PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

82
PENELITIAN PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM PERSIDANGAN TINDAK PIDANA DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR OLEH I KETUT SUDJANA SH MH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2018

Transcript of PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

Page 1: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

1

PENELITIAN

PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT

DALAM PERSIDANGAN TINDAK PIDANA DI

PENGADILAN NEGERI DENPASAR

OLEH

I KETUT SUDJANA SH MH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018

Page 2: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

ii

ii

PENELITIAN

PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT

DALAM PERSIDANGAN TINDAK PIDANA DI

PENGADILAN NEGERI DENPASAR

I KETUT SUDJANA SH MH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018

Page 3: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

iii

iii

PENELITIAN

PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT

DALAM PERSIDANGAN TINDAK PIDANA DI

PENGADILAN NEGERI DENPASAR

OLEH

I KETUT SUUDJANA SH MH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018

Page 4: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

iv

iv

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Dengan doa dan pji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asng Kertha Wara Nugraha-Nya penulisan

penelitian ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, sehingga judul yang

dipilih dalam penelitian ini adalah “PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN

CEPAT DALAM PERSIDANGAN TINDAK PIDANA DI PENGADILAN

NEGERI DENPASAR”.

Keberhasilan penyusunan penelitian ini, tidak terlepas dari bimbingan dan

bantuan moril maupun materiil oleh semua pihak.

Peneliti

Page 5: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

v

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar belakang masalah ............................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ....................................................................... 5

1.3 Ruang lingkup masalah ............................................................... 5

1.4 Landasan Teoritis ........................................................................ 10

1.5 Metode Penelitian ....................................................................... 20

1.8.1 Jenis penelitian ................................................................... 20

1.8.2 Jenis pendekatan ................................................................ 20

1.8.3 Sifat penelitian .................................................................... 20

1.8.4 Data dan sumber data ......................................................... 21

1.8.5 Teknik pengumpulan data .................................................. 22

1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian ................................. 23

1.8.7 Pengolahan dan Analisis Data ............................................ 24

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI ACARA PEMERIKSAAN

CEPAT ............................................................................................... 25

2.1 Acara Pemeriksaan Penyelesaian Perkara Tindak Pidana ........... 25

2.2 Tindak Pidana .............................................................................. 31

2.2.1 Pengertian Tindak Pidana ................................................... 31

2.2.2 Tindak Pidana Ringan ........................................................ 33

2.2.2.1 Pengertian Tindak Pidana Ringan.......................... 33

2.2.2.2 Jenis-jenis Tindak Pidana Ringan ......................... 34

Page 6: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

vi

vi

2.2.3 Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas Jalan .................... 36

2.2.3.1 Pengertian Tindak Pidana Pelanggaran Lalu

LintasJalan .............................................................. 36

2.2.3.2 Jenis-jenis Tindak Pidana Pelanggaran Lalu

Lintas Jalan ............................................................. 38

BAB III PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM

PERSIDANGAN TINDAK PIDANA DI PENGADILAN

NEGERIDENPASAR ....................................................................... 46

3.1 Proses Pemeriksaan Acara Cepat dalam Persidangan Tindak

Pidana Ringan di Pengadilan Negeri Denpasar ........................... 46

3.2 Proses Pemeriksaan Acara Cepat dalam Persidangan Tindak

Pidana Pelanggaran Lalu Lintas Jalan di Pengadilan Negeri

Denpasar ...................................................................................... 51

3.3 Klasifikasi Jumlah Perkara .......................................................... 55

3.3.1 Tindak Pidana Ringan ........................................................ 55

3.3.2 Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas Jalan ................... 57

BAB IV HAMBATAN DALAM PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN

CEPAT DALAM PERSIDANGAN TINDAK PIDANA DI

PENGADILAN NEGERI DENPASAR .......................................... 53

4.1 Hambatan dalam Penerapan Acara Pemeriksaan Cepat di

Pengadilan Negeri Denpasar ........................................................ 59

4.2 Upaya dalam Menanggulangi Hambatan dalam Penerapan

Acara Pemeriksaan Cepat di Pengadilan Negeri Denpasar .......... 61

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 63

Page 7: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

vii

vii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66

DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 8: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hal ini sesuai dengan pernyataan Muhammad Zainal Abidin, menyatakan

“manusia adalah makhluk sosial yang mana manusia hidup membutuhkan

interaksi tehadap manusia lainnya (zoon politicon). Dengan demikian

menimbulkan kesadaran diri bahwa kehidupan dalam masyarakat berpedoman

pada suatu aturan yang diatur oleh sebagian besar warganya ditaati”.1

Kehidupan bermasyarakat tentu tidak selamanya berjalan baik. Seperti

yang ditulis oleh Soedjono Dirdjosisworo dalam bukunya yang berjudul

Pengantar Ilmu Hukum, mengemukakan bahwa “adanya kepentingan-kepentingan

yang mengikat golongan maupun perseorangan yang senantiasa bertentangan satu

sama lain menyebabkan perlu adanya hukum. Sebagaimana pergaulan hidup

manusia tumbuh dan berkembang, sedemikian pula tumbuh dan berkembang

jugalah hukum itu”.2

Dasarnya manusia ingin kepentingannya didahulukan diatas kepentingan

manusia lainnya. Hal ini senantiasa menumbulkan adanya persaingan, pertikaian,

konflik dan kejahatan sehingga masalah tersebut diperlukan perwasitan melalui

hukum khususnya hukum pidana. Ini berarti bahwa hukum merupakan suatu

1Muhammad Zainal Abidin dan I Wayan Edy Kurniawan, 2013, Catatan Mahasiswa

Pidana, Indie Publishing, Depok, h. 1. 2Soedjono Dirdjosisworo, 2013, Pengantar Ilmu Hukum, PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta, h.32.

Page 9: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

2

tatanan atau sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan yang memiliki

keterkaitan erat satu sama lain.

Dalam pembagian hukum konvensional, hukum pidana termasuk bidang

hukum publik. Artinya, hukum pidana mengatur hubungan antara warga dengan

negara, dan menitik beratkan pada kepentingan umum atau kepentingan publik.

“Segala sesuatu yang dianggap melanggar hukum pidana maka akan dituntut

dimuka pengadilan dikenakan sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku”.3

Induk dari peraturan hukum pidana Indonesia adalah Kitab Undang-

undang Hukum Pidana yang biasa disingkat KUHP. Tindak pidana adalah

perbuatan yang dilakukan dianggap melanggar aturan hukum yang mana larangan

tersebut disertai ancaman yang berupa sanksi pidana. Tindak pidana dapat

dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang menyebabkan kerugian bagi orang

lain. Tindak pidana timbul dikarenakan beberapa faktor diantaranya adalah

adanya keinginan, kesempatan dan kebutuhan ekonomi yang mendesak. Pertama

yang dimaksud dengan faktor keinginan adalah sesuatu kemauan yang besar untuk

sebuah tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi sehingga

seseorang tersebut merasa lebih puas. Misalnya ketika seseorang melihat dan

menginginkan barang mewah milik orang lain namun tidak memiliki kemampuan

untuk membelinya. Adapun yang dimaksud dengan faktor kesempatan disini

adalah suatu situasi yang memungkinkan dan menciptakan peluang yang dapat

mendukung terjadinya kejahatan. Dan yang terakhir adalah faktor kebutuhan

ekonomi yang mendesak dimana semakin meningkatnya kebutuhan hidup maka

3Muhammad Zainal Abidin dan I Wayan Edy Kurniawan, Loc.Cit.

Page 10: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

3

pemenuhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan cara yang

benar atau cara yang salah. Namun ketika seseorang memilih cara yang salah

maka melakukan tindak pidana baik itu merupakan tindak pidana ringan mau

tindak pidana berat dianggap benar.

Penegakan hukum (law enforcement) merupakan penerapan suatu undang-

undang dengan maksud untuk menjaga keseimbangann antara hukum dan etika.

Penegakan hukum sebagai bentuk konkret penerapan hukum sangat

mempengaruhi secara nyata perasaan hukum, keputusan hukum, manfaat hukum,

kebutuhan atau keadilan hukum secara individual atau sosial. Penegakan hukum

tidak dari aturan hukum, pelaku hukum, dan lingkungan tempat terjadinya proses

penegakan hukum, maka dalam hal ini hukum berlaku bagi semua warga

Negara.4Dengan demikian penegakan hukum dapat dilakukan oleh lembaga

peradilan melalui suatu proses tertentu guna mencari keadilan yang diberikan

kepada pencari keadilan.

Dalam menyelesaikan perkara pidana dapat melalui pengadilan dengan

bermacam-macam jenis. Proses pemeriksaannya ada yang diacarakan sebagai

pemeriksaan biasa, pemeriksaan singkat, pemeriksaan cepat sesuai dengan

KUHAP. Bahwa dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman juga telah diatur dalam Pasal 2 ayat (4), pemeriksaan

perkara haruslah dilaksanakan dengan asas sederhana, cepat dan biaya ringan atau

yang dikenal dengan asas Trilogi Peradilan. Dengan harapan agar proses beracara

di pengadilan tidak berbelit-belit dan mudah dipahami guna menghilangkan

4Mutiara Hirdes Delani, 2011, “Tinjauan Yuridis Penerapan Acara Pemeriksaan Cepat

Dalam Persidangan Tindak Pidana Ringan Di Pengadilan Negeri Boyolali (Studi Kasus Putusan

No. 08/TPR/2010/PN BI)”, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Surakarta, H. 1.

Page 11: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

4

ketakutan dan keengganan masyarakat untuk mencari keadilan dan menjamin

kepastian hukum.

Suatu peradilan dikatakan bersifat cepat dapat dijumpai dalam KUHAP jo

SEMA No 18 Tahun 1983 yang menyatakan sifat “cepat” itu menghendaki agar

perkara tidak sampai tertunggak. Artinya harus dilaksanakan dengan

memperhitungkan efisiensi waktu agar seseorang yang mencari keadilan

mendapatkan kepastian sesegera mungkin.

Pemeriksaan cepat diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana meliputi acara pemeriksaan tindak pidana ringan dan acara pemerikaan

perkara pelanggaran lalu lintas jalan. Acara Pemeriksaan Cepat biasanya

digunakan dalam mengadili tindak pidana ringan atau yang biasa disebut Tipiring.

Pasal 205 KUHAP menyebutkan bahwa “yang diperiksa menurut acara

pemeriksaan tindak pidana ringan ialah perkara yang diancam dengan pidana

penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya

tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam

Paragraf 2 Bagian ini”. Khusus untuk delik tipiring, pengadilan mengadili dengan

hakim tunggal pada tingkat pertama dan terakhir, kecuali dalam hal dijatuhkan

pidana perampasan kemerdekaan terdakwa dapat meminta banding seperti yang

tercantum dalam Pasal 205 ayat (3).5

Penelitian ini menggunakan studi putusan hakim terhadap kasus-kasus

dengan pemeriksaan cepat. Dengan cepatnya proses dalam penyelesaian perkara,

selain dapat memberikan kepastian terhadap orang yang bersangkutan juga

5C. Djisman Samosir, tanpa tahun terbit, Hukum Acara Pidana, Nuansa Aulia, Bandung,

h. 124.

Page 12: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

5

melahirkan stigma positif masyarakat bahwa beracara di pengadilan tidaklah

rumit dan akan melahirkan sebuah penghormatan tersendiri kepada institusi

pengadilan dan aparatur negara yang terkait.

Maka berdasarkan dari uraian penjelasan latar belakang masalah tersebut

diatas, penulis ingin membahas lebih lanjut tentang acara pemeriksaan tindak

pidana menjadi judul usulan penelitian yaitu “PENERAPAN ACARA

PEMERIKSAAN CEPAT DALAM PERSIDANGAN TINDAK PIDANA ”

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan judul usulan penelitian ini, maka terdapat 2 (dua)

rumusan masalah yang dapat penulis kemukakan sebagai berikut :

1. Penerapan acara pemeriksaan cepat dalam persidangan tindak pidana

di Pengadilan Negeri Denpasar ?

2. Apa hambatan yang dialami dalam penerapan acara pemeriksaan cepat

di Pengadilan Negeri Denpasar ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Sesuai dengan latar belakang serta untuk menghindari adanya

penyimpangan dalam uraian masalah dalam usulan penelitian ini maka ditentukan

ruang lingkup permasalahan yang dianalisa. Dalam hal ini yang ingin dibahas

adalah terpusat pada Penerapan Acara Pemeriksaan Cepat Oleh Hakim Dalam

Persidangan Tindak Pidana di Pengadilan Negeri Denpasar serta Hambatan Yang

Dialami dalam Penerapan Acara Pemeriksaan Cepat Oleh Hakim di Pengadilan

Negeri Denpasar.

Page 13: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

6

1.6 Landasan Teoritis

Landasan teoritis meliputi filosofi, teori hukum, asas-asas hukum, norma,

konsep-konsep hukum, dan doktrin yang dipakai landasan untuk membahas

permasalahan penelitian. Sebagai landasan yang dimaksud untuk mewujudkan

kebenaran ilmu hukum yang bersifat konsesus. Identifikasi landasan teoritis

tersebut tidak boleh bertentangan satu sama lain.6

1. Asas dalam Hukum Acara Pidana yang Relevan dengan Acara Pemeriksaan

Cepat

Asas-asas hukum acara pidana merupakan hal yang penting dalam

pelaksanaan jalannya sistem peradilan pidana di Indonesia karena mekanisme

pengawasan dan evaluasi dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang ada. Di

dalam Hukum Acara Pidana terdapat beberapa asas-asas yang mengacu tentang

pelaksanaan Hukum Acara Pidana, sebagai berikut :

a. Asas Praduga Tidak Bersalah (Presumption of Innocence);

b. Asas adanya perlakuan sama terhadap diri setiap orang dimuka

hukum/hakim dengan tanpa perlakuan yang berbeda;

c. Asas adanya penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan

harus berdasarkan perintah tertulis dari pejabat yang diberi oleh undang-

undang dan hanya menurut cara yang diatur oleh undang-undang;

6Buku Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, h. 75

Page 14: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

7

d. Asas kepada seorang yang ditangkap, ditahan dan dituntut atau diadili

tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena

kekeliruan baik mengenai orangnya atau penerapan hukum;

e. Asas Trilogi Peradilan dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya

ringan;

f. Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan adanya kehadiran

terdakwa;

g. Asas Oportunitas dan Dominus Litisdilakukan oleh Jaksa/Penuntut

Umum;

h. Asas pemeriksaan sidang pengadilan dilakukan secara terbuka untuk

umum kecuali dalam hal-hal tertentu yang ditentukan undang-undang

dan ancaman batal demi hukum apabila tidak dilakukan secara demikian;

i. Asas bahwa setiap orang yang tersangkut perkara pidana wajib

memperoleh bantuan hukum dan didampingi oleh penasihat hukum dari

tingkat penyidikan sampai peradilan;

j. Asas pemeriksaan hakim di sidang pengadilan secara langsung dan lisan

dalam bahasa indonesia yang dimengerti para saksi dan terdakwa;

k. Asas pelaksanan putusan pengadilan oleh Jaksa/Penuntut Umum dan

pengawasan dan pengamatan pelaksanan putusan pengadilan dalam

perkara pidana oleh Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

Berdasarkan asas-asas tersebut, Asas dari hukum acara pidana yang relevan

dengan penelitian ini yaitu Asas Trilogi Peradilan dilakukan dengan cepat,

sederhana dan biaya ringan. Tiga unsur tersebut harus ditegakkan pada semua

Page 15: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

8

tingkat pemeriksaan dan sangat menyangkut pada sikap mental aparat penegak

hukum.

Sederhana, artinya dalam penanganan suatu perkara harus cepat dan tepat.

Sederhana dapat dilihat pada acara pemeriksaan cepat.7Makin sedikit dan

sederahana formalitas yang diwajibkan dan diperlukan dalam beracara di muka

pengadilan, maka akan semakin baik. Terlalu formalitas yang sukar dipahami

akan kurang menjamin kepastian hukum, sehingga tidak mustahil menimbulkan

keengganan dan ketakutan masyarakat pencari keadilan (justitiabelen) untuk

berperkara didepan pengadilan.8Esensi sederhana ini tercermin dalam hal

tertangkap tangan, pemeriksaan praperadilan, penggabungan pemeriksaan, perkara

pidana dengan tuntutan ganti rugi.

Cepat menurut tahapan yang diatur dalam KUHAP, yang antara lain

tampak lama maksimum sesuai dengan batas masa penahanan.9 Beberapa

ketentuan dalam pasal-pasal KUHAP memuat kata atau kalimat yang

mencerminkan proses penyelesaian perkara dilaksanakan dengan cepat yaitu kata

“segera”, “secepatnya” dan sebagainya. “Cepatnya proses pemeriksaan perkara

akan meninggikan penghormatan masyarakat kepada institusi peradilan. Hukum

berserta segenap aparatnya akan mempunyai wibawa. Masyarakat akan semakin

percaya kepada peradilan. Sebaliknya, lambatnya proses pemeriksaan perkara

akan merosotkan kewibawaan hukum dan pengadilan dimata masyarakat”.10

7Kuliah Hukum, 2016, URL : http://kuliahhukum.com/asas-umum-dan-asas-khusus-

dalam-hukum-acara-pidana/, diakses pada tanggal 20 Februari 2018. 8Mutiara Hirdes Delani, Op.Cit., h. 41. 9Nikolas Simanjuntak, 2009, Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum, Ghalia

Indonesia, tanpa tempat terbit, h. 112. 10Mutiara Hirdes Delani, loc.cit.

Page 16: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

9

“Biaya ringan, suatu peradilan dikatakan murah jika masyarakat mampu

membayar biaya perkara di semua tingkat pengadilan. Bagaimanapun juga, hak

atas keadilan menjadi milik semua orang, baik kaya maupun miskin. Bagi mereka

yang berkualifikasi sebagai warga negara miskin tetap berhak memperoleh

keadilan dari institusi peradilan manakala dirugikan orang lain. Apabila mereka

tidak mampu membayar, peraturan perundang-undangan telah memberikan hak

berperkara secara prodeo (gratis) atas biaya negara”.11 Dapat kita lihat pada Surat

Edaran Mahkamah Agung No. KMA/155/X/1881 tanggal 19 Oktober 1981 yaitu

minimal Rp. 500,00 dan maksimum Rp. 10.000,00. Biaya ringan bagi

tersangka/terdakwa karena pada akhirnya semua biaya nyata penanganan perkara

akan menjadi beban negara. Lazimnya, terdakwa yang sudah dihukum pidana

biasa, sudah tidak punya uang lagi atau memang tidak mau lagi membayar karena

sudah harus dipidana penjara (dalam praktiknya, biaya itu memang ditanggung

sendiri oleh jaksa yang menuntutnya). Dalam perkara pidana, bukan besarnya

fisik uang yang mau dibebankankan sebagai hukuman, tetapi keterbuktian besar

kecilnya kesalahan.12

2. Teori Efektivitas Hukum

Teori efektifitas hukum sebagai landasan kerangka fikir untuk mengkaji

permasalahan hukum yang berkaitan dengan Penerapan Acara Pemeriksaan Cepat

Dalam Persidangan Tindak Pidana Di Pengadilan Negeri Denpasar.Menurut R.

Seidman berbicara efektivitas hukummaka kita pertama-tama harus dapat

mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati. Jika suatu

11Ibid. 12Nikolas Simanjuntak,loc.cit.

Page 17: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

10

aturan hukum ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya

maka akan dikatakan aturan hukum yang bersangkutan adalah efektif.13

Efektivitas hukum berarti bahwa orang benar-benar berbuat sesuai dengan norma-

norma hukum sebagaimana mereka harus berbuat, bahwa norma-norma itu benar-

benar diterapkan dan dipatuhi.14

Derajat dari efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto, ditentukan

oleh taraf kepatuhan masyarakat terhadap hukum, termasuk para penegak

hukumnya, sehingga dikenal asumsi bahwa, taraf kepatuhan yang tinggi adalah

indikator suatu berfungsinya suatu sistem hukum. Dan berfungsinya hukum

merupakan pertanda hukum tersebut mencapai tujuan hukum yaitu berusaha untuk

mempertahankan dan melindungi masyrakat dalam pergaulan hidup.15 Menurut

Soerjono Soekanto, “faktor – faktor yang berpengaruh dalam penegakan hukum

antara lain :

1. Faktor Kaidah Hukum. Hukum berfungsi untuk keadilan, kepastian dan

kemanfaatan. Dalam praktik penyelenggaraan hukum di lapangan terjadi

pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Kepastian hukum sifatnya

konkret berwujud nyata, sedangkan keadilan bersifat abstrak sehingga ketika

seorang hakim memutuskan suatu perkara dengan penerapan undang-undang

saja maka nilai keadilan itu tidak tercapai sepenuhnya. Maka ketika terdapat

permasalahan mengenai hukum setidaknya keadilan menjadi prioritas utama.

Karena hukum tidaklah semata-mata dilihat dari sudut hukum tertulis saja,

masih banyak aturan-aturan yang hidup dalam masyarakat yang mampu

mengatur kehidupan masyarakat.

2. Faktor Penegak Hukum. Faktor ini meliputi pihak-pihak yang membentuk

maupun menerapkan hukum atau law enforcement. Bagian-bagian law

enforcement itu adalah aparatur penegak hukum yang mampu memberikan

kepastian, keadilan dan kemanfaatan hukum secara proposional. Ada tiga

elemen penting yang mempengaruhi mekanisme bekerjanya aparat dan

13Salim H. S. dan Erlis Septiana Urbani, 2013, Penerapan Teori Hukum pada Teks dan

Desertasi, Edisi Pertama, Ctk Kesatu, Rajawali Press, Jakarta, h. 375. 14Zainuddin Ali, 2006, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 62. 15Soerjono Soekanto, 1985, Efektivitas Hukum dan Peranan Saksi, Remaja Karya,

Bandung, h. 7.

Page 18: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

11

aparatur penegak hukum, antara lain : (1) institusi penegak hukum beserta

berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja

kelembagaannya; (2) budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk

mengenai kesejahteraan aparatnya; dan (3) perangkat peraturan yang

mendukung baik kineerja kelembagaannya maupun yang mengatur materi

hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materilnya maupun hukum

acaranya.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung pnegakan hukum. Fasilitas

pendukung secara sederhana dapat dirumuskan sebagai sarana untuk mencapai

tujuan. Ruang lingkupnya terutama adalah sarana fisik yang berfungsi sebagai

faktor pendukung. Fasilitas pendukung mencakup tenaga kerja manusia yang

berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,

keuangan yang cukup dan sebagainya.

4. Faktor masyarakat. Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan

untuk mencapai kedamaian didalam masyarakat. Masyarakat mempunyai

pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum.

5. Faktor kebudayaan. Faktor kebudayaan sebenarnya bersatu padu dengan faktor

masyarakat sengaja dibedakan, karena didalam pembahasannya diketengahkan

masalah sistem nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non

material. Hal ini dibedakan sebab sebagaimana suatu sistem atau subsistem

dari sistem kemasyarakatan, maka hukum mencakup struktur, substansi dan

kebudayaan”.16

Pandangan lain tentang efektivitas hukum oleh Clerence J Dias

menyatakan bahwa :

“An effective legal sytem may be describe as one in which there exists a

high degree of congruence between legal rule and human conduct. Thus

and effective kegal sytem will be characterized by minimal disparyti

between the formal legal system and the operative legal system is secured

by :

1. The intelligibility of it legal system.

2. High level public knowlege of the conten of the legal rules.

3. Efficient and effective mobilization of legal rules:

a. A commited administration and.

b. Citizen involvement and participation in the mobilization process.

4. Dispute sattelment mechanisms that are both easily accessible to the

public and effective in their resolution of disputes and.

5. A widely shere perception by individuals of the effectiveness of the

legal rules and institutions”.17

16Karya Tulis Ilmiah, http://karyatulisilmiah.com/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-

penegakan-hukum/, diakses pada tanggal 24 Januari 2018. 17Clerence J.Dias, 1975,Research on Legal Service And Poverty: its Relevance to the

Design ofLegal Service Program in Developing Countries, Wash. U.L. Q 147, h. 150.

Page 19: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

12

Diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia pandangan tersebut dapat

diartikan sebuah sistim hukum yang efektif dapat digambarkan sebagai sistim di

mana terdapat tingkat kesesuaian yang tinggi antara aturan hukum dan perilaku

manusia. Dengan demikian dan sistim hukum yang efektif akan dicirikan oleh

kesenjangan minimal antara sistem hukum formal dan sistem hukum operatif

dijamin dengan :

1. Intelijen sistem hukumnya.

2. Pengetahuan umum tingkat tinggi tentang aturan hukum.

3. Mobilisasi aturan hukum yang efisien dan efektif :

a. Sebuah administrasi yang berkomitmen dan

b. Keterlibatan warga dan partisipasi dalam proses mobilisasi

4. Mekanisme sengketa pertentangan yang mudah diakses oleh publik dan

efektif dalam penyelesaian sengketa dan

5. Persepsi luas yang dilakukan oleh individu atas efektivitas aturan dan

institusi hukum.

Berdasarkan penjelasan diatas maka “studi efektivitas hukum merupakan

suatu kegiatan yang memperlihatkan suatu strategi perumusan masalah yang

bersifat umum, yaitu suatu perbandingan antara realitas hukum dan ideal hukum,

secara khusus terlihat jenjang antara hukum dalam tindakan (law in action )

dengan hukum dalam teori (law in theory) atau dengan kata lain kegiatan ini akan

memperlihatkan kaitannya antara law in the book dan law in action”.18

3. Teori Bekerjanya Hukum

18Soleman B. Taneko, 1993, Pokok-Pokok Studi Hukum dalam Masyarakat, Rajawali

Press, Jakarta, h.47-48.

Page 20: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

13

Prinsipnya teori ini tidak jauh berbeda dengan teori efektifitas hukum.

Namun pada teori ini lebih bertumpu pada fungsinya hukum, berada dalam

keadaan seimbang. Artinya hukum akan dapat bekerja dengan baik dan efektif

dalam masyarakat yang diaturnya. Teori Seidman ini dapat dipakai untuk

mengkaji peraturan hukum yang dibuat oleh para elite negara, dan apakah

bekerjanya hukum berfungsi sebagaimana mestinya dan efektif berlakunya dalam

masyarakat, atau justru sebaliknya tidak efektif bekerjanya. Bahwa tidak semua

aturan yang berlaku pada suatu masyarakat tertentu dapat ditransper dan berlaku

dengan baik pada masyarakat lain karena adanya perbedaan sistem nilai yang

dianut oleh masyarakat bersangkutan. Bahwa basis bekerjanya hukum adalah

masyarakat, maka hukum akan dipengaruhi oleh faktor-faktor atau kekuatan sosial

mulai dari tahap pembuatan sampai dengan pemberlakuan. Kekuatan sosial akan

berusaha masuk dalam setiap proses legislasi secara efektif dan efesien. Peraturan

dikeluarkan diharapkan sesuai dengan keinginan, tetapi efek dari perturan tersebut

tergantung dari kekuatan sosial seperti budaya hukumnya baik, maka hukum akan

bekerja dengan baik pula, tetapi sebaliknya apabila kekuatannya berkurang atau

tidak ada maka hukum tidak akan bisa berjalan. Karena masyarakat sebagai basis

bekerjanya hukum.19

Dalam teori tersebut, Satjipto Rahardjomemaparkan bahwa terdapat

tigakomponen utama pendukung bekerjanya hukum dalam masyarakat. “Ketiga

komponen tersebut meliputi: 1) Lembaga Pembuat Peraturan; 2) Lembaga

Penerap Peraturan; 3) Pemegang Peran. Dan dari ketiga komponen dasar tersebut,

19Aiyul, 2017, “Teori Robert B Seidman”, Scribd.com, URL :

https://www.scribd.com/document/367243808/Teori-Robert-B-Seidman, diakses tanggal 25 Juli

2018.

Page 21: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

14

Robert B. Seidman mengajukan beberapa dalil, sebagaimana dikutip

SatjiptoRahardjo, sebagai berikut:

1. Lembaga Pembuat Peraturan : Bagaimana seorang pemegang peran itu

akan bertindak sebagai suatu respon terhadap peraturan-peraturan yang

ditujukan kepadanya. Sanksi-sanksi, aktivitas dari lembaga-lembaga

pelaksana, serta keseluruhan kompleks kekuatan sosial, politik, dan lain-

lain mengenai dirinya.

2. Lembaga Penerapan Peraturan : Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana

itu akan bertindak sebagai respon terhadap peraturan hukum yang

ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya keseluruhan kompleks

kekuatan-kekuatan sosial, politik, dan lain-lain yang mengenai diri

mereka, serta umpan-umpan balik yang datang dari para pemegang peran.

3. Pemegang Peran : Bagaimana para pembuat undang-undang itu akan

bertindak merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah

laku mereka, sanksi-sanksinya keseluruhan kompleks kekuatan-kekuatan

sosial, politik, ideologis, dan lain-lain yang mengenai diri mereka, serta

umpan-umpan balik yang datang dari para pemegang peran serta

birokrasi”.20

Ketiga komponen ini mendukung berjalannya sistem hukum di suatu

negara dan hal yang sangat penting untuk menilai berfungsinya hukum atau

bekerjanya hukum dalam masyarakat. Hukum diharapkan dapat berfungsi

optimal, dan bekerja dengan baik dalam masyarakat, serta harus diperhatikan

secara sungguh-sungguh.

1.7 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris atau

tatsachenwissenschaft merupakan suatu ilmu kenyataan hukum yang terdiri dari

penelitian terhadap efektifitas hukum serta penegakan hukum dalam masyarakat.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam masyarakat

20Satjipto Rahardjo, 1980, Hukum dan Masyarakat, Alumni, Bandung, hal.28.

Page 22: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

15

yaitu kaidah hukum/peraturan itu sendiri, petugas/aparat penegak hukum,

sarana/fasilitas yang dipergunakan oleh penegak hukum serta kesadaran

masyarakat.21 Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan penerapan suatu norma

dalam kasus yang terjadi di Pengadilan Negeri Denpasar.

1.8.2 Jenis Pendekatan

Jenis Pendekatan yang dipergunakan dalam melakukan penelitian ini

adalah pendekatan fakta (The Fact Approach) yaitu pendekatan ini dilakukan

berdasarkan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat mengenai penerapan acara

pemeriksaan cepat dalam persidangan tindak pidana. Pendekatan perundang-

undangan (The State Approach) yaitu pendekatan ini dilakukan dengan menelaah

semua oeraturan perundang-undangan yang bersangkutan dengan permasalahan

(isu hukum) yang sedang dihadapi. Dan pendekatan kasus (The Case Approach)

yaitu Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan telaah pada kasus-kasus yang

berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi. Kasus-kasus yang ditelaah merupakan

kasus yang telah memperoleh putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap. Hal

pokok yang dikaji pada setiap putusan tersebut adalah pertimbangan hakim untuk

sampai pada suatu keputusan sehingga dapat digunakan sebagai argumentasi

dalam memecahkan isu hukum yang dihadapi.

1.8.3 Sifat Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini menggunakan sifat penelitian Deskriptif.

Penelitian deskriptif menurut Soerjono Soekanto adalah suatu penelitian yang

dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,

21Zainudin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 31.

Page 23: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

16

keadaan, gejala-gejala, lainnya. Maksudnya adalah terutama mempertegas

hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu memperkuat teori-teori lama, atau

didalam kerangka penyusunan teori baru.

1.8.4 Data dan Sumber Data

Sumber data yang digunakandalampenulisan penelitian ini terdiri dari

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, sebagaiberikut :

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama

dilapangan yaitu informan untuk menggali informasi melalui wawancara

dengan Hakim Pengadilan Negeri Denpasar yang berkompeten dibidang acara

pemeriksaan cepat dalam persidangan tindak pidana.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh bersumber dari penelitian kepustakaan

yang tidak diperoleh secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan

bersumber dari data-data yang telah terdokumentasi dalam bentuk bahan-bahan

hukum dan karya tulis ilmiah hukum yang berkaitan dengan Penerapan

pemeriksaan acara cepat dalam tindak pidana. Adapun data sekunder yang

penulis gunakan dalam penelitian ini, antara lain :

a. Bahan hukum primer yaitu bahan – bahan hukum yang mengikat terdiri dari

instrumen hukum nasional, terdiri dari :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

3. Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.

Page 24: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

17

b. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bahan

hukum yang memberikan penjelasan dan menunjang bahan hukum perimer

antara lain pendapat para pakar hukum, karya tulis hukum terdahulu dan

buku-buku hukum sebagai referensi.

c. Bahan hukum tersier yang digunakan berupa kamus hukum dan Kamus

Besar Bahasa Indonesia Nasional yang berrada di internet.

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Data bagi suatu penelitian merupakan bahan yang akan digunakan untuk

menjawab permasalahan penelitian. Dengan demikian permaslahan dalam

penelitian dapat dipecahkan. Dalam penelitiaan ini pengumpulan data yang

digunakan yaitu dengan teknik observasi, dimana pengamatan secara langsung,

dan menggunakan teknik wawancara (interview) yaitu sebagai suatu proses tanya

jawab lisan dengan informan terkait untuk memperoleh data.

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara

langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.22 Wawancara

dilakukan secara bebas terbuka dengan alat berupa daftar pertanyaan yang telah

disiapkan sebagai pedoman wawancara sesuai dengan permasalahan tanpa

menutup kemungkinan muncul pertanyaan-pertanyaan lain secara spontan

ditengah wawancara yang sedang berlangsung.

Teknik observasi langsung adalah teknik pengumpulan data dimana

peneliti mengadakan pengamatan secara langsung tanpa alat terhadap gejala-

22Choild Narbuko dan Abu Achmadi, 2001, Metodelogi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta,

h.81.

Page 25: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

18

gejala subyek yang diselidiki dimana pengamatan dilakukan dalam situasi yang

sebenarnya.23

1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Teknik penentuan sampel penelitian yang digunakan adalah Teknik

Purposive Sampling. Dimana penarikan sampel dilakukan berdasarkan tujuan

tertentu yaitu sampel dipilih atau ditentukan sendiri oleh peneliti, yang mana

penunjukan dan pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah

memenuhi kriteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri

utamanya populasi.24

1.8.7 Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul baik data lapangan (data primer) maupun data

kepustakaan (data sekunder) akan diolah secara kuantitatif, dimana teknik

pengolahan ini digunakan dengan cara memilih data dengan kualitasnya untuk

dapat menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Setelah melalui

proses pengolahan data, kemudian data tersebut dianalisis dan disajikan secara

deskriptif analisis, yaitu suatu cara analisa data yang digunakan dengan menyusun

secara sistematis hingga memperoleh suatu kesimpulan yang ilmiah.

23Buku Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, h.82. 24Ibid. h.87.

Page 26: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

24

BAB II

TINJAUAN UMU ACARA PEMERIKSAAN CEPAT

2.1 Acara Pemeriksaan Penyelesaian Perkara Tindak Pidana

Acara pemeriksaan perkara pidana di pengadilan terdapat 3 jenis, yaitu

Acara Pemeriksaan Biasa, Acara Pemeriksaan Singkat, dan Acara Pemeriksaan

Cepat.

“Acara pemeriksaan biasa diatur dalam Pasal 152 Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana sampai Pasal 182 Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana. Apabila Pasal 152 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sampai

Pasal 182 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana kita perhatikan isinya,

dapat dikemukakan beberapa hal, yaitu :

a. Surat pelimpahan perkara dari jaksa penuntut ke pengadilan;

b. Penetapan hari sidang dan hakim memerintahkan kepada penuntut

umum untuk memanggil terdakwa dan saksi untuk datang ke

pengadilan;

c. Pemeriksaan perkara dilakukan secara lisan dalam bahasa

Indonesia yang dimengerti terdakwa dan saksi;

d. Pemeriksaan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara yang

menyangkut kesusilaan,atau terdakwanya anak-anak;

e. Terdakwa atau penasihat hukum dapat mengajukan keberatan

terhadap kewenangan mengadili dari hakim dan surat dakwaan dari

Jaksa Penuntut Umum yang tidak memenuhi syarat sebagaimana

diatur dalam Pasal 143 Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana;

f. Hakim dilarang menunjukan sikap atau mengeluarkan pernyataan

disidang tentang keyakinan mengenai salah atau tidaknya terdakwa

kecuali pada saat membacakan putusan;

g. Yang pertama-tama dengan keterangannya adalah korban yang

menjadi saksi, baru kemudian saksi-saksi lain dan ahli jika ada dan

terakhir adalah terdakwa;

h. Hakim memberikan kesempatan pada terdakwa dan penasihat

hukum atau Jaksa Penuntut Umum untuk bertanya pada saksi;

i. Pertanyaan yang bersifat menjerat tidak boleh diajukan baik

kepada terdakwa maupun kepada saksi;

Page 27: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

25

j. Mengatur mengenai siapa-siapa yang dapat didengarkan

keterangannya sebagai saksi dan siapa-siapa yang dapat

mengundurkan diri sebagai saksi;

k. Orang-orang yang pekerjaannya menyimpan rahasia dapat

meminta dibebaskan untuk memberikan keterangan sebagai saksi;

l. Seseorang yang boleh dipaksa untuk memberikan keterangan tanpa

sumpah;

m. Apabila terdakwa atau saksi dalam keadaan bisu atau tuli dan tidak

dapat menulis, maka hakim menunjuk penerjemah;

n. Ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lain wajib

memberikan keterangan apabila diminta kepolisian, kejaksaan atau

pengadilan”.25

Acara pemeriksaan singkat diatur pada BAB XVI, Bagian Kelima, Pasal

203-204 KUHAP. Dahulu Acara Pemeriksaan Singkat ini disebut perkara sumir

yang pembuktiannya mudah dan sifatnya sederhana.26 Pada dasarnya pengertian

tentang “acara pemeriksaan singkat” dapat disimpulkan dari Pasal 203 ayat (1)

KUHAP sebagai berikut :“yang diperiksa menurut acara pemeriksaan singkat

ialah perkara kejahatan atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan Pasal 205

dan menurut penuntut umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan

sifatnya sederhana”.

Berdasarkan rumusan diatas, Acara Pemeriksaan Singkat adalah

pemeriksaan perkara yang oleh penuntut umum pembuktian dan penerapan

hukum mudah dan sifatnya sederhana serta bukan tindak pidana ringan atau

perkara pelanggaran lalu lintas jalan. Kata mudah dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia yang dikeluarkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tercantum

artinya :

25C. Djisman Samosir, Loc.Cit.

26Leden Marpaung, 2010, Proses Penanganan Perkara Pidana (Di Kejaksaan &

Pengadilan Negeri Upaya Hukum & Eksekusi), Ed. 2 Cet 1, Sinar Grafika, Jakarta, h. 70.

Page 28: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

26

“Tidak memerlukan banyak tenaga atau pikiran dalam mengerjakan: tidak sukar,

tidak berat, gampang”. Dengan demikian, pembuktian dan penerapan hukum

gampang, tidak sukar, tidak memerlukan banyak pikiran dalam mengerjakannya.

Terdapat pengertian “sifatnya sederhana”, perlu pengamatan tentang arti kata

“sederhana” yakni bersahaja, tidak banyak seluk-beluk kesulitan.27Adapun

perbedaan perkara yang diperiksa dengan acara biasa dengan perkara yang

diperiksa dengan acara pemeriksaan singkat adalah sebagai berikut :

- Hakim dapat memerintahkan kepada penuntut umum agar perkara yang

diperiksa dalam acara pemeriksaan singkat diajukan kesidang

pengadilan dengan acara pemeriksaan biasa.

- Dalam acara pemeriksaan biasa, putusan dibuat secara khusus

sedangkan dalam acara pemeriksaan singkat putusan tidak dibuat

secara khusus, tetapi dicatat dalam berita acara sidang.

- Dalam acara pemeriksaan biasa terdakwa mendapatkan putusan

pengadilan, sedangkan dalam acara pemeriksaan singkat hakim

memberikan surat yang memuat amar putusan tersebut, dan surat

tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan

pengadilan dalam acara biasa.28

27Ibid, h. 71. 28C. Djisman Samosir, 2013, Segenggam Tentang Hukum Acara Pidana, Cet. I, Nuansa

Aulia, Bandung, h. 117-126.

Page 29: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

27

Acara pemeriksaan Cepat diatur dalam Bab XVI Bagian Keenam

KUHAP yang terdiri atas 2 paragraf, yakni :

1. Paragraf 1 berisi tentang Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan, terdiri

dari Pasal 205, Pasal 206, Pasal 207, Pasal 208, Pasal 209, dan Pasal 210

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Pasal 205

(1) “Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah

perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama

3 bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah

dan penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam paragraf 2 bagian

ini.”

(2) “Dalam perkara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyidik atas

kuasa penuntut umum, dalam waktu tiga hari sejak berita acara

pemeriksaan selesai dibuat, menghadapkan terdakwa beserta barang

bukti, saksi, ahli dana tau juru bahasa ke sidang pengadilan.”

(3) “Dalam acara pemeriksaan tindak pidana ringan penyidik dalam waktu

tiga hari sejak berita acara pemeriksaan sebagai mana dimaksud dalam

ayat (1), pengadilan mengadili dengan hakim tunggal pada tingkat

pertama dan terakhir, kecuali dalam hal dijatuhkan pidana perampasan

kemerdekaan terdakwa dapat meminta banding”.

Pasal 206

“Pengadilan menetapkan hari tertentu dalam tujuh hari untuk mengadili

perkara dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan.”

Pasal 207

(1) “a. Penyidik memberitahukan secara tertulis kepada terdakwa tentang

hari, tanggal, jam dan tempat ia harus menghadap sidang pengadilan dan

hal tersebut dicatat dengan baik oleh penyidik, selanjutnya catatan

bersama berkas dikirim ke pengadilan., b. Perkara dengan acara

pemeriksaan tindak pidana ringan yang diterima harus segera

disidangkan pada hari sidang itu juga.”

(2) “a. Hakim yang bersangkutan memerintahkan panitera mencatat dalam

buku register semua perkara yang diterimanya., b. Dalam buku register

dimuat nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur atau tanggal lahir, jenis

kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa

serta apa yang didakwakan kepadanya.”

Pasal 208

Page 30: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

28

“Saksi dalam acara pemeriksaan tindak pidana ringan tidak mengucapkan

sumpah atau janji kecuali hakim menganggap perlu.”

Pasal 209

(1) “Putusan dicatat oleh hakim dalam daftar catatan perkara dan

selanjutnya oleh panitera dicatat dalam buku register serta ditanda

tangani oleh hakim yang bersangkutan dan panitera.”

(2) “Berita acara pemeriksaan sidang tidak dibuat kecuali jika dalam

pemeriksaan tersebut ternyata ada hal yang tidak sesuai dengan berita

acara pemeriksaan yang dibuat oleh penyidik.”

Pasal 210

“Ketentuan dalam Bagian Kesatu, Bagian Kedua dan Bagian Ketiga Bab ini

tetap berlaku sepanjang peraturan itu tidak bertentangan dengan paragraf

ini. Paragraf 2 Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan.”

2. Paragraf 2 berisi tentang Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu

Lintas Jalan. Terdiri dari Pasal 211, Pasal 212, Pasal 213, Pasal 214, Pasal

215, dan Pasal 216 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Pasal 211

“Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan pada Paragraf ini ialah perkara

pelanggaran tertentu terhadap perundang-undanngan lalu lintas jalan.”

Pasal 212

“Untuk perkara pelanggaran lalu lintas jalan tidak diperlukan berita acara

pemeriksaan, oleh karena itu catatan sebagaimana dimaksud dalam pasal

207 ayat (1) huruf a segera diserahkan kepada pengadilan selambat-

lambatnya pada kesempatan hari sidanng pertama berikutnya.”

Pasal 213

“Terdakwa dapat menunjuk seorang dengan surat untuk mewakilinya di

sidang.”

Page 31: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

29

Pasal 214

(1) “Jika terdakwa atau wakilnya tidak hadir sidang, pemeriksaan perkara

dilanjutkan.”

(2) “Dalam hal putusan diucapkan diluar hadirnya terdakwa, surat amar

putusan segera disampaikan kepada terpidana.”

(3) “Bukti bahwa surat amar putusan telah disampaikan oleh penyidik

kepada terpidana, diserahkan kepada panitera untuk dicatat dalam buku

register.”

(4) “Dalam hal putusan dijatuhkan diluar hadirnya terdakwa dan putusan itu

berupa pidana perampasan kemerdekaan, terdakwa dapat mengajukan

perlawanan.”

(5) “Dalam waktu tujuh hari sesudah putusan diberitahukan secara sah

kepada terdakwa ia dapat mengajukan perlawanan kepada pengadilan

yang menjatuhkan putusan itu.”

(6) “Dengan perlawanan itu putusan diluar hadirnya terdakwa menjadi

gugur.”

(7) “Setelah panitera memberitahukan kepada penyidik tentang perlawanan

itu hakim menetapkan hari sidang untuk memeriksa kembali perkara.”

(8) “Jika putusan setelah diajukannya perlawanan tetap berupa pidana

sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), terhadap putusan tersebut

terdakwa dapat pengajukan banding.”

Pasal 215

“Pengembalian benda sitaan dilakukan tanpa syarat kepada yang berhak,

segera setelah putusan dijatuhkan jika terpidana telah memenuhi isi amar

putusan.”

Pasal 216

“Ketentuan dalam Pasal 210 tetap berlaku sepanjang peraturan itu tidak

bertentangan dengan paragraf ini.”

2.2.Tindak Pidana

2.2.1 Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana terjemahan dari “strafbaar feit”, di dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana tidak terdapat penjelasan mengenai apa yang sebenarnya

dimaksud dengan strafbaar feit itu sendiri. Biasanya tindak pidana disinonimkan

dengan delik, yang berasal dari bahasa latin yakni kata delictum. Dalam Kamus

Page 32: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

30

Besar Bahasa Indonesia tercantum sebagai berikut : “ Delik adalah perbuatan yang

dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-

undang tindak pidana”. Berdasarkan rumusan yang ada maka delik/strafbaar feit

memuat beberapa unsur :

1. Suatu perbuatan manusia.

2. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang.

3. Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang mana perbuatan tersebut dapat

dipertanggungjawabkan.29

Pemberian definisi tentang hukum atau pengertian dalam ilmu-ilmu

sosialnya pastilah terdapat perbedaan-perbedaan pendapat, maka dalam pemberian

pengertian terhadap definisi tindak pidana juga terdapat bermacam-macam

pendapat yang diberikan oleh para sarjana. Mengenai hal ini beberapa pendapat

yang antara lain:

Menurut Simons, strafbaarfeit yaitu kelakuan yang diancam dengan

pidana yang bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan kesalahan dan

kelakuan oleh orang-orang yang mampu bertanggungjawab”.30

Van Hammel, mengatakan strafbaarfeit yaitu kelakuan orang yang

dirumuskan dalam wet yang bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan

dilakukan dengan kesalahan.31

Moeljatno mendefinisikan perbuatan pidana sebagai perbuatan yang

dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai sanksi yang berupa

29Teguh Prasetyo, 2010, Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta, h. 47. 30Wiryono Projodikoro, 1986, Azas- azas Hukum Pidana di Indonesia, PT. Eresco,

Bandung, h. 56.

31Ibid, h. 54.

Page 33: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

31

pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut, laranngan

ditujukan kepada perbuatan (suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh

kelakuan orang), sedangkan ancaman pidana ditujukan kepada orang yang

menimbulkan kejadian itu.32

Istilah Tindak Pidana dapat diartikan sebagai gerak gerik tingkah laku

dan gerak gerik jasmani seseorang. Hal-hal tersebut terdapat juga seseorang untuk

tidak berbuat, akan tetapi dengan tidak berbuatnya seseorang, seseorang telah

melakukan tindak pidana. Mengenai kewajiban untuk berbuat tetapi seseorang

tidak berbuat, yang di dalam undang-undang menentukan pada Pasal 164 KUHP

yang mengharuskan seseorang untuk melapor kepada pihak berwajib apabila

timbul kejahatan, ternyata tidak dilaporkan maka seseorang tersebut dapat

dikenakan sanksi. Secara khusus pengertian tindak pidana adalah perbuatan yang

oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidana, dimana pengertian

perbuatan disini selain perbuatan bersifat aktif (melakukan sesuatu yang

sebenarnya dilarang oleh hukum) juga perbuatan yang bersifat pasif (tidak berbuat

sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh hukum).33

2.2.2. Tindak Pidana Ringan

2.2.2.1 Pengertian Tindak Pidana Ringan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana atau dikenal dengan KUHP

memuat dua bentuk peristiwa pidana yaitu berupa kejahatan dan pelaggaran.

terhadap kejahatan terbagi menjadi dua bentuk yaitu kejahatan biasa dan

kejahatan ringan atau yang lebih dikenal dengan istilah tindak pidana ringan.

32Moeljatno, 1986, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, (selanjutnya

disingkat Moeljatno II), h. 54. 33Ibid.

Page 34: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

32

Definisi mengenai tindak pidana ringan akan sulit ditemukan dalam KUHP,

namun definisi tersebut dapat dipahami dalam rumusan Pasal 205 ayat (1)

KUHAP yang menyebutkan bahwa :

“Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan adalah

perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama

tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah

dan penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam paragraf 2 bagian

ini”.

Adapun dasar hukum pemeriksaan tindak pidana ringan yaitu :

a. Dasar hukum diatur dalam Bab Keenam Paragraf 1 Pasal 205-210

KUHAP;

b. Bagian Kesatu (Panggilan dan Dakwaan), Bagian Kedua (memutus

sengketa wewenang mengadili), dan Bagian Ketiga (acara pemeriksaan

biasa) Bab XVI sepanjang tidak bertentangan dengan paragraf 1 diatas.

c. Pasal-pasal dalam KUHP yang memuat ancaman pidana penjara atau

kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda sebanyak-

banyaknya Rp. 7500 (tujuh ribu lima ratus rupiah), Pasal 205 Ayat (1)

KUHP;

d. Peraturan daerah atau peraturan perundang-undangan lainnya yang

termasuk wewenang tipiring berdasarkan KUHP jo SEMA No. 18

Tahun 1983: sifat “cepat” itu menghendaki agar perkara tidak sampai

tertunggak, disamping itu situasi serta kondisi masyarakat belum

memungkinkan apabila untuk semua perkara tipiring terdakwa

Page 35: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

33

diwajibkan hadir pada waktu putusan diucapkan, maka perkara-perkara

cepat (baik tipiring maupun lalu lintas) dapat diputus diluar hadirnya

terdakwa (verstek) dan “Pasal 214 KUHAP” berlaku untuk semua

perkara yang diperiksa dengan Acara Cepat.

2.2.2.2 Jenis-jenis Tindak Pidana Ringan

Adapun beberapa Pasal dalam KUHP yang berisi tentang macam-macam

tindak pidana ringan yaitu diantaranya :

1. Pasal 302 ayat (1) KUHP tentang Penganiayaan Ringan terhadap

Hewan;

2. Pasal 315 KUHP tentang Penghinaan Ringan;

3. Pasal 352 ayat (2) KUHP tentang Penganiayaan Ringan;

4. Pasal 364 KUHP tentang Pencurian Ringan;

5. Pasal 373 KUHP tentang Penggelapan Ringan;

6. Pasal 379 KUHP tentang Penipuan Ringan;

7. Pasal 384 KUHP tentang Penipuan dalam Penjualan;

8. Pasal 407 ayat (1) KUHP tentang Perusakan Barang;

9. Pasal 482 KUHP tentang Penadahan Ringan.

Selain diatur didalam KUHP, tindak pidana ringan juga terdapat diluar

KUHP. Adapun beberapa tindak pidana ringan yang diatur dalam Peraturan

Daerah baik Peraturan Daerah Provinsi Bali maupun Peraturan Daerah Kota

Denpasar yaitu diantaranya :

1. Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 8 tahun 2000 tentang Batas Usia

Kendaraan.

Page 36: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

34

2. Peraturan Daerah Provinsi Bali No.5 Tahun 2016 tentang

Pramuwisata.

3. Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 2 Tahun 2000 perubahan atas

Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 7 Tahun 1993 tentang

Pemberantasan Pelacuran di Kota Denpasar.

4. Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 1 Tahun 2015 tentang

Ketertiban Umum Kota Denpasar mengenai pembuangan sampah

sembarangan.

5. Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 1 Tahun 2015 tentang

Ketertiban Umum Kota Denpasar mengenai pembuangan limbah

sembarangan.

6. Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 17 Tahun 2011 tentang

Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.

7. Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 7 Tahun 2013 tentang

Kawasan Tanpa Rokok.

8. Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 2 Tahun 2015 tentang

Pedagang Kaki Lima.

9. Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 6 Tahun 1996 tentang Sistem

Informasi Manajemen Kependudukan (SIMDUK).

10. Peraturan Daerah Kota Denpasar No. 5 Tahun 2015 tentang

Bangunan Gedung.

Page 37: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

35

2.2.3 Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas Jalan

2.2.3.1 Pengertian Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas Jalan

Pengertian lalu lintas angkutan jalan di dalam Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dirumuskan tentang

pengertian lalu lintas angkutan jalan secara sendiri-sendiri yakni sebagai berikut :

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan :

“Lalu lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri

atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, jaringan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, Prasana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kendaraan, Pengemudi,

Pengguna Jalan, serta pengelolanya”.

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan :

“Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan orang di ruang Lalu Lintas

Jalan”.

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan :

“Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke

tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan”.

Berdasarkan rumusan Pasal 1 ayat (1), (2) dan (3) tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa lalu lintas angkutan jalan adalah gerak pindah orang atau

barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan dan

Page 38: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

36

sarana jalan yang diperuntukkan bagi umum. Kendaraan yang dimaksud adalah

meliputi baik kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor.

Dalam pengertian umum yang diatur Pasal 1 UU No. 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tidak ditemukan adanya pengertian secara

limitative tentang apa yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas. Menurut

Awaloedin bahwa pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan atau tindakan

seseorang yang bertentangan dengan peraturan perundang undangan lalu lintas

jalan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 33

ayat (1) huruf a dan b34. Definisi pelanggaran lalu lintas yang dikemukakan oleh

Awaloedin tersebut ternyata masih menggunakan rujukan atau dasar perundang-

undangan yang lama yakni UU No 14 Tahun 1992 yang telah diganti dengan UU

No. 22 Tahun 2009, akan tetapi hal tersebut dapat dijadikan suatu masukan

berharga dalam membahas tentang pengertian pelanggaran lalu lintas.

KUHP tidak dijelaskan mengenai arti pelanggaran. Pelanggaran dapat

dibedakan dengan kejahatan melalui sanksi yang diberikan. Sanksi bagi pelaku

pelanggaran umumnya lebih ringan dari pelaku kejahatan. “pelanggaran” adalah

delik undang-undang (wetsdelicten) yaitu perbuatan yang sifat melawan

hukumnya baru dapat diketahui setelah ada undang-undang yang mengaturnya.35

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hal

pelanggaran lalu lintas yang dimaksud dengan melanggar adalah melewati atau

melalui dengan tidak sah, menubruk, menabrak, menyalahi, melawan. Jadi dapat

34Naning Rondlon, 1983, Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Disiplin

Penegak Hukum dan Lalu Lintas, Bina Ilmu, Jakarta, h. 19. 35Rusli Effendy dan Ny. Poppy Andi Lolo, 1989, Asas-asas Hukum Pidana, Umithohs

Press, Ujung Pandang, h.74.

Page 39: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

37

disimpulkan bahwa definisi pelanggaran yaitu pelanggaran lalu lintas adalah suatu

perbuatan atau perkara melewati, melalui dengan tidak sah, menabrak, menyalahi,

melawan, yang berhubungan dengan arus bolak-balik, hilir mudik atau perjalanan

dijalan, perhubungan antara satu tempat dengan tempat yang lain dengan

menggunakan kendaraan bermotor.

2.2.3.2 Jenis-jenis Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas Jalan

Jenis-jenis pelanggaran lalu lintas dalam Undang-Undang No. 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diklasifikasikan menjadi tiga bagian

yaitu :

1. Klasifikasi pelanggaran ringan yaitu:

- Pasal 275 Ayat (1)melakukan perbuatan yang mengakibatkan kerusakan

dan/atau gangguan fungsi Jalan

- Pasal 276mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek tidak

singgah di Terminal,

- Pasal 278mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih

di Jalan yang tidak dilengkapi dengan perlengkapan berupa ban

cadangan, segitiga pengaman, dongkrak, pembuka roda, dan peralatan

pertolongan pertama pada kecelakaan,

- Pasal 279mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang dipasangi

perlengkapan yang dapat mengganggu keselamatan berlalu lintas,

- Pasal 280mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak

dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh

Kepolisian Negara Republik Indonesia,

Page 40: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

38

- Pasal 281 mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak

memiliki Surat Izin Mengemudi,

- Pasal 282Setiap Pengguna Jalan yang tidak mematuhi perintah yang

diberikan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia,

- Pasal 284mengemudikan Kendaraan Bermotor dengan tidak

mengutamakan keselamatan Pejalan Kaki atau pesepeda,

- Pasal 285 Ayat (1) mengemudikan Sepeda Motor di Jalan yang tidak

memenuhi persyaratan teknis dan layak jalan yang meliputi kaca spion,

klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul

cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban dan

Ayat (2)mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih di

Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis yang meliputi kaca spion,

klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu tanda batas dimensi badan

kendaraan, lampu gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat

pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kaca

depan, spakbor, bumper, penggandengan, penempelan, atau penghapus

kaca,

- Pasal 286mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih

di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan laik jalan,

- Pasal 287 Ayat (1) mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang

melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Rambu

Lalu Lintas dan Ayat (2) mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan

Page 41: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

39

yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,

- Pasal 288 Ayat (1) mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang

tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau

Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian

Negara Republik Indonesia, Ayat (2) mengemudikan Kendaraan

Bermotor di Jalan yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi

dan Ayat (3)mengemudikan mobil penumpang umum, mobil bus, mobil

barang, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang tidak dilengkapi

dengan surat keterangan uji berkala dan tanda lulus uji berkala,

- Pasal 289mengemudikan Kendaraan Bermotor atau Penumpang yang

duduk di samping Pengemudi yang tidak mengenakan sabuk

keselamatan,

- Pasal 290mengemudikan dan menumpang Kendaraan Bermotor selain

Sepeda Motor yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah dan tidak

mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm,

- Pasal 291 Ayat (1) mengemudikan Sepeda Motor tidak mengenakan

helm standar nasional Indonesia dan Ayat (2)mengemudikan Sepeda

Motor yang membiarkan penumpangnya tidak mengenakan helm,

- Pasal 292 mengemudikan Sepeda Motor tanpa kereta samping yang

mengangkut Penumpang lebih dari 1 (satu) orang,

- Pasal 293 Ayat (1) mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan tanpa

menyalakan lampu utama pada malam hari dan kondisi tertentu dan Ayat

Page 42: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

40

(2) mengemudikan Sepeda Motor di Jalan tanpa menyalakan lampu

utama pada siang hari,

- Pasal 294mengemudikan Kendaraan Bermotor yang akan membelok atau

berbalik arah, tanpa memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah

atau isyarat tangan,

- Pasal 295 mengemudikan Kendaraan Bermotor yang akan berpindah

lajur atau bergerak ke samping tanpa memberikan isyarat,

- Pasal 298 mengemudikan Kendaraan Bermotor yang tidak memasang

segitiga pengaman, lampu isyarat peringatan bahaya, atau isyarat lain

pada saat berhenti atau Parkir dalam keadaan darurat,

- Pasal 299mengendarai Kendaraan Tidak Bermotor yang dengan sengaja

berpegang pada Kendaraan Bermotor untuk ditarik, menarik benda-benda

yang dapat membahayakan Pengguna Jalan lain, dan/atau menggunakan

jalur jalan kendaraan,

- Pasal 300 (huruf a. tidak menggunakan lajur yang telah ditentukan, huruf

b.tidak memberhentikan kendaraannya selama menaikkan dan/atau

menurunkan Penumpang, huruf c.tidak menutup pintu kendaraan selama

Kendaraan berjalan),

- Pasal 301mengemudikan Kendaraan Bermotor angkutan barang yang

tidak menggunakan jaringan jalan sesuai dengan kelas jalan yang

ditentukan,

- Pasal 302mengemudikan Kendaraan Bermotor Umum angkutan orang

yang tidak berhenti selain di tempat yang telah ditentukan, mengetem,

Page 43: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

41

menurunkan penumpang selain di tempat pemberhentian, atau melewati

jaringan jalan selain yang ditentukan dalam izin trayek,

- Pasal 303mengemudikan mobil barang untuk mengangkut orang kecuali

dengan alasan,

- Pasal 304 mengemudikan Kendaraan angkutan orang dengan tujuan

tertentu yang menaikkan atau menurunkan Penumpang lain di sepanjang

perjalanan atau menggunakan Kendaraan angkutan tidak sesuai dengan

angkutan untuk keperluan lain,

- Pasal 305mengemudikan Kendaraan Bermotor yang mengangkut barang

khusus yang tidak memenuhi ketentuan tentang persyaratan

keselamatan, pemberian tanda barang, Parkir, bongkar dan muat, waktu

operasi dan rekomendasi dari instansi terkait,

- Pasal 306mengemudikan kendaraan angkutan barang yang tidak

dilengkapi surat muatan dokumen perjalanan,

- Pasal 307mengemudikan Kendaraan Bermotor Angkutan Umum Barang

yang tidak mematuhi ketentuan mengenai tata cara pemuatan, daya

angkut, dimensi kendaraan,

- Pasal 308 (huruf a. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan

orang dalam trayek,huruf b. tidak memiliki izin menyelenggarakan

angkutan orang tidak dalam trayek,huruf c.tidak memiliki izin

menyelenggarakan angkutan barang khusus dan alat berat, huruf

d.menyimpang dari izin yang ditentukan) Undang-Undang No. 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Page 44: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

42

2. Klasifikasi pelanggaran sedang yaitu:

- Pasal 283 mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan secara tidak

wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan

yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di Jalan,

- Pasal 296mengemudikan Kendaraan Bermotor pada perlintasan antara

kereta api dan Jalan yang tidak berhenti ketika sinyal sudah berbunyi,

palang pintu kereta api sudah mulai ditutup, dan/atau ada isyarat lain,

- Pasal 297mengemudikan Kendaraan Bermotor berbalapan di Jalan,

- Pasal 309tidak mengasuransikan tanggung jawabnya untuk penggantian

kerugian yang diderita oleh Penumpang, pengirim barang, atau pihak

ketiga,

- Pasal 313 tidak mengasuransikan awak Kendaraan dan penumpangnya

3. Klasifikasi jenis pelanggaran berat yaitu:

- Pasal 273 (Ayat (1) penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan

patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lalu Lintas, Ayat (2)Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mengakibatkan luka berat, dan Ayat (3)Dalam hal perbuatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain

meninggal dunia),

- Pasal 274melakukan perbuatan yang mengakibatkan kerusakan dan/atau

gangguan fungsi Jalan,

Page 45: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

43

- Pasal 275 Ayat (2)merusak Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Alat

Pemberi Isyarat Lalu Lintas, fasilitas Pejalan Kaki, dan alat pengaman

Pengguna Jalan sehingga tidak berfungsi,

- Pasal 310 (Ayat (1)mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena

kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan

Kendaraan, Ayat (2)mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena

kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka

ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang, Ayat

(3)mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya

mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat, Ayat

(4)Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang

mengakibatkan orang lain meninggal dunia),

- Pasal 311 (Ayat (1)dengan sengaja mengemudikan Kendaraan Bermotor

dengan cara atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa atau barang,

Ayat (2)Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan

dan/atau barang, Ayat (3)Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka

ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang, Ayat (4)Dalam hal

perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan

Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat, Ayat (5)Dalam hal

perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengakibatkan orang

lain meninggal dunia),

Page 46: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

44

- Pasal 312 mengemudikan Kendaraan Bermotor yang terlibat Kecelakaan

Lalu Lintas dan dengan sengaja tidak menghentikan kendaraannya, tidak

memberikan pertolongan, atau tidak melaporkan Kecelakaan Lalu Lintas

kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Page 47: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

45

BAB III

PENERAPAN PEMERIKSAAN ACARA CEPAT DALAM

PERSIDANGAN TINDAK PIDANA DI PENGADILAN NEGERI

DENPASAR

3.1 Proses Pemeriksaan Acara Cepat dalam Persidangan Tindak Pidana

Ringan di Pengadilan Negeri Denpasar

Istilah yang digunakan dalam menyebut perkara tindak pidana pada saat

menggunakan HIR ialah perkara rol atau rol van strafzaken. Sebelum

diberlakukannya KUHAP, yang berwenang memeriksa dan mengadili para pelaku

jenis perkara rol tersebut ialah Landgeracht (Pengadilan Kepolisian). Lembaga

peradilan yang disebut Landgeracht tersebut dengan Undang-Undang Darurat

tanggal 13 Januari 1951, Lembaran Negara Tahun 1951, dan wewenang untuk

mengadili perkara-perkara rol tersebut diserahkan kepada Pengadilan Negeri36

hingga saat ini. Secara formal perkara tindak pidana ringan diperiksa dengan acara

pemeriksaaan cepat.

Pemeriksaan cepat dibagi dua menurut KUHAP. Yang pertama acara

pemeriksaan Tindak Pidana Ringan dan yang kedua Acara Pemeriksaan Perkara

Pelanggaran Lalu Lintas Jalan. Yang pertama termasuk delik yang diancam

pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-

banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan. Yang kedua

termasuk perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan

36Lamintang dan Theo Lamintang, 2010, Pembahasan KUHAP, menurut Ilmu

Pengetahuan & Yurisprudensi, Cet 2, Sinar Grafika, Jakarta, h. 462-463.

Page 48: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

46

lalu lintas jalan.37 Pada saat ini dalam praktiknya mengenai hal penjatuhan sanksi

denda pemeriksaan acara cepat khususnya untuk tindak pidana ringan berpedoman

pada Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batas

Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda Dalam KUHP. Dimana berlakunya

PERMA No. 2 Tahun 2012 ini mengubah jumlah maksimum hukuman denda

yang diancamkan didalam KUHP menjadi sebesar Rp. 2.500.000,00,- terkecuali

untuk Pasal 303 ayat (1) dan ayat (2), 303 bis ayat (1) dan ayat (2),

dilipatgandakan menjadi 1.000 (seribu kali).

Khusus untuk proses pemeriksaan acara cepat dalam persidangan tindak

pidana ringan telah dijelaskan secara lebih rinci oleh Ni Made Purnami sebagai

Hakim Pengadilan Negeri Denpasar menyatakan :

1. Pemeriksaan Perkara Tindak Pidana Ringan

- Penyidik mengajukan berkas perkara ke ruang Bagian Pidana

Pengadilan Negeri Denpasar. Yang bertindak sebagai Penyidik dalam

hal ini yaitu Kepolisian maupun Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol

PP);

- Pengadilan Negeri Denpasar telah menentukan bahwa dalam 7 (tujuh)

hari dalam seminggu ditetapkan setiap hari Rabu untuk mengadili

perkara dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan;

- Hari tersebut kemudian diberitahukan kepada penyidik agar penyidik

dapat mempersiapkan pelimpahan berkas perkara tindak pidana ringan.

37Andi Hamzah, 1984, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Yudhistira, Jakarta, h.

224.

Page 49: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

47

Kemudian penyidik akan memberitahu jadwal sidang kepada terdakwa

secara tertulis;

- Terhadap perkara tersebut panitera bertugas mencatatkannya dalam

register yang berisikan identitas diri terdakwa dan dakwaan apa yang

dikenakan padanya;

- Pengadilan Negeri Denpasar memberikan waktu 2 sampai 3 hari untuk

melengkapi berkas yang diperlukan untuk persidangan;

- Setelah seluruh berkas menunjukkan bahwa tindak pidana tersebut

dapat diperiksa dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan, hakim

yang bertugas memerintahkan panitera untuk mencatat dalam buku

register;

- Pemeriksaan perkara tidak lagi dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan

(selanjutnya disebut BAP), karena BAP yang dibuat oleh penyidik

sekaligus dianggap dan dijadikan BAP pengadilan.

- Penyidik bertugas menghadapkan terdakwa, saksi, barang bukti dan

juru bahasa jika diperlukan saat persidangan.

- Terhadap perkara tersebut panitera bertugas mencatatkannya dalam

register yang berisikan identitas diri terdakwa dan dakwaan apa yang

dikenakan padanya;

- Pengadilan Negeri Denpasar memberikan waktu 2 sampai 3 hari untuk

melengkapi berkas yang diperlukan untuk persidangan;

- Setelah seluruh berkas menunjukkan bahwa tindak pidana tersebut

dapat diperiksa dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan, hakim

Page 50: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

48

yang bertugas memerintahkan panitera untuk mencatat dalam buku

register;

- Pemeriksaan perkara tidak lagi dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan

(selanjutnya disebut BAP), karena BAP yang dibuat oleh penyidik

sekaligus dianggap dan dijadikan BAP pengadilan.

- Penyidik bertugas menghadapkan terdakwa, saksi, barang bukti dan

juru bahasa jika diperlukan saat persidangan.

2. Sidang Perkara Tindak Pidana Ringan

- Persidangangan perkara tindak pidana ringan hanya dengan satu orang

hakim atau biasa disebut dengan hakim tunggal;

- Hakim menyatakan sidang dibuka dan terbuka untuk umum;

- Hakim memanggil terdakwa kemudian memeriksa kebenaran

identitasnya;

- Hakim kemudian menjelaskan perbuatan pidada yang didakwakan

kepadanya dan pasal-pasal yang telah dilanggarnya sesuai dengan

bunyi surat pelimpahan perkara penyidik;

- Hakim lalu menanyakan kepada terdakwa apakah terdakwa keberatan

atau tidak atas dakwaan tersebut. Jika ada, hakim akan

mempertimbangan keberatan tersebut berdasarkan bukti yang ada,

maka keberatan terdakwa ditolak dan sidang dilanjutkan dengan

pembuktian;

- Hakim mengarahkan terdakwa berpindah tempat duduk, kemudian

dilanjutkan dengan pemeriksaan saksi-saksi. Saksi dapat disumpah

Page 51: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

49

baik sebelum maupun setelah memberikan keterangan jika oleh hakim

dianggap perlu;

- Hakim memperlihatkan barang bukti kepada saksi dan terdakwa;

- Setelah seluruhnnya dilakukan pemeriksaan kemudian hakim

memberitahukan terdakwa tentang ancaman pidana yang didakwakan

padanya;

3. Putusan Perkara Tindak Pidana Ringan

- Mengingat perkara tindak pidana ringan menggunakan acara

pemeriksaan cepat maka putusan perkara tindak pidana ringan

dijatuhkan pada hari dan tanggal yang sama kapan sidang tersebut

digelar;

- Hakim mentoleransi kemungkinan terjadinya penundaan penjatuhan

putusan apabila adanya permohonan dari terdakwa;

- Sebelum membacakan putusan, hakim berkewajiban memberikan

kesempatan pada terdakwa untuk mengajukan pembelaan atau memang

keinginan diri sendiri dari pada terdakwa tersebut;

- Hakim kemudian menjatuhan putusan kepadanya. Apabila terbukti

bersalah maka dalam putusan berbunyi “terbukti sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana”. Jika dijatuhkan denda maka

diputusan tersebut dicantumkan subsider atau pidana pengganti apabila

denda tidak dibayarkan dengan pidana kurungan.

Page 52: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

50

- Putusan dalam pemeriksaan perkara tindak pidana ringan biasanya

hanya berupa catatan yang berisi amar-putusan yang disiapkan oleh

penyidik;

- Catatan tersebut ditandatangani oleh hakim, kemudian dicatat dalam

buku register. Pencatatan dalam buku register juga ditandatangani oleh

hakim dan panitera sidang. (Wawancara pada tanggal 16 April 2018).

3.2 Proses Pemeriksaan Acara Cepat dalam Persidangan Tindak Pidana

Pelanggaran Lalu Lintas Jalan di Pengadilan Negeri Denpasar

Berlandaskan pada prinsip atau asas penyelenggaraan peradilan yaitu

asas sederhana, cepat dan biaya ringan dan memberikan keadilan secara

menyeluruh untuk masyarakat maka Mahkamah Agung RI pada tanggal 9

Desember 2016 menetapkan Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 12

Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas,

yang kemudian diundangkan pada tanggal 16 Desember 2016. Pasal 2 PERMA

Nomor 12 Tahun 2016 mengatur bahwa perkara pelanggaran lalu lintas yang

diputus oleh Pengadilan Menurut Peraturan Mahkamah Agung ini adalah

pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 316 ayat (1), tidak termasuk di

dalamnya pelanggaran dalam Pasal 274 ayat (1) dan 92), Pasal 275 ayat (1), Pasal

309, dan Pasal 313 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan. Pembaharuan tata cara penyelesaian perkara pelanggaran lalu

lintas dianggap penting demi tercapainya upaya meningkatkan fungsi pelayanan

publik, dimana Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas tersebut

Page 53: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

51

penyelesaian pelanggaran yang dilakukan oleh pengadilan negeri yang meliputi

tahapan sebelum, pada saat dan setelah proses persidangan.

Menurut Ni Made Purnami sebagai Hakim Pengadilan Negeri Denpasar

berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 16 April 2018, Pengadilan Negeri

Denpasar menetapkan penyelenggaraan sidang perkara pelanggaran lalu lintas 1

(satu) kali dalam 1 (satu) minggu yaitu setiap hari Rabu. Pengadilan Negeri

Denpasar memutus perkara pelanggaran lalu lintas pada hari yang sama sesuai

dalam Pasal 3 Perma No. 12 Tahun 2016. Pengadilan Negeri Denpasar dapat

memutus perkara walaupun tanpa hadirnya pelanggar, ini sesuai dengan Pasal 4

Perma No. 12 Tahun 2016.

Ni Made Purnami menjelaskan secara rinci mengenai Proses Pemeriksaan

Acara Cepat dalam Persidangan Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas Jalan,

yaitu sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan

- Penyidik mengajukan berkas perkara ke ruang Bagian Pidana

Pengadilan Negeri Denpasar. Yang bertindak sebagai Penyidik dalam

hal ini yaitu Kepolisian;

- Berkas tersebut terdiri dari Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) atau

Kartu Tanda Penduduk (KTP) pelanggar, Surat Izin Mengemudi (SIM),

Surat pengantar dan daftar perkara pelanggaran lalu lintas mencakup

paling sedikit daftar pelanggar, jenis pelanggaran, barang bukti, waktu

dan tempat penindakan pelanggaran, catatan khusus mengenai

pelanggaran, dan nama serta kesatuan penyidik yang melakukan

Page 54: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

52

penindakan pelanggaran. Pengadilan Negeri Denpasar telah

menentukan bahwa dalam 7 (tujuh) hari dalam seminggu ditetapkan

setiap hari Rabu untuk mengadili perkara pelanggaran lalu lintas jalan;

- Penunjukan Hakim. Panitera Muda Pidana melalui Panitera Pengganti

menyampaikan formulir penetapan Hakim kepada Ketua Pengadilan

paling lama 2 (dua) hari sebelum pelaksanaan sidang baik secara

manual maupun elektronik melalui aplikasi Sistem Informasi

Penelusuran Perkara (SIPP).

- Panitera Muda Pidana menyerahkan berkas pelanggaran lalu lintas

kepada Panitera Pengganti untuk dikeluarkan penetapan / putusan

denda oleh Hakim.

2. Sidang Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan

- Persidangangan perkara tindak pidana ringan hanya dengan satu orang

hakim atau biasa disebut dengan hakim tunggal;

- Hakim menyatakan sidang dibuka dan terbuka untuk umum;

- Hakim mengeluarkan penetapan / putusan berisi besaran denda yang

diucapkan pada hari sidang yang ditentukan pada pukul 08:00 waktu

setempat;

- Penetapan / putusan denda diumumkan melalui laman resmi dan papan

pengumuman Pengadilan Negeri Denpasar pada hari yang sama.

- Hakim memutus semua perkara dengan hadir atau tanpa hadirnya

pelanggar.

Page 55: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

53

3. Putusan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan

- Terdapat 2 (dua) tahapan setelah persidangan yaitu pelaksaan

Penetapan/Putusan dan Pembayaran Denda dan Pengambilan Barang

Bukti;

- Pelaksanaan putusan dalam perkara pelanggaran lalu lintas dilakukan

oleh Jaksa sesuai dengan Pasal 9 Perma No. 12 Tahun 2016. Pelanggar

membayar denda secara tunai atau elektronik ke rekening Kejaksaan;

- Pelanggar mengambil barang bukti kepada Jaksa selaku eksekutor di

kantor Kejaksaan Negeri Denpasar dengan menunjukkan bukti

pembayaran denda sesuai Pasal 10 Perma No. 12 Tahun 2016;

- Panitera Pengganti memasukkan data pelanggaran yang telah diputus

Hakim ke dalam SIPP dan setelah itu menyerahkan berkas kepada

Petugas Register;

- Data pelanggaran yang telah diputus paling sedikit memuat nama

pelanggar, pasal pelanggaran, tanggal putusan, besaran denda yang

dijatuhkan, barang bukti, biaya perkara, catatan pelanggaran, dan status

kehadiran pelanggar;

- Petugas mengunggah data pelanggaran sebagaimana dimaksud ke

laman resmi Pengadilan pada hari yang sama dengan persidangan;

- Panitera menyerahkan berkas pelanggaran yang telah diputus kepada

Jaksa pada hari yang sama dengan persidangan;

- Panitera menyusun laporan rekapitulasi hasil sidang secara berkala

yang ditandatangani oleh Ketua Pengadilan Negeri Denpasar.

Page 56: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

54

Kemudian mengunggah laporan rekapitulasi hasil sidang sebagaimana

dimaksud ke laman resmi Pengadilan Negeri Denpasar. (Wawancara

tanggal 16 April 2018).

Berdasarkan penjabaran pada Sub Bab 3.1 mengenai proses pemeriksaan

acara cepat dalam persidangan tindak pidana ringan di Pengadilan Negeri

Denpasar dan Sub Bab 3.2 ini mengenai proses pemeriksaan acara cepat dalam

persidangan tindak pidana pelanggaran lalu lintas jalan di Pengadilan Negeri

Denpasar, apabila dikaitkan dengan Asas Trilogi Peradilan yaitu sederhana, cepat,

dan biaya ringan maka proses pemeriksaan khususnya pemeriksaan cepat yang

dilakukan Pengadilan Negeri Denpasar dalam menyelesaikan perkara tindak

pidana telah mencerminkan dan memenuhi Asas Trilogi Peradilan. Terbukti

dengan tidak adanya penundaan agenda sidang dan diselesaikan hanya dalam satu

hari, dengan Hakim tunggal dan pelimpahan perkara tindak pidana dilakukan

Penyidik tanpa melalui aparat Penuntut Umum. Dengan demikian para pencari

keadilan akan sangat terbantu dan merasa tidak terbebani dengan proses

dipengadilan yang berbelit-belit dengan waktu yang relatif lama dan

membutuhkan biaya yang besar.

3.3 Klasifikasi Jumlah Perkara

3.3.1 Tindak Pidana Ringan

Beradasarkan berkas kasus yang masuk dan jumlah kasus Tidak Pidana

Ringan yang diputus menggunakan Acara Pemeriksaan Cepat sepanjang Tahun

Page 57: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

55

2017 periode 1 Januari – 29 Desember 2017 dan sepanjang tahun 2018 periode 1

Januari – 4 Mei 2018 di Pengadilan Negeri Denpasar, yaitu sebagai berikut:

TABEL 1

JUMLAH TINDAK PIDANA RINGAN YANG MASUK DAN DIPUTUS

DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR TAHUN 2017 DAN 2018

NO JENIS

TINDAK PIDANA RINGAN

JUMLAH KASUS MASUK

DAN DIPUTUS

2017

1 Januari

s/d

29 Desember

2018

1 Januari

s/d

4 Mei

1 Pencurian Ringan 29 12

2 Penganiayaan Ringan 15 4

3 Penghinaan Ringan 1 0

4 Penipuan Ringan 0 1

5 Wanita Tuna Susila/Prostitusi 296 107

6 Sampah 74 5

7 Membuang Limbah Ke Sungai 55 16

8 Penjualan Minuman Keras

(MIRAS) 102 34

9 Kawasan Tanpa Rokok (KTR) 48 9

10 Pedagang Kaki Lima (PKL) 14 12

11 Pramuwisata 40 0

12 Sistem Informasi Manajemen

Kependudukan (SIMDUK) 39 14

13 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 0 3

14 Batas Kendaraan 21 12

JUMLAH 734 229

Page 58: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

56

Data yang tertera pada tabel diatas memuat jumlah perkara tindak pidana

ringan yang masuk dan diputus di Pengadilan Negeri Denpasar pada tahun 2017

sebanyak 734 perkara dan pada tahun 2018 sebanyak 229 perkara. Jadi dari

tanggal 1 Januari 2017 sampai 4 Mei 2018 terhitung sebanyak 963 perkara.

Perkara-perkara tersebut merupakan pelanggaran KUHP dan Peraturan Daerah

(Perda) baik Perda Provinsi Bali maupun Perda Kabupaten/Kota.

3.3.2 Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas Jalan

Beradasarkan berkas kasus yang masuk dan jumlah kasus Pelanggaran

Lalu Lintas Jalan yang diputus menggunakan Acara Pemeriksaan Cepat baik

kendaraan kendaraan motor dan mobil, sepanjang Tahun 2017 periode 1 Januari –

29 Desember 2017 dan sepanjang tahun 2018 periode 1 Januari – 4 Mei 2018 di

Pengadilan Negeri Denpasar, yaitu sebagai berikut :

TABEL 2

JUMLAH PELANGGARAN LALU LINTAS (TILANG) YANG MASUK

DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR TAHUN 2017 DAN 2018

NO PELANGGARAN

LALU LINTAS JALAN

JUMLAH KASUS

MASUK DAN DIPUTUS

2017

1 Januari

s/d

29 Desember

2018

1 Januari

s/d

4 Mei

1

TILANG

Kendaraan Roda Empat (Mobil)

10.690 3.411

Page 59: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

57

2

TILANG

Kendaraan Roda Dua (Motor)

32.461 6.460

JUMLAH 43.151 9.871

Data yang tertera pada tabel diatas memuat jumlah perkara pelanggaran

lalu lintas jalan yang masuk dan diputus di Pengadilan Negeri Denpasar terhitung

dari tanggal 1 Januari 2017 sampai 4 Mei 2018 sebanyak 53.022 perkara, dengan

jumlah pelanggaran tilang kendaraan roda empat (mobil) pada tahun 2017

sebanyak 10.690 dan jumlah pelanggaran tilang kendaraan roda dua (motor) tahun

2017 sebanyak 32.461. Kemudian pada tahun 2018 jumlah pelanggaran tilang

kendaraan roda empat (mobil) sebanyak 3.411 dan jumlah pelanggaran tilang

kendaraan roda dua (motor) sebanyak 6.460. Perkara-perkara tersebut merupakan

pelanggaran atas Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan. Pelimpahan perkara tersebut diperoleh dari Polresta Denpasar.

Page 60: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

58

BAB IV

HAMBATAN DALAM PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT

DALAM PERSIDANGAN TINDAK PIDANA DI PENGADILAN

NEGERI DENPASAR

4.1 Hambatan dalam Penerapan Acara Pemeriksaan Cepatdi Pengadilan

Negeri Denpasar

Suatu peradilan dikatakan cepat jika dilaksanakan sesegera mungkin.

Cepat artinya proses peradilan dilaksanakan dengan memperhatikan efisiensi

waktu. Kecepatan dalam proses peradilan tidak hanya tertuju pada pemeriksaan

dimuka sidang tetapi juga dalam penandatanganan putusan oleh hakim dan

pelaksanaan eksekusi putusan tersebut.38 Kondisi tersebut diatas memang

sebagian komitmen dari pengadilan untuk menyelesaikan perkara-perkara tindak

pidana ringan dan tindak pidana pelanggaran lalu lintas jalan untuk diselesaikan

dengan pemeriksaan cepat yang dilakukan pengadilan negeri sehingga tidak ada

perkara yang tertunggak.39

Tindak Pidana Ringan adalah suatu tindak pidana yang diancam dengan

pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan. Proses penyelesaian perkara

tindak pidana ringan mencakup 4 (empat) hal yaitu pemeriksaan, penyidikan,

penyelidikan dan proses persidangan tindak pidana ringan digunakan proses

pemeriksaan acara cepat yang putus oleh hakim tunggal di Pengadilan Negeri

Denpasar dan disertai dengan penyidik tanpa adanya Jaksa Penuntut Umum.

38Sudikno Mertokusumo, 1988, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, h.

25. 39Mutiara Hirdes Delani, Op.Cit., h. 67.

Page 61: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

59

Tindak pidana pelanggaran lalu lintas jalan adalah suatu perbuatan atau

tindakan yang dilakukan seseorang yang mengemudi kendaraan umum atau

kendaraan bermotor juga pejalan kaki yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan lalu lintas yang berlaku.40

Ni Made Purnami selaku Hakim Pengadilan Negeri Denpasar

menjelaskan bahwa walaupun dikenal efisien dalam menyelesaikan perkara tindak

pidana, proses pemeriksaan acara cepat tentunya tidak terlepas dari hambatan-

hambatan yang dialami oleh beberapa pihak terkait dalam sistem administratif

perkara-perkara yang masuk di Pengadilan Negeri Denpasar, diantaranya :

1. Tertundanya pelaksanaan jadwal sidang tindak pidana ringan

dikarenakan tidak dipenuhinya surat panggilan yang diberikan

kepada terdakwa sehingga proses penyelesaian kasus tindak pidana

ringan memerlukan waktu lebih dari satu hari.

2. Tidak tepatnya pengkualifikasian jenis perkara yang masuk ke Sub

Bagian Kepaniteraan Pidana Pengadilan Negeri Denpasar, dimana

Sub Bagian Kepaniteraan Pidana bahwa tindak pidana yang masuk

merupakan tindak pidana ringan dengan menggunakan acara

pemeriksaan cepat, sedangkan ketika berkas perkara diserahkan

kepada hakim, hakim menolak dengan alasan bahwa perkara

tersebut tidak dapat di kualifikasikan ke tindak pidana ringan

sehingga harus diperiksa dengan acara pemeriksaan biasa.

40Ratri Pahayu, 2018, Pelanggaran Tindak Pidana Lalu Lintas, URL :

https://www.slideshare.net, diakses tanggal 20 Juli 2018, pukul 12.38

Page 62: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

60

3. Pelimpahan berkas bukti pelanggaran oleh penyidik terkadang tidak

bersamaan dengan barang bukti.

4. Banyak terdakwa yang belum mengetahui tentang prosedur

penyelesaian perkara tindak pidana ringan dan pelanggaran lalu

lintas jalan.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat dilihat bahwa dalam

praktiknya terdapat beberapa hambatan yang dihadapi sehingga proses dalam

penerapan acara pemeriksaan cepat dalam persidangan tindak pidana di

Pengadilan Negeri Denpasar membutuhkan waktu yang lebih lama, sedangkan

mengingat asas maka acara pemeriksaan dapat dikatakan cepat apabila

dilaksanaka dengan waktu sesegera mungkin atau pada hari yang sama setelah

berkas diterima. (Wawancara pada tanggal 16 April 2018).

4.2 Upaya dalam Menanggulangi Hambatan dalam Penerapan Acara

Pemeriksaan Cepat di Pengadilan Negeri Denpasar

Dalam proses pemeriksaan tindak pidana ringan yang disidangkan tidak

selamanya berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Terkadang dalam

pelaksanaannya terdapat hambatan-hambatan yang ditemui. Berbagai hambatan

yang ditemui dalam pemeriksaan acara cepat menyebabkan terhalangnya

pelaksanaan persidangan secara cepat dan tepat. Untuk itu diperlukan berbagai

upaya untuk menanggulangi hambatan-hambatan yang dihadapi tersebut. Upaya

yang dapat dilakukan untuk menanggulangi beberapa hambatan dalam penerapan

acara pemeriksaan cepat di Pengadilan Negeri Denpasar, diantaranya :

Page 63: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

61

1. Pemanggilan kepada terdakwa tindak pidana ringan merupakan

tanggungjawab penuh dari Penyidik baik dilakukan secara lisan maupun

tertulis. Namun jika terjadinya hambatan berupa tertundanya pelaksanaan

sidang dengan alasan terdakwa yang berhalangan hadir sesuai hari sidang

yang telah ditentukan maka ini merupakan kelalaian dari penyidik. Ini

berarti penyidik tidak memenuhi asas pemanggilan secara patut terhadap

terdakwa tindak pidana ringan dengan tidak memastikan kembali terdakwa

dapat atau tidaknya hadir dalam persidangan. Sehingga upaya yang

dilakukan oleh Pengadilan Negeri Denpasar yaitu menjadwalkan kembali

sidang selanjutnya dengan memastikan terdakwa hadir dalam persidangan

tersebut.

2. Mengenai tidak tepatnya pengkualifikasian jenis perkara, pertama-tama

harus diketahui bahwa alur pemberkasan dalam perkara tindak pidana

ringan adalah sebagai berikut : pertama polisi melimpahkan berkas perkara

ke Panmud Pidana, kemudian petugas membuat surat penetapan

penunjukan hakim dan panitera pengganti, setelah itu wakil panitera

meneliti berkas perkara yang selanjutnya diajukan kepada Ketua PN untuk

menunjuk dan menandatangani penetapan penunjukan hakim sebelum

akhirnya dilimpahkan kembali ke Panitera dan diberikan kepada majelis

hakim dan panitera pengganti untuk persiapan sidang. Apabila terdapat

kekeliruan terhadap pengkualifikasian jenis perkara maka kekeliruan

tersebut terdapat pada Wakil Panitera. Sebab pada tahap inilah wakil

panitera memiliki tanggung jawab penuh untuk meneliti berkas perkara

Page 64: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

62

belum atau sudahnya isi berkas tersebut mengacu pada kualifikasi yang

sesuai dengan unsur-unsur tindak pidana yang dilakukan sebelum diajukan

kepada Ketua PN. Apabila terdapat tidak tepatnya pengkualifikasian jenis

perkara hingga ditangan majelis hakim maka dalam hal ini upaya yang

dilakukan yaitu hakim mengembalikan berkas perkara tersebut ke Sub

Bagian Kepaniteraan Pidana untuk di crosscheck dan di perbaiki.

Pengembalian berkas perkara tersebut dibuatkan berita acara.

3. Dalam hal terjadinyapelimpahan berkas bukti pelanggaran oleh penyidik

terkadang tidak bersamaan dengan barang bukti, maka upaya yang

dilakukan adalah dengan memberikan perpanjangan waktu selama 2-3 hari

kepada penyidik untuk melengkapi kekurangan keperluan berkas perkara.

4. Terhadap terdakwa atau saksi-saksi yang dipanggil pada hari sidang yang

telah ditentukan namun tidak hadir maka harus dipanggil kembali secara

patut sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut khususnya bagi terdakwa tindak

pidana ringan.

Berdasarkan penjabaran pada Sub Bab 4.1 mengenai hambatan dalam

penerapan acara pemeriksaan cepatdi Pengadilan Negeri Denpasarmaka dapat

dilihat bahwa hambatan yang dihadapi lebih kepada sistem administratif perkara-

perkara yang masuk di Pengadilan Negeri Denpasar sehingga upaya dalam

menanggulangi hambatan tersebut dilakukan pula pada sistem administratif

dengan lebih teliti pada setiap tahapan saatperkara-perkara tersebut masuk di

Pengadilan Negeri Denpasar sebagaimana yang telah dijabarkan pada dan Sub

Bab 4.2 ini.

Page 65: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan atas permasalahan diatas, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan acara pemeriksaan cepat dalam persidangan tindak pidana ringan

dan pelanggaran lalu lintas pada dasarnya memiliki tahap yang sama mulai

dari proses pemeriksaan, proses persidangan, dan proses putusan perkara

tindak pidana ringan dan tindak pidana pelanggaran lalu lintas jalan. Adapun

jumlah perkara yang masuk dan diputus menggunakan acara pemeriksaan

cepat di Pengadilan Negeri Denpasar untuk tindak pidana ringan dari tanggal

1 Januari 2017 sampai 4 Mei 2018 terhitung sebanyak 963 perkara dan

jumlah perkara pelanggaran lalu lintas jalan terhitung dari tanggal 1 Januari

2017 sampai 4 Mei 2018 sebanyak 53.022 perkara.

2. Adapun hambatan dalam penerapan acara pemeriksaan cepat dalam

persidangan tindak pidana di pengadilan negeri denpasar diantaranya

lambatnya pelaksanaan jadwal sidang akibat terdakwa tidak memenuhi surat

panggilan yang diberikan, tidak tepatnya pengkualifikasian jenis perkara yang

masuk ke Sub Bagian Kepaniteraan Pidana Pengadilan Negeri Denpasar,

pelimpahan berkas barang bukti pelanggaran oleh penyidik terkadang tidak

bersamaan dengan barang bukti, banyak terdakwa yang belum mengetahui

tentang prosedur penyelesaian perkara tindak pidana ringan dan pelanggaran

lalu lintas jalan. Sehingga upaya yang dilakukan Pengadilan Negeri Denpasar

Page 66: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

64

dalam menanggulangi hambatan tersebut dengan cara memberikan

perpanjangan waktu selama 2-3 hari kepada penyidik untuk melengkapi

kekurangan keperluan berkas perkara, hakim melakukan pengembalian

berkas perkara yang tidak tepat dalam pengkualifikasian jenis perkara kepada

Sub Bagian Kepaniteraan Pidana, melakukan penundaan jadwal sidang bagi

terdakwa yang berhalangan hadir pada hari yang telah ditentukan

sebelumnya, Pengadilan Negeri Denpasar melakukan pemanggilan kembali

kepada terdwakwa tindak pidana ringan maupun saksi-saksi yang tidak hadir

secara patut.

Page 67: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abidin, Muhammad Zainal dan I Wayan Edy Kurniawan, 2013, Catatan

Mahasiswa Pidana, Indie Publishing, Depok.

Ali, Zainuddin, 2006, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

____________, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Dias, Clerence, J., 1975, Research on Legal Service And Poverty: its Relevance to

the Design ofLegal Service Program in Developing Countries, Wash. U.L.

Q 147.

Dirdjosisworo, Soedjono, 2013, Pengantar Ilmu Hukum, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Effendy, Rusli dan Ny. Poppy Andi Lolo, 1989, Asas-asas Hukum Pidana,

Umithohs Press, Ujung Pandang.

Gunarto, Marcus Priyo, 2011, Kriminalisasi dan Penalisasi dalam Rangka

Fungsionalisasi Perda dan Retribusi, Program Doktor Ilmu Hukum

Universitas Diponogoro Semarang, dikutip dari Salim H. S. dan Erlis

Septiana Nurbani.

Hamzah, Andi, 1984, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Yudhistira,

Jakarta.

Kansil, Cst, 2002, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta.

Kusnardi, Moh. dan Harmaily Ibrahim, 1988, Hukum Tata Negara Indonesia,

Sinar Bakti, Jakarta.

Page 68: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

Lamintang, Theo, 2010, Pembahasan KUHAP, menurut Ilmu Pengetahuan &

Yurisprudensi, Cet 2, Sinar Grafika, Jakarta.

Marpaung, Leden, 2010, Proses Penanganan Perkara Pidana (Di Kejaksaan &

Pengadilan Negeri Upaya Hukum & Eksekusi), Ed. 2 Cet 1, Sinar Grafika,

Jakarta.

Peter Mahmud, Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta.

Mertokusumo,Sudikno, 1988, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty,

Yogyakarta.

Narbuko,Choild dan Abu Achmadi, 2001, Metodelogi Penelitian, Bumi Aksara,

Jakarta.

Prasetyo, Teguh, 2010, Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta.

Projodikoro, Wiryono, 1986, Azas- azas Hukum Pidana di Indonesia, PT. Eresco,

Bandung.

Rahardjo, Satjipto, 1980, Hukum dan Masyarakat, Alumni, Bandung.

Rondlon, Naning, 1983, Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan

Disiplin Penegak Hukum dan Lalu Lintas, Bina Ilmu, Jakarta.

Salim dan Erlis Septiana Urbani, H.S., 2013, Penerapan Teori Hukum pada Teks

dan Desertasi, Edisi Pertama, Ctk Kesatu, Rajawali Press, Jakarta.

Samosir, C. Djisman, 2013, Hukum Acara Pidana, Cet. I, Nuansa Aulia,

Bandung.

Simanjuntak, Nikolas, 2009, Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum,

Ghalia Indonesia, tanpa tempat terbit.

Page 69: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

Soekanto, Soerjono, 1985, Efektivitas Hukum dan Peranan Saksi, Remaja Karya,

Bandung.

Taneko, Soleman B., 1993, Pokok-Pokok Studi Hukum dalam Masyarakat,

Rajawali Press, Jakarta.

Utrecht, 1962, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Ichtiar, Jakarta.

B. PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3258.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan

Kehakiman, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penyeseaian Batas

Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP.

C. INTERNET

Aiyul, 2017, “Teori Robert B Seidman”, Scribd.com, URL :

https://www.scribd.com/document/367243808/Teori-Robert-B-Seidman,

diakses tanggal 25 Juli 2018.

Page 70: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

Karya Tulis Ilmiah, 2016, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan

Hukum”, URL : http://karyatulisilmiah.com/faktor-faktor-yang-

mempengaruhi-penegakan-hukum/, diakses pada tanggal 24 Januari 2018.

Kuliah Hukum, 2016, “Asas Umum Dan Asas Khusus Dalam Hukum Acara

Pidana”, URL : http://kuliahhukum.com/asas-umum-dan-asas-khusus-

dalam-hukum-acara-pidana/, diakses pada tanggal 20 Februari 2018.

Ratri Pahayu, 2018, “Pelanggaran Tindak Pidana Lalu Lintas”, URL :

https://www.slideshare.net, diakses tanggal 20 Juli 2018.

Page 71: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Ni Made Purnami, S.H., M.H.

Jabatan : Hakim Pengadilan Negeri Denpasar

NIP : 197202291996032002

Alamat Kantor : Jl. P.B. Sudirman No. 1 Denpasar, Bali, Indonesia

2. Nama : Made Manis

Jabatan : Staf Kepaniteraan Pidana

NIP : 197708102012121003

Alamat Kantor : Jl. P.B. Sudirman No. 1 Denpasar, Bali, Indonesia

Page 72: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …
Page 73: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …
Page 74: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM PERSIDANGAN

TINDAK PIDANA DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR

Oleh :

Ni Luh Mahisa Mahardini

I Gede Artha

I Ketut Sudjana

Bagian Hukum Peradilan, Fakultas Hukum Universitas Udayana

Abstrak

Dalam menyelesaikan perkara pidana dapat melalui pengadilan dengan

bermacam-macam jenis. Proses pemeriksaannya ada yang diacarakan sebagai

pemeriksaan biasa, pemeriksaan singkat, pemeriksaan cepat sesuai dengan

KUHAP. Suatu pemeriksaan dikatakan bersifat cepat dapat dijumpai dalam

KUHAP jo SEMA No 18 Tahun 1983 yang menyatakan sifat “cepat” itu

menghendaki agar perkara tidak sampai tertunggak. Artinya harus dilaksanakan

dengan memperhitungkan efisiensi waktu agar seseorang yang mencari keadilan

mendapatkan kepastian sesegera mungkin. Mengenai pemeriksaan cepat diatur di

dalam KUHAP meliputi acara pemeriksaan tindak pidana ringan dan acara

pemerikaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan. Adapun permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut yaitu penerapan acara pemeriksaan

cepat dalam persidangan tindak pidana di Pengadilan Negeri Denpasar serta

hambatan yang dialami dalam penerapan acara pemeriksaan cepat di Pengadilan

Negeri.

Dalam penulisan ini menggunakan penelitian hukum yuridis empiris atau

tatsachenwissenschaft merupakan suatu ilmu kenyataan hukum yang terdiri dari

penelitian terhadap efektifitas hukum serta penegakan hukum dalam masyarakat.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam masyarakat

yaitu kaidah hukum/peraturan itu sendiri, petugas/aparat penegak hukum,

sarana/fasilitas yang dipergunakan oleh penegak hukum serta kesadaran

masyarakat. Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan penerapan suatu norma

dalam kasus yang terjadi di Pengadilan Negeri Denpasar.

Ditemukannya hambatan dalam penerapan acara pemeriksaan cepat dalam

persidangan tindak pidana diatur didalam Bab XVI Bagian Keenam KUHAP di

Pengadilan Negeri Denpasar terletak pada sistem administratif perkara-perkara

yang masuk diantaranya lambatnya pelaksanaan jadwal sidang akibat terdakwa

tidak memenuhi surat panggilan yang diberikan, tidak tepatnya pengkualifikasian

jenis perkara yang masuk ke Sub Bagian Kepaniteraan Pidana Pengadilan Negeri

Denpasar, pelimpahan berkas barang bukti pelanggaran oleh penyidik terkadang

tidak bersamaan dengan barang bukti, banyak terdakwa yang belum mengetahui

Page 75: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

tentang prosedur penyelesaian perkara tindak pidana ringan dan pelanggaran lalu

lintas jalan. Sehingga upaya dalam menanggulangi hambatan tersebut dilakukan

pula pada sistem administratif dengan lebih teliti pada setiap tahapan saat perkara-

perkara tersebut masuk di Pengadilan Negeri Denpasar.

Kata Kunci : Penerapan pemeriksaan cepat, tindak pidana, Pengadilan

Negeri Denpasar.

Abstract

In resolving criminal cases can be through a court of various kinds. There

is a check-up process as a normal examination, a brief examination, a quick

check in accordance with the Criminal Procedure Code. An examination is said to

be fast and can be found in KUHAP jo SEMA No. 18 of 1983 which states that the

"fast" nature requires that the case is not delayed. This means that it must be

carried out by taking into account the efficiency of time. Regarding the rapid

examination regulated in the Criminal Procedure Code, it covers the event of a

minor criminal offense and the examination of cases of road traffic violations. The

problems raised in this study are as follows, namely the application of a rapid

examination program in the trial of criminal acts in the Denpasar District Court

and the obstacles experienced in the application of a quick examination program

at the District Court.

In this paper, using the tatsachenwissenschaft juridical law research is a

legal reality which consists of research on the effectiveness of law and law

enforcement in society. In this study, the author explains the application of a norm

in cases that occur in the Denpasar District Court.

The discovery of obstacles in the application of a rapid examination

program in the criminal proceedings set out in Chapter XVI of the Sixth Part of

the Criminal Procedure Code in the Denpasar District Court lies in the

administrative system of cases which include the slow implementation of the trial

schedule due to the defendant not fulfilling the summons given, the accuracy of

the type of case who entered the Registrar's Office of the Criminal Court of the

Denpasar District Court, the delegation of evidence of violations by the

investigator sometimes did not coincide with the evidence, many of the defendants

did not know about the procedure for resolving minor criminal cases and road

traffic violations. So that the efforts in overcoming these obstacles are also

carried out in the administrative system more thoroughly at each stage when these

cases enter the Denpasar District Court.

Keywords: Implementation of rapid inspection, criminal offense, Denpasar

District Court

Page 76: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Induk dari peraturan hukum pidana Indonesia adalah Kitab Undang-

undang Hukum Pidana yang biasa disingkat KUHP. Tindak pidana adalah

perbuatan yang dilakukan dianggap melanggar aturan hukum yang mana larangan

tersebut disertai ancaman yang berupa sanksi pidana. Tindak pidana dapat

dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang menyebabkan kerugian bagi orang

lain. Tindak pidana timbul dikarenakan beberapa faktor diantaranya adalah

adanya keinginan, kesempatan dan kebutuhan ekonomi yang mendesak.

Dalam menyelesaikan perkara pidana dapat melalui pengadilan dengan

bermacam-macam jenis. Proses pemeriksaannya ada yang diacarakan sebagai

pemeriksaan biasa, pemeriksaan singkat, pemeriksaan cepat dan acara

pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas sesuai dengan KUHAP. Bahwa

dalam Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

juga telah diatur dalam Pasal 2 ayat (4), pemeriksaan perkara haruslah

dilaksanakan dengan asas sederhana, cepat dan biaya ringan atau yang dikenal

dengan asas Trilogi Peradilan. Dengan harapan agar proses beracara di pengadilan

tidak berbelit-belit dan mudah dipahami guna menghilangkan ketakutan dan

keengganan masyarakat untuk mencari keadilan dan menjamin kepastian hukum.

Mengenai pemeriksaan cepat diatur di dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana meliputi acara pemeriksaan tindak pidana ringan dan acara

pemerikaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan. Acara Pemeriksaan Cepat

biasanya digunakan dalam mengadili tindak pidana ringan atau yang biasa disebut

Tipiring. Pasal 205 KUHAP menyebutkan bahwa “yang diperiksa menurut acara

pemeriksaan tindak pidana ringan ialah perkara yang diancam dengan pidana

penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya

tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam

Paragraf 2 Bagian ini”. Khusus untuk delik tipiring, pengadilan mengadili dengan

hakim tunggal pada tingkat pertama dan terakhir, kecuali dalam hal dijatuhkan

Page 77: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

pidana perampasan kemerdekaan terdakwa dapat meminta banding seperti yang

tercantum dalam Pasal 205 ayat (3).41

Penelitian ini menggunakan studi putusan hakim terhadap kasus-kasus

dengan pemeriksaan cepat. Dengan cepatnya proses dalam penyelesaian perkara,

selain dapat memberikan kepastian terhadap orang yang bersangkutan juga

melahirkan stigma positif masyarakat bahwa beracara di pengadilan tidaklah

rumit dan akan melahirkan sebuah penghormatan tersendiri kepada institusi

pengadilan dan aparatur negara yang terkait.

Maka berdasarkan dari uraian penjelasan latar belakang masalah tersebut

diatas, penulis ingin membahas lebih lanjut tentang acara pemeriksaan tindak

pidana menjadi judul usulan penelitian yaitu “PENERAPAN ACARA

PEMERIKSAAN CEPAT DALAM PERSIDANGAN TINDAK PIDANA DI

PENGADILAN NEGERI DENPASAR”.

1.2 Permasalahan

Adapun permaslahan yang dibahas yakni Bagaimana penerapan acara

pemeriksaan cepat dalam persidangan tindak pidana di Pengadilan Negeri

Denpasar dan apa hambatan yang dialami dalam penerapan acara pemeriksaan

cepat di Pengadilan Negeri Denpasar Apa hambatan yang dialami dalam

penerapan acara pemeriksaan cepat di Pengadilan Negeri Denpasar.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis

penerapan acara pemeriksaan cepat dalam persidangan tindak pidana di

Pengadilan Negeri Denpasar serta Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan

yang dialami dalam penerapan acara pemeriksaan cepat di Pengadilan Negeri

Denpasar.

41C. Djisman Samosir, tanpa tahun terbit, Hukum Acara Pidana, Nuansa Aulia, Bandung,

h. 124.

Page 78: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

II. ISI MAKALAH

2.1 Metode

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah atau skripsi

ini adalah secara yuridis empiris atau tatsachenwissenschaft merupakan suatu

ilmu kenyataan hukum yang terdiri dari penelitian terhadap efektifitas hukum

serta penegakan hukum dalam masyarakat.

2.2 Hasil dan Analisis

2.2.1 Penerapan Acara Pemeriksaan Cepat Dalam Persidangan Tindak

Pidana Di Pengadilan Negeri Denpasar

Istilah yang digunakan dalam menyebut perkara tindak pidana pada saat

menggunakan HIR ialah perkara rol atau rol van strafzaken. Sebelum

diberlakukannya KUHAP, yang berwenang memeriksa dan mengadili para pelaku

jenis perkara rol tersebut ialah Landgeracht (Pengadilan Kepolisian). Lembaga

peradilan yang disebut Landgerachttersebut dengan Undang-Undang Darurat

tanggal 13 Januari 1951, Lembaran Negara Tahun 1951, dan wewenang untuk

mengadili perkara-perkara rol tersebut diserahkan kepada Pengadilan Negeri42.

Pemeriksaan cepat dibagi dua menurut KUHAP. Yang pertama acara

pemeriksaan Tindak Pidana Ringan dan yang kedua Acara Pemeriksaan Perkara

Pelanggaran Lalu Lintas Jalan.Yang pertama termasuk delik yang diancam pidana

penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya

tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan. Yang kedua termasuk perkara

pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan.43

Pada saat ini dalam praktiknya mengenai hal penjatuhan sanksi denda

pemeriksaan acara cepat khususnya untuk tindak pidana ringan berpedoman pada

Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batas

Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda Dalam KUHP. Dimana berlakunya

42 Theo Lamintang, 2010, Pembahasan KUHAP, menurut Ilmu Pengetahuan &

Yurisprudensi, Cet 2, Sinar Grafika, Jakarta, h. 462-463. 43Andi Hamzah, 1984, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Yudhistira, Jakarta, h.

224.

Page 79: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

PERMA No. 2 Tahun 2012 ini mengubah jumlah maksimum hukuman denda

yang diancamkan didalam KUHP menjadi sebesar Rp. 2.500.000,00,- terkecuali

untuk Pasal 303 ayat (1) dan ayat (2), 303 bis ayat (1) dan ayat (2),

dilipatgandakan menjadi 1.000 (seribu kali).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ni Made Purnami sebagai Hakim

Pengadilan Negeri Denpasar menyatakan untuk seluruh proses penyelesaian

perkara tindak pidana ringan dan tindak pidana pelanggaran lalu lintas jalan

dilakukan dengan menggunakan acara pemeriksaan cepat mulai dari proses

pemeriksaan perkara, tahap persidangan dilaksanakan dalam satu hari hingga

tahap penjatuhan putusan perkara tindak pidana ringan oleh hakim dilakukan pada

hari yang sama. Adapun dalam proses persidangan tindak pidana ringan apabila

terdakwa tidak hadir maka persidangan tidak akan dilaksanakan dan ditetapkan

kembali jadwal sidang selanjutnya, berbeda halnya dengan proses persidangan

tindak pidana pelanggaran lalu lintas, apabila terdakwa tidak hadir maka proses

persidangan tetap dilanjutkan dengan terdakwa yang hadir pada hari sidang yang

telah ditentukan.

Adapun klasifikasi jumlah perkara yang masuk dan jumlah kasus Tidak

Pidana Ringan yang diputus menggunakan Acara Pemeriksaan Cepat sepanjang

tahun 2017 periode 1 Januari – 29 Desember 2017 dan sepanjang tahun 2018

periode 1 Januari – 4 Mei 2018 di Pengadilan Negeri Denpasar, yaitu Pencurian

ringanpada tahun 2017 sebanyak 29 perkara dan pada tahun 2018 sebanyak 12

perkara, Penganiayaan Ringan pada tahun 2017 sebanyak 15 perkara dan pada

tahun 2018 sebanyak 4 perkara, Penghinaan Ringan pada tahun 2017 sebanyak 1

perkara dan tidak ada perkara masuk pada tahun 2018, Penipuan Ringan tidak ada

perkara masuk pada tahun 2017 dan 1 perkara pada tahun 2018, Wanita Tuna

Susila/Prostitusipada tahun 2017 sebanyak 296 perkara dan 107 perkara pada

tahun 2018, Membuang Sampah Sembarangan pada tahun 74 sebanyak 5 perkara

dan 107 perkara pada tahun 2018, Membuang Limbah Ke Sungaisebanyak 55

perkara pada tahun 2017 dan 16 perkara pada tahun 2018,Penjualan Minuman

Keras (MIRAS)pada tahun 2017 sebanyak 102 perkara dan 34 perkara pada tahun

2018, Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada tahun 2017 sebanyak 48 perkara dan 9

Page 80: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

perkara pada tahun 2018,Pedagang Kaki Lima (PKL)pada tahun 2017 sebanyak

14 perkara dan 12 perkara pada tahun 2018,Pramuwisata pada tahun 2017

sebanyak 40 perkara dan tidak ada perkara masuk pada tahun 2018,Sistem

Informasi Manajemen Kependudukan (SIMDUK) pada tahun 2017 sebanyak 39

perkara dan 14 perkara pada tahun 2018, Izin Mendirikan Bangunan (IMB)tidak

ada perkara masuk pada tahun 2017 dan 3 perkara pada tahun 2018, Batas

Kendaraan pada tahun 2017 sebanyak 21 perkara dan 12 perkara pada tahun 2018.

Data-data diatas memuat jumlah perkara tindak pidana ringan yang masuk

dan diputus di Pengadilan Negeri Denpasar pada tahun 2017 sebanyak 734

perkara dan pada tahun 2018 sebanyak 229 perkara. Jadi dari tanggal 1 Januari

2017 sampai 4 Mei 2018 terhitung sebanyak 963 perkara. Perkara-perkara

tersebut merupakan pelanggaran KUHP dan Peraturan Daerah (Perda) baik Perda

Provinsi Bali maupun Perda Kabupaten/Kota.

Beradasarkan berkas kasus yang masuk dan jumlah kasus Pelanggaran

Lalu Lintas Jalan yang diputus menggunakan Acara Pemeriksaan Cepat baik

kendaraan kendaraan motor dan mobil, sepanjang Tahun 2017 periode 1 Januari –

29 Desember 2017 dan sepanjang tahun 2018 periode 1 Januari – 4 Mei 2018 di

Pengadilan Negeri Denpasar, yaitu tilang kendaraan roda empat (mobil) pada

tahun 2017 sebanyak 10.690 perkara dan 3.411 perkara pada tahun 2018, tilang

kendaraan roda dua (motor) pada tahun 2017 sebanyak 32.461 perkara dan 6.460

perkara pada tahun 2018.

Data-data yang tertera pada tabel diatas memuat jumlah perkara

pelanggaran lalu lintas jalan yang masuk dan diputus di Pengadilan Negeri

Denpasar terhitung dari tanggal 1 Januari 2017 sampai 4 Mei 2018 sebanyak

53.022 perkara, dengan jumlah pelanggaran tilang kendaraan roda empat (mobil)

pada tahun 2017 sebanyak 10.690 dan jumlah pelanggaran tilang kendaraan roda

dua (motor) tahun 2017 sebanyak 32.461. Kemudian pada tahun 2018 jumlah

pelanggaran tilang kendaraan roda empat (mobil) sebanyak 3.411 dan jumlah

pelanggaran tilang kendaraan roda dua (motor) sebanyak 6.460. Perkara-perkara

tersebut merupakan pelanggaran atas Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang

Page 81: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Pelimpahan perkara tersebut diperoleh dari

Polresta Denpasar.

2.2.2 Hambatan dalam Penerapan Acara Pemeriksaan Cepatdi Pengadilan

Negeri Denpasar

Ni Made Purnami selaku Hakim Pengadilan Negeri Denpasar

menjelaskanadapun hambatan dalam penerapan acara pemeriksaan cepat dalam

persidangan tindak pidana di pengadilan negeri denpasar diantaranya lambatnya

pelaksanaan jadwal sidang akibat terdakwa tidak memenuhi surat panggilan yang

diberikan, tidak tepatnya pengkualifikasian jenis perkara yang masuk ke Sub

Bagian Kepaniteraan Pidana Pengadilan Negeri Denpasar, pelimpahan berkas

barang bukti pelanggaran oleh penyidik terkadang tidak bersamaan dengan barang

bukti, banyak terdakwa yang belum mengetahui tentang prosedur penyelesaian

perkara tindak pidana ringan dan pelanggaran lalu lintas jalan. Sehingga upaya

yang dilakukan Pengadilan Negeri Denpasar dalam menanggulangi hambatan

tersebut dengan cara memberikan perpanjangan waktu selama 2-3 hari kepada

penyidik untuk melengkapi kekurangan keperluan berkas perkara, hakim

melakukan pengembalian berkas perkara yang tidak tepat dalam pengkualifikasian

jenis perkara kepada Sub Bagian Kepaniteraan Pidana, melakukan penundaan

jadwal sidang bagi terdakwa yang berhalangan hadir pada hari yang telah

ditentukan sebelumnya, Pengadilan Negeri Denpasar melakukan pemanggilan

kembali kepada terdwakwa tindak pidana ringan maupun saksi-saksi yang tidak

hadir secara patut.

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Terkait dengan penerapan acara pemeriksaan cepat dalam persidangan tindak

pidana diatur didalam Bab XVI Bagian Keenam KUHAP yang terdiri atas 2

paragraf, yakni paragraf 1 berisi tentang acara pemeriksaan tindak pidana

ringan dan yang kedua Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas

Jalan. jumlah perkara tindak pidana ringan yang masuk dan diputus di

Pengadilan Negeri Denpasar pada tahun 2017 sebanyak 734 perkara dan pada

tahun 2018 sebanyak 229 perkara. Jadi dari tanggal 1 Januari 2017 sampai 4

Page 82: PENERAPAN ACARA PEMERIKSAAN CEPAT DALAM …

Mei 2018 secara menyeluruh terhitung sebanyak 963 perkara dan jumlah

perkara pelanggaran lalu lintas jalan yang masuk dan diputus di Pengadilan

Negeri Denpasar secara menyeluruh terhitung dari tanggal 1 Januari 2017

sampai 4 Mei 2018 sebanyak 53.022 perkara.

2. Adapun mengenai hambatan dalam penerapan acara pemeriksaan cepatdi

Pengadilan Negeri Denpasar maka dapat dilihat bahwa hambatan yang

dihadapi lebih kepada sistem administratif perkara-perkara yang masuk di

Pengadilan Negeri Denpasar sehingga upaya dalam menanggulangi hambatan

tersebut dilakukan pula pada sistem administratif dengan lebih teliti pada setiap

tahapan saat perkara-perkara tersebut masuk di Pengadilan Negeri Denpasar.

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Hamzah, Andi, 1984, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Yudhistira,

Jakarta.

Lamintang,Theo, 2010, Pembahasan KUHAP, menurut Ilmu Pengetahuan &

Yurisprudensi, Cet 2, Sinar Grafika, Jakarta.

Samosir, C. Djisman, tanpa tahun terbit, Hukum Acara Pidana, Nuansa Aulia,

Bandung.

Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor

76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penyeseaian Batas

Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP.