Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

download Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

of 10

Transcript of Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

  • 5/10/2018 Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

    1/10

    PENERAPANTEKNOLOGI KLONING PADAMANUSIADAN HAK-HAKPEREMPUAN

    Oleh: Hartini*

    IntisariPerkembangan rekayasa genetika saat ini menunjukkan kemungkinan aplikasiteknologi kloning pada manusia yang dimaksudkan untuk menghasilkan individu baru

    atau untuk pengobatan medis dengan berbagai motivasi. Kloning dari sudut prosesdimungkinkan menurut AI-Qur 'an karena beberapa ayat yang ada mengisyaratkanadanya proses reproduksi non konvensional, namun motif dan kewenangan untukmelakukannya masih menjadi perdebatan. Demikian pula tidak ada larangan dalamAI-Qur 'an untuk melakukan penelitian, bahkan mendorong manusia melakukanpenelitian dan penyelidikan. Akan tetapi, ada isyarat bahwa ontologi dan epistomlogikeilmuan dalam perspektif AI-Qur 'an tidak boleh bebas nilai.Meskipun aplikasi teknologi kloning pada manusia menunjukkan beberapakeuntungan bagi individu tetapi tidak selalu berdampak positif bagi masyarakat secaraumum. Keputusan untuk menerapkan kloning dalam rangka mengatasi masalahreproduksi (infertilitas) atau untuk pengobatan medis memiliki dampak secara agregatyaitu terutama adanya eksploitasi terhadap wanita khususnya berkaitan dengan hak-hak reproduksi wanita, di samping menurunkan harkat dan martabat manusia melaluiproses komersialisasi serta terjadinya kesenjangan antara orang yang kaya dengan simiskin. Oleh karenanya, sebagai antisipasi, pengaturan terhadap hak-hak perempuanterutama menyangkut fungsi-fungsi reproduksi dalam kaitannya dengan aplikasirekayasa genetika secara umum, perlu dilakukan.

    ,

    i~.r

    L PendahuluanSemenjak dipublikasikannya penemuan

    kontroversial Dr. Ian Welmut beserta koleganyadi Institut Roslin, Edinburgh, Skotlandia ataskloning seekor domba bernama Dolly I,makakekhawatiran dan keprihatinan mulai melandadunia. Kelahiran Dolly lang sung dikaitkandengan kloning manusia dan kloning yangdibayangkan adalah kloning manusia sepertidalam cerita fiksi yang berkonotasi untukkejahatan. Kekhawatiran lain terhadap kloning

    manusia ini adalah adanya ancaman terhadapinstitusi perkawinan dan kekacauan dalamhubungan kekeluargaan.

    Apa yang dikhawatirkan oleh dunia itusetidaknya akan menjadi kenyataan karenapada penghujung tahun 2002, tepatnya pada26 Desember 2002, ada sebuah perusahaanbioteknologi Amerika Serikat, Clonaid, yangmengklaim telah sukses "menciptakan"manusia kloning pertama dengan jenis kelaminwanita yang diberi nama Eva," Sekalipun ke-

    S.H., Staf Pengajar Pada Fakultas Hukum UGMI Hasil penemuan tersebut dimuat pertama kali da\am Maja\ah Nature Edisi Februari \997 dengan Judu\"Viable Offspring Derived from Foetal and Adult Mammalian Cells"

    Republika, "Manusia Kloning Pertama Telah Lahir", 28 Desember 2002.

    MIMBAR HUKUM 171

  • 5/10/2018 Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

    2/10

    suksesan Clonaid terhadap kloning manusiadiragukan oleh para ahli karena hasil kloningperusahaan terse but sebelumnya dinilai gagal,namun setidaknya telah ada sinyal bahwakloning terhadap manusia akan dilakukan danada indikasi keberhasilan kloning tersebut,

    Peristiwa di atas setidaknya memberigambaran bahwa secara teknis tidak adahalangan lagi untuk menerapkan teknik kloningyang semula dilakukan terhadap domba untukselanjutnya diterapkan pada manusia. Tampak-nya memang ilmu pengetahuan sedang me-masuki sebuah gerbang baru yang mendebar-kan yang akan mempengaruhi kehidupanmanusia di masa depan.

    Disadari atau tidak, sepanjang sejarahmodem, dalam setiap pengembangan ilmupengetahuan dan teknologi, maka kelompokyang paling bisa memanfaatkan dan men-dorong berkembangnya iptek tersebut adalahkelompok industri dan militer, dua kelompokyang sering dicap sebagai destructive power.Dengan demikian dapat dipastikan bahwaterhadap penerapan teknologi kloning padamanusia, maka kedua kelompok terse but yangakan sangat mendorong dan memanfaatkanproduk teknologi ini.Disadari pula bahwa dalamupaya-upaya terse but ada implikasi ke-manusiaan terhadap kelompok tertentu ter-utama menyangkut hak-hak kaum perempuandan anak-anak. Tulisan ini bermaksudmenguraikan hak-hak perempuan terutama hak-hak reproduksi perempuan dalam kaitannyadengan penerapan teknologi kloning padamanusia.IL K10ning pada Manusia dalam Perspektif

    IslamUntuk melihat bagaimana perspektif

    Islam terhadap penerapan kloning padamanusia, terlebih dahulu perlu melihat proses

    kloning pada manusia. Penelitian terhadapproses kloning sudah sejak lama dilakukansecara terus-menerus dati mulai kloning kataksampai pada penerapan teknologi kloningtersebut pada manusia.

    Kloning berasal dari kata Klon (Yunani)yang berarti tunas. Dari bahasa Yunani,kemudian masuk ke bahasa Inggris menjadiclone (kata kerja: mengklon), cloner (katabenda: orang yang mengklon), clonal(adjective: bersifat kloniah), dan clonal/y(adverb: secara kloniahj

    Kloning tidak bisa dilepaskan denganmasalah teknologi reproduksi atau rekayasareproduksi atau disebut juga Assisted

    4Reproductive Techniques (ART), karenakloning merupakan salah satu produk dariteknologi tersebut. Teknologi reproduksiyang telah banyak dikembangkan meliputiinseminasi buatan, perlakuan hormonal, donorsel telur dan sel sperma, kultur telur dan embrio,pembekuan sperma dan embrio, GIFT (garnetintrafallopian transfer), 21FT (zygoteintraffalopian transfer), IVF (in vitrofertilization), partenogenesis dan kloning.

    DaIam bioteknologi, istilah kloning dipakaisecara umum untuk menunjukkan segal amacam prosedur yang menghasilkan replikagenetik yang sarna persis dati induk biologis,termasuk DNA sequence, sel atau organisme.Oleh karena organisme itu dibuat dari satu seldan dengan demikian mendapatkan faktor-faktor keturunan yang sarna persis denganmastemya.

    Ada beberapa macarn teknik yang dipakaidalam kloning, yaitu: 5

    1. Embryo cloningTeknik ini dikembangkan dari embrio

    biasa yaitu hasil pembuahan sel telur dengansel sperma. Dalam salah satu tahap per-

    J C.B. Kusmaryanto, 2001, Problem Etis Kloning Manusia, Grasundo, Jakarta, him. I., Sulchan Sofoewan, "Kloning dan Rekayasa Reproduksi" Tarjih, Edisi 2 Tahun 1997.I Human Cloning, dalam http://www.religoustolerance.orglclo-reac.htmLihatjugaC.B.Kusmaryanto.op.cil .

    him. 2-5.

    172 MIMBAR HUKUM

    http://www.religoustolerance.orglclo-reac.htmlihatjugac.b.kusmaryanto.op.cil/http://www.religoustolerance.orglclo-reac.htmlihatjugac.b.kusmaryanto.op.cil/
  • 5/10/2018 Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

    3/10

    ,

    kembangannya yakni sebelum embrio itu.menempel pada dinding rahim, embrio ituberada dalam tahap yang disebut totipotenti,yakni sampai dengan tiga hari sesudahpembuahan dan embrio terdiri dari 2-8 sel.Dalam tahap ini bila masing-masing sel itudipisahkan akan berkembang menjadi seorangindividu (embryo splitting). Individu yangberasal dati cara iniakan mempunyai kesamaangenetis di antara mereka, tetapi tidak sarnasecara genetis dengan induknya, sebab masing-masing embrio ini mendapatkan faktorketurunan dari ayah dan ibunya. Embryosplitting inibiasa dikembangkan dalam programbayi tabung, sedang dalam cara yang natural,proses embryo splitting ini terjadi pada anakkembar identik, yakni anak kembar yang berasaldari satu sel telur.2. Recombinant DNA Technology.

    Disebut juga gene cloning ataubiomolecular Engineering. Cara ini dibuatdengan menggabungkan gen yang akandiklon dengan sebuah vektor. DNA baru yangdisebut recombiant DNA ini sekurang-kurangnya hams terdiri dati dua bit DNA, yaknigen dan vektor yang akan diIetakkan dalamorganisme yang cocok. Gen-vektor itu akantumbuh dengan multiplikasi di dalam organismeitu sehingga menjadi banyak dan terjadilahkloning sel, yaitu sel-sel yang secara genetissatu dengan lainnya sarna. Recombinant DNATechnology ini sudah lama diterapkan untukmenghasilkan bahan-bahan fannasi kedokteran.3. Somatic cell Nuclear Transfer

    Teknik ini dilakukan dengan mengambilinti sel somatis dati sebuah objek biologis yangsudah dewasa, lalu menanamkannya ke dalamsebuah sel telur yang sudah dibuang intiselnya, ditumbuhkembangkan dalam sebuahmedium dengan aliran listrik untuk merangsang

    pertumbuhan sel sebagaimana terjadi dalampembuahan biasa. Kemudian embrio tersebutdimasukkan ke dalam rahim yang sudahdipersiapkan secara biologis. Karena makhlukbidup yang baru ini berasal dari satu sel yangsudah terspesialisasi yang diambil dari selmanusia dewasa dan tidak terjadi percampurandengan faktor genetis lain, maka makbluk inisecara genetis sarna dengan mastemya.

    Tampaknya, kloning yang seringdiperdebatkan adalah kloning aseksual tanpasperma sebagai upaya untuk menduplikasigenetik yang sarna dengan cara mempersiapkansel telur yang sudah diambil intinya danselanjutnya di "fusi" dengan sel donor yangmerupakan sel dewasa dari suatu organtubuh.Terhadap teknik kloning yang ketiga inisebenamya belum tentu dimaksudkan untukmemproduksi manusia." Ini terjadi padakloning stem cell terse but. Stem cell manusiaadalah sel primordial yang ada dalam embriomanusia yang belum terspesialisasi, sebinggabisa berkembang atau membelah diri menjadiorgan tubuh manusia apa saja, tetapi bukanseorang individu manusia.

    Dengan demikian praktik dan prosedurpelaksanaan kloning dapat diidentiftkasikan kedalam beberapa tujuan. Pertama, kloningdimaksudkan untuk "memproduksi" anak dantujuan yang kedua, kloning dimaksudkanuntuk mengklon organ-organ tertentu darianggota badan untuk keperluan tertentu. Halpertarna mempunyai dua tujuan yaitu untukmengupayakan keturunan bagi pasangan yangmandul dengan cara mengkloning DNA darisuaminya yang sah dan tujuan kedua adalahuntuk kepentingan sains dan teknologi semata.Sementara itu kloning terhadap anggota badandimaksudkan untuk mengganti jaringan tubuh7yang rusak.

    Diakui bahwa Al-Qur'an pun sebenamyamengisyaratkan proses reproduksi non-

    6 Therapeutic Cloning, to Create Human Organs dalam http;llthefamsworths.com!science/cloning-m.htm1 Nasaruddin Umar, "Pandangan Islam Terhadap Kloning Manusia", Kompas, IS April 2002.

    MIMBAR HUKUM 173

  • 5/10/2018 Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

    4/10

    konvensional, misalnya ada manusia tanpabapak dan ibu yaitu Nabi Adam (Q.SAI-Rahman:14), ada manusia tanpa ibu yaituHawa (Q.SAI-Nisa:1), ada manusia tanpa Bapakyaitu Nabi Isa (Q.S AI- Imran: 59). Bahkan dizaman Nabi Shaleh ada unta yang lahir dankeluar dati sela-sela bebatuan tanpa induk danpejantan (Q.S AI-Hud: 64) dan Nabi Isamempunyai mukjizat untuk menyembuhkanpenyakit cacad permanen dan menghidupkanorang yang sudah meninggal dua tahunsebelurnnya. Selanjutnya ada juga ayat yangmengisahkan adanya populasi burunglserangga (thairan ababil) dalamjumlah besardan semuanya seragam membawa batu lalumenghancurkan pasukan Abraha (Q.S.AI -F il: 1 - 5)

    Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan dansudut proses, kloning dimungkinkan terjadi-nya, akan tetapi kewenangan dan motifuntukmelakukannya masih menjadi perdebatan.Apakah manusia dalam kapasitasnya sebagaipengganti Tuhan (khalifah Allah) ber-kewenangan melakukan proses itu atau tidak?8Kalau sekiranya dimungkinkan, kloningjenisapa saja? Apakah termasuk meng-klon dalamarti "memproduksi" manusia bam? Atau hal inidimungkinkan bagi suatu pasangan yangbetul-betul tidak bisa melahirkan anak secarakonvensional? Atau kloning hanya dibatasipada penciptaan sel jaringan tubuh tertentuyang memungkinkan seorang rnanusia menjadikhalifah dan hamba yang berkualitas?

    Islam tidak melarang manusia untukmengadakan penelitian atau penyelidikan,bahkan mendorong manusia untuk melaku-kannya dalam rangka mengenal lebih dekatsang Khalik, mengetahui kebesaran-Nyasehingga menjadikan rnanusia lebih tunduk dantaat dalam mernatuhi perintah- Nya. Akan tetapidi dalam perspektif Al-Qur 'an, pertimbangan

    moral dalam dunia penelitian sangat penting.Ayat Al-Qur' an yang paling pertama diturunkanialah iqra 'bi ismi Rabbik (Bacalah denganNama Tuhanmu). Kata i~ra' seakar denganistiqra' berarti penelitian. Aktivitas riset danpenelitian harus selalu dikaitkan dengan Tuhan,karena riset dengan tujuan apa pun tanpadikaitkan dengan Tuhan tentu mempunyairisiko. Bahkan, mungkin bisa dikatakanmembawa malapetaka bagi dunia kemanusiaanjika ilmu dan agama dipisahkan. Sebagaimanadikatakan oleh Saqib Latif,1OOnly Allah (Swt)can define that way man should live. Only theCreator, Allah Swt, has full knowledge of goodand bad, of what will bring prosperity andwhat will bring disaster. He (Swt) is aware ofthe past, present and future. He (Swt) createdhuman beings and knows his nature, what willsatisfy him and what will make him miserable.Dengan demikian manusia akan selamat kalaudia hidup dalam aturan yang digariskan olehagama. Kata iqra ' sebagai simbol ilmupengetahuan dan kata Rab sebagai simbolagama menjadi suatu kata majemuk di dalamayat terse but. Ini mengisyaratkan bahwaontologi dan epistomologi keilmuan dalamperspektif Al-Quran tidak boleh bebas nilai.

    Melihat fenomena penerapan kloningpada manusia dengan beberapa tujuantersebut, ada suatu fatwa yang dikeluarkan olehMajma' Buhus Islamiyah Al-Azhar di CairoMesir, IIyang intinya adalah bahwa kloningpada rnanusia itu haram dan hams dihalangidengan berbagai cara. Fatwa ini juga menguat-kan bahwa kloning manusia telah menjadikanmanusia (sebagai makhluk yang dimuliakanAllah) menjadi obyek penelitian dan percobaanyang melahirkan beragam masalah pelik. Akantetapi, fatwa ini juga mengharuskan untukmembedakan antara kloning pada manusia danhewan untuk menghasilkan keturunan yang

    , Ibid Ibid[0 Saqib Latif, The Islamic Verdict on Stem Cell Research, dalam http://www.khilafah.comII Nasaruddin Umar, "Kloning Manusia adalah Haram", Kompas, 15 April 2002

    174 MIMBAR HUKUM

    http://www.khilafah.com/http://www.khilafah.com/
  • 5/10/2018 Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

    5/10

    baik dan bennanfaat atau untuk pengobatanmedis, dengan kloning yang semata-mata untukkepentingan sains dan teknologi. Kloning padamanusia untuk tujuan pengobatan medis,menurut fatwa ini diperbolehkan karenaasas manfaat yang lebih besar daripadamudharatnya.m . Hak-hak Reproduksi Perempuan dalam

    KloningSecara kodrati, perempuan mengemban

    fungsi reproduksi umat manusia, terutamameliputi men~andung, melahirkan danmenyusui anak. 2 Fungsi kemanusiaan yangamat berat ini diapresiasi demikian mendalamdalam sebuah ayat Al-Qur 'an yang artinya:Kami pesankan sungguh-sungguh kepadaumat manusia untuk berbuat baik kepadaibu bapaknya; ibunya telah mengandungnyadengan susah payah dan melahirkannyajuga dengan susah payah; mengandungnyasampai menyapihnya selama tiga puluh bulan(Q.S.AI-Ahqaf: 15).

    Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsireproduksi tersebut, maka yang dimaksuddengan hak-hak reproduksi adalah bag ian darikeseluruhan hak-hak manusia perempuanselaku pengemban amanat reproduksi umatmanusia. Adapun hak-hak reproduksi tersebutdapat dikategorikan ke dalam tiga hal, yaitu 1 31 . hak atas jaminan keselamatan dan

    kesehatan dalam menjalankan fungsi-fungsi reproduksi;2. hak atas jaminan kesejahteraan, baikselama proses-proses vital reproduksimaupun di luar itu dalam statusnyasebagai isteri dan ibu dari anak-anaknya;

    3 . hak untuk mengambil keputusanmenyangkut kepentingan perempuanterutama yang berkaitan dengan proses-proses reproduksi;

    Hak-hak terse but muncul berkaitandengan proses kelangsungan hidup manusiayang menurut Islam dilestarikan secarasunatullah melalui pembentukan keluarga yangdisyahkan oleh syariat Islam. Selanjutnya daripasangan suami isteri dilahirkan anak-anakyang merupakan amanah dari Rabb-nya,Sejarah penciptaan manusia itu sendiri, secarajelas dinyatakan dalamAl-Qur'an sebagaimanatersurat dalam Q.S. Al-Mukminun: 13-14:

    Dan sesungguhnyaKami telahmenciptakanmanusia dari suatu saripati (berasal) daritanah. Kemudian Kami jadikan saripatiitu air mani (yang disimpan) dalam tempatyang kokoh (rahim). Kemudian air maniitu Kami jadikan segumpal darah, lalusegumpal darah itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kamibungkus dengan daging. Kemudian Kamijadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.Maka Maha Suci Allah, Pencipta YangPalingBaik.Hak-hak reproduksi perempuan sebagai

    bag ian dari hak asasi manusia mendapatperhatian dalam beberapa peraturan di tingkatintemasional, antara lain dalam Konvensimengenai Penghapusan Segala BentukDiskriminasi terhadap Wanita (Convention onthe Elimination of all forms of Discriminationagainst WomenICEDAW) yang telah diratifikasiIndonesia melalui UU Nomor 7Tahun 1984. Daribeberapa pasal yang ada antara lain Pasal 11ayat(l) huruffdan ayat (2), Pasal12, danPasal16dapat disimpulkan bahwa setiap negara wajibmembuat peraturan yang menjamin adanyaperlindungan terhadap hak-hak reproduksiperempuan.

    .Dengan adanya perkembangan di bidangrekayasa genetika terutama kloning, terjadiperubahan posisi perempuan. Melalui metodekloning, kelahiran seorang bayi tidak lagi

    " Masdar F. Mas'udi, 2000, islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan, Mizan, Bandung, hal. 77-78.IJ ibid .. Lihat juga Mansour Fakih, 2001, Analisis Gender dan Transformasi Soaial, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, hlrn, 138-139.

    MIMBAR HUKUM 175

  • 5/10/2018 Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

    6/10

    memerlukan spenna ayah. Seorang ibu sudahcukup secara teoritis untuk mempunyai anak.Sedangkan seorang laki-laki, apabila inginmempunyai anak tidak perlu isteri, cukupmemesan sel telurpada suatu firma, memberikanselnya dari salah satu organnya dan kemudianmenitipkan anaknya pada rahim seorang wanita.Adanya firma yang menyediakan sperma, sewarahim, dan sebagainya itu bukan suatukhayalan, tetapi sudah berdiri di AmerikaSerikat, salah satunya adalah Clonaid.'4

    Perubahan posisi itu terlihat nyata karenaselama iniwanita memiliki hak-hak reproduksiyang dengan perantaraan keunggulanrahimnya bisa menyemai danmelahirkan sebuahkehidupan bam. Saat ini ada kecenderunganproses reproduksi manusia telah begitu terbagi-bagi dan terspesialisasi seolah reproduksihanyalah sebuah cara produksi. Bisa jadinantinya seorang perempuan yang mempunyaigenetika bagus hanya akan menyumbangkansel telurnya, sementara kehamilan dilakukanoleh perempuan yang secara fisik mempunyaikemampuan yang kuat, dan pengasuhan akandiserahkan kepada perempuan yangmempunyai karakter penyabar.

    Dalam penerapan teknologi kloningmanusia ada fenomena yangdisebut ibu rahimsewaan (surrogate),yaitu seorang wanita yangdisewa rahirnnya untuk keperluan penempatanembrio. Keberadaan ibu rahim sewaansebenarnya telah mempengaruhi posisi danhak-hak perempuan. Dari sisi kesehatanreproduksi perempuan, risiko buruk mengintaipara wanita yang memutuskan untukmengandung bayi kloning. Sebagaimanadikatakan oleh Profesor Richard Gardner's,seorang ahli perkembangan embrio padamamalia, bahwa para wanita tersebut berisikoterkena sejenis kanker yang tidak lazirn dan unikpada manusia yang menyerang rahim, yaituchoriocarcinoma.

    Terhadap perempuan yang rahimnyadisewa untuk menyemai janin yang seluruhinfonnasi genetiknya berasal dari suami isteriyang menyewanya at au perempuan yangrahimnya disewa dan sel telurnya dibeIi untukdibuahi sperma laki-laki yang menyewanya disuatu laboratorium, maka pertanyaan yangmuncul adalah bagaimana jaminan kesejah-teraan perempuan tersebut tidak saja selamaproses reproduksi, tetapi juga di luar masa-masaitu dalam statusnya sebagai seorang ibu yangtelah melahirkan seorang anak. Kesejahteraanyang bersifat materiil tentunya bukan suatupersoalan karena teknologi kloning merupakansuatu teknologi tinggi yang menyediakan danaluar biasa. Akan tetapi bagaimana menjaminkesejahteraan dari seorang perempuan ter-hadap kebutuhan irnmateriil yang mempunyainaluri untuk mernberikan kasih sayang danperhatian terhadap seorang anak yang secarafaktual telah dikandungnya selama beberapabulan.

    Diyakini bahwa hubungan emosionalyang amat pekat dan cinta kasih si ibu telahmenjadi taruhan "survival" bagi si anak dalammemasuki dunia kehidupan. Bahkan hubunganitu telah terbentuk sejak dalam kandungan,sedemikian pekatnya unsur cinta kasih itu,sehingga tempat janin itu sendiri disebut rahm(dari bahasa Arab yang secara etimologisberarti cinta kasih). Pada kasus kloning, padaakhirnya surrogate mother tersebut hamsmenyerahkan bayi yang telah dikandungnyatersebut kepada pihak yang telah menyewanyaatau kepada pihak temp at genetika pembentuk-nya berasal. Dengan demikian, ibu rahimsewaan tidak memiliki hubungan genetikdengan bayi yang dikandungnya serta tidakmemiliki hak sebagai orang tua setelah janinyang dikandungnya lahir.

    Implikasi lain dari ibu rahim sewaan iniadalah kemungkinan adanya gap an tara

    MIMBAR HUKUM

    10 Tri Yudani M. Raras, Bermain Sebagai Sang Pencipta: Manusia Cloning http://f ithrah.de/artikel/8_cloning.htrn

    IS Pikiran Rakyat, .. Selarnat Datang Manusia Kloning I" 2 Januari 2003.

    176

    http://fithrah.de/artikel/http://fithrah.de/artikel/
  • 5/10/2018 Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

    7/10

    perempuan yang kaya dengan perempuanmiskin yang disewa.16 Pihak yangsecaraekonomi kuat bisa dengan mudah Iftenyewaperempuan yang secara ekonomi lemah dengankesepakatan yang mereka buat. Sehinggadengan penerapan teknologi kloning, dari sisisurrogate ini sudah ada kecenderunganeksploitasi terhadap perempuan, bukan sajaoleh suatu kekuatan yang terorganisir untukproyek kloning tersebut, tetapi juga eksploitasioleh perempuan terhadap perempuan lainsecara subordinat.

    Di sini terlihat bahwa rahim dan sel teluryang merupakan alat reproduksi perempuanyang selama ini dihormati karena ke-unggulannya, kini seolah-olah telah menjadisuatu alatproduksi dan komoditas yang dapatdiperdagangkan. Dengan kata lain, organ-organtubuh perernpuan telah menjadi komoditasyang dikomersialkan Apalagi dengan masuk-nya unsur-unsur kapitalisme, maka peng-gunaan rahim dan sel telur akan cenderungeksploitatif,

    Sekalipun dengan teknologikoning akanlebih memberikan kebebasan kepadaperempuan untuk mengambil keputusan yangberkaitan dengan proses-proses reproduksijuga memberikan keleluasaan untuk tidaktergantung kepada seorang laki-laki dalam halmendapatkan anak, 17 tetapi tidak berarti secaraotomatis akan memberi pengaruh positifbagiperempuan itu sendiri. Dengan keberhasilan-keberhasilan dibidang kloning, keinginan darisebagian kaum feminis radikal untukmenjadikan perempuan tidak lagi membutuhkanlaki-laki atau sebaliknya, perlu dipettanyakan.

    Secara instinktif manusia dikaruniai rasasaling membutuhkan dan tertarik di antaralawan jenisnya (Q.S.AI Imron: 14). Adanya rasasaling membutuhkan ini melahirkan per-

    hubungan-perhubungan antara pria dan wanitamenuju suatu ikatan yang bemama perkawinan.Ikatan perkawinan bukan hanya mengikat duaorang yang berlainanjenis secara lahiriah, tetapijuga mengikatsecara batin dan menumbuhkantanggungjawab yang berkelanjutan. Keluargadibentuk tidak hanya untuk melahirkanketurunan, tetapi yang lebih penting adalahmemberikan perlindungan psikologis terhadapsanak keluarga: 18 Institusi perkawinan disamping berfungsi sebagai kontrak sosial ( 'aqdaI-tamIik) yang melahirkan kesadaran dantanggung jawab sosial antara kedua belahpihak, ju9a berfungsi sebagai ibadah ( 'aqd aI-'ibadah), 9_karena mendeklarasikan sesuatuyang tadinya haram mejadi boleh dilakukanantara kedua belah pihak sebagai suarni isteri,sebagaimana dinyatakan dalam Q.S.Ar-Ruumayat 20: "Dan di antara tanda-tandakekuasaan Allah ialah menciptakan untukmuisteri-isteri dari jenismu sendiri, agar kaliancenderung dan merasa tenteram kepadanya ".Mewujudkan ketenteraman dan kedamaianadalah inti dari perkawinan itu sendiri. Jadibagaimana pun institusi perkawinan masihmempunyai arti penting bagi umat manusia,baik laki-laki maupun perempuan.Adanya aspekibadah itulah yang menjadikan sebuahperkawinan penting dan tetap relevansepanjang jaman,Iv. Upaya Perlindungan Hak-hak Repro-duksi.Penerapan kloning terhadap manusia

    disikapi secara beragam. Negara-negara EropaBarat pada umumnyamelarang pengklonanmanusia, dengan berbagai variasi. Di Inggrissebenarnya sudah ada larangan untukmengklon embrio manusia, tetapi metode yangdipakai Ian Welmut (kloning dari sel dewasa)

    16 Kompas, "Kloning dan Posisi Perempuan" 15 April 2002 kolom Dikbud.17 Judi Wacjman, 2001, Feminisme Versus Teknologi, SPBY, Yogyakarta, him. 66-67." Aziz Mushoffa dan Imam Musbikin, 2001, Kloning Manusia abad XXI, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,him. 76-77.1 9 Nasaruddin Umar, loc.cit.

    MIMBAR HUKUM 177

  • 5/10/2018 Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

    8/10

    sebenamya tidak tercakup dalam undang-undang itu. Karena itu Inggris akanmemperketat peraturan hukumnya, sehinggapengklonan manusia dalam setiap bentukdilarangjuga pada tarafUni Eropa.

    Reaksi yang menarik atas masalahpengklonan berasal dari Organisasi KesehatanDunia (WHO). Pada tanggal 11 Maret 1997Direktur umum WHO, Dr. Hiroshi Nakajima,sudah mengeluarkan sebuah pemyataan yang

    . menunjukkan bahwa pengklonan manusiaharus dianggap tidak etis.20 Inti pemyataannya:" WHO considers the use of cloning for thereplication of human individuals to beethically unacceptable as it would violatesome of the basic principles which governmedically assisted procreation. These includerespects for the dignity of the human beingand protection of the security of humangeneticmaterial".Tetapi ini tidak berarti bahwadengan demikian ia menolak semua prosedurpengklonan dari sel-sel manusia. Ia mengakuimanfaat medis dari pengklonan terakhir ini.

    Dengan melihat kemungkinan implikasinegatif yang timbul berkaitan denganpenerapan kloning pada manusia, tampaknyasebagian besar masyarakat dunia sepakatbahwa kloning dengan tujuan untukmenduplikasi individu manusia adalah tidaketis. Dengan kata lain kloning untukmenghasilkan bayi manusia haruslah dilarang.Hal inidiperkuat dengan pemyataan OrganisasiKesehatan Dunia Pertengahan bulan Mei 1997yang mengadakan pertemuan tahunannya diJenewa. Dengan mempertimbangkanpernyataan dari Direktur Umum sebelumnya,mereka menerima sebuah resolusi yangmengecam setiap usaha pengklonan manusia:"the use of cloning for the replication ofhuman individuals is contrary to humanintegrity andmorality", Resolusi ini disepakatidengan konsensus bersama 191 negara

    anggota WHO, tetapi tidak bersifat mengikat.Persoalannya adalah bahwa penelitian

    kloning pada manusia selain memiliki sisi gelapterutama berkaitan dengan usaha menduplikasiindividu manusia, juga terdapat aspek positifyang memberikan harapan bagi masa depandunia kedokteran. Teknik kloning me-mungkinkan dokter mengidentifikasikanpenyebab keguguran spontan, memberikanpemahaman pertumbuhan sel kanker,penggunaan sel stem untuk meregenerasijaringan syaraf serta memberikan kemajuandalam penelitian masalah penuaan, genetika21dan pengobatan.

    Melihat fenomena di atas, makapelarangan secara mutlak terhadap penelitiankloning pada manusia, baik secara politismaupun secara agamis dipandang tidak arif.Sejarah mencatat bahwa tindakan dan sikap"melarang" semata-mata, banyak yang tidakmenyelesaikan persoalan dan bahkan tidakdipedulikan oleh para ilmuwan. Sebaliknya,tindakan yang "membolehkan" tanpa batas-batas dan rambu-rambu tertentu, juga dapatmengarah kepada keangkuhan intelelctual yangjustru memberikan dampak negatifbagi manusiaitu sendiri.

    Ide tentang pembentukan undang-undang atau peraturan tentang keselamatanrekayasa genetika atau diistilahkan denganBiosafetyAct,22 sudah banyak dilontarkan olehbeberapa kalangan. Ide ini mendasarkan padaasumsi bahwa penelitian-penelitian rekayasagenetika termasuk kloning, memang tidak dapatsecara mutlak dihalangi, akan tetapi hendaknyapenelitian tersebut dilakukan denganmemperhatikan berbagai aspek terkait.Sebagaimana diketahui bahwa terdapatsedikitnya tiga komponen pokok dalampengembangan ilmu pengetahuan, yaituprocess, product, dan community (ilmuwanatau konsumen). Demikian juga dalam

    00 K. Betenz, 2001, Perspektif Etika, Kanisius, Yogyakarta, hIm. 118." Human Cloning, dalam http://www.religoustolerance.orglclo-reac.htm~ Amin Abdullah, "Kloning Ditinjau dari Aspek Kalam Era Modem", Tarjih, Edisi 2 Tahun 1997.

    178 MIMBAR HUKUM

    http://www.religoustolerance.orglclo-reac.htm/http://www.religoustolerance.orglclo-reac.htm/
  • 5/10/2018 Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

    9/10

    penerapan teknologi kloning tentunya ketigakomponen tersebut akan terlibat dan merupakanbagian yang tidak terpisahkan. Masing-masingkomponen perlu mendapat perhatianproporsional demi tercapainya kemanfaatanteknologi secara aman.

    Terkait dengan hak-hak perempuan,pemikiran terhadap perlindungan perempuansudah seharusnya mendapat prioritas. Sampaisaat ini, rahim perempuan mutlak diperlukan,demikianjuga terhadap sel telur. Saat ini belumada teknik yang bisa menggantikan posisi rahim(rahim artifisial) sebagai tempat penitipanembrio. Rahim selalu diperlukan baik dalamkloning dengan maksud untuk melahirkanindividu manusia maupun kloning dengantujuan memproduksi organ tubuh sebagaicadangan transplantasi. Sementarajelas terlihatbahwa kloning akan berpengaruh besarterhadap posisi hak -hak reproduksi perempuan.

    Ketentuan-ketentuan mengenai hak-hakreproduksi perempuan yang ada dalamCEDAW memang mengindikasikan bahwaperaturan tersebut ditujukan untuk mengaturhak-hak wanita yang menjalankan prosesreproduksinya secara alamiah, sehingga tidaksecara khusus mengatur hak-hak reproduksi

    wanita berkaitan dengan teknologi.reproduksiseperti kloning. Akan tetapi dalam konvensi iniada suatu pasal yang dapat dipakai sebagaidasar yang memungkinkan dibentuknyasuatu aturan berkaitan dengan teknologireproduksi. Pasal 11 ayat (3) menentukanbahwa perundang-undangan yang bersifatmelindungi sehubungan dengan hal-hal yangtercakup dalam pasal ini wajib ditinjau kembalisecara berkala berdasar ilmu pengetahuan danteknologi serta direvisi, dicabut atau diperluasmenurut keperluan.V . Penutup

    Penerapan teknologi kloning padamanusia akan berpengaruh pada posisi hak-hak reproduksi perempuan dan berimplikasipada kecenderungan yang bersifat merugikan.Dengan mengambil semangat universal darikaidah-kaidah intemasional, perlindunganhukum melalui peraturan positif denganmemperhatikan hak-hak perempuan terutamamenyangkut fungsi-fungsi reproduksi akandapat meminimalisir adanya bentuk-bentukeksploitasi terhadap perempuan termasukorgan-organ tubuh yang selama ini dijadikanobjek penelitian.

    DAFfARPUSTAKAAbdullah, Amin, "Kloning Ditinjau dariAspek

    Kalam Era Modem", Tarjih, Edisi 2Tahun 1997.Betenz, K., 2001, Perspektif Etika, Kanisius,

    Yogyakarta.Fakih, Mansour, 2001, Analisis Gender dan

    Transformasi Soaial, Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

    Farnsworth, Joseph, To Clone or not to Clone:The Ethical Question http://thefarns-worths.com/science/cloning -m.htm.Human Cloning, dalam http://www.religous-tolerance.orglclo-reac.htm.

    Kompas 15 april 2002, Debat Moral KloningManusia.

    MIMBAR HUKUM

    Kompas, 15 April 2002. Lihatjuga TeknologiReproduksi Melahirkan ParadigmaBaru Dalam Masyarakat, dalamwww.hayati-ipb.com.

    Kusmaryanto, C.B., 2001, Problem.Etis K/oningManusia, Grasundo, Jakarta.

    Latif, Saqib, The Islamic Verdict on Stem CellResearch, dalam http://www.khilafah.com.

    Mas'udi, Masdar F ., 2000, Islam dan Hak-hakReproduksi Perempuan, Mizan,Bandung.

    Mushoffa, Aziz dan Imam Musbikin, 200 I,Kloning Manusia abad XXI, PustakaPelajar, Yogyakarta.

    179

    http://www.hayati-ipb.com./http://www.khilafah./http://www.khilafah./http://www.hayati-ipb.com./
  • 5/10/2018 Penerapan Teknologi Kloning Pada Manusia

    10/10

    Pikiran Rakyat, " Selamat Datang ManusiaKloning !" 2 Januari 2003.Republika, "Manusia Kloning Pertama TelahLahir", 28 Desember 2002.

    Sofoewan, Sulchan, "Kloning dan Reka-yasa Reproduksi" Tmjih, Edisi 2 Tahun1997.

    Raras, Tri Yudani M. Bennain Sebagai SangPencipta: Manusia Cloning" http://fithrah.de/artikel/8 _cloning.htm.

    180

    Therapeutic Cloning, to Create HumanOrgans dalam http://hefamsworths.com/science/cloning-m.htm,

    Umar, Nasaruddin, "Kloning Manusia adalahHaram", Kompas, 15April 2002.

    Umar, Nasaruddin, "Pandangan Islam TerhadapKloning Manusia", Kompas, 15 April2002.

    Wacjman, Judi, 2001, Feminisme VersusTeknologi, SPBY, Yogyakarta.

    MIMBAR HUKUM