PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ......

47
SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete) Oleh: MARIYATUL QIBTHIYAH NIM: 105017000428 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ......

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

MATEMATIKA SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete)

Oleh:

MARIYATUL QIBTHIYAH

NIM: 105017000428

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

ABSTRACT

MARIYATUL QIBTHIYAH (105017000428), "Application of Model Cooperative Learning Thype Structured Numbered Heads to Improve Student Mathematics Learning Activities." Thesis Department of Mathematics Education, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, August 2010. The purpose of this study is to study “Does model Cooperative Learning Thype Structured Numbered Heads can enhance mathematics learning activities”. This research was conducted in SMP Islam Al-Ikhlas Cipete in academic Year 2009/2010. The method used in this study is the Classroom Action Research, which consists of four stages of planning, execution, observation, and reflection. The research instrument used is the observation sheet activities, the daily student journals, interview, field note, and test questions. Research results revealed that the application of Model Cooperative Learning Thype Structured Numbered Heads can enhance mathematics learning activities, from the percentage average in first cycle is 58,4% could improve to 75% in second cycle. The activities which improved such as visual activities 80%, oral activities 70%, writing activities 75%, mental activities 70%, and emotional activities 80%. Hopefully this research can be useful to improve the quality of education in Indonesia.

i

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

ABSTRAK MARIYATUL QIBTHIYAH (105017000428), ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Terstruktur untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustus 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Apakah model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, 2) Bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur pada pelajaran matematika, 3) Apakah model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Tahun Ajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas, jurnal harian siswa, wawancara, catatan lapangan, dan tes. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, dari persentase rata-rata sebesar 58,4% pada siklus I meningkat menjadi 75% pada siklus II. Aktivitas-aktivitas yang meningkat pada penelitian ini diantaranya aktivitas visual 80%, aktivitas oral 70%, aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, dan aktivitas 80%. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dalam upaya meningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

ii

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini

merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika

pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Disadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat

terbatas, maka adanya bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak

sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, dan sebagai dosen pembimbing I yang selalu memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penulisan.

2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika,

dan sebagai dosen pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penulisan.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

Matematika.

4. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika.

5. Bapak Drs. H. Prasetyo, selaku kepala SMP Islam Al-Ikhlas Cipete yang telah

banyak membantu penulis selama penelitian berlangsung.

6. Bapak Drs. H. Muchroji, selaku guru pamong tempat penulis mengadakan

penelitian.

7. Ayahanda (H. Ahmad Supandi) dan ibunda (H. Siti Mas’ulah) tercinta yang

senantiasa memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Kakakku (Abdul Luthfi, S.Pd.I) dan adikku (Sirojul Kahfi) tercinta yang

senantiasa memberikan motivasi, dukungan dan semangat kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

iii

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

9. Untuk masku (Teguh Imam Santoso, S.Kom) yang selalu memberi support

dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi dan keluarga yang telah

banyak mendoakan.

10. Siswa dan siswi kelas VII-B SMP Islam Al-Ikhlas Cipete, yang telah bersikap

kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.

11. Sahabat-sahabat terbaikku Novi, Rindy, Fitria, Dewi, Ina, Mila, Dini, Ria,

Qory dan Ade serta seluruh teman-teman ku tercinta, mahasiswa dan

mahasiswi jurusan pendidikan matematika angkatan 2005, khususnya kelas A,

semoga kebersamaan kita menjadi kenangan terindah untuk menggapai

kesuksesan dimasa mendatang.

12. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan dan informasi

serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik

yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-

kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Mudah-mudahan skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khasanah ilmu

pengetahuan. Amin.

Jakarta, 20 Agustus 2010

Penulis

Mariyatul Qibthiyah

iv

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................ i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... x

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ....................................... 4

C. Pembatasan Fokus Penelitian ...................................................... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7

F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN .......................................................... 9

A. Deskripsi Teoritik ....................................................................... 9

1. Belajar dan Pembelajaran Matematika .................................. 9

a. Pengertian Matematika.................................................... 9

b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika........... 11

c. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Matematika ................ 14

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala

Bernomor Terstruktur ........................................................... 18

v

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ............................... 18

b. Pengertian Kepala Bernomor Terstruktur ....................... 21

3. Aktivitas Belajar.................................................................... 24

a. Pengertian Aktivitas Belajar ........................................... 24

b. Jenis-jenis Aktivitas Belajar ............................................ 25

c. Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika .................... 29

B. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan ........................................... 31

C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan ............................ 32

D. Hipotesis Tindakan ..................................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan ................... 35

1. Metode Penelitian.................................................................... 35

2. Desain Penelitian............................................................... ..... 37

C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ............................... 38

D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian................................... 39

E. Peran dan posisi Peneliti dalam Penelitian.................................. 39

F. Tahapan Intervensi Tindakan ...................................................... 40

G. Data dan Sumber Data ................................................................ 46

H. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 46

I. Instrumen Penelitian ................................................................... 47

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthinees)

Study ............................................................................................ 51

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ............................. 52

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ....................................... 53

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

TEMUAN PENELITIAN ............................................................... 55

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ............................................... 55

1. Survei Pendahuluan ............................................................... 55

vi

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

2. Tindakan Pembelajaran pada Siklus I ................................... 57

3. Tindakan Pembelajaran pada Siklus II................................... 84

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................................... 101

C. Analisis Data ............................................................................... 102

D. Pembahasan Temuan Penelitian .................................................. 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 110

A. Kesimpulan ................................................................................. 110

B. Saran ............................................................................................ 111

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 112

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 114

vii

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Penelitian.......................................................................... 35

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I............................. 48

Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II............................ 49

Tabel 4 Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika....................... 50

Tabel 5 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada

Pembelajaran Siklus I................................................................... 72

Tabel 6 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Kerjasama Siswa dalam

Kelompok Siklus I........................................................................ 76

Tabel 7 Respon Siswa terhadap Tindakan Pembelajaran Siklus I............ 78

Tabel 8 Rekapitulasi Respon Siswa selama Siklus I................................. 79

Tabel 9 Nilai Tes Akhir Siklus I................................................................ 82

Tabel 10 Refleksi & Rencana Perbaikan Kegiatan Tindakan

Siklus I.......................................................................................... 82

Tabel 11 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada

Pembelajaran Siklus II.................................................................. 95

Tabel 12 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Kerjasama Siswa dalam

Kelompok Siklus II...................................................................... 98

Tabel 13 Rekapitulasi Respon Siswa Selama Siklus II............................... 99

Tabel 14 Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II........................... 100

Tabel 15 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa

Siklus I dan II............................................................................... 103

Tabel 16 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Kerjasama Siswa

dalam Kelompok.......................................................................... 105

Tabel 17 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa.................. 106

Tabel 18 Rekapitulasi Persentase Respon Siswa Siklus I dan II................ 108

viii

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Aktivitas Mengerjakan Tugas pada Penelitian Pendahuluan.......... 57

Gambar 2 Guru sedang Memberi Pengarahan kepada Kelompok.................. 80

Gambar 3 Siswa Nomor 2 sedang Menjelaskan Penyelesaian Soal

kepada Teman Kelompoknya......................................................... 80

Gambar 4 Siswa Nomor 3 sedang Mencatat Jawaban LKS yang Diarahkan

oleh Siswa Nomor 2........................................................................ 81

Gambar 5 Aktivitas Siswa Nomor 4 pada saat Presentasi di Depan

Kelas............................................................................................... 81

ix

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Diagram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar ..... 104

Diagram 2 Diagram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Kerjasama

Siswa dalam Kelompok ........................................................... 106

Diagram 3 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Siswa ........................................................................................ 107

Diagram 4 Diagram Garis Persentase Respon Siswa ................................. 108

x

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Alur Prosedur Pelaksanaan PTK ................................................... 38

Bagan 2 Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ................................. 40

xi

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)............................... 114

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa (LKS)....................................................... 136

Lampiran 3 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Penelitian....... 161

Lampiran 4 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa.............................. 164

Lampiran 5 Lembar Observasi Aktivitas Kerjasama Siswa dalam

Kelompok.................................................................................. 167

Lampiran 6 Lembar Jurnal Harian Siswa..................................................... 168

Lampiran 7 Lembar Catatan Lapangan........................................................ 169

Lampiran 8 Lembar Wawancara Pra Penelitian dengan Guru..................... 170

Lampiran 9 Lembar Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa.................... 171

Lampiran 10 Lembar Wawancara setelah Penelitian dengan Guru............... 172

Lampiran 11 Lembar Wawancara setelah Penelitian dengan Siswa.............. 173

Lampiran 12 Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I setelah

Uji Validitas.............................................................................. 174

Lampiran 13 Jawaban Tes Hasil Belajar Matematika Siklus I...................... 176

Lampiran 14 Tes Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus II setelah

Uji Validitas………………………………………………….. 179

Lampiran 15 Jawaban Tes Hasil Belajar Matematika Siklus II..................... 181

Lampiran 16 Daftar Nilai Tes Siklus I dan Siklus II...................................... 185

Lampiran 17 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan

Siklus II..................................................................................... 186

Lampiran 18 Rekapitulasi Aktivitas Kerjasama Siswa dalam kelompok

Siklus I dan Siklus II................................................................. 188

Lampiran 19 Rekapitulasi Respon Siswa Siklus I dan Siklus II.................... 196

Lampiran 20 Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Guru......................... 197

Lampiran 21 Hasil Wawancara Pra Penelitian dengan Siswa........................ 199

Lampiran 22 Hasil Wawancara dengan Guru setelah Penelitian................... 202

Lampiran 23 Hasil Wawancara dengan Siswa setelah Penelitian….............. 204

Lampiran 24 Jawaban Latihan Lembar Kerja Siswa………………………. 207

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mempelajari apa yang perlu diketahui agar dapat berpikir

cerdas dan bertindak cepat. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional

yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yaitu ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu adanya

peninjauan berbagai aspek yang mendukung usaha tersebut, terutama dalam

proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran akan berpengaruh

besar terhadap tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa. Faktor-faktor

yang mempengaruhi proses pembelajaran antara lain adalah guru, siswa, tujuan,

metode, kurikulum dan media. Faktor-faktor tersebut merupakan suatu sistem

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, dan faktor guru memegang

peranan penting dalam upaya tercapainya tujuan pembelajaran.

Peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran memberikan andil

yang besar untuk dapat terus meningkatkan aktivitas belajar siswanya, hal ini

berkaitan dengan tanggung jawabnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Seorang guru diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang dapat                                                             

1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2008), h. 2.

 

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

 

meningkatkan keterlibatan siswa secara langsung dan bertanggung jawab terhadap

proses belajar itu sendiri. Selain faktor guru, siswa sebagai subyek dalam

pembelajaran merupakan faktor yang harus mendapat perhatian cukup besar, hal

ini dimaksudkan agar siswa lebih termotivasi untuk belajar.

Pengajaran matematika menuntut siswa menunjukkan sikap yang aktif,

kreatif, inovatif dan bertanggung jawab. Tetapi kenyataan di lapangan

menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran matematika belum tercapai

sebagaimana yang diharapkan. Seringkali guru menemukan siswa tidak berani

mengemukakan pendapat maupun bertanya. Dalam bekerja kelompok banyak dari

anggota kelompok yang hanya mencantumkan nama saja tanpa ikut berpartisipasi

dalam kelompok. Tanggung jawab dan aktivitas siswa rendah baik terhadap

dirinya sendiri, maupun terhadap kelompok.

Berdasarkan pengamatan dalam penelitian PPKT bulan Maret tahun 2009,

peneliti menemukan bahwa siswa SMP Islam Al-Ikhlas kelas VII seringkali

kurang merespon terhadap pelajaran matematika dan tidak disiplinnya siswa

terhadap pelajaran matematika. Siswa tidak fokus mengikuti pembelajaran,

beberapa siswa berbincang dengan siswa lainnya ketika guru menyampaikan

materi, kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari sehingga

kemampuan bertanya mereka rendah dan rendahnya perhatian siswa terhadap

pelajaran matematika. Siswa kurang diberikan kesempatan melakukan aktivitas

belajar atau dengan kata lain peran guru dalam pembelajaran terlihat lebih

dominan. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan

belum optimal.

Aktivitas dalam pembelajaran sangat diperlukan. Sebab pada prinsipnya

belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan

kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas

merupakan prinsip atau asas yang penting di dalam interaksi belajar-mengajar.

Dalam pembelajaran, yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam

pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

 

bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak

didik. Pentingnya aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika, karena kelas

dapat dipandang sebagai suatu konteks sosial dalam memahami matematika

dengan cara dikonstruksi dan dinegosiasi.

Pembelajaran intinya bagaimana menyiapkan SDM sehingga seseorang

yang belajar (matematika) harus tahu, merasakan dan menyadari bagaimana

belajar itu. Proses pembelajaran berpusat pada siswa yang berlangsung dalam

suasana yang menyenangkan, menantang dan pedagogis. Siswa diharapkan dapat

belajar secara aktif sehingga dapat berkembang menjadi pribadi yang utuh,

mandiri dan hidup bermasyarakat yang selaras dengan perkembangan psikisnya.

Mengajarkan matematika memerlukan model dan pendekatan agar siswa

lebih mudah memahami materi dan meyelesaikan masalah mengenai materi yang

diajarkan. Model pembelajaran matematika harus mengubah situasi guru mengajar

kepada situasi siswa belajar. Guru memberikan pengalamannya kepada siswa

sebagai pengayom, sebagai sumber tempat bertanya, sebagai pengarah, sebagai

pembimbing, sebagai fasilitator, dan sebagai organisator dalam belajar.

Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami

perubahan. Model-model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan

berganti dengan model yang lebih modern. Sejalan dengan pendekatan

konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini

banyak mendapat respon adalah model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative

Learning.

Pembelajaran Kooperatif merupakan konsep baru dalam pembelajaran yang

dapat membantu memecahkan kebuntuan yang sering dihadapi dalam penggunaan

model pembelajaran yang sudah usang. Pembelajaran Kooperatif menjadi model

pembelajaran baru yang didukung oleh teori-teori pendidikan. Model

pembelajaran ini merupakan sebuah metode mengajar yang mampu

membangkitkan semangat pada anak didik untuk melakukan pekerjaan secara

bersama-sama (teamwork). Menurut Rong, yang dikutip oleh Yudha dan Iis

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

 

mengungkapkan bahwa ”Pembelajaran Kooperatif menghasilkan dampak

pembelajaran yang lebih baik dibandingkan pembelajaran lainnya”.2

Model Pembelajaran Kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai

tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator

aktivitas siswa. Artinya dalam pembelajaran ini kegiatan aktif dengan

pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa dan mereka bertanggung jawab atas

pembelajarannya. Pembelajaran Kooperatif memiliki banyak tipe dan strategi,

salah satunya adalah Kepala Bernomor Terstruktur atau Numbered Heads

Terstruktur. Tipe ini modifikasi dari tipe Kepala Bernomor yang dipakai Spencer

Kagan. Dengan tipe ini siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab

pribadinya dan saling keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya.

Berdasarkan uraian diatas, model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

Bernomor Terstruktur dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan

aktivitas belajar matematika siswa. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan

penelitian mengenai hal tersebut dan memilih judul: “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Terstruktur untuk

Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa.”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran

matematika?

                                                            

2 Yudha M. Saputra dan Iis Marwan, Strategi Pembelajaran Kooperatif, (Bandung: CV. Bintang Warli Artika, 2008), h. 65.   

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

 

2. Apakah model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

dapat diterapkan pada pelajaran matematika?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pelajaran matematika dengan

menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur?

4. Apakah penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa?

5. Apakah penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

6. Jenis-jenis aktivitas apakah yang dapat ditingkatkan melalui penerapan

model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur?

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di SMP Islam Al-Ikhlas

Cipete. Adapun fokus penelitian adalah meningkatkan aktivitas belajar

matematika siswa melalui model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Setelah penulis mengemukakan latar belakang masalah di atas, dapatlah

terlihat luasnya permasalahan yang didapat. Karena adanya keterbatasan waktu

dan pengetahuan yang penulis miliki serta untuk memperjelas dan memberikan

arah yang tepat dalam pembahasan skripsi, maka penulis berusaha memberikan

batasan sesuai dengan judul, sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Kooperatif yang digunakan adalah tipe Kepala

Bernomor Terstruktur yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Tipe

Kepala Bernomor Terstruktur ini memudahkan siswa dalam pembagian

tugas.

2. Aktivitas belajar yang di observasi adalah jenis-jenis aktivitas belajar

berdasarkan teori Paul D. Diedrich. Penulis membatasi pada 5 jenis

aktivitas belajar yaitu:

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

 

a. Visual activities; membaca LKS dan memperhatikan penjelasan materi

yang guru sampaikan.

b. Oral activities; mengajukan pertanyaan dan menanggapi laporan

kelompok.

c. Writing activities; mencatat materi.

d. Mental activities; memecahkan soal.

e. Emotional activities; minat/antusias dan perasaan senang.

3. Siswa: Siswa yang dimaksud adalah siswa SMP Islam Al-Ikhlas kelas VII-

B.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah dan fokus penelitian di atas, maka peneliti

merumuskan masalah ”Apakah penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe

Kepala Bernomor Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika

siswa?”. Dari perumusan masalah maka dijabarkan pertanyaan-pertanyaan

sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas visual siswa dalam pembelajaran

matematika?

2. Apakah penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas oral siswa dalam pembelajaran

matematika?

3. Apakah penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas menulis siswa dalam

pembelajaran matematika?

4. Apakah penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas mental siswa dalam

pembelajaran matematika?

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

 

5. Apakah penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dapat meningkatkan aktivitas emosional siswa dalam

pembelajaran matematika?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan

kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika siswa

melalui penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur. Aktivitas yang akan ditingkatkan melalui penerapan model

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Tertsruktur terdiri dari lima

aktivitas yaitu aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental,

dan aktivitas emosional siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah

maupun bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang diperoleh

adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, hasil penelitian ini memberikan manfaat dalam membangun

motivasi belajar siswa dalam pelajaran matematika, mengembangkan

kemampuan sosialisasi siswa, membantu mengembangkan daya berpikir

kreatif, serta meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk

mengetahui model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan aktivitas

belajar siswa dan hasil belajar matematika siswa.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi sekolah

dalam meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang bersangkutan

dan sekolah-sekolah lain pada umumnya.

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

 

4. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat

menambah informasi mengenai penerapan model Pembelajaran Kooperatif

tipe Kepala Bernomor Terstruktur untuk meningkatkan aktivitas belajar

matematika siswa.

5. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan

bahan referensi untuk diadakan penelitian lebih lanjut.

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

 

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi Teoritik

1. Belajar dan Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, Mathematike, yang

berarti “relating to learning“. Perkataan itu mempunyai akar kata

mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike

berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu

mathanein yang mengandung arti belajar (berpikir).1 R. Soedjadi

menyatakan bahwa “Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak

dan terorganisir”. Menurut Chanles Echels matematika adalah ilmu

tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya. Sedangkan

Herman Hudoyo mendefinisikan ”Matematika sebagai sesuatu yang

berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang

diatur menurut urutan yang logis”.2

Johnson dan Rising mengatakan bahwa “Matematika adalah pola

berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu

adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan

cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih

berupa bahasa simbol”. James dan James dalam kamus matematikanya

mengatakan bahwa “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai                                                             

1 Erman Suherman,dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung : JICA-UPI, 2001), h. 18. 

2 Sri Anitah, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 7.4. 

 

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

10 

 

bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan dengan

yang lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi ke dalam tiga bidang,

yaitu aljabar, analisis, dan geometri".3

Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah

Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkatan Pertama, Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas disebut matematika sekolah. Matematika Sekolah berorientasi kepada

kepentingan dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut menunjukkan bahwa

matematika sekolah tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai

ilmu. Karena memiliki perbedaan antara lain dalam hal “(1) penyajian, (2)

pola pikirnya, (3) keterbatasan semestanya. (4) tingkat keabstrakannya”.4

Oleh karena itu matematika sekolah memiliki peranan penting bagi

kehidupan siswa. Tidak hanya memenuhi kebutuhan praktisnya saja, tetapi

juga untuk mengembangkan sikap kritis, logis, sistematis, dan kreatif.

Perkembangan kognitif siswa dalam mengkonkritkan objek

matematika yang abstrak menjadi mudah dipahami oleh siswa perlu

diusahakan dalam pembelajaran matematika. Selain itu “struktur sajian

matematika sekolah tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata,

tetapi dapat juga digunakan pola pikir induktif. Ini tidak berarti bahwa

kemampuan berpikir deduktif dan memahami objek abstrak boleh

ditiadakan begitu saja”.5

Beberapa uraian di atas tentang matematika, penulis menyimpulkan

bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang logika mengenai

ide-ide, bilangan, bentuk, susunan dan besaran yang terbagi ke dalam tiga

bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Dengan matematika kita dapat

berlatih berpikir secara logis dan dengan matematika ilmu pengetahuan

yang lainnya bisa berkembang dengan cepat.

                                                            

3 Erman Suherman,dkk., Strategi Pembelajaran..., h. 18. 4 Wati Susilawati, Belajar & Pembelajaran Matematika, h.7. 5 R. Soedjadi dan Djoko Musno, Matematika 2: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama, (Jakarta: Balai Pustaka,1996), h. 1. 

 

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

11 

 

b. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika

Banyak para ahli dalam bidang pendidikan yang mengemukakan

tentang definisi atau pengertian belajar. Menurut Walker, ”Belajar adalah

suatu perubahan-perubahan sebagai akibat dari mengalami”. Sedangkan

menurut Houle, Belajar adalah proses aktif yang menghasilkan perubahan

perilaku baik pengetahuan, keterampilan dan perasaan. Bahkan ada yang

mendefinisikan bahwa ”Belajar adalah usaha aktif seseorang, artinya tanpa

adanya usaha aktif tidak akan terjadi proses belajar pada diri orang

tersebut”.6

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri karena

siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Skinner berpandangan bahwa ”Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat

orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia

tidak belajar maka responnya menurun”.7

Belajar sering diartikan sebagai penambahan pengetahuan. Ada

pula yang berpendapat bahwa belajar adalah perubahan perilaku karena

pengalaman. Pengertian belajar yang lain dikemukakan oleh Fontana.

Menurut Fontana, belajar adalah ”suatu proses perubahan yang relatif tetap

dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman”.8 Belajar adalah

kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental

dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti,

bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat

bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di

sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

                                                            

6 Soedijanto Padmowihardjo, Psikologi belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 1.18. 

7 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 9. 

8 Udin S. Wiranataputra, dkk., Hakikat Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.2. 

 

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

12 

 

Berdasarkan perbedaan-perbedaan pendapat di atas mengenai

pengertian belajar, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah usaha

aktif yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan proses yang terjadi yang membuat seseorang melakukan

proses belajar disebut pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia kata pembelajaran diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar”. Dalam Undang-undang Republik

Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

disebutkan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.9

Istilah pengajaran bergeser menjadi pembelajaran yang diartikan

sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk merubah

perilaku siswa ke arah positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan

perbedaan yang dimiliki siswa. Menurut Gagne dalam pembelajaran,

”peran guru lebih ditekankan kepada bagimana merancang atau

mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk

digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu”.10

Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk

menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya kita menggunakan

istilah “proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Menurut Gagne,

Briggs, dan Wager, pembelajaran adalah ”serangkaian kegiatan yang

dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa”.11

Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa

untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Dari                                                             

9 UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 5. 

10 Wati Susilawati, Belajar & Pembelajaran..., h. 23-24. 11 Udin S. Wiranataputra, dkk., Belajar..., h. 1.6. 

 

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

13 

 

pengertian tersebut pembelajaran matematika meliputi guru, siswa, proses

pembelajaran, dan materi matematika sekolah. Dan dapat dikatakan

pembelajaran matematika sekolah merupakan suatu proses yang sangat

kompleks.

Pada pembelajaran matematika prinsip belajar adalah “berbuat,

berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan”.12

Berbuat salah satunya menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang

diperlukannya. Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara

penyelesaian secara informal dalam pembelajaran matematika di kelas.

Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang

yang telah mengetahui sebelumnya. Oleh karena itu, materi yang diberikan

kepada siswa bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara

penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru lebih banyak berperan

sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu.

Paradigma pembelajaran bercirikan adanya aktivitas siswa agar

siswa belajar bagaimana belajar itu, bahkan merasakan munculnya habit

learning bagaimana belajar itu. Bagaimana guru membelajarkan siswa.

Hal ini bisa terlaksana bila proses pembelajaran dapat mengajak siswa

terlibat mengkonstruk konsep/prinsip matematika sejalan dengan

pandangan konstrukvis, untuk mengerti merupakan proses adaptif dengan

mengorganisasikan pengalaman siswa.

Pembelajaran terdiri dari semua aktivitas bertujuan dari guru yang

diarahkan untuk mempermudah belajar oleh siswa. Pembelajaran menurut

Wahyudin, adalah ”suatu proses aktif dan menuntut supaya para siswa ikut

serta dalam aktivitas yang tidak mesti bersifat lahir dan fisik, dapat saja

berupa menyimak, membaca, dan berpikir”.13

                                                            

12 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,2008), h. 95.  

13 Wati Susilawati, Belajar & Pembelajaran..., h. 26. 

 

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

14 

 

Aktivitas pembelajaran tidak terlepas dari adanya interaksi. Dalam

pembelajaran, interaksi sangat diperlukan. Karena tanpa interaksi proses

pembelajaran tidak akan berlangsung maksimal. Menurut Wiranataputra,

”Pembelajaran adalah adanya interaksi”. Interaksi tersebut antara siswa

yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan guru, siswa

lainnya, tutor, media, atau sumber lainnya. Ciri lain dari pembelajaran

adalah ”adanya komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama

lain. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan, dan

evaluasi pembelajaran”.14

Merujuk pada pengertian pembelajaran di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang mengacu pada tujuan

yang sistematik dan terarah untuk mewujudkan perubahan tingkah laku

yang positif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pembelajaran

harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari

pengalaman dalam belajar.

c. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Matematika

Indonesia telah mempunyai tujuan pendidikan yang tercantum dalam

GBHN. Semua kegiatan dan usaha pendidikan harus diarahkan pada

pencapaian tujuan tersebut. Tujuan yang dimaksud dalam kegiatan

pembelajaran adalah tujuan pengajaran, atau yang umum dikenal dengan

tujuan instruksional. Bahkan sekarang lebih dikenal dengan istilah

kompetensi.

Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang dikutip dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia bahwa mata

                                                            

14 Udin S. Wiranataputra, dkk., Belajar…, h. 1.6. 

 

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

15 

 

pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut:15

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma atau secara

luas, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan-gagasan dengan simbol, tabel,

diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya dalam

pemecahan masalah.

Menurut Muttaqin, “pengajaran merupakan perpaduan dari dua

aktivitas mengajar dan aktivitas belajar”. Aktivitas mengajar menyangkut

peranan guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan

komunikasi harmonis antara belajar dan mengajar. Jalinan komunikasi ini

menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pengajaran yang berlangsung

dengan baik.16

                                                            

15Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, h. 346. 

16 http://muttaqinhasyim,wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajar... , 13 Agustus 2009 at 10:23, h. 2. 

 

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

16 

 

Antara nilai dan tujuan pendidikan memang erat hubungannya.

Seseorang ingin mencapai atau mendapatkan sesuatu karena ia

menganggap hal itu bernilai baginya. Kita berminat atau mengarahkan

perhatian kita pada pengajaran matematika karena kita tahu nilai-nilai

yang terkandung didalamnya.

Pengertian seseorang tentang manfaat matematika dan kegunaan

matematika akan meningkatkan minatnya terhadap matematika. Guru

harus dapat menjelaskan kepada siswa mengapa ia belajar matematika,

bahwa dengan mempelajarinya ia mendapat banyak keuntungan.

Pengetahuan seorang guru akan berbagai nilai yang terdapat dalam

matematika akan membimbing dan merangsangnya untuk mencari metode

dan media yang efektif dalam mengajarkannya. Nilai-nilai tersebut dapat

dijadikan kriteria dalam mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan suatu

usaha pendidikan. Pengetahuan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam

matematika ini akan membuat pengajaran matematika lebih terarah dan

bermakna.

Nilai-nilai yang terdapat dalam matematika yang membuktikan

tentang pentingnya peranan matematika dalam pendidikan, diantaranya:

1. Nilai Praktis

Membilang, menambah, mengurangi, mengalikan, membagi,

menimbang, mengukur, menjual, membeli kesemuanya itu adalah

istilah yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diberikan dan

ditanamkan secara efektif dan sistematik dengan mengajarkan

matematika di sekolah.

 

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

17 

 

2. Nilai Disiplin

Locke menyatakan bahwa “matematika merupakan sarana untuk

menanamkan kebiasaan menalar di dalam pikiran orang”.17 Jadi

matematika melatih dan mendisiplin pikiran. Matematika merupakan

pengetahuan yang eksak, benar, dan langsung menuju sasaran dan

karenanya dapat menyebabkan timbulnya disiplin dalam pikiran. Para

siswa harus dapat menunjukkan kebenaran atau kesalahan sebuah

pernyataan, sehingga kebenaran dalam matematika adalah eksak dan

pasti.

3. Nilai Budaya

Perkembangan dan kemajuan berbagai macam ilmu pengetahuan

memerlukan bantuan matematika, jadi tergantung juga kepada

kemajuan matematika. Sehingga tidak berlebihan bila ada orang yang

menyatakan bahwa matematika merupakan cermin dari peradaban

umat manusia. Matematika memiliki nilai budaya, dan kebudayaan ini

akan terus berkembang. Matematika membantu manusia dalam

menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Kesejahteraan umat

manusia dan kemajuan kebudayaan banyak didukung oleh kemajuan

matematika.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa

aspek penting dari warisan budaya umat manusia berbentuk

matematika, dan belajar serta mengajar matematika itu merupakan

proses pewarisan kepada generasi yang akan datang.

                                                            

17 Sujono, Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah, (Jakarta: 1988), h. 8. 

 

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

18 

 

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Terstruktur

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning berasal dari

kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama

dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau

satu tim. Menurut Slavin, yang dikutip oleh Isjoni, mengemukakan, “In

cooperative learning methods, students work together in four member

teams to master material initiallt presented by the teacher”.18 Dari uraian

tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu

model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang kolaboratif sehingga dapat

merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Menurut Lie, “Pembelajaran Kooperatif adalah sistem pembelajaran

yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan

sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur dan dalam sistem ini guru

bertindak sebagai fasilitator”.19

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan

partisipasi dan kerja sama dalam meningkatkan cara belajar siswa menuju

belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial.

Tujuan utama dalam penerapan model Pembelajaran Kooperatif adalah

agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-

temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan

menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

                                                            

18 Isjoni, Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. 2, h. 15. 

19 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h. 189-190. 

 

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

19 

 

Menurut Stahl, ”dengan melaksanakan model cooperative learning

memungkinkan siswa meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu

juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan

berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill),20 seperti

keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan

masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi

timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.

Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; (a) setiap anggota

memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, (c)

setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga

teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan

keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya

berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Menurut Johnson dan Johnson ,”Tidak semua kerja kelompok dapat

dianggap pembelajaran kooperatif”. Kerja kelompok dapat menjadi

pembelajaran kooperatif, jika ada hal-hal sebagai berikut:21

1) Saling ketergantungan positif

Fokus dari pembelajaran kooperatif adalah pencapaian

keberhasilan kerja sama kelompok. Keberhasilan kelompok ini

sangat tergantung pada kerja sama dan usaha setiap anggota

kelompok. Setiap anggota memiliki peran yang sama besar dan

semuanya bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama.

Artinya, setiap anggota harus memberikan kontribusi yang sama

dalam setiap upaya kelompok dalam mengerjakan tugasnya.

                                                            

20 Isjoni, Cooperative Learning: Mengembangkan..., h. 23. 21 Yudha M. Saputra dan Iis Marwan, Strategi Pembelajaran ..., h. 60-63. 

 

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

20 

 

2) Tanggung jawab perseorangan

Aspek ini merupakan akibat langsung dari aspek

pembelajaran kooperatif yang pertama yaitu ketergantungan

positif. Artinya, setiap siswa memiliki tanggung jawab pribadi atau

perseorang dalam ikatan kerja sama yang memunculkan rasa saling

ketergantungan yang bernilai positif karena masing-masing

memiliki peran untuk bersama-sama.

3) Tatap muka

Tatap muka merupakan salah satu faktor penting yang harus

ada dalam setiap penerapan strategi pembelajaran kooperatif.

Kegiatan ini memberikan kesempatan yang sangat besar bagi para

peserta didik untuk saling bertemu muka dan mendiskusikan ha-hal

penting yang berkaitan dengan kepentingan kelompok mereka

dalam mencapai tujuan bersama.

Inti dari kegiatan tatap muka adalah kemampuan untuk

menghargai berbagi perbedaan pendapat yang muncul dari setiap

anggota kelompok. Selain itu juga kemampuan siswa untuk dapat

memanfaatkan berbagai pendapat itu untuk mengisi kekurangan

masing-masing. Hal ini mengingat setiap anggota kelompok

memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama

lainnya. Perbedaan ini tentu saja menjadi modal utama dalam

memperkaya pengetahuan kelompok.

4) Komunikasi antar anggota

Komunikasi ini diperlukan untuk mendukung keberhasilan

suatu kelompok agar dapat mengutarakan pendapat mereka serta

mendengarkan pendapat dari orang lain. Keterampilan

berkomunikasi merupakan modal yang penting agar dapat

menjalankan interaksi sosial yang baik meskipun keterampilan ini

 

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

21 

 

tidak begitu saja dikuasai oleh anak. Tetapi paling tidak, dengan

strategi ini anak memiliki pengalaman belajar dan pembinaan

perkembangan mental dan emosional para anak.

5) Evaluasi proses kelompok

Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, strategi

pembelajaran kooperatif juga memiliki evaluasi yang dilaksanakan

secara langsung atau yang lebih dikenal dengan penilaian terus-

menerus. Penilaian yang dilakukan oleh guru tidak hanya penilaian

terhadap hasil kerja kelompok itu saja, tetapi juga penilaian

terhadap masing-masing individu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang

dilakukan secara berkelompok, dimana siswa belajar dan bekerja sama

dengan siswa lainnya untuk mencapai tujuan bersama.

b. Pengertian Kepala Bernomor Terstruktur

Tipe belajar mengajar Kepala Bernomor Terstruktur atau Numbered

Heads Terstruktur merupakan modifikasi Kepala Bernomor yang dipakai

oleh Spencer Kagan. Tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini memudahkan

pembagian tugas.22 Dengan tipe ini siswa belajar melaksanakan tanggung

jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan

kelompoknya.

Lie mengemukakan beberapa aktivitas Pembelajaran Kooperatif

dengan tipe Kepala Bernomor Terstruktur, diantaranya:23

1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok

mendapat nomor.                                                             

22 Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), Cet ke-6, h. 60. 

23 Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan…, h. 60. 

 

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

22 

 

2. Penugasan diberikan kepada setiap kelompok berdasarkan nomornya.

Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan

mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan

penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian

soal. Siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.

3. Jika perlu (untuk tugas-tugas yang lebih sulit), guru juga bisa

mengadakan kerja sama antar kelompok. Siswa bisa diminta keluar

dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang

bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini, siswa

dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan

hasil karja mereka.

Untuk efisiensi pembentukan kelompok dan penstrukturan tugas,

tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini dapat dipakai dalam kelompok yang

dibentuk permanen. Dengan kata lain, anak didik diminta mengingat

kelompok dan nomornya sepanjang catur wulan atau semester. Supaya ada

pemerataan tanggung jawab, penugasan berdasarkan nomor dapat diubah-

ubah. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas mengumpulkan data kali ini,

tetapi akan disuruh melaporkan pada kesempatan yang lain.

Sebagai variasi tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini juga dapat

dilanjutkan untuk mengubah komposisi kelompok dengan cara yang

efisien. Pada saat-saat tertentu, anak didik dapat keluar dari kelompok

yang biasanya dan bergabung dengan anak didik–anak didik lain yang

bernomor sama dari kelompok lain. Cara ini dapat digunakan untuk

mengurangi kebosanan atau kejenuhan jika guru mengelompokkan anak

didik secara permanen.

 

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

23 

 

Sedangkan Yatim menyatakan langkah-langkah tipe Kepala

Bernomor Terstruktur, diantaranya:24

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok

mendapat nomor.

2. Penugasan diberikan kepada siswa berdasarkan nomor terhadaap

tugas yang berangkai. Misalnya: siswa nomor 1 bertugas mencatat

soal. Siswa nomor 2 mengerjakan soal dan siswa nomor tiga

melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.

3. Jika perlu, guru bisa meminta kerja sama antar kelompok. Siswa

keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa

dengan tugas yang sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini

siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau

mencocokkan hasil kerja mereka.

4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.

5. Merumuskan rangkuman.

Berdasarkan uraian di atas mengenai langkah-langkah tipe Kepala

Bernomor Terstruktur, maka penulis menyimpulkan langkah-langkah

tersebut berdasarkan pendapat Lie dan Yatim, sebagai berikut:

1. Guru mengarahkan siswa ke dalam beberapa kelompok. Setiap

kelompok terdiri atas 4 orang siswa. Setiap siswa dalam setiap

kelompok mendapat nomor.

2. Guru memberikan lembar kerja yang berisi materi dan latihan soal

kepada siswa. Penugasan diberikan kepada setiap kelompok

berdasarkan nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas

                                                            

24 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. 1, h. 277-278. 

 

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

24 

 

membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang

mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2

bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat

jawaban akhir penyelesaian soal, dan siswa nomor 4 melaporkan

hasil kerja kelompok ke depan kelas.

3. Setelah semua kelompok mengerjakan lembar kerja yang telah di

bagikan oleh guru, siswa nomor 4 dari semua kelompok maju ke

depan secara bergiliran untuk melaporkan hasil kerja mereka dan

siswa yang lainnya memberi tanggapan. Siswa nomor 3 bertugas

mencatat tanggapan yang diberikan oleh siswa lain.

4. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan jawaban yang benar.

3. Aktivitas Belajar

a. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas artinya “keaktifan/kegiatan”.25 Pada prinsipnya belajar

adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan

kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.

Aktivitas dalam belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

sehari-hari di dalam kelas atau dalam istilah kata proses belajar mengajar.

Aktivitas dalam belajar dilakukan bila keduanya hadir, adanya guru dan

siswa. Aktivitas itu sendiri berupa: kehadiran, pembahasan materi

pelajaran, adanya diskusi antara guru dan siswa, dan lain sebagainya.

Interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran

akan menimbulkan aktivitas. Di bawah ini beberapa pandangan mengenai

konsep aktivitas belajar diantaranya26:                                                             

25 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Cet. ke-3, h. 23. 

 

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

25 

 

1. Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya

beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang

berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan

untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang

mengendalikan tingkah laku siswa.

2. Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan

jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan

untuk berbuat. Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah,

sehingga variasinya semakin banyak dan beraneka ragam pula.

Menurut beberapa pengertian aktivitas di atas, maka penulis

menyimpulkan bahwa aktivitas merupakan inti dari suatu proses belajar,

karena belajar merupakan suatu kegiatan. Dapat dikatakan bahwa aktivitas

merupakan asas yang terpenting karena belajar merupakan suatu kegiatan.

Tanpa kegiatan atau bergerak tak mungkin seorang dikatakan belajar.

Aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun

mental. Dalam kegiatan belajar mengajar, kedua aspek harus selalu

berkaitan. Dengan begitu apapun yang dilakukan tidak terlepas dari tujuan

belajar yang sebenarnya karena aktivitas dan keduanya akan membuahkan

aktivitas belajar yang optimal.

b. Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian,

di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas.27 Oleh

sebab itu, banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di

sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat

seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional.

                                                                                                                                                                   

26 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), Cet. II, h. 170. 

27 Sardiman , Interaksi dan Motivasi..., h. 100. 

 

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

26 

 

Seorang guru harus mampu membedakan jenis-jenis aktivitas apa

yang dilakukan siswa serta menentukan aktivitas apa saja yang hendak

dicapai dalam tujuan pembelajaran. Diedrich membuat suatu daftar yang

berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan

sebagai berikut:28

1. Visual activities

Membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pendapat

orang lain.

2. Oral activities

Menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan

pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities

Mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities

Menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin.

5. Drawing activities

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, dan pola.

6. Motor activities

Melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,

bermain, berkebun, berternak.

7. Mental activities

Menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,

melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

                                                            

28 Sardiman, Interaksi dan Motivasi..., h. 101 

 

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

27 

 

8. Emotional activities

Minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani,

tenang, gugup.

Jadi dengan klarifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas,

menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi.

Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah,

tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-

benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.

Sedangkan secara lebih sederhana, contoh berbagai aktivitas belajar

menurut Djamarah yaitu:29

1) Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang

yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan.

2) Memandang

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek.

Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena

dalam memandang itu mata yang memegang peranan penting.

3) Meraba, membau, mencicipi/mengecap.

Aktivitas meraba, membau, mencicipi adalah indra manusia

yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar.

4) Menulis atau mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak

terpisahkan dari aktivitas belajar.

                                                            

29 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2002), Cet I, h. 38-45.

 

 

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

28 

 

5) Membaca

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak

dilakukan selama belajar di sekolah.

6) Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi

Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal

mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk

masa-masa yang akan datang.

7) Mengamati tabel-tabel, diagaram-diagram dan bagan-bagan

Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagaram-diagram dan bagan-

bagan jangan diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal

tertentu yang tidak termasuk dalam penjelasan melalui tulisan.

8) Menyusun paper atau kertas kerja

Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus

metodologis dan sistematis.

9) Mengingat

Mengingat merupakan gejala psikologis. Perbuatan mengingat

dilakukan bila seseorang sedang mengingat-ingat kesan yang

telah dipunyai.

10) Berpikir

Berpikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang

memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi

tahu tentang hubungan antara sesuatu.

11) Latihan atau praktek

Latihan merupakan cara yang baik untuk memperkuat ingatan.

Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih

 

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

29 

 

fungsional. Dengan demikian, aktivitas latihan dapat

mendukung belajar yang optimal.

Dari contoh-contoh aktivitas di atas, perlu diperhatikan bahwa

peserta didik belajar dengan gaya mereka masing-masing. Sehingga

kepekaan dan keahlian guru dalam menentukan strategi pembelajaran

sangat penting agar aktivitas belajar siswa dapat optimal. Prinsip

aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada pandangan psikologis

bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan

(mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri dan pengalaman sendiri.

c. Aktivitas dalam Pembelajaran Matematika

Aktivitas dalam pembelajaran matematika sangatlah penting.

Tanpa aktivitas siswa tidak akan belajar, karena belajar merupakan

bagian dari aktivitas.

Aktivitas banyak macamnya. Dalam penelitian ini, jenis-jenis

aktivitas yang dapat diukur penulis dalam pembelajaran matematika

antara lain:

a) Visual Activities

Visual activities yang akan diteliti oleh guru adalah sejauh

mana aktivitas siswa dalam membaca LKS dan sejauh mana siswa

memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat

diskusi. Karena sebelum langkah-langkah Kepala Bernomor

Terstruktur dilakukan siswa diharuskan untuk membaca LKS yang

telah guru bagikan terlebih dahulu hal ini bertujuan agar siswa

lebih dapat memahami materi yang akan dipelajari. Begitupula

dengan aktivitas memperhatikan, siswa diharuskan memperhatikan

guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi

berlangsung dengan teman kelompok maupun di luar kelompok.

 

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

30 

 

b) Oral Activities

Oral activities yang akan diteliti oleh guru adalah sejauh mana

siswa dapat mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak

dipahaminya dan mencari bantuan dalam memecahkan masalah,

serta sejauh mana siswa menanggapi siswa lain dalam melaporkan

hasil kerjanya sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam

diskusi kelompok. Dari kedua aktivitas tersebut, guru dapat melihat

sejauh mana siswa dapat mengembangkan aktivitasnya dalam

mengajukan pertanyaan dan menanggapi hasil kerja kelompok lain

dalam belajar.

c) Writing Activities

Menurut Djamarah, ”menulis atau mencatat merupakan

kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar”.30 Mencatat

termasuk sebagai aktivitas belajar apabila dalam mencatat siswa

dapat menyadari kebutuhan dan tujuannya. Dalam tipe Kepala

Bernomor Terstruktur kegiatan mencatat dilakukan pada saat guru

menjelaskan materi di awal pertemuan.

d) Mental Activities

Mental activities yang diukur dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Siswa dituntut

untuk dapat memecahkan masalah berupa soal yang diberikan oleh

guru dalam LKS. Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur menuntut siswa dapat  memecahkan masalah yang

terdapat dalam LKS atau dari pertanyaan teman yang lain.

e) Emotional Activities

Minat dan antusias, jika siswa ada kemauan dalam mengikuti

pelajaran matematika dan sangat bersemangat ketika sedang

melaksanakan diskusi.

                                                            

30 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi..., h. 40. 

 

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

31 

 

Senang, aktivitas siswa dikelompokkan ke dalam kategori ini,

jika siswa dalam mengikuti pelajaran dapat memberikan respon

yang baik atau sebaliknya. Dengan adanya Pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat mengetahui

antusias siswa dan rasa senang siswa terhadap pembelajaran

matematika.

B. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

1. Ciswandi, dalam penelitiannya yang berjudul ”Pembelajaran Kooperatif

Model SNH (Structured Numbre Head) Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Siswa”, memberikan kesimpulan bahwa Pembelajaran

Kooperatif model SNH memberikan dampak positif terhadap hasil belajar

matematika siswa.31

2. Penelitian yang dilakukan oleh Reny Subarkah Jurusan Pendidikan

Matematika di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program S1. Penelitian

tersebut berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa”. Penelitian tersebut

dilakukan di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa

meningkat, yaitu pada siklus I sebesar 36,6% menjadi 74,0% pada siklus

II.32

                                                            

31 Ciswandi, “Pembelajaran Kooperatif Model SNH (Structured Numbre Head) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 62. 

32 Reny Subarkah, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 100.

 

 

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

32 

 

C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Belajar pada dasarnya merupakan suatu perubahan. Proses usaha aktif

seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju

arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar sering kali tidak mampu

mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku

sebagaimana yang diharapkan. Terutama pada mata pelajaran matematika. Hal itu

menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan

hambatan dalam mencapai hasil belajar.

Sementara itu, setiap siswa untuk mencapai kesuksesan dalam belajar

mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang mencapainya tanpa

kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa yang mengalami kesulitan, sehingga

menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya.

Siswa yang mempunyai kesulitan dalam belajar, biasanya lebih senang

mengobrol, mengganggu temannya dalam belajar, bahkan tidak memperhatikan

guru pada saat menerangkan pelajaran. Hal ini membuat siswa tidak dapat

mengikuti pelajaran matematika dengan baik.

Sistem pembelajaran di sekolah-sekolah kita kebanyakan menggunakan

model pembelajaran yang cenderung membuat siswa hanya diam menerima

informasi yang diberikan guru. Siswa tidak berperan banyak dalam model

pembelajaran seperti ini. Secara teori, siswa seharusnya dibuat aktif dalam

pembelajaran karena keaktifan siswa dalam belajar membuat kegiatan belajar

mengajar di kelas akan lebih efektif. Keaktifan yang dimaksud adalah

keingintahuan siswa terhadap materi yang disajikan, diimplementasikan dalam

bentuk pertanyaan dan kemauan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang

diberikan pada saat pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran

yang tepat dan dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

Salah satu model pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif adalah

Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning. Pembelajaran Kooperatif

merupakan suatu pembelajaran yang berorientasi pada kerja kelompok, dengan

kata lain pada pembelajaran di kelas siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok

 

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

33 

 

kecil. Namun Pembelajaran Kooperatif tidak sekedar kerja kelompok biasa.

Dalam Pembelajaran Kooperatif peran dan keaktifan siswa diutamakan. Siswa

diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya dan kemudian

mengembangkan pemikirannya tersebut.

Pembelajaran Kooperatif memiliki banyak tipe dan strategi, salah satunya

adalah Kepala Bernomor Terstruktur atau Numbered Heads Terstruktur. Tipe ini

modifikasi dari tipe Kepala Bernomor yang dipakai Spencer Kagan. Dengan tipe

ini siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling

keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya.

Proses pembelajaran yang akan terjadi terdiri dari beberapa siklus. Pada

siklus I, siswa akan dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri

atas empat orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok akan mendapatkan

nomor sesuai dengan tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Pembagian anggota

kelompok dalam penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan tipe Kepala

Bernomor Terstruktur dilakukan secara heterogen, baik dari segi kemampuan

akademik maupun jenis kelamin. Dalam melaksanakan tugasnya, diharapkan

siswa dapat bekerja sama dan saling membantu sehingga tercipta interaksi yang

dinamis antara siswa dengan kelompok belajarnya serta siswa dapat mengeluarkan

ide-ide mereka dengan berbagi kepada teman sekelasnya. Jika pada siklus I target

yang diinginkan belum tercapai, maka peneliti akan melanjutkannya ke siklus II.

Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II harus memiliki perbedaan

dengan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dan tindakan pada siklus II

merupakan refleksi tindakan dari siklus I. Pada siklus II ini, peneliti harus lebih

memfokuskan lagi aktivitas apa yang harus ditingkatkan melalui refleksi tindakan

pada siklus I. Selain itu pada siklus II ini peneliti akan memberikan reward berupa

nilai tambah kepada kelompok siswa yang telah mengerjakan tugas LKS tepat

waktu dan nilai tambah bagi siswa yang aktif dalam menanggapi laporan

kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi lagi dalam belajar

matematika melalui penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

 

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK · PDF filePENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF ... aktivitas menulis 75%, aktivitas mental 70%, ... BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

34 

 

 

Bernomor Terstruktur. Jika pada siklus II ini target yang diinginkan belum

terpenuhi, maka penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus III dengan tindakan

siklus II sebagai refleksinya. Tetapi jika pada siklus II ini target yang diinginkan

sudah tercapai, maka penelitian ini akan dihentikan dan berakhir pada siklus II.

Pada penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur, setiap siswa akan diobservasi untuk diamati pada setiap aktivitas yang

dilakukannya di dalam kelas seperti aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas

menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Dengan cara ini guru dapat

mengetahui aktivitas belajar apa yang dilakukan oleh masing-masing siswa.

Dengan cara ini juga setiap siswa dapat mengetahui bahwa dalam memahami

sesuatu banyak cara dan aktivitas yang dilakukannya. Dengan demikian, berarti

model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat

meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan hipotesis

tindakan sebagai berikut: Diduga penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe

Kepala Bernomor Terstruktur pada pelajaran matematika dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa.