PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/YULIANA (40102… · ·...
Transcript of PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/YULIANA (40102… · ·...
PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
REALISTIK INDONESIA (PMRI) PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD NEGERI 11
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2014/2015
ARTIKEL ILMIAH
oleh:
Nama : Yuliana
NPM : 4010203
Prodi : PendidikanMatematika
DosenPembimbing : 1. Anna Fauziah, M.Pd.
2. Annisah, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MIPA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2015
PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
REALISTIK INDONESIA (PMRI) PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD NEGERI 11 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh Yuliana1, Anna Fauziah
2, Annisah
3
ABSTRACT
This thesis entitled "Aplication Approach Indonesian Realistic Mathematics
Education (RME) On Learning Mathematics Sixth Grade Elementary School
Students 11 Lubuklinggau Academic Year 2014/2015". Formulation of the
problem in this research is the result of students' mathematics learning Is Sixth
Grade Elementary School 11 in the school year 2014/2015 Lubuklinggau after
applied approach Indonesian Realistic Mathematics (PMRI) significantly
Completed? ". This study aims to determine the learning outcomes of sixth grade
students of SD Negeri 11 Lubuklinggau after applied learning approach Realistic
Mathematics Mathematics with Indonesia (PMRI). This study uses quantitative
methods to the type of quasi-experimental research. The population in this study
across six graders State 11 Lubuklinggau Academic Year 2014/2015, which
consists of 50 students and a class VI.B sample is randomly selected. The data
collection was done by using a test, a test of learning outcomes in the form of
descriptions of seven questions. Data were analyzed by using the formula 't' test.
Based on the analysis of data on a significant level of 5% can be concluded that
the mathematics learning outcomes of sixth grade students of SD Negeri 11
Lubuklinggau 2014/2015 school year after the applied approach Indonesian
Realistic Mathematics (PMRI) significantly thoroughly. The average math student
learning outcomes of sixth grade primary school 11 Lubuklinggau after PMRI
approach applied at 72.12 with the percentage of students who completed reached
79.17%.
Keywords: Realistic Mathematics Education (RME), Resultan Learning,
Matematika
1 : Alumni STKIP PGRI LLG
2 : Dosen STKIP PGRI LLG
3 : Dosen STKIP PGRI LLG
3
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku manusia menjadi
manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat
dalam lingkungan alam sekitar (Sanjaya, 2010:57). Pendidikan memegang
peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia, karena dapat
meningkatkan kualitas intelektual, pemahaman religius, serta kemampuan
mengoptimalkan potensi dengan keterampilan maupun moralitas manusia
sehingga perlu adanya perencanaan yang baik di dalam pelaksanaannya. Proses
pendidikan harus berjalan secara sistematis dan teratur sehingga tujuan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dapat tercapai.
Di dalam pendidikan, matematika merupakan bidang studi yang sangat
penting dipelajari karena matematika mampu mengembangkan kreativitas dan
proses berpikir anak mulai dari usia dini sampai perguruan tinggi. Pembelajaran
matematika di sekolah bertujuan antara lain agar siswa memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Hal ini ditunjukan oleh rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam memecahkan masalah. Matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan menyelidiki, eksplorasi,
dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model
matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram,
dalam menjelaskan gagasan (Amin, 2007:12).
Pembelajaran matematika bagi banyak orang terasa asing, formal, dan
hanya bermain angka atau simbol yang sulit dan serba tak berarti, bahkan tidak
sedikit yang merasa ketakutan untuk menghadapi pelajaran matematika. Hal ini
mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk belajar matematika, sehingga
pemahaman terhadap konsep matematika dirasa masih kurang baik. Pembelajaran
dan pemahaman konsep matematika dapat diawali secara induktif melalui
pengalaman peristiwa nyata. Kegiatan dimulai dengan beberapa contoh atau fakta
nyata yang akan menghasilkan hasil baru, yang dibuktikan secara deduktif.
Penerapan proses tersebut dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan
komunikatif pada siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil observasi di SD Negeri
11 Lubuklinggau, diperoleh informasi bahwa dari total siswa kelas VI sebanyak
50 orang siswa, nilai rata – rata ulangan harian (UH) siswa 53,59, padahal
Kriteria Ketuntasan Minimal-Nya (KKM) adalah 65. Hanya 42% atau sebanyak
21 siswa yang dinyatakan tuntas dan 58% atau sebanyak 29 siswa yang belum
tuntas.
Guru kurang variatif memilih pendekatan pembelajaran dan kurangnya
kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar, guru hanya mengajarkan
kemampuan dasar matematika untuk mengerjakan soal tanpa mengembangkan
aspek berpikir logis, kritis dan kreativitas. Terlebih lagi untuk pembelajaran di
tingkat Sekolah Dasar (SD). Hal ini karena secara psikologis tingkat
perkembangan mental siswa pada jenjang SD pada umumnya masih tahap
pemahaman konkrit, belum mampu berfikir abstrak.
Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan memilih pendekatan
pembelajaran yang dapat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
berkembang sesuai dengan keinginan dan kemampuan siswa. Salah satu
pendekatan yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana belajar aktif dan
kreatif dalam pembelajaran matematika adalah Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI). Zulkardi (dalam Supardi Mei 2014) menyatakan bahwa
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah pembelajaran yang
bertitik tolak dari hal-hal yang nyata atau pernah dialami siswa, menekankan
keterampilan proses belajar matematika, berdiskusi, berkolaborasi,
berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri
dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah,
baik secara individu atau kelompok. Pada pendekatan ini peran guru hanya
seorang fasilitator, moderator atau evaluator. Sementara siswa berpikir,
mengkomunikasikan ide-ide matematika, melatih nuansa demokrasi dengan
menghargai pendapat orang lain.
Dengan menerapkan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika di
sekolah, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa
terhadap suatu materi yang dipelajari, karena PMRI memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep
5
matematika melalui pengalaman siswa itu sendiri, sehingga siswa memiliki
pemahaman yang baik tentang konsep-konsep matematika tersebut. Dengan
demikian, PMRI diharapkan memberikan kontribusi yang besar bagi kemampuan
belajar matematika siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VI SD Negeri
11 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2013/2014 setelah diterapkan pendekatan
PMRI secara signifikan Tuntas?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
ketuntasan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 11 Lubuklinggau setelah
diterapkan pembelajaran Matematika dengan pendekatan PMRI.
B. LandasanTeori
Realistic Mathematic Education (RME) pertama kali dikembangkan di
Belanda sejak awal tahun 1970. Di Indonesia di kenal dengan istilah
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Adapun orang yang pertama
mengembangkannya Freundenthal dan kawan–kawan dari Freudenthal Institute.
Menurut Soedjadi (dalam Linggar, 25 Maret 2014) mengemukakan bahwa
pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik pada dasarnya adalah
pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta untuk memperlancar
proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan pendidikan
matematika secara lebih baik dari pada masa yang lalu. Menurut Suharta (dalam
Supardi, 05 Mei 2014) PMRI merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan
matematika yang harus dikaitkan dengan realitas karena matematika merupakan
aktivitas manusia.
Selain itu menurut Zulkardi (dalam Supardi 05 Mei 2014) menyatakan
bahwa Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah pembelajaran
yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata atau pernah dialami siswa,
menekankan keterampilan proses belajar matematika, berdiskusi, berkolaborasi,
berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan
sendiri dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuki menyelesaikan
masalah, baik secara individu atau kelompok. Dalam Wijaya (2012:20) menurut
pendapat Freudental yang menyatakan bahwa kebermaknaan konsep matematika
merupakan konsep utama dari PMRI. Proses belajar siswa hanya akan terjadi jika
pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi siswa itu sendiri. Suatu pengetahuan
akan jadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran dilaksanakan dalam suatu
konteks.
Jadi, PMRI adalah Suatu cara pandang terhadap pembelajaran matematika
yang ditempatkan sebagai suatu proses bagi siswa untuk menemukan sendiri
pengetahuan matematika berdasarkan pengalaman dalam pemanfaatan lingkungan
dan pengetahuan informal yang dimiliki siswa sehingga pengetahuan yang
dipelajari menjadi bermakna bagi siswa.
langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan PMRI yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Mempersiapkan sarana dan prasarana atau
perlengkapan pembelajaran yang diperlukan, 2)Memberikan masalah kontekstual
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari,
3) Memberikan penjelasan singkat dan seperlunya jika ada siswa yang belum
memahami masalah kontekstual yang diberikan, 4)Menginstruksikan siswa untuk
mengerjakan atau menjawab masalah kontekstual yang diberikan dengan caranya
sendiri atau secara kelompok, 5)Meminta seorang siswa atau wakil dari kelompok
untuk menyampaikan hasil pemikirannya di depan kelas, 6)Meminta siswa yang
lain untuk menanggapi tentang penyelesaian masalah yang di sampaikan oleh
temannya, 7) Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimen
semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelas pembanding. Desain eksperimen
yang digunakan berbentuk eksperimen semu kategori pre-test and post–test group.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 11
Lubuklinggau Tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 50 siswa, dan
sampelnya yaitu kelas VI.B yang berjumlah 25 siswa. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik tes. Tes dilakukan dua kali yaitu sebelum (pre-test)
dan sesudah (post-test) materi diajarkan. Tes yang digunakan berbentuk uraian
sebanyak 7 soal. Data dianalisis menggunakan Uji-t satu sampel dengan taraf
kepercayaan α=0,05.
7
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Data Hasil Pre-Test
Pelaksanaan Pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama pada tanggal
20 Agustus 2014 dan diikuti oleh 25 siswa. Pelaksanaan Pre-test bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa pada materi pengukuran debit sebelum
diajarkan dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI).
Berdasarkan data hasil Pre-test dapat dilihat bahwa belum ada siswa
yang mendapat nilai ≥ 65, dan rata-rata (𝑥 ) nilai secara keseluruhan adalah 24,86.
Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa tes awal sebelum pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI)masih belum tuntas.
2. Data Hasil Post-Test
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi pengukuran debit
merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Pelaksanaan post-test berfungsi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar.
Berdasarkan data hasil post-test dapat dilihat siswa yang mendapat nilai
≥ 65 (tuntas) sebanyak 19 siswa (79,17%), dan rata-rata (𝑥 ) nilai secara
keseluruhan sebesar 72,12. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa hasil
post-test siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pembelajaran termasuk dalam kategori
sudah tuntas.
Berdasarkan data Pre-test dan post-test rata-rata nilai dan persentase
jumlah siswa yang tuntas terjadi peningkatan berturut-turut sebesar 47,26 dan
79,17 %. Hasil ujit-t menunjukan thitung (3,63) > ttabel (1,71) maka terima Ha dan
tolak Ho. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat
diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa “Hasil belajar
matematika siswa kelas VI SD Negeri 11 Lubuklinggau setelah penerapan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) secara Signifikan
tuntas”.
3. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, bahwa penggunaan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat dijadikan
alternatif dalam proses belajar mengajar yaitu untuk melatih siswa menemukan
sendiri konsep matematika berdasarkan pengalaman di kehidupan sehari-hari serta
kebermaknaan pelajran matematika yang telah dipelajari. Dari hasil penelitian
yang dilakukan sebanyak 3 kali dan analisis uji-t menunjukan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VI SD Negeri 11 Lubuklinggau setelah diterapkan
pembelajaran dengan pendekatan PMRI sudah tuntas. Hal ini ditunjukkan dari
perbandingan hasil pre-test dan post-test maka dapat diketahui bahwa adanya
peningkatan nilai yang diperoleh siswa setelah materi diajarkan dengan
menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
Setelah itu dilakukan uji-t dengan thitung (3,63) > ttabel (1,71) maka terima Ha dan
tolak H0.
Adapun tahap pelaksanaannya, yaitu pada pertemuan yang dilaksanakan
pada tanggal 21 Agustus 2014 dengan materi satuan volume. Peneliti
mensosialisasikan tentang Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
dan menyampaikan tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa. Antusias siswa
untuk belajar matematika tentang satuan volume menggunakan media
pembelajaran matematika dengan botol air mineral dan air secukupnya serta
penggunaan kontekstual yang ada di sekitar mereka, hal ini terlihat bahwa dengan
kemauan siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) (lihat gambar 4.1) sehingga
nantinya tercapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan apa yang direncanakan
dan diharapkan.
Gambar 4.3 Antusias siswa mengikuti Pembelajaran PMRI
9
Adapun proses pelaksanaannya yaitu pertemuan pertama dengan materi
satuan volume. Sebelum proses pembelajaran dimulai, peneliti menjelaskan secara
singkat bentuk dari proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI.
Pendekatan PMRI dalam penelitian ini dilakukan secara berkelompok, dengan
demikian sebelum proses pembelajaran berlangsung peneliti membentuk
kelompok kecil yang heterogen dengan jumlah 5 orang secara acak. Dari 25 siswa
kelas VI.B terbentuklah 5 kelompok, kemudian peneliti merumuskan masalah
yang berisi suatu pertanyaan pokok permasalahan yang harus dicari jawabannya
atau ditemukan jalan keluarnya oleh setiap kelompok dengan cara diskusi. Tugas
guru disini yaitu mengamati, memperhatikan, dan membimbing siswa mengalami
kesulitan untuk melakukan kegiatan yang diminta.
Dalam proses pembelajaran ini antara lain: masing-masing kelompok
mempersiapkan alat peraga berupa botol air mineral (300 ml), penggaris,
penampung air berbentuk balok/kubus, dan air secukupnya kemudian
guru/peneliti memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) ke masing-masing
kelompok. Siswa diminta untuk mendiskusikan atau mengerjakan LKS dan alat
peraga tersebut bersama kelompoknya sesuai dengan cara kerja yang terdapat
pada LKS. Setelah itu siswa diminta mempresentasikan hasil pekerjaannya. Guru
dan siswa lainnya mengoreksi hasil pekerjaan siswa, selanjutnya guru
menanyakan apa ada yang menjawab dengan cara lain, jika ada siswa yang
menjawab dengan cara lain guru mempersilakan dan memberikan kesempatan
kepada kelompok lain untuk mengemukakan pendapatnya. Kemudian guru
membimbing siswa dalam menarik kesimpulan. Pada pertemuan pertama terdapat
dua kelompok dari lima kelompok yang mencapai hasil maksimal. Hal ini
disebabkan siswa terlalu asyik dengan alat peraga dan belum bisa beradaptasi
dengan proses pembelajaran yang baru.
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua dengan materi pengukuran
debit, setiap kelompok menyiapkan alat peraga berupa botol air mineral (600 ml),
stopwatch, dan air secukupnya. Guru membagikan LKS secara kelompok
kemudian guru memperhatikan, mengamati, dan membimbing siswa yang
mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan yang diminta. Dalam proses
pembelajaran ini antara lain: siswa diminta untuk mengamati dan juga mengikuti
cara kerja yang ada di LKS. Setelah melakukan kegiatan diskusi setiap kelompok
diharapkan mempersentasikan di depan kelas, kemudian membuat kesimpulan.
Pada pertemuan kedua terdapat satu kelompok dari lima kelompok yang mencapai
hasil maksimal. Hal ini di sebabkan siswa masih sulit memahami masalah yang
akan dipecahkan serta siswa terlalu asik dengan alat peraga.
Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga dengan materi hubungan
antar satuan debit, seperti pada pertemuan sebelumnya peneliti membagikan LKS
dengan cara berkelompok dan siswa mengerjakan dengan berdiskusi dan
menemukan sendiri sesuai dengan realita yang ada. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Zulkardi (dalam Sapari, 2014) menyatakan bahwa Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah pembelajaran yang bertitik tolak
dari hal-hal yang nyata atau pernah dialami siswa, menekankan keterampilan
proses belajar matematika, berdiskusi, berkolaborasi, berargumentasi dengan
teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya
menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah, baik secara individu
atau kelompok. Pada pertemuan ketiga semua kelompok sudah mencapai hasil
yang maksimal. Hal ini disebabkan siswa sudah mengetahui dan memahami
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI.
Dengan diterapkannya pendekatan PMRI dalam kegiatan pembelajaran
ini siswa mulai merasa senang dikarenakan siswa dapat merasa kebermaknaan
konsep matematika bagi siswa itu sendiri. Sejalan dengan pendapat Freudental
(dalam Wijaya, 2012:20) yang menyatakan bahwa kebermaknaan konsep
matematika merupakan konsep utama dari PMRI. Proses belajar siswa hanya akan
terjadi jika pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi siswa itu sendiri. Suatu
pengetahuan akan jadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran
dilaksanakan dalam suatu konteks.
Hambatan yang ditemukan peneliti pada waktu pembelajaran
menggunakan pendektan PMRI :
a. Peneliti masih mengalami kesulitan untuk menciptakan suasana kelas yang
nyaman dan menyenangkan.
b. Peneliti kesulitan mengontrol aktivitas siswa sehingga siswa menggunakan alat
peraga tidak sesuai dengan petunjuk pada LKS.
11
c. Peneliti masih mengalami kesulitan ketika memotivasi siswa dalam
memecahkan masalah.
d. Kebiasaan siswa yang hanya menerima dari guru menyebabkan siswa
mengalami kesulitan dalam menghubungkan materi dengan lingkungan.
Untuk mengatasi hambatan yang ditemui selama kegiatan pembelajaran
tersebut, maka peneliti menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menata ruang kelas untuk memperkecil terjadinya keributan di dalam kelas.
b. Peneliti lebih ekstra memperhatikan aktivitas siswa.
c. Peneliti memperhatikan siswa pada saat belajar dan membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar matematika siswa
meningkat. Walapun masih ada 5 orang siswa (20,83%) yang belum mencapai
kriteria katuntasan minimal. Namun hal tersebut sudah mengalami peningkatan.
Berdasarkan analisis secara statistik terbukti bahwa pembelajaran matematika
dengan menggunaka pendekatan pendidikan matematika realistik indonesia
(PMRI) dapat meningkatkan ketuntasan dan menigkatkan hasil belajar.
D. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data tentang penerapan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia dikelas VI SD Negeri 11
Lubuklinggau tahun pelajaran 2014/2015 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas VI SD Negeri 11 Lubuklinggau setelah diterapkan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia secara signifikan sudah
tuntas”. Nilai rata-rata tes akhir siswa sebesar 72,12 dan persentase jumlah siswa
yang tuntas mencapai 79,17%.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, S. 2007. Pembelajaran Matematika yang Melibatkan Kecerdasan
Intrapribadi dan Interpribadi,Vol I (2), 12.
Linggar. 2013. Pembelajaran Matematika Realistik.
[online]http://sharewithlinggar.blogspot.com/2013/03/pembelajaran
matematika-realistik.html.[25 Maret 2014].
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana
Supardi. 2012. Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Hasil
Belajar Ditinjau Dari Motivasi Belajar.
[online]http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/download/1560/pdf.
[05 April 2014]
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi. 2013. Pedoman
Penulisan Makalah dan Skripsi Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Lubuklinggau.
Wijaya, Ariadi. 2011. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif
Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.