Impaired Physical Mobility

24
PLANNING 1. Impaired Physical Mobility Definisi keterbatasan dalam hal kemandirian, bertujuan untuk pergerakan fisik tubuh dari salah satu atau lebih ekstremitas. Batasan karakteristik a. Keterbatasan kemampuan dalm melakukan keteraancmpilan motorik yang baik b. Keterbatasan jangkauan gerak Factor yang berhubungan a. Activity intolerance b. Kontraktur c. Penurunan control otot d. Penurunan kekuatan otot e. Penurunan tingkat suasana hati f. Kekakuan sendi g. Malnutrisi h. Kerusakan muscoloskeetal i. Kerusakan neuromuscular j. Nyeri k. Sedentary life style (duduk terus-menerus; posisi yang tetap) Outcome a. Ambulation pasien mampu berpindah dari satu tempat ke tempat lain. b. Body mechanic performance

description

Nursing Diagnose

Transcript of Impaired Physical Mobility

Page 1: Impaired Physical Mobility

PLANNING

1. Impaired Physical Mobility

Definisi

keterbatasan dalam hal kemandirian, bertujuan untuk pergerakan fisik tubuh dari

salah satu atau lebih ekstremitas.

Batasan karakteristik

a. Keterbatasan kemampuan dalm melakukan keteraancmpilan motorik yang baik

b. Keterbatasan jangkauan gerak

Factor yang berhubungan

a. Activity intolerance

b. Kontraktur

c. Penurunan control otot

d. Penurunan kekuatan otot

e. Penurunan tingkat suasana hati

f. Kekakuan sendi

g. Malnutrisi

h. Kerusakan muscoloskeetal

i. Kerusakan neuromuscular

j. Nyeri

k. Sedentary life style (duduk terus-menerus; posisi yang tetap)

Outcome

a. Ambulation

pasien mampu berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

b. Body mechanic performance

pasien mampu membentuk keselarasan tubuh untuk mencegah terjadinya

ketegangan dan kekakuan pada otot.

c. Coordinated movement

pasien mampu melakukan gerakan keterampilan motoric yang baik dengan

terkoordinasi.

Intervensi

a. Exercise therapy : ambulation

- Beri dorongan pasien untuk duduk di tempat tidur atau kursi sesuai toleransi

Page 2: Impaired Physical Mobility

- Bantu klien untuk duduk di tepi tempat tidur

- Konsultasi dengan physical therapist tentang rencana ambulasi

b. Body mechanics promotion

- Bantu klien untuk melakukan posisi tidur yang tepat

- Beri pengertian kepada klien agar tidak duduk dengan posisi yang sama untuk

waktu yang lama

Implementasi

a. Exercise therapy : ambulation

- Mendorong pasien untuk duduk di tempat tidur atau kursi sesuai toleransi

- Membantu klien untuk duduk di tepi tempat tidur

- Berkonsultasi dengan physical therapist tentang rencana ambulasi

b. Body mechanics promotion

- Membantu klien untuk melakukan posisi tidur yang tepat

- Memberi pengertian kepada klien agar tidak duduk dengan posisi yang sama

untuk waktu yang lama

2. Activity Intolerance

Definisi

ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk bertahan atau menyelesaikan

kegiatan sehari-hari yang diperlukan atau diinginkan.

Batasan karakteristik

Keluhan atas kelemahan

Faktor yang berhubungan

a. Bed rest

b. Kelemahan

c. Imobilisasi

d. Sedentary life style

Outcome

a. Discomfort level

tingkat ketidaknyamanan pada diri pasien akibat dari ketidakcukupan energi

secara fisik atau psikologis dapat berkurang.

b. Self care status

Page 3: Impaired Physical Mobility

mampu untuk melakukan hampir semua kegiatan dasar fisik dan perawatan diri

secara personal dengan atau tanpa bantuan.

Intervensi

a. Bed Rest Care: Promosi kenyamanan dan keamanan dan mencegah komplikasi

bagi pasien yang tidak dapat bangun dari tempat tidur.

- jaga seprei/linen tetap bersih dan mulus.

- pakai tempat tidur yang memiliki siderails.

- monitor kondisi kulit pasien

- ganti posisi pasien imobilisasi tiap 2 jam.

- monitor konstipasi

- monitor fungsi urinary

b. Self care assistance

- monitor self-care apa saja yang bisa dilakukan pasien secara mandiri

- susun jadwal aktivitas self care

c. Energy management

- ajarkan serta mengatur aktivitas dan manajemen waktu untuk mencegah

kelelahan

- bantu klien untuk duduk di sisi tempat tidurdan transferring jika kondisi

memungkinkan

Implementasi

a. Bed Rest Care: Promosi kenyamanan dan keamanan dan mencegah komplikasi

bagi pasien yang tidak dapat bangun dari tempat tidur.

- Menjaga seprei/linen tetap bersih dan mulus.

- Memakai tempat tidur yang memiliki siderails.

- Memonitor kondisi kulit pasien

- Mengganti posisi pasien imobilisasi tiap 2 jam.

- Memonitor konstipasi

- Memonitor fungsi urinary

b. Self care assistance

- Memonitor self-care apa saja yang bisa dilakukan pasien secara mandiri

- Menyusun jadwal aktivitas self care

c. Energy management

Page 4: Impaired Physical Mobility

- Mengajarkan serta mengatur aktivitas dan manajemen waktu untuk

mencegah kelelahan

- Membantu klien untuk duduk di sisi tempat tidurdan transferring jika kondisi

memungkinkan

3. Impaired Skin Integrity

Definisi

Perubahan epidermis dan/atau dermis

Batasan karakteristik

a. Keusakan lapisan kulit

b. Gangguan pada permukaan kulit

Factor yang berhubungan

a. Imobilisasi fisik

b. Kelembaban

c. Extremes of age

Outcome

Tissue integrity : skin and mucous membranes

kemerahan pada scapula dan ulcers pada daerah sacrum serta trochanter akibat

imobilisasi berkurang, serta mengurangi resiko terjadinya decubitus.

Intervensi

Pressure management

- lakukan positioning kepada klien minimal dua jam sekali secara teratur

- pakaikan pakaian yang halus dan nyaman

- tempatkan pada matras terapeutik

- monitor kemerahan dan luka pada tubuh pasien

- berikan back rub atau neck rub

Implementasi

Pressure management

- Melakukan positioning kepada klien minimal dua jam sekali secara teratur

- Memakai pakaian yang halus dan nyaman

- Menempatkan pada matras terapeutik

- Memonitor kemerahan dan luka pada tubuh pasien

Page 5: Impaired Physical Mobility

- memberikan back rub atau neck rub

4. Imbalance Nutrition : Less Than Body Requirements

Definisi

Intake nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic

Batasan karakteristik

a. Kehilangan berat badan

b. Merasakan ketidakmampuan untuk mencerna makanan

c. Kelemahan otot untuk mengunyah

d. Kelemahan otot untuk menelan

Faktor yang berhubungan

a. Faktor biological

b. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan

Outcome

a. Gastrointestinal

gastroitestinal pasien perlahan mulai membaik sehingga memudahkan pasien

dalam memasukkan makanan ke dalam tubuh.

b. Nutritional status

tingkat status nutrisi pasien membaik,ditandai dengan kembali normalnya berat

badan pasien dan pasien dapat memasukkan makanan dengan normal.

c. Weight body

berat badan pasien berangsur-angsur naik dan kembali normal.

d. Knowledge : weight management

pasien mengetahui dan memahami bagaimana cara mengatur agar mendapat

mempertahankan berat badan dalam keadaan normal.

Intervensi

a. Terapi menelan

- tentukan kemampuan pasien untuk fokus pada belajar makan dan menelan.

- jelaskan pada pasien dan keluarga tentang daerah menelan dengan rasional.

- kolaborasi dengan speech therapist untuk menginstruksikan pada keluarga

pasien tentang latihan menelan.

- instruksikan pada pasien untuk tidak berbicara selama makan.

Page 6: Impaired Physical Mobility

- monitor tanda-tanda keletihan selama makan, minum, dan menelan.

- instruksikan pada pasien atau caregiver pada kebutuhan nutrisi dan modifikasi

diet yang dilakukan dengan berkolaborasi dengan ahli gizi.

b. Nutrition therapy

- kolaborasi dengan ahli gizi untuk menghitung kalori, nutrisi yang dibutuhkan

untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan klien

- pastikan bahwa diet klien mengandung tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

- bantu klien keposisi duduk saat akan makan

- berikan makanan yang semi lunak kepada pasien

Implementasi

a. Terapi menelan

- Menentukan kemampuan pasien untuk fokus pada belajar makan dan

menelan.

- Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang daerah menelan dengan

rasional.

- Berkolaborasi dengan speech therapist untuk menginstruksikan pada keluarga

pasien tentang latihan menelan.

- Menginstruksikan pada pasien untuk tidak berbicara selama makan.

- Memonitor tanda-tanda keletihan selama makan, minum, dan menelan.

- Menginstruksikan pada pasien atau caregiver pada kebutuhan nutrisi dan

modifikasi diet yang dilakukan dengan berkolaborasi dengan ahli gizi.

b. Nutrition therapy

- Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menghitung kalori, nutrisi yang

dibutuhkan untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan klien

- Memastikan bahwa diet klien mengandung tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

- Membantu klien keposisi duduk saat akan makan

- Memberikan makanan yang semi lunak kepada pasien

5. Urge urinary incontinence

Definisi

Page 7: Impaired Physical Mobility

Involuntary passage of urine occurring soon after a strong sense or urgency to void

Batasan karakteristik

Melaporkan ketidakmampuan untuk ke toilet pada waktunya

Faktor yang berhubungan

a. Atrophic urethritis

b. Fecal impaction

Outcome

a. Self care toileting

pasien mampu merawat dirinya terkait dengan toileting, atau melaporkan kepada

orang lain ingin pergi ke toilet.

b. Responds to full bladder in timely manner

c. Symptom control

pasien mampu mengontrol gejala-gejala untuk buang air kecil.

d. Urinary incontinence

pasien mampu buang air kecil dengan terkontrol baik mandiri maupun dengan

bantuan orang lain.

Intervensi

Urinary incontinence care

- diskusikan prosedur dan outcome yang ingin dicapai dengan klien

- monitor pengeluaran urin (frekuensi, konsisten, bau, volume, dan warna)

Implementasi

Urinary incontinence care

- Mendiskusikan prosedur dan outcome yang ingin dicapai dengan klien

- Memonitor pengeluaran urin (frekuensi, konsisten, bau, volume, dan warna)

6. Constipation

Definisi

Penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau

pengeluaran tidak lengkap feses dan/atau pengeluaran feses yang keras dan kering.

Batasan karakteristik

a. Atypical presentation in older adults

b. Perubahan pola usus

Definisi yg masih pake b.ing entar aku liatin di NANDA indo dulu.. Takutnya kalo aku translated jd

ambigu ^^

Definisi yg masih pake b.ing entar aku liatin di NANDA indo dulu.. Takutnya kalo aku translated jd

ambigu ^^

Page 8: Impaired Physical Mobility

Faktor yang berhubungan

a. Kelemahan otot abdomen

b. Inadequate toileting

c. Kurangnya aktifitas fisik

d. Depresi

e. Emotional stress

f. Kebiasaan makan yang buruk

Outcome

a. Bowel elimination

tidak terjadi konstipasi, sehingga defeksi pasien normal kembali.

b. Gastrointestinal function

gastrointestinal pasien dalam hal defekasi kembali normal dengan adanya

mobilisasi yang telah dilakukan, sehingga siklus defekasi pasien kembali normal.

Intervensi

a. Manajemen Bowel

- catat tanggal terakhir melakukan eliminasi

- monitor aktivitas bowel termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume, dan

warna.

- monitor tanda dan gejala diare,konstipasi, atau impaksi.

- evaluasi inkontinensia feses jika dibutuhkan.

b. Manajemen konstipasi

- monitor gejala konstipasi

- monitor pergerakan bowel (frekuensi, konsisten, bau, volume, dan warna)

Implementasi

a. Manajemen Bowel

- Mancatat tanggal terakhir melakukan eliminasi

- Memonitor aktivitas bowel termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume,

dan warna.

- Memonitor tanda dan gejala diare,konstipasi, atau impaksi.

- Mengevaluasi inkontinensia feses jika dibutuhkan.

b. Manajemen konstipasi

- Memonitor gejala konstipasi

Page 9: Impaired Physical Mobility

- Memonitor pergerakan bowel (frekuensi, konsisten, bau, volume, dan

warna)

7. Powerlessness

Definisi

The lived experience of lack of control over a situation, including a perception that

one’s actions do not significantly affect an outcome

Batasan karakteristik

a. Bergantung pada orang lain

b. Depresi akibat kemunduran fisik

c. Mengeluhkan frustasi akibat ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas

Faktor yang berhubungan

Penyakit yang berhubungan dengan regimen

Outcome

a. Stress level

tingkat stress pasien mulai berkurang dan pasien mulai membuka diri untuk

menerima keadaan serta berusaha untuk dapat memanajemen diri sendiri

sehingga ketergantunggan pada orang lain berkurang.

b. Depression level

emosi pada diri pasien mulai menurun dan pasien merasa kembali bersemangat

dalam kesehariannya.

Intervensi

Hope inspiration

- buat lingkungan yang mendukung aktivitas religious klien

- bantu klien mengembangkan spiritualitas diri

- libatkan klien secara aktif dalam perawatan dirinya sendiri

Implementasi

Hope inspiration

- Membuat lingkungan yang mendukung aktivitas religious klien

- Membantu klien mengembangkan spiritualitas diri

- Melibatkan klien secara aktif dalam perawatan dirinya sendiri

Page 10: Impaired Physical Mobility

PLANNING YANG DILAKSANAKAN

NO DIAGNOSIS OUTCOME INTERVENSI

1 Impaired Physical

Mobility

a. Ambulation

pasien mampu berpindah

dari satu tempat ke

tempat lain.

b. Body mechanic

performance

pasien mampu

membentuk keselarasan

tubuh untuk mencegah

terjadinya ketegangan

dan kekakuan pada otot.

c. Coordinated movement

pasien mampu melakukan

gerakan keterampilan

motoric yang baik dengan

terkoordinasi.

a. Exercise therapy :

ambulation

- Beri dorongan pasien

untuk duduk di

tempat tidur atau

kursi sesuai toleransi

- Bantu klien untuk

duduk di tepi tempat

tidur

- Konsultasi dengan

physical therapist

tentang rencana

ambulasi

b. Body mechanics

promotion

- Bantu klien untuk

melakukan posisi

tidur yang tepat

- Beri pengertian

kepada klien agar

tidak duduk dengan

posisi yang sama

untuk waktu yang

lama

2 Activity Intolerance a. Discomfort level

tingkat ketidaknyamanan

pada diri pasien akibat

dari etidakcukupan ebergi

a. Bed Rest Care: Promosi

kenyamanan dan

keamanan dan mencegah

komplikasi bagi pasien

Page 11: Impaired Physical Mobility

secara fisik atau psikologis

dapat berkurang.

b. Self care status

mampu untuk melakukan

hampir semua kegiatan

dasar fisik dan perawatan

diri secara personal

dengan atau tanpa

bantuan.

yang tidak dapat bangun

dari tempat tidur.

- jaga seprei/linen

tetap bersih dan

mulus.

- pakai tempat tidur

yang memiliki

siderails.

- monitor kondisi kulit

pasien

- ganti posisi pasien

imobilisasi tiap 2 jam.

- monitor konstipasi

- monitor fungsi

urinary

b. Self care assistance

- monitor self-care apa

saja yang bisa

dilakukan pasien

secara mandiri

- susun jadwal aktivitas

self care

c. Energy management

- ajarkan serta

mengatur aktivitas

dan manajemen

waktu untuk

mencegah kelelahan

- bantu klien untuk

duduk di sisi tempat

tidurdan transferring

jika kondisi

Page 12: Impaired Physical Mobility

memungkinkan

3 Imbalance

Nutrition : Less Than

Body Requirement

a. Gastrointestinal

gastroitestinal pasien

perlahan mulai membaik

sehingga memudahkan

pasien dalam

memasukkan makanan ke

dalam tubuh.

b. Nutritional status

tingkat status nutrisi

pasien membaik,ditandai

dengan kembali

normalnya berat badan

pasien dan pasien dapat

memasukkan makanan

dengan normal.

c. Weight body

berat badan pasien

berangsur-angsur naik

dan kembali normal.

d. Knowledge : weight

management

pasien mengetahui dan

memahami bagaimana

cara mengatur agar

mendapat

mempertahankan berat

badan dalam keadaan

normal.

a. Terapi menelan

- tentukan kemampuan

pasien untuk fokus pada

belajar makan dan

menelan.

- jelaskan pada pasien dan

keluarga tentang daerah

menelan dengan rasional.

- kolaborasi dengan speech

therapist untuk

menginstruksikan pada

keluarga pasien tentang

latihan menelan.

- instruksikan pada pasien

untuk tidak berbicara

selama makan.

- monitor tanda-tanda

keletihan selama makan,

minum, dan menelan.

- instruksikan pada pasien

atau caregiver pada

kebutuhan nutrisi dan

modifikasi diet yang

dilakukan dengan

berkolaborasi dengan ahli

gizi.

b. Nutrition therapy

- kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menghitung kalori,

nutrisi yang dibutuhkan

Page 13: Impaired Physical Mobility

untuk memenuhi nutrisi

yang dibutuhkan klien

- pastikan bahwa diet klien

mengandung tinggi serat

untuk mencegah

konstipasi

- bantu klien keposisi

duduk saat akan makan

- berikan makanan yang

semi lunak kepada pasien

4 Powerlessness a. Stress level

tingkat stress pasien mulai

berkurang dan pasien

mulai membuka diri untuk

menerima keadaan serta

berusaha untuk dapat

memanajemen diri sendiri

sehingga ketergantunggan

pada orang lain

berkurang.

b. Depression level

emosi pada diri pasien

mulai menurun dan

pasien merasa kembali

bersemangat dalam

kesehariannya.

Hope inspiration

- buat lingkungan yang

mendukung aktivitas

religious klien

- bantu klien

mengembangkan

spiritualitas diri

- libatkan klien secara aktif

dalam perawatan dirinya

sendiri

PEMBAHASAN

Berdasarkan data pengkajian kasus Mr.J diketahui bahwa ia mengalami multiple

sclerosis yaitu degenerasi saraf-saraf system saraf pusat. Akibat degenerasi saraf tersebut,

myelin menghilang sehingga pengiriman impuls jadi berjalan lambat. Akhirnya saraf menjadi

Kalau ada yg salah silahkan dikoreksi, kalau ada yg mau

nambahin, sangat dipersilahkan ^^,

Kalau ada yg salah silahkan dikoreksi, kalau ada yg mau

nambahin, sangat dipersilahkan ^^,

Page 14: Impaired Physical Mobility

terganggu dan mengakibatkan gangguan penglihatan, berbicara, berjalan, menulis, serta

mempengaruhi ingatan yang berhubungan dengan intelektual. (totalkesehatananda.com)

Pada kasus Mr.J sendiri dikatakan ia mengalami kelumpuhan pada lengan dan kaki,

gangguan penglihatan, kesulitan dalam mengunyah dan menelan, menjadi emosional, serta

lebih mudah depresi. Karena kelumpuhannya tersebut, ia mengalami imobilisasi yaitu suatu

keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerak fisik, yang mengakibatkan otot-

ototnya mengalami kelemahan. Kelemahan otot pada kasus Mr.J ini berakibat pada tidak

terkontrolnya system urinary serta kerja usus yang mengindikasikan ia rawan mengalami

konstipasi. Kurangnya mobilisasi pada Mr.J ini juga beresiko menyebabkan decubitus.

Oleh karena itu kami memilih diagnose “Impaired Physical Mobility” untuk

ditegakkan paling pertama. Selain alasan diatas, pemilihan diagnose ini juga didukung

dengan ditemukan kemerahan pada scapula dan ulcers pada daerah sacrum serta trochanter

ketika perawat melakukan pengkajian pada Mr.J.

Untuk intervensinya, kami memilih melakukan “exercise therapy : ambulation”

terlebih dahulu agar Mr.J tidak mengalami kerusakan permukaan kulit lebih parah akibat

penekanan karena kurangnya mobilisasi. Untuk mencegah terjadinya decubitus yang

semakin parah, dapat dilakukan dengan cara membersihkan kulit ketika kotor pada interval

waktu tertentu. Selain itu perlu dilakukan peminimalan gaya gesek dengan pemberian posisi

yang sesuai serta teknik memindahkan dan bergerak yang benar (Carpenito, 2002).

Setiap posisi, baik yang benar atau tidak dapat merusak apabila dipertahankann

dalam waktu lama. Maka dari itu perlu dilakukan perubahan posisi yang sering untuk

mencegah ketidaknyamanan otot, tekanan yang tidak semestinya yang berakibat pada

dekubitus, kerusakan saraf superficial, dan pembuluh darah, serta kontraktur. Perubahan

posisi juga mempertahankan tonus otot dan menstimulasi reflex postural.

Karena klien tidak mampu nergerak secara mandiri, maka cara terbaik adalah dengan

bantuan dua atau tiga orang (kalau perlu perawat) untuk menggerakkan atau mengubah

posisi. Bantuan yang tepat dapat menurunkan risiko ketegangan otot dan cedera tubuh pada

pasien maupun orang yang membantu.

Saat mengatur posisi klien di atas tempat tidur, perawat dapat melakukan bayak hal

untuk memastikan kesejajaran tubuh yang tepat dan meningkatkan kenyamanan serta

keamanan pasien. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:

Page 15: Impaired Physical Mobility

a. pastikan kasur keras dan datar, namun memiliki pegas yang ukup sehingga dapat

menyangga lengkung tubuh alami.

b. Pastikan tempat tidur tetap bersih dan kering. Perawat membutuhkan sedikit

energy jika terdapat sedikit gesekan antara objek yang digerakkan dengan

permukaan tempat objek tersebut. Pastikan ekstremitas dapat bergerak secara

bebas bilamana memungkinkan.

c. Hindari meletakkan salah satu bagian tubuh, terutama pada bagian tubuh yang

memiliki penonjolan tulang, tepat di atas bagian tubuh yang lain. Tekanan yang

berlebihan dapat merusak vena dan menjadi factor predisposisi terbentuknya

thrombus pada klien. Tekanan terhadap ruang popliteal dapat merusak saraf dan

pembuluh darah di daerah tersebut.

d. Buat rencana jadwal 24 jam yang sistematik untuk perubahan posisi. Perubahan

posisi yang sering sangat penting untuk mencegah dekubitus pada klien

imobilisasi. Posisi klien tersebut harus diubahhh setiap dua jam sepanjang siang

dan malam dan lebih sering bila ada resiko kerusakan kulit. Sehingga pada kasus

Mr.J ini perlu dilakukan perubahan posisi dengan frekuensi yang sering.

e. Kita juga harus mendapatkan informasi dari klien posisi mana yang sekiranya

nyaman dan tepat menurut pasien. Hal ini diperlukan karena dapat menjadi

panduan dalam mengatur kesejajaran tubuh seseorang dan merupakan aspek

yang esensial dalam mengevaluasi keefektifan intervensi kesejajaran.

Dalam menggerakkan seorang pasien kita juga harus memperhatikan kemampuan

fisik klien, kemampuan untuk memahami instruksi, derajat kenyamanan, berat badan

klien, serta kekuatan dan kemampuan kita dalam menggerakkan pasien. (Kozier,

2003 )

Setelah intervensi “exercise therapy : ambulation” kemudian melakukan intervensi

“body mechanism promotion” agar pasien termotivasi untuk belajar dan menggunakan sikap

tubuh yang benar. Hal ini perlu dilakukan agar mengurangi resiko terjadinya decubitus.

Diagnosa kedua yang perlu ditegakkan adalah “activity intolerance” dengan

intervensi “bed rest care” supaya tercipta kenyamanan serta keamanan dan mencegah

komplikasi bagi pasien yang tidak dapat melakukan mobilisasi. Intervensi kedua dari

diagnose ini adalah “self care assistance” agar bisa ditentukan apa saja kebutuhan yang

diperlukan untuk aktivitas sehari-hari.

Page 16: Impaired Physical Mobility

Dalam mengatasi adanya luka akibat tekanan pada bagian scapula dan ulcer bisa

diatasi dengan diagnose “Impaired Skin Integrity” dengan intervensi “Pressure management“

yang salah satu caranya adalah dengan melakukan “positioning” kepada klien minimal dua

jam sekali secara teratur. Diagnose ini bisa dikombinasikan dengan diagnose yang pertama.

Sehingga diagnose ini bisa ditiadakan.

Untuk masalah urinary sendiri juga sudah bisa diatasi dengan diagnose kedua

“activity intolrerance” dengan intervensi “bed rest care” yang menyebutkan adanya

monitoring fungsi urinary, sehingga diagnose “urge urinary incontinence” bisa dihilangkan

juga.

Masalah kesulitan dalam mengunyah dan menelan makanan, berakibat pada

penurunan berat badan Mr.J. Untuk mengatasinya diangkat diagnose “Imbalance Nutrition :

Less Than Body Requirements” dengan intervensi terapi menelan agar Mr.J menjadi adekuat

dalam menelan makanan, tidak hanya makanan yang lembut dan mengkonsumsi susu saja

sehingga berat badannya diharapkan bisa kembali normal.

Selain itu perlu dilakukan intervensi “nutrition therapy” dimana intervensi ini bisa ikut

andil dalam mengatasi masalah konstipasi dengan cara kita memastikan bahwa diet klien

mengandung tinggi serat. Sehingga diagnose “constipation” dapat ditiadakan.

Akibat dari perubahan emosional serta dampak dari kelumpuhan yang dialami ialah

ia menjadi lebih mudah depresi dan ketergantungan pada istrinya serta menolak ketika ada

perawat yang ingin membantu meringankan tugas istri MR.J dalam merawat Mr.J. dalam

masalah ini diperlukan adanya diagnose “powerlessness” dengan intervensi “hope

inspiration” agar Mr.J terlibat secara aktif dalam perawatan dirinya sendiri sehingga tidak

terus-menerus bergantung kepada istrinya dalam melakukan semua aktivitas sehari-hari

yang seharusnya bisa diusahakan oleh Mr.J secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. 2012. NANDA International Nursing Diagnoses : Definitions & Classification,

2012 – 2014. Oxford : Wiley-Blackwell.

Page 17: Impaired Physical Mobility

Bulechek, G.M., H.K. Bucher, and J.M. Dochterman. 2008. Nursing Interventions and

Classification (NIC) 5th editon. USA : Mosby Elsevier.

Moorhead,.S., M. Johnson, Meridean L.Mass, and Elizabeth Swanson. 2008. Nursing

Outcomes Classifications (NOC) 4 th edition. USA : Mosby Elsevier.

Carpenito, J.L. 2002. Diagnostik Keperawatan Aplikasi Praktik Klinis. Jakarta : EGC.

Berman , Audrey, Shirlee J. Snyder, Barbara Kozier & Glenora Erb. 2003. Buku Ajar Praktik

keperawatan Klinis. Jakarta : EGC.

www.totalkesehatananda.com

Chlara, buat PPTnya cukup kamu copy tabelnya aja.. Pembahasan ga usah.. Implementasi bisa kamu copy dari atasnya..

Untuk diagnose cukup kamu masukin judulnya aja.. setelah itu dari 4 diagnosa yg diangkat baru kamu kasih di slide berikiutnya ditambah sama definisi, batasan karakteristik, factor yang berhubungan.. Kalo perlu ga usah dikasih, entar biar yang presentasi jelasin sendiri…