PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK...

81
33 kecil. Namun Pembelajaran Kooperatif tidak sekedar kerja kelompok biasa. Dalam Pembelajaran Kooperatif peran dan keaktifan siswa diutamakan. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya dan kemudian mengembangkan pemikirannya tersebut. Pembelajaran Kooperatif memiliki banyak tipe dan strategi, salah satunya adalah Kepala Bernomor Terstruktur atau Numbered Heads Terstruktur. Tipe ini modifikasi dari tipe Kepala Bernomor yang dipakai Spencer Kagan. Dengan tipe ini siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya. Proses pembelajaran yang akan terjadi terdiri dari beberapa siklus. Pada siklus I, siswa akan dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas empat orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok akan mendapatkan nomor sesuai dengan tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Pembagian anggota kelompok dalam penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan tipe Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan secara heterogen, baik dari segi kemampuan akademik maupun jenis kelamin. Dalam melaksanakan tugasnya, diharapkan siswa dapat bekerja sama dan saling membantu sehingga tercipta interaksi yang dinamis antara siswa dengan kelompok belajarnya serta siswa dapat mengeluarkan ide-ide mereka dengan berbagi kepada teman sekelasnya. Jika pada siklus I target yang diinginkan belum tercapai, maka peneliti akan melanjutkannya ke siklus II. Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II harus memiliki perbedaan dengan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dan tindakan pada siklus II merupakan refleksi tindakan dari siklus I. Pada siklus II ini, peneliti harus lebih memfokuskan lagi aktivitas apa yang harus ditingkatkan melalui refleksi tindakan pada siklus I. Selain itu pada siklus II ini peneliti akan memberikan reward berupa nilai tambah kepada kelompok siswa yang telah mengerjakan tugas LKS tepat waktu dan nilai tambah bagi siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi lagi dalam belajar matematika melalui penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK...

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

33 

 

kecil. Namun Pembelajaran Kooperatif tidak sekedar kerja kelompok biasa.

Dalam Pembelajaran Kooperatif peran dan keaktifan siswa diutamakan. Siswa

diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya dan kemudian

mengembangkan pemikirannya tersebut.

Pembelajaran Kooperatif memiliki banyak tipe dan strategi, salah satunya

adalah Kepala Bernomor Terstruktur atau Numbered Heads Terstruktur. Tipe ini

modifikasi dari tipe Kepala Bernomor yang dipakai Spencer Kagan. Dengan tipe

ini siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling

keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya.

Proses pembelajaran yang akan terjadi terdiri dari beberapa siklus. Pada

siklus I, siswa akan dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri

atas empat orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok akan mendapatkan

nomor sesuai dengan tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Pembagian anggota

kelompok dalam penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan tipe Kepala

Bernomor Terstruktur dilakukan secara heterogen, baik dari segi kemampuan

akademik maupun jenis kelamin. Dalam melaksanakan tugasnya, diharapkan

siswa dapat bekerja sama dan saling membantu sehingga tercipta interaksi yang

dinamis antara siswa dengan kelompok belajarnya serta siswa dapat mengeluarkan

ide-ide mereka dengan berbagi kepada teman sekelasnya. Jika pada siklus I target

yang diinginkan belum tercapai, maka peneliti akan melanjutkannya ke siklus II.

Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II harus memiliki perbedaan

dengan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dan tindakan pada siklus II

merupakan refleksi tindakan dari siklus I. Pada siklus II ini, peneliti harus lebih

memfokuskan lagi aktivitas apa yang harus ditingkatkan melalui refleksi tindakan

pada siklus I. Selain itu pada siklus II ini peneliti akan memberikan reward berupa

nilai tambah kepada kelompok siswa yang telah mengerjakan tugas LKS tepat

waktu dan nilai tambah bagi siswa yang aktif dalam menanggapi laporan

kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi lagi dalam belajar

matematika melalui penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

 

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

34 

 

 

Bernomor Terstruktur. Jika pada siklus II ini target yang diinginkan belum

terpenuhi, maka penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus III dengan tindakan

siklus II sebagai refleksinya. Tetapi jika pada siklus II ini target yang diinginkan

sudah tercapai, maka penelitian ini akan dihentikan dan berakhir pada siklus II.

Pada penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur, setiap siswa akan diobservasi untuk diamati pada setiap aktivitas yang

dilakukannya di dalam kelas seperti aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas

menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Dengan cara ini guru dapat

mengetahui aktivitas belajar apa yang dilakukan oleh masing-masing siswa.

Dengan cara ini juga setiap siswa dapat mengetahui bahwa dalam memahami

sesuatu banyak cara dan aktivitas yang dilakukannya. Dengan demikian, berarti

model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat

meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan hipotesis

tindakan sebagai berikut: Diduga penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe

Kepala Bernomor Terstruktur pada pelajaran matematika dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa.

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

35 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1) Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai model Pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur untuk meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas VII-B SMP

Islam Al-Ikhlas Cipete.

2) Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan Maret-Juli ajaran

2009/2010.

Tabel 1

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli 1 Persiapan dan perencanaan √ 2 Observasi (studi lapangan) √ 3 Pelaksanaan pembelajaran √ √ 4 Analisis data √ 5 Laporan penelitian √

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) atau yang lebih dikenal dengan Classroom Action Research.

yaitu “suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.1

Tindakan tersebut dilakukan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang

dilakukan oleh siswa.

1 Suharsimi Arikunto, Peneltian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007) Cet

ke-4, h. 3.

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

36 

Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki

dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses

pembelajaran. Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian

tindakan kelas, diharapkan kemampuan pendidik dan proses pembelajaran

semakin meningkat kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas

pendidikan.

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan

(prapenelitian) dan akan dilanjutkan dengan dua siklus. Dalam hal ini, yang

dimaksud siklus adalah ”satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke

langkah semula”,2 dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu

mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah

instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan

berlangsung. Dalam tahap ini peneliti menentukan titik fokus peristiwa

yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian

bekerja sama dengan kolaborator (guru kelas) membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan disajikan dalam proses

pembelajaran di kelas. Pada tahap ini juga peneliti membuat instrumen

penelitian yang terdiri dari lembar observasi, jurnal harian, lembar

wawancara, lembar catatan lapangan dan soal tes untuk akhir siklus.

b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini, adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe

Kepala Bernomor Terstruktur.

c. Pengamatan (Observing)

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan.

Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi

keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti

2 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian…, h. 20.

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

37 

melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan

terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini

dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang

telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan

skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses

dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, pengamatan dibantu oleh

guru kelas yang bertugas sebagai observer dan kolaborator. Sebagai

observer yaitu mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan

memberi penilaian terhadap peneliti dalam menerapkan model

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

d. Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan

dianalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah

kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau

masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud

untuk memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan diterapkan

pada penelitian berikutnya.

2. Desain Penelitian

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan

dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah

menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian

dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka

penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai

acuannya.

Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan

dengan alur sebagai berikut.

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

38 

Bagan 1

Alur Prosedur Pelaksanaan PTK

Perencanaan

Pengamatan dan pengumpulan data

Perencanaan II

Refleksi Anaslisis Data Observasi

Selesai ? Siklus I

Masalah belum selesai

Alternatif pemecahan (Rencana Tindakan)

Pelaksanaan Tindakan

Refleksi Anaslisis Data Observasi

Selesai ? Siklus II

Siklus selanjutnya Masalah belum selesai

Pelaksanaan Tindakan

Alternatif pemecahan (Rencana Tindakan)

Permasalahan

C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Hasil penelitian yang diharapkan sesuai dengan indikator keberhasilan,

bahwa hasil pengamatan melalui lembar observasi aktivitas belajar matematika

siswa menunjukkan peningkatan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini dapat

dilihat berdasarkan hasil persentase seluruh indikator aktivitas mencapai rata-rata

70% diantaranya aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas

mental, dan aktivitas emosional.

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

39 

D. Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-B SMP Islam Al-Ikhlas

Cipete, observer yang terlibat dalam penelitian ini yaitu guru matematika kelas

VII-B sebagai pengamat jalannya penelitian sekaligus berperan sebagai

kolaborator.

Pada saat pelaksanaan tindakan guru matematika kelas membantu peneliti

mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses

pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru matematika

juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan

tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran

yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk

mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan

berikutnya.

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku penelitian. Peneliti

bekerja sama dengan guru matematika kelas sebagai kolaborator dan observer.

Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan pembelajaran,

melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya.

Sebagai observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam mengajar

dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dan mengamati aktivitas belajar matematika siswa selama proses

pembelajaran.

Kerja sama antara guru matematika kelas dan peneliti menjadi hal yang

sangat penting dan memiliki kedudukan yang setara dalam pelaksanaan tindakan

di dalam kelas, dalam arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab

yang saling membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan.3

3 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian…, h. 63.

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

40 

F. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap penelitian ini diawali dengan dilakukannya prapenelitian atau

penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus,

terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi,

serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I,

penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh

memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III, dan

seterusnya. Bagan kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan 1. Observasi proses pembelajaran di

kelas 2. Observasi tingkat aktivitas belajar

siswa 3. Wawancara dengan guru kelas 4. Wawancara dengan siswa

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

b. Membuat pedoman observasi c. Membuat pedoman wawancara d. Membuat jurnal harian e. Membuat soal tes siklus I untuk siswa

2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus I.

2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metematika dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus I.

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

41 

3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses

pembelajaran.

c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.

4. Tahap Refleksi Peneliti bersama kolaborator mengevalusi proses pembelajaran siklus I. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuannya.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan a. Membuat RPP dengan mengintegrasikan model Pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur b. Menyiapkan pedoman observasi c. Menyiapkan pedoman wawancara d. Menyiapkan lembar jurnal harian siswa e. Membuat soal tes siklus II untuk siswa

2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar matematika dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes siklus II.

3. Tahap Observasi a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. b. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses

pembelajaran. c. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa.

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

42 

4. Tahap Refleksi Mengevalusi proses pembelajaran siklus II. Apabila indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

Bagan 2

Desain Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

Adapun uraian rencana kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Survei Awal

a) Pengamatan keadaan kelas

Waktu pelaksanaan : 8, 11, 15 Maret 2010

Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses

pembelajaran di kelas VII-B SMP Islam Cipete. Kegiatan ini dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran

matematika dan aktivitas belajar matematika siswa.

b) Wawancara

Waktu pelaksanaan : 5 Maret 2010

Wawancara dilaksanakan terhadap guru kelas untuk mengetahui minat

siswa terhadap pelajaran matematika, aktivitas belajar siswa, dan

permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran matematika di kelas

tersebut.

c) Analisis dan refleksi

Waktu pelaksanaan : 18 Maret 2010

Analisis dan refleksi dari kegiatan prapenelitian (pendahuluan) ini

dilakukan menganalisa data yang diperoleh pada survei awal dan

kemudian dilakukan refleksi untuk memperoleh cara yang tepat untuk

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

43 

mengatasi permasalahan yang muncul sehinggga dapat diberikan tindakan

yang tepat pada tahap pelaksanaan pembelajaran nanti.

2. Siklus I

a) Tahap perencanaan

Waktu Pelaksanaan : 3, 4, 5, 9 Maret 2010

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran) dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

Bernomor Terstruktur dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu

lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi kerjasama siswa

dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan,

pedoman wawancara untuk guru, serta lembar pertanyaan untuk siswa, dan

soal untuk tes pada akhir siklus I ini.

b) Tahap pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan : 12, 15, 19, 22, 26, dan 29 April 2010

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan

rencana pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur yang telah dibuat

sebelumnya. Dalam tahap ini, peneliti yang dalam hal ini sebagai

pelaksana tindakan menyampaikan gambaran umum materi yang akan

dipelajari kemudian guru mengarahkan siswa ke dalam beberapa

kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4 orang siswa. Setiap anggota

dalam setiap kelompok mendapat nomor sesuai dengan tugas-tugas yang

terdapat pada Kepala Bernomor Terstruktur. Misal, siswa nomor 1

bertugas membaca soal dan mencari unsur-unsur yang berhubungan

dengan soal, siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal, siswa

nomor 3 bertugas mencatat jawaban akhir penyelesaian soal dan siswa

nomor 4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok. Setiap

kelompok ditugaskan untuk membaca materi dalam LKS dan mengerjakan

perintah serta latihan atau soal. Masing-masing kelompok membagi tugas

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

44 

kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal yang telah

diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada model

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Setelah

selesai mengerjakan, setiap kelompok harus memutuskan jawaban yang

dianggap paling benar dan memastikan setiap anggotanya mengetahui

jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan soal yang terdapat dalam

lembar kerja siswa, setiap siswa nomor 4 secara bergiliran melaporkan

hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

c) Tahap observasi

Waktu pelaksanaan : 12, 15, 19, 22, dan 26 April 2010

Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan

tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas

belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d) Tahap analisis dan refleksi

Waktu Pelaksanaan : 8 Mei 2010

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil

pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada

siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap

perencanaan siklus II.

3. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Waktu Pelaksanaan : 10, 11, 12, 13 Mei 2010

Pada tahap ini peneliti membuat skenario dan rencana pembelajaran yang

akan dilakukan pada siklus II. Pada kegiatan ini peneliti mempersiapkan

hal-hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus II sesuai

dengan hasil refleksi pada siklus I .

b. Tahap pelaksanaan

Waktu Pelaksanaan : 17, 20, 24, 27, dan 31 Mei 2010

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

45 

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan skenario dan

rencana pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur yang telah dibuat

sebelumnya. Dalam tahap ini, peneliti bermaksud meningkatkan aktivitas

yang kurang pada siklus I, kemudian guru memberikan gambaran umum

tentang materi yang akan dibahas. Siswa dibuat kembali menjadi beberapa

kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Masing-masing

kelompok membagi tugas kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan

atau soal yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang

terdapat pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur. Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok.

Setiap kelompok ditugaskan untuk membaca materi dalam LKS dan

mengerjakan perintah serta latihan atau soal. Masing-masing kelompok

membagi tugas kepada anggotanya dalam mengerjakan latihan atau soal

yang telah diberikan guru sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat

pada model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

Setelah selesai mengerjakan, setiap kelompok harus memutuskan jawaban

yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggotanya

mengetahui jawaban tersebut. Setelah selesai mengerjakan soal yang

terdapat dalam lembar kerja siswa, setiap siswa nomor 4 secara bergiliran

melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Hanya saja aktivitas

yang lebih ditekankan berbeda sesuai dengan aktivitas yang kurang pada

siklus I. Selain itu juga peneliti memberikan reward berupa tambahan nilai

kepada kelompok yang menyelesaikan tugas LKS tepat waktu dan reward

untuk siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok. Hal ini

bertujuan agar siswa termotivasi dalam menyelesaikan soal-soal yang

terdapat dalam LKS dan dalam menanggapi laporan kelompok.

c. Tahap observasi

Waktu pelaksanaan : 17, 20, 24, 27 Mei 2010

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

46 

Pada tahap ini guru matematika kelas (observer) melakukan pengamatan

tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas

belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Tahap analisis dan refleksi

Waktu pelaksanaan : 1, 2, 3, dan 4 Juni 2010

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil

pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada

siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa

indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila

indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke

siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

G. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data

kuantitatif.

1. Data kualitatif : hasil observasi proses pembelajaran, hasil observasi

aktivitas belajar matematika siswa, hasil observasi aktivitas kerjasama

siswa dalam kelompok, lembar jurnal harian siswa, lembar catatan

lapangan, hasil wawancara terhadap guru dan siswa, dan hasil

dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran).

2. Data kuantitatif : nilai hasil tes tiap siklus.

Sumber data : sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, dan

peneliti.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi aktivitas belajar matematika siswa; diperoleh dari lembar

observasi aktivitas yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.

2. Observasi aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok; diperoleh dari

lembar observasi yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

47 

3. Jurnal harian siswa; digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap

model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

4. Nilai hasil belajar diperoleh dari tes hasil belajar siswa yang dilakukan

pada setiap akhir siklus.

5. Wawancara; peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan

siswa pada tahap pra penelitian dan pada akhir siklus.

6. Catatan lapangan; catatan lapangan ini dilakukan ketika proses

pembelajaran berlangsung untuk mencatat kejadian-kejadian selama

proses pembelajaran yang tidak teramati dari lembar observasi.

7. Dokumentasi; dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang

diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus.

Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator melakukan

analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang perkembangan

aktivitas belajar matematika siswa, tentang kelebihan dan kekurangan penelitian

tindakan kelas yang telah dilaksanakan.

I. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Instrumen Tes

Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap

akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir pembelajaran,

tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar matematika

siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah

diberikan pada kedua siklus sebagai implikasi dari PTK.

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

48 

Tabel 2

Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus I

No Kompetensi Dasar

Indikator Kemampuan Bentuk Soal

Nomor soal C1 C2 C3

1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

segitiga

berdasarkan sisi

dan sudutnya

Mendefinisikan

pengertian

segitiga dan

jenis-jenis

segitiga

Essay

1 2

Menyebutkan

sifat-sifat

segitiga

istimewa.

Essay

3

Menentukan

jumlah sudut-

sudut segitiga

Essay

4, 5

Menentukan

ketidaksamaan

pada sisi segitiga

Essay

6

Menentukan

hubungan besar

sudut dan

panjang sisi

suatu segitiga

Essay

7, 8

Jumlah 8 Keterangan: C1 = Ingatan C2 = Pemahaman C3 = Aplikasi

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

49 

Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Siklus II

No Kompetensi Dasar

Indikator Kemampuan Bentuk Soal Nomor soal C1 C2 C3

1. Mengidentifikasi

sifat-sifat

segitiga

berdasarkan sisi

dan sudutnya

Menentukan

sudut luar

segitiga

Essay

1, 2

2. Menghitung keliling dan luas bangun segitiga serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

Menemukan

rumus umum

keliling

segitiga dan

menghitung

keliling

segitiga

Essay

3, 4

Menemukan

rumus umum

luas segitiga

dan

menghitung

luas segitiga.

Essay

5 6

Menentukan

luas segitiga

dengan alas

dan tinggi

sekawan

Essay

7, 8

Jumlah 8 Keterangan: C1 = Ingatan C2 = Pemahaman C3 = Aplikasi

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

50 

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:

a. Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa

Lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa digunakan untuk

mengetahui tingkat aktivitas belajar matematika siswa. Lembar

observasi ini juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap

siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.

Tabel 4

Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Belajar Matematika

Variabel

Sub Variabel

Indikator

Nomor Item

1

2

3

4

Aktivitas

Visual activities

Membaca

1

Memperhatikan

2

Oral activities

Mengajukan pertanyaan

3

Menanggapi laporan

4

Writing activities

Mencatat materi

5

Mental activities

Memecahkan masalah

6

Emotional activities

Minat/antusias dalam belajar

7

Senang 8

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

51 

b. Lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok

Lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok digunakan untuk

mengetahui bagaimana peningkatan kerjasama siswa dalam kelompok

selama pembelajaran dengan diterapkannya model Pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

c. Lembar jurnal harian siswa

Lembar jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa

dengan diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

Bernomor Terstruktur.

d. Lembar catatan lapangan

Lembar catatan lapangan digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian

selama proses pembelajaran yang tidak teramati dari lembar observasi.

e. Lembar wawancara

Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui

gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-

masalah yang dihadapi di kelas.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Study

Untuk memperoleh data yang valid digunakan teknik triangulasi dan

saturasi, yaitu :

1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang

berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang

aktivitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa, wawancara siswa,

dan memeriksa hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal.

2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal yang

sama. Untuk memperoleh informasi tentang pemahaman siswa dilakukan

dengan memeriksa hasil pekerjaan siswa dan mengadakan wawancara

dengan guru.

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

52 

3. Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang kejanggalan-

kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya.

4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

Saturasi adalah ”situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi

data lain yang berhasil dikumpulkan, maka waktunya peneliti untuk mengambil

keputusan untuk mengakhiri siklus”.4 Untuk dapat menentukan apakah tes hasil

belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dilakukan dengan

penelusuran dari segi isinya (content). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi

apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi

pelajaran yang diberikan.5 Validitas isi dilakukan dengan mengkonsultasikan

instrument tes tersebut kepada para pakar (ahli) dalam hal ini yaitu dosen

pembimbing I dan dosen pembimbing II yang merupakan pakar di bidang evaluasi

pendidikan matematika. Hasil validitas isi atau hasil uji coba menyimpulkan

siklus I terdiri dari 8 butir soal (lampiran 12) dan siklus II yang terdiri dari 8 butir

soal (lampiran 14).

K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis

Sebelum melakukan analisis data, peneliti memeriksa kembali kelengkapan

data dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada semua data

yang sudah terkumpul, yaitu berupa hasil wawancara, hasil observasi, hasil jurnal

harian siswa, hasil tes siswa dan catatan komentar observer pada lembar

observasi. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

Menganalisis hasil observasi proses pembelajaran yaitu hasil observasi

terhadap tindakan pembelajaran peneliti dan hasil observasi terhadap proses

aktivitas belajar siswa. Setiap kategori pengamatan diinterpretasikan dengan

sangat baik (5), baik (4), sedang (3), kurang (2), buruk (1). Begitu pula dengan

hasil observasi kerjasama siswa dalam kelompok yang kategori pengamatannya

diinterpretasikan dengan baik sekali (4), baik (3), cukup (2), kurang (1).

4 Rochiati Wiriatmadja, Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. I, h. 170.

5 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Ed. Revisi, Cet. 10, h. 67.

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

53 

Menganalisis jurnal harian dengan mengelompokkan respon siswa ke dalam

kelompok berkomentar positif, negatif, netral dan tidak berkomentar kemudian

dihitung persentasenya.

Tahap analisis data dimulai dengan menyajikan keseluruhan data yang

diperoleh dari berbagai sumber, membaca data, kemudian mengadakan

rekapitulasi data dan menyimpulkannya. Data yang diperoleh berupa kalimat-

kalimat dan skala penilaian aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang

bermakna.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang

diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu peningkatan aktivitas

siswa dalam pembelajaran matematika maka akan ditindak lanjuti untuk

melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Siklus

ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanakan tindakan, observasi, serta

analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, apabila

indikator keberhasilan belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan dengan

siklus II.

Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah

berhasil menguji penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

Bernomor Terstruktur dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

Kegiatan penelitian yang penulis akan lakukan memerlukan perencanaan

dan persiapan yang cukup panjang, adapun perencanaan tindakannya adalah

peneliti mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi aktivitas

belajar matematika siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok,

lembar jurnal harian siswa, lembar catatan lapangan, soal-soal yang dipergunakan

untuk latihan dan soal-soal tes formatif untuk menilai hasil belajar matematika

siswa serta lembar wawancara untuk guru dan siswa. Peneliti juga dapat

menggunakan lembar kerja siswa yang dibuat oleh peneliti sendiri atau yang

dianjurkan oleh sekolah.

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

54 

Dalam melakukan penelitian, guru bidang studi berkolaborasi dengan

observer yang dalam hal ini adalah teman seprofesi untuk membantu kelancaran

penelitian dan dapat juga sebagai kolaborator untuk berdiskusi membicarakan

kegiatan pada siklus selanjutnya.

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

55 

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN TEMUAN

PENELITIAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan

1. Survei Pendahuluan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dimulai dengan melakukan penelitian

pendahuluan yang dilakukan dengan observasi pembelajaran serta wawancara

terhadap guru dan siswa. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4, 5, 8, 11, 15,

18 dan 19 Maret 2010 di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete.

Pada tanggal 4 Maret 2010 peneliti menemui kepala sekolah untuk

menjelaskan tujuan kedatangan peneliti ke SMP Islam Al-Ikhlas. Diperoleh

informasi bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur belum pernah diterapkan di SMP Islam Al-Ikhlas karena biasanya

guru matematika menerapkan pembelajaran konvensional dan belum pernah

menerapkan pembelajaran berkelompok seperti Pembelajaran Kooperatif tipe

Kepala Bernomor Terstruktur.

Setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di sekolah

tersebut, kepala sekolah menentukan kelas yang dapat dijadikan objek penelitian

yaitu kelas VII-B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur ini sangat tepat untuk diterapkan di kelas VII-B karena berdasarkan

pengamatan bidang kurikulum kelas ini termasuk kategori kelas yang prestasi

belajarnya sedang, bukan yang terbaik ataupun terburuk diantara 5 kelas lainnya.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dalam survei

pendahuluan didapat bahwa kemampuan siswa kelas VII B sama seperti kelas VII

yang lain, ada siswa yang pintar, ada siswa yang biasa-biasa saja, dan ada juga

siswa yang kurang. Pada saat pelajaran dimulai, terlihat sebagian siswa belum siap

untuk memulai pelajaran. Guru pun berusaha untuk mengambil perhatian siswa

dengan menjelaskan tentang materi ”Bangun Datar Segi Empat”. Metode yang

guru gunakan pada saat mengajar adalah ekspositori, tanya jawab, dan penugasan.

Selama proses pembelajaran, perhatian siswa pada saat guru menjelaskan materi

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

56 

hanya sekitar 20-30 menit saja selama dua jam pelajaran, itupun masih ada

beberapa siswa yang terlihat kurang mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan guru. Siswa terlihat mengobrol dan bercanda pada saat pembelajaran

berlangsung, sehingga guru harus berkali-kali menegur siswa untuk tidak

melakukan hal yang tidak bermanfaat selama proses pembelajaran. Hanya

beberapa siswa saja yang duduk dibagian depan yang benar-benar

memperhatikan. Setiap pertemuan selama pembelajaran berlangsung, beberapa

siswa izin untuk keluar kelas secara bergantian. Hal ini dapat berdampak kurang

baik bagi siswa tersebut karena tidak mendengarkan penjelasan guru secara

keseluruhan.

Respon siswa dalam proses pembelajaran terlihat biasa-biasa saja, tidak ada

yang aktif mengemukakan pendapatnya malah kebanyakan siswa acuh tak acuh

terhadap pelajaran matematika. Pada saat guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya, sebagian besar siswa hanya diam dan menunduk. Begitu

pula pada saat teman yang lain bertanya, kebanyakan siswa acuh terhadap

pertanyaan temannya. Jarang sekali siswa yang menjawab atau menanggapi

pertanyaan teman atau guru. Bahkan dari 28 siswa hanya 16 siswa yang mencatat

materi yang sudah guru sampaikan dan catatan merekapun kurang lengkap.

Mereka akan mencatat materi jika disuruh atau ditegur guru saja.

Kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika dapat dikatakan

kurang. Ini terlihat dari respon siswa yang kurang menyukai ketika guru

memberikan tugas pada saat materi selesai. Sehingga ada beberapa siswa

menyalin tugas temannya dengan alasan tidak mengerti dan malas mengerjakan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa pada tanggal 18

dan 19 Maret 2010, dapat disimpulkan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai

pelajaran matematika dengan alasan karena matematika itu pelajaran yang sulit

dan memusingkan. Siswa terlihat bosan pada saat mengikuti pelajaran

matematika. Dari observasi survei pendahuluan didapat bahwa hasil persentase

aktivitas belajar siswa, rata-ratanya hanya mencapai 49,34%.

Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan tugas pada survei pendahuluan

ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

57 

Gambar 1 Aktivitas Mengerjakan Tugas pada Penelitian Pendahuluan

Hasil observasi pembelajaran matematika di kelas dan wawancara tersebut

digunakan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti.

2. Tindakan Pembelajaran pada Siklus I

Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat

penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan

dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya.

Pada pembelajaran siklus I sub pokok bahasan yang disampaikan yaitu mengenai

jenis-jenis segitiga, sifat-sifat segitiga istimewa, jumlah sudut-sudut segitiga,

ketidaksamaan pada sisi segitiga, dan hubungan besar sudut dan panjang sisi suatu

segitiga.

a) Tahap perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah peneliti

mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti juga

membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi aktivitas belajar

siswa, lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok, jurnal harian siswa,

lembar catatan lapangan, alat dokumentasi, pedoman wawancara untuk guru dan

siswa, serta membuat LKS untuk tiap pertemuan dan soal tes untuk akhir siklus I.

Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat sendiri oleh peneliti sebagai alat bantu

proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Lembar soal

tes siklus I dibuat untuk mengetahui perkembangan kemampuan mengerjakan soal

matematika. Lembar observasi digunakan untuk mencatat aspek-aspek aktivitas

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

58 

siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang menggunakan model

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Jurnal harian siswa

digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran

matematika yang dilakukan pada setiap pertemuan pembelajaran.

Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran dengan

menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

ini dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa, target yang ingin

dicapai pada siklus 1 ini yaitu siswa mengalami peningkatan aktivitas belajar

dengan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

Aktivitas-aktivitas yang akan ditingkatkan diantaranya aktivitas visual, aktivitas

oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional.

b) Tahap Pelaksanaan

Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam enam pertemuan yang

terdiri dari 5x pertemuan untuk memberikan materi dan 1x pertemuan untuk tes

siklus 1 dengan alokasi waktu (2x40 menit) tiap pertemuannya, yang berlangsung

setiap hari Senin dan Kamis mulai tanggal 12 s.d 29 April 2010. Rencana

Pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada lampiran 1.

1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama berlangsung selama 2x40 menit (2 jam pelajaran) yang

dimulai dari pukul 10.50 sampai dengan 12.10 WIB, pokok bahasan yang dibahas

adalah pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga. Kegiatan ini diawali dengan

membuka kegiatan pembelajaran dan apersepsi dengan mengingat kembali

bangun datar segitiga. Pada pertemuan pertama ini seluruh siswa hadir di kelas.

Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati dan memberikan

penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung kemudian dicatat pada lembar

observasi.

Kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti memotivasi siswa dengan

menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai penerapan

model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan

memperagakan langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran tersebut serta

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

59 

menjelaskan bahwa setiap Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dilakukan secara berkelompok, yang setiap kelompok terdiri atas 4

orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor sesuai dengan

langkah-langkah yang terdapat dalam model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

Bernomor Terstruktur. Peneliti memberi penjelasan bahwa setiap kelompok akan

diberikan LKS yang di dalamnya terdapat perintah dan soal latihan, setelah siswa

mengerjakan seluruh perintah dan soal latihan dalam LKS (1) kemudian siswa

nomor 4 pada setiap kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja

kelompoknya dan siswa yang lain memberi tanggapan. Siswa nomor 3 dari

kelompok tersebut mencatat tanggapan yang diungkapkan oleh kelompok lain.

Pembagian kelompok sudah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaitu

pada saat peneliti melakukan pra penelitian, peneliti bersama guru matematika

kelas membagi siswa menjadi 7 kelompok dari 28 siswa yaitu 14 perempuan dan

14 laki-laki. Pada awalnya peneliti bersama observer ingin menentukan setiap

kelompoknya ada laki-laki dan ada perempuan tetapi banyak siswa yang menolak

untuk disatukan antara laki-laki dan perempuan. Setelah dibuat kelompok ada 3

kelompok yang terdiri dari siswa perempuan, 3 kelompok terdiri dari siswa laki-

laki, dan 1 kelompok terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan.

Sebelum siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti

memberikan gambaran umum atau sedikit penjelasan mengenai pengertian

segitiga dan jenis-jenis segitiga. Kemudian sesuai perintah, siswa duduk bersama

kelompok yang telah ditentukan. Keadaan kelas pada saat itu ribut dan gaduh

karena ada beberapa siswa yang kurang setuju ditempatkan dengan teman yang

bukan teman dekatnya. Berkat arahan guru matematika kelas siswa tersebut

menjadi mengerti dan setuju untuk bergabung dengan kelompoknya. Siswa dari

setiap kelompok mulai membagi tugas yang sesuai dengan langkah-langkah

model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Misalnya,

siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data

yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas

mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat jawaban akhir penyelesaian

soal, dan siswa nomor 4 melaporkan hasil kerja kelompok ke depan kelas.

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

60 

Masing-masing kelompok terlihat ribut karena berebutan tugas dengan teman

sekelompoknya. Peneliti mencoba menjelaskan bahwa setiap siswa dalam

kelompok akan mendapatkan tugas secara bergiliran sesuai dengan yang terdapat

dalam Kepala Bernomor Terstruktur. Dalam setiap pertemuan tugas akan

dirolling. Setelah semua siswa mendengar penjelasan peneliti, keributan di kelas

sedikit demi sedikit berkurang dan semua siswa dalam kelompok sepakat atas

tugas yang didapatnya

Peneliti dibantu observer membagikan LKS (1) kepada masing-masing

kelompok yang berisi materi ”pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga”.

Sebelum mengerjakan LKS (1) semua siswa dari masing-masing kelompok

ditugaskan untuk membaca LKS terlebih dahulu sebelum mengerjakan. Peneliti

meminta setiap siswa untuk aktif dan bekerja sama dalam mengerjakan tugas LKS

(1) dengan tidak mengandalkan salah satu siswa atau siswa yang pintar saja.

Siswa mengerjakan tugas yang terdapat dalam LKS (1) sesuai dengan nomor

tugas yang telah disepakati. Selama siswa mengerjakan LKS (1), peneliti bersama

observer berkeliling memantau aktivitas siswa dari satu kelompok kekelompok

lain untuk memberikan pengarahan jika ada kelompok yang kurang mengerti dan

pada saat itu pula peneliti bersama observer melakukan observasi pembelajaran

terhadap aktivitas belajar matematika siswa dengan lembar yang sudah dipegang.

Masing-masing kelompok membaca LKS yang diberikan oleh peneliti. Pada

awal pertemuan hanya sedikit kelompok saja yang benar-benar membaca LKS

yang diberikan peneliti. Yang lain masih terlihat bercanda dan mengobrol dengan

teman kelompoknya, sehingga kelas terdengar berisik. Begitu pula pada saat

mengerjakan LKS sebagian besar siswa terlihat kurang memperhatikan apa yang

diperintahkan peneliti dan masih terlihat belum kompak dalam bekerja sama.

Siswa nomor 2 dari masing-masing kelompok sibuk mengerjakan perintah yang

terdapat dalam LKS tersebut. Tapi masih banyak siswa yang terlihat

mengandalkan siswa pintar dalam mengerjakan LKS padahal dalam kelompok

Kepala Bernomor Terstruktur siswa dituntut untuk bekerja sama walaupun dengan

tugas yang berbeda-beda.

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

61 

Setelah semua siswa membaca LKS, masing-masing siswa langsung

mengerjakan tugas sesuai dengan nomor tugas Kepala Bernomor Terstruktur.

Siswa nomor 1 membaca soal dan mencari data yang berhubungan dengan

penyelesaian soal dan membantu siswa nomor 2 dalam menyelesaikan soal. Ada

siswa S06 dari kelompok 7 yang bertugas menyelesaikan soal bertanya tentang

sudut segitiga kepada peneliti: ”Bu, ∠ABC sama tidak dengan CBA?”. Peneliti

menjawab, ABC = CBA. Dari pertanyaan tersebut ternyata masih ada

beberapa siswa yang belum mengerti tentang sudut pada segitiga sehingga peneliti

harus menjelaskan kembali kepada siswa mengenai sudut segitiga.

∠ ∠

Dalam menyelesaikan soal, terihat siswa nomor 2 dari 4 kelompok yaitu

kelompok 2, 4, 6, 7 masih terlihat mengandalkan teman yang pintar saja. Mereka

terlihat kurang bekerja sama walaupun pembagian tugas sudah dilakukan. Peneliti

berusaha menegaskan kembali kepada siswa bahwa dalam diskusi kelompok

dibutuhkan kerja sama antar anggota kelompok.

Setelah siswa nomor 2 dari beberapa kelompok menyelesaikan LKS (1)

dalam waktu kurang lebih 40 menit dan siswa nomor 3 mencatat hasil diskusi dari

kelompoknya, kini saatnya siswa nomor 4 setiap kelompok maju ke depan kelas

untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya secara bergiliran. Terlihat siswa

nomor 4 dari semua kelompok kurang bersemangat dan malu pada saat

mempresentasikan hasil laporan kelompoknya di depan kelas.

Pada pertemuan pertama ini hanya sedikit siswa yang memberikan

tanggapan atas laporan kelompok lain. Berikut ini contoh siswa S28 dari

kelompok 3 yang menanggapi hasil laporan kelompok 4 pada saat siswa nomor 4

mempresentasikan hasil laporan kelompoknya di depan kelas:

”Bu, kelompok 4 ada yang salah. Kenapa dalam segitiga sama sisi setiap

sudutnya 180 0 ?, bukannya setiap sudut segitiga sama sisi 60 . Dan penelitipun

menjawab, ”iya benar sekali”. Setiap sudut pada segitiga sama sisi adalah 60 ,

kalau 180 0 adalah jumlah besar sudut pada setiap segitiga.”

0

0

Tanggapan kelompok 3 cukup bagus dalam menanggapi hasil laporan kelompok

4. Lalu siswa nomor 3 dari kelompok 4 mencatat tanggapan yang diberikan oleh

siswa S28 dari kelompok 3.

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

62 

Setelah diskusi selesai, peneliti memotivasi siswa untuk menyimpulkan

materi yang sudah dipelajari hari ini dan peneliti membagikan jurnal harian

kepada setiap siswa untuk diisi.

2) Pertemuan kedua

Peneliti mengawali pembelajaran dengan menanyakan kabar siswa dan

menanyakan kabar siswa yang tidak masuk hari tersebut. Tercatat seluruh siswa

hadir. Peneliti memotivasi siswa dengan mengingat kembali materi sebelumnya

tentang jenis-jenis segitiga.

Kegiatan pembelajaran selanjutnya, menyampaikan tujuan pembelajaran,

memberikan penjelasan mengenai penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe

Kepala Bernomor Terstruktur dan memperagakan langkah-langkah yang terdapat

pada pembelajaran tersebut serta menjelaskan bahwa setiap Pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dilakukan secara berkelompok,

yang setiap kelompok terdiri atas 4 siswa (seperti pada pertemuan pertama).

Sebelum siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti

memberikan gambaran umum atau sedikit penjelasan mengenai sifat-sifat segitiga

istimewa. Terlihat sebagian siswa memperhatikan penjelasan materi yang

disampaikan oleh peneliti. Kemudian sesuai perintah, siswa duduk bersama

kelompok yang telah ditentukan. Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya

suasana kelas masih nampak terlihat ribut. Setelah semua siswa berkumpul

dengan kelompoknya masing-masing. Siswa pada setiap kelompok mulai

membagi tugas. Pada pertemuan kedua ini, siswa saling berpindah tugas atau

mendapatkan tugas yang berbeda dengan sebelumnya misal siswa yang pertemuan

pertama mendapat tugas nomor 1, kini dipertemuan kedua mendapat tugas nomor

2. Begitu juga seterusnya, sehingga ada perollingan tugas pada setiap pertemuan.

Hal ini bertujuan agar semua siswa pada setiap kelompok dapat merasakan tugas-

tugas yang terdapat pada Kepala Bernomor Terstruktur. Walaupun masih ada

beberapa siswa yang masih nampak bingung dengan tugas yang mereka dapat.

Seperti pertemuan lalu, LKS (2) pun dibagikan, masing-masing kelompok

membacanya. Terlihat masih ada saja siswa dari beberapa kelompok yang

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

63 

mengobrol dan tidak melakukan apa yang diperintahkan peneliti. Ada 3 kelompok

yaitu kelompok 2, 3 dan 5 yang terlihat bekerja sama dalam melakukan tugas

Kepala Bernomor Terstruktur. Dalam pertemuan kedua ini, masih terlihat belum

banyak siswa yang aktif bertanya kepada peneliti, hanya beberapa saja

diantaranya siswa S14 yang menanyakan, ”Bu, besar sudut siku-siku 90 ya?”.

Peneliti menjawab, ”iya benar”.

0

Dipertemuan kedua ini siswa nomor 2 juga sepertinya tidak mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS (2), namum

masih ada siswa yang masih mengandalkan siswa yang pintar. Setelah semua

siswa menyelesaikan LKS (2), setiap siswa nomor 4 dari setiap kelompok maju ke

depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya. Dari hasil laporan 7

kelompok terlihat sebagian besar kelompok dapat menjawab pertanyaan yang

terdapat dalam LKS (2). Tapi ada 2 kelompok yang hasil laporannya berbeda

dengan kelompok lain yaitu kelompok 2 dan 4. Sehingga ada siswa yang

menanggapi perbedaan hasil laporan tersebut. Berkut ini salah satu contoh bagian

hasil laporan kelompok 2 yang di tanggapi oleh siswa S13 dari kelompok 5:

Hasil laporan kelompok 2:

ABCΔ sama kaki, maka: C

sisi AC = sisi CA

∠=∠BAC CAB

A B

Tanggapan dari siswa S13 terhadap hasil laporan kelompok 2:

” Hasil laporan kelompok 2 ada yang salah Bu, masa AC=CA dan

CAB?. Seharusnya AC=BC dan ∠=∠BAC ∠=∠BAC ABC, karena pada

segitiga sama kaki mempunyai 2 sisi yang sama panjang dan 2 sudut yang sama

besar.”

Peneliti menjawab, ”tanggapan dari siswa S13 benar, coba kalian baca lagi sifat-

sifat segitiga sama kaki pada LKS (2)”.

Siswa nomor 4 pada kelompok 2 terlihat malu, tetapi peneliti memberikan

semangat dan motivasi kepada kelompok 2 agar bisa lebih cermat dan teliti lagi

dalam membaca dan menjawab soal.

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

64 

Setelah semua kelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya, peneliti

bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari serta diakhir

pertemuan peneliti memberikan jurnal harian kepada siswa.

3) Pertemuan ketiga

Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengulang sedikit materi

sebelumnya, pada pertemuan ketiga ini terdapat 2 orang siswa diantaranya tidak

hadir karena sakit yaitu siswa S16 dari kelompok 2 dan siswa S01 dari kelompok

6. Sehingga ada dua kelompok yang merangkap tugas menjadi dua. Prosedur

model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur pun dijelaskan.

Siswa sudah mulai mengerti bahwa pada setiap pembelajaran sebelum

berkumpul dengan kelompoknya, peneliti menyampaikan gambaran umum atau

sedikit materi mengenai jumlah sudut-sudut segitiga. Setelah peneliti selesai

menyampaikan materi, seperti biasa siswa berkumpul kembali dengan teman

kelompoknya. Keadaan kelas pada saat itu tidak seribut pertemuan-pertemuan

yang lalu. Siswa terlihat sibuk membagi tugas Kepala Bernomor Terstruktur

kepada teman-teman dalam kelompoknya dan perollingan tugaspun dilakukan.

Peneliti membagikan LKS (3) kepada masing-masing kelompok yang berisi

materi jumlah sudut-sudut segitiga dan aktivitas membaca mulai dilakukan.

Keadaan pada kelompok 2 dan 6 sedikit ribut karena siswa berebut untuk

tidak merangkap tugasnya menjadi 2. Peneliti bersama observer bergegas menuju

kelompok 2 dan 4. Peneliti memberi penjelasan kepada kelompok 2 dan observer

memberi penjelasan kepada kelompok 4. Peneliti berusaha memberi penjelasan

kepada kelompok 2 agar untuk tugas siswa nomor 1 dilakukan secara bersama-

sama saja, untuk tugas siswa nomor 2, 3, dan 4 silakan atur menurut kesepakatan

kelompoknya. Akhirnya kelompok 2 pun mengerti dan mereka mulai membagi

tugasnya seperti biasa. Secara bersamaan observer juga memberi penjelasan yang

sama kepada kelompok 4 dan kelompok 4 pun mengerti.

Selama mengerjakan LKS (3), peneliti bersama observer berkeliling seperti

sebelumnya untuk memantau pekerjaan siswa dari kelompok satu ke kelompok

lainnya. Siswa masih sangat ribut ketika mengerjakan LKS (3) dan peneliti senang

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

65 

karena antusias siswa mulai kelihatan meningkat dan siswa mulai aktif bertanya

kepada peneliti apa-apa yang mereka tidak mengerti walaupun kelas menjadi

berisik an masih ada siswa yang masih malu-malu untuk bertanya. Observer

berusaha menenangkan siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas-tugas

dalam LKS (3) dan siswa terlihat lebih tenang. Pada saat kelompok siswa bertanya

kepada peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada

kelompok tersebut agar mereka menjadi paham.

Kelompok siswa sudah ada yang mulai terbiasa dengan tugas-tugas Kepala

Bernomor Terstruktur, sehingga sebagian siswa sudah mampu mengerjakan

tugasnya dengan baik. Sebagian siswa pada masing-masing kelompok sudah

mulai terlihat kompak dalam bekerja sama seperti nampak walaupun siswa nomor

4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, tetapi siswa

nomor 4 dapat membantu siswa nomor 1 dan 2 dalam mencari penyelesain soal

pada LKS (3) seperti yang dilakukan pada kelompok 1, 3, 5, dan 7. Tetapi masih

ada juga beberapa siswa dalam kelompok 4 dan 6 yang masih mengobrol dan

mengganggu siswa yang lain, dan observer mengambil tindakan yang lebih tegas

dengan cara siswa yang berisik akan berdiri di depan kelas. Teguran tersebut

membuat siswa diam dan melanjutkan aktivitas bersama kelompoknya. Setelah

waktu habis untuk menyelesaikan LKS (3). Seperti biasa secara bergiliran siswa

nomor 4 maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya dan

siswa nomor 3 bersiap untuk mencatat tanggapan dari kelompok lain.

Pada pertemuan ketiga ini, terlihat siswa dari kelompok 2 nampak bingung

dengan soal latihan 3 nomor 2. Dan ini terlihat pada saat siswa nomor 4 dari

kelompok 4 melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Ternyata

kelompok 4 tidak mengerjakan soal latihan nomor 2. Sehingga ketika ada siswa

nomor 4 dari kelompok 5 mempresentasikan hasil laporannya peneliti menyuruh

siswa tersebut untuk menulis jawaban soal nomor 2 di white board agar siswa

nomor 3 dari kelompok 4 mencatat jawaban yang ditulis oleh kelompok 5. Berikut

ini hasil jawaban soal nomor 2 yang ditulis oleh siswa nomor 4 dari kelompok 5:

Jawaban nomor 2: 0180=∠+∠+∠ MLK

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

66 

0000 180902 =++ xx

903 +x = 180

x3 = 90180 −

= x3 90

x = 3

90

x = 30 0

Dibawah ini juga terdapat salah satu contoh hasil laporan kelompok 6 yang

ditanggapi oleh siswa S18 dari kelompok 1:

Hasil laporan kelompok 6 menyimpulkan bahwa, ”jumlah besar sudut setiap

segitiga adalah 60 ”. 0

Pernyataan tersebut ditanggapi oleh siswa S18 bahwa, ”kelompok 6 salah bu,

karena jumlah besar sudut setiap segitiga adalah 180 ”. 0

Tanggapan peneliti terhadap tanggapan siswa S18 setuju.

Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah

dipelajari hari ini. Peneliti mengharapkan untuk pertemuan selanjutnya siswa

lebih aktif lagi dalam menjawab maupun pada saat diskusi di depan kelas. Dan

terakhir guru memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.

4) Pertemuan keempat

Pertemuan keempat berlangsung pada pukul 07.10-08.30 WIB. Kegiatan

pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi, pada

pertemuan keempat ini semua siswa hadir. Kelas sudah mulai rapih karena siswa

sudah duduk ditempatnya masing-masing.

Seperti biasa guru menjelaskan mengenai penerapan model Pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan langkah-langkahnya. Siswa

sudah begitu mengerti tentang model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

Bernomor Terstruktur sehingga guru tidak perlu banyak menjelaskan kepada

siswa. Sebelum berkumpul dengan kelompoknya masing-masing, peneliti

menjelaskan materi mengenai ketidaksamaan pada sisi segitiga. Sebagian siswa

sudah mulai memperhatikan penjelasan tentang materi yang guru sampaikan.

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

67 

Kemudian siswa mulai bergabung dengan kelompoknya. Masing-masing

kelompok membagi tugas seperti yang terdapat dalam Kepala Bernomor

Terstruktur. Pergantian tugaspun dilakukan agar terjadi pemerataan tugas.

Peneliti memberikan LKS (4) kepada masing-masing kelompok yang berisi

materi ”ketidaksamaan pada sisi segitiga”. Setiap kelompok harus membaca

dengan cermat LKS tersebut. Proses Kepala Bernomor Terstruktur mulai

dilakukan, siswa terlihat aktif dalam melakukan tugasnya dan kekompakanpun

sudah mulai terlihat. Disela-sela diskusi timbul pertanyaan dari siswa S02 yang

kurang paham dengan perintah ang terdapat pada LKS (4), berikut pertanyaannya:

”Bu, maksud dari tabel ini apa?”

Bangun Segitiga AB BC AC AB + AC AB + BC BC + AC

(i)

8

10

6

...

...

...

A

C

B

Peneliti menjawab: ”maksudnya kalian ditugaskan melengkapi tabel yang berisi

titik-titik, misalnya untuk:

AB+AC = 8+6 = 14

AB+BC = 8+10 = 18

Begitu seterusnya..”.

Ternyata tidak hanya siswa S02 saja yang belum mengerti tentang tabel

yang terdapat pada LKS (4), siswa lainpun juga sama. Tetapi setelah guru

menjelaskan, siswa menjadi mengerti dan mulai melanjutkan aktivitasnya lagi.

Siswa nomor 3 sibuk mencatat apa yang diucapkan oleh siswa nomor 1 dan 2.

Terlihat siswa tidak mengalami kesulitan pada saat mengerjakan soal latihan 4,

karena dalam LKS (4), terdapat contoh soal sehingga siswa tidak terlihat bingung

dalam mmengerjakan.

Setelah waktu selesai, seperti biasa siswa nomor 4 pada setiap kelompok

mulai bersiap-siap untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

68 

Terlihat siswa mulai antusias untuk memberikan tanggapan apabila ada jawaban

hasil laporan kelompok lain yan berbeda dengan hasil laporan kelompoknya.

Berikut contoh hasil laporan kelompok 7:

”Dari tabel tersebut diperoleh hubungan:

1. AB + AC selalu lebih besar dari BC, atau AB + AC › BC

2. AB + BC selalu lebih besar dari AC, atau AB + BC › AC

3. BC + AC selalu lebih besar dari AB, atau BC + AC › AB”.

Siswa S03 dari kelompok 1 bertanya kepada guru mengenai hasil laporan

kelompoknya sebagai berikut:

“Ibu, kalau laporan kelompok saya seperti ini:

Dari tabel tersebut diperoleh hubungan:

1. AB + AC selalu melebihi dari BC, atau AB + AC › BC

2. AB + BC selalu melebihi dari AC, atau AB + BC › AC

3. BC + AC selalu melebihi dari AB, atau BC + AC › AB.”

benar tidak?

Peneliti menjawab: “iya benar, hasil laporan kelompok 4 sama benarnya dengan

hasil laporan kelompok 7.”

Dilihat dari hasil laporan setiap kelompok sudah cukup bagus. Seluruh

kelompok sudah melaporkan hasil kerjanya di depan kelas. Seperti biasa peneliti

memotivasi siswa untuk menyimpulkan materi hari ini. Diakhir pertemuan

peneliti memberikan jurnal harian kepada siswa.

5) Pertemuan kelima

Pada pertemuan kelima ini terdapat 1 orang siswa yang tidak hadir tanpa

keterangan yaitu siswa S01 dari kelompok 6. Peneliti mengulang pembelajaran

pada pertemuan sebelumnya untuk mengingatkan siswa agar tidak lupa. Kelas

sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk ditempatnya masing-masing dan

sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini. Sebelum

pelajaran dimulai, seperti biasa peneliti menginformasikan pembelajaran yang

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

69 

akan digunakan yaitu model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dan menyampaikan prosedurnya.

Peneliti memberikan sedikit materi mengenai hubungan besar sudut dan

panjang sisi suatu segitiga kepada siswa. Kemudian siswa mulai berkumpul

dengan teman kelompoknya masing-masing. Pembagian tugaspun dilakukan,

sama dengan pertemuan sebelumnya terjadi pertukaran tugas atau rolling. Masing-

masing kelompok terlihat sudah siap untuk mengerjakan LKS (5). Peneliti

bersama observer membagikan LKS (5) kepada masing-masing kelompok. Setiap

kelompok sudah mulai sibuk membaca dan melakukan tugasnya masing-masing.

Siswa nomor 1 sibuk membaca soal dan mencari unsur-unsur yang dapat

membantu siswa nomor 2 dalam menyelesaikan soal, begitu pula dengan siswa

nomor 3 yang sibuk mencatat hal-hal yang akan dilaporkan oleh siswa nomor 4 ke

depan kelas.

Kejadian yang pada pertemuan ketiga terulang lagi, pada kelompok 6 ada

siswa yang tidak masuk sehingga seperti pertemuan lalu tugas siswa nomor 1

dilakukan bersama-sama. Sedangkan untuk tugas siswa nomor 2, 3, dan 4 dapat

didiskusikan oleh teman kelompoknya. Pada pertemuan ke lima ini terlihat siswa

dari masing-masing kelompok sudah mengerti tentang tugas-tugasnya pada

Kepala Bernomor Terstruktur.

Ditengah-tengah diskusi berlangsung, siswa S16 dari kelompok 2 bertanya

kepada peneliti:

”Ibu, itu sama tidak dengan sudut A∠ ∠BAC atau ∠CAB?”

Peneliti melempar pertanyaan tersebut kepada siswa lain dan siswa S28

menjawab: ”Sama aja” dan peneliti pun mengiyakan atau membenarkan jawaban

siswa S28.

Siswa nomor 2 dari masing-masing kelompok terlihat sibuk mencari

penyelesaian soal. Nampak siswa dari beberapa kelompok tidak mengandalkan

siswa yang pintar saja dan kerja sama pun mulai terlihat. Dalam mengerjakan

soal, masih ada saja kelompok yang kurang teliti dalam menyelesaikan soal. Ini

terlihat setelah semua kelompok selesai mengerjakan soal yang terdapat dalam

LKS. Salah satu kelompok yang kurang teliti pada saat mengerjakan soal latihan

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

70 

LKS (5) yaitu siswa nomor 4 dari kelompok 2 mempresentasikan hasil laporan

mereka di depan kelas. Berikut sebagian contoh jawaban latihan 5 dari kelompok

4 yang ditanggapi langsung oleh siswa S18:

Laporan jawaban latihan kelompok 4:

1. a. Sisi terpanjang = QP

b. Sisi terpendek = RP

2. a. Sudut terbesar = A∠

b. Sudut terkecil = C∠

Tanggapan siswa S18 terhadap laporan jawaban kelompok 4:

“Bukannya sisi terpanjang untuk soal nomor 1 adalah QR, karena sisi QR

berada di hadapan sudut terbesar yaitu sudut . Sedangkan untuk

jawaban soal nomor 2 itu terbalik, sudut terbesar =

075=∠P

C∠ dan sudut terkecil =

.” A∠

Di bawah ini terdapat juga contoh hasil laporan kelompok 6:

”Hasil laporan kelompok 6: A

A∠ = 55 BC = 3,5 cm 0

B∠ = 75 AC = 4 cm 0

C∠ = 50 AB = 3 cm 0

1. Tentukan sudut mana yang terbesar, terkecil, dan sedang!

Jawab: terbesar = B∠ , terkecil = C∠ , sedang = A∠

2. Tentukan juga sisi mana yang terpanjang, terpendek, dan sedang!

Jawab: terpanjang = terpendek = ,AC∠ AB∠ , sedang = BC∠ .

B

C

55 0

4 cm 3 cm

75 0

50 0

3,5 cm

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

71 

3. Berdasarkan hasil jawaban di atas, diperoleh kesimpulan tentang hubungan

saling hadap dalam suatu segitiga antara besar sudut dengan panjang sisi di

hadapannya, yaitu:

(i) sudut terbesar menghadap sisi AC.

(ii) sudut terkecil menghadap sisi AB.

(iii) sudut yang sedang menghadap sisi BC.”

Dari hasil laporan kelompok 6, ada beberapa tanggapan diantaranya:

• Tanggapan dari siswa S05:

”Untuk soal nomor 2 itu salah, seharusnya sisi terpanjang = sisi AC, sisi

terpendek = sisi AB dan sisi sedang = sisi BC.

• Tanggapan dari siswa S15:

”Ibu, bukannya kesimpulan tentang hubungan saling hadap dalam suatu

segitiga antara besar sudut dengan panjang sisi di hadapannya, yaitu:

(i) sudut terbesar menghadap sisi terpanjang.

(ii) sudut terkecil menghadap sisi terpendek.

(iii) sudut yang sedang menghadap sisi sedang.”

Peneliti menjawab: ”Tanggapan dari siswa S05 dan siswa S15 sangat bagus

sekali dan benar.”

Dari tanggapan di atas terlihat siswa nomor 3 dari kelompok 6 mencatat

tanggapan yang diberikan siswa S05 dan S15. Begitu juga dengan siswa lainnya

mencatat tanggapan yang diberikan kelompok lain.

Selanjutnya, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah

dipelajari hari ini. Penelitipun memberitahukan kepada siswa bahwa hari Kamis,

29 April 2010 akan diadakan tes siklus I. Siswa harus lebh giat belajar agar tes

siklus I nanti mendapat nilai yang baik. Dan terakhir guru memberikan jurnal

harian untuk diisi oleh siswa.

6) Pertemuan keenam

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa, dan

semua siswa hadir. Pertemuan ini tidak dibagi kelompok karena akan

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

72 

dilaksanakan tes akhir siklus I. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

hasil belajar matematika siswa terhadap materi yang telah diajarkan pada

pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas materi yang

sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang masih ada. Tes ini

dilaksanakan selama 60 menit. Selama proses berlangsung, suasanapun menjadi

sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang masih menyontek dengan

teman sebangkunya dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa

segera mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini siswa tidak

diberikan lembar jurnal harian siswa.

c) Tahap Observasi dan analisis

Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru

kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaa model

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar

siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa

melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa

pada Pembelajaran Siklus I

No

Jenis Aktivitas

Indikator yang diamati

Pert.1

Pert.2

Pert.3

Pert.4

Pert.5

Rata-rata

1

Visual

Activities

Membaca LKS pada saat kegiatan diskusi

2

(40%)

3

(60%)

3

(60%)

3

(60%)

4

(80%)

60%

Memperhatikan guru atau teman pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi

2

(40%)

3

(60%)

3

(60%)

4

(80%)

3

(60%)

60%

Rata-rata aktivitas visual 40% 60% 60% 70% 70% 60%

Mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan diskusi

2

(40%)

3

(60%)

3

(60%)

3

(60%)

3

(60%)

56%

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

73 

2 Oral Activities

Menanggapi laporan hasil kerja kelompok

2

(40%)

2

(40%)

3

(60%)

3

(60%)

3

(60%)

52%

Rata-rata aktivitas oral 40% 50% 60% 60% 60% 54% 3

Writing

Activities

Mencatat materi yang guru sampaikan

3

(60%)

3

(60%)

3

(60%)

3

(60%)

4

(80%)

64%

Rata-rata aktivitas menulis 60% 60% 60% 60% 80% 64% 4

Mental

Activities

Memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS

2

(40%)

2

(40%)

3

(60%)

3

(60%)

3

(60%)

52%

Rata-rata aktivitas mental 40% 40% 60% 60% 60% 52%

5

Emotional Activities

Minat/antusias siswa selama beajar

2 (40%)

2 (40%)

3 (60%)

4 (80%)

4 (80%)

60%

Senang selama belajar

2 (40%)

3 (60%)

3 (60%)

4 (80%)

4 (80%)

64%

Rata-rata aktivitas emosional 40% 50% 60% 80% 80% 62%

Rata-rata Aktivitas Total

58,4%

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada

siklus I adalah sebagai berikut:

1. Visual activities

Visual activities terdiri atas akitivitas membaca LKS pada saat kegiatan

diskusi dan aktivitas memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada

saat diskusi. Rata-rata persentase aktivitas visual mencapai 60%. Siswa yang

membaca LKS pada saat diskusi sebanyak 60%. Hal ini menunjukkan bahwa

siswa yang membaca LKS pada saat kegiatan diskusi sudah cukup banyak.

Namun, masih ada siswa yang bercanda dan mengobrol dengan teman

kelompoknya maupun kelompok lain. Begitu pula dengan siswa yang

memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi sebanyak

60%. Persentase ini sudah terbilang cukup baik karena sudah banyak siswa yang

memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi,

walaupun masih saja ada siswa yang suka mencari kesibukan sendiri seperti

menggambar dan bercanda dengan teman sebangkunya. Hal ini dapat dikatakan

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

74 

belum baik sehingga perlu adanya perbaikan pada siklus II mengenai aktivitas

membaca LKS pada saat kegiatan diskusi dan aktivitas memperhatikan guru pada

saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi.

2. Oral activities

Oral activities terdiri atas mengajukan pertanyaan ketika kegiatan diskusi

dan menanggapi laporan hasil kerja kelompok lain. Rata-rata persentase aktivitas

oral sebanyak 54%. Siswa yang mengajukan pertanyaan ketika kegiatan diskusi

hanya sebanyak 56%. Persentase ini terbilang kurang, karena masih banyak siswa

belum berani bertanya kepada guru atau teman pada saat diskusi berlangsung,

walaupun terkadang masih ada beberapa siswa yang berani bertanya dan

menjawab pertanyaan yang diajukan temannya. Rata-rata persentase siswa pada

aktivitas menanggapi laporan hasil kerja kelompok lain sebanyak 52%. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya berani memberikan tanggapan

terhadap hasil laporan kelompok lain. Berdasarkan penilaiaan observer siswa

masih banyak yang takut dan ragu pada saat mengemukakan pendapatnya jadi

masih banyak siswa yang hanya diam saja. Untuk itu perlu diadakan perbaikan

pada siklus II dengan membuat suasana belajar yang lebih santai dan

menyenangkan, dan peneliti juga memberikan motivasi yang lebih baik lagi agar

siswa lebih semangat dalam belajar.

3. Writing activities

Writing activities yang dinilai peneliti adalah mencatat materi yang guru

sampaikan. Rata-rata siswa yang mencatat sebanyak 64%. Dalam membuat

catatan siswa dinyatakan cukup baik karena siswa tidak hanya menulis apa yang

telah guru jelaskan dan tulis dipapan tulis tetapi siswa melihat dari LKS yang

telah guru bagikan. Hanya beberapa dari mereka yang menambahkan catatannya

dari LKS padahal selain dari LKS siswa juga dapat menambahkan catatannya dari

buku cetak matematika sekolah.

4. Mental activities

Untuk mental activities yaitu aktivitas memecahkan masalah yang diberikan

guru di dalam LKS, persentase aktivitas siswa memecahkan masalah masih

kurang, karena hanya mencapai 52% saja, hal ini disebabkan soal yang ada di

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

75 

dalam LKS terbilang susah menurut siswa karena siswa terlihat bingung pada saat

mengerjakan LKS.

5. Emotional activities

Rata-rata aktivitas emosional siswa mencapai 62% diantaranya minat siswa

dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur mencapai

60%, menurut observer siswa terlihat antusias dan bersemangat pada saat

mengerjakan tuga-tugas yang ada di LKS karena menurut siswa pembelajaran

yang diterapkan sangat menarik, siswa dilatih untuk memahami materi sendiri dan

bekerjasama dengan kelompoknya. Siswa cukup senang dengan diterapkannya

model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dengan

persentase yang diperoleh 64%. Walaupun masih banyak siswa yang terlihat

mengantuk dan bosan dengan diterapkannya Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

Bernomor Terstruktur karena bingung mengerjakannya. Tetapi karena setiap

kelompok terdapat siswa yang pandai jadi siswa yang kurang pandai jadi

bersemangat karena dibantu siswa yang lebih pandai.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran siklus I

rata-rata aktivitas yang diperoleh sebesar 58,4%. Rata-rata aktivitas siswa pada

siklus I ini meningkat dibandingkan pada saat pra penelitian yang hanya mencapai

49,34% tetapi rata-rata aktivitas siswa pada siklus I masih banyak yang kurang

yaitu keaktifan bertanya, menanggapi laporan hasil laporan kelompok, dan

memecahkan masalah. Hal ini perlu diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada

siklus II. Pembelajaran masih harus dilanjutkan karena aktivitas belajar siswa

belum mencapai 70%.

Untuk melihat kerjasama siswa dalam kelompok, peneliti juga

menggunakan lembar observasi kerjasama kelompok. Lembar observasi ini

bertujuan untuk melihat sejauh mana kerjasama siswa dalam kelompok Kepala

Bernomor Terstruktur pada siklus I ini. Berdasarkan hasil perhitungan, kelompok

5 memiliki persentase rata-rata tertinggi dalam kerjasama siswa dalam

kelompoknya sebesar 66,67%. Sedangkan persentase rata-rata kerjasama siswa

dalam kelompoknya yang terendah ada pada kelompok 4, sebanyak 52,22%. Hasil

ini didapat dari lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok yang telah

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

76 

diisi oleh observer pada saat penelitian berlangsung, dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 6 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Kerjasama Siswa dalam Kelompok

Siklus I

Kelompok Kerjasama Siswa pada Pertemuan Ke-

Rata-rata 1 2 3 4 5

1 21

(58,3%)

23

(63,9%)

23

(63,9%)

24

(66,7%)

25

(69.4%)

64,44%

2 17

(47,2%)

20

(55,6%)

20

(55,6%)

22

(61,1%)

22

(61,1%)

56,12%

3 21

(58,3%)

23

(63,9%)

24

(66,7%)

25

(69,4%)

25

(69,4%)

65,54%

4 15

(41,7%)

16

(44,4%)

18

(50%)

22

(61,1%)

23

(63,9%)

52,22%

5 21

(58,3%)

23

(63,9%)

25

(69,4%)

25

(69,4%)

26

(72,2%)

66,64%

6 16

(44,4%)

19

(52,8%)

20

(55,6%)

22

(61,1%)

21

(58,3%)

54,44%

7 17

(47,2%)

19

(52,8%)

20

(55,6%)

23

(63,9%)

24

(66,7%)

57,24%

Rata-rata Total 59,52%

Keterangan:

1. Skor aktivitas kelompok siswa:

a. Skor maksimum = 36

b. Skor minimum = 9

c. Skor rata-rata = 22,5 atau 62,5%

2. Skor rata-rata 22,5 atau 62,5% dijadikan sebagai patokan ketercapaian.

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

77 

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat aktivitas rata-rata kerjasama siswa

dalam kelompok sebanyak 59,52%. Hal ini berarti bahwa aktivitas kerjasama

siswa dalam kelompok pada siklus I ini terbilang kurang. Dapat dilihat pada tabel

2, hanya 3 kelompok saja yang mencapai persentase rata-rata diatas 62,5% yaitu

kelompok 1, 3 dan 5. Ada beberapa aspek yang harus ditingkatkan lagi seperti

pada saat presentasi di depan kelas, menyampaikan pendapat, menanggapi

pendapat teman dan mencatat tanggapan dari kelompok lain. Sedangkan terdapat

4 kelompok yang persentase rata-ratanya dibawah 62,5% yaitu kelompok 2, 4, 6,

dan 7 sehingga hampir seluruh aspek ditingkatkan lagi.

Berdasarkan hasil observasi dari seluruh kelompok pada saat pembelajaran

siklus I didapatkan bahwa rata-rata aktivitas kelompok siswa masih kurang dalam

bekerjasama dengan anggota kelompoknya masing-masing, menyampaikan

pendapat memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru atau teman,

keaktifan bertanya kepada guru atau teman, menyampaikan pendapat, menjawab

atau menanggapi pendapat teman lain, dan mencatat tanggapan dari kelompok

lain. Hal inilah yang perlu diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada siklus II.

Pembelajaran harus dilanjutkan karena baru tiga kelompok yang dapat dikatakan

baik aktivitasnya. Sedangkan kelompok lain masih perlu ditingkatkan agar

aktivitas kelompok pada siklus II lebih baik lagi.

Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa untuk

mengetahui respon siswa terhadap model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

Bernomor Terstrukur pada siklus I ini. Berdasarkan hasil perhitungan, siswa yang

memberi respon positif 62,22%, siswa yang memberi respon negatif 24,72%,

siswa yang bersikap netral 10,92%, dan siswa yang tidak berkomentar sebanyak

5,35%. Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran pada setiap

pertemuan siklus I yang diperoleh dari jurnal harian siswa dapat dilihat pada

Tabel 7 berikut:

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

78 

Tabel 7 Respon Siswa terhadap Tindakan Pembelajaran Siklus I

No Kategori Respon Siswa

1.

Positif

- Seru, enak, dan asik

- Cara mengajarnya enak dan lebih mudah

dipahami

- Merasa lebih pintar

- Merasa lebih senang, karena mendapat

pembelajaran baru

- Latihan bersama kelompok lebih

dibanyakin lagi

- Jadi nggak ngantuk

- Belajar jadi lebih semangat

- Sangat inovatif dan fleksibel

- Belajar menjadi lebih santai dan tidak

tegang

- Ilmunya menjadi bertambah

- Semakin tertarik dengan matematika

2

Netral

- Biasa-biasa saja

3

Negatif

- Sedikit membingungkan

- Malu untuk tampil ke depan

mempresentasikan hasil kerja kelompok

- Kelas menjadi ribut

- Capek dan agak malas karena ruangan

pembelajaran panas dan terlalu berisik

- Kelompoknya diganti

4

Tidak Berkomentar

Rekapitulasi persentase respon siswa terhadap pembelajaran selama siklus I dapat

dilihat pada Tabel 8 berikut

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

79 

Tabel 8 Rekapitulasi Respon Siswa selama Siklus I

No Kategori Persentase pada Pertemuan Ke- Rata-rata

(%) 1 (%) 2 (%) 3 (%) 4 (%) 5 (%)

1 Positif 42,9 53,6 65,4 71,4 77,8 62,22

2 Netral 14,3 10,7 11,5 10,7 7,4 10,92

3 Negatif 35,7 32,1 23,1 17,9 14,8 24,72

4 Tidak

Berkomentar 7,1 3,6 0 0 0 5,35

Dilihat dari tabel di atas, bahwa rata-rata persentase respon positif siswa

sebesar 62,22% pada pembelajaran siklus I lebih besar dibandingkan dengan rata-

rata persentase respon yang negatif, netral maupun yang tidak berkomentar. Ini

artinya bahwa sebagian besar siswa menyatakan respon yang positif terhadap

model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Pendapat-

pendapat siswa tersebut baik yang positif, negatif, netral maupun yang tidak

berkomentar akan dijadikan bahan refleksi untuk tindakan pembelajaran

selanjutnya.

Berdasarkan lembar observasi aktivitas yang diperoleh pada pembelajaran

siklus I aktivitas siwa memperoleh hasil yang cukup baik, hanya saja kendalanya

adalah kurang mengoptimalkan waktu pada saat diskusi dan mengerjakan LKS,

siswa masih terlihat bingung dengan tugas-tugas Kepala Bernomor Terstruktur,

dan belum terbiasanya siswa mengerjakan secara berkelompok serta masih banyak

juga siswa yang hanya mengandalkan teman yang pintar saja sehingga

menyebabkan kurangnya kerjasama siswa dalam kelompok.

Selama proses diskusi, peneliti mengamati aktivitas belajar di dalam

kelompok siswa sebagaimana pada gambar berikut:

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

80 

Gambar 2 Guru sedang Memberi Pengarahan Kepada Kelompok

Gambar 2 menunjukkan guru sedang mengarahkan kelompok siswa yang

sedang mengalami kesulitan dalam memahami isi LKS. Hal ini bertujuan agar

siswa lebih terarah dan lebih mengerti apa yang harus mereka kerjakan di dalam

LKS.

Gambar 3

Siswa Nomor 2 (dari kanan ke dua) sedang Menjelaskan Penyelesaian Soal kepada Teman Kelompoknya

Gambar 3 menunjukkan pada saat siswa kelompok berdiskusi terlihat serius

dan tampak pada gambar di atas bahwa siswa nomor 2 dari sebelah kanan ke dua

sedang berusaha menjelaskan penyelesaian soal dalam LKS kepada teman

kelompoknya. Dan teman yang lainpun nampak serius memperhatikan penjelasan

siswa nomor 2.

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

81 

Gambar 4 Siswa Nomor 3 (dari kiri ke dua) sedang Mencatat Jawaban LKS yang

Diarahkan oleh Siswa Nomor 2 (dari kanan ke dua) Gambar 4 menunjukkan siswa nomor 3 dari kelompok 4 sedang mencatat

jawaban LKS yang diarahkan oleh siswa nomor 2 yang bertugas menyelesaikan

soal. Saat itu peneliti sedang memantau aktivitas siswa pada setiap kelompok.

Pada awal-awal proses pembelajaran berlangsung, aktivitas siswa dalam

menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

siswa masih terlihat kaku dan bingung dalam pembagian tugas maupun dalam

melaksanakan tugas, karena belum pernah diajarkan belajar secara berkelompok

apalagi berusaha membagi tugas-tugas kepada anggota kelompoknya dan

mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Pada gambar di bawah ini

terlihat siswa nomor 4 dari kelompok yang nampak malu dan berusaha

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

Gambar 5

Aktivitas Siswa Nomor 4 pada saat Presentasi di Depan Kelas

Diakhir pelaksanaan siklus I, peneliti melakukan tes dengan hasil sebagai

berikut:

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

82 

Tabel 9 Nilai Tes Akhir Siklus I

Interval

F

f relatif

f relatif kumulatif

53-60 3 10,7% 100%

61-68 5 17,9% 89,3%

69-76 7 25% 71,4%

77-84 3 10,7% 46,7%

85-92 6 21,4% 35,7%

93-100 4 14,3% 14,3%

Keterangan:

Nilai tertinggi = 100 Jumlah siswa = 28

Nilai terendah = 53 Rata-rata = 76,82

Berdasarkan tabel 9 di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus I

ini mencapai rata-rata 76,82. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada

siklus I ini cukup baik, namun masih ada 8 siswa yang mendapat nilai di bawah

KKM yaitu 70.

d) Tahap refleksi

Berdasarkan hasil jurnal harian, lembar observasi aktivitas siswa dan

wawancara dengan guru, peneliti melakukan refleksi dan rencana perbaikan

dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 10 Refleksi & Rencana Perbaikan Kegiatan Tindakan Siklus I

Refleksi Rencana Perbaikan

1. Pengaturan waktu kurang optimal pada saat diskusi dan mengerjakan LKS

2. Soal dalam LKS dan tes siklus I sulit

dipahami

1. Peneliti harus lebih tegas dalam mengatur waktu diskusi dan mengerjakan LKS. Hal ini bertujuan agar siswa dapat bekerja sesuai dengan waktu yang telah di tentukan

2. Peneliti harus memperbaiki soal-soal dalam LKS dan tes siklus agar mudah

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

83 

3. Pengelolaan kelas kurang maksimal

sehingga kelas menjasi rebut dan berisik

4. Siswa masih bingung dan berebut

dalam pembagian tugas Kepala Bernomor Terstruktur

5. Siswa masih malu dalam melaporkan hasil kerja kelompok di depan kelas

6. Kurangnya kerjasama siswa pada saat mengerjakan LKS

7. Siswa kurang aktif dalam bertanya

dan menanggapi laporan kelompok lain

8. Beberapa siswa masih kurang lengkap dalam mencatat materi yang sudah dipelajari

9. Kelompok siswa tidak tepat waktu dalam menyelesaikan LKS

dipahami siswa. Soal-soal yang dibuat harus jelas dan bervariasi, terdiri dari soal yang mudah sampai dengan soal yang sulit

3. Peneliti harus lebih tegas lagi dalam mengelola kelas dan membimbing siswa selama proses pembelajaran. Suasana kelas harus dibuat lebih santai lagi agar siswa tidak tegang dan bosan dalam pembelajaran matemati

4. Peneliti harus memberi penjelasan penuh dalam membimbing siswa melakukan pembagian tugas Kepala

5. Peneliti memberi motivasi agar kelompok yang mendapat giliran presentasi berani dan lebih semangat lagi

6. Peneliti harus lebih menjelaskan lagi tentang tugas-tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Hal ini bertujuan agar siswa mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang didapatnya tanpa harus bergantung pada siswa yang pintar saja

7. Dalam bertanya dan menanggapi laporan kelompok, siswa pada setiap kelompok mendapat porsi yang sama dalam berbicara sehingga siswa berani mengemukakan pendapatnya. Selain itu guru juga memberikan reward bagi siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok

8. Peneliti harus memotivasi siswa dalam membuat catatan dari berbagai sumber.

9. Peneliti harus memotivasi kelompok siswa agar menyelesaikan LKS tepat waktu yaitu dengan memberikan reward berupa nilai tambah bagi kelompok siswa yang menyelesaikan LKS tepat waktu

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

84 

3. Tindakan Pembelajaran pada Siklus II

a) Tahapan Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses

pembelajaran harus lebih diarahkan dalam setiap kegiatan yang ada pada Kepala

Bernomor Terstruktur. Peneliti harus mampu mengoptimalkan waktu yang

digunakan agar seluruh tahapan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dapat selesai sesuai dengan waktu yang diinginkan. Oleh karena itu

peneliti akan memberikan reward berupa tambahan nilai kepada kelompok siswa

yang menyelesaikan tugas LKS tepat pada waktunya. Peneliti membuat soal-soal

yang bervariasi dalam LKS dan tes siklus II. Peneliti harus lebih tegas dalam

mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan kepada siswa secara detail dan

dapat menjadikan suasana kelas menjadi santai, tidak tegang dan tidak

membosankan.

Materi yang dibahas pada siklus II ini adalah sudut luar segitiga,

menemukan rumus keliling segitiga dan menghitung keliling segitiga,

menemukan rumus luas segitiga dan menghitung luas segitiga, serta luas segitiga

dengan alas dan tinggi sekawan. Target pada siklus II ini siswa semakin baik

dalam menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dan aktivitas siswa semakin meningkat melalui lembar observasi

dibandingkan dengan siklus I dimana rata-rata persentase aktivitas belajar siswa

harus mencapai 70%. Tes hasil belajar siswa semakin meningkat dengan target

pencapaian peneliti dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 80 dan

80% siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan 70.

b) Tahap Pelaksanaan

Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan selama lima pertemuan

dengan alokasi waktu (2x40 menit) tiap pertemuannya yang berlangsung setiap

hari Senin dan Kamis mulai tangal 17 s.d 31 Mei 2010. RPP siklus II dapat dilihat

pada lampiran 1.

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

85 

1) Pertemuan ketujuh

Pada pertemuan ketujuh ini siswa hadir seluruhnya. Peneliti merivew soal

tes yang belum dimengerti siswa untuk mengingatkan siswa agar menjadi paham.

Peneliti mengkondisikan kelas dengan lebih tegas agar siswa lebih disiplin.

Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan

pengarahan mengenai prosedur pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

Bernomor Terstruktur agar proses pembelajaran lebih baik lagi dan siswa semakin

aktif . Selanjutnya, peneliti menjelaskan materi tentang sudut luar segitiga. Dalam

menjelaskan materi sudut luar segitiga, siswa nampak tenang dan memperhatikan

penjelasan peneliti.

Siswa sudah mulai terbiasa dengan prosedur yang terdapat dalam

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, dimana siswa mulai

membagikan tugas-tugas yang terdapat dalam Kepala Bernomor Terstruktur

kepada anggota kelompoknya. Peneliti menginformasikan bahwa pembagian

tugas di siklus II ini berjalan dari awal lagi, tidak kontinu dari pertemuan pada

siklus I dan siswapun mengerti. Peneliti bersama observer membagikan LKS (6)

yang berisi materi “ sudut luar segitiga” kepada setiap kelompok. Tanpa perintah

peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk membaca LKS (6),

selanjutnya siswapun mulai mengerjakan LKS (6) sesuai dengan tugasnya

masing-masing. Aktivitas siswa mulai terlihat membaik ketika mengerjakan LKS

(6).

Keadaan kelas pada saat itu lebih tenang dibanding pertemuan pada siklus 1.

Siswa sudah mulai bertanggung jawab atas tugas yang diterimanya. Sebagian

besar siswa nomor 1 dari setiap kelompok terlihat aktif membaca soal dan

mencari unsur-unsur yang akan membantu siswa nomor 2 dalam menyelesaikan

soal. Siswa nomor 4 pun membantu siswa nomor 3 dalam mencatat hasil diskusi

kelompoknya dengan mendikte dari jawaban siswa nomor 2. Walaupun

sebenarnya siswa nomor 4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan

kelas, namun kerjasama dalam kelompok juga diperlukan. Hal ini terlihat pada

kelompok 1, 3, 5, dan 7.

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

86 

Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa dalam

mengerjakan LKS 6, pada proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dipertemuan 6 sudah terlihat mengalami banyak peningkatan,

walaupun masih ada saja dalam kelompok siswa yang hanya diam saja. Peneliti

menegur siswa tersebut dengan memberi pengertian kalau siswa yang tidak ikut

mengerjakan akan dikeluarkan dari kelas dan tidak mendapatkan nilai. Pada saat

berkeliling, terlihat siswa dari kelompok 2 nampak bingung dengan sudut luar

segitiga. Penelitipun mulai menjelaskan kembali sudut luar segitiga secara singkat

karena takut waktu yang diperlukan siswa untuk mengerjakan LKS berkurang.

Soal-soal dalam LKS (6) dapat diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan

walaupun masih ada satu kelompok yaitu kelompok 2 yang belum tuntas tetapi

peneliti harus menutup sesi mengerjakan LKS sesuai perjanjian. Setelah selesai

mengerjakan LKS (6), seperti biasa siswa nomor 4 dari masing-masing kelompok

melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas secara bergantian. Berikut ini

salah satu contoh bagian laporan kelompok 5 mengenai kesimpulan sudut luar

segitiga yang ditanggapi oleh siswa S28 dari kelompok 3 sebagai berikut:

“Kesimpulan dari sudut luar segitiga adalah besar sudut luar suatu segitiga =

jumlah dua sudut yang tidak berpelurus dengan sudut luar.

Jawaban Latihan 6:

1. = CBD∠ BAC∠ + ACB∠

= 60 0 + 0140 ACB∠

= ACB∠ 00 60140 −

= 80 0 ACB∠

Jadi, besar adalah 80 . ACB∠ 0

2. a. = + RST∠ RQS∠ QRS∠ b. PQR∠ = 7x

= + = 05x )7180( 00 x− 03x 0207×

= = 14005x 000 37180 xx +− 0

5 = 180 – 4x

5x + 4x = 180

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

87 

9x = 180

x = 20 0

Tanggapan siswa S28 terhadap hasil laporan kelompok 5:

“Kesimpulan kelompok 5 kurang lengkap, saya ingin menambahkan saja bahwa

besar sudut luar segitiga sama dengan jumlah dua sudut dalam yang tidak

berpelurus dengan sudut luar itu.

Berikut juga bagian dari hasil laporan kelompok 4 pada latihan 6:

1. CBD∠ = BAC∠ + ACB∠

= 60 0 + 0140 ACB∠

= = 80 0 ACB∠ 00 60140 −

2. ……………………………………………??

Laporan kelompok 4 tidak lengkap, hal ini terlihat dari soal latihan 6 yang

hanya dikerjakan 1 soal dan itupun tidak lengkap pula. Peneliti menyuruh

kelompok 4 untuk memperbaiki dan melengkapi jawaban nomor 2 latihan 6

seperti yang ditulis kelompok 5 pada saat presentasi. Karena jawaban latihan 6

kelompok 5 baik dan benar.

Waktu sudah hampir habis, peneliti bersama observer memberikan penilaian

terhadap pembelajaran yang telah berlangsung, dan peneliti bersama siswa

menyimpulkan materi hari ini secara bersama-sama. Peneliti mengharapkan untuk

pertemuan selanjutnya siswa lebih aktif lagi dalam menanggapi maupun pada saat

diskusi. Dan terakhir guru memberikan jurnal harian untuk diisi oleh siswa.

2) Pertemuan kedelapan

Pada pertemuan kedelapan terdapat 1 orang yang tidak hadir karena sakit

yaitu siswa S20 dari kelompok 1. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah

duduk dibangkunya masing-masing dan sudah kelihatan bersemangat untuk

memulai pertemuan kali ini.

Arahan prosedur Kepala Bernomor Terstruktur pun dilakukan. Kemudian

peneliti memberikan sedikit materi kepada siswa mengenai keliling segitiga

sebagai pengantar untuk memulai diskusi kali ini. Tidak ada kesulitan bagi

peneliti dalam menjelaskan materi keliling segitiga karena sebagian siswa sudah

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

88 

tahu dan mengerti tentang keliling suatu segitiga. Setelah itu, tanpa perintah siswa

mulai bergabung dengan kelompoknya. Suasana kelas saat itu tidak terdengar

ribut seperti pertemuan lalu. Perollingan tugas Kepala Bernomor Terstruktur

dilakukan. Dalam perollingan tugas, sepertinya tidak ada masalah, hanya saja

pada kelompok 1 hanya memiliki tiga anggota karena satu dari mereka tidak hadir

karena sakit. Tapi karena kejadian seperti ini pernah terjadi di siklus I sehingga

tanpa bimbingan peneliti atau observer kelompok 2 bisa mengatasinya sendiri

dengan baik. Ada siswa nomor 2 yang merangkap tugas melaporkan hasil kerja

kelompoknya di depan kelas. Kesepakatan itu sangat bagus karena sudah ada

kerjasama yang baik dalam kelompok 2.

Peneliti bersama observer membagikan LKS (7) yang berisi materi

“menemukan rumus dan menghitung keliling segitiga” kepada setiap kelompok.

Siswa mulai membaca LKS yang sudah peneliti berikan. Lalu, siswa langsung

bekerja sama menurut tugasnya masing-masing. Aktivitas siswa mulai terlihat

membaik ketika mengerjakan LKS (7).

Disela-sela diskusi, ada siswa dari kelompok 1 yang bertanya tentang

latihan 7 nomor 3. Sepertinya tidak hanya kelompok 1 yang mengalami kesulitan

dalam mengerjakan latihan nomor 3, kelompok lain pun sama halnya dengan

kelompok 1. Akhirnya peneliti menjelaskan dipapan tulis latihan 7 nomor 3,

walaupun tidak sampai selesai. Hal ini bertujuan agar siswa termotivasi untuk

melanjutkan dan tidak tergantung sepenuhnya kepada guru. Dan sebagian besar

siswapun mengerti sehingga peneliti tidak perlu mengulang penjelasan tersebut

dari awal.

Setelah selesai mengerjakan LKS (7) dan siswa nomor 3 sudah mencatat

hasil laporan kelompoknya, kini saatnya siswa nomor 4 dari setiap kelompok

mempresentasikan hasil laoran kelompoknya di depan kelas. Sebagian besar

laporan kelompok sudah cukup baik. Berikut salah satu petikan hasil laporan

kelompok 2 yang ditulis di papan tulis:

Keliling ABCΔ = AB + AC + BC C

K = c + b + A

= a + B + c a cm

b cm

c cm A B

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

89 

Rumus keliling segitiga (K) dengan panjang sisi sisi a cm, b cm, dan c cm adalah:

K = a + b + c

Dari hasil laporan kelompok 2 di atas, siswa S19 dari kelompok 4 menanggapi

hasil laporan tersebut, sebagai berikut:

“Kok, rumus keliling segitiga ditulis pake huruf besar bukan huruf kecil?”.

Sepertinya kelompok 2 kurang mengerti tanggapan yang diberikan siswa

S19, sehingga peneliti menyuruh siswa S19 untuk ke depan menulis apa yang

salah dari laporan kelompok 2, berikut petikan tulisan siswa S19 di papan tulis:

K = c + b + a

= a + b + c

“A pa yang ditanggapi siswa S19 benar dan bagus”, kata peneliti. Kelompok 2

pun menyadari kesalahannya. Ternyata kelompok 2 kurang teliti dalam menulis

rumus keliling segitiga. Siswa nomor 3 dari kelompok 2 terlihat mulai mencatat

apa yang ditanggapi oleh siswa S19.

Peneliti memotivasi siswa dalam menyebutkan rumus keliling segitiga.

Peneliti mengharapkan untuk pertemuan selanjutnya siswa lebih aktif lagi dalam

menanggapi maupun pada saat diskusi. Dan terakhir guru memberikan jurnal

harian untuk diisi oleh siswa.

3) Pertemuan kesembilan

Kegiatan absensi dilakukan, pada pertemuan kesembilan ini terdapat 1 orang

yang tidak hadir karena sakit, yaitu siswa S20 dari kelompok 1. Kelas sudah mulai

rapih karena siswa sudah duduk dibangkunya masing-masing, dan sudah kelihatan

bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini.

Peneliti memberikan penjelasan menegenai rumus luas segitiga. Sebagian

besar siswa nampak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan yang

disampaikan peneliti. Tanpa waktu lama, peneliti langsung memberi aba-aba

kepada siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Pembagian

tugas pun dilakukan, seperti pada pertemuan sebelumnya perollingan tugaspun

dilakukan dari kelanjutan pertemuan lalu. Terlihat kelompok 1 yang memiliki tiga

anggota pada pertemuan kali ini kembali membagikan tugas kepada anggotanya

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

90 

dengan salah satu dari mereka ada yang merangkap tugas Kepala Bernomor

Terstruktur. Pertemuan lalu, siswa nomor 2 merangkap tugas melaporkan hasil

kerja kelompoknya. Kali ini kelompok 1 sepakat untuk siswa nomor 1 merangkap

tugas melaporkan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

Peneliti bersama observer membagikan LKS (8) yang berisi materi

“menemukan rumus luas segitiga dan menghitung luas segitiga” kepada setiap

kelompok. Siswa sudah mulai terbiasa dengan tugas-tugas yang ada di dalam LKS

tanpa perintah peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk

melakukan aktivitas membaca. Aktivitas siswa sudah membaik tidak ada lagi

siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan kelompoknya.

Peneliti berkeliling memantau siswa dalam mengerjakan LKS (8), terlihat

tidak ada kesulitan bagi siswa dalam menyelesaikan soal yag terdapat dalam LKS

(8). Pada proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

dipertemuan 9 sudah terlihat mengalami banyak peningkatan. Siswa sudah tidak

begitu ribut, masing-masing kelompok sudah terlihat aktif dan kompak sehingga

peran penelitipun sudah mulai berkurang karena siswa sudah paham dengan

sendirinya. Dengan waktu yang sudah ditentukan, semua kelompok dapat

mengerjakan LKS (8) dengan tuntas.

Setelah selesai mengerjakan LKS 8, dengan cara acak peneliti memilih

siswa nomor 4 dari masing-masing kelompok untuk maju kedepan

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Sebagian besar presentasi dari

masing-masing kelompok sudah bagus, siswa tidak lagi terlihat malu-malu

walaupun masih ada siswa dari kelompok 2 yang masih kurang semangat dalam

melaporkan hasil kerja kelompoknya sehingga suara siswa nomor 4 dari

kelompok 2 kurang jelas terdengar oleh siswa lain. Peneliti memberikan masukan

kepada kelompok 2 agar dalam presentasi jangan malu-malu dan suaranya harus

jelas sehingga terdengar oleh siswa lain. Di bawah ini contoh hasil laporan

kelompok 6 yang disanggah oleh kelompok 7:

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

91 

D B A A

C

B D

(i)

E F C

(ii)

Gambar 8.1

Luas = ABCΔ ×21 luas persegi panjang ADCE

Luas = ABCΔ ×21 luas persegi panjang BDCF

Luas = luas ADC + luas ABCΔ Δ ΔCDB

= ×21 luas persegi panjang ADCE + ×

21 luas persegi panjang ABFE

= ×21 luas persegi panjang ABEF

= ×21 ADCE × BDCF

Luas = ABCΔ ×21 BA CD (karena BF = CD) ×

Pada Gambar 8.1, AB disebut alas dan CD disebut tinggi, sehingga

diperoleh rumus berikut :

ABCΔ

Luas segitiga = ×21 AB × CD

Pada ABCΔ Gambar di samping tinggi

segitiga adalah CD, dan alasnya adalah AB. C

Luas ABCΔ = ×21 AB x CD t cm

A D B Jika AB = a cm dan CD = t cm, maka rumus

luas (L) segitiga adalah: a cm

L = ×21 BA × CD atau L =

21 at

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

92 

Tanggapan kelompok 7:

“Laporan kelompok 6 ada yang salah Bu. Dibagian :

Luas = ABCΔ ×21 luas persegi panjang ADCE + ×

21 luas persegi panjang ABFE

Seharusnya bukan persegi panjang ABFE tapi persegi panjang DBCF Bu.”

“Apa yang dikatakan kelompok 7 benar”, kata peneliti. Kelompok 6 harus

lebih teliti lagi dalam mengerjakan soal LKS, begitu juga dengan kelompok

lainnya. Siswa nomor 3 sibuk mencatat tanggapan yang diberikan oleh kelompok

7 dan memperbaiki jawaban yang di koreksi oleh kelompok 7. Laporan dari

kelompok lain sudah bagus dan tidak ada yang salah.

Pembelajaran telah selesai, kini waktunya peneliti bersama siswa

menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini. Terdengar siswa menyebutkan

rumus luas segitiga dengan benar. Dan terakhir peneliti membagikan jurnal harian

kepada siswa.

4) Pertemuan kesepuluh

Kelas sudah mulai rapih dan seluruh siswa hadir. Tanpa penjelasan panjang

lebar, siswa sudah mengerti sekali tentang model Pembelajaran Kooperatif tipe

Kepala Bernomor Terstruktur sehingga peneliti langsung membahas luas segitiga

dengan alas dan tinggi sekawan. Untuk materi kali ini peneliti siswa agak nanpak

bingung antara mana yang alas dan tinggi sekawan pada segitiga, sehingga

peneliti harus mengulang lagi penjelasan mengenai alas dan tinggi sekawan pada

segitiga. Setelah itu, siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.

Pembagian tugas Kepala Bernomor Terstruktur pun dilakukan. Seperti biasa siswa

harus merolling tugas tersebut seperti yang dilakukan pada pertemuan lalu.

Peneliti bersama observer membagikan LKS (9) yang berisi materi “luas

segitiga dengan alas dan tinggi sekawan” kepada setiap kelompok. Siswa pun

langsung membaca isi LKS yang sudah dibagikan. Siswa sudah mulai terbiasa

dengan tugas-tugas yang ada di dalam bahan diskusi tanpa perintah peneliti siswa

langsung mengerjakan LKS (9) sesuai dengan tugasnya masing-masing. Aktivitas

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

93 

siswa sudah sangat membaik tidak ada lagi siswa yang tidak mengerjakan tugas

dengan kelompoknya.

Peneliti bersama observer hanya memantau dari depan tidak lagi berkeliling

seperti biasanya karena semua siswa sudah sangat mengerti akan tugasnya. Pada

proses Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur di pertemuan

10 sudah terlihat mengalami banyak peningkatan.

Setelah selesai mengerjakan LKS (9), siswa nomor 4 dari masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Dari hasil

presentasi kelompok siswa, terlihat pada LKS halaman pertama nomor 3, ada

beberapa kelompok yang masih bingung dengan mencari alas dan tinggi sekawan.

Di bawah ini sebagian petikan dari hasil laporan kelompok 7:

1. a. Tinggi AD sekawan dengan alas BC,

maka: Luas ABCΔ = ×× BC21 AD

b. Tinggi CA sekawan dengan alas AB,

maka: Luas = ABCΔ ×21 AB × BC

C

D

B A

2. a. Tinggi CD sekawan dengan alas AB,

maka: Luas ABCΔ = CDAB××21

C

E b. Tinggi AE sekawan dengan alas BC,

maka: Luas ABCΔ = ×21 BC × AE

F

A B D c. Tinggi BF sekawan dengan alas AC,

maka: Luas ABCΔ = BFAC ××21

R

3. a. Tinggi PR sekawan dengan alas PQ,

maka: Luas PQRΔ = ×21 PQ×PR

b. Tinggi PT sekawan dengan alas QR,

maka: Luas = PQRΔ ×21 QR × PT

T

U

S P Q

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

94 

c. Tinggi QU sekawan dengan alas RU,

maka: Luas PQRΔ = ×21 RU × QU

Setelah semua siswa nomor 4 sudah presentasi di depan kelas. Peneliti

mengkoreksi hasil presentasi kelompok siswa secara bersama-sama dengan

menanyakan kepada siswa bagian mana yang kurang mengerti dalam mencari alas

dan tinggi sekawan pada segitiga. Sebagian besar siswa terlihat sudah memahami

benar mana alas dan tinggi sekawan pada suatu segitiga.

Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dibahas hari ini dan

tidak lupa pula peneliti menyampaikan informasi bahwa pada hari Senin, 31 Mei

2010 akan diadakan tes siklus II. Peneliti menugaskan siswa untuk belajar lebih

rajin agar mendapat nilai yang lebih bagus dites sklus II ini. Diakhir pertemuan

peneliti membagikan jurnal harian kepada setiap siswa untuk diisi.

5) Pertemuan kesebelas

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memeriksa absensi siswa, dan

semua siswa hadir. Pertemuan ini tidak dibagi kelompok karena akan

dilaksanakan tes akhir siklus II. Tes ini berbentuk soal essay yang telah di uji

validitas isinya, soal berjumlah 8 yang terdiri dari sudut luar segitiga, menemukan

rumus keliling dan menghitung keliling segitiga, menemukan rumus luas segitiga

dan menghitung luas segitiga, dan luas segitiga dengan alas dan tinggi sekawan.

Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa

terhadap materi yang telah diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Sebelum dilaksanakan tes, 10 menit dilakukan review sekilas materi yang

sudah diajarkan dan membahas kesulitan-kesulitan yang masih ada. Tes ini

dilaksanakan selama 60 menit. Selama proses berlangsung, suasanapun menjadi

sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang masih menyontek dengan

teman sebangkunya dan peneliti segera menegurnya. Setelah waktu habis siswa

segera mengumpulkan lembar jawaban tes dan pada pertemuan ini siswa tidak

diberikan lembar jurnal harian siswa.

Page 63: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

95 

c) Tahap Observasi dan analisis

Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Guru

kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaan

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dan aktivitas belajar

siswa selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa

melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa

pada Pembelajaran Siklus II

No

Jenis Aktivitas

Indikator yang diamati

Pert.1

Per.2

Pert.3

Pert.4

Rata-rata

1

Visual

Activities

Membaca LKS pada saat kegiatan diskusi

4

(80%)

4

(80%)

4

(80%)

4

(80%)

80%

Memperhatikan guru atau teman pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi

4

(80%)

4

(80%)

4

(80%)

4

(80%)

80%

Rata-rata aktivitas visual 80% 80% 80% 80% 80%

2

Oral Activities

Mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan diskusi

3

(60%)

3

(60%)

4

(80%)

4

(80%)

70%

Menanggapi laporan hasil kerja kelompok

3

(60%)

3

(60%)

4

(80%)

4

(80%)

70%

Rata-rata aktivitas oral 60% 60% 80% 80% 70% 3

Writing

Activities

Mencatat materi yang guru sampaikan

3

(60%)

4

(80%)

4

(80%)

4

(80%)

75%

Rata-rata aktivitas menulis 60% 80% 80% 80% 75% 4

Mental Activities

Memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS

3

(60%)

3

(60%)

4

(80%)

4

(80%)

70%

Rata-rata aktivitas mental 60% 60% 80% 80% 70% 5

Emotional Activities

Minat/antusias siswa selama beajar

4 (80%)

4 (80%)

4 (80%)

4 (80%)

80%

Page 64: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

96 

Senang selama belajar

4 (80%)

4 (80%)

4 (80%)

4 (80%)

80%

Rata-rata aktivitas emosional 80% 80% 80%

80% 80%

Rata-rata Aktivitas Total

75%

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa aktivitas belajar siswa pada

siklus II adalah sebagai berikut:

1) Visual activities

Rata-rata persentase visual activities pada siklus II ini adalah 80%. Siswa

yang membaca LKS pada saat kegiatan diskusi adalah 80%. Hal ini menunjukkan

bahwa siswa yang membaca LKS sudah cukup banyak dan memperoleh nilai

baik. Sedangkan aktivitas siswa yang memperhatikan guru pada saat menjelaskan

materi dan pada saat diskusi sebanyak 80%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa

yang memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi

sudah cukup baik, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak

memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan pada saat diskusi. Aspek

ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan

dengan hasil persentase pada siklus I.

2) Oral activities

Rata-rata persentase aktivitas oral mencapai 70%. Siswa pada aktivitas

mengajukan pertanyaan ketika kegiatan diskusi berlangsung mencapai 70%.

Persentase ini terbilang sudah cukup baik karena siswa sudah berani bertanya

kepada guru atau teman pada saat diskusi, meskipun masih terlihat ada siswa yang

masih malu dalam bertanya kepada guru. Rata-rata siswa yang menanggapi

laporan hasil kerja kelompok lain sebanyak 70%. Hal ini menunjukan bahwa pada

saat memberi presentasi siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya dan

percaya diri akan pendapatnya. Kedua aspek ini sudah menunjukkan adanya

peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada

siklus I.

Page 65: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

97 

3) Writing activities

Writing activities yang dinilai peneliti adalah mencatat materi yang guru

sampaikan. Rata-rata siswa yang membuat catatan sebanyak 75%. Dalam

membuat catatan siswa dinyatakan sudah mengalami peningkatan dibandingkan

dengan siklus I, karena sebagian besar siswa tidak hanya mencatat dari materi

yang guru jelaskan di papan tulis dan LKS, tetapi siswa sudah menambah

catatannya dari buku paket matematika sekolah.

4) Mental activities

Untuk mental activities yaitu aktivitas memecahkan masalah dalam LKS.

Rata-rata persentase aktivitas mental mencapai 70%. Hal ini membuktikan bahwa

siswa sudah mampu mengerjakan soal-soal yang ada di dalam LKS karena

tingkatan soal sudah dibuat bervariasi. Aspek ini sudah menunjukkan adanya

peningkatan yang sangat baik bila dibandingkan dengan hasil persentase pada

siklus I.

5) Emotional activities

Rata-rata aktivitas emosional siswa mencapai 80% diantaranya minat siswa

dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur mencapai

80%, menurut observer siswa terlihat antusias dan bersemangat pada saat

mengerjakan tugas-tugas yang ada di LKS karena menurut siswa pembelajaran

yang diterapkan sangat seru dan menarik, siswa dilatih untuk memahami materi

sendiri dan belajar mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.

Siswa cukup senang dengan diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe

Kepala Bernomor Terstruktur dengan persentase yang diperoleh 80%. Kedua

aspek ini sudah menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik bila

dibandingkan dengan hasil persentase pada siklus I.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran siklus II

rata-rata aktivitas yang diperoleh sebesar 75%. Rata-rata aktivitas siswa pada

siklus II ini meningkat dibandingkan pada siklus I yang hanya mencapai 58,4%.

Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa ketika proses pembelajaran

menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

sudah cukup baik.

Page 66: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

98 

Hasil pengamatan aktivitas kelompok siswa melalui lembar observasi dapat

dilihat pada Tabel 12 berikut:

Tabel 12

Rekapitulasi Observasi Aktivitas Kerjasama Siswa dalam Kelompok Siklus II

Kelompok Kerjasama Siswa pada Pertemuan Ke-

Rata-rata 7 8 9 10

1 25

(69,4%)

26

(72,2%)

27

(75%)

29

(80,6%)

74,3%

2 23

(63,9%)

23

(63,9%)

24

(66,7%)

25

(69,4%)

65,98%

3 26

(72,2%)

27

(75%)

28

(77,8%)

30

(83,3%)

77,08%

4 23

(63,9%)

23

(63,9%)

24

(66,7%)

24

(66,7%)

65,3%

5 26

(72,2%)

26

(72,2%)

29

(80,6%)

30

(83,3%)

77,08%

6 23

(63,9%)

23

(63,9%)

25

(69,4%)

26

(72,2%)

67,35%

7 25

(69,4%)

25

(69,4%)

26

(72,2%)

27

(75%)

71,5%

Rata-rata Total

71,23%

Berdasarkan tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata total aktivitas

kerjasama siswa dalam kelompok 4 mengalami peningkatan sebesar 13,08%

apabila dibandingkan dengan aktivitas pada siklus I yaitu 52,22% pada siklus II

ini menjadi 65,3%. Aktivitas kelompok 2 juga mengalami peningkatan sebesar

9,86% bila dibandingkan dengan siklus I, persentase aktivitas kelompok ini pada

siklus II mencapai 65,98% sedangkan pada siklus I sebesar 56,12%. Persentase

aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok 6 pada siklus I sebesar 54,44%

Page 67: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

99 

sedangkan persentase pada siklus II sebesar 67,35%. Persentase tersebut

memperlihatkan kenaikan aktivitas siswa sebesar 12,91%.

Perolehan persentase aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok 3 dan 5

masih menunjukkan persentase paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lain

yaitu sebesar 77,08%. Persentase kelompok 3 pada siklus I sebesar 65,54% dan

persentase kelompok 5 sebesar 66,64% sehingga kelompok 3 mengalami

peningkatan 11,54% sedangkan kelompok 5 mengalami peningkatan sebesar

10,44%. Aktivitas kelompok 1 dan 7 meningkat bila dibandingkan dengan

aktivitas belajar kelompok pada siklus I, hal ini dapat dilihat dari perbandingan

persentase aktivitas kerjasama siswa dalam kelompok 1 pada siklus I yaitu sebesar

64,44% menjadi 74,31%. Sedangkan persentase pada kelompok 7, dari 57,24%

menjadi 71,5%.

Persentase rata-rata kerjasama siswa dalam kelompok pada siklus II ini

sudah cukup bagus. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan persentase rata-rata

total kerjasama siswa dalam kelompok sebesar 11,71% dari 59,52% pada siklus I

menjadi 71,23% pada siklus II.

Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa untuk

mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran pada setiap pertemuan

siklus II yang diperoleh dari jurnal harian siswa dapat dilihat pada Tabel 13

berikut:

Tabel 13 Rekapitulasi Respon Siswa selama Siklus II

No Kategori Persentase pada Pertemuan Ke- Rata-rata

(%) 7 (%) 8 (%) 9 (%) 10 (%)

1 Positif 75 77,8 81,5 82,1 79,1

2 Netral 0 0 0 0 0

3 Negatif 25 22,2 18,5 17,9 20,9

4 Tidak

Berkomentar 0 0 0 0 0

Page 68: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

100 

Dilihat dari tabel 13, terlihat siswa merespon dengan baik proses

pembelajaran yang telah diterapkan. Ini artinya bahwa sebagian besar siswa

menyenangi pembelajaran matematika dengan penggunaan model Pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur.

Hasil belajar selama siklus II diperoleh dari tes akhir siklus II pada

pertemuan kesembilan. Hasil tes akhir siklus II tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 14 Hasil Belajar Matematika pada Akhir Siklus II

Interval Frekuensi frelatif frelatif Kumulatif≥

65 – 70 6 21,4% 100%

71 – 76 3 10,7% 78,6%

77 – 82 5 17,9% 67,9%

83 – 88 8 28,6% 50%

89 – 94 4 14,3% 21,4%

95 – 100 2 7,1% 7,1%

Keterangan :

Xmin = 65 Jumlah siswa = 28

Xmax = 100 Rata-rata = 81,5

d) Tahap Refleksi

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran metode yang digunakan oleh

peneliti pada setiap tindakan pembelajaran telah sesuai yaitu model Pembelajaran

Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur walaupun dalam pelaksanaannya

masih terdapat kekurangan tetapi hal tersebut dapat diatasi pada tindakan

pembelajaran selanjutnya dengan adanya kegiatan refleksi pada setiap akhir

pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh rata-rata persentase aktivitas belajar

siswa mencapai 75%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas

Page 69: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

101 

belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini,

dimana rata-rata persentase aktivitas belajar siswa harus mencapai 70%.

Berdasarkan tes hasil belajar matematika yaitu tes akhir siklus II ini

mencapai rata-rata 81,5 dengan nilai terendah 65. Hal ini juga menunjukkan

bahwa tes hasil belajar siswa pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan

penelitian ini, dimana rata-rata tes hasil belajar siswa mencapai nilai 80 dan 80%

siswa sudah mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 70.

Adapun hasil wawancara terhadap guru dan siswa memberikan informasi

bahwa siswa sangat merespon baik model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

Bernomor Terstruktur ini dan guru kelas juga menganggap bahwa penerapan

model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ini telah

dilaksanakan dengan sangat baik sehingga dapat dikatakan berhasil.

Berdasarkan hasil refleksi siklus II ini, yaitu bahwa kedua indikator

keberhasilan telah tercapai maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai

dengan siklus II.

B. Pemeriksaan Keabsahan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

terdiri atas instrument tes dan non tes. Untuk tes digunakan tes formatif yang

dilaksanakan pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada

akhir pembelajaran berupa soal latihan pada LKS. Tes ini bertujuan untuk

menganalisis peningkatan hasil belajar matematika siswa pada tiap siklus sebagai

implikasi dari PTK.

Sedangkan instrumen non tes berupa lembar observasi, jurnal harian dan

wawancara yang ditujukan untuk guru dan siswa. Lembar observasi diisi pada

setiap pertemuan sedangkan wawancara dilakukan pada akhir siklus II. Untuk

mengetahui apakah data yang diperoleh valid dan memiliki tingkat keterpercayaan

yang tinggi, dilakukan member check. Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali

keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari narasumber,

memeriksa apakah data tersebut tetap sifatnya dan dapat dipastikan kebenaran

data. Selain melakukan member check, untuk mendapatkan data yang absah

Page 70: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

102 

dilakukan pula teknik triangulasi melalui pengamatan terhadap aktivitas belajar

siswa apakah menunjukkan peningkatan dengan diterapkannya model

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur. Hal ini bertujuan

untuk menggali data dari sumber yang sama yaitu siswa, dengan menggunakan

cara yang berbeda. Peneliti juga secara rutin melakukan diskusi dengan guru

kolaborator mengenai hasil observasi yang diperoleh, dibaca berulang-ulang, dan

menghilangkan data yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Hal ini bertujuan

agar data yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Untuk mengetahui apakah hasil wawancara dengan siswa tentang persepsi

siswa terhadap penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur, bagaimana aktivitas belajar siswa dan dampaknya terhadap hasil

belajar siswa didapat informasi dari keadaan yang sebenarnya, wawancara

dilakukan kepada 6 siswa yang diambil berdasarkan prestasi belajarnya yang

rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini bertujuan agar informasi yang diperoleh dapat

mewakili siswa dalam kelas secara keseluruhan.

C. Analisis Data

Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada, yang

diperoleh dari berbagai sumber. Diantaranya sebagai berikut:

1. Aktivitas Belajar

Lembar observasi terdiri dari dua macam yaitu lembar observasi aktivitas

belajar matematika siswa untuk mengetahui persentase aktivitas belajar siswa dan

lembar observasi kerjasama siswa dalam kelompok untuk mengetahui persentase

kerjasama siswa dalam kelompoknya. Lembar observasi juga digunakan untuk

menganalisis dan merefleksi setiap siklus.

Adapun hasil observasi aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 71: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

103 

Tabel 15 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Siswa

Siklus I dan II

No Jenis Aktivitas

Indikator yang diamati Siklus I

Siklus II

1

Visual Activities

Membaca LKS pada saat kegiatan diskusi

(60%)

(80%)

Memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi da pada saat diskusi

(60%)

(80%)

Rata-rata Visual Activities 60% 80%

2

Oral

Activities

Mengajukan pertanyaan pada saat kegiatan diskusi

(56%)

(70%)

Menanggapi laporan hasil kerja kelompok

(52%)

(70%)

Rata-rata Oral Activities 54% 70% 3

Writing Activities

Mencatat materi yang guru sampaikan

(64%) (75%)

Rata-rata Writing Activities 64% 75%

4 Mental

Activities Memecahkan masalah yang terdapat dalam LKS

(52%)

(70%)

Rata-rata Mental Activities 52% 70% 5

Emotional Activities

Minat/antusias siswa selama belajar

(60%)

(80%)

Senang selama belajar (64%) (80%)

Rata-rata Emotional Activities 62% 80% Rata-rata Aktivitas Total 58,4% 75%

Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata persentase

aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari 58,4% menjadi 75%.

Peningkatan aktivitas terbesar pada tabel di atas terjadi pada aktivitas visual yaitu

sebesar 20%, dari 60% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II. Hal ini terlihat

pada proses pembelajaran yang telah terjadi selama penelitian. Sebagian besar

siswa lebih terfokus dalam aktivitas membaca dan memperhatikan. Kedua

aktivitas tersebut lebih dominan dilakukan oleh siswa dibandingkan dengan

aktivitas-aktivitas yang lain seperti bertanya, menanggapi laporan, mencatat, dan

Page 72: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

104 

memecahkan masalah. Data pada tabel tersebut juga menunjukkan bahwa

tindakan yang dilakukan pada siklus II telah dapat memperbaiki atau

meningkatkan sebagian besar aspek aktivitas yang masih rendah pada siklus I,

seperti aktivitas membaca LKS, memperhatikan penjelasan guru, mengajukan

pertanyaan, menanggapi laporan, mencatat materi, memecahkan masalah, dan

antusias siswa. Perbandingan persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I dan

siklus II disajikan dalam diagram sebagai berikut:

0102030405060708090

100

1 2 3 4 5

Siklus ISiklus II

Pers

enta

se

Aspek Aktivitas

Diagram 1 Diagram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Belajar

Ket: Aspek 1. Visual Activities

2. Oral Activities

3. Writing Aactivities

4. Mental Activities

5. Emotional Activities

Dari kelima aspek aktivitas tersebut terlihat bahwa peningkatan setiap

aspeknya memiliki rata-rata kenaikan hampir sama, dan aspek peningkatan

tertinggi terjadi pada indikator visual activities yaitu membaca LKS dan

memperhatikan guru, dan indikator emotional activities yaitu antusias dan senang

selama belajar matematika yang meningkat sampai 80%. Peningkatan aspek

aktivitas yang belum maksimal terjadi pada oral activities yaitu masih kurangnya

siswa pada saat mengajukan pertanyaan pada saat diskusi dan menanggapi

laporan kelompok lain, hal ini terjadi karena siswa masih malu-malu dan takut

Page 73: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

105 

salah dalam mengungkapkan pendapatnya tetapi siswa sudah terlihat maksimal

walaupun belum sepenuhnya maksimal. Seluruh indikator sudah mengalami

ketercapaian penelitian yaitu aktivitas siswa mencapai 75% dan sudah melebihi

batas ketercapaian 70%.

Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan dengan 6 orang siswa

dalam waktu yang berbeda. Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa pada

siklus II (lampiran 22 dan lampiran 23), didapat informasi bahwa siswa sangat

merespon baik model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

dan guru juga menganggap bahwa penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe

Kepala Bernomor Terstruktur ini telah dilaksanakan dengan sangat baik karena

siswa dituntut untuk menggali kemampuannya dalam belajar dan aktivitas siswa

menjadi meningkat sehingga dapat dikatakan berhasil.

Tabel 16 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Kerjasama Siswa dalam Kelompok

Nama Kelompok Siklus I (%) Siklus II (%)

1 64,44 74,3

2 56,12 65,98

3 65,54 77,08

4 52,22 65,3

5 66,64 77,08

6 54,44 67,35

7 57,24 71,5

Rata-rata (%) 59,52 71,23

Berdasarkan tabel 16 terlihat bahwa aktivitas kerjasama siswa dalam

kelompok mengalami peningkatan sebesar 11,71% karena terjadi peningkatan

pada setiap kelompoknya. Semua kelompok sudah menunjukkan peningkatan

pada setiap pertemuannya. Kelompok yang paling meningkat terjadi pada

kelompok 3 dan 5 hal itu disebabkan karena kelompok tersebut merupakan

kelompok yang paling aktif dalam berdiskusi maupun dalam mengerjakan LKS.

Page 74: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

106 

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur ternyata

dapat disenangi siswa, karena siswa dapat bertukar pikiran langsung dengan

teman-teman kelompoknya sehingga bagi siswa pembelajaran menjadi mudah dan

menyenangkan.

Diagram 2 Diagram Batang Peningkatan Persentase Aktivitas Kerjasama Siswa

dalam Kelompok

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5 6 7

Siklus 1

Siklus 2

Nama Kelompok

Pers

enta

se

2. Hasil Belajar Matematika

Untuk tes hasil belajar digunakan tes formatif yaitu tes yang dilaksanakan

pada setiap akhir siklus, dan tes subsumatif yang diberikan pada akhir

pembelajaran yaitu berupa soal latihan pada bahan diskusi. Adapun hasil tes

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Statistik Siklus I Siklus II

Nilai tertinggi 100 100

Nilai terendah 53 65

Rata-rata 76,82 81,5

Berdasarkan tabel 17, diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil belajar

siswa pada siklus II mengalami peningkatan 4,68, yaitu dari yang sebelumnya

Page 75: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

107 

76,82 menjadi 81,5. Pada siklus I masih ada siswa yang mendapat nilai dibawah

KKM sebanyak 8 siswa dan pada siklus II nilai terendahnya adalah 65 dan masih

ada 3 siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Walaupun demikian, hasil

belajar siswa sudah mengalami peningkatan yang cukup baik. Peningkatan hasil

belajar siswa jika disajikan dalam diagram batang adalah sebagai berikut:

Diagram 3 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Siklus I Siklus II

Tes Hasil Belajar

Nila

i Rat

a-ra

ta

3. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur

Respon siswa terhadap pembelajaran dalam setiap tindakan penting untuk

disajikan sebuah pertimbangan ataupun perbaikan bagi penyusunan rencana

pembelajaran berikutnya. Respon siswa tersebut disusun dalam jurnal harian

siswa yang diberikan kepada siswa pada akhir tindakan pembelajaran. Respon

yang dikemukakan siswa beragam, ada yang berkomentar positif, komentar

negatif, komentar netral bahkan ada yang tidak berkomentar. Jurnal harian yang

telah disusun kemudian dihitung persentase jenis pendapatnya dan hasilnya

dirangkum pada Tabel 18 berikut:

Page 76: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

108 

Tabel 18 Rekapitulasi Persentase Respon Siswa Siklus I dan II

Kategori Rata-rata Persentase Pada Siklus ke-

Rata-rata(%) I(%) II(%)

Positif 62,22 79,1 70,66

Netral 10,92 0 10,92

Negatif 24,72 20,9 22,81

Tidak

Berkomentar 5,35 0 5,35

Berdasarkan tabel 18 persentase rata-rata dikonversikan dalam diagram 6:

Diagram 4

Diagram Garis Persentase Respon Siswa

Hasil wawancara dengan guru dan siswa diperoleh informasi bahwa siswa

senang mengikuti model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur. Hal ini terlihat dari hasil persentase respon siswa pada tabel 18 yang

kemudian dikonversikan pada diagram 6. Rata-rata persentase respon positif yang

diberikan siswa selama proses pembelajaran, sebesar 70,66%. Rata-rata persentase

ini sudah terbilang baik dibanding dengan rata-rata persentase negatif, netral dan

tidak berkomentar yang hanya mendapat tanggapan sebesar 22,81%, 10,92%, dan

5,35%.

Page 77: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

109 

D. Pembahasan Temuan Penelitian

Selama penelitian berlangsung, terdapat beberapa temuan penelitian yang

unik yang ditemukan peneliti, diantaranya:

1. Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

menumbuhkan rasa solidaritas dan rasa tanggung jawab siswa

Diskusi kelompok Kepala Bernomor Terstruktur membuat

sebagian besar siswa merasa memiliki tanggung jawab terhadap tugas

yang telah disepakati oleh anggota kelompoknya. Dalam diskusi, setiap

anggota kelompok saling membantu untuk memahami materi pelajaran

matematika walaupun dengan tugas-tugas yang saling berbeda namun

saling berkaitan. Hal ini menumbuhkan rasa solidaritas pada setiap

anggota kelompok Kepala Bernomor Terstruktur.

2. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa

Seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dengan

penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur,

maka hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Peningkatan hasil

belajar siswa terlihat dari tes hasil belajar siklus I dan siklus II yang nilai

rata-ratanya meningkat, yaitu dari yang sebelumnya 76,82 menjadi 81,5.

3. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor

Terstruktur mendapat respon positif dari siswa

Selama diterapkannya model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

Bernomor Terstruktur siswa terlihat antusias dan senang mengikuti

pelajaran matematika. Hal ini terlihat dari peningkatan respon positif siswa

pada siklus I sebesar 62,22% menjadi 79,1% pada siklus II.

4. Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

membuat siswa berani dalam mengemukakan pendapat

Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

menjadikan siswa yang sebelumnya cenderung pendiam dan pasif, kini

menjadi aktif berbicara mengungkapkan pendapatnya pada saat diskusi

maupun pada saat di depan kelas.

Page 78: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

110 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat

meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Aktivitas-aktivitas siswa yang

meningkat selama proses pembelajaran diantaranya aktivitas visual, aktivitas oral,

aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Dari kelima aktivitas

tersebut yang paling besar peningkatannya adalah aktivitas visual. Aktivitas visual

yang diambil dalam penelitian ini adalah aktivitas membaca dan memperhatikan.

Kedua aktivitas tersebut lebih dominan dilakukan oleh siswa dibandingkan

dengan aktivitas-aktivitas yang lainnya seperti bertanya, menanggapi, menulis,

dan memecahkan masalah. Peningkatan aktivitas belajar matematika siswa ini

menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I

adalah 58,4% dan setelah dilakukan perbaikan selama pembelajaran pada siklus II

rata-rata persentase aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 75%.

B. Saran

1. Model pembelajaran ini memerlukan persiapan yang matang agar tidak terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan beberapa

hal diantaranya:

a. Mempersiapkan RPP, LKS, lembar observasi aktivitas siswa, jurnal harian

untuk mengetahui respon siswa tersebut, catatan lapangan, dan soal tes

akhir siklus.

b. Dalam membuat kelompok siswa sebaiknya membentuk kelompok yang

heterogen untuk mempermudah dalam diskusi.

2. Siswa sebaiknya bisa dilibatkan dalam merumuskan kegiatan pembelajaran

pada siklus berikutnya agar peneliti mengetahui keinginan siswa sebagai

bahan pertimbangan perencanaan yang akan dipakai.

Page 79: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

111 

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat

menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan dalam belajar

matematika terutama dalam bekerjasama dan kolaborasi sehingga siswa dapat

lebih aktif lagi dalam memahami materi baik secara individu maupun

berkelompok.

4. Bagi para peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti keterkaitan antara

penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur

dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan-kemampuan

matematika yang lain seperti koneksi, penalaran, pemecahan masalah, berpikir

kreatif dan penalaran.

Page 80: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

112  

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas

Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara. Ciswandi. 2008. ”Pembelajaran Kooperatif Model SNH (Structured Numbre

Head) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djamarah, Bahri, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara. http://muttaqinhasyim,wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajar...on, 14 Juni

2009 by Hadi Muttaqin Hasyim.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.

Padmowihardjo, Soedijanto. 2008. Psikologi belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Badan Standar

Nasional Pendidikan. 2006. Nomor 22 Tentang Standar Isi, Nomor 23 Tentang Standar Kompetensi Kelulusan, Nomor 24 Tentang Pelaksanaan PP No. 22 dan 23. Badan Standar Nasional pendidikan.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

 

Page 81: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21592/2... · a. Kolaborator mengobservasi proses model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala

113  

 

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenanda Media Group. Saputra, Yudha M dan Iis Marwan. 2008. Strategi Pembelajaran Kooperatif.

Bandung: CV. Bintang Warli Artika. Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada. Soedjadi, R dan Djoko Musno. 1996. Matematika 2: Petunjuk Guru Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Balai Pustaka. Subarkah, Reny. 2010. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran matematika kontemporer,

Bandung: UPI. Sujono. 1998. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta. Susilawati, Wati. Belajar & Pembelajaran Matematika. Tim Penyusun. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Syarf

Hidayatullah Jakarta. UU Sistem Pendidikan Nasional. 2008. (UU RI No. 20 Tahun 2003). Jakarta:

Sinar Grafika. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi

Aksara. Wiranataputra, S, Udin, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:

Universitas Terbuka. Wiriatmadja, Rochiati. 2005. Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya.