PENERIMAAN DIRI PADA PELAKU PERKAWINAN KATOLIK … · Oleh sebab itu, dengan segala ... hidup...
Transcript of PENERIMAAN DIRI PADA PELAKU PERKAWINAN KATOLIK … · Oleh sebab itu, dengan segala ... hidup...
i
PENERIMAAN DIRI PADA PELAKU PERKAWINAN KATOLIK YANG
BERPISAH
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Angela Sunya Sankya
NIM : 119114107
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan hasil usaha dan karyaku ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus, sumber pengharapan dan kekuatanku
Ayah yang dengan kehangatannya tulus mendidik dan menjagaku
Ibu yang mengajarkan arti ketulusan rasa
Kakak yang selalu ada dalam apapun keluh kesahku
Simbah putri yang membantu merawatku
Keluarga yang tidak bisa saya sebutkan satu demi satu
Aa’yoss yang menjadi sahabat, kakak serta my secret. Sahabat OMK
Rayon KP dan sahabat di kampus yang selalu menaruh kasih setiap
waktu dan menjadi saudara dalam kesukaranku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PENERIMAAN DIRI PADA PELAKU PERKAWINAN KATOLIK YANG
BERPISAH
Angela Sunya Sankya
ABSTRAK
Perkawinan Katolik dilakukan sekali seumur hidup dan tidak dapat terceraikan. Apabila
pelaku perkawinan Katolik memutuskan untuk berpisah, maka konsekuensi yang didapatkan
adalah tidak diperkenankan menikah lagi dalam lingkup gereja Katolik. Selain itu, harus
menghadapi konsekuensi seumur hidup tanpa pasangan. Penelitian ini berusaha untuk
mendeskripsikan tahap respon psikologis dalam proses penerimaan diri pada pelaku
perkawinan Katolik yang berpisah. Metode penelitian yang digunakan adalah naratif.
Pengumpulan data dilakukan lewat wawancara mendalam dengan tiga orang informan.
Pemilihan informan dilakukan dengan memilih informan bertujuan. Informan merupakan
individu yang pernah melakukan perkawinan secara hukum Gereja Katolik namun berpisah
dengan pasangan dengan tetap adanya ikatan perkawinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri adalah penyangkalan, marah, tawar-
menawar, depresi, dan penerimaan. Selain itu, belum semua informan dapat mencapai tahap
proses psikologis penerimaan diri.
Kata kunci : Penerimaan diri, Perkawinan Katolik, Berpisah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
SELF-ACCEPTANCE ON DIVORCED PEOPLE OF CATHOLIC
MARRIAGE
Angela Sunya Sankya
ABSTRACT
Catholic marriage conducted once in a lifetime and can’t be divorce. If people who have a catholic
marriage decided to divorce, then the consequence that they got is that they are probibited from
having another marriage within catholic curch. Also, they have to deal with a lifetime consequence
of being single for their entire life. This research is trying to describe psychological response
stages within self-acceptance proces on people who have a divorced catholic marriage.
The research method used is narrative. Data gathering conducted throught deep interview with
three informants with purpose. Informants are people who have conduct marriage according to
catholic church law but divorced from their couple while still having a marriage bond. The result
of the research shows that psychological response stages within self acceptance process are denial,
anger, bargaining, depression, and acceptance. Also, not all of the informants could reach the
psychological response stage of self-acceptance.
Key Words : Self-acceptance, Catholic Marriage, Divorced.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat, rahmat serta peyertaanNya yang telah dilimpahkan sehingga penulisan
skripsi yang disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Universitas Sanata Dharma ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini tidaklah sedikit sumbang saran dan bimbingan
yang penulis dapatkan dari berbagai pihak, baik sumbangan moral maupun
material. Hal ini penulis sadari bahwa tanpa adanya bantuan tersebut, penulisan
skripsi ini tidak dapat berjalan dengan lancar.
Melalui halaman ini, perkenankan penulis untuk menyampaikan ungkapan
rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan
berupa bimbingan serta pendampingan yang sangat berharga sehingga membantu
terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogayakarta.
2. Ibu Debri Pristinella, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus
Dosen Pembimbing Akademik, yang dengan kesabaran serta perhatiannya
telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, masukan,
kritik serta saran yang membangun, sehingga penulisan skripsi dapat
terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Dr. Tjito Susana, M. Si serta Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., M.A. selaku
dosen penguji yang memberikan masukan, kritik serta saran yang bersifat
membangun, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah membimbing penulis
selama studi di Fakultas Psikologi.
5. Seluruh staff Sekretariat serta staff Laboratorium Fakultas Psikologi , yang
selalu mendukung dengan pelayanan terbaiknya.
6. Kedua orangtua tercintaku Bapak Macarius Edy Suyanta dan Ibu Primitifa
Ratna Niar Kamdani, terimakasih tak terhingga atas segala dukungan,
cinta, kasih serta doa yang selalu diberikan. Kakak tercintaku Adyapaka
Apatya yang selalu menjadi saudara dalam suka dukaku serta
membimbingku dengan cara uniknya. Simbah putri Fransiska Sarbinah
yang membantu mendidikku hingga sampai saat ini. Om Kardi, bulik
Asih, dek Diaz, dek Agnes, Alexa kecil, bulik Timin, Om Sumar, Dek
Ricky terima kasih. Seluruh saudara yang tidak dapat saya sebutkan satu
demi satu, terima kasih atas dukungannya.
7. Rm FX. Alip, Rm. Bilie serta Diakon Danarto, Diakon Andhika dan Frater
Yayan, terima kasih atas semangat dan dukungan ilmu yang diberikan.
8. Aa’Yossi, teima kasih atas support, dukungan dan kasihnya selama 3
tahun terakhir dan semoga selalu. Sahabatku terkasih Dhika, Nana, Vhirlis,
Pipit, Lindut, Dika terima kasih selalu membantu dalam suka dan dukaku.
Teman– teman satu bimbingan, teman-teman GKC, serta teman kampus
yang telah bersama melewati hari selama perkuliahan. Mbak Astrid yang
memberi semangat serta mensuport dalam mengerjakan skripsi. Terkhusus
bagi saudara, teman, sahabatku OMK Rayon Kulon Progo : Mbak Rima,
Raka, Tius, Pam, Arga, Cimil, Mas Banar, Leo, Jendil, Mbak Nana, Nina,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Mas Beny, Erni, Nita, Culis, Bang Yoyok, Brigita Anggit, Trisna, Mas
Eko, Mbak Santi, Atik, Dony Baskara, Dita, Genggo, dan semua yang
tidak dapat saya sebutkan satu demi satu, kalian keluarga yang luar biasa.
9. Semua pihak yang teah membantu segala proses pengerjaan skripsi ini,
terkhusus bagi informan yang dengan kerelaan serta ketulusan hati
membantu. Semoga senantiasa diberkati Tuhan Yesus Kristus.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini terdapat banyak kekurangan
serta kesalahan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis
memohon sumbang kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir
kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 25 Agustus 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI (3 DOSEN) .............................. iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
ABSTRACT ............................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 9
B. Masalah Penelitian .......................................................................... 9
C. Rumusan Masalah .......................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 11
A. Penerimaan Diri ............................................................................ 11
1. Definisi ..................................................................................... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Faktor- faktor yang memengaruhi Penerimaan Diri ............... 12
3. Ciri- ciri Individu yang Menerima Diri ................................... 15
4. Aspek Penerimaan Diri ........................................................... 17
5. Tahap Penerimaan Diri ........................................................... 19
6. Manfaat Penerimaan Diri ........................................................ 25
B. Perkawinan Katolik ...................................................................... 26
1. Definisi Perkawinan Katolik dalam Kitab Hukum Kanonik .. 27
2. Perkawinan Katolik yang Mampu Secara Hukum ................. 28
3. Perpisahan Pasangan ............................................................... 30
C. Kerangka Berfikir.......................................................................... 33
D. Pertanyaan Penelitian .................................................................... 36
E. Skema Tahap Respon Proses Penerimaan Diri pada Pelaku Perkawinan
Katolik yang Berpisah .................................................................. 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 39
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 39
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 40
C. Informan Penelitian ....................................................................... 40
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 41
E. Metode Analisis Data .................................................................... 42
F. Verifikasi Penelitian ...................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 44
A. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 44
1. Deskripsi ................................................................................. 44
2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................. 46
3. Analisis Hasil Wawancara Informan I ..................................... 48
a. Sebelum Berpisah (beginning) ........................................... 48
b. Ketika Berpisah (middle) ................................................... 50
c. Setelah Berpisah (end) ....................................................... 52
a) Berpisah dengan Tetap Adanya Ikatan Perkawinan .... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
b) Respon Psikologis Proses Penerimaan Diri ................. 56
4. Analisis Hasil Wawancara Informan II .................................... 60
a. Sebelum Berpisah (beginning) ........................................... 60
b. Ketika Berpisah (middle) ................................................... 60
c. Setelah Berpisah (end) ....................................................... 61
a) Berpisah dengan Tetap Adanya Ikatan Perkawinan..... 61
b) Respon Psikologis Proses Penerimaan Diri ................. 63
5. Analisis Hasil Wawancara Informan III .................................. 65
a. Sebelum Berpisah (beginning) ........................................... 65
b. Ketika Berpisah (middle) ................................................... 67
c. Setelah Berpisah (end) ....................................................... 68
a) Berpisah dengan Tetap Adanya Ikatan Perkawinan..... 68
b) Respon Psikologis Proses Penerimaan Diri ................. 69
6. Deskripsi hasil………………………………………………...71
7. Pembahasan…………………………………………………..78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 79
A. Kesimpulan .................................................................................... 79
B. Saran .............................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Inform Consent ..........................................................................
Lampiran 2. Narasi Informan .........................................................................
Lampiran 3. Verbatim ...................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yaitu, manusia tidak dapat menjalani
hidup seorang diri. Ia memerlukan orang lain untuk membantu memenuhi
kebutuhan hidupnya. Salah satunya adalah kebutuhan akan rasa mencintai dan
dicintai. Menurut Schutz (1980, dalam Sarwono 1991) kebutuhan akan kasih
sayang merupakan kebutuhan untuk mengembangkan emosional dengan orang
lain. Prinsip dasar kebutuhan akan kasih sayang adalah perasaan disukai atau
dicintai. Salah satu tingkah lakunya adalah berani memilih individu lain menjadi
pasangan hidupnya. Ketika individu telah sampai pada kedewasaan, individu
memiliki hasrat untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang yaitu salah satunya
dengan cara hidup bersama dalam rumah tangga.
Kehidupan dalam masyarakat tidak bisa melegalkan hidup bersama tanpa
tata cara atau aturan yang jelas. Di dalam masyarakat ada suatu tata hidup
bersama yang mengikat seluruh anggota masyarakat terkait dengan kehidupan
bersama, yaitu adalah perkawinan. Menikah merupakan salah satu pilihan hidup
manusia. Dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1/1974, bab I, pasal
1 bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” ( dalam Walgito, 1984) .
Dari sisi gereja Katolik, “Perkawinan adalah persekutuan hidup dan kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
suami istri yang mesra yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan
hukumNya, dibangun oleh perjanjian perkawinan atau persetujuan pribadi yang
tak dapat ditarik kembali ikatan suci demi kesejahteraan suami-istri dan anak
maupun masyarakat itu tidak tergantung pada kemauan manusia semata-mata.
Allah sendirilah Pencipta perkawinan, yang mencakup berbagai nilai dan tujuan”
(dikutip dari Kasih Setia dalam Suka-Duka, Pedoman Perkawinan di Lingkungan
Katolik, 1993).
Gereja Katolik memberikan tanda kekudusan kepada calon pasangan
suami-istri yang sudah dibabtis melalui penerimaan Sakramen Perkawinan.
Dengan Sakramen Perkawinan, seorang laki-laki dan seorang perempuan
dihadapkan kepada sebuah ikatan kepada pasangannya seumur hidup dan
mengarah pada kesejahteraan suami-istri, serta kelahiran anak (Kitab Hukum
Kanonik, 1055) untuk setia dalam suka ataupun duka dalam sehat maupun sakit.
Dalam perkawinan, dua individu yang berbeda sifat tinggal bersama dan
seiring perjalanan hidup tentunya muncul konflik dan permasalahan. Konflik
pernikahan terjadi karena masing-masing individu membawa kebutuhan,
keinginan dan latar belakang yang berbeda (Sprey dalam Laswell, 1987).
Finchman (dalam Mawadah 1990) mendefinisikan konflik pernikahan sebagai
keadaan suami-istri yang sedang menghadapi masalah dalam pernikahannya dan
hal tersebut tampak dalam perilaku mereka yang cenderung kurang harmonis.
Ketika mereka mampu untuk menyelesaikan masalah, kehidupan rumah tangga
mereka akan semakin kokoh. Namun jika tidak dapat menyelesaikannya, banyak
yang melarikan diri dan mengarah kepada anggapan ketidakcocokan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pasangan.
Indonesia menjadi salah satu Negara dengan tingkat perceraian yang
cukup tinggi. Indonesia menduduki peringkat keempat tingkat perceraian tertinggi
di dunia. Dari dua juta pasangan yang melangsungkan perceraian, 10%
diantaranya berakhir pada perceraian. Pada tahun 2000-an 30% perceraian
disebabkan karena suami menceraikan istri. Pada 2005, 68,5% perceraian terjadi
karena istri menggugat cerai suami (Republika, 25 Juni 2011, Dirjen Binmas
Kemenag RI).
Banyaknya masalah yang timbul di dalam rumah tangga. Jika tidak
ditemukan penyelesaiannya, perceraian dipilih sebagai suatu keputusan final.
Dilandasi oleh berbagai alasan yang dianggap rasional, pasangan suami istri tidak
lagi mengindahkan janji suci di depan altar. Pasangan mengesampingkan hakekat
dan tujuan perkawinan secara Katolik yang mengikat pasangan seumur hidupnya.
Sudarto & Wirawan (2000) yang menyatakan bahwa sebelum perceraian, individu
memandang kehidupannya sebagai masa yang menyenangkan. Namun ketika
ketegangan hadir dalam pernikahan dan mulai membahayakan pernikahan,
kehidupan dipandang sebagai suatu kepahitan yang mendalam dan penuh
penderitaan serta perjuangan.
Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang
perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup,
yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri (bonum
coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis,
oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen (Kitab Hukum Kanonik 1055).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Perkawinan Katolik, perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
memiliki tujuan yaitu mengarah pada kesejahteraan hidup bersama, kelahiran
anak, serta perkawinan Katolik merupakan sakramen dalam Gereja.
Perpisahan dalam keluarga Katolik menjadi klimaks runtuhnya
pengendalian rumah tangga. Perpisahan biasanya diawali dengan ketidakpuasan
pada pasangan, buntunya alur komunikasi, serta hilangnya rasa saling percaya
antara satu dengan yang lain. Kebanyakan perpisahan akan menimbulkan gejolak
amarah bagi pelaku perpisahan serta bagi anggota keluarga yaitu anak.
Dalam wawancara yang dilakukan dengan salah satu anggota Tribunal
(Hakim Gereja) yaitu Rm. AS, pada 12 Agustus 2015 di Yogyakarta, beliau
memaparkan bahwa ada kenaikan kasus perpisahan secara Katolik dalam 5 tahun
terakhir ini. Hal tersebut dikarenakan banyak faktor namun, faktor penyebab
paling umum dalam perpisahan Katolik yaitu masalah ekonomi, KDRT serta
komunikasi khususnya alat telekomunikasi canggih yaitu handphone. Beliau
memaparkan bahwa, perkawinan Katolik hanya dilaksanakan satu kali seumur
hidup dan tidak dapat terpisahkan kecuali oleh maut. Jadi perpisahan Katolik
sebenarnya tidak diperkenankan oleh Gereja kecuali dengan alasan kodrati.
Banyaknya kasus perpisahan Katolik saat ini membuat beliau prihatin khususnya
karena beliau sebagai hakim gereja Katolik haruslah secara manusiawi memediasi
setiap kasus perpisahan yang ada dalam gereja Katolik. Penelitian penerimaan diri
ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk dapat menentukan langkah dalam
penangan pastoral bagi mereka yang mengalami perpisahan Katolik.
Dari wawancara dengan salah satu Romo Paroki di Yogyakarta pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
tanggal 24 Juli 2016. Beliau memaparkan apabila dalam Katolik, perkawinan
adalah sakramen yang perjanjian perkawinan tidak dapat ditarik kembali.
Sakramen perkawinan Katolik itu permanen dan yang membedakan dengan
keyakinan lain yaitu tidak dapat terceraikan oleh kuasa manusia manapun kecuali
oleh kematian. Perkawinan ratum dan consummatum tidak dapat diputus oleh
kuasa manusiawi manapun dan atas alasan apapun selain kematian (KHK 1414).
Menurut Beliau, sebagian besar pelaku perpisahan yang berkonsultasi
adalah sebagai korban atau orang yang tidak menghendaki adanya perpisahan
dalam perkawinannya. Kebanyakan pelaku perpisahan berkonsultasi dan datang
kepada beliau adalah mereka yang mengalami keputusasaan akibat dari
ditinggalkan pasangan. Sebuah contoh yang beliau paparkan adalah beliau
menemani umat pelaku perpisahan yang ditinggalkan oleh suaminya karena
suaminya memiliki hubungan khusus dengan orang lain sehingga berujung pada
pertengkaran serta KDRT dan akhirnya perkawinan tersebut terceraikan dalam
pengadilan. Pemaparan beliau, perkawinan mereka tetap sah dalam Gereja Katolik
dan tetap menjadi suami istri karena perkawinan tidak terceraikan. Pelaku
perpisahan yang sebagai korban tersebut kerap kali datang karena merasa putus
asa, merasa diri lemah dan tidak memiliki semangat dalam menjalani
kehidupannya. Tidak jarang pula ada kasus kegagalan atau perpisahan umat
dengan usia yang masih belia, mereka harus hidup dengan ikatan perkawinan
seumur hidup (Berpisah dengan tetap Adanya Ikatan Perkawinan, Kanon 1151-
1155). Sehingga, Romo harus pula menemani dalam penanganan pastoral untuk
membantu menyembukan pengalaman traumatis baik secara fisik maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
psikisnya, untuk dapat melakukan penerimaan diri ke arah yang lebih positif yang
tentunya membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Sebagai orang Katolik, ketika berpisah dari pasangannya tentunya akan
berdampak bagi kehidupan psikologisnya. Hal ini disebabkan karena pelaku
perpisahan harus menerima bila perkawinan Katolik hanya dilaksanakan satu kali
seumur hidup. Oleh karena itu, umat Gereja Katolik yang berpisah dari
pasangannya diharapkan mampu menerima keadaan diri atas perpisahan yang
terjadi dan seumur hidup dalam ikatan perkawinan (Kitab Hukum Kanonik 1151).
Menurut Ryff (1996), penerimaan diri positif adalah keadaan dimana
seorang individu memiliki penilaian positif terhadap dirinya, menerima serta
mengakui segala kelebihan maupun segala keterbatasan yang ada dalam dirinya
tanpa merasa malu atau merasa bersalah terhadap kodrat dirinya. Coleridge
(1997) mengatakan penerimaan diri bukanlah sikap pasrah, tetapi menerima
identitas diri secara positif pandangan tentang diri sendiri dan harga diri tidak
menurun sama sekali, bahkan dapat meningkat. Berdasarkan pendapat dari
beberapa tokoh di atas, penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya
sendiri dengan menerima keadaan dirinya secara tenang. Ia mampu menerima diri
dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Selain itu, ia juga
memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap siapa dan apa dirinya sendiri,
Serta menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah, takut, cemas, dan lain-
lain) tanpa mengganggu orang lain.
Individu yang mampu menerima keadaan diri dan mampu
menyesuaikannya adalah individu yang mampu mengelola emosi dalam dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dan mengusahakan tindakan nyata untuk menghadapi dan melewati masa tersebut
karena menyadari bahwa yang dilakukannya akan bermanfaat bagi dirinya di
kemudian hari. Sejalan dengan itu menurut Hurlock (1993) individu yang
memahami perilakunya maka ia akan menyukai dirinya dan merasa orang lain
juga menyukai dengan kualitas yang sama pada dirinya. Individu tersebut akan
menerima dirinya, menyenangi dirinya, dan puas akan dirinya sehingga ia
menganggap dirinya bahagia.
Pandangan individu yang merasa puas akan keadaan dirinya seperti ini
akan membuat individu menerima dirinya secara akurat dan realitis tidak akan
memusuhi dirinya walaupun ia tahu ia bukanlah orang yang sempurna dan karena
itu ia menganggap orang lain juga menerima dirinya (Hurlock, 1999). Keadaan ini
akan memungkinkan individu berbuat yang terbaik bagi dirinya dan memberi
kontribusi bagi terwujudnya pemahaman dan penerimaan diri. Tantangan yang
muncul selama masa sesudah perceraian tidak diapresiasikan sebagai suatu
penderitaan, tetapi sebagai masa yang harus diselesaikan oleh setiap orang yang
melakukan perceraian.
Penelitian sebelumnya yaitu Penerimaan diri pada Janda yang Bercerai
oleh Nurmaeni tahun 2009. Hasil penelitian tersebut memaparkan bahwa
perempuan yang bercerai dan berubah status menjadi janda mengalami perasaan
lega, bingung, berat berpisah, tidak ada teman curhat, sedih, sakit hati, minder dan
malu. Pada penelitian ini, peneliti meneliti pada proses menuju penerimaan diri
serta subjek yang peneliti gunakan lebih khusus pada pelaku perkawinan Katolik
yang berpisah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Dalam wawancara yang dilakukan pada tanggal 3 April 2016 di Kulon
Progo, dengan salah seorang pelaku perpisahan Katolik yaitu saudara A, beliau
memaparkan bahwa perpisahan yang terjadi dalam kehidupannya diawali karena
adanya konflik intern dalam rumah tangga dan menimbulkan pertengkaran yang
terus-menerus dengan pasangan dan dalam waktu yang lama. Hal tersebut
membuat ia dan pasangan semakin merasa tidak cocok satu dengan yang lain serta
tercipta suasana yang dingin dalam keluarga. Perpisahan dengan pasangan diambil
sebagai jalan terbaik menyelesaikan konflik. Pasca perpisahan ia harus
beradaptasi dengan hidup yang baru tanpa pasangan. Beliau memaparkan bila siap
tidak siap harus siap membesarkan anak dan menjadi orang tua tunggal. Ketika
memutuskan untuk berpisah, yang ada dalam pikirannya yaitu hanyalah
menyelesaikan konflik dalam rumah tangga. Namun, setelah konflik dengan
pasangan selesai, kini ia dihadapkan dengan acuan perkawinan katolik yang
dilaksanakan hanya satu kali seumur hidup. Maka, beliau memaparkan bahwa
hendaknya dapat menjalani hidup dengan baik, ikhlas hati serta percaya pada
kehendak Tuhan.
Penerimaan diri dalam konteks penelitian ini adalah penerimaan diri dari
pasangan perkawinan Katolik yang telah berpisah. Perkawinan Katolik hanya
dilakukan sekali seumur hidup dan tidak ada perceraian. Oleh karena itu, pelaku
perpisahan menghadapi suatu konsekuensi yaitu seumur hidup hendaknya tidak
diperkenankan lagi untuk menikah dalam lingkup gereja Katolik serta menghadapi
hidup tanpa pasangan. Sikap pelaku yang muncul dari permasalahan tersebut yang
hendak diteliti oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin lebih mengetahui bagaimana
gambaran tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri pelaku
perkawinan Katolik yang kemudian berpisah. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat membantu pada penerapan hidup individu yang memiliki permasalahan
tentang penerimaan diri berkaitan dengan kondisi kehidupan yang pada awalnya
utuh dalam pasangan namun kini berpisah dengan status sah secara hukum negara
namun tidak sah secara hukum gereja dan seumurhidup terikat dalam perkawinan
Katolik.
B. Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, peneliti mengidentifikasi
masalah secara lebih terperinci, yaitu: perpisahan menjadi alternatif
penyelesaian konflik dari pasangan namun, sekingkali individu tidak siap
dengan resiko dari perpisahan tersebut yaitu harus melakukan penerimaan diri
karna ia akan tetap terikat dalam ikatan perkawinan seumur hidup dan tidak
diperkenankan untuk menikah lagi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah yaitu
bagaimana tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri pada
pelaku perkawinan Katolik yang kemudian berpisah?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tahapan respon psikologis dalam
proses penerimaan diri pada pelaku perkawinan Katolik yang kemudian
berpisah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pengembangan pengetahuan
khususnya dalam bidang Psikologi Keluarga, serta dapat menjadi referensi
bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a) Bagi subjek penelitian
Bagi pelaku agar dapat meningkatkan diri secara positif, meningkatkan
kepercayaan diri, kualitas dan potensi diri kearah yang bermanfaat.
b) Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat dapat memberikan sumbangan informasi yang
bermanfaat dalam kaitan dengan penerimaan diri pada pelaku
perkawinan Katolik yang berpisah.
c) Bagi Gereja
Membantu Gereja mengetahui respon proses penerimaan diri, yang
dilakukan setelah terjadi perpisahan dalam rumah tangga, sehingga
dapat membantu Gereja dalam penanganan Pastoral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Penerimaan Diri
1. Definisi
Menurut Ryff (dalam Wilsa, 1997) penerimaan diri adalah suatu keadaan
dimana seseorang memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, mengakui
dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan
merasa positif terhadap kehidupan yang dijalani. Hal ini juga didukung oleh
Ryff (dalam Kail & Cavanaugh, 2000) mengenai penerimaan diri sebagai
individu yang memiliki pandangan positif terhadap dirinya, mengakui dan
menerima segi yang berbeda dari dirinya sendiri.
Penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang
dengan konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta
yang begitu berbeda dengan dirinya. Orang dapat menyesuaikan diri dengan
seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif
(Calhoun dan Acocella,dalam Handayani dkk, 1998).
Hal tersebut didukung oleh pendapat Hjelle & Ziegler (Sari & Nuryoto,
2002) yaitu bahwa seorang individu dengan penerimaan diri memiliki memiliki
toleransi terhadap frustasi atau kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus
menjadi sedih atau marah. Individu ini dapat menerima dirinya sebagai seorang
manusia yang memiliki kelebihan dan kelemahan.
Menurut Ryff (dalam Urim, 2007) mengatakan bahwa penerimaan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
adalah memiliki pandangan yang positif tentang diri sendiri, mengakui dan
menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruknya yang ada
pada dirinya, dan memandang positif terhadap kehidupan yang telah
dijalaninya.
Maslow (dalam Hjelle & Ziegler, 1992) penerimaan diri adalah sikap
positif terhadap dirinya sendiri, individu dapat menerima keadaan dirinya
secara tenang dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Individu dapat
bebas dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri
serta bebas dari kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain terhadap
keadaan dirinya.
Allport (dalam Hjelle & Ziegler, 1992) berpendapat bahwa penerimaan
diri merupakan sikap yang positif ketika individu menerima diri sebagai
seorang manusia, ia dapat menerima keadaan emosionalnya (depresi, marah,
takut, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan keadaan di
mana seorang individu memiliki sikap positif terhadap dirinya dan mampu
mengolah segala kelebihan serta kekurangan yang ada dalam dirinya termasuk
mengolah bermacam emosi yang ada dalam dirinya. Individu yang mampu
menerima kekurangan dirinya sebagaimana mampu menerima kelebihannya.
2. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Penerimaan Diri
Menurut Ratnawati (1990) faktor yang mempengaruhi penerimaan diri
seseorang adalah jenis kelamin. Jenis kelamin akan mempengaruhi penerimaan
diri serta terdapat perbedaan yang mencolok anatara pria dan wanita. Pria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dinilai memiliki penerimaan diri yang lebih positif bila dibandingkan dengan
wanita. Hal ini karena wanita relatif lebih sensitif serta lebih menitikberatkan
pada afektif daripada pria.
Menurut Hurlock (dalam Anugrah, 1974) ada beberapa kondisi yang
mempengaruhi penerimaan diri dari seseorang, antara lain :
1. Pemahaman diri
Memahami diri ditandai dari perasaan tulus, nyata, dan
jujur menilai diri sendiri. Kemampuan seseorang untuk
memahami dirinya tergantung pada kapasitas intelektualnya dan
kesempatan menemukan dirinya. Ia dapat melihat dirinya sama
dengan apa yang dilihat orang lain pada dirinya, individu tidak
hanya mengenal dirinya tetapi juga menyadari kenyataan dirinya.
Pemahaman dan penerimaan diri tersebut berjalan beriringan.
Semakin paham individu mengenal dirinya, maka semakin besar
individu menerima dirinya dan akan melihat dirinya dari waktu ke
waktu secara konstan serta tidak mudah berubah-ubah.
2. Harapan yang realistis
Harapan yang realistis akan membawa rasa puas pada diri
seseorang. Perasaan puas terhadap diri sendiri lebih lanjut akan
membuahkan penerimaan diri. Tercapainya harapan yang realistis
menuntut seseorang untuk merencanakan sendiri dan tidak
membiarkan orang lain untuk merencanakan ataupun
mempengaruhi. Selain hal itu, agar harapannya menjadi realistis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
seseorang perlu menyadari kelemahan- kelemahannya sekaligus
kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Hal ini juga tergantung
pada seberapa realistis harapan terhadap dirinya dan seberapa
besar ia memahami kekuatan dan kelemahannya.
3. Perilaku sosial yang menyenangkan
Seseorang yang mendapatkan sikap yang menyenangkan
dari masyarakat lebih dapat menerima dirinya. Tiga hal yang
mengarah kepada evaluasi sosial yang menyenangkan adalah
tidak adanya prasangka terhadap individu dan anggota
keluarganya, memiliki keahlian sosial dan mau untuk menerima
anggota kelompok.
4. Adanya kondisi emosi yang menyenangkan
Stress secara emosional dapat mengarah kepada
ketidakseimbangan fisik dan psikologis. Ketidakseimbangan fisik
yang diikuti oleh stress emosional dapat membuat seseorang
bekerja dengan kurang efisien, mengakibatkan kelelahan, dan
bereaksi secara negatif kepada orang lain.
Tidak adanya stres dapat membuat seseorang melakukan
yang terbaik untuk pekerjaannya. Selain itu, seseorang dapat
menjadi lebih rileks dan bahagia. Kondisi sepeti ini berkontribusi
kepada evaluasi sosial yang baik yang menjadi dasar bagi evaluasi
dan penerimaan diri yang baik pula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
3. Ciri- ciri Individu yang Menerima Diri
Menurut Allport (dalam Hjelle & Ziegler, 1992) ciri- ciri orang yang
dapat menerima diri adalah :
a. Memiliki gambaran yang positif tentang dirinya.
b. Dapat mengatur dan dapat bertoleransi dengan rasa frustasi dan
kemarahannya.
c. Dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa memusuhi mereka
apabila orang lain memberi kritik.
d. Dapat mengatur keadaan emosi mereka (depresi, marah).
Jersid (dalam Sari & Nuryoto, 2002) memaparkan bahwa ciri-ciri
individu yang menerima diri yaitu :
a. Memiliki penghargaan yag realistis terhadap kelebihan- kelebihan
dirinya.
b. Memiliki keyakinan-keyakinan akan standar-standar dan prinsip-
prinsip dirinya tanpa harus diperbudak oleh opini-opini individu
lainnya.
c. Memiliki kemampuan untuk memandang dirinya secara realistis
tanpa menjadi malu akan keadaannya.
d. Mengenali kelebihan - kelebihan dirinya dan bebas
memanfaatkannya.
e. Mengenali kelemahan - kelemahan dirinya tanpa harus
menyalahkan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
f. Memiliki spontanitas dan rasa tanggung jawab dalam dirinya.
g. Menerima potensi dirinya tanpa menyalahkan dirinya atas kondisi
yang berada di kontrol mereka.
h. Tidak melihat diri mereka sebagai individu yang harus dikuasai
rasa marah atau takut atau menjadi tidak berarti karena keinginan-
keinganannya tetapi dirinya bebas dari ketakutan untuk berbuat
kesalahan.
i. Merasa memiliki hak untuk memiliki ide-ide dan keinginan-
keinginan serta harapan-harapan tertentu.
j. Tidak merasa iri akan kepuasan-kepuasan yang belum mereka
raih.
Sheerer dalam (Sugoto dan Esthy, 1998) berpendapat bahwa ciri –
ciri penerimaan diri yang positif yaitu :
a. Memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menjalani
kehidupan.
b. Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang
sederajat dengan individu lainnya.
c. Menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya.
d. Menempatkan diri sebagaimana manusia lain sehingga individu
lain dapat menerima dirinya.
e. Bertanggungjawab atas segala perbuatannya.
f. Menerima pujian dan celaan secara objektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
g. Mempercayai prinsip-prinsip atau standar hidupnya tanpa harus
diperbudak oleh pendapat individu lain.
h. Tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan
atau emosi-emosi yang ada pada dirinya.
Chaplin (2005) mengatakan bahwa ciri-ciri penerimaan diri yang
positif adalah :
a. Mampu menerima tanggung jawab terhadap perilakunya.
b. Mempunyai keyakinan akan kemampuan untuk menghadapi
kebutuhan.
c. Memiliki pandangan potitif tentang diri.
d. Menerima kelemahan dan kelebihan yang ada.
Berdasar pada pendapat beberapa ahli, penerimaan diri yang positif
adalah :
a. Mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya.
b. Mampu memahami serta mengolah emosinya dengan baik.
c. Mampu menghadapi masalah kehidupannya.
d. Mampu bertanggungjawab atas pilihan yang dilakukan.
4. Aspek Penerimaan Diri
Pada umumnya, individu dengan penerimaan diri yang baik akan
menunjukkan ciri-ciri tertentu dalam berfikir dan melakukan aktifitas
kesehariannya. Individu yang dapat menerima dirinya secara utuh dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menerima aspek-aspek dalam dirinya secara positif. Grinder (dalam
Parista, 2008) menjelaskan bahwa aspek-aspek penerimaan diri meliputi :
a) Aspek Fisik
Penerimaan diri secara fisik meliputi kepuasan individu terhadap
bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan.
Penerimaan diri secara fisik menggambarkan evaluasi dan penilaian
diri terhadap penampilannya, apakah penampilannya menyenangkan
dan memuaskan untuk diterima atau tidak.
b) Aspek Psikis
Aspek psikis meliputi pikiran, emosi dan perilaku individu. Individu
yang dapat menerima dirinya adalah individu yang secara keseluruhan
memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi tuntutan
lingkungan.
c) Aspek Sosial
Aspek sosial meliputi pikiran dan perilaku individu terhadap orang lain
dan masyarakat. Individu yang menerima dirinya secara sosial akan
memiliki keyakinan bahwa dirinya sederajat dengan orang lain
sehingga dapat menempatkan diri dalam masyarakat.
d) Aspek Moral
Perkembangan moral dalam diri dipandang sebagai suatu proses yaitu
mampu mengambil keputusan secara bijak serta mampu
memepertanggungjawabkan keputusan atau tindakan yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
diambil berdasarkan konteks sosial yang ada dalam masyarakat
(Grinder dalam Kinayungan, 2008).
5. Tahap Penerimaan Diri
a) Tahap penerimaan diri secara umum
Proses seorang individu untuk dapat menerima dirinya tidak dapat muncul
begitu saja, melainkan terjadi melalui serangkaian proses secara bertahap.
Menurut Germer (2009), tahapan penerimaan diri terjadi dalam 5 fase,
antara lain:
1. Penghindaran (Aversion)
Pertama-tama, reaksi naluriah seorang individu jika dihadapkan
dengan perasaan tidak menyenangkan (uncomfortable feeling) adalah
menghindar. Contohnya kita selalu memalingkan pandangan kita saat
kita melihat adanya pemandangan yang tidak menyenangkan. Bentuk
penghindaran tersebut dapat terjadi dalam beberapa cara, dengan
melakukan pertahanan, perlawanan, atau perenungan.
2. Keingintahuan (Curiosity)
Setelah melewati masa aversion, individu akan mengalami adanya
rasa penasaran terhadap permasalahan dan situasi yang mereka hadapi
sehingga mereka ingin mempelajari lebih lanjut mengenai
permasalahannya tersebut walaupun hal tersebut membuat mereka
merasa cemas.
3. Toleransi (Tolerance)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Pada tahap ketiga ini, individu akan menahan perasaan tidak
menyenangkan yang mereka rasakan sambil berharap hal tersebut
akan hilang dengan sendirinya.
4. Membiarkan Begitu Saja (Allowing)
Setelah melalui proses bertahan akan perasaan tidak menyenangkan
telah selesai, individu akan mulai membiarkan perasaan tersebut
datang dan pergi begitu saja. Individu secara terbuka membiarkan
perasaan itu mengalir dengan sendirinya.
5. Persahabatan (Friendship)
Seiring dengan berjalannya waktu, individu akan mulai bangkit dari
perasaan tidak menyenangkan tadi dan mencoba untuk dapat memberi
penilaian atas kesulitan tersebut. Bukan berarti ia merasakan
kemarahan, melainkan individu dapat merasa bersyukur atas manfaat
yang didapatkan berdasarkan situasi ataupun emosi yang hadir.
b) Tahap Penerimaan Diri dalam kondisi tidak menyenangkan, yaitu :
Tahap – tahap penerimaan diri menurut Kubler – Ross (dalam Anugrahani,
1998) :
a. Tahap 1
Pada tahap ini seseorang mengalami perasaaan shock/kaget,
melakukan penyangkalan terhadap kondisi yang dialami sehingga
memungkinkan orang tersebut mengasingkan dirinya sendiri.
b. Tahap 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tahap ini memunculkan perasaan marah dan cenderung melakukan
proyeksi. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian atau
perhatian yang berlebih dari orang terdekat terhadap kondisinya,
harapan tidak sesuai dengan kenyataan, adanya perbedaan dengan
kondisi yang dulu dan sekarang serta ada penolakan-penolakan.
Dalam tahap ini, selanjutnya juga menimbulkan perasaan bersalah
yang diakibatkan oleh sikap menyalahkan diri sendiri karena
dianggap sebagai penyebab yang membuat diri mengalami suatu
hal buruk atau karena kelemahan yang dimiliki.
c. Tahap 3
Tahap ketiga seseorang mengalami pengalaman religiusitas dengan
Tuhan. Ada proses tawar menawar dimana seseorang itu berjanji
untuk bertingkah laku baik asalkan permintaannya dipenuhi.
Namun pada kenyataannya janji tidak selalu dipenuhi dan terus
menuntut permintaan yang lainnya. Memiliki perjanjian dengan
Tuhan ataupun dengan orang lain di sekitarnya. Di tahap ketiga ini
memungkinkan munculnya perasaan bersalah, ketakutan, atau
merasa dihukum karena kesalahannya.
d. Tahap 4
Terdapat 2 jenis depresi pada tahap ini, yaitu :
- Depresi reaktif : keinginan untuk mengungkapkan banyak
hal secara verbal/ interaksi secara verbal, ada rasa bersalah,
keinginan untuk mati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
- Depresi preparation : hanya ada sedikit atau bahkan tidak
ada reaksi secara verbal melainkan lebih ke non verbal
seperti : sentuhan, ingin ditemani.
e. Tahap 5
Munculnya sikap penerimaan terhadap kondisi yang dialami.
Merasakan kedamaian, sudah dapat melalui tahap-tahap
sebelumnya dengan baik sehingga tidak akan merasakan depresi
maupun marah terhadap kondisinya.
Respon psikologis yang dialami seseorang karena kehilangan oleh
Kubler-Ross (1998) dikemukakan oleh teori “The Five stages of Grief”.
Teori ini membagi respon psikologis dalam lima tahap yaitu,
penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining),
depresi (depression) dan penerimaan (acceptance). Kelima tahap respons
psikologis ini sering diidentikkan dengan lima tahap model duka cita yang
disebabkan oleh proses kematian. Namun akhirnya berkembang tidak
hanya sebatas itu, lima tahap respon psikologis ini juga bisa digunakan
untuk mengidentifikasi individu pasca pemutusan hubungan kerja, adanya
bencana sehingga terpaksa harus mengungsi, kehilangan anggota tubuh,
hukuman, kebangkrutan, korban kejahatan atau kriminal atau
keputusasaan. Teori ini berkembang lebih luas dan dapat digunakan untuk
memahami reaksi pasca kejadian traumatik yang dialami seseorang.
1. Tahap Penyangkalan (Denial)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Reaksi pertama individu adalah terkejut, tidak percaya dan
menyangkal bahwa kehilangan itu benar-benar terjadi
(Suliswati, 2005). Secara sadar maupun tidak sadar seseorang
yang berada dalam tahap ini menolak fakta, informasi dan
sesuatu yang berhubungan dengan hal yang dialaminya. Pada
tahap ini seseorang tidak mampu berpikir apa yang seharusnya
dia lakukan untuk keluar dari masalah. Dia tidak siap
menerima kondisinya (Kozier, 2004). Oleh karena tahap
pengingkaran merupakan tahap yang tidak nyaman dan situasi
yang menyakitkan ( French, 1992).
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini berupa keletihan,
kelemahan, pucat, mual, diare, sesak nafas, detak jantung cepat,
manangis, gelisah (Suliswati, 2005).
2. Tahap Marah (Anger)
Kemarahan yang dialami seseorang dapat diungkapkan dengan
berbagai cara. Individu mungkin menyalahkan dirinya sendiri
dan atau orang lain atas apa yang terjadi padanya, serta pada
lingkungan tempat dia tinggal. Pada kondisi ini, individu tidak
memerlukan nasehat, baginya nasehat adalah sebuah bentuk
pengadilan (judgement) yang membuatnya lebih terganggu.
Reaksi fisik yang sering terjadi pada tahap ini antara lain wajah
merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur dan tangan mengepal
(Suliswati, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3. Tahap Tawar-menawar (bargaining)
Pada tahap ini seseorang berfikir seandainya ia dapat
menghindari kehilangan itu. Reaksi yang sering muncul adalah
dengan mengungkapkan perasaan bersalah atau ketakutan pada
dosa yang pernah dilakukan (Kozier, 2004). Seringkali
seseorang yang berada pada tahap ini berusaha tawar menawar
dengan Tuhan agar merubah apa yang telah terjadi supaya tidak
menimpanya. Sering juga dinyatakan dengan kata-kata “kenapa
harus terjadi pada keluarga saya”. Tahap tawar-menawar yang
dilakukan seseorang tidak memberikan solusi apapun bagi
permasalahan yang dia hadapi.
4. Tahap Depresi (Depression)
Pada tahap ini individu mengalami disorganisasi dalam batas
tertentu dan merasa bahwa mereka tidak mampu melakukan
tugas yang di masa lalu dilakukan dengan sedikit kesulitan
(Niven, 2002). Individu sering menunjukkan sikap menarik
diri, tidak mau berbicara, takut, perasaan tidak menentu dan
putus asa. Seseorang yang berada pada tahap ini setidaknya
sudah mulai menerima apa yang terjadi padanya adalah
kenyataan yang memang harus dihadapi (Chapman, 2006).
Gejala fisik yang sering muncul adalah menolak makan, susah
tidur, letih dan libido menurun. (Suliswati, 2005)
5. Tahap Penerimaan (Acceptance)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Pada tahap ini individu akan menyadari bahwa hidup mereka
terus berlanjut dan mereka harus mencari makna baru dari
keberadaan mereka. Pikiran yang selalu terpusat pada objek
atau orang yang hilang akan mulai berkurang. Individu telah
menerima kenyataan kehilangan, gambaran tentang objek mulai
dilepaskan dan secara bertahap perhatian akan beralih pada
objek yang baru (Suliswati, 2005).
6. Manfaat Penerimaan Diri
Menurut Supratiknya (1995) menerima diri secara positif
ditunjukkan dari sikap penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri dan
lawannya sehingga tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri. Penerimaan
diri berkaitan dengan kerelaan individu untuk membuka atau
mengungkapkan aneka pikiran, perasaan, dan reaksi kita terhadap orang
lain (kesehatan psikologis individu, serta penerimaan individu terhadap
orang lain).
Calhoun dan Accocela (1990) berpendapat bahwa penerimaan diri
yang positif berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang yang
memiliki konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima fakta-
fakta yang berbeda antara harapan dan realitas diri. Individu yang
bersangkutan tetap mampu menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman
mentalnya sehingga ia mampu mengevaluasi diri dengan positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Menurut Roger (dalam Handayani 1998) penerimaan diri dapat
dicapai apabila real self dalam keadaan congruence dengan ideal self.
Dengan keadaan tersebut, individu telah menjadi diri sendiri karena ia
dapat menyelaraskan harapan akan dirinya dengan keadaan diri yang
sesungguhnya.
Orang yang dapat menerima diri memiliki tingkat kecemasan yang
lebih rendah. Individu tidak perlu cemas akan keterbatasannya karena ia
mengetahui bagaimana menghadapi keterbatasan tersebut. Kritikan dari
orang lain merupakan suatu alarm untuk semakin mengenali diri. Kritikan
tersebut tidak membuat diri merasa semakin kecil dan tak berdaya
sehingga individu tidak perlu merasa cemas ( Sugoto dan Eshty, 1998).
Berdasarkan pendapat para tokoh di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa penerimaan diri merupakan kemampuan seorang individu untuk
mengetahui, menerima, dan mengembangkan dirinya. Individu yang
mampu menerima diri secara positif yaitu: percaya diri, merasa diri
berharga, berprinsip, bebas dan spontan, mengembangkan diri,
B. Perkawinan Katholik
Menurut Kitab Hukum Kanonik, perkawinan merupakan hidup
berkeluarga dalam suatu ikatan dan merupakan cara hidup yang sangat
lazim dan normal bagi kebnyakan orang, termasuk di dalamnya orang-
orang yang telah dibabtis secara Katolik atau diterima dalam Gereja
Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
1. Definisi perkawinan Katolik menurut Ajaran Gereja Katolik
dimuat dalam Kitab Hukum Kanonik.
Bagian yang menyebutkan mengenai perkawinan katolik terdapat
dalam :
Kanon 1055
1. Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan
seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan
(consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada
kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum) serta kelahiran dan
pendidikan anak, antara orang-orang yang dibabtis, oleh Kristus Tuhan
diangkat ke martabat sakramen.
2. Karena itu antara orang-orang yang dibabtis, tidak dapat ada kontrak
perkawinan sah yang tidak dengan sendirinya sakramen.
Kanon 1057
1. Kesepakatan pihak-pihak yang dinyatakan secara legitim antara
orang-orang yang meurut hukum mampu, membuat perkawinan,
kesepakatan itu tidak dapat diganti oleh kuasa manusiawi manapun.
2. Kesepakatan perkawinan adalah tindakan kehendak dengannya
seorang laki-laki dan seorang perempuan saling menyerahkan diri dan
saling menerima untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian
yang tidak dapat ditarik kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2. Perkawinan Katolik yang mampu secara hukum menurut Ajaran
Gereja Katolik dimuat dalam Kitab Hukum Kanonik.
1. Kodrati
Kanon 1083
1. Laki-laki sebelum berumur genap enam belas tahun, dan
perempuan sebelum berumur genap empat belas tahun, tidak dapat
melangsungkan perkawinan yang sah.
2. Konferensi para Uskup berwenang penuh menetapkan usia yang
lebih tinggi untuk merayakan perkawinan secara licit.
Kanon 1084 Impotensi untuk melakukan persetubuhan yang
mendahului (antecedens) perkawinan yang bersifat tetap
(perpetua), entah dari pihak laki-laki atau perempuan, entah
bersifat mutlak atau relatif, menyebabkan perkawinan tidak sah
menurut kodratnya sendiri.
Kanon 1085
Tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan oleh orang
yang terikat perkawinan sebelumnya, meskipun perkawinan itu
belum consummatum.
2. Gerejawi
Kanon 1086 Perkawinan antara dua orang, yang diantaranya satu
telah dibaptis dalam Gereja katolik atau diterima di dalamnya dan
tidak meninggalkannya dengan tindakan formal, sedangkan yang
lain tidak dibabtis adalah tidak sah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Kanon 1087 tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan
oleh mereka yang telah menerima tahbisan suci.
Kanon 1088 tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan
oleh mereka yang terikat kaul kekal publik kemurnian dalam suatu
tarekat religious.
Kanon 1089 antara laki-laki dan perempuan yang diculiknya atau
sekurang-kurangnya ditahan dengan maksud untuk dinikahi, tidak
dapat ada perkawinan, kecuali bila kemudian setelah perempuan itu
dipisahkan dari penculiknya serta berada di tempat yang aman dan
merdeka, dengan kemauan sendiri memilih perkawinan itu.
Kanon 1090 Tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan
oleh orang yang dengan maksud untuk menikahi orang tertentu
melakukan pembunuhan terhadap pasangan orang itu atau terhadap
pasangannya sendiri.
Kanon 1091 Tidak sahlah perkawinan antara mereka semua yang
mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan ke atas dan
kebawah, baik yang sah maupun yang natural.
Kanon 1092 Hubungan semenda dalam garis lurus menggagalkan
perkawinan dalam tingkat manapun.
Kanon 1093 Halangan kelayakan publik timbul dari perkawinan
tidak sah setelah terjadi hidup bersama atau dari konkubinat yang
diketahui umum atau publik, dan menggagalkan perkawinan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
garis lurus tingkat pertama antara pria dengan orang yang
berhubungan darah dengan wanita dan sebaliknya.
Kanon 1094 tidak dapat menikah satu sama lain dengan sah
mereka yang mempunyai pertalian hukum yang timbul dari adopsi
dalam garis lurus atau garis menyamping tingkat kedua.
3. PERPISAHAN PASANGAN
Menurut ajaran gereja, setiap perkawinan mempunyai sifat atau
karakter tak-terceraikan (indissolubilis). Namun dalam sejarah
yurisprudensi kanonik, kelihatan bahwa dalam keadaan dan dengan
syarat-syarat tertentu Gereja mengizinkan pemutusan ikatan nikah
yang tidak sekaligus ratum dan consummatum. Dalam hal ini, Gereja
menerapkan prinsip kanonik umum bahwa secara intrinsik perkawinan
tidak dapat diputuskan atas kehendak dan keputusan pasangan sendiri;
namun secara ekstrinsik- kecuali ratum et consummatum – dapat
diputuskan oleh kuasa Gereja yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang ada.
Artikel 1 Pemutusan Ikatan
Kanon 1141 Perkawinan ratum dan consummatum tidak dapat
diputus oleh kuasa manusiawi manapun dan atas alasan apapun
selain kematian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Kanon 1142 Perkawinan non-consummatum antara orang-orang
yang telah dibabtis atau antara pihak dibabtis dengan pihak tidak
dibabtis, dapat diputus oleh Paus atas alasan yang wajar, atas
permintaan kedua pihak atau salah seorang dari antara mereka,
meskipun pihak yang lain tidak menyetujuinya.
Kanon 1143 Perkawinan yang dilangsungkan oleh dua orang tidak
dibabtis diputus berdasarkan privilegium paulinum demi iman
pihak yang telah menerima babtis, oleh kenyataan bahwa ia yang
telah dibabtis tersebut melangsungkan perkawinan baru, asalkan
yang tidak dibabtis pergi.
Kanon 1145 1. Interpelasi hendaknya pada umumnya dilakukan
atas otoritas Ordinaris wilayah dari pihak yang bertobat; kepada
pihak yang lain, Ordinaris itu dapat memberikan tenggang waktu
untuk menjawab, jika ia memintanya, tetapi dengan peringatan
bahwa jika tenggang waktu itu lewat tanpa dimanfaatkan, maka
sikap diam itu dianggap sebagai jawaban negatif.
Artikel 2 Berpisah dengan tetap Adanya Ikatan Perkawinan
Kanon 1151-1155 membicarakan perpisahan perkawinan secara
tidak sempurna, dalam arti bahwa ikatan perkawinan sendiri masih
tetap ada karena yang dipisahkan hanyalah kebersamaan pasangan
menyangkut soal ranjang, meja, dan tempat tinggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kanon 1151 Suami-istri mempunyai kewajiban dan hak untuk
memelihara hidup bersama perkawinan, kecuali ada alasan legitim
yang membebaskan mereka.
Kanon 1152 1. Sangat dianjurkan agar pasangan, tergerak oleh
cintakasih kristiani dan prihatin akan kesejahteraan keluarga, tidak
menolak mengampuni pihak yang berzinah dan tidak memutus
kehidupan perkawinan. Namun jika ia tidak mengampuni
kesalahannya secara jelas atau diam-diam, ia berhak untuk
memutus hidup bersama perkawinan, kecuali ia menyetujui
perzinahan itu atau menyebabkannya atau ia sendiri juga berzinah.
Kanon 1153 1. Jika salah satu pasangan menyebabkan bahaya
besar bagi jiwa atau badan pihak lain atau anaknya, atau membuat
hidup bersama terlalu berat, maka ia memberi alasan legitim
kepada pihak lain untuk berpisah dengan keputusan Ordinaris
wilayah, dan juga atas kewenangannya sendiri, bila penundaan
membahayakannya.
Kanon 1154 Bila terjadi perpisahan suami-istri, haruslah selalu
diperhatikan dengan baik sustentasi dan pendidikan yang
semestinya bagi anak-anak.
Kanon 1155 Terpujilah bila pasangan yang tak bersalah dapat
menerima kembali pihak yang lain untuk hidup bersama lagi;
dalam hal demikian ia melepaskan haknya untu berpisah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Perpisahan ini tetap mempertahankan ikatan perkawinan.
Oleh karena itu, perpisahan ini tidak sempurna dan dapat bersifat :
- Total (menyangkut keseluruhan hidup perkawinan) atau parsial
(hanya pisah ranjang, atau pisah meja makan, atau pisah
kediaman, atau meliputi ketiganya).
- Tetap (untuk batas waktu yang tidak ditentukan atau
selamanya) atau sementara waktu(hanya untuk kurun waktu
tertentu, missal satu tahun)
- Atas inisiatif kedua belah pihak atau inisiatif salah satu pihak
saja
- Atas prakarsa sendiri atau atas izin kuasa gerejawi yang
berwenang (misalnya, Ordinaris wilayah atau tribunal
diosesan)
- Dapat disebabkan oleh perbuatan zina oleh salah satu pasangan
atau karena sebab-sebab lain.
C. Kerangka Berfikir
Pernikahan menjadi tujuan hidup setiap pasangan. Bersatunya
pasangan dalam ikatan perkawinan dan membentuk rumah tangga dengan
segala pemenuhan harapan menjadi impian sebuah keluarga. Pada
pasangan perkawinan Katolik, mengucapkan janji perkawinan di depan
altar hanya dapat dilakukan satu kali seumur hidup. Artinya, perkawinan
Katolik hanya dapat dilaksanakan satu kali seumur hidup tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
diulangi. Gereja Katolik tidak memperkenankan adanya perceraian pada
pasangan yang telah menikah Katolik. Perjanjian (foedus) perkawinan,
dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara
mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri
kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum) serta
kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibabtis, oleh
Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen (KHK 1055).
Dalam perjalanan perkawinan, pasangan mengenal dan menjalani
baik dan buruk, suka dan duka perkawinan. Buruk dan dukanya
perkawinan seringkali menjadi pemicu konflik yang ada dalam rumah
tangga. Ketika pasangan siap dengan kekurangan pasangannya maka
konflik dapat diredam. Namun, ketika pasangan tidak siap akan
kekurangan pasangannya maka konflik rumah tangga dapat terjadi.
Konflik dalam perkawinan yang terjadi berulang dan dalam waktu
yang tidak singkat mengurangi keharmonisan dalam perkawinan. Ketika
menghadapi permasalahan yang besar banyak pelaku pernikahan yang
kemudian memutuskan untuk melakukan perceraian dengan pasangan.
Namun, gereja Katolik tidak menghendaki adanya perceraian dengan kata
lain istilah dalam gereja yaitu hanya ada perpisahan. Perkawinan ratum
dan consummatum tidak dapat diputus oleh kuasa manusiawi manapun dan
atas alasan apapun selain kematian (KHK 1141).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Perpisahan menjadi keputusan untuk menyelesaikan konflik
dengan pasangan. Namun, setelah perpisahan terjadi maka pelaku harus
siap bila seumur hidup harus dijalani tanpa adanya pasangan. Oleh karena
perkawinan dalam Katolik hanya dilaksanakan satu kali seumur hidup.
Pelaku dihadapkan dengan situasi tersebut maka, pelaku hendaknya
melakukan penerimaan diri dan menjalani hidup selanjutnya tanpa
pasangan.
Ketidaksiapan pasangan untuk berpisah seringkali menjadikan
individu menghadapi frustasi dan depresi. Segelintir individu yang dapat
menerima keputusan perpisahan dalam waktu yang singkat. Orang dapat
menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga
evaluasi tentang dirinya juga positif (Calhoun dan Acocella,dalam
Handayani dkk, 1998).
Menjadi sebuah tantangan kehidupan di mana Gereja Katolik
menghendaki individu hanya dapat menikah satu kali seumur hidup.
Artinya, ketika seorang individu melakukan perpisahan dengan
pasangannya maka individu tersebut sudah tidak dapat menikah lagi dalam
perkawinan Katolik. Menjadi konflik dalam diri individu untuk melakukan
penerimaan diri. Individu kehilangan pasangan walaupun tetap terikat
dalam ikatan perkawinan dan tidak dapat menikah dengan orang lain lagi
dalam gereja Katolik.
Dibutuhkan waktu bagi seseorang yang tengah memiliki konflik
untuk dapat melakukan penerimaan diri. Sebelum melakukan penerimaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
diri, akan terasa berat bagi seseorang yang kehilangan pasangan dan tetap
terikat dalam ikatan perkawinan. Pelaku perpisahan harus menerima
kenyataan kehilangan pasangan, kemudian pelaku perpisahan melalui
tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri setelah
menghadapi tahapan-tahapan tersebut, barulah pelaku sampai pada rasa
kedamaian dan melakukan penerimaan diri atas apa yang ia alami.
Tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan diri tidaklah
mudah oleh karena dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Pada pelaku
perpisahan Katolik, selain kehilangan pasangan pelaku juga menghadapi
kenyataan bila ke depan tidak dapat menikah lagi dalam gereja Katolik.
Penerimaan diri dibutuhkan dalam kenyataan ini, agar kelangsungan hidup
pelaku perpisahan dapat lebih positif.
Penerimaan diri pelaku perpisahan akan menimbulkan respon
penerimaan diri dalam kondisi tidak menyenangkan, yaitu tahap – tahap
penerimaan diri menurut Kubler – Ross (dalam Anugrahani, 1998) seperti
penyangkalan, rasa marah, tawar menawar, lalu depresi kemudian
penerimaan diri. Tidak semua pelaku melewati tahap respon psikologis
dalam proses penerimaan diri tersebut. Namun untuk sampai pada tahap
respon psikologis proses penerimaan diri tersebut, pelaku melewati
beberapa tahap respon psikologis sebelumnya.
Pada pelaku perpisahan, seumur hidup ia akan menyandang status
terikat perkawinan seumur hidup tapi tanpa pasangan. Bahkan ketika ia
menikah lagi tetap masih terikat pernikahan sebelumnya. Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
keputusan tersebut adalah kehendak dia sendiri. Maka, penerimaan diri
kemudian menjadi sebuah pilihan agar di dalam menjalani kehidupan tidak
terperangkap pada rasa penyesalan. Sedangkan ketika pelaku tidak
melakukan penerimaan diri maka pelaku akan tetap berada situasi tersebut
tanpa berkembang.
D. Pertanyaan Penelitian
Menurut Creswell (2003) pertanyaan penelitian dalam penelitian
kualitatif terdiri dari:
a. Central Question
Central Question merupakan pertanyaan utama yang
bersifat umum. Dalam penelitian ini Central Question yang
peneliti hendak capai yaitu bagaimana tahapan respon
psikologis dalam proses penerimaan diri pada pelaku
perkawinan katolik yang berpisah dengan kondisi akan tetap
terikat seumur dengan pasangannya.
b. Subquestion
Subqustion merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
berfungsi untuk memperjelas dan mengarahkan pada
pertanyaan utama dalam penelitian. Maka, subquestion pada
penelitian ini adalah :
2.1 Apa yang dirasakan oleh pelaku perpisahan dalam proses
penerimaan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2.2 Faktor apa yang membuat subjek pelaku perpisahan mampu
melewati tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan
diri.
Skema Tahapan Respon Psikologis dalam Proses Penerimaan
Diri pada Pelaku Perpisahan Katolik
Pelaku Perpisahan
Kehilangan pasangan akibat
perpisahan
Menghadapi Kenyataan
Pengalaman Tahap Respon Psikologis dalam Proses
Penerimaan Diri
1. Tahap Penyangkalan (Denial
2. Tahap Marah(Anger)
3. Tahap Tawar – menawar
(Bargaining)
4. Tahap Depresi (Depression)
5. Tahap Penerimaan (Acceptance)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005) mendefinisikan metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Jenis
penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif naratif.
Penelitian ini menggambarkan tahapan proses penerimaan diri pada
pelaku perkawinan katolik yang berpisah. Seperti telah dijelaskan oleh
Suryabrata (2002) bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat
pencatatan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Berdasarkan tujuan tersebut, maka
tipe studi naratif dalam penelitian ini adalah Personal Experience Story
(Lyons & Coyle, 2007). Personal experience story memungkinkan untuk
menggambarkan pengalaman tertentu di satu fase kehidupan, di mana dalam
penelitian ini adalah proses respon penerimaan diri pada pelaku perkawinan
katolik yang berpisah.
Menurut Smith (2009), terdapat dua langkah dalam penelitian
pendekatan psikologi naratif. Pertama adalah mengumpulkan narasi melalui
wawancara kisah kehidupan. Kedua adalah menganalisis narasi melalui fase
deskriptif. Proses analisis pada fase deskriptif ini dapat dibantu dengan
membaginya dalam sekuensi awal, tengah, dan akhir lalu menyoroti isu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
penting dan mengidentifikasi keterkaitan antar bagian. Selain itu, kemudian
dibuat ringkasan dalam bentuk cerita.
Langkah studi naratif dalam penelitian ini adalah :
a. Membuat daftar pertanyaan yang mengungkap pengalaman sebelum,
selama, dan sesudah perpisahan.
b. Mengumpulkan data
c. Menganalisa kisah informan dan menceritakan kembali dalam story line.
d. Menganalisa tahap respon psikologis dalam proses penerimaan diri.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah deskripsi tahapan respon psikologis
dalam proses penerimaan diri pada pelaku perkawinan Katolik yang
berpisah. Deskripsi tahapan respon psikologis dalam proses penerimaan
diri ini dapat diketahui dengan cara meminta informan menceritakan
pengalamannya awal sebelum berpisah, saat berpisah dan setelah berpisah.
C. Informan Penelitian
1. Teknik Pemilihan dan Kriteria Informan Penelitian
Menurut Arikunto (1990) subjek penelitian adalah benda, hal atau
organisasi tempat data atau variable penelitian yang dipermasalahkan
melekat. Tidak ada satu pun penelitian yang dapat dilakukan tanpa
adanya subjek penelitian, karena seperti yang telah diketahui bahwa
dilaksanakannya penelitian dikarenakan adanya masalah yang harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dipecahkan. Maksud dan tujuan penelitian adalah untuk memecahkan
persoalan yang timbul tersebut. Hal ini dilakukan dengan jalan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari informan. Informan
penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tiga orang pelaku
perkawinan Katolik yang berpisah.
2. Prosedur Mendapatkan Informan Penelitian
Pemilihan informan yang dianggap sesuai dengan kerangka kerja
penelitian ini bersifat purposive (subjek bertujuan). Menurut Untuk
mendapatkan informasi yang lengkap dan valid, peneliti mencari
informan penelitian yang memahami permasalahan yang akan diteliti.
Terkait dengan pertimbangan dan karakteristik tertentu dibutuhkan
kriteria. Kriteria tersebut adalah:
1. Melakukan perkawinan secara hukum Gereja Katolik
2. Berpisah dengan pasangan dengan tetap adanya ikatan
perkawinan.
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik wawancara mendalam. Lebih rinci teknik tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1. Wawancara Mendalam
Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara
bebas terpimpin yang memuat permasalahan pokok dalam penelitian.
Menurut Bungin (2007) karakteristik utama dari wawancara ini adalah
dilakukan secara bertahap dan pewawancara tidak harus terlibat dalam
kehidupan sosial subjek. Kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang
sedang mempelajari objek penelitian dapat dilakukan secara
tersembunyi atau terbuka.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan pertanyaan
untuk memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara. Metode
wawancara dipilih oleh peneliti agar mendapatkan data tanpa
membatasi informasi yang diterima dari informan. Beberapa sarana
yang peneliti siapkan guna mendukung proses wawancara yaitu: alat
perekam, buku untuk membuat catatan kecil serta alat tulis yang akan
membantu peneliti membuat catatan kecil.
E. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini,dilakukan analisis data menurut Smith (2009)
yaitu:
1. Mencari tema dalam setiap kasus setelah membaca transkip
verbatim secara keseluruhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2. Mengaitkan tema yang sudah terkumpul dan membaginya
dalam sekuensi awal, tengah, dan akhir lalu menyoroti isu
penting dan mengidentifikasi keterkaitan antar bagian.
3. Menganalisa kisah informan dan menceritakan kembali dalam
story line.
4. Menganalisa tahap respon psikologis dalam proses penerimaan
diri.
F. Verifikasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian kualitatif, perlu memastikan bahwa
temuan dan interpretasi tersebut akurat Creswell (2009). Verifikasi
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik member
checking. Member Checking, merupakan salah satu proses mengecek
akurasi data dengan cara konfirmasi terkait hasil penelitian kepada
informan penelitian. Peneliti akan kembali menemui informan serta
membawa laporan akhir yang berisikan tema maupun deskripsi yang sudah
ada dan menanyakan apakah deskripsi yang sudah dibuat oleh peneliti
sudah lengkap dan realistis. Selanjutnya peneliti membuat deskripsi yang
padat tentang hasil penelitan beberapa pengalaman informan dan
menyajikan banyak perspektif mengenai tema, sehingga mendapatkan
hasil yang lebih realistis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian Secara Keseluruhan
1. Informan
Peneliti tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh informan
penelitian. Informan 1 merupakan orang tua dari teman komunitas
peneliti. Sedangkan informan 2 dan informan 3 merupakan rekomendasi
dari teman informan dalam komunitas. Keterlibatan informan dalam
penelitian didasarkan pada kerelaan informan dengan syarat menjaga
kerahasiaan identitas informan.
Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti juga melakukan
wawancara pendahuluan kepada informan untuk memastikan
kesanggupan serta memenuhi persyaratan sebagai informan. Pada
wawancara pendahuluan, peneliti didampingi dan dikenalkan oleh teman
peneliti kepada informan. Sehingga ketika melakukan pendekatan pada
informan 1, 2 dan 3 informan tidak mengalami kendala yang berarti.
Namun, peneliti memang perlu berhati-hati dalam menanyakan
kesanggupan. Hal ini karena, topik yang peneliti ambil merupakan topik
yang sensitif serta dikhawatirkan dapat membuka luka lama bagi
informan yang belum berada dalam tahap penerimaan diri.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Setelah peneliti mendapatkan informan penelitian yang memenuhi
kriteria, peneliti melakukan tahap pengambilan data awal yang berguna
untuk melakukan kesepakatan dengan informan. Kesepakatan tersebut
ditandai dengan informan menandatangani inform consent. Dalam inform
consent menyatakan bahwa informan bersedia untuk melakukan proses
pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti.
Setelah peneliti dan informan melakukan kesepakatan bersama,
peneliti melanjutkan dengan tahap selanjutnya yaitu rapport. Pada tahap
ini, peneliti dapat membangun hubungan yang lebih dekat dengan
informan. Dengan adanya kedekatan satu dengan yang lain, diharapkan
informan dapat lebih nyaman dan terbuka dalam memberikan informasi
kepada peneliti. Rapport dilakukan dengan cara berkunjung lalu
berkenalan dan saling bertegur sapa antara informan dan peneliti. Jumlah
bertemu dengan ketiga informan dilaksanakan berbeda. Hal ini
dikarenakan kesibukan dan karakter dari masing-masing informan berbeda
satu dengan yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 1
Tabel 2.1. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 1
KETERANGAN TEMPAT HARI, TANGGAL WAKTU
Wawancara I Rumah
Informan
20 Mei 2016 18.00 – 18.45
Wawancara II Rumah
Informan
22 Mei 18.30 -19. 30
Wawancara III Rumah
Informan
24 Mei 19.00- 19.30
b. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 2
Tabel 2.2. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 2
KETERANGAN TEMPAT HARI, TANGGAL WAKTU
Wawancara I Rumah
Informan
22 Mei 2016 16.00- 16.30
Wawancara II Pasturan
Gereja St.
Theresia
Liseux Boro
23 Mei 2016 19.00- 20.00
Wawancara III Rumah
Informan
1 Juli 2016 18.30-19.15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
c. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3
Tabel 2.3. Pelaksanaan Wawancara dengan Informan 3
KETERANGAN TEMPAT HARI, TANGGAL WAKTU
Wawancara I SD Kanisius
K
23 Mei 2016 11.15 – 11.45
Wawancara II SD Kanisius
K
24 Mei 2016 11.30 – 12.45
Wawancara III SD Kanisius
K
1 Juli 2016 16.00-16.30
Tabel 2.4. Identitas Informan dan Ringkasan Deskripsi Relasi
Informan 1 Informan 2 Informan 3
Inisial YR AA LA
Usia 47 tahun 32 tahun 53 tahun
Jenis kelamin Perempuan Laki- laki Perempuan
Pendidikan SMA SD S1
Pekerjaan Karyawan Pelaksana Guru
Suku Jawa Jawa Jawa
Agama Katolik Katolik Katolik
Jumlah Anak 1 - 1
Penyebab
Perpisahan
Perselingkuhan Ekonomi ,
Perbedaan
Perselingkuhan,
hubungan jarak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menurut
Informan
umur jauh
Tinggal
Bersama
dengan
Ibu, anak
kandung,
saudara laki-
laki
Ibu, bapak,
adik
informan
Ayah
Pada penelitian ini menggunakan Personal Experience Story.
Pengalaman yang diambil adalah pengalaman tahap respon penerimaan
diri pada pelaku perkawinan katolik yang berpisah. Guna menunjukkan
pengalaman tahap respon penerimaan diri, proses penceritaan kembali
akan menggunakan kerangka waktu yang secara kronologis akan
dinarasikan lewat (a.) sebelum berpisah (beginning), (b.) ketika
perpisahan (middle), (c.) pasca berpisah (end).
3. Analisis Hasil Wawancara Informan 1
A. Sebelum Berpisah (beginning)
Informan memaparkan bila awal keretakan rumah tangga dengan
suami adalah karena informan cemburu pada salah satu rekan kuliah
suaminya. Informan menyadari bila berasal dari desa dan tidak ingin
dibanding-bandingkan dengan teman suaminya. Informan menyadari
kekurangannya dan merasa rendah diri. Namun, memang suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
informan tidak memiliki hubungan khusus dengan teman kuliahnya.
Dugaan yang informan takutkan ternyata tidak ada buktinya.
“Kalau nggak salah ada satu namanya R ya agak dekat sekali
makanya saya kan cemburu begitu lho awal-awalnya. Saya
bilang, saya jangan dibanding-bandingkan dengan temenmu pak
saya kan cuma orang desa saya ya bilang begitu ya saya kan
cemburu tapi ya nggak taunya ternyata nggak ada apa-apa gitu
lho.”( informan 1, 11-19)
Informan memaparkan bahwa awal mengetahui situasi suami
memiliki hubungan khusus dengan perempuan lain adalah dari orang
lain. Dan informan merupakan istri yang tidak mudah percaya kata
orang lain. Informan ingin membuktikan kebenarannya sendiri namun
kenbenarannya suami informan memiliki hubungan perempuan lain.
Perempuan yang memiliki hubungan khusus dengan suami informan
adalah teman informan. Informan mengenal dekat teman khusus dari
suaminya. Relasi informan dengan temannya juga tergolong dekat,
mereka kerap saling bertukar makanan.
“Pak Y kan suami saya namanya Pak Y itu suaminya tadi saya
lihat di Purworejo, di Gesing mboncengin teman saya itu terus
saya bilang gini, kalau saya belum lihat dengan mata kepala saya
sendiri saya nggak percaya saya bilang begitu. Tapi ya
slentingan-slentingan ternyata benar gitu lho.” ( informan 1, 27-
32)
Informan memaparkan pengalaman ketika mengetahui kebenaran
kabar perselingkuhan suaminya dan teman dekatnya. Informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mendapat kabar dari adik mertuanya oleh karena bekerja satu tempat
dengan suaminya. Informan mengungkapkan rasa sakit hatinya.
Informan mendapatkan informasi bila teman dekatnya secara
sembunyi-sembunyi sering menemui suaminya di tempat kerja.
”Tapi ya slentingan-slentingan ternyata benar gitu lho. Lha mulai
retaknya itu benar-benar retak waktu itu suami saya masih bekerja
di IKIP PGRI di kembang itu, dia kan jadi biro tiga waktu itu
satpam, biro kemahasiswaan, terus sama TU. Lha si teman saya
itu, sering ke sana. Nha kebetulan, adiknya mertua saya kan rektor
di situ sama dosen gitu lho. Terus ya ngomong sama ngomong
artinya ya siapa to yang nggak sakit hati ada orang bilang gitu
sama aku. “ (informan 1, 32-42)
B. Ketika Berpisah (middle)
Hubungan informan dengan suaminya semakin memburuk.
Informan mendapat ajakan dari suaminya untuk ikut ke balai desa, dan
di tempat tersebut informan diminta untuk mengungkapkan apabila
hubungan rumah tangga yang mereka bina sudah tidak ada kecocokan
lagi. Informan memenuhi ajakan suaminya oleh karena informan
masih menyukai suaminya dan menurut apa kata suaminya. Pada
pernyataan informan bagian ini, informan meminta kepada peneliti
untuk menghentikan sementara wawancara. Hal ini informan lakukan
karena informan tidak dapat menahan air matanya.
“Tapi kan suami saya, katanya waktu itu sudah tidak srek lagi gitu
lho udah nggak ada kecocokan saya kan tambah sakit hati terus
waktu itu kan dia mengajak saya ke balai desa. Di sana saya
diajak disuruh ngomong kalau ditanya pak lurah suruh bilang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
nggak ada kecocokan gitu. Saya juga manut-manut aja saking saya
itu seneng sama dia sama suami saya itu. Sebentar ya mbak,, (Ibu
menangis) “ (informan 1, 46-54)
Informan sebenarnya tidak menginginkan perpisahan dengan
suami, namun informan merasa sakit hati melihat hubungan suami
dengan teman dekatnya. Akhirnya menyetujui untuk berpisah. pada
saat di pengadilan, ada pegawai yang beragama Katolik dan memberi
informan saran agar tetap mempertahankan perkawinan informan
dengan suaminya.
“Tapi kan ya waktu itu gimana ya hati perempuan kalau dipanas-
panasi sama perempuan itu ya tetap sakit hati saya mau aja
pokoknya udah tak hadiri tapi waktu itu kan di pengadilan ada
orang Katolik juga. Mbak kamu nanti nggak usah bilang ke bapak
bilangnya kalau mbak tetep mencintai suami mbak. Waktu itu pak
W apa ya, pegawai pengadilan itu.” (informan 1, 79-87)
Informan melalui proses persidangan dan di pengadilan ditawarkan
apakah rumah tangga bisa diperbaiki atau tidak. Informan memaparkan
masih mencintai suami namun bertolak belakang dengan suami yang
sudah tidak mencintai informan. Informan memaparkan apabila
memang bercerai secara sipil dengan suami dan hal tersebut terasa
menyakitkan bagi informan.
“Akhirnya sidang demi sidang terus saya ditanya, ibu gimana buk
kok istilahnya bisa diperbaiki atau tidak? Kalau saya sih bisa pak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
tapi suami saya sudah terlanjur mencintai orang lain dia katanya
sudah tidak mencintai saya lagi, saya bilang gitu.“ (informan 1,
90-95)
“Saya diceraiin tapi ya sangat menyakitkan mbak. “ (informan 1,
110-111)
C. Setelah Berpisah (end)
a. Berpisah dengan Tetap Adanya Ikatan Perkawinan
Informan merupakan pribadi yang percaya akan kehendak Tuhan.
Informan memiliki harapan suami akan kembali dan percaya Tuhan
dapat mempersatukan rumah tangga mereka lagi. Informan percaya
apabila dulu Tuhan mempertemukan dan segalanya dipercayakan
kepada kehendak Tuhan. Informan mengungkapkan apabila masih
mencintai suaminya.
“Jadi saya berharap suatu saat saya kembali gitu lho, kalau
Tuhan berkehendak itu, ya saya mohon saya percaya Tuhan bisa
mempersatukannya. Dulu kan yang mempertemukannya kan
Tuhan, saya cuma bilang gitu kalau berdoa. Tapi sampai
sekarang saya masih berharap masih mencintai. “( Informan 1,
119-124)
Harapan besar informan kembali rujuknya hubungan rumah
tangganya dengan suaminya ternyata memiliki alasan. Setelah
perceraian sipil terjadi, suami informan masih kerap menjalin
hubungan dekat. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan informan yaitu
masih sering menginap bersama, masak bersama, kemudian makan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
bersama serta jajan bersama-sama. Relasi dekat ini membuat informan
memiliki harapan besar untuk kembali rujuk.
“Sebelum 3 tahun ini ya ada baiknya ada sedihnya juga ada
sukanya senangnya kalau kita bertiga (saya, anak, dan bapak)
nginep di sana kita masak bareng, kita makan bareng, kita ya
jajan bareng itu” (Informan 1, 159-162)
Informan merasa bahwa ketika sudah berpisah suami masih
menjalin relasi yang baik dengan informan. Suami informan sering
mengirim pesan singkat yaitu ajakan kepada informan untuk mengajak
anak mereka berkunjung ke rumah suaminya. Informan tanpa
mempertimbangkan serta tidak memperdulikan walaupun waktu
malam tapi tetap datang ke tempat suaminya. Kebersamaan yang ada
terjalin baik, informan tetap memperdulikan suaminya seperti
membelikan lauk-pauk. Pada waktu berkumpul bersama suami dan
anaknya, relasi hangat terjalin melalui canda gurau bersama.
Walaupun berpisah dengan suami, namun informan memaparkan
bahwa jika ada acara mereka tetap datang bertiga.
Kalau sering apa ya masalah senengnya kalau suami bilang
“mak nanti ke sini ya sama-sama”. Saya kan di sms ke sana kan
sama A malam mbok jam berapa nanti beli lauk sekalian belikan
lele atau apa terus nanti yo kita bergurau kita bertiga sambil
nonton tv, itu senengnya disyukuri. Nanti kalau pas ada acara
apa kita bertiga. (informan 1, 193-199)
Berpisah dengan pasangan membuat informan menyadari bahwa
informan masih mencintai suaminya dan perasaan mencintai suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
tidak luntur walaupun sudah berpisah selama 20 tahun. Hal ini
ditunjukkan dengan informan yang masih mengungkapkan
perasaannya kepada suaminya. Informan juga percaya bahwa
pernikahan Katolik hanya sekali seumur hidup dan tidak terpisahkan
kecuali oleh maut. Informan juga memaparkan bahwa sebelum pulang
ke rumah orangtuanya, informan mengungkapkan kepada suaminya
bahwa akan tetap mencintai suaminya dan sampai kapanpun informan
akan menganggap sebagai suami.
“Tapi saya berpedoman kalau orang Katolik nikahnya satu kali
perceraiannya hanya kalau diantara satu ada yang meninggal
saya cuma bilang begitu. Dan waktu itu sebelum saya pulang ke
sini kan saya sempat bilang sama suami saya “pokoknya sampai
kapanpun kamu tetap suami saya, saya tetap mencintai njengenan
pertama dan terakhir, saya tetep menunggu kamu.”(informan 1)
Perasaan memiliki masih ada dalam diri informan kepada
suaminya. Ketika suami hendak menjadi lurah, harta yang informan
punya dijual dan diberikan kepada suaminya agar bisa membantu
meringankan beban suaminya. Rasa memiliki serta mencintai suami
masih lekat dalam diri informan. Walaupun informan telah disakiti
dan diceraikan oleh suaminya, namun informan tetap baik dan peduli
kepada suaminya. Anak informan melakukan protes kepada informan
mengenai informan yang memberikan uang hasil menjual cincin dan
gelang. Anak informan sebenarnya hendak menyadarkan kepada
informan agar mengurungkan niatnya. Oleh karena informan hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
berkorban dan tidak menuai hasil ketika missal suaminya menjadi
lurah. Begitu pula dengan mertuanya (orangtua suaminya) juga
menasehati informan. Jika informan mempunyai hasil dalam bentuk
materi seharusnya untuk menyenangkan anaknya bukan diberikan
untuk suami yang telah menyakiti informan.
Padahal mbak saya waktu itu kan kami juga sudah cerai dia
njago jadi lurah. Ya cincin sama gelangku tak jual tak kasihin
uang e sampai A bilang gini, “mak lha kok cincin sama
gelangmu kamu jual besok kalau jadi lurah yang jadi bu lurah
siapa? Apakah mamak? kan bukan “ A sendiri sampai bilang
gitu terus mertua saya adik saya juga bilang gitu mbok uwis nek
punya itu buat seneng-seneng sama A jangan dikasihkan Y,
walaupun itu anak saya sendiri tapi kalau nggak bener saya
juga nggak ngrestui, gitu. Ya itu juga menyakitkan. (informan 1,
221-232)
Informan membesarkan anaknya seorang diri. Bagi informan,
anaknya menjadi semangat hidupnya. Berkali-kali informan
memaparkan bahwa dalam hatinya percaya suatu saat pintu hati
suaminya akan terbuka bagi keluarganya. Informan kembali
mengatakan keyakinan hatinya jika suaminya bisa kembali. Informan
juga tulus mencintai suaminya. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan
informan yaitu walaupun suaminya di usia tua nanti informan akan
merawat suaminya.
“Ya jujur saja mbak, saya masih punya semangat itu demi anak
saya terutama saya percaya suatu saat suami saya pintu hatinya
akan terbuka buat keluarganya sendiri. Saya berkeyakinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tuhan Yesus akan menunjukkan jalan lain mbuh kapan besok
masa tuanya atau kapan saya tu sampai sekarang masih
percaya kalau suami saya nanti bisa kembali. Saya pernah
bilang gini pada suami saya, “pak mbok sisuk njengenan tuo
kae, nek njengenan loro ra ono sik ngrumat tak rumat”.
“(informan 1, 300-310)
b. Respon Psikologis Proses Penerimaan Diri
Informan merasa sakit hati ketika mendapat informasi dari
pekerja suaminya. Pekerja suaminya memaparkan bahwa suami
informan merasa senang karena telah dapat memberikan
kesenengannya intri barunya. Informan merasa sakit hati dan juga
membandingkan dengan apa yang dia dapat. Informan merasa bahwa
dirinya dan juga anaknya tidak diperhatikan. Informan juga mengingat
pengalaman masa lalunya yaitu ketika suaminya sekolah/ kuliah.
Informan memaparkan bahwa dulu ketika sekolah, informan serta
anaknya ikut berjuang secara finansial serta hidup dengan pas-pas an.
Namun, ketika sekarang suami sudah bekerja tapi justru istri baru
yang merasakan hasilnya. Pada bagian ini, informan berada pada
tahap penyangkalan (Denial). Informan menyangkal dan menolak
fakta yang terjadi. Informan masih terjebak pada harapan yang
seharusnya terjadi. Informan tidak siap menerima kondisinya dan
masih lekat dalam harapan bersatu dengan suaminya.
Informan juga belum bisa menerima kenyataan atau fakta bahwa
suaminya lebih memilih teman dekatnya dibanding diri informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Menurut pertimbangan informan, teman dekatnya sudah mempunyai
anak dan akan menjadi anak tirinya. Berbeda dengan jika memilih diri
informan karena hanya memiliki satu anak dan statusnya anak
kandung dengan suaminya. Informan belum meerima fakta suami
lebih memilih teman dekatnya dibanding dirinya. Hal ini diungkapkan
informan yaitu apa kekurangan informan dibanding teman dekat
informan.
Itu yang paling menyakitkan kan misalkan dia dibelikan apa gitu,
nha suami saya punya tukang kan mbak lalu bilang ke tukang e,
“wah saya merasa senang bisa memberikan kesenengane istriku”
gitu nha terus tukang e bilang ke aku lha aku yo sakit. (informan 1,
175-180)
Padahal aku sama A saja nggak diperhatikan kenapa lebih
memperhatikan itu padahal saya mulai dari bapaknya A sekolah
kan saya ikut berjuang otomatis saya sama A kan ikut berjuang dia
menjadi sarjana, nha biasanya kami berjuang to. (menangis dan
nada keras) Yo katakanlah kita waktu itu soale kan ekonomi yo
mbak waktu itu kan agak melemah kan buat sekolah kan ya kita
makannya apa adanya gitu. Yang sering menyakitkan setelah
perceraian ya itu. (informan 1, 181-191)
Kenapa kok malah memilih teman saya yang punya anak tiga
usianya saja lebih tua dari suami saya kok malah meninggalkan
saya sama A yang hanya satu anak gitu lho kekurangan saya itu
apa saya bilang gitu. (informan 1, 257-261)
Informan memaparkan rasa kekecewaannya karena anaknya tidak
dibantu dicarikan pekerjaan. Informan menyatakan jika rasa duka dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
rasa senang itu banyak sakitnya. Informan juga menceritakan bila
anaknya mengatakan bahwa ayahnya hanya sekedar janji-janji saja.
Oleh karena itu, anak informan memberi nasehat kepada ibunya agar
tidak memikirkan ayahnya. Informan berada pada tahap marah (anger)
di mana informan tidak mendengarkan nasehat dari anaknya untuk
memikirkan ayahnya. Karena di sisi lain informan masih mencintai
suami dan masih berharap untuk bisa kembali.
Iya, A kan belum pernah pergi ya malah nggak dicarikan
pekerjaan lak menyakitkan sekali to. Jadi rasa duka dan seneng itu
banyak sakitnya sampe A ki sok ngomong “Mbok rasah mikirin
bapak, wong bapak yo mung janji-janji terus”. (informan 1, 216-
220)
Ketika informan bertemu dengan suaminya, informan masih
mengungkapkan bila mencintai suaminya dan menunggu suaminya
kembali. Namun di satu sisi, informan tidak ingin merendahkan diri
hingga suaminya menjadi semaunya sendiri. Informan memaparkan
bila relasi dengan suaminya memang masih dekat, sering bergurau
namun tidak mengarah pada masa depan.
Harapan informan agar suaminya mau kembali dengan informan
memang terlalu besar. Ketika informan berkali-kali mengatakan
bahwa masih mencintai suaminya, namun suaminya tidak
meresponnya. Informan selama 20 tahun perpisahan masih
mengungkapkan bahwa akan menunggu suaminya kembali.
Nek saya kalau pas ada kesempatan ke sini saya bilang “saya
mencintai kamu dan tetep tak tunggu” tapi aku nggak mau
merendahkan diri to mbak aku juga harus jaga diri aku jadi aku
ngomong harus hati-hati jangan sampai dia apa, nanti “nggak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
aku nggak ada laki-laki lain” aku ya jadi malu to. (informan 1,
402-408)
Jadi kalau ngomong ya harus hati-hati. Ya kadang kita ngomong,
ya udah kita gimana ya kalau kita cuma gojek aja jadi nggak
mengarah ke depannya mau gimana gitu enggak. Saya sih
sekarang gitu jadi maunya dia tu enak sendiri. Saya mengatakan
saya masih cinta tapi dia tidak merespon gitu lho ya cuman maaf
ya mbak ya , ya guyon gitu ya guyon e antara suami istri gitu
cuma itu doang. Jadi kan kalau aku mau berbuat gini gitu kan
saya nggak mau direndahkan tapi dia kalau dia nggak memulai
aku juga nggak mau soalnya kan saya perempuan jadi kan saya
cuma bilangnya mentok-mentok nya ya “pokok e njengenan tak
tunggu” gitu aja. (informan 1, 409-422)
Tapi kan laki-laki menang sendiri itu yang saya nggak suka. Ya
maunya sih kalau diladeni mau mbak tapi kan aku juga piker-
pikir percuma to kalau saya meladeninya padahal saya kan udah
berapa tahun saya berusaha menghilangkan apa ya hubungan
sebagai suami istri dan saya tidak ingin melakukan itu tapi kan
nek kadang-kadang ketemu dia juga mencoba kaya gitu nanti A
tak panggil “kamu cepat ke sini” ( informan 1, 423-431)
Informan belum bisa berada dalam tahap penerimaan diri
(acceptance). Hal ini terkait dengan pernyatan-pernyataan informan
jika akan tetap menunggu suaminya. Informan juga masih
mengunggkapkan rasa cinta kepada suaminya walaupun suaminya
tidak merespon hal tersebut. Walaupun suaminya telah menikahi
orang lain, namun informan tetap mengharapkan suaminya kembali.
Informan masih selalu terpusat pada suaminya dan tidak mencoba
mencari makna baru dari situasi yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
4. Analisis Hasil wawancara Informan II
A. Sebelum Berpisah (beginning)
Informan memaparkan bila merasa tidak dianggap dalam rumah
tangga bersama istrinya. Ketika ada hal yang dirasa penting, istri
mendiskusikan kepada orangtua bukan dengan suami. Di sisi lain,
informan merasa diri bila mertua juga kurang bersimpati kepada
informan, dikarenakan informan saat menikah belum memiliki
pekerjaan dan masih tinggal bersama mertua. Informan bekerja
membantu mertua di sawah. Informan juga memaparkan bila pergi
dari rumah karena di suruh pulang oleh mertua. Segala situasi di
dalam rumah tangga informan diatur oleh mertua dan istri.
“Kalau ada apa-apa itu tidak kasih tau saya tau dulu. Kasih
taunya sama orangtuanya. Berarti kan saya nggak dipakai di
sana. “(informan 2, 25-28)
“Masalah yang utama ya dulu kan saya nggak kerja,
pengangguran kan morotuo nggak cocok kalau ada orang yang
nganggur itu itu saya terus suruh pulang. Karena
ekonomi.”(informan 2, 175-178)
B. Ketika Berpisah (middle)
Informan memaparkan rasa kecewa karena situasi saat ia menikah
dengan setelah berpisah adalah berbeda. Pada awal pernikahan
informan dan pasangan saling mencintai namun sekarang ketika
berpisah adalah tidak saling berkomunikasi. Merasa sakit hati karena
ketika hubungan suami istri pada awalnya saling memiliki namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
menjadi tidak saling menyapa seperti tidak mengenal satu dengan
yang lain.
“Ya maksudnya, dulu saling mencintai sekarang kok bisa
terpisah dan sekarang tidak mau berbicara dan kalau ketemu
tidak mau ngomong. Ya rasanya sakit to yo, dulu begitu kok
sekarang begini. “(informan 2, 51-52, 54-56)
Hal lain yang informan paparkan adalah informan mengajak rujuk
kepada istri namun istri tidak memberikan respon. Harapan informan
bila istri mau diajak rujuk adalah mengajak istri untuk tinggal bersama
di rumah informan.
“Ya saya, dulu bertemu sih saya cuman mau bilang “kamu mau
nggak ke tempat saya? Di rumah saya. Kalau mau kita terus
kalau nggak mau ya kita tetap berpisah.” (informan 2, 163-165)
C. Setelah Berpisah (end)
a. Berpisah dengan Tetap Adanya Ikatan Perkawinan
Dalam menanggapi perkawinan Katolik yang dilaksanakan
hanya satu kali seumur hidup, informan memaparkan bahwa tidak
apa-apa kalau gereja tidak memperkenankan menikah kembali.
Namun, ketika ada perempuan lain yang mau untuk hidup dengan
informan maka informan menghendaki untuk menikah siri. Dalam
artian, informan menghendaki perkawinan dalam agama lain atau
bisa dikatakan bukan perkawinan katolik. Sehingga apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
memang ada perkawinan maka dilaksanakan dengan sederhana
serta hanya kerabat dan tetangga yang datang.
“Ya saya tanggapan saya sendiri ya tidak bisa nikah lagi
nggak papa. Ya besok kalau mau ada yang senang sama
saya saya bisa nikah tapi nikah siri. Ya nikah di rumah tapi
cuman tetangga tok yang menghadiri. “(informan 2, 145-
149)
Hal lain yang informan ungkapkan yaitu keinginan
informan untuk memiliki istri lagi. Namun, dalam ajaran agama
Katolik hanya diperkenankan menikah satu kali dan dipisahkan
oleh maut. Oleh karena itu, informan memaparkan bila kalaupun
akan menikah maka menikah di rumah bukan di gereja Katolik.
Ya.. saya mau kepengen istri lagi tapi ya kalau bisa. Bisa
tapi satunya harus ada yang meninggal. Ya tapi kan nggak
mungkin. Tapi ya nggak gereja nikahnya, di rumah.
(informan 2, 216-213)
Sebagai seorang laki-laki, informan memiliki keinginan
untuk memiliki keturunan. Istri informan memang sudah tidak
memungkinkan untuk memiliki keturunan karena faktor usia. Hal
ini pula yang mendukung informan dalam keinginannya menikah
lagi walaupun tentunya bukan dalam gereja Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Ya besok kalau saya tua nggak ada yang mengurus saya.
Lalu keturunan mbak, saya masih pengen punya keturunan juga
mbak. (informan 2, 222-224)
b. Respon Psikologis Proses Penerimaan Diri
“Ya saya berpisah terus masih orang-orang itu ngetawain
ya gitu lah. “(informan 2, 81-82)
Ya kalau ada yang ngingetin tentang istri itu saya masih
mangkel. Wong ya saya emang nggak seneng hidup di
sana, apalagi semua diurusin orangtuanya. Ya kayak dia
yang berkuasalah sama orangtuanya. Saya cuma dibutuhin
tenaganya. Apalagi saya nggak ada kerjaan mbak dulu.
Kalau inget sakit thok mbak. (informan 2, 238-244)
Informan berada pada tahap kemarahan (anger) dan
menyalahkan lingkungan yang masih mengingatkan informan pada
istrinya. Lingkungan menertawakan informan karena informan
mengalami pengalaman berpisah dengan istri.
“Ya saya diam ya saya arep muni enggak tapi kenyataan
saya begitu. Jadi saya diam saja. “ (informan 2, 88-89)
Informan diam dan tidak mau menanggapi lingkungan yang
membicarakan perpisahannya dengan istri. Pada tahap ini, yaitu
tahap depresi (depression), informan setidaknya sudah mulai
menerima apa yang terjadi pada dirinya sebagai sesuatu hal yang
harus dihadapi.
“Ya tidak ada komunikasi setelah saya berpisah, dikaruhke
pun tidak. Ya bagaimana, saya masih sakit hati. Sudah lah
mbak.” (informan 2, 97-99)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Informan sakit hati dengan respon istrinya, yaitu istri tidak
berkomunikasi dengannya. Pada tahap ini, informan berada pada
tahap ketidaknyamanan dan situasi yang menyakitkan. Merasa
jengkel dengan sikap istrinya pasca perpisahan (denial). Informan
menyesali keputusannya ketika dulu menikahi istrinya.
“Ya perasaan saya sakit mbak. Istilahnya saya jadi lelaki
itu rasanya nggak berguna ya. Ya sempet nyesel juga dulu
kok malah aku sama dia, ya usianya jauh kalo dari saya.
Jadi ya kalo dulu pas jadi suami istri diatur mbak begini
begini. Ada apa-apa ngomongya ke orang tua mbak. Kalau
inget masih ada rasa mangkel gitu lah. (informan 2, 230-
236)”
Belum mbak, yang paling banyak itu nyeselnya mbak, tapi
pie yo wong wis terjadi mbak. Sekarang ya mung nggak ada
saling komunikasi njug jadinya ya pie ya ngganjel mbak.
Apalagi inget dulu sama orangtuanya mbak saya jadi sok
terpojok di sana. Ora ono kaji ne babar blass jadi wong
lanang. (informan 2, 264-270)
Pada tahap ini, informan menyesali apa yang sudah terjadi.
Mengapa harus terjadi pada dirinya. Mengapa dulu menikah dengan
istrinya padahal perbedaan umur terpaut cukup jauh. Informan berada
pada tahap tawar-menawar (bargaining).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
5. Analisis Hasil Wawancara Informan III
A. Sebelum Berpisah (beginning)
Informan merupakan seorang perempuan, saat berpisah usia
perkawinan dengan suami adalah 10 tahun, informan memang
memaparkan alasan menikah dengan suami adalah karena kehamilan
di luar perkawinan. Perkawinan yang dilakukan belum dalam kategori
siap. Siap diantaranya adalah berhubungan dengan psikis informan
dan pasangan serta pula siap dalam fondasi perekonomian. Jadi, dari
awal dilakukannya perkawinan memang belum mempunyai fondasi
yang kuat. Pemaparan informan bila 10 tahun pertama adalah masa
rawan perkawinan dan informan tidak dapat melewati masa rawan
tersebut.
“Yaa.kalau istilahnya apa yang menyebabkan itu kehamilan di luar
nikah “MBA” Married by accident dan secara ekonomi pondasi
kami belum cukup karena kami sama-sama..saya memang sudah
bekerja di salah satu guru smp keruk munggang yang sekarang
jadi smp n 1 atap. Tapi suami saya kan belum, masih kuliah.”
(informan 3, 14-22)
Di sisi lain, keretakan rumah tangga juga dipicu oleh kehadiran
orang ke-tiga. Awalnya, suami secara terbuka menceritakan kepada
istri bahwa ada perempuan lain yang menyukai suami. Istri tidak
mengenal perempuan yang menyukai suaminya, dan tau dari
suaminya bahwa perempuan itu adalah adik dari yang punya CV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
tempat suaminya bekerja. Terlihat bila suami ada keterbukaan dengan
istrinya dan tidak menyembunyikan perihal perempuan yang
menyukai suami.
“Terus ya yang kedua selain ekonomi juga pihak ke-tiga
tentunya. Ada pihak ke-tiga enjih.” (informan 3, 30-31)
“Saya tidak kenal hanya tau dari suami saya itu. Tau kalau dia
itu istilahnya disenengi oleh yang cewek itu.”(informan 3, 35-
37)
Informan menyadari bila kesalahan juga ada pada dirinya.
Karena adanya komitmen akan tinggal bersama di rumah orangtua
suami saat anak sudah lulus kelas 6 SD. Tapi informan memungkiri
komitmen tersebut dikarenakan informan enggan tinggal menumpang
dengan mertua tanpa dia bekerja serta membebankan ekonomi kepada
suami. Informan merupakan pribadi yang enggan bila tidak bekerja.
Informan sebenarnya belum pernah bertemu dengan mertua karena
berkomunikasi hanya lewat surat. Meskipun mertua dari informan
rajin menulis surat kepada informan namun tetap ada rasa segan
karena belum mengenal pribadi mertua.
“Ya sebetulnya kami punya komitmen itu waktu suami mulai
bekerja itu kan nanti kalau anak sudah kelas 6 lulus kita mau
kita pindah ke Sangihe dan itu saya sudah diajak untuk pindah
tapi saya sendiri mengatakan nanti tunggu anak mau SMP gt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
kan. Saya tidak siap hanya ikut mertua karena saya kan biasa
bekerja kan saya nggak bisa hanya ikut mertua tanpa
penghasilan.”(informan 3, 61-68)
B. Ketika Berpisah (middle)
Informan menyadari kesalahan tidak sepenuhnya ada pada suami,
juga ada dari pihak diri sendiri. Meskipun pada saat terjadinya
perpisahan, informan condong menganggap bila suaminya egois dan
hanya memikirkan dirinya sendiri, tidak memikirkan anak dan
istrinya. Emosi informan pada saat itu memang menggebu-gebu.
Informan sadar bila perpisahannya dengan suami berimbas pada anak.
Oleh karena itu, informan memutuskan untuk menitipkan anaknya di
panti asuhan. Hal ini informan lakukan agar anak tidak terdidik untuk
membenci ayahnya. Informan sadar bila pada waktu itu emosi
informan sangat tinggi sehingga membenci suaminya. Rasa
kekecewaan pada suami yang lebih memilih perempuan lain daripada
anak dan istrinya. Suami memilih untuk bersama perempuan lain.
“Karna saya mengatakan bahwa itu juga kesalahan ada di
saya, tapi saat saat itu saya mengatakan dia egois karena hanya
memikirkan dirinya sendiri padahal punya tanggung jawab
anak dan istri. “(informan 3, 55-58)
Perasaan lain yang dirasakan informan adalah rasa takut bila anak
menjadi korban perpisahan orang tua. Informan takut bila secara tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
sadar akan menanamkan kepada anak untuk membenci ayahnya. Anak
informan dekat dengan ayahnya dibanding ibu nya. Oleh karena itu,
informan menitipkan anaknya ke panti asuhan
“Menikah secara Katolik kan kita benar-benar dan memang
pingin hidup berdua sampai mati. Tapikan karna dampak saya
nanti takutnya saya melampiaskan kebencian ke anak saya.
Saya nanti tanpa sadar mendidik dia untuk tidak mencintai
ayahnya. Maka saya titipkan ke panti itu sampai dia lulus
SMA.” (informan 3, 161-167)
C. Setelah Berpisah (end)
a. Berpisah dengan Tetap Adanya Ikatan Perkawinan
Informan menyadari bila perkawinan Katolik hanya satu kali
seumur hidup. Oleh karena itu harapan informan sebenarnya tidak
mau berpisah dengan suami dan menikah hanya sekali seumur
hidup. Informan juga menyadari bahwa perkawinan Katolik tidak
menghendaki adanya perceraian.
“Ya saya kira saya juga manusia biasa ya mbak ya saat itu
siapa sih orang yang menikah secara Katolik mau berpisah
tentunya kan istilahnya kan kalau dalam gereja Katolik kan kita
menikah untuk selamanya sampai mati.”(informan 3, 85-89)
Pernyataan lain dari informan yaitu Romo menghendaki bila
informan tetap memakai status kawin dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Oleh karena perkawinan dalam lingkup gereja Katolik memang
sekali seumur hidup.
“Kata Romo pakai saja status kawin karena kamu kan status
gereja masih resmi menikah sampai sekarang saya masih pakai
status itu.” (informan 3 127-130)
b. Respon Psikologis Proses Penerimaan Diri
“Pandangan saya sekarang dengan pandangan saya 20
tahun yang lalu beda ya. Kalau dulu saya mengatakan kalau dia
egois dan sebagainya tapi sekarang saya mengatakan bahwa
sesetia apapun suami kalau jarak waktu perpisahan itu setengah
tahun satu tahun itu ibaratnya dia setia tapi setiap hari kaya
kucing ya setiap hari dikasih gereh di atas meja lah lalu dimakan
juga. (informan 3,44-54)
Pada tahap ini, informan mengungkapkan kemarahannya
(anger) pada 20 tahun yang lalu di mana informan menyalahkan
suami atas apa yang terjadi serta menganggap bahwa suami egois.
Namun, informan juga membandingkan dengan saat ini,
memaklumi apa yang suami lakukan dan menganggap sebagai hal
yang wajar. Hal yang wajar yaitu ketika setiap hari perempuan
yang mempunyai hubungan special dengan suami ada di dekatnya
maka relasi akan semakin baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
“Saat itu mbak, rasane lho apa ya rasanya sakit banget
rasanya pengen bunuh diri sampe pengennya njegur progo
gitu lho. Tapi ndak saya lakukan itu saya lari ke Romo B saat
itu romo pembantu di paroki saya, romo muda. Justru di situ
oleh Romo saya diberi istilah e dimarahi yo. Saat itu Rm B
mengatakan nek wis bunuh diri semua persoalan rampung
po?”(informan 3, 99-106)
Rasanya emang eee saya istilahnya apa ya? Ee
mengungkapkan rasa putus hati saya itu kepada orang lain
saya kan, saya orangnya agak agak tertutup kalau masalah
pribadi walaupun saya suka bergurau tapi kalau hal pribadi
saya sangat tertutup. (informan3,143-148)
Informan mengalami keputusasaan yang dalam dan berada
pada tahap depresi. Informan memaparkan sempat hendak ingin
bunuh diri karena ketidaksiapan mengalami pengalaman yang
menyakitkan. Pada awalnya, informan memendam perasaannya
sendiri namun akhirnya informan berkonsultasi dengan salah satu
Romo yang ia kenal. Pada akhirnya, informan menuruti nasehat
dari Romo yang menjadi panutannya berjalan ketika menjalani
masa depresi.
Saat itu ya, saya tidak percaya yang pertama tidak percaya
masak saya seperti ini rasanya kok Tuhan tidak adil to? Saya
merasa aduh kok seperti ini ya? Saya tu merasa ditinggalkan
Tuhan meninggalkan saya saat itu, bener saya menjadi malas
berdoa. Memang orang mengatakan seharusnya banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
berdoa tapi saya yang mengalami yang merasa sakit yang
merasa bahwa aduh kok seperti ini ya. Itu kok seperti
ditinggalkan Tuhan gitu lho. (informan 3, 134-142)
Informan menyalahkan Tuhan dan mengungkapkan bahwa
dengan pengalaman ini merasa ditinggalkan oleh Tuhan. Sempat
informan menjadi malas untuk berdoa padahal ia menyadari
seharusnya informan banyak berdoa dengan adanya pengalaman
ini. Pada tahap ini informan berada pada tahap tawar- menawar
dengan Tuhan (bargaining).
Terus saya dikuatkan dia, dia yang mendampingi saya
sampai saya kuat sampai saya bisa istilahnya menerima
kenyataan bahwa itu memang harus terjadi. (informan 3,
107-110)
Informan mampu menerima dan menyadari pengalaman
perpisahan sebagai pengalaman yang harus dialami dan dijalani.
Informan mulai mengalihkan objek pengalaman menyakitkannya
dengan suami dan menggantinya dengan fokus kepada anak.
6. Deskripsi Hasil
Informan 1 menceritakan awal mula penyebab perpisahan dengan
suaminya. Informan dan suaminya memiliki satu anak kandung laki-laki.
Berlanjut pada cerita relasi informan dan suaminya. Informan merasa
cemburu dengan teman kuliah suaminya. Informan merasa diri bahwa dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
orang desa, oleh karena itu lontaran pernyataan informan kepada suaminya
adalah jangan dibanding-bandingkan dengan temannya. Persepsi informan
dalam memandang diri sendiri adalah merasa kecil.
Informan 1 menceritakan bahwa suaminya telah memiliki
hubungan khusus dengan teman dekatnya. Pada awalnya informan
mendapat informasi dari orang lain dan tidak percaya sebelum mengetahui
sendiri. Namun pada akhirnya kebenaran tentang hubungan khusus suami
dengan teman dekatnya memang benar. Suami informan mengajak
informan untuk bercerai secara sipil, dengan alasan sudah tidak ada
kecocokan. Oleh karena informan sangat mencintai suaminya maka,
informan mengikuti mau dari suaminya. Proses perceraian secara sipil tidak
dapat dihindari, walaupun informan tetap mencintai suaminya. Informan
memegang teguh bahwa perkawinan secara Katolik hanya sekali seumur
hidup. Informan berusaha untuk membujuk suaminya agar tidak
menceraikannya secara sipil. Namun, suami informan menyatakan bahwa
sudah tidak mencintai informan lagi.
Infroman 1 mencoba berkonsultasi dengan Romo dan disarankan
oleh Romo agar tidak menghadiri proses perceraian di pengadilan. Namun,
karena panas hatinya maka informan menghadirinya. Informan hilang
kontrol karena melihat suami dengan teman dekatnya akhirnya informan
mau untuk diceraikan. Informan menyatakan bahwa diceraikan suami sangat
menyakitkan. Akhirnya, suami informan menikahi teman dekat informan,
hal ini membuat informan sakit hati dan tidak menerima kenyataan mengapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
suami informan lebih memilih teman dekatnya dibanding informan dan anak
kandungnya.
Walaupun terjadi perceraian secara sipil namun hubungan
informan dengan suaminya masih tetap berlanjut. Informan, suami dan
anaknya kerap berkumpul bersama dan menjalin relasi yang dekat. Kadang
kala, mereka bertiga menginap di satu rumah lalu bercanda gurau dan
makan bersama. Relasi dekat ini membuat informan berharap agar suaminya
kembali kepadanya. Oleh karena, perkawinan mereka memang masih sah
dalam gereja Katolik. Namun, 20 tahun ini telah terlewati dengan harapan
informan. Informan masih sering mengungkapkan kepada suami bahwa
masih mencintainya dengan tulus. Berharap suatu saat mungkin saat tua
nanti bisa merawat suaminya. Informan selalu percaya kepada Tuhan bahwa
suaminya akan kembali. Informan terkadang menyesali dan merasa sakit
hati karena keputusan suaminya menikah lagi, padahal informan dan
anaknya ikut berjuang saat suami berkuliah dulunya. Istilahnya ikut
berjuang agar suami menjadi sarjana, namun kini tidak menuai hasil.
Pernikahan sekali seumur hidup membuat informan bertahan selama 20
tahun membesarkan anaknya sendiri. Informan mengungkapkan bila “Tuhan
Maha Adil” diberikan pekerjaan untuk dapat menguliahkan anaknya.
Informan yang masih mencintai suaminya menjalin hubungan mesra dengan
suaminya walaupun informan tau hal itu adalah salah. Keyakinan penuh dari
informan bila suatu saat akan kembali dengan suaminya. Informan tidak
dapat keluar dari masa lalunya dan tetap mencintai suaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Informan 2 menceritakan alasan menikahi istrinya. Berawal dari
main ke rumah sodaranya dan dikenalkan oleh sodaranya bahwa belum
memiliki suami, informan tertarik. Akhirnya berjalan satu bulan dan
menikah. Informan memaparkan bila jarak umur dengan istrinya terpaut
jauh “dulu saya 27 dan sana 44”. Jauh dan lebih tua istrinya. Ajakan untuk
menikah disetujui, namun pernikahan hanya berjalan satu tahun dan sudah
tidak cocok lagi.
Informan 2 memaparkan bila ada suatu hal, istrinya tidak memberi
tahunya namun justru memberi tahu orang tuanya anggapan informan bila
tidak berguna “berarti kan saya nggak dipakai”. Masalah utama terjadi
ketidakcocokan yaitu karena informan tipe orang yang diam sedangkan
istrinya keras kepala. Selain itu oleh karena informan pengangguran jadinya
mertua tidak cocok dan menganggap sebelah mata. Karena faktor ekonomi,
dulunya informan kerja ikut mertua di sawah tapi merasa tidak cocok. “ iya
terus saya disuruh pulang suruh cari perempuan yang sejajar saya”.
Informan pulang dan informan sudah memiliki pekerjaan. Yang terjadi
adalah ketika informan sudah memiliki pekerjaan, melalui tetangga istrinya
menyampaikan kepada informan kalau di suruh kembali ke rumah istrinya
dengan alasan sudah punya pekerjaan. Namun informan tidak mau.
Informan tidak ada komunikasi dengan istrinya, baik melalui
seluler atau bertemu langsung. Bahkan ketika bertemu mereka tidak saling
menyapa. Informan merasa sakit hati namun informan mengisi kesibukan
dengan bekerja dan juga main untuk menghibur diri. Teman-teman dekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
menyuruh untuk kembali dengan istri, Romo juga menyarankan untuk rujuk
namun informan tetap tidak mau. Informan menganggap bahwa dirinya
kurang baik karena kegagalan perkawinannya. Informan menyadari bila
perkawinan Katolik hanya sekali seumur hidup. Informan masih mempunyai
keinginan untuk memiliki anak karena usianya masih muda, keinginan
punya teman hidup saat tua agar ada yang mengurus. Selama 4 tahun setelah
berpisah dengan istri, informan masih merasakan sakit dan merasa jika
menjadi lelaki yang tidak berguna. Informan menyesali keputusan
pilihannya di masalalu yaitu menikahi istrinya. Informan masih menyimpan
rasa “mangkel” bila mengingat perlakuan istrinya yang seenaknya sendiri
dan mengatur saat dulu masih satu rumah. Informan masih menyesal tapi
sudah terjadi, hal yang mengganjal adalah tidak adanya komunikasi, dulu
saling mencintai tapi sekarang tidak ada pembicaraan satu dengan yang
lainnya.
Informan 3 menjelaskan alasan pernikahannya dengan suaminya.
Pernikahan dengan suaminya di awali dengan kehamilan di luar nikah, jadi
sebenarnya belum siap untuk menikah. Berlanjut pada alasan kegagalan
pernikahannya dengan suaminya yaitu karena adanya pihak ke-tiga.
Informan juga mengatakan bahwa kesalahan juga ada padanya oleh karena
informan mengingkari janji bahwa hendak tinggal bersama mertua selepas
anaknya lulus kelas 6 SD. Namun, informan tidak siap bila tinggal bersama
mertua dan tidak mempunyai penghasilan. Oleh karena hubungan informan
dengan suami adalah hubungan jarak jauh, maka suami informan tertarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
dengan adik dari atasannya di tempat ia bekerja. Dulu saat perpisahan
terjadi, merasa jika suami egois dan hanya memikirkan diri sendiri.
Perceraian terjadi dengan suaminya dan saat itu informan tidak dapat hadir
karena jarak tempuh yang jauh. informan sebenarnya tidak menginginkan
perceraian terjadi. Orang yang menikah secara Katolik mau berpisah kan
istilahnya menikah untuk selamanya sampai mati. Informan juga sempat
putus asa dengan perceraian tersebut. Rasanya sakit banget rasanya pengen
bunuh diri. Tapi informan tidak melakukannya karena informan sharing
dengan salah seorang Romo dan diberi pemahaman bila hal yang ingin
informan lakukan adalah salah, karena tidak dapat menyelesaikan masalah.
Romo mendampingi informan sampai informan tenang. Informan merasa
ditinggalkan Tuhan. Di sisi lain, anak informan juga terkena dampak dari
perceraian yang terjadi. Anak informan dekat dengan ayahnya. Lalu
informan menitipkan anaknya ke panti asuhan bukan karena tidak kuat
membiayai namun karena takut anak kena dampak dari ibunya. Takut nanti
melampiaskan kebencian ke anak. Tanpa sadar mendidik dia untuk tidak
mencintai ayahnya. Namun informan juga tetap menengok anaknya, serta
informan membenahi diri untuk hidup ke depan. Informan dengan suaminya
tidak ada komunikasi, serta informan tidak mempunyai surat cerai dan
hanya mempunyai risalla. Informan menyatakan bila statusnya janda dan
biasanya janda dilecehkan rendah, tapi informan percaya hal tersebut
tergantung dari orangnya. Informan memaparkan apabila membutuhkan
waktu sekitar 10 tahun untuk memaafkan suaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tabel Perbandingan Hasil
Informan 1 Informan 2 Informan 3
Denial Anger Anger
Anger Depression Depression
- Denial Bargaining
- Bargaining Acceptance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
7. Pembahasan
Setelah menggambarkan story line ketiga informan, maka selanjutnya
adalah pembahasan tahap respon psikologis dalam proses penerimaan diri
pelaku perkawinan katolik yang berpisah. Pemahaman mengenai
penerimaan diri akan di-review singkat guna memberikan batasan kajian.
Dari hasil kajian mengenai penerimaan diri (Hjelle & Ziegler,1992)
penerimaan diri merupakan suatu keadaan di mana seorang individu
memiliki sikap positif terhadap dirinya dan mampu mengolah segala
kelebihan serta kekurangan yang ada dalam dirinya termasuk mengulah
bermacam emosi yang ada dalam dirinya. Selain definisi penerimaan diri,
tahap respon psikologis dalam proses penerimaan diri (Kubler-Ross, 1998)
membagi respon psikologis dalam lima tahap yaitu, penyangkalan (denial),
marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression) dan
penerimaan (acceptance).
Sesuai dengan definisi penerimaan diri di atas, maka syarat untuk
berhasil melakukan penerimaan diri adalah mengolah bermacam emosi dan
mengolah segala kelebih serta kekurangan yang ada. Selain itu, sebelum
sampai pada penerimaan diri, melewati terlebih dahulu tahap respon
psikologis.
Tahap penyangkalan (denial), informan 1 menolak fakta yang terjadi,
ketika suaminya lebih memilih orang lain dari pada dirinya. Menyangkal
bahwa kehilangan pasangan benar-benar terjadi. Informan 1 tidak siap
menerima fakta serta kondisi yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tahap marah (anger), ungkapan kemarahan terjadi dalam berbagai
cara. Informan 1, menganggap bila dalam hidupnya rasa duka dan rasa
senang lebih banyak sakitnya/ dukanya. Informan 2, menyalahkan
lingkungan karena lingungan mengingatkan pada istrinya serta
menertawakan pengalaman hidupnya. Informan 3, menyalahkan suami atas
apa yang terjadi serta menganggap suami egois.
Tahap tawar-menawar (bargaining), informan 2 menyesali apa yang
sudah terjadi seandainya dulu tidak menikahi istrinya. Informan 3,
menyadari dulu tidak banyak berdoa padahal seharusnya banyak berdoa
pada Tuhan. Pada tahap ini, tidak ada solusi yang diberikan bagi
permasalahan yang dihadapi.
Tahap depresi (depression), informan 2 merupakan pribadi yang
tertutup dan menarik diri, tidak mau menanggapi tanggapan dari
lingkungan. Informan 3, mengalami keputusasaan serta berniat untuk bunuh
diri tapi menyadari bila hal tersebut adalah salah.
Penerimaan (acceptance), pada tahap ini individu akan menyadari
bahwa hidup mereka terus berlanjut dan mereka harus mencari makna baru
dari keberadaan mereka. Informan 1 dalam jangka waktu 20 tahun belum
mampu untuk membebaskan rasa dari harapan akan kembalinya suami
kepada keluarga. Informan 1 belum dapat mencari makna baru dari situasi
yang ada saat setelah berpisah sampai 20 tahun ini terlewati. Informan 1
belum sampai pada tahap penerimaan. Informan 2, masih berada dalam
pemikiran tentang istrinya dan menyesali keputusan yang dulu diambil yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
keputusan menikahi istrinya. Informan 2 belum sampai pada tahap
penerimaan. Informan 3 memaknai hidup sebagai sebuah pengalaman yang
harus dijalani. Gambaran informan 3 tentang sakit hati kepada suaminya
sudah mulai dilepaskan semenjak 10 tahun yang lalu. Informan sudah
mampu memaafkan suaminya dan memaknai hidup dengan fokus yang lebih
positif seperti fokus pada pekerjaan juga pada anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Informan yang dapat melakukan penerimaan diri terhadap
perpisahannya dengan pasangan adalah informan 3 dan tentunya dengan
melewati proses yang panjang dengan melewati tahapan – tahapan
penerimaan diri yang ada. Tahap proses penerimaan diri tidak semuanya
dilewati oleh informan. Informan 1 baru melewati tahap denial dan anger.
Informan 2 melewati tahap anger, depression, denial, bargaining.
Informan 3 sudah sampai pada penerimaan diri yaitu melewati tahap
anger, depression, bargaining dan acceptance.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang tahap respon psikologis dalam
proses penerimaan diri pada pelaku perkawinan katolik yang berpisah,
saran yang dapat peneliti berikan adalah :
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian dengan tema sensitive
serta mengingatkan dengan pengalaman masa lalu, lebih berhati-hati
dalam melakukan wawancara serta dapat meredam adanya emosi masa
lalu setelah wawancara terlaksana. Hal ini perlu dilakukan karena,
munculnya rasa sakit hati oleh karena informan belum sampai pada
tahap respon psikologis penerimaan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Untuk peneliti yang tertarik meneliti lebih jauh tentang penerimaan diri
pada pelaku perkawinan Katolik yang berpisah, dapat menggali
tentang bentuk penerimaan diri yang ada serta dapat menambah subyek
penelitian agar hasil yang diinginkan dapat tercapai.
2. Bagi Masyarakat, Keluarga dan Pastoral
Lingkungan masyarakat menjadi wadah untuk bersosialisasi.
Hendaknya masyarakat mau memberikan dukungan sosial, hal ini
menyangkut pemahaman masyarakat bahwa perkawinan tak semuanya
berjalan lancar. Dengan memahami dan mengerti persoalan tentang
khususnya perpisahan secara Katolik, diharapkan melakukan
pendampingan personal agar pelaku lebih cepat untuk sampai pada
respon psikologis penerimaan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Daftar Pustaka Anugrahani, W. (1998). On death and dying : Kematian sebagai bagian kehidupan
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anugrah, A. (1974). Studi Hubungan Antara Penerimaan Diri Terhadap Kondisi Fisik
Dengan Penyesuaian Sosial Remaja Cacat Tubuh di Panti Asuhan Bina Daksa Suryatama (Makalah Penelitian).
Arikunto, S. (1990). Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Angkasa. Budi, S., S. (2012). Kamus Kitab Hukum Kanonik. Yogyakarta: Kanisius. Bungin, B., H., M. (2007). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta : Kencana Prenama Media Group. Calhoun, J., F., & Accocelia, J., R. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan
Hubungan Kemanusiaan alih bahasa R. S. Satmoko. Ed. 3. Semarang :IKIP. Coleridge, P. (1997). Pembebasan dan Pembangunan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Chapman, V. (2006). Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. Creswell, John W. (2009). Research Design Pendekatan Penelitian Kualitatif,
Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Penerjemah Achmad Fawaid.
Fawaid, Achmad. (2009). Research Design Pendekatan Penelitian Kualitatif,
Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Germer, C., K. (2009). The Mindful Path to Self- Compassion. USA : The Guilford. Handayani, Muryadinah Mulyo, Sofia Ratnawati,Avin Fadila Helmi. (1998).
Efektivitas Pelatihan Pengenalan Diri dan Harga Diri. Jurnal Psikologi no.2:47-55. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Hjelle, L., A., & Ziegler, D., J. (1992). Personality theories Ed. 3. Singapore: Mc
Graw Hill Publishing Company. Hurlock, E. B. (1974). Personality Development. New Delhi: Mc Graw Hill. Hurlock, E., B. (1993). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Edisi kelima. Jakarta :Bima Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Hurlock, E., B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Jersid, A., T. (1958). The Psycology of adolescence. New York : Mac Millan
Company. Kail & Cavanaugh. (2000). Human Development : A life span view. USA:
Wadsworth. Kartini, Kartono. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja. Kozier. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process and practice. New Jersey:
Pearson prentice hall. KWI – BKKBN. (1993). Kasih setia dalam suka-duka : Pedoman persiapan
perkawinan di lingkungan Katolik. Jakarta : PT Ikrar Mandiriabadi. KWI. Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), Diundangkan oleh Paus
Yohanes Paulus II, (Jakarta: Obor, 1991). Laswell, M., & Laswell, T. (1987). Marriage and The Family. New York :
Wadsworth. Lyons, E., & Coyle, A. (2007). Analysing Qualitative Data in Psycology. Thousand
Oaks: SAGE Publication, Inc. Mawadah, H. (1990). Gambaran Konflik Pernikahan pada Pasangan Berlatar
Belakang Etnis Jawa-Batak. Journal Psikologi. Moeloeng. (2005). Metodologi Kualitatif. Ed Revisi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan. Jakarta :EGC. Nurmaeni (2008). Penerimaan Diri pada Janda yang Bercerai. Journal Psikologi vol 5
(01) 2008. Putra, E., P. (2012). Angka Perceraian Pasangan Indonesia Naik Drastis 70 Persen.
Republika. Diunduh tanggal 19 Januari tahun 2016, dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/01/24/lya2yg-angka-perceraian-pasangan-indonesia-naik-drastis-70-persen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Ratnawati, D. (1990). Hubungan Keaserifan dengan Penerimaan Diri atas Kecacatan yang Disandang Oleh Para Penyandang Cacat Tubuh di PRPCT. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Rubiyatmoko, R. (2011). Perkawinan Katolik menurut Kitab Hukum Kanonik.
Yogyakarta: Kanisius. Ryff, D. Caroll. (1996). The Structure of Psycological Well-Being Revisted. Journal
of Personality and Social Psycology, Vol.69(4), 719-727. Sari, P., E ., dkk. (2002). Penerimaan Diri di Tinjau dari Kematangan Emosi. Jurnal
Psikologi. UniversitasGajah Mada. Sarwono, S., W. (1991). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali. Santosa, B. (2009). Dasar-dasar psikologi kualitatif : Pedoman praktis metode
penelitian. Jakarta : Nusamedia.s metode penelitian. Jakarta : Nusa Media. Smith, A., J. (2009). Dasar-dasar Psikologi Kualitatif: Pedoman prakt Sudarto, L & Wirawan, H., E. (2000). Penghayatan Makna Hidup Perempuan
Bercerai. Journal Ilmial Psikologi “ARKHE” vol 6 (23) 2001. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara.
Sugoto, S., & Esthy, P., J. (1998). Hubungan Penerimaan Diri Terhadap Kondisi
Fisik Kesehatan Mental Pada Waria. Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Supratiknya, A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius. Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Grafindo Perkasa Rajawali. Urim, P. (2007). Penerimaan Diri Pada Remaja Penderita Gagal Ginjal Kronis.
Jakarta :Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Walgito, B. (1991). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : Yayasan
Penerbit Fakultas Psikologi. Wilsa. (1997). Penerimaan Diri pada Wanita yang Bekerja. (Tesis tidak diterbitkan).
Depok: UI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Verbatim Label Deskriptif Label Analitis 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Selamat malam buk, sugeng ndalu maaf saya
merepotkan ibuk. Untuk yang pertama, saya
tertarik dengan kisahnya Ibu, kisah perjalanan
kehidupannya Ibu. Nha, boleh tidak buk saya
tanya sebenarnya yang terjadi sampai Ibu
berpisah dengan bapaknya mas E. Kepripun to
buk kisahnya yang pertama?
Awalnya itu mulai 94 kalau nggak salah ya, waktu
itu suami saya masih KKN.
KKN?
Iya, kalau nggak salah ada satu namanya R ya
agak dekat sekali makanya saya kan cemburu
begitu lho awal-awalnya. Saya bilang, saya
jangan dibanding-bandingkan dengan temenmu
pak saya kan cuma orang desa saya ya bilang
begitu ya saya kan cemburu tapi ya nggak taunya
Awal masalah dalam rumah
tangga yaitu cemburu dan tidak
ingin dibandingkan dengan
orang lain dan menyadari
kelemahan.
Menyadari kelemahan diri
berimbas pada rasa cemburu karena
ada perasaan dibandingkan.
(12-17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
ternyata nggak ada apa-apa gitu lho.. Tapi, lama
kelamaan sesudah selesai KKN apa yaa kami baik
kembali nggak ada apa-apa gitu lho..
Terus kejadiannya mulai 96 lagi, tahun 96 itu kan
saya punya temen dia juga suami istri itu saya
sering ke sana waktu itu kan saya sama suami saya
kan bisnis ayam petelur saya kalau ke tempat
teman saya itu ke sana bawain telur terus yang
teman saya kalau ke tempat saya ngasih emping
kebetulan itu kan jualan emping tapi nggak taunya
kata orang-orang, eh pak Y kan suami saya
namanya pak Y itu suaminya tadi saya lihat di
Purworejo, di Gesing mboncengin teman saya itu
terus saya bilang gini, kalau saya belum lihat
dengan mata kepala saya sendiri saya nggak
percaya saya bilang begitu. Tapi ya slentingan-
slentingan ternyata benar gitu lho. Lha mulai
retaknya itu benar-benar retak waktu itu suami
saya masih bekerja di IKIP PGRI di kembang itu,
Informasi dari relasi suami
menjalin hubungan romantik
dengan teman dekat.
Ada rasa percaya kepada suami
dan membutuhkan bukti bukan
hanya sekedar kata orang.
Adanya bukti hubungan
romantik suami dengan teman
dekat sehingga menimbulkan
rasa sakit hati.
Adanya rasa percaya kepada figure
suami sehingga lebih percaya pada
bukti. Adanya bukti hubungan
romantik figure suami dengan
teman dekat menimbulkan rasa
sakit hati.
(30-32, 39-42)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
dia kan jadi biro tiga waktu itu satpam, biro
kemahasiswaan, terus sama TU. Lha si teman saya
itu,sering ke sana. Nha kebetulan, adiknya mertua
saya kan rektor di situ sama dosen gitu lho. Terus
ya ngomong sama ngomong artinya ya siapa to
yang nggak sakit hati ada orang bilang gitu sama
aku.
Nha akhirnya sering bertengkar, tapi dengan
jujurnya sampai sekarang saya pun masih seneng
masih mencintai dan berharap kembali gitu lho.
Tapi kan suami saya, katanya waktu itu sudah
tidak srek lagi gitu lho udah nggak ada
kecocokan saya kan tambah sakit hati terus waktu
itu kan dia mengajak saya ke balai desa. Di sana
saya diajak disuruh ngomong kalau ditanya pak
lurah suruh bilang nggak ada kecocokan
gitu. Saya juga manut-manut aja saking saya itu
seneng sama dia sama suami saya itu. Sebentar ya
mbak,, (Ibu menangis)
Jujur masih mencintai dan
berharap kembali kepada suami.
Namun, suami sudah tidak
cocok dan menambah rasa sakit
hati. Menurut apa saja kata
suami walaupun berbeda dengan
perasaan.
Rasa jujur bila masih mencintai
suami dan berharap kembali.
Rasa ketidakcocokan dari figure
suami menambah rasa sakit hati.
(43-54)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
Lama-lama kan waktu itu suami saya masih kerja
di IKIP to mbak, pernah itu datang ke tempat saya
katanya pagi-pagi tu mau ada tukang ojek ke
tempat saya, mbak pak Y nya di mana? Itu baru
mandi. Katanya itu ada temennya katanya mau
ngasih bayar, lho ngapain kalau ngasih bayar kan
biasanya di kEr kok diantar di rumah mbok suruh
aja datang ke sini ternyata perempuan itu tadi, ya
teman saya itu tadi.
Akhirnya kan teman saya juga di cerai sama
suaminya gitu lho,terus akhirnya sama suami saya
itu. Dulunya saya bilang saya nggak mau dicerai,
kata suami saya “wong saya sudah nggak
mencintai kok kamu nggak mau”. Jadi semua
keluarga dari pihak mertua saya masih
menganggap saya menantunya.
Jadi saya itu cerainya cuman di apa pengadilan
waktu itu saya sebelum ke pengadilan
saya konsultasi dulu sama Romo, terus romo kan
Bertahan agar tidak cerai dengan
suami. Pernyataan suami sudah
tidak mencintai.
Mertua masih menganggap
menantu.
Bercerai di pengadilan dan
berkonsultasi dulu kepada
Romo.
Mempertahankan agar tidak
bercerai dengan suami.
(66-70)
Berkonsultasi dengan figure Romo
Berkesaksian jujur bila mencintai
figure suami walaupun ada rasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
bilang ya sudah itu nggak usah dihadiri, itu yang
salah kan suami anda bukan anda yang minta
cerai. Terus ditanya, “itu perempuannya gimana?
Orang Katolik atau bukan?” Bukan, teman saya
sendiri Romo, waktu itu kan saya bilang gitu. Ya
kalau mau tak sarankan Ibuk nggak usah ke sana,
tapi kan ya waktu itu gimana ya hati perempuan
kalau dipanas-panasi sama perempuan itu ya tetap
sakit hati saya mau aja pokoknya udah tak hadiri
tapi waktu itu kan di pengadilan ada orang Katolik
juga. Mbak kamu nanti nggak usah bilang ke
bapak bilangnya kalau mbak tetep mencintai
suami mbak. Waktu itu pak W apa ya, pegawai
pengadilan itu.
Mungkin saya tetap, kan masih panas to rasanya
terus saya juga ditanya gini gini gini gini sama
anunya terus akhirnya sidang demi sidang terus
saya ditanya, ibu gimana buk kok istilahnya bisa
diperbaiki atau tidak? Kalau saya sih bisa pak tapi
Saran untuk tidak datang ke
pengadilan dan berkata bila tetap
mencintai suami.
Sakit hati dan merasa panas hati.
Rasa panas hati, suami tidak
mencintai lagi justru mencintai
orang lain.
sakit hati.
(71-75, 79-87)
Kekecewaan suami yang mencintai
orang lain.
(92-95)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
suami saya sudah terlanjur mencintai orang lain
dia katanya sudah tidak mencintai saya lagi, saya
bilang gitu.
Terus akhirnya dia kok ya gimana ini, waktu itu
dikasih tempo berapa hari ya terus panggilan
kedua apa ketiga. Lha pas waktu senggang itu kan
orang-orang tetangga pada bilang itu pak Y
boncengan lagi sama itu lha saya kan jadi hilang
kontrol lagi to mbak, jadi ah biarin aja pak saya
mau (cerai).
Saya bilang, pak maaf ya kalau orang Katolik
setau saya dulu di perjanjian di altar suci kalau
perpisahan kami itu yg sah diantara salah satu dari
kita yang mati itu baru perceraian yang sah saya
bilang gitu, tapi kalau di pengadilan tidak buk, itu
kalau di pengadilan itu nggak apa-apa katanya
bilang gitu nggak tau siapa itu. Ya sudah kalau
bapak membela suami saya. Saya diceraiin tapi ya
sangat menyakitkan mbak.
Hilang kontrol tau suami
bersama dengan teman dekat
dan akhirnya mau diceraikan.
Pernyataan di agama Katolik
perpisahan yang sah bila salah
satu meninggal. Rasa
menyakitkan dicerai masih
hidup.
Rasa emosi dan kehilangan kotrol
dan menyetujui keputusan cerai.
(98-102)
Tata aturan gereja Katolik
perkawinan dipisahkan oleh
kematian.
Rasa sakit berpisah hidup.
(103-111)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
Berarti itu masih terasa sakit ya buk sat itu?
Tapi sesudah cerai itu, malah terasa gimana ya
kayak saling ketemu gitu lho kadang-kadang cuma
waktu itu kita E kan masih kecil to waktu tak ajak
ke sini umur 3 kelas 3 ya berarti 9 tahunan ya
kalau nggak salah, misalkan kita main kalau ke
Jogja kita berangkat bersama jadi ada baiknya.
Jadi saya berharap suatu saat saya kembali gitu
lho, kalau Tuhan berkehendak itu, ya saya
mohon saya percaya Tuhan bisa
mempersatukannya. Dulu kan yang
mempertemukannya kan Tuhan, saya cuma bilang
gitu kalau berdoa. Tapi sampai sekarang saya
masih berharap masih mencintai. Jadi perubahan
yang dirasakan oleh ibu setelah itu apa nggih?
Maksudnya perubahan sesudah cerai?
Iya sesudah cerai.
Iya, waktu itu kan emak saya kan masih punya
rumah di sana.saya kan sering nginep di sana sama
Tetap adanya relasi dengan
suami demi anak setelah
bercerai.
Berharap kehendak Tuhan suatu
saat akan kembali bersatu
dengan suami serta masih tetap
mencintai suami.
Tetap sebagai istri yang sah
dalam gereja walaupun sudah
cerai sipil.
Tetap merasa sakit dengan
suami.
Mempertahankan relasi keluarga
inti. Harapan pada Tuhan akan
bersama kembali.
(117-124)
Terikat perkawinan seumur hidup.
Rasa sakit karna figure suami yang
memilih wanita lain.
(132-138)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
E, ya ada baiknya tapi kan dengan istri kedua
sering nggak akur itu lho. Jadi kita kan baik tapi
kadang-kadang dia yang sering cemburu kalau
saya di sana tapi kan orang-orang di sana mbak
Rus kan masih istri yang sah dalam pekawinan
gereja jadi nggak ada masalah kalau saya ke sana,
tapi itu kan bapaknya E kan sering menyakiti gitu
lho mbak, sampai sekarang.
Nggih buk, berarti cara mengatasinya jadi ada
di rumah ini ya?
Iya, saya jarang ke sana lagi saya tidak ke sana
nya sejak bapak saya sakit 3 tahunan saya nggak
pernah ke rumah sana. Tapi saya kalau ke rumah
suami saya ke tempat mertua jadi misalkan sini
rumah mertua terus rumah suami saya kan di sana
(sambil menunjuk).
Ibuk, lama berpisahnya dengan bapak tadi
berapa lama buk?
Nggih mulai 96 kalau nggak salah oktober tanggal
Mengurangi frekuensi datang ke
rumah mertua cara mengatasi
sakit hati.
Adanya kebersamaan dan
keakraban antara ayah, ibu dan
anak.
Sakit hati dan mengatasi dengan
jarang berkunjung ke rumah
mertua.
(141-146)
Terjalinnya kebersamaan keluarga
inti pasca perpisahan.
(159-164)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
13 kalau nggak salah.
Oktober tanggal 13 yaa buk?
Iya mbak, begitu keluar dari pengadilan.
Baik bu, ibuk saget menceritakan masalah-
masalah yang muncul pasca berpisah dengan
bapak?
Sebelum?
Bukan, sesudah buk. Masalah-masalah yang
muncul sesudah perpisahan dengan
bapak. Sebelum 3 tahun ini ya ada baiknya ada
sedihnya juga ada sukanya senangnya kalau kita
bertiga (saya, anak, dan bapak) nginep di sana kita
masak bareng, kita makan bareng, kita ya jajan
bareng itu ya sering cuma mulai, kalau 3 tahun
sekarang mulai tahun berapa ya mbak?
2013 / 2012
Ya sekitar itu saya nggak ngak begitu akrab gitu
lho cuma sekilas kalau ketemu.
Kalau masalah yang muncul dalam hidup ibu
Merasa sakit bila suami
Sakit hati dan rasa cemburu kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
setelah perpisahan apa saja ya buk?
Masalahnya yang suka atau yang duka mbak?
Kalau yang itu menjengkelkan. Kalau masalah
yang sangat menyakitkan misalkan saya ke sana to
mbak, kan istrinya nggak mesti di situ tapi kalau
sekarang di sana sering mbak nha saya nggak ke
sana to. Itu yang paling menyakitkan kan misalkan
dia dibelikan apa gitu, nha suami saya punya
tukang kan mbak lalu bilang ke tukang e, “wah
saya merasa senang bisa memberikan kesenengane
istriku” gitu nha terus tukang e bilang ke aku lha
aku yo sakit.
Padahal aku sama E saja nggak diperhatikan
kenapa lebih memperhatikan itu padahal saya
mulai dari bapaknya E sekolah kan saya ikut
berjuang otomatis saya sama E kan ikut berjuang
dia menjadi sarjana, nha biasanya kami berjuang
to. (menangis dan nada keras) Yo katakanlah kita
waktu itu soale kan Ekonomi yo mbak waktu itu
memeuhi keinginan istri baru.
Merasa cemburu dan tidak adil
karena bersama anak tidak
diperhatikan. Kemarahan karena
di masa lalu ikut berjuang untuk
kuliah suami.
figure istri baru suami.
(171-180)
Kemarahan dan tuntutan keadilan
kepada figure suami karena tidak
memperhatikan anak.
(181- 191)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
189
190
191
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
kan agak melemah kan buat sekolah kan ya kita
makannya apa adanya gitu. Yang sering
menyakitkan setelah perceraian ya itu.
Kalau sering apa ya masalah senengnya kalau
suami bilang “mak nanti ke sini ya sama-sama”.
Saya kan di sms ke sana kan sama E malam mbok
jam berapa nanti beli lauk sekalian belikan lele
atau apa terus nanti yo kita bergurau kita bertiga
sambil nonton tv, itu senengnya disyukuri. Nanti
kalau pas ada acara apa kita bertiga.
Tapi kalau yang menyakitkan kenapa kok anaknya
sendiri tidak disayang seperti anak yang dibawa
istrinya, dia kan bawa anak tiga yang paling kecil
seusia E iya, tapi dia sudah nikah. Nha itu yang
juga menyakitkan kenapa kok ada perbedaan
seharusnya kan anak kandung sendiri yang
diperhatikan kaya-kaya kemaren E kan waktu itu
sudah nyupir tapi disuruh keluar katanya mau
dicarikan pekerjaan tapi sampai sekarang nggak
Hubungan yang tetap berjalan
dengan suami bersama anak,
bersenda gurau dan menonton tv
bersama.
Tuntutan kenapa ada perbedaan
perlakuan antara anak kandung
dengan anak tiri dan lebih
sayang kepada anak tiri.
Relasi dekat dalam keluarga inti,
masih ada kebersamaan dan
kedekatan.
(193-199)
Perbedaan perlakuan yang condong
peduli kepada anak tiri daripada
anak kandung.
(200-212) (216-220)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
dicarikan. Padahal sementara orang-orang bilang
pak Y ki anak e dewe ra dicarikan pekerjaan
sementara anak e wong malah dicarikan
pekerjaan. Maksudnya tetangga saya itu mbak
yang ngomong ke saya anak e wong tu ya anak
yang dibawa perempuan itu.
Anak tirinya bapak ya bu?
Iya, E kan belum pernah pergi ya malah nggak
dicarikan pekerjaan lak menyakitkan sekali
to. Jadi rasa duka dan seneng itu banyak sakitnya
sampe E ki sok ngomong “Mbok rasah mikirin
bapak, wong bapak yo mung janji-janji terus”.
Padahal mbak saya waktu itu kan kami juga sudah
cerai dia njago jadi lurah. Ya cincin sama
gelangku tak jual tak kasihin uang e sampai E
bilang gini, “mak lha kok cincin sama gelangmu
kamu jual besok kalau jadi lurah yang jadi bu
lurah siapa? Apakah mamak? kan bukan “ E
sendiri sampai bilang gitu terus mertua saya adik
Mengorbankan harta yang
dimiliki untuk suami yang telah
meninggalkan dan menyakiti.
Berkorban finansial untuk suami
yang sudah meninggalkan dan
menyakiti.
(221-232)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
saya juga bilang gitu mbok uwis nek punya itu
buat seneng-seneng sama E jangan dikasihkan Y,
walaupun itu anak saya sendiri tapi kalau nggak
bener saya juga nggak ngrestui, gitu. Ya itu juga
menyakitkan.
Nggih buk, menawi masalah pekerjaan gimana
buk? Setelah lepas dari bapak.
Ya kebetulan Tuhan itu maha kuasa dan maha adil
begitu saya pulang ke sini pulang ke kandang
saya, waktu itu hari apa ya pokoknya selisih dua
hari saya dapat kerja waktu itu saya di toko emas
cuma berapa hari 3 hari langsung saya dipindah di
toko pakaian. Tuhan kan mahakuasa maha adil
saya berjalan 4,5 tahun terus coba mandiri sendiri
jualan di sini tapi cuma setahun, bertahan setahun
ya karna banyak dihutang-hutang itu saya terus
pergi ke jogja selama 10 tahun buat E sekolah
sampai S1 itu. Saya di Jogja Catering, ya kadang
waktu itu saya ngantar-ngantar ke jalan Sultan
Tuhan Mahakuasa dan Maha
adil. Memberi kemudahan dalam
mencari nafkah dan
menyalahkan anaknya hingga
gelar sarjana.
Ucapan syukur kepada Tuhan
diberi kemudahan dalam mencari
nafkah.
(235-245)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
Agung kalau nggak yak e jalan Katamso kalau
lurus e ke umbulharjo lha saya ke situ kalau nggak
ke situ saya ke taman siswo itu apa ya
swalayannya itu namanya taruma, ada tiga kampus
ya. Ya saya di situ berjalan 10 tahun.
Baik bu, apakah sekarang masih ada hal yang
mengganjal dalam dirinya ibu, terkait dengan
pasangan perpisahannya ibu, terkait dengan
bapak Y nggih? Hal yang mengganjal nopo
mawon bu?
Kenapa kok malah memilih teman saya yang
punya anak tiga usianya saja lebih tua dari suami
saya kok malah meninggalkan saya sama E yang
hanya satu anak gitu lho kekurangan saya itu apa
saya bilang gitu. Padahal dulu saya sama E tu kan
tu ikut berjuang dia sekolah sampai lulus jadi S1
itu. Waktu itu kan saya baru punya anak kecil.
Kalau kedekatan ibu dengan sanak kerabat
gimana bu?
Belum ikhlas karena suami lebih
memilih teman dekatnya yang
sudah mempunyai anak.
Mempertanyakan kekurangan
dibandingkan istri baru dari
suami.
Belum adanya kerelaan dan
keikhlasan untuk melepaskan
suami.
(257-264)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
Kalau kerabat saking bapak e itu deket. Lebih
deket saya dari pada istri yang sekarang. Soalnya
yang pertama orang tuanya tidak
mengakui soalnya waktu itu kan saya pas di sana
sampai waktu itu saya bisa menangis. Kan waktu
mertua saya sakit terus ditanya “lha ini siapa pak
Wito?” terus apa sama mertua saya “ini istrinya Y,
ini yang sah istrinya Y menantu saya cuma ini kan
laki-lakinya cuma bapak e E yang lain kan
perempuan-perempuan” begitu terharunya saya
kok sampe segitu bapak masih menganggap saya
anak atau memang ya dari perkawinan kita ya
mertua saya kan saya bilang Katolik jadi kita kan
masih menantu ya. Tapi kalau saya katakan tadi
kalau di pengadilan kan saya sudah bukan..gimana
ya mbak mengatakannya ya sudah bukan suami
istri ya.
Sah secara hukum tapi tidak sah secara gereja
ya buk?
Lebih dekat dengan keluarga
suami dibandingkan istri yang
baru. Mertua menyatakan ikatan
perkawinan Katolik sekali
seumur hidup. Terharu dengan
perlakuan keluarga suami yang
masih menerima dan
menganggap.
Ikatan perkawinan Katolik sekali
seumur hidup.
Tidak putusnya hubungan
kekeluargaan dengan keluarga
suami.
267-281)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
Iya mbak.
Siapa orang yang paling dekat dengan ibu saat
ini? Itu maksud mbak e sodara dari bapak E atau?
Secara umum mawon buk.
Kalau yang paling dekat dekat dengan saya itu
sodara bapak e E yang nomor dua, semua adik e
perempuan semua. Cuman kalau yang lain-lainnya
sekedar rasa biasa tapi yang paling dekat itu.
Adiknya yang nomor dua.
Baik bu, hal-hal apa yang membuat ibu terus
bersemangat dalam hidup bertahan sampai 20
tahun, istilahnya tanpa bapaknya mas E.
Ya jujur saja mbak, saya masih punya semangat
itu demi anak saya terutama saya percaya suatu
saat suami saya pintu hatinya akan terbuka buat
keluarganya sendiri. Saya berkeyakinan Tuhan
Yesus akan menunjukkan jalan lain mbuh kapan
besok masa tuanya atau kapan saya tu sampai
sekarang masih percaya kalau suami saya nanti
Semangat hidup untuk anak dan
keyakinan suami akan terbuka
hatinya dan kembali lagi.
Kepercayaan pada kehendak
Tuhan.
Ketulusan mencintai suami
walaupun sudah disakiti dan
Kepercayaan akan Tuhan.
Ketulusan mencintai suami dan
semangat untuk anak.
(300-307, 308-315)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
bisa kembali. Saya pernah bilang gini pada suami
saya, “pak mbok sisuk njengenan tuo kae, nek
njengenan loro ra ono sik ngrumat tak rumat” saya
pernah bilang gitu. Kadang-kadang sekarang kan
ada baiknya rumah kan bapaknya E juga yang
memperbaiki tapi yang keluar uang saya, tapi
bapak e nyumbang ya ada sisi baiknya. Tapi
bersatunya sampai sekarang sulit sekali. Kenapa
aku juga nggak tau.
Bagaimana buk respon orang-orang di sekitar
ibu ketika tau kalau ibu berpisah dari
bapaknya mas E.
Kalau orang-orang sini pada awalnya ya kenapa
kok pulang ke sini. Saya nggak buat KK saya di
sini ikut nebeng bapak sama simbok. Tapi nggak
pernah ada yang nanya kenapa kok pulang ke sini,
taunya cuma ditinggal nikah sama suami tau nya
orang sini. Jadi nggak pernah ada yang tanya-
tanya.
ditinggalkan demi istri baru.
Respon perhatian dari
lingkungan.
Respon lingkungan tidak
mencampuri kehidupan terlalu
dalam.
(321-325)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
Apalagi kan waktu itu saya kan juga masuk gereja
selama 1 tahun sewaktu itu ada misa ditempat
saya, di rumah terus bapak saya bilang “anak saya
begini Romo” sama romo SE kalau nggak salah.
Pokoknya dicritain apa adanya tentang aku sama
suami aku awal-awalnya kita pisah. Ya sudah
nggak papa bu besok bih dulu baru komuni, kalau
ke greja nggak papa ibu kan nggak salah, yang
salah kan suami ibu. Jadi kan orang-orang di sini
sudah tau sehabis misa. Ya waktu itu bapak
ngomong sebelum misa, jadi ada yang mendengar
gitu lho mbak lewat itu kan orang banyak jadi
tanpa disadari mungkin bapak bilangnya. Jadi
disini nggak ada begitu terdengar.
Kalau di sana tempat mertua “kok tega-teganya ya
pak Y menceraikan istrinya sementara mbak Rus
waktu itu di sana kan nggak pernah apa itu padu,
nggak pernah bertengkar sama suami” kan saya
selalu mengalah gitu. Kok bisa kekurangan e opo
Gereja tetap menerima dan perlu
mengaku dosa baru menerima
komuni.
Lingkungan menilai suami tega
Gereja menerima dengan terbuka.
(330-339)
Lingkungan menyayangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
341
342
343
344
345
346
347
348
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
kok malah milih sing tuo bilang gitu waktu itu.
Jadi waktu itu kalau ke sana tanggapannya lebih
ke saya daripada yang istri muda. Istri muda yang
lebih tua. Sampai orang sana bilang “iki istri muda
tua, tapi kalau istri tua tapi malah muda”. Setelah
ibu tau respon dari keluarga ibu, keluarga dari
sini keluarga dari saudaranya bapak.
Bagaimana ibu melihat diri ibu sendiri? Ya
waktu saya bilang setiap ada apa-apa kan keluarga
dari suami saya kan sering ke sini. Saya
cuman bersyukur kenapa saya sudah nggak jadi
menantunya nggak jadi kakak iparnya tapi lebih
dekat daripada dulu bersyukurnya saya di situ
saya masih dianggap sebagai kakak dan mertua
sendiri menganggap sebagai anak dan cucunya
cuma satu Ek itu gitu lho. Itu lebih saya
semangatlah mbak untuk berjuang untuk E
berjuang suatu saat bisa kembali kepada suami
saya.
dan tidak percaya kenapa bisa
cerai karena tidak pernah
bertengkar dan justru memilih
bersama dengan perempuan
yang usianya lebih tua.
Bersyukur karena tetap menjadi
bagian keluarga suami dan
masih dianggap. Semangat
untuk anak dan berharap
kembali.
perpisahan dengan pasangan
dengan faktor wanita berusia lebih
tua.
(340-346)
Terjalinnya hubungan kekerabatan
yang baik dengan keluarga suami.
Harapan kembali dengan suami dan
berjuang untuk anak.
(353-361)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
Setelah berpisah dengan tetap adanya ikatan
perkawinan dalam Katolik, dan ibu tidak
dapat menikah lagi gimana ibu menghadapi
hal itu?
Karna kan saya punya kesibukan mbak jadi
saya tidak berfikir gimana ya lumrahnya orang
berumah tangga jadi kan sudah kesampingkan.
Kalau ya dihitung dari umur saya waktu itu, saya
umur 29 tahun kan kayak bisa dibilang puber
kedua waktu itu. Tapi saya berpedoman kalau
orang Katolik nikahnya satu kali perceraiannya
hanya kalau diantara satu ada yang meninggal
saya cuma bilang begitu. Dan waktu itu sebelum
saya pulang ke sini kan saya sempat bilang sama
suami saya “pokoknya sampai kapanpun kamu
tetap suami saya, saya tetap mencintai njengenan
pertama dan terakhir, saya tetep menunggu
kamu.”
Ibuk masih sering bertemu dengan bapak?
Mencoba mengalihkan dn
mengesampingkan perihal
hubungan inti suami istri.
Perkawinan Katolik sekali
seumur hidup dipisahkan oleh
kematian.
Kesetiaan dan cinta pada suami.
Pengalihan hubungan inti suami
istri. Kesetiaan pada suami, harapan
kembali dan memegang teguh
prinsip perkawinan Katolik.
(366-368, 369-379)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
378
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
Sering.
Misalnya ya buk ada waktu untuk berdua
bertemu empat mata apa yang hendak ibu
sampaikan kepada bapak?
Kalau ketemu kadang kalau kesini kan pulang ke
pasar dijemput sama E kan bapaknya masih di sini
jadi kan 3 orang ya, kalau E pulang pas mandi kita
ya cuma berdua kan ya cuman bilang “pak,
anaknya kan semakin besar umurnya semakin
tambah mbok ya njengenan ki anaknya dicarikan
pekerjaan E itu jangan hanya anaknya Sum saja
yang dicarikan pekerjaan harusnya kan kamu lebih
mengutamakan E dari kecil kan sudah tidak dapat
kasih sayang seorang ayah saya kan jadi ibu dan
jadi ayah kan sulit nek waktu itu”. Saya cuma
bilang begitu. Kan bapak e sekarang sesudah
keluar dari IKIP buat itu mbak, apa meubelan gitu,
E kan disuruh nerusin tapi E nggak mau.
Pokoknya kalau sering ketemu yang saya
Adanya kebersamaan keluarga
inti setelah perpisahan. Tuntutan
kepada suami agar
memperhatikan anak kandung
dibanding anak tiri.
Menceritakan kesulitan menjadi
ayah dan ibu dalam
membesarkan anak.
Tetap terjalinnya kebersamaan
keluarga inti. Menuntut keadilan
perhatian dan gambaran kesulitan
figure ibu merangkap figure ayah.
(385- 400)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
utamakan yang saya bicarakan E.
Kalau berbicara tentang perasaan itu apa yang
hendak ibu sampaikan kepada bapak? Nek
saya kalau pas ada kesempatan ke sini saya
bilang “saya mencintai kamu dan tetep tak
tunggu” tapi aku nggak mau merendahkan diri to
mbak aku juga harus jaga diri aku jadi aku
ngomong harus hati-hati jangan sampai dia apa,
nanti “nggak ada aku nggak ada laki-laki lain” aku
ya jadi malu to. Jadi kalau ngomong ya harus hati-
hati. Ya kadang kita ngomong, ya udah kita
gimana ya kalau kita cuma gojek aja jadi nggak
mengarah ke depannya mau gimana gitu enggak.
Saya sih sekarang gitu jadi maunya dia tu enak
sendiri. Saya mengatakan saya masih cinta tapi dia
tidak merespon gitu lho ya cuman maaf ya mbak
ya , ya guyon gitu ya guyon e antara suami istri
gitu cuma itu doang. Jadi kan kalau aku mau
berbuat gini gitu kan saya nggak mau direndahkan
Ungkapan masih mencintai dan
menunggu suami untuk kembali.
Berusaha menjaga diri agar
suami tidak seenak sendiri dan
merendahkan karena
memutuskan hidup tanpa
menjalin hubungan dengan laki-
laki lain.
Tidak adanya respon serius
suami sekedar obrolan canda
singkat suami istri.
Ketulusan rasa cinta dan penantian
istri kepada suami namun tidak ada
respon san sekedar obrolan canda
antara suami istri. Takut ejekan
tidak berhubungan dengan figure
laki-laki lain.
(404-408, 409-422)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
434
435
tapi dia kalau dia nggak memulai aku juga nggak
mau soalnya kan saya perempuan jadi kan saya
cuma bilangnya mentok-mentok nya ya “pokok e
njengenan tak tunggu” gitu aja.
Tapi kan laki-laki menang sendiri itu yang saya
nggak suka. Ya maunya sih kalau diladeni mau
mbak tapi kan aku juga piker-pikir percuma to
kalau saya meladeninya padahal saya kan udah
berapa tahun saya berusaha menghilangkan apa ya
hubungan sebagai suami istri dan saya tidak ingin
melakukan itu tapi kan nek kadang-kadang
ketemu dia juga mencoba kaya gitu nanti E tak
panggil “kamu cepat ke sini”
Jadi ibu menghindar nggih? Lebih baik
menghindar nggih bu?
Enggih daripada nanti saya sampai ya memangnya
kalau mungkin, saya juga kurang tau mbak kalau
perkawinan gereja itu misalkan kalau kayak kami
berdua dari pengadilan sudah resmi bukan suami
Hubungan romantik dengan
suami walaupun telah berpisah.
Menolak hubungan inti suami
istri karena menjaga diri, takut
berdosa dan taat pada agama.
Rasa cinta dan harapan kembali.
Masih terjalinnya hubungan
romantik dengan suami, adanya
rasa cinta dan harapan kembali.
Menolak dan menjaga diri untuk
tidak terlibat hubungan inti dengan
suami taat pada ajaran religius.
(419-4241)
(430-447)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
istri tapi dari gereja masih suami istri apa masih
bisa melakukan itu atau tidak. Saya juga tidak
tau jadi saya jangan sampai gitu lho. Percuma saya
sudah bertahan sampai belasan tahun kalau cuma
tergoda itu. Soalnya kalau saya melakukan itu
kayaknya ngak mbak, saya sudah berlumuran dosa
nanti tambah dosa lagi. Ya biasa kalau sekedar
jejer, ruketan kan biasa tapi yang satu itu jangan
sampai. Soalnya walau bagaimanapun juga kan
saya juga sudah jujur sama mbak saya masih
mencintai masih mengharapkan, jadi kalau berdua
sebatas itu saja dan yang satu itu jangan sampai.
Kalau cuman cumbuan mesraan saya jujur mbak.
Baik bu, maaf kalau saya potong ya bu, kalau
gambaran hidup ibu ke depan bagaimana ya
bu?
Nek dalam hati saya kok gini ya mbak, saya itu
masih bersemangat dalam kehidupan saya sebagai
seorang Kristiani suatu saat suami saya itu akan
Bersemangat dan berpedoman
pada ajaran agama yakinin.
suami akan kembali lagi. Tidak
terlaksananya lagi doa malam
rutin dan ibadah harian rutin.
Berkurangnya religius dalam diri.
Tetap meyakini suami akan
kembali.
(451-454)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
bersatu kembali dengan aku dan anakku. Kenapa
itu tidak pernah saya hilangkan sampai sekarang.
Tapi dengan jujur saja akhir-akhir ini kan dulu
saya sering berdoa tiap jam 12 sekarang jadi lokro
itu lho jadi nggak konsen itu lho saya juga nggak
tau, nggak bisa bangun jam itu, saya juga heran
kenapa. Terus ikut misa pagi saja juga nggak bisa
padahal dulu sering sama E, kalau E berangkat
tapi saya nggak tau kenapa itu doa tiap jam 12
rosario itu jadi macet dengan sendirinya, saya juga
kurang tau.
Padahal itu doa rutin jam 12 malam sudah
berapa lama buk?
Sudah berapa tahun ya mbak, pokoknya sudah
lama cuman akhir-akhir ini jadi kurang.
Itu mbak, jadi yang paling menyakitkan kenapa
teman saya sendiri itu yang merebut menusuk saya
dari belakang. Dan kebetulan waktu itu suami
saya sakit dia datang itu saya bilang gini, “itu
Sakit hati deng
an teman dekat yang menjadi
istri suami.
Menyesali pengalaman dan
kepercayaan pada teman.
Rasa sakit kepada figure teman
dekat. Menyayangkan anak tidak
mendapat perhatian dari figure
ayah.
(473-482)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
474
475
476
477
478
479
480
481
482
temenmu sakit itu kalau masuk ke kamar “ waktu
itu saya bilang begitu mbak awalnya. Nha
dia masuk ke kamar saya lihat tv itu nggak taunya
jadi kayak begini. Kok E sendiri tidak dapat
perhatian dari ayahnya kok malah anak tirinya
yang diperhatikan.
Menyayangkan anak tidak
mendapat perhatian ayah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kategorisasi /Tema (Analitical Category) Subyek 1
Label Analitis Tema
Menyadari kelemahan diri berimbas
pada rasa cemburu dan tidak ingin
dibandingkan.
Perasaan lemah dan kecil hati.
Adanya rasa percaya kepada figure
suami sehingga lebih percaya pada
bukti. Adanya bukti hubungan
romantik figure suami dengan teman
dekat menimbulkan rasa sakit hati.
Kepercayaan kepada pasangan yang
berakhir rasa kecewa.
Rasa jujur bila masih mencintai suami
dan berharap kembali.
Rasa ketidakcocokan dari figure suami
menambah rasa sakit hati.
Perasaan cinta dan harapan kembali.
Perasaan sakit hati.
Mempertahankan agar tidak bercerai
dengan figure suami.
Mempertahankan dan harapan kembali
rujuk
Berkonsultasi dengan figure Romo
Berkesaksian jujur bila mencintai
figure suami walaupun ada rasa sakit
hati.
Perasaan cinta juga sakit hati.
Kekecewaan suami yang mencintai
orang lain.
Kekecewaan pada pasangan.
Rasa emosi dan kehilangan kotrol dan
menyetujui keputusan cerai.
Perasaan emosi karena kekecewaan.
Tata aturan gereja Katolik perkawinan
dipisahkan oleh kematian.
Rasa sakit berpisah hidup
Rasa sakit tentang perpisahan.
Perpisahan dengan adanya ikatan
perkawinan seumur hidup.
Mempertahankan relasi keluarga inti.
Harapan pada Tuhan akan bersama
Harapan kembali rujuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kembali.
Terikat perkawinan seumur hidup.
Rasa sakit karna figure suami.
Perpisahan dengan adanya ikatan
perkawinan seumur hidup.
Sakit hati dan mengatasi dengan
jarang berkunjung.
Rasa sakit hati.
Terjalinnya kebersamaan keluarga inti
pasca perpisah
Kebersamaan bersama figure keluarga.
Sakit hati dan rasa cemburu kepada
figure istri baru suami.
Rasa sakit hati dan rasa cemburu.
Kemarahan dan tuntutan keadilan
kepada figure suami karena tidak
memperhatikan.
Kemarahan dan rasa emosi menuntut
keadilan.
Relasi dekat dalam keluarga inti,
kebersamaan dan kedekatan.
Kebersamaan bersama keluarga inti.
Perbedaan perlakuan condong peduli
kepada anak tiri daripada anak
kandung.
Tidak ingin ada perbedaan perlakuan
menuntut keadilan.
Berkorban finansial untuk suami yang
sudah meninggalkan dan menyakiti.
Pengorbanan dan rasa sakit hati
Ucapan syukur kepada Tuhan diberi
kemudahan dalam mencari nafkah.
Ungkapan syukur pada Tuhan.
Belum adanya kerelaan dan keikhlasan
untuk melepaskan suami.
Belum adanya keikhlasan.
Ikatan perkawinan Katolik sekali
seumur hidup.
Tidak putusnya hubungan
kekeluargaan dengan keluarga suami.
Perpisahan dengan tetap adanya ikatan
perkawinan.
Kebersamaan bersama keluarga.
Kepercayaan akan Tuhan.
Ketulusan mencintai suami dan
Kepercayaan pada Tuhan.
Rasa tulus mencintai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
semangat untuk anak. Semangat untuk anak.
Respon lingkungan tidak mencampuri
kehidupan terlalu dalam.
Respon positif lingkungan.
Gereja menerima dengan terbuka. Respon positif gereja.
Lingkungan menyayangkan
perpisahan dengan pasangan dengan
faktor wanita berusia lebih tua.
Respon dukungan lingkungan.
Terjalinnya hubungan kekerabatan
yang baik dengan keluarga suami.
Harapan kembali dengan suami dan
berjuang untuk anak.
Kebersamaan bersama keluarga.
Harapan rujuk kembali dan perjuangan
untuk anak.
Pengalihan hubungan inti suami istri.
Kesetiaan pada suami, harapan
kembali dan memegang teguh prinsip
perkawinan Katolik.
Kesetiaan rasa kepada suami, ajaran
keagamaan.
Tetap terjalinnya kebersamaan
keluarga inti. Menuntut keadilan
perhatian dan gambaran kesulitan
figure ibu merangkap figure ayah.
Kebersamaan keluarga inti.
Ketulusan rasa cinta dan penantian
istri kepada suami namun tidak ada
respon dan sekedar obrolan canda
antara suami istri. Takut ejekan tidak
berhubungan dengan figure laki-laki
lain.
Ketulusan rasa cinta pada figure
suami.
Masih terjalinnya hubungan romantik
dengan suami, adanya rasa cinta dan
harapan kembali. Menolak dan
menjaga diri untuk tidak terlibat
hubungan inti dengan suami taat pada
Hubungan romantik dengan suami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ajaran religius
Berkurangnya religius dalam diri.
Tetap meyakini suami akan kembali.
Dorongan kepercayaan pada Tuhan.
Rasa sakit kepada figure teman dekat.
Menyayangkan anak tidak mendapat
perhatian dari figure ayah.
Rasa sakit hati dan menuntut keadilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Narasi Informan 1
Informan memulai cerita dengan menceritakan awal mula penyebab
perpisahan dengan suaminya. Informan dan suaminya memiliki satu anak kandung
laki-laki. Berlanjut pada cerita relasi informan dan suaminya. Informan merasa
cemburu dengan teman kuliah suaminya. Informan merasa diri bahwa dia orang desa,
oleh karena itu lontaran pernyataan informan kepada suaminya adalah “jangan
dibanding-bandingkan dengan temanmu pak”. Kemudian ia menceritakan bahwa
suaminya telah memiliki hubungan khusus dengan teman dekatnya. Pada awalnya
informan mendapat informasi dari orang lain dan tidak percaya sebelum mengetahui
sendiri. Namun pada akhirnya kebenaran tentang hubungan khusus suami dengan
teman dekatnya memang benar. Suami informan mengajak informan untuk bercerai
secara sipil, dengan alasan sudah tidak ada kecocokan. Oleh karena informan sangat
mencintai suaminya maka, informan mengikuti mau dari suaminya. Proses perceraian
secara sipil tidak dapat dihindari, walaupun informan tetap mencintai suaminya.
Informan memegang teguh bahwa perkawinan secara Katolik hanya sekali seumur
hidup. Informan berusaha untuk membujuk suaminya agar tidak menceraikannya
secara sipil. Namun, suami informan menyatakan bahwa sudah tidak mencintai
informan lagi. Infroman mencoba berkonsultasi dengan Romo dan disaankan oleh
Romo agar tidak menghadiri proses perceraian di pengadilan. Namun, karena panas
hatinya maka informan menghadirinya. Informan hilang kontrol karena melihat suami
dengan teman dekatnya akhirnya informan mau untuk diceraikan “ saya jadi hilang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
control lagi to mbak, jadi biarin aja saya mau dicerai. Informan menyatakan bahwa
diceraikan suami sangat menyakitkan. Akhirnya, suami informan menikahi teman
dekat informan, hal ini membuat informan sakit hati dan tidak menerima kenyataan
mengapa suami informan lebih memilih teman dekatnya dibanding informan dan
anak kandungnya. Informan mengatakan “kekurangan saya itu apa?” Walaupun
terjadi perceraian secara sipil namun hubungan informan dengan suaminya masih
tetap berlanjut. Informan, suami dan anaknya kerap berkumpul bersama dan menjalin
relasi yang dekat. Kadang kala, mereka bertiga menginap di satu rumah lalu bercanda
gurau dan makan bersama. Relasi dekat ini membuat informan berharap agar
suaminya kembali kepadanya. Oleh karena, perkawinan mereka memang masih sah
dalam gereja Katolik. Namun, 20 tahun ini telah terlewati dengan harapan informan.
Informan masih sering mengungkapkan kepada suami bahwa masih mencintainya
dengan tulus. Berharap suatu saat mungkin saat tua nanti bisa merawat suaminya.
Informan selalu percaya kepada Tuhan bahwa suaminya akan kembali. Informan
terkadang menyesali dan merasa sakit hati karena keputusan suaminya menikah lagi,
padahal informan dan anaknya ikut berjuang saat suami berkuliah dulunya. Istilahnya
ikut berjuang agar suami menjadi sarjana, namun kini tidak menuai hasil. Pernikahan
sekali seumur hidup membuat informan bertahan selama 20 tahun membesarkan
anaknya sendiri. Informan mengungkapkan bila “Tuhan Maha Adil” diberikan
pekerjaan untuk dapat menguliahkan anaknya. Informan yang masih mencintai
suaminya menjalin hubungan mesra dengan suaminya walaupun informan tau hal itu
adalah salah. “Ya jujur saja saya percaya suatu saat pintu hati suami saya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbuka untuk keluarganya”. Keyakinan penuh dari informan bila suatu saat akan
kembali dengan suaminya. Informan tidak dapat keluar dari masa lalunya dan tetap
mencintai suaminya “saya mencintai kamu dan tetep tak tunggu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Verbatim Deskripsi Interpretasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Selamat malam mas.
Selamat malam mbak.
Begini mas, saya tertarik dengan cerita
kehidupan mas A. Jadi, apakah yang
sebenarnya terjadi sampai mas bisa berpisah
dengan istri?
Ya karena umur, karena nganu sudah nggak
sesuai. Saya masih muda sana sudah berumur.
Bisa diceritakan mas, awalnya itu bagaimana
bisa sampai berpisah?
Jadi dulu saya berpisah karena desakan orang tua.
Maaf orang tua dari?
Dari yang sana.
Istri?
Iya, terus saya disuruh pulang suruh cari
perempuan yang sejajar saya.
Usianya mas?
Iya.
Penyebab perpisahan yaitu faktor
umur lebih tua istri, ketidakcocokan
serta desakan orang tua istri.
Faktor perbedaan umur yang jauh,
perbedaan pendapat serta desakan
figure orang tua istri untuk
berpisah.
(7-8, 11, 15-16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Jadi, disuruh sama orang tua dari istri disuruh
mencari yang usianya sama dengan mas A?
Iya.
Baik mas, kalau sebelumnya itu mungkin ada
ketidakcocokanya itu di pengalaman yang
seperti apa?
Ya………yg ketidakcocokan? Itu kalau ada apa-
apa itu tidak kasih tau saya tau dulu. Kasih taunya
sama orangtuanya. Berarti kan saya nggak dipakai
di sana.
Jadi, merasa tidak dihargai sebagai suami?
Iya.
Lalu dulu bisa kenal sama istrinya itu gimana?
Dulu…..saya main dulu ke tempatnya sodaranya,
terus kenal “itu belum punya suami mbok sama
dia itu mau nggak?” Yo lihat-lihat dulu. Ya sudah
saya langsung tertarik to saya ajak mau dia.
Ajak menikah mas?
Iya saya ajak menikah terus mau ya sudah terus
Tidak diberi informasi mengenai
segala sesuatunya dan memberi
tahu orang tua, merasa tidak
dipakai.
Tertarik dalam waktu singkat lalu
mengajak menikah tanpa saling
mengenal terlebih dahulu. Sehingga
dalam pernikahan merasa tidak
cocok. Jarak usia terlalu jauh dan
lebih matang usia perempuan
daripada laki-laki.
Perasaan tidak dianggap sebagai
suami, condong berdiskusi dengan
orang tua.
(25-28)
Keputusan pernikahan yang
terburu-buru dan belum saling
mengenal dengan baik. Perasaan
tidak cocok. Terpautnya usia
terlalu jauh.
(32-35)
(37-39)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
sampe di sana satu tahun terus sudah nggak nganu
lagi, tidak cocok lagi.
Kalau dulu berarti nggak ada waktu buat
pacaran mas?
Nggak ada. Ketemu, terus kenal, lalu diajak
menikah dan menikah. Iya, cuman satu bulan.
Lalu jarak umur, maaf umur mas A dengan
istri berapa njih?
Dulu sana 44, saya ya masih 27.
Berarti jaraknya sekitar 17 tahun.
Jauh dan lebih tua yang perempuan.
Lalu bagaimana perasaan mas A saat itu
ketika terjadi perpisahan?
Ya rasanya sakit to yo, dulu begitu kok sekarang
begini.
Maksudnya begitu dan begini maaf mas?
Ya maksudnya, dulu saling mencintai sekarang
kok bisa terpisah dan sekarang tidak mau
berbicara dan kalau ketemu tidak mau ngomong.
Rasa sakit hati dulu saling
mencintai sekarang tidak saling
berbicara dan tidak bertegur sapa
ketika bertemu.
Sakit hati dan perubahan rasa dari
mencintai menjadi benci, lalu
tidak berkomunikasi.
(54-56)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
Ya tidak bertegur sapa.
Berarti berpisahnya dengan istri sudah 4 tahun
ini ya?
Iya.
Lalu bagaimana perasaan mas A saat ini? Saat
ini yo perasaan saya masih sakitlah.
Kalau misalnya dibanding dengan rasa sakit
yang dulu dengan yang sekarang itu lebih
berkurang atau bertambah?
Ya bertambahlah. Karena sudah berpisah lama,
ya orang-orang masih mengingat saya yang dulu
saya suruh ke sana terus saya nggak mau.
Lalu perubahan yang mas A rasakan saat ini
apa saja ya mas?
Ya perubahannya saya sekarang bekerja sudah
senang tapi yo ya masih teringat-ingat yang dulu
bersama istri. Ya masalah dulu di sana dulu kan ya
bapak saya di sana di sawah to saya terus ikut di
sawah tapi terus nggak cocok. Bapak mertua saya
Perasaan sakit dan semakin
bertambah karena berpisah lama
dan tuntutan dari lingkungan agar
datang ke pihak perempuan.
Perubahan baik yaitu senang karena
sudah bekerja tapi masih teringat
istri. Mertua keras kepala dan
pribadi hanya diam karena bekerja
ngikut mertua.
(62, 66-68)
Ketidakcocokan dengan figure
mertua dan figure pribadi yang
diam. Perubahan lebih baik
mendapat pekerjaan sendiri.
(71-76)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
kan orangnya keras kepala jadi saya hanya diam.
Kalau masalah sesudah berpisah dengan istri?
Nggak ada.
Jadi nggak ada masalah ya mas setelah
berpisah?
Ya saya berpisah terus masih orang-orang itu
ngetawain ya gitu lah.
Maaf seperti mengejek?
Ya gitu di lingkungan tempat tinggal, teman main.
Apakah ejekan itu membekas?
Ya iyalah mbak.
Lalu respon mas A?
Ya saya diam ya saya arep muni enggak tapi
kenyataan saya begitu. Jadi saya diam saja.
Saya lanjutkan ya mas?
Ya mbak.
Apakah masih ada hal yang mengganjal terkait
dengan pasangan perpisahan mas A?
Ya masih, contohnya ya ya masih punya ganjalan
Lingkungan tempat tinggal
menertawakan karena berpisah
dengan pasangan. Hanya diam
karena memang kenyataannya.
Sakit hati karena tidak ada
komunikasi dan ditanyakan tentang
kepergiannya.
Ketidaknyamanan pada
lingkungan tempat tinggal namun
hanya diam.
(81-82)
(88-89)
Perasaan sakit hati tanpa
komunikasi.
(97-99)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
dengan istri.
Maaf bisa diceritakan mas?
Ya tidak ada komunikasi setelah saya berpisah,
dikaruhke pun tidak. Ya bagaimana, saya masih
sakit hati. Sudah lah mbak.
Lalu bagaimana hubungan mas A dengan
sanak kerabat orang-orang di sekitar mas A?
Baik.
Kalau dengan sanak kerabat istri?
Nggak ada komunikasi saya mbak.
Siapa orang yang paling dekat dengan mas
A? Banyak mbak temen-temen banyak yang dekat
dengan saya.
Kalau dirasa paling dekat untuk bercerita?
Emmm, pak Gega itu. Tau kan mbak?
Iya mas, saya tau. Hal-hal apa yang membuat
mas A terus bersemangat dalam hidup?
Yaa.. saya semangat itu kan untuk nganu, untuk
menghibur saya. Kalau saya nganu kan teringat-
Walaupun tidak ada komunikasi
dengan kerabat istri tapi banyak
teman yang dekat untuk bercerita.
Semangat untuk menghibur diri
sendiri agar tidak teringat pada istri
maka mengisi kesibukan dengan
bekerja dan main dengan teman-
Bercerita dengan teman dekat,
tidak berkomunikasi dengan
kerabat figure istri.
(104, 106-107)
Mengalihkan ingatan tentang
figure istri dengan menyibukkan
diri. Masih ada rasa cinta.
(112-115, 117, 120)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
ingat terus saya sama itu istri saya. Lalu untuk
mengisi kesibukan selain bekerja Ya saya main
gitu di mana-mana ya di Magelang, di
Sleman. Untuk menghibur diri.
Mohon maaf mas, apakah mas A masih
mencintai istrinya?
Ya masih 50% kuranglah.
Lalu bagaimana respon orang-orang sekitar
mas A ketika tau mas A berpisah dari
pasangan?
Ya orang-orang dekat saya ya,, Ya sudah kalau
km suruh pulang suruh cari lagi ya cari lagi itu. Itu
tetangga saya yang dekat. Kalau yang lainnya dr
teman-teman ya suruh balik tapi nggak bisa saya
balik ke sana. Kan sudah suruh pulang masak
suruh pulang ke sana lagi kan nggak mungkin.
Hheheh (tertawa kecil).
Lalu setelah mendengar respon dari orang di
sekitar mas A, bagaimana mas A melihat diri
teman. Masih ada perasaan cinta.
Saran ke depan ada yang menyuruh
cari lagi dan ada yang menyuruh
kembali dengan istri tapi sudah
tidak bisa.
Padangan terhadap diri sendiri
kurang baik karena perkawinan
Pertimbangan untuk kembali dan
mencari pengganti figure istri.
(124-129)
Memandang diri kurang baik,
bertolok ukur pada kegagalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
mas A sendiri?
Ya gimana ya? Ya saya emmm,,, ya kurang nganu
saya …kurang…kurang…kurang apa ya namanya
ya kurang baiklah.
Kurang baik gimana mas?
Ya kurang baik karena perkawinan saya gagal
mbak.
Jadi kan kalau dalam agama katolik kan,
walaupun mas A berpisah dengan pasangan
akan teteap ada ikatan perkawinan ya?
Iya karena seumur hidup.
Bagaimana mas A menanggapi hal ini?
Ya saya tanggapan saya sendiri ya tidak bisa nikah
lagi nggak papa. Ya besok kalau mau ada yang
senang sama saya saya bisa nikah tapi nikah siri.
Ya nikah di rumah tapi cuman tetangga tok yang
menghadiri.
Tapi itu kan nggak diperkenankan dalam
gereja? Mas A hendak pindah agama?
yang gagal.
Perkawinan Katolik seumur hidup
hanya satu kali pendapat pribadi
bahwa tidak bisa menikah lagi tidak
apa-apa tapi kalau ada yang mau
dan kehendak Tuhan ya bisa
diusahakan menikah sipil nikah siri.
perkawinan.
(138-139)
Perkawinan Katolik satu kali
seumur hidup, ada kemungkinan
menikah sipil secara siri atas
kehendak Tuhan.
(145-147)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
Ya nggak mbak.
Apakah bisa mas?
Ya bisa tapi nikah sipil mbak.
Apakah mas A yakin dengan hal ini ?
Ya gimana ya mbak, kalau Tuhan berkehendak
mbak.
Jika mas A bertemu dengan pasangannya dan
hanya berdua, ada kesempatan untuk
berbicara empat mata begitu. Apa yang
hendak mas A katakan pada istri?
Ya saya, kalau mau bertemu sih saya cuman mau
bilang “kamu mau nggak ke tempat saya? Di
rumah saya. Kalau mau kita terus kalau nggak
mau ya kita tetap berpisah.”
Mas A pernah konsultasi dengan Romo?
Dulu konsultasi dengan Romo, Romo Ratmin
itu suruh saya balik lagi. Tetap suruh balik tapi
saya nggak bisa.
Sebenarnya masalah utama berpisah dengan
Bila ada kesempatan akan
menawarkan kepada istri untuk ikut
tinggal di rumah suami, bila tidak
mau tetap berpisah. konsultasi
dengan Romo, diberi nasehat untuk
rujuk kembali tapi hati tidak mau.
Masalah utama berpisah karena
Tawaran pada istri untuk rujuk
dan tinggal di rumah suami.
Nasehat rujuk oleh pendampingan
Romo namun hati condong tidak
mau.
(162-165, 167-169)
Penawaran antar suami dan istri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
istri itu apa ya mas? Tadi mas A bicara tentang
umur dan juga bicara kalau istri mau diajak ke
sini mas A mau rujuk. Jadi masalah yang
utama apa ya mas?
Masalah yang utama ya dulu kan saya nggak
kerja, pengangguran kan morotuo nggak cocok
kalau ada orang yang nganggur itu itu saya terus
suruh pulang. Karena ekonomi. Terus saya ini
udah kerja terus saya suruh pulang ke sana saya
nggak mau.
Yang nyuruh pulang ke sana siapa mas?
Ya istri saya, tapi nggak langsung saya
tetangganya yang ngomong sama saya.
Tetangganya ngomong gimana mas?
Ngomongnya gini “mas, kamu suruh pulang wong
kamu sudah punya kerjaan yang tetap.” gitu.
Lalu tanggapan mas A?
Tanggapan saya “Wah saya nggak bisa, mosok
saya suruh pulang saya suruh ke sana lagi. Nek
suami menganggur dan tidak
stabilnya ekonomi. Namun, setelah
suami bekerja ditawarkan untuk
rujuk namun melalui perantara dan
suami tidak mau dan balik
menawarkan istri ikut suami.
untuk rujuk melalui perantara
ketika masalah utama faktor
ekonomi telah dapat diselesaikan
dengan bekerja.
(175-180)
(188-190)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
198
199
200
201
202
203
204
205
sana mau ke sini saya trima”.
Kalau bertemu, pernah ketemu di mana?
Ya di jalan ya pas misa di greja. Pas kalau jahitin
baju di tetangga saya itu sok pethukan tapi nggak
nyapa apapun.
Berarti nggak ada komunikasi sama sekali?
Nggak mbak.
Lewat handhone mas?
Nggak diangkat. Sudah tau suara saya dimatikan.
Jadi kalau lewat handpone nggak ditanggapi,
ketemu juga nggak tegur sapa, tapi malah
lewat tetangga ya mas?
Iya mbak malah lewat orang lain.
Kalau tanggapan keluarga tentang perpisahan
dengan istri itu gimana mas?
Tanggapan mamak sama bapak saya ya..ya
nganu..ya itu sangat terpukul “anakku kok kaya
gitu nasibnya”. Kalau adik nggak ada tanggapan
saya sudah nggak…
Jika bertemu tidak saling menyapa
dan tidak ada komuikasi lewat
media seperti handphone.
Komunikasi lewat perantara orang
lain.
Orang tua terpukul dengan nasib
anak yang berpisah dengan istrinya.
Komunikasi terjalin melalui
perantara. Tidak adanya
komunikasi antar figure.
(192-194)
Figure orang tua kecewa dengan
perpisahan anak dengan istri.
(202-205)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
Tadi mas A bilang kalau ada masalah dengan
orang tua juga ya mas? Kalau ada kesempatan
untuk bertemu dengan orang tuanya istri kira-
kira apa yang hendak mas A katakan?
Ya saya mau ngomong gini kalau ketemu itu, “pak
ini istri saya bawa pulang ke sini boleh nggak?”
Kalau boleh tau gambaran kehidupan mas ke
depan gimana ya? Dengan kondisi perkawinan
katolik hanya sekali seumur hidup dan mas A
sudah berpisah dengan istri.
Ya.. saya mau kepengen istri lagi tapi ya kalau
bisa. Bisa tapi satunya harus ada yang meninggal.
Ya tapi kan nggak mungkin. Tapi ya nggak gereja
nikahnya, di rumah.
Tetap pengen menikah lagi ya mas?Maaf kalau
boleh tau alasan apa pengen menikah lagi?
Ya besok kalau saya tua nggak ada yang
mengurus saya. Lalu keturunan mbak, saya masih
pengen punya keturunan juga mbak.
Jika ada kesempatan hendak
meminta izin pada mertua untuk
membawa pulang istrinya.
Ada keinginan untuk menikah lagi
dengan alasan keturunan serta masa
tua ada yang mengurus walaupun
gereja tidak mengizinkan oleh
karena tata cara gereja Katolik
pernikahan dipisahkan oleh
kematian.
Adanya harapan negoisasi rujuk
dengan istri melalui penawaran
pada mertua.
(210-211)
Keinginan untuk menikah lagi
agar mempunyai keturunan dan
masatua tidak sendiri. Dalam
gereja Katolik pernikahan
dipisahkan oleh kematian.
(216-219, 222-224)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
Maaf mas, kalau bisa mas critakan bagaimana
perasaan mas setelah pergi dari rumah istri
mas, emm..saat mas disuruh pulang dengan
orang tua dan istri mas. Lalu akhirnya
berpisah dengan istri mas.
Ya perasaan saya sakit mbak. Istilahnya saya jadi
lelaki itu rasanya nggak berguna ya. Ya sempet
nyesel juga dulu kok malah aku sama dia, ya
usianya jauh kalo dari saya. Jadi ya kalo dulu pas
jadi suami istri diatur mbak begini begini. Ada
apa-apa ngomongya ke orang tua mbak. Kalau
inget masih ada rasa mangkel gitu lah.
Rasa mangkelnya sampai sekarang mas?
Ya kalau ada yang ngingetin tentang istri itu saya
masih mangkel. Wong ya saya emang nggak
seneng hidup di sana, apalagi semua diurusin
orangtuanya. Ya kayak dia yang berkuasalah sama
orangtuanya. Saya cuma dibutuhin tenaganya.
Apalagi saya nggak ada kerjaan mbak dulu. Kalau
Merasa menjadi laki-laki yang
tidak bermanfaat, merasa tidak
dianggap. Merasa tidak penting.
Merasa jengkel dan sakit hati jika
diingatkan tentang istri, ingat
dulunya istri dan mertua menguasai
rumah dan hanya dibutuhkan
tenaganya.
Perasaan figure laki-laki dianggap
tidak penting.
(230-236)
Perasaan sakit hati karena
dominasi figure istri dan mertua.
(238-244)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
inget sakit thok mbak.
Nha mas, hubungan sampean sama istri dulu
saat masih serumah bagaimana mas?
Ya awalnya sih baik mbak, biasa pengantin baru
tapi saya masih muda mbak dan dia udah umur.
Maaf ya mbak, ini saya cuma crita ke njengenan
soalnya nggak punya hubungan apapun dengan
saya dan nggak bakal crita-crita ke orang lain.
Ya masalah sexual juga mbak. Saya istilahnya
baru semangat juga pengen punya keturunan tapi
dia udah nggak bisa mbak nggak ada semangatnya
gitulah. Udah nggak memungkinkan untuk hamil
juga begitu mbak.
Kayak dulu saya dibutakan mbak, maklum saya
ini orangnya diem dan tertutup ke orang lain.
Sekalinya dapet jodoh nggak tau isi watak dalem-
dalemnya udh saya nikah cepat gitu mbak. Ya itu
jadinya nikahnya cuman setaun aja.
Tapi sekarang udah netral kan mas perasaan
Merasa kecewa karena faktor umur
sebenarnya pengen punya
keturunan namun istri sudah tidak
memungkinkan untuk mempunyai
anak.
Mengungkapkan sifat pendiam dan
tertutup kepada orang lain,
menyesali keputusan tergesa-gesa
menikah.
Merasa menyesal menjalani hidup
Perasaan kecewa tidak
memungkinkan untuk memiliki
anak.
(247-248, 249-251, 252-256)
Ungkapan sifat tertutup serta
penyesalan keputusan tergesa-
gesa.
(257-261)
Perasaan tidak dianggap sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
dengan istri?
Belum mbak, yang paling banyak itu nyeselnya
mbak, tapi pie yo wong wis terjadi mbak.
Sekarang ya mung nggak ada saling komunikasi
njug jadinya ya pie ya ngganjel mbak. Apalagi
inget dulu sama orangtuanya mbak saya jadi sok
terpojok di sana. Ora ono kaji ne babar blass jadi
wong lanang.
Kalau sekarang disuruh memaafkan bisa mas?
Ya sana juga harus ada ngomong mbak, nggak
begini. Kalau memaafkan yo paling iso mbak
mung ganjalanne masih sakit dengan perlakuan
dulu mbak. Neng wis terjadi mbak.
rumah tangga karena sering merasa
terpojok dan merasa tidak dianggap
jadi lelaki.
Bisa memaafkan istri namun
diharapkan saling berkomunikasi.
Merasa sakit dengan masa lalu saat
berumah tangga.
figure kepala keluarga serta
dominasi figure mertua.
(264-270)
Perasaan sakit hati dengan
pengalaman masa lalu namun ada
kemungkinan untuk memaafkan.
(272-275)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kategorisasi /Tema (Analitical Category) Subyek 2
Label Analisis Tema
Faktor perbedaan umur yang jauh,
perbedaan pendapat serta desakan
figure orang tua istri untuk berpisah.
Faktor intern dan ekstern perpisahan.
Perasaan tidak dianggap sebagai
suami, condong berdiskusi dengan
orang tua.
Faktor ekstern perpisahan.
Keputusan pernikahan yang terburu-
buru dan belum saling mengenal
dengan baik. Perasaan tidak cocok.
Terpautnya usia terlalu jauh.
Faktor intern perpisahan.
Sakit hati dan perubahan rasa dari
mencintai lalu tidak berkomunikasi.
Rasa sakit hati.
Ketidakcocokan dengan figure mertua
dan figure pribadi yang diam.
Perubahan lebih baik mendapat
pekerjaan sendiri.
Faktor ekstern perpisahan.
Berusaha untuk maju.
Ketidaknyamanan pada lingkungan
tempat tinggal namun hanya diam.
Respon negatif lingkungan
Perasaan sakit hati tanpa komunikasi. Rasa sakit hati
Bercerita dengan teman dekat, tidak
berkomunikasi dengan kerabat figure
istri.
Respon negatif lingkungan.
Mengalihkan ingatan tentang figure
istri dengan menyibukkan diri. Masih
ada rasa cinta.
Pengalihan rasa dengan menyibukkan
diri.
Pertimbangan untuk kembali dan
mencari pengganti figure istri.
Pertimbangan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Memandang diri kurang baik, bertolok
ukur pada kegagalan perkawinan.
Pandangan negatif kepada diri.
Perkawinan Katolik satu kali seumur
hidup, ada kemungkinan menikah sipil
secara siri atas kehendak Tuhan.
Pekawinan Katolik sekali seumur
hidup.
Tawaran pada istri untuk rujuk dan
tinggal di rumah suami. Nasehat rujuk
oleh pendampingan Romo namun hati
condong tidak mau.
Tawaran rujuk tapi ragu.
Penawaran antar suami dan istri untuk
rujuk melalui perantara ketika masalah
utama faktor ekonomi telah dapat
diselesaikan dengan bekerja.
Kemungkinan rujuk karena faktor
intern.
Komunikasi terjalin melalui perantara.
Tidak adanya komunikasi antar figure.
Komunikasi pasif.
Figure orang tua kecewa dengan
perpisahan anak dengan istri.
Kekecewaan figure orangtua.
Adanya harapan negoisasi rujuk
dengan istri melalui penawaran pada
mertua
Negoisasi rujuk.
Keinginan untuk menikah lagi agar
mempunyai keturunan dan masatua
tidak sendiri. Dalam gereja Katolik
pernikahan dipisahkan oleh kematian.
Harapan masa depan bertolak
belakang dengan prinsip agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Narasi Informan 2
Informan 2 mengawali kisah dengan menceritakan alasan menikahi istrinya.
Berawal dari main ke rumah sodaranya dan dikenalkan oleh sodaranya bahwa
belum memiliki suami “saya langsung tertarik to, saya ajak mau dia”. Akhirnya
berjalan satu bulan dan menikah. Informan memaparkan bila jarak umur dengan
istrinya terpaut jauh “dulu saya 27 dan sana 44”. Jauh dan lebih tua istrinya.
Ajakan untuk menikah disetujui, namun pernikahan hanya berjalan satu tahun dan
sudah tidak cocok lagi. Informan memaparkan bila ada suatu hal, istrinya tidak
memberi tahunya namun justru memberi tahu orang tuanya anggapan informan
bila tidak berguna “berarti kan saya nggak dipakai”. Masalah utama terjadi
ketidakcocokan yaitu karena informan type orang yang diam sedangkan istrinya
keras kepala. Selain itu oleh karena informan pengangguran jadinya mertua tidak
cocok dan menganggap sebelah mata. Karena faktor ekonomi, dulunya informan
kerja ikut mertua di sawah tapi merasa tidak cocok. “ iya terus saya disuruh
pulang suruh cari perempuan yang sejajar saya”. Informan pulang dan informan
sudah memiliki pekerjaan. Yang terjadi adalah ketika informan sudah memiliki
pekerjaan, melalui tetangga istrinya menyampaikan kepada informan kalau di
suruh kembali ke rumah istrinya dengan alasan sudah punya pekerjaan. Namun
informan tidak mau “ wong udah di suruh pulang kok”. Informan tidak ada
komunikasi dengan istrinya, baik melalui seluler atau bertemu langsung. Bahkan
ketika bertemu mereka tidak saling menyapa. “ya tidak ada komunikasi setelah
saya berpisah, dikaruhke pun tidak. Ya bagaimana, saya masih sakit hati.
Sudahlah mbak”. Rasa sakit hati informan namun informan mengisi kesibukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan bekerja dan juga main untuk menghibur diri. Teman-teman dekat
menyuruh untuk kembali dengan istri, Romo juga menyarankan untuk rujuk
namun informan tetap tidak mau “kan sudah suruh pulang masak suruh pulang ke
sana lagi kan nggak mungkin”. Informan menganggap bahwa dirinya kurang baik
karena kegagalan perkawinannya. Informan menyadari bila perkawinan Katolik
hanya sekali seumur hidup “tidak bisa nikah lagi ya nggak papa, ya besok kalau
ada yang senang sama saya bisa nikah tapi nikah siri”. Informan masih
mempunyai keinginan untuk memiliki anak karena usianya masih muda,
keinginan punya teman hidup saat tua agar ada yang mengurus. Informan
mengungkapkan “Jika Tuhan Berkehendak”. Selama 4 tahun setelah berpisah
dengan istri, informan masih merasakan sakit dan merasa jika menjadi lelaki yang
tidak berguna. Informan menyesali keputusan pilihannya di masalalu yaitu
menikahi istrinya. Informan masih menyimpan rasa “mangkel” bila mengingat
perlakuan istrinya yang seenaknya sendiri dan mengatur saat dulu masih satu
rumah. Informan masih menyesal tapi sudah terjadi, hal yang mengganjal adalah
tidak adanya komunikasi, dulu saling mencintai tapi sekarang tidak ada
pembicaraan satu dengan yang lainnya. Informan bisa memaafkan istrinya, “kalau
memaafkan yo paling iso mbak mung ganjalanne masih sakit dengan perlakuan
dulu mbak. Neng wis terjadi”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Verbatim Deskripsi Interpretasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Selamat siang Ibu.
Selamat siang mbak.
Terima kasih atas waktu yang sudah ibu
berikan.
Iya mbak.
Begini buk, saya tertarik dengan kisah
kehidupan ibu. Sebenarnya apa yang terjadi
sampai ibu bisa berpisah dengan pasangan
ibu?
Ya kalau ee…awalnya saya menikah jarak
waktunya juga sudah lama ya, saya menikah tahun
1986 itu terus kami pisah secara Negara 1997
berarti usia pernikahan kami sudah 10 tahun.
Orang bilang kalau 10 tahun pertama adalah masa
krisis pertama bisa dilalui atau tidak, teryata saya
tidak bisa melalui itu. Yaa.kalau istilahnya apa
yang menyebabkan itu kehamilan di luar nikah
“MBA” Married by accident dan secara ekonomi
10 tahun pertama adalah masa
krisis dalam perkawinan dapat
dilalui atau tidaknya. Menikah
karena faktor kehamilan nikah, jadi
fondasi ekonomi keluarga belum
kokoh.
Ketidaksiapan psikis dalam
pernikahan serta belum kokohnya
fondasi ekonomi.
(14-19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
pondasi kami belum cukup karena kami sama-
sama..saya memang sudah bekerja di salah satu
guru smp keruk munggang yang sekarang jadi
smp n 1 atap. Tapi suami saya kan belum, masih
kuliah saat itu dan ee..Akhir-akhir waktu kita
pisah itu dia sudah bekerja kerja di kepulauan
Talaut itu bangun jalan terisolir itu daerah sana
karena suami saya kan dari kalau dulu kan
namanya FKT ya nyuwun sewu Drs karena nanti
mengajarnya di smk ya, kalau UGM kan insinyur,
semacam itu. Jadi dia itu proyek itu.
Terus ya yang kedua selain ekonomi juga pihak
ke-tiga tentunya. Ada pihak ke-tiga enjih.
Mohon maaf bu, apakah untuk pihak ke-tiga
itu apakah ibu mengenal sosok itu atau ibu
memang tidak tau?
Saya tidak kenal hanya tau dari suami saya itu.
Tau kalau dia itu istilahnya disenengi oleh yang
cewek itu. Itu yang ceweknya kan Manado, bukan
Selain faktor ekonomi, adanya
pihak ke tiga juga menjadi
penyebab perpisahan dengan
pasangan.
Faktor ketidaksetiaan terhadap
pasangan menyebabkan
perpisahan.
(30-31, 35-37)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
orang sini. Suami saya kan dari Sangihe
kepulauan Sangihe. Jadi kerjanya di Manado juga
ya kebetulan cewek itu kan adiknya yang punya
CV.
Berarti suami ibu memberi tahu kepada ibu
perihal wanita itu?
Ya akhir-akhirnya itu sebelum dia minta supaya
kita cerai, bercerai dia memang sudah yaa saya sih
tidak begitu tapi sih sekarang ya pandangan saya
sekarang dengan pandangan saya 20 tahun yang
lalu beda ya. Kalau dulu saya mengatakan kalau
dia egois dan sebagainya tapi sekarang saya
mengatakan bahwa sesetia apapun suami kalau
jarak waktu perpisahan itu setengah tahun satu
tahun itu ibaratnya dia setia tapi setiap hari kaya
kucing ya setiap hari dikasih gereh di atas meja
lah lalu dimakan juga. Gitu ya jadi yaa.
Karna saya mengatakan bahwa itu juga kesalahan
ada di saya, tapi saat saat itu saya mengatakan dia
Permintaan cerai dari suami,
anggapan saat itu suami egois
namun anggapan kini, sesetia laki-
laki akan tergiur pada hal yang
didepan mata apalagi adanya faktor
hubungan jarak jauh.
Adanya faktor kesalahan istri yang
menjanjikan tinggal bersama
Berpisah dengan pasangan
anggapan dulunya egois namun
berubah menjadi kewajaran karna
faktor hubungan jarak jauh.
(44-54)
Menyadari keegoisan dari kedua
pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
egois karena hanya memikirkan dirinya sendiri
padahal punya tanggung jawab anak dan istri.
Mohon maaf ibu, yang dimaksud dengan
kesalahan ibu sendiri itu bagaimana ya bu?
Ya sebetulnya kami punya komitmen itu waktu
suami mulai bekerja itu kan nanti kalau anak
sudah kelas 6 lulus kita mau kita pindah ke
Sangihe dan itu saya sudah diajak untuk pindah
tapi saya sendiri mengatakan nanti tunggu anak
mau SMP gt kan. Saya tidak siap hanya ikut
mertua karena saya kan biasa bekerja kan
saya nggak bisa hanya ikut mertua tanpa
penghasilan. Jadi kan suami saya dikeplauan
Talaut kan tidak setiap minggu pulang kan kalau
saya setiap hari nebeng mertua kan nggak enak
karena saya tidak kenal juga. Kenal hanya lewat
surat, secara pribadi kan nggak kenal memang
belum pernah ketemu. Jadi selama pernikahan
ibu tidak menegnal orang tua bapak?
dengan suami namun belum siap
bila tidak bekerja dan tinggal
dengan mertua yang belum pernah
bertemu sebelumnya. Keegoisan
muncul tidak hanya dari suami tapi
juga dari istri.
(55-58, 66-68)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
Iya hanya di foto saja. Kami juga hanya surat-
suratan ya saat itu ya tidak intensif ya karena tidak
seperti sekarang ada hp.
Ibu mertua saya rajin menulis surat kepada saya.
Jadi mereka tau kalau sudah punya anak punya
istri mereka juga tau.
Jadi waktu itu bagaimana perasaan ibu saat
berpisah? Saat itu, saat menerima kenyataan
bahwa hendak berpisah dengan bapak.
Ya saya kira saya juga manusia biasa ya mbak ya
saat itu siapa sih orang yang menikah secara
Katolik mau berpisah tentunya kan istilahnya kan
kalau dalam gereja Katolik kan kita menikah
untuk selamanya sampai mati. Saat itu pertama
saya menerima undangan dari Wates nggih
undangan untuk sidang tapi sidang dilakukan di
Manado karna saat itu kan masih Pak Harto jadi
kakaknya si cewek tadi kan lewat belakang
istilahnya, nyogok nggih. Jadi proses itu di
Keinginan menikah hanya satu kali
dan terpisah hanya oleh kematian
tidak ingin bercerai secara hukum.
Mengajukan keberatan namun sia-
sia karena sidang tetap diadakan di
Manado.
Memegang teguh perkawinan
Katolik sekali seumur hidup dan
hanya dipisahkan oleh kematian.
(85-89, 89-98)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
Manado. Saya mengajukan keberatan untuk
sidang di Manado kalau sidang di wates saya
menang karena saya tidak punya masalah. Tapi
mereka tetap ngotot untuk tetap sidang di Manado.
Saat itu ya mbak, rasane lho apa ya rasanya sakiit
banget rasanya pengen bunuh diri sampe
pengennya njegur progo gitu lho. Tapi saya ndak
saya lakukan itu saya lari ke Romo Budiharyono
saat itu romo pembantu di paroki saya, romo
muda. Justru di situ oleh Romo saya diberi istilah
e dimarahi yo. Saat itu Romo Budi mengatakan
nek wis bunuh diri semua persoalan rampung po?
Terus saya dikuatkan dia, dia yang mendampingi
saya sampai saya kuat sampai saya bisa istilahnya
menerima kenyataan bahwa itu memang harus
terjadi.
Itu romo mengatakan itu dipanggil 3x to. Tapi kan
saya nggak mungkin hari terakhir saya ke sana
hanya untuk mengajukan eksepsi kan nggak
Rasa sakit hati, ingin bunuh diri
terjun ke sungai. Namun, konsultasi
dengan Romo dan disadarkan
bahwa bunuh diri tidak
menyelesaikan masalah.
Didampingi oleh Romo sampai
kuat menerima kenyataan yang
harus terjadi.
Keinginan untuk mengajukan
asepsis namun keadaan tidak
memungkinkan terpaut jarak yang
Putus asa sehingga berniat bunuh
diri namun sadar bahwa tidak
dapat menyelesaikan masalah.
Tuntunan dari Romo sampai
menerima sebagai kenyataan yang
harus terjadi.
(99-101, 101-110)
Keinginginan mempertahankan
perkawinan namun hanya bisa
menerima yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
mungkin. Ya saya mau nggak mau harus
menerima karena kan sudah tiga kali sidang tidak
datang kan diputuskan oleh hakim. Ya saya mau
tidak mau harus menerima. Secara negara usia
cerai kami sudah 20 tahun tapi akta tidak dikirim.
Akta perceraian?
Iya, saya tidak punya akta, saya hanya punya
risalla, itu pemberitahuan itu lho. Pemberitahuan
dari kejaksaan Wates bahwa ini diputuskan untuk
cerai gitu. Terus saya tanya Romo kalau status
saya seperti ini bagaimana dengan saya kan
bagaimanapun mesti berhubungan dengan negara,
surat-persuratan saya harus katakan cerai saya
nggak punya akte nggak punya tanda bukti. Kata
Romo pakai saja status kawin karena kamu kan
status gereja masih resmi menikah sampai
sekarang saya masih pakai status itu.
Mohon maaf bu, apakah ibu bisa
menggambarkan sedikit rasa putus asa ibu saat
jauh. Terpaksa harus menerima
perceraian sipil.
Adanya keputusan cerai secara sipil
namun dalam gereja tetap terikat
perkawinan secara sah.
Gambaran rasa putus asa merasa
tidak percaya pada kenyataan yang
(114-118)
Berpisah dengan tetap adanya
ikatan perkawinan.
(120-130)
Rasa putus asa dan menyalahkan
Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
itu?
Saat itu ya, saya tidak percaya yang pertama tidak
percaya masak saya seperti ini rasanya kok Tuhan
tidak adil to? Saya merasa aduh kok seperti ini
ya? Saya tu merasa ditinggalkan Tuhan
meninggalkan saya saat itu, bener saya
menjadi malas berdoa. Memang orang
mengatakan seharusnya banyak berdoa tapi saya
yang mengalami yang merasa sakit yang merasa
bahwa aduh kok seperti ini ya. Itu kok seperti
ditinggalkan Tuhan gitu lho. Rasanya emang eee
saya istilahnya apa ya? Ee mengungkapkan rasa
putus saya itu kepada orang lain saya kan, saya
orangnya agak agak tertutup kalau masalah
pribadi walaupun saya suka bergurau tapi kalau
hal pribadi saya sangat tertutup. Jadi saat itu bapak
saya yang mengetahui tapi ibu saya, saya tunda
sampai 2 tahun baru saya beri tahu. Karna saya
kasihan ke ibuk saya karna saya anak satu-satunya
ada, ditinggalkan Tuhan dan Tuhan
tidak adil serta menjadi malas
berdoa.
Mengenal diri sendiri yang tertutup
tentang masalah pribadi.
Memberitahu tentang pereraian
sipil kepada bapak namun tidak
pada ibu karena takut ibu ikut
merasakan.
(134-142)
Mengenali diri tertutup dengan
privacy. Memberi informasi pada
figure ayah.
(144-152)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
perempuan satu-satunya ya. Saya nggak mau ibuk
saya ikut merasakan. Tapi anak saya punya
dampak karena saat itu baru kelas 5 SD. Dia lebih
dekat dengan bapaknya daripada dengan saya.
Nha itu dia sangat kena dampaknya dibanding
saya. Terus waktu itu lulus SD, SMP nya tidak di
Promasan, saya titipkan ke Malang di panti
asuhan. Pertimbangan saya bukan saya tidak bisa
ngragati tapi nanti saya takut dia kena dampak
saya, dari keputusasaan saya dari ya namanya juga
istilahnya ee menikah secara Katolik kan kita
benar-benar dan memang pingin hidup berdua
sampai mati. Tapikan karna dampak saya
nanti takutnya saya melampiaskan kebencian ke
anak saya. Saya nanti tanpa sadar mendidik dia
untuk tidak mencintai ayahnya. Maka saya
titipkan ke panti itu sampai dia lulus SMA.
Saya juga sering ke sana saya tengok tapi dengan
demikian dia tidak tau seperti apa perasaan saya
Dampak psikologis perceraian pada
anak karena kedekatan anak dengan
ayahnya. Harapan perkawinan
berakhir pada kematian.
Menitipkan anak di panti asuhan
agar anak tidak menjadi
pelampiasan kebencian dan agar
tidak mendidik untuk membenci
ayah.
Mengunjungi anak di sisi lain
pribadi membenahi diri sendiri.
Mengajarkan untuk tetap
Perkawinan katolik sekali seumur
hidup.
Dampak psikologis bagi anak
serta menghindarkan anak ke
tempat lebih aman bagi psikisnya.
(153-167)
Mengajarkan untuk tidak
membenci figure ayah.
(168-174)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
istilahnya saya membenahi diri saya untuk hidup
saya selanjutnya ya. Anak saya tidak berdampak
seperti itu. Tapi saya selalu meyakinkan anak saya
bahwa walau bagaimanapun tidak ada mantan
bapak ya, mantan ayah ya. Jadi dia masih
berhubungan. Yang terakhir berhubungan itu
tahun kemaren, bapaknya mau masuk anggota
DPR di Manado dari partai Demokrat tapi tidak
bisa, gagal.
Itu terakhir mereka hubungan kalau dengan saya
terakhir itu 2002 waktu simbah saya meninggal.
Itu kok tau-tau dia nelpon mungkin perasaan saja
mungkin karena simbah saya juga sayang dia
sebetulnya. Itu kok ada apa di rumah gitu. Waktu
itu hujan deras sekali dan saya cuma bilang kalau
nenek meninggal saya gitu itu thok terakhir saya
bicara dengan dia.
Jadi sudah lama tidak berkomunikasi ya?
Iya, lama sekali tidak. Ini satu tahun ini bener-
berkomunikasi dengan ayah dan
tidak membenci ayah.
Tidak berkomunikasi intens dengan
suami, di media sosial ditambahkan
menjadi anggota keluarga suami.
Masih adanya ikatan perasaan
keluarga dari pengalaman
meninggalnya nenek.
Komunikasi terputus hanya pada
saat tertentu. Hubungan di media
sosial berlabel anggota keluarga.
(179-186, 188-194)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
191
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
bener terputus. Saya cuma lihat di facebook itu
ada nama dia. Tapi saya klik itu tidak nyambung,
saya sendiri Cuma mengajukan pertemanan dan
dia membalas saya saya dimasukkan dalam
keluarga gitu aja.
Perubahan di dalam diri ibu yang dirasakan
setelah berpisah apa njih?
Saya menjadi apa ya mbak ya trauma ya istilahnya
terhadap laki-laki. Karena sesudah itu kan dan
jarak waktu sekian banyak sekian panjangnya kan
bukan karena kan posisi seperti saya ya awal-
awalnya mengatakan bahwa laki-laki itu sama ah
sama, ah paling ya cuma gitu. Eee ada orang yang
bener-bener pengen melamar saya bahkan sampai
mungkin sembilan kali banyaknya. Tapi saya
selalu memutuskan pada diri saya sendiri saya kok
lebih enak saya hidup sendiri sampai saat ini.
Apalagi usia saya kan sudah tua saya dulu
tu waktu cerai itu umur saya kan 33 tapi kalau
Rasa trauma terhadap laki-laki dan
menganggap laki-laki sama saja.
Keinginan dan kenyamanan untuk
hidup sendiri dan menutup diri
berhubungan khusus dengan laki-
laki.
Saat perpisahan usia masih
memungkinkan untuk menikah dan
mengejar duniawi. Tetapi lebih
Trauma mempunyai hubungan
khusus dengan laki-laki.
Keinginan serta kenyamanan
untuk hidup sendiri.
(197-206)
Taat pada ajaran agama dan tidak
hanya mengejar keinginan
duniawi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
sebenarnya saya tu ndablek itu istilahnya. Kalau
saya lebih tertarik pada duniawi mungkin saat itu
masih bisa ya artinya kan yang suka kan ada yang
pamer, saya punya mobil saya punya sawah, saya
punya macam-macam gitu kan seperti itu. Saya
masih merasa ingin menjadi seorang Katolik
walaupun saya bukan seorang Katolik yang apa ya
namanya sik Katolik sejati tenanan gitu. Saya ya
tetep pengen itu. Ya yang saya pikirkan termasuk
sampai sejauh itu.
Kalau masalah-masalah yang muncul setalah
berpisah dengan pasangan itu apa saja ya bu?
Ya namanya juga statusnya, jadinya kan tetep
janda ya dan orang biasanya janda dimanapun kan
dilecehkan ya rendah. Tapi pandangan saya
itu tergantung orangnya sendiri, kalau kita sendiri
nggak nanggapi orang juga tidak akan
merendahkan kita. Saya berusaha menjaga untuk
itu. Kerena orang sampai ada teman yang
menginginkan menjadi Katolik
sejati.
Janda banyak yang dilecehkan
namun tergantung pribadi
orangnya. Masih trauma dengan
pengalaman pahit perkawinan dan
tidak menanggapi orang yang
simpatik serta menutup diri.
(207-216)
Label janda sering dilecehkan tapi
kembali pada masing-masing
pribadi. Rasa trauma terhadap
pengalaman pahit lalu menutup
diri.
(221-232, 234-239)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
mengatakan “bu Lasini itu seleranya terlalu tinggi
terlalu pilih-pilih” lha ya memang orang-orang
nggak mau kan dilecehkan. Saya membentengi
diri, orang-orang mengatakan saya sombong.
Sombong itu kan cuma satu hal itu.
Pasangan maksudnya bu?
Ya maksudnya orang yang sebenernya punya rasa
simpati tapi saya tidak menanggapi untuk yang
satu itu. Ketika ada orang yang mendekati seperti
saya menutup diri. Karena pengalaman, saya
punya pengalaman yang pahit dalam hidup
istilahnya.
Baik bu, apakah masih ada hal yang
mengganjal dalam diri ibu terkait dengan
pasangan perpisahan ibu?
Kalau berjalannya dengan waktu, saya
membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk bisa
memaafkan dia. Artinya, dalam jangka waktu itu
saya masih, seaandainya dia datang saya nggak
Membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk memaafkan serta
menghilangkan ganjalan dan
dengan berjalannya waktu ada
penyadaran tentang kelemahan dan
kesalahan manusiawi.
Manusia punya kelemahan dan
membutuhkan waktu panjang
untuk memberi maaf dengan
tulus.
(244-252)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
mau menemui. Tapi ya dengan berjalannya waktu,
saya mulai menyadari bahwa setiap manusia
punya kelemahan kesalahan lha saya kalau
sekarang sudah tidak mempunyai ganjalan
apapun. Dia sendiri punya tanggung jawab ya
istilahnya.
Kalau diizinkan dan ibu ada waktu untuk
bertemu 4 mata dengan bapak, apa yang
hendak ibu katakan kepada bapak?
Aduh gimana ya, yaa yang pertama untuk kami
bersatu lagi kayaknya kami walaupun secara
gereja kami masih bisa ya tapi kok kayaknya itu
sangat jauh ya. Ya mungkin ya ini, status saya
tidak digantung itu mungkin saya katakan.
Maksudnya digantung kan saya nggak punya bukti
apapun yang akta cerai. Seandainya dia minta
maaf pun saya bersedia memaafkan sudah artinya
rasa itu sudah pudar. Ya mungkin ya bisa
diistilahkan gitu ya.
Terikatnya perkawinan seumur
hidup tanpa adanya bukti
perceraian namun rasa sudah pudar
dan jauh dari keinginan untuk rujuk
kembali walaupun bersedia untuk
memaafkan.
Tidak memusingkan tentang harta
Ketulusan untuk memaafkan
namun tidak ada keinginan rujuk
walaupun tetap terikat perkawinan
seumur hidup secara gereja.
(256-265)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
Jadi kalau dalam hal pengalaman masa lalu
yang dirasa belum selesai apa ya bu kira-kira
yang ingin ibu katakan pada suami.
Kalau saya dengan suami yang belum
selesai misalkan orang lain memusingkan tentang
harta gono-gini saya nggak memusingkan itu.
Ya memang suami saya itu lima bersaudara dan
cowok semua dan di sana saya yakin di daerah
pantai juga punya harta ya jelas ya. Tapi saya
tidak pernah memepermasalahkan itu. Jadi untuk
itu saya yakin kalau Tuhan sudah memberikan
terbaik untuk saya saat ini.
Kalau dulu lain ya kalau dulu. Ya saya bersyukur
anak saya walaupun tidak diopeni istilahnya sama
bapaknya dia. Nha dulu SMA saya suruh kuliah
nggak mau dia tau ibuknya keadaannya juga
penghasilannya kalau dia kuliah mungkin takut
membuat saya apa ya, kerja keras dan berat gitu
ya. Terus dia setelah SMA kerja, terus melamar
gono-gini walaupun suami punya
harta. Berkeyakinan bahwa Tuhan
memberikan yang terbaik untuk
hidup.
Bersyukur anak bisa sekolah
walaupun tidak dibantu ayahnya.
Tidak ada ganjalan kepada suami.
Anak tidak mau kuliah karena takut
membuat ibu lebih bekerja keras.
Tidak terpikir tentang duniawi
harta suami. Percaya rencana baik
Tuhan.
(269-277)
Tidak punya gajalan pada figure
suami. Rasa syukur dapat
mendidik anak dengan baik.
(278-283, 289-290)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
kerja di Sendangsono itu melalui tes Sanata
Dharma juga Psikologinya kemudian wawancara
dan dia ditrima. Dan sekarang wujudnya sudah
berapa tahun ini dia diangkat menjadi pegawai
tetap Keuskupan. Jadi saya istilahnya sudah tidak
mempunyai ganjalan kepada suami.
Saya bersyukur kepada Tuhan karena saat cucu
saya lahir saya diangkat menjadi pegawai tetap
Kanisius. Padahal waktu itu usia saya sudah 46
mbak, sudah hamper pensiun. Jadi saat itu saya
diberikan dua kebahagiaan sekaligus. Cucu dan
pekerjaan. Jadi sekarang sudahlah tidak ada
ganjalan dengan suami karena sudah jauh jarang
bertemu sudah sekian tahun juga. Iya sudahlah
kalau kita ketemu mungkin sudah jadi teman saja
begitu.
Kalau kedekatan ibu dengan sanak saudara
setelah berpisah dengan suami bagaimana bu?
Karna saudara saya taunya sudah lebih dari
Bersyukur kepada Tuhan diberikan
dua kebahagiaan sekaligus yaitu
cucu dan pekerjaan tetap. Tidak
mempunyai ganjalan pada suami
dan menganggap sebagai teman.
Setelah setahun baru memberitahu
saudara tentang perpisahan.
Adanya support dan dampingan
dari saudara.
Rasa syukur kepada Tuhan. Tidak
ada ganjalan pada figure suami.
(296-300)
Membutuhkan waktu untuk jujur
dalam kondisi. Pengertian dan
support dari keluarga.
(305-310)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
setahun kok saya berpisah, tidak saat itu saya
langsung bla bla bla. Sesudah setahun lebih baru
saya terbuka status saya seperti ini lho
gitu. Mereka juga cuma mendampingi saya
memberikan saya support hidup itu tidak hanya
sampai di sini gitu. Di saat terpahit saya saudara
tetap mendampingi.
Terus romo pendamping saya sampai sekarang
merasa masih berhutang budi, mendampingi saya
menguatkan saya itu dengan pendampingan dia.
Saya mau lari ke siapa mau konsultasi ke siapa.
Kalau dengan teman guru-guru saya nggak gitu e.
ya sama orang sih percaya ya tapi saya lebih
percaya kepada romo gitu lho. Dia sampai terbuka
jam istirahat siang saja dia mau menemui saya,
Romo kan punya jam istirahat siang ya. Soalnya
saya harus mengajar dulu baru konsultasi ke romo,
dia membuka waktu untuk saya dia tidak istirahat
hanya mendengarkan keluh-kesah saya.
Romo mendampingi dan
menguatkan pribadi. Merasa
berhutang budi dan bisa terbuka
dengan Romo.
Sodara memberi support dan
Mempercayakan privacy pada
pendampingan Romo.
(311-322)
Support keluarga dan fokus pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
Sodara saya juga memberikan support bahwa
hidup tidak hanya sampai di sini, saya punya
tanggung jawab anak itu juga.
Kalau orang yang paling dekat dengan ibu
siapa ya bu?
Dulu yang sering saya ajak crita itu adik kandung
saya yang nomor dua. Dulu dia kan dia pernah ee
apa di seminari tinggi jadi bisa memberikan
masukan pemahaman secara psikologi gitu. Terus
bapak saya, kalau ibu saya sangat sederhana
sehingga jalan pikirnyapun sederhana gimana ya,
ya begitu lah. Kalau orang lain yang terlalu jauh
nggak lah.
Baik buk, kalau respon lingkungan ketika tau
ibu berpisah bagaimana ya bu?
Sampai sekarang nggak ada perubahan respon ya
biasa-biasa saja lah ya istilahnya saya nggak
mundur dari kegiatan paroki ya. Saya sudah
sekian tahun menjadi anggota Dewan Paroki.
menyadarkan bila masih
mempunyai tanggungan anak.
Lingkungan tetap merespon baik
karena tidak ada sensasi serta tetap
aktif dalam kegiatan gereja.
anak.
(323-325, 328-329, 334-335)
Kegiatan positif respon
lingkungan juga positif.
(338-345)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
343
344
345
346
347
348
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
Nggak ada masalah karena saya juga jarang
mendengarkan gossip lah karena saya juga tidak
pernah membuat sensasi. Ya mengenal saya
dengan baik adanya begitu istilahnya.
Setelah perpisahan, bagaimana ibu melihat diri
ibu sendiri? Gambaran ibu terhadap ibu
sendiri.
Sekarang ini saya justru lebih menghargai diri
sendiri ya tentunya. Ee bagaimana ya apapun
masalah itu tentu ada imbasnya, artinya kalau saya
menghargai diri saya sendiri ya orang akan
menghargai diri saya. Saya akhirnya
istilahnya kalau kita hidup lurus,sesuai dengan
aturan atau norma yang berlaku. Normanya seperti
itu dilakoni ya orang tidak akan merendahkan kok.
Saya juga orang desa saya tidak pernah kok
mengatakan saya begini begitu. Nggak pernah,
istilahnya njengenan bisa ngecek kepada orang
lain tentang saya begitu. Jadi kan saya nggak
Menghargai diri sendiri maka orang
akan menghargai kita. Kalau hidup
sesuai norma yang berlaku maka
masyarakat akan merespon baik
dan menghargai.
Menghargai diri sendiri maka
orang juga akan menghargai kita.
(348-355)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
361
362
363
364
365
mengatakan saya orang baik, tapi kan njengenan
bisa tanya saja orang tempat saya. “kaya apa sih
bu Lasini di kampung ?”gitu. paling sosialisasi
memang saya kurang, saya tidak ikut ibu-ibu
PKK, nggak ada daftar nya (sambil tertawa kecil).
Tapi yang secara norma tata aturan ya tetep baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kategorisasi /Tema (Analitical Category) Subyek 3
Label Analisis Tema
Ketidaksiapan psikis dalam
pernikahan serta belum kokohnya
fondasi ekonomi.
Faktor intern perpisahan.
Faktor ketidaksetiaan terhadap
pasangan menyebabkan perpisahan.
Faktor intern perpisahan
Berpisah dengan pasangan anggapan
dulunya egois namun berubah menjadi
kewajaran karna faktor hubungan
jarak jauh.
Faktor intern perpisahan.
Menyadari keegoisan dari kedua
pihak.
Faktor intern perpisahan
Memegang teguh perkawinan Katolik
sekali seumur hidup dan hanya
dipisahkan oleh kematian.
Perpisahan dengan tetap adanya ikatan
perkawinan.
Putus asa sehingga berniat bunuh diri
namun sadar bahwa tidak dapat
menyelesaikan masalah. Tuntunan dari
Romo sampai menerima sebagai
kenyataan yang harus terjadi.
Putus asa dan perasaan depresi hendak
mengakhiri hidup
Keinginan mempertahankan
perkawinan namun hanya bisa
menerima yang terjadi.
Menerima apa yang terjadi.
Berpisah dengan tetap adanya ikatan
perkawinan.
Berpisah dengan tetap adanya ikatan
perkawinan
Rasa putus asa dan menyalahkan
Tuhan.
Sakit hati dan putus asa
Mengenali diri tertutup dengan Tertutupnya pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
privacy. Memberi informasi pada
figure ayah.
Perkawinan katolik sekali seumur
hidup.
Dampak psikologis bagi anak serta
menghindarkan anak ke tempat lebih
aman bagi psikisnya.
Perkawinan sekali seumur hidup dan
dipisahkan oleh kematian
Mengajarkan untuk tidak membenci
figure ayah.
Bijak dalam menyikapi situasi
Komunikasi terputus hanya pada saat
tertentu. Hubungan di media sosial
berlabel anggota keluarga.
Komunikasi pasif
Trauma mempunyai hubungan khusus
dengan laki-laki.
Rasa trauma
Taat pada ajaran agama dan tidak
hanya mengejar keinginan duniawi.
kenyamanan untuk hidup sendiri.
Taat pada ajaran agama.
Label janda sering dilecehkan tapi
kembali pada masing-masing pribadi.
Rasa trauma terhadap pengalaman
pahit lalu menutup diri.
Label negatif masyarakat
Manusia punya kelemahan dan
membutuhkan waktu panjang untuk
memberi maaf dengan tulus.
Kelemahan dan kelebihan manusia
Ketulusan untuk memaafkan namun
tidak ada keinginan rujuk walaupun
tetap terikat perkawinan seumur hidup
secara gereja.
Perasaan tulus memaafkantidak
adanya harapan rujuk.
Tidak terpikir tentang duniawi harta Tidak berfokus pada duniawi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
suami. Percaya rencana baik Tuhan.
Tidak punya gajalan pada figure
suami. Rasa syukur dapat mendidik
anak dengan baik.
Rasa syukur pada kehendak Tuhan
Rasa syukur kepada Tuhan. Tidak ada
ganjalan pada figure suami.
Rasa syukur pada Tuhan
Membutuhkan waktu untuk jujur
dalam kondisi. Pengertian dan support
dari keluarga.
Support keluarga
Mempercayakan privacy pada
pendampingan Romo.
Pendampingan figure Romo.
Support keluarga dan fokus pada anak. Support dan fokus pada anak.
Kegiatan positif respon lingkungan
juga positif.
Repon positif lingkungan
Menghargai diri sendiri maka orang
juga akan menghargai kita.
Menghargai diri sendiri
Ikatan perkawinan sekali seumur
hidup.
Perpisahan dengan tetap adanya ikatan
pernikahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Narasi Informan 3
Informan memulai cerita dengan menjelaskan alasan pernikahannya dengan
suaminya. Pernikahan dengan suaminya di awali dengan kehamilan di luar nikah,
jadi sebenarnya belum siap untuk menikah. Berlanjut pada alasan kegagalan
pernikahannya dengan suaminya yaitu karena adanya pihak ke-tiga. Informan juga
mengatakan bahwa “kesalahan juga ada di saya” oleh karena informan
mengingkari janji bahwa hendak tinggal bersama mertua selepas anaknya lulus
kelas 6 SD. Namun, informan tidak siap bila tinggal bersama mertua dan tidak
mempunyai penghasilan. Oleh karena hubungan informan dengan suami adalah
hubungan jarak jauh, maka suami informan tertarik dengan adik dari atasannya di
tempat ia bekerja. “sesetia apapun suami kalau jarak waktu perpisahan lama,
ibaratnya dia setia tapi setiap hari kaya kucing ya setiap hari dikasih gereh di atas
meja lalu di makan juga”. Dulu saat perpisahan terjadi, merasa jika suami egois
dan hanya memikirkan diri sendiri. Perceraian terjadi dengan suaminya dan saat
itu informan tidak dapat hadir karena jarak tempuh yang jauh. informan
sebenarnya tidak menginginkan perceraian terjadi “saya juga manusia biasa, siapa
sih orang yang menikah secara Katolik mau berpisah kan istilahnya menikah
untuk selamanya sampai mati”. Informan juga sempat putus asa dengan perceraian
tersebut. “saat itu ya mbak, rasane lho apa ya rasanya sakit banget rasanya pengen
bunuh diri sampe pengennya njegur progo gitu lho”. Tapi informan tidak
melakukannya karena informan sharing dengan salah seorang Romo dan diberi
pemahaman bila hal yang ingin informan lakukan adalah salah, karena tidak dapat
menyelesaikan masalah. Romo mendampingi informan sampai informan tenang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Informan merasa ditinggalkan Tuhan, “masak saya seperti ini rasanya kok Tuhan
tidak adil to?” “saya merasa Tuhan meninggalkan saya”. Di sisi lain, anak
informan juga terkena dampak dari perceraian yang terjadi. Anak informan dekat
dengan ayahnya. Lalu informan menitipkan anaknya ke panti asuhan bukan
karena tidak kuat membiayai namun karena takut anak kena dampak dari ibunya.
“saya nanti takutnya saya melampiaskan kebencian ke anak saya. Saya nanti tanpa
sadar mendidik dia untuk tidak mencintai ayahnya maka saya titipkan dia”.
Namun informan juga tetap menengok anaknya, serta informan membenahi diri
untuk hidup ke depan. Informan dengan suaminya tidak ada komunikasi, serta
informan tidak mempunyai surat cerai dan hanya mempunyai risalla. Informan
menyatakan bila statusnya janda dan biasanya janda dilecehkan rendah, tapi
informan percaya hal tersebut tergantung dari orangnya. Informan memaparkan
apabila membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk memaafkan suaminya.
“artinyadalam jangka waktu itu jika dia datang saya nggak mau menemui. Tapi
dengan berjalannya waktu saya mulai menyadari bahwa setiap manusia punya
kelemahan kesalahan, sekarang tidak punya ganjalan apapun”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI