PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY/Penerapan... · siklus, tiap siklus terdiri dari empat...
-
Upload
nguyendang -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY/Penerapan... · siklus, tiap siklus terdiri dari empat...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY
UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA
PADA SISWA KELAS V SDN 1 BALEPANJANG KECAMATAN JATIPURNO
KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
MAREKA YO SHINTA
K7108175
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Mei 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Mareka Yo Shinta
NIM : K7108175
Jurusan/Program Studi : IP/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN
PENGUASAAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA SISWA KELAS
V SDN 1 BALEPANJANG KECAMATAN JATIPURNO KABUPATEN
ini benar-benar merupakan
hasi karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Mei 2012
Yang membuat pernyataan
Mareka Yo Shinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY
UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA
PADA SISWA KELAS V SDN 1 BALEPANJANG KECAMATAN JATIPURNO
KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
MAREKA YO SHINTA
K7108175
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Mei 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 16 Mei 2012
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Usada, M.Pd Karsono, S.Sn., M.Sn
NIP 195109081980031002 NIP 198007062008121003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Jumat
Tanggal : 25 Mei 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd _________________
Sekretaris : Drs. Chumdari, M.Pd _________________
Anggota I : Drs. Usada, M.Pd _________________
Anggota II : Karsono, S.Sn., M.Sn _________________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
MOTTO
Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu, rendahkanlah dirimu terhadap guru-
gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-
(Terjemah: H.R Tabrani)
(Albert Einstein)
-
(Arai, Sang Pemimpi)
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
tercinta (Bapak Haru Eko Tono dan Ibu Satiyem)
Yang telah memberikan kasih sayang dengan tulus, mendoakanku di setiap
langkahku, dan bekerja keras tanpa mengenal lelah. Terima kasih bapak, terima
kasih ibu. Tak ada yang seindah cinta dan kasih sayang kalian.
-teman seperjuangan S1 PGSD UNS angkatan 2008,
Terima kasih untuk kebersamaan dan kenangan yang tak kan terlupakan.
terku tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
ABSTRAK
Mareka Yo Shinta. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA SISWA KELAS V SDN 1 BALEPANJANG KECAMATAN JATIPURNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan model pembelajaran guided inquiry pada siswa kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa yang diteliti adalah 35 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Validitas data yang digunakan adalah validitas isi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif, dengan langkah-langkah antara lain: mengolah data, penyajian, analisis, dan simpulan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada saat prasiklus adalah 43,07 dengan persentase ketuntasan klasikal 22,86%. Pada siklus I meningkat menjadi 62,11 dengan persentase ketuntasan klasikal 45,71%. Kemudian pada siklus II meningkat menjadi 73,34 dengan persentase ketuntasan klasikal 77,14%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran guided inquiry dapat meningkatkan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dengan meningkatnya penguasaan konsep sifat-sifat cahaya dari sebelum dan sesudah dilaksanakannya tindakan.
Kata kunci: guided inquiry, penguasaan konsep, sifat-sifat cahaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
ABSTRACT
Mareka Yo Shinta. THE APPLICATION OF GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL TO IMPROVE THE MASTERY OF CHARACTERISTIC OF LIGHT CONCEPT IN THE FIFTH GRADE STUDENTS OF SDN 1 BALEPANJANG JATIPURNO SUB DISTRICT OF WONOGIRI REGENCY IN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Script. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. May 2012.
The purpose of this research is to improve the mastery of characteristic of light concept through the application model of guided inquiry learning in the fifth grade students of SDN 1 Balepanjang Jatipurno Sub district of Wonogiri Regency in academic year 2011/2012.
This research is classroom action research and consisting of two cycles, each of which consist of four stages: planning, action, observation, and reflection. The subject of research was the fifth grade students of SDN 1 Balepanjang Jatipurno Sub district of Wonogiri Regency in academic year 2011/2012. The fifth students numbered 35 students, consisting of 16 male and 19 female. Technique of the data collecting included observation, interview, documentation, and test. The validity of data is used content validity. Then, the technique of data analysis that the researcher used is comparation descriptive and consisting of processing of data, presenting the data, analyzing the data, and concluding the data.
Based on the research that have been conducted, known that the average value of students in precycles was 43,07 with a percentage classical completeness of 22,86%. In cycles I, the average value of students rising to 62,11 with a percentage classical completeness of 45,71% . Then, in cycles II the average value of students rising again become 73,34 with a percentage classical completeness of 77,14%.
Therefore, can concluded that application model of guided inquiry learning can improve the mastery of characteristic of light concept in fifth grade students of SDN 1 Balepanjang Jatipurno Sub district of Wonogiri Regency in academic year 2011/2012. It is proven on the condition before and after the action.
Keyword: guided inquiry, mastery of concept, the characteristic of light
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menye PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN
PENGUASAAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA SISWA KELAS V
SDN 1 BALEPANJANG KECAMATAN JATIPURNO KABUPATEN
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini
tidak telepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagi pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Drs. Usada, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan arahan
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Karsono, S.Sn., M.Sn., selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri,
yang telah memberikan ijin pada peneliti untuk mengadakan penelitian di
SDN 1 Balepanjang.
7. Widayati, A.Ma., selaku Guru Kelas V SDN 1 Balepanjang, yang telah
memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
8. Para siswa SDN 1 Balepanjang yang telah bersedia untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis. Meskupin demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umunya.
Surakarta, Mei 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
D. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 6
A. Tinjauan ....................................................... 6
1. Tinjauan Pustaka tentang Penguasaan Konsep Sifat-Sifat
Cahaya ................................................................................... 6
a. Hakikat Penguasaan Konsep ........................................... 6
b. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ................ 8
1) Pengertian IPA ......................................................... 8
2) Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ............ 9
3) Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
4) Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar ........................................................................ 12
c. Hakikat Sifat-Sifat Cahaya ............................................. 12
1) Pengertian Cahaya ................................................... 12
2) Sifat-sifat Cahaya ..................................................... 12
2. Tinjauan Pustaka tentang Model Pembelajaran Guided
Inquiry .................................................................................. 17
a. Hakikat Model Pembelajaran .......................................... 17
1) Pengertian Belajar .................................................... 17
2) Pengertian Pembelajaran .......................................... 18
3) Pengertian Model Pembelajaran .............................. 19
b. Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri ............................. 20
1) Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri .................. 20
2) Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inkuiri ...................... 22
3) Tingkatan Pembelajaran Inkuiri ............................... 23
c. Hakikat Model Pembelajaran Guided Inquiry ............... 24
1) Pengertian Model Pembelajaran Guided Inquiry ..... 24
2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Guided
Inquiry ...................................................................... 26
3) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Guided Inquiry ......................................................... 27
B. Penelitian yang Relevan .............................................................. 28
C. Kerangka Berpikir ...................................................................... 31
D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 32
1. Tempat Penelitian ................................................................ 32
2. Waktu Penelitian .................................................................. 32
B. Subyek dan Objek Penelitian ...................................................... 33
C. Data dan Sumber Data ............................................................... 33
D. Pengumpulan Data ..................................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
E. Uji Validitas Data ...................................................................... 35
F. Analisis Data ............................................................................... 36
G. Indikator Kinerja Penelitian ....................................................... 37
H. Prosedur Penelitian ..................................................................... 37
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ................................. 43
A. Deskripsi Prasiklus ..................................................................... 43
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................. 43
2. Deskripsi Kondisi Awal ....................................................... 44
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ....................................... 46
1. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I ....................................... 46
a. Tahap Perencanaan ........................................................ 47
b. Tahap Pelaksanaan ......................................................... 48
c. Tahap Observasi ............................................................. 53
d. Tahap Refleksi ............................................................... 57
2. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II ...................................... 61
a. Tahap Perencanaan ........................................................ 61
b. Tahap Pelaksanaan ......................................................... 63
c. Tahap Observasi ............................................................. 68
d. Tahap Refleksi ............................................................... 72
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ................................. 75
D. Pembahasan ................................................................................ 77
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN ........................................ 83
A. Simpulan .................................................................................... 83
B. Implikasi .................................................................................... 83
C. Saran .......................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 85
LAMPIRAN ....................................................................................................... 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
4.1 Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V pada Kondisi Prasiklus ............................................................................ 45
4.2 Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V pada Siklus I ........................................................................................... 56
4.3 Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V pada Siklus II .......................................................................................... 71
4.4 Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II .................................................... 76
4.5 Data Frekuensi Nilai Siswa Pada Tiap Pertemuan Siklus I (Pertemuan I, II, dan III) ........................................................................................................ 79
4.6 Data Frekuensi Nilai Siswa Pada Tiap Pertemuan Siklus II (Pertemuan I, II, dan III) ................................................................................................... 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1 Pemantulan Cahaya ...................................................................................... 14
2.2 Bagan Cermin Datar .................................................................................... 15
2.3 Bagan Cermin Cekung ................................................................................. 15
2.4 Bagan Cermin Cembung .............................................................................. 16
2.5 Skema Pembiasan Cahaya ........................................................................... 16
2.6 Bagan Komplesitas Setting Belajar dan Pembelajaran ................................ 18
2.7 Alur Kerangka Berpikir Dengan Model Pembelajaran Guided Inquiry ....... 31
3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................................... 38
3.2 Bagan Prosedur Penelitian ........................................................................... 39
4.1 Histogram Nilai Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya pada Kondisi Prasiklus ..................................................................................................... 46
4.2 Histogram Nilai Tes Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas
V pada Siklus I ........................................................................................... 57
4.3 Histogram Nilai tes penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V pada Siklus II ............................................................................................... 72
4.4 Histogram Perbandingan Nilai Tes Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Pada Siswa Kelas V pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ........................ 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian .................................................. 90
2 Hasil Wawancara Untuk Guru Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Guided Inquiry .......................................................................................... 91
3 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Awal Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya ....................................................................................................... 93
4 Lembar Penilaian Kemampuan Awal ....................................................... 95
5 Kunci Jawaban Lembar Penilaian Kemampuan Awal .............................. 97
6 Daftar Nilai Kemampuan Awal Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V SDN 1 Balepanjang ............................................................................... 99
7 Silabus Siklus I ......................................................................................... 101
8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................................ 104
9 Materi Ajar Cahaya dan Sifat-sifatnya ..................................................... 118
10 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa 1 Siklus I Pertemuan I .............................. 126
11 Lembar Kerja Siswa 1 ............................................................................... 128
12 Kisi-kisi Soal Tes Siklus I Pertemuan 1 Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya ....................................................................................................... 130
13 Lembar Penilaian Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siklus I Pertemuan 1 .............................................................................................. 132
14 Kunci Jawaban Lembar Penilaian Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siklus I Pertemuan 1 ................................................................................. 133
15 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa II Siklus I Pertemuan 2 ............................. 134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
16 Lembar Kerja Siswa II .............................................................................. 136
17 Kisi-kisi Soal Tes Siklus I Pertemuan 2 Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya ....................................................................................................... 139
18 Lembar Penilaian Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siklus I Pertemuan 2 .............................................................................................. 141
19 Kunci Jawaban Lembar Penilaian Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siklus I Pertemuan 2 ................................................................................. 142
20 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa III Siklus I Pertemuan 3 ............................ 143
21 Lembar Kerja Siswa III ............................................................................. 145
22 Kisi-kisi Soal Tes Siklus I Pertemuan 3 Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya ....................................................................................................... 147
23 Lembar Penilaian Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siklus I Pertemuan 3 ............................................................................................. 149
24 Kunci Jawaban Lembar Penilaian Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siklus I Pertemuan 3 ................................................................................. 150
25 Silabus Siklus II ........................................................................................ 151
26 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................................... 155
27 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa 1 Siklus II Pertemuan I ............................. 170
28 Lembar Kerja Siswa I ............................................................................... 172
29 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa II Siklus II Pertemuan I ............................ 173
30 Lembar Kerja Siswa II .............................................................................. 175
31 Kisi-kisi Soal Tes Siklus II Pertemuan I Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya ....................................................................................................... 177
32 Lembar Penilaian Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siklus II Pertemuan 1 .............................................................................................. 181
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xix
33 Kunci Jawaban Lembar Penilaian Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siklus II Pertemuan 1 ................................................................................ 183
34 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa III Siklus II Pertemuan 2 .......................... 185
35 Lembar Kerja Siswa III ............................................................................. 187
36 Kisi-kisi Soal Tes Siklus II Pertemuan 2 Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya ....................................................................................................... 190
37 Lembar Penilaian Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siklus II Pertemuan 2 .............................................................................................. 193
38 Kunci Jawaban Lembar Penilaian Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siklus II Pertemuan 2 ................................................................................ 196
39 Kisi-kisi Lembar kerja Siswa IV Siklus II Pertemuan 3 ........................... 198
40 Lembar Kerja Siswa IV ............................................................................ 200
41 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa V Siklus II Pertemuan 3 ........................... 201
42 Lembar Kerja Siswa V .............................................................................. 203
43 Kisi-kisi Soal Tes Siklus II Pertemuan 3 Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya ....................................................................................................... 205
44 Lembar Penilaian Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siklus II Pertemuan 3 .............................................................................................. 209
45 Kunci Jawaban Lembar Penilaian Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siklus II Pertemuan 3 ................................................................................ 211
46 Daftar Nilai Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V Siklus I ...................................................................................................... 213
47 Daftar Nilai Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V Siklus II ..................................................................................................... 215
48 Pedoman Penilaian Kinerja Guru .............................................................. 217
49 Lembar Penilaian Kinerja Guru ................................................................ 222
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xx
50 Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 .............................. 224
51 Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 .............................. 226
52 Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 3 .............................. 228
53 Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ............................ 230
54 Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 ............................ 232
55 Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 3 ............................ 234
56 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ........................................................ 236
57 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I .......................................... 239
58 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ......................................... 241
59 Hasil Wawancara Dengan Guru Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Guided Inquiry .......................................................................................... 245
60 Lembar Jawaban Siswa ............................................................................. 247
61 Dokumentasi Siklus I ................................................................................ 253
62 Dokumentasi Siklus II ............................................................................... 255
63 Foto Lokasi Penelitian .............................................................................. 257
64 Denah Bangunan SDN 1 Balepanjang ...................................................... 258
65 Denah Tempat Duduk Kelas V SDN 1 Balepanjang ................................ 260
66 Data Guru dan Karyawan SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri ................................................................................. 261
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang
lingkungan sekitar manusia yang objeknya adalah benda-benda alam. Dapat juga
lam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari
alam dengan segala isinya atau secara sederhana merupakan suatu kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala alam (Sukardjo, dkk.,
2005: 1). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) identik dengan pengamatan, pemikiran,
penalaran, dan eksperimen yang kemudian bermuara pada suatu kesimpulan.
Dalam IPA terdapat 3 hal utama, yaitu: proses (usaha manusia memahami alam
sekitar), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan produk
(kesimpulannya betul) (Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono, 2007: 1.19).
Di Sekolah Dasar, proses pembelajaran IPA seharusnya berupaya
membangkitkan minat anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
Namun dalam kenyataannya, proses pembelajaran IPA tidak dapat
mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kreatif, karena strategi
pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses
pembelajaran di dalam kelas. Umumnya siswa hanya dituntut untuk menghafal
berbagai materi bukan untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. Seperti
yang dikemukakan Barba (1998: 6), When science is taught in the elementary
school, it is taught from textbooks rather than as a hands-on, inquiry-based
Pendapat Barba di atas dapat diartikan bahwa pada tingkat
sekolah dasar kebanyakan ilmu pengetahuan alam diambil dari buku sumber
bukan dari kegiatan praktikum maupun pembelajaran yang berbasis penyelidikan.
Hal ini jelas tidak sejalan dengan prinsip IPA yang identik dengan berpikir dan
bereksperimen untuk menemukan suatu kesimpulan atau pengetahuan baru.
Proses pelaksanaan pembelajaran IPA di SDN 1 Balepanjang tidak begitu
jauh dengan kenyataan di atas. Sebenarnya di SDN 1 Balepanjang sudah diselingi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 dengan sedikit eksperimen, tetapi ceramah tetap menjadi pilihan utama. Padahal
dalam upaya penanaman konsep pada siswa, kegiatan ceramah tidak cukup
menunjang. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan
untuk berpikir dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari fakta-fakta
yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru. Hal ini karena pelatihan dan
pembiasan siswa untuk terampil berpikir dan terampil secara fisik merupakan
syarat untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA yang lebih besar, yaitu
tercapainya keterampilan proses IPA dan terbentuknya sikap ilmiah.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Widayati, A.Ma selaku guru kelas V
SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri, diperoleh data
bahwa sebagian besar siswa belum dapat menguasai konsep sifat-sifat cahaya
dengan baik. Di samping itu, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti
juga menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di SDN 1 Balepanjang belum mampu
membangkitkan kemampuan anak untuk berpikir kreatif. Hal tersebut diperkuat
lagi dengan perolehan nilai pada tes kemampuan awal siswa tentang sifat-sifat
cahaya yang masih rendah. Dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang
ditetapkan yaitu 67, dari 35 siswa hanya 8 siswa yang nilainya berada di atas
KKM (22,86%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 99.
Permasalahan tersebut salah satunya adalah akibat dari aktivitas guru
dalam proses pembelajaran yang masih mendominasi. Guru dominan dalam
penyampaian materi, sedangkan siswa hanya mendengar dan mencatat materi
yang disampaikan sehingga siswa lebih cepat bosan. Hal tersebut menyebabkan
siswa hanya sebatas tahu tanpa bisa memahami ataupun menguasai karena
pengetahuan yang mereka peroleh tidak melekat erat dalam diri mereka. Oleh
karena itu, penguasaan konsep sifat-sifat cahaya perlu ditingkatkan, karena konsep
sifat-sifat cahaya mendasari materi alat optik dan merancang karya atau model
dengan menerapkan sifat cahaya.
Berdasarkan permasalahan yang timbul, maka guru perlu meningkatkan
penguasaan konsep siswa pada materi cahaya dan sifat-sifatnya. Salah satu
alternatif yang dapat dilakukan untuk memcahkan masalah tersebut adalah dengan
penerapan model pembelajaran guided inquiry. Asas penerapan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 pembelajaran guided inquiry adalah siswa dibimbing secara hati-hati untuk
menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya.
Aktivitas siswa yang demikian, dapat mengkondisikan siswa sebagai
subjek belajar dan diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa.
Di samping itu, siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran,
tetapi mereka juga dapat menemukan pengetahuan yang baru ataupun
membuktikan pengetahuan yang telah mereka miliki. Dalam hal ini, aktivitas
pembelajaran biasanya diawali dengan proses tanya jawab antara guru dan siswa.
Oleh karena itu, keterampilan guru dalam teknik bertanya sangat penting untuk
membimbing siswa-siswanya melakukan semua kegiatan yang telah
direncanakan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar, guru harus
membimbing langkah demi langkah menuju kesimpulan. Pertanyaan-pertanyaan
guru memegang peranan penting dalam pembelajaran guided inquiry. Oleh karena
itu, dianjurkan agar guru mengajukan pertanyaan yang meminta siswa untuk
berpikir. Proses pembelajaran guided inquiry sendiri dimulai dengan menemukan
masalah, membuat hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis, dan
menarik kesimpulan sementara.
Kelebihan dari model pembelajaran guided inquiry adalah memberi
kesempatan pada siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya,
menimbulkan gairah belajar pada siswa, memungkinkan pengetahuan yang
diperoleh dapat melekat erat pada diri siswa, dan dapat menimbulkan sikap
percaya diri pada siswa. Dengan demikian penerapan model pembelajaran guided
inquiry pada pembelajaran IPA khususnya pokok bahasan sifat-sifat cahaya,
diharapkan memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa terutama siswa
kelas V.
Bertolak dari permasalahan yang ada di lapangan dan keinginan untuk
meningkatkan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya, peneliti tertarik untuk
Penerapan Model Pembelajaran Guided
Inquiry Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sifat-Sifat Cahaya Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4 Siswa Kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten
Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: apakah penerapan model pembelajaran
guided inquiry dapat meningkatkan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya pada
siswa kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri
Tahun Pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu:
untuk meningkatkan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan
model pembelajaran guided inquiry pada siswa kelas V SDN 1 Balepanjang
Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti yang akan memperbaiki dan
mengembangkan kualitas pembelajaran serta melakukan penelitian, khususnya
yang berkenaan dengan penerapan model pembelajaran guided inquiry untuk
meningkatkan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan konsep-konsep
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya materi Cahaya dan Sifat-
sifatnya.
2) Memberikan pengalaman agar siswa dapat memanfaatkan sifat-sifat
cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Bagi Guru
1) Sebagai pertimbangan guru dalam memilih model pembelajaran yang
tepat dan menarik yang akan digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar.
2) Memberikan pengetahuan dan informasi bagi guru untuk
menggunakan model pembelajaran inkuiri sebagai suatu alternatif
dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta
kondusifnya iklim pendidikan di sekolah, khususnya pembelajaran IPA
dan seluruh mata pelajaran di sekolah pada umumnya.
2) Sebagai masukan dalam mengefektifkan pengelolaan KBM sehingga
dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas dua hal, yaitu tinjauan pustaka
tentang penguasaan konsep sifat-sifat cahaya dan model pembelajaran guided
inquiry.
1. Tinjauan Pustaka tentang Penguasaan Konsep Sifat-Sifat Cahaya
a. Hakikat Penguasaan Konsep
Banyak ahli yang mendefinisikan tentang pengertian konsep.
Menurut Sukardjo, dkk (2005: 10), konsep adalah ide atau gagasan yang
diabstraksikan atau digeneralisasikan dari pengalaman. Sedangkan Dahar
(2011: 63) mengemukakan bahwa konsep merupakan suatu abstraksi
mental yang mewakili satu kelas stimulus. Sejalan dengan hal tersebut,
Winkel (2005: 92) menuliskan bahwa pengertian/konsep adalah satuan arti
yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri yang sama.
Dari pendapat ketiga ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
pendapat Sukardjo dkk, definisi konsep menitikberatkan pada abstraksi
dari pengalaman yang terjadi pada seseorang. Sedangkan menurut Dahar
dan Winkel, konsep lebih cenderung pada suatu abstraksi yang mewakili
sejumlah obyek.
Mengacu pada pendapat ketiga ahli tersebut, peneliti lebih
cenderung sependapat dengan Sukardjo dkk. Hal ini disebabkan dalam
penelitian ini menitikberatkan pada pengertian bahwa suatu konsep yang
diperoleh siswa berasal dari suatu pengalaman yang bermakna.
Disamping itu, menurut Ellis (1998: 112)., concept is an
intellectual tool that provides its user with generalizable ways of dealing
with reality . Berdasarkan pendapat Ellis dapat dijabarkan bahwa konsep
merupakan sebuah alat intelektual yang digunakan untuk menjabarkan
suatu hal nyata yang kemudian dihubungkan dengan hal yang ada dalam
pikiran penggunanya. Pendapat ini mendukung pendapat Sukardjo dkk,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
bahwa suatu konsep diperoleh berdasarkan hal nyata yang dialami individu
untuk kemudian dihubungkan dengan hal yang ada dalam pikiran individu
tersebut.
Selanjutnya, Klausmeier mengemukakan empat tingkat pencapaian
konsep, mulai dari tingkat konkret ke tingkat formal (Dahar, 2011 : 70).
Tingkat konkret dapat dicapai oleh siswa apabila siswa telah mengenal
benda yang telah dihadapinya sebelumnya, kemudian mengamati dan
mampu membedakan benda tersebut dari stimulus-stimulus sekitarnya.
Tingkat identitas akan dicapai siswa apabila tiga tingkat konkret yaitu
kemampuan mengamati, membedakan, dan mengingat dikuasai oleh siswa
yang selanjutnya digunakan sebagai landasan untuk membuat generalisasi.
Tingkat klasifikasi akan dicapai apabila siswa mampu mengenal dua
contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Tingkat formal, sebagai tingkat
paling tinggi pada tingkat pencapaian konsep. Tingkat ini akan diperoleh
siswa apabila ketiga tingkat di atas sudah dikuasai oleh siswa.
Hamalik mengemukakan tujuh langkah yang perlu diikuti dalam
mengajarkan konsep. Langkah pertama, tetapkan perilaku yang diharapkan
diperoleh oleh siswa setelah mempelajari konsep (Hamalik, 2010: 166).
Perilaku yang diharapkan mengacu pada kemampuan siswa untuk
mengidentifikasi dengan tepat contoh-contoh konsep yang baru. Langkah
kedua, mengurangi banyaknya atribut yang terdapat dalam konsep yang
kompleks dan menjadi atribut-atribut penting dominan (Hamalik, 2010:
167). Guru harus dapat memfokuskan pembelajaran pada bagian
konsep/atribut yang dianggap paling penting. Langkah ketiga,
menyediakan mediator verbal yang berguna bagi siswa (Hamalik, 2010:
167-168). Guru terlebih dahulu perlu mengetahui sejauh mana siswa telah
mengetahui suatu konsep.
Langkah keempat, memberikan contoh-contoh yang positif dan
yang negatif mengenai konsep (Hamalik, 2010: 168). Contoh positif
merupakan contoh yang berkaitan dengan bagian/atribut konsep dan
contoh negatif merupakan contoh yang tidak berkaitan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
bagian/atribut konsep. Langkah kelima, menyajikan contoh-contoh
(Hamalik, 2010: 168-169). Guru menyajikan beberapa contoh positif dan
negatif agar siswa lebih jelas lagi. Langkah keenam, sambutan siswa dan
penguatan (reinforcement) (Hamalik, 2010: 169). Hal ini berkaitan dengan
usaha guru dalam mengungkapkan kembali konsep yang telah dipelajari
untuk sekedar mengingatkan siswa. Langkah terakhir, menilai belajar
konsep (Hamalik, 2010: 169). Kemampuan siswa menentukan contoh
positif dan negatif konsep berfungsi sebagai kegiatan penilaian terhadap
penguasaan konsep siswa.
Purwanto menambahkan bahwa penguasaan konsep biasanya dapat
diketahui melalui kegiatan evaluasi. Dalam hal ini, kegiatan evaluasi
tersebut bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa
dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Susilowati, 2011: 11).
Dengan demikian, penguasaan konsep pada dasarnya merupakan
kemampuan siswa untuk memahami konsep-konsep yang diperoleh
melalui pengalaman-pengalaman yang bermakna. Konsep-konsep ini
kemudian diungkapkan kembali dengan kata-kata sendiri sehingga mudah
mengerti makna bahan yang dipelajari tanpa mengubah arti yang ada di
dalamnya. Keberhasilan penguasaan konsep suatu materi pelajaran dapat
diukur berdasarkan perbedaan tingkat berpikir sebelum dan sesudah
memperoleh pengalaman belajar.
b. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
1) Pengertian IPA
IPA merupakan salah satu dari banyak jenis ilmu pengetahuan.
Menurut Sutrisno, dkk (2007: 1.19), IPA merupakan usaha manusia
dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada
sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar, dan dijelaskan
dengan penalaran yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang
benar. Pendapat Sutrisno tersebut menekankan pengertian IPA pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
langkah-langkah yang dilaksanakan selama memperoleh pengetahuan.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa IPA mengandung 3 hal
(Sutrisno,dkk., 2007: 1.19) yaitu proses (aktivitas manusia dalam
memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan
prosedurnya yang benar), dan produk (kesimpulannya betul).
Pendapat lain mengemukakan bahwa IPA adalah ilmu yang
mempelajari alam dengan segala isinya, atau secara sederhana
merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis tentang gejala alam (Sukardjo, 2005: 1). Gejala alam
tersebut dipisahkan menjadi gejala alam fisik dan gejala alam hayati.
Pengertian ini menekankan IPA pada objek yang dipelajari yaitu gejala
alam.
Selanjutnya,
Science is the broad field of human
knowledge,acquired by systematic observation and experiment, and
explained by means of rules, laws, principles, theories, and
(Iskandar, 2001: 2). Pendapat tersebut dapat diartikan
bahwa ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas
yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen secara
sistematis, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-
hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari alam sekitar baik biotik maupun
abiotik dengan jalan mengadakan observasi dan eksperimen secara
sistematis. Dalam hal ini menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat
dijelaskan dengan bantuan hukum, teori, prinsip, aturan maupun
hipotesis yang ada.
2) Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang
dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan, dan
konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar. Pengetahuan itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
diperoleh dari pengalaman yang melalui serangkaian proses ilmiah,
antara lain penyelidikan, penyusunan, dan penyajian gagasan-gagasan.
Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara
mengerjakan dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar
secara lebih mendalam.
Salah satu tujuan pengajaran IPA adalah agar siswa memahami
konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam KTSP (2011: 17-18) dikemukakan tujuan pengajaran IPA yaitu:
a) Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-
Nya.
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memlihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g) Memperoleh bekal pengetahuan konsep dan keterampilan sebagai
dasar untuk melanjutkan ke SMP/MTs.
3) Prinsip-prinsip Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalahnya. Penerapan IPA
perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk pada
lingkungan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan dengan metode
yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Pembelajaran IPA yang diberikan di sekolah dasar harus
mengacu pada prinsip-prinsip pembelajaran IPA. Sutrisno, dkk (2007:
5.3) menyatakan lima prinsip utama pembalajaran IPA, yaitu lima
pernyataan tentang kebenaran dalam pembelajaran IPA yang dijadikan
anutan untuk melaksanakan pembelajaran IPA. Prinsip pembelajaran
IPA yang pertama, pemahaman siswa tentang dunia di sekitarnya
dimulai dari pengalaman secara indrawi maupun nonindrawi (Sutrisno,
dkk., 2007: 5.3). Setiap siswa hendaknya diberi kesempatan untuk
aktif melakukan sesuatu agar memperoleh pengalaman. Prinsip kedua,
pengetahuan yang diperoleh oleh siswa tidak selalu terlihat secara
langsung, sehingga perlu diungkap selama proses pembalajaran
(Sutrisno, dkk., 2007: 5.4). Pengetahuan yang diperoleh oleh siswa
berdasarkan pengalamannya di luar sekolah perlu diungkap di setiap
awal pembelajaran. Siswa dapat menanyakan pengetahuan yang belum
dimengerti pada guru.
Selanjutnya, prinsip pembelajaran IPA yang ketiga adalah
pengetahuan siswa yang berasal dari pengalaman pada umumnya
kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan (Sutrisno, dkk.,
2007: 5.4). Hal yang demikian disebut dengan miskonsepsi.
Miskonsepsi adalah perbedaan pemahaman pengetahuan tentang
konsep yang dimiliki oleh siswa dengan konsep yang benar. Guru
perlu merancang kegiatan pembelajaran untuk membetulkan
miskonsepsi ini. Prinsip keempat, dalam setiap pengetahuan yang
diperoleh siswa mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan
hubungan dengan konsep lain. Tugas seorang guru adalah mengajak
siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari ke
dalam fakta, data, konsep, simbol, dan hubungannnya dengan konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
lain. Siswa akan mampu menghubungkan pengetahuan-pengetahuan
yang telah dimilikinya sehingga akan lebih bermanfaat bagi kehidupan.
Prinsip kelima, IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur
(Sutrisno, dkk., 2007: 5.5). Guru perlu mengenalkan ketiga aspek ini,
bukan hanya menekankan pada produk IPA saja. Oleh karena itu, akan
lebih baik jika siswa dibekali dengan keterampilan menemukan
pengetahuan, yaitu proses dan prosedur IPA. Proses IPA menyangkut
pada kegiatan yang dilakukan siswa sedangkan prosedur menyangkut
metode ilmiah yang digunakan dalam kegiatan penelitian.
4) Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ruang lingkup bahan kajian IPA di sekolah dasar secara umum
meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep
(Anonim, 2011). Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan,
berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, pemecahan masalah,
sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam KTSP
(2011: 12) meliputi aspek-aspek berikut:
a) Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b) Banda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas.
c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
c. Hakikat Sifat-Sifat Cahaya
1) Pengertian Cahaya
Cahaya merupakan bentuk energi yang dikenal sebagai energi
elektromagnetik. Menurut fisikawan Inggris, James Clerk Maxwell,
ahaya adalah rambatan gelombang yang dihasilkan oleh gabungan
medan listrik dan medan magnet Saputra, 2009: 30). Kecepatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
rambat cahaya di ruang hampa adalah 3x108m/s. Berdasarkan
pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa cahaya adalah suatu
bentuk gelombang atau energi yang merambat di udara dan kasat mata.
2) Sifat-Sifat Cahaya
Cahaya sangat berguna bagi kehidupan. Cahaya membuat
dunia ini terang benderang. Cahaya membuat kita dapat melihat benda-
benda di sekitar kita. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan
oleh benda ke mata sehingga benda tersebut dapat dilihat. Cahaya
berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan
cahaya sendiri disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah
matahari, bintang, senter, lampu.
Dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar, ada lima sifat
cahaya yang dipelajari. Sifat cahaya yang pertama adalah cahaya
merambat lurus (Sulistyanto & Wiyono, 2008: 125). Arah rambatan
cahaya adalah lurus. Hali ini terlihat ketika cahaya matahari yang
masuk melalui celah-celah jendela yang merambat lurus. Sifat cahaya
yang kedua adalah cahaya menembus benda bening (Sulistyanto &
Wiyono, 2008: 126). Benda-benda yang dapat ditembus olleh cahaya
adalah benda bening, contohnya : kaca dan air jernih. Sedangkan
benda-benda yang tidak dapat ditembus oleh cahaya adalah benda
gelap, contohnya : kayu, batu, tembok, dan kardus.
Sifat cahaya yang ketiga adalah cahaya dapat dipantulkan
(Azmiyawati, Omegawati dan Kusumawati, 2008: 112). Pemantulan
cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur
(difus). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1, sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Gambar 2.1. Pemantulan Cahaya (Azmiyawati, dkk., 2008: 112)
Pemantulan baur (difus) terjadi apabila cahaya mengenai
permukaan kasar atau tidak rata (Azmiyawati, dkk., 2008 : 112). Pada
pemantulan ini, arah sinar pantulnya tidak beraturan. Sedangkan
pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata,
licin dan mengkilap (Azmiyawati, dkk., 2008 : 112). Pada pemantulan
ini sinar pantul memiliki arah pantul yang teratur. Biasanya terjadi
pada cermin.
Cermin merupakan salah satu benda yang dapat memantulkan
cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan
cermin lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin
cembung dan cermin cekung (Azmiyawati, dkk., 2008 : 112).
a) Cermin datar
Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang
pantulnya datar dan tidak melengkung. Cermin datar biasa
digunakan untuk bercermin. Sifat bayangan pada cermin datar
adalah : ukuran bayangan sama besar dengan ukuran benda, jarak
bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin, bayangan
tegak seperti bendanya, dan bayangan bersifat semu atau maya
(Azmiyawati, dkk., 2008: 113). Dapat dilihat pada Gambar 2.2,
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Gambar 2.2. Bagan Cermin Datar (Azmiyawati, dkk., 2008: 112)
b) Cermin cekung
Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya
melengkung ke arah dalam (Azmiyawati, dkk., 2008 : 114).
Cermin cekung biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu
mobil dan lampu senter. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 2.3, sebagai berikut :
Gambar 2.3. Bagan Cermin Cekung (Azmiyawati, dkk., 2008: 114)
Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung
tergantung pada letak benda terhadap cermin.
(1) Jika jarak benda dekat dengan cermin, maka bayangan benda
tersebut tegak, lebih besar, dan maya (semu).
(2) Jika jarak benda jauh dari cermin, maka bayangan benda
bersifat nyata dan terbalik.
c) Cermin cembung
Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan bidang
pantulnya melengkung ke arah luar (Azmiyawati, dkk., 2008 :
113). Cermin cembung biasa digunakan untuk spion pada
kendaraan bermotor. Bayangan pada cermin cembung bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
maya, tegak, dan lebih kecil daripada benda yang sesungguhnya.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.4, sebagai berikut :
Gambar 2.4. Bagan Cermin Cembung (Azmiyawati, dkk., 2008: 113)
Selanjutnya, sifat cahaya yang keempat adalah cahaya dapat
dibiaskan. Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang berbeda
kerapatannya, maka akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah
rambat cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda
disebut pembiasan (Azmiyawati, dkk., 2008 : 115). Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada Gambar 2.5, sebagai berikut :
Gambar 2.5. Skema Pembiasan Cahaya (Azmiyawati, dkk., 2008: 115)
Berdasarkan gambar di atas, Sulistyanto dan Wiyono (2008)
menyatakan,
Udara memiliki kerapatan yang lebih kecil daripada air. Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Akan tetapi, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat , maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Garis normal merupakan garis yang tegak lurus pada bidang batas kedua permukaan (hlm. 132).
Sifat cahaya yang kelima adalah cahaya dapat diuraikan.
Sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna.
Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan sehingga
terbentuk warna-warna pelangi. Proses penguraian cahaya putih
menjadi berbagai cahaya berwarna ini disebut dispersi (Azmiyawati,
dkk., 2008: 116). Sedangkan warna-warna penyusun cahaya putih
disebut dengan spektrum warna. Salah satu peristiwa penguraian
cahaya yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari adalah pelangi.
2. Tinjauan Pustaka tentang Model Pembelajaran Guided Inquiry
a. Hakikat Model Pembelajaran
1) Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kata yang sederhana tetapi
mengandung arti yang luas. Beberapa ahli mengemukakan tentang
pengertian belajar. Jerume S Brunner mengemukakan bahwa belajar
adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk)
pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman / pengetahuan yang
sudah dimilikinya (Trianto, 2009: 15).
Teori Brunner tersebut sejalan dengan yang dikemukakan
Piaget engetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh
seseorang, melainkan melalui tindakan : 40). Dalam hal
ini, belajar lebih diarahkan pada experiental learning yaitu pengalaman
konkret di laboratorium, diskusi dengan teman, yang kemudian
dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Selanjutnya, Piaget juga
mengemukakan bahwa belajar adalah aktivitas yang berlangsung
secara interaktif antara faktor internal pada diri pebelajar dengan faktor
ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Berdasarkan dua pendapat ahli yang telah dijabarkan di atas,
dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas dimana
individu aktif membangun pengetahuan mereka sendiri melalui
tindakan yang berhubungan dengan lingkungan. Dengan tindakan
tersebut diharapkan dapat diperoleh suatu perubahan tingkah laku
pada diri individu itu sendiri. Perubahan tingkah laku tersebut
merupakan buah dari pengalamannya.
2) Pengertian Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Winataputra, dkk. (2007: 1.19) menggambarkan
kompleksitas dari praktis belajar dan pembelajaran adalah sebagai
berikut :
Gambar 2.6. Bagan Kompleksitas Setting Belajar dan Pembelajaran (Winataputra, dkk., 2007 : 1.19)
Berdasarkan kompleksitas yang digambarkan oleh
Winataputra, peneliti dapat menjabarkan bahwa belajar dan
Pembelajaran
Belajar
Interaksi sosial-kultural
Interaksi virtual / maya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dan
saling mempengaruhi. Hal ini karena belajar merupakan salah satu
bagian dari kegiatan pembelajaran, sedangkan pembelajaran itu sendiri
merupakan usaha untuk menciptakan pengalaman belajar pada siswa.
Dimana pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
siswa dengan lingkungan, baik lingkungan dalam dunia nyata maupun
lingkungan dalam dunia maya.
Selanjutnya, Gagne, Briggs dan Wager mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Winataputra,
dkk., 2007 : 1.19). Hal serupa juga terdapat dalam UU No. 20 Tahun
2003 tenta embelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar .
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1
butir 20 dan pendapat Gagne, Briggs, dan Wager di atas, dapat
disimpulkan bahwa ciri utama pembelajaran adalah adanya interaksi
yang sengaja diprogramkan. Interaksi tersebut terjadi antara peserta
didik yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan
pendidik, siswa lainnya, media, dan atau sumber belajar lainnya. Selain
itu, ciri yang lainnya adalah adanya komponen-komponen yang saling
berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan,
materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. Dengan begitu dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari
pendidik dan peserta didiknya, dimana antara keduanya terjadi
komunikasi (transfer) yang terarah menuju pada suatu target yang telah
ditentukan sebelumnya.
3) Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang terjadi
antara peserta didik dengan lingkungan belajarnya, baik pendidik,
peserta didik lain, media, dan atau sumber belajar lainnya. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
model dapat diartikan sebagai suatu kerangka berpikir yang dipakai
sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai
tujuan tertentu (Anitah, 2009: 45).
Mengacu pada dua definisi di atas mengenai pembelajaran dan
model, maka Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran
di kelas atau yang lain (Rusman, 2011: 133).
Selanjutnya, Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari
model pembelajaran adalah :
Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2009: 22)
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu kerangka berpikir. Kerangka ini dapat
digunakan sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan
pembelajaran dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
b. Hakikat Model Pembelajaran Inkuiri
1) Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri sebenarnya berasal dari kata to inquire yang berarti ikut
serta atau terlibat dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari
informasi, dan melakukan penelitian. Dalam bahasa Inggris inquiry
berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Dengan kata lain,
inkuiri dapat diartikan sebagai suatu tindakan memperoleh informasi
dengan melakukan penyelidikan untuk mencari jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Model pembelajaran inkuiri dikembangkan oleh seorang tokoh
yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa anak-anak
merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu
(Uno, 2007: 14). Secara singkat, model ini bertujuan untuk melatih
kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan
memecahkan masalah secara ilmiah. Dalam perkembangannya,
pembelajaran inkuiri dilandasi oleh teori belajar penemuan Jerome S.
Brunner, teori kontruktivis, dan pemrosesan informasi.
Selanjutnya, menurut Sanjaya, strategi pembelajaran inkuiri
(SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari suatu masalah yang dipertanyakan
(Sanjaya, 2006: 196). Sebagai strategi pembelajaran, inkuiri dapat
diimplementasikan secara terpadu dengan strategi lain sehingga dapat
membantu pengembangan pengetahuan dan pemahaman serta
kemampuan melakukan kegiatan inkuiri oleh siswa.
Dalam pembelajaran inkuiri, proses belajar mengajar tidak lagi
terpusat pada guru melainkan pada siswa. Hal ini dapat dikaitkan
dengan pendapat seorang peneliti dalam jurnal internasional yang
menyatakan,
The teacher is no longer perceived as the sole authority, but as the facilitator of learning, guilding and supporting learners in the process of constructing knowledgeparticipants in their own learning processes and also learn to solve problems and work collaboratively (Mai Neo and Tse-Kian Neo, 2009 : 255)
Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa dalam suatu pembelajaran,
guru bukan lagi sebagai pusat pembelajaran. Guru hanya bertugas
sebagai fasilitator dan pendukung terlaksananya proses pembelajaran
oleh pebelajar. Dalam proses yang demikian ini, pebelajar aktif
membangun pengetahuan mereka sendiri melalui proses pembelajaran
dan juga belajar memecahkan masalah serta bekerja secara
berkelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Sedangkan Jauhar (2011: 64) menjabarkan bahwa pendekatan
inkuiri didukung oleh empat karakteristik utama siswa. Pertama, secara
intensif siswa selalu ingin tahu. Kedua, di dalam percakapan siswa
selalu ingin bicara dan mengkomunikasikan idenya. Ketiga, dalam
membangun (konstruksi) siswa selalu ingin membuat sesuatu. Dan
yang keempat adalah siswa selalu mengekspresikan seni.
Dari sudut pandang siswa, metode pembelajaran ini merupakan
akhir dari paradigma kelas belajar melalui mendengar dan memberi
mereka kesempatan mencapai tujuan yang nyata dan autentik. Bagi
guru, pendidikan berbasis inkuiri merupakan akhir dari paradigma
berbicara untuk mengajar dan mengubah peran mereka menjadi kolega
dan mentor bagi siswanya. Inkuiri sebagai pendekatan pembelajaran
melibatkan proses penyelidikan alam atau materi alam dalam rangka
menjawab pertanyaan dan melakukan penemuan melalui penyelidikan
untuk memperoleh pemahaman baru.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah suatu
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan ilmiah yang
diajukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran
siswa dalam model pembelajaran ini adalah secara aktif mencari dan
menemukan sendiri pengetahuannya, sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
2) Ciri-ciri Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Sanjaya (2006: 196), ada beberapa hal yang menjadi
ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Ciri yang pertama adalah
strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan (Sanjaya, 2006: 196). Dalam hal ini,
siswa sebagai subyek belajar. Siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima materi pelajaran dari penjelasan guru, tetapi siswa aktif
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa diarahkan
untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 197). Dengan kegiatan pembelajaran
yang demikian, maka diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya
diri pada siswa. Selanjutnya, ciri yang ketiga adalah tujuan dari
penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis (Sanjaya, 2006:
197). Dengan demikian, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai
materi pelajaran, akan tetapi juga bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya dalam upaya memperoleh
pengetahuan yang baru.
Berdasarkan pada ciri-ciri model pembelajaran inkuiri tersebut
jelas bahwa guru bertugas membimbing, melatih, dan membiasakan
siswa untuk terampil berpikir. Hal ini dikarenakan mereka mengalami
keterlibatan secara mental maupun fisik dalam menggunakan alat,
merangkai alat percobaan, dan sebagainya.
Selain ciri-ciri utama pembelajaran inkuiri yang telah
disebutkan di atas, ada beberapa tujuan utama pembelajaran inkuiri
menurut National Research Council yaitu: pertama, mengembangkan
keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip dan konsep
sains; kedua, mengembangkan keterampilan ilmiah siswa sehingga
mampu bekerja seperti layaknya seorang ilmuwan; ketiga,
membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan
(Jauhar, 2011: 75). Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri
dapat membantu siswa untuk mengembangkan disiplin intelektual dan
keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
ilmiah dan siswa pun akan berusaha untuk mencari dan mendapatkan
jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
3) Tingkatan Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran
yang berbasis pada penyelidikan. Model inkuiri memiliki berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tingkatan, dari yang paling sederhana ke yang paling rumit.
Bonnstetter membedakan inkuiri menjadi lima tingkat yaitu praktikum
(traditional hands-on), pengalaman sains terstruktur (structured
science experience), inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri siswa
mandiri (student directed inquiry), dan penelitian siswa (student
research) (Jauhar, 2011: 71).
Sedangkan Roestiyah (2001: 77) mengemukakan mengenai
macam-macam model pembelajaran inkuiri yaitu: 1) membimbing
kegiatan laboratorium, 2) inkuiri yang dimodifikasi, 3) inkuiri bebas,
4) inkuiri pendekatan peranan, 5) mengundang ke dalam inkuiri, 6)
teka-teki bergambar, 7) pembelajaran sintetik (syntethies lesson), dan
8) kejelasan nilai-nilai
Pada dasarnya, masing-masing jenis pendekatan inkuiri
tersebut memiliki berbagai metode dapat diimplementasikan dalam
pembelajaran di kelas. Akan tetapi, pelaksanaan pembelajaran dalam
penelitian ini lebih cenderung mengacu pada jenis inkuiri terbimbing.
Siswa tidak sepenuhnya mengkonstruk pengetahuannya sendiri, tetapi
masih dengan bimbingan guru dalam mencari dan menemukan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ilmiah yang diajukan. Jenis
inkuiri yang seperti ini banyak digunakan dalam pembelajaran pada
tingkat dasar.
c. Hakikat Model Pembelajaran Guided Inquiry
1) Pengertian Model Pembelajaran Guided Inquiry
Model pembelajaran guided inquiry dapat disebut juga dengan
inkuiri terbimbing. Model pembelajaran ini merupakan bagian dari
model pembelajaran inkuiri. Pada guided inquiry, siswa tidak
mengembangkan permasalahan sendiri, tapi permasalahan diberikan
guru. Berdasarkan permasalahan tersebut, siswa dituntut untuk
melakukan penyelidikan sampai akhirnya memperoleh kesimpulan dari
hasil penyelidikannya di bawah bimbingan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Wartono mengemukakan bahwa pembelajaran inkuiri
terbimbing merupakan suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam
pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang
cukup luas kepada siswa (2011: 16). Menurut Callahan, inkuiri
terbimbing merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan
oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk
menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan
yang intensif dari guru (2011: 16).
Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas
begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam
melakukan kegiatan. Dengan demikian siswa yang berpikir lambat atau
siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti
kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan dan siswa yang mempunyai
intelegensi tinggi tidak memonopoli kegiatan. Oleh karena itu, guru
harus memiliki kemampuan mengelola kelas yang bagus.
Menurut Jauhar (2011 terbimbing
yaitu pendekatan inkuiri di mana guru membimbing siswa melakukan
kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
memantau setiap kelompok diskusi. Hal ini bertujuan agar guru dapat
mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
siswa.
Pada model pembelajaran guided inquiry ini, guru memberikan
petunjuk-petunjuk kepada siswa sepenuhnya. Petunjuk tersebut dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa mampu
menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan
untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Bimbingan
yang diberikan kepada siswa dikurangi sedikit demi sedikit seiring
bertambahnya pengalaman siswa dengan pembelajaran secara inkuiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Model pembelajaran guided inquiry ini digunakan terutama
bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan
pendekatan inkuiri. Pada tahap awal pengajaran, guru memberikan
bimbingan yaitu: pertama, memberi pertanyaan-pertanyaan pengarah
agar siswa bisa terarah dalam menemukan jawaban dari permasalahan
yang ada. Kedua, siswa diminta melakukan tindakan untuk
memecahkan permasalahan yang diberikan guru. Ketiga, siswa disuruh
menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Guided Inquiry
Model pembelajaran guided inquiry merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Dikatakan
demikian, sebab dalam model pembelajaran ini siswa memegang peran
yang dominan dalam proses pembelajaran.
Pada dasarnya tahap-tahap yang digunakan dalam pelaksanaan
model pembelajaran guided inquiry sama dengan tahapan pada
pembelajaran inkuiri pada umumnya. Tahap-tahap tersebut antara lain:
menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang
percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh informasi,
mengumpulkan dan menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya, model pembelajaran guided
inquiry lebih menekankan pada bimbingan guru terhadap siswa.
Pada tahap-tahap awal pengajaran (tahap pertama hingga
ketiga) diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-
pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan
tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan
permasalahan yang diberikan oleh guru. Pertanyaan-pertanyaan
pengarah selain dikemukakan langsung oleh guru juga dikemas dalam
LKS. Oleh sebab itu, LKS dibuat khusus untuk membimbing siswa
dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan.
Menurut Memes, ada enam langkah yang perlu diperhatikan
dalam model pembelajaran guided inquiry, yaitu: 1) merumuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
masalah, 2) membuat hipotesis, 3) merencanakan kegiatan, 4)
melaksanakan kegiatan, 5) mengumpulkan data, dan 6) mengambil
kesimpulan (Jauhar, 2011: 85).
Selanjutnya, Sanjaya (2006: 197) mengemukakan bahwa dalam
proses belajar, model pembelajaran guided inquiry akan efektif apabila
ada beberapa faktor pendukung. Faktor pendukung tersebut yaitu:
pertama, guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban
dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan (Sanjaya, 2006: 197).
Sehubungan dengan ini, penguasaan materi pelajaran merupakan
tujuan utama. Dimana pelaksanaannya selalu didukung dengan
berbagai kegiatan yang merupakan rangkaian dari proses belajar.
Kedua, pengajarannya bertujuan untuk mengembangkan aspek
kognitif, afektif, dan psikomorik, bukan bermaksud menyampaikan
informasi (Sanjaya, 2006: 197). Ketiga, bahan pelajaran yang diajarkan
tidak berbentuk materi langsung, tetapi sebuah kesimpulan yang perlu
pembuktian (Sanjaya, 2006: 197). Dengan kesimpulan tersebut , maka
akan diperoleh konsep baru.
Keempat, proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu
siswa terhadap sesuatu. Kelima, rata-rata siswa memiliki kemauan dan
kemampuan untuk berpikir (Sanjaya, 2006: 197). Keenam, jumlah
siswa tidak terlalu banyak sehingga dapat dikendalikan oleh guru.
Faktor pendukung yang ketujuh adalah siswa diberikan waktu yang
cukup untuk melakukan penelitian dalam rangka mencari jawaban atau
pembuktian dari pertanyaan yang diajukan (Sanjaya, 2006: 197).
3) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Guided Inquiry
Menurut Amin, inkuiri sebagai strategi pembelajaran memiliki
beberapa keuntungan seperti: a) mendorong siswa untuk berpikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri; b) menciptakan suasana akademik
yang mendukung berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada
siswa; c) membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif;
d) meningkatkan pengharapan sehingga siswa mengembangkan ide
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri; e)
mengembangkan bakat individual secara optimal; dan f)
menghindarkan siswa dari cara belajar menghafal (Jauhar, 2011: 81).
Dari kelebihan-kelebihan pembelajaran inkuiri yang
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan kelebihan
pembelajaran guided inquiry yaitu: pertama, dapat membantu siswa
dalam memahami suatu konsep. Hal ini karena, pengetahuan yang
diperoleh siswa dapat melekat erat pada diri siswa. Kedua,
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka dan memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan potensinya.
Selanjutnya, kelebihan model pembelajaran guided inquiry
yang ketiga adalah dapat menimbulkan sikap percaya diri pada siswa.
Hal ini karena guru yang selalu memberikan bimbingan sehingga
siswa merasa lebih nyaman untuk mengemukakan pendapatnya.
Kemudian kelebihan yang terakhir adalah model pembelajaran guided
inquiry dapat menghindari pembelajaran yang bersifat ceramah.
Di samping memiliki beberapa kelebihan, model
pembelajaran guided inquiry juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
pertama, kurang efektif untuk mengajar siswa dengan jumlah yang
banyak. Kedua, dalam pelaksanaannya, model ini membutuhkan
penyediaan berbagai sumber belajar, dan fasilitas yang memadai.
Ketiga, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sering sulit
menyesuaikannnya dengan waktu yang telah ditentukan;
B. Penelitian Yang Relevan
Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Penelitian Heny Susilowati (2011) dengan judul Peningkatan Penguasaan
Konsep Gaya Magnet Melalui Pembelajaran Guided Inquiry Method Siswa
Kelas V SD Negeri 2 Ampel Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. Persamaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
penelitian oleh Heny Susilowati ini dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah pada variabel bebas yaitu pembelajaran guided inquiry method.
Pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan prestasi siswa.
Persentase siswa sebelum tindakan yang memperoleh nilai di atas 60 hanya
47,37 %. Pada siklus I prestasi siswa meningkat, dimana ditunjukkan dengan
persentase (KKM). Selanjutnya, pada siklus II ditunjukkan
dengan persentase ketuntasan siswa adalah 91,18 0 (KKM).
2) Penelitian Feria Mey Lestari (2010) dengan judul Peningkatan Pemahaman
Konsep Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode Student Team Achievement
Division (STAD) Pada Siswa Kelas V SDN Dukuhan Kerten No.58 Surakarta
Tahun Ajaran 2009/2010. Alasan peneliti memilih penelitian ini adalah karena
adanya kemiripan variabel terikat yaitu antara pemahaman konsep sifat-sifat
cahaya dan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya. Pada penelitian ini
menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan persentase nilai
, kemudian pada siklus I =
). Selanjutnya mengalami peningkatan lagi pada siklus II
dengan persentase 88,24% siswa memperoleh nilai diatas KKM (63).
3) Penelitian Mulyani Dwi Astuti (2010) dengan judul Peningkatan Prestasi
Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Siswa Kelas III SDN 02
Lemahbang Jumapolo Karanganyar Tahun 2009/2010. Alasan peneliti
memilih penelitian ini adalah karena adanya kemiripan variabel bebas yaitu
antara model pembelajaran inkuiri dengan model pembelajaran guided
inquiry. Pada penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini
ditunjukkan dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan
(KKM). Selanjutnya mengalami peningkatan lagi pada siklus II yaitu menjadi
50% dan kemudian pada siklus III menjadi 81,81% siswa berada di atas KKM
(65).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema
dan masalah penelitian, serta didasarkan pada tinjauan pustaka. Pada kondisi awal,
penguasaan konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Balepanjang
Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri masih tergolong rendah, dengan
dibuktikan bahwa 77,14% nilai siswa masih berada di bawah KKM. Hal ini terjadi
karena guru kurang inovatif dalam melaksanakan pembelajaran. Guru cenderung
mendominasi kegiatan pembelajaran. Metode yang digunakan pun masih
konvensional sehingga siswa menjadi lebih cepat bosan. Guru lebih menekankan
pada terselesainya materi, bukan pada penguasaan materi. Akibatnya, penguasaan
siswa terhadap konsep sifat-sifat cahaya cenderung rendah.
Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Di antara berbagai model
pembelajaran, model pembelajaran guided inquiry dipandang dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa, khususnya penguasaan konsep sifat-sifat cahaya.
Pembelajaran dengan menggunakan model guided inquiry mempunyai beberapa
kelebihan, antara lain yang pertama adalah menimbulkan gairah belajar pada
siswa; kemudian yang kedua, memungkinkan pengetahuan yang diperoleh dapat
melekat erat pada diri siswa. Selanjutnya kelebihan yang ketiga adalah dapat
self-concept
dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik. Keempat,
menimbulkan sikap percaya diri pada siswa.
Berdasarkan setiap tindakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II,
maka pada kondisi akhir dapat diperoleh simpulan bahwa penerapan model
pembelajaran guided inquiry dapat meningkatkan penguasaan konsep sifat-sifat
cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten
Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Dengan demikian kerangka berpikir
dengan model pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada Gambar 2.7, sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Gambar 2.7. Alur Kerangka Berpikir Dengan Model Pembelajaran Guided Inquiry
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir yang telah dijabarkan
di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini adalah : dengan
menerapkan model pembelajaran guided inquiry dapat meningkatkan penguasaan
konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan
Jatipurno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kondisi awal
Penguasaan konsep sifat-sifat cahaya rendah (77,14% nilai siswa masih berada di bawah KKM)
Pembelajaran masih didominasi guru dan belum menggunakan model pembelajaran guided inquiry
Tindakan
Diduga penerapan model pembelajaran guided inquiry dapat meningkatkan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya
Menggunakan model pembelajaran guided inquiry dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya pada siswa
Siklus I a. Perencanaan b. Tindakan c. Obsevasi d. Refleksi
Kondisi Akhir
Siklus II a. Perencanaan b. Tindakan c. Obsevasi d. Refleksi
Hasil belajar tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab 3 ini akan dibahas beberapa hal yaitu: 1) tempat dan waktu
penelitian, 2) subjek penelitian, 3) data dan sumber data, 4) pengumpulan data, 5)
uji validitas data, 6) analisis data, 7) indikator kinerja penelitian, dan 8) prosedur
penelitian.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan
Jatipurno Kabupaten Wonogiri. Peneliti memilih tempat penelitian tersebut
dengan beberapa pertimbangan karena di SD tersebut terdapat masalah
pembelajaran yang salah satunya pada materi Cahaya dan Sifat-sifatnya.
Dimana kondisi siswanya yang mengalami kesulitan belajar IPA dalam
penguasaan konsep sifat-sifat cahaya. Selain itu, lokasi sekolah tersebut
mudah dijangkau oleh peneliti sehingga efisien dalam hal waktu, tenaga, dan
biaya. Kondisi tersebut memungkinkan peneliti secara berkala mendatangi
lokasi penelitian untuk melakukan penelitian dan mengumpulkan data yang
diperlukan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2011/2012, selama 6 bulan yaitu mulai bulan Januari 2012 sampai bulan Juni
2012. Penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan hingga tahap pelaporan
hasil penelitian. Tahap perencanaan dilaksanakan pada bulan Januari-Februari,
tahap pelaksanaan pada bulan Maret-April, dan tahap pelaporan hasil
penelitian pada bulan April-Juni 2012. Adapun rincian jadwal pelaksanaan
kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Penelitian (lampiran 1 halaman 90).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V semester II SDN 1
Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran
2011/2012, dengan jumlah siswa adalah 35 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-
laki dan 19 siswa perempuan.
C. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, dimana
data diperoleh langsung dari sumber data. Sedangkan sumber data atau informasi
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :
1. Peristiwa, yaitu kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
berlangsung di kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten
Wonogiri dengan penerapan model pembelajaran guided inquiry.
2. Informan, dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa kelas V
SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri.
3. Dokumen, berupa hasil tes siswa materi Cahaya dan Sifat-sifatnya.
D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Observasi
Men bservasi merupakan teknik mengumpulkan data
dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan
mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau
diteliti (2011: 86). Faisal mengklasifikasikan observasi menjadi observasi
berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan
dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi tak
terstruktur (unstructured observation) (Sugiyono, 2009 : 226).
Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi
berpartisipasi. Peneliti bertindak sebagai guru atau pengajar dan berperan
penuh melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi peristiwa yang sedang
berlangsung. Observasi dilakukan oleh peneliti dan pengamat (guru kelas).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Observasi dilakukan di kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno
Kabupaten Wonogiri, yang meliputi observasi aktivitas belajar Ilmu
Pengetahuan Alam siswa dan observasi kinerja guru. Dalam hal ini, tujuan
dilakukan observasi adalah untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Cahaya dan Sifat-sifatnya dan
kinerja guru dalam pembelajaran dengan model pembelajaran guided inquiry
di kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri.
2. Wawancara
Wawancara atau interview dapat diartikan sebagai teknik
mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap
muka ataupun melalui saluran media tertentu (Sanjaya, 2011: 96). Esterberg
mengemukakan beberapa jenis wawancara, yaitu wawancara terstruktur,
semiterstruktur, dan tidak terstruktur (Sugiyono, 2009 : 233).
Wawancara dilakukan terhadap guru kelas V SDN 1 Balepanjang
Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri guna memperoleh data yang
berkenaan dengan aspek-aspek pembelajaran dan respon yang timbul sebagai
akibat dari tindakan yang dilakukan. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti
adalah wawancara semiterstruktur. Wawancara dilakukan sebelum dan
sesudah menerapkan model pembelajaran guided inquiry dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam materi Cahaya dan Sifat-sifatnya.
3. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto mengungkapkan bahwa di dalam melaksanakan
metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-
buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian,
dan sebagainya (Arikunto, 2006: 158). Kajian dokumen dilakukan terhadap
berbagai dokumen atau arsip yang ada. Kajian dokumen dalam penelitian ini
antara lain dilakukan terhadap :
a. Arsip, berupa daftar nilai siswa kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan
Jatipurno Kabupaten Wonogiri tentang penguasaan konsep sifat-sifat
cahaya sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran guided
inquiry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Gambar atau foto dan video dari kegiatan berlangsungnya penelitian (proses
kegiatan belajar mengajar di kelas).
4. Tes
Menurut es adalah serentetan pertanyaan atau latihan
serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok (2006: 150). Sedangkan menuru es dimaksudkan
untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan
pemberian tindakan (2009 : 59).
Dilihat dari cara pelaksanaannya, tes dapat dibedakan menjadi tes
lisan, tes tulisan, dan tes perbuatan (Sanjaya, 2011: 100). Dilihat dari bentuk
tes dapat dibedakan menjadi tes subjektif (essay) dan tes objektif (pilihan
ganda). Dalam penelitian ini dilaksanakan tes akhir pada setiap akhir siklus.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjektif (essay).
Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan konsep
sifat-sifat cahaya siswa kelas V SDN 1 Balepanjang setelah kegiatan
pemberian tindakan.
E. Uji Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik validitas
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Uji validitas isi
bertujuan untuk menunjukkan sejauhmana siswa menguasai materi pelajaran yang
telah disampaikan.
Menurut Sug engujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan (2009: 182). Oleh karena itu, pada penelitian ini data yang diukur
menggunakan validitas isi adalah tes yang digunakan untuk mengukur penguasaan
konsep sifat-sifat cahaya dengan penerapan model pembelajaran guided inquiry.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
F. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data
model analisis deskriptif komparatif. Menurut Sarwiji Suwandi, analisis deskriptif
komparatif dilakukan dengan membandingkan antara hasil tes kondisi awal
sebelum dilakukan tindakan, hasil tes setelah siklus I, dan hasil tes setelah siklus
II (Suwandi, 2009: 61). Dengan demikian dapat dilihat adanya perbedaan
sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan.
Secara garis besar, langkah-langkah dalam analisis deskriptif komparatif
dibagi menjadi empat kegiatan, yaitu :
1. Mengolah data
Pada tahap awal, peneliti melakukan olah data terhadap data yang
diperoleh. Data tersebut berupa nilai siswa pada kondisi awal sebelum
tindakan, setelah siklus I dan setelah siklus II. Pengolahan data bertujuan
untuk memudahkan dalam penyajian data.
2. Penyajian data
Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan pada saat mengolah
dan mengambil tindakan terhadap data yang masuk, kemudian disusun dan
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan dinarasikan dalam pembahasaan
penelitian.
3. Analisis
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis data dengan
membandingkan hasil belajar siswa pada kondisi awal sebelum tindakan,
setelah siklus I, dan setelah siklus II. Kegiatan analisis data ini berpatokan
pada indikator kinerja yaitu apabila penguasaan konsep sifat-sifat cahaya pada
siswa kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri
meningkat dari sebelum penerapan model pembelajaran guided inquiry ke
setelah penerapan model pembelajaran guided inquiry, ditunjukkan dengan
peserta didik yang mendapat nilai sama atau diatas KKM (67) sebanyak 75%
dari 35 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
4. Simpulan
Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan
data agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh hasil analisis
data yang terdapat dalam kegiatan analisis maupun penyajian data diambil
suatu simpulan. Simpulan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu
peningkatan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya melalui penerapan model
pembelajaran guided inquiry pada siswa kelas V SDN 1 Balepanjang
Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Menurut Suwandi
akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan/keefektifan
(2009: 61). Indikator kinerja penelitian ini yaitu penguasaan konsep
sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno
Kabupaten Wonogiri dikatakan meningkat dari sebelum penerapan model
pembelajaran guided inquiry ke setelah penerapan model pembelajaran guided
inquiry apabila ditunjukkan dengan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas
KKM (67) sebanyak 75% dari 35 siswa.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Prosedur penelitian tersebut dirinci dari perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan evaluasi-refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhardjono bahwa PTK dilaksanakan dalam
bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan,
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, Suhardjono &
Supardi, 2010: 73). Secara jelas dapat dilihat pada Gambar 3.1, sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2010: 74)
Sedangkan alur penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dapat dilihat
pada gambar 3.2 sebagai berikut :
Permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Apabila permasalahan
belum terselesaikan
Perencanaan tindakan I
Refleksi I
Perencanaan tindakan II
Refleksi II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Pelaksanaan tindakan I
Pengamatan/ pengumpulan
data I
Pelaksanaan tindakan II
Pengamatan/ pengumpulan
data II
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 3.2. Bagan Prosedur Penelitian
Setiap tindakan dalam upaya meningkatkan indikator tersebut dirancang
dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : a)
tahap perencanaan tindakan, b) pelaksanaan tindakan, c) observasi/pengamatan,
dan d) refleksi. Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, setiap siklus terjadi
dua kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut :
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran yang
menerapkan model pembelajaran guided inquiry, kisi-kisi LKS dan lembar
penilaian individu, LKS, lembar penilaian individu, dan lembar observasi
terhadap aktivitas guru dan siswa. Selain itu, peneliti juga menyiapkan
beberapa media seperti senter, cermin, dan gelas bening. Dalam pelaksanaan
siklus I, peneliti tidak menetapkan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.
Perencanaan
Siklus I
Refleksi
Observasi
Tindakan
Perencanaan
Refleksi
Observasi
Tindakan
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Hal ini karena peneliti hanya melihat adanya peningkatan dari kondisi
sebelum tindakan dan sesudah tindakan siklus 1.
b. Tindakan
1) Guru (peneliti) melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
dengan materi Cahaya dan Sifat-sifatnya menggunakan Model
Pembelajaran Guided Inquiry. Guru (peneliti) menggunakan media berupa
benda nyata yang sesuai dengan materi Cahaya dan Sifat-sifatnya.
2) Kelas dibagi menjadi 6 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri
dari 6 siswa. Pembagian kelompok ini berdasarkan nilai pada kondisi
prasiklus. Dimana tiap kelompok terdiri dari siswa yang nilainya tinggi,
sedang dan rendah.Tiap kelompok melakukan eksperimen sesuai dengan
penjelasan dari guru. Di samping itu, tiap kelompok juga berdikusi
mengerjakan lembar kerja yang telah disediakan oleh guru. Peserta didik
melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Selanjutnya guru memberikan
umpan balik dan penguatan terhadap materi yang dipelajari.
3) Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peserta didik mengerjakan soal
secara individu.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini terdiri dari 3 pertemuan, yakni
pertemuan pertama mempelajari tentang sifat-sifat cahaya (cahaya merambat
lurus dan cahaya menembus benda bening). Pertemuan kedua mempelajari
tentang cahaya dapat dipantulkan. Sedangkan pertemuan ketiga mempelajari
tentang sifat-sifat cahaya (cahaya dapat dibiaskan dan penguraian cahaya
putih). Pelaksanaan 3 x pertemuan ini dengan alasan untuk merasionalkan
waktu pembelajaran dengan penerapan model guided inquiry. Hal ini karena
penguasaan konsep penerapan model pembelajaran guided inquiry tidak bisa
dilaksanakan dalam waktu yang singkat.
c. Pengamatan atau Observasi
Guru kelas melakukan pengamatan/observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran oleh guru (peneliti). Sedangkan guru (peneliti) melakukan
observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
melakukan observasi terhadap aktivitas siswa, peneliti juga berperan untuk
mengamati hasil jawaban soal evaluasi setiap siswa untuk kemudian dinilai.
d. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan pengkajian terhadap data hasil evaluasi
siswa yang kaitannya dengan ketuntasan klasikal pada siklus I. Dari data
tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 16 siswa yang tuntas atau nilainya
berada di atas KKM (45,71%). Selain itu, peneliti juga melakukan analisis
terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus 1. Peneliti berdiskusi dengan guru
kelas untuk menemukan permasalahan pembelajaran yang akan digunakan
sebagai dasar untuk perbaikan dalam perencanaan siklus berikutnya.
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan penerapan
model pembelajaran guided inquiry yang didasarkan pada hasil refleksi pada
siklus I. Rencana perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penerapan alternatif pemecahan
masalah.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan
model pembelajaran guided inquiry.
3) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama menerapkan
model pembelajaran guided inquiry dan mengembangkan format evaluasi
pembelajaran.
b. Tindakan
Pada dasarnya tindakan yang dilakukan pada siklus II ini masih sama
dengan siklus I, yakni pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
guided inquiry. Tindakan kelas pada siklus II ini disesuaikan dengan
kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I, sehingga rencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
tindakan bertujuan untuk memperbaiki kekurangan atau masalah yang muncul
pada siklus sebelumnya.
Pada siklus II ini jumlah kelompok bertambah. Pada pertemuan 1
kelompok berjumlah 9 dengan masing-masing kelompok terdiri dari 3-4
siswa. Sedangkan pada pertemuan 1 dan 2 jumlah kelompok menjadi 7 dengan
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa. Pembagian kelompok pada
siklus II didasarkan pada nilai tes siklus I. Dimana dalam tiap kelompok
terdiri dari siswa yang memiliki nilai tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu,
pelaksanaan praktikum pada siklus II ini ada yang dilaksanakan di luar kelas.
c. Pengamatan atau Observasi
Guru kelas melakukan pengamatan/observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaraan oleh guru (peneliti). Sedangkan guru (peneliti) melakukan
observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Selain
melakukan observasi terhadap aktivitas siswa, peneliti juga berperan untuk
mengamati hasil jawaban soal evaluasi setiap siswa untuk kemudian dinilai.
d. Refleksi
Pada tahap ini dilakukan pengkajian terhadap hasil evaluasi data
kaitannya dengan indikator kinerja siklus II. Dari data yang dikumpulkan
diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas adalah 27 siswa atau 77,14%.
Ketuntasan klasikal ini sudah mencapai indikator kinerja yang ditentukan
yaitu 75%. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian diakhiri pada siklus II
dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 43
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Prasiklus
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Balepanjang yang terletak di Desa
Balepanjang, Kecamatan Jatipurno, Kabupaten Wonogiri. Sekolah ini berstatus
negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 101031223007 dan dikepalai oleh
Ibu G. Sulistyorini, S.Pd. Letak SDN 1 Balepanjang cukup strategis karena berada
di dekat pemukiman penduduk dan lokasi mudah dijangkau dari kota kecamatan.
Di sekolah ini terdapat beberapa ruangan, di antaranya yaitu: 6 ruang
untuk kelas 1 sampai dengan kelas VI, 1 ruang kantor (guru dan kepala sekolah),
1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang untuk dapur, dan 4 ruang MCK.
Keadaan lingkungan di sekolah ini sangat mendukung untuk terciptanya situasi
belajar mengajar yang kondusif. Hal ini karena letak sekolah yang berada di
pedesaan dan jauh dari keramaian jalan raya sehingga suasananya pun masih
sejuk, bersih, dan tenang. Agar lebih jelas, denah bangunan SDN 1 Balepanjang
ini dapat dilihat pada lampiran 63 halaman 257.
Selain kondisi lingkungan yang tenang, aktivitas belajar juga didukung
oleh tenaga pengajar yang telah sesuai dengan kelasnya masing-masing.
Berdasarkan arsip sekolah, diketahui SDN 1 Balepanjang pada tahun pelajaran
2011/2012 dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan memiliki enam guru yang
berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), tiga tenaga pengajar yang masih Wiyata
Bhakti, dan satu penjaga sekolah yang juga telah berstatus Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Data ini dapat dilihat pada lampiran 66 halaman 261. Semua personil telah
menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan tanggung
jawabnya. Jumlah siswa SDN 1 Balepanjang pada tahun pelajaran 2011/2012
adalah 193 siswa. Dengan perincian sebagai berikut: kelas I sebanyak 19 siswa,
kelas II sebanyak 31 siswa, kelas III sebanyak 37 siswa, kelas IV sebanyak 30
siswa, kelas V sebanyak 36 siswa, dan kelas VI sebanyak 40 siswa. Siswa SDN 1
Balepanjang berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Di samping itu, SDN 1 Balepanjang juga sudah memiliki alat-alat
pendukung pembelajaran yang cukup memadai. Alat-alat pembelajaran itu berupa
alat peraga, globe, peta, atlas, dan berbagai buku-buku ensiklopedia. Akan tetapi,
alat-alat tersebut belum dipergunakan secara maksimal. Selain itu, pada sekolah
ini belum ada LCD sehingga pada saat peneliti melaksanakan pembelajaran hanya
menggunakan benda-benda nyata.
Selanjutnya, kelas V SDN 1 Balepanjang yang merupakan tempat
penelitian memiliki keadaan sarana dan prasarana yang cukup baik. Di dalam
kelas terdapat satu meja guru beserta kursinya dan 18 meja siswa dengan 36 kursi.
Di dekat meja guru terdapat satu almari guru. Di bagian depan kelas terdapat dua
papan tulis yaitu whiteboard dan blackboard. Di atas papan tulis terdapat
pajangan seperangkat gambar presiden, wakil presiden, dan lambang negara. Di
dalam kelas juga terdapat jam dinding sehingga dapat mengontrol waktu selama
pelajaran. Kemudian papan bank data, papan jadwal pelajaran, papan jadwal
piket, tata tertib kelas, kalender, hasil karya siswa, peta Indonesia, map portofolio,
gambar pahlawan, dan berbagai papan pengetahuan tertempel rapi di dinding.
Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada lampiran 65 halaman 260.
2. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan
Widayati, A.Ma.Pd selaku guru kelas V SDN 1 Balepanjang Jatipurno Wonogiri.
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam menguasai konsep IPA khususnya yang berkaitan dengan konsep sifat-sifat
cahaya. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan siswa kurang mampu dalam
menguasai konsep sifat-sifat cahaya. Faktor-faktor tersebut yaitu guru masih
dominan menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, media yang
digunakan guru kurang bervariasi, dan perhatian siswa yang kurang. Selanjutnya,
peneliti melakukan observasi dengan tujuan untuk mengetahui kondisi nyata yang
ada di kelas V SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri.
Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa selama pembelajaran
berlangsung, guru masih dominan menggunakan metode ceramah dan kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45 menggunakan media yang bervariasi. Ditambah lagi, guru belum melibatkan
siswa secara aktif dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran pun
menjadi kurang bermakna.
Kesulitan siswa dalam menguasai konsep sifat-sifat cahaya tersebut
terlihat juga dalam hasil tes prasiklus yang dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu
tanggal 25 Februari 2012. Berdasarkan tes prasiklus penguasaan konsep sifat-sifat
cahaya diketahui dari 35 siswa hanya 8 siswa yang mencapai nilai KKM 67 dan
27 siswa lainnya masih berada di bawah nilai KKM 67. Nilai tes prasiklus tiap
siswa dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 99. Untuk lebih jelas, kondisi
prasiklus hasil tes penguasaan konsep dapat dilihat pada tabel 4.1, sebagai berikut:
Tabel 4.1. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V pada Kondisi Prasiklus
No Nilai Frekuensi Presentase
(%) Keterangan
1 10-22 5 14,28 Tidak Tuntas
2 23-35 9 25,71 Tidak Tuntas 3 36-48 8 22,87 Tidak Tuntas
4 49-61 5 14,28 Tidak Tuntas
5 62-74 4 11,43 Tuntas
6 75-87 4 11,43 Tuntas
Jumlah 35 100
Nilai rata-rata = 1507,5 : 35 = 43,07
Tingkat Ketuntasan Klasikal = 8 : 35 x 100% = 22,86%
Berdasarkan data pada tabel 4.1 diketahui ketuntasan klasikal pada kondisi
prasiklus hanya sebesar 22,86% dengan nilai rata-rata kelas hanya 43,07. Data
pada tabel 4.1 dapat disajikan dalam bentuk histogram pada gambar 4.1, sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Gambar 4.1. Histogram Nilai Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Pada Kondisi Prasiklus
Nilai prasiklus penguasaan konsep pada tabel 4.1 dan gambar 4.1 tersebut
menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai dalam interval 10-22 sebanyak 5
siswa (14,28%), interval 23-35 sebanyak 9 siswa (25,71%), dan interval 36-48
sebanyak 8 siswa (22,87%). Pada interval 49-61 terdapat 5 siswa (14,28%) dan
pada interval 62-74 hanya 4 siswa (11,43%). Sedangkan pada interval 75-87
hanya terdapat 4 siswa (11,43%) dan sama sekali tidak ada siswa yang
memperoleh nilai pada interval 88-100. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan
konsep siswa pada materi Cahaya dan Sifat-sifatnya masih rendah dan perlu
diupayakan peningkatan.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dalam satu
minggu. Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2x35 menit). Siklus I
dilaksanakan pada hari Selasa (13 Maret 2012), Kamis (15 Maret 2012), dan
Sabtu (17 Maret 2012). Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalan siklus I,
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan tes prasiklus yang telah dilakukan pada siswa kelas V
SDN 1 Balepanjang diketahui nilai siswa tentang penguasaan konsep sifat-
sifat cahaya masih rendah. Dengan kenyataan yang demikian, peneliti
menyusun tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan penguasaan
konsep sifat-sifat pada siswa kelas V SDN 1 Balepanjang. Peneliti
akhirnya menerapkan model pembelajaran guided inquiry dalam proses
pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1
Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri. Dalam
pelaksanaan siklus I ini peneliti tidak menetapkan indikator yang ingin
dicapai dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan peneliti hanya melihat
adanya peningkatan dari kondisi sebelum tindakan dan sesudah tindakan
siklus I.
Tahap-tahap perencanaan pada siklus I meliputi kegiatan sebagai
berikut:
1) Memilih Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, dan Indikator yang
sesuai dengan silabus IPA kelas V semester II. Silabus dapat dilihat
pada lampiran 7 halaman 101.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan
silabus yang telah dibuat sebelumnya (lampiran 7 halaman 101).
Perencenaan pembelajaran pada siklus I dirancang dengan tiga kali
pertemuan dimana alokasi waktu tiap pertemuan adalah 2x35 menit.
Mengenai susunan RPP dan langkah-langkah pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran guided inquiry dapat dilihat pada
lampiran 8 halaman 104.
3) Menyiapkan berbagai media pembelajaran.
Peneliti menyiapkan media pembelajaran yang meliputi senter,
gelas bening, karton hitam, dan cermin datar. Sedangkan untuk media
yang lain seperti gelas bening (gelas air mineral), plastik bening,
kardus, cermin datar, sendok sayur, benang, dan pensil warna, tiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kelompok diminta untuk membawa dari rumah. Selain menyiapkan
media, peneliti juga menyiapkan materi ajar. Materi ajar dapat dilihat
pada lampiran 9 halaman 118.
4) Menyiapkan instrumen penelitian
Peneliti menyiapkan instrumen penelitian yang meliputi
pedoman observasi kinerja guru, pedoman observasi aktivitas siswa,
kisi-kisi LKS dan lembar penilaian individu, Lembar Kerja Siswa
(LKS), dan lembar penilaian individu. Pedoman observasi kinerja guru
dapat dilihat pada lampiran 48 halaman 217. Pedoman observasi
aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 56 halaman 236. Sedangkan
untuk kisi-kisi LKS dan LKS 1 dapat dilihat pada lampiran 10 halaman
126 dan lampiran 11 halaman 128, kisi-kisi dan LKS 2 dapat dilihat
pada lampiran 15 halaman 134 dan lampiran 16 halaman 136. Kisi-kisi
dan LKS 3 dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 143 dan lampiran
21 halaman 145. Selanjutnya, kisi-kisi lembar penilaian dan lembar
penilaian individu tiap pertemuan serta kunci jawabannya dapat dilihat
berturut-turut pada lampiran 12 halaman 130, lampiran 13 halaman
132, lampiran 14 halaman 133, lampiran 17 halaman 139, lampiran 18
halaman 141, lampiran 19 halaman 142, lampiran 22 halaman 147,
lampiran 23 halaman 149, dan lampiran 24 halaman 150.
b. Tahap Pelaksanaan
Tindakan siklus 1 dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa (13 Maret 2012),
pertemuan kedua pada hari Kamis (15 Maret 2012), dan pertemuan ketiga
pada hari Sabtu (17 Maret 2012). Pada pelaksanaan siklus 1 ini guru
melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran guided inquiry sesuai dengan RPP yang telah disusun dan
dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 104.
Dalam pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti bertindak sebagai
guru atau pengajar dan guru bertindak sebagai pengamat. Deskripsi
pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Pertemuan I (2x35 menit)
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa, 13 Maret 2012 dalam
waktu 2x35 menit dengan materi cahaya merambat lurus dan cahaya dapat
menembus benda bening.
Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan absensi. Kemudian guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki
gambaran arah yang jelas pula mengenai hal yang akan dipelajarinya.
Selanjutnya, pada kegiatan awal, guru mengadakan tanya jawab dengan
siswa. Kegiatan tanya jawab ini bertujuan untuk memunculkan keaktifan
siswa.
Kegiatan selanjutnya masuk pada kegiatan inti. Kegiatan yang
dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat tiga bentuk yakni
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada awal kegiatan inti ini, guru
mengadakan pertanyaan lanjutan dari pertanyaan saat apersepsi. Setelah
mengadakan tanya jawab, guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang telah ditentukan sebelumnya. Guru kemudian
mendemonstrasikan arah perambatan cahaya dengan senter. Siswa diminta
untuk menjelaskan arah perambatannya. Dalam hal ini, siswa menjawab
secara serentak.
Selanjutnya, guru membagikan materi ajar dan LKS I pada masing-
masing kelompok. Permasalahan yang akan dipecahkan oleh anak pada
kegiatan ini adalah menguji benda apa saja yang dapat ditembus cahaya.
Tiap kelompok diminta untuk menyiapkan alat dan bahan yang telah
mereka bawa dari rumah. Guru menjelaskan langkah-langkah
percobaannya. Guru meminta masing-masing kelompok untuk
menuliskan hipotesis mereka. Kemudian, masing-masing kelompok
melakukan percobaan sesuai dengan langkah-langkah yang sudah
dituliskan dalam lembar kerja. Selama melakukan percobaan, guru tetap
memberikan bimbingan pada siswa baik secara klasikal maupun per
kelompok. Selain itu, guru juga menilai keaktifan siswa selama berdiskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dan bereksperimen. Disamping melakukan percobaan, siswa juga diminta
untuk berdiskusi mengisi LKS I sesuai dengan hasil percobaan mereka.
Selanjutnya, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
dari percobaan mereka. Kemudian, guru memberi kesempatan pada semua
kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi mereka. Namun, karena
belum terbiasa melakukan presentasi di depan kelas, tidak ada anak yang
berani mengacungkan jarinya. Akhirnya, guru menunjuk dua perwakilan
kelompok untuk maju membacakan hasil diskusi mereka pada LKS 1.
Guru kemudian meluruskan hasil presentasi mereka dengan melakukan
percobaan sederhana dengan melibatkan siswa. Guru juga memberikan
penghargaan pada dua kelompok tersebut. Selanjutnya, guru dan siswa
bersama-sama membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.
Pada kegiatan akhir, siswa diberi soal evaluasi individu untuk
mengukur sejauh mana pengetahuan yang telah diterima siswa selama
pembelajaran. Guru juga memberikan motivasi pada siswa untuk giat
belajar dan bersikap baik dalam kehidupan. Terakhir, guru menutup proses
pembelajaran dengan salam.
Pertemuan II (2x35 menit)
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Maret 2012
dalam waktu 2x35 menit dengan materi tentang pemantulan cahaya dan
sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung.
Kegiatan awal yang guru lakukan tidak jauh berbeda dengan
pertemuan I. Kegiatan diawali dengan mengucapkan salam, berdoa,
kemudian absensi. Sesuai dengan RPP, kegiatan setelah absensi adalah
apersepsi. Namun dalam pelaksanaannya, kegiatan apersepsi dilakukan
setelah siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya.
Kegiatan selanjutnya adalah siswa diminta berkelompok sesuai
dengan kelompoknya pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu, guru
mengadakan apersepsi dengan menanyakan pada siswa mengenai materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan
siswa kembali mengenai sifat-sifat cahaya yang telah dipelajari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
sebelumnya. Kemudian, guru melakukan demonstrasi untuk menggali
pengetahuan siswa tentang pemantulan cahaya. Pada kegiatan ini guru
menggunakan senter dan cermin. Namun, karena cahaya senter kurang
tajam maka berkas cahaya yang dipantulkan pun juga kurang terlihat.
Akhirnya, ada seorang siswa yang berinisiatif meletakkan cermin di bawah
sinar matahari sehingga berkas cahaya yang dipantulkan pun terlihat
dengan jelas. Guru meminta siswa untuk menjelaskan peristiwa tersebut.
Kemudian, siswa juga diminta untuk menyebutkan jenis-jenis pemantulan
cahaya.
Selanjutnya, guru membagikan LKS II pada tiap kelompok. Guru
membimbing mereka untuk melakukan percobaan sesuai dengan langkah-
langkah yang telah dituliskan pada LKS II. Permasalahan yang akan
diselidiki pada kegiatan ini adalah mengenal bayangan pada cermin datar
dan cermin lengkung. Pada percobaan ini siswa menggunakan sendok
sayur sebagai pengganti cermin lengkung. Siswa diminta untuk melakukan
percobaan sambil berdiskusi mengisi LKS II. Dalam hal ini tetap tidak
lepas dari bimbingan guru. Kemudian, siswa dengan bimbingan guru
membuat kesimpulan dari percobaan yang telah mereka lakukan. Setelah
selesai berdiskusi dan bereksperimen, perwakilan dua kelompok diminta
maju untuk membacakan hasil percobaan mereka. Guru memberikan
penghargaan bagi dua kelompok tersebut. Selanjutnya, guru bersama siswa
membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan selam proses
pembelajaran. Setiap siswa diminta untuk bertanya jika ada hal-hal yang
belum dimengerti.
Pada kegiatan akhir, siswa diberi soal evaluasi untuk dikerjakan
secara individu. Setelah siswa selesai mengerjakan soal, kemudian
dikumpulkan. Guru memberi motivasi pada siswa untuk tetap giat belajar.
Akhirnya, kegiatan pembelajaran ditutup dengan salam.
Pertemuan III (2x35 menit)
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Maret 2012
dengan materi tentang pembiasan cahaya dan penguraian cahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru tidak jauh berbeda
dengan pertemuan II. Kegiatan diawali dengan mengucapkan salam,
berdoa, kemudian absensi. Sesuai dengan RPP, kegiatan setelah absensi
adalah apersepsi. Namun dalam pelaksanaannya, kegiatan apersepsi
dilakukan setelah siswa berkelompok sesuai dengan kelompoknya.
Kegiatan selanjutnya masuk pada inti pembelajaran yang diawali
dengan demonstrasi oleh guru. Guru mendemonstrasikan pensil yang
dimasukkan ke dalam air. Kemudian, siswa diminta untuk menjelaskan
peristiwa tersebut sebagai peristiwa pembiasan cahaya. Selanjutnya, guru
menuliskan poin dari kegiatan demonstrasi itu di papan tulis. Selain itu,
siswa juga diminta untuk menyebutkan contoh peristiwa pembiasan
cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, siswa diminta untuk menyiapkan alat dan bahan yang
telah mereka bawa. Pada pertemuan ini, permasalahan yang akan diselidiki
adalah mengamati beberapa kombinasi warna dengan cakram warna. Tiap
kelompok diminta untuk membuat cakram warna dengan alat dan bahan
yang telah mereka siapkan. Guru memberikan bimbingan pada semua
kelompok. Setelah selesai membuat cakram warna, siswa diminta untuk
memperagakan cara kerja cakram warna tersebut. Kemudian, tiap
kelompok menuliskan data percobaan yang mereka peroleh dari peragaan
cakram warna mereka. Siswa dengan bimbingan guru membuat
kesimpulan dari percobaan yang mereka lakukan. Guru meminta
perwakilan dua kelompok untuk maju membacakan hasil percobaan
mereka. Guru juga selalu mengamati aktivitas setiap siswa baik secara
individu maupun kelompok. Dua kelompok yang telah membacakan hasil
percobaannya diberi penghargaan oleh guru. Siswa dengan bimbingan
guru secara bersama-sama menyimpulkan pembelajaran yang telah
berlangsung. Setiap siswa juga diberi kesempatan untuk bertanya
mengenai hal yang kurang jelas.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan soal evaluasi yang
dikerjakan oleh siswa secara individu. Setelah selesai, kemudian hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
pekerjaan siswa tersebut dikumpulkan. Selanjutnya, guru memberikan
motivasi pada siswa untuk selalu giat belajar dan pelajaran pun diakhiri
dengan salam oleh guru.
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilakukan observasi oleh guru terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran guided inquiry.
Proses observasi dilakukan oleh Ibu Widayati, A.Ma. selaku guru kelas V
terhadap pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat cahaya dengan menerapkan
model pembelajaran guided inquiry selama tiga kali pertemuan. Kegiatan
observasi ini menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan
oleh peneliti. Selain oleh guru kelas, observasi juga dilakukan oleh peneliti
yang bertindak sebagai pengajar terhadap siswa, baik aktivitas maupun
hasil tes penguasaan konsep sifat-sifat cahaya. Berdasarkan kegiatan
observasi (lihat lampiran 50 halaman 224, lampiran 51 halaman 226, dan
lampiran 52 halaman 228) tersebut, secara garis besar diperoleh hasil
sebagai berikut :
1) Hasil Observasi Guru
a) Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pra pembelajaran
sudah baik. Sebelum memulai pelajaran, guru mempersiapkan
ruang, alat, dan media pembelajaran dengan baik. Namun, guru
masih kurang dalam mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran
yang kondusif.
b) Pada saat membuka pelajaran, guru sudah melakukan kegiatan
absensi dengan baik. Walaupun terkadang guru hanya mengadakan
absensi secara klasikal.
c) Kemampuan guru dalam menyampaikan kompetensi yang akan
dicapai secara umum sudah baik. Kemudian dilanjutkan pada
kegiatan apersepsi, dimana guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang mengarah ke materi yang akan disampaikan atau
sekedar mengingatkan siswa kembali pada materi pertemuan
sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
d) Guru sudah menyampaikan materi dengan jelas dan runtut. Guru
juga sudah menunjukkan penguasaan materi dan mengaitkan
materi dengan realitas kehidupan yang ada di lingkungan sekolah
maupun lingkungan tempat tinggal siswa. Selain itu, guru juga
sudah menggunakan bahasa lisan maupun tulis dengan baik.
Dalam hal ini guru menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa
pengantar karena siswa masih belum terbiasa dengan bahasa
Indonesia. Namun, kemampuan guru dalam menguasai kelas masih
kurang sehingga masih perlu ditingkatkan.
e) Kemampuan guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran
dapat dikatakan sudah baik. Sebagian besar siswa sudah ikut aktif
dalam pembelajaran.
f) Pada akhir pembelajaran, guru sudah melaksanakan penilaian akhir
dengan memberikan tes secara individu. Selain itu, kemampuan
guru dalam mengajak siswa dalam membuat rangkuman juga
sudah cukup baik. Selanjutnya, guru juga memberikan tindak lanjut
berup arahan untuk lebih giat belajar.
Secara umum, kinerja guru dalam pembelajaran dapat dikatakan cukup
baik dengan skor rata-rata 2,78 (lihat lampiran 50 halaman 224,
lampiran 51 halaman 226, dan lampiran 52 halaman 228)
2) Hasil Observasi Siswa
Adapun hasil observasi aktivitas siswa selama pelaksanaan
siklus I dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Siswa masih belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan
menggunakan model pembelajaran guided inquiry sehingga masih
banyak siswa yang bingung saat kegiatan pembelajaran.
b) Pada saat berkelompok, sebagian kecil siswa masih ada yang
berbicara sendiri atau bercanda dengan teman. Sedangkan yang
melakukan diskusi hanya siswa-siswa tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c) Walaupun dengan bimbingan guru, tetapi siswa masih kurang
mampu menuliskan data dan hasil percobaan yang telah mereka
lakukan. Akan tetapi, mereka mampu dalam melakukan percobaan.
d) Siswa masih kurang percaya diri ketika diminta untuk maju
membacakan hasil percobaannya di depan kelas.
e) Alokasi penggunaan waktu dalam mengerjakan soal evaluasi sudah
tergolong tepat waktu.
f) Saat pembelajaran berlangsung perhatian siswa tergolong masih
kurang karena masih ada beberapa siswa yang ramai sendiri.
g) Masih ada siswa yang kurang teliti dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
h) Kemandirian siswa dalam mengerjakan soal evaluasi sudah
tergolong tinggi. Mereka mengerjakan soal tanpa menoleh teman-
temannya.
Secara klasikal, aktivitas siswa dapat dikatakan sudah baik dengan
skor 70,43 (lihat lampiran 57 halaman 239)
Selain observasi terhadap aktivitas siswa, observasi juga
dilakukan terhadap hasil tes evaluasi siswa kelas V tentang penguasaan
konsep sifat-sifat cahaya. Daftar nilai penguasaan konsep sifat-sifat
cahaya siklus I dapat dilihat pada lampiran 46 halaman 213. Untuk
lebih jelas, data nilai tersebut dikelompokkan ke dalam tabel 4.2
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 4.2. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V pada Siklus I
No Nilai Frekuensi Presentase (%)
Keterangan
1 23-35 3 8,57 Tidak Tuntas
2 36-48 4 11,43 Tidak Tuntas
3 49-61 11 31,43 Tidak Tuntas
4 62-74 7 20 1 Tidak Tuntas
6 Tuntas
5 75-87 9 25,71 Tuntas
6 88-100 1 2,86 Tuntas
Jumlah 35 100
Nilai rata-rata = 2174 : 35 = 62,11
Tingkat Ketuntasan Klasikal = 16 : 35 x 100% = 45,71%
Berdasarkan data pada tabel 4.2 diketahui ketuntasan klasikal
setelah tindakan mengalami peningkatan yaitu menjadi sebesar 45,71%
dengan nilai rata-rata kelas 62,11. Data pada tabel 4.2 dapat disajikan
dalam bentuk histogram pada gambar 4.2, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 4.2. Histogram Nilai Tes Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V pada Siklus I
Berdasarkan data nilai penguasaan konsep pada tabel 4.2 dan
gambar 4.2 tersebut menunjukkan bahwa nilai siswa mendominasi
pada interval 49-61. Siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 16
siswa (45,71%). Sedangkan 19 siswa (54,29%) masih berada di bawah
nilai KKM. Daftar nilai tes penguasaan konsep sifat-sifat cahaya siswa
kelas V pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 46 halaman 213.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada siklus I, dapat
disimpulkan bahwa penguasaan konsep sifat-sifat cahaya pada siklus I
menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal (prasiklus). Hal ini
ditunjukkan dengan ketuntasan klasikal siswa pada prasiklus adalah
22,86% menjadi sebesar 45,71% pada siklus I. Nilai rata-rata pada kondisi
prasiklus 43,07 menjadi 62,11 pada siklus I.
Sedangkan melalui observasi dapat dilihat adanya keberhasilan dan
kekurangan pada tiap pertemuan. Keberhasilan dan kekurangan tersebut
antara lain adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
1) Pertemuan I
Pada pelaksanaan tindakan pada pertemuan I mengalami
keberhasilan. Nilai yang diperoleh siswa pun juga mengalami kenaikan
dari kondisi prasiklus. Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan
tersebut antara lain adalah:
a) Pelaksanaan pembelajaran pada jam pertama merupakan salah satu
faktor terciptanya lingkungan belajar yang kondusif.
b) Lingkungan sekolah yang tidak ramai.
c) Persiapan media oleh siswa maupun guru yang sudah baik.
d) Tingkat kedalaman materi yang tidak begitu sulit sehingga mudah
dikuasai oleh siswa.
e) Pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan.
Selain adanya keberhasilan, tindakan pada pertemuan I juga
tidak luput dari adanya kekurangan-kekurangan. Kekurangan tersebut
sebagai berikut:
a) Siswa yang belum berpengalaman dengan model pembelajaran
guided inquiry sehingga dalam kegiatan belajar mengajar banyak
siswa yang bertanya tentang kegiatan apa yang harus mereka
lakukan.
b) Siswa belum terbiasa dengan bekerja secara kelompok sehingga
pengerjaan kegiatan praktikum masih terpusat pada beberapa siswa
saja.
c) Siswa kurang percaya diri jika diminta untuk membacakan hasil
diskusi mereka di depan kelas.
2) Pertemuan II
Hasil tes siswa pada pertemuan II mengalami sedikit penurunan
dibanding dengan pada pertemuan I. Pada pertemuan II ini ada
beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan tersebut, antara lain
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
a) Tingkat kedalaman materi yang sulit sehingga tidak mudah
dikuasai oleh siswa.
b) Media yang digunakan dalam pembelajaran kurang sesuai dengan
yang direncanakan.
c) Pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan jam istirahat
membuat siswa kurang konsentrasi karena sudah banyak siswa dari
kelas lain yang keluar kelas.
d) Guru masih jarang menegur atau memperingatkan siswa yang
ramai sendiri.
e) Pelaksanaan pembelajaran yang melebihi alokasi waktu yang
direncanakan.
Selain adanya penurunan, pada pertemuan II ini juga
mengalami sedikit keberhasilan. Keberhasilan pembelajaran pada
pertemuan II ini antara lain adalah:
a) Siswa mulai sedikit terbiasa dengan pembelajaran guided inquiry
sehingga intensitas siswa dalam bertanya tentang kegiatan apa
yang harus dilakukan menjadi sedikit berkurang.
b) Hampir semua anggota kelompok sudah mulai ikut aktif dalam
kegiatan praktikum kelompoknya.
3) Pertemuan III
Hasil tes siswa pada pertemuan III mengalami kenaikan
dibanding pada pertemuan II. Pelaksanaan pembelajaran pada
pertemuan III dapat dikatakan lebih berhasil. Hal yang mempengaruhi
keberhasilan tersebut sebagai berikut:
a) Suasana lingkungan sekolah yang tidak ramai sehingga siswa bisa
berkonsentrasi dalam pembelajaran.
b) Media yang akan digunakan oleh siswa maupun guru sudah
dipersiapkan dengan baik.
c) Kegiatan praktikum pada pertemuan III dianggap menyenangkan
oleh siswa karena adanya kegiatan mewarnai.
d) Siswa sudah terbiasa bekerja secara berkelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Disamping ada beberapa keberhasilan, dalam pertemuan III ini
juga terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan itu sebagai berikut:
a) Ada beberapa siswa yang sibuk mewarnai sendiri, bukan ikut
bekerja dengan kelompoknya.
b) Pelaksanaan pembelajaran yang melebihi waktu yang
direncakanan.
c) Pada salah satu konsep yang dipelajari, siswa masih kurang paham
karena siswa tidak terlibat langsung dalam kegiatan yang
dipraktikkan guru.
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, maka peneliti
mencari alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1) Jumlah kelompok diperbanyak dengan jumlah anggota tiap kelompok
diperkecil. Hal ini dilakukan dengan harapan untuk meminimalisir
pengerjaan tugas kelompok yang terpusat pada beberapa siswa saja.
2) Guru lebih tegas dalam menegur siswa sehingga perhatian siswa lebih
terpusat.
3) Guru mengajak siswa untuk melakukan pembelajaran di luar kelas agar
siswa tidak jenuh.
4) Dalam satu kali pertemuan, guru memberikan lebih dari satu
percobaan agar setiap siswa dapat lebih aktif.
5) Guru memberikan pesan menarik dan motivasi yang cukup serta
memberikan informasi tentang penghargaan yang akan didapatkan bagi
kelompok yang berani mempresentasikan hasil percobaan mereka di
depan kelas. Dengan adanya penghargaan ini, siswa menjadi labih aktif
dan meningkatkan kerjasama dalam kelompok.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tersebut, tindakan yang
dilakukan pada siklus I sudah mengalami peningkatan dari kondisi
prasiklus, tetapi belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan.
Penelitian dikatakan berhasil apabila indikator ketuntasan siswa mencapai
75%, namun hasil yang diperoleh pada tindakan siklus I ini baru mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
45,71%. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada
penelitian siklus II.
2. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dalam satu
minggu. Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2x35 menit). Siklus II
dilaksanakan pada hari Selasa (10 April 2012), Kamis (12 April 2012), dan
Sabtu (14 April 2012). Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalan siklus II,
yaitu:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui
bahwa penguasaan konsep sifat-sifat cahaya pada siswa sudah
menunjukkan adanya peningkatan. Namun, peningkatan tersebut belum
sesuai dengan target capaian indikator kinerja. Hal ini ditunjukkan dengan
masih ada 19 siswa atau 54,29% siswa yang nilainya berada di bawah
KKM (67). Oleh karena itu, kegiatan penelitian tindakan kelas ini
dilanjutkan ke siklus II dengan harapan dapat memperbaiki kelemahan-
kelemahan pada siklus I. Selain itu, dengan pelaksanaan siklus II ini
diharapkan mendapatkan hasil yang optimal sesuai harapan bahwa
indikator kinerja dari penelitian ini sebesar 75% dapat tercapai.
Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, maka peneliti
menyusun tindakan pada tahap perencanaan ini sebagai berikut:
1) Memilih Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, dan Indikator yang
sesuai dengan silabus IPA kelas V semester II. Silabus dapat dilihat
pada lampiran 25 halaman 151.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan
silabus yang telah dibuat sebelumnya (lampiran 25 halaman 151).
Perencanaan pembelajaran pada siklus II dirancang dengan tiga kali
pertemuan dimana alokasi waktu tiap pertemuan adalah 2x35 menit.
Mengenai susunan RPP dan langkah-langkah pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
menerapkan model pembelajaran guided inquiry dapat dilihat pada
lampiran 26 halaman 155.
3) Menyiapkan berbagai media pembelajaran.
Peneliti menyiapkan media pembelajaran yang meliputi mika
berwarna, cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung.
Sedangkan untuk media yang lain seperti gelas bening (gelas air
mineral), koin, senter, kertas karton, dan mangkuk, tiap kelompok
diminta untuk membawa dari rumah.
4) Menyiapkan instrumen penelitian
Peneliti menyiapkan instrumen penelitian yang meliputi
pedoman observasi kinerja guru, pedoman observasi aktivitas siswa,
kisi-kisi LKS dan lembar penilaian individu, Lembar Kerja Siswa
(LKS), dan lembar penilaian individu. Pedoman observasi kinerja guru
dan observasi kinerja guru dapat dilihat pada lampiran 48 halaman 217
dan lampiran 49 halaman 222. Pedoman observasi aktivitas siswa dan
lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 56
halaman 236 dan lampiran 58 halaman 242. Kisi-kisi LKS 1 dan 2
dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 170 dan lampiran 29 halaman
173, sedangkan untuk LKS 1 dan 2 dapat dilihat pada lampiran 28
halaman 172 dan lampiran 30 halaman 175. Kisi-kisi LKS 3, 4, dan 5
dapat dilihat pada lampiran 34 halaman 185, lampiran 39 halaman 198,
dan lampiran 41 halaman 201. Sedangkan untuk LKS 3, 4, dan 5 dapat
dilihat pada lampiran 35 halaman 187, lampiran 40 halaman 200, dan
lampiran 42 halaman 203. Selanjutnya, kisi-kisi lembar penilaian dan
lembar penilaian individu pertemuan I serta kunci jawabannya dapat
dilihat berturut-turut pada lampiran 31 halaman 177, lampiran 32
halaman 181, dan lampiran 33 halaman 183. Kisi-kisi lembar penilaian
dan lembar penilaian individu pertemuan II serta kunci jawabannya
dapat dilihat pada lampiran 36 halaman 190, lampiran 37 halaman 194,
dan lampiran 38 halaman 196. Kisi-kisi lembar penilaian dan lembar
penilaian individu pertemuan III beserta kunci jawabannya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dilihat pada lampiran 43 halaman 205, lampiran 44 halaman 209, dan
lampiran 45 halaman 211.
b. Tahap Pelaksanaan
Tindakan siklus 1 dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa (10 April 2012),
pertemuan kedua pada hari Kamis (12 April 2012), dan pertemuan ketiga
pada hari Sabtu (14 April 2012). Pada pelaksanaan siklus II ini guru
melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran guided inquiry sesuai dengan RPP yang telah disusun dan
dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 149.
Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut :
Pertemuan I (2x35 menit)
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa, 10 April 2012 dalam
waktu 2x35 menit dengan materi cahaya merambat lurus dan cahaya dapat
menembus benda bening.
Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan
salam, absensi, dan pengkondisian kelas. Selanjutnya, pada kegiatan awal,
guru mengadakan tanya jawab dengan siswa. Kegiatan tanya jawab ini
bertujuan untuk mengingatkan siswa kembali pada materi yang sudah
diajarkan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Kegiatan selanjutnya masuk pada kegiatan inti. Kegiatan yang
dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat tiga bentuk yakni
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada awal kegiatan inti ini, guru
mengadakan pertanyaan lanjutan dari pertanyaan saat apersepsi. Setelah
mengadakan tanya jawab, guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok yang telah ditentukan sebelumnya. Namun, dalam kegaiatan
pembelajaran kali ini jumlah kelompoknya berbeda dengan jumlah
kelompok pada pembelajaran sebelumnya.
Pada pembelajaran kali ini jumlah kelompok menjadi 9 kelompok
dengan masing-masing kelompok beranggotakan 3-4 siswa. Selanjutnya,
siswa diminta untuk menyiapkan alat dan bahan seperti senter dan 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
lembar kertas karton. Guru membagikan materi ajar dan LKS I pada
masing-masing kelompok. Permasalahan yang akan dipecahkan oleh anak
pada kegiatan ini adalah membuktikan bahwa cahaya merambat lurus. Jika
pada pembelajaran sebelumnya arah perambatan cahaya didemonstrasikan
oleh guru, maka pada pertemuan I ini siswa diminta untuk mempraktikkan
sendiri agar siswa lebih mengerti. Guru menjelaskan langkah-langkah
percobaannya. Siswa diminta untuk mempraktikkan percobaan tersebut
sesuai dengan petunjuk pada LKS 1. Siswa diminta untuk berdiskusi dan
menuliskan data percobaan mereka. Selama melakukan percobaan, guru
tetap memberikan bimbingan pada siswa, tetapi bimbingan tersebut
dikurangi tidak seperti pada siklus I. Selanjutnya, guru membimbing siswa
membuat kesimpulan dari percobaan mereka.
Setelah percobaan pada LKS 1 selesai, guru membagikan LKS II
pada masing-masing kelompok. Permasalahan yang akan dipecahkan oleh
anak pada kegiatan ini adalah menguji benda apa saja yang dapat ditembus
cahaya. Pada percobaan ini benda yang mereka uji bertambah dari
pembelajaran sebelumnya. Tiap kelompok diminta untuk menyiapkan alat
dan bahan yang telah mereka bawa dari rumah. Guru menjelaskan
langkah-langkah percobaannya. Guru meminta masing-masing kelompok
untuk menuliskan hipotesis mereka. Kemudian, masing-masing kelompok
melakukan percobaan sesuai dengan langkah-langkah yang sudah
dituliskan dalam lembar kerja. Selama melakukan percobaan, guru tetap
memberikan bimbingan pada siswa baik secara klasikal maupun per
kelompok. Selain itu, guru juga menilai keaktifan siswa selama berdiskusi
dan bereksperimen. Di samping melakukan percobaan, siswa juga diminta
untuk berdiskusi mengisi LKS 2 sesuai dengan hasil percobaan mereka.
Selanjutnya, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
dari percobaan mereka. Setelah percobaan pada LKS 2 selesai, siswa
diminta untuk membacakan hasil percobaan dan diskusi mereka pada LKS
1 dan 2. Pada siklus II pertemuan I ini siswa sudah mulai berani untuk
membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas. Guru kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
meluruskan hasil presentasi mereka dengan memberikan sedikit
penjelasan. Guru juga memberikan penghargaan pada kelompok yang
telah berani maju untuk membacakan hasil percobaan dan diskusi mereka.
Selanjutnya, guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari
kegiatan yang telah dilakukan.
Pada kegiatan akhir, siswa diberi soal evaluasi individu untuk
mengukur tingkat pengetahuan yang telah diterima siswa selama
pembelajaran. Guru juga memberikan motivasi pada siswa untuk giat
belajar dan bersikap baik dalam kehidupan. Terakhir, guru menutup proses
pembelajaran dengan salam.
Pertemuan II (2x35 menit)
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 12 April 2012
dalam waktu 2x35 menit dengan materi tentang pemantulan cahaya dan
sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung.
Kegiatan awal yang guru lakukan tidak jauh berbeda dengan
pertemuan I. Kegiatan diawali dengan mengucapkan salam, berdoa,
kemudian absensi. Sesuai dengan RPP, kegiatan setelah absensi adalah
apersepsi. Guru mengadakan tanya jawab mengenai materi pemantulan
cahaya yang sudah dijelaskan pada pembelajaran sebelumnya. Tanya
jawab ini bertujuan untuk mengingatkan siswa kembali mengenai materi
tersebut.
Kegiatan selanjutnya adalah siswa diminta berkelompok sesuai
dengan kelompok yang telah ditentukan. Jumlah kelompok pada
pertemuan II ini berbeda dari pertemuan I. Pada pertemuan ini siswa
dibagi menjadi 8 kelompok dengan jumlah anggota 4-5 siswa.
Selanjutnya, guru membagikan LKS 3 pada tiap kelompok. Tiap
kelompok menyiapkan alat dan bahan yang telah mereka bawa dari rumah.
Permasalahan yang akan diselidiki pada kegiatan ini adalah mengenal
bayangan pada cermin datar dan cermin lengkung. Jika pada pembelajaran
sebelumnya pengganti cermin lengkung adalah sendok sayur, maka pada
pertemuan kali ini menggunakan cermin lengkung sungguhan. Cermin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
lengkung ini disediakan oleh guru. Namun, karena keterbatasan jumlah
maka tiap kelompok bergantian menggunakannya. Guru membimbing
mereka untuk melakukan percobaan sesuai dengan langkah-langkah yang
telah dituliskan pada LKS 3. Siswa diminta untuk melakukan percobaan
sambil berdiskusi mengisi LKS 3. Dalam hal ini tetap tidak lepas dari
bimbingan guru. Kemudian, siswa dengan bimbingan guru membuat
kesimpulan dari percobaan yang telah mereka lakukan.
Setelah selesai berdiskusi dan bereksperimen, perwakilan
kelompok diminta maju untuk membacakan hasilnya. Banyak siswa yang
mengacungkan jarinya agar ditunjuk, namun hanya dua siswa yang dipilih
guru sebagai perwakilan dari kelompoknya. Guru memberikan
penghargaan bagi dua kelompok tersebut. Selanjutnya, guru bersama siswa
membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan selam proses
pembelajaran. Setiap siswa diminta untuk bertanya jika ada hal-hal yang
belum dimengerti.
Pada kegiatan akhir, siswa diberi soal evaluasi untuk dikerjakan
secara individu. Setelah siswa selesai mengerjakan soal, kemudian
dikumpulkan. Guru memberi motivasi pada siswa untuk tetap giat belajar.
Akhirnya, kegiatan pembelajaran ditutup dengan salam.
Pertemuan III (2x35 menit)
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 April 2012
dengan materi tentang pembiasan cahaya dan penguraian cahaya.
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru tidak jauh berbeda
dengan pertemuan II. Kegiatan diawali dengan mengucapkan salam,
berdoa, kemudian absensi. Sesuai dengan RPP, kegiatan setelah absensi
adalah apersepsi. Pada kegiatan apersepsi, guru mengadakan tanya jawab
untuk mengingatkan siswa kembali mengenai materi pembiasan dan
penguraian cahaya.
Kegiatan selanjutnya masuk pada inti pembelajaran yang diawali
dengan pembagian kelompok. Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok
dengan jumlah anggota adalah 5 siswa. Selanjutnya, tiap kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
diminta untuk mempersiapkan alat dan bahan yang telah mereka bawa dari
rumah. Guru kemudian membagikan LKS 4. Permasalahan yang akan
diselidiki pada percobaan ini adalah mengamati peristiwa pembiasan
cahaya. Tiap kelompok menuliskan hasil percobaan mereka pada LKS 4.
Selanjutnya, tiap kelompok dengan bimbingan guru membuat kesimpulan
dari kegiatan yang telah mereka lakukan.
Setelah kegiatan pada LKS 4 selesai, guru membagikan LKS 5.
Tiap kelompok diminta untuk menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan
selanjutnya. Permasalahn yang akan diselidiki pada percobaan ini adalah
mengamati warna-warna yang menyusun cahaya putih matahari. Semua
kelompok diminta untuk keluar kelas dan mencari tempat yang terkena
cahaya matahari langsung. Tiap kelompok diminta untuk melakukan
percobaan sesuai dengan langkah-langkah yang telah tertulis pada LKS 5.
Sementara itu, guru memberikan bimbingan bagi kelompok yang
mengalami kesulitan. Setelah semua kelompok selesai dengan kegiatan
tersebut, maka semua kelompok diminta untuk kembali ke dalam kelas
dan menuliskan hasil percobaan mereka. Selama percobaan berlangsung,
guru juga selalu mengamati aktivitas setiap siswa baik secara individu
maupun kelompok.
Selanjutnya, perwakilan dari dua kelompok yang berani untuk
maju diminta untuk membacakan hasil percobaan mereka pada LKS 4 dan
5. Dua kelompok yang telah membacakan hasil percobaannya diberi
penghargaan oleh guru. Siswa dengan bimbingan guru secara bersama-
sama menyimpulkan pembelajaran yang telah berlangsung. Setiap siswa
juga diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang kurang jelas.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan soal evaluasi yang
dikerjakan oleh siswa secara individu. Setelah selesai, kemudian hasil
pekerjaan siswa tersebut dikumpulkan. Selanjutnya, guru memberikan
motivasi pada siswa untuk selalu giat belajar dan pelajaran pun diakhiri
dengan salam oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
c. Tahap Observasi
Pada tahap ini dilakukan observasi oleh guru terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran guided inquiry.
Proses observasi dilakukan oleh Ibu Widayati, A.Ma., selaku guru kelas V
terhadap pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat cahaya dengan menerapkan
model pembelajaran guided inquiry selama tiga kali pertemuan. Kegiatan
observasi ini menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan
oleh peneliti (lihat lampiran 49 halaman 216). Selain oleh guru kelas,
observasi juga dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai pengajar
terhadap siswa, baik aktivitas maupun hasil tes penguasaan konsep sifat-
sifat cahaya. Berdasarkan kegiatan observasi tersebut, secara garis besar
diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Hasil Observasi Guru
a) Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pra tindakan
sudah baik. Sebelum memulai pelajaran, guru mempersiapkan
ruang, alat, dan media pembelajaran dengan baik. Guru juga tidak
lupa mengecek kesiapan siswa.
b) Pada saat membuka pelajaran, guru sudah melakukan kegiatan
absensi dengan baik. Walaupun terkadang guru masih mengadakan
absensi secara klasikal.
c) Kemampuan guru dalam menyampaikan kompetensi yang akan
dicapai secara umum sudah baik. Kemudian dilanjutkan pada
kegiatan apersepsi, dimana guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang mengarah ke materi yang akan disampaikan atau
sekedar mengingatkan siswa kembali pada materi pertemuan
sebelumnya.
d) Guru sudah menyampaikan materi dengan jelas dan runtut. Guru
juga sudah menunjukkan penguasaan materi dan mengaitkan
materi dengan realitas kehidupan yang ada di lingkungan sekolah
maupun lingkungan tempat tinggal siswa. Selain itu, guru juga
sudah menggunakan bahasa lisan maupun tulis dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Dalam hal ini guru menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa
pengantar karena siswa masih belum terbiasa dengan bahasa
Indonesia. Kemampuan guru dalam menguasai kelas pun juga
dapat dikatakan sudah mengalami peningkatan dari siklus I. Guru
sudah menegur dengan tegas siswa yang tidak memperhatikan
pembelajaran.
e) Kemampuan guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran
dapat dikatakan sudah baik. Hampir semua siswa sudah ikut aktif
dalam pembelajaran. Hal ini terlihat ketika melakukan percobaan
hampir semua siswa sudah fokus dan aktif dalam kelompoknya
masing-masing. Keberanian dan percaya diri siswa dalam
membacakan hasil percobaan di depan kelas pun juga meningkat.
Selain itu, tempat pembelajaran tidak hanya di dalam kelas tetapi di
luar kelas juga. Hal ini membuat siswa tidak jenuh.
f) Pada akhir pembelajaran, guru sudah melaksanakan penilaian akhir
dengan memberikan tes secara individu. Selain itu, kemampuan
guru dalam mengajak siswa dalam membuat rangkuman juga
sudah cukup baik. Selanjutnya, guru juga memberikan tindak lanjut
berupa arahan untuk lebih giat belajar.
g) Alokasi waktu guru dalam mengajar sudah sesuai dengan yang
direncanakan.
Secara umum, kinerja guru dalam pembelajaran dapat dikatakan sudah
baik dengan skor rata-rata 3,17 (lihat lampiran 53 halaman 230,
lampiran 54 halaman 232, dan lampiran 55 halaman 234)
2) Hasil Observasi Siswa
Adapun hasil observasi aktivitas siswa selama pelaksanaan
siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Siswa sudah mulai terbiasa dengan kondisi belajar dengan
menggunakan model pembelajaran guided inquiry. Siswa tidak
tampak bingung lagi dengan proses pembelajaran yang dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
b) Pada saat berkelompok, hampir semua siswa sudah fokus dan aktif
pada kelompoknya masing-masing.
c) Siswa sudah mampu menuliskan data dan hasil percobaan yang
telah mereka lakukan, walau masih tetap dengan sedikit bimbingan
guru.
d) Siswa sudah mulai berani dan percaya diri ketika diminta untuk
maju membacakan hasil percobaannya di depan kelas.
e) Alokasi penggunaan waktu dalam mengerjakan soal evaluasi sudah
tergolong tepat waktu.
f) Siswa yang ramai sendiri sudah mendapat teguran yang tegas dari
guru.
g) Kemandirian siswa dalam mengerjakan soal evaluasi sudah
tergolong tinggi. Mereka mengerjakan soal tanpa menoleh teman-
temannya.
Secara klasikal, aktivitas siswa dapat dikatakan sangat baik dengan
skor 82 (lihat lampiran 58 halaman 242)
Selain observasi terhadap aktivitas siswa, observasi juga
dilakukan terhadap hasil tes evaluasi siswa kelas V tentang penguasaan
konsep sifat-sifat cahaya. Daftar nilai penguasaan konsep sifat-sifat
cahaya siklus II dapat dilihat pada lampiran 47 halaman 215. Untuk
lebih jelas, data nilai tersebut dikelompokkan ke dalam tabel 4.3
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Tabel 4.3. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa Kelas V pada Siklus II
No Nilai Frekuensi Presentase (%)
Keterangan
1 36-48 3 8,57 Tidak Tuntas
2 49-61 1 2,86 Tidak Tuntas
3 62-74 13 37,14 4 Tidak Tuntas
9 Tuntas
4 75-87 11 31,43 Tuntas
5 88-100 7 20 Tuntas
Jumlah 35 100
Nilai rata-rata = 2567 : 35 = 73,34
Tingkat Ketuntasan Klasikal = (27 : 35) x 100% = 77,14%
Berdasarkan data pada tabel 4.3 diketahui ketuntasan klasikal
pada siklus II sebesar 77,14% dengan nilai rata-rata kelas 73,34. Data
pada tabel 4.3 dapat disajikan dalam bentuk histogram pada gambar
4.3, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar 4.3. Histogram Nilai Tes Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Pada Siswa Kelas V Siklus II
Berdasarkan data nilai penguasaan konsep pada tabel 4.3 dan
gambar 4.3 tersebut menunjukkan bahwa nilai siswa mendominasi
pada interval 62-74. Siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 27
siswa (77,14%). Sedangkan 8 siswa (22,86%) masih berada di bawah
nilai KKM. Daftar nilai tes penguasaan konsep sifat-sifat cahaya siswa
kelas V pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 47 halaman 215.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil tes pada siklus II, dapat diperoleh simpulan
bahwa penguasaan konsep sifat-sifat cahaya siswa pada siklus II ini telah
menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari siklus I. Hal ini
dibuktikan dengan ketuntasan klasikal pada siklus I yang hanya 45,71%
menjadi 77,14% pada siklus II.
Walaupun secara umum menunjukkan adanya peningkatan, namun
pada tiap pertemuan mengalami dinamika baik penurunan maupun
kenaikan. Keberhasilan dan kekurang pada tiap pertemuan selalu
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1) Pertemuan I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan I ini mengalami
keberhasilan jika dibanding dengan pembelajaran pada pertemuan I
siklus I. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan itu antara lain:
a) Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan waktu yang
direncanakan.
b) Siswa dan guru sudah mempersiapkan media dengan lebih baik.
c) Tingkat kedalaman materi yang tidak begitu sulit dan sudah
dipelajari pada siklus sebelumnya membuat siswa menjadi lebih
mudah dalam menguasai materi.
d) Dengan jumlah anggota yang sedikit dapat membuat siswa lebih
aktif dalam kelompoknya.
e) Siswa sudah mulai percaya diri untuk membacakan hasil diskusi di
depan kelas.
Di samping keberhasilan, juga ada beberapa kekurangan pada
pertemuan I, yaitu:
a) Siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran karena
kondisi lingkungan sekolah yang agak ramai.
b) Dengan jumlah kelompok yang banyak, guru menjadi kurang bisa
mengendalikan kelas.
2) Pertemuan II
Pada pertemuan II, hasil tes siswa mengalami penurunan. Hal
ini juga terjadi pada siklus I. Faktor yang mempengaruhi penurunan ini
antara lain sebagai berikut:
a) Tingkat kedalaman materi yang sulit menyebabkan siswa kurang
dapat menguasai materi.
b) Keterbatasan jumlah media yang digunakan untuk praktikum
menyebabkan timbulnya keributan antar kelompok.
c) Kurangnya pemahaman siswa dalam penggunaan media
menyebabkan guru harus menjelaskan kembali pada tiap
kelompok, sehingga memakan banyak waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Selain ada kekurangan, pembelajaran pada pertemuan II ini
juga mengalami beberapa keberhasilan, yaitu:
a) Siswa dapat mengenal ketiga macam cermin yang dipelajari dan
dapat membedakan antara ketiganya.
b) Siswa menjadi lebih aktif dalam kelompoknya karena jumlah
anggota kelompok yang sedikit.
c) Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa karena siswa
dihadapkan dengan benda-benda baru yang belum pernah
dilihatnya.
3) Pertemuan III
Hasil tes pada pertemuan III mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan pada pertemuan sebelumnya. Hal ini disebabkan
karena beberapa faktor, yaitu:
a) Pelaksanaan pembelajaran yang berada di luar kelas membuat
siswa merasa senang dan lebih antusias mengikuti kegiatan.
b) Pemberian penghargaan bagi kelompok yang berani maju membuat
siswa lebih antusias dan lebih percaya diri.
c) Tingkat kedalaman materi yang tidak begitu sulit membuat siswa
lebih mudah menguasai materi.
d) Siswa dan guru sudah mempersiapkan media dengan baik.
e) Media yang digunakan adalah alat yang ada dalam kehidupan
sehari-hari siswa, sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam
menggunakannya.
Selain itu, ada beberapa kekurangan pada pertemuan III ini,
antara lain sebagai berikut:
a) Banyak siswa dari kelas lain yang ikut melihat kegiatan yang
dilakukan siswa kelas V menyebabkan kegiatan siswa menjadi
terganggu.
b) Kondisi cuaca yang agak mendung menyebabkan hasil praktikum
siswa kurang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
c) Penggunaan air sebagai media menyebabkan lantai kelas menjadi
agak kotor.
Secara umum, kelemahan yang ada pada siklus I maupun siklus II
sudah dapat diatasi dengan baik walaupun masih ada sedikit kekurangan
dalam pelaksanaan pembelajarannya. Siswa sudah merasa senang hati dan
antusias dalam melakukan kegiatan selama pembelajaran. Siswa tidak
hanya mendengarkan dan menghafal, tetapi juga ikut terlibat secara aktif
dalam pembelajaranan. Dimana siswa mengalami proses pembelajaran
melalui diskusi dan bereksperimen sehingga lebih menguasai materi
pelajaran. Sementara itu, yang peneliti lakukan terhadap 8 siswa yang
belum tuntas adalah memberikan motivasi dan arahan agar selalu rajin
belajar dan jangan takut untuk mencoba hal-hal baru. Untuk tindakan
selanjutnya peneliti menyerahkan pada guru kelas.
Berdasarkan berbagai kekurangan dan keberhasilan yang
dipaparkan di atas, maka dapat diperoleh simpulan bahwa penerapan
model pembelajaran guided inquiry dapat meningkatkan penguasaan
konsep sifat-sifat cahaya siswa. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan
yang signifikan dari kondisi prasiklus sampai ke siklus II. Pada siklus II
menunjukkan bahwa indikator kinerja yang ditargetkan oleh peneliti sudah
tercapai dengan ketuntasan klasikal sebesar 77,14 %. Dari fakta tersebut
maka penelitian ini dapat diakhiri pada siklus II dan dinyatakan berhasil.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Berdasarkan deskripsi dari masing-masing tindakan yang telah disebutkan
di atas, maka terlihat adanya peningkatan. Peningkatan terlihat dari kondisi
pratindakan, siklus I, dan siklus II. Peningkatan tersebut dapat disajikan dalam
bentuk perbandingan antarsiklus. Perbandingan antarsiklus dapat dilihat pada
tabel 4.4 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76 Tabel 4.4. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Siswa
Kelas V pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
No. Interval Nilai Frekuensi
Prasiklus Siklus I Siklus II
1. 10-22 5 0 0
2. 23-35 9 3 0
3. 36-48 8 4 3
4. 49-61 5 11 1
5. 62-74 4 7 13
6. 75-87 4 9 11
7. 88-100 0 1 7
Jumlah Siswa 35 35 35
Siswa Tidak Tuntas 27 19 8
Siswa Sudah Tuntas 8 16 27
Nilai Rata-Rata Kelas 43,07 62,11 73,34
Ketuntasan Klasikal 22,86% 45,71% 77,14%
Tabel 4.4 di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai penguasaan
konsep sifat-sifat cahaya siswa dari pra tindakan sampai siklus II. Persentase
ketuntasan klasikal meningkat dari prasiklus sebesar 22,86% menjadi 45,71%
pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II menjadi sebesar 77,14%. Pada
akhir siklus masih terdapat 8 siswa yang belum tuntas KKM dalam penguasaan
konsep sifat-sifat cahaya. Agar lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 47 halaman
215.
Perbandingan nilai rata-rata kelas dari tiap siklus terjadi peningkatan. Pada
prasiklus nilai rata-rata kelas sebesar 43,07, pada siklus I meningkat menjadi
62,11 dan mengalami peningkatan lagi pada siklus II menjadi 73,34. Peningkatan
tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran guided inquiry tepat untuk
membantu meningkatkan penguasaan konsep siswa tentang sifat-sifat cahaya.
Dari tabel 4.4 perbandingan nilai penguasaan konsep sifat-sifat cahaya di
atas dapat dibuat histogram pada gambar 4.4. sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Gambar 4.4. Histogram Perbandingan Nilai Tes Penguasaan Konsep Sifat-sifat Cahaya Pada Siswa Kelas V pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Dari gambar 4.4 terlihat bahwa nilai prasiklus (kuning) lebih mendominasi
pada interval nilai rendah (23-35) dan nilai siklus I (oranye) mendominasi pada
interval nilai sedang (49-61). Selanjutnya, nilai siklus II (hijau) mendominasi pada
interval nilai tinggi (62-74).
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dinyatakan bahwa
terjadi peningkatan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya dengan menggunakan
model pembelajaran guided inquiry. Secara garis besar, penelitian ini telah
berhasil menjawab rumusan masalah yang telah peneliti kemukakan pada bagian
bab I.
Pembahasan hasil penelitian ini akan dijabarkan secara garis besar dari
kondisi prasiklus dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dan II dengan
menerapkan model pembelajaran guided inquiry. Pembahasan hasil penelitian
tersebut sebagai berikut:
1. Prasiklus
Pada prasiklus terlihat bahwa pembelajaran sifat-sifat cahaya pada
siswa kelas V SDN 1 Balepanjang masih konvensional yaitu siswa diminta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
untuk membuka buku kemudian guru membacakan materi dan selanjutnya
siswa mengerjakan soal. Selain itu, guru juga belum menggunakan media
yang bervariasi sehingga suasana pembelajaran terkesan membosankan. Hal
ini membuat siswa tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Akibatnya, penguasaan konsep siswa tentang sifat-sifat cahaya
menjadi rendah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang
memperoleh nilai berada di bawah KKM. Pada kondisi prasiklus, siswa yang
belum tuntas KKM sebanyak 27 siswa, sedangkan yang sudah tuntas hanya
sebanyak 8 siswa atau 22,86%. Nilai terendah pada prasiklus adalah 10 dan
nilai tertinggi yang dicapai adalah 80. Nilai dari masing-masing siswa tersebut
dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 99.
Siswa yang memperoleh nilai pada interval 10-22 sebanyak 5 siswa
(14,28%), interval 23-35 sebanyak 9 siswa (25,71%), dan interval 36-48
sebanyak 8 siswa (22,87%). Pada interval 49-61 terdapat 5 siswa (14,28%)
dan pada interval 62-74 hanya 4 siswa (11,43%). Sedangkan pada interval 75-
87 hanya terdapat 4 siswa (11,43%) dan sama sekali tidak ada siswa yang
memperoleh nilai pada interval 88-100. Nilai rata-rata kelas pada kondisi
prasiklus hanya 43,07. Nilai ini dapat dikatakan rendah karena nilai yang
diperoleh siswa pun juga mendominasi pada interval nilai yang rendah. Oleh
karena itu dilakukan tindakan untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa
tentang sifat-sifat cahaya.
2. Siklus I
Berdasarkan tindakan yang sudah dilakukan pada siklus I terbukti
adanya peningkatan penguasaan konsep siswa tentang sifat-sifat cahaya.
Dalam proses pembelajaran sifat-sifat cahaya siklus I ini peneliti
menggunakan model pembelajaran guided inquiry, dimana siswa dibagi
menjadi 6 kelompok. Proses pembelajaran terkesan lebih menyenangkan
meskipun hasilnya belum maksimal. Hal ini karena siswa belum terbiasa
dengan kegiatan diskusi dan bereksperimen. Namun, keantusiasan dan
kesungguhan siswa terlihat jelas dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Pada siklus I ini hasil tes penguasaan konsep sifat-sifat cahaya (lihat
lampiran 46 halaman 213) menunjukkan sebanyak 16 siswa (45,71%) sudah
tuntas dan 19 siswa belum tuntas KKM. Dengan jumlah ketuntasan yang
demikian dapat dikatakan bahwa indikator kinerja dari penelitian ini belum
tercapai, namun sudah ada peningkatan dari kondisi prasiklus. Walaupun
sudah terdapat peningkatan dari kondisi prasiklus, tetapi pada siklus I
mengalami dinamika dalam setiap pertemuannya. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 4.5 dibawah ini:
Tabel 4.5. Data Frekuensi Nilai Siswa Pada Tiap Pertemuan Siklus I (Pertemuan I, II, dan III)
No. Interval Nilai Frekuensi
Pert. I Pert. II Pert. III
1. 20-30 3 4 2
2. 31-41 3 3 1
3. 42-52 6 6 5
4. 53-63 4 6 8
5. 64-74 4 TT, 2 T 4 TT, 2 T 2 TT, 2 T
6. 75-85 9 10 11
7. 86-96 4 0 4
Jumlah Siswa 35 35 35
Siswa Tidak Tuntas 20 23 18
Siswa Sudah Tuntas 15 12 17
Nilai Rata-Rata
Kelas 62,14 59 65,26
Ketuntasan Klasikal 42,86% 34,29% 48,57%
Keterangan: Tidak Tuntas: TT, Tuntas: T.
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa ketuntasan klasikal
pada pertemuan I dan III lebih tinggi daripada ketuntasan klasikal pada
pertemuan II. Hal ini disebabkan karena tingkat kedalaman materi pada
pertemuan I dan III tidak begitu sulit sehingga siswa menjadi lebih mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
untuk menguasai materi. Selain itu, media yang digunakan dalam
pembelajaran sudah disiapkan dengan baik oleh siswa maupun guru dan juga
sesuai dengan yang telah direncanakan. Sedangkan pada pertemuan II, tingkat
kedalaman materi yang sulit sehingga siswa juga merasa kesulitan untuk
menguasai materi. Di samping itu, media yang digunakan dalam pembelajaran
pertemuan II kurang sesuai dengan yang telah direncanakan. Selanjutnya,
pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan II yang menggunakan jam istirahat
membuat siswa menjadi kurang berkonsentrasi. Oleh karena peningkatan
penguasaan konsep sifat-sifat cahaya pada siklus I belum memuaskan dan
masih terdapat beberapa kekurangan yang harus diperbaiki, maka penelitian
ini dilanjutkan ke siklus II.
3. Siklus II
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus II terlihat bahwa
keantusiasan dan keaktifan siswa yang semakin meningkat. Siswa mulai
berani dan percaya diri untuk unjuk kerja di depan kelas ataupun bertanya
pada guru. Hal ini menimbulkan adanya peningkatan penguasaan konsep sifat-
sifat cahaya dari tindakan sebelumnya.
Hasil tes penguasaan konsep sifat-sifat cahaya pada siklus II (lihat
lampiran 47 halaman 215) ini menunjukkan peningkatan dari siklus I.. Namun
dalam pelaksanaannya mengalami dinamika pada setiap pertemuan. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 4.6. Data Frekuensi Nilai Siswa Pada Tiap Pertemuan Siklus II (Pertemuan I, II, dan III)
No. Interval Nilai Frekuensi
Pert. I Pert. II Pert. III
1. 22-33 3 1 0
2. 34-45 1 2 1
3. 46-57 1 3 2
4. 58-69 5 TT 11 TT 4 TT, 2 T
5. 70-81 13 9 13
6. 82-93 6 8 9
7. 94-105 6 1 4
Jumlah Siswa 35 35 35
Siswa Tidak Tuntas 10 17 7
Siswa Sudah Tuntas 25 18 28
Nilai Rata-Rata
Kelas 73,24 69,79 75,14
Ketuntasan Klasikal 71,43% 51,43% 80%
Keterangan: Tidak Tuntas: TT; Tuntas: T.
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diperoleh simpulan bahwa nilai siswa
mengalami penurunan pada pertemuan II. Hal ini sama dengan kondisi pada
siklus I. Dinamika perubahan nilai tiap pertemuan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan
pada pertemuan II adalah karena keterbatasan jumlah media yang digunakan.
Keterbatasan jumlah media ini menyebabkan siswa kurang dapat
menggunakan media tersebut secara maksimal. Sedangkan faktor utama yang
menyebabkan adanya peningkatan pada pertemuan III adalah karena
pelaksanaan pembelajaran yang berada di luar kelas sehingga siswa menjadi
lebih antusias. Selanjutnya, secara klasikal ketuntasan siswa sudah melebihi
indikator kinerja yang ditargetkan yaitu 77,14% dengan nilai rata-rata kelas
73,34. Dengan jumlah ketuntasan yang demikian dapat dikatakan bahwa
indikator kinerja dari penelitian ini sudah tercapai dan penelitian dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dikatakan berhasil sehingga tidak perlu diadakan penelitian pada siklus
berikutnya.
4. Perbandingan dengan Penelitian Yang Relevan
Dalam kaitannya dengan penelitian yang dilakukan oleh Heny
Susilowati (2010) yang merupakan penelitian yang relevan dalam penelitian
ini, maka kedua penelitian ini sama-sama dapat mengatasi permasalahan yang
dihadapi. Jika dalam Heny Susilowati, pembelajaran guided inquiry dapat
meningkatkan penguasaan konsep gaya magnet. Maka, dalam penelitian ini
pembelajaran guided inquiry dapat meningkatkan penguasaan konsep sifat-
sifat cahaya dengan ketercapaian indikator yang cukup memuaskan, yakni
77,14% siswa mencapai nilai di atas KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 83
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam
dua siklus dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya
dapat dibuktikan kebenarannya. Penerapan model pembelajaran guided inquiry
dapat meningkatkan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V
SDN 1 Balepanjang Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran
2011/2012. Hal ini dapat dilihat pada data nilai penguasaan konsep sifat-sifat
cahaya siswa menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi prasiklus, siklus I,
dan siklus II. Berdasarkan kondisi prasiklus persentase ketuntasan klasikal hanya
sebesar 22,86% dengan nilai rata-rata kelas hanya 43,07. Selanjutnya, pada siklus
I persentase ketuntasan klasikal meningkat menjadi 45,71% dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 62,11. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus II meningkat lagi
menjadi 77,14% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 73,34.
B. Implikasi
Penerapan model pembelajaran guided inquiry terbukti dapat
meningkatkan penguasaan konsep sifat-sifat cahaya. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran guided inquiry merupakan salah satu model pembelajaran inovatif
yang diterapkan oleh guru kelas dalam proses pembelajaran. Model ini bersifat
mengaktifkan siswa dengan memberi kesempatan pada siswa untuk membentuk
pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman-pengalaman nyata yang
mereka peroleh selama melakukan penyelidikan. Dalam model ini pelaksanaan
pembelajaran tidak harus terjadi di dalam kelas saja, tetapi dapat di luar kelas.
Oleh karena itu, suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa menjadi
tidak bosan.
Penerapan model pembelajaran guided inquiry dalam pembelajaran selain
dapat mengaktifkan siswa juga mengajarkan pada siswa untuk membangun
hubungan baik dengan sesama teman maupun dengan lingkungan. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84 diarahkan untuk mampu belajar dengan cara berkelompok sehingga siswa dapat
belajar untuk menghargai pendapat orang lain. Selain itu, siswa juga belajar untuk
tidak takut mencoba hal-hal baru karena dalam model pembelajaran guided
inquiry ini siswa diajak untuk melakukan berbagai percobaan. Siswa diajak untuk
menemukan dan membangun pengetahuan mereka sendiri melalui diskusi dan
bereksperimen. Dalam hal ini guru hanya sebagai pembimbing dan motivator.
Berdasarkan uraian tersebut, maka implikasi dari penelitian ini adalah
bahwa model pembelajaran guided inquiry dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan acuan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD. Di samping itu, model pembelajaran ini
dapat digunakan sebagai model alternatif yang menyenangkan, kreatif, dan
inovatif dalam pembelajaran IPA di tingkat SD.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti dapat
mengajukan saran-saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa seharusnya memahami bahwa konsep sifat-sifat cahaya
merupakan hal yang penting yang harus dikuasai karena konsep ini akan terus
dipelajari pada jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu, siswa perlu mengikuti
pembelajaran sifat-sifat cahaya dengan penuh kesungguhan agar siswa
memiliki penguasaan konsep sifat-sifat cahaya yang baik. Selain itu, dengan
adanya penggunaan model pembelajaran guided inquiry sebaiknya siswa
dapat memanfaatkan dengan baik. Siswa dapat melakukan penyelidikan dan
berdiskusi dengan temannya sehingga belajar pun menjadi bermakna dan
diperoleh hasil yang optimal.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran
IPA khususnya sifat-sifat cahaya dengan menerapkan model pembelajaran
guided inquiry pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan model
pembelajaran guided inquiry, siswa akan dihadapkan dengan pengalaman-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
pengalaman nyata yang mereka peroleh selama melakukan penyelidikan
sehingga belajar pun menjadi semakin bermakna. Selain itu, guru hendaknya
juga perlu mempersiapkan media pembelajaran dan fasilitas pendukung
terlaksananya pembelajaran dengan cermat. Selanjutnya, guru juga harus
benar-benar menguasai konsep yang akan ditanamkan pada siswa sehingga
tidak menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Dalam kaitannya dengan hal
tersebut, guru juga disarankan untuk memperhatikan waktu agar pelaksanaan
pembelajaran tidak melebihi alokasi waktu yang telah direncanakan.
3. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
mengupayakan pelatihan bagi guru agar dapat menerapkan model
pembelajaran yang inovatif, khususnya model pembelajaran guided inquiry
sehingga kualitas kinerja guru dalam pembelajaran dapat meningkat dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan.
4. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain yang hendak mengkaji permasalahan yang sama
hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang
berkaitan dengan model pembelajaran guided inquiry guna melengkapi
kekurangan yang ada dalam penelitian agar diperoleh hasil penelitian yang
lebih baik lagi. Selain itu, hendaknya juga memperhatikan jumlah siswa yang
menjadi subjek penelitian. Karena dengan jumlah siswa yang banyak akan
sulit untuk mengendalikan kelas. Selanjutnya, kepada peneliti lain juga
disarankan untuk lebih memperhatikan siswa yang belum tuntas agar dapat
diperoleh hasil akhir yang maksimal.