PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP...

96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT PEMASARAN PADA SISWA SMK PGRI 3 KOTA KEDIRI Tesis Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan Disusun oleh : YUNITA PUJI MAHENDRAWATI NIM : S810809128 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP...

Page 1: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL

GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN

MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT

PEMASARAN PADA SISWA SMK PGRI 3 KOTA KEDIRI

Tesis

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

Disusun oleh :

YUNITA PUJI MAHENDRAWATI

NIM : S810809128

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Abstrak Yunita PM: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI 3 Kota Kediri, Tesis, Program Pasca Sarja UNS Surakarta, 2010. Kata kunci: kooperatif, group investigation, motivasi, pemasaran.

Penelitian ini dilatar belakangi hasil pengamatan dan pengalaman peneliti, bahwa pembelajaran matadiklat Pemasaran masih didominasi oleh aktivitas pembelajaran yang berupa kegiatan klasikal dengan dominasi pada peran guru. Akibatnya suasana kelas monoton, pasif, dan membosankan. Hal tersebut nampak dari motivasi belajar siswa yang rendah, yang pada akhirnya hasil belajarnyapun juga rendah.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dirumuskan permasalahan yang diteliti yaitu: (1) Bagaimanakah penerapan metode group investigation dalam matadiklat Pemasaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa? (2) Apakah pembelajaran yang menerapan metode group investigation dalam matadiklat Pemasaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa? (3) Apakah pembelajaran yang menerapan metode group investigation dalam matadiklat Pemasaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan sampel siswa kelas XI Jurusan Pemasaran SMK PGRI 3 Kediri. Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus, menggunakan instrumen berupa RPP, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, kuesioner motivasi belajar dan tes hasil belajar siswa.

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah (1) Melalui siklus tindakan pembelajaran dapat ditemukan langkah-langkah yang efektif penerapan metode group investigation dalam matadiklat Pemasaran. (2) Melalui siklus tindakan pembelajaran yang menerapan metode group investigation dalam matadiklat Pemasaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. (3) Melalui siklus tindakan pembelajaran yang menerapan metode group investigation dalam matadiklat Pemasaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, direkomendasikan: (1) model pembelajaran GI adalah untuk mengembangkan kemampuan kerjasama. Oleh sebab itu guru sebagai pelaksana pembelajaran harus mengutamakan proses yang mendukung terciptanya suasana kerja kelompok. (2) Sebelum guru memilih sebuah model ini untuk digunakan hendaknya dicoba terlebih dahulu dalam bentuk simulasi. (3) Guru masih perlu mengujinya terus menerus, untuk membuktikan apakah model pembelajaran GI sesuai dengan seluruh karakteristik materi dan karakteristik siswa.

Page 3: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Abstract Yunita PM: Implementation Cooperative Learning Group Investigation to Increase Motivation and Learning Outcomes Matadiklat Pemasaran on Student SMK PGRI 3 Kediri, Thesis, Postgraduate Program, UNS, Surakarta, 2010. Key words: cooperative, group investigation, motivation, pemasaran.

This study was based on observation and experience of researchers, that

learning matadiklat Pemasaran is still dominated by activity in the form of classical learning with a dominance on the role of teacher. As a result, the class atmosphere monotonous, passive and boring. It is apparent from the low student motivation, which ultimately results learning outcomes also low.

Based on the background of the problem is formulated problems studied were: (1) How is the application of methods of Group Investigation in matadiklat Pemasaran to enhance student motivation and learning outcomes? (2) Does learning Group Investigation method in matadiklat Pemasaran can increase students' motivation? (3) Does learning Group Investigation method in matadiklat Pemasaran can improve student learning outcomes?

This research approach Classroom Action Research (CAR) with a sample of students in grade XI Pemasaran Programs SMK PGRI 3 Kediri. The experiment was conducted in 3 cycles, using the instrument in the form of lesson plans, student activity sheets observation, teacher observation sheet activities, learning motivation questionnaire and test results of students' learning.

Conclusion The results of this study were (1) Through the action learning cycle can be found in the steps of effective application of methods of group investigation in matadiklat Pemasaran. (2) Through the action learning cycle group investigation method in matadiklat Pemasaran can increase students' motivation. (3) Through the action learning cycle group investigation method in matadiklat Pemasaran can improve student learning outcomes.

Based on the conclusion of the study are recommended: (1) GI learning model is to develop cooperation skills. Therefore, teachers as implementers of learning should give priority to processes that support the creation of an atmosphere of group work. (2) Before the teacher to choose a model to be used should be tested first in the form of simulation. (3) Teachers will still need to test it continuously, to verify whether the learning model of GI in accordance with all the characteristics of the material and characteristics of students.

Page 4: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha

Kuasa, atas segala limpahan rahmad-Nya, sehingga penyusunan tesis ini dapat

saya selesaikan.

Tesis ini berjudul: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Group

Investigation untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mata Diklat

Pemasaran pada Siswa SMK PGRI 3 Kota Kediri.

Penelitian ini dilakukan guna penyusunan tesis untuk penyelesaian studi

meraih gelar Magister Pendidikan program studi Teknologi Pembelajaran pada

Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini ucapan terimakasih dan penghargaan yang setulus-

tulusnya tidak lupa saya sampaikan kepada:

1. Direktur Program Pasca Sarjana UNS Surakarta.

2. Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasca Sarjana

UNS Surakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. selaku dosen pembimbing I, yang

dengan sabar dan telaten telah memberikan bimbingan dan petunjuk

untuk penulisan tesis ini.

4. Ibu Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. selaku dosen pembimbing

II, yang dengan sangat penuh perhatian dan sabar memberikan

bimbingan.

Page 5: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

5. Kepala Sekolah dan Rekan-reka guru SMK PGRI 3 Kediri yang

memberikan ijin dan membantu untuk melakukan penelitian di sekolah

tersebut.

6. Rekan-rekan mahasiswa TEP UNS yang banyak membantu baik

berupa moril maupun materiil.

7. Keluarga, dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu

persatu disini, yang juga telah memberikan bantuan guna penyelesaian

tesis ini.

Saya menyadari masih banyak kekurangan pada tesis ini, oleh karena itu

diharapkan kritik, saran, dan tegur sapa dari semua pihak demi perbaikan dan

kesempurnaan tesis ini.

Akhirnya harapan Kami semogra tesis ada manfaatnya bagi dunia

pendidikan, meski hanya ibarat setitik air bagi samodra luas.

Kediri, Januari 2011

Yunita Puji Mahendrawati

Page 6: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah 1

B. Batasan Masalah 10

C. Rumusan Masalah 11

D. Tujuan Penelitian 11

E. Kegunaan Penelitian 12

BAB II : KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Model Pembelajaran Kooperatif (cooperative Learning)

1. Pembelajaran Kooperatif (cooperative Learning) 13

2. Pembelajaran Kooperatif Group Investigasi 18

3. Motivasi Belajar 24

4. Hasil Belajar 33

B. Kerangka Berpikir 36

C. Hipotesis Tindakan 38

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 39

B. Obyek Tindakan 40

C. Seting Lokasi dan subyek penelitian 41

Page 7: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

D. Metode Pengumpulan Data 42

E. Metode Analisis Data 47

BAB IV: HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Analisis 49

B. Deskripsi Temuan Penelitian 50

C. Pembahasan Hasil Penelitian 74

D. Kendala dan Keterbatasan 78

BAB V: KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 83

B. Implikasi 83

C. Rekomendasi 85

Daftar Pustaka 87

Lampiran-lampiran 90

Page 8: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

3.1 : Indikator Lembar observasi Aktivitas belajar Siswa 42

3.2 : Indikator Lembar observasi Aktivitas Guru 44

3.3 : Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Relajar Siswa 46

4.2 : Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I 54

4.3 : Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I 55

4.4 : Hasil Kuesioner Motivasi belajar Siswa Siklus I 56

4.5 : Nilai Tes Hasil Belajar Siklus I 57

4.6 : Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II 62

4.7 : Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II 63

4.8 : Hasil Kuesioner Motivasi belajar Siswa Siklus II 64

4.9 : Nilai Tes Hasil Belajar Siklus II 64

4.10 : Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus III 70

4.11 : Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus III 71

4.12 : Hasil Kuesioner Motivasi belajar Siswa Siklus III 72

4.13 : Nilai Tes Hasil Belajar Siklus III 72

4.14 : Perbandingan hasil Tindakan Siklus I, II, III 75

4.15 : Hasil Uji-t Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I, II, III 77

Page 9: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1: Grafik perbandingan hasil tindakan siklus I, II, III 76

Page 10: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran:

1 : Instrumen Penelitian

2 : Data hasil observasi siswa

3 : Data Hasil observasi Guru

4 : Data Motivasi dan Hasil Belajar

5 : Data hasil analisis statistika

Page 11: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Hingga saat ini pada umumnya guru dalam proses belajar mengajar masih

menggunakan cara yang konvensional, dimana guru berdiri di depan kelas dan

cenderung mendominasi. Interaksi antara siswa dan guru maupun antara siswa

dengan siswa sangat kecil dan siswa pasif. Aktivitas terjadi secara klasikal

dengan menggunakan metode ceramah. Untuk mencegah terjadinya fenomena

proses pembelajaran yang demikian itu, maka lebih baik sejak awal istilah

pembelajaran (instruction) untuk mengganti mengajar (teaching).

Secara sederhana pengetian pembelajaran adalah "upaya untuk membela-

jarkan siswa" (Degeng, 1990:2). Upaya tersebut tidak hanya berupa bagaimana

siswa belajar dengan sendiri, melainkan bertujuan, dan terkontrol. Lebih lanjut

Degeng (1990:2) mengemukakan bahwa ungkapan pembelajaran memiliki makna

yang lebih dalam untuk mengungkapkan hakikat perancangan (desain) upaya

membelajarkan siswa.

Wina Sanjaya (2006:78) mendefinisikan pembelajaran sebagai proses

pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa kearah

yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki

siswa. Pembelajaran sebenarnya adalah upaya yang dilakukan (oleh guru bila kita

berbicara tentang pelaksanaan program pendidikan di sekolah) untuk menciptakan

kondisi (Gagne menyebutnya peristiwa eksternal) untuk menunjang atau

memudahkan siswa belajar. Peristiwa eksternal yang diciptakan untuk memberi

Page 12: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kemudahan siswa untuk belajar disini tidak lain adalah bagaimana dapat

digunakan berbagai jenis sumber belajar dengan mana siswa dapat berinteraksi

sehingga peristiwa belajar yang bersifat internal itu akan terjadi atau berlangsung.

Belajar hanya akan terjadi apabila siswa berinteraksi dengan sumber

belajar, yang menurut AECT (Associaation of educational comunications and

tecnology) ada enam macam yaitu: pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar

(setting) (Rinanto, Andre, 1982:132). Secara konseptual sebenarnya pembelajaran

tidak berarti “membesarkan peran guru disatu pihak dan mengecilkan peran siswa

dipihak lain” (Sanjaya, Wina, 2006:80). Guru tetap harus berperan aktif dan

optimal, demikian pula halnya dengan siswa. Perbedaan utamanya hanya terletak

pada tugas-tugas atau perlakuan guru dan siswa terhadap materi dan proses

pembelajaran.

Model pembelajaran klasikal dengan ceramah menjadikan pembelajaran

kurang bermakna, karena partisipasi pengajar terlalu mendominasi. Peluang

untuk memaksimalkan peranan siswa dalam penguasaan materi sesungguhnya

sangat besar, yakni dengan cara memperbanyak waktu agar dimanfaatkan oleh

siswa. Di samping itu, penajaman kreativitas siswa terhadap materi lebih

diutamakan, sehingga keragaman respon terhadap materi yang diajarkan menjadi

sangat penting.

Setiap proses pembelajaran menuntut terjadinya interaksi yang tinggi

antara pengajar dengan siswa. Karenanya, perlu dikembangkan berbagai kegiatan

belajar dengan melibatkan peran aktif siswa atas dasar tujuan yang ingin dicapai.

Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan meliputi: a) penajaman kognitif,

artinya pengajar memberikan isu materi, kemudian siswa melibatkan diri untuk

Page 13: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

mengidentifikasi masalah. b) demonstrasi, artinya pengajar memutar media audio

visual sebagai contoh peragaan atau memberikan ilustrasi pengalaman hidup

sehari-hari, kemudian siswa merespons, dan terlibat mengumpulkan informasi

serta mengevaluasi informasi berdasarkan masalah. c) instruksi verbal, artinya

pengajar memberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa, dan siswa

secara aktif memahami petunjuk yang ada. d) diskusi, artinya pengajar

memberikan keleluasaan siswa untuk melakukan diskusi baik secara individual

maupun kelompok mengenai masalah yang disampaikan. e) evaluasi, artinya

pengajar memberikan penilaian atas partisipsi dan keterlibatan siswa proses

pembelajaran sesuai dengan rencana dan tindakan nyata yang diberikan siswa,

baik secara kelompok ataupun individu yang dinilai secara periodik melalui

kompetisi interaktif-argumentatif pada tingkat kelas.

Seirama dengan perkembangan psikologi belajar, terdapat kecenderungan

untuk menggusur paham behaviorisme dengan paham kognitivisme

(konstruktivisme). Oleh karena itu pendulum pembelajaran sekarang lebih

berpusat pada siswa dan tidak berpusat pada guru. Paham konstruktivisme

sekarang begitu pesat perkembangannya sehingga ada kecenderungan yang

berbau behaviorisme digusur. Apa yang disebut pendekatan CBSA, pendekatan

keterampilan proses (Coni Semiawan, 1985), dan pendekatan komunikatif dalam

pengajaran bahasa (Richards dan Rodgers, 1986), tidak lain merupakan cerminan

perubahan paradigma pembelajaran tersebut. Tetapi bagaimana pun harus diingat

bahwa selayaknya guru itu menguasai berbagai metode mengajar. Untuk situasi

tertentu mungkin cocok metode tertentu tetapi pada konteks yang lain dengan

varibel yang lain mungkin cocok dengan metode yang lain. Anak yang sangat

Page 14: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

reflekti mungkin cocok denga pola pembelajaran individual, tetapi anak yang

sangat impulsif lebih cocok dengan pola belajar kelompok. Oleh karena itu kalau

misalnya seorang guru selalu menggunakan metode kelompok dalam

pembelajaran, anak yang reflektif akan sangat dirugikan.

Menurut Degeng (1990:4), peran guru di sekolah adalah sebagai

perancang pengajaran, pelaksana pengajaran, dan penilai pengajaran. Karena itu

dalam menyampaikan materi pelajaran, guru harus memiliki strategi agar siswa

dapat belajar secara efektif, efisien, mudah memahami pelajaran yang sedang

disampaikan, serta mengena pada tujuan. Pemakaian strategi yang tepat akan

mempermudah siswa dalam menangkap dan memahami materi yang disampaikan.

Dalam hal atau keadaan tertentu, siswa seringkali merasa bosan ketika

menerima pelajaran di kelas/sekolah. Sifat-sifat siswa yang cepat bosan terhadap

satu hal, ingin mengetahui hal-hal baru, dll., harus kita maklumi dan kita

tangggapi sebagai masukan untuk memberikan kondisi belajar yang baik bagi para

siswa. Dalam kelompok-kelompok belajar, dimungkinkan siswa merasa

mendapatkan kondisi belajar yang ia inginkan, maka minat belajarnya akhirnya

meningkat.

Jika asumsi diatas dapat diterima, maka permasalahan yang muncul

adalah: "apakah upaya menciptakan kondisi belajar semacam itu harus dilakukan

dalam penerapan strategi pembelajaran oleh guru di dalam kelas?". Sehingga

permasalahan berikutnya adalah: "apakah model pembelajaran kooperatif dapat

digunakan sebagai salah satu cara untuk menciptakan kondisi belajar yang baru

bagi para siswa?" .

Page 15: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Pada umumnya, dalam proses belajar mengajar, para guru masih

menggunakan cara yang konvensional, dimana guru berdiri di depan kelas dan

cenderung mendominasi. Interaksi antara siswa dan guru maupun antara siswa

dengan siswa sangat kecil dan siswa (biasanya) pasif. Aktivitas terjadi secara

klasikal dengan menggunakan metode ceramah. Pada pembelajaran dengan

strategi klasikal (metode ceramah), kelas yang terdiri dari 38 siswa diberi

keterangan, informasi, ataupun uraian secara lisan dalam waktu bersamaan.

Dengan aktivitas seperti ini otonomi individu dan kebebasan siswa kurang

mendapatkan perhatian. Gage, (dalam Suprapto, 1999:3). Lebih lanjut

Muhammad, (1997:84) mengemukakan bahwa metode ceramah akan:(1)

menumbuhkan kekuatan hafalan dan memberatkan jiwa karena lama

memperhatikan, (2) guru tidak akan mengetahui kadar pengetahuan yang sudah

ditangkap oleh murid, (3) mudah dilupakan, dan (4) tidak dapat membangkitkan

kesempatan bertanya. Selain itu dengan metode ini selama proses pembelajaran

terjadi aktivitas belajar DDCH (Duduk, Dengar, Catat, dan Hafal). (Semiawan

dkk, 1985:1)

Upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi bagian terpadu dari upaya

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pada pembelajaran Pemasaran

ditemukan keragaman masalah sebagai berikut:

a. Dalam pembelajaran Pemasaran sering terlihat bahwa siswa kurang aktif

dalam mengikuti pelajaran. Siswa jarang sekali bertanya ataupun

mengutarakan ide, walaupun guru sering kali meminta siswa

menanyakan hal-hal yang belum faham. Keaktifan untuk mengerjakan

Page 16: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga kurang dan biasanya

siswa hanya menulis jawaban setelah soal selesai dikerjakan guru

b. Kreativitas siswa dalam membuat dan menyampaikan ide-idenya masih

sangat rendah. Hal ini disebabkan karena guru kurang mendorong dan

membantu siswa dalam memunculkan kreativitasnya

c. Kurang kemandirian siswa dalam mengerjakan PR dan mempelajari

materi pelajaran baik yang sudah maupun yang belum diajarkan

disebabkan karena kurangnya kemampuan siswa menguasai materi

palajaran dan motivasi siswa untuk belajar

d. Permasalahan lain yang sering ditemukan pada saat ini adalah

kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Pada

pembelajaran Pemasaran, domonasi guru masih sangat tinggi,

pengorganisasian siswa cenderung searah dan klasikal dan guru jarang

berkeliling mendekati siswa.

Saat ini sangat diperlukan pengetahuan tentang jenis-jenis metode yang

dapat mempermudah belajar, lebih menyenangkan bagi siswa, lebih efektif dan

efisien, dan mempunyai daya tarik tinggi. Agar siswa aktif selama proses

pembelajaran, guru dituntut agar mampu dan terampil dalam pengambilan

keputusan yang tepat melalui penciptaan kondisi belajar yang sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif, bisa

bertukar pendapat dan memecahkan masalah bersama-sama adalah dengan

pembelajaran kooperatif dengan metode group investigation (GI). Pembelajaran

kooperatif dengan metode GI adalah pembelajaran yang dilakukan secara

Page 17: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

berkelompok, yaitu siswa dalam satu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok

kecil. Dengan pembelajaran kelompok kecil siswa dapat berkomunikasi secara

langsung, mengambil keputusan bersama dan terlibat secara aktif selama proses

pembelajaran berlangsung. Dengan cara ini pula siswa dapat berbagi informasi,

memecahkan masalah, meningkatkan pemahaman atas masalah-masalah penting,

mengembangkan kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi, berdiskusi, serta

dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam perencanaan dan pengambilan

keputusan.

Santyasa mengungkapkan pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh

gagasan John Dewey tentang pendidikan, bahwa kelas merupakan cermin

masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di

dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi.

Menurut Winataputra (1992:39) model GI atau investigasi kelompok telah

digunakan dalam berbagai situasi dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai

tingkat usia. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa

mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah

itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis.

Menurut Depdiknas (2005:18) pada pembelajaran ini guru seyogyanya

mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai

salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang

dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah. Menurut Winataputra

(1992:63) sifat demokrasi dalam kooperatif tipe GI ditandai oleh keputusan-

keputusan yang dikembangkan atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman

kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar.

Page 18: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Guru dan murid memiliki status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan

dengan peranan yang berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah

memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial

yang berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan

sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk melaksanakan

model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk

dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk melakukan

proses pemecahan masalah kelompok.

Ibrahim, dkk. (2000:23) menyatakan dalam kooperatif tipe GI guru

membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa

heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam

topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok

merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani

konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini

diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.

Strategi pembelajaran adalah gambaran komponen materi dan prosedur

atau cara yang digunakan untuk memudahkan siswa belajar (Dick dan Carey,

1990). Istilah strategi mula-mula dipakai di kalangan militer dan diartikan sebagai

seni dalam operasi peperangan. Namun dewasa ini istilah strategi banyak dipinjam

oleh bidang-bidang lain, termasuk bidang pendidikan. Dalam kaitannya dengan

belajar mengajar, pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai daya upaya

guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya

proses mengajar. Maksudnya agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dapat

tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, guru dituntut memiliki

Page 19: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pengajaran sedemikian

hingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pengajaran.

Menurut Good dan Cramer (1990) pembelajaran dengan strategi kelompok

kecil adalah pembelajaran yang dilakukan terhadap siswa yang dibagi dalam

beberapa kelompok dalam satu kelas, terdiri dari 5 sampai 8 siswa. Sedangkan

pembelajaran klasikal atau sering disebut dengan pembelajaran konvensional

adalah aktivitas belajar dan mengajar di dalam kelas dimana selalu didominasi

oleh guru, sehingga otonomi individu dan kebebasan siswa kurang mendapatkan

perhatian (Gage, Berliner, 1984:35).

Pembelajaran kooperatif dengan metode GI adalah juga pembelajaran

yang mengkondisikan siswa untuk belajar dalam kelompok kecil sehingga akan

terjadi kondisi belajar yang maksimal, dan pada akhirnya akan tercapai tujuan

belajar. Pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk berinteraksi satu dengan

yang lainnya dan sekaligus merangsang siswa untuk berpikir kreatif. Selama

proses pembelajaran kelompok kecil dengan Cooperative Learning perlu

diupayakan penumbuhan sikap positif pada diri siswa, yaitu dengan cara

menghormati antar sesama, sikap demokratis, menghargai perbedaan, tanggung

jawab, menjalin kebersamaan dan kerja sama yang baik. Dengan strategi ini

diharapkan siswa dapat memecahkan masalah bersama-sama.

Dalam pembelajaran model group investigation, interaksi sosial menjadi

salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang baru. Dalam

pembelajaran inilah kooperatif memainkan peranannya dalam memberi kebebasan

kepada pembelajar untuk berfikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan

produktif. Pola pengajaran ini akan menciptakan pembelajaran yang diinginkan,

Page 20: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

karena siswa sebagai obyek pembelajar ikut terlibat dalam penentuan

pembelajaran. Karakter metode pembelajaran group investigation yang kompleks

ini menarik untuk dikaji dan coba diterapkan, apalagi di SMK untuk matadiklat

Pemasaran.

Keberhasilan penerapan metode pembelajaran group investigation tidak

terlepas dari adanya pandangan konstruktivisme dan prinsip pembelajaran

demokrasi dalam metode ini sehingga pembelajaran berlangsung tidak kaku akan

tetapi penuh kesepakatan. Hal ini sangat menarik untuk diterapkan pada mata

diklat pemasara, dimana mata diklat pemasaran adalah masuk dalam kelompok

ilmu sosial dimana dalam pembelajarannya memerlukan keterampilan siswa

dalam menganalisa kenyataan social pemasaran secara umum . Oleh karena itu

peneliti disini mencoba menerapkan metode ini dengan tujuan meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa.

B. Pembatasan Masalah.

Mengingat luasnya permasalahan serta adanya keterbatasan kemampuan dan

keterbatasan metodologis, peneliti melakukan pembatasan-pembatasan, sebagai

berikut:

1. Pembatasan luas sasaran penelitian, yaitu hanya mengambil secara acak 1

kelas saja sebagai sampel, yaitu untuk jurusan Pemasaran ditetapkan kelas

XI Pemasaran dengan jumlah siswa dalam kelas sebanyak 38 siswa.

Pertimbangan yang digunakan peneliti adalah pada kelas tersebut semua

syarat metodologis yang dibutuhkan dapat dipenuhi, juga kondisi

kemampuan siswa yang relatif homogin.

Page 21: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2. Pembatasan materi bahasan yang diteliti juga dilakukan, yaitu hanya 1

Standar Kompetensi (SK) pada kelas XI semester ganjil.

C. Rumusan Masalah.

Permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan metode group investigation dalam matadiklat

Pemasaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa?

2. Apakah pembelajaran yang menerapkan metode group investigation dalam

matadiklat Pemasaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

3. Apakah pembelajaran yang menerapkan metode group investigation dalam

matadiklat Pemasaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian.

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Menemukan langkah-langkah yang efektif dalam penerapan metode

group investigation dalam matadiklat Pemasaran untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Membuktikan apakah pembelajaran yang menerapkan metode group

investigation dalam matadiklat Pemasaran dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa.

3. Membuktikan apakah pembelajaran yang menerapkan metode group

investigation dalam matadiklat Pemasaran dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

Page 22: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

E. Kegunaan Penelitian.

Penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi Siswa:

Memberi nuansa baru dalam proses pembelajaran. Selama ini mereka terbiasa

mendapatkan pembelajaran secara klasikal dengan ceramah,karena itu perlu

diperkenalkan pembelajaran kelompok kecil dengan Cooperative Learning

atau pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif siswa akan

terlibat secara aktif dan dapat mengasah kemampuan siswa untuk

bersosialisasi, bekerja sama, meningkatkan aktivitas, dan mendapatkan

pengalaman belajar yang optimal.

2. Bagi Guru:

a) Meningkatkan kemampuan dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan

menggunakan berbagai alternatif strategi pembelajaran.

b) Agar guru lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan

perolehan hasil belajar.

c) Guru agar menerapkan pembelajaran yang dapat merangsang minat siswa

dan sekaligus yang dapat membuat siswa terlibat secara aktif.

d) Sebagai landasan dalam melakukan penelitian lanjutan.

3. Bagi Sekolah:

Untuk memberikan masukan dalam upaya penyusunan program-program yang

berkaitan dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran, dan kualitas

lulusan pada umumnya.

Page 23: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Deskripsi Teori.

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning).

1.1 Hakikat dan Pengertian Pembelajaran Kooperatif.

Slavin, Abrani dan Chambers (dalam Sanjaya, Wina, 2006:106)

berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa

perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan

kognitif dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi, artinya bahwa

penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota

kelompok akan saling membantu. Dengan demikian keberhasilan setiap individu

pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong

setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara

kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada

pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok

(Santoso, dalam Dinas P & K Prop. Jatim, 2002:20).

Menurut Kauchak dan Eggen (dalam Ardiana, 2003:3)), pembelajaran

kooperatif itu pada hakikatnya adalah strategi di mana siswa itu saling membantu

dalam proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif itu membuahkan hasil yang sangat baik terhadap perkembangan

kognitif, afektif maupun interpersonal.

Page 24: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Sedangkan pembelajaran kelompok kecil adalah pembelajaran yang

dilakukan dengan cara membagi siswa satu kelas menjadi kelompok-kelompok

kecil. Pendapat lain menyatakan bahwa pembelajaran kelompok kecil adalah

pembelajaran yang diberikan terhadap siswa secara berkelompok dimana tiap

kelompok terdiri dari 5 sampai 8 siswa (Slavin, dalam Mulyani, 2002:19).

Pada dasarnya, setiap manusia berbeda, karena itu mereka dapat silih asah

(saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan

interaksi yang silih asah, sehingga sumber belajar bukan hanya guru atau buku

ajar tetapi juga sesama siswa. Dengan pembelajaran ini, siswa yang telah

memahami dapat memberi penjelasan pada siswa yang kurang memahami.

Manusia juga sebagai makhluk individu, karena itu ia memerlukan manusia yang

lain, sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia saling berinteraksi

dan memerlukan manusia lainnya, sehingga mereka harus silih asih (saling

menyayangi). Manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda. Bila perbedaan itu

tidak dikelola dengan baik akan timbul kesalahpahaman. Agar tidak terjadi

ketersinggungan dan kesalahpahaman, perlu interaksi yang silih asuh (saling

tenggang rasa). Dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang

silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di

dalam masyarakat nyata.. Abdulrahman dan Bintoro, (dalam Nurhadi dkk, 2003:

59-60).

Pendapat lain mengemukakan bahwa: “Cooperative learning, also called

collaborative learning, occurs whenever students interact in pairs or groups to

share knowledge and experiences. All activities in which students work together

Page 25: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

towards a common goal, from interacting with daily partners to completing long

term projects with learning communities, are cooperative activities” (Joyce,

dalam Ardiana, 2003:3).

1.2 Unsur–Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen dalam pembelajaran

kooperatif (Nurhadi dkk. 2003:60-61) adalah:

a. Saling ketergantungan positif.

Dalam pembelajaran ini, guru menciptakan suasana yang mendorong siswa

merasa saling membutuhkan. Karena saling membutuhkan sehingga ada

ketergantungan positif. Ketergantungan positif menuntut adanya interaksi

promotif yang membuat siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil

belajar yang optimal. Saling ketergantungan dicapai melalui: (1) saling

ketergantungan pencapaian tujuan, (2) saling ketergantungan dalam

menyelesaikan tugas, (3) saling ketergantungan bahan atau sumber, (4) dan

saling ketergantungan peran. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada

usaha setiap anggotanya, karena apabila masing-masing anggota kelompok

dapat melaksanakan tugas dengan baik, dapat dikatakan bahwa kelompok ini

telah berhasil dengan baik pula.

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling bertatap

muka sehingga mereka dapat saling berdialog dengan sesama siswa maupun

dengan guru. Dengan interaksi semacam ini memungkinkan para siswa dapat

Page 26: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

saling menjadi sumber belajar (yang bervariasi), sehingga siswa merasa lebih

mudah belajar dari sesamanya.

c. Akuntabilitas individual

Wujud pembelajaran kooperatif adalah dalam belajar kelompok. Namun,

penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi

secara individual. Hasil penilaian secara individu ditunjukkan pada kelompok

agar anggota kelompok mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa

yang dapat memberikan bantuan.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,

sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani

mempertahankan pikiran logis, dan tidak mendominasi orang lain sangat

bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi. Siswa yang tidak dapat

menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru

tetapi juga dari sesama siswa. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung

kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka

untuk mengutarakan pendapat mereka.

1.3 Pentingnya Pembelajaran Kooperatif

Lie (dalam Nurhadi, 2003:68) mencatat beberapa keuntungan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif ini yaitu: 1) siswa dapat

meningkatkan kemampuan bekerja sama, 2) siswa mempunyai lebih banyak

kesempatan untuk menghargai perbedaan, 3) siswa berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran, 4) kecemasan siswa dapat diminimalkan dalam proses

Page 27: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

pembelajaran, 5) meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif, 6) dan

meningkatkan prestasi akademis.

Johnson and Johnson, (dalam Nurhadi, 2003:62-63) menyatakan bahwa

keunggulan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah: Memudahkan siswa

melakukan penyesuaian sosial, Mengembangkan kegembiraan belajar,

Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,

informasi, perilaku sosial, dan pandangan, Memungkinkan terbentuk dan

berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen, Menghilangkan sikap

mementingkan diri sendiri, Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial,

Menghilangkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan,

Dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan terintegrasi,

Berbagi keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling

membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan, Meningkatkan rasa saling

percaya kepada sesama manusia, Meningkatkan keyakinan terhadap ide atau

gagasan sendiri, Meningkatkan kesediaan menggunaan ide orang lain yang dirasa

cukup baik, Meningkatkan motivasi belajar, Meningkatkan kegemaran berteman

tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, etnis, kelas sosial,

maupun agama, Mengembangkan kesadaran bertanggungjawab dan saling

menjaga perasaan, Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong,

Meningkatkan kemampuan berpikir devergen atau kreatif, Meningkatkan rasa

harga diri dan penerimaan diri.

Manfaat lain dari proses pembelajaran kooperatif adalah:

a. Memampukan siswa untuk meningkatkan kemampuan bekerja sama.

Page 28: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Membuat siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai

perbedaan.

c. Meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

d. Mengurangi kecemasan siswa.

e. Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif.

f. Meningkatkan prestasi akademik. Lie, (dalam Dinas P&K Prop.Jatim,

2002:85-86).

1.4 Pembelajaran Kooperatif Metode GI (Group Investigation)

Metode ini melibatkan siswa sejak dari perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajari investigasi. Caranya yaitu

dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan karakteristik yang

heterogen. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi

mendalam terhadap berbagai sub topik yang telah dipilih, kemudian menyajikan

suatu laporan di depan kelas. Caranya yaitu guru membagi siswa dalam kelompok

yang beranggotakan 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.Para

siswa memilih topik yang akan dipelajari, kemudian melakukan investigasi

terhadap sub topik, lalu menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas

secara keseluruhan.

Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan tahapan-tahapan dalam

menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:

1) Tahap Pengelompokan (Grouping)

Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk

kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada

Page 29: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

tahap ini: 1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan

kategori-kategori topik permasalahan, 2) siswa bergabung pada kelompok-

kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk

diselidiki, 3) guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok

antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

2) Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada

tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: (1) Apa yang mereka

pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar? (3) Siapa dan melakukan apa? (4)

Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?

Misalnya pada topik Bahasan, Mencermati Perilaku Konsumen, pada tahap

ini: 1) siswa belajar tentang bagaimana pengelompokkan tipe-tipe atau ciri-

ciri konsumen yang didasarkan pengamatan terhadap perilaku konsumen , 2)

siswa belajar dengan menggali informasi, bekerjasama dan berdiskusi, 3)

siswa membagi tugas untuk memecahkan masalah topik tersebut,

mengumpulkan informasi, menyimpulkan hasil investigasi dan

mempresentasikan di kelas, dan (4) siswa belajar untuk mengetahui sifat dan

tipe-tipe konsumen sesuai dengan perilaku konsumen dan dapat memberikan

tanggapan terhadap keluhan yang disampaikan sesuai dengan perilaku

konsumen.

3) Tahap Penyelidikan (Investigation)

Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada

tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa

mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait

Page 30: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, 2) masing-masing

anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3)

siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide

dan pendapat. Misalnya: 1) siswa menemukan ciri-ciri konsumen dalam

kegiatan pemasaran dan dapat mengelompokkan dalam tipe-tipe konsumen

dan dapat memberikan tanggapan terhadap keluhan yang dihadapi

konsumen, 2) siswa mecoba cara-cara yang ditemukan dari hasil

pengumuplan informasi terkait dengan topik bahasan yang diselidiki, dan 3)

siswa berdiskusi, mengklarifikasi tiap cara atau langkah dalam pemecahan

masalah tentang topik bahasan yang diselidiki.

4) Tahap Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai

berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam

proteknya masing-masing, 2) anggota kelompok merencanakan apa yang

akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari

masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi

investigasi.

Misalnya: 1) siswa menemukan bahwa konsumen atau calon pembeli

memiliki ciri-ciri tersendiri berdasarkan perilaku yang ditunjukkan dalam

kegiatan pemasaran yang perlu diketahui dan dipahami, 2) siswa

menemukan bahwa tindakan yang perlu dilakukan untuk menghadapi

perilaku konsumen atau calon pembeli sesuai dengan ciri yang melekat pada

diri konsumen, 3) siswa membagi tugas dalam kelompok sebagai pemimpin,

moderator, notulen dalam presentasi investigasi.

Page 31: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

5) Tahap Presentasi (Presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan

pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: (1) penyajian

kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian,

(2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai

pendengar, (3) pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan

pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. Misalnya: 1)

siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan hasil atau

simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, 2) siswa yang tidak

sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan,

3) siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.

6) Tahap evaluasi (evaluating)

Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa.

Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai

berikut: 1) siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya,

pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman

efektifnya, 2) guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang

pembelajaran yang telah dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar haruslah

mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. Misalnya: 1) siswa merangkum dan

mencatat setiap topik yang disajikan, 2) siswa menggabungkan tiap topik

yang diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain, 3) guru

mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus.

Page 32: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

1.5 Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif Group Investigation

Seiring dengan kecenderungan orang untuk memilih aliran konstruktivisme

dalam proses pembelajaran, maka pengaruh pembelajaran kooperatif itu sekarang

sangat besar.

Dalam konstruktivisme itu pembelajaran lebih bepusat pada siswa dan

tidak berpusat pada guru. Guru bukan sebagai yang maha tahu, tetapi hanyalah

sebagai fasilitator (Suparno, 1997:14). Tugas guru terutama adalah membantu

siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang

konkret. Bahwa dalam pengaruh konstruktivisme itu, pembelajaran akan

bercirikan sebagai berikut: orientasi, elisitasi, rekonstruksi ide,

penggunaan/penerapan ide, dan reviu.

Pada tahap orientasi siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan

motivasi dalam mempelajari topik dan diberi kesempatan untuk mengadakan

observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.

Pada tahap elisitasi siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara

jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain. Murid diberi

kesempatan untuk mendiskusikan apa yang diobservasinya dalam wujud tulisan,

gambar ataupun poster.

Dalam restrukturisasi ide ada tiga hal penting yakni:

a) Klarifikasi ide yang dikontraskan denga ide-ide orang lain atau teman

lewat diskusi atau lewat pengumpulan ide. Berhadapan dengan ide lain

itu, siswa dapat terangsang untuk merekonstruksi gagasannya.

Page 33: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b) Membangun ide yang baru, ini terjadi apabila dalam diskusi itu idenya

bertenangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan

teman-temannya.

c) Mengevaluasi ide barunya dengan bereksperimen.

Dalam tahap penggunaan/penerapan ide, siswa dapat melaksanakan idenya

dlam berbagai situasi yang dihadapinya. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa

itu semakin lengkap.

Dalam tahap review siswa akan melihat bahwa ide itu dapat berubah atau

dapat dapat diubah karena dalam aplikasi dalam kehidupan sehari-hari gagasannya

itu mungkin perlu disesuaikan dengankondisi dan situasi.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia memerlukan kerja sama. Untuk

mengaktualisasikan proses kerja sama antar siswa bukanlah hal yang mudah.

Diperlukan peranan guru dan siswa yang optimal untuk mewujudkan suatu

pembelajaran yang benar-benar berbasis kerja sama atau gotong royong. Dari

uraian di atas juga jelas bahwa Cooperative Learning atau pembelajaran

kooperatif adalah bentuk dari pembelajaran kelompok kecil. Tetapi pembelajaran

kelompok kecil secara kooperatif berbeda dengan kelompok kecil yang biasa atau

yang tradisional. Perbedaannya disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.1: Perbedaan Kelompok Belajar Cooperative Learning

Dengan Kelompok Belajar Tradisonal

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional

Adanya saling ketergantungan positif

saling membantu, dan saling

memberikan motivasi sehingga ada

interaksi promotif

Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi kelompok

atau yang menggantungkan diri pada

kelompok.

Page 34: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan materi

pelajaran tiap anggota kelompok, dan

kelompok diberi umpan balik tentang

hasil belajar para anggotanya

sehingga dapat saling mengetahui

siapa yang memerlukan bantuan dan

siapa yang dapat memberikan

bantuan.

Akuntabilitas individual sering

diabaikan sehingga tugas-tugas sering

diborong oleh salah seorang anggota

kelompok, sedangkan anggota

kelompok lainnya hanya “enak-enak

saja” di atas kebetemannya yang

dianggap pemborong.

Kelompok belajar heterogen, baik

dalam kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, etnik, dan sebagainya.

Kelompok belajar biasanya homogen

Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman memimpin

bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok sering

ditentukan oleh guru atau kelompok

dibiarkan untuk memilih

pemimpinnya dengan cara masing-

masing.

Pada saat belajar kooperatif sedang

berlangsung, guru terus melakukan

pemantauan melalui observasi dan

intervensi jika terjadi masalah.

Pemantauan melalui observasi dan

intervensi sering tidak dilakukan oleh

guru pada saat belajar kelompok

sedang berlangsung.

Penekanan tidak hanya dari

penyelesaian tugas tetapi juga pada

hubungan interpersonal

Penekanan sering hanya pada

penyelesaian tugas

2. Motivasi Belajar

2.1 Pengertian Motivasi.

Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi

antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.

Page 35: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Wahjosumidjo (1992:174). Dan motivasi sebagai proses psikologis timbul

diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut instrinsik

atau faktor di luar diri yang disebut faktor ekstrinsik. Faktor di dalam diri

seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan dll.

Sedangkan faktor di luar diri, dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa

karena guru, pemimpin atau yang lain.

Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Purwadarminta 1990:593)

memaknai kata motivasi sebagai 1) dorongan yang timbul pada diri

seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan

tujuan tertentu; 2) usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau

kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai

tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

Winkel dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:84) mengemukakan motif

adalah daya penggerak di dalam diri seseorang yang mendorong individu untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya tujuan. Berelson dan

Steiner dalam Wahjosumidjo (1992:203) menyatakan "a motive as an inner state

that energies, activitivities or move, (hence motivation) and that directs or chanel

behavior to ward goals". Sedangkan Duncan Dalam Wahjosumidjo ( 1992:203)

menyatakan ”From a managerial perspective, motivation refers to any concious

attemp to influence behavior toward the accomplishment of organizational goals”

. Terjemahan bebasnya sebagai berikut: Motivasi adalah suatu usaha sadar untuk

mempengaruhi perilaku seseorang agar supaya mengarah tercapainya tujuan

organisasi”

Page 36: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Dari sumber yang lain ditemukan bahwa motivasi adalah apa yang

membuat orang-orang bertindak atau berperilaku dalam cara yang mereka lakukan

(Amstrong, 1995). Motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan

mengarahkan perilaku manusia (Dimyati, 2006:80). Siagian dalam Dimyati

(2006:80) menjelaskan: Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang

mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku

individu belajar.

Sedang Duncan (dalam Wahjosumidjo, 1992:178) menyatakan motivasi

adalah suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar supaya

mengarah tercapainya tujuan organisasi.

Maksudnya, jika seseorang sangat menginginkan sesuatu dan jalan

tampaknya terbuka untuk memperolehnya maka yang bersangkutan akan

berupaya untuk mendapatkannya. Dengan kata lain seseorang akan bersedia

melakukan pekerjaan apapun untuk orang lain, jika seseorang itu mempunyai

motivasi yang kuat.

Dalam bukunya yang lain Armstrong (1988) mendefinisikan motif dan

motivasi sebagai berikut :Motif adalah sesuatu yang membuat orang bertindak

atau berperilaku dengan cara-cara tertentu, sifatnya umum, permanen dengan

pengalaman yang dibawa secara terus menerus. Motivasi berarti memberikan

dorongan, semangat, dan inspirasi kerja kepada orang lain untuk bekerja lebih

baik dan lebih giat.

Suryabrata (1984:70) menjelaskan motivasi adalah motif yang sudah

menjadi aktif pada saat tertentu, sedangkan motif dalam keadaan dalam diri

Page 37: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

seseorang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Ardhana (1993) menyebutkan motivasi sebagai unsur yang sangat penting

dalam proses pendidikan maupun dalam proses pelaksanaan tugas dalam

kehidupan sehari-hari. Suryana (2003:32) menjelaskan bahwa motivasi adalah

suatu keadaan dalam diri individu yang menyebabkan seseorang melakukan

kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam rumusan yang berbeda,

Hudoyo (1981:24) mengemukakan pengertian motivasi sebagai kekuatan

pendorong yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas

tertentu dalam mencapai tujuan.

Beberapa ahli tersebut di atas pada umumnya melihat motivasi dari segi

individu, sehingga memberi makna pada motivasi sebagai dorongan internal. Pada

dasamya motivasi memang sangat bergantung pada faktor internal individu,

namun sering juga terjadi transformasi motivasi akibat faktor eksternal. Dengan

kata lain dinyatakan bahwa ada faktor internal dan faktor eksternal yang dapat

memunculkan motivasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Owens dalam

Wahjosumidjo (1992:174) yang memberikan pengertian motivasi sebagai

dorongan baik yang datang dari intern pribadi diri seseorang maupun yang datang

dari luar, sehingga membuat seseorang melakukan sesuatu. Pendapat senada

disampaikan oleh Imim (2004:2) menyebutkan motivasi sebagai tenaga

pendorong yang bisa datang dari dalam diri kita, sendiri, tetapi bisa pula datang

dari luar.

Page 38: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Dari sekian banyak pendapat tentang pengertian motivasi, meskipun

dengan beragam rumusan, dapat ditemukan garis singgung yang sama, yaitu

bahwa motivasi memiliki karakteristik:

1) Ada kekuatan pendorong sebagai hasil dari kebutuhan yang muncul

secara internal maupun eksternal.

2) Ada aktivitas penopang perilaku.

3) Terarah pada tujuan tertentu.

Jadi motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong individu

untuk melakukan aktivitas yang terarah pada satu tujuan. Dalam bentuk yang

sederhana motivasi dapat digambarkan dalam kerangka:

Gambar 2.1: Proses Motivasi secara Umum

2.2 Fungsi Motivasi

Motivasi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas belajar.

Dengan adanya motivasi berarti ada dorongan tertentu yang memacu anak untuk

belajar. Secara khusus Ngalim Purwanto (1987:81) menjelaskan bahwa motivasi

berfungsi :

1) Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak sebagai motor yang

memberikan energi / kekuatan kepada seseorang.

MOTIVASI PERILAKU TUJUAN

Page 39: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2) Menentukan arah perbuatan yaitu ke arah perbuatan atau perwujudan

suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari

jalan yang ditempuh untuk keberhasilan pencapaian tujuan.

3) Menyeleksi perbuatan seseorang akhimya menentukan

perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan guna mencapai

tujuan dengan membuang perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat

bagi tujuan.

Motivasi merupakan suatu proses yang dapat:

1) Membimbing anak didik ke arah pengalaman-pengalaman di mana

kegiatan itu dapat berlangsung.

2) Memberikan pada anak didik kekuatan dan aktivitas serta

kewaspadaan yang memadai.

3) Suatu saat mengarahkan anak didik kepada perhatian kepada tujuan.

2.3 Jenis-jenis Motivasi

Jenis motivasi ada dua, yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder atau

motivasi sosial. Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada

motif-motif dasar. Motif dasar ini biasanya berhubungan dengan segi biologis

atau jasmani manusia. Motivasi ini muncul berdasarkan insting sehingga tidak

perlu dipelajari. Jalaludin Rahmat (dalam Dimyati, 2006:87) menyatakan diantara

insting yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri,

berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun dan kawin.

Sedangkan Freud dari sumber yang sama membagi insting menjadi dua, yaitu

insting kehidupan (life instincts) yang berupa makan, minum, istirahat dan

Page 40: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

memelihara keturunan. Insting yang kedua adalah insting kematian (death

instincts) yang tertuju pada penghancuran, merusak, menganiaya, membunuh

orang lain atau diri sendiri.

Motivasi yang kedua adalah motivasi sekunder. Motivasi ini dapat

dipelajari dan selalu berhubungan dengan orang lain. Karena itu motivasi ini juga

disebut motivasi sosial. Para ahli berbeda pendapat dalam pembagian motivasi

sekunder atau sosial ini. Diantaranya adalah Thomas dan Znaniecki (dalam

Dimyati, 2006:88) yang menyebutkan motivasi spesial berupa (i) pengalaman

baru, (ii) respons, (iii) pengakuan, (iv) rasa aman. Mc Cleland menyebut (i)

berprestasi, (ii) kasih sayang, (iii) kekuasaan. Ahli lain, yaitu Maslow dari sumber

yang sama merinci motivasi sekunder atas (i) rasa aman, (ii) kasih sayang dan

kebersamaan, (iii) penghargaan, (iv) aktualitasi diri.

Motivasi juga dapat dibedakan berdasarkan sumbernya, yaitu motivasi

internal dan motivasi eksternal (Dimyati, 2006:90). Motivasi internal adalah

motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri. Sedangkan motivasi eksternal yaitu

motivasi yang berasal dari luar diri seseorang.

Dari wujudnya motivasi dibedakan atas motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik (Dimyati, 2006:91). Motivasi instrinsik memiliki tenaga pendorong

sesuai dengan perbuatan yang dilakukan, misalnya membaca semata-mata karena

dia ingin menguasai ilmu pengetahuan yang dibaca atau ingin mengetahui jalan

ceritanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan tenaga pendorong yang ada

di luar perbuatannya namun menjadi penyebab misalnya jika seorang anak

membaca sebuah buku karena ada tugas dari sekolah atau karena ingin mendapat

nilai bagus kemudian dapat lulus. Yang perlu digarisbawahi motivasi intrinsik

Page 41: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

dapat bersifat internal, berasal dari diri sendiri, dapat juga bersifat eksternal

karena muncul akibat adanya dorongan dari pihak lain, misalnya guru atau

orangtua.

Suryana (2003:32) menyatakan bahwa, motivasi berprestasi suatu nilai

sosial yang menekankanpada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai

kepuasan secara pribadi. Sedangkan McClelland dalam Suryana (2003:34)

memberikan pengertian motivasi berprestasi sebagai suatu usaha untuk mencapai

kesuksesan, yang bertujuan untuk berhasil dalam persaingan dengan berpedoman

pada suatu ukuran keunggulan (standars of excellence) tertentu. Ukuran

keunggulan ini dapat berupa prestasi siswa lain yang lebih tinggi dari prestasi

siswa tersebut, selain itu juga dapat berupa prestasi tertinggi siswa itu sendiri yang

pernah dicapai sebelumnya.

Seseorang yang takut terhadap kegagalan dapat menganggu keberhasilan

belajarnya (Dimyati, 2006). Ciri orang yang mempunyai motivasi berprestasi

tinggi, cenderung memiliki kekhawatiran akan gagal. Selain itu, orang yang

mempunyai motivasi berprestasi tinggi memiliki sikap yang positif terhadap

situasi yang mendukung terjadinya motivasi berprestasi.

Terdapat dua konstruk yang terkait dengan motivasi berprestasi, yaitu:

orientasi motivasional dan kemampuan yang dimiliki siswa. Mengenai

kemampuan intelektualnya dengan performansi akademiknya. Implikasi mengenai

siswa dengan kemampuan rendah, adalah sama dengan kaitannya dengan siswa

yang rendah prestasinya. Sedangkan mengenai orientasi motivasional dijelaskan

bahwa siswa dengan orientasi intrinsik pada aktivitas belajarya, cenderung

menyukai tantangan akademik, menunjukkan rasa ingin tahu dan senang terhadap

Page 42: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

tugas sekolahnya, serta berusaha untuk menguasainya secara mandiri. Sebaliknya,

siswa dengan orientasi ekstrinsik cenderung menyukai tugas-tugas yang relatif

mudah, mengerjakan tugas sekolahnya guna menyenangkan guru dan untuk

mendapatkan jenjang yang baik, serta tergantung pada bantuan guru dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya.

McClelland dalam Suryana (2003:34) dalam berbagai percobaannya

menunjukkan bahwa, individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi,

apabila dihadapkan pada tugas-tugas yang kompleks cenderung melakukannya

semakin baik, dan apabila berhasil nampak antusias untuk menyelesaikan tugas

yang lebih berat dan lebih baik lagi.

Sekurang-kurangnya ada empat karakteristik yang nampak konsisten pada

diri siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yaitu:

a. Senang bekerja keras untuk mencari keberhasilan. Faktor kunci yang

dapat memotivasi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi

adalah kepuasan intrinsik, bukan pada ganjaran ekstrinsik seperti nilai

yang tinggi atau prestise.

b. Cenderung bertindak atau menetapkan suatu pilihan realistis. Siswa

yang memiliki motivasi berprestasi tinggi cenderung realistis dalam

memilih tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya.

c. Menyukai situasi di mana ia dapat menilai sendiri kemajuan dan

keberhasilan yang dicapainya.

d. Memiliki prespektif waktu jauh ke depan, dan ia merasa bahwa waktu

berjalan begitu cepat sehingga ia tidak mempunyai waktu yang cukup

dalam mengerjakan suatu tugas.

Page 43: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Lemahnya motivasi berprestasi pada diri siswa dan sikap enggan atau

malas terhadap tugas-tugas sekolah muncul ketika tugas-tugas tersebut terlalu

sulit, ketika keberhasilan tidaklah mungkin dicapainya, dan ketika aktivitas belajar

dibiarkan menumpuk membebani awal aktivitas belajamya yang tidak sesuai bagi

kemampuan dirinya.

3 Hasil Belajar

3.1 Pengertian Hasil Belajar

Oemar Hamalik (1986:41) menyebutkan bahwa pengertian belajar adalah

Proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan. Seseorang

dikatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memeproleh hasil, yakni

terjadinya perubahan tingkah laku, pola tingkah laku ini terdiri dari beberapa

aspek, yaitu meliputi pengetahuan, pengertian, sikap, ketrampilan, kebiasaan,

emosi, budi pekerti, appresiasi, jasmani, hubungan sosial dan lain-lain.

Adapun menurut Amirudin Arif (1982:1) pengertian belajar adalah suatu

proses berfikir terhadap kondisi eksternal, yaitu suatu reaksi yang memberikan

modifikasi terhadap hal-hal yang pernah dialami sebelumnya. Hasil belajar adalah

seberapa jauh kemajuan belajar siswa dalam bentuk pengetahuan dan kemampuan

lainnya yang telah dicapai oleh siswa pada akhir setiap semester, akhir tahun

pelajaran atau akhir pendidikan (Depdiknas, 1993:31).

Dari pengertian tersebut di atas, maka prestasi belajar siswa adalah sampai

dimana tingkat pencapaiannya dalam bentuk pengetahuan, tingkah laku dan

ketrampilan siswa selama belajar di sekolah yang dinilai atau dievaluasi setiap

Page 44: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

hari semester dan akhir pendidikan yang biasanya dituangkan dalam bentuk nilai

raport, nilai UAS dan UAN atau nilai pada STL dan lain-lain.

Menurut Brunner (1960), dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi

tiga fase, yaitu (1) Informasi, (2) Transformasi, (3) Evaluasi. Dalam proses belajar

ketiga fase ini selalu terdapat. Yang menjadi masalah ialah berapa banyak

informasi diperlukan agar dapat ditrasformasi. Hal ini antara lain bergantung pada

hasil yang diharapkan, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk

menemukan diri sendiri.

Informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang

menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan

memperdalamnya, ada pula informqasi yang bertentangan dengan apa yang telah

kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap tetapi

berubah menjadi bentuk energi lainnya.

Transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasikan

ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk

hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.

Evaluasi, evaluasi selalu memegang peranan yang penting dalam segala

bentuk pengajaran yang efektif. Dengan evaluasi diperoleh feedback yang dipakai

untuk memperbaiki dan merevisi bahan atau metode pengajaran, atau untuk

menyesuaikan bahan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Evaluasi berguna

untuk mengetahui hingga manakah siswa telah mencapai tujuan pelajaran yang

telah ditentukan, hal ini dapat diketahui dari prestasi belajar anak didiknya.

3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Page 45: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu prestasi belajar siswa,

sebagaimana disebutkan oleh Suhardjono (2002:2) yang menyatakan bahwa hasil

belajar siswa dipengaruhi oleh:

a. Faktor penagruh yang berada di luar kendali guru, misalnya :

karakteristik dan latar belakang siswa, tujuan pembelajaran, kondisi

dan mutu sarana-prasarana, managemen dan lain-lain.

b. Faktor yang sepenuhnya berada dalam kendali guru, yaitu metode

mengajar dan evaluasi.

Dari keterangan tersebut di atas, maka kedua faktor (variable) tersebut

baik variable kondisi maupun variable metode, kedua-duanya secara bersama-

sama menunjukkan adanya hubungan hasil belajar siswa. Jadi guru yang berhasil

dalam mengajar siswa adalah bagaimana pada kondisi yang telah tertentu (given),

guru mampu membuat atau melaksanakan metode sedemikian rupa, sehingga

tercapai prestasi belajar (efektif, efisien dan kemenarikan) yang optimal.

Ada beberapa faktor dan komponen yang mempengaruhi keberhasilan

belajar siswa. Hasil belajar siswa akan bergantung pada komponen-komponen

sebagai berikut:

a. faktor dari diri siswa, yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan

belajar adalah bakat, minat, kemampuan dan motivasi. Jadi siswa

merupakan masukan mentah (raw input).

b. Kurikulum, kurikulum ini mencakup landasan program dan

pengembangan, GBPP dan pedoman GBPP berisi materi atau bahan

kajian yang telah disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa.

Page 46: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

c. Guru, guru bertugas membimbing dan mengarahkan cara belajar siswa

agar mencapai hasil yang optimal. Besar kecilnya peranan guru akan

tergantung pada tingkat pengausaan materi, metodologi dan

pendekatannya.

d. Metode, penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan

efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.

e. Sarana prasarana, antara lain buku pelajaran, alat praktek, ruang

belajar, perpustakaan dan laboratorium. Jadi kurikulum, guru, metode

dan saran prasarana merupakan “masukan instrumental” yang

berpengaruh dalam proses belajar.

f. Lingkungan, lingkungan ini mencakup lingkungan sosial budaya,

lingkungan masyarakat, dan lingkungan keluarga serta lingkungan

alam yang juga merupakan sumber belajar sekaligus masukan

lingkungan. Jadi pengaruh lingkungan sangat besar dalam proses

belajar.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti hingga saat ini

pembelajaran matadiklat Pemasaran di SMK PGRI 3 Kediri masih didominasi

oleh kegiatan konvensional, dimana aktivitas pembelajaran masih didominasi oleh

kegiatan klasikal dengan dominasi pada peran guru. Sedangkan untuk menunjang

kompetensi siswa dalam dunia kerja diperlukan skill siswa untuk dapat

mengetahui secara langsung interaksi yang terjadi pada kegiatan pemasaran.

Dimana siswa dapat secara langsung mengetahui dan mengamati kegiatan yang

Page 47: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

berhubungan dengan kegiatan pemasaran. Akibat yang dirasakan adalah suasana

kelas yang monoton, pasif dan terasa membosankan. Hal tersebut nampak dari

motivasi belajar siswa yang rendah, yang pada akhirnya hasil belajarnyapun juga

rendah.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut model pembelajaran kooperatif

dengan metode group investigation (GI) menjadi pilihan alternatif untuk

mengatasinya. Model pembelajaran kooperatif dipilih karena karakteristiknya

dipandang sesuai dengan tuntutan paradigma baru pembelajaran yang

memberikan peran lebih besar kepada siswa, sementara guru hanya menjadi

motivator dan fasilitator. Sedangkan metode group investigation dipilih diantara

metode-metode yang lain karena metode ini kegiatan belajar lebih terfokus pada

kelompok-kelompok kecil yang dinamis. Hal ini dipandang sesuai dengan

karakteristik matadiklat Pemasaran yang lebih memerlukan keterampilan siswa

dalam melakukan pengamatan dan dapat menganalisa kenyataan yang terjadi

dalam kelompok sosial yang berkembang dalam dunia pemasaran secara umum.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jika model

pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation (GI) ini dapat

dilaksanakan dengan langkah-langkah yang efisien, diharapkan akan

meningkatkan motivasi belajar siswa. Meningkatnya motivasi belajar ini pada

akhirnya diduga juga akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Secara skematis kerangaka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut:

PENERAPAN METODE GROUP

INVESTIGATION(GI)

MOTIVASI BELAJAR

HASIL BELAJAR

Page 48: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

C. Hipotesis Tindakan.

Hipotesis tindakan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Melalui siklus tindakan pembelajaran dapat ditemukan langkah-langkah

yang efektif penerapan metode group investigation dalam matadiklat

Pemasaran.

2. Melalui siklus tindakan pembelajaran yang menerapkan metode group

investigation dalam matadiklat Pemasaran dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa.

3. Melalui siklus tindakan pembelajaran yang menerapkan metode group

investigation dalam matadiklat Pemasaran dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

Page 49: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research) yang

dilakukan di dalam kelas. Sehingga dapat disebut Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research/PTK).

Menurut I.G.K Wardani (2000: 4) penelitian tindakan kelas (classroom

action research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di

sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau

peningkatan proses pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

kolaboratif. Mengingat kegiatan penelitian merupakan hal baru bagi peneliti,

maka dalam hal ini peneliti melibatkan 2 (dua) orang sejawat guru sebagai

kolaborator. Model kolaboratif ini digunakan karena peneliti memerlukan bantuan

untuk melakukan observasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Selain

peneliti sebagai guru yang melaksanakan pembelajaran. Kolaborator/observer

yang dimintai bantuan adalah sejawat guru matadiklat Pemasaran yang mengajar

di kelas X dan kelas XI. Tugas observer selain sebagai partner untuk konsultasi

dan berdiskusi terutama adalah untuk membantu melakukan observasi aktivitas

belajar siswa selama proses pelaksanaan penelitian.

Sedangkan model rancangan yang digunakan mengacu pada rancangan

Kemmis & Taggart (1988). Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu:

Page 50: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

(1) penyusunan rencana tindakan,

(2) pelaksanaan tindakan,

(3) pengamatan, dan

(4) perefleksian.

Secara skematis digambarkan sebagai berikut:

SIKLUS 1:

SIKLUS 2

Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya

sesudah langkah ke-4, lalu kembali ke-1 dan seterusnya. Meskipun sifatnya

berbeda, langkah ke-2 dan ke-3 dilakukan secara bersamaan.

B. Obyek Tindakan.

Latar belakang tindakan ini bermula dari keinginan menciptakan strategi

yang memungkinkan siswa belajar lebih baik, yang ditunjukkan dengan

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Pengamatan

4. Refleksi

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Pengamatan

4. Refleksi

dst.

Page 51: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

meningkatnya motivasi dan hasil belajarnya. Obyek tindakan penelitian ini adalah

penerapan strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning) metode Group

Investigation (GI) dalam pembelajaran matadiklat Pemasaran.

Penerapan tindakan dengan model siklus, pada pokok bahasan tersebut

diharapkan akan menemukan format atau langkah-langkah yang efektif untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa, serta akhirnya diharapkan akan berpengaruh

terhadap pencapaian hasil belajar siswa.

Secara singkat rencana tindakan yang akan dilakukan adalah menerapkan

langkah-langkah pembelajaran (sintak) metode group investigation (GI), yang

meliputi: pengelompokan, perencanaan, penyelidikan, pengorganisasian,

penyajian, dan evaluasi. Langkah-langkah (sintak) pembelajaran tersebut tentu

saja akan disesuaikan dengan keadaan pembelajaran nyata yang ada, misalnya

karakteristik matadiklat Pemasaran, karakteristik siswa, ketersediaan sarana-

prasarana, materi pelajaran, dll.

Pada setiap siklus akan dilakukan modifikasi sesuai dengan hasil refleksi

atas tindakan yang telah dilakukan. Namun demikian secara umum peneliti tetap

berpedoman pada langkah-langkah yang baku sebagaimana disebutkan di atas.

Jadi bentuk modifikasi hanya dimaksudkan untuk menemukan variasi guna

penyesuaian dengan kondisi riil di lapangan.

C. Setting Lokasi dan Subyek Penelitian.

Penelitian ini di laksanakan di SMK PGRI 3 Kota Kediri, pada semester

gasal tahun pelajaran 2010/2011. Sedangkan kelas yang digunakan sebagai

sasaran penelitian adalah kelas XI Jurusan Pemasaran, dengan pertimbangan

Page 52: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

sebagaimana telah dikemukakan pada bab pertama, syarat-syarat untuk dapat

dilaksanakan penelitian dengan tindakan kelas di kelas tersebut terpenuhi.

Sedangkan jumlah siswa (subyek penelitian) adalah 38 anak.

D. Metode Pengunpulan Data.

Pengumpulan data dilakukan menggunakan 4 macam instrumen, yaitu:

1) lembar observasi terstruktur (inventory) aktivitas belajar siswa

2) lembar observasi terstruktur (inventory) aktivitas mengajar guru

3) lembar kuesioner (angket) motivasi belajar siswa

4) lembar soal tes hasil belajar.

Sedangkan teknik pelaksanaan pengumpulan data aktivitas belajar siswa

dan aktivitas mengajar guru dilakukan dengan cara melakukan observasi selama

pembelajaran berlangsung untuk setiap siklus. Observasi dilakukan oleh observer

(kolaborator), dengan menggunakan pedoman berupa daftar inventory/lembar

observasi terstruktur yang sebelumnya telah disepakati bersama oleh peneliti dan

observer.

Berikut ini kisi-kisi daftar inventory sebagai pedoman observasi aktivitas

belajar siswa.

Tabel 3.1: Indikator Lembar observasi Aktivitas Belajar Siswa

Tahap Indikator Observasi

Grouping Siswa diarahkan untuk:

Ø Mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan

kategori-kategori topik permasalahan

Ø Bergabung pada kelompok-kelompok belajar

berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik

untuk diselidiki

Page 53: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Ø Anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5

orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

Planning Ø Merencanakan apa yang akan dipelajari

Ø Merencanakan bagaimana mereka belajar

Ø Merencanakan siapa dan melakukan apa

Ø Merencanakan untuk tujuan apa mereka menyelidiki

topik tersebut

Investigation Ø Mengumpulkan informasi, menganalisis data dan

membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-

permasalahan yang diselidiki

Ø Masing-masing anggota kelompok memberikan

masukan pada setiap kegiatan kelompok

Ø Saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan

mempersatukan ide dan pendapat.

Organizing Ø Kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam

proteknya masing-masing

Ø Kelompok merencanakan apa yang akan mereka

laporkan dan bagaimana mempresentasikannya

Ø Wakil dari masing-masing kelompok membentuk

panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.

Presenting Ø Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas, dalam

berbagai variasi bentuk penyajian

Ø Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara

aktif sebagai pendengar

Ø Kelompok pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi

dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap

topik yang disajikan.

Evaluating Ø Menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya,

pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang

pengalaman-pengalaman efektifnya

Ø Mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran

yang telah dilaksanakan

Page 54: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Cara skoring indikator aktivitas belajar adalah dengan memberikan skor 1

(artinya aktivitas belajar paling rendah/jelek) sampai yang tertinggi 5 (artinya

aktivitas belajar yang paling tinggi/baik/ideal). Karena ada 18 indikator, maka

akan diperoleh total skor = 90.

Sedangkan kisi-kisi daftar inventory aktivitas mengajar guru sebagai

berikut:

Tabel 3.2: Kisi-kisi Daftar Inventory Aktivitas Guru

Tahap Indkator Observasi

Grouping Guru mengarahkan siswa untuk:

Ø Mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan

kategori-kategori topik permasalahan

Ø Bergabung pada kelompok-kelompok belajar

berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik

untuk diselidiki

Ø Anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5

orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

Planning Guru mengarahkan siswa untuk:

Ø Merencanakan apa yang akan dipelajari

Ø Merencanakan bagaimana mereka belajar

Ø Merencanakan siapa dan melakukan apa

Ø Merencanakan untuk tujuan apa mereka menyelidiki

topik tersebut

Investigation Guru mengarahkan siswa untuk:

Ø Mengumpulkan informasi, menganalisis data dan

membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-

permasalahan yang diselidiki

Ø Masing-masing anggota kelompok memberikan

masukan pada setiap kegiatan kelompok

Page 55: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Ø Saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan

mempersatukan ide dan pendapat.

Organizing Guru mengarahkan:

Ø Kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam

proteknya masing-masing

Ø Kelompok merencanakan apa yang akan mereka

laporkan dan bagaimana mempresentasikannya

Ø Wakil dari masing-masing kelompok membentuk

panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.

Presenting Guru mengarahkan siswa untuk:

Ø Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas, dalam

berbagai variasi bentuk penyajian

Ø Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara

aktif sebagai pendengar

Ø Kelompok pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi

dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap

topik yang disajikan.

Evaluating Guru mengarahkan siswa untuk:

Ø Menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya,

pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang

pengalaman-pengalaman efektifnya

Ø Mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran

yang telah dilaksanakan

Ø Guru melakukan penilaian hasil belajar (mengevaluasi

tingkat pemahaman siswa).

Cara skoring indikator aktivitas mengajar guru adalah dengan memberikan

skor 1 (artinya aktivitas paling rendah/jelek) sampai yang tertinggi 5 (artinya

aktivitas yang paling tinggi/baik/ideal). Karena ada 19 indikator, maka akan

diperoleh total skor = 95.

Page 56: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 3.3: Kisi-kisi Keusioner Motivasi Belajar Siswa

No Indikator skor

1 Tanggapan umum mengenai metode pembelajaran 1 - 5

2 Antusiasme saat mengikuti pelajaran

3 Rasa senang dan nyaman (joyfull) saat mengikuti

pelajaran

4 Tumbuhnya minat untuk memperdalam materi yang

dipelajari

5 Tumbuhnya kepercayaan diri akan keberhasilan

dalam belajar

Cara pemberian skor kuesioner motivasi belajar adalah: skor 1 untuk

jawaban TS (artinya tidak senang), skor 2 untuk jawaban KS (artinya kurang

senang), skor 3 untuk jawaban CS (artinya cukup senang), skor 4 untuk jawaban S

(artinya senang), dan skor 5 untuk jawaban SS (artinya sangat senang).

Selanjutnya dari skor hasil kuesioner yang dikumpulkan dari siswa tersebut

dianalisis lebih lanjut.

Selanjutnya skor tersebut diubah menjadi nilai (skala 100), dengan rumus:

s N = ------- x 100 S Dimana: N = nilai s = skor yang diperoleh S = skor maksimum

Sedangkan data hasil belajar siswa akan dikumpulkan menggunakan

lembar tes hasil belajar (post test). Tes hasil belajar ini dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran hasil belajar siswa setelah ada perubahan aktivitas siswa

Page 57: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

dan guru selama proses pembelajaran. Post test dilakukan sesuai siklus yang

dibutuhkan, yaitu pada setiap akhir siklus. Instrumen yang digunakan adalah

lembar tes tertulis (formatif test) berbentuk pilihan ganda dan uraian.

Cara pemberian skor atau nilai tes hasil belajar yang diberikan pada setiap

akhir siklus adalah dengan berpedoman pada bobot masing-masing soal yang

telah ditetapkan sebelumnya. Bobot skor tiap soal ditetapkan paling rendah

adalah: 5, selanjutnya dengan kelipatan 5, dan paling tinggi adalah 20. Sedangkan

total skornya atau skor maksimumnya adalah: 100.

E. Metode Analisis Data.

Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dan guru serta data hasil

questioner motivasi belajar siswa, akan dianalisis bersama-sama dengan

kolaborator (observer). Selanjutnya berdasarkan data-data yang terkumpul setelah

dilakukan tabulasi dan skoring, akan ditafsirkan menggunakan kajian teori yang

telah dikembangkan, serta menggunakan pengalaman empiris yang sering dialami

guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas.

Kriteria refleksi data-data atau batas target pencapaian tindakan dan

tingkat motivasi belajar siswa menggunakan kriteria:

- Nilai 86 – 100% = A (baik sekali)

- Nilai 70 – 85% = B (baik)

- Nilai 60 – 69% = C (cukup)

- Nilai 50 – 59% = D (kurang)

- Nilai 0 – 49% = E (kurang sekali)

Page 58: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Sedangkan data hasil belajar siswa setelah dilakukan koreksi dan skoring

akan dianalisis berdasarkan kriteria ketuntasan belajar (mastery learning), yakni

85% dari jumlah siswa telah mencapai (KKM) 70 sebagai nilai ketuntasan siswa

dalam penguasaan materi yang diberikan.

Page 59: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini disajikan hasil penelitian yang terdiri atas deskripsi data, hasil

temuan penelitian, pembahasan dan keterbatasan penelitian.

A. Deskripsi Analisis Data

Dalam deskripsi data ini dijelaskan tentang perolehan data penelitian dari

data observasi berupa pengamatan penerapan langkah-langkah metode

pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI) sebagai metode

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa jurusan Pemasaran pada SMK

PGRI 3 Kediri.

Data penelitian pelaksanaan penerapan metode pembelajaran kooperatif

model Group Investigation (GI) dengan observasi pengamatan aktivitas guru

dan aktivitas siswa yang dilakukan oleh kolaborator sesuai dengan lembar

observasi yang telah disusun berdasarkan langkah-langkah dalam penerapan

model Group Investigation pada setiap siklus.

Ada tidaknya peningkatan motivasi belajar siswa terhadap materi pelajaran

Melakukan Negosiasi dengan penerapan pembelajaran kooperatif model

Group Investigation (GI) didapat dari kuisioner yang diisi oleh siswa yang

mencakup adanya : a) tanggapan umum mengenai metode pembelajaran, b)

antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran, c) rasa senang dan nyaman saat

mengikuti pelajaran, d) tumbuhnya minat untuk memperdalam materi yang

dipelajari, e) tumbuhnya kepercayaan diri akan keberhasilan dalam belajar.

Page 60: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Untuk mengetahui data peningkatan prestasi siswa terhadap penguasaan

materi Melakukanru Negosiasi dengan penerapan metode pembelajaran

kooperatif model Group Investigasi (GI) perlu diadakan post tes pada setiap

akhir materi dalam bentuk pilihan dan uaraian. Dengan post tes yang

dilaksanakan pada tiap akhir pembelajaran akan diketahui ketuntasan yang

dicapai oleh siswa.

Penelitian dilaksanakan pada pertengahan bulan September dengan sampel

kelas yang diambil yaitu kelas XI jurusan pemasaran Pemasaran yang terdiri

dari 38 siswa dengan jumlah jam mengajar 3 jam pelajaran. Dengan

mengambil 1 Standar Kompetensi yaitu Melakukan Negosiasi dan

kompetensi dasar Memberikan Tanggapan Terhadap Keberatan yang Muncul

dari calon pelanggan yang terdiri dari enam indicator.

Pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran model Group

Investigation (GI) selama 2 jam penuh dan 1 jam pelajaran digunakan untuk

menjelaskan sintak yang tersusun dalam RPP. Post test dilaksanakan pada 1

jam minggu berikutnya setelah pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan.

B. Deskripsi Temuan Penelitian

1. Rencana Umum Pelaksanaan Tindakan.

Rencana umum yang dibuat peneliti bersama kolaborator sebelum

dilaksanakan penelitian sebagai berikut:

1) Membuat Rencana Pembelajaran (RPP) Melakukan Negosiasi dengan

mengambil kompetensi dasar Memberikan Tanggapan Terhadap

Keberatan yang Muncul dari Calon Pelanggan yang mengandung langkah-

Page 61: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

langkah atau sintak model pembelajaran GI (Group Invertigation). RPP

yang telah dibuat tersebut selanjutnya didiskusikan dengan sejawat guru

yang mengajar Pemasaran di kelas X dan XI yang juga akan terlibat dalam

penelitian, yaitu menjadi kolaborator (observer) dalam pengamatan

terhadap aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru.

2) Rancangan perangkat pembelajaran (RPP) khususnya langkah-langkah

(sintak) model pembelajaran GI yang disepakati bersama dengan

kolaborator, adalah sebagai berikut:

Tahap

Apersepsi: Guru menarik perhatian siswa, menjelaskan tujuan

pembelajaran, membuat kaitan

Kegiatan Inti:

1. Tahap pengelompokan siswa (Grouping)

1.1. Guru mengarahkan siswa mengamati sumber, memilih topik

dan menetukan kategori-kategori topik permasalahan

1.2. Guru mengarahkan siswa bergabung pada kelompok-kelompok

belajar berdasarkan topik yang akan dipilih atau menarik untuk

diselidiki

1.3. Guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok

antara 4 sampai dengan 5 orang berdasarkan ketrampilan dan

keheterogenan.

2. Tahap perencanaan (planing)

2.1. Guru menjelaskan apa yang dipelajari siswa

2.2. Guru menjelaskan bagaimana mereka belajar

2.3. Guru menjelaskan siapa dan melakukan apa

2.4. Guru menjelaskan untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik

tersebut

3. Tahap penyelidikan (investigation)

3.1. Guru mengarahkan siswa mengumpulkan informasi,

Page 62: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

menganalisis data dan menbuat simpulan terkait dengan

permasalahan yang diselidiki

3.2. Guru mengarahkan masing-masing anggota kelompok

memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok

3.3. Guru mengarahkan siswa saling bertukar, berdiskusi,

mengklasifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat

4. Tahap pengorganisasian (organizing)

4.1. Guru mengarahkan anggota kelompok menetukan pesan-pesan

penting dalam proteknya masing-masing

4.2. Guru mengarahkan anggota kelompok merencanakan apa yang

akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya

4.3. Guru meminta wakil dari masing-masing kelompok membentuk

panitia diskusi kelas dalam prestasi investigasi

5. Tahap penyajian (presenting)

5.1. Guru menyarankan penyajian kelompok pada keseluruhan kelas

dalam berbagai variasi bentuk penyajian

5.2. Guru meminta kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat

secara aktif sebagai pendengar

5.3. Guru mengarahkan kelompok pendengar

mengevaluasi,mengklarivikasi dan mengajukan pertanyaan atau

tanggapan terhadap topik yang disajikan

6. Tahap evaluasi (evaluating)

6.1. Guru membimbing siswa menggabungkan masukan-masukan

tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dn

tentang pengalaman-pengalaman efektifnya

6.2. Guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang

pembelajaran yang telah dilaksanakan

6.3. Guru melakukan penilaian hasil belajar (mengevaluasi tingkat

pemahaman siswa)

Penutup: Guru memberikan tugas (PR) untuk pengayaan materi,

memberikan motivasi, dan penguatan.

Page 63: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

3) Membuat instrumen-instrumen yang digunakan, yaitu lembar observasi

untuk mengamati aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran,

kuesioner motivasi belajar, dan lembar soal untuk mengukur tingkat

penguasaan materi pembelajaran oleh siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I

a. Persiapan (Planning)

Guru mempersiapkan kelas sebelum memulai pembelajaran, namun

demikian persiapan kelas secara prinsip tidak mengubah kondisi kelas

sebagaimana biasanya. Selanjutnya observer menempatkan diri di tempat

yang memungkinkan untuk memantau seluruh aktifitas siswa maupun guru

selama proses pembelajaran, dan tidak mempengaruhi atau mengganggu

jalannya proses pembelajaran.

Kompetensi Dasar untuk siklus I, adalah: Memberikan Tanggapan

Terhadap Keberatan yang Muncul dari Calon Pelanggan. Sedangkan

indikatornya adalah: Pengertian Negosiasi dan Perilaku konsumen.

b. Pelaksanaan (Acting)

Guru membuka pelajaran, memberikan apersepsi serta menanyakan

kepada siswa mengenai kesiapannya mengikuti pembelajaran. Kemudian

guru menjelaskan tahapan proses belajar yang akan dilalui siswa.

Selanjutnya guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah (sintak) yang direncanakan di dalam RPP. Sintak model

Page 64: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

pembelajaran GI yang direncanakan meliputi 6 tahap: grouping, planning,

investigation, organizing, presenting, dan evaluating.

Setelah tahapan inti pembelajaran, guru memberikan kuesioner motivasi

belajar dan memberikan tes hasil belajar kepada seluruh siswa.

c. Pengamatan (Observing)

Guru observer terdiri dari dua orang, masing-masing melakukan

pengamatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru.

Pelaksanaan pengamatan selama 2 jam pelajaran penuh.

1) Pengamatan Aktivitas Siswa

Dari hasil observasi aktivitas belajar siswa yang terdiri dari 18

indikator, diperoleh gambaran aktivitas siswa dalam proses belajar, yang

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No. Tahap Skor

1 Grouping 12

2 Planning 9

3 Investigation 8

4 Organizing 9

5 Presenting 8

6 Evaluation 7

Jumlah 53

Berdasarkan table observasi aktivitas siswa di atas pada tahap Grouping

dimana siswa diharapkan dapat mengamati sumber, memilih topik dan

Page 65: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

menentukan kategori topik permasalahan serta kegiatan penggabungan

dalam kelompok dapat dikategorikan cukup baik. Sedangkan pada tahap

planning, investigation dan presenting termasuk kategori kurang baik.

Tahap organizing dan evaluation siswa dapat dikategorikan cukup baik.

Sehingga dapat disimpulkan table hasil observasi aktivitas belajar siswa

dengan diperoleh jumlah skor = 53, atau jika dinyatakan dengan nilai:

53/90 x 100 = 58,89, dan jika dinyatakan dengan kategori adalah: kurang.

Sehingga perlu adanya tindakan lanjut pada siklus II dikarenakan pada

siklus I ini dirasa terdapat hasil yang masih kurang.

2) Pengamatan Aktivitas Guru

Dari hasil observasi aktivitas mengajar guru yang terdiri dari 19

indikator, diperoleh gambaran aktivitas yang dilakukan guru dalam proses

belajar dengan menerapkan sintak model pembelajaran GI, disajikan

dalam tabel berikut:

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No. Tahap Skor

1 Grouping 11

2 Planning 10

3 Investigation 8

4 Organizing 9

5 Presenting 8

6 Evaluation 10

Jumlah 56

Page 66: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Hasil observasi aktivitas guru diatas pada tahap grouping, organizing dan

evaluation termasuk dalam kategori cukup baik, pada tahap planning,

investigation dan presenting dapat dikategorikan kurang baik. Sehingga

berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil observasi aktivitas belajar

siswa diperoleh jumlah skor = 56, atau jika dinyatakan dengan nilai: 56/95

x 100 = 58,95, dan jika dinyatakan dengan kategori adalah: kurang.

Dengan kategori kurang maka perlu adanya tindakan lanjut yang akan

dilaksanakan pada siklus II.

3) Kuesioner Motivasi Belajar Siswa

Hasil analisis kuesioner motivasi belajar siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran yang terdiri dari 5 indikator dengan 15 butir

pertanyaan, disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Siklus I

N Jml.Nilai Rata-rata

38 2548,3 67,06

Hasil kuesioner motivasi belajar siswa pada siklus I sebagaimana tabel di

atas, menunjukkan rata-rata nilai sebesar: 67,07, jika dinyatakan dengan

kategori adalah: cukup. Hal ini menunjukkan bahwa guru masih perlu

menumbuhkan motivasi belajar pada siswa yang dapat dilaksanakan pada

tindakan siklus II.

Page 67: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

4) Tes Hasil Belajar Siswa

Nilai tes hsil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran

(post-test) siklus I disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.5 Nilai Tes Hasil Belajar siklus I

N (Jml. siswa)

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Total Nilai

Rata-rata

Prosentase Ketuntasan

38 80 55 2625 69,08 55,26 %

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa hasil belajar pada siklus I hanya

diperoleh taraf ketuntasan belajar 55,26%, berarti tidak tuntas. Sedangkan

ketuntasan siswa ditentukan 85% siswa bias menguasai materi yang telah

diberikan dengan nilai kriteria ketuntasan minimal 70. Ketidak tuntasan

hasil belajar siswa menunjukkan bahwa pelaksanaan pada siklus I masih

perlu tindakan lanjut untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat

dilaksanakan pada siklus II dengan melakukan post tes yang dilaksanakan

pada akhir kegiatan pembelajaran.

d. Refleksi (Refection)

Proses dan hasil pembelajaran pada siklus I, secara umum dapat dianalisis

bahwa selama 2 jam pelajaran aktivitas siswa yang muncul bervariasi.

Aktivitas guru dalam menerapkan langkah-langkah model pembelajaran

GI juga masih nampak belum terarah, masih kurang tegas dalam

memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa. Secara rinci kekurangan

yang nampak pada siklus I sebagai berikut:

Page 68: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

1. Tahap Grouping

1) Sebagian besar siswa hanya menggunakan 1 buku teks sebagai

sumber, sehingga kesulitan untuk menentukan dan memilih topik

yang akan dibahas. Guru juga masih kurang dalam memberikan

arahan agar siswa menggali sumber-sumber yang lebih luas.

2) Jumlah kelompok masih terlalu besar yaitu antara 6-8 orang,

semestinya hanya 4-5 orang. Guru nampak kesulitan mengarahkan

agar siswa membatasi jumlah kelompok maksimal 5 orang saja.

3) Siswa juga masih cenderung berkelompok dengan teman dekatnya,

bukan disesuaikan dengan topik yang akan dibahas atau dipilih.

2. Tahap Planning

1) Pada umumnya siswa masih kesulitan dalam merencanakan topik

yang akan dibahas. Disamping itu guru juga masih kurang dalam

memberikan penjelasan atau mengarahkan siswa merencanakan

topik yang akan dibahas.

2) Siswa masih cenderung bekerja sendiri-sendiri, guru tidak

mengambil inisiatif untuk segera mengarahkan siswa dalam

kegiatan kelompok.

3) Sebagian besar masih nampak bingung mengenai apa yang akan

dilakukan.

3. Tahap Investigation

1) Pada umumnya siswa masih terbatas dalam memperoleh informasi

karena memang sumber yang dimiliki juga terbatas.

2) Masih banyak anggota kelompok yang pasif.

Page 69: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

3) Diskusi belum nampak intens dalam aktivitas setiap kelompok.

4. Tahap Organizing

1) Pada setiap kelompok nampak hanya 2-3 orang saja yang aktif

menulis dan menentukan pesan-pesan penting dalam protek

kelompok.

2) Bagaimana kelompok akan melaporkan hasil juga belum disepakati

bersama, dan guru juga kurang dalam memberikan pengarahan

mengenai bentuk laporannya.

3) Pembentukan tim diskusi kelas masih memrlukan campur tangan

bahkan dilakukan berdasarkan tunjukan oleh guru, bukan berdasar

kesepakatan siswa sendiri.

5. Tahap Presenting

1) Bentuk penyajian kelompok monoton, pada umumnya sama yaitu

membacakan pokok-pokok hasil kerja kelompok.

2) Siswa yang tidak terlibat pada presentasi mewakili kelompok

nampak kurang memperhatikan, bahkan membuat kegiatan lain

yang kontra produktif, misalnya mengobrol.

3) Kelompok pendengar kurang responsif, tidak tanggap mengenai

apa isi presentasi, sehingga terkesan tanggung jawab hanya ada

pada tim presentasi saja.

6. Tahap Evaluating)

1) Siswa nampak kesulitan untuk menggaungkan, mengkolaborasi

hasil presentasi dari seluruh kelompok.

Page 70: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

2) Siswa belum dapat mengambil manfaat secara keseluruhan dari apa

yang telah dikerjakan oleh masing-masing kelompok.

3) Guru sudah melakukan evaluasi hasil belajar sesuai ketentuan.

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tahapan-tahapan pembelajaran

pada siklus I sebagaimana diuraikan di atas, secara umum dapat

disimpulkan bahwa secara prinsip langkah-langkah (sintak) yang

dituangkan dalam RPP sudah baik. Permasalahannya terletak pada

bagaimana penerapannya. Sehingga yang perlu diperhatikan guru adalah

bagaimana mengendalikan kegiatan pembelajaran pada setiap tahapan.

Kelengkapan atau instrumen-instrumen yang dipakai juga tidak ada

masalah, dan tetap akan digunakan sebagaimana dilakukan pada siklus I.

3. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II

Setelah berakhirnya siklus I, sesuai dengan hasil refleksi, untuk

menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada, maka pada siklus II, akan

dilakukan perubahan kegiatan sebagai berikut:

a. Persiapan (Planning)

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa bentuk persiapan

yang dibuat dalam RPP dianggap tidak ada masalah, sehingga tidak

dilakukan perubahan. Masalahnya terletak pada bagaimana kesungguhan

guru melaksanakan langkah-langkah tersebut di dalam pembelajaran.

Sebagaimana dilakukan pada siklus sebelumnya, guru mempersiapkan

kelas sebelum memulai pembelajaran, selanjutnya observer menempatkan

diri di tempat yang memungkinkan untuk memantau seluruh aktfitas siswa

Page 71: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

maupun guru selama proses pembelajaran, dan tidak mempengaruhi atau

mengganggu jalannya proses pembelajaran.

Kompetensi Dasar untuk siklus II adalah: Memberikan Tanggapan

Terhadap Keberatan yang Muncul dari Calon Pelanggan. Indikatornya

adalah: Segmentasi Pasar dan Targeting, Positioning dan klausul jual beli.

b. Pelaksanaan (Acting)

Pada saat melakukan apersepsi, guru memberikan koreksi mengenai proses

pembelajaran yang dilakukan minggu lalu (siklus I). Guru memberikan

penegasan beberapa hal yang belum diikuti atau belum dilaksanakan siswa

secara benar saat mengikuti pembelajaran.

Selanjutnya guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah (sintak) yang direncanakan di dalam RPP, sebagaimana

siklus I. Sintak model pembelajaran GI yang direncanakan meliputi 6

tahap: grouping, planning, investigation, organizing, presenting, dan

evaluating.

Setelah tahapan inti pembelajaran, guru memberikan kuesioner motivasi

belajar dan memberikan tes hasil belajar kepada seluruh siswa.

c. Pengamatan (Observing)

Guru observer yang terdiri dari dua orang, masing-masing melakukan

pengamatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru.

Pelaksanaan pengamatan sama seperti pada siklus I, yaitu selama 2 jam

pelajaran penuh.

Page 72: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

1) Pengamatan Aktivitas Siswa

Dari hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II, diperoleh

gambaran aktivitas siswa dalam proses belajar, yang disajikan dalam tabel

berikut:

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No. Tahap Skor

1 Grouping 13

2 Planning 10

3 Investigation 9

4 Organizing 11

5 Presenting 10

6 Evaluation 9

Jumlah 62

Berdasarkan tabel observasi aktivitas belajar siswa pada siklus kedua

terdapat peningkatan pada aktivitas belajar siswa dengan menggunakan

metode Group Investigation yang dapat diketahui dengan peningkatan skor

dimana pada tahap grouping, organizing dan evaluating termasuk dalam

kategori baik, Sedangkan pada tahap investigasi dan presenting termasuk

kategori cukup baik. Untuk tahap planning termasuk dalam kategori

kurang baik sehingga perlu mendapatkan tindakan lanjut untuk siklus ke

III. Jadi dapat disimpulkan dari table di atas diketahui bahwa hasil

observasi aktivitas belajar siswa diperoleh jumlah skor = 62, atau jika

dinyatakan dengan nilai: 62/90 x 100 = 68,89, dan jika dinyatakan dengan

kategori adalah: cukup. Dari simpulan tersebut pada siklus II masih perlu

Page 73: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

tindakan lanjut yang dapat dilaksanakan pada siklus selanjutnya yaitu

siklus III.

2) Pengamatan Aktivitas Guru

Dari hasil observasi aktivitas mengajar guru dalam menerapkan sintak

model pembelajaran GI pada siklus II, disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

No. Tahap Skor

1 Grouping 14

2 Planning 14

3 Investigation 11

4 Organizing 12

5 Presenting 11

6 Evaluation 13

Jumlah 75

Berdasarkan tabel observasi aktivitas guru di atas guru mulai

melaksanakan penerapan langkah-langkah yang telah tersusun dalam RPP

sesuai dengan sintak dalam metode Group Investigasi, namun tahap

planning, investigation dan presenting guru masih perlu membantu siswa

dalam pelaksanaan tahapan tersebu. Pada tahap grouping, investigation

dan evaluation guru telah dapat mengendalikan kegiatan pembelajaran

pada setiap tahap. Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil observasi

aktivitas guru diperoleh jumlah skor = 75, atau jika dinyatakan dengan

nilai: 75/95 x 100 = 78,95, dan jika dinyatakan dengan kategori adalah:

baik. Dengan jumlah skor dan kategori tersebut guru masih perlu untuk

memperbaiki kegiatan pada langkah-langkah model pembelajaran group

Page 74: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

investigation, sehingga masih perlu mendapatkan tindakan lanjut yang

akan dilaksanakan pada siklus III.

3) Kuesioner Motivasi Belajar Siswa

Hasil analisis kuesioner motivasi belajar siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran selama siklus II, disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.8 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Siklus II

N Jml.Nilai Rata-rata

38 2708,3 71,27

Hasil kuesioner motivasi belajar siswa pada siklus II sebagaimana tabel di

atas, menunjukkan rata-rata nilai sebesar: 71,27, jika dinyatakan dengan

kategori adalah: baik. Dengan meningkatkan motivasi siswa dalam

kegiatan belajar maka diharapkan siswa dapat memahami materi yang

disampaikan dan dibahas baik oleh guru maupun dalam penyampaian

dengan kegiatan kelompok.

4) Tes Hasil Belajar Siswa

Nilai tes hsil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran

(post-test) siklus II disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.9 Nilai Tes Hasil Belajar siklus II

N (Jml. siswa)

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Total Nilai

Rata-rata

Prosentase Ketuntasan

38 80 55 2675 70,39 71,05%

Page 75: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Ketuntasan belajar siswa dinyatakan dengan nilai KKM (kriteria

ketuntasan minimal) 70 yang dinyatakan dengan 85% siswa telah

menguasai materi yang diberikan. Berdasarkan tabel nilai tes hasil belajar

siswa di atas nampak bahwa hasil belajar pada siklus II hanya diperoleh

taraf ketuntasan belajar 71,05%, berarti tidak tuntas.

d. Refleksi (Refection)

Pada siklus II, aktivitas guru dalam menerapkan langkah-langkah model

pembelajaran GI sudah nampak meningkat dan konsisten sesuai dengan

yang direncanakan dalam RPP, namun pada beberapa tahapan masih

nampak belum terarah, masih kurang tegas dalam memberikan bimbingan

dan arahan kepada siswa. Secara rinci kekurangan yang nampak pada

siklus II sebagai berikut:

1. Tahap Grouping

1) Guru sudah cukup baik dalam memberikan arahan agar siswa

menggali sumber-sumber yang lebih luas, namun demikian belum

seluruh siswa menanggapi dengan sungguh-sungguh, sehingga

masih nampak beberapa siswa hanya menggunakan buku sumber

saja.

2) Pembentukan kelompok sudah cukup cepat, dan jumlah kelompok

hanya 4-5 orang, ini terjadi karena guru langsung campur tangan

dalam pembentukan kelompok.

Page 76: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

3) Karena pemilihan topik telah dapat dilakukan oleh sebagian besar

siswa, sehingga siswa lain secara cepat memilih sendiri dengan

siapa mereka akan berkelompok sesuai topik yang diinginkan.

2. Tahap Planning

1) Guru cukup efektif memberikan penjelasan atau mengarahkan

kepada siswa dalam merencanakan topik yang akan dibahas

masing-masing kelompok.

2) Siswa sudah mulai dapat bekerja sama dalam kelompok, meskipun

ada beberapa siswa yang pasif dan bekerja sendiri. Beberapa kali

guru telah menegur dan mengingatkan.

3) Sebagian besar siswa sudah dapat menentukan mengenai apa yang

akan dilakukan, meskipun beberapa kelompok pilihan topik dan

rencana yang akan dikerjakan nampak masih sangat sempit

lingkupnya.

3. Tahap Investigation

1) Siswa pada umumnya telah dapat menemukan sumber-sumber

informasi yang lebih luas.

2) Beberapa siswa yang masih nampak pasif didekati guru, ditegur

dan ditanyai mengapa mau terlibat aktif dalam kelompok.

3) Telah terjadi diskusi cukup baik dalam beberapa kelompok,

meskipun sebagian kelompok masih belum nampak ada diskusi

yang terarah.

Page 77: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

4. Tahap Organizing

1) Pada umumnya sebagian besar anggota kelompok telah aktif dan

berusaha memberikan kontribusinya pada pekerjaan kelompok.

2) Guru memberikan petunjuk dan memberikan beberapa contoh

bagaimana membuat laporan. Namun demikian masih ada sebagian

kelompok yang masih belum memahami.

3) Pembentukan tim diskusi kelas tetap dilakukan dengan campur

tangan bahkan dilakukan berdasarkan tunjukan oleh guru,

meskipun sebagian kelompok telah menunjuk wakilnya secara

aklamasi untuk mewakili presentasi kelas.

5. Tahap Presenting

1) Bentuk penyajian kelompok mulai nampak bervariasi, meskipun

sebagain besar masih berupa pokok-pokok materi hasil

pembahasan kelompok.

2) Guru menegur keras siswa yang tidak memperhatikan presentasi

sehingga suasana kelas nampak lebih terkendali.

3) Siswa yang menjadi pendengar sudah mulai memperhatikan isi

presentasi masing-masing kelompok, meskipun bentuk respon

berupa pertanyaan masih sangat sedikit.

6. Tahap Evaluating.

1) Guru memberikan bantuan kepada siswa mengenai cara untuk

mengkolaborasi atau membuat rangkuman secara komprehensif

tentang hasil presentasi dari seluruh kelompok.

Page 78: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

2) Siswa nampak dapat mengerti mengenai apa yang mereka hasilkan

dari pembahasan dalam kelompok dan diskusi kelas yang mereka

lakukan.

3) Guru melakukan evaluasi hasil belajar, dan siswa nampak siap

mengerjakan soal-soal yang diberikan guru.

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tahapan-tahapan pembelajaran

pada siklus II sebagaimana diuraikan di atas, secara umum dapat

disimpulkan bahwa secara prinsip langkah-langkah (sintak) yang

dituangkan dalam RPP sudah baik dan dapat diterapkan. Jika masih terasa

ada permasalahan, yaitu sebagaimana yang terjadi pada siklus I, terletak

pada bagaimana penerapannya. Sehingga yang perlu diperhatikan

sungguh-sungguh oleh guru adalah bagaimana mengendalikan kegiatan

pembelajaran pada setiap tahapan.

Kelengkapan atau instrumen-instrumen yang dipakai juga tidak ada

masalah, dan tetap akan digunakan sebagaimana dilakukan pada siklus I

dan II.

4. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus III

Setelah berakhirnya siklus II, sesuai dengan hasil refleksi, untuk

menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada, maka pada siklus III, akan

dilakukan perubahan kegiatan sebagai berikut:

a. Persiapan (Planning)

Pada dasarnya persiapan yang dilakukan guru pada siklus III sama seperti

siklus sebelumnya.

Page 79: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Kompetensi Dasar yang dibahas pada siklus III adalah: Memberikan

Tanggapan Terhadap Keberatan yang Muncul dari Calon Pelanggan.

Dengan indikator: SOP Administrasi Penjualan dan Keberatan calon

pelanggan.

b. Pelaksanaan (Acting)

Guru memberikan penegasan beberapa hal yang belum diikuti atau belum

dilaksanakan siswa secara benar saat mengikuti pembelajaran pada siklus

sebelumnya.

Selanjutnya guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah (sintak) yang direncanakan di dalam RPP, sebagaimana

siklus I dan II. Sintak model pembelajaran GI yang direncanakan sama

seperti siklus sebelumnya, meliputi 6 tahap: grouping, planning,

investigation, organizing, presenting, dan evaluating.

Setelah tahapan inti pembelajaran, guru memberikan kuesioner motivasi

belajar dan memberikan tes hasil belajar kepada seluruh siswa.

c. Pengamatan (Observing)

Guru observer yang terdiri dari dua orang, masing-masing melakukan

pengamatan aktivitas belajar siswa dan aktivitas mengajar guru.

Pelaksanaan pengamatan sama seperti pada siklus I dan II, yaitu selama 2

jam pelajaran penuh.

Page 80: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

1) Pengamatan Aktivitas Siswa

Dari hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus III, disajikan

dalam tabel berikut:

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus III

No. Tahap Skor

1 Grouping 14

2 Planning 12

3 Investigation 11

4 Organizing 13

5 Presenting 12

6 Evaluation 10

Jumlah 72

Berdasarkan tabel observasi aktivitas belajar siswa pada tahap grouping,

planning, investigation, organitation, presenting dan evaluation telah

dilaksanakan siswa dengan baik sesuai dengan langkah-langkah yang ada

pada tahapan metode group investigation. Dengan diketahui bahwa hasil

observasi aktivitas belajar siswa diperoleh jumlah skor = 72, atau jika

dinyatakan dengan nilai: 72/90 x 100 = 80,00, dan jika dinyatakan dengan

kategori adalah: baik. Dengan kategori tersebut pelaksanaan tahapan-

tahapan yang telah dilaksanakan sesuai metode pembelajaran group

investigasi telah sesuai.

2) Pengamatan Aktivitas Guru

Hasil observasi aktivitas mengajar guru dalam menerapkan sintak

model pembelajaran GI pada siklus III, disajikan dalam tabel berikut:

Page 81: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus III

No. Tahap Skor

1 Grouping 14

2 Planning 14

3 Investigation 13

4 Organizing 14

5 Presenting 14

6 Evaluation 14

Jumlah 83

Berdasarkan tabel observasi aktivitas guru di atas pada tahap grouping,

planning, investigation, organitation, presenting dan evaluation telah

dilaksanakan guru dengan baik sesuai dengan langkah-langkah yang ada

pada tahapan metode group investigation. Dengan diketahui bahwa hasil

observasi aktivitas guru diperoleh jumlah skor = 83, atau jika dinyatakan

dengan nilai: 83/95 x 100 = 87,37, dan jika dinyatakan dengan kategori

adalah: baik sekali. Sehingga dengan kategori tersebut dianggap tidak

perlu lagi diadakan tindakan lebih lanjut untuk kegiatan guru dalam

pelaksanaan metode pembelajaran model group investigation.

3) Kuesioner Motivasi Belajar Siswa

Hasil analisis kuesioner motivasi belajar siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran selama siklus III, disajikan dalam tabel berikut:

Page 82: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel 4.12 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Siklus III

N Jml.Nilai Rata-rata

38 3162 82,95

Hasil kuesioner motivasi belajar siswa pada siklus III sebagaimana tabel di

atas, menunjukkan rata-rata nilai sebesar: 82,95, jika dinyatakan dengan

kategori adalah: baik. Dengan peningkatan motivasi belajar siswa sebesar

2.42 dari siklus I dalam kegiatan belajar maka diharapkan siswa dapat

lebih memahami materi yang disampaikan dan dibahas baik oleh guru

maupun dalam penyampaian dengan kegiatan kelompok.

4) Tes Hasil Belajar Siswa

Nilai tes hsil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran

(post-test) siklus II disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.13 Nilai Tes Hasil Belajar siklus III

N (Jml. siswa)

Nilai Tertinggi

Nilai Terendah

Total Nilai

Rata-rata

Prosentase Ketuntasan

38 85 60 2875 75,66 86,84%

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa hasil belajar pada siklus III

diperoleh taraf ketuntasan belajar 86,84%, berarti tuntas. Hasil belajar

siswa dengan nilai sesuai KKM 70 telah mencapai lebih dari 85% sesuai

yang diharapkan untuk mencapai ketuntasan.

Page 83: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

d. Refleksi (Refection)

Pada siklus III, aktivitas guru dalam menerapkan langkah-langkah model

pembelajaran GI sudah baik dan konsisten sesuai dengan yang

direncanakan dalam RPP, pada beberapa tahapan masih nampak belum

terarah, yang disebabkan lebih karena kondisi atau karakteristik siswa.

Secara rinci kekurangan yang nampak pada siklus III sebagai berikut:

1. Tahap Grouping

Guru sudah baik dalam memberikan arahan agar siswa menggali

sumber-sumber yang lebih luas, dan seluruh siswa menanggapi dengan

sungguh-sungguh. Pembentukan kelompok sudah cepat dan siswa

memilih kelompok berdasar inisiatifnya sendiri. Siswa sudah dengan

cepat memilih sendiri dengan siapa mereka akan berkelompok sesuai

topik yang diinginkan.

2. Tahap Planning

Siswa sudah dapat dengan cepat merencanakan topik yang akan

dibahas masing-masing kelompok. Siswa juga sudah dapat bekerja

sama dalam kelompok, dan sudah dapat menentukan mengenai apa

yang akan dilakukan, dan rencana yang akan dikerjakan.

3. Tahap Investigation

Siswa telah dapat menemukan sumber-sumber informasi yang lebih

luas. Seluruh siswa juga terlibat aktif dalam kelompok, dan telah

terjadi diskusi yang terarah.

Page 84: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

4. Tahap Organizing

Seluruh anggota kelompok telah aktif dan berusaha memberikan

kontribusinya pada pekerjaan kelompok. Siswa juga sudah memahami

bagaimana membuat laporan, dan telah menunjuk wakilnya secara

aklamasi untuk mewakili presentasi kelas.

5. Tahap Presenting

Bentuk penyajian kelompok pada presentasi kelas bervariasi, siswa

pendengar sangat serius memperhatikan dengan menyampaikan

pertanyaan yang cukup baik.

6. Tahap Evaluating.

Siswa sudah dapat mengkolaborasi atau membuat rangkuman secara

komprehensif tentang hasil presentasi dari seluruh kelompok. Siswa

juga dapat mengerti mengenai apa yang mereka hasilkan dari

pembahasan dalam kelompok dan diskusi kelas yang mereka lakukan.

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tahapan-tahapan pembelajaran

pada siklus III sebagaimana diuraikan di atas, secara umum dapat

disimpulkan bahwa secara prinsip langkah-langkah (sintak) yang

dituangkan dalam RPP sudah baik dan dapat diterapkan.

C. Pembahasan Hasil Tindakan.

Wina Sanjaya (2006:106) berpendapat bahwa belajar kooperatif dapat

dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial,

perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif

motivasi, artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok

Page 85: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan

demikian keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan

kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk

memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.

Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 siklus tindakan sebagaimana telah

dikemukakan di atas, dapat dikemukakan perbandingan efektivitas tindakan

masing-masing siklus sebagai berikut:

Tabel 4.14 Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I, II, III

Aspek Siklus-1 Siklus-2 Siklus-3 Nilai Ktg. Nilai Ktg. Nilai Ktg.

Aktivitas Siswa 58,89 K 68,89 C 80,00 B

Aktivitas Guru 58,95 K 78,95 B 87,37 BS

Motivasi Belajar 67,07 C 71,27 B 82,95 B

Hasil Belajar 69,08 B 70,39 B 75,66 B

K= kurang, C=cukup, B= baik, BS=baik sekali

Tabel di atas menunjukkan adanya kemajuan yang signifikan dari siklus ke

siklus, yang menandakan bahwa tindakan yang diberikan benar-benar menuju

kearah lebih baik, dan memberikan pengaruh yang baik pula terhadap aktivitas

guru, aktivitas siswa, motivasi belajar siswa, dan hasil belajar siswa.

Data-data hasil observasi sebagaimana disajikan dalam tabel di atas, jika

disajikan dengan grafik sebagai berikut:

Page 86: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Siklus-1 Siklus-2 Siklus-3

Aktivitas Siswa Aktivitas Guru Motivasi belajar Hasil belajar

Gambar 4.1: Perbandingan Hasil Tindakan

Berdasarkan tabel dan grafik sebagaimana dikemukakan di atas nampak

bahwa tindakan yang diberikan selama tiga siklus menunjukkan efektivitas yang

cenderung meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model

pembelajaran GI terbukti efektivitasnya untuk meningkatkan motivasi belajar dan

hasil belajar siswa.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara

sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.

Wahjosumidjo (1992:174). Penerapan metode GI dalam pembelajaran terbukti

memenuhi kebutuhan psikologis tersbut, karena terbukti dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa.

Meningkatnya motivasi belajar siswa tersebut akan mempengaruhi

peningkatan prestasi belajarnya. Hal ini sesuai dengan teori sebagaimana

Page 87: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1987:81) menjelaskan bahwa motivasi

berfungsi mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak sebagai motor yang

memberikan energi/kekuatan kepada seseorang, dan menentukan arah perbuatan

yaitu ke arah perbuatan atau perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi

mencegah penyelewengan dari jalan yang ditempuh untuk keberhasilan

pencapaian tujuan.

Namun demikian agar lebih meyakinkan apakah peningkatan tersebut

benar-benar signifikan, dilakukan uji statistika dinferensial menggunakan uji-t

(paired t-test). Hasil analisis uji-t nampak pada tabel berikut:

Tabel 4.15 Hasil Uji-t Perbandingan Hasil Tindakan Siklus I, II, III

Paired Samples Test

-1,3158 4,74829 ,77027 -2,8765 ,2449 -1,708 37 ,096

-5,2632 3,84626 ,62395 -6,5274 -3,9989 -8,435 37 ,000

-4,2632 17,84723 2,89520 -10,1294 1,6031 -1,472 37 ,149

-11,7895 13,19123 2,13990 -16,1253 -7,4536 -5,509 37 ,000

Hasil tes siklus-1 -Hasil tes siklus-2

Pair1

Hasil tes siklus-2 -Hasil tes siklus-3

Pair2

Motivasi siklus-1 -Motivasi siklus-2

Pair3

Motivasi siklus-2 -Motivasi siklus-3

Pair4

Mean Std. DeviationStd. Error

Mean Lower Upper

95% ConfidenceInterval of the

Difference

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perbandingan hasil analisis uji-t

data motivasi belajar dan hasil belajar menunjukkan bahwa antara siklus I dengan

siklus II belum menunjukkan adanya perbedaan hasil tindakan yang signifikan.

Perbedaan nilai rerata (mean) hanya sebesar: 1,3158. Untuk hasil belajar diperoleh

nilai t-hitung sebesar: 1,708, dengan sign.: 0.096. Karena nilai signifikansinya

diatas 0,05 (5%) berarti tidak signifikan.

Page 88: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Demikian pula untuk motivasi belajar siswa, antara hasil tindakan siklus I

dengan siklus II diperoleh perbedaan mean sebesar: 4,2632, dengan nilai t-hitung

sebesar: 1,472, sign. 0.149. Hasil uji-t tersebut juga menunjukkan nilai

signifikansinya di atas 0,05 (5%) yang berarti tidak signifikan.

Sedangkan perbandingan hasil belajar antara siklus II dan III diperoleh

perbedaan mean sebesar: 5.2632, dan nilai t-hitung sebesar: 8,435, dengan sign.:

0,000. Karena nilai signifikansinya kurang dari 0,05 (5%), berarti perbedaan nilai

hasil belajar tersebut adalah signifikan.

Motivasi belajar siswa natara siklus II dan III juga menunjukkan hasil

yang signifikan, dibuktikan dengan perbedaan mean sebesar: 11,7895 dan nilai t-

hitung sebesar: 5,509, dengan sign.: 0.000. Hasil analisis uji-t ini membuktikan

bahwa peningkatan motivasi belajar siswa tersebut benar-benar peningkatan yang

signifikan.

Berdasarkan apa yang diperoleh selama proses pelaksanaan tindakan, dan

hasil diskusi reflektif mengenai pelaksanaan tindakan (siklus 1,2,3) diperoleh

kesimpulan bahwa sintak model pembelajaran GI sudah dapat dilaksanakan sesuai

dengan yang direncanakan dalam RPP. Oleh karena itu tidak ada hal yang secara

prinsip perlu dilakukan perubahan pada rancangan atau desain pembelajaran dan

perangkatnya.

D. Kendala dan Keterbatasan

Namun demikian pada aspek implementasinya pada guru dan siswa masih

perlu mendapatkan perhatian agar pembelajaran lebih terkendali dan bermakna,

Page 89: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

serta untuk lebih memperjelas dan mempertegas tujuan model pembelajaran GI

yang semestinya. Sehingga perlu diperhatikan beberapa hal :

1) Permasalahan yang masih dirasakan adalah guru masih belum

sepenuhnya dapat meninggalkan kebiasaan lama yaitu keinginan

menempatkan diri sebagai sumber belajar utama dan mendominasi

kelas. Guru seringkali berkepanjangan dalam memberikan

tanggapan, petunjuk, atau penjelasan mengenai suatu hal. Guru

juga sering intervensi terlalu jauh saat siswa sangat antusias

mendiskusikan sesuatu, sehingga sebagaian siswa kemudian

menarik diri dari partisipasinya.

2) Guru masih nampak canggung ketika menerapkan langkah-langkah

sintak dalam metode pembelajaran kooperatif model Group

Investigation (GI) yang dituangkan dalam RPP. Karena model

pembelajaran ini baru dilaksanakan pada siswa jurusan Pemasaran

SMK PGRI 3 Kediri, sehingga guru masih perlu untuk memahami

setiap sintak yang ada.

3) Masalah kebermaknaan pemberian penguatan dan penerapan

prinsip pengelolaan kelas. Guru nampak kurang tepat dalam

menerapkan prinsip pemberian pujian dan teguran (reward and

punisment). Guru nampak belum dapat menempatkan diri sebagai

pengendali pembelajaran, dan masih nampak sebagai penguasa

kelas selama pembelajaran.

Sedangkan jika diamati dari aspek siswa, juga masih ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan :

Page 90: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

1) Ekspresi kebebasan berpikir dan berpendapat masih nampak belum

secara total ditunjukkan dalam pembelajaran. Bahkan ada kesan

beberapa siswa langsung menerima saja begitu guru menanggapi

sesuatu hal. Kebiasaan mempertahankan argumentasi yang lemah ini

diduga juga akibat guru selama ini menguasai atau mendominasi

kebenaran.

2) Siswa cenderung memakai satu sumber belajar yang sudah ada,

sehingga terjadi keterbatasan untuk dapat memahami suatu topik

pembelajaran yang akan dibahas.

3) Masih perlu dilakukan upaya meningkatkan keterampilan menemukan

masalah dan mencari pemecahannya melalui bentuk-bentuk kegiatan

pembelajaran yang lebih bermakna.

Selain hal-hal yang telah dikemukakan di atas, perlu juga disampaikan

hambatan dan Keterbatasan yang dialami selama pelaksanaan tindakan.

Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan tindakan selama tiga siklus dirasakan

hambatan, keterbatasan atau kendala sebagai berikut:

1) Komitmen guru untuk menerapkan secara benar Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan menjadikannya sebagai pedoman dalam

pembelajaran masih nampak sulit dilakukan. Ini berarti guru belum secara

konsisten menerapkan hal-hal yang telah direncanakan dalam RPP. Hal ini

terjadi karena selama ini guru tidak menjadikan RPP sebagai pedoman saat

melaksanakan pembelajaran.

2) Ada kesan bahwa guru masih belum sepenuhnya dapat meninggalkan

kebiasaan lama yaitu keinginan menempatkan diri sebagai sumber belajar

Page 91: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

utama dan mendominasi kelas. Guru seringkali berkepanjangan dalam

memberikan tanggapan, petunjuk, atau penjelasan mengenai suatu hal.

3) Pemahaman guru terhadap langkah-langkah (sintak) pembelajaran belum

utuh, sehingga masih terasa kegiatan pembelajaran pada setiap tahapan

sintak seolah-olah terpisah dengan tahapan lainnya.

4) Keinginan guru untuk mendominasi kelas masih nampak, terutama pada

saat siswa mengerjakan tugas kelompoknya, guru masih saja berbicara

atau memberikan penjelasan yang semestinya kurang perlu. Guru juga

sering intervensi terlalu jauh saat siswa sangat antusias mendiskusikan

sesuatu, sehingga sebagaian siswa kemudian menarik diri dari

partisipasinya.

5) Petunjuk implementasi model atau panduan guru dalam menerapkan

model pembelajaran GI kurang rinci dan jelas, sehingga agak menyulitkan

guru dalam memahaminya. Hal ini tentunya tidak akan terjadi jika sudah

ada buku pedoman guru yang rinci dan lengkap dalam menerapkan model

pembelajaran GI.

6) Kurang sosialisasi (latihan) sebelum tindakan dilakukan, sehingga pada

pelaksanaan tindakan siklus I guru nampak sangat canggung, sehingga

langkah-langkah pembelajaran belum dapat dilaksanakan secara benar.

Sangat dapat dimengerti karena memang penerapan model pembelajaran

GI ini dapat dikatakan yang pertama kalinya, sehingga selain ada perasaan

kurang percaya diri juga karena guru belum paham benar apa yang

semestinya dilakukan.

Page 92: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Sedangkan jika diamati dari aspek siswa, juga masih ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan:

1) Kurangnya kesiapan siswa dalam mempersiapkan topik pembahasan yang

hanya tergantung pada satu sumber ajar

2) Siswa belum dapat menunjukkan ekspresi kebebasan berpikir dan

berpendapat dimana masih ada siswa yang tidak aktif dalam pelaksanaan

kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Group Investigation

(GI)

3) Beberapa siswa masih terlihat hanya ikut-ikutan dalam kelompok dan

menerima saja ketika guru menanggapi sesuatu

4) Siswa masih lemah dalam mempertahankan argumentasi kelompoknya

dalam menaggapi topik yang dibahas, sehingga perlu dilakukan upaya

meningkatkan keterampilan mengeksplorasikan sikap dan perasaan siswa

melalui bentuk-bentuk kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna.

Ungkapan perasaan sebagian siswa mengenai suatu hal masih nampak

semu, formal, terkesan hanya diucapkan, bukan berdasar pada nilai yang

ada di hatinya. Disinilah perlunya guru mengembangkan model-model

pembelajaran yang tidak sekadar membentuk kemampuan kognitif belaka.

Page 93: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan sebanyak 3 siklus, dapat

disimpulkan:

1. Melalui siklus tindakan pembelajaran dapat ditemukan langkah-langkah

yang efektif penerapan metode Group Investigation dalam matadiklat

Pemasaran.

2. Melalui siklus tindakan pembelajaran yang menerapan metode Group

Investigation (GI) dalam matadiklat Pemasaran dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa.

3. Melalui siklus tindakan pembelajaran yang menerapan metode Group

Investigation dalam matadiklat Pemasaran dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini memberikan implikasi baik teoritis maupun praktis.

Secara praktis, beberapa implikasi dari hasil penelitian tindakan ini adalah:

1. inovasi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk

dilakukan guru secara terus menerus. Hasil inovasi metode

pembelajaran (GI) sebagaimana dilakukan pada penelitian ini

memberikan contoh bahwa inovasi tersebut memang benar dibutuhkan

dalam pembelajaran. Bentuk inovasi yang dilakukan guru akan

Page 94: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

mendekatkan teori-teori pembelajaran dengan konteks kebutuhan nyata

di sekolah sebagaimana dituntut dalam implementasi KTSP.

2. tujuan pendidikan pada satuan pendidikan SMK lebih diutamakan pada

penguasaan ketrampilan-ketrampilan vokasional. Untuk membentuk

ketrampilan itu diperlukan beberapa syarat, diantaranya adalah

kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam tim. Penerapan metode GI

yang merupakan bagian model pembelajaran kooperatif terbukti dapat

memenuhi tujuan tersebut. Maka guru-guru SMK dapat

menggunakannya dalam pembelajaran, dalam upaya meningkatkan

kompetensi lulusan SMK.

3. Secara praktis hasil penelitian ini juga berimplikasi pada perubahan

paradigma pembelajaran berpusat pada guru menjadi berpusat pada

siswa. Melalui inovasi metode GI terbukti bahwa siswa juga mampu

secara mandiri dan kelompok melakukan kegiatan belajar yang

produktif dalam mencapai tujuan pembelajaran, dengan hanya sedikit

saja campur tangan guru.

Secara teoritis, implikasi hasil penelitian ini adalah terhadap penguatan

teori belajar kooperatif. Sebagaimana dikemukakan Nurhadi (2003, 59-60) bahwa

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis

mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama

siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Terlebih lagi untuk

konteks pendidikan di SMK, kebutuhan tersebut semakin menjadi penting dan

mendasar untuk dapat diwujudkan dalam proses pembelajaran. Hal ini didasarkan

Page 95: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

pada tujuan satuan pendidikan SMK yang tidak dapat mengabaikan kebutuhan

yang ada di masyarakat nyata.

C. Rekomendasi.

Berdasarkan pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran GI pada

matadiklat Pemasaran di SMK sebagaimana telah dilaporkan di atas, dapat

dikemukakan rekomendasi berikut:

1) Sebagaimana tujuan pengembangan model pembelajaran GI adalah

untuk mengembangkan kemampuan kerjasama. Oleh sebab itu guru

sebagai pelaksana pembelajaran harus mengutamakan proses yang

mendukung terciptanya suasana kerja kelompok. Misalnya mulai dari

pengaturan kelas, pembagian kelompok-kelompok kecil, penentuan

masalah atau topik hingga bagaimana membuat presentasi sebagai

laporan juga harus mencerminkan suasana belajar kelompok.

2) Mengingat langkah-langkah (sintak) model pembelajaran GI yang

relatif panjang dan kompleks maka sebelum guru memilih model ini

untuk digunakan hendaknya dicoba terlebih dahulu. Hal ini dirasakan

akan lebih baik karena karakteristik siswa, karakteristik materi akan

sangat menentukan bagaimana guru dapat melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran secara tepat.

3) Group Investigation (GI) sebagai sebuah model pembelajaran dapat

dikatakan masih bersifat model hipotetik. Oleh karena itu guru perlu

mengujinya apakah model pembelajaran GI sesuai dengan seluruh

karakteristik materi dan karakteristik siswa. Dengan mencoba dan terus

Page 96: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL GROUP ...eprints.uns.ac.id/8463/1/186340911201110031.pdfuntuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matadiklat Pemasaran pada Siswa SMK PGRI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

mencoba, diharapkan akan ditemukan model pembelajaran GI yang

lebih efektif dan sesuai dengan karakteristik siswa dan matadiklat atau

bahan ajar.