PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba - · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM...

12
1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK 1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E. Nandina* Pusat Penelitian Antar Universitas Ilmu Hayati LPPM-ITB *) Dept. Biologi - FMIPA-ITB Jalan Ganesha 10, Bandung 40132 Abstrak Penghematan biaya produksi budidaya tanaman dapat dicapai dengan penerapan sistim pertanain organik yakni penambahan aplikasi pupuk mikroba AgriSimba. Beberapa komoditas tanaman telah diuji coba seperti buncis, padi, kentang, bawang dan lain-lain di beberapa tempat di Indonesia telah terbukti dapat menurunkan biaya produksi, sementara hasil panenan pada umumnya dapat ditingkatkan antara 5-20%. Disamping itu, waktu panenpun dapat dipercepat rata-rata antara 7-14 hari. Kajian di rumah kaca terhadap aktivitas enzim mikroba dalam tanah terbukti berbeda secara nyata antara perlakuan dengan pupuk mikroba dengan perlakuan pupuk kimia. Aspek ini sangat penting dalam menjamin keberlangsungan tingkat kesuburan tanah dalam jangka panjang. Dari hasil- hasil kajian ini, pupuk mikroba AgriSimba dapat direkomendasikan untuk aplikasi pertanian padi dan tanaman lain. -------------- Kata kunci : Pertanian organik, biofertilizer, aktivitas ensim, pupuk mikroba, AgriSimba Latar Belakang Fenomena dampak negatif intensifikasi pertanian terhadap ekosistem pertanian termasuk pengerasan tanah, kehilangan materi organik, kontaminasi logam berat dari senyawa-senyawa sida terjadi di mana-mana (Stoate et al., 2001). Intensitas pemakaian pupuk-pupuk kimia telah terbukti meningkat dari waktu ke waktu. Dari sejak awal sistim Bimas diperkenalkan dosis pemupukan tanaman padi hanya sekitar 50-70 kg per hektar, namun dalam rentang waktu 25 tahun sudah terjadi peningkatan dosis pupuk 5-6 kali lipat. Kebutuhan pemupukan (urea, TSP, NPK dan KCL) untuk tanaman padi saat ini telah mencapai dosis total lebih dari 300 kg per hektar. Kenapa terjadi peningkatan dosis pemupukan yang begitu drastis? Apakah peningkatan dosis ini diiringi dengan 1 Aryantha, et al. 2002, Development of Sustainable Agricultural System, One Day Discussion on The Minimization of Fertilizer Usage, Menristek-BPPT, 6th May 2002, Jakarta.

Transcript of PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba - · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM...

Page 1: PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba -  · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E.

1

PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1

I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E. Nandina*

Pusat Penelitian Antar Universitas Ilmu Hayati LPPM-ITB *) Dept. Biologi - FMIPA-ITB

Jalan Ganesha 10, Bandung 40132 Abstrak Penghematan biaya produksi budidaya tanaman dapat dicapai dengan penerapan sistim pertanain organik yakni penambahan aplikasi pupuk mikroba AgriSimba. Beberapa komoditas tanaman telah diuji coba seperti buncis, padi, kentang, bawang dan lain-lain di beberapa tempat di Indonesia telah terbukti dapat menurunkan biaya produksi, sementara hasil panenan pada umumnya dapat ditingkatkan antara 5-20%. Disamping itu, waktu panenpun dapat dipercepat rata-rata antara 7-14 hari. Kajian di rumah kaca terhadap aktivitas enzim mikroba dalam tanah terbukti berbeda secara nyata antara perlakuan dengan pupuk mikroba dengan perlakuan pupuk kimia. Aspek ini sangat penting dalam menjamin keberlangsungan tingkat kesuburan tanah dalam jangka panjang. Dari hasil-hasil kajian ini, pupuk mikroba AgriSimba dapat direkomendasikan untuk aplikasi pertanian padi dan tanaman lain. -------------- Kata kunci : Pertanian organik, biofertilizer, aktivitas ensim, pupuk mikroba, AgriSimba Latar Belakang

Fenomena dampak negatif intensifikasi pertanian terhadap ekosistem pertanian

termasuk pengerasan tanah, kehilangan materi organik, kontaminasi logam berat dari

senyawa-senyawa sida terjadi di mana-mana (Stoate et al., 2001). Intensitas pemakaian

pupuk-pupuk kimia telah terbukti meningkat dari waktu ke waktu. Dari sejak awal sistim

Bimas diperkenalkan dosis pemupukan tanaman padi hanya sekitar 50-70 kg per hektar,

namun dalam rentang waktu 25 tahun sudah terjadi peningkatan dosis pupuk 5-6 kali

lipat. Kebutuhan pemupukan (urea, TSP, NPK dan KCL) untuk tanaman padi saat ini

telah mencapai dosis total lebih dari 300 kg per hektar. Kenapa terjadi peningkatan dosis

pemupukan yang begitu drastis? Apakah peningkatan dosis ini diiringi dengan

1 Aryantha, et al. 2002, Development of Sustainable Agricultural System, One Day

Discussion on The Minimization of Fertilizer Usage, Menristek-BPPT, 6th May 2002, Jakarta.

Page 2: PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba -  · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E.

2

peningkatan hasil panen yang berlipat pula, ternyata tidak. Lalu kenapa harus dilakukan

pemupukan dengan dosis yang berlipat-lipat?

Pendekatan yang kurang komprehensif akan kesuburan tanah selama ini yakni

hanya memfokuskan dari faktor kimianya saja telah terbukti menimbulkan dampak

negatif terhadap kualitas tanah dalam jangka panjang. Selain faktor kimia berupa unsur

makro dan mikro yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, namun faktor biologis

(biokimia) yang terutama dimainkan perannya oleh mikroba juga sangat penting.

Berbagai senyawa organik yang dihasilkan oleh mikroba dalam proses dekomposisi

berbagai limbah oraganik di alam berperan dalam memacu merangsang pertumbuhan,

mempercepat proses perbungaan, meningkatkan proses biosintesis senyawa biokimia,

menghambat patogen, bahkan juga meningkatkan produksi senyawa metabolit sekunder

sebagai bahan baku obat, pestisida dan sebagainya.

Berbagai hormon pertumbuhan (growth hormone) seperti kelompok Auxin,

Giberellin dan Sitokinin sebagian disinyalir dapat diproduksi oleh mikroba di dalam

tanah yang selanjutnya dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Giberellin sendiri pada

mulanya diisolasi dari fungi Giberella fujikuroi sementara berbagai jenis bakteri dalam

medium pertumbuhan mampu memproduksi senyawa triptofan maupun indole yang

kemungkinan dapat dimanfaatkan oleh tanaman sebagai bahan prekursor hormon Indole

Acetic Acid, Indole Butyric Acid, maupun Naphthelene Acetic Acid. Kajian dengan

metoda KLT juga menunjukkan beberapa spesies bakteri tanah dapat menghasilkan

hormon kinetin (unpublished data).

Mikroba tanah juga berperan penting dalam proses pelarutan mineral-mineral

yang tadinya berada dalam bentuk senyawa kompleks menjadi bentuk ion, maupun

garam-garam yang dapat diserap oleh akar. Sebagai contoh unsur fosfor dalam senyawa

kompleks batuan akan terlarutkan oleh kelompok pelarut fosfat seingga menjadi tersedia

bagi tanaman (Wild, 2001).

Sumber hara yang paling utama bagi pertumbuhan vegetatif tanaman adalah

nitrogen. Produksi pupuk nitrogen dunia untuk tahun 1999/2000 menurut data World

Bank telah mencapai lebih dari 80,000,000 ton (World Bank Technical Paper No. 309).

Sementara kita menyadari keberadaan gas N2 di udara adalah sekitar 78%. Gas Nitrogen

ini oleh sekelompok mikroba non -simbiotik seperti Azotobacter, Azomonas,

Page 3: PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba -  · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E.

3

Azotococcus, Beijerinckia, Derxia, Xanthobacter, Methylobacter, Methylococcus,

Azospirillum, Arthrobacter, Citrobacter dapat difiksasi ke dalam tanah dan oleh mikroba

nitrifikasi dan amonifikasi dapat diubah menjadi senyawa nitrogen yang tersedia bagi

tanaman yakni nitrat dan garam amonium. Sementara bakteri simbiotik seperti

Rhizobium, Bradyrhizobium, Azorhizobium yang berinteraksi spesifik dengan kelompok

tanaman tertentu dengan membentuk nodul mampu memfiksasi nitrogen udara dan

disumbangkan langsung kepada tanaman dalam simbiosa mutualistis. Kelompok lain

seperti Cyanobacteria adalah kelompok pemfiksasi nitrogen yang juga bersimbiosa

dengan tanaman seperti Azolla dapat hidup secara autotrof. Begitu besar potensi nitrogen

di alam, walau tidak dapat diambil langsung oleh tanaman, namun banyak jenis mikroba

yang dapat memfiksasinya lalu memindahkan ke tanah atau langsung mengasosiasikan

dengan tanaman inang yang cocok (Madigan et al., 1997 & Richards, 1989).

Kelompok mikroba lain yang berasosiasi salling menguntungkan dengan tanaman

adalah fungi mikrohiza. Asosiasi ini dapat saling menyumbangkan yakni berupa senyawa

organik oleh tanaman ke fungi sementara akumulasi unsur hara seperti fosfor yang

konsentrasinya rendah di tanah dapat dioptimalkan penyerapannya oleh keberadaan

fungi. Potensi fungi mikorhiza sangat besar untuk tanaman kehutanan terutama untuk

reklamasi atau penanaman kembali lahan-lahan kritis. Berbagai jenis fungi mikorhiza

yang tergabung dalam kelompok ektomikorhiza seperti : Cortinarius, Amanita,

Tricholoma, Boletus, Suillus, Russula, Lactarius, Rhizopogon, Scleroderma, Pisolithus,

Telephora, maupun endomikorhiza seperti Endogone, Gigaspora, Acaulospora, Glomus,

dan Schlerocystis (Rhicards, 1987).

Aspek penghambatan penyakit akar sangat penting dalam dunia hortikultura

untuk memperoleh tanaman yang sehat dan subur. Berbagai jenis bakteri dan fungi telah

dilaporkan mampu untuk menghambat pertumbuhan penyakit tanaman terutama penyakit

akar (Aryantha & Guest, 2000 dan Aryantha et al., 2001). Pengendalian dengan

penghambatan dan pencegahan dari awal dengan menambahkan agen mikroba ke dalam

tanah dapat melindungi tanaman budidaya seperti sayur-sayuran dari serangan penyakit

akar.

Meskipun mikroba berperan positif dalam pertumbuhan tanaman, namun faktor

senyawa organik adalah sangat penting harus tersedia di dalam tanah. Peran senaywa

Page 4: PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba -  · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E.

4

organik disamping sebagai sumber nutrien bagi mikroba, juga dapat menciptakan kondisi

fisik dan biokimia tanah yang optimal bagi pertumbuhan. Keberadaan senyawa rganik

telah terbukti berkorelasi positif terhadap aktivitas enzim mikroba, terhadap daya ikat air,

mencegah penguapan pada saat udara kering, meningkatkan daya tukar ion, dan

memberikan pori yang cukup bagi proses biokimia dalam tanah.

Dalam upaya menyeimbangkan dan melestarikan ekosistem pertanian, menurut

Prof. Higa dapat dicapai dengan menyeimbangkan mikroba heterotrof dan autotrof. Atas

dasar keberadaan mikroba dalam tanah, Higa membagi ada 4 tipe tanah : (1) disease-

inducing soil, (2) disease-suppressive soil, (3) zymogenic soil and (4) synthetic soil

(Higa, 1988). Dengan ide dasar dari Higa, dapat dilakukan pengkondisian tanah pertanian

dengan mengkombinasikan anatara mikroba penekan penyakit, mikroba lakto -aseto

fermentatif dan mikroba pemfiksasi nitrogen. Masing-masing diharapkan dapat berperan

sesuai sifatnya seperti penekan penyakit karena mampu menghasilkan senyawa antibiotik

seperti kelompok Bacillus. Kelompok lakto-aseto fermentatif diharapkan dapat

menghasilkan senyawa-senyawa organik yang merupakan prekursor sintesa senyawa lain.

Demikian juga kelompok pemfiksasi nitrogen diharapkan dapat memfiksasi nitrogen

udara, membawanya masuk ke dalam tanah yang selanjutnya dapat diubah menjadi

senyawa nitrogen tersedia bagi tanaman. Dalam upaya ini, kemasan pupuk mikroba cair

berupa kultur campur dari beberapa bakteri (Bacillus sp., Lactobacillus sp., Azotobacter

sp., Acetobacter sp.) dan ragi telah dikembangkan untuk aplikasi pertanian dan

perkebunan secara luas.

Hasil-hasil penelitian dan penerapan pupuk mikroba

Beberapa kajian dan penerapan langsung formula pupuk mikroba AgriSimba di

laboratorium, rumah kaca maupun di lapangan terhadap beberapa jenis komoditas

tanaman telah menunjukkan hasil yang positif. Berikut adalah beberapa hasil positif dari

kajian skala rumah kaca dan di lapangan. Pada gambar 1 disajikan hasil kajian terhadap

tanaman buncis skala rumah kaca terhadap efek pertumbuhan (jumlah daun) dan panen

serta nilai aktivitas enzim mikroba dalam tanah. Dari data tersebut tampak bahwa

perlakuan dengan pupuk mikroba tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kimia

NPK, sementara produksi buah dapat dicapai 2 minggu lebih awal dari perlakuan pupuk

Page 5: PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba -  · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E.

5

kimia. Demikian juga nilai aktivitas enzim yang berkaitan dengan aktivitas biokimia dan

dukungan terhadap kesinambungan kesuburan tanah tampak berbeda nyata antara

perlakuan mikroba dibandingkan dengan pupuk kimia maupun kontrol. Dalam hal ini,

tentunya aplikasi pupuk mikroba dikombinasikan dengan materi organik berupa limbah

rumput.

Kasus 1 menampilkan hasil kajian aplikasi di lapangan (Kadu Gede, Kuningan)

tampak memberikan peningkatan hasil panen sebesar 10% dan waktu panen lebih cepat 7

hari dengan pengurangan biaya pemupukan sebesar Rp. 602.000 per hektar. Sementara

kasus 2 Hasil percobaan per 1 Ha memberi peningkatan hasil panen 10 %, waktu panen

lebih singkat 10 hari dan penghematan biaya = Rp 268.000,00 / Ha. Selanjutnya dalam

kasus 3 hasil aplikasi memberi percepatan waktu panen, dari semula 115 hari menjadi

105 hari. Disamping itu, hasil panen lebih seragam, panen bisa dilakukan serempak,

sehingga menghemat biaya tenaga kerja panen. Lebih daripada itu, juga dilaporkan

tanaman tidak terkena penyakit dan hama, padahal areal sebelahnya terkena penyakit

kering daun.

Page 6: PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba -  · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E.

6

Gambar 1 : Hasil uji coba penanaman kacang buncis dalam pot dengan perlakuan pupuk mikroba dengan kombinasi limbah rumput dibandingkan dengan penggunaan NPK. (A)

Jumlah daun, (B) Jumlah buah dan (C) Aktivitas mikroba dalam tanah

Jumlah daun per minggu

05

101520253035404550

I II III IV V

Minggu ke-

jum

lah

daun

kontrol rumput + simba rumput NPK

Jumlah buah per minggu

05

1015202530354045

I II III IV V VI VII

Minggu ke-

Jum

lah

buah

tota

l

kontrol Rumput +Simba rumput NPK

Aktivitas ensim mikroba di dalam tanah

00.10.20.30.40.50.6

1 2 3 4 5

Waktu (minggu)

Akt

ivita

s en

zim

(ug.

g-1.

m-1

)

Kontrol Mulsa + Simba Mulsa NPK

Page 7: PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba -  · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E.

7

Hasil kajian aplikasi pada beberapa tanaman komoditas di beberapa daerah di Pulau Jawa Kasus 1. Hasil aplikasi pupuk mikroba cair pada tanaman padi di Desa Kadugede, Kab. Kuningan.

Tanpa Agri Simba Dengan Agri Simba

No Keterangan Qty Biaya

Satuan Jumlah

(Rp.) No Keterangan Qty

Biaya Satuan

Jumlah (Rp.)

1 Urea 40 kg 12.500 50.000 1 Agri Simba 2 lt 12.500 25.000

2 TSP/SP36 15 kg 1.800 27.000 2 NPK15 7 kg 3.000 21.000

3 KCL 10 kg 2.500 25.000 3 Ongkos pemupukan 1 30.000 30.000

4 Ongkos Pemupukan 1 30.000 30.000 4 Sanitasi 1 20.000 20.000

5 Sanitasi 1 20.000 20.000 5 Lain-lain/Pestisida 1 20.000 20.000

6 Lain-lain/ Pestisida 1 50.000 50.000 6

Total Biaya (Rp.) 202.000 Total Biaya (Rp.) 116.000

Hasil Percobaan per 100 bata :

- Peningkatan hasil panen sebesar ± 10 %

- Penurunan umur panen ± 7 hari

- Penghematan biaya = Rp 602.000,oo / Ha

Kasus 2. Hasil kajian aplikasi pada tanaman padi di Desa Lamaran, Kec. Larangan, Kab. Kuningan pada bulan April 2000

Tanpa Agri Simba Dengan Agri Simba

No Keterangan Qty Biaya Satuan

Jumlah (Rp.) No Keterangan Qty Biaya

Satuan Jumlah

(Rp.)

1 Urea 300 kg 1.000 300.000 1 Urea 300 kg 1.000 300.000

2 TSP 250 kg 1.800 450.000 2 TSP 150 kg 1.800 270.000

3 KCL 150 kg 2.000 300.000 3 KCL 50 kg 2.000 100.000

4 Agri simba 8 Lt 14.000 112.000Total Biaya (Rp.) 1.050.000 Total Biaya (Rp.) 782.000

Ket : biaya lainnya dianggap sama

Hasil percobaan per 1 Ha :

Page 8: PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba -  · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E.

8

- Peningkatan hasil panen 10 %

- Waktu panen lebih singkat 10 hari

- Penghematan biaya = Rp 268.000,oo / Ha

Kasus 3. Hasil kajian aplikasi pada tanaman padi di Desa Padajaya, Kecamatan Wado, Sumedang

Luas demplot : Rata-rata 30-350 tumbak, total luas sekitar 4 Ha.

Varietas Padi : Widas

Jumlah bibit : 30 -35 kg/Ha

Keterangan Tanpa Agri Simba Dengan Agri Simba

No Saprotan Harga Satuan (Rp) Qty Biaya

(Rp) Qty Biaya (Rp)

1 Urea 1,200 250 300,000 125 150,000

2 SP-36 1,600 100 160,000 50 80,000

3 KCL 1,750 100 175,000 50 87,500

4 ZA 1,200 100 120,000 50 60,000

5 Agri Simba 14,000 8 112,000

Selisih Biaya (Rp) 755,000 489,500

Keuntungan dari sisi biaya saprotan/Ha : Rp 265.500,oo

- Kenaikan produksi : pada musim tanam Mei - Juli 2001 pada sawah yang menggunakan pupuk anorganik secara penuh, mendapatkan hasil 5 kg/bata, sementara sawah yang menggunakan Agri Simba mendapatkan hasil 6 kg/bata.

Kasus 4.

Hasil kajian aplikasi pada tanaman padi di Kec. Sanden, Kab. Bantul, DIY Nama petani : Sujarno Desa : Ds. Gadingsari, Luas lahan : + 1.500 m2 Penggunaan pupuk :

Tanpa Agri Simba Dengan Agri Simba

No Keterangan Qty No Keterangan Qty

1 Urea Pil + 45 kg 1 Pupuk kandang + 500 kg

2 Zet A + 20 kg 2 Urea pil 32 kg

Page 9: PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba -  · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E.

9

3 KCL 20 kg 3 Agri Simba 1,2 lt

4 TSP 20 kg 4

Hasil panen 750 kg gabah kering giling

Hasil panen 800 kg gabah kering giling

Peningkatan hasil = 50 kg

Kasus 5. Hasil kajian aplikasi pada tanaman kentang di Kebun Bp. Burhanuddin Joni, Kompleks Komando Kavaleri Lembang, RT 01 RW 03 Cisarua Lembang Luas tanam : 1 ha Hasil Percobaan : - Peningkatan hasil panen, dari semula 12 – 15 ton/ Ha menjadi 25 – 30 ton/ Ha. - Penghematan biaya pemupukan sebesar ± Rp. 3.527.500,oo/Ha, dengan rincian sbb Tanpa Agri Simba Dengan Agri Simba No Keterangan Qty

(kg) Biaya Satuan

Jumlah (Rp.) No Keterangan Qty ( kg )

Biaya Satuan

Jumlah (Rp.)

1. Pupuk kandang 10.000 300 3.000.000 1. Pupuk kandang 2.500 300 750.0002. Borax 10 7.500 75.000 2. Borax 5 7.500 37.5003. Urea 340 1.000 340.000 3. NPK 150 2.500 450.0004. TSP 300 2.000 600.000 4. KCL 50 1.700 125.0005. NPK 150 2.500 450000 5. Agri Simba 20 12.500 250.0006. KCL 270 1.700 675.000

Total Biaya (Rp.) 5.140.000 Total Biaya (Rp.) 1.612.500

Kasus 6. Hasil kajian aplikasi pada Hidroponik bibit kentang di Maribaya Lembang • Lokasi implementasi : Cipanas Maribaya Lembang • Hasil panen : data sedang disusun • Kelebihan : dapat mengurangi pupuk kimia sampai 40% sehingga dapat menghemat biaya 2,5 juta per 3 bulan per kumbung. Percobaan dilakukan pada 12 kumbung.

Kasus 7. Hasil kajian aplikasi pada Kembang Kol di Lembang Lokasi implementasi : Lembang • Hasil panen : > 2 kg / tanaman • Kelebihan dibandingkan penggunaan pupuk sintetis :

Page 10: PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba -  · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E.

10

Hasil panen meningkat > 30 % (semula 1,2 – 1,5 kg/tanaman menjadi 2 kg / tanaman). Biaya pemupukan berkurang > 50 % (semula Rp. 13 juta/Ha menjadi Rp. 5,5 Juta/Ha)

Kasus 8. Hasil kajian aplikasi pada tanaman Cabe keriting di Ciparay Bandung • Lokasi implementasi : Ciparay, Kab. Bandung • Hasil panen : 25 ton/ Ha, 2,5 – 3 kg / pohon • Kelebihan dibandingkan penggunaan pupuk sintetis :

Hasil panen meningkat 25 % (semula 20 ton menjadi 25 ton/ Ha) Biaya pemupukan berkurang > 30 % (semula Rp. 38 juta/Ha menjadi Rp. 26 Juta/Ha)

Kasus 9. Hasil kajian aplikasi pada tanaman Bawang daun di Ciparay Bandung • Lokasi implementasi : Ciparay, Bandung • Hasil panen : > 1 kg / rumpun • Kelebihan dibandingkan penggunaan pupuk sintetis :

Hasil rata-rata panen meningkat (semula 0,75 kg/rumpun menjadi 1 kg / rumpun). Waktu panen lebih awal (semula 60 hari menjadi 50 hari)

Biaya pemupukan berkurang > 30 % Kasus 10. Hasil kajian aplikasi pada tanaman Bawang merah di Brebes

Nama Petani : Suparjan Lokasi : Desa Sri Gading Sanden

Luas lahan : ± 550 m2

Sebelum memakai Agri Simba Dengan memakai Agri Simba Urea 15 Kg Urea 5 KgKCL 15 Kg KCL 5 KgZA 15 Kg ZA 3 KgNPK 15 Kg NPK 5 Kg Simba 2 liter

Dengan Agri Simba Hasil ubinannya (berdasarkan demplot) adalah: Rumus ubinan (2,5 x 2,5) 1. 17,5 (basah), 14,25 (kering) x 16 (rumus untuk mencari Ha) = 22,8 ton 2. 14,1 (basah), 11, 5 (kering) x 16 (rumus untuk mencari Ha) = 18,4 ton 3. 14 (basah), 11 (kering) x 16 (rumus untuk mencari Ha) = 17,6 ton

Page 11: PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba -  · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E.

11

58,8 ton • Hasil rata-rata/hektar/1000 m2 adalah 19,6 ton/Ha (ubinan) atau 17,3 ton (hasil

nyatanya). • Hasil rata-rata/1000 m2 adalah 1,73 ton. Penutup Situasi perekonomian yang terpuruk telah menimbulkan ketidakberdayaan petani dalam

membeli pupuk kimia sehingga mengancam aktivitas pertanian. Dengan hasil-hasil kajian

percobaan dan aplikasi di lapangan yang positif, maka ketidakberdayaan petani dapat

dibantu dengan pemakaian pupuk mikroba AgriSimba. Praktek aplikasi organik ini pada

dasarnya bersifat ramah lingkungan karena menggunakan mikroba lokal disamping dapat

mengurangi pemakain pupuk kimia bahkan dalam beberapa kasus dapat

mengeliminasinya. Penyetaan bahan organik adalah merupakan persyaratan dalam

penerapan teknologi mikroba yang pada dasarnya dapat disediakan dengan

mengembalikan sisa-sisa tanaman budi daya pada periode penanaman sebelumnya.

Ucapan terima kasih

Penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada PT. Rekayasa Sumber

Daya Hayati yang telah memberikan beberapa data hasil kajian dan aplikasi pupuk

mikroba di lapangan. Juga terima kasih kepada panitia penyelenggara pertemuan ini yang

memberikan kesempatan untuk menyajikan makalah ini.

Daftar Pustaka Aryantha, I.P and D.I. Guest, 1996, Bokashi (EM made product) as biocontrol agent to

suppress the growth of Phytophthora cinnamomi, Rands, Fifth Conference on Technology of Effective Microorganisms, Sara Buri, Thailand, 10-11 December, 1996.

Aryantha, I.P., R. Cross & D.I. Guest, 1997. Biocontrol of Phytophthora cinnamomi Rands, 11th Biennial Conference of Australasian Plant Pathology Society, Perth-Australia, 29 Sept.-2 Oct. 1997.

Aryantha, I.P and D. Guest, 2000, Pengendalian fungi pathogen Phytophthora cinnamomi Rands dengan menggunakan mikroba antagonist, Seminar MIPA 2000, 13-14 November 2000, Kampus ITB, Bandung.

Aryantha, I.P., D. P. Lestari & M. Gantina, 2001, Biofungicide from indigenous microbes for controlling root rot diseases, Patent of Indonesia (Filing date)

Page 12: PENERAPAN PUPUK MIKROBA simba -  · PDF file1 PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN PUPUK MIKROBA DALAM SISTIM PERTANIAN ORGANIK1 I Nyoman P. Aryantha*, Noorsalam R. Nganro*, Sukrasno, E.

12

Alvin, P.E., 1989, Soil Microbiology and Biochemistry, Academic Press, Inc., California, (p. 222-232)

Higa., T., 1988, Considering agriculture from the principle of creation -Role of Kyusei nature farming for the future of mankind, Proceeding of Seminar for Dietmen, 15 December 1988, University of the Ryukus, Japan.

Madigan, M.T., J.M. Martinko & J. Parker, 1997, Brock Biology of Microorganisms, Prentice Hall International, Inc., New Jersey, USA, p. 571-572

Richards, B.N., 1989, The Microbiology of Terrestrial Ecosystem, Longman Scientific & Technical Inc., Singapore, pp.

Stoate C, Boatman ND, Borralho RJ, Carvalho CR, de Snoo GR, Eden P, 2001, Ecological impacts of arable intensification in Europe, J Environ Manage, 63(4):337-65

Wild, A., 2001, Soils and the Environment, Cambridge University Press, Canbridge, UK (p 68-88)

World Bank Technical Paper No. 309, Current World Fertilizer Situation and Outlook, 1993/1994-1999/2000