Penerapan Etika Caring Dalam Praktik Keperawatan
-
Upload
cholil-albarizi -
Category
Documents
-
view
398 -
download
13
description
Transcript of Penerapan Etika Caring Dalam Praktik Keperawatan
Penerapan Etika Caring dalam Praktik Keperawatan
Ethic, Law, and Policy
Vicki D. Lachman
‘Saya merasa kemampuan dalam caring adalah hal yang memberikan signifikan terdalam
dalam hidup’ Pablo Casals (2000)
Penggunaan teori etika caring didiskusikan untuk membantu perawat menentukan
apakah perawat dapat menerapkan teori ini secara efektif pada praktik keperawatan. Setelah
dasar definisi caring termasuk teori caring Watson, evolusi teori etika caring akan
digambarkan secara ringkas. Sebuah kasus akan digunakan untuk mengilustrasikan empat
fase caring Tronto dan empat elemen caringnya.
Definisi Caring
Caring dan Keperawatan sangat terjalin satu sama lain. Sebagai contoh kata kunci
keperawatan selalu muncul di halaman yang sama dengan kata kunci definisi caring pada
pencarian Google. Caring adalah suatu perasaan dan penujukkan kepedulian dan empati
kepada orang lain; menunjukkan atau memiliki kasih sayang. Dari definisi tersebut, caring
merupakan suatu perasaan yang juga membutuhkan tindakan.
Teori caring Dr. Jean Watson sudah dikenal dalam dunia keperawatan. Ada tiga
elemen utama dari teorinya, yaitu faktor-faktor karatif, hubungan caring transpersonal, dan
kesempatan untuk melakukan caring/momen melakukan caring (Watson, 2001). Karatif
faktor Watson berupaya untuk menghormati persepsi manusia (pasien) tentang pekerjaan
dunia keperawatan dan kehidupan di dalamnya serta pengalaman subjektif dari pasien yang
dilayani (Watson, 1997, p.50). Dua contoh dari faktor-faktor karatif, yang kemudian berubah
menjadi faktor-faktor caritas pada tahun 2001, pada praktik klinik adalah “pengembangan
dan mempertahankan hubungan saling percaya, hubungan caring yang otentik” dan “memberi
dan medukung tentang ekspresi perasaan yang positif atau negatif sebagai koneksi dengan
semangat yang dalam dari diri sendiri dan untuk apa menjadi peduli’’ (Watson, 2001, p. 347).
Untuk membangun hubungan saling percaya dan hubungan caring yang baik dengan pasien,
perawat harus selalu sadar diri terhadap segala macam perasaan yang menghakimi atau
perasaan yang melebihi batasan untuk terjalin sebuah ikatan dengan pasien. Caring
membutuhkan perawat untuk memiliki hubungan mendalam untuk menciptakan semangat
dalam diri sendiri dan semangat dalam diri pasien. Model caring Watson membutuhkan
perawat untuk melihat keunikan masing-masing individu dan melihat semua ekstensi yang
memungkinkan untuk menjaga harga diri pasien. Elemen kedua, hubungan caring
transpersonal, menjelaskan kesadaran perawat tentang caring dan komitmen moral untuk
membuat koneksi yang disengaja dengan pasien. Elemen ketiga adalah kesempatan
merawat/momen perawatan, adalah ruang dan waktu ketika pasien dan perawat secara
bersama-sama untuk membuat proses caring terjadi.
Teori Etik Caring
Edward (2009) menjelaskan evolusi dari teori etik caring selama 15 tahun terakhir ada
tiga versi. Pertama, Gilligan (1982) memulai diskusi dengan fokus pada konteks dari situasi
dibandingkan dengan pemihakan dan pertimbangan tentang isu-isu yang pantas. Refleksi
adalah suatu elemen dari keadilan yang berbasis pertimbangan moral dan tidak menyertakan
pertimbangan pada tingkatan caring atau kedekatan dalam suatu hubungan. Giligan adalah
yang pertama yang mengubah teori moral yang dulunya berada pada posisi dimana individu
dipandang sebagai independen menjadi posisi dimana indivisu daling berhubungan dan saling
bergantung satu sama lain. Orang asing tidak akan menerima tingkat caring yang sama seperti
yang pengalaman yang pernah kita alami. Sebagai contoh, anda mungkin setuju ketika
merawat kucing tetangga anda selama tetangga anda pergi, tetapi hal itu berbeda ketika anda
menyetujui merawat adik anda di rumah anda sementara dia sedang dalam perawatan di
rumah sakit. Caring terletak pada tindakan yang berkelanjutan dengan perilaku yang berbeda
dalam keterlibatan emosional bagi individu pada hubungan yang saling memperdulikan satu
sama lainnya.
Kedua, kontribusi utama Tronto (1993) telah berada di ranah filosofi politik. Dia
berpendapat “Bahwa jika kita fokus pada hubungan saling peduli dan hubungan antara
kekuatan dan tindakan kepedulian, seperti merawat anak-anak dan orang sakit, maka sebuah
tatanan sosial dengan pengaturan yang berbeda secara radikal akan terjadi” (Edwards, 2009,
hal 233). Mirip dengan Giligan (1982), Tronto (1993) membedakan antara kewajiban yang
berbasis etika dengan tanggung jawab yang berbasis etika. Kewajiban berbasis etika berasal
dari teori utilarianisme, prinsipalisme deontologi, atau (Beuchamp & Childress, 2009), di
situasi yang bagaimana pembuat keputusan menentukan kewajiban yang ia miliki dan
konsekuensinya. (“Kewajiban apa, jika memang ada, apa yang harus saya lakukan pada orang
ini”)?. Sebaliknya, pada tanggung jawab yang berbasis etika, hubungan dengan orang lain
adalah awal untuk memulai. Menurut Tronto (1993), etika caring melibatkan pengembangan
“kebiasaan caring” (p.127). Perawat harus bertanya pada dirinya sendiri bagaimana cara
terbaik untuk memenuhi caring secara tanggung jawab.
Ketiga, Gastmans (2006) dan Little (1998) berusaha untuk menjawab pertanyaan “apa
tindakan terbaik untuk merawat pasien saat ini?” Keduanya tidak mempertimbangkan etika
caraing sebagai sebuah teori, tetapi sebagai orientasi moral. Beberaoa kritikus mengenai etika
caring melihat bahwa caring sebagai perspektif yang diperlukan untuk kepekaan moral dan
respon moral, tetapi mereka juga mempercayai bahwa ada elemen-elemem lain yang
dibutuhkan sebagai pemecahan masalah moral. Beberapa elemen ini dapat ditemukan pada
Beauchamp dan Childress (2009) atau empat elemen Tronto (1993) yang akan dibahas
kemudian. Beberapa orang mederita kebutaan moral dan tidak tergerak kepada penderitaan
orang lain untuk segera mengambil tindakan. Bagi beberapa orang, visi mora tetap ada
namun tidak dikembangkan. Meskipun begitu, orientasi caring adalah dasar hubungan antara
perawat dengan pasien dan profesi perawat itu sendiri. Mengacu pada kode etik Perawat,
“Pertimbangan perawat diambil untuk digunakan merawat pasien agar pasien dapat hidup
dengan kondisi fisik, emosional, social, dan spiritual sesejahtera mungkin”.
Sebuah Kasus pada Caring
Tuan Jones, usia 59, dirawat di rumah sakit karena nyeri akut pada perut dengan
muntahan materi kopi. Dia memiliki sejarah panjang kecanduan alkohol dan diabetes tidak
terkelola, serta ia juga memiliki amputasi di bawah-lutut-kiri. Empat bulan lalu, istrinya
meninggal setelah 40 tahun menikah. Bapak Jones menyatakan ini adalah alasan ia berhenti
mengurus dirinya dan mulai mabuk berat lagi. Menurut perawat yang melaksanakan catatan
klinis Bapak Jones menyatakan bahwa Bapak Jones meminta penghilang obat nyeri lebih
sering daripada pasien lain dengan kondisi ini. Karena perawat telah menyediakan perawatan
untuk Mr Jones pada beberapa kesempatan, perawat mengetahui ia sering
membutuhkan dosis analgesia yang lebih tinggi dan peraway merespon
penderitaan Bapak Jones dengan menghubungi dokter untuk perubahan
dosis. Dokter ragu-ragu untuk meningkatkan dosis morfin dan, untuk menghindari hal yang
membahayakan pada pasien, perawat menganjurkan Mr Jones terlibat langsung dalam
resolusi konflik ini dengan dokter.
Penerapan Etika Caring pada Praktik Keperawatan
Tronto (1993) menawarkan definisi caring :
Pada tingkat yang paling umum kami sarankan caring dapat
dipandang sebagai sebuah aktivitas spesies yang meliputi segala sesuatu yang kita lakukan
untuk mempertahankan, melanjutkan dan memperbaiki "dunia" kita sehingga kita bisa hidup
di dalamnya sebaik mungkin. Dunia yang termasuk tubuh kita, diri kita dan lingkungan kita,
dan semua itu kita usahakan agar tetap terjalin kompleks, lifesustaining web. (Hal. 103)
Tronto menyarankan ada hubungan yang sudah ada pada hubungan moral antara
orang-orang, karena itu, pertanyaannya adalah, "Bagaimana Saya memenuhi tanggung jawab
caring saya? "Model Tronto ini mengusulkan empat fase peduli dan empat elemen perawatan.
Fase-fase itu belum tentu berurutan dan sering tumpang tindih.
Unsur-unsur perawatan dianggap fundamental diperlukan dalam rangka untuk
menunjukkan caring. Empat fase peduli. Temuan Tronto tentang empat fase ini, merawat
pasien melibatkan kognitif, emosional, dan tindakan strategi:
1. Caring about
2. Taking Care Of
3. Care Giving
4. Care Receiving
Dalam kasus Mr Jones, perawat pada fase satu (caring about) menyadari kebutuhan
untuk obat sakit meningkat dalam penilaian nyeri pasien. Pada tahap dua (taking care of),
perawat melihat tanggung jawab untuk merespon tingkat nyeri mengalami yang dialami
pasien. Oleh karena itu, pada fase tiga (caregiving), perawat mengambil tindakan untuk
memanggil dokter untuk perubahan dosis analgesia, dan dosis morfin meningkat. Ini
termasuk pengambilan tindakan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Menghadapi konflik
dengan dokter merupakan bagian penting dari perawatan (Kohlen, 2011; Lachman, 2009).
Akhirnya, pada fase empat (care recaiving), perawat menilai keberhasilan intervensi dengan
pasien (receiver of care). Ini tahap terakhir yang membantu terjalinnya hubungan
antara pasien dan perawat, dan merupakan aspek yang khas untuk etika perawatan (Edwards,
2011). Contoh ini menggambarkan proses keperawatan dalam tindakan, dan metode
pemecahan masalah diperlukan untuk praktik keperawatan yang efektif. Namun, pelaksanaan
proses yang menentukan apakah pasien mendapatkan caring atau tidak. Caring
mendefinisikan keperawatan, seperti menyembuhkan seperti mendefinisikan obat. Perawat
hadir pada kerentanan pasien, terutama karena kebutuhan pasien ini memiliki
potensi untuk menciptakan ketergantungan (Edwards, 2009). Dalam kasus Mr Jones, fokus
dokter pada pengobatan yang terlibat amputasi, sementara perawat yang dibutuhkan untuk
menerapkan empat fase merawat untuk praktik keperawatan yang efektif. Empat unsur
caring. Keempat unsur atau fundamental diperlukan untuk efektif caring yang membutuhkan
sikap tertentu dan keterampilan. Perawatan yang baik menggabungkan kegiatan tertentu,
sikap, dan pengetahuan pasien dan situasi. Dalam hal ini, pengalaman masa lalu perawat
dengan pasien memberikan pengetahuan tentang kebutuhan manajemen nyeri pasien,
yang membantu perawat menghindari sikap menghakimi tentang permintaan obat penghilang
rasa nyerinya dan memotivasi tindakan (aktivitas) untuk meminta peningkatan dosis
analgesiknya.
(1993) Teori tronto terdiri dari empat unsur caring meliputi berikut:
1. perhatian
2. tanggung jawab
3. kompetensi
4. respon dari penerima pelayanan
Pertama, caring memerlukan pendeteksian kepada pasien dan /atau keluarga. Jika
perawat gagal dalam mengenali kebutuhan pasien atau keluarga maka tidak akan terjalin
caring. Perhatian perawat memiliki peranan penting dalam menerima dan menghormati
pasien, mereka ditantang untuk melangkah keluar sistem preferensi pribadi mereka agar
dapat mengerti pasien, sehingga mereka dapat lebih memahami keadaan pasien dalam
kehidupan sehari-hari. (Gastmans,2006, hal. 136) Rumah sakit juga telah menerapkan
kebijakan untuk mendorong perhatian pada kebutuhan pasien. Beberapa rumah sakit
memiliki tanda-tanda yang menunjukkan"Tidak ada kawasan yang cocok"(Hendren, 2010).
Hal ini memperkuat anggapan bahwa perawat tidak pernah aktif dalam memberikan
pelayanan kepada pasien yang membutuhkan,Implementasi klasik lainnya mendukung hal ini
Maret-April 2012 • Vol. 21/No. 2. Pemerintah yang melakukan penetapan per jam, bahwa
perawat langsung menangani pasien yang membutuhkan setiap jam (Meade, Bursell,&
Ketelsen, 2006). Kedua strategi ini dapat membantu memastikanbahwa tidak ada pasien yang
diabaikan pada saat yang paling dibutuhkan.
Menurut Kode Etik Perawat (ANA, 2001), semua perawat profesional memiliki
tanggung jawab untuk merawatpasien di bawah perawatan mereka. Oleh karena itu, ada
ketidakpastian seputar tanggung jawab sebagai elemen kedua darikepedulian. Dalam konteks
etika keperawatan, ada ambiguitasbahwa perawat memiliki tanggung jawab untuk ditugaskan
olehpasien (Edwards, 2009). Namun, ruang lingkupkepedulian mereka dapat menimbulkan
pertanyaan. Apakah keperawatan medikal bedahmemiliki tanggung jawab untuk merawat Mr
Jones hanya sekalisetelah ia dipindahkan ke ruang operasi? Penulis ini percaya bahwa
perawat memiliki tanggung jawab untukmelakukan pemindahan ke dan dari ruang operasi
untuk mendukung Mr Jones. Unsur ketiga adalah kompetensi (Tronto, 1993). Jika perawat
melaksanakan strategi pengelolaan rasa sakit yang efektif,baik karena kurangnya
pengetahuan atau organisasi protokol, maka perawat ini tidak akan terlihat memberikan
kepedulian menurut sudut pandang pasien. Administrato rmemiliki kewajiban untuk
menyediakan perawat dalam mengelolarasa sakit dengan pendidikan efektif, berbasis bukti
nyeri manajemen protokol. Perawat memiliki tanggung jawab untuk memperbarui
kompetensi secara terus menerus dengan profesional,khususnya dalam pengetahuan dan
keterampilan, memerlukan komitmen untukbelajar seumur hidup"(ANA, 2001, hal8.)
Perawatan yang baik membutuhkan kompetensi untuk individu dalam memberikan
perawatan yang didasarkan pada fisik, psikologis, budaya, dan spiritual berdasarkan
kebutuhan pasien dan keluarga (Vanlaere &Gastmans, 2011). Perawatan yang baik bertujuan
untuk membantu paisen menjadi seseorang yang mandiri .Perawatan yang baik perlu
diberikan secara kompeten, sementara juga harus ada pertimbangan konteks pasien(misalnya,
kematian istri setelah 40tahun menikah).Unsur terakhir adalah pasien /keluarga tanggap
terhadap perawatan(Tronto, 1993). Pasien rentan terhadap tindakan atau kurangnya tindakan
perawat. Dalam beberapa situasi, pasien yang kurang tanggap terhadap analgesia memiliki
penilaian yang berberda dalam menentukan rencana perawatan. Perawat perlu memverifikasi
bahwa kepedulian kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
Perawatan merupakan praktek timbal balik, terjadi dalam kerangka kerja dalam
hubungan antara perawat (caregiver) dan pasien (penerima pelayanan) (Gastmans, 2006).
timbal balik tersebut terdiri dari memverifikasi bahwa perawatan yang diberikan adalah
kebutuhan pasien. Timbal balik ini harus selalu berfokus pada pemenuhan kebutuhan
perawatan daripasien atau keluarga, sehingga tidak ada penyalahgunaan kekuasaan yang
terjadi (misalnya, paternalisme). Watson(2001) juga difokuskan pada hubungan timbal balik
dalam hubungan antara perawat dengan pasien , yang menunjukkan pentingnya perawatan
yang diberikan oleh perawat Pasien tidak pernah untuk digunakan sebagaialat untuk
mencapai tujuan dari kepuasan diri sendiri. Meringkas Gilliganide (1982), perawat perlu
mengurus diri agar mampu merawat orang lain. Oleh karena itu, perawat harus terlibat dalam
strategi perawatan diri sehingga ia akan memiliki energi dan motivasi untuk melaksanakan
empat unsur perawatan: perhatian, tanggung jawab, kompetensi,dan responsif(Tronto, 1993).
Kesimpulan
Kebanyakan perawat telah menerapkan teori caring Watson, tetapi banyak yang tidak
menyadari tentang teori etika caring yang dapat dibangun dimulai dengan psikologi moral
yang dengan bekerja menurut teori dari Gilligan(1982). Perawatan sangat penting untuk
pembangunan manusia, yang pertama dan terutama ditujukan pada
kebutuhan fisik. Caring diperlukan pada tingkat biologis untuk bayi dalam bertahan hidup,
tetapi juga untuk pasien yang tergantung pada kehidupan. Etika caring berasal dari gagasan
bahwa caring adalah dasar bagi eksistensi manusia. Merawat orang harus menjalin hubungan
(Vanlaere &Gastmans, 2011). Namun, ketika seseorang memilih untuk menjadi perawat, dia
telah membuat komitmen moral untuk merawat semua pasien. Seperti keputusan untuk peduli
bukan dianggap mudah, karena itu mencerminkan pernyataan ini dalam Kode Etik Perawat:
"Perawat menghormati nilai, martabat dan hak-hak semua terlepas dari sifat kesehatan
manusia. Masalah"(ANA, 2001, p. 7). Merawat diperlukan jika pasien, seperti Mr. Jones,
memiliki konsekuensi kesehatan karena kekurangan kepatuhan terhadap rencana pengobatan
untuk diabetes dan alkoholisme. Menghilangkan prasangka pribadi dan prasangka dalam
menerapkan empat fase caring Tronto ini. Perawatan menuntut lebih dari niatan baik,
perawata yang baik adalah praktik kegiatan menggabungkan, sikap, dan pengetahuan tentang
situasi"(Gastmans, 2006, p. 137). Perawatan dapat dianggap hanya sebuah tugas etika dan
dengan demikian satu beban lagi yang harus dilakukan, atau dapat dianggap komitmen untuk
menjadi antusias dan terlibat dalam kebutuhan pasien.