PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan...

176
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN SCIENTIFIC APPROACH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia oleh Naila Ayadiya 4301410015 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan...

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY

LEARNING DENGAN SCIENTIFIC APPROACH

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

PROSES SAINS SISWA SMA

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh

Naila Ayadiya

4301410015

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

dengan Scientific Approach untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains

Siswa SMA telah disetujui untuk diajukan dalam sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang

pada:

hari : Senin

tanggal : 11 Agustus 2014.

Semarang, Agustus 2014

Pembimbing

Dra. Woro Sumarni, M. Si.

NIP. 196507231993032001

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

iii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Scientific

Approach untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA

disusun oleh

Naila Ayadiya

4301410015

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada

hari Senin, tanggal 11 Agustus 2014.

Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Wiyanto, M. Si. Dra. Woro Sumarni, M. Si.

NIP. 196310121988031001 NIP. 196507231993032001

Penguji I, Penguji II,

Dr. Sri Susilogati Sumarti, M. Si. Drs. Eko Budi Susatyo, M. Si.

NIP. 195711121983032002 NIP. 19651111199031003

Anggota Penguji/

Pembimbing,

Dra. Woro Sumarni, M. Si.

NIP. 196507231993032001

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari temuan orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2014

Naila Ayadiya

NIM. 4301410015

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

v

MOTTO

“Ikhlas, semangat, keep fight, do the best (Naila Ayadiya).”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1) Ibu Rianah, Bapak Isnaeni, Mas Amif,

dan Zaida. Terima kasih atas dukungan

material dan spiritual sebagai keluarga

yang luar biasa.

2) Sahabat – sahabatku, Diana, Dita, Selly,

dan Keluarga Sastro Agastya. Terima

kasih telah menjadi teman sekaligus

keluarga yang selalu memberikan

motivasi.

3) Seluruh teman-teman Jurusan Kimia

Unnes angkatan tahun 2010.

4) Almamaterku.

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat

memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan

Matematika, Universitas Negeri Semarang.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu baik dalam penyusunan maupun penelitian skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis terutama disampaikan pada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang

3. Ketua Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang

4. Dra. Woro Sumarni, M. Si., selaku pembimbing utama yang telah

memberikan ilmu, petunjuk dan bimbingannya sehingga sehingga penelitian ini

dapat terselesaikan.

5. Kepala SMA N 1 Kendal yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini.

6. Dra. Wiwik Sri Lestari, selaku guru mata pelajaran kimia kelas XI SMA N 1

Kendal yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNNES yang telah memberikan

ilmu yang berharga kepada penulis.

8. Ibu, Bapak dan keluarga yang selalu memberikan dukungan baik material

maupun spiritual dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan inspirasi dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Tidak sanggup rasanya penulis untuk membalas budi dan jasa beliau. Hanya

doa terpanjat semoga Allah SWT memberikan balasan yang sesuai dengan amal

kebaikan beliau.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan

penelitian yang lebih baik.

.

Semarang, Agustus 2014

Penulis

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

vii

ABSTRAK

Ayadiya, Naila. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

dengan Scientific Approach untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains

Siswa SMA. Skripsi, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Semarang. Dosen

Pembimbing: Dra. Woro Sumarni, M.Si.

Kata kunci: discovery learning; keterampilan proses sains siswa; scientific

approach

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

proses sains siswa SMA melalui model pembelajaran discovery learning dengan

scientific approach. Model pembelajaran discovery learning memberikan

kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan keterampilan proses sains

secara mandiri. Scientific approach digunakan agar pengembangan keterampilan

sains siswa lebih terarah dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Penelitian terlaksana dalam dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri atas

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah teknik dokumentasi dan observasi. Penilaian keterampilan

proses sains siswa dilakukan dengan menggunakan instrumen lembar observasi.

Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning

dengan scientific approach ditunjukkan adanya peningkatan nilai keterampilan

proses sains siswa sebesar 17,44% dari siklus I ke siklus II. Kesepuluh indikator

keterampilan proses sains yang dinilai adalah mengamati, mengelompokkan atau

mengklasifikasikan, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan,

merumuskan hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan,

menerapkan konsep, dan mengkomunikasikan hasil. Berdasarkan hasil penelitian,

dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery learning

dengan scientific approach dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa

SMA.

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

viii

ABSTRACT

Ayadiya, Naila. 2014. Applying Discovery Learning with Scientific Approach to

Improve High School Students’ Science Process Skills. Skripsi, Departement of

Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Semarang State

University. Supervisor: Dra. Woro Sumarni, M.Si.

Keywords: discovery learning; scientific approach; the students’ science process

skills

The purpose of this classroom action research is to improve highschool

students’ science process skills through the applying of discovery learning model

with scientific approach. Discovery learning give the opportunity to student to

develop the science process skill by themselves. Scientific approach used to

manage the development of science process skill more guided and be responsible.

The research conducted in two cycles which each cycle consist of planning,

acting, observing, and reflecting. The assessment technique for students’ science

process skills is conducted by using observation sheet. Based on the observation

results, it is showed that there is significant increases of students’ science process

skill values by 17,44% from first cycle to second cycle. The science process skill

indicators that be observed are observing, grouping or classifying, interpretating,

predicting, asking question, formulating hypotheses, planning experiments, using

tools and materials, applying concepts, and communicating results. Based on the

research results, it can be inferred that applying discovery learning model with

scientific approach is able to improve the highschool students’ science process

skills.

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................... ii

PENGESAHAN ..................................................................................................... iii

PERNYATAAN ................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi

ABSTRAK ....................................................................................................... ......... vii

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii

BAB

1. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......... .............................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 5

1.3 Rumusan Masalah ......... .......................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... ................. 6

1.6 Pembatasan Masalah .............................................................................. 7

2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 9

2.1 Model Pembelajaran Discovery Learning ................................................ 9

2.2 Scientific Approach (Pendekatan Ilmiah) ................................................. 12

2.3 Keterampilan Proses Sains ...................................................................... 16

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

x

2.4 Hubungan antara Model Pembelajaran Discovery Learning

dengan Scientific Approach dan Keterampilan Proses Sains .................... 18

2.5 Kajian Penelitian yang Relevan ............................................................... . 19

2.6 Analisis Materi Pokok ............................................................................. . 21

2.7 Kerangka Berpikir .................................................................................. 28

2.8 Hipotesis Tindakan ................................................................................. 30

3. METODE PENELITIAN ................................................................................... 31

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................................... 31

3.2 Sumber Data .......................................................................................... 31

3.3 Teknik dan Alat Pengumpul Data ............................................................ 31

3.4 Validasi Data .......................................................................................... 32

3.5 Hasil Uji Coba Instrumen ....................................................................... 38

3.6 Analisis Data ........................................................................................... 40

3.7 Indikator Kinerja ..................................................................................... 43

3.8 Prosedur Tindakan................................................................................... 43

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................... 46

4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 46

4.1.1 Pra-penelitian .......................................................................................... 46

4.1.2 Siklus I .................................................................................................... 48

4.1.3 Siklus II .................................................................................................. 55

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 61

5. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 66

5.1 Simpulan ................................................................................................. 66

5.2 Saran ...................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 67

LAMPIRAN .......................................................................................................... 70

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Indikator dan Sub-indikator KPS .................................................................. 16

2.2. Perbandingan Sifat Larutan, Koloid, dan Suspensi ........................................ 22

2.3. Jenis-jenis Sistem Koloid ............................................................................. 23

3.1 Format Data Analisis Faktor Uji Coba Instrumen ......................................... 33

3.2 Format Tabel Perhitungan Validitas Butir .................................................... 34

3.3 Format Tabel Perhitungan Reliabilitas KPS ................................................. 34

3.4 Ringkasan Anava untuk Perhitungan Reliabilitas Rating ............................. 36

3.5 Format Tabel Perhitungan Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif ........... 37

3.6 Ketentuan Kategori Nilai KPS Siswa ........................................................... 42

4.1 Analisis Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas XI IPA 1 .................................. 47

4.2 Analisis Hasil Pretest dan Tes Akhir Siklus I................................................ 53

4.3 Analisis Hasil Afektif Siswa pada Siklus I ................................................... 53

4.4 Analisis Hasil Tes Akhir Siklus II dan Post-test ............................................ 60

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 29

3.1 Urutan Pelaksanaan PTK ................................................................................ 44

4.1 Nilai Tiap Indikator KPS Siklus I ................................................................... 52

4.2 Nilai Tiap Indikator KPS Siklus II ................................................................. 59

4.3 Peningkatan Nilai Tiap Indikator KPS pada Siklus I dan II ............................. 62

4.4 Piramida Belajar atau Efektivitas Model Pembelajaran ................................... 64

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun ajaran 2013/2014 adalah awal penerapan kurikulum baru oleh

pemerintah di bidang pendidikan. Kurikulum yang dimaksud adalah

kurikulum 2013 sebagai pengganti dari KTSP yang telah digunakan selama

enam tahun terakhir. Perubahan kurikulum dilakukan sebagai upaya untuk

memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia agar dapat bersaing di tingkat

internasional dan juga sebagai usaha untuk mengatasi perubahan yang

terjadi akibat arus globalisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa

(2004: 4) yang menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional senantiasa

harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang

terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Penyusunan perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, serta penilaian proses

pembelajaran dengan strategi yang benar harus dipersiapkan dengan cermat

agar dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian standar

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

2

kompetensi lulusan. Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai

kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Seluruh ilmu yang dipelajari dalam tiap satuan pendidikan

harus mampu memenuhi standar kompetensi lulusan yang diamanatkan oleh

pemerintah.

Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 mengamanatkan

penggunaan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach)

adalah pendekatan yang menonjolkan dimensi pengamatan, penalaran,

penemuan, pengabsahan, dan penjelasan mengenai suatu kebenaran.

Pendekatan ini memberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam melakukan observasi, bertanya, menalar, dan

mengkomunikasikan pengetahuan yang diperoleh dari proses pembelajaran.

Melalui tahapan-tahapan dalam pembelajaran yang berpendekatan scientific,

siswa dibimbing secara bertahap untuk mengorganisasikan dan melakukan

penelitian. Proses pembelajaran dengan scientific approach meliputi ranah

kognitif, psikomotorik, dan afektif sehingga dapat membentuk siswa yang

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Ilmu kimia sebagai salah satu mata pelajaran dalam satuan pendidikan

juga harus mampu melaksanakan amanat tersebut. Kimia merupakan ilmu

yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen untuk mencari

jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam

berlangsung, khususnya yang berkaitan dengan zat (Diknas, 2003: 7).

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

3

Pengenalan ilmu kimia dimulai sejak tingkat SMP, bergabung dengan

biologi dan fisika dalam mata pelajaran IPA. Pembelajaran kimia kemudian

dilanjutkan di tingkat SMA dan menjadi mata pelajaran mandiri yakni mata

pelajaran kimia.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, terlihat bahwa

pembelajaran kimia di SMAN 1 Kendal sudah cukup baik, yakni guru sudah

mengaitkan materi dengan hal-hal yang dialami dan mudah ditemukan siswa

dalam kehidupan sehari-hari. Sistem pembelajaran yang dilakukan guru

membuat hasil belajar kognitif siswa cukup tinggi, terlihat dari rata-rata

nilai siswa kelas XI pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 adalah

80,75 dimana nilai tersebut lebih dari KKM yang hanya 77.

Peneliti juga telah melakukan wawancara dengan Dra. Wiwik Sri

Lestari sebagai salah satu guru kimia di SMAN 1 Kendal. Menurut Dra.

Wiwik Sri Lestari meskipun sudah dikaitkan dengan hal-hal yang ada dalam

kehidupan sehari-hari siswa masih pasif dalam proses pembelajaran. Guru

berfungsi sebagai sumber belajar utama yang menyajikan pengetahuan

kimia kepada siswa kemudian siswa hanya memperhatikan penjelasan dan

contoh yang diberikan oleh guru tanpa terlibat langsung dalam penemuan

dan pengonstruksian pengetahuan. Kegiatan pembelajaran masih kurang

mengembangkan proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik

dengan guru, dan sumber belajar pada suatu lingkungan. Selain itu,

berdasarkan wawancara dengan siswa, pembelajaran di laboratorium selama

kelas X dan XI hanya pernah dilakukan sebanyak tiga kali. Hal ini

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

4

dibenarkan oleh guru mata pelajaran kimia yang menyatakan bahwa

kegiatan praktikum hanya dilakukan pada materi-materi tertentu saja.

Kurangnya kegiatan praktikum menyebabkan rendahnya keterampilan

proses sains siswa.

Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti menerapkan model

pembelajaran discovery learning sebagai upaya meningkatkan keterampilan

proses sains. Model ini mengedepankan peran aktif siswa dalam

pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam membantu

siswa menemukan dan mengonstruksikan pengetahuan yang dipelajari.

Siswa bertugas untuk menyimpulkan suatu karakterisitik berdasarkan

simulasi yang telah dilakukan (De Jong & Joolingen, 1998: 180).

Menurut Roestiyah (2001: 20), discovery learning ialah suatu cara

mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui

tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba

sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Siswa secara aktif menemukan

sendiri konsep-konsep dalam pembelajaran dengan pengarahan secukupnya

dari guru. Proses penemuan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah

satunya dengan melakukan kegiatan praktikum di laboratorium. Hal ini

sesuai dengan yang disampaikan oleh Kolb (1984), bahwa pengetahuan

secara terus-menerus diperoleh dari pengalaman dan pengujian oleh

individu. Pembelajaran discovery learning memungkinkan proses

pembelajaran yang lebih bermakna sehingga tertanam dengan baik dalam

pengetahuan yang diperoleh siswa (De Jong & Joolingen, 1998: 194).

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

5

Penelitian yang berjudul The Effect of Discovery Learning on

Students’ Success and Inquiry Learning Skills yang dilakukan oleh Ali

Gunay Balim (2009) menunjukkan bahwa penerapan discovery learning

dapat meningkatkan keterampilan inkuiri, kemampuan kognitif, dan daya

ingat siswa. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan dalam penelitian

tersebut dengan mendasarkan kegiatan siswa pada discovery learning dalam

pembelajaran sains penting untuk hasil belajar yang lebih bermakna.

Melalui kegiatan praktikum, siswa memperoleh pengalaman serta

bukti yang melalui proses pengujian oleh dirinya sendiri sehingga mereka

senantiasa mengetahui konsep dari pembelajaran yang dilaksanakan. Proses

menemukan sendiri konsep yang dipelajari akan memberikan motivasi

kepada siswa untuk melakukan penemuan-penemuan lain sehingga minat

belajarnya semakin meningkat. Oleh karena itu, model pembelajaran

discovery learning sesuai jika diterapkan dalam kegiatan praktikum karena

di dalamnya terdapat proses merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan

hasil praktikum. Serangkaian keterampilan dalam praktikum ini dikenal

dengan Keterampilan Proses Sains (KPS).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan, peneliti

mengidentifikasi masalah yang terkait kekurangan dalam proses

pembelajaran kimia:

(1) Siswa cenderung menunggu materi dari guru sehingga pembelajaran

kurang berkembang.

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

6

(2) Keterlibatan siswa selama proses pembelajaran masih kurang.

(3) Guru cenderung memprioritaskan penyampaian materi di kelas daripada

melaksanakan pembelajaran di laboratorium.

(4) Kegiatan praktikum jarang dilaksanakan sehingga keterampilan proses

sains siswa rendah.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka permasalahan yang

akan diteliti adalah:

Apakah keterampilan proses sains siswa dapat meningkat dengan penerapan

model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

Mengetahui adanya peningkatan keterampilan proses sains siswa dengan

penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific

approach.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1.5.1 Manfaat bagi Siswa

(1) Meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

(2) Melatih kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain, guru,

dan lingkungan.

(3) Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran.

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

7

1.5.2 Manfaat bagi Guru

(1) Memberikan informasi atau wacana mengenai model pembelajaran

discovery learning.

(2) Memberikan informasi atau wacana mengenai scientific approach.

(3) Sebagai alternatif bagi guru dalam pembelajaran kimia untuk upaya

peningkatan KPS siswa.

1.5.3 Manfaat bagi Sekolah

Dapat memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan sistem

pembelajaran kimia dan sebagai bentuk inovasi pembelajaran yang dapat

diterapkan pada mata pelajaran lain.

1.5.4 Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti untuk menambah wawasan dan

sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian berikutnya.

1.6 Pembatasan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang

didasarkan pada masalah belajar yang muncul di kelas XI IPA 1, SMAN 1

Kendal. Berdasarkan identifikasi masalah, keterampilan siswa rendah dan

perlu adanya peningkatan.

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan praktikum

berdasarkan sepuluh indikator KPS. Indikator-indikator tersebut meliputi

keterampilan mengamati, mengelompokkan atau mengklasifikasi,

menafsirkan, meramalkan, merumuskan hipotesis, mengajukan pertanyaan,

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

8

merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan

konsep, dan mengkomunikasikan hasil.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun

ajaran 2013/2014, materi koloid. Materi ini dipilih karena banyak

diaplikasikan dan dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia dan

pemanfaatan serta produk-produknya sering digunakan dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran Discovery Learning

Dewasa ini sudah banyak dikembangkan model-model pembelajaran

yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan model

pembelajaran yang tepat sangat berperan dalam meningkatkan minat dan

semangat belajar siswa agar lebih aktif dan mencapai pemahaman konsep

yang maksimal.

Model pembelajaran discovery learning pertama kali diperkenalkan

oleh Jerome Bruner yang menekankan bahwa pembelajaran harus mampu

mendorong peserta didik untuk mempelajari apa yang telah dimiliki (Rifa’I

& Anni, 2011: 233). Menurut pandangan Bruner dalam Markaban (2008:

10) belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, di mana

seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang

tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan.

Pembelajaran discovery learning memberikan kesempatan kepada siswa

untuk ikut serta secara aktif dalam membangun pengetahuan yang akan

mereka peroleh. Keikutsertaan siswa mengarahkan pembelajaran pada

proses pembelajaran yang bersifat student-centered, aktif, menyenangkan,

dan memungkinkan terjadinya informasi antar-siswa, antara siswa dengan

guru, dan antara siswa dengan lingkungan.

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

10

Model pembelajaran discovery learning berlandaskan pada teori-teori

belajar konstruktivis (Anyafulude, 2013: 2). Menurut pandangan

kostruktivisme, belajar adalah proses aktif siswa dalam mengonstruksi arti,

wacana, dialog, dan pengalaman fisik dimana di dalamnya terjadi proses

asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah

dipelajari (Rifa’i & Anni, 2011: 199).

Dalam pembelajaran discovery learning siswa tidak diberikan konsep

dalam bentuk finalnya, melainkan siswa diajak untuk ikut serta dalam

menemukan konsep tersebut. Siswa membangun pengetahuan berdasarkan

informasi baru dan kumpulan data yang mereka gunakan dalam sebuah

pembelajaran penyelidikan (De Jong & Joolingen, 1998: 193).

Keikutsertaan menemukan konsep dalam pembelajaran memberikan kesan

yang lebih mendalam kepada siswa sehingga informasi disimpan lebih lama

dalam memori para siswa. Proses menemukan sendiri konsep yang

dipelajari juga memberikan motivasi kepada siswa untuk melakukan

penemuan-penemuan lain sehingga minat belajarnya semakin meningkat.

Menurut Syah dalam Kemendikbud (2013: 5), prosedur yang harus

dilaksanakan dalam proses pembelajaran disvovery learning adalah:

(1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan )

Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah memberikan

permasalahan yang menimbulkan rasa ingin tahu siswa untuk

melakukan penyelidikan yang lebih mengenai permasalahan tersebut.

Selain itu, siswa juga dapat diberikan kegiatan berupa jelajah pustaka,

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

11

praktikum, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan

pemecahan masalah.

(2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)

Langkah selanjutnya adalah memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ditemukan pada kegiatan

awal. Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan

menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik

yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk

menemukan suatu masalah. Masalah yang telah ditemukan kemudian

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.

(3) Data Collection (Pengumpulan Data)

Hipotesis yang telah dikemukakan, dibuktikan kebenarannya

melalui kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh siswa dengan

bimbingan guru. Pembuktian dilakukan dengan mengumpulkan data

maupun informasi yang relevan melalui pengamatan, wawancara,

eksperimen, jelajah pustaka, maupun kegiatan-kegiatan lain yang

mendukung dalam kegiatan membuktikan hipotesis.

(4) Data Processing (Pengolahan Data)

Data-data yang telah diperoleh selanjutnya diolah menjadi suatu

informasi yang runtut, jelas, dan bermakna. Pengolahan data dapat

dilakukan dengan berbagai cara, seperti diacak, diklasifikasikan,

maupun dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat

kepercayaan tertentu.

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

12

(5) Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan kebenaran hipotesis awal yang telah dikemukakan.

Pembuktian didasarkan pada hasil pengolahan data yang telah

dilakukan pada tahap sebelumnya.

(6) Generalization (Menarik Simpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi atau penarikan simpulan adalah proses menarik

sebuah simpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk

semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil

verifikasi. Setelah penarikan simpulan, siswa harus memperhatikan

proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran

atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari

pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan

generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

2.2 Scientific Approach (Pendekatan Ilmiah)

Sains bukanlah pengetahuan yang statis melainkan sebuah proses yang

terus menerus tentang penjelajahan dunia dan pencarian untuk mendapatkan

sebuah pengertian yang terpercaya mengenai hal tersebut (Jarrard, 2001: 2).

Sifat dinamis yang dimiliki oleh sains mengharuskan adanya pendekatan

yang sesuai dalam membelajarkan sains kepada siswa. Pendekatan

merupakan langkah-langkah yang diciptakan berorientasi pada pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan (Saptorini, 2011: 50).

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

13

Pelaksanaan kurikulum 2013 mengamanatkan pendekatan ilmiah

dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Pendekatan ilmiah adalah suatu

pendekatan yang menonjolkan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,

pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Oleh karena itu,

proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah harus dilaksanakan

berdasarkan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan atau kriteria ilmiah. Menurut

Komara (2013) terdapat beberapa kriteria suatu proses pembelajaran disebut

ilmiah, yakni :

(1) Materi pembelajaran berbasis fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu.

(2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-

peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran

subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

(3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,

analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan

masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

(4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik

dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari

substansi atau materi pembelajaran.

(5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,

menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan

objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

14

(6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

(7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun

menarik sistem penyajiannya.

Hasil pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan scientific

(Scientific Approach) diperoleh melalui kegiatan proses mengamati,

menanya, mencoba atau mengumpulkan data dan atau informasi,

mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013: 5).

Penjelasan masing-masing proses adalah sebagai berikut:

(1) Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan

konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi,

melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.

(2) Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun

pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan

teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar siswa memiliki

kemapuan berpikir tingkat tinggi (critical thingking skill) secara kritis,

logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan

diskusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi

kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan

dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa daerah.

(3) Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan

siswa untuk memperkuat pemahaman konsep dan prinsip/prosedur

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

15

dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreativitas, dan

keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan,

merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh,

menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk

mesin komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini.

(4) Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan

berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi,

diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan

dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam

kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas antara lain

menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori,

menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan

lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan

mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (high

order thinking skills) hingga berpikir metakognitif.

Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah harus mengikuti beberapa

prinsip. Prinsip ini dibuat untuk membimbing guru dalam menyusun

langkah-langkah pembelajaran sehingga pendekatan yang digunakan terarah

dan sesuai. Menurut Kemendikbud (2013: 10) prinsip-prinsip tersebut

adalah sebagai berikut:

(1) Pembelajaran berpusat pada siswa;

(2) Pembelajaran membentuk students’ self concept;

(3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme;

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

16

(4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi

dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip;

(5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir

siswa;

(6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi

mengajar guru;

(7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan

dalam komunikasi;

(8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang

dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

2.3 Keterampilan Proses Sains

Keterampilan Proses Sains (KPS) merupakan keterampilan-

keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan

mengembangkan produk sains (Anitah, 2007: 8). KPS menekankan pada

pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan

mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan diartikan kemampuan

menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk

mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas.

Indikator dan sub-indikator keterampilan proses sains dapat dilihat

pada Tabel 2.1.

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

17

Tabel 2.1 Indikator dan Sub-indikator KPS

No. Indikator Keterampilan

Proses Sains Sub-indikator Keterampilan Proses Sains

1 Mengamati - Menggunakan sebanyak mungkin alat indera

- Mengumpulkan dan menggunakan fakta yang relevan

2

Mengelompokkan atau

klasifikasi

- Mencatat setiap pengamatan secara terpisah

- Mencari perbedaan dan persamaan

- Mengontraskan ciri-ciri

- Membandingkan

- Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan

3 Menafsirkan - Menghubungkan hasil-hasil pengamatan

- Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan

- Menyimpulkan

4

Meramalkan - Menggunakan pola-pola hasil pengamatan

- Mengungkapkan apa yang mungkin terjadi pada keadaan

yang belum diamati

5 Mengajukan pertanyaan - Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana.

- Bertanya untuk meminta penjelasan.

- Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis.

6 Merumuskan hipotesis - Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan

penjelasan dari suatu kejadian.

- Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak

atau melakukan cara pemecahan masalah.

7

Merencanakan

percobaan

- Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan

digunakan

- Menentukan variabel atau faktor penentu.

- Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat.

- Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah

kerja

8 Menggunakan alat dan

bahan

- Memakai alat dan bahan

- Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan.

- Mengetahui bagaimana menggunakan alat dan bahan.

9 Menerapkan konsep - Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi

baru

- Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk

menjelaskan apa yang sedang terjadi

10

Mengkomunikasikan

hasil

- Mengubah bentuk penyajian

- Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau

pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram - Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis

- Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian

- Membaca grafik atau tabel atau diagram

- Mendiskusikan hasil kegiatan mengenai suatu masalah

atau suatu peristiwa.

(Widodo, 2009: 1)

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

18

2.4 Hubungan antara Model Pembelajaran Discovery Learning

dengan Scientific Approach dan Keterampilan Proses Sains

Discovery learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa

tidak diberikan pengetahuan dalam bentuk akhir, melainkan siswa berperan

aktif dalam menemukan dan membangun suatu konsep. Proses penemuan

konsep tersebut menggunakan langkah-langkah yang berorientasi pada

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pendekatan ilmiah (Scientific

Approach) yang berdasar atas kinerja para ilmuwan dalam menemukan

sesuatu, merupakan pendekatan yang sesuai untuk membimbing siswa

dalam proses penemuan layaknya seorang ilmuwan sehingga apa yang

ditemukan benar-benar terpercaya dan teruji.

Penemuan konsep dalam discovery learning dapat dilakukan melalui

berbagai kegiatan, salah satunya praktikum. Pelaksanaan praktikum yang

dimaksud tidak hanya kegiatan yang membuat siswa memiliki keterampilan

dalam melaksanakan praktikum saja, melainkan keterampilan yang

melibatkan 10 indikator keterampilan proses sains. Siswa dituntut untuk

terlibat dalam proses penemuan sebuah jawaban dari permasalahan yang

diberikan, sehingga keterampilan praktikum siswa dapat disebut sebagai

keterampilan proses sains. Oleh karena itu, dengan menerapkan model

pembelajaran discovery learning dengan scientific approach diharapkan

dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa dalam lingkup materi

pokok.

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

19

2.5 Kajian Penelitian yang Relevan

2.5.1 Scientific Discovery Learning with Computer Simulations of Conceptual

Domains

Penelitian yang dilakukan oleh Ton de Jong dan Wouter R. van

Joolingen (1998) membahas mengenai penggunaan simulasi komputer

dalam pembelajaran dengan model Scientific Discovery Learning. Dalam

penelitiannya, De Jong dan Van Joolingen menyampaikan efektivitas dan

efisiensi pembelajaran discovery learning. Menurut mereka, tugas utama

siswa dalam pembelajaran discovery learning adalah mengetahui

karakteristik suatu model berdasarkan simulasi. Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa discovery learning dengan simulasi dapat

menumbuhkan inisiatif siswa dalam proses pembelajaran.

2.5.2 The Effect of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry

Learning Skill

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Ali

Gunay Balim (2009) bertujuan untuk mengetahui pengaruh discovery

learning pada kemampuan inkuiri, pencapaian akademik, dan ingatan

mengenai pengetahuan siswa. Objek penelitian adalah siswa kelas VII.

Balim menyatakan bahwa discovery learning adalah sebuah model yang

mendorong siswa untuk menarik simpulan berdasarkan aktivitas dan

pengamatan yang dilakukan oleh dirinya sendiri. Hasil dan simpulan dari

penelitian ini adalah model discovery learning dapat meningkatkan

pencapaian dan kemampuan inkuiri siswa.

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

20

2.5.3 Studying the Effect of Guided Discovery Learning on Reinforcing the

Creative Thinking of Sixth Grade Girl Students in Qom during 2012-2013

Academic Year

Tujuan utama dalam penelitian yang dilakukan oleh Ali Gholamian

(2013) adalah mempelajari pengaruh guided discovery learning sebagai

salah satu model aktif membelajarkan siswa yang memiliki keterampilan

berpikir kreatif. Penelitian ini dilakukan kepada siswa perempuan kelas VI

yang berjumlah 50 orang. Siswa tersebut kemudian dibagi menjadi kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan

guided discovery learning, sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran

tradisional. Setelah dilakukan analisis data dapat disimpulkan bahwa guided

discovery learning adalah sebuah langkah yang efisien untuk meningkatkan

keterampilan berpikir kreatif siswa.

2.5.4 Secondary School Students’ Assessment of Innovative Teaching Strategies

in Enhancing Achievement in Physics and Mathematics

Penelitian yang dilakukan oleh Agommuoh dan Ifeanacho (2013)

adalah sebuah penelitian deskriptif untuk meneliti penilaian siswa SMA

terhadap strategi pembelajaran inovatif dalam meningkatkan pencapaian

dalam fisika dan matematika. Pencapaian yang dimaksud meliputi

pengembangan keterampilan proses (mengobservasi, mengklasifikasikan,

mengkomunikasikan, mengukur, mengestimasi, dan memprediksi),

keterampilan pemecahan masalah dan penyelidikan, berpikir logis,

menghubungkan, dan kreatif. Penelitian dilakukan dengan memilih 190

siswa dari 394 sekolah dengan teknik purposive sampling. Hasilnya adalah

para siswa setuju bahwa strategi pembelajaran inovatif yang meliputi model

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

21

inkuiri, discovery learning, diskusi, bermain peran, simulasi, permainan,

kelompok belajar, brainstorming, dan strategi sejenis dapat meningkatkan

pencapaian dalam fisika dan matematika. Peneliti merekomendasikan

strategi pembelajaran inovatif yang telah diteliti untuk digunakan dalam

proses pembelajaran fisika dan matematika di sekolah.

2.6 Analisis Materi Pokok

Materi koloid memiliki beberapa sub-materi yang harus dipahami

dengan baik oleh siswa. Sub-materi dalam materi pokok koloid adalah

sistem koloid, sifat koloid, dan pembuatan koloid. Pemahaman yang baik

akan diperoleh siswa melalui proses pembelajaran yang efektif. Oleh karena

itu, peneliti menganalisis hal tersebut.

2.6.1 Sistem Koloid

2.6.1.1 Pengertian Sistem Koloid

Campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat di mana di

dalam penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya

masing-masing (Chang, 2008: 7). Berdasarkan ukuran partikel terlarut

dalam campuran, campuran dibagi menjadi 3, yaitu larutan, koloid, dan

suspensi (Davis, 2006: 425).

Koloid adalah campuran yang tidak mengendap atau memisah

menjadi fase yang berbeda (Jespersen et all, 2012: 264). Koloid terdiri

atas fase terdispersi dalam ukuran tertentu dalam medium pendispersi.

Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi (terlarut), sedangkan

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

22

medium atau zat yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium

pendispersi (pelarut).

Sistem koloid banyak dijumpai dalam bidang kimia terapan dan

kimia industri, baik dalam proses pembuatan maupun hasilnya (Kasmadi

& Gatot, 2008: 253). Hasil-hasil industri ini banyak kita gunakan dan

mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti kosmetik,

detergen, margarin, susu, dan lain sebagainya.

Sistem koloid berbeda dengan larutan maupun suspensi.

Meskipun ketiganya merupakan campuran tetapi ketiganya mempunyai

sifat yang berbeda antar satu dan lainnya. Perbedaan antar campuran

tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Perbandingan Sifat Larutan, Koloid, dan Suspensi

Larutan Koloid Suspensi

Homogen, tidak

dapat dibedakan

walaupun

menggunakan

mikroskop ultra

Homogen secara

makroskopis tetapi

heterogen jika dilihat

dengan mikroskop

ultra

Heterogen, baik secara

makroskopis maupun

mikroskopis

Ukuran partikelnya

< 1 nm

Ukuran partikelnya

antara 1 nm s.d 1000

nm

Ukuran partikelnya

> 1000 nm

Terdiri atas satu fase Terdiri atas dua fase Terdiri atas dua fase

Stabil Pada umumnya stabil

(tidak memisah

apabila didiamkan)

Tidak stabil

Tidak dapat disaring

menggunakan

penyaring biasa

maupun penyaring

ultra

Hanya dapat disaring

menggunakan

penyaring ultra

Dapat disaring

(Purba, 2004: 283)

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

23

2.6.1.2 Jenis-jenis Koloid

Penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase terdispersi

dan medium pendispersinya. Koloid yang mengandung fase terdispersi

padat disebut sol, koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut

emulsi, dan koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih

(Parning et all, 2006: 161). Jenis-jenis koloid disajikan pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Jenis-jenis Sistem Koloid

Jenis Fase

terdispersi

Medium

pendispersi Contoh

Busa Gas Cair Buih sabun, krim kocok

Busa padat Gas Padat Batu apung, marshmallow

Aerosol cair Cair Gas Kabut, awan

Aerosol padat Padat Gas Asap, debu di udara, asbut

Emulsi Cair Cair Krim, mayonais, susu

Emulsi padat Cair Padat Mentega, keju

Sol Padat Cair Cat, jelli (agar-agar)

Sol padat Padat Padat Panduan logam, mutiara

(Jespersen et all, 2012: 624)

Selain digolongkan berdasarkan fase terdispersi dan medium

pendispersinya koloid juga dibedakan berdasarkan sifatnya terhadap

pelarutnya. Koloid yang “suka” terhadap pelarutnya disebut koloid liofil,

contohnya adalah kanji, sabun, dan tepung. Sedangkan koloid yang takut

pelarutnya disebut koloid liofob, contohnya adalah sol emas, besi (II)

hidroksida, arsen (III) sulfat, dan lain-lain (Kasmadi & Gatot, 2008: 26).

2.6.2 Sifat-sifat Koloid

Koloid memiliki sifat khas yang berbeda dengan larutan sejati dan

suspensi (Purba, 2004: 287). Sifat-sifat koloid, yaitu:

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

24

(1) Efek Tyndall

Efek Tyndall adalah terhamburnya cahaya oleh partikel koloid.

Efek ini sering digunakan untuk membedakan larutan sejati dengan

koloid karena larutan sejati tidak menghamburkan cahaya.

(2) Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerak zig-zag partikel koloid. Gerak ini dapat

diamati menggunakan mikroskop ultra. Gerak Brown terjadi akibat

tumbukan yang tidak seimbang antara fase terdispersi dengan medium

pendispersi. Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang

menstabilkan koloid karena dengan adanya gerak Brown partikel koloid

dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak terjadi sedimentasi

(Purba, 2004: 288).

(3) Muatan Koloid

a. Elektroforesis

Partikel koloid ada yang bermuatan dan ada yang tidak

bermuatan. Muatan suatu partikel koloid dapat diketahui melalui

elektroforesis. Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid

dalam medan listrik.

b. Adsorpsi

Partikel koloid yang bermuatan dapat menyerap berbagai

macam zat pada permukaan. Penyerapan pada permukaan ini

disebut adsorpsi. Zat yang diadsorpsi bukan hanya ion maupun zat

lain yang bermuatan, tetapi juga molekul-molekul netral.

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

25

Kemampuan adsorpsi partikel koloid dimanfaatkan dalam bidang

industri dan kehidupan sehari-hari, antara lain pemutihan gula tebu,

pembuatan norit, penjernihan air, pembuatan deodoran, dan lain-

lain.

(4) Koagulasi

Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat

terjadi jika terdapat dua sol yang bermuatan bercampur, penetralan

elektroforesis muatan sol oleh elektroda, pemanasan sol, dan

penambahan elektrolit pada sol. Semakin besar valensi suatu elektrolit

semakin mudah menggumpalkan sol (Kasmadi & Gatot, 2008: 27).

Sifat partikel koloid yang dapat terkoagulasi (menggumpal)

dimanfaatkan dalam berbagai proses, contohnya penjernihan air,

penggumpalan karet dalam lateks, dan pembuatan mesin Cotrell pada

pembuangan gas di pabrik-pabrik. Selain itu fenomena pembentukan

delta di muara sungai juga merupakan salah satu contoh peristiwa

koagulasi di alam.

(5) Koloid Pelindung

Pada beberapa proses, suatu koloid perlu untuk dipecahkan. Akan

tetapi, di lain pihak koloid perlu dijaga supaya tidak menggumpal.

Perlindungan ini dilakukan dengan menambahkan suatu koloid

pelindung, yakni suatu koloid yang ditambahkan dalam sistem koloid

lainnya untuk menstabilkan sistem koloid tersebut. Contoh pemanfaatan

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

26

sifat koloid yang dapat digunakan sebagai koloid pelindung adalah

dalam pembuatan es krim, cat, dan tinta.

(6) Dialisis

Dialisis adalah suatu proses untuk menghilangkan ion-ion yang

mengganggu kestabilan koloid. Sistem kerja dialisis adalah dengan

memasukkan sistem koloid ke dalam suatu membran semipermeabel,

yakni membran yang dapat dilewati oleh partikel-partikel kecil seperti

ion dan molekul sederhana tetapi tidak dapat dilewati oleh partikel

koloid. Proses dialisis secara alamiah terjadi dalam proses pemisahan

hasil-hasil metaboliseme dalam darah oleh ginjal. Adaptasi proses ini

dilakukan dalam proses cuci darah bagi penderita penyakit ginjal.

2.6.3 Pembuatan Koloid

Suatu sistem koloid dapat dibuat dari larutan sejati maupun

suspensi (et all, 2006: 170). Pembuatan koloid dari larutan sejati dilakukan

dengan mengelompokkan partikel larutan sejati sehingga berukuran seperti

partikel koloid, cara ini disebut cara kondensasi. Cara kondensasi Parning

pada dasarnya adalah proses pembuatan koloid melalui reaksi kimia terlebih

dahulu (Kasmadi & Gatot, 2008: 27). Sedangkan pembuatan koloid dari

suspensi dilakukan dengan memperkecil partikel suspensi sehingga

berukuran seperti partikel koloid, cara ini disebut cara dispersi. Adapun

penjelasan masing-masing cara pembuatan sistem koloid adalah sebagai

berikut:

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

27

(1) Cara kondensasi

a. Reaksi hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Reaksi ini umumnya

digunakan dalam pembuatan koloi-koloid basa dari suatu garam.

b. Reaksi redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai dengan perubahan

bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil oksidasi

atau reduksi.

c. Pertukaran ion

Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid

dari zat-zat yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi

kimia.

(2) Cara dispersi

a. Cara mekanik (dispersi langsung)

Cara ini dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel fase

terdispersi. Biasanya dilakukan dengan penggilingan atau

penggerusan menggunakan lumpang atau penggiling koloid. Hasil

penggerusan atau penggilingan kemudian diaduk dengan medium

pendispersi.

b. Homogenisasi

Dilakukan dengan menggunakan mesin homogenisasi.

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

28

c. Peptisasi

Cara ini dilakukan dengan memecah partikel besar dari suspensi

menjadi partikel koloid dengan bantuan zar pemeptisasi (pemecah).

d. Busur Bredig

Mekanisme Busur Bredig merupakan gabungan dari cara dispersi

dan kondensasi. Biasanya digunakan dalam pembuatan sol-sol

logam.

2.7 Kerangka Berpikir

Materi kimia SMA memang membutuhkan pemahaman cukup tinggi

sehingga membuat siswa menjumpai banyak kesulitan dalam memahami

dan mendalaminya. Materi koloid berisi konsep-konsep yang banyak

dijumpai dalam kehidupan sehari-hari akan tetapi memerlukan pemahaman

yang tinggi dalam mempelajari konsep-konsep tersebut. Pembelajaran yang

cenderung bersifat verbalisme kurang cocok diterapkan dalam materi ini

karena siswa akan cenderung menghafal sehingga lebih mudah lupa. Siswa

akan lebih paham jika melakukan praktikum karena mereka dapat

menemukan dan menguji sendiri konsep yang dipelajari. Berdasarkan

masalah pembelajaran tersebut, peneliti menyusun suatu kerangka berpikir

mengenai penerapan model pembelajaran discovery learning dengan

scientific approach untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa

SMA. Penerapan model dan pendekatan ini mendorong siswa untuk aktif

dalam memahami konsep kimia sekaligus meningkatkan keterampilan

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

29

psikomotorik siswa karena siswa diajak untuk menemukan konsep melalui

berbagai kegiatan.

Masalah pembelajaran kimia di SMAN 1

Kendal

- Hasil belajar kognitif sudah baik ( > KKM 77)

- Siswa kurang aktif dalam pembelajaran

- Kegiatan praktikum jarang dilakukan

- Hasil belajar psikomotorik kurang

Keterampilan psikomotorik siswa perlu ditingkatkan

Penerapan model pembelajaran discovery learning

dengan scientific approach untuk meningkatkan

ketrampilan psikomotorik siswa melalui sepuluh

indikator KPS

Keterampilan psikomotorik

siswa meningkat

Penelitian

Tindakan

Kelas

Observasi Wawancara

XI IPA 1

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

30

2.8 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir, maka hipotesis

tindakan penelitian ini adalah penerapan model discovery learning dengan

scientific approach dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

31

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang

dilakukan di kelas XI IPA 1 SMAN 1 Kendal tahun ajaran 2013/2014.

Teknik pemilihan kelas berdasarkan pertimbangan dari guru pengampu dan

pengamatan peneliti selama kegiatan PPL karena siswa kelas XI IPA 1

kurang aktif dalam pembelajaran dan KPS yang rendah sehingga perlu

ditingkatkan. Siswa kelas XI IPA 1 berjumlah 36 orang, terdiri atas 16 siswa

laki-laki dan 20 siswa perempuan.

3.2 Sumber Data

Data dalam penelitian ini meliputi penilaian psikomotorik siswa pada

keterampilan proses sains, penilaian afektif yang didasarkan pada hasil

pengamatan selama pembelajaran, dan penilaian kognitif siswa setelah

pembelajaran yang diperoleh melalui ulangan pada akhir bab.

3.3 Teknik dan Alat Pengumpul Data

3.3.1 Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan dokumen atau

data-data yang mendukung penelitian. Pengumpulan data meliputi daftar

nama siswa kelas XI IPA 1, nilai ulangan harian semester I, dan wawancara

dengan guru mata pelajaran kimia.

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

32

3.3.2 Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengetahui kinerja siswa

dalam melaksanakan praktikum di laboratorium dan sikap siswa dalam

pembelajaran. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar

pengamatan yang telah melalui tahap validasi dan dilakukan oleh tiga

pengamat. Kisi-kisi lembar pengamatan kinerja di laboratorium

dikembangkan berdasarkan sepuluh indikator KPS dalam lingkup materi

koloid.

3.3.3 Tes

Metode tes digunakan untuk mengetahui pencapaian siswa dalam

aspek kognitif setelah pembelajaran. Tes yang diberikan berupa soal uraian

yang diberikan setiap akhir siklus.

3.4 Validasi Data

3.4.1 Validitas Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains

Pengujian validitas instrumen non-tes dilakukan secara expert validity

yaitu validitas yang disesuaikan dengan kurikulum dan dikonsultasikan serta

disetujui oleh ahli (Widodo, 2009: 60). Dalam hal ini ahli yang dimaksud

yaitu dosen dan guru pengampu.

Instrumen lembar observasi yang telah disetujui oleh para ahli

diujicobakan untuk mendapatkan validitas instrumen dan validitas butirnya.

Data yang telah ditabulasikan dilanjutkan dengan analisis faktor, yaitu

dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen. Analisis faktor

dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

33

(1) Mengklasifikasikan faktor-faktor sesuai instrumen yang digunakan.

Pada lembar observasi yang telah dibuat dengan 18 butir,

diklasifikasikan butir-butir tersebut kedalam 3 (tiga) faktor yaitu:

persiapan praktikum (faktor 1), pelaksanaan praktikum (faktor 2), dan

pelaporan praktikum (faktor 3). Dimana faktor 1 terdiri atas lima butir,

faktor 2 terdiri atas tujuh butir, dan faktor 3 terdiri atas lima butir.

(2) Membuat tabel analisis faktor berdasarkan pengklasifikasian faktor

yang telah dibuat sebelumnya.

Tabel 3.1 Format Data Analisis Faktor Uji Coba Instrumen

No.

Res.

Skor Faktor 1

untuk Butir No: Jml

1

(X1)

Skor Faktor 2 untuk

Butir No: Jml

2

(X2)

Skor Faktor 3

untuk Butir No: Jml

3

(X3)

Jml

Skor

Total

(Y) 1 2 3 4 5 6 7 8 ... 12 13 14 ... 18

R-01

R-02

R-03

R-04

R-05

(3) Menghitung korelasi antara jumlah faktor 1 (X1) dengan jumlah total

(Y) sebagai ry1, jumlah faktor 2 (X2) dengan jumlah total (Y) sebagai

Ry2 dan jumlah faktor 3 (X3) dengan jumlah total (Y) sebagai Ry3. Bila

korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya lebih dari 0,3 maka

faktor tersebut merupakan konstruk yang kuat (Sugiyono, 2010: 178).

(4) Menghitung korelasi antara skor butir dengan skor total (Y) untuk

mendapatkan validitas butir. Sesuai jumlah butir, maka ada 17 koefisien

korelasi yang perlu dihitung. Bila harga korelasi dibawah 0,30 maka

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

34

dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid sehingga

harus diperbaiki (Sugiyono, 2010: 179).

Perhitungan korelasi sederhana dihitung menggunakan rumus:

∑ (∑ ) ∑

√{ ∑ ∑

} { ∑ ∑

}

(Sudjana, 2005: 369)

Keterangan :

ryi = korelasi antara Xi dengan Y

N = jumlah responden ∑ = jumlah total Xi.Y

∑ = jumlah total Xi

∑ = jumlah total Y

∑ = jumlah kuadrat total Xi

∑ = jumlah kuadrat total Y

= 1, 2, 3

Tabel 3.2 Format Tabel Perhitungan Validitas Butir

No. Item Rhitung Rkritis Keputusan

R1y 0,3 Valid/ Tidak valid

R2y

0,3 Valid/ Tidak valid

R3y

0,3 Valid/ Tidak valid

...

0,3 Valid/ Tidak valid

R17y

0,3 Valid/ Tidak valid

R18y 0,3 Valid/ Tidak valid

3.4.2 Reliabilitas Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains

Pengujian reliabilitas lembar observasi menggunakan pengujian

reliabilitas Raters dengan tiga observer. Data kemudian ditabulasikan

seperti dalam Tabel 3.3,

Tabel 3.3 Format Tabel Perhitungan Reliabilitas KPS

Responden Nilai Observer

ΣXp (ΣXp)2

Rater 1 Rater 2 Rater 3 Rater 4

R1 x1 x10 x19 X28 ΣX1 (ΣX1)2

R2 x2 x11 x20 X29 ΣX2 (ΣX2)2

R3 x3 x12 x21 X30 ΣX3 (ΣX3)2

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

35

R4 x4 x13 x22 X31 ΣX4 (ΣX4)2

R5 x5 x14 x23 X32 ΣX5 (ΣX5)2

R6 x6 x15 x24 X33 ΣX6 (ΣX6)2

R7 x7 x16 x25 X34 ΣX7 (ΣX7)2

R8 x8 x17 x26 x35 ΣX8 (ΣX8)2

R9 x9 x18 x27 x36 ΣX9 (ΣX9)2

ΣXp ΣXA ΣXB ΣXC Σ(ΣXp) Σ(ΣXp)

2 (ΣXp)

2 (ΣXA)2 (ΣXB)2 (ΣXC)2

(Mardapi, 2000: 18)

Keterangan:

R1/ 2/ 3.. = responden atau subjek

A/ B/ C = observer

x1/ 2/ 3... = nilai dari para observer

np = jumlah responden

nr = jumlah raters atau observer

kemudian dihitung dengan rumus:

(1) Jumlah Kuadrat Total (JKT)

JKT = (

∑ ∑

dbt = (np x nr) – 1

(2) Jumlah Kuadrat antar Raters (JKt)

JKt = ∑

∑ ∑

dbt = nr – 1

(3) Jumlah Kuadrat antar Subjek (JKs)

JKs = ∑ ∑

∑ ∑

dbt = np – 1

(4) Jumlah Kuadrat Residu (JKr)

JKr = JKT ─ JKt ─ JKs

dbs = (np - 1) x 2

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

36

Tabel 3.4 Ringkasan Anava untuk Perhitungan Reliabilitas Rating

Variasi JK Db MK

JKT ... (np × nr) - 1 ─

JK antar raters ... nr - 1 ─

JKs ... np - 1

(Vp)

JKr ... (np - 1) × 2

(Ve)

(Mardapi, 2000: 19)

Reliabilitas instrumen penilaian untuk seorang rater atau observer:

Sedangkan untuk besarnya reliabilitas rerata dari tiga rater atau observer

adalah:

Keterangan:

R11 = reliabilitas penilaian untuk seorang rater atau observer

Rkk = reliabilitas rerata dari ketiga rater atau observer

Vp = varian untuk responden

Ve = varian untuk kesalahan

k = jumlah rater atau observer

3.4.3 Validitas Instrumen Penilaian Kognitif dan Afektif

Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas konstruk setelah

diuji secara construct validity yaitu validitas yang disesuaikan dengan

kurikulum dan dikonsultasikan serta disetujui oleh ahli (Sugiyono, 2010:

177). Dalam hal ini, ahli yang dimaksud adalah dosen dan guru pengampu.

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

37

3.4.4 Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif

Penilaian dalam ranah kognitif menggunakan soal essay. Reliabilitas

instrumen dihitung dengan menggunakan Cronbach Alpha. Data yang

diperoleh ditabulasikan seperti dalam Tabel 3.5,

Tabel 3.5 Format Tabel Perhitungan Reliabilitas Instrumen

Penilaian Kognitif

No.

Responden

Skor Jawaban TOTAL TOTAL

2

1 2 3 ... 25

R-01

R-02

R-36

Jumlah

Jumlah2

Kemudian dihitung dengan rumus:

[

] [

]

Keterangan:

r = koefisien reliabilitas instrumen (cronbach alpha)

k = banyaknya butir soal

∑ = total varians butir

= total varians

a) Varians butir dihitung dengan cara sebagai berikut:

∑ ∑

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

38

b) Total varians dihitung dengan cara sebagai berikut:

∑ ∑

3.4.5 Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif

Reliabilitas untuk instrumen lembar observasi menggunakan rumus

Spearman Rank yaitu dengan pemberian rangking pada variabel yang akan

diukur, rumus yang digunakan yaitu :

Keterangan:

: reliabilitas instrumen

: jumlah objek yang diamati

: beda peringkat pengamat 1 dan 2

(Sugiyono, 2006: 229)

3.5 Hasil Uji Coba Instrumen

3.5.1. Validitas Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains

Instrumen yang telah disetujui para ahli diuji cobakan pada kelas uji

coba. Data yang telah ditabulasikan dilanjutkan dengan analisis faktor, yaitu

dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan menggunakan

rumus: ∑ (∑ ) ∑

√{ ∑ ∑

} { ∑ ∑

}

.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh:

1) Koefisien korelasi antara X1 dengan Y (ry1) = 0,733392

2) Koefisien korelasi antara X2 dengan Y (ry2) = 0,351835

3) Koefisien korelasi antara X3 dengan Y (ry3) = 0,515157.

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

39

Karena ry1, ry2, dan ry3 ≥ 0,3 maka instrumen lembar observasi dapat

dikatakan memiliki konstruk yang kuat.

Validitas butir didapat dengan menghitung korelasi antara skor butir

dengan skor total (Y). Sesuai jumlah butir, maka ada 18 koefisien korelasi

yang perlu dihitung. Bila harga korelasi dibawah 0,30 maka dapat

disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid sehingga harus

diperbaiki (Sugiyono, 2009: 179).

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nomor butir 5, 8, 12, 14

dan 15 memiliki koefisien korelasi < 0,3 sehingga dinyatakan tidak valid.

Butir yang tidak valid ini diperbaiki karena mewaliki indikator KPS yang

diajarkan.

3.5.2. Reliabilitas Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains

Pengujian reliabilitas lembar observasi menggunakan pengujian

reabilitas Raters dengan tiga observer (Mardapi, 2000: 18). Setelah

dilakukan analisis data terhadap nilai KPS pada kelas uji coba, diketahui

reliabilitas untuk seorang rater atau observer sebesar 0,704083 dan

reliabilitas dari tiga observer sebesar 0,92246. Dengan α = 5% pada n = 36,

diperoleh rtabel = 0,32. Nilai rhitung ≥ rtabel sehingga dapat dikatakan bahwa

instrumen sudah reliabel. Reliabilitas raters menunjukkan kesepahaman

antar tiga observer sehingga dengan menggunakan instrumen ini hasil

penelitian atau penarikan kesimpulan bisa dipertanggungjawabkan.

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

40

3.5.3. Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif

Penilaian dalam ranah kognitif menggunakan soal essay. Reliabilitas

instrumen dihitung dengan menggunakan Cronbach Alpha.

Data yang diperoleh ditabulasikan kemudian dihitung dengan rumus

reliabilitas Cronbach-Alpha. Hasil perhitungan pada α=5% dengan n=36

diperoleh rhitung = 0,794. Karena rhitung > 0,6 jadi instrumen reliabel.

3.5.4 Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif

Reliabilitas untuk instrumen lembar observasi afektif menggunakan

rumus Spearman Rank yaitu dengan pemberian rangking pada variabel yang

akan diukur. Perhitungan menunjukkan rho hitung=0,556. Nilai rho hitung >

0,399 sehingga lembar pengamatan reliabel dan terjadi kesepakatan antara

pengamat I dan II.

3.6 Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mengolah data yang diperoleh setelah

mengadakan penelitian, sehingga didapat suatu kesimpulan tentang keadaan

yang sebenarnya dari obyek yang diteliti. Analisis data yang digunakan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.6.1. Uji Normalitas Nilai Keterampilan Proses Sains Siswa

Uji kenormalan dilakukan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak sehingga langkah selanjutnya tidak

menyimpang dari kebenaran dan dapat dipertanggungjawabkan. Uji statistik

yang digunakan adalah uji chi-kuadrat dengan rumus :

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

41

(Sudjana, 2005: 273)

Keterangan :

X2

= chi kuadrat

Oi = frekuensi hasil pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

K = banyaknya kelas

Harga X2

hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan X2

tabel dengan

taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = k – 3. Data berdistribusi

normal jika X2 hitung < X

2tabel (Sudjana, 2005: 273).

Setelah perhitungan diketahui bahwa data berdistribusi normal,

maka dilakukan uji statistika parametrik.

3.6.2. Uji Peningkatan Nilai Keterampilan Proses Sains Siswa

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai KPS siswa

telah mengalami peningkatan secara signifikan. Rumus yang digunakan

sebagai berikut:

(Sugiyono, 2010: 96)

Keterangan:

Sd = standar deviasi

n = banyaknya siswa

B = selisih rata-rata

Hipotesis yang diuji dalam analisis ini yaitu :

Ho : µ2 < µ1 (nilai KPS belum meningkat secara signifikan)

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

42

Ha : µ2 ≥ µ1 (nilai KPS meningkat secara signifikan)

Melalui uji pihak kiri, apabila thitung > ttabel dengan dk = n-1, maka

peningkatan nilai keterampilan proses sains siswa signifikan atau berarti.

3.6.3. Analisis Presentase Peningkatan Nilai Keterampilan Proses Sains Siswa

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui presentase peningkatan

nilai KPS siswa dari siklus I ke siklus II, dihitung dengan rumus berikut ini:

Keterangan:

= rata-rata nilai KPS siswa siklus I

= rata-rata nilai KPS siswa siklus II

3.6.4. Kategorisasi Nilai Keterampilan Proses Sains Siswa

Nilai KPS siswa dikonversikan pada skala 0 – 100 terlebih dahulu

dengan rumus sebelum nilai dikategorisasi:

(Sudjana, 2005: 47)

Kemudian nilai yang sudah dikonversikan, dikategorisasi sesuai ketentuan

pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Ketentuan Kategori Nilai KPS Siswa

Rentang Nilai Kategori

85 ≤ x Sangat Baik

75 ≤ x < 85 Baik

65 ≤ x < 75 Cukup

x < 65 Kurang

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

43

3.6.4 Analisis Ketercapaian Indikator Keberhasilan

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui presentase ketercapaian

klasikal (keberhasilan kelas). Rumus yang digunakan untuk mengetahui

presentase ketercapaian indikator keberhasilan yaitu:

Keterangan:

n = jumlah seluruh siswa

X = jumlah siswa

(Anonim dalam Melly, 2009: 40)

3.7 Indikator Kinerja

Indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah lebih dari

sama dengan 70% dari jumlah siswa kelas XI IPA 1 mendapat nilai

keterampilan proses sains siswa dalam kategori minimal baik. Hal ini berarti

minimal 22 dari 36 siswa kelas XI IPA 1 mendapat nilai keterampilan

proses sains lebih dari sama dengan 75.

3.8 Prosedur Tindakan

Prosedur penelitian tindakan kelas pada penelitian ini didasarkan pada

pendekatan yang dikembangkan oleh Lewin yang terdiri atas perencanaan,

tindakan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2006: 92). Adapun rancangan

penelitian dalam bentuk bagan adalah sebagai berikut:

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

44

Gambar 3.1 Urutan Pelaksanaan PTK

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri atas empat langkah yaitu

perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan

refleksi (reflecting). Berikut penjelasan mengenai empat tahap tersebut:

1. Perencanaan (Planning)

Langkah perencanaan merupakan skenario yang dilakukan untuk

melakukan tindakan, dimana di dalamnya dilakukan kolaborasi antara

peneliti dengan guru pengampu. Perencanaan tindakan meliputi

pembuatan RPP, persiapan bahan ajar, persiapan media pembelajaran,

dan instrumen penilaian.

Observasi Permasalahan Perencanaan

Tindakan

Pengamatan

Refleksi Perencanaan

Tindakan

Pengamatan

Refleksi

Siklus

I

Siklus

II

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

45

2. Tindakan (Acting)

Langkah tindakan merupakan implementasi dari apa yang telah

direncanakan. Dalam penelitian ini tindakan untuk tiap siklus adalah

mengajarkan keterampilan praktikum sebagai keterampilan proses sains

dengan model pembelajaran discovery learning dengan scientific

approach.

3. Pengamatan (Observing)

Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilakukan secara bersamaan, dan

pengamatan dilakukan oleh tiga pengamat untuk menghindari

subjektivitas. Pengamatan dilakukan dengan instrumen lembar

observasi beserta panduan penilaian.

4. Refleksi (Reflecting)

Langkah refleksi merupakan langkah dimana pada tahap ini dianalisis

kemajuan keterampilan proses sains siswa dan kendala-kendala yang

muncul ketika dilaksanakan tindakan untuk perbaikan pada siklus

berikutnya.

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

46

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terlaksana dalam dua siklus dan

dilakukan pada 6 Mei 2014 sampai 30 Mei 2014 pada materi koloid.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh data hasil penelitian

berupa angka-angka yang dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya

peningkatan KPS siswa setelah model pembelajaran discovery learning

dengan scientific approach diterapkan dalam pembelajaran. Data-data

tersebut meliputi hasil observasi KPS siswa, hasil tes kognitif, dan hasil

observasi afektif yang dilaksanakan selama penelitian.

4.1.1 Pra-penelitian

Penelitian ini diawali dengan kegiatan pra-penelitian sebelum masuk

ke siklus I. Kegiatan pra-penelitian bertujuan untuk mengetahui masalah

belajar siswa secara spesifik. Kolaborasi dengan guru pengampu dilakukan

dalam kegiatan ini karena guru pengampu merupakan pihak yang paling

mengetahui keadaan siswa.

Identifikasi masalah belajar siswa dilakukan melalui dokumentasi

nilai, observasi, dan wawancara dengan guru dan beberapa siswa. Data nilai

kognitif disajikan pada Tabel 4.1.

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

47

Tabel 4.1 Analisis Nilai Ulangan Harian Siswa kelas XI IPA 1

Hasil Tes Pencapaian

Nilai tertinggi 92

Nilai terendah 60

Rata-rata nilai 79

Jumlah siswa yang tuntas 31

Jumlah siswa yang tidak tuntas 5

Presentase ketuntasan 86,11%

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui nilai kognitif siswa kelas XI IPA 1

sudah mencapai ketuntasan klasikal. Namun, berdasarkan observasi dan

wawancara yang telah dilakukan kegiatan praktikum hanya dinilai hasil

akhirnya saja dan selama 2 semester hanya dilakukan sebanyak tiga kali.

Keterampilan praktikum siswa rendah dan menurut guru pengampu perlu

adanya upaya peningkatan. Keterampilan praktikum yang dimaksud tidak

hanya keterampilan dalam melaksanakan kegiatan praktikum di

laboratorium, tetapi juga keterampilan dalam proses merencanakan dan

melaporkan praktikum. Serangkaian keterampilan ini disebut sebagai

keterampilan proses sains (KPS). Selain itu, partisipasi siswa dalam

pembelajaran masih rendah. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut,

maka diterapkan model pembelajaran discovery learning dengan scientific

approach.

Setelah mengetahui masalah belajar yang dialami oleh siswa dan

menetapkan cara mengatasi masalah tersebut, peneliti mempersiapkan

instrumen penelitian yang akan digunakan. Instrumen-instrumen yang telah

dipersiapkan kemudian diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa kelas XII

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

48

IPA 4 yang telah menerima materi koloid sebelumnya. Instrumen yang diuji

meliputi lembar observasi penilaian KPS, soal pretest, tes akhir siklus, dan

post-test, serta lembar observasi afektif. Uji coba dilaksanakan untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen sebelum digunakan. Soal-

soal untuk menguji aspek kognitif dan lembar pengamatan afektif siswa

telah dinyatakan valid oleh ahli dan berdasarkan analisis data seluruh

instrumen dinyatakan reliabel.

Berdasarkan hasil kegiatan pra-penelitian, peneliti mengembangkan

tahap kegiatan penelitian tindakan yang didasarkan pada pendekatan yang

dikembangkan oleh Lewin yang terdiri atas perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi (Suharsimi, 2006: 92). Berikut pemaparan hasil

penelitian dalam siklus I dan II :

4.1.2 Siklus I

1. Perencanaan Siklus I

Perencanaan siklus I didasarkan pada identifikasi masalah yang

telah dilakukan. Perencanaan tindakan disusun untuk menguji secara

empiris hipotesis tindakan yang ditentukan (Elfanany, 2013: 55). Pada

penelitian ini perencanaan tindakan meliputi penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang mencakup model pembelajaran

discovery learning dengan scientific approach dan mempersiapkan

instrumen penelitian berupa lembar observasi penilaian KPS, soal-soal

untuk mengetahui ketercapaian kognitif siswa, lembar pengamatan

afektif siswa, dan bahan ajar dengan materi pokok koloid.

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

49

2. Tindakan Siklus I

Tahap tindakan merupakan implementasi dari perencanaan

tindakan, yaitu realisasi model pembelajaran discovery learning dengan

scientific approach untuk meningkatkan KPS siswa. Sebelum masuk ke

pertemuan pertama siklus I, siswa dibagi menjadi sembilan kelompok

dan tiap kelompok diberi tugas untuk merancang praktikum pengamatan

larutan, koloid, dan suspensi.

Siklus I dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Pada pertemuan

pertama diawali dengan kegiatan presentasi alur kerja yang sudah

ditugaskan oleh guru pada pertemuan sebelumnya. Presentasi dilakukan

oleh perwakilan kelompok, dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk

menentukan alur kerja yang paling mungkin dilakukan dengan

bimbingan guru.

Berdasarkan hasil diskusi diperoleh satu rancangan yang digunakan

pada kegiatan praktikum. Dalam kegiatan praktikum yang dilaksanakan

di laboratorium siswa mempraktikkan cara menentukan jenis-jenis

campuran, mengetahui perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan

suspensi, dan efek Tyndall.

Kegiatan presentasi dan diskusi kelas dilakukan setelah siswa

melaksanakan praktikum. Kegiatan ini membahas tentang hasil

praktikum dan materi-materi lain pada koloid yang tidak

dipraktikumkan. Materi tersebut adalah jenis-jenis koloid dan sifat-sifat

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

50

koloid. Tes akhir siklus I dilakukan setelah siswa berdiskusi. Laporan

praktikum I tiap individu dikumpulkan pada akhir pembelajaran.

3. Pengamatan Siklus I

Tahap pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

tindakan. Teknik pengamatan dilaksanakan menggunakan format lembar

observasi terstruktur dan teruji, serta penilaian dilakukan oleh tiga

observer. Kisi-kisi lembar observasi dikembangkan berdasarkan 10

indikator keterampilan proses sains dalam lingkup materi pokok koloid.

Butir-butir KPS yang meliputi : (1) mampu merancang praktikum

sesuai dengan sistematika yang tepat dan jelas, (2) membuat bagan alur

kerja yang mudah dibaca dan sesuai prosedur, (3) memprediksi suatu

campuran yang memiliki sifat-sifat tertentu didasarkan pada konsep

yang telah dipelajari, dan (4) mengajukan hipotesis awal mengenai hasil

percobaan melalui tafsiran ilmiah (dugaan sementara) diamati pada saat

siswa melakukan diskusi menentukan alur kerja yang akan digunakan

pada praktikum pengamatan larutan, koloid, dan suspensi. Adapun butir

(5) mematuhi prosedur keselamatan kerja, (6) mengecek kebersihan dan

kesiapan alat dan bahan sebelum melaksanakan praktikum, (7)

menimbang bahan dengan tepat, (8) mengukur volume larutan dengan

benar, (9) mencampur bahan, (10) mengamati sifat-sifat campuran

dengan teliti, (11) memasukkan campuran berdasarkan pengamatan, (12)

membersihkan dan merapikan kembali alat dan meja praktikum diamati

ketika siswa melaksanakan praktikum di laboratorium. Laporan siswa

Page 63: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

51

dan diskusi kelompok pada akhir pertemuan siklus I dinilai dengan

lembar penilaian KPS siswa pada butir-butir sebagai berikut: (13)

mengelompokkan berdasarkan data pengamatan, (14) menganalisis hasil

praktikum berdasarkan konsep yang dipelajari, (15) menyimpulkan data

dari praktikum yang telah dilaksanakan, (16) menuliskan hasil

praktikum pada laporan praktikum dengan sistematika yang benar, (17)

mempresentasikan hasil praktikum dengan komunikatif, kreatif, dan

menarik, dan (18) mengajukan suatu permasalahan ketika diskusi kelas

berlangsung.

4. Refleksi Siklus I

Tahap refleksi merupakan tahap evaluasi terhadap pembelajaran

yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan peneliti berkolaborasi dengan

guru pengampu. Peneliti bersama guru pengampu mengidentifikasi

kekurangan berdasarkan nilai siswa pada setiap indikator KPS untuk

memperbaiki proses pembelajaran pada siklus I. Nilai per indikator KPS

siklus I ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Page 64: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

52

Gambar 4.1 Nilai Tiap Indikator KPS Siklus I

Berdasarkan Gambar 4.1, nilai rata-rata tiap butir secara umum

sudah cukup baik ditunjukkan oleh dua dari sepuluh indikator

memperoleh nilai rata-rata baik (75 ≤ x < 85), tiga indikator

memperoleh nilai rata-rata cukup (65 ≤ x < 75), dan lima indikator

memperoleh nilai rata-rata kurang. Kelima indikator yang mendapat

nilai rata-rata kurang yakni: (1) merencanakan percobaan, (2)

mengajukan hipotesis, (3) mengamati, (4) mengkomunikasikan hasil,

dan (5) mengajukan pertanyaan sehingga dibutuhkan perbaikan.

Rendahnya nilai pada kelima indikator tersebut disebabkan

kurangnya pengetahuan siswa dalam membuat bagan alur kerja

berdasarkan langkah kerja yang mereka peroleh dan bagaimana

seharusnya sebuah hipotesis dirumuskan. Selain itu, siswa merasa takut

dan kurang percaya diri untuk menyampaikan pendapat dalam diskusi

kelas.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan:

1. Merencanakan percobaan 6. Mengamati

2. Meramalkan 7. Menafsirkan

3. Mengajukan hipotesis 8. Menerapkan konsep

4. Menggunakan alat dan bahan 9. Mengkomunikasikan hasil

5. Mengelompokkan 10. Mengajukan pertanyaan

Page 65: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

53

Selain mengevaluasi hasil penilaian KPS, peneliti dan guru

pengampu juga mengevaluasi aspek kognitif dan afektif siswa. Data

analisis hasil pretest dan tes akhir siklus I disajikan pada Tabel 4.2.

Adapun data analisis afektif siswa disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.2 Analisis Hasil Pretest dan Tes Akhir Siklus I

Data Pretest Tes Akhir Siklus I

Nilai tertinggi 80 84

Nilai terendah 30 63

Rata-rata nilai 71,86 75,22

Jumlah siswa yang tuntas 21 26

Jumlah siswa yang tidak

tuntas 15 10

Berdasarkan data pada Tabel 4.2, rata-rata nilai dari pretest ke tes

akhir siklus mengalami peningkatan dari 71,86 menjadi 75,22. Proporsi

ketuntasan pada pretest adalah 52, 78% dan meningkat menjadi 72,22 %

pada tes akhir siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang

dilakukan memberikan pengaruh positif pada aspek kognitif siswa.

Tabel 4.3 Analisis Hasil Afektif Siswa pada Siklus I

Kriteria Proporsi Siswa

Sangat Baik 7/36 siswa

Baik 18/36 siswa

Cukup 8/36 siswa

Kurang 3/36 siswa

Sangat Kurang 0/36 siswa

Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa 25 siswa aspek afektifnya sudah baik

dan 11 siswa masih memerlukan bimbingan dan motivasi tambahan dari

guru.

Page 66: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

54

Berdasarkan hasil penilaian pada siklus I rata-rata nilai KPS siswa

sebesar 62,89. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah siswa yang

memperoleh nilai KPS dalam kategori minimal baik kurang dari 70%

dan indikator keberhasilan dalam penelitian belum tercapai.

Setelah melakukan refleksi dan berdiskusi dengan guru pengampu,

maka rancangan untuk dilakukan pada siklus II agar terjadi peningkatan

KPS adalah dengan: (1) memberikan tugas tambahan kepada siswa

untuk menggambarkan alur kerja di kertas manila sehingga alur kerja

yang dibuat lebih jelas, (2) jelajah pustaka mengenai bagian-bagian

neraca o’hauss dan gelas ukur, (3) jelajah pustaka mengenai perumusan

hipotesis dan ciri-ciri hipotesis yang baik sehingga hipotesis yang dibuat

selanjutnya lebih baik, (4) guru memberikan motivasi kepada siswa

untuk meningkatkan daya jelajah mengenai materi dan berani

menyampaikan pendapat ketika diskusi kelas berlangsung sehingga

pengetahuan yang diperoleh semakin berkembang.

Tindakan yang direncanakan untuk dilakukan pada siklus II sesuai

dengan pendapat Roestiyah (2001: 22), yang menyatakan bahwa dalam

discovery learning siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami

proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan

instruksi. Hal ini juga sesuai dengan yang disampaikan oleh Aktamis &

Ergin (2008 : 5), bahwa tujuan dalam pembelajaran sains adalah untuk

membuat seseorang menggunakan keterampilan proses sains.

Page 67: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

55

4.1.3 Siklus II

1. Perencanaan Siklus II

Perencanaan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I.

Perencanaan pada pembelajaran siklus II, dilakukan dengan revisi pada

RPP kemudian dilakukan pembelajaran yang sama seperti pada siklus I

dengan penekanan pada lima indikator yang nilainya masih rendah.

2. Tindakan Siklus II

Siklus II dilakukan dalam dua pertemuan. Sebelum masuk pada

pertemuan pertama siklus II, siswa diberi tugas membuat rancangan

praktikum pembuatan koloid lengkap dengan alur kerja yang dibuat

pada kertas manila. Selain itu, siswa juga ditugaskan untuk

menggambar bagian-bagian neraca o’hauss dan gelas ukur. Siswa juga

melaporkan jelajah pustaka mengenai ciri-ciri hipotesis yang baik

dalam penelitian.

Pertemuan pertama dilaksanakan di kelas dengan kegiatan

presentasi alur kerja praktikum pembuatan koloid oleh kelompok

terpilih. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi menentukan cara kerja

yang paling mungkin dilaksanakan dengan bimbingan guru.

Penugasan oleh guru kepada siswa untuk membuat alur kerja di

kertas manila memberikan efek positif pada pembelajaran, yakni alur

kerja yang dibuat lebih mudah dipahami. Selain itu, kelompok terpilih

tidak perlu menggambar kembali alur kerja di papan tulis sehingga

waktu yang digunakan lebih efektif untuk berdiskusi.

Page 68: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

56

Jelajah pustaka mengenai ciri-ciri hipotesis yang baik memberikan

pengetahuan baru kepada siswa mengenai penyusunan hipotesis. Siswa

mendapat pengetahuan baru bahwa hipotesis menggunakan kalimat

negatif dan terdapat hubungan antar-variabel dalam hipotesis tersebut.

Berdasarkan hasil diskusi diperoleh suatu rancangan yang

digunakan pada kegiatan praktikum. Pada siklus II siswa melakukan

praktikum pembuatan koloid secara berkelompok. Pembuatan koloid

yang dipraktikkan oleh siswa meliputi pembuatan koloid secara

kondensasi dan dispersi. Kelompok praktikum pada siklus II sama

dengan siklus I. Pengulangan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya

penguatan keterampilan praktikum yang telah dipelajari sebelumnya.

Jelajah pustaka yang dilakukan siswa mengenai bagian-bagian

neraca o’hauss dan gelas ukur menyebabkan pekerjaan siswa lebih

teratur dan tidak gaduh. Masing-masing siswa sudah mengetahui cara

penggunaan alat dan bahan sehingga suasana kelas lebih kondusif.

Siswa diminta menyampaikan laporan sementara secara lisan

setelah siswa selesai melaksanakan praktikum kepada guru. Kemudian

guru menunjukkan beberapa hasil percobaan dan memulai diskusi.

Setelah diskusi selesai guru memberikan tugas kepada siswa agar

menyelesaikan dan mengumpulkan laporan praktikum secara individu

pada pertemuan selanjutnya. Selanjutnya dilakukan tes akhir siklus II

untuk mengukur aspek kognitif siswa setelah model pembelajaran

discovery learning dengan scientific approach diterapkan pada siklus II.

Page 69: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

57

3. Pengamatan Siklus II

Tahap pengamatan atau observasi dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan tindakan sama seperti pada siklus I. Teknik pengamatan

dilaksanakan menggunakan format lembar observasi terstruktur dan

teruji, serta penilaian dilakukan oleh tiga observer. Kisi-kisi lembar

observasi dikembangkan berdasarkan 10 indikator keterampilan proses

sains dalam lingkup materi pokok koloid.

Butir-butir KPS yang meliputi : (1) mampu merancang praktikum

sesuai dengan sistematika yang tepat dan jelas, (2) membuat bagan alur

kerja yang mudah dibaca dan sesuai prosedur, (3) memprediksi suatu

campuran yang memiliki sifat-sifat tertentu didasarkan pada konsep

yang telah dipelajari, dan (4) mengajukan hipotesis awal mengenai hasil

percobaan melalui tafsiran ilmiah (dugaan sementara) diamati pada saat

siswa melakukan diskusi menentukan alur kerja yang akan digunakan

pada praktikum pembuatan koloid. Adapun butir (5) mematuhi prosedur

keselamatan kerja, (6) mengecek kebersihan dan kesiapan alat dan bahan

sebelum melaksanakan praktikum, (7) menimbang bahan dengan tepat,

(8) mengukur volume larutan dengan benar, (9) mencampur bahan, (10)

mengamati sifat-sifat campuran dengan teliti, (11) memasukkan

campuran berdasarkan pengamatan, (12) membersihkan dan merapikan

kembali alat dan meja praktikum diamati ketika siswa melaksanakan

praktikum di laboratorium. Laporan sementara siswa dan diskusi kelas

pada akhir kegiatan praktikum siklus II dinilai dengan lembar penilaian

Page 70: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

58

KPS siswa pada butir-butir sebagai berikut: (13) mengelompokkan

berdasarkan data pengamatan, (14) menganalisis hasil praktikum

berdasarkan konsep yang dipelajari, (17) mempresentasikan hasil

praktikum dengan komunikatif, kreatif, dan menarik, dan (18)

mengajukan suatu permasalahan ketika diskusi kelas berlangsung. Butir

KPS (15) menyimpulkan data dari praktikum yang telah dilaksanakan,

(16) menuliskan hasil praktikum pada laporan praktikum dengan

sistematika yang benar diamati setelah siswa menyelesaikan laporan

praktikum.

4. Refleksi Siklus II

Tahap refleksi merupakan tahap dimana peneliti mengevaluasi

tindakan dengan melihat ketercapaian indikator keberhasilan. Nilai

setiap indikator KPS siswa pada siklus II juga diidentifikasi untuk

mengetahui apakah solusi pada refleksi siklus I dapat mengatasi

kekurangan-kekurangan yang muncul. Nilai per indikator KPS siklus II

dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Page 71: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

59

Gambar 4.2 Nilai Tiap Indikator KPS Siklus II

Data yang ditunjukkan oleh Gambar 4.2 menunjukkan adanya

peningkatan pada lima indikator yang berada pada kategori kurang di

siklus I. Indikator-indikator tersebut adalah : (1) merencanakan

percobaan, (2) mengajukan hipotesis, (3) mengamati, (4)

mengkomunikasikan hasil, dan (5) mengajukan pertanyaan.

Tugas yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan daya

jelajah membuat siswa lebih tertarik dan memahami materi praktikum

yang dilaksanakan sehingga berdampak baik pada kemampuan siswa

dalam merencanakan percobaan, mengajukan hipotesis, mengamati, dan

mengkomunikasikan hasil.

Motivasi yang diberikan oleh guru mampu meningkatkan

keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat. Siswa menjadi lebih

percaya diri dalam menyampaikan gagasan dan berperan aktif dalam

pembelajaran.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan:

1. Merencanakan percobaan 6. Mengamati

2. Meramalkan 7. Menafsirkan

3. Mengajukan hipotesis 8. Menerapkan konsep

4. Menggunakan alat dan bahan 9. Mengkomunikasikan hasil

5. Mengelompokkan 10. Mengajukan pertanyaan

Page 72: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

60

Berdasarkan data hasil observasi, diperoleh rata-rata nilai KPS

siswa adalah 76,17. Dari data tersebut diketahui 75% atau sebanyak 27

dari 36 siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan 75 dan berada pada

kategori minimal baik. Hal ini berarti indikator keberhasilan dalam

penelitian telah tercapai.

Selain mengevaluasi hasil penilaian KPS, peneliti dan guru

pengampu juga mengevaluasi aspek kognitif dan afektif siswa. Data

analisis tes akhir siklus II dan post-test disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Analisis Hasil Tes Akhir Siklus II dan Post-test

Data Tes Akhir

Siklus II

Post-test

Nilai tertinggi 92 91

Nilai terendah 67 70

Rata-rata nilai 79,77 80

Jumlah siswa yang tuntas 34 31

Jumlah siswa yang tidak tuntas 2 5

Berdasarkan data pada Tabel 4.4, proporsi ketuntasan tes akhir

siklus II dan post-test sekurang-kurangnya 85%. Hal ini menunjukkan

bahwa aspek kognitif telah mencapai ketuntasan klasikal dan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery

learning dengan scientific approach memberikan pengaruh positif bagi

kemampuan kognitif siswa.

Hasil identifikasi nilai KPS, tes akhir siklus II, dan ulangan harian

siswa dapat disimpulkan bahwa kekurangan-kekurangan pada siklus I

dapat diatasi dengan baik dan indikator keberhasilan PTK sudah

tercapai pada siklus II.

Page 73: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

61

4.2 Pembahasan

Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah melakukan

perbaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa

melalui sejumlah tindakan yang dirancang sebaik-baiknya. Untuk mencapai

perbaikan dan peningkatan kualitas secara maksimal, rumusan tindakan itu

tidak cukup hanya dilakukan satu kali saja melainkan bersiklus secara spiral.

Jumlah siklus yang muncul pada penelitian tindakan kelas tergantung pada

tingkat ketercapaian perbaikan dan peningkatan kualitas. Ketika indikator

keberhasilan yang dipatok sudah tercapai, maka siklus penelitian dapat

dihentikan (Elfanany, 2013: 98). Pada penelitian ini karena pada siklus I

indikator keberhasilan belum tercapai, maka tindakan dilanjutkan ke siklus

II dengan beberapa perbaikan dari siklus I. Pada siklus II indikator

keberhasilan sudah tercapai, maka siklus pada penelitian ini dihentikan pada

siklus II.

Berdasarkan proses tindakan yang dilaksanakan dalam dua siklus

tersebut, dapat diidentifikasi peningkatan nilai KPS siswa dari nilai rata-rata

kelasnya. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I sebesar 62,89 dan

siklus II sebesar 76,17. Hasil perhitungan diperoleh peningkatan rata-rata

nilai KPS siswa sebesar 13,28 %.

Data yang diperoleh dari penilaian tiap siklus menunjukkan nilai KPS

siswa pada siklus I dan siklus II berdistribusi normal sehingga analisis data

yang digunakan adalah analisis statistika parametrik. Berdasarkan uji

peningkatan menggunakan uji t dengan derajat kebebasan 5% dan dk = 35,

Page 74: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

62

diperoleh peningkatan yang signifikan dari nilai KPS pada siklus I ke siklus

II. Hal ini sesuai dengan pernyataan diFuccia (2012 : 64), bahwa praktikum

yang dilakukan secara berkelanjutan dimana pengembangan kurikulum

sains dikembangkan berdasarkan kegiatan praktikum dan penilaian

didasarkan pada proses aktivitas siswa mampu meningkatkan keterampilan

praktikum siswa. Peningkatan nilai KPS juga sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Oloyede (2010) dan Balim (2009), yang menyatakan

bahwa guided discovery mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam

kimia.

Guru mengidentifikasi peningkatan nilai KPS siswa pada setiap

indikator KPS. Identifikasi nilai setiap indikator KPS bertujuan untuk

mengetahui kekurangan pembelajaran dan langkah perbaikannya agar

indikator keberhasilan tercapai. Peningkatan nilai per indikator KPS pada

siklus I dan II dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Peningkatan Nilai Tiap Indikator KPS Pada Siklus I dan II

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan:

1. Merencanakan percobaan 6. Mengamati

2. Meramalkan 7. Menafsirkan

3. Mengajukan hipotesis 8. Menerapkan konsep

4. Menggunakan alat dan bahan 9. Mengkomunikasikan hasil

5. Mengelompokkan 10. Mengajukan pertanyaan

Page 75: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

63

Dari Gambar 4.3, ditunjukkan bahwa peningkatan yang tinggi terjadi pada

indikator merencanakan percobaan, meramalkan, dan mengajukan hipotesis.

Indikator ini meningkat karena siswa mulai terbiasa untuk melakukan jelajah

pustaka dan memahami pembuatan diagram alur kerja. Selain itu, siswa juga

mengetahui perumusan hipotesis yang baik setelah mendapat masukkan dari guru

untuk mencari informasi mengenai perumusan hipotesis.

Indikator menggunakan alat dan bahan, mengamati, mengelompokkan, dan

menerapkan hasil tidak mengalami peningkatan yang terlalu tinggi karena

menurut guru pengampu indikator-indikator tersebut adalah indikator yang dinilai

pada tahap pelaksanaan praktikum yang memerlukan pembiasaan untuk

meningkatkannya. Namun, peningkatan ini dinilai baik karena dapat dicapai

dalam dua siklus.

Indikator nilai KPS secara keseluruhan menunjukkan bahwa penerapan

model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach efektif untuk

meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penjelasan mengenai keberhasilan

penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan piramida belajar pada Gambar 4.4

yang disampaikan Dale dalam Ambarjaya (2012: 115), bahwa dalam

pembelajaran discovery learning dengan scientific approach siswa melakukan

beberapa kegiatan sekaligus yang terdapat dalam piramida belajar. Kegiatan

jelajah pustaka adalah kegiatan dalam bentuk verbal, kegiatan diskusi kelompok

sebagai pembelajaran dalam bentuk partisipasi, dan melakukan eksperimen

sebagai bentuk melaksanakan. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meningkatkan

pencapaian dalam pembelajaran. Selain itu ilmu dikembangkan atas dasar bukti

Page 76: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

64

dan yang paling utama bukti tersebut diperoleh melalui percobaan yang dilakukan

dengan hati-hati (Reid, 2008: 53).

Gambar 4.4 Piramida Belajar atau Efektivitas Model Pembelajaran

(Ambarjaya, 2012: 115 )

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses

sains siswa meningkat secara signifikan setelah penerapan model pembelajaran

discovery learning dengan scientific approach. Peningkatan tersebut terjadi

karena model pembelajaran discovery learning berlandaskan pada teori-teori

belajar konstruktivis (Anyafulude,2013: 2). Menurut pandangan kostruktivisme,

belajar adalah proses aktif siswa dalam mengonstruksi arti, wacana, dialog, dan

pengalaman fisik dimana di dalamnya terjadi proses asimilasi dan

menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelajari (Rifa’i & Anni,

2011: 199). Selain itu, scientific approach yang digunakan dalam pembelajaran

menyebabkan pengetahuan yang diperoleh siswa lebih bermakna karena

pengetahuan tersebut diperoleh melalui kegiatan proses mengamati, menanya,

Page 77: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

65

mencoba atau mengumpulkan data dan atau informasi, mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013: 5).

Penelitian dengan keberhasilan tindakan yang telah tercapai bukan berarti

penelitian berlangsung tanpa adanya kendala. Berdasarkan evaluasi dari peneliti,

kendala yang muncul berasal dari kondisi siswa dan fasilitas sarana dan prasarana

di sekolah.

Siswa yang tidak terbiasa mengenal alat-alat di laboratorium dengan benar

menyebabkan siswa kesulitan dalam melaksanakan praktikum sesuai rancangan

praktikum. Siswa belum dapat membedakan alat-alat laboratorium kimia yang

tercantum dalam rancangan praktikum seperti gelas kimia, gelas ukur, batang

pengaduk, spatula, dan gelas arloji sehingga membutuhkan waktu tersendiri untuk

mengenalkan dan siswa pada alat-alat laboratorium.

Kegiatan jelajah pustaka yang dilakukan oleh siswa membutuhkan fasilitas

yang memadai. Fasilitas seperti perpustakaan yang lengkap dan adanya jaringan

internet dibutuhkan agar siswa dapat memperoleh informasi yang luas. Hal ini

menyebabkan ketergantungan siswa pada ketersediaan sarana dan prasarana yang

memadai dari sekolah.

Beberapa kendala yang muncul digunakan sebagai dasar pemberian saran

untuk perbaikan penelitian berikutnya. Pemberian saran diharapkan mampu

memperbaiki hasil penelitian tindakan kelas berikutnya sehingga bermanfaat

dalam perbaikan kualitas pembelajaran dan hasil belajar kedepan.

Page 78: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

66

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa simpulan

sebagai berikut:

1. Aspek kognitif siswa mendapat pengaruh positif dari pembelajaran dengan model

pembelajaran discovery learning dengan scientific approach dengan

meningkatnya rata-rata nilai dari 75,22 tes akhir siklus I menjadi 79,77 pada

siklus II.

2. Penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach

dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa dengan peningkatan

signifikan sebesar 13,28%.

5.2 Saran

Dari beberapa kendala yang muncul dalam penelitian, peneliti memberikan

saran untuk pelaksanaan model pembelajaran discovery learning dengan scientific

approach sebagai berikut:

1. Guru setidaknya sudah memastikan bahwa siswa telah mengenal alat-alat yang

dipakai dalam praktikum dengan baik sebelum melaksanakan kegiatan praktikum,

sehingga tidak perlu mengenalkan alat-alat praktikum setiap melaksanakan

kegiatan praktikum dan alokasi waktu untuk KBM pun menjadi lebih efisien.

2. Sarana dan prasarana yang lengkap meliputi perpustakaan dan jaringan internet

perlu diperhatikan untuk memaksimalkan jelajah pustaka yang dilakukan siswa.

Page 79: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

67

DAFTAR PUSTAKA

Agommuoh, P.C. & Ifeanacho A.O. 2013. Secondary School Students’ Assessment of

Innovative Teaching Strategies in Enhancing Achievement in Physics and

Mathematics. ARPN Journal of Science and Technology. 3: 200-206

Aktamis, H. & Ergin, Ö. 2008. The Effect of Scientific Process Skill Education on

Students’ Scientific Creativity, Science Attitude, and Academic Achievement. Asia-

Pacific Forum on Science Learning and Teaching Journal of Science and Technology.

9 (1): 1-21

Ambarjaya, B.S. 2012. Psikologi Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Center for Academic

Publishing Service

Anitah. 2007. Pendekatan Keterampilan Proses Sains. Diunduh di

http://www.modelpembelajaran.org/ tanggal 10 Juni 2012

Anyafulude, Joy Chinelo. 2013. Effects of Problem-Based and Discovery-Based

Instructional on Students’ Academic Achievement in Chemistry. Asia-Pacific Forum

on Science Learning and Teaching Journal of Science and Technology. 3: 151-156

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Balim, A.G. 2009. The Effect of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry

Learning Skills. Eurasian Journal of Educational Research. 35 : 1-20

Chang, Raymond. 2008. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti (3rd

ed) Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Davis, Raymond. 2006. Modern Chemistry. USA: Holt, Rinehart, and Winston

diFuccia, D. 2012. Trends in Practical Work in German Science Education. Eurasia Journal

of Mathematics, Science & Technology Education. 8(1): 59-72

Diknas. 2003. Acuan Kurikulum Mata Pelajaran Kimia. Jilid 1 dan 2. Jakarta: Depdiknas

De Jong, Ton & Wuter R. van Joolingen. 1998. Scientific Discovery Learning With

Computer Simulation of Conceptual Domains. Review of Educational Research. 68

(2): 179-201

Elfanany, B. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Araska

Gholamian, Ali. 2013. Studying the Effect of Guided Discovery Learning on Reinforcing

the Creative Thinking of Sixth Grade Girl Students in Qom during 2012-2013

Academic Year. Journal of Applied Science and Agriculture. 8(5):576-584

Jarrard, D. 2001. Scientific Methods. Tersedia di www. google.com/books (diakses 8

Januari 2014)

Page 80: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

68

Jespersen, Neil D., James E. Brady, & Alison Hyslop. 2012. Chemistry: The Molecular

Nature of Matter(6th

ed). USA: john Wiley and Sons

Kasmadi, I.S & Gatot Luhbandjono. 2008. Kimia Dasar II. Semarang: FMIPA Universitas

Negeri Semarang

Kemendikbud. 2013. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Jakarta :

Kemendikbud

Kolb, D.A. 1984. Experimental Learning Experience as the Source of Learning and

Development. New Jersey: Prentice Hall. Inc

Komara, Endang. 2013. ENDANG_KOMARA_Guru_Besar_Pendidikan Scientific dalam

Kurikulum 2013. Tersedia di http:// www. academia.edu/ (diakses pada 19 Desember

2013 )

Mardapi, Djemari. 2000. Azas Performance-Based Evaluation. Yogyakarta. Universitas

Negeri Yogyakarta

Markaban. 2008. Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika SMK.

Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

Kependidikan Matematika

Melly. 2009. Dasar-dasar Psikometri. Jakarta: Balai Pustaka

Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya

Oloyede, O.I. 2010. Comparative Effect of the Guided Discovery and Concept Mapping

Teaching Strategies on Sss Students’ Chemistry Achievement. Humanity & Social

Sciences Journal. 5(1) : 01-06

Parning, Horale, & Tiopan. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira

Purba, M. 2004. Kimia Untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga

Reid, N. 2008. A Scientific Approach to the Teaching of Chemistry. Chemistry Education

Research and Practice. 9: 51-59

Rifa’i, Ahmad & Catharina Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas

Negeri Semarang

Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Saptorini. 2011. Strategi Pembelajaran Kimia. Semarang: Universitas Negeri Semarang

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Page 81: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

69

Widodo, A.T. 2009. Pengembangan Assesmen Pembelajaran Pendidikan Kimia. Semarang:

PPG LP3 UNNES

Widodo, Wahono. 2009. Keterampilan Proses Sains. Tersedia di http://

www.wordpress.com/ (diakses 20 Desember 2013)

Page 82: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

70

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ........................................................................................................... 72

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................................. 77

3. Soal Pre-test .................................................................................................... 96

4. Kunci Jawaban Soal Pre-test ............................................................................ 97

5. Panduan Penilaian Pre-test ............................................................................... 98

6. Soal Tes Akhir Siklus I ................................................................................... 99

7. Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus I ................................................................... 100

8. Panduan Penilaian Tes Akhir Siklus I .............................................................. 101

9. Soal Tes Akhir Siklus II .................................................................................. 102

10. Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus II .................................................................. 103

11. Panduan Penilaian Tes Akhir Siklus II ............................................................. 104

12. Soal Ulangan Koloid ........................................................................................ 105

13. Kunci Jawaban Ulangan Harian Koloid ............................................................ 106

14. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi KPS ..................................................... 108

15. Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains .................................................. 110

16. Petunjuk Pengisian Lembar Observasi KPS...................................................... 111

17. Panduan Penilaian Observasi KPS ................................................................... 112

18. Perbaikan Butir Instrumen KPS ....................................................................... 116

19. Data Nilai KPS Siswa pada Kelas Uji Coba ..................................................... 117

20. Validitas Instrumen Lembar Observasi KPS ..................................................... 119

21. Validitas Butir Instrumen Lembar Observasi KPS ............................................ 121

22. Data Nilai KPS Per-rater pada Kelas Uji Coba ................................................ 122

23. Reliabilitas Instrumen Lembar Observasi KPS ................................................. 125

24. Data Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas XI IPA ............................................. 128

25. Data Nilai KPS Per-rater pada Kelas Eksperimen Siklus I ................................ 129

26. Data Nilai KPS Per-rater pada Kelas Eksperimen Siklus II ............................... 132

27. Daftar Nilai KPS dalam Skala 0 s.d 100 ........................................................... 135

28. Uji Normalitas Data KPS Siklus I ................................................................... 136

29. Uji Normalitas Data KPS Siklus II ................................................................... 138

30. Uji Peningkatan Nilai KPS ............................................................................... 140

Page 83: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

71

31. Lembar Penilaian Afektif Siswa ...................................................................... 141

32. Acuan Penilaian Afektif Siswa ......................................................................... 142

33. Uji Reliabilitas Lembar Observasi Afektif ........................................................ 145

34. Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen ............................................................. 147

35. Uji Reliabilitas Soal ........................................................................................ 149

36. Data Hasil Kognitif Siswa Kelas Eksperimen ................................................... 153

37. Dokumentasi Penelitian ................................................................................... 155

38. Batas Nilai r’ pada Korelasi Spearman-Rank .......................................... 157

39. Tabel r Kritik Product Moment .............................................................. 158

Page 84: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

72

SILABUS

Nama Sekolah : SMAN 1 Kendal

Mata Pelajaran : KIMIA

Kelas/Semester : XI/ 2

StandarKompetensi : 5. Menjelaskan sistem koloid dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

AlokasiWaktu : 12 x 45 menit (12 JP)

Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran Indikator

Kegiatan

Pembelajaran

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber/

Alat/ Bahan Teknik Bentuk

Instrumen

5.1 Membuat berbagai

sistem koloid dengan bahan-

bahan yang ada di

sekitarnya

- Merancang dan

melakukan percobaan

pembuatan

koloid dan jenis-jenis

koloid dalam

kerja kelompok di laboratorium

- Mengelompok

kan larutan, koloid, dan

suspensi

dengan bertanggung

jawab,

berpikir kritis dalam

menganalisis

data, dan teliti

- Siswa

mengeksplor pengetahuan awal

mengenai materi

koloid melalui kegiatan jelajah

pustaka dengan

penuh rasa ingin tahu dan berpikir

kritis (Stimulasi)

- Siswa

mengidentifikasi permasalahan

yang ditemukan

pada kegiatan jelajah pustaka

dengan teliti dan

berpikir kritis

(Identifikasi

Masalah) - Siswa merancang

- Penilaian

aspek psikomotorik

siswa/ KPS

dengan melakukan

praktikum di

laboratorium kimia

- Penilaian

aspek afektif

dengan melakukan

presentasi dan

diskusi - Penilaian

aspek kognitif

dengan

melakukan ulangan harian

pada akhir bab

- Soal pre-

test - Lembar

Observasi

KPS - Lembar

Observasi

Afektif - Soal

ulangan

harian

12 x 45

menit

- Internet

- Slide presentasi

- Buku

Kimia Kelas XI

72

Lam

pira

n 1

Page 85: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

73

Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran Indikator

Kegiatan

Pembelajaran

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber/

Alat/ Bahan Teknik Bentuk

Instrumen

- Mengkomuni-

kasikan jenis-

jenis sistem koloid dan

contohnya

dengan

komunikatif, bertanggung

jawab,

berpikir kritis dalam

menentukan

kredibilitas sumber, dan

penuh rasa

ingin tahu

- Mengkomuni-

kasikan proses

dan melakukan

percobaan

pengelompokkan koloid dalam

kerja kelompok

di laboratorium dengan terampil,

bertanggung

jawab, dan teliti

(Pengumpulan

Data) - Siswa presentasi

dan berdiskusi mengenai sistem

koloid, jenis-jenis

sistem koloid dan contohnya

dengan

komunikatif,

bertanggung jawab, berpikir

kritis, dan penuh

rasa ingin tahu

(Verifikasi dan

Generalisasi)

- Siswa

mengeksplor

73

Page 86: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

74

Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran Indikator

Kegiatan

Pembelajaran

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber/

Alat/ Bahan Teknik Bentuk

Instrumen

pembuatan

koloid melalui

percobaan dengan teliti,

terampil,

bertanggung jawab, dan

penuh rasa

ingin tahu

pengetahuan awal

mengenai materi

koloid melalui kegiatan jelajah

pustaka dengan

penuh rasa ingin tahu dan berpikir

kritis (Stimulasi)

- Siswa

mengidentifikasi permasalahan

yang ditemukan

pada kegiatan jelajah pustaka

dengan teliti dan

berpikir kritis

(Identifikasi

Masalah) - Siswa merancang

dan melakukan percobaan

pembuatan koloid

dalam kerja kelompok di

laboratorium

dengan terampil, bertanggung

jawab, dan teliti

(Pengumpulan

Data) - Siswa presentasi

dan berdiskusi

mengenai sistem

74

Page 87: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

75

Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran Indikator

Kegiatan

Pembelajaran

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber/

Alat/ Bahan Teknik Bentuk

Instrumen

koloid, jenis-jenis

sistem koloid dan

contohnya dengan

komunikatif,

bertanggung jawab, berpikir

kritis, dan penuh

rasa ingin tahu

(Verifikasi dan

Generalisasi)

5.2 Mengelompokkan sifat-sifat koloid

dan penerapannya

dalam kehidupan

sehari-hari

- Sifat-sifat koloid dan

penerapannya

dalam

kehidupan sehari-hari

- Mengkomuni-kasikan sifat-

sifat sistem

koloid dengan

komunikatif, bertanggung

jawab,

berpikir kritis dalam

menentukan

kredibilitas sumber, dan

penuh rasa

ingin tahu

- Menjelaskan pemanfaatan

sifat koloid

dalam kehidupan

sehari-hari

dengan

- Siswa mengeksplor

pengetahuan awal

mengenai materi

koloid melalui kegiatan jelajah

pustaka dengan

penuh rasa ingin tahu dan berpikir

kritis (Stimulasi)

- Siswa mengidentifikasi

permasalahan

yang ditemukan

pada kegiatan jelajah pustaka

dengan teliti dan

berpikir kritis

(Identifikasi

Masalah,

Pengumpulan

- Penilaian aspek afektif

dengan

melakukan

presentasi dan diskusi

- Penilaian

aspek kognitif dengan

melakukan

ulangan harian pada akhir bab

- Lembar Observasi

Afektif

- Soal

ulangan harian

-

75

Page 88: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

76

Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran Indikator

Kegiatan

Pembelajaran

Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber/

Alat/ Bahan Teknik Bentuk

Instrumen

komunikatif,

bertanggung

jawab, berpikir kritis

dalam

menentukan ketepatan

fakta

pernyataan,

dan penuh rasa ingin

tahu

Data, dan

Pengolahan

Data) - Siswa presentasi

dan diskusi kelas

mengenai sifat-sifat koloid dan

pemanfaatan-nya

dalam kehidupan

sehari-hari dengan

komunikatif,

bertanggung jawab, berpikir

kritis, dan penuh

rasa ingin tahu

(Verifikasi dan

Generalisasi)

76

Page 89: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

77

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMAN 1 Kendal

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/ Semester : XI/ 2

Materi Pokok : Koloid

Alokasi Waktu : 12 x 45 menit

A. STANDAR KOMPETENSI

Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. KOMPETENSI DASAR

1. Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya.

2. Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

C. INDIKATOR

1. Kognitif

Produk

a. Menjelaskan jenis-jenis sistem koloid dengan tepat dan bertanggung jawab.

b. Mencontohkan jenis-jenis koloid yang ada di kehidupan sehari-hari dengan cermat, kreatif,

dan bertanggung jawab.

c. Menjelaskan sifat-sifat sistem koloid dengan benar dan bertanggung jawab.

d. Mencontohkan pemanfaatan sifat-sifat koloid dalam bidang industri dan kehidupan sehari-

hari dengan cermat, kreatif, dan bertanggung jawab.

e. Menjelaskan pembuatan sistem koloid dengan tepat dan bertanggung jawab.

Proses

a. Mampu mengolah informasi dari kegiatan jelajah pustaka mengenai koloid secara mandiri,

berpikir kritis, dan penuh rasa ingin tahu.

b. Mampu menjawab pertanyaan pada LKS mengenai koloid dengan mandiri, cermat dan

bertanggung jawab.

c. Mampu melakukan diskusi mengenai koloid dengan komunikatif, bertanggung jawab,

berpikir kritis dalam menentukan fakta yang tepat serta menentuka kekuatan argument

atau pernyataan, dan penuh rasa ingin tahu.

d. Mampu menarik simpulan dari kegiatan diskusi dan praktikum mengenai koloid dengan

bertanggung jawab dan cermat.

Lampiran 2

Page 90: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

78

2. Psikomotor

a. Melaksanakan praktikum secara berkelompok untuk menentukan suatu campuran termasuk

larutan, koloid, atau suspensi dengan teliti, cermat, bekerjasama dengan baik, dan

bertanggung jawab berdasarkan data hasil pengamatan.

b. Melaksanakan praktikum secara berkelompok untuk memahami cara pembuatan koloid

baik secara kondensasi, maupun dispersi dengan teliti, cermat, bekerjasama dengan baik,

dan bertanggung jawab.

3. Afektif

a. Karakter :

- Kerja sama

- Teliti

- Cermat

- Mandiri

- Kreatif

- Berani

- Bertanggung jawab

b. Keterampilan Sosial

- Memperhatikan penjelasan orang lain

- Menghargai pendapat orang lain

- Mengemukakan pendapat

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Kognitif

Produk

a. Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis sistem koloid dengan tepat dan bertanggung jawab.

b. Siswa dapat mencontohkan masing-masing jenis koloid yang ada di kehidupan sehari-hari

dengan cermat, kreatif, dan bertanggung jawab.

c. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat sistem koloid dengan benar dan bertanggung jawab.

d. Siswa dapat mencontohkan pemanfaatan sifat-sifat koloid dalam bidang industri dan

kehidupan sehari-hari dengan cermat, kreatif, dan bertanggung jawab.

e. Siswa dapat menjelaskan pembuatan sistem koloid dengan tepat dan bertanggung jawab

Proses

Dengan melaksanakan tugas untuk mempelajari media pembelajaran berupa slide presentasi

dan pustaka-pustaka lainnya, maka siswa dapat:

Page 91: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

79

a. Mengolah informasi dari kegiatan jelajah pustaka mengenai koloid secara mandiri, berpikir

kritis, dan penuh rasa ingin tahu.

b. Menjawab pertanyaan pada hand-on mengenai koloid dengan mandiri, cermat dan

bertanggung jawab.

c. Mampu melakukan diskusi mengenai koloid dengan komunikatif, bertanggung jawab,

berpikir kritis dalam menentukan fakta yang tepat serta menentukan kekuatan argument

atau pernyataan, dan penuh rasa ingin tahu.

d. Mampu menarik simpulan dari kegiatan diskusi dan praktikum mengenai koloid dengan

bertanggung jawab dan cermat

2. Psikomotor

Dengan melaksanakan praktikum secara berkelompok di laboratorium, maka siswa dapat:

a. Menentukan suatu campuran termasuk larutan, koloid, atau suspensi dengan teliti, cermat,

dan bertanggung jawab berdasarkan data hasil pengamatan.

b. Memahami cara pembuatan koloid baik secara kondensasi maupun dispersi dengan teliti,

cermat, dan bertanggung jawab.

3. Afektif

a. Karakter

Kegiatan belajar-mengajar ini berpusat pada siswa, sehingga siswa dapat mengembangkan

karakter sebagai berikut:

- Kerja sama

- Teliti

- Cermat

- Mandiri

- Kreatif

- Berani

- Bertanggung jawab

b. Keterampilan Sosial

Proses pembelajaran ini berpusat pada siswa sehingga siswa dapat mengembangkan

perilaku sosial yang positif, antara lain:

- Memperhatikan penjelasan orang lain

- Menghargai pendapat orang lain

- Mengemukakan pendapat

Page 92: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

80

E. MATERI PEMBELAJARAN

1. SISTEM KOLOID

1.1 Pengertian Sistem Koloid

Campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat di mana di dalam penggabungan

ini zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing (Chang, 2008: 7).

Berdasarkan ukuran partikel terlarut dalam campuran, campuran dibagi menjadi 3, yaitu

larutan, koloid, dan suspensi (Davis et all, 2006: 312).

Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan

dan suspensi (Purba, 2004: 282). Koloid terdiri atas fase terdispersi dalam ukuran tertentu

dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi (terlarut),

sedangkan medium atau zat yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium

pendispersi (pelarut).

Suatu campuran ada yang sudah terbentuk menjadi koloid secara alamiah dan ada

yang diproses sedemikian rupa sehingga menjadi suatu sistem koloid. Hal ini disebabkan

sistem koloid merupakan satu-satunya cara untuk menyajikan suatu campuran dari zat-zat

yang tidak saling melarutkan menjadi campuran yang “homogen” dan stabil pada tingkat

makroskopis (Purba, 2004: 287).

Sistem koloid berbeda dengan larutan maupun suspensi. Meskipun ketiganya

merupakan campuran tetapi ketiganya mempunyai sifat yang berbeda antar satu dan lainnya.

Perbedaan antar campuran tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Perbandingan Sifat Larutan, Koloid, dan Suspensi

Larutan Koloid Suspensi

Homogen, tidak dapat

dibedakan walaupun menggunakan mikroskop

ultra

Homogen secara

makroskopis tetapi heterogen jika dilihat

dengan mikroskop ultra

Heterogen, baik

secara makroskopis maupun

mikroskopis

Ukuran partikelnya

< 1 nm

Ukuran partikelnya antara

1 nm s.d 1000 nm

Ukuran partikelnya

> 1000 nm

Terdiri atas satu fase Terdiri atas dua fase Terdiri atas dua

fase

Stabil Pada umumnya stabil (tidak memisah apabila

didiamkan)

Tidak stabil

Tidak dapat disaring menggunakan penyaring

biasa maupun penyaring

ultra

Hanya dapat disaring

menggunakan penyaring

ultra

Dapat disaring

(Purba, 2004: 283)

Page 93: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

81

1.2 Jenis-jenis Koloid

Penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase terdispersi dan medium

pendispersinya. Koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol. Koloid yang

mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi. Koloid yang mengandung fase terdispersi

gas disebut buih (Parning et all, 2006: 161).

Tabel 1.2 Jenis-jenis Sistem Koloid

Jenis Fase

terdispersi

Medium

pendispersi Contoh

Busa Gas Cair Buih sabun, krim

kocok

Busa padat Gas Padat Batu apung,

marshmallow

Aerosol cair Cair Gas Kabut, awan Aerosol padat Padat Gas Asap, debu di udara

Emulsi Cair Cair Krim, mayonais, susu

Emulsi padat Cair Padat Mentega, keju

Sol Padat Cair Cat, jelli (agar-agar) Sol padat Padat Padat Paduan logam, mutiara

(Sutresna, 2007: 298)

2. SIFAT-SIFAT KOLOID

Koloid memiliki sifat khas yang berbeda dengan larutan dan suspensi (Purba, 2004:

287). Sifat-sifat koloid , yaitu:

(1) Efek tyndall

Efek tyndall adalah terhamburnya cahaya oleh partikel koloid. Efek ini sering digunakan

untuk membedakan larutan sejati dengan koloid karena larutan sejati tidak

menghamburkan cahaya.

(2) Gerak brown

Gerak brown adalah gerak zig-zag partikel koloid. Gerak ini dapat diamati menggunakan

mikroskop ultra. Gerak Brown terjadi akibat tumbukan yang tidak seimbang antara fase

terdispersi dengan medium pendispersi. Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang

menstabilkan koloid karena dengan adanya gerak Brown partikel koloid dapat

mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak terjadi sedimentasi (Purba, 2004: 288).

(3) Muatan Koloid

a. Elektroforesis

Partikel koloid ada yang bermuatan dan ada yang tidak bermuatan. Muatan suatu

partikel koloid dapat diketahui melalui elektroforesis. Elektroforesis adalah

pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.

Page 94: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

82

b. Adsorpsi

Partikel koloid yang bermuatan dapat menyerap berbagai macam zat pada

permukaan. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Zat yang diadsorpsi

bukan hanya ion maupun zat lain yang bermuatan, tetapi juga molekul-molekul

netral. Kemampuan adsorpsi partikel koloid dimanfaatkan dalam bidang industri

dan kehidupan sehari-hari, antara lain pemutihan gula tebu, pembuatan norit,

penjernihan air, pembuatan deodoran, dan lain-lain.

(4) Koagulasi

Suatu campuran yang berupa koloid dapat digumpalkan dengan menggunakan sel

elektroforesis atau dengan penambahan elektrolit. Penggumpalan partikel koloid ini

disebut koagulasi. Sifat partikel kolid yang dapat terkoagulasi (menggumpal)

dimanfaatkan dalam proses penjernihan air, penggumpalan karet dalam lateks, dan

pembuatan mesin Cotrel pada pembuangan gas di pabrik-pabrik. Selain itu fenomena

pembentukan delta di muara sungai juga merupakan salah satu contoh peristiwa koagulasi

di alam.

(5) Koloid Pelindung

Pada beberapa proses, suatu koloid perlu untuk dipecahkan. Akan tetapi, di lain pihak

koloid perlu dijaga supaya tidak menggumpal. Perlindungan ini dilakukan dengan

menambahkan suatu koloid pelindung, yakni suatu koloid yang ditambahkan dalam

sistem koloid lainnya untuk menstabilkan sistem koloid tersebut. Contoh pemanfaatan

sifat koloid yang dapat digunakan sebagai koloid pelindung adalah dalam pembuatan es

krim, cat, dan tinta.

(6) Dialisis

Dialisis adalah suatu proses untuk menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan

koloid. Sistem kerja dialisis adalah dengan memasukkan sistem koloid ke dalam suatu

membran semipermeabel, yakni membran yang dapat dilewati oleh partikel-partikel kecil

seperti ion dan molekul sederhana tetapi tidak dapt dilewati oleh partikel koloid. Proses

dialisis secara alamiah terjadi dalam proses pemisahan hasil-hasil metaboliseme dalam

darah oleh ginjal. Adaptasi proses ini dilakukan dalam proses cuci darah bagi penderita

penyakit ginjal.

(7) Koloid Liofil dan Liofob

Koloid yang medium pendispersinya cair dibedakan menjadi koloid liofil dan liofob.

Koloid liofil adalah koloid yang suka dengan cairan, sedangkan koloid liofob adalah

koloid yang tidak suka cairan. Jika medium pendispersinya berupa air maka menjadi

Page 95: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

83

koloid hidrofil (suka air) dan koloid hidrofob (takut air). Pemanfaatan sifat ini diadaptasi

untuk membuat suatu emulgator, yakni suatu koloid yang mempunyai sifat liofil pada

salah satu ujungnya dan sifat liofob pada ujung lainnya sehingga dapat menstabilkan

suatu emulsi, contohnya sabun, detergen, putih telur.

3. PEMBUATAN KOLOID

Suatu sistem koloid dapat dibuat dari larutan sejati maupun suspensi (Parning et all,

2006: 170). Pembuatan koloid dari larutan sejati dilakukan dengan mengelompokkan partikel

larutan sejati sehingga berukuran seperti partikel koloid, cara ini disebut cara kondensasi.

Sedangkan pembuatan koloid dari suspensi dilakukan dengan memperkecil partikel suspensi

sehingga berukuran seperti partikel koloid, cara ini disebut cara dispersi. Adapun penjelasan

masing-masing cara pembuatan sistem koloid adalah sebagai berikut:

(1) Cara kondensasi

a. Reaksi hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Reaksi ini umumnya digunakan dalam

pembuatan koloi-koloid basa dari suatu garam.

b. Reaksi redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai dengan perubahan bilangan oksidasi.

Koloid yang terjadi merupakan hasil oksidasi atau reduksi.

c. Pertukaran ion

Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat yang

sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.

(2) Cara dispersi

a. Cara mekanik (dispersi langsung)

Cara ini dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel fase terdispersi. Biasanya

dilakukan dengan penggilingan atau penggerusan menggunakan lumpang atau

penggiling koloid. Hasil penggerusan atau penggilingan kemudian diaduk dengan

medium pendispersi.

b. Homogenisasi

Dilakukan dengan menggunakan mesin homogenisasi.

c. Peptisasi

Cara ini dilakukan dengan memecah partikel besar dari suspensi menjadi partikel

koloid dengan bantuan zat pemeptisasi (pemecah).

Page 96: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

84

d. Busur bredig

Mekanisme Busur Bredig merupakan gabungan dari cara dispersi dan kondensasi.

Biasanya digunakan dalam pembuatan sol-sol logam.

4. METODE, MODEL, DAN PENDEKATAN

Metode : Penugasan, praktikum, diskusi kelompok.

Model : Discovery Learning

Pendekatan : Scientific Approach

5. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

1. Pertemuan/ Siklus : 1/ I

Materi : Sistem Koloid dan Sifat-sifat Koloid

Waktu : 2 x 45 menit

Sintak

Discovery

Learning

Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode

Stimulus

Problem

Statement

Pendahuluan

1. Guru membuka kelas dan memeriksa kehadiran siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

3. Guru menstimulus ingatan dan rasa ingin tahu siswa dengan

meminta siswa mengamati demonstrasi campuran yang dibuat

oleh temannya kemudian guru memberikan pertanyaan:

- Apa yang kalian rasakan ketika minum air yang

ditambahkan gula?

- Bagaimana jika hanya gula saja?

- Bagaimana bila dalam campuran air dan gula ditambahkan

kopi? Apa yang kalian rasakan?

- Apa yang dimaksud dengan campuran?

- Apa saja jenis-jenis campuran?

4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi masalah dengan mengacu pada tujuan

pembelajaran.

10

menit

Tanya

Jawab

Page 97: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

85

Sintak

Discovery

Learning

Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode

Kegiatan Inti

Eksplorasi

1. Guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai

dengan kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan

sebelumnya.

5 menit Prakti-

kum

Data

Collection

Data

Processing

Elaborasi

1. Siswa dalam kelompok dengan teliti dan bertanggung jawab

mempresentasikan dan menggambarkan alur kerja praktikum

berdasarkan diskusi kelompok

2. Siswa dengan bimbingan guru berdiskusi untuk menentukan

alur kerja yang sesuai untuk pelaksanaan praktikum pada

pertemuan selanjutnya.

25

menit

Verifica-tion

and

Generali-

zation

Konfirmasi

1. Guru memberikan komentar terhadap pertanyaan dan

memberikan penjelasan jika terdapat miskonsepsi.

2. Bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

5 menit

Penutup

1. Siswa mengutarakan kesimpulan setelah melakukan diskusi

dengan bantuan guru.

2. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat laporan

praktikum sementara untuk dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya dan mempersiapkan praktikum pada pertemuan

selanjutnya.

5 menit Diskusi

Tugas

Siswa melaksanakan pre-test untuk persiapan praktikum pada

siklus I

40

menit

Page 98: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

86

2. Pertemuan/ Siklus : 2/ I

Materi : Sistem Koloid dan Sifat-sifat Koloid

Waktu : 2 x 45 menit

Sintak

Discovery

Learning

Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode

Stimulus

Problem

Statement

Pendahuluan

1. Guru membuka kelas dan memeriksa kehadiran siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

3. Guru menstimulus ingatan dan rasa ingin tahu siswa dengan

menyajikan campuran teh, kopi, dan susu kemudian

memberikan pertanyaan:

Sebutkan jenis campuran berdasarkan ukuran partikelnya!

4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi masalah dengan mengajukan pertanyaan:

Apakah semua koloid menguntungkan bagi manusia?

10

menit

Tanya

Jawab

Kegiatan Inti

Eksplorasi

1. Guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai

dengan kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan

sebelumnya.

2. Guru membagikan lembar kerja praktikum kepada masing-

masing kelompok.

3. Siswa mempersiapkan diri untuk praktikum dengan

mengambil alat dan bahan yang diperlukan sesuai lembar

praktikum.

10

menit

Prakti-

kum

Page 99: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

87

Sintak

Discovery

Learning

Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode

Data

Collection

Data

Processing

Verification

Generali-

zation

Elaborasi

1. Siswa dalam kelompok dengan teliti dan bertanggung jawab

melaksanakan kegiatan praktikum berdasarkan petunjuk yang

diberikan.

2. Siswa dalam kelompok diberikan kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan proses sains dalam percobaan

yang dilakukan.

3. Siswa dalam kelompok secara aktif, teliti, dan cermat mencatat

hasil pengamatan pada lembar kerja yang telah disediakan.

4. Siswa dalam kelompok secara aktif, jujur, dan bertanggung

jawab mengisi dan mengumpulkan laporan sementara kepada

guru.

45

menit

Konfirmasi

1. Guru dan observer menilai kondisi keterampilan proses sains

siswa pada tahap pelaksanaan praktikum

2. Siswa mengevaluasi hasil praktikum dengan dipandu oleh

guru.

20

menit

Penutup

1. Siswa mengutarakan kesimpulan setelah melakukan praktikum

dengan bantuan guru.

5 menit Diskusi

Tugas

Page 100: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

88

3. Pertemuan/ Siklus : 3/ I

Materi : Sistem Koloid dan Sifat-sifat Koloid

Waktu : 2 x 45 menit

Sintak

Discovery

Learning

Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode

Stimulus

Problem

Statement

Pendahuluan

1. Guru membuka kelas dan memeriksa kehadiran siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

3. Guru menstimulus ingatan dan rasa ingin tahu siswa dengan

menayangkan beberapa contoh koloid kemudian memberikan

pertanyaan:

Apa yang dimaksud dengan sistem koloid?

Apakah semua koloid sama?

Guru menayangkan efek tyndall kemudian mengajukan

pertanyaan:

Apakah koloid mempunyai sifat lain selain efek tyndall?

4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi masalah dengan mengajukan pertanyaan:

Mengapa sistem koloid penting bagi kehidupan?

10

menit

Tanya

Jawab

Kegiatan Inti

Eksplorasi

1. Guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai

dengan kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan

sebelumnya.

2. Siswa mempersiapkan diri untuk melaksanakan kegiatan

presentasi.

5 menit

Presen-

tasi

Page 101: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

89

Sintak

Discovery

Learning

Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode

Data

Collection

Data

Processing

Verifica-tion

Generali-

zation

Elaborasi

1. Siswa dalam kelompok dengan berani dan bertanggung jawab

melaksanakan kegiatan presentasi sub-bab yang telah

ditentukan.

2. Siswa dalam kelas diberikan kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan bertanya dan berdiskusi dengan

bimbingan guru.

3. Siswa dalam kelompok secara aktif, teliti, dan cermat mencatat

hasil diskusi.

4. Siswa dalam kelompok secara aktif, jujur, dan bertanggung

jawab mengisi dan mengumpulkan laporan akhir kepada guru.

25

menit

Konfirmasi

1. Guru memberikan komentar terhadap pertanyaan dan

memberikan penjelasan jika terdapat miskonsepsi.

2. Bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

5 menit

Penutup

1. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempersiapkan

praktikum pada pembelajaran selanjutnya. 5 menit Diskusi

Tugas

Siswa melaksanakan test akhir siklus I 40

menit

Page 102: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

90

4. Pertemuan/ Siklus : 4/ II

Materi : Pembuatan Sistem Koloid

Waktu : 2 x 45 menit

Sintak

Discovery

Learning

Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode

Stimulus

Problem

Statement

Pendahuluan

1. Guru membuka kelas dan memeriksa kehadiran siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

3. Guru menstimulus ingatan dan rasa ingin tahu siswa dengan

memberikan pertanyaan:

Apa saja hasil industri yang berupa koloid yang sering kita

gunakan dalam kehidupan sehari-hari?

4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi masalah dengan mengacu pada tujuan

pembelajaran.

10

menit

Tanya

Jawab

Data

Collection

Data

Processing

Verifica-tion

Generali-

zation

Kegiatan Inti

Eksplorasi

1. Guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai

dengan kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan

sebelumnya.

5 menit

Presen-

tasi

Elaborasi

1. Siswa dalam kelompok dengan teliti dan bertanggung jawab

mempresentasikan dan menggambarkan alur kerja praktikum

berdasarkan diskusi kelompok

2. Siswa dengan bimbingan guru berdiskusi untuk menentukan

alur kerja yang sesuai untuk pelaksanaan praktikum pada

pertemuan selanjutnya.

25

menit

Konfirmasi

1. Guru memberikan komentar terhadap pertanyaan dan

memberikan penjelasan jika terdapat miskonsepsi.

2. Bersama-sama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

5 menit

Page 103: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

91

Sintak

Discovery

Learning

Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode

Penutup

1. Siswa mengutarakan kesimpulan setelah melakukan diskusi

dengan bantuan guru.

2. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat laporan

praktikum sementara untuk dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya dan mempersiapkan praktikum pada pertemuan

selanjutnya.

5 menit Diskusi

Tugas

Siswa melaksanakan pre-test untuk persiapan praktikum pada

siklus II

40

menit

Page 104: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

92

5. Pertemuan/ Siklus : 5/ II

Materi : Pembuatan Koloid

Waktu : 2 x 45 menit

Sintak

Discovery

Learning

Kegiatan Pembelajaran Waktu Metode

Stimulus

Problem

Statement

Pendahuluan

1. Guru membuka kelas dan memeriksa kehadiran siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

3. Guru menstimulus ingatan dan rasa ingin tahu siswa dengan

memberikan pertanyaan:

Sebutkan jenis campuran berdasarkan ukuran partikelnya!

4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengidentifikasi masalah dengan mengajukan pertanyaan:

Apakah semua koloid menguntungkan bagi manusia?

10

menit

Tanya

Jawab

Kegiatan Inti

Eksplorasi

1. Guru mengkondisikan siswa untuk berkelompok sesuai dengan

kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.

2. Guru membagikan lembar kerja praktikum kepada masing-

masing kelompok.

3. Siswa mempersiapkan diri untuk praktikum dengan

mengambil alat dan bahan yang diperlukan sesuai lembar

praktikum.

10

menit

Prakti-

kum

Page 105: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

93

Data

Collection

Data

Processing

Verifica-tion

Generali-

zation

Elaborasi

1. Siswa dalam kelompok dengan teliti dan bertanggung jawab

melaksanakan kegiatan praktikum berdasarkan petunjuk yang

diberikan.

2. Siswa dalam kelompok diberikan kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan proses sains dalam percobaan

yang dilakukan.

3. Siswa dalam kelompok secara aktif, teliti, dan cermat mencatat

hasil pengamatan pada lembar kerja yang telah disediakan.

4. Siswa dalam kelompok secara aktif, jujur, dan bertanggung

jawab mengisi dan mengumpulkan laporan sementara kepada

guru.

45

menit

Konfirmasi

1. Guru dan observer menilai kondisi keterampilan proses sains

siswa pada tahap pelaksanaan praktikum

2. Siswa mengevaluasi hasil praktikum dengan dipandu oleh

guru.

20

menit

Penutup

1. Siswa mengutarakan kesimpulan setelah melakukan praktikum

dengan bantuan guru.

5 menit Diskusi

Tugas

Page 106: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

94

6. Pertemuan/ Siklus : 6/ II

Materi : Pembuatan Sistem Koloid

Waktu : 2 x 45 menit

Kegiatan Pembelajaran : Ulangan Harian

6. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

a. Media

Buku Kimia SMA Kelas XI Semester II

Lembar Kerja Siswa

Alat praktikum

Bahan praktikum

Laptop

LCD Proyektor

Spidol dan white board

b. Sumber Belajar

Buku Kimia yang relevan

a. Chang, Raymond. 2008. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti (3rd

ed) Jilid 1. Jakarta:

Erlangga

b. Davis, Raymond. 2006. Modern Chemistry. USA: Holt, Rinehart, and Winston

c. Parning, Horale, & Tiopan. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira

d. Purba, Michael. 2002. Kimia SMA Kelas XI 2B. Jakarta: Erlangga

e. Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas XI Jilid 2. Bandung: Grafindo

Media Utama

Internet

Slide presentasi

7. PENILAIAN

a. Ranah kognitif

Prosedur : Tes tertulis

Jenis tagihan : Tugas individu

Bentuk soal : Soal essai

Instrumen : rubrik penilaian kognitif

b. Ranah afektif

Prosedur : Observasi

Jenis tagihan : Diskusi

Instrumen : Lembar Pengamatan

Page 107: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

95

c. Ranah Psikomotorik

Prosedur : Observasi langsung

Jenis tagihan : Tugas kelompok

Instrumen : Lembar Pengamatan KPS

Page 108: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

96

SOAL PRE-TEST

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan jelas dan tepat !

1. Apa yang dimaksud dengan campuran?

2. Suatu campuran terdiri atas dua fase, tetapi campuran ini nampak homogen jika dilihat

dengan mata biasa, dan keruh. Apakah jenis campuran tersebut? Sebutkanlah tiga contoh

jenis campuran tersebut dalam kehidupan sehari-hari!

3. Data dari beberapa larutan sebagai berikut:

Larutan Warna Larutan Setelah Penyaringan Berkas Cahaya

1 Cokelat Keruh Terlihat

2 Biru Jernih Tak terlihat

3 Kuning Agak keruh Terlihat

4 Kuning Jernih Tak terlihat

5 Cokelat Jernih Tak terlihat

Berdasarkan data tersebut, pasangan larutan yang tergolong koloid adalah...

Jelaskan jawaban kalian!

4. Efek Tyndall adalah salah satu cara untuk membedakan larutan sejati dengan koloid.

Bagaimana perbedaanya?

5. Sistem koloid adalah cara yang digunakan untuk menyajikan suatu campuran dari zat-zat

yang tidak saling melarutkan secara “homogen” dan stabil pada tingkat makroskopis.

Sebagai contoh suatu sistem koloid adalah mayonaise. Mayonaise adalah sistem koloid cair

dalam cair, yakni emulsi air dalam minyak. Pada umumnya, air dan minyak tidak dapat

bercampur, namun karena penambahan suatu emulgator (zat pengemulsi) kedua zat

tersebut dapat membentuk campuran yang lebih stabil (koloid). Apakah yang disebut

dengan emulgator?

6. Ada berapa cara pembuatan koloid?Sebutkan!

7. Sebutkan perbedaan mendasar antara cara dispersi dan kondensasi!

8. Suatu sistem koloid dibuat dengan menggerus suatu zat sehingga partikelnya berukuran

seperti partikel koloid.

a. Disebut apakah mekanisme pembuatan koloid tersebut?

b. Mekanisme tersebut termasuk cara dispersi atau kondensasi? Jelaskan!

----oSELAMAT MENGERJAKANo----

Lampiran 3

Page 109: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

97

KUNCI JAWABAN SOAL PRE-TEST

1. Campuran adalah penggabungan dua zat atau lebih di mana dalam penggabungan ini zat-

zat tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing.

2. Koloid: susu, santan, agar-agar, awan, kabut, asap,dll

3. Larutan yang termasuk koloid adalah larutan 1 dan 3, karena setelah penyaringan masih

keruh atau agak keruh dan berkas cahaya terlihat.

4. Pada larutan sejati berkas sinar tidak terlihat, sedangkan pada koloid berkas sinar terlihat.

5. Emulgator adalah suatu koloid yang mempunyai sifat liofil pada salah satu ujungnya dan

sifat liofob pada ujung lainnya sehingga dapat menstabilkan suatu emulsi.

6. Terdapat dua cara pembuatan koloid, yakni cara dispersi dan kondensasi.

7. Perbedaan cara dispersi dan kondensasi:

- cara dispersi adalah pembuatan koloid dengan cara pemecahan partikel besar

(suspensi) menjadi partikel koloid.

- cara kondensasi adalah pembuatan koloid dengan cara menggumpalkan larutan

sehingga berukuran menjadi partikel koloid

8. Jawaban:

a. Mekanisme pembuatan koloid adalah dengan cara mekanik

b. Mekanisme tersebut tersebut cara dispersi karena memecah partikel berukuran suspensi

menjadi partikel yang berukuran koloid

Lampiran 4

Page 110: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

98

PANDUAN PENILAIAN PRE-TEST

1. Campuran adalah penggabungan dua zat atau lebih (skor 1) di mana dalam penggabungan

ini zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing (skor 2).

2. Koloid (skor 1)

susu, santan, agar-agar, awan, kabut, asap,dll (skor 2 jika ketigs contoh benar, skor 1 jika

dua contoh benar, skor 0,5 jika satu contoh benar).

3. Larutan yang termasuk koloid adalah larutan 1 dan 3(skor 1), karena setelah penyaringan

masih keruh atau agak keruh (skor 1) dan berkas cahaya terlihat (skor 1).

4. Pada larutan sejati berkas sinar tidak terlihat (skor 1,5), sedangkan pada koloid berkas sinar

terlihat (skor 1,5).

5. Emulgator adalah suatu koloid yang mempunyai sifat liofil pada salah satu ujungnya dan

sifat liofob pada ujung lainnya (skor 1,5) sehingga dapat menstabilkan suatu emulsi (skor

1,5).

6. Terdapat dua cara pembuatan koloid (skor 1), yakni cara dispersi (skor 1) dan kondensasi

(skor 1).

7. Perbedaan cara dispersi dan kondensasi:

- cara dispersi adalah pembuatan koloid dengan cara pemecahan partikel besar

(suspensi) menjadi partikel koloid. (skor 1,5)

- cara kondensasi adalah pembuatan koloid dengan cara menggumpalkan larutan

sehingga berukuran menjadi partikel koloid (skor 1,5)

8. Jawaban:

- Mekanisme pembuatan koloid adalah dengan cara mekanik (skor 1)

- Mekanisme tersebut tersebut cara dispersi(skor 1) karena memecah partikel berukuran

suspensi menjadi partikel yang berukuran koloid (skor 1)

Lampiran 5

Page 111: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

99

SOAL TES AKHIR SIKLUS I

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan jelas dan tepat !

1. Terdapat beberapa campuran sebagai berikut:

a. cuka + air

b. air + susu

c. obat batuk sirup

d. air + minyak

e. air + minyak + sabun

Identifikasi campuran tersebut dan kelompokkan menjadi larutan, koloid, atau suspensi!

2. Sebutkan fase terdispersi dan medium pendispersi koloid-koloid berikut ini:

a. sol

b. emulsi

c. buih

3. Sebutkan nama dan contoh sistem koloid yang terbentuk dari :

a. zat padat yang terdispersi dalam gas

b. zat gas yang terdispersi dalam padatan

c. zat cair yang terdispersi dalam padatan

4. Sebutkan fase terdispersi dan medium pendispersi sistem koloid berikut:

a. stirofoam

b. buih sabun

c. stainless steel

5. Sebutkan sifat koloid dalam peristiwa berikut:

a. cahaya lampu yang menerobos kabut

b. obat norit yang digunakan untuk mengobati orang yang sakit perut

c. penjernihan air menggunakan tawas

----oSELAMAT MENGERJAKANo----

Lampiran 6

Page 112: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

100

KUNCI JAWABAN TES AKHIR SIKLUS I

1. cuka + air : larutan

air + susu, air+minyak+sabun : koloid

obat batuk sirup, air+minyak : suspensi

2. Sol : padat dalam cair

Emulsi : cair dalam cair

Buih : gas dalam cair

3. Nama dan contoh sistem koloid

a. Sol gas, contoh asap, udara yang berdebu

b. Buih padat, contoh: batu apung, styrofoam, sponge, busa, kue apem

c. Emulsi padat, contoh agar-agar, tahu, mentega, keju

4. Fase terdispersi dan mendium pendispersi

Sistem Koloid Fase terdispersi Medium Pendispersi

Stirofoam Gas Padat

Buih sabun Gas Cair

Stainless steel Padat Padat

5. Efek koloid:

a. efek Tyndall

b. Adsorpsi

c. Koagulasi

Lampiran 7

Page 113: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

101

PANDUAN PENILAIAN TES AKHIR SIKLUS I

1. cuka + air, alkohol + air : larutan

air + susu, air+minyak+sabun : koloid

obat batuk sirup, air+minyak : suspensi

(tiap jawaban yang benar skornya 0,5 )

2. Sol : padat dalam cair (skor 1)

Emulsi : cair dalam cair (skor 1)

Buih : gas dalam cair (skor 1)

3. Nama dan contoh sistem koloid

a. Sol gas (skor 0,5); contoh asap, udara yang berdebu (skor 0,5)

b. Buih padat (skor 0,5); contoh: batu apung, styrofoam, sponge, busa, kue apem (skor 0,5)

c. Emulsi padat (skor 0,5); contoh agar-agar, tahu, mentega, keju (skor 0,5)

4. Fase terdispersi dan mendium pendispersi

Sistem Koloid Fase terdispersi Medium Pendispersi

Stirofoam Gas (skor 0,5) Padat (skor 0,5)

Buih sabun Gas (skor 0,5) Cair (skor 0,5)

Stainless steel Padat (skor 0,5) Padat (skor 0,5)

5. Efek koloid:

a. Efek Tyndall (skor 1)

b. Adsorpsi (skor 1)

c. Koagulasi (skor 1)

Lampiran 8

Page 114: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

102

SOAL TES AKHIR SIKLUS II

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan jelas dan tepat !

1. Apa perbedaan pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi?

2. Tentukan termasuk cara dispersi atau kondensasi pembuatan koloid berikut:

No. Proses pembuatan koloid Cara pembuatan

a. Mencampurkan larutan AgNO3 dan HCl encer

b. Menambahkan larutan jenuh FeCl3 ke dalam air panas.

c. Memasukkan serbuk belerang yang sudah digerus ke dalam

air.

d. Mengalirkan gas H2S ke dalam larutan NiS

e. Mereaksikan CuSO4 dengan Na2S dalam air

f. Sol emas dibuat dengan melompatkan bunga api listrik dari

elektrode Au dalam air

----oSELAMAT MENGERJAKANo----

Lampiran 9

Page 115: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

103

KUNCI JAWABAN TES AKHIR SIKLUS II

1. Perbedaan pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi adalah:

- Kondensasi : Pembuatan koloid dengan menggumpalkan partikel-partikel larutan menjadi

partikel berukuran koloid, biasanya dilakukan dengan cara kimia

- Dispersi : Pembuatan koloid dengan memecah partikel-partikel suspensi sehingga

berukuran seperti partikel koloid, biasanya dilakukan dengan cara fisika

2. Tabel

No. Proses pembuatan koloid Cara pembuatan

a. Mencampurkan larutan AgNO3 dan HCl encer Kondensasi

b. Menambahkan larutan jenuh FeCl3 ke dalam air panas. Kondensasi

c. Memasukkan serbuk belerang yang sudah digerus ke dalam

air.

Dispersi

d. Mengalirkan gas H2S ke dalam larutan NiS Dispersi

e. Mereaksikan CuSO4 dengan Na2S dalam air Kondensasi

f. Sol emas dibuat dengan melompatkan bunga api listrik dari

elektrode Au dalam air

Dispersi

Lampiran 10

Page 116: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

104

PANDUAN PENILAIAN TES AKHIR SIKLUS II

1. Perbedaan pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi adalah:

- Kondensasi : Pembuatan koloid dengan menggumpalkan partikel-partikel larutan menjadi

partikel berukuran koloid (skor 1), biasanya dilakukan dengan cara kimia (skor 0,5)

- Dispersi : Pembuatan koloid dengan memecah partikel-partikel suspensi sehingga

berukuran seperti partikel koloid (skor 1), biasanya dilakukan dengan cara fisika (skor 0,5)

2. Tabel

No. Proses pembuatan koloid Cara pembuatan

a. Mencampurkan larutan AgNO3 dan HCl encer Kondensasi (skor 0,5)

b. Menambahkan larutan jenuh FeCl3 ke dalam air panas. Kondensasi (skor 0,5)

c. Memasukkan serbuk belerang yang sudah digerus ke dalam

air.

Dispersi (skor 0,5)

d. Mengalirkan gas H2S ke dalam larutan NiS Dispersi (skor 0,5)

e. Mereaksikan CuSO4 dengan Na2S dalam air Kondensasi (skor 0,5)

f. Sol emas dibuat dengan melompatkan bunga api listrik dari

elektrode Au dalam air

Dispersi (skor 0,5)

Lampiran 11

Page 117: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

105

SOAL ULANGAN KOLOID

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan jelas dan tepat !

1. Sebutkan perbedaan dari larutan, koloid, dan suspensi!

2. Lengkapilah daftar berikut:

No Fase

Terdispersi

Medium

Pendispersi

Nama

Sistem

Koloid

Contoh

1. Sol

2. Gas Cair

3. Mentega

4. Aerosol

padat

Asap

5. Cair Gas

3. Jelaskan mengapa tidak terdapat sistem koloid gas dalam gas?

4. Mengapa koloid penting bagi kehidupan kita?

5. Efek Tyndall adalah salah satu sifat koloid yang dapat digunakan untuk membedakan

sistem koloid dengan larutan sejati. Apa yang dimaksud dengan efek Tyndall? Sebutkan

salah satu contoh peristiwa efek Tyndall yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-

hari!

6. Sebutkan faktor-faktor yang menstabilkan koloid!

7. Sebutkan pemanfaatan dari sifat-sifat koloid berikut:

a. Koagulasi

b. Koloid Pelindung

c. Dialisis

8. Pabrik-pabrik pada suatu industri pada umumnya menggunakan pengendap Cottrel pada

cerobong asapnya. Apa fungsi pengendap Cottrel pada cerobong asap tersebut? Apa sifat

koloid yang dimanfaatkan dalam peristiwa tersebut?

9. Jelaskan mengapa keringat yang ada di baju tidak dapat hilang ketika hanya dicuci

menggunakan air tetapi dapat dibersihkan saat dicuci menggunakan detergen!

10. Agar-agar adalah makanan yang kaya akan serat dan baik bagi kesehatan. Agar-agar

adalah salah satu sistem koloid yang dibuat secara dispersi. Mekanisme apakah yang

digunakan dalam pembuatan agar-agar? Berikan contoh lain pembuatan koloid dengan cara

dispersi!

----oSELAMAT MENGERJAKANo----

Lampiran 12

Page 118: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

106

KUNCI JAWABAN ULANGAN HARIAN KOLOID

1. Perbedaan larutan, koloid, dan suspensi

Larutan Koloid Suspensi

Homogen, tidak dapat

dibedakan walaupun menggunakan mikroskop

ultra

Homogen secara

makroskopis tetapi heterogen jika dilihat

dengan mikroskop ultra

Heterogen, baik

secara makroskopis maupun

mikroskopis

Ukuran partikelnya < 1 nm

Ukuran partikelnya antara 1 nm s.d 1000 nm

Ukuran partikelnya > 1 nm

Terdiri atas satu fase Terdiri atas dua fase Terdiri atas dua

fase

Stabil Pada umumnya stabil (tidak memisah apabila

didiamkan)

Tidak stabil

Tidak dapat disaring menggunakan penyaring

biasa maupun penyaring

ultra

Hanya dapat disaring

menggunakan penyaring ultra

Dapat disaring

- dapat menyebutkan 8 atau lebih sifat dengan benar : skor 3

- dapat menyebutkan 5 – 7 sifat dengan benar : skor 2

- dapat menyebutkan kurang dari 5 sifat dengan benar : skor 1

2. Masing-masing jawaban yang benar nilainya 0,25

No Fase

Terdispersi

Medium

Pendispersi

Nama

Sistem

Koloid

Contoh

1. Padat Cair Sol Cat, tinta

2. Gas Cair Buih Gelembung

sabun,

whipped

cream

3. Cair Padat Emulsi padat Mentega

4. Padat Gas Aerosol

padat

Asap

5. Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan,

hair spray

3. Gas dalam gas akan membentuk suatu campuran homogen (skor 1,5) jadi campuran

tersebut adalah larutan bukan koloid (skor 1,5).

4. Karena koloid merupakan satu-satunya cara untuk membuat dua zat yang tidak saling

melarutkan(skor 1,5) menjadi lebih stabil (skor 1,5).

5. Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh koloid. (skor 1,5)

Lampiran 13

Page 119: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

107

Contoh: lampu kendaraan pada cuaca berkabut, asap rokok yang tertangkap lampu

proyektor di bioskop terlihat lebih terang, cahaya matahari yang masuk melalui celah kecil

(skor 1,5)

6. Faktor-faktor yang menstabilkan koloid:

- muatan koloid (skor 1,5)

- gerak brown (skor 1,5)

7. a. Koagulasi :penjernhan air (skor 1)

b. Koloid Pelindung : es krim (skor 1)

c. Dialisis : cuci darah bagi penderita gagal ginjal (skor 1)

8. Fungsi pengendap Cottrell adalah untuk menarik partikel debu (skor 1) pada asap agar gas

buangan yang dikeluarkan oleh pabrik lebih bersih (skor 0,5) dan untuk mendapatkan

kembali partikel-partikel yang masih dapat dimanfaatkan (skor 0,5), seperti bijih-bijih

logam berharga.

Sifat koloid yang dimanfaatkan: adsorpsi (skor 0,5), koagulasi (skor 0,5).

9. Karena keringat merupakan minyak yang tidak dapat bercampur dengan air (skor 1).

Penambahan detergen berfungsi sebagai emulgator (skor 2) yang dapat membuat minyak

dan air menggumpal dan larut ketika dibersihkan.

10. Pembuatan agar-agar dilakukan dengan mekanisme peptisasi (skor 2) yang termasuk dalam

cara pembuatan koloid secara dispersi. Contoh lain pembuatan koloid dengan cara dispersi

adalah pembuatan sol belerang (skor 1).

Page 120: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

108

109

KISI-KISI INSTRUMEN LEMBAR OBSERVASI

KETERAMPILAN PROSES SAINS

No. Indikator KPS Kinerja yang dinilai dalam lembar observasi Nomor

1. Mengamati

Mengamati sifat-sifat campuran dengan teliti 10

Memasukkan campuran berdasarkan data atau

fakta yang diperoleh ke dalam tabung reaksi 11

2. Mengelompokkan atau

klasifikasi Mengelompokkan berdasarkan hasil pengamatan 13

3. Menafsirkan Menuliskan simpulan dari praktikum yang

telah dilaksanakan 15

4. Meramalkan

Memprediksi suatu campuran yang memiliki sifat-

sifat tertentu didasarkan pada konsep yang telah

dipelajari.

3

5. Merumuskan hipotesis

Mengajukan hipotesis awal mengenai hasil

percobaan melalui tafsiran ilmiah (dugaan

sementara).

4

6. Mengajukan pertanyaan Mengajukan suatu permasalahan ketika diskusi

kelas berlangsung. 18

7. Merencanakan

percobaan

Mampu merancang praktikum sesuai dengan

sistematika yang tepat dan jelas 1

Membuat bagan alur kerja yang mudah dibaca dan

sesuai prosedur 2

Mematuhi prosedur keselamatan kerja dengan

minimal menggunakan alas kaki dan jas

praktikum.

5

8. Menggunakan alat dan

bahan

Mengecek kebersihan dan kesiapan alat dan bahan

sebelum melaksanakan praktikum 6

Menimbang bahan dengan tepat menggunakan

timbangan yang sudah dikalibrasi 7

Mengambil larutan dengan volume yang benar

menggunakan gelas ukur. 8

Mencampur bahan sesuai dengan petunjuk di LKS

pada gelas beker dengan label yang sesuai. 9

Lampiran 14

Page 121: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

109

Membersihkan dan merapikan kembali alat

yang digunakan dan membersihkan meja

praktikum

12

9. Menerapkan konsep Menganalisis hasil praktikum berdasarkan

teori yang sudah ada 14

10. Mengkomunikasikan

hasil

Menuliskan hasil praktikum pada laporan

praktikum dengan sistematika yang benar 16

Mempresentasikan hasil praktikum dengan

komunikatif, kreatif, dan menarik. 17

Page 122: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

110

LEMBAR OBSERVASI KETERAMPILAN PROSES SAINS

Nama Observer : ..............................

Siklus : ..............................

Kinerja yang Dinilai Nilai

1. Mampu merancang praktikum sesuai dengan sistematika yang tepat dan jelas

2. Membuat bagan alur kerja yang mudah dibaca dan sesuai prosedur

3. Memprediksi suatu campuran yang memiliki sifat-sifat tertentu didasarkan pada

konsep yang telah dipelajari.

4. Mengajukan hipotesis awal mengenai hasil percobaan melalui tafsiran ilmiah (dugaan

sementara).

5. Mematuhi prosedur keselamatan kerja dengan minimal menggunakan alas kaki dan

jas praktikum.

6. Mengecek kebersihan dan kesiapan alat dan bahan sebelum melaksanakan praktikum

7. Menimbang bahan dengan tepat menggunakan timbangan yang sudah dikalibrasi.

8. Mengambil larutan dengan volume yang benar menggunakan gelas ukur.

9. Mencampur bahan sesuai dengan petunjuk di LKS pada gelas beker dengan label

yang sesuai.

10. Mengamati sifat-sifat campuran dengan teliti.

11. Memasukkan campuran berdasarkan data atau fakta yang diperoleh ke dalam tabung

reaksi

12. Membersihkan dan merapikan kembali alat yang digunakan dan

membersihkan meja praktikum.

13. Mengelompokkan berdasarkan data pengamatan

14. Menganalisis hasil praktikum berdasarkan teori yang sudah ada

15. Menuliskan simpulan dari praktikum yang telah dilaksanakan

16. Menuliskan hasil praktikum pada laporan praktikum dengan sistematika yang benar

17. Mempresentasikan hasil praktikum dengan komunikatif, kreatif, dan menarik.

18. Mengajukan suatu permasalahan ketika diskusi kelas berlangsung.

Lampiran 15

Page 123: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

111

PETUNJUK PENGISIAN LEMBAR OBSERVASI KPS

Berikut ini petunjuk pengisian lembar observasi:

1. Observer mengisi kolom nama observer dan siklus terlebih dahulu.

2. Pastikan observer sudah memahami panduan penilaian pada setiap butir dalam lembar observasi.

3. Nilai ditulis pada kolom nilai dengan skala nilai 1 s.d 4 dengan ketentuan sebagai berikut :

4 = sangat baik

3 = baik

2 = cukup

1 = kurang

4. Butir nomor 1 s.d 5 merupakan tahap perencanaan praktikum sehingga nilai pada butir ini diisi

sebelum siswa melakukan praktikum.

5. Butir nomor 6 s.d 12 merupakan tahap pelaksanaan praktikum sehingga nilai pada butir ini diisi

saat siswa melakukan praktikum.

6. Butir nomor 13 s.d 18 merupakan tahap pelaporan praktikum sehingga nilai pada butir ini diisi

setelah siswa melakukan praktikum.

Lampiran 16

Page 124: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

112

PANDUAN PENILAIAN OBSERVASI KETERAMPILAN PROSES SAINS

No Tingkat Ketercapaian Keterampilan Proses Sains Nilai

1

Membuat rancangan praktikum yang sesuai dengan:

tujuan praktikum

alat dan bahan yang digunakan

sistematika yang tepat

4

Sesuai dengan tujuan praktikum serta alat dan bahan yang

digunakan, tetapi sistematika kurang tepat 3

Hanya sesuai dengan tujuan praktikum 2

Tidak ada yang sesuai 1

2

Membuat bagan alur kerja dengan:

jelas

sesuai prosedur

4

Cukup jelas dan sesuai prosedur 3

Tidak jelas tetapi sesuai prosedur 2

Tidak jelas dan tidak sesuai prosedur 1

3

Dapat menjawab Soal Pretest pada butir soal nomor 2

dengan skor = 3 4

Dapat menjawab Soal Pretest pada butir soal nomor 2

dengan skor = 2 3

Dapat menjawab Soal Pretest pada butir soal nomor 2

dengan skor = 1 2

Dapat menjawab Soal Pretest pada butir soal nomor 2

dengan skor = 0 1

4

Hipotesis yang diajukan:

Sesuai dengan tujuan

Memuat hubungan antar variabel

Menggunakan kalimat negatif

4

Hanya sesuai dengan tujuan dan memuat hubungan antar

variabel 3

Hanya memuat hubungan antar variable dan menggunakan

kalimat negatif 2

Tidak ada yang memenuhi 1

Lampiran 17

Page 125: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

113

No Tingkat Ketercapaian Keterampilan Proses Sains Nilai

5

Mematuhi prosedur keselamatan kerja dengan minimal

menggunakan:

alas kaki

jas praktikum

4

*)Hanya menggunakan jas praktikum dan alas kaki 3

*)Hanya menggunakan alas kaki 2

*)Tidak ada yang memenuhi 1

6

Mengecek kebersihan dan kesiapan alat

Alat lengkap dan bersih 4

Alat dan bahan lengkap tetapi ada yang kurang bersih 3

Alat bersih tetapi ada yang tidak lengkap 2

Alat tidak bersih dan tidak lengkap 1

7

Mengkalibrasi timbangan sebelum digunakan

Menimbang kaca arloji sebelum menimbang bahan

Menimbang bahan dengan tepat

4

*)Hanya mengkalibrasi dan menimbang bahan 3

*)Hanya menimbang bahan 2

*)Tidak ada yang memenuhi 1

8

Meletakkan gelas ukur pada bidang datar untuk

mengetahui volume larutan

Membaca volume berdasarkan lengkung meniskus

Mengukur volume dengan tepat menggunakan gelas

ukur

4

*)Hanya meletakkan gelas ukur pada bidang datar dan

mengukur volume 3

*)Hanya mengukur volume 2

*)Tidak ada yang memenuhi 1

9

Melabeli gelas beker sesuai dengan campuran yang akan

diisikan

Mencampur bahan sesuai dengan prosedur

Memasukkan bahan ke dalam gelas beker dengan label

yang sesuai

4

Page 126: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

114

No Tingkat Ketercapaian Keterampilan Proses Sains Nilai

*)Hanya melabeli gelas beker dan mencampur bahan sesuai

dengan prosedur 3

*)Hanya mencampur bahan sesuai dengan prosedur 2

*)Tidak ada yang memenuhi 1

10

Mengocok campuran sebelum diamati sifat-sifatnya

Mengamati sifat efek Tyndall dari samping tabung reaksi

Mengamati sifat-sifat campuran sesuai dengan prosedur

4

*)Hanya mengocok campuran dan mengamati sifat-sifat

campuran sesuai dengan prosedur 3

*)Hanya mengamati sifat-sifat campuran 2

*)Tidak ada yang memenuhi 1

11

Melabeli tabung reaksi sesuai dengan campuran yang

akan diisikan

Memasukkan bahan yang sesuai dengan ketentuan

dalam prosedur

Memasukkan bahan ke dalam tabung reaksi dengan

label yang sesuai

4

*)Hanya melabeli tabung reaksi dan memasukkan bahan

yang sesuai ketentuan dalam prosedur 3

*)Hanya memasukkan bahan yang sesuai dengan ketentuan

dalam prosedur 2

*)Tidak ada yang memenuhi 1

12

Membersihkan alat yang digunakan

Merapikan alat yang digunakan

Membersihkan meja praktikum

4

*)Hanya membersihkan dan merapikan alat yang digunakan 3

*)Hanya membersihkan alat yang digunakan 2

*)Tidak ada yang memenuhi 1

13

Mengelompokkan hasil praktikum dengan tepat 4

*)Hanya 75 % yang tepat 3

*)Hanya 50 % yang tepat 2

*)Tidak ada yang tepat 1

Page 127: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

115

No Tingkat Ketercapaian Keterampilan Proses Sains Nilai

14

Menganalisis hasil praktikum dengan 100% tepat 4

*)Hanya 75 % yang tepat 3

*)Hanya 50 % yang tepat 2

*)Hanya 25 % yang tepat 1

15 Berdasarkan panduan penilaian laporan praktikum, siswa

mendapat skor =20

4

Berdasarkan panduan penilaian laporan praktikum, siswa

mendapat skor: 15 < skor ≤19

3

Berdasarkan panduan penilaian laporan praktikum, siswa

mendapat skor: 10 < skor ≤14

2

Berdasarkan panduan penilaian laporan praktikum, siswa

mendapat skor: 5 < skor ≤9

1

16 Berdasarkan panduan penilaian laporan praktikum, siswa

mendapat skor =20

4

Berdasarkan panduan penilaian laporan praktikum, siswa

mendapat skor: 15 < skor ≤19

3

Berdasarkan panduan penilaian laporan praktikum, siswa

mendapat skor: 10 < skor ≤14

2

Berdasarkan panduan penilaian laporan praktikum, siswa

mendapat skor: 5 < skor ≤9

1

17 Mempresentasikan hasil praktikum dengan:

Sistematis

Lengkap

Komunikatif dan kreatif

4

*)Hanya 2 (dua) yang memenuhi 3

*)Hanya 1 (satu) yang memenuhi 2

*)Tidak ada yang memenuhi 1

18 Pertanyaan berupa analisis atau penerapan yang sesuai

materi

4

Pertanyaan berupa pemahaman tentang materi 3

Pertanyaan berupa pengetahuan tentang materi 2

Pertanyaan tidak berhubungan dengan materi 1

Page 128: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

116

PERBAIKAN BUTIR INSTRUMEN KPS

No.

Butir

Pertanyaan yang belum

diperbaiki

Pertanyaan yang sudah diperbaiki

5 Mematuhi prosedur keselamatan

kerja dengan minimal menggunakan alas kaki, jas

praktikum, dan sarung tangan.

Mematuhi prosedur keselamatan

kerja dengan minimal menggunakan

alas kaki dan jas praktikum

8 Mengukur volume larutan dengan

benar menggunakan gelas ukur.

Mengambil larutan dengan

volume yang benar menggunakan

gelas ukur

12 Menjaga meja praktikum tetap rapi

dan bersih serta menyimpan sisa

bahan yang tidak terpakai pada

tempatnya.

Membersihkan dan merapikan

kembali alat yang digunakan dan

membersihkan meja praktikum

14 Menganalisis hasil praktikum

berdasarkan konsep yang sudah

dipelajari

Menganalisis hasil praktikum

berdasarkan teori yang sudah ada

15 Menyimpulkan data dari praktikum

yang telah dilaksanakan

Menuliskan simpulan dari

praktikum yang telah

dilaksanakan

Lampiran 18

Page 129: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

117

DATA NILAI KPS SISWA PADA KELAS UJI COBA

Responden

Faktor 1 Jumlah (X1)

Faktor 2 Jumlah (X2)

Faktor 3 Jumlah (X3)

Skor (Y) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

R-01 2,0 2,0 2,0 4,0 3,0 13,0 3,3 2,3 3,3 2,3 3,7 2,3 3,0 20,3 3,3 2,0 3,0 3,0 3,3 1,0 15,7 49,0

R-02 2,0 2,0 3,0 4,0 3,3 14,3 3,7 2,7 3,3 2,7 3,3 2,3 3,0 21,0 3,3 2,0 3,0 3,0 3,3 1,0 15,7 51,0

R-03 2,0 2,0 3,0 4,0 3,0 14,0 3,3 2,7 3,3 2,3 3,7 2,3 3,3 21,0 3,3 2,0 3,0 3,0 3,3 1,0 15,7 50,7

R-04 2,0 2,0 3,0 4,0 3,0 14,0 3,0 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,7 17,3 3,3 2,0 3,0 3,0 3,3 1,0 15,7 47,0

R-05 3,0 3,0 1,0 4,0 3,0 14,0 2,7 2,0 2,3 2,3 2,0 2,0 2,0 15,3 3,0 2,0 3,0 3,0 2,7 1,0 14,7 44,0

R-06 3,0 3,0 1,0 4,0 3,0 14,0 3,3 2,0 2,3 2,3 2,0 2,0 2,7 16,7 2,7 2,0 3,0 3,0 2,7 1,0 14,3 45,0

R-07 3,0 3,0 1,0 4,0 3,0 14,0 3,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,0 2,3 17,0 3,7 2,0 3,0 3,0 2,7 1,0 15,3 46,3

R-08 3,0 3,0 1,0 4,0 3,0 14,0 3,3 3,3 2,7 2,3 3,7 2,3 2,7 20,3 4,0 2,0 3,0 3,0 2,7 3,7 18,3 52,7

R-09 2,0 2,0 1,0 4,0 3,0 12,0 3,3 3,7 2,7 2,3 3,3 2,7 3,0 21,0 3,3 1,0 3,0 3,0 2,0 1,0 13,3 46,3

R-10 2,0 2,0 1,0 4,0 2,0 11,0 4,0 4,0 3,7 2,7 3,3 3,0 3,3 24,0 3,7 1,0 3,0 3,0 2,0 1,0 13,7 48,7

R-11 2,0 2,0 1,0 4,0 3,0 12,0 3,7 3,7 3,3 2,7 3,3 2,3 3,0 22,0 3,7 1,0 3,0 3,0 2,0 1,0 13,7 47,7

R-12 2,0 2,0 1,0 4,0 3,0 12,0 4,0 4,0 2,7 2,0 3,3 2,3 3,0 21,3 4,0 1,0 3,0 3,0 2,0 1,0 14,0 47,3

R-13 2,0 2,0 3,3 1,0 3,0 11,3 4,0 4,0 3,3 2,7 3,7 2,3 3,0 23,0 1,3 1,0 3,0 2,0 1,7 1,0 10,0 44,3

R-14 2,0 2,0 3,3 1,0 3,3 11,7 4,0 4,0 3,7 2,7 3,3 3,0 3,0 23,7 1,0 1,0 3,0 2,0 1,7 1,0 9,7 45,0

R-15 2,0 2,0 2,7 4,0 3,0 13,7 3,3 3,7 3,0 2,3 3,7 3,0 3,0 22,0 1,0 1,0 3,0 2,0 2,3 1,0 10,3 46,0

R-16 2,0 2,0 3,3 4,0 3,0 14,3 3,7 3,7 3,0 2,3 3,7 2,3 3,3 22,0 1,0 1,0 3,0 2,0 2,3 1,0 10,3 46,7

R-17 3,0 3,0 3,3 2,0 2,0 13,3 3,3 3,0 3,0 2,3 2,7 3,3 3,3 21,0 3,3 1,0 3,0 2,0 2,3 1,0 12,7 47,0

R-18 3,0 3,0 1,3 2,0 3,0 12,3 3,3 3,3 3,3 2,7 3,3 3,7 3,0 22,7 3,3 1,0 3,0 2,0 2,3 3,7 15,3 50,3

R-19 3,0 3,0 4,0 4,0 3,0 17,0 3,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,7 17,7 3,3 1,0 3,0 3,0 2,3 1,0 13,7 48,3

R-20 3,0 3,0 4,0 2,0 3,0 15,0 3,3 3,0 2,7 2,3 3,0 2,3 2,3 19,0 3,0 1,0 3,0 3,0 2,3 1,0 13,3 47,3

R-21 3,0 3,0 4,0 4,0 3,0 17,0 3,7 3,3 2,3 2,3 3,0 2,0 3,3 20,0 3,0 2,0 3,0 3,0 3,3 1,0 15,3 52,3

R-22 3,0 3,0 4,0 4,0 3,0 17,0 3,0 2,7 2,0 2,3 2,7 2,3 3,3 18,3 3,0 2,0 3,0 3,0 3,3 1,0 15,3 50,7

R-23 3,0 3,0 4,0 4,0 3,0 17,0 3,3 3,3 2,0 2,3 2,7 3,0 3,3 20,0 3,0 2,0 3,0 3,0 3,3 1,0 15,3 52,3

R-24 3,0 3,0 4,0 4,0 3,0 17,0 3,7 3,3 2,7 2,7 3,7 2,7 3,3 22,0 3,3 2,0 3,0 3,0 3,3 1,0 15,7 54,7

R-25 2,0 2,0 2,0 4,0 2,7 12,7 2,3 2,3 2,3 2,0 2,7 2,0 2,3 16,0 3,0 2,0 3,0 3,0 3,0 1,0 15,0 43,7

R-26 2,0 2,0 2,0 4,0 3,0 13,0 2,7 2,7 2,3 2,0 2,7 2,3 3,0 17,7 3,0 2,0 3,0 3,0 3,0 1,0 15,0 45,7

11

7

7

Lam

pira

n 1

9

Page 130: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

Responden Faktor 1 Jumlah

(X1)

Faktor 2 Jumlah

(X2)

Faktor 3 Jumlah

(X3)

Skor

(Y) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

R-27 2,0 2,0 2,0 1,0 2,7 9,7 3,0 2,3 2,0 2,3 2,3 2,0 3,0 17,0 3,0 2,0 3,0 2,0 3,0 1,0 14,0 40,7

R-28 2,0 2,0 2,0 1,0 3,0 10,0 3,7 3,3 3,0 2,0 3,3 2,7 3,0 21,0 3,0 2,0 3,0 2,0 3,0 1,0 14,0 45,0

R-29 2,0 2,0 1,0 1,0 3,0 9,0 3,7 2,7 3,0 2,0 3,3 2,0 3,3 20,0 3,0 2,0 3,0 2,0 2,3 1,0 13,3 42,3

R-30 2,0 2,0 1,0 1,0 3,0 9,0 3,3 2,7 3,0 2,3 3,3 2,7 3,7 21,0 3,0 2,0 3,0 2,0 2,3 1,0 13,3 43,3

R-31 2,0 2,0 1,0 1,0 3,0 9,0 3,3 2,7 3,0 2,3 3,7 2,7 3,3 21,0 3,0 2,0 3,0 2,0 2,3 1,0 13,3 43,3

R-32 2,0 2,0 1,0 1,0 3,0 9,0 2,7 2,3 2,0 2,0 2,7 2,0 3,3 17,0 2,7 2,0 3,0 2,0 2,3 1,0 13,0 39,0

R-33 3,0 3,0 2,0 3,3 2,7 14,0 2,7 2,7 3,3 2,3 2,7 2,0 3,3 19,0 3,0 1,0 2,0 2,0 2,3 1,0 11,3 44,3

R-34 3,0 3,0 2,0 3,3 2,3 13,7 2,3 3,3 3,7 2,3 2,7 2,0 3,3 19,7 3,0 1,0 2,0 2,0 2,3 1,0 11,3 44,7

R-35 3,0 3,0 2,0 1,0 3,0 12,0 2,7 2,7 3,7 2,3 2,7 2,0 3,3 19,3 3,0 1,0 2,0 2,0 2,3 1,0 11,3 42,7

R-36 3,0 3,0 2,0 4,0 3,0 15,0 3,7 3,7 3,7 2,3 3,3 2,3 3,3 22,3 3,0 1,0 2,0 2,0 2,3 1,0 11,3 48,7

118

Page 131: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

119

VALIDITAS INSTRUMEN LEMBAR OBSERVASI KPS

Validitas yang digunakan untuk menentukan keabsahan instrumen ini adalah validitas konstruk

dengan analisis faktor. Berdasarkan data nilai dari kelas uji coba didapatkan data sebagai berikut:

Responden X1 X2 X3 Y Y2 X1.Y X2.Y X3.Y X12 X2

2 X32

U-01 13,0 20,3 15,7 49,0 2401,0 637,00 996,33 767,67 169,0 413,4 245,4

U-02 14,3 21,0 15,7 51,0 2601,0 731,00 1071,00 799,00 205,4 441,0 245,4

U-03 14,0 21,0 15,7 50,7 2567,1 709,33 1064,00 793,78 196,0 441,0 245,4

U-04 14,0 17,3 15,7 47,0 2209,0 658,00 814,67 736,33 196,0 300,4 245,4

U-05 14,0 15,3 14,7 44,0 1936,0 616,00 674,67 645,33 196,0 235,1 215,1

U-06 14,0 16,7 14,3 45,0 2025,0 630,00 750,00 645,00 196,0 277,8 205,4

U-07 14,0 17,0 15,3 46,3 2146,8 648,67 787,67 710,44 196,0 289,0 235,1

U-08 14,0 20,3 18,3 52,7 2773,8 737,33 1070,89 965,56 196,0 413,4 336,1

U-09 12,0 21,0 13,3 46,3 2146,8 556,00 973,00 617,78 144,0 441,0 177,8

U-10 11,0 24,0 13,7 48,7 2368,4 535,33 1168,00 665,11 121,0 576,0 186,8

U-11 12,0 22,0 13,7 47,7 2272,1 572,00 1048,67 651,44 144,0 484,0 186,8

U-12 12,0 21,3 14,0 47,3 2240,4 568,00 1009,78 662,67 144,0 455,1 196,0

U-13 11,3 23,0 10,0 44,3 1965,4 502,44 1019,67 443,33 128,4 529,0 100,0

U-14 11,7 23,7 9,7 45,0 2025,0 525,00 1065,00 435,00 136,1 560,1 93,4

U-15 13,7 22,0 10,3 46,0 2116,0 628,67 1012,00 475,33 186,8 484,0 106,8

U-16 14,3 22,0 10,3 46,7 2177,8 668,89 1026,67 482,22 205,4 484,0 106,8

U-17 13,3 21,0 12,7 47,0 2209,0 626,67 987,00 595,33 177,8 441,0 160,4

U-18 12,3 22,7 15,3 50,3 2533,4 620,78 1140,89 771,78 152,1 513,8 235,1

U-19 17,0 17,7 13,7 48,3 2336,1 821,67 853,89 660,56 289,0 312,1 186,8

U-20 15,0 19,0 13,3 47,3 2240,4 710,00 899,33 631,11 225,0 361,0 177,8

U-21 17,0 20,0 15,3 52,3 2738,8 889,67 1046,67 802,44 289,0 400,0 235,1

U-22 17,0 18,3 15,3 50,7 2567,1 861,33 928,89 776,89 289,0 336,1 235,1

U-23 17,0 20,0 15,3 52,3 2738,8 889,67 1046,67 802,44 289,0 400,0 235,1

U-24 17,0 22,0 15,7 54,7 2988,4 929,33 1202,67 856,44 289,0 484,0 245,4

U-25 12,7 16,0 15,0 43,7 1906,8 553,11 698,67 655,00 160,4 256,0 225,0

U-26 13,0 17,7 15,0 45,7 2085,4 593,67 806,78 685,00 169,0 312,1 225,0

U-27 9,7 17,0 14,0 40,7 1653,8 393,11 691,33 569,33 93,4 289,0 196,0

U-28 10,0 21,0 14,0 45,0 2025,0 450,00 945,00 630,00 100,0 441,0 196,0

U-29 9,0 20,0 13,3 42,3 1792,1 381,00 846,67 564,44 81,0 400,0 177,8

U-30 9,0 21,0 13,3 43,3 1877,8 390,00 910,00 577,78 81,0 441,0 177,8

U-31 9,0 21,0 13,3 43,3 1877,8 390,00 910,00 577,78 81,0 441,0 177,8

U-32 9,0 17,0 13,0 39,0 1521,0 351,00 663,00 507,00 81,0 289,0 169,0

U-33 14,0 19,0 11,3 44,3 1965,4 620,67 842,33 502,44 196,0 361,0 128,4

U-34 13,7 19,7 11,3 44,7 1995,1 610,44 878,44 506,22 186,8 386,8 128,4

U-35 12,0 19,3 11,3 42,7 1820,4 512,00 824,89 483,56 144,0 373,8 128,4

U-36 15,0 22,3 11,3 48,7 2368,4 730,00 1086,89 551,56 225,0 498,8 128,4

Jumlah 471,0 719,7 493,3 1684,0 79212,9 22247,8 33762,0 23203,1 6358,8 14561,9 6896,9

Lampiran 20

Page 132: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

120

Dengan menggunakan rumus ∑ (∑ ) ∑

√{ ∑ ∑

} { ∑ ∑

}

, didapatkan:

1. Koefisien korelasi antara X1 dengan Y (ry1) = 0,733392

2. Koefisien korelasi antara X2 dengan Y (ry2) = 0,351835

3. Koefisien korelasi antara X3 dengan Y (ry3) = 0,515157

Karena ry1, ry2, dan ry3 ≥ 0,3 maka instrumen lembar observasi dapat dikatakan memiliki konstruk

yang kuat.

Page 133: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

121

VALIDITAS BUTIR INSTRUMEN LEMBAR OBSERVASI KPS

Validitas butir instrumen didapat dari menghitung korelasi antara skor butir dengan skor total

(Y). Untuk mendapatkan validitas butir digunakan rumus:

∑ (∑ ) ∑

√{ ∑ ∑

} { ∑ ∑

}

.

Sesuai jumlah butir, maka ada 22 koefisien korelasi yang perlu dihitung. Bila harga korelasi

dibawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid sehingga harus

diperbaiki. Berikut hasil perhitungan validitas butir berdasarkan hasil uji coba :

Nomor

Item

Nomor

Korelasi Rhitung Rkritis Validitas Keputusan

1 U(1-Y) 0,366365 0,3 valid diterima

2 U(2-Y) 0,366365 0,3 valid diterima

3 U(3-Y) 0,464144 0,3 valid diterima

4 U(4-Y) 0,612544 0,3 valid diterima

5 U(5-Y) 0,115108 0,3 tidak valid diperbaiki

6 U(6-Y) 0,383507 0,3 valid diterima

7 U(7-Y) 0,306053 0,3 valid diterima

8 U(8-Y) 0,020356 0,3 tidak valid diperbaiki

9 U(9-Y) 0,422518 0,3 valid diterima

10 U(10-Y) 0,317582 0,3 valid diterima

11 U(11-Y) 0,341819 0,3 valid diterima

12 U(12-Y) 0,057044 0,3 tidak valid diperbaiki

13 U(13-Y) 0,308304 0,3 valid diterima

14 U(14-Y) 0,049797 0,3 tidak valid diperbaiki

15 U(15-Y) 0,171532 0,3 tidak valid diperbaiki

16 U(16-Y) 0,561997 0,3 valid diterima

17 U(17-Y) 0,434475 0,3 valid diterima

18 U(18-Y) 0,327934 0,3 valid diterima

Dari hasil perhitungan koefisien korelasi tiap butir, didapatkan butir pertanyaan nomor 5, 8, 12,

14 dan 15 tidak valid. Karena butir-butir yang tidak valid tersebut mewakili indikator penilaian KPS,

maka butir-butir tersebut diperbaiki untuk penelitian.

Lampiran 21

Page 134: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

122

DATA NILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PER-RATER PADA KELAS UJI COBA

Responden Raters 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Skor

U-01

Rater 1 2 2 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 1 48

Rater 2 2 2 2 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 1 49

Rater 3 2 2 2 4 3 4 2 4 2 4 2 3 4 2 3 3 3 1 50

U-02

Rater 1 2 2 3 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 1 49

Rater 2 2 2 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 1 52

Rater 3 2 2 3 4 3 4 3 3 3 4 2 3 4 2 3 3 3 1 52

U-03

Rater 1 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 4 2 3 3 3 1 49

Rater 2 2 2 3 4 3 3 3 4 3 4 2 3 3 2 3 3 4 1 52

Rater 3 2 2 3 4 3 4 2 3 2 4 3 4 3 2 3 3 3 1 51

U-04

Rater 1 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 1 48

Rater 2 2 2 3 4 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 4 1 47

Rater 3 2 2 3 4 3 3 2 2 2 2 3 2 4 2 3 3 3 1 46

U-05

Rater 1 3 3 1 4 3 3 2 3 2 2 2 2 4 2 3 3 2 1 45

Rater 2 3 3 1 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 43

Rater 3 3 3 1 4 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 1 44

U-06

Rater 1 3 3 1 4 3 3 2 3 2 2 2 2 4 2 3 3 2 1 45

Rater 2 3 3 1 4 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 1 44

Rater 3 3 3 1 4 3 4 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 1 46

U-07

Rater 1 3 3 1 4 3 3 2 3 3 3 2 2 4 2 3 3 2 1 47

Rater 2 3 3 1 4 3 3 2 2 2 2 2 3 4 2 3 3 3 1 46

Rater 3 3 3 1 4 3 4 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 1 46

U-08

Rater 1 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 2 3 51

Rater 2 3 3 1 4 3 3 3 3 2 4 2 3 4 2 3 3 3 4 53

Rater 3 3 3 1 4 3 4 4 2 2 4 2 3 4 2 3 3 3 4 54

U-09

Rater 1 2 2 1 4 3 3 4 3 2 4 3 3 3 1 3 3 3 1 48

Rater 2 2 2 1 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 1 3 3 2 1 46

Rater 3 2 2 1 4 3 4 4 3 2 3 2 3 3 1 3 3 1 1 45

U-10

Rater 1 2 2 1 4 2 4 4 3 2 4 3 3 4 1 3 3 3 1 49

Rater 2 2 2 1 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 1 3 3 2 1 49

Rater 3 2 2 1 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 1 3 3 1 1 48

U-11

Rater 1 2 2 1 4 3 4 4 3 2 4 3 3 3 1 3 3 3 1 49

Rater 2 2 2 1 4 3 3 3 4 3 3 2 3 4 1 3 3 2 1 47

Rater 3 2 2 1 4 3 4 4 3 3 3 2 3 4 1 3 3 1 1 47

U-12

Rater 1 2 2 1 4 3 4 4 3 2 4 3 3 4 1 3 3 3 1 50

Rater 2 2 2 1 4 3 4 4 2 2 3 2 3 4 1 3 3 2 1 46

Rater 3 2 2 1 4 3 4 4 3 2 3 2 3 4 1 3 3 1 1 46

Lampiran 22

Page 135: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

123

Responden Raters 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Skor

U-13

Rater 1 2 2 2 1 3 4 4 4 3 3 3 3 1 1 3 2 1 1 43

Rater 2 2 2 4 1 3 4 4 3 3 4 2 3 2 1 3 2 2 1 46

Rater 3 2 2 4 1 3 4 4 3 2 4 2 3 1 1 3 2 2 1 44

U-14

Rater 1 2 2 2 1 3 4 4 4 3 3 3 3 1 1 3 2 1 1 43

Rater 2 2 2 4 1 4 4 4 4 2 3 2 3 1 1 3 2 2 1 45

Rater 3 2 2 4 1 3 4 4 3 3 4 4 3 1 1 3 2 2 1 47

U-15

Rater 1 2 2 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 1 1 3 2 3 1 47

Rater 2 2 2 3 4 3 3 3 2 2 4 4 3 1 1 3 2 2 1 45

Rater 3 2 2 3 4 3 4 4 3 2 4 2 3 1 1 3 2 2 1 46

U-16

Rater 1 2 2 2 4 3 4 4 4 3 3 3 3 1 1 3 2 3 1 48

Rater 2 2 2 4 4 3 3 3 2 2 4 2 4 1 1 3 2 2 1 45

Rater 3 2 2 4 4 3 4 4 3 2 4 2 3 1 1 3 2 2 1 47

U-17

Rater 1 3 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 1 3 2 2 1 46

Rater 2 3 3 4 2 2 3 2 2 2 3 4 4 3 1 3 2 3 1 47

Rater 3 3 3 4 2 2 4 4 3 2 2 3 3 4 1 3 2 2 1 48

U-18

Rater 1 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 1 3 2 2 4 51

Rater 2 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 1 3 2 3 3 49

Rater 3 3 3 1 2 3 4 4 3 2 4 4 3 3 1 3 2 2 4 51

U-19

Rater 1 3 3 4 4 3 3 3 2 2 3 3 2 4 1 3 3 2 1 49

Rater 2 3 3 4 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 1 3 3 3 1 47

Rater 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 2 2 3 3 1 3 3 2 1 49

U-20

Rater 1 3 3 4 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 1 3 3 2 1 45

Rater 2 3 3 4 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3 1 3 3 3 1 49

Rater 3 3 3 4 2 3 4 4 3 3 2 2 2 3 1 3 3 2 1 48

U-21

Rater 1 3 3 4 4 3 4 4 2 2 3 2 4 3 2 3 3 3 1 53

Rater 2 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 1 49

Rater 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 1 55

U-22

Rater 1 3 3 4 4 3 4 4 2 2 3 2 4 3 2 3 3 3 1 53

Rater 2 3 3 4 4 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 1 47

Rater 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 1 52

U-23

Rater 1 3 3 4 4 3 4 4 2 2 3 2 4 3 2 3 3 3 1 53

Rater 2 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 1 53

Rater 3 3 3 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 4 1 51

U-24

Rater 1 3 3 4 4 3 4 4 2 2 3 2 4 3 2 3 3 3 1 53

Rater 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 1 54

Rater 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 1 57

U-25

Rater 1 2 2 2 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 1 46

Rater 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 1 42

Rater 3 2 2 2 4 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 1 43

Page 136: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

124

Responden Raters 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Skor

U-26

Rater 1 2 2 2 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 1 46

Rater 2 2 2 2 4 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 1 45

Rater 3 2 2 2 4 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 1 46

U-27

Rater 1 2 2 2 1 3 4 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 43

Rater 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 1 40

Rater 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 1 39

U-28

Rater 1 2 2 2 1 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 42

Rater 2 2 2 2 1 3 4 4 3 2 4 3 3 3 2 3 2 3 1 47

Rater 3 2 2 2 1 3 4 3 4 2 3 3 3 3 2 3 2 3 1 46

U-29

Rater 1 2 2 1 1 3 3 3 2 2 3 2 4 3 2 3 2 3 1 42

Rater 2 2 2 1 1 3 4 3 3 2 4 2 3 3 2 3 2 2 1 43

Rater 3 2 2 1 1 3 4 2 4 2 3 2 3 3 2 3 2 2 1 42

U-30

Rater 1 2 2 1 1 3 3 3 2 2 3 2 4 3 2 3 2 3 1 42

Rater 2 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 1 44

Rater 3 2 2 1 1 3 4 2 4 2 4 3 3 3 2 3 2 2 1 44

U-31

Rater 1 2 2 1 1 3 3 3 2 2 3 2 4 3 2 3 2 3 1 42

Rater 2 2 2 1 1 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 2 1 43

Rater 3 2 2 1 1 3 4 2 4 2 4 4 3 3 2 3 2 2 1 45

U-32

Rater 1 2 2 1 1 3 3 3 2 2 3 2 4 3 2 3 2 3 1 42

Rater 2 2 2 1 1 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 1 38

Rater 3 2 2 1 1 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 37

U-33

Rater 1 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 1 2 2 2 1 47

Rater 2 3 3 2 3 2 2 2 4 2 3 2 3 3 1 2 2 2 1 42

Rater 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 1 2 2 3 1 44

U-34

Rater 1 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 1 2 2 2 1 47

Rater 2 3 3 2 3 2 2 3 4 2 3 2 3 3 1 2 2 2 1 43

Rater 3 3 3 2 3 2 2 4 4 2 2 2 3 3 1 2 2 3 1 44

U-35

Rater 1 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 2 4 3 1 2 2 2 1 44

Rater 2 3 3 2 1 3 3 3 4 2 3 2 3 3 1 2 2 2 1 43

Rater 3 3 3 2 1 3 2 2 4 2 2 2 3 3 1 2 2 3 1 41

U-36

Rater 1 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 1 2 2 2 1 47

Rater 2 3 3 2 4 3 4 4 4 2 3 2 3 3 1 2 2 2 1 48

Rater 3 3 3 2 4 3 4 4 4 2 4 3 3 3 1 2 2 3 1 51

Page 137: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

125

RELIABILITAS INSTRUMEN LEMBAR OBSERVASI KPS Pengujian reliabilitas lembar observasi menggunakan pengujian reabilitas menggunakan Raters dengan

tiga observer. Berdasarkan data nilai KPS pada kelas uji coba, diperoleh nilai sebagai berikut :

Responden Rater 1 Rater 2 Rater 3 ΣXp (ΣXp)2

U-01 48 49 50 147 21609

U-02 49 52 52 153 23409

U-03 49 52 51 152 23104

U-04 48 47 46 141 19881

U-05 45 43 44 132 17424

U-06 45 44 46 135 18225

U-07 47 46 46 139 19321

U-08 51 53 54 158 24964

U-09 48 46 46 140 19600

U-10 49 49 48 146 21316

U-11 49 47 47 143 20449

U-12 50 46 46 142 20164

U-13 43 46 44 133 17689

U-14 43 45 47 135 18225

U-15 47 45 46 138 19044

U-16 48 45 47 140 19600

U-17 46 47 48 141 19881

U-18 51 49 51 151 22801

U-19 49 47 49 145 21025

U-20 45 49 48 142 20164

U-21 53 49 55 157 24649

U-22 53 47 52 152 23104

U-23 53 53 51 157 24649

U-24 53 54 57 164 26896

U-25 46 42 43 131 17161

U-26 46 45 46 137 18769

U-27 43 40 39 122 14884

U-28 42 47 46 135 18225

U-29 42 43 42 127 16129

U-30 42 44 44 130 16900

U-31 42 43 45 130 16900

U-32 42 38 37 117 13689

U-33 47 42 44 133 17689

U-34 47 43 44 134 17956

U-35 44 43 41 128 16384

U-36 47 48 51 146 21316

ΣXr 1692 1668 1693 5053 713195

(ΣXr)2 2862864 2782224 2866249

Lampiran 23

Page 138: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

126

(1) Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT)

JKT

∑ ∑

dbt ( )

(2) Menghitung Jumlah Kuadrat antar Raters (JKt)

JKt ∑

∑ ∑

dbt

(3) Menghitung Jumlah Kuadrat antar Subjek (JKs)

JKs ∑ ∑

∑ ∑

dbt

(4) Menghitung Jumlah Kuadrat Residu (JKr)

JKr

dbs ( )

Tabel Ringkasan Anava untuk Perhitungan Reliabilitas Rating

Variasi JK db MK

JKT 1532,102 107 -

JKt 11,12963 2 -

JKs 1316,769 35 37,62196 (Vp)

JKr 204,2037 70 2,917196 (Ve)

Page 139: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

127

Maka reliabilitas instrumen penilaian untuk seorang rater atau observer:

Sedangkan untuk besarnya reliabilitas rerata dari tiga rater atau observer adalah:

Dengan α = 5% pada n = 36, diperoleh rtabel = 0,32.

Berdasarkan perhitungan rhitung ≥ rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen

reliabel.

Page 140: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

128

DATA NILAI ULANGAN HARIAN SISWA KELAS XI IPA 1 SEMESTER 1

No Nama Siswa No. Subjek UH 1 UH 2 UH 3 UH 4

1 Agastyasa Ghea Amarta R-01 83 77 60 79

2 Andin Siwi Sejati R-02 89 77 50 87

3 Anggie Widagdo R-03 89 82 80 83

4 Annisa Novi Rahmatika R-04 72 82 77 78

5 Ardy Bagus Septian Pratama R-05 80 80 93 87

6 Daffa Joko Nur Wahid R-06 77 84 93 87

7 Danang Afa Septiawan R-07 77 77 93 85

8 Devi Eristiana R-08 85 88 77 80

9 Dian Ambarwati R-09 80 77 80 80

10 Dima Nirmalasari R-10 86 80 50 50

11 Dina Oktavia Putri R-11 91 80 94 94

12 Firda Ferry Sanjaya R-12 85 77 89 89

13 Ginda Nabila Choirunnisa R-13 82 77 80 80

14 Isnia Sekar Sari R-14 84 68 77 79

15 Kartika Sari R-15 77 60 77 84

16 Laily Fidya R-16 91 88 94 92

17 M. Hasanudin Ramadhanu R-17 67 80 83 81

18 M. Nur Irsyad R-18 80 86 77 80

19 Mahatma Tirta Wiguna R-19 77 80 63 84

20 Matahari Nurohmah Adifitri R-20 85 77 83 82

21 Meida Mustika Mahesi Pertiwi R-21 80 60 67 84

22 Moh. Faridh Luthfi R-22 72 77 83 80

23 Mohammad Affan Dwica Putra R-23 92 70 77 81

24 Muhamad Rizky Setiawan R-24 77 80 90 84

25 Muhammad Ary Hendrawan R-25 81 77 90 85

26 Nabella Permatasari R-26 84 92 97 93

27 Natasya Widyasari R-27 87 84 77 78

28 Puspa Siwi Wulandari R-28 80 62 80 79

29 Rafika Rahma Dewi R-29 80 82 77 81

30 Ratu Essanoviea Hariawan R-30 90 77 63 80

31 Reza Pahlevi Wirananta R-31 77 80 77 78

32 Rizal Damar Sasangka R-32 77 88 83 83

33 Rizki Agung Wicaksono R-33 87 84 80 83

34 Setiyowati R-34 94 80 91 89

35 Tutik Nur Faizah R-35 94 80 83 85

36 Wisnu Bayu Aji R-36 66 86 83 82

Rata-rata 82 79 80 82

Nilai tertinggi 94 92 97 94

Nilai terendah 66 60 50 50

Lampiran 24

Page 141: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

129

DATA NILAI KPS SISWA PER-RATER PADA KELAS EKSPERIMEN SIKLUS I

Responden Raters 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Skor

R-01

Rater 1 2 1 3 1 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 2 2 1 43

Rater 2 2 1 3 1 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 39

Rater 3 2 1 3 1 3 3 2 3 2 4 2 3 2 2 3 2 3 1 42

R-02

Rater 1 2 1 1 1 3 3 3 3 4 3 2 3 1 2 3 2 2 1 40

Rater 2 2 1 1 1 3 3 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 1 36

Rater 3 2 1 1 1 3 3 2 3 2 4 2 3 1 2 3 2 3 1 39

R-03

Rater 1 2 1 4 1 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 2 2 1 44

Rater 2 2 1 4 1 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 40

Rater 3 2 1 4 1 3 3 2 3 2 4 2 3 2 2 3 2 3 1 43

R-04

Rater 1 2 1 4 1 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 2 2 1 44

Rater 2 2 1 4 1 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 1 40

Rater 3 2 1 4 1 3 3 2 3 2 4 2 3 2 2 3 2 3 1 43

R-05

Rater 1 2 1 1 1 3 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 1 44

Rater 2 2 1 1 1 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 40

Rater 3 2 1 1 1 3 3 4 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 1 41

R-06

Rater 1 2 1 3 1 3 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 2 47

Rater 2 2 1 3 1 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 43

Rater 3 2 1 3 1 3 3 4 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 3 45

R-07

Rater 1 2 1 4 1 3 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 1 47

Rater 2 2 1 4 1 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 43

Rater 3 2 1 4 1 3 3 4 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 1 44

R-08

Rater 1 2 1 1 1 3 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 1 44

Rater 2 2 1 1 1 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 40

Rater 3 2 1 1 1 3 3 4 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 1 41

R-09

Rater 1 2 1 2 1 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 1 47

Rater 2 2 1 2 1 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 3 2 3 1 42

Rater 3 2 1 2 1 3 4 4 3 2 4 2 3 3 4 3 2 4 1 48

R-10

Rater 1 2 1 4 1 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 1 49

Rater 2 2 1 4 1 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 3 2 3 1 44

Rater 3 2 1 4 1 3 4 4 3 2 4 2 3 3 4 3 2 4 1 50

R-11

Rater 1 2 1 1 1 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 1 46

Rater 2 2 1 1 1 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 3 2 3 1 41

Rater 3 2 1 1 1 3 4 4 3 2 4 2 3 3 4 3 2 4 1 47

R-12

Rater 1 2 1 3 1 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 1 48

Rater 2 2 1 3 1 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 3 2 3 1 43

Rater 3 2 1 3 1 3 4 4 3 2 4 2 3 3 4 3 2 4 1 49

R-13

Rater 1 3 1 4 1 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 46

Rater 2 3 1 4 1 3 3 2 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 1 43

Rater 3 3 1 4 1 3 3 4 3 2 4 2 3 3 2 3 2 2 1 46

Lampiran 25

Page 142: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

130

Responden Raters 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Skor

R-14

Rater 1 3 1 4 1 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 46

Rater 2 3 1 4 1 3 3 2 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 1 43

Rater 3 3 1 4 1 3 3 4 3 2 4 2 3 3 2 3 2 2 1 46

R-15

Rater 1 3 1 3 1 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 45

Rater 2 3 1 3 1 3 3 2 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 1 42

Rater 3 3 1 3 1 3 3 4 3 2 4 2 3 3 2 3 2 2 1 45

R-16

Rater 1 3 1 4 1 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 46

Rater 2 3 1 4 1 3 3 2 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 1 43

Rater 3 3 1 4 1 3 3 4 3 2 4 2 3 3 2 3 2 2 1 46

R-17

Rater 1 1 1 4 1 3 3 2 4 2 4 4 3 4 3 3 2 3 1 48

Rater 2 1 1 4 1 3 3 2 2 2 2 4 3 4 3 3 2 3 1 44

Rater 3 1 1 4 1 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 1 48

R-18

Rater 1 1 1 1 1 3 3 2 4 2 4 4 3 4 3 3 2 3 1 45

Rater 2 1 1 1 1 3 3 2 2 2 2 4 3 4 3 3 2 3 1 41

Rater 3 1 1 1 1 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 1 45

R-19

Rater 1 1 1 2 1 3 3 2 4 2 4 4 3 4 3 3 2 3 1 46

Rater 2 1 1 2 1 3 3 2 2 2 2 4 3 4 3 3 2 3 1 42

Rater 3 1 1 2 1 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 1 46

R-20

Rater 1 1 1 1 1 3 3 2 4 2 4 4 3 4 3 3 2 3 1 45

Rater 2 1 1 1 1 3 3 2 2 2 2 4 3 4 3 3 2 3 1 41

Rater 3 1 1 1 1 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 2 3 1 45

R-21

Rater 1 3 1 3 1 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 48

Rater 2 3 1 3 1 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 1 46

Rater 3 3 1 3 1 3 3 2 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 48

R-22

Rater 1 3 1 4 1 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 49

Rater 2 3 1 4 1 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 1 47

Rater 3 3 1 4 1 3 3 2 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 49

R-23

Rater 1 3 1 4 1 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 49

Rater 2 3 1 4 1 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 1 47

Rater 3 3 1 4 1 3 3 2 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 49

R-24

Rater 1 3 1 3 1 3 4 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 48

Rater 2 3 1 3 1 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 1 46

Rater 3 3 1 3 1 3 3 2 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 48

R-25

Rater 1 3 1 4 1 3 3 2 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 49

Rater 2 3 1 4 1 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 1 50

Rater 3 3 1 4 1 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 51

R-26

Rater 1 3 1 1 1 3 3 2 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 1 47

Rater 2 3 1 1 1 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 1 47

Rater 3 3 1 1 1 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 48

Page 143: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

131

Responden Raters 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Skor

R-27

Rater 1 3 1 1 1 3 3 2 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 1 47

Rater 2 3 1 1 1 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 1 47

Rater 3 3 1 1 1 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 48

R-28

Rater 1 3 1 4 1 3 3 2 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 1 50

Rater 2 3 1 4 1 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 1 50

Rater 3 3 1 4 1 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 3 1 51

R-29

Rater 1 2 1 2 1 3 3 2 4 2 4 2 3 3 4 3 3 2 1 45

Rater 2 2 1 2 1 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 3 2 1 43

Rater 3 2 1 2 1 3 3 2 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 1 46

R-30

Rater 1 2 1 3 1 3 3 2 4 2 3 2 3 2 4 3 2 2 1 43

Rater 2 2 1 3 1 3 3 3 2 2 3 2 3 2 4 3 2 2 1 42

Rater 3 2 1 3 1 3 3 2 3 2 3 4 3 2 4 3 2 3 1 45

R-31

Rater 1 2 1 3 1 3 3 2 4 2 3 2 3 2 4 3 2 2 1 43

Rater 2 2 1 3 1 3 3 3 2 2 3 2 3 2 4 3 2 2 1 42

Rater 3 2 1 3 1 3 3 2 3 2 3 4 3 2 4 3 2 3 1 45

R-32

Rater 1 2 1 3 1 3 3 2 4 2 3 2 3 2 4 3 2 2 1 43

Rater 2 2 1 3 1 3 3 3 2 2 3 2 3 2 4 3 2 2 1 42

Rater 3 2 1 3 1 3 3 2 3 2 3 4 3 2 4 3 2 3 1 45

R-33

Rater 1 3 1 4 1 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 2 1 46

Rater 2 3 1 4 1 3 3 3 4 2 3 2 3 2 4 3 3 3 1 48

Rater 3 3 1 4 1 3 3 4 4 2 3 2 3 2 4 3 3 2 1 48

R-34

Rater 1 3 1 4 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 2 1 47

Rater 2 3 1 4 1 3 3 3 4 2 3 2 3 3 4 3 3 3 1 49

Rater 3 3 1 4 1 3 3 4 4 2 3 2 3 3 4 3 3 2 1 49

R-35

Rater 1 3 1 1 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 2 1 44

Rater 2 3 1 1 1 3 3 3 4 2 3 2 3 3 4 3 3 3 1 46

Rater 3 3 1 1 1 3 3 4 4 2 3 2 3 3 4 3 3 2 1 46

R-36

Rater 1 3 1 4 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 2 1 47

Rater 2 3 1 4 1 3 3 3 4 2 3 2 3 3 4 3 3 3 1 49

Rater 3 3 1 4 1 3 3 4 4 2 3 2 3 3 4 3 3 2 1 49

Page 144: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

132

DATA NILAI KPS SISWA PER-RATER PADA KELAS EKSPERIMEN SIKLUS II

Responden Raters 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Skor

R-01

Rater 1 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2 1 55

Rater 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 2 2 1 53

Rater 3 4 3 3 3 3 4 2 3 4 4 3 3 2 3 4 2 3 1 54

R-02

Rater 1 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2 1 56

Rater 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 2 2 1 54

Rater 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 3 3 2 3 4 2 3 1 55

R-03

Rater 1 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2 1 56

Rater 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 2 2 1 54

Rater 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 3 3 2 3 4 2 3 1 55

R-04

Rater 1 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2 1 55

Rater 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 2 2 1 53

Rater 3 4 3 3 3 3 4 2 3 4 4 3 3 2 3 4 2 3 1 54

R-05

Rater 1 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 1 55

Rater 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 1 55

Rater 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 2 2 1 52

R-06

Rater 1 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 1 57

Rater 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 1 57

Rater 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 2 1 54

R-07

Rater 1 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 1 57

Rater 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 1 57

Rater 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 2 1 54

R-08

Rater 1 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 1 58

Rater 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 1 58

Rater 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 2 1 55

R-09

Rater 1 2 2 4 3 3 4 4 2 4 3 2 3 2 3 2 3 3 1 50

Rater 2 2 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 1 53

Rater 3 2 2 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 4 1 52

R-10

Rater 1 2 2 4 3 3 4 4 2 4 3 2 3 2 3 2 3 3 1 50

Rater 2 2 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 1 53

Rater 3 2 2 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 4 1 52

R-11

Rater 1 2 2 4 3 3 4 4 2 4 3 2 3 2 3 2 3 3 1 50

Rater 2 2 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 1 53

Rater 3 2 2 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 4 1 52

R-12

Rater 1 2 2 4 3 3 4 4 2 4 3 2 3 2 3 2 3 3 1 50

Rater 2 2 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 1 53

Rater 3 2 2 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 4 1 52

R-13

Rater 1 2 2 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 2 2 3 1 53

Rater 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 2 2 1 50

Rater 3 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 1 50

Lampiran 26

Page 145: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

133

Responden Raters 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Skor

R-14

Rater 1 2 2 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 1 55

Rater 2 2 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 2 1 52

Rater 3 2 2 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 1 52

R-15

Rater 1 2 2 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 2 2 3 1 53

Rater 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 2 2 1 50

Rater 3 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 1 50

R-16

Rater 1 2 2 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 3 1 55

Rater 2 2 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 2 1 52

Rater 3 2 2 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 1 52

R-17

Rater 1 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 1 57

Rater 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 1 59

Rater 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 1 58

R-18

Rater 1 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 1 57

Rater 2 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 1 59

Rater 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 1 58

R-19

Rater 1 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 2 3 1 55

Rater 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 1 58

Rater 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 2 3 1 57

R-20

Rater 1 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 1 57

Rater 2 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 3 1 59

Rater 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 2 3 1 58

R-21

Rater 1 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 2 3 4 3 3 1 54

Rater 2 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 4 3 2 1 56

Rater 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 1 54

R-22

Rater 1 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 2 3 4 2 3 3 54

Rater 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 4 2 2 3 56

Rater 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 4 2 3 2 53

R-23

Rater 1 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 55

Rater 2 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 4 3 2 3 58

Rater 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 2 55

R-24

Rater 1 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 2 3 4 2 3 1 52

Rater 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 4 2 2 1 54

Rater 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 4 2 3 1 52

R-25

Rater 1 4 4 4 3 3 4 3 2 4 3 3 4 2 3 4 2 3 1 56

Rater 2 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 2 4 1 58

Rater 3 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 3 4 2 3 4 2 3 1 57

R-26

Rater 1 4 4 4 3 3 4 3 2 4 3 3 4 2 3 4 2 3 1 56

Rater 2 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 2 4 1 58

Rater 3 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 3 4 2 3 4 2 3 1 57

Page 146: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

134

Responden Raters 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Skor

R-27

Rater 1 4 4 4 3 3 4 3 2 4 3 3 4 2 3 4 2 3 1 56

Rater 2 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 2 4 1 58

Rater 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 2 3 4 2 3 1 56

R-28

Rater 1 4 4 4 3 3 4 3 2 4 3 3 4 2 3 4 2 3 1 56

Rater 2 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 2 4 1 58

Rater 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 2 3 4 2 3 1 56

R-29

Rater 1 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 2 3 4 2 2 1 55

Rater 2 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 3 4 2 2 1 58

Rater 3 4 4 4 3 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 4 2 3 1 53

R-30

Rater 1 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 2 3 4 2 2 1 55

Rater 2 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 3 4 2 2 1 58

Rater 3 4 4 4 3 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 4 2 3 1 53

R-31

Rater 1 4 4 3 3 3 4 4 2 3 4 3 4 2 3 4 2 2 3 57

Rater 2 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 3 4 2 2 4 60

Rater 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 4 2 3 4 55

R-32

Rater 1 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 2 3 4 2 2 1 55

Rater 2 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 3 4 2 2 1 58

Rater 3 4 4 4 3 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 4 2 3 1 53

R-33

Rater 1 4 4 4 3 3 4 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 2 1 57

Rater 2 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 1 58

Rater 3 4 4 4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 4 3 2 1 53

R-34

Rater 1 2 2 4 3 3 4 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 2 1 53

Rater 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 1 54

Rater 3 2 2 4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 4 3 2 1 49

R-35

Rater 1 3 3 4 3 3 4 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 2 1 55

Rater 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 1 56

Rater 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 4 3 2 1 51

R-36

Rater 1 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4 3 3 3 2 3 2 1 52

Rater 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 1 53

Rater 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 1 48

Page 147: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

135

DAFTAR NILAI KPS DALAM SKALA 0 S.D 100

Responden Nilai KPS Siswa

Peningkatan Siklus I Siklus II

R-01 57,41 75,46 18,06

R-02 53,24 76,85 23,61

R-03 58,80 76,85 18,06

R-04 58,80 75,46 16,67

R-05 57,87 75,00 17,13

R-06 62,50 77,78 15,28

R-07 62,04 77,78 15,74

R-08 57,87 79,17 21,30

R-09 63,43 70,37 6,94

R-10 66,20 70,37 4,17

R-11 62,04 70,37 8,33

R-12 64,81 70,37 5,56

R-13 62,50 72,22 9,72

R-14 62,50 75,00 12,50

R-15 61,11 72,22 11,11

R-16 62,50 75,00 12,50

R-17 64,81 81,02 16,20

R-18 60,65 81,02 20,37

R-19 62,04 79,17 17,13

R-20 60,65 81,02 20,37

R-21 65,74 76,85 11,11

R-22 67,13 76,39 9,26

R-23 67,13 78,70 11,57

R-24 65,74 74,07 8,33

R-25 69,44 77,78 8,33

R-26 65,74 77,78 12,04

R-27 65,74 77,31 11,57

R-28 69,91 77,31 7,41

R-29 62,04 77,78 15,74

R-30 60,19 77,78 17,59

R-31 60,19 80,56 12,96

R-32 60,19 77,78 17,59

R-33 65,74 78,70 12,96

R-34 67,13 73,15 6,02

R-35 62,96 75,93 12,96

R-36 67,13 71,76 4,63

Jumlah 2263,89 2742,13 478,24

Rata-rata 62,89 76,17 13,28

Lampiran 27

Page 148: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

136

UJI NORMALITAS DATA KPS SIKLUS I

Hipotesis

Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis:

Rumus yang digunakan:

Kriteria yang digunakan

Ho diterima jika χ2 < χ

2 tabel

Pengujian Hipotesis

Nilai maksimal = 69,91 Panjang Kelas = 3,00

Nilai minimal = 53,24 Rata-rata ( x ) = 62,89

Rentang = 16,67 s = 3,66

Banyak kelas = 6 n = 36

Kelas Interval Batas

Kelas

Z untuk batas

kls.

Peluang

untuk Z

Luas Kls.

Untuk Z

Ei Oi (Oi-Ei)²

Ei

52,74 -2,77 0,4972

53,24 - 55,24 0,0227 0,8173 1 0,041

55,74 -1,95 0,4745

56,24 - 58,24 0,1033 3,7185 3 0,139

58,74 -1,13 0,3712

59,24 - 61,24 0,2484 8,9441 8 0,100

61,74 -0,31 0,1228

62,24 - 64,24 0,3166 11,3961 10 0,171

64,74 0,51 0,1938

65,24 - 67,24 0,2138 7,6964 12 2,406

67,74 1,33 0,4076

68,24 - 70,24 0,0765 2,7524 2 0,206

70,74 2,15 0,4840

χ² = 3,0625

Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh χ² tabel = 7,81

Lampiran 28

Page 149: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

137

3,0625 7,81

Karena χ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal.

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

Page 150: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

138

UJI NORMALITAS DATA KPS

SIKLUS II

Hipotesis

Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Pengujian Hipotesis:

Rumus yang digunakan:

Kriteria yang digunakan

Ho diterima jika χ2 < χ

2 tabel

Pengujian Hipotesis

Nilai maksimal

= 81,02

Panjang Kelas = 2,00

Nilai minimal

= 70,37

Rata-rata ( x ) = 76,17

Rentang

= 10,65

s

= 3,15

Banyak kelas

= 6

n

= 36

Kelas Interval

Batas

Kelas

Z untuk

batas kls.

Peluang

untuk Z

Luas

Kls.

Untuk Z

Ei Oi (Oi-Ei)²

Ei

69,87 -2,00 0,4774

70,37 - 71,37

0,0633 2,2773 4 1,3032

71,87 -1,37 0,4141

72,37 - 73,37

0,1465 5,2750 4 0,3082

73,87 -0,73 0,2676

74,37 - 75,37

0,2296 8,2660 4 2,2016

75,87 -0,10 0,0380

76,37 - 77,37

0,2435 8,7645 9 0,0063

77,87 0,54 0,2055

78,37 - 79,37

0,1747 6,2884 11 3,5303

79,87 1,18 0,3802

80,37 - 81,37

0,0848 3,0525 4 0,2941

81,87 1,81 0,4650

χ² = 7,6437

Untuk a = 5%, dengan dk = 6 - 3 = 3 diperoleh χ² tabel = 7,81

Lampiran 29

Page 151: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

139

7,6437

7,81

Karena χ² berada pada daerah penerimaan Ho, maka data tersebut berdistribusi normal.

Daerah penerimaan Ho

Daerah penolakan Ho

Page 152: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

140

UJI PENINGKATAN NILAI KPS

Nilai KPS siswa telah diuji normalitasnya dan dari perhitungan ditunjukkan bahwa

data berdistribusi normal. Selanjutnya untuk mengetahui apakah nilai KPS siswa mengalami

peningkatan secara signifikan, data dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Pada taraf signifikansi 5% dan dk= 36 – 1= 35, diperoleh ttabel sebesar 1,687. Karena thitung >

ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa nilai KPS siswa meningkat secara signifikan.

Lampiran 30

Page 153: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

141

LEMBAR PENILAIAN AFEKTIF SISWA

Jenis Penilaian : Afektif

Mata Pelajaran : Kimia

Materi Pokok : Sistem Koloid

A. Tujuan

Mengamati dan menilai sikap serta keterampilan siswa dalam kegiatan

pembelajaran di kelas

B. Form Penilaian

No Nama Siswa Aspek Afektif

1 2 3 4 5 6 7 8

Mengetahui.

Observer

Lampiran 31

Page 154: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

142

ACUAN PENILAIAN AFEKTIF SISWA

Jenis Penilaian : Afektif

Mata Pelajaran : Kimia

Materi Pokok : Koloid

A. Tujuan

Mengamati dan menilai sikap serta keterampilan siswa dalam kegiatan

pembelajaran di kelas

B. Kriteria Penilaian

No Aspek Kriteria

Penilaian Keterangan

1. Kehadiran di

kelas

4 Selalu hadir dalam pembelajaran

3 Pernah satu kali tidak mengikuti pembelajaran

2 Pernah dua kali tidak mengikuti pembelajaran

1 Pernah tiga kali atau lebih tidak mengikuti

pembelajaran

2. Kedisipilan

hadir dikelas

4 Masuk dan tidak terlambat

3 Masuk tetapi terlambat < 10 menit

2 Msuk tetapi terlambat antara 10 s.d 15 menit

1 Masuk tetapi terlambat > 15 menit

3. Tanggung

Jawab

4 Selesai melaksanakan tugas dari guru dengan

baik dan dikumpulkan tepat waktu

3 Tidak selesai melaksanakan tugas dari guru

dengan baik tetapi dikumpulkan tepat waktu

2 Selesai melaksanakan tugas dari guru dengan

baik tetapi tidak dikumpulkan tepat waktu

1 Tidak selesai melaksanakan tugas dari guru dan

tidak dikumpulkan tepat waktu

Lampiran 32

Page 155: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

143

No Aspek Kriteria

Penilaian Keterangan

4.

Berani

mengemukakan

pertanyaan atau

pendapat

4 Siswa mengemukakan pendapat atau

pertanyaan dan pendapat atau pertanyaannya

sesuai dengan pokok bahasan

3 Siswa mengemukakan pendapat atau

pertanyaan tetapi kurang sesuai dengan pokok

bahasan

2 Siswa mengemukakan pendapat atau

pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan pokok

bahasan

1 Siswa tidak bertanya atau mengemukakan

pendapat

5. Menghargai

pendapat orang

lain

4 Menghargai pendapat orang lain, tidak ramai

sendiri, dan mendengarkan pendapat orang lain

3 Menghargai pendapat orang lain dan

mendengarkan pendapat orang lain tetapi ramai

sendiri

2 Tidak menghargai pendapat orang lain tetapi

mendengarkan pendapat orang lain dan ramai

sendiri

1 Tidak menghargai pendapat orang lain, ramai

sendiri, dan tidak mendengarkan pendapat

orang lain

6.

Perhatian dalam

mengikuti

pelajaran

4 Siswa serius mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan guru dengan seksama selama

pembelajaran

3 Siswa serius mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan guru dengan seksama selama ½ jam

pelajaran

Page 156: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

144

2 Siswa serius mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan guru dengan seksama selama ¼ jam

pelajaran

1 Siswa tidak mendengarkan dan memperhatikan

penjelasan guru dengan seksama selama

pembelajaran.

7. Kreatif dalam

membuat media

presentasi

4 Media yang dibuat menarik, kreatif, dan materi

yang disampaikan tepat

3 Media yang dibuat kurang menarik dan kreatif,

tetapi materi yang disampaikan tepat

2 Media yang dibuat menarik dan kreatif, tetapi

materi yang disampaikan kurang tepat

1 Media yang dibuat tidak menarik dan kreatif,

materi yang disampaikan kurang tepat.

8. Komunikatif 4 Siswa menggunakan bahasa yang baik dan

sopan pada saat mengemukakan pendapat atau

bertanya

3 Siswa menggunakan bahasa yang baik tetapi

kurang sopan pada saat mengemukakan

pendapat atau bertanya

2 Siswa menggunakan bahasa yang tidak baik

tetapi sopan pada saat mengemukakan pendapat

atau bertanya

1 Siswa tidak menggunakan bahasa yang baik

dan sopan saat mengemukakan pendapat atau

bertanya.

Page 157: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

145

UJI RELIABILITAS LEMBAR OBSERVASI AFEKTIF

Subjek Observer Penilaian Aspek

Jumlah Peringkat B B2

I II III IV V VI VII VIII

U-1 Observer 1 4 4 4 1 2 2 3 3 23 9,5

0,5 0,25 Observer 2 4 4 4 1 2 2 3 3 23 10

U-2 Observer 1 4 4 4 1 3 2 4 3 25 4

1 1 Observer 2 4 4 4 1 3 3 3 3 25 5

U-3 Observer 1 4 4 4 1 3 3 3 3 25 4

1 1 Observer 2 4 4 4 1 3 3 3 3 25 5

U-4 Observer 1 4 4 4 1 3 3 4 3 26 2

0 0 Observer 2 4 4 4 1 3 4 3 3 26 2

U-5 Observer 1 4 3 3 1 3 3 2 3 22 13,5

1,5 2,25 Observer 2 4 3 3 1 2 3 3 3 22 15

U-6 Observer 1 4 3 3 1 3 2 4 3 23 9,5

0,5 0,25 Observer 2 4 3 3 1 3 3 3 3 23 10

U-7 Observer 1 4 4 3 1 2 2 3 3 22 13,5

1,5 2,25 Observer 2 4 4 3 1 2 2 4 2 22 15

U-8 Observer 1 4 3 3 4 3 3 3 3 26 2

0 0 Observer 2 4 3 3 3 3 3 4 3 26 2

U-9 Observer 1 4 4 3 1 2 2 3 3 22 13,5

1,5 2,25 Observer 2 4 4 3 1 2 3 2 3 22 15

U-10 Observer 1 4 4 3 1 3 2 2 3 22 13,5

1,5 2,25 Observer 2 4 4 3 1 2 3 2 3 22 15

U-11 Observer 1 4 4 3 1 3 3 2 2 22 13,5

1,5 2,25 Observer 2 4 4 3 1 3 3 2 2 22 15

U-12 Observer 1 4 4 3 1 3 3 2 3 23 9,5

0,5 0,25 Observer 2 4 4 3 1 3 3 2 3 23 10

U-13 Observer 1 4 4 4 1 3 3 3 3 25 4

1 1 Observer 2 4 4 4 1 3 3 3 3 25 5

U-14 Observer 1 4 4 4 1 2 3 4 3 25 4

1 1 Observer 2 4 4 4 1 3 3 3 3 25 5

U-15 Observer 1 4 3 4 1 3 2 2 3 22 13,5

1,5 2,25 Observer 2 4 3 4 1 2 2 3 3 22 15

U-16 Observer 1 4 3 4 1 2 2 3 3 22 13,5

1,5 2,25 Observer 2 4 3 4 1 2 2 3 3 22 15

U-17 Observer 1 4 3 3 1 3 3 4 2 23 9,5

0,5 0,25 Observer 2 4 3 3 1 3 4 3 2 23 10

U-18 Observer 1 4 4 3 4 3 3 3 3 27 1

0 0 Observer 2 4 4 3 4 3 4 3 3 28 1

20,75

Lampiran 33

Page 158: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

146

Perhitungan: Keputusan:

Rho tabel = 0,399 Rho hitung = 0,556

Lembar pengamatan reliabel jika rho hitung > 0,399

Pengamat I dan Pengamat II Sepakat

Rho = 0,566

Page 159: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

147

NILAI AFEKTIF KELAS EKSPERIMEN

Subjek Observer Penilaian Aspek

I II III IV V VI VII VIII

R-1 Observer 1 4 4 3 1 2 2 3 3

Observer 2 4 4 3 1 2 2 4 3

R-2 Observer 1 4 4 3 1 3 2 3 3

Observer 2 4 4 3 1 3 3 4 3

R-3 Observer 1 4 4 3 1 3 3 3 3

Observer 2 4 4 3 1 3 3 4 3

R-4 Observer 1 4 4 3 1 3 3 3 3

Observer 2 4 4 3 1 3 4 4 3

R-5 Observer 1 4 4 4 1 3 3 2 3

Observer 2 4 4 4 1 2 3 3 3

R-6 Observer 1 4 4 4 1 3 2 2 3

Observer 2 4 4 4 1 3 3 3 3

R-7 Observer 1 4 4 4 1 2 2 2 3

Observer 2 4 4 4 1 2 2 3 2

R-8 Observer 1 4 4 4 1 3 3 2 3

Observer 2 4 4 4 1 3 3 3 3

R-9 Observer 1 4 4 4 1 2 2 3 3

Observer 2 4 4 4 1 2 3 2 3

R-10 Observer 1 4 4 4 1 3 2 3 3

Observer 2 4 4 4 1 2 3 2 3

R-11 Observer 1 4 4 4 1 3 3 3 2

Observer 2 4 4 4 1 3 3 2 2

R-12 Observer 1 4 4 4 1 3 3 3 3

Observer 2 4 4 4 1 3 3 2 3

R-13 Observer 1 4 4 4 1 3 3 3 3

Observer 2 4 4 4 1 3 3 3 3

R-14 Observer 1 4 4 4 1 2 3 3 3

Observer 2 4 4 4 1 3 3 3 3

R-15 Observer 1 4 4 4 1 3 2 3 3

Observer 2 4 4 4 1 2 2 3 3

R-16 Observer 1 4 4 4 1 2 2 3 3

Observer 2 4 4 4 1 2 2 3 3

R-17 Observer 1 4 4 4 1 3 3 4 2

Observer 2 4 4 4 1 3 4 3 2

R-18 Observer 1 4 4 4 1 3 3 4 3

Observer 2 4 4 4 1 3 4 3 3

Lampiran 34

Page 160: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

148

Subjek Observer Penilaian Aspek

I II III IV V VI VII VIII

R-19 Observer 1 4 4 4 1 3 3 4 3

Observer 2 4 4 4 1 3 4 3 4

R-20 Observer 1 4 4 4 1 2 3 4 3

Observer 2 4 4 4 1 3 2 3 4

R-21 Observer 1 3 4 3 4 3 2 3 3

Observer 2 3 4 3 3 2 2 3 4

R-22 Observer 1 3 4 3 1 3 3 3 3

Observer 2 3 4 3 1 3 3 3 4

R-23 Observer 1 3 4 3 1 3 3 3 3

Observer 2 3 4 3 1 3 4 3 4

R-24 Observer 1 4 4 3 1 3 2 3 3

Observer 2 4 4 3 1 3 3 3 4

R-25 Observer 1 4 4 3 1 3 3 4 3

Observer 2 4 4 3 1 2 2 3 3

R-26 Observer 1 4 4 3 1 3 2 4 3

Observer 2 4 4 3 1 3 2 3 3

R-27 Observer 1 2 4 3 1 3 3 4 3

Observer 2 2 4 3 1 3 3 3 3

R-28 Observer 1 4 4 3 1 3 3 4 3

Observer 2 4 4 3 1 3 3 3 3

R-29 Observer 1 4 4 4 1 3 3 4 3

Observer 2 4 4 4 1 3 4 3 4

R-30 Observer 1 4 4 4 1 3 3 4 3

Observer 2 4 4 4 1 3 2 3 4

R-31 Observer 1 4 4 4 1 2 2 4 3

Observer 2 4 4 4 1 2 3 3 4

R-32 Observer 1 4 4 4 1 3 3 4 2

Observer 2 4 4 4 1 3 3 3 3

R-33 Observer 1 4 4 4 1 2 2 3 2

Observer 2 4 4 4 1 2 2 3 3

R-34 Observer 1 4 4 4 1 3 2 3 3

Observer 2 4 4 4 1 3 2 3 2

R-35 Observer 1 4 4 4 1 3 3 3 3

Observer 2 4 4 4 1 3 3 3 3

R-36 Observer 1 3 4 4 3 3 3 3 3

Observer 2 3 4 4 3 3 3 3 2

Page 161: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

149

No. Kode Nomer Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 UC_01 0,5 1,5 1 1,5 1,5 2 0 1 2 1 0,5 1 1

2 UC_02 1 3 1 1,5 1,5 2 0 1 2 1 0,5 1 1

3 UC_03 1 3 3 3 1,5 3 3 2 2 1 0,5 2 2

4 UC_04 1 3 3 3 1,5 3 3 2 3 2 0,5 2 2

5 UC_05 0,5 0,5 3 3 1,5 3 3 2 3 1 0 3 2

6 UC_06 0,5 0,5 3 3 1,5 3 3 2 3 2 0 3 2

7 UC_07 0,5 0,5 3 3 1,5 3 3 2 3 3 0 3 2

8 UC_08 1 0,5 3 3 1,5 3 3 2 3 3 0 3 3

9 UC_09 0,5 0 3 3 1,5 3 3 2 3 2 1 1 3

10 UC_10 1 0,5 1 0 1,5 2 0 1 1 2 1 1 3

11 UC_11 0,5 0 3 3 1,5 3 3 3 3 1 1 1 2

12 UC_12 1 0,5 2 3 1,5 2 1 1 3 2 1 1 2

13 UC_13 1 1 1 1,5 1,5 2 0 1 2 1 0,5 2 1

14 UC_14 1 1,5 1 1,5 1 2 0 1 1 1 0,5 2 1

15 UC_15 1 1 2 3 1,5 3 1 1 1 2 1 2 1

16 UC_16 1 1 3 3 1 3 3 2 3 2 1 2 1

17 UC_17 1 2 0,5 1,5 0 1 1 1 2 2 0 1 2

18 UC_18 1 2 0,5 1,5 0 1 1 1 2 1 0 1 3

19 UC_19 0,5 3 1 1,5 0 1 1 1 1 2 0 1 3

20 UC_20 1 3 0,5 1,5 1,5 1 1 1 1 2 0,5 1 2

21 UC_21 0,5 0 2 3 0,5 3 0 2 2 1 1 2 1

22 UC_22 0,5 0 2 3 0,5 2 0 2 2 1 1 2 1

23 UC_23 1 3 2 3 1 2 1,5 2 1 1 1 1 1

24 UC_24 1 3 2 3 1 2 1,5 2 1 1 1 1 1

25 UC_25 0,5 1 3 3 1,5 3 3 2 3 2 0 1 1

26 UC_26 0,5 1 2 3 1,5 3 1,5 2 2 2 0 1 1

27 UC_27 1 1 1 1,5 1,5 2 0 1 2 2 0 1 1

28 UC_28 0,5 0,5 1 1,5 1 2 0 1 2 1 0 1 1

29 UC_29 0,5 0 0 0 1,5 1 0 1 2 1 0,5 2 2

30 UC_30 0,5 0 0 0 0,5 1 0 1 1 1 0,5 1 2

31 UC_31 0,5 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0,5 1 2

32 UC_32 0,5 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0,5 1 2

33 UC_33 1 1,5 2 3 1,5 2 1,5 1 2 1 0,5 2 2

34 UC_34 1 1 1 0 1 1 1,5 1 2 1 0,5 2 1

35 UC_35 0,5 1 0 0 0,5 1 0 1 2 1 0,5 2 1

36 UC_36 0,5 1 2 3 0,5 2 1,5 1 2 2 0,5 2 1

∑x 27 42 58,5 72 38,5 75 45 52 72 54 17,5 57 60

∑x² 22,5 88,5 135,8 193,5 52,3 179,0 109,5 86,0 164,0 94,0 13,8 107,0 118,0

∑sb2 0,06 1,10 1,13 1,38 0,31 0,63 1,48 0,30 0,56 0,36 0,15 0,47 0,50

UJI RELIABILITAS SOAL

Lampiran 35

Page 162: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

150

No. Kode Nomer Soal Skor

Total

Kuadrat Skor

Total 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 UC_01 1 1 1 0 0 1 1,5 0 1 0,5 1 0 22,5 506,25

2 UC_02 1 1 1 0 0 0 1,5 0 1 0,5 1 0 23,5 552,25

3 UC_03 1 1 1 0 0 0 1,5 0 1 0,5 1 0 34 1156

4 UC_04 2 1 1 0 0 1 1,5 0 1 0,5 1 0 38 1444

5 UC_05 2 1 1 0 0 1 3 0 1 0,5 1 0 36 1296

6 UC_06 3 1 2 0 0 0 3 0 1 0,5 1 0 38 1444

7 UC_07 3 0,5 2 0,5 0 1,5 3 0 1 0,5 1 0 40,5 1640,25

8 UC_08 3 0,5 2 0,5 0 1,5 3 0 1 0,5 0 0 41 1681

9 UC_09 3 0,5 2 0,5 0 1,5 3 0 2 0,5 0 0 39 1521

10 UC_10 3 1 2 0,5 0 1,5 1,5 0 2 0,5 0 0 27 729

11 UC_11 3 1 2 0,5 0 0 1,5 0 2 0,5 0 0 35,5 1260,25

12 UC_12 2 0,5 2 0,5 0 0 1,5 0 1 0,5 0 0 29 841

13 UC_13 3 1 2 0,5 0 1 1 0 1 0,5 1 0 26,5 702,25

14 UC_14 3 0,5 2 0,5 0 1 1 0 2 0,5 1 0 26 676

15 UC_15 3 0,5 1 0,5 0 1,5 1 0 2 0,5 1 0 31,5 992,25

16 UC_16 3 0,5 1 0,5 0 1,5 1 0 2 0,5 1 0 37 1369

17 UC_17 2 0 1 0,5 0 0 1,5 0 1 0,5 0 0 21,5 462,25

18 UC_18 2 0 1 0,5 0 0 1,5 0 1 0,5 0 0 21,5 462,25

19 UC_19 1 0 2 0,5 0 0 1,5 0 1 0,5 0 0 22,5 506,25

20 UC_20 1 0 2 0,5 0 0 1,5 0 2 0,5 0 0 24,5 600,25

21 UC_21 1 0 1 0 0 0 1 0 2 0,5 0 0 23,5 552,25

22 UC_22 2 0 1 0 0 0 1 0 2 0,5 0 0 23,5 552,25

23 UC_23 2 0 2 0 0 0 1 0 2 0,5 0 0 28 784

24 UC_24 3 0,5 2 0 0 0 1 0 2 0,5 0 0 29,5 870,25

25 UC_25 3 1 2 0,75 0 1 3 0 1 0,5 0 0 36,25 1314,0625

26 UC_26 3 1 1 0,75 0 1 3 0 1 0,5 0 0 31,75 1008,0625

27 UC_27 2 1 1 0,75 0 1,5 3 0 1 0,5 1 0 26,75 715,5625

28 UC_28 2 1 1 0,75 0 1,5 3 0 2 0,5 1 0 25,25 637,5625

29 UC_29 1 0,5 2 0,75 0 1,5 1,5 0 2 0,5 1 0 22,25 495,0625

30 UC_30 1 0,5 1 0,75 0 1,5 1,5 0 2 0,5 1 0 18,25 333,0625

31 UC_31 1 1 1 0,5 0 1 1,5 0 2 0,5 1 0 17,5 306,25

32 UC_32 2 1 1 0,5 0 1 1,5 0 1 0,5 1 0 17,5 306,25

33 UC_33 2 0 2 0 0 0 1 0 1 0,5 1 0 28,5 812,25

34 UC_34 3 0 1 0 0 0 1 0 1 0,5 1 0 21,5 462,25

35 UC_35 3 0 2 0 0 0 1 0 2 0,5 0 0 19 361

36 UC_36 3 0 1 0 0 0 1 0 2 0,5 0 0 26,5 702,25

∑x 79 20 53 12,5 0 24 61,5 0 53 18 19 0 1010,5 30053,875

∑x² 197,0 17,5 87,0 7,4 0,0 31,5 126,8 0,0 87,0 9,0 19,0 0,0

∑sb2 0,66 0,18 0,25 0,08 0,00 0,43 0,60 0,00 0,25 0,00 0,25 0,00 11,113

Page 163: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

151

Rumus:

Keterangan:

k : banyaknya butir soal

∑ : jumlah varians skor butir

: varians total

Kriteria

Apabila r11 > 0,7 maka instrumen tersebut reliabel.

Berdasarkan data pada analisis ujicoba diperoleh:

∑ ∑

∑ ∑

k = 33

(

) (

)

(

)(

)

(

)(

)

Page 164: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

152

Kriteria:

Apabila r11> 0,7 maka instrumen tersebut reliabel.

Pada α = 5% dengan n (jumlah siswa) = 36 diperoleh r11=0,794 jadi instrumen

reliabel.

Page 165: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

153

DATA HASIL KOGNITIF SISWA KELAS XI IPA 1

No Nama Siswa Pre-test

Tes Akhir Siklus II

Tes Akhir Siklus I

Post-test

1 Agastyasa Ghea Amarta 73 77 75 79

2 Andin Siwi Sejati 81 77 83 83

3 Anggie Widagdo 77 80 83 85

4 Annisa Novi Rahmatika 81 77 75 78

5 Ardy Bagus Septian Pratama 81 67 75 78

6 Daffa Joko Nur Wahid 77 83 92 90

7 Danang Afa Septiawan 77 80 83 80

8 Devi Eristiana 81 80 83 85

9 Dian Ambarwati 73 67 75 74

10 Dima Nirmalasari 81 80 92 88

11 Dina Oktavia Putri 31 77 83 85

12 Firda Ferry Sanjaya 60 77 83 85

13 Ginda Nabila Choirunnisa 81 70 75 76

14 Isnia Sekar Sari 43 77 75 70

15 Kartika Sari 60 77 83 82

16 Laily Fidya 73 80 75 77

17 M. Hasanudin Ramadhanu 81 63 75 77

18 M. Nur Irsyad 81 80 75 77

19 Mahatma Tirta Wiguna 60 63 67 74

20 Matahari Nurohmah Adifitri 73 77 75 77

21 Meida Mustika Mahesi Pertiwi 77 80 83 78

22 Moh. Faridh Luthfi 73 77 83 83

23 Mohammad Affan Dwica Putra 81 77 83 82

24 Muhamad Rizky Setiawan 81 63 75 70

25 Muhammad Ary Hendrawan 73 77 83 82

26 Nabella Permatasari 81 84 92 90

27 Natasya Widyasari 81 70 83 78

28 Puspa Siwi Wulandari 63 77 83 85

29 Rafika Rahma Dewi 63 73 83 80

30 Ratu Essanoviea Hariawan 81 77 75 73

31 Reza Pahlevi Wirananta 81 80 83 88

32 Rizal Damar Sasangka 77 70 83 78

33 Rizki Agung Wicaksono 44 77 75 82

34 Setiyowati 77 77 83 85

35 Tutik Nur Faizah 81 77 67 77

36 Wisnu Bayu Aji 63 63 75 78

Lampiran 36

Page 166: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

154

Nilai rata-rata 72,28 75,22 79,77 80

Nilai tertinggi 81 84 92 90

Nilai terendah 31 63 67 70

Jumlah siswa yang tuntas 21 26 34 31

Jumlah siswa yang tidak tuntas 15 10 2 5

Page 167: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

155

DOKUMENTASI PENELITIAN

Lampiran 37

Gambar 2.

Kegiatan pembelajaran di laboratorium

Gambar 4.

Siswa menimbang bahan

Gambar 3.

Siswa mendengarkan penjelasan awal dari guru

sebelum melakukan praktikum

Gambar 1.

Siswa mempresentasikan rancangan

alur kerja

Page 168: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

156

Gambar 5.

Siswa mengukur volume bahan

Gambar 6.

Siswa mengamati efek tyndall

Gambar 9.

Hasil praktikum siswa

Gambar 7.

Siswa melaksanakan praktikum didampingi

guru pengampu

Gambar 8.

Siswa menggerus bahan

Page 169: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

157

Lampiran 38

Batas Nilai r’ pada Korelasi Spearman-Rank

n α

n α

0,01 0,05 0,01 0,05

4 - 1,000 16 0,601 0,425

5 1,000 0,900 18 0,564 0,399

6 0,943 0,829 20 0,534 0,377

7 0,893 0,714 22 0,508 0,359

8 0,833 0,643 24 0,485 0,343

9 0,783 0,600 26 0,465 0,329

10 0,746 0,564 28 0,448 0,317

12 0,701 0,504 30 0,432 0,306

14 0,645 0,456

(Soeprodjo, 2002: 150)

Page 170: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

158

Lampiran 39

Tabel r Kritik Product Moment

N Taraf

Kepercayaan N

Taraf

Kepercayaan N

Taraf

Kepercayaan

95% 99% 95% 99% 95% 99%

3 0,997 0,999 26 0,388 0,496 55 0,266 0,345

4 0,95 0,99 27 0,381 0,487 60 0,254 0,33

5 0,878 0,959 28 0,374 0,478 65 0,244 0,317

6 0,811 0,911 29 0,367 0,47 70 0,235 0,3

7 0,154 0,874 30 0,361 0,463 75 0,227 0,296

8 0,707 0,874 31 0,355 0,456 80 0,22 0,286

9 0,666 0,798 32 0,349 0,449 85 0,213 0,278

10 0,632 0,765 33 0,344 0,441 90 0,207 0,21

11 0,602 0,735 34 0,339 0,436 95 0,207 0,263

12 0,576 0,708 35 0,334 0,43 100 0,195 0,256

13 0,553 0,684 36 0,319 0,424 125 0,176 0,23

14 0,531 0,661 37 0,325 0,418 150 0,159 0,21

15 0,514 0,641 38 0,32 0,413 175 0,148 0,194

16 0,497 0,623 39 0,316 0,403 200 0,138 0,181

17 0,482 0,606 40 0,311 0,403 300 0,113 0,143

18 0,468 0,59 41 0,308 0,396 400 0,098 0,128

19 0,456 0,571 42 0,304 0,393 500 0,084 0,115

20 0,444 0,561 43 0,301 0,385 600 0,08 0,105

21 0,433 0,549 44 0,297 0,384 700 0,074 0,097

22 0,423 0,537 45 0,294 0,38 800 0,07 0,413

23 0,413 0,515 47 0,288 0,312 900 0,065 0,086

25 0,396 0,505 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081

49 0,281 0,364

50 0,297 0,361

(Soeprodjo, 2002: 166)

Page 171: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

159

Page 172: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

160

Page 173: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

161

Page 174: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

162

Page 175: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

163

Page 176: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING … · Hasil analisis deskriptif setelah penerapan model pembelajaran discovery learning dengan scientific approach ditunjukkan adanya

164