penerapan wadiah KJKS Kowanu Nugraha

19
PENERAPAN AKAD WADI’AH YADH DHAMANAH (Observasi KJKS Kowanu Nugraha Kudus) Muh. Imron Kurniawan 2012-12-110 Abstrak Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, akan tetapi penerapan nilai nilai Islam secara Kaffah dan utuh dalam kehidupan sehari hari belum dilaksanakan seutuhnya. Misalnya dalam lembaga keuangan perbankan, perbankan syariah di Indonesia baru muncul pada tahun 1992 ketika di sahkannya Undang undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dalam Undang undang ini mulai mengakomodir perbankan syariah dengan nama perbankan bagi hasil, selanjutnya diganti dengan Undang undang No. 10 Tahun 1998. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah salah satunya yang berperan penting dalam menjalankan jasa keuangan syariah dimana mereka menghimpun dana yang di titipkan oleh nasabah, didalam ilmu syariah akad ini disebut akad wadi’ah (simpanan/titipan) dan akan di salurkan atau di manfaatkan ke dalam dunia usaha untuk memperoleh keuntungan, dan keuntungan tersebut akan di bagi hasil kepada nasabah. Wadiah merupakan jasa penitipan baranv'dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu, bank tidak berkewajiban namun diperbolehkan memberikan bonus kepada nasabah yang besamya tergantung kepada kebijakan masing-masing bank. Dalam

description

Oleh Imron Kurniawan

Transcript of penerapan wadiah KJKS Kowanu Nugraha

PENERAPAN AKAD WADIAH YADH DHAMANAH(Observasi KJKS Kowanu Nugraha Kudus)

Muh. Imron Kurniawan2012-12-110AbstrakIndonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, akan tetapi penerapan nilai nilai Islam secara Kaffah dan utuh dalam kehidupan sehari hari belum dilaksanakan seutuhnya. Misalnya dalam lembaga keuangan perbankan, perbankan syariah di Indonesia baru muncul pada tahun 1992 ketika di sahkannya Undang undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dalam Undang undang ini mulai mengakomodir perbankan syariah dengan nama perbankan bagi hasil, selanjutnya diganti dengan Undang undang No. 10 Tahun 1998. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah salah satunya yang berperan penting dalam menjalankan jasa keuangan syariah dimana mereka menghimpun dana yang di titipkan oleh nasabah, didalam ilmu syariah akad ini disebut akad wadiah (simpanan/titipan) dan akan di salurkan atau di manfaatkan ke dalam dunia usaha untuk memperoleh keuntungan, dan keuntungan tersebut akan di bagi hasil kepada nasabah. Wadiah merupakan jasa penitipan baranv'dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu, bank tidak berkewajiban namun diperbolehkan memberikan bonus kepada nasabah yang besamya tergantung kepada kebijakan masing-masing bank. Dalam perkembangannya wadiah terasa kurang populer dikalangan masyarakat. Hanya sebagian masyarakat mengetahui tentang uudiah, prosedur untuk menikmati produk wadiah dilingkungan perbankan syariah, bentuk dan isi perjanjian wadiah, perlakuan akuntansi untuk akad wadiah dilihat dari Sisi liabilitas dan pendekatan perhitungan bonus untuk wadiah. penelitian ini membahas mengenai aplikasi akad, perlakuan akuntansi dan pendekatan perhitungan bonus untuk wadiah yang diterapkan oleh KJKS Kowanu Nugraha.Kata kunci: Perbankan Syariah, KJKS, Bagi hasil, wadiah.

BAB 1PENDAHULUAN1. Latar BelakangBerdasarkan undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang disepakati, tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan wadiah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendaki pemiliknya. Terkait dengan produk tabungan wadiah, perbankan syariah termasuk diantaranya KJKS menggunakan akad wadiah yad adh-dhamanah. 2. Profil PerusahaanUndang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoprasian untukmempertegas jati diri, kedudukan, permodalan, dan pembinaan Koperasi sehingga lebih menjamin kehidupan Koperasi sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan pinjam oleh serta Kepmen Koperasi dan UKM No. 91/Kep/M.KUKM/iX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Jasa Keuangan Syariah maka semakin jelas bahwa kegiatan Usaha Jasa Keuangan Syariah perlu ditumbuh kembangkan. Persyaratan penting yang perlu dimiliki oleh Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi (UJKS) sebagai lembaga keuangan ialah harus menjaga kredibilitas atau kepercayaan dari anggota pada khususnya dan atau masyarakat luas pada umumnya. Namun demikian untuk melaksanakan perannya sebagai lembaga keuangan, KJKS Kowanu Nugraha masih dihadapkan pula kendala yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: Pertama, belum adanya kesarnaan sistern dan prosedur dalam operasional manajemen kelembagaan, manajemen usaha dan manajernen keuangan. Kedua, belum adanya standar sistem dan prosedur dalam operasional manajemen kelembagaan, manajemen usaha dan manajemen keuangan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka KJKS Kowanu Nugraha perlu memiliki Pedoman Standar Operasional Prosedur Usaha Keuangan Syariah. Diharapkan Pedoman Standar Operasional Proscdur terscbut dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam pengelolruin usaha jasa keuangan syariah, sehingga usaha jasa keuangan syariah pada KJKS Kowanu Nugraha dapat ditangani secara profesional. Standar Operasional Manajemen KJKS Kowanu Nugraha bertujuan untuk memberikan dalam mengelola kelembagaan, usaha dan keuangannya.

3. Rumusan Masalaha. Bagaimana penerapan akad Wadiah Yadh-dhamanah pada KJKS Kowanu Nugraha?b. Bagaimana penyaluran dana yang di simpan oleh nasabah yang di lakukan oleh KJKS Kowanu Nugraha?c. Hubungan antara akad Wadiah Yadh-dhamanah dengan akad Mudharabah pada KJKS Kowanu Nugraha?

4. Tujuana. Mengetahui penerapan akad Wadiah Yad-dhamanah pada KJKS Kowanu Nugraha?b. Mengetahui bagaimana penyaluran dana yang di simpan oleh nasabah yang di lakukan oleh KJKS Kowanu Nugraha?c. Mengetahui hubungan antara akad Wadiah Yad-dhamanah dengan akad Mudharabah pada KJKS Kowanu Nugraha?

BAB 2PEMBAHASAN1. Pengertian WadiahWadiah secara etimologis adalah wadaa yang berarti meninggalkan atau meletakkan, yaitu meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga. Sedangkan secara istilah yaitu memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya atau barangnya dengan secara terang-terangan atau dengan isyarat yang semakna dengan itu. Ulama mendefinisikan wadiah sebagai berikut:1. Menurut Ulama Madzhab Hanafi wadioah yaitu mengikutsertakan orang lain dalam memelihara harta baik dengan ungkapan yang jelas maupun dengan menggunakan isyarat.2. Menurut Madzhab Hambali, syafiI dan Maliki wadiah adalah mewakilkan orang lain untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu.3. Menurut Hasbi As-Shidiqie wadiah adalah akad yang intinya meminta pertolongan pada seseorang dalam memelihara harta penitip.4. Menurut Syaikh Al-Din Al-Qalyubi Wa Syaikh Umairah wadiah adalah benda yang diletakkan pada orang lain untuk dipelihara.Menurut Ibrahim Al-Bajuri wadiah adalah akad yang dilakuakn untuk penjagaan.5. Menurut Bank Indonesia (1999) adalah akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan serta keutuhan barang/uang.Menurut Bank Indonesia (1999) adalah akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan serta keutuhan barang/uang.Dalam bidang ekonomi syariah wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat nasabah yang bersangkutan menghendaki. Bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan tersebut.Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak lain yang bukan pemiliknya untuktujua keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang titipan tesebut, dan yang dititipi menjadi penjamin pengemalian barang titipan.Dalam akad hendakya dijelaskan tujuan wadiah, cara penyimpanan lamanya waktu penitipan biaya yang dibebankan pada pemilik barang dan hal-hal lain yang di anggap penting.

1.1. Dasar Hukum WadiahDalam hukum Islam, transaksi wadi`ah (penitipan) ini asalnya dibolehkan, yakni semua orang bebas memilih apa yang akan ia lakukan untuk menjaga yang ia miliki untuk dirinya sendiri. Namun terkadang, hukum menitipkan harta miliknya menjadi wajib, bila pemilik barang tersebut takut tidak bisa menjaganya, atau menghilangkan, atau khawatir menjadi rusak, sehingga ia menjumpai (mencari) orang (pihak) yang dapat menjaganya. Dan bagi seseorang yang merasa mampu menjaga barang yang dititipkan, maka disunnahkan untuk menerima titipan itu. Pahala yang besar telah menanti bagi si pelaku penerima titipan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat1.2. Rukun WadiahRukun Wadiah ada 4 yaitu :a. Pelaku yang terdiri atas pemilik barang/pihak yang menitip (muwaddi)b. pihak yan menyimpan (wadii/muswada)c. objek wadiah berupa barang yang dititipi (wadiah)d. ijab qabul/serah terimaketentuan syariah, yaitu :1. pelaku harus cakap hukum, baligh serta mampu menjaga serta memelihara barang titipan.2. objek wadiah, benda yan dititipkan tersebut jelas dan diketahui spesifikasinya oleh pemilik dan penyimpan.3. ijab Kabul/ serah terima, adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/ rela antara pihak4. pihak pelaku akad yang dilakukan secara erbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

1.3. Jenis-jenis Akad WadiahAkad wadiah terdiri dari dua jenis antara lain sebagai berikut :Wadiahal amanah,yaitu wadiah dimana uang/barang yang dititipkan hanya boleh disimpan dan tidak boleh didayagunakan. Si penerima titipan tidak bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut.Wadiah ya dhamanah, yaitu wadiah dimana si penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat,si pemilik menghendakinya. Hasil dari pemanfaatan barang tidak wajib dibagihasilkan dengan pemberi titipan. Namun penerima titipan boleh saja memberikan bonus dan tidak boleh diperjanjikan sebelumnya kepada pemilik barang.

1.4. Praktek Wadiah di PerbankanDalam perbankan Syariah terdapat beberapa prinsip yang diadobsi dalam pengelolaanya, yang ditujukan untuk menggalang dana untuk membiayai operasinya. Sumber dana dalam perbankan secara umum ada 3, yaitu dari bank sendiri, yang berupa modal setoran dari pemegang saham, dari masyarakat, yang berupa simpanan dalam bank tersebut.Dalam rangka menghimpun modal, bank syariah melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya.Wadiah merupakan salah satu produk penghimpun dana/modal bank Syariah dari nasabah/masyarakat.1.5. Akad Wadiah Yadh-dhamanahWadiah yadh-dhamanah adalah wadiah dimana si penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat pemiliknya menghendaki. Sebagai imbalan kepada pemilik barang/dana dapat di berikan semacan intensif bonue yang tidak disyaratkan sebelumnya atau sebelumnya ada akad.a. titip danaBANK(Penyimpan)Nasabah(penitip)

d) Beri bonusc) bagi hasilb) Pemanfaatan danaUsers Of Fund(Dunia Usaha)

Skema al-Wadiah Yad adh-dhamanah

2. Penerapan Akad Wadiah Yadh Dhamanah Pada KJKS Kowanu NugrahaInformasi ini saya dapatkan dengan metode wawancara ke pihak terkait, saya memilih marketing dari KJKS Kowanu Nugraha yang bernama Bapak Kurnia (Salamun). Beliau sudah menjadi marketing di KJKS Kowanu nugraha selama 2 tahun, jadi sudah pasti beliau sudah paham betul bagaiman penerapan Akad wadiah ini di KJKS Kowanu Nugraha. Pembahasan kali ini saya akan berkonsentrasi kepada akad wadiah yad-dhamanah, karena akad ini termasuk salah satu akad yang di terapkan oleh KJKS, dan katanya produk ini adalah produk unggulan dari KJKS. Jadi saya berfikir untuk memilih akad ini untuk membuat studi observasi karena informasi yang akan saya akan cukup memadahi.Menurut Beliau, Akad wadiah itu penerapannya lebih simpel karena akad ini lebih mudah di terapkan di lembaga keuangan syariah khususnya KJKS, Karena akad ini merupakan langkah awal mengembangkan bisnis perbankan berbasis syariah. KJKS bisa menghimpun dana dari nasabah ke dalam dunia usaha dan mendapatkan keuntungan, dan keuntungan itu kami bagihasilkan ke nasabah sesuai dengan besarnya simpanan yang di titipkan kepada KJKS. Tidak hanya besarnya simpanan, lama penyimpanan juga berpengaruh terhadap besar keuntungan yang kami bagi hasilkan kepada nasabah.Akad Wadiah bisa di aplikasikan menjadi produk produk unggulan dari KJKS adapun produk produknya adalah sebagai berikut:1. Tabungan Syariah2. Tabungan Haji3. Tabungan Qurban/Aqiqah4. Deposito Syariah5. Tabungan WisataSemua produk tersebut bermuara pada satu akad saja yaitu akad Wadiah Yad-dhamanah, kemudian dana yang di peroleh akan di manfaatkan ataupun di salurkan ke pada nasabah yang menginginkan pembiayaan. Semakin lama jangka waktu penyimpanan yang di lakukan nasabah maka semakin besar pula prosentase keuntungan bagi hasil yang akan KJKS berikan kepada nasabah. Biasanya KJKS akan memanfaatkan dana dari nasabah tersebut untuk membiayai UMKM di seluruh kawasan kudus.2.1. Perlakuan Akuntansi Akad Al Wadiah Yad Dhamanah pada KJKS Kowanu NugrahaPencatatan akuntansi wadiah agi pihak pemilik barang dan bagi pihak penyimpan barang adalah sebagai berikut.A. Bagi pihak pemilik barang

a. pada saat menyerahkan barang (menerima tanda penitipan barang) dan membayar biaya penitipan (menerima tanda terima pembayaran)jurnal :Dr. beban wadiahxxxkr. kasxxxjika biaya penitipan belum di bayarjurnal :Dr. beban wadiahxxxkr. Utangxxxb. pada saat mengambil barang dan membayar kekurangan biaya penitipanjurnal :Dr. utangxxxKr.kasxxxB. Bagi pihak penyimpan barang

a. pada saat menerima barang (mengeluarkan tanda terima barang) dan penerimaan pendapatan penitipan (membuat tanda terima pembayaran).Jurnal :Dr. kasxxxKr. Pendapatan wadiahxxxb. jika biaya penitipan belum dibayarjurnal :Dr. piutangxxxKr. Pendapatan wadiahxxxc. pada saat penyerahkan barang dan menerima pembayaran kekurangan pendapatan penitipan (mengeluarkan tanda peyerahan barang)jurnal :Dr. kasxxxKr. Piutangxxx

3. Hubungan Akad Wadiah Yad Dhamanah Dengan Mudharabah pada KJKS Kowanu NugrahaSeperti yang sudah di jelaskan diatas pengertian Wadiah Yad Dhamanah adalah wadiah dimana si penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat,si pemilik menghendakinya. Hasil dari pemanfaatan barang tidak wajib dibagihasilkan dengan pemberi titipan. Namun penerima titipan boleh saja memberikan bonus dan tidak boleh diperjanjikan sebelumnya kepada pemilik barang. Mudharabahadalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.Transaksi jenis ini tidak mewajibkan adanya wakil darishahibul maaldalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan,mudharibharus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi akibat kelalaian dan tujuan penggunaan modal untuk usaha halal. Sedangkan,shahibul maaldiharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba yang optimal.Mudharabah sendiri mempunyai dua bentuk, yakni mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah, perbedaan yang mendasar diantara keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik harta kepada pihak bank dalam mengelola hartanya. Dalam hal ini, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Bank Syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib berhak untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak lain. Namun, di sisi lain, Bank Syariah juga memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yang berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan membagikan hasil kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati di awal akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang terjadi bukan akibat kelalaiannya. Namun, bila yang terjadi adalah miss management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh atas kerugian tersebut.

Pertanyaannya adalah apakah ada hubungannya antara Akad Wadiah Yad Dhamanah dengan Akad Mudharabah?

Bapak Salamun sebagai marketing dari KJK Kowanu Nugraha menjelaskan bahwa ada persamaan antar akad wadiah yad dhamanah dengan akad mudharabah diantaranya adalah:

1. Merupakan Produk funding bank syariah dalam bentuk tabungan dengan wadiah dan mudharabah.2. Kedua produk sama-sama mendapatkan tambahan, pada Simpanan Wadiah tambahannya berupa bonus, sedangkan pada Mudharabah adalah bagi hasil.3. Dana tabungan kedua Produk dapat digunakan atau dikelolah oleh bank.Jadi dengan adanya persamaan diatas kedua akad ini dapat saling berhubungan , saya akan mejelaskan melalui skema di bawah ini :

BANK (Penyimpan)Nasabah(penitip)

MUDHARABAH(profit Sharing)DUNIA USAHA

Keterangan : Pertama Adalah Nasabah yang menitipkan dana kepada bank kemudian bank memanfaatkan ke dalam dunia usaha, namun bank bisa saja tidak hanya memanfaatkan pada dunia usaha saja, namun bank juga dapat memanfaatkan dana kepada nasabah yang membutuhkan dana tersebut dengan menggunakan Akad Mudharabah. Jadi disisi lain bank menjadi penyimpan dan di sisi lainya lagi bank menjadi Pemilik dana (Shohibul Maal).

BAB 3PENUTUP

1. KesimpulanWadiah yad dhamanahadalah akad antara dua pihak, satu pihak sebagai pihak yang menitipkan(nasabah) dan pihak lain sebagai pihak yang menerima titipan. Pihak penerima titipan dapat memanfaatkan barang yang dititipkan. Mudharabahadalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.

2. SaranDemikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis.Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena penulis adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf dan lupa.

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKANuhayati Sri, Wasilah. 2008.Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.http://aldynobifaga.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.htmlhttp://swidax.blogspot.com/2011/06/wadiah.htmlhttp://karyagen-jar.blogspot.com/2012/06/makalah-wadiah.html