indeks dan abstrak)
d) Bukan buku (majalah, surat kabar, mikrofilm/fiche, audio visual
dan CD-ROM
e) Dokumen lain seperti standar paten, pamflet, brosur, kliping dll.27
Jenis koleksi perpustakaan khusus instansi pemerintah sekurang-
kurangnya meliputi :
a) Buku yang terkait di bidangnya;
b) Serial
c) Koleksi referensi
d) Laporan.28
B. Kebijakan
Dalam hal ini perpustakaan memiliki dua pengertian kebijakan
yaitu: kebijakan pengembangan koleksi dan kebijakan publik.
1. Pengertian Kebijakan pengembangan koleksi
a. Kebijakan
Kebijakan biasanya berasal dari sebuah keputusan awal dan
menjadi pernyataan atau pengertian umum yang menjadi saluran
berfikir dalam bertindak, terutama dalam kegiatan sehari-hari,
27
Karmidi Martoatmojo, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Khusus h. 17-18 28
Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta:
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009).
22
dengan maksud untuk menciptakan keseragaman dalam
mengelola sebuah organisasi. Meskipun biasanya kebijakan dibuat
untuk maksud yang baik, tapi pada intinya adalah membatasi. Ini
karena kebijakan menentukan tindakan apa yang dilakukan dan
mencegah penyimpangan dari aturan yang sudah disepakati.29
Kebijakan ini biasanya berfungsi untuk memastikan
bahwa keputusan yang diambil masih sesuai dengan filosofi dan
tujuan organisasi, kebijakan dalam sebuah organisasi dapat
digunakan untuk:
a) Menangani masalah yang ada dalam organisasi
b) Sebagai panduan setiap orang dalam pembuatan keputusan
c) Memastikan konsistensi dalam pencapaian tujuan organisasi
d) Menjadi panduan dalam menangani masalah-masalah yang
aktual
e) Menjemaskan nilai-nilai dan tujuan organisasi
f) Membuat komitmen dengan tujuan organisasi
g) Memenuhi hak-hak staf.30
Dengan demikian dapat dinyatakan kebijakan adalah suatu
ketepatan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-
cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam
mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain kebijakan sebuah
29
Robert D Stueart, Library and Information Center Management (Corolado: Libraries
Unlimited, 2002), h. 79. 30
Jo Bryson, Effective Library And Information Centre Management (Burlington, Gower
Publishing Company. 1990), h. 57.
23
perpustakaan seharusnya dituangkan dalam bentuk yang jelas
sehingga fungsi perpustakaan akan berjalan dengan baik dan dapat
diukur sehingga proses pengembangan kedepan dapat dilakukan.
b. Pengembangan Koleksi
Pengertian pengembangan koleksi lebih ditekankan pada
pemilihan buku. Pemilihan buku artinya memilih buku untuk
perpustakaan. Pemilihan buku berarti juga proses menolak buku
tertentu untuk perpustakaan. Selanjutnya pengertian
pengembangan koleksi mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan bidang kepustakawanan. Pengembangan koleksi,
seleksi dan pengadaan menjadi istilah-istilah yang saling
melengkapi. Tujuan pengembangan koleksi yaitu membangun
koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai dan didayagunakan
secara optimal.
Pengembangan koleksi adalah suatu proses yang dapat
mempertemukan perpustakaan dengan kebutuhan informasi seluruh
masyarakat pemakainnya dengan menggunakan sumber-sumber
baik yang berada di dalam maupun di luar unit informasi
tersebut.31
Pengertian pengembangan koleksi menurut Leonard Montague
dalam buku Harrod’s Librarian’s Glossary adalah:
31
Edward G. Evans, Developing Library and Information center collection (London:
2005, Libraries Unlimited), h. 49.
24
“Proses perencanaan program akuisisi untuk memenuhi
kebutuhan mendesak, tetapi untuk membangun koleksi yang koheren
dan dapat diandalkan selama beberapa tahun, untuk memenuhi tujuan
dari layanan perpustakaan. Istilah menuntut kedalaman dan kualitas
saham, dan termasuk aktivitas yang terkait terhadap eksploitasi
publisitas koleksi, pelatihan staf, dll.”32
Koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan jelas merupakan
salah satu faktor yang perlu menjadi perhatian utama dalam
menunjang eksistensi perpustakaan. Koleksi adalah sejumlah
dokumen yang bisaberupa buku, laporan, arsip dan lain-lain yang
dikumpulkan dalam suatu ruangan baik yang secara fisik terlihat
ataupun dalam suatu lokasi virtual oleh satu ataun lebih orang atau
yang dikumpulkan oleh sebuah entitas organisasi dan diatur dengan
menggunakan aturan sistematis untuk memudahkan temu kembali. 33
Pengembangan koleksi dapat disimpulkan bahwa proses
pengembangan koleksi yang diba dikatakan berhasil bila dala proses
tersebut bisa menyediakan suatu informasi, dalam format yang tepat,
kepada tangan orang yang tepat, dan di waktu yang tepat pula saat
orang tersebut benar-benar membutuhkannya.34
Dengan membaca definisi yang diberikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kebijakan pengembangan koleksi adalah suatu
ketentuan atau ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan cara pengembangan koleksi perpustakaan yang telah
32
Leonard Montague, Harrod’s Librarians Glossary (England: 1995, Gower Publishing
Company Limited), h. 146. 33
Joan M Reitz, Dictionary For Library And Information Science (London: libraries
unlimited, 2004) h. 156. 34
Wayne Disher, Crash Course In Collection Development (London: libraries unlimited,
2007), h. 98.
25
disetujui oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab atas upaya
penambahan dan perluasan koleksi disuatu perpustakaan yang di
dalamnya mencakup segala aktivitas yang berkaitan dengan
perencanaan, pendanaan, pemilihan, dan pengadaan bahan pustaka.
Kebijakan pengembangan koleksi ini juga akan menjadi sebuah
kerangka kerja dan sekumpulan parameter yang dijadikan sebagai
acuan kerja oleh sfat perpustakaan dan menilai pelayanan kepada
pengguna perpustakaan.
c. Kebijakan Pengembangan Koleksi
Menurut ALA Glossary of Library and Information Science tahun
1983 Kebijakan pengembangan koleksi yaitu:
“Sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan penentuan dan
koordinasi kebijakan seleksi, menilai kebutuhan pemakai, studi
pemakaian koleksi, evaluasi koleksi, identifikasi kebutuhan
koleksi, seleksi bahan pustaka, perencanaan kerjasama
sumberdaya koleksi, pemeliharaan koleksi dan penyiangan
koleksi perpustakaan.”35
Menurut Joan M. Reitz dalam Dictionary For Library And
Information Science kebijakan pengembangan koleksi yaitu;
“Pernyataan tertulis yang dibuat secara resmi dari prinsip-prinsip
perpustakaan, termasuk kriteria yang digunakan dalam
pengambilan keputusan mengenai seleksi bahan pustaka (bidang
yang dicakup, derajat, spesialisasi, tingkat kesulitan, bahasa,
format, keseimbangan, dll) dan kebijakan mengenai hadiah dan
pertukaran. Kebijakan pengembangan koleksi dapat sangat
membantu dalam menjawab tantangan dari kelompok penekan.”36
35
Pengadaaan Bahan Pustakan Pada Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah, Artikel
diakses pada hari Jum’at 28 Februari 2014 dari http://
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30017/3/Chapter%20II.pdf 36
Joan M Reitz, Dictionary for Library and Information Science (London: 2004,
Libraries Unlimited), h. 157.
26
Menurut G. Edward Evans dalam buku Developing Library and
Information Center Collection kebijakan pengembangan koleksi yaitu;
“Rencana induk perpustakaan untuk membangun dan memelihara
koleksinya. Seperti semua rencana barang, kebijakan
pengembangan koleksi harus mencerminkan dan berhubungan
dengan rencana lain perpustakaan, terutama yang jangka panjang
dan strategis dalam karakter. itu juga harus up to date dalam hal
misi keseluruhan perpustakaan dan tujuan.”37
Kebijakan pengembangan koleksi yang tertulis harus menjadi
dokumen yang bisa di akses oleh siapa saja atau menjadi sebuah dokumen
publik. Ini karena bila ada orang yang ingin membacanya dia akan
mengetahui untuk siapa utamanya koleksi ditujukan, siapa yang benar-
benar bertanggung jawab dalam melakukan seleski bagaimana seleksi
dilakukan, prioritas yang ada untuk koleksi, bahan pustaka yang tidak akan
dimasukan ke dalam koleksi, dan bagaimana koleksi dirawat, digunakan
dan dievaluasi.38
2. Fungsi Kebijakan Pengembangan koleksi
Fungsi kebijakan pengembangan koleksi tertulis:
1). Pedoman bagi para selektor untuk untuk bekerja lebih teraraH
2). Sarana komunikasi untuk memberitahu para pemakai, administrator,
dewan pembina dan pihak lain, apa cakupan dan ciri-ciri koleksi yang
telah ada dan rencana untuk pengembangan selnjutnya.
3). Sarana perencanaan untuk membantu dalam proses alokasi dana
37
G. Edward Evans, Developing Library and Information center collection, h. 49. 38
Wayne disher, Crash Course In Collection Development, h. 87.
27
4). Membantu menetapkan metode penilaian bahan
5). Membantu memilih metode pengadaan
6). Membantu menghadapi masalah sensor
7). Membantu perencaan kerjasama
8). Membantu identifikasi bahan yang perlu dipindahkan ke gudang atau
dikeluarkan dari koleksi (evaluasi).39
3. Pengertian Kebijakan Publik
Pengertian kebijakan publik menurut beberapa ahli yaitu:
1) Thomas R. Dye
Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai berikut:
"Publik Policy is whatever the government choose to do or
not to do". (Kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah
untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu). Menurut
Dye juga kebijakan publik sebagai suatu upaya untuk mengetahui
apa sesungguhnya yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa mereka
melakukannya, dan apa yang menyebabkan mereka melakukannya
secara berbeda-beda. Dia juga mengatakan bahwa apabila
pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan, maka tindakan
tersebut harus memiliki tujuan., karena kebijakan publik merupakan
"tindakan" pemerintah. Apabila pemerintah memilih untuk tidak
melakukan sesuatu, inipun merupakan kebijakan publik, yang
tentunya ada tujuannya. Hal ini disebabkan karena sesuatu yang
tidak dilakukan oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh yang
sama besar dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah”.
Sebagai contoh: becak dilarang beroperasi di wilayah DKI
Jakarta, bertujuan untuk kelancaran lalu-lintas, karena becak
dianggap mengganggu kelancaran lalu-lintas, di samping dianggap
kurang manusiawi. Akan tetapi, dengan dihapuskannya becak,
kemudian muncul "ojek sepeda motor". Meskipun "ojek sepeda
motor" ini bukan termasuk kendaraan angkutan umum, tetapi
Pemerintah DKI Jakarta tidak meiakukan tindakan untuk
39
Encang Saepudin, “Kebijakan Seleksi Guna Mendukung Kegiatan Pengembangan
Koleksi,” informasi diakses pada 13 Desember 2013 dari http://encangsaepudin.wordpress.
com/2009/04/24/kebijakan-seleksi-guna-mendukung-kegiatan-pengembangan-koleksi/
28
melarangnya. Tidakadanya tindakan untuk melarang "ojek" ini, dapat
dikatakan kebijakan publik, yang dapat dikategorikan sebagai "tidak
meiakukan sesuatu".
2) James E. Anderson
Anderson mengatakan:
"Publik Policies are those policies developed by
governmental bodies and officials". (Kebijakan publik adalah
kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan
pejabat-pejabat pemerintah). Dimana implikasi dari kebijakan
tersebut adalah:
a) Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau
mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.
b) Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah
c) Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan
oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih
dimaksudkan untuk dilakukan
d) Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti
merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu
masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan
keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.
e) Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif
didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat
dan memaksa”.
3) David Easton
David Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai
berikut:
"Publik policy is the authoritative allocation of values for
the whole society". (Kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-
nilai secara syah kepada seluruh anggota masyarakat). Dalam
pengertian ini hanya pemerintah yang dapat melakukan sesuatu
tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan
bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan
bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat”.40
40
William N Dunn, Analisis Kebijakan. Penerjemah Samodra Wibawa dkk.
(Jakarta: Kanisius, 1999), h.76.
29
Dengan beberapa pengertian kebijakan publik oleh para ahli di
atas, maka saya dapat menyimpulkan bahwa “kebijakan publik itu adalah
serangkaian tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi publik yang berpotensi
menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan orang banyak atau
publik yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku serta batasan-
batasan tertentu sebagai indikator pencapaian tujuan yang telah dispakati
sebelumnya”.
Jadi pada hakikatnya kebijakan itu dibuat untuk menyelesaikan
masalah-masalah publik, namun pada prakteknya tidak sedikit kebijakan
itu dapat menimbulkan masalah baru karena dampak yang ditimbulkannya
tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan ketika kebijakana itu dibuat.
hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor yang berkaitan dengan
para pembuat kebijakan maupun faktor yang berhubungan dengan sasaran
kebijakan atau bahkan lingkungan kebijakan itu sendiri.
4. Jenis-Jenis Kebijakan Publik.
Jenis kebijakan publik ada 4 yaitu:
1) Substantive and Procedural Policies.
Substantive Policy yaitu suatu kebijakan dilihatdari substansi
masalah yang dihadapi oleh pemerintah. Contoh: kebijakan
pendidikan, kebijakan ekonomi, dan Iain-lain.
30
Procedural Policy yaitu suatu kebijakan dilihat dari pihak-
pihak yang terlibatdalam perumusannya (Policy Stakeholders).
Contoh: dalam pembuatan suatu kebijakan publik, meskipun ada
Instansi/Organisasi Pemerintah yang secara fungsional berwenang
membuatnya, misalnya Undang-undang tentang Pendidikan, yang
berwenang membuat adalah Departemen Pendidikan Nasional, tetapi
dalam pelaksanaan pembuatannya, banyak instansi atau organisasi
lain yang terlibat, baik instansi/organisasi pemerintah maupun
organisasi bukan pemerintah, yaitu antara lain DPR, Departemen
Kehakiman, Departemen Tenaga Kerja, Persatuan Guru Indonesia
(PGRI), dan Presiden yang mengesyahkan Undang-undang tersebut.
Instansi-instansi/ organisasi-organisasi yang terlibat tersebut disebut
policy stakeholders.
2). Distributive, Redistributive, and Regulatory Policies.
Distributive Policy yaitu suatu kebijakan yang mengatur
tentang pemberian pelayanan/keuntungan kepada individu-
individu, kelompok-kelompok, atau perusahaan-perusahaan.
Contoh: kebijakan tentang "Tax Holiday"
Redistributive Policy yaitu suatu kebijakan yang mengatur
tentang pemindahan alokasi kekayaan, pemilikan, atau hak-hak.
Contoh: kebijakan tentang pembebasan tanah untuk kepentingan
umum.
31
Regulatory Policy yaitu suatu kebijakan yang memgatur
tentang pembatasan/ pelarangan terhadap perbuatan/tindakan.
Contoh: kebijakan tentang larangan memiliki dan menggunakan
senjata api.
3). Material Policy.
Material Policy suatu kebijakan yang mengatur tentang
pengalokasian/penyediaan sumber-sumber material yang nyata
bagi penerimanya. Contoh: kebijakan pembuatan rumah
sederhana.
4). Publik Goods and Private Goods Policies.
Publik Goods Policy yaitu suatu kebijakan yang mengatur
tentang penyediaan barang-barang atau pelayanan-pelayanan oleh
pemerintah, untuk kepentingan orang banyak Contoh: kebijakan
tentang perlindungan keamanan, penyediaan jalan umum.
Private Goods Policy yaitu suatu kebijakan yang mengatur
tentang penyediaan barang-barang/pelayanan oleh pihak swasta,
untuk kepentingan individu-individu (perorangan) di pasar bebas,
dengan imbalan biaya tertentu.Contoh: kebijakan pengadaan
barang-barang/pelayanan untuk keperluan perorangan, misalnya
tempat hiburan, hotel, dan Iain-lain.41
41
Ibid, 79.
32
C. Pengadaan Bahan Pustaka
1. Pengertian Pengadaan
Pengadaan atau yang disebut acquisitions adalah kegiatan
yang terkait dalam memilih, memesan dan menerima bahan-bahan
pustaka untuk perpustakaan. Kegiatan ini termasuk penganggaran
dan penerbit. Tujuan dari staf akuisisi adalah untuk memperoleh
materi dengan cepat dan ekonomis mungkin menjadi minat
pengguna potensial, dan untuk memberikan informasi tentang
keadaan semua permintaan.42
2. Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka
Pengadaan bahan pustaka adalah proses menghimpun
bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi. Koleksi yang diadakan
oleh suatu perpustakaan hendaknya relevan dengan minat dan
kebutuhan, lengkap, dan terbitan mutakhir agar tidak
mengecewakan masyarakat yang dilayani. Koleksi perpustakaan
berasal dari berbagai macam sumber seperti hadiah, pembelian,
tukar menukar, titipan dan pembelian.43
Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dan
kebijakan pengembangan koleksi sebuah perpustakaan. Semua
kebijakan pengembangan koleksi akhirnya bermuara dan
pengadaan bahan pustaka. Dalam kegiatan pengadaan bahan
42
John Feather, International Encyclopedia of information and library Science
(Newyork: Roudledge, 2003), h. 6 43
Soetminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan (Yogyakarta: Kanisius,
1992),
33
pustaka, perpustakaan terikat dan sekaligus dipandu oleh rambu-
rambu yang tertuang dalam kebijakan pengembangan koleksi.
Koleksi yang mana yang menjadi prioritas utama pengadaan sudah
ditentukan dalam kebijakan pengembangan koleksi. Dengan
demikian arah pengembangan koleksi sudah jelas. Hal ini penting
untuk dilaksankan dengan tujuan untuk menghindari buku atau
jenis lainnya yang sebenarnya kurang bermanfaat bagi pengguna
jasa perpustakaan masuk kedalam jajaran koleksi.44
Hal yang terpenting untuk mewujudkan peran perpustakaan
yang perlu diperhatikan adalah koleksi yang dimiliki perpustakaan
tersebut. Karena koleksi harus benar-benar sesuai dengan
kebutuhan penggunanya. Sedangkan adanya koleksi harus lewat
proses pengadaan bahan pustaka yang ada diperpustakaan. Setiap
bahan pustaka yang akan diadakan oleh perpustakaan biasanya
dilakukan seleksi terlebih dahulu, penyeleksian merupakan faktor
yang penting, maka diperlukan suatu kemampuan dan keahlian
serta pengalaman agar suatu perpustakaan selalu berupaya untuk
menyajikan informasi yang dapat memuaskan penggunanya.45
Dari pengertian pengadaan bahan pustaka di atas dapat
disimpulkan bahwa pengadaan bahan pustaka adalah rangkaian
kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang
akan dimiliki oleh perpustakaan.
44
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2001), h. 57. 45
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, h.59.
34
3. Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka
Tujuan perpustakaan khusus menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI) adalah untuk memenuhi kebutuhan materi
perpustakaan atauinformasi di lingkungannya dalam rangka
mendukung pencapaian misi instansi induknya.46
Pengadaan bahan pustaka dimaksudkan agar koleksi
perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuaian
diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan koleksi perpustakaan.
Koleksi perpustakaan harus terbina dari suatu seleksi yang
sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan, rencana,
anggaran yang tersedia. Dengan adanya pengadaan bahan pustaka
maka koleksi perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga
tujuan perpustakaan dapat tercapai.
4. Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka
Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan
menyediakan bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi
perpustakaan. Bagian pengadaan bahan pustaka juga
mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada dalam
koleksi. Bagian pengadaan bahan pustaka juga sangat memerlukan
pembinaan bahan pustaka atau koleksi. Pembinaan koleksi
perpustakaan merupakan salah satu dari kerja pelayanan teknis
46 Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta:
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009, 2009).
35
yang harus dilakukan perpustakaan dalam usahanya untuk
memberikan pelayanan informasi kepada pengguna. Untuk itu,
perlu disadari oleh petugas, anggota staf, dan pengguna secara
umum menjaga koleksi perpustakaan menjadi tanggung jawab
bersama.47
D. Surat Kabar
1. Tentang Surat Kabar
Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang
jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi
pembaca, peredarannya serta penekanan isinya.
Kebanyakan surat kabar mengandalkan hidupnya dari iklan,
bahkan kenaikan harga kertas Surat kabar sebagai bahan baku utama
surat kabar sering kali tidak mengakibatkan kenaikan harga jual surat
kabar per eksemplar secara profesional. Kehadiran iklan dalam media
cetak dengan kata lain telah mampu mensubsidi harga eceran surat
kabar.
Berdasarkan pengalaman selama tahun 1970-1985 diketahui
ternyata lebih banyak surat kabar dan majalah gulung tikar karena
tidak mendapatkan iklan, sekalipun di Indonesia budaya membaca
belum terlalu memasyarakat. Surat kabar merupakan media utama
47
Surachman Arif “Pengelolaan Perpustakaan Khusus” diakses pada hari Minggu, 8
Maret dari ,http://arifs.staf.ugm.ac.id.
36
yang banyak digunakan dalam periklanan di Indonesia, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti :
1. Jangkauan distribusi surat kabar tidak dibatasi.
2. Jangkauan media lainnya, radio dan televisi dibatasi.
3. Harga satuan surat kabar murah dan dapat dibeli eceran.48
2. Pengertian Surat Kabar
Surat kabar adalah Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk
dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-
berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala,
bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya
pun harus aktual, juga harus bersifat universal, maksudnya
pemberitaannya harus bersangkut-paut dengan manusia dari berbagai
golongan dan kalangan.
Surat kabar juga dikemukakan oleh George Fox Mott yaitu :
1. ”Suatu lembaga masyarakat yang punya fasilitas dan target
masing-masing.
2. Suatu pelayanan masyarakat atau melayani masyarakat untuk
kepentingan-kepentingan informasi.
3. Pemimpin yang bertujuan untuk memimpin pada masyarakat yang
menyangkut nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.
4. Penghubung antara masyarakat dalam menyampaikan informasi-
informasi.
5. Penjual pengetahuan menyerap berbagai informasi dan
pengetahuan lalu menyebarkannya kepada masyarakat.”49
48
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia (
Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti, 1992), h. 5. 49
Junaedi Kurniawan, Ensiklopedi Pers Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1991) h. 132
37
Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang
jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi
pembaca, peredarannya serta penekanan isinya.Selain pendapat di
atas pengertian surat kabar juga yaitu lembaran tercetak yang
memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit
secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual,
mengenal apa saja di seluruh dunia yang mengandung nilai-nilai
untuk diketahui khalayak pembaca.50
3. Ciri-ciri Surat Kabar
Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai surat kabar
sebagai salah satu jenis media cetak, maka kita pun harus
mengetahui ciri-ciri dari surat kabar itu sendiri, yaitu :
a. Pubilisitas
Pengertian pubilitas ialah bahwa surat kabar diperuntukan
oleh umum karenanya berita, tajuk rencana, artikel dan lain-
lain menyangkut kepentingan umum.
b. Universalitas
Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukan
bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai
kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek
kehidupan manusia.
50
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1984), h. 221.
38
c. Perioditas (Kontinuitas)
Perioditas (Kontinuitas) adalah keteraturan terbitnya surat
kabar, bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari bisa pula satu
kali atau dua kali seminggu.
d. Aktualitas
Aktualitas adalah kecepatan penyampaian laporan
mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Aktualitas
adalah terjemahan dari bahasa Belanda actualiteit. Bagi surat
kabar aktualitas ini merupakan faktor yang amat penting karena
menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan
berhubungan dengan nama baik surat kabar yang
bersangkutan.51
e. Terdokumentasikan
Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam
bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa
diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting
untuk diarsipkan atau di buat klipping. Misalnya karena berita
tersebut berkaitan dengan instansinya, atau artikel itu
bermanfaat untuk menambah pengetahuannya. Klipping berita
oleh sebuah instansi biasanya dilakukan oleh staf public
relations untuk dipelajari dalam rangka menentukan kebijakan
51
ibid. 154
39
selanjutnya, karena berita tersebut dianggap sebagai masukan
dari masyarakat (publik eksternal).52
4. Sifar Surat Kabar
Dibandingkan dengan media elektronik yang menyiarkan
pemberitaan seperti radio dan televisi, ditinjau dari ilmu komunikasi
sifat surat kabar, yakni:
1. Terekam
Artinya berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun
dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf,
yang di cetak pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa atau
hal yang diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat
dibaca setiap saat dan dapat diulangkaji, bisa dijadikan
dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan
tertentu.
2. Menimbulkan perangkat mental secara aktif
Karena berita surat kabar yang dikomunikasikan kepada khalayak
menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak ”mati” di
ataskerta, maka untuk dapat mengerti makanya pembaca harus
menggunakan perangkat mentalnya secara aktif.
3. Pesan menyangkut kebutuhan komunikan
52
Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa (Bandung: Simbiosa Pekatama Media,
2007), h. 113.
40
Dalam proses komunikasi, pesan yang disampaikan kepada
komunikan menyangkut teknik transmisinya agar mengenai
sasarannya dan mencapai tujuannya.
4. Efek sesuai dengan tujuan
Efek yang diharapkan dari pembaca surat kabar bergantung pada
tujuan si wartawan sebagai komunikator.53
5. Fungsi Surat Kabar
Pada jaman modern sekarang ini, surat kabar tidak hanya
mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar.
Karena itu fungsi surat kabar sekarang meliputi berbagai aspek, yaitu :
a. Menyiarkan informasi
Menyiarkan informasi adalah fungsi surat kabar yang pertama
dan utama khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar
karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal mengenai
peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang
dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain
sebagainya.
b. Mendidik
Sebagai sarana pendidikan massa (Mass Education), surat kabar
memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga
khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini
53
ibid 155.
41
bisa secara implicit dalam bentuk berita, bisa juga secara eksplisit
dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita
bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek
pendidikan.
c. Menghibur
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk
mengimbangi berita-berita berat (Hard News) dan artikel yang
berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita
pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok,
karikatur, tidak jarang juga berita mengandung minat insani (Human
Interest) dan kadang-kadang tajuk rencana.
d. Mempengaruhi
Mempengaruhi adalah fungsinya yang keempat yakni fungsi
mempengaruhi yang menyebabkan surat kabar memegang peranan
penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari
surat kabar secara implicit terdapat pada berita, sedang secara
eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Fungsi
mempengaruhi khusus untuk bidang perniagaan pada iklan-iklan
yang dipesan oleh perusahaan-perusahaan”.54
Fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah
informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca
surat kabar, yaitu keingin tahuan akan setiap peristiwa yang terjadi
54
ibid 149.
42
di sekitarnya. Karenanya, sebagian besar rubriksurat kabar terdiri
dari berbagai jenis berita namun demikian fungsi hiburan surat
kabar pun tidak terabaikan karena tersedianya rubrik artikel ringan.
Feature (laporan perjalanan, laporan tentang profil seseorang
yang unik), rubrik cerita bergambar atau komik, serta cerita
bersambung. Begitu pula dengan fungsinya mendidik dan
mempengaruhi akan ditemukan pada artikel ilmiah, tajuk rencana
atau editorial dan rubrik opini. Fungsi pers, khususnya surat kabar
pada perkembangannya bertambah, yakni sebagai alat kontrol sosial
yang konstruktif.55
Selain hal tersebut di atas surat kabar sebagai media massa
mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat seperti
dikatakan oleh Yakob Oetomo yaitu :
“Berbagai penelitian mengungkapkan orang mambaca surat
kabar, hal itu merupakan sarana untuk hidup, pers menjadi
perabot rumah tangga yang lebih dalam maknanya dari perabot
meja dan kursi, pers menjadi sarana hidup sebab untuk hidup
orang perlu mengetahui lingkungannya dan berkomunikasi
dengan lingkungannya, untuk masyarakat semakin luas, kompak
serta pesatnya perkembangan pers menjadi sarana disamping
berbagai media massa lainnya”.56
Arti pentingnya surat kabar terletak pada fungsi utamanya dalam
melengkapi berita bagi para pembacanya, sebagai agen perubahan sosial.
Menurut Schramm surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran
sebagai berikut :
55
Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa, h. 111.
56
Yakob Oetomo, Persuratkabaran di Indonesia Dalam Era Informasi, Perkembangan,
Permasalahannya dan Perspektifnya (Jakarta: Sinar Harapan, 1986), h. 67.
43
a. ”Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui
surat kabar orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang
dialami di negara-negara lain.
b. Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan
yang ditulisnya. Dalam masyarakat modern gambaran kita
tentang lingkungan yang jauh diperoleh dari pers dan media
massa lainnya, masyarakat menilai menggantungkan
pengetahuan pers dan media massa.
c. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan
media, suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka
dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut.
d. Pers mampu menciptakan suasana membangun. Melalui pers
dan media massa dapat disebarluaskan informasi kepada
masyarakat, ia dapat memperluas cakrawala, pemikiran serta
membangun simpati, memusatkan perhatian pada tujuan
pembangunan sehingga tercipta suasana pembangunan yang
serasi dan efektif”. 57
Dengan demikian surat kabar telah membawa banyak
perubahan pada kehidupan individu dan masyarakat lewat berita-berita
dan artikel yang disajikan, serta iklan-iklan yang ditawarkan dengan
berbagai bentuk dan tulisan yang menarik, cakrawala pandangan
seseorang menjadi bertambah, sehingga dapat tercipta aspirasi untuk
membenahi diri dan lingkungannya.
6. Kelebihan dan Kelemahan Surat Kabar
Sebagai media komunikasi surat kabar memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan
oleh khalayak, sehingga saling melengkapi atau mengisi dengan media
lainnya. Kelebihan surat kabar ialah bahwa berita yang disiarkannya
57
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa (Bandung: Simbiosa Pekatama Media, 2007),
h.121-122
44
dapat dibaca kapan saja dan secara berulang-ulang, surat kabat mudah
dibawa, selain dapat dijadikan bukti otentik (dokumentasi) juga isi
beritanya yang lebih mendalam dan mendetail akan data-datanya.
Berbeda dengan media lainnya seperti radio dan televisi, yang untuk
menikmati berita yang disiarkannya, khalayak harus memiliki waktu dan
tempat tertentu untuk berada didepan televisi.
Selain itu surat kabar memiliki kelemahan seperti juga media
lainnya. Yang pertama kelemahan dari surat kabar yaitu pembaca
biasanya melihat dulu Headline dari sebuah berita jadi jika menurutnya
tidak menarik maka berita tersebut tidak akan dibacanya. Yang kedua,
surat kabar mudah rusak jika tidak di simpan secara baik. Ketiga,
kelemahan surat kabar itu khalayak harus memiliki tingkat kemampuan
membaca. Sedangkan tingkat melek huruf masyarakat sendiri masih
rendah, apalagi untuk meningkatkan budaya baca.58
7. Kategori Surat Kabar
Surat kabar dapat di kelompokan pada berbagai kategori. Dengan
kategori sebagai berikut :
1. Dilihat dari Ruang Lingkup
a. Surat Kabar Nasional
b. Surat Kabar Regional
c. Surat Kabar lokal
58
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, h. 141
45
2. Ditinjau dari Bentuk
a. Surat Kabar Harian
b. Tabloid
3. Dilihat dari Bahasa
a. Surat Kabar berbahasa Indonesia
b. Surat Kabar berbahasa Inggris
c. Surat Kabar Berbahasa Daerah
Namun jika dilihat dari segmentasinya surat kabar terbagi
menjadi dua bagian yaitu menengah keatas dan menengah kebawah
dengan pertimbangan berita yang dimuat pada surat kabar tersebut.59
E. Efektifitas
1. Pengertian Efektif
Efektif adalah ada efekya (pengaruh, membawa hasil, kesannya),
manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna, (usaha,
tindakan). Keefektifan adalah keadaan berpengaruh, hal berkesan,
kemanjuran, kemujaraban, keberhasilan, (usaha, tindakan), hal mulai
berlakunya (tentang undang-undang, peraturan). 60
2. Pengertian Efektifitas
Efektifitas yaitu berfokus pada akibatnya, pengaruhnya atau
efeknya, efektifitas merupakan pemanfaatan sumber daya, sarana dan
prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
59
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa, h. 114. 60
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. 2003 h 284.
46
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan
yang dijalankannya. Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi
tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan
semakin mendekati sasaran, berarti semakin tinggi efektifitasnya.61
F. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
1. Pengertian Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Di Negara Indonesia yang merupakan bagian dari lembaga
legislatif adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Anggota DPR
berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat,
sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan
yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota. DPR
adalah dewan negara dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia
yang merupakan dewan perwakilan rakyat, sebagaimana yang ternyata
dari namanya. Dewan ini memegang kekuasaan untuk merancang
hukum, dan memainkan peran legislatif, anggaran, dan pengawasan.
DPR terdiri atas anggota-anggota partai politik yang menang
dalam pemilihan umum. Anggota DPR kurang lebih berjumlah 560
orang dan bertugas selama lima tahun, dengan akhir periode mereka
61
Markus Zahnd, Perancangan Kota Secara Terpadu: Teori Perancangan Kota dan
Penerapannya (Yogyakarta: Kanisius, 1999), h. 45.
47
berbetulan dengan waktu anggota-anggota DPR yang baru mengangkat
sumpah. 62
2. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat
Lembaga negara DPR yang bertindak sebagai lembaga legislatif
mempunyai fungsi sebagi berikut :
a. Fungsi legislasi, artinya DPR memiliki fungsi sebagai lembaga
pembuat undang–undang.
b. Fungsi anggaran, DPR memiliki fungsi sebagi lembaga yang
berhak untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN)
c. Fungsi Pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga legislatif yang
melakukan pengawasan tehadap pemerintahan yang menjalankan
undang-undang.63
3. Tugas dan Wewenang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Dalam melaksanakan Fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran dan Fungsi
Pengawasan, DPR mempunyai tugas dan wewenang antara lain:
a. Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.
b. Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan
terhadap Peraturan Pernerintah Pengganti Undang-Undang.
62
Artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2014 dari http://id.shvoong.com/law-and-
politics/administrative-law/2297963-pengertian-dpr-dewan-perwakilan-rakyat/
63
informasi diakses pada tanggal 21 Januari 2014 dari http://www.dpr.go.id/id/fungsi/
48
c. Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang
diajukan oleh DPD yang berkaitan dengan bidang otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi Iainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah dan mengikut sertakan dalam
pembahasannya dalam awal pembicaraan tingkat I.
d. Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan
undang-undang yang diajukan oleh DPR maupun oleh pemerintah
sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada awal pembicaraan
tingkat I.
e. Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-
Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Rancangan
Undang-Undàng yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
agama dalam awal pembicaraan tingkat I.
f. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama
Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
g. Membahas dan menindak lanjuti hasil pengawasan yang diajukan
oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, pajak, pendidikan, dan agama.
49
h. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan
memperhatikan pertimbangan DPD.
i. Membahas dan menindak lanjuti hasil pemeriksaan atas
pertanggung jawaban keuangan negara yang disampaikan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan.
j. Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi,
dan pendapat.
k. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat.
l. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan undang-undang.64
64
informasi diakses pada tanggal 21 Januari 2014 dari http://www.dpr.go.id/id/tugas/
50
BAB III
GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DPR RI
A. Sejarah Singkat Perpustakaan DPR RI
Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
berdiri sejak pemeritah Negara indonesua masih berbentuk Negara
Republik Indonesia Serikat (RIS) yang bertempat di daerah istimewa
Yogyakarta. Sekitar tahun 1951. Perpustakaan ini merupaka kelanjutan
dari “bibliotheca volkstraad”, milik pemerintah Hindia Belanda di
Indonesia. Sebagian koleksi merupakan peninggalan dari Perpustakaan
“volkstraad”. Sejak ibukota pemerintah republik Indonesia pindah ke
Jakarta, perpustakaan ditempatkan di gedung yang berlokasi di lapangan
banteng, yang sekarang menjadi Gedung Balai Pustaka.
Tahun 1965, perpustakaan pindah ke Gedung DPR RI di senayan
atau Gedung Pemuda. Tahun 1986, perpustakaan pindah ke Gedung Gatot
Subroto yang berlokasi di lantai dasar. Namun, perpustakaan ini masih
mengalami beberapa kali pindah lokasi. Tahun 1970, perpustakaan
menempati lantai 2 Gedung Pustaka Loka. Sedangkan tahun 1985
perpustakaan menempati lantai 1 Gedung Pustaka Loka. Pada tahun 1997,
perpustakaan pindah ke Gedung Baru Nusantara 1 di lantai 4.
Namun dengan adanya penambahan jumlah anggota dewan DPR
RI, maka pada tahun 2003 untuk sementara perpustakaan pindah dan
menempati ruang press room lantai 1 dan 23 Gedung Nusantara 1 dan 23
51
Gedung Nusantara 1. Tahun 2004, perpustakaan menepati lantai 1 dan 2
Gedung Paripurna Nusantara II hingga sekarang.
Berdasarkan dengan peraturan Sekretariat Jenderal DPR RI Nomor
400/SETJEN DPR RI/ 2005 tentang organisasi dan tata kerja Sekretariat
Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, perpustakaan
mempunyai tugas untuk melaksanakan pengelolaan perpustakaan.
B. Visi, Misi, Tujuan, Motto, Dasar Hukum Perpustakaan DPR RI
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya perustakaan khusus DPR
RI menetapkan visi dan misi. Adapun visi yang dimaksud adalah:
“Menjadi perpustakaan parlemen yang unggul dalam menyediakan sumber
informasi untuk mendukung fungsi dan tugas DPR RI”. Sedangkan
misinya adalah “ Menyediakan akses informasi yang mendukung tugas
dan fungsi DPR RI meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan”.
Tugas dari perpustakaan DPR RI adalah mengumpulkan dan
menyususn bahan pustaka yang berkaitannya dengan tugas DPR RI dan
sekjen DPR RI, memberikan layanan dan mendayagunakan bahan pustaka
atau koleksi yang dimiliki, memelihara bahan pustaka atau koleksi yang
dimiliki, membuat nomor klasifikasi untuk buku dan referensi, membuat
abstrak pustaka, mengadakan hubungan kerjasama dengan perpustakaan
dari instansi lain, melakukan tata usaha perpustakaan, tugas-tugas lain
yang ditentukan oleh Sekretariat Jendral DPR RI.
52
Tujuan dari perpustakaan DPR RI yaitu terwujudnya pelayanan
perpustakaan yan cepat, tepat, akurat, pengolahan bahan pustaka menjadi
lebih berdaya guna, terciptanya database perpustakaan, dapat digunakan
oleh beberapa pengguna secara bersamaan, menghemat tempat dalam
penyimpanan dokumen, bahan pustaka langka yang masih memiliki nilai
informasi penting dapat terselamatkan informasinya.
Dasar hukum dari perpustakaan DPR RI yaitu UU No.20/PRP
tahun 1961 tentang Tugas Kewajiban Dan Lapangan Pekerjaan
Dokumentasi dan Perpustakaan dalam lingkungan pemerintahan, Keppres
No.64 Tahun 1992 tentang Perpanjangan Batas Usia Pension Bagi
Pegawai Negeri Sipil yang Menduduki Jabatan Fungsional Pustakawan,
Teknisi Penerbangan, Penguji Mutu Barang Dan Pranata Komputer,
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Apatur Negara No.
18/MENPAM/1988 tanggal 29 Februari 1988 tentang Angka Kredit Bagi
Jabatan Pustakawan, Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No.
0103/0/1981 tentang Pokok Kebijaksanaan Pembinaan dan Pengembangan
Perpustakaan di Indonesia, Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No.
53649/MPK/1988 dan No. 15/SE/1988 tentang Angka Kredit Bagi Jabatan
Pustakawan, Peraturan Sekretariat Jendral DPR RI No. 400/SETJEN/2005
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal DPR RI.
Motto Perpustakaan DPR RI “GREEN” Gesit, Ramah, Empati,
Efektif dan Nyaman”.
53
C. Struktur Organisasi Perpustakaan DPR RI
Perpustakaan DPR RI berada di bawah P3DI (Pusat Pengkajian,
Pengulahan Data dan Informasi), karena perpustakaan merupakan tempat
penelitian, pengolahan informasi dan penyedia informasi bagi staf dan
karyawan di DPR RI.
Berdasarkan peraturan sekretariat jenderal DPR RI
No.400/SETJEN DPR RI/ 2005 tentang organisasi dan tata kerja
Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
perpustakaan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perpustakaan.
untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 83, bidang
perpustakaan mempunyai tugas utama yaitu:
1. Pengadaan dan memelihara bahan pustaka
2. Pelayanan jasa perpustakaan
Semua staf perpustakaan bertanggung jawab langsung kepada
kepala bidang perpustakaan DPR RI.
54
Gambar 1
Struktur Organisasi Perpustakaan DPR RI
D. SDM Perpustakaan DPR RI
Perpustakaan DPR RI memiliki sumbar daya tenaga yang
struktural mempunyai masing-masing latar belakang pendidikan yaitu:
Table 1
SDM Berdasarkan Jumlah Pendidikan
Pendidikan Jumlah
Master (S2) 4 Orang
Strata satu (S1) 5 Orang
DEPUTI BIDANG ANGGARAN DAN
PENGAWASAN
PUSAT PENGKAJIAN,
PENGOLAHAN DATA
INFORMASI (P3DI)
SUB. BAGIAN
TATA USAHA
BIDANG
PENGKAJIAN
BIDANG
PERPUSTA
KAAN
BIDANG
ARSIP &
DOKUMENTA
SI
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSION
AL
BIDANG
DATA &
INFORMA
SI
55
Diploma (D3) 2 Orang
SMA 5 Orang
Jumlah 16 Orang
Jumlah keseluruhan dari pegawai perpustakaan adalah 17 orang
sebagian besar lulusan ilmu perpustakaan dan sisanya dari jurusan ilmu
hukum, ilmu ekonomi dan ilmu pemerintahan.
Sedangkan SDM Perpustakaan DPR RI secara formasi jabatan
secara rinci sebagai berikut
Table 2
SDM Berdasarkan Formasi Jabatan
No Jabatan Jumlah Kualifikasi Pendidikan
1 Kepala Perpustakaan 1 orang Master (S2) Ilmu Ekonomi
2 Administrasi Umum 7 orang Sarjana (S1 & S2)
3 Petugas Referensi 4 orang 3 Orang Sarjana Muda
(D3) dan 2 orang SMA
4 Pustakawan 9 orang 1 Orang Master (S2) dan 8
orang (S1)
5 Petugas Entri Data dan
Klipping
9 orang 2 Orang Sarjana Muda
(D3) dan 1 orang SMA
6 Petugas Distribusi
Kliping
1 orang SMA
56
E. Profil Pengguna Perpustakaan DPR RI
Perpustakaan DPR RI adalah perpustakaan khusus yang bernaung
di bawah lembaga sebuah Negara yaitu Sekretariat Jenderal DPR RI.
Otomatis yang berhak menjadi anggota perpustakaan DPR RI adalah
anggota DPR RI dan pegawai lingkungan Sekretariat Jenderal DPR RI.
Keanggotaan perpustakaan DPR RI melekat secara otomatis selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota DPR RI termasuk di dalamnya
sekertaris pribadi, staf ahli, pegawai out sourcing, dan honorer dapat
memanfaatkan sarana dan pelayanan Perpustakaan DPR RI dengan
memberikan surat keterangan dari atasan dan menunjukan kartu identitas
yang berlaku di lingkungan DPR RI.
F. Anggaran Perpustakaan DPR RI
Dana untuk melakukan pengadaan bahan pustakaan dengan cara
pembelian, dana tersebut didapat dari anggaran pendapatan dana belanja
Negara Sekjen DPR RI. Bidang perpustakaan tidak langsung mengelola
anggaran dana melainkan melalui Biro Analisis Anggaran Dan
Pelaksanaan APBN.
Dalam melakukan penganggaran untuk pengadaan bahan
perpustakaan diperoleh dari dana rutin APBN yang diberikan pemerintah
setiap tahunnya. Perpustakaan menganggarkan menjadi empat kali dalam
setahun yang disebut pula dengan triwulan. Triwulan pertama yaitu pada
bulan april sampai juni, triwulan kedua dimulai dari bulan juli sampai
57
bulan September, triwulan ketiga dilakukan pada bulan Oktober sampai
bulan Desember kemudian triwulan keempat dimulai pada bulan Januari
sampai bulan Maret.
Anggaran ini difungsikan untuk melakukan pembelian koleksi
buku bahan perpustakaan serta pengadaan surat kabar maupun majalan
dalam perpustakaan DPR RI. Bidang perpustakaan hanya menyusun
laporan dan mengurusi surat masuk dan keluar RKAKL (Rencana Kerja
dan Anggaran Kementrian Atau Lembaga) serta mengurusi transaksi
keuangan berupa kwitansi pembelian buku, majalah surat kabar.
G. Koleksi Perpustakaan DPR RI
Perpustakaan DPR RI merupakan salah satu perpustakaan khusus
dengan koleksi yang terkait dengan isu-isu pembangunan dan politik di
Indonesia. Selain didirikan sebagai sarana penunjang aktivitas DPR RI,
perpustakaan ini juga terbuka sebagai pusat ilmu pengetahuan dan
pembelajaran bagi masyarkat umum dengan layanan terbatas, hanya dapat
dibaca ditempat. Koleksi perpustakaa DPR RI terdiri dari:
1. Koleksi Perpustakaan
Koleksi perpustakaa DPR RI terdiri dari:
a. Koleksi Umum
Dari hasil wawancara jumlah koleksi umum secar keseluruhan
berjumlah 14133 judul buku yang sebagian besar terdiri atas
disiplin ilmu seperti hukum, politik, ekonomi, sosial dan
58
selebihnya karya umum, filsafat, agama, bahasa, ilmu murni,
teknologi, keseniah/olahraga, sastra, sejarah dan geografi.
b. Buku referensi yakni terdiri dari undang-undang, peraturan
perundang-undang elektronik, risalah peraturan perundang-
undangan, peraturan pemerintah lainnya, hasil pemeriksaan BPK,
TAP MPR RI, Undang-Undang Dasar 1945 dan amandemennya,
tata tertib DPR RI, pidato, kamus, handbook, almanak, direktori,
peta, skripsi, tesis, surat kabar, bulletin, majalah, bulletin, hasil
penelitian, jurnal, kliping, kliping elektronik, buku world bank,
risalah PBB, buku pada pusat statistik.
2. Koleksi World Bank
Koleksi umum yang diterbitkan oleh World Bank dan World Bank
Depkeu, buku-bukunya terdiri dari kebanyakan masalah ekonomi,
sosial, politik dan hukum.
3. Koleksi Terbitan Berkala (surat kabar dan majalah)
Terdiri atas 24 surat kabar dalam negeri, daerah dan majalah serta
jurnal.
Tabel 3
Jumlah Koleksi Berdasarkan Ragam Koleksi Perpustakaan DPR RI
RAGAM JUMLAH
Buku 14133 Judul
Jurnal 54 Judul
Undang-undang 230 Judul
59
Koleksi World Bank 692 Judul
Referensi 883 Judul
Terbitan DPR 589 Judul
Koleksi Asia Foundation 755 Judul
Peraturan dan Undang-Undang 1010 Judul
Koleksi elektronik 463 Judul
Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan 88 Judul
Koleksi AIPA 209 Judul
H. Gedung Perpustakaan DPR RI
Semua kegiatan perpustakaan dilaksanakan di dalam gedung
perpustakaan yang khusus di desain sesuai dengan fungsi perpustakaan
sehingga berbeda dengan perencanaan gedung perkantoran atau gedung
umum lainnya. Keterlibaran pustakawan dalam mendesain gedung
perpustakaan sangat menentukan keberhasilanperancangan yang
memenuhi persyaratan sebuah gedung perpustakaan. Jika dianggap perlu,
pustakawan dapat dibantu oleh seorang konsultan atau arsitektur yang
berpengalaman dalam mendesain gedung perpustakaan.
Perpustakaan DPR RI Jakarta menempati gedung Nusantara II
Paripurna yang terdiri dari dua lantai:
1. Lantai 1 perpustakaan tersedia surat kabar, jurnal (majalah ilmiah),
Risalah PBB dan ruang baca.
60
2. Lantai 2 perpustakaan tersedia ruang baca, study carel, ruang audio
visual, bagian peminjaman, bagian pengadaan, pengolahan, ruang
KTU (Kepala Tata Usaha), ruang pegawai dan ruang kepala
perpustakaan.
I. Fasilitas dan Perlengkapan
Perpustakaan DPR RI menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat
digunakan oleh para pemustaka. Fasilitas biasanya dihubungkan dalam
pemenuhan suatu prasarana umum yang terdapat dalam suatu perusahaan-
perusahaan ataupun organisasi tertentu. Fasilitas yang disediakan oleh
perpustakaan DPR RI adalah:
a. Fotokopi
Fotokopi adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh
perpustakaan DPR RI kepada pemustaka, khususnya untuk para
pegawai di lingkungan DPR RI dan umumnya pemustaka dari luar
lingkunga perpustakaan DPR RI. Untuk fasilitas fotokopi tidak
dikenakan biaya kecuali untu pemustaka dari luar lingkungan
perpustakaan DPR RI.
b. Wifi
Fasilitas ini dapat digunakan oleh pemustaka yang membawa barang
elektronik seperti laptop. Dengan meminta No ID kepada petugas,
pemustaka dapat menggunakan fasilitas wifi ini secara gratis.
c. OPAC
61
Katalog merupakan sistem simpan dan temu kembali informasi.
Jeniskatalog yang digunakan oleh perpustakaan DPR RI adalah
katalog online (OPAC) yang menggunakan SLiMS. Fasilitas OPAC
pada perpustakaan DPR RI terdapat kurang lebih 10 komputer yang
dapat digunakan.
d. Database Online
Pada perpustakaan DPR RI database online ini termasuk dalam
kompas online. Kompas online merupakan fasilitas yang dilanggan
oleh perpustakaan untu kemcari berita-berita atau kliping yang
berdasarkan subjek, hari, bulan dan tahun.
62
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Metode Pengambilan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif. Untuk penelitian kualitatif penulis mendapatkan data dengan
melakukan wawancara terhadap informan yaitu:
a. Nama : Tenny Rosanti, Sos, M.si
NIP : 19750517200032003
Jabatan : Fungsional Pustakawan Muda/ IIID
b. Nama : Qatriatna Widiasti, S.Hum
NIP : 1977092420002002
Jabatan : Fungsional Pustakawan Pertama/ IIIA
c. Nama : Rini Widyastuti
NIP : 167709041999032002
Jabatan : Staf Bidang Perpustakaan DPR RI (Struktural)
d. Komisi : I-Anggota
ID Anggota : A-21
Nama : H. Ahmad Muzani
Fraksi : Partai Gerakan Indonesia Raya
Dapil : Lampung I
e. Komisi : II- Anggota
ID Anggota : A-115
63
Nama : Drs. H. Rusli Ridwan, M.si
Fraksi : Partai Amanat Nasional
Dapil : Banten II
f. Komisi : III-Anggota
ID Anggota : A-149
Nama : Drs. H. Otong Abdurrahman
Fraksi : Partai Kebangkitan Bangsa
Dapil : Jawa Barat III
g. Komisi : IV-Anggota
ID Anggota : A-31
Nama : Abdul Wachid
Fraksi : Partai Gerakan Indonesia Raya
Dapil : Jawa Tengah II
h. Komisi : V-Anggota
ID Anggota : A-218
Nama : Drs. H. Eldie Suwandie
Fraksi : Partai Golongan Karya
Dapil : Jawa Barat IX
i. Komisi : VI-Wakil Ketua 1
ID Anggota : A-7
Nama : Erik Satya Wardhana
Fraksi : Partai Hati Nurani Rakyat
Dapil : Jawa Barat III
64
j. Komisi : VII-Wakil Ketua 1
ID Anggota : A-238
Nama : Zainudin Amali
Fraksi : Partai Gerakan Indonesia Raya
Dapil : Jawa Timur VI
k. Komisi : VIII-Ketua
ID Anggota : A-168
Nama : Dra. Hj. Ida Fauziyah
Fraksi : Partai Kebangkitan Bangsa
Dapil : Jawa Timur VIII
l. Komisi : IX-Anggota
ID Anggota : A-216
Nama : Sunaryo Adhiwardoyo, SH. MH
Fraksi : Partai Golongan Karya
Dapil : Jawa Barat VIII
m. Komisi : X-Wakil Ketua 3
ID Anggota : A-366
Nama : Drs. Utut Udianto
Fraksi : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Dapil : Jawa Tengah VII
n. Komisi : XI-Anggota
ID Anggota : A-215
Nama : Drs. Ade Komarudin, MH
65
Fraksi : Partai Golongan Karya
Dapil : Jawa Barat VII
o. Nama : X
Jabatan: Staf Ahli
p. Nama : X
Jabatan: Staf Ahli
B. Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan
Perpustakaan DPR RI melanggan surat kabar bagi anggota dewan
sejak tahun 2001, akan tetapi Perpustakaan DPR RI sampai saat ini belum
mempunyai kebijakan tertulis mengenai pengembangan koleksi, termasuk di
dalamnya mengenai pengadaan surat kabar bagi anggota dewan, namun
tertulis pada proposal rencana kerja kegiatan bidang Perpustakaan DPR RI.
Padahal kebijakan tertulis mengenai pengadaan surat kabar dibutuhkan
sebagai pedoman bagi selektor dan ketentuan, serta ketetapan yang memuat
prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara pengadaan surat kabar Perpustakaan
DPR RI, yang telah disetujui oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab, atas
upaya penambahan dan perluasan koleksi disuatu perpustakaan yang di
dalamnya mencakup segala aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan,
pendanaan, pemilihan, dan pengadaan bahan pustaka.
Kebijakan pengadaan surat kabar ini, akan menjadi sebuah kerangka
kerja dan sekumpulan parameter yang dijadikan sebagai acuan kerja oleh staf
Perpustakaan DPR RI dan menilai pelayanan kepada pengguna perpustakaan.
66
Dari pernyataan di atas, penulis menganalisis bahwa Perpustakaan
DPR RI merupakan perpustakaan khusus instansi pemerintah, yang tugas
pokoknya melayani anggota dewan dan Setjen DPR RI dan memenuhi
kebutuhan informasi, sehingga koleksinya juga relatif terbatas yang berkaitan
dengan tugasnya. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari tentu membutuhkan
informasi yang up to date berkaitan dengan tugas DPR RI yang salah satu
tugasnya pembuat kebijakan dan undang-undang, untuk menambah informasi
para anggota dewan perlu menambah dan mengembangkan pengetahuan serta
keterampilannya.
Perpustakaan DPR RI bertugas dan berfungsi menyediakan sumber-
sumber informasi yang dapat mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan
organisasi yang menaungi. Untuk itu, Perpustakaan DPR RI mempunyai
koleksi perpustakaan dibidang yang menyediakan informasinya secara up to
date salah satunya menyediakan surat kabar.
Perpustakaan DPR RI belum mempunyai kebijakan tertulis mengenai
kebijakan pengadaan surat kabar, seharusnya suatu perpustakaan itu harus
memiliki kebijakan perpustakaan secara tertulis untuk mengembangkan
koleksinya seperti yang telah ditulis dalam Dictionary For Library And
Information Science kebijakan pengembangan koleksi yaitu;
“Pernyataan tertulis yang dibuat secara resmi dari prinsip-prinsip
perpustakaan, termasuk kriteria yang digunakan dalam pengambilan
keputusan mengenai seleksi bahan pustaka (bidang yang dicakup,
spesialisasi, tingkat kesulitan, bahasa, format, keseimbangan, dll) dan
kebijakan mengenai hadiah dan pertukaran. Kebijakan pengembangan
67
koleksi dapat sangat membantu dalam menjawab tantangan dari
kelompok penekan.”65
Kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis dapat menjadikan
staf perpustakaan mengetahui dan benar-benar berkomitmen pada tujuan dari
perpustakaan, membantu mereka mengidentifikasi kebutuhan pengguna baik
yang jangka pendek atau jangka panjang dan untuk membantu penyusunan
prioritas alokasi dana serta dapat menjadi dokumen yang bisa di akses oleh
siapa saja atau menjadi sebuah dokumen publik. Ini karena bila ada orang
yang ingin membacanya dia akan mengetahui untuk siapa utamanya koleksi
ditujukan.
Meskipun biasanya kebijakan dibuat untuk maksud yang baik, tapi
pada intinya adalah membatasi. Ini karena kebijakan menentukan tindakan apa
yang dilakukan dan mencegah penyimpangan dari aturan yang sudah
disepakati. Kebijakan berusaha menghilangkan perbedaan yang biasanya
berasal dari konflik pribadi dan tekanan lainnya. Kebijakan menjadi sarana
yang efektif untuk menyebarkan sebuah keputusan kesemua tingkatan
organisasi. Dengan adanya garis-garis besar kebijakan, semua individu di
semua tingkatan bisa membuat keputusan yang sesuai dengan garis-garis
kebijakan. 66
1. Teknis Pembelian Surat Kabar
65
Joan M Reitz. Dictionary for Library and Information Science, (London: 2004,
Libraries Unlimited) h. 157 66
Robert D Stueart, library and information center management, (Corolado: Libraries
Unlimited, 2002) h. 79
68
Pengadaan surat kabar Perpustakaan DPR RI secara lisan, seperti
kebijakan teknis pengadaan surat kabar dengan cara penunjukan
langsung ke penerbit, seperti kompas penunjukannya langsung ke
penerbit kompas dan apabila penerbit tidak bisa memberikan surat kabar,
maka penerbit tersebut harus menunjuk penerbit lain untuk mendapatkan
barang tersebut.
Dari pernyataan di atas, penulis menganalisis bahwa
Perpustakaan DPR RI sudah melakukan pembelian surat kabar bagi
anggota dewan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
Pasal (38) mengenai Pengadaan Barang/Jasa Pemeritah Tahun 2012
yang berisi bahwa:
(1). Penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya dapat dilakukan dalam hal:
a. Keadaan tertentu; dan/atau
b. Pengadaan Barang khusus/Pekerjaan Konstruksi khusus/ Jasa
Lainnya yang bersifat khusus.
2. Cara Penyebaran Surat Kabar Kepada Anggota Dewan
Cara menyebarkan surat kabar kepada anggota dewan, yaitu dengan
cara perpustakaan mendaftar dan menghitung anggota dewan yang baru,
kemudian fotokopi daftar surat kabar yang akan dibagikan kepada anggota
dewan, kemudian memberikan daftar yang berisi nama surat kabar, jadi
69
setiap anggota dewan berhak memlih 2 surat kabar yang telah dilanggan
oleh perpustakaan, surat kabar daerah dan satu majalah.
Setelah itu, surat kabar tersebut dikembalikan ke Perpustakaan DPR
RI untuk di daftar menurut masing-masing jenis surat kabar, kemuadian
dihitung dan melakukan pendataan (nama anggota dewan, ruang, surat
kabar dan majalah yang akan dilanggan) sehingga menjadi sebuah daftar
menurut masing-masing surat kabar, kemudian menghubungi penerbit atau
agen yang sebelumnya melakukan kontrak pengadaan atau langganan,
kemudian penyebaran sesuai tujuan yang dipesan sesuai kontrak. Surat
kabar yang telah dibagikan perpustakaan kepada anggota dewan menjadi
hak milik pribadi dan tidak dikembalikan ke Perpustakaan DPR RI.
Cara menyebarkan surat kabar yang sudah dilanggan oleh
perpustakaan, yaitu dengan cara masing-masing loper surat kabar dari
masing-masing penerbit, loper akan mendistribusikannya sesuai daftar
tujuan, setiap pagi masing-masing loper drop di Nusantara I di loker
anggota dewan. Nusantara I atau Lokawirasabha yaitu yang merupakan
gedungnya Anggota Dewan. Mulai dari lantai 3 sampai lantai 23 dan loper
surat kabar yaitu orang yang pekerjaannya mengantarkan surat kabar.
Pengadaan surat kabar dibandingkan koleksi Perpustakaan DPR RI
di lihat dari jumlah anggrannya lebih besar membeli surat kabar, karena
jumlah anggota dewan yang mendapatkan surat kabar pada setiap hari
banyak yaitu sekitar 560 anggota dewan. Akan tetapi untuk pembelian
70
buku Perpustakaan DPR RI mempunyai aturan tersendiri yang
memungkinkan perpustakaan melakukan pembelian melalui rekanan,
sebisa mungkin perpustakaan membeli bahan pustaka seperti buku di
bawah anggaran yang disediakan.
Perpustakaan DPR RI sudah efektif melakukan pengadaan surat
kabar, karena surat kabar mampu memberikan informasi, ditebitkan setiap
hari, berita yang disiarkannya dapat dibaca kapan saja secara berulang-
ulang, surat kabar mudah dibawa, selain dapat dijadikan bukti otentik
(dokumentasi) juga isi beritanya yang lebih mendalam dan mendetail akan
data-datanya.
Berbeda dengan media lainnya seperti radio dan televisi, yang untuk
menikmati berita yang disiarkannya, khalayak harus memiliki waktu dan
tempat tertentu untuk berada di depan televisi, sehingga Perpustakaan
DPR RI lebih memilih surat kabar sebagai salah satu penunjang tugas
DPR RI.
C. Akibat Tidak Mempunyai Kebijakan Pengadaan Secara Tertulis
a. Menjadikan staf perpustakaan tidak mengetahui dan tidak berkomitmen
pada tujuan dari perpustakaan.
b. Tidak adanya standard dalam melakukan kegiatan bidang perpustakaan
seperti penyeleksian, penyiangan, pengadaan, pengolahan bahan pustaka.
c. Tidak dapat menjadi pedoman bagi para selektor untuk untuk bekerja lebih
terarah, tidak membantu menetapkan metode penilaian bahan, membantu
71
memilih metode pengadaan, membantu menghadapi masalah sensor,
membantu perencaan kerjasama.
d. Sulitnya membantu meminimalisr kesalahan dan ketidak seimbangan
selektor dalam proses seleksi dan melakukan evaluasi pribadi staf itu
sendiri atau evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar, seperti
mengidentifikasi bahan yang perlu dipindahkan ke gudang atau
dikeluarkan dari koleksi (evaluasi).
D. Efektifitas Penggunaan Surat Kabar bagi Anggota Dewan Sebagai Salah
Satu Pembuat Kebijakan Publik
Surat kabar yang setiap hari dilanggan oleh perpustakaan, kemudian
dibagikan kepada anggota dewan itu hampir sebagian besar sudah efektif
digunakan karena, surat kabar merupakan salah satu media yang menyimpan
informasi setiap hari secara universalitas, yang artinya surat kabar memuat
aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala
aspek kehidupan manusia.
Perioditas (kontinuitas), yang artinya keteraturan terbitnya surat kabar,
bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari bisa pula satu kali atau dua kali
seminggu. dan aktualitas kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian
di masyarakat kepada khalayak sangat berguna sebagai salah satu dasar
pembuat kebijakan publik, seperti kebijakan dan undang-undang.
72
1. Proses Membuat Kebijakan Publik
Kebijakan publik sebenanya menjadi sebuah aturan yang dibuat
kepentingan publik atau masyarakat. Sebagai Negara yang berlandaskan
hukum, Indonesia merupakan Negara hukum, dimana setiap warga negaranya
terikat dengan hukum. Sebagai implikasinya dalam kesejahteraan masyarakat,
pemerintah membentuk sebuah kebijakan yang mengatur supaya masyarakat
lebih tertib dan teratur, salah satuna dengan kebijakan publik.
Kebijakan publik dibuat untuk kepentingan masyarakat, agar
masyarakat selalu merasa aman dalam menjalankan berbagai aktifitasnya di
Indonesia. Seperti contoh, untuk keselamatan di jalan raya, pemerintah
membuat kebijakan publik mengenai aturan lalu lintas. Untuk memberikan
pelayanan masyarakat dalam bentuk fasilitas umum, pemerintah pun juga
membuat kebijakan publik seperti pelayanan di rumah sakit, penggunaan
trotoar, penertiban trayek angkutan umum dan sebagainya.
Kebijakan publik yang ditetapkan oleh pemerintah bertujuan untuk
memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Kebijakan publik tidak
saja langsung dikeluarkan langsung melakukan berbagai tinjauan langsung ke
dalam masyarakat. Kebijakan publik juga dibuat untuk mengatur ketertiban,
terutama bila terjadi persoalan yang menyangkut pelayanan publik.
Pelaksanakan kebijakan publik harus diturunkan dalam serangkaian
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku internal dalam
birokrasi. Sedangkan dari sisi masyarakat, yang penting adanya suatu standar
73
pelayanan publik, yang menjabarkan pada masyarakat apa pelayanan yang
menjadi haknya, juga bagaimana bentuk layanan itu. Hal ini akan mengikat
pemerintah (negara) seperti DPR sebagai pemberi layanan dan masyarakat
sebagai penerima layanan.
Tahap-Tahap Pembuatan Kebijakan Publik
1. Penyusunan Agenda Kebijakan Publik
Sebelum membuat kebijakan publik, tahap pertama yang harus
dilakukan oleh DPR sebagai pembuat kebijakan publik melakukan agenda
seting. Dengan melakukan agenda seting, DPR sebagai pembuat kebijakan
publik bisa memberi makna dari setiap permasalahan publik yang terjadi
berdasarkan agenda seting yang dilakukan, serta bisa membuat prioritas
dalam agenda seting publik yang akan dipertaruhkan.
Agenda seting ini dilakukan untuk mengetahui berbagai isu yang
sedang dipermasalahkan oleh publik seperti yang ada dalam media cetak
maupun elektronik. Bila isu tersebut mendapat prioritas dalam agenda
publik, maka isu tersebut memiliki hak untuk mendapatkan alokasi sumber
daya publik. Ketika melakukan agenda seting merupakan hal penting yang
tidak boleh dilupakan.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu
isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Isu
kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan
(policy problem). Isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya
74
perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian
atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi
suatu agenda kebijakan.
Ada beberapa kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik
1. Telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi
ancaman yang serius
2. Telah mencapai tingkat partikularitas tentu berdampak dramatis
3. Menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent.orang banyak (umat
manusia) dan dapat dukungan media massa
4. Mengjangkau dampak yang amat luas
5. Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat
6. Menyangkut persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan tetapi mudah
dirasakan kehadirannya
2. Formulasi Kebijakan
Setelah melakukan tahap agenda seting, dan sudah mendapatkan
isu atau masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan, kemudian
dibahas dan di diskusikan oleh anggota dewan sebagai pembuat kebijakan.
Masalah atau isu yang berkembang dalam masyarakat kemudian di
definisikan atau dijabarkan untuk dicari solusi permasalahannya. Solusi
permasalahan tersebut bersumber dari berbagai alternatif kebijakan yang
sudah ada.
Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam
agenda kebijakan, dalam tahapan perumusan kebijakan masing-masing
75
alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil
untuk memecahkan masalah. Dalam formulasi kebijakan ada beberapa
langkah yang harus dianalisis yaitu:
a. Formulasi Masalah Kebijakan
Mengkaji persoalan yang dilakukan unyuk menemukan hakekat
atau arti penting suatu masalah. Setelah ditemukan hakekat
masalahnya lalu dirumuskan dalam hubungan sebab akibat.
b. Formulasi Tujuan
Menentukan tujuan yang akan dicapai ketika membuat formulasi
kebijakan publik. Suatu kebijakan selalu mempunyai tujuan untuk
memecahkan masalah publik. Analisis kebijakan harus dapat
merumuskan tujuan-tujuan tersebut secara jelas, realitas, dan terukur.
Jelas maksudnya mudah dipahami, realitas maksudnya sesuai dengan
nilai-nilai silsafat dan terukur maksudnya sejauh mungkin bisa
diperhitunkan secara nyata, atau dapat diuraikan menurut ukuran atau
satuan tertentu.
c. Penentuan Kriteria
Analisis memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk
menilai alternatif-alternatif. Hal-hal yang sifatnya pragmatis memang
diperlukan seperti ekonomi, administrative, namun yang lebih penting
menyangkut nilai abstrak yang fundamental seperti etika dan falsafah.
d. Penyusunan Model
76
Model merupakan abstraksi dari dunia nyata, dapat pula
didefinisikan sebagai gambaran sederhana dari realitas permasalahan
yang kompleks sifatnya. Model dapat dituangkan dalam berbagai
bentuk yang dapat digolongkan sebagai berikut: skematik model (flow
chart), fisikal model (latihan pemadam kebakaran), simbolik model
(rumus matematik).
Manfaat model dalam analisis kebijakan publik untuk
mempermudah deskripsi persoalan secara struktural, membantu dalam
melakukan prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau tidaknya
perubahan dalam faktor penyebab.
e. Pengembangan Alternatif
Alternatif merupakan sejumlah alat atau cara-cara yang dapat
dipergunakan untuk memcapai, langsung ataupun tidak langsung
sejumlah tujuan yang telah ditentukan. Alternatif-alternatif kebijakan
dapat muncul dalam pikiran seseorang karena beberapa hal seperti:
berdasarkan pengamatan terhadap kebijakan yang telah ada, dengan
melakukan semacam analogi dari suatu kebijakan dalam sesuatu
bidang dan dicoba menerapkannya dalam bidang yang tengah dikaji,
merupakan hasil pengkajian dari persoalan tertentu.
f. Penilaian Alternatif
Alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan kriteria sebagaimana
yang dimaksud pada langkah ketiga. Tujuan penilaian untuk
mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai tingkat efektivitas dan
77
fisibilitas tiap alternatif dalam pencapaian tujuan, sehingga diperoleh
kesimpulan mengenai alternatif mana yang paling baik, efektif mana
yang paling banyak, efektif dan efisien.
Perlu juga menjadi perhatian bahwa, suatu alternatif secara
ekonomis menguntungkan, secara administrasi bisa dilaksanakan tetapi
bertentangan dengan nilai-nilai sosial atau bahkan mempunyai dampak
segatif kepada lingkungan dan masyarakat. Maka untuk gejala seperti
ini perlu penilaian atika dan falsafah atau pertimbangan lainnya yang
mungkin diperlukan untuk bisa menilai secara lebih objektif
g. Rekomendasi Kebijakan
Penilaian atas alternatif akan memberikan gambaran tentang
sebuah pilihan yang tepat untuk mencapai tujuan kebijakan publik.
Tugas analisis kebijakan publik pada langkah terakhir ini untuk
merumuskan rekomendasi mengenai alternatif yang diperhitungkan
dapat mencapai tujuan secara optimum.
Rekomendasi dapat satu atau beberapa alternatif, dengan
argumentasi yang lengkap dari berbagai factor penilaian tersebut.
Dalam rekomendasi ini sebaiknya dikemukakan strategi pelaksanaan
dari alternatif kebijakan yang diberikan kepada pembuat kebijaka
publik seperti pemerintah dan DPR.
3. Legitimasi Kebijakan (Adopsi)
Supaya kebijakan publik yang akan dibuat memiliki otoritas penuh
jika diterapkan di tengah-tengah masyarakat, dibuatlah sebuah legitimasi
78
kebijakan. Legitimasi dibuat untuk memberi sebuah otoritasi pada proses
dasar pemerintahan untuk mengatur masyarakat berdasarkan kedaulatan
rakyat.
Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh
kedaulatan rakyat, warga Negara akan mengikuti arahan pemerintah.
Namun warga Negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah
mendukung.
4. Implementasi Kebijakan Publik
Setelah melalui tahapan membuat legitimasi kebijakan publik.
Tahap selanjutnya melihat implementasi dari kebijakan publik yang telah
mendapat legitimasi ini. Implementasi dilakukan semacam uji coba yang
diterapkan ke dalam masyarakat untuk melihat sejauh mana kebijakan
publik yang akan dirumuskan tersebut bisa berjalan dan diterima oleh
masyarakat atau tidak.
5. Evaluasi Kebijakan (Penilaian)
Evaluasi dalam kebijakan publik dilakukan sebagai kegiatan yang
berkaitan dengan estimasi atau penilaian kebijakan publik yang terdiri dari
substansi, dampak dan implementasi.
Dalam hal ini evalusi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional.
Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja,
melainkan dilakukan dalan seluruh proses kebijakan. Dengan demikian
evaluasi kebijakan bisa meliputi tahapan perumusan masalah-masalah
79
kebijakan, program-program yang diusulkan unyuk menyelesakan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
Misalnya, kasus Darsem. Muncul keprihatinan masyarakat
Indonesia terhadap Darsem, sebagai salah satu pahlawan devisa Negara
yang banyak dibela oleh masyarakat, bahkan ada gerakan sejuta koin
untuk Darsem yang dipelopori oleh masyarakat sebagai bentuk
keprihatinan. Melihat bahwa kasus Darsem ini menjadi trending topic di
masyarakat seperti di media cetak dan elektronik, apalagi ini menyangkut
nyawa seorang WNI di luar negeri, maka pemerintah harus mengambil
kebijakan. Setelah mengadakan perundingan sesuai dengan tahap
pembuatan kebijakan, akhirnya Pemerintah melalui menteri luar negeri
dan juga Dubes RI di Arab Saudi menebus Darsem dengan sejumlah uang
agar bebas dari hukuman pancung. Darsem akhirnya pulang ke tanah air.
2. Hasil Kebijakan, Rancangan Undang-Undang dan Undang-Undang
Berikut hasil kebijakan, rancangan undang-undag, undang-undang
yang telah dibuat oleh 11 komisi periode 1999-2004, 2004-2009, 2009-
2014 yang informasinya diperoleh dari surat kabar seperti:
a. Komisi I
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang
Penyiaran.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik.
80
3. Kasus Darsem tahun 2012, yang bekerja sebagai tenaga kerja
Indonesia yang terancam hukuman pancung di Saudi Arabia
4. Kasus sedot pulsa tahun 2012, kasus ini bermula ketika maraknya
penipuan yang berkedok sms minta mengisikan pulsa, primbon, dan
sms lain yang berkonsep melakukan registrasi.
b. Komisi II
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2003 Tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 Tentang
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2006 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2003 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD
Menjadi UU.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang
Ombudsman Republik Indonesia
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang
Surat Berharga Syariah Negara
81
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 Tentang,
Kearsipan
8. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Aparatur
Sipil Negara.
9. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang, Administrasi
Kependudukan.
10. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Desa.
c. Komisi III
1. Undang-Undang Republik Indonesianomor 20 Tahun 2001 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2002 Tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 Tentang
Partai Politik.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2002 Tentang
Grasi.
82
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Menjadi Undang-Undang.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2003 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 Tentang Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme, Pada Peristiwa Peledakan Bom di Bali
Tanggal 12 Oktober 2002, Menjadi Undang-Undang.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 Tentang
Susunan Dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2005 Tentang
Pengesahan International Covenant On Civil And Political Rights
(Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik).
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 Tentang
Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Perlindungan Saksi dan Korban.
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang
Partai Politik .
83
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2008 Tentang
Pengesahan Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters
(Perjanjian tentang Bantuan Timbal Balik dalam masalah Pidana).
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang
Kementerian Negara.
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009 Tentang,
gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan.
17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang,
lalu lintas dan angkutan jalan.
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang,
Narkotika.
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 Tentang,
pengadilan tindak pidana korupsi.
20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang,
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 Tentang,
Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
4 Tahun 2009 Tentang, Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi.
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
84
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011,
Tentang convention on the rights of persons with disabilities yang
artinya Konvensi Mengehai Hak-Hak Penyandang Disabilitas.
24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 Tentang,
pengesahan international convention on the protection of the rights
of all migrant workers and members of their families (konvensi
internasional mengenai perlindungan hak-hak seluruh pekerja migran
dan anggota keluarganya).
25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang,
penanganan konflik sosial.
d. Komisi IV
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41
Tahun 1999 Tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 Tentang
Pengesahan International Treaty On Plant Genetic Resources For
Food And Agricultur.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 Tentang
(Perjanjian Mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan
dan Pertanian).
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
85
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 Tentang
Pengesahan Konvensi Tentang Pelarangan Penggunaan,
Penimbunan, Produksi dan Transfer Ranjau Darat Anti Personel dan
Pemusnahannya.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran
7. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang,
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.
8. Rancangan Undang-Undang Tentang Hortikultura.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Tentang,
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009
Tentang, Ketenaga Listrikan.
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009
Tentang, perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009
Tentang, Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
Tentang Perikanan.
e. Komisi V
1. Pada Tahun 2012, Kebijakan Mengenai Gerbong Kereta Khusus
Perempuan, Hamil, Lasia, Penyandang Cacat (Kursi Prioritas).
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001
Tentang Paten.
86
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
2001Tentang Merek
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah .
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004
Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004
Tentang Jalan.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah
8. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Jalan.
9. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Pangan.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011,
Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman.
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009
Tentang, Penerbangan.
12. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011
Tentang Rumah Susun.
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011
Tentang, Keimigrasian.
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009
Tentang, Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
87
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2009
Tentang, Pos.
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009
Tentang, Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian.
f. Komisi VI
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003
Tentang Badan Usaha Milik Negara.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2003
Tentang Pengesahan Ilo Convention No. 81 Concerning Labour
Inspection In Industry And Commerce (Konvensi Ilo No. 81
Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan
Perdagangan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006
Tentang Sistem Resi Gudang.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
88
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal.
8. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang, lembaga
keuangan mikro.
9. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang,
perubahan atas Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang
sistem resi gudang.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011
tentang, Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997
tentang, perdagangan berjangka komoditi.
g. Komisi VII
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001
Tentang Minyak Gas dan Bumi.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002
Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2002
Tentang Ketenaga Listrikan.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2003
Tentang Panas Bumi.
89
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004
Tentang Sumber Daya Air.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007
Tentang Energi.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2008
Tentang Penggunaan Bahan Kimia dan Larangan Penggunaan
Bahan Kimia sebagai Senjata Kimia.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008
Tentang Wilayah Negara.
10. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang,
Kebijakan Energi Nasional.
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
tentang, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
h. Komisi VIII
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001
Tentang Yayasan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004
Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004
Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
90
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004
Tentang Wakaf.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2008
Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008
Tentang Pornografi.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011,
Tentang penanganan fakir miskin.
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
12. Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Tentang Produk
Halal.
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011
Tentang, Pengelolaan Zakat.
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011
Tentang, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012
Tentang, Pengesahan Optional Protocol To The Convention On
The Rights Of The Child On The Involvement Of Children In
91
Armed Conflict (Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak
Mengenai Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata).
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012
Tentang, Pengesahan Optional Protocol To The Convention On
The Rights Of The Child On The Sale Of Children, Child
Prostitution And Child Pornography (Protokol Opsional Konvensi
Hak-Hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan
Pornografi Anak).
17. Pada pertengahan tahun 2009, kasus Manohara mengenai
penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
dilakukan oleh sang pangeran Kelantan, Malaysia terhadap
istrinya Manohara Odelia Pinot yang merupakan wanita asal
Indonesia.
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009
Tentang, Kesejahteraan Sosial.
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009
Tentang, Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2009 Tentang, Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji.
20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009
Tentang, Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama.
92
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
Tentang, Pelayanan Publik.
i. Komisi IX
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenaga Kerjaan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006
Tentang Administrasi Kependudukan.
3. Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Tentang
Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Perbekalan
Kesehatan Rumah tangga.
4. Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Tentang,
Keperawatan..
5. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No.39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang
Konflik Sosial.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009
Tentang, Pengesahan Stockholm Convention On Persistent Organic
Pollutants (Konvensi Stockholm Tentang, Bahan Pencemar
Organik yang Persisten).
93
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009
Tentang, Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997
Tentang Ketransmigrasin.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang, Kesehatan.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang, Rumah Sakit.
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009
Tentang, Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga.
j. Komisi X
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005
Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru Dan Dosen.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005
Tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007
Tentang Perpustakaan.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009
Tentang, Badan Hukum Pendidikan.
94
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
Tentang, Kepariwisataan.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009
Tentang, Kawasan Ekonomi Khusus.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009
Tentang, Kepemudaan.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009
Tentang, Perfilman.
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010
Tentang, Cagar Budaya.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010
Tentang, Gerakan Pramuka.
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012,
Tentang Pendidikan Tinggi.
k. Komisi XI
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002
Tentang Pengadilan Pajak.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2002
Tentang Surat Utang Negara.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002
Tentang Bangunan Gedung.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003
Tentang Keuangan Negara.
95
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004
Tentang Perbendaharaan Negara.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004
Tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004
Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004
Tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004
Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang.
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006
Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2006
Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005 – 2025.
96
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang.
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007
Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
tentang Cukai
16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas
17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah.
19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008
Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009
Tentang, Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas
Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang.
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009
Tentang, Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
Dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
97
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009
Tentang, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010
tentang Pertanggung jawaban Atas Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008.
24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011
Tentang, Transfer Dana.
25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011
Tentang, Mata Uang.
26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011
Tentang, Otoritas Jasa Keuangan.
27. Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang usaha
pesuransian.
28. Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang
pengurusan piutang negara dan piutang daerah.
Table 4
Hasil Kebijakan dan Undang-Undang
KOMISI HASIL
KOMISI I 4
KOMISI II 10
KOMISI III 25
KOMISI IV 12
KOMISI V 16
98
KOMISI VI 10
KOMISI VII 11
KOMISI VIII 21
KOMISI IX 11
KOMISI X 13
KOMISI XI 28
JUMLAH 161
Dari hasil kebijakan, RUU dan undang-undang di atas, setiap
komisi sudah dianggap efektif penggunaannya oleh anggota dewan,
sehingga mulai periode 1999-2004, 2004-2009, 2009-2014 menghasilkan
161 kebijakan, rancangan undang-undang dan undang-undang yang salah
satu informasinya diperoleh dari surat kabar. Hal ini sesuai dengan teori
efektif yang ditulis dalm Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa yang
dikatakan efektif adalah ada efeknya (pengaruh, membawa hasil,
kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna,
(usaha, tindakan).67
Surat kabar yang paling banyak menghasilkan kebijakan,
rancangan undang-undang dan undang-undang yaitu dari komisi III dan
yang paling sedikit menghasilkan kebijakan, rancangan undang-undang
dan undang-undang yaitu komisi komisi I.
67
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. 2003 h. 284.
99
E. Kendala yang dihadapi dalam Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota
Dewan
a. Pembelian
Pengadaan surat kabar bagi anggota dewan dilakukan setiap hari kerja,
yaitu hari senin sampai hari jum’at, untuk pengadaannya kadang ada satu
atau dua penerbit percetakannya rusak, sehingga penerbit tersebut tidak
bisa mencetak surat kabar.
Jika anggota dewan ingin mengganti surat kabar, misalnya yang biasanya
berlangganan kompas kemudian diganti SINDO, pihak penerbitnya
kadang suka lupa jadi membutuhkan waktu beberapa hari untuk
menggantinya. Cara menggantinya yaitu dengan melalui telephone dan
datang langsung ke Perpustakaan DPR RI atau staf ahli yang
memberitahukan kepada Perpustakaan DPR RI.
b. Penyebaran
Penyebaran surat kabar kepada anggota dewan melalui loper surat kabar
masing-masing penerbit yang di drop di Nusantara I dan disimpan di loker
anggota dewan. Untuk penyebaran kadang ada yang komplain mengenai
surat kabar yang tidak sampai ke tangan anggota dewan.
c. Cuaca
Cuaca sangat berpengaruh terhadap datangnya surat kabar ke Perpustakaan
DPR RI, misalnya terjadi banjir. Biasanya anggota dewan bertanya-tanya
kenapa surat kabar belum sampai ke tangan anggota dewan, cara
mengatasinya pihak perpustakaan memberitahukan kepada anggota dewan.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perpustakaan DPR RI belum mempunyai kebijakan tertulis mengenai
pengadaan surat kabar bagi anggota dewan, namun tertulis pada rencana
kerja kegiatan bidang Perpustakaan DPR RI. Kebijakan pengadaan surat
kabar Perpustakaan DPR RI secara lisan seperti, kebijakan teknis
pengadaan surat kabar yang pembeliannya dengan cara penunjukan
langsung ke penerbit sesuai dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Pasal
38 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa. Cara menyebarkan surat kabar
kepada anggota dewan dengan cara perpustakaan memberikan daftar yang
berisi nama surat kabar, jadi setiap anggota dewan berhak memlih dua
surat kabar yang telah dilanggan oleh perpustakaan, kemudian setiap pagi
masing-masing loper memberikan surat kabar dengan cara menyimpan di
loker anggota dewan, kemudian surat kabar jadi hak milik pribadi, tidak
dikembalikan ke Perpustakaan DPR RI
2. Surat kabar yang dibagikan perpustakaan kepada anggota dewan sudah
efektif karena sampai saat ini sudah memenuhi berguna untuk kebutuhan
para anggota dewan sebagai salah satu pembuat kebijakan publik
rancangan undang-undang dan undang-undang.
101
B. Saran
1. Perpustakaan DPR RI perlu pemikiran untuk berlangganan surat kabar
secara online agar lebih praktis.
2. Sebaiknya Perpustakaan DPR RI memfasilitasi klipping surat kabar
masing-masing komisi sesuai tema, agar anggota dewan mengetahui
sejauh mana penggunaan surat kabar yang menghasilkan undang-undang
sesuai ruang lingkupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Surachman. “Pengelolaan Perpustakaan Khusus”,informasi diakses pada 8
November 2013 19.02 wib dari http://arifs.staff.ugm.ac.id.
Darmono. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah . Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2001
Disher Wayne, Crash Course In Collection Development. London: Libraries
Unlimited, 2007
Encang Saepudin. “Kebijakan Seleksi Guna Mendukung Kegiatan Pengembangan
Koleksi,” informasi diakses pada 13 Desember 2013 dari
http://encangsaepudin.wordpress. com/2009/04/24/kebijakan-seleksi-
guna-mendukung-kegiatan-pengembangan-koleksi/
Edward G. Evans. Developing Library and Information center collection. London:
Libraries Unlimited, 2005
Elvinaro Ardianto dkk. Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Pekatama Media,
2007
Gorman howes. Collection Development For Libraries, London: Bowker-Saur,
1991
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal
dan Laporan Penelitian. UMM, 2005
John Feather. International Encyclopedia of information and library Science,
Newyork: Roudledge, 2003
Joan m reitz. Dictionary For Library And Information Science. London: Libraries
Unlimited, 2004
Jo Bryson. Effective Library And Information Centre Management. Burlington:
Gower Publishing Company. 1990
J.R Raco. Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik, dan Keunggulanya.
Jakarta: Grasindo, 2001
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
2003
Kurniawan Junaedhi. Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1991
Karmidi Martoatmojo. Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Khusus.
Universitas Terbuka, 1999
Karl Kalseth. “The special library: Bridging the physical and digital arenas”,
Scandinavian Library Quartelly,
Leonard Montague. Harrod’s Librarians Glossary, England: Gower Publishing
Company Limited, 1995
Lexy J Meleong. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001
Markus Zahnd, Perancangan Kota Secara Terpadu: Teori Perancangan Kota dan
Penerapannya Yogyakarta: Kanisius, 1999
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1984
___________________. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja rosdakarya,
1986
___________________. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja rosdakarya,
1999
Perpustakaan Nasional RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2007 Tentang Perpustakaan, 2007
___________________. Standar Nasional Indonesia Perpustakaan Khusus
Instansi Pemerintah. Jakarta, Standar Nasional Indonesia (SNI)
7496:2009), 2009
Pengadaan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30017/3/Chapter%20II
.pdf diakses pada tanggal 28 februari 2014 17.02 wib
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia,
Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti, 1992
Robert D Stueart, library and information center management. Corolado:
Libraries Unlimited, 2002
Save, M. Dagun.“Perpustakaan Khusus”, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan.
Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebuayaan Nusantara, 1997
Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2012
Soetminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta:
Kanisius, 1992
George A Steiner. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakart: Erlangga, 1997
Sulistyo - Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1991
Sutarno N.S. Mengenal Perpustakaan. Jakarta: Jala Permata, 2006
____________. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Anggota IKAPI, 2006
William N Dunn, Analisis Kebijakan, diterjemahkan Drs. Samodra Wibawa, MA
dkk. Jakarta: Kanisius, 1999
Yakob Oetomo, Persuratkabaran di Indonesia Dalam Era Informasi,
Perkembangan, Permasalahannya dan Perspektifnya. Jakarta: Sinar
Harapan, 1986
Yuyu Yulia. Pengadaan Bahan Pustaka modul 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999
__________ . Pengadaan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993
PENYEBARAN DAFTAR SURAT KABAR KEPADA ANGGOTA DEWAN
Mulai
Mencari data
Anggota dewan baru
Fotokopi daftar surat kabar
sebanyak jumlah anggota
dewan
Membagikan daftar surat
kabar kepada anggota dewan
Selesai
Mengembalikan ke
Perpustakaan untuk
dihitung jumlahnya
PENERIMAAN DAFTAR SURAT KABAR DARI ANGGOTA DEWAN
PERPUSTAKAAN DPR RI
Tidak
Ya
Mulai
Menerima daftar surat kabar
dari anggota dewan
Lengkap? Kembalikan ke
anggota dewan
Menghitung dan memilah surat
kabar masing-masing penerbit
Serahkan daftar pesanan kepada
KABID Perpustakaan DPR RI
Labschool Kebayoran
Serahkan daftar pesanan ke
bagian pembelian surat kabar
Selesai
LANGGANAN SURAT KABAR PERPUSTAKAAN DPR RI
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Mulai
Menerima permintaan pengadaan surat kabar baru
dari anggota dewan dan menghitung jumlahnya
Seleksi judul surat kabar baru
yang akan dilanggan
Susun daftar surat kabar baru
yang akan dilanggan
Terima proforma invoice (konfirmasi) dari
penerbit/ agen
Periksa kesesuaian judul
dan harga
Selesai
Menentukan judul surat kabar
yang akan dilanggan
Konsultasi dengan KABID
Perpustakaan DPR RI
Setuju?
Kirim daftar ke agen/penerbit untuk
meminta proforma invoice (konfirmasi)
Setuju?
Beritahu Bagian Keuangan untuk
pembayaran
Batalkan
ALUR KERJA PENERIMAAN SURAT KABAR DARI PENERBIT
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Mulai
Terima surat kabar
Cocokkan dengan
daftar kirim
Periksa fisik surat kabar
Isi data di buku inventaris
Selesai
Cocok?
Cocok?
Kembalikan ke
penerbit/agen
Cocokkan dengan daftar pesanan
Kembalikan ke
penerbit/agen
Baik?
Masing-masing loper drop di
Nusantara I (loker anggota dewan)
PROSEDUR PEMBAYARAN SURAT KABAR
Ya
Tidak
Terima nota dari agen/penerbit
Mengecek atau pencocokkandengan
merujuk ke arsip pemesanan
Bukti complain
Mulai
Sesuai
Lakukan komplain kepada
penerbit/agen
Selesai
Lakukan Pembayaran
(transfer)
Bukti pembayaran (slip
pembayaran)
Out of Print
KLIPING SURAT KABAR
Mulai
Seleksi surat kabar
yang akan di kliping
Gunting bahan yang di
kliping
Pisahkan
berdasarkan subjek
Selesai
Tulis tanggal dan
nama surat kabar
Convert file menjadi pdf
Scan hasil guntingan dengan
format .doc
Hari/ Tanggal : Selasa, 25 Maret 2014, Pukul 10:39 WIB
Informan : Ibu Qatriatna
HASIL WAWANCARA
Saya : Sebelum wawancara kenalan dulu ya bu… nama ibu siapa?
Pustakawan : Namaku Nana, namanya Qatriatna, namanya pake Q tapi panggilnya
Nana
Saya : Ibu dari lulusan mana?
Pustakawan : Saya dari UI Jurusan Ilmu Perpustakaan
Saya : S1 Ilmu Perpustakaan
Pustakawan : Ya S1 Ilmu Perpustakaan, mana pertanyaanya? Ko kamu ada ide itu
pengadaan barang eh…. Pengadaan surat kabar untuk anggota
dewan? disuruh dosen ya? apa dulu PKLnya disini?
Saya : Hm... bukan bu, saya pertamanya PKL di perpustakaan MKRI
kebetulan saya baca majalah tentang perpustakaan terus saya disuruh
ngebahas tentang pengadaan surat kabar untuk anggota dewan di
DPR RI aja
Pustakawan : Oh.. iyah iyah di MKRI juga ada ya pengadaan surat kabar?
Saya : Ada bu, tapi saya untuk skripsinya disuruh di DPR RI aja untuk
menambah pengalaman baru
Pustakawan : Oh he emm he emm
Saya : Ini bu pertanyaannya kebijakan pengadaan surat kabar itu kan bagian
dari pengembangan koleksi, di dalam pengembangan koleksi itu
kan salah satunya ada pengadaan terus pengadaan di perpustakaan
itu kan ada pengadaan buku, ensiklopedi, surat kabar dan majalah.
Nah saya tuh ngambilnya pengadaan surat kabarnya aja yang bagi
anggota dewan. Jadi pertanyaannya perpustakaan DPR RI ini sudah
melakukan pengembangan koleksi pa blom?
Pustakawan : Pengembangan koleksi sudah ya sudah
Saya : Sudah.. diantaranya?
Pustakawan : E… kan setiap tahun kan pasti kan ada pengembangan koleksi
Saya : Oh itu tiap tahun
Pustakawan : He em.. karna disesuaikan dengan anggran yang ada, terserah mau
kapan, lebih diutamakannya sii yang menunjang kinerja angota
dewan ya..
Saya : Iya
Pustakawan : Kita melakukan kaya apa si.., kemaren itu kan rapat dengan e.. apa si..
e.. fungsional untuk pengadaan koleksi apa yang dibutuhkan untuk
membantu dalam pemasukan
Saya : Ini termasuknya perpustakaan ksusus ya bu?
Pustakawan : Iya .. biasanya si.. pengadaannya di pengadaan bukunya untuk buku-
buku yang ini aja yang emang menunjang tugas aja sesuai
kebutuhan pengguna dehh, pokonya orientasinya
Saya : Kalo buat pengadaan surat kabar yang dibagikan kepada anggota
dewan itu surat kabar apa saja?
Pustakawan : Kalo untuk surat kabar disini ada surat kabar nasional ya ada yang
sebagian permintaan, surat kabar daerah juga ada, itu tergantung
permintaan anggota dewannya siii
Saya : Oh itu surat kabarnya?
Pustakawan :Kita e… daftar, umpamanya kita mengirim foam nih lisnya ada semua
nama surat kabar entar tinggal mereka nyentrang aja maunya apa
biasanya jatahnya kan kalo gak salah ya dua surat kabar satu majalah,
untuk dua surat kabar itu bisa satu kompas satu mau Surat kabar daerah
gituitu juga kalo ada kalo kita bias ngadain, kalo gak ada ya….,
kebanyakan siiii ada siii
Saya : Oh iya jadi minimal dua sura kabar ya buuu satu majalah?
Pustakawan : Kalo majalah yang kita langgan aja majalahnhya kurang lebih ada
tempo, gatra forum ya sekitar majalah itu
Saya : Kalo kebijakan mengenai pengadaan surat kabar bagi anggota dewan
itu sudah tertulis atau belum bu
Pustakawan : Belom si kayanya, dulu sii pernah ada cuma sudah gak kepake
Saya : Oh.. jadi belum tertulis ya bu baru omongan aja tapi secara tidak
langsung itu sudah kebijakan
Pustakawan : He eum biasanya kebijakannya awalnya untuk melanggan mksudnya
untuk mendapatkan jatah surat kabar itu aku blom pernah liat juga sii
dasarmnya kenapa anggota tuh harus melanggan surat kabar mungkin
dasarnya untung penyediaan informasi aja si…
Saya : Ya.. mungkin surat kabar itu kan informasinya up date setiap hari
Pustakawan : Dari undang undang 43 aja deh undang undang perpus
Saya : Terus itu bu cara pembalian surat kabarnya gimana
Pustakawan : Em… untuk pembelian kita melanggan ke ini ke eee ke penebitnya
masing masing misalnya kopasa ke gramedia grup kan, kalo media
Indonesia ada sendiri. Tapi kalo teknis pembelian yang lebih jelas sama
ibu rini sii, dia lebih tau pasti untuk pembelian surat kabar unmunya
untuk sebulan bagaimana, kepenerbitnya bagaimana, kontak person
atau surat suratnya, teknisnya lebih tau dia siii
Saya : Terus kan iti habis dibeli dibagikan ke anggota dewan, itu gimana
nyebarinnya?
Pustakawan : Setiap pagi e.. kan punya ini kaya mereka drop ya, misalnya udah
ketauan nih kompas yang berlanggan berapa media berapa udah
keseluruhan dihitungnya tinggal drop aja di nusantara 1 itu ada
lokernya ntar ada petugasnya untuk membagikan tiap ruangan
Saya : Oh jadi ada petugas masing-masing?
Pustakawan : He emm kalo kompas ada kayanya tiap ini ada deh tiap penerbit tuh
punya dia jadi kompas ada namanya tuh kalo media ada jadi mereka
punya kurir masing masing
Saya :Kadi dari perpus cuma nganter sampe nusantara satu. Oh.. dikirain
perpusnya yang bagiin
Pustakawan : Hehehehe oh enggak, enggak ada tenaganya si.. langsung dari
penerbit daftarnya kan udah ada itu kita ngasih daftar aja ke penerbit
ini untuk surat kabar media Indonesia nih ruangan sekian sekian
mereka tinggal nganter tuh ke ruangan ruangan tapi naronya di loker
anggota
Saya : Loker anggota nya di nusantara satu dimananya itu bu?
Pustakawan : Oh.. di tiap lantai tergantung fraksinya masing-masing
Saya : Kalo menurut ibu itu sudah efektif atau belum surat kabar dibagiin
kepada anggota dewan?
Pustakawan : Udah si.. udah efektif kalo membagikannya mah soalnya sudah
sampai tempat yang emang setiap hari di liat dan dibaca sama anggota
kan itu tempat yang paling deket
Saya : Itu di lokernya itu anggota dewan langsung ngambil sendiri apa
langsung ke tangan anggota?
Pustakawan : E… ngambil di loker itu kana da macem-macem ada surat kabar
surat menyurat, pokonya satu loker itu emnag udah punya dia punya
anggota
Saya : Nahh ini kenapa pengadaannya lebih banyak membeli surat kabar dari
pada buku?
Pustakawan : Sebenernya ngak juga ya, karena kalau untuk pengadaan surat kabar
itu seimbang, mungkin dari segi anggarannya aja lebih banyak dari
pada beli buku, karena ya… kan jumlah anggota dewannya cukup
banyak. Kita kan perpustakaan khusus yang tugasnya memenuhi
kebutuhan informasi lembaga yang dinaunginya. Jadi, karena lembaga
yg dinaungi membutuhkan surat kabar ya.. kita penuhi kebutuhan
informasinya.
Saya : Kenapa tida berlanggana surat kabar online aja bu ?
Pustakawan : dulu pernah kaya melanggan media trek apa yahh apa sii kaya surat
kabar online juga cuma mungkin kurang apasi kurang enak harus buka
dulu kan itu juga kalo ada sinyal internetnya kalo ini kan bias langsung
dibaca dibawa kemana mana. Sebenernya bisa si… ya, belom ada
permintaan aja sebenernya kalo nanti ada permintaan juga kearah sana
juga bisa
Saya : owh iyah disi SDM nya ada brapa ya hehehe tadi lupa pertanya
nanyain
Pustakawan : pustakawannya 9, terus administrasinya berapa nya 17 pokonya
delapan kali ya
Saya : owhh kepalanya satu?
Pustakawan : iya 17 udah sama kabid bidang perpustakaan 1 staf TU 7
pustakawannya 9 karena semuanya 17
Saya : itu kepala perpustakaanya berlatar belakang ilmu perpustakaan atau
bukan?
Pustakawan : enggak, kita disini structural jadi muter aja, siapa aja gitu, kebetulan
ngak belom pernah sii yang latar belakangnya s1ilmu perpustakaan
Saya : owhh jadi cuma anggotanya aja yang perpus. hm… trup kalo
pustakawannya itu statusnya ngehonor apa gimana?
Pustakawan : ngakk PNS semua
Saya : PNS sebagai pustakawan?
Pustakawan : hm… iyah pustakawan PNS karna kalo perpustakaan khusus instansi
itu diangkat PNS semua. Emang kalo di MKRI ada pustakawan
ngehonor?
Saya : ngak .. ngak ada tapi itu cuma pustakawan aja 4 bagian perpus terus
gak ada apa apanya lagi, gak ada kabid cuma pustakawan aja paling ada
koordinatornya
Pustakawan : koleksinya blom bnyak si ya?
Saya : udah bnyk bu sekarangg lebih dari 15000 eksemolar lebih dari 8000
judul
Pustakawan : oh.., he eumm dulu siik pernah ya waktu pameran
Saya : disini perpustakaan khusus khusus apa nih soalnya saya liatnya
kebanyakan himpunan undang-undang
Pustakawan :lebih kepada hukum soalnya kan kita koleksi kebanyakan mengenai
pembahasan rancangan undang-undang kalo koleksi umum sii kita
hampir semuanya ada cuma paling banyak hukum poitik atau politik
hokum deh
Saya : tadi kan anggota dewan di kasih list ya bu itu boleh minta gak lisnya?
Pustakawan : oh iyah boleh nanti kalo emang mba rini uada waktu sii ma mba rini
teknisnyua soalnya dia tau
Saya : oh iya bu tar saya nanya teknisinya aja kalo tentang perpusnya sama
pustakawannya aja udah cukup ko bu udah si bu cuma segitu aja
Pustakawan : oh.. iyah nanti wawancara ma bu teny aja syapa tau saya tadi ada yang
kelupaan kurang jelas
Saya : iya buu makasi ya buu
Pustakawan : iya sama-sam kalo ada data yang kurang kesini aja lagi tanyain atau
enggak WA aja kana da nomer telponnya.
Hari/ Tanggal : Selasa, 25 Maret 2014, Pukul 11:26 WIB
Informan : Ibu Teni Rosanty
HASIL WAWANCARA
Saya : ini bu apa namanya, ibu namanya Teni Rosanti ya, ibu dari mana?
Pustakawan : apanya nih hehehe
Saya : pendidikannya
Pustakawan : oh saya pendidikannya dari ilmu perpustakaan yang pasti, cuma kolo
untuk kuliahnya loncat-locat hihihihi
Saya : loncat-loncat gimana tuh maksudnya?
Pustakawan : dulu ilmu perpustakaan D3 di UI terus ke UNPAD S1 Ilmu
perpustakaan kemudian balik lagi ke UI tapi bukan ilmuperpustakann
tapi bukan perpus, ngambilnya kebijakan publik
Saya : oh iyah, gini bu di perpustakaan DPR RI kalo untuk pengembangan
koleksi sudah melakukannya bu?
Pustakawan : iya insya Allah si slalu kan tiap tahun
Saya : oh tiap tahun ya bu
Pustakawan : iya karena kan kan kita em…. apa yah em.... tiap tahun itu kan pasti
menyusun anggran apa aja yang mau kita kerjakan terus anggarannya
berapa terusmisalkan pengembangan buku jumlahnya berapa yang kita
beli terus caranya bagaimana sampai bias jadi kebeli koleksi ataupun
koleksi lain kebeli sampai juga diolah deh semuanya
Saya : oh iya bu, menyebarkan surat kabarnya ditaro di loker ya?
Pustakawan : yah… pada loker loker surat kabar untuk yang di anggota dewan kalo
untuk sekretariat berartikan pejabat yang menerima langsung
keruangannya
Saya : tadi yang buat kebijakan itu bagaimana kebijakan buat yang surat
kabar?
Pustakawan : owh kebijakannya surat kabar itu kalu yang untuk anggota dewan
kalau gak salah dua surat kabar 1 majalah
Saya :itu sesuai kebijakan yah?
Pustakawan : Iya pengadaan sudah sesuai dengan kebijakan. Kalo tertulisnya kita
belom ada yah cuma kalo kebijakan di anggarannya itu ditulis, karena
kan kita butuh minta uang sama pemerintah untuk pembelian sekian
orang sekian jumlah itu harus sudah jelas ditulis di rencana kerja
kegiatan bidang perpustakaan
Saya :oh itu kebijakan yang dianggarannya gak boleh diminta ya bu?
Pustakawan : kayanya si, seharusnya sama mba rini tadi mintanya. Nanti disitu ada
daftarnya jadi setiap berapa orang, dapatnya dua surat kabar satu
majalah atau satu majalah satu surat kabar itu ada dia punya tapi
kayanya itu gak boleh diminta deh soalnya ada jumlah anggrannya,
kalo masalah itu kan sensiti ya
Saya : oh iya itu yang barusan dijelasin namanya apa tuh bu…
Pustakawan : di situ dikegiatan, apa yah kegiatan bidang perpustakaan deh rencana
kerja, kalo kita disini ini yah belom punya SOP mungkin yah untuk
pengadaan itu yang kurang itu hasil dari kita itu yang kurang kalo ngak
ini kaya model alur kerja untuk pengadaan buku ya sama aja si seperti
ini
Saya :terus mengapa lebih banyak membekli surat kabar dari pada koleksi
yang lain?
Pustakawan : sebenernya ngak juga yah, karna kalau untuk ..mungkin kalo dari segi
anggaran banyak, karena jumlahnya anggota dewan nya cukup banyak
dan tipa.. sebenernya ngak ini juga si tiap hari palingkan cuma sekitar
seratus ribu cuma masalahnya kan banyaknya anggota dewan yang
menerima itu jadi anggrannya besar tapi untuk pembelian buku kita ada
aturannya lagi yah yang memungkinkan kita melakukan pembelian
karna tender, kalau tenderkan rada susah kan tuh itunya kaya lelang
gitu-gitunya deh jadi kita memilih kalau bias dibawah anggran yang
jarus di lelang untuk memudahkan aja sihh
Saya :itu surat kabar untuk anggota dewan ada berapa ya?
Pustakawan : hm… ada brapa ya kalo kebijakan surat kabar kalo yang untuk
anggota dewan itu 2 surat kabar dan satu majalah surat kabar jadi
anggota dewan yang jumlahnya kurang lebih 560 orag itu dikali 2 kali
ya untuk jumlah surat kabarnya
Saya : itu udah efektif blom bu?
Pustakawan : efektif dari segi pembeliannya insya Allah sudah yah, terus efektif
dari segi penyebaranya sudah efektif karnakan dari segi 560 mungkin
yang komplen gak tiap hari, dan jumlahnya pun mungkin hari itu ada
biasanya cuma dari 1-10 terus yang ke dua apanya yah… em.. biasanya
terjadi kalo anggota dewannya pergantian antar waktu misalnya
anggota itu entah bagaimana berhalangan atau tidak lagi menjabat
diganti ma orang lain kan itu biasanya kan dia permintaanya kan baru
lagi itu si jadi masalahnya di pergantiannya suka masih lupa atau
bagaimana
Saya : nah kalo formulir surat kabar ini adawakunya gak? (sambil
menujukan foam surat kabar yang dibagikan kepada anggota dewan)
Pustakawan : ada biasanya Januari diserahin ke anggotanya tiap tahun Januari awal
tahun pas anggaran
Saya : kalo anggota dewannya pengen ganti gimana? misalnya biasanya
melanggan Kompas jadi diganti Tempo
Pustakawan : dia bisa telpon atau gak orangnya kesinin atau staf ahlinya yang
ngabarin kesini biilang minta diganti ruang sekian, bapak sekian, minta
diganti surat kabar jadi apa gitu
Saya : oh.. itu mah gampang bu
Pustakawan : tapi jarang si yah yang berubah si karena kan anggota tetep itu aja
kecuali ada anggota perubahan ya
Saya : nah kalo buat ini masing-masing daerahkan ada surat kabar nah itu
suka ada yang minta gak?
Pustakawan : ada beberapa kaya Surat kabar warta banten terus yang Palembang
yang gitu-gitu deh ada cuma kita jadinya gini karena jauh jadi
nyampenya gak hari ini pasti sore atau ngak besoknya tapi dia gak
masalah karena kan dia yang dibutuhkan perkembangan di daerahnya
itu beritanya.
Saya : kalo surat kabar daerah perpus gak nyimpen ya bu?
Pustakawan : kalo sekarang ngak karna kan sudah ada di pelita kan kalo gak salah
di bagian halaman dalemnya isinya antar daerah paling gitu aja si
Saya : oh jadi ini berlakunya tiap tahun ya bu?
Pustakawan : Iya tiap tahun, tapi kalo memang tidak ada perubahan ngak itu ko
ngak disebar sama itu nanti pas adanya pergatian anggota baru mau
ngak mau disebar kaya besok nih bulan apa yahh agustus atau
September kira-kira pelantikannya
Saya : terus kenapa surat kabarnya ngak online aja?
Pustakawan : online ya… perlu si pemikiran kea rah situ cuma kita harus kerja sama
gak cuma kita kan yang bikin, jadi kita itu cuma pengguna yang bikin
bagian lain dan itu kalominta biasanya gak langsung jadi perlu waktu
kan perlu anggaran untuk buatnya juga mungkin boleh nanti jadi masuk
hihihihi
Saya : heheh iya bu heummpp kalo online kan gak perlu ribet-ribet buat
nyebarinnya, bias langsung diakses aja
Pustakawan : iya si… tapi kalo kalo online kayanya kurang efektif juga karna kan
gak semua anggota dewan bias buka ngotak ngatiknya ada aja anggota
dewan yang gak bisa, suka nyuruh staf ahli, jadi efektif seperti ini sii
jadi anggota dewan langsung baca aja kana ada anggota dewan kalo
baca di internet pusing gitu
Saya : oh iya iya bu, ini ada hambatan atau keluhan gitu?
Pustakawan : biasanya si mereka kalo untuk penyebaran kadang satu atau dua
komplen suka gak nyampe bisa jadi udah di taro di lokernya entah
diambil dulu atau lupa bagaimana suka gak nerima itu satu terus ke
dua, bukan hambatan si emang ini yah pasti ada lah namanya juga
kegiatan misalnya hujan atau bajir pastikan si lokernya gak bias ngirim
tiap waktu nah itu biasanya mereka ributnya ko belom dateng jadi kita
harus ngasih pemberitahuan kepada mereka atau gak percetakannya
rusak kadang ada satu dua yang kaya gitu
Saya :lokernya ada dimana tuh?
Pustakawan : setiap lantai ada disamping kiri kanan itu ada loker kalo gak salah
disebelah sini nusantara satu coba aja kesana
Saya : iya bu, udah si bu cuma gini aja, owh iya kepala perpusnya berlatar
belakang apa?
Pustakawan : kalo gak salah ilmu ekonomi karena sebenarnya awalnya peneliti
ekonomi
Saya : oh iyah, bu minta struktur SDM pokonya yang kaya gitu-gitunya deh
Pustakawan : oh iyah nanti saya kasih buat lampirannya ya ntar saya foto kopiin aja
kali ya
Saya : oh ya udah bu gitu aja ntar selebihnya saya wawancara sama anggota
dewan, entar kalo ada yang kurang di sms aja ya bu makasih
assalamualaikum
Pustakawan : iya iya sama-sama waalaikum salam
HASIL WAWANCARA
Komisi I
Saya : Assalamualaikum (sambil senyum)
Anggota dewan : Wa’alaikum salam, owhh ini peneliti yang mau wawancara
itu tadi ya hehehe…..
Saya : Iya pak…, saya bisa wawancara sekarang gak pak?
Anggota dewan : iya … bias.. boleh… boleh…, emang skripsinya tentang apa?
ehhh kenalan dulu deh kamu namanya siapa, skripsinya
tentang apa?
Saya : hihihihi, iya pak nama saya Fandini Nurul Fauziah Jurusan
Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah judul skripsi saya
Kebijakan Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan Pada
Perpustakaan DPR RI
Anggota dewan : owh ya ..ya… UIN Pak Komar ya? Terus apa yang mau
ditanyain nih
Saya : iya pak, yang saya mau tanyai jadi efektif atau ngaknya surat
kabar yang dibagikan perpustakaan kepada anngota dewan
terus Surat kabar itu mempengaruhi tugas DPR RI gak tapi
sebelumnya bapak suka baca surat kabar gak yang ada di loker
sebelah ruangan anggota dewan?
Anggota dewa : oh iya saya suka baca surat kabar karna kan saya tau berita itu
selain dari televisi itu ya dari surat kabar
Saya : nah di DPR RI ini kan bapak sebelumnya dikasih list nama-
nama urat kabar (sambil menunjukan list Surat kabar) nah
bapak memilih surat kabar apa?
Anggota dewan : oh ya .. ya… saya memilih surat kabar Tempo dan Pelita
mengapa sya memilih surat kabar Tempo karna Tempo tuh
enak aja dibacanya dan kalo pelita karena didalamnya isinya
terus tulisannya juga gak rapet-rapet terus ada yang daerahnya
terus saya bacanya kan jadi enak kalo Surat kabar yang lain
tulisannya suka kecil rapet-rapet saya harus pake kaca mata
dulu
Saya : ohh … heheheh iya iya pak terus surat kabar itu
mempengaruhi setiap pembuat kebijakan gak si pak?
Anggota dewa : hm..… (mikir) berpengaruh si ya kita kan buat kebijakan dan
undang-undang dan yang lainnya itu sesui dengan berita, fakta
kejadian dilapangan kita itu kan perwakilan rakyat jadi apa
yang rakyat mau kita pertimbangkan baik buruknya kalo itu
baik ya kita buat kebijakannya
Saya : oh iya pak terus kebijakan pusbil seperti apa yang biasanya
informasinya di dapat dari surat kabar?
Anggota dewan : hm… hm... apa yahh harusnya saya kasih waktu dulu nih buat
mikir, ya.. banyak si ya…. seperti gerbong kereta itu kan ada
yang khusus wanita itu kan wanita kana da yang hamil fisiknya
juga kan tidak sekuat pria, nah itu termasuk kebijakan publik
juga karena kan publik itu digunakan dan kembali ke
masyarakat. em …. kalo nanti si ada yang untuk wanita hamil
yang kerja itu gak boleh masuk dulu soalnya kan harus
menjaga kandungannya kalo sekarang kan wanita hamil masih
aja kerja kalo belom melahirkan nantio itu ada tuh kebijakan,
undang-undangnya.
Saya : terus efektif apa ngak tuh pak perpustakaan membagikan
surat kabar kepada anggota dewan pada setiap harinya
Anggota dewan : ya efektif sihh soalnya kan itu si surat kabarnya udah kepake,
kalo gak efektif berarti gak kepake dong…., eummp terus kan
surat kabar itu kan up date ya pembahasannya setiap hari beda-
beda dan isinya pun macem-macem mulai dari ada yang
kecelakaan, rumah tangga segala macem itu saya tahunya salah
satu dari baca surat kabar itu, trus selain itu biasanya kita-kita
anggota dewan mengetahui segala informasi jelasnya dari surat
kabar, ya meskipun udah banyak macem-macem gadjet tapi
kita kan rata-rata udah tua lebih suka surat kabar.
Saya : oh iya iya pak terus tadi kan surat kabar berpengaruh sebagai
pembuat kebijakan publik ya pak, eukmmpp itu kenapa surat
kabar menjadi salah satunya alasannya gitu pak
Anngota dewan : sama aja siii ya jawabannya kaya tadi terus kalo alasannya sii
kan surat kabar itu rata-rata kejadian yang ada dimasyarakat
terus kita baca terus kalo ada yang perlu dikaji kaya tadi kereta
itu terus kan hasilnya juga untuk publik jadi kebali lagi untuk
masyarakat
Saya : oh iya pak terus kan fungsi surat kabar itu kana da yang
menyiarkan informasi maksudnya memberikan informasi,
mendidik, menghibur dan mempengaruhi nah itu dari salah
satu fungsi nya itu yang mana yang kepake
Anggota dewan : oh jadi fungsinya ya mempengaruhi lah, jadi kaya
mempengaruhi anggota dewan sebagai salah satu pembuat
kebijakan untuk masyarakat jadi pengaruhnya besar semakin
banyak orang yang membicarakan jadi kita semakin keras
untuk membuat kebijakannya
Saya : oh… iya iya pak jadi mempengaruhi ya pak jadi sudah
efektif, terus kan surat kabarnya jadi hak milik bapak nih,
biasanya bapak suka diapain surat kabarnya?
Anggota dewan : hm… kalo saya si gak nentu ya kadang saya bawa pulang
kadang dibaca supir si ditinggal di mobil. Kamu udah
wawancara ke perpusnya?
Saya : iya udah pak kemarin , euummpp udah si pak segitu aja
informasinya
makasi ya pakk asslamualaikum.
HASIL WAWANCARA
Komisi II
Saya : permisi pak asslamu’alaikum
Anggota dewan : iya masuk aja wa’alaikum salam mau wawancara ya dek
Saya : iya pak saya yang kemaren itu pak mau wawancara tentang
surat kabar
Anggota dewan : oh iyah silahkan duduk, nyantai aja gak usah tegang gitu
dong, kalo saya waktu dulu kuliah kalo wawancara tegang loh
belom juga nanya udah keringetan, hm.. tadi sudah lama kau
nunggunya? tadi saya ngobrol dulu jadi lama deh nunggunya
maaf ya
Saya : iya gak tegang ko pak iya gppmko pak ampe besok juga saya
tumgguin kan saya yang butuh pak
Anggota dewan : tapi saya yang gak enak, nah.. mana ininya pertanyaanya?
mau langsung dijawab apa gimana nih mau ditinggaltapi kalo
ditinggal saya gak janji bakal jadi besok soalnya kan lagi
kunker ya jadi anggota tuh libur jadi saya mungkin gak kesini
besok
Saya : iya pak sekarang aja wawancaranya cuma dikit ko pak
pertanyaanya juga gak nyampe selembar. Jadi gini pak setiap
hari kan bapak menerima surat kabar kan dari perpustakaan?
Anggota dewan : oh yang diloker tiap pagi itu ya, iya dapet ko yang jatahnya
dua itu kan saatu majalah ya…ya… kenapa tuh ada apa dengan
surat kabar
Saya : hm itu bapak melanggan surat kabar aja dari perpustakaan?
terus apakah bapak suka membaca surat kabar tersebut
Anggota dewan : oh iyah saya suka baca surat kabarnya, saya melanggan
Tempo dan Bisnis Indonesia karna saya suka berbisnis, dan
keduanya saya baca dong masa udah disediain gratis lagi masa
gak dibaca kan mubazir lagian dari surat kabar itu lah saya tau
berita-berita, masalah yang ada di masyarakat dan kita sebagai
anggota dewan harus memecahkan masalah tersebut dengan
membuat undang-undang jadi kan kalo ada undang-undang
kalo ada yang melannggar tinggal liat aja hukuman nya
Saya : heheh oh iya pak, terus apakah surat kabar mempengaruhi
setiap membuat kebijakan publik?
Anggota dewan : hm… ya tergantung isi surat kabarnya lahh kan gak semua
berita yang ada di surat kabar kita buat kebijakan ada juga
yang sudah ada kebijakannya jadi kita yang belum ada aja kita
buat itu juga kalo meman penting
Saya : oh iya pka nah itu biasanya yang mempengaruhi tuh yang
kaya gimana si pak? Yang seperti apa kebijakan publiknya?
Anggota dewan : euummpp ya banyak si ya kalo untuk kebijakan publik tuh
cuma contohnya apa ya… saya kalo ditanya gini suka lupa tapi
padahal saya tau lohhh ini lahh sifat manusia apa yahh ya
seperti daging tuh berapa ton yang harus masuk ke Indonesia
dari luar negeri itu kan termasuk juga soalnya untuk
masyarakat kita gak sembaranga maen masuk-masukin aja tuh
daging dari luar negeri ntar daging indonesianya gak laku lagi,
di surat kabar kan waktu itu ada yang dulu musim daging
mahal terus dikirim dari luar negeri melebihi standarnya itu
kan termasuknya ilegal kalo dagingnya bagus kalo jelek siapa
yang mau tanggung jawab makanya kebijakan itu dibuat agar
seimbang pemasokan dagingnya dan dipilih dulu
Saya : oh iya iya pak jadi gitu ya… terus itu surat kabar yang
dibagian setiap paginya kepada anggota dewan menurut bapak
sudah efektif apa blom?
Anggota dewan : hm.. sudah dong kan tadi udah dijnelasi berarti secara gak
langsung itu sudah efektif
Saya : iya iya pak mengapa ko surat kabar yang kaya begini (sambil
menujukan surat kabar) yang menjadi salah satu pembuat
kebijakan publik
Anggota dewan :karna kan di dalemnya terdapat berita yang terjadi di
masyarakat jadi surat kabar tuh secara gak langsung kaya surat
masyarakat, jadi apa yang adadimasyarakat itu dituangkan
dalam surat kabar itu sehingga semua orang yang salah satunya
saya sebagai wakil rakyar membacanya jadi dengan membaca
Surat kabar tersebut tau gitu apa yang terjadi terus kita sebagai
anggota dewan dapat menyelesaikannya membuat undang-
undangnya kemuan kan itu kembali ke masyarakat yang
menajalani hidupnya
Saya : terus kan fungsi surat kabar itu kan memberikan informasi,
mendidik, menghibur, mempengaruhi , nah itu yang mana yang
kepake gitu maksudnya dari fungsi tersebut itu berfungsi gak?
Anggota dewan : berfungsi dong… sebagi menyiarka informasi jadi berkat
surat kabar menyebarkan informasi saya jadi tau informasi apa
aja yang ada di dalam surat kabar, ya mengibur juga sii kan
surat kabar gak semuanya isinya resmi ada aja yang hiburan-
hiburan
Saya : oh gitu ya pak, udah si pak segitu aja wawancaranya makasi
ya pak
Anggota dewan : iya dek sama-sama maaf ya kalo jawabanya gak memuaskan
soalnya saya kalo ditanya suka lupa ntar mah kalo gak ditanya
suka inget
Saya : iya pak gpp makasi permisi…. (sambil menutup pintu)
HASIL WAWANCARA
Komisi III
Saya : Asslamu’alikum
Anggota dewan : iya waalaikum salam, silah kan duduk namanya sipa?, dari
universitas apa terus apa nih yang mau ditanyain kira-kira?
Saya : iya bu makasi, nama saya fandini nurul fauziah Jurusan Ilmu
perpustakaan UIN Syarif Haidayatullah saya ingin wawancara
mengenai surat kabar. Apakah bapak suka baca surat kabar?
Anggota dewan : oh iyahh hm… surat kabar ya, suka si saya suka baca surat
kabar, kalo gak suka juga kan ya emang harus suka membaca
surat kabar karena kan gimana kita bias tau apa yang
dibicarakan masyarakat kalo salah satunya dari surat kabar,
meskipun sekarang udah ada detik.com ya terus yang lain-
lainnya saya tetep suka surat kabar
Saya :oh ya iya pak, kira-kira ibu di DPR RI ini memilih surat kabar
apa? kan mashing-masing anggota dewan kan dikasih jatah dua
surat kabar dan satu majalah dari perpustakaan
Anggota dewan : kalo saya si memilih Kompas karna kan emang dari dulu
sebelum menjadi anggota juga saya sering baca surat kabar itu,
kemudian surat kabar Republika kalo gak salah deh yah….
Saya : oh iya iya pak.., terus apakah surat kabar yang selama ini
bapak baca mempengaruhi setiap membuat kebijakan?
Anggota dewan : hm.. iya si mempengaruhi ya, namanya juga manusia ada
berita apa aja langsung terpengaruh apa lagi ini berita yang ada
di surat kabar yang mayoritas tuh keluhan masyarakat,kita
harus membacanya kan kita wakil rakyat yang memilih rakyat
dan hasilnya pun untuk rakyat gitu ya….
Saya : hm… kebijakan publik seperti apa yang biasanya inormasinya
di dapat dari surat kabar?
Anggota dewan : hm… kan DPR RI itu legislativ yang didalamnya gak hanya
membuat kebijakan saja ya, kami juga membuat rancangan
undang-undang, nah… dalam pembuatan undang-undang,
pihak legislatif mengusulkan rancangan undang-undang atau
peraturan kepada pihak eksekutif (pemerintah). Namun, dapat
pula terjadi hal sebaliknya. Yaitu pihak eksekutif mengusulkan
rancangan undang-undang atau peraturan kepada legislatif.
RUU tersebut dibahas bersama. Apabila kedua pihak sepakat,
rancangan undang-undang atau peraturan itu ditetapkan
menjadi undang-undang atau peraturan. Setelah itu, undang-
undang atau peraturan itu dapat diberlakukan.
Saya : oh jadi gitu ya pak, contohnya kebijakan atau undang-undang
yang kaya gimana bu nih?
Anggota dewan : hm.. banyak si ya… ada tentang perumahan dan kawasan
pemukiman kan sekarang itu kan banyak gembel eh maaf,
maksudnya orang yang tinggal di kolong jembatan gitu ya
padahal sudah ada undang-undangnya loh kalo gak salah
nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan
pemukiman yang didalamnya kalo gak salah bunyinya seiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin bertempat tinggal
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sehat nah itu
kamu liat langsung aja undang-undangnya solnya saya gak
hafal semua pokonya didalamnya tuh ya…. kaya gitu tar liat
aja penjelasannya
Saya : oh iya ya pak anti saya liat langsung undang-undangnya
Anggota dewan : hm… kemuadian ada juga mengenai penanganan fakir miskin
soalnya kan di Negara kita ini Negara Indonesia tingkat
kemiskinannya makin banyak ya di surat kabar, televisi itu
udah sering banget beritanya orang miskin, nah itu ada undang-
undangnya tentang menangani fakir miskin tersebut kalo gak
salah undang-undang berapaya euummmm Nomor 13 Tahun
2011 disitu dijelasin,ntar kamu baca aja deh ya…. Saya lupa
isinya tuh apa yah…..
Saya : iya pak tar saya baca undang-undangnya, nah.. kalo menurut
ibu itu sudah efektif atau belum perpustakaan membagikan
surat kabar kepada anggota dewan?
Anggota dewan : hm.. sudah efektif si yah karena emang kita membutuhkannya
ya… owhh kamu ilmu perpustakaan ya udah ada kan itu juga
undang-undangnya yah kan coba undang-undang brapa tuh?
Jangan-jangan kamu gak tau lagi perpustakaan adanya di
undang-undang brapa
Saya : heheheheh tau dong bu undang undang Nomer 43 Tahun
2007 tentang perpustakaan, malu amat bu kalo saya ngak tau
mah
Anggota dewan : heheheh iya … ya…..
Saya : terus mengapa surat kabar menjadi salah satu dasar pembuat
kebijakan, undang-undang?
Anggota dewan :hm.. sebenernya pertanyaanya sama aja si ya cuma emang gini
ya, dulu juga saya gini waktu skripsi wawancaranya padahal
sama aja cuma buat banyak banyakin ya.. kaerna kita itukan
anggota dewan perwakilan rakyat jadi wakil dari rakyat ya kita
harus memenuhi kebutuhan rakyat dong, apa yang rakyat
butuhkan kita harus penuhi selagi kebutuhan itu ya.. gitu
ibaratnya kan keluhan masyarakat itu salah satunya ada di
dalam surat kabar, surat kabar itu kan memuat salah satunya
tentang kejadian dimasyarakat nah kita sebagai wakil rakyat
harus membuat kebijakannya dong kalo ngak bias berantakan
Saya : oh iya ya pak, kemudian setelah itu surat kabarnya diapain
bu?
Anggota dewan : kalo saya si di klipping ya yang pentingnya aja gak semuanya
Saya : oh ya ya pak, sudah si bu cuma segitu aja makasi ya pak…
HASIL WAWANCARA
Komisi IV
Saya : Asslamualaikum pak…. Saya Dini yang mau wawancara
bapak kemaren itu ….
Anggota dewan : waalaikum salam oh iya sini sini sini silahkan duduk apa
yang mau ditanyain sok…. (sambil ngasih bangku)
Saya : bapak suka baca Surat kabar gak yang dibagikan
perpustakaan untuk anggota dewan itu?
Anggota dewan : heummpp suka siii, saya suka baca surat kabar
Saya : surat kabar apa aja tuh pa yang bapak langgan di
perpustakaan?
Anggota dewan : hm… apa yahh seputar Indonesia sama Tempo deh kalo gak
salah, SINDO kan jelas ya gambarnya jelas kertasnya juga
tebel jadi enak aja dipegannya, kamu tadi wawancara sama
anggota yang lain juga ya…
Saya : iya pak saya seharian wawancara dengan pertanyaan yang
sama
Anggota dewan : hahahahaha ya emang gitu ya jadi mahasiswa kalo mau
wisuda harus ada perjuangannya terus apalagi pertanyaanya?
Saya : apakah surat kabar mempengaruhi setiap pembuat kebijakan
gitu pak, undang-undang pokonya tugasa anggota dewan deh?
Anggota dewan : ya tergantung beritanya juga si ya, kadang mempengaruhi ya
kadang ngak tapi sebagian mempengaruhi si ya Surat kabar itu
kan beritanya beda-beda ganti ganti mulu
Saya : terus kalo mempengaruhi apanya tuh maksudnya informasi
yang kaya gimana si yang mempengaruhinya?
Anggota dewan : informasi seperti apa ya… ya seperti pengesahan convention
on the rights of persons with disabilities
Saya : apaan tuh pak?
Anggota dewan : konvensi mengehai hak-hak penyandang disabilitas itu si ini
ya perubahan menjadi Bahasa Indonesia terus
Penandatanganan tersebut menunjukan kesungguhan Negara
Indonesia untuk menghormati, melindungi, memenuhi, dan
memajukan hak-hak penyandang disabilitas, yang pada
akhirnya diharapkan dapat memenuhi kesejahteraan para
penyandang disabilitas. Sekarang kan banyak tuh yah yang
penyandang disabilitas yang tidak diperhatikan jadi seolah-oleh
dia gak berguna padahal kan kita harus memperhatikannya
Saya : oh gitu ya pak, contoh yang lain?
Anggota dewan : oh ada tentang rusun rumah susun tuh undang-undangn
nomor 20 tahun 2011 deh kalo gak salah tuh yah….., kemudian
badan penyelenggra jaminan social kan dulu banyak tuh di
media ya salah satunya surat kabar badan-badan yang
mendirikan jaminan social yang gak jelas juntrungannya
dimana, gimana pengolahannya tau-tau ada yang kena tipu aja,
udah kena tipu mah kan yang disalahin suka syapa aja,
nuntutnya kemana mana kalo gak salah Nomer 24 Tahun 2011
ya kali itu juga kalo gak lupa si de ya… di cek aja nanti
Saya : iya iya pak kemudian efektif atau ngan si pak surat kabar
yangdibagikan perpus untuk anggota dewan seperti ini?
Kenapa anggota dewan gak beli sendiri aja kan surat kabar
termasuknya murah pak udah gitu mudah didapat dijalan juga
banyak?
Anggota dewan :heheheh ya gak tau si kan saya cuma nerima aja, dikasih ya
saya terima aja saya baca, sudah efektif si ya tergantung
beritanya
Saya : fungsi surat kabar itu kan menyiarkan informasi, mendidik,
menghibur gitu pak menurut bapak yang paling berfungsi yang
mana nih
Anggota dewan : ya semuanya juga secara gak langsung berfungsi si ya cuma
suka gak engeh aja kali ya ya itu fungsinya mungkin yang
keliatan menyiarkan karna surat kabar yang menyiarkan
memberitahu kepada masyarakat terus kita yang tadinya ngak
tau jadi tau deh informasi yang hot sekarang tuh yang kaya
gimana, masalah yang ada di masyarakat tuh apa sehingga kita
dapat memecahkan masalah tersebut
Saya : oh ya ya pak udah sii pak segitu aja, makasi ya pa
Anggota dewan : oh iya sama-sama udah cape ya kamu?
Saya : heheheh iya pak makasi ya asslamualaikum (sambil jalan
keluat)
Anggota dewan : iya sama-sama.,…
HASIL WAWANCARA
Komisi V
Saya : Asslamualaikum pak ..
Anggota dewan : iya waalaikum salam, ini peneliti buat skripsi ya? duduk dulu
deh siapin aja pertanyaanya
Saya : iya pak gini pertanyaannya yang pertama bapak suka baca
Surat kabar gak? Kemudian surat kabar apa saja yang biasanya
bapak langgan diperpustakaan
Anggota dewan : oh iya suka tiap pagi saya suka baca surat kabar sambil ngopi
lah yah… sbenernya ngak disini aja say abaca surat kabar,
dirumah juga saya baca Surat kabar ko, saya tuh emang
orangnya suka membaca, apapun itu pasti saya baca
Saya : oh yah bagus dong pak kalo suka membaca jadi
pengetahuannya luas, terus eummpp surat kabar yang bapak
baca pada setiap harinya itu mempengaruhi setiap pembuat
undang-undang , kebijakan atau tugas yang lainnya gitu pak?
Anggota dewan : hm…. pengaruh surat kabar ya jadinya, iya sii berpengaruh.
Selain dari televisi, internet, demo, atau pun apa lah itu yang
sebenernya sama saja aduan masyarakat cuma bentuknya aja
yang beda ya itu mempengaruhi dalam kerja kita seperti yang
disebutkan tadi yah membuat kebijakan, undang-undang ya itu
berpengaruh soalnya kita gak mungkin membuat suatu
kebijakan atau undang-undang yang menyulitkan warga kita
sendiri, makanya kita membuat kebijakan tersebut kita gak
sembarangan yahhh untuk buat kebijakan iu
Saya : oh ya yah… terus kebijakan publik seperti apa atau undang-
undang seperti apa si pak, yang kaya gimana gitu informasinya
yang di dapat dari surat kabar ?
Anggota dewan : ya… informasinya sii banyak ya, kan di dalam surat kabar
tersebut banyak sekali informasi ada berbagai macam
informasi yang disampaikan kepada kita misalnya saja tentang
pentingnya pendidikan, waktu dulu kan banyak tuh sebagian
orang yang beranggapan bahwa pendidikan itu gak penting
disurat kabar kan suka ada anak kecil, remaja disuruh kerja
ngamen ma ibunya gak melanjutkan studinya kemudian ada
saja orang tua yang beranggapan kuliah tuh gak penting
apalagi untuk anak perempuan nanti juga ke dapur ujung-
ujungnya heheheheh makanya undang-undang pendidikan
tinggi itu dibuat ya maksud dari pendidikan tinggi itu
pendidikan setelah menengah, bias dikatakan kuliah yang
mencakup program diploma, sarjana, magister, dokror dan lain
sebagainya yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
fungsinya mengembangkan kemampuan, mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi semoga dengan adanya
undang-undang ada penerus bangsa yang baik
Saya : oh ya ya pak terus itu udah efektif blom si pak anggota
dewan mendapatkan surat kabar dari perpustakaan padahal kan
surat kabar itu termasuk yang mudah didapatkan pak terus
harganya murah?
Anggota dewan : hm.. itu kan merupakan fasilitas perpustakaan DPR RI yang
diberikan perpustakaan untuk anggota dewan, ya sudah efektif
si karena kan kita membutuhkan informasi yang cepat dan
akurat. Masih banyak gak pertanyaannya?
Saya : ngak ko pak dua lagi nih, kemudian mengapa surat kabar
menjadi salah satu dasar pembuat kebijakan
Anggota dewan : karena kan surat kabar di dalemnya banyak mengandung
informasi sedangkan kita orang yang membutuhkan informasi
yang cepat dan akurat sebagai orang yang membuat kebijakan,
undang-undang jadi nyambung dongg….
Saya : oh ya ya pak kemudian kana da beberapa fungsi surat kabar,
ada yang menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan
mempengaruhi nah ini yang mana yang paling berfungsi
menurut bapak?
Anggota dewan : semuanya si berfungsi yah mendidik karena kan saya suka
ada aja yang belom tau dengan membaca surat kabar saya jadi
tau jadio kan nambah tuh ilmu saya, menghibur kan gak semua
surat kabar isinya masalah ada aja yang hiburan gitu yah…
kemudian mempengaruhi ya itu mempengaruhi kalo membuat
kebijakan atau undang-undang yang tadi tuh yah kalo untuk
menyebarkan informasi kan emang tugasnya surat kabar
menyebarkan informasi kepada masyarakat agar masyarakat
mengetahui ada apa sii dengan warga Negara Indonesia
Saya : oh.. iya pakk jadi mempengaruhi ya..udah si pak segitu aja
wawancaranya, makasiya pak…
Anggota dewan : iya sama-sama, hati-hati dijalan ya….
HASIL WAWANCARA
Komisi VI
Saya : ini loh pak saya sebenernya mah cuma mau nanya efektif atau
ngak surat kabar yang dibagikan perpustakaan untuk anggota
dewan tapi sebelumnya bapak suka membaca Suratkabar gak?
Terus Surat kabar apa aja nih yang bapak langgan di
perpustakaan DPR RI ini?
Anggota dewan : hm.. saya ya suka baca Suratkabar, Suratkabar yang saya
langgan seputan Indonesia dan media Indonesia karna kkan
kalo kompas tempo itu biasanya saya dirumah juga ada
Saya : oh ya ya pak terus apakah surat kabar mempengaruhi setiap
membuat kebijakan publik?
Anggota dewan : hm.. kebuijakn publik itu kan banyak ya ada berbagai jenis ya
ada yang kebijakan yang mengatur tentang pemberian
pelayanan atau keuntungan kepada individu, kebijakan yang
mengatur tentang pemindahan alokasi kekayaan, kebijakan
yang mengatur tentang penyediaan barang dan lain sebagainya,
ya berpengaruh si sesuai beritanya kan gak semua berita itu
mempengaruhi
Saya : iya si pak surat kabar itu kan banyak fungsinya ya pak bukan
mempengaruhi aja ada juga yang menghibur, mendidik,
menyediakan informasi, nah kebijakan publik seperti apa si
maksudnya informasinya yang kaya gimana yang di dapat dari
surat kabar?
Anggota dewan : hm… uhuk…. uhuk ya seperti informasi tentang ini ya,
tentang konflik, kan ada aja suatu kampung suka bentrok antar
kampung, tauran gitu ya yang pkae timpug menimpug batu
sana sini yang akhirnya tuh memakan korban kan itu beritanya
banyak sekali terjadi dimasyarakat apalagi tauran anak sekolah
gitu ya itu informasinya contohnya kaya gitu jadi kan kita
mengatasinya kita membuat undang-undang mengenai konflik
itu termnasuknya jadi penanganannya gitu penanganan konflik
social, didalamnya itu ada mencakup pencegahan konflik,
penghentian konflik, dan pemulihan pasca konflik.
Saya : kalo pasca konflik itu seperti apa terus bertujuan untuk apa
undang-undang ini?
Anggota dewan : pasca konflik itu kegiatan untuk mengembalikan keadaan
dan memperbaiki hubungan yang tidak harmonis menjadi
harmonis dalam masyarakat akibat konflik melalui kegiatan
rekonsiliasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Kalo tujuan si untuk
memelihara kondisi damai dan harmonis dalam hubungan
sosial kemasyarakatan, memelihara keberlangsungan fungsi
pemerintahan, melindungi jiwa, harta benda, serta sarana
dan prasarana umum
Saya : oh iya pak itu pasal berapa?
Anggota dewan : gak tau deh saya lupa, pokonya tahun 2012
Saya : oh ya udah pak ntar selebihnya saya cari sendiri, terus
mengapa surat kabar menjadi salah satu dasar pembuat
kebijakan?
Anggota dewan : ya kaerna surat kabar salah satu media penyebar informasi
Saya : itu menurut bapak efektif apa ngak surat kabar dibagikan
kepada anggota dewan?
Anggota dewan : efektif si ya karna saya juga butuh informasi, meskipun
sekarang banyak hp merek-merek hp yang canggih yang
memudahkan untuk mendapatkan informasi tapi saya tetep
butuh surat kabar
Saya : oh iya pak lagian kalo baca di hp puyeng juga si ya pak, terus
kan gak tiap hari paket internet juga ya pa
Anggota dewan : heheheh iya
Saya : ya udah pak segitu aja, makasi ya pak
Anggota dewan :iya sama-sama, tadi kamu namanya siapa ya?
Saya : nama saya fandini nurul fauziah pakk
Anggota dewan : oh iyah iyah panggilnya dini yah tadi….
Saya : iya pak Dini panggilannya makasi ya pak …
Anggota dewan : iya iya …. sama-sama
HASIL WAWANCARA
Komisi VII
Saya : Assalamualaikum bu ….. masih inget gak sama saya yang
kemaren mau wawancara?
Anggota dewan : oh iya inget dini kan namanya, sok apa yang mau ditanyain?
sebelumnya ceritain dulu skripsinya apa
Saya : eummpp gini loh bu judul skripsi saya kebijakan pengaan
surat kabar bagi anggota dewan pada perpustakaan DPR RI
jadi didalamya saya pertamanya menjelaskan tentang
pengembangan koleksi karna kan pengadaan bahan pustaka itu
bagian dari pengembangan koleksi kemudian dari pengadaan
itu kan banyak ya bu ada pengadaan buku, ensiklopedi, surat
kabar dan lain-lain jadi saya ngambilnya surat kabar yang
dibagikan kepada anggota dewan jadi skripsi saya kebijakan
pengadaan surat kabar bagi anggota dewan pada perpustakaan
DPR RI, terus pertama yang saya mau tanyain karna saya
mengenaai surat kabar jadi apakah ibu suka baca surat kabar?
Anggota dewan : oh iya iya saya juga suka denger anak saya bahasa-bahasa,
kata-kata perpustakaan yang kaya gitu, saya suka baca surat
kabar tiap pagi di kantor kalo ngak di mobil, di rumah juga
saya suka baca surat kabar ketimbang melihat di internet
Saya : oh iya ya bu meurut bapak surat kabar itu mempengaruhi
setiap pembuatan kebijakan publik gak?
Anggota dewan : kebijakan publik seperti apa dulu nih
Saya : ya kebijakan publik untuk masyarakat bu seperti gerbong
kereta itu kana da khusus wanita ya itu kana da kebijakannya
pak yang mengharuskan ada gerbong untuk perempuan
Anggota dewan : tapi kan tugas anggota dewan itu kan gak buat kebijakan, kita
buat undang-undang juga
Saya : iya si bu, undang-undang seperti apa?
Anggota dewan : ya seperti contohnya aja anak-anak jaman sekarang itu kan
beda banget kelakuannya sama anak jaman dulu anak-anak
jaman sekarang kan masih kecil aja udah udah melakukan
tindak pidana enta itu di sengaja atau tidak, terus anak-anak
bias aja jadi saksi, maka dibuatlah undang-undang system
peradilan anakkarena kan anak itu kan tidak bias disamakan
dengan orang dewasa ya mulai dari tahap penyelidikan, sampai
dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana itu
terdapat pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011
Saya : oh ya iya bu terus mengapa surat kabar menjadi salah satu
dasar pembuat kebijakan publik?
Anggota dewan :hm… gak sepenuhnya dari surat kabar juga si ya cuma salah
satunya itu surat kabar ya karna emang surat kabar salah satu
penyedia informasi juga kan
Saya : oh jadi sudah efektif dong yaa bu menerima surat kabar dari
perpustakaan pada setiap paginya kalo udah ada hasilnya
Anggota dewan : iya si… boleh juga dikatakan efektif sii yak karena sudah
kepake kalo gak kepake berarti kurang efektif
Saya : iya bu, hm… surat kabar itu berfungsi sebagai apa si bu kan
ada yang mendidik, menghibur, menyediakan informasi segala
macem itu pak berfungsi gak?
Anggota dewan : iya berfungsi lah kalo gak berfungsi ngapain saya baca surat
kabar, bener gak?
Saya : heheh iya jyga si bu. udah deh pak wawancaranya segitun aja
kan saya cuma pengen tau efektif atau tidak dan undang-
undang seperti apa
Anggota dewan : oh iyah iyahh ntar kalo kurang tanyain lagi ajah
Saya : iya bu makasi ya pak…
Anggota dewan : iya ….
HASIL WAWANCARA
Komisi VIII
Saya : asslamualaikum
Anggota dewan : waalakikumsalam ini yang mau wawancara kemaren gak jadi
tu ya?
Saya : iya pak hehehe, jadinya sekarang aja pak
Anggota dewan : oh iyahh boleh tentang surat kabar itu kan? apa
pertanyaannya?
Saya : iya pak yang tentang surat kabar pertanyaannya apakah bapak
suka membaca surat kabar yag disediaka oleh perpustakaan di
loker samping ruangan? Terus surat kabar apa aja yang bapa
langgan?
Anggota dewan : saya melanggkan seputar Indonesia dak surat kabar daerah
lampung, ya saya suka baca suratkabar tiap pagi karena saya
dapet ilmu tuh salah satunya ya dari membaca surat kabar,
ilmu itu kan gak dapet cuma hanya di bangku sekolh dimana
aja kita bias dapatkan ya
Saya : iya si pak, nah surat kabar itu mempengaruhi setiap membuat
kebijakan publik gak?
Anggota dewan : hm… mempengaruhi ya. hm.. iya si sedikit mempengaruhi
dalam pembuatan undang-undang
Saya : informasi yang kaya gimana si pak yang di dapat dari surat
kabar?
Anggota dewan : informasi seperti hal-hal atau masalah seperti kemaren tuh
kan manusia itu kan harus memperoleh kesehatan secara fisik
maupun spiritual sekarang tuh yah banyak sekali pengobatan-
pengobatan yang didirikan belom berdasarka izin jadi biasanya
mentang-mentang bidan dia membuka praktek seenaknya
padahal kan itu semua ada prosesnya untuk mendirikan klinik
tersebut apalagi itu yang berhubungan dengan nyawa nah dari
banyaknya kasus itu lah jadi pada sekitar tahun 2009 kita,
pemerinta dan presidan membuat suatu undang-undang dimana
isinya itu Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun social, SDM bidang kesehatan,
obatnya, teknologinya, pelayanannya yang bertujuan untuk
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan
perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, pelindungan,
penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama.pokonya
kamu liat aja undang-undang kesehatannya liat distu deh kalo
sudah memenuhi semuanya
Saya : oh iya pak nanti saya liat, terus mengapa surat kabar menjadi
salah satu pembuat kebijan
Anggota dewan : karna kan kebijakan publik itu kan dibuat untuk rakyat dan
biasanya berita masyarakat itu adanya di Surat kabar ya
pokonya gitu deh
Saya : iya pak menurut bapak perpustakaan sudah efektif blom
menyebarkan surat kabar kepada anggota dewan?
Anggota dewan : “hm.. karna surat kabar berfungsi ya jadi efektif lah segini
mah sudah efektif, fungsinya itu kan sebagai penyedia
informasi karna selain dari televisi dari surat kabar juga bisa
selagi dia mampu memberikan informasi tentang peristiwa
yang terjadi. Hmm.. kita anggota dewan sebagai pembuat
kebijakan publik itu ya… butuh informasi mengenai publik,
salah satunya dari media seperti surat kabar tadi itu ya… kalo
surat kabar si… bukti outentik ya, karena kan meskipun kita
melihat di televisi tidak bisa dibuktikan. masa harus ke stasiun
tvnya minta diulang lagi kan gak mungkin.”
Saya : owh gitu ya pak, cuma segitu aja si pak wawancaranya,
makasi ya pak
Anggota dewan : iya iya
HASIL WAWANCARA
Komisi IX
Saya : Assalamualaikum bu ….. masih inget gak sama saya yang
kemaren mau wawancara?
Anggota dewan : oh iya inget dini kan namanya, sok apa yang mau ditanyain?
sebelumnya ceritain dulu skripsinya apa
Saya : eummpp gini loh bu judul skripsi saya kebijakan pengaan
surat kabar bagi anggota dewan pada perpustakaan DPR RI
jadi didalamya saya pertamanya menjelaskan tentang
pengembangan koleksi karna kan pengadaan bahan pustaka itu
bagian dari pengembangan koleksi kemudian dari pengadaan
itu kan banyak ya bu ada pengadaan buku, ensiklopedi, surat
kabar dan lain-lain jadi saya ngambilnya surat kabar yang
dibagikan kepada anggota dewan jadi skripsi saya kebijakan
pengadaan surat kabar bagi anggota dewan pada perpustakaan
DPR RI, terus pertama yang saya mau tanyain karna saya
mengenaai surat kabar jadi apakah ibu suka baca surat kabar?
Anggota dewan : oh iya iya saya juga suka denger anak saya bahasa-bahasa,
kata-kata perpustakaan yang kaya gitu, saya suka baca surat
kabar tiap pagi di kantor kalo ngak di mobil, di rumah juga
saya suka baca surat kabar ketimbang melihat di internet
Saya : oh iya ya bu meurut bapak surat kabar itu mempengaruhi
setiap pembuatan kebijakan publik gak?
Anggota dewan : kebijakan publik seperti apa dulu nih
Saya : ya kebijakan publik untuk masyarakat bu seperti gerbong
kereta itu kana da khusus wanita ya itu kana da kebijakannya
pak yang mengharuskan ada gerbong untuk perempuan
Anggota dewan : tapi kan tugas anggota dewan itu kan gak buat kebijakan, kita
buat undang-undang juga
Saya : iya si bu, undang-undang seperti apa?
Anggota dewan : ya seperti contohnya aja anak-anak jaman sekarang itu kan
beda banget kelakuannya sama anak jaman dulu anak-anak
jaman sekarang kan masih kecil aja udah udah melakukan
tindak pidana enta itu di sengaja atau tidak, terus anak-anak
bias aja jadi saksi, maka dibuatlah undang-undang system
peradilan anakkarena kan anak itu kan tidak bias disamakan
dengan orang dewasa ya mulai dari tahap penyelidikan, sampai
dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana itu
terdapat pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011
Saya : oh ya iya bu terus mengapa surat kabar menjadi salah satu
dasar pembuat kebijakan publik?
Anggota dewan :hm… gak sepenuhnya dari surat kabar juga si ya cuma salah
satunya itu surat kabar ya karna emang surat kabar salah satu
penyedia informasi juga kan
Saya : oh jadi sudah efektif dong yaa bu menerima surat kabar dari
perpustakaan pada setiap paginya kalo udah ada hasilnya
Anggota dewan : iya si… boleh juga dikatakan efektif sii yak karena sudah
kepake kalo gak kepake berarti kurang efektif
Saya : iya bu, hm… surat kabar itu berfungsi sebagai apa si bu kan
ada yang mendidik, menghibur, menyediakan informasi segala
macem itu pak berfungsi gak?
Anggota dewan : iya berfungsi lah kalo gak berfungsi ngapain saya baca surat
kabar, bener gak?
Saya : heheh iya jyga si bu. udah deh pak wawancaranya segitun aja
kan saya cuma pengen tau efektif atau tidak dan undang-
undang seperti apa
Anggota dewan : oh iyah iyahh ntar kalo kurang tanyain lagi ajah
Saya : iya bu makasi ya pak…
Anggota dewan : iya ….
HASIL WAWANCARA
Komisi X
Saya : Assalamu’alaikum pak..
Anggota dewan : Wa’alaikum salam warohmatullah, ya ada apa?
Saya : Saya mau wawancara pak, bias gak pak?
Anggota dewan : Oh iyah, apa silahkan apa yang mau ditanyakan, eh… nama
nama kamu siapa, dari mana?
Saya : Oh iya saya lupa kenalan, hehe.., saya Fandini Nurul Fauziah
pak, Mahasiswa Uin Jakarta Jurusan Ilmu Perpustakaan. Saya
mau wawancara mengenai surat kabar
Anggota dewan : oh ya ya… kamu kenal pak Ahmad Fatoni, dya dosen tetap
loh disana?
Saya : duh.. gak kenal pak, dosen kan di UIN banyak pak, yang
sejurusan aja belom tentu kenal semua sama saya
Anggota dewan : owhh iya juga ya, terus apa yang mau ditanyain?
Saya : Begini pak, bapak suka baca surat kabar gak?
Anggota dewan : oh surat kabar saya suka bacanya karena satu surat kabar
isinya banyak, memuat tentang semua konflik yang ada di
Negara ini, kalo buku kan khusus ya biasanya kalo tentang
hokum ya isinya juga hukum, kalo tentang politik ya isinya
juga politik beda dengan surat kabar kalo surat kabar kan
isinya apa aja ada disitu
Saya : oh jadi gitu ya pak, terus surat kabar yang tadi kata bapa
isinya semua konflik itu mempengaruhi tugas DPR RI gak si
pak?, maksudnya surat kabar itu mempengaruhi setiap kali
bapak membuat kebijakan atau undang-undang gitu pak?
Anggota dewan : ya tergantung beritanya juga si ya, lagian kan meskipun tugas
DPR membuat kebijakan kemudian RUU, undang-undang itu
kan hasil kesepakatan bersama, bukan saya sendirian yang
membuatnya. Hm… untuk sejauh ini si ya sudah
mempengaruhi si ya
Saya : hm.. kebijakan publik seperti apa atau undang-undang yang
seperti apa yang informasinya di dapat dari surat kabar?
Anggota dewan : hm.. informasi seperti ya… apa yah kira-kira, ya seperti ini
kan zaman sekarang itu perubahannya kan sangat cepat sekali
ya bahkan anak-anak yang seharusnya mereka sekolah
sekarang tuh anak-anak kurang mendapatkan perhatian artinya
dia gak mendapatkan hak seorang anak, seperti penjualan anak
itukan tidak boleh yah kemudian pornografi anak-anak.
Pokonya tentang anak-anak deh yah hak seorang anak, jadi
makanya undang-undang itu dibuat atau diterjemahkan karna
kan ini sebelumnya berbahasa inggris yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia ya. Pokonya kamu liat aja deh undang-
undanganya coba kamu searcing tentang hak-hak anak yang
mengenai penjualan anak, prostitusi anak, dan pornografi anak
Saya : iya pak (sambil searcing mencari undang-undang), owh iya
pak ada nih Optional Protocol To The Convention On The
Rights Of The Child On The Sale Of Children, Child
Prostitution And Child Pornography ya pak?
Anggota dewan : iya itu nanti dibaca aja deh itu yah suapaya kamu ngerti apa
yang saya bicarakan
Saya : iya pak entar saya baca, terus mengapa surat kabar menjadi
salah satu pembuat kebijakan publik?
Anggota dewan : ya karena itu tadi di dalam surat kabar kan memuat berita-
berita permasalahan apa nih yang dihadapi masyarakat gitu
Saya : oh yay a pak, menurut bapak surat kabar yang dilanggan
perpustakaan kemudian dibagikan kepada anggota dewan itu
sudah efektif blom sipak?
Anggota dewan : hm… ya efektif ngak ya, tengah-tengah deh. Dibilang efektif
ya ngak juga ya, kita kan bukan dari surat kabar aja bikin
undang-undang tuh harus dengan persetujuan bersama dengan
presiden, demgan pak SBY
Saya : ow gitu ya pak, cuma segitu aja pak wawancaranya makasi ya
pak
Anggota dewan : oh udah nih wawancaranya? Ko dikit amat pertanyaanya,
Saya : hehe iya pak saya itu kan Cuma mau tau efektif apa ngaknya
surat kabar aja pak, selebihnya saya meneliti perpustakaanya
pak.
Anggota dewan : oh gitu, ya udah iya iya
Saya : makasi ya pak
Anggota dewan : iya sama-sama pintunya disebelah sana aja tuh langsung lif
Saya : iya pak hehe
HASIL WAWANCARA
Komisi XI
Saya : Assalamu’alaikum
Anggota dewan : waalaikum salam, oh, ini mau wawancara ya? Tunggu
sebentar ya, tanggung nih (sambil liat laptop)
Saya : iya pak
Anggota dewan : ni sudah selesai ko (sambil nutup laptop, masukin ke dalam
tasnya) iya tadi apa ya yang mau ditanyain, silahkan mana
pertanyaanya
Saya : langsung aja ya pak, bapa suka baca surat kabar gak?
Anggota dewan : (sambil senyum) surat kabar ya… saya suka bacanya tapi gak
dibaca semua ya, sisanya kadang saya lanjutin mau tidur, di
jalan kalo lagi macet kadang suka saya di taro di mobil aja kalo
udah di baca, intinya si suka ya meskipun gak suka-suka
banget ya paling ngak dibaca lah
Saya : surat kabar itu mempengaruhi setiap pembuatan kebijakan,
undang-ndang atau tugas lainnya anggota dewan?
Anggota dewan : (sambil senyum) ya gimana ya bingung jawabnya,
mempengaruhi si ya, kan saya baca surat kabar saya jadi
terpengaruh
Saya : hm.. informasi yang seperti apa pak yang biasanya di dapat
dari surat kabar sehingga bias di buat satu undang-undang atau
kebijakan?
Anggota dewan : ya informasi si banyak ya, seperti kendaraan itu kan ada
peraturan dilarang menggunakan jalur busway, tetapi ya
peraturan hanya perturan tetap saja dilanggar, padahal kan
kendaraan suda mempunyai jalurnya tersendiri
Saya : hehe iya pak saya juga suka liat tuh pak di jalan-jalan banyak
yang masih melanggar, kemudian mengapa surat kabar
menjadi salah satu pembuat kebijakan
Anggota dewan : (senyum) ya mungkin jawabannya karena dari surat kabar itu
lah kami jadi tau berita yang gencar dibiccarakan itu apa, nah
kita sebagai wakil rakyat harus mencari jalan keluar gitu ya,
tapi itu juga kan tidak menurut saya jay a kita harus disepakati
bersama
Saya : oh iya pak, makasi ya pak
Anggota dewan : oh iya
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Peneliti lahir di Rangkasbitung pada tanggal 21 November 1992. Anak
tunggal dari pasangan Bapak Drs. Abdul Kohar dan Ibu Nurlailah. Peneliti
bertempat tinggal di Parung Kulon JL. H. Suhaemi Rt 03/04 No.35 Kel.
Duren Mekar Kec.Sawangan Kota Depok16518. Peneliti dapat dihubungi
melalui emailnya di [email protected]. Ia memulai pendidikan tingkat TK di TK Islam
Miftahul Ula pada tahun 1998, SD di MI Al-Ishlahiyah Ibtidaiyah pada tahun 2004, kemudian
melanjutkan tingkat menengah pertama di SMP Nurul Madaany Boarding School tahun 2007,
dan menyelesaikan tingkat menengah atas di SMA Nurul Madaany Boarding School tahun 2010.
Pada tahun 2010, peneliti langsung melanjutkan pendidikannya ke jenjang Perguruan Tinggi
pada Program Studi Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semasa kuliah, peneliti pernah PKL di Perpustakaan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan menyelesaikan kuliahnya dengan menulis
skripsinya yang berjudul “Pengadaan Surat Kabar bagi Anggota Dewan Sebagai Pembuat
Kebijakan Publik pada Perpustakaan DPRI RI”.