PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri...

90
UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN DENGAN MASALAH BEDAH BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA- TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE (BPH-TURP) DI RUANG ANGGREK TENGAH KANAN (BEDAH KELAS) RSUP PERSAHABATAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS FITRI MULYANA 0806457054 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2013 Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Transcript of PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri...

Page 1: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN DENGAN MASALAH BEDAH BENIGN PROSTATIC

HYPERPLASIA- TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE (BPH-TURP)

DI RUANG ANGGREK TENGAH KANAN (BEDAH KELAS) RSUP PERSAHABATAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

FITRI MULYANA 0806457054

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS

DEPOK JULI 2013

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 2: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

UNIVERSITAS INDONESIA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ners

PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN DENGAN MASALAH BEDAH BENIGN PROSTATIC

HYPERPLASIA- TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE (BPH-TURP)

DI RUANG ANGGREK TENGAH KANAN (BEDAH KELAS) RSUP PERSAHABATAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

FITRI MULYANA 0806457054

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS

KELAS REGULER DEPOK

JULI 2013

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 3: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Fitri Mulyana

NPM : 0806457054

Tanda tangan :

Tanggal : 8 Juli 2013

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 4: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini diajukan oleh: Nama : Fitri Mulyana, S.Kep NPM : 0806457054 Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Penerapan Preoperative Teaching pada Klien dengan

Masalah Bedah Benign Prostatic Hyperplasia- Transurethral Resection of the Prostate (BPH-TURP) di Ruang Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas) RSUP Persahabatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners (Profesi Keperawatan) pada Program Studi Profesi Ners Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Tuti Herawati, S.Kp.,MN (.......................................) Penguji : Ns. Nuraini, S.Kep (.......................................) Ditetapkan di : Depok Tanggal : 08 Juli 2013

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 5: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

iv

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Penyusunan

karya ilmiah akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Penyusun menyadari bahwa karya ilmiah akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena segala keterbatasan penyusun. Meskipun demikian, penyusun berusaha

semaksimal mungkin untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini dengan

baik dan benar. Penyusun juga menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penyusun untuk menyelesaikan karya

ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Tuti Herawati, SKp.,MN, selaku dosen pembimbing profesi

Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan-Keperawatan Medikal Bedah

(KKMP-KMB) dan Karya Ilmiah Akhir-Ners (KIA-N), yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dalam

penyusunan karya ilmiah akhir ini;

2. Ibu Riri Maria. SKp.,MN, selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah

Akhir, yang telah memberikan arahan mengenai penyusunan karya ilmiah

akhir ini;

3. Ibu Kuntarti, SKp., M.Biomed, selaku koordinator program profesi

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, yang telah telah

banyak membantu dari awal hingga akhir profesi;

4. Ibu Ns. Nuraini, S.kep., selaku Clinical Instructor (CI) lapangan, yang

banyak memberikan bimbingan dan arahan selama mahasiswa melakukan

program profesi KKMP-KMB di ruang Anggrek Tengah Kanan (Bedah

Kelas) RSUP Persahabatan;

5. Kakak Perawat Bedah Kelas, yang tidak bisa penyusun sebutkan namanya

satu per satu, yang telah banyak memberikan kesempatan kepada

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 6: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

v

penyusun untuk belajar dan meningkatkan kemampuan melakukan direct

care kepada pasien;

6. Orang tua tercinta, ayahanda Amir dan ibunda Kurnia Maryam, serta adik

tercinta Fahrul Firdaus, dan seluruh keluarga penyusun lainnya, yang

selalu memberikan doa dan dukungan secara material dan moril;

7. Sahabat Omoesta, Herlia, Esti, Nicky, Puspa, MJ, dan Kak Monik, yang

selalu saling menyemangati dan berjuang bersama-sama, baik suka dan

duka dalam selama menyelesaikan profesi KKMP-KMB dan penyusunan

karya ilmiah akhir ners ini; dan

8. Teman-teman angkatan profesi FIK UI periode 2012-2013 yang telah

berjuang bersama dan saling memberikan dukungan selama proses profesi

Akhir kata, penyusun berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat

memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, Juli 2013

Penyusun

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 7: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fitri Mulyana NPM : 0806457054 Program Studi : Ilmu Keperawatan Fakultas : Ilmu Keperawatan Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Penerapan Preoperative Teaching pada Klien dengan Masalah Bedah Benign

Prostatic Hyperplasia-Transurethral Resection of the Prostate (BPH-TURP) di Ruang Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas)

RSUP Persahabatan

beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok Pada tanggal : 8 Juli 2013

Yang menyatakan

Fitri Mulyana

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 8: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Fitri Mulyana Program studi : Ilmu Keperawatan Judul : Penerapan Preoperative Teaching pada Klien dengan Masalah Bedah Benign Prostatic Hyperplasia- Transurethral Resection of the Prostate (BPH-TURP) di Ruang Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas) RSUP Persahabatan Penuaan menyebabkan pembesaran kelenjar prostat, sehingga insiden dan prevalensi Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) pada lansia pria semakin meningkat. Kasus BPH di perkotaan, banyak ditangani dengan Transurethral Resection of the Prostate (TURP). Karya ilmiah ini memaparkan dan menganalisis asuhan keperawatan perioperatif pada kasus penundaan operasi, salah satu klien BPH-TURP, dengan menitikberatkan pada implementasi preoperative teaching. Hasil analisis menunjukkan bahwa ansietas preoperatif dan risiko komplikasi postoperatif dapat ditangani dengan preoperative teaching. Penyusun menyarankan penerapan preoperative teaching secara optimal oleh perawat, sesuai dengan kebutuhan klien. Kata kunci: BPH, lansia pria, preoperative teaching, TURP

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

uiperpustakaan
Inserted Text
Page 9: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

viii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Fitri Mulyana Study program : Nursing Title : The Analysis of Application Preoperative Teaching in Benign Prostatic Hyperplasia-Transurethral Resection of the Prostate (BPH-TURP) Client at Ward of Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas) RSUP Persahabatan Aging process cause enlargement of prostate gland, so that the incidence and prevalence of Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) in elderly male is increasing. The case of BPH in urban areas, most dealt with Transurethral Resection of the Prostate (TURP). This paper aimed to describe and analyze perioperative nursing care of the delay surgery case on one client with BPH-TURP, with emphasized on preoperative teaching. Analysis showed that preoperative anxiety and risk of postoperative complications can be reduce by preoperative teaching. Writer suggested that delivering preoperative teaching by nurse should be done optimally, based on client's needs. Key words: BPH, elderly male, preoperative teaching, TURP

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 10: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

ix Universitas Indonesia

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ...................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................. vii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5 C. Tujuan Penyusunan ............................................................................... 5 D. Manfaat Penyusunan ............................................................................. 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7 A. Lanjut Usia (Lansia) sebagai Populasi Berisiko (Population at Risk)

dan Rentan (Vulnerable Population).................................... ..................... 7 B. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)....................................................... 9 C. Transurethral Resection of the Prostate (TURP) ................................... 11 D. Masalah Preoperatif terkait TURP dan Preoperative Teaching .............. 12 E. Masalah Intraoperatif terkait TURP ....................................................... 14 F. Masalah Postoperatif terkait TURP ....................................................... 16 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ................................ 18 A. Pengkajian Preoperatif.................................... .......................................... 18 B. Analisi Data Preoperatif .......................................................................... 22 C. Rencana Asuhan Keperawatan Preoperatif .............................................. 23 D. Implementasi Keperawatan Preoperatif ................................................... 23 E. Evaluasi Hasil Implementasi Preoperatif ............................................... 24 F. Laporan Intraoperatif ............................................................................. 25 G. Pengkajian Postoperatif.................................... ........................................ 28 H. Analisi Data Postoperatif ......................................................................... 29 I. Rencana Asuhan Keperawatan Postoperatif ............................................. 30 J. Implementasi Keperawatan Postoperatif .................................................. 30 K. Evaluasi Hasil Implementasi Postoperatif .............................................. 31

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 11: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

x Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISIS SITUASI ....................................................................... 33 A. Profil Lahan Praktik ................................................................................ 33 B. Analisis Masalah Keperawatn Klien dengan BPH

dengan Konsep Terkait.................................... ......................................... 34 B. Analisis Penerapan Preoperative Teaching pada Klien BPH-TURP ........ 41 C. Alternatif Pemecahan ............................................................................. 43 BAB 5 PENUTUP ..................................................................................... 45 A. Simpulan ............................................................................................... 45 B. Saran ..................................................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 47

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 12: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

xi Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prostat normal dan prostat yang mengalami pembesaran ...... 10 Gambar 2.2 Traksi balon kateter ................................................................ 17

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 13: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

xii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Pemantauan Laboratorium (25 Mei 2013) .......................... 22 Tabel 3.2 Hasil Pemantauan Tekanan Darah, Frekuensi Nadi, dan Saturasi Oksigen Intraoperatif .............................................. 27 Tabel 3.3 Hasil Pemantauan Tanda-tanda Vital Postoperatif ....................... 29

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 14: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis Data Preoperatif Lampiran 2 Rencana Asuhan Keperawatan Preoperatif Bapak R dengan BPH- TURP Lampiran 3 Catatan Perkembangan Preoperatif Bapak R dengan BPH-TURP Lampiran 4 Analisis Data Postoperatif Lampiran 5 Rencana Asuhan Keperawatan Postoperatif Bapak R dengan BPH-TURP Lampiran 6 Catatan Perkembangan Postoperatif Bapak R dengan BPH-TURP Lampiran 7 Media Edukasi Preoperative Teaching Lampiran 8 Media Edukasi Discharge Planning Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 15: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan yang terjadi di berbagai sektor kehidupan dewasa ini,

berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup seseorang. Data Badan

Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 dalam laporan pada tahun 2012,

menggambarkan bahwa sejak tahun 2007 sampai 2010, usia harapan hidup

penduduk selalu mengalami peningkatan, dari 70,4 di tahun 2007 menjadi

70,9 di tahun 2010. Peningkatan usia harapan hidup ini menyebabkan jumlah

dan pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun.

Berbagai data menunjukkan jumlah penduduk lansia mengalami peningkatan

yang signifikan. Data Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia) tahun

2009, mencatat bahwa Indonesia menduduki urutan keempat, negara dengan

penduduk lansia terbesar di Asia, setelah China, India dan Jepang. Data BPS

(2010) menunjukkan populasi lansia Indonesia mengalami peningkatan yang

pesat selama satu dekade terakhir, yaitu 14,4 juta jiwa (7,18 persen) pada

tahun 2000 menjadi 18,1 juta jiwa (9 persen) pada tahun 2010. Komnas Lansia

(2009) memperkirakan, pada tahun 2020 jumlah lansia Indonesia akan berlipat

ganda mencapai angka 28,8 juta jiwa (11,34 persen). Populasi ini tersebar di

seluruh wilayah Indonesia, baik perkotaan maupun pedesaan.

Populasi lansia di perkotaan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah

lansia Indonesia, ditambah dengan arus urbanisasi yang semakin pesat. WHO

dalam Putra (2012) mencatat bahwa setiap tahun, jumlah lansia akan lebih

banyak di perkotaan. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat

(Kemenkokesra) Indonesia dalam Putra (2012) mencatat bahwa pada tahun

2010, perbandingan jumlah lansia di desa dan di perkotaan hanya memiliki

selisih 0,3 persen dengan jumlah lebih banyak di pedesaan. Namun,

Kemenkokesra memprediksi bahwa 10 tahun ke depan, kondisi tersebut akan

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 16: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

2

Universitas Indonesia

berbalik. Penduduk lansia di perkotaan akan lebih besar dibandingkan

pedesaan, yaitu sekitar 15,7 juta lansia akan hidup di kota, dan 13,1 juta lansia

akan tinggal di pedesaan. Kondisi tersebut tentunya perlu mendapatkan

perhatian dalam berbagai sektor, terutama kesehatan, untuk para lansia yang

merupakan kelompok usia rentan.

Lansia tergolong sebagai populasi yang rentan (vulnerable population) dan

berisiko (population at risk). Hal ini berarti lansia lebih mudah mengalami

masalah kesehatan, akibat terpapar risiko atau akibat buruk dari masalah

kesehatan, dan akibat kondisi biologis (Stanhope & Lancaster 2004). Survei

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009 (dalam Komnas lansia, 2010)

mencatat separuh lebih lansia (54,57 persen) mengalami keluhan kesehatan

sebulan terakhir. Angka keluhan kesehatan ini meningkat dari 48,94 persen

pada tahun 2005, menjadi 54,25 persen pada tahun 2007 dan menjadi sebesar

54,57 persen pada tahun 2009. Keluhan kesehatan yang dirasakan lansia, salah

satunya merupakan dampak dari penuaan.

Proses penuaan mempengaruhi berbagai sistem tubuh pada lansia. Seiring

masa penuaan, berbagai fungsi sistem tubuh mengalami degenerasi, baik dari

struktur anatomis, maupun fungsi fisiologis. Salah satu sistem tubuh yang

terganggu akibat proses penuaan adalah sistem genitourinari. Pada sistem

genitourinari lansia pria, masalah yang sering terjadi akibat penuaan, yakni

pembesaran kelenjar prostat (Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)) (DeLaune

& Ladner, 2002).

Pembesaran kelenjar prostat, atau disebut dengan BPH (Benign Prostate

Hyperplasia) merupakan salah satu masalah genitouriari yang prevalensi dan

insidennya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Parsons (2010)

menjelaskan bahwa BPH terjadi pada 70 persen pria berusia 60-69 tahun di

Amerika Serikat, dan 80 persen pada pria berusia 70 tahun ke atas.

Diperkirakan, pada tahun 2030 insiden BPH akan meningkat mencapai 20

persen pada pria berusia 65 tahun ke atas, atau mencapai 20 juta pria (Parsons,

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 17: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

3

Universitas Indonesia

2010). Di Indonesia sendiri, data Badan POM (2011) menyebutkan bahwa

BPH merupakan penyakit kelenjar prostat tersering kedua, di klinik urologi di

Indonesia.

Insiden dan prevalensi BPH cukup tinggi, namun hal ini tidak diiringi dengan

kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan maupun

penanganan dini sebelum terjadi gangguan eliminasi urin. Nies dan McEwen

(2007) menjelaskan bahwa pandangan stereotip yang mengatakan pria itu

kuat, akan mengarahkan pria untuk cenderung lebih mengabaikan gejala yang

timbul di awal penyakit. Pria akan menguatkan diri dan menghindari

penyebutan “sakit” bagi diri pria itu sendiri. Sementara, ketika wanita sakit,

wanita akan cenderung membatasi kegiatan dan berusaha mencari perawatan

kesehatan. Oleh karena itu, kasus BPH yang terjadi lebih banyak kasus yang

sudah mengalami gangguan eliminasi urin, dan hanya bisa ditangani dengan

prosedur pembedahan.

TURP (Transurethral Resection of the Prostate) merupakan salah satu

prosedur pembedahan untuk mengatasi masalah BPH yang paling sering

dilakukan. Rassweiler (2005) menjelaskan bahwa TURP merupakan

representasi gold standard manajemen operatif pada BPH. TURP memiliki

beberapa kelebihan dibandingkan dengan prosedur bedah untuk BPH lainnya.

Beberapa kelebihan TURP antara lain prosedur ini tidak dibutuhkan insisi dan

dapat digunakan untuk prostat dengan ukuran beragam, dan lebih aman bagi

pasien yang mempunyai risiko bedah yang buruk (Smeltzer & Bare, 2003).

Oleh karena itulah, prosedur TURP lebih umum digunakan mengatasi masalah

pembesaran kelenjar prostat.

Prosedur TURP banyak dilakukan di rumah sakit di perkotaan, karena

didukung dengan ketersediaan alat yang memadai dan tenaga kesehatan yang

kompeten. Tidak ditemukan data pasti yang menunjukkan jumlah rumah sakit

yang menyediakan layanan TURP di Indonesia. Namun, setiap rumah sakit

yang menyediakan jasa pelayanan bedah urologi, biasanya menyediakan

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 18: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

4

Universitas Indonesia

layanan TURP. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan merupakan

salah satu rumah sakit yang menyediakan layanan bedah urologi, termasuk

TURP. Dalam jangka waktu tujuh minggu, sejak awal Mei 2013 sampai akhir

Juli 2013, ditemukan sedikitnya delapan kasus BPH yang menjalani tindakan

bedah TURP dan dirawat di ruang Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas)

RSUP Persahabatan. Kasus ini termasuk kasus bedah urologi yang banyak

ditemukan selain kasus batu saluran perkemihan.

Segala jenis tindakan pembedahan harus dipersiapkan secara matang,

termasuk pada TURP. Klien yang akan menjalani prosedur TURP juga perlu

dipersiapkan, yaitu dengan preoperative teaching. Tujuan preoperative

teaching adalah untuk menurunkan kecemasan dan ketakutan, serta

mengurangi kemungkinan munculnya komplikasi postoperatif. Selain itu,

informasi sensori dan informasi prosedural seperti preoperative teaching dapat

menurunkan stress dan meningkatkan kemampuan koping klien (Calvin &

Lane, 1999; Millo & Sullivan, 2000 dalam Smeltzer & Bare, 2003).

Pentingnya penerapan preoperative teaching dapat dilihat pada salah satu

contoh kasus. Bapak R merupakan salah satu klien BPH yang akan menjalani

tindakan pembedahan TURP. Bapak R dijadwalkan operasi pada tanggal 24

Mei 2013, namun Bapak R yang mengalami penundaan operasi sampai

tanggal 28 Mei 2013, karena tekanan darah yang tingi akibat ansietas. Hal ini

bisa dicegah, jika klien dipersiapkan dengan optimal, untuk menjalani

prosedur TURP, yaitu dengan persiapan preoperatif yang maksimal, yang

salah satunya mencakup preoperative teaching. Klien dapat diberikan

gambaran mengenai prosedur tindakan, hal-hal yang harus dipersiapkan, serta

hal-hal yang akan terjadi setelah operasi, serta mengenai perawatan dan

pencegahan komplikasi postoperatif. Dengan demikian, klien akan

mendapatkan informasi, dan dapat menurunkan tingkat ansietasnya. Oleh

karena itu, preoperative teaching diperlukan bagi klien yang akan menjalani

pembedahan, termasuk TURP.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 19: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

5

Universitas Indonesia

B. Rumusan Masalah

Pembangunan yang terjadi di berbagai sektor kehidupan meningkatkan usia

harapan hidup seseorang. Peningkatan usia harapan hidup ini menyebabkan

jumlah penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan, terutama di

perkotaan dan ditambah dengan arus urbanisasi. Lansia tergolong sebagai

populasi yang rentan dan berisiko, terutama akibat perubahan biologis akibat

penuaan. BPH merupakan salah satu masalah pada lansia pria, yang terjadi

karena adanya pembesaran kelenjar prostat akibat penuaan. BPH banyak

ditangani dengan prosedur bedah TURP. Klien yang akan menjalani prosedur

TURP perlu persiapan preoperatif yang optimal, salah satunya dengan

preoperative teaching, yang dapat menurunkan kecemasan dan ketakutan,

serta mengurangi kemungkinan munculnya komplikasi postoperatif. Salah

satu contoh adalah pada Bapak R yang mengalami penundaan operasi karena

tekanan darah yang tingi akibat ansietas. Hal ini bisa dicegah jika dilakukan

preoperative teaching yang optimal. Oleh karena itu, preoperative teaching

penting diberikan pada klien yang akan menjalani TURP.

C. Tujuan Penyusunan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukannya penyusunan karya ilmiah ners ini adalah

untuk menggambarkan asuhan keperawatan perioperatif pada klien

dengan BPH-TURP, dengan menitikberatkan pada implementasi

preoperative teaching.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain:

a. Memaparkan asuhan keperawatan preoperatif pada pada klien dengan

BPH-TURP

b. Memaparkan asuhan keperawatan intraoperatif pada pada klien

dengan BPH-TURP

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 20: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

6

Universitas Indonesia

c. Memaparkan asuhan keperawatan postoperatif pada pada klien

dengan BPH-TURP

d. Menganalisis masalah keperawatan klien dengan BPH dan

dihubungkan dengan konsep terkait

e. Menganalisis implementasi preoperative teaching yang dilakukan

pada klien BPH-TURP

D. Manfaat Penyusunan

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan gambaran

bagi mahasiswa keperawatan, dalam memberikan asuhan keperawatan

pada klien dengan kasus bedah BPH-TURP. Karya ilmiah ini juga dapat

digunakan sebagai data dasar bagi penelitian yang akan melibatkan klien

dengan BPH-TURP,. Selain itu, karya ilmiah ini dapat memberikan

gambaran mengenai kondisi klien BPH serta asuhan keperawatannya,

sehingga dapat memberikan ide atau gagasan baru untuk pengembangan

ilmu keperawatan, khususnya keperawatan medikal bedah di masa yang

akan datang.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penulisan karya ilmiah ini dapat memberikan masukan bagi

pengembangan asuhan keperawatan perioperatif pada klien BPH-TURP,

sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan di rumah

sakit. Selain itu, karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan gambaran

pemberian asuhan keperawatan perioperatif yang komprehensif pada klien

dengan masalah BPH-TURP.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 21: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

7 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia (Lansia) sebagai Populasi Berisiko (Population at Risk) dan

Rentan (Vulnerable Population)

Maurer dan Smith (2005) mendefinisikan populasi sebagai sekumpulan

individu yang bertempat tinggal di suatu wilayah. Definisi risiko adalah

peluang atau kemungkinan untuk mempunyai konsekuensi yang merugikan,

dan akan meningkat dengan adanya satu atau lebih karakteristik (Backett,

Davies, & Petros-Barvazian, 1984 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Populasi berisiko didefinisikan sebagai kumpulan individu yang memiliki

masalah kesehatan, yang kemungkinan akan berkembang karena dipengaruhi

adanya faktor risiko yang dapat dimodifikasi (Allender, Rector, & Warner,

2010). Faktor risiko (risk factor) sendiri didefinisikan sebagai faktor paparan

yang spesifik, yang secara terus menerus bersinggungan terhadap individu.

Faktor risiko berkaitan dengan lingkungan, gaya hidup, dan karakteristik

seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan genetik (Stanhope & Lancaster,

2004). Dengan demikian, populasi berisiko merupakan sekumpulan individu

yang dapat memiliki masalah kesehatan, karena adanya faktor risiko yang

berasal dari dalam maupun dari luar individu tersebut.

Kelompok yang mempunyai kumpulan risiko untuk dapat mengalami berbagai

masalah, digolongkan sebagai populasi rentan (vulnerable population). Polit

dan Beck (2012) mendefinisikan kerentanan (vulnerability) sebagai kondisi

yang mengakibatkan individu mudah mengalami gangguan fisik. Vulnerable

population merupakan kelompok yang mempunyai karakteristik lebih

memungkinkan berkembangnya masalah kesehatan, lebih mengalami

kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan, dan lebih memungkinkan

penghasilannya kurang, atau masa hidupnya lebih singkat akibat kondisi

kesehatan (Maurer & Smith, 2005). Dengan demikian, populasi rentan dapat

didefinisikan sebagai kelompok individu yang memiliki berbagai risiko untuk

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 22: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

8

Universitas Indonesia

mengalami masalah akibat faktor pendukung yang tidak adekuat baik dalam

diri maupun dari lingkungan.

Lansia merupakan kelompok usia yang berisiko, karena dalam diri lansia

terdapat karakteristik populasi berisiko. Karakteristik populasi berisiko

tersebut antara lain risiko biologis dan usia, risiko gaya hidup dan perilaku,

risiko sosial, serta risiko ekonomi.

Pertama, risiko biologis dan usia. Dalam proses menua, dikenal adanya teori

biologis. Teori ini menjelaskan bahwa penuaan merupakan proses yang tidak

disengaja dan irreversible, yang terjadi setiap saat dan menyebabkan

perubahan sel-sel dan jaringan tubuh (Ebersole, 2005). Sebagai contoh pada

pria, seiring masa penuaan, risiko untuk mengalami pembesaran kelenjar

prostat menjadi lebih tinggi. Parsons (2010) mengungkapkan bahwa risiko

BPH meningkat mencapai angka 70 persen pada pria berusia 60-69 tahun, dan

80 persen pada pria berusia 70 tahun ke atas.

Kedua, risiko gaya hidup dan perilaku. Beberapa masalah kesehatan yang

timbul pada lansia, disebabkan karena gaya hidup atau kebiasaan yang

dilakukan sejak muda (Stanhope & Lancaster, 2004). BPH belum diketahui

penyebabnya. Namun, Roehrborn (2011) menjelaskan bahwa hasil penelitian

yang dilakukan oleh Parsons (2007), dan Parsons dan Kashefi (2008)

menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kurang aktivitas

fisik, obesitas, dan indeks massa tubuh (IMT) dengan kejadian BPH.

Ketiga, risiko sosial. Risiko sosial antara lain lingkungan tempat tinggal

dengan tingkat kriminalitas tinggi, jauh dari tempat rekreasi, fasilitas

kesehatan tidak memadai, lingkungan yang memiliki tingkat polisi yang

tinggi, serta lingkungan yang memiliki tingkat stress tinggi (Stanhope &

Lancaster, 2004). Selain itu, risiko masalah kesehatan dapat meningkat jika

lansia memiliki kemampuan koping yang maladaptif atau tidak adekuat.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 23: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

9

Universitas Indonesia

Keempat, risiko ekonomi. Hal ini berkaitan dengan sumber penghasilan dalam

keluarga. Keterbatasan pendapatan akan berdampak pada kesulitan dalam

mengakses pelayanan kesehatan, selain itu, pemenuhan kebutuhan pokok

sehari-hari juga akan mengalami keterbatasan. Oleh karena itu, kondisi

tersebut dapat mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan, terutama pada

lansia (Stanhope & Lancaster, 2004). Belum ada penelitian antara hubungan

BPH dengan kondisi ekonomi individu. Namun, masalah ekonomi dapat

menjadi penghambat individu untuk melakukan deteksi dini BPH maupun

pengobatan dan perawatan terkait BPH.

Hasil penjabaran tersebut menggambarkan bahwa lansia memiliki banyak

faktor risiko terhadap munculnya gangguan kesehatan. Selain itu, proses

penuaan pada lansia menyebabkan kemungkinan berkembangnya masalah

kesehatan, menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, selain digolongkan sebagai

kelompok berisiko, lansia juga merupakan kelompok yang rentan terhadap

masalah kesehatan. Sebagai contoh, pada pria, seiring bertambahnya usia,

menjadi rentan terhadap masalah BPH.

B. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dapat didefinisikan sebagai pembesaran

kelenjar prostat yang memanjang ke atas, ke dalam kandung kemih, yang

menghambat aliran urin, serta menutupi orifisium uretra (Smeltzer & Bare,

2003). Secara patologis, BPH dikarakteristikkan dengan meningkatnya jumlah

sel stroma dan epitelia pada bagian periuretra prostat. Peningkatan jumlah sel

stroma dan epitelia ini disebabkan adanya proliferasi atau gangguan

pemrograman kematian sel yang menyebabkan terjadinya akumulasi sel

(Roehrborn, 2011).

Penyebab pasti BPH belum diketahui. Namun, IAUI (2003) menjelakan

bahwa terdapat banyak faktor yang berperan dalam hiperplasia prostat, seperti

usia, adanya peradangan, diet, serta pengaruh hormonal. Faktor tersebut

selanjutnya mempengaruhi prostat untuk mensintesis protein growth factor,

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 24: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

10

Universitas Indonesia

yang kemudian memicu proliferasi sel prostat. Selain itu, pembesaran prostat

juga dapat disebabkan karena berkurangnya proses apoptosis. Roehrborn

(2011) menjelaskan bahwa suatu organ dapat membesar bukan hanya karena

meningkatnya proliferasi sel, tetapi juga karena berkurangnya kematian sel.

Gambar 2.1: Prostat normal (kiri) dan prostat yang membesar (kanan)

BPH jarang mengancam jiwa. Namun, keluhan yang disebabkan BPH dapat

menimbulkan ketidaknyamanan. BPH dapat menyebabkan timbulnya gejala

LUTS (lower urinary tract symptoms) pada lansia pria. LUTS terdiri atas

gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptom) yang

meliputi: frekuensi berkemih meningkat, urgensi, nokturia, pancaran berkemih

lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis

berkemih, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urin (IAUI, 2003).

LUTS pada BPH terjadi karena adanya pembesaran kelenjar prostat atau

benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi

pada leher kandung kemih dan uretra atau bladder outlet obstruction (BOO).

Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan pada struktur

kandung kemih maupun ginjal, yang kemudian dapat menimbulkan

komplikasi pada saluran kemih bagian atas maupun bawah (IAUI, 2003).

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 25: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

11

Universitas Indonesia

Obstruksi pada leher kandung kemih dan uretra menyebabkan pengosongan

urin yang tidak tuntas, yang lama kelamaan dapat meningkatkan tekanan pada

kandung kemih. Seiring dengan meningkatnya tekanan pada kandung kemih,

regangan otot detrusor yang terdapat pada kandung kemih, melebihi kapasitas

regangnya, sehingga kandung kemih terus meregang, sementara kontraksi

kandung kemih menjadi lemah. Akibatnya terjadi refluks urin. Jika hal ini

terus berlanjut, lama kelamaan dapat terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan

dilatasi pada piala dan kaliks ginjal (hidronefrosis), yang dapat menyebabkan

kerusakan tubulus, gangguan filtrasi ginjal, dan akhirnya menjadi awal

terjadinya gagal ginjal (Smeltzer & Bare, 2003).

B. Transurethral Resection of the Prostate (TURP)

BPH tidak dapat dicegah, dan kebanyakan kasus BPH di Indonesia merupakan

kasus BPH bergejala, yang sudah menimbulkan gangguan elminasi.

Penanganan masalah BPH di Indonesia, paling banyak dilakukan melalui

prosedur bedah, yaitu TURP. TURP merupakan salah satu prosedur

pembedahan yang umum dilakukan pada kasus BPH. Prosedur ini dilakukan

melalui endoskopi. Instrumen bedah dan optikal dimasukkan ke secara

langsung melalui uretra ke dalam prostat, yang kemudian dapat dilihat secara

langsung. kelenjar diangkat dalam irisan kecil dengan loop pemotong listrik

(Smeltzer & Bare, 2003).

Prosedur TURP memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

TUPR antara lain dapat dilakukan tanpa insisi, dan digunakan untuk kelenjar

dalam ukuran yang beragam. Selain itu, TURP juga dapat digunakan untuk

pasien dengan kelenjar yang kecil dan lebih aman bagi pasien yang memiliki

risiko bedah (Smeltzer & Bare, 2003). Adapun kekurangan dari prosedur

TUPR antara lain dapat menyebabkan komplikasi seperti perdarahan,

obstruksi (Smeltzer & Bare, 2003), dan timbulnya sindrom TURP (Hideki, et

al 2001).

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 26: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

12

Universitas Indonesia

C. Masalah Preoperatif terkait TURP dan Preoperative Teaching

Smelzer dan Bare (2003) serta Spry (2009) menjelaskan bahwa masalah utama

yang terjadi pada fase preoperatif diantaranya adalah ansietas dan kurang

pengetahuan. Spry (2009) juga menjelaskan bahwa kurang pengetahuan dapat

disebabkan karena gangguan dalam komunikasi, barrier bahasa, kapasitas

mental klien yang tidak adekuat, serta kurang terpapar informasi mengenai

prosedur pembedahan. Selain itu, Spry (2009) juga memaparkan bahwa

tingkat ansietas seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman pembedahan.

Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah ansietas dapat dilakukan

dengan eduksi kesehatan dan teknik relaksasi. Doenges dan Moorhouse (2008)

menjelaskan bahwa teknik relaksasi dapat menurunkan frustasi dan

meningkatkan koping adaptif. Selain itu, pendapat lain yang dikemukakan

oleh Spry (2009) menjelaskan bahwa pemberian informasi yang sesuai dengan

kebutukan klien pada fase preoperatif dapat menurunkan ansietas dan

ketakutan klien.

Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kurang

pengetahuan adalah dengan melakukan pengajaran preoperatif (preoperative

teaching). Bernier, Saranes, dan Owen (2003) menjelaskan bahwa

preoperative teaching merupakan proses interaktif dalam memberikan

informasi dan penjelasan mengenai proses pembedahan, perilaku yang

diharapkan, dan antisipasi sensasi, serta mendengarkan aktif (therapeutic

listening) pasien yang akan menjalani operasi. Tujuan preoperative teaching

adalah untuk menurunkan kecemasan dan ketakutan, serta mengurangi

kemungkinan munculnya komplikasi postoperatif. Selain itu, Informasi

sensori dan informasi prosedural seperti preoperative teaching dapat

menurunkan stress dan meningkatkan kemampuan koping klien (Calvin &

Lane, 1999; Millo & Sullivan, 2000 dalam Smeltzer & Bare, 2003).

Materi yang perlu disampaikan pada preoperative teaching bermacam-macam,

Spry (2009) menjelaskan bahwa preoperative teaching harus mencakup

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 27: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

13

Universitas Indonesia

kejadian intraoperatif, termasuk prosedur anestesi, prosedur pembedahan,

estimasi waktu, serta hasil yang diharapkan. Selain itu, edukasi mengenai hal

lain, seperti latihan napas dalam dan batuk efektif, latihan kaki, serta

mengenai persiapan preoperatif dan perawatan postoperatif juga perlu

dilakukan. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa salah satu tujuan

asuhan keperawatan preoperatif adalah mengajarkan klien untuk

mempromosikan ekspansi paru yang maksimal dan oksigenasi darah yang

adekuat postanestesi. Selain itu, latihan napas dalam preoperatif juga

diberikan pada klien yang berisiko mengalami komplikasi postoperatif. Faktor

risiko tersebut antara lain anestesi umum, pembedahan abdomen atau toraks,

riwayat merokok, penyakit paru kronik, obesitas, dan lanjut usia (Pearson

Education,--). Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa latihan kaki

adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah stasis vena, dan

mempromosikan fungsi rispiratori yang optimal. Oleh karena itu, latihan ini

penting untuk dilakukan pada klien yang akan menjalani pembedahan.

Hal lain yang perlu disampaikan dalam preoperative teaching juga mencakup

pengajaran mengenai bed rest dan mobilisasi dini postoperatif. Alam, et al

(2011) menjelaskan bahwa insiden sakit kepala setelah anestesia spinal terjadi

sekitar 0,2% sampai 20%. Alam, et al (2011) juga menjelaskan bahwa gejala

sakit kepala ini dapat dikurangi dengan bed rest. Thoennissen, et al (2001)

menjelaskan bahwa di Perancis bed rest untuk mencegah sakit kepada

postanestesi dilakukan selama 24 jam, begitupun dengan di Austria. Namun,

di Swedia bed rest hanya dilakukan sampai kurang dari tiga jam. Shields dan

Welder (2002) menjelaskan bahwa bed rest dilakukan dengan posisi datar

(lying flat). Walaupun bed rest dianjurkan pada saat postoperatif, di sisi lain

mobilisasi dini (early mobilization) juga diperlukan untuk mencegah

trombosis vena. Rice, Brassell, dan McLeod (2010) menjelaskan bahwa

tromboemboli vena merupakan komplikasi yang umum dan berpotensi terjadi

pada pembedahan urologi, termasuk TURP. Rice, Brassell, dan McLeod

(2010) juga menjelaskan bahwa salah satu pencegahan komplikasi ini

dilakukan dengan mobilisasi dini. Oleh karena itu, setelah pemulihan dari efek

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 28: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

14

Universitas Indonesia

anestesia dengan bed rest, harus dilakukan mobilisasi dini. Smeltzer dan Bare

(2003) juga menjelaskan bahwa dalam melakukan ambulasi dini tidak

melewati batas toleransi pasien, harus memperhatikan jenis prosedur bedah,

kondisi fisik, dan usia pasien.

Hal lainnya yang perlu disampaikan pada pasien adalah kapan boleh makan

dan minum setelah operasi. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa

cairan merupakan substansi pertama yang ditoleransi pasien setelah

pembedahan. Setelah itu, jika tidak ada rasa mual, diet normal dapat

diberikan Smeltzer dan Bare (2003). Oleh karena itu, pada pasien post-TURP,

asupan makanan diberikan secara bertahap, jika sudah tidak ada rasa mual.

Pencegahan Valsava manuver post-TURP juga perlu disampaikan.

Pencegahan Valsava manuver antara lain mencakup menghindari mengejan

saat defekasi, menghindari menahan napas saat berpindah posisi, menghindari

bersin, dan batuk keras. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa

Valsava dapat meningkatkan tekanan vena dan menyebabkan hematuria. Salah

satu upaya untuk menghindari Valsava saat defekasi adalah dengan makan

makanan yang mengandung serat dan konsumsi air yang cukup, dua sampai

tiga liter per hari.

D. Masalah Intraoperatif terkait TURP

Hal yang dilakukan setelah klien masuk ruang operasi adalah persiapan

anestesi. Pada pembedahan TURP, jenis anestesi yang biasa dilakukan adalah

anestesi spinal. Anestesi spinal merupakan anestesi, dimana obat anestesi

disuntikkan pada ruang subarachnoid pada lumbal, biasanya antara L4 dan

L5. Anestesi spinal yang dilakukan, menghasilkan efek anestesi pada

ekstermitas bawah, perineum, dan abdomen bawah (Smeltzer & Bare, 2003).

Setelah proses anestesi dilakukan, klien yang akan menjalani TURP akan

diposisikan litotomi, kemudian dilakukan desinfeksi. Tujuan dilakukannya

proses ini adalah sebagai upaya untuk mengurangi jumlah bakteri pada kulit,

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 29: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

15

Universitas Indonesia

dan mengurangi potensial kontaminasi bakteri dari klien selama proses

pembedahan (Spry, 2009). Setelah itu, dilakukan draping agar dokter bedah

dapat berfokus hanya pada daerah yang harus dioperasi saja.

Masalah keperawatan intraoperatif yang biasanya muncul pada klien dengan

pembedahan TURP adalah risiko cedera posisi perioperatif berhubungan

dengan posisi operasi, pemakaian alat kesehatan, dan tindakan invasif, serta

risiko perdarahan berhubungan dengan prosedur pembedahan. Spry (2009)

menjelaskan bahwa selama periode intraoperatif, klien memiliki risiko cedera

yang tinggi. NANDA (2012) juga dijelaskan bahwa risiko cedera posisi

perioperatif dapat terjadi karena adanya faktor risiko seperti disorientasi,

edema, imobilisasi, kelemahan otot, terlalu kurus, terlalu gemuk, dan

gangguan persepsi atau sensori yang berkaitan dengan anestesi. Spry (2009)

menjelaskan bahwa anestesi dapat mencegah pertahanan tubuh normal

terhadap nyeri akibat peregangan, twisting, dan kompresi yang berlebihan

pada bagian tubuh. Selain itu, gesekan dan tekanan pada masa imobilisasi juga

dapat menyebakan timbulnya luka tekan (pressure ulcer).

Masalah keperawatan dapat timbul dari posisi operasi, dalam kasus ini posisi

litotomi. Posisi litotomi dapat mengurangi efisiensi respirasi karena tekanan

yang diberikan paha kepada abdomen dan tekanan yang diberikan oleh

abdomen pada diafragma, membatasi ekspansi paru, sehingga kapasitas paru

dan volume tidal menurun. Selain itu, pada posisi litotomi, ketika bagian kaki

direndahkan, sekitar 500-800 ml darah beralih dari bagian viseral ke bagian

ekstremitas, dan dapat menyebabkan hipotensi (Spry, 2009). Risiko lain yang

ditimbulkan dari posisi ini adalah terjadinya sindrom kompartemen. Walsh

(1993) dalam Spry (2009) menjelaskan bahwa sindrom kompartemen dapat

terjadi jika otot betis terlalu lama kontak dengan penyangga kaki.

Masalah lain juga dapat ditimbulkan jika prosedur TURP dilakukan dalam

durasi yang terlalu lama. Hawary, et al (2009) menjelaskan bahwa prosedur

TURP harus dibatasi sampai kurang dari 60 menit untuk menghindari

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 30: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

16

Universitas Indonesia

terjadinya komplikasi TURP. Penelitian yang dilakukan oleh Mebust, et al

(1989) (Dalam Hawary, et al, 2009), ditemukan bahwa dari 3885 pasien yang

menjalani TURP, pada pasien yang menjalani TURP lebih dari 90 menit,

terjadi insiden perdarahan intraoperatif dan TURP syndrome yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pasien yang menjalani TURP kurang dari 90 menit.

Pada pasien yang menjalani TURP lebih dari 90 menit insiden perdarahan

intraoperatif terjadi sebanyak 7,3% dan TURP syndrome sebanyak 2%.

Sedangkan pada pasien yang menjalani TURP kurang dari 90 menit, insiden

perdarahan intraoperatif sekitar 0,9% dan insiden TURP syndrome sebanyak

0,7%.

E. Masalah Postoperatif terkait TURP

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada fase postoperatif pada klien

dengan jenis pembedahan TURP adalah nyeri akut, risiko perdarahan, dan

risiko gangguan eliminasi urin. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa

nyeri akut merupakan salah satu masalah utama yang muncul pada pasien

postoperatif. Diagnosa risiko perdarahan dan risiko gangguan eliminasi urin

juga dapat ditegakkan karena adanya faktor risiko komplikasi TURP.

Rassweiler et al (2006) menjelaskan bahwa TURP dapat menimbulkan

komplikasi, diantarnya adalah perdarahan, retensi urin, inkontinensia,

ejakulasi retrogard, obstruksi kateter urin, serta scarring.

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk penangan nyeri dapat

dilakukan dengan cara non farmakologis dan cara farmakologis. Intervensi

manajemen nyeri non farmakologis dapat dilakukan dengan teknik relaksasi.

Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa nyeri dapat menimbulkan

respon stress, yang dapat memicu konstriksi pembuluh darah. Oleh karena itu,

teknik relaksasi dapat digunakan untuk membantu mengurangi nyeri, karena

dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah untuk memperlancar aliran darah.

Intervensi untuk mengatasi nyeri juga dapat dilakukan dengan manajemen

nyeri farmakologis. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa pada klien

postoperatif, sekitar satu per tiga melaporkan nyeri hebat. Selain itu, Smeltzer

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 31: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

17

Universitas Indonesia

dan Bare (2003) juga menjelaskan bahwa lansia harus mendapatkan

manajemen nyeri yang adekuat setelah pembedahan. Oleh karena itu,

manajemen nyeri farmakologis juga dibutuhkan untuk klien pada fase

postoperatif.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko perdarahan antara

lain melakukan traksi kateter. Reissweler (2006) menjelaskan bahwa pada

post-TURP, balon kateter digunakan sebagai traksi untuk membantu

menghentikan perdarahan.

Gambar 2.2: Traksi balon kateter

Pencegahan perdarahan juga dapat dengan edukasi. Pemberian informasi

yang dilakukan adalah edukasi mengenai pencegahan valsava manuver, yang

telah dijelaskan pada bagian preoperative teaching.Selain itu, diperlukan juga

pemberian medikasi yang dapat mengurangi risiko perdarahan dan

mempercepat proses penyembuhan luka seperti kalnex dan vitamin k.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk menangani masalah risiko gangguan

eliminasi urin adalah dengan pemantauan continuous bladder irrigation.

Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa continuous bladder irrigation

post-TURP dibutuhkan untuk mengeluarkan bekuan darah agar obstruksi tidak

terjadi. Selain itu, irigasi juga dapat dibantu dengan asupan cairan yang

adekuat, sehingga perlu dilakukan edukasi untuk mengkonsumsi cairan per

oral dengan adekuat, yaitu dua sampai tiga liter cairan per hari.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 32: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

18 Universitas Indonesia

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. Pengkajian (Pre Operatif)

Bapak R (63 tahun) masuk rumah sakit pada tanggal 23 Mei 2013, dengan

diagnosa medis hiperplasia prostat. Klien dirawat di ruang Bedah Kelas RSUP

Persahabatan untuk menjalani operasi TURP pada tanggal 24 Mei 2013,

namun operasinya ditunda karena tekanan darah klien tiba-tiba tinggi. Klien

merupakan penduduk asli Jakarta, dan memiliki latar belakang budaya suku

Betawi, dengan pendidikan terakhir sekolah dasar (SD). Klien pernah bekerja

sebagai tukang ojek, namun saat ini klien sudah tidak bekerja. Bapak R

memiliki riwayat merokok, namun sudah berhenti sejak tiga tahun yang lalu.

Keluhan yang berhubungan dengan penyakit yang dirasakan klien saat ini

adalah keluhan pada eliminasi urin. Keluhan yang dirasakan berupa keluhan

nyeri saat berkemih, terasa panas seperti terbakar, berkemih seringkali terasa

tidak tuntas (anyang-anyangan). Nyeri yang dirasakan berada dalam skala

empat sampai lima. Klien mengatakan terkadang harus mengejan baru bisa

berkemih. Terkadang klien merasa tuntas dalam berkemih, namun setelah

berkemih terasa nyeri (disuria terminal). Pancaran urin lemah. Klien juga

mengatakan sering ingin buang air kecil di malam hari, bisa dua atau tiga kali.

Keluhan dirasakan kurang lebih sejak satu tahun sebelum masuk rumah sakit.

Hasil pengkajian riwayat penyakit sebelumnya didapatkan bahwa klien pernah

memiliki masalah batu ureter. Pada tanggal 25 Mei 2013, telah dilakukan

tindakan URS (ureterorenoscopy) untuk masalah batu ureter yang dialami

klien, dan bersamaan dengan sistoskopi yang dilakukan saat tindakan URS,

diketahui bahwa klien juga mengalami hiperplasia prostat. Selain itu, klien

juga memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol sampai saat ini. Klien

baru mengetahui jika dirinya memiliki hipertensi sejak melakukan kunjungan

ke poli urologi untuk masalah perkemihan yang dialaminya. Sejak saat itu,

klien meminum obat anti hipertensi captopril 1 sampai 2 kali sehari, namun

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 33: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

19

Universitas Indonesia

tidak dilakukan secara rutin. Klien mengatakan sering merasa nyeri pada

tengkuk, yang datangnya sewaktu-waktu. Klien mengatakan nyeri akan hilang

dengan istirahat.

Hasil pengkajian riwayat penyakit dalam keluarga didapatkan bahwa dalam

keluarga pernah mengalami penyakit yang sama, yakni batu saluran kemih.

Klien mengatakan dalam keluarga, ayah klien pernah mengalami penyakit urin

batu, sampai mengeluarkan batu kecil-kecil ketika buang air kecil. Namun,

tidak pernah berobat. Berdasarkan hasil pengkajian, untuk masalah hipertensi,

tidak ada riwayat hipertensi dalam keluarga. Riwayat masalah kesehatan

lainnya seperti jantung dan DM juga tidak ditemukan dalam keluarga klien.

Klien mendapat jadwal untuk mendapatakan tindakan TURP pada Jum’at, 24

Mei 2013. Namun, tindakan tersebut dibatalkan karena hipertensi klien

kambuh mencapai 205/109. Pada pukul 06.00 sebelum operasi, tekanan darah

klien mencapai 190/100. Setelah itu, diberikan captopril 25 gram, satu jam

setelahnya, setelah dievaluasi, tekanan darah turun menjadi 150/80. Klien

mengatakan merasa kaget saat dibawa ke ruang persiapan operasi, karena

ruangan dingin. Klien juga mengatakan tidak tahu akan dilakukan tindakan

seperti apa. Klien pernah masuk kamar operasi sebelumnya, tetapi klien tidak

mengetahui apakah tindakan yang akan dilakukan akan sama atau berbeda.

Ketika ditanyakan hal yang diketahui klien tentang tindakan operasi yang akan

dilakukan, klien mengatakan tidak tahu, operasi seperti apa yang akan

dilakukan. Klien dijadwalkan kembali untuk operasi pada Selasa, 28 Mei

2013, tindakan TURP dengan anestesi spinal.

Hasil pengkajian aktivitas, didapatkan data bahwa saat di rumah kegiatan

sehari-hari adalah membantu istri berjualan nasi uduk. Selain itu, saat di

rumah klien sering olahraga sepak bola bersama teman atau tetangga. Selama

di rumah sakit klien tidak memiliki keterbatasan mobilisasi. Rentang

pergerakan sendi klien normal. Klien mampu berjalan ke kamar mandi, dan

dapat melakukan tindakan personal hygiene secara mandiri. Klien biasa tidur

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 34: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

20

Universitas Indonesia

malam dari rentang pukul sembilan sampai sebelas malam dan bangun saat

subuh, sekitar pukul empat sampai lima pagi. Klien mengatakan selama

dirawat di rumah sakit sering terbangun di malam hari, karena ingin berkemih.

Perasaan tersebut, seringkali menganggu istirahat tidur malam. Siang hari,

klien akan tidur siang jika tidak ada pasien lain yang bisa diajak mengobrol

atau tidak ada keluarga dan teman yang menjenguk ke rumah sakit.

Hasil pengkajian sistem sirkulasi didapatkan hasil bahwa klien memiliki

riwayat hipertensi yang tidak terkontrol, yang baru diketahui saat klien

melakukan pemeriksaan terkait keluhan perkemihan yang dialaminya. Klien

juga rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi, captopril. Hasil pemeriksaan

tekanan darah pada Sabtu, 25 Mei 2013 tekanan darah pada posisi berbaring

dan dilakukan pada lengan kiri adalah 140/90 mmHg, frekuensi nadi radialis

92 kali/menit kuat, dan reguler. Pada auskultasi, tidak ditemukan bunyi

jantung abnormal, tidak terdapat rasa kebas pada ekstremitas, suhu ekstremitas

hangat, capillary refill time kurang dari dua detik, mukosa bibir lembab,

konjungtiva tidak pucat, dan sklera tidak ikterik.

Hasil pengkajian integritas ego didapatkan hasil bahwa klien tampak tegang.

Klien mengatakan takut akan batal operasi lagi. Klien khawatir tekanan

darahnya akan tinggi lagi sebelum operasi. Sebelumnya, klien batal operai

karena tekanan darahnya meningkat di atas normal. Klien mengatakan kaget

saat di bawa ke ruang operasi karena tiba-tiba terasa dingin. Klien juga tidak

mengetahui apa yang akan dilakukan terhadap dirinya saat di ruang operasi

lagi. Saat ini, hal yang dilakukan klien untuk mengatasi kecemasannya adalah

dengan banyak berdoa, dan berzikir. Klien terlihat sering berzikir sambil

menelusuri batu tasbih dengan jari. Klien juga terlihat rutin mengerjakan

sholat lima waktu. Klien mengatakan sudah lupa apa saja persiapan operasi

yang harus dilakukan, klien mengatakan operasinya mungkin akan dinsisi

sehingga akan ada luka operasi, klien mengatakan tidak mengetahui perawatan

postoperatif, dan klien mengatakan tidak mengetahui komplikasi TURP, selain

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 35: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

21

Universitas Indonesia

itu, klien juga sering menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan prosedur

operatif dan hasil postoperatif.

Hasil pengkajian eliminasi didapatkan hasil bahwa klien buang air kecil

sekitar lima sampai enam kali dalam sehari. Selain itu, ditemukan juga geljala

LUTS seperti terasa nyeri saat berkemih, terasa panas seperti terbakar,

berkemih terkadang tidak tuntas, pancaran urin lemah. Jika berkemih

dirasakan tuntas, setelah berkemih biasanya terasa nyeri (disuria terminal).

Seringkali klien harus mengejan untuk mengeluarkan urin. Klien mengalami

nokturia sekitar dua sampai tiga kali setiap malam. Tidak terdapat hematuria.

Pola defekasi klien tidak setiap hari, biasanya dua hari sekali. Klien

mengatakan terkadang defekasi keras dan harus mengejan untuk

mengeluarkan feses. Klien tidak meminum obat-obatan laksatif, dan tidak ada

riwayat hemoroid. Hasil pemeriksaan abdomen didapatkan bahwa tidak

terdapat nyeri tekan abdomen, konsistensi abdomen lunak, tidak terdapat

massa, dan hasil auskultasi ditemukan bising usus aktif pada keempat kuadran.

Hasil pengkajian makanan dan cairan ditemukan bahwa berat badan klien

adalah 65 kg, dan tinggi badan 168 cm. Klien mengatakan selama di rumah

sakit makan tiga kali dalam sehari dan lebih sering menghabiskan

makanannya. Tidak ada masalah penurunan selera makan, tidak terdapat mual

maupun muntah. Klien tidak memiliki masalah mengunyah dan menelan,

klien tidak memakai gigi palsu, dan tidak ada alergi makanan. Klien

mengatakan kurang suka makan sayur dan buah. Klien mengatakan suka

makan gorengan dan jengkol. Selama di rumah sakit, klien dalam satu hari

dapat menghabiskan sampai 3000 ml air untuk minum (dua botol air mineral

ukuran 1500 ml).

Pemeriksaan lainnya yang dilakukan adalah pemeriksaan sistoskopi dan

pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan sistoskopi pada tanggal 2 Mei

2013, saat klien menjalani tindakan URS untuk masalah batu ureter, diketahui

bahwa klien mengalami pembesaran prostat.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 36: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

22

Universitas Indonesia

Hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 25 Mei 2013

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium (25 Mei 2013)

Jenis

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

Leukosit 7,44 ribu/mm3 5-10 ribu/mm3 Normal

Hemoglobin 14,7 gr/dl 13-18 gr/dl Normal

Hematokrit 40 % 40-52 % Normal

Trombosit 260 ribu/mm3 150-440 ribu/mm3 Normal

B. Analisis Data Preoperatif

Hasil pengkajian terhadap Bapak R, ditemukan dua masalah keperawatan

preoperatif utama, yaitu ansietas, kurang pengetahuan. Selain itu, terdapat

juga diagnosa nyeri akut, gangguan eliminasi urin dan regimen terapeutik

tidak efektif, yang lebih jelas dapat dilihat pada lampiran satu.

Diagnosa ansietas ditegakkan berdasarkan data-data penunjang. Data subjektif

yang ditemukan untuk menegakkan masalah ansietas antara lain klien

mengatakan mengkhawatirkan tekanan darahnya akan tinggi lagi dan takut

akan batal operasi lagi, selain itu, klien juga mengatakan sebelumnya klien

batal operasi karena tekanan darahnya meningkat karena kaget saat di bawa ke

ruang operasi karena tiba-tiba terasa dingin, dan klien tidak mengetahui apa

yang akan dilakukan terhadap dirinya saat di ruang operasi, hal ini juga

membuat klien khawatir. Selain itu, klien mengatakan untuk mengatasi

kecemasannya, klien biasanya berdoa dan berzikir. Adapun data objektif yang

didapatkan antara lain klien tampak tegang, tekanan darah klien yang sedikit

meningkat, yaitu 140/90 mmHg, dan frekuensi nadi 92 kali per menit.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 37: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

23

Universitas Indonesia

Diagnosa keperawatan lainnya, yakni kurang pengetahuan, berdasarkan data-

data subjektif dan objektif yang ditemukan selama pengkajian. Data subjektif

yang ditemukan antara lain, klien mengatakan sudah lupa apa saja persiapan

operasi yang harus dilakukan, klien mengatakan operasinya mungkin akan

dinsisi sehingga akan ada luka operasi, klien mengatakan tidak mengetahui

perawatan postoperatif, dan klien mengatakan tidak mengetahui komplikasi

TURP. Adapun data objektif yang didapatkan antara lain Klien menanyakan

hal-hal yang berhubungan dengan prosedur operatif dan hasil postoperatif.

C. Rencana Asuhan Keperawatan Preoperatif

Rencana asuhan yang disusun untuk menyelesaikan masalah keperawatan

preoperatif ansietas dan nyeri akut terlampir dalam lampiran dua.

D. Implementasi Keperawatan Preoperatif

Implementasi untuk mengatasi masalah preoperatif ansietas dan nyeri akut

dilakukan sejak tanggal 25 Mei 2013 setelah pengkajian, sampai tanggal 28

Mei 2013 sebelum operasi. Dalam mengatasi masalah ansietas dan nyeri akut,

hal yang sudah penyusun lakukan antara lain implementasi pengkajian,

monitor, direct care, edukasi kesehatan, dan kolaborasi.

Impelentasi yang sudah penyusun lakukan untuk masalah keperawatan

ansietas antara lain mengkaji kecemasan klien, dari mulai hal yang membuat

cemas, akibat cemas yang dialami terhadap aktivitas sehari-hari, serta hal yang

dilakukan klien jika kecemasan muncul. Selain itu, penyusun juga

menlakukan pemeriksaan tanda-tanda vital secara berkala, minimal satu kali

setiap shift. Implemetasi direct care yang sudah penyusun lakukan untuk

mengatasi masalah ansietas adalah mangajarkan teknik napas dalam untuk

mengatasi kecemasan. Masalah ini juga diatasi dengan memberikan edukasi

kesehatan yaitu dengan memberikan informasi terkait prosedur pembedahan

dan prosedur TURP yang akan dijalani klien. Penyusun melakukan edukasi

kepada klien dengan menggunakan media yang disertai dengan gambar untuk

memudahkan klien memahami penjelasan terkait prosedur anestesi dan

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 38: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

24

Universitas Indonesia

prosedur TURP. Implementasi kolaborasi yang penyusun lakukan, bukan

memberikan obat antiansietas, melainkan memantau klien dalam

mengkonsumsi obat antihipertensi captopril dan amlodipin, karena salah satu

penyebab kecemasan klien adalah karena takut batal operasi jika tekanan

darahnya tinggi.

Implementasi terkait masalah keperawatan kurang pengetahun juga sudah

penulis lakukan. Implementasi yang penyusun lakukan antara lain

mengidentifikasi pengetahuan klien tentang perawatan postoperatif,

menjelaskan mengenai protokol preoperatif seperti: tidak memakai perhiasan,

tidak membawa barang berharga, tidak memakai gigi palsu, tidak memakai

alat bantu penglihatan (kacamata maupun lensa kontak), tidak memakai cat

kuku, mencukur dan membersihkan daerah operasi, memakai gelang identitas,

tetap mengkonsumsi obat antihipertensi, puasa delapan jam sejak malam

sebelum operasi, mandi dan sikat gigi pada pagi hari sebelum operasi,

memfasilitasi klien dalam melakukan persiapan preoperatif, mengajarkan

latihan napas dalam dan batuk efektif, serta mengajarkan latihan ekstremitas.

E. Evaluasi Hasil Implementasi Preoperatif

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan kepada klien terkait masalah

ansietas, memberikan dampak yang positif. Pada evaluasi subjektif,

didapatkan hasil bahwa ansietas yang dialami klien berkurang, klien lebih

mengetahui prosedur anestesi spinal ditambah lagi karena klien sudah pernah

operasi sebelumnya dengan jenis anestesi spinal. Selain itu, klien juga

mengatakan sudah mendapatkan gambaran tentang prosedur operasi TURP

yang akan dijalankan. Berdasarkan evaluasi objektif klien mampu

menjelaskan dengan benar tentang prosedur anestesi dan prosedur

pembedahan TURP. Selain itu, klien juga mampu melakukan teknik relaksasi

napas dalam sambil berzikir jika cemas, dan tanda-tanda vital klien dalam

batas normal, dan klien minum obat antihipertensi secara teratur. Dengan

dilakukan implementasi tersebut dan mendapatkan respon yang positif dari

klien, masalah ansietas yang dialami oleh klien dapat diatasi. Rencana lanjutan

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 39: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

25

Universitas Indonesia

untuk masalah ansietas adalah melakukan latihan napas dalam setiap kali

merasa cemas, sambil berzikir dan tetap mengingatkan klien untuk meminum

obat anti hipertensi, serta pengkajian ansietas secara rutin selama masa

preoperatif, serta pemantauan tanda-tanda vital.

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan kepada klien terkait masalah

kurang pengetahuan juga memberikan dampak yang positif. Hasil evaluasi

subjektif ditemukan bahwa klien mengatakan lebih siap menjalani operasi,

klien mengatakan memiliki gambaran tentang kondisi postoperatif dan

perawatannya. Berdasarkan hasil evaluasi objektif, ditemukan bahwa klien

mampu melakukan persiapan operasi sesuai checklist preoperatif. Klien

mampu menjelaskan bahwa setelah operasi akan dipasang kateter untuk

beberapa hari. Selain itu, klien dapat menjelaskan bahwa bekas operasi akan

terasa nyeri setelah efek obat bius habis, dan akan dipasang cairan yang

berguna untuk menguras daerah operasi, klien mampu menjelaskan bahwa

setelah operasi harus banyak minum dua sampai tiga liter, klien mempu

menjelaskan bahwa setelah operasi harus banyak makan sayur dan buah, klien

mampu melakukan latihan napas dalam dan batuk efektif, dan klien mampu

melakukan latihan ekstremitas. Evaluasi tindakan keperawatan preoperatif

secara lengkap dapat dilihat pada lampiran tiga.

F. Laporan Intraoperatif

Klien dibawa ke IBS pada pukul 10.00 WIB, pada tanggal 28 Mei 2013.

Setelah itu, klien dipersiapkan di ruang preoperatif. Pakaian klien diganti

dengan pakaian khusus ruang operasi dan dipakaikan penutup kepala. Setelah

itu, dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan frekuensi nadi. Hasilnya,

tekanan darah klien 156/93 mmHg dan frekuensi nadi 86 kalil per menit.

Setelah itu, dilakukan pemasangan infus pada vena metakarpal kanan, dengan

cairan asering. Selama klien menunggu di ruang preoperatif, dilakukan

implementasi sebagai upaya untuk menurunkan tekanan darah klien. Pertama,

ditanyakan kembali mengenai perasaan klien saat itu. Klien mengatakan sudah

pasrah dengan tindakan yang akan dilakukan dan lebih tenang dibandingkan

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 40: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

26

Universitas Indonesia

dengan sebelumnya. Kemudian, diulang kembali mengenai penjelasan

prosedur operasi yang akan dilakukan. Klien dapat menjelaskan secara

singkat mengenai tindakan yang akan dilakukan. Selama menunggu di ruang

preoperatif, klien juga terus dimotivasi untuk melakukan teknik mapas dalam,

agar klien lebih rileks dan tekanan darah dapat turun. Hasilnya, pada

pemeriksaan terakhir, yang dilakukan pada pukul 11.45, tekanan darah klien

mencapai 132/86 mmHg. selama masa preoperatif di ruang IBS ini, diagnosa

keperawatan yang muncul adalah ansietas. Adapun tindakan yang sudah

dilakukan untuk mengatasi maslah ini antara lain: (1) mendampingi klien

selama di ruang preoperatif, (2) menanyakan perasaan klien, (3) menjelaskan

kembali tentang gambaran prosedur anestesi dan prosedur TURP, (4)

memotivasi klien untuk melakukan teknik napas dalam sambil berzikir, (5)

menganjurkan klien untuk istrahat sambil menunggu waktu operasi, dan (6)

memantau tekanan darah dan frekuensi nadi secara berkala.

Pada pukul 12.15, klien masuk ke ruang operasi 4. Kemudian, dilakukan

persiapan untuk anestesi. Namun, berdasarkan pemantauan melalui monitor

hemodinamik, TD klien kembali naik mencapai 182/98, sehingga dokter

bedah urologi memutuskan untuk menunda operasi klien dan menunggu

sampai tekanan darah klien stabil. Akhirnya, klien kembali dibawa ke ruang

preoperatif. Namun, berdasarkan hasil konsultasi dengan dokter anestesi, klien

masih dapat menjalani operai. Akhirnya, klien kembali masuk ruang operasi

pada pukul 12.30. Klien diberikan injeksi catapress 15 mg per IV. Kemudian,

ditunggu sampai TD klien dalam batas yang dapat ditoleransi untuk dilakukan

tindakan operasi. Sambil menunggu, klien terus dimotivasi untuk melakukan

teknik napas dalam. Akhirnya, pada pukul 12.45, TD klien mencapai 137/72,

dan mulai dilakukan anestesi spinal, dengan obat anestesi fentanyl 25 mg dan

bupivacain 15 mg. Cairan asering kemudian diganti dengan HES 6%.

Setelah obat-obatan anestesi bekerja, klien diposisikan litotomi, diberikkan

restrain pada bagian tangan, kemudian dilakukan desinfeksi pada bagian

penis, skrotum sampai ke bagian abdomen bawah. Setelah itu, dipasang doek

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 41: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

27

Universitas Indonesia

steril untuk mempersempit lapang operasi. Setelah itu, dilakukan sistoskopi.

Setelah dilakukan sistoskopi, dilakukan TURP secara sistematis. Dari hasil

TURP, didapatkan chip prostat 20 gram. Setelah itu, dipasang kateter

threeway dan dilakukan traksi kateter.

Berikut ini merupakan hasil pemantauan tekanan darah, frekuensi nadi, dan

saturasi oksigen selama klien di ruang operasi:

Tabel 3.2 Hasil Pemantauan Tekanan Darah, Frekuensi Nadi, dan

Saturasi Oksigen Intraoperatif

Waktu Hasil Pemantauan TD (mmHg) N (x/menit) SaO2 (%)

12.50 132/72 84 99 13.00 120/65 65 97 13.10 109/63 73 100 13.20 115/61 73 100 13.40 111/60 72 100

Masalah keperawatan intraoperatif yang ditemukan adalah risiko cedera posisi

perioperatif berhubungan dengan posisi operasi, pemakaian alat kesehatan,

dan tindakan invasif dan risiko perdarahan berhubungan dengan prosedur

pembedahan, dan risiko perdarahan berhubungan dengan pprosedur TURP.

Adapun tindakan yang dilakukan pada tahap ini antara lain sebagai berikut:

(1) mengunci roda tempat tidur klien maupun meja operasi sebelum

memindahkan klien, (2) memastikan posisi klien tepat berada di tengah meja

operasi untuk mengurangi risiko jatuh, (3) mengamankan klien pada meja

operasi dengan restrain secukupnya, (4) memantau penggunaan doek steril

pada tubuh klien untuk menjaga suhu tubuh dan menutupi area yang tidak

dilakukan tindakan, (5) memotivasi klien untuk tetap rileks saat disuntikkan

anestesi spinal, (6) memantau tanda-tanda vital klien dan tanda perdarahan,

serta (7) mengisi tabung irigasi dengan Dextrose 5% jika tabung sudah ½

kosong.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 42: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

28

Universitas Indonesia

Klien keluar dari ruang operasi pada pukul 13.40. kemudian, klien dibawa ke

ruang recovery dengan tempat tidur. Klien sadar penuh, namun kaki masih

belum bisa digerakkan, orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan orang juga

baik. tanda-tanda vital pada pukul 13.45 WIB diperoleh hasil pemeriksaaan

tekanan darah 115/78 mmHg, nadi 82 kali per menit, SPO2 100%. Diagnosa

keperawatan yang ditemukan pada tahap ini adalah risiko perdarahan

berhubungan dengan prosedur pembedahan dan risiko gangguan eliminasi

urin.

Adapun tindakan yang dilakukan pada tahap ini antara lain sebagai berikut:

(1) memantau tanda-tanda vital klien, (2) memantau kepatenan dan kecepatan

aliran infus, (3) memantau kepatenan traksi kateter, (4) memantau kecepatan

tetesan cairan irigasi, (5) mengganti cairan irigasi yang habis, dan (6)

memantau pengeluaran cairan lewat urine bag.

G. Pengkajian (Postoperatif H+2,5 Jam)

Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 Mei 2013. Hasil pengkajian mobilisasi

didapatan klien sudah bisa menggerakkan dan mengangkat kakinya secara

bertahap. Rasa kesemutan sudah tidak ada. Klien bedrest 12 jam untuk

pemulihan diri sepenuhnya dari efek anetesi, dengan posisi kepala tidur semi

fowler. Segala aktivitas dilakukan di tempat tidur.

Hasil pengkajian nyeri didapatkan nyeri mulai terasa pada daerah operasi.

Nyeri muncul terus menerus, skala nyeri lima sampai enam. Klien tampak

mengernyitkan dahi dan sering menarik napas panjang sambil beristigfar.

Hasil pengkajian cairan dan nutrisi didapatkan instruksi post operatif, klien

dapat langsung makan dan minum, diit bebas. Mual dan muntah tidak terjadi.

Klien terpasang kateter urin threeway. Irigasi kateter dengan kecepatan aliran

80 tetes per menit. Klien mendapatkan terapi cairan intravena ringer laktat

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 43: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

29

Universitas Indonesia

berbanding dekstose 5% dengan perbandingan dua berbanding satu dalam 24

jam (RL:D5 2:1/24 jam).

Medikasi postoperatif, yang didapatkan klien yaitu: ceftriaxone 3x1 ampul,

kaltopren sup 3x1, kalnex 3x1, vitamin K 3x1 ampul, vitamin C 1x4000,

laxadine 3x1, KSR 3x1, dan captopril dan amlodipin yang pemberiannya tetap

dilanjutkan. Hasil Pemantauan tanda-tanda vital klien selama 3,5 jam pertama

postoperatif adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Hasil Pemantauan Tanda-tanda Vital Postoperatif

Waktu TD N S RR 15.30 120/80 84 35,2 20 16.00 120/80 90 35,6 18 16.30 120/80 82 35,9 20

H. Analsis Data Postoperatif

Berdasarkan hasil pengkajian, masalah keperawatan postoperatif pada Bapak

R adalah nyeri akut, risiko perdarahan, dan risiko gangguan eliminasi urin.

Selain itu, masalah regimen terapeutik tidak efektif juga masih ada (dapat

dilihat pada lampiran empat). Data yang ditemukan untuk menegakkan

masalah keperawatan nyeri akut antara lain data subjektif seperti klien

mengatakan terasa nyeri pada daerah yang dioperasi, klien mengatakan nyeri

tingkat 5-6, dan muncul terus menerus. Data objektif yang ditemukan antara

lain ekspresi wajah klien tampak meringis, tekanan darah 120/80 mmHg, dan

frekuensi nadi 84 kali per menit.

Masalah keperawatan lain yang ditemukan adalah masalah risiko perdarahan.

Diagnosa ini ditegakkan karena adanya faktor risiko perdarahan yang

berhubungan dengan efek samping pembedahan, yaitu TURP. Selain itu,

masalah gangguan eliminasi urin juga ditemukan karena adanya faktor risiko

terjadinya obstruksi post-TURP.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 44: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

30

Universitas Indonesia

I. Rencana Asuhan Keperawatan Postoperatif

Rencana asuhan yang disusun untuk menyelesaikan masalah keperawatan

postoperatif nyeri akut dan risiko perdarahan terlampir dalam lampiran lima.

J. Implementasi Keperawatan Postoperatif

Implementasi untuk mengatasi masalah postoperatif nyeri akut, risiko

perdarahan, dan risiko gangguan eliminasi urin dilakukan sejak tanggal 25

Mei 2013 setelah pengkajian, sampai tanggal 31 Mei 2013. Sama halnya

dengan implementasi preoperatif, dalam mengatasi masalah nyeri akut, risiko

perdarahan, dan risiko gangguan eliminasi urin, hal yang sudah penyusun

lakukan antara lain implementasi pengkajian, monitor, direct care, edukasi

kesehatan, dan kolaborasi.

Implementasi untuk mengatasi nyeri postoperatif, yaitu implementasi terkait

manajemen nyeri farmakologis dan non farmakologis. Manajemen nyeri non

farmakologis dilakukan dengan teknik napas dalam. Manajemen nyeri non

farmakologis dilakukan secara kolaborasi, dengan pemberian obat analgetik

kaltopren via supositoria atau ketorolac via intravena.

Impelentasi yang sudah penyusun lakukan untuk masalah keperawatan risiko

perdarahan antara lain: mengkaji tanda-tanda perdarahan post-TURP,

memantau kepatenan traksi post-TURP, menantau sistem drainase,

mengobservasi warna cairan drainase, menganjurkan klien untuk makan

makanan tinggi serat, memberikan obat kalnex, memberikan vitamin k, dan

memberikan obat laksatif.

Impelentasi yang sudah penyusun lakukan untuk masalah keperawatan risiko

gangguan eliminasi urin antara lain: memastikan selang bebas

dari lekukan dan bekuan darah, memantau patensi kateter dan sistem drainase,

dan mencatat pengeluaran, menantau pola berkemih setelah kateter

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 45: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

31

Universitas Indonesia

dilepaskan, menanjurkan klien untuk minum dua sampai tiga cairan per hari,

dan berkolaborasi dalam pemberian continuous bladder irrigation.

K. Evaluasi Hasil Implementasi Postoperatif

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan kepada klien terkait masalah

nyeri akut memberikan dampak yang positif. Hasil evaluasi subjektif

ditemukan bahwa klien mengatakan nyeri sudah berkurang. Berdasarkan hasil

evaluasi objektif, ditemukan bahwa skala nyeri klien berkurang secara

bertahap menjadi skala tiga sampai satu, tanda-tanda vital dalam batas normal,

dan klien mampu melakukan teknik relaksasi napas dalam. Dengan dilakukan

implementasi untuk mengatasi nyeri tersebut, dan mendapatkan respon yang

positif dari klien, masalah nyeri akut yang dialami oleh klien dapat diatasi.

Rencana lanjutan untuk masalah nyeri akut adalah dengan melanjutkan latihan

teknik napas dalam jika nyeri muncul, pengkajian nyeri secara berkala, dan

pemantauan tanda-randa vital.

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan kepada klien terkait masalah

risiko perdarahan juga memberikan dampak yang positif. Hasil evaluasi

subjektif mendapatkan klien mengatakan akan makan makanan tinggi serat,

dan pada hari kedua operasi klien sudah defekasi dengan konsistensi feses

yang tidak keras. Hasil evaluasi objektif menemukan bahwa tidak terdapat

tanda-tanda perdarahan post-TURP, traksi post-TURP dilepas pada kurang

dari 24 jam setelah operasi, sistem drainase lancar dan tidak terdapat bekuan

darah, warna cairan drainaseberubah secara bertahap, dari jernih kemerahan

sampai menjadi jernih. Dengan dilakukan implementasi untuk mengatasi

risiko perdarahan, dan mendapatkan respon yang positif dari klien, masalah

risiko perdarahan yang dialami terdapat pada klien tidak menjadi aktual.

Namun, risiko masih ada karena klien masih dalam masa penyembuhan.

Implementasi keperawatan yang telah dilakukan kepada klien terkait masalah

risiko gangguan eliminasi urin sedikit terjadi hambatan. Hasil evaluasi

subjektif menunjukkan klien mengatakan akan minum dua sampai tiga cairan

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 46: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

32

Universitas Indonesia

per hari, kateter sudah sempat dilepaskan, namun harus dipasang kembali

karena terjadi obstruksi. Hasil evaluasi objektif menemukan selang irigasi dan

kateter bebas dari lekukan dan bekuan darah sebelum terjadi obstruksi, terjadi

balance cairan, namun pola berkemih mengalami gangguan setelah kateter

dilepaskan, oleh karena itu, dilakukan continuous bladder irrigation kembali.

Dengan dilakukan implementasi untuk mengatasi risiko gangguan eliminasi

urin tersebut, dan walaupun sempat terhambat, akhirnya mendapatkan respon

yang positif dari klien, masalah risiko gangguan eliminasi urin sempat

menjadi aktual, namun sudah berhasil ditangani. Walaupun demikian, risiko

tersebut masih ada karena klien masih dalam masa penyembuhan.

Catatan perkembangan postoperatif klien dapat dilihat selengkapnya pada

lampiran enam.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 47: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

33 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISIS SITUASI

A. Profil Lahan Praktik

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan merupakan Rumah Sakit

Umum Pemerintah Kelas A yang berlokasi di kawasan Jakarta Timur,

tepatnya di Jalan Persahabatan Raya. Saat ini RSUP Persahabatan memiliki

kapasitas 600 tempat tidur, terakreditasi untuk 16 bidang pelayanan kesehatan,

dan merupakan rumah sakit pusat rujukan nasional untuk masalah kesehatan

respirasi.

RSUP Persahabatan memiliki berbagai bentuk fasilitas dan jasa pelayanan

kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan bagi klien dengan kasus-

kasus bedah merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang terdapat

di rumah sakit ini. Salah satu pelayanan bedah yang dimiliki rumah sakit

adalah bedah urologi, baik pelayanan poliklinik maupun pelayanan rawat inap.

Ruang rawat Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas) merupakan salah satu

ruang rawat inap yang terdapat di RSUP Persahabatan dengan kekhususan

bedah, termasuk bedah urologi. Ruang Anggrek Tengah Kanan ini merupakan

ruang kelas III untuk pasien laki-laki dan perempuan, baik anak, dewasa,

maupun lansia. Ruangan tersebut memiliki 10 kamar dengan kapasitas 30

tempat tidur dan sebuah kamar isolasi dengan kapasitas dua buah tempat tidur.

Kasus urologi yang banyak ditemukan di ruang rawat ini, salah satunya adalah

kasus BPH. Dalam jangka waktu tujuh minggu, sejak awal Mei 2013 sampai

akhir Juli 2013, ditemukan sedikitnya delapan kasus BPH yang menjalani

tindakan bedah TURP dan dirawat di ruang Bedah Kelas RSUP Persahabatan.

Kasus ini termasuk kasus bedah urologi yang banyak ditemukan selain kasus

batu saluran perkemihan.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 48: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

34

B. Analisis Masalah Keperawatan Klien dengan BPH dengan Konsep

Terkait

BPH bukan merupakan salah satu penyakit yang khas terjadi di daerah

perkotaan, namun prevalensi dan insiden BPH banyak terjadi pada lansia pria,

yang banyak tinggal di daerah perkotaan. Diperkirakan pada tahun 2030

insiden BPH akan meningkat mencapai 20 persen pada pria berusia 65 tahun

ke atas, atau mencapai 20 juta pria (Parsons, 2010). Kemenkokesra dalam

Putra (2012) mencatat bahwa pada tahun 2010, perbandingan jumlah lansia di

desa dan di perkotaan hanya memiliki selisih 0,3 persen dengan jumlah lebih

banyak di pedesaan. Namun, Kemenkokesra memprediksi bahwa 10 tahun ke

depan, sekitar 15,7 juta lansia akan hidup di kota, dan 13,1 juta lansia akan

tinggal di pedesaan. Badan kesehatan dunia, WHO juga mencatat bahwa

bahwa setiap tahun, jumlah lansia akan lebih banyak di perkotaan. Dengan

demikian, BPH berpotensi untuk menjadi salah satu masalah kesehatan di

perkotaan.

Insiden dan prevalensi BPH cukup tinggi, dan merupakan salah satu masalah

kesehatan bagi aggregate lansia pria. Nies dan McEwen (2007) menjelaskan

bahwa pada pria terdapat pandangan stereotip yang mengatakan pria itu kuat,

akan mengarahkan pria untuk cenderung lebih mengabaikan gejala yang

timbul di awal penyakit. Oleh karena itu, pada lansia pria walaupun memiliki

risiko BPH, namun penanganan dini jarang dilakukan dan baru dilakukan

tindakan pengobatan setelah terjadi gangguan eliminasi urin. Hal ini yang

kemudian menyebabkan kasus BPH yang yang banyak ditemukan di rumah

sakit, merupakan kasus BPH yang sudah mengalami gangguan eliminasi urin,

dan hanya bisa ditangani dengan prosedur pembedahan, yang banyak

dilakukan di rumah sakit di perkotaan.

Bapak R (63 tahun) masuk Rumah sakit karena akan menjalani operasi TURP

untuk masalah BPH yang dialaminya. Rassweiler (2005) menjelaskan bahwa

TURP merupakan representasi gold standard manajemen operatif pada BPH.

Rassweiler, et al (2006) menjelaskan prosedur TURP merupakan 90% dari

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 49: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

35

semua tindakan pembedahan prostat pada pasien BPH. IAUI (2003) juga

mencatat bahwa tindakan TURP merupakan pengobatan terpilih untuk pasien

BPH di Indonesia.

Keluhan yang dirasakan oleh Bapak R berupa keluhan LUTS yaitu nyeri

seperti terbakar saat berkemih, terkadang harus mengejan untuk bisa

berkemih, berkemih seringkali tidak tuntas, dan jika tuntas dalam berkemih

akan terjadi disuria terminal, pancaran urin lemah, serta nokturia. IAUI (2003)

menjelaskan bahwa BPH dapat menyebabkan timbulnya gejala LUTS, yang

terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage

symptom) yang meliputi: frekuensi berkemih meningkat, urgensi, nokturia,

pancaran urin lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), merasa tidak

puas sehabis berkemih, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urin.

Hasil pengkajian preoperatif menemukan bahwa dua masalah keperawatan

utama yang muncul pada Bapak R adalah ansietas dan kurang pengetahuan.

Smelzer dan Bare (2003) serta Spry (2009) menjelaskan bahwa masalah utama

yang terjadi pada fase preoperatif diantaranya adalah ansietas dan kurang

pengetahuan. Spry (2009) juga menjelaskan bahwa kurang pengetahuan dapat

disebabkan karena gangguan dalam komunikasi, barrier bahasa, kapasitas

mental klien yang tidak adekuat, serta kurang terpapar informasi mengenai

prosedur pembedahan. Pada Bapak R, masalah kurang pengetahuan yang

muncul adalah akibat kurang terpapar informasi mengeni prosedur TURP.

Selain itu, Spry (2009) juga memaparkan bahwa tingkat ansietas seseorang

dapat dipengaruhi oleh pengalaman pembedahan. Bapak R sudah pernah

mengalami pembedahan sebelumnya, oleh karena itu kecemasan yang dialami

Bapak R merupakan kecemasan dari tingkat ringan sampai sedang yang tidak

sampai menyebabkan gangguan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia

sehari-hari.

Implementasi keperawatan langsung (direct care) yang dilakukan untuk

mengatasi masalah ansietas pada Bapak R adalah dengan mengajarkan dan

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 50: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

36

memotivasi Bapak R untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam. Doenges,

Moorhouse, dan Murr (2008) menjelaskan bahwa teknik relaksasi dapat

menurunkan frustasi dan meningkatkan koping adaptif. Selain itu, untuk

mengatasi ansietas yang dialami Bapak R, penyusun juga telah melakukan

edukasi preoperatif, yang akan dijelaskan lebih lanjut.

Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kurang

pengetahuan adalah dengan melakukan pengajaran preoperatif (preoperative

teaching) yang disesuaikan dengan kebutuhan klien. Smeltzer dan Bare (2003)

menjelaskan bahwa preoperative teaching harus dilakukan sesegera mungkin

dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Analisis mengenai materi

preoperative teaching akan dibahas pada bagian analsis penerapan preoperatif

teaching pada Bapak R.

Selanjutnya, implementasi terhadap Bapak R dilanjutkan pada fase

intraoperatif. Sebelum menjalani prosedur TURP, Bapak R terlebih dahulu

mendapatkan tindakan anestesi. Bapak R diberikan anestesi spinal. Anestesi

spinal merupakan anestesi, dimana obat anestesi disuntikkan pada ruang

subarachnoid pada lumbal, biasanya antara L4 dan L5. Anestesi ini

menghasilkan efek anestesi pada ekstermitas bawah, perineum, dan abdomen

bawah (Smeltzer & Bare, 2003). Pada Bapak R, prosedur anestesi dilakukan

dengan posisi duduk sambil memeluk bantal.

Setelah proses anestesi dilakukan, Bapak R diposisikan litotomi, kemudian

dilakukan desinfeksi pada abdomen bagian bawah sampai ke penis, skrotum,

dan paha. Tujuan dilakukannya proses ini adalah sebagai upaya untuk

mengurangi jumlah bakteri pada kulit, dan mengurangi potensial kontaminasi

bakteri dari klien selama proses pembedahan (Spry, 2009). Setelah itu,

dilakukan draping agar dokter bedah dapat berfokus hanya pada daerah yang

harus dioperasi saja. Setelah semua persiapan sudah dilakukan, prosedur

TURP pada Bapak R mulai dilakukan.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 51: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

37

Penyusun menemukan adanya dua masalah keperawatan yang muncul adalah

risiko cedera posisi perioperatif berhubungan dengan posisi operasi,

pemakaian alat kesehatan, dan tindakan invasif, serta risiko perdarahan

berhubungan dengan prosedur pembedahan. Spry (2009) menjelaskan bahwa

selama periode intraoperatif, klien memiliki risiko cedera yang tinggi.

NANDA (2012) juga menjelaskan bahwa risiko cedera posisi perioperatif

dapat terjadi karena adanya faktor risiko seperti disorientasi, edema,

imobilisasi, kelemahan otot, terlalu kurus, terlalu gemuk, dan gangguan

persepsi atau sensori yang berkaitan dengan anestesi. Beberapa risiko tersebut

yang ada pada Bapak R antara lain karena imobilisasi, kelemahan otot akibat

anestesi, dan gangguan sensori yang berhubungan dengan anestesi. Lebih jauh

lagi, Spry (2009) menjelaskan bahwa anestesi dapat mencegah pertahanan

tubuh normal terhadap nyeri akibat peregangan, twisting, dan kompresi yang

berlebihan pada bagian tubuh. Selain itu, gesekan dan tekanan pada masa

imobilisasi juga dapat menyebakan timbulnya luka tekan (pressure ulcer).

Posisi operasi litotomi pada Bapak R berpotensi menimbulkan cedera. Posisi

litotomi mengurangi efisiensi respirasi karena tekanan yang diberikan paha

kepada abdomen dan tekanan yang diberikan oleh abdomen pada diafragma,

membatasi ekspansi paru. Jaringan paru menjadi berisi darah dan kapasitas

paru dan volum tidal menurun. Selain itu, pada posisi litotomi, ketika bagian

kaki direndahkan, sekitar 500-800 ml darah beralih dari bagian viseral ke

bagian ekstremitas dan dapat menyebabkan hipotensi (Spry, 2009). Risiko lain

yang ditimbulkan dari posisi ini adalah terjadinya sindrom kompartemen,

walaupun komplikasi ini jarang terjadi. Walsh (1993) dalam Spry (2009)

menjelaskan bahwa sindrom kompartemen dapat terjadi jika otot betis terlalu

lama kontak dengan penyangga kaki.

Prosedur TURP yang dilakukan terhadap Bapak R berlangsung selama 40

menit. Hawary et al (2009) menjelaskan bahwa prosedur TURP harus dibatasi

sampai kurang dari 60 menit untuk menghindari terjadinya komplikasi TURP.

dalam penelitian ini juga dijelaskan hasil penelitian lain, yang dilakukan oleh

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 52: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

38

Mebust, et al (1989). Pada penelitiannya ditemukan bahwa dari 3885 pasien

yang menjalani TURP, ditemukan bahwa pada pasien yang menjalani TURP

lebih dari 90 menit, terjadi insiden perdarahan intraoperatif dan TURP

syndrome yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang menjalani

TURP kurang dari 90 menit. Pada pasien yang menjalani TURP lebih dari 90

menit insiden perdarahan intraoperatif terjadi sebanyak 7,3% dan TURP

syndrome sebanyak 2%. Sedangkan pada pasien yang menjalani TURP kurang

dari 90 menit, insiden perdarahan intraoperatif sekitar 0,9% dan insiden TURP

syndrome sebanyak 0,7%.

Selanjutnya, asuhan keperawatan pada Bapak R dilanjutkan pada fase

postoperatif. Berdasarkan hasil pengkajian pada fase postoperatif, masalah

keperawatan yang muncul pada fase ini adalah nyeri akut, risiko perdarahan,

dan risiko gangguan eliminasi urin. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan

bahwa nyeri akut merupakan salah satu masalah utama yang muncul pada

pasien postoperatif. Diagnosa risiko perdarahan dan risiko gangguan eliminasi

urin ditegakkan karena adanya risiko komplikasi TURP. Rassweiler et al

(2006) menjelaskan bahwa TURP dapat menimbulkan komplikasi, diantarnya

adalah perdarahan dan obstruksi.

Penangan nyeri yang dilakukan pada Bapak R, dilakukan dengan cara non

farmakologis dan cara farmakologis. Implementasi manajemen nyeri

nonfarmakologis yang dilakukan pada Bapak R adalah dengan teknik relaksasi

napas dalam. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa nyeri dapat

menimbulkan respon stress, yang dapat memicu konstriksi pembuluh darah.

Oleh karena itu, teknik relaksasi dapat digunakan untuk membantu

mengurangi nyeri. Selain itu, dilakukan juga manajemen nyeri farmakologis.

Selain itu, Smeltzer dan Bare (2003) juga menjelaskan bahwa pada klien

postoperatif, sekitar satu per tiga melaporkan nyeri hebat, satu per tiga klien

melaporkan nyeri sedang, sedangkan satu per tiga lainnya melaporkan nyeri

ringan. Lebih spesifik lagi, Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa

lansia harus mendapatkan manajemen nyeri yang adekuat setelah

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 53: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

39

pembedahan. Oleh karena itu, manajemen nyeri farmakologis juga dibutuhkan

Bapak R pada fase postoperatif.

Implementasi yang dilakukan untuk menangani risiko perdarahan antara lain

melakukan traksi kateter untuk menghentikan perdarahan. Reissweler (2006)

mejelaskan bahwa pada post-TURP, balon kateter digunakan sebagai traksi

untuk membantu menghentikan perdarahan. Selain itu, untuk mencegah

valsava manuver. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa valsava dapat

menyebabkan tekanan vena dan dapat menimbulkan hematuria. Edukasi yang

diberikan kepada Bapak R mencakup edukasi mengenai pentingnya konsumsi

sayuran dan buah untuk mengejan saat defeksi, serta menganjurkan klien

untuk menghindari batuk keras dan bersin. Selain itu, dilakukan juga

implementasi kolaborasi berupa pemberian medikasi yang dapat mengurangi

risiko perdarahan dan mempercepat proses penyembuhan luka seperti kalnex

dan vitamin k, dan penggunaan obat laksatif untuk memperlancar defekasi.

Implementasi yang dilakukan untuk menangani masalah risiko gangguan

eliminasi urin adalah dengan pemantauan continuous bladder irrigation.

Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa continuous bladder irrigation

post-TURP dibutuhkan untuk mengeluarkan bekuan darah agar obstruksi tidak

terjadi. Selain itu, irigasi juga dapat dibantu dengan asupan cairan yang

adekuat. Oleh karena itu, pada Bapak R dilakukan juga edukasi untuk minum

dua sampai tiga liter cairan per hari.

Hal yang juga dilakukan pada Bapak R yaitu discharge planning. Materi

edukasi yang diberikan berupa perawatan yang dianjurkan untuk dilakukan di

rumah, hal yang harus dihindari, serta, hal-hal yang mengharuskan klien

kembali ke rumah sakit. Terkait perawatan di rumah, hal yang disampaikan

adalah hal-hal untuk menghindari valsava. Edukasi untuk mengkonsumsi

makan sayur dan buah, serta menghindari batuk keras dan bersin tetap

disampaikan, selain itu, disampaikan juga kepada Bapak R untuk menghindari

mengangkat barang berat. Davies, et al (2005) menjelaskan bahwa aktivitas

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 54: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

40

seperti mengangkat beban berat pasa pasien post TURP, dapat menyebabkan

perdarahan internal.

Hal lainnnya yang juga disampaikan adalah menghindari minuman yang

mengandung kafein seperti teh, kopi, dan minuman bersoda, setidaknya

selama empat minggu setelah operasi. Davies, et al (2005) juga menjelaskan

bahwa minuman yang mengandung kafein dapat meningkatkan frekuensi

berkemih dan menyebabkan urgensi. Penyusun juga menyampaikan kepada

Bapak R bahwa klien sebaiknya menghindari mengendarai kendaraan

bermotor selama satu minggu. Davies et al (2005) menjelaskan bahwa tidak

mengendarai kendaraan bermotor selama seminggu setelah TURP

dikarenakan efek anestesi dapat membuat respon yang melambat, sehingga

berbahaya jika mengendarai kendaraan bermotor. Hal lainnya yang

disampaikan adalah menghindari hubungan seksual selama dua sampai tiga

minggu, karena hal ini juga dapat menyebabkan perdarahan (Davies, et al,

2005). Penyusun juga menyampaikan kepada Bapak R untuk melakukan

perineal hygiene setelah selesai bekemih. Wasson (--), menjelaskan bahwa

perineal hygiene dapat meminimalkan risiko infeksi.

Penyusun juga menyampaikan kondisi yang mengharuskan Bapak R untuk

kembali ke pelayanan kesehatan. Hal yang penyusun sampaikan kepada Bapak

R adalah bahwa Bapak R kembali ke pelayanan kesehatan sesuai dengan

waktu kontrol ulang atau ada kondisi khusus. Kondisi khusus ini meliputi:

terdapat darah dalam urin pada hari ke 15 setelah operasi, sulit berkemih,

terdapat rasa terbakar ketika berkemih, urin berba, urin berwarna keruh, serta

perasaan tidak tuntas saat berkemih (Davis, et al , 2005).

Terdapat hal lain yang juga perlu disampaikan, diantaranya mengelai Kegel

exercise dan edukasi untuk memecahkan masalah regimen terapeutik tidak

efektif pada Bapak R. Namun, hal ini belum dilakukan secara optimal oleh

penyusun. Wasson (--) menjelaskan bahwa Kegel exercise merupakan latihan

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 55: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

41

yang penting pada klien post-TURP, untuk mengencangkan dan menguatkan

otot dasar panggul.

C. Analisis Penerapan Preoperative Teaching pada Klien BPH-TURP

Preoperative teaching merupakan hal yang penting untuk dilakukan pada

Bapak R. Hal ini dikarenakan Bapak R telah memiliki pengalaman batal

operasi karena tekanan darah yang tiba-tiba meningkat akibat perasaan cemas

dan merasa asing dengan lingkungan ruang operasi. Salah satu penyebabnya,

adalah kurangnya pengetahuan klien tentang persiapan preoperatif dan

prosedur intraoperatif. Tujuan preoperative teaching adalah untuk

menurunkan kecemasan dan ketakutan, serta mengurangi kemungkinan

munculnya komplikasi postoperatif. Selain itu, informasi sensori dan

informasi prosedural seperti preoperative teaching dapat menurunkan stress

dan meningkatkan kemampuan koping klien (Calvin & Lane, 1999; Millo &

Sullivan, 2000 dalam Smeltzer & Bare, 2003). Oleh karena itu, pada kasus

Bapak R, pembelajaran preoperatif perlu dimaksimalkan.

Penyusun menyampaikan beberapa materi preoperative teaching kepada

Bapak R. Spry (2009) menjelaskan bahwa preoperative teaching harus

mencakup kejadian intraoperatif, termasuk prosedur anestesi, prosedur

pembedahan, estimasi waktu, serta hasil yang diharapkan. Pada Bapak R,

materi tersebut sudah disampaikan. Hasilnya, Bapak R mengerti dan mampu

menjelaskan langkah-langkah anestesi spinal, karena pernah punya

pengalaman sebelumnya. Bapak R juga dapat menjelaskan efek anestesi

tersebut. Selain itu, Bapak R juga mampu menjelaskan prosedur TURP secara

sederhana, dan bisa memahami bahwa setelah operasi, klien akan dipasang

kateter dan irigasi drainase untuk sementara waktu, karena adanya risiko

perdarahan dan saluran perkemihan yang mengalami sumbatan kembali.

Penyusun juga menyampaikan latihan napas dalam dan batuk efektif. Smeltzer

dan Bare (2003) menjelaskan bahwa salah satu tujuan asuhan keperawatan

preoperatif adalah mengajarkan klien bagaimana mempromosikan ekspansi

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 56: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

42

paru yang maksimal dan oksigenasi darah yang adekuat postanestesi. Selain

itu, latihan napas dalam preoperatif juga diberikan pada klien yang berisiko

mengalami komplikasi postoperatif seperti atelaktasis dan pneumonia. Faktor

risiko tersebut antara lain anestesi umum, pembedahan abdomen atau toraks,

riwayat merokok, penyakit paru kronik, obesitas, dan lanjut usia (Pearson

Education,--). Pada Bapak R, terdapat faktor risiko tersebut, yaitu memiliki

riwayat merokok dan lanjut usia.

Hal lainnya yang juga penyusun sampaikan kepada Bapak R adalah latihan

kaki. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa tujuan latihan kaki adalah

untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah stasis vena, dan mempromosikan

fungsi respiratori yang optimal. Oleh karena itu, latihan ini penting untuk

dilakukan pada klien yang akan menjalani pembedahan.

Berdasarkan hasil pengkajian, masalah keperawatan preoperatif yang muncul

pada Bapak R adalah masalah ansietas karena klien takut operasinya batal jika

tia-tiba tekanan darahnya tinggi. Dengan melihat pada fakta tersebut,penyusun

melakukan edukasi kepada Bapak R, yaitu untuk mengkonsumsi obat

antihipertensi captopril dan amlodipin secara teratur, agar tekanan darah tetap

stabil sampai prosedur TURP dilakukan. Prosedur ini dilakukan dengan tujuan

agar tekanan darah klien terkontrol, sehingga operasi dapat dilakukan.

Hal lainnya yang penulis sampaikan pada Bapak R adalah mengenai kondisi

postoperatif dan perawatannya. Penyusun juga menyampaikan bahwa setelah

operasi, jika efek anestesi sudah habis, Bapak R akan merasankan nyeri pada

daerah operasi. Oleh karena itu, untuk mengatasi nyeri postoperatif, penyusun

menyarankan Bapak R untuk melakukan teknik napas dalam selain penaganan

dengan obat-obatan. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa pada klien

postoperatif, sekitar satu per tiga melaporkan nyeri hebat. Selain itu, Smeltzer

dan Bare (2003) juga menjelaskan bahwa lansia harus mendapatkan

manajemen nyeri yang adekuat setelah pembedahan. Oleh karena itu, Bapak

R juga memerlukan manajemen nyeri farmakologik.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 57: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

43

Kondisi postoperatif lainnya yang perlu diperhatikan oleh Bapak R juga

penyusun sampaikan. Penyusun menyampaikan bahwa Bapak R akan

dipasang kateter dan akan tepasang selang irigasi yang berfungsi untuk

membilas daerah operasi. Smeltzer dan Bare (2003) menjelaskan bahwa

continuous bladder irrigation post-TURP dibutuhkan untuk mengeluarkan

bekuan darah agar obstruksi tidak terjadi. Selain itu, penyusun juga

menyampaikan pentingnya minum cukup untuk membantu irigasi bladder.

Penyusun juga menyampaikan protokol preoperasi kepada Bapak R. Protokol

tersebut meliputi: tidak memakai perhiasan, tidak membawa barang berharga,

tidak memakai gigi palsu, tidak memakai alat bantu penglihatan (kacamata

maupun lensa kontak), tidak memakai cat kuku, mencukur dan membersihkan

daerah operasi, memakai gelang identitas, tetap mengkonsumsi obat

antihipertensi, puasa 8 jam sejak malam sebelum operasi, serta mandi dan

sikat gigi pada pagi hari sebelum operasi. Hal ini disampaikan untuk lebih

mempersiapkan klien menjalani prosedur operasi.

Berdasarkan penjabaran di atas, preoperative teaching merupakan hal yang

penting dilakukan pada klien preoperatif. Selain dapat meurunkan kecemasan,

menjelang operasi, preoperative teaching juga dapat lebih mempersiapkan

klien untuk menghadapi kondisi postoperatif. Oleh karena itu, pada klien yang

akan menjalani operasi, termasuk TURP, perlu dilakukan preoperative

teaching, dengan materi edukasi yang disesuaikan dengan kebutuhan klien.

D. Alternatif Pemecahan

Preoperative teaching atau pembelajaran preoperatif memiliki manfaat yang

besar dan penting dilakukan pada semua klien preoperatif, termasuk klien

BPH-TURP. Preoperative teaching juga merupakan salah satu bentuk

pelaksanaan peran perawat sebagi educator. Beberapa kasus klien batal

operasi, seperti yang dialami Bapak R, salah satunya karena tekanan darah

yang tidak stabil menjelang operasi. Seharusnya, hal ini bisa dicegah dengan

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 58: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

44

preoperative teaching yang optimal. Tujuan preoperative teaching adalah

untuk menurunkan kecemasan dan ketakutan, serta mengurangi kemungkinan

munculnya komplikasi postoperatif. Selain itu, informasi sensori dan

informasi prosedural seperti preoperative teaching dapat menurunkan stress

dan meningkatkan kemampuan koping klien. Dengan dilakukannya

preoperative teaching, kecemasan preoperatif klien dapat berkurang, selain

itu, risiko terjadinya komplikasi postoperatif dapat dikurangi dan dihindari.

Oleh karena itu, preoperative teaching yang disesuaikan dengan kebutuhan

klien dapat menjadi alternatif pemecahan masalah untuk lebih mempersiapkan

klien sampai ke meja operasi, perawatan postoperatif, bahkan sampai kembali

ke rumah.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 59: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

45 Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Masalah keperawatan preoperatif yang teridentifikasi pada Bapak R

dengan BPH, adalah masalah ansietas dan kurang pengetahuan. Setelah

dilakukan tindakan keperawatan, masalah ansietas dan nyeri akut berhasil

diselesaikan

2. Masalah keperawatan intraoperatif yang teridentifikasi pada Bapak R

dengan BPH, adalah masalah risiko cedera posisi operasi dan risiko

perdarahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah risiko

cedera posisi operasi berhasil dicegah atau masalah ini tidak terjadi.

3. Masalah keperawatan postoperatif yang teridentifikasi pada Bapak R

dengan BPH, adalah masalah nyeri akut, risiko perdarahan, dan risiko

gangguan eliminasi urin. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri

akut dapat diselesaikan, dan masalah risiko perdarahan tidak terjadi atau

berhasil dicegah.

4. BPH merupakan salah satu masalah perkotaaan. Populasi lansia yang

tergolong kelompok populastion at risk dan vulnerable population ini,

banyak tinggal di daerah perkotaan di Indonesia. Pada lansia, terdapat

faktor risiko yang menyebabkan lansia laki-laki rentan terhadap masalah

BPH, seperti faktor biologis, sosial, dan ekonomi.

5. Preoperative teaching atau pembelajaran preoperatif memiliki manfaat

yang besar dan penting dilakukan pada semua klien preoperatif, termasuk

klien BPH-TURP. Preoperative teaching dapat memberikanmanfaat

dalam menurunkan kecemasan dan ketakutan, serta mengurangi

kemungkinan munculnya komplikasi postoperatif, sehingga penting untuk

dilakukan.

B. Saran

1. Tenaga kesehatan, terutama perawat perlu melakukan preoperative

teaching secara optimal dan materi preoperative teaching harus

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 60: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

46

disesuaikan dengan kebutuhan klien, sehingga hasilnya dapat dirasakan

secara optimal, kecemasan klien berkurang, pemulihan dari efek anestesi

lebih cepat, dan risiko kemungkinan terjadinya komplikasi postoperatif

lebih kecil.

2. Mahasiswa keperawatan perlu dibekali kemampuan yang dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan BPH, dan

kemampuan dalam melakukan preoperative teaching dengan kondisi

klien yang berbeda-beda.

3. Penelitian selanjutnya agar dapat melakukan penelitian mengenai

hubungan efektivitas preoperative teaching dengan penurunan ansietas

preoperatif dan penurunan angka kejadian komplikasi pada klien post-

TURP. Selain itu, perlu juga dilakukan penelitian mengenai faktor yang

dapat mempengaruhi efektivitas preoperative teaching pada klien

preoperatif BPH-TURP.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 61: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

47 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Alam, et al .(2011). Headache following spinal anesthesia: A review on recent update. Journal of Bangladesh College of Physicians and surgeons, 29 (1): 32-40. Diunduh dari: http://search.proquest.com/docview/872000613/13F430B19914B694F30/2?accountid=17242

Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D. (2010). Community health nursing: Promoting & protecting the public’s health. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). (2012, 5 September-Oktober). Alternatif herbal untuk kesehatan prostat. InfoPOM, vol 13, 2-6.

Badan Pusat Statistik. (2012). Perkembangan beberapa indikator utama sosial-ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Davies, et al. (2005). A patient’s guide to TURP: your prostate operation.Guildford: Berne Convention. Diunduh dari: www.prostatecancercentre.com. (Diunduh pada 26 Juni 2013).

DeLaune & Ladner. (2002). Fundamental of nursing: Standards and practice. New York: Delmar.

Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C. (2008). Nursing diagnosis manual: Planning, individualizing, and documenting client care. Philadelphia: F.A Davis Company.

Ebersole et al. (2005). Gerontological nursing & healthy aging. (2nd edition). St.Lois: Elsevier Mosby.

Friedman. M.M. , Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing: Research, theory & practice. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Hawary, et al. (2009). Transurethral resection of the prostate syndrome: Almost gone but not forgotten. Journal of Endourology, 23 (12): 2013-2020. Diunduh dari: http://ether.stanford.edu.

Hideki, M., et al. (2001). TURP Syndrome and changes in body fluid distribution. The Medical Society of Saitama Medical School. 1-8.

IAUI (Ikatan Ahli Urologi Indonesia). (2003). Pedoman penatalaksanaan BPH di Indonesia. Style sheet: www.iaui.or.id/ast/file/bph.pdf. (Diunduh pada 25 Juni 2013).

Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia). (2010). Profil penduduk lansia 2009. Jakarta: Komnas Lansia.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 62: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

48

Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia). (2009). Lampu kuning ledakan kaum renta. Style sheet: http://www.komnaslansia.or.id/modules.php?name=News&file=article&sid=26. (Diunduh 2 Juli 2013).

Lois, et al. (1999). The effect of anesthetic patient education on preoperative patient anxiety. Regional anesthesia and pain medicine, 24(2), 158. Diunduh dari: http://search.proquest.com/docview/205167189?accountid=17242.

Maurer, F.A. & Smith, CM. (2005). Community/public health nursing practice: Health for families and population. Philadelphia: Elsevier Sauders.

NANDA. (2012). Nursing diagnosis: Definition and classification, 2012-2014. Oxford: Wiley-Blackwell.

Nies, M.A. & McEwen, M. (2007). Community / publuc helath nursing: Promoting the health of populations. (4th edition). St Lois: Saunders Elsevier.

Parsons, J.K. (2010). Benign Prostatic Hyperplasia and Male Lower Urinary Tract Symptoms: Epidemiology and risk factors. Springer Journal, Curr Bladder Dysfunct Rep, 5:212–218.

Pearson Education. (--). Preoperative client teaching. Style sheet: http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/3775/3866433/tools/Teaching/TT_Box4-3.pdf. (Diunduh 7 Juli 2013).

Polit, D.F. & Beck, C.T. (2012). Nursing research: Generating and assessing evidence for nursing practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Putra, R.A. (2012). 2020, Lansia Indonesia lebih banyak hidup di kota. Style sheet: http://mizan.com/news_det/2020-lansia-indonesia-lebih-banyak-hidup-di-kota.html. (Diunduh 2 Juli 2013).

Rassweiler, J., et al. (2006). Complications of Transurethral Resection of the Prostate (TURP): Incidence, management, and prevention. European Urology, 50: 969-980.

Rice, K.R., Brassell, S.A., McLeod, D.G. (2010). Thromboembolism in urologic surgery: Prophylaxis, diagnosis, and treatment. Reviews in urology,12 (2-3): 111-124. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2931288/pdf/RIU012002_e111.pdf

Roehrborn, C. G., & McConnell, J. D. (2011). Benign prostatic hyperplasia: etiology, pathophysiology, epidemiology, and natural history. Campbell-Walsh Urology. (10th ed). Philadelphia: Saunders Elsevier.

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 63: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

49

Shields, L., & Welder, H. (2002). Perioperative nursing. London: Greenwich Medical Media.

Smeltzer S.C., & Bare, B.G. (2003). Brunner & Suddarth’s textbook of medical surgical nursing. (10th Ed). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Spry, C. (2009). Essensials of Perioperative Nursing. (4th edition). Massachusetts: Jones and Barlett Publisher.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community and public health nursing. Missouri: Mosby.

Thoennissen, J., et al. (2001). Does bed rest after cervical or lumbar puncture prevent headache? A systematic review and meta-analysis. Canadian Medical Association.Journal, 165(10), 1311-6. Diunduh dari http://search.proquest.com/docview/205001982?accountid=17242

Wasson, D. (--). Transurethral resection of the prostate. Style sheet: http://www.perspectivesinnursing.org/pdfs/Perspectives3.pdf. (Diunduh 28 Juni 2013).

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 64: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

Lampiran 1

ANALISIS DATA PREOPERATIF

Data Masalah Keperawatan Data Subjektif - Klien mengatakan takut akan batal operasi lagi - Klien mengatakan mengkhawatirkan tekanan darahnya

akan tinggi lagi sebelum operasi - Klien mengatakan pada preoperasi tanggal 24 Mei 2013,

tekanan darahnya meningkat karena kaget saat di bawa ke ruang operasi karena tiba-tiba terasa dingin

- Klien mengatakan khawatir akan tindakan yang akan dilakukan saat di ruang operasi

- Klien mengatakan kecemasannya tidak mengganggu pelaksanaan aktivitas sehari-hari

Data Objektif - Klien tampak tegang - Tekanan darah 140/90 - Frekuensi nadi 92 kali/menit

Ansietas ringan

Data Subjektif: - Klien mengatakan sudah lupa apa saja persiapan operasi

yang harus dilakukan - Klien mengatakan operasinya mungkin akan dinsisi

sehingga akan ada luka operasi - Klien mengatakan tidak mengetahui perawatan

postoperatif - Klien mengatakan tidak mengetahui komplikasi TURP Data Objektif: - Klien menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan

prosedur operatif dan hasil postoperatif

Kurang Pengetahuan

Data Subjektif: - Klien mengatakan terasa nyeri saat BAK - Klien mengatakan nyeri tingkat 4-5 - Klien mengatakan karakteristik nyeri yang dirasakan

adalah panas seperti terbakar - Klien mengatakan rasa nyeri dirasakan pada bagian

pinggang kiri dan abdomen bawah - Klien mengatakan BAK terkadang tidak tuntas dan jika

BAK tuntas, setelah BAK biasanya terasa nyeri (disuria terminal)

Nyeri akut

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 65: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Data Masalah Keperawatan

Data Objektif: - Tekanan darah 140/90 - Frekuensi nadi 92 kali/menit

Nyeri akut

Data Subjektif: - Klien mengatakan memiliki hipertensi - Klien mengatakan tidak rutin minum obat

antihipertensi

Data Objektif: - Klien batal operasi karena hipertensi kambuh

mencapai 205/109 mmHg - TD: 140/90 mmHg

Regimen terapeutik tidak efektif

Data Subjektif: - Klien mengatakan nyeri saat berkemih, terasa panas

seperti terbakar - Klien mengatakan berkemih seringkali terasa tidak

tuntas (anyang-anyangan). - Klien mengatakan terkadang harus mengejan baru

bisa berkemih. - Klien mengatakan terkadang klien merasa tuntas

dalam berkemih, namun setelah berkemih terasa nyeri (disuria terminal).

- Klien mengatakan pancaran urin lemah. - Klien mengatakan sering ingin buang air kecil di

malam hari, bisa dua atau tiga kali. - Klien mengatakan mengalami masalah perkemihan

sejak satu tahun yang lalu Data Objektif: - Hasil sistoskopi menunjukkan adanya pembesaran

prostat - Klien direncanakan pembedahan TURP

Gangguan eliminasi urin

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 66: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

Lampiran 2

ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERATIF

Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional Ansietas ringan berhubungan dengan pengalaman operasi (gagal operasi, anestesi, prosedur operasi) DS: - Klien mengatakan takut akan batal

operasi lagi - Klien mengatakan mengkhawatirkan

tekanan darahnya akan tinggi lagi sebelum operasi

- Klien mengatakan pada preoperasi tanggal 24 Mei 2013, tekanan darahnya meningkat karena kaget saat di bawa ke ruang operasi karena tiba-tiba terasa dingin

- Klien mengatakan khawatir akan tindakan yang akan dilakukan saat di ruang operasi

- Klien mengatakan kesemasannya tidak mengganggu aktivitas sehari-hari

DO: - Klien tampak tegang - Tekanan darah 140/90 - Frekuensi nadi 92 kali/menit

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x30 menit, klien melaporkan ansietas berkurang

- Klien mampu mendeskripsikan tentang prosedur anestesi spinal

- Klien mampu mendeskripsikan prosedur TURP

- Klien mampu melakukan teknik napas dalam untuk mengatasi ansietas

- TTV dalam batas normal: TD:120/60-130/90, N: 60-120 RR: 18-22 S: 36-37

Mandiri 1. Identifikasi tingkat ansietas

dan pengaruhnya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar klien

2. Identifikasi pengalaman dan

pengetahuan klien tentang prosedur anestesi spinal dan TURP

3. Identifikasi mekanisme koping yang biasa dilakukan dalam mengatasi kecemasan

4. Pantau tanda-tanda vital 5. Berikan informasi tentang

prosedur anestesi spinal 6. Berikan informasi tentang

prosedur TURP

7. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi ansietas: napas dalam, guided imagery, progressive muscular relaxation, dll.

1. Ansietas yang menyebabkan

gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien dapat menghambat persiapan preoperatif

2. Data dasar untuk menentukan tingkat kebutuhan klien terhadap informasi mengenai prosedur anestesi spinal dan TURP

3. Membantu klien menemukan mekanisme koping adaptif untuk mengatasi kecemasan

4. Ansietas dapat menyebabkan terjadinya perubahan TTV

5. Memberikan gambaran tentang prosedur anestesi spinal yang akan dijalankan

6. Memberikan gambaran tentang prosedur TURP yang akan dijalankan

7. Meningkatkan relaksasi, dan menurunkan stress dan

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 67: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

8. Anjurkan untuk meminum obat antihipertensi sesuai ketentuan

Kolaborasi 9. Kolaborasi pemberian obat

antinsietas jika dibutuhkan

10. Kolaborasi pemberian obat antihipertensi

ansietas 8. Membantu mengontrol

tekanan darah yang dikhawatirkan klien akan menjadi penyulit operasi

9. Membantu menurunkan ansietas jika tidak bisa ditangani secara non-farmakologis

10. Membantu mengontrol tekanan darah

Kurang pengetahuan b.d. kurang terpapar informasi mengenai protokol dan prosedur preoperatif dan hasil postoperatif DS: - Klien mengatakan sudah lupa apa

saja persiapan operasi yang harus dilakukan

- Klien mengatakan operasinya mungkin akan dinsisi sehingga akan ada luka operasi

- Klien mengatakan tidak mengetahui perawatan postoperatif

- Klien mengatakan tidak mengetahui komplikasi TURP

-

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x30 menit, pengetahuan klien terkait protokol dan prosedur preoperatif dan hasil postoperatif meningkat

- Klien mampu ikut berpartisipasi dalam persiapan preoperatif

- Klien mampu mendemonstrasi-kan latihan preoperatif (latihan napas dalam, batuk efektif, dan latihan ekstremitas)

- Klien mampu menjelaskan kondisi post-TURP

- Klien mampu menjelaskan

Mandiri 1. Identifikasi pengetahuan

klien tentang protokol dan prosedur preoperatif

2. Identifikasi pengetahuan

klien tentang perawatan postoperatif

3. Jelaskan mengenai protokol preoperatif:

- Tidak memakai perhiasan, - Tidak membawa barang

berharga - Tidak memakai gigi palsu - Tidak memakai alat bantu

penglihatan (kacamata,

1. Data dasar untuk menentukan

tingkat kebutuhan klien terhadap informasi mengenai protokol dan prosedur preoperatif

2. Data dasar untuk menentukan tingkat kebutuhan klien terhadap informasi mengenai perawatan postoperatif

3. Meningkatkan pengetahuan klien agar klien dapat berpartisipasi dalam perawatan: mengurangi bakteri sebelum operasi dilakukan, mencegah aspirasi, memudahkan pengecekan refleks pupil dan CRT jika

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 68: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional DO: - Klien menanyakan hal-hal yang

berhubungan dengan prosedur operatif dan hasil postoperatif

perawatan post-TURP

maupun lensa kontak) - Tidak memakai cat kuku, - Mencukur dan

membersihkan daerah operasi

- Memakai gelang identitas - Tetap mengkonsumsi obat

antihipertensi - Puasa 8 jam sejak malam

sebelum operasi - Mandi dan sikat gigi pada

pagi hari sebelum operasi 4. Fasilitasi klien dalam

melakukan persiapan preoperatif

5. Ajarkan latihan napas dalam dan batuk efektif

6. Ajarkan latihan ekstremitas Kolaborasi 7. Kolaborasi pemberian obat-

obatan premedikasi

terjadi komplikasi selama pembedahan, meningkatkan safety

4. Membantu mempersiapkan klien menghadapi operasi

5. Meningkatkan fungsi pernapasan postanestesi dan mencegah komplikasi postoperatif

6. Mencegah trombosis postoperatif dan membantu pemulihan postanestesi

7. Mempersiapkan klien menghadapi operasi

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 69: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional Nyeri akut b.d. obstruksi pada saluran perkemihan DS: - Klien mengatakan terasa nyeri saat

BAK - Klien mengatakan nyeri tingkat 4-5 - Klien mengatakan karakteristik

nyeri yang dirasakan adalah panas seperti terbakar

- Klien mengatakan rasa nyeri dirasakan pada bagian pinggang kiri dan abdomen bawah

- Klien mengatakan BAK terkadang tidak tuntas dan jika BAK tuntas, setelah BAK biasanya terasa nyeri (disuria terminal)

DO: - Tekanan darah 140/90 - Frekuensi nadi 92 kali/menit

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x30 menit, klien mengatakan nyeri berkurang

- Klien mengatakan nyeri berkurang skala 2-3

- TTV dalam batas normal TD:120/60-130/90 N: 60-120 RR: 18-22 S: 36-37,4

- Klien mampu melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri

Mandiri 1. Kaji nyeri secara berkala 2. Pantau tanda-tanda vital 3. Ajarkan teknik relaksasi dan

mengurangi nyeri 4. Anjurkan untuk membatasi

minum, terutama pada malam hari

5. Anjurkan untuk menghindari minum kopi atau teh

6. Anjurkan untuk tidak menahan keinginan berkemih terlalu lama

Kolaborasi 7. Kolaborasi pemberian

analgetik

1. Memberikan gambaran

tentang nyeri yang dirasakan klien

2. Perubahan TTV terutama dapat menjadi indikator adanya nyeri

3. Meningkatkan relaksasi dan mengurangi

4. Menurunkan frekuensi diuresis, terutama pada malam hari

5. Menyebabkan peningkatan diuresis

6. Meningkatkan risiko infeksi,

yang dapat memperparah retensi urin

7. Mengurangi nyeri

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 70: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

Lampiran 3

CATATAN PERKEMBANGAN PREOPERATIF Inisial klien : Bapak R No. RM : 132.20.66 Usia : 63 tahun Ruangan : Bedah Kelas, RSUP Persahabatan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

25 Mei 2013

Ansietas ringan berhubungan dengan pengalaman operasi (gagal operasi, anestesi, prosedur operasi)

1. Mengidentifikasi tingkat ansietas dan pengaruhnya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar klien

2. Mengidentifikasi pengalaman dan pengetahuan klien tentang prosedur anestesi spinal

3. Mengidentifikasi pengalaman dan pengetahuan klien tentang prosedur TURP

4. Mengidentifikasi mekanisme koping yang biasa dilakukan dalam mengatasi kecemasan

5. Memantau TTV 6. Memberikan informasi

tentang prosedur anestesi spinal

7. Memberikan informasi tentang prosedur TURP

8. Mengajarkan teknik napas dalam untuk mengatasi ansietas

9. Menganjurkan untuk meminum obat antihipertensi sesuai ketentuan

S: - Klien mengatakan ansitetas tidak sampai

mengganggu makan, tidur, dan istirahat, hanya mengganggu pikiran

- Klien mengatakan biasanya berzikir dan berdoa jika sedang cemas

- Klien mengatakan sudah sudah pernah operasi sebelumnya dan sudah ada gambaran mengenai prosedur anestesi spinal

- Klien mengatakan sudah ada gambaran tentang prosedur operasi yang akan dijalani tetapi masih belum terlalu jelas

- Klien mengatakan akan minum obat antihipertensi secara teratur

O: - Klien mampu melakukan teknik napas

dalam dengan dibantu - Klien mampu menjelaskan prosedur dan

efek anestesi spinal secara sederhana - TD: 130/80mmHg, N: 86x/menit,

RR: 20x/menit, S: 35,8 C A: - Masalah ansietas teratasi sebagian:

a). Klien mampu mendeskripsikan tentang prosedur anestesi spinal

b). Klien mampu melakukan teknik napas dalam dengan dibantu

c). TTV dalam batas normal P: - Berikan penjelasan tentang prosedur

anestesi dan prosedur TURP dengan media yang disertai gambar

- Motivasi teknik relaksasi napas dalam jika ansietas kembali muncul

- Pantau konsumsi obat antihipertensi

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 71: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

25 Mei 2013

Kurang pengetahuan b.d. kurang terpapar informasi mengenai protokol dan prosedur preoperatif dan hasil postoperatif

1. Mengidentifikasi pengetahuan klien tentang protokol dan prosedur preoperatif

2. Mengidentifikasi pengetahuan klien tentang perawatan postoperatif

3. Mengajarkan latihan napas dalam dan batuk efektif

S: - Klien mengatakan sudah lupa tentang

protokol preoperatif, yang klien ingat adalah harus puasa sejak tengah malam sebelum operasi

- Klien mengatakan tidak mengetahui perawatan postoperatif

O: - Klien mampu melakukan latihan napas

dalam dan batuk efektif dengan dipandu A:

- Masalah teratasi sebagian: a). Klien mampu ikut berpartisipasi

dalam persiapan preoperatif b). Klien mampu mendemonstrasikan

latihan napas dalam dan batuk efektif dengan dibantu

P:

- Jelaskan protokol dan prosedur preoperatif

- Bantu persiapan preoperatif klien - Motivasi latihan napas dalam dan batuk

efektif - Ajarkan latihan ekstremitas

25 Mei 2013

Nyeri akut b.d. obstruksi pada saluran perkemihan

1. Mengaji nyeri 2. Memantau tanda-tanda

vital 3. Memandu latihan teknik

relaksasi napas dalam 4. Menganjurkan untuk

membatasi minum, terutama pada malam hari

5. Menganjurkan untuk menghindari minum kopi atau teh

6. Menganjurkan untuk tidak menahan keinginan berkemih terlalu lama

S: - Klien mengatakan nyeri saat BAK

berkurang - Klien mengatakan akan mengurangi

minum - Klien mengatakan sudah tidak minum

kopi dan jarang minum teh - Klien mengatakan tidak menahan

keinginan BAK O: - Nyeri skala 2-3 - Klien mampu melakukan teknik napas

dalam dengan dipandu - TD: 130/80, N 86x/menit, RR

20x/menit, S: 35,8 C A: - Masalah nyeri teratasi

Klien mengatakan nyeri berkurang skala 2-3 TTV dalam batas normal

- Klien mampu melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 72: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

P: - Kaji nyeri secara berkala - Anjurkan teknik napas dalam jika nyeri

kembali muncul

27 Mei 2013

Ansietas ringan berhubungan dengan pengalaman operasi (gagal operasi, anestesi, prosedur operasi)

1. Menanyakan adanya ansietas

2. Memantau TTV 3. Memberikan informasi

tentang prosedur anestesi spinal dengan gambar

4. Memberikan informasi tentang prosedur TURP dengan gambar

5. Memotivasi pelaksanaan teknik napas dalam untuk mengatasi ansietas

6. Mematau konsumsi obat antihipertensi captopril dan amlodipin

S: - Klien mengatakan cemas berkurang - Klien mengatakan sudah mengerti

tentang prosedur anestesi spinal - Klien mengatkan sudah memiliki

gambaran tentang prosedur TURP - Klien mengatakan sudah minum obat

antihipertensi dua kali, pagi dan siang hari

O: - Klien mampu menjelaskan bahwa

anestesi yang dilakukan adalah dari bagian perut ke bawah, dan klien akan tetap sadar

- Klien mampu menjelaskan bahwa saat operasi, setelah dibius dan dipakaikan kain hijau, akan dimasukkan alah lewat kemaluan, dan prostat yang membesar akan dikerok

- Klien mampu melakukan latihan napas dalam dengan dipandu

- TD: 120/80, N 90x/menit, RR 20x/menit, S: 36 C

A: - Masalah teratasi

a). Klien mampu mendeskripsikan tentang prosedur anestesi spinal

b). Klien mampu mendeskripsikan prosedur TURP

c). Klien mampu melakukan teknik napas dalam untuk mengatasi ansietas

d). TTV dalam batas normal P: - Motivasi teknik napas dalam sambil

berzikir dan berdoa jika ansietas muncul kembali

- Pantau TTV - Ingatkan untuk minum obat

antihipertensi captopril dan amlodipin

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 73: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

27 Mei 2013

Kurang pengetahuan b.d. kurang terpapar informasi mengenai protokol dan prosedur preoperatif dan hasil postoperatif

1. Menjelaskan tentang persiapan praoperasi: tidak memakai perhiasan, tidak membawa barang berharga, tidak memakai gigi palsu, tidak memakai lensa kontak, tidak memakai cat kuku, mencukur dan membersihkan daerah operasi, memakai gelang identitas, tetap mengkonsumsi obat anti hipertensi, puasa pada malam sebelum operasi, madi dan sikat gigi pada pagi hari sebelum operasi

2. Menjelaskan kondisi postoperatif dan perawatannya

3. Memfasilitasi latihan napas dalam dan batuk efektif

4. Mengajarkan latihan ekstremitas

S: - Klien mengatakan lebih siap menjalani

operasi - Klien mengatakan memiliki gambaran

tentang kondisi postoperatif dan perawatannya

O: - Klien sudah melakukan persiapan

operasi: tidak memakai perhiasan, tidak membawa barang berharga, tidak memakai gigi palsu, tidak memakai lensa kontak, tidak memakai cat kuku, mencukur daerah operasi, memakai gelang identitas, tetap mengkonsumsi obat anti hipertensi

- Klien mampu menjelaskan bahwa setelah operasi akan dipasang selang kencing, yang awalnya akan dipasang secara kencang kemudian dikendurkan, bekas operasi akan terasa nyeri setelah efek obat bius habis, dan akan dipasang cairan infus yang berguna untuk menguras daerah operasi

- Klien mampu menjelaskan bahwa setelah operasi harus banyak minum sampai 2 botol air mineral besar

- Klien mempu menjelaskan bahwa setelah operasi harus banyak makan sayur dan buah

- Klien mampu melakukan latihan napas dalam dan batuk efektif dengan dipandu

- Klien mampu melakukan latihan ekstremitas dengan panduan

A: - Masalah teratasi

a). Klien mampu ikut berpartisipasi dalam persiapan preoperatif

b). Klien mampu mendemonstrasi-kan latihan preoperatif (latihan napas dalam, batuk efektif, dan latihan ekstremitas)

c). Klien mampu menjelaskan kondisi post-TURP

d). Klien mampu menjelaskan perawatan post-TURP

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 74: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

P: - Lanjutkan latihan napas dalam dan batuk

efektif, serta latihan ekstremitas dua kali sehari sebelum operasi

- Cek persiapan operasi sesuai checklist preoperatif

28 Mei 2013 Di ruang pre-operatif

Ansietas ringan berhubungan dengan pengalaman operasi (gagal operasi, anestesi, prosedur operasi) Pemeriksaan TD: 167/98 N: 86

1. Memantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah dan frekuensi nadi

2. Mendampingi klien pada persiapan pre-operasi

3. Mengingatkan kembali tentang prosedur operasi yang akan dilakukan

4. Memandu latihan napas napas dalam untuk mengatasi kecemasan

S: - Klien mengatakan cemas berkurang - Klien mengatakan sudah ada gambaran

mengenai prosedur operasi yang akan dijalani

O: - Klien mampu melakukan latihan napas

dalam secara mandiri - TD: 132/86, N 82x/menit A: - Masalah ansietas teratasi sebagian:

a). Klien mampu melakukan teknik napas dalam

P: - Pantau TTV - Motivasi teknik napas dalam

28 Mei 2013

Kurang pengetahuan b.d. kurang terpapar informasi mengenai protokol dan prosedur preoperatif dan hasil postoperatif

1. Memeriksa kelengkapan preoperatif sesuai checlist preoperatif

2. Memfasilitasi latihan napas dalam dan batuk efektif

3. Memfasilitasi latihan ekstremitas

S: - Klien mengatakan lebih siap menjalani

operasi O:

- Klien sudah melakukan persiapan operasi: tidak memakai perhiasan, tidak membawa barang berharga, tidak memakai gigi palsu, tidak memakai lensa kontak, tidak memakai cat kuku, mencukur daerah operasi, memakai gelang identitas, puasa sejak tengah malam, tetap mengkonsumsi obat anti hipertensi, mandi dan sikat gigi pada pagi hari

- Klien mampu melakukan latihan napas dalam dan batuk efektif dengan dipandu

- Klien mampu melakukan latihan ekstremitas dengan panduan A:

- Masalah teratasi P: Mobilisasi klien ke IBS

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 75: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

Lampiran 4

ANALISIS DATA POST-OPERATIF

Data Masalah Keperawatan

Data Subjektif: - Klien mengatakan terasa nyeri pada daerah yang dioperasi - Klien mengatakan nyeri tingkat 5-6 - Klien mengatakan nyeri terus menerus terasa Data Objektif: - Klien tampak mengernyitkan dahi - Klien tampat sering menarik napas panjang dan beristigfar - Tekanan darah 120/80 - Frekuensi nadi 84 kali/menit

Nyeri akut

Faktor risiko: Perawatan yang berhubungan dengan efek samping operasi post TURP

Risiko perdarahan

Faktor risiko Bekuan darah post-TURP

Risiko gangguan eliminasi urin

Data Subjektif: - Klien mengatakan memiliki hipertensi - Klien mengatakan tidak rutin minum obat antihipertensi Data Objektif: - TD: 120/80 mmHg

Regimen terapeutik tidak

efektif

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 76: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan )

ASUHAN KEPERAWATAN POSTOPERATIF

Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional Nyeri akut b.d. insisi sekunder pada TURP DS: - Klien mengatakan terasa nyeri

pada daerah yang dioperasi - Klien mengatakan nyeri tingkat 5-

6 - Klien mengatakan nyeri terus

menerus terasa DO: - Klien tampak mengernyitkan dahi - Klien tampat sering menarik

napas panjang dan beristigfar - Tekanan darah 120/80 - Frekuensi nadi 84 kali/menit

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x30 menit, klien mengatakan nyeri berkurang

- Klien mengatakan nyeri berkurang skala 2-3

- TTV dalam batas normal TD:120/60-130/90 N: 60-120 RR: 18-22 S: 36-37

- Klien mampu melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri

Mandiri 1. Kaji nyeri secara berkala 2. Pantau tanda-tanda vital 3. Berikan lingkungan yang

nyaman 4. Motivasi teknik relaksasi dan

mengurangi nyeri

Kolaborasi 5. Kolaborasi pemberian

analgesik kaltopren 3x1

1. Memberikan gambaran tentang

nyeri yang dirasakan klien 2. Perubahan TTV dapat menjadi

indikator adanya nyeri 3. Meningkatkan relaksasi dan

mengurangi nyeri 4. Meningkatkan relaksasi pada

otot yang tegang 5. Mengurangi nyeri dengan

farmakologik

Risiko perdarahan Faktor risiko: - Perawatan yang berhubungan

dengan efek samping operasi post TURP

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 30 menit, perdarahan tidak terjadi

- Klien tidak menunjukkan adanya tanda perdarahan irigasi jernih

- TTV dalam batas normal TD:120/60-130/90

Mandiri 1. Identifikasi tanda-tanda

perdarahan post-TURP 2. Pantau kepatenan traksi post-

TURP 3. Pantau sistem drainase,

1. Deteksi dini adanya komplikasi

TURP, agar dapat segera dilakukan tindakan jika terjadi komplikasi perdarahan

2. Traksi post-TURP membantu mengurangi perdarahan

3. Adanya perdarahan dapat

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 77: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan )

Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional - N: 60-120

- RR: 18-22 - S: 36-37

observasi warna cairan drainase

4. Anjurkan klien untuk makan makanan tinggi serat

Kolaborasi 5. Kolaborasi pemberian obat

kalnex 6. Koleborasi pemberian

vitamin K 7. Kolaborasi pemberian

laksatif 8. Pantau hasil laboratorium 9. Kolaborasi pemberian

transfusi jika terjadi perdarahan

dipantau dari warna drainase 4. Mencegah valsava yang dapat

menyebabkan perdarahan 5. Membantu menghentikan

perdarahan 6. Membantu mempercepat

pembekuan darah 7. Membantu melunakkan feses,

mencegan valsava 8. Perubahan nilai laboratorium,

terutama Hb, Ht, dan trombosit dapat menjadi faktor risiko perdarahan

9. Menggantikan darah yang hilang

Risiko gangguan eliminasi urin Faktor risiko: - Bekuan darah post-TURP

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 30 menit, gangguan eliminais urin tidak terjadi

- Tidak terdapat sumbatan pada kateter threeway (aliran urin dan irigasi lancar)

- Gangguan eliminasi urin tidak terjadi

Mandiri

1. Pastikan selang bebas dari lekukan dan bekuan darah

2. Pantau patensi kateter dan sistem drainase, catat pengeluaran

3. Pantau pola berkemih

1. Sumbatan oleh lekukan dan bekuan darah pada kateter threeway dapat menyebabkan obstruksi

2. Sistem drainase yang tidak lancar dapat menyebabkan terjadinya bekuan darah dan meningkatkan risiko obstruksi

3. Memastikan tidak terjadi

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 78: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan )

Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional spontan setelah kateter

dilepaskan

4. Anjurkan klien untuk minum 2-3 cairan per hari

5. Anjurkan klien untuk membersihkan organ genital setelah berkemih

Kolaborasi 6. Kolaborasi pemberian

continuous bladder irrigation

obstruksi setelah kateter

dilepaskan

4. Membantu irigasi bladder

5. Mencegah terjasinya infeksi saluran perkemihan yang dapat menyebabkan obstruksi pada saluran perkemihan

6. Membantu irigasi bladder

post-TURP

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 79: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

Lampiran 6

CATATAN PERKEMBANGAN POSTOPERATIF

Inisial klien : Bapak R No. RM : 132.20.66 Usia : 63 tahun Ruangan : Bedah Kelas, RSUP Persahabatan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

28 Mei 2013

Nyeri akut b.d. insisi sekunder pada TURP

1. Mengkaji nyeri secara berkala

2. Memantau tanda-tanda vital 3. Memberikan lingkungan

yang nyaman 4. Memotivasi teknik relaksasi

dan mengurangi nyeri

S: - Klien mengatakan nyeri belum

berkurang - Klien mengatakan nyaman dengan

posisi semi fowler O: - Nyeri skala 5-6 - TD 130/80, N: 90x/menit, RR

20x/menit, S: 35,9 C - Klien mampu melakukan napas sambil

berzikir dalam secara mandiri A: - Masalah teratasi sebagian

a). Klien mampu melakukan teknik napas dalam

P - Kaji nyeri secara berkala - Pantau TTV - Kolaborasi pemberian analgetik

28 Mei 2013

Risiko perdarahan

1. Menjelaskan manfaat traksi kateter

2. Memantau tanda-tanda perdarahan post-TURP

3. Memantau kepatenan traksi post-TURP

4. Memantau sistem drainase dan mengobservasi warna cairan drainase

5. Menganjurkan klien untuk minum 2-3 cairan per hari

6. Menganjurkan klien untuk makan makanan tinggi serat

S: - Klien mengatakan akan minum 2 botol

air mineral ukuran 1500 ml - Klien mengatakan akan makan sayuran

dan buah

O: - Klien mampu menyebutkan bahwa

kateter dikencangkan untuk mengurangi perdarahan pada prostat yang dioperasi

- Traksi keteter terpasang kuat - Irigasi lancar, warna jernih kemerahan A: - Risiko perdarahan masih ada P: - Awasi tanda perdarahan

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 80: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

- Pantau kepatenan selang irigasi - Lepas traksi kateter

28 Mei 2013

Risiko gangguan eliminasi urin

7. Memastikan selang bebas dari lekukan dan bekuan darah

8. Memantau patensi kateter dan sistem drainase, mencatat pengeluaran drainase

9. Menganjurkan klien untuk minum 2-3 cairan per hari

10. Memantau pemberian continuous bladder irrigation

S: - Klien mengatakan akan minum dua

botol air mineral ukuran 1500ml O: - Kateter terpasang, tidak tertekuk - Tidak ada bekuan darah yang terlihat

pada urine bag - Balance cairan/3jam

Intake: Minum 600 cc Spooling: 3 kolf 1500cc Infus: 200 cc Output: Urin+darah+spooling drainase: 2000 IWL: 121,875 Balance cairan: 2300-2121,875= +178,125

A: - Risiko obstruksi masih ada P: - Pantau patensi kateter dan sistem

drainase - Pantau balance cairan

29 Mei 2013

Nyeri akut b.d. insisi sekunder pada TURP

1. Mengkaji nyeri secara berkala

2. Memantau tanda-tanda vital 3. Memberikan lingkungan

yang nyaman 4. Memotivasi teknik relaksasi

dan mengurangi nyeri 5. Memberikan analgetik

ketorolac 10 mg via IV

S: - Klien mengatakan nyeri berkurang

setelah diberikan obat O: - Nyeri skala 3-4 - TD 130/80, N: 90x/menit, RR:

22x/menit, S: 36,4 C - Klien mampu melakukan napas dalam

dengan mandiri A: - Masalah teratasi

a). Nyeri skala 2-3 b). Klien mampu melakukan teknik

napas dalam secara mandiri c). TTV dalam batas normal

P: - Kaji nyeri secara berkala - Pantau TTV - Kolaborasi pemberian analgetik

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 81: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

29 Mei 2013

Risiko perdarahan

1. Memantau tanda-tanda perdarahan post-TURP

2. Memantau kepatenan traksi post-TURP

3. Memantau sistem drainase, dan mengobservasi warna cairan drainase

4. Memotivasi klien makan sayur dan buah dan

5. Menanyakan pola defekasi post-TURP

6. Memotivasi untuk minum 2-3 liter cairan per hari

7. Memberikan obat kalnex via IV 1 amp

8. Memberikan vitamin K via IV 1 amp

S: - Klien mengatakan belum banyak

memakan sayur dan buah Klien mengatakan sudah banyak minum Klien mengatakan belum defekasi

O: - Warna cairan pada urine bag bening

kemerahan - Traksi kateter sudah dilepas A: - Risiko perdarahan masih ada P: - Awasi tanda perdarahan - Pantau kepatenan selang irigasi - Aff irigasi jika warna urin sudah jernih

29 Mei 2013

Risiko gangguan eliminasi urin

1. Memastikan selang bebas dari lekukan dan bekuan darah

2. Memantau patensi kateter dan sistem drainase, mencatat jumlah drainase

3. Memotivasi klien untuk minum 2-3 cairan per hari

4. Memantau pemberian continuous bladder irrigation

S: - Klien mengatakan sudah berusaha

untuk minum dua botol air mineral ukuran 1500 ml

O: - Kateter terpasang, tidak tertekuk - Tidak ada bekuan darah yang terlihat

pada urine bag - Balance cairan/24jam

Intake: Minum: 2000 cc Spooling: 36 kolf 18000cc Infus: 1500 cc Output: Urin+darah+spooling drainase: 20.500 IWL: 975 Balance cairan: 21600-21.475: +125

A: - Risiko obstruksi masih ada P: - Pantau balance cairan - Pantau pemberian continuous bladder

irrigation - Pantau pola berkemih spontan jika

kateter sudah dilepas

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 82: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

30 Mei 2013

Nyeri akut b.d. insisi sekunder pada TURP

1. Mengkaji nyeri secara berkala

2. Memantau tanda-tanda vital Memotivasi teknik relaksasi dan mengurangi nyeri

4. Memberikan analgetik ketorolac 10 mg via IV

S: - Klien mengatakan nyeri berkurang O: - Nyeri skala 2-3 TD 120/70, N:

88x/menit, RR 20x/menit, S: 36,6 C - Klien mampu melakukan napas dalam

dengan mandiri A: - Masalah teratasi

a). Nyeri skala 2-3 b). Klien mampu melakukan teknik

napas dalam secara mandiri c). TTV dalam batas normal

P: - Kaji nyeri secara berkala - Pantau TTV - Kolaborasi pemberian analgetik

30 Mei 2013

Risiko perdarahan

1. Memantau sistem drainase, jumlah, warna

2. Melepas irigasi kateter 3. Menanyakan pola defekasi

post-TURP 4. Memberikan obat kalnex

via IV 1 amp 5. Memberikan vitamin K via

IV 1 amp 6. Melakukan discharge

planning mengenai hal yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, dan kapan harus menghubungi pelayanan kesehatan

S: - Klien mengatakan mengerti dengan

discharge planning yang dilakukan - Klien mengatakan sudah defekasi satu

kali dan tidak keras O: - Warna cairan pada urine bag jernih - Irigasi drainase sudah dilepaskan A: - Risiko perdarahan masih ada P: - Bladder training dan aff kateter - Ingatkan untuk menghindari valsava

30 Mei 2013

Risiko gangguan eliminasi urin

1. Memasang kateter dan sistem drainase kembali

2. Memastikan selang bebas dari lekukan dan bekuan darah

3. Memantau patensi kateter dan sistem drainase

4. Memotivasi klien untuk minum 2-3 cairan per hari

5. Memantau pemberian continuous bladder irrigation

S: - Klien mengatakan sudah minum satu

botol air mineral ukuran 1500 ml sejak pagi

- Klien mengatakan kateter sudah dilepaskan sebelumnya, namun terasa nyeri pada perut bagian bawah dan urin tidak bisa keluar, sehingga kateter dipasang kembali

- Klien mengatakan setelah kateter dipasang kembali terdapat bekuan darah yang berwarna kehitaman jumlahnya cukup banyak

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 83: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Tanggal Diagnosa Keperawatan

Implementasi Evaluasi

O: - Kateter dilepaskan, kemudian dipasang

kembali - Tidak ada bekuan darah yang terlihat

pada urine bag, warna jernih - Balance cairan/20 jam

Intake: Minum: 1500 cc Spooling: 8 kolf 4000 cc Infus: 800 cc Output: Urin+spooling drainase: 5300 IWL: 812,5 Balance cairan: 6300-6112,5= +187,5

A: - Risiko obstruksi masih ada P: - Aff irigasi dan kateter jika warna

cairan drainase sudah jernih - Pantau kemampuan berkemih spontan

setelah kateter dilepas 31 Mei2013

Nyeri akut b.d. insisi sekunder pada TURP

1. Mengkaji nyeri secra berkala

2. Memantau tanda-tanda vital 3. Memotivasi teknik relaksasi

dan mengurangi nyeri 4. Memberikan analgetik

ketorolac 10 mg via IV

S - Klien mengatakan nyeri minimal O: - Nyeri skala 1-2 - TD 130/80, N: 92x/menit - Klien mampu melakukan napas dalam

dengan mandiri A: - Masalah teratasi

a). Nyeri skala 2-3 b). Klien mampu melakukan teknik

napas dalam secara mandiri c). TTV dalam batas normal

P - Kaji nyeri secara berkala - Pantau TTV - Motivasi teknik napas dalam jika nyeri

muncul kembali - Kolaborasi pemberian analgetik jika

nyeri muncul kembali 31 Mei 2013

Risiko perdarahan

1. Memantau sistem irigasi drainase, mencatat warna cairan drainase

2. Menanyakan pola defekasi 3. Memberikan obat kalnex

S: - Klien mengatakan sudah defekasi pada

pagi hari, tidak keras O: - Sistem drainase lancar, warna cairan

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 84: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Tanggal Diagnosa Keperawatan

Implementasi Evaluasi

4. via IV 1 amp 5. Memberikan vitamin K via

IV 1 amp 6.

- drainase jernih A: - Risiko perdarahan masih ada P: - Awasi tanda perdarahan - Aff irigasi drainase jika warna cairan

drainase jernih

31 Mei 2013

Risiko gangguan eliminasi urin

1. Memastikan selang bebas dari lekukan dan bekuan darah

2. Memantau patensi kateter dan sistem drainase

3. Memotivasi klien untuk minum 2-3 cairan per hari

S: - Klien mengatakan sudah minum

hampir dua botol air mineral ukuran 1500 ml

O: - Kateter terpasang, tidak tertekuk - Sistem drainase masih terpasang - Tidak ada bekuan darah yang terlihat

pada urine bag A: - Risiko obstruksi masih ada P: - Memantau pemberian continuous

bladder irrigation - Pantau pola eliminasi spontan jika

kateter sudah dilepas

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 85: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

Lampiran 7

TINDAKAN PEMBIUSAN

1. Posisi duduk atau miring sambil memeluk bantal

2. Obat bius disuntikkan lewat belakang tubuh

3. Efek obat bius dari pinggang ke bawah

4. Awalnya kaki terasa kesemutan, lalu akan terasa berat, sampai

tidak bisa digerakkan

5. Selama operasi tetap sadar (bisa melihat dan mendengar)

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 86: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

TINDAKAN OPERASI PROSTAT

1. Alat dimasukkan lewat kemaluan

2. Prostat yang menutupi jalan saluran kencing dikerok

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 87: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

KONDISI SETELAH OPERASI

1. Terpasang selang kencing

2. Terpasang cairan infus untuk membilas bagian prostat yang

dioperasi

3. Terasa nyeri pada bagian operasi, setelah efek obat bius hilang

4. Yang harus dilakukan: napas dalam, minum 2-3 botol air mineral

besar, makan sayuran dan buah

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 88: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

Lampiran 8

Yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Setelah Operasi Prostat

Terdapat darah dalam kencing pada hari ke 15 setelah operasi

Sulit buang air kecil Rasa terbakar ketika buang

air kecil Air kencing berbau Air kencing berwarna

keruh

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 89: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

(Lanjutan)

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013

Page 90: PENERAPAN PREOPERATIVE TEACHING PADA KLIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351472-PR-Fitri Mulyana.pdf · dengan masalah bedah benign prostatic hyperplasia- transurethral resection

Lampiran 9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fitri Mulyana

Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 16 Maret 1990

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Waru II RT 002 RW 03 No.52, Pamulang Barat,

Pamulang, Tangerang Selatan 15417

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

Tahun 2002 : SD Negeri Pamulang Indah

Tahun 2005 : SMP Negeri 1 Pamulang

Tahun 2008 : SMA Negeri 1 Cisauk

Tahun 2012 : Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Fitri Mulyana, FIK UI, 2013