PENERAPAN METODE BELAJAR TPR (TOTAL PHYSICAL …digilib.unila.ac.id/55783/4/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENERAPAN METODE BELAJAR TPR (TOTAL PHYSICAL …digilib.unila.ac.id/55783/4/SKRIPSI TANPA BAB...
PENERAPAN METODE BELAJAR TPR (TOTAL PHYSICAL RESPONSE)DALAM PENGENALAN KOSA KATA BAHASA INGGRIS
ANAK USIA 5-6 TAHUN
(Skripsi)
Oleh
RIZKI OKTAVIANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS LAMPUNG2019
ABSTRAK
PENERAPAN METODE BELAJAR TPR (TOTAL PHYSICAL RESPONSE)DALAM PENGENALAN KOSA KATA BAHASA INGGRIS
ANAK USIA 5-6 TAHUN
Oleh
RIZKI OKTAVIANI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode belajar TPR
(Total Physical Response) dalam pengenalan kosa kata bahasa Inggris anak usia
5-6 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan satu kelompok eksperimen. Teknik pengumpulan data berupa tes,
observasi dan wawancara. Penelitian ini menggunakan teknik sampel purposive
sampling. Subyek yang digunakan berjumlah 11 anak pada kelas K1 (B1) di
Islamic Preschool and Playgroup Sekolah Pelangi Alexandria Bandar Lampung.
Data diolah menggunakan persentase. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
metode belajar TPR diterapkan di sekolah sesuai dengan konsep TPR yaitu
command, speak and action dengan persentase nilai rata-rata 80% sehingga
disimpulkan bahwa metode belajar TPR (Total Physical Response) dikategorikan
metode yang tepat dalam mengenalkan kosa kata bahasa Inggris anak usia 5-6
tahun.
Kata Kunci: bahasa inggris, instruksi, total physical respon
ABSTRACT
THE APPLICATION OF TPR (TOTAL PHYSYCAL RESPONSE)LEARNING METHODS IN THE INTRODUCTION OF ENGLISH
VOCABULARY OF CHILDREN AGE 5-6 YEARS
By
RIZKI OKTAVIANI
This study aims to describe the application of TPR (Total Physical Response)learning methods in the introduction of English vocabulary for children aged 5-6years. This research is a quantitative descriptive study using one experimentalgroup. Data collection techniques in the form of tests, observations andinterviews. This study uses a purposive sampling technique. The subjects usedwere 11 children in the K1 (B1) class at the Islamic Preschool and PlaygroupSekolah Pelangi Alexandria Bandar Lampung. Data is processed usingpercentages. The results of this study indicate that the TPR learning methodapplied in schools in accordance with the concept of TPR is command, speak andaction with an average percentage value of 80% so it is concluded that the TPR(Total Physical Response) learning method is categorized as the right method forintroducing language vocabulary English children aged 5-6 years.
Keywords: english, instructions, total physical response
PENERAPAN METODE BELAJAR TPR (TOTAL PHYSICAL RESPONSE)DALAM PENGENALAN KOSA KATA BAHASA INGGRIS
ANAK USIA 5-6 TAHUN
Oleh
Rizki Oktaviani
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia DiniJurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Rizki Oktaviani
dilahirkan di Kalianda Kabupaten Lampung
Selatan pada 09 Oktober 1996, anak kedua dari
pasangan Bapak Awaluddin R dan Ibu Hardita.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK
Aisyiyah Bustanul Athfal pada tahun 2000-2002.
Penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 1 Pematang pada tahun 2002-
2008. Kemudian melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Kalianda pada tahun
2008-2011 dan penulis selanjutnya melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Kalianda pada tahun 2011-1014. Pada bulan September tahun 2014 sampai
sekarang penulis terdaftar sebagai mahasiswa angkatan keempat Program
Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD), Jurusan Ilmu
Pendidikan FKIP Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN.
Pada semester tujuh penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Sumber Rejeki Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan dan
Program Pengalaman Pembelajaran Lapangan (PPL) di TK Sumbangsih
Sumber Rejeki di Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan.
MOTTO
“Remember Me - I will remember you”(Al-Baqarah: 152)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya”(Al-Baqarah: 286)
“Lingkungan terbaik adalah keluargaPembelajaran terbaik adalah Pengalaman
Teman terbaik ialah cermin”(Rizki Oktaviani)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim…
Ku persembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT beserta
junjungan kami Nabi Muhammad SAW serta ucapan terimakasih dan rasa
banggaku kepada:
Kedua Orangtuaku Tercinta
Bapak Awaluddin dan Ibu Hardita
Yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, kesabaran dan
keikhlasan, yang selalu menasehatiku dalam segala kondisi, yang selalu
memberikan semangat untuk mendorongku dalam menyelesaikan skripsi ini, dan
yang selalu menanamkan cinta kasih dan sayang, doa dan harapan dalam
menantikan keberhasilanku, serta telah menjadi sosok orangtua yang aku
banggakan, yang senantiasa mendoakan agar cita-citaku tercapai.
Serta
Para dosen yang telah berjasa memberikan saran dan ilmu yang sangat bermanfaat
dan teman-teman yang selalu mendoakan dan mengiringi usahaku
Sekolah Pelangi Alexandria Bandar Lampung
Sebagai sekolah yang membantuku dalam menyelesaikan tugasku
Almamater tercinta FKIP Universitas Lampung
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat serta
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan
Metode Belajar TPR (Total Physical Response) dalam Pengenalan Kosa
Kata Bahasa Inggris Anak Usia 5-6 Tahun”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M. P. selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Riswandi, M. Pd. selaku ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
4. Ibu Ari Sofia, S. Psi, MA., Psi. selaku Ketua Program Studi S1 PG-
PAUD Universitas Lampung.
5. Ibu Dr. Een Yayah Haenilah, M. Pd. selaku pembimbing utama yang
selalu meluangkan waktunya dalam memberikan banyak masukan dan
saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Nia Fatmawati, M. Pd. selaku pembimbing kedua yang selalu
meluangkan waktunya dalam memberikan banyak masukan dan saran
yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Ibu Endang Ikhtiarti, M. Pd. selaku penguji skripsi yang telah memberi
masukan dan saran guna perbaikan dan penyempurnaan dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Samira Kamal selaku Kepala Sekolah Pelangi Alexandria Bandar
Lampung yang telah membantu dalam penelitian.
9. Seluruh dosen PG-PAUD yang telah meluangkan waktu dalam
membimbing dan mendidik penulis selama perkuliahan dan dosen FKIP
Universitas Lampung, yang telah memberikan ilmu dalam membantu
proses penyelesaian skripsi ini.
10. Kedua orangtua, Bapak Awaluddin R dan Ibu Hardita, yang telah
mendidik, membimbing, memotivasi, mendukung dan merawat dengan
penuh kasih sayang, ketulusan serta doa-doa yang selalu kalian panjatkan
untukku. Terimakasih untuk semua yang telah kalian berikan.
11. Nenekku tercinta Jumilah, kakakku Putri Aditya dan adikku Dewi Novha
Rahma Tika serta Keluarga besar yang telah memberikan dorongan dan
motivasi dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat dan saudara seperjuangan Rahma Seftiarani, Siti Fatmaini, Siti
Aliva Nabila, Lidia Ramadhani, Itna Fauza dan Kartika Putri yang selalu
setia mendengar keluh kesahku, berbagi canda dan tawa serta berjuang
bersama dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman berjuang Ade Dwi Purnama yang senantiasa mendengar keluh
kesahku, serta memotivasi dan mendukung keberhasilanku.
14. Teman-teman angkatan 2014 S1 PG-PAUD universitas Lampung dan
teman KKN-KT yang berjuang bersama dalam menyelesaikan
pendidikan sarjana.
15. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT melindungi dan membalas semua kebaikan yang sudah
kalian berikan kepada penulis. Penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi
ini menjadi manfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 18 Januari 2019Penulis
Rizki Oktaviani
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ ix
I. PENDAHULUAN….......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….........1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………..………....6
C. Pembatasan Masalah ………………………………………………………. 7
D. Rumusan Masalah ………………………………………………………..... 7
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………………...... 7
F. Manfaat Penelitian …………………………………………………...…..... 7
II. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................................... 9
A. Teori Belajar………….. ………..…………………………………………. 9
B. Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini..............………………….……. 11
C. Metode Belajar TPR…………………….……………………………......... 13
D. Kemampuan Berbahasa …………………….................................................20
E. Pengenalan Kosa Kata Bahasa Inggris Anak…………………………….....22
F. Penelitian Relevan…………………………………………………....……..25
G. Kerangka Pikir…………............................................................................... 27
H. Hipotesis Penelitian…………………………………………………………28
III. METODE PENELITIAN................................................................................ 29
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian…………………………………………… 29
B. Prosedur Penelitian………………………………………………………… 29
C. Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………………... 30
D.Populasi dan Sampel...................................................................................... 30
E. Variabel Penelitian…………………………………………………………. 31
F. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel……………………………..31
G.Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….....33
H.Analisis Uji Instrumen Penelitian.................................................................. 34
I. Kisi-Kisi Penelitian………………………………………………………… 35
J. Teknik Pengolahan Data…………………………………………………… 37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN….................................................................... 39
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………….......…..............39
B. Hasil Analisis Uji Instrumen……………………………………………….41
C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian …………………………………............ 43
D. Hasil Penelitian............................................................................................. 49
E. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................................67
V. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................72
A. Kesimpulan.................................................................................................... 72
B. Saran.............................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................75
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Rumus Spearman Brown………………..………………………………..... 352. Rumus Interval…………….…………………………………………...…...373. Rumus Presentasi...........................................................................................38
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Bentuk-Bentuk Soal………………………………………………………... 352. Kisi-Kisi Metode Belajar TPR……………………………………………...363. Rubrik Penilaian Metode Belajar TPR…………………………………….. 364. Instrumen Penilaian Metode Belajar TPR…………………………………. 375. Hasil Uji Reliabilitas………………………………………………………..426. Persentase Metode Belajar TPR…………………………………………….507. Bentuk Tes…………………………………………………………………. 518. Rubrik Tes…………………………………………………………………..529. Rekapitulasi Hasil Tes……………………………………………………... 52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Persetujuan Sekolah……………………………………………..........792. Data Peserta Didik…………………………………………………………. 803. Lesson Plan K1.............................................................................................. 814. Bentuk Tes Kata Perintah………………………………………………….. 855. Instrumen Wawancara…………………………………………………....... 866. Akumulasi Data Metode TPR………………………………………………877. Tabel Penolong Uji Reliabilitas Ganjil (i) dan Genap (j)……..…….……... 888. Tabel Penolong Uji Reliabilitas Metode TPR……………………………... 929. Tabel Penolong Uji Reliabilitas Kosa Kata Bahasa Inggris………….......... 9210. Dokumentasi……………………………………………………………….. 93
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini ialah seorang individu kecil yang unik, memiliki potensi
dan ciri khas tertentu. Anak usia dini ialah mereka yang ceria, aktif,
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi serta potensi yang harus
dikembangkan melalui rangsangan pendidikan. Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Ayat 14 menyatakan bahwa:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yangditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yangdilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantupertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anakmemiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, baikpendidikan secara formal di sekolah maupun secara nonformal.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 Pasal 9 ayat 1,
tentang perlindungan anak menyebutkan bahwa “setiap anak berhak
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”.
Pendidikan bagi anak usia dini merupakan satu tahap yang tidak dapat
diabaikan karena pendidikan bagi anak usia dini menentukan
perkembangan dan keberhasilan anak dimasa mendatang.
2
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelengaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah
pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosial emosional,
bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap perkembangan
anak. Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan
pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan
anak, disajikan melalui rangsangan permainan. Permainan bagi anak usia
dini merupakan hal yang sangat penting dan sangat istimewa karena
melalui permainan anak memiliki pengalaman yang dapat menambah
kesempatan anak untuk meningkatkan pemahaman tentang kecakapan
hidup dan memecahkan masalah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor
137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini
menyatakan bahwa terdapat enam aspek perkembangan yang harus
dikembangkan pada anak usia dini meliputi lingkup perkembangan nilai
agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan
seni. Salah satu aspek perkembangan anak yang paling penting dan
fundamental ialah aspek perkembangan bahasa.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena di samping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan
pikiran dan perasaan, sekaligus berfungsi sebagai alat untuk memahami
perasaan dan pikiran tersebut.
3
Bahasa adalah salah satu faktor mendasar yang dapat membedakan
manusia dengan hewan, dalam kehidupan banyak sekali ragam bahasa
yang kita gunakan tidak terkecuali bahasa Inggris. Asmin (2016)
menerangkan bahwa “bahasa Inggris tampil sebagai sebagai bahasa bisnis,
bahasa pergaulan dan sebagai bahasa universal dan pengantar diberbagai
negara, hal itu menunjukkan bahwa bahasa Inggris memiliki peran yang
cukup besar dalam era globalisasi saat ini dan kedepannya, dengan
pengenalan dan kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni, generasi
penerus bangsa akan semakin mampu tampil di kanca nasional dan
internasional sehingga untuk meningkatkan berbahasa Inggris ada baiknya
dimulai dari akar, dalam artian sedini mungkin sehingga mereka
merasakan ikatan emosional dengan bahasa itu saat mereka belajar secara
formal di sekolah”.
Bahasa Inggris adalah bahasa yang sangat penting karena perkembangan
zaman menuntut manusia untuk mempersiapkan diri dalam berinteraksi
dengan dunia global, serta kedudukan bahasa Inggris semakin menguat
karena bahasa tersebut digunakan dalam semua bidang, oleh karena itu
pembelajaran bahasa Inggris semestinya memang harus di berikan sejak
usia dini, demi mempersiapkan diri anak untuk memasuki jenjang
pendidikan berikutnya”. Komunikasi sangat dibutuhkan manusia dalam
kehidupan untuk berinteraksi baik individu dengan individu, individu
dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Interaksi
membutuhkan bahasa untuk mudah dipahami satu dengan yang lain,
begitu banyak bahasa di dunia, bahasa Inggris adalah salah satunya.
4
Pada era globalisasi, bahasa Inggris berperan penting dalam kehidupan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong Indonesia untuk
mengembangkan bahasa internasional yakni bahasa Inggris. Keberhasilan
sebuah pembelajaran tidak terlepas dari beberapa unsur penting, salah
satunya metode pembelajaran karena tidak ada satupun kegiatan belajar
yang tidak menggunakan metode pengajaran. Metode pembelajaran
menjadi penting dikuasai karena sebagai alat untuk mencapai sebuah
tujuan. Salah satu cara dalam mengembangkan kosa kata bahasa Inggris
menggunakan metode belajar TPR (Total Physical Response).
Metode belajar TPR (Total Physical Response) merupakan sebuah metode
pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah (command),
ucapan (speech) dan gerak (action). Metode belajar TPR bertujuan untuk
memberikan sebuah pembelajaran bahasa Inggris yang lebih mudah
dipahami oleh anak, dikenalkan melalui kata perintah serta diberikan
dengan menggunakan gerakan fisik. TPR sendiri sengaja dirancang agar
pembelajaran menjadi lebih menarik dan mudah dipahami oleh anak
karena mengandung unsur aktivitas motorik.
Keberhasilan penyajian pembelajaran yang diberikan bagi anak usia dini
tidak luput dari berbagai bantuan media dalam belajar, tidak terkecuali
pembelajaran bahasa Inggris. Bahasa Inggris sebaiknya diberikan sedini
mungkin dengan dibantu dengan media dan fasilitas pendukung dalam
menunjang keberhasilan anak dalam menguasai kosa kata bahasa Inggris.
Fungsi media sendiri sebagai alat bantu guru dan siswa yang digunakan
5
dalam proses belajar. Keberhasilan pembelajaran bahasa Inggris bagi anak
usia dini pun tidak luput dari peran serta guru dalam menyampaikan
materi dan bahan ajar karena guru juga sebagai contoh anak untuk belajar.
Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan di Sekolah Pelangi Alexandria
Bandar Lampung, peneliti melakukan observasi awal sekolah serta
melakukan wawancara kepada guru kelas. Peneliti menemukan bahwa
Sekolah Pelangi Alexandria merupakan sekolah merupakan sekolah yang
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa yang digunakan sehari-hari
dalam segala bentuk kegiatan yang dilakukan di sekolah. Bahasa Inggris
betul-betul didapat anak di sekolah karena pembelajaran bahasa Inggris
digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran. Bahasa Inggris
didapat oleh anak hanya di Sekolah Pelangi Alexndria Kegiatan
pembelajaran di Sekolah Pelangi Alexandria menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa wajib. Bahasa Inggris dikenalkan sejak anak memasuki
kelas untuk pertama kali.
Berdasarkan wawancara di Sekolah Pelangi Alexandria sebagian besar
orangtua tidak memiliki latar belakang menggunakan bahasa Inggris di
rumah, kemampuan bahasa Inggris anak dari yang tidak mengerti sama
sekali sampai benar-benar mengerti dengan bahasa Inggris itu didapat dari
sekolah. Bahasa Inggris diberikan kepada anak dengan berbagai metode
dan teknik yang diantaranya ialah drill. Kamampuan bahasa anak di
sekolah kebanyakan anak mengerti maksud dari ucapan guru tetapi belum
bisa untuk berbicara.
6
Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari tersedianya kerangka
penyelenggaraan pendidikan yang baik secara keseluruhan, yaitu falsafah
dan tujuan pendidikan, luas/dalamnya materi, metode dan teknik
pembelajaran, serta sarana dan fasilitas pendukung lainnya. Keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan guru dalam sebuah pembelajaran menjadi
faktor penghambat perkembangan potensi yang dimiliki oleh anak tidak
terkecuali kecerdasan linguistik anak. Anak mudah menyerap
pembelajaran jika metode pembelajaran bahasa yang diberikan oleh guru
dan orangtua pun tepat dan efektif. Peneliti menggunakaan metode belajar
bahasa Inggris yaitu metode total physical response dalam pengenalan
kosa kata bahasa Inggris anak.
Harapan bagi pendidik anak usia dini dalam memberikan pembelajaran
kepada peserta didik agar senantiasa melaksanakan proses pembelajaran
yang sesuai dengan sistem pendidikan anak usia dini yaitu belajar melalui
bermain, bermain seraya belajar serta memberikan hal positif pada peserta
didikyang dapat memfasilitasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar anak.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang ada dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Pembelajaran bahasa Inggris menggunakan metode drill.
2. Bahasa Inggris menjadi bahasa wajib bagi anak.
3. Mayoritas anak berperan menjadi penerima bahasa (reseptif).
7
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
penulis memfokuskan penelitian pada penerapan metode belajar TPR
(Total Physical Response) dalam pengenalan kosa kata bahasa Inggris
anak usia 5-6 tahun di Sekolah Pelangi Alexandria Bandar Lampung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan
masalah dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana penerapan dari metode
TPR (total physical response) dalam pengenalan kosa kata bahasa Inggris
anak usia 5-6 tahun di Sekolah Pelangi Alexandria Bandar Lampung?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode belajar
TPR (Total Physical Response) dalam pengenalan kosa kata bahasa
Inggris anak usia 5-6 tahun di Sekolah Pelangi Alexandria Bandar
Lampung?
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan pengenalan bahasa
Inggris anak usia dini melalui metode belajar TPR (Total Physical
Response).
8
2. Secara Praktis
a. Bagi guru, untuk menambah wawasan guru dalam melakukan
pembelajaran terutama dalam mengembangkan kemampuan bahasa
Inggris bagi anak usia dini.
b. Bagi anak, diharapkan dapat meningkatkan kosa kata anak dalam
bahasa Inggris.
c. Peneliti lain, semoga penelitian ini dapat menjadi referensi dan
motivasi dalam menyusun penelitian yang lebih baik dari
penelitian sebelumnya.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar
1. Teori Behavioristik
Pada dasarnya anak dilahirkan dengan tidak membawa kemampuan
apapun. Bahasa dipelajari melalui pengkondisian dari lingkungan dan
imitasi (peniruan) dari contoh orang dewasa, dengan demikian anak
harus belajar melalui proses imitasi dan diberikan reinforcement
(penguat). Pavlov dalam Suciati (2016: 2.4) menyatakan bahwa “belajar
merupakan hubungan antara stimulus/rangsangan dengan respon/aksi
atau tanggapan terhadap stimulus”. Menurut Thorndike dalam Suciati
(2016: 2.11) bahwa “belajar adalah proses stimulus (dapat berupa
pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respon yang juga dapat berupa
pikiran, perasaan atau gerakan”.
Teori behavioristik menggunakan teknik belajar asosiasi dengan cara
pengkondisian atau pembiasaan untuk mencapai suatu tujuan. Menurut
Skinner dalam Suciati (2016: 2.15) bahwa “prinsip belajar Skinner ialah
hukum pembiasaan (law of condition) yang menyatakan bahwa respon
yang diikuti oleh penguatan akan menguat dan cenderung akan terulang
kembali”.
10
Teori behavioristik menjelaskan tentang pembelajaran dengan memberi
stimulus (S) atau rangsangan tertentu kepada anak yang kemudian
mengakibatkan adanya reaksi atau respon (R) yang diharapkan sesuai
dengan tujuan. Hasil pembelajaran berupa perubahan tingkah laku yang
dapat dilihat serta berfokus pada pola perilaku baru yang diulang-ulang
sampai menjadi perilaku yang otomatis. Skinner dalam Dhieni (2011:
2.9) menyatakan bahwa:
Pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk olehlingkungan eksternal, ini dimaksudkan bahwa pengetahuanmerupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melaluipengkondisian stimulus yang menimbulkan sebuah respon.
Teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan anak sudah
terstruktur rapih dan teratur, maka anak atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dahulu
secara ketat. Pembiasaan dan disiplin sangat ditekankan pada
pembelajaran. Suciati (2016: 2.6) menjelaskan bahwa “belajar dalam
teori behavioristik merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen
dan terjadi secara eksternal sebagai hasil dari pengalaman”. Hubungan
stimulus dan respon pada teori behavioristik digambarkan sebagai S = R.
Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa teori belajar
behavioristik merupakan hasil dari memasangkan stimulus (rangsangan)
dengan respon (tanggapan). Belajar menurut behavioristik yaitu
perubahan perilaku yang relatif tetap pada diri organisme, yaitu sebagai
sebuah produk dari pengalaman dan latihan yang dilakukan berulang-
ulang.
11
B. Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini
Belajar merupakan proses yang sedang terjadi pada siswa sedangkan
pembelajaran berfokus pada upaya yang dilakukan untuk membantu
seseorang belajar. Smilansky dalam Sujiono (2012: 118) berpandangan
bahwa “anak usia dini belajar melalui panca indranya dan melalui hubungan
fisik dengan lingkungannya”. Smilansky percaya bahwa pendidikan bagi
anak usia dini merupakan hal yang fundamental dalam memberikan
kerangka terbentuknya perkembangan dasar pengetahuan, sikap serta
keterampilan anak. Proses pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya
dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki
kebermaknaan melalui pengalaman yang nyata, sehingga anak dapat
memperoleh pengetahuan yang baru untuk menunjukan kreativitas dan rasa
ingin tahu secara optimal.
Piaget dalam Sujiono (2012: 121) menjelaskan bahwa “pengalaman belajar
anak lebih banyak didapat dengan cara bermain, melakukan percobaan
dengan objek nyata, serta melalui pengalaman yang konkrit”. Pestalozzi
dalam Zaman dkk (2012: 1.6) berpandangan bahwa “segala bentuk
pendidikan adalah berdasarkan pengaruh panca indra, dan melalui
pengalaman-pengalaman tersebut potensi yang dimiliki anak dapat
dikembangkan”. Peztalozzi percaya bahwa cara belajar yang terbaik bagi
anak ialah melalui berbagai pengalaman. Dewey dalam Suciati dkk (2007:
4.7) berpendapat bahwa “belajar merupakan suatu proses mengintegrasikan
pengalaman dengan konsep, observasi dan tindakan”.
12
Berikut dijelaskan karakteristik belajar menurut Kolb dalam Suciati dkk
(2007: 4.18) sebagai berikut :
1. Belajar lebih dipersepsikan sebagai proses, bukan sebagai hasil.2. Belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan yang
berpijak pada pengalaman.3. Proses belajar menuntut penyelesaian pertentangan antara modus-
modus dasar untuk beradaptasi dengan lingkungan.4. Belajar merupakan proses adaptasi terhadap dunia luar secara
holistik (utuh).5. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungan.6. Belajar merupakan proses menciptakan ilmu pengetahuan.
Pendidikan awal dimasa kanak-kanak diyakini memiliki peran yang amat
besar bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan selanjutnya.
Konteks pembelajaran dalam Haenilah (2015: 73) terdapat dua aktivitas
penting dalam pembelajaran yaitu “(1) aktivitas guru yang berupaya untuk
membina potensi semua anak (2) aktivitas anak yang berorientasi untuk
mengembangkan potensinya secara optimal”. Berikut prinsip pembelajaran
dalam Haenilah (2015: 85):
1. Anak belajar dari kenyataan (real learning)2. Anak belajar secara nyata (authentic learning)3. Mendorong anak untuk terlibat langsung4. Belajar dengan cara berbuat (learning by doing)5. Belajar dilandasi perasaan senang (enjoyment)6. Belajar bersifat menantang7. Tidak memisahkan anak dari kebutuhan bermain
Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran diartikan
sebagai program dan upaya pembinaan yang dilakukan melalui stimulasi
agar anak mengalami tumbuh kembang dalam rangka mempersiapkan diri
untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Sedangkan belajar
13
merupakan aktivitas yang dilakukan berdasarkan program dari
pembelajaran.
C. Metode Belajar TPR (Total Physical Response)
Metode total physical response adalah konsep pengajaran bahasa yang
dikembangkan oleh Prof. James J. Asher, seorang psikologi dari San Jose
State College California Amerika Serikat pada pertengahan tahun 60-an.
Dia memulai eksperimen pengajaran bahasa dengan memanfaatkan gerakan
tubuh. Berbagai bahasa, semisal bahasa Jepang, Rusia, Jerman dan Inggris,
telah Ia ajarkan dengan metode ini, baik kepada anak-anak maupun orang
dewasa. Fachrurrozi dkk (2016: 123) menjelaskan bahwa “metode TPR
adalah suatu metode pengajaran bahasa yang dibangun berdasarkan
koordinasi ujaran dan tindakan, metode ini berupaya mengajarkan bahasa
melalui kegiatan fisik atau aktivitas motorik (gerakan)”.
Metode belajar menurut Wibawa (2016: 1.15) adalah “suatu prosedur atau
cara mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran”. Asher dalam Fachrurrozi dkk (2016:
124) “orang dewasa akan berhasil mempelajari bahasa asing kalau ia meniru
cara anak-anak mempelajari bahasa ibunya”. Kenyataan menunjukan bahwa
kalimat yang ditujukan kepada anak, pendek-pendek dan berbentuk
perintah, lalu anak memberi reaksi secara nonverbal. Asher juga
berpendapat, mempelajari bahasa selalu dikaitkan dengan gerakan tubuh,
maka tekanan jiwa (stress) anak berkurang, hal itulah yang memungkinkan
siswa mengembangkan kemampuan berbahasanya dengan cepat.
14
Richard and Rodgers dalam Fachrurrozi dkk (2016: 124) metode TPR
dihubungkan dengan “teori pengusutan” ingatan (trace theory) dalam
psikologi yang berpendapat bahwa semakin sering/intensif suatu asosiasi
ingatan ditelusuri, maka semakin kuat pula asosiasi ingatan itu, dan semakin
mudah pula ditimbulkan atau diingat kembali. Penelusuran atau pengusutan
ulang dapat dilakukan secara verbal (misalnya dengan ulangan yang
dihafalkan, tanpa berfikir) atau digabungkan dengan aktivitas motorik.
Asher dalam Setiyadi (2006: 125-127) menyatakan bahwa “TPR (Total
Physical Response) merupakan suatu metode pembelajaran bahasa yang
disusun pada koordinasi perintah (command), ucapan (speech) dan gerak
(action)”. TPR dimaksudkan memberikan pengalaman belajar berbahasa
Inggris melalui aktivitas fisik (motor). Asher mencatat bahwa manusia saat
belajar bahasa, untuk pertama kali terlihat banyak mendengarkan sebelum
mereka bicara, dan bahwa kegiatan mendengar itu disertai oleh respon-
respon fisik (meraih, meraba, bergerak, melihat dan seterusnya).
Anak-anak belajar bahasa pertama mereka dengan mendengarkan bahasa
disekitar mereka. Asher dalam Sariyati (2013: 52) mendefinisikan metode
total physical response sebagai “metode pengajaran bahasa yang dibangun
diseputar koordinasi ucapan dan tindakan, ia mencoba untuk mengajarkan
bahasa melalui aktivitas fisik (motor)”. Metode belajar TPR adalah sebuah
metode belajar para murid untuk banyak mendengar dan bertindak. Anak
banyak mendengarkan sebelum mereka belajar berbicara dan melakukan
banyak kegiatan fisik dalam belajar bahasa pertama mereka, seperti
15
mencapai, bergerak dan menggabungkan. Ricards and Rodgers dalam
Setiyadi (2006: 125) bahwa “anak belajar bahasa pertama mereka melalui
hubungan aktivitas fisik sebelum mereka mulai memproduksi respon
verbal”. Asher dalam Setiyadi (2006: 126) menyatakan bahwa:
Anak kecil memiliki kosa kata yang sangat terbatas, mereka hanyaakan menyerap bahasa yang diucapkan oleh lingkungan disekitarmereka terutama dari orang tua mereka, dan juga kebanyakan yangorang tua katakan kepada anak mereka ialah kata dalam bentukperintah.
Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa metode total physycal
response adalah sebuah metode pembelajaran bahasa yang mengajarkan
bahasa melalui aktivitas fisik (motorik). Metode ini menekankan
pengembangan kemampuan pemahaman melalui asosiasi gerak dengan
makna sebelum kemampuan berbahasa (berbicara). Kata-kata yang pertama
kali diajarkan dalam bahasa pertama adalah kata bentuk perintah-perintah
yang ditanggapi secara fisik sebelum dengan verbal. Karenanya orang yang
mempelajari bahasa asing juga perlu mengikuti proses pengenalan bahasa
pertama tersebut.
1. Prinsip TPR (Total Physical Response)
Metode belajar TPR menurut Asher dalam Setiyadi (2006: 126)
menjelaskan bahwa “prinsip pembelajaran TPR disusun pada
koordinasi perintah (command), ucapan (speech) dan gerak (action)”.
Selain itu, prinsip lain pada pembelajaran TPR tidak luput dari aktivitas
fisik, terlebih TPR membuat pembelajaran berbahasa menjadi aktivitas
yang menyenangkan. Prinsip mempelajari bahasa Inggris akan lebih
16
efektif jika pembelajaran bahasa terlihat menyenangkan. Larsen-
Freeman dalam Setiyadi (2006:128) bahwa “kegiatan fisik dari metode
belajar TPR sendiri dapat mengurangi perasaan stres ketika
mempelajari bahasa Inggris”.
2. Model Silabus TPR
Model silabus menurut Asher dalam Fachrurrozi (2016: 127)
menjelaskan tentang urutan keterampilan berbahasa bahwa pengajaran
bahasa asing dimulai dengan bahasa lisan lalu tulisan. Kemampuan
berbicara lebih diutamakan daripada bahasa tulisan. Jenis silabus yang
digunakan oleh Asher adalah “silabus berbasis kalimat”. Metode ini
lebih menekankan perhatian dasarnya pada makna, dibandingkan
dengan urutan penyajian materi, dengan demikian tata bahasa diajarkan
secara induktif.
3. Prosedur dan Teknik TPR
Prosedur dan teknik TPR menurut Garcia dalam Setiyadi (2006: 132)
menjelaskan salah satu cara bahwa memberikan pembelajaran TPR
adalah dengan rencana pengaturan kursi/tempat duduk di kelas yang
dibagi kedua bagian. Cara ini membuat kelas memiliki ruang cukup
untuk bergerak. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam
mengajarkan bahasa dalam TPR. Garcia membagi bahwa setiap teknik
memiliki dua kegiatan yang membuat dua belahan otak berfungsi.
Belahan otak itu adalah kanan dan kiri. Pertama, aktivitas motor yang
dilakukan oleh bagian otak kanan, dan bagian otak kiri berfungsi untuk
mempertimbangkan pengolahan bahasa yang kita terima.
17
Garcia dalam Setiyadi (2006: 133) berikut adalah teknik pembelajaran
TPR:
a. Guru menciptakan situasi dimana anak diberikan 10kata baru tentang item yang dimaksudkan misalnyatentang buah.
b. Dengan pendahuluan kata baru, anak harus memilihdari tiga item yang mereka gagal. Jika mereka salah,kata dapat diulang. Jika mereka benar, hadiah adalahkata pujian dari guru.
c. Guru memperkenalkan item baru denganserangkaian aktivitas, baik melalui gestures dan lain-lain.
d. Guru memperkenalkan bahan baru denganmelakukan perintah dalam kaset. Rekorinstrukturnya agar menjadi suara sendiri dankemudian mengikuti perintah tersebut.
4. Peranan Guru
Keberhasilan pembelajaran dibantu dengan faktor guru yang mengajar.
Segala metode belajar yang diberikan akan sampai pada sasaran dan
tujuan pembelajaran jika disampaikan dengan benar. Berikut peranan
guru dalam mencapai keberhasilan TPR berdasarkan teknik kerja
Garcia dalam Setiyadi (2006: 133) sebagai berikut :
a. Berupaya besar dalam berusaha untuk mentransferkonsep pembelajaran kesegala situasi.
b. Guru harus menjelaskan perlahan setiap detail itemdari bahan ajar.
c. Guru mempersiapkan tujuan pembelajaran untuk gurudan siswa.
d. Intonasi dan irama yang dilakukan mungkin akanberhasil, tetapi tidak jika perintah tersebut tidak benardilakukan.
e. Guru memperkenalkan bahasa baru satu unit dalamsatu waktu. Guru menghindari pengajaran kata kerjadan kata benda diberikan dalam waktu yang sama.
f. Guru tidak mengabaikan langkah terakhirpembelajaran yaitu review dan pengulangan.
18
5. Keunggulan dan Kelemahan TPR
Setiap metode dan teknik dalam mengajar bahasa Inggris memiliki
kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah keunggulan dan kelemahan
dari penerapan TPR dikutip dari Fachrurrozi (2016: 134) sebagai
berikut:
1. Keunggulan dari TPR
a. Pembelajaran bahasa terasa menyenangkan bagiguru dan siswa.
b. Siswa merasa terbebas dari perasaan tertekan ataustres ketika belajar.
c. Siswa mempunyai ingatan jangka panjang atas apayang sudah dipelajarinya, hal itu dikarenakanpemberdayaan potensi otak kanan dan otak kiri.
d. Metode ini memungkinkan kebermaknaan dalambelajar bahasa target.
e. Dengan penekanannya pada pemahaman, metodeini dapat dengan mudah digabungkan denganmetode-metode lain.
2. Kelemahan TPR
a. Aturan bahasa begitu kompleks, sehingga tidaksemua bentuk bahasa dapat diajarkan denganmenggunakan perintah.
b. Beberapa orang siswa enggan ketika diminta untukmemperagakan suatu gerakan.
c. Penerapan metode ini menuntut guru agar mampuberbicara dalam bahasa target dengan baik danbermakna.
Metode belajar TPR (total physical response) ini terdiri dari penataan
atau pematuhan perintah atau aba-aba yang diberikan oleh
instruktur/pendidik yang melibatkan respon fisik yang jelas. Setiyadi
(2006: 130) menyatakan bahwa “pemahaman bahasa dapat dipercepat
dengan memperkenalkan bahasa-bahasa melalui perintah-perintah”.
19
Pembelajaran bahasa Inggris menggunakan metode belajar TPR, anak
diperkenalkan dengan kalimat perintah. Guru dan anak berperan secara
langsung dalam proses pembelajaran. Pembelajaran bahasa Inggris
diberikan kepada anak melalui sebuah aktivitas dengan menggunakan
objek yang konkrit dan dekat dengan kehidupan nyata anak sehingga
anak mudah untuk mengilustrasikan dan menyampaikan makna
terhadap suatu objek.
Berikut contoh aktivitas perintahnya seperti: close the door (guru
menunjuk kearah pintu dan anak merespon dengan menutup pintu),
touch your ear (anak merespon dengan memegang telinganya). Asher
dalam Setiyadi (2006) menegaskan bahwa ada tiga unsur yang
mencontohkan keberhasilan TPR:
1. TPR dirancang untuk mengembangkan perasaansukses disemua anak.
2. Metode belajar bahasa kedua ini efektif untuksemua kelompok usia.
3. TPR membuat belajar bebas stres danmenyenangkan. Singkatnya, pendukung metodologiTPR berpendapat bahwa ketika bahasa telahditerjemahkan, berbicara akan muncul secaraspontan. Meskipun mungkin tidak sempurna, secarabertahap akan meningkat dan meningkat.
Berdasarkan penjelasan di atas, disimpulkan bahwa metode total physical
response adalah sebuah metode pembelajaran bahasa yang mengajarkan
bahasa melalui aktivitas fisik. Menurut metode TPR, pemahaman bahasa
kedua orang dewasa adalah proses yang paralel dengan pemenuhan bahasa
pertama. Kata-kata yang pertama kali diajarkan dalam bahasa pertama
adalah terdiri dari perintah-perintah yang ditanggapi secara fisik sebelum
20
dengan verbal, karenanya orang yang mempelajari bahasa asing juga perlu
mengikuti proses pengenalan bahasa pertama itu. Metode ini menekankan
pengembangan kemampuan pemahaman melalui asosiasi gerak dengan
makna sebelum kemampuan berbicara.
D. Kemampuan Berbahasa
Kemampuan berbahasa ada dua, yaitu kemampuan bahasa lisan dan
bahasa tulis. Kemampuan berbahasa yang pertama yang dikuasai oleh
anak kemampuan bahasa lisan seperti menyimak dan berbicara.
Pengembangan kemampuan bahasa lisan terkait pada lingkungan dimana
anak tinggal. Lingkungan yang banyak memberikan stimulasi akan
memperkaya perbendaharaan kata anak. Bahasa merupakan sistem simbol
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada abad ke-18, ada dua aliran
yang memandang arti bahasa. Aliran pertama yaitu aliran sofisme yang
memandang bahasa sebagai suatu perjanjian yang sifatnya disengaja antara
masyarakat, sedangkan aliran stoijin memandang bahasa sebagai suatu
kemampuan yang bersifat alamiah. Plato dan Aristoteles mengartikan
"bahasa sebagai interaksi diantara kedua pendapat tersebut (Monks,
Knoers, dan Haditono, dalam Dhieni 2011: 1.5).
Menurut Buhler dalam Dhieni (2011: 1.6) menyatakan bahwa “bahasa
sebagai alat komunikasi yang mempunyai fungsi sosial yang berkaitan
dengan semantik, dan fungsi ekspresif”. Badudu dalam Dhieni (2011:
1.11) menyatakan bahwa “bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi
antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang
menyatakan pikiran, perasaan dan keinginan”. Kemampuan berbahasa
21
diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Sebagai alat sosialisasi, bahasa merupakan suatu cara
merespon orang lain. Bromley dalam Dhieni (2011: 1.19) menyebutkan
bahwa empat macam bentuk bahasa yaitu “menyimak, berbicara,
membaca dan menulis”. Kemampuan berbahasa berbeda dari kemampuan
berbicara. Bromley dalam Dhieni (2011: 1.20) mengemukakan bahwa
“anak dapat memahami dan mengingat suatu informasi jika mereka
mendapat kesempatan untuk membicarakannya, menuliskannya,
menggambarkannya dan memanipulasinya. Bromley dalam Dhieni (2011:
1.21) menyebutkan lima macam fungsi bahasa sebagai berikut:
1. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. Anak usiadini belajar kata-kata yang dapat memuaskan kebutuhan dankeinginan utama mereka.
2. Bahasa dapat mengubah dan mengontrol perilaku. Anak-anakbelajar bahwa mereka dapat mempengaruhi lingkungan danmengarahkan perilaku orang dewasa dengan menggunakanbahasa.
3. Bahasa membantu perkembangan kognitif. Secara simbolikbahasa menjelaskan hal yang nyata. Bahasa memudahkan kitauntuk mengingat kembali suatu informasi danmenghubungkannya dengan informasi baru yang diperoleh.
4. Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain.Bahasa berperan dalam memelihara hubungan dengan orangdisekitar. Bahasa berperan untuk kesuksesan sosialisasi individu.
5. Bahasa mengekspresikan keunikan individu.
Berdasarkan penjelasan di atas, disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa
terbagi menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan tulis. Pemerolehan bahasa
pertama yang diterima oleh anak ialah kemampuan bahasa lisan.
Kemampuan berbahasa terstimulus oleh lingkungan yang nanti akan
digunakan untuk menyampaikan dan merespon suatu hal dalam
berkomunikasi.
22
E. Pengenalan Kosa Kata Bahasa Inggris Anak
a. Pengenalan Kosa Kata
Pengenalan kosa kata sangat penting dalam berbahasa, semakin kaya
kosa kata yang dimiliki oleh seseorang semakin besar pula
keterampilan seseorang dalam berbahasa (Tarigan, 1989). Pengenalan
kosakata dalam aktivitas dan kehidupan sehari-hari mempunyai
peranan yang sangat besar, karena hasil pikiran seseorang hanya dapat
dimengerti dengan jelas oleh orang lain jika diungkapkan dengan
menggunakan kosa kata.
b. Kosa Kata
Kosa kata menurut Soedjito (2009: 24) diartikan sebagai berikut:
1. Semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa.2. Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang
pembicara atau penulis.3. Kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu
pengetahuan.4. Daftar kata yang disusun seperti kamus
serta penjelasan secara singkat dan praktik.
Sementara Valette dalam Soedjito (2009: 24) mengemukakan bahwa
“kosa kata adalah kata atau kelompok kata yang memiliki makna
tertentu”. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
kosa kata merupakan kata-kata yang memiliki suatu arti yang dimiliki
oleh manusia untuk digunakan dalam berbahasa dan berkomunikasi.
23
c. Bahasa Inggris bagi Anak 5-6 Tahun
Bahasa menjadi hal yang fundamental dalam kehidupan. Bahasa
sebagai alat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis.
Pemerolehan bahasa anak lebih baik daripada orang dewasa. Wassid
(84-85: 2009) mengemukakan pengertian pemerolehan bahasa sebagai
“suatu periode seorang individu memperoleh bahasa atau kosa kata
baru”. Mackey dalam Wassid (2009: 86) menjelaskan bagaimana
perkembangan bahasa anak usia 4-6 tahun bahwa “pemahaman anak
semakin mantap, kosa kata aktif bisa mencapai dua ribuan, sedangkan
yang pasif sudah semakin banyak jumlahnya serta anak mulai belajar
berhitung dan kalimat-kalimat yang agak rumit mulai digunakannya”.
Hammerby dalam Khairani (2012) “Pembelajaran bahasa Inggris
didasari suatu pemikiran bahwa belajar bahasa asing akan lebih baik
bila dimulai lebih awal”. Periode paling sensitif terhadap bahasa dalam
kehidupan seseorang adalah antara usia 2-7 tahun. Montessory dalam
Khairani (2012) “Segala macam aspek dalam berbahasa harus
diperkenalkan kepada anak sebelum masa sensitif ini berakhir”.
Harmer dalam Oktaviyani (2015) mengungkapkan bahwa “umur
merupakan salah satu faktor utama yang harus dipertimbangkan,
hubungan umur dalam belajar bahasa adalah bahwa anak-anak belajar
bahasa lebih cepat dan lebih efektif dibandingkan dengan kelompok
usianya”.
24
Berikut karakteristik pembelajaran bahasa untuk anak usia 5-7 tahun
menurut Scott dalam Oktaviyani (2015) sebagai berikut:
1. Mereka sudah bisa mengatakan apa yang sedang dikerjakan2. Mereka sudah bisa memberitahu apa yang telah dikerjakan
atau didengar3. Mereka sudah bisa merencanakan aktivitas4. Mereka sudah bisa berargumentasi5. Mereka sudah bisa menggunakan alasan logis6. Mereka sudah bisa menggunakan imajinasi dengan jelas7. Mereka dapat menggunakan pola intonasi yang bervariasi
dalam bahasa ibu8. Mereka bisa memahami interaksi manusia secara langsung
Harmer dalam Oktaviyani (2015) mengemukakan bahwa karakteristik
anak-anak ketika belajar ialah mereka tidak hanya fokus pada apa yang
diajarkan, tetapi juga belajar banyak hal pada saat yang bersamaan,
seperti mengambil informasi dari sekitarnya seperti melihat,
mendengar, dan menyentuh sama pentingnya dalam proses
pemahaman. Salah satu karakteristik penting anak-anak adalah
kemampuannya menjadi pembicara yang kompeten apabila disediakan
fasilitas yang memadai, dan bila mendapatkan bahasa yang
mencukupi.
Meningkatnya hasil belajar adalah salah satu bentuk tercapainya tujuan
pembelajaran, sehingga diperlukan adanya penunjang pendidikan
untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris pada anak. Hal yang
menjadi acuan utama dalam penentuan strategi pembelajaran adalah
tercapainya tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan yang tidak berorientasi pada capaian tujuan pembelajaran
belum bisa dikategorikan sebagai strategi pembelajaran.
25
F. Penelitian Relevan
Penulis mengkaji beberapa pustaka terdahulu yang relevan dengan topik
yang akan diteliti, antara lain:
1. Hasil penelitian Nurjanah (2016) dengan judul “Penggunaan Metode
Total Physical Response (TPR) Untuk Meningkatkan Vocabulary
Bahasa Inggris Anak Kelas V SDN Ii Logandu Tahun Ajaran
2015/2016” menunjukkan bahwa (1) langkah penggunaan metode
Total Physical Response yang tepat yaitu (a) penjelasan materi, guru
mengucapkan kosa kata dan anak menirukan, (b) peragaan kosa kata
yang telah dipelajari, (c) anak mengulang demonstrasi TPR, (d)
penulisan kosa kata bahasa Inggris dan artinya, (2) penggunaan
metode belajar TPR dapat meningkatkan vocabulary bahasa Inggris
anak.
2. Hasil penelitian Ramadhani (2014) dengan judul “Keefektifan
Metode Total Physical Response dalam Pembelajaran Keterampilan
Menyimak Bahasa Jerman Di SMA N 1 Jetis Bantul” menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Disimpulkan bahwa metode Total
Physical Response efektif dalam pembelajaran keterampilan
menyimak bahasa Jerman.
3. Hasil penelitian Mandasari (2016) dengan judul “Penerapan Metode
Total Physical Response pada Pembelajaran Bahasa Arab Materi
Mufradat di Madrasah Ibtidaiyah Sullamut Taufiq” menunjukkan
bahwa penerapan metode Total Physical Response pada
26
pembelajaran bahasa Arab materi mufradat di MI Sullamut Taufiq
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan langkah-langkahnya
sehingga berdampak pada pengenalan mufradat yang mudah diingat
oleh anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode
Total Physical Response (TPR) pada pembelajaran bahasa Arab
materi mufradat di MI Sullamut Taufiq adalah faktor guru, faktor
anak, faktor sarana dan prasarana dan juga faktor waktu yang
berpengaruh terhadap penerapan metode belajar TPR. Disimpulkan
bahwa metode belajar TPR berpengaruh pada keberhasilan
pengenalan mufradat bahasa Arab.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang relevan disimpulkan bahwa
metode belajar total physical response dapat mempengaruhi
pengenalan bahasa asing bagi anak karena konsep dari metode ini
TPR ialah melakukan pembelajaran berdasarkan kata perintah
sederhana yang dilandasi aktivitas fisik dalam belajar, pembelajaran
dilakukan langsung oleh anak sehingga menghasilkan kebermaknaan
dalam belajar bahasa.
27
G. Kerangka Pikir
Bahasa berperan dalam memelihara hubungan dengan orang sekitar karena
bahasa merupakan cara dalam mengekspresikan keunikan setiap individu.
Bahasa pertama yang didengar oleh anak ialah bahasa ibu. Orang tua dan
lingkungan mempunyai andil besar dalam pemerolehan bahasa anak.
Belajar bahasa Inggris sama pentingnya untuk dikenalkan kepada anak.
Bahasa Inggris menjadi bahasa yang penting dikenalkan sejak dini karena
perkembangan zaman menuntut manusia untuk mempersiapkan diri dalam
berinteraksi dengan dunia global. Salah satu cara memperkenalkan bahasa
Inggris kepada anak ialah melalui metode belajar TPR.
Metode belajar TPR (Total Physical Response) adalah sebuah metode
pembelajaran bahasa yang bertujuan untuk menambah perbendaharaan
kosa kata dengan lebih mudah dan ringan sehingga pengenalan kosa kata
pada anak pun menjadi lebih banyak. Konsep dasar metode belajar TPR
adalah suatu metode pengajaran bahasa yang dibangun berdasarkan
koordinasi perintah, ujaran dan tindakan. Metode belajar TPR menekankan
pada pengembangan kemampuan pemahaman melalui asosiasi gerak
dengan makna sebelum kemampuan berbicara. Metode TPR mengajarkan
bahasa melalui kegiatan fisik sehingga belajar bahasa asing dengan
mempraktikannya secara langsung akan melibatkan kedua belahan otak
anak difungsikan.
28
Teori behavioristik memandang bahwa sebuah stimulus baik jika diberikan
terhadap anak maka akan memunculkan respon baik pula terhadap anak.
Pembelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi sebuah
kebiasaan. Sesuai dengan karakteristik anak yaitu bermain seraya belajar,
belajar seraya bermain, maka stimulus pembelajaran yang diberikan pun
harus bersanding dengan konsep bermain. Anak usia dini belajar melalui
objek yang kongkrit, serta berdasarkan pengalaman yang nyata. Pemberian
metode belajar yang tepat menjadi penentu ketercapaian potensi yang
dimiliki anak, selain itu dalam menyampaikan sebuah pembelajaran peran
media menjadi faktor tercapainya tujuan pembelajaran. Peran guru pun
menjadi penentu dalam keberhasilan rencana pembelajaran, oleh sebab itu
selain sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai motivator anak dalam
belajar dan juga mendorong anak agar tertarik mengikuti pembelajaran
yang diberikan.
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan :
a. H1 : Penerapan metode belajar TPR (Total Physical Response) dalam
pengenalan kosa kata bahasa Inggris anak usia 5-6 tahun
29
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.
Metode penelitian deskriptif kuantitatif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan menggunakan angka
dengan cara yang sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kuantitatif
dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan yang digunakan ialah
pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan objek
penelitian ataupun hasil penelitian.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pembuatan lembar observasi dan wawancara
2. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan.
3. Tahap Pengumpulan Data
a. Pengamatan pada pembelajaran menggunakan lember observasi.
b. Pelaksanaan tes berupa pertanyaan pada lembar observasi.
4. Tahap Akhir
30
Pengolahan dan analisis data dari hasil penelitian yang dilakukan
diperoleh melalui instrumen penelitian dan lembar observasi.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Islamic Preschool and Playgroup Sekolah
Pelangi Alexandria Bandar Lampung.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November tahun ajaran 2018.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi peneliti adalah seluruh anak yang berada di
Islamic Preschool and Playgroup Sekolah Pelangi Alexandria Bandar
Lampung yang terdiri dari 4 kelas.
2. Sampel
Peneliti dalam pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling karena sampel dipilih secara sengaja serta memenuhi syarat
sesuai dengan kriteria yang ditentukan yaitu karena Sekolah yang
dipilih menggunakan pembelajaran bilingual, serta sampel dipilih
berdasarkan ciri yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu kriteria
anak usia 5-6 tahun dan dipilih berdasarkan kelas yang
31
direkomendasikan oleh pihak sekolah. Sampel yang digunakan
sebanyak 11 anak di kelas K1.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini terdapat dua
variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable) :
1. Variabel bebas disebut juga variabel pengaruh atau berefek pada out-
come. Variabel bebas atau variabel X penelitian ini adalah metode
belajar TPR (Total Physical Response).
2. Variabel terikat bergantung pada variabel bebas. Variabel terikat atau
variabel Y penelitian ini adalah pengenalan kosa kata bahasa Inggris
anak usia 5-6 tahun.
F. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
a. Definisi Konseptual
1. TPR (Total Physical Response)
Metode belajar TPR ialah metode belajar yang dimaksudkan
memberikan pengalaman belajar bahasa Inggris melalui aktivitas
fisik dengan tujuan untuk memberikan sebuah pembelajaran bahasa
Inggris agar mudah dipahami anak sehingga anak melakukan
praktik pembelajaran dengan maksimal.
2. Pengenalan Kosa Kata Bahasa Inggris Anak
Kosa kata bahasa Inggris penting untuk dikenalkan sejak dini,
semakin cepat untuk dikenalkan semakin siap anak dalam
32
menambah kosa kata semakin besar pula kesempatan anak untuk
terampil dalam berbahasa. Pengenalan kosa kata bahasa Inggris
dalam aktivitas sehari-hari mempunyai peranan yang begitu berarti,
kosa kata dikenalkan karena hasil pikiran seseorang hanya dapat
dimengerti dengan jelas oleh orang lain jika diungkapkan dengan
menggunakan kosa kata.
b. Definisi Operasional
1. TPR (Total Physical Response)
Metode belajar TPR (Total Physical Response) adalah metode
pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah
(command), ucapan (speech) dan gerak (action). Metode belajar
TPR dimaksudkan memberikan pengalaman belajar bahasa Inggris
melalui aktivitas fisik (motor).
Indikator yang dapat diukur ialah :
a. Mendengarkan kata perintah (command)
b. Keterampilan berbicara (speaking)
c. Aktivitas gerak
2. Pengenalan Kosa Kata Bahasa Inggris Anak
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun:
- Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata,
serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca,
menulis dan berhitung.
33
G. Teknik Pengumpulan Data
a. Tes
Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada siswa untuk
mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan, baik secara tertuli,
lisan, atapun tindakan. Tes digunakan untuk mendapatkan data
tentang metode belajar bahasa Inggris yang dilakukan melalui tes
berupa instruksi/kata perintah yang diberikan kepada anak.
b. Non Tes
1. Observasi
Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data, dimana
peneliti mengamati dan mencatat secara sistematis keadaan yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
responden.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan tujuan menjadi bukti sebagai
penguat data hasil observasi. Dokumentasi dapat berupa gambar,
video, arsip/dokumen pada saat proses kegiatan yang dilakukan
anak-anak pada saat observasi awal dan observasi akhir.
34
H. Analisis Uji Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data atau informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Dalam penelitian
persyaratan yang digunakan sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa yang
semestinya diukur, derajat ketepatan mengukurnya benar (Russefendi
dalam Wibawa dkk (2016: 3.41). Peneliti menggunakan uji validitas
isi (Content Validity). Validitas isi dilakukan oleh ahli untuk
mengukur apakah suatu instrumen dikatakan valid atau tidak.
Lembar instrumen yang digunakan untuk mengamati dan mencatat
hasil pengamatan secara langsung yaitu dengan memberikan tanda
checklist apabila kriteria yang diamati tersebut muncul.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas dilakukan untuk melihat sejauh mana konsistensi suatu
hasil pengukuran. Suatu alat ukur atau instrumen penelitian dapat
digunakan sebanyak dua kali dan hasilnya relatif konstan, maka alat
ukur tersebut reliable. Uji reliabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu teknik belah dua (internal consistency) dimana
suatu instrumen diuji coba sebanyak dua kali. Internal consistency
teknik belah dua dilakukan dengan cara membagi perangkat tes
menjadi dua bagian yaitu jumlah skor ganjil & genap. Berikut rumus
internal consistency atau teknik belah dua dari Spearman Brown
sebagai berikut :
35
r i=
Gambar 1. Rumus Spearman Brown(Sugiyono, 2017: 185)
I. Kisi – Kisi Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan pedoman observasi yang dijabarkan
menjadi soal, kisi-kisi, rubrik, dan instrumen penilaian. Menurut
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 instrumen yang digunakan dalam
penilaian di PAUD adalah penilaian pada proses untuk mengumpulkan
dan mengkaji berbagai informasi secara sistematis, terukur, berkelanjutan,
serta menyeluruh tentang pertumbuhan dan perkembangan yang telah
dicapai oleh anak selama kurun waktu tertentu.
Tabel 1. Bentuk-Bentuk SoalSoal Kosa Kata
1. Anak melakukan “action” dari kata1. Close the door, please2. Open the door, please3. Sit down please4. Stand up please5. Take a pencil6. Take a book7. Take a bag8. Take a drink9. Open your book10. Open your bag11. Touch your Head12. Touch your Eyes13. Touch your Eyebrow14. Touch your Nose15. Touch your Mouth16. Touch your Tooth17. Touch your Chin18. Touch your Hand19. Touch your Finger20. Touch your Foot
36
Tabel 2. Kisi - Kisi Metode belajar TPR (X)Aspek Indikator
Mendengar Anak menjawab pertanyaan guru
Mengucap Anak mengulang kata yang diucapkan guru
Bergerak- Anak meniru gerakan yang dicontohkan- Ketepatan kata dengan gerak
Tabel 3. Rubrik Penilaian Metode Belajar TPR (X)Variabel Indikator Skor
Anakmenjawabpertanyaanguru
Anak menjawab pertanyaan dari guru sebanyak1-3 pertanyaan dengan benar 1
Anak menjawab pertanyaan dari guru sebanyak4-7 pertanyaan dengan benar 2
Anak menjawab pertanyaan dari guru sebanyak8-11 pertanyaan dengan benar 3
Anak menjawab pertanyaan dari guru sebanyak12-15 pertanyaan dengan benar 4
Anakmengulangkata yangdiucapkanguru
Anak mengulang kata yang diucapkan gurusebanyak 1-3 kata dengan benar 1
Anak mengulang kata yang diucapkan gurusebanyak 4-7 kata dengan benar 2
Anak mengulang kata yang diucapkan gurusebanyak 8-11 kata dengan benar 3
Anak mengulang kata yang diucapkan gurusebanyak 12-15 kata dengan benar 4
Anak menirugerakan yangdicontohkan
Anak meniru 1-3 dari gerakan yang dicontohkan 1Anak meniru 4-7 dari gerakan yang dicontohkan 2Anak meniru 8-11 dari gerakan yang dicontohkan 3Anak meniru 12-15 dari gerakan yangdicontohkan 4
Ketepatankata dengangerak
Ketepatan kata dengan gerak sebanyak1-5 dilakukan secara tepat
1
Ketepatan kata dengan gerak sebanyak6-10 dilakukan secara tepat
2
Ketepatan kata dengan gerak sebanyak11-15 dilakukan secara tepat
3
Ketepatan kata dengan gerak sebanyak16-20 dilakukan secara tepat
4
37
Tabel sebelumnya terdiri dari 4 pernyataan dengan empat alternatif
pilihan jawaban setiap pernyataan/indikator, yang mana pernyataan pada
setiap indikator yang muncul pada anak dapat dihitung, yang diadaptasi
dari Abdulah S (2016: 139-140) berikut dijabarkan :
Tabel 4. Intrumen Penilaian Metode Belajar TPR (X)Alternatif Pilihan Pernyataan
4 Berkembang Sangat Baik (BSB)3 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)2 Mulai Berkembang (MB)1 Belum Berkembang (BB)
Keterangan :
Berkembang Sangat Baik (BSB) :Jika anak mencapai 4 aspek indikatorBerkembang Sesuai Harapan (BSH) :Jika anak mencapai 3 aspek indikatorMulai Berkembang (MB) :Jika anak mencapai 2 aspek indikatorBelum Berkembang (BB) :Jika anak mencapai 1 aspek indikator
J. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis
penelitian. Untuk memberikan data secara singkat maka perlu menentukan
interval. Rumus untuk mencari interval adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Rumus Interval(Hadi, 2006: 178)
Keterangan :i = intervalNT = Nilai TertinggiNR = Nilai TerendahK = Kategori
i = ( NT – NR )K
38
Penentuan tingkat persentasi digunakan rumus sebagai berikut:
Gambar 3. Rumus Presentasi(Arikunto 2006:184)
Keterangan :
P = Besarnya presentasiF = Jumlah skor yang diperoleh diseluruh itemN = Jumlah berkalian seluruh item dengan responden
Adapun kriteria kategori penilaian yang digunakan untuk hasil analisis data
sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh dari penelitian pada variabel digolongkan menjadi 4
kategori. Kategori tentukan berdasarkan variabel X atau metode TPR
diukur berdasarkan aktivitas. Berikut 4 kategori yaitu, Berkembang Sangat
Baik (BSB), Berkembang Sesuai Harapan (BSH), Mulai Berkembang
(MB), dan Belum Berkembang (BB).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:
1. Penerapan metode belajar TPR (Total Physical Response) dalam
pengenalan kosa kata bahasa Inggris Anak Usia 5-6 tahun di Sekolah
Pelangi Alexandria Bandar Lampung sebanyak 5 anak atau 45,45%
masuk kategori BSB (Berkembang Sangat Baik) dan 6 anak atau
54,54% masuk kategori BSH (Berkembang Sesuai Harapan).
2. Implementasi pembelajaran menggunakan metode belajar TPR (Total
Phsical Response) sudah dilaksanakan sesuai dengan konsep dari
metode belajar TPR (Total Physical Response) yaitu command, speak
dan action yang terlaksana pada proses pembelajaran.
3. Berdasarkan akumulasi hasil tes 20 kata perintah yang diberikan
kepada 11 anak, dijabarkan sebagai berikut: Arsen berhasil melakukan
instruksi sebanyak 15 instruksi dengan persentase 75%, Shakeela
sebanyak 20 instruksi dengan persentase 100%, Kaluna berhasil
melakukan instruksi sebanyak 20 instruksi dengan persentase 100%,
Dito berhasil melakukan instruksi sebanyak 18 instruksi dengan
persentase 90%, Hana berhasil melakukan instruksi sebanyak 18
instruksi dengan persentase 90%, Faris berhasil melakukan instruksi
sebanyak 13 instruksi dengan persentase 65%, Nafis berhasil
73
melakukan instruksi sebanyak 13 instruksi dengan persentase 65%,
Oemar berhasil melakukan instruksi sebanyak 17 instruksi dengan
persentase 85%, Sultan berhasil melakukan instruksi sebanyak 17
instruksi dengan persentase 85%, Rafshan berhasil melakukan
instruksi sebanyak 12 instruksi dengan persentase 60%, Rakha berhasil
melakukan instruksi sebanyak 13 instruksi dengan persentase 65%,
instruksi. Jadi rata-rata nilai yang diperoleh adalah 80%. Berdasarkan
nilai persentase tersebut maka dikategorikan berhasil karena anak
memahami makna dari kata perintah yang diberikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode belajar TPR (Total
Physical Response) dikategorikan metode yang tepat untuk mengenalkan kosa
kata bahasa Inggris kepada anak usia 5-6 tahun di Sekolah Pelangi Alexandria
Bandar Lampung.
74
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan sebelumnya, maka
penulis mengemukakan saran dalam mengenalkan bahasa Inggris bagi
anak usia 5-6 tahun sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Guru sebaiknya memberikan pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan sehingga anak terlibat aktif dalam proses pembelajaran
untuk mengembangkan semua aspek perkembangan yang dimilikinya
terutama perkembangan bahasa baik bahasa Indonesia maupun bahasa
Inggris.
2. Bagi Sekolah
Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan fasilitas untuk segala
macam kegiatan belajar agar terciptanya kualitas pembelajaran yang
maksimal.
3. Peneliti Lain
Bagi peneliti lain diharapkan hasil penelitian ini menjadi referensi dan
masukan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam pada topik
bahasa Inggris anak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah S. Ridwan. 2016. Penilaian Autentik. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Kuantitatif. Jakarta:Rineka Cipta.
Asmin, A Irhani. 2016. Pengenalan Dan Peningkatan Minat Anak UsiaDini Untuk Mempelajari Bahasa Inggris. Jurnal Pendidikan.Tersedia:https://journal.uncp.ac.id/index.php/proceding/article/view/387/347
Dhieni, Nurbiana dkk. 2011. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:Universitas Terbuka.
Fachrurrozi, Aziz dkk. 2016. Pembelajaran Bahasa Asing Tradisional danKontemporer. Jakarta: Raja Grafindo.
Hadi, Sutrisno. 2006. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Haenilah, Een Y. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran PAUD. Yogyakarta:Media Akademi.
Khairani, A.I. 2012. Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak Usia Dini.Jurnal Pendidikan. Tersedia :http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-23390-ade%20irma%20khairani.pdf/
Mandasari, Naimah. 2016. Penerapan Metode Totally Physical Response(TPR) pada Pembelajaran Bahasa Arab. Institut Agama IslamNegeri Antasari Banjarmasin.
Nurjanah, Rosita. 2016. Penggunaan Metode Total Physical Response(TPR) Untuk Meningkatkan Vocabulary Bahasa Inggris.Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Oktaviyani, Ade. 2015. Evaluasi Program Pembelajaran Bahasa InggrisKelas English For Children di English Smart Bandar Jaya. JurnalPendidikan. Universitas Lampung, Bandar Lampung. Tersedia:http://digilib.unila.ac.id/12429/124/BAB%20II.pdf
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak UsiaDini
Ramadani, Aulia. 2014. Keefektifan Metode Total Physical Responsedalam Pembelajaran Keterampilan Menyimak Bahasa Jerman.Universitas Negeri Yogyakarta.
Romadhoni, Sarif. 2014. Efektivitas Penerapan Metode Brainstormingterhadap Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Ekonomi SiswaKelas X SMK YPKK 3 Sleman. Skripsi dalam Pendidikan.Tersedia:eprints.uny.ac.id/16057/1/SKRIPSI%20FULL 09404241049
Sariyati, Ice. 2013. The Effectiveness Of TPR (Total Physical Response)Method In English Vocabulary Mastery Of Elemtary School. Jurnalof Linguistics. Vol: 3. No: 1. Hal: 51-52. Tersedia:https://ejournal.undip.ac.id/index.php/parole/article/view/4458
Sariyati, Ice. 2017. Efektivitas Penggunaan Metode Total PhysicalResponse dalam Meningkatkan Penguasaan Vocabulary BahasaInggris pada Siswa Sekolah Dasar. Journal of Linguistics. Vol: 11.Hal: 42-47. Tersedia:http://journal.uniga.ac.id/index.php/JP/article/download/27/27
Setiyadi, Bambang. 2006. Teaching English As A Foreign Language .Jakarta: Graha Ilmu.
Soedjito. 2009. Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.
Suciati, dkk. 2016. Integrasi Teori Dan Praktik Pembelajaran. TangerangSelatan: Universitas Terbuka.
Suciati, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: UniverstasTerbuka.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sujiono, N Yuliani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: PT Indeks.
Tarigan. 1989. Metodologi Pengajaran Bahasa (Suatu PenelitianKepustakaan). Jurnal Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Tersedia:www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/paud/article/download/8572/6331
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Sistem PendidikanNasional.
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak.
Wassid, I. 2009. Strategi Pembelajaran Membaca. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Wibawa, Basuki dkk. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. TangerangSelatan: Universitas Terbuka.
Zaman, Badru dkk. 2012. Media dan Sumber Belajar TK. TangerangSelatan: Universitas Terbuka.