PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun...

19
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298X Akreditasi No. 32a/E/KPT/2017 e-ISSN 2548 – 5024 DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i3.2752 342 PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASAR ASPEK SUSTAINABILITY DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Jitu Laksono [email protected] Hendi Kristiantoro Bambang Tjahjadi Noorlailie Soewarno Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Airlangga ABSTRACT Bonded Logistics Center (BLC) is a solution to overcome the inefficiencies of managing logistics. The main idea of the BLC policy is to place hoarding warehouses of exports and imports goods in the country. Thus, the domestic industry does not need to import again when in need of raw materials, capital goods, and supporting materials. The BLC scheme puts the Directorate General of Customs and Excise as a regulator, while the implementer on the field areprivate companies. Currently the BLC has been established in eleven locations throughout Indonesia. This study uses the Analytic Hierarchy Process (AHP) to determine the most strategic location in East Java province based on sustainability aspect to set as BLC. It was concluded that the most strategic locations to be built BLC in East Java is Gresik. Then followed successively by Banyuwangi, Tuban, Lamongan, and Probolinggo. The openness of Gresik community to the business world is more value than other areas in East Java as supporting the implementation of PLB. Key words: location, logistics, sustainability, AHP, customs and excise ABSTRAK Pusat Logistik Berikat (PLB) merupakan solusi untuk mengatasi inefisiensi pengelolaan logistik. Gagasan utama kebijakan PLB adalah menempatkan gudang penimbunan barang ekspor-impor di dalam negeri. Dengan demikian, industri dalam negeri tidak perlu mengimpor lagi saat membutuhkan bahan baku, barang modal, dan bahan penolong. Skema PLB menempatkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai regulator, sementara pelaksana di lapangan murni swasta. Sampai saat ini telah ditetapkan 34 PLB dari yang semula hanya berjumlah 12 PLB di seluruh Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan lokasi di wilayah Provinsi Jawa Timur yang paling strategis dan memungkinkan untuk ditetapkan sebagai PLB. Dari hasil sintesis prioritas global didapatkan kesimpulan alternatif utama yang dipilih sebagai lokasi yang paling strategis untuk dibangun PLB di wilayah Jawa Timur ke depan adalah Gresik. Kemudian disusul secara berturut-turut oleh Banyuwangi, Tuban, Lamongan, dan yang terakhir Probolinggo. Keterbukaan masyarakat Gresik terhadap dunia usaha merupakan nilai lebih Gresik dibandingkan daerah lain di Jawa Timur sebagai penunjang penyelenggaraan PLB. Kata-kata kunci: lokasi, logistik, AHP, bea dan cukai PENDAHULUAN Transformasi ekonomi melalui pe- ningkatan daya saing industri merupakan prasyarat mutlak eksistensi perekonomian Indonesia. Potensi sumber daya alam dan keunggulan demografi harus dioptimalkan. Terlebih di era Sustainability Development Goals (SDGs) seperti saat ini. Visi-misi pemerintah sebagaimana tergambar dalam Nawacita merupakan semangat awal dari

Transcript of PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun...

Page 1: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298XAkreditasi No. 32a/E/KPT/2017 e-ISSN 2548 – 5024DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i3.2752

342

PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT DIPROVINSI JAWA TIMUR BERDASAR ASPEK SUSTAINABILITY DENGAN

MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

Jitu [email protected]

Hendi KristiantoroBambang Tjahjadi

Noorlailie SoewarnoFakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Airlangga

ABSTRACT

Bonded Logistics Center (BLC) is a solution to overcome the inefficiencies of managing logistics. The main idea ofthe BLC policy is to place hoarding warehouses of exports and imports goods in the country. Thus, the domesticindustry does not need to import again when in need of raw materials, capital goods, and supporting materials.The BLC scheme puts the Directorate General of Customs and Excise as a regulator, while the implementer on thefield areprivate companies. Currently the BLC has been established in eleven locations throughout Indonesia. Thisstudy uses the Analytic Hierarchy Process (AHP) to determine the most strategic location in East Java provincebased on sustainability aspect to set as BLC. It was concluded that the most strategic locations to be built BLC inEast Java is Gresik. Then followed successively by Banyuwangi, Tuban, Lamongan, and Probolinggo. Theopenness of Gresik community to the business world is more value than other areas in East Java as supporting theimplementation of PLB.

Key words: location, logistics, sustainability, AHP, customs and excise

ABSTRAK

Pusat Logistik Berikat (PLB) merupakan solusi untuk mengatasi inefisiensi pengelolaan logistik.Gagasan utama kebijakan PLB adalah menempatkan gudang penimbunan barang ekspor-impor didalam negeri. Dengan demikian, industri dalam negeri tidak perlu mengimpor lagi saat membutuhkanbahan baku, barang modal, dan bahan penolong. Skema PLB menempatkan Direktorat Jenderal Beadan Cukai sebagai regulator, sementara pelaksana di lapangan murni swasta. Sampai saat ini telahditetapkan 34 PLB dari yang semula hanya berjumlah 12 PLB di seluruh Indonesia. Penelitian inimenggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan lokasi di wilayah ProvinsiJawa Timur yang paling strategis dan memungkinkan untuk ditetapkan sebagai PLB. Dari hasil sintesisprioritas global didapatkan kesimpulan alternatif utama yang dipilih sebagai lokasi yang palingstrategis untuk dibangun PLB di wilayah Jawa Timur ke depan adalah Gresik. Kemudian disusul secaraberturut-turut oleh Banyuwangi, Tuban, Lamongan, dan yang terakhir Probolinggo. Keterbukaanmasyarakat Gresik terhadap dunia usaha merupakan nilai lebih Gresik dibandingkan daerah lain diJawa Timur sebagai penunjang penyelenggaraan PLB.

Kata-kata kunci: lokasi, logistik, AHP, bea dan cukai

PENDAHULUANTransformasi ekonomi melalui pe-

ningkatan daya saing industri merupakanprasyarat mutlak eksistensi perekonomianIndonesia. Potensi sumber daya alam dan

keunggulan demografi harus dioptimalkan.Terlebih di era Sustainability DevelopmentGoals (SDGs) seperti saat ini. Visi-misipemerintah sebagaimana tergambar dalamNawacita merupakan semangat awal dari

Page 2: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

Penentuan Lokasi Pembangunan Pusat Logistik ... – Laksono, Kristiantoro, Tjahjadi, Soewarno 343

transformasi tersebut. Untuk itu, tumbuhkembang sektor industri harus diperhatikandengan memperbaiki daya saingnya.

Daya saing industri sangat bergantungpada ketepatan pengelolaan sistem logistik.Praktek yang selama ini terjadi adalah bahanbaku, barang modal, dan bahan penolongyang dibutuhkan industri dalam negerimayoritas diimpor dari gudang penimbunandi Singapura dan Malaysia. Termasukkomoditas ekspor yang juga harus ditimbundi sana. Hal ini menyebabkan ketidak-efisienan pengangkutan. Sarana dan prasa-rana pelabuhan akhirnya tidak dapat me-nampung arus barang yang semakin tinggi.Angka waktu tunggu bongkar muat (dwel-ling time) di pelabuhan sangat tinggi. Lapor-an kinerja dwelling time pada bulan Juni 2015tercatat rata-rata di kisaran 5,5 hari. PresidenJoko Widodo sendiri mentargetkan dwellingtime dapat dipangkas sampai kisaran duaharian.

Menurut data Logistics Performance Index(LPI) tahun 2014, Indonesia berada padaperingkat 53 dari 160 negara yang disurvei.Posisi tersebut berada dibawah Vietnamyang berada pada peringkat ke-48, Thailanddi peringkat ke-35, dan Malaysia di posisi ke-25. Indeks ini berupa infrastruktur, pe-ngapalan, kompetensi logistik, pelacakan,dan waktu bongkar muat. Sementara, ber-dasar Laporan Kemudahan Berbisnis 2015yang diterbitkan Bank Dunia, Indonesiaberada di peringkat ke-7 di antara negara-negara ASEAN dalam hal kinerja ekspor-impor. Proses ekspor-impor di Indonesiamembutuhkan waktu lebih lama dan biayalebih mahal dibandingkan dengan Singa-pura dan Vietnam. Proses ekspor-impor diIndonesia memakan waktu 3,5 hari, sedang-kan di Singapura 2 hari dan Vietnam sehari.Biaya di Indonesia 573 dolar AS, padahal diSingapura hanya separuhnya dan di Viet-nam 45 dolar AS.

Inefisiensi menyebabkan biaya logistikmeningkat. Padahal biaya logistik yangtinggi dapat menghambat pertumbuhanekonomi Indonesia. Kamar Dagang danIndustri (Kadin) Indonesia menyebutkan

biaya logistik di Indonesia yang mencapai 24persen dari total Pendapatan DomestikBruto (PDB) atau senilai Rp1.820 triliun pertahun merupakan biaya logistik palingtinggi di dunia. Komponen biaya logistik diIndonesia terdiri dari biaya penyimpanansebesar Rp546 triliun, biaya transportasisebesar Rp1.092 triliun, dan biaya adminis-trasi sebesar Rp182 triliun, oleh karena itu,kebijakan Pusat Logistik Berikat (PLB) yangmerupakan bagian dari paket kebijakanpemerintah jilid kedua merupakan tawaransolutif dari pemerintah untuk memperbaikiinefisiensi pengelolaan logistik. Gagasanutama kebijakan PLB adalah menempatkangudang penimbunan barang ekspor-impordi dalam negeri. Dengan demikian, industridalam negeri tidak perlu mengimpor lagisaat membutuhkan bahan baku, barangmodal, dan bahan penolong. Semua kegiat-an itu diarahkan pada cita-cita Indonesiasebagai negara penghubung logistik di AsiaPasifik.

Pusat Logistik Berikat merupakankawasan penimbunan barang untuk ke-perluan industri. Fasilitas yang ditawarkanberupa penangguhan bea masuk, pem-bebasan cukai, dan pajak impor tidak di-pungut. Ketika barang keluar dari PLB makabea masuk dan pajak dikenakan. Ketentuanfasilitas ini diatur dalam Peraturan MenteriKeuangan (PMK) Nomor 272 Tahun 2015tentang PLB. Skema PLB menempatkanDirektorat Jenderal Bea dan Cukai, Kemen-terian Keuangan sebagai regulator, semen-tara pelaksana di lapangan murni swasta.Hal ini diharapkan juga akan mendorongpeningkatan lapangan kerja bagi masya-rakat.

Sampai saat ini telah ditetapkan 34 PLBdari yang semula hanya berjumlah 12 PLB diseluruh Indonesia. Mengingat strategisnyakeberadaan PLB, tentu dibutuhkan lebihbanyak PLB lagi sesuai sebaran industri dankarakter tiap daerah. Sebagai catatan, be-berapa daerah dengan potensi besar justrubelum memiliki PLB, termasuk diantaranyaadalah Provinsi Jawa Timur. Bertitik tolakdari hal tersebut, penelitian ini mencoba

Page 3: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

344 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 342 – 360

mengelaborasi strategi optimalisasi PLBsecara nasional untuk kemudian difokuskansecara khusus di Provinsi Jawa Timur.Penelitian akan menggunakan metodeAnalytical Hierarchy Process (AHP) untukmenentukan lokasi di wilayah Provinsi JawaTimur yang memiliki posisi paling strategisuntuk ditetapkan sebagai PLB. Kriteriapemilihan akan melibatkan aspek sustain-ability dari masing-masing lokasi tersebut.Diantaranya adalah kriteria ekonomi, sosial,dan lingkungan. Hasil penelitian secarapraktis diharapkan dapat memberi acuanuntuk pengambil kebijakan dalam menetap-kan tempat yang paling memungkinkan danpaling menguntungkan dikembangkan se-bagai PLB.

TINJAUAN TEORETISTinjauan Resource-Based View Theorydalam Bidang Logistik

Layanan logistik menjadi industri ter-sendiri hanya di akhir era tahun 1980-an(Wong dan Karia, 2010). Industri jasa logis-tik telah mengalami pertumbuhan, namuntidak semua perusahaan penyedia layananlogistik mencapai tingkat pertumbuhanyang sama, beberapa diantaranya jugamengalami penurunan (Min dan Jong Joo,2006). Selanjutnya, sebuah survei baru-baruini menunjukkan bahwa mayoritas pembelisecara keseluruhan tidak puas denganlayanan yang diberikan oleh penyedialayanan logistik mereka. Hal tersebut me-nyebabkan kontrak layanan logistik masihterbatas pada transportasi dan gudang, sertaperubahan penyedia layanan logistik terjadihampir setiap dua tahun.

Bidang praktis manajemen rantai pasok-an atau Supply Chain Management (SCM) punjuga terus berubah, karena daya saingperusahaan internasional lebih dan lebihbergantung pada kemampuan mereka untukmenghasilkan dan mengantarkan produkdan layanan yang disesuaikan dengan cepatdan efisien ke seluruh dunia. Lamming(1996) memperkenalkan teori SCM sebagaiperpanjangan dari bidang logistik, namunhingga saat ini, kenyataan yang ditemui

adalah penelitian terapan lebih banyakdilakukan dibanding dengan pengemba-ngan teori tersebut. Larson dan Halldorsson(2004) juga telah membahas hubunganantara logistik dan SCM.

Hanya beberapa artikel yang menerap-kan Resource-Based View Theory (RBV) ke-lapangan dengan berfokus untuk men-dapatkan sumber keunggulan kompetitifmelalui SCM atau untuk menganalisisstruktur rantai dari sekelompok industri(Halldorsson et al., 2007). Teori RBV dalamkaitannya menangani keunggulan kompe-titif terkait dengan kepemilikan sumber dayaheterogen (keuangan, fisik, manusia, tekno-logi, organisasi, dan reputasi) dan ke-mampuan (kombinasi dari dua sumber ataulebih). Sumber daya dan kemampuan ter-sebut merupakan kompetensi inti darisebuah perusahaan dan pada akhirnya ber-fungsi sebagai sumber keunggulan kompe-titifnya. Perkembangan penelitian masa kiniberfokus pada atribut yang berkontribusiterhadap heterogenitas sumber daya dankemampuan.

Aspek RBV yang lebih dinamis mem-pertimbangkan kompetensi inti perusahaanuntuk kemampuannya bereaksi cepat ter-hadap perubahan situasional dan mem-bangun kompetensi lebih lanjut atau ke-mampuan dinamis, oleh karena itu, dayasaing perusahaan saat ini lebih dikaitkanpada konfigurasi sumber daya dan ke-mampuan seiring berkembangnya pasar.Teori RBV merupakan asumsi implisit dalambanyak keputusan rantai pasokan. Sering-kali, keputusan outsourcing didasarkan padagagasan untuk berfokus pada kompetensiinti dan kompetensi pelengkap dari mitraeksternal (Chicksand et al., 2012).

Teori RBV diakui sebagai struktur yangpaling signifikan untuk memahami mana-jemen strategis (Barney, 1991) dan diguna-kan untuk mencapai kinerja dan daya saingyang lebih baik bagi organisasi. Teori RBVjuga mengevaluasi hubungan antarakarakteristik internal organisasi dan kinerja-nya, yang pada gilirannya memudahkanorganisasi untuk mencapai tingkat keuntu-

Page 4: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

Penentuan Lokasi Pembangunan Pusat Logistik ... – Laksono, Kristiantoro, Tjahjadi, Soewarno 345

ngan yang lebih tinggi (Rungtusanatham etal., 2003). Barney (1991) juga mengemuka-kan bahwa keunggulan kompetitif yangberkelanjutan berasal dari sumber daya dankemampuan organisasi, yang menggabung-kan keterampilan manajemen, proses ope-rasional dan kompetensi, serta informasi danpengetahuan, oleh karena itu, melalui sum-ber daya berwujud dan tidak berwujud ter-sebut akan memungkinkan sebuah organi-sasi menerapkan strategi penciptaan nilai.

Beberapa penelitian menunjukkan bah-wa pada beberapa perusahaan penyedialayanan logistik sengaja memperoleh sum-ber daya tertentu untuk mencapai keung-gulan kompetitif. Menurut teori RBV, sum-ber daya didefinisikan sebagai aset ber-wujud dan tidak berwujud yang terikatsecara semi permanen ke perusahaan. Istilah"terikat semi permanen" secara tidak lang-sung mengacu pada perolehan, akses, ataukepemilikan "sumber daya unik" sehinggadapat dimanfaatkan untuk mencapai ke-unggulan kompetitif. Bangunan fisik, per-alatan, keuangan, manusia, organisasi, sa-ham, tanah, debitur dapat diklasifikasikansebagai sumber daya berwujud, sedangkansumber daya tidak berwujud diantaranyaadalah informasi, pengetahuan, kompetensi,merek dagang, paten, dan hubungan/koneksi.

Teori RBV juga dapat memberikan pe-mahaman yang berharga tentang daya saingpada industri logistik. Meskipun Teori RBVbukanlah teori preskriptif, namun dinilaisangat berguna untuk menjelaskan bagai-mana perusahaan dapat mempertahankankeunggulan kompetitifnya dengan mem-peroleh dan mengeksploitasi sumber dayayang tersedia. RBV juga dapat digunakanuntuk menjelaskan pertumbuhan ataudiversifikasi industri logistik. Doronganuntuk menumbuhkan industri logistik akanberdampak pada ditemukannya sumberdaya baru atau diversifikasi baru (He et al.,2017). Teori RBV sebenarnya telah banyakditerapkan dalam literatur logistik. Banyakliteratur membahas hubungan kinerja

industri logistik dengan sumber daya dankeunggulan kompetitif dari masing-masingperusahaan penyedia layanan logistik.Teknologi, khususnya teknologi informasitelah dianggap sebagai salah satu faktorkeberhasilan industri logistik. Sumber dayalain yang sering dikutip adalah pengetahu-an, yang tercermin dari praktik manajemendan sumber daya manusia, karena logistikjuga merupakan bisnis berorientasi pada"orang". Faktor keuangan juga merupakansumber daya utama dalam industri ini.Literatur lain yang lebih baru berpendapatbahwa konektivitas adalah kunci keber-hasilan industri logistik (Awasthi et al., 2011).Dalam penelitian ini, faktor sustainabilitymenjadi fokus utama keunggulan kompetitifyang digali dari masing-masing daerahuntuk dibangun pusat logistik berikat dimasa yang akan datang.

Manajemen Rantai Pasokan (Supply ChainManagement)

Istilah Supply Chain Management (SCM)mulai muncul pada akhir era tahun 1980-anyang kemudian mulai digunakan secara luaspada tahun 1990-an. Sebelum itu, perusaha-an lebih banyak menggunakan istilah seperti“logistik” dan “manajemen operasi” dari-pada istilah SCM (Hugos, 2011). MenurutChopra dan Meindl (2007), manajemenrantai pasok adalah ikatan yang terjadiantara produsen, suplier, distributor, gu-dang, retailer, dan konsumen untuk me-menuhi kebutuhan konsumen. Li (2007)mendefinisikan manajemen rantai pasok se-bagai sekumpulan aktivitas dan keputusanyang saling terkait untuk mengintegrasikanpemasok, manufaktur, gudang, jasa trans-portasi, pengecer, dan konsumen secaraefisien.

Dengan menggabungkan berbagai defi-nisi yang dikembangkan oleh beberapasumber maka didapatkan definisi supplychain sebagai “suatu jaringan yang terdiriatas beberapa perusahaan (meliputi supplier,manufacturer, distributor dan retailer) yangbekerjasama dan terlibat baik secara lang-

Page 5: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

346 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 342 – 360

sung maupun tidak langsung dalam me-menuhi permintaan pelanggan, dimana per-usahaan-perusahaan tersebut melakukanfungsi pengadaan material, proses transfor-masi material menjadi produk setengah jadidan produk jadi, serta distribusi produk jaditersebut hingga ke end customer (Anwar,2011).

Singkatnya, Manajemen Rantai Pasok-an (Supply Chain Management) merupakansekumpulan aktivitas (dalam bentuk enti-tas/fasilitas) yang terlibat dalam prosestransformasi dan distribusi logistik mulaidari bahan baku hingga produk jadi.Manajemen rantai pasok sendiri memilikisifat yang dinamis, namun melibatkan tigaaliran yang konstan (Chopra dan Meindl,2007).

Ketiga aliran tersebut adalah aliranbarang, dari hulu ke hilir. Contohnya ada-lah bahan baku yang dikirim dari supplier kepabrik, setelah produksi selesai dikirim kedistributor, pengecer, kemudian ke pemakaiakhir. Berikutnya adalah aliran uang dansejenisnya, yang mengalir dari hilir ke hulu.Kemudian, aliran informasi yang dapatterjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya.

Yang melatarbelakangi berkembangnyakonsep SCM adalah akselerasi perubahanlingkungan bisnis disebabkan berkembang-nya secara cepat faktor-faktor penting,antara lain: (a) Tuntutan konsumen yangsemakin kritis, (b) Infrastruktur telekomuni-kasi, informasi, transportasi, dan perbankanyang semakin canggih memungkinkan ber-kembangnya model baru dalam aliranmaterial/produk, (c) Daur hidup produksangat pendek seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkunganpasar, (d) Kesadaran konsumen akanpentingnya aspek sosial dan lingkungandalam kehidupan, menuntut industri manu-faktur memasukkan konsep-konsep ramahlingkungan mulai dari proses perancanganproduk, proses produksi maupun prosesdistribusinya (Geraldin et al., 2007).

Menurut Ross (2016), awal perkemba-ngan konsep SCM didasarkan pada duafakta yaitu bahwa pada tahun 1960-an

pabrikan dituntut untuk menurunkan biayaproduksi dan perkembangan teknologiinformasi khususnya internet yang mampumembantu merealisasikan suatu sistemterpadu sehingga mendorong perusahaanuntuk melakukan efisiensi biaya bukan sajapada lingkup satu perusahan saja.

Dalam penerapan SCM ini perlu jugamemperhatikan hal-hal yang perlu di-hindari yang akan menghambat sistem ini,hal-hal tersebut antara lain adalah; (1) Peng-ukuran kinerja yang tidak didefinisikandengan baik, (2) Customer service tidak di-definisikan dengan jelas, dan tidak adaukuran keterlambatan respon dalam pe-layanan, (3) Status data pengiriman yangterlambat dan tidak akurat, (4) Sistem infor-masi tidak efisien, (5) Dampak ketidak-pastian diabaikan, (6) Kebijakan inventoriterlalu sederhana, (7) Koordinasi antaraktivitas suplai, produksi, dan pengirimantidak bagus, (8) Analisis metode pengirimantidak lengkap, (9) Definisi ongkos-ongkospersediaan tidak tepat, (10) Adanya kendalakomunikasi antar organisasi (Anwar, 2011).

Pusat Logistik Berikat (PLB)Ketersediaan logistik merupakan kunci

pengembangan industri. Rantai pasokanlogistik yang kompleks yang melibatkansumber daya, orang, teknologi, kegiatan daninformasi dalam rangka untuk meng-konversi bahan baku menjadi barang jadidan mendistribusikannya ke pelangganakhir (Lambiase et al., 2013). Untuk itu, Raoet al. (2015) menekankan pentingnya pe-musatan penempatan logistik sebagai bagi-an dari manajemen rantai suplai industri.

Montwiłł (2014) mendorong pengemba-ngan pelabuhan sebagai pusat logistikseiring dengan pertumbuhan daerah dandemi mengurangi efek negatif berupa ke-macetan dan polusi. Sementara Porter (2007)berfokus pada keunggulan kompetitif danpeningkatan inovasi yang ditawarkan me-lalui pemusatan industri (cluster). Sepertihalnya yang telah disampaikan oleh teoriResource Based-View. Pengembangan clusterdengan pemusatan penimbunan logistik

Page 6: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

Penentuan Lokasi Pembangunan Pusat Logistik ... – Laksono, Kristiantoro, Tjahjadi, Soewarno 347

diyakini akan mempengaruhi persaingandengan meningkatkan produktivitas per-usahaan, meningkatkan kecepatan inovasi,dan merangsang pembentukan bisnis baru.

Kayikci (2010) menyebutkan pusat logis-tik yang efisien memberi manfaat yang signi-fikan serta menjadi keunggulan kompetitifuntuk memenuhi tujuan komersial strategis,di mana penentuan lokasi adalah faktorkunci dalam meningkatkan efisiensi sistemtransportasi dan menginisialisasi rantaipasokan, oleh karena itu otoritas publikharus mempertimbangkan daya dukungekonomi, sosial dan lingkungan sebelummenetapkan suatu daerah sebagai pusatlogistik.

Peraturan Menteri Keuangan No. 272/PMK.04/2015 tentang Pusat Logistik Berikat(PLB) mendefinisikan PLB sebagai tempatpenimbunan berikat untuk menimbun ba-rang asal luar daerah pabean dan/ataubarang yang berasal dari tempat lain dalamdaerah pabean, dapat disertai satu atau lebihkegiatan sederhana dalam jangka waktutertentu untuk dikeluarkan kembali. PLBmerupakan bagian solusi sistem pengelolaanlogistik.

Dalam konsep supply chain manaagement(SCM), strategi penundaan (postponementstrategy) merupakan salah satu strategi yangmemberikan dampak yang nyata terhadapterhadap keunggulan kompetitif perusaha-an dan performa organisasi (Cheng et al.,2010). Dengan fasilitas penundaan pengena-an bea masuk, cukai dan/atau pajak,pengusaha PLB dapat menyimpan bahanbaku atau barang penolong secara lebihdekat dengan industri pengguna di dalamnegeri dan lebih murah karena bea masuk,cukai dan/atau pajak belum dipungut.

Dari sisi industri pengguna, lokasipasokan bahan baku yang lebih dekat ke sisihilir akan menyederhanakan perencanaanproduksi, memperkecil lead time pemesanandan pada akhirnya akan mengurangi biayasimpan (holding cost) karena stok bahan bakudapat diturunkan jumlahnya. Selain fasilitaspenundaan bea masuk dan pajak, PLB jugadiberikan fleksibilitas dalam hal pemasukan

dan pengeluaran barang (one to many, manyto one, many to many).

PLB didesain sebagai penyempurnaankonsep Gudang Berikat. Jika dibandingkandengan Gudang Berikat, aturan di PLB tidakada pembatasan suplai barang, karenadipastikan kapasitasnya besar dan difungsi-kan untuk kebutuhan industri di dalamnegeri, sedangkan dalam Gudang Berikatada pembatasan sesuai jenis komoditimelalui penyesuaian izin awal.

Analytical Hierarchy Process (AHP)Pilihan lokasi untuk pusat logistik

adalah salah satu keputusan manajemenyang paling penting. Akibatnya, sejumlahbesar penelitian telah dikhususkan untukpengembangan model matematika untukmenentukan lokasi pusat logistik (Sun et al.,2008). Lokasi pusat logistik merupakanelemen kunci dalam meningkatkan efisiensisistem transportasi angkutan perkotaan danmenginisialisasi kecukupan dari kegiatanrantai pasokan relatif. Dengan demikian,lokasi pusat logistik harus dipilih denganhati-hati. Semua faktor yang mempengaruhiuntuk penentuan lokasi harus diper-timbangkan dan direncanakan dengan baik,oleh karena itu, pemerintah harus mem-pertimbangkan pentingnya topik ini dengansetiap keputusan yang diberikan dalam halimplikasi ekonomi, sosial dan lingkunganyang kuat sebelum mengumumkan suatudaerah sebagai pusat logistik (Kayikci, 2010).

Van Thai dan Grewal (2005) berpen-dapat bahwa sebuah kerangka kerja konsep-tual seleksi lokasi untuk pusat logistik dapatdilakukan dengan melalui tiga tahap utama.Pada tahap pertama, area geografis umumuntuk pusat logistik diidentifikasi berdasar-kan The Centre of Gravity Principle, denganmempertimbangkan faktor-faktor sosial eko-nomi. Tahap kedua dari proses seleksi me-libatkan identifikasi lokasi alternatif untukpusat logistik dan pelabuhan udara/lautyang akan digunakan untuk arus lalu lintaskargo dalam suatu wilayah geografis. Tahapketiga berfokus pada pemilihan lokasiterbaik di antara alternatif lokasi sebagai

Page 7: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

348 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 342 – 360

pusat logistik berdasarkan pendekatankuantitatif.

Proses dalam pengambilan keputusansendiri saat ini telah menjadi sebuah ilmumatematika (Greco et al., 2005). Metodepengambilan keputusan multi kriteria, jugadikenal sebagai Multi-Criteria Decision-Making (MCDM), sangat penting dalamproses pengambilan keputusan. AnalyticalHierarchy Process (AHP) merupakan salahsatu metode MCDM yang paling umumdigunakan sebagai alat manajemen di be-berapa sektor industri, seperti rantai pasok-an, logistik dan juga pendidikan, dengantujuan menilai strategi dan kinerja (Trama-rico et al., 2015).

Metode AHP dikembangkan awal ta-hun 1970-an oleh Thomas L. Saaty, seorangahli matematika dari Universitas Pittsburg.Metode AHP memiliki suatu spesifikasitersendiri dalam memunculkan data darisatu atau banyak ahli dengan menggunakanskala rasio berpasangan, mengatur strukturhierarkis perbandingan dengan kriteria dansub-kriteria antara alternatif, menemukanvektor prioritas dalam setiap kelompok itemyang dibandingkan, dan menyusun prefe-rensi lokal dengan dukungan subkriteria dankriteria dari semua tingkat hierarki untukmendapatkan prioritas global di antarasemua alternatif (Lipovetsky, 2009).

Menurut Saaty (2008), penelitian de-ngan metode AHP ini tidak membutuhkanjumlah sampel besar tapi cukup orang-orangkunci (key person) yang mempunyai peranandan mengetahui dengan baik tentang bidangyang jadi objek penelitian. Dalam penelitianini digunakan Metode AHP untuk me-ngembangkan hierarki pemilihan lokasipusat logistik berikat terbaik berdasarkanpengetahuan dan pengalaman beberapaorang ahli di lapangan. Kami memilih AHP,karena sangat efektif dalam mengkuanti-fikasikan pengetahuan kualitatif denganmengukur dimensi intangible. Hal ini pentingkarena dimensi intangible, yang dapat diukurhanya dengan penelitian kualitatif, tidakdapat langsung diukur menggunakan skalaabsolut.

Metode AHP adalah metode peng-ambilan keputusan analitik, cocok untukkeputusan yang melibatkan peringkat danmemprioritaskan alternatif, seperti yang ter-jadi pada pengambilan keputusan penentu-an lokasi pusat logistik. Metode ini sangatefektif dalam mengukur opini, yang di-dasarkan pada pengalaman pribadi danpengetahuan, untuk mengembangkan ke-rangka keputusan yang konsisten. AHPadalah metode sangat berguna untuk meng-ukur dan membandingkan data subjektif,seperti latar belakang pribadi dan pengala-man bertahun-tahun, yang mempengaruhiproses pembuatan suatu keputusan (Pecchiaet al., 2009).

Tabel 1Skala Penilaian Perbandingan

Berpasangan

TingkatKepentingan Definisi

1 Kedua elemen samapentingnya.

3Elemen yang satu sedikitlebih penting daripadaelemen yang lainnya.

5Elemen yang satu lebihpenting daripada elemenlainnya.

7Satu elemen jelas lebihmutlak penting daripadaelemen lainnya.

9Satu elemen mutlak pen-ting daripada elemenlainnya.

2, 4, 6, 8Nilai di antara dua nilaipertimbangan yang ber-dekatan.

Kebalikan

Jika elemen i memilikisalah satu angka di atasketika dibandingkan ele-men j, maka j memilikinilai kebalikannya ketikadibandingkan elemen i.

Sumber: Saaty (2008)

Page 8: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

Penentuan Lokasi Pembangunan Pusat Logistik ... – Laksono, Kristiantoro, Tjahjadi, Soewarno 349

Faisol et al. (2014) menyatakan bahwaterdapat beberapa prinsip yang harus di-pahami dalam menyelesaikan persoalandengan AHP, diantaranya adalah: (a) De-composition, yaitu memecah persoalan yangutuh menjadi unsur-unsurnya sehinggadidapatkan beberapa tingkatan dari per-soalan tadi, (b) Comparative Judgment, yaitumembuat penilaian tentang kepentinganrelatif dua elemen pada suatu tingkat ter-tentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Hasil dari penilaian ini disajikandalam bentuk matriks yang dinamakanmatrix pairwise comparison. Proses pem-banding dapat dikemukakan dengan pe-nyusunan skala variabel seperti pada Tabel1, (c) Synthesis of Priority, yaitu mencari nilaieigen vektor untuk mendapatkan local prio-rity, (d) Logical Consistency, yaitu menentu-kan tingkat konsistensi dari hasil penilaian.

Proses AHP dapat diringkas dalamempat langkah utama (Tugba Turgut et al.,2011): Langkah 1: Definisikan masalah danpenentuan tujuannya. Pada langkah ini,pengambil keputusan menentukan kriteriaevaluasi dan alternatif (lihat Gambar 1).Langkah 2: Pembentukan setiap faktor untukmatriks perbandingan berpasangan. Padalangkah ini, unsur-unsur nilai perbandinganberpasangan ditentukan (oleh para ahli,kuesioner, dan lain-lain). Pertama, kriteriadibandingkan sesuai dengan tujuan utama.Jika ada sub-kriteria, sub-kriteria dibanding-kan dengan perbandingan berpasangansehubungan dengan kriteria yang berkaitan.Kemudian, alternatif dibandingkan ter-hadap kriteria. Dengan demikian, matriksperbandingan dari model keputusan dapatterbentuk. Langkah 3: Perhitungan nilaieigen dan vektor eigen. Perbandingan ma-triks dengan kriteria n adalah nxn matrikspersegi A. Unsur-unsur dari matriks A ada-lah aij, yang menggambarkan nilai per-bandingan kriteria i dengan kriteria j, danelemen aji yang menggambarkan sebaliknyasebagai 1/aij. Matriks W dihitung denganmembagi masing-masing kolom dari A kekolom jumlahnya. Kemudian λmax, nilaieigen utama matriks, dapat ditemukan

dengan menggunakan hubungan matematisAW = λmaxW. Langkah 4: Penentuan alter-natif yang tepat, dengan menggunakanbobot dari vektor eigen alternatif.

Banyak faktor mempengaruhi penentu-an lokasi dari pusat logistik. Pemilihan loka-si dari pusat logistik dapat menginte-grasikan tiga kriteria sustainability utama,yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial (Raoet al, 2015). Pada penelitian ini juga di-gunakan 7 (tujuh) sub kriteria terkait untukmengevaluasi dan memilih lokasi potensialbagi sebuah pusat logistik. Sektor per-industrian di wilayah provinsi Jawa Timurdiperkirakan akan terus bertumbuh ditahun-tahun mendatang. Seperti yang telahdisampaikan oleh Gubernur Jawa Timur,Soekarwo (2016) pertumbuhan industri diJawa Timur mendatang akan disokongdengan pembangunan infrastruktur pendu-kung seperti pembangunan akses tol lang-sung ke kawasan industri, pembangunanbandara baru, serta pembangunan pelabuh-an baru untuk aktivitas bongkar-muat logis-tik industri. Beberapa daerah yang menjadifokus dalam pengembangan industri ditahun 2017 antara lain adalah Tuban, Lamo-ngan, Gresik, Probolinggo, dan Banyuwangi.Dengan demikian pada hierarki alternatiflokasi di mana akan dibangun PLB ke depandapat menggunakan lokasi-lokasi tersebut diatas.

METODE PENELITIANLangkah Kerja Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitianpengembangan (development research) de-ngan maksud untuk mengembangkan pe-ngetahuan tentang manajemen sains dalamaplikasi pengambilan keputusan strategispemilihan lokasi penyelenggaraan pusatlogistik berikat (PLB) di wilayah ProvinsiJawa Timur dengan menggunakan metodeAHP. Secara umum langkah-langkah kerjadalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Melakukan survey pendahuluan dan studi

literatur terkait dengan pengembanganPLB di Indonesia dan juga di duniaInternasional.

Page 9: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

350 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 342 – 360

Tabel 2Kriteria dan Sub Kriteria yang Dipakai dalam Struktur AHP

No. Kriteria SubKriteria Keterangan

1 Ekonomi

Transportasi

Transportasi adalah inti dari distribusi logistik,sehingga pusat logistik harus menghubungkan lokasidengan beberapa model transportasi, misalnya jalanraya, kereta api, pelabuhan, dan bandara untukmemfasilitasi transit barang.

Service Level

Tingkat layanan mengacu pada kapasitas pengirimanbarang dari lokasi pasokan, atau untuk pelangganlokasi/penerima pada suatu waktu. Kualitas pelayanandari pemerintah daerah setempat termasuk dalamhitungan sub kriteria ini. Sebuah pusat logistik yangbaik harus memberikan pelayanan yang memuaskanuntuk permintaan logistik pelanggan setiap saat.

SumberDayaManusia

Kondisi sumber daya manusia berkaitan dengankuantitas dan kualitas tenaga kerja. Kebutuhan akantenaga kerja yang memadai menjadi faktor pemilihanlokasi penting untuk pusat logistik. Umumnya, tingkatkemahiran, pendidikan, dan nominal upah pekerjaharus dipertimbangkan.

2 Lingkungan KondisiAlam

Ketika memilih lokasi pusat logistik, kita haruskomprehensif mengetahui lingkungan alam lokalseperti iklim, suhu, angin, dan hujan, yang membantuuntuk mengurangi risiko pembangunan pusat logistik.Pusat logistik merupakan suatu area yang digunakanuntuk menempatkan barang dalam jumlah besardimana memerlukan daya dukung tanah yang lebihtinggi. Dengan demikian harus dicari juga lokasi yangtidak rawan banjir.

3 Sosial

FasilitasPublik

Lokasi dari pusat logistik membutuhkan fasilitas publikseperti jalan, komunikasi, listrik, dan air yang berfungsidengan baik

Keamanan Keamanan mengacu pada keamanan lokasi darikecelakaan, pencurian, dan vandalisme.

KondisiLalu Lintas

Pengaruh pusat logistik pada lalu lintas harus di-pertimbangkan ketika memilih lokasi pusat logistik.Mengingat kepadatan lalu lintas di area pusat logistik,diperlukan lingkungan lalu lintas yang tertib danteratur sehingga mendukung kelancaran arus logistik diarea tersebut.

Sumber: diolah peneliti (2016)

Page 10: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

Penentuan Lokasi Pembangunan Pusat Logistik ... – Laksono, Kristiantoro, Tjahjadi, Soewarno 351

Sumber: diolah peneliti (2016)

Gambar 1Struktur AHP untuk Penentuan Lokasi PLB di Jawa Timur

2. Menentukan atribut-atribut pendukungkeputusan pemilihan lokasi PLB di JawaTimur berdasarkan literatur-literatur dandata yang tersedia serta melibatkan pen-dapat ahli/pakar (expert) dalam penentu-annya.

3. Membuat hierarki problem yang akandilakukan analisis terkait pemilihanlokasi PLB di Jawa Timur, yang berisikankriteria, sub kriteria, dan alternatif pilihanlokasi (Gambar 1). Memuat isian hierarkike dalam kuesioner AHP.

4. Melakukan wawancara dan penggalianpendapat beberapa ahli/pakar (expert)dalam memutuskan pemilihan lokasi PLByang akan dibangun di Jawa Timur kedepan. Ahli/pakar (expert) yang dipilihsebagai informan dalam penelitian iniantara lain adalah Kepala Kantor WilayahDJBC Jawa Timur I dan II, Kepala DinasPerindustrian dan Perdagangan ProvinsiJawa Timur, dan salah satu pimpinanperusahaan kawasan berikat di wilayahprovinsi Jawa Timur.

5. Melakukan input data hasil langkahnomor 4 (empat) di atas ke dalam kuesi-oner AHP untuk selanjutnya dilakukananalisis dengan menggunakan softwareExpert Choice 11.

6. Melakukan analisis dan pembahasanhasil output pada langkah 5 (lima) di atas.

Menarik kesimpulan penentuan lokasiPLB terbaik yang akan dibangun di wilayahProvinsi Jawa Timur ke depan.

InformanInforman dalam penelitian ini adalah

Pejabat Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur Idan II, Pejabat Dinas Perindustrian dan Per-dagangan Provinsi Jawa Timur, dan pim-pinan perusahaan kawasan berikat di wila-yah provinsi Jawa Timur. Informan tersebutdipilih karena merupakan ahli/pakar (ex-pert) terkait penyelenggaraan PLB. Penunju-kan pimpinan PT SHOEI Surabaya dan PTJaya Kertas sebagai informan adalah atasrekomendasi dari Pejabat Kantor WilayahDJBC Jawa Timur I dan II. Mereka ditunjukkarena telah berpengalaman sepuluh tahunlebih menjadi pengusaha kawasan berikatdan saat ini sedang mengajukan diri sebagaicalon penyelenggara PLB.

ANALISIS DAN PEMBAHASANPerkembangan Pusat Logistik Berikat diIndonesia

Pusat Logistik Berikat (PLB) merupa-kan gudang multi-fungsi yang dilengkapifasilitas fiskal dan prosedural. PLB dibentukuntuk mengefisienkan biaya logistik nasi-onal dan menyediakan barang industri didalam negeri, baik untuk pengusaha besar

Page 11: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

352 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 342 – 360

Tabel 3Daftar Informan dan Kekhususan Keahlian

No. Informan Kekhususan1. Pejabat Kanwil DJBC Jawa Timur I Regulator dan Pengawas Penyelenggaraan

PLB2. Pejabat Kanwil DJBC Jawa Timur II Regulator dan Pengawas Penyelenggaraan

PLB3. Pejabat Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Jawa TimurPemetaan potensi industri di Jawa Timur

4. Pimpinan PT SHOEI Surabaya Berminat menjadi Penyelenggara PLB5. Pimpinan PT Jaya Kertas Berminat menjadi penyelenggara PLB

Sumber: diolah peneliti (2016)

atau UKM. PLB juga berpotensi menghematbarang keperluan migas atau cost recoveryhingga Rp300 miliar, khususnya penimbun-an rig. Dari sisi perpajakan, PLB menyum-bang penerimaan perpajakan dengan meng-gaet perusahaan yang dulu menimbun diluar negeri untuk pindah ke dalam negeri(Haryana, 2017).

Untuk meningkatkan efektivitas upayaperbaikan PLB, DJBC telah berkoordinasidengan kementrian dan lembaga lain. Be-berapa bentuk sinergi yang telah terjalin diantaranya pemeriksaan surveyor di dalamPLB sesuai amanat Peraturan MenteriPerdagangan Nomor 64 Tahun 2016 danmembangun instalasi karantina di dalamPLB yang secara langsung turut mem-persingkat jangka waktu bongkar muat dipelabuhan. Selain itu, nilai barang yangdisimpan di dalam gudang PLB saat initercatat sebesar Rp1,16 triliun yang berasaldari 20 perusahaan supplier internasional, 34perusahaan distribusi internasional, dan 97perusahaan distribusi lokal. Rata-rata loadtime saat ini di PLB tercatat sudah lebihsingkat yaitu 1,8 hari atau jauh lebih cepatdari impor pada umumnya. PLB juga telahberkontribusi terhadap penerimaan negaradengan jumlah bea masuk Rp10,28 miliar,PPh Impor Pasal 22 Rp27,13 miliar, dan PPNImpor Rp120,09 miliar.

Sejak pertama diresmikan pada 10Maret 2016, jumlah PLB di seluruh Indo-nesia meningkat menjadi 34 PLB yang

semula hanya berjumlah 12 PLB. PLB ter-sebut melayani jenis barang timbun yangberbeda-beda. Menteri Koordinator BidangPerekonomian, Darmin Nasution bahkanmengklaim Pusat Logistik Berikat (PLB)sebagai salah satu program yang tercantumdalam paket kebijakan ekonomi jilid II yangpaling berhasil. "Ini adalah salah satu paketkebijakan yang paling berhasil implemen-tasinya dari 13 paket yang di-launching",dalam pernyataannya, di Jakarta Inter-national Expo, Rabu, 19 Oktober 2016 (Tempo,2016).

Kementerian Keuangan saat ini me-nargetkan dengan lebih rinci tentang wa-cana Indonesia untuk menjadi Hub Logistikdi wilayah Asia Pasifik. Target tersebuttermasuk dalam hal volume, model bisnis,kecepatan pelayanan, infrastruktur, danlain-lain. Menteri Keuangan, Sri MulyaniIndrawati juga sangat berharap jika PLBdapat memberikan peran dan kontribusibesar dalam mendorong pertumbuhan eko-nomi Indonesia (Tempo, 2017). KeberadaanPLB juga diharapkan dapat membantumengurangi ketimpangan Indonesia dantidak hanya berorientasi di Pulau Jawa,melainkan membuka ke wilayah TimurIndonesia, hingga daerah perbatasan.

Dengan keberadaan PLB, diyakini akandapat mengembangkan industri di setiapdaerah. Dengan pertumbuhan industri,maka pajak akan meningkat. Selain itu, PLBjuga mendukung optimalisasi pengembang-

Page 12: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

Penentuan Lokasi Pembangunan Pusat Logistik ... – Laksono, Kristiantoro, Tjahjadi, Soewarno 353

an kawasan industri di berbagai daerahsesuai komoditas masing-masing. MenteriPerhubungan, Budi Karya Sumadi menutur-kan pemerintah berencana membangun PLBsalah satunya di Kijing, di Mempawah,Kalimantan Barat untuk mengembangkanpotensi ekonomi dari wilayah itu (Kompas,2017).

Program PLB ini diwacanakan juga akansaling melengkapi dengan program tol laut(Tribunnews, 2017). Direktorat Jenderal Beadan Cukai (DJBC) akan berperan sebagaipenyedia pusat logistik di pelabuhan baruyang dibuka pemerintah. Nantinya diharap-kan kapal yang berlayar ke daerah tersebuttidak hanya mengantarkan barang melain-kan kembali dengan membawa barang hasilproduksi wilayah tersebut.

Pemetaan Peran Dalam Kebijakan PusatLogistik Berikat

Pusat Logistik Berikat merupakanimplementasi Paket Kebijakan Ekonomitahap II. Menurut Kepala Seksi FasilitasKantor Wilayah Direktorat Jenderal BeaCukai (DJBC) Jawa Timur I, kebijakan ter-kait PLB melibatkan DJBC sebagai regulatordan pengawas, sementara pihak swastasebagai penyelenggara. Sesuai PMK No.272/PMK.04/2015, penyelenggara PLB ada-lah badan hukum yang melakukan kegiatanmenyediakan dan mengelola kawasan un-tuk kegiatan pengusahaan Pusat LogistikBerikat.

DJBC tidak menentukan di daerah manalokasi PLB akan ditetapkan. Penentuan lo-kasi PLB dipilih oleh perusahaan penyeleng-gara PLB. Hal ini dikarenakan perusahaanbersangkutan yang mengetahui peta ke-butuhan logistik dan peluang ekonomimasing-masing lokasi. DJBC hanya me-netapkan syarat-syarat yang harus di-penuhi oleh pihak swasta yang tertarikmembangun PLB. Syarat tersebut men-cakup syarat administratif dan fisik per-gudangan. Sepanjang syarat-syarat terpenu-hi, DJBC akan menyetujui dan menetapkanperusahaan tersebut sebagai penyelenggara

PLB. DJBC kemudian melakukan kegiatanmonitoring terhadap penyelenggaraan PLBsecara periodik berdasarkan manajemenrisiko paling kurang satu tahun sekali yangdilakukan pada setiap akhir tahun buku.

Pemetaan peran ini mendasari pemilih-an responden ahli. Responden ahli dalampenelitian ini adalah perwakilan PT. SHOEISurabaya dan PT. Jaya Kertas yang merupa-kan perusahaan swasta yang berminatmenjadi penyelenggara PLB di Provinsi JawaTimur. Pendapat mereka dilengkapi denganpendapat responden ahli dari KantorWilayah DJBC Jawa Timur I dan II serta dariDinas Perindustrian dan PerdaganganProvinsi Jawa Timur. Formulasi respondenahli ini diharapkan memenuhi validitas danreliabilitas penelitian.

Analisis AHPSetelah dilakukan tahapan survey pen-

dahuluan dan pengisian kuesioner olehresponden ahli, maka tahap berikutnyaadalah input data isian kuesioner. Data ter-sebut diatas juga di-input-kan pada softwareExpert Choice 11 untuk kemudian dilakukananalisis AHP sesuai hierarki yang tersajisebelumnya.

Tahap pertama yaitu melakukan ana-lisis terhadap kriteria utama yang dipiliholeh para responden ahli dalam memutus-kan pemilihan lokasi PLB yang akan di-bangun di Jawa Timur ke depan. Daripengolahan data, diperoleh hasil bahwaprioritas tertinggi yang dipertimbangkanadalah kriteria ekonomi, disusul dengankriteria lingkungan, dan yang terakhir ada-lah kriteria sosial. Kriteria ekonomi me-miliki bobot tertinggi dengan nilai 0,733 atau73,3% dari prioritas pertimbangan total.Kemudian kriteria lingkungan mempunyainilai bobot sebesar 0,167 atau 16,7% dariprioritas pertimbangan total, sedangkannilai bobot terkecil yaitu 0,101 atau 10,1%dari prioritas pertimbangan total dimilikioleh kriteria sosial. Dari hasil tersebut dapatditarik simpulan bahwa, dalam membangunPLB di wilayah Jawa Timur para pengusaha

Page 13: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

354 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 342 – 360

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Gambar 2Nilai Bobot Prioritas Kriteria Utama

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Gambar 3Nilai Bobot Prioritas Sub Kriteria – Ekonomi

harus mengutamakan pertimbangan aspekekonomis dari lokasi yang akan dibangundaripada aspek lain seperti lingkungan dansosial.

Selanjutnya dilakukan analisis men-dalam terhadap prioritas sub kriteria darikriteria ekonomi. Dari pengolahan data,diperoleh hasil bahwa prioritas tertinggiyang dipertimbangkan adalah sub kriteriatransportasi, disusul dengan sub kriteriaservice level, dan yang terakhir adalah subkriteria sumber daya manusia. Sub kriteriatransportasi memiliki bobot tertinggi de-

ngan nilai 0,409 atau 40,9% dari prioritaspertimbangan total. Kemudian sub kriteriaservice level mempunyai nilai bobot sebesar0,328 atau 32,8% dari prioritas pertimba-ngan total, sedangkan nilai bobot terkecilyaitu 0,263 atau 0,263% dari prioritaspertimbangan total dimiliki oleh sub kriteriasumber daya manusia. Dari hasil tersebutdapat ditarik kesimpulan bahwa, dalammembangun PLB di wilayah Jawa Timurpara pengusaha harus mengutamakan per-timbangan aspek ekonomis terutama segitransportasi dari lokasi yang akan dibangun

Page 14: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

Penentuan Lokasi Pembangunan Pusat Logistik ... – Laksono, Kristiantoro, Tjahjadi, Soewarno 355

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Gambar 4Nilai Bobot Prioritas Sub Kriteria – Sosial

Hal ini disebabkan karena transportasimerupakan inti dari distribusi logistik.Dengan transportasi yang memadai, distri-busi logistik akan dapat menjangkau keseluruh penjuru wilayah.

Kriteria lingkungan hanya memilikisatu sub kriteria yaitu kondisi alam, se-hingga tidak diperlukan analisis prioritaspertimbangan, namun demikian, untukkriteria sosial tetap perlu dilakukan analisisprioritas terhadap sub kriteria-sub kriteriayang ada di bawahnya. Dari pengolahandata, diperoleh hasil bahwa prioritas ter-tinggi yang dipertimbangkan adalah subkriteria keamanan, disusul dengan subkriteria lalu lintas, dan yang terakhir adalahsub kriteria fasilitas publik. Sub kriteriakeamanan memiliki bobot tertinggi dengannilai 0,427 atau 42,7% dari prioritas per-timbangan total.

Kemudian sub kriteria lalu lintas mem-punyai nilai bobot sebesar 0,337 atau 33,7%dari prioritas pertimbangan total, sedang-kan nilai bobot terkecil yaitu 0,236 atau0,236% dari prioritas pertimbangan totaldimiliki oleh sub kriteria fasilitas publik.Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulanbahwa, dalam membangun PLB di wilayahJawa Timur para pengusaha harus meng-utamakan pertimbangan aspek sosial ter-utama segi keamanan dari lokasi yang akan

dibangun. Dengan keamanan yang me-madai dan kondusif, proses bisnis distribusidan pengolahan logistik akan dapat ber-langsung dengan baik dan lancar.

Selanjutnya setelah semua bobot krite-ria dan sub-kriteria telah dianalisis, tahapberikutnya yaitu dilakukan proses penentu-an pemilihan lokasi PLB yang akan di-bangun di Jawa Timur ke depan dari 5 (lima)alternatif lokasi yang tersedia. Kelima lokasitersebut yaitu Tuban, Lamongan, Gresik,Probolinggo, dan Banyuwangi. Analisisyang dilakukan masih menggunakan soft-ware Expert Choice 11.

Dari pengolahan data berdasarkankriteria ekonomi, secara umum alternatifutama yang dipilih sebagai lokasi PLB yangakan dibangun di Jawa Timur adalah Gresik.Jika dilakukan penelusuran satu per satuterhadap sub kriteria yang ada, seperti padasub kriteria transportasi, Gresik mendudukiprioritas pertama untuk dipilih sebagailokasi PLB di Jawa timur disusul berturut-turut dengan Banyuwangi, Tuban, Lamong-an, dan Probolinggo, sedangkan pada subkriteria service level, Gresik tetap mendudukiprioritas pertama untuk dipilih sebagailokasi PLB di Jawa timur disusul berturut-turut dengan Banyuwangi, Lamongan,Probolinggo, dan Tuban. Kemudian padasub kriteria sumber daya manusia, Gresik

Page 15: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

356 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 342 – 360

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Gambar 5Nilai Bobot Prioritas Alternatif dari Kriteria Ekonomi

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Gambar 6Nilai Bobot Prioritas Alternatif dari Kriteria Lingkungan

masih tetap menduduki prioritas pertamauntuk dipilih sebagai lokasi PLB di Jawatimur disusul berturut-turut dengan Probo-linggo, Banyuwangi, Lamongan, dan Tuban.

Berikutnya dari pengolahan data ber-dasarkan kriteria lingkungan dengan subkriteria kondisi alam, secara umum alter-natif utama yang dipilih sebagai lokasi PLByang akan dibangun di Jawa Timur adalahGresik. Gresik tetap menduduki prioritaspertama untuk dipilih sebagai lokasi PLB diJawa timur disusul berturut-turut dengan

Banyuwangi, Tuban, Probolinggo, danLamongan.

Kemudian dari pengolahan data ber-dasarkan kriteria sosial, secara umum alter-natif utama yang dipilih sebagai lokasi PLByang akan dibangun di Jawa Timur adalahGresik. Jika dilakukan penelusuran satu persatu terhadap sub kriteria yang ada, sepertipada sub kriteria lalu lintas, Gresik men-duduki prioritas pertama untuk dipilihsebagai lokasi PLB di Jawa timur disusul ber-turut-turut dengan Banyuwangi, Tuban,

Page 16: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

Penentuan Lokasi Pembangunan Pusat Logistik ... – Laksono, Kristiantoro, Tjahjadi, Soewarno 357

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Gambar 7Nilai Bobot Prioritas Alternatif dari Kriteria Sosial

Lamongan, dan Probolinggo, sedangkanpada sub kriteria keamanan, Gresik tetapmenduduki prioritas pertama untuk dipilihsebagai lokasi PLB di Jawa timur disusulberturut-turut dengan Lamongan, Banyu-wangi, Tuban, dan Probolinggo. Kemudianpada sub kriteria fasilitas publik, Gresikmasih tetap menduduki prioritas pertamauntuk dipilih sebagai lokasi PLB di Jawatimur disusul berturut-turut dengan Banyu-wangi, Tuban, Probolinggo, dan Lamongan.

Tahap terakhir analisis dalam AHPlokasi PLB yang akan dibangun di JawaTimur ke depan adalah melakukan sintesisdari setiap prioritas yang telah tersusun darisetiap kriteria dan sub kriteria seleksi yangada (Overall Synthesis). Dari sintesis prioritastersebut, secara umum alternatif utama yangdipilih sebagai lokasi PLB yang akandibangun di Jawa Timur adalah Gresik.Prioritas global tertinggi dengan nilai bobot

0,505 atau 50,5% dari prioritas global per-timbangan total diperoleh Gresik. Kemudi-an disusul secara berturut-turut oleh Banyu-wangi dengan nilai bobot prioritas globalsebesar 0,184 atau 18,4% dari prioritas globalpertimbangan total; Tuban dengan nilaibobot prioritas global sebesar 0,117 atau11,7% dari prioritas global pertimbangantotal; Lamongan dengan nilai bobot prioritasglobal sebesar 0,102 atau 10,2% dari prioritasglobal pertimbangan total; dan yang terakhiradalah Probolinggo dengan nilai bobotprioritas global sebesar 0,093 atau hanya9,3% dari prioritas global pertimbangantotal.

Dengan demikian, dari semua rang-kaian analisis di atas didapatkan Gresiksebagai lokasi terbaik untuk dibangun PLBdi wilayah Provinsi Jawa Timur di masayang akan datang.

Sumber: data hasil penelitian (diolah)

Gambar 8Nilai Bobot Prioritas Global dari Alternatif

Page 17: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

358 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 342 – 360

Konfirmasi KualitatifPilihan responden terkonfirmasi secara

kualitatif dengan deretan bukti eksistensidan potensi industri yang dimiliki Gresik.Gresik selama ini dikenal sebagai salah satukawasan industri utama di Jawa Timur.Beberapa industri besar di Gresik antara lainSemen Gresik, Petrokimia Gresik, NipponPaint, Wilmar, BHS-Tex, Industri perkayu-an, dan Maspion. Gresik juga merupakanpenghasil perikanan yang signifikan, baikperikanan laut, tambak, maupun perikanandarat.

Secara geografis, hampir sepertigawilayah Gresik merupakan pesisir pantaisepanjang 140 Km yang telah dilengkapidengan pelabuhan umum dan pelabuhankhusus sehingga memiliki akses perdaga-ngan regional dan internasional. Deretanpelabuhan tersebut adalah Pelabuhan Gre-sik, Terminal Manyar (Pelabuhan di JIIPE),Pelabuhan Khusus PT Sumber Mas Plywood,Pelabuhan Khusus PT Wilmar Nabati, Pe-labuhan Khusus PT Semen Gresik, Pelabuh-an Khusus PT PLN PJB 2 Gresik, PelabuhanKhusus PT Pertamina, Pelabuhan Khusus PTPetrokimia Gresik, Pelabuhan Khusus PTSmelting, Pelabuhan Khusus PT Maspion.Gresik juga memiliki Pembangkit ListrikTenaga Gas dan Uap berkapasitas 2.200 MW.Secara geografis, Gresik berbatasan denganSurabaya, di mana terdapat akses tolSurabaya-Manyar yang menghubungkankeduanya. Akses Jalan Tol tersebut kemudi-an terhubung dengan Jalan Tol Surabaya-Gempol, yang berarti menghubungkanGresik dengan sentra industri lain di JawaTimur. Kontur tanah Gresik yang didomi-nasi bebatuan cadas dan kapur memaksamasyarakatnya tidak menggantungkan per-ekonomian pada sektor pertanian. Masya-rakat Gresik sejak era sebelum kemerdeka-an dikenal telah mendayagunakan potensiekonomi dalam bidang kewirausahaan danperdagangan. Hal ini terbukti dari ber-kembangnya industri songkok, tas, perhias-an emas dan perak, sarang burung walet,dan industri garmen (konveksi) yang ber-sifat mikro, kecil, maupun menengah.

Keterbukaan masyarakat Gresik akan duniausaha ini merupakan nilai lebih Gresikdibandingkan daerah lain di Jawa Timursebagai penunjang penyelenggaraan PLB.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan, Keterbatasan dan Saran

Pusat Logistik Berikat (PLB) yang me-rupakan bagian dari paket kebijakan pe-merintah jilid kedua merupakan tawaransolutif dari pemerintah untuk memperbaikiinefisiensi pengelolaan logistik. Sampai saatini telah ditetapkan 34 PLB dari yang mula-nya hanya berjumlah 12 PLB di seluruhIndonesia. Mengingat strategisnya keber-adaan PLB, tentu dibutuhkan lebih banyakPLB lagi sesuai sebaran industri dan karaktertiap daerah. Penelitian ini dilakukan dengantujuan menentukan lokasi di wilayah Pro-vinsi Jawa Timur yang memiliki posisipaling strategis untuk dibangun PLB.Dengan menggunakan metode AnalyticalHierarchy Process (AHP) didapatkan simpul-an kriteria utama yang menjadi prioritaspertimbangan dalam memutuskan lokasiPLB di Jawa Timur berturut-turut adalahkriteria ekonomi, lingkungan, dan sosial.Dari kriteria-kriteria tersebut, didapatkansub kriteria transportasi sebagai prioritastertinggi pada kriteria ekonomi. Kemudiandari kriteria sosial, sub kriteria keamanansebagai prioritas tertinggi, sedangkan darihasil sintesis prioritas global didapatkankesimpulan alternatif utama yang dipilihsebagai lokasi yang paling strategis untukdibangun PLB di wilayah Jawa Timur kedepan adalah Gresik. Kemudian disusulsecara berturut-turut oleh Banyuwangi,Tuban, Lamongan, dan yang terakhir Probo-linggo. Gresik sendiri selama ini telahdikenal sebagai salah satu kawasan industriutama di Jawa Timur. Secara geografis,hampir sepertiga wilayah Gresik merupakanpesisir pantai sepanjang 140 Km yang telahdilengkapi dengan pelabuhan umum danpelabuhan khusus sehingga memiliki aksesperdagangan regional dan internasional.Masyarakat Gresik sejak era sebelumkemerdekaan dikenal telah mendayaguna-

Page 18: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

Penentuan Lokasi Pembangunan Pusat Logistik ... – Laksono, Kristiantoro, Tjahjadi, Soewarno 359

kan potensi ekonomi dalam bidang kewira-usahaan dan perdagangan. Keterbukaanmasyarakat Gresik akan dunia usaha inimerupakan nilai lebih Gresik dibandingkandaerah lain di Jawa Timur sebagai pe-nunjang penyelenggaraan PLB. Dengandemikian, Kabupaten Gresik dapat dijadi-kan pertimbangan utama bagi pihak pe-merintah maupun swasta dalam rangkapembangunan PLB di Jawa Timur ke depan.

Keterbatasan PenelitianKeterbatasan dalam penelitian ini ada-

lah belum disertakannya progress penye-lenggaraan PLB di provinsi lain yang sejauhini telah berjalan. Data penyelenggaraan PLBdi provinsi lain semestinya dapat menjadipembanding dalam penelitian ini. Ke-tersediaan data pendukung dari pemerintahdaerah juga belum mencukupi.

SaranSaran untuk penelitian selanjutnya di-

harapkan dapat mengelaborasi penyeleng-garaan PLB yang sudah berjalan denganpotensi pembangunan PLB baru. Peng-gunaan metode analisis selain AHP dapatmenjadi pertimbangan untuk mengatasikompleksitas yang ada pada kriteria seleksipemilihan lokasi PLB.

DAFTAR PUSTAKAAnwar, S. N. 2011. Manajemen Rantai

Pasokan (Supply Chain Management):Konsep dan Hakikat. Jurnal DinamikaInformatika 3(2).

Awasthi, A., S. S. Chauhan, dan S. K. Goyal.2011. A Multi-criteria Decision MakingApproach for Location Planning forUrban Distribution Centers UnderUncertainty. Mathematical and ComputerModelling 53(1): 98-109.

Barney, J. 1991. Firm Resources and Sus-tained Competitive Advantage. Journalof Management 17(1): 99-120.

Cheng, T. E., J. Li, C. J. Wan, dan S. Wang.2010. Postponement Strategies in SupplyChain Management (143). Springer. NewYork.

Chicksand, D., G. Watson, H. Walker, Z.Radnor, dan R. Johnston. 2012. Theore-tical Perspectives in Purchasing andSupply Chain Management: an Ana-lysis of the Literature. Supply ChainManagement: An International Journal17(4): 454-472.

Chopra, S., dan P. Meindl. 2007. SupplyChain Management. Strategy, Planning& Operation. Das Summa Summarum desManagement (pp. 265-275). Springer.

Faisol, A., M. A. Muslim, dan H. Suyono.2014. Komparasi Fuzzy AHP denganAHP pada Sistem Pendukung Ke-putusan Investasi Properti. JurnalEECCIS 8(2): 123-128.

Geraldin, L. H., I. N. Pujawan, dan D. S.Dewi. 2007. Manajemen Risiko dan AksiMitigasi Untuk Menciptakan RantaiPasok yang Robust. Jurnal Teknologi danRekayasa Teknik Sipil – TORSI: 53-64.

Greco, S., J. Figueira, dan M. Ehrgott. 2005.Multiple Criteria Decision Analysis.Springer's International Series. NewYork.

Halldorsson, A., H. Kotzab, J. H. Mikkola,dan T. Skjøtt-Larsen. 2007. Complemen-tary Theories to Supply Chain Mana-gement. Supply Chain Management: AnInternational Journal 12(4): 284-296.

Haryana, A. 2017. The Role of BondedLogistic Center (BLC) in ReducingDwelling Time on the Indonesian Port.Cendekia Niaga 1(1): 1-10.

He, Y., X. Wang, Y. Lin, F. Zhou, dan L.Zhou. 2017. Sustainable Decision Ma-king for Joint Distribution CenterLocation Choice. Transportation ResearchPart D: Transport and Environment 55:202-216.

Hugos, M. H. 2011. Essentials of Supply ChainManagement (62). John Wiley & Sons.

Kayikci, Y. 2010. A Conceptual Model forIntermodal Freight Logistics CentreLocation Decisions. Procedia-Social andBehavioral Sciences 2(3): 6297-6311.

Lambiase, A., E. Mastrocinque, S. Miranda,dan A. Lambiase. 2013. Strategic Plan-ning and Design of Supply Chains: A

Page 19: PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN PUSAT LOGISTIK BERIKAT … · tik telah mengalami pertumbuhan, namun tidak semua perusahaan penyedia layanan logistik mencapai tingkat pertumbuhan yang

360 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 1, Nomor 3, September 2017 : 342 – 360

Literature Review. International Journal ofEngineering Business Management 5: 49.

Lamming, R. 1996. Squaring Lean Supplywith Supply Chain Management. Inter-national Journal of Operations & Produc-tion Management 16(2): 183-196.

Larson, P. D., dan A. Halldorsson. 2004.Logistics versus Supply Chain Mana-gement: an International Survey. Inter-national Journal of Logistics: Research andApplications 7(1): 17-31.

Li, Ling. 2007. Supply Chain Management:Concepts, Techniques and Practices Enhan-cing the Value through Collaboration.World Scientific Publishing Co Inc.Singapore.

Lipovetsky, S. 2009. Comparison of a DozenAHP Techniques for Global Vectors inMultiperson Decision Making andComplex Hierarchy. Proceedings of theInternational Symposium on the AnalyticHierarchy Process. Pittsburgh, EUA.

Min, H. dan S. J. Joo. 2006. Benchmarking theOperational Efficiency of Third PartyLogistics Providers Using Data Envelop-ment Analysis. Supply Chain Manage-ment: An International Journal 11(3): 259-265.

Montwiłł, A. 2014. The Role of Seaports asLogistics Centers in the Modelling of theSustainable System for Distribution ofGoods in Urban Areas. Procedia-Socialand Behavioral Sciences 151: 257-265.

Pecchia, L., P. A. Bath, N. Pendleton, dan M.Bracale. 2011. Analytic Hierarchy Pro-cess (AHP) for Examining HealthcareProfessionals Assessments of RiskFactors. Methods Inf Med 50(5): 435-444.

Porter, M E. 2007. Clusters and the NewEconomics of Competition. HarvardBusiness Review 76(6): 77-90. Inter-national Library of Critical Writings inEconomics 212(2): 51.

Rao, C., M. Goh, Y. Zhao, dan J. Zheng. 2015.Location Selection of City LogisticsCenters under Sustainability. Transpor-tation Research Part D: Transport andEnvironment 36: 29-44.

Ross, D. F. 2016. Introduction to E-supplyChain Management: Engaging Technologyto Build Market-winning Business Partner-ships. CRC Press.

Rungtusanatham, M., F. Salvador, C. Forza,dan T. Y. Choi. 2003. Supply-chainLinkages and Operational Performance:A Resource-based-view Perspective.International Journal of Operations &Production Management 23(9): 1084-1099.

Saaty, T. L. 2008. Decision Making with theAnalytic Hierarchy Process. Internatio-nal Journal of Services Sciences 1(1): 83-98.

Sun, H., Z. Gao, dan J. Wu. 2008. A bi-levelProgramming Model and SolutionAlgorithm for the Location of LogisticsDistribution Centers. Applied Mathe-matical Modelling 32(4): 610-616.

Tramarico, C. L., V. A. P. Salomon, dan F. A.S. Marins. 2015. Analytic HierarchyProcess and Supply Chain Mana-gement: A Bibliometric Study. ProcediaComputer Science 55: 441-450.

Tugba Turgut, B., G. Tas, A. Herekoglu, H.Tozan, dan O. Vayvay. 2011. A FuzzyAHP Based Decision Support System forDisaster Center Location Selection and aCase Study for Istanbul. DisasterPrevention and Management: An Inter-national Journal 20(5): 499-520.

Van Thai, V. dan D. Grewal. 2005. Selectingthe Location of Distribution Centre inLogistics Operations: A ConceptualFramework and Case Study. Asia PacificJournal of Marketing and Logistics 17(3): 3-24.

Wong, C. Y. dan N. Karia. 2010. Explainingthe Competitive Advantage of LogisticsService Providers: a Resource-basedView Approach. International Journal ofProduction Economics 128(1): 51-67.

https://www.kompas.com/. Diakses tanggal 14Agustus 2017.

https://www.tempo.co/. Diakses tanggal 14Agustus 2017.

https://www.tribunnews.com/. Diakses tanggal14 Agustus 2017.