BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di...

33
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Definisi Perilaku seseorang tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan dimana individu tersebut tinggal. Definisi perilaku dari aspek biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Skinner dalam Notoadmodjo (2010), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku adalah suatu respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) dengan rumus Stimulus-Organisme-Respons, sehingga ada dua jenis respons yakni Respondent respons atau reflexive dan Operant respons atau instrumental respons. Menurut Maryunani (2013), Perilaku adalah merupakan perbuatan / tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, di gambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. 2.1.2 Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2010). Notoatmodjo (2010) mengklasifikasikan perilaku kesehatan yaitu :

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

2.1.1 Definisi

Perilaku seseorang tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan

lingkungan dimana individu tersebut tinggal. Definisi perilaku dari aspek biologis

adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang

bersangkutan. Skinner dalam Notoadmodjo (2010), seorang ahli psikologi

merumuskan bahwa perilaku adalah suatu respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar) dengan rumus Stimulus-Organisme-Respons,

sehingga ada dua jenis respons yakni Respondent respons atau reflexive dan

Operant respons atau instrumental respons. Menurut Maryunani (2013), Perilaku

adalah merupakan perbuatan / tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya

dapat diamati, di gambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang

melakukannya. Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan

bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan.

2.1.2 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap

stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2010).

Notoatmodjo (2010) mengklasifikasikan perilaku kesehatan yaitu :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

9

1. Perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan

upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatannya.

2. Perilaku sakit (illness behavior)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan

gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.

3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang mencakup

semua hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit

(obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit

sendiri maupun orang lain (terutama keluarga) yang selanjutnya disebut

perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi:

a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

b) Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan / penyembuhan

penyakit yang layak.

c) Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, memperoleh

pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit

(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada

dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang

lain, dan sebagainya).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

10

2.2 Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.2.1 Definisi

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran

sebagai hasil dari serangkaian pembelajaran yang dapat menjadikan seseorang

dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam

mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes Prov Jabar, 2010). Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) adalah cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa

memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. Semua perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga

dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesahatan dan dapat berperan aktif

dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dalam masyarakat (Proverawati, 2012).

2.2.2 Manfaat PHBS

Keluarga yang melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat maka setiap

rumah tangga akan meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah

tangga yang sehat dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga.

Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya

dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya

pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah

tangga. Salah satu indikator menilai keberhasilan pemerintah daerah

kabupaten/kota dibidang kesehatan adalah pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) (Maryunani, 2013).

2.2.3 Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)

Menurut Maryunani (2013), adalah upaya untuk memberikan pengalaman

belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

11

masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan

melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui

pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat. Dengan

demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,

terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara

hidup sehat sehat dengan menjaga kesehatan, memelihara dan meningkatkan

kesehatannya.

Menurut Proverawati (2012), terdapat lima tatanan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) yaitu: rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan

dan tempat tempat umum.

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga

PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota

rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih

dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah

Tangga ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Rumah tangga yang berperilaku

hidup berish dan sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga yaitu:

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,

b. Memberi bayi ASI eksklusif

c. Menimbang balita setiap bulan

d. Menggunakan air bersih

e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

f. Menggunakan jamban sehat

g. Memberantas jentik nyamuk

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

12

h. Makan buah dan sayur setiap hari

i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari

j. Tidak merokok dalam rumah

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan

enam indikator PHBS di tatanan rumah tangga, untuk tatanan sekolah

mempunyai delapan indikator PHBS terdiri dari :

a. Mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun ketika

berada di sekolah

b. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat ketika di sekolah

c. Membuang sampah pada tempatnya

d. Mengikuti kegiatan olahraga

e. Jajan di kantin sekolah

f. Memberantas jentik nyamuk

g. Mengukur berat badan dan tinggi badan setiap bulan

h. Tidak merokok di sekolah.

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Kerja

Di tempat kerja (kantor, pabrik dan lain-lain), sasaran primer harus

mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan tempat kerja ber-PHBS, yang

mencakup :

a. Mencuci tangan dengan sabun

b. Mengkonsumsi makanan dan minuman sehat

c. Menggunakan jamban sehat

d. Membuang sampah di tempat sampah

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

13

e. Tidak merokok

f. Tidak mengonsumsi NAPZA,

g. Tidak meludah sembarang tempat

h. Memberantas jentik nyamuk.

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Umum

Di tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal, dermaga dan lain-

lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan

tempat umum ber-PHBS, yang mencakup :

a. Mencuci tangan dengan sabun

b. Menggunakan jamban sehat

c. Membuang sampah di tempat sampah

d. Tidak merokok

e. Tidak mengonsumsi NAPZA

f. Tidak meludah di sembarang tempat

g. Memberantas jentik nyamuk.

5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Di fasilitas pelayanan kesehatan (klinik, puskesmas, rumah sakit dan lain-lain),

sarana primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan fasilitas

pelayanan kesehatan ber-PHBS, yang mencakup :

a. Mencuci tangan dengan sabun

b. Menggunakan jamban sehat

c. Membuang sampah di tempat sampah

d. Tidak merokok

e. Tidak mengonsumsi NAPZA

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

14

f. Tidak meludah di sembarang tempat

g. Memberantas jentik nyamuk

2.2.4 Strategi Pembinaan PHBS

Menyadari rumitnya hakikat perilaku, maka perlu dilaksanakan stategi

Promosi Kesehatan untuk pembinaan PHBS yang bersifat menyeluruh. Mengacu

pada Piagam Ottawa (Ottawa Charter) yang merupakan hasil dari Konferensi

Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa (Kanada), tiga strategi pokok

yang harus dilaksanakan dalam promosi adalah (1) advokasi, (2) bina suasana (3)

pemberdayaan. Di Indonesia, strategi pokok tersebut kemudian diformulasikan

kembali dalam (1) gerakan pemberdayaan yang didukung oleh (2) bina suasana,

(3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan (Kemenkes RI, 2012).

1. Gerakan Pemberdayaan

Pemberdayaan merupakan proses memosisikan masyarakat agar memiliki

peran yang besar (kedaulatan) dalam pengambilan keputusan dan penetapan

tindakan yang berkaitan dengan kesehatannya. Pemberdayaan adalah proses

pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (sasaran)

secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan

sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari

tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau

(aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang

diperkenalkan (aspek practice). Oleh sebab itu, sesuai dengan sasarannya

dapat dibedakan adanya (a) pemberdayaan individu, (b) pemberdayaan

keluarga, (c) pemberdayaan kelompok atau masyarakat.

2. Bina Suasana

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

15

Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong

individu anggota masyarakat mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.

Terdapat tiga kategori proses bina suasana, yaitu:

a. Bina Suasana Individu

Bina suasana individu dilakukan oleh individu-individu tokoh masyarakat.

Dalam kategori ini tokoh-tokoh masyarakat menjadi individu-individu

panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan, yaitu dengan

mempraktikkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut.

b. Bina Suasana Kelompok

Bina suasana kelompok dilakukan oleh kelompok-kelompok dalam

masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun

Warga (RW), majelis pengajian, perkumpulan seni, organisasi profesi,

organisasi siswa/mahasiswa, dan lain-lain. Bina suasana ini dapat

dilakukan bersama pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Dalam

kelompok-kelompok tersebut menjadi menjadi kelompok yang peduli

terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui atau

mendukungnya.

c. Bina Suasana Publik

Bina suasana publik dilakukan oleh masyarakat umum melalui

pengembangan kemitraan dan pemanfaatan media komunikasi, seperti

radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain. Dalam kategori

ini media massa tersebut peduli dan mendukung perilaku yang sedang

diperkenalkan. Dengan demikian, maka media massa tersebut lalu menjadi

mitra dalam rangka menyebarluaskan infomasi tentang perilaku yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

16

sedang diperkenalkan dan menciptakan pendapat umum atau opini publik

yang positif tentang perilaku tersebut.

3. Advokasi

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk

mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait

(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat

(formal dan informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion

leader), atau penentu kebijakan (norma) atau penyandang dana (termasuk

swasta dan dunia usaha). Juga berupa kelompok-kelompok dalam masyarakat

dan media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif,

opini publik dan dorongan bagi terciptanya PHBS masyarakat. Advokasi

merupakan upaya untuk menyukseskan bina suasana dan pemberdayaan atau

proses pembinaan PHBS secara umum.

4. Kemitraan

Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina

suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan

dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu,

keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan

kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media massa dan

lain-lain. Kemitraan yang digalang harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar,

yaitu (1) kesetaraan, (2) keterbukaan, dan (c) saling menguntungkan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

17

2.3 Konsep Diare

2.3.1 Pengertian

Diare adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair sebanyak 3 kali atau

lebih per hari, atau yang lebih sering daripada orang yang sehat. Diare biasanya

merupakan gejala dari infeksi gastrointestinal, yang bisa disebabkan oleh beragam

bakteri, virus, maupun parasit (WHO, 2009). Menurut Staf Pengajar Ilmu

Kesehatan Anak FK UI (2007), diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak

normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya.

Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali.

Sedangkan untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila

frekuensinya lebih dari 3 kali. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar

lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses

encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah

(Ngastiyah, 2005).

Diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan

sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyaknya cairan

tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat

berakibat kematian. Oleh karena itu, diare tidak boleh dianggap sepele, keadaan

ini harus dihadapi dengan serius mengingat banyaknya cairan yang keluar dari

tubuh, sedangkan tubuh manusia pada umumnya 60% terdiri dari air, oleh karena

itu bila seseorang menderita diare berat maka dalam waktu singkat saja tubuh

penderita sudah kelihatan sangat kurus (Masri, 2004).

2.3.2 Patofisiologi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

18

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari patofisiologi berikut ini:

(WHO 2009)

1. Gangguan Osmotik

Terjadi apabila ada zat makanan yang tidak diserap di usus halus. Hal tersebut

dapat menyebabkan tekanan osmotik di dalam usus meninggi. Sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.

2. Gangguan Sekretorik

Akibat rangsangan enterotoksin, terjadi perubahan status ion transport pada

sel-sel epitel usus halus menjadi aktif sekresi (Guandalini, 2009). Hal ini

menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi

rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya

sehingga timbul diare.

Berdasarkan patofisiologinya, penyebab diare dibagi menjadi (Noerasid,

2003):

1. Diare Sekresi

a. Infeksi, penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus, virus

Norwalk, Adenovirus.

b. Hiperperistaltis usus halus

c. Defisiensi imun, terutama SIgA (secretory Immunoglobulin A).

2. Diare Osmotik

a. Malabsorbsi makanan

b. Kekurangan kalori protein

c. Bayi dengan berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

19

2.3.3 Jenis-Jenis Diare

Menurut Maryanti (2011), jenis-jenis diare yaitu :

1. Diare akut

Dimulai dengan keluarnya tinja yang cair tanpa terlihat adanya darah dan

berakhir dalam 14 hari dan biasanya kurang dari 7 hari.

2. Diare kronik

Dengan terlihat darah di dalam tinja, keluar tinja sedikit-sedikit dan sering,

anak yang lebih besar akan mengeluh sakit perut, sakit waktu BAB. Efek

yang lama anorexia, kehilangan berat badan yang cepat dan kerusakan

mukosa usus karena invasi bakteri.

3. Diare persisten

Diare yang berakhir 14 hari atau lebih. Episodenya dapat dimulai dengan

diare akut atau disentri, kehilangan BAB yang nyata sering terjadi dehidrasi.

2.3.4. Gejala Diare

Menurut Wijoyo (2013), gejala diare atau mencret ialah tinja yang encer

dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah,

badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan dan terdapat darah dan lendir

dalam kotoran. Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang

disebabkan oleh infeksi virus. Secara tiba-tiba infeksi dapat menyebabkan diare,

muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan, atau kelesuan. Selain itu,

dapat menyebabkan sakit perut dan kejang perut serta gejala-gejala lain seperti

flu, misalnya agak demam, nyeri otot, atau kejang dan sakit kepala.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

20

Gejala diare umumnya terjadi pada anak-anak ialah Bayi atau anak

menjadi cengeng dan gelisah, suhu badannya meninggi, tinja bayi encer,

berlendir, atau berdahak, warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan

empedu, anus dan sekitarnya lecet, gangguan gizi akibat intake asupan makanan

yang kurang, muntah, baik sebelum maupun sesudah diare, hipoglikemia

(menurunnya kadar gula dalam darah), dehidrasi yang ditandai dengan

berkurangnya berat badan, ubun-ubun besar cekung, tonus, dan turgor kulit

berkurang, dan selaput lendir, mulut, dan bibir kering, nafsu makan berkurang.

2.3.5 Konsistensi Feses

Menurut Wijoyo (2013), Konsistensi feses yang dikeluarkan selama Buang

Air Besar (BAB) memiliki berbagai variasi bentuk. Sebagai penentu adanya diare,

terdapat berbagai konsistensi feses sebagai berikut:

a. Tipe 1: gumpalan keras terpisah, seperti kacang (keras sekali saat keluar).

b. Tipe 2: bentuknya seperti sosis tetapi bergumpal-gumpal.

c. Tipe 3: bentuknya seperti sosis tetapi ada retakan dipermukaanya.

d. Tipe 4: bentuknya seperti sosis atau ular, lembut dan lunak.

e. Tipe 5: bergumpal lunak, tepinya tumpul (keluarnya lancar atau mudah)

f. Tipe 6: potongan-potongan lunak dengan tepi bergerigi, tinja seperti bubur.

g. Tipe 7: cair, tidak ada potongan-potongan padat, semuanya encer.

Berdasarkan uraian di atas terdapat berbagai kondisi feses sebagai berikut:

1. Kondisi normal, yaitu konsistensi feses tipe 3 dan 4.

2. Kondisi konstipasi, yaitu konsistensi feses tipe 1 dan

3. Kondisi diare, yaitu konsistensi feses tipe 5, 6, dan 7

2.3.6. Etiologi Diare

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

21

Menurut Banister (2006) dalam Wijoyo (2013), diare bukanlah penyakit

yang datang dengan sendirinya, melainkan terdapat pemicunya. Secara umum,

berikut ini beberapa penyebab diare.

1. Diare karena infeksi oleh bakteri, virus, atau parasit

a. Diare karena virus

Diare karena virus disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus. Virus ini

melekat pada sel-sel mukosa usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi

rusak sehingga kapasitas resorpsi menurun dan sekresi air maupun

elektrolit meningkat. Diare yang terjadi bertahan terus sampai beberapa

hari (3-6 hari), sesudah itu virus yang paling umum sebagai virus yang

paling umum sebagai virus patogen yang menyebabkan 70-75% viral

gastroenteritis, sedangkan rotavirus menyebabkan 12% viral

gastroenteritis. Anak dengan usia 3-24 bulan paling banyak mengalami

kasus infeksi rotavirus. Gejala yang biasa timbul akibat infeksi rotavirus,

yaitu muntah, demam, mual dan diare cair akut. Kondisi ini dalam waktu

5-8 hari. Diare karena virus norovirus biasanya disertai dengan gejala

muntah tiba-tiba, mual, sakit kepala, badan pegal-pegal (myalgia), demam,

dan diare cair.

b. Diare karena bakteri invasif

Memiliki tingkat kejadian yang cukup sering, tetapi akan berkurang

dengan sendirinya seiring dengan peningkatan sanitasi lingkungan di

masyarakat. Mekanisme terjadinya, yaitu bakteri pada keadaan tertentu

menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa, terjadinya perbanyakan

diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

22

darah dan menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala,

dan kejang-kejang. Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak

mengakibatkan mencret berdarah dan berlendir. Penyebab utama

pembentukan enterotoksin ialah bakteri escherichia coli, shigella,

salmonella, dan campylobacter. Diare ini dalam waktu kurang lebih lima

hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel

mukosa yang baru.

c. Diare karena parasit

Diare karena parasit disebabkan oleh protozoa seperti entamoeba

histolytica dan giardia lamblia, yang terutama terjadi di daerah subtropis.

Diare karena infeksi parasit ini biasanya bercirikan mencret cairan yang

berkala dan bertahan lama lebih dari satu minggu. Gejala lainnya dapat

berupa nyeri perut, rasa letih umum (malaise), demam, anoreksia, nausea,

dan muntah-muntah.

2. Diare karena makanan

Adanya intoleransi terhadap makanan dapat memicu diare. Alergi terhadap

laktosa, banyak terjadi pada bayi dan balita karena tubuhnya tidak

mempunyai atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi

mencerna laktosa yang terkandung dalam susu sapi. Makanan yang

mengandung lemak tinggi, dan makanan terlalu pedas atau mengandung

terlalu banyak serat dan kasar.

Menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :

1. Faktor infeksi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

23

a. Infeksi interal ialah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab diare pada anak, meliputi infeksi interal sebagai berikut :

1) Infeksi bakteri : vibrio, E coli, salmonella, higella campylobacter,

yersinia, neromonas dan sebagainya.

2) Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, coxsaikie poliomyelitis),

adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan lain-lain

3) Infeksi parasit : cacing (ascaris, trishuris, oxyuris, strongyloides),

protozoa (entamoeba histolytica, giardia lambria, triehomonas

hominis) jamur (candida albicans).

4) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar penceraan makan seperti Otitis

Media Akut (OMA), tonsilitis/ tonsilofuringitis, bronkopneomonia,

ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi

dan akan berumur dibawah 2 tahun.

2. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intolerasi lanctosa, maltosa dan

sukrosa), monoskarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada

bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa).

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein.

3. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas jarang tetapi dapat terjadi pada anak-anak yang lebih

besar.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

24

2.3.7 Faktor Risiko Terjadinya Diare

1. Umur

Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden

paling tinggi pada pada golongan umur 6 sampai 11 bulan pada masa diberikan

makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari

anak pada umur di bawah 24 bulan.

2. Jenis Kelamin

Risiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-

laki karena aktifitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.

3. Musim

Variasi pola musim di daerah tropis memperlihatkan bahwa diare terjadi

sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke

musim penghujan.

4. Status Gizi

Status gizi berpengaruh sekali pada diare, pada anak yang kurang gizi karena

pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih

lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare presisten juga lebih

sering dan disentri lebih berat. Risiko meninggal akibat diare persisten atau

disentri sangat meningkat bila anak mengalami kurang gizi.

5. Lingkungan

Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang

jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah

satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

25

sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur atara 6 bulan

sampai 3 tahun.

6. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota

keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk

memenuhi kebutuhan keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka

cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang

memudahkan balita tersebut terkena diare.

7. Perilaku

Beberapa perilaku menyebabkan penyebaran kuman enterik dan dapat

meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara

penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu,

menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum

tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar atau

sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan

tidak membuang tinja dengan benar.

2.3.8 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis

yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan

yang perlu dikerjakan antara lain:

1. Pemeriksaan tinja, meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis,

biakan kuman untuk mencari kuman penyebab, dan tes resistensi terhadap

antibiotik.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

26

2. Pemeriksaan darah, meliputi pemeriksaan darah lengkap, pH darah dan

elektrolit, dan kadar ureum untuk mengetahui faal ginjal.

2.3.9 Komplikasi

Menurut Noerasid (2003), beberapa komplikasi diare yang dapat terjadi,

antara lain:

1. Dehidrasi

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak daripada pemasukan air.

Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan gejala klinis dan kehilangan berat

badan. Derajat dehidrasi menurut kehilangan berat badan, diklasifikasikan

menjadi empat, dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.1 Derajat Dehidrasi Berdasarkan Kehilangan Berat Badan

Derajat dehidrasi Penurunan berat badan (%)

Tidak dehidrasi < 2 ½

Dehidrasi ringan 2 ½ - 5

Dehidrasi sedang 5-10

Dehidrasi berat 10

Sumber: Noerasid, 2003

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dehidrasi dapat dikategorikan

menjadi 3 antara lain tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dehidrasi berat.

Pada diare tanpa dehidrasi, anak tampak sadar, kelopak mata tidak cekung,

bibir dan lidah basah, turgor kulit kembali dengan cepat, dalam hal inii dapat

diberikan larutan oralit sebanyak 5 sampai 10 ml per kgBB. Pada dehidrasi

ringan sedang ditemukan tanda mata cekung, anak gelisah atau rewel, haus,

cubitan kulit perut kembali dengan lambat. Pada keadaan ini anak harus

mendapatkan larutan oralit sebanyak 75 ml per kgBB yang diberikan selama 3

jam dengan memantau kemajuan dehidrasi. Pada dehidrasi berat anak terlihat

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

27

tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit

perut kembalinya sangat lambat. Pada keadaan inii anak harus dirawat di

rumah sakit dan mendapatkan cairan 100cc/kgBB selama 6 jam pada bayi

berumur di bawah 12 bulan dan 3 jam pada bayi berumur di atas 12 bulan.

(Suraatmaja, 2007).

2. Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

Gangguan keseimbangan asam basa yang biasa terjadi adalah metabolik

asidosis. Metabolik asidosis ini terjadi karena kehilangan Na-bikarbonat

bersama tinja, terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan,

produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal, pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam

cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia

Pada anak-anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih

sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita kekurangan kalori

protein (KKP). Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah

menurun sampai 40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala

hipoglikemia tersebut dapat berupa lemas, apatis, tremor, berkeringat, pucat,

syok, kejang, sampai koma.

4. Gangguan Gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat

terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini

disebabkan karena makanan sering dihentikan oleh orang tua. Walaupun susu

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

28

diteruskan, sering diberikan pengenceran. Makanan yang diberikan sering tidak

dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan Sirkulasi

Gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau shock hipovolemik. Akibatnya

perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat

mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak

segera ditolong penderita dapat meninggal.

2.3.10 Penatalaksanaan

Menurut Depkes RI (2007), prinsip penatalaksanaan diare akut antara lain

dengan rehidrasi, nutrisi dan medikamentosa.

1. Rehidrasi

Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat

etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang

telah hilang melalui keringat, urin, pernapasan dan ditambah dengan

banyaknya cairan yang hilang melalui diare dan muntah yang masih terus

berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan

masing-masing anak atau golongan umur.

Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi

menjadi tiga, yakni rencana pengobatan A, B dan C.

a. Rencana Pengobatan A

Digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi

diare di rumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi.

Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair (sup,

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

29

air tajin), air matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti

dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 2.2 Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur

Umur

Jumlah oralit yang

diberikan tiap

BAB

Jumlah oralit yang disediakan di

rumah

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hr (3-4 bungkus)

> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hr (4-5 bungkus)

Sumber: Depkes RI, 2007

b. Rencana Pengobatan B

Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan

sedang, dengan cara memberikan oralit 75 ml/KgBB dalam 3 jam pertama.

Berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut:

Tabel 2.3 Jumlah Oralit yang Diberikan pada 3 Jam Pertama

Umur Sampai 4

bulan

4-12 bulan 12-24

bulan

2-5 tahun

Berat badan < 6 kg 6 - <10 kg 10- <12 kg 12 - 19 kg

Jumlah oralit 200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900-1400 ml

Sumber: Depkes RI, 2007

c. Rencana Pengobatan C

Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi berat. Pertama-

tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika keadaan anak sudah

cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya nilai ulang

anak dan pilihlah rencana pengobatan yang sesuai (Depkes RI, 2007).

2. Nutrisi

Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk

menghindarkan efek buruk pada status gizi. Agar pemberian diet pada anak

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

30

dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta memperhatikan faktor

yang mempengaruhi keadaan gizi anak, maka diperlukan persyaratan diet

sebagai berikut yakni, pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi

yakni 24 jam pertama, makanan cukup energi dan protein, makanan tidak

merangsang, makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna,

makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI

diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektolit sesuai kebutuhan,

pemberian vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup. Khusus untuk

penderita diare karena malabsorbsi diberikan makanan sesuai dengan

penyebabnya, antara lain: Malabsorbsi lemak berikan trigliserida rantai

menengah, Intoleransi laktosa berikan makanan rendah atau bebas laktosa,

malabsorbsi berikan makanan rendah laktosa, parenteral nutrisi dapat dimulai

apabila ternyata dalam 5-7 hari masukan nutrisi tidak optimal

3. Medikamentosa

Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, karena pada

umumnya diare merupakan self-limiting disease, kecuali bila penyebabnya

telah diketahui. Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid,

difenoksilat, kodein, opium, dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di

lumen usus dan akan menyebabkan bacterial overgrowth, gangguan absorpsi

dan digesti. Adsorben seperti Norit, kaolin, attapulgit telah terbukti tidak ada

manfaatnya. Anti muntah termasuk prometazin dan klorpromazin terbukti

selain mencegah muntah, juga dapat mengurangi sekresi dan kehilangan

cairan bersama tinja .

2.3.11 Pencegahan Terjadinya Diare

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

31

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif menurut

Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan dalam

Kementerian Kesehatan RI (2011) yang dapat dilakukan adalah:

1. Perilaku Sehat

Perilaku sehat terdiri dari pemberian ASI, makanan pendamping ASI,

menggunakan air bersih yang cukup, mencuci tangan, menggunakan jamban,

membuang tinja bayi dengan benar, pemberian imunisasi campak.

a. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan

tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap

secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga

pertumbuhan sampai umur 6 bulan, tidak ada makanan lain yang

dibutuhkan selama masa ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber

susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air

atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian

ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,

menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan

menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut memberikan ASI

Eksklusif.

b. Makanan Pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap

mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian

makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan,

apa, dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

32

c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup

Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Fecal-Oral.

Kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui

makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-

jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan dan minum yang

dicuci dengan air tercemar.

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih

mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan

masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat

mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air

yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari

sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh

keluarga :

1) Ambil air dari sumber air yang bersih.

2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung

khusus untuk mengambil air

3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-

anak.

4) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih).

5) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang

bersih dan cukup.

d. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

33

dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja

anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan

sebelum makan mempunyai dampak dalam kejadian diare, yaitu

menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%.

e. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap

penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat

jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus

diperhatikan oleh keluarga :

1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

2) Bersihkan jamban secara teratur.

3) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar

f. Membuang Tinja Bayi Yang Benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini

tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-

anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. Yang harus

diperhatikan oleh keluarga:

1) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban.

2) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau

olehnya.

3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di

dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

34

4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan

sabun.

g. Pemberian Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah

agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering

disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah

diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi

berumur 9 bulan.

2. Penyehatan Lingkungan

a. Penyediaan Air Bersih

Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air

antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit

mata, dan berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik

secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi

kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut, penyediaan air

bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia. Disamping itu

perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.

b. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya

vektor penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah

dapat mencemari tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan

estetika seperti bau yang tidak sedap dan pemandangan yang tidak enak

dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah sangat penting, untuk

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

35

mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus disediakan,

sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat

penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan

pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan

pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar.

c. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola

sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana

pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan

bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk

dan bersarangnya tikus, kondisi ini dapat berpotensi menularkan penyakit

seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah yang endemis filaria. Bila ada

saluran pembuangan air limbah di halaman, secara rutin harus dibersihkan,

agar air limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau yang

tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

2.4 Peran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kejadian Diare pada Bayi 0-3

tahun

Peran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam mencegah diare

pada bayi 0-3 tahun dapat dilakukan pada PHBS di tatanan rumah tangga. Adapun

indikator PHBS rumah tangga yang berkaitan dengan kejadian diare meliputi:

1. Pemberian ASI Eksklusif

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia

dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara

optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

36

umur 6 bulan, tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. ASI

bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau

cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi

dalam botol yang kotor. Pemberian ASI eksklusif, tanpa cairan atau makanan

lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri

dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. ASI mempunyai khasiat

preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang

dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi

yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali

lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu

botol (Kemenkes RI, 2011).

1. Penggunakan air bersih

Penggunaan air bersih merupakan salah satu mengurangi risiko diare,

masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai risiko

menderita diare lebih kecil daripada masyarakat yang tidak mendapatkan air

bersih. Mengurangi risiko terhadap serangan diare, yaitu menggunakan air

bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya

sampai penyimpanan di rumah. Kebiasaan yang berhubungan dengan

kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare ialah

mencuci tangan dengan menggunakan sabun (Wijoyo, 2013).

2. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Mencuci tangan menggunakan air mengalir dan bersih akan membuang

kuman-kuman yang ada pada tangan kotor, sedangkan menggunakan sabun

untuk memudahkan membersihkan kotoran di tangan juga membunuh kuman-

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

37

kuman yang ada di tangan. Mencuci tangan menggunakan sabun masih jarang

dilakukan oleh anak usia sekolah, karena mereka harus memperpanjang proses

cuci tangan mereka dan itu membuat mereka enggan menggunakan sabun.

Mencuci tangan menghindarkan anak dari berbagai penyakit seperti penularan

penyakit diare, thyfoid, cacingan, penyakit kulit, ISPA dan flu burung (Depkes

RI, 2009).

3. Menggunakan jamban sehat

Penggunaan jamban sehat mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

risiko terhadap penyakit diare, jamban dibersihkan secara teratur, jamban

sehat bila dilengkapi dengan proses pembuangan tinja yang sesuai dengan

pemeliharaan kesehatan lingkungan. Jangan biarkan anak-anak pergi

ketempat buang air sendiri, hindari buang air bersih tanpa alas kaki (Wijoyo,

2013).

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

38

2.5 Penelitian Terkait

1. Meilya farika indah, fahruazi, Nurul Husna

Kejadian diare pada balita di tinjau dari perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) Tatanan Rumah Tangga Di Kabupaten Hulu Sungai Utara

Kalimantan Selatan

2. Taufan Awin maulana

Hubungan anatar perilaku Hidup Bersih dan sehat pada Tatanan Rumah

Tangga Dengan Kejadian Diare Pada Anak Umur 6-12 Tahun di wilayah

kerja Puskesmas Kersana Kabupaten Brebes Tahun 2008

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

39

2.5.1 Tabel Keaslian Penelitian berupa Leratur Review Yang Artikel ini Di

Dapatkan Dari Jurnal Ilmiah.

No Judul Artikel, Penulis ,

Tahun

Metode

( Desain, Sample , Variable,

instrumen, Analaisis)

Hasil Penelitian

1 Judul : Kejadian diare pada

balita di tinjau dari perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS)

di kabupaten \hulu sungai utara

kaliamantan selatan .

Penulis : Meilya Farika indah,

Fahruazi, Nurul Husna

Tahun 2017

Desain : Penelitian ini

menggunakan survey analitik

dengan pendekatan cross

sectional study. Sample adalah

sebagian dari populasi yang

berjumlah 74 Keluarga dengan

menggunakan rumus besar

sample dan teknik pengambilan

dengan sample random

sampling. Data yang

dikumpulkan yaitu variable

bebas ( PHBS) dan variable

terikat ( kejadian diare) .uji

analisis dengan menggunakan

uji spearman’s rho.instrumen

data sekunder dari profil

puskesmas dan dinas kesehatan

kabupaten HSU.

Berdasarkan hasil penelitian

Tentang PHBS menunjukkan

kepala keluarga sebagian besar

tidak sehat banyak 55,4% dan

sehat sebanyak 44,6 %.

Balita yang mengalami diare

sebanyak 58,1%.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku II.pdf · 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah PHBS yang diberlakukan di tatanan sekolah mempunyai kesamaan dengan enam

40

No Judul Artikel, Penulis ,

Tahun

Metode

( Desain, Sample , Variable,

instrumen, Analaisis)

Hasil Penelitian

2 Judul : Hubungan PHBS dan

sehat di tatanan rumah tangga

dengan kejadian diare

kabupaten brebes tahun 2008 .

Penulis : Taufan Azwin

Muliawan

Tahun 2008

Desain : dengan metode survey

dan pendekatan cross sectional,

sample penelitian 35 anak yang

diperoleh dengan menggunakan

teknik purposive sampling .

variable itu bermakna yaitu

perilaku mencuci tangan,

perilaku membuang sampah,

menggunakan jamban sehat .

instrumen penelitian kousioner

dan catatan rekam medik analisis

Menggunakan uji Chi-Square

Berdasarkan hasil penelitian

Semua variable penelitian ini

bermakna , yaitu perilaku

mencuci tangan ( P = 0,003;

CC = 0,455), perilaku

membuang sampah (p=0,001;

CC =0.449), perilaku

menggunakan memanfaatkan

air bersih (p= 0,0001; CC =

0,515)