Penerapan PHBS Di Sekolah

30
Penerapan PHBS di Sekolah Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun), yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2009). 1) Penerapan PHBS di sekolah menurut Sya’roni. RS (2007), antara lain: 2) 1. Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku (kurikuler) 3) 2. Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa yang dilakukan diluar jam pelajaran biasa (ekstrakurikuler) 4) a. Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas 5) b. Aktivitas kader kesehatan sekolah/ dokter kecil. 6) c. Pemeriksaan kualitas air secara sederhana 7) d. Pemeliharaan jamban sekolah 8) e. Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah 9) f. Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar 10) g. Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur 11) h. Pemeriksaan rutin kebersihan: kuku, rambut, telinga, gigi 12) 3. Membimbingan hidup bersih dan sehat melalui konseling. 13) 4. Kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan peran aktif siswa, guru, dan orang tua, antara lain melalui penyuluhan kelompok, pemutaran kaset radio atau film, penempatan media poster, penyebaran leaflet dan membuat majalah dinding. 14) 5. Pemantauan dan evaluasi 15) a. Lakukan pamantauan dan evaluasi secara periodik tentang kebijakan yang telah dilaksanakan 16) b. Minta pendapat pokja PHBS di sekolah dan lakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan. 17) c. Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan. 18) 19) 2.1.5 Sasaran

description

phbs di sekolah

Transcript of Penerapan PHBS Di Sekolah

Page 1: Penerapan PHBS Di Sekolah

Penerapan PHBS di Sekolah

           Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya

berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-10 tahun), yang

ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan

perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan

sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri

mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam

mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui

pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2009).

1)             Penerapan PHBS di sekolah menurut Sya’roni. RS (2007), antara lain:

2) 1.      Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa sesuai dengan kurikulum

yang berlaku (kurikuler)

3) 2.      Menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa yang dilakukan diluar

jam pelajaran biasa (ekstrakurikuler)

4) a.    Kerja bakti dan lomba kebersihan kelas

5) b.   Aktivitas kader kesehatan sekolah/ dokter kecil.

6) c.    Pemeriksaan kualitas air secara sederhana

7) d.   Pemeliharaan jamban sekolah

8) e.    Pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah

9) f.     Demo/gerakan cuci tangan dan gosok gigi yang baik dan benar

10) g.    Pembudayaan olahraga yang teratur dan terukur

11) h.    Pemeriksaan rutin kebersihan: kuku, rambut, telinga, gigi

12) 3.    Membimbingan hidup bersih dan sehat melalui konseling.

13) 4.    Kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan peran aktif

siswa, guru, dan orang tua, antara lain melalui penyuluhan kelompok, pemutaran

kaset radio atau film, penempatan media poster, penyebaran leaflet dan membuat

majalah dinding.

14) 5.    Pemantauan dan evaluasi

15) a.    Lakukan pamantauan dan evaluasi secara periodik tentang kebijakan yang

telah dilaksanakan

16) b.   Minta pendapat pokja PHBS di sekolah dan lakukan kajian terhadap masalah

yang ditemukan.

17) c.    Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.

18)

19) 2.1.5        Sasaran

20)             Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota

keluarga institusi pendidikan. Menurut Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2009)

terbagi dalam:

Page 2: Penerapan PHBS Di Sekolah

21) 1.    Sasaran Primer

22)      Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan diubah

perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu ataukelompok

dalam institusi pendidikan yang bermasalah).

23) 2.    Sasaran Sekunder

24)      Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi

pendidikan yang bermasalah, misalnya kepala sekolah, guru, orang tua murid,

kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas

sektor terkait, PKK.

25) 3.    Sasaran Tersier

26)      Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk

tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan, misalnya kepala desa,

lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang

tua murid.

27)

28) 2.1.6        Manfaat PHBS di Sekolah

29) Manfaat PHBS di sekolah diantaranya:

30) 1.    Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman

penyakit.

31) 2.    Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada

prestasi belajar peserta didik

32) 3.    Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu

menarik minat orang tua (masyarakat)

33) 4.    Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan

34) 5.    Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain

35) (Suryatiningsih, 2010).

36)

37)

38) 2.1.7        Indikator PHBS

39) 1. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun

40) Anak sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di tempat-tempat yang

kurang bersih seperti selokan. Ada cara lain yang cukup “ampuh” yang dapat

menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit yaitu dengan kebiasaan mencuci

tangan.

41) Kebiasaan mencuci tangan masyarakat Indonesia masih belum baik. Terlihat dari

kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan semangkuk air atau kobokan

Page 3: Penerapan PHBS Di Sekolah

untuk membasuh tangan sebelum makan. Padahal kebiasan sehat mencuci tangan

dengan air bersih mengalir dan sabun dapat menyelamatkan nyawa dengan

mencegah penyakit (Hasyim, 2009).

42) Alasan seseorang harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun adalah:

43) a.    Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab

penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan.

44) b.    Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa

menimbulkan penyakit (Depkes RI, 2001).

45) c.    Mencuci tangan dengan air yang mengalir hanya dapat menghilangkan kuman

25% dari tangan, sedangkan mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan

sabun akan dapatmembersihkan kotoran dan membunuh kuman hingga 80% dari

tangan (Hasyim, 2009)

46) Saat harus mencuci tangan yaitu:

47) a.    Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang,

berkebun)

48) b.    Setelah buang air besar

49) c.    Sebelum makan dan sebelum memegang makanan

50) Manfaat mencuci tangan diantaranya:

51) a.    Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan

52) b.    Mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus,

kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), flu burung atau

SARS.

53) c.    Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

54) Cara mencuci tangan yang baik dan benar, yaitu:

55) a.    Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun

56) b.    Bersihkan telapak, punggung tangan dan pergelangan tangan lengan, gosok

bila perlu

57) c.    Bersihkan juga sela-sela jari dan lipatan kuku jari

58) d.    Setelah itu keringkan dengan lap bersih.

59) (Depkes RI, 2001)

60) 2.    Jajan di kantin sekolah yang sehat

61) Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan, dan hal ini dapat

membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat, hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan di Bogor dimana telah ditemukan Salmonella

Paratyphi A di 25%-50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri ini

mungkin berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran

mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki

lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal

Page 4: Penerapan PHBS Di Sekolah

seperti borax(pengawet yang mengandung logam berat Boron), formalin(pengawet

yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil),

dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judwarwanto, 2008).

62) Menurut Depkes RI (2001) alasan tidak boleh jajan di sembarang tempat, harus di

kantin sekolah karena:

63) a. Makanan dan minuman yang dijual cukup bergizi, terjamin kebersihannya,

terbebas dari zat-zat berbahaya dan terlindung dari serangga dan tikus.

64) b.    Makanan yang bergizi akan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan siswa,

sehingga siswa menjadi lebih berprestasi di sekolah.

65) c.    Tersedianya air bersih yang mengalir dan sabun untuk mencuci tangan dan

peralatan makan.

66) d.    Tersedianya tempat sampah yang tertutup dan saluran pembuangan air kotor.

67) e.    Adanya pengawasan secara teratur oleh guru, siswa dan komite sekolah.

68) 3.     Membuang sampah pada tempatnya

69) Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang besar

manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan, namun sangat susah untuk

diterapkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan oleh Andang Binawan

yang menyebutkan bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan

hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan mereka

yang berpendidikan tinggi pun melakukannya (Kartiadi, 2009).

70) Alasan harus membuang sampah ditempatnya adalah karena sampah adalah suatu

bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun

alam. Selain kotor, tidak sedap dipandang mata, sampah juga mengundang kuman

penyakit. Oleh karena itu sampah harus dibuang di tempat sampah.

71) Secara garis besar, Depkes RI (2001) membedakansampah menjadi tiga

jenis, yaitu:

72) a.    Sampah anorganik atau kering, yang tidak dapat mengalami pembusukan

secara alamiah, contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, atau botol.

73) b.    Sampah organik atau basah, yang dapat mengalami pembusukan secara alami,

contoh: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah, atau sisa

buah.

74) c.    Sampah berbahaya, contoh: baterai, botol racun nyamuk, atau jarum suntik

bekas.

75) Akibat dari membuang sampah sembarangan adalah:

76) a.    Sampah menjadi tempat berkembang biak dan sarang serangga      dan tikus

77) b.    Sampah menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air dan        udara

78) c.    Sampah menjadi sumber dan tempat hidup kuman-kuman

yang       membahayakan kesehatan

Page 5: Penerapan PHBS Di Sekolah

79) d.    Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaran

80) Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan caramemusnahkan atau

memanfaatkannya. Beberapa cara pemusnahan sampah yang dapat dilakukan

secara sederhana sebagai berikut:

81) a.         Penumpukan

82)             Dengan metode ini sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara

langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik. Metode

penumpukan bersifat murah, sederhana, tetapi menimbulkan risiko karena

berjangkitnya penyakit menular, menyebabkan pencemaran udara, terutama bau,

sumber penyakit dan mencemari sumber-sumber air.

83) b.      Pengkomposan

84) Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat menghasilkan pupuk

yang mempunyai nilai ekonomi.

85) c.       Pembakaran

86) Metode ini dapat dilakukan hanya untuk sampah yang dapat dibakar habis. Harus

diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari pencemaran asap, bau, dan

kebakaran.

87) d.      Sanitari landfill

88) Metode ini hampir sama dengan pemupukan, tetapi cekungan yang telah penuh

terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan areal khusus yang

sangat luas.

89) Dalam pemanfaatan sampah, sampah basah dapat dijadikan kompos dan makanan

ternak, sampah kering dapat dipakai kembali dan didaur ulang seperti sampah

kertas dapat didaur ulang. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan

sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan,

pendistribusian, dan pembuatan produk atau material bekas pakai. Material yang

dapat didaur ulang misalnya:

90) 1)        Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, cremer, baik yang putih bening

maupun yang berwarna, terutama gelas atau kaca yang tebal.

91) 2)        Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus, kecuali

kertas yang berlapis minyak

92) 3)        Alumunium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue

93) 4)        Besi bekas rangka meja, besi rangka beton

94) 5)        Plastik bekas tempat shampoo, air mineral, jerigen, ember

95) 6)        Sampah basah dapat diolah menjadi kompos

96) Pengelolaan sampah sangat besar sekali manfaatnya bagi diri kita sendiri, orang

lain, maupun bagi lingkungan sekitar kita (Kartiadi, 2009), diantaranya:

97) a.    Menghemat sumber daya alam

Page 6: Penerapan PHBS Di Sekolah

98) b.    Menghemat energi

99) c.    Mengurangi uang belanja

100) d.    Menghemat lahan tempat pembuangan akhir (TPA)

101) e.    Meminimalkan lingkungan jentik di sekolah.

102) 4.         Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah (Gunarsa, S 2001):

103) Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk

memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak

(meningkatkan kualitas hidup). Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang

terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan

ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

104)  Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan

sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani tiap-tiap orang berbeda-beda

sesuai dengan tugas atauprofesi masing-masing. Kebugaran jasmani terdiri dari

komponen-komponen yang dikelompokkan menjadi kelompok yang berhubungan

dengan kesehatan (Health Related Physical Fitness) dan kelompok yang

berhubungan dengan ketrampilan (Skill Related Physical Fitness).

105) Alasan mengikuti kegiatan olahraga di sekolah adalah untuk memelihara

kesehatan fisik dan mental agar tetap sehat dan tidak mudah sakit. Selain itu juga

untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik. Manfaat olahraga antara lain:

106) a.         Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis,

kanker,          tekanan darah tinggi, kencing manis

107) b.        Berat badan terkendali

108) c.         Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat

109) d.        Bentuk tubuh menjadi ideal dan proporsional

110) e.         Lebih percaya diri

111) f.          Lebih bertenaga dan bugar

112) g.         Keadaan kesehatan menjadi lebih baik

113)

114)

115) 5.        Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan

setiap            6 bulan

116) Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk

mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat

pertumbuhan dan perkembangan anak maka dapat memberikan masukan untuk

peningkatan konsumsi makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan

untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa diketahui

melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan

ukuran tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh

Page 7: Penerapan PHBS Di Sekolah

melebihi ukuran rata-rata anak yang seusia pada umumnya, maka

pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil berarti

pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran tubuhnya

sama dengan ukuran rata-rata anak-anak lain seusianya.

117) Alasan siswa perlu ditimbang setiap 6 bulan adalah untuk memantau

pertumbuhan berat badan dan tinggi badan normal siswa agar segera diketahui

jika ada siswa yang mengalami gizi kurang maupun gizi lebih.

118) Cara untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan siswa yaitu

dengan mencatat hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan tiap siswa di

Kartu Menuju Sehat (KMS) anak sekolah maka akan telihat berat badan atau tinggi

badan naik atau tidak naik (terlihat perkembangannya).

119) Manfaat penimbangan siswa setiap 6 bulan di sekolah(Depkes, 2001)

antara lain:

120) a.         Untuk mengetahui apakah siswa tumbuh sehat.

121) b.        Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan      siswa.

122) c.         Untuk mengetahui siswa yang dicurigai gizi kurang dan gizi

lebih, sehingga jika ada kelainan yang berpengaruh langsung dalam proses belajar

di sekolah, dapat segera dirujuk ke Puskesmas.

123) Jenis-jenis  kondisi gizi tidak seimbang yang dapat diketahui setelah

melakukan penimbangan berat badan adalah:

124) a.       Gizi buruk

125)         Gizi buruk adalah bila kondisi gizi kurang berlangsung lama, maka

akan berakibat semakin berat tingkat kekurangannya. Pada keadaanya ini dapat

menjadikwarshiorkor dan marasmus yang biasanya disertai penyakit lain seperti

diare, infeksi, penyakit pencemaan, infeksi saluran pernafasan bagian

atas, dan anemia

126)         Tanda-tanda gizi buruk (Meru, 2008) yaitu:

127) 1)     Sangat kurus, tulang iga tampak jelas

128) 2)     Wajah terlihat lebih tua

129) 3)     Tidak bereaksi terhadap rangsangan (apatis)

130) 4)     Rambut tipis, kusam, warna rambut jagung, dan bila     dicabut tidak

sakit

131) 5)     Kulit keriput

132) 6)     Pantat kendur dan keriput

133) 7)     Perut cekung atau buncit

134) 8)     Bengkak pada punggung kaki yang berisi cairan dan

bila           ditekan lama kembali

Page 8: Penerapan PHBS Di Sekolah

135) 9)     Bercak merah kehitaman pada tungkai dan pantat.

136) b.      Gizi lebih

137)           Masalah ini disebabkan karena konsumsi makanan yang melebihi

dari yang dibutuhkan, terutama konsumsi lemak yang tinggi dan makanan dari

gula murni. Pada umumnya masalah ini banyak terdapat di daerah perkotaan

dengan dijumpainya balita yang kegemukan.

138)           Tanda-tanda gizi lebih (Meru, 2008) yaitu:

139) 1)    Berat badan jauh di atas berat normal

140) 2)    Bentuk tubuh terlihat tidak seimbang

141) 3)    Tidak dapat bergerak bebas

142) 4)    Nafas mudah tersengal-sengal jika melakukan kegiatan

143) 5)    Mudah lelah

144) 6)    Malas melakukan kegiatan.

145) c.         Gizi kurang

146)             Gizi kurang disebabkan karena konsumsi gizi yang tidak mencukupi

kebutuhannya dalam waktu tertentu (Meru,2008).

147) 6.        Tidak merokok di sekolah

148) Rokok mengandung kurang lebih 4.000 elemen-elemen, dan setidaknya

200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok

adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Oleh karena itu kebiasaan merokok

harus dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar (Wastuwibowo, 2008).

149) Alasan tidak boleh merokok di sekolah karena rokok ibarat pabrik bahan

kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan

kimia berbahaya diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin,

tar, dan karbon monoksida. Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak

jantung serta aliran darah, tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker,

sedangkan karbon monoksida menyebabkan berkurangnya kemampuan darah

membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.

150) Menurut Depkes RI (2003), seorang perokok dibedakan menjadi dua, yaitu:

151) a.    Perokok aktif

152)           Adalah orang yang merokok secara rutin walaupun itu cuma 1

batang dalam sehari. Atau orang yang menghisap rokok walau tidak rutin sekalipun

atau hanya sekedar coba-coba.

153) b.    Perokok pasif

154) Adalah orang yang bukan perokok, tetapi menghirup asap rokok orang lain

atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang

merokok.

155) Bahaya merokok (Depkes RI, 2003), antara lain:

Page 9: Penerapan PHBS Di Sekolah

156) a.    Menyebabkan kerontokan rambut

157) b.    Gangguan pada mata, seperti katarak

158) c.    Kehilangan pendengaran lebih awal dibanding bukan       perokok

159) d.    Menyebabkan penyakit paru-paru, jantung dan kanker

160) e.    Merusak gigi dan menyebabkan bau mulut yang tidak sedap

161) f.     Tulang lebih mudah keropos

162) Bagi perokok yang ingin berhenti merokok dapat melakukannya dengan

cara:

163) a. Bulatkan tekat, mantapkan niat yang kuat untuk berhenti       merokok

164) b.  Mencari alasan yang kuat untuk berbenti merokok misalnya  karena

disuruh keluarga atau ingin meningkatkan kesehatan

165) c.  Tetapkan tanggal berhenti merokok dalam waktu kurang      dan       dua

minggu

166) d.  Memilih salah satu cara berhenti seperti berhenti

seketika,    mengurangi jumlah rokok secara bertahap atau

menunda   waktu   merokok

167) e.  Minta dukungan teman atau keluarga

168) f.   Menghindari segala sesuatu yang menimbulkan keinginan      merokok.

169)      (Wastuwibowo, 2008)

170) Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu berhenti seketika, menunda dan

mengurangi. Hal yang paling utama adalah niat dan tekat yang bulat untuk

melaksanakan cara tersebut:

171) a. Seketika

172) Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat,

mungkin perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena

rokok mengandung zat adiktif.

173) b.    Menunda

174) Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap hari

sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut.

175) c.    Mengurangi

176) Jumlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur

dengan jumlah yang sama sampai 0 batang pada hari ke-7 atau yang ditetapkan.

Misalkan dalam sehari-hari seorang perokok menghabiskan 28 batang rokok maka

si perokok dapat merencanakan pengurangan jumlah rokok selama 7 hari dengan

jumlah pengurangan sebanyak 4 batang perhari.

177) Saat ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang penetapan

kawasan tanpa rokok sebagai upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap

resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok.

Page 10: Penerapan PHBS Di Sekolah

178) Kawasan tanpa rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang

untuk kegiatan produksi, penjualan,perdagangan, promosi, dan penggunaan rokok.

Penetapan kawasan tanpa rokok diselenggarakan di berbagai tempat(Depkes RI,

2001), yaitu:

179) a.    Tempat umum, seperti terminal, bus way, bandara, stasiun kereta api,

pusat perbelanjaan, pasar serba ada, hotel, restoran, tempat rekreasi.

180) b.    Tempat ibadah, seperti masjid, mushola, gereja, kapal,

pura,wihara, dan klenteng.

181) c.    Arena kegiatan anak-anak, seperti tempat penitipan anak,      tempat

pengasuhan anak, arena bermain anak-anak.

182) d.    Tempat proses belajar mengajar, seperti sekolah, tempat pelatihan,

termasuk perpustakaan, ruang praktik, atau laboratorium, museum.

183) e.    Tempat pelayanan kesehatan, seperti Posyandu, Puskesmas, dan

rumah sakit.

184) f.      Tempat kerja, seperti perkantoran, pabrik, ruang rapat, ruang

sidang atau seminar.

185) g.    Angkutan umum, seperti bus, bus way, mikrolet, kereta api, kapal laut

dan pesawat udara.

186) 7.        Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin (Depkes

RI, 2001):

187) Sekolah menjadi bebas jentik dan warga sekolah serta masyarakat sekolah

terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui nyamuk, seperti demam

berdarah, malaria, dan kaki gajah.

188) Memberantas jentik di sekolah adalah kegiatan memeriksa tempat-tempat

penampungan air bersih yang ada di sekolah (bak mandi, kolam) apakah bebas

dari jentik nyamuk atau tidak. Kegiatan memberantas jentik nyamuk di sekolah

diantaranya:

189) a.         Lakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus

(menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk)

190) b.        PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong

nyamuk penular berbagai penyakit, seperti demam berdarah, demam dengue,

chikungunya, malaria,filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat

perkembangbiakannya.

191)

192)

193) Tiga (3) M plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN, yaitu:

194)                                           a.   Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan

air seperti bak mandi, kolam, tatakan pot kembang

Page 11: Penerapan PHBS Di Sekolah

195)                                         b.    Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti

lubang bak kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air

hujan

196)                                          c.   Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas

yang dapat menampung air, seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang

dibuang sembarangan (bekas botol atau gelas air mineral, plastik kresek)

197)                                         d.    Plus menghindari gigitan nyamuk, yaitu:

198) 1)        Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya

memakai obat nyamuk oles atau diusap ke kulit

199) 2)        Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai

200) 3)        Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak

201) 4)        Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat

yang sulit dikuras, misalnya di talang air atau di daerah sulit air.

202) 5)        Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampung air,

misalnya ikan cupang, ikan nila

203) 6)        Menanam tumbuhan pengusir nyamuk, misalnya zodia, lavender,

rosemary

204) Manfaat sekolah bebas jentik adalah:

205) a. Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit

dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi

206) b. Kemungkinan terhindar dan berbagai penyakit semakin besar seperti

demam berdarah dengue (DBD), malaria, chikungunya, atau kaki gajah.

207) c.  Lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat

208) Cara pemeriksaan jentik berkala dapat dilakukan secara sederhana dengan

menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik. Jika ditemukan jentik,

warga sekolah dan masyarakat sekolah diminta untuk menyaksikan atau melihat

jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN melalui 3 M atau 3 M

plus. Setelah itu mencatat hasil pemeriksaan jentik.

209) 8.             Buang air besar dan buang air kecil di jamban

sekolah (Depkes RI, 2001):

210) Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap

masyarakat. Pentingnya buang air bersih di jamban yang bersih adalah untuk

menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk.

Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat

dimana harus terletak minimal 10 meter dari sumber air dan mempunyai saluran

pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan sekitar.

211) Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan

kotoran manusia, yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan

Page 12: Penerapan PHBS Di Sekolah

leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung), yang dilengkapi dengan unit

penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jenis jamban ada dua,

yaitu:

212) a.    Jamban cemplung

213) Jamban yang penampungannya berupa lubang berfungsi menyimpan dan

meresapkan cairan kotoran/ tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke

dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

214) b.    Jamban tangki septik atau leher angsa

215) Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki

septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses

penguraian atau dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan

resapannya.

216) Manfaat yang dapat diperoleh jika menggunakan jambanbersih adalah:

217) a. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau

218) b.  Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitarnya

219) c.  Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat  menjadi

penular penyakit diare, kolera, disentri, thypus,  kecacingan, penyakit infeksi

saluran pencernaan, penyakit kulitdan keracunan.

220) Syarat jamban sehat yaitu:

221) a.     Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum

dengan lubang penampungan minimal 10 meter)

222) b.    Tidak berbau

223) c.     Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus

224) d.    Tidak mencemari tanah disekitamya

225) e.     Mudah dibersihkan dan aman digunakan

226) f.     Dilengkapi dinding dan atap pelindung

227) g.     Penerangan dan ventilasi cukup

228) h.     Lantai kedap air dan luas ruangan memadai

229) i.      Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

230) Cara memelihara jamban sehat adalah:

231) a.     Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air

232) b.    Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam

keadaan bersih

233) c.     Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat

234) d.    Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran

235) e.     Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)

236) f.     Bila ada kerusakan, segera diperbaiki

237)

Page 13: Penerapan PHBS Di Sekolah

238) Cara menggunakan jamban dengan benar, yakni:

239) a.  Ada dua model jamban, yaitu jamban jongkok dan duduk.       Bila kita

menggunakan jamban duduk jangan berjongkok,           karena kaki kita akan

mengotori jamban apalagi bila kita      memakai alas kaki. Perilaku kita sangat

merugikan       pengguna jamban berikutnya.

240) b. Buang air besar dan buang air kecil haruslah di jamban            untuk

mencegah penularan penyakit, karena tinja dan   urine (air kencing) banyak

mengandung kuman penyakit.

241) c.  Menyiram hingga bersih setelah buang air besar atau   buang air kecil.

242) d.  Buanglah sampah pada tempatnya, agar jamban tidaktersumbat dan

penuh dengan sampah.

243) e.  Mengingatkan guru dan penjaga sekolah untuk mengawasi       dan

memastikan bahwa jamban yang tersedia selalu dalam            keadaan bersih.

244)

245) 2.1.8        Langkah-langkah Pembinaan PHBS di Sekolah (Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2004):

246) 1. Analisis Situasi

247) Penentu kebijakan atau pimpinan di sekolah melakukan pengkajian ulang

tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di sekolah serta bagaimana sikap

dan perilaku khalayak sasaran (siswa, warga sekolah, dan masyarakat lingkungan

sekolah) terhadap kebijakan PHBS di sekolah. Kajian ini untuk memperoleh data

sebagai dasar membuat kebijakan.

248) 2.    Pembentukan kelompok kerja

249) Pihak pimpinan sekolah mengajak bicara/ berdialog guru, komite

sekolah, dan tim pelaksana atau pembina UKS tentang:

250) a.     Maksud, tujuan, dan manfaat penerapan PHBS di sekolah

251) b.    Membahas rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di sekolah

252) c.    Meminta masukan tentang penerapan PHBS di sekolah,

antisipasi         kendala, sekaligus alternatif solusi

253) d.    Menetapkan penanggung jawab PHBS di sekolah dan

mekanisme        pengawasannya

254) e.    Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi siswa, warga

sekolah,         dan masyarakat sekolah

255) f.      Pimpinan sekolah membentuk kelompok kerja

penyusunan       kebijakan PHBS di sekolah

256) 3.    Pembuatan Kebijakan PHBS di sekolah

257) Kelompok kerja membuat kebijakan jelas, tujuan, dan cara

melaksanakannya.

Page 14: Penerapan PHBS Di Sekolah

258) 4.    Penyiapan Infrastruktur

259) Membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas PHBS

di sekolah, instrumen pengawasan materi,sosialisasi penerapan PHBS di sekolah,

pembuatan dan penempatan pesan di tempat-tempat strategis disekolah,

pelatihan bagi pengelola PHBS di sekolah.

260) 5.    Sosialisasi Penerapan PHBS di sekolah

261) Sosialisasi penerapan PHBS di sekolah di lingkungan internal,antara lain:

262) a.     Penggunaan jamban sehat dan air bersih

263) b.    Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

264) c.     Larangan merokok di sekolah dan kawasan tanpa rokok di sekolah

265) d.    Membuang sampah pada tempatnya

266) e.     Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di sekolah.

267)

268) 2.1.9        Syarat Sekolah Sehat

269)           Menurut Sya’roni. RS (2007), sekolah sehat adalah sekolah yang

memenuhi 8 syarat sekolah sehat, yaitu:

270) 1.    Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun

271) 2.    Mengkonsumsi jajanan sehat di warung atau kantin sekolah

272) 3.    Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

273) 4.    Olahraga teratur di sekolah

274) 5.    Memberantas jentik nyamuk di sekolah

275) 6.    Tidak merokok di sekolah

276) 7.    Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan

277) 8.    Membuang sampah pada tempatnya

278)

279) 2.1.10         Peran Siswa dalam Melaksanakan PHBS di Sekolah (Dinas

Kesehatan, 2009):

280) 1. Tidak jajan di sembarang tempat, harus di kantin sekolah. Jajan

sembarangan tidak terjamin kebersihan dan cara pengolahannya.

281) 2. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, setiap kali

tangan kita kotor (memegang uang, memegang binatang, berkebun), setelah

buang air besar atau buang air kecil, sebelum makan, sebelum memegang

makanan. Tangan yang kotor banyak mengandung kuman dan bibit penyakit.

282) 3. Menggunakan jamban di sekolah jika buang air kecil dan air besar

lingkungan menjadi bersih, sehat, dan tidak berbau serta tidak mengundang

datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit, seperti diare,

disentri, thypus, dan kecacingan.

Page 15: Penerapan PHBS Di Sekolah

283) 4. Mengikuti kegiatan olahraga di sekolah. Berolahraga membuat tubuh

sehat dan bugar.

284) 5. Membantu pemeriksaan jentik nyamuk di sekolah dengan mengamati

genangan air dan bak serta melaporkan kepada guru bila ada jentik nyamuk.

285) 6. Tidak merokok di sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan antara

lain penyakit paru-paru, jantung dan kanker serta merusak gigi dan menyebabkan

bau mulut yang tidak sedap.

286) 7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6bulan.

Dengan demikian pertumbuhan siswa sekolah dapat diketahui apakah sesuai

antara tinggi badan, berat badan, usia siswa, dan status kesehatannya.

287) 8. Membuang sampah pada tempatnya. Sampah adalah sarang kuman dan

bakteri penyakit. Membuang sampah pada tempatnya menghindari tubuh untuk

terkena penyakit.

288)

289) 2.1.11         Peran Siswa dalam Mengajak Keluarga dan Teman

Sebaya untuk Melaksanakan PHBS di Sekolah (Dinkes Kota Surabaya,

2009):

290) 1.         Penyampaian pesan PHBS di sekolah

291)                                                a.     Mendorong sekolah untuk menyediakan sarana

untuk           melaksanakan PHBS di sekolah, yaitu jamban, sumber air    bersih,

tempat cuci tangan, tempat sampah, kantin sehat, sarana             olahraga, alat

pengukur tinggi badan dan berat badan.

292)                                               b.     Menganjurkan teman sebaya untuk menerapkan

PHBS di    sekolah dan menegur bila tidak menerapkan PHBS di sekolah.

293)                                                c.     Mendorong guru untuk melakukan pengawasan dan

pemberian         sanksi.

294)                                               d.     Mengingatkan warga dan masyarakat sekolah

untukmemberantas jentik nyamuk dengan 3 M plus secara teratur di        sekolah.

295) 2.         Pelaksanaan PHBS di sekolah

296) a.    Sosialisasi penerapan PHBS di sekolah

297) b.   Berperan aktif untuk membantu sekolah menyediakan

sarana            untuk melaksanakan PHBS di sekolah, yaitu jamban, sumber

air    bersih, tempat cuci tangan, tempat sampah, kantin sehat,

sarana           olahraga, alat pengukur tinggi badan dan berat badan.

298) c.    Melakukan diskusi kelompok dengan teman sebaya

untuk    memecahkan masalah-masalah PHBS yang dihadapi.

299) d.   Ikut berperan aktif dalam pengawasan dan penerapan

sanksi            pelaksanakan PHBS di sekolah.

Page 16: Penerapan PHBS Di Sekolah

300) e.    Memasang media PHBS di sekolah

301) f.     Berperan aktif dalam memberantas jentik nyamuk dengan 3M         

plus secara teratur di sekolah.

302)

303) 2.1.12         Dukungan dan Peran untuk Membina PHBS

di Sekolah menurut Dinkes Kota Surabaya (2009):

304) Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti Bupati,

Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, lintas sektor, sangat

penting untuk pembinaan PHBS di sekolah demi terwujudnya sekolah sehat.

Disamping itu, peran dari berbagai pihak terkait (Tim Pembina dan Pelaksana UKS),

sedangkan masyarakat sekolah berpartisipasi dalam perilaku hidup bersih dan

sehat baik di sekolah maupun di masyarakat.

305)

306)

307) 1.    Pemda

308) a.    Bupati atau Walikota

309) Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk Perda, surat keputusan, surat

edaran, instruksi, himbauan tentangpembinaan perilaku hidup bersih dan sehat di

sekolah,  dan mengalokasikan anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah.

310) b.    DPRD

311) Memberikan persetujuan anggaran untuk pengembangan PHBS di sekolah

dan memantau kinerja Bupati atau Walikota yang berkaitan dengan pembinaan

PHBS di sekolah.

312) 2.    Lintas Sektor

313) a.    Dinas Kesehatan

314) Membina dan mengembangkan PHBS dengan pendekatan UKS melalui jalur

ekstrakurikuler.

315) b.    Dinas Pendidikan

316) Membina dan mengembangkan PHBS dengan pendekatan Program UKS

melalui jalur kurikuler dan ekstrakurikuler

317) c.    Kantor Depag

318) Melaksanakan pembinaan dan pengembangan PHBS dengan pendekatan

program UKS pada perguruan agama.

319) 3.    Tim Pembina UKS

320) a.    Merumuskan kebijakan teknis mengenai pembinaan danpengembangan

PHBS melalui UKS.

321) b.    Mengkordinasikan kegiatan perencanaan dan program serta

pelaksanaan pembinaan PHBS melalui UKS.

Page 17: Penerapan PHBS Di Sekolah

322) c.    Membina dan mengembangkan PHBS melalui UKS serta mengadakan

monitoring dan evaluasi.

323) 4.    Tim Pelaksana UKS

324) a.    Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pendidikankesehatan,

pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat dalam

rangka peningkatan PHBS di sekolah.

325) b.    Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik, instansi lain yang

terkait, dan masyarakat lingkungan sekolah untuk pembinaan dan pelaksanaan

PHBS di sekolah.

326) c.    Mengadakan evaluasi pembinaan PHBS di sekolah.

327) 5.    Komite Sekolah

328) a.    Mendukung dalam hal pendanaan untuk sarana dan prasana

pembinaan PHBS di sekolah.

329) b.    Mengevaluasi kinerja kepala sekolah dan guru-guru yang berkaitan

dengan pencapaian sekolah sehat.

330) c.    Mengeluarkan kebijakan dalam bentuk surat keputusan, surat

edaran, dan instruksi tentang pembinaan PHBS di sekolah.

331) d.    Mengalokasikan dana atau anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah.

332) e.    Mengkoordinasikan kegiatan pembinaan PHBS di sekolah.

333) f.    Memantau kemajuan pencapaian sekolah sehat disekolahnya.

334) 6.    Guru-guru

335) a.    Bersama guru lainnya mengadvokasi yayasan atau orang tua

murid, kepala sekolah untuk memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi

pembinaan PHBS di sekolah.

336) b.    Sosialisasi PHBS di lingkungan sekolah dan sekitarnya.

337) c.    Melaksanakan pembinaan PHBS di lingkungan sekolah dan sekitarnya.

338) d.    Menyusun rencana pelaksanaan dan penilaian lomba PHBS di

sekolahnya.

339) e.    Memantau tujuan pencapaian sekolah sehat di lingkungan sekolah

340) 7.    Orang tua murid

341) a.    Menyetujui anggaran untuk pembinaan PHBS di sekolah

342) b.    Memberikan dukungan dana untuk pembinaan PHBS di sekolah baik

insidentil dan bulanan

343) Strategi PHBS

344) Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai

tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga

strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu:

Page 18: Penerapan PHBS Di Sekolah

345) 1.      Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

346) Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-

menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta

proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu

menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau(aspek

attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang

diperkenalkan (aspek practice).

347) Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta

kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu

melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini

kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang

sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses

pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan

masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah

mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan

kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga

memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan).

Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan

program kesehatan yang didukungnya.

348) 2.      Bina Suasana (Social Support)

349) Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang

mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang

diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu

apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah, orang-

orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan

bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut.

Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat

khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase

mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina

Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan

masyarakat umum.

Page 19: Penerapan PHBS Di Sekolah

350) 3.      Pendekatan Pimpinan (Advocacy)

351) Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk

mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang

terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa brupa tokoh

masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan

pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-

tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang

lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak

tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu

disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi

jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi

umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari

adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, c) peduli terhadap

pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif

pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih

salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak lanjut

kesepakatan.

352)

353) Tatanan PHBS

354) Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan

pendidikan, tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan.

355)

356) II.  PHBS di Tatanan Pendidikan (Sekolah)

357) Pengertian PHBS di Sekolah

358) PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan

PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup

bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh

peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran

sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah

Page 20: Penerapan PHBS Di Sekolah

penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan aktif dalam

mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

359)

360) Tujuan PHBS di Sekolah

361) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah mempunyai tujuan

yakni:

362) Tujuan Umum:

363) Memperdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan

sekolah agar tau, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan

dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah

sehat.

364) Tujuan Khusus:

365) a.       Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru,

dan masyarakat lingkungan sekolah.

366) b.      Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat

lingkungan sekolah ber PHBS di sekolah.

367) c.       Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan

sekolah ber PHBS.

368)

369) Manfaat PHBS di Sekolah

370) Manfaat bagi siswa:

371) a.       Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit

372) b.      Meningkatkan semangat belajar

373) c.       Meningkatkan produktivitas belajar

374) d.      Menurunkan angka absensi karena sakit

375) Manfaat bagi warga sekolah:

376) a.       Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap

pencapaian target dan tujuan

377) b.      Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh

orangtua

378) c.       Meningkatnya citra sekolah yang positif

Page 21: Penerapan PHBS Di Sekolah

379) Manfaat bagi sekolah:

380) a.       Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di

sekolah

381) b.      Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di

sekolah

382) Manfaat bagi masyarakat

383) a.       Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat

384) b.      Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan

oleh sekolah

385) Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota

386) a.       Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah

provinsi/kabupaten/kota yang baik

387) b.      Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam

pembinaan PHBS di sekolah

388)

389) Sasaran PHBS di Sekolah

390) a.  Siswa Peserta Didik

391) b. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite

Sekolah, dan Orangtua Siswa)

392) c.  Masyarakat Lingkungan Sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)

393)

394) Strata PHBS di Sekolah

395) Tabel Strata PHBS di SekolahStrata Pratama Strata Madya Strata Utama

1.      Memelihara rambut agar bersih dan rapih

2.      Memakai pakaian bersih dan rapih

Perilaku di strata pertama ditambah:8. memberantas jentik nyamuk

Perilaku di strata madya ditambah:13. mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

3.      Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih

9. menggunakan jamban yang bersih dan sehat

14. menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

4.      Memakai sepatu bersih dan rapih

10. menggunakan air bersih

5.      Berolahraga teratur dan terukur

11. mencuci tangan dengan air mengalir dan

Page 22: Penerapan PHBS Di Sekolah

memakai sabun6.      Tidak merokok di

sekolah12. membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah (sampah basah, sampah kering, sampah berbahaya)

7.      Tidak menggunakan NAPZA

396)

397) Indikator PHBS di Sekolah

398) A. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih

399) Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih.

Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak

berkutu. Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh

dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

400)

401) B. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih

402) Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih.

Pakaian yang bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai

dan dirapikan dengan disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat

dilakukan  oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu

sekali.

403)

404) C. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih

405) Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan

membersihkannya sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secra rutin

dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal

seminggu sekali.

406)

407) D. Memakai Sepatu Bersih dan Rapih

408) Memakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih

misalnya ditalikan bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh bila

sepatu dibersihkan setiap kali sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai

siswa dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal

seminggu sekali.

Page 23: Penerapan PHBS Di Sekolah

409)

410) E. Berolahraga Teratur dan Terukur

411) Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas

fisik secara teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur

dapat memelihara kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran

tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat

dilakukan di halaman secara bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila

tersedia), dan juga di ruangan kerja bagi guru/ karayawan sekolah berupa

senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja. Sekolah diharapkan

membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama serta menyediakan

alat/sarana untuk berolahraga.

412)

413) F. Tidak Merokok di Sekolah

414) Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan

sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada

di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan

4000 bahan kimia berbahaya diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan

dan kerusakan jantung serta pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan

sel paru-paru dan kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya kemampuan

darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati). Tidak merokok di

sekolah dapat menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah dari

kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut diatas. Sekolah diharapkan

membuat peraturan dilarang merokok di lingkungan sekolah.

Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi diantara mereka untuk

tidak merokok di lingkungan sekolah dan diharapkan mengembangkan

kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.

415)

416) G. Tidak Menggunakan NAPZA

417) Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA

(Narkotika Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan

kesehatan fisik maupun psikis pemakainya.

Page 24: Penerapan PHBS Di Sekolah

418)

419) H. Memberantas Jentik Nyamuk

420) Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang

dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat

penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot

bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah pembuangan air kulkas, dan

barang-barang bekas/tempat yang bisa menampung air yang ada di sekolah.

Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan pemberantasan

sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-tempat

penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan menghindari gigitan

nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat mencegah terkena

penyakit akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah, cikungunya, malaria,

dan kaki gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk

melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali.

421)

422) I.        Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat

423) Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan

jamban/WC/kakus leher angsa dengan tangki septic atau lubang penampungan

kotoran sebagai pembuangan akhir saat buang air besar dan buang air kecil.

Menggunakan jamban yang bersih setiap buang air kecil ataupun buang air

besar dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi bersih, sehat, dan

tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada disekitar

lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang

dapat menularkan penyakit seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan

penyakit lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi

syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah

antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai

adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan.

424)

425) J.  Menggunakan Air Bersih

Page 25: Penerapan PHBS Di Sekolah

426) Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk

kebutuhan sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan

menyediakan sumber air yang bisa berasal dari air sumur terlindung, air

pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan, air ledeng, dan air dalam

kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur, mata air terlindung

berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau

limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi

kebutuhan dan tersedia setiap saat.

427)

428) K.  Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun

429) Sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum

makan, sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas,

dan atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang

mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada

pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga

dapat membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi

bersih dan bebas dari kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan

penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan, penyakit kulit,

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung.

430) L.  Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang Terpilah

431) Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat

sampah yang tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara

sampah organik, non-organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain

kotor dan tidak sedap dipandang juga mengandung berbagai kuman penyakit.

Membiasakan membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia akan

sangat membantu anak sekolah/guru/masyarakat sekolah terhindar dari

berbagai kuman penyakit.

432)

433) M.  Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin Sekolah

434) Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat

dari kantin/warung sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah. Sebaiknya

Page 26: Penerapan PHBS Di Sekolah

sekolah menyediakan warung sekolah sehat dengan makanan yang

mengandung gizi seimbang dan bervariasi, sehingga membuat tubuh sehat dan

kuat, angka absensi anak sekolah menurun, dan proses belajar berjalan dengan

baik.

435)

436) N.  Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap

Bulan

437) Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar

diketahui tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran

dibandingkan dengan standar berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui

apakah pertumbuhan siswa normal atau tidak normal.