PENENTUAN PROTEIN DALAM URIN

16
PRAKTIKUM VI PENENTUAN PROTEIN DALAM URIN I. TUJUAN Mahasiswa mampu memahami prinsip penentuan protein dalam urin sebagai salah satu muatan kompetensi dalam bidang keahlian biokimia klinik. II. PRINSIP KERJA Protein akan membentuk endapan/menggumpal bila dipanaskan dalam suasana asam. III. DASAR TEORI Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta mempertahankan homeostatis cairan tubuh. Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200 – 1500 ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pembentukan urine dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan pembentukan urin sebab urea yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urine

description

Urin di dalam protein dpt diukur untuk mengetahui jumlahnya

Transcript of PENENTUAN PROTEIN DALAM URIN

PRAKTIKUM VIPENENTUAN PROTEIN DALAM URIN

I. TUJUANMahasiswa mampu memahami prinsip penentuan protein dalam urin sebagai salah satu muatan kompetensi dalam bidang keahlian biokimia klinik.II. PRINSIP KERJAProtein akan membentuk endapan/menggumpal bila dipanaskan dalam suasana asam.III. DASAR TEORIUrin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta mempertahankan homeostatis cairan tubuh.Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200 1500 ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pembentukan urine dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan pembentukan urin sebab urea yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urine berkembang. Volume urine yang diperlukan untuk mengekskresi produk metabolisme tubuh adalah 500 ml.Oligouria (volume urin berkurang) ditemukan pada berbagai keadaan demam, nefritis akut, glomerulonefritis kritis, gangguan hati akut, diare dan gagal jantung. Anuri (tidak berbentuk urin) pada suatu periode tertentu dapat terjadi pada keadaan syok, nefritis akut, keracunan air raksa atau batu ginjal.Poliuria (volume urin meningkat) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes inpidus, akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin setiap hari dapat mencapai 10-20 L. Pada diebetes melitus, volume urin dapat mencapai 5-6 L dalam 1 hari.Rasio antara urin siang hari (pukul 08.00 20.00) dan urin malam hari (pukul 20.00 08.00) adalah 2 : 1, kadang kadang 3 : 1. Pada kelainan ginjal rasio ini dapat berubah atau bahkan terbalik.Pada keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan berbau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah 1,003 1,030. pH bersifat (pH 6,0) dan sangat bervariasi antara 4,9 sampai 8,0.Kandungan zat padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut :Klorida sebagai NaCl= 100 grCa2+, Mg2+ dan iodium= sedikitUrea= 20 30 grKreatinin= 1,5 grAmonia= 0,7 grAsam Urat= 0,7 grSelain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino, vitamin, hormon dan enzim.Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa, asam amino, protein dan berbagai senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porifirin yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit tertentu.Dalam saluran kemih dapat terjadi pembentukan batu sebagai akibat menurunnya kelarutan senyawa tertentu dalam urin. Kira kira satu per tiga batu saluran kemih terdiri dari Ca-fosfat, Ca-karbonat dan Mg aluminium fosfat. Pembentukan batu terjadi akibat peningkatan eskresi kalsium , infeksi dan peningkatan pH. Dalam urin juga dapat ditemukan batu oksalat dan batu asam urat. (Hafiez Soewoto,2001)Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 1,035. Volume normal perhari 900 1400 ml. (Askandar Tjokoprawiro, 2006)Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2. Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional. Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius. Adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit dasarnya. Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%. Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal. Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yangberbeda. Adayang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal. Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin. Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalamurin. Inidisebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu: Filtrasi glomerulus dan Reabsorbsi protein tubulus. (Lehninger,1982)

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan :1. Beacker glass2. Gelas ukur3. Penangas air4. Pipet tetes5. Tabung reaksiBahan yang digunakan : 1. Urin2. Aquadest3. Asam asetat 10 %4. Reagen bang

V. CARA KERJA

Tabung diisi dengan urin sebanyak nya 1. Tes Pemanasan dengan Asam Asetat

Didihkan selama 1-2 menit

Kekeruhan yang terjadi disebabkan oleh fosfat, karbonat, atau albumin

Tambahkan 3 tetes asam aetat 10% dalam keadaan mendidih. Kekeruhan yang disebabkan oleh karbonat dan fosfat akan hilang

5 ml urin ditambah 0,5 ml reagen bang2. Pemeriksaan secara Bang

Panaskan dalam air mendidih selama 5 menit

VI. HASIL PENGAMATAN

NO.REAKSIHASIL

1.Pemeriksaan secara Bang

Urin + reagen bangDipanaskan 5 menit

Warna tetap yaitu kuning pekatWarna tidak berubah

2.Pemanasan dengan Asam Asetat 10 %

Urin tabungdipanaskan 1-2 menit

+ 3 tetes asam asetat 10 %Warna agak keruhWarna menjadi lebih keruh dari sebelumnyaWarna sedikit lebih pucat dan bening dari sebelumnya, tetapi kekeruhan tidak hilang

VII. PEMBAHASANProses terbentuknya urine dimulai dari penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui pembuluh nadi ginjal. Ketika berada di dalam membrane glomenulus, zat-zat yang terdapat dalam darah (air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian masuk ke dalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses ini disebut filtrasi. Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula, akan diserap kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk urine sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi.Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami penambahan zat sisa metabolisme maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya terbentuklah urine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh dengan urine, tekanan urine pada dinding kandung kemih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing. Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 5 liter setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari banyaknya air yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara, udara dingin membuat pembentukan urine meningkat sedangkan jika suhu panas pembentukan urine sedikit. Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat.Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/24 jam. Dalam keadaan normal, protein di dalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional. Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif. Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius. Adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit dasarnya. Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%. Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan ginjal.Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yangberbeda. Adayang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal. Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin. Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalamurin. Inidisebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu: Filtrasi glomerulus dan Reabsorbsi protein tubulus.Fungsi ginjal yaitu untuk membuang sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh dan mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit tubuh. Setiap saat, secara teratur, darah yang beredar di tubuh kita akan melewati ginjal untuk menjalani proses filtrasi di ginjal. Proses filtrasi tersebut akan menghasilkan urin yang membawa serta sisa metabolisme tubuh yang tidak diperlukan lagi. Sedangkan zat-zat yang berguna bagi tubuh, seperti protein, tidak terfiltrasi dan tidak keluar di urin.Proses metabolisme protein di dalam sistem pencernaan akan menghasilkan asam amino yang kemudian ikut dalam peredaran darah. Di dalam sel akan disintesa dan sebagai hasil akhir adalah asam urat. Asam urat merupakan suatu zat racun jika ada di dalam tubuh maka hepar akan dirombak sedikit demi sedikit menjadi urea dan dikeluarkan melalui ginjal. Jika urine mengandung protein biasanya berupa asam amino. Keadaan demikian merupakan kelainan pada hepar dan ginjal.Urine yang terdapat atau ditemukan protein disebut proteinuria. Proteinuria ini ditandai dengan adanya kekeruhan setelah diuji dengan suatu metode. Proteinuria ditentukan dengan berbagai cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya sensitif terhadap albumin).Pada praktikum ini kita melakukan dengan metode pemanasan asama asetat dan reagen bang. Pada metode pemanasan dengan asam asetat dan metode bang ini terbentuknya protein disebabkan sifat asam atau suasana asam.Setelah diuji diperoleh hasil yang negatif yaitu dengan melihat ada atau tidak adanya kekeruhan. Seperti pada gambar di samping, pemanasan dengan reagen bang, setelah dipanaskan tidak terbentuk kekeruhan, artinya urin tidak mengandung protein. Begitu juga pada Berarti fungsi renal bekerja dengan baik dan tidak ada indikasi kelainan.Sedangkan pada pemanasan dengan asam atetat, dari awal pemanasan, urin memang sudah keruh, setelah dipanaskan kekeruhan tetap tak ada perubahan. Berdasarkan literatur, seharusnya apabila urin telah keruh dari awal, harus dilakukan sentrifugasi dan diambil supernatannya. Tetapi saat praktikum tidak dilakukan sentrifugasi, sehingga hasil pemeriksaan urin dengan reagen bang yang diperoleh tidak tepat.Protein dalam urin akan membentuk kekeruhan atau gumpalan oleh asam karena mendekati titik isoelektrik protein dibantu dengan pemanasan, sehingga terbentuk kekeruhan, butiran, kepingan, atau gumpalan sesuai dengan banyaknya kandungan protein dalam urin.

VIII. KESIMPULANBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :1. Fungsi ginjal yaitu untuk membuang sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh dan mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit tubuh.2. Proses pembentukan urin melaui 3 tahap di ginjal yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi.3. Urine yang terdapat atau ditemukan protein disebut proteinuria. Penemuan protein di dalam urin ini dapat mengindikasikan kelainan hati ataupun ginjal.4. Setelah diuji diperoleh hasil yang negatif yaitu dengan melihat ada atau tidak adanya kekeruhan.5. Pada pemanasan dengan reagen bang, setelah dipanaskan tidak terbentuk kekeruhan, artinya urin tidak mengandung protein.6. Pada pemanasan dengan asam atetat, dari awal pemanasan, urin memang sudah keruh, setelah dipanaskan kekeruhan tetap tak ada perubahan.7. Berdasarkan literatur, seharusnya apabila urin telah keruh dari awal, harus dilakukan sentrifugasi dan diambil supernatannya. Tetapi saat praktikum tidak dilakukan sentrifugasi, sehingga hasil pemeriksaan urin dengan reagen bang yang diperoleh tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Arvin, Behrman Kliegma. 1996. NELSON Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGCBrunner &Suddarth. 1997.Keperawatan Medikal BedahEdisi 8 Vol. 2. Jakarta : EGC. Ganong W.F. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.Lehninger, Albert L.1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: ErlanggaMurray, Robert K. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.Poedjiadji, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas IndonesiaSoewoto, Hafiz. 2001. Biokimia Eksperimen Laboratorium. Jakarta :UI Press.Underwood, A.L; Day, R.A. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.