karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web...
-
Upload
vuongthuan -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of karyailmiah.narotama.ac.idkaryailmiah.narotama.ac.id/files/ANALISIS PENERAPAN... · Web...
ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN PASAL 21 PADA PT. PRAMBANAN METALINDO
Oleh:Mutammam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebelum dan setelah penerapan perencanaan pajak penghasilan badan dan pasal 21 pada PT Prambanan Metalindo untuk mengefesienkan beban pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008. Metode Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perpajakan PT Prambanan Metalindo masih kurang efisien. Hal ini karena ada biaya yang seharusnya dapat digunakan oleh perusahaan untuk menghemat pajak tetapi tidak dimanfaatkan oleh perusahaan sehingga beban pajak yang harus dibayar menjadi besar. Perencanaan pajak menghasilkan penghematan pajak sebesar Rp 22.037.175. Selisih tersebut dari perhitungan penurunan PPh badan sebesar Rp 32.833.690 dikurangi kenaikan PPh pasal 21 sebesar Rp 10.796.514 setelah dilakukan perencanaan pajak dengan cara mengganti pemberian imbalan dalam bentuk natura menjadi tunjangan uang. Peluang yang masih bisa dimanfaatkan adalah dengan mengubah non deductible expense menjadi deductible expense.
Kata kunci: Perencanaan pajak, PPh Badan, PPh Pasal 21.
ABSTRACT: This study aims to analyze before and after the application of corporate income tax planning and article 21 of PT. Prambanan Metalindo to make tax burden efficient in accordance with the Income tax law number 36 Year 2008. The Research methods used in this research is by using quantitative approach. The results of this study showed that the tax condition of PT. Prambanan Metalindo still less than efficient. It because there is a cost that should be used by the company to save on taxes, but not utilized by the company so that the tax burden to be paid become bigger. Tax planning resulted in tax savings of Rp22,037,175. The difference calculation is from the corporate income tax Rp32.83369 million being reduced by increasing amount of income tax Article 21 of Rp10,796,514 after tax planning by changing the remuneration in kind into allowances. Opportunities that can still be exploited is by changing the non-deductible expense into deductible expense.
Keywords: Tax Planning, Corporate Income Tax, Income Tax Article 21.
1
PENDAHULUAN
Latar Balakang
Sumber penerimaan negara yang utama atau sebagian besar berasal dari
sektor perpajakan. Keuangan negara akan semakin baik dengan banyaknya jumlah
pajak yang diterima. Demikian sebaliknya, laba bersih komersial perusahaan akan
semakin berkurang dengan jumlah biaya pajak yang dibayarkan. Karena bagi
perusahaan semakin menguntungkan apabila pajak yang dibayarkan dalam jumlah
kecil. Maka dari itu perencanaan pajak (tax planning) perluh dilakukan dalam
sebuah organisasi perusahaan.
Perencanaan pajak sebagai tahap pertama manajemen pajak. “Manajemen
pajak diartikan sebagai cara wajib pajak untuk mendapatkan laba dan likuiditas
yang diinginkan dengan jumlah pajak terutang yang dibayar dapat ditekan sekecil
mungkin demi memenuhi kewajiban perpajakan secara benar” (Sophar
Lumbantoruan, 1996) dalam bukunya Suandy (2011:6). Berbagai upaya yang bisa
dilakukan Wajib Pajak yaitu dengan semua penghasilan yang bukan objek pajak
dimaksimalkan serta jumlah biaya non fiskal seperti pergantian dalam berupa
natura dan kenikmatan dari perusahaan yang karyawan terima di tempat kerja
dilakukan pengurangan, sehingga akhirnya menjadi lebih kecil pada pajak
penghasilan badan terutang jumlah yang dihasilkan.
PT Prambanan Metalindo termasuk dalam perusahaan jenis perdagangan
berupa besi serta baja yang digunakan untuk konstruksi bangunan. Pada tahun
2014 perusahaan tersebut menerapkan sebuah kebijakan baru dalam memberikan
imbalan kepada karyawannya, dimana perusahaan ini tidak hanya memberikan
dalam bentuk gaji tetapi juga memberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan
dalam berbagai macam.
Dengan pemberian imbalan tersebut dari perusahaan kepada karyawan
yang akan dikenai dengan adanya koreksi positif pada peraturan fiskal, maka
suatu perencanaan pajak (tax planning) perlu dilakukan di sebuah perusahaan,
supaya pengeluaran yang awalnya tidak diperkenankan sebagai pengurang bisa
dijadikan pengurang pada pajak terutang perusahaan. Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 yang ditanggung oleh PT Prambanan Metalindo jumlahnya akan semakin
2
naik ketika natura dan kenikmatan oleh perusahaan diubah menjadi bentuk tunai,
akan tetapi ketika perencanaan pajak (tax planning) tersebut diterapkan dalam
organisasi perusahaan, maka jumlah Pajak Penghasilan (PPh) badan perusahaan
penurunan jumlahnya akan terjadi.
Perumusan Masalah
Bagaimana sebelum dan setelah penerapan perencanaan pajak penghasilan
badan dan Pasal 21 pada PT Prambanan Metalindo?
Tujuan Penelitian
Sebelum dan setelah penerapan perencanaan pajak penghasilan badan dan
Pasal 21 pada PT Prambanan Metalindo akan dilakukan analisis.
TINJAUAN PUSTAKA
Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan berdasarkan UU PPh adalah “Pajak yang dikenakan atas
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak,
baik berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat digunakan untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak bersangkutan, baik dengan
nama dan dalam bentuk apapun”.
Pengertian Perencanaan Pajak
Menurut Zain (2007:43) “ Perencanaan pajak (tax planning) adalah upaya
menjadi sedemikian rupa dalam mengorganisasi usaha yang dilakukan oleh Wajib
Pajak sehingga jumlah pajak terutang berada dalam jumlah sekecil mungkin, baik
jenis pajak penghasilan maupun jenis pajak lainnya, selama hal ini baik ketentuan
yang berlaku atas peraturan perpajakan maupun secara komersial masih bisa”.
Rekonsiliasi Fiskal
Menurut Agoes & Trisnawati (2013: 237) “Rekonsiliasi (koreksi) fiskal
adalah penyesuaian atas laba akuntansi yang berbeda dengan ketentuan fiskal
3
untuk menghasilkan penghasilan neto atau laba yang sesuai dengan ketentuan
perpajakan.”
1) Koreksi fiskal positif
Menurut Agoes & Trisnawati (2010: 239) “Apabila laba menurut fiskal
jumlanya bertambah, maka terjadi koreksi positif”.
2) Koreksi fiskal negatif
Menurut Agoes & Trisnawati (2013: 239) “Koreksi negatif terjadi apabila
berkurang laba menurut fiskal”.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini metode deskriptif pendekatan kuantitatif yang
digunakan. Menurut Nazir (2011:54) “Metode deskriptif diartikan sebagai metode
pemeriksaan status kelompok orang, sasaran penelitian, kondisi, sistem pemikiran
serta yang terjadi sedang dari peristiwa. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan mengenai kebenaran fakta-fakta yang ada secara akurat dan
sistematis, serta untuk mengetahui hubungan antara kejadian yang akan peneliti
periksa”.
Penelitian ini pengunaan datanya berupa angka-angka yang menunjukkan
nilai dari variabel yang diteliti yang bersumber dari laporan laba/rugi periode tahun
2014 dan rincian gaji karyawan, sehingga alasan pendekatan kuantitatif
diggunakan dalam penelitian ini bagi penulis.
Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
1) Data Kualitatif
Data kualitatif, yaitu berisi tentang semua gambaran umum perusahaan,
visi misi yang dilakukan perusahaan serta sruktur organisasi yang ada di
perusahaan.
4
2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif, yaitu berisi laporan laba/rugi periode tahun 2014, rincian
gaji karyawan serta rincian imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan.
Sumber Data
Menurut pendapat Sugiyono (2012:137) dibedakan dua penggunaan
sumber data, yaitu:
1) Data Primer
“Sumber primer diartikan sebagai sumber langsung” (Sugiyono,
2012:137).
2) Data Sekunder
“Sumber sekunder diartikan jenis sumber dari data yang oleh peneliti tidak
langsung didapatkan” (Sugiyono, 2012:137).
Pada penelitian ini data skunder yang digunakan. Karena segala data yang
telah terdokumentasi diperoleh dari sumber di PT Prambanan Metalindo antara
lain sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, laporan laba/rugi
perusahaan tahun 2014 periode, rincian gaji karyawan tahun 2014 periode dan
berbagai lain sumber data yang bisa dari buku-buku didapatkan yang sesuai
dengan penelitian ini serta yang berlaku dari peraturan penghasilan pajak.
Teknik Analisis Data
Berikut teknik analisis data yang dilakukan penulis pada penelitian ini:
1) Menentukan jumlah pajak penghasilan badan dan Pasal 21 sebelum
perencanaan pajak.
2) Membuat perencanaan pajak dengan cara bukan biaya fiskal
diminimalkan, seperti natura dan kenikmatan bagi karyawan. Hal ini bisa
dilakukan dengan cara natura dan kenikmatan diganti dalam bentuk
tunjangan uang sebesar nilai barang atau fasilitas yang diberikan
perusahaan kepada karyawannya.
5
3) Menentukan besarnya pajak penghasilan Pasal 21 setelah perencanaan
pajak, dan menentukan pajak penghasilan badan setelah dilakukan
perencanaan pajak.
4) Dari perhitungan antara sebelum dilakukan perbandingkan dengan setelah
perencanaan pajak penghasilan badan dan Pasal 21, dari perhitungan hasil
tersebut, kemudian sebuah kesimpulan ditarik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis pada PT Prambanan
Metalindo khususnya pada bagian akuntansi, penulis memperoleh data laporan
keuangan perusahaan yaitu laporan laba/rugi periode tahun 2014, rincian natura
dan kenikmatan serta rincian gaji karyawan periode tahun 2014. Dari hasil data
yang diperoleh pada PT Prambanan Metalindo, penulis akan mengenalisis dengan
membandingkan antara sebelum dan setelah perencanaan pajak. Berikut pada
tabel 4.1 laporan laba/rugi yang penulis dapatkan dari PT Prambanan Metalindo
periode 01 Januari sampai dengan 31 Desember 2014 sebelum perencanaan pajak.
6
Tabel 4.1Laporan Laba/Rugi PT. Prambanan Metalindo
(sebelum perencanaan pajak)
PT. PRAMBANAN METALINDO
Laporan Laba/Rugi Periode 01 Januari s/d 31 Desember 2014
KeteranganKomersial
(Rp)
KoreksiFiskal (Rp)
Positif (Rp) Negatif (Rp)
Penjualan
Harga Pokok Penjualan (HPP)
-Persediaan awal
-Pembelian
-Persediaan Akhir
Jumlah HPP
Laba kotor
Biaya Pemasaran
-Biaya promosi/iklan
-Ongkos angkut
Biaya Administrasi & Umum
-Gaji dan tunjangan
-Kesejateraan karyawan
-Biaya konsumsi (minum)
-Biaya sewa
-Pemeliharaan & perbaikan
-Penyusutan peralatan & perabot
-Penyusutan kendaraan dinas
-Biaya PBB & PPh
-Listrik, PDAM & telepon
-Biaya adm & perlengkapan kantor
-Sumbangan & iuran
-Biaya perjalanan & akomodasi
-Asuransi kendaraan
Total biaya usaha
Laba usaha
Laba di luar usaha
63.507.073.596
1.290.586.513
61.090.812.036
(1.637.203.255)
60.744.195.094
2.762.878.502
30.042.500
352.032.908
442.270.000
87.658.000
3.084.000
64.000.000
7.958.000
7.459.550
33.708.333
18.133.350
25.174.857
28.654.000
3.640.000
27.576.000
4.979.500
1.137.020.998
1.625.857.504
73.764.910
87.658.000
27.000.000
1.356.000
935.601
23.174.479
17.338.950
1.200.000
2.000.000
19.151.232
63.507.073.596
1.290.586.513
61.090.812.036
(1.637.203.255)
60.744.195.094
2.762.878.502
30.042.500
352.032.908
442.270.000
-
3.084.000
37.000.000
6.602.000
6.523.949
10.533.854
794.400
23.974.857
28.654.000
1.640.000
27.576.000
4.979.500
976.357.968
1.786.520.534
54.613.678
Laba sebelum pajak 1.699.622.414 160.663.030 19.151.232 1.841.134.212
Sumber: data internal PT. Prambanan Metalindo
7
Berikut perhitungan PPh badan terutang pada PT. Prambanan Metalindo
sebelum perencanaan pajak,
tarif pasal 31 E
PPh Badan terutang = 25% x Rp 1.841.134.212 = Rp 460.283.553
Strategi Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Mengurangi Biaya non Fiskal
1) Biaya kesejahteraan, rumah dinas dan pulsa bagi karyawan
Pada hal pemberian seragam, fasilitas pengobatan, makanan dalam bentuk
sembako, rumah dinas serta pulsa bagi karyawan, perencanaan pajak yang
bisa perusahaan lakukan adalah dengan cara menganti menjadi tunjangan
dalam bentuk uang sebesar nilai barang atau fasilitas yang diberikan
perusahaan kepada karyawannya kemudian mamasukkan dalam kelompok
gaji dan tunjangan.
2) Tunjangan PPh Pasal 21
Selama ini PT Prambanan Metalindo menanggung jumlah pajak
karyawannya sehingga perusahaan tidak dapat membiayakan pajak
penghasilan Pasal 21 pada laporan keuangan fiskal. Perencanaan pajak
yang bisa perusahaan lakukan atas PPh Pasal 21 adalah dengan cara
memberikan tunjangan pajak. Sehingga tidak dikenai koreksi fiskal positif,
karena tunjangan merupakan pengeluaran yang pada laporan keuangan
fiskal bisa dijadikan sebagai pengurang.
Natura dan kenikmatan yang diganti dalam bentuk tunjangan uang bisa
mengakibatkan jumlah pajak penghasilan Pasal 21 karyawan menjadi bertambah.
Akan tetapi pajak yang ditanggung oleh perusahaan bisa berkurang karena tidak
terkena koreksi positif. Maka dari itu penambahan pajak penghasilan Pasal 21
akan dipertimbangkan oleh penulis dengan menghitung dan membandingkan
pajak penghasilan Pasal 21 antara sebelum dan setelah natura dan kenikmatan
diganti dalam bentuk tunjangan uang, karena pada PT. Prambanan Metalindo PPh
pasal 21 sampai saat ini ditanggung oleh perusahaan. Berikut penulis sajikan
mengenai rincian gaji serta status PTKP karyawan pada PT Prambanan Metalindo
tahun 2014 pada tabel 4.2.
8
Tabel 4.2Rincian Gaji PT Prambanan Metalindo Periode Tahun 2014
No.Nama
KaryawanStatus Jumlah PTKP Gaji setahun THR Komisi
1 Jeffry Hermawan K/2 Rp 30.375.000 Rp 120.000.000 Rp 10.000.000
2 Lucy Indrajani TK/0 Rp 24.300.000 Rp 60.000.000 Rp 5.000.000
3 Alexander Bobby K/1 Rp 28.350.000 Rp 32.400.000 Rp 2.700.000 Rp 33.420.000
4 Farid Munif K/0 Rp 26.325.000 Rp 36.000.000 Rp 3.000.000
5 Muji K/0 Rp 26.325.000 Rp 26.400.000 Rp 2.200.000
6 Sri Sulastri TK/0 Rp 24.300.000 Rp 26.400.000 Rp 2.200.000
7 Agus Ali K/1 Rp 28.350.000 Rp 26.400.000 Rp 2.200.000
8 Siswanto TK/0 Rp 24.300.000 Rp 26.400.000 Rp 2.200.000
9 Budianto TK/0 Rp 24.300.000 Rp 24.000.000 Rp 2.000.000
Jumlah Rp 378.000.000 Rp 31.500.000 Rp 33.420.000
Sumber: data internal PT Prambanan Metalindo
Dari rincian gaji dan status PTKP di atas, berikut penulis sajikan total PPh
pasal 21 sebelum dilakukan perencanaan pajak pada tabel 4.3
Tabel 4.3Jumlah PPh Pasal 21 Sebelum Perencanaan Pajak
No NamaTotal penghasilan
bruto setahunPKP
Jumlah PPh pasal 21
setahun
1 Jeffry Rp 130.000.000 Rp 93.625.000 Rp 9.043.750
2 Lucy Rp 65.000.000 Rp 37.450.000 Rp 1.872.500
3 Bobby Rp 68.520.000 Rp 36.744.000 Rp 1.837.200
4 Farid Rp 39.000.000 Rp 10.725.000 Rp 536.250
5 Muji Rp 28.600.000 Rp 845.000 Rp 42.250
6 Sri Rp 28.600.000 Rp 2.870.000 Rp 143.500
7 Agus Rp 28.600.000 - -
8 Siswanto Rp 28.600.000 Rp 2.870.000 Rp 143.500
9 Budianto Rp 26.000.000 Rp 400.000 Rp 20.000
Total Rp 442.920.000 Rp 185.529.000 Rp 13.638.950
Sumber: data internal PT Prambanan Metalindo
Setelah natura dan kenikmatan diganti dalam bentuk tunjangan uang dan
ditambahkan dalam komponen penghasilan bruto karyawan serta beban PPh pasal
9
21 ditanggung perusahaan dimasukkan dalam bentuk tunjangan sebagai dasar
perhitungan PPh Pasal 21, maka penulis dapat menyajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4Jumlah PPh Pasal 21 Setelah Perencanaan Pajak
No NamaTunjangan
PPh (Rp)
Tunjangan
lainnya
(Rp)
Total penghasilan
bruto setahun
(Rp)
PKP (Rp)
Jumlah PPh
pasal 21
setahun (Rp)
1 Jeffry 10.639.706 34.405.300 175.045.006 138.670.006 15.800.501
2 Lucy 1.971.053 4.327.800 71.298.853 43.433.910 2.171.696
3 Bobby 1.933.895 5.709.000 76.162.895 44.004.750 2.220.238
4 Farid 564.474 4.090.000 43.654.474 15.146.700 757.338
5 Muji 44.474 3.784.000 32.428.474 6.507.050 325.353
6 Sri 151.053 4.124.900 32.875.953 6.932.155 346.608
7 Agus - 4.009.000 32.609.000 2.628.550 131.428
8 Siswanto 151.053 3.784.000 32.535.053 6.608.300 330.415
9 Budianto 21.053 51.624.000 77.645.053 49.462.800 2.473.140
Total 15.476.769 115.858.000 574.254.759 311.369.271 24.435.464
Sumber: data diolah penulis
Setelah natura dan kenikmatan diganti dalam bentuk tunjangan uang serta
PPh Pasal 21 ditambahkan dalam tunjangan karyawan sebagai dasar perhitungan
PPh Pasal 21, maka oleh perusahaan biaya-biaya tersebut bisa dijadikan
pengurang pada pajak penghasilan badan, karena tunjangan merupakan deductible
expense. Berikut penulis sajikan laporan laba/rugi PT Prambanan Metalindo
periode tahun 2014 setelah perencanaan pajak pada tabel 4.5.
10
Tabel 4.5Laporan Laba/Rugi PT. Prambanan Metalindo
(setelah perencanaan pajak)
PT. PRAMBANAN METALINDO
Laporan Laba/Rugi Periode 01 Januari s/d 31 Desember 2014
Keterangan Komersial
Koreksi Fiskal
(Rp)Positif
(Rp)
Negatif
(Rp)
Penjualan
Harga Pokok Penjualan (HPP)
-Persediaan awal
-Pembelian
-Persediaan Akhir
Jumlah HPP
Laba kotor
Biaya Pemasaran
-Biaya promosi/iklan
-Ongkos angkut
Biaya Administrasi & Umum
-Gaji dan tunjangan
-Kesejahteraan karyawan
-Biaya konsumsi (minum)
-Biaya sewa
-Pemeliharaan & perbaikan
-Penyusutan peralatan & perabot
-Penyusutan kendaraan dinas
-Biaya PBB & PPh
-Listrik, PDAM & telepon
-Biaya adm & perlengkapan kantor
-Sumbangan & Iuran
-Biaya perjalanan & akomodasi
-Asuransi kendaraan
Total biaya usaha
Laba usaha
Laba di luar usaha
63.507.073.596
1.290.586.513
61.090.812.036
(1.637.203.255)
60.744.195.094
2.762.878.502
30.042.500
352.032.908
574.254.759
-
3.084.000
37.000.000
7.958.000
7.459.550
33.708.333
4.494.400
23.974.857
28.654.000
3.640.000
27.576.000
4.979.500
1.138.858.807
1.624.019.695
73.764.910
1.356.000
935.601
23.174.479
3.700.000
2.000.000
19.151.232
63.507.073.596
1.290.586.513
61.090.812.036
(1.637.203.255)
60.744.195.094
2.762.878.502
30.042.500
352.032.908
574.254.759
-
3.084.000
37.000.000
6.602.000
6.523.949
10.533.854
794.400
23.974.857
18.654.000
1.640.000
27.576.000
4.979.500
1.107.692.727
1.655.185.775
54.613.678
Laba sebelum pajak 1.697.784.605 31.166.080 19.151.232 1.709.799.453
Sumber: data diolah penulis
11
Perhitungan PPh badan terutang pada PT. Prambanan Metalindo setelah
dilakukan perencanaan pajak:
Tarif pasal 31 E
PPh badan terutang = 25% x Rp 1.709.799.453 = Rp 427.449.863
Sebelum Dibandingkan Setelah Perencanaan Pajak Penghasilan Badan dan
Pasal 21
Dari hasil perhitungan sebelum dan setelah perencanaan pajak penghasilan
badan dan Pasal 21, maka jumlah selisinya dari perhitungan tersebut dapat
diketahui. Berikut pada tabel 4.6 perbandingan jumlahnya.
Tabel 4.6Sebelum dan Setelah Dibandingkan Perencanaan Pajak Penghasilan
Keterangan
Sebelum
perencanaan
pajak
Setelah
perencanaan pajakSelisih
-Koreksi fiskal positif
-Koreksi fiskal negatif
-Laba fiskal
-PPh badan terutang
-PPh Pasal 21 terutang
Rp 160.663.030
Rp 19.151.232
Rp 1.841.134.212
Rp 460.283.553
Rp 13.638.950
Rp 31.166.080
Rp 19.151.232
Rp 1.709.799.453
Rp 427.449.863
Rp 24.435.464
Rp 129.496.950
-
Rp 131.334.759
Rp 32.833.690
(Rp 10.796.514)
Penghematan pajak (penurunan PPh badan - kenaikan PPh Pasal 21) Rp 22.037.175
Sumber: data diolah penulis
Dari tabel di atas terlihat bahwa dalam perencanaan pajak diterapkan
dimana natura dan kenikmatan diganti dalam bentuk tunjangan uang dan
ditambahkan dalam komponen penghasilan bruto karyawan sebesar nilai barang
atau fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawannya bisa mengakibatkan
berkurangnya jumlah koreksi fiskal positif sebesar Rp 129.496.950, yaitu dari
koreksi fiskal positif sebesar Rp 160.663.030 maka setelah perencanaan pajak
menjadi sebesar Rp 31.166.080.
Jumlah terutang PPh badan berkurang juga sebesar Rp 32.833.690. Jika
sebelum dilakukan perencanaan pajak, jumlah PPh badan perusahaan terutang
12
pada tahun 2014 adalah sebesar Rp 460.283.553, maka setelah dilakukan
perencanaan pajak jumlah PPh badan perusahaan terutang pada tahun 2014
menjadi sebesar Rp 427.449.863. Akan tetapi mengalami kenaikan pada PPh
Pasal 21 sebesar Rp 10.796.514. Jika sebelum perencanaan pajak, jumlah PPh
Pasal 21 sebesar Rp 13.638.950, maka setelah perencanaan pajak mengalami
kenaikan menjadi Rp 24.435.464. Meskipun PPh Pasal 21 mengalami kenaikan,
namun justru secara keseluruhan perusahaan memperoleh penghematan pajak
yang diperoleh akibat perencanaan pajak dilakukan sebesar Rp 22.037.175.
Selisih tersebut didapat dari penurunan PPh badan sebesar Rp 32.833.690
dikurangi kenaikan PPh Pasal 21 sebesar Rp 10.796.514 perencanaan pajak
dilakukan setelah.
Dengan sebesar Rp 22.037.175 jumlah penghematan pajak, maka oleh
perusahaan penghematan tersebut dimanfaatkan dapat dengan mengalihkan ke
kegiatan yang dapat mendukung peningkatan kinerja perusahaan seperti
memberikan pelatihan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan penulis yang dapat ditarik sehubungan dari apa yang pada bab
sebelumya telah dibahas pada PT Prambanan Metalindo atas PPh badan dan Pasal
21 dari perencanaan pajak sebelum serta setelahnya adalah:
1) Hasil penelitian menunjukan bahwa masih kurang efisien kondisi
perpajakan perusahaan periode tahun 2014 karena masih terdapat
komponen biaya yang seharusnya perusahaan dapat menggunakannya
untuk menghemat pajak namun perusahaan tidak memanfaatkannya. Biaya
yang dimaksud adalah biaya pemberian seragam, biaya pengobatan,
pemberian makanan dalam bentuk sembako, sewa rumah dinas, biaya
pulsa bagi karyawan dan beban pajak karyawan.
2) Dampak yang terjadi pada PT Prambanan Metalindo setelah dilakukan
penerapan perencanaan pajak penghasilan badan dan Pasal 21 dengan cara
mengganti natura dan kenikmatan menjadi tunjangan berupa uang tunai
13
sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21, maka jumlah PPh badan terutang
Perusahaan berkurang sebesar Rp 32.833.690. Jika pada sebelum
dilakukan perencanaan pajak jumlah PPh badan perusahaan terutang pada
tahun 2014 adalah sebesar Rp 460.283.553, maka setelah dilakukan
perencanaan pajak jumlah PPh badan perusahaan terutang pada tahun
2014 menjadi sebesar Rp 427.449.863. Akan tetapi PPh Pasal 21
mengalami kenaikan sebesar Rp 10.796.514. Jika sebelum perencanaan
pajak sebesar Rp 13.638.950, setelah perencanaan pajak sebesar Rp
24.435.464. Jadi secara keseluruhan adalah sebesar Rp 22.037.175
penghematan pajak yang masih diperoleh akibat perencanaan pajak
dilakukan. Selisih tersebut dari perhitungan penurunan PPh badan sebesar
Rp 32.833.690 dikurangi kenaikan pajak penghasilan Pasal 21 sebesar Rp
10.796.514 setelah dilakukan perencanaan pajak.
Saran
Saran yang diberikan penulis supaya PT Prambanan Metalindo dapat
menerapkan strategi perencanaan pajak, yaitu:
1) Diharapkan setiap peluang yang ada oleh perusahaan dapat dimanfaatkan.
Bagi perusahaan peluang yang bisa dilakukan adalah dengan cara
mengubah non deductible expense menjadi deductible expense. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengganti pemberian imbalan bentuk dalam
natura dan kenikmatan menjadi tunjangan berupa tunai sebesar nilai
barang atau fasilitas yang karyawan terima dari perusahaan. Pemberian
tunjangan dalam bentuk uang sebagai pengganti natura dan kenikmatan
tersebut sebaiknya diberikan diluar pembayaran gaji rutin supaya
karyawan masih tetap termotivasi ketika dalam bekerja.
2) Untuk menghemat PPh badan, tunjangan pajak karyawan oleh perusahaan
sebaiknya diberikan, dengan cara metode gross up dalam perhitungannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrino dan Estralita Trisnawati. 2013. Akuntansi Perpajakan. Edisi 3. Jakarta. Salemba Empat.
Aryanti, Yessica Dewi. 2013. Penerapan Perencanaan Pajak untuk Meminimalkan Pembayaran Pajak Penghasilan PT. “X” di Semarang. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013).
Dewi, Santy Sari. 2014. Penerapan Perencanaan Pajak Untuk Mengoptimalkan Pembayaran Pajak Pada PT Rutan Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.3 No.2 (2014).
Librata, Noviandi. 2012. Analisis Penerapan Tax Planning dalam Upaya Meningkatkan Efisiensi Pembayaran Beban Pajak Penghasilan pada PT. Graha Mitra Sukarami. STIE MDP.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta. Andi.
Nazir, Mohammad. 2011. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Pusparini, Indah Ayu. 2013. Implementasi Tax Planning Dalam Upaya Penghematan Pajak Penghasilan (PPh) Badan (Studi Kasus Pada PT. Citra Perdana Kandedes Malang). Universitas Brawijaya Malang.
Rori, Handri. 2013. Aanalisis Penerapan Tax Planning Atas Pajak Penghasilan Badan. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal. 410-418.
Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Edisi 5. Jakarta. Salemba Empat.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Cetakan Ke 17. Bandung. Alfabeta.
Suprianto, Edy. 2011. Akuntansi Perpajakan. Edisi Pertama. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Perpajakan Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia. Buku 1. Edisi 11. Jakarta. Salemba Empat
Zain, Mohammad. 2007. Manajemen Perpajakan. Edisi 3. Jakarta. Salemba Empat.
15