Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi...

17
1 Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak Hitam Di Wilayah Pesisir Kabupaten Bintan Oleh: Meysi Novitasari 1, Irman 2 , Ayu Efritadewi 3 [email protected] [email protected] [email protected] Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Permasalahan Lingkungan Hidup terjadi di Wilayah Pesisir Kabupaten Bintan hampir setiap tahun, khususnya pada saat musim utara. Data yang di dapat dari Dinas Lingkungan Hidup menunjukan Pencemaran Limbah Minyak Hitam di wilayah pesisir Kabupaten Bintan terjadi pada Tahun 2011-2017 dengan keterangan pelaku tidak diketahui. Padahal dampak pencemaran tersebut merugikan masyarakat setempat. Adapun Rumasan Masalah yang ingin diteliti yaitu bagaimanakah Penegakan Hukum Pidana dan ketentuan Pidana terhadap pencemaran limbah minyak hitam tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan pidana serta penegakan hukum pidana terhadap pelaku pencemaran lingkungan di Kabupaten Bintan. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode normatif empiris dengan mengunakan analisis data yang berbentuk kualitatif. Hasil penelitian menunjukan Penegak hukum telah melakukan upaya pencegahan guna memperbaiki lingkungan sekitar. Dalam penegakan hukum pidana faktor-faktor kendala yang dihadapi oleh Penegak Hukum yaitu faktor Undang-Undang, Penegak Hukum, Sarana atau fasilitas. Dasar hukum terhadap pelaku pencemaran di wilayah pesisir Kabupaten Bintan diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kesimpulan dari hasil penelitian ini dalam Penegakan hukum pidana terhadap pelaku pencemaran limbah minyak hitam kenyataannya belum bejalan secara efektif di karenakan Penegak hukum hanya melakukan upaya pencegahan saja, sedangkan upaya pemberantasan belum dilaksanakan karena Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan belum mempunyai PPNSLH (penyidik pegawai negeri sipil lingkungan hidup). sedangkan dalam ketentuan pidana ialah unsur kesalahan sangat penting untuk menentukan sanksi terhadap pelaku pencemaran limbah minyak hitam di wilayah pesisir Kabupaten Bintan. Kata kunci: Penegakan Hukum Pidana, Ketentuan Pidana.

Transcript of Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi...

Page 1: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

1

Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak Hitam Di

Wilayah Pesisir Kabupaten Bintan

Oleh:

Meysi Novitasari1,

Irman2, Ayu Efritadewi

3

[email protected]

[email protected]

[email protected]

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Permasalahan Lingkungan Hidup terjadi di Wilayah Pesisir Kabupaten Bintan hampir

setiap tahun, khususnya pada saat musim utara. Data yang di dapat dari Dinas

Lingkungan Hidup menunjukan Pencemaran Limbah Minyak Hitam di wilayah

pesisir Kabupaten Bintan terjadi pada Tahun 2011-2017 dengan keterangan pelaku

tidak diketahui. Padahal dampak pencemaran tersebut merugikan masyarakat

setempat. Adapun Rumasan Masalah yang ingin diteliti yaitu bagaimanakah

Penegakan Hukum Pidana dan ketentuan Pidana terhadap pencemaran limbah minyak

hitam tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan pidana serta

penegakan hukum pidana terhadap pelaku pencemaran lingkungan di Kabupaten

Bintan. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode normatif empiris dengan

mengunakan analisis data yang berbentuk kualitatif. Hasil penelitian menunjukan

Penegak hukum telah melakukan upaya pencegahan guna memperbaiki lingkungan

sekitar. Dalam penegakan hukum pidana faktor-faktor kendala yang dihadapi oleh

Penegak Hukum yaitu faktor Undang-Undang, Penegak Hukum, Sarana atau fasilitas.

Dasar hukum terhadap pelaku pencemaran di wilayah pesisir Kabupaten Bintan diatur

dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Kesimpulan dari hasil penelitian ini dalam Penegakan hukum

pidana terhadap pelaku pencemaran limbah minyak hitam kenyataannya belum

bejalan secara efektif di karenakan Penegak hukum hanya melakukan upaya

pencegahan saja, sedangkan upaya pemberantasan belum dilaksanakan karena Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan belum mempunyai PPNSLH (penyidik pegawai

negeri sipil lingkungan hidup). sedangkan dalam ketentuan pidana ialah unsur

kesalahan sangat penting untuk menentukan sanksi terhadap pelaku pencemaran

limbah minyak hitam di wilayah pesisir Kabupaten Bintan.

Kata kunci: Penegakan Hukum Pidana, Ketentuan Pidana.

Page 2: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

2

PENDAHULUAN

Perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup tentu saja bukan

hanya masyarakat yang wajib memelihara dan menjaga lingkungan sekitarnya, tetapi

yang lebih penting yaitu pemerintah dan aparat penegak hukum yang harus berperan

aktif dalam melindungi pencemaran lingkungan wilayah pesisir. Serta menjaga dan

mengelola lingkungan hidup, baik yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Daerah Kota maupun Kabupaten. Tidak hanya itu perihal dalam

penegakan hukum dibidang lingkungan menjadi hal penting yang harus dikedepankan

terutama di daerah Kepulauan Riau yang berbasis maritim.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) bertujuan untuk melindungi lingkungan

hidup dari pelaku kejahatan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang yang

dengan sengaja merusak lingkungan, yang berimplikasi atau berdampak buruk

terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat pesisir, baik itu dilihat dari kerusakan

ekosistemnya atau kerusakan iklim. Lingkungan hidup secara umum diartikan

sebagai semua benda, daya, kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang

tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya.1

Kenyataannya di Wilayah pesisir Kabupaten Bintan berpotensi mengalami

pencemaran Limbah Minyak hitam (Sludge oil) karena berbatasan langsung dengan

Negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia. Untuk di ketahui, bahwa

permasalahan Limbah Minyak hitam ini berawal dari akibat limbah minyak yang

dibuang oleh kapal-kapal yang melewati perairan Internasional yang berhadapan

1 Deni Bram, Hukum Lingkungan Hidup, (Bekasi: Gramata Publising, 2014), hlm.1.

Page 3: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

3

langsung dengan teritorial Kabupaten Bintan sehingga di saat musim utara limbah

tersebut akan terbawa arus masuk ke perairan Kabupaten Bintan yang berbatasan

langsung.2

Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau yang berbatasan dengan laut

Internasional sering menjadi tempat pembuangan limbah kapal Tanker yang lalu

lalang di Perairan tersebut yaitu limbah minyak hitam. Puluhan ton limbah minyak

hitam ini berasal dari sisa pembersihan kapal tanker yang kemudian mencemari

pesisir pantai Bintan. Lumpur minyak bumi atau Oil Sludge (OS), merupakan limbah

yang terdapat pada kegiatan pengolahan, penyaluran dan penampungan minyak bumi.

Limbah tersebut berupa lumpur atau pasta yang berwarna hitam, terkadang tercampur

dengan tanah, kerikil, air, dan bahan berbahaya lainnya. Pada umumnya Lumpur ini

dihasilkan dari pengendapan partikel partikel halus dari BBM, endapan tersebut

semakin lama semakin menumpuk pada bagian bawah dari tangki-tangki

penyimpanan atau pada pipa-pipa penyaluran BBM.3 Pemerintah Kabupaten Bintan

menyadari wilayah Kabupaten Bintan yang dari tahun 2011 s/d 2017 selalu saja

mengalami dampak limbah minyak hitam.

Ketentuan Pidana telah diatur di dalam UU PPLH pada Pasal 69 ayat (1) dan

ketentuan pidana mengenai Dumping pada pasal 104 yang berbunyi:

Setiap orang dilarang: (a) melakukan perbuatan yang mengakibatkan

pencemaran dan/atau merusak lingkungan hidup, (e), membuang limbah ke

media lingkungan hidup, (f) membuang B3 dan limbah B3 kemedia

lingkungan hidup.

2 http//bintankab.go.id/master/pemerintah-kabupaten-bintan-ingin-masalah-limbah minyak

segera-tuntas/, diaskes pada tanggal 07 November 2018 pukul 20.17 WIB.

3 Suprianto, Peran Dinas Lingkungan Hidup Dalam Menangani Masalah Limbah Minyak

(Sludge Oil) Di Kabupaten Bintan Tahun 2016, Jurnal Ilmu Pemerintahan, 2017.

Page 4: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

4

Ketentuan pidana: “Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau

bahn media lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam pasal

60, dipidana penjara paling lama 3 tahun (tiga) tahun dan denda paling banyak

Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah)”.

Tumpahan limbah minyak bumi akan merusak ekosistem laut terutama di

Wilayah Pesisir seperti ekosistem terumbu karang, lamun, dan hutan mangrove.

Ekosistem tersebut merupakan tempat memijah dan tempat mencari makan bagi

organisme laut. Kerusakan pada ekosistem tersebut akan mengakibatkan kematian

organisme laut seperti koral, ikan karang, alga dan lamun serta akan memutus rantai

makanan di laut. Selanjutnya akan menurunkan produkstivitas primer di perairan dan

pada akhirnya akan menghilangkan mata pencaharian masyarakat yang

menggantungkan hidupnya di perairan laut.4

Berdasarkan pada uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian, karena amanat dari UU dengan realita berbeda, dimana fakta di lapangan

masih terjadi tindak pidana pencemaran di Wilayah Pesisir dan pemerintah belum

bisa memberikan solusi. Padahal, Dinas Lingkungan Hidup yang sekaligus sebagai

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang tugas

dan tanggung jawabnya dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

diberi wewenang sebagai penyidik yang di maksudkan dalam KUHAP untuk

melakukan penyidikan tindak pidana lingkungan hidup. Dalam hal ini penulis ingin

melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Hukum Pidana Terhadap

Pencemaran Limbah Minyak Hitam Diwilayah Pesisir Kabupaten Bintan”

4 https://www.kompasiana.com/dodynofriandi3517/5b74238e6ddcae5dfd2b51f3/alam-laut

bintan energi-baik-yang-tercemar?page=all, diasekes pada tanggal 07 November 2018 20.54 WIB.

Page 5: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

5

BAHAN DAN METODE

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris. Penelitian hukum

normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum

normatif (kodifikasi, undang-undang atau kontrak) secara in action pada setiap

peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat.5 Pokok kajiannya adalah

penerapan atau implementasi ketentuan hukum positif pada peristiwa hukum tertentu

yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

B. Data dan Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa data Primer dan data

sekunder:

a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung berupa keterangan

keterangan dan pendapat dari para responden dan kenyataan-kenyataan yang

ada dilokasi penelitian yaitu Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Bintan dengan melalui wawancara untuk mendapatkan jawaban dalam

rumusan masalah yang peneliti buat.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan

mempunyai kekuatan hukum mengikat dan/atau berkaitan, yang terdiri dari

bahan baku primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

a. Bahan hukum primer adalah bahan-bahan yang bersifat mengikat berupa

peraturan perundang-undangan yang terdiri dari:

5 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004,

Hlm. 134

Page 6: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

6

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

3. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 Tentang Pengendalian

Pencemaran dan/atau Perusakan laut.

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil.

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan.

8. Keputusaan menteri Negara lingkungan hidup Republik Indonesia

Nomor 11 tahun 2012 tentang Pedoman Penyidikan Tindak Pidana

dibidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkunagan Hidup.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum yang diperoleh

dari studi kepustakaan yang terdiri dari buku-buku ilmu pengetahuan

hukum, dokrin, jurnal, dan buku-buku yang berkaitan dengan judul

penelitian.

c. Bahan hukum tersier (non-hukum) adalah bahan hukum yang relevan

seperti kamus hukum, yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu

Media Massa, website, artikel.

Page 7: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

7

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Wawancara.

2. Kepustakaan.

D. Pengolahan Data

Memeriksa data (editing), Pemberian data (coding) dan Penyusunan data secara

sistematis.

E. Analisis Data

Data primer dan data skunder yang telah terkumpul kemudian di olah dan

dianalisis secara kualitatif dan menggunakan metode deduktif. Analisis secara

kualitatif dalam hal ini adalah suatu analisis yang mengkaji secara mendalam data

yang ada kemudian digabungkan dengan data yang lain, lalu di padukan dengan

teori–teori yang mendukung dan selanjutnya di tarik kesimpulan. Metode deduktif

artinya bahwa penelitian dimulai dari hal-hal umum sampai ke khusus.

Page 8: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

8

PEMBAHASAN

A. Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak Hitam

Di Wilayah Pesisir Kabupaten Bintan.

Penegakan hukum pidana terhadap pencemaran limbah B3 diwilayah pesisir

kabupaten bintan yang berwewenang menyelesaikan masalah tersebut adalah Dinas

Lingkungan Hidup kabupaten Bintan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyidikan Tindak Pidana di Bidang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. “Bahwa berdasarkan ketentuan

Pasal 63 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah bertugas dan

berwenang melakukan penegakan hukum lingkungan hidup”.

Penegakan hukum pidana bagi pelaku dumping limbah B3 (Bahan Berbahaya

dan Beracun) dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) memperkenalkan penegakan hukum

terpadu terhadap pelaku tindak pidana lingkungan hidup. Hal tersebut diatur dalam

Pasal 95 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) yang berbunyi:

“Dalam rangka penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana lingkungan

hidup, dapat dilakukan penegakan hukum terpadu antara penyidik pegawai

negeri sipil, kepolisian, dan kejaksaan di bawah koordinasi Menteri.”6

Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Lingkungan Hidup dalam

Penegakan Hukum Terpadu Berdasarkan ketentuan Pasal 63 ayat (2) huruf s jo.

ayat (3) huruf p Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

6 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup Pasal 95 ayat (1)

Page 9: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

9

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) yang menyatakan bahwa dalam

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), pemerintah provinsi

bertugas dan berwenang untuk melakukan penegakan hukum lingkungan hidup

pada tingkat provinsi, begitu juga dengan tugas dan wewenang pemerintah

kabupaten/kota untuk melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada

tingkat kabupaten/kota.

Dalam Pasal 94 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) disebutkan bahwa:

“Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai

negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan

tanggungjawabnya di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

diberi wewenang sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Hukum

Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana lingkungan hidup.7

Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang berbatasan dengan

laut Internasional sering menjadi tempat pembuangan limbah kapal Tanker yang lalu

lalang di Perairan tersebut yaitu limbah minyak hitam. Puluhan ton limbah minyak

hitam ini berasal dari sisa pembersihan kapal tanker yang kemudian mencemari

pesisir pantai Bintan. Lumpur minyak bumi atau Oil Sludge (OS), merupakan limbah

yang terdapat pada kegiatan pengolahan, penyaluran dan penampungan minyak bumi.

Limbah tersebut berupa lumpur atau pasta yang berwarna hitam, terkadang tercampur

dengan tanah, kerikil, air, dan bahan berbahaya lainnya. Pada umumnya Lumpur ini

dihasilkan dari pengendapan partikel partikel halus dari BBM, endapan tersebut

semakin lama semakin menumpuk pada bagian bawah dari tangki-tangki

7 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup Pasal 94 ayat (1)

Page 10: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

10

penyimpanan atau pada pipa-pipa penyaluran BBM.8 Pemerintah Kabupaten Bintan

menyadari wilayah Kabupaten Bintan yang dari tahun 2011 s/d 2017 selalu saja

mengalami dampak limbah minyak hitam.

Tabel 1.1

Data Kasus Limbah Minyak Hitam di Wilayah Pesisir Kabupaten Bintan

Tahun Lokasi Keterangan

2011 Pantai Nirwana Garden & Lagoi Bay,

Kecamatan Teluk Sebong

Tidak diketahui

2011 Pantai Nirwana Garden, kawasan wisata Lagoi,

Kec.Teluk Sebong

Tidak dikethui

2012 Tanjung Talok, Desa Teluk Sasah, Kecamatan

seri kuala Lobam

Tidak diketahui

2013 Pantai Berakit, Kecamatan Teluk Sebong Tidak diketahui

2014 Pantai Bintan Lagoon & Banyen Treen,

Kawasan Teluk Sebong

Tidak diketahui

2014 Pantai Nikon Island, Kecamatan gunung Kijang Tidak diketahui

2015 Pantai Banyan Tree & Bintan Lagoon,

Kecamatan Teluk Sebong

Tidak diketahui

2016 Pantai Club Med, Kawasan Wisata Lagoi,

Kecamatan Teluk Sebong

Tidak diketahui

2016 Pantai Dinda Tanjung Uban, Kecamatan Bintan

Utara

Tidak diketahui

2017 Pantai Club Med; Bintan Lagoon dan Lagoi Bay

di Kawasan Wisata Lagoi, Kecamatan Teluk

Sebong

Tidak diketahui

Sumber: Laporan Perjalanan Dinas Lingkungan Hidup, Verifikasi Lapangan dan

Penanggulangan tumpahan minyak di laut Kabupaten Bintan Tahun 2011-2017.

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 s/d 2017 telah

terjadi kasus tumpahan limbah minyak hitam di Kabupaten Bintan. Menurut hasil

wawancara yang telah penulis lakukan di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Bintan, pelakunya sampai saat ini tidak juga diketahui. Padahal, jika dikaji lebih

8 Suprianto, Peran Dinas Lingkungan Hidup Dalam Menangani Masalah Limbah Minyak

(Sludge Oil) Di Kabupaten Bintan Tahun 2016, Jurnal Ilmu Pemerintahan, 2017.

Page 11: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

11

dalam pelaku dengan sengaja membuang limbah B3 kedalam lingkungan hidup bisa

dikenakan hukuman pidana.

Berdasarkan hasil wawancara yang lakukan dengan Bapak Roki selaku Seksi

Penegakan Hukum Bahwa dalam penegakan hukum lingkungan ada 3 (tiga)

penegakan yaitu:

1. Penegakan hukum administrasi

2. Penegakan hukum perdata

3. Penegakan hukum pidana.

Dalam penegakan kasus pencemaran limbah minyak hitam B3 Di wilayah

pesisir Kabupaten Bintan telah terjadi pada tahun 2011 s/d 2017 penegakan hukum

yang dilakukan yaitu penegakan hukum pidana.9 Dalam penegakan hukum Pidana

pihak DLH telah melakukan tindakan pencegahan atau upaya Preventif demi menjaga

keamanan dan ketentraman masyarakat serta menjaga kelestarian lingkungan akibat

dari pencemaran lingkungan oleh limbah B3 di Wilayah Pesisir Kabupaten Bintan.

B. Ketentuan Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak Hitam Di

wilayah Pesisir Kabupaten Bintan

Teori tindak pidana yang diperkenalkan dalam UUPPLH juga dibagi menjadi 2

(dua) delik yaitu delik formil dan delik materil. Delik materil dan delik formil dapat

didefensikan sebagai berikut:10

a. Delik materil (generic crime) adalah perbuatan melawan hukum yang

menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup yang tidak

9 Hasil wawancara penelitian dengan Bapak Roki selaku seksi penegakan hukum di dinas

lingkungan hidup Kabupaten Bintan. Pada tanggal 21 januari 2019.

10

http://www.negarahukum.com/hukum/tindak-pidana-lingkungan-hidup.html, diaskes pada

tanggal 20 Januari 2019 pukul 10.05 WIB.

Page 12: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

12

perlu memerlukan pembuktian pelanggaran aturan-aturan hukum

administrasi seperti izin.

b. Delik formil (specific crime) adalah perbuatan yang melanggar hukum

terhadap aturan-aturan hukum administrasi, jadi untuk pembuktian

terjadinya delik formil tidak diperlukan pencemaran atau perusakan

lingkungan hidup seperti delik materil, tetapi cukup dengan membuktikan

pelanggaran hukum administrasi.

Berikut ini dikutip beberapa delik materil yang ditegaskan dalam UUPPLH

yang disesuaikan dengan pencemaran limbah B3 di wilayah pesisir Kabupaten

Bintan. Ketentuan hukum pidana yang sesuai dengan kasus yang di teliti yaitu Pasal

98 yaitu setiap orang yang dengan sengaja atau kelalaiannya melakukan:11

“Perbuatan

yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku

mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup”.

Diketahaui dalam Teori Tindak Pidana memiliki unsur-unsur tindak pidana

yaitu: unsur subjek, unsur kesalahan, unsur yang bersifat melawan hukum, unsur

tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-undang/peraturan perundang-

undangan dan terhadap pelanggaran pidana, unsur waktu dan tempat. Apabila unsus

tersebut terpenuhi bahwa sangat jelas secara hukum bahwa telah terjadi tindak pidana

lingkungan yaitu melakukan dumping limbah B3 ke media lingkungan hidup.

Menurut analisi penulis Pasal 175 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun

2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 jika di analisis bahwa unsur-unsur tindak

pidana pelaku dumping limbah B3 adalah unsur setiap orang, unsur melakukan, unsur

pencemaran limbah B3, unsur kemedia lingkungan hidup, unsur tanpa pengelolaan.

11 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup, Pasal 98.

Page 13: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

13

Berdasarkan yang telah diuraikan diatas, maka hasil analisis penulis terkait

pencemaran limbah B3 di wilayah pesisir Kabupaten Bintan yang diatur dalam

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungann dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup pada BAB XV Ketentun Pidana, yang di bagi menjadi delik

materil dan delik formil yaitu:

Delik Materil Tindak Pidana Lingkungan Hidup

1. Pasal 98 ayat (1) UUPPLH Tahun 2009:12

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan

dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut,

atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling

banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Menurut analisis penulis unsur-unsur tindak pidana dalam pasal ini yaitu:

1. Unsur subjek yaitu unsur setiap orang

2. Unsur kesalahan yaitu dengan sengaja jika di kaitkan ke dalam kasus yang

terjadi diduga sengaja karena melakukan berbuatan secara berulang-ulang

dari tahun 2011 s/d 2017.

3. Unsur bersifat melawan hukum perbuatan yang mengakibatkan pencemaran

Limbah Minyak Hitam.

4. Unsur tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang-undang/peraturan

perundang-undangan dan terhadap pelanggaran pidana adalah

mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku

mutu air laut.

12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Pasal 98 Ayat (1).

Page 14: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

14

5. Unsur waktu dan tempat adalah Media Lingkungan Hidup di wilayah pesisir

Kabupaten Bintan.

Ketentuan pidana diatas bahwa ditetapkan pidana minimum 3 tahun, dan

Maksimum 10 tahun, dengan Denda Minimum 3 Milyar dan Maksimum 10 Milyar.

Ketentuan pidana yang sangat tinggi guna menjerat pelaku, agar sanksi pidana

tersebut memberikan efek jera bagi pelaku pencemaran limbah minyak hitam

diwilayah Pesisir Kabupaten Bintan.

Berdasarkan Delik Formil Tindak Pidana Lingkungan Hidup yang dikaitakn

dengan kasus penemaran di wilayah Pesisir Kabupten Bintan ketentuan hukum

pidananya telah penulis analisis maka pasal-pasal yang sesuai dengan kasus yaitu:

1. Pasal 104 UUPPLH:13

Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media

lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda

paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 104 yang dikaitkan dengan pencemarn limbah B3 di Kabupaten Bintan

adalah: unsur setiap orang, unsur melakukan, unsur dumping (membuang) limbah,

unsur tanpa izin, unsur ke media lingkungan hidup dalam hal ini laut dan wilayah

pesisir. Ketentuan pidana dalam pasal 104 ini cukup terbilang ringan karena pelaku

hanya di kenakan hukuman penjara maksimum 3 (tiga) tahun dan denda maksimum 3

(tiga) milyar rupiah sehingga terbilang cukup ringan dan kemengkinan tidak

membuat si pelaku jera karena hukuman dan denda maksimum terbilang cukup

ringan.

13 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup, Pasal 104.

Page 15: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

15

2. Pasal 106 UUPPLH:14

Setiap orang yang memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat

(1) huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun

dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak

Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

Pasal 106 unsur-unsur tidak pidana yang terpenuhi yaitu: unsur setiap orang,

dalam hal ini orang asing mau pun orang Indonesia atau orang yang mengemudi

kapal, unsur memasukkan Limbah B3 ke dalam wilayah NKRI yaitu perbatasan laut

teriotial Indonesia. Ketentuan pidana dalam pasal 106 ini terbilang cukup tinggi dan

dapat membuat efek jera kepada pelaku karena hukuman penjara yang menjerat

pelaku di kenakan hukuman penjara minimum 5 (lima) tahun, maksimum 15 (lima

belas) tahun dengan dendan minimum 5 milyar dan Maksimum 15 milyar Rupiah.

Setiap orang dalam uraian Pasal per Pasal dia atas adalah orang atau perorangan atau

badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadaan hukum.

Ketentuan pidana sebagai ultimatum remidium dapat dijatuhkan kepada

pencemar atau perusak lingkungan hidup, merupakan upaya terakhir. Apabila delik

formal dan materiil terpenuhi, maka sanksi pidana dijatuhkan kepada pelaku

pencemar atau perusak lingkungan hidup.

14 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup, Pasal 106.

Page 16: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

16

KESIMPULAN

1. Penegakan hukum pidana terhadap pencemaran limbah minyak hitam di wilayah

pesisir kabupaten Bintan kenyataannya belum berjalan efektif, karena penegak

hukum hanya melakukan upaya preventif (pencegahan) saja tanpa adanya upaya

represif (pemberantasan). Ada pun faktor-faktor penghambat yang

mempengaruhi proses penegakan dilapangan yaitu faktor keterbatasan Undang-

undang, faktor penegak hukum yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan

belum memiliki penyidik pegawai negeri sipil dan belum berkordiansi dengan

Penyidik Polisi sebagai penyidik pembantu. Faktor sarana atau fasilitas yang

kurang seperti peralatan penyidikan dan anggaran dana.

2. Ketentuan Pidana terhadap pencemaran Limbah Minyak Hitam di Wilayah

pesisir Kabupaten Bintan diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Unsur kesalahan

sangat penting untuk menentukan sanksi terhadap pelaku pencemaran limbah

minyak hitam di wilayah pesisir Kabupaten Bintan. Apabila pelaku pencemaran

limbah tersebut ditemukan jika pelaku unsur yang terpenuhi delik materil maka

pelaku dijerat pasal 98, apabila unsur yang terpenuhi delik formil maka dijerat

pasal 104 dan 106.

Page 17: Penerapan Hukum Pidana Terhadap Pencemaran Limbah Minyak ...repository.umrah.ac.id/3475/1/Meysi novitasari-140574201033-IH.pdf · tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat

17

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2004

Deni Bram, Hukum Lingkungan Hidup, (Bekasi: Gramata Publising, 2014)

JURNAL

Suprianto, Peran Dinas Lingkungan Hidup Dalam Menangani Masalah Limbah

Minyak (Sludge Oil) Di Kabupaten Bintan Tahun 2016, Jurnal Ilmu

Pemerintahan, 2017

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

INTERNET

https://www.kompasiana.com/dodynofriandi3517/5b74238e6ddcae5dfd2b51f3/alam-

laut bintan energi-baik-yang-tercemar?page=all, diasekes pada tanggal 07

November 2018 20.54 WIB.

http//bintankab.go.id/master/pemerintah-kabupaten-bintan-ingin-masalah-limbah

minyak segera-tuntas/, diaskes pada tanggal 07 November 2018 pukul 20.17

WIB.