PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK...
Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK...
33
kecil. Namun Pembelajaran Kooperatif tidak sekedar kerja kelompok biasa.
Dalam Pembelajaran Kooperatif peran dan keaktifan siswa diutamakan. Siswa
diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya dan kemudian
mengembangkan pemikirannya tersebut.
Pembelajaran Kooperatif memiliki banyak tipe dan strategi, salah satunya
adalah Kepala Bernomor Terstruktur atau Numbered Heads Terstruktur. Tipe ini
modifikasi dari tipe Kepala Bernomor yang dipakai Spencer Kagan. Dengan tipe
ini siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling
keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya.
Proses pembelajaran yang akan terjadi terdiri dari beberapa siklus. Pada
siklus I, siswa akan dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri
atas empat orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok akan mendapatkan
nomor sesuai dengan tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Pembagian anggota
kelompok dalam penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan tipe Kepala
Bernomor Terstruktur dilakukan secara heterogen, baik dari segi kemampuan
akademik maupun jenis kelamin. Dalam melaksanakan tugasnya, diharapkan
siswa dapat bekerja sama dan saling membantu sehingga tercipta interaksi yang
dinamis antara siswa dengan kelompok belajarnya serta siswa dapat mengeluarkan
ide-ide mereka dengan berbagi kepada teman sekelasnya. Jika pada siklus I target
yang diinginkan belum tercapai, maka peneliti akan melanjutkannya ke siklus II.
Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II harus memiliki perbedaan
dengan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dan tindakan pada siklus II
merupakan refleksi tindakan dari siklus I. Pada siklus II ini, peneliti harus lebih
memfokuskan lagi aktivitas apa yang harus ditingkatkan melalui refleksi tindakan
pada siklus I. Selain itu pada siklus II ini peneliti akan memberikan reward berupa
nilai tambah kepada kelompok siswa yang telah mengerjakan tugas LKS tepat
waktu dan nilai tambah bagi siswa yang aktif dalam menanggapi laporan
kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi lagi dalam belajar
matematika melalui penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
34
Bernomor Terstruktur. Jika pada siklus II ini target yang diinginkan belum
terpenuhi, maka penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus III dengan tindakan
siklus II sebagai refleksinya. Tetapi jika pada siklus II ini target yang diinginkan
sudah tercapai, maka penelitian ini akan dihentikan dan berakhir pada siklus II.
Pada penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur, setiap siswa akan diobservasi untuk diamati pada setiap aktivitas yang
dilakukannya di dalam kelas seperti aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas
menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Dengan cara ini guru dapat
mengetahui aktivitas belajar apa yang dilakukan oleh masing-masing siswa.
Dengan cara ini juga setiap siswa dapat mengetahui bahwa dalam memahami
sesuatu banyak cara dan aktivitas yang dilakukannya. Dengan demikian, berarti
model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan hipotesis
tindakan sebagai berikut: Diduga penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe
Kepala Bernomor Terstruktur pada pelajaran matematika dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1) Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai model Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII-B SMP
Islam Al-Ikhlas Cipete.
2) Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan Maret-Juli ajaran
2009/2010.
Tabel 1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli 1 Persiapan dan perencanaan √ 2 Observasi (studi lapangan) √ 3 Pelaksanaan pembelajaran √ √ 4 Analisis data √ 5 Laporan penelitian √
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research.
yaitu “suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.1
Tindakan tersebut dilakukan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa.
1 Suharsimi Arikunto, Peneltian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007) Cet
ke-4, h. 3.
36
Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki
dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses
pembelajaran. Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian
tindakan kelas, diharapkan kemampuan pendidik dan proses pembelajaran
semakin meningkat kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas
pendidikan.
Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan
(prapenelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang
dimaksud siklus adalah ”satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke
langkah semula”,2 dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah
instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan
berlangsung. Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa
yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian
bekerja sama dengan kolaborator (guru kelas) membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam proses
pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti membuat instrumen
penelitian yang terdiri dari lembar observasi, jurnal harian, lembar
wawancara, lembar catatan lapangan dan soal tes untuk akhir siklus.
b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe
Kepala Bernomor Terstruktur.
c. Pengamatan (Observing)
Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan.
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi
keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti
2 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian…, h. 20.
37
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang
telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan
skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses
dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, pengamatan dibantu oleh
guru kelas yang bertugas sebagai observer dan kolaborator. Sebagai
observer yaitu mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan
memberi penilaian terhadap peneliti dalam menerapkan model
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.
d. Refleksi (Reflecting)
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan
dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah
kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau
masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud
untuk memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan diterapkan
pada penelitian berikutnya.
2. Desain Penelitian
Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan
dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah
menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian
dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka
penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai
acuannya.
Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan
dengan alur sebagai berikut.
38
Bagan 1
Alur Prosedur Pelaksanaan PTK
Perencanaan
Pengamatan dan pengumpulan data
Perencanaan II
Refleksi Anaslisis Data Observasi
Selesai ? Siklus I
Masalah belum selesai
Alternatif pemecahan (Rencana Tindakan)
Pelaksanaan Tindakan
Refleksi Anaslisis Data Observasi
Selesai ? Siklus II
Siklus selanjutnya Masalah belum selesai
Pelaksanaan Tindakan
Alternatif pemecahan (Rencana Tindakan)
Permasalahan
C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil penelitian yang diharapkan sesuai dengan indikator keberhasilan,
bahwa hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika
siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan hasil persentase seluruh indikator aktivitas mencapai rata-rata
70% diantaranya aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas
mental, dan aktivitas emosional.
39
D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-B SMP Islam Al-Ikhlas
Cipete, observer yang terlibat dalam penelitian ini yaitu guru matematika kelas
VII-B sebagai pengamat jalannya penelitian sekaligus berperan sebagai
kolaborator.
Pada saat pelaksanaan tindakan guru matematika kelas membantu peneliti
mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru matematika
juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan
tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran
yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk
mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan
berikutnya.
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian. Peneliti
bekerja sama dengan guru matematika kelas sebagai kolaborator dan observer.
Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan pembelajaran,
melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya.
Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar
dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur dan mengamati aktivitas belajar matematika siswa selama proses
pembelajaran.
Kerja sama antara guru matematika kelas dan peneliti menjadi hal yang
sangat penting dan memiliki kedudukan yang setara dalam pelaksanaan tindakan
di dalam kelas, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab
yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.3
3 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian…, h. 63.
40
F. Tahapan Intervensi Tindakan
Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya prapenelitian atau
penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus,
terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi,
serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I,
penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh
memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III, dan
seterusnya. Bagan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kegiatan Pendahuluan 1. Observasi proses pembelajaran di
kelas 2. Observasi tingkat aktivitas belajar
siswa 3. Wawancara dengan guru kelas 4. Wawancara dengan siswa
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur
b. Membuat pedoman observasi c. Membuat pedoman wawancara d. Membuat jurnal harian e. Membuat soal tes siklus I untuk siswa
2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus I.
2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus I.
41
3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran.
c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.
4. Tahap Refleksi Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran siklus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur b. Menyiapkan pedoman observasi c. Menyiapkan pedoman wawancara d. Menyiapkan lembar jurnal harian siswa e. Membuat soal tes siklus II untuk siswa
2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus II.
3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses
pembelajaran. c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.
42
4. Tahap Refleksi Mengevalusi proses pembelajaran siklus II. Apabila indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
Bagan 2
Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Adapun uraian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Survei Awal
a) Pengamatan keadaan kelas
Waktu pelaksanaan : 8, 11, 15 Maret 2010
Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses
pembelajaran di kelas VII-B SMP Islam Cipete. Kegiatan ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran
matematika dan aktivitas belajar matematika siswa.
b) Wawancara
Waktu pelaksanaan : 5 Maret 2010
Wawancara dilaksanakan terhadap guru kelas untuk mengetahui minat
siswa terhadap pelajaran matematika, aktivitas belajar siswa, dan
permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas
tersebut.
c) Analisis dan refleksi
Waktu pelaksanaan : 18 Maret 2010
Analisis dan refleksi dari kegiatan prapenelitian (pendahuluan) ini
dilakukan menganalisa data yang diperoleh pada survei awal dan
kemudian dilakukan refleksi untuk memperoleh cara yang tepat untuk
43
mengatasi permasalahan yang muncul sehinggga dapat diberikan tindakan
yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran nanti.
2. Siklus I
a) Tahap perencanaan
Waktu Pelaksanaan : 3, 4, 5, 9 Maret 2010
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
Bernomor Terstruktur dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu
lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi kerjasama siswa
dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan,
pedoman wawancara untuk guru, serta lembar pertanyaan untuk siswa, dan
soal untuk tes pada akhir siklus I ini.
b) Tahap pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan : 12, 15, 19, 22, 26, dan 29 April 2010
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan
rencana pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur yang telah dibuat
sebelumnya. Dalam tahap ini, peneliti yang dalam hal ini sebagai
pelaksana tindakan menyampaikan gambaran umum materi yang akan
dipelajari kemudian guru mengarahkan siswa ke dalam beberapa
kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4 orang siswa. Setiap anggota
dalam setiap kelompok mendapat nomor sesuai dengan tugas-tugas yang
terdapat pada Kepala Bernomor Terstruktur. Misal, siswa nomor 1
bertugas membaca soal dan mencari unsur-unsur yang berhubungan
dengan soal, siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal, siswa
nomor 3 bertugas mencatat jawaban akhir penyelesaian soal dan siswa
nomor 4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok. Setiap
kelompok ditugaskan untuk membaca materi dalam LKS dan mengerjakan
perintah serta latihan atau soal. Masing-masing kelompok membagi tugas
44
kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal yang telah
diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada model
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Setelah
selesai mengerjakan, setiap kelompok harus memutuskan jawaban yang
dianggap paling benar dan memastikan setiap anggotanya mengetahui
jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan soal yang terdapat dalam
lembar kerja siswa, setiap siswa nomor 4 secara bergiliran melaporkan
hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
c) Tahap observasi
Waktu pelaksanaan : 12, 15, 19, 22, dan 26 April 2010
Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan
tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas
belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
d) Tahap analisis dan refleksi
Waktu Pelaksanaan : 8 Mei 2010
Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil
pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada
siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap
perencanaan siklus II.
3. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Waktu Pelaksanaan : 10, 11, 12, 13 Mei 2010
Pada tahap ini peneliti membuat skenario dan rencana pembelajaran yang
akan dilakukan pada siklus II. Pada kegiatan ini peneliti mempersiapkan
hal-hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus II sesuai
dengan hasil refleksi pada siklus I .
b. Tahap pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan : 17, 20, 24, 27, dan 31 Mei 2010
45
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan
rencana pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur yang telah dibuat
sebelumnya. Dalam tahap ini, peneliti bermaksud meningkatkan aktivitas
yang kurang pada siklus I, kemudian guru memberikan gambaran umum
tentang materi yang akan dibahas. Siswa dibuat kembali menjadi beberapa
kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Masing-masing
kelompok membagi tugas kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan
atau soal yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang
terdapat pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur. Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok.
Setiap kelompok ditugaskan untuk membaca materi dalam LKS dan
mengerjakan perintah serta latihan atau soal. Masing-masing kelompok
membagi tugas kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal
yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat
pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.
Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok harus memutuskan jawaban
yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggotanya
mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan soal yang
terdapat dalam lembar kerja siswa, setiap siswa nomor 4 secara bergiliran
melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Hanya saja aktivitas
yang lebih ditekankan berbeda sesuai dengan aktivitas yang kurang pada
siklus I. Selain itu juga peneliti memberikan reward berupa tambahan nilai
kepada kelompok yang menyelesaikan tugas LKS tepat waktu dan reward
untuk siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok. Hal ini
bertujuan agar siswa termotivasi dalam menyelesaikan soal-soal yang
terdapat dalam LKS dan dalam menanggapi laporan kelompok.
c. Tahap observasi
Waktu pelaksanaan : 17, 20, 24, 27 Mei 2010
46
Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan
tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas
belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Tahap analisis dan refleksi
Waktu pelaksanaan : 1, 2, 3, dan 4 Juni 2010
Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil
pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada
siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa
indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila
indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke
siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.
G. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif.
1. Data kualitatif : hasil observasi proses pembelajaran, hasil observasi
aktivitas belajar matematika siswa, hasil observasi aktivitas kerjasama
siswa dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan
lapangan, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, dan hasil
dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).
2. Data kuantitatif : nilai hasil tes tiap siklus.
Sumber data : sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan
peneliti.
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi aktivitas belajar matematika siswa; diperoleh dari lembar
observasi aktivitas yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.
2. Observasi aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok; diperoleh dari
lembar observasi yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.
47
3. Jurnal harian siswa; digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.
4. Nilai hasil belajar diperoleh dari tes hasil belajar siswa yang dilakukan
pada setiap akhir siklus.
5. Wawancara; peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan
siswa pada tahap pra penelitian dan pada akhir siklus.
6. Catatan lapangan; catatan lapangan ini dilakukan ketika proses
pembelajaran berlangsung untuk mencatat kejadian-kejadian selama
proses pembelajaran yang tidak teramati dari lembar observasi.
7. Dokumentasi; dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang
diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus.
Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator melakukan
analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang perkembangan
aktivitas belajar matematika siswa, tentang kelebihan dan kekurangan penelitian
tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
I. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Instrumen Tes
Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap
akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran,
tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika
siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah
diberikan pada kedua siklus sebagai implikasi dari PTK.
48
Tabel 2
Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I
No Kompetensi Dasar
Indikator Kemampuan Bentuk Soal
Nomor soal C1 C2 C3
1. Mengidentifikasi
sifat-sifat
segitiga
berdasarkan sisi
dan sudutnya
Mendefinisikan
pengertian
segitiga dan
jenis-jenis
segitiga
√
√
Essay
1 2
Menyebutkan
sifat-sifat
segitiga
istimewa.
√
Essay
3
Menentukan
jumlah sudut-
sudut segitiga
√
Essay
4, 5
Menentukan
ketidaksamaan
pada sisi segitiga
√
Essay
6
Menentukan
hubungan besar
sudut dan
panjang sisi
suatu segitiga
√
Essay
7, 8
Jumlah 8 Keterangan: C1 = Ingatan C2 = Pemahaman C3 = Aplikasi
49
Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II
No Kompetensi Dasar
Indikator Kemampuan Bentuk Soal Nomor soal C1 C2 C3
1. Mengidentifikasi
sifat-sifat
segitiga
berdasarkan sisi
dan sudutnya
Menentukan
sudut luar
segitiga
√
Essay
1, 2
2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
Menemukan
rumus umum
keliling
segitiga dan
menghitung
keliling
segitiga
√
Essay
3, 4
Menemukan
rumus umum
luas segitiga
dan
menghitung
luas segitiga.
√
√
Essay
5 6
Menentukan
luas segitiga
dengan alas
dan tinggi
sekawan
√
Essay
7, 8
Jumlah 8 Keterangan: C1 = Ingatan C2 = Pemahaman C3 = Aplikasi
50
2. Instrumen Non Tes
Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:
a. Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa
Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa digunakan untuk
mengetahui tingkat aktivitas belajar matematika siswa. Lembar
observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap
siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.
Tabel 4
Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Nomor Item
1
2
3
4
Aktivitas
Visual activities
Membaca
1
Memperhatikan
2
Oral activities
Mengajukan pertanyaan
3
Menanggapi laporan
4
Writing activities
Mencatat materi
5
Mental activities
Memecahkan masalah
6
Emotional activities
Minat/antusias dalam belajar
7
Senang 8
51
b. Lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok
Lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok digunakan untuk
mengetahui bagaimana peningkatan kerjasama siswa dalam kelompok
selama pembelajaran dengan diterapkannya model Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.
c. Lembar jurnal harian siswa
Lembar jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa
dengan diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
Bernomor Terstruktur.
d. Lembar catatan lapangan
Lembar catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian
selama proses pembelajaran yang tidak teramati dari lembar observasi.
e. Lembar wawancara
Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui
gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-
masalah yang dihadapi di kelas.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Study
Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik triangulasi dan
saturasi, yaitu :
1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang
berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang
aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa, wawancara siswa,
dan memeriksa hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal.
2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal yang
sama. Untuk memperoleh informasi tentang pemahaman siswa dilakukan
dengan memeriksa hasil pekerjaan siswa dan mengadakan wawancara
dengan guru.
52
3. Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang kejanggalan-
kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.
4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
Saturasi adalah ”situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi
data lain yang berhasil dikumpulkan, maka waktunya peneliti untuk mengambil
keputusan untuk mengakhiri siklus”.4 Untuk dapat menentukan apakah tes hasil
belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dilakukan dengan
penelusuran dari segi isinya (content). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi
apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi
pelajaran yang diberikan.5 Validitas isi dilakukan dengan mengkonsultasikan
instrument tes tersebut kepada para pakar (ahli) dalam hal ini yaitu dosen
pembimbing I dan dosen pembimbing II yang merupakan pakar di bidang evaluasi
pendidikan matematika. Hasil validitas isi atau hasil uji coba menyimpulkan
siklus I terdiri dari 8 butir soal (lampiran 12) dan siklus II yang terdiri dari 8 butir
soal (lampiran 14).
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis
Sebelum melakukan analisis data, peneliti memeriksa kembali kelengkapan
data dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada semua data
yang sudah terkumpul, yaitu berupa hasil wawancara, hasil observasi, hasil jurnal
harian siswa, hasil tes siswa dan catatan komentar observer pada lembar
observasi. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
Menganalisis hasil observasi proses pembelajaran yaitu hasil observasi
terhadap tindakan pembelajaran peneliti dan hasil observasi terhadap proses
aktivitas belajar siswa. Setiap kategori pengamatan diinterpretasikan dengan
sangat baik (5), baik (4), sedang (3), kurang (2), buruk (1). Begitu pula dengan
hasil observasi kerjasama siswa dalam kelompok yang kategori pengamatannya
diinterpretasikan dengan baik sekali (4), baik (3), cukup (2), kurang (1).
4 Rochiati Wiriatmadja, Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. I, h. 170.
5 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi, Cet. 10, h. 67.
53
Menganalisis jurnal harian dengan mengelompokkan respon siswa ke dalam
kelompok berkomentar positif, negatif, netral dan tidak berkomentar kemudian
dihitung persentasenya.
Tahap analisis data dimulai dengan menyajikan keseluruhan data yang
diperoleh dari berbagai sumber, membaca data, kemudian mengadakan
rekapitulasi data dan menyimpulkannya. Data yang diperoleh berupa kalimat-
kalimat dan skala penilaian aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang
bermakna.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang
diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan aktivitas
siswa dalam pembelajaran matematika maka akan ditindak lanjuti untuk
melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus
ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, observasi, serta
analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila
indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan
siklus II.
Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah
berhasil menguji penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
Bernomor Terstruktur dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
Kegiatan penelitian yang penulis akan lakukan memerlukan perencanaan
dan persiapan yang cukup panjang, adapun perencanaan tindakannya adalah
peneliti mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi aktivitas
belajar matematika siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok,
lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, soal-soal yang dipergunakan
untuk latihan dan soal-soal tes formatif untuk menilai hasil belajar matematika
siswa serta lembar wawancara untuk guru dan siswa. Peneliti juga dapat
menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat oleh peneliti sendiri atau yang
dianjurkan oleh sekolah.
54
Dalam melakukan penelitian, guru bidang studi berkolaborasi dengan
observer yang dalam hal ini adalah teman seprofesi untuk membantu kelancaran
penelitian dan dapat juga sebagai kolaborator untuk berdiskusi membicarakan
kegiatan pada siklus selanjutnya.
55
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN TEMUAN
PENELITIAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan
1. Survei Pendahuluan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dimulai dengan melakukan penelitian
pendahuluan yang dilakukan dengan observasi pembelajaran serta wawancara
terhadap guru dan siswa. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4, 5, 8, 11, 15,
18 dan 19 Maret 2010 di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete.
Pada tanggal 4 Maret 2010 peneliti menemui kepala sekolah untuk
menjelaskan tujuan kedatangan peneliti ke SMP Islam Al-Ikhlas. Diperoleh
informasi bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur belum pernah diterapkan di SMP Islam Al-Ikhlas karena biasanya
guru matematika menerapkan pembelajaran konvensional dan belum pernah
menerapkan pembelajaran berkelompok seperti Pembelajaran Kooperatif tipe
Kepala Bernomor Terstruktur.
Setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut, kepala sekolah menentukan kelas yang dapat dijadikan objek penelitian
yaitu kelas VII-B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur ini sangat tepat untuk diterapkan di kelas VII-B karena berdasarkan
pengamatan bidang kurikulum kelas ini termasuk kategori kelas yang prestasi
belajarnya sedang, bukan yang terbaik ataupun terburuk diantara 5 kelas lainnya.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dalam survei
pendahuluan didapat bahwa kemampuan siswa kelas VII B sama seperti kelas VII
yang lain, ada siswa yang pintar, ada siswa yang biasa-biasa saja, dan ada juga
siswa yang kurang. Pada saat pelajaran dimulai, terlihat sebagian siswa belum siap
untuk memulai pelajaran. Guru pun berusaha untuk mengambil perhatian siswa
dengan menjelaskan tentang materi ”Bangun Datar Segi Empat”. Metode yang
guru gunakan pada saat mengajar adalah ekspositori, tanya jawab, dan penugasan.
Selama proses pembelajaran, perhatian siswa pada saat guru menjelaskan materi
56
hanya sekitar 20-30 menit saja selama dua jam pelajaran, itupun masih ada
beberapa siswa yang terlihat kurang mendengarkan dan memperhatikan
penjelasan guru. Siswa terlihat mengobrol dan bercanda pada saat pembelajaran
berlangsung, sehingga guru harus berkali-kali menegur siswa untuk tidak
melakukan hal yang tidak bermanfaat selama proses pembelajaran. Hanya
beberapa siswa saja yang duduk dibagian depan yang benar-benar
memperhatikan. Setiap pertemuan selama pembelajaran berlangsung, beberapa
siswa izin untuk keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang
baik bagi siswa tersebut karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara
keseluruhan.
Respon siswa dalam proses pembelajaran terlihat biasa-biasa saja, tidak ada
yang aktif mengemukakan pendapatnya malah kebanyakan siswa acuh tak acuh
terhadap pelajaran matematika. Pada saat guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk. Begitu
pula pada saat teman yang lain bertanya, kebanyakan siswa acuh terhadap
pertanyaan temannya. Jarang sekali siswa yang menjawab atau menanggapi
pertanyaan teman atau guru. Bahkan dari 28 siswa hanya 16 siswa yang mencatat
materi yang sudah guru sampaikan dan catatan merekapun kurang lengkap.
Mereka akan mencatat materi jika disuruh atau ditegur guru saja.
Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dapat dikatakan
kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang menyukai ketika guru
memberikan tugas pada saat materi selesai. Sehingga ada beberapa siswa
menyalin tugas temannya dengan alasan tidak mengerti dan malas mengerjakan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa pada tanggal 18
dan 19 Maret 2010, dapat disimpulkan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai
pelajaran matematika dengan alasan karena matematika itu pelajaran yang sulit
dan memusingkan. Siswa terlihat bosan pada saat mengikuti pelajaran
matematika. Dari observasi survei pendahuluan didapat bahwa hasil persentase
aktivitas belajar siswa, rata-ratanya hanya mencapai 49,34%.
Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan tugas pada survei pendahuluan
ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
57
Gambar 1 Aktivitas Mengerjakan Tugas pada Penelitian Pendahuluan
Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas dan wawancara tersebut
digunakan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti.
2. Tindakan Pembelajaran pada Siklus I
Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat
penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan
dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya.
Pada pembelajaran siklus I sub pokok bahasan yang disampaikan yaitu mengenai
jenis-jenis segitiga, sifat-sifat segitiga istimewa, jumlah sudut-sudut segitiga,
ketidaksamaan pada sisi segitiga, dan hubungan besar sudut dan panjang sisi suatu
segitiga.
a) Tahap perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah peneliti
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti juga
membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi aktivitas belajar
siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok, jurnal harian siswa,
lembar catatan lapangan, alat dokumentasi, pedoman wawancara untuk guru dan
siswa, serta membuat LKS untuk tiap pertemuan dan soal tes untuk akhir siklus I.
Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat sendiri oleh peneliti sebagai alat bantu
proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Lembar soal
tes siklus I dibuat untuk mengetahui perkembangan kemampuan mengerjakan soal
matematika. Lembar observasi digunakan untuk mencatat aspek-aspek aktivitas
58
siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Jurnal harian siswa
digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran
matematika yang dilakukan pada setiap pertemuan pembelajaran.
Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran dengan
menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur
ini dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, target yang ingin
dicapai pada siklus 1 ini yaitu siswa mengalami peningkatan aktivitas belajar
dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.
Aktivitas-aktivitas yang akan ditingkatkan diantaranya aktivitas visual, aktivitas
oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional.
b) Tahap Pelaksanaan
Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam enam pertemuan yang
terdiri dari 5x pertemuan untuk memberikan materi dan 1x pertemuan untuk tes
siklus 1 dengan alokasi waktu (2x40 menit) tiap pertemuannya, yang berlangsung
setiap hari Senin dan Kamis mulai tanggal 12 s.d 29 April 2010. Rencana
Pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada lampiran 1.
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama berlangsung selama 2x40 menit (2 jam pelajaran) yang
dimulai dari pukul 10.50 sampai dengan 12.10 WIB, pokok bahasan yang dibahas
adalah pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga. Kegiatan ini diawali dengan
membuka kegiatan pembelajaran dan apersepsi dengan mengingat kembali
bangun datar segitiga. Pada pertemuan pertama ini seluruh siswa hadir di kelas.
Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati dan memberikan
penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung kemudian dicatat pada lembar
observasi.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti memotivasi siswa dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai penerapan
model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan
memperagakan langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran tersebut serta
59
menjelaskan bahwa setiap Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur dilakukan secara berkelompok, yang setiap kelompok terdiri atas 4
orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor sesuai dengan
langkah-langkah yang terdapat dalam model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
Bernomor Terstruktur. Peneliti memberi penjelasan bahwa setiap kelompok akan
diberikan LKS yang di dalamnya terdapat perintah dan soal latihan, setelah siswa
mengerjakan seluruh perintah dan soal latihan dalam LKS (1) kemudian siswa
nomor 4 pada setiap kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja
kelompoknya dan siswa yang lain memberi tanggapan. Siswa nomor 3 dari
kelompok tersebut mencatat tanggapan yang diungkapkan oleh kelompok lain.
Pembagian kelompok sudah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaitu
pada saat peneliti melakukan pra penelitian, peneliti bersama guru matematika
kelas membagi siswa menjadi 7 kelompok dari 28 siswa yaitu 14 perempuan dan
14 laki-laki. Pada awalnya peneliti bersama observer ingin menentukan setiap
kelompoknya ada laki-laki dan ada perempuan tetapi banyak siswa yang menolak
untuk disatukan antara laki-laki dan perempuan. Setelah dibuat kelompok ada 3
kelompok yang terdiri dari siswa perempuan, 3 kelompok terdiri dari siswa laki-
laki, dan 1 kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan.
Sebelum siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti
memberikan gambaran umum atau sedikit penjelasan mengenai pengertian
segitiga dan jenis-jenis segitiga. Kemudian sesuai perintah, siswa duduk bersama
kelompok yang telah ditentukan. Keadaan kelas pada saat itu ribut dan gaduh
karena ada beberapa siswa yang kurang setuju ditempatkan dengan teman yang
bukan teman dekatnya. Berkat arahan guru matematika kelas siswa tersebut
menjadi mengerti dan setuju untuk bergabung dengan kelompoknya. Siswa dari
setiap kelompok mulai membagi tugas yang sesuai dengan langkah-langkah
model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Misalnya,
siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data
yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas
mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat jawaban akhir penyelesaian
soal, dan siswa nomor 4 melaporkan hasil kerja kelompok ke depan kelas.
60
Masing-masing kelompok terlihat ribut karena berebutan tugas dengan teman
sekelompoknya. Peneliti mencoba menjelaskan bahwa setiap siswa dalam
kelompok akan mendapatkan tugas secara bergiliran sesuai dengan yang terdapat
dalam Kepala Bernomor Terstruktur. Dalam setiap pertemuan tugas akan
dirolling. Setelah semua siswa mendengar penjelasan peneliti, keributan di kelas
sedikit demi sedikit berkurang dan semua siswa dalam kelompok sepakat atas
tugas yang didapatnya
Peneliti dibantu observer membagikan LKS (1) kepada masing-masing
kelompok yang berisi materi ”pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga”.
Sebelum mengerjakan LKS (1) semua siswa dari masing-masing kelompok
ditugaskan untuk membaca LKS terlebih dahulu sebelum mengerjakan. Peneliti
meminta setiap siswa untuk aktif dan bekerja sama dalam mengerjakan tugas LKS
(1) dengan tidak mengandalkan salah satu siswa atau siswa yang pintar saja.
Siswa mengerjakan tugas yang terdapat dalam LKS (1) sesuai dengan nomor
tugas yang telah disepakati. Selama siswa mengerjakan LKS (1), peneliti bersama
observer berkeliling memantau aktivitas siswa dari satu kelompok kekelompok
lain untuk memberikan pengarahan jika ada kelompok yang kurang mengerti dan
pada saat itu pula peneliti bersama observer melakukan observasi pembelajaran
terhadap aktivitas belajar matematika siswa dengan lembar yang sudah dipegang.
Masing-masing kelompok membaca LKS yang diberikan oleh peneliti. Pada
awal pertemuan hanya sedikit kelompok saja yang benar-benar membaca LKS
yang diberikan peneliti. Yang lain masih terlihat bercanda dan mengobrol dengan
teman kelompoknya, sehingga kelas terdengar berisik. Begitu pula pada saat
mengerjakan LKS sebagian besar siswa terlihat kurang memperhatikan apa yang
diperintahkan peneliti dan masih terlihat belum kompak dalam bekerja sama.
Siswa nomor 2 dari masing-masing kelompok sibuk mengerjakan perintah yang
terdapat dalam LKS tersebut. Tapi masih banyak siswa yang terlihat
mengandalkan siswa pintar dalam mengerjakan LKS padahal dalam kelompok
Kepala Bernomor Terstruktur siswa dituntut untuk bekerja sama walaupun dengan
tugas yang berbeda-beda.
61
Setelah semua siswa membaca LKS, masing-masing siswa langsung
mengerjakan tugas sesuai dengan nomor tugas Kepala Bernomor Terstruktur.
Siswa nomor 1 membaca soal dan mencari data yang berhubungan dengan
penyelesaian soal dan membantu siswa nomor 2 dalam menyelesaikan soal. Ada
siswa S06 dari kelompok 7 yang bertugas menyelesaikan soal bertanya tentang
sudut segitiga kepada peneliti: ”Bu, ∠ABC sama tidak dengan CBA?”. Peneliti
menjawab, ABC = CBA. Dari pertanyaan tersebut ternyata masih ada
beberapa siswa yang belum mengerti tentang sudut pada segitiga sehingga peneliti
harus menjelaskan kembali kepada siswa mengenai sudut segitiga.
∠
∠ ∠
Dalam menyelesaikan soal, terihat siswa nomor 2 dari 4 kelompok yaitu
kelompok 2, 4, 6, 7 masih terlihat mengandalkan teman yang pintar saja. Mereka
terlihat kurang bekerja sama walaupun pembagian tugas sudah dilakukan. Peneliti
berusaha menegaskan kembali kepada siswa bahwa dalam diskusi kelompok
dibutuhkan kerja sama antar anggota kelompok.
Setelah siswa nomor 2 dari beberapa kelompok menyelesaikan LKS (1)
dalam waktu kurang lebih 40 menit dan siswa nomor 3 mencatat hasil diskusi dari
kelompoknya, kini saatnya siswa nomor 4 setiap kelompok maju ke depan kelas
untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya secara bergiliran. Terlihat siswa
nomor 4 dari semua kelompok kurang bersemangat dan malu pada saat
mempresentasikan hasil laporan kelompoknya di depan kelas.
Pada pertemuan pertama ini hanya sedikit siswa yang memberikan
tanggapan atas laporan kelompok lain. Berikut ini contoh siswa S28 dari
kelompok 3 yang menanggapi hasil laporan kelompok 4 pada saat siswa nomor 4
mempresentasikan hasil laporan kelompoknya di depan kelas:
”Bu, kelompok 4 ada yang salah. Kenapa dalam segitiga sama sisi setiap
sudutnya 180 0 ?, bukannya setiap sudut segitiga sama sisi 60 . Dan penelitipun
menjawab, ”iya benar sekali”. Setiap sudut pada segitiga sama sisi adalah 60 ,
kalau 180 0 adalah jumlah besar sudut pada setiap segitiga.”
0
0
Tanggapan kelompok 3 cukup bagus dalam menanggapi hasil laporan kelompok
4. Lalu siswa nomor 3 dari kelompok 4 mencatat tanggapan yang diberikan oleh
siswa S28 dari kelompok 3.
62
Setelah diskusi selesai, peneliti memotivasi siswa untuk menyimpulkan
materi yang sudah dipelajari hari ini dan peneliti membagikan jurnal harian
kepada setiap siswa untuk diisi.
2) Pertemuan kedua
Peneliti mengawali pembelajaran dengan menanyakan kabar siswa dan
menanyakan kabar siswa yang tidak masuk hari tersebut. Tercatat seluruh siswa
hadir. Peneliti memotivasi siswa dengan mengingat kembali materi sebelumnya
tentang jenis-jenis segitiga.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya, menyampaikan tujuan pembelajaran,
memberikan penjelasan mengenai penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe
Kepala Bernomor Terstruktur dan memperagakan langkah-langkah yang terdapat
pada pembelajaran tersebut serta menjelaskan bahwa setiap Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan secara berkelompok,
yang setiap kelompok terdiri atas 4 siswa (seperti pada pertemuan pertama).
Sebelum siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti
memberikan gambaran umum atau sedikit penjelasan mengenai sifat-sifat segitiga
istimewa. Terlihat sebagian siswa memperhatikan penjelasan materi yang
disampaikan oleh peneliti. Kemudian sesuai perintah, siswa duduk bersama
kelompok yang telah ditentukan. Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya
suasana kelas masih nampak terlihat ribut. Setelah semua siswa berkumpul
dengan kelompoknya masing-masing. Siswa pada setiap kelompok mulai
membagi tugas. Pada pertemuan kedua ini, siswa saling berpindah tugas atau
mendapatkan tugas yang berbeda dengan sebelumnya misal siswa yang pertemuan
pertama mendapat tugas nomor 1, kini dipertemuan kedua mendapat tugas nomor
2. Begitu juga seterusnya, sehingga ada perollingan tugas pada setiap pertemuan.
Hal ini bertujuan agar semua siswa pada setiap kelompok dapat merasakan tugas-
tugas yang terdapat pada Kepala Bernomor Terstruktur. Walaupun masih ada
beberapa siswa yang masih nampak bingung dengan tugas yang mereka dapat.
Seperti pertemuan lalu, LKS (2) pun dibagikan, masing-masing kelompok
membacanya. Terlihat masih ada saja siswa dari beberapa kelompok yang
63
mengobrol dan tidak melakukan apa yang diperintahkan peneliti. Ada 3 kelompok
yaitu kelompok 2, 3 dan 5 yang terlihat bekerja sama dalam melakukan tugas
Kepala Bernomor Terstruktur. Dalam pertemuan kedua ini, masih terlihat belum
banyak siswa yang aktif bertanya kepada peneliti, hanya beberapa saja
diantaranya siswa S14 yang menanyakan, ”Bu, besar sudut siku-siku 90 ya?”.
Peneliti menjawab, ”iya benar”.
0
Dipertemuan kedua ini siswa nomor 2 juga sepertinya tidak mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS (2), namum
masih ada siswa yang masih mengandalkan siswa yang pintar. Setelah semua
siswa menyelesaikan LKS (2), setiap siswa nomor 4 dari setiap kelompok maju ke
depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya. Dari hasil laporan 7
kelompok terlihat sebagian besar kelompok dapat menjawab pertanyaan yang
terdapat dalam LKS (2). Tapi ada 2 kelompok yang hasil laporannya berbeda
dengan kelompok lain yaitu kelompok 2 dan 4. Sehingga ada siswa yang
menanggapi perbedaan hasil laporan tersebut. Berkut ini salah satu contoh bagian
hasil laporan kelompok 2 yang di tanggapi oleh siswa S13 dari kelompok 5:
Hasil laporan kelompok 2:
ABCΔ sama kaki, maka: C
sisi AC = sisi CA
∠=∠BAC CAB
A B
Tanggapan dari siswa S13 terhadap hasil laporan kelompok 2:
” Hasil laporan kelompok 2 ada yang salah Bu, masa AC=CA dan
CAB?. Seharusnya AC=BC dan ∠=∠BAC ∠=∠BAC ABC, karena pada
segitiga sama kaki mempunyai 2 sisi yang sama panjang dan 2 sudut yang sama
besar.”
Peneliti menjawab, ”tanggapan dari siswa S13 benar, coba kalian baca lagi sifat-
sifat segitiga sama kaki pada LKS (2)”.
Siswa nomor 4 pada kelompok 2 terlihat malu, tetapi peneliti memberikan
semangat dan motivasi kepada kelompok 2 agar bisa lebih cermat dan teliti lagi
dalam membaca dan menjawab soal.
64
Setelah semua kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya, peneliti
bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta diakhir
pertemuan peneliti memberikan jurnal harian kepada siswa.
3) Pertemuan ketiga
Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengulang sedikit materi
sebelumnya, pada pertemuan ketiga ini terdapat 2 orang siswa diantaranya tidak
hadir karena sakit yaitu siswa S16 dari kelompok 2 dan siswa S01 dari kelompok
6. Sehingga ada dua kelompok yang merangkap tugas menjadi dua. Prosedur
model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur pun dijelaskan.
Siswa sudah mulai mengerti bahwa pada setiap pembelajaran sebelum
berkumpul dengan kelompoknya, peneliti menyampaikan gambaran umum atau
sedikit materi mengenai jumlah sudut-sudut segitiga. Setelah peneliti selesai
menyampaikan materi, seperti biasa siswa berkumpul kembali dengan teman
kelompoknya. Keadaan kelas pada saat itu tidak seribut pertemuan-pertemuan
yang lalu. Siswa terlihat sibuk membagi tugas Kepala Bernomor Terstruktur
kepada teman-teman dalam kelompoknya dan perollingan tugaspun dilakukan.
Peneliti membagikan LKS (3) kepada masing-masing kelompok yang berisi
materi jumlah sudut-sudut segitiga dan aktivitas membaca mulai dilakukan.
Keadaan pada kelompok 2 dan 6 sedikit ribut karena siswa berebut untuk
tidak merangkap tugasnya menjadi 2. Peneliti bersama observer bergegas menuju
kelompok 2 dan 4. Peneliti memberi penjelasan kepada kelompok 2 dan observer
memberi penjelasan kepada kelompok 4. Peneliti berusaha memberi penjelasan
kepada kelompok 2 agar untuk tugas siswa nomor 1 dilakukan secara bersama-
sama saja, untuk tugas siswa nomor 2, 3, dan 4 silakan atur menurut kesepakatan
kelompoknya. Akhirnya kelompok 2 pun mengerti dan mereka mulai membagi
tugasnya seperti biasa. Secara bersamaan observer juga memberi penjelasan yang
sama kepada kelompok 4 dan kelompok 4 pun mengerti.
Selama mengerjakan LKS (3), peneliti bersama observer berkeliling seperti
sebelumnya untuk memantau pekerjaan siswa dari kelompok satu ke kelompok
lainnya. Siswa masih sangat ribut ketika mengerjakan LKS (3) dan peneliti senang
65
karena antusias siswa mulai kelihatan meningkat dan siswa mulai aktif bertanya
kepada peneliti apa-apa yang mereka tidak mengerti walaupun kelas menjadi
berisik an masih ada siswa yang masih malu-malu untuk bertanya. Observer
berusaha menenangkan siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas-tugas
dalam LKS (3) dan siswa terlihat lebih tenang. Pada saat kelompok siswa bertanya
kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada
kelompok tersebut agar mereka menjadi paham.
Kelompok siswa sudah ada yang mulai terbiasa dengan tugas-tugas Kepala
Bernomor Terstruktur, sehingga sebagian siswa sudah mampu mengerjakan
tugasnya dengan baik. Sebagian siswa pada masing-masing kelompok sudah
mulai terlihat kompak dalam bekerja sama seperti nampak walaupun siswa nomor
4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, tetapi siswa
nomor 4 dapat membantu siswa nomor 1 dan 2 dalam mencari penyelesain soal
pada LKS (3) seperti yang dilakukan pada kelompok 1, 3, 5, dan 7. Tetapi masih
ada juga beberapa siswa dalam kelompok 4 dan 6 yang masih mengobrol dan
mengganggu siswa yang lain, dan observer mengambil tindakan yang lebih tegas
dengan cara siswa yang berisik akan berdiri di depan kelas. Teguran tersebut
membuat siswa diam dan melanjutkan aktivitas bersama kelompoknya. Setelah
waktu habis untuk menyelesaikan LKS (3). Seperti biasa secara bergiliran siswa
nomor 4 maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya dan
siswa nomor 3 bersiap untuk mencatat tanggapan dari kelompok lain.
Pada pertemuan ketiga ini, terlihat siswa dari kelompok 2 nampak bingung
dengan soal latihan 3 nomor 2. Dan ini terlihat pada saat siswa nomor 4 dari
kelompok 4 melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Ternyata
kelompok 4 tidak mengerjakan soal latihan nomor 2. Sehingga ketika ada siswa
nomor 4 dari kelompok 5 mempresentasikan hasil laporannya peneliti menyuruh
siswa tersebut untuk menulis jawaban soal nomor 2 di white board agar siswa
nomor 3 dari kelompok 4 mencatat jawaban yang ditulis oleh kelompok 5. Berikut
ini hasil jawaban soal nomor 2 yang ditulis oleh siswa nomor 4 dari kelompok 5:
Jawaban nomor 2: 0180=∠+∠+∠ MLK
66
0000 180902 =++ xx
903 +x = 180
x3 = 90180 −
= x3 90
x = 3
90
x = 30 0
Dibawah ini juga terdapat salah satu contoh hasil laporan kelompok 6 yang
ditanggapi oleh siswa S18 dari kelompok 1:
Hasil laporan kelompok 6 menyimpulkan bahwa, ”jumlah besar sudut setiap
segitiga adalah 60 ”. 0
Pernyataan tersebut ditanggapi oleh siswa S18 bahwa, ”kelompok 6 salah bu,
karena jumlah besar sudut setiap segitiga adalah 180 ”. 0
Tanggapan peneliti terhadap tanggapan siswa S18 setuju.
Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah
dipelajari hari ini. Peneliti mengharapkan untuk pertemuan selanjutnya siswa
lebih aktif lagi dalam menjawab maupun pada saat diskusi di depan kelas. Dan
terakhir guru memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.
4) Pertemuan keempat
Pertemuan keempat berlangsung pada pukul 07.10-08.30 WIB. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi, pada
pertemuan keempat ini semua siswa hadir. Kelas sudah mulai rapih karena siswa
sudah duduk ditempatnya masing-masing.
Seperti biasa guru menjelaskan mengenai penerapan model Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan langkah-langkahnya. Siswa
sudah begitu mengerti tentang model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
Bernomor Terstruktur sehingga guru tidak perlu banyak menjelaskan kepada
siswa. Sebelum berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti
menjelaskan materi mengenai ketidaksamaan pada sisi segitiga. Sebagian siswa
sudah mulai memperhatikan penjelasan tentang materi yang guru sampaikan.
67
Kemudian siswa mulai bergabung dengan kelompoknya. Masing-masing
kelompok membagi tugas seperti yang terdapat dalam Kepala Bernomor
Terstruktur. Pergantian tugaspun dilakukan agar terjadi pemerataan tugas.
Peneliti memberikan LKS (4) kepada masing-masing kelompok yang berisi
materi ”ketidaksamaan pada sisi segitiga”. Setiap kelompok harus membaca
dengan cermat LKS tersebut. Proses Kepala Bernomor Terstruktur mulai
dilakukan, siswa terlihat aktif dalam melakukan tugasnya dan kekompakanpun
sudah mulai terlihat. Disela-sela diskusi timbul pertanyaan dari siswa S02 yang
kurang paham dengan perintah ang terdapat pada LKS (4), berikut pertanyaannya:
”Bu, maksud dari tabel ini apa?”
Bangun Segitiga AB BC AC AB + AC AB + BC BC + AC
(i)
8
10
6
...
...
...
A
C
B
Peneliti menjawab: ”maksudnya kalian ditugaskan melengkapi tabel yang berisi
titik-titik, misalnya untuk:
AB+AC = 8+6 = 14
AB+BC = 8+10 = 18
Begitu seterusnya..”.
Ternyata tidak hanya siswa S02 saja yang belum mengerti tentang tabel
yang terdapat pada LKS (4), siswa lainpun juga sama. Tetapi setelah guru
menjelaskan, siswa menjadi mengerti dan mulai melanjutkan aktivitasnya lagi.
Siswa nomor 3 sibuk mencatat apa yang diucapkan oleh siswa nomor 1 dan 2.
Terlihat siswa tidak mengalami kesulitan pada saat mengerjakan soal latihan 4,
karena dalam LKS (4), terdapat contoh soal sehingga siswa tidak terlihat bingung
dalam mmengerjakan.
Setelah waktu selesai, seperti biasa siswa nomor 4 pada setiap kelompok
mulai bersiap-siap untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
68
Terlihat siswa mulai antusias untuk memberikan tanggapan apabila ada jawaban
hasil laporan kelompok lain yan berbeda dengan hasil laporan kelompoknya.
Berikut contoh hasil laporan kelompok 7:
”Dari tabel tersebut diperoleh hubungan:
1. AB + AC selalu lebih besar dari BC, atau AB + AC › BC
2. AB + BC selalu lebih besar dari AC, atau AB + BC › AC
3. BC + AC selalu lebih besar dari AB, atau BC + AC › AB”.
Siswa S03 dari kelompok 1 bertanya kepada guru mengenai hasil laporan
kelompoknya sebagai berikut:
“Ibu, kalau laporan kelompok saya seperti ini:
Dari tabel tersebut diperoleh hubungan:
1. AB + AC selalu melebihi dari BC, atau AB + AC › BC
2. AB + BC selalu melebihi dari AC, atau AB + BC › AC
3. BC + AC selalu melebihi dari AB, atau BC + AC › AB.”
benar tidak?
Peneliti menjawab: “iya benar, hasil laporan kelompok 4 sama benarnya dengan
hasil laporan kelompok 7.”
Dilihat dari hasil laporan setiap kelompok sudah cukup bagus. Seluruh
kelompok sudah melaporkan hasil kerjanya di depan kelas. Seperti biasa peneliti
memotivasi siswa untuk menyimpulkan materi hari ini. Diakhir pertemuan
peneliti memberikan jurnal harian kepada siswa.
5) Pertemuan kelima
Pada pertemuan kelima ini terdapat 1 orang siswa yang tidak hadir tanpa
keterangan yaitu siswa S01 dari kelompok 6. Peneliti mengulang pembelajaran
pada pertemuan sebelumnya untuk mengingatkan siswa agar tidak lupa. Kelas
sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk ditempatnya masing-masing dan
sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini. Sebelum
pelajaran dimulai, seperti biasa peneliti menginformasikan pembelajaran yang
69
akan digunakan yaitu model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur dan menyampaikan prosedurnya.
Peneliti memberikan sedikit materi mengenai hubungan besar sudut dan
panjang sisi suatu segitiga kepada siswa. Kemudian siswa mulai berkumpul
dengan teman kelompoknya masing-masing. Pembagian tugaspun dilakukan,
sama dengan pertemuan sebelumnya terjadi pertukaran tugas atau rolling. Masing-
masing kelompok terlihat sudah siap untuk mengerjakan LKS (5). Peneliti
bersama observer membagikan LKS (5) kepada masing-masing kelompok. Setiap
kelompok sudah mulai sibuk membaca dan melakukan tugasnya masing-masing.
Siswa nomor 1 sibuk membaca soal dan mencari unsur-unsur yang dapat
membantu siswa nomor 2 dalam menyelesaikan soal, begitu pula dengan siswa
nomor 3 yang sibuk mencatat hal-hal yang akan dilaporkan oleh siswa nomor 4 ke
depan kelas.
Kejadian yang pada pertemuan ketiga terulang lagi, pada kelompok 6 ada
siswa yang tidak masuk sehingga seperti pertemuan lalu tugas siswa nomor 1
dilakukan bersama-sama. Sedangkan untuk tugas siswa nomor 2, 3, dan 4 dapat
didiskusikan oleh teman kelompoknya. Pada pertemuan ke lima ini terlihat siswa
dari masing-masing kelompok sudah mengerti tentang tugas-tugasnya pada
Kepala Bernomor Terstruktur.
Ditengah-tengah diskusi berlangsung, siswa S16 dari kelompok 2 bertanya
kepada peneliti:
”Ibu, itu sama tidak dengan sudut A∠ ∠BAC atau ∠CAB?”
Peneliti melempar pertanyaan tersebut kepada siswa lain dan siswa S28
menjawab: ”Sama aja” dan peneliti pun mengiyakan atau membenarkan jawaban
siswa S28.
Siswa nomor 2 dari masing-masing kelompok terlihat sibuk mencari
penyelesaian soal. Nampak siswa dari beberapa kelompok tidak mengandalkan
siswa yang pintar saja dan kerja sama pun mulai terlihat. Dalam mengerjakan
soal, masih ada saja kelompok yang kurang teliti dalam menyelesaikan soal. Ini
terlihat setelah semua kelompok selesai mengerjakan soal yang terdapat dalam
LKS. Salah satu kelompok yang kurang teliti pada saat mengerjakan soal latihan
70
LKS (5) yaitu siswa nomor 4 dari kelompok 2 mempresentasikan hasil laporan
mereka di depan kelas. Berikut sebagian contoh jawaban latihan 5 dari kelompok
4 yang ditanggapi langsung oleh siswa S18:
Laporan jawaban latihan kelompok 4:
1. a. Sisi terpanjang = QP
b. Sisi terpendek = RP
2. a. Sudut terbesar = A∠
b. Sudut terkecil = C∠
Tanggapan siswa S18 terhadap laporan jawaban kelompok 4:
“Bukannya sisi terpanjang untuk soal nomor 1 adalah QR, karena sisi QR
berada di hadapan sudut terbesar yaitu sudut . Sedangkan untuk
jawaban soal nomor 2 itu terbalik, sudut terbesar =
075=∠P
C∠ dan sudut terkecil =
.” A∠
Di bawah ini terdapat juga contoh hasil laporan kelompok 6:
”Hasil laporan kelompok 6: A
A∠ = 55 BC = 3,5 cm 0
B∠ = 75 AC = 4 cm 0
C∠ = 50 AB = 3 cm 0
1. Tentukan sudut mana yang terbesar, terkecil, dan sedang!
Jawab: terbesar = B∠ , terkecil = C∠ , sedang = A∠
2. Tentukan juga sisi mana yang terpanjang, terpendek, dan sedang!
Jawab: terpanjang = terpendek = ,AC∠ AB∠ , sedang = BC∠ .
B
C
55 0
4 cm 3 cm
75 0
50 0
3,5 cm
71
3. Berdasarkan hasil jawaban di atas, diperoleh kesimpulan tentang hubungan
saling hadap dalam suatu segitiga antara besar sudut dengan panjang sisi di
hadapannya, yaitu:
(i) sudut terbesar menghadap sisi AC.
(ii) sudut terkecil menghadap sisi AB.
(iii) sudut yang sedang menghadap sisi BC.”
Dari hasil laporan kelompok 6, ada beberapa tanggapan diantaranya:
• Tanggapan dari siswa S05:
”Untuk soal nomor 2 itu salah, seharusnya sisi terpanjang = sisi AC, sisi
terpendek = sisi AB dan sisi sedang = sisi BC.
• Tanggapan dari siswa S15:
”Ibu, bukannya kesimpulan tentang hubungan saling hadap dalam suatu
segitiga antara besar sudut dengan panjang sisi di hadapannya, yaitu:
(i) sudut terbesar menghadap sisi terpanjang.
(ii) sudut terkecil menghadap sisi terpendek.
(iii) sudut yang sedang menghadap sisi sedang.”
Peneliti menjawab: ”Tanggapan dari siswa S05 dan siswa S15 sangat bagus
sekali dan benar.”
Dari tanggapan di atas terlihat siswa nomor 3 dari kelompok 6 mencatat
tanggapan yang diberikan siswa S05 dan S15. Begitu juga dengan siswa lainnya
mencatat tanggapan yang diberikan kelompok lain.
Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah
dipelajari hari ini. Penelitipun memberitahukan kepada siswa bahwa hari Kamis,
29 April 2010 akan diadakan tes siklus I. Siswa harus lebh giat belajar agar tes
siklus I nanti mendapat nilai yang baik. Dan terakhir guru memberikan jurnal
harian untuk diisi oleh siswa.
6) Pertemuan keenam
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa, dan
semua siswa hadir. Pertemuan ini tidak dibagi kelompok karena akan
72
dilaksanakan tes akhir siklus I. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
hasil belajar matematika siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas materi yang
sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang masih ada. Tes ini
dilaksanakan selama 60 menit. Selama proses berlangsung, suasanapun menjadi
sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang masih menyontek dengan
teman sebangkunya dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa
segera mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini siswa tidak
diberikan lembar jurnal harian siswa.
c) Tahap Observasi dan analisis
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru
kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaa model
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar
siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa
melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 5 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa
pada Pembelajaran Siklus I
No
Jenis Aktivitas
Indikator yang diamati
Pert.1
Pert.2
Pert.3
Pert.4
Pert.5
Rata-rata
1
Visual
Activities
Membaca LKS pada saat kegiatan diskusi
2
(40%)
3
(60%)
3
(60%)
3
(60%)
4
(80%)
60%
Memperhatikan guru atau teman pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi
2
(40%)
3
(60%)
3
(60%)
4
(80%)
3
(60%)
60%
Rata-rata aktivitas visual 40% 60% 60% 70% 70% 60%
Mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan diskusi
2
(40%)
3
(60%)
3
(60%)
3
(60%)
3
(60%)
56%
73
2 Oral Activities
Menanggapi laporan hasil kerja kelompok
2
(40%)
2
(40%)
3
(60%)
3
(60%)
3
(60%)
52%
Rata-rata aktivitas oral 40% 50% 60% 60% 60% 54% 3
Writing
Activities
Mencatat materi yang guru sampaikan
3
(60%)
3
(60%)
3
(60%)
3
(60%)
4
(80%)
64%
Rata-rata aktivitas menulis 60% 60% 60% 60% 80% 64% 4
Mental
Activities
Memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS
2
(40%)
2
(40%)
3
(60%)
3
(60%)
3
(60%)
52%
Rata-rata aktivitas mental 40% 40% 60% 60% 60% 52%
5
Emotional Activities
Minat/antusias siswa selama beajar
2 (40%)
2 (40%)
3 (60%)
4 (80%)
4 (80%)
60%
Senang selama belajar
2 (40%)
3 (60%)
3 (60%)
4 (80%)
4 (80%)
64%
Rata-rata aktivitas emosional 40% 50% 60% 80% 80% 62%
Rata-rata Aktivitas Total
58,4%
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada
siklus I adalah sebagai berikut:
1. Visual activities
Visual activities terdiri atas akitivitas membaca LKS pada saat kegiatan
diskusi dan aktivitas memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada
saat diskusi. Rata-rata persentase aktivitas visual mencapai 60%. Siswa yang
membaca LKS pada saat diskusi sebanyak 60%. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa yang membaca LKS pada saat kegiatan diskusi sudah cukup banyak.
Namun, masih ada siswa yang bercanda dan mengobrol dengan teman
kelompoknya maupun kelompok lain. Begitu pula dengan siswa yang
memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi sebanyak
60%. Persentase ini sudah terbilang cukup baik karena sudah banyak siswa yang
memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi,
walaupun masih saja ada siswa yang suka mencari kesibukan sendiri seperti
menggambar dan bercanda dengan teman sebangkunya. Hal ini dapat dikatakan
74
belum baik sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II mengenai aktivitas
membaca LKS pada saat kegiatan diskusi dan aktivitas memperhatikan guru pada
saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi.
2. Oral activities
Oral activities terdiri atas mengajukan pertanyaan ketika kegiatan diskusi
dan menanggapi laporan hasil kerja kelompok lain. Rata-rata persentase aktivitas
oral sebanyak 54%. Siswa yang mengajukan pertanyaan ketika kegiatan diskusi
hanya sebanyak 56%. Persentase ini terbilang kurang, karena masih banyak siswa
belum berani bertanya kepada guru atau teman pada saat diskusi berlangsung,
walaupun terkadang masih ada beberapa siswa yang berani bertanya dan
menjawab pertanyaan yang diajukan temannya. Rata-rata persentase siswa pada
aktivitas menanggapi laporan hasil kerja kelompok lain sebanyak 52%. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya berani memberikan tanggapan
terhadap hasil laporan kelompok lain. Berdasarkan penilaiaan observer siswa
masih banyak yang takut dan ragu pada saat mengemukakan pendapatnya jadi
masih banyak siswa yang hanya diam saja. Untuk itu perlu diadakan perbaikan
pada siklus II dengan membuat suasana belajar yang lebih santai dan
menyenangkan, dan peneliti juga memberikan motivasi yang lebih baik lagi agar
siswa lebih semangat dalam belajar.
3. Writing activities
Writing activities yang dinilai peneliti adalah mencatat materi yang guru
sampaikan. Rata-rata siswa yang mencatat sebanyak 64%. Dalam membuat
catatan siswa dinyatakan cukup baik karena siswa tidak hanya menulis apa yang
telah guru jelaskan dan tulis dipapan tulis tetapi siswa melihat dari LKS yang
telah guru bagikan. Hanya beberapa dari mereka yang menambahkan catatannya
dari LKS padahal selain dari LKS siswa juga dapat menambahkan catatannya dari
buku cetak matematika sekolah.
4. Mental activities
Untuk mental activities yaitu aktivitas memecahkan masalah yang diberikan
guru di dalam LKS, persentase aktivitas siswa memecahkan masalah masih
kurang, karena hanya mencapai 52% saja, hal ini disebabkan soal yang ada di
75
dalam LKS terbilang susah menurut siswa karena siswa terlihat bingung pada saat
mengerjakan LKS.
5. Emotional activities
Rata-rata aktivitas emosional siswa mencapai 62% diantaranya minat siswa
dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur mencapai
60%, menurut observer siswa terlihat antusias dan bersemangat pada saat
mengerjakan tuga-tugas yang ada di LKS karena menurut siswa pembelajaran
yang diterapkan sangat menarik, siswa dilatih untuk memahami materi sendiri dan
bekerjasama dengan kelompoknya. Siswa cukup senang dengan diterapkannya
model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dengan
persentase yang diperoleh 64%. Walaupun masih banyak siswa yang terlihat
mengantuk dan bosan dengan diterapkannya Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
Bernomor Terstruktur karena bingung mengerjakannya. Tetapi karena setiap
kelompok terdapat siswa yang pandai jadi siswa yang kurang pandai jadi
bersemangat karena dibantu siswa yang lebih pandai.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran siklus I
rata-rata aktivitas yang diperoleh sebesar 58,4%. Rata-rata aktivitas siswa pada
siklus I ini meningkat dibandingkan pada saat pra penelitian yang hanya mencapai
49,34% tetapi rata-rata aktivitas siswa pada siklus I masih banyak yang kurang
yaitu keaktifan bertanya, menanggapi laporan hasil laporan kelompok, dan
memecahkan masalah. Hal ini perlu diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada
siklus II. Pembelajaran masih harus dilanjutkan karena aktivitas belajar siswa
belum mencapai 70%.
Untuk melihat kerjasama siswa dalam kelompok, peneliti juga
menggunakan lembar observasi kerjasama kelompok. Lembar observasi ini
bertujuan untuk melihat sejauh mana kerjasama siswa dalam kelompok Kepala
Bernomor Terstruktur pada siklus I ini. Berdasarkan hasil perhitungan, kelompok
5 memiliki persentase rata-rata tertinggi dalam kerjasama siswa dalam
kelompoknya sebesar 66,67%. Sedangkan persentase rata-rata kerjasama siswa
dalam kelompoknya yang terendah ada pada kelompok 4, sebanyak 52,22%. Hasil
ini didapat dari lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok yang telah
76
diisi oleh observer pada saat penelitian berlangsung, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 6 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Kerjasama Siswa dalam Kelompok
Siklus I
Kelompok Kerjasama Siswa pada Pertemuan Ke-
Rata-rata 1 2 3 4 5
1 21
(58,3%)
23
(63,9%)
23
(63,9%)
24
(66,7%)
25
(69.4%)
64,44%
2 17
(47,2%)
20
(55,6%)
20
(55,6%)
22
(61,1%)
22
(61,1%)
56,12%
3 21
(58,3%)
23
(63,9%)
24
(66,7%)
25
(69,4%)
25
(69,4%)
65,54%
4 15
(41,7%)
16
(44,4%)
18
(50%)
22
(61,1%)
23
(63,9%)
52,22%
5 21
(58,3%)
23
(63,9%)
25
(69,4%)
25
(69,4%)
26
(72,2%)
66,64%
6 16
(44,4%)
19
(52,8%)
20
(55,6%)
22
(61,1%)
21
(58,3%)
54,44%
7 17
(47,2%)
19
(52,8%)
20
(55,6%)
23
(63,9%)
24
(66,7%)
57,24%
Rata-rata Total 59,52%
Keterangan:
1. Skor aktivitas kelompok siswa:
a. Skor maksimum = 36
b. Skor minimum = 9
c. Skor rata-rata = 22,5 atau 62,5%
2. Skor rata-rata 22,5 atau 62,5% dijadikan sebagai patokan ketercapaian.
77
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat aktivitas rata-rata kerjasama siswa
dalam kelompok sebanyak 59,52%. Hal ini berarti bahwa aktivitas kerjasama
siswa dalam kelompok pada siklus I ini terbilang kurang. Dapat dilihat pada tabel
2, hanya 3 kelompok saja yang mencapai persentase rata-rata diatas 62,5% yaitu
kelompok 1, 3 dan 5. Ada beberapa aspek yang harus ditingkatkan lagi seperti
pada saat presentasi di depan kelas, menyampaikan pendapat, menanggapi
pendapat teman dan mencatat tanggapan dari kelompok lain. Sedangkan terdapat
4 kelompok yang persentase rata-ratanya dibawah 62,5% yaitu kelompok 2, 4, 6,
dan 7 sehingga hampir seluruh aspek ditingkatkan lagi.
Berdasarkan hasil observasi dari seluruh kelompok pada saat pembelajaran
siklus I didapatkan bahwa rata-rata aktivitas kelompok siswa masih kurang dalam
bekerjasama dengan anggota kelompoknya masing-masing, menyampaikan
pendapat memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru atau teman,
keaktifan bertanya kepada guru atau teman, menyampaikan pendapat, menjawab
atau menanggapi pendapat teman lain, dan mencatat tanggapan dari kelompok
lain. Hal inilah yang perlu diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada siklus II.
Pembelajaran harus dilanjutkan karena baru tiga kelompok yang dapat dikatakan
baik aktivitasnya. Sedangkan kelompok lain masih perlu ditingkatkan agar
aktivitas kelompok pada siklus II lebih baik lagi.
Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa untuk
mengetahui respon siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
Bernomor Terstrukur pada siklus I ini. Berdasarkan hasil perhitungan, siswa yang
memberi respon positif 62,22%, siswa yang memberi respon negatif 24,72%,
siswa yang bersikap netral 10,92%, dan siswa yang tidak berkomentar sebanyak
5,35%. Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran pada setiap
pertemuan siklus I yang diperoleh dari jurnal harian siswa dapat dilihat pada
Tabel 7 berikut:
78
Tabel 7 Respon Siswa terhadap Tindakan Pembelajaran Siklus I
No Kategori Respon Siswa
1.
Positif
- Seru, enak, dan asik
- Cara mengajarnya enak dan lebih mudah
dipahami
- Merasa lebih pintar
- Merasa lebih senang, karena mendapat
pembelajaran baru
- Latihan bersama kelompok lebih
dibanyakin lagi
- Jadi nggak ngantuk
- Belajar jadi lebih semangat
- Sangat inovatif dan fleksibel
- Belajar menjadi lebih santai dan tidak
tegang
- Ilmunya menjadi bertambah
- Semakin tertarik dengan matematika
2
Netral
- Biasa-biasa saja
3
Negatif
- Sedikit membingungkan
- Malu untuk tampil ke depan
mempresentasikan hasil kerja kelompok
- Kelas menjadi ribut
- Capek dan agak malas karena ruangan
pembelajaran panas dan terlalu berisik
- Kelompoknya diganti
4
Tidak Berkomentar
Rekapitulasi persentase respon siswa terhadap pembelajaran selama siklus I dapat
dilihat pada Tabel 8 berikut
79
Tabel 8 Rekapitulasi Respon Siswa selama Siklus I
No Kategori Persentase pada Pertemuan Ke- Rata-rata
(%) 1 (%) 2 (%) 3 (%) 4 (%) 5 (%)
1 Positif 42,9 53,6 65,4 71,4 77,8 62,22
2 Netral 14,3 10,7 11,5 10,7 7,4 10,92
3 Negatif 35,7 32,1 23,1 17,9 14,8 24,72
4 Tidak
Berkomentar 7,1 3,6 0 0 0 5,35
Dilihat dari tabel di atas, bahwa rata-rata persentase respon positif siswa
sebesar 62,22% pada pembelajaran siklus I lebih besar dibandingkan dengan rata-
rata persentase respon yang negatif, netral maupun yang tidak berkomentar. Ini
artinya bahwa sebagian besar siswa menyatakan respon yang positif terhadap
model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Pendapat-
pendapat siswa tersebut baik yang positif, negatif, netral maupun yang tidak
berkomentar akan dijadikan bahan refleksi untuk tindakan pembelajaran
selanjutnya.
Berdasarkan lembar observasi aktivitas yang diperoleh pada pembelajaran
siklus I aktivitas siwa memperoleh hasil yang cukup baik, hanya saja kendalanya
adalah kurang mengoptimalkan waktu pada saat diskusi dan mengerjakan LKS,
siswa masih terlihat bingung dengan tugas-tugas Kepala Bernomor Terstruktur,
dan belum terbiasanya siswa mengerjakan secara berkelompok serta masih banyak
juga siswa yang hanya mengandalkan teman yang pintar saja sehingga
menyebabkan kurangnya kerjasama siswa dalam kelompok.
Selama proses diskusi, peneliti mengamati aktivitas belajar di dalam
kelompok siswa sebagaimana pada gambar berikut:
80
Gambar 2 Guru sedang Memberi Pengarahan Kepada Kelompok
Gambar 2 menunjukkan guru sedang mengarahkan kelompok siswa yang
sedang mengalami kesulitan dalam memahami isi LKS. Hal ini bertujuan agar
siswa lebih terarah dan lebih mengerti apa yang harus mereka kerjakan di dalam
LKS.
Gambar 3
Siswa Nomor 2 (dari kanan ke dua) sedang Menjelaskan Penyelesaian Soal kepada Teman Kelompoknya
Gambar 3 menunjukkan pada saat siswa kelompok berdiskusi terlihat serius
dan tampak pada gambar di atas bahwa siswa nomor 2 dari sebelah kanan ke dua
sedang berusaha menjelaskan penyelesaian soal dalam LKS kepada teman
kelompoknya. Dan teman yang lainpun nampak serius memperhatikan penjelasan
siswa nomor 2.
81
Gambar 4 Siswa Nomor 3 (dari kiri ke dua) sedang Mencatat Jawaban LKS yang
Diarahkan oleh Siswa Nomor 2 (dari kanan ke dua) Gambar 4 menunjukkan siswa nomor 3 dari kelompok 4 sedang mencatat
jawaban LKS yang diarahkan oleh siswa nomor 2 yang bertugas menyelesaikan
soal. Saat itu peneliti sedang memantau aktivitas siswa pada setiap kelompok.
Pada awal-awal proses pembelajaran berlangsung, aktivitas siswa dalam
menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur
siswa masih terlihat kaku dan bingung dalam pembagian tugas maupun dalam
melaksanakan tugas, karena belum pernah diajarkan belajar secara berkelompok
apalagi berusaha membagi tugas-tugas kepada anggota kelompoknya dan
mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Pada gambar di bawah ini
terlihat siswa nomor 4 dari kelompok yang nampak malu dan berusaha
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
Gambar 5
Aktivitas Siswa Nomor 4 pada saat Presentasi di Depan Kelas
Diakhir pelaksanaan siklus I, peneliti melakukan tes dengan hasil sebagai
berikut:
82
Tabel 9 Nilai Tes Akhir Siklus I
Interval
F
f relatif
f relatif kumulatif
53-60 3 10,7% 100%
61-68 5 17,9% 89,3%
69-76 7 25% 71,4%
77-84 3 10,7% 46,7%
85-92 6 21,4% 35,7%
93-100 4 14,3% 14,3%
Keterangan:
Nilai tertinggi = 100 Jumlah siswa = 28
Nilai terendah = 53 Rata-rata = 76,82
Berdasarkan tabel 9 di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus I
ini mencapai rata-rata 76,82. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada
siklus I ini cukup baik, namun masih ada 8 siswa yang mendapat nilai di bawah
KKM yaitu 70.
d) Tahap refleksi
Berdasarkan hasil jurnal harian, lembar observasi aktivitas siswa dan
wawancara dengan guru, peneliti melakukan refleksi dan rencana perbaikan
dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 10 Refleksi & Rencana Perbaikan Kegiatan Tindakan Siklus I
Refleksi Rencana Perbaikan
1. Pengaturan waktu kurang optimal pada saat diskusi dan mengerjakan LKS
2. Soal dalam LKS dan tes siklus I sulit
dipahami
1. Peneliti harus lebih tegas dalam mengatur waktu diskusi dan mengerjakan LKS. Hal ini bertujuan agar siswa dapat bekerja sesuai dengan waktu yang telah di tentukan
2. Peneliti harus memperbaiki soal-soal dalam LKS dan tes siklus agar mudah
83
3. Pengelolaan kelas kurang maksimal
sehingga kelas menjasi rebut dan berisik
4. Siswa masih bingung dan berebut
dalam pembagian tugas Kepala Bernomor Terstruktur
5. Siswa masih malu dalam melaporkan hasil kerja kelompok di depan kelas
6. Kurangnya kerjasama siswa pada saat mengerjakan LKS
7. Siswa kurang aktif dalam bertanya
dan menanggapi laporan kelompok lain
8. Beberapa siswa masih kurang lengkap dalam mencatat materi yang sudah dipelajari
9. Kelompok siswa tidak tepat waktu dalam menyelesaikan LKS
dipahami siswa. Soal-soal yang dibuat harus jelas dan bervariasi, terdiri dari soal yang mudah sampai dengan soal yang sulit
3. Peneliti harus lebih tegas lagi dalam mengelola kelas dan membimbing siswa selama proses pembelajaran. Suasana kelas harus dibuat lebih santai lagi agar siswa tidak tegang dan bosan dalam pembelajaran matemati
4. Peneliti harus memberi penjelasan penuh dalam membimbing siswa melakukan pembagian tugas Kepala
5. Peneliti memberi motivasi agar kelompok yang mendapat giliran presentasi berani dan lebih semangat lagi
6. Peneliti harus lebih menjelaskan lagi tentang tugas-tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Hal ini bertujuan agar siswa mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang didapatnya tanpa harus bergantung pada siswa yang pintar saja
7. Dalam bertanya dan menanggapi laporan kelompok, siswa pada setiap kelompok mendapat porsi yang sama dalam berbicara sehingga siswa berani mengemukakan pendapatnya. Selain itu guru juga memberikan reward bagi siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok
8. Peneliti harus memotivasi siswa dalam membuat catatan dari berbagai sumber.
9. Peneliti harus memotivasi kelompok siswa agar menyelesaikan LKS tepat waktu yaitu dengan memberikan reward berupa nilai tambah bagi kelompok siswa yang menyelesaikan LKS tepat waktu
84
3. Tindakan Pembelajaran pada Siklus II
a) Tahapan Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses
pembelajaran harus lebih diarahkan dalam setiap kegiatan yang ada pada Kepala
Bernomor Terstruktur. Peneliti harus mampu mengoptimalkan waktu yang
digunakan agar seluruh tahapan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur dapat selesai sesuai dengan waktu yang diinginkan. Oleh karena itu
peneliti akan memberikan reward berupa tambahan nilai kepada kelompok siswa
yang menyelesaikan tugas LKS tepat pada waktunya. Peneliti membuat soal-soal
yang bervariasi dalam LKS dan tes siklus II. Peneliti harus lebih tegas dalam
mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan kepada siswa secara detail dan
dapat menjadikan suasana kelas menjadi santai, tidak tegang dan tidak
membosankan.
Materi yang dibahas pada siklus II ini adalah sudut luar segitiga,
menemukan rumus keliling segitiga dan menghitung keliling segitiga,
menemukan rumus luas segitiga dan menghitung luas segitiga, serta luas segitiga
dengan alas dan tinggi sekawan. Target pada siklus II ini siswa semakin baik
dalam menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur dan aktivitas siswa semakin meningkat melalui lembar observasi
dibandingkan dengan siklus I dimana rata-rata persentase aktivitas belajar siswa
harus mencapai 70%. Tes hasil belajar siswa semakin meningkat dengan target
pencapaian peneliti dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 80 dan
80% siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan 70.
b) Tahap Pelaksanaan
Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan selama lima pertemuan
dengan alokasi waktu (2x40 menit) tiap pertemuannya yang berlangsung setiap
hari Senin dan Kamis mulai tangal 17 s.d 31 Mei 2010. RPP siklus II dapat dilihat
pada lampiran 1.
85
1) Pertemuan ketujuh
Pada pertemuan ketujuh ini siswa hadir seluruhnya. Peneliti merivew soal
tes yang belum dimengerti siswa untuk mengingatkan siswa agar menjadi paham.
Peneliti mengkondisikan kelas dengan lebih tegas agar siswa lebih disiplin.
Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan
pengarahan mengenai prosedur pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
Bernomor Terstruktur agar proses pembelajaran lebih baik lagi dan siswa semakin
aktif . Selanjutnya, peneliti menjelaskan materi tentang sudut luar segitiga. Dalam
menjelaskan materi sudut luar segitiga, siswa nampak tenang dan memperhatikan
penjelasan peneliti.
Siswa sudah mulai terbiasa dengan prosedur yang terdapat dalam
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, dimana siswa mulai
membagikan tugas-tugas yang terdapat dalam Kepala Bernomor Terstruktur
kepada anggota kelompoknya. Peneliti menginformasikan bahwa pembagian
tugas di siklus II ini berjalan dari awal lagi, tidak kontinu dari pertemuan pada
siklus I dan siswapun mengerti. Peneliti bersama observer membagikan LKS (6)
yang berisi materi “ sudut luar segitiga” kepada setiap kelompok. Tanpa perintah
peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk membaca LKS (6),
selanjutnya siswapun mulai mengerjakan LKS (6) sesuai dengan tugasnya
masing-masing. Aktivitas siswa mulai terlihat membaik ketika mengerjakan LKS
(6).
Keadaan kelas pada saat itu lebih tenang dibanding pertemuan pada siklus 1.
Siswa sudah mulai bertanggung jawab atas tugas yang diterimanya. Sebagian
besar siswa nomor 1 dari setiap kelompok terlihat aktif membaca soal dan
mencari unsur-unsur yang akan membantu siswa nomor 2 dalam menyelesaikan
soal. Siswa nomor 4 pun membantu siswa nomor 3 dalam mencatat hasil diskusi
kelompoknya dengan mendikte dari jawaban siswa nomor 2. Walaupun
sebenarnya siswa nomor 4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan
kelas, namun kerjasama dalam kelompok juga diperlukan. Hal ini terlihat pada
kelompok 1, 3, 5, dan 7.
86
Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa dalam
mengerjakan LKS 6, pada proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur dipertemuan 6 sudah terlihat mengalami banyak peningkatan,
walaupun masih ada saja dalam kelompok siswa yang hanya diam saja. Peneliti
menegur siswa tersebut dengan memberi pengertian kalau siswa yang tidak ikut
mengerjakan akan dikeluarkan dari kelas dan tidak mendapatkan nilai. Pada saat
berkeliling, terlihat siswa dari kelompok 2 nampak bingung dengan sudut luar
segitiga. Penelitipun mulai menjelaskan kembali sudut luar segitiga secara singkat
karena takut waktu yang diperlukan siswa untuk mengerjakan LKS berkurang.
Soal-soal dalam LKS (6) dapat diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan
walaupun masih ada satu kelompok yaitu kelompok 2 yang belum tuntas tetapi
peneliti harus menutup sesi mengerjakan LKS sesuai perjanjian. Setelah selesai
mengerjakan LKS (6), seperti biasa siswa nomor 4 dari masing-masing kelompok
melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas secara bergantian. Berikut ini
salah satu contoh bagian laporan kelompok 5 mengenai kesimpulan sudut luar
segitiga yang ditanggapi oleh siswa S28 dari kelompok 3 sebagai berikut:
“Kesimpulan dari sudut luar segitiga adalah besar sudut luar suatu segitiga =
jumlah dua sudut yang tidak berpelurus dengan sudut luar.
Jawaban Latihan 6:
1. = CBD∠ BAC∠ + ACB∠
= 60 0 + 0140 ACB∠
= ACB∠ 00 60140 −
= 80 0 ACB∠
Jadi, besar adalah 80 . ACB∠ 0
2. a. = + RST∠ RQS∠ QRS∠ b. PQR∠ = 7x
= + = 05x )7180( 00 x− 03x 0207×
= = 14005x 000 37180 xx +− 0
5 = 180 – 4x
5x + 4x = 180
87
9x = 180
x = 20 0
Tanggapan siswa S28 terhadap hasil laporan kelompok 5:
“Kesimpulan kelompok 5 kurang lengkap, saya ingin menambahkan saja bahwa
besar sudut luar segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam yang tidak
berpelurus dengan sudut luar itu.
Berikut juga bagian dari hasil laporan kelompok 4 pada latihan 6:
1. CBD∠ = BAC∠ + ACB∠
= 60 0 + 0140 ACB∠
= = 80 0 ACB∠ 00 60140 −
2. ……………………………………………??
Laporan kelompok 4 tidak lengkap, hal ini terlihat dari soal latihan 6 yang
hanya dikerjakan 1 soal dan itupun tidak lengkap pula. Peneliti menyuruh
kelompok 4 untuk memperbaiki dan melengkapi jawaban nomor 2 latihan 6
seperti yang ditulis kelompok 5 pada saat presentasi. Karena jawaban latihan 6
kelompok 5 baik dan benar.
Waktu sudah hampir habis, peneliti bersama observer memberikan penilaian
terhadap pembelajaran yang telah berlangsung, dan peneliti bersama siswa
menyimpulkan materi hari ini secara bersama-sama. Peneliti mengharapkan untuk
pertemuan selanjutnya siswa lebih aktif lagi dalam menanggapi maupun pada saat
diskusi. Dan terakhir guru memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.
2) Pertemuan kedelapan
Pada pertemuan kedelapan terdapat 1 orang yang tidak hadir karena sakit
yaitu siswa S20 dari kelompok 1. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah
duduk dibangkunya masing-masing dan sudah kelihatan bersemangat untuk
memulai pertemuan kali ini.
Arahan prosedur Kepala Bernomor Terstruktur pun dilakukan. Kemudian
peneliti memberikan sedikit materi kepada siswa mengenai keliling segitiga
sebagai pengantar untuk memulai diskusi kali ini. Tidak ada kesulitan bagi
peneliti dalam menjelaskan materi keliling segitiga karena sebagian siswa sudah
88
tahu dan mengerti tentang keliling suatu segitiga. Setelah itu, tanpa perintah siswa
mulai bergabung dengan kelompoknya. Suasana kelas saat itu tidak terdengar
ribut seperti pertemuan lalu. Perollingan tugas Kepala Bernomor Terstruktur
dilakukan. Dalam perollingan tugas, sepertinya tidak ada masalah, hanya saja
pada kelompok 1 hanya memiliki tiga anggota karena satu dari mereka tidak hadir
karena sakit. Tapi karena kejadian seperti ini pernah terjadi di siklus I sehingga
tanpa bimbingan peneliti atau observer kelompok 2 bisa mengatasinya sendiri
dengan baik. Ada siswa nomor 2 yang merangkap tugas melaporkan hasil kerja
kelompoknya di depan kelas. Kesepakatan itu sangat bagus karena sudah ada
kerjasama yang baik dalam kelompok 2.
Peneliti bersama observer membagikan LKS (7) yang berisi materi
“menemukan rumus dan menghitung keliling segitiga” kepada setiap kelompok.
Siswa mulai membaca LKS yang sudah peneliti berikan. Lalu, siswa langsung
bekerja sama menurut tugasnya masing-masing. Aktivitas siswa mulai terlihat
membaik ketika mengerjakan LKS (7).
Disela-sela diskusi, ada siswa dari kelompok 1 yang bertanya tentang
latihan 7 nomor 3. Sepertinya tidak hanya kelompok 1 yang mengalami kesulitan
dalam mengerjakan latihan nomor 3, kelompok lain pun sama halnya dengan
kelompok 1. Akhirnya peneliti menjelaskan dipapan tulis latihan 7 nomor 3,
walaupun tidak sampai selesai. Hal ini bertujuan agar siswa termotivasi untuk
melanjutkan dan tidak tergantung sepenuhnya kepada guru. Dan sebagian besar
siswapun mengerti sehingga peneliti tidak perlu mengulang penjelasan tersebut
dari awal.
Setelah selesai mengerjakan LKS (7) dan siswa nomor 3 sudah mencatat
hasil laporan kelompoknya, kini saatnya siswa nomor 4 dari setiap kelompok
mempresentasikan hasil laoran kelompoknya di depan kelas. Sebagian besar
laporan kelompok sudah cukup baik. Berikut salah satu petikan hasil laporan
kelompok 2 yang ditulis di papan tulis:
Keliling ABCΔ = AB + AC + BC C
K = c + b + A
= a + B + c a cm
b cm
c cm A B
89
Rumus keliling segitiga (K) dengan panjang sisi sisi a cm, b cm, dan c cm adalah:
K = a + b + c
Dari hasil laporan kelompok 2 di atas, siswa S19 dari kelompok 4 menanggapi
hasil laporan tersebut, sebagai berikut:
“Kok, rumus keliling segitiga ditulis pake huruf besar bukan huruf kecil?”.
Sepertinya kelompok 2 kurang mengerti tanggapan yang diberikan siswa
S19, sehingga peneliti menyuruh siswa S19 untuk ke depan menulis apa yang
salah dari laporan kelompok 2, berikut petikan tulisan siswa S19 di papan tulis:
K = c + b + a
= a + b + c
“A pa yang ditanggapi siswa S19 benar dan bagus”, kata peneliti. Kelompok 2
pun menyadari kesalahannya. Ternyata kelompok 2 kurang teliti dalam menulis
rumus keliling segitiga. Siswa nomor 3 dari kelompok 2 terlihat mulai mencatat
apa yang ditanggapi oleh siswa S19.
Peneliti memotivasi siswa dalam menyebutkan rumus keliling segitiga.
Peneliti mengharapkan untuk pertemuan selanjutnya siswa lebih aktif lagi dalam
menanggapi maupun pada saat diskusi. Dan terakhir guru memberikan jurnal
harian untuk diisi oleh siswa.
3) Pertemuan kesembilan
Kegiatan absensi dilakukan, pada pertemuan kesembilan ini terdapat 1 orang
yang tidak hadir karena sakit, yaitu siswa S20 dari kelompok 1. Kelas sudah mulai
rapih karena siswa sudah duduk dibangkunya masing-masing, dan sudah kelihatan
bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini.
Peneliti memberikan penjelasan menegenai rumus luas segitiga. Sebagian
besar siswa nampak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan yang
disampaikan peneliti. Tanpa waktu lama, peneliti langsung memberi aba-aba
kepada siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Pembagian
tugas pun dilakukan, seperti pada pertemuan sebelumnya perollingan tugaspun
dilakukan dari kelanjutan pertemuan lalu. Terlihat kelompok 1 yang memiliki tiga
anggota pada pertemuan kali ini kembali membagikan tugas kepada anggotanya
90
dengan salah satu dari mereka ada yang merangkap tugas Kepala Bernomor
Terstruktur. Pertemuan lalu, siswa nomor 2 merangkap tugas melaporkan hasil
kerja kelompoknya. Kali ini kelompok 1 sepakat untuk siswa nomor 1 merangkap
tugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
Peneliti bersama observer membagikan LKS (8) yang berisi materi
“menemukan rumus luas segitiga dan menghitung luas segitiga” kepada setiap
kelompok. Siswa sudah mulai terbiasa dengan tugas-tugas yang ada di dalam LKS
tanpa perintah peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk
melakukan aktivitas membaca. Aktivitas siswa sudah membaik tidak ada lagi
siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan kelompoknya.
Peneliti berkeliling memantau siswa dalam mengerjakan LKS (8), terlihat
tidak ada kesulitan bagi siswa dalam menyelesaikan soal yag terdapat dalam LKS
(8). Pada proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur
dipertemuan 9 sudah terlihat mengalami banyak peningkatan. Siswa sudah tidak
begitu ribut, masing-masing kelompok sudah terlihat aktif dan kompak sehingga
peran penelitipun sudah mulai berkurang karena siswa sudah paham dengan
sendirinya. Dengan waktu yang sudah ditentukan, semua kelompok dapat
mengerjakan LKS (8) dengan tuntas.
Setelah selesai mengerjakan LKS 8, dengan cara acak peneliti memilih
siswa nomor 4 dari masing-masing kelompok untuk maju kedepan
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Sebagian besar presentasi dari
masing-masing kelompok sudah bagus, siswa tidak lagi terlihat malu-malu
walaupun masih ada siswa dari kelompok 2 yang masih kurang semangat dalam
melaporkan hasil kerja kelompoknya sehingga suara siswa nomor 4 dari
kelompok 2 kurang jelas terdengar oleh siswa lain. Peneliti memberikan masukan
kepada kelompok 2 agar dalam presentasi jangan malu-malu dan suaranya harus
jelas sehingga terdengar oleh siswa lain. Di bawah ini contoh hasil laporan
kelompok 6 yang disanggah oleh kelompok 7:
91
D B A A
C
B D
(i)
E F C
(ii)
Gambar 8.1
Luas = ABCΔ ×21 luas persegi panjang ADCE
Luas = ABCΔ ×21 luas persegi panjang BDCF
Luas = luas ADC + luas ABCΔ Δ ΔCDB
= ×21 luas persegi panjang ADCE + ×
21 luas persegi panjang ABFE
= ×21 luas persegi panjang ABEF
= ×21 ADCE × BDCF
Luas = ABCΔ ×21 BA CD (karena BF = CD) ×
Pada Gambar 8.1, AB disebut alas dan CD disebut tinggi, sehingga
diperoleh rumus berikut :
ABCΔ
Luas segitiga = ×21 AB × CD
Pada ABCΔ Gambar di samping tinggi
segitiga adalah CD, dan alasnya adalah AB. C
Luas ABCΔ = ×21 AB x CD t cm
A D B Jika AB = a cm dan CD = t cm, maka rumus
luas (L) segitiga adalah: a cm
L = ×21 BA × CD atau L =
21 at
92
Tanggapan kelompok 7:
“Laporan kelompok 6 ada yang salah Bu. Dibagian :
Luas = ABCΔ ×21 luas persegi panjang ADCE + ×
21 luas persegi panjang ABFE
Seharusnya bukan persegi panjang ABFE tapi persegi panjang DBCF Bu.”
“Apa yang dikatakan kelompok 7 benar”, kata peneliti. Kelompok 6 harus
lebih teliti lagi dalam mengerjakan soal LKS, begitu juga dengan kelompok
lainnya. Siswa nomor 3 sibuk mencatat tanggapan yang diberikan oleh kelompok
7 dan memperbaiki jawaban yang di koreksi oleh kelompok 7. Laporan dari
kelompok lain sudah bagus dan tidak ada yang salah.
Pembelajaran telah selesai, kini waktunya peneliti bersama siswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini. Terdengar siswa menyebutkan
rumus luas segitiga dengan benar. Dan terakhir peneliti membagikan jurnal harian
kepada siswa.
4) Pertemuan kesepuluh
Kelas sudah mulai rapih dan seluruh siswa hadir. Tanpa penjelasan panjang
lebar, siswa sudah mengerti sekali tentang model Pembelajaran Kooperatif tipe
Kepala Bernomor Terstruktur sehingga peneliti langsung membahas luas segitiga
dengan alas dan tinggi sekawan. Untuk materi kali ini peneliti siswa agak nanpak
bingung antara mana yang alas dan tinggi sekawan pada segitiga, sehingga
peneliti harus mengulang lagi penjelasan mengenai alas dan tinggi sekawan pada
segitiga. Setelah itu, siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
Pembagian tugas Kepala Bernomor Terstruktur pun dilakukan. Seperti biasa siswa
harus merolling tugas tersebut seperti yang dilakukan pada pertemuan lalu.
Peneliti bersama observer membagikan LKS (9) yang berisi materi “luas
segitiga dengan alas dan tinggi sekawan” kepada setiap kelompok. Siswa pun
langsung membaca isi LKS yang sudah dibagikan. Siswa sudah mulai terbiasa
dengan tugas-tugas yang ada di dalam bahan diskusi tanpa perintah peneliti siswa
langsung mengerjakan LKS (9) sesuai dengan tugasnya masing-masing. Aktivitas
93
siswa sudah sangat membaik tidak ada lagi siswa yang tidak mengerjakan tugas
dengan kelompoknya.
Peneliti bersama observer hanya memantau dari depan tidak lagi berkeliling
seperti biasanya karena semua siswa sudah sangat mengerti akan tugasnya. Pada
proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur di pertemuan
10 sudah terlihat mengalami banyak peningkatan.
Setelah selesai mengerjakan LKS (9), siswa nomor 4 dari masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Dari hasil
presentasi kelompok siswa, terlihat pada LKS halaman pertama nomor 3, ada
beberapa kelompok yang masih bingung dengan mencari alas dan tinggi sekawan.
Di bawah ini sebagian petikan dari hasil laporan kelompok 7:
1. a. Tinggi AD sekawan dengan alas BC,
maka: Luas ABCΔ = ×× BC21 AD
b. Tinggi CA sekawan dengan alas AB,
maka: Luas = ABCΔ ×21 AB × BC
C
D
B A
2. a. Tinggi CD sekawan dengan alas AB,
maka: Luas ABCΔ = CDAB××21
C
E b. Tinggi AE sekawan dengan alas BC,
maka: Luas ABCΔ = ×21 BC × AE
F
A B D c. Tinggi BF sekawan dengan alas AC,
maka: Luas ABCΔ = BFAC ××21
R
3. a. Tinggi PR sekawan dengan alas PQ,
maka: Luas PQRΔ = ×21 PQ×PR
b. Tinggi PT sekawan dengan alas QR,
maka: Luas = PQRΔ ×21 QR × PT
T
U
S P Q
94
c. Tinggi QU sekawan dengan alas RU,
maka: Luas PQRΔ = ×21 RU × QU
Setelah semua siswa nomor 4 sudah presentasi di depan kelas. Peneliti
mengkoreksi hasil presentasi kelompok siswa secara bersama-sama dengan
menanyakan kepada siswa bagian mana yang kurang mengerti dalam mencari alas
dan tinggi sekawan pada segitiga. Sebagian besar siswa terlihat sudah memahami
benar mana alas dan tinggi sekawan pada suatu segitiga.
Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas hari ini dan
tidak lupa pula peneliti menyampaikan informasi bahwa pada hari Senin, 31 Mei
2010 akan diadakan tes siklus II. Peneliti menugaskan siswa untuk belajar lebih
rajin agar mendapat nilai yang lebih bagus dites sklus II ini. Diakhir pertemuan
peneliti membagikan jurnal harian kepada setiap siswa untuk diisi.
5) Pertemuan kesebelas
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa, dan
semua siswa hadir. Pertemuan ini tidak dibagi kelompok karena akan
dilaksanakan tes akhir siklus II. Tes ini berbentuk soal essay yang telah di uji
validitas isinya, soal berjumlah 8 yang terdiri dari sudut luar segitiga, menemukan
rumus keliling dan menghitung keliling segitiga, menemukan rumus luas segitiga
dan menghitung luas segitiga, dan luas segitiga dengan alas dan tinggi sekawan.
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa
terhadap materi yang telah diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas materi yang
sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang masih ada. Tes ini
dilaksanakan selama 60 menit. Selama proses berlangsung, suasanapun menjadi
sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang masih menyontek dengan
teman sebangkunya dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa
segera mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini siswa tidak
diberikan lembar jurnal harian siswa.
95
c) Tahap Observasi dan analisis
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru
kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar
siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa
melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa
pada Pembelajaran Siklus II
No
Jenis Aktivitas
Indikator yang diamati
Pert.1
Per.2
Pert.3
Pert.4
Rata-rata
1
Visual
Activities
Membaca LKS pada saat kegiatan diskusi
4
(80%)
4
(80%)
4
(80%)
4
(80%)
80%
Memperhatikan guru atau teman pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi
4
(80%)
4
(80%)
4
(80%)
4
(80%)
80%
Rata-rata aktivitas visual 80% 80% 80% 80% 80%
2
Oral Activities
Mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan diskusi
3
(60%)
3
(60%)
4
(80%)
4
(80%)
70%
Menanggapi laporan hasil kerja kelompok
3
(60%)
3
(60%)
4
(80%)
4
(80%)
70%
Rata-rata aktivitas oral 60% 60% 80% 80% 70% 3
Writing
Activities
Mencatat materi yang guru sampaikan
3
(60%)
4
(80%)
4
(80%)
4
(80%)
75%
Rata-rata aktivitas menulis 60% 80% 80% 80% 75% 4
Mental Activities
Memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS
3
(60%)
3
(60%)
4
(80%)
4
(80%)
70%
Rata-rata aktivitas mental 60% 60% 80% 80% 70% 5
Emotional Activities
Minat/antusias siswa selama beajar
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
80%
96
Senang selama belajar
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
4 (80%)
80%
Rata-rata aktivitas emosional 80% 80% 80%
80% 80%
Rata-rata Aktivitas Total
75%
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada
siklus II adalah sebagai berikut:
1) Visual activities
Rata-rata persentase visual activities pada siklus II ini adalah 80%. Siswa
yang membaca LKS pada saat kegiatan diskusi adalah 80%. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa yang membaca LKS sudah cukup banyak dan memperoleh nilai
baik. Sedangkan aktivitas siswa yang memperhatikan guru pada saat menjelaskan
materi dan pada saat diskusi sebanyak 80%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
yang memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi
sudah cukup baik, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak
memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi. Aspek
ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan
dengan hasil persentase pada siklus I.
2) Oral activities
Rata-rata persentase aktivitas oral mencapai 70%. Siswa pada aktivitas
mengajukan pertanyaan ketika kegiatan diskusi berlangsung mencapai 70%.
Persentase ini terbilang sudah cukup baik karena siswa sudah berani bertanya
kepada guru atau teman pada saat diskusi, meskipun masih terlihat ada siswa yang
masih malu dalam bertanya kepada guru. Rata-rata siswa yang menanggapi
laporan hasil kerja kelompok lain sebanyak 70%. Hal ini menunjukan bahwa pada
saat memberi presentasi siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya dan
percaya diri akan pendapatnya. Kedua aspek ini sudah menunjukkan adanya
peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada
siklus I.
97
3) Writing activities
Writing activities yang dinilai peneliti adalah mencatat materi yang guru
sampaikan. Rata-rata siswa yang membuat catatan sebanyak 75%. Dalam
membuat catatan siswa dinyatakan sudah mengalami peningkatan dibandingkan
dengan siklus I, karena sebagian besar siswa tidak hanya mencatat dari materi
yang guru jelaskan di papan tulis dan LKS, tetapi siswa sudah menambah
catatannya dari buku paket matematika sekolah.
4) Mental activities
Untuk mental activities yaitu aktivitas memecahkan masalah dalam LKS.
Rata-rata persentase aktivitas mental mencapai 70%. Hal ini membuktikan bahwa
siswa sudah mampu mengerjakan soal-soal yang ada di dalam LKS karena
tingkatan soal sudah dibuat bervariasi. Aspek ini sudah menunjukkan adanya
peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada
siklus I.
5) Emotional activities
Rata-rata aktivitas emosional siswa mencapai 80% diantaranya minat siswa
dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur mencapai
80%, menurut observer siswa terlihat antusias dan bersemangat pada saat
mengerjakan tugas-tugas yang ada di LKS karena menurut siswa pembelajaran
yang diterapkan sangat seru dan menarik, siswa dilatih untuk memahami materi
sendiri dan belajar mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
Siswa cukup senang dengan diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe
Kepala Bernomor Terstruktur dengan persentase yang diperoleh 80%. Kedua
aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila
dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran siklus II
rata-rata aktivitas yang diperoleh sebesar 75%. Rata-rata aktivitas siswa pada
siklus II ini meningkat dibandingkan pada siklus I yang hanya mencapai 58,4%.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa ketika proses pembelajaran
menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur
sudah cukup baik.
98
Hasil pengamatan aktivitas kelompok siswa melalui lembar observasi dapat
dilihat pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12
Rekapitulasi Observasi Aktivitas Kerjasama Siswa dalam Kelompok Siklus II
Kelompok Kerjasama Siswa pada Pertemuan Ke-
Rata-rata 7 8 9 10
1 25
(69,4%)
26
(72,2%)
27
(75%)
29
(80,6%)
74,3%
2 23
(63,9%)
23
(63,9%)
24
(66,7%)
25
(69,4%)
65,98%
3 26
(72,2%)
27
(75%)
28
(77,8%)
30
(83,3%)
77,08%
4 23
(63,9%)
23
(63,9%)
24
(66,7%)
24
(66,7%)
65,3%
5 26
(72,2%)
26
(72,2%)
29
(80,6%)
30
(83,3%)
77,08%
6 23
(63,9%)
23
(63,9%)
25
(69,4%)
26
(72,2%)
67,35%
7 25
(69,4%)
25
(69,4%)
26
(72,2%)
27
(75%)
71,5%
Rata-rata Total
71,23%
Berdasarkan tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata total aktivitas
kerjasama siswa dalam kelompok 4 mengalami peningkatan sebesar 13,08%
apabila dibandingkan dengan aktivitas pada siklus I yaitu 52,22% pada siklus II
ini menjadi 65,3%. Aktivitas kelompok 2 juga mengalami peningkatan sebesar
9,86% bila dibandingkan dengan siklus I, persentase aktivitas kelompok ini pada
siklus II mencapai 65,98% sedangkan pada siklus I sebesar 56,12%. Persentase
aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok 6 pada siklus I sebesar 54,44%
99
sedangkan persentase pada siklus II sebesar 67,35%. Persentase tersebut
memperlihatkan kenaikan aktivitas siswa sebesar 12,91%.
Perolehan persentase aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok 3 dan 5
masih menunjukkan persentase paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lain
yaitu sebesar 77,08%. Persentase kelompok 3 pada siklus I sebesar 65,54% dan
persentase kelompok 5 sebesar 66,64% sehingga kelompok 3 mengalami
peningkatan 11,54% sedangkan kelompok 5 mengalami peningkatan sebesar
10,44%. Aktivitas kelompok 1 dan 7 meningkat bila dibandingkan dengan
aktivitas belajar kelompok pada siklus I, hal ini dapat dilihat dari perbandingan
persentase aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok 1 pada siklus I yaitu sebesar
64,44% menjadi 74,31%. Sedangkan persentase pada kelompok 7, dari 57,24%
menjadi 71,5%.
Persentase rata-rata kerjasama siswa dalam kelompok pada siklus II ini
sudah cukup bagus. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata
total kerjasama siswa dalam kelompok sebesar 11,71% dari 59,52% pada siklus I
menjadi 71,23% pada siklus II.
Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa untuk
mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran pada setiap pertemuan
siklus II yang diperoleh dari jurnal harian siswa dapat dilihat pada Tabel 13
berikut:
Tabel 13 Rekapitulasi Respon Siswa selama Siklus II
No Kategori Persentase pada Pertemuan Ke- Rata-rata
(%) 7 (%) 8 (%) 9 (%) 10 (%)
1 Positif 75 77,8 81,5 82,1 79,1
2 Netral 0 0 0 0 0
3 Negatif 25 22,2 18,5 17,9 20,9
4 Tidak
Berkomentar 0 0 0 0 0
100
Dilihat dari tabel 13, terlihat siswa merespon dengan baik proses
pembelajaran yang telah diterapkan. Ini artinya bahwa sebagian besar siswa
menyenangi pembelajaran matematika dengan penggunaan model Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.
Hasil belajar selama siklus II diperoleh dari tes akhir siklus II pada
pertemuan kesembilan. Hasil tes akhir siklus II tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 14 Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II
Interval Frekuensi frelatif frelatif Kumulatif≥
65 – 70 6 21,4% 100%
71 – 76 3 10,7% 78,6%
77 – 82 5 17,9% 67,9%
83 – 88 8 28,6% 50%
89 – 94 4 14,3% 21,4%
95 – 100 2 7,1% 7,1%
Keterangan :
Xmin = 65 Jumlah siswa = 28
Xmax = 100 Rata-rata = 81,5
d) Tahap Refleksi
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran metode yang digunakan oleh
peneliti pada setiap tindakan pembelajaran telah sesuai yaitu model Pembelajaran
Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur walaupun dalam pelaksanaannya
masih terdapat kekurangan tetapi hal tersebut dapat diatasi pada tindakan
pembelajaran selanjutnya dengan adanya kegiatan refleksi pada setiap akhir
pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh rata-rata persentase aktivitas belajar
siswa mencapai 75%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas
101
belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini,
dimana rata-rata persentase aktivitas belajar siswa harus mencapai 70%.
Berdasarkan tes hasil belajar matematika yaitu tes akhir siklus II ini
mencapai rata-rata 81,5 dengan nilai terendah 65. Hal ini juga menunjukkan
bahwa tes hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan
penelitian ini, dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 80 dan 80%
siswa sudah mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 70.
Adapun hasil wawancara terhadap guru dan siswa memberikan informasi
bahwa siswa sangat merespon baik model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
Bernomor Terstruktur ini dan guru kelas juga menganggap bahwa penerapan
model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini telah
dilaksanakan dengan sangat baik sehingga dapat dikatakan berhasil.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II ini, yaitu bahwa kedua indikator
keberhasilan telah tercapai maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai
dengan siklus II.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
terdiri atas instrument tes dan non tes. Untuk tes digunakan tes formatif yang
dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada
akhir pembelajaran berupa soal latihan pada LKS. Tes ini bertujuan untuk
menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa pada tiap siklus sebagai
implikasi dari PTK.
Sedangkan instrumen non tes berupa lembar observasi, jurnal harian dan
wawancara yang ditujukan untuk guru dan siswa. Lembar observasi diisi pada
setiap pertemuan sedangkan wawancara dilakukan pada akhir siklus II. Untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh valid dan memiliki tingkat keterpercayaan
yang tinggi, dilakukan member check. Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali
keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari narasumber,
memeriksa apakah data tersebut tetap sifatnya dan dapat dipastikan kebenaran
data. Selain melakukan member check, untuk mendapatkan data yang absah
102
dilakukan pula teknik triangulasi melalui pengamatan terhadap aktivitas belajar
siswa apakah menunjukkan peningkatan dengan diterapkannya model
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Hal ini bertujuan
untuk menggali data dari sumber yang sama yaitu siswa, dengan menggunakan
cara yang berbeda. Peneliti juga secara rutin melakukan diskusi dengan guru
kolaborator mengenai hasil observasi yang diperoleh, dibaca berulang-ulang, dan
menghilangkan data yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Hal ini bertujuan
agar data yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Untuk mengetahui apakah hasil wawancara dengan siswa tentang persepsi
siswa terhadap penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur, bagaimana aktivitas belajar siswa dan dampaknya terhadap hasil
belajar siswa didapat informasi dari keadaan yang sebenarnya, wawancara
dilakukan kepada 6 siswa yang diambil berdasarkan prestasi belajarnya yang
rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini bertujuan agar informasi yang diperoleh dapat
mewakili siswa dalam kelas secara keseluruhan.
C. Analisis Data
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada, yang
diperoleh dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut:
1. Aktivitas Belajar
Lembar observasi terdiri dari dua macam yaitu lembar observasi aktivitas
belajar matematika siswa untuk mengetahui persentase aktivitas belajar siswa dan
lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok untuk mengetahui persentase
kerjasama siswa dalam kelompoknya. Lembar observasi juga digunakan untuk
menganalisis dan merefleksi setiap siklus.
Adapun hasil observasi aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel
berikut:
103
Tabel 15 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa
Siklus I dan II
No Jenis Aktivitas
Indikator yang diamati Siklus I
Siklus II
1
Visual Activities
Membaca LKS pada saat kegiatan diskusi
(60%)
(80%)
Memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi da pada saat diskusi
(60%)
(80%)
Rata-rata Visual Activities 60% 80%
2
Oral
Activities
Mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan diskusi
(56%)
(70%)
Menanggapi laporan hasil kerja kelompok
(52%)
(70%)
Rata-rata Oral Activities 54% 70% 3
Writing Activities
Mencatat materi yang guru sampaikan
(64%) (75%)
Rata-rata Writing Activities 64% 75%
4 Mental
Activities Memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS
(52%)
(70%)
Rata-rata Mental Activities 52% 70% 5
Emotional Activities
Minat/antusias siswa selama belajar
(60%)
(80%)
Senang selama belajar (64%) (80%)
Rata-rata Emotional Activities 62% 80% Rata-rata Aktivitas Total 58,4% 75%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata persentase
aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari 58,4% menjadi 75%.
Peningkatan aktivitas terbesar pada tabel di atas terjadi pada aktivitas visual yaitu
sebesar 20%, dari 60% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II. Hal ini terlihat
pada proses pembelajaran yang telah terjadi selama penelitian. Sebagian besar
siswa lebih terfokus dalam aktivitas membaca dan memperhatikan. Kedua
aktivitas tersebut lebih dominan dilakukan oleh siswa dibandingkan dengan
aktivitas-aktivitas yang lain seperti bertanya, menanggapi laporan, mencatat, dan
104
memecahkan masalah. Data pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa
tindakan yang dilakukan pada siklus II telah dapat memperbaiki atau
meningkatkan sebagian besar aspek aktivitas yang masih rendah pada siklus I,
seperti aktivitas membaca LKS, memperhatikan penjelasan guru, mengajukan
pertanyaan, menanggapi laporan, mencatat materi, memecahkan masalah, dan
antusias siswa. Perbandingan persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I dan
siklus II disajikan dalam diagram sebagai berikut:
0102030405060708090
100
1 2 3 4 5
Siklus ISiklus II
Pers
enta
se
Aspek Aktivitas
Diagram 1 Diagram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar
Ket: Aspek 1. Visual Activities
2. Oral Activities
3. Writing Aactivities
4. Mental Activities
5. Emotional Activities
Dari kelima aspek aktivitas tersebut terlihat bahwa peningkatan setiap
aspeknya memiliki rata-rata kenaikan hampir sama, dan aspek peningkatan
tertinggi terjadi pada indikator visual activities yaitu membaca LKS dan
memperhatikan guru, dan indikator emotional activities yaitu antusias dan senang
selama belajar matematika yang meningkat sampai 80%. Peningkatan aspek
aktivitas yang belum maksimal terjadi pada oral activities yaitu masih kurangnya
siswa pada saat mengajukan pertanyaan pada saat diskusi dan menanggapi
laporan kelompok lain, hal ini terjadi karena siswa masih malu-malu dan takut
105
salah dalam mengungkapkan pendapatnya tetapi siswa sudah terlihat maksimal
walaupun belum sepenuhnya maksimal. Seluruh indikator sudah mengalami
ketercapaian penelitian yaitu aktivitas siswa mencapai 75% dan sudah melebihi
batas ketercapaian 70%.
Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan dengan 6 orang siswa
dalam waktu yang berbeda. Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa pada
siklus II (lampiran 22 dan lampiran 23), didapat informasi bahwa siswa sangat
merespon baik model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur
dan guru juga menganggap bahwa penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe
Kepala Bernomor Terstruktur ini telah dilaksanakan dengan sangat baik karena
siswa dituntut untuk menggali kemampuannya dalam belajar dan aktivitas siswa
menjadi meningkat sehingga dapat dikatakan berhasil.
Tabel 16 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Kerjasama Siswa dalam Kelompok
Nama Kelompok Siklus I (%) Siklus II (%)
1 64,44 74,3
2 56,12 65,98
3 65,54 77,08
4 52,22 65,3
5 66,64 77,08
6 54,44 67,35
7 57,24 71,5
Rata-rata (%) 59,52 71,23
Berdasarkan tabel 16 terlihat bahwa aktivitas kerjasama siswa dalam
kelompok mengalami peningkatan sebesar 11,71% karena terjadi peningkatan
pada setiap kelompoknya. Semua kelompok sudah menunjukkan peningkatan
pada setiap pertemuannya. Kelompok yang paling meningkat terjadi pada
kelompok 3 dan 5 hal itu disebabkan karena kelompok tersebut merupakan
kelompok yang paling aktif dalam berdiskusi maupun dalam mengerjakan LKS.
106
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ternyata
dapat disenangi siswa, karena siswa dapat bertukar pikiran langsung dengan
teman-teman kelompoknya sehingga bagi siswa pembelajaran menjadi mudah dan
menyenangkan.
Diagram 2 Diagram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Kerjasama Siswa
dalam Kelompok
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7
Siklus 1
Siklus 2
Nama Kelompok
Pers
enta
se
2. Hasil Belajar Matematika
Untuk tes hasil belajar digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan
pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir
pembelajaran yaitu berupa soal latihan pada bahan diskusi. Adapun hasil tes
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 17 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Statistik Siklus I Siklus II
Nilai tertinggi 100 100
Nilai terendah 53 65
Rata-rata 76,82 81,5
Berdasarkan tabel 17, diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil belajar
siswa pada siklus II mengalami peningkatan 4,68, yaitu dari yang sebelumnya
107
76,82 menjadi 81,5. Pada siklus I masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah
KKM sebanyak 8 siswa dan pada siklus II nilai terendahnya adalah 65 dan masih
ada 3 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Walaupun demikian, hasil
belajar siswa sudah mengalami peningkatan yang cukup baik. Peningkatan hasil
belajar siswa jika disajikan dalam diagram batang adalah sebagai berikut:
Diagram 3 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Siklus I Siklus II
Tes Hasil Belajar
Nila
i Rat
a-ra
ta
3. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur
Respon siswa terhadap pembelajaran dalam setiap tindakan penting untuk
disajikan sebuah pertimbangan ataupun perbaikan bagi penyusunan rencana
pembelajaran berikutnya. Respon siswa tersebut disusun dalam jurnal harian
siswa yang diberikan kepada siswa pada akhir tindakan pembelajaran. Respon
yang dikemukakan siswa beragam, ada yang berkomentar positif, komentar
negatif, komentar netral bahkan ada yang tidak berkomentar. Jurnal harian yang
telah disusun kemudian dihitung persentase jenis pendapatnya dan hasilnya
dirangkum pada Tabel 18 berikut:
108
Tabel 18 Rekapitulasi Persentase Respon Siswa Siklus I dan II
Kategori Rata-rata Persentase Pada Siklus ke-
Rata-rata(%) I(%) II(%)
Positif 62,22 79,1 70,66
Netral 10,92 0 10,92
Negatif 24,72 20,9 22,81
Tidak
Berkomentar 5,35 0 5,35
Berdasarkan tabel 18 persentase rata-rata dikonversikan dalam diagram 6:
Diagram 4
Diagram Garis Persentase Respon Siswa
Hasil wawancara dengan guru dan siswa diperoleh informasi bahwa siswa
senang mengikuti model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur. Hal ini terlihat dari hasil persentase respon siswa pada tabel 18 yang
kemudian dikonversikan pada diagram 6. Rata-rata persentase respon positif yang
diberikan siswa selama proses pembelajaran, sebesar 70,66%. Rata-rata persentase
ini sudah terbilang baik dibanding dengan rata-rata persentase negatif, netral dan
tidak berkomentar yang hanya mendapat tanggapan sebesar 22,81%, 10,92%, dan
5,35%.
109
D. Pembahasan Temuan Penelitian
Selama penelitian berlangsung, terdapat beberapa temuan penelitian yang
unik yang ditemukan peneliti, diantaranya:
1. Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur
menumbuhkan rasa solidaritas dan rasa tanggung jawab siswa
Diskusi kelompok Kepala Bernomor Terstruktur membuat
sebagian besar siswa merasa memiliki tanggung jawab terhadap tugas
yang telah disepakati oleh anggota kelompoknya. Dalam diskusi, setiap
anggota kelompok saling membantu untuk memahami materi pelajaran
matematika walaupun dengan tugas-tugas yang saling berbeda namun
saling berkaitan. Hal ini menumbuhkan rasa solidaritas pada setiap
anggota kelompok Kepala Bernomor Terstruktur.
2. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa
Seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dengan
penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur,
maka hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Peningkatan hasil
belajar siswa terlihat dari tes hasil belajar siklus I dan siklus II yang nilai
rata-ratanya meningkat, yaitu dari yang sebelumnya 76,82 menjadi 81,5.
3. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor
Terstruktur mendapat respon positif dari siswa
Selama diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
Bernomor Terstruktur siswa terlihat antusias dan senang mengikuti
pelajaran matematika. Hal ini terlihat dari peningkatan respon positif siswa
pada siklus I sebesar 62,22% menjadi 79,1% pada siklus II.
4. Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur
membuat siswa berani dalam mengemukakan pendapat
Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur
menjadikan siswa yang sebelumnya cenderung pendiam dan pasif, kini
menjadi aktif berbicara mengungkapkan pendapatnya pada saat diskusi
maupun pada saat di depan kelas.
110
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Aktivitas-aktivitas siswa yang
meningkat selama proses pembelajaran diantaranya aktivitas visual, aktivitas oral,
aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Dari kelima aktivitas
tersebut yang paling besar peningkatannya adalah aktivitas visual. Aktivitas visual
yang diambil dalam penelitian ini adalah aktivitas membaca dan memperhatikan.
Kedua aktivitas tersebut lebih dominan dilakukan oleh siswa dibandingkan
dengan aktivitas-aktivitas yang lainnya seperti bertanya, menanggapi, menulis,
dan memecahkan masalah. Peningkatan aktivitas belajar matematika siswa ini
menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I
adalah 58,4% dan setelah dilakukan perbaikan selama pembelajaran pada siklus II
rata-rata persentase aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 75%.
B. Saran
1. Model pembelajaran ini memerlukan persiapan yang matang agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan beberapa
hal diantaranya:
a. Mempersiapkan RPP, LKS, lembar observasi aktivitas siswa, jurnal harian
untuk mengetahui respon siswa tersebut, catatan lapangan, dan soal tes
akhir siklus.
b. Dalam membuat kelompok siswa sebaiknya membentuk kelompok yang
heterogen untuk mempermudah dalam diskusi.
2. Siswa sebaiknya bisa dilibatkan dalam merumuskan kegiatan pembelajaran
pada siklus berikutnya agar peneliti mengetahui keinginan siswa sebagai
bahan pertimbangan perencanaan yang akan dipakai.
111
3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat
menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan dalam belajar
matematika terutama dalam bekerjasama dan kolaborasi sehingga siswa dapat
lebih aktif lagi dalam memahami materi baik secara individu maupun
berkelompok.
4. Bagi para peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti keterkaitan antara
penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur
dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan-kemampuan
matematika yang lain seperti koneksi, penalaran, pemecahan masalah, berpikir
kreatif dan penalaran.
112
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas
Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Ciswandi. 2008. ”Pembelajaran Kooperatif Model SNH (Structured Numbre
Head) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah, Bahri, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara. http://muttaqinhasyim,wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajar...on, 14 Juni
2009 by Hadi Muttaqin Hasyim.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Bandung: Alfabeta.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.
Padmowihardjo, Soedijanto. 2008. Psikologi belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Badan Standar
Nasional Pendidikan. 2006. Nomor 22 Tentang Standar Isi, Nomor 23 Tentang Standar Kompetensi Kelulusan, Nomor 24 Tentang Pelaksanaan PP No. 22 dan 23. Badan Standar Nasional pendidikan.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
113
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenanda Media Group. Saputra, Yudha M dan Iis Marwan. 2008. Strategi Pembelajaran Kooperatif.
Bandung: CV. Bintang Warli Artika. Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Soedjadi, R dan Djoko Musno. 1996. Matematika 2: Petunjuk Guru Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Balai Pustaka. Subarkah, Reny. 2010. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran matematika kontemporer,
Bandung: UPI. Sujono. 1998. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta. Susilawati, Wati. Belajar & Pembelajaran Matematika. Tim Penyusun. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Syarf
Hidayatullah Jakarta. UU Sistem Pendidikan Nasional. 2008. (UU RI No. 20 Tahun 2003). Jakarta:
Sinar Grafika. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi
Aksara. Wiranataputra, S, Udin, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:
Universitas Terbuka. Wiriatmadja, Rochiati. 2005. Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya.