Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasional di Indonesia

11

Click here to load reader

Transcript of Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah Pendidikan Nasional di Indonesia

Page 1: Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasional di Indonesia

1 Rahma Siska Utari

Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah

Pendidikan Nasional di Indonesia

1. Pendahuluan

Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari sejarah masa lalu.

Perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang secara tidak langsung merupakan

pandangan dari masa lalu dan merupakan bahan pembanding untuk memajukan

pendidikan bangsa. Syaripudin (2012:219) menyatakan bahwa sejarah pendidikan

Indonesia terpengaruh dari masuknya agama hindu-budha ke Indonesia,

selanjutnya masuknya agama Islam ke Indonesia, lalu masuknya pengaruh nasrani

yang dibawa oleh VOC, setelah itu zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan

Jepang, hingga zaman kemerdekaan awal, zaman Orde Lama, zaman Orde Batu,

dan zaman Reformasi.

Fachri, dkk (2010) menyatakan bahwa pendidikan mewariskan peradaban

masa lalu sehingga peradaban masa lalu yang memiliki nilai-nilai luhur dapat

dipertahankan dan diajarkan lalu digunakan generasi penerus dalam kehidupan di

masa sekarang. Dengan mewariskan dan menggunakan karya dan pengalaman

masa lalu, pendidikan menjadi pengawal, perantara, dan pemelihara peradaban.

Dengan demikian pendidikan memungkinkan peradaban masa lalu diakui

eksistensinya dikehidupan sekarang.

Asas “Tut Wuri Handayani” merupakan salah satu bentuk eksistensi

pendidikan di masa kolonial Belanda sebagai upaya kebangkitan kaum pergerakan

kebangsaan atau kaum pergerakan nasional yang digagas oleh Ki Hajar

Dewantara. Asas Tut Wuri Handayani yang menjadi semboyan Depdikbud,

menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan

mengingat tertibnya persatuan dalam berkehidupan umum (Istuningsih dan

Pinem, 2010).

Asas Tut Wuri Handayani merupakan titik tolak pendidikan nasional

Indonesia. Gufron (2011) menyatakan bahwa asas Tut Wuri Handayani memberi

kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan

Page 2: Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasional di Indonesia

2 Rahma Siska Utari

mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) oleh pendidik. Hal

itu tidak menjadikan masalah karena setiap kesalahan yang dilakukan anak didik

akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin

yang mendorong datangnya hukuman tersebut

Berdasarkan uraian di atas, pada makalah ini penulis akan membahas

masalah, “Bagaimana penerapan asas Tut Wuri Handayani sebagai landasan

pendidikan nasional Indonesia?” , dan “ Apa saja problema pendidikan dalam

penerapan asas Tut Wuri Handayani sebagai landasan pendidikan nasional di

Indonesia?”

Adapun tujuan dan manfaat dalam penulisan makalah ini adalah, untuk

menginformasikan bahwa penerapan asas Tut Wari Handayani dalam pendidikan

nasional mencerminkan sejarah pendidikan nasional sebagai pengawal, perantara,

dan pemelihara peradaban masyarakat Indonesia. Selain itu, makalah ini juga

bertujuan untuk menginformasikan apa saja problema pendidikan dalam

penerapan asas Tut Wuri Handayani di Indonesia.

2. Pembahasan

2.1. Landasan Sejarah Pendidikan Nasional di Indonesia

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis selalu bertolak dari

sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu, salah satunya

landasan sejarah suatu bangsa. Landasan sejarah suatu bangsa sangat penting

karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan

masyarakat bangsa serta pendidikan menjadi pengawal, perantara, dan pemelihara

peradaban. Dengan demikian pendidikan memungkinkan peradaban masa lalu

diakui eksistensinya dikehidupan sekarang (Fachri, Dkk, 2010).

Syaripudin (2012:10) menyatakan landasan historis pendidikan adalah

asumsi-asumsi yang bersumber dari konsep dan praktek pendidikan masa lalu

yang menjadi titik tolak perkembangan pendidikan masa kini dan masa datang.

Pada perjalanannya pendidikan di Indonesia secara tidak langsung mendapat

pengaruh dari berbagai jaman dan periode di Indonesia, jaman penyebaran agama-

agama di Indonesia, jaman penjajahan, dan jaman kemerdekaan (Syaripudin,

Page 3: Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasional di Indonesia

3 Rahma Siska Utari

2012:219). Namun demikian, yang menjadi titik tolak sejarah pendidikan nasional

di Indonesia adalah jaman pergerakan nasional, dimana pada saat itu negara

Indonesia masih dijajah oleh kolonial Belanda (Dhewi, 2011).

Penjajahan yang berlangsung lama benar mengungkung kemajuan bangsa

Indonesia, dan mengakibatkan kemelaratan serta kebodohan (Syaripudin,

2010:202). Dengan semakin sadarnya bangsa Indonesia akan makna nasionalisme

dan kemerdekaan, pada jaman pergerakan nasional ini (awal abad ke-20),

munculnya para pemuda sebagai cendikiawan bangsa dalam berbagai pergerakan .

Pada masa ini, mulai berdirinya sekolah-sekolah dan himpunan/ organisasi

pemuda. Pergerakan nasional berlangsung dalam jalur politik maupun pendidikan

(Syaripudin, 2010:203).

Selanjutnya, pada periode inilah yang menjadi puncak sejarah pendidikan

nasional di Indonesia. Dimana pada masa ini para pemuda memulai usahanya

untuk bangkit dari keterpurukan, bangkit dari penjajahan dimulai dari pendidikan.

2.2. Tut Wuri Handayani sebagai Asas Pendidikan di Indonesia

Asas Tut Wuri Handayani pertama kali digagas dan dicetuskan oleh tokoh

pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara pada media tahun 1922. Dhewi (2011)

menyatakan bahwa Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan

kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak

menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri dan bila anak

melakukan kesalahan baru pendidik membantunya.

Semboyan Tut Wuri Handayani merupakan salah satu dari tujuh asas

Perguruan Nasional Taman Siswa. Istuningsih dan Pinem (2010) menguraikan

ketujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa yang merupakan asas perjuangan

untuk menghadapi pemerintah kolonial Belanda sekaligus untuk mempertahankan

kelangsungan hidup dan sifat yang nasional dan demokrasi. Ketujuh asas tersebut

yang secara singkat disebut ”Asas 1922” adalah sebagai berikut :

a. bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri

dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.

b. bahwa pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah,

yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.

Page 4: Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasional di Indonesia

4 Rahma Siska Utari

c. bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan

sendiri.

d. bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau

kepada seluruh rakyat.

e. bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya

lahir maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri,

dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat baik

berupa ikatan lahir maupun ikatan batin.

f. bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka

mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.

g. gahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir

dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi

keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.

(Istuningsih dan Pinem, 2010)

Asas Tut wuri Handayani merupakan inti dari asas pertama (butir a) dalam

asas 1922 yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya

sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum

(Istuningsih dan Pinem, 2010). Dari asasnya yang pertama ini jelas bahwa tujuan

asas Tut Wuri Handayani yaitu:

a. pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan

b. pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna:

momong, among, ngemong. Among mengandung

artimengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak

didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan

selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar

dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kitaharus

mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi

bantuan padasaat anak membutuhkan

c. pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede)

d. pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan

e. pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri

sendiri, dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak

didik).

(Istuningsih dan Pinem, 2010)

Asas yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan

oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua

semboyan lagi, yaitu “Ing Ngarso Sung Sung Tulodo” dan “Ing Madyo Mangun

Karso” (Dhewi, 2011). Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu

kesatuan asas yaitu:

Page 5: Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasional di Indonesia

5 Rahma Siska Utari

1. Ing Ngarso Sung Tulodo artuinya jika di depan memberi contoh. Guru harus

bisa menjaga tingkah lakunya supaya bisa menjadi teladan (Soeratman. 1985:127).

Nugrahaningsih (2011:176) memberikan contoh penerapan Ing Ngarso Sung

Tulodo dalam proses pembelajaran, apabila guru mengajar menggunakan metode

ceramah, ia harus benar-benar siap dan tahu bahwa yang diajarkannya itu baik dan

benar

2. Ing Madyo Mangun Karso artinya jika ditengah-tengah memberi dukungan dan

semangat. Seorang pemimpin (pendidik) ketika berada di tengah harus mampu

membangkitkan semangat, berswakarsa dan berkreasi pada anak didik (Soeratman

1985:127). Hal ini dapat diterapkan bila guru menggunakan metode diskusi.

Sebagai nara sumber dan sebagai pengarah guru dapat memberi masukan-masukan

dan arahan. (Nugrahaningsih, 2011:176)

3. Tut Wuri Handayani artinya jika di belakang memberi dorongan. Seorang

pemimpin (pendidik) berada di belakang, mengikuti dan mengarahkan anak didik

agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab (Idris,1983). Ketika

guru berada di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan,

dapat terjadi anak didik akan berusaha bersaing, berkompetisi menunjukkan

kemampuannya yang terbaik (Nugrahaningsih, 2011:176)

Sebagai asas yang merupakan inti dari sitem among perguruan, di mana

guru memperoleh sebutan pamong yang berdiri di belakang dengan semboyan Tut

Wuri Handayani.

Cara mengajar dan mendidik dengan menggunakan “metode Among” dengan

semboyan Tut Wuri Handayani artinya mendorong para anak didik untuk

membiasakan diri mencari dan belajar sendiri. Mengemong (anak) berarti

membimbing, memberi kebebasan anak bergerak menurut kemauannya. Guru atau

pamong mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, bertugas mengamat amati

dengan segala perhatian, pertolongan diberikan apabila dipandang perlu. Anak didik

dibiasakan bergantung pada disiplin kebatinannya sendiri, bukan karena paksaan dari

luar atau perintah orang lain. (Soeratman, 1985:79)

Among berarti membimbing anak dengan penuh kecintaan dan mendahulukan

kepentingan sang anak. Dengan demikian anak dapat berkembang menurut

kodratnya. Hubungan murid dan pamong seperti keluarga. Murid memanggil gurunya

Page 6: Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasional di Indonesia

6 Rahma Siska Utari

dengan sebutan “ibu” atau “bapak” berbeda dengan sekolah lain pada jaman itu

yangmemanggil gurunya dengan sebutan “tuan”, “nyonya”, “nona”, “ndoro”, “den

Behi” atau “mas Behi”. (Soeratman, 1985:79)

Dengan menggunakan dasar kekeluargaan dalam metode among hubungan

antara murid dan guru sangat erat. Pengertian keluarga juga dipakai untuk sendi

persatuan. Sifat keluarga mengandung unsur unsur :

a. Cinta mencintai sesama anggota keluarga

b. sesama hak dan sesama kewajiban

c. tidak ada nafsu menguntungkan diri dengan merugikan anggota lain.

d. kesejahteraan bersama

e. sikap toleran (Soeratman, 1985:119)

2.3. Penerapan Asas Tut Wuri Handayani dalam Pendidikan Indonesia

Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk

melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan,

tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik (Istuningsih dan Pinem, 2010). Hal itu

tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan

yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada

pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut.

Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik.

Dhewi (2011) mengungkapkan bahwa kemandirian dalam belajar menurut asas

Tut wuri Handayani:

a. Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan

b. Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna:

momong, among dan ngemong. Among mengandung arti

mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak

didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan

selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar

dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus

mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiridan memberi

bantuan pada saat anak membutuhkan.

c. Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede)

d. Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak)

e. Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri

sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam anak didik)

Page 7: Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasional di Indonesia

7 Rahma Siska Utari

Selanjutnya Istuningsih dan Pinem menjabarkan dalam kaitan penerapan

asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui

sekarang, yakni:

a. peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan

ketrampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang

pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan

profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas

pendidikannya sendiri

b. peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan

kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk

memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya

c. peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan

kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan

sesuai dengan gaya dan irama belajarnya

d. peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental

memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan

ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat

bertumbuh menjadi manusia yang mandiri

e. peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk

memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang

menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai

sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah

normal sampai jauh di atas normal

(Istuningsih dan Pinem, 2010)

Implikasi dari penerapan asas ini Tut Wuri Handayani terhadap pendidik,

adalah sebagai berikut:

a. memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide

dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diajarkan.

b. seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang maksimal

didalam mengaktualisasikan pengalaman belajar, upaya melibatkan

siswa seperti ini yang sering dikenal dengan cara belajar siswa aktif

(CBSA).

c. peranan pendidik hanyalah bertugas mengarahkan siswa, sebagai

fisilitator, moitivator dan pembimbing dalam rangka mencapai

tujuan belajar.

d. dalam proses belajar mengajar dilakukan secara bebas tetapi

terkendali, interaksi pendidik dan siswa mencerminkan hubungan

manusiawi serta merangsang berfikir siswa, memanfaatkan

bermacam-macam sumber, kegiatan belajar yang dilakukan siswa

bervariasi, tetapi tetap dibawah bimbingan guru

(Istuningsih dan Pinem, 2010)

Page 8: Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasional di Indonesia

8 Rahma Siska Utari

2.4. Problema dalam Penerapan Asas Tut Wuri Handayani terhadap

Pendidikan di Indonesia

Adapun permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penerapan asas

pendidikan Tut Wuri Handayani di Indonesia, yaitu:

a. Masih terbatasnya kebebasan peserta didik untuk mengembangkan potensi

diri, khusunya di daerah-daerah terpencil. Kebebasan tersebut biasanya

terkendala pada keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan yang

disediakan pemerintah yang belum merata dimasing-masing sekolah

(Komunitas Belajar Waskita Islamiyah, 2012).

b. Ujian Nasional (UN) yang dijadikan pedoman kelulusan bagi para siswa.

Seperti dilansir pada Komunitas Belajar Waskita (KBW) (2012) bahwa

UN yang dilakukan pada saat ini membatasi kebebasan siswa. Membatasi

kebebasan siswa yang dimaksud adalah, bahwa mata pelajaran yang

dijadikan bahan UN terbatas pada 4 matapelaran tersebut melainkan pada

matapelajaran yang lainnya, yang benar seharusnya membiarkan siswa

memilih pelajaran yang dia sukai yang dia anggap mampu atau

mempunyai bakat dalam matapelajaran tersebut.

c. Masalah peningkatan mutu pendidikan yang sampai sekarang masih

diupayakan pemerintah. mengenai perubahan dan pergantian KTSP

dengan kurikulum 2013 dengan segala problemanya, membuat peserta

didik bingung dalam memilih dan menentukan kebebasan, berdampak

pada perkembangan peserta didik.

a. Masih adanya sikap otoriter secara tidak langsung berasal dari jaman

penjajahan yang diterapkan oleh orang tua maupun guru kepada peserta

didik, berdampak pada pengembangan potensi yang tidak maksimal.

b. Masih terbatasnya lapangan pekerjaan akan jurusan tertentu,

mengakibatkan peserta didik masih belum bebas dalam membuat

keputusan untuk masa depannya.

c. sejarah bangsa Indonesia yang pernah dijajah oleh negara asing

menyebabkan mental bangsa Indonesia dalam pengembangan kualitas

pendidikan terbawa hingga sekarang. Hal ini terlihat dari aksi tawuran

Page 9: Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasional di Indonesia

9 Rahma Siska Utari

antar pelajar, mudahnya tersulur emosi dan adu domba antar pelajar, ini

juga disebabkan kebebasan yang tidak terkontrol dengan baik.

C. Penutup

Pendidikan mewariskan peradaban masa lalu sehingga peradaban masa lalu

yang memiliki nilai-nilai luhur dapat dipertahankan dan diajarkan lalu digunakan

generasi penerus dalam kehidupan di masa sekarang. Dengan mewariskan dan

menggunakan karya dan pengalaman masa lalu, pendidikan menjadi pengawal,

perantara, dan pemelihara peradaban. Sehingga pendidikan memungkinkan

peradaban masa lalu diakui eksistensinya dikehidupan sekarang.

Asas “Tut Wuri Handayani” merupakan salah satu bentuk eksistensi sejarah

pendidikan nasional. Dalam penerapan asas pendidikan di Indonesia masih

mengalami berbagai problema yang harus ditanggulangi agar pada akhirnya

negara kita dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yang merupakan nilai-nilai

luhur dari peradaban bangsa Indonesia di masa lalu.

Page 10: Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasional di Indonesia

10 Rahma Siska Utari

Daftar Pustaka

Dhewi. 2011. “Artikel Asas Tut Wuri Handayani sebagai Landasan Pendidikan”.

http://dhewzone.files.wordpress.com/2011/11/azas-tutwuri-handayani-

sebagai-landasan-pendidikan.pd . Diakses pada 25 November 2013.

Fachri,Dkk. 2010. “ Landasan Historis Pendidikan di Indonesia”. http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-

MODES/LANDASAN_PENDIDIKAN/LANDASAN_HISTORIS_PENDIDIKA

N_DI_INDONESIA.pdf Diakses pada 25 november 2013.

Gufron. 2011. “Artikel Asas Tut Wuri Handayani”. .

http://gufrons.blogspot.com/2011/01/asas-tut-wuri-handayani.html .

Diakses pada 25 November 2013.

Idris, Z. 1983. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung: Angkasa

Istuningsih,D.W., dan Pinem, R. 2010. “Paper Asas-asas Pokok Pendidikan”.

http://www.slideshare.net/widemulia/asas-asas-pokok-pendidikan .

Diakses pada 25 November 2013.

Komunitas Belajar Waskita Islamiyah. 2012. “Kebebasan Itu Perlu”.

https://m.facebook.com/note.php?note_id=524165090929835&_ft_=fbid.52

4165090929835. Diakses tanggal 16 Desember 2013.

Nugrahaningsih, T.K., 2011. “Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam

Pembelajaran Matematika untuk Membangun Karakter Siswa”.

http://eprints.uny.ac.id/7371/1/p-16.pdf .Diakses tanggal 13 Desember 2013.

Putra, R. 2012. “Artikel Asas Pokok Pendidikan dan Penerapannya”.

http://rikiputrafisika.blogspot.com/2012/05/resume-pengantar-pendidikan-

pp-asas.html . Diakses pada 25 November 2013.

Soeratman, P. 1985. Ki Hajar Dewantara, Jakarta, Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan, Proyek Pembinaan Pendidikan Dasar.

Syaripudin, T. 2012. Landasan Kependidikan. Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia.

Page 11: Penerapan Asas Tut Wuri Handayani Sebagai Landasan Sejarah  Pendidikan Nasional di Indonesia

11 Rahma Siska Utari