Penetapan Kadar Protein Dari Susu2

17
PENETAPAN KADAR PROTEIN DARI SUSU Kelompok A1.1 Disusun Oleh: Sarah Helena (2012210238) Uun Sri Rejeki (2012210279) Agnes Ivana (2013210006) Aien Noor Vidia (2013210009) Anisa Nurrananda (2013210021) Anisa Zein Hutasuhut (2013210022) Anistisha Luthfiya.A (2013210023) Aprilianti Desi.K (2013210027) Baskara Dito (2013210034)

description

a

Transcript of Penetapan Kadar Protein Dari Susu2

Penetapan Kadar Protein dari Susu

Penetapan Kadar Protein dari SusuKelompok A1.1Disusun Oleh:Sarah Helena (2012210238)Uun Sri Rejeki(2012210279)Agnes Ivana(2013210006)Aien Noor Vidia(2013210009)Anisa Nurrananda(2013210021)Anisa Zein Hutasuhut(2013210022)Anistisha Luthfiya.A(2013210023)Aprilianti Desi.K(2013210027)Baskara Dito(2013210034)

TujuanMengetahui metode untuk menentukan kadar protein.Mengetahui cara menentukan kadar protein.

Titrasi Formol

Pindahkan 10 ml larutan susu atau larutan protein ke dalam erlenmeyer 125 ml dan tambahkan 20 ml aquadest dan 0,4 ml larutan K.oksalata jenuh dan 1 ml fenolftalein 1 % Diamkan selama 2 menitTitrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai warna standar atau sampai warna merah jambuWarna standar 10 ml larutan susu ditambah 10 ml aquadest, 0,4 ml kalium oksalat jenuh dan 1 tetes indikator rosalinin klorida 0,01 % Setelah warna tercapai, tambahkan 2 ml larutan formaldehid 40% dan titrasi kembali dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai warna seperti warna standar tercapai lagi. Volume titrasi dicatat dan disebut volume titrasi sampel.Buatlah titrasi blanko yang terdiri dari 20 ml aquadest, 0,4 ml larutan kalium oksalat jenuh, 1 ml indikator fenolftalein dan 2 l formaldehid 40 %. Titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N Untuk mengetahui kadar protein, harus dbuat percobaan serupa dengan menggunakan larutan yang telah diketahui kadar proteinnya (misalnya dengan cara KjeldahlSkema KerjaMetode Biureta. Penyiapan kurva standar larutan protein

Larutan Induk (l)Pereaksi Biuret (l)Aquadest (l)Kadar BSA (%)208001800,10308001700,15408001600,20608001400,30808001200,40Siapkan larutan protein (BSA dengan konsentrasi 5 % sebagai larutan induk)Dalam kuvet, dimasukkan larutan induk, pereaksi Biuret dan aquadest dengan komposisi sebagai berikut :Setelah tepat 10 menit, bacalah absorbansi pada panjang gelombang 550 nm terhadap blanko yang terdiri dari 800 l pereaksi Biuret dan 200 l aquadest.Buatlah kurva standar pada kertas grafik yang menunjukkan hubungan antar absorbansi (pada ordinat ) dan konsentrasi (pada absis).Penyiapan Sampel

Larutan sampel protein yang terlarut misal albumin diendapkan terlebih dahulu dengan penambahan amonium sulfat kristal (jumlahnya tergantung dari jenis proteinnya, kalau perlu sampai mendekati kejenuhan amonium sulfat dalam larutan).Pisahkan protein yang mengendap dengan sentrifus 11.000 rpm selama 10 menit. Pisahkan supernatannya.Endapan yang merupakan protein dilarutkan kembali dengan penambahan dasar asam asetat pH 5 sampai 10 mlSejumlah tertentu larutan tersebut (dalam l) diambil secara kuantitatif dan tambahkan pereaksi Biuret ( jika perlu ditambah dapar asetat pH 5)Setelah 10 menit dari penambahan pereaksi Biuret, bacalah absorbansi pada panjang gelombang 550 nm terhadap blanko yang terdiri dari pereaksi Biuret dan dapa asetat pH 5.Bacalah kadar protein dari absorbansi yang didapat dari larutan sampel dengan menggunakan kurva standar di atas. Jangan lupa memperhitungakan faktor pengenceran sampel yang telah dilakukan.TITRASI FORMOLA1-2

A1-3

Titrasi dengan NaOHTitrasi dengan NaOH setelah penambahan FormaldehidContoh 10,00 1,300,00 5,50Contoh 20,00 1,400,00 5,60Blanko (aquadest)-0,00 0,15Titrasi dengan NaOHTitrasi dengan NaOH setelah penambahan FormaldehidContoh 10,00 0,70 ml0,00 1,05 mlContoh 20,00 0,90 ml0,00 1,30 mlBlanko (aquadest)-0,00 - Data PercobaanA2-2

A2-3Titrasi dengan NaOHTitrasi dengan NaOH setelah penambahan FormaldehidContoh 10,00 5,05 ml0,00 - 11,25 mlContoh 20,00 5,10 ml0,00 - 11,25 mlBlanko 10,00 - 0,1 mlBlanko 20,00 - 0,05 mlTitrasi dengan NaOHTitrasi dengan NaOH setelah penambahan FormaldehidContoh 10,00 2,15 ml0,00 3,85 mlContoh 20,00 2,15 ml0,00 3,80 mlBlanko (aquadest)- 0,00 0,15 mlMETODE BIURETA1-1

A1-4

BlankoSerapan ISerapan II200,0150,055300,0930,067400,1000,081600,1080,109800,1750,125\Serapan 1Serapan 2Serapan 3Serapan 4Serapan 5Kurva standar1000 BPJ1500 BPJ2000 BPJ3000 BPJ4000 BPJLarutan induk I0,33190,43230,53750,63290,7213Larutan induk II0,29540,41000,52390,67820,7800A2-1

A2-4XBAKU IBAKU IIBLANGKO400.06930.01310.0000600.32750.1906800.37900.15801200.39230.45301600.58830.3341Serapan 1Serapan 2Serapan 3Serapan 4Serapan 5Kurva Standar0,31210,42020,51760,65920,7860Kurva Standar0,31720,48080,51910,66070,7851Contoh 10,8976Contoh 20,8792A1-2

Diketahui:Kadar protein = 16% NTakaran saji= 30 gramProtein dalam takaran saji = 5 gramKadar protein dalam susu formula Frisian Baby : 5/35 x 100% = 14,2857%

Sampel IVolume Formol (1)= Volume titrasi sampel Volume titrasi blanko= (5,50 0,15) ml= 5,35 ml% Kadar Protein susu= 1,83 x ml titran formol= 1,83 x 5,35 ml= 9,7905 %% Kadar Kasein= 1,63 x ml titran formol= 1,63 x 5,35 ml= 8,7205 %Kadar N(%) = (Titran formol/g bahan x 1000) x N NaOH x BM x fp x 100%= (5,35ml/5,03 g x 1000) x 0,0993 N x 14,008 g/mol x 1 x 100%= 0,1479 %Kadar Protein (%)= % N x faktor konversi= 0,1479 % x 6,25= 0,9244 %

PerhitunganSampel IIVolume Formol (2)= Volume titran sampel 2 Volume titran blanko= (5,60 0,15) ml= 5,45 ml% Kadar Protein susu= 1,83 x ml titran formol 2= 1,83 x 5,45 ml= 9,9735 %% Kadar Kasein= 1,63 x ml titran formol 2= 1,63 x 5,45 ml= 8,8835 %Kadar N(%) = (Titran formol/g bahan x 1000) x N NaOH x BM x fp x 100%= (5,45 ml/5,03 g x 1000) x 0,0993 N x 14,008 g/mol x 1 x 100%= 0,1507 %A1-1Serapan I = a = -6,207 x 10 serapan II =a = 0,0321b = 2,148 x 10 b = 1,202 x 10 r = 0,909 r = 0,994Y = ax + b0,087 = 0,0321 + 1,202 x 10 x = 0,087 1,202 x 10 0,0321 x = 2,673

Faktor pengenceran = volume sampel + volume pengenceran volume sampel = 3 + 15 = 6 3

% Protein = X x fp x vol akhir x 100% Bobot sampel x 1000 = 2673, x 6x 8 x 100 % 3 x 1000 = 4, 278 %

Pada penetapan kadar protein ini digunakan titrasi formol dan metode biuret.Titrasi formol digunakan untuk menunjukkan kadar n-amino, selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur hidrolisis protein tetapi tidak untuk menentukan jenis protein.Tingkat hidrolisis protein dapat ditunjukkan dengan senyawa yang mengikat n-amino pada sampel, maka gugus aktif akan diikat oleh naoh pada titrasi.Titrasi dilakukan dengan menggunakan baku sekunder naoh 0,1 n agar protein tidak bersifat asam, karena gugus karboksil yang terbentuk pada metode titrasi formol bersifat asam. Oleh karena itu, dilakukan titrasi dengan naoh sebagai titran agar tercapai kondisi ekivalen dari larutan. Jadi, prinsip titrasi formol yakni menetapkan larutan dengan basa naoh. Indikator yang digunakan adalah phenolphthalein (PP), dengan titik akhir perubahan warna merah muda.Penambahan kalium oksalat jenuh untuk memblokade gugus amina (-nh2) pada asam amino sehingga hanya terdapat gugus karboksil (-cooh) pada ujung rantai yang akan bereaksi dengan naoh sampai larutan tersebut berubah warna menjadi merah jambu / pink. Fungsi penambahan formaldehida pada metode titrasi formol yakni membentuk dimethilol sehingga formaldehid akan bereaksi dengan gugus amino dari protein / asam amino membentuk dimethilol. PembahasanPenambahan indikator PP bertujuan sebagai penanda berakhirnya titrasi. Penambahan aquadest bertujuan untuk menghidrolisis protein dalam sampel menjadi asam aminoTujuan dari larutan blanko ini yakni, mengetahui jumlah ml naoh yang bereaksi dengan zat zat kimia yang diguanakan dalam analisis kalium oksalat jenuh, formaldehid dan air.Pembuatan kurva standart bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan dengan nilai absorbans sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui.Metode biuret merupakan metode yang umum untuk gugus peptide dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara ion cu2+ dan N dari molekul peptide. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptide mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna merah. Beberapa protein yang mempunyai gugus CS-NH, CH-N dalam molekulnya juga member warna positif dari reaksi biuret ini membentuk suatu senyawa kompleks.Reagen biuret adalah larutan berwarna biru muda, yang merubah menjadi ungu bila bercampur dengan larutan yang mengandung protein. Sebuah kompleks berwarna ungu terbentuk ketika ion tembaga dari reagent biuret bereaksi dengan ikatan peptida pada rantai polipeptida. Reaksi : CuSO4.5H2O + 2 NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4Cu(OH)2 Cu2+ + 2 OH- Intensitas warna uji biuret tergantung pada konsentrasi protein yang ditera.Metode biuret untuk menunjukkan adanya senyawa yang mengandung gugus amida (-CONH2) yang berada bersama gugus amida asam lain atau gugus lain.Intensitas warna uji biuret tergantung pada konsentrasi protein yang ditera.Pada saat dikocok, jangan sampai menimbulkan buih karena mempengaruhi pengukuran absorbansi . dan setelah di teteesi preaksi biuret , sampel didiamkan selama 10 menit ini merupakan operating time yaitu waktu yang dibutuhkan agar seluruh protein bereaksi dengan reagen . penemuan protein cara biuret dengan mengukur optical density (od) dengan alat spektrofotometri pada panjang gelomnbang 550-580 nm.Dari kedua kelompok, hasil sampel kelompok a1-1 yang mendekati kecukupan kandungan protein pada susu.

KesimpulanDari hasil percobaan yang telah dilakukan oleh kelompok A1.1 dengan menggunakan metode biuret diperoleh bahwa kandungan protein pada sampel susu adalah sebesar 4,278% sedangkan pada kelompok A1.2 dengan menggunakan metode titrasi formol diperoleh bahwa kandungan protein pada sampel susu adalah sebesar 0,9244% dan 0,1507%. Dari kedua kelompok, hasil sampel kelompok A1-1 yang mendekati kecukupan kandungan protein pada susu.

Daftar Pustakahttp://amaliahfauziahkadir08.blogspot.com/2013_10_01_archive.htmlhttp://davidjosep90ymailcom.blogspot.com/2010/11/percobaan-viiipenentuan-kadar-protein.htmlLehninger, A, L. 1992.Dasar-dasar Biokimia.Erlangga: Jakarta.Winarno, F,g.1992.Kimia Pangan Di Sini.Gramedia: Jakarta.Sudarmadji, S.Haryone, B Suhandi.Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian.Liberty; Yogyakarta.Girindra A.1986.Biokimia I.Gramedia: Jakarta.Happer, Et.Al.1980.Review Of Phycoogical Chemistry.EGC: Jakarta.Deman, John.1997.Kimia Makanan Edisi II.ITB: Bandung.Farida, Yunahara, Sugiastri, Setyorini, Diana.2015.Penuntun Praktikum Analasis Makan