PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf ·...

25
1 PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS VII C SMP NEGERI 1 MANISRENGGO KABUPATEN KLATEN RINGKASAN SKRIPSI Disusun Oleh: FITRIA MARYANAH 10416241036 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

Transcript of PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf ·...

Page 1: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

1

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK MENINGKATKAN

KERJASAMA DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

KELAS VII C SMP NEGERI 1 MANISRENGGO

KABUPATEN KLATEN

RINGKASAN SKRIPSI

Disusun Oleh:

FITRIA MARYANAH

10416241036

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014

Page 2: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

2

PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK MENINGKATKAN

KERJASAMA DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

KELAS VII C SMP NEGERI 1 MANISRENGGO

KABUPATEN KLATEN

Oleh :

Fitria Maryanah dan Sudrajat, M.Pd

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan metode Buzz Group dalam

meningkatkan: 1) kerjasama siswa; 2) keaktifan siswa; dan 3) hasil belajar siswa

dalam pembelajaran IPS di kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo Kabupaten

Klaten.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek

penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari tiga

pertemuan. Terdapat empat tahap dalam setiap siklusnya yaitu perencanaan,

pelaksanaan dan pengamatan, serta refleksi. Pengumpulan data diperoleh melalui

observasi, wawancara, dan angket. Keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi

sumber. Data hasil penelitian dianalisis dengan teknik analisis kualitatif. Kriteria

keberhasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata persentase keseluruhan indikator

kerjasama siswa, keaktifan siswa dan hasil belajar siswa mencapai ≥75%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Penerapan metode Buzz Group

dapat meningkatkan kerjasama siswa. Berdasarkan hasil observasi kerjasama siswa

mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 66,25%, sedangkan pada siklus II

sebesar 84,06% dan sudah mencapai kriteria keberhasilan. Berdasarkan hasil

perhitungan angket juga menunjukkan peningkatan kerjasama siswa pada siklus I

sebesar 69% menjadi 77% pada siklus II dan sudah mencapai kriteria keberhasilan. 2)

Penerapan metode Buzz Group dapat meningkatkan keaktifan siswa. Berdasarkan

hasil observasi keaktifan siswa mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 51,56%,

sedangkan pada siklus II sebesar 75,63% dan sudah mencapai kriteria keberhasilan.

Berdasarkan hasil perhitungan angket juga menunjukkan peningkatan keaktifan siswa

pada siklus I sebesar 71% meningkat menjadi 78% pada siklus II dan sudah mencapai

kriteria keberhasilan. 3) Penerapan metode Buzz Group juga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Pada siklus I siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 50%, pada

siklus II sebanyak 78,12% dari jumlah siswa sebanyak 32 orang dan sudah mencapai

kriteria keberhasilan yang ditentukan.

Kata kunci: metode Buzz Group, kerjasama, keaktifan.

Page 3: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

3

A. PENDAHULUAN

Pendidikan berkualitas harus berlandaskan tujuan yang jelas, sehingga dapat

membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan

tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No.

20 Tahun 2003 yaitu; “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi

siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.” Berdasarkan tujuan tersebut

pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dan dapat

membentuk menjadi warga negara yang baik.

Menurut Sukardjo&Komarudin (2009:13-15), tujuan dari setiap unit

kependidikan dapat dicapai dengan mudah apabila melalui tujuan pendidikan

institusional. Tujuan institusional merupakan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan

tingkat dan jenjang pendidikannya, seperti Tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak

(TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah

Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan tujuan Pendidikan Perguruan

Tinggi. Semua tujuan institusional tersebut mengacu pada tujuan pendidikan nasional

yang dituangkan dalam kurikulum masing-masing jenjang pendidikan. Tujuan

institusional, masing-masing unit atau jenjang pendidikan membuat tujuan yang lebih

kecil lagi, yaitu tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler telah tercantum tujuan bidang studi

IPS, IPA, bahasa dan lain-lain.

Apabila tujuan yang akan dicapai sudah jelas, maka diperlukan perangkat-

perangkat lain yang mendukung pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Ada

beberapa perangkat pembelajaran yang dapat mendukung dalam pencapaian tujuan,

seperti adanya kurikulum, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan

ajar, sumber belajar, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan sarana

pendukung lainnya. Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar apabila semua

perangkat pembelajaran tersedia dengan baik. Hal tersebut dikarenakan semua

perangkat pembelajaran saling mendukung satu sama lain dalam pencapaian tujuan

pembelajaran.

Pendidikan yang berkualitas dapat diwujudkan melalui proses pembelajaran

di sekolah. Proses pembelajaran di sekolah menempatkan guru dan siswa sebagai

komponen vital, karena keduanya saling terkait satu sama lain dengan tugas dan

Page 4: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

4

peranan yang berbeda. Guru sebagai pendidik sedangkan siswa sebagai peserta didik.

Keduanya juga berperan penting mensukseskan proses pembelajaran yang sedang

dijalankan. Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran

di sekolah. Guru bertugas mengajar dan mendidik siswa agar dapat menjadi manusia

yang dapat melaksanakan kehidupan selaras dengan hakekat kodratnya dalam

pertemuan dan pergaulan dengan sesama.

Salah satu perangkat pembelajaran yang mempunyai peran penting dalam

proses pembelajaran adalah metode pembelajaran yang digunakan. Pemilihan metode

yang akan digunakan dalam pembelajaran harus diperhatikan dengan baik. Apabila

metode yang digunakan dalam pembelajaran kurang tepat, maka dapat berakibat pada

sulitnya membangun konsentrasi siswa. Siswa menjadi kurang tertarik dan tidak

memperhatikan pelajaran dengan baik. Pemilihan metode yang salah juga dapat

menghambat dalam penyampaian materi. Hal ini dapat kita lihat dari pola

pembelajaran yang berlangsung saat ini, dimana guru yang kurang kaya metode

pembelajaran biasanya dalam menyampaikan materi hanya menggunakan metode

konvensional seperti ceramah, diskusi, dan tanya-jawab. Metode ini dianggap kurang

menarik bagi siswa, karena bersifat monoton dan kurang interaktif. Oleh karena itu,

kesalahan dalam memilih metode pembelajaran dapat mengakibatkan siswa kurang

tertarik dan sulit membangun konsentrasi saat mengikuti pelajaran.

Pemilihan metode disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang

akan diajarkan. Penerapan metode diharapkan dapat mendukung dalam penyampaian

materi secara utuh. Apabila materi yang akan diajarkan sangat kompleks, maka kita

harus memilih metode yang dapat melibatkan siswa untuk bekerjasama secara aktif

dalam memahami materi. Metode tersebut diharapkan dapat mengajak semua siswa

bekerjasama dan saling membantu dalam memahami materi. IPS merupakan mata

pelajaran terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, seperti sejarah, geografi,

ekonomi dan sosiologi. Hal ini mengakibatkan muatan materi pada mata pelajaran IPS

sangat padat. Seringkali siswa menganggap bahwa mata pelajaran IPS membosankan

karena banyak materi yang harus dihafalkan.

Pembelajaran IPS juga menekankan pada keterampilan siswa dalam

memecahkan masalah mulai dari lingkup diri sampai pada masalah yang kompleks

(Supardi, 2011:182). Oleh sebab itu, pembelajaran IPS yang dilakukan tidak hanya

sekedar menyampaikan materi saja tetapi juga mampu memberikan keterampilan dan

menanamkan nilai-nilai moral. Siswa dilatih untuk menyelesaikan suatu masalah,

Page 5: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

5

misalnya saja dengan membentuk kelompok diskusi kemudian diberikan tema untuk

didiskusikan. Adanya diskusi kelompok ini siswa dapat bertukar pikiran dengan

temannya, dan dilatih untuk bekerjasama dalam menyelesaikan masalah.

SMP Negeri 1 Manisrenggo merupakan salah satu sekolah yang mempunyai

input yang baik. Hal ini dibuktikan dengan persaingan yang cukup ketat agar dapat

diterima di sekolah tersebut, dari 297 calon peserta didik yang diterima hanya 229

siswa. Nilai UN/UASBN yang dapat diterima di sekolah ini terendah 22,60 dengan

nilai rata-rata 7,53, sehingga terjadi persaingan yang cukup ketat agar dapat diterima

di sekolah ini. Namun, hasil belajar IPS siswa kelas VII C menunjukkan masih relatif

rendah, sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan supaya hasil belajarnya meningkat.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS

di kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo, pembelajaran IPS yang dilakukan masih

menemui beberapa kendala yaitu pada saat guru memberikan tugas untuk membentuk

kelompok dan melakukan diskusi, siswa terlihat kurang kerjasama dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini mengakibatkan tidak semua

kelompok berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hanya terdapat 1 kelompok saja

yang berhasil menyelesaikan tugas dan bisa mempresentasikan hasil diskusinya di

depan kelas. Kerjasama sangat dibutuhkan dalam diskusi kelompok. Apabila dalam

diskusi kelompok tidak ada kerjasama yang baik, maka diskusi tidak dapat berjalan

dan hasilnya pun kurang memuaskan.

Siswa juga terlihat kurang aktif saat diskusi berlangsung, belum percaya diri

untuk mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan memberikan tanggapan

dalam diskusi. Dari 31 siswa yang mengikuti pembelajaran hanya ada satu orang yang

berani mewakili kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi, seharusnya siswa menjadi lebih

aktif untuk bertukar pikiran dengan temannya agar diskusi dapat berjalan dengan

lancar dan hasilnya pun memuaskan.

Berdasarkan permasalahan yang muncul tentang pembelajaran IPS di atas,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

penerapan metode Buzz Group dalam meningkatkan kerjasama dan keaktifan siswa.

Penelitian yang dilakukan berjudul “Penerapan Metode Buzz Group untuk

Meningkatkan Kerjasama dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPS Kelas VII C

SMP Negeri 1 Manisrenggo Kabupaten Klaten”.

Page 6: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

6

B. KAJIAN TEORI

1. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut pendapat Sapriya (2009: 19-20) istilah “Ilmu Pengetahuan

Sosial”, atau disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah

dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik

dengan istilah “social studies” dalam kurikulum sekolah di negara lain, khususnya

di negara-negara Barat. Pengertian IPS tersebut ada yang berarti nama mata

pelajaran yang berdiri sendiri, gabungan dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin

ilmu, atau program pengajaran. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari

perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan

tersebut.

Menurut Sumaatmadja (1980: 11-12), ruang lingkup dan bobot materi IPS

di sekolah lanjutan meliputi masalah lingkungan, penerapan teknologi pada sektor

kehidupan, transportasi-komunikasi, pengangguran, kelaparan, sumber daya dan

lain sebagainya. Perbandingan antar daerah yang berkenaan dengan gejala dan

masalah kehidupan di atas, sudah mulai dibahas pada sekolah lanjutan ini.

Kesadaran anak didik terhadap gejala dan masalah kehidupan terus dikembangkan

dan dipertajam dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan.

Kemampuan penalaran (reasoning) dari para siswa harus dikembangkan. Pada

batas-batas yang masih mendasar, kita terapkan teori-konsep-prinsip keilmuan

pada penalaran tersebut.

Berdasarkan pemaparan mengenai pengertian IPS di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa IPS adalah ilmu yang mencakup bidang-bidang bahan kajian

terpadu dan merupakan penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial yang

menekankan pada pembentukan moral, ideologi, agama, cara berpikir sosial, serta

dapat membangun konsep dari materi yang dipelajarinya.

2. Tinjauan Tentang Metode Buzz Group

a. Pengertian Metode Buzz Group

Menurut Sunaryo (1989: 107), diskusi dengan menggunakan metode

buzz group adalah diskusi pada satu kelompok besar yang dibagi menjadi

beberapa kelompok kecil, terdiri atas 3 sampai 4 orang. Tempat duduk diatur

sedemikian agar siswa dapat bertukar pikiran dan berhadapan muka dengan

mudah. Diskusi diadakan di tengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran

Page 7: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

7

dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan

pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Menurut Hasibuan & Moedjiono (2006: 20-21), diskusi jenis buzz

group adalah satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil,

terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan

bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi dapat dilakukan di tengah atau di akhir

pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas

bahan pelajaran, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian diskusi kelompok kecil (buzz group discussion) adalah sebuah

kelompok besar yang berkumpul dan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil

sekitar 3-6 orang, untuk mendiskusikan masalah tertentu dalam waktu yang

singkat.

b. Langkah-Langkah Penerapan Metode Buzz Group antara lain:

1) Kelompok besar atau kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang

terdiri dari 3-6 orang.

2) Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar pikiran

dan bertatap muka dengan mudah.

3) Perwakilan kelompok mengambil undian yang berisi pembagian materi

diskusi.

4) Sebelum diskusi dimulai setiap kelompok melakukan pembagian tugas, ada

yang bertugas sebagai ketua kelompok, notulis, yang membacakan atau

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

5) Masing-masing kelompok melakukan diskusi sesuai dengan tema yang

diperoleh.

6) Setelah diskusi selesai, perwakilan kelompk melakukan presentasi untuk

membacakan hasil diskusi di depan kelas.

7) Pada saat persentasi siswa lain menyimak, apabila belum jelas boleh

mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang melakukan persentasi.

8) Apabila kelompok yang melakukan persentasi tidak bisa menjawab,

kelompok lain boleh membantu dan didiskusikan pada kelompok besar

(kelas).

Page 8: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

8

3. Tinjauan Tentang Kerjasama

a. Pengertian Kerjasama

Menurut pendapat Soerjono Soekanto (2010: 65-66), kerjasama adalah

suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk

mencapai satu atau tujuan bersama. Menurut Anita Lie (2008: 28), kerjasama

merupakan kebutuhan yaang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup.

Tanpa ada kerjasama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah,

sehingga kerjasama sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita sehari-hari,

termasuk dalam bidang pendidikan atau pengajaran.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kerjasama adalah salah satu bentuk usaha bersama yang dilakukan antara orang

perorangan maupun kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama

dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa adanya kerjasama

tujuan tersebut akan sulit dicapai. Oleh sebab itu, tidak ada satupun individu

yang tidak membutuhkan kerjasama dalam upaya pencapaian tujuan yang

diinginkan.

b. Unsur- Unsur Kerjasama

Menurut Isjoni (2010: 65), kerjasama merupakan kerja kelompok kecil

yang tingkat kemampuannya berbeda, serta siswa dituntut memiliki

keterampilan-keterampilan berkerjasama. Untuk mencapai keterampilan dalam

bekerjasama terdapat 8 indikator yang perlu diamati dalam pembelajaran IPS,

yaitu:1) Keikutsertaan memberikan ide atau pendapat. 2) Menanggapi pendapat

dan menerima pendapat orang lain. 4) Melaksanakan tugas. 5) Keikutsertaan

dalam memecahkan masalah. 6) Kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota

kelompok. 7) Keikutsertaan membuat laporan. 8) Keikutsertaan dalam

presentasi kelompok. 9) Kepedulian membantu teman dalam memecahkan

masalah.

Pembelajaran yang menekankan pada prinsip kerjasama siswa harus

memiliki keterampilan-keterampilan khusus. Keterampilan khusus ini disebut

dengan keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk

memperlancar hubungan kerja dan tugas (kerjasama siswa dalam kelompok).

Keterampilan-keterampilan kooperatif dikemukakan oleh Lungdren

dalam Isjoni (2010: 65-66) sebagai berikut: 1) Menyamakan pendapat dalam

suatu kelompok sehingga mencapai suatu kesepakatan bersama yang berguna

Page 9: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

9

untuk meningkatkan hubungan kerja. 2) Menghargai kontribusi setiap anggota

dalam suatu kelompok, sehingga tidak ada anggota yang merasa tidak dianggap.

3) Mengambil giliran dan berbagi tugas. 4) Berada dalam kelompok selama

kegiatan kelompok berlangsung. 5) Mengerjakan tugas yang telah menjadi

tanggung jawabnya agar tugas dapat diselesaikan tepat waktu. 6) Mendorong

siswa lain untuk berpartisipasi terhadap tugas. 7) Meminta orang lain untuk

berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas. 8) Menyelesaikan tugas tepat waktu.

9) Menghormati perbedaan individu.

Keterampilan sosial berupa kerjasama harus dimiliki oleh siswa

terutama dalam pembelajaran kelompok. Berdasarkan pendapat di atas maka

kerjasama akan terlihat pada indikator berikut: 1) Menerima pembagian tugas

kelompok. 2) Memberikan dan menerima pendapat orang lain. 3)

Menyelesaikan tugas tepat waktu. 4) Menjaga kekompakan kelompok. 5)

Menerima dan menyepakati hasil diskusi. 6) Mengerjakan tugas yang telah

menjadi tanggung jawabnya.

4. Tinjauan Tentang Keaktifan

a. Pengertian Keaktifan

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat melibatkan

peserta didik secara aktif untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar tersebut.

Menurut Ahmad & Abu (1991: 6-7), kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil

apabila dilakukan melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun

psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan,

membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan

mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas

psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya dan

berfungsi dalam rangka pengajaran. Seluruh peranan dan kemampuan

dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil

pengajaran yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif,

misalnya ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan,

mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya, dan sebagainya.

Keaktifan siswa dibedakan menjadi dua yaitu keaktifan jasmani fisik

dan psikis (kejiwaan). Keaktifan jasmani fisik sebagai kegiatan yang tampak,

yaitu saat peserta didik melakukan percobaan, membuat konstruksi model, dan

lain-lain. Sedangkan keaktifan psikis tampak bila seseorang sedang mengamati

Page 10: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

10

dengan teliti, memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan sebagainya.

Pada saat peserta didik aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya,

begitu pula sebaliknya. Dua hal tersebut merupakan satu kesatuan bagaikan dua

sisi mata uang.

b. Aspek Keaktifan dalam Belajar

Nana Sudjana (2006: 61) mengatakan bahwa penilaian proses belajar-

mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti

proses belajar-mengajar. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam beberapa hal,

diantaranya: 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat

dalam pemecahan masalah. 3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru

apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. 4) Berusaha mencari

berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 5)

Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Menilai

kemampuan diri dan hasil-hasil yang diperolehnya. 7) Melatih diri dalam

memecahkan soal atau masalah yang sejenis. 8) Kesempatan menggunakan atau

menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau

persoalan yang dihadapinya.

Menurut Martinis Yamin (2007: 77) keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya,

berfikir kritis, dan dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari. Disamping itu pengajar dapat merekayasa sistem

pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran. Mc Keachie (dalam Dimyati, 2002: 119) mengemukakan

7 aspek terjadinya keaktifan siswa yaitu: 1) Partisipasi siswa dalam menetapkan

tujuan kegiatan pembelajaran. 2) Tekanan pada aspek afektif dalam belajar. 3)

Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk

interaksi antar siswa. 4) Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar. 5)

Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat

serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran. 6) Pemberian

waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun

tidak berhubungan dengan pembelajaran.

Menurut pendapat beberapa ahli mengenai aspek keaktifan di atas

dapat disimpulkan bahwa keaktifan dalam belajar meliputi beberapa aspek

yaitu: 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2) Terlibat dalam

Page 11: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

11

pemecahan masalah. 3) Tekanan pada aspek afektif dalam belajar. 4)

Mengajukan pertanyaan kepada siswa lain atau kepada guru. 5) Berusaha

mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. 6)

Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 7) Tekanan pada

aspek afektif dalam belajar. 8) Siswa melakukan interaksi dengan temannya

dalam kegiatan pembelajaran. 9) Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.

10) Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk

berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.

Beberapa aspek keaktifan dalam pembelajaran di atas akan diturunkan

menjadi beberapa indikator, sehingga pengamatan keaktifan siswa dalam

pembelajaran akan lebih mudah dilakukan.

C. METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain tindakan model Kemmis & Mc

Taggart. Model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart terdiri dari empat

komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Keempat

komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Pengertian

siklus dalam hal ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Menurut Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama

(2010: 20-21), gambar siklus spiral Kemmis dan Taggart adalah:

Gambar 2. Siklus Spiral Kemmis dan Taggart

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Observasi

Berikut adalah kisi-kisi lembar observasi yang digunakan:

Siklus I

II

Siklus II

IIIIII

Page 12: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

12

1) Kisi-kisi Lembar Observasi Penerapan Metode Buzz Group

No Deskriptor Indikator Nomor

Item

1. Pendahuluan

a. Membuka pelajaran (salam, doa,

dan mengecek kehadiran siswa)

b. Menyampaikan tujuan

pembelajaran

c. Melakukan apersepsi dan motivasi

1

2

3

2. Kegiatan Inti

a. Guru membagi kelas menjadi

beberapa kelompok kecil (3-4

orang)

b. Guru meminta siswa mengatur

tempat duduk sesuai kelompok

masing-masing

c. Guru menjelaskan langkah-langkah

metode buzz group

d. Guru membagikan materi diskusi

pada masing-masing kelompok

e. Guru memandu jalannya diskusi

menggunakan metode buzz group

f. Setelah diskusi selesai, perwakilan

setiap kelompok diminta

mempresentasikan hasil diskusinya

4

5

6

7

8

9

3. Penutup

a. Guru memberikan penguatan

materi

b. Guru melakukan refleksi dan

evaluasi

c. Menutup pelajaran (doa dan salam)

10

11

12

Sumber: data primer yang disusun peneliti

2) Kisi-kisi Lembar Observasi Kerjasama Siswa

No Deskriptor Indikator Nomor

Item

1. Kerjasama

Siswa

a. Kesediaan siswa menerima

pembagian tugas kelompok

b. Kesediaan siswa untuk

memanfaatkan waktu diskusi

dengan baik

c. Kesediaan siswa

menciptakan suasana akrab

dalam kelompok

d. Keikutsertaan siswa

memberikan pendapat saat

diskusi

e. Kesediaan siswa menerima

pendapat teman

f. Kesediaan siswa

memberikan informasi yang

diketahui untuk membantu

1

2

3

4

5

6

7

Page 13: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

13

menyelesaikan tugas

kelompok

g. Kesediaan siswa

memecahkan masalah saat

diskusi kelompok

h. Kesediaan menerima

keputusan yang dilakukan

kelompok

i. Kesediaan siswa menjaga

kekompakan kelompok

j. Keikutsertaan siswa dalam

membuat laporan diskusi

kelompok

8

9

10

Sumber: data primer yang disusun peneliti

3) Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa

No Aspek Indikator Nomor

Item

1. Keaktifan

Siswa

a. Turut serta dalam

melaksanakan tugas

belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan

masalah.

c. Tekanan pada aspek afektif

dalam belajar.

d. Mengajukan pertanyaan

kepada siswa lain atau kepada

guru.

e. Berusaha mencari berbagai

informasi yang diperlukan

untuk pemecahan masalah.

f. Melaksanakan diskusi

kelompok sesuai dengan

petunjuk guru.

g. Tekanan pada aspek afektif

dalam belajar.

h. Siswa melakukan interaksi

dengan temannya dalam

kegiatan pembelajaran.

i. Kekompakan kelas sebagai

kelompok belajar.

j. Kebebasan belajar yang

diberikan kepada siswa, dan

kesempatan untuk berbuat serta

mengambil keputusan penting

dalam proses pembelajaran.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sumber: data primer yang disusun peneliti

Page 14: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

14

b. Angket

1) Kisi -kisi Angket Kerjasama Siswa

No Aspek yang diamati Nomor

Item

1. Kesediaan siswa menerima pembagian tugas

kelompok

1

2. Kesediaan siswa untuk memanfaatkan waktu diskusi

dengan baik

2

3. Kesediaan siswa menciptakan suasana akrab dalam

kelompok

3

4. Keikutsertaan siswa memberikan pendapat saat

diskusi

4

5. Kesediaan siswa menerima pendapat teman 5

6. Kesediaan siswa memberikan informasi yang

diketahui untuk membantu menyelesaikan tugas

kelompok

6

7. Kesediaan siswa memecahkan masalah saat diskusi

kelompok

7

8. Kesediaan menerima keputusan yang dilakukan

kelompok

8

9. Kesediaan siswa menjaga kekompakan kelompok 9

10. Keikutsertaan siswa dalam membuat laporan diskusi

kelompok

10

Sumber: data primer yang disusun peneliti

2) Kisi -kisi Angket Keaktifan Siswa

No Aspek Indikator Nomor

Item

1. Keaktifan

Siswa

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas

belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Tekanan pada aspek afektif dalam

belajar.

d. Mengajukan pertanyaan kepada siswa

lain atau kepada guru.

e. Berusaha mencari berbagai informasi

yang diperlukan untuk pemecahan

masalah.

f. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai

dengan petunjuk guru.

g. Tekanan pada aspek afektif dalam

belajar.

h. Siswa melakukan interaksi dengan

temannya dalam kegiatan pembelajaran.

i. Kekompakan kelas sebagai kelompok

belajar.

j. Kebebasan belajar yang diberikan

kepada siswa, dan kesempatan untuk

berbuat serta mengambil keputusan

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Page 15: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

15

penting dalam proses pembelajaran.

Sumber: data primer yang disusun peneliti

c. Wawancara

Berikut adalah pedoman wawancara dengan guru yang digunakan:

No Nara

Sumber

Indikator Nomor

Item

1. Guru IPS a. Kegiatan pembelajaran

menggunakan metode buzz group.

b. Pembelajaran menggunakan metode

buzz group, dapat menarik siswa

untuk mengikuti pelajaran IPS.

c. Kelebihan metode buzz group dalam

pembelajaran.

d. Kelemahan metode buzz group

dalam pembelajaran.

e. Cara mengatasi kelemahan

pembelajaran menggunakan metode

buzz group.

1, 2, 3

4

5

6

7

Sumber: data primer yang disusun peneliti

d. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai hal penting yang

didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dengan maksud pengumpulan data dan

refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan yang

digunakan penelitian ini dituliskan secara singkat berisi hal-hal penting selama

pembelajaran IPS berlangsung menggunakan metode buzz group untuk

meningkatkan kerjasama dan keaktifan siswa di kelas VII C SMP Negeri

1Manisrenggo Klaten.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian utama adalah peneliti atau dikenal dengan istilah

human instrument (Muhammad Idrus, 2009:21). Dalam konteks pembelajaran

peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian. Artinya, peneliti merupakan

perencana, pelaksana, pengumpul data, penafsir data, dan pada akhirnya akan

melaporkan hasil penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Data yang berhasil dikumpulkan melalui teknik observasi, angket,

wawancara, dan catatan lapangan kemudian dianalisis mengacu pada metode

analisis dari Miles & Huberman (Sugiyono, 2008: 337-345). Metode analisis

Page 16: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

16

tersebut terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, penarikan

kesimpulan.

5. Keabsahan Data

Lexy J. Moleong, (2004: 330-331) menyatakan bahwa untuk menguji

keabsahan data dapat menggunakan teknik triangulasi sumber, untuk data hasil

wawancara, observasi, angket, dan catatan lapangan. Validitas dilakukan dengan

triangulasi sumber, artinya data yang diperoleh melalui beberapa teknik

pengumpulan data pada sumber yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan

ditarik kesimpulan data.

6. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Keberhasilan tindakan dalam penelitian ini ditentukan pada peningkatan

komponen yang diamati pada setiap akhir siklusnya. Penelitian ini ditentukan

dengan ≥75%, artinya skor dinyatakan berhasil apabila skor lebih besar sama

dengan 75% dari skor maksimum hasil observasi, angket, dan post test (Nana

sudjana, 2006: 107). Tindakan dikatakan berhasil apabila di akhir siklus terdapat

≥75% dari seluruh siswa VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo telah memiliki

kerjasama siswa, keaktifan siswa, dan hasil belajar dalam proses pembelajaran

dengan kategori baik dan sangat baik.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus yang setiap

siklusnya terdiri dari tiga pertemuan dan setiap pertemuan berlangsung selama 1x40

menit, 1x40 menit, dan 2x40 menit. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11 Maret

2014 sampai dengan 22 Maret 2014. Berikut ini deskripsi pelaksanaan tindakan dalam

pembelajaran IPS menggunakan metode buzz group di kelas VII C SMP Negeri 1

Manisrenggo.

1. Siklus I

Siklus I terdiri dari tiga pertemuan dan memiliki tahapan yang meliputi:

perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan penelitian dilakukan dengan tujuan merencanakan

tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan

kerjasama, keaktifan, dan hasil belajar siswa. Tahap-tahap perencanaan tindakan

yang dilakukan pada penelitian siklus I meliputi persiapan RPP, lembar

observasi kerjasama dan keaktifan siswa, angket kerjasama dan keaktifan siswa,

Page 17: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

17

pedoman wawancara untuk guru, post test berupa soal isian singkat dan

koordinasi bersama guru dan observer lainnya.

b. Tindakan

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 11 Maret 2014 pukul

09.55-10.35, pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Jumat, 14 Maret 2014 pukul

09.55 - 10.35 dan Pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Maret 2014

pukul 07.00 - 08.20.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan untuk mengamati kerjasama siswa sesuai

indikator yang telah ditetapkan. Kerjasama siswa pada siklus I ini terlihat belum

optimal. Indikator kerjasama siswa yang optimal hanya ada lima indikator,

sedangkan lima indikator belum optimal dan perlu ditingkatkan lagi karena

belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sebesar ≥75%. Hasil

persentase untuk keseluruhan indikator kerjasama siswa di atas menunjukkan

rata-rata kerjasama siswa sebesar 66,25%.

Observasi dilaksanakan untuk mengamati keaktifan siswa sesuai

indikator yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,

keaktifan siswa terlihat belum optimal, indikator keaktifan siswa yang optimal

hanya ada satu indikator, sedangkan sembilan indikator belum optimal dan perlu

ditingkatkan lagi karena belum mencapai indikator keberhasilan yang telah

ditetapkan sebesar ≥75%. Hasil persentase untuk keseluruhan indikator

keaktifan siswa di atas menunjukkan rata-rata keaktifan siswa sebesar 51,56%.

d. Refleksi

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siklus I menunjukkan

bahwa selama pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode

buzz group masih belum optimal dan terdapat kekurangan. Adapun hambatan

yang terjadi pada saat pembelajaran yaitu:

1) Kelompok diskusi masih telihat kurang bersemangat dan kurang kompak.

2) Siswa sulit dikondisikan dengan baik oleh guru, sehingga waktu tidak efektif

dan kelas menjadi gaduh.

3) Kerjasama siswa masih rendah, siswa masih bersifat individu, belum saling

membantu dan menghargai sesama anggota kelompok.

4) Siswa kurang memahami tentang penerapan metode Buzz group sehingga

terdapat kelompok yang keliru dalam melaksanakan metode. Contohnya,

Page 18: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

18

siswa mengerjakan materi kelompok lain sehingga materi kelompoknya

sendiri malah tidak dikerjakan.

5) Pembagian materi yang tidak proposional, sehingga ada kelompok yang

sudah selesai dan ada yang belum selesai. Hal ini mengakibatkan kelompok

yang sudah selesai mengganggu kelompok lain dan mengobrol dengan satu

kelompoknya yang dapat mengganggu konsentrasi kelompok lain.

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan sebagai perbaikan dari pelaksanaan tindakan

dengan menerapkan metode buzz group pada siklus I. Adapun siklus II terdiri dari

tiga pertemuan dan memiliki tahapan seperti perencanaan, tindakan dan

pengamatan, serta refleksi.

a. Perencanaan

Perencanaan siklus II dilakukan dengan tujuan merencanakan tindakan

yang akan dilaksanakan sebagai perbaikan berdasarkan refleksi dan kekurangan

yang ada pada siklus sebelumnya.

b. Tindakan

Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Maret 2014 pukul

09.55-10.35, pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Jumat, 21 Maret 2014 pukul

09.55 - 10.35 dan Pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Maret 2014

pukul 07.00 - 08.20.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan untuk mengamati kerjasama siswa sesuai

indikator yang telah ditetapkan. Kerjasama siswa pada siklus I ini terlihat sudah

optimal. Indikator kerjasama siswa yang sudah optimal sebanyak delapan

indikator, sedangkan dua indikator belum optimal dan tidak perlu ditingkatkan

lagi karena sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebesar

≥75%. Hasil persentase untuk keseluruhan indikator kerjasama siswa di atas

menunjukkan rata-rata kerjasama siswa sebesar 84,06%.

Observasi dilaksanakan untuk mengamati keaktifan siswa sesuai

indikator yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,

keaktifan siswa terlihat sudah optimal. Indikator keaktifan siswa yang sudah

optimal sebanyak enam indikator, sedangkan empat indikator belum optimal

dan tidak perlu ditingkatkan lagi karena sudah mencapai indikator keberhasilan

Page 19: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

19

yang ditetapkan sebesar ≥75%. Hasil persentase untuk keseluruhan indikator

keaktifan siswa di atas menunjukkan rata-rata keaktifan siswa sebesar 75,63%.

d. Refleksi

Peningkatan setiap kerjasama dan keaktifan siswa dalam pembelajaran

IPS sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan yakni ≥75%. Rerata

persentase kerjasama siswa pada siklus II telah mencapai 84,06%. Rerata

keaktifan siswa pada siklus II telah mencapai 75,63%. Bedasarkan hasil tersebut

maka penelitian ini dihentikan pada siklus II.

3. Pembahasan

a. Peningkatan Keterlaksanaan Metode Buzz Group

Berdasarkan observasi terhadap keterlaksanaan penerapan metode buzz

group pada siklus I mencapai 83,3%. Kekurangan pada siklus I diperbaiki pada

siklus II. Hasil observasi menunjukkan persentase keterlaksanaan metode buzz

group meningkat menjadi 86,1%. Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam

histogram sebagai berikut:

b. Peningkatan Kerjasama Siswa dengan Menggunakan Metode Buzz Group

Kerjasama siswa pada siklus II ini terlihat mengalami peningkatan jika

dibandingkan pada siklus I. Peningkatan dapat dilihat dari peningkatan

persentase hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus I dan II yaitu sebesar

17,81%. Persentase kerjasama siswa yang semula pada siklus I sebesar 66,25%

mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 84,06% dan telah mencapai

≥75% dari kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Berikut ini disajikan

diagram mengenai peningkatan hasil observasi kerjasama siswa kelas VII C

dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan metode Buzz group dari siklus I

sampai siklus II:

I II

83,3%

86,1%

Hasil Observasi Penerapan Metode Buzz Group

Page 20: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

20

c. Peningkatan Keaktifan siswa dengan Menggunakan Metode Buzz Group

Keaktifan siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan apabila

dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan tersebut juga dapat dilihat dari

peningkatan persentase hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus I dan II

yaitu sebesar 24,07%. Persentase keaktifan siswa yang semula pada siklus I

sebesar 51,56% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 75,63%. Berikut

ini disajikan diagram mengenai peningkatan hasil observasi keaktifan siswa

kelas VII C dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan metode Buzz group

dari siklus I sampai siklus II:

d. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Buzz

Group

Penerapan metode buzz group juga berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa untuk mencapai KKM. Hasil belajar siswa yang mencapai KKM

mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa pada saat post test siklus I sebanyak

16 siswa dari 32 siswa atau sebesar 50% berhasil mencapai KKM. Pada siklus II

hasil belajar siswa yang mencapai KKM sebanyak 25 siswa dari 32 siswa atau

sebesar 78,125%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar

siswa dari siklus I sampai siklus II sebesar 28,125%. Berikut ini disajikan

I II

66,25%

84,06%

Perbandingan Persentase

Kerjasama Siswa

Siklus I & II

I II

51,56%

75,63%

Perbandingan Presentase

Keaktifan Siswa

Siklus I & II

Page 21: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

21

diagram mengenai peningkatan hasil belajar siswa kelas VII C dalam

pembelajaran IPS dengan menerapkan metode Buzz group dari siklus I sampai

siklus II:

4. Temuan Peneliti

Peneliti telah mengumpulkan data-data penelitian yang diperoleh

berdasarkan hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dan post test selama

pelaksanaan kegiatan penelitian. Penelitian ini memiliki beberapa pokok temuan

penelitian, antara lain:

a. Penerapan metode Buzz group dapat meningkatkan kerjasama dan keaktifan

siswa dalam pembelajaran IPS.

b. Penerapan metode Buzz group ditambah dengan yel-yel kelompok, dan tanya-

jawab antar kelompok dapat menambah kerjasama dan keaktifan siswa dalam

pembelajaran IPS.

c. Penerapan metode Buzz group berpengaruh terhadap hasil belajar. Selain

meningkatkan kerjasama dan keaktifan siswa, metode ini dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

d. Metode Buzz group membutuhkan sistem kontrol yang baik dari guru terutama

pada saat siswa berdiskusi di dalam kelompok dan sesi tanya jawab, sehingga

seluruh siswa dapat bekerjasama dan berpartisipasi aktif dalam diskusi

kelompok.

5. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan peneliti pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan

penerapan metode buzz group dalam pembelajaran IPS di kelas VII C, untuk

meningkatan kerjasama dan keaktifan siswa sebagai berikut:

I II

50%

78,125%

Rata-rata Presentase Hasil

Belajar

Page 22: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

22

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Buzz group menjadi

ramai terutama saat sesi tanya jawab. Hal ini mengakibatkan kelas lain yang

berdekatan dengan kelas VII C menjadi terganggu.

2. Penerapan metode Buzz group membutuhkan banyak waktu, sehingga harus

disesuaikan dengan materi maupun alokasi waktu yang tersedia pada jam

pelajaran IPS di SMP.

3. Saat menerapkan metode Buzz group dibutuhkan persiapan khusus untuk

merancang pembelajaran, supaya penggunaan dan alokasi waktu belajar lebih

efisien dan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

a. Penerapan metode Buzz Group dapat meningkatkan kerjasama siswa.

Berdasarkan hasil observasi kerjasama siswa mengalami peningkatan pada

siklus I sebesar 66,25%, sedangkan pada siklus II sebesar 84,06% dan sudah

mencapai kriteria keberhasilan. Berdasarkan hasil perhitungan angket juga

menunjukkan peningkatan kerjasama siswa pada siklus I sebesar 69% menjadi

77% pada siklus II dan sudah mencapai kriteria keberhasilan yang telah

ditentukan.

b. Penerapan metode Buzz Group dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa mengalami peningkatan pada siklus

I sebesar 51,56%, sedangkan pada silkus II sebesar 75,63% dan sudah mencapai

kriteria keberhasilan. Berdasarkan hasil perhitungan angket juga menunjukkan

peningkatan keaktifan siswa pada siklus I sebesar 71% meningkat menjadi 78%

pada siklus II dan sudah mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditentukan.

c. Penerapan metode Buzz Group juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pada siklus I siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 50%, pada siklus II

sebanyak 78,12% dari jumlah siswa sebanyak 32 orang.

2. Implikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika metode Buzz Group diterapkan maka

dapat meningkatkan kerjasama siswa, keaktifan siswa, dan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran IPS di kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo. Guru dapat

menggunakan metode pembelajaran Buzz Group untuk meningkatkan kerjasama

siswa, keaktifan siswa, dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Page 23: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

23

3. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mempunyai beberapa saran,

antara lain:

a. Sebaiknya guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode Buzz

Group agar dapat meningkatkan kerjasama siswa, keaktifan siswa, dan hasil

belajar siswa di kelas lain.

b. Sebaiknya guru terus berupaya meningkatkan kerjasama siswa, keaktifan siswa,

dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, meskipun penelitian telah selesai.

c. Pembelajaran IPS sebaiknya menggunakan metode yang variatif, agar siswa

tidak bosan dan tertarik untuk mengikuti pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani & Abu Ahmadi. (1991). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Anita Lie. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.

Evita Martha P. (2012). “Perbedaan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Metode

Diskusi Buzz Group dengan Metode Diskusi Syndicate Group. Skripsi. Universitas

Jember.

Hamzah B. Uno & Satria Koni. (2012). Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hasibuan & Moedjiono. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperaatif Meningkatkan Kecerdasan antar Peserta

Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mahmud Dimyati. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Martinis Yamin. (2007). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada.

Moedjiono & Dimyati. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen

Pendidikan dam Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek

Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi penelitian kualitatif. Rev. Ed. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Page 24: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

24

Muhammad Idrus. (2009). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Erlangga.

Muhammad Numan Somantri. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. (1994). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Nursid Sumaatmadja. (1980). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Bandung: Alumni.

Novia Intantia. (2012).”Penerapan Metode Diskusi Buzz Group untuk Memunculkan

Kemampuan Berargumentasi Siswa di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung

(Mengembangkan Materi Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara dalam Konteks

Kebermaknaan Terhadap Situasi Dewasa Ini di Kelas XI IPS 3 S.” Jurnal

Universitas Pendidikan Indonesia (Volume 2 Nomor 2 Tahun 2012).

Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sardiman AM. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Saripudin. (1989). Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Sosial di Sekolah Menengah.

Jakarta: Departemen Pendidikan dam Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Soerjono Soekanto. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian pendidikan pendekaatan kuantitatif, kualitatif, dan

R&D. Badung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabbar. (2009). Evaluasi Program

Pendidikan: pedoman teoritis praktis bagi mahasiswa dan praktisi pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardjo & Komarudin. (2009). Landasan Pendidikan Konsep & Aplikasinya. Jakarta:

Rajawali Pers.

Suminah. (2013). “Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menerapkan Metode Diskusi

Tipe Buzz Group pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal

Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013).

Page 25: PENERAPAN METODE BUZZ GROUP UNTUK …eprints.uny.ac.id/23864/10/10.RINGKASAN SKRIPSI.pdf · penelitian siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Manisrenggo ... IPA, bahasa dan lain-lain ...

25

Sunaryo. (1989). Strategi Belajar Mengajar dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dam Kebudayaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Supardi. (2011). Dasar-Dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ombak.

Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,

Edisi Kedua. Yogyakarta: Indeks.

Zaenal Aqib. (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung:

Yrama Widya.