Penerapan Kaidah Dasar Bioetik Terhadap Tindakan Seorang Dokter
-
Upload
miranurindah -
Category
Documents
-
view
10 -
download
3
description
Transcript of Penerapan Kaidah Dasar Bioetik Terhadap Tindakan Seorang Dokter
Penerapan Komunikasi, Empati dan Perilaku Sehat
Mira Nur Indah
NIM : 102014133 / E 3
Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
Komunikasi adalah hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi memiliki
dua bentuk yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi menjadi bagian terpenting
dalam kemanusiaan seorang individu karena dengan komunikasi ia dapat menjalin hubungan
social dengan orang lain. Komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu
pesan yang disampaikan oleh komunikator (pemberi pesan) dan diterima oleh komunikan
(penerima pesan)1.
Selain mampu berkomunikasi secara efektif, dokter juga dituntut untuk memiliki rasa
empati. Empati adalah kemampuan untuk merasakan, menghayati, dan menempatkan diri sendiri
ditempat oranglain. Dengan berempati, dokter mampu meningkatkan pertumbuhan pasien dalam
hal kesucian, kebajikan, kasih dan hikmat spiritual. Tidak hanya itu, dengan berempati dokter
dapat menolong pasien untuk menjadi kuat, mandiri, dan dapat melihat realitas kehidupannya.
Tak hanya mampu berkomunikasi dan memiliki rasa empati, seorang dokter dituntut
memiliki perilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat merupakan perilaku-perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan2.
Perilaku sehat merupakan suatu kondisi ketika individu dengan kondisi kesehatan yang stabil
berupaya aktif mencari cara untuk mengubah kebiasaan pribadi yang sehat dan atau lingkungan
guna beralih ketingkat kesehatan yang lebih tinggi3.
Isi Pembahasan
1. Sikap Diri (Ego State) Pada Manusia
Menurut Eric Berne, setiap orang mempunyai tiga sikap diri (ego state), yaitu sikap diri
orang tua (parent ego state), sikap diri dewasa (adult ego state), dan sikap diri anak (child ego
state)4. Tiga sikap diri ini tidak memandang usia dari masing-masing individu, entah itu remaja,
orang tua, nenek, anak kecil, dsb. Berapa pun usia seorang manusia, ia bisa saya berbicara dan
bersikap dalam tiga sikap diri. Terkadang mereka menjadi seperti anak-anak, kadang seperti
dewasa, dan terkadang bisa seperti orang tua.
Sikap Diri Orang Tua
Sikap diri orang tua biasanya condong kearah sikap yang mengatur, menegur,
menyalahkan, mengharuskan, megasuh, menghibur, dan menyayangi2. Maka dari itu, dapat
diartikan bahwa sikap diri orang tua adalah bagian kepribadian yang bisa bersikap mengkritik
namun juga bisa mengasuh dengan kasih namun sikap diri orang tua biasanya tidak dapat
disalahkan.
Sikap Diri Dewasa
Sikap diri dewasa berarti sikap dalam menghadapai persoalan secara cerdas,
menggunakan otak, terarah, tidak berpihak, mengumpulkan keterangan, dan mencari pemecahan
terbaik5. Selain itu, sikap diri dewasa juga dapat dilihat dari sikap mereka yang berorientasi pada
kenyataan, memberi keterangan yang diperlukan, mengalisa dan mencoba memahami situasi,
membandingkan berbagai alternatif, percaya diri sendiri, tidak dipengaruhi perasaan, dan
melakukan koreksi bila perlu. Maka sikap diri dewasa cenderung mengolah persoalan
berdasarkan data, analisis, dan juga logika.
Sikap Diri Kanak-Kanak
Sikap diri anak ialah ketika seseorang bersikap seperti diperlihatkan oleh anak-anak.
Anak-anak memiliki sikap yang spontan, ingin campur segala urusan, main-main, merengek,
penuh daya cipta, bersungut-sungut, dan menganggap ringan masalah. Penampilan anak-anak
dipenuhi dengan perasaan, fantasi, intuisi dan juga emosi.
Sikap Diri dalam Komunikasi
Tiap-tiap orang harus mampu menentukan “sikap diri” agar komunikasi dapat berjalan
dengan lancar dan menyenangkan. Jauh lebih baik, apabila keduanya dapat memiliki “sikap diri”
dewasa dengan dewasa. Apabila salah satu pihak dalam kegiatan komunikasi menyadari tipe
sikap diri manakah yang terdapat pada lawan bicara, lalu dapat menyesuaikan diri, maka
komunikasi akan berjalan dengan lancar. Jadi, secara tidak langsung, keberhasilan suatu
komunikasi turut didukung dengan memahami sikap diri yang ditunjukkan oleh lawan bicara
kita.
2. Komunikasi
Pengertian Komunikasi
Ada beberapa pengertian terkait dengan komunikasi. Pertama, komunikasi dapat
diartikan sebagai proses interaksi penuh makna antara sesama manusia. Kedua, komunikasi
adalah proses dimana makna dipertukarkan sehingga terjadi pemahaman. Ketiga, komunikasi
merupakan proses dimana pesan diberikan atau diterima baik secara verbal maupun non-verbal.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses pemberian atau penerimaan pesan antar
sesama manusia sehingga terjadi pemahaman baik melalui verbal (menggunakan kata-kata)
maupun non verbal (tidak menggunakan kata-kata).
Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal dapat diartikan sebagai komunikasi yang melibatkan bahasa atau
perkataan. Komunikasi verbal dapat disuarakan maupun ditulis. Dalam hal ini, kualitas suara;
kecepatan; dan intonasi turut menjadi usur yang harus diperhatikan dalam komunikasi verbal.
Dalam komunikasi verbal, pilihan kata yang baik adalah kunci dari keberhasilan komunikasi ini.
Kata-kata membentuk realitas, sehingga mengandung kekuatan yang luar biasa.
Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui pakaian dan setiap
kategori benda lainnya, komunikasi dengan gerak sebagai sinyal, dan komunikasi dengan
tindakan atau gerakan tubuh. Komunikasi non verbal memiliki peran penting dalam melengkapi
efektifitas komunikasi berbal, terutama saat komunikasi dilakukan secara tatap muka. Hal-hal
yang dapat diperhatikan dari komunkasi non verbal adalah ekspresi mata, kontak mata, pakaian,
gaya rambut, sikap tubuh (santai, wibawa, dsb), dan masih banyak lagi
Komunikasi Satu dan Dua Arah
Komunikasi satu arah adalah situasi komunikasi dimana pengirim tidak memiliki
kesempatan untuk mengetahui bagaimana penerima memberikan umpan balik bagi pesannya.
Sementara itu, komunikasi dua arah adalah situasi komunikasi dimana pengirim cukup leluasa
mendapatkan umpan balik dari pendengarnya6.
Dari dua macam komunikasi diatas, komunikasi dua arah adalah jenis komunikasi yang
paling efektif. Dengan komunikasi dua arah, akan memudahkan terbentuknya sebuah
pemahaman antara pengirim dan penerima perima pesan. Dalam dunia kedokteran, komunikasi
dua arah sangat dibutuhkan untuk bisa menentukan diagnosis dan cara penangan yang tepat.
Transaksi dalam Komunikasi
Dalam berkomunikasi, terjadi peristiwa transaksi yang akan tergantung pada sikap diri
(ego state) dari dua atau lebih idividu yang berkomunikasi. Transaksi yang terjadi ada tiga
macam, yaitu transaksi imbang (complementrey Transaction), transaksi silang (crossed
transaction) dan transaksi selubung (ulterior transaction).
a. Transaksi Imbang (Complementary Transaction)
Yang dimaksud dengan transaksi imbang adalah komunikasi yang terjalin pada taraf ego
state yang sama. Misalnya antara orang tua dengan orang tua, dewasa dengan dewasa, atau
kanak-kanak dengan kanak-kanak. Transaksi ini dinilai paling sehat karena biasanya
menghasilkan respon yang sesuai.
b. Transaksi Silang (Crossed Transaction)
Transkasi silang mengakibatkan kesenjangan dalam komunikasi karena terjadi perbedaan
ego state dalam komunikasi6. Komunkasi silang lebih sering meleset karena komunikasi yang
dikirim dari dan ke ego state kurang tepat pada situasi tertentu atau karena pihak yang diajak
berkomunikasi tidak peka dan jawababnya tidak sesuai. Hasilnya respon yang tidak sesuai justru
muncul dan memicu kemarahan, persaan bersalah, ribut, dan terkadang perilaku yang
menghindar.
c. Transaksi Selubung (Ulterior Transaction)
Dalam transaksi selubung, pesan disampaikan oleh ego state tertentu dan biasanya
melibatkan dua atau lebih ego state. Ada makna tersembunyi dalam komunikasi yang secara
sosial dapat diterima.
Komunikasi Efektif Dokter-Pasien
Dalam dunia kedokteran, seorang dokter bukan hanya harus pandai berkomunikasi, tetapi
dokter juga harus memiliki keterampilan untuk berkomunikasi secara efektif. Komunikasi yang
efektif adalah komunikasi yang terjadi secara dua arah, bahasa yang digunakan dalam
komunikasi adalah bahasa yang dapat diterima, terdapat unsur untuk mendengar secara aktif,
memperhatikan pesan verbal dan non verbal, serta komunikasi yang sifatnya dewasa dengan
dewasa (tidak otoriter dan tidak mengatur). Komunikasi dokter-pasien yang efektif sangat
diperlukan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai kondisi pasien, agar
dokter dapat membuat diagnosis, dan membantu pasien bekerja sama dengan dokter dalam
proses penyembuhan7.
Manfaat yang dapat diperoleh dari komunikasi efektif dokter-pasien adalah:
meningkatkan kesehatan jiwa, pasien lebih patuh pada pengobatan, meningkatnya kepuasan
pasien, meningkatnya kepuasan dokter, dan pada akhirnya dapat mengurangi risiko malpraktik.
Melihat begitu banyak manfaat yang diperoleh dari komunikasi yang efektif antara dokter dan
pasien, maka jelaslah bahwa komunikasi yang efektif adalah hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan oleh dokter dan pasien.
Apabila dalam prakteknya dokter dan pasien berhasil berkomunikasi secara efektif dan
dapat memetik manfaat-manfaat seperti yang disebutkan diatas, maka akan menimbulkan analisa
transaksionil yang bersifat ASAS-ASAS (aku senang aman sentosa). Akan tetapi jika yang
terjadi kebalikannya dapat memunculkan sifat ASAS-ATISAS (aku tidak senang aman sentosa),
ATISAS-ASAS, bahkan ATISAS-ATISAS.
3. Empati
Pengertian Empati
Kebanyakan orang beranggapan bahwa empati memiliki arti dan makna yang sama
dengan simpati, padahal pengertian empati adalah seseorang menempatkan dirinya secara
imajinatif pada posisi orang lain. Secara lebib luas, empati juga bisa diartikan sebagai upaya dan
kemampuan untuk mengerti, menghayati dan menempatkan diri seseorang di tempat orang lain
sesuai dengan identitas, pikiran, perasaan, keinginan, perilaku, tanpa mencampur-baurkan nilai.
Menunjukkan empati tidak hanya lewat komunikasi verbal, namun juga dapat ditampilkan dalam
non verbal (seperti: genggaman tangan, mimik muka simpatik, dsb).
Keterampilan Empati
Berempati bukan hanya sekedar berbasa-basi atau bermanis mulut kepada pasien, tetapi
juga dituntut untuk memiliki keterampilan-keterampilan seperti berikut ini: mendengarkan aktif,
responsif terhadap kebutuhan pasien, responsif terhadap kepentingan pasien, adanya usaha untuk
memberikan pertolongan pada pasien, dan dimulai dari diri sendiri.
Mendengar Aktif
Mendengar aktif bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakuan. Meskipun demikian,
mendengar aktif dapat dipelajari karena pendengar yang baik dan aktif tidak terlahir begitu saja
melainkan dibentuk memlalui proses yang tidak mudah. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
efisiensi mendengar rata-rata pada budaya ini hanya sekitar 25 persen saja, itu artinya walaupun
kita mendengar semua kata yang diucapkan, tetapi sebenarnya kita tidak memproses semua kata-
kata itu8.
Seorang dokter harus mampu mendengar aktif dengan tujuan untuk mengetahui
pemikiran, perasaan, dan keinginan yang ingin disampaikan oleh pasien. Dalam mendengar aktif,
dokter tidak hanya memperhatikan komunikasi verbal yang disampaikan tapi juga turut
mengamati aspek-aspek non verbal yang mungkin ditunjukan oleh pasien.
Manfaat Empati
Dengan menunjukkan rasa empati terhadap pasien, seorang dokter dapat memetik
manfaat-manfaat sebagai berikut:
a. Menyokong atau meningkatkan pertumbuhan dalam kesucian, kebajikan, kasih dan
hikmat spiritual.
b. Menolong pasien untuk menjadi kuat
c. Menolong pasien untuk mandiri
d. Menolong pasien untuk melihat realitas
e. Menolong pasien untuk mendapatkan kepastian bahwa: masalahnya adalah masalah
umum, sudah diketahui penyebabnya, ada metode perawatan, dsb.
4. Perilaku Sehat
Perilaku sehat adalah segala aktifitas yang dilakukan seseorang untuk mempertahankan,
atau meningkatkan kesehatannya, tidak tergantung status kesehatannya saat itu atau apakah
perilaku yang dilakukannya mencapai hal tersebut. (Sarafino 2004).
Terdapat lima perilaku sehat:
Pencegahan
Segala tindakan yang secara medis direkomendasikan, yang dilakukan tanpa paksaan
oleh seseorang yang percaya dirinya sehat dan bertujuan untuk mencegah penyakit atau
ketidakmampuan atau untuk mendeteksi penyakit yang tidak tampak nyata.
Pelindungan
Tindakan yang dilakukan seseorang untuk melindungi, meningkatkan dan menjaga kesehatan.
Perilaku Sebelum Sakit
Tindakan yang dilakukan seseorang yang tidak yakin akan kondisi kesehatannya.
Individu ingin memperjelas arti kondisinya dan kemudian menentukan bahwa mereka sehat atau
tidak, dengan mencari pertolongan.
Perilaku saat Sakit
Tindakan yang dilakukan oleh orang yang sedang sakit, sama ada oleh dirinya sendiri
atau orang lain.
Kondisi Sosial
Tindakan yang dilakukan oleh lingkungan sosial agar kesehatan masyarakat secara
keseluruhan tetap terjamin.
Tiga Kosenkuensi Yang Menentukan Perilaku Sehat Individu
1. Reinforcement (peningkatan)
Melakukan sesuatu yang membawa kesenangan dan kepuasan dan ingin diulangi agar
mendapatkan kepuasan.
Positive reinforcement : untuk mendapatkan sesuatu yang membahagiakan atau
menyenangkan
Negatif reinforcement : melakukan sesuatu untuk menghilangkan sesuatu yang tidak
menyenangkan atau supaya hal tersebut tidak terjadi lagi.
2. Extinction (peniadaan)
Jika konsekuensi yang mempertahankan perilaku sehat dihilangkan maka akan
melemahkan responnya kecuali adanya stimuli ataupun reinforce lain.
3. Punishment (hukuman)
Memberi hukuman ataupun memarahi jika perilaku yang dilakukan membawa
konsikuensi yang tidak menyenangkan dan cenderung ditekan atau dihilangkan.
5. Pola Asuh
Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan orang tua pada anak dan bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak baik dari segi negatif
maupun positifnya. Berhasil tidaknya orang tua membentuk tingkah laku anak sangat bergantung
kepada bagaimana pola asuh orang tua yang dirasakan anak itu sendiri.
Tipe Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola perilaku yang diterapkan orang tua pada anak dan bersifat
relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak baik dari segi
negatif maupun positifnya. Berhasil tidaknya orang tua membentuk tingkah laku anak sangat
bergantung kepada bagaimana pola asuh orang tua yang dirasakan anak itu sendiri.
Pada tipe ini orang tua cenderung hanya menuntut, mengawasi, mengarahkan, dan
memberikan larangan, sehingga cenderung mengabaikan hak-hak si anak untuk mengutarakan
pendapatnya. Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan
dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik
dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
Dampak dari tipe otoriter pada remaja tumbuh menjadi :
- Penurut : kurang inisiatif, sulit mengambil keputusan, dll.
- Pemberontak : obat-obatan (drugs), seks bebas, kriminal, dll.
- Motivasi ekstrinsik : dari luar diri.
Tipe Demokratis
Pola asuh demokratis adalah salah satu bentuk perlakuan yang dapat diterapkan orang tua
pada adalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan
anak yang bersikap rasional atau pemikiran-pemikiran. Pola asuh demokratis mempunyai ciri-
ciri, yaitu: anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal, anak
diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan,
menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak.
Orang tua menggunakan hukuman fisik, dan diberikan jika terbukti anak secara sadar
menolak melakukan apa yang telah disetujui bersama, sehingga lebih bersikap edukatif. Pola
asuh authoritative memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari
tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis
terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak,
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan
pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Dampak dari tipe ini, anak menjadi :
- Percaya diri
- Memandang diri secara positif
- Penerimaan diri yang baik
- Motivasi intrinsik (dari dalam diri)
- Lebih mampu mengendalikan diri
- Memiliki tujuan atau arah hidup yang jelas, dll.
Tipe Permisif
Pola asuh permisif adalah salah satu bentuk perlakuan yang dapat diterapkan orang tua
pada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan
yang sangat longgar serta memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup darinya. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak
apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.
Hal ini dilakukan sebagai wujud dari rasa kasih sayang orangtua terhadap anaknya, sehingga
orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
Dampak dari tipe ini adalah:
Anak menjadi egois
Kurang taat pada aturan
Pengendalian diri rendah
Kurang mandiri, dll.
Tipe-tipe pola asuh dari satu orang tua dengan orang tua lainnya berbeda yang
disebabkan oleh faktor budaya dari mana mereka berasal, faktor pengalaman pola asuh masa lalu
yang diterapkan oleh orang tua mereka, kesibukan masing-masing orang tua, tingkat sosial
ekonomi, karakter anak, dll. Hal inilah yang membedakan setiap pola asuh orang tua yang
mereka terapkan pada anaknya.
Kesimpulan
Berdasarkan kasus skenario E dimana seorang ibu telah menerapkan kedisiplinan pada
anaknya dengan memberikan imbalan koin setiap anaknya mau menggosok gigi. Hal ini
dimasukkan agar si anak mau dengan rajin menggosok giginya. Ibu tersebut telah menerapkan
perilaku sehat pada anaknya dengan konsekuensi reinforcement, dimana ibu ini ingin melakukan
peningkatan dari sikap anaknya yang malas menjadi rajin menggosok gigi. Ia pun menerapkan
pola asuh demokratis yang tidak memaksa anaknya untuk sikat gigi, namun ia mencari alternatif
lain yang tidak merugikan pihak manapun untuk mengajak anaknya menggosok gigi.
Sehingga memberikan dampak yang baik bagi si anak. Walaupun suatu saat ibu tersebut
tidak lagi memberikan koin sebagai imbalan, anaknya bisa tetap terus menggosok giginya karena
adanya kepuasan yang ia rasakan, seperti kebersihan dan kesehatan giginya, ataupun pujian dari
orang lain.
Daftar Pustaka
1. Guntar N, Salmon JS, Desriaman S, Willem S, William G, Judin PT. Who am I, Komunikasi
Empati, Kom. Dokter-Pasien. Bahan Kuliah. Jakarta: FK UKRIDA ; 2007
2. Sumartono. 2004. Komunikasi Kasih Sayang. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal. 118
3. Yudha E.K., dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong .Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2009. h.
137-139
4,5,6 Uripni, Christina Lia; dkk. 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
7. Sukardi, Elias; dkk. 2008. Modul Komunikasi Pasien-Dokter: Suatu Pendekatan Holistik.
8. Hegner, Barbara R.; dkk. 2003. Asisten Keperawatan: Suatu Proses Keperawatan, Edisi