Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

30
PENERAP STAD DENGA ADANYA MISK PADA POKOK FAKULTAS MATEM UNIVE PROPOSAL SKRIPSI PAN PEMBELAJARAN KOOPER AN MEDIA VCD UNTUK ME KONSEPSI FISIKA SISWA KEL BAHASAN PERPINDAHAN KALO Oleh Ikmalul Hakim 4201406500 JURUSAN FISIKA MATIKA DAN ILMU PENGETAHU ERSITAS NEGERI SEMARANG 2010 RATIF TIPE ENGETAHUI LAS X SMA OR. UAN ALAM

Transcript of Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

Page 1: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

PENERAPAN PEMBELAJAR

STAD DENGAN MEDIA VCD UNT

ADANYA MISKONSEPSI F

PADA POKOK BAHASAN P

FAKULTAS MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PROPOSAL SKRIPSI

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

DENGAN MEDIA VCD UNTUK MENGETAHUI

ADANYA MISKONSEPSI FISIKA SISWA KELAS X

PADA POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR.

Oleh

Ikmalul Hakim

4201406500

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2010

AN KOOPERATIF TIPE

UK MENGETAHUI

ISIKA SISWA KELAS X SMA

ERPINDAHAN KALOR.

DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Page 2: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

1

LEMBAR PENGESAHAN

Proposal yang berjudul " PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD DENGAN MEDIA VCD UNTUK MENGETAHUI ADANYA

MISKONSEPSI FISIKA SISWA KELAS X SMA PADA POKOK

BAHASAN PERPINDAHAN KALOR “ telah disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Semarang, Februari 2010

Yang Mengajukan

Ikmalul Hakim

NIM 4201406500

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Mosik, M.S Drs. Sri Hendratto, M.Pd

NIP. 19580724 198303 1 001 NIP. 19470810 197302 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Fisika

Dr. Putut Marwoto, M.Si

NIP 19630821 198803 1 004

Page 3: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

2

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PROPOSAL SKRIPSI

Nama = Ikmalul Hakim

NIM = 4201406500

Prodi. = Pendidikan Fisika

I. JUDUL

PENERAPANPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DENGAN MEDIA VCD UNTUK MENGETAHUI ADANYA

MISKONSEPSI FISIKA SISWA KELAS X SMA PADA POKOK

BAHASAN PERPINDAHAN KALOR.

II. LATAR BELAKANG

Fisika adalah bidang studi yang dianggap sulit, tetapi apa sumber

kesulitan didalam belajar fisika jarang diselidiki. Sering dikatakan bahwa

Fisika sulit karena penggunaan Matematika didalamnya, atau siswa tidak

dapat menghitung, atau Fisika tidak menarik. Penelitian dari dua

kadalwuarsa dan sejarah Fisika memperlihatkan bahwa salah satu sumber

kesulitan utama adalah terjadinya miskonsepsi.

Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa kesalahan

pemahaman siswa terhadap suatu konsep fisika adalah sesuatu yang wajar

dan dapat dianggap sebagai kurang berhasilnya proses belajar mengajar.

Sehingga tidak perlu menindaklanjuti hal tersebut. Akan tetapi jika dikaji

lebih jauh permasalahan pendidikan yang mendasar yang berkaitan dengan

salah pemahaman konsep. Satu hal yang perlu dicatat ialah kesalahan

pemahaman konsep oleh siswa ini akan secara konsisten akan

mempengaruhi efektivitas proses belajar selanjutnya daari siswa yang

bersangkutan. Pemahaman yang salah atau yang berbeda dari pemahaman

Page 4: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

3

para ahli tidak mudah untuk dilupakan dan diganti dengan pemahaman

baru dan benar dari kacamata masyarakat ilmiah.

Penelitian tentang miskonsepsi dilakukan oleh Jasien dan

Oberem(2002) menemukan bahwa para siswa dan para guru fisika

kesulitan dalam menjelaskan konsep suhu dan kalor.Penelitian mengenai

miskonsepsi suhu dan kalor juga telah dilakukan Ed van den Berg dan

Kristyanto Sidkenu Boko dengan subjek penelitian 137 siswa SMP dan

SMA. Hasil pengujian pilihan ganda, esai, dan wawancara menghasilkan

gambaran yang konsisten mengenai konsepsi siswa. Antara lain mereka

mencampur-adukkan konsep suhu dan kalor dan siswa belum memahami

kesetimbangan termal, kalor jenis dll. Hasil siswa SMP dan siswa SMA

tidak jauh berbeda dan mirip dengan penelitian sejenis diluar negeri.

Menurut Jean Piaget(Masril, 2002) bahwa jika proses asimilasi dan

proses akomodasi dalam individu terjadi, tidak dalam kondisi

keseimbangan mental dapat menimbulkan kesulitan dalam pemahaman

konsep dan bahkan dapat terjadi miskonsepsi. Penyampaian informasi

yang kurang jelas dan kurang lengkap yang diterima oleh siswa dalam

proses belajar diduga sebagai penyebab miskonsepsi. Bahkan pemilihan

strategi pembelajaran yang kurang tepat misalnya pemilihan media

pembelajaran di kelas dapat mengganggu proses berpikir siswa dalam

memahami konsep-konsep fisika yang dipelajari.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi sekarang ini,

pendekatan yang sesuai untuk dikembangkan adalah dengan menyajikan

fisika dalam berbagai media. Media VCD mungkin cocok diterapkan pada

pembelajaran sains karena banyak konsep yang abstrak dalam pembelajarn

sains. Dengan media VCD siswa diharapkan mampu menerangkan

gagasannya setelah melihat secara langsung melalui pengalaman belajar

dengan melihat media pengajaran. Karena melalui media VCDsiswa dapat

melihat fenomena alam tanpa harus pergi kelapangan,sehingga

pengalaman belajar siswa diharapkan bisa lebih kongkret. Banyak hal-hal

positif dari pemanfaatan mediaVCD untuk pengajaran sains. Sekalipun

demikian ada hal penting yang mesti kita antisipasi yakni : munculnya

Page 5: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

4

miskonsepsi dan menurunnya motivasi pada praktikum yang

sessungguhnya.

Aldrich,danRogers Yvonne dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa kelemahan media VCD dalam pembelajaran sains antara lain

praktikum dilakukan hanya pada keadaan ideal. Di dalam media VCD

animasi dan simulasi hanyalah suatu tiruan dari keadaan yang sebenarnya.

Tiruan ini bagaimanapun juga tidak akan mampu mendekati keadaan yang

sesungguhnya. Keadaan tiruan inilah yang memunculkan miskonsepsi.

Berdasarkan uraian di atas perlu kiranya dikembangkan suatu

tindakan yang dapat mengatasi kesulitan belajar fisika siswa berupa

penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD untuk

memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengemukakan gagasan-

gagasan terhadap pemecahan suatu masalah dalam kelompoknya masing-

masing.

Oleh karena itu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian

mengenai “PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STADDENGAN MEDIA VCD UNTUK MENGETAHUI ADANYA

MISKONSEPSI FISIKASISWA KELAS X SMA PADA POKOK

BAHASAN PERPINDAHAN KALOR”.

III. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah penerapan pembelajaran kooperatiftipe STAD dengan media

VCD dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa?

2. Apakah ada perbedaaan miskonsepsi fisika siswa yang diberikan

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dan

pembelajaran tanpa menggunakan mediaVCD?

Page 6: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

5

IV. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui ada tidaknya miskonsepsi fisika pada siswa sebagai akibat

penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD.

2. Mengetahui ada tidaknya perbedaaan miskonsepsi fisika siswa yang

diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dan

pembelajaran tanpa menggunakan mediaVCD.

V. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Pendidik atau calon pendidik: hasil penelitian ini dapat memberikan

gambaran atau informasi tentang miskonsepsi fisika sebagai akibat

penggunaan media VCD pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar di sekolah sehingga

pemahaman siswa mengenai konsep dan materi fisika dapat ditingkatkan.

2. Lembaga pendidikan: guna memberikan informasi awal dan bahan

referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kondisi

objektif di lapangan bagi pihak-pihak tertentu yang bermaksud

mengembangkan atau melakukan penelitian serupa di tempat lain.

VI. PENEGASAN ISTILAH

Penegasan istilah dimaksudkan untuk memperoleh pengertian

tentang istilah sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari

pembaca. Istilah-istilah yang perlu diberi penegasan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran Kooperatif sebagai salah satu strategi belajar mengajar

adalah suatu cara mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai

kelompok atau dibagi dalam beberapa kelompok.

2. Media VCD (Video Compact Disk) adalah bahan ajar yang merupakan

kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar animasi,

dan video) dimana pengoperasiannya perlu alat untuk menayangkan

Page 7: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

6

seperti TV, VCD, Komputer, dan proyektor. VCD pembelajaran yang

digunakan peneliti adalah VCD Pesona Fisika.

3. Miskonsepsi Siswa adalah konsepsi siswa terhadap konsep fisika yang

bertentangan dengan konsepsi para pakar fisika. Dalam penelitian ini, yang

dimaksud miskonsepsi fisika siswa ialah miskonsepsi pada pokok bahasan

Perpindahan kalor.

VII. KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

Menurut Gagne dan Berliner (1983:252) dalam Catharina

(2006:2) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu

organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway

dalam Toeti Soekamto (1992: 27) mengatakan belajar merupakan

suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan

informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-

pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa

suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri

sebagai berikut.

a) belajar adalah perubahan tingkahlaku;

b) perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena

pertumbuhan;

c) tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang

cukup lama.

Dari beberapa pengertian belajar dari beberapa ahli di atas,

dapat disimpulkan pengertian belajar adalah sebagai berikut:

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam

perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk

memperoleh tujuan tertentu.

Page 8: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

7

2. Pembelajaran

Briggs (1992) dalam Sugandi (2006:9) mengartikan instruction

atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa

yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan

mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu strategi belajar mengajar

adalah suatu cara mengajar dimana siswa dalam kelas dipandang sebagai

kelompok atau dibagi dalam beberapa kelompok. Pengajaran kooperatif

(Cooperative Learning) merupakan pendekatan pengajaran yang berfokus

pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Tujuan

penting dari pengajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada

siswa keterampilan kerjasama, (Nurhadi, 2004:112).

Pembelajaran kooperatif baik untuk diterapkan karena selain dapat

mempelajari materi, siswa juga dapat mempelajari keterampilan

kooperatif. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam

penelitian ini adalah STAD (student team achievement division).

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division

(STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di

Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran

kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai

menggunakan pembelajaran kooperatif.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif secara singkat dapat dibagi

dalam 6 fase utama yang mencakup kegiatan siswa dan kegiatan guru

selama pelaksanaan pembelajaran kooperatif. Fase utama secara lengkap

dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Page 9: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

8

Tabel.1 Fase utama dalam proses pembelajaran kooperatif

FASE KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

Fase 1

Menyampaikan

Tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai

dan memotivasi siswa.

Siswa memperhatikan

penjelasan dari guru

tentang tujuan belajar

yang harus dicapai.

Fase 2

Menyajikan

informasi

Guru menyajikan informasi

kepada siswa baik dengan media.

Siswa memperhatikan

informasi dan

penjelasan dari guru

secara aktif.

Fase 3

Mengorganisasikan

siswa dalam

kelompok-

kelompok belajar

Guru menjelaskan pada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu

setiap kelompok agar melakukan

transisi yang efisien.

Siswa membentuk

kelompok-kelompok

belajar dengan

bantuan dari guru.

Fase 4

Membantu kerja

kelompok dalam

belajar

Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat siswa

mengerjakan tugas.

Siswa mengerjakan

tugas yang diberikan

guru dalam kelompok-

kelompok belajar

yang telah dibentuk.

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah

dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya.

Siswa menerima hasil

evaluasi belajarnya

atau

mempresentasikan

hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu dan

kelompok.

Siswa dapat

termotivasi untuk

belajar dengan

adanya penghargaan

dari guru.

(Ibrahim, 2000).

Page 10: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

9

Penggunaan model pengajaran kooperatif untuk mengajar mempunyai

tujuan agar siswa mampu bekerjasama dengan teman lain dalam mencapai

tujuan bersama. Adapun keuntungan penggunaan model pengajaran

kooperatif adalah :

1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif

mengadakan penelitian mengenai suatu masalah.

3. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan

keterampilan berdiskusi.

4. Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan sebagai individu

serta kebutuhannya dalam belajar.

5. Siswa lebih aktif bergabung dengan teman mereka dalam pelajaran,

mereka lebih aktif berpartisipasi dalam berdiskusi.

6. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan rasa

menghargai dan menghormati antar siswa, dimana mereka telah

saling bekerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan

bersama.

Tetapi disamping adanya keuntungan dalam pembelajaran kooperatif,

pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan - kelemahan antara

lain sebagai berikut :

1. Kerja kelompok seringkali hanya melibatkan kepada siswa yang

mampu, sebab mereka cukup memimpin dan mengarahkan kepada

mereka yang kurang mampu.

2. Strategi ini kadang - kadang menuntut pengaturan tempat duduk

yang berbeda beda dan gaya mengajar yang berbeda - beda pula.

3. Keberhasilan strategi kelompok ini tergantung kepada kemampuan

siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri.

Page 11: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

10

C. Media Pembelajaran

Belajar adalah proses mengolah nilai yang dikonsumsi setiap anak

didik. Nilai-nilai tidak datang dengan sendirinya, tetapi dapat diambil dari

berbagai sumber. Salah satu sumber belajar yang ikut membantu guru

memperkaya wawasan anak didik adalah media pembelajaran. Peranan

media tidak akan terlihat bila penggunaanya tidak sejalan dengan isi dan

tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran

harus dijadikan sebagai acuan dalam menggunakan media.

Manfaat media dalam proses belajar mengajar antara lain :

1) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai

penarik perhatian dan membuat siswa terjaga dan memperhatikan.

2) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan

gambar sebagai media .pembelajaran dapat mengkomunikasikan

dengan baik, spesifik dan jelas.

3) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain

4) Meletakkan dasar-dasar yang kongkret untuk berpikir, oleh karena itu

mengurangi verbalisme. (Arsyad, 2002).

Media pembelajaran dalam pembelajaran sains sebagai alat bantu

belajar dapat memberikan kontribusi positif dalam proses pembelajaran

yang interaktif, efektif dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap

konsep-konsep sains yang ditunjukkan oleh media tersebut.

D. Media VCD

VCD (Video Compact Disk) adalah bahan ajar yang merupakan

kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar animasi,

dan video) dimana pengoperasiannya perlu alat untuk menayangkan

seperti TV, VCD, Komputer, dan proyektor (Majid, 2004:182). Beberapa

persepsi guru dan siswa di dalam pemanfaatan multimedia dalam

pengajaran sains diberikan oleh Barton dalam Pramono (2004:10) di

bawah ini :

Page 12: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

11

Manfaat dari visualisasi :

1. Membuat yang tidak terlihat menjadi terlihat

2. Menghadirkan reaksi yang tak nampak di dalam lab

3. Animasi menambah pemahaman

4. Gambar menambah pemahaman suatu konsep abstrak

5. Memungkinkan visualisasi yang terlalu kecil, terlalu cepat, terlalu

lamban atau terlalu berbahaya

Motivasi yang muncul:

1. Menimbulkan antusiasme, ketertarikan, dan keterlibatan

2. Mendorong siswa untuk mendapatkan jawaban atas ketertarikan

mereka

3. Siswa merasakan suasana menyenangkan (fun)

4. Mendorong siswa untuk tetap fokus pada materi

5. Suatu tool pembelajaran untuk menghadirkan ide-ide yang sukar.

Kita lihat bahwa banyak hal-hal positif dari pemanfaatan

multimedia untuk pengajaran sains. Sekalipun demikian ada hal penting

yang mesti kita antisipasi yakni : munculnya miskonsepsi dan

menurunnya motivasi pada praktikum yang sessungguhnya. Di dalam

mediaVCD animasi dan simulasi hanyalah suatu tiruan dari keadaan

yang sebenarnya. Tiruan ini bagaimanapun juga tidak akan mampu

mendekati keadaan yang sesungguhnya. Keadaan tiruan inilah yang

memunculkan miskonsepsi.

E. Konsep, Peta Konsep, Konsepsi Dan Miskonsepsi

1. Konsep

Konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau

ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang terwakili dalam setiap

budaya oleh suatu tanda atau simbol(Ausubel et al., 1978, hal. 105)

Page 13: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

12

Jadi konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang

mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan

manusia berfikir (bahasa adalah alat berfikir).

2. Hubungan antara konsep

Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan setiap konsep

berhubungan dengan konsep-konsep yang lain. Misalnya, “meja”

berhubungan dengan semua ciri yang diperlukan untuk

memerikannya, misalnya bentuk, jenis bahan, warna, fungsinya (meja

tulis, meja makan), besarnya, dst. Maka setiap konsep dapat

dihubungkan dengan banyak konsep lain dan hanya mempunyai arti

dalam hubungan dengan konsep-konsep lain. Semua konsep bersama

membentuk semacam jaringan pengetahuan didalam kepala manusia.

Semakin lengkap, terpadu, tepat dan kuat hubungan konsep-konsep

dalam kepala seseorang, semakin pandai orang itu.

3. Belajar konsep

Sering para pelajar hanya menghafalkan definisi konsep tanpa

memperhatikan hubungan antara konsep yang satu dengan konsep-

konsep lainnya. Dengan demikian konsep baru tidak masuk jaringan

konsep yang telah ada dalam kepala siswa, tetapi konsepnya berdiri

sendiri tanpa hubungan dengan konsep lainnya. Maka konsep yang

baru tersebut tidak dapat digunakan oleh siswa dan tidak mempunyai

arti, sebab arti konsep berasal dari hubungan dengan konsep-konsep

lain.

4. Peta Konsep

Peta konsep adalah alat peraga untuk memperlihatkan hubungan

antara beberapa konsep. Misalnya, konsep kalor dapat digambarkan

bersama hubungannya dengan konsep-konsep yang lain (Gambar.1).

Hubungan antar konsep dapat dirincikan dalam pernyataan-

pernyataan. Tentu pada tingkat SMA guru harus membatasi jumlah

konsep dan hubungan diantaranya yang diajarkan. Dengan membuat

peta konsep yang lengkap dulu, pengajar dapat memutuskan bagian

mana dari peta yang akan diajarkan dan bagian mana yang terpaksa

Page 14: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

13

(sementara) diabaikan. Tentu pengajar yang ingin mengajarkan semua

konsep dan hubungannya sekaligus tidak akan berhasil.

5. Konsepsi

Tafsiaran perorangan terhadap banyak konsep berbeda-beda.

Misalnya penafsiran konsep “ibu” atau “cinta” atau “keadilan”

berbeda untuk setiap orang. Tafsiran konsep oleh setiap orang disebut

konsepsi. Walaupun dalam Fisika kebanyakan konsep memiliki arti

yang jelas, yang sudah disepakati oleh tokoh Fisika, toh konsepsi

siswa/mahasiswa berbeda-beda. Tafsiran siswa (konsepsi siswa)

mengenai konsep kalor berbeda dari tafsiran guru atau buku.

Gambar.1 Contoh Peta Konsep

Suhu

Kalor

Perubahan

wujud zat Perpindahan

Kalor

Konduksi

Konveksi

Radiasi

Transfer

Energi

Pemuaian

Zat padat

Zat cair

Gas

Kalor Laten

Asas Black

Kalor jenis dan

kapasitas kalor

Mencair Membeku Menyublim Menguap Mengembun

Page 15: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

14

6. Miskonsepsi

Memang konsepsi siswa selalu berbeda dengan konsepsi fisikawan.

Konsepsi fisikawan pada umumnya akan lebih canggih, lebih

kompleks, lebih rumit, melibatkan lebih banyak hubungan antar

konsep daripada siswa. Kalau konsepsi siswa adalah sama dengan

konsepsi fisikawan yang disederhanakan, konsepsi siswa tidak dapat

disebut salah. Tetapi kalau konsepsi siswa bertentangan dengan

konsepsi para fisikawan dikatakan sebagai miskonsepsi

(misconception). Biasanya miskonsepsi menyangut kesalahan siswa

dalam pemahaman hubungan antar konsep. Misalnya hubungan antara

gaya dan momentum, atau antara arus dan tegangan, atau antara massa

jenis dan massa

7. Prakonsepsi

Dari banyak penelitian (misalnya Osborne, 1982; Minstrell, 1982)

ternyata siswa sudah mempunyai konsepsi mengenai konsep-konsep

Fisika sebelum mereka mengikuti pelajaran Fisika disekolah. Sebelum

siswa mengikuti pelajaran mekanika (benda yang jatuh, benda yang

bergerak, gaya, dst.) dan karena itu mereka sudah mengembangkan

banyak konsepsi (kecepatan, gaya) yang belum tentu sama dengan

konsepsi fisikawan. Konsepsi semacam ini disebut prakonsepsi.

8. Derajat Pemahaman Konsep

Menurut Abraham dan Marek (1992), derajat pemahaman siswa

dapat digolongkan menjadi enam derajat pemahaman, yaitu :

a) Memahami konsep

b) Memahami sebagian tanpa salah konsep

c) Memahami sebagian ada salah konsep

d) Miskonsepsi

e) Tidak memahami

f) Tidak ada respon

Derajat pemahaman pertama dan kedua termasuk kategori

memahami, derajat pemahaman ketiga dan keempat termasuk

Page 16: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

15

kategori miskonsepsi, derjat pemahaman kelima dan keenam

termasuk kategori tidak memahami.

Secara lengkap katagori tersebut dapat dilihat pada tabel.2

berikut ini:

DERAJAT PEMAHAMAN KATEGORI

a. Tidak ada respon

1. Memahami sebagian atau kosong

2. Menjawab “Saya tidak tahu”

b. Tidak memahami

1. Mengulang pertanyaan

2. Menjawab tetapi tidak berhubungan

dengan pertanyaan dan tidak jelas

c. Miskonsepsi Menjawab dengan penjelasan tidak logis

d. Memahami sebagian ada

miskonsepsi

Jawaban menunjukkan konsep yang

dikuasai tetapi ada pernyataan dalam

jawaban yang menunjukkan miskonsepsi

e. Memahami sebagian

Jawaban menunjukkan hanya sebagian

konsep yang dikuasai tanpa ada

miskonsepsi

f. Memahami konsep

Jawaban menunjukkan semua konsep

dipahami dengan semua jawaban benar

Page 17: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

16

Berdasarkan pengelompokan diatas, maka dapat ditentukan derajat

pemahaman konsep dalam table.3 sebagai berikut.

No. Kategori Derajat Pemahaman Kriteria

1. Tidak memahami • Tidak ada respon

• Tidak memahami

a. Tidak ada jawaban / kosong

b. Menjawab “Saya tidak

tahu”

c. Mengulang pertanyaan

d. Menjawab tetapi tidak

berhubungan dengan

pertanyaan atau tidak jelas

2. Miskonsepsi • Miskonsepsi

• Memahami

sebagian dengan

miskonsepsi

a. Menjawab dengan

penjelasan tidak logis

b. Penjelasan menunjukkan

ada konsep yang dikuasai,

tetapi ada pernyataan dalam

jawaban yang menunjukkan

miskonsepsi

3. Memahami • Memahami

sebagian

• Memahami

konsep

a. Jawaban menunjukkan

hanya sebagian konsep

yang dikuasai tanpa adanya

miskonsepsi

b. Jawaban menunjukkan

konsep dipahami dengan

semua penjelasan benar

Page 18: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

17

F. Perpindahan Kalor

1. Pengertian Perpindahan Kalor : Perpindahan energi yang mengalir

dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin ketika

kedua benda bersentuhan satu sama lain sampai suhunya sama

dan kesetimbangan termal tercapai.

2. Perpindahan kalor berlangsung melalui tiga cara yaitu konduksi,

konveksi, dan radiasi. masing-masing penjabarannya sebagai

berikut :

a. Konduksi : Perpindahan kalor melalui suatu zat padat, tetapi

bagian-bagian zat itu tidak ikut berpindah. Dalam skala

mikroskopis, konduksi terjadi karena satu partikel bergerak

cepat dan berinteraksi dengan atom-atom dan molekul

tetangga. Dari interaksi ini, maka kalor dapat berpindah dari

satu partikel ke partikel yang lain. Berdasarkan kemampuan

menghantarkan kalor, zat padat dibedakan menjadi 2 yaitu :

i. Konduktor : bahan- bahan yang mudah menghantarkan

kalor.

Contoh : besi, tembaga, alumunium dll.

ii. Isolator : bahan-bahan yang sukar atau tidak dapat

menghantarkan kalor.

Contoh : kayu, batu, kertas, plastik dll.

Pada bahan konduktor, perpindahan kalor terjadi melalui

elektron-elektron bebas dan laju kalor konduksinya dapat

ditentukan dengan menggunakan persamaan ini :

�� = ����

Dengan : Q : kalor (J)

t : waktu (s)

k : konduktivitas termal (W/m K)

Page 19: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

18

A: luas permukaan (m2)

d : panjang/tebal bahan (m)

∆: perbedaan suhu (K)

b. Konveksi : Perpindahan kalor yang terjadi karena gerakan

fluida yang berbeda massa jenis. Konveksi biasanya dibedakan

menjadi 2 yaitu :

i. Konveksi alamiah : aliran fluida terjadi karena perbedaan

massa jenis.

Contohnya : konveksi gas pada angin laut dan angin darat.

ii. Konveksi paksa : aliran fluida diarahkan secara sengaj

untuk tujuan tertentu dengan menggunakan alat.

Contohnya : mesin pendingin, pengering rambut.

Laju kalor konveksi ketika suatu benda panas memindahkan

kalor ke fluida di sekitarnya dapat ditentukan dengan persamaan

sebagai berikut :

�� = �∆�

Dengan : Q : kalor (J)

t : waktu (s)

h : koefisien konveksi (W/m2 K)

A: luas permukaan (m2)

∆: perbedaan suhu (K)

3. Radiasi : merupakan salah satu mekanisme perpindahan kalor

dalam bentuk gelombang elektromagnetik tanpa melalui zat

perantara. Contohnya : panas matahari dapat mencapai ke bumi

dengan mekanisme radiasi, sehingga mampu melewati ruang

hampa.

Radiasi kalor memenuhi hokum Stefan-Boltzmann, yaitu

energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan benda hitam dalam

Page 20: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

19

bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu (Q/t) sebanding dengan luas

permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak

permukaan itu (T4). Hukum Stefan-Boltzmann dapat dinyatakan

dalam persamaan sebagai berikut :

�� = ���

Dengan :� = tetapan Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8

W/m2K

4)

Persamaan di atas hanya berlaku untuk benda hitam

sempurna.Benda hitam sempurna adalah benda yang mampu

menyerap dan memancarkan kalor secara sempurna. Untuk benda

yang bukan benda hitam sempurna, maka berlaku persamaan

berikut :

�� = � ���

Dengan :e : emisivitas (0 ≤ 0 ≤ 1)

Emisivitas adalah ukuran suatu pancaran radiasi kalor suatu benda

dibandingkan dengan benda hitam sempurna. Untuk benda hitam

sempurna e = 0.

G. Kesalahpahaman Perpindahan Kalor

Dalam Pembelajaran fisika, banyak konsepsi siswa tentang konsep

fisika mengalami miskonsepsi. Jika miskonsepsi tersebut tidak mendapat

perhatian dalam pembelajaran, miskonsepsi tersebut semakin resisten, dan

dapat bermuara pada rendahnya kompetensi siswa.

Sejumlah peneliti ( Tiberghien, 1983, 1985; Erickson, 1979, 1980;

Stavy & Berkovitz, 1980; Shayer & Wylam, 1981; Duit, 1986) dalam Ed

van den Berg (1991) telah meneliti konsepsi (dan miskonsepsi) siswa

mengenai suhu dan kalor. Antara lain mereka menemukan konsepsi-

konsepsi berikut:

1. Suhu dan kalor sulit bedakan. Dalam bahasa sehari-hari juga

demikian. Kata panas kadang-kadang berarti suhu, kadang-kadang

berarti energi kalor.

Page 21: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

20

2. Kalor masih sering dianggap suatu fluida (materi) seperti pandangan

fisikawan sebelum pertengahan abad ke-19 (istilah seperti kapasitas

kalor, aliran kalor, dsb. Masih mengingatkan kita pada sejarah konsep

kalor). Ada juga siswa yang membedakan antara kalor panas dan kalor

dingin yang masing-masing dianggap dapat mengalir tersendiri.

3. Kalor adalah energi dari benda panas.

4. Suhu adalah ukuran dari campuran kalor panas (heat) dan kalor dingin

(cold). Kalor panas mengalir dari benda panas ke benda dingin

sedangkan arah arus kalor dingin sebaliknya.

5. Suhu sering kali dianggap sebagai variabel ekstensif yang besarnya

berhubungan dengan jumlah materi (massa). Misalnya, jika 1 liter air

dengan suhu 600C dipisahkan dalam dua kali ½ liter, ada siswa yang

berpendapat bahwa suhu masing-masing bagian menjadi 300 C.

VIII. KERANGKA BERFIKIR

Pembelajaran Fisika

Miskonsepsi siswa

Fisika sulit dan

tidak menarik

Tepat

Pemahaman konsep fisika

siswa meningkat

Tidak tepat

Strategi pembelajaran

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Media VCD

Page 22: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

21

IX. HIPOTESIS

Dari rumusan permasalahan dalam penelitian ini yang didukung dengan

teori – teori dalam kajian pustaka, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah.

1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dapat

menimbulkan miskonsepsi pada siswa.

2. Ada perbedaaan miskonsepsi fisika siswa yang diberikan pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan media VCD dan pembelajaran tanpa

dengan media VCD.

X. METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian dan Setting Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

miskonsepsi fisika pada siswa sebagai akibat penerapan pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan media VCDpembelajaran di kelas X

pada suatu SMA di wilayah Magelang pada pokok bahasan perpindahan

kalor.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang

menggunakan rancangan eksperimen Random terhadap Subjek. Dalam

penelitian ini subjek digolongkan dalam 2 kelompok, 1 kelompok

eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan media VCD, 1

kelompok kontrol yang tidak diberikan pembelajaran dengan

menggunakan mediaVCD.

Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut

Group Treatment Tes

Eksperimen R

X1 T

Kontrol X2 T

Sumber : Metodologi penelitian (Arikunto, 2006 : 87)

Keterangan

X1 : Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD.

Page 23: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

22

X2 : Pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa media VCD.

T : Tes diagnostik

C. Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media VCD dan

pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa VCD. Adapun variabel

terikat adalah miskonsepsi siswa.

D. Populasi dan sampel

Penelitian ini menggunakan populasi seluruh siswa kelas X

SMA Negeri 2 Magelang tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 6

kelas.

Sampel dalam penelitian ini diambil, dengan menggunakan

cara cluster random sampling karena dalam penelitian ini sampel

yang diambil adalah individu yang tersedia sebagai unit dalam

populasi (Suryabrata, 1983). Kemudian dari 6 kelas diambil 2 kelas

secara random yang digunakan untuk kelas eksperimen dan kontrol

seperti pada desain penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger,

agenda dan sebagainya. (Arikunto 2002 : 236). Dalam penelitian ini,

metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh jumlah, nama dan

kelas siswa. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui

nama siswa dan jumlah siswa, serta dokumen lain yang diperlukan

dalam penelitian.

2. Metode tes

Tes yang digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa

adalah tes diagnostik. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk

mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan

Page 24: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

23

kelemahan-kelemahan tersebut dapat diberikan pemberian perlakuan

yang tepat (Arikunto 2002: 34). Bentuk tes yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes objektif beralasan. Jadi siswa diminta

menjawab soal dengan memilih salah satu dari beberapa pilihan

jawaban kemudian siswa diminta memberi alasan mengapa memilih

jawaban tersebut.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan uji instrumentasi,

tetapi instrumen dikonsultasikan kepada pembimbing. Hal ini dilakukan

karena jika dilakukan uji instrumentasi memungkinkan terjadinya

miskonsepsi pada objek uji coba sehingga dikhawatirkan instrumen

menjadi tidak valid. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes objektif beralasan.

Adapun penskoran untuk tes objektif beralasan adalah sebagai

berikut.

No Jawaban Siswa Skor

1 Jawaban benar, penjelasan menunjukkan bahwa konsep yang

dipahami benar

4

2 Jawaban benar, penjelasan jawaban menunjukkan hanya

sebagian konsep yang dipahami dan tidak menunjukkan

adanya miskonsepsi

3

3 Jawaban benar, namun penjelasan tidak sebagaimana

seharusnya atau terjadi miskonsepsi:

- Jawaban benar dan siswa memiliki miskonsepsi dimana

jawaban siswa tidak menyimpang jauh dari konsep fisika

2

- Jawaban benar dan siswa memiliki miskonsepsi dimana

jawaban siswa menyimpang jauh dari konsep fisika

1

4 a. Jawaban benar tetapi tidak memberikan penjelasan

b. Jawaban maupun penjelasan salah

c. Jawaban maupun penjelasan kosong

d. Jawaban benar, tetapi penjelasan jawaban tidak

berhubungan dengan pertanyaan

0

Page 25: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

24

1. Prosedur Eksperimen

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis

penelitian, yaitu membuktikan Penerapan pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan media VCD dapat menimbulkan miskonsepsi pada

siswa. Berdasarkan permasalahannya maka teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Teknik tes digunakan

untuk mengukur mikonsepsi siswa. Adapun penelitian yang akan

dikontrol adalah :

1. Bahan pelajaran, dikontrol dengan mengambil pokok bahasan

yang sama yaitu perpindahan kalor.

2. Pengajar (Guru), dikontrol dengan pelaksanaan proses belajar

mengajar oleh guru yang sama.

3. Kondisi selama pembelajaran dikontrol dengan menyamakan

kondisi ketika pemberian materi yaitu pemberian materi antara

jam 07.00-13.30 WIB.

Berikut ini disebutkan tahap-tahap eksperimen, seperti tersebut

dibawah ini :

a. Tahap Pra Eksperimen

Pada tahap ini dilakukan untuk mempersiapkan peralatan

serta segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan

eksperimen secara teknis, yaitu studi awal, persiapan soal test yang

akan digunakan dan menyiapkan kelas yang akan dilakukan

eksperimen.

b. Tahap Eksperimen

Tahap kedua ini merupakan tahap dimana dilaksanakan

semua langkah-langkah yang telah disusun dalam penelitian. Tahap

ini dilakukan dalam dua langkah,yaitu :

1) Tahap Perlakuan (eksperimen)

Perlakuan dalam penelitian ini melibatkan tiga unsur yaitu

media, peserta didik dan peneliti.Dalam hal ini peneliti

Page 26: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

25

memanipulasi proses belajar mengajar dengan memberikan

perlakuan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

menggunakan mediaVCD dalam proses pengajaran fisika pada

kelas yang dilakukan eksperimen yaitu sebanyak 2kali dengan

waktu 45 menit untuk setiap pertemuan untuk masing-masing

analisis.

2) Tahap Tes Akhir

Setelahmemberikan seluruh perlakuan pada kelompok

eksperimen dan mengamati proses belajar mengajar di kelas

kontrol, maka kepada kedua kelas tersebut diberikan tes

diagnostik. Pemberian tes diagnostik ini bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya miskonsepsi fisika siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

G. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian

meliputi :

a. Uji Pesyaratan Analisis

Analisis tahap awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua

sampel (kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2) berasal

dari populasi yang sama. Hal ini bisa diketahui dengan adanya varians

dan rata-rata yang dimiliki oleh populasi tidak berbeda secara

signifikan.Pada perhitungan tahap awal terlebih dahulu dilakukan uji

homogenitas populasi, uji normalitas.

1. Uji Homogenitas

Uji homogenitas berfungsi untuk menguji homogen atau

tidaknya data antar kelompok. Rumus yang digunakan menurut

Riduan (2005: 120) adalah sebagai berikut :

� = ������

Keterangan :

F = Koefisien F

��� = Varians yang terbesar

Page 27: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

26

��� = Varians yang terkecil

Dengan menggunakan kriteria pengujian sebagai berikut :

Jika Fhitung> Ftabel berarti tidak homogen, dan jika Fhitung< Ftabel

berarti homogen.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk mengetahui apakah sebaran dari masing-

masing skor ubahan berdistribusi normal atau tidak. Penggunaan uji

normalitas bertujuan untuk mengetahui teknis analisis statistik yang

akan digunakan pada data akhir. Dihitung dengan menggunakan

rumus Chi-Kuadrat. Rumus :

�� = Σ ��� − ������

�Arikunto 2006 ∶ 290�

Keterangan :

χ2 = Chi-kuadrat

fo = frekuensi yang diperoleh dari sampel

fh = frekuensi yang diharapkan dari sampel sebagai pencerminan

dalam populasi

Jika harga χ2

hitung < χ2

tabel, dengan derajat kebebasan dk=k – 1

dan taraf signifikansi 5%, berarti distribusi data dinyatakan

normal.Jika data berdistribusi normal maka teknik analisis statistik

yang digunakan adalah statistik parametrik dan apabila datanya

berdistribusi tidak normal maka teknik analisis statistik yang

digunakan adalah statistik non parametrik.

b. Teknik Analisis Statistik

Untuk menguji perbedaan kelas eksperimen dengan kelas

kontrol dapat diuji dengan menggunakan Rumus Uji-t. Menurut

Sugiyono (2005: 119), dirumuskan sebagai berikut :

�,�-./ = 012 − 0134523

.2 + 533.3 − 37 8 52

9.2: 8 539.3:

Page 28: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

27

Keterangan :

t : Nilai t hitung

;<� : Nilai rata-rata kelompok eksperimen

;<� : Nilai rata-rata kelompok kontrol

=�� : Varian data pada kelompok eksperimen

=�� : Varian data pada kelompok kontrol

=� : Standar Deviasi pada kelompok eksperimen

=� : Standar Deviasi pada kelompok kontrol

>� : Banyaknya suyek pada kelompok eksperimen

>� : Banyaknya subyek pada kelompok kontrol

? : Korelasi antara dua sampel

Harga t yang diperoleh dibandingkan dengan t tabel dengan taraf

signifikansi α=5% dengan dk=n1+n2-2. Jika hargathitung>ttabel, maka

dapat disimpulkan ada perbedaaan miskonsepsi antara kelas kontrol dan

kelas eksperimen yang signifikan.

Page 29: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

28

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Grzybowski, Renner, Marek.1992. Understandings and

misunderstandings of eighth graders of five chemistry concepts

found in textbooks.Journal of Research in Science Teaching

Volume 29, 105 – 120.

Aldrich, Frances &Rogers Yvonne.1998. Getting to gript with “interactivity”

: helping teachers asses the educational value of CD-ROMs.

British Journal of Technology Vol 29 No 4 (1998) 321-332.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :

Bumi Aksara.

Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Baser, Mustafa. Effect of Conceptual Change Oriented Instructrion on

Student’ Understanding of Heat and Temperature Concept. Journal

of Maltese Education Research Vol.4 No 1 (2006) 64-79.

Avaliable at

http://www.educ.um.edu.mt/jmer[accessed 13/01/2010]

Chattarina dkk. 2006. Psikologi Belajar. Semarang : Unnes Press.

Euwe van den Berg. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga:

Universitas Kristen Satya Wacana.

Pramono, Gatot.2008. Pemanfaatan Multimedia pembelajaran. Jakarta: Pusat

Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Departemen

Pendidikan Nasional.

Go@ nen, Selahatin.2008.A Study on Student Teachers’ Misconceptions and

Scientifically Acceptable Conceptions About Mass and Gravity.J

Sci Educ Technol (2008) 17:70–81.

Ibrahim, Muslimin. Fida R. Mohammad nur.Ismono .2000.Pembelajaran

Kooperatif. Surabaya. UNESA university press.

Majid, Abdul. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Masril & Asma, Nur.2002.Pengungkapan Miskonsepsi Siswa Menggunakan

Force Concept Inventory dan Certainty of Response Index. Jurnal

Fisika Himpunan Fisika Indonesia Vol B5 (2002) 0559

Avaliable at http://hfi.fisika.net[accessed 13/01/2010]

Page 30: Penerapan kooperatif tipe STAD dengan Media VCD untuk mengetahui miskonsepsi pokok bahasan kalor

29

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta :

Gramedia.

Prabu, Alexander and Markus, I Made .2006. Efektivitas Penggunaan Media

Software Pesona Fisika dalam Pembelajaran Fisika di SMA Santa

Ursula BSD1. Tangerang: Universitas Pelita Harapan.

Sugandi, Achmad. 2006. Teori Pembelajaran. Semarang : Unnes Press.

Sumarsono, Joko. 2008. Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat

PerbukuanDepartemen Pendidikan Nasional

Sugiyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

Suryabrata, S. 1983. Metodeologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafido Persada.