Penentuan Lokasi OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion)
Click here to load reader
-
Upload
baswantara -
Category
Documents
-
view
410 -
download
5
description
Transcript of Penentuan Lokasi OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion)
Laporan Praktikum
m.k. Oseanografi Terapan
PENENTUAN LOKASI YANG POTENSIAL UNTUK
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Hari/tanggal : Rabu/21 September 2011
Oseanografi Terapan Asisten : Yulianto Suteja
Jawad Mochtar
PENENTUAN LOKASI YANG POTENSIAL UNTUK
PENGEMBANGAN OTEC
Disusun oleh: Kelompok 1*
Arif Baswantara C54080027
Wahida Sutiyani Trisna C54080046
Hidayanto Akbar C54080057
Verlin Ayu Ibrani C54080061
Saifur Rohman C54080071
BAGIAN OSEANOGRAFI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
1 September 2011
Yulianto Suteja
Jawad Mochtar Jawad
PENENTUAN LOKASI YANG POTENSIAL UNTUK
KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini sedang terjadi krisis energi, salah satunya adalah energi listrik.
Sudah banyak diusahakan energi alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan
akan energi listrik, mulai dari PLTU, PLTA, PLTN dan lain-lain. Tetapi,
masih terus dicari energi alternatif lain yang bisa digunakan. Terlebih setelah
terjadinya peristiwa gempa di Jepang yang menyebabkan ledakan eaktor
nuklir di PLTN yang berada disekitar tempat kejadian (Fukushima, Dai-chi).
Ledakan ini memicu terjadinya polusi radiasi radioaktif yang sangat
menakutkan bagi mahluk hidup yang ada disekitarnya, bahkan manusia.
Dengan kejadian tersebut, membuat beberapa negara di dunia yang
telah memiliki PLTN melakukan pengkajian ulang dan bahkan ada yang
berencana mengurangi PLTN dengan mencari sumber energi alternatif
lainnya. Namun berbeda dengan Indonesia, sebuah Negara yang kaya akan
sumber energy malah “ngotot” untuk membangun PLTN. Hal ini mendapat
tantangan dari berbagai pihak, khususnya dari kalangan penggiat lingkungan
dan kemanusiaan.
Indonesia memiliki sumber enegri yang melimpah yang bisa
dikonversi menjadi tenaga listrik, mulai dari panas bumi, batu bara,
bioetanol dan bahkan Ocean energy mengingat dua per tiga wilayah
Indonesia adalah lautan. Ocean energy resources yang dimiliki Indonesia bisa
dibilang yang terbaik dan terbesar di dunia. Karena, ocean energy merupakan
alternatif energi terbaru termasuk sumberdaya non-hayati yang memilik
potensi besar untuk dikembangkan. Potensi energy laut mampu memenuhi
empat kali kebutuhan listrik dunia, sehingga tidak mengherankan berbagai
negara maju telah berlomba memanfaatkan energi laut itu. Oleh karena itu,
praktikum ini akan menganisis daerah di Indonesia yang berpotensi untuk
pengembangan OTEC.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan daerah yang tepat
di Indonesia untuk mengembang OTEC.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 OTEC
Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) adalah teknologi energi
terbarukan laut yang menggunakan gradien temperatur di laut untuk
menghasilkan beban-dasar, atau konstan, sumber listrik. Sumber energi
terbarukan lainnya seperti angin dan energi gelombang, merupakan sumber
listrik intermiten, yang berarti bahwa jumlah listrik yang mereka hasilkan
dapat bervariasi karena kondisi cuaca (Office of Ocean and Coastal Resource
Management, 2011).
Teknologi OTEC menggunakan diferensial suhu antara laut dalam
yang dingin dan permukaan laut yang relatif lebih hangat untuk menghasilkan
listrik. Teknologi ini berpotensi layak di daerah tropis dimana suhu sepanjang
tahun diferensial antara air permukaan dalam dingin dan hangat lebih besar
dari 20o C (36o F). Selain menghasilkan listrik, OTEC memiliki potensi untuk
menghasilkan produk lainnya seperti air minum, hidrogen, dan amonia. Air
dingin juga dapat digunakan untuk produk komersial lainnya seperti penyejuk
udara dan air budidaya (Office of Ocean and Coastal Resource Management,
2011).
2.2 Prinsip Kerja Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC)
Siklus kalor yang sesuai dengan OTEC adalah siklus Rankine,
menggunakan turbin bertekanan rendah. Sistem dapat berupa siklus tertutup
ataupun terbuka. Siklus tertutup menggunakan cairan khusus yang umumnya
bekerja sebagai refrigeran, misalnya ammonia. Siklus terbuka menggunakan
air yang dipanaskan sebagai cairan yang bekerja di dalam siklusnya
(Prawatya, 2010).
Secara sederhana dapat disebutkan bahwa OTEC bekerja dengan
memanfaatkan perbedaan temperatur untuk membangkitkan tenaga listrik
dengan cara memanfaatkannya untuk menguapkan Ammonia atau Freon.
Tekanan uap yang timbul kemudian dipergunakan untuk memutar turbin
(Prawatya, 2010).
Gambar 1. Prinsip Kerja OTEC
(Sunber: http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/energi-
laut/ocean-thermal-energy-conversion-otec)
Menurut Prawatya (2010), prinsip kerja dari OTEC secara umum adalah:
1. Konversi energi panas laut atau OTEC menggunakan perbedaan
temperatur antara permukaan yang hangat dengan air laut dalam yang
dingin, minimal sebesar 77 derajat Fahrenheit (25°C) agar bisa
digunakan untuk membangkitkan listrik.
2. Laut menyerap panas yang berasal dari matahari. Panas matahari
membuat permukaan air laut lebih panas dibandingkan air di dasar
laut. Hal ini menyebabkan air laut bersirkulasi dari dasar ke
permukaan. Sirkulasi air laut ini juga dapat dimanfaatkan untuk
menggerakkan turbin dan menghasilkan energi listrik.
3. Dalam beroperasinya OTEC, pipa-pipa akan ditempatkan di laut yang
berfungsi untuk menyedot panas laut dan mengalirkannya ke dalam
tangki pemanas guna mendidihkan fluida kerja. Umumnya digunakan
ammonia sebagai fluida kerja karena mudah menguap. Dari uap fluida
tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menggerakkan turbin
pembangkit listrik. Selanjutnya, uap fluida dialirkan ke ruang
kondensor. Didinginkan dengan memanfaatkan air laut bersuhu 5
derajat Celcius. Air hasil pendinginan kemudian dikeluarkan kembali
ke laut. Begitu siklus seterusnya.
2.3 Jenis-jenis Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC)
Menurut Prawatya (2010), jenis-jenis Ocean Thermal Energy
Convertion (OTEC) dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Closed-Cycle (Siklus Tertutup)
Closed-cycle system menggunakan fluida dengan titik didih
rendah,seperti ammonia, untuk memutar turbin guna membangkitkan
listrik. Air laut permukaan yang hangat dipompa melewati sebuah heat
exchanger (penukar panas) di mana fluida dengan titik didih rendah tadi
diuapkan. Fluida yang mengalami perubahan wujud menjadi uap akan
mengalami peningkatan tekanan. Uap bertekanan tinggi ini kemudian
dialirkan ke turbin untuk menghasilkan listrik. Kemudian air dingin dari
dasar lautan dipompa melewati heat exchanger yang kedua,
mengembunkan hasil penguapan tadi menjadi fluida lagi, di mana siklus
ini berputar terus menerus.
Gambar 2. Siklus Tertutup
(Sumber: http://www.nrel.gov/otec/electricity.html)
2. Open-Cycle (Siklus Terbuka)
Open-Cycle OTEC menggunakan air laut permukaan yang hangat
untuk membangkitkan listrik. Ketika air laut hangat dipompakan ke dalam
kontainer bertekanan rendah, air ini mendidih. Uap yang mengembang
menggerakkan turbin tekanan rendah untuk membangkitkan listrik. Uap
ini,meninggalkan garam-garam di belakang kontainer. Jadi uap ini hampir
merupakan air murni. Uap ini kemudian dikondensasikan kembali dengan
menggunakan suhu dingin dari air dasar laut.
Gambar 3. Siklus Terbuka
(Sumber: http://www.nrel.gov/otec/electricity.html)
3. Hybrid System (Siklus Gabungan)
Siklus hybrid menggunakan keunggulan sistem siklus terbuka dan
tertutup. Siklus hybrid menggunakan air laut yang diletakkan di tangki
bertekanan rendah (vacuum chamber) untuk dijaikan uap. Lalu uap
tersebut digunakan untuk menguapkan fluida bertitik didih rendah
(amonia atau yang lainnya) yang akan menggerakkan turbin guna
menghasilkan listrik. Uap air laut tersebut lalu dikondensasikan untuk
menghasilkan air tawar desalinasi.
Gambar 4. Siklus Gabungan
(Sumber: http://www.nrel.gov/otec/electricity.html)
2.4 Kekurangan dan Kelabihan Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC)
Menurut Prawatya (2010), kekurangan dan kelebihan Ocean Thermal
Energy Conversion (OTEC) adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
• Tidak menghasilkan gas rumah kaca ataupun limbah lainnya
• Tidak membutuhkan bahan bakar
• Biaya operasi rendah
• Produksi listrik stabil
• Dapat dikombinasikan dengan fungsi lainnya: menghasilkan air
pendingin, produksi air minum, suplai air untuk akuakultur,
ekstraksi mineral, dan produksi hidrogen secara elektrolisis
2. Kekurangan
• Belum ada analisa mengenai dampaknya terhadap lingkungan
• Jika menggunakan amonia sebagai bahan yang diuapkan
menimbulkan potensi bahaya kebocoran
• Efisiensi total masih rendah sekitar 1%-3%.
2.5 Syarat-syarat Daerah yang Berpotensi untuk Pengembangan OTEC
Daerah yang berpotensi dikembangkan OTEC harus memenuhi
beberapa persyaratan berikut ini:
1. Kedalaman perairan lebih dari 1500 m
2. Proximity ke kota pantai kurang dari 20 km
3. Perbedaan suhu antara permukaan dan suhu laut dalam lebih dari 22o C
4. Terlindung dari cuaca laut ekstrim dan tsunami
3. METODOLOGI
3.1. Deskripsi Data Batimetri SRTM 30 Plus
Data yang digunakan untuk mengolah batimetri pada Global Mapper
adalah data SRTM 30. Data ini dapat memperlihatkan topografi permukaan dasar
laut dunia, data ini didapat dari satelit geodesi dengan resolusi 1 Ion yang diambil
selama 30 detik per kilometer. Data ini mempunyai 33 region dengan format srtm.
The Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) mengambil data elevasi pada
skala global untuk membangkitkan data topografi bumi secara digital yang paling
lengkap dan memiliki resolusi yang tinggi. SRTM juga memiliki sistem radar
yang sudah termodifikasi secara khusus dan berada di angkasa untuk memberikan
data terbaru dari batimetri di seluruh dunia.
Data batimetri SRTM 30 plus berasal dari satelit TOPEX/POSEIDON
dengan sensor utama radar altimetri yang beroperasi secara simultan pada dua
frekuensi (dual frekuensi). Memiliki resolusi temporal 10 hari dan resolusi spasial
sepanjang lintasan satelit kira – kira 7 km dan jarak antar lintasan dengan lebar
bujur sekitar 3o atau sekitar 300 km. Dengan proyeksi Geographic
(Latitude/Longitude) dan DATUM WGS84.
3.2. Proses Pengolahan Peta Laut DISHIDROS.
Gambar 5. Flowchart Pengolahan Batimetri Berdasarkan Peta Laut Dishidros
TNI-AL
Proses pendigitan dengan software
surfer 8.0 (disimpan dalam *.bln)
Digit batimetri
Digit Atribut lain
Proses Griding dan interpolasi
Overlay
Pembuatan peta 2D & 3D
ScaleBar
Color countur
Keterangan atribut lain
Layout
Scanning Peta batimetri
dan load ke komputer
Pembuatan bingkai dan
penentuan koordinat
batas
Penentuan lokasi peta
batimetri
Penjelasan:
• Pemilihan Lokasi. Lakukan pemilihan daerah yang akan dikaji.
• Scanning. Peta daerah yang ingin dikaji di scan. Hasil scanning dibuka di
program Surfer 9.0 untuk dilakukan proses pengolahan.
• Pengolahan. Proses pengolahan terdiri dari penentuan koordinat, digitasi,
penggabungan data dan griding. Sebelum memulai mendigit, terlebih dahulu
ditentukan daerah dan dibuat bingkai koordinat pada peta tersebut. Setelah
bingkai terbentuk, mulai melakukan digitasi darat kemudian dilanjutkan
dengan digitasi wilayah laut. Semua hasil digitasi tersebut kemudian
disatukan dan dilakukan proses griding yaitu proses penginterpolasian data
agar didapatkan hasil data kontur.
• Tampilkan hasil Contour map, Base map dan Post map pada plot yang baru.
• Overlay. Lakukan overlay dari data – data tersebut dengan : Select all > Map
> Overlay Maps.
• Beri Keterangan. Berikan keterangan – keterangan wilayah dan posisi –
posisi stasiun pada data post map.
• Layout. Berikan tambahan keterangan peta seperti judul peta, skala bar, skala
warna, keterangan sumbu axis, serta arah mata angin.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Batimetri
Penentuan lokasi OTEC dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah kedalaman perairan atau batimetri. Persyaratan lokasi
OTEC adalah memiliki perairan laut dengan kedalaman lebih dari 1.5 Km.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan beda suhu yang jauh antara air yang
ada di permukaan dengan air yang ada di dalam. Batimetri ini juga
mempengaruhi tekanan air yang akan diambil untuk operasi OTEC ini.
Perairan Selatan Bali merupakan salah satu daerah potensial sebagai
lokasi didirikannya OTEC. Kedalaman perairan pada daerah ini mencapai 1.8
Km hingga 3 Km, memenuhi persyaratan kedalaman perairan sebagai lokasi
OTEC. Berikut peta batimetri Perairan Selatan Bali.
Gambar 6. Peta Batimetri Perairan Selatan Bali
Gambar 6. merupakan visualisasi dari data SRTM kedalaman
Indonesia tahun 2009. Gambar 6. menunjukkan bahwa Perairan Selatan Bali
memiliki kedalaman hingga 3 Km dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari
pantai. Pantai Pulau Nusa Penida bahkan memiliki jarak yang sangat dekat
dengan kedalaman perairan hingga 1.8 Km. Berdasarkan peta pada gambar 6.,
maka daerah pesisir Selatan Bali dapat dijadikan lokasi didirikannya OTEC.
Pengambilan air laut dapat dilakukan pada kedalaman 1.5 Km – 1.8 Km.
Lokasi OTEC ini juga dapat lebih dikembangkan hingga daerah Jawa Timur
dan Selatan Lombok.
4.2 Suhu
Gambar 7. Sebaran Suhu Menegak di Perairan Laut Bali
Sebaran suhu menegak di Perairan Bali menunjukkan sebaran yang
bervariasi mulai dari permukaan hingga dasar perairan. Suhu permukaan atau
pada kedalaman 0 meter di Laut Bali memiliki nilai suhu sebesar 27 °C,
sedangkan nilai suhu pada dasar perairan atau pada kedalaman 1800 meter
memiliki nilai suhu sebesar 3 °C. Sebaran suhu menegak di Perairan Bali
memiliki 3 lapisan yakni lapisan terampur, lapisan termoklin, dan lapisan
dalam. Lapisan tercampur memiliki kisaran suhu yang relatif tidak berbeda
jauh yakni 27 °C pada permukaan hingga 25 °C pada kedalaman 70 meter.
Lapisan termoklin terjadi perubahan suhu yang drastis atau penurunan suhu
yang drastis dari 70 meter dengan nilai suhu 24 °C hingga kedalaman 500
meter dengan nilai suhu 8 °C. Lapisan dalam terjadi penurunan suhu yang
sebanding dengan bertambahnya kedalaman, dari kedalaman 500 meter
dengan suhu 8 °C hingga dasar perairan atau kedalaman 1800 meter dengan
suhu 3 °C.
Suhu merupakan syarat utaman untuk suatu daerah dalam membangun
OTEC. Suhu permukaan dan suhu dari dasar perairan memiliki menjadi
syarat utama. Selisih antara suhu permukaan dan suhu dasar perairan >20 °C.
Wilayah Perairan Laut Bali memiliki selisih suhu antara permukaan dengan
dasar perairan yakni 24 °C, sehingga Perairan Laut Bali dapat dijadikan untuk
membangun OTEC.
4.3 Kondisi Cuaca di Perairan Laut Bali
Gambar 8. Citra Satelit Cuaca TGL. 12 September 2011 PKL. 08.00
WITA
Gambar 9. Gelombang Laut TGL.12 September 2011 PKL. 08.00
WITA
Sumber: http://www.bmgbali.com/info-cuaca/cuaca-maritim
RINGKASAN CUACA :
Dari analisa angin (Streamline), daerah belokan angin terjadi di sekitar
sumatera bagian tengah hingga Kalimantan Tengah. Masih hangatnya suhu
muka laut disekitar perairan bali, NTB dan NTT hingga laut Arafura yang
berkisar 27°C masih memberikan peluang pertumbuhan awan –awan local
konvektif yang memberikan peluang terjadinya hujan local.
Keadaan cuaca perairan bali umumnya berawan dan hujan ringan
lokal. Angin di atas wilayah bali umumnya dari arah Timur – Tenggara
dengan kecepatan rata-rata 10-38 km/jam. Sedangkan untuk tinggi gelombang
laut diperkirakan berkisar antara 0.5 – 2 meter (BMKG, 2011).
4.4 Jarak dari Kota Pantai
Sedangkan jarak tempuh dari lokasi ke kota Denpasar masih relatif
terjangkau yaitu kurang lebih 20.0021 km.
Gambar 10. Jarak OTEC dari Kota Pantai
(Sumber: http://maps.google.co.id/maps?hl=id&tab=wl)
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah mengikuti praktikum ini, praktikan telah dapat menentukan daerah
yang tepat di Indonesia untuk mengembangkan OTEC. Syarat-syarat suatu
daerah dapat dikembangkan OTEC adalah Kedalaman perairan lebih dari 1500
m, Proximity ke kota pantai kurang dari 20 km, Perbedaan suhu antara permukaan
dan suhu laut dalam lebih dari 22o C, Terlindung dari cuaca laut ekstrim dan
tsunami. Berdasarkan persyaratan tersebut, salah satu daerah yang cocok adalah
Perairan Selatan Bali.
5.2 saran
Untuk praktikum selanjutnya, mohon untuk lebih dijelaskan lagi mengenai
materi praktikum dan cara pengolahan data-datanya. Sehingga dapat menghasilkan
laporan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
BMKG. 2011. Cuaca Maritim. http://www.bmgbali.com/info-cuaca/cuaca-
maritim (20 September 2011)
Prawatya RA. 2010. Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC).
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-terbarukan/energi-
laut/ocean-thermal-energy-conversion-otec (19 September 2011)
Office of Ocean and Coastal Resource Management. 2011. Ocean Thermal
Energy Conversion.
http://coastalmanagement.noaa.gov/programs/otec.htm (19 September
2011)