PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS ANALYTICAL THINKING SKILL UNTUK MENDUKUNG PELAKSANAAN...

13
PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS ANALYTICAL THINKING SKILL UNTUK MENDUKUNG PELAKSANAAN PENDEKATAN 5M KURIKULUM 2013 PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG KELAS VIII SMPN 3 WARU SIDOARJO Ria Ulumi Nadiroh 1) , Ahmad Qosyim 2) , dan Nugrahani P. Putri 3) 1) Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA. E-mail: [email protected] 2) Dosen S1 Prodi Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA. E-mail: [email protected] 3) Dosen S1 Jurusan Fisika, FMIPA, UNESA. E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran yang mendukung pelaksanaan pendekatan 5M kurikulum 2013, (2) mendeskripsikan peningkatan keterampilan berpikir analitis siswa selama proses pembelajaran, dan (3) mendeskripsikan hasil belajar kognitif materi getaran dan gelombang melalui penerapan pembelajaran IPA berbasis Analytical Thingking Skill dengan pendekatan 5M kurikulum 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah pre Experimental Design atau eksperimen semu dengan rancangan penelitian menggunakan one group pre-test and post-test Design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran terlaksana dengan baik ditunjukkan pada fase I (menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa), fase II (menyajikan informasi), fase III (mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar individual maupun kelompok), fase IV (membimbing kelompok bekerja dan belajar), fase V (tahap evaluasi dan penghargaan), dan aspek pengelolaan waktu masing – masih memperoleh kriteria baik dengan skor rata – rata setiap fase dan aspek masing – masing 3,23; 3,37; 3,00; 3,00; 3,27 dan 2,00. Peningkatan keterampilan berpikir analitis siswa memperoleh n-gain score rata-rata sebesar 0,64 dengan kriteria sedang . Hasil Belajar kognitif siswa pada materi getaran dan gelombang mencapai ketuntasan klasikal sebesar 80%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran IPA berbasis Analytical Thinking Skill dapat mendukung pelaksanaan pendekatan 5M kurikulum 2013 dan meningkatkan keterampilan berpikir analitis siswa kelas VIII B SMPN 3 Waru – Sidoarjo pada materi getaran dan gelombang. Abstract The purpose of this study to describe how the learning process can be don in order to support the curriculum 2013, portray the improvement on analytical thinking skill of students during the learning process, and report the cognitive result on the subject vibration and wave based on the implemantation of analytical thinking skill by 5M approach on curriculum 2013. The type of researsh in this study was Pre Experimental Design or Quasi Experiment, besides 1

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : RIA ULUMI NADLIROH

Transcript of PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS ANALYTICAL THINKING SKILL UNTUK MENDUKUNG PELAKSANAAN...

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS ANALYTICAL THINKING SKILL UNTUK MENDUKUNG PELAKSANAAN PENDEKATAN 5M KURIKULUM 2013PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG KELAS VIII SMPN 3 WARU SIDOARJO

Ria Ulumi Nadiroh1), Ahmad Qosyim2), dan Nugrahani P. Putri3) 1) Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA. E-mail: [email protected]) Dosen S1 Prodi Pendidikan Sains, FMIPA, UNESA. E-mail: [email protected] 3) Dosen S1 Jurusan Fisika, FMIPA, UNESA. E-mail: [email protected] ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran yang mendukung pelaksanaan pendekatan 5M kurikulum 2013, (2) mendeskripsikan peningkatan keterampilan berpikir analitis siswa selama proses pembelajaran, dan (3) mendeskripsikan hasil belajar kognitif materi getaran dan gelombang melalui penerapan pembelajaran IPA berbasis Analytical Thingking Skill dengan pendekatan 5M kurikulum 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah pre Experimental Design atau eksperimen semu dengan rancangan penelitian menggunakan one group pre-test and post-test Design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran terlaksana dengan baik ditunjukkan pada fase I (menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa), fase II (menyajikan informasi), fase III (mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar individual maupun kelompok), fase IV (membimbing kelompok bekerja dan belajar), fase V (tahap evaluasi dan penghargaan), dan aspek pengelolaan waktu masing masih memperoleh kriteria baik dengan skor rata rata setiap fase dan aspek masing masing 3,23; 3,37; 3,00; 3,00; 3,27 dan 2,00. Peningkatan keterampilan berpikir analitis siswa memperoleh n-gain score rata-rata sebesar 0,64 dengan kriteria sedang . Hasil Belajar kognitif siswa pada materi getaran dan gelombang mencapai ketuntasan klasikal sebesar 80%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran IPA berbasis Analytical Thinking Skill dapat mendukung pelaksanaan pendekatan 5M kurikulum 2013 dan meningkatkan keterampilan berpikir analitis siswa kelas VIII B SMPN 3 Waru Sidoarjo pada materi getaran dan gelombang.AbstractThe purpose of this study to describe how the learning process can be don in order to support the curriculum 2013, portray the improvement on analytical thinking skill of students during the learning process, and report the cognitive result on the subject vibration and wave based on the implemantation of analytical thinking skill by 5M approach on curriculum 2013. The type of researsh in this study was Pre Experimental Design or Quasi Experiment, besides the design study was using one group pre-test and post-test design. The study showed that the achievement on learning process can be seen on first phase (deliver the purpose and motivate the students), second phase (provide the information), third phase (organize the student into individual or samll group study), fourth phase (guide the students to work and study in group), fifth phase (evaluate and give award to the students), the time management aspect got a good criterion with the average score in every phase and aspect, they are 3,23; 3,37; 3,00; 3,00; 3,27; and 2,00. The increased of analytical thinking skills on studens was n-gain score of average 0,64 with the ordinary creterion. The cognitive learning outcomes of the students in the subject material vibrations and waves rached the classical completeness by 80%. The conclusion was the application of analytical thinking skill gave a great support on the implementation of 5M approach on curriculum 2013 and the it was proven that it could help the students of 8th grade of SMPN 3 Waru Sidoarjo on the subject material vibration and wave.Keywords: Science Learning -based on the Analytical Thinking Skill, 5M approach of 2013 curriculum, analytical thinking skills, vibrations and waves.

8

1PENDAHULUANKurikulum 2013 mengembangkan dua proses pembelajaran yaitu pembelajaran langsung (direct teaching) dan pembelajaran tidak langsung (indirect teaching). Dalam pembelajaran langsung dilaksanakan dengan pendekatan scientific menggunakan pembelajaran pokok 5M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalis, mengkomunikasikan). Melalui proses pembelajaran 5M tersebut, diharapkan siswa memiliki kemampuan pada tiga ranah yaitu ranah kognitif berupa pengetahuan, ranah afektif berupa sikap (tahu mengapa) dan ranah psikomotor berupa keterampilan (mengetahui bagaimana proses) (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013:34). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik memiliki kemampuan berpikir reflektif untuk penyelesaian masalah sosial di masyarakat (Kunandar, 2013:33). Salah satu komponen kemampuan berpikir reflektif adalah kemampuan berpikir kritis, seperti yang terdapat pada kurikulum 2013 yaitu perilaku ilmiah dalam Kompetensi Dasar (KD) 2.1 kurikulum 2013 adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi dimana kemampuan berpikir kritis mengajak siswa menjadi pelajar yang aktif dimana siswa melakukan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, memecahkan masalah secara kreatif, dan berpikir logis (Conklin, 2012: 21). Menurut Angelo (1995: 6) berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menginferensi, dan mengevaluasi.Kegiatan menganalisis merupakan salah satu aspek berpikir kritis. Sebelum mengarah pada keterampilan yang lebih kompleks yakni keterampilan berpikir kritis hendaknya siswa dilatihkan dengan kemampuan berpikir analitis, karena berpikir analitis merupakan inti dari keterampilan berpikir kritis (Facione, 1990). Yang termasuk dalam aspek keterampilan berpikir analitis meliputi membedakan (differentiating), mengorganisasikan (organizing), dan menghubungkan (attributing) (Anderson & Krathwohl, 2001). Membedakan adalah kemampuan seseorang untuk membedakan bagian yang relevan dan tidak relevan atau bagian yang penting dan tidak penting dari suatu objek yang disajikan. Mengorganisasikan adalah kemampuan seseorang untuk menentukan bagaimana masing-masing bagian itu cocok dan dapat berfungsi secara bersama-sama di dalam suatu struktur materi tertentu. Menghubungkan adalah kemampuan seseorang untuk menentukan sudut pandang suatu objek yang disajikan. Aspek menghubungkan tersebut sekilas hampir sama dengan aspek mengorganisasikan karena pada aspek mengorganisasikan terdapat istilah lain yang juga dapat digunakan untuk merumuskan indikator aspek mengorganisasikan, yaitu kata menggabungkan. Namun, pada aspek menghubungkan yang dimaksudkan di sini lebih menekankan pada menghubungkan yang sifatnya sebagai hubungan sebab-akibat (Sudibyo, 2013:2). Kata kerja yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator aspek aspek dalam keterampilan berpikir analitis adalah sama dengan kata kerja pada kemampuan ranah kognitif C4 yang dikembangkan oleh Benjamin S.Bloom yaitu: Memisahkan, Menerima, Menyisihkan, Menghubungkan, Memilih, Membandingkan, Mempertentangkan, Membagi, Membuat diagram/skema, Menunjukan hubungan antara.Apabila siswa terbiasa dengan berpikir analitis maka siswa akan memiliki kemampuan untuk memerinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian bagian atau faktor faktor yang satu dengan faktor lainnya (Kunandar, 2013:163). Sikap berpikir analitis akan dilatihkan pada kegiatan pembelajaran langsung 5M 2013 yaitu pada fase mengasosiasi atau menganalisis, dengan penerapan pembelajaran berbasis analytical thinking skill secara bersamaan kegiatan pembelajaran langsung 5M kurikulum 2013 juga terlaksana, sehingga dapat dikatakan bahwa penerpan pembelajaran IPA berbasis analytical thinking skill akan mendukung keterlaksanaan pembelajaran langsung 5M kurikulum 2013.Dari hasil data angket pra penelitian yang diberikan kepada 26 siswa siswi kelas VIII B SMPN 3 Waru menunjukkan rendahnya keterampilan berpikir analitis siswa. Menurut Sudibyo, dkk (2013:2) indikator rendahnya keterampilan berpikir analitis dapat dilihat dari kecenderungan siswa memilih soal pilihan ganda dari pada esay, tidak dapat mendeskripsikan data dari tabel dan grafik, tidak dapat menyajikan data dalam bentuk grafik yang saling berhubungan, tidak dapat mengidentifikasi variabel variabel percobaan, tidak dapat merumuskan rumusan masalah dan hipotesis pada percobaan.Angket yang peneliti bagikan mendapatkan hasil sebagai berikut: sebanyak 50% siswa lebih menyukai soal pilihan ganda dari pada soal esay singkat, uraian panjang (soal cerita), soal sebab akibat. Seluruh siswa tidak dapat mendeskripsikan grafik. Seluruh siswa tidak dapat membuat rumusan masalah dari suatu wacana, sebanyak 79% siswa tidak dapat membuat hipotesis dari rumusan masalah, sebanyak 54% siswa tidak dapat mendeskripsikan data dari tabel, dan sebanyak 96% siswa tidak dapat mengidentifikasi variabel dari suatu percobaan. Dari hasil angket tersebut peneliti mengasumsikan bahwa tingkat keterampilan berpikir analitis siswa kelas VIII B SMPN 3 Waru rendah. Dari hasil wawancara dengan guru pengajar IPA kelas VIIIB, materi yang ditakuti siswa kebanyakan adalah materi fisika yang membahas banyak rumus. Karena kebanyakan siswa menghafal rumus bukan memahami, tujuan rumus rumus sebenarnya membantu agar konsep mudah di pahami siswa, namun pada kenyataannya siswa merasa berat ketika ada materi IPA yang banyak menerapkan rumus. Dari kegiatan belajar dikelas sehari hari, siswa jarang dilatihkan untuk memaknai rumus rumus dari materi, tidak pernah dilatihkan menggambarkan grafik pada kertas milimeter. Pada setiap percobaan atau praktikum, siswa jarang mempresentasikan hasil percobaannya di depan kelas, sehingga tidak ada umpan balik secara mandiri dari siswa. Setiap praktikum siswa tidak dapat mandiri, guru yang tadinya hanya memantau jalannya praktikum saja, berperan lebih besar daripada siswa yang melakukan praktikum, sehingga penentuan hipotesis, variabel hingga dalam langkah langkah kerja yang seharusnya siswa dapat mandiri, masih saja guru berperan lebih besar.Tujuan penelitian ini yaitu (1) mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran IPA berbasis Analytical Thinking Skill dengan pendekatan kegiatan pembelajaran 5M kurikulum 2013. (2) Mendeskripsikan peningkatan keterampilan berpikir analitis siswa yang diperoleh sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran IPA SMP berbasis Analytical Thingking Skill materi getaran dan gelombang. (3) Mendeskripsikan pencapaian ketuntasan hasil belajar kognitif produk siswa pada materi getaran dan gelombang. Diharapkan melalui penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir analitis siswa sehingga siswa dapat memahami konsep dalam materi secara secara utuh, memberikan masukan dalam menyusun dan mengembangkan perangkat pembelajaran IPA pada kurikulum 2013 untuk SMP kelas VIII.

METODEJenis penelitian yang digunakan adalah Pre Experimental Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII B SMP Negeri 3 Waru tahun ajaran 2013-2014 genap tahun ajaran 2013-2014 sebanyak 30 siswa.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut: teknik observasi, evaluasi (tes), dan angket. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran IPA berbasis Anlytical Thinking Skill. lembar observasi keterampilan berpikir analitis, lembar tes hasil belajar, lembar tes pre-test dan post-test keterampilan berpikir analitis siswa.Analisis data observasi keterlaksanaan pembelajaran IPA berbasis Anlytical Thinking Skill, keterampilan berpikir analitis dan hasil belajar dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir analitis siswa sesudah penerapan pembelajaran dilakukan dengan menghitung hasil pre-test dan post-test kemudian dibandingkan menggunakan N-gain score (gain yang dinormalisasi).

HASIL DAN PEMBAHASANKeterlaksanaan PembelajaranBerdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa keterlaksanaan pembelajaran berbasis Analytical Thinking Skill pada pertemuan I mendapat nilai rata-rata 3,04 dengan kriteria baik, pada pertemuan II mendapat nilai rata-rata 2,91 dengan kriteria baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:Tabel 1. Tabel skor hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran

Pada fase 1 yaitu menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa pada pertemuan I mendapat skor 3,30 menjadi 3,16 pada pertemuan II. Komponen 5M pada fase 1 adalah mengamati dan menanya. Terjadi penurunan skor disebabkan motivasi yang guru berikan berbeda sehingga hasil perilaku siswa berbeda. Pada pertemuan I siswa lebih tenang dan mudah dikendalikan, berbeda dengan pertemuan II siswa sulit dikendalikan karena motivasi yang diberikan guru di pertemuan II meminta siswa meninggalkan tempat duduknya. Hal ini memungkinkan siswa gaduh dan ngobrol dengan temannya.Fase 2 yaitu menyajikan informasi, pada pertemuan I memperoleh skor 3,75 menjadi 3,00 di pertemuan II. Pada pertemuan I guru dengan lancar menyampaikan materi dengan mengarahkan siswa untuk berpikir analitis. Namun pada pertemuan II, guru tidak mampu mengendalikan keadaan kelas dengan baik menyebabkan kelas tidak kondusif, sehingga penyampaian informasi di pertemuan II terkait materi hanya sebentar kemudian mengalihkan pada tugas porto folio dan membaca handout secara mandiri. Komponen 5M kurikulum 2013 pada fase 2 adalah mengumpulkan informsi. Pada fase 2 siswa mengumpulkan informasi dengan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.Pada fase 3 yaitu mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar tidak mengalami perubahan skor dari pertemuan I dan pertemuan II tetap mendapatkan skor 3,00 dengan kategori baik. Ini menunjukkan kegiatan terlaksana dengan baik dan lancar. Komponen 5M kurikulum 2013 pada fase 3 adalah mengumpulkan informsi. Pada fase 3 siswa mengumpulkan informasi dengan memahami materi dalam LKS untuk persiapan percobaan, masing masing kelompok berdikusi untuk menyiapkan percobaan.Pada fase 4 yaitu Membimbing kelompok bekerja dan belajar tidak mengalami perubahan skor dari pertemuan I dan pertemuan II tetap mendapatkan skor 3,00 dengan kategori baik. Fase 4 pada pertemuan I siswa merasa bingung untuk menentukan rumusan masalah, hipotesis dan variabel percobaan sehingga guru menjelaskan serta memberi contoh terlebih dahulu sebelum percobaan dimulai. Sehingga waktu tidak sesuai dengan RPP. Komponen 5M kurikulum 2013 pada fase 4 adalah mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis dan mengkomunikasikan. Pada fase 4 siswa mengumpulkan informasi dengan melakukan eksperimen dengan bimbingan dari guru. Kegiatan mengasosiasi/menganalis pada fase 4 ketika siswa merumuskan masalah, membuat hipotesis, menentukan variabel variabel percobaan, menganalisis data hasil percobaan dan menyimpulkan. Kegiatan mengkomunikasikan pada fase 4 ketika siswa mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas.Pada fase 5 yaitu tahap evaluasi dan memberikan penghargaan mengalami peningkatan skor, pada pertemuan I mendapatkan 3,20 dengan kategori baik dan pada pertemuan II mendapatkan skor 3,34 dengan kategori baik. Ini karena pada pertemuan II guru memberitahukan bahwa fase 5 adalah kesempatan terakhir mencari skor atau poin yang dapat ditukar hadiah., sehingga siswa antusias untuk memperhatikan informasi dari guru, tanya jawab pun berlangsung dengan baik.Skor paling rendah yang didapat adalah pada pengelolaan waktu, berturut turut mendapatkan skor 2. Banyaknya kegiatan pembelajaran yang tergolong baru karena siswa jarang bahkan belum pernah mendapatkannya, sehingga perlu waktu tambahan untuk menyampaikan kembali syarat syarat pengetahuan awal yang seharusnya sudah didapat di kelas VII. Pada fase 3 yaitu Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar individual maupun kelompok, dan fase 4 yaitu Membimbing kelompok bekerja dan belajar dari pengatan mendapat skor 3,00 dengan kategori baik. Ini sesuai dengan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2012:44), bahwa pada tahap ini peran guru adalah memberikan bantuan dan dukungan agar siswa tidak mengalami hambatan di dalam melakukan pengamatan atau eksperimen. Rata rata skor total mendapat nilai 2,97 kategori baik. Skor yang diperoleh dari hasil pengamatan dapat membuktikan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) telah berhasil dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2007 :75), bahwa guru harus memiliki kemampuan dalam pegelolaan pembelajaran peserta didik yang salah satunya adalah perancangan pembelajaran.

Keterampilan Berpikir AnalitisBerdasarkan data penelitian hasil penelitian, Hasil keterampilan berpikir analitis yang dinilai pada penelitian ini adalah: menganalisis hubungan parameter gelombang padd kehidupan sehari hari., menganalisis komponen grafik fungsi gelombang (membaca grafik), menentukan rumusan masalah, menentukan hipotesis percobaan, menentukan variabel percobaan, menganalisisis data hasil percobaan, keterampilan membuat kesimpulan, identifikasi hubungan antar parameter gelombang, menggambar grafik, memprediksi sifat gejala/ gelombang sesuai sifatnya. Keterampilan berpikir analitis tersebut sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Bila siswa telah menguasai keterampilan berpikir analitis, maka siswa tersebut telah menguasai keterampilan yang diperlukan di dalam belajar tingkat tinggi, yaitu melakukan penelitian dan memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah dan penelitian merupakan kecakapan hidup (Life skills) dan oleh karena itu merupakan hasil belajar yang paling tinggi yang harus dipelajari siswa (Ibrahim, 2010:2).Sebelum mengetahui hasil keterampilan berpikir analitis dengan post-test, terlebih dahulu peneliti melatihkan keterampilan berpikir analitis pada setiap fase pembelajaran, melalui latihan latihan soal kemudian membahasnya dengan bimbingan guru, tugas porto folio membuat grafik fungsi gelombang. Pada soal soal dan porto folio siswa dilatihkan berpikir analitis dengan beberapa aspek yaitu menganalisis hubungan parameter gelombang pada kehidupan sehari hari, menganalisis komponen grafik fungsi gelombang (membaca grafik), identifikasi hubungan antar parameter gelombang, menggambar grafik, memprediksi sifat gejala/ gelombang sesuai sifatnya. Juga melalui percobaan percobaan dengan LKS yang diberikan kepada siswa, pada LKS tersebut siswa digiring untuk menguasai beberapa aspek berpikir analitis yaitu keterampilan merumuskan maslah, hipotesis, variabel penelitian, menganalisis data, membuat kesimpulan.Berikut hasil pengamatan keterampilan berpikir analitis pada saat siswa melakukan percobaan.

Gambar 1. Grafik pengamatan keterampilan berpikir analitisKeterangan:K3: Keterampilan Merumuskan MasalahK4: Keterampilan Merumuskan HipotesisK5: Keterampilan Menentukan VariabelK6: Keterampilan Menganalisis DataK7: Keterampilan Membuat KesimpulanPada proses pembelajaran penilaian pengamatan berpkir analitis hanya dilakukan pada saat siswa melakukan percobaan, sehingga aspek keterampilan yang teramati oleh peneliti hanya beberapa aspek saja, yaitu aspek aspek keterampilan yang terdapat dalam percobaan saja. Aspek keterampilan lainnya dilatihkan pada soal dan porto folio langsung dibahas dengan bimbingan guru. Dari hasil pengamatan berpikir analitis saat siswa melakukan percobaan, secara keseluruhan siswa (skor rata rata) memperoleh skor 2,53 dengan predikat baik untuk keterampilan merumuskan masalah, 2,60 dengan predikat baik untuk keterampilan merumuskan hipotesis, 2,64 dengan predikat baik untuk keterampilan menentukan variabel, 2,89 dengan predikat baik untuk keterampilan menganalisis data, 2,73 dengan predikat baik untuk keterampilan membuat kesimpulan. Dari data tersebut terlihat bahwa skor yang didapat tidak begitu tinggi namun masih dalam predikat baik. Hal ini disebabkan beberapa keterampilan tersebut jarang dilatihkan pada siswa, sehingga perlu untuk dilatihkan secara terus menerus karena beberapa aspek tersebut tidak dapat dilatihkan hanya beberapa waktu saja.Selain dengan pengamatan, keterampilan berpikir analitis di uji menggunakan tes yang berisisi 10 soal uraian yang disusun berdasarkan indikator keterampilan berpikir analitis. Berikut hasil keterampilan berpikir analitis siswa saat pre-test dan post-test :

Tabel 2. Skor keterampilan berpikir analitis siswa

Dari analisis data keterampilan berpikir analitis siswa, antara pre-test dan post-test mengalami peningkatan. Perhitungan menggunakan analisis Gain score menunjukkan post test mengalami peningkatan sebesar 0,64 dengan kategori sedang.peningkatan tersebut karena peneliti menerapkan pembelajaran IPA berbasis Analytical Thinking Skill.

Hasil BelajarNilai hasil belajar yang diperoleh siswa selama penelitian ini menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar dengan soal pilihan ganda sebanyak 10 soal dan uraian sebanyak 5 soal yang mengacu pada tahapan kognitif taksonomi Bloom C1 C6. Pada penelitian ini, hasil belajar yang diujikan pada siswa hanya pada tahapan kognitif C1 C5.Diharapkan setelah pembelajaran IPA berbasis analytical thinking skill dengan pendekatan 5M kurikulum 2013 siswa akan mencapai ketuntasan klasikal 100%, namun kenyataannya 80% siswa dinyatakan tuntas, ada 20% siswa dinyatakan tidak tuntas. Berdasarkan hasil tes, tingkat kesalahan siswa yang belum mencapai ketuntasan rata rata siswa menjawab salah terdapat pada soal yang membahas fenomena gelombang dalam kehidupan sehari hari, soal hitungan pada, soal analitis tentang membaca grafik fungsi gelombang masih banyak yang salah. Dari analisis jawaban siswa yang salah, siswa kurang memahami hubungan perilaku atau sifat gelombang dengan fenomena pada kehidupan sehari hari. Pada soal hitungan, siswa banyak yang hafal rumus namun kurang cermat dan teliti dalam menghitung, sehingga mengakibatkan jawaban salah. Pada soal membaca atau menganalisis grafik fungsi gelombang, kebanyakan siswa belum cermat membedakan antar komponen dalam gambar. Kurangnya kemampuan guru dalam mengendalikan 30 siswa dalam kelas saat pembelajaran berlangsung dapat berpengaruh pada hasil belajar. Pada saat kelas sedang gaduh karena demontrasi guru yang meminta siswa maju ke depan untuk mengamati gelombang air pada baskom, membuat siswa meningglkan tempat duduknya, sebagian siswa ada yang asyik ngobrol dengan temannya dan tidak memperhatikan guru menjelaskan materi sehingga sebagian siswa tidak memahami materi yang disampaikan mengakibatkan siswa tidak bisa menjawab soal pada tes yang diberikan. Kegaduhan merupakan sebuah masalah dalam pembelajaran kooperatif (Nur,2011).Hasil ketuntasan 80% tergolong baik menurut guru mata pelajaran IPA. Ini karena sebagian besar pembelajaran berlangsung dengan lancar. Kemampuan siswa menyelesaikan soal adalah hasil belajar secara mandiri dan berkelompok pada saat pembelajaran. Keterampilan yang dimiliki siswa berasal dari hasil menemukan sendiri (Jauhar,2011).Keterampilan berpikir analitis termasuk keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sehingga dengan menggunakan instrumen penelitian keterampilan berpikir analitis akan berpengaruh baik pada hasil belajar. Hal ini selaras dengan penelitian Lissa (2012) yang menyatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi memiliki pengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar. PENUTUPSimpulanKegiatan keterlaksanaan pembelajaran IPA berbasis Analytical Thinking Skill dengan pendekatan Scientific 5M Kurikulum 2013 diperoleh skor rata rata setiap pertemuan 2,97 dengan kategori baik menunjukkan pembelajaran terlaksana dan mendukung pelaksanaan pendekatan 5M kurikulum 2013 karena komponen pendekatan 5M kurikulum 2013 selalu terdapat dalam setiap fase pada pembelajaran. Keterampilan berpikir analitis melalui penerapan pembelajaran IPA berbasis Analytical Thinking Skill dengan pendekatan Scientific 5M Kurikulum 2013 ketuntasan klasikal 70%. Peningkatan keterampilan berpikir analitis siswa berdasarkan N-gain score sebesar 0,64. Hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran IPA berbasis Analytical Thinking Skill dengan pendekatan Scientific 5M Kurikulum 2013 mencapai ketuntasan klasikal sebesar 80%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran IPA berbasis Analytical Thinking Skill dapat mendukung pelaksanaan pendekatan 5M kurikulum 2013 dan meningkatkan keterampilan berpikir analitis siswa kelas VIII B SMPN 3 Waru Sidoarjo pada materi getaran dan gelombang.SaranBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyampaikan beberapa saran, antara lain:Bagi siswa: jika pembelajaran yang dilakukan menggunakan pembelajaran ipa smp berbasis analytical thinking skill , siswa diharapkan telah memiliki keterampilan proses pada saat percobaan seperti: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel percobaan, menganalisis data dan menarik kesimpulan.Bagi guru: jika menerapkan pembelajaran ipa smp berbasis analytical thinking skill, guru diharapkan dapat mengkondisikan siswa dalam proses pembelajaran, dan mengaplikasikan konsep dalam kurikulum 2013 secara utuh tentang kegiatan pembelajaran dan penilaian kompetensi siswa yang lengkap sesuai kurikulum 2013.Pada penelitian lebih lanjut, penerapan pembelajaran IPA berbasis Analytical Thinking Skill dengan pendekatan Scientific 5M Kurikulum 2013 dapat digunakan pada pokok bahasan lain yang membutuhkan keterampilan berpikir analitis.

DAFTAR PUSTAKAAnderson Lorin W, dan David R. Krathwohl. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York.Angelo, T.A. (1995). Beginning the dialogue: Thoughts on promoting critical thingking: Classroom assessment for critical thinking. Teaching of Psychology, 22(1), 6-7.Facione, Peter A. 1990. The Delphi Report. The California Academic Press, 217 La Cruz Ave., Millbrae, CA 94030.Filsaime, Dennis K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.Harsanto, Ratno.2007.Pengelolaan Kelas yang Dinamis.Yogyakarta: Kanisius.Ibrahim, M. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Surabaya : Unipress.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Pedoman Kegiatan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 Bagi Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Dan Guru Inti. Jakarta: Pusbang Tendik.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Nur, Mohamad. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS).Nur, Mohamad. 2011. Modul Keterampilan-keterampilan Proses Sains. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS).Permendikbud No. 68 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.Sebastian, Yoris.2010.Oh My Goodness Buku Pintar Seorang Creative Junkies. Jakarta: Gramedia Pustaka. Sudibyo, E., Susantini, E., & Widodo, W. 2013. Keterampilan Berpikir Analitis Mahasiswa Pendidikan Sains Unesa Dalam Konten Kinematika Linier Pada Mata Kuliah Gerak Dan Perubahan. Dalam Seminar Nasional V Pendidikan Sains. Surabaya: FMIPA UNESA.